Kuliah kedua STATIKA. Ilmu Gaya : Pengenalan Ilmu Gaya Konsep dasar analisa gaya secara analitis dan grafis Kesimbangan Gaya Superposisi gaya

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Kuliah kedua STATIKA. Ilmu Gaya : Pengenalan Ilmu Gaya Konsep dasar analisa gaya secara analitis dan grafis Kesimbangan Gaya Superposisi gaya"

Transkripsi

1 Kuliah kedua STATIKA Ilmu Gaya : Pengenalan Ilmu Gaya Konsep dasar analisa gaya secara analitis dan grafis Kesimbangan Gaya Superposisi gaya

2 Pendahuluan Pada bagian kedua dari kuliah Statika akan diperkenalkan konsep dasar tentang ilmu gaya yang mencakup : Keseimbangan gaya Tipe gaya yang bekerja pada benda tegar / diam / statis Satuan gaya Operasi terhadap gaya Sebelum kita melihat lebih jauh tentang konsep dasar ilmu gaya akan diperkenalkan beberapa contoh kasus bagaimana gaya bekerja pada sebuah benda tegar dan bagaimana keseimbangan gaya terbentuk

3 Pada contoh pertama akan diperlihatkan sebuah kasus sederhana dari kendaraaan yang diam kemudian mendapat gaya dorong dan bagaimana keseimbangan gaya terbentuk sehingga kendaraan tidak bergerak. Sebuah kendaraan mempunyai berat 40 kn. Beban kendaraan tersebut disalurkan kepermukaan jalan melalui kedua rodanya masing masing sebesar 20 kn. Jika kendaraan bergerak, maka antara permukaan roda dan permukaan jalan terjadi gesekan. Untuk menyederhanakan persoalan maka gaya gesek maksimum antara permukaan jalan dengan roda diambil masing-masing sebesar 10 kn pada setiap roda. Catatan : untuk mencari besarnya gaya gesek dapat ditentukan dari hasil perkalian koefisien gesekan dan beban yang bekerja pada roda. Sebagai contoh jika koefisien gesekan = 0.5 maka gaya gesekan maksimum yang bisa dihasilkan oleh roda = 0.5 x 20 kn = 10 kn.

4 Jika pada kendaraan tidak bekerja gaya dorong atau gaya dorong F sama dengan 0 (nol) kn, maka gaya gesek pada kedua roda juga = 0 kn. Gaya gesek pada kedua roda (RX) merupakan reaksi dari gaya F. Akibat beban roda W1 dan W2, permukaan tanah akan memberikan reaksi balik (reaksi tumpuan) masing-masing sebesar RY. RY = W1 = W2 = 20 kn. Pada contoh ini dianggap permukaan tanah atau perkerasan tidak mengalami penurunan akibat beban W1 dan W2.

5 Jika kendaraan didorong dengan gaya F (gaya aksi) sebesar 10 kn maka kedua roda akan memberikan gaya gesek (reaksi) sebesar masing-masing 5 kn. Karena total gaya reaksi RX sama dengan gaya F maka kendaraan tidak bergerak. Gaya Dorong ( gaya aksi) F sebesar 10 kn seimbang dengan gaya gesek pada kedua roda (gaya reaksi) sebesar 10 kn. Jika ketiga gaya tersebut disusun sesuai dengan arah masing masing maka dapat digambarka sebagaimana terlihat pada gambar samping : Kendaraan dalam keadaan seimbang / tidak bergerak.

6 Jika gaya dorong dinaikkan menjadi 15 kn maka setiap roda memberikan gaya reaksi RX 7.5 kn. Kendaraan masih dalam kondisi tidak bergerak. F = RX + RX Jika ketiga gaya disusun sesuai arahnya maka akan terlihat seperti pada gambar di bawah. Kendaraan masih dalam keadaan seimbang

7 Jika gaya dorong dinaikkan sampai 20 kn maka reaksi kedua roda juga akan naik dan berubah masing-masing menjadi 10 KN. Sehingga total reaksi yang diberikan oleh kedua roda akibat gaya F menjadi 20 kn. Ketiga gaya tersebut jika disusun sesuai arah panahnya akan berubah menjadi : Reaksi kedua roda sebesar 20 kn merupakan gaya gesek maksimum yang bisa dihasilkan oleh kedua roda. Kendaraan masih dalam keadaan seimbang. Kendaraan ada dalam kondisi keseimbangan batas atau maksimum.

8 Jika gaya dorong F dinaikkan menjadi 25 kn maka reaksi yang diberikan oleh kedua roda masing-masing masih tetap 10 kn. kendaraan mulai bergerak karena gaya dorong pada kendaraan tidak dapat diimbangi oleh reaksi (gesekan) yang terjadi pada kedua roda. Kendaraan akan didorong dengan gaya sebesar 5 kn yang merupakan selisih antara gaya dorong total sebesar 25 kn dengan reaksi total dari dua roda sebesar 20 kn. Jika ketiga gaya tersebut di susun sesuai arah panahnya, akan berubah seperti terlihat pada gambar di samping. Antara gaya F dan 2 gaya RX ada selisih sebesar FR = 5 kn.

9 Dari uraian di atas maka terlihat adanya keseimbangan gaya antara gaya dorong (gaya aksi F) dengan dua gaya reaksi (RX) akan menyebabkan kendaraan tidak bergerak. Keseimbangan gaya-gaya horizontal dinyatakan dengan persamaan F = 2 RX F 2 RX = 0 F + (- 2RX) = 0 Secara umum persamaan di atas dapat dinyatakan sebagai : ΣH = 0 (jumlah gaya-gaya horizontal = 0) Tanda (-) pada rumus F + ( 2 RX) = 0 dapat pula diartikan bahwa gaya F mempunyai arah berlawanan dengan dua gaya RX. Jika gaya F dijumlahkan secara aljabar dengan 2 gaya RX maka nillainya = 0. Penjumlahan secara aljabar dari beberapa gaya juga dikenal dengan istilah lain superposisi beberapa gaya

10 Pada kondisi tidak seimbang maka terlihat gaya F lebih besar dari 2 RX. Secara aljabar dapat dinyatakan sebagai berikut : F > 2 RX F 2 RX > 0 Superposisi dari ketiga gaya 0. Superposisi dari tiga gaya menghasilkan gaya FR = 5 kn. FR = F 2 RX Akibat gaya FR maka kendaraan akan bergerak kekiri. Jumlah gaya-gaya horizontal 0 Secara umum persamaan di atas dapat dinyatakan sebagai : ΣH 0 (jumlah gaya-gaya horizontal 0) Jika ΣH 0 maka kendaraan ada dalam posisi tidak seimbang horizontal. Atau gaya-gaya tidak seimbang dalam arah horizontal

11 Pada uraian di atas juga terlihat adanya beban vertikal dari dua roda masing-masing sebesar 20 kn yang bekerja di permukaan tanah. Beban ini akan mendapat reaksi balik dari tanah dengan nilai yang sama yaitu masing-masing sebesar 10 kn pada setiap posisi roda. Jika tanah tidak dapat memberikan reaksi balik (misal tanah lembek, maka roda akan mengalami penurunan). Pada posisi kedua roda akan terjadi keseimbangan gaya-gaya arah vertikal : W1 = RY W1 RY= 0 ΣV = 0 Kondisi yang sama juga terjadi pada roda kedua : W2 = RY W2 RY= 0 ΣV = 0

12 Contoh pertama ini memberikan gambaran kepada kita bahwa sebuah benda dikatakan dalam kondisi stabil atau STATIS atau tidak bergerak jika benda tidak mengalami pergerakan baik arah vertikal maupun horizontal. Potensi pergerakan benda ditentukan oleh gaya-gaya luar yang bekerja pada benda. Arah gerakan benda juga ditentukan oleh arah gaya yang bekerja. Reaksi yang diberikan oleh benda maupun oleh tanah bersifat PASIF artinya nilainya tidak tetap dan ditentukan oleh beban yang bekerja. Kalau beban naik, maka reaksi akan naik. Setiap benda atau tanah mempunyai kemampuan maksimum dalam memberikan reaksi balik akibat beban-beban yang bekerja padanya. Jika kemampuan maksimum tersebut terlampaui maka benda akan berada pada kondisi TIDAK STATIS. STATIKA hanya mempelajari keseimbangan gaya-gaya yang bekerja pada sebuah benda atau struktur sedemikan rupa sehingga benda ada dalam keadaan STATIS.

13 Pada uraian di atas terlihat bahwa keseimbangan horizontal dapat dinyatakan dengan persamaan : ΣH = 0 Secara grafis (gambar) keseimbangan ini dinyatakan dengan : RX1 = RX ; RX2 = RX Gambar diatas merupakan susunan dari 3 anak panah ( 3 gaya) yang bergerak bolak balik. Titik A, B dan C masing-masing adalah titik pangkal dari panah F, RX1 dan RX2. F, RX1 dan RX2 masing-masing merupakan panah (gaya) pertama, kedua dan ketiga. Secara grafis terlihat ujung panah terakhir (ketiga) berimpit dengan pangkal panah pertama (A). Ketiga anak panah (gaya) ada dalam kondisi seimbang arah horizontal. Titik ujung tanda panah (ujung gaya) Titik pangkal tanda panah (pangkal gaya)

14 Gambar disamping juga merupakan gambar keseimbangan 3 gaya. RX2, RX1 dan F masing-masing merupakan panah (gaya) pertama, kedua dan ketiga. Secara grafis terlihat ujung panah terakhir (ketiga) berimpit dengan pangkal panah pertama (C). Ketiga anak panah (gaya) ada dalam kondisi seimbang arah horizontal. Gambar diatas merupakan gambar lain dari keseimbangan 3 gaya. RX1, F dan RX2 masing-masing merupakan panah (gaya) pertama, kedua dan ketiga. Secara grafis terlihat ujung panah terakhir (ketiga) berimpit dengan pangkal panah pertama (B). Ketiga anak panah (gaya) ada dalam kondisi seimbang arah horizontal.

