BAB I PENDAHULUAN. khususnya bagi sektor publik dalam pelayanan publik (Nurmandi, 2006). Banyak

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. khususnya bagi sektor publik dalam pelayanan publik (Nurmandi, 2006). Banyak"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengetahuan mempunyai peranan penting dalam kemajuan suatu organisasi, khususnya bagi sektor publik dalam pelayanan publik (Nurmandi, 2006). Banyak organisasi semakin menyadari pentingnya pengetahuan sebagai salah satu modal untuk mencapai keunggulan kompetitif. Semakin maju pengetahuan yang dimiliki perusahaan, akan semakin tinggi daya saing perusahaan (Davenport & Prusak, 1998). Selain itu Nonaka dan Takeuchi (2004) berpendapat bahwa keunggulan kompetitif dapat dimiliki oleh suatu organisasi yang menciptakan pengetahuan baru secara berkelanjutan. Nurmandi (2006) berpendapat bahwa kemampuan organisasi dalam manajemen pengetahuan akan menentukan kesuksesan sebuah organisasi. Manajemen pengetahuan adalah strategi untuk mengelola sebuah aset pengetahuan organisasi dalam mendukung pengambilan keputusan organisasi dan meningkatkan kapasitas untuk kreativitas dan inovasi dalam rangka mewujudkan tujuan dan sasaran organisasi (Zyngier et al., 2004). Hal ini berfokus pada penciptaan dan penyebaran pengetahuan dalam organisasi melalui sarana teknologi serta hubungan sosial dan interaksi. Dengan beban informasi saat ini, penerapan strategi manajemen pengetahuan adalah suatu keharusan bagi organisasi sektor publik. Hal tersebut dalam rangka meningkatkan akuntabilitas, transparansi, dan integritas dengan membuat keputusan dan menyelesaikan masalah lebih cepat serta menyediakan akses ke informasi yang terintegrasi dan 1

2 transparan dalam suatu organisasi, sehingga pada akhirnya akan meningkatkan pelayanan publik (Riege & Lindsay, 2006). Pengetahuan terletak pada individu dan diciptakan oleh individu (Nonaka & Takeuchi, 2004). Keunggulan kompetitif bisa dicapai apabila sumber pengetahuan individu dijaga dan dikelola dengan baik (Nonaka & Takeuchi, 2004). Organisasi tidak dapat menciptakan pengetahuan tanpa adanya interaksi para pegawainya dalam mengelola pengetahuan karena pengetahuan terletak dan diciptakan oleh individu. Di sinilah pentingnya perilaku para pegawai melakukan berbagi pengetahuan. Selain itu elemen penting dalam keberhasilan manajemen pengetahuan adalah berbagi pengetahuan (Van den Hoof & De Ridder, 2004). Berbagi pengetahuan yang efektif antara pegawai akan membantu meningkatkan kinerja dan produktivitas individu mereka serta mengurangi waktu yang berharga untuk mencari pengetahuan yang sama (Van den Hoof & De Ridder, 2004). Melalui berbagi pengetahuan, akan ada lebih banyak pegawai terlibat sehingga memungkinkan organisasi untuk bergerak maju dan mencapai tujuan. Ipe (2003) mendefinisikan berbagi pengetahuan sebagai tindakan yang membuat pengetahuan tersedia bagi orang lain dalam suatu organisasi. Berbagi pengetahuan antar individu merupakan proses mengubah pengetahuan yang dimiliki individu ke dalam sebuah bentuk yang dapat dipahami, diserap dan digunakan oleh individu lain (Ipe, 2003). Berbagi pengetahuan menurut Davenport dan Prusak (1998) mengimplikasikan sebuah aksi atau tindakan yang disadari oleh seseorang individu yang berpartisipasi dalam pertukaran 2

3 pengetahuan meskipun tidak ada keharusan untuk melakukannya. Van den Hoof dan De Ridder (2004) mendefinisikan berbagi pengetahuan adalah proses saling tukar pengetahuan (pengetahuan tacit dan pengetahuan eksplisit). Berdasarkan definisi ini, Van den Hoof dan Van Weenen (2004) berpendapat ada implikasi perilaku berbagi pengetahuan yaitu memberikan pengetahuan (knowledge donating) dan mengumpulkan pengetahuan (knowledge collecting). Orang-orang yang memiliki pengetahuan mungkin tidak membagi pengetahuan yang dimiliki kecuali jika mereka merasakan manfaat potensial. Kim dan Lee (2006) berpendapat bahwa sistem penghargaan yang bersifat finansial tidak cukup mendorong karyawan untuk menukarkan pengetahuan yang dimilikinya. Kepercayaan merupakan syarat utama dalam berbagi pengetahuan (Kim & Lee, 2006). Oleh karena itu berbagi pengetahuan kemungkinan besar tidak terjadi jika tidak ada kepercayaan interpersonal di antara pekerja dan antara pekerja dengan atasan. Kepercayaan interpersonal menurut McAllister (1995) merupakan kepercayaan yang terbangun di antara pekerja dan antara pekerja dengan atasan. Kepercayaan interpersonal adalah kepercayaan yang dibangun melalui pengulangan interaksi, dimana pengharapan mengenai perilaku dari orang yang dipercayai diuji dari waktu kewaktu. Kepercayaan interpersonal ini didasarkan oleh pengalaman dan kepribadian individu (McAllister, 1995). Menurut Lewis dan Wiegert dalam McAllister (1995), kepercayaan interpersonal memiliki fondasi kognitif dan afektif. McAllister (1995) juga berpendapat bahwa kepercayaan dibagi menjadi dua, yaitu kepercayaan berdasarkan afektif dan kepercayaan berdasarkan kognitif. 3

4 Kepercayaan berdasarkan afektif memiliki kecenderungan untuk percaya akan ketulusan atau niat baik seseorang dan yakin bahwa hubungan tersebut saling berbalas (McAllister, 1995). Kepercayaan berdasarkan afektif mengacu kepercayaan dari hati, ikatan berdasarkan empati, perasaan, dan kedekatan emosional (McAllister, 1995). Dengan kepercayaan ini, individu mengekspresikan kepedulian dan perhatian untuk kebaikan dan kesejahteraan rekan kerja (Chowdhury, 2005). Interaksi sosial yang sering dilakukan akan memungkinkan orang yang mengevaluasi percaya pada orang yang dievaluasi atas informasi pribadi, ide-ide, dan pengetahuan, sehingga akan membuat saling terbuka satu sama lain (Chowdhury, 2005). Bentuk kedua adalah kepercayaan berdasarkan kognitif, yaitu sejumlah kinerja yang handal dan syarat-syarat profesional yang dimiliki oleh seseorang yang dievaluasi (McAllister, 1995). Kepercayaan berdasarkan kognitif cenderung percaya dan menghormati orang lain karena adanya alasan dan bukti dari kompetensi, tanggung jawab, kehandalan sebagai kriteria yang digunakan untuk menilai kepercayaan tersebut (McAllister, 1995). Jika seseorang yang dievaluasi menunjukkan reliabilitas dalam menampilkan peran-peran yang kompleks dan memiliki syarat profesional yang luar biasa seperti memiliki kualifikasi pendidikan yang sempurna, pelatihan khusus, pengalaman sukses yang relevan, memungkinkan orang-orang yang mengevaluasi akan mengembangkan level kepercayaan yang tinggi terhadap orang yang dievaluasi (Chowdhury, 2005). Tingkat kepercayaan berdasarkan kognitif akan membuat orang yang mengevaluasi untuk percaya pada orang yang dievaluasi dan secara aktif 4

