BAB I PENDAHULUAN. sustainable development. Sustainable development merupakan pembangunan yang

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. sustainable development. Sustainable development merupakan pembangunan yang"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada era modern, paradigma pembangunan saat ini cenderung mengarah pada sustainable development. Sustainable development merupakan pembangunan yang memperhatikan kondisi sosial, ekonomi, dan lingkungan secara seimbang. Salah satu alternatif pembangunan yang mampu mewadahi kebutuhan sosial dan lingkungan adalah dengan mengembangkan lahan sebagai taman kota yang dapat difungsikan sebagai ruang terbuka hijau ataupun ruang terbuka publik. Mokhtari dan Housineffar (2013) mengemukakan bahwa dikarenakan taman kota tidak menghasilkan nilai ekonomi, mengakibatkan taman kota sangat jarang dievaluasi oleh pemerintah. Hal tersebut merupakan sebuah kerugian karena tidak dapat diketahui bagaimana kontribusinya pada konsep sustainable development. Dalam mewujudkan keseimbangan lingkungan, terdapat aturan pada pasal 29 ayat (2) Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 mengenai penataan ruang yang menjelaskan bahwa dalam suatu kota harus memiliki ruang terbuka hijau paling sedikit sebesar 30 persen dari luas wilayah. Penjelasan ayat tersebut diperinci kembali pada pasal 29 ayat (2), yang menyatakan bahwa proporsi ruang terbuka hijau publik pada wilayah kota paling sedikit 20 persen dari luas wilayah kota dan 10 persen lainnya berasal dari ruang terbuka hijau privat. Pengembangan ruang terbuka hijau tersebut bertujuan agar mampu menciptakan keseimbangan ekologi lingkungan di perkotaan dan agar tidak terus menerus untuk mengembangkan lahan terbangun. Di sisi lain, Mokhtari dan Housineffar (2013), peran dan signifikansi 1

2 lingkungan dan taman kota menjadi meningkat setiap harinya ketika pada era teknologi dan industrialisasi seperti saat ini. Orang akan melakukan perjalanan ke suatu tempat untuk keluar dari aktivitas hariannya untuk mendapatkan hiburan dan ketenangan. Kota Mojokerto pada saat ini hanya mempunyai taman kota sebanyak 5 taman. Lima taman kota yang ada di Mojokerto diantaranya adalah Alun-alun Kota Mojokerto, Taman RTH Semeru, Taman Bermain Magersari, Taman Hayam Wuruk, dan Taman Benteng Pancasila. Dengan jumlah taman kota tersebut, tentu saja Kota Mojokerto belum memenuhi persyaratan kepemilikan ruang terbuka hijau publik yang syaratnya mengharuskan setidaknya sebesar 20 persen dari luas wilayah perkotaan. Alun-alun Kota Mojokerto merupakan salah satu di antara 5 taman kota yang ada di Kota Mojokerto, di mana tempatnya terletak di Kecamatan Magersari. Alunalun tersebut baru saja direvitalisasi pada tahun Sebelum dilakukannya revitalisasi, Alun-alun Kota Mojokerto dipenuhi oleh pedagang kaki lima sehingga mengganggu fungsi utama alun-alun sebagai ruang publik yang seharusnya menjadi sarana untuk tempat rekreasi dan bersosialisasi. Revitalisasi tersebut dilakukan dengan tujuan awal agar dapat mengembalikan fungsi utama alun-alun sebagai ruang publik, namun besaran nilai ekonomis Alun-alun Kota Mojokerto setelah mengalami revitalisasi tersebut masih belum diketahui. Setelah dilakukannya revitalisasi, pengunjung Alun-alun Kota Mojokerto menjadi lebih meningkat dibandingkan ketika kondisi alun-alun sebelum dilakukannya revitalisasi. Peningkatan jumlah pengunjung tersebut secara tidak langsung dapat 2

3 merepresentasikan bahwa telah terjadi peningkatan nilai dari manfaat alun-alun pascarevitalisasi yang didapat dari manfaat sosial dan lingkungan. Kondisi tersebut mengindikasikan bahwa revitalisasi Alun-alun Mojokerto mampu menciptakan sebuah nilai (creating value). Nilai ekonomi dari suatu aset publik seperti alun-alun tidak bisa didapatkan melalui Nilai Pasar, untuk itu, pendekatan yang digunakan untuk menilai alun-alun tersebut dapat menggunakan penilaian untuk non-market value. Nilai ekonomi suatu barang non-market value dapat diukur melalui jumlah maksimum seseorang ingin mengorbankan barang dan jasa untuk memperoleh barang dan jasa lainnya. Konsep ini disebut kesediaan untuk membayar (willingness to pay) oleh seseorang terhadap barang dan jasa yang dihasilkan oleh sumber daya alam dan lingkungan (Fauzi, 2010: 209). Untuk mengetahui besaran nilai Alun-alun Kota Mojokerto setelah dilakukannya revitalisasi, maka diperlukan perhitungan berapa besaran benefit yang didapatkan, baik secara langsung maupun tidak langsung. Perhitungan nilai benefit tersebut dapat dihitung dengan menggunakan Travel Cost Method dengan menghitung koefisien total biaya perjalanan masyarakat untuk melakukan kunjungan ke Alun-alun Kota Mojokerto agar dapat mengetahui besaran surplus konsumen pada tiap satu kali kunjungan. Hasil yang didapatkan dari valuasi ekonomi Alun-alun Kota Mojokerto diharapkan agar pemerintah dapat mengetahui nilai sebenarnya yang ada dalam suatu taman kota. Hasil tersebut diharapkan di masa yang akan mendatang pemerintah dapat menjadikannya sebagai dasar maupun prinsip dalam mengembangkan taman kota lebih banyak lagi di masa mendatang guna memenuhi 3

4 ketentuan Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang yang mewajibkan kota memiliki ruang terbuka hijau publik sebesar 20 persen dari luas wilayah administrasi. 1.2 Keaslian Penelitian Penelitian tentang valuasi ekonomi lingkungan khususnya pada studi kasus tempat wisata ataupun eco-asset telah dikaji melalui penelitian-penelitian terdahulu. Berikut merupakan penelitian-penelitian terdahulu mengenai valuasi ekonomi lingkungan. 1. Mokhtari dan Hosseinifar (2013) meneliti tentang Economic and Social Value of Recreational Facilities in Urban Areas by Using Travel Cost Method (Case study: Amirkola Urban Park, Mazandaran Province, Iran) dengan variabel menggunakan alasan pengunjung melakukan kunjungan ke taman, willingness to pay, pendapatan, biaya perjalanan, dan biaya lain-lain. Hasil dari penelitian ini diketahui nilai dari Taman Kota Amirkola adalah sebesar $ Song et al. (2006) dengan penelitian Valuing Eco-assets: A Note on Valuation Methods dengan variabel consumer purchase, social development stage coefficient dan waktu menghasilkan sebuah output berupa simpulan bahwa kuantitas dan kualitas eco-asset akan meningkat seperti halnya peningkatan standar hidup. 3. Iamtakrul et al. (2005) dengan penelitian Public Park Valuation Using Travel Cost Method dengan variabel usia, pendapatan, waktu perjalanan, biaya perjalanan, willingness to pay, lama waktu kunjungan, pengeluaran dalam satu kali kunjungan, dan rata-rata jumlah kunjungan dalam satu tahun. Diketahui 4

