BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan yang beragam dari individu yang berada dalam organisasi akan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan yang beragam dari individu yang berada dalam organisasi akan"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengetahuan sangat penting bagi organisasi karena kepemilikan pengetahuan yang beragam dari individu yang berada dalam organisasi akan menjadi keunggulan kompetitif bagi organisasi. Semakin maju pengetahuan yang dimiliki organisasi maka akan semakin tinggi daya saing organisasi (Devenport & Prusak, 1998). Memelihara, menemukan dan menerapkan pengetahuan sangat penting dalam manajemen pengetahuan organisasi (Alavi & Leidner, 2001). Nonaka & Takeuchi (1995) menyebutkan bahwa manajemen pengetahuan merupakan usaha untuk mendapatkan, menciptakan, menggunakan, mendokumentasikan dan mengkodekan pengetahuan yang dimiliki oleh tiap individu. Lebih lanjut, agar dapat diakses oleh individu lainnya guna meningkatkan daya saing organisasi. Nonaka & Takeuchi (1995) membedakan pengetahuan menjadi dua yaitu pengetahuan implisit (tacit) dan pengetahuan eksplisit (explicit). Lebih lanjut, pengetahuan implisit bersifat pribadi, konteks-spesifik, dan karena itu sulit dirumuskan dan dikomunikasikan. Pengetahuan implisit berakar dalam tindakan, pengalaman, keterlibatan pemikiran, dan dalam konteks tertentu (Alavi & Leidner, 2001). Dari perspektif organisasi, Nonaka (1994) menjelaskan pengetahuan implisit sebagai pengetahuan yang lengket. Dan sulit untuk digambarkan, dijelaskan, atau ditransfer (Brown & Duguid, 1998). Oleh karena itu, sulit untuk diubah menjadi bentuk eksplisit agar dapat 1

2 dengan mudah ditransfer dan dibagi (Berman et al., 2002). Sedangkan, pengetahuan eksplisit adalah pengetahuan yang lebih mudah dibagikan secara formal dengan bahasa yang sistematis. Meskipun, berbagi pengetahuan sangat penting bagi organisasi namun masalah mendasar dari berbagi pengetahuan terletak pada kenyataan bahwa berbagi pengetahuan bukanlah satu hal yang dapat berjalan otomatis. Hal ini karena berbagi pengetahuan dalam organisasi merupakan masalah yang kompleks dan rumit. Oleh karena itu, dalam manajemen pengetahuan berbagi pengetahuan merupakan hal yang paling sulit (Ruggles, 1998). Pengetahuan itu berada pada benak individu (Nonaka & Konno, 1998) dimana pengetahuan tersebut diterapkan individu dalam tugas, dan perilaku karyawan dalam berbagi pengetahuan. Gibbert & Krause (2002) dalam Bock et al. (2005) mengatakan bahwa berbagi pengetahuan berhubungan dengan kesediaan individu untuk membagi pengetahuan yang diciptakan atau didapatkannya kepada individu lain. Oleh karena itu, meski telah dikodifikasikan sebagai objek, pengetahuan tidak bisa terungkap selama pemiliknya tidak bersedia untuk mengungkapkan dan membaginya. Dalam aktivitas berbagi pengetahuan banyak orang yang akan memiliki pengetahuan yang sama, dan sebagai akibatnya pengetahuan itu dianggap menjadi kurang bernilai. Banyak individu yang tidak bersedia untuk berbagi pengetahuan yang dimilikinya kepada individu lainnya (Devenport, 1997). Perilaku berbagi pengetahuan individu dituntun oleh karakteristik pribadi dan lingkungan sekitar mereka (Hakami et al., 2014). Organisasi selalu 2

3 dihadapkan pada tantangan bagaimana agar individu mau berbagi pengetahuan di dalam dan di luar organisasi. Hal itu karena, dalam praktek berbagi pengetahuan tidak dapat dipaksakan melainkan hanya dapat didorong dan difasilitasi. Proses berbagi pengetahuan diartikan sebagai proses pertukaran pengetahuan antara dua pihak atau lebih secara resiprokal (Willem & Scarbrough, 2002). Lebih lanjut, proses ini guna merekonstruksi suatu pengetahuan menjadi lebih bermanfaat, masuk akal, serta dapat diaplikasikan dalam konteks tertentu. Keberhasilan individu dalam melakukan berbagi pengetahuan dapat dilihat dari kemudahan individu dalam mengkomunikasikan pengetahuan tersebut. Taylor (2007) dalam Panahi et al. (2013) menjelaskan bahwa memfasilitasi berbagi pengetahuan implisit antar individu merupakan hal yang penting dan menarik. Seperti berbagi pengalaman, keterampilan, dan mempertahankan pengetahuan yang ada dalam organisasi. Berbagi pengetahuan dipandang sebagai salah satu proses penting dalam manajemen pengetahuan. Karena, aktivitas berbagi pengetahuan merupakan aspek kunci keberhasilan pelaksanaan manajemen pengetahuan dalam organisasi (Bechina & Bommen, 2006; Pillania, 2006). Teknologi informasi seperti penggunaan media sosial dapat membantu organisasi untuk mengelola sumber daya pengetahuan, khususnya untuk memfasilitasi berbagi pengetahuan antar individu. Informasi yang terdapat dalam media sosial pun sangat beragam, sehingga informasi yang masuk ke dalam pikiran tiap individu yang berinteraksi di dalam media sosial pun 3

4 menjadi sangat beragam. Proses pertukaran dan berbagi informasi tersebut dapat terjadi melalui komunikasi daring (online) yang terjalin antar individu baik di dalam maupun di luar organisasi. Kolaborasi pengetahuan daring terjadi ketika internet atau intranet digunakan sebagai media untuk pertukaran pengetahuan (Hakami et al., 2014). Berbagi pengetahuan mengacu pada tugas untuk membantu individu lain dengan informasi dan pengetahuan, dan untuk berkolabolasi dengan individu lain dalam memecahkan suatu masalah, mengembangkan ide-ide baru, dan pelaksanaan proses (Cummings, 2004). Media sosial dapat dilihat sebagai suatu cyber ba, karena dapat mendukung aktivitas manajemen pengetahuan pada waktu tertentu dan dalam ruang bersama dengan memungkinkan dan memfasilitasi interaksi dan kolaborasi individu. Nonaka & Konno (1998) memperkenalkan cyber ba, yaitu tempat interaksi di dunia maya bukan ruang nyata dan waktu. Konsep ba menitikberatkan pada tipe interaksi individu atau kolektif dan media melalui tatap muka atau virtual pada proses penciptaan pengetahuan. Terdapat empat konsep ba yaitu originating, dialoguing, exercising dan systemising. Pada konsep tersebut, interaksi daring merupakan bagian interaksi individu atau kolektif melalui media virtual yang membutuhkan aplikasi teknologi (Nonaka et al., 2000). Panahi et al. (2013) menyatakan bahwa teknologi informasi dan komunikasi telah dianggap sebagai media yang dapat memfasilitasi berbagi pengetahuan implisit antar individu. Namun, masih banyak terdapat kontroversi yang menyatakan bahwa teknologi informasi dan komunikasi 4

5 masih belum mampu untuk memfasilitasi berbagi pengetahuan implisit. Hal ini dikarenakan, teknologi informasi dan komunikasi telah mengabaikan salah satu komponen utama dari manajemen pengetahuan yaitu individu (Husman & Wulf (2005); Marwick, 2001). Bukowitz & Williams (1999) dalam Eid & Al-Jabri (2016) mendefinisikan berbagi pengetahuan sebagai suatu kegiatan di mana pengetahuan (seperti informasi, keterampilan, atau keahlian) dipertukarkan antara orang-orang, teman-teman, keluarga, masyarakat, atau organisasi. Menurut Chui et al. (2012); Kane et al. (2009); Treem & Leonardy (2013); dalam Wagner et al. (2014) menyebutkan bahwa dalam media internet, yaitu teknologi interaktif telah banyak dikembangkan dan digunakan oleh organisasi. Teknologi interaktif tersebut dikenal sebagai media sosial. Media sosial telah menjadi sangat populer dan tidak lagi menjadi fenomena yang dapat diabaikan. Penggunaan beberapa alat-alat media sosial oleh individu, seperti facebook, blog dan youtube, telah melanda dunia akhir-akhir ini. Media sosial telah menjadi hal umum, dan telah mengubah hubungan pribadi individu, individu dapat berkontribusi dalam sejumlah isu dan menghasilkan kemungkinan baru dan tantangan untuk berkolaborasi (Gaal et al., 2015). Jumlah pengguna (user) media sosial, dan interaksi diantara mereka sangat besar. Parameswaran & Whinston (2007) menyebutkan bahwa media sosial telah memberikan banyak peluang kepada individu untuk berinteraksi antar individu melalui alat-alat komunikasi yang baru. 5

