Valuasi Ekonomi Dalam Pengembangan Ekowisata Berbasis Sumberdaya Penyu di Kampung Baru Desa Sebong Lagoi Kabupaten Bintan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Valuasi Ekonomi Dalam Pengembangan Ekowisata Berbasis Sumberdaya Penyu di Kampung Baru Desa Sebong Lagoi Kabupaten Bintan"

Transkripsi

1 Valuasi Ekonomi Dalam Pengembangan Ekowisata Berbasis Sumberdaya Penyu di Kampung Baru Desa Sebong Lagoi Kabupaten Bintan Priyanti Junia Pratiwi, Winny Retna Melani, Fitria Ulfah. Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan, Universitas Maritim Raja Ali Haji ABSTRAK Penelitian valuasi ekonomi dalam pengembangan ekowisata berbasis sumberdaya penyu telah dilakukan di Kampung Baru Desa Sebong Lagoi Kabupaten Bintan. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui nilai ekonomi total dalam pengembangan ekowisata berbasis sumberdaya penyu di Kampung Baru. Penelitian ini dilakukan melalui wawancara secara langsung dengan masyarakat dan pengunjung menggunakan lembar kuisioner. Hasil penelitian didapatkan nilai ekonomi total dalam pengembangan ekowisata berbasis sumberdaya penyu di Kampung Baru adalah Rp ,82. /tahun dengan nilai tertinggi didapatkan dari nilai manfaat keberadaan sebesar Rp ,82 /tahun (60.26%), kemudian nilai manfaat langsung sebesar Rp ,00 /tahun (36.13%), dan nilai manfaat warisan sebesar Rp ,00 /tahun (3.61%). Dalam pengelolaan ekowisata berbasis sumberdaya penyu di Kampung Baru, perlu adanya kerjasama antara masyarakat, pemerintah dan pihak swasta dalam mengelola kegiatan ekowisata berbasis sumberdaya penyu agar kegiatan tersebut dapat berjalan tanpa meninggalkan nilai konservasi yang mengutamakan perlindungan terhadap penyu sebagai spesies yang langka dan dilindungi. Pemberdayaan masyarakat juga harus dilakukan agar nilai manfaat ekonomi yang didapatkan kegiatan tersebut bisa dirasakan secara langsung oleh masyarakat.. Kata kunci: ekowisata, Kampung Baru, penyu, valuasi ekonomi. PENDAHULUAN Kampung Baru merupakan kawasan yang berpotensi dijadikan sebagai daerah ekowisata karena keindahan alam serta sumberdaya perikanan yang dapat dimanfaatkan. Alasan dijadikannya Kampung Baru sebagai lokasi penelitian karena, letaknya yang berada di dalam Kawasan Wisata Lagoi, sebagaimana diketahui bahwa di Kawasan Wisata Lagoi sudah tidak terdapat pemukiman penduduk selain penduduk di Kampung Baru. Selain itu, potensi ekowisata yang ada di Kampung Baru mampu menjadi daya tarik bagi wisatawan. Adapun potensi 1

2 utama kegiatan ekowisata adalah adanya kawasan konservasi penyu yang didirikan sejak tahun Pada kegiatan konservasi penyu di Kampung Baru, telur penyu merupakan komponen utama dalam jalannya kegiatan tersebut. Telur penyu yang didapatkan berasal masyarakat sekitar yang melakukan penangkapan, dan juga sarang-sarang penyu yang ditemukan di sekitar wilayah konservasi. Berdasarkan informasi dari masyarakat setempat, dalam pelaksanaan kegiatan pelepasan tukik yang dilakukan di Kampung Baru selama ini, keuntungan yang diperoleh dari kegiatan tersebut masih belum bisa dirasakan secara optimal oleh masyarakat. Hal ini dikarenakan masih belum dikembangkannya secara maksimal kegiatan ekowisata berbasis sumberdaya penyu di Kampung Baru. Apabila masyarakat mampu mengembangkan kegiatan kegiatan ekowisata berbasis sumberdaya penyu ini, maka kemungkinan income yang masuk dapat membantu dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat di Kampung Baru. Untuk itu perlu dilakukan perhitungan nilai ekonomi total dari kegiatan ekowisata berbasis sumberdaya penyu di Kampung Baru. Valuasi ekonomi merupakan salah satu instrumen penting yang digunakan dalam menghitung nilai manfaat ekonomi yang dihasilkan dari kegiatan ekowisata berbasis sumberdaya penyu di Kampung Baru. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui nilai ekonomi total dalam valuasi ekonomi pengembangan ekowisata berbasis sumberdaya penyu di Kampung Baru Desa Sebong Lagoi Kabupaten Bintan.. BAHAN DAN METODE WAKTU DAN TEMPAT PENELITIAN Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli - Oktober 2017 di Kampung Baru Desa Sebong Lagoi Kecamatan Teluk Sebong Lagoi Kabupaten Bintan Provinsi Kepulauan Riau. Gambar 1. Peta Lokasi Penelitian ALAT DAN BAHAN Alat dan bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah GPS, Kamera Digital, Alat tulis, smartphone, dan lembaran kuisioner. 2

3 METODE PENGUMPULAN DATA a. Wawancara Wawancara dilakukan secara langsung kepada masyarakat Kampung Baru. Selain kepada masyarakat Kampung Baru, wawancara juga dilakukan kepada pengunjung yang datang. b. Observasi Observasi dilakukan di Kampung Baru yaitu di kawasan pantai. Kawasan konservasi ini merupakan daerah aktivitas ekowisata serta penangkaran sumberdaya penyu Kampung Baru. METODE PENGAMBILAN SAMPEL Pengambilan sampel dilakukan untuk masyarakat dan pengunjung. Pengambilan sampel masyarakat dilakukan dengan menggunakan metode slovin (Fandeli 2000): Dimana : n e N : Jumlah responden : Batas/ tingkat error (dalam hal ini yang digunakan adalah 0,15 atau 15%); : Ukuran populasi Untuk sampel pengunjung pengambilan sampel bersifat accidental sampling. Penyebaran kuisioner untuk pengunjung dilakukan pada akhir pekan yaitu hari Sabtu dan Minggu dimulai pada pukul WIB dan berakhir pada pukul WIB. ANALISIS DATA - Nilai Manfaat Langsung (Travel Cost Method) Sobari menjelaskan secara umum metode biaya perjalanan dirumuskan sebagai berikut (Tazkia 2012): Dimana: BP BTr BKr BKh BDk BLn = Total biaya perjalanan (Rp) = Biaya transportasi selama rekreasi (Rp) = Biaya konsumsi di tempat rekreasi (Rp) = Biaya konsumsi harian (RP) = Biaya dokumentasi (Rp) = Biaya lain-lain (Rp) - Nilai Manfaat Keberadaan a. Willingness to Pay (WTP) Berikut adalah tahapan menentukan nilai WTP pengunjung Pantai Kampung Baru berdasarkan adaptasi dari Nurita (2016): 1. Penentuan Pasar Hipotetik Pasar hipotetik atau skenario yang dimaksud berupa penyajian informasi yang diberikan pada responden mengenai pengembagan ekowisata berbasis sumberdaya 3

