BAB IV PEMBAHASAN. 4.1 Analisis Mineragrafi

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV PEMBAHASAN. 4.1 Analisis Mineragrafi"

Transkripsi

1 BAB IV PEMBAHASAN Metode tabling adalah metode konsentrasi gravitasi yang digunakan untuk memisahkan dua atau lebih mineral berdasarkan perbedaan berat jenis dari mineral berharga dan pengotornya. Kriteria konsentrasi merupakan suatu kriteria yang biasanya digunakan untuk menentukan apakah metode konsentrasi gravitasi, termasuk tabling dapat digunakan untuk proses konsentrasi bijih. Metode tabling memiliki beberapa keuntungan yaitu dapat mengolah partikel yang berukuran kasar ataupun halus. Selain itu, metode ini memiliki pembagian dan persebaran daerah produktanya secara jelas dan merata. Kelebihan tersebut dicoba untuk dimanfaatkan pada penelitian untuk memproses bijih limonit walaupun limonit memiliki kriteria konsentrasi yang kecil sehingga diharapkan dapat terlihat pengaruh terhadap kadar Fe dan recovery dari proses tabling untuk berbagai variabel operasi. 4.1 Analisis Mineragrafi Analisis mineragrafi dilakukan untuk mengetahui struktur mineral, komposisi mineral dan derajat liberasi pada tiap fraksi ukuran. Hasil foto mikrograf bijih besi, seperti ditunjukkan pada Gambar 4.1, 4.2, 4.3 dan 4.4 memberikan penampakan mineral dan mineraloid yang terkandung dalam sampel bijih besi sehingga dapat ditentukan jenis mineralnya karena setiap jenis mineral memberikan penampakan yang berbeda dengan mineral lainnya. Selain itu, analisis ini juga dapat memberikan komposisi mineral dan mineraloid yang terkandung dalam setiap fraksi ukuran. Analisis ini dilakukan di Laboratorium Mineralogi PUSLITBANG tekmira Bandung. Bab IV Pembahasan 58

2 MH GM I MH GM I MH Gambar 4.1 Foto mikrograf sampel bijih besi untuk fraksi ukuran mesh. Tampak ilmenit (I), magnetit-hematit (MH), dan gangue mineral (GM). Nikol Sejajar 100X I GM I GM GM MH GM H MH MH Gambar 4.2 Foto mikrograf sampel bijih besi untuk fraksi ukuran mesh.tampak ilmenit (I),hematit(H),magnetit-hematit(MH) dan gangue mineral (GM) Nikol sejajar 100X MH I L I I L GM L MH GM Gambar 4.3 Foto mikrograf sampel bijih besi untuk fraksi ukuran mesh. Tampak limonit(l), ilmenit(i), magnetit-hematit(mh), dan gangue mineral (GM). Nikol sejajar 0X. Bab IV Pembahasan 59 L

3 L I L I L L L L Gambar. 4.4 Foto mikrograf sampel bijih besi untuk fraksi ukuran mesh. Tampak limonit(l) dominan dan ilmenit(i). Nikol sejajar 0X. Secara umum limonit merupakan mineraloid yang dominan dengan komposisi dari % sampai dengan 50 %. Magnetit-hematit berada di urutan kedua yaitu sekitar 7 % sampai 38 %. Ilmenit berada di urutan ketiga yaitu sekitar 7 % sampai 13 %. Hematit di urutan empat dengan jumlah sekitar 1 % sampai 3 %. Sementara magnetit mempunyai jumlah yang sangat kecil. Adapun keberadaan gangue mineral dalam bijih tersebut memiliki jumlah antara 19% sampai dengan %. Komposisi mineral dan mineraloid tiap fraksi ukuran ditunjukkan pada Tabel 3.2. Berdasarkan Tabel 3.3 yang mencakup data-data derajat liberasi tiap mineral pada sampel bijih, derajat liberasi yang dapat ditentukan untuk mineral ilmenit dan mineral silika saja. Padahal berdasarkan Tabel 3.2 tentang data komposisi mineral dan mineraloid sampel bijih, komposisi mineraloid dan mineral yang paling dominan yaitu limonit dan magnetit-hematit. Akan tetapi berdasarkan Tabel 3.3 derajat liberasi mineraloid dan mineral tersebut bernilai nol. Hal ini dikarenakan limonit bersifat hidrous ( mineraloid yang mengandung ikatan kimia hidrogen yaitu Fe dan H 2 O ) dan ikatan mineral magnetit-hematit sulit dipisahkan. Bab IV Pembahasan 60

4 4.2 Analisis Kriteria konsentrasi Kriteria konsentrasi merupakan hasil perhitungan perbandingan kecepatan pengendapan mineral berat terhadap mineral ringan dalam media fluida. Perbandingan ini didapatkan dari persamaan (2-2) yaitu persamaan kecepatan terminal partikel Stokes (asumsi kecepatan partikel lambat dengan aliran fluida yang bersifat laminar). Sehingga dari perbandingan tersebut dapat dijelaskan bahwa kecepatan pengendapan partikel dalam fluida ditentukan oleh berat jenis mineral berat, mineral ringan, dan fluida. Maka dari ketiga berat jenis tersebut, nilai KK dapat ditentukan dari persamaan (2-3). Perhitungan nilai kriteria konsentrasi dari sampel bijih yang digunakan dengan limonit sebagai komposisi mineraloid yang dominan pada sampel bijih, silika sebagai pengotor dan air sebagai fluida didapatkan nilai kriteria konsentrasi 1,70 seperti pada Tabel 3.4. Nilai tersebut didapatkan dengan memasukkan data berat jenis limonit 3,8 (berat jenis limonit 2,65 4,3), silika 2,65 dan air 1,00. Berdasarkan Tabel 2.2 pemisahan gravitasi untuk bijih besi ini berada pada kriteria konsentrasi tingkat kedua antara 1,5-1,75 yang artinya pemisahan mineral berharga dari pengotornya dengan metode tabling sulit dilakukan dan dapat dilakukan dengan batas maksimal fraksi ukuran pemisahan sebesar 10 mesh. Sedangkan fraksi ukuran yang dipakai untuk percobaan ini mulai dari 48 mesh sampai 0 mesh. Oleh karena itu, fraksi ukuran metode tabling tidak didasarkan hanya dengan nilai kriteria konsentrasi limonit. Akan tetapi nilai KK mineral lain yang terkandung dalam sampel bijih besi juga perlu dipertimbangkan, seperti mineral magnetit dan magnetit-hematit ( komposisi mineral kedua dalam sampel bijih) sebesar 2,53 dan 2,51 yang berarti pemisahan dengan tabling dapat dilakukan pada berbagai fraksi ukuran. Bab IV Pembahasan 61

5 4.3 Analisis Variabel Operasi Proses pemisahan dengan meja goyang melibatkan banyak variabel operasi. Namun dalam penelitian ini tidak semua variabel diteliti. Variabel operasi yang diteliti adalah kemiringan dek, frekuensi stroke dan ukuran butiran bijih. Dari data-data hasil percobaan yang diperoleh, dapat dijelaskan : 1. Pengaruh kemiringan dek terhadap kadar Fe total dan perolehan 2. Pengaruh frekuensi stroke terhadap kadar Fe total dan perolehan 3. Pengaruh ukuran butiran mineral bijih terhadap kadar Fe total dan perolehan 4. Penentuan kondisi operasi optimal Pengaruh Kemiringan Dek terhadap Kadar Fe dan Perolehan Dalam operasi konsentrasi menggunakan meja goyang terdapat empat gaya yang bekerja pada partikel mineral, yaitu gaya gravitasi, gaya sentak (head motion), gaya dorong fluida dan gaya gesekan antara mineral dengan permukaan meja. Gaya gravitasi berhubungan dengan kemiringan dek serta ukuran dan berat jenis partikel mineral. Gaya sentak (head motion) berhubungan dengan stroke, ukuran, dan berat jenis partikel. Gaya dorong fluida berhubungan dengan laju air pencuci serta ukuran dan berat jenis partikel mineral. Sementara gaya gesek mineral dengan permukaan dek berhubungan dengan stroke, kekasaran permukaan dek serta ukuran dan berat jenis partikel mineral. Kemiringan meja merupakan salah satu variabel penting yang mempengaruhi mekanisme pemisahan produkta-produkta dalam metode tabling. Ada dua macam kemiringan meja dalam metode tabling yaitu longitudinal tilt dan side tilt. Longitudinal tilt merupakan kemiringan yang ditentukan pada sepanjang garis dari sisi motor penggerak sampai batas akhir kosentrat. Sedangkan side tilt adalah kemiringan yang ditentukan pada sepanjang garis dari sisi kotak umpan sampai Bab IV Pembahasan 62

6 sisi tailing. Longitudinal tilt biasanya dibuat tetap sedangkan side tilt dapat diatur agar distribusi stratifikasi mineral merata di permukaan meja. Kemiringan juga berperan dalam penentuan perolehan dan kadar konsentrat. Apabila kemiringan dek besar maka akan menyebabkan kecepatan fluida dalam arah samping (arah tegak lurus gerakan dek) tinggi sehingga membuat kecepatan partikel dalam arah tersebut menjadi besar. Akibatnya, ada partikel berharga cenderung bergerak ke zona midling dan tailing yang akan mengubah perolehan dan kadar konsentrat pada masing-masing produkta. Hal tersebut juga berlaku sebaliknya jika kemiringan dek bernilai kecil. (1). Pengaruh Kemiringan Dek terhadap Kadar Fe Pengaruh berbagai kemiringan dek terhadap peningkatan kadar Fe untuk berbagai frekuensi ditunjukkan pada Gambar 4.5. Grafik ini didasarkan pada data-data yang terdapat pada Tabel 3.6. Grafik-grafik pada Gambar 4.5 menunjukkan bahwa jika kemiringan dek bertambah maka kadar Fe cenderung meningkat. Faktor derajat kemiringan yang tinggi dapat membuat percepatan mineral ke arah zona tailing dan midling menjadi meningkat. Mineral bergerak menyusuri kemiringan meja menurut persamaan F = m g sin α (4-2) Dengan α adalah sudut kemiringan. Semakin besar kemiringan, sin α semakin besar sehingga membuat gaya tarik gravitasi semakin besar pula. Hal ini membuat mineral-mineral pengotor peluangnya semakin kecil untuk tertahan di antara sela-sela riffle untuk kemudian bergerak menuju zona tailing atau midling. Bab IV Pembahasan 63