6 Banyak penelitian telah membuktikan bahwa konsep komunitas terkait erat dan dipengaruhi oleh perkembangan media sosial. Kaplan & Haenlein (2010); dan Kietzmann et al. (2011) menyebutkan bahwa kebutuhan yang penting bagi individu dalam berkomunikasi dan berhubungan dengan orang lain dalam konsep komunitas telah dipenuhi oleh fasilitas alat media sosial. Media sosial memiliki pengaruh yang kuat pada pengembangan komunikasi dan bersosialisasi (Roblek et al., 2013). Karena penggunaan media sosial memiliki implikasi terhadap cara individu berinteraksi baik secara pribadi maupun di dalam organisasi. Alat-alat yang ada dalam media sosial menawarkan peluang hubungan yang lebih kaya dari pada hubungan dalam bentuk awal komunitas daring (Scheepers et al., 2014). Hal tersebut disebabkan oleh, keuntungan utama yang dimiliki oleh alat-alat media sosial adalah kemampuan untuk berinteraksi dengan individu lain dan saling berbagi informasi (Scheepers et al., 2014; Kaplan & Haenlein, 2010). Alat-alat media sosial seperti situs jejaring sosial (SNS) mengenalkan interaksi dan memungkinkan individu/pengguna untuk mengkomunikasikan informasi dan pengalaman pribadi (Eid & Al-Jabri, 2016). Hal tersebut memungkinkan pengguna untuk membuat profil mereka terhubung, berinteraksi, dan berkolaborasi dengan orang lain (Boyd & Ellison, 2008). Berdasarkan penelitian teoritis oleh Majchrzak et al. (2013) dalam Eid & Al-Jabri (2016) mendefinisikan mengobrol dan diskusi secara daring sebagai kegiatan, di mana ide-ide, konsep, masalah tugas, praktek dan lainnya. Di unggah, dipikirkan dan 6

7 didiskusikan antara sekelompok individu/pengguna dengan menggunakan satu atau lebih situs jejaring sosial (SNS). Hubungan sosial merupakan hal yang mendorong individu untuk menggunakan media sosial (Scheepers et al., 2014). Karena melalui media sosial pengguna dapat menciptakan hubungan baru melalui jaringan yang luas (Kietzmann et al., 2011). Pengguna media sosial memiliki keinginan untuk mengembangkan dan cenderung untuk mempertahankan hubungan sosial yang merupakan penentu utama dari perilaku berbagi pengetahuan daring (Ma & Yuen, 2011). Perkembangan terbaru dari media sosial membawa peluang baru tidak hanya untuk bersosialisasi dan pemasaran, tetapi juga untuk berbagi pengetahuan dan pembelajaran. Faraj et al. (2011) dalam Wagner et al. (2014) menyebutkan bahwa teknologi media sosial dan potensi yang lain (affordance) yang dimilikinya, dapat digunakan untuk memfasilitasi manajemen pengetahuan secara umum. Teknologi informasi dapat membantu organisasi untuk mengelola sumber daya pengetahuan, yaitu melalui media sosial, teknologi informasi yang lebih interaktif, misalnya wikis, blogs, microblogging, social networking, dan social tagging (Wagner et al., 2014). Wikipedia merupakan salah satu alat media sosial yang biasa digunakan sebagai media untuk berbagi informasi dan pengetahuan. Wikipedia merupakan sebuah ensiklopedia multibahasa yang dapat disunting, disalin, dan disebarkan secara bebas (sumber wikipedia). Mayfield (2008) dalam Zheng et al. (2010) menyebutkan bahwa ada enam kategori alat-alat media sosial yang populer, 7

8 antara lain: 1) Jejaring sosial (e.g., MySpace, Facebook, Bebo); 2) Blog; 3) Wiki; 4) Podcasts; 5) Forums; dan 6) Content communities (e.g., Flickr, del.icio.us, Youtube)). Hsu & Lin (2008) menyebutkan bahwa faktor-faktor motivasi yang mempengaruhi perilaku berbagi pengetahuan individu (i.e., expected reciprocity benefit, kepercayaan, dan hubungan yang diharapkan) tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap sikap pengguna untuk berpartisipasi dalam sebuah blog. Blog adalah singkatan dari web log yang merupakan bentuk aplikasi web yang berbentuk tulisan-tulisan (yang dimuat sebagai posting) pada sebuah halaman web (sumber wikipedia). Media sosial seperti jejaring sosial, blogs, wikis dan podcast telah muncul sebagai media daring yang inovatif yang dapat mempengaruhi perilaku berbagi pengetahuan individu (Hakami et al., 2014; Panahi et al., 2015). Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi keberhasilan atau kegagalan aktivitas berbagi pengetahuan di media sosial (Hakami et al., 2014). Faktor-faktor tersebut dibagi dalam tiga kategori, yaitu: faktor pribadi individu, faktor lingkungan organisasi, dan faktor teknologi. Lebih lanjut, dijelaskan bahwa faktor individu yang memiliki potensi yang paling mampu berpengaruh terhadap perilaku berbagi pengetahuan di media sosial yaitu, pada hubungan yang diharapkan (outcome expectation) dan kepercayaan (trust). Scheepers et al. (2014) dalam penelitiannya telah mengidentifikasi empat perilaku pengguna media sosial (i.e., perilaku mencari informasi; 8

9 perilaku hedonisme; mempertahankan ikatan yang kuat; dan memperluas ikatan yang lemah) yang digunakan oleh individu dalam melakukan interaksi di media sosial. Lebih lanjut, pengguna media sosial cenderung untuk memperluas kegiatan mencari informasi mereka ke dalam lingkungan masyarakat yang lebih luas. Hal ini didukung oleh Panahi et al. (2015) yang menyebutkan bahwa alat-alat media sosial seperti blog, micro-blog, wiki dan situs jejaring sosial lainnya telah mengubah perilaku mencari informasi individu. Ma & Chan (2014) menunjukkan bahwa online attachment motivation (POAM); perceived online relationship commitment (PORC) memiliki hubungan langsung dan tidak langsung terhadap perilaku berbagi pengetahuan daring. Lebih lanjut, Ma & Chan (2014) menambahkan altruism pengguna media sosial sebagai faktor yang mempengaruhi secara langsung perilaku berbagi pengetahuan daring. Namun, penelitian tersebut memiliki bias karena pada penggunaan sampel penelitian hanya pada mahasiswa baru yang sebagian besar hanya menggunakan satu alat media sosial yaitu jejaring sosial khususnya facebook. Untuk itu, Ma & Chan (2014) mengharapkan untuk melakukan penelitian selanjutnya dengan mempertimbangkan jumlah jenis-jenis alat media sosial. Oleh karena itu, sampel penelitian ini tidak hanya sebatas pada pengguna jejaring sosial khususnya facebook. Media sosial dapat membuat pengetahuan bersama lebih kaya dan lebih berlimpah, yang selanjutnya bisa mempengaruhi kegiatan berbagi pengetahuan individu (Kwahk & Park, 2016). Menurut Ma & Chan (2014) 9