4 penyu di Kampung Baru peningkatan pendapatan masyarakat lokal. Setelah penyajian informasi dilakukan, responden diberi pertanyaan mengenai kesediaan membayar tarif tiket wisata alam penyu. 2. Penentuan Nilai Lelang (bids) Metode yang digunakan untuk mendapatkan nilai WTP pengunjung Kampung Baru adalah metode bidding game. Metode tersebut dilakukan dengan menawarkan harga tiket secara bertahap hingga mendapatkan nilai WTP maksimal. 3. Nilai Rataan WTP Setelah nilai WTP dari setiap responden diperoleh, maka dilakukan tahapan selanjutnya yaitu menghitung nilai rataan WTP.Nilai rataan WTP dihitung menggunakan formula Hamley dan Splash berikut ini (Nurita 2016). Keterangan: EWTP = Dugaan WTP Wi = Nilai WTP ke-i n = Jumlah responden (orang) i =Responden ke-i yang bersedia membayar tarif untuk menikmatikegiatan ekowisata (1,2,,n). b. Willingness to Accept (WTA) Berikut adalah tahapan menentukan nilai WTA masyarakat Pantai Kampung Baru berdasarkan adaptasi dari Nurita (2016): 1. Penentuan Pasar Hipotetik Pasar hipotetik atau skenario yang dimaksud berupa penyajian informasi yang diberikan pada responden mengenai telur penyu memiliki peranan penting sebagai sumberdaya utama dalam pengembangan ekowisata berbasisi sumberdaya penyu di Kampung Baru. 2. Memperoleh Nilai Tawaran Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode referendum tertutup (dishotomous choice).metode ini dipilih karena dapat memudahkan pengklasifikasian responden yang memiliki kecenderungan bersedia menerima pembayaran jasa lingkungan dengan yang tidak bersedia, sehingga dari kemungkinan jawaban ya untuk setiap nilai yang diberikan dapat diestimasi. 3. Penentuan Nilai Lelang (bids) Metode tersebut dilakukan dengan melakukan penawaran terhadap kompensasi yang didapatkan dari penyerahan telur penyu yang didapatkan masyarakat untuk diserahkan kepada pihak pengelola yang ingin ditetapkan secara bertahap hingga mendapatkan nilai WTA maksimal. Penawaran biaya pengganti terhadap telur penyu dimulai dari menentukan nilai starting point dan interval berdasarkan informasi yang didapatkan. Apabila responden bersedia untuk menerima biaya yang ditetapkan, maka penawaran dinaikkan secara bertahap sesuai interval hingga nilai maksimal yang responden bersedia menerima.sebaliknya, apabila responden tidak bersedia untuk menerima meskipun di tahap starting point, maka nilai yang ditawarkan diturunkan sesuai interval. 4

5 4. Nilai Rataan WTA Setelah nilai WTA dari setiap responden diperoleh, maka dilakukan tahapan selanjutnya yaitu menghitung nilai rataan WTA.Nilai rataan WTA dihitung menggunakan formula berikut ini, (Nurita 2016). Dimana: EWTA WTAi n i : Dugaan WTA : Nilai WTA ke-i : Jumlah responden (orang) : Responden ke-i yang bersedia menerima kompensasi penyerahan telur penyu untuk dari kegiatan ekowisata (1,2,3,,n) - Nilai Manfaat Warisan Nilai warisan pada setiap ekosistem yang dimiliki di kawasan Pantai Kampung Baru tidak dapat dinilai dengan pendekatan nilai pasar. Oleh karena itu, nilai warisan dapat dihitung dengan pendekatan perkiraan.sehubungan dengan hal tersebut maka diperkirakan bahwa nilai warisan tidak kurang 10% dari manfaat langsung (Ruitenbeek 1991 in Purnamawati et al. 2015). Dengan rumus sebagai berikut: Dimana : MB : Manfaat Warisan - Nilai Ekonomi Total Nilai Ekonomi Total adalah NET atau Total Economic Value (TEV) Total nilai ekonomi yang dimiliki suatu sumberdaya. Dapat ditulis dengan persamaan matematis modifikasi dari rumus Nahib dan Sumardji sebagai berikut: Dimana : NET :Nilai Ekonomi Total ML : Nilai Manfaat Langsung ME : Nilai Manfaat Keberadaan MB : Nilai Manfaat Warisan TCM : Travel Cost Method WTP : Willingness to Pay (Kesediaan membayar) WTA : Willingness to Accept (Kesediaan menerima kompensasi) 5

6 HASIL DAN PEMBAHASAN - Nilai Manfaat Langsung Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, diperoleh total biaya perjalanan pengunjung di Kampung Baru adalah sebesar Rp. 3,755, per bulan. Dengan perhitungan tersebut didapatkan total biaya perjalanan pengunjung di Kampung Baru selama satu tahun sebesar Rp. 45,060, Total biaya perjalanan selama sebulan merupakan penjumlahan biaya perjalanan pengunjung yang diwawancara yaitu berjumlah 44 orang, dan total biaya perjalanan pengunjung selama setahun didapatkan dari hasil perkalian total biaya perjalanan per bulan dengan jumlah bulan selama setahun. Perhitungan nilai biaya perjalanan rata-rata pengunjung merupakan hasil dari biaya perjalanan total selama satu bulan dibagi dengan jumlah pengunjung. - Nilai Manfaat Keberadaan a. Willingness to Pay Total nilai WTP sebesar Rp ,82 /tahun. Nilai tersebut merupakn nilai total dari tiga atraksi wisata yang disajikan. Untuk kegiatan penangkaran penyu didapatkan nilai sebesar Rp ,09/tahun, untuk kegiatan penetasan telur didapatkan nilai sebesar Rp ,82/tahun, dan nilai pelepasan tukik didapatkan sebesar Rp ,00/tahun. Berdasarkan total nilai WTP yang didapatkan, nilai untuk pelepasan tukik merupakan nilai teetinggi, hal ini dikarenakan antusias masyarakat yang lebih tinggi untuk melihat pelepasan tukik dibandingkan dua kegiatan lainnya sehingga banyak pengunjung yang bersedia membayar lebih besar untuk melepas tukik diandingkan penangkaran dan pelepasan telur penyu. Apabila kegiatan tersebut dikembangkan dan terus diperkenalkan kepada masyarakat luas menjadi kegiatan utama ekowisata berbasis sumberdaya penyu di Kampung Baru, diharapkan dapat membantu perekonomian masyarakat Kampung Baru dan mampu menjadi pendapatan sampingan selain memanfaatkan sumberdaya laut di perairan Kampung Baru. b. Willingness to Accept (WTA). Nilai rataan WTA yang didapatkan sebesar Rp ,00 per bulan atau sebesar Rp ,00/tahun dengan total nilai WTA yang didapatkan sebesar Rp ,00 selama setahun. Nilai WTA masyarakat didapatkan dari hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti secara langsung kepada KK yang dianggap mewakili oleh peneliti dengan menggunakan metode slovin. Nilai WTA yang dimaksud adalah biaya pengganti dari penyerahan telur penyu yang didapat masyarakat ketika melakukan kegiatan penangkapan ikan di laut. Berdasarkan informasi yang didapatkan dari masyarakat, setiap sangkar telur penyu diberikan biaya pengganti sekitar Rp ,00 Rp ,00. Total nilai manfaat keberadaan yang didapatkan merupakan penjumlahan nilai WTP pengunjung dan nilai WTA masyarakat Kampung Baru. Total nilai manfaat yang didapatkan adalah Rp ,82 selama setahun. Hasil tersebut merupakan penjumlahan dari nilai WTP dan WTA yang didapatkan. Nilai perbandingan antara nilai WTP pengunjung dan nilai WTA masyarakat yang didapatkan dari hasil penelitian di Kampung baru memiliki selisih yang cukup 6