7 Akan tetapi terlihat pada Gambar 4.5 di frekuensi rpm dan rpm untuk fraksi ukuran mesh antara kemiringan tiga dan empat derajat terjadi penurunan kadar Fe. Hal ini dapat terjadi dikarenakan kemiringan (side tilt) yang tinggi justru memperkecil area persebaran setiap partikel pada sisi ujung zona konsentrat di permukaan dek sehingga pemisahan produkta tabling menjadi sulit dilakukan. Sehingga partikel berat berpeluang besar bergerak ke zona tailing. Selain itu, selang waktu proses tabling yang menggunakan air pencuci yang disirkulasi pada fraksi ukuran mesh yang cenderung cepat (± 60 menit) menyebabkan distribusi stratifikasi partikel di permukaan meja goyang menjadi kurang merata. Bab IV Pembahasan 64

8 Kadar Fe (%) Frekuensi stroke rpm fraksi ukuran mesh fraksi ukuran mesh fraksi ukuran mesh fraksi ukuran mesh Kemiringan dek (derajat) (a) Kadar Fe (%) Frekuensi stroke rpm fraksi ukuran mesh fraksi ukuran mesh fraksi ukuran mesh fraksi ukuran mesh Kemiringan dek (derajat) (b) Kadar Fe (%) Frekuensi stroke rpm fraksi ukuran mesh fraksi ukuran mesh fraksi ukuran mesh fraksi ukuran mesh Kemiringan dek (derajat) (c) Gambar 4.5 Grafik pengaruh sudut kemiringan dek terhadap kadar Fe (a)frekuensi stroke rpm (b)frekuensi stroke rpm (c)frekuensi stroke rpm Bab IV Pembahasan 65

9 (2). Pengaruh Kemiringan Dek terhadap Perolehan Konsentrat Grafik di Gambar 4.6 menunjukkan hubungan berbagai kemiringan dek terhadap perolehan konsentrat masing-masing frekuensi stroke. Grafikgrafik tersebut diperoleh berdasarkan data-data yang terdapat pada Tabel 3.6. Ketiga grafik tersebut menunjukkan bahwa jika kemiringan dek bertambah maka perolehan konsentrat cenderung menurun. Perolehan konsentrat yang cenderung menurun disebabkan oleh sudut kemiringan (α) bertambah sehingga menyebabkan gaya tarik gravitasi semakin besar. Adanya pengaruh peningkatan gaya tersebut, membuat partikel tidak dapat terus berada di daerah antara riffle sehingga partikel tersebut mudah terbawa oleh gaya dorong fluida ke bagian tailing. Adanya perolehan yang semakin meningkat akibat pertambahan sudut kemiringan dek pada grafik-grafik di Gambar 4.6, dikarenakan proses pemisahan produkta yang sulit dilakukan akibat jumlah air pencuci yang disirkulasi semakin berkurang (adanya air yang tumpah dari kotak penampungan saat proses tabling) dengan jangka waktu proses tabling yang relatif singkat. Sehingga proses stratifikasi mineral yang berlangsung menyebabkan penyebaran mineral ke tiap zona produkta tidak merata. Maka ada beberapa partikel ringan yang ikut terbawa partikel berat oleh arus air ke zona konsentrat. Bab IV Pembahasan 66

10 Perolehan konsentrat(%) Frekuensi stroke rpm fraksi ukuran mesh fraksi ukuran mesh fraksi ukuran mesh fraksi ukuran mesh Kemiringan dek (derajat) (a) Perolehan konsentrat (%) Frekuensi stroke rpm fraksi ukuran mesh fraksi ukuran mesh fraksi ukuran mesh fraksi ukuran mesh Kemiringan dek (derajat) (b) Perolehan konsentrat (%) Frekuensi stroke rpm Kemiringan dek (derajat) (c) fraksi ukuran mesh fraksi ukuran mesh fraksi ukuran mesh fraksi ukuran mesh Gambar 4.6 Grafik pengaruh sudut kemiringan dek terhadap perolehan konsentrat (a)frekuensi stroke rpm (b)frekuensi stroke rpm (c)frekuensi stroke rpm Bab IV Pembahasan 67

11 (3). Pengaruh kemiringan dek terhadap kadar Fe dan perolehan konsentrat Perhitungan rata-rata dilakukan terhadap data kadar Fe dan perolehan konsentrat saat kemiringan dek dua derajat untuk berbagai variabel operasi ukuran partikel dan frekuensi stroke. Hal tersebut juga dilakukan pada kemiringan tiga dan empat derajat sehingga diperoleh Gambar 4.7. Kadar Fe (%) 34, 34,00 33,80 33,60 33, 33, 33,00 32,80 32,60 Kadar Fe Perolehan Konsentrat Kemiringan dek (derajat) Perolehan konsentrat(%) Gambar 4.7 Grafik pengaruh sudut kemiringan dek terhadap kadar Fe dan perolehan konsentrat Gambar 4.7 ini dapat menjelaskan bahwa kemiringan dek yang semakin meningkat maka kadar Fe akan ikut bertambah dan perolehan konsentrat mengalami penurunan. Sebagaimana telah dijelaskan pada poin (1) dan (2) sebelumnya, derajat kemiringan dek yang bertambah menyebabkan kecenderungan partikel mineral untuk mengalir secara gravitasi bersamasama dengan aliran air dan masuk ke zona tailing sehingga perolehan konsentrat cenderung turun dan kadar Fe cenderung meningkat. Bab IV Pembahasan 68

12 4.3.2 Pengaruh Stroke terhadap Kadar Fe dan Perolehan Stroke merupakan gerakan asimetris bolak balik meja dengan gerakan maju atau tarik lebih kuat daripada gerakan dorong yang menyebabkan partikel terdorong maju (sejajar sumbu meja). Gaya gesek antara permukaan dek dengan partikel mengakibatkan partikel bergerak maju ketika gerakan tarik meja terjadi. Gaya gesek tersebut berlawanan arah dengan gaya tarik meja. Hal ini didasarkan pada hukum mekanika Newton yang menyatakan dimana terdapat suatu gaya aksi maka akan dilawan oleh gaya reaksi yang seimbang dengan gaya aksi tersebut. Dalam hal ini gaya aksi adalah gaya tarik meja sedangkan gaya reaksi merupakan gaya gesek partikel dengan permukaan dek. Variabel stroke terdiri dari dua macam, yaitu panjang stroke dan frekuensi stroke. Panjang stroke yang besar dengan frekuensi kecil lebih cocok untuk umpan yang berukuran kasar. Sebaliknya untuk umpan yang halus sebaiknya digunakan panjang stroke kecil dengan frekuensi besar (Gaudin,1939). (1). Pengaruh frekuensi stroke terhadap kadar Fe Pengaruh frekuensi stroke terhadap kadar Fe total pada masing-masing kemiringan dek di berbagai fraksi ukuran terlihat pada Gambar 4.8 yang diperoleh dari data pada Tabel 3.6. Grafik ini menunjukkan bahwa semakin meningkatnya frekuensi stroke maka kadar Fe cenderung mengalami penurunan. Stroke berhubungan dengan gaya sentak (head motion) dan gaya gesek partikel terhadap permukaan bidang. Frekuensi stroke yang tinggi akan mempengaruhi gaya sentak untuk mendorong partikel bergerak maju lebih cepat searah longitudinal meja. Hal ini dikarenakan percepatan partikel dalam fluida lebih besar dibandingkan besaran tahanan gesek sehingga setiap meja goyang bergerak maju mundur secara asimetris (dimana Bab IV Pembahasan 69

13 gerakan mundur meja lebih kuat dibandingkan gerakan maju meja) membuat partikel akan terdorong jauh searah longitudinal meja. Sehingga kecepatan partikel berat dalam fluida menuju zona konsentrat lebih cepat saat frekuensi stroke yang tinggi dibandingkan pada frekuensi stroke yang lambat. Maka waktu pemisahan mineral berlangsung singkat sehingga akan mengakibatkan beberapa partikel pengotor yang ikut terbawa oleh partikel berat ke zona konsentrat. Bab IV Pembahasan 70

14 Kadar Fe (%) Kemiringan dek 2 derajat fraksi ukuran mesh fraski ukuran mesh fraski ukuran mesh fraksi ukuran mesh Frekuensi Stroke (rpm) (a) Kadar Fe (%) Kemiringan dek 3 derajat fraksi ukuran mesh fraksi ukuran mesh fraksi ukuran mesh fraksi ukuran mesh Frekuensi Stroke (rpm) (b) Kadar Fe (%) Kemiringan dek 4 derajat Frekuensi Stroke (rpm) fraksi ukuran mesh fraksi ukuran mesh fraksi ukuran mesh fraksi ukuran mesh (c) Gambar 4.8 Grafik pengaruh frekuensi stroke terhadap kadar Fe (a) kemiringan dek dua derajat (b) kemiringan dek tiga derajat (c) kemiringan dek empat derajat Bab IV Pembahasan 71

15 (2). Pengaruh frekuensi stroke terhadap perolehan konsentrat Hubungan frekuensi stroke terhadap perolehan konsentrat ditunjukkan pada Gambar 4.9 sesuai data-data yang terdapat pada Tabel 3.6. Grafik tersebut juga memperlihatkan pengaruh frekuensi stroke yang bertambah maka mengakibatkan penurunan perolehan konsentrat masing-masing kemiringan dek di berbagai fraksi ukuran. Frekuensi stroke yang tinggi akan membuat gaya sentak meja dapat melawan gaya gesek partikel pada permukaan meja dikarenakan percepatan partikel dalam fluida bernilai lebih besar daripada besaran tahanan gesek. Hal ini akan mengakibatkan partikel dapat meloncat lebih jauh dan lebih cepat sepanjang gerakan asimetris terjadi. Oleh karena itu partikel berat memiliki kesempatan untuk bergerak lebih cepat ke arah zona konsentrat dibandingkan partikel ringan. Adanya gaya dorong fluida dan gaya gravitasi juga memiliki peranan dalam pergerakan partikelpartikel yang tertahan di antara riffle-riffle untuk mengalir ke bagian produkta tailing. Sehingga pada frekuensi stroke yang tinggi, mekanisme pemisahan partikel dapat berlangsung dengan baik meskipun waktu tabling berlangsung singkat. Maka perolehan konsentrat akan mengalami penurunan. Bab IV Pembahasan 72

16 Perolehan konsentrat (%) Kemiringan dek 2 derajat Frekuensi Stroke (rpm) (a) fraksi ukuran mesh fraklsi ukuran mesh fraksi ukuran mesh fraksi ukuran mesh 100 Kemiringan dek 3 derajat Perolehan konsentrat (%) fraksi ukuran mesh fraksi ukuran mesh fraksi ukuran mesh fraksi ukuran mesh Frekuensi Stroke (rpm) (b) Perolehan konsentrat (%) Kemiringan dek 4 derajat fraksi ukuran mesh fraksi ukuran mesh fraksi ukuran mesh fraksi ukuran mesh Frekuensi Stroke (rpm) (c) Gambar 4.9 Grafik pengaruh frekuensi stroke terhadap perolehan konsentrat (a) kemiringan dek dua derajat (b) kemiringan dek tiga derajat (c) kemiringan dek empat derajat Bab IV Pembahasan 73