10 masih banyak faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi perilaku berbagi pengetahuan di media sosial. Karena itu masih perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang perilaku pengguna di media sosial. Serta faktor yang dapat mempengaruhi perilaku berbagi pengetahuan di media sosial. 1.2 Rumusan Masalah Penelitian literatur konseptual yang dilakukan oleh Hakami et al. (2014) menyebutkan bahwa terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi aktivitas berbagi pengetahuan di media sosial. Faktor-faktor tersebut dibagi dalam tiga kategori, yaitu: faktor pribadi individu, faktor lingkungan organisasi, dan faktor teknologi. Faktor-faktor tersebutlah yang dapat menentukan keberhasilan atau kegagalan aktivitas berbagi pengetahuan di media sosial. Menurut Hakami et al. (2014) dari ketiga kategori tersebut, kategori faktor pribadi individual yang memiliki potensi yang mampu berpengaruh terhadap perilaku berbagi pengetahuan di media sosial. Hakami et al. (2014) menyarankan untuk melakukan pembuktian lebih lanjut secara empiris terhadap temuan literatur konseptual tersebut. Dalam penelitian ini menggunakan 3 (tiga) dari beberapa faktor pribadi individu (Hakami et al., 2014) yang memiliki potensi yang paling mampu berpengaruh terhadap perilaku berbagi pengetahuan di media sosial (i.e., senang membantu, norma timbal balik, dan reputasi). Pi et al. (2013) meneliti faktor-faktor yang mempengaruhi kesediaan pengguna Facebook Groups untuk berbagi pengetahuan. Hasil penelitian mereka menunjukkan bahwa 10

11 reputasi secara signifikan mempengaruhi sikap berbagi pengetahuan anggota Facebook Groups, dan rasa harga diri akan langsung maupun tidak langsung di mediasi oleh norma subjektif mempengaruhi berbagi pengetahuan. Lebih lanjut, bahwa pada 3 (tiga) variabel ini telah banyak diteliti secara empiris serta memiliki pengaruh yang signifikan terhadap perilaku berbagi pengetahuan (Hakami et al., 2014). Namun, masih belum terdapat penelitian secara empiris yang dilakukan untuk melihat pengaruh dari faktor-faktor tersebut khususnya terhadap perilaku berbagi pengetahuan di media sosial. Berdasarkan hasil penelitian Hsu & Lin (2008) bahwa faktor-faktor motivasi yang mempengaruhi perilaku berbagi pengetahuan individu (i.e., manfaat timbal balik yang diharapkan, kepercayaan, dan hubungan yang diharapkan) tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap sikap pengguna untuk berpartisipasi dalam sebuah blog. Mayfield (2008) dalam Zheng et al. (2010) menyebutkan bahwa ada enam kategori media sosial yang populer (i.e., jejaring sosial (e.g., MySpace, Facebook, Bebo), blog, wiki, podcasts, forums, dan komunitas konten (e.g., Flickr, del.icio.us, Youtube ect.)). Berdasarkan penjelasan tersebut, penelitian ini menggunakan kepercayaan dan hubungan yang diharapkan sebagai faktor-faktor individual yang mempengaruhi perilaku berbagi pengetahuan (Hsu & Lin, 2008) sebagai variabel lain yang mempengaruhi aktivitas berbagi pengetahuan di media sosial (Hakami et al., 2014). Majchrzak et al. (2013) menyebutkan bahwa kegiatan percakapan dan berdiskusi daring, dimana ide-ide, konsep, masalah tugas yang dibagi secara 11

12 daring, direnungkan dan didiskusikan secara kelompok atau individu dengan menggunakan satu atau lebih situs jejaring sosial (SNS). Alat media sosial seperti situs jejaring sosial (SNS) mengenalkan interaksi dan memungkinkan individu/pengguna untuk mengkomunikasikan informasi dan pengalaman pribadi (Eid & Al-Jabri, 2016). Hal tersebut memungkinkan pengguna untuk membuat profil mereka terhubung, berinteraksi, dan berkolaborasi dengan orang lain (Boyd & Ellison, 2008). Lebih lanjut, bahwa percakapan dan diskusi yang bermanfaat, sebagai salah satu konsep dalam situs jejaring sosial (SNS) yang digunakan mahasiswa dalam berkomunikasi, pertanyaan dan jawaban, membahas tugas, atau membahas masalah yang berkaitan dengan program studi mereka. Safko & Brake (2009) dalam Hakami et al. (2014) mendefinisikan media sosial sebagai kegiatan, praktek, dan perilaku di kalangan komunitas orang-orang yang berkumpul secara darling untuk berbagi informasi, pengetahuan dan opini menggunakan media percakapan. Bowley (2009) dalam Hakami et al. (2014) mendefinisikan media sosial sebagai aplikasi kolaboratif daring dan teknologi yang memungkinkan dan mendorong partisipasi, percakapan, keterbukaan, penciptaan dan sosialisasi antara komunitas pengguna. Lebih lanjut, khususnya pengguna yang menghasilkan konten. Dan pengguna media sosial dimungkinkan dengan mudah terhubung dan mengumpulkan orang-orang secara bersama-sama melalui sebuah konten (Kwahk & Park, 2016). 12

13 Lingkungan media sosial menawarkan fitur unik, termasuk keterbukaan, komunikasi dua arah, dan umpan balik yang terbuka (Kwahk & Park, 2016). Karakteristik ini memungkinkan sejumlah besar pengguna secara bebas dan mudah berbagi pikiran, pendapat, pengalaman, perspektif, informasi, dan pengetahuan melalui media sosial (Kaplan & Haenlein, 2010). Dengan bantuan teknologi web, media sosial dapat dikombinasikan dengan berbagai media alat seperti video, audio, dan foto, serta berbagai alat komunikasi, seperti aplikasi chatting, audio atau program konfrensi video, atau sistem umpan balik. Melalui media sosial, individu dapat dengan mudah berbagi tidak hanya pengetahuan eksplisit mereka melalui komunikasi tertulis, tetapi juga pengetahuan implisit mereka. Yang mungkin sulit untuk diekspresikan dalam bentuk tertulis. Media sosial dapat membuat pengetahuan bersama lebih kaya dan lebih berlimpah, yang selanjutnya bisa mempengaruhi kegiatan berbagi pengetahuan (Kwahk & Park, 2016). Orang-orang yang aktif menggunakan media sosial mendapatkan pengetahuan dan informasi yang dapat mereka gunakan untuk menyelesaikan masalah yang mungkin mereka hadapi dengan rekan kerja atau dengan orang lainnya (Kwahk & Park, 2016). Istilah media sosial mengacu pada aplikasi berbasis internet yang digunakan oleh orang-orang untuk berbagi pendapat mereka, pikiran, pengalaman, dan perspektif (Kaplan & Haenlein, 2010). Lebih lanjut, Lerman (2007) dalam (Kwahk & Park, 2016) bukan hanya mencari dan pasif mengkonsumsi informasi, pengguna media sosial 13

14 menunjukkan kecenderungan untuk membuat informasi secara kooperatif, dan untuk mengevaluasi dan berbagi informasi. Hakami et al. (2014) menyebutkan mayoritas penelitian sebelumnya menyoroti berbagai faktor yang mempengaruhi kesediaan individu untuk berbagi pengetahuan seperti resiko, manfaat, sistem insentif, motivasi ekstrinsik dan intrinsik, iklim organisasi serta management championship. Dan studi-studi sebelumnya tentang perilaku berbagi pengetahuan sebagian besar dilakukan dalam konteks organisasi (Mustafa & Ibrahim, 2016) dan dalam konteks hubungan dengan konsumen. Penelitian yang sangat terbatas tentang pengaruh berbagi file di media sosial khususnya berbagi pengetahuan dalam konteks pendidikan tinggi (Eid & Al-Jabri, 2016). Berdasarkan uraian rumusan masalah, penelitian ini dimaksudkan untuk menguji secara empiris faktor-faktor individual pengguna media sosial (user) yang mempengaruhi perilaku berbagi pengetahuan di media sosial. 1.3 Pertanyaan Penelitian Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah, maka pertanyaanpertanyaan yang akan dijawab dalam penelitian ini adalah: 1. Apakah kepercayaan berpengaruh positif terhadap perilaku berbagi pengetahuan di media sosial? 2. Apakah reputasi berpengaruh positif terhadap perilaku berbagi pengetahuan di media sosial? 14