15 Gambar diatas tidak merupakan gambar keseimbangan 3 gaya. F, RX1 dan RX2 masing-masing merupakan panah (gaya) pertama, kedua dan ketiga. Secara grafis terlihat ujung panah terakhir (ketiga) tidak berimpit dengan pangkal panah pertama (A). Ketiga anak panah (gaya) ada dalam kondisi tidak seimbang arah horizontal. Supaya seimbang dalam arah horizontal maka keempat gaya harus tersusun seperti gambar di bawah Jika ditambahkan gaya keempat FR dengan titik pangkal di D dan disusun seperti gambar di samping, maka keempat gaya ada dalam kondisi tidak seimbang horizontal. Jika ada gaya lain FR yang besarnya 5 kn melawan gaya F, maka keempat gaya ada dalam posisi seimbang

16 Supaya seimbang dalam arah horizontal maka keempat gaya harus tersusun seperti gambar di bawah Jika ada gaya lain FR yang besarnya 5 kn melawan gaya F, maka keempat gaya ada dalam posisi seimbang

17 α arctan FY FX

18

19 Contoh kedua akan diperlihatkan satu kondisi dimana benda terletak pada jalan yang miring. Kemiringan jalan = Berat benda W = 10 kn dan terletak pada permukaan miring = 16.5 o. Koefisien gesek antara permukaan tanah dan benda diambil = 0.5. Karena benda berada di atas tanah miring, maka potensi pergerakan benda hanya diakibatkan oleh gaya yang arahnya juga miring.

20 Jika tidak ada gaya lain yang bekerja pada benda, maka gaya yang menyebabkan benda bergerak hanya mungkin ditimbulkan oleh berat benda. Menurut ilmu fisika, gaya yang menyebabkan benda bergerak dapat dicari dari komponen gaya berat yang arahnya sejajar dengan permukaan tanah.

21 Gaya W sin yang menyebabkan benda bergerak akan ditahan oleh gaya reaksi RX yang diakibatkan oleh gesekan dasar benda dengan permukaan tanah. RXmax = W cos a x 0.5 = kn Koefisien gesekan = 0.5 RXmax = gaya gesek maksimum Gaya RX hanya menahan gaya W sin sehingga RX = W sin W sin < RXmax = 2.84 kn. Benda ada dalam kondisi seimbang. Benda tidak bergerak. Akibat beban W cos, tanah juga memberikan reaksi balik RV = W cos.

22 Jika pada benda bekerja gaya luar F = 1 kn Akibat gaya F dan W sin maka reaksi yang diberikan oleh gesekan benda (RX) berubah menjadi RX = W sin + F = 2.84 kn + 1 kn = 3.84 kn W sin + F < Rxmax Benda ada dalam kondisi seimbang. Benda tidak bergerak.

23 Dari uraian di atas juga terlihat jika gaya F + W sin sama dengan RX, maka hasil superposisi ketiga gaya tersebut sama dengan 0 (nol). F + W sin = RX F + W sin RXmax = 0 Jumlah gaya-gaya miring = 0 Secara umum persamaan di atas dapat dinyatakan sebagai : ΣF miring = 0 (jumlah gaya-gaya miring = 0) Jika ΣF miring = 0 maka benda ada dalam posisi seimbang arah miring. Benda tidak bergerak.

24 Jika gaya luar F dinaikkan menjadi 2 kn. Akibat gaya F dan W sin maka reaksi yang diberikan oleh gesekan benda dengan permukaan = RX max RX max = kn F + W sin = 4.84 kn > RXmax Benda ada dalam kondisi tidak seimbang. Benda akan bergerak akibat gaya FR = kn

25 Dari uraian di atas juga terlihat jika gaya F + W sin lebih besar dari RXmax, maka hasil superposisi ketiga gaya tersebut tidak sama dengan 0 (nol). F + W sin > RXmax F + W sin Rxmax > 0 Selisih ketiga gaya tersebut = FR FR = F + W sin Rxmax Akibat gaya FR maka benda akan bergerak kekiri. Jumlah gaya-gaya miring 0 Secara umum persamaan di atas dapat dinyatakan sebagai : ΣF miring 0 (jumlah gaya-gaya miring 0) Jika ΣF miring 0 maka benda ada dalam posisi tidak seimbang arah miring. Atau gaya-gaya tidak seimbang dalam arah miring.

26 Pada contoh berikut akan disajikan sebuah contoh katrol yang digunakan untuk menggantung benda dengan berat W2 = 4 kn. Agar benda tidak jatuh atau turun, maka tali katrol diikatkan pada tangki yang mempunyai berat W1 = 10 kn. Gaya gesek maksimum yang terjadi didasar tangki (RXmax = 5 kn).

27 Menurut ilmu fisika, akibat beban W2 = 4 kn, maka pada tali katrol akan terjadi gaya tarik sebesar S1 = 4 kn dan gaya S2 = 4 kn. Jika benda tidak bergerak, maka pada benda akan bekerja gaya S1. Akibat gaya S2 maka pada tangki juga juga akan bekerja gaya S2. Akibat gaya S1 dan S2, maka pada katrol akan bekerja gaya S1 dan S2.

28 (A) (B) (D) Karena benda diam, maka tangki juga diam. Untuk melawan gaya S2, maka di dasar tangki akan muncul reaksi RX = 4 kn (Gambar A). S2 dan RX ada dalam kondisi seimbang. RX = S2 (gambar D). (C) Pada kondisi tidak bergerak maka pada benda terjadi keseimbangan gaya W2 = S1 (Gambar C).

29 (A) Pada saat benda diam, maka pada katrol bekerja dua gaya S1 dan S2 yang besarnya sama 4 kn. Kedua gaya tersebut akan mendorong katrol kekanan dengan gaya 4 KN dan mendorong katrol ke bawah juga dengan gaya 4 kn. Akibat kedua gaya tersebut, maka katrol akan mendorong dinding dengan gaya superposisi sebesar SK = kn. Tumpuan katrol akan melawan dengan reaksi yang arahnya berlawanan dengan SK dan besarnya = RK. RK = kn.

30 Dari gambar sistem katrol di atas terlihat adanya keseimbangan semua gaya-gaya yang bekerja pada benda dan tangki. Pada benda terjadi keseimbangan gaya-gaya arah vertikal sedangkan pada tangki terjadi keseimbangan gaya-gaya arah horizontal. Pada benda terjadi keseimbangan gaya arah vertikal W2 = S1 W2 S1 = 0 ΣV = 0 Pada tangki terjadi keseimbangan gaya-gaya arah horizontal S2 = RX S2 RX = 0 ΣH = 0

31 Pada katrol terlihat adanya gaya yang bekerja pada dinding akibat adanya gaya S1 dan S2. Gaya yang bekerja pada dinding = SK = kn. Gaya RK ditahan oleh dinding dan dinding akan memberikan reaksi balik sebesar RK. Gaya SK dihitung dengan menggunakan rumus phytagoras : SK S1 2 S kN Arah kemiringan SK membentuk sudut 45 o dan diperoleh dari α arctan S2 S1 arctan 4 4 arctan1 o 45

32 Pada contoh berikut disajikan sistem katrol yang menahan beban W = 2 kn dan tali katrol diikitkan pada dinding bawah. Katrol digantung pada dinding atas. Menurut ilmu fisika, maka pada kedua tali katrol akan bekerja gaya S = 2 kn.

33 Akibat gaya W = 2 kn, maka akan timbul reaksi RB = 2 kn dan RT = 4 kn (Gambar (A)). Pada gambar (B) terjadi keseimbangan gaya vertikal S3 = S1 + S2 (E) Pada gambar (C) terjadi keseimbangan gaya vertikal S1 = W Pada gambar (D) terjadi keseimbangan gaya vertikal RB = S2 (B) Pada gambar (E) terjadi keseimbangan gaya vertikal RT = S3 (A) (C) (D)

34 Dari uraian di atas maka terlihat keseimbangan gaya arah vertikal terjadi pada sistem katrol seperti terlihat pada Gambar (A). RT = W + RB RT - W RT = ΣV = 0 Pada Gambar (B) juga terjadi keseimbangan gaya vertikal S3 = S1 + S2 S3 S1 S2 = ΣV = 0 Pada Gambar (C) juga terjadi keseimbangan gaya vertikal S1 = W S1 W= ΣV = 0 Pada Gambar (C) juga terjadi keseimbangan gaya vertikal S2 = RB S2 RB= ΣV = 0

35 Pada gambar (E) terjadi keseimbangan gaya vertikal RT = S3 RT S3= ΣV = 0 Dari uraian sebagaimana terlihat pada gambar (A) sampai (E) keseimbangan gaya pada sistem katrol selalu akan terjadi pada arah vertikal atau secara umum dapat dinyatakan : ΣV = 0 Hal penting yang perlukan pada analisa keseimbangan gaya pada sistem katrol di atas, gaya reaksi RB dan RT ditahan oleh dinding penumpu. Pada dinding penumpu akan terjadi gaya tarikan RB atau RT dan dianggap dinding kuat menahan gaya-gaya tersebut. Jika tidak kuat, maka dinding akan rusak.

36 Pada contoh berikut tali katrol diikatkan pada dindang bawah yang membentuk sudut 31 o. Katrol menahan beban W = 2 kn. Sama seperti pada contoh sebelumnya, maka pada kedua tali katrol akan terjadi gaya 2 kn.