5 bahwa rata-rata willingness to pay untuk kunjungan pada Taman Kota Saga Castle Park adalah yen. Hasil lain menunjukkan bahwa menjaga kualitas layanan taman kota melalui preferensi masyarakat memiliki peran penting bagi para pembuat kebijakan pemerintah daerah untuk mencapai tujuan kota yang layak huni. 4. Mwebaze dan Bannett (2012) dengan penelitian Valuing Australian Botanic Collections: A Combined Travel-cost and Contingent Valuation Study pada studi kasus Australian National Botanic Garden, Royal Botanic Garden Melbourne dan Royal Botanic Garden Sydney, dengan variabel kunjungan dalam satu tahun, biaya perjalanan, waktu kunjungan, waktu tempuh, dummy multiple sites/destination, pendapatan, usia, dan dummy jenis kelamin. Melalui analisis Travel Cost Method, diketahui bahwa besaran consumer surplus adalah $39/individu/kunjungan dan estimasi nilai sosial yang terkandung dari Australian National Botanic, Garden Royal Botanic Garden dan Melbourne Royal Botanic Garden Sydney adalah sebesar sebesar $194 juta. 5. Hakim et al. (2011) dengan penelitian Economic Valuation of Nature-Based Tourism Object in Rawapening, Indonesia: An Application of Travel Cost and Contingent Valuation Method. Variabel penelitian yang digunakan adalah variabel kunjungan, biaya perjalanan, pendapatan, usia, dummy persepsi masyarakat. Nilai objek wisata tersebut diestimasikan sebesar Rp Valuasi ekonomi lingkungan Alun-alun Kota Mojokerto setelah revitalisasi 2015 belum pernah dikaji dan memiliki perbedaan dari penelitian sebelumnya. Terdapat perbedaan variabel independen dari penelitian Mokhtrari dan Housineffar 5

6 (2013) diantaranya menggunakan alasan pengunjung melakukan kunjungan ke taman, willingness to pay, pendapatan, biaya perjalanan dan biaya lain-lain, sedangkan pada penelitian ini menggunakan variabel biaya waktu dan perubahan kualitas lingkungan. Hal tersebut berdasarkan pada teori mengenai Travel Cost Method yang dikemukakan oleh Fauzi (2010: 215). Pada penelitian ini juga membahas public value management untuk mengetahui kinerja pemerintah, khususnya pada pengembangan ruang terbuka hijau di Kota Mojokerto dan juga memberikan rekomendasi inovasi dalam layanan ataupun pemeliharaan Alun-alun Kota Mojokerto. 1.3 Rumusan Masalah Kota Mojokerto pada kondisi eksisting hanya memiliki 5 unit taman kota, salah satunya merupakan Alun-alun Kota Mojokerto yang telah direvitalisasi pada tahun Dengan jumlah taman kota tersebut, tentu saja Kota Mojokerto belum memenui persyaratan kepemilikan ruang terbuka hijau publik yang syaratnya mengharuskan setidaknya sebesar 20 persen dari luas wilayah perkotaan. Alun-alun merupakan salah satu aset dari Pemerintah Kota Mojokerto. Ketika suatu aset seperti alun-alun belum diketahui pemanfaatannya, maka hal tersebut merupakan bentuk inventarisasi aset saja. Menurut Siregar (2004: ), alur manajemen aset dapat dibedakan menjadi 5 tahapan kerja, yaitu inventarisasi aset, legal audit, penilaian aset, optimalisasi aset, dan pengembangan SIMA (Sistem Informasi Manajemen Aset). Dari kelima tahapan tersebut, aset yang berupa alunalun ini belum pernah dinilai setelah mengalami revitalisasi sehingga belum diketahui apakah aset tersebut telah bermanfaat secara optimal atau belum. Untuk 6

7 mengidentifikasi nilai aset dari manfaat non-ekonomi yang terkandung dalam Alunalun Kota Mojokerto maka perlu dilakukan penilaian Alun-alun Kota Mojokerto dan kedepannya dapat dijadikan sebagai best practice untuk mengembangkan dan membangun taman kota yang baru. 1.4 Pertanyaan Penelitian Adapun pertanyaan penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Berapa nilai Alun-alun Kota Mojokerto setelah mengalami revitalisasi pada tahun 2015 menggunakan Travel Cost Method? 2. Apakah Pemerintah Kota Mojokerto telah mencapai public value management dalam pengelolaan dan pengembangan ruang terbuka hijau? 1.5 Tujuan Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Menghitung nilai ekonomis Alun-alun Kota Mojokerto setelah mengalami revitalisasi pada tahun 2015 menggunakan Travel Cost Method. 2. Menganalisis capaian public value management di Pemerintah Kota Mojokerto dalam pengelolaan dan pengembangan ruang terbuka hijau. 1.6 Manfaat Penelitian Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Bagi Keilmuan Dapat mengetahui nilai dari barang publik seperti alun-alun melalui Travel Cost Method dan juga berdasarkan manfaatnya secara sosial dan lingkungan. 2. Bagi Pemerintah 7

8 Adapun manfaat penelitan ini bagi pemerintah diantaranya adalah: a. pemerintah dapat mengetahui bahwa aset seperti taman kota dapat memberikan manfaat bagi masyarakat baik secara langsung ataupun tidak langsung; b. dapat dijadikan dasar rekomendasi untuk melakukan pemeliharaan dan perawatan Alun-alun Mojokerto oleh pemerintah; c. dapat dijadikan sebagai acuan untuk mengembangkan ruang terbuka hijau berupa taman kota untuk memenuhi persyaratan RTH publik sebesar 20 persen dari luas wilayah administrasi. 3. Bagi Masyarakat Masyarakat dapat mengetahui nilai yang terdapat dari suatu taman kota, sehingga kedepannya diharapkan masyarakat dapat berpartispasi dalam menjaga seluruh aset taman kota yang ada. 1.7 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian terkait valuasi ekonomi ekonomi Alun-alun Kota Mojokerto setelah mengalami revitalisasi pada tahun 2015 dibedakan menjadi dua, yaitu ruang lingkup wilayah dan ruang lingkup materi penelitian. Adapun ruang lingkup wilayah dan ruang lingkup materi penelitian yang dikaji dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Ruang Lingkup Wilayah Ruang lingkup wilayah penilitian pada penelitian ini merupakan seluruh kawasan Alun-alun Kota Mojokerto yang terdapat Kecamatan Magersari, Kota Mojokerto. 8

9 2. Ruang Lingkup Materi Penelitian Materi yang dibahas pada penelitian ini merupakan penilaian Alun-alun Kota Mojokerto ini menggunakan metode analisis Travel Cost Method dengan dipengaruhi oleh variabel independen berupa biaya perjalanan, waktu tempuh, biaya perjalanan untuk berkunjung ke taman kota lain, pendapatan pengunjung, usia pengunjung dan perubahan kualitas lingkungan dengan variabel dependen rasio kunjungan ke Alun-alun Mojokerto dalam satu tahun. Penelitian ini juga mengkaji public value management untuk mengetahui kinerja Pemerintah Kota Mojokerto, khususnya pada pengembangan ruang terbuka hijau di Kota Mojokerto. 1.8 Sistematika Penulisan Bab I pada penelitian ini berisi tentang teori dan isu yang melatar belakangi rumusan masalah penelitian dan mendasari pentingnya untuk melakukan valuasi ekonomi Alun-alun Kota Mojokerto pascarevitalisasi. Pada Bab I, terdapat bahasan mengenai keaslian penelitian ini dengan menunjukkan persamaan dan hal-hal yang menjadi pembeda dari penelitian yang terlebih dulu dilakukan. Bab II pada penelitian ini berisi tentang studi literatur dan teori-teori mengenai ruang terbuka hijau, eco-asset, sustainable development dan public value management. Literatur dan teori tersebut dijadikan sebagai dasar dalam penelitian valuasi ekonomi Alun-alun Kota Mojokerto dan mengetahui keterselenggaraannya public value management di Pemerintahan Kota Mojokerto dalam pengelolaan ruang terbuka hijau. Pada bab landasan teori dan tinjauan pustaka ini juga dilengkapi kerangka teori yang bertujuan untuk mempermudah dalam 9