17 (3). Pengaruh frekuensi stroke terhadap kadar Fe dan perolehan konsentrat Setiap frekuensi stroke dilakukan perhitungan rataan data kadar Fe dan perolehan konsentrat pada Tabel 3.6 di seluruh kemiringan dek dan ukuran partikel sehingga didapatkan Gambar Grafik ini mengambarkan hubungan pengaruh frekuensi stroke terhadap kadar Fe dan perolehan konsentrat. 35,00 89 Kadar Fe (%) 34,50 34,00 33,50 33,00 32,50 32,00 31,50 Kadar Fe Perolehan kosentrat Perolehan konsentrat (%) Frekuensi stroke (rpm) Gambar 4.10 Grafik pengaruh frekuensi stroke terhadap kadar Fe dan perolehan konsentrat Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya bahwa frekuensi stroke yang bertambah akan mempengaruhi percepatan partikel pada media fluida dan waktu tabling. Oleh karena itu, frekuensi stroke yang tinggi dapat menentukan proses stratifikasi dapat berjalan baik atau tidak sehingga mampu meningkatkan atau menurunkan kadar Fe dan perolehan konsentrat. Bab IV Pembahasan 74

18 4.3.3 Pengaruh Ukuran Partikel terhadap Kadar Fe dan Perolehan Ukuran butiran bijih yang digunakan dalam percobaan adalah mesh, mesh, mesh dan mesh. Fraksi-fraksi ukuran tersebut mewakili kelompok partikel ukuran kasar, sedang, dan halus. (1). Pengaruh fraksi ukuran terhadap kadar Fe pada berbagai kemiringan Kadar Fe akan mengalami peningkatan seiring meningkatnya fraksi ukuran yang terlihat di Gambar 4.11 berdasarkan data-data Tabel 3.6. Setiap grafik menggambarkan juga hubungan fraksi ukuran terhadap kadar Fe masing-masing frekuensi stroke pada berbagai kemiringan dek. Gambar 4.11 menunjukkan bahwa seiring fraksi ukuran yang semakin halus pada frekuensi stroke rpm pada kemiringan yang landai, grafik peningkatan kadar Fe berada di bawah daripada grafik pada kemiringan yang curam. Keadaan tersebut juga terjadi pada frekuensi stroke rpm dan rpm. Semakin bertambahnya kemiringan seiring dengan fraksi ukuran yang semakin halus, beberapa mineral semakin mudah terbawa aliran air memasuki zona tailing dan midling. Hal ini dapat terjadi karena kecepatan aliran air yang melintasi riffle menjadi semakin besar membuat gaya dorong fluida manjadi lebih besar daripada gaya gesek mineral dengan permukaan dek sehingga gaya dorong fluida mampu mengangkat partikel yang tertahan di daerah antara riffle terutama-partikel ringan sehingga mudah bergerak ke zona midling atau tailing. Akibatnya proses stratifikasi dapat berlangsung dengan baik kemudian mempengaruhi peningkatan kadar Fe. Bab IV Pembahasan 75

19 45 Frekuensi stroke rpm Kadar Fe (%) Fraksi Ukuran (mesh) (a) kemiringan dek 2 derajat kemiringan dek 3 derajat kemiringan dek 4 derajat 45 Frekuensi stroke rpm Kadar Fe (%) Fraksi Ukuran (mesh) (b) kemiringan dek 2 derajat kemiringan dek 3 derajat kemiringan dek 4 derajat Kadar Fe (%) Frekuensi stroke rpm Fraksi Ukuran (mesh) (c) kemiringan dek 2 derajat kemiringan dek 3 derajat kemiringan dek 4 derajat Gambar 4.11 Grafik pengaruh fraksi ukuran partikel terhadap kadar Fe pada berbagai kemiringan dek (a) frekuensi stroke rpm (b) frekuensi stroke rpm (c) frekuensi stroke rpm Bab IV Pembahasan 76

20 (2). Pengaruh fraksi ukuran terhadap perolehan konsentrat pada berbagai kemiringan Selain pengaruh fraksi ukuran terhadap perolehan konsentrat, data-data setiap ukuran partikel untuk variasi kemiringan dek di Tabel 3.6 dapat juga dibuat hubungan fraksi ukuran terhadap perolehan konsentrat seperti Gambar Grafik-grafik pada Gambar 4.12 memperlihatkan hubungan antara ukuran partikel dan perolehan kosentrat Pada Gambar 4.12 terlihat bahwa seiring semakin halusnya fraksi ukuran saat frekuensi stroke rpm pada kemiringan yang curam, grafik penurunan perolehan konsentrat berada di bawah daripada grafik pada kemiringan yang lebih landai. Keadaan tersebut juga terjadi pada frekuensi stroke rpm dan rpm. Hal tersebut dapat dijelaskan bahwa perolehan konsentrat yang semakin menurun seiring fraksi ukuran yang semakin halus dengan peningkatan kemiringan meja akan mempengaruhi kecepatan partikel yang bergerak menyusuri kemiringan meja berdasarkan ukuran dan berat jenis partikel itu sendiri. Pengaturan kemiringan yang sesuai membuat partikel dapat tersebar merata di setiap area produkta sehingga mampu mengalami proses stratifikasi yang baik. Maka batas pemisahan partikel konsentrat, midling, dan tailing menjadi cukup jelas dan kemungkinan terjadi kesalahan penempatan partikel di tiap produkta menjadi berkurang. Bab IV Pembahasan 77

21 Perolehan Konsentrat (%) Frekuensi stroke rpm Fraksi Ukuran (mesh) (a) kemiringan dek 2 derajat kemiringan dek 3 derajat kemiringan dek 4 derajat Perolehan konsentrat (%) Frekuensi stroke rpm Fraksi Ukuran (mesh) (b) kemiringan dek 2 derajat kemiringan dek 3 derajat kemiringan dek 4 derajat Perolehan konsentrat (%) Frekuensi stroke rpm Fraksi Ukuran (mesh) (c) kemiringan dek 2 derajat kemiringan dek 3 derajat kemiringan dek 4 derajat Gambar 4.12 Grafik pengaruh fraksi ukuran partikel terhadap perolehan konsentrat untuk berbagai kemiringan dek (a) frekuensi stroke rpm (b) frekuensi stroke rpm (c) frekuensi stroke rpm Bab IV Pembahasan 78

22 (3). Pengaruh fraksi ukuran terhadap kadar Fe pada berbagai frekuensi stroke Pada Gambar 4.13 terlihat hubungan fraksi ukuran terhadap kadar Fe. Grafik-grafik pada gambar tersebut berdasarkan data-data yang terdapat pada Tabel 3.6. Gambar 4.13 menunjukkan semakin meningkatnya fraksi ukuran maka kadar Fe akan meningkat pula sesuai peningkatan frekuensi stroke. Gambar 4.13 menunjukkan pada kemiringan dua derajat pada grafik di frekuensi stroke yang makin cepat, grafik peningkatan kadar Fe nya berada di bawah daripada grafik kadar Fe pada frekuensi stroke yang lambat. Hal tersebut dapat dijelaskan karena frekuensi stroke yang rendah sangat cocok untuk partikel berukuran kasar daripada partikel yang berukuran halus. Grafik ini juga terjadi pada kemiringan tiga dan empat derajat. Ketika frekuensi stroke bernilai rendah, partikel yang berukuran halus memiliki kecenderungan untuk menempel kuat apabila partikel halus tersebut terlalu lama kontak dengan permukaan meja. Akibatnya partikel halus tersebut akan mengalami kesulitan bergerak dalam proses stratifikasi mineral daripada partikel yang berukuran kasar. Sehingga partikel yang halus lebih cocok untuk dilakukan dalam frekuensi stroke yang tinggi. Bab IV Pembahasan 79

23 Kemiringan dek 2 derajat Kadar Fe (%) frekuensi stroke rpm frekuensi stroke rpm frekuensi stroke rpm Fraksi Ukuran (mesh) (a) 45 Kemiringan dek 3 derajat Kadar Fe (%) Fraksi Ukuran (mesh) (b) frekuensi stroke rpm frekuensi stroke rpm frekuensi stroke rpm 45 Kemiringan dek 4 derajat Kadar Fe (%) frekuensi stroke rpm frekuensi stroke rpm frekuensi stroke rpm Fraksi Ukuran (mesh) (c) Gambar 4.13 Grafik pengaruh fraksi ukuran partikel terhadap kadar Fe untuk berbagai frekuensi stroke (a) kemiringan dek 2 derajat (b) kemiringan dek 3 derajat (c) kemiringan dek 4 derajat Bab IV Pembahasan 80

24 (4). Pengaruh fraksi ukuran terhadap perolehan konsentrat pada berbagai frekuensi stroke Macam-macam frekuensi stroke akan menentukan pengaruh fraksi ukuran pada perolehan konsentrat yang terlihat Gambar Gambar ini yang didasarkan data Tabel 3.6 menunjukkan hubungan fraksi ukuran terhadap perolehan konsentrat. Semakin meningkat fraksi ukuran maka perolehan konsentrat akan meningkat pula. Gambar 4.14 dapat dijelaskan seperti uraian pada nomor tiga bahwa fraksi ukuran partikel yang kasar dapat diproses dengan frekuensi stroke yang rendah dikarenakan waktu tabling yang lama akan membuat partikel berukuran kasar mengalami proses pemisahan dengan baik sehingga peluang partikel pengotor berukuran kecil ikut terbawa dengan mineral berat yang berukuran besar atau sedang semakin kecil. Akibatnya perolehan konsentrat menjadi berkurang. Sedangkan untuk partikel yang yang berukuran halus memerlukan frekuensi yang cepat supaya dalam periode waktu yang singkat membuat partikel halus mengalami kontak yang lama dengan permukaan meja karena partikel halus memiliki kecenderungan untuk menempel pada permukaan meja sehingga sulit untuk terdorong oleh gaya sentak meja goyang ke zona produkta. Bab IV Pembahasan 81

25 Perolehan konsentrat (%) Kemiringan dek 2 derajat Fraksi Ukuran (mesh) frekuensi stroke rpm frekuensi stroke rpm frekuensi stroke rpm (a) Perolehan konsentrat (%) Kemiringan dek 3 derajat Fraksi Ukuran (mesh) (b) frekuensi stroke rpm frekuensi stroke rpm frekuensi stroke rpm Perolehan konsentrat (%) Kemiringan dek 4 derajat Fraksi Ukuran (mesh) frekuensi stroke rpm frekuensi stroke rpm frekuensi stroke rpm (c) Gambar 4.14 Grafik pengaruh fraksi ukuran partikel terhadap perolehan konsentrat untuk berbagai frekuensi stroke (a) kemiringan dek 2 derajat (b) kemiringan dek 3 derajat (c) kemiringan dek 4 derajat Bab IV Pembahasan 82