37 (A) (B) Akibat beban W = 2 kn, maka pada tali akan timbul gaya S1 = 2 kn. Pada tali yang miring juga akan muncul gaya S2 = 2 kn. Akibat gaya S2, maka pada dinding bawah akan muncul reaksi perletakan RB = 2 kn. (Gambar A dan B) (C) Benda dan katrol tidak bergerak. Pada gambar C terlihat gaya S2 dapat diubah menjadi dua gaya yang saling tegak lurus S2 sin31 o = 1.03 kn dan S2 cos31 o = 1.71 kn. Gaya S1 dan S2 cos 31 akan dilawan oleh reaksi S3V sedangkan gaya S2 sin31 akan dilawan oleh reaksi S3H. (Gambar C).

38 Pada posisi tali katrol miring, maka tali tetap menyalurkan gaya 2 kn. Gaya S1 = 2 kn (vertikal) Gaya S2 = 2 kn (miring 31 o ) Akibat he dua gaya S1 dan S2, maka S3 tidak vertikal. S3 diperoleh dari kombinasi gaya S1, S2V dan S2H. Dengan menggunakan rumus Pythagoras, maka S3 S3V 2 S3H S3 = 3.85 kn Sudut kemiringan arah S3 diperoleh dari rumus : S3H tgα S3V S3H α arctan S3V 1.03 arctan 3.71 o 15.5

39 (A) (B)

40 Efek yang terjadi pada bangunan jika tidak mampu menahan gaya horizontal (akibat gempa)

41 Pondasi mampu menahan gaya horizontal tetapi bagian atas bangunan tidak mampu maka akan terjadi kehancuran pada bagian atas bangunan

42 Jembatan dan rel kereta api mengalami perubahan bentuk akibat ketidak mampuan menahan gaya horizontal

43 Pada bagian ini akan dibahas efek dari posisi gaya yang menyebabkan ketidakseimbangan benda terhadap perputaran Keseimbangan gaya-gaya pada arah horizontal dan vertikal sebagaimana telah dibahas pada bab sebelumnya masih belum menjamin keseimbangan benda terhadap perputaran. Pada analisis keseimbangan gaya selanjutnya dianggap tanah cukup mampu menahan semua gaya horizontal dan gaya vertikal. Koeffisien gesek pada dasar tangki diasumsikan sebesar RX merupakan reaksi terhadap F dan RW merupakan reaksi terhadap W.

44 Gaya F = 10 kn seimbang dengan gaya RX = 10 kn Gaya RX diakibatkan adanya gesekan antara dasar tangki dengan permukaan tanah. Kedua gaya menyebabkan tangki ada dalam kondisi keseimbangan atau tidak bergerak kekiri. Gaya F = 10 kn berada pada jarak 2 meter dari permukaan tanah. Gaya F mempunyai potensi untuk menggulingkan tangki ke kiri. Gaya yang berusaha menggulingkan tangki akan menyebabkan tangki berputar ke kiri.

45 Gaya F = 10 kn berada pada jarak 2 meter dari permukaan tanah. Gaya F mempunyai potensi untuk menggulingkan tangki ke kiri pada titik A. Gaya yang berusaha menggulingkan tangki akan menyebabkan tangki berputar ke kiri. Gaya putar (MP) yang berusaha menggulingkan tangki besarnya bergantung pada posisi beban F terhadap dasar tangki. Makin jauh posisi gaya F terhadap dasar tangki, maka gaya putar MP makin besar. MP = F x jarah F = 10 kn x 2 m = 20 knm

46 Akibat gaya guling MP, tangki berusaha menahan gaya guling tersebut. Gaya reaksi yang menahan gaya guling MP adalah MW. Gaya penahan guling tersebut diakibatkan oleh berat tangki W. Gaya penahan guling MW ditentukan oleh jarak W terhadap titik A. Makin jauh posisi gaya W terhadap titik A, maka gaya penahan guling MW makin besar. MW merupakan reaksi dari MP. Besar maksimum MW = W x jarah W ke titik A = 20 kn x 2 m = 20 knm.

47 Akibat gaya guling MP = 20 knm, maka reaksi gaya penahan guling MW = 20 knm.

48 Jika gaya F bekerja pada jarak 3 meter di atas permukaan tanah, maka gaya MP yang ditimbulkan = 10 kn x 3 m = 30 knm. Akibat gaya guling MP = 30 knm, maka reaksi gaya penahan guling MW = 30 knm.

49 Jika gaya F bekerja pada jarak 4 meter di atas permukaan tanah, maka gaya MP yang ditimbulkan = 10 kn x 4 m = 40 knm. Akibat gaya guling MP = 40 knm, maka reaksi gaya penahan guling MW = 40 knm.

50 Jika gaya F berubah menjadi 11 kn dan bekerja pada jarak 4 meter di atas permukaan tanah, maka akan timbul gaya reaksi RX = 11 kn. Pada tangki juga bekerja gaya MP sebesar 11 kn x 4 m = 44 knm. Akibat gaya guling MP = 44 knm, maka reaksi gaya penahan guling MW = 44 knm. Gaya penahan guling MW sebesar 44 knm merupakan gaya terbesar yang mendekati atau sama dengan kemampuan MW maksimum yaitu sebesar 44 knm. Kondisi ini disebut sebagai kondisi kritis. Jika terjadi gaya guling MP yang lebih besar dari 44 knm maka tangki ada dalam kondisi tidak seimbang.

51 Jika gaya F berubah menjadi 12 kn dan bekerja pada jarak 4 meter di atas permukaan tanah, maka akan timbul gaya reaksi RX = 12 kn. Pada tangki juga bekerja gaya MP sebesar 12 kn x 4 m = 48 knm. Akibat gaya guling MP = 48 knm, maka reaksi gaya penahan guling MW hanya sebesar 44 knm. Gaya penahan guling MW sebesar 44 knm tidak mampu menahan gaya MP sebesar 48 knm sehingga tangki ada dalam kondisi tidak seimbang. Gaya guling MPR berusaha menggulingkan tangki sebesar 4 knm. Akibat Gaya MPR sebesar 4 knm, maka tangki akan berputar pada titik A.

52 Jika tangki makin tinggi dengan ketinggian 8 meter dan menderita gaya F = 10 ton bekerja di puncak tangki dan mempunyai kemampuan menahan penggulingan sebesar 66 knm, maka MP = 80 knm dan MW = 66 knm. MP > MW, tangki akan terguling dan berputar di titik A. Gaya guling tangki sebesar MPR = 14 knm.

53

54 Jika tangki makin tinggi dengan ketinggian 16 meter dan menderita gaya F = 8 ton bekerja di puncak tangki dan mempunyai kemampuan menahan penggulingan sebesar 37.5 knm, maka MP = 128 knm dan MW = 110 knm. MP > MW, tangki akan terguling dan berputar di titik A. Gaya guling tangki sebesar MPR = 18 knm.

55 Bangunan mengalami gaya gempa dan dipaksa untuk bergerak horizontal dan berputar. Karena bangunan cukup kuat maka bangunan tidak hancur akibat gaya horizontal tetapi bangunan menjadi miring (berputar pada bagian kiri). Kondisi bangunan seperti pada gambar juga tidak baik / tidak layak untuk digunakan.

56 Bangunan mengalami gaya gempa dan dipaksa untuk bergerak horizontal dan berputar. Karena bangunan cukup kuat maka bangunan tidak hancur akibat gaya horizontal tetapi bangunan menjadi miring dan bahkan ada yang jatuh.

57 Dari uraian di atas maka terlihat keseimbangan benda akibat gaya horizontal tidak hanya ditinjau pada arah gaya-gaya horizontal, tetapi juga gaya-gaya lain yang menyebabkan benda berputar. Pada urian di atas terlihat gaya F selalu dapat diimbangi oleh gaya RX. Dengan perkataan lain ΣH = 0. Struktur tangki seimbang terhadap gaya-gaya horizontal (tangki tidak bergerak ke arah horizontal). Posisi gaya F yang mempunyai jarak terhadap dasar struktur tangki, menyebabkan gaya F berusaha mengguling (memutar) struktur tangki dengan gaya putar sebesar MP. Gaya putar MP akan dilawan oleh gaya perlawanan guling MW yang diakibatkan oleh gaya berat tangki W. Jika gaya putar MP dapat diimbangi MW maka akan terjadi keseimbangan gaya putar. MP = MW MP MW= 0

58 MP = MW MP MW= 0 Jumlah gaya-gaya putar = 0 Secara umum persamaan di atas dapat dinyatakan sebagai : ΣM = 0 (jumlah gaya-gaya putar = 0) Tanda (-) pada rumus MP MW= 0 dapat pula diartikan bahwa gaya MP mempunyai arah berlawanan dengan gaya MW dan superposisi atau selisih dari MP dan MW sama dengan 0 (nol). Dalam ilmu Statika (mekanika rekayasa/mekanika teknik) gaya yang mempunyai arah memutar dikenal dengan nama MOMEN Putar atau Momen.

59 Gaya yang bekerja pada sebuah benda dapat dibagi menjadi dua kelompok yaitu gaya yang menyebabkan benda bergerak lurus dan gaya yang menyebabkan benda bergerak memutar. Gaya yang menyebabkan benda bergerak lurus dikenal dengan nama GAYA sedangkan gaya yang menyebabkan benda bergerak memutar dikenal sebagai MOMEN. Momen merupakan hasil perkalian antara gaya dengan jarak gaya ke titik referensi. Karena momen merupakan hasil perkalian gaya dengan jarak, maka pendekatan awal tentang STATIKA lebih ditekankan pada analisa GAYA. Satuan Gaya = N, kn, kgf, tonf Satuan momen = Nm, kn m, kgf m, tonf m Catatan : notasi gaya dengan satuan kgf atau tonf kadang-kadang disingkat menjadi kg atau ton dengan anggapan percepatan gravitasi 1 satuan percepatan gravitasi (1 m/det 2 ). Satuan momen berubah menjadi kg m, ton m.

