BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dari pengamatan terhadap penambangan bijih bauksit yang terdapat di Propinsi Kalimantan Barat, ditemukan bahwa endapan bauksit di daerah ini termasuk ke dalam jenis bauksit kadar besi tinggi dengan ciri-ciri antara lain warna coklat kemerahan, sangat keras/kompak, bentuk butir meruncing tanggung dengan distribusi merata dari atas ke bawah. Secara geografis lokasi tersebut menguntungkan karena terletak di tepi pantai selatan pulau Kalimantan sehingga relatif mudah untuk mengolah endapan bauksit yang ada di daerah tersebut. Bauksit merupakan bahan baku aluminium. Endapan bauksit terdapat di pulau Bintan, Kepulauan Riau, pulau Bangka, dan pulau Kalimantan. Endapan bauksit di pulau Kalimantan sangat baik untuk dimanfaatkan karena mengandung kadar besi relatif tinggi. Oleh karena itu, sebuah perusahaan BUMN akan mendirikan pabrik pengolahan bauksit di wilayah tersebut. Untuk memperoleh kadar besi