5 berkolaborasi dalam pekerjaan dan mencari pengetahuan dari mereka (Chowdhury, 2005). Dalam penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Kim dan Lee (2006) ditemukan bahwa semakin tinggi kepercayaan antara rekan kerja dalam sebuah organisasi, maka akan terdapat kecenderungan yang sangat besar bagi mereka untuk melakukan berbagi pengetahuan. Penelitian lain yang dilakukan oleh Chowdhury (2005) juga menemukan adanya pengaruh kepercayaan berdasarkan afektif dan kepercayaan berdasarkan kognitif pada berbagi pengetahuan antara dua individu. Selain kepercayaan, Lin (2007) menyatakan bahwa berbagi pengetahuan antar individu dipengaruhi oleh efikasi diri pengetahuan. Dalam penelitian berbagi pengetahuan, keyakinan diri akan kemampuan untuk berbagi pengetahuan sering didefinisikan sebagai efikasi diri pengetahuan yang didefinisikan berdasarkan teori efikasi diri Bandura (Lin, 2007). Bandura (1997) mendefinisikan efikasi diri sebagai keyakinan akan kemampuan individu untuk dapat mengorganisasi dan melaksanakan serangkaian tindakan yang dianggap perlu untuk mencapai suatu hasil yang diinginkan. Sedangkan efikasi diri pengetahuan dimanifestasikan pada kepercayaan terhadap diri sendiri bahwa pengetahuan yang mereka miliki dapat membantu untuk memecahkan masalah yang berhubungan dengan pekerjaan dan meningkatkan efektivitas kerja (Lin, 2007). Orang akan lebih suka untuk berkontribusi jika merasa keahliannya sesuai (Wasko & Faraj, 2005). Dari peryataan tersebut dapat 5

6 dilihat bahwa orang akan melakukan aktivitas berbagi pengetahuan jika memiliki efikasi diri yang tinggi. Beberapa penelitian mengenai berbagi pengetahuan ini mendukung temuan bahwa efikasi diri pengetahuan berpengaruh pada berbagi pengetahuan (Cabrera et al., 2006; Lin 2007; dan Chen & Hung, 2010). Mereka percaya bahwa individu dengan efikasi diri yang lebih tinggi lebih bersedia berbagi pengetahuan dan pengalaman masa lalu daripada individu dengan efikasi diri pengetahuan rendah. Individu dengan efikasi diri pengetahuan yang lebih tinggi menilai bahwa mereka punya pengetahuan dan mampu berbagi. Mereka inilah yang akan melakukan berbagi pengetahuan. Mahkamah Agung Republik Indonesia (MA RI) adalah lembaga tinggi negara dalam sistem ketatanegaraan Indonesia yang merupakan pemegang kekuasaan kehakiman bersama-sama dengan Mahkamah Konstitusi dan bebas dari pengaruh cabang-cabang kekuasaan lainnya (Tim Pembaharuan, 2010). Mahkamah Agung membawahi badan peradilan dalam lingkungan peradilan umum, lingkungan peradilan agama, lingkungan peradilan militer, lingkungan peradilan tata usaha negara (Tim Pembaharuan, 2010). Pengadilan Tinggi Yogyakarta merupakan badan peradilan umum dibawah MA RI yang berada pada tingkat banding (provinsi) di D.I. Yogyakarta. Pengadilan Tinggi Yogyakarta mempunyai tugas pokok yaitu menerima, memeriksa dan memutuskan perkara banding yang masuk. Sedangkan fungsi Pengadilan Tinggi Yogyakarta adalah melakukan urusan administrasi kesekretariatan dan kepaniteraan. Urusan administrasi kesekretariatan berupa 6

7 urusan kepegawaian, keuangan dan tata laksana. Urusan administrasi kepaniteraan berupa urusan kepaniteraan perdata, pidana dan hukum, menyiapkan program dan evaluasi, melakukan hubungan masyarakat, melakukan pengawasan dan pemeriksaan terhadap satuan kerja/jajarannya di wilayah hukum Pengadilan Tinggi Yogyakarta. Pengadilan Tinggi Yogyakarta dituntut untuk bersinergi dan mengikuti strategi MA RI. MA RI dalam Cetak Biru Pembaharuan Peradilan sedang melakukan restrukturisasi organisasi yang mengarah pada desain Organisasi Berbasis Pengetahuan (Tim Pembaharuan, 2010). Organisasi berbasis pengetahuan ini ditargetkan bisa tercapai dan mapan pada tahun Sejak tahun 2010 dalam upaya restrukturisasi organisasi berbasis pengetahuan, MA RI telah mengimplementasikan manajemen pengetahuan pada setiap struktur organisasi yang ada termasuk pada Pengadilan Tinggi Yogyakarta (Tim Pembaharuan, 2010). Pengadilan Tinggi Yogyakarta menyadari bahwa sumber daya manusia memiliki potensi yang sangat besar dalam menjalankan aktivitas organisasi khususnya pelayanan publik. Pengetahuan merupakan suatu faktor penting dalam proses berjalannya sebuah organisasi sektor publik, dimana pengetahuan telah menjadi kunci dalam menciptakan pelayanan publik yang prima (Nurmandi, 2006). Pengadilan Tinggi Yogyakarta dalam mengimplementasikan manajemen pengetahuan, mempunyai kendala dalam proses berbagi pengetahuan antar pegawai. Hasil wawancara dengan salah satu pimpinan Pengadilan Tinggi 7

8 Yogyakarta menyatakan bahwa masih rendahnya kesadaran berbagi pengetahuan. Rendahnya kesadaran berbagi pengetahuan terjadi antar pegawai dengan pegawai, antar pegawai dengan pimpinan baik antar level maupun bagian. Pimpinan cenderung menyarankan pegawai untuk mendapatkan pengetahuan dari pegawai lainnya, dan membaca buku pedoman atau peraturan yang ada. Jarang sekali pimpinan memberikan pengetahuan pada bawahannya baik secara formal maupun non formal. Berbagi pengetahuan juga jarang terjadi antar bagian. Pegawai pada Bagian Kepegawaian jarang melakukan berbagi pengetahuan kepada pegawai pada Bagian Keuangan, dan begitu sebaliknya. Hal tersebut sering terjadi kesalahan ketika pegawai pada Bagian Kepegawaian membuat Surat Keputusan Kenaikan Gaji Berkala pegawai yang menyebutkan nominal gaji pokok sesuai dengan masa kerja pegawai. Pegawai tersebut mengaku tidak tahu persis bagaimana cara membaca tabel daftar gaji. Tidak ada aktivitas untuk mencari atau membagikan pengetahuan mengenai cara membaca daftar gaji sesuai masa kerja pegawai di antara Bagian Kepegawaian maupun Bagian Keuangan. Antara hakim dengan staf juga jarang ditemukan aktivitas berbagi pengetahuan yang berarti. Hakim merasa bahwa pengetahuan yang dimiliki bersifat rahasia dan hanya dibagi antar sesama hakim terkait dengan penyelesaian perkara. Dalam proses penyelesaian perkara tidak hanya hakim yang terlibat, akan tetapi ada panitera pengganti sebagai juru ketik dalam persidangan. Tidak jarang terjadi kesalahan dalam pengetikan jalannya persidangan sehingga menyulitkan hakim untuk menjadikan dasar sebagai putusan perkara. Dalam kondisi khusus juga masih ditemukan pengulangan kesalahan yang sama dan keterlambatan menyelesaikan 8

9 pekerjaan ketika terjadi rotasi pekerjaan. Pengulangan kesalahan yang sama atau keterlambatan menyelesaikan pekerjaan tersebut diduga berkaitan dengan kesadaran dan kemauan pegawai dalam berbagi pengetahuan. Contoh kesalahan sama yang dilakukan oleh pegawai yang mengalami rotasi pekerjaan adalah kesalahan penambahan data supplier baru yang tidak sesuai dengan ketentuan dari Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN). Kesalahan tersebut mengakibatkan penolakan Surat Perintah Membayar (SPM) oleh Sistem SPAN KPPN. Akibat kesalahan tersebut mengakibatkan keterlambatan dalam proses pencairan belanja gaji pegawai. Pengulangan kesalahan juga terjadi dalam membuat konsep surat tugas dan Surat Keputusan (SK) yang dilakukan oleh pegawai yang mengalami rotasi pekerjaan di Sub Bagian Kepegawaian. Pegawai yang mengalami rotasi pekerjaan ke Kepaniteraan Hukum juga melakukan kesalahan dalam membuat laporan bulanan perkara. Hampir seluruh pegawai yang mengalami rotasi pekerjaan di awal tugas mereka selalu melakukan kesalahan yang sama setiap kebijakan rotasi pekerjaan diberlakukan. Kesalahan tersebut diduga karena rendahnya tingkat berbagi pengetahuan dari pegawai lama yang memegang tanggung jawab pekerjaan tersebut kepada pegawai baru sebagai penggantinya. Peneliti menangkap kondisi berbagi pengetahuan tersebut dengan mengamati dan melakukan wawancara informal ke beberapa pegawai Pengadilan Tinggi Yogyakarta. Hasil pengamatan dan wawancara yang dilakukan peneliti di Pengadilan Tinggi Yogyakarta ditemukan adanya keengganan beberapa pegawai Pengadilan Tinggi Yogyakarta melakukan 9