60 RESUME : Keseimbangan benda dalam menahan gaya-gaya yang bekerja padanya dapat dinyatakan sebagai berikut : ΣH = 0 (jumlah gaya-gaya horizontal = 0) ΣM = 0 (jumlah gaya-gaya vertikal = 0) ΣM = 0 (jumlah gaya-gaya putar = 0) Artinya selama ketiga persyaratan tersebut tidak terpenuhi, maka benda dikategorikan tidak stabil.

61 Pada bagian awal telah diperkenalkan tentang konsep keseimbangan benda / stabilitas benda yang sebetulnya juga merupakan prinsip dasar yang harus dimiliki oleh bangunan atau struktur Teknik Sipil. Konsep dasar analisa struktur bangunan teknik Sipil dikenal dengan 3K yaitu kokoh, kaku, kuat. Kokoh mempunyai hubungan dengan stabilitas bangunan yang tidak boleh berpindah tempat jika menderita gayagaya dari luar. Kaku mempunyai hubungan dengan kondisi bangunan yang tidak boleh mengalami perubahan bentuk atau melendut atau terdefleksi jika menderita beban dari luar Kuat mempunyai hubungan dengan kemampuan bangunan untuk tidak hancur atau rusak jika mengalami pembebanan dari luar.

62 Pada bagian awal dari kuliah ini kita akan melihat satu prinsip dasar dari bangunan teknik sipil yaitu KOKOH. Karena kokoh mempunyai konotasi untuk tidak berpindah tempat, dan perpindahan tempat suatu benda disebabkan oleh gaya-gaya yang bekerja pada benda dan kemampuan benda memberikan reaksi balik secara seimbang, maka beberapa hal penting yang harus diperhatikan : 1. Gaya yang bekerja pada benda sangat bervariasi, bisa satu atau lebih dari satu. 2. Jika gaya yang bekerja hanya satu maka reaksi balik yang diperlukan pada analisa keseimbangan gaya dapat dengan mudah di dapatkan. 3. Jika gaya yang bekerja lebih dari satu kemana superposisi atau gabungan gaya-gaya tersebut akan bekerja. Superposisi gaya-gaya merupakan penggabungan beberapa gaya. 4. Jika superposisi gaya sudah diperoleh, maka keseimbangan cukup dilakukan dengan melawan gaya gabungan tersebut. Dan posisi gaya perlawanan (reaksi) harus mempunyai garis kerja yang sama dengan gaya superposisi tersebut. Atau dengan perkataan lain posisi dan arah reaksi harus sedemikian rupa sehingga tidak menghasilkan momen putar.

Ilmu Gaya : 1.Kesimbangan gaya 2.Superposisi gaya / resultante gaya

Ilmu Gaya : 1.Kesimbangan gaya 2.Superposisi gaya / resultante gaya Ilmu Gaya : 1.Kesimbangan gaya 2.Superposisi gaya / resultante gaya Pada bagian kedua dari kuliah Statika kita sudah berkenalan dengan Gaya yang secara grafis digambarkan sebagai tanda panah. Definisi

Lebih terperinci

Pertemuan I, II I. Gaya dan Konstruksi

Pertemuan I, II I. Gaya dan Konstruksi Pertemuan I, II I. Gaya dan Konstruksi I.1 Pendahuluan Gaya adalah suatu sebab yang mengubah sesuatu benda dari keadaan diam menjadi bergerak atau dari keadaan bergerak menjadi diam. Dalam mekanika teknik,

Lebih terperinci

2 Mekanika Rekayasa 1

2 Mekanika Rekayasa 1 BAB 1 PENDAHULUAN S ebuah konstruksi dibuat dengan ukuran-ukuran fisik tertentu haruslah mampu menahan gaya-gaya yang bekerja dan konstruksi tersebut harus kokoh sehingga tidak hancur dan rusak. Konstruksi

Lebih terperinci

1.1. Mekanika benda tegar : Statika : mempelajari benda dalam keadaan diam. Dinamika : mempelajari benda dalam keadaan bergerak.

1.1. Mekanika benda tegar : Statika : mempelajari benda dalam keadaan diam. Dinamika : mempelajari benda dalam keadaan bergerak. BAB I. PENDAHULUAN Mekanika : Ilmu yang mempelajari dan meramalkan kondisi benda diam atau bergerak akibat pengaruh gaya yang bereaksi pada benda tersebut. Dibedakan: 1. Mekanika benda tegar (mechanics

Lebih terperinci

Kuliah keempat. Ilmu Gaya. Reaksi Perletakan pada balok di atas dua tumpuan

Kuliah keempat. Ilmu Gaya. Reaksi Perletakan pada balok di atas dua tumpuan Kuliah keempat Ilmu Gaya Reaksi Perletakan pada balok di atas dua tumpuan Tujuan Kuliah Memberikan pengenalan dasar-dasar ilmu gaya dan mencari reaksi perletakan balok di atas dua tumpuan Diharapkan pada

Lebih terperinci

Tarikan/dorongan yang bekerja pada suatu benda akibat interaksi benda tersebut dengan benda lain. benda + gaya = gerak?????

Tarikan/dorongan yang bekerja pada suatu benda akibat interaksi benda tersebut dengan benda lain. benda + gaya = gerak????? DINAMIKA PARTIKEL GAYA Tarikan/dorongan yang bekerja pada suatu benda akibat interaksi benda tersebut dengan benda lain Macam-macam gaya : a. Gaya kontak gaya normal, gaya gesek, gaya tegang tali, gaya

Lebih terperinci

Sebuah benda tegar dikatakan dalam keseimbangan jika gaya gaya yang bereaksi pada benda tersebut membentuk gaya / sistem gaya ekvivalen dengan nol.

Sebuah benda tegar dikatakan dalam keseimbangan jika gaya gaya yang bereaksi pada benda tersebut membentuk gaya / sistem gaya ekvivalen dengan nol. Suatu partikel dalam keadaan keseimbangan jika resultan semua gaya yang bekerja pada partikel tersebut nol. Jika pada suatu partikel diberi 2 gaya yang sama besar, mempunyai garis gaya yang sama dan arah

Lebih terperinci

Jika resultan dari gaya-gaya yang bekerja pada sebuah benda sama dengan nol

Jika resultan dari gaya-gaya yang bekerja pada sebuah benda sama dengan nol HUKUM I NEWTON Jika resultan dari gaya-gaya yang bekerja pada sebuah benda sama dengan nol ΣF = 0 maka benda tersebut : - Jika dalam keadaan diam akan tetap diam, atau - Jika dalam keadaan bergerak lurus

Lebih terperinci

A. Pendahuluan. Dalam cabang ilmu fisika kita mengenal MEKANIKA. Mekanika ini dibagi dalam 3 cabang ilmu yaitu :

A. Pendahuluan. Dalam cabang ilmu fisika kita mengenal MEKANIKA. Mekanika ini dibagi dalam 3 cabang ilmu yaitu : BAB VI KESEIMBANGAN BENDA TEGAR Standar Kompetensi 2. Menerapkan konsep dan prinsip mekanika klasik sistem kontinu dalam menyelesaikan masalah Kompetensi Dasar 2.1 Menformulasikan hubungan antara konsep

Lebih terperinci

ANALISA STATIS TERTENTU WINDA TRI WAHYUNINGTYAS

ANALISA STATIS TERTENTU WINDA TRI WAHYUNINGTYAS ANALISA STATIS TERTENTU WINDA TRI WAHYUNINGTYAS PENDAHULUAN Beban Didalam suatu struktur pasti ada beban, beban yang bisa bergerak umumnya disebut beban hidup misal : manusia, kendaraan, dan lain sebagainya.

Lebih terperinci

Gaya. Gaya adalah suatu sebab yang mengubah sesuatu benda dari keadaan diam menjadi bergerak atau dari keadaan bergerak menjadi diam.

Gaya. Gaya adalah suatu sebab yang mengubah sesuatu benda dari keadaan diam menjadi bergerak atau dari keadaan bergerak menjadi diam. Gaya Gaya adalah suatu sebab yang mengubah sesuatu benda dari keadaan diam menjadi bergerak atau dari keadaan bergerak menjadi diam. Dalam mekanika teknik, gaya dapat diartikan sebagai muatan yang bekerja

Lebih terperinci

KESEIMBANGAN BENDA TEGAR

KESEIMBANGAN BENDA TEGAR KESETIMBANGAN BENDA TEGAR 1 KESEIMBANGAN BENDA TEGAR Pendahuluan. Dalam cabang ilmu fisika kita mengenal MEKANIKA. Mekanika ini dibagi dalam 3 cabang ilmu yaitu : a. KINEMATIKA = Ilmu gerak Ilmu yang mempelajari

Lebih terperinci

HUKUM - HUKUM NEWTON TENTANG GERAK.