10 mengidentifikasi dan mengaplikasikan teori-teori yang akan digunakan dalam kajian penelitian. Bab III pada penelitian ini berisi metode-metode yang digunakan dalam penelitian seperti jenis penelitian, definisi operasional kerangka metode analisis penelitian, metode pengumpulan data dan metode analisis data seperti analisis regresi dan analisis Travel Cost Method. Metode-metode tersebut digunakan sebagai pedoman dalam penelitian ini. Bab IV pada penelitian ini berisi tentang gambaran umum eksisting wilayah studi di Alun-alun Kota Mojokerto dan hasil Travel Cost Method melalui analisis regresi dan surplus konsumen pada pengunjung Alun-alun Kota Mojokerto yang akan merepresentasika nilai Alun-alun Kota Mojokerto pascarevitalisasi. BAB IV pada penelitian ini juga membahas mengenai keterselenggaraannya public value management di Pemerintahan Kota Mojokerto dalam pengelolaan ruang terbuka hijau. Bab V pada penelitian ini berisi tentang simpulan dari hasil temuan yang merupakan hasil hitungan valuasi ekonomi Alun-alun Kota Mojokerto dan kondisi eksisting keterselenggaraannya public value management di Pemerintahan Kota Mojokerto dalam pengelolaan ruang terbuka hijau. Bab V pada penilitian ini juga membahas implikasi, keterbatasan penelitian, dan rekomendasi penelitian yang sesuai dengan hasil penelitian yang telah dilakukan. 10

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Sebagian besar perekonomian Provinsi Bali ditopang oleh

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Sebagian besar perekonomian Provinsi Bali ditopang oleh BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Sebagian besar perekonomian Provinsi Bali ditopang oleh sektor pariwisata. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Bali, sektor pariwisata memberikan kontribusi

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. Kota Mojokerto terletak di tengah-tengah Kabupaten Mojokerto, terbentang

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. Kota Mojokerto terletak di tengah-tengah Kabupaten Mojokerto, terbentang BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Kota Mojokerto 4.1.1 Kondisi Geografis Kota Mojokerto terletak di tengah-tengah Kabupaten Mojokerto, terbentang pada 7 o 270.16 sampai 7 o 29 37.11 Lintang

Lebih terperinci

1.Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam & PUSPARI Universitas Sebelas. 2.Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia,

1.Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam & PUSPARI Universitas Sebelas. 2.Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, PENGEMBANGAN PARIWISATA BERBASIS KEUNIKAN BUDAYA DAN LINGKUNGAN DI OBYEK WISATA BUKIT CINTA KABUPATEN SEMARANG Sri Subanti 1, Arif Rahman Hakim 2, Mulyanto 3. Nughthoh Arfawi 4 1.Fakultas Matematika dan

Lebih terperinci

ANALISIS PERMINTAAN DAN NILAI EKONOMI WISATA PULAU SITU GINTUNG-3 DENGAN METODE BIAYA PERJALANAN TRI FIRANDARI

ANALISIS PERMINTAAN DAN NILAI EKONOMI WISATA PULAU SITU GINTUNG-3 DENGAN METODE BIAYA PERJALANAN TRI FIRANDARI ANALISIS PERMINTAAN DAN NILAI EKONOMI WISATA PULAU SITU GINTUNG-3 DENGAN METODE BIAYA PERJALANAN TRI FIRANDARI DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

KONTRIBUSI NILAI EKONOMI PENGEMBANGAN KAWASAN RAWAPENING DI KABUPATEN SEMARANG

KONTRIBUSI NILAI EKONOMI PENGEMBANGAN KAWASAN RAWAPENING DI KABUPATEN SEMARANG 1 Konstribusi Nilai Ekonomi Pengembangan Kawasan Rawapening KONTRIBUSI NILAI EKONOMI PENGEMBANGAN KAWASAN RAWAPENING DI KABUPATEN SEMARANG SRI SUBANTI 1, ZAINI ROHMAD 2, DAN ARIF RAHMAN HAKIM 3 1Fakultas

Lebih terperinci

TUJUAN, TAHAPAN PELAKSANAAN DAN PENDEKATAN VALUASI

TUJUAN, TAHAPAN PELAKSANAAN DAN PENDEKATAN VALUASI TUJUAN, TAHAPAN PELAKSANAAN DAN PENDEKATAN VALUASI VALUASI EKONOMI SUMBERDAYA ALAM DAN LINGKUNGAN (ESL 434) DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN FONDASI VALUASI EKONOMI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mendorong terwujudnya Good governance. Kota Blitar merupakan salah satu yang

BAB I PENDAHULUAN. mendorong terwujudnya Good governance. Kota Blitar merupakan salah satu yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Otonomi daerah yang semakin meluas di Indonesia memberikan dampak yang positif dan negatif terhadap kondisi lingkungan. Otonomi daerah merupakan proses pelimpahan kekuasaan

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. karena Indonesia merupakan Negara kepulauan yang memiliki sumber daya alam

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. karena Indonesia merupakan Negara kepulauan yang memiliki sumber daya alam BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Pariwisata kini menjadi salah satu sektor yang diandalkan oleh pemerintah untuk dikembangkan sebagai upaya meningkatkan devisa negara dan mencari terobosan di sektor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. udara bersih dan pemandangan alam yang indah. Memanfaatkan sumberdaya alam dan lingkungan seperti hutan lindung sebagai

BAB I PENDAHULUAN. udara bersih dan pemandangan alam yang indah. Memanfaatkan sumberdaya alam dan lingkungan seperti hutan lindung sebagai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hutan merupakan sumber daya alam dengan beragam manfaat, berupa manfaat yang bersifat langsung maupun manfaat tidak langsung. Produk hutan yang dapat dinikmati secara

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN, SARAN, DAN KETERBATASAN PENELITIAN. Loka Yogyakarta, total willingness to pay 110 responden untuk

BAB VI KESIMPULAN, SARAN, DAN KETERBATASAN PENELITIAN. Loka Yogyakarta, total willingness to pay 110 responden untuk BAB VI KESIMPULAN, SARAN, DAN KETERBATASAN PENELITIAN A. Kesimpulan Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat di tarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Berdasarkan data primer yang di peroleh

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN. Contingent Valuation Method (CVM), eksternalitas, biaya produksi dan metode

III. KERANGKA PEMIKIRAN. Contingent Valuation Method (CVM), eksternalitas, biaya produksi dan metode III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis meliputi konsep ekonomi pencemaran, Contingent Valuation Method (CVM), eksternalitas, biaya produksi dan metode valuasi