10 berbagi pengetahuan atas inisiatif sendiri. Aktivitas berbagi pengetahuan antar individu pegawai cenderung terjadi ketika ada permintaan informasi atau pengetahuan terlebih dahulu. Pegawai cenderung lebih fokus untuk mempelajari tugas atau pekerjaan baru yang diberikan. Jarang sekali ada inisiatif berbagi pengetahuan dari individu pegawai lama kepada individu pegawai baru yang menggantikan tugas atau pekerjaan. Hasil wawancara dari beberapa pegawai Pengadilan Tinggi Yogyakarta keenggan berbagi pengetahuan karena ketidakpercayaan pada pegawai lainnya dalam menerima dan memahami pengetahuan yang dibagi. Selain itu alasan keengganan melakukan berbagi pengetahuan karena tidak percaya diri akan kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki dalam melakukan berbagi pengetahuan. Dari uraian-uraian di atas, peneliti tertarik untuk mengkaji lebih lanjut mengenai berbagi pengetahuan pegawai Pengadilan Tinggi Yogyakarta, serta lebih lanjut mengkaji dan meneliti tentang Pengaruh Kepercayaan Berdasarkan Afektif, Kepercayaan Berdasarkan Kognitif, dan Efikasi Diri Pengetahuan pada Berbagi Pengetahuan Pegawai di Pengadilan Tinggi Yogyakarta. 1.2 Rumusan Masalah Implementasi manajemen pengetahuan akan sangat tergantung pada kapabilitas individual pegawainya dalam keterlibatan berbagi pengetahuan antar pegawai. Organisasi dapat menciptakan pengetahuan dengan adanya interaksi para pegawainya dalam mengelola pengetahuan. Interaksi para pegawai tersebut diwujudkan dalam kegiatan berbagi pengetahuan. Menurut Van den Hoof dan Van 10

11 Weenen (2004), berbagi pengetahuan yang efektif merupakan faktor keberhasilan dalam implementasi manajemen pengetahuan. Berbagi pengetahuan yang efektif di sektor publik juga merupakan faktor signifikan dalam menunjang keberhasilan pelayanan publik. Rotasi pekerjaan merupakan salah satu bentuk kebijakan pimpinan Pengadilan Tinggi Yogyakarta agar setiap pegawai mempunyai pengetahuan, kemampuan dan keahlian yang beragam serta menghindari kejenuhan dalam bekerja. Akan tetapi setiap kebijakan tersebut diimplementasikan masih sering ditemukan adanya pengulangan kesalahan yang sama sehingga mengakibatkan keterlambatan penyelesaian pekerjaan di Pengadilan Tinggi Yogyakarta. Hasil pengamatan dan wawancara peneliti kepada beberapa pegawai menemukan adanya keengganan berbagi pengalaman, keahlian, dan pengetahuan pada kalangan pegawai di Pengadilan Tinggi Yogyakarta. Keengganan tersebut diduga berkaitan dengan kepercayaan antar pegawai dan kurang percaya diri akan kemampuan diri pegawai. Kepercayaan merupakan faktor individual yang penting agar terjadi berbagi pengetahuan (Kim & Lee, 2006). Menurut McAllister (1995) kepercayaan terbagi ke dalam dua bentuk, yaitu kepercayaan berdasarkan afektif dan kepercayaan berdasarkan kognitif. Kepercayaan berdasarkan afektif, yaitu kecenderungan untuk percaya akan ketulusan atau niat baik seseorang dan yakin bahwa hubungan tersebut saling berbalas. Hubungan saling berbalas menjadi alasan seseorang untuk melakukan berbagi pengetahuan. Sedangkan kepercayaan berdasarkan kognitif cenderung percaya akan kemampuan dan kompetensi rekan kerja. 11

12 Seseorang akan melakukan berbagi pengetahuan ketika rekan kerja nya dirasa mampu dan berkompetensi akan pengetahuan yang akan dibagi tersebut. Tanpa adanya kepercayaan maka kemungkinan besar tidak terjadi proses berbagi pengetahuan antar pegawai. Penelitian ini berusaha memberikan pemahaman apakah pegawai Pengadilan Tinggi Yogyakarta mempunyai kepercayaan berdasarkan afektif dan kepercayaan berdasarkan kognitif terhadap sesama sehingga terjadi berbagi pengetahuan. Kemampuan individual pegawai dalam melakukan berbagi pengetahuan juga merupakan hal yang penting. Kemampuan berbagi pengetahan individual pegawai tersebut dalam penelitian ini didefinisikan sebagai efikasi diri pengetahuan (Lin, 2007). Penilain diri pada kemampuan dan pengetahuan mereka dilihat sebagai persepsi mereka tentang kemampuan dan pengetahuan mereka untuk berbagi pengetahuan yang berharga. Persepsi ini menentukan bagaimana seseorang akan merasa, berpikir, memotivasi diri sendiri, dan selanjutnya berbagi pengetahuan. Tanpa adanya efikasi diri pengetahuan maka kemungkinan besar tidak terjadi proses berbagi pengetahuan antar pegawai. Oleh karena itu, penelitian ini juga berusaha memberikan pemahaman apakah pegawai Pengadilan Tinggi Yogyakarta mempunyai efikasi diri pengetahuan sehingga terjadi berbagi pengetahuan antar pegawai. Evaluasi berbagi pengetahuan dengan melihat faktor individu (kepercayaan berdasarkan afektif, kepercayaan berdasarkan kognitif dan efikasi diri pengetahuan) sangat penting untuk dilakukan di Pengadilan Tinggi Yogyakarta 12

13 agar pengulangan kesalahan dan keterlambatan penyelesaian pekerjaan tidak terjadi lagi serta dapat meningkatkan kinerja. 1.3 Pertanyaan Penelitian Pertanyaan penelitian yang akan dikaji dalam penelitian ini berdasarkan latar belakang di atas adalah: 1. Apakah kepercayaan berdasarkan afektif berpengaruh positif pada berbagi pengetahuan? 2. Apakah kepercayaan berdasarkan kognitif berpengaruh positif pada berbagi pengetahuan? 3. Apakah efikasi diri pengetahuan berpengaruh positif pada berbagi pengetahuan? 1.4 Tujuan Penelitian Berdasarkan permasalahan di atas, yang menjadi tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Untuk menguji pengaruh positif kepercayaan berdasarkan afektif pada berbagi pengetahuan. 2. Untuk menguji pengaruh positif kepercayaan berdasarkan kognitif pada berbagi pengetahuan. 3. Untuk menguji pengaruh positif efikasi diri pengetahuan pada berbagi pengetahuan. 13