7 jauh. Hal ini disebabkan masih sedikitnya pengunjung yang mendatangi Kampung Baru, dan juga biaya pengganti yang didapatkan masyarakat merupakan biaya yang bersumber dari pihak Banyan Tree yang bekerja sama melakukan konservasi sehingga kegiatan pelepasan tukik yang dilakukan biasanya bersumber dari kegiatan pariwisata Banyan Tree selaku resort yang berbatasan di Kampung Baru. - Nilai Manfaat Warisan Nilai manfaat warisan didapatkan dari Nilai warisan pada setiap ekosistem yang dimiliki di kawasan Pantai Kampung Baru tidak dapat dinilai dengan pendekatan nilai pasar. Oleh karena itu, nilai warisan dapat dihitung dengan pendekatan perkiraan.sehubungan dengan hal tersebut maka diperkirakan bahwa nilai warisan tidak kurang 10% dari manfaat langsung (Ruitenbeek, 1991 in Purnamawati et al. 2015). Nilai manfaat warisan yang didapatkan peneliti melalui perhitungan yang dilakukan adalah sebesar Rp ,00 per bulan atau Rp ,00 selama satu tahun. - Nilai Ekonomi Total Berdasarkan perhitungan nilai-nilai manfaat ekonomi yang didapatkan, maka nilai total ekonomi dari kegiatan ekowisata berbasis sumberdaya penyu di Kampung Baru adalah sebesar Rp ,82. Hasil tersebut didapatkan berdasarkan penjumlahan nilai manfaat langsung (travel cost), nilai manfaat keberadaan (WTP dan WTA), dan nilai manfaat warisan. Nilai ekonomi total dijelaskan pada tabel 1. Tabel 1. Nilai Ekonomi Total No. Nilai Ekonomi Total Rupiah/ tahun Persentase 1 Nilai Manfaat Langsung Rp ,00 36,13 2 Nilai Manfaat Keberadaan Rp ,82 60,26 3 Nilai Manfaat Warisan Rp ,00 3,61 Total Rp ,82 100,00 Berdasarkan sumber data di Tabel 4, kemudian dibuat diagram nilai ekonomi total dari kegiatan ekowisata berbasis sumberdaya penyu di Kampung Baru untuk melihat nilai manfaat ekonomi mana yang merupakan pemasukan terbesar bagi masyarakat. 3.61% 60.26% 36.13% Nilai Manfaat Langsung Nilai Manfaat Keberadaan Nilai Manfaat Warisan Gambar 2. Nilai Ekonomi Total 7

8 Nilai total ekonomi yang didapatkan masih belum bisa menjadi sumber utama pendapatan masyarakat di Kampung Baru. Oleh karena itu perlu pengelolaan dan pengembangan yang ditangani secara serius sehingga kegiatan ekowisata ini bisa menjadi salah satu sumber utama pendapatan masyarakat di Kampung Baru. Untuk nilai manfaat pilihan dan manfaat langsung tidak dilakukan perhitungan karena pada penelitian ini nilai manfaat pilihan dan nilai manfaat langsung dari kegiatan ekowisata berbasis sumberdaya penyu di Kampung Baru masih belum dapat dirasakan oleh masyarakat.untuk itu pengelolaan ekowisata berbasis sumberdaya penyu di Kampung Baru harus dilakukan agar masyarakat dapat merasakan nilai-nilai manfaat ekonomi dari kegiatan ini. Persentase nilai manfaat ekonomi yang didapatkan menunjukkan bahwa belum optimalnya pemberdayaan masyarakat dalam mengelola sumberdaya penyu yang ada. - Pengelolaan Ekowisata Berbasis Sumberdaya Penyu di Kampung Baru. Berdasarkan hasil dari perhitungan nilai ekonomi total yang dilakukan oleh peneliti, kegiatan ekowisata berbasis sumberdaya penyu di Kampung Baru akan mampu menigkatkan kesejahteraan masyarakat di Kampung Baru apabila di kelola secara baik oleh masyarakat yang bekerjasama dengan pemerintah ataupun pihak swasta. Diantara tiga atraksi wisata yang disuguhkan, pelepasan tukik telah beberapa kali dilakukan oleh masyarakat Kampung Baru yang bekerja sama dengan Banyan Tree selaku pengelola resort yang berbatasan langsung dengan Kampung Baru. Kegiatan ini akan dapat menjadi daya tarik utama bagi wisatawan karena selain merupakan suatu hiburan, pelepasan tukik juga merupakan bentuk kegiatan konservasi sumberdaya penyu sehingga memberikan edukasi bagi wisatawan akan peran penyu sebagai salah satu spesies yang langka dan wajib dilindungi. Selain pengelolaan atraksi ekowisata berbasis sumberdaya penyu, sosialisasi ataupun penyuluhan kepada masyarakat Kampung Perlu juga harus dilakukan agar masyarakat sadar akan pentingnya peran penyu sebagai salah satu hewan langka yang wajib dilindungi. sehingga selain mendapatkan manfaat ekonomi dari penyerahan telur penyu kepada pihak pengelola, masyarkat juga mendapatkan manfaat edukasi dari keberadaan penyu tersebut. KESIMPULAN Nilai ekonomi total yang didapatkan pada penelitian ini sebesar Rp ,82. Persentase terbesar nilai ekonomi total didapatkan dari nilai manfaat keberadaan yaitu 60,26 % atau Rp ,82 Besarnya persentase nilai manfaat keberadaan karena nilai WTA masyarakat yang besar.hal tersebut dikarenakan biaya pengganti yang didapatkan sebagai kompensasi penyerahan telur penyu kepada pihak pengelola konservasi cukup tinggi. UCAPAN TERIMAKASIH Terima kasih saya ucapkan kepada kedua orangtua, adik-adik, dosen pembimbing dan teman-teman mahasiswa manajemen sumberdaya perairan seangkatan yang telah membantu saya dalam menyelesaikan penelitian ini. 8

9 DAFTAR PUSTAKA Fandeli, D., Mukhlison Pengusahaan Ekowisata. Yogyakarta : Fakultas Kehutanan Universitas Gajah Mada Nahib, I., Sudarmadji, B.W., Neraca Dan Valuasi Ekonomi Hutan Mangrove di Kabupaten Pohuwato, Provinsi Gorontalo. Globe 12(1) : Nurita, 2016.Strategi Pengembangan Wisata Alam Penyu Berbasis Masyarakat Lokal Di Pantai Temajuk Kabupaten Sambas Kalimantan Barat.[Tesis]. Bogor: Institut Pertanian Bogor. Purnamawati, A.D., Saputra, W.S., Wijayanto, D Nilai Ekonomi Mangrove di Desa Mojo Kecamatan Ulujami Kabupaten Pemalang.Diponegoro Journal of Maquares. 4(3) : Tazkia, F.O Analisis Permintaan Obyek Wisata Pemandian Air Panas Kalianget, Kabupaten Wonosobo Dengan Pendekatan Travel Cost. Diponegoro Journal of Economics. 1(1) :

III. METODE PENELITIAN. Penelitian telah dilaksanakan di Desa Margasari, Kecamatan Labuhan Maringgai,

III. METODE PENELITIAN. Penelitian telah dilaksanakan di Desa Margasari, Kecamatan Labuhan Maringgai, 19 III. METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Pelaksanaan Penelitian telah dilaksanakan di Desa Margasari, Kecamatan Labuhan Maringgai, Kabupaten Lampung Timur pada bulan April Mei 2013. Peta lokasi penelitian

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. hutan mangrove non-kawasan hutan. Selain itu, adanya rehabilitasi hutan

METODE PENELITIAN. hutan mangrove non-kawasan hutan. Selain itu, adanya rehabilitasi hutan IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian ini berada di Kawasan Pesisir Pantai Tlanakan, Kecamatan Tlanakan, Kabupaten Pamekasan, Jawa Timur. Pemilihan lokasi dilakukan secara

Lebih terperinci

3.1. Tempat dan Waktu Penelitian

3.1. Tempat dan Waktu Penelitian BAB III METODA PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di daerah wisata bahari Kawasan Wisata Lagoi (Bintan Resort) Kecamatan Teluk Sebong, Kabupaten Bintan. Pemilihan lokasi