26 (5). Pengaruh fraksi ukuran terhadap kadar Fe dan perolehan konsentrat Gambar 4.15 merupakan gambar hasil perhitungan nilai rata-rata dari data kadar Fe dan perolehan konsentrat tiap frekuensi dan kemiringan dek di Tabel 3.6. Kadar Fe mengalami peningkatan dan perolehan konsentrat semakin menurun seiring semakin halus fraksi ukuran partikel seperti yang digambarkan oleh kedua grafik pada gambar ini. Kadar Fe (%) Kadar Fe Perolehan konsentrat Perolehan Konsentrat(%) Fraksi ukuran sampel (mesh) Gambar 4.15 Grafik pengaruh ukuran butiran partikel terhadap kadar Fe dan perolehan konsentrat Seperti yang dijelaskan pada poin (1), (2), (3) dan (4) sebelumnya, bahwa kemiringan dek akan menentukan stratifikasi partikel secara vertikal dan horisontal yang tergantung dari ukuran partikel dan berat jenis dari partikel itu sendiri. Selain itu, frekuensi stroke yang cenderung cepat dapat digunakan untuk memproses partikel yang berukuran halus sedangkan frekuensi stroke yang lambat dapat memproses partikel berukuran kasar Penentuan Variabel Operasi Pemisahan Optimal Penentuan variabel operasi yang efektif dalam proses konsentrasi gravitasi dengan menggunakan meja goyang penting untuk memberikan hasil yang optimal. Penentuan tersebut dapat ditentukan dengan penentuan peningkatan kadar dan perolehan Fe dalam konsentrat yang paling optimal. Pada metode ini peningkatan Bab IV Pembahasan 83

27 kadar Fe merupakan selisih nilai kadar Fe di konsentrat terhadapa kadar Fe di umpan. Hasil yang optimal dapat ditentukan dari nilai selisih terbesar. Akan tetapi nilai selisih tersebut harus disesuaikan dengan nilai perolehan konsentrat yang paling mendekati nilai 100 %. Data peningkatan kadar Fe pada berbagai variabel operasi ditunjukkan pada Tabel Tabel 4.1 Data Peningkatan kadar Fe pada berbagai variabel operasi Fraksi Kemiringan Frekuensi Kadar Fe Kadar Fe Perolehan Peningkatan No. Ukuran dek stroke di umpan di konsentrat (%) kadar Fe (mesh) (derajat) (rpm) (%) (%) ,38 28,95 92,62-0, ,38 28,10 89, -1, ,38,72 93,62 1, ,38 27,90 89,52-1, ,38 31,08 96,62 1, ,38 27,72 88,81-1, ,38,05 95,73 0, ,38,54 97,36 1, ,38 26,54 82,75-2, ,25 32,98 93,68-0, ,25 33, 94,07 0, ,25,68 88,63-2, ,25 33,68 99,01 0, ,25 33,10 92,93-0, ,25 33,88 95,02 0, ,25 27,55 79,21-5, ,25 33,27 95,41 0, ,25 28,36 79,62-4, ,53 32,98 88,97-1, ,53 36,00 88,36 1, ,53 34,02 86,36-0, ,53 35,53 92,55 1, ,53 33,10 85,94-1, ,53,36 74,87-4, ,53 36,63 86,83 2, ,53 37,96 92,12 3, ,53 36,26 86,48 1, ,46 37,33 87,81 5, ,46 37,83 85,74 6, ,46 35,29 73,08 3, ,46 37,78 82,92 6, ,46 37,12 79,17 5, ,46 39,84 91,62 8, ,46 39,53 59,87 8, ,46 42,63 57,86 11, ,46 38,86 64,05 7, Dari data peningkatan kadar Fe pada Tabel 4.1 didapatkan nilai optimal berdasarkan peningkatan kadar Fe yang dapat dicapai seperti berikut ini: 1. Pada berbagai fraksi ukuran keseluruhan peningkatan kadar Fe yang maksimum yaitu sebesar 11,17% terjadi pada fraksi ukuran Bab IV Pembahasan 84

28 mesh dengan variabel operasi kemiringan empat derajat dan frekuensi stroke rpm dengan perolehan konsentrat sebesar 57,86 %. Peningkatan kadar Fe minimum sebesar 0,02 % terjadi pada fraksi ukuran mesh dengan variabel operasi kemiringan empat derajat dan frekuensi stroke rpm dengan perolehan konsentrat sebesar 95,41%. 2. Pada fraksi ukuran mesh peningkatan kadar Fe yang optimal yaitu sebesar 1,70 % terjadi pada variabel operasi kemiringan tiga derajat dan frekuensi stroke rpm dengan perolehan konsentrat sebesar 96,62 %. 3. Pada fraksi ukuran mesh peningkatan kadar Fe yang optimal yaitu sebesar 0,63 % terjadi pada variabel operasi kemiringan tiga derajat dan frekuensi stroke rpm dengan perolehan konsentrat sebesar 95,02 %. 4. Pada fraksi ukuran mesh peningkatan kadar Fe yang optimal yaitu sebesar 3,43 % terjadi pada variabel operasi kemiringan empat derajat dan frekuensi stroke rpm dengan perolehan konsentrat sebesar 92,12 %. 5. Pada fraksi ukuran mesh peningkatan kadar Fe yang maksimum yaitu sebesar 11,17 % terjadi pada variabel operasi kemiringan empat derajat dan frekuensi stroke rpm dengan perolehan konsentrat 57,86 %. Peningkatan kadar Fe minimum sebesar 3,83 % pada fraksi ini terjadi pada variabel operasi kemiringan dua derajat dan frekuensi stroke rpm dengan perolehan konsentrat sebesar 73,08 %. Bab IV Pembahasan 85

BAB III PERCOBAAN DAN HASIL PERCOBAAN

BAB III PERCOBAAN DAN HASIL PERCOBAAN BAB III PERCOBAAN DAN HASIL PERCOBAAN 3.1 Percobaan Percobaan tabling merupakan percobaan konsentrasi gravitasi berdasarkan perbedaan berat jenis dari mineral berharga dan pengotornya. Sampel bijih dipersiapkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada tahun 2005 menurut penelitian South East Asia Iron and Steel Institute, tingkat konsumsi baja per kapita di Indonesia sebesar 26,2 kg yang lebih rendah dibandingkan

Lebih terperinci

STUDI KONSENTRASI BIJIH BESI LATERITIK KADAR RENDAH DENGAN METODE TABLING TUGAS AKHIR

STUDI KONSENTRASI BIJIH BESI LATERITIK KADAR RENDAH DENGAN METODE TABLING TUGAS AKHIR STUDI KONSENTRASI BIJIH BESI LATERITIK KADAR RENDAH DENGAN METODE TABLING TUGAS AKHIR Dibuat untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar Sarjana Teknik Metalurgi pada Program Studi Teknik Metalurgi Institut

Lebih terperinci

PRAKTIKUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN LABORATORIUM PENGOLAHAN PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

PRAKTIKUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN LABORATORIUM PENGOLAHAN PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT 3.4. Shaking Table 3.4.1. Tujuan Tujuan dari praktikum ini, yaitu: a. Memahami mekanisme dan prosedur kerja alat. b. Menghitung kadar dan recovery. 3.4.2. Dasar Teori Konsentrasi gravitasi adalah proses

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. 1. Alam. (2007). Mendongkrak Baja Dalam Negeri, Majalah Tambang, Edisi April, pp. 13.

DAFTAR PUSTAKA. 1. Alam. (2007). Mendongkrak Baja Dalam Negeri, Majalah Tambang, Edisi April, pp. 13. DAFTAR PUSTAKA 1. Alam. (2007). Mendongkrak Baja Dalam Negeri, Majalah Tambang, Edisi April, pp. 13. 2. Burt, R.O. ( 1984). Gravity Concentration Technology, Elsivier, New York. 3. Chaterjee, A. (1998).

Lebih terperinci

Tarikan/dorongan yang bekerja pada suatu benda akibat interaksi benda tersebut dengan benda lain. benda + gaya = gerak?????

Tarikan/dorongan yang bekerja pada suatu benda akibat interaksi benda tersebut dengan benda lain. benda + gaya = gerak????? DINAMIKA PARTIKEL GAYA Tarikan/dorongan yang bekerja pada suatu benda akibat interaksi benda tersebut dengan benda lain Macam-macam gaya : a. Gaya kontak gaya normal, gaya gesek, gaya tegang tali, gaya

Lebih terperinci

Jenis Gaya gaya gesek. Hukum I Newton. jenis gaya gesek. 1. Menganalisis gejala alam dan keteraturannya dalam cakupan mekanika benda titik.

Jenis Gaya gaya gesek. Hukum I Newton. jenis gaya gesek. 1. Menganalisis gejala alam dan keteraturannya dalam cakupan mekanika benda titik. gaya yang muncul ketika BENDA BERSENTUHAN dengan PERMUKAAN KASAR. ARAH GAYA GESEK selalu BERLAWANAN dengan ARAH GERAK BENDA. gaya gravitasi/gaya berat gaya normal GAYA GESEK Jenis Gaya gaya gesek gaya

Lebih terperinci

BAB II TEORI DASAR. Gambar 2.1 Goetit (Pellant,1992)

BAB II TEORI DASAR. Gambar 2.1 Goetit (Pellant,1992) BAB II TEORI DASAR 2.1 Bijih Besi Bijih besi dibagi menjadi beberapa golongan diantaranya adalah golongan oksida, sulfida, dan hidroksida. Golongan oksida meliputi hematit dan magnetit sedangkan untuk

Lebih terperinci

BAB 3 DINAMIKA GERAK LURUS

BAB 3 DINAMIKA GERAK LURUS BAB 3 DINAMIKA GERAK LURUS A. TUJUAN PEMBELAJARAN 1. Menerapkan Hukum I Newton untuk menganalisis gaya-gaya pada benda 2. Menerapkan Hukum II Newton untuk menganalisis gerak objek 3. Menentukan pasangan

Lebih terperinci

PROSEDUR DAN PERCOBAAN

PROSEDUR DAN PERCOBAAN BAB III PROSEDUR DAN PERCOBAAN 3.1 Prosedur Percobaan Prosedur percobaan yang dilakukan selama penelitian dapat dilihat pada Gambar 3.1. Gambar 3.1 Flow chart prosedur percobaan 24 25 3.1.1 Persiapan Red

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dari pengamatan terhadap penambangan bijih bauksit yang terdapat di Propinsi Kalimantan Barat, ditemukan bahwa endapan bauksit di daerah ini termasuk ke dalam jenis

Lebih terperinci

BAB 3 DINAMIKA. Tujuan Pembelajaran. Bab 3 Dinamika

BAB 3 DINAMIKA. Tujuan Pembelajaran. Bab 3 Dinamika 25 BAB 3 DINAMIKA Tujuan Pembelajaran 1. Menerapkan Hukum I Newton untuk menganalisis gaya pada benda diam 2. Menerapkan Hukum II Newton untuk menganalisis gaya dan percepatan benda 3. Menentukan pasangan

Lebih terperinci

BAB V Hukum Newton. Artinya, jika resultan gaya yang bekerja pada benda nol maka benda dapat mempertahankan diri.

