BAB III KERANGKA PEMIKIRAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB III KERANGKA PEMIKIRAN"

Transkripsi

1 BAB III KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka pemikiran dalam Studi ini dibuat guna menggambarkan alur pemikiran baik dengan menggunakan teori-teori dan pemikiran secara operasional Kerangka Pemikiran Teoritis Nilai Ekonomi Total untuk Nilai Keanekaragaman Hayati Konsep dalam pengukuran nilai dari keanekaragaman hayati dapat menggunakan konsep pengukuran dari nilai ekonomi sumberdaya, dimana secara tradisional nilai ini didasarkan pada interaksi antara manusia sebagai subjek dan objek (Pearce dan Moran, 1994; Turner, Pearce dan Bateman,1994). Setiap individu memiliki sejumlah nilai yang dikatakan sebagai nilai penguasaan yang merupakan basis preferensi individu. Pada akhirnya nilai objek ditentukan oleh bermacammacam nilai yang dinyatakan (assigned value) oleh individu. TEV = UV + NUV UV = DUV + IUV + OV NUV = EV + BV Sehingga : Keterangan : TEV UV NUV DUV IUV OV EV BV Nilai Ekonomi Total TEV = (DUV + IUV + BV) + (EV + BV) = Total Economic Value (total nilai ekonomi) = Use Value (nilai penggunaan) = Non Use Value (nilai instrinsik) = Direct Use Value (nilai penggunaan langsung) = Indirect Use Value (nilai penggunaan tak langsung) = Option Value (nilai pilihan) = Existence Value (nilai keberadaan) = Bequest Value (nilai warisan/kebanggaan) 27

2 Total nilai ekonomi suatu sumberdaya secara garis besar dapat dikelompokan menjadi 2 (dua), yaitu: nilai penggunaan (use value) dan nilai intrinsik (non use value) (Pearce dan Turner, 1990; Pearce dan Moran, 1994; Turner, Pearce dan Bateman, 1994). Nilai penggunaan (use value) dibagi menjadi nilai penggunaan langsung (direct use value), nilai penggunaan tidak langsung (indirect use value) dan nilai pilihan (option value). Nilai penggunaan diperoleh dari pemanfaatan aktual lingkungan (Turner, Pearce dan Bateman, 1994). Nilai penggunaan dari keanekaragaman hayati berhubungan dengan nilai non penggunaan karena masyarakat menggunakan atau masyarakat berharap akan memanfaatkan dimasa mendatang (Pearce dan Moran, 1994). Nilai Ekonomi Total Nilai Manfaat Nilai Bukan Manfaat Nilai guna langsung Nilai guna tidak langsung Nilai Pilihan Nilai Keberadaan Nilai Warisan Gambar 4. Nilai Ekonomi Total terhadap Nilai Keanekargaman Hayati (Pearce dan Moran, 1994). Nilai penggunaan langsung adalah nilai yang ditentukan oleh kontribusi lingkungan pada aliran produksi dan konsumsi (Munasinghe,1993). Nilai penggunaan langsung berkaitan dengan output yang langsung dapat dikonsumsi misalnya makanan, biomassa, rekreasi, dan kesehatan. Nilai penggunaan tidak langsung ditentukan oleh manfaat yang berasal dari jasa-jasa lingkungan dalam mendukung aliran produksi dan konsumsi. Nilai pilihan (option value) berkaitan dengan pilihan pemanfaatan lingkungan pada masa datang. Pernyataan preferensi (kesediaan membayar) untuk konservasi sistem lingkungan atau komponen sistem berhadapan dengan beberapa kemungkinan pemanfaatan oleh individu dikemudian hari. Ketidakpastian penggunaan dimasa datang berhubungan dengan ketidakpastian 28

3 penawaran lingkungan, teori ekonomi mengindikasikan bahwa nilai pilihan adalah kemungkinan positif (Turner et. Al, 1994). Nilai intrinsik dikelompokan menjadi dua bagian yaitu: nilai warisan (bequest value) dan nilai keberadaan (existence value). Nilai intrinsik berhubungan dengan kesediaan membayar positif, jika responden tidak bermaksud memanfaatkannya dan tidak ada keinginan untuk memanfaatkannya (Pearce dan Moran, 1994). Nilai warisan berhubungan dengan kesediaan membayar untuk melindungi manfaat lingkungan bagi generasi mendatang. Nilai warisan bukan nilai penggunaan untuk individu penilai, tetapi merupakan potensi penggunaan atau bukan penggunaan di masa datang (Turner et. Al, 1994). Nilai keberadaan muncul, karena adanya kepuasan atas keberadaan sumberdaya meskipun penilai tidak ada keinginan untuk memanfaatkannya. Dalam menentukan nilai manfaat langsung maupun nilai bukan manfaat langsung dari penilaian nilai total ekonomi sumberdaya alam yang tidak memiliki nilai pasar secara nyata, diperlukan teknik penilaian yang dapat memberikan nilai secara ekonomi. Penelitian ini menggunakan teknik Contingent Valuation. Pendekatan teknik Contingent Valuation pertama kali dikenalkan oleh Davis (1963) dalam penelitian mengenai perilaku perburuan (hunter) di Miami. Pendekatan CVM sering digunakan untuk mengukur nilai pasif (nilai non-pemanfaatan) sumberdaya alam atau sering juga dikenal dengan nilai keberadaan. CVM pada hakikatnya bertujuan untuk mengetahui: pertama, keinginan membayar (willingness to pay atau WTP) dari masyarakat, misalnya terhadap perbaikan kualitas lingkungan (air, udara, dsb) dan kedua, keinginan menerima (willingness to accept atau WTA) suatu lingkungan. Contingent Valuation Method merupakan salah satu teknik perhitungan yang didasarkan pada asumsi mengenai hak kepemilikan (Garrod dan Willis dalam Fauzi, 2010), jika individu yang ditanya tidak memiliki hak atas barang dan jasa yang dihasilkan dari sumberdaya alam, pengukuran yang relevan adalah keinginan membayar yang maksimum untuk memperoleh barang tersebut. Sebaliknya, jika individu yang kita tanya memiliki hak atas sumberdaya, pengukuran yang relevan 29

4 adalah keinginan untuk menerima kompensasi yang paling minimum atas hilang atau rusaknya sumberdaya alam yang dimiliki (Fauzi, 2010). Namun, pendekatan yang digunakan pada penelitian ini adalah pendekatan WTP. Penelitian dengan menggunakan teknik ini membutuhkan pertanyaanpertanyaan survei, implementasi dan seleksi sampel secara hati-hati untuk mendapatkan nilai yang akurat. Pada prinsipnya pelaksanaan metode Contingent Valuation (CV) terdiri dari tiga komponen utama yaitu: (1) Mendesain dan membangun instrumen survei (kuesioner). (2) Administrasi survei, dan (3) Interpretasi hasil survei. 1. Mendisain dan membangun instrumen survei Instrumen survei yang digunakan untuk mengukur variabel-variabel penelitian berupa daftar pertanyaan (kuesioner) yang pada dasarnya terdiri dari tiga elemen, yaitu: Pertama, bagian yang berisi penjelasan mengenai barang yang akan dinilai: Penjelasan tersebut berupa keterangan mengenai barang secara detail, nyata dan informatif. Yang terpenting dalam bagian ini adalah pemahaman responden terhadap barang yang akan dinilai secara mendetail, termasuk perbedaan kualitas atau jenis barang yang dinilai. Untuk itu cara menjelaskan barang dalam kuesioner contingent valuation dapat pula menggunakan alat bantu, seperti skema/diagram, foto, dan peta yang ditunjang penjelasan berupa uraian dengan bahasa yang sederhana. Kedua, bagian yang berisi pertanyaan mengenai WTP (kemauan untuk membayar) responden. Setelah responden memahami barang yang akan dinilai, selanjutnya adalah pertanyaan mengenai kemauan untuk membayar untuk setiap kenaikan atau perbaikan kualitas barang yang akan diterima. Selanjutnya pertanyaan yang diajukan harus memperhatikan bias yang mungkin timbul, antara lain: i) non commitment bias yaitu kecenderungan responden melebihlebihkan nilai WTP; ii) order effect yaitu kecenderungan menentukan nilai WTP produk tertentu dengan membandingkannya dengan produk yang lain; iii) embedding effect yaitu penilaian yang tidak jauh berbeda jika barang yang dinilai sedikit diubah; dan iv) starting point bias yaitu kesalahan menentukan nilai awal yang ditawarkan kepada responden. (Mitchell dan Carson, 1998). Ketiga, bagian terakhir dari kuesioner berisi pertanyaan mengenai karakteristik atau informasi demografi responden. Pertanyaan ini diperlukan untuk mengetahui latar belakang dan hal-hal yang mempengaruhi responden 30