Lebih terperinci

ANALISIS JASA LINGKUNGAN EKOWISATA AIR TERJUN LAHUNDAPE DI KAWASAN TAHURA NIPA-NIPA

ANALISIS JASA LINGKUNGAN EKOWISATA AIR TERJUN LAHUNDAPE DI KAWASAN TAHURA NIPA-NIPA Ecogreen Vol. 3 1, April 2017 Halaman 27 31 ISSN 2407-9049 ANALISIS JASA LINGKUNGAN EKOWISATA AIR TERJUN LAHUNDAPE DI KAWASAN TAHURA NIPA-NIPA Arniawati *, Safril Kasim, Rahmawati Anshar Jurusan Kehutanan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Lokasi dan Waktu Penelitian

METODE PENELITIAN. Lokasi dan Waktu Penelitian METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Kabupaten Lombok Barat-Propinsi Nusa Tenggara Barat, yaitu di kawasan pesisir Kecamatan Sekotong bagian utara, tepatnya di Desa Sekotong

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Sektor kelautan memiliki peluang yang sangat besar untuk dijadikan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Sektor kelautan memiliki peluang yang sangat besar untuk dijadikan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sektor kelautan memiliki peluang yang sangat besar untuk dijadikan sumber pertumbuhan baru bagi bangsa Indonesia untuk keluar dari cengkeraman krisis ekonomi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara dengan lautan dan pesisir yang luas. memiliki potensi untuk pengembangan dan pemanfaatannya.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara dengan lautan dan pesisir yang luas. memiliki potensi untuk pengembangan dan pemanfaatannya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Indonesia sebagai negara dengan lautan dan pesisir yang luas memiliki potensi untuk pengembangan dan pemanfaatannya. Lautan merupakan barang sumber daya milik

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis yang dikaji dalam penelitian ini ditekankan pada obyek dan daya tarik wisata, penilaian manfaat wisata alam, serta prospek

Lebih terperinci

No : Hari/tanggal /jam : Nama instansi : Alamat Instansi : Nama responden yang diwawancarai Jabatan

No : Hari/tanggal /jam : Nama instansi : Alamat Instansi : Nama responden yang diwawancarai Jabatan LAMPIRAN 55 Lampiran 1. Kuisioner pengelola dan instansi terkait Kuisioner untuk pengelola dan Instansi terkait Pantai Pangumbahan No : Hari/tanggal /jam : Nama instansi : Alamat Instansi : Nama responden

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Nilai Sumberdaya Hutan Nilai merupakan persepsi manusia tentang makna suatu objek (sumberdaya hutan) bagi individu tertentu pada tempat dan waktu tertentu. Oleh karena

Lebih terperinci

BAB VI SIMPULAN, SARAN DAN KETERBATASAN PENELITIAN

BAB VI SIMPULAN, SARAN DAN KETERBATASAN PENELITIAN BAB VI SIMPULAN, SARAN DAN KETERBATASAN PENELITIAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan mengenai valuasi ekonomi hutan mangrove Pasar Banggi, Rembang, dapat ditarik beberapa kesimpulan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. pendekatan biaya perjalanan (Travel Cost Method) sebesar

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. pendekatan biaya perjalanan (Travel Cost Method) sebesar BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa: 1. nilai ekonomi Objek Wisata Budaya Dusun Sasak Sade dengan menggunakan pendekatan

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di sepanjang jalur ekowisata hutan mangrove di Pantai

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di sepanjang jalur ekowisata hutan mangrove di Pantai III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di sepanjang jalur ekowisata hutan mangrove di Pantai Sari Ringgung, Kabupaten Pesawaran, Provinsi Lampung, pada bulan

Lebih terperinci

Studi Potensi dan Nilai Ekonomi Berdasarkan Biaya Perjalanan dan Kesediaan Membayar di Pantai Sri Mersing Kabupaten Serdang Bedagai

Studi Potensi dan Nilai Ekonomi Berdasarkan Biaya Perjalanan dan Kesediaan Membayar di Pantai Sri Mersing Kabupaten Serdang Bedagai Studi Potensi dan Nilai Ekonomi Berdasarkan Biaya Perjalanan dan Kesediaan Membayar di Pantai Sri Mersing Kabupaten Serdang Bedagai Potential Studies and Economic Value Based Travel Cost Method and Willingness

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. udara bersih dan pemandangan alam yang indah. Memanfaatkan sumberdaya alam dan lingkungan seperti hutan lindung sebagai

BAB I PENDAHULUAN. udara bersih dan pemandangan alam yang indah. Memanfaatkan sumberdaya alam dan lingkungan seperti hutan lindung sebagai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hutan merupakan sumber daya alam dengan beragam manfaat, berupa manfaat yang bersifat langsung maupun manfaat tidak langsung. Produk hutan yang dapat dinikmati secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berupa produk jasa lingkungan yang manfaatnya secara langsung bisa di rasakan

BAB I PENDAHULUAN. berupa produk jasa lingkungan yang manfaatnya secara langsung bisa di rasakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hutan merupakan sumberdaya alam dengan berbagai manfaat baik manfaat yang bersifat langsung maupun tidak langsung. Manfaat langsung berupa produk jasa lingkungan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sektor lain untuk berkembang karena kegiatan pada sektor-sektor lain

BAB I PENDAHULUAN. sektor lain untuk berkembang karena kegiatan pada sektor-sektor lain BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pariwisata merupakan salah satu sektor yang perkembangannya memicu sektor lain untuk berkembang karena kegiatan pada sektor-sektor lain menghasilkan produk-produk yang

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Teoritis 3.1.1. Pasar Wisata Alam Langkah awal dalam melakukan analisis pengembangan wisata alam berkelanjutan adalah analisis pasar wisata alam yaitu analisis penawaran,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian tentang ekowisata mengalami perkembangan dari waktu ke waktu. Namun

TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian tentang ekowisata mengalami perkembangan dari waktu ke waktu. Namun TINJAUAN PUSTAKA Konsep Wisata Alam Pengertian tentang ekowisata mengalami perkembangan dari waktu ke waktu. Namun pada hakekatnya, pengertian ekowisata adalah suatu bentuk wisata yang bertanggung jawab

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Taman Nasional Undang-undang No. 5 Tahun 1990 menyatakan bahwa taman nasional adalah kawasan pelestarian alam yang mempunyai ekosistem asli, dikelola dengan sistem zonasi yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan keanekaragaman budaya dan kesenian yang berbeda-beda di masing-masing

BAB I PENDAHULUAN. dengan keanekaragaman budaya dan kesenian yang berbeda-beda di masing-masing 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki keindahan luar biasa dengan keanekaragaman budaya dan kesenian yang berbeda-beda di masing-masing daerah

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. pertumbuhan ekonomi yang cepat dalam hal penyediaan lapangan kerja,

TINJAUAN PUSTAKA. pertumbuhan ekonomi yang cepat dalam hal penyediaan lapangan kerja, TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Pariwisata Pariwisata merupakan salah satu industri yang mampu menyediakan pertumbuhan ekonomi yang cepat dalam hal penyediaan lapangan kerja, pendapatan, tarif hidup, dan dalam

Lebih terperinci

KERANGKA PEMIKIRAN P 1 0 Q 1. Kurva Opportunity Cost, Consumers Surplus dan Producers Surplus Sumber : Kahn (1998)

KERANGKA PEMIKIRAN P 1 0 Q 1. Kurva Opportunity Cost, Consumers Surplus dan Producers Surplus Sumber : Kahn (1998) III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Penelitian ini mengambil kerangka pemikiran teoritis dari berbagai penelusuran teori-teori yang relevan dengan permasalahan penelitian. Adapun kerangka

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Talang Mulya Kecamatan Padang Cermin

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Talang Mulya Kecamatan Padang Cermin III. METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Desa Talang Mulya Kecamatan Padang Cermin Kabupaten Pesawaran pada bulan Januari 2013. Lokasi penelitian merupakan bagian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Taman Nasional Karimunjawa yang terletak di Kabupaten Jepara, Provinsi Jawa Tengah. Penelitian ini dilaksanakan pada

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. lebih pulau dan memiliki panjang garis pantai km yang merupakan