14 1.5 Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat seara teoritis dan praktis, manfaatnya adalah sebagai berikut : 1. Manfaat Teoritis Hasil penelitian ini diharapkan mampu menambah pengetahuan keilmuan mengenai pengaruh kepercayaan berdasarkan afektif, kepercayaan berdasarkan kognitif, dan efikasi diri pengetahuan pada berbagi pengetahuan pegawai di Pengadilan Tinggi Yogyakarta, penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan kontribusi akademis pada penelitian sejenis yang banyak diteliti sebelumnya. 2. Manfaat Praktis Penelitian ini bagi Pengadilan Tinggi Yogyakarta diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi pengelolaan sumber daya manusia yang lebih baik. Hasil penelitian juga diharapkan dapat meningkatkan kesadaran dan perilaku berbagi pengetahuan pegawai di Pengadilan Tinggi Yogyakarta. 1.6 Ruang Lingkup dan Batasan Masalah Ruang lingkup yang disebutkan dalam penelitian ini adalah untuk menguji pengaruh kepercayaan berdasarkan afektif, kepercayaan berdasarkan kognitif, dan efikasi diri pengetahuan pada berbagi pengetahuan pegawai di Pengadilan Tinggi Yogyakarta. Variabel bebas dalam ini adalah kepercayaan berdasarkan afektif, kepercayaan berdasarkan kognitif, dan efikasi diri pengetahuan, sedangkan variabel terikatnya adalah berbagi pengetahuan. Batasan penelitianya adalah : 14

15 1. Penelitian ini mengambil subjek hanya dari sampel responden di kalangan pegawai Pengadilan Tinggi Yogyakarta. 2. Penelitian ini dibatasi hanya untuk menganalisis pengaruh kepercayaan berdasarkan afektif, kepercayaan berdasarkan kognitif, dan efikasi diri pengetahuan pada berbagi pengetahuan pegawai di Pengadilan Tinggi Yogyakarta. Tidak menganalisis sampai perkategori subjek penelitian, misalnya perbedaan pengaruhnya berdasarkan jenis kelamin, lama bekerja, pendidikan, dan lain-lain. 1.7 Sistematika Penulisan Tesis ini terdiri dari lima bab, dengan sistematika sebagai berikut: Bab I Pendahuluan, mengemukakan dan menguraikan mengenai latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan penelitian. Bab II Kajian Literatur, mengemukakan mengenai teori-teori yang berkaitan dengan kepercayaan berdasarkan afektif, kepercayaan berdasarkan kognitif, efikasi diri pengetahuan dan berbagi pengetahuan. Kemudian disimpulkan hipotesis dari penelitian ini. Bab III Metode Penelitian, berisi tentang pendekatan penelitian, populasi dan sampel, sumber data, teknik pengumpulan data, serta teknik analisis data. Bab IV Pembahasan, berisi tentang hasil penelitian dan analisis data. Bab V Penutup, berisi kesimpulan, keterbatasan dan implikasi, serta saran dari hasil penelitian ini. 15

BAB I PENDAHULUAN. kemampuannya mewujudkan organisasi yang profesional, efektif, efisien,

BAB I PENDAHULUAN. kemampuannya mewujudkan organisasi yang profesional, efektif, efisien, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Mahkamah Agung (MA) saat ini tengah menghadapi suatu perubahan lingkungan seperti yang tersurat dalam Cetak Biru Pembaharuan Peradilan tahun 2010-2035. MA sebagai salah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Kantor Akuntan Publik (KAP) merupakan organisasi yang memiliki budaya

BAB 1 PENDAHULUAN. Kantor Akuntan Publik (KAP) merupakan organisasi yang memiliki budaya BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kantor Akuntan Publik (KAP) merupakan organisasi yang memiliki budaya kerja yang berbeda dengan bisnis lainnya. Hal ini dikarenakan dalam bisnisnya, KAP menyediakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sangat tergantung kepada kemampuan untuk memberikan respon terhadap

BAB I PENDAHULUAN. sangat tergantung kepada kemampuan untuk memberikan respon terhadap BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Menghadapi era globalisasi dan liberalisasi dalam dunia kerja, terjadi berbagai perubahan di dalam hampir semua aspek. Kelangsungan hidup organisasi sangat tergantung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terkoordinasi untuk mencapai tujuan bersama (Jones, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. terkoordinasi untuk mencapai tujuan bersama (Jones, 2013). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Organisasi merupakan wadah bagi sekelompok orang yang bekerja secara terkoordinasi untuk mencapai tujuan bersama (Jones, 2013). Dalam suatu organisasi terdapat tugas-tugas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. organisasi yang bernama Gallup pada tahun 1990-an. Menurut survei Global,

BAB I PENDAHULUAN. organisasi yang bernama Gallup pada tahun 1990-an. Menurut survei Global, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Asal-usul kemunculan employee engagement dalam dunia bisnis tidak sepenuhnya jelas. Pertama kali yang menggunakan ide tersebut adalah sebuah organisasi yang bernama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu fenomena menarik dalam perkembangan teknologi adalah

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu fenomena menarik dalam perkembangan teknologi adalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Salah satu fenomena menarik dalam perkembangan teknologi adalah adanya internet yang dapat memberi kemudahan baik setiap individu untuk berhubungan dalam jangka

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. tekad untuk melakukan aktivitas tertentu atau menghasilkan suatu keadaan

BAB II LANDASAN TEORI. tekad untuk melakukan aktivitas tertentu atau menghasilkan suatu keadaan BAB II LANDASAN TEORI A. INTENSI KNOWLEDGE SHARING 1. Definisi Intensi Intensi, menurut Ajzen dan Fishbein (1980) adalah komponen dalam diri individu yang mengacu pada keinginan untuk melakukan tingkah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan adalah suatu organisasi yang memiliki tujuan tertentu yang

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan adalah suatu organisasi yang memiliki tujuan tertentu yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perusahaan adalah suatu organisasi yang memiliki tujuan tertentu yang hendak dicapai. Salah satu tujuan utama yang ingin dicapai oleh perusahaan adalah mempertahankan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kependidikan sebagai unsur yang mempunyai posisi sentral dan strategis

BAB I PENDAHULUAN. kependidikan sebagai unsur yang mempunyai posisi sentral dan strategis BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada era globalisasi yang ditandai dengan persaingan yang ketat dalam semua aspek kehidupan, memberi pengaruh terhadap tuntutan akan kualitas sumber daya manusia,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bidang kekuasaan kehakiman di empat lingkungan peradilan, yaitu Peradilan

BAB I PENDAHULUAN. bidang kekuasaan kehakiman di empat lingkungan peradilan, yaitu Peradilan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebijakan satu atap memberikan tanggungjawab dan tantangan bagi Mahkamah Agung (MA), karena selain mempunyai posisi dan peran strategis di bidang kekuasaan kehakiman

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. lebih mengutamakan kepentingan organisasi dibandingkan dengan kepentingan

PENDAHULUAN. lebih mengutamakan kepentingan organisasi dibandingkan dengan kepentingan BAB I PENDAHULUAN 1.1.1 Latar Belakang Komitmen organisasi adalah dorongan dari dalam individu untuk berbuat sesuatu agar dapat menunjang keberhasilan organisasi sesuai dengan tujuan dan lebih mengutamakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbasis pengetahuan di mana pengetahuan menjadi sumber daya yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. berbasis pengetahuan di mana pengetahuan menjadi sumber daya yang sangat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dunia telah beralih dari perekonomian industrial ke perekonomian berbasis pengetahuan di mana pengetahuan menjadi sumber daya yang sangat penting dan strategis bagi

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP A. Jawaban Masalah Pertama

BAB V PENUTUP A. Jawaban Masalah Pertama BAB V PENUTUP Semua analisa dan pembahasan didasarkan pada dokumen dan data yang diperoleh dari penggalian informasi dari staf tersebut mendukung hubungan antara penerapan model penilaian kinerja staf

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pergeseran industri dan perubahan perilaku karyawan. Sumber daya manusia (SDM)

BAB I PENDAHULUAN. pergeseran industri dan perubahan perilaku karyawan. Sumber daya manusia (SDM) BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perasaingan dalam dunia bisnis merupakan tantangan yang harus dihadapi oleh organisasi. Organisasi dituntut untuk mampu menghadapi perubahan paradigma, pergeseran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sumber daya manusia (SDM) yang dimiliki oleh perusahaan sangat

BAB I PENDAHULUAN. Sumber daya manusia (SDM) yang dimiliki oleh perusahaan sangat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sumber daya manusia (SDM) yang dimiliki oleh perusahaan sangat mempengaruhi kesuksesan suatu organisasi. Karyawan menjadi salah satu asset penting yang wajib