15 3. Apakah senang membantu berpengaruh positif terhadap perilaku berbagi pengetahuan di media sosial? 4. Apakah norma timbal balik berpengaruh positif terhadap perilaku berbagi pengetahuan di media sosial? 5. Apakah hubungan yang diharapkan berpengaruh positif terhadap perilaku berbagi pengetahuan di media sosial? 1.4 Tujuan Penelitian Tujuan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Menguji pengaruh kepercayaan terhadap perilaku berbagi pengetahuan di media sosial. 2. Menguji pengaruh reputasi terhadap perilaku berbagi pengetahuan di media sosial. 3. Menguji pengaruh senang membantu terhadap perilaku berbagi pengetahuan di media sosial. 4. Menguji pengaruh norma timbal balik terhadap perilaku berbagi pengetahuan di media sosial. 5. Menguji pengaruh hubungan yang diharapkan terhadap perilaku berbagi pengetahuan di media sosial. 15

16 1.5 Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi teoritis, metodelogi, dan empiris mengenai pengaruh faktor-faktor individual dan perilaku individu di media sosial terhadap perilaku berbagi pengetahuan daring khususnya di media sosial. Serta dapat menjadi sumber referensi bagi peneliti-peneliti selanjutnya yang tertarik untuk meneliti topik yang berkaitan dengan penelitian ini. Secara praktikal penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan informasi dan bahan pertimbangan bagi praktisi dalam mendorong individu agar bersedia berbagi pengetahuan daring di media sosial. 1.6 Sistematika Penulisan Penulisan tesis ini terdiri dari lima bab. Bab pertama menyajikan latar belakang, rumusan masalah, tujuan, manfaat penulisan dan sistematika penulisan. Bab dua menjelaskan teori yang menjadi dasar penelitian. Bab tiga memaparkan desain penelitian, metode pengambilan sampel dan analisis data yang digunakan pada penelitian. Bab empat membahas hasil analisis data, dan pembahasan hasil penelitian. Bab lima memberikan simpulan, keterbatasan penelitian dan saran penelitian selanjutnya. 16

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu fenomena menarik dalam perkembangan teknologi adalah

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu fenomena menarik dalam perkembangan teknologi adalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Salah satu fenomena menarik dalam perkembangan teknologi adalah adanya internet yang dapat memberi kemudahan baik setiap individu untuk berhubungan dalam jangka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam perkembangan bisnis dewasa ini membuat persaingan bisnis menjadi

BAB I PENDAHULUAN. Dalam perkembangan bisnis dewasa ini membuat persaingan bisnis menjadi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam perkembangan bisnis dewasa ini membuat persaingan bisnis menjadi semakin ketat. Hal ini tidak terlepas dari pengaruh kemajuan dan perkembangan teknologi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbasis internet yang membangun di atas dasar ideologi dan teknologi Web

BAB I PENDAHULUAN. berbasis internet yang membangun di atas dasar ideologi dan teknologi Web BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Media sosial saat ini telah menjadi trend dalam komunikasi pemasaran. Media sosial adalah sebuah media online, dengan para penggunanya bisa dengan mudah berpartisipasi,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Kantor Akuntan Publik (KAP) merupakan organisasi yang memiliki budaya

BAB 1 PENDAHULUAN. Kantor Akuntan Publik (KAP) merupakan organisasi yang memiliki budaya BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kantor Akuntan Publik (KAP) merupakan organisasi yang memiliki budaya kerja yang berbeda dengan bisnis lainnya. Hal ini dikarenakan dalam bisnisnya, KAP menyediakan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Bauran Pemasaran Tradisional Bauran pemasaran adalah kumpulan alat pemasaran taktis terkendali yang diperlukan perusahaan untuk menghasilkan respons yang diinginkannya di pasar

Lebih terperinci

Menurut Chris Brogan (2010:11) dalam bukunya yang berjudul Social Media 101

Menurut Chris Brogan (2010:11) dalam bukunya yang berjudul Social Media 101 Pengertian Social Media Menurut Chris Brogan (2010:11) dalam bukunya yang berjudul Social Media 101 Tactic and Tips to Develop Your Business Online mendefinisikan Social media sebagai berikut: Social media

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai makhluk sosial mempunyai kebutuhan yang paling dasar

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai makhluk sosial mempunyai kebutuhan yang paling dasar BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia sebagai makhluk sosial mempunyai kebutuhan yang paling dasar untuk berkomunikasi dan terhubung dengan manusia lain. Manusia cenderung berkumpul dengan

Lebih terperinci

MENGAPA MEDIA SOSIAL. Selamat Datang di Era Generasi Y

MENGAPA MEDIA SOSIAL. Selamat Datang di Era Generasi Y MENGAPA MEDIA SOSIAL Selamat Datang di Era Generasi Y 1 Media Sosial di Indonesia 2 Dokter, Pasien, dan Media sosial Sisi positif Sisi Negatif 3 MENGENAL MEDIA SOSIAL Masihkah Anda ingat dengan perangko,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Konteks Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Konteks Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Masalah Bidang teknologi informasi saat ini telah berkembang secara massal dan cepat. Teknologi tersebut telah berhasil mengubah bentuk masyarakat manusia, dari masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam Wahyuningtyas 2013). Kebutuhan dasar manusia adalah hal-hal. penting untuk bertahan hidup dan kesehatan.

BAB I PENDAHULUAN. dalam Wahyuningtyas 2013). Kebutuhan dasar manusia adalah hal-hal. penting untuk bertahan hidup dan kesehatan. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap manusia pasti memiliki kebutuhan. Kebutuhan adalah suatu keadaan yang ditandai oleh perasaan kekurangan dan ingin diperoleh sesuatu yang akan diwujudkan

Lebih terperinci

- 1 - GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 18 TAHUN 2016 TENTANG

- 1 - GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 18 TAHUN 2016 TENTANG - 1 - GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 18 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN MEDIA SOSIAL PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kinerja dan keberlanjutan sebuah organisasi adalah tantangan terbesar yang

BAB I PENDAHULUAN. Kinerja dan keberlanjutan sebuah organisasi adalah tantangan terbesar yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Kinerja dan keberlanjutan sebuah organisasi adalah tantangan terbesar yang dihadapi oleh seorang pemimpin (Emmons, 2013). Kesuksesan tidak hanya berbicara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam berkomunikasi terutama dengan adanya teknologi internet. Internet saat ini

BAB I PENDAHULUAN. dalam berkomunikasi terutama dengan adanya teknologi internet. Internet saat ini BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perkembangan telekomunikasi dan informatika (IT) yang semakin pesat pada era digital seperti sekarang ini membuat jarak tidak lagi menjadi masalah dalam berkomunikasi

Lebih terperinci

Proses Bisnis dan Informasi. Suryo Widiantoro, ST, MMSI, M.Com(IS)

Proses Bisnis dan Informasi. Suryo Widiantoro, ST, MMSI, M.Com(IS) Proses Bisnis dan Informasi Suryo Widiantoro, ST, MMSI, M.Com(IS) 1 Topik bahasan 1. Sistem kolaborasi 2. Teknologi dan perangkat Web 2.0 untuk kolaborasi 3. Tantangan Business 2.0 4. Teknologi Web 3.0

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Teknologi informasi dan komunikasi (TIK) saat ini sudah menjadi elemen

BAB I PENDAHULUAN. Teknologi informasi dan komunikasi (TIK) saat ini sudah menjadi elemen BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Teknologi informasi dan komunikasi (TIK) saat ini sudah menjadi elemen penting bagi kehidupan masyarakat modern terutama fungsinya dalam bersosialisasi dan berinteraksi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan melakukan inovasi untuk pengembangan produknya dan. mempertahankan konsumennya. Perusahaan yang tidak mampu bersaing akan

BAB I PENDAHULUAN. dengan melakukan inovasi untuk pengembangan produknya dan. mempertahankan konsumennya. Perusahaan yang tidak mampu bersaing akan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Pendahuluan Kebutuhan dan selera pasar terus berkembang seiring waktu dan perkembangan jaman. Hal inilah yang mendasari perusahaan untuk bersaing dengan melakukan inovasi untuk pengembangan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. mudah berpartisipasi, berbagi, dan menciptakan isi meliputi blog, jejaring sosial, wiki,