BAB V Hukum Newton. Artinya, jika resultan gaya yang bekerja pada benda nol maka benda dapat mempertahankan diri. BAB V Hukum Newton 5.1. Pengertian Gaya. Gaya merupakan suatu besaran yang menyebabkan benda bergerak. Gaya juga dapat menyebabkan perubahan pada benda misalnya perubahan bentuk, sifat gerak benda, kecepatan,

Lebih terperinci

Hukum I Newton. Hukum II Newton. Hukum III Newton. jenis gaya. 2. Menerapkan konsep dan prinsip dasar kinematika dan dinamika.

Hukum I Newton. Hukum II Newton. Hukum III Newton. jenis gaya. 2. Menerapkan konsep dan prinsip dasar kinematika dan dinamika. Dinamika mempelajari penyebab dari gerak yaitu gaya Hukum I Newton Hukum Newton Hukum II Newton Hukum III Newton DINAMIKA PARTIKEL gaya berat jenis gaya gaya normal gaya gesek gaya tegangan tali analisis

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bauksit Bauksit merupakan bahan yang heterogen, yang mengandung mineral dari oksida aluminium, yaitu berupa mineral buhmit (Al 2 O 3.H 2 O) dan mineral gibsit (Al 2 O 3.3H 2

Lebih terperinci

BAB iv HUKUM NEWTON TENTANG GERAK & PENERAPANNYA

BAB iv HUKUM NEWTON TENTANG GERAK & PENERAPANNYA BAB iv HUKUM NEWTON TENTANG GERAK & PENERAPANNYA CAKUPAN MATERI A. Hukum Pertama Newton B. Hukum Kedua Newton C. Hukum Ketiga Newton D. Gaya Berat, Gaya Normal & Gaya Gesek E. Penerapan Hukum Newton Hukum

Lebih terperinci

DESAIN PROSES PENINGKATAN KADAR BIJIH BESI KALIMANTAN SELATAN

DESAIN PROSES PENINGKATAN KADAR BIJIH BESI KALIMANTAN SELATAN DESAIN PROSES PENINGKATAN KADAR BIJIH BESI KALIMANTAN SELATAN Nuryadi Saleh, Pramusanto, Yuhelda Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Mineral dan Batubara tekmira nuryadi@tekmira.esdm.go.id S A

Lebih terperinci

SASARAN PEMBELAJARAN

SASARAN PEMBELAJARAN 1 2 SASARAN PEMBELAJARAN Mahasiswa mampu menyelesaikan persoalan gerak partikel melalui konsep gaya. 3 DINAMIKA Dinamika adalah cabang dari mekanika yang mempelajari gerak benda ditinjau dari penyebabnya.

Lebih terperinci

BAB IV DINAMIKA PARTIKEL. A. STANDAR KOMPETENSI : 3. Mendeskripsikan gejala alam dalam cakupan mekanika klasik sistem diskret (partikel).

BAB IV DINAMIKA PARTIKEL. A. STANDAR KOMPETENSI : 3. Mendeskripsikan gejala alam dalam cakupan mekanika klasik sistem diskret (partikel). BAB IV DINAMIKA PARIKEL A. SANDAR KOMPEENSI : 3. Mendeskripsikan gejala alam dalam cakupan mekanika klasik sistem diskret (partikel). B. KOMPEENSI DASAR : 1. Menjelaskan Hukum Newton sebagai konsep dasar

Lebih terperinci

BAB 5: DINAMIKA: HUKUM-HUKUM DASAR

BAB 5: DINAMIKA: HUKUM-HUKUM DASAR BAB 5: DINAMIKA: HUKUM-HUKUM DASAR Dinamika mempelajari pengaruh lingkungan terhadap keadaan gerak suatu sistem. Pada dasarya persoalan dinamika dapat dirumuskan sebagai berikut: Bila sebuah sistem dengan

Lebih terperinci

TEST KEMAMPUAN DASAR FISIKA

TEST KEMAMPUAN DASAR FISIKA TEST KEMAMPUAN DASAR FISIKA Jawablah pertanyaan-pertanyaan di bawah ini dengan pernyataan BENAR atau SALAH. Jika jawaban anda BENAR, pilihlah alasannya yang cocok dengan jawaban anda. Begitu pula jika

Lebih terperinci

Mekanika Rekayasa/Teknik I

Mekanika Rekayasa/Teknik I Mekanika Rekayasa/Teknik I Norma Puspita, ST. MT. Universitas Indo Global Mandiri Mekanika??? Mekanika adalah Ilmu yang mempelajari dan meramalkan kondisi benda diam atau bergerak akibat pengaruh gaya

Lebih terperinci

Jika resultan dari gaya-gaya yang bekerja pada sebuah benda sama dengan nol

Jika resultan dari gaya-gaya yang bekerja pada sebuah benda sama dengan nol HUKUM I NEWTON Jika resultan dari gaya-gaya yang bekerja pada sebuah benda sama dengan nol ΣF = 0 maka benda tersebut : - Jika dalam keadaan diam akan tetap diam, atau - Jika dalam keadaan bergerak lurus

Lebih terperinci

BAB iv HUKUM NEWTON TENTANG GERAK & PENERAPANNYA

BAB iv HUKUM NEWTON TENTANG GERAK & PENERAPANNYA BAB iv HUKUM NEWTON TENTANG GERAK & PENERAPANNYA CAKUPAN MATERI A. Hukum Pertama Newton B. Hukum Kedua Newton C. Hukum Ketiga Newton D. Gaya Berat, Gaya Normal & Gaya Gesek Satuan Pendidikan E. Penerapan

Lebih terperinci

K 1. h = 0,75 H. y x. O d K 2

K 1. h = 0,75 H. y x. O d K 2 1. (25 poin) Dari atas sebuah tembok dengan ketinggian H ditembakkan sebuah bola kecil bermassa m (Jari-jari R dapat dianggap jauh lebih kecil daripada H) dengan kecepatan awal horizontal v 0. Dua buah

Lebih terperinci

GAYA. Hoga saragih. hogasaragih.wordpress.com

GAYA. Hoga saragih. hogasaragih.wordpress.com GAYA Hoga saragih Hubungan antara gaya dan gerak Mengapa benda bergerak sedemikian rupa? Apa yang membuat benda yang pada mulanya diam mulai bergerak? Apa yang mempercepat dan memperlambat benda? Kita

Lebih terperinci

TUJUAN :Mahasiswa memahami konsep ilmu fisika, penerapan besaran dan satuan, pengukuran serta mekanika fisika.

TUJUAN :Mahasiswa memahami konsep ilmu fisika, penerapan besaran dan satuan, pengukuran serta mekanika fisika. MATA KULIAH : FISIKA DASAR TUJUAN :Mahasiswa memahami konsep ilmu fisika, penerapan besaran dan satuan, pengukuran serta mekanika fisika. POKOK BAHASAN: Pendahuluan Fisika, Pengukuran Dan Pengenalan Vektor

Lebih terperinci

Uji Kompetensi Semester 1

Uji Kompetensi Semester 1 A. Pilihlah jawaban yang paling tepat! Uji Kompetensi Semester 1 1. Sebuah benda bergerak lurus sepanjang sumbu x dengan persamaan posisi r = (2t 2 + 6t + 8)i m. Kecepatan benda tersebut adalah. a. (-4t

Lebih terperinci

NAMA : NO PRESENSI/ KELAS : SOAL ULANGAN HARIAN IPA Gerak pada Benda

NAMA : NO PRESENSI/ KELAS : SOAL ULANGAN HARIAN IPA Gerak pada Benda NAMA : NO PRESENSI/ KELAS : SOAL ULANGAN HARIAN IPA Gerak pada Benda I. Pilihan ganda Berilah tanda silang pada pilihan jawaban yang menurutmu tepat. Setiap nomor yang benar menghasilkan poin 1. Berdoalah

Lebih terperinci

Hukum Newton dan Penerapannya 1

Hukum Newton dan Penerapannya 1 Hukum Newton dan Penerapannya 1 Definisi Hukum I Newton menyatakan bahwa : Materi Ajar Hukum I Newton Setiap benda tetap berada dalam keadaan diam atau bergerak dengan laju tetap sepanjang garis lurus

Lebih terperinci

GAYA DAN HUKUM NEWTON

GAYA DAN HUKUM NEWTON GAYA DAN HUKUM NEWTON 1. Gaya Gaya merupakan suatu besaran yang mempunyai besar dan arah. Satuan gaya adalah Newton (N). Gbr. 1 Gaya berupa tarikan pada sebuah balok Pada gambar 1 ditunjukkan sebuah balok

Lebih terperinci

SP FISDAS I. acuan ) , skalar, arah ( ) searah dengan

SP FISDAS I. acuan ) , skalar, arah ( ) searah dengan SP FISDAS I Perihal : Matriks, pengulturan, dimensi, dan sebagainya. Bisa baca sendiri di tippler..!! KINEMATIKA : Gerak benda tanpa diketahui penyebabnya ( cabang dari ilmu mekanika ) DINAMIKA : Pengaruh

Lebih terperinci

GAYA GESEK. Gaya Gesek Gaya Gesek Statis Gaya Gesek Kinetik

GAYA GESEK. Gaya Gesek Gaya Gesek Statis Gaya Gesek Kinetik GAYA GESEK (Rumus) Gaya Gesek Gaya Gesek Statis Gaya Gesek Kinetik f = gaya gesek f s = gaya gesek statis f k = gaya gesek kinetik μ = koefisien gesekan μ s = koefisien gesekan statis μ k = koefisien gesekan

Lebih terperinci

PETUNJUK UMUM Pengerjaan Soal Tahap 1 Diponegoro Physics Competititon Tingkat SMA

PETUNJUK UMUM Pengerjaan Soal Tahap 1 Diponegoro Physics Competititon Tingkat SMA PETUNJUK UMUM Pengerjaan Soal Tahap 1 Diponegoro Physics Competititon Tingkat SMA 1. Soal Olimpiade Sains bidang studi Fisika terdiri dari dua (2) bagian yaitu : soal isian singkat (24 soal) dan soal pilihan

Lebih terperinci

5. Tentukanlah besar dan arah momen gaya yang bekerja pada batang AC dan batang AB berikut ini, jika poros putar terletak di titik A, B, C dan O