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kritis dan secara kolektif tantangan-tantangan tersebut menuntut organisasi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kritis dan secara kolektif tantangan-tantangan tersebut menuntut organisasi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Abad 21 bidang organisasi bisnis dihadapkan pada tantangan bisnis yang kritis dan secara kolektif tantangan-tantangan tersebut menuntut organisasi membangun

Lebih terperinci

I. PENGANTAR Latar Belakang. Kualitas sumber daya manusia yang tinggi sangat dibutuhkan agar manusia

I. PENGANTAR Latar Belakang. Kualitas sumber daya manusia yang tinggi sangat dibutuhkan agar manusia I. PENGANTAR 1.1. Latar Belakang Kualitas sumber daya manusia yang tinggi sangat dibutuhkan agar manusia dapat melakukan peran sebagai pelaksana yang handal dalam proses pembangunan. Sumber daya manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan sebagai suatu organisasi mempunyai tujuan yang ingin dicapai,

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan sebagai suatu organisasi mempunyai tujuan yang ingin dicapai, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perusahaan sebagai suatu organisasi mempunyai tujuan yang ingin dicapai, misalnya meningkatkan produktivitas kerja karyawan. Dalam usaha merealisasikan tujuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perusahaan yang siap berkompetisi harus memiliki manajemen

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perusahaan yang siap berkompetisi harus memiliki manajemen BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perusahaan yang siap berkompetisi harus memiliki manajemen yang efektif. Untuk meningkatkan kinerja karyawan dalam manajemen yang efektif memerlukan dukungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai lembaga dengan fungsi strategis dalam bidang kehakiman dan peradilan,

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai lembaga dengan fungsi strategis dalam bidang kehakiman dan peradilan, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Mahkamah Agung sebagai organisasi pelayanan publik dalam bidang peradilan bertujuan untuk menegakkan keadilan dalam masyarakat, hal ini diatur berdasarkan Undang-Undang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tergantung pada berbagi pengetahuan yang terjadi antar anggota di dalamnya

BAB I PENDAHULUAN. tergantung pada berbagi pengetahuan yang terjadi antar anggota di dalamnya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tim merupakan unit dasar pelaksanaan suatu pekerjaan pada tingkat organisasi (Gerard, 1995). Untuk itu, tim menjadi wadah utama yang memfasilitasi mengalirnya pengetahuan

Lebih terperinci

Komisi Yudisial. R. Herlambang Perdana Wiratraman Departemen Hukum Tata Negara Fakultas Hukum Universitas Airlangga 25 Juni 2008

Komisi Yudisial. R. Herlambang Perdana Wiratraman Departemen Hukum Tata Negara Fakultas Hukum Universitas Airlangga 25 Juni 2008 Komisi Yudisial R. Herlambang Perdana Wiratraman Departemen Hukum Tata Negara Fakultas Hukum Universitas Airlangga 25 Juni 2008 Pokok Bahasan Latar Belakang Kelahiran Komisi Yudisial dan Konteks Pemantauan

Lebih terperinci

Bab 1 Pendahuluan 1 BAB I PENDAHULUAN. perusahaan dengan mendapat gaji untuk memenuhi kebutuhan karyawan tersebut.

Bab 1 Pendahuluan 1 BAB I PENDAHULUAN. perusahaan dengan mendapat gaji untuk memenuhi kebutuhan karyawan tersebut. Bab 1 Pendahuluan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Karyawan merupakan orang yang bekerja pada suatu lembaga baik kantor maupun perusahaan dengan mendapat gaji untuk memenuhi kebutuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manajemen pengetahuan (knowledge management) merupakan proses

BAB I PENDAHULUAN. Manajemen pengetahuan (knowledge management) merupakan proses BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Manajemen pengetahuan (knowledge management) merupakan proses untuk mengoptimalisasi kekayaan intelektual yang dapat dilihat dari kinerja karyawan di suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penataan SDM perlu terus diupayakan secara bertahap dan berkesinambungan

BAB I PENDAHULUAN. Penataan SDM perlu terus diupayakan secara bertahap dan berkesinambungan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Rendahnya kualitas sumber daya manusia (SDM) merupakan masalah mendasar yang dapat menghambat pembangunan dan perkembangan ekonomi nasional. Penataan SDM

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sektor ekonomi yaitu Usaha Mikro Kecil dan Menengah ( UMKM). Kurang

BAB I PENDAHULUAN. sektor ekonomi yaitu Usaha Mikro Kecil dan Menengah ( UMKM). Kurang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara yang sedang berkembang, terutama dalam sektor ekonomi yaitu Usaha Mikro Kecil dan Menengah ( UMKM). Kurang kokohnya perekonomian

Lebih terperinci

I. PENDAHULAN. Manusia dalam kehidupannya sering dipertemukan satu sama lainnya dalam

I. PENDAHULAN. Manusia dalam kehidupannya sering dipertemukan satu sama lainnya dalam I. PENDAHULAN A. Latar Belakang Masalah Manusia dalam kehidupannya sering dipertemukan satu sama lainnya dalam suatu wadah baik formal maupun informal. Organisasi adalah sebuah sistem sosial yang kompleksitasnya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Berbagi pengetahuan merupakan hal penting bagi organisasi yang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Berbagi pengetahuan merupakan hal penting bagi organisasi yang BAB 1 PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Berbagi pengetahuan merupakan hal penting bagi organisasi yang menggunakan pengetahuan mereka sebagai aset untuk meraih keunggulan bersaing (competitive advantage).

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN 29 III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Konseptual Setiap perusahaan atau organisasi memiliki visi dan misi tertentu. PD Pasar Jaya memiliki visi untuk memajukan perusahaan. Sebagai pedoman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lia Liana Iskandar, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lia Liana Iskandar, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan usaha sadar, terencana untuk mewujudkan proses belajar dan hasil belajar yang optimal sesuai dengan karekteristik peserta didik. Dalam proses pendidikan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menarik perhatian kalangan organisasi. Perputaran karyawan memiliki

BAB I PENDAHULUAN. menarik perhatian kalangan organisasi. Perputaran karyawan memiliki BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perputaran karyawan (turnover intention) menjadi suatu fenomena yang menarik perhatian kalangan organisasi. Perputaran karyawan memiliki konsekuensi negatif dan konsekuensi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dapat digunakan untuk mencapai tujuan organisasi salah satunya adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. dapat digunakan untuk mencapai tujuan organisasi salah satunya adalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam organisasi industri dikenal berbagai sumber daya yang dapat digunakan untuk mencapai tujuan organisasi salah satunya adalah manusia. Akhir-akhir ini pekerja telah

Lebih terperinci

MENUJU INTEGRITAS, AKUNTABILITAS DAN PROFESIONALISME DALAM PERADILAN

MENUJU INTEGRITAS, AKUNTABILITAS DAN PROFESIONALISME DALAM PERADILAN MENUJU INTEGRITAS, AKUNTABILITAS DAN PROFESIONALISME DALAM PERADILAN Gilles Blanchi (Chief Technical Advisor / Project Manager SUSTAIN) Public Discussion, 19 December 2016 Manajemen sumber daya manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan kinerja. Friel (1998) mengatakan bahwa kinerja pegawai menjadi

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan kinerja. Friel (1998) mengatakan bahwa kinerja pegawai menjadi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kinerja pada setiap organisasi sektor publik maupun swasta memang menjadi hal pokok yang harus diperhatikan, sebab setiap individu dinilai berdasarkan kinerja.