BAB 1 PENDAHULUAN. mudah berpartisipasi, berbagi, dan menciptakan isi meliputi blog, jejaring sosial, wiki, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Media Sosial adalah sebuah media online, dengan para penggunanya bisa dengan mudah berpartisipasi, berbagi, dan menciptakan isi meliputi blog, jejaring sosial, wiki,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Teknologi Informasi dan Komunikasi saat ini sudah menjadi bagian yang

BAB I PENDAHULUAN. Teknologi Informasi dan Komunikasi saat ini sudah menjadi bagian yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Teknologi Informasi dan Komunikasi saat ini sudah menjadi bagian yang tidak terlepaskan dalam proses pendidikan. Keterbatasan ruang dan waktu tidak menjadi halangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. materialistis yang tercipta dalam dunia maya. berbagai kebutuhan secara elektronik. Dan sekarang ini sedang semarak

BAB I PENDAHULUAN. materialistis yang tercipta dalam dunia maya. berbagai kebutuhan secara elektronik. Dan sekarang ini sedang semarak 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi komunikasi telah mengubah dunia menjadi sebuah desa global (global village) yang mampu diakses oleh setiap individu yang ada disetiap belahan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Pengetahuan disimpan di dalam otak individu atau di-encode (diubah dalam

BAB II LANDASAN TEORI. Pengetahuan disimpan di dalam otak individu atau di-encode (diubah dalam 8 BAB II LANDASAN TEORI A. Knowledge Pengetahuan dalam Kusumadmo (2013), adalah penggunaan informasi dan data secara penuh yang dilengkapi dengan potensi ketrampilan, kompetensi, ide, intuisi, komitmen,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. hal, dengan perspektif orang akan memandang sesuatu hal berdasarkan cara-cara

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. hal, dengan perspektif orang akan memandang sesuatu hal berdasarkan cara-cara BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Tentang Perspektif Sosiologis Perspektif merupakan suatu kumpulan asumsi maupun keyakinan tentang sesuatu hal, dengan perspektif orang akan memandang sesuatu hal berdasarkan

Lebih terperinci

negeri namun tetap menuntut kinerja politisi yang bersih.

negeri namun tetap menuntut kinerja politisi yang bersih. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Persoalan politik di Indonesia saat ini adalah kurangnya kesadaran politik dalam masyarakat khususnya generasi pemuda untuk terlibat dalam partisipasi politik. Tuntutan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbasis pengetahuan di mana pengetahuan menjadi sumber daya yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. berbasis pengetahuan di mana pengetahuan menjadi sumber daya yang sangat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dunia telah beralih dari perekonomian industrial ke perekonomian berbasis pengetahuan di mana pengetahuan menjadi sumber daya yang sangat penting dan strategis bagi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini, internet menjadi salah satu inovasi teknologi komunikasi yang banyak digunakan. Kehadiran internet tidak hanya menjadi sekadar media komunikasi, tetapi juga

Lebih terperinci

BAB IV PERANCANGAN. IV.2 Perancangan Model Komunitas Belajar Learner-Centered

BAB IV PERANCANGAN. IV.2 Perancangan Model Komunitas Belajar Learner-Centered BAB IV PERANCANGAN Pada bab ini dilakukan perancangan model komunitas belajar dengan prinsip psikologis learner-centered sesuai dengan analisis yang telah dilakukan sebelumnya, berikut penjelasannya. IV.1

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN. 1. Terdapat pengaruh blended learning berbasis edmodo terhadap hasil belajar

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN. 1. Terdapat pengaruh blended learning berbasis edmodo terhadap hasil belajar 101 BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN 5.1. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data, maka dapat diambil simpulan sebagai berikut: 1. Terdapat pengaruh blended learning berbasis edmodo

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi perubahan gaya hidup sosial dalam berbagai aspek kehidupan (Al-

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi perubahan gaya hidup sosial dalam berbagai aspek kehidupan (Al- BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Seiring berkembangnya zaman dan teknologi yang semakin cepat telah mempengaruhi perubahan gaya hidup sosial dalam berbagai aspek kehidupan (Al- Kasasbeh, 2011).

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Keputusan Pembelian 2.1.1 Pengerian Keputusan Pembelian Konsumen Menurut Schiffman dan Kanuk (2000) mendefinisikan keputusan adalah sebagai pemilihan suatu tindakan dari dua

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Mobile Phones, lebih dari 50 juta Pages dan 10 juta Applications di Facebook. Terdapat

BAB 1 PENDAHULUAN. Mobile Phones, lebih dari 50 juta Pages dan 10 juta Applications di Facebook. Terdapat BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Terdapat 1.06 milyar pengguna aktif, 680 juta pengguna yang mengakses melalui Mobile Phones, lebih dari 50 juta Pages dan 10 juta Applications di Facebook.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan teknologi informasi dan Internet memengaruhi cara orang-orang menghabiskan waktu luang. Internet merupakan salah satu cara mudah, relatif murah

Lebih terperinci

PENINGKATAN JANGKAUAN PEMASARAN MELALUI MEDIA SOSIAL DAN WEB: SUATU PENGANTAR. Oleh: Amanita Novi Yushita, M.Si

PENINGKATAN JANGKAUAN PEMASARAN MELALUI MEDIA SOSIAL DAN WEB: SUATU PENGANTAR. Oleh: Amanita Novi Yushita, M.Si PENINGKATAN JANGKAUAN PEMASARAN MELALUI MEDIA SOSIAL DAN WEB: SUATU PENGANTAR Oleh: Amanita Novi Yushita, M.Si amanitanovi@uny.ac.id *Makalah ini disampaikan pada Program Pengabdian pada Masyarakat Pelatihan

Lebih terperinci

MEDIA PLANNING & MEDIA BUYING

MEDIA PLANNING & MEDIA BUYING Modul ke: 13Fakultas ILMU KOMUNIKASI SUGIHANTORO, MEDIA PLANNING & MEDIA BUYING Social Media Advertising S.Sos, M.IKom. Program Studi MARKETING COMMUNICATIONS & ADVERTISING Media Interaktif Basis dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menawarkan produk atau jasa yang perusahaan miliki dengan tujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. menawarkan produk atau jasa yang perusahaan miliki dengan tujuan untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Promosi merupakan sebuah upaya untuk memberitahukan atau menawarkan produk atau jasa yang perusahaan miliki dengan tujuan untuk menarik calon konsumen membeli

Lebih terperinci

TINGKAT PENERIMAAN MAHASISWA TERHADAP PENGGUNAAN SITUS JEJARING SOSIAL SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN. Abstrak

TINGKAT PENERIMAAN MAHASISWA TERHADAP PENGGUNAAN SITUS JEJARING SOSIAL SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN. Abstrak TINGKAT PENERIMAAN MAHASISWA TERHADAP PENGGUNAAN SITUS JEJARING SOSIAL SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN Almed Hamzah Jurusan Teknik Informatika, Fakultas Teknologi Industri Universitas Islam Indonesia Yogyakarta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Internet merupakan suatu hal yang sudah tidak asing lagi bagi masyarakat modern, termasuk masyarakat Indonesia. Tentu masyarakat masih mengingat bahwa pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. E-commerce adalah media yang relatif baru dalam dunia bisnis. Namun, keberadaannya

BAB I PENDAHULUAN. E-commerce adalah media yang relatif baru dalam dunia bisnis. Namun, keberadaannya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah E-commerce adalah media yang relatif baru dalam dunia bisnis. Namun, keberadaannya telah mengubah cara pelanggan untuk membeli produk atau jasa. Pelanggan mulai

Lebih terperinci

Pembuatan Konten Manajemen Video untuk mendukung Komunitas IbuKreatif di Facebook

Pembuatan Konten Manajemen Video untuk mendukung Komunitas IbuKreatif di Facebook Pembuatan Konten Manajemen Video untuk mendukung Komunitas IbuKreatif di Facebook Siti Rochimah 1, Abdul Munif 2, Diniar Nabilah Ghassani 3 1,2,3 Jurusan Teknik Informatika FTIF Institut Teknologi Sepuluh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakarat Indonesia. Terlebih kamera aksi ini banyak dimiliki oleh kalangan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakarat Indonesia. Terlebih kamera aksi ini banyak dimiliki oleh kalangan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Belakangan ini fenomena digital mengalami perkembangan yang cukup pesat. Kemudahan dalam penggunaannya menjadi kelebihan digital dibandingkan pendahulunya yaitu analog.