HUKUM - HUKUM NEWTON TENTANG GERAK. Hukum Newton 29 HUKUM - HUKUM NEWTON TENTANG GERAK. GERAK DAN GAYA. Gaya : ialah suatu tarikan atau dorongan yang dapat menimbulkan perubahan gerak. Dengan demikian jika benda ditarik/didorong dan sebagainya

Lebih terperinci

BAB 3 DINAMIKA GERAK LURUS

BAB 3 DINAMIKA GERAK LURUS BAB 3 DINAMIKA GERAK LURUS A. TUJUAN PEMBELAJARAN 1. Menerapkan Hukum I Newton untuk menganalisis gaya-gaya pada benda 2. Menerapkan Hukum II Newton untuk menganalisis gerak objek 3. Menentukan pasangan

Lebih terperinci

STATIKA I. Reaksi Perletakan Struktur Statis Tertentu : Balok Sederhana dan Balok Majemuk/Gerbe ACEP HIDAYAT,ST,MT. Modul ke: Fakultas FTPD

STATIKA I. Reaksi Perletakan Struktur Statis Tertentu : Balok Sederhana dan Balok Majemuk/Gerbe ACEP HIDAYAT,ST,MT. Modul ke: Fakultas FTPD Modul ke: 02 Fakultas FTPD Program Studi Teknik Sipil STATIKA I Reaksi Perletakan Struktur Statis Tertentu : Balok Sederhana dan Balok Majemuk/Gerbe ACEP HIDAYAT,ST,MT Reaksi Perletakan Struktur Statis

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Uraian Umum Abutmen merupakan bangunan yang berfungsi untuk mendukung bangunan atas dan juga sebagai penahan tanah. Adapun fungsi abutmen ini antara lain : Sebagai perletakan

Lebih terperinci

GAYA DAN HUKUM NEWTON

GAYA DAN HUKUM NEWTON GAYA DAN HUKUM NEWTON 1. Gaya Gaya merupakan suatu besaran yang mempunyai besar dan arah. Satuan gaya adalah Newton (N). Gbr. 1 Gaya berupa tarikan pada sebuah balok Pada gambar 1 ditunjukkan sebuah balok

Lebih terperinci

TM. V : Metode RITTER. TKS 4008 Analisis Struktur I

TM. V : Metode RITTER. TKS 4008 Analisis Struktur I TKS 4008 Analisis Struktur I TM. V : METODE RITTER vs CULLMAN Dr.Eng. Achfas Zacoeb, ST., MT. Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Brawijaya Metode RITTER Metode keseimbangan potongan (Ritter)

Lebih terperinci

Contoh Soal dan Pembahasan Dinamika Rotasi, Materi Fisika kelas 2 SMA. Pembahasan. a) percepatan gerak turunnya benda m.

Contoh Soal dan Pembahasan Dinamika Rotasi, Materi Fisika kelas 2 SMA. Pembahasan. a) percepatan gerak turunnya benda m. Contoh Soal dan Dinamika Rotasi, Materi Fisika kelas 2 SMA. a) percepatan gerak turunnya benda m Tinjau katrol : Penekanan pada kasus dengan penggunaan persamaan Σ τ = Iα dan Σ F = ma, momen inersia (silinder

Lebih terperinci

Hukum Newton dan Penerapannya 1

Hukum Newton dan Penerapannya 1 Hukum Newton dan Penerapannya 1 Definisi Hukum I Newton menyatakan bahwa : Materi Ajar Hukum I Newton Setiap benda tetap berada dalam keadaan diam atau bergerak dengan laju tetap sepanjang garis lurus

Lebih terperinci

Jenis Gaya gaya gesek. Hukum I Newton. jenis gaya gesek. 1. Menganalisis gejala alam dan keteraturannya dalam cakupan mekanika benda titik.

Jenis Gaya gaya gesek. Hukum I Newton. jenis gaya gesek. 1. Menganalisis gejala alam dan keteraturannya dalam cakupan mekanika benda titik. gaya yang muncul ketika BENDA BERSENTUHAN dengan PERMUKAAN KASAR. ARAH GAYA GESEK selalu BERLAWANAN dengan ARAH GERAK BENDA. gaya gravitasi/gaya berat gaya normal GAYA GESEK Jenis Gaya gaya gesek gaya

Lebih terperinci

Soal Pembahasan Dinamika Gerak Fisika Kelas XI SMA Rumus Rumus Minimal

Soal Pembahasan Dinamika Gerak Fisika Kelas XI SMA Rumus Rumus Minimal Soal Dinamika Gerak Fisika Kelas XI SMA Rumus Rumus Minimal Hukum Newton I Σ F = 0 benda diam atau benda bergerak dengan kecepatan konstan / tetap atau percepatan gerak benda nol atau benda bergerak lurus

Lebih terperinci

1. Sebuah benda diam ditarik oleh 3 gaya seperti gambar.

1. Sebuah benda diam ditarik oleh 3 gaya seperti gambar. 1. Sebuah benda diam ditarik oleh 3 gaya seperti gambar. Berdasar gambar diatas, diketahui: 1) percepatan benda nol 2) benda bergerak lurus beraturan 3) benda dalam keadaan diam 4) benda akan bergerak

Lebih terperinci

GERAK LURUS Standar Kompetensi Menerapkan konsep dan prinsip dasar kinematika dan dinamika benda titik.

GERAK LURUS Standar Kompetensi Menerapkan konsep dan prinsip dasar kinematika dan dinamika benda titik. GERAK LURUS Standar Kompetensi Menerapkan konsep dan prinsip dasar kinematika dan dinamika benda titik. Kompetensi Dasar Menganalisis besaran fisika pada gerak dengan kecepatan dan percepatan konstan.

Lebih terperinci

Bab 6 Momentum Sudut dan Rotasi Benda Tegar

Bab 6 Momentum Sudut dan Rotasi Benda Tegar Bab 6 Momentum Sudut dan Rotasi Benda Tegar A. Torsi 1. Pengertian Torsi Torsi atau momen gaya, hasil perkalian antara gaya dengan lengan gaya. r F Keterangan: = torsi (Nm) r = lengan gaya (m) F = gaya

Lebih terperinci

BAB V Hukum Newton. Artinya, jika resultan gaya yang bekerja pada benda nol maka benda dapat mempertahankan diri.

BAB V Hukum Newton. Artinya, jika resultan gaya yang bekerja pada benda nol maka benda dapat mempertahankan diri. BAB V Hukum Newton 5.1. Pengertian Gaya. Gaya merupakan suatu besaran yang menyebabkan benda bergerak. Gaya juga dapat menyebabkan perubahan pada benda misalnya perubahan bentuk, sifat gerak benda, kecepatan,

Lebih terperinci

Mekanika Rekayasa/Teknik I

Mekanika Rekayasa/Teknik I Mekanika Rekayasa/Teknik I Norma Puspita, ST. MT. Universitas Indo Global Mandiri Mekanika??? Mekanika adalah Ilmu yang mempelajari dan meramalkan kondisi benda diam atau bergerak akibat pengaruh gaya

Lebih terperinci

BAB iv HUKUM NEWTON TENTANG GERAK & PENERAPANNYA

BAB iv HUKUM NEWTON TENTANG GERAK & PENERAPANNYA BAB iv HUKUM NEWTON TENTANG GERAK & PENERAPANNYA CAKUPAN MATERI A. Hukum Pertama Newton B. Hukum Kedua Newton C. Hukum Ketiga Newton D. Gaya Berat, Gaya Normal & Gaya Gesek E. Penerapan Hukum Newton Hukum

Lebih terperinci

DINAMIKA ROTASI DAN KESETIMBANGAN BENDA TEGAR

DINAMIKA ROTASI DAN KESETIMBANGAN BENDA TEGAR DINAMIKA ROTASI DAN KESETIMBANGAN BENDA TEGAR Fisika Kelas XI SCI Semester I Oleh: M. Kholid, M.Pd. 43 P a g e 6 DINAMIKA ROTASI DAN KESETIMBANGAN BENDA TEGAR Kompetensi Inti : Memahami, menerapkan, dan

Lebih terperinci

BESARAN VEKTOR B A B B A B

BESARAN VEKTOR B A B B A B Besaran Vektor 8 B A B B A B BESARAN VEKTOR Sumber : penerbit cv adi perkasa Perhatikan dua anak yang mendorong meja pada gambar di atas. Apakah dua anak tersebut dapat mempermudah dalam mendorong meja?

Lebih terperinci

MEKANIKA UNIT. Pengukuran, Besaran & Vektor. Kumpulan Soal Latihan UN

MEKANIKA UNIT. Pengukuran, Besaran & Vektor. Kumpulan Soal Latihan UN Kumpulan Soal Latihan UN UNIT MEKANIKA Pengukuran, Besaran & Vektor 1. Besaran yang dimensinya ML -1 T -2 adalah... A. Gaya B. Tekanan C. Energi D. Momentum E. Percepatan 2. Besar tetapan Planck adalah

Lebih terperinci

BAB IV DINAMIKA PARTIKEL. A. STANDAR KOMPETENSI : 3. Mendeskripsikan gejala alam dalam cakupan mekanika klasik sistem diskret (partikel).

BAB IV DINAMIKA PARTIKEL. A. STANDAR KOMPETENSI : 3. Mendeskripsikan gejala alam dalam cakupan mekanika klasik sistem diskret (partikel). BAB IV DINAMIKA PARIKEL A. SANDAR KOMPEENSI : 3. Mendeskripsikan gejala alam dalam cakupan mekanika klasik sistem diskret (partikel). B. KOMPEENSI DASAR : 1. Menjelaskan Hukum Newton sebagai konsep dasar

Lebih terperinci

DINAMIKA PARTIKEL KEGIATAN BELAJAR 1. Hukum I Newton. A. Gaya Mempengaruhi Gerak Benda

DINAMIKA PARTIKEL KEGIATAN BELAJAR 1. Hukum I Newton. A. Gaya Mempengaruhi Gerak Benda KEGIATAN BELAJAR 1 Hukum I Newton A. Gaya Mempengaruhi Gerak Benda DINAMIKA PARTIKEL Mungkin Anda pernah mendorong mobil mainan yang diam, jika dorongan Anda lemah mungkin mobil mainan belum bergerak,

Lebih terperinci

KONSTRUKSI BALOK DENGAN BEBAN TERPUSAT DAN MERATA

KONSTRUKSI BALOK DENGAN BEBAN TERPUSAT DAN MERATA 1 KONSTRUKSI BALOK DENGAN BEBAN TERPUSAT DAN MERATA A. Tujuan Instruksional Setelah selesai mengikuti kegiatan belajar ini diharapkan peserta kuliah STATIKA I dapat : 1. Menghitung reaksi, gaya melintang,

Lebih terperinci

KESEIMBANGAN BENDA TEGAR

KESEIMBANGAN BENDA TEGAR Dinamika Rotasi, Statika dan Titik Berat 1 KESEIMBANGAN BENDA TEGAR Pendahuluan. Dalam cabang ilmu fisika kita mengenal ME KANIKA. Mekanika ini dibagi dalam 3 cabang ilmu yaitu : a. KINE MATI KA = Ilmu

Lebih terperinci

HUKUM NEWTON B A B B A B

HUKUM NEWTON B A B B A B Hukum ewton 75 A A 4 HUKUM EWTO Sumber : penerbit cv adi perkasa Pernahkah kalian melihat orang mendorong mobil yang mogok? Perhatikan pada gambar di atas. Ada orang ramai-ramai mendorong mobil yang mogok.