Lebih terperinci

AGENDA. I. Reformasi Birokrasi dan Reformasi Peradilan. Hasil penilaian TQA RB Tindak lanjut Reformasi Peradilan: visi ke depan

AGENDA. I. Reformasi Birokrasi dan Reformasi Peradilan. Hasil penilaian TQA RB Tindak lanjut Reformasi Peradilan: visi ke depan Paparan Ketua Muda Pembinaan MA RI REFORMASI BIROKRASI DAN MODERNISASI PENGADILAN Rapat Kerja Nasional 2012 MA RI. Manado, 29 Oktober 2012 AGENDA I. Reformasi Birokrasi dan Reformasi Peradilan Hasil penilaian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adanya quality controll yang mengawasi jalannya proses dan segala. Sekolah adalah sebuah people changing instituation, yang dalam

BAB I PENDAHULUAN. adanya quality controll yang mengawasi jalannya proses dan segala. Sekolah adalah sebuah people changing instituation, yang dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mutu pendidikan sering diartikan sebagai karakteristik jasa pendidikan yang sesuai dengan kriteria tertentu untuk memenuhi kepuasan pengguna (user) pendidikan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. baik (Good Governance). Tata kelola kepemerintahan yang baik (Good

BAB I PENDAHULUAN. baik (Good Governance). Tata kelola kepemerintahan yang baik (Good BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Reformasi Birokrasi menuntut adanya tata kelola kepemerintahan yang baik (Good Governance). Tata kelola kepemerintahan yang baik (Good Governance) mensyaratkan adanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sumber daya manusia adalah aset yang sangat penting bagi sebuah

BAB I PENDAHULUAN. Sumber daya manusia adalah aset yang sangat penting bagi sebuah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sumber daya manusia adalah aset yang sangat penting bagi sebuah organisasi. Keberhasilan suatu organisasi sangat ditentukan oleh kualitas sumber daya manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan perusahannya. Kendala tersebut dapat berupa faktor-faktor eksternal

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan perusahannya. Kendala tersebut dapat berupa faktor-faktor eksternal BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di era globalisasi saat ini, perusahaan mengalami banyak kendala untuk mengembangkan perusahannya. Kendala tersebut dapat berupa faktor-faktor eksternal atau

Lebih terperinci

BAB II PERENCANAAN DAN PENETAPAN KERJA

BAB II PERENCANAAN DAN PENETAPAN KERJA BAB II PERENCANAAN DAN PENETAPAN KERJA A. RENCANA STRATEGIS Mulai tahun 2010 sampai dengan tahun 201 Mahkamah Agung RI telah mencanangkan Rencana Strategis 5 tahunan yang berarti tahun 2011 merupakan tahun

Lebih terperinci

PENGADILAN NEGERI MEDAN (NIAGA, HAM, PHI, PERIKANAN DAN TIPIKOR) JL. PENGADILAN NO.8 MEDAN

PENGADILAN NEGERI MEDAN (NIAGA, HAM, PHI, PERIKANAN DAN TIPIKOR) JL. PENGADILAN NO.8 MEDAN PENGADILAN NEGERI MEDAN (NIAGA, HAM, PHI, PERIKANAN DAN TIPIKOR) JL. PENGADILAN NO.8 MEDAN - 20112 LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) 2011 KATA PENGANTAR Sehubungan dengan usaha

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata Kunci: Kepemimpinan Transformasional, Komitmen Organisasi dan Kinerja Pegawai

ABSTRAK. Kata Kunci: Kepemimpinan Transformasional, Komitmen Organisasi dan Kinerja Pegawai Judul :Pengaruh Kepemimpinan Transformasional dan Komitmen Organisasi Terhadap Kinerja pegawai Dinas Sosial Provinsi Bali. Nama :Kadek Caesar IndraWahyudi Nim :1215251146 ABSTRAK Peningkatan kinerja merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Makasar. Karyawan-karyawan ini bekerja dalam lingkup tugas yang

BAB I PENDAHULUAN. Makasar. Karyawan-karyawan ini bekerja dalam lingkup tugas yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang PT. Trans Retail Indonesia atau disebut juga Carrefour saat ini didukung oleh kurang lebih dari 87 gerai (paserba) yang tersebar di Jakarta, Bandung, Surabaya, Denpasar,

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI ENDASI A. Kesimpulan Dari uraian laporan tahunan Pengadilan Agama Bukittinggi Kelas IB tahun 2012, pelaksanaan tugas pokok dan fungsi Pengadilan Agama Bukittinggi Kelas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Penerapan Model Pembelajaran Active Learning Tipe Quiz Team Dengan Keterampilan Bertanya Probing Question

BAB I PENDAHULUAN Penerapan Model Pembelajaran Active Learning Tipe Quiz Team Dengan Keterampilan Bertanya Probing Question 1 BAB I PENDAHULUAN Penerapan Model Pembelajaran Active Learning Tipe Quiz Team Dengan Keterampilan Bertanya Probing Question untuk Meningkatkan Aktivitas Belajar Siswa pada Pembelajaran PKn (Penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjadikan Kantor Akuntan Publik menjadi sukses. Sebaliknya jika SDM. terutama pada era persaingan yang semakin kompetitif ini.

BAB I PENDAHULUAN. menjadikan Kantor Akuntan Publik menjadi sukses. Sebaliknya jika SDM. terutama pada era persaingan yang semakin kompetitif ini. 3 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kualitas sumber daya manusia sangat menentukan keberhasilan dalam sebuah organisasi seperti Kantor Akuntan Publik (KAP). Dengan adanya sumber daya manusia (SDM) yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap organisasi memiliki berbagai tujuan. Untuk mencapai tujuannya,

BAB I PENDAHULUAN. Setiap organisasi memiliki berbagai tujuan. Untuk mencapai tujuannya, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap organisasi memiliki berbagai tujuan. Untuk mencapai tujuannya, organisasi biasanya berusaha meningkatkan produktifitas, kemampuan berinovasi, dan kemampuan

Lebih terperinci

BAB II PERE CA AA DA PE ETAPA KI ERJA

BAB II PERE CA AA DA PE ETAPA KI ERJA BAB II PERE CA AA DA PE ETAPA KI ERJA A. RE CA A STRATEGIS Mulai tahun 2010 sampai dengan tahun 2014 Mahkamah Agung RI telah mencanangkan Rencana Strategis 5 tahunan yang berarti tahun 2011 merupakan tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menghadapi era globalisasi dan liberalisasi, terjadi berbagai perubahan di

BAB I PENDAHULUAN. Menghadapi era globalisasi dan liberalisasi, terjadi berbagai perubahan di 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Menghadapi era globalisasi dan liberalisasi, terjadi berbagai perubahan di dalam hampir semua aspek. Kelangsungan hidup organisasi sangat tergantung kepada kemampuan

Lebih terperinci

Pengadilan Agama Lebong Kelas II 1

Pengadilan Agama Lebong Kelas II 1 EVALUASI CAPAIAN PROGRAM 2014 SMT I PENGADILAN AGAMA LEBONG KELAS II No. Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target Realisasi Capaian Kinerja 1. Meningkatnya kualitas profesional Sumber Daya Manusia, Hakim

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tindakan pencapaian serta pelaksanaan suatu pekerjaan yang diminta

BAB I PENDAHULUAN. tindakan pencapaian serta pelaksanaan suatu pekerjaan yang diminta 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kinerja merupakan seperangkat hasil yang dicapai dan merujuk pada tindakan pencapaian serta pelaksanaan suatu pekerjaan yang diminta (Stolovitch and Keeps

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Persaingan antara berbagai macam perusahaan retail membuat manajemen

BAB 1 PENDAHULUAN. Persaingan antara berbagai macam perusahaan retail membuat manajemen 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan dunia retail di era globalisasi saat ini sangat pesat. Persaingan antara berbagai macam perusahaan retail membuat manajemen sumber daya manusia

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2009 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN 1986 TENTANG PERADILAN TATA USAHA NEGARA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2009 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN 1986 TENTANG PERADILAN TATA USAHA NEGARA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2009 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN 1986 TENTANG PERADILAN TATA USAHA NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK

Lebih terperinci

EVALUASI KURIKULUM DIKLAT BERBASIS KOMPETENSI DALAM MENINGKATKAN SOFT COMPETENCY PELAKSANA KEMENTERIAN KEUANGAN:

EVALUASI KURIKULUM DIKLAT BERBASIS KOMPETENSI DALAM MENINGKATKAN SOFT COMPETENCY PELAKSANA KEMENTERIAN KEUANGAN: 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Birokrasi pemerintahan memiliki tiga fungsi utama, yaitu fungsi pelayanan, fungsi pembangunan, dan fungsi pemerintahan umum (Lembaga Administrasi Negara, 2007).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diimbangi dengan adanya peningkatan standar kualitas sumber daya manusia.