Lebih terperinci

xii BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

xii BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang xii BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Istilah Pembelajaran Terpusat pada Siswa atau Student-Centered Learning (SCL) atau yang sering juga dikenal dengan Learner-Centered Teaching adalah suatu paradigma

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. khususnya bagi sektor publik dalam pelayanan publik (Nurmandi, 2006). Banyak

BAB I PENDAHULUAN. khususnya bagi sektor publik dalam pelayanan publik (Nurmandi, 2006). Banyak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengetahuan mempunyai peranan penting dalam kemajuan suatu organisasi, khususnya bagi sektor publik dalam pelayanan publik (Nurmandi, 2006). Banyak organisasi semakin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jejaring sosial, seperti facebook, twitter maupun instagram (data Puskakom UI).

BAB I PENDAHULUAN. jejaring sosial, seperti facebook, twitter maupun instagram (data Puskakom UI). 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Saat ini jumlah pengguna internet di Indonesia mencapai angka 88,1 juta dan 87% diantaranya menggunakan internet dengan alasan utama untuk mengakses jejaring

Lebih terperinci

BAB II OBJEK PENELITIAN. gambaran singkat Group SMA Stella Duce 2 Yogyakarta di Facebook dan gambaran

BAB II OBJEK PENELITIAN. gambaran singkat Group SMA Stella Duce 2 Yogyakarta di Facebook dan gambaran BAB II OBJEK PENELITIAN A. GAMBARAN JEJARING SOSIAL FACEBOOK Pada bab ini berisikan tentang sejarah singkat situs jejaring sosial Facebook, gambaran singkat Group SMA Stella Duce 2 Yogyakarta di Facebook

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Modal Sosial Modal sosial merupakan salah satu konsep baru yang digunakan untuk mengukur kualitas hubungan dalam komunitas, organisasi, dan masyarakat. Modal sosial atau Social

Lebih terperinci

1BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Untuk mencapai hasil kerja yang baik dalam sebuah kelompok kerja, tentu dibutuhkan komunikasi yang baik pula diantara anggotanya. Komunikasi berkaitan erat dengan

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN. Berdasarkan hasil uji hipotesa didapatkan adanya hubungan antara

BAB V SIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN. Berdasarkan hasil uji hipotesa didapatkan adanya hubungan antara BAB V SIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil uji hipotesa didapatkan adanya hubungan antara perilaku prososial di situs jejaring sosial dengan perilaku prososial di dunia nyata,

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PENELITIAN

BAB 2 TINJAUAN PENELITIAN BAB 2 TINJAUAN PENELITIAN 2.1. Ego Development Definisi identitas menurut Erikson (dalam Subrahmanyam & Smahel, 2011) adalah perasaan subjektif terhadap diri sendiri yang konsisten dan berkembang dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tergantung pada berbagi pengetahuan yang terjadi antar anggota di dalamnya

BAB I PENDAHULUAN. tergantung pada berbagi pengetahuan yang terjadi antar anggota di dalamnya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tim merupakan unit dasar pelaksanaan suatu pekerjaan pada tingkat organisasi (Gerard, 1995). Untuk itu, tim menjadi wadah utama yang memfasilitasi mengalirnya pengetahuan

Lebih terperinci

U N I V E R S I T A S G U N A D A R M A

U N I V E R S I T A S G U N A D A R M A U N I V E R S I T A S G U N A D A R M A FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI SOFTSKILL STRATEGI PEMASARAN TOKO ONLINE RAKOENSHOP MELALUI KEKUATAN SOSIAL MEDIA Nama : Wanda Ariyatna Yanuar Npm : 557412654 Kelas

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Broadband di Forum Kaskus.co.id mengenai social media serta pengaruhnya

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Broadband di Forum Kaskus.co.id mengenai social media serta pengaruhnya BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Berdasarkan penelitian yang dilakukan kepada anggota komunitas Mobile Broadband di Forum Kaskus.co.id mengenai social media serta pengaruhnya terhadap tahapan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Berbagi pengetahuan merupakan hal penting bagi organisasi yang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Berbagi pengetahuan merupakan hal penting bagi organisasi yang BAB 1 PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Berbagi pengetahuan merupakan hal penting bagi organisasi yang menggunakan pengetahuan mereka sebagai aset untuk meraih keunggulan bersaing (competitive advantage).

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pada buku paket sering menjadi acuan utama pengajaran guru, sebagian

BAB 1 PENDAHULUAN. pada buku paket sering menjadi acuan utama pengajaran guru, sebagian BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sebagian guru di Indonesia masih cenderung menggunakan cara konvesional dalam melaksanakan pembelajaran di kelas (Sagara:164). Pembelajaran dilakukan dalam

Lebih terperinci

KEGIATAN BELAJAR 2 PERAN TEKNOLOGI DAN MEDIA DALAM PEMBELAJARAN ABAD 21

KEGIATAN BELAJAR 2 PERAN TEKNOLOGI DAN MEDIA DALAM PEMBELAJARAN ABAD 21 KEGIATAN BELAJAR 2 PERAN TEKNOLOGI DAN MEDIA DALAM PEMBELAJARAN ABAD 21 Capaian Pembelajaran Mata Kegiatan Capaian Pembelajaran : Dapat memanfaatkan teknologi media pembelajaran abad 21. dalam Pokok Pokok

Lebih terperinci

[INTERAKSI MANUSIA KOMPUTER] DWI PRASETYO 4-1. Jurusan Ilmu Komputer Fakultas Sains dan Teknik Universitas Nusa Cendana

[INTERAKSI MANUSIA KOMPUTER] DWI PRASETYO 4-1. Jurusan Ilmu Komputer Fakultas Sains dan Teknik Universitas Nusa Cendana 2015 DWI PRASETYO [INTERAKSI MANUSIA KOMPUTER] Jurusan Ilmu Komputer Fakultas Sains dan Teknik Universitas Nusa Cendana 4-1 MODUL-4 [4] DESAIN UNTUK KOLABORASI DAN KOMUNIKASI Pelajari baik-baik modul ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ketika akan memutuskan untuk memiliki suatu produk. Keputusan itu akan

BAB I PENDAHULUAN. ketika akan memutuskan untuk memiliki suatu produk. Keputusan itu akan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bagi seorang konsumen niat beli terhadap suatu produk muncul dari sebuah keinginan yang disebabkan oleh dampak dari suatu proses pengamatan dan pembelajaran, apabila

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan internet sangat mempengaruhi kehidupan sosial serta cara

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan internet sangat mempengaruhi kehidupan sosial serta cara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam era globalisasi ini, teknologi sangat erat kaitannya dengan internet. Perkembangan internet sangat mempengaruhi kehidupan sosial serta cara berkomunikasi seseorang.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Virtual Communities atau komunitas maya adalah komunitas-komunitas yang

BAB I PENDAHULUAN. Virtual Communities atau komunitas maya adalah komunitas-komunitas yang BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Virtual Communities atau komunitas maya adalah komunitas-komunitas yang lebih banyak muncul di dunia komunikasi elektronik dari pada dunia nyata. Salah satu bentuknya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. media. Situs jaringan sosial adalah forum online di mana pengguna dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. media. Situs jaringan sosial adalah forum online di mana pengguna dengan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pengguna internet telah berkembang di seluruh bagian dunia terutama di indonesia. Situs jaringan sosial juga bertumbuh dengan bermacam jenis sosial media.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut Drucker (1997), pengetahuan penting untuk meningkatkan produktivitas serta harus diperhatikan dan di kelola. Sejalan dengan hal tersebut maka Brown dan Duguid

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. nasional dan muatan lokal. Dan dibuatlah Suplemen Kurikulum berbagai macam sumber ilmu, tidak hanya dari guru kelas saja.