PENDAHULUAN. lebih pulau dan memiliki panjang garis pantai km yang merupakan PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia yang terdiri atas lebih 17.000 pulau dan memiliki panjang garis pantai 81.000 km yang merupakan terpanjang kedua di dunia

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Wilayah pesisir pulau kecil pada umumnya memiliki panorama yang indah untuk dapat dijadikan sebagai obyek wisata yang menarik dan menguntungkan, seperti pantai pasir putih, ekosistem

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN. 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Objek dan Daya Tarik Wisata

III. KERANGKA PEMIKIRAN. 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Objek dan Daya Tarik Wisata III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis yang dikaji dalam penelitian ini ditekankan pada objek dan daya tarik wisata, teknik pengukuran manfaat wisata alam dan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pariwisata Menurut Undang-undang Nomor 9 Tahun 1990, yang dimaksud pariwisata adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan wisata termasuk pengusahaan obyek dan daya tarik wisata,

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM. 5.1 Keadaan Umum Hutan Mangrove di Pesisir Pantai Tlanakan

V. GAMBARAN UMUM. 5.1 Keadaan Umum Hutan Mangrove di Pesisir Pantai Tlanakan V. GAMBARAN UMUM 5.1 Keadaan Umum Hutan Mangrove di Pesisir Pantai Tlanakan Tlanakan merupakan salah satu kecamatan yang terletak di Kabupaten Pamekasan yang memiliki luas wilayah 48,10 Km 2 dan terletak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. oleh bangsa Indonesia dan tersebar di seluruh penjuru tanah air merupakan modal

BAB I PENDAHULUAN. oleh bangsa Indonesia dan tersebar di seluruh penjuru tanah air merupakan modal BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Potensi sumber daya alam hutan serta perairannya berupa flora, fauna dan ekosistem termasuk di dalamnya gejala alam dengan keindahan alam yang dimiliki oleh bangsa

Lebih terperinci

3 METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan waktu penelitian 3.2 Metode Pengumpulan Data

3 METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan waktu penelitian 3.2 Metode Pengumpulan Data 3 METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan waktu penelitian Penelitian dilakukan di Pulau Pasi, Kabupatenn Kepulauann Selayar, Provinsi Sulawesi Selatan Bulan Juni 2010. Lokasi penelitian dapat dilihat pada Gambar

Lebih terperinci

BAB VI VALUASI EKONOMI SUMBER DAYA CIKOROMOY DENGAN TRAVEL COST METHOD

BAB VI VALUASI EKONOMI SUMBER DAYA CIKOROMOY DENGAN TRAVEL COST METHOD 92 BAB VI VALUASI EKONOMI SUMBER DAYA CIKOROMOY DENGAN TRAVEL COST METHOD Sumber daya alam dan lingkungan tidak hanya memiliki nilai ekonomi tetapi juga mempunyai nilai ekologis dan nilai sosial. Dimana

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Pengertian Pariwisata Pengertian istilah Pariwisata menurut Spillane (1991) adalah perjalanan yang bertujuan untuk mendapatkan kenikmatan, mencari kepuasan,

Lebih terperinci

PERBANDINGAN KEBERHASILAN PENETASAN TELUR PENYU SISIK (Eretmochelys imbricata) DI PENANGKARAN PENYU PANTAI TONGACI DAN UPT PENANGKARAN PENYU GUNTUNG

PERBANDINGAN KEBERHASILAN PENETASAN TELUR PENYU SISIK (Eretmochelys imbricata) DI PENANGKARAN PENYU PANTAI TONGACI DAN UPT PENANGKARAN PENYU GUNTUNG 77 PERBANDINGAN KEBERHASILAN PENETASAN TELUR PENYU SISIK (Eretmochelys imbricata) DI PENANGKARAN PENYU PANTAI TONGACI DAN UPT PENANGKARAN PENYU GUNTUNG Comparison of Eggs Hatching Success Eretmochelys

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN Asumsi dalam Pendekatan Willingness to Accept Responden. nilai WTA dari masing-masing responden adalah:

III. KERANGKA PEMIKIRAN Asumsi dalam Pendekatan Willingness to Accept Responden. nilai WTA dari masing-masing responden adalah: III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Teoritis 3.1.1 Asumsi dalam Pendekatan Willingness to Accept Responden Asumsi yang diperlukan dalam pelaksanaan pelaksanaan pengumpulan nilai WTA dari masing-masing

Lebih terperinci

VALUASI EKONOMI OBJEK WISATA GUNUNG BANYAK DI KOTA BATU DENGAN PENDEKATAN INDIVIDUAL TRAVEL COST

VALUASI EKONOMI OBJEK WISATA GUNUNG BANYAK DI KOTA BATU DENGAN PENDEKATAN INDIVIDUAL TRAVEL COST VALUASI EKONOMI OBJEK WISATA GUNUNG BANYAK DI KOTA BATU DENGAN PENDEKATAN INDIVIDUAL TRAVEL COST JURNAL ILMIAH Disusun oleh : SURYA PERDANA HADI 115020107111049 JURUSAN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Ecotouris, dalam bahasa Indonesia diterjemahkan menjadi ekowisata. Ada

TINJAUAN PUSTAKA. Ecotouris, dalam bahasa Indonesia diterjemahkan menjadi ekowisata. Ada TINJAUAN PUSTAKA Ekowisata Ecotouris, dalam bahasa Indonesia diterjemahkan menjadi ekowisata. Ada juga yang menterjemahkan sebagai ekowisata atau wisata-ekologi. Menurut Pendit (1999) ekowisata terdiri

Lebih terperinci

TUJUAN, TAHAPAN PELAKSANAAN DAN PENDEKATAN VALUASI

TUJUAN, TAHAPAN PELAKSANAAN DAN PENDEKATAN VALUASI TUJUAN, TAHAPAN PELAKSANAAN DAN PENDEKATAN VALUASI VALUASI EKONOMI SUMBERDAYA ALAM DAN LINGKUNGAN (ESL 434) DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN FONDASI VALUASI EKONOMI

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. ekonomi. Dapat juga dikatakan bahwa sumberdaya adalah komponen dari

II. TINJAUAN PUSTAKA. ekonomi. Dapat juga dikatakan bahwa sumberdaya adalah komponen dari II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sumberdaya Alam dan Lingkungan Sumberdaya didefinisikan sebagai sesuatu yang dipandang memiliki nilai ekonomi. Dapat juga dikatakan bahwa sumberdaya adalah komponen dari ekosistem

Lebih terperinci

36 2. Menghitung kerugian ekonomi perubahan ekologi CPAD dan tambak sekitarnya akibat kenaikan muka laut 3. Mengidentifikasi upaya peningkatan resilie

36 2. Menghitung kerugian ekonomi perubahan ekologi CPAD dan tambak sekitarnya akibat kenaikan muka laut 3. Mengidentifikasi upaya peningkatan resilie 35 3. METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian prediksi dampak kenaikan muka lauit ini dilakukan di Cagar Alam Pulau Dua (CAPD) dan kawasan penyangga di sekitarnya dengan batasan wilayah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Taman Wisata Alam Menurut PPAK (1987) Wisata Alam adalah bentuk kegiatan yang memanfaatkan potensi sumberdaya alam dan tata lingkungannya. Sedangkan berdasarkan UU No.5 1990

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Cipondoh dan Kecamatan Pinang, Kota Tangerang. Penentuan lokasi sebagai

METODE PENELITIAN. Cipondoh dan Kecamatan Pinang, Kota Tangerang. Penentuan lokasi sebagai IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Situ Cipondoh yang terletak di Kecamatan Cipondoh dan Kecamatan Pinang, Kota Tangerang. Penentuan lokasi sebagai obyek