5 dalam menentukan nilai WTP. Pertanyaan mengenai karakteristik responden, contohnya: penghasilan keluarga, jenis kelamin, usia, pendidikan, dan lain-lain. Kuesioner yang telah tersusun selanjutnya perlu diuji validitas dan reliabilitasnya. Validitas menunjukkan sejauh mana suatu alat dapat mengukur apa yang diinginkan. Reliabilitas menunjukkan sejauh mana kualitas/ketepatan dari suatu hasil pengukuran. Suatu instrumen dikatakan reliabilitasnya baik (reliable) jika hasil pengukurannya relatif konsisten meskipun pengukuran diulangi dua kali atau lebih. 2. Administrasi Survei Ada dua hal yang perlu diperhatikan dalam mengadministrasikan survei Contingent Valuation: (a) metode pengambilan sampel, dan (b) Tingkat efektifitas teknik penyebaran kuesioner (response rate). Metode pengambilan sampel. Metode pengambilan sampel yang digunakan dalam survei CV dibagi dalam dua tahap yaitu: i. Menentukan populasi penelitian, dan ii. Mengambil sampel dari populasi yang telah ditentukan dengan metode sampling yang memadai. Tingkat efektivitas penyebaran kuesioner (response rate). Response rate adalah indeks yang merupakan rasio antara jumlah kuesioner yang disebarkan dengan kuesioner yang kembali. Response rate ini tergantung pada metode pengajuan pertanyaan. Beberapa metode menyampaikan pertanyaan yaitu: wawancara langsung (face-to-face interview), melalui telepon, dan melalui surat. Untuk mendapatkan response rate yang tinggi karakteristik calon responden perlu dipahami terlebih dahulu. 3. Interpretasi Hasil Survei Interpretasi hasil survei contingent valuation bukan sekedar deskripsi sederhana mengenai rata-rata WTP dan ukuran populasi, tetapi harus dapat menjelaskan secara informatif berbagai dimensi yang lebih luas dari survei CV. Misalnya, (1) pemilihan metodologi estimasi CV, (2) ekstrapolasi nilai WTP yang hilang, (3) membangun skema pembobotan, (4) penentuan kriteria untuk menghilangkan data outlier, (5) analisis sensivitas (sensitivity analysis), dan (6) penjelasan hubungan antara variabel independen dengan WTP (Amack, 1994). 31

6 Metode Bertanya (Elicitation Methods) Untuk mendapatkan hasil survei yang akurat diperlukan teknik bertanya yang baik. Beberapa alternatif dalam mengajukan pertanyaan kepada responden adalah sebagai berikut: Open ended (pertanyaan terbuka). Closed ended bidding game (tawar menawar). Payment card (metode kartu pembayaran). Take-It-or-Leave-It atau dichotomous choice (pilihan dikotomi) dikembangkan juga Take-It-or-Leave-It with follow-up (pilihan dikotomi yang dilanjutkan). Contingent Ranking. Masing-masing metode tersebut mempunyai kelebihan dan kelemahan seperti yang akan dijelaskan berikut ini. Open Ended Metode open ended atau pertanyaan terbuka yaitu metode yang dilakukan dengan bertanya langsung kepada responden berapa jumlah maksimum yang ingin dibayar terhadap perubahan lingkungan. Kelebihan metode ini adalah responden tidak perlu diberi petunjuk yang bisa mempengaruhi nilai yang akan diberikan. Selain itu pertanyaan ini tidak menggunakan nilai awal yang akan ditawarkan, sehingga tidak akan timbul starting point bias. Kekurangan metode ini adalah kurang akurasinya nilai yang diberikan dan terlalu besar variasinya. Kadang terlalu rendah dan juga kadang terlalu tinggi. Para peneliti meragukan metode ini karena tidak memberikan stimulan dari informasi yang cukup terhadap responden untuk mempertimbangkan pembayaran maksimum yang akan diberikan jika pasarnya betul-betul tersedia. Penelitian dengan metode CV menunjukkan bahwa metode open ended menghasilkan nilai yang lebih rendah dibandingkan dengan metode tawar-menawar. Closed ended iterated bidding game Metode dengan menggunakan pertanyaan tertutup, dimana responden ditanya apakah dia mau membayar sejumlah uang tertentu yang diajukan sebagai titik 32

7 awal (starting point). Jika ya, maka besarnya nilai tawaran dinaikkan sampai tingkat yang disepakati. Sebaliknya jika tidak, nilai tawaran diturunkan sampai jumlah uang yang disepakati. Metode ini memberikan waktu berfikir lebih lama bagi responden untuk menentukan WTP. Namun demikian, dalam penentuan nilai yang dipilih ada kemungkinan mengandung bias karena penetapan titik awal (starting point bias). Contingent Ranking. Metode ini dianggap sebagai teknik baru. Responden tidak ditanya secara langsung berapa besar nilai yang ingin dibayarkan, tetapi responden diajukan ranking dari kombinasi kualitas lingkungan yang berbeda dan nilai moneternya. Kemudian responden diminta mengurut beberapa pilihan dari yang paling disukai sampai yang paling tidak disukai. Dengan metode ini kemungkinan terjadinya bias yang relatif kecil. Namun demikian, karena skalanya ordinal, dalam menerapkan metode ini dibutuhkan pengetahuan statistik yang sangat baik dan jumlah sampel yang besar. Take-it-or-leave-it approach. Dengan metode ini responden diminta memilih untuk menyatakan setuju atau tidak setuju terhadap suatu tawaran yang disodorkan ke responden. Metode ini dapat menghindari terjadinya starting point bias. Namun demikian, metode ini membutuhkan jumlah sampel yang besar dan kemampuan statistik yang relatif baik. Sebagai pengembangan dari metode ini terdapat metode Take-it-or-leave-it dengan follow up. Metode ini menawarkan nilai tertentu dan responden menjawab berupa "ya" atau "tidak". Bila responden menjawab ya selanjutnya nilai tawaran dinaikkan dengan nilai yang lebih tinggi dibandingkan tawaran pertama. Sedangkan bila responden menjawab tidak, maka nilai tawaran diturunkan lebih rendah dari tawaran pertama. Dan untuk melengkapi hasil survei agar dapat menghasilkan nilai riil (dalam bentuk rupiah) maka setelah tawaran kedua, kepada responden ditanya "Berapa maksimum uang yang bersedia Anda bayarkan untuk peningkatan kualitas lingkungan?". Payment Card Pada metode ini responden diminta memilih WTP yang realistik menurut preferensinya untuk beberapa hal yang ditawarkan dalam bentuk kartu. Mulanya metode ini diperkenalkan untuk mengatasi bias titik awal dari metode bidding game. 33

8 Untuk mengembangkan kualitas metode ini kadang-kadang diberikan semacam nilai patokan (benchmark) yang menggambarkan nilai yang dikeluarkan oleh orang dengan tingkat pendapatan tertentu bagi barang lingkungan yang lain. Kelebihan metode ini adalah memberikan semacam stimulan untuk membantu responden berpikir lebih leluasa tentang nilai maksimum yang akan diberikan tanpa harus terintimidasi dengan nilai tertentu, seperti pada metode tawar menawar. Kekurangannya adalah responden masih bisa terpengaruh oleh besaran nilai yang tertera pada kartu yang disodorkan. Untuk menerapkan metode ini dibutuhkan pengetahuan statistik yang relatif baik. Secara teori, kelima metode bertanya bisa diberikan perbandingan seperti terlihat pada tabel 1. Penilaian tersebut didasarkan pada lima kriteria yaitu: Kemampuan pencapaian Kesesuaian dengan keputusan penilaian yang ditekankan Potensi terjadinya bias Kesulitan estimasi Bersifat insentif dan kompatibel Tabel 1. Kelebihan dan Kelemahan Kelima Metode Penentuan Nilai WTP Kriteria Open ended Bidding Payment Dichotomous Contingent game card choice Ranking Penerapan W/T/P W/T W/P W/T/P W/T/P Kcsesuaian Rendah Menengah Menengah Tinggi Tinggi Kemungkian bias Tidak Ya Ya Ya Ya Kesulitan estimasi Tidak Tidak Tidak Ya Ya Kompatibel Tidak Tidak Tidak Ya Ya Keterangan : W = Wawancara langsung; T = melalui telepon; P = melalui pos Sumber: Hoevenagel (1994) dalam Yakin (1997) Kemungkinan Bias pada Metode Contingent Valuation Dalam pelaksanaan survei Contingent Valuation, peneliti akan selalu berupaya untuk menarik kesimpulan umum dari temuannya. Namun perlu disadari bahwa metode CV mengandung beberapa kesulitan yang dapat menimbulkan bias dalam penerapannya. Pada bagian ini akan diuraikan permasalahan dalam penerapan metode CV dan cara mengatasinya agar tidak menimbulkan bias. 34