Lebih terperinci

Kegiatan Belajar 3 MATERI POKOK : JARAK, KECEPATAN DAN PERCEPATAN

Kegiatan Belajar 3 MATERI POKOK : JARAK, KECEPATAN DAN PERCEPATAN Kegiatan Belajar 3 MATERI POKOK : JARAK, KECEPATAN DAN PERCEPATAN A. URAIAN MATERI: Suatu benda dikatakan bergerak jika benda tersebut kedudukannya berubah setiap saat terhadap titik acuannya (titik asalnya).

Lebih terperinci

Hukum Newton tentang Gerak

Hukum Newton tentang Gerak Hukum Newton tentang Gerak PETA KONSEP Gerak Aristoteles Galileo Newton hasil Hukum I Newton Hukum II Newton Hukum III Newton tentang tentang tentang Kelembaman Gaya Aksi-Reaksi aplikasi pada Gerak Lurus

Lebih terperinci

DINAMIKA. Rudi Susanto, M.Si

DINAMIKA. Rudi Susanto, M.Si DINAMIKA Rudi Susanto, M.Si DINAMIKA HUKUM NEWTON I HUKUM NEWTON II HUKUM NEWTON III MACAM-MACAM GAYA Gaya Gravitasi (Berat) Gaya Sentuh - Tegangan tali - Gaya normal - Gaya gesekan DINAMIKA I (tanpa gesekan)

Lebih terperinci

DINAMIKA (HKM GRK NEWTON) Fisika Dasar / Fisika Terapan Program Studi Teknik Sipil Salmani, ST., MS., MT.

DINAMIKA (HKM GRK NEWTON) Fisika Dasar / Fisika Terapan Program Studi Teknik Sipil Salmani, ST., MS., MT. DINAMIKA (HKM GRK NEWTON) Fisika Dasar / Fisika Terapan Program Studi Teknik Sipil Salmani, ST., MS., MT. HUKUM-HUKUM GERAK NEWTON Beberapa Definisi dan pengertian yang berkaitan dgn hukum gerak newton

Lebih terperinci

TUGAS MAHASISWA TENTANG

TUGAS MAHASISWA TENTANG TUGAS MAHASISWA TENTANG o DIAGRAM BIDANG MOMEN, LINTANG, DAN NORMAL PADA BALOK KANTILEVER. o DIAGRAM BIDANG MOMEN, LINTANG, DAN NORMAL PADA BALOK SEDERHANA. Disusun Oleh : Nur Wahidiah 5423164691 D3 Teknik

Lebih terperinci

USAHA DAN ENERGI. Fisika Dasar / Fisika Terapan Program Studi Teknik Sipil Salmani, ST., MT., MS.

USAHA DAN ENERGI. Fisika Dasar / Fisika Terapan Program Studi Teknik Sipil Salmani, ST., MT., MS. USAHA DAN ENERGI Fisika Dasar / Fisika Terapan Program Studi Teknik Sipil Salmani, ST., MT., MS. SOAL - SOAL : 1. Pada gambar, kita anggap bahwa benda ditarik sepanjang jalan oleh sebuah gaya 75

Lebih terperinci

SASARAN PEMBELAJARAN

SASARAN PEMBELAJARAN 1 2 SASARAN PEMBELAJARAN Mahasiswa mampu menyelesaikan persoalan gerak partikel melalui konsep gaya. 3 DINAMIKA Dinamika adalah cabang dari mekanika yang mempelajari gerak benda ditinjau dari penyebabnya.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Diktat-elemen mesin-agustinus purna irawan-tm.ft.untar

BAB 1 PENDAHULUAN. Diktat-elemen mesin-agustinus purna irawan-tm.ft.untar BAB 1 PENDAHULUAN Elemen mesin merupakan ilmu yang mempelajari bagian-bagian mesin dilihat antara lain dari sisi bentuk komponen, cara kerja, cara perancangan dan perhitungan kekuatan dari komponen tersebut.

Lebih terperinci

BAB 3 DINAMIKA. Tujuan Pembelajaran. Bab 3 Dinamika

BAB 3 DINAMIKA. Tujuan Pembelajaran. Bab 3 Dinamika 25 BAB 3 DINAMIKA Tujuan Pembelajaran 1. Menerapkan Hukum I Newton untuk menganalisis gaya pada benda diam 2. Menerapkan Hukum II Newton untuk menganalisis gaya dan percepatan benda 3. Menentukan pasangan

Lebih terperinci

Gambar solusi 28

Gambar solusi 28 Gambar solusi 27 Gambar solusi 28 Gambar solusi 29 Gambar solusi 30 Gambar solusi 31 Gambar solusi 32a Gambar solusi 32b Gambar solusi 32c Gambar solusi 40 Gambar soal no 27 Gambar soal no 28 Gambar soal

Lebih terperinci

BAB 5: DINAMIKA: HUKUM-HUKUM DASAR

BAB 5: DINAMIKA: HUKUM-HUKUM DASAR BAB 5: DINAMIKA: HUKUM-HUKUM DASAR Dinamika mempelajari pengaruh lingkungan terhadap keadaan gerak suatu sistem. Pada dasarya persoalan dinamika dapat dirumuskan sebagai berikut: Bila sebuah sistem dengan

Lebih terperinci

PORTAL DAN PELENGKUNG TIGA SENDI

PORTAL DAN PELENGKUNG TIGA SENDI MEKANIKA STRUKTUR I PORTAL DAN PELENGKUNG TIGA SENDI Soelarso.ST.,M.Eng JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA 1. Portal Sederhana BERBAGAI BENTUK PORTAL (FRAME) DAN PELENGKUNG

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Dinding Penahan Tanah Bangunan dinding penahan tanah berfungsi untuk menyokong dan menahan tekanan tanah. Baik akibat beban hujan,berat tanah itu sendiri maupun akibat beban

Lebih terperinci

BAB iv HUKUM NEWTON TENTANG GERAK & PENERAPANNYA

BAB iv HUKUM NEWTON TENTANG GERAK & PENERAPANNYA BAB iv HUKUM NEWTON TENTANG GERAK & PENERAPANNYA CAKUPAN MATERI A. Hukum Pertama Newton B. Hukum Kedua Newton C. Hukum Ketiga Newton D. Gaya Berat, Gaya Normal & Gaya Gesek Satuan Pendidikan E. Penerapan

Lebih terperinci

STRUKTUR STATIS TAK TENTU

STRUKTUR STATIS TAK TENTU . Struktur Statis Tertentu dan Struktur Statis Tak Tentu Struktur statis tertentu : Suatu struktur yang mempunyai kondisi di mana jumlah reaksi perletakannya sama dengan jumlah syarat kesetimbangan statika.

Lebih terperinci

DINAMIKA 1. Fisika Dasar / Fisika Terapan Program Studi Teknik Sipil Salmani, ST., MS., MT.

DINAMIKA 1. Fisika Dasar / Fisika Terapan Program Studi Teknik Sipil Salmani, ST., MS., MT. DINAMIKA 1 Fisika Dasar / Fisika Terapan Program Studi Teknik Sipil Salmani, ST., MS., MT. HUKUM-HUKUM NEWTON Beberapa Definisi dan pengertian yg berkaitan dgn hukum newton MASSA: Benda adalah ukuran kelembamannya,

Lebih terperinci

FISIKA XI SMA 3

FISIKA XI SMA 3 FISIKA XI SMA 3 Magelang @iammovic Standar Kompetensi: Menerapkan konsep dan prinsip mekanika klasik sistem kontinu dalam menyelesaikan masalah Kompetensi Dasar: Merumuskan hubungan antara konsep torsi,

Lebih terperinci

MEKANIKA REKAYASA. Bagian 1. Pendahuluan

MEKANIKA REKAYASA. Bagian 1. Pendahuluan MEKANIKA REKAYASA Bagian 1 Pendahuluan i ii Mekanika Rekayasa Bagian 1 PENGANTAR Puji syukur ke hadirat Allah swt. Tuhan pemilik alam semesta, dan tak lupa pula shalawat beriring salam kepada pelopor ilmu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Konsep dasar definisi berikut merupakan dasar untuk mempelajari mekanika,

BAB I PENDAHULUAN. Konsep dasar definisi berikut merupakan dasar untuk mempelajari mekanika, I PENDHULUN 1.1. Konsep Dasar yaitu: Konsep dasar definisi berikut merupakan dasar untuk mempelajari mekanika, 1.1.1. Massa gerak. Massa adalah kelembaman benda yang merupakan tahanan terhadap perubahan