Lebih terperinci

Gambar 2. Peta Kabupaten Kuningan, Jawa Barat

Gambar 2. Peta Kabupaten Kuningan, Jawa Barat BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian yaitu Kabupaten Kuningan, Provinsi Jawa Barat. Alasan penentuan lokasi karena hutan Kabupaten Kuningan merupakan salah satu hutan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Ekonomi Lingkungan. manusia dalam memanfaatkan lingkungan sedemikian rupa sehingga

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Ekonomi Lingkungan. manusia dalam memanfaatkan lingkungan sedemikian rupa sehingga BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Pengertian Ekonomi Lingkungan Ekonomi lingkungan adalah ilmu yang mempelajari tentang kegiatan manusia dalam memanfaatkan lingkungan sedemikian rupa sehingga

Lebih terperinci

TEKNIK PERHITUNGAN TARIF MASUK KAWASAN WISATA ALAM. Wahyudi Isnan *

TEKNIK PERHITUNGAN TARIF MASUK KAWASAN WISATA ALAM. Wahyudi Isnan * Teknik Perhitungan Tarif Masuk Kawasan Wisata Alam Wahyudi Isnan TEKNIK PERHITUNGAN TARIF MASUK KAWASAN WISATA ALAM Wahyudi Isnan * Balai Penelitian Kehutanan Makassar Jl. Perintis Kemerdekaan Km.16 Makassar,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Subjek Penelitian Subjek pada penelitian ini adalah para pengunjung Hutan Mangrove, Pasar Banggi, Rembang. B. Jenis Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diberikan oleh pantai bisa didapat secara langsung dan tidak langsung. Manfaat yang

BAB I PENDAHULUAN. diberikan oleh pantai bisa didapat secara langsung dan tidak langsung. Manfaat yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pantai sebagai suatu ekosistem yang unik memiliki berbagai fungsi yang mampu memberikan manfaat bagi manusia yang tinggal di sekitarnya. Manfaat yang diberikan oleh

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hutan merupakan salah satu sumberdaya alam yang dapat dimanfaatkan oleh manusia. Sumberdaya hutan yang ada bukan hanya hutan produksi, tetapi juga kawasan konservasi.

Lebih terperinci

ANALISIS DAMPAK EKONOMI WISATA BAHARI TERHADAP PENDAPATAN MASYARAKAT DI PULAU TIDUNG

ANALISIS DAMPAK EKONOMI WISATA BAHARI TERHADAP PENDAPATAN MASYARAKAT DI PULAU TIDUNG Reka Loka PWK - Itenas No.x Vol. xx Jurnal Online Institut Teknologi Nasional Januari 2013 ANALISIS DAMPAK EKONOMI WISATA BAHARI TERHADAP PENDAPATAN MASYARAKAT DI PULAU TIDUNG ACHADIAT DRITASTO, IR., MT.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada tahun 2013 lembaga konservasi lingkungan hidup Ocean of Life

BAB I PENDAHULUAN. Pada tahun 2013 lembaga konservasi lingkungan hidup Ocean of Life BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada tahun 2013 lembaga konservasi lingkungan hidup Ocean of Life Indonesia (OLI) menyatakan bahwa kondisi terumbu karang di pesisir pantai selatan Gunungkidul dinilai

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Hutan mangrove merupakan komunitas vegetasi pantai tropis dan subtropis yang

I. PENDAHULUAN. Hutan mangrove merupakan komunitas vegetasi pantai tropis dan subtropis yang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hutan mangrove merupakan komunitas vegetasi pantai tropis dan subtropis yang didominasi oleh beberapa jenis mangrove yang mampu tumbuh dan berkembang pada daerah pasang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Pembangunan Berkelanjutan Pembangunan ekonomi bertujuan untuk menaikkan tingkat hidup dan kesejahteraan rakyat dengan terpenuhinya kebutuhan dasar. Menurut

Lebih terperinci

WISATA ALAM BERBASIS MASYARAKAT SEBAGAI UPAYA PELESTARIAN PENYU DI PANTAI TEMAJUK KAWASAN PERBATASAN KALIMANTAN BARAT

WISATA ALAM BERBASIS MASYARAKAT SEBAGAI UPAYA PELESTARIAN PENYU DI PANTAI TEMAJUK KAWASAN PERBATASAN KALIMANTAN BARAT Risalah Kebijakan Pertanian dan Lingkungan Vol. 2 No. 3, Desember 2015: 254-262 ISSN : 2355-6226 E-ISSN : 2477-0299 WISATA ALAM BERBASIS MASYARAKAT SEBAGAI UPAYA PELESTARIAN PENYU DI PANTAI TEMAJUK KAWASAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pelangi Depok, Pantai Samas, Pantai Goa Cemara, dan Pantai Baru Pandansimo

BAB I PENDAHULUAN. Pelangi Depok, Pantai Samas, Pantai Goa Cemara, dan Pantai Baru Pandansimo 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pesisir Bantul telah menjadi habitat pendaratan penyu, diantaranya Pantai Pelangi Depok, Pantai Samas, Pantai Goa Cemara, dan Pantai Baru Pandansimo yang

Lebih terperinci

Contingent Valuation Method (CVM)

Contingent Valuation Method (CVM) Contingent Valuation Method (CVM) Kuliah Valuasi ESDAL Pertemuan Ke-8 2015/2016 Urgensi CVM (1) Contingent Valuation Methods (CVM) merupakan metode yang dianggap dapat digunakan untuk menghitung jasa-jasa

Lebih terperinci

VIII. ANALISIS DAMPAK EKONOMI KEBERADAAN WISATA ALAM HUTAN WISATA PUNTI KAYU PALEMBANG

VIII. ANALISIS DAMPAK EKONOMI KEBERADAAN WISATA ALAM HUTAN WISATA PUNTI KAYU PALEMBANG VIII. ANALISIS DAMPAK EKONOMI KEBERADAAN WISATA ALAM HUTAN WISATA PUNTI KAYU PALEMBANG 8.1. Analisis Dampak Ekonomi Kegiatan Wisata di Hutan Wisata Punti Kayu Palembang Adanya kegiatan wisata di Hutan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di kawasan objek wisata Waduk Sermo di Desa Hargowilis, Kecamatan Kokap, Kabupaten Kulonprogo. Lokasi penelitian dipilih secara sengaja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kawasan Pantai Samas dahulu merupakan daerah yang terkenal dan UKDW

BAB I PENDAHULUAN. Kawasan Pantai Samas dahulu merupakan daerah yang terkenal dan UKDW BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kawasan Pantai Samas dahulu merupakan daerah yang terkenal dan banyak dikunjungi orang, namun semenjak dengan dibangunnya jembatan penghubung ke Pantai Parangtritis,

Lebih terperinci

ANALISIS PERMINTAAN DAN NILAI EKONOMI WISATA PULAU SITU GINTUNG-3 DENGAN METODE BIAYA PERJALANAN TRI FIRANDARI

ANALISIS PERMINTAAN DAN NILAI EKONOMI WISATA PULAU SITU GINTUNG-3 DENGAN METODE BIAYA PERJALANAN TRI FIRANDARI ANALISIS PERMINTAAN DAN NILAI EKONOMI WISATA PULAU SITU GINTUNG-3 DENGAN METODE BIAYA PERJALANAN TRI FIRANDARI DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN. Contingent Valuation Method (CVM), eksternalitas, biaya produksi dan metode

III. KERANGKA PEMIKIRAN. Contingent Valuation Method (CVM), eksternalitas, biaya produksi dan metode III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis meliputi konsep ekonomi pencemaran, Contingent Valuation Method (CVM), eksternalitas, biaya produksi dan metode valuasi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Nglambor Gunung Kidul. Tujuan penelitian tersebut adalah

BAB II LANDASAN TEORI. Nglambor Gunung Kidul. Tujuan penelitian tersebut adalah BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Penelitian Terdahulu Pratama (2016) melakukan penelitian dengan judul Valuasi Ekonomi Pariwisata Dengan Metode Biaya Perjalanan (Travel Cost Method) Di Pantai Nglambor Gunung