Lebih terperinci

Pengukuran Kontribusi Terhadap Nilai Ekonomi Obyek Wisata Kawasan Rawapening Kabupaten Semarang Dengan Pendekatan Multiplier Effect

Pengukuran Kontribusi Terhadap Nilai Ekonomi Obyek Wisata Kawasan Rawapening Kabupaten Semarang Dengan Pendekatan Multiplier Effect Pengukuran Kontribusi Terhadap Nilai Ekonomi Obyek Wisata Kawasan Rawapening Kabupaten Semarang Dengan Pendekatan Multiplier Effect Sri Subanti Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Program Pascasarjana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sektor lain untuk berkembang karena kegiatan pada sektor-sektor lain

BAB I PENDAHULUAN. sektor lain untuk berkembang karena kegiatan pada sektor-sektor lain BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pariwisata merupakan salah satu sektor yang perkembangannya memicu sektor lain untuk berkembang karena kegiatan pada sektor-sektor lain menghasilkan produk-produk yang

Lebih terperinci

VALUASI NILAI EKONOMI WISATA PANTAI AMAL : APLIKASI TRAVEL COST METHOD (TCM)

VALUASI NILAI EKONOMI WISATA PANTAI AMAL : APLIKASI TRAVEL COST METHOD (TCM) VALUASI NILAI EKONOMI WISATA PANTAI AMAL : APLIKASI TRAVEL COST METHOD (TCM) Sulistya Rini Pratiwi Fakultas Ekonomi Universitas Borneo Tarakan Email: 1) miss.rainy@ymail.com Abstrak: Kesejahteraan masyarakat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Nilai Sumberdaya Hutan Nilai merupakan persepsi manusia tentang makna suatu objek (sumberdaya hutan) bagi individu tertentu pada tempat dan waktu tertentu. Oleh karena

Lebih terperinci

VALUASI EKONOMI HUTAN SEBAGAI PENYEDIA JASA WISATA ALAM DI KAWASAN DAS DELI

VALUASI EKONOMI HUTAN SEBAGAI PENYEDIA JASA WISATA ALAM DI KAWASAN DAS DELI VALUASI EKONOMI HUTAN SEBAGAI PENYEDIA JASA WISATA ALAM DI KAWASAN DAS DELI HASIL PENELITIAN Oleh : WELLY MANURUNG/041201020 DEPARTEMEN KEHUTANAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2011 ABSTRAK

Lebih terperinci

VALUASI MANFAAT EKONOMI TAMAN ALUN-ALUN KOTA BANDUNG DENGAN TRAVEL COST METHOD

VALUASI MANFAAT EKONOMI TAMAN ALUN-ALUN KOTA BANDUNG DENGAN TRAVEL COST METHOD VALUASI MANFAAT EKONOMI TAMAN ALUN-ALUN KOTA BANDUNG DENGAN TRAVEL COST METHOD SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi sebagian syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Oleh: RIDWAN AZALI 2012110071 UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kota Cirebon terletak di bagian timur Provinsi Jawa Barat dan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Kota Cirebon terletak di bagian timur Provinsi Jawa Barat dan merupakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota Cirebon terletak di bagian timur Provinsi Jawa Barat dan merupakan daerah perbatasan antara Provinsi Jawa Barat dan Jawa Tengah. Kota Cirebon memiliki keragaman

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Nglambor Gunung Kidul. Tujuan penelitian tersebut adalah

BAB II LANDASAN TEORI. Nglambor Gunung Kidul. Tujuan penelitian tersebut adalah BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Penelitian Terdahulu Pratama (2016) melakukan penelitian dengan judul Valuasi Ekonomi Pariwisata Dengan Metode Biaya Perjalanan (Travel Cost Method) Di Pantai Nglambor Gunung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagai peringkat kedua Best of Travel 2010 (http://www.indonesia.travel).

BAB I PENDAHULUAN. sebagai peringkat kedua Best of Travel 2010 (http://www.indonesia.travel). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bali merupakan daerah tujuan wisata terdepan di Indonesia. The island of paradise, itulah julukan yang disandang Pulau Dewata. Siapa yang tidak tahu Bali, sebagai primadona

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berupa produk jasa lingkungan yang manfaatnya secara langsung bisa di rasakan

BAB I PENDAHULUAN. berupa produk jasa lingkungan yang manfaatnya secara langsung bisa di rasakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hutan merupakan sumberdaya alam dengan berbagai manfaat baik manfaat yang bersifat langsung maupun tidak langsung. Manfaat langsung berupa produk jasa lingkungan yang

Lebih terperinci

ANALISIS PERMINTAAN DAN SURPLUS KONSUMEN TAMAN WISATA ALAM SITU GUNUNG DENGAN METODE BIAYA PERJALANAN RANI APRILIAN

ANALISIS PERMINTAAN DAN SURPLUS KONSUMEN TAMAN WISATA ALAM SITU GUNUNG DENGAN METODE BIAYA PERJALANAN RANI APRILIAN ANALISIS PERMINTAAN DAN SURPLUS KONSUMEN TAMAN WISATA ALAM SITU GUNUNG DENGAN METODE BIAYA PERJALANAN RANI APRILIAN DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT

Lebih terperinci

Prinsip-Prinsip Dasar Ilmu Ekonomi untuk Kesehatan. Heni Wahyuni FEB UGM

Prinsip-Prinsip Dasar Ilmu Ekonomi untuk Kesehatan. Heni Wahyuni FEB UGM Prinsip-Prinsip Dasar Ilmu Ekonomi untuk Kesehatan Heni Wahyuni FEB UGM Microeconomic tools Production Possibility Frontier Ekuilibrium Kepuasan Konsumen Fungsi Produksi Pasar persaingan sempurna vs monopoli

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 16 November 1972 adalah warisan dari masa lampau, yang dinikmati saat ini dan

BAB I PENDAHULUAN. 16 November 1972 adalah warisan dari masa lampau, yang dinikmati saat ini dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Warisan budaya atau cultural haritage berdasarkan Konvensi UNESCO 16 November 1972 adalah warisan dari masa lampau, yang dinikmati saat ini dan akan diteruskan kepada

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Taman Nasional Karimunjawa yang terletak di Kabupaten Jepara, Provinsi Jawa Tengah. Penelitian ini dilaksanakan pada

Lebih terperinci

1 BAB I PENDAHULUAN. Upaya Pemerintah Kabupaten Malang meningkatkan kunjungan wisata

1 BAB I PENDAHULUAN. Upaya Pemerintah Kabupaten Malang meningkatkan kunjungan wisata 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Upaya Pemerintah Kabupaten Malang meningkatkan kunjungan wisata menuai hasil. Tahun 2014, jumlah kunjungan wisata ke wilayah Kabupaten Malang pemindahan hampir mencapai

Lebih terperinci

BAB VI VALUASI EKONOMI SUMBER DAYA CIKOROMOY DENGAN TRAVEL COST METHOD

BAB VI VALUASI EKONOMI SUMBER DAYA CIKOROMOY DENGAN TRAVEL COST METHOD 92 BAB VI VALUASI EKONOMI SUMBER DAYA CIKOROMOY DENGAN TRAVEL COST METHOD Sumber daya alam dan lingkungan tidak hanya memiliki nilai ekonomi tetapi juga mempunyai nilai ekologis dan nilai sosial. Dimana

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Faktor-faktor yang..., Muhammad Fauzi, FE UI, 2010.