BAB I PENDAHULUAN. diimbangi dengan adanya peningkatan standar kualitas sumber daya manusia. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi dewasa ini ternyata membawa perubahan yang signifikan dan menyeluruh terhadap kehidupan manusia tak terkecuali di

Lebih terperinci

PERANAN ORANGTUA DAN PENDIDIK DALAM MENGOPTIMALKAN POTENSI ANAK BERBAKAT AKADEMIK (ABA)

PERANAN ORANGTUA DAN PENDIDIK DALAM MENGOPTIMALKAN POTENSI ANAK BERBAKAT AKADEMIK (ABA) PERANAN ORANGTUA DAN PENDIDIK DALAM MENGOPTIMALKAN POTENSI ANAK BERBAKAT AKADEMIK (ABA) Oleh Rochmat Wahab PENDAHULUAN SETIAP ANAK BERBAKAT AKADEMIK (ABA) MEMBUTUHKAN UNTUK TUMBUH DAN BERKEMBANG ORANGTUA

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. Perencanaan Dan..., Widyantoro, Program Pascasarjana, Universitas Indonesia

1. PENDAHULUAN. Perencanaan Dan..., Widyantoro, Program Pascasarjana, Universitas Indonesia 1 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Organisasi sebagai wadah kegiatan manusia yang memiliki tujuan tertentu, secara absolut sangatlah tergantung dari kualitas pengelolaan sumber daya manusia di dalamnya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN Masa reformasi menyadarkan masyarakat akan pentingnya pengelolaan keuangan pemerintah yang harus dilaksanakan dengan prinsip pemerintahan yang baik, terbuka

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN. deskriptif kuantitatif didapat pokok-pokok kesimpulan, sebagai berikut:

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN. deskriptif kuantitatif didapat pokok-pokok kesimpulan, sebagai berikut: BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan pembahasan hasil penelitian yang menggunakan metode analisis deskriptif kuantitatif didapat pokok-pokok kesimpulan, sebagai berikut: 1.

Lebih terperinci

PENGARUH KEPEMIMPINAN DAN LINGKUNGAN KERJA TERHADAP KINERJA KARYAWAN PADA PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM KABUPATEN SUKOHARJO

PENGARUH KEPEMIMPINAN DAN LINGKUNGAN KERJA TERHADAP KINERJA KARYAWAN PADA PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM KABUPATEN SUKOHARJO PENGARUH KEPEMIMPINAN DAN LINGKUNGAN KERJA TERHADAP KINERJA KARYAWAN PADA PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM KABUPATEN SUKOHARJO SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Syarat-Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana

Lebih terperinci

PENGISIAN DAN MASA JABATAN HAKIM KONSTITUSI 1 Oleh: Muchamad Ali Safa at 2

PENGISIAN DAN MASA JABATAN HAKIM KONSTITUSI 1 Oleh: Muchamad Ali Safa at 2 PENGISIAN DAN MASA JABATAN HAKIM KONSTITUSI 1 Oleh: Muchamad Ali Safa at 2 Pendahuluan Kemampuan MK menjalankan peran sebagai pengawal konstitusi dan pelindungan hak konstitusional warga negara melalui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hidup ini memang penuh dengan aneka pilihan. Tetapi menentukan atau

BAB I PENDAHULUAN. Hidup ini memang penuh dengan aneka pilihan. Tetapi menentukan atau 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Hidup ini memang penuh dengan aneka pilihan. Tetapi menentukan atau memilih karir bukanlah keputusan yang main-main. Memilih karir tidak sama dengan memilih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan ulasan mengenai latar belakang yang mendasari pentingnya

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan ulasan mengenai latar belakang yang mendasari pentingnya BAB I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan ulasan mengenai latar belakang yang mendasari pentingnya melakukan penelitian ini, rumusan masalah, pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Sejak dikeluarkannya Undang-Undang No.22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan

BAB 1 PENDAHULUAN. Sejak dikeluarkannya Undang-Undang No.22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sejak dikeluarkannya Undang-Undang No.22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah yang kemudian direvisi dengan Undang-Undang No.32 Tahun 2004, terjadi perubahan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2009 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN 1986 TENTANG PERADILAN TATA USAHA NEGARA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2009 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN 1986 TENTANG PERADILAN TATA USAHA NEGARA www.bpkp.go.id UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2009 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN 1986 TENTANG PERADILAN TATA USAHA NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Seiring dengan pesatnya perkembangan zaman dan semakin kompleksnya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Seiring dengan pesatnya perkembangan zaman dan semakin kompleksnya 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Seiring dengan pesatnya perkembangan zaman dan semakin kompleksnya persoalan yang dihadapi oleh negara, telah terjadi pula perkembangan penyelenggaraan

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN PENGADILAN NEGERI MUARA TEWEH TAHUN ANGGARAN

RENCANA KINERJA TAHUNAN PENGADILAN NEGERI MUARA TEWEH TAHUN ANGGARAN RENCANA KINERJA TAHUNAN PENGADILAN NEGERI MUARA TEWEH TAHUN ANGGARAN 2016 2016 BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Pertanggungjawaban Renstra kepada masyarakat dapat dilihat dari dua jalur utama, yaitu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah. Dalam sebuah organisasi, khususnya organisasi perbankan, semestinya

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah. Dalam sebuah organisasi, khususnya organisasi perbankan, semestinya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam sebuah organisasi, khususnya organisasi perbankan, semestinya menyadari satu hal bahwa, kepuasan kerja merupakan faktor yang vital dalam manajemen sumber

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dikelolanya. Berbagai cara digunakan manajemen perusahaan, tidak hanya dengan

BAB I PENDAHULUAN. dikelolanya. Berbagai cara digunakan manajemen perusahaan, tidak hanya dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Semakin berkembangnya usaha-usaha dalam berbagai bidang menimbulkan persaingan yang cukup ketat. Manajemen perusahaan bersaing merebut perhatian para investor agar

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1989 TENTANG PERADILAN AGAMA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1989 TENTANG PERADILAN AGAMA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2009 2009 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1989 TENTANG PERADILAN AGAMA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2009 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN 1986 TENTANG PERADILAN TATA USAHA NEGARA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2009 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN 1986 TENTANG PERADILAN TATA USAHA NEGARA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2009 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN 1986 TENTANG PERADILAN TATA USAHA NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 49 TAHUN 2009 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 1986 TENTANG PERADILAN UMUM

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 49 TAHUN 2009 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 1986 TENTANG PERADILAN UMUM UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 49 TAHUN 2009 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 1986 TENTANG PERADILAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, www.legalitas.org UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2009 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN 1986 TENTANG PERADILAN TATA USAHA NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. termasuk liberalisasi ekonomi mendorong profesi audit internal untuk lebih

BAB 1 PENDAHULUAN. termasuk liberalisasi ekonomi mendorong profesi audit internal untuk lebih 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Di era globalisasi yang membawa liberalisasi pada segala bidang, termasuk liberalisasi ekonomi mendorong profesi audit internal untuk lebih responsif terhadap

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2009 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1989 TENTANG PERADILAN AGAMA I. UMUM Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Madiun, 13 Pebruari 2013 Ketua Pengadilan Agama Kab. Madiun, TTD. Drs. H. AMAM FAKHRUR, SH.,MH. NIP