9 Permasalahan yang khusus dalam metode Contingent Valuation antara lain (Pearce and Moran, 1994): 1. CV menimbulkan pertanyaan yang baru dan kompleks 2. CV menimbulkan problem netralitas dari pertanyaan. 3. Dalam beberapa metoda, judgment biases akan timbul pada beberapa jenis pertanyaan 4. Untuk pertanyaan tentang WTP mempunyai potensi bias akibat strategic behavior &. payment vehicles Secara terperinci kesulitan-kesulitan tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut: understanding & meaning Dalam hal ini timbul pertanyaan "Apakah responden benar-benar mengerti pertanyaan yang ditanyakan sehingga dapat menilai secara akurat?" context Setiap individu dapat berbeda dalam menilai sifat dari market goods. Sebagai contoh : Ada individu yang menilai 'Mall' sebagai tempat belanja dan ada individu yang menilai 'Mall' sebagai tempat rekreasi. Familiarity Setiap individu umumnya akan mengalami kesulitan untuk menilai barang baru yang tidak dikenalnya. Persepsi responden terhadap barang sangat dipengaruhi oleh kualitas informasi yang diperoleh. Mengurangi atau mengatasi permasalahan ini dapat dilakukan dengan menjelaskan barang tersebut secara terperinci, nyata dan informatif. Beberapa cara alternatif adalah sebagai berikut: a. Dengan menggunakan alat-alat bantu, seperti foto, peta, diagram, dan lainlain. Contoh: foto citra landsat, membantu responden untuk mengerti perbedaan perubahan penutupan lahan/hutan. b. Memberikan spesifikasi atau penjelasan cara pembayaran yang harus dilakukan oleh responden. c. Melakukan pretest materi kuesioner terhadap tipe responden yang serupa. 35

10 Pertimbangan yang bias ditemukan berhubungan dengan beberapa bias yang lain, sebagai berikut (Pearce and Moran, 1994) : Non-Commitment Bias Yaitu Responden cenderung melebih-lebihkan keinginan mereka untuk membeli suatu barang yang digambarkan kepada mereka. Hal ini bukan strategic response tetapi sebagai bentuk 'optimism bias' atau anchoring bias, misalnya: 'Produk ini akan sangat bernilai karena mereka menanyakan dan menggambarkannya kepada saya secara detail'. Metode untuk menguji adanya non-commitment bias ini adalah dengan menaikkan kesadaran tentang budget penawaran, yang disebut dengan metoda top-down disaggregations. Pada metode ini sesudah responden diminta untuk menetapkan nilai WTP dari suatu barang, maka selanjutnya mereka diingatkan tentang nilai perbandingannya dan diminta menetapkan WTP-nya kembali. Proses ini diulangi hingga tiga kali menetapkan nilai WTP, maka dapat terlihat konsistensi dari nilai WTP ini. Contoh: Setelah responden diminta untuk menetapkan nilai WTP untuk kasus tumpahan minyak, responden ditanyakan tentang nilai-nilai WTP dari proyek perlindungan lingkungan lainnya (misalnya nilai WTP perlindungan hutan). Selanjutnya ditanyakan kembali nilai WTP untuk tumpahan minyak kembali, biasanya WTP ini akan lebih kecil dari WTP ketika pertama kali ditetapkan. Pada kasus air bersih, responden diminta menetapkan WTP air bersih terlebih dahulu. Misalnya WTP-nya Rp Selanjutnya responden ditanya tentang hal-hal yang berkaitan dengan nilai air bersih (seperti: berapa harga pembelian air bersih?) maka ketika ditanyakan kembali nilai WTP air bersih akan terlihat adanya atau tidaknya bias dari konsistensi jawaban responden. Order Effect Jika responden diminta untuk menentukan nilai WTP suatu barang, setelah ia menentukan WTP dari barang yang lain, maka WTP dari barang yang kedua cenderung lebih kecil dari barang yang pertama. Hal ini dapat dijelaskan karena adanya efek pendapatan, efek substitusi, atau kombinasi dari keduanya. Efek 36

11 pendapatan berarti apabila individu telah menetapkan WTP dari barang pertama, maka berarti pendapatannya telah berkurang, sehingga kemampuannya untuk WTP kedua lebih kecil. Embedding Effect Penilaian individu hanya akan sedikit meningkat (tidak jauh berbeda) jika barang yang dinilai sedikit berubah. Contohnya: WTP dari kasus migrasi burung hanya akan sedikit lebih rendah dari WTP migrasi burung. Starting Point Bias Suatu bias yang muncul saat nilai awal ditawarkan kepada responden, seperti dalam metoda iterative bidding dan metode dichotomous choice Nilai Faktor Diskonto untuk Tumbuhan Sowang Hampir semua proyek mempunyai umur yang lebih dari satu tahun dan manfaat proyek tersebut tidak diterima seluruhnya pada suatu saat. Biaya proyek juga dikeluarkan dalam waktu yang berbeda-beda selama umur proyek yang bersangkutan. Karena itu timbul masalah dalam hal menilai manfaat dan biaya yang akan diterima pada suatu waktu yang akan datang. Perbedaan ini karena ada faktor ketidakpastian dan faktor diskonto, yang biasanya disamakan dengan tingkat bunga. Faktor ketidakpastian disebabkan karena setiap manusia tidak tahu secara pasti apa yang akan terjadi pada mendatang sedangkan manusia hanya tahu dengan pasti saat sekarang. Faktor diskonto dapat dijelaskan dengan konsep nilai uang yang akan datang (future value) dan nilai uang sekarang (present value) (Khan A. 2006). a. Konsep nilai uang yang akan datang Apabila mempunyai uang sebesar P 0 rupiah yang dibungakan terus menerus dengan tingkat diskonto i persen per tahun, maka hasil setelah t tahun (P t ) dapat dirumuskan sebagai berikut : P t = P 0 (1 + i) t dengan : Pt P 0 : nilai uang di masa datang : nilai uang sekarang 37

12 i t : tingkat diskonto : waktu (tahun) b. Konsep nilai uang sekarang Nilai uang yang akan diterima beberapa tahun yang akan datang nilainya tidak sama dengan apabila uang tersebut diterima saat ini. Nilai uang sekarang dapat dihitung dengan menggunakan konsep nilai uang sekarang (merupakan kebalikan dari Persamaan 1) seperti di bawah ini. P 0 = P t / (1 + i) t Kerangka Operasional Beberapa institusi atau organisasi membuat aturan atau mengelola masalahmasalah yang berkaitan dengan keanekaragaman hayati dan memiliki paling tidak beberapa mandat. Di masa depan tata kelola lingkungan global akan tetap melibatkan organisasi multilateral, nasional dan pemerintah bersama-sama dengan kelompok masyarakat. Hal tersebut merupakan keharusan, mengingat konsep pembangunan berkelanjutan mencakup demikian banyak disiplin dan isu. Hutan Indonesia memberikan sejumlah manfaat lingkungan global maupun lokal berupa nilai keanekaragaman hayati, atmosfer dan pengelolaan air; Keanekaragaman hayati dari Tumbuhan Sowang adalah spesies endemik di pulau Papua. Tumbuhan Sowang adalah tumbuhan yang tahan terhadap kebakaran, mampu bertunas dari batang setelah dibakar atau ditebang, tahan dari serangan hama perusak kayu termasuk penggerak kayu di air tawar maupun air laut. Di kawasan Jayapura, habitat Tumbuhan Sowang berada di sekitar kaki Pegunungan Cycloops. Bagi masyarakat di sekitar Pegunungan Cycloops, tumbuhan Sowang mempunyai nilai ekonomi untuk masyarakat yang secara langsung. Pola Pemanfaatan Tumbuhan Sowang masih dinilai dengan harga pasar yang relatif kecil, jika dilihat dari manfaat dan nilai keberadaannya yang sesungguhnya. Nilai sosial penggunaan Tumbuhan Sowang bagi masyarakat belum berarti dan juga masyarakat belum sadar akan pentingnya nilai dari Tumbuhan Sowang. Sampai saat ini masih terjadi penebangan 38