5. Tentukanlah besar dan arah momen gaya yang bekerja pada batang AC dan batang AB berikut ini, jika poros putar terletak di titik A, B, C dan O 1 1. Empat buah partikel dihubungkan dengan batang kaku yang ringan dan massanya dapat diabaikan seperti pada gambar berikut: Jika jarak antar partikel sama yaitu 40 cm, hitunglah momen inersia sistem

Lebih terperinci

1. (25 poin) Sebuah bola kecil bermassa m ditembakkan dari atas sebuah tembok dengan ketinggian H (jari-jari bola R jauh lebih kecil dibandingkan

1. (25 poin) Sebuah bola kecil bermassa m ditembakkan dari atas sebuah tembok dengan ketinggian H (jari-jari bola R jauh lebih kecil dibandingkan . (5 poin) Sebuah bola kecil bermassa m ditembakkan dari atas sebuah tembok dengan ketinggian H (jari-jari bola R jauh lebih kecil dibandingkan dengan H). Kecepatan awal horizontal bola adalah v 0 dan

Lebih terperinci

RENCANA PEMBELAJARAN 3. POKOK BAHASAN: DINAMIKA PARTIKEL

RENCANA PEMBELAJARAN 3. POKOK BAHASAN: DINAMIKA PARTIKEL RENCANA PEMBELAJARAN 3. POKOK BAHASAN: DINAMIKA PARTIKEL A. Besaran-besaran Dinamik Pada benda bermassa m yang bergerak dengan kecepatan, didefinisikan besaranbesaran dinamik sebagai berikut: Momentum

Lebih terperinci

Xpedia Fisika. Dinamika Newton

Xpedia Fisika. Dinamika Newton Xpedia isika Dinamika Newtn Dc. Name: XPIS0118 Dc. Versin : 2014-01 halaman 1 01. Sebuah balk yang massanya 6 kg bergerak dengan percepatan 4 m/det 2. (A) Berapakah besar gaya resultan yang bekerja pada

Lebih terperinci

Kegiatan Belajar 3 MATERI POKOK : JARAK, KECEPATAN DAN PERCEPATAN

Kegiatan Belajar 3 MATERI POKOK : JARAK, KECEPATAN DAN PERCEPATAN Kegiatan Belajar 3 MATERI POKOK : JARAK, KECEPATAN DAN PERCEPATAN A. URAIAN MATERI: Suatu benda dikatakan bergerak jika benda tersebut kedudukannya berubah setiap saat terhadap titik acuannya (titik asalnya).

Lebih terperinci

Aplikasi Hukum Newton

Aplikasi Hukum Newton Aplikasi Hukum Newton Aplikasi Hukum Newton Bidang miring Gaya Gesek (Friction) Implementasi hukum Newton pada gaya angkat pesawat terbang Contoh kasus - Bidang Miring Sebuah benda yang berada di sebuah

Lebih terperinci

STUDI PENINGKATAN KADAR BESI TERHADAP BIJIH BESI LATERITIK ASAL KABUPATEN TASIKMALAYA MENGGUNAKAN METODE FLOTASI KEBALIKAN

STUDI PENINGKATAN KADAR BESI TERHADAP BIJIH BESI LATERITIK ASAL KABUPATEN TASIKMALAYA MENGGUNAKAN METODE FLOTASI KEBALIKAN STUDI PENINGKATAN KADAR BESI TERHADAP BIJIH BESI LATERITIK ASAL KABUPATEN TASIKMALAYA MENGGUNAKAN METODE FLOTASI KEBALIKAN TUGAS AKHIR Dibuat untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar Sarjana Teknik Metalurgi

Lebih terperinci

BAB II TAHAPAN UMUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN

BAB II TAHAPAN UMUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN BAB II TAHAPAN UMUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN Pengolahan Bahan Galian (Ore Dressing) pada umumnya dilakukan dalam beberapa tahapan, yaitu : preparasi, konsentrasi, dan dewatering. 2.1. PREPARASI Preparasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1. Menjelaskan prinsip dasar pemisahan mineral secara magnetis

BAB I PENDAHULUAN. 1. Menjelaskan prinsip dasar pemisahan mineral secara magnetis BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengolahan Bahan Galian merupakan metode yang dilakukan untuk meningkatkan mutu dan kualitas bahan galian Proses pemisahan mineral secara magnetis masih tetap digunakan

Lebih terperinci

4 CM BAB I PENDAHULUAN. ( berisi latar belakang penulisan laporan tiap acara ) Jarak antar kalimat terakhir dan sub bab 1 cm

4 CM BAB I PENDAHULUAN. ( berisi latar belakang penulisan laporan tiap acara ) Jarak antar kalimat terakhir dan sub bab 1 cm BAB I PENDAHULUAN 2 CM 1.1. Latar Belakang Ditulis dengan rapido 0,5 dan di 0,5 di 0,3 Suatu bahan galian di alam masih berasosiasi dengan mineral pengotornya, oleh karena itu dibutuhkan suatu proses untuk

Lebih terperinci

Penentuan Energi Ball Mill dengan Menggunakan Metode Indeks Kerja Bond. Jl. Tamansari No. 1 Bandung

Penentuan Energi Ball Mill dengan Menggunakan Metode Indeks Kerja Bond. Jl. Tamansari No. 1 Bandung Prosiding Teknik Pertambangan ISSN: 2460-6499 Penentuan Energi Ball Mill dengan Menggunakan Metode Indeks Kerja Bond 1 Teja Sukmana 1 Prodi Pertambangan, Fakultas Teknik, Universitas Islam Bandung, Jl.

Lebih terperinci

UM UGM 2017 Fisika. Soal

UM UGM 2017 Fisika. Soal UM UGM 07 Fisika Soal Doc. Name: UMUGM07FIS999 Version: 07- Halaman 0. Pada planet A yang berbentuk bola dibuat terowongan lurus dari permukaan planet A yang menembus pusat planet dan berujung di permukaan

Lebih terperinci

GERAK LURUS Standar Kompetensi Menerapkan konsep dan prinsip dasar kinematika dan dinamika benda titik.

GERAK LURUS Standar Kompetensi Menerapkan konsep dan prinsip dasar kinematika dan dinamika benda titik. GERAK LURUS Standar Kompetensi Menerapkan konsep dan prinsip dasar kinematika dan dinamika benda titik. Kompetensi Dasar Menganalisis besaran fisika pada gerak dengan kecepatan dan percepatan konstan.

Lebih terperinci

USAHA, ENERGI & DAYA

USAHA, ENERGI & DAYA USAHA, ENERGI & DAYA (Rumus) Gaya dan Usaha F = gaya s = perpindahan W = usaha Θ = sudut Total Gaya yang Berlawanan Arah Total Gaya yang Searah Energi Kinetik Energi Potensial Energi Mekanik Daya Effisiensi

Lebih terperinci

DINAMIKA PARTIKEL KEGIATAN BELAJAR 1. Hukum I Newton. A. Gaya Mempengaruhi Gerak Benda

DINAMIKA PARTIKEL KEGIATAN BELAJAR 1. Hukum I Newton. A. Gaya Mempengaruhi Gerak Benda KEGIATAN BELAJAR 1 Hukum I Newton A. Gaya Mempengaruhi Gerak Benda DINAMIKA PARTIKEL Mungkin Anda pernah mendorong mobil mainan yang diam, jika dorongan Anda lemah mungkin mobil mainan belum bergerak,

Lebih terperinci

Xpedia Fisika. Soal Mekanika

Xpedia Fisika. Soal Mekanika Xpedia Fisika Soal Mekanika Doc Name : XPPHY0199 Version : 2013-04 halaman 1 01. Tiap gambar di bawah menunjukkan gaya bekerja pada sebuah partikel, dimana tiap gaya sama besar. Pada gambar mana kecepatan

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN : Pertama / 2 x 45 menit : Ceramah dan diskusi o Memberikan contoh penerapan hukum Newton dengan menggunakan berbagai media. o Melakukan percobaan yang berhubungan dengan hukum-hukum Newton. Formulasi

Lebih terperinci

Soal Pembahasan Dinamika Gerak Fisika Kelas XI SMA Rumus Rumus Minimal

Soal Pembahasan Dinamika Gerak Fisika Kelas XI SMA Rumus Rumus Minimal Soal Dinamika Gerak Fisika Kelas XI SMA Rumus Rumus Minimal Hukum Newton I Σ F = 0 benda diam atau benda bergerak dengan kecepatan konstan / tetap atau percepatan gerak benda nol atau benda bergerak lurus

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA WAKTU PENCAMPURAN

LAPORAN PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA WAKTU PENCAMPURAN LAPORAN PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA WAKTU PENCAMPURAN DI SUSUN OLEH KELOMPOK : VI (enam) Ivan sidabutar (1107035727) Rahmat kamarullah (1107035706) Rita purianim (1107035609) PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA

Lebih terperinci

Jika sebuah sistem berosilasi dengan simpangan maksimum (amplitudo) A, memiliki total energi sistem yang tetap yaitu

Jika sebuah sistem berosilasi dengan simpangan maksimum (amplitudo) A, memiliki total energi sistem yang tetap yaitu A. TEORI SINGKAT A.1. TEORI SINGKAT OSILASI Osilasi adalah gerakan bolak balik di sekitar suatu titik kesetimbangan. Ada osilasi yang memenuhi hubungan sederhana dan dinamakan gerak harmonik sederhana.

