BAB I PENDAHULUAN. Potensi sumber daya alam Indonesia sangat melimpah, antara lain potensi

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Potensi sumber daya alam Indonesia sangat melimpah, antara lain potensi sumber daya alam dari kehutanan. Hasil hutan dapat dimanfaatkan sebesarbesarnya untuk kemakmuran rakyat. Menurut WWF Indonesia (2012) bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia yang meningkat pesat mengakibatkan permintaan pasar akan produk kehutanan juga meningkat. Sejalan dengan hal itu, pemenuhan akan permintaan secara cepat, sering mengabaikan aspek-aspek pengelolaan hutan yang bertanggung jawab. Akan tetapi, Al Gore dalam pembukaan KTT Asia-Pasifik The Climate Project di Jakarta menyatakan bahwa penggunaan lahan yang lebih efisien dapat mencegah kerusakan hutan dan mengurangi emisi sekaligus meningkatkan pendapatan dan menciptakan perekonomian Indonesia (Republika, 2011). Guna tercapainya penyelenggaraan kehutanan yang berasaskan manfaat dan lestari, maka cara pengelolaan hutan yang baik menurut Peraturan Menteri Kehutanan RI Nomor 47 Tahun 2013 yaitu kegiatan pemanfaatan dan penggunaan kawasan hutan. Pemanfaatan hutan dapat dilakukan pada kawasan hutan lindung maupun produksi, begitu juga penggunaan kawasan hutan. Kegiatan penggunaan kawasan hutan hanya fokus pada kepentingan pembangunan di luar sektor kegiatan kehutanan saja. Andalan penerimaan negara hingga saat ini adalah pajak karena berkaitan erat dengan perekonomian negara. Padahal, penerimaan negara tidak hanya bersumber 1

2 Penerimaan PNBP PKH (dalam Miliar rupiah) dari penerimaan pajak saja, tetapi juga penerimaan bukan pajak. Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) memiliki peranan penting dalam pembiayaan negara. Meskipun jumlah PNBP tidak sebesar pajak, tetapi cukup berkontribusi dalam membiayai negara. Adapun PNBP sektor kehutanan yang berlaku di Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, meliputi penerimaan dari PNBP untuk kegiatan kehutanan dan di luar kegiatan kehutanan. PNBP di luar kegiatan kehutanan diatur dalam Peraturan Pemerintah No. 33 tahun Salah satu kegiatan yang cukup berpotensi adalah usaha pertambangan di dalam kawasan hutan atau disebut penggunaan kawasan hutan. Penerimaan Negara Bukan Pajak dari kegiatan Penggunaan Kawasan Hutan (PNBP PKH) mengalami kenaikan seperti terlihat pada gambar berikut s/d Tambang Non Tambang Tambang Non Tambang Sumber: Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Gambar 1.1 Tren PNBP PKH Peningkatan luas IPPKH eksplorasi pada tahun 2016 yang cukup tinggi (Gambar 1.2) memberikan dampak positif maupun negatif. Dampak usaha 2

3 Luas (dalam hektar) pertambangan menurut Noor (2005, dalam Suriansyah, 2009) terjadi pada saat tahap eksplorasi, eksploitasi dan pengolahan serta penjualan hasil tambang. Adapun dampak positifnya dapat memberikan kontribusi dalam peningkatan PNBP PKH. Akan tetapi, bila kegiatan pertambangan belum melaksanakan pengelolaan lingkungan yang baik dapat menyebabkan terjadinya kerusakan (degradasi) hutan. Contoh bukan pengelolaan lingkungan yang baik dari usaha pertambangan, yaitu bekas areal eksploitasi yang seharusnya dilaksanakan reklamasi dan revegetasi, tetapi dibiarkan terbuka begitu saja. Sebenarnya, tidak semua perusahaan tambang yang ada di Indonesia melakukan hal demikian. Banyak diantaranya juga yang telah melakukan reklamasi dan revegetasi, hanya saja tingkat keberhasilan dari rehabilitasi lahan tersebut masih belum tercapai. Keadaan ini akan memperlambat proses pengembalian fungsi kawasan hutan seperti sediakala, sehingga PNBP PKH dianggap belum mencerminkan nilai kerugian yang ditimbulkan dari penggunaan kawasan hutan , , , , , , ,00 - s/d Survey/eksplorasi dan Non Tambang , , , , , ,59 Operasi produksi dan Non Tambang , , , , , ,16 Sumber: Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Gambar 1.2 Luas Izin Pinjam Pakai Kawasan Hutan 3