13 liar dan pembakaran hutan untuk pembukaan lahan perkebunan di kawasan Pegunungan Cycloops. Bagi masyarakat asli yang berada di kawasan Pegunungan Cycloops dalam menilai keberadaan Tumbuhan Sowang, sudah terdapat beberapa peraturan dan hukum adat yang melarang masyarakat asli untuk pengambilan Tumbuhan Sowang, yakni berupa ijin yang diberikan oleh Ondoafi dan Ketua adat. Masyarakat pendatang yang juga memanfaatkan secara langsung belum menghargai dan mentaati hukum negara serta larangan-larangan adat yang berlaku. Selain itu, karena tempat hidup dari Tumbuhan Sowang yang berada di kaki Pegunungan Cycloop, merupakan areal perluasan pembangunan Kabupaten dan Kotamadya Jayapura, maka habitat populasi Sowang selalu terganggu bahkan terjadi konversi lahan. Pada kondisi demikian terjadi penurunan jumlah populasi Sowang di Pegunungan Cycloops. Sebelum penelitian ini, belum pernah dilakukan studi tentang suatu penilaian dari segi ekonomi terhadap nilai keanekaragaman hayati Tumbuhan Sowang. Dari hasil penelitian ini diharapkan menjadi informasi awal mengenai suatu nilai ekonomi terhadap nilai keanekaragaman hayati Tumbuhan Sowang sehingga menjadi dasar bagi penelitian selanjutnya atau arah kebijakan dalam pengelolaan sumberdaya hayati terutama nilai keanekaragaman hayati yang ada di kawasan Pegunungan Cycloop. Berdasarkan pemikiran tersebut, maka dapat digambarkan kerangka pikir dari nilai keanekaragaman hayati dan arah kebijakan pengelolaan Tumbuhan Sowang di Pegunungan Cycloops pada gambar 5. 39

14 Masalah Penurunan jumlah Tumbuhan Sowang di Pegunungan Cycloop Identifikasi kondisi Tumbuhan sowang yang belum lengkap. Belum adanya nilai ekonomi untuk nilai keanekaragaman hayati Tumbuhan Sowang Peran masyarakat adat yang belum dilibatkan Pengelolaan keanekargaman hayati yang belum tepat Perlu Pengelolaan Berkelanjutan Ekonomi Sosial Budaya Pengambil Kebijakan ( Stakeholders) Metode CVM (WTP) Analisis Nilai Ekonomi Tumbuhan Sowang Peran Masyarakat Adat dalam pelestarian Tumbuhan Sowang Total Ekonomi Value (TEV) Faktor diskonto nilai ekonomi Tumbuhan Sowang Metode CVM (WTP) Nilai ekonomi keanekaragaman hayati Tumbuhan Sowang Pengelolaan berkelanjutan yang dikembangkan sesuai dengan nilai ekonomi potensi keanekaragaman hayati Pegunungan Cycloops Gambar 5. Kerangka Pemikiran 40

KERANGKA PEMIKIRAN P 1 0 Q 1. Kurva Opportunity Cost, Consumers Surplus dan Producers Surplus Sumber : Kahn (1998)

KERANGKA PEMIKIRAN P 1 0 Q 1. Kurva Opportunity Cost, Consumers Surplus dan Producers Surplus Sumber : Kahn (1998) III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Penelitian ini mengambil kerangka pemikiran teoritis dari berbagai penelusuran teori-teori yang relevan dengan permasalahan penelitian. Adapun kerangka

Lebih terperinci

KERANGKA PEMIKIRAN. akan digunakan dalam penelitian ini. Tahapan-tahapan metode CVM akan

KERANGKA PEMIKIRAN. akan digunakan dalam penelitian ini. Tahapan-tahapan metode CVM akan III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Analisis Willingness to Accept Willingness to Accept merupakan salah satu bagian dari metode CVM dan akan digunakan dalam penelitian ini. Tahapan-tahapan

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis merupakan konsep-konsep yang digunakan dalam penelitian ini. Terdapat tiga konsep pemikiran teoritis yang dibahas, yaitu:

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian telah dilaksanakan di Desa Margasari, Kecamatan Labuhan Maringgai,

III. METODE PENELITIAN. Penelitian telah dilaksanakan di Desa Margasari, Kecamatan Labuhan Maringgai, 19 III. METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Pelaksanaan Penelitian telah dilaksanakan di Desa Margasari, Kecamatan Labuhan Maringgai, Kabupaten Lampung Timur pada bulan April Mei 2013. Peta lokasi penelitian

Lebih terperinci

Contingent Valuation Method (CVM)

Contingent Valuation Method (CVM) Contingent Valuation Method (CVM) Kuliah Valuasi ESDAL Pertemuan Ke-8 2015/2016 Urgensi CVM (1) Contingent Valuation Methods (CVM) merupakan metode yang dianggap dapat digunakan untuk menghitung jasa-jasa

Lebih terperinci

VALUASI EKONOMI OLEH : NOVINDRA

VALUASI EKONOMI OLEH : NOVINDRA VALUASI EKONOMI OLEH : NOVINDRA PENDAHULUAN Penilaian terhadap barang lingkungan yg Non-Market mempunyai implikasi kebijakan yang penting. Dulu, barang tersebut dianggap bernilai nol atau bernilai rendah

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Pendekatan Analisis Kerugian Ekonomi Negara Pendekatan ini mengacu pada perubahan ekologi hutan Cycloops akibat penebangan liar sehingga

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Ekonomi Lingkungan. manusia dalam memanfaatkan lingkungan sedemikian rupa sehingga

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Ekonomi Lingkungan. manusia dalam memanfaatkan lingkungan sedemikian rupa sehingga BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Pengertian Ekonomi Lingkungan Ekonomi lingkungan adalah ilmu yang mempelajari tentang kegiatan manusia dalam memanfaatkan lingkungan sedemikian rupa sehingga

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. ekonomi. Dapat juga dikatakan bahwa sumberdaya adalah komponen dari

II. TINJAUAN PUSTAKA. ekonomi. Dapat juga dikatakan bahwa sumberdaya adalah komponen dari II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sumberdaya Alam dan Lingkungan Sumberdaya didefinisikan sebagai sesuatu yang dipandang memiliki nilai ekonomi. Dapat juga dikatakan bahwa sumberdaya adalah komponen dari ekosistem

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN. Contingent Valuation Method (CVM), eksternalitas, biaya produksi dan metode

III. KERANGKA PEMIKIRAN. Contingent Valuation Method (CVM), eksternalitas, biaya produksi dan metode III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis meliputi konsep ekonomi pencemaran, Contingent Valuation Method (CVM), eksternalitas, biaya produksi dan metode valuasi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. sectional. Penelitian ini merupakan penelitian observasional yang bersifat

BAB III METODE PENELITIAN. sectional. Penelitian ini merupakan penelitian observasional yang bersifat BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Jenis Penelitian adalah penelitian kuantitatif dengan rancangan cross sectional. Penelitian ini merupakan penelitian observasional yang bersifat

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. kemampuan untuk tumbuh dalam perairan asin. pada iklim tropis dan sub tropis saja. Menurut Bengen (2002) hutan mangrove

TINJAUAN PUSTAKA. kemampuan untuk tumbuh dalam perairan asin. pada iklim tropis dan sub tropis saja. Menurut Bengen (2002) hutan mangrove II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hutan Mangrove 1. Pengertian Hutan Mangrove Hutan mangrove merupakan komunitas vegetasi pantai tropis dan sub tropis, yang didominasi oleh beberapa jenis pohon mangrove mampu tumbuh

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Pengertian Pariwisata Pengertian istilah Pariwisata menurut Spillane (1991) adalah perjalanan yang bertujuan untuk mendapatkan kenikmatan, mencari kepuasan,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Pembangunan Berkelanjutan Pembangunan ekonomi bertujuan untuk menaikkan tingkat hidup dan kesejahteraan rakyat dengan terpenuhinya kebutuhan dasar. Menurut

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Teoritis 3.1.1. Konsep Nilai Wisata dan Willingness To Pay Bermacam-macam teknik penilaian dapat digunakan untuk mengkuantifikasikan konsep dari nilai. Konsep dasar

Lebih terperinci

BAB VII NILAI EKONOMI TUMBUHAN SOWANG

BAB VII NILAI EKONOMI TUMBUHAN SOWANG BAB VII NILAI EKONOMI TUMBUHAN SOWANG 7. 1. Nilai Ekonomi Total Tumbuhan Sowang Kelestarian dari keberadaan Tumbuhan Sowang di kawasan Pegunungan Cycloops ini perlu dijaga nilainya. Nilai ekonomi dari