Lebih terperinci

Modul Sifat dan Operasi Gaya. Ir.Yoke Lestyowati, MT

Modul Sifat dan Operasi Gaya. Ir.Yoke Lestyowati, MT Modul Sifat dan Operasi Gaya Ir.Yoke Lestyowati, MT Konten E-Learning IDB 7in1 Terintegrasi PDITT 2015 BAB I SIFAT DAN OPEASI GAYA 1.1. Capaian Pembelajaran 1.1.1. Umum 1. Mampu menggunakan teori gaya

Lebih terperinci

BAB 2 GAYA 2.1 Sifat-sifat Gaya

BAB 2 GAYA 2.1 Sifat-sifat Gaya BAB 2 GAYA Dua bab berikutnya mengembangkan hukum statistika, yang merupakan suatu kondisi dimana suatu benda tetap diam. Hukum ini dapat dipakai secara universal dan dapat digunakan untuk mendesain topangan

Lebih terperinci

STATIKA. Dan lain-lain. Ilmu pengetahuan terapan yang berhubungan dengan GAYA dan GERAK

STATIKA. Dan lain-lain. Ilmu pengetahuan terapan yang berhubungan dengan GAYA dan GERAK 3 sks Ilmu pengetahuan terapan yang berhubungan dengan GAYA dan GERAK Statika Ilmu Mekanika berhubungan dengan gaya-gaya yang bekerja pada benda. STATIKA DINAMIKA STRUKTUR Kekuatan Bahan Dan lain-lain

Lebih terperinci

DASAR PENGUKURAN MEKANIKA

DASAR PENGUKURAN MEKANIKA DASAR PENGUKURAN MEKANIKA 1. Jelaskan pengertian beberapa istilah alat ukur berikut dan berikan contoh! a. Kemampuan bacaan b. Cacah terkecil 2. Jelaskan tentang proses kalibrasi alat ukur! 3. Tunjukkan

Lebih terperinci

BAB V HUKUM NEWTON TENTANG GERAK

BAB V HUKUM NEWTON TENTANG GERAK BAB V HUKUM NEWTON TENTANG GERAK Ilmuwan yang sangat berjasa dalam mempelajari hubungan antara gaya dan gerak adalah Isaac Newton, seorang ilmuwan Inggris. Newton mengemukakan tiga buah hukumnya yang dikenal

Lebih terperinci

Dinamika Rotasi, Statika dan Titik Berat 1 MOMEN GAYA DAN MOMEN INERSIA

Dinamika Rotasi, Statika dan Titik Berat 1 MOMEN GAYA DAN MOMEN INERSIA Dinamika Rotasi, Statika dan Titik Berat 1 MOMEN GAYA DAN MOMEN INERSIA Dalam gerak translasi gaya dikaitkan dengan percepatan linier benda, dalam gerak rotasi besaran yang dikaitkan dengan percepatan

Lebih terperinci

B.1. Menjumlah Beberapa Gaya Sebidang Dengan Cara Grafis

B.1. Menjumlah Beberapa Gaya Sebidang Dengan Cara Grafis BAB II RESULTAN (JUMLAH) DAN URAIAN GAYA A. Pendahuluan Pada bab ini, anda akan mempelajari bagaimana kita bekerja dengan besaran vektor. Kita dapat menjumlah dua vektor atau lebih dengan beberapa cara,

Lebih terperinci

Berikan jawaban anda sesingkatnya langsung pada kertas soal ini dan dikumpulkan paling lambat tanggal Kamis, 20 Desember 2012.

Berikan jawaban anda sesingkatnya langsung pada kertas soal ini dan dikumpulkan paling lambat tanggal Kamis, 20 Desember 2012. Nama : Kelas : Berikan jawaban anda sesingkatnya langsung pada kertas soal ini dan dikumpulkan paling lambat tanggal Kamis, 20 Desember 2012. 1. Besaran yang satuannya didefinisikan lebih dulu disebut

Lebih terperinci

14/12/2012. Metoda penyelesaian :

14/12/2012. Metoda penyelesaian : Sebuah benda berada dalam keseimbangan di bawah pengaruh gaya-gaya yang berpotongan jika : 1. Benda itu diam dan tetap diam (static equilibrium). 2. Benda itu bergerak dengan vektor kecepatan yang tetap

Lebih terperinci

MODUL FISIKA SMA Kelas 10

MODUL FISIKA SMA Kelas 10 SMA Kelas 0 A. Pengaruh Gaya Terhadap Gerak Benda Dinamika adalah ilmu yang mempelajari gerak suatu benda dengan meninjau penyebabnya. Buah kelapa jatuh dan pohon kelapa dan bola menggelinding di atas

Lebih terperinci

VEKTOR A. Vektor Vektor B. Penjumlahan Vektor R = A + B

VEKTOR A. Vektor Vektor B. Penjumlahan Vektor R = A + B Amran Shidik MATERI FISIKA KELAS X 11/13/2016 VEKTOR A. Vektor Vektor adalah jenis besaran yang mempunyai nilai dan arah. Besaran yang termasuk besaran vektor antara lain perpindahan, gaya, kecepatan,

Lebih terperinci

MENERAPKAN HUKUM GERAK DAN GAYA

MENERAPKAN HUKUM GERAK DAN GAYA MENERAPKAN HUKUM GERAK DAN GAYA Menguasai Hukum Neton MUH. ARAFAH, S.Pd. e-mail: muh.arafahsidrap@gmail.com ebsite://arafahtgb.ordpress.com HUKUM-HUKUM GERAK GERAK + GAYA DINAMIKA GAYA ADALAH SESUATU YANG

Lebih terperinci

BAB DINAMIKA ROTASI DAN KESEIMBANGAN BENDA TEGAR

BAB DINAMIKA ROTASI DAN KESEIMBANGAN BENDA TEGAR BAB DNAMKA OTAS DAN KESEMBANGAN BENDA TEGA. SOA PHAN GANDA. Dengan menetapkan arah keluar bidang kertas, sebagai arah Z positif dengan vektor satuan k, maka torsi total yang bekerja pada batang terhadap

Lebih terperinci

DINAMIKA 1. Fisika Dasar / Fisika Terapan Program Studi Teknik Sipil Salmani, ST., MT., MS.

DINAMIKA 1. Fisika Dasar / Fisika Terapan Program Studi Teknik Sipil Salmani, ST., MT., MS. DINAMIKA 1 Fisika Dasar / Fisika Terapan Program Studi Teknik Sipil Salmani, ST., MT., MS. 1. Carilah berat benda yang mempunyai : 1. 3 kilogram. 2. 200 gram. 2. Sebuah benda 20 kg yang bergerak bebas

Lebih terperinci

Dinding Penahan Tanah

Dinding Penahan Tanah Mata Kuliah : Struktur Beton Lanjutan Kode : TSP 407 SKS : 3 SKS Dinding Penahan Tanah Pertemuan - 6 TIU : Mahasiswa dapat mendesain berbagai elemen struktur beton bertulang TIK : Mahasiswa dapat menganalisis

Lebih terperinci

sendi Gambar 5.1. Gambar konstruksi jembatan dalam Mekanika Teknik

sendi Gambar 5.1. Gambar konstruksi jembatan dalam Mekanika Teknik da beberapa macam sistem struktur, mulai dari yang sederhana sampai dengan yang kompleks; sistim yang paling sederhana tersebut disebut dengan konstruksi statis tertentu. Contoh : contoh struktur sederhana

Lebih terperinci

Keseimbangan benda terapung

Keseimbangan benda terapung Keseimbangan benda terapung Pendahuluan Benda yang terendam di dalam air akan mengalami gaya berat sendiri benda atau gaya gravity ( Fg ) dengan arah vertikal ke bawah dan gaya tekanan air dengan arah

Lebih terperinci

Untuk tanah terkonsolidasi normal, hubungan untuk K o (Jaky, 1944) :

Untuk tanah terkonsolidasi normal, hubungan untuk K o (Jaky, 1944) : TEKANAN TANAH LATERAL Tekanan tanah lateral ada 3 (tiga) macam, yaitu : 1. Tekanan tanah dalam keadaan diam atau keadaan statis ( at-rest earth pressure). Tekanan tanah yang terjadi akibat massa tanah

Lebih terperinci

STRUKTUR STATIS TERTENTU

STRUKTUR STATIS TERTENTU MEKNIK STRUKTUR I STRUKTUR STTIS TERTENTU Soelarso.ST.,M.Eng JURUSN TEKNIK SIPIL FKULTS TEKNIK UNIVERSITS SULTN GENG TIRTYS PENDHULUN Struktur Statis Tertentu Suatu struktur disebut sebagai struktur statis

Lebih terperinci

Kinematika Sebuah Partikel

Kinematika Sebuah Partikel Kinematika Sebuah Partikel oleh Delvi Yanti, S.TP, MP Bahan Kuliah PS TEP oleh Delvi Yanti Kinematika Garis Lurus : Gerakan Kontiniu Statika : Berhubungan dengan kesetimbangan benda dalam keadaan diam

Lebih terperinci

MODUL ILMU STATIKA DAN TEGANGAN (MEKANIKA TEKNIK)

MODUL ILMU STATIKA DAN TEGANGAN (MEKANIKA TEKNIK) MODUL ILMU STATIKA DAN TEGANGAN (MEKANIKA TEKNIK) PROGRAM KEAHLIAN TEKNIK GAMBAR BANGUNAN SMK NEGERI 1 JAKARTA 1 KATA PENGANTAR Modul dengan kompetensi menerapkan ilmu statika dan tegangan ini merupakan

Lebih terperinci

Pertemuan XIII VIII. Balok Elastis Statis Tak Tentu

Pertemuan XIII VIII. Balok Elastis Statis Tak Tentu Pertemuan XIII VIII. Balok Elastis Statis Tak Tentu.1 Definisi Balok Statis Tak Tentu Balok dengan banyaknya reaksi melebihi banyaknya persamaan kesetimbangan, sehingga reaksi pada balok tidak dapat ditentukan