BAB 1 PENDAHULUAN. Faktor-faktor yang..., Muhammad Fauzi, FE UI, 2010. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pasal 33 Ayat 3 Undang-Undang Dasar 1945 menyebutkan bahwa Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar

Lebih terperinci

WILLINGNESS TO PAY PENGGUNA ANGKUTAN UMUM UNTUK PELAYANAN BUS RAPID TRANSIT (BRT) KORIDOR I DI KOTA SURAKARTA: APLIKASI METODE CONTINGENT VALUATION

WILLINGNESS TO PAY PENGGUNA ANGKUTAN UMUM UNTUK PELAYANAN BUS RAPID TRANSIT (BRT) KORIDOR I DI KOTA SURAKARTA: APLIKASI METODE CONTINGENT VALUATION WILLINGNESS TO PAY PENGGUNA ANGKUTAN UMUM UNTUK PELAYANAN BUS RAPID TRANSIT (BRT) KORIDOR I DI KOTA SURAKARTA: APLIKASI METODE CONTINGENT VALUATION Skripsi Diajukan Guna Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Taman Wisata Alam Menurut PPAK (1987) Wisata Alam adalah bentuk kegiatan yang memanfaatkan potensi sumberdaya alam dan tata lingkungannya. Sedangkan berdasarkan UU No.5 1990

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara tropis dan maritim yang kaya akan sumber

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara tropis dan maritim yang kaya akan sumber BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara tropis dan maritim yang kaya akan sumber daya alam. Berada pada daerah beriklim tropis menjadikan Indonesia memiliki kekayaan alam yang sangat

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. dalam mengelola daerah serta mengoptimalkan sumber daya yang dimiliki. Hal ini

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. dalam mengelola daerah serta mengoptimalkan sumber daya yang dimiliki. Hal ini BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Sistem pemerintahan daerah di Indonesia dewasa ini memasuki paradigma baru di mana salah satu tujuan dari penyelenggaraan pemerintah adalah terciptanya good governance

Lebih terperinci

APLIKASI UTILITAS RANDOM DALAM PENGHITUNGAN NILAI EKONOMI TERHADAP PERUBAHAN KUALITAS PARIWISATA DI OBYEK WISATA BUKIT CINTA KABUPATEN SEMARANG

APLIKASI UTILITAS RANDOM DALAM PENGHITUNGAN NILAI EKONOMI TERHADAP PERUBAHAN KUALITAS PARIWISATA DI OBYEK WISATA BUKIT CINTA KABUPATEN SEMARANG F.11 APLIKASI UTILITAS RANDOM DALAM PENGHITUNGAN NILAI EKONOMI TERHADAP PERUBAHAN KUALITAS PARIWISATA DI OBYEK WISATA BUKIT CINTA KABUPATEN SEMARANG Sri Subanti 1*, Rara Sugiarti 2, Endang Widiyastuti

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Teoritis 3.1.1. Konsep Nilai Wisata dan Willingness To Pay Bermacam-macam teknik penilaian dapat digunakan untuk mengkuantifikasikan konsep dari nilai. Konsep dasar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dijakarta Pusat tepatnya Jalan Merdeka Barat 12. Museum Nasional Republik

BAB I PENDAHULUAN. dijakarta Pusat tepatnya Jalan Merdeka Barat 12. Museum Nasional Republik BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Museum Nasional Republik Indonesia adalah sebuah museum yang terletak dijakarta Pusat tepatnya Jalan Merdeka Barat 12. Museum Nasional Republik Indonesia merupakan

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN. 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Objek dan Daya Tarik Wisata

III. KERANGKA PEMIKIRAN. 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Objek dan Daya Tarik Wisata III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis yang dikaji dalam penelitian ini ditekankan pada objek dan daya tarik wisata, teknik pengukuran manfaat wisata alam dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan keanekaragaman budaya dan kesenian yang berbeda-beda di masing-masing

BAB I PENDAHULUAN. dengan keanekaragaman budaya dan kesenian yang berbeda-beda di masing-masing 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki keindahan luar biasa dengan keanekaragaman budaya dan kesenian yang berbeda-beda di masing-masing daerah

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN. 4.1 Lokasi dan Waktu. dan juga berlokasi tidak jauh dari pusat kota sehingga prospek pengelolaan dan

IV. METODE PENELITIAN. 4.1 Lokasi dan Waktu. dan juga berlokasi tidak jauh dari pusat kota sehingga prospek pengelolaan dan IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian dilakukan di objek wisata Pantai Mutun MS Town dan Pulau Tangkil yang terletak di Desa Mutun, Kecamatan Padang Cermin, Kelurahan Lempasing, Kabupaten

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan perkotaan yang signifikan merupakan wujud nyata pembangunan dalam perkembangan kawasan perkotaan. Perkembangan kawasan perkotaan tidak dapat dipungkiri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan penduduk yang tinggi dan pesatnya perkembangan kota, membutuhkan sarana dan prasarana untuk menunjang berbagai aktivitas masyarakat kota. Meningkatnya aktivitas

Lebih terperinci

3 METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan waktu penelitian 3.2 Metode Pengumpulan Data

3 METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan waktu penelitian 3.2 Metode Pengumpulan Data 3 METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan waktu penelitian Penelitian dilakukan di Pulau Pasi, Kabupatenn Kepulauann Selayar, Provinsi Sulawesi Selatan Bulan Juni 2010. Lokasi penelitian dapat dilihat pada Gambar

Lebih terperinci

Faktor - Faktor Yang Berpengaruh Terhadap Kesediaan Membayar Pengujung Terkait dengan Pengembangan Obyek Wisata Kabupaten Semarang

Faktor - Faktor Yang Berpengaruh Terhadap Kesediaan Membayar Pengujung Terkait dengan Pengembangan Obyek Wisata Kabupaten Semarang SEMINAR NASIONAL MATEMATIKA DAN PENDIDIKAN MATEMATIKA UNY 25 T - 28 Faktor - Faktor Yang Berpengaruh Terhadap Kesediaan Membayar Pengujung Terkait dengan Pengembangan Obyek Wisata Kabupaten Semarang Sri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perdagangan, kawasan industri, jaringan transportasi, serta sarana dan prasarana

BAB I PENDAHULUAN. perdagangan, kawasan industri, jaringan transportasi, serta sarana dan prasarana BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini, pembangunan perkotaan cenderung meminimalkan ruang terbuka hijau. Lahan terbuka hijau dialih fungsikan menjadi kawasan pemukiman, perdagangan, kawasan industri,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diberikan oleh pantai bisa didapat secara langsung dan tidak langsung. Manfaat yang

BAB I PENDAHULUAN. diberikan oleh pantai bisa didapat secara langsung dan tidak langsung. Manfaat yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pantai sebagai suatu ekosistem yang unik memiliki berbagai fungsi yang mampu memberikan manfaat bagi manusia yang tinggal di sekitarnya. Manfaat yang diberikan oleh

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian telah dilaksanakan di Desa Margasari, Kecamatan Labuhan Maringgai,

III. METODE PENELITIAN. Penelitian telah dilaksanakan di Desa Margasari, Kecamatan Labuhan Maringgai, 19 III. METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Pelaksanaan Penelitian telah dilaksanakan di Desa Margasari, Kecamatan Labuhan Maringgai, Kabupaten Lampung Timur pada bulan April Mei 2013. Peta lokasi penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk menikmati objek dan daya tarik wisata. Objek pariwisata dapat berupa