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Nilai Sumberdaya Hutan Nilai merupakan persepsi manusia tentang makna suatu objek (sumberdaya hutan) bagi individu tertentu pada tempat dan waktu tertentu. Oleh karena

Lebih terperinci

ANALISIS WILLINGNESS TO ACCEPT. 7.1 Analisis Willingness To Accept dengan Pendekatan Metode Contingent Valuation Method

ANALISIS WILLINGNESS TO ACCEPT. 7.1 Analisis Willingness To Accept dengan Pendekatan Metode Contingent Valuation Method VII. ANALISIS WILLINGNESS TO ACCEPT 7.1 Analisis Willingness To Accept dengan Pendekatan Metode Contingent Valuation Method Teknik CVM didasarkan pada asumsi hak kepemilikan, jika individu yang ditanya

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN Asumsi dalam Pendekatan Willingness to Accept Responden. nilai WTA dari masing-masing responden adalah:

III. KERANGKA PEMIKIRAN Asumsi dalam Pendekatan Willingness to Accept Responden. nilai WTA dari masing-masing responden adalah: III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Teoritis 3.1.1 Asumsi dalam Pendekatan Willingness to Accept Responden Asumsi yang diperlukan dalam pelaksanaan pelaksanaan pengumpulan nilai WTA dari masing-masing

Lebih terperinci

Data aspek biofisik-kimia perairan terdiri dari :

Data aspek biofisik-kimia perairan terdiri dari : III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Pulau Waidoba, Kecamatan Kayoa Selatan, Kabupaten Halmahera Selatan Provinsi Maluku Utara dan untuk keperluan pengambilan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sebagai usaha mencari keseimbangan atau keserasian dan kebahagian dengan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sebagai usaha mencari keseimbangan atau keserasian dan kebahagian dengan 11 BAB II A. Landasan Teori TINJAUAN PUSTAKA 1. Definisi pariwisata Definisi pariwisata secara luas adalah perjalanan dari suatu tempat ke tempat lain, bersifat sementara, dilakukan perorangan maupun kelompok,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. lain-lain merupakan sumber daya yang penting dalam menopang hidup manusia.

I. PENDAHULUAN. lain-lain merupakan sumber daya yang penting dalam menopang hidup manusia. I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara kaya akan sumber daya alam baik sumber daya alam terbaharukan maupun tidak. Udara, lahan, air, minyak bumi, hutan dan lain-lain merupakan sumber

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. hutan mangrove non-kawasan hutan. Selain itu, adanya rehabilitasi hutan

METODE PENELITIAN. hutan mangrove non-kawasan hutan. Selain itu, adanya rehabilitasi hutan IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian ini berada di Kawasan Pesisir Pantai Tlanakan, Kecamatan Tlanakan, Kabupaten Pamekasan, Jawa Timur. Pemilihan lokasi dilakukan secara

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pariwisata Menurut undang-undang No. 10 tahun 2009, Pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata yang didukung oleh berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat,

Lebih terperinci

IV. METODOLOGI. Penelitian ini dilakukan di areal Hutan Tanaman Industri milik PT Musi

IV. METODOLOGI. Penelitian ini dilakukan di areal Hutan Tanaman Industri milik PT Musi 59 IV. METODOLOGI 4.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di areal Hutan Tanaman Industri milik PT Musi Hutan Persada (MHP) yang terletak Propinsi Sumatera Selatan. Penentuan lokasi ini

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. mengalir melalui sungai dan anak sungai yang bersangkutan (Kodoatie dan

TINJAUAN PUSTAKA. mengalir melalui sungai dan anak sungai yang bersangkutan (Kodoatie dan TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Daerah Aliran Sungai Daerah aliran sungai merupakan suatu kesatuan wilayah tata air yang terbentuk secara alamiah dimana semua air hujan yang jatuh ke daerah ini akan mengalir

Lebih terperinci

Bab III Metodologi Penelitian

Bab III Metodologi Penelitian Bab III Metodologi Penelitian III.1 Tahapan Penelitian Langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian ini dapat dilihat pada Gambar III.1 di bawah ini. Gambar III.1. Diagram Alir Penelitian 28 III.2 Waktu

Lebih terperinci

KONSEP DASAR VALUASI EKONOMI

KONSEP DASAR VALUASI EKONOMI KONSEP DASAR VALUASI EKONOMI Dr.Ir. Luky Adrianto, M.Sc. Yudi Wahyudin, S.Pi., M.Si. Makassar, 7-8 Juni 2007 ECONOMIC OF DISASTERS Sumber : Adger, et.al (2005) ECONOMICS OF EUTROPHICATION oligotrophic

Lebih terperinci

4. METODE PENELITIAN

4. METODE PENELITIAN 4. METODE PENELITIAN 4.1. Desain Penelitian Desain penelitian yang digunakan dalam menentukan nilai ekonomi total dari Hutan Kota Srengseng adalah menggunakan metoda penentuan nilai ekonomi sumberdaya

Lebih terperinci

VALUASI LINGKUNGAN. Valuasi Lingkungan (Contingent Valuation Method) 1

VALUASI LINGKUNGAN. Valuasi Lingkungan (Contingent Valuation Method) 1 VALUASI LINGKUNGAN A. Nilai Ekonomi Sumber Daya Alam dan Lingkungan Sebelum membahas mengenai konsep valuasi ekonomi, terlebih dahulu perlu dijelaskan mengenai konsep nilai ekonomi terhadap sumber daya.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Taman Nasional Karimunjawa yang terletak di Kabupaten Jepara, Provinsi Jawa Tengah. Penelitian ini dilaksanakan pada

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Sumberdaya air adalah bagian dari sistem Daerah Aliran Sungai (DAS) yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Sumberdaya air adalah bagian dari sistem Daerah Aliran Sungai (DAS) yang II. TINJAUAN PUSTAKA A. Sumberdaya Air Sumberdaya air adalah bagian dari sistem Daerah Aliran Sungai (DAS) yang antara lain terdiri dari sub sistem sumberdaya lahan, sumberdaya hutan, sumberdaya sosekbud,

Lebih terperinci

VALUASI EKONOMI SUMBERDAYA RUMPUT LAUT DI KOTA PALOPO

VALUASI EKONOMI SUMBERDAYA RUMPUT LAUT DI KOTA PALOPO Prosiding Seminar Nasional Volume 03, Nomor 1 ISSN 2443-1109 VALUASI EKONOMI SUMBERDAYA RUMPUT LAUT DI KOTA PALOPO Muhammad Arhan Rajab 1, Sumantri 2 Universitas Cokroaminoto Palopo 1,2 arhanrajab@gmail.com

Lebih terperinci

3 METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan waktu penelitian 3.2 Metode Pengumpulan Data

3 METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan waktu penelitian 3.2 Metode Pengumpulan Data 3 METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan waktu penelitian Penelitian dilakukan di Pulau Pasi, Kabupatenn Kepulauann Selayar, Provinsi Sulawesi Selatan Bulan Juni 2010. Lokasi penelitian dapat dilihat pada Gambar

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Nilai Ekonomi Sumberdaya Alam dan Lingkungan

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Nilai Ekonomi Sumberdaya Alam dan Lingkungan 9 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Nilai Ekonomi Sumberdaya Alam dan Lingkungan Nilai merupakan persepsi terhadap suatu objek pada tempat dan waktu tertentu. Sedangkan persepsi merupakan pandangan individu atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang mempunyai fungsi produksi, perlindungan dan pelestarian alam. Luas hutan

BAB I PENDAHULUAN. yang mempunyai fungsi produksi, perlindungan dan pelestarian alam. Luas hutan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hutan mangrove merupakan salah satu sumberdaya alam daerah pantai payau yang mempunyai fungsi produksi, perlindungan dan pelestarian alam. Luas hutan mangrove di

Lebih terperinci

Hutan di Indonesia memiliki peran terhadap aspek ekonomi, sosial maupun. (Reksohadiprodjo dan Brodjonegoro 2000).