Lebih terperinci

Analisis Dampak Ekonomi Wisata Hiu Paus Terhadap Pendapatan Masyarakat Batubarani Gorontalo

Analisis Dampak Ekonomi Wisata Hiu Paus Terhadap Pendapatan Masyarakat Batubarani Gorontalo Jurnal Ekonomi Bisnis dan Kewirausahaan 2016, Vol. 5, No. 2, 136-143 Analisis Dampak Ekonomi Wisata Hiu Paus Terhadap Pendapatan Masyarakat Batubarani Gorontalo Eduart Wolok * Universitas Negeri Gorontalo

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Sebagian besar perekonomian Provinsi Bali ditopang oleh

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Sebagian besar perekonomian Provinsi Bali ditopang oleh BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Sebagian besar perekonomian Provinsi Bali ditopang oleh sektor pariwisata. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Bali, sektor pariwisata memberikan kontribusi

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. A. Mangrove. kemudian menjadi pelindung daratan dan gelombang laut yang besar. Sungai

TINJAUAN PUSTAKA. A. Mangrove. kemudian menjadi pelindung daratan dan gelombang laut yang besar. Sungai II. TINJAUAN PUSTAKA A. Mangrove Mangrove adalah tanaman pepohonan atau komunitas tanaman yang hidup di antara laut dan daratan yang dipengaruhi oleh pasang surut. Habitat mangrove seringkali ditemukan

Lebih terperinci

NILAI EKONOMI WISATA GUNUNG SIBAYAK BERDASARKAN METODE BIAYA PERJALANAN (Travel Cost Methode) DI BERASTAGI SUMATERA UTARA

NILAI EKONOMI WISATA GUNUNG SIBAYAK BERDASARKAN METODE BIAYA PERJALANAN (Travel Cost Methode) DI BERASTAGI SUMATERA UTARA NILAI EKONOMI WISATA GUNUNG SIBAYAK BERDASARKAN METODE BIAYA PERJALANAN (Travel Cost Methode) DI BERASTAGI SUMATERA UTARA ECONOMIC VALUE OF SIBAYAK MOUNTAIN TOUR BASED ON TRAVEL COST METHODE (TCM) IN BERASTAGI

Lebih terperinci

ANALISIS POTENSI WILAYAH UNTUK PENGEMBANGAN EKOWISATA DI TAMAN NASIONAL KARIMUNJAWA KABUPATEN JEPARA

ANALISIS POTENSI WILAYAH UNTUK PENGEMBANGAN EKOWISATA DI TAMAN NASIONAL KARIMUNJAWA KABUPATEN JEPARA ANALISIS POTENSI WILAYAH UNTUK PENGEMBANGAN EKOWISATA DI TAMAN NASIONAL KARIMUNJAWA KABUPATEN JEPARA SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan Mencapai derajat Sarjana S -1 Program Studi Geografi

Lebih terperinci

1 BAB I PENDAHULUAN. Upaya Pemerintah Kabupaten Malang meningkatkan kunjungan wisata

1 BAB I PENDAHULUAN. Upaya Pemerintah Kabupaten Malang meningkatkan kunjungan wisata 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Upaya Pemerintah Kabupaten Malang meningkatkan kunjungan wisata menuai hasil. Tahun 2014, jumlah kunjungan wisata ke wilayah Kabupaten Malang pemindahan hampir mencapai

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang Masalah. dengan tahun 2004 mencapai 763 juta orang dan menghasilkan pengeluaran

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang Masalah. dengan tahun 2004 mencapai 763 juta orang dan menghasilkan pengeluaran BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Masalah Pariwisata internasional mencapai kondisi tertinggi sepanjang sejarah, dengan tahun 2004 mencapai 763 juta orang dan menghasilkan pengeluaran sebesar US$623 miliar

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di objek wisata Air Terjun Way Lalaan Kabupaten

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di objek wisata Air Terjun Way Lalaan Kabupaten III. BAHAN DAN METODE A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di objek wisata Air Terjun Way Lalaan Kabupaten Tanggamus yang berada di Pekon Kampung Baru, Kecamatan Kotaagung Timur, Lampung

Lebih terperinci

1.Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam & PUSPARI Universitas Sebelas. 2.Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia,

1.Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam & PUSPARI Universitas Sebelas. 2.Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, PENGEMBANGAN PARIWISATA BERBASIS KEUNIKAN BUDAYA DAN LINGKUNGAN DI OBYEK WISATA BUKIT CINTA KABUPATEN SEMARANG Sri Subanti 1, Arif Rahman Hakim 2, Mulyanto 3. Nughthoh Arfawi 4 1.Fakultas Matematika dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 13 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Dahuri (1996) dalam Syakya (2005) menyatakan garis besar konsep pembangunan berkelanjutan mempunyai empat dimensi: 1. Dimensi ekologis yaitu bagaimana mengelola kegiatan pembangunan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Objek /Subjek Penelitian Ngebel. Objek pada penelitian ini yaitu para pengunjung objek wisata alam Telaga B. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kota Ponorogo tepatnya

Lebih terperinci

Jurnal Geodesi Undip April 2016

Jurnal Geodesi Undip April 2016 ANALISIS NILAI EKONOMI KAWASAN CAGAR BUDAYA KERATON DI KOTA CIREBON BERDASARKAN WTP (WILLINGNESS TO PAY) DENGAN PENDEKATAN TCM (TRAVEL COST METHOD) DAN CVM (CONTINGENT VALUATION METHOD) Aditya Dharmawan,

Lebih terperinci

Jurnal Geodesi Undip Oktober 2016

Jurnal Geodesi Undip Oktober 2016 PEMANFAATAN NILAI WILLINGNESS TO PAY UNTUK PEMBUATAN PETA ZONA NILAI EKONOMI KAWASAN MENGGUNAKAN TRAVEL COST METHOD DAN CONTINGENT VALUATION METHOD DENGAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS (Studi Kasus : Kawasan

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Lampiran 1. Peta Pola Ruang Kabupaten Lampung Selatan

LAMPIRAN. Lampiran 1. Peta Pola Ruang Kabupaten Lampung Selatan LAMPIRAN Lampiran 1. Peta Pola Ruang Kabupaten Lampung Selatan 117 Lampiran 2. Peta Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil Kabupaten Lampung Selatan. 118 119 Lampiran 3. Peta Kondisi Kawasan

Lebih terperinci

VALUASI EKONOMI JASA LINGKUNGAN OBYEK WISATA ALAM TRACKING MANGROVE BUNGKUTOKO KOTA KENDARI

VALUASI EKONOMI JASA LINGKUNGAN OBYEK WISATA ALAM TRACKING MANGROVE BUNGKUTOKO KOTA KENDARI Ecogreen Vol. 1, April 201 Halaman 1 ISSN 20-0 VALUASI EKONOMI JASA LINGKUNGAN OBYEK WISATA ALAM TRACKING MANGROVE BUNGKUTOKO KOTA KENDARI Economic Valuation for Environmental Services of Tracking Mangrove

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Teoritis 3.1.1. Konsep Nilai Wisata dan Willingness To Pay Bermacam-macam teknik penilaian dapat digunakan untuk mengkuantifikasikan konsep dari nilai. Konsep dasar

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar yang diperkirakan memiliki kurang lebih 17 504 pulau (DKP 2007), dan sebagian besar diantaranya adalah pulau-pulau kecil

Lebih terperinci

VALUASI LINGKUNGAN. Valuasi Lingkungan (Contingent Valuation Method) 1

VALUASI LINGKUNGAN. Valuasi Lingkungan (Contingent Valuation Method) 1 VALUASI LINGKUNGAN A. Nilai Ekonomi Sumber Daya Alam dan Lingkungan Sebelum membahas mengenai konsep valuasi ekonomi, terlebih dahulu perlu dijelaskan mengenai konsep nilai ekonomi terhadap sumber daya.