BAB I PENDAHULUAN. untuk menikmati objek dan daya tarik wisata. Objek pariwisata dapat berupa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 1990 tentang Kepariwisataan, wisata didefinisikan sebagai kegiatan perjalanan atau sebagian dari kegiatan tersebut

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. waktu tidak tertentu. Ruang terbuka itu sendiri bisa berbentuk jalan, trotoar, ruang

TINJAUAN PUSTAKA. waktu tidak tertentu. Ruang terbuka itu sendiri bisa berbentuk jalan, trotoar, ruang TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Ruang Terbuka Hijau Ruang terbuka adalah ruang yang bisa diakses oleh masyarakat baik secara langsung dalam kurun waktu terbatas maupun secara tidak langsung dalam kurun waktu

Lebih terperinci

POLA PEMANFAATAN DAN PELAYANAN ALUN-ALUN KOTA PATI BERDASARKAN PERSEPSI DAN PREFERENSI PENGUNJUNG TUGAS AKHIR TKPA 244

POLA PEMANFAATAN DAN PELAYANAN ALUN-ALUN KOTA PATI BERDASARKAN PERSEPSI DAN PREFERENSI PENGUNJUNG TUGAS AKHIR TKPA 244 POLA PEMANFAATAN DAN PELAYANAN ALUN-ALUN KOTA PATI BERDASARKAN PERSEPSI DAN PREFERENSI PENGUNJUNG TUGAS AKHIR TKPA 244 Oleh : INDRA KUMALA SULISTIYANI L2D 303 292 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pariwisata Menurut Yoeti (2006) pariwisata merupakan suatu perjalanan yang dilakukan secara perorangan maupun kelompok dari satu tempat ke tempat lain yang sifatnya sementara dan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta. daftar pertanyaan yang telah dipersiapkan terlebih dahulu.

BAB III METODE PENELITIAN. Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta. daftar pertanyaan yang telah dipersiapkan terlebih dahulu. BAB III METODE PENELITIAN A. Subjek Penelitian Subjek penelitiannya adalah para pengunjung di Kebun Raya dan Kebun Binatang Gembira Loka. Kebun Raya dan Kebun Binatang Gembira Loka terletak di Jl. Kebun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Bab pendahuluan menjelaskan kerangka awal dan tahapan pelaporan pelaksanaan penelitian untuk memberikan gambaran mengenai apa dan

BAB I PENDAHULUAN Bab pendahuluan menjelaskan kerangka awal dan tahapan pelaporan pelaksanaan penelitian untuk memberikan gambaran mengenai apa dan BAB I PENDAHULUAN Bab pendahuluan menjelaskan kerangka awal dan tahapan pelaporan pelaksanaan penelitian untuk memberikan gambaran mengenai apa dan bagaimana penelitian ini dengan menjabarkan latar belakang,

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. pendekatan biaya perjalanan (Travel Cost Method) sebesar

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. pendekatan biaya perjalanan (Travel Cost Method) sebesar BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa: 1. nilai ekonomi Objek Wisata Budaya Dusun Sasak Sade dengan menggunakan pendekatan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Cipondoh dan Kecamatan Pinang, Kota Tangerang. Penentuan lokasi sebagai

METODE PENELITIAN. Cipondoh dan Kecamatan Pinang, Kota Tangerang. Penentuan lokasi sebagai IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Situ Cipondoh yang terletak di Kecamatan Cipondoh dan Kecamatan Pinang, Kota Tangerang. Penentuan lokasi sebagai obyek

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Definisi Pariwisata Pariwisata mempunyai makna yakni perjalanan (Yoeti,1996). Pariwisata di sisi lain memiliki arti yang luas, yaitu perjalanan dari suatu tempat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keberadaan ruang terbuka hijau khususnya ruang terbuka hijau publik.

BAB I PENDAHULUAN. keberadaan ruang terbuka hijau khususnya ruang terbuka hijau publik. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Kota merupakan sistem jaringan kehidupan manusia yang ditandai dengan kepadatan penduduk yang tinggi dan diwarnai dengan strata sosial ekonomi yang heterogen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap pembangunan menimbulkan suatu dampak baik itu dampak terhadap ekonomi, kehidupan sosial, maupun lingkungan sekitar. DKI Jakarta sebagai kota dengan letak yang

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. kuantitas lingkungan. Menurut Reksohadiprodjo dan Karseno (2012: 43),

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. kuantitas lingkungan. Menurut Reksohadiprodjo dan Karseno (2012: 43), BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Salah satu indikator pertumbuhan ekonomi adalah perkembangan kota berupa pembangunan infrastruktur, namun sayangnya terdapat hal penting yang kerap terlupakan, yaitu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bangkitnya era otonomi daerah semakin memberikan peluang kepada setiap

BAB I PENDAHULUAN. Bangkitnya era otonomi daerah semakin memberikan peluang kepada setiap BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bangkitnya era otonomi daerah semakin memberikan peluang kepada setiap daerah untuk mengembangkan segala potensi yang dimiliki. Pemerintah daerah memiliki kuasa penuh

Lebih terperinci

Pancar termasuk tinggi. Proporsi responden mengenai penilaian terhadap tingkat. Persepsi Pengunjung Presentase (%) Tinggi.

Pancar termasuk tinggi. Proporsi responden mengenai penilaian terhadap tingkat. Persepsi Pengunjung Presentase (%) Tinggi. sebanyak 2% responden menyatakan masalah polusi suara di TWA Gunung Pancar termasuk tinggi. Proporsi responden mengenai penilaian terhadap tingkat kebisingan disajikan pada Tabel 25 berikut ini. Persepsi

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Kota Surabaya merupakan Kota terbesar kedua di Indonesia, dari data

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Kota Surabaya merupakan Kota terbesar kedua di Indonesia, dari data BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Kota Surabaya merupakan Kota terbesar kedua di Indonesia, dari data Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Surabaya tahun 2013, disebutkan jumlah penduduk Kota Surabaya sebesar

Lebih terperinci

EVALUASI MIKRO MAKRO PROYEK PARIWISATA DAN HOSPITALITY

EVALUASI MIKRO MAKRO PROYEK PARIWISATA DAN HOSPITALITY EVALUASI MIKRO MAKRO PROYEK PARIWISATA DAN HOSPITALITY EKONOMI WISATA Pertemuan 13 EVALUASI MIKRO-MAKRO PROYEK PARIWISATA DAN HOSPITALITY Pembahasan: Tourism Investment Appraisal Eksternalitas Pariwisata

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. kompleks dan produktif (Odum dan Odum, 1955). Secara alami, terumbu karang

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. kompleks dan produktif (Odum dan Odum, 1955). Secara alami, terumbu karang BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Terumbu karang merupakan ekosistem laut dangkal tropis yang paling kompleks dan produktif (Odum dan Odum, 1955). Secara alami, terumbu karang merupakan habitat bagi banyak

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Pembangunan Berkelanjutan Pembangunan ekonomi bertujuan untuk menaikkan tingkat hidup dan kesejahteraan rakyat dengan terpenuhinya kebutuhan dasar. Menurut

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang Masalah. dengan tahun 2004 mencapai 763 juta orang dan menghasilkan pengeluaran

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang Masalah. dengan tahun 2004 mencapai 763 juta orang dan menghasilkan pengeluaran BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Masalah Pariwisata internasional mencapai kondisi tertinggi sepanjang sejarah, dengan tahun 2004 mencapai 763 juta orang dan menghasilkan pengeluaran sebesar US$623 miliar