Hutan di Indonesia memiliki peran terhadap aspek ekonomi, sosial maupun. (Reksohadiprodjo dan Brodjonegoro 2000). I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hutan di Indonesia memiliki peran terhadap aspek ekonomi, sosial maupun budaya. Namun sejalan dengan pertambahan penduduk dan pertumbuhan ekonomi, tekanan terhadap sumberdaya

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN. Kerangka pemikiran teoritis terdiri dari beberapa teori yang digunakan

III. KERANGKA PEMIKIRAN. Kerangka pemikiran teoritis terdiri dari beberapa teori yang digunakan III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis terdiri dari beberapa teori yang digunakan dalam penelitian. Penelitian ini menggunakan teori-teori yang sesuai dengan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Fauzi (2006), sumber daya didefinisikan sebagai sesuatu yang

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Fauzi (2006), sumber daya didefinisikan sebagai sesuatu yang TINJAUAN PUSTAKA Menurut Fauzi (2006), sumber daya didefinisikan sebagai sesuatu yang dipandang memiliki nilai ekonomi. Sumber daya itu sendiri memiliki dua aspek yakni aspek teknis yang memungkinkan bagaimana

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Air merupakan senyawa kimia yang sangat penting bagi kehidupan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Air merupakan senyawa kimia yang sangat penting bagi kehidupan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sumber Daya Air 2.1.1 Karakteristik Sumber Daya Air Air merupakan senyawa kimia yang sangat penting bagi kehidupan makhluk di bumi ini. Sumber daya air merupakan sumber daya

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 19 PENDAHULUAN Latar Belakang Kebun campuran sebagai salah satu contoh sistem agroforestry kompleks merupakan suatu sistem pemanfaatan lahan berbasiskan pada pengetahuan tradisional masyarakat yang telah

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kesediaan Membayar ( Willingness to Pay )

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kesediaan Membayar ( Willingness to Pay ) II. TINJAUAN PUSTAKA Kajian mengenai kesediaan membayar beras analog belum pernah dilakukan sebelumnya. Namun ada beberapa kajian yang terkait dengan topik Willingness to Pay khususnya dalam menilai manfaat

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 61 PENDAHULUAN Latar Belakang Sumberdaya alam hutan (SDAH) adalah faktor produksi dan konsumsi untuk kesejahteraan bangsa khususnya dan umat manusia pada umumnya. SDAH dalam memberikan manfaat kesejahteraan

Lebih terperinci

METODE VALUASI EKONOMI SUMBERDAYA LAHAN PERTANIAN

METODE VALUASI EKONOMI SUMBERDAYA LAHAN PERTANIAN METODE VALUASI EKONOMI SUMBERDAYA LAHAN PERTANIAN diabstraksikan dan dirangkum oleh: Prof Dr Ir Soemarno MS Bahan kajian untuk MK. Ekonomi Sumberdaya Alam PDIP PPS FPUB 2010 1 Pendahuluan Perubahan dalam

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Objek /Subjek Penelitian Ngebel. Objek pada penelitian ini yaitu para pengunjung objek wisata alam Telaga B. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kota Ponorogo tepatnya

Lebih terperinci

Gambar 2. Peta Kabupaten Kuningan, Jawa Barat

Gambar 2. Peta Kabupaten Kuningan, Jawa Barat BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian yaitu Kabupaten Kuningan, Provinsi Jawa Barat. Alasan penentuan lokasi karena hutan Kabupaten Kuningan merupakan salah satu hutan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. membutuhkan rumah sebagai tempat tinggal, tempat pendidikan keluarga dan

I. PENDAHULUAN. membutuhkan rumah sebagai tempat tinggal, tempat pendidikan keluarga dan I. PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Pemukiman sering menjadi masalah bagi setiap individu karena individu membutuhkan rumah sebagai tempat tinggal, tempat pendidikan keluarga dan pemberi ketentraman hidup.

Lebih terperinci

TUJUAN, TAHAPAN PELAKSANAAN DAN PENDEKATAN VALUASI

TUJUAN, TAHAPAN PELAKSANAAN DAN PENDEKATAN VALUASI TUJUAN, TAHAPAN PELAKSANAAN DAN PENDEKATAN VALUASI VALUASI EKONOMI SUMBERDAYA ALAM DAN LINGKUNGAN (ESL 434) DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN FONDASI VALUASI EKONOMI

Lebih terperinci

VALUASI EKONOMI: METODE KONTINJEN. Disiapkan oleh Arianto A. Patunru Untuk Program Pelatihan Analisis Biaya-Manfaat LPEM-FEUI, 2004.

VALUASI EKONOMI: METODE KONTINJEN. Disiapkan oleh Arianto A. Patunru Untuk Program Pelatihan Analisis Biaya-Manfaat LPEM-FEUI, 2004. VALUASI EKONOMI: METODE KONTINJEN Disiapkan oleh Arianto A. Patunru Untuk Program Pelatihan Analisis Biaya-Manfaat LPEM-FEUI, 2004. Disarikan dan diadaptasi dari: Kevin J. Boyle, 2003. Contingent Valuation

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Spillane (1994) mendefinisikan pariwisata adalah kegiatan melakukan perjalanan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Spillane (1994) mendefinisikan pariwisata adalah kegiatan melakukan perjalanan 14 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Pariwisata Spillane (1994) mendefinisikan pariwisata adalah kegiatan melakukan perjalanan dengan tujuan mendapatkan kenikmatan, mencari kepuasan, mengetahui

Lebih terperinci

Jurnal Geodesi Undip Januari 2016

Jurnal Geodesi Undip Januari 2016 PEMANFAATAN NILAI WILLINGNESS TO PAY DALAM PERHITUNGAN NILAI EKONOMI KAWASAN (Studi Kasus : Candi Gedong Songo, Vihara Buddhagaya Watugong, Dan Masjid Agung Jawa Tengah) Suwirdah Pebriyanah, Sawitri Subiyanto,

Lebih terperinci

36 2. Menghitung kerugian ekonomi perubahan ekologi CPAD dan tambak sekitarnya akibat kenaikan muka laut 3. Mengidentifikasi upaya peningkatan resilie

36 2. Menghitung kerugian ekonomi perubahan ekologi CPAD dan tambak sekitarnya akibat kenaikan muka laut 3. Mengidentifikasi upaya peningkatan resilie 35 3. METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian prediksi dampak kenaikan muka lauit ini dilakukan di Cagar Alam Pulau Dua (CAPD) dan kawasan penyangga di sekitarnya dengan batasan wilayah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Faktor-faktor yang..., Muhammad Fauzi, FE UI, 2010.

BAB 1 PENDAHULUAN. Faktor-faktor yang..., Muhammad Fauzi, FE UI, 2010. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pasal 33 Ayat 3 Undang-Undang Dasar 1945 menyebutkan bahwa Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif yang berfokus

IV. METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif yang berfokus 1 IV. METODE PENELITIAN 4.1. Pendekatan Penelitian Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif yang berfokus pada penjelasan tentang analisa internalisasi dampak eksternalitas yang ditimbulkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I1 Latar Belakang Sebagaimana Peraturan Presiden Nomor 10 Tahun 2006, Badan Pertanahan Nasional harus menyelenggarakan kebijakan dan pengelolaan pertanahan secara nasional, regional,

Lebih terperinci

METODE VALUASI EKONOMI SUMBERDAYA ALAM

METODE VALUASI EKONOMI SUMBERDAYA ALAM METODE VALUASI EKONOMI SUMBERDAYA ALAM Dr.Ir. Luky Adrianto, M.Sc. Yudi Wahyudin, S.Pi., M.Si. Makassar, 7-8 Juni 2007 APA ITU VALUASI EKONOMI Valuasi ekonomi adalah sebuah pendekatan yang digunakan untuk

Lebih terperinci

Valuasi Ekonomi Dalam Pengembangan Ekowisata Berbasis Sumberdaya Penyu di Kampung Baru Desa Sebong Lagoi Kabupaten Bintan

Valuasi Ekonomi Dalam Pengembangan Ekowisata Berbasis Sumberdaya Penyu di Kampung Baru Desa Sebong Lagoi Kabupaten Bintan Valuasi Ekonomi Dalam Pengembangan Ekowisata Berbasis Sumberdaya Penyu di Kampung Baru Desa Sebong Lagoi Kabupaten Bintan Priyanti Junia Pratiwi, Winny Retna Melani, Fitria Ulfah. Juniapratiwi2406@gmail.com

Lebih terperinci

BAB III. METODE PENELITIAN

BAB III. METODE PENELITIAN BAB III. METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan pada lokasi hutan mangrove yang ada diwilayah Kecamatan Pangkalan Susu Kabupaten Langkat sebagaima tercantum dalam peta lokasi

Lebih terperinci

Jurnal Geodesi Undip April 2016

Jurnal Geodesi Undip April 2016 ANALISIS NILAI EKONOMI KAWASAN CAGAR BUDAYA KERATON DI KOTA CIREBON BERDASARKAN WTP (WILLINGNESS TO PAY) DENGAN PENDEKATAN TCM (TRAVEL COST METHOD) DAN CVM (CONTINGENT VALUATION METHOD) Aditya Dharmawan,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 13 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Dahuri (1996) dalam Syakya (2005) menyatakan garis besar konsep pembangunan berkelanjutan mempunyai empat dimensi: 1. Dimensi ekologis yaitu bagaimana mengelola kegiatan pembangunan

Lebih terperinci

VALUASI EKONOMI: UMUM. Disiapkan oleh Arianto A. Patunru Untuk Program Pelatihan Analisis Biaya-Manfaat LPEM-FEUI, 2004.