4 Upaya pemerintah dalam mengoptimalkan PNBP tersebut dengan mengganti PP No 2 Tahun 2008 menjadi PP No 33 Tahun Peraturan tersebut salah satunya memuat tentang perubahan model/formula penghitungan Penerimaan Negara Bukan Pajak. Akan tetapi, kerusakan hutan yang terjadi tidak sebanding dengan biaya sewa hutan sehingga potensi kerugian negara masih saja terjadi. Oleh karena itu, perlu dilakukan evaluasi terhadap model perhitungan tarif PNBP PKH. 1.2 Keaslian Penelitian Berdasarkan hasil kajian pustaka, penelitian ini belum pernah dilakukan, tetapi terdapat beberapa penelitian yang memiliki pola yang mendekati topik penulis. Perbedaan yang cukup mendasar antara penelitian tersebut, terutama mengenai metode yang digunakan, lokasi yang dipilih dan hasil yang diperoleh. Tabel 1.1 Kajian terhadap Penelitian Terdahulu No Peneliti Penelitian Variabel Metode Hasil 1 Astana, dkk. Potensi PNBP Data primer: Pengukuran Jika limbah kayu dari (2015) dari Limbah hasil dan penebangan hutan alam kayu pengukuran wawancara dikenakan pungutan pemanenan di limbah kayu di royalti sebesar USD2/m³ hutan alam perusahaan dan limbah kayu dari dan hutan hutan alam dan penebangan hutan tanaman hutan tanaman tanaman sebesar serta IDR284/m³, maka hasil wawancara PNBP sektor kehutanan secara potensial diperkirakan akan meningkat sebesar IDR49,6 miliar/tahun. 2 Tao et al. Valuasi Data primer: Contingent Nilai Willingness to Pay (2012) ekonomi jasa hasil survei Valuation (WTP) untuk restorasi ekosistem rumah tangga Method dan perlindungan hutan hutan pada petani sekitar (CVM) yaitu 238 yuan/tahun. tipe areal DAS Henshui deforestasi dan aforestasi Data sekunder: persediaan di DAS bahan pokok, Henshui konservasi air Provinsi tanah, regulasi Jiangxi iklim, penjernihan 4

5 3 Alves et al. (2009) 4 Sulistyaningrum (2016) 5 Van Beukering et al. (2009) Valuasi ekonomi jasa ekosistem yang hilang dari erosi di kawasan pesisir Portugal Tengah Valuasi nilai kerusakan hutan lindung akibat penggunaan kawasan hutan dan kesesuaiannya dengan tarif PNBP PKH (Kasus PT. Pertamina Geothermal Energy- Chevron Geothermal Indonesia Ltd) Valuasi ekonomi hutan di Aceh lingkungan dan habitat biologi Data sekunder: nilai ekonomi dari lahan garapan, padang rumput, keheterogenan kawasan agrikultur, hutan, belukar, ruang terbuka, lahan basah pesisir dan perairan darat Data sekunder: Nilai air, nilai pengendalian banjir, penyerapan karbon, harga karbon, tingkat bunga, laju inflasi, kurs dolar, jangka waktu dan luas areal IPPKH Data primer: hasil survei beberapa rumah tangga di Aceh terhadap persediaan air hasil survei beberapa rumah tangga di Aceh terhadap belanja aktual, biaya masuk dan sumbangan untuk konservasi keanekaragaman hayati Data sekunder: data produk perikanan, harga Benefit Transfer Benefit Transfer Contingent Valuation Method (CVM) analisis WTP, harga pasar dan regresi berganda Nilai total ekonomi dari jasa ekosistem di kawasan pesisir Portugal Tengah adalah sebesar 193 juta per tahun. Nilai ekonomi yang hilang di kawasan pesisir Portugal Tengah diperkirakan sebesar 30 juta pada tahun 2028 dan 45 juta pada tahun Nilai total degradasi tahun Rp ,29/Ha. Tarif PNBP PKH terlalu rendah dibandingkan dengan nilai kerusakan hutan akibat penggunaan kawasan hutan. Nilai total ekonomi saat hutan untuk kegiatan lain (pertanian) sebesar US$12,011. Ketika hutan dipertahankan, maka mempunyai nilai ekonomi sebesar US$13,408. Hal tersebut menunjukkan bahwa hutan yang dipertahankan akan memiliki manfaat yang lebih besar daripada untuk kegiatan lain. 5