Lebih terperinci

VII. HASIL DAN PEMBAHASAN

VII. HASIL DAN PEMBAHASAN VII. HASIL DAN PEMBAHASAN 7.1. Analisis Kesediaan Membayar Responden Analisis kesediaan membayar dilakukan untuk mengetahui apakah responden bersedia atau tidak membayar daripada paket-paket wisata yang

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pariwisata Menurut undang-undang No. 10 tahun 2009, Pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata yang didukung oleh berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut (Hussen dalam Adrianto, 2010) Willingness to pay(wtp) pada

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut (Hussen dalam Adrianto, 2010) Willingness to pay(wtp) pada TINJAUAN PUSTAKA Konsep Penilaian Ekonomi Menurut (Hussen dalam Adrianto, 2010) Willingness to pay(wtp) pada dasarnya untuk mengukur nilai benefits dari sesuatudidasarkan atas perspektif manusia (individu),

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pariwisata masih menjadi basis perekonomian Provinsi Bali. Pariwisata

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pariwisata masih menjadi basis perekonomian Provinsi Bali. Pariwisata BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pariwisata masih menjadi basis perekonomian Provinsi Bali. Pariwisata Bali perlu dikembangkan lagi agar manfaat ekonomi yang diberikan lebih optimal. Pengembangan

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. Analisis Choice Modelling (CM) Penelitian ini dimulai pada tanggal 15 April 2016 sampai dengan tanggal 1 Mei 2016 di Hutan Mangrove Pasar Banggi, Rembang. Data diperoleh dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keanekaragaman alam, budaya, dan seni yang khas di pulau Bali tidak dapat

BAB I PENDAHULUAN. Keanekaragaman alam, budaya, dan seni yang khas di pulau Bali tidak dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keanekaragaman alam, budaya, dan seni yang khas di pulau Bali tidak dapat dipisahkan dari kegiatan keagamaan atau peribadatan masyarakatnya sebagai bentuk sikap kepatuhan

Lebih terperinci

VALUASI EKONOMI OBJEK WISATA MUSEUM PURBAKALA TRINIL DI KABUPATEN NGAWI (APLIKASI TCM)

VALUASI EKONOMI OBJEK WISATA MUSEUM PURBAKALA TRINIL DI KABUPATEN NGAWI (APLIKASI TCM) i VALUASI EKONOMI OBJEK WISATA MUSEUM PURBAKALA TRINIL DI KABUPATEN NGAWI (APLIKASI TCM) SKRIPSI Diajukan Guna Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Syarat-Syarat Untuk Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan

Lebih terperinci

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS WIRARAJA SUMENEP - MADURA

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS WIRARAJA SUMENEP - MADURA WILLINGNESS DAN ABILITY TO PAY STUDI KAWASAN PARIWISATA PANTAI SLOPENG, KABUPATEN SUMENEP, MADURA Moh. Harun 1, Anita Intan Nura Diana 2 1 Dosen Program Studi Teknik Sipil, Universitas Wiraraja email :

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian tentang ekowisata mengalami perkembangan dari waktu ke waktu. Namun

TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian tentang ekowisata mengalami perkembangan dari waktu ke waktu. Namun TINJAUAN PUSTAKA Konsep Wisata Alam Pengertian tentang ekowisata mengalami perkembangan dari waktu ke waktu. Namun pada hakekatnya, pengertian ekowisata adalah suatu bentuk wisata yang bertanggung jawab

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Subjek Penelitian Subjek pada penelitian ini adalah para pengunjung Hutan Mangrove, Pasar Banggi, Rembang. B. Jenis Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Analisis Dampak Ekonomi Kegiatan Wisata Bahari Kegiatan wisata alam adalah suatu kegiatan wisata yang memanfaatkan keberadaan sumberdaya alam sebagai atraksi utama. Kegiatan wisata

Lebih terperinci

Gambar 2. Peta Kabupaten Kuningan, Jawa Barat

Gambar 2. Peta Kabupaten Kuningan, Jawa Barat BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian yaitu Kabupaten Kuningan, Provinsi Jawa Barat. Alasan penentuan lokasi karena hutan Kabupaten Kuningan merupakan salah satu hutan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam dunia usaha akhir-akhir ini semakin ketat dan kemajuan di bidang

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam dunia usaha akhir-akhir ini semakin ketat dan kemajuan di bidang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Memasuki era globalisasi saat ini, menyebabkan persaingan yang terjadi dalam dunia usaha akhir-akhir ini semakin ketat dan kemajuan di bidang teknologi juga berlangsung

Lebih terperinci

VALUASI EKONOMI MANFAAT REKREASI TAMAN HUTAN RAYA IR. H. DJUANDA DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN TRAVEL COST METHOD MUTIARA INDAH SUSILOWATI

VALUASI EKONOMI MANFAAT REKREASI TAMAN HUTAN RAYA IR. H. DJUANDA DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN TRAVEL COST METHOD MUTIARA INDAH SUSILOWATI VALUASI EKONOMI MANFAAT REKREASI TAMAN HUTAN RAYA IR. H. DJUANDA DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN TRAVEL COST METHOD MUTIARA INDAH SUSILOWATI DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penelitian terkait analisis nilai sewa. Selain itu, dalam bab ini juga dijelaskan

BAB I PENDAHULUAN. penelitian terkait analisis nilai sewa. Selain itu, dalam bab ini juga dijelaskan BAB I PENDAHULUAN Bab ini membahas beberapa alasan yang melatarbelakangi dilakukannya penelitian terkait analisis nilai sewa. Selain itu, dalam bab ini juga dijelaskan rumusan masalah yang menjadi pokok

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ruang terbuka publik adalah satu ruang yang tidak terbangun dalam kota yang mempunyai fungsi untuk meningkatkan kualitas estetika, lingkungan, dan juga kesejahteraan

Lebih terperinci

BAB 5 SIMPULAN, KETERBATASAN, DAN SARAN. Penelitian ini digunakan untuk meneliti pengaruh intellectual capital terhadap kinerja

BAB 5 SIMPULAN, KETERBATASAN, DAN SARAN. Penelitian ini digunakan untuk meneliti pengaruh intellectual capital terhadap kinerja BAB 5 SIMPULAN, KETERBATASAN, DAN SARAN 5.1 Simpulan Penelitian ini digunakan untuk meneliti pengaruh intellectual capital terhadap kinerja keuangan perusahaan. VAIC digunakan sebagai pengukuran terhadap

Lebih terperinci

Jurnal Geodesi Undip Oktober 2016

Jurnal Geodesi Undip Oktober 2016 PEMANFAATAN NILAI WILLINGNESS TO PAY UNTUK PEMBUATAN PETA ZONA NILAI EKONOMI KAWASAN MENGGUNAKAN TRAVEL COST METHOD DAN CONTINGENT VALUATION METHOD DENGAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS (Studi Kasus : Kawasan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sebagai usaha mencari keseimbangan atau keserasian dan kebahagian dengan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sebagai usaha mencari keseimbangan atau keserasian dan kebahagian dengan 11 BAB II A. Landasan Teori TINJAUAN PUSTAKA 1. Definisi pariwisata Definisi pariwisata secara luas adalah perjalanan dari suatu tempat ke tempat lain, bersifat sementara, dilakukan perorangan maupun kelompok,