VALUASI EKONOMI: UMUM. Disiapkan oleh Arianto A. Patunru Untuk Program Pelatihan Analisis Biaya-Manfaat LPEM-FEUI, 2004. VALUASI EKONOMI: UMUM Disiapkan oleh Arianto A. Patunru Untuk Program Pelatihan Analisis Biaya-Manfaat LPEM-FEUI, 2004. Disarikan dan diadaptasi dari: A. Myrick Freeman III, 2003. Economic Valuation: What

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. udara bersih dan pemandangan alam yang indah. Memanfaatkan sumberdaya alam dan lingkungan seperti hutan lindung sebagai

BAB I PENDAHULUAN. udara bersih dan pemandangan alam yang indah. Memanfaatkan sumberdaya alam dan lingkungan seperti hutan lindung sebagai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hutan merupakan sumber daya alam dengan beragam manfaat, berupa manfaat yang bersifat langsung maupun manfaat tidak langsung. Produk hutan yang dapat dinikmati secara

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. kayu, rotan, getah, dan lain-lain, tetapi juga memiliki nilai lain berupa jasa

I. PENDAHULUAN. kayu, rotan, getah, dan lain-lain, tetapi juga memiliki nilai lain berupa jasa I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hutan merupakan asset multi guna yang tidak saja menghasilkan produk seperti kayu, rotan, getah, dan lain-lain, tetapi juga memiliki nilai lain berupa jasa lingkungan.

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Sebagian besar perekonomian Provinsi Bali ditopang oleh

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Sebagian besar perekonomian Provinsi Bali ditopang oleh BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Sebagian besar perekonomian Provinsi Bali ditopang oleh sektor pariwisata. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Bali, sektor pariwisata memberikan kontribusi

Lebih terperinci

INTANGIBLE VALUE HUTAN RAKYAT YANG TIDAK PERNAH DIPERHITUNGKAN OLEH MASYARAKAT GIRIWOYO, WONOGIRI

INTANGIBLE VALUE HUTAN RAKYAT YANG TIDAK PERNAH DIPERHITUNGKAN OLEH MASYARAKAT GIRIWOYO, WONOGIRI LAPORAN AKHIR PKM-P INTANGIBLE VALUE HUTAN RAKYAT YANG TIDAK PERNAH DIPERHITUNGKAN OLEH MASYARAKAT GIRIWOYO, WONOGIRI Disusun oleh: Hilman Firdaus H44090076/2009 Abida Hadi H44090065/2009 Lepi Asmala Dewi

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN 21 III. KERANGKA PEMIKIRAN Pengelolaan DAS pada dasarnya bertujuan untuk pembangunan berkelanjutan (sustainability development) yaitu pertumbuhan ekonomi masyarakat sekitar, pemerataan kesejahteraan masyarakat

Lebih terperinci

PDRB HIJAU (KONSEP DAN METODOLOGI )

PDRB HIJAU (KONSEP DAN METODOLOGI ) PDRB HIJAU (KONSEP DAN METODOLOGI ) Oleh: M. Suparmoko Materi disampaikan pada Pelatihan Penyusunan PDRB Hijau dan Perencanaan Kehutanan Berbasis Penataan Ruang pada tanggal 4-10 Juni 2006 1 Hutan Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sektor lain untuk berkembang karena kegiatan pada sektor-sektor lain

BAB I PENDAHULUAN. sektor lain untuk berkembang karena kegiatan pada sektor-sektor lain BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pariwisata merupakan salah satu sektor yang perkembangannya memicu sektor lain untuk berkembang karena kegiatan pada sektor-sektor lain menghasilkan produk-produk yang

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di daerah hulu dan hilir Sungai Musi, yang

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di daerah hulu dan hilir Sungai Musi, yang IV. METODE PENELITIAN 4.1. Pemilihan Lokasi dan waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di daerah hulu dan hilir Sungai Musi, yang terletak di kota Palembang Sumatera Selatan. Penentuan lokasi dilakukan

Lebih terperinci

MG-3 KONSEP PENILAIAN EKONOMI SUMBER DAYA HUTAN

MG-3 KONSEP PENILAIAN EKONOMI SUMBER DAYA HUTAN MG-3 KONSEP PENILAIAN EKONOMI SUMBER DAYA HUTAN Dr. Meti Ekayani, S.Hut, M.Sc Asti Istiqomah, SP, MS EKONOMI KEHUTANAN ESL 325 (3-0) PENTINGNYA VALUASI SDH 1. Hutan merupakan aset SDA, dimana nilai aset

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA PENDEKATAN TEORI

BAB II KERANGKA PENDEKATAN TEORI BAB II KERANGKA PENDEKATAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Pengertian Valuasi, IrigasI, Usahatani, dan Padi a. Valuasi Mburu (2007) dalam Arobi dan Razif (2013) mendefinisikan valuasi sebagai usaha untuk

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Teoritis 3.1.1. Pasar Wisata Alam Langkah awal dalam melakukan analisis pengembangan wisata alam berkelanjutan adalah analisis pasar wisata alam yaitu analisis penawaran,

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di tiga kelurahan (Kelurahan Hinekombe, Kelurahan Sentani Kota, dan Kelurahan Dobonsolo) sekitar kawasan CAPC di Distrik

Lebih terperinci

PENGENALAN KONSEP ANALISIS BIAYA-MANFAAT DAN LINGKUNGAN PERTEMUAN 5 VALUASI EKONOMI SUMBERDAYA ALAM DAN LINGUNGAN 2011/2012

PENGENALAN KONSEP ANALISIS BIAYA-MANFAAT DAN LINGKUNGAN PERTEMUAN 5 VALUASI EKONOMI SUMBERDAYA ALAM DAN LINGUNGAN 2011/2012 PENGENALAN KONSEP ANALISIS BIAYA-MANFAAT DAN LINGKUNGAN PERTEMUAN 5 VALUASI EKONOMI SUMBERDAYA ALAM DAN LINGUNGAN 2011/2012 Cost Benefit Analysis (CBA) THE BASIC IDEA (1) Analisis biaya-manfaat lingkungan

Lebih terperinci

METODE PENILAIAN EKONOMI SUMBERDAYA KAWASAN

METODE PENILAIAN EKONOMI SUMBERDAYA KAWASAN METODE PENILAIAN EKONOMI SUMBERDAYA KAWASAN Yudi Wahyudin, S.Pi., M.Si. Bogor, 28 Juni 2007 APA ITU VALUASI EKONOMI Valuasi ekonomi adalah sebuah pendekatan yang digunakan untuk menilai secara riil harga

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Subjek Penelitian Subjek pada penelitian ini adalah para pengunjung Hutan Mangrove, Pasar Banggi, Rembang. B. Jenis Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 11 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Hutan Pendidikan Gunung Walat (HPGW) dan Desa Hegarmanah, Kecamatan Cicantayan dan Cibadak, Kabupaten Sukabumi, Provinsi

Lebih terperinci

VIII. ANALISIS HIRARKI PROSES (AHP)

VIII. ANALISIS HIRARKI PROSES (AHP) 88 VIII. ANALISIS HIRARKI PROSES (AHP) Kerusakan hutan Cycloops mengalami peningkatan setiap tahun dan sangat sulit untuk diatasi. Kerusakan tersebut disebabkan oleh aktivitas masyarakat yang tinggal di

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN Konsep Kesediaan untuk Menerima (Willingness to Accept/WTA)

III. KERANGKA PEMIKIRAN Konsep Kesediaan untuk Menerima (Willingness to Accept/WTA) III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Teoritis 3.1.1 Konsep Kesediaan untuk Menerima (Willingness to Accept/WTA) Willingness to Accept (WTA) menunjukkan seberapa kemampuan individu menerima kerusakan yang

Lebih terperinci

Jurnal Geodesi Undip Januari 2016

Jurnal Geodesi Undip Januari 2016 PEMBUATAN PETA ZNEK DENGAN TRAVEL COST METHOD DAN CONTINGEN VALUATION METHOD MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS (Studi Kasus : Candi Borobudur) Annisa Usolikhah, Sawitri Subiyanto, Bambang Sudarsono