6 6 Langat dan Cheboiwo (2010) 7 Bush, et al. (2012) Valuasi hutan di Kenya Pengukuran biaya lokal dari kawasan lindung di Uganda produk perikanan, potensi banjir, produk pertanian, harga produk pertanian, total konsumsi listrik (KWh) di Aceh, tarif listrik (/KWh), keanekaragaman hayati, serapan karbon, harga perlindungan karbon, pencegahan kebakaran hutan, hasil hutan bukan kayu, kayu bulat dan olahan, dan harga kayu bulat dan olahan Data hasil wawancara yang dilaksanakan Bulan Maret- Mei 2005 terhadap 109 KK, meliputi: karakteristik rumah tangga, pemanfaatan hasil hutan oleh rumah tangga dan peternakan pribadi. Data pendukung berupa informasi yang diperoleh dari Forum Group Discussion beberapa desa sekitar hutan dan organisasi lokal Data primer : hasil survei rumah tangga tentang kehilangan akses terhadap kawasan lindung Benefit Transfer CVM (Contingent Valuation Method) Hutan Tindirent di Kenya diambil manfaatnya baik langsung maupun tidak langsung akan mempunyai nilai sebesar Kshs273. Akan tetapi, bila hutan tersebut tetap dipertahankan akan memiliki nilai yang lebih besar, yaitu sebesar Kshs 273. Nilai Willingness to Accept (WTA) rata-rata sebesar $21/rumah tangga. 6

7 8 Juniah, R, et. al. (2016) Nilai kerugian lingkungan sebagai dampak pemanfaatan sumber daya alam di pertambangan terbuka batubara di PT. Bukit Asam (PTBA) Sumatera Selatan Indonesia Data primer: Hasil survei langsung ke PTBA TAL terhadap data sekunder berupa pengaruh eksternalitas kegiatan penambangan batubara dari institusi terkait. Areal PTBA TAL yang telah divegetasi seluas 1.374,5 Ha sedangkan areal yang masih terbuka seluas 3.106,59 Ha. NPV Penghitungan nilai manfaat saat penambangan batubara PT. Bukit Asam (PTBA) dalam jangka waktu PV 2009 dan setelah pemulihan sebesar Rp 73,98 triliun. 1.3 Rumusan Masalah PNBP Penggunaan Kawasan Hutan semakin meningkat disebabkan jumlah usaha pertambangan di dalam kawasan hutan semakin banyak. Namun, hal ini berkontribusi dalam meningkatkan degradasi hutan. Oleh karena itu, perlu mengevaluasi kesesuaian model perhitungan tarif PNBP PKH untuk pertambangan dengan potensi kerugian yang terjadi. 1.4 Pertanyaan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah sebelumnya, pertanyaan yang muncul dari penelitian ini antara lain sebagai berikut. 1. Berapa nilai kerusakan hutan produksi yang terjadi akibat penggunaan kawasan hutan? 2. Apakah model perhitungan PNBP PKH untuk pertambangan sudah sesuai dengan potensi kerusakan hutan yang terjadi? 3. Apakah terdapat potensi kerugian akibat penggunaan kawasan hutan? 7

8 1.5 Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang, penelitian ini mempunyai beberapa tujuan antara lain sebagai berikut. 1. Mengestimasi besarnya nilai kerusakan hutan produksi yang terjadi akibat penggunaan kawasan hutan. 2. Mengevaluasi model perhitungan tarif PNBP PKH untuk pertambangan dengan dasar potensi kerusakan hutan yang terjadi. 3. Menganalisis potensi kerugian akibat penggunaan kawasan hutan. 1.6 Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Sebagai referensi bagi pembaca untuk mengetahui nilai kerusakan hutan produksi akibat penggunaan kawasan hutan. 2. Sebagai bahan pertimbangan bagi pengambil kebijakan mengenai penentuan model perhitungan tarif PNBP PKH yang sesuai dengan potensi kerugiannya. 3. Sebagai bahan pertimbangan bagi pelaksana penggunaan kawasan hutan agar merealisasikan rehabilitasi (reklamasi dan revegetasi) sesuai dengan rencana yang telah dibuat dan peraturan yang berlaku. 1.7 Sistematika Penelitian Sistematika penulisan dalam penelitian ini terdiri dari lima bab. Bab I Pendahuluan yang membahas mengenai latar belakang, keaslian penelitian, rumusan masalah, pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan 8

9 sistematika penelitian. Bab II Landasan Teori/Kajian Pustaka yang memaparkan tentang teori, kajian terhadap penelitian terdahulu, dan kerangka penelitian. Bab III Metode Penelitian memaparkan tentang desain penelitian, metode pengumpulan data, metode penyampelan, definisi operasional, dan metode analisis data. Bab IV Analisis memaparkan tentang deskripsi data dan pembahasan. Bab V Simpulan dan Saran memaparkan tentang simpulan, implikasi, keterbatasan dan saran. 9