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. Analisis Choice Modelling (CM) Penelitian ini dimulai pada tanggal 15 April 2016 sampai dengan tanggal 1 Mei 2016 di Hutan Mangrove Pasar Banggi, Rembang. Data diperoleh dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Jawa Tengah, Cilacap

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Jawa Tengah, Cilacap 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di dalam Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Jawa Tengah, Cilacap merupakan salah satu Daerah Tujuan Wisata dan kawasan pengembangan pariwisata Jawa Tengah

Lebih terperinci

APLIKASI CONTINGENT CHOICE MODELLING (CCM) DALAM VALUASI EKONOMI TERUMBU KARANG TAMAN NASIONAL KARIMUNJAWA FAZRI PUTRANTOMO

APLIKASI CONTINGENT CHOICE MODELLING (CCM) DALAM VALUASI EKONOMI TERUMBU KARANG TAMAN NASIONAL KARIMUNJAWA FAZRI PUTRANTOMO APLIKASI CONTINGENT CHOICE MODELLING (CCM) DALAM VALUASI EKONOMI TERUMBU KARANG TAMAN NASIONAL KARIMUNJAWA FAZRI PUTRANTOMO SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2010 PERNYATAAN MENGENAI

Lebih terperinci

BAB III METODE PERANCANGAN. dapat digunakan ialah metode deskriptif analisis. Metode deskriptif merupakan

BAB III METODE PERANCANGAN. dapat digunakan ialah metode deskriptif analisis. Metode deskriptif merupakan BAB III METODE PERANCANGAN Untuk mengembangkan ide rancangan dalam proses perancangan, dibutuhkan sebuah metode yang memudahkan perancang. Salah satu metode yang dapat digunakan ialah metode deskriptif

Lebih terperinci

PENILAIAN EKONOMI KAWASAN KONSERVASI EK-SITU (Studi Kasus di Kebun Binatang Medan, Kecamatan Medan Tuntungan)

PENILAIAN EKONOMI KAWASAN KONSERVASI EK-SITU (Studi Kasus di Kebun Binatang Medan, Kecamatan Medan Tuntungan) PENILAIAN EKONOMI KAWASAN KONSERVASI EK-SITU (Studi Kasus di Kebun Binatang Medan, Kecamatan Medan Tuntungan) SKRIPSI WAIS ALQURNY 021201017/ HUT/MNH DEPARTEMEN KEHUTANAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. didarat masih dipengaruhi oleh proses-proses yang terjadi dilaut seperti

PENDAHULUAN. didarat masih dipengaruhi oleh proses-proses yang terjadi dilaut seperti 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Wilayah pesisir bukan merupakan pemisah antara perairan lautan dengan daratan, melainkan tempat bertemunya daratan dan perairan lautan, dimana didarat masih dipengaruhi oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara tropis dan maritim yang kaya akan sumber

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara tropis dan maritim yang kaya akan sumber BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara tropis dan maritim yang kaya akan sumber daya alam. Berada pada daerah beriklim tropis menjadikan Indonesia memiliki kekayaan alam yang sangat

Lebih terperinci

VII PRIORITAS STRATEGI PENGEMBANGAN EKOWISATA TN KARIMUNJAWA

VII PRIORITAS STRATEGI PENGEMBANGAN EKOWISATA TN KARIMUNJAWA VII PRIORITAS STRATEGI PENGEMBANGAN EKOWISATA TN KARIMUNJAWA 7.1 Kerangka Umum Analytical Network Process (ANP) Prioritas strategi pengembangan TN Karimunjawa ditetapkan berdasarkan pilihan atas variabel-variabel

Lebih terperinci

VALUASI NILAI EKONOMI WISATA PANTAI AMAL : APLIKASI TRAVEL COST METHOD (TCM)

VALUASI NILAI EKONOMI WISATA PANTAI AMAL : APLIKASI TRAVEL COST METHOD (TCM) VALUASI NILAI EKONOMI WISATA PANTAI AMAL : APLIKASI TRAVEL COST METHOD (TCM) Sulistya Rini Pratiwi Fakultas Ekonomi Universitas Borneo Tarakan Email: 1) miss.rainy@ymail.com Abstrak: Kesejahteraan masyarakat

Lebih terperinci

ANALISIS PERMINTAAN OBJEK WISATA SUNGAI HIJAU DI KABUPATEN KAMPAR DENGAN METODE BIAYA PERJALANAN

ANALISIS PERMINTAAN OBJEK WISATA SUNGAI HIJAU DI KABUPATEN KAMPAR DENGAN METODE BIAYA PERJALANAN ANALISIS PERMINTAAN OBJEK WISATA SUNGAI HIJAU DI KABUPATEN KAMPAR DENGAN METODE BIAYA PERJALANAN Oleh: Fredy Herminto Pembimbing: Eriyati dan Nobel Aqualdo Faculty of Economic Riau University, Pekanbaru,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 9 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Taman Wisata Alam Tangkuban Parahu Kabupaten Bandung Barat Provinsi Jawa Barat. Waktu penelitian dimulai bulan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pariwisata pada saat ini, menjadi harapan bagi banyak negara termasuk

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pariwisata pada saat ini, menjadi harapan bagi banyak negara termasuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata pada saat ini, menjadi harapan bagi banyak negara termasuk Indonesia sebagai sektor yang dapat diandalkan dalam pembangunan ekonomi. Bahkan tidak berlebihan,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pariwisata Menurut Yoeti (2006) pariwisata merupakan suatu perjalanan yang dilakukan secara perorangan maupun kelompok dari satu tempat ke tempat lain yang sifatnya sementara dan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. sedangkan kegiatan koleksi dan penangkaran satwa liar di daerah diatur dalam PP

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. sedangkan kegiatan koleksi dan penangkaran satwa liar di daerah diatur dalam PP I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia memiliki banyak potensi objek wisata yang tersebar di seluruh pulau yang ada. Salah satu objek wisata yang berpotensi dikembangkan adalah kawasan konservasi hutan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. di Kabupaten Bangka melalui pendekatan sustainable placemaking, maka

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. di Kabupaten Bangka melalui pendekatan sustainable placemaking, maka BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI V. 1. KESIMPULAN Berdasarkan analisis yang dilakukan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempegaruhi pengembangan produk wisata bahari dan konservasi penyu di Kabupaten

Lebih terperinci

Bab III Metodologi Penelitian

Bab III Metodologi Penelitian Bab III Metodologi Penelitian III.1 Tahapan Penelitian Langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian ini dapat dilihat pada Gambar III.1 di bawah ini. Gambar III.1. Diagram Alir Penelitian 28 III.2 Waktu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sebagai usaha mencari keseimbangan atau keserasian dan kebahagian dengan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sebagai usaha mencari keseimbangan atau keserasian dan kebahagian dengan 11 BAB II A. Landasan Teori TINJAUAN PUSTAKA 1. Definisi pariwisata Definisi pariwisata secara luas adalah perjalanan dari suatu tempat ke tempat lain, bersifat sementara, dilakukan perorangan maupun kelompok,

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan selama dua bulan pada bulan Januari 2010 Februari 2010 di Harapan Rainforest, Kabupaten Musi Banyuasin, Provinsi Sumatera

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. pariwisata, seperti melaksanakan pembinaan kepariwisataan dalam bentuk

II. TINJAUAN PUSTAKA. pariwisata, seperti melaksanakan pembinaan kepariwisataan dalam bentuk II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengelolaan Pariwisata Pengelolaan merupakan suatu proses yang membantu merumuskan kebijakankebijakan dan pencapaian tujuan. Peran pemerintah dalam pengelolaan pariwisata, seperti

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pariwisata Menurut undang-undang No. 10 tahun 2009, Pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata yang didukung oleh berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat,

Lebih terperinci