Lebih terperinci

Di unduh dari : Bukupaket.com

Di unduh dari : Bukupaket.com Tabel tersebut mendeskripsikan besarnya jarak dan waktu yang diperlukan sepeda untuk bergerak. Dengan menggunakan rumus kelajuan dan percepatan, hitunglah: a. kelajuan sepeda pada detik ke 2, b. kelajuan

Lebih terperinci

PEMBUATAN KONSENTRAT ZIRKON SEBAGAI UMPAN PROSES PELEBURAN MENGGUNAKAN SHAKING TABLE (MEJA GOYANG)

PEMBUATAN KONSENTRAT ZIRKON SEBAGAI UMPAN PROSES PELEBURAN MENGGUNAKAN SHAKING TABLE (MEJA GOYANG) PEMBUATAN KONSENTRAT ZIRKON SEBAGAI UMPAN PROSES PELEBURAN MENGGUNAKAN SHAKING TABLE (MEJA GOYANG) Sajima, Sunardjo, Harry Supriyadi BATAN, Babarsari Yogyakarta, 55281 E-mail :ptapb@batan.go.id ABSTRAK

Lebih terperinci

SOAL SELEKSI OLIMPIADE SAINS TINGKAT KABUPATEN/KOTA 2015 CALON TIM OLIMPIADE FISIKA INDONESIA 2016

SOAL SELEKSI OLIMPIADE SAINS TINGKAT KABUPATEN/KOTA 2015 CALON TIM OLIMPIADE FISIKA INDONESIA 2016 HAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG-UNDANG SOAL SELEKSI OLIMPIADE SAINS TINGKAT KABUPATEN/KOTA 2015 CALON TIM OLIMPIADE FISIKA INDONESIA 2016 Bidang Fisika Waktu : 180 menit KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

Lebih terperinci

4 CM HALAMAN PERSEMBAHAN. Times New Roman 14, KAPITAL 4 CM 3 CM. HALAMAN iii, dst. iii 3 CM

4 CM HALAMAN PERSEMBAHAN. Times New Roman 14, KAPITAL 4 CM 3 CM. HALAMAN iii, dst. iii 3 CM 4 CM HALAMAN PERSEMBAHAN Times New Roman 14, KAPITAL 4 CM HALAMAN iii, dst iii Times New Roman 14, KAPITAL KATA PENGANTAR Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan

Lebih terperinci

Antiremed Kelas 12 Fisika

Antiremed Kelas 12 Fisika Antiremed Kelas 12 Fisika Persiapan UAS 1 Doc. Name: AR12FIS01UAS Version: 2016-09 halaman 1 01. Sebuah bola lampu yang berdaya 120 watt meradiasikan gelombang elektromagnetik ke segala arah dengan sama

Lebih terperinci

BAB 2 GAYA 2.1 Sifat-sifat Gaya

BAB 2 GAYA 2.1 Sifat-sifat Gaya BAB 2 GAYA Dua bab berikutnya mengembangkan hukum statistika, yang merupakan suatu kondisi dimana suatu benda tetap diam. Hukum ini dapat dipakai secara universal dan dapat digunakan untuk mendesain topangan

Lebih terperinci

Dinamika Rotasi, Statika dan Titik Berat 1 MOMEN GAYA DAN MOMEN INERSIA

Dinamika Rotasi, Statika dan Titik Berat 1 MOMEN GAYA DAN MOMEN INERSIA Dinamika Rotasi, Statika dan Titik Berat 1 MOMEN GAYA DAN MOMEN INERSIA Dalam gerak translasi gaya dikaitkan dengan percepatan linier benda, dalam gerak rotasi besaran yang dikaitkan dengan percepatan

Lebih terperinci

PEMBAHASAN SOAL UJIAN NASIONAL SMA MATA PELAJARAN FISIKA TAHUN 2016/2017

PEMBAHASAN SOAL UJIAN NASIONAL SMA MATA PELAJARAN FISIKA TAHUN 2016/2017 PEMBAHASAN SOAL UJIAN NASIONAL SMA MATA PELAJARAN FISIKA TAHUN 016/017 1. Dua buah pelat besi diukur dengan menggunakan jangka sorong, hasilnya digambarkan sebagai berikut: Selisih tebal kedua pelat besi

Lebih terperinci

1. Sebuah benda diam ditarik oleh 3 gaya seperti gambar.

1. Sebuah benda diam ditarik oleh 3 gaya seperti gambar. 1. Sebuah benda diam ditarik oleh 3 gaya seperti gambar. Berdasar gambar diatas, diketahui: 1) percepatan benda nol 2) benda bergerak lurus beraturan 3) benda dalam keadaan diam 4) benda akan bergerak

Lebih terperinci

IV. PENDEKATAN DESAIN

IV. PENDEKATAN DESAIN IV. PENDEKATAN DESAIN A. Kriteria Desain Alat pengupas kulit ari kacang tanah ini dirancang untuk memudahkan pengupasan kulit ari kacang tanah. Seperti yang telah diketahui sebelumnya bahwa proses pengupasan

Lebih terperinci

RINGKASAN BAB 2 GAYA, MASSA, DAN BERAT BENDA

RINGKASAN BAB 2 GAYA, MASSA, DAN BERAT BENDA 1 RINGKASAN BAB 2 GAYA, MASSA, DAN BERAT BENDA Standar Kompetensi 5. Memahami peranan usaha, gaya, dan energi dalam kehidupan sehari-hari Kompetensi dasar 5.1. Mengidentifikasi jenis-jenis gaya, penjumlahan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN LOMBOK UTARA DINAS PENDIDIKAN PEMUDA DAN OLAHRAGA MUSYAWARAH KERJA KEPALA SEKOLAH (MKKS) SMA TRY OUT UJIAN NASIONAL 2010

PEMERINTAH KABUPATEN LOMBOK UTARA DINAS PENDIDIKAN PEMUDA DAN OLAHRAGA MUSYAWARAH KERJA KEPALA SEKOLAH (MKKS) SMA TRY OUT UJIAN NASIONAL 2010 PEMERINTAH KABUPATEN LOMBOK UTARA DINAS PENDIDIKAN PEMUDA DAN OLAHRAGA MUSYAWARAH KERJA KEPALA SEKOLAH (MKKS) SMA TRY OUT UJIAN NASIONAL 200 Mata Pelajaran : Fisika Kelas : XII IPA Alokasi Waktu : 20 menit

Lebih terperinci

BAB 4 USAHA DAN ENERGI

BAB 4 USAHA DAN ENERGI 113 BAB 4 USAHA DAN ENERGI Sumber: Serway dan Jewett, Physics for Scientists and Engineers, 6 th edition, 2004 Energi merupakan konsep yang sangat penting, dan pemahaman terhadap energi merupakan salah

Lebih terperinci

Jawaban Soal OSK FISIKA 2014

Jawaban Soal OSK FISIKA 2014 Jawaban Soal OSK FISIKA 4. Sebuah benda bergerak sepanjang sumbu x dimana posisinya sebagai fungsi dari waktu dapat dinyatakan dengan kurva seperti terlihat pada gambar samping (x dalam meter dan t dalam

Lebih terperinci

Bab IV Hasil dan Pembahasan

Bab IV Hasil dan Pembahasan Bab IV Hasil dan Pembahasan IV.1 Karakterisasi Awal Serbuk ZrSiO 4 dan ZrO 2 Serbuk ZrSiO 4 dan ZrO 2 sebagai bahan utama membran merupakan hasil pengolahan mineral pasir zirkon. Kedua serbuk tersebut

Lebih terperinci

PEMBUATAN KONSENTRAT ZIRKON DARI PASIR ZIRKON KALIMANTAN BARAT

PEMBUATAN KONSENTRAT ZIRKON DARI PASIR ZIRKON KALIMANTAN BARAT PEMBUATAN KONSENTRAT ZIRKON DARI PASIR ZIRKON KALIMANTAN BARAT Sajima, Sunardjo, Mulyono -BATAN-Yogyakarta Jl Babarsari Nomor 21, Kotak pos 6101 Ykbb 55281 e-mail : ptapb@batan.go.id Abstrak PEMBUATAN

Lebih terperinci

SNMPTN 2011 Fisika KODE: 559

SNMPTN 2011 Fisika KODE: 559 SNMPTN 2011 Fisika KODE: 559 SOAL PEMBAHASAN 1. Gerakan sebuah mobil digambarkan oleh grafik kecepatan waktu berikut ini. 1. Jawaban: DDD Percepatan ketika mobil bergerak semakin cepat adalah. (A) 0,5

Lebih terperinci

DINAMIKA 1. Fisika Dasar / Fisika Terapan Program Studi Teknik Sipil Salmani, ST., MS., MT.

DINAMIKA 1. Fisika Dasar / Fisika Terapan Program Studi Teknik Sipil Salmani, ST., MS., MT. DINAMIKA 1 Fisika Dasar / Fisika Terapan Program Studi Teknik Sipil Salmani, ST., MS., MT. HUKUM-HUKUM NEWTON Beberapa Definisi dan pengertian yg berkaitan dgn hukum newton MASSA: Benda adalah ukuran kelembamannya,

Lebih terperinci

Gesekan. Hoga Saragih. hogasaragih.wordpress.com

Gesekan. Hoga Saragih. hogasaragih.wordpress.com Gesekan Hoga Saragih Gaya Gesekan Gaya gesekan adalah gaya yang ditimbulkan oleh dua benda yang bergesekan dan arahnya berlawanan dengan arah gerak benda. Beberapa cara memperkecil gaya gesekan dalam kehidupan

Lebih terperinci

DAFTAR NOTASI. A : sebuah konstanta, pada Persamaan (5.1)

DAFTAR NOTASI. A : sebuah konstanta, pada Persamaan (5.1) DAFTAR NOTASI A : sebuah konstanta, pada Persamaan (5.1) a c a m1 / 3 a m /k s B : Koefisien-koefisien yang membentuk elemen matrik tridiagonal dan dapat diselesaikan dengan metode eliminasi Gauss : amplitudo

Lebih terperinci

BAB III APLIKASI METODE EULER PADA KAJIAN TENTANG GERAK Tujuan Instruksional Setelah mempelajari bab ini pembaca diharapkan dapat: 1.

BAB III APLIKASI METODE EULER PADA KAJIAN TENTANG GERAK Tujuan Instruksional Setelah mempelajari bab ini pembaca diharapkan dapat: 1. BAB III APLIKASI METODE EULER PADA KAJIAN TENTANG GERAK Tujuan Instruksional Setelah mempelajari bab ini pembaca diharapkan dapat: 1. Menentukan solusi persamaan gerak jatuh bebas berdasarkan pendekatan

Lebih terperinci

Gambar 12.2 a. Melukis Penjumlahan Gaya

Gambar 12.2 a. Melukis Penjumlahan Gaya Bab 12 Gaya Sumber: image.google.com Gambar 12.1 Mengayuh sepeda Apakah kamu pernah naik sepeda? Jika belum pernah, cobalah. Apa yang kamu rasakan ketika naik sepeda? Mengapa sepeda dapat bergerak? Apakah

Lebih terperinci

HUKUM NEWTON B A B B A B

HUKUM NEWTON B A B B A B Hukum ewton 75 A A 4 HUKUM EWTO Sumber : penerbit cv adi perkasa Pernahkah kalian melihat orang mendorong mobil yang mogok? Perhatikan pada gambar di atas. Ada orang ramai-ramai mendorong mobil yang mogok.