BAB I PENDAHULUAN. nasional dan muatan lokal. Dan dibuatlah Suplemen Kurikulum berbagai macam sumber ilmu, tidak hanya dari guru kelas saja. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sejak tahun 1990-an hingga kini, kurikulum pendidikan menengah di Indonesia sudah berganti beberapa kali. Mulai dari Kurikulum 1994 yang menuai banyak kritik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bagi organisasi dalam pembentukan keunggulan kompetitifnya (Lam, 2000; Ramirez

BAB I PENDAHULUAN. bagi organisasi dalam pembentukan keunggulan kompetitifnya (Lam, 2000; Ramirez BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengetahuan saat ini telah diakui sebagai salah satu sumberdaya yang penting bagi organisasi dalam pembentukan keunggulan kompetitifnya (Lam, 2000; Ramirez et al.,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tahun ke tahun. Situasi pertumbuhan industri tercermin dari pasar otomotif yang

BAB I PENDAHULUAN. tahun ke tahun. Situasi pertumbuhan industri tercermin dari pasar otomotif yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri otomotif di Indonesia mengalami perkembangan yang pesat dari tahun ke tahun. Situasi pertumbuhan industri tercermin dari pasar otomotif yang terjadi sekarang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Zaman era modern seperti sekarang ini teknologi sudah sangat. berkembang dengan pesat. Diantara sekian banyak teknologi yang

BAB I PENDAHULUAN. Zaman era modern seperti sekarang ini teknologi sudah sangat. berkembang dengan pesat. Diantara sekian banyak teknologi yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Zaman era modern seperti sekarang ini teknologi sudah sangat berkembang dengan pesat. Diantara sekian banyak teknologi yang berkembang, internet merupakan salah satu

Lebih terperinci

Chapter 12. Ocvita Ardhiani Komunikasi Multimedia

Chapter 12. Ocvita Ardhiani Komunikasi Multimedia Chapter 12 Ocvita Ardhiani Komunikasi Multimedia Pengertian Media Sosial Medsos bisa dikatakan sebagai sebuah media online, di mana para penggunanya (user) melalui aplikasi berbasis internet dapat berbagi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pada era informasi saat ini, informasi menjadi sangat berharga dan menjadi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pada era informasi saat ini, informasi menjadi sangat berharga dan menjadi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada era informasi saat ini, informasi menjadi sangat berharga dan menjadi titik tolak perkembangan dan kemajuan suatu masyarakat. Teknologi informasi menawarkan peluang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pada era globalisasi sekarang ini perkembangan teknologi berdampak

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pada era globalisasi sekarang ini perkembangan teknologi berdampak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada era globalisasi sekarang ini perkembangan teknologi berdampak langsung bagi seluruh masyarakat. Tidak hanya bagi status ekonomi kelas atas, namun ekonomi

Lebih terperinci

1. BAB I PENDAHULUAN. menjadi pakaian yang menunjukan status sosial dari seseorang.

1. BAB I PENDAHULUAN. menjadi pakaian yang menunjukan status sosial dari seseorang. 1. BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Industri fesyen merupakan salah satu industri yang terus berkembang dari tahun ke tahun. Kebutuhan dasar manusia akan pakaian merupakan alasan utama mengapa industri

Lebih terperinci

Knowledge Management Tools

Knowledge Management Tools Knowledge Management Tools Ada beberapa faktor yang dapat memotivasi sebuah organisasi untuk membentuk manajemen formal dan pengetahuan sistematis, termasuk keinginan atau kebutuhan untuk : i. mendapatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membantu memenuhi kebutuhan informasi seluruh karyawan perusahaan.

BAB I PENDAHULUAN. membantu memenuhi kebutuhan informasi seluruh karyawan perusahaan. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sekarang ini perkembangan teknologi informasi (IT) telah berkembang dengan pesat, dengan banyak membawa perubahan-perubahan besar yang berpengaruh pada dunia bisnis.

Lebih terperinci

1. Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Masalah

1. Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Masalah 1. Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam e-learning terutama yang berbasis web, terdapat dua konsep belajar yang berbeda, yaitu Virtual Learning Environment (VLE) dan Personal Learning Environment

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Di era globalisasi ini, ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Di era globalisasi ini, ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di era globalisasi ini, ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) berkembang sangat pesat. Ilmu pengetahuan dan teknologi pada dasarnya tercipta karena pemikiran manusia

Lebih terperinci

II. KELAS MAYA. A. Tujuan Pembelajaran. B. Uraian Materi

II. KELAS MAYA. A. Tujuan Pembelajaran. B. Uraian Materi II. KELAS MAYA Deskripsi Pembelajaran dengan memanfaatkan kelas maya (cyber class) merupakan sebuah upaya untuk mendorong pembelajaran yang dilaksanakan kapan saja dan di mana saja. Pembelajaran dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada era modern ini, perkembangan jaman yang semakin maju membawa kita untuk masuk ke dalam kehidupan yang tak lepas dari teknologi. Keberadaan teknologi yang semakin

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Masalah Fokus Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Peneltian...

DAFTAR ISI. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Masalah Fokus Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Peneltian... 9 DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL. i LEMBAR PERSETUJUAN. ii PERNYATAAN ORISINALITAS. iii LEMBAR PENGESAHAN. iv KATA PENGANTAR. v HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH vii ABSTRAK viii ABSTRACT.. ix DAFTAR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. disebut dengan perilaku konsumen. keras seseorang mempunyai kemauan untuk mencoba. Apabila seseorang

BAB I PENDAHULUAN. disebut dengan perilaku konsumen. keras seseorang mempunyai kemauan untuk mencoba. Apabila seseorang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam pasar yang semakin intensif tingkat persaingannya disertai dengan adanya tuntutan konsumen yang semakin tinggi dan ingin diperlakukan secara khusus, maka dibutuhkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan teknologi mempermudah masyarakat untuk mengakses internet

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan teknologi mempermudah masyarakat untuk mengakses internet BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kemajuan teknologi mempermudah masyarakat untuk mengakses internet kapanpun dan dimanapun. Apalagi, teknologi yang ada pada telepon daring (smartphone) memungkinkan

Lebih terperinci

BAB 2 Tinjauan Pustaka

BAB 2 Tinjauan Pustaka BAB 2 Tinjauan Pustaka 2.1 Media Sosial 2.1.1 Definisi Walaski (2013) menjelaskan media sosial sebagai sarana bagi pengguna untuk berkoneksi dengan orang lain secara virtual. Di dalam media sosial, penggunanya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Seiring dengan perkembangan teknologi yang sangat pesat, segala kebutuhan yang diperlukan dapat dipenuhi dengan cara praktis dan tidak menyulitkan. Terlebih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat pesat. Hal ini ditandai dengan diciptakannya internet protokol wide

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat pesat. Hal ini ditandai dengan diciptakannya internet protokol wide BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan dunia teknologi informasi telah mengalami perkembangan yang sangat pesat. Hal ini ditandai dengan diciptakannya internet protokol wide world web (WWW)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. juga sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari dunia bisnis, industri,

BAB I PENDAHULUAN. juga sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari dunia bisnis, industri, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Kehadiran teknologi komunikasi dan informasi serta perilaku konsumen memanfaatkan media online di Indonesia semakin lama semakin meningkat setiap harinya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan teknologi komunikasi saat ini seolah-olah tidak

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan teknologi komunikasi saat ini seolah-olah tidak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi komunikasi saat ini seolah-olah tidak dapat terbendung lagi. Perkembangan tersebut diiringi juga dengan perkembangan media internet yang biasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. internet sampai pada bulan Juni 2016 melebihi 3,68 miliar. Meskipun penetrasi

BAB I PENDAHULUAN. internet sampai pada bulan Juni 2016 melebihi 3,68 miliar. Meskipun penetrasi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut Internet World Statst (2016), jumlah orang yang menggunakan internet sampai pada bulan Juni 2016 melebihi 3,68 miliar. Meskipun penetrasi melambat dari pengguna

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbagai kalangan masyarakat. Karena fungsional dan sangat penting, internet saat

BAB I PENDAHULUAN. berbagai kalangan masyarakat. Karena fungsional dan sangat penting, internet saat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perkembangan internet saat ini semakin pesat dan menarik pengguna dari berbagai kalangan masyarakat. Karena fungsional dan sangat penting, internet saat ini