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ekonomi lingkungan atau ilmu ekonomi lingkungan merupakan ilmu yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ekonomi lingkungan atau ilmu ekonomi lingkungan merupakan ilmu yang II. TINJAUAN PUSTAKA A. Ekonomi Lingkungan Ekonomi lingkungan atau ilmu ekonomi lingkungan merupakan ilmu yang mempelajari perilaku atau kegiatan manusia dalam memanfaatkan sumber daya alam (SDA) dan keadaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berupa produk jasa lingkungan yang manfaatnya secara langsung bisa di rasakan

BAB I PENDAHULUAN. berupa produk jasa lingkungan yang manfaatnya secara langsung bisa di rasakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hutan merupakan sumberdaya alam dengan berbagai manfaat baik manfaat yang bersifat langsung maupun tidak langsung. Manfaat langsung berupa produk jasa lingkungan yang

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Analisis Dampak Ekonomi Kegiatan Wisata Bahari Kegiatan wisata alam adalah suatu kegiatan wisata yang memanfaatkan keberadaan sumberdaya alam sebagai atraksi utama. Kegiatan wisata

Lebih terperinci

STUDI EVALUASI PENETAPAN KAWASAN KONSERVASI TAMAN NASIONAL BUKIT TIGAPULUH (TNBT) KABUPATEN INDRAGIRI HULU - RIAU TUGAS AKHIR

STUDI EVALUASI PENETAPAN KAWASAN KONSERVASI TAMAN NASIONAL BUKIT TIGAPULUH (TNBT) KABUPATEN INDRAGIRI HULU - RIAU TUGAS AKHIR STUDI EVALUASI PENETAPAN KAWASAN KONSERVASI TAMAN NASIONAL BUKIT TIGAPULUH (TNBT) KABUPATEN INDRAGIRI HULU - RIAU TUGAS AKHIR Oleh: HERIASMAN L2D300363 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pariwisata Menurut Yoeti (2006) pariwisata merupakan suatu perjalanan yang dilakukan secara perorangan maupun kelompok dari satu tempat ke tempat lain yang sifatnya sementara dan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. 3. Sebagai penghalang sampainya air ke bumi melalui proses intersepsi.

TINJAUAN PUSTAKA. 3. Sebagai penghalang sampainya air ke bumi melalui proses intersepsi. TINJAUAN PUSTAKA Fungsi Hutan Sebagai Pengatur Tata Air Menurut fungsinya hutan mempunyai fungsi konservasi, fungsi lindung dan fungsi produksi. Hutan yang mempunyai fungsi konservasi adalah kawasan hutan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Banjir adalah peristiwa meluapnya air yang menggenangi permukaan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Banjir adalah peristiwa meluapnya air yang menggenangi permukaan II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Banjir Banjir adalah peristiwa meluapnya air yang menggenangi permukaan tanah, dengan ketinggian melebihi batas normal. Banjir umumnya terjadi pada saat aliran air melebihi volume

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Indonesia, Brazil, Kolombia, dan Zaire adalah empat negara terkaya di dunia dalam hal keanekaragaman hayati dan disebut megadiversitas. Indonesia dan Meksiko adalah

Lebih terperinci

ANALISIS KEMAUAN MEMBAYAR MASYARAKAT PERKOTAAN UNTUK JASA PERBAIKAN LINGKUNGAN, LAHAN DAN AIR ( Studi Kasus DAS Citarum Hulu) ANHAR DRAKEL

ANALISIS KEMAUAN MEMBAYAR MASYARAKAT PERKOTAAN UNTUK JASA PERBAIKAN LINGKUNGAN, LAHAN DAN AIR ( Studi Kasus DAS Citarum Hulu) ANHAR DRAKEL ANALISIS KEMAUAN MEMBAYAR MASYARAKAT PERKOTAAN UNTUK JASA PERBAIKAN LINGKUNGAN, LAHAN DAN AIR ( Studi Kasus DAS Citarum Hulu) ANHAR DRAKEL SEKOLAH PASCSARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008 PERNYATAAN

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN. angka-angka statistik sering dijadikan sebagai alat untuk memahami

III. KERANGKA PEMIKIRAN. angka-angka statistik sering dijadikan sebagai alat untuk memahami 44 III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Perkembangan suatu wilayah dapat dinilai mengalami kemajuan atau mengalami kemunduran dengan melihat beberapa indikator tertentu. Struktur dan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 22 PENDAHULUAN Latar Belakang Fenomena kerusakan sumberdaya hutan (deforestasi dan degradasi) terjadi di Indonesia dan juga di negara-negara lain, yang menurut Sharma et al. (1995) selama periode 1950-1980

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN. permukaan air laut (rob). Fenomena ini berdampak pada kehidupan masyarakat

III. KERANGKA PEMIKIRAN. permukaan air laut (rob). Fenomena ini berdampak pada kehidupan masyarakat III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Perubahan iklim merupakan implikasi dari kegiatan manusia yang menyebabkan peningkatan suhu bumi. Hal ini menjadi faktor pemicu mencairnya lapisan es di kawasan

Lebih terperinci

Orientasi adalah usaha peninjauan untuk menentukan sikap (arah, tempat, dan sebagainya) yang tepat dan benar (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1989).

Orientasi adalah usaha peninjauan untuk menentukan sikap (arah, tempat, dan sebagainya) yang tepat dan benar (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1989). BAB II METODE KAJIAN 2.1. Pengertian Rekonstruksi, dari kata re : kembali, dan konstruksi : susunan, model, atau tata letak suatu bangunan (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1989), dalam hal ini rekonstruksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara kepulauan yang memiliki berbagai macam

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara kepulauan yang memiliki berbagai macam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia adalah negara kepulauan yang memiliki berbagai macam kekayaan sumber daya alam. Keberagaman potensi alam, flora, fauna serta berbagai macam budaya, adat istiadat,

Lebih terperinci

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN. Peningkatan jumlah industri ini diikuti oleh penambahan jumlah limbah, baik

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN. Peningkatan jumlah industri ini diikuti oleh penambahan jumlah limbah, baik VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1 Analisis Eksternalitas Negatif yang Timbul dari Pencemaran Sungai Musi Akibat Kegiatan Industri Daerah Aliran Sungai adalah suatu wilayah penerima air hujan yang dibatasi oleh

Lebih terperinci

Jurnal Geodesi Undip Januari 2017

Jurnal Geodesi Undip Januari 2017 PEMBUATAN PETA ZONA NILAI EKONOMI KAWASAN (ZNEK) MENGGUNAKAN TCM (TRAVEL COST METHOD) DAN CVM (CONTINGENT VALUATION METHOD) BERBASIS SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS (Studi Kasus : Candi Prambanan) Hisni Theresia

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI MANFAAT HUTAN MANGROVE DI KABUPATEN BARRU

KAJIAN EKONOMI MANFAAT HUTAN MANGROVE DI KABUPATEN BARRU KAJIAN EKONOMI MANFAAT HUTAN MANGROVE DI KABUPATEN BARRU Andi Nur Apung Massiseng Universitas Cokroaminoto Makassar e-mail : andinur_pasca@yahoo.com Abstrak Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menyelidiki

Lebih terperinci

PENILAIAN EKONOMI DAN KONSEP WTP vs WTA VALUASI EKONOMI SDAL PERTEMUAN KE /2016

PENILAIAN EKONOMI DAN KONSEP WTP vs WTA VALUASI EKONOMI SDAL PERTEMUAN KE /2016 PENILAIAN EKONOMI DAN KONSEP WTP vs WTA VALUASI EKONOMI SDAL PERTEMUAN KE 4 2015/2016 Penilaian Ekonomi Barang Lingkungan berguna untuk mengetahui: Nilai kehancuran lingkungan dan besaran investasi yang

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN 39 III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Teoritis 3.1. 1. Konsep Pembangunan HTI dengan Pengelolaan Hutan Berbasis Masyarakat (PHBM) Pengelolaan Hutan berbasis masyarakat adalah pola pengelolaan hutan

Lebih terperinci

POTENSI NILAI EKONOMI TOTAL HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT SUKABUMI JAWA BARAT BAYU ADIRIANTO

POTENSI NILAI EKONOMI TOTAL HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT SUKABUMI JAWA BARAT BAYU ADIRIANTO POTENSI NILAI EKONOMI TOTAL HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT SUKABUMI JAWA BARAT BAYU ADIRIANTO DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2012 POTENSI NILAI EKONOMI TOTAL HUTAN

Lebih terperinci