Lebih terperinci

SOAL SELEKSI OLIMPIADE SAINS TINGKAT KABUPATEN/KOTA 2014 CALON TIM OLIMPIADE FISIKA INDONESIA 2015

SOAL SELEKSI OLIMPIADE SAINS TINGKAT KABUPATEN/KOTA 2014 CALON TIM OLIMPIADE FISIKA INDONESIA 2015 HAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG-UNDANG SOAL SELEKSI OLIMPIADE SAINS TINGKAT KABUPATEN/KOTA 2014 CALON TIM OLIMPIADE FISIKA INDONESIA 2015 Bidang Fisika Waktu : 180 menit KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

Lebih terperinci

Analisis koefisien gesek statis dan kinetis berbagai pasangan permukaan bahan pada bidang miring menggunakan aplikasi analisis video tracker

Analisis koefisien gesek statis dan kinetis berbagai pasangan permukaan bahan pada bidang miring menggunakan aplikasi analisis video tracker Seminar Nasional Quantum #25 (2018) 2477-1511 (7pp) Papers seminar.uad.ac.id/index.php/quantum Analisis koefisien gesek statis dan kinetis berbagai pasangan permukaan bahan pada bidang miring menggunakan

Lebih terperinci

Mekanika : Gaya. Hukum Newton

Mekanika : Gaya. Hukum Newton Mekanika : Gaya Hukum Newton Hukum Gerak Hukum I Newton Gaya Massa Hukum II Newton Hukum III Newton Gaya Ukuran untuk interaksi antara dua objek (arik atau dorong) Kuantitas vektor : mempunyai besar dan

Lebih terperinci

BAB V HUKUM NEWTON TENTANG GERAK

BAB V HUKUM NEWTON TENTANG GERAK BAB V HUKUM NEWTON TENTANG GERAK Ilmuwan yang sangat berjasa dalam mempelajari hubungan antara gaya dan gerak adalah Isaac Newton, seorang ilmuwan Inggris. Newton mengemukakan tiga buah hukumnya yang dikenal

Lebih terperinci

SOAL UN FISIKA DAN PENYELESAIANNYA 2005

SOAL UN FISIKA DAN PENYELESAIANNYA 2005 2. 1. Seorang siswa melakukan percobaan di laboratorium, melakukan pengukuran pelat tipis dengan menggunakan jangka sorong. Dari hasil pengukuran diperoleh panjang 2,23 cm dan lebar 36 cm, maka luas pelat

Lebih terperinci

CONTOH SOAL & PEMBAHASAN

CONTOH SOAL & PEMBAHASAN CONTOH SOAL & PEMBAHASAN 1. Sebuah balok ditarik gaya F = 120 N yang membentuk sudut 37 o terhadap arah horizontal. Jika balok bergeser sejauh 10 m, tentukan usaha yang dilakukan pada balok! Soal No. 2

Lebih terperinci

DINAMIKA (HKM GRK NEWTON) Fisika Dasar / Fisika Terapan Program Studi Teknik Sipil Salmani, ST., MS., MT.

DINAMIKA (HKM GRK NEWTON) Fisika Dasar / Fisika Terapan Program Studi Teknik Sipil Salmani, ST., MS., MT. DINAMIKA (HKM GRK NEWTON) Fisika Dasar / Fisika Terapan Program Studi Teknik Sipil Salmani, ST., MS., MT. HUKUM-HUKUM GERAK NEWTON Beberapa Definisi dan pengertian yang berkaitan dgn hukum gerak newton

Lebih terperinci

BAB 4 USAHA DAN ENERGI

BAB 4 USAHA DAN ENERGI BAB 4 USAHA DAN ENERGI 113 BAB 4 USAHA DAN ENERGI Sumber: Serway dan Jewett, Physics for Scientists and Engineers, 6th edition, 2004 Energi merupakan konsep yang sangat penting, dan pemahaman terhadap

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Penelitian ini didahului dengan perlakuan awal bahan baku untuk mengurangi pengotor yang terkandung dalam abu batubara. Penentuan pengaruh parameter proses dilakukan dengan cara

Lebih terperinci

Bagian pertama dari pernyataan hukum I Newton itu mudah dipahami, yaitu memang sebuah benda akan tetap diam bila benda itu tidak dikenai gaya lain.

Bagian pertama dari pernyataan hukum I Newton itu mudah dipahami, yaitu memang sebuah benda akan tetap diam bila benda itu tidak dikenai gaya lain. A. Formulasi Hukum-hukum Newton 1. Hukum I Newton Sebuah batu besar di lereng gunung akan tetap diam di tempatnya sampai ada gaya luar lain yang memindahkannya, misalnya gaya tektonisme/gempa, gaya mesin

Lebih terperinci

LAPORAN PRA PRAKTIKUM FISIKA UMUM. GESEKAN STATIS DAN GESEKAN KINETIS Tanggal Pengumpulan : Senin, 28 November 2016

LAPORAN PRA PRAKTIKUM FISIKA UMUM. GESEKAN STATIS DAN GESEKAN KINETIS Tanggal Pengumpulan : Senin, 28 November 2016 LAPORAN PRA PRAKTIKUM FISIKA UMUM GESEKAN STATIS DAN GESEKAN KINETIS Tanggal Pengumpulan : Senin, 28 November 2016 Nama ` : Nur Apriliani Rachman NIM : 11160162000062 Kelompok : 3 (Tiga) Nama Anggota :

Lebih terperinci

BAB BESARAN DAN SATUAN

BAB BESARAN DAN SATUAN 1 BAB BESAAN DAN SATUAN I. SOAL PILIHAN GANDA 01. Sesuai dengan Hukum I Newton, bila resultan gaya yang bekerja pada suatu benda sama dengan nol, maka. A. Benda itu pasti dalam keadaan diam B. Benda tu

Lebih terperinci

Contoh Soal dan Pembahasan Dinamika Rotasi, Materi Fisika kelas 2 SMA. Pembahasan. a) percepatan gerak turunnya benda m.

Contoh Soal dan Pembahasan Dinamika Rotasi, Materi Fisika kelas 2 SMA. Pembahasan. a) percepatan gerak turunnya benda m. Contoh Soal dan Dinamika Rotasi, Materi Fisika kelas 2 SMA. a) percepatan gerak turunnya benda m Tinjau katrol : Penekanan pada kasus dengan penggunaan persamaan Σ τ = Iα dan Σ F = ma, momen inersia (silinder

Lebih terperinci

Bab IV Hasil dan Pembahasan

Bab IV Hasil dan Pembahasan Bab IV Hasil dan Pembahasan IV.1 Larutan Garam Klorida Besi dari Pasir Besi Hasil reaksi bahan alam pasir besi dengan asam klorida diperoleh larutan yang berwarna coklat kekuningan, seperti ditunjukkan

Lebih terperinci

Fisika Dasar I (FI-321) Gaya dan Hukum Gaya Massa dan Inersia Hukum Gerak Dinamika Gerak Melingkar

Fisika Dasar I (FI-321) Gaya dan Hukum Gaya Massa dan Inersia Hukum Gerak Dinamika Gerak Melingkar Fisika Dasar I (FI-321) Topik hari ini (minggu 4) Dinamika Gaya dan Hukum Gaya Massa dan Inersia Hukum Gerak Dinamika Gerak Melingkar Dinamika Mempelajari pengaruh lingkungan terhadap keadaan gerak suatu

Lebih terperinci

KINEMATIKA. Fisika. Tim Dosen Fisika 1, ganjil 2016/2017 Program Studi S1 - Teknik Telekomunikasi Fakultas Teknik Elektro - Universitas Telkom

KINEMATIKA. Fisika. Tim Dosen Fisika 1, ganjil 2016/2017 Program Studi S1 - Teknik Telekomunikasi Fakultas Teknik Elektro - Universitas Telkom KINEMATIKA Fisika Tim Dosen Fisika 1, ganjil 2016/2017 Program Studi S1 - Teknik Telekomunikasi Fakultas Teknik Elektro - Universitas Telkom Sasaran Pembelajaran Indikator: Mahasiswa mampu mencari besaran

Lebih terperinci

KISI-KISI SOAL GERAK PADA BENDA. Jeni s soal. Soal. PG 1 B Jawaban benar skor 1. ikan. Bumi mengelilingi matahari dengan

KISI-KISI SOAL GERAK PADA BENDA. Jeni s soal. Soal. PG 1 B Jawaban benar skor 1. ikan. Bumi mengelilingi matahari dengan KISI-KISI SOAL GERAK PADA BENDA No Indicator kompetensi Indicator pembelajara n Indikator soal Soal Jeni s soal No soal Kunci Rubrik 1. Mendeskrips Mendeskripsi Menentu Bumi mengelilingi matahari PG 1

Lebih terperinci

5. Gaya Tekan Tekanan merupakan besarnya gaya tekan tiap satuan luas permukaan.

5. Gaya Tekan Tekanan merupakan besarnya gaya tekan tiap satuan luas permukaan. Gaya Doronglah daun pintu sehingga terbuka. Tariklah sebuah pita karet. Tekanlah segumpal tanah liat. Angkatlah bukumu. Pada setiap kegiatan itu kamu mengerahkan sebuah gaya. Gaya adalah suatu tarikan

Lebih terperinci

MEKANIKA UNIT. Pengukuran, Besaran & Vektor. Kumpulan Soal Latihan UN

MEKANIKA UNIT. Pengukuran, Besaran & Vektor. Kumpulan Soal Latihan UN Kumpulan Soal Latihan UN UNIT MEKANIKA Pengukuran, Besaran & Vektor 1. Besaran yang dimensinya ML -1 T -2 adalah... A. Gaya B. Tekanan C. Energi D. Momentum E. Percepatan 2. Besar tetapan Planck adalah

Lebih terperinci

Kinematika Gerak KINEMATIKA GERAK. Sumber:

Kinematika Gerak KINEMATIKA GERAK. Sumber: Kinematika Gerak B a b B a b 1 KINEMATIKA GERAK Sumber: www.jatim.go.id Jika kalian belajar fisika maka kalian akan sering mempelajari tentang gerak. Fenomena tentang gerak memang sangat menarik. Coba

Lebih terperinci

Kuliah kedua STATIKA. Ilmu Gaya : Pengenalan Ilmu Gaya Konsep dasar analisa gaya secara analitis dan grafis Kesimbangan Gaya Superposisi gaya

Kuliah kedua STATIKA. Ilmu Gaya : Pengenalan Ilmu Gaya Konsep dasar analisa gaya secara analitis dan grafis Kesimbangan Gaya Superposisi gaya Kuliah kedua STATIKA Ilmu Gaya : Pengenalan Ilmu Gaya Konsep dasar analisa gaya secara analitis dan grafis Kesimbangan Gaya Superposisi gaya Pendahuluan Pada bagian kedua dari kuliah Statika akan diperkenalkan

Lebih terperinci

BIDANG STUDI : FISIKA

BIDANG STUDI : FISIKA BERKAS SOAL BIDANG STUDI : MADRASAH ALIYAH SELEKSI TINGKAT PROVINSI KOMPETISI SAINS MADRASAH NASIONAL 013 Petunjuk Umum 1. Silakan berdoa sebelum mengerjakan soal, semua alat komunikasi dimatikan.. Tuliskan

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. Aliran hele shaw..., Azwar Effendy, FT UI, 2008

BAB II DASAR TEORI. Aliran hele shaw..., Azwar Effendy, FT UI, 2008 BAB II DASAR TEORI 2.1 KLASIFIKASI ALIRAN FLUIDA Secara umum fluida dikenal memiliki kecenderungan untuk bergerak atau mengalir. Sangat sulit untuk mengekang fluida agar tidak bergerak, tegangan geser

Lebih terperinci