Lebih terperinci

ESTIMASI NILAI EKONOMI WISATA WARISAN BUDAYA CANDI BOROBUDUR, INDONESIA

ESTIMASI NILAI EKONOMI WISATA WARISAN BUDAYA CANDI BOROBUDUR, INDONESIA Jurnal Ekonomi dan Studi Pembangunan Volume 14, Nomor 1, April 2013, hlm.80-89 ESTIMASI NILAI EKONOMI WISATA WARISAN BUDAYA CANDI BOROBUDUR, INDONESIA Hermawan Badar Pusat Pengembangan Ekonomi, Fakultas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pesatnya perkembangan perekonomian di kota-kota besar dan metropolitan seperti DKI Jakarta diikuti pula dengan berkembangnya kegiatan atau aktivitas masyarakat perkotaan

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN. Berdasarkan hasil pembahasan dapat disimpulkan bahwa Taman Pintar telah

BAB VI KESIMPULAN. Berdasarkan hasil pembahasan dapat disimpulkan bahwa Taman Pintar telah BAB VI KESIMPULAN Berdasarkan hasil pengamatan, pembahasan dan temuan yang dihasilkan dalam kasus ruang publik anak di Kota Yogyakarta ini dapat dirumuskan bab kesimpulan dan saran meliputi ringkasan temuan,

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. terpanjang keempat di dunia setelah Amerika Serikat, Kanada, Rusia, dengan

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. terpanjang keempat di dunia setelah Amerika Serikat, Kanada, Rusia, dengan BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Menurut koreksi PBB tahun 2008, Indonesia merupakan negara berpantai terpanjang keempat di dunia setelah Amerika Serikat, Kanada, Rusia, dengan panjang garis pantainya

Lebih terperinci

PERSEPSI DAN PREFERENSI MASYARAKAT YANG BERAKTIVITAS DI KOTA LAMA SEMARANG DAN SEKITARNYA TERHADAP CITY WALK DI JALAN MERAK SEMARANG TUGAS AKHIR

PERSEPSI DAN PREFERENSI MASYARAKAT YANG BERAKTIVITAS DI KOTA LAMA SEMARANG DAN SEKITARNYA TERHADAP CITY WALK DI JALAN MERAK SEMARANG TUGAS AKHIR PERSEPSI DAN PREFERENSI MASYARAKAT YANG BERAKTIVITAS DI KOTA LAMA SEMARANG DAN SEKITARNYA TERHADAP CITY WALK DI JALAN MERAK SEMARANG TUGAS AKHIR Oleh : YUNIKE ELVIRA SARI L2D 002 444 JURUSAN PERENCANAAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. teknologi informasi memiliki dampak yang luas terutama pada bidang ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. teknologi informasi memiliki dampak yang luas terutama pada bidang ekonomi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di era globalisasi saat ini, ilmu pengetahuan dan teknologi informasi (iptek) telah mengalami perkembangan yang sangat pesat. Peran ilmu pengetahuan dan teknologi

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Spillane (1994) mendefinisikan pariwisata adalah kegiatan melakukan perjalanan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Spillane (1994) mendefinisikan pariwisata adalah kegiatan melakukan perjalanan 14 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Pariwisata Spillane (1994) mendefinisikan pariwisata adalah kegiatan melakukan perjalanan dengan tujuan mendapatkan kenikmatan, mencari kepuasan, mengetahui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Fristiawati, 2015 PENGEMBANGAN TAMAN RA. KARTINI SEBAGAI RUANG REKREASI PUBLIK DI KOTA CIMAHI

BAB I PENDAHULUAN. Fristiawati, 2015 PENGEMBANGAN TAMAN RA. KARTINI SEBAGAI RUANG REKREASI PUBLIK DI KOTA CIMAHI BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Keberadan ruang terbuka publik di dalam suatu kota semakin terbatas. Pembangunan gedung-gedung tinggi dan kawasan industri yang merupakan trademark dari kemajuan suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan manusia untuk ruang akan selalu bertambah, di sisi lain pasokan ruang

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan manusia untuk ruang akan selalu bertambah, di sisi lain pasokan ruang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan berjalannya waktu, pertambahan populasi menyebabkan kebutuhan manusia untuk ruang akan selalu bertambah, di sisi lain pasokan ruang tetap dan terbatas.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terjadinya pergeseran paradigma dari penekanan paradigma physical capital

BAB I PENDAHULUAN. terjadinya pergeseran paradigma dari penekanan paradigma physical capital BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan di dunia bisnis pada era modern saat ini, menuntut perusahaan untuk lebih inovatif, dalam menggunakan teknologi baru dan keterampilan karyawan dibandingkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Bab I. Pendahuluan

BAB 1 PENDAHULUAN. Bab I. Pendahuluan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kehidupan manusia yang beragam tidak terlepas dari berbagai aktifitas yang membutuhkan tempat untuk mewadahinya. Dalam arsitektur sering dikenal istilah space, atau

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Penelitian ini bertujuan untuk memberikan bukti empiris mengenai pengaruh variabel

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Penelitian ini bertujuan untuk memberikan bukti empiris mengenai pengaruh variabel 55 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Penelitian ini bertujuan untuk memberikan bukti empiris mengenai pengaruh variabel independen struktur modal, konservatisme laporan keuangan, profitabilitas

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. berusaha, memperluas kesempatan kerja, dan lain sebagainya (Yoeti, 2004).

I. PENDAHULUAN. berusaha, memperluas kesempatan kerja, dan lain sebagainya (Yoeti, 2004). I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Keragaman kekayaan sumber daya alam yang dimiliki bangsa Indonesia, seperti potensi alam, keindahan alam, flora dan fauna memiliki daya tarik untuk dikunjungi oleh wisatawan

Lebih terperinci

KERANGKA PEMIKIRAN P 1 0 Q 1. Kurva Opportunity Cost, Consumers Surplus dan Producers Surplus Sumber : Kahn (1998)

KERANGKA PEMIKIRAN P 1 0 Q 1. Kurva Opportunity Cost, Consumers Surplus dan Producers Surplus Sumber : Kahn (1998) III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Penelitian ini mengambil kerangka pemikiran teoritis dari berbagai penelusuran teori-teori yang relevan dengan permasalahan penelitian. Adapun kerangka

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Ekonomi Lingkungan. manusia dalam memanfaatkan lingkungan sedemikian rupa sehingga

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Ekonomi Lingkungan. manusia dalam memanfaatkan lingkungan sedemikian rupa sehingga BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Pengertian Ekonomi Lingkungan Ekonomi lingkungan adalah ilmu yang mempelajari tentang kegiatan manusia dalam memanfaatkan lingkungan sedemikian rupa sehingga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perlakuan bisnis di zaman sekarang menghadapi tantangan yang sangat berat dan beragam. Persaingan antar pelaku bisnis yang meningkat serta bertambahnya tuntutan

Lebih terperinci

Tugas Akhir Analisa Taman Menteng Sebagai Taman Kota Berdasarkan Kriteria Kualitas Taman, Jakarta Pusat BAB I PENDAHULUAN

Tugas Akhir Analisa Taman Menteng Sebagai Taman Kota Berdasarkan Kriteria Kualitas Taman, Jakarta Pusat BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang DKI Jakarta yang memiliki tingkat perkembangan yang tinggi mendorong minat investor untuk berinvestasi di kota metropolitan ini. Dengan kondisi yang demikian, DKI

Lebih terperinci