KATA PENGANTAR. Madiun, 13 Pebruari 2013 Ketua Pengadilan Agama Kab. Madiun, TTD. Drs. H. AMAM FAKHRUR, SH.,MH. NIP IKHTISAR EKSEKUTIF KATA PENGANTAR Sehubungan dengan usaha penguatan akuntabilitas kinerja sebagaimana diatur dalam Intruksi Presiden Nomor 7 Tahun 1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Motivasi belajar sangat berperan dalam mencapai tujuan belajar. Tanpa adanya motivasi siswa untuk belajar dengan sungguh-sungguh maka ia tidak akan dapat mencapai tujuan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Profesi akuntan publik merupakan profesi yang unik. Sebagai seorang akuntan publik harus bersifat independent serta profesional, sebagaimana menjadi tantangan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1989 TENTANG PERADILAN AGAMA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1989 TENTANG PERADILAN AGAMA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2009 2009 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1989 TENTANG PERADILAN AGAMA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melaksanakan penugasan pemeriksaan (examination) secara obyektif atas

BAB I PENDAHULUAN. melaksanakan penugasan pemeriksaan (examination) secara obyektif atas BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Kinerja auditor merupakan tindakan atau pelaksanaan tugas pemeriksaan yang telah diselesaikan oleh auditor dalam kurun waktu tertentu. Pengertian kinerja auditor adalah

Lebih terperinci

MANAJEMEN KINERJA. Paradigma Baru Dalam Memanajemeni. Oleh: Rojuaniah Dosen FE - UIEU

MANAJEMEN KINERJA. Paradigma Baru Dalam Memanajemeni. Oleh: Rojuaniah Dosen FE - UIEU MANAJEMEN KINERJA Oleh: Rojuaniah Dosen FE - UIEU rojuaniah@indonusa.ac.id ABSTRAK Saat ini perusahaan menghadapi banyak tantangan dari lingkungan. Perubahanperubahan terjadi begitu cepat dan kadangkadang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia sangat berperan dalam usaha organisasi dalam mencapai

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia sangat berperan dalam usaha organisasi dalam mencapai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sumber daya manusia masih menjadi sorotan bagi organisasi dalam usaha organisasi untuk bertahan dan dalam persaingan yang semakin kompetitif. Salah satu fokus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan terciptanya mesin baru dan peralatan canggih. Terciptanya teknologi yang

BAB I PENDAHULUAN. dengan terciptanya mesin baru dan peralatan canggih. Terciptanya teknologi yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu pengetahuan dewasa ini semakin maju, didasari dengan terciptanya mesin baru dan peralatan canggih. Terciptanya teknologi yang tinggi mengakibatkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. perkembangan pesat terhadap akses yang dapat dilakukan masyarakat untuk. masyarakat akan adanya suatu pengukuran kinerja.

BAB 1 PENDAHULUAN. perkembangan pesat terhadap akses yang dapat dilakukan masyarakat untuk. masyarakat akan adanya suatu pengukuran kinerja. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Kesadaran masyarakat terhadap kualitas kinerja publik baik di pusat maupun daerah kini kian meningkat. Kesadaran masyarakat ini berkaitan dengan kepedulian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. karena sumber daya manusia merupakan motor penggerak utama dalam pencapaian

BAB I PENDAHULUAN. karena sumber daya manusia merupakan motor penggerak utama dalam pencapaian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Sumber daya manusia merupakan salah satu unsur penting dalam organisasi, karena sumber daya manusia merupakan motor penggerak utama dalam pencapaian tujuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. karena karena terjadinya krisis ekonomi di Indonesia serta maraknya tingkat

BAB I PENDAHULUAN. karena karena terjadinya krisis ekonomi di Indonesia serta maraknya tingkat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Tuntutan pelaksanaan akuntabilitas sektor publik terhadap terwujudnya good governance di Indonesia semakin meningkat. Tuntutan ini memang wajar, karena karena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berkomunikasi merupakan keharusan bagi setiap individu, karena dengan

BAB I PENDAHULUAN. Berkomunikasi merupakan keharusan bagi setiap individu, karena dengan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berkomunikasi merupakan keharusan bagi setiap individu, karena dengan berkomunikasi kebutuhan manusia akan terpenuhi. Manusia sebagai makhluk individu dan makhluk

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. 1.1 Sejarah Umum Pengadilan Tinggi Surabaya

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. 1.1 Sejarah Umum Pengadilan Tinggi Surabaya BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 1.1 Sejarah Umum Pengadilan Tinggi Surabaya Sejak jaman sebelum pemerintahan hindia belanda sudah terdapat badan yang mengurus tentang keadilan, namun pada pemerintahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bagi pihak-pihak di dalam sektor publik. Reformasi birokrasi muncul karena adanya

BAB I PENDAHULUAN. bagi pihak-pihak di dalam sektor publik. Reformasi birokrasi muncul karena adanya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Beberapa tahun terakhir ini fenomena reformasi birokrasi merupakan isu penting bagi pihak-pihak di dalam sektor publik. Reformasi birokrasi muncul karena adanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penghargaan atas dasar prestasi dan kinerjanya. dengan meningkatkan profesionalisme dalam melakukan pekerjaan sebagai guru.

BAB I PENDAHULUAN. penghargaan atas dasar prestasi dan kinerjanya. dengan meningkatkan profesionalisme dalam melakukan pekerjaan sebagai guru. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Diterbitkannya Undang-Undang RI Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen adalah suatu bukti pengakuan terhadap peningkatan profesionalitas pekerjaan guru dan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, untuk mengetahui

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, untuk mengetahui BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, untuk mengetahui hubungan antara rotasi jabatan dengan prestasi kerja karyawan di Laboratorium Klinik Prodia

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 49 TAHUN 2009 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 1986

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 49 TAHUN 2009 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 1986 PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 49 TAHUN 2009 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 1986 I. UMUM TENTANG PERADILAN UMUM Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Sistem Informasi 2.1.1. Pengertian Sistem informasi merupakan suatu sistem di dalam suatu organisasi yang mempertemukan kebutuhan pengolahan transaksi harian, yang digunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peralatan, standar profesi dan peningkatan manajemen rumah sakit. Manajemen sumber

BAB I PENDAHULUAN. peralatan, standar profesi dan peningkatan manajemen rumah sakit. Manajemen sumber BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan kesehatan sebagai salah satu upaya pembangunan nasional telah diarahkan untuk tercapainya kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap penduduk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagian besar pribadi manusia terbentuk dari hasil integrasi sosial. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. sebagian besar pribadi manusia terbentuk dari hasil integrasi sosial. Dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia di kehidupannya memerlukan orang lain dan membutuhkan kelompok untuk saling berinteraksi. Hal ini merupakan suatu hakekat bahwa sebagian besar pribadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Mahasiswa merupakan subjek yang selalu menarik untuk dibahas.

BAB I PENDAHULUAN. Mahasiswa merupakan subjek yang selalu menarik untuk dibahas. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mahasiswa merupakan subjek yang selalu menarik untuk dibahas. Ada kalanya mahasiswa dielu-elukan karena berhasil membuat sebuah perubahan besar bahkan revolusi.

Lebih terperinci

RINGKASAN PUTUSAN. 1. Pemohon : Mohammad Yusuf Hasibuan Reiza Aribowo

RINGKASAN PUTUSAN. 1. Pemohon : Mohammad Yusuf Hasibuan Reiza Aribowo RINGKASAN PUTUSAN Sehubungan dengan sidang pembacaan putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 58/PUU-VI/2008 tanggal 30 Januari 2009 atas Undang-undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara (BUMN),

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 49 TAHUN 2009 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 1986 TENTANG PERADILAN UMUM

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 49 TAHUN 2009 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 1986 TENTANG PERADILAN UMUM UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 49 TAHUN 2009 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 1986 TENTANG PERADILAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1989 TENTANG PERADILAN AGAMA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1989 TENTANG PERADILAN AGAMA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2009 2009 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1989 TENTANG PERADILAN AGAMA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu aspek penting yang menjadi tolok ukur keberhasilan perguruan

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu aspek penting yang menjadi tolok ukur keberhasilan perguruan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Salah satu aspek penting yang menjadi tolok ukur keberhasilan perguruan tinggi dewasa ini adalah good governance, suatu sistem yang berfungsi untuk mengarahkan

Lebih terperinci