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS III.1 Interaksi Sosial sebagai Dasar Knowledge Management

BAB III ANALISIS III.1 Interaksi Sosial sebagai Dasar Knowledge Management BAB III ANALISIS Pada bab ini dipaparkan analisis yang dilakukan terhadap pengetahuan dan pemahaman dasar mengenai proses KM. Analisis yang dilakukan adalah terkait dengan pemahaman bahwa KM didasari oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN PENDAHULUAN. Setidaknya kondisi ini bisa dilihat dari konvergensi media yang tidak

BAB I PENDAHULUAN PENDAHULUAN. Setidaknya kondisi ini bisa dilihat dari konvergensi media yang tidak 1 BAB I PENDAHULUAN PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Teknologi pada dasarnya memiliki kontribusi dalam menciptakan keberagaman media. Tidak hanya itu, teknologi juga memungkinkan industri media untuk

Lebih terperinci

Taryana Suryana. M.Kom

Taryana Suryana. M.Kom Knowledge Management Taryana Suryana. M.Kom taryanarx@yahoo.com http://kuliahonline.unikom.ac.id 1 Pendahuluan Knowledege dapat didefinisikan sebagai pemahaman terhadap sesuatu melalui proses atau pengalaman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. satu sama lain. Fungsi bahasa secara umum adalah sebagai alat komunikasi sosial.

BAB I PENDAHULUAN. satu sama lain. Fungsi bahasa secara umum adalah sebagai alat komunikasi sosial. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam komunikasi, hubungan antara bahasa dan masyarakat tidak dapat dipisahkan karena bahasa merupakan wahana bagi masyarakat untuk berinteraksi satu sama lain. Fungsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Co-branding, disebut merek kemitraan, adalah ketika dua perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. Co-branding, disebut merek kemitraan, adalah ketika dua perusahaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Co-branding, disebut merek kemitraan, adalah ketika dua perusahaan membentuk aliansi untuk bekerja sama, menciptakan sinergi pemasaran. Seperti dijelaskan dalam Co-Branding:

Lebih terperinci

LAMPIRAN. LAMPIRAN 1 : KUISIONER Pra-Analisis Bee-Friend. I. DATA PRIBADI 1. Berapa umur Anda sekarang? tahun

LAMPIRAN. LAMPIRAN 1 : KUISIONER Pra-Analisis Bee-Friend. I. DATA PRIBADI 1. Berapa umur Anda sekarang? tahun LAMPIRAN LAMPIRAN 1 : KUISIONER Pra-Analisis Bee-Friend I. DATA PRIBADI 1. Berapa umur Anda sekarang? tahun 2. Jenis kelamin Anda? Laki-Laki Perempuan 3. Apakah Profesi Anda sekarang? Dosen Mahasiswa Karyawan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pengguna Internet di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Pengguna Internet di Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan penggunaan internet di masa kini, menempatkan internet sebagai salah satu teknologi yang tidak asing lagi digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Pengguna

Lebih terperinci

FACEBOOK APPS "IBUKREATIF" SEBAGAI WAHANA PEMBELAJARAN JARAK JAUH UNTUK IBU RUMAH TANGGA

FACEBOOK APPS IBUKREATIF SEBAGAI WAHANA PEMBELAJARAN JARAK JAUH UNTUK IBU RUMAH TANGGA FACEBOOK APPS "IBUKREATIF" SEBAGAI WAHANA PEMBELAJARAN JARAK JAUH UNTUK IBU RUMAH TANGGA Abdul Munif 1, Vico Ade Candra, Siti Rochimah 2 Jurusan Teknik Informatika, Fakultas Teknologi Informasi, Institut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. internasionalisasi perusahaan di Indonesia. Bagian pertama membahas latar

BAB I PENDAHULUAN. internasionalisasi perusahaan di Indonesia. Bagian pertama membahas latar BAB I PENDAHULUAN Bab pertama pada tesis ini menjelaskan topik penelitian yaitu konsep internasionalisasi perusahaan di Indonesia. Bagian pertama membahas latar belakang penelitian yang didasarkan pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan orang lain. Internet atau interconnection networking telah membentuk

BAB I PENDAHULUAN. dengan orang lain. Internet atau interconnection networking telah membentuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring dengan arus globalisasi perkembangan informasi dan telekomunikasi di dunia semakin canggih. Salah satu contoh produk teknologi tersebut adalah internet.

Lebih terperinci

TUGAS TIK MEDIA SOSIAL LEARNING. Makalah ini Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Teknologi Informatika dan Komunnikasi

TUGAS TIK MEDIA SOSIAL LEARNING. Makalah ini Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Teknologi Informatika dan Komunnikasi MEDIA SOSIAL LEARNING Makalah ini Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Teknologi Informatika dan Komunnikasi http://ebudsantoso.mhs.narotama.ac.id/2015/12/10/msl-pdf/ Oleh: Eko Budi Santoso

Lebih terperinci

01/10/2010. Pertemuan 1. Process. People. Technology

01/10/2010. Pertemuan 1. Process. People. Technology Pertemuan 1 Manajemen pengetahuan organisasi (bukan individu) untuk menciptakan nilai bisnis (business value) dan menghasilkan keunggulan daya saing (competitive advantage) People Process Technology 1

Lebih terperinci

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN. penelitian mengenai strategi penggunaan media sosial Instagram Humblezing dalam

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN. penelitian mengenai strategi penggunaan media sosial Instagram Humblezing dalam BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN A. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti yang telah disajikan hasil penyajian data dan analisis data pada bab sebelumnya. Maka kesimpulan

Lebih terperinci

PENGGUNAAN MEDIA SOSIAL BAGI PESERTA DIDIK KELAS X DI SMAN 4 PALANGKA RAYA. Oleh : Drs.M.Fatchurahman, M.Pd, M.Psi* dan Dean Barizka, S.

PENGGUNAAN MEDIA SOSIAL BAGI PESERTA DIDIK KELAS X DI SMAN 4 PALANGKA RAYA. Oleh : Drs.M.Fatchurahman, M.Pd, M.Psi* dan Dean Barizka, S. PENGGUNAAN MEDIA SOSIAL BAGI PESERTA DIDIK KELAS X DI SMAN 4 PALANGKA RAYA Oleh : Drs.M.Fatchurahman, M.Pd, M.Psi* dan Dean Barizka, S.Pd** ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana penggunaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ditunjukkan dengan data dari tahun 2008, mengenai. pengguna 16 juta orang menjadi lebih dari 1,4 milliar.

BAB I PENDAHULUAN. ditunjukkan dengan data dari  tahun 2008, mengenai. pengguna 16 juta orang menjadi lebih dari 1,4 milliar. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Internet saat ini tak dapat dipisahkan dalam kehidupan, hal ini ditunjukkan dengan data dari www.newmedia.web.id tahun 2008, mengenai peningkatan pengguna internet

Lebih terperinci

21/09/2011. Pertemuan 1

21/09/2011. Pertemuan 1 Pertemuan 1 Manajemen pengetahuan organisasi j p g g (bukan individu) untuk menciptakan nilai bisnis (business value) dan menghasilkan keunggulan daya saing (competitive advantage) 1 People Process Technology

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA MOTIF AFILIASI DENGAN INTENSITAS MENGGUNAKAN FACEBOOK PADA DEWASA AWAL SKRIPSI

HUBUNGAN ANTARA MOTIF AFILIASI DENGAN INTENSITAS MENGGUNAKAN FACEBOOK PADA DEWASA AWAL SKRIPSI 0 HUBUNGAN ANTARA MOTIF AFILIASI DENGAN INTENSITAS MENGGUNAKAN FACEBOOK PADA DEWASA AWAL SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan dalam Mencapai Derajat Sarjana-S1 Bidang Psikologi dan Fakultas Psikologi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lingkungannya. Interaksi yang terjadi selama proses belajar dipengaruhi oleh

BAB I PENDAHULUAN. lingkungannya. Interaksi yang terjadi selama proses belajar dipengaruhi oleh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Belajar merupakan suatu proses yang kompleks yang terjadi pada diri setiap orang sepanjang hidupnya. Belajar dapat terjadi dimana saja dan kapan saja. Proses

Lebih terperinci