Lebih terperinci

BAB II - Keseimbangan di bawah Pengaruh Gaya-gaya yang Berpotongan

BAB II - Keseimbangan di bawah Pengaruh Gaya-gaya yang Berpotongan BAB II - Keseimbangan di bawah Pengaruh Gaya-gaya yang Berpotongan Soal 2-11 Perhatikan gambar 2-9 diketahui berat beban adalah 600N tentukanlah T 1 &? T 1 gambar 2-9 600N Diketahui : = 600N Jawab y y

Lebih terperinci

Struktur Statis Tertentu : Rangka Batang

Struktur Statis Tertentu : Rangka Batang Mata Kuliah : Statika & Mekanika Bahan Kode : CIV 102 SKS : 4 SKS Struktur Statis Tertentu : Rangka Batang Pertemuan 9 Kemampuan akhir yang diharapkan Mahasiswa dapat melakukan analisis reaksi perletakan

Lebih terperinci

BAB MOMENTUM DAN IMPULS

BAB MOMENTUM DAN IMPULS BAB MOMENTUM DAN IMPULS I. SOAL PILIHAN GANDA 0. Dalam sistem SI, satuan momentum adalah..... A. N s - B. J s - C. W s - D. N s E. J s 02. Momentum adalah.... A. Besaran vektor dengan satuan kg m B. Besaran

Lebih terperinci

Bab VI Dinamika Rotasi

Bab VI Dinamika Rotasi Bab VI Dinamika Rotasi Sumber : Internet : www.trade center.com Adanya gaya merupakan faktor penyebab terjadinya gerak translasi. Bianglala yang berputar terjadi karena kecenderungan untuk mempertahankan

Lebih terperinci

A. Pengertian Gaya. B. Jenis-Jenis Gaya

A. Pengertian Gaya. B. Jenis-Jenis Gaya A. Pengertian Gaya Tarikan dan dorongan yang kita berikan pada benda disebut gaya. Apakah gaya yang kita berikan memiliki arah? Tentu, gaya memiliki arah. Ketika kita mendorong ke depan, benda pun akan

Lebih terperinci

Struktur Rangka Batang Statis Tertentu

Struktur Rangka Batang Statis Tertentu Mata Kuliah : Statika Kode : TSP 106 SKS : 3 SKS Struktur Rangka Batang Statis Tertentu Pertemuan 10, 11, 12 TIU : Mahasiswa dapat menghitung reaksi perletakan pada struktur statis tertentu Mahasiswa dapat

Lebih terperinci

BEBAN JEMBATAN AKSI KOMBINASI

BEBAN JEMBATAN AKSI KOMBINASI BEBAN JEMBATAN AKSI TETAP AKSI LALU LINTAS AKSI LINGKUNGAN AKSI LAINNYA AKSI KOMBINASI FAKTOR BEBAN SEMUA BEBAN HARUS DIKALIKAN DENGAN FAKTOR BEBAN YANG TERDIRI DARI : -FAKTOR BEBAN KERJA -FAKTOR BEBAN

Lebih terperinci

Mata Kuliah: Statika Struktur Satuan Acara Pengajaran:

Mata Kuliah: Statika Struktur Satuan Acara Pengajaran: Mata Kuliah: Statika Struktur Satuan Acara engajaran: Minggu I II III IV V VI VII VIII IX X XI Materi Sistem aya meliputi Hk Newton, sifat, komposisi, komponen, resultan, keseimbangan gaya, Momen dan Torsi

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Metode ini digunakan untuk menyelesaikan permasalahan yang terjadi pada

BAB 2 LANDASAN TEORI. Metode ini digunakan untuk menyelesaikan permasalahan yang terjadi pada BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Metode Kendali Umpan Maju Metode ini digunakan untuk menyelesaikan permasalahan yang terjadi pada fenomena berkendara ketika berbelok, dimana dilakukan pemodelan matematika yang

Lebih terperinci

Disamping gaya kontak ada juga gaya yang bekerja diantara 2 benda tetapi kedua benda tidak saling bersentuhan secara langsung. Gaya ini bekerja melewa

Disamping gaya kontak ada juga gaya yang bekerja diantara 2 benda tetapi kedua benda tidak saling bersentuhan secara langsung. Gaya ini bekerja melewa Konsep Gaya Gaya Pada waktu kita menarik atau mendorong benda kita mengatakan bahwa kita mengerjakan suatu gaya pada benda tersebut. kita mengasosiasikan gaya dengan gerakan otot atau perubahan bentuk

Lebih terperinci

Pertemuan IX,X,XI V. Metode Defleksi Kemiringan (The Slope Deflection Method) Lanjutan

Pertemuan IX,X,XI V. Metode Defleksi Kemiringan (The Slope Deflection Method) Lanjutan ahan Ajar Analisa Struktur II ulyati, ST., T Pertemuan IX,X,XI V. etode Defleksi Kemiringan (The Slope Deflection ethod) Lanjutan V.1 Penerapan etode Defleksi Kemiringan Pada Kerangka Kaku Statis Tak Tentu

Lebih terperinci

RINGKASAN BAB 2 GAYA, MASSA, DAN BERAT BENDA

RINGKASAN BAB 2 GAYA, MASSA, DAN BERAT BENDA 1 RINGKASAN BAB 2 GAYA, MASSA, DAN BERAT BENDA Standar Kompetensi 5. Memahami peranan usaha, gaya, dan energi dalam kehidupan sehari-hari Kompetensi dasar 5.1. Mengidentifikasi jenis-jenis gaya, penjumlahan

Lebih terperinci

1 Soal latihan UTS Ganjil IPA-Fisika kelas VIII Semester 1 A. Pilihlah salah satu jawaban yang paling benar! 1. Perhatikan beberapa pernyataan berikut: 1) Dapat merubah kecepatan benda 2) Dapat berupa

Lebih terperinci

BAB II HUKUM NEWTON TENTANG GAYA

BAB II HUKUM NEWTON TENTANG GAYA BAB II HUKUM NEWTON TENTANG GAYA A. PENGANTAR Semua bahan (material) yang terdapat dialam maupun proses-proses yang terjadi, tidak ada yang komplek. Sebagai langkah pertama dalam memecahkan soal-soal yang

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN MUARO JAMBI D I N A S P E N D I D I K A N

PEMERINTAH KABUPATEN MUARO JAMBI D I N A S P E N D I D I K A N PEMERINTAH KABUPATEN MUARO JAMBI D I N A S P E N D I D I K A N Alamat : Komplek perkantoran Pemda Muaro Jambi Bukit Cinto Kenang, Sengeti UJIAN SEMESTER GANJIL SEKOLAH MENENGAH ATAS (SMA) TAHUN PELAJARAN

Lebih terperinci

HUKUM - HUKUM NEWTON TENTANG GERAK.

HUKUM - HUKUM NEWTON TENTANG GERAK. DINAMIKA GERAK HUKUM - HUKUM NEWTON TENTANG GERAK. GERAK DAN GAYA. Gaya : ialah suatu tarikan atau dorongan yang dapat menimbulkan perubahan gerak. Dengan demikian jika benda ditarik/didorong dan sebagainya

Lebih terperinci

BAB III DINDING PENAHAN TANAH

BAB III DINDING PENAHAN TANAH 75 BAB III DINDING PENAHAN TANAH PE N DAH U LUAN Pada bab ini, materi yang akan dibahas meliputi jenis-jenis dinding penahan tanah, momen lentur, dan gaya geser yang bekerja pada dinding maupun pada telapak

Lebih terperinci

Uraian Materi. W = F d. A. Pengertian Usaha

Uraian Materi. W = F d. A. Pengertian Usaha Salah satu tempat seluncuran air yang popular adalah di taman hiburan Canada. Anda dapat merasakan meluncur dari ketinggian tertentu dan turun dengan kecepatan tertentu. Energy potensial dikonversikan

Lebih terperinci

BAB V STABILITAS BENDUNG

BAB V STABILITAS BENDUNG BAB V STABILITAS BENDUNG 5.1 Kriteria Perencanaan Stabilitas perlu dianalisis untuk mengetahui apakah konstruksi bangunan ini kuat atau tidak, agar diperoleh bendung yang benar-benar stabil, kokoh dan

Lebih terperinci

SOAL DINAMIKA ROTASI

SOAL DINAMIKA ROTASI SOAL DINAMIKA ROTASI A. Pilihan Ganda Pilihlah jawaban yang paling tepat! 1. Sistem yang terdiri atas bola A, B, dan C yang posisinya seperti tampak pada gambar, mengalami gerak rotasi. Massa bola A, B,

Lebih terperinci

Kumpulan Soal UN Materi Hukum Newton

Kumpulan Soal UN Materi Hukum Newton Kumpulan Soal UN Materi Hukum Newton 1. Soal UN 2011/2012 Paket D21 Agar gaya normal yang bekerja pada balok sebesar 20 N, maka besar dan arah gaya luar yang bekerja pada balok adalah... A. 50 N ke bawah

Lebih terperinci

BAB 4 USAHA DAN ENERGI

BAB 4 USAHA DAN ENERGI 113 BAB 4 USAHA DAN ENERGI Sumber: Serway dan Jewett, Physics for Scientists and Engineers, 6 th edition, 2004 Energi merupakan konsep yang sangat penting, dan pemahaman terhadap energi merupakan salah

Lebih terperinci

Contoh Soal dan Pembahasan Kesetimbangan

Contoh Soal dan Pembahasan Kesetimbangan Contoh Soal dan Pembahasan Kesetimbangan 1. Perhatikan gambar di bawah ini. Agar batang homogen tetap berada pada posisi horizontal, berapakah besar gaya F yang harus diberikan? Pembahasan : Dari gambar

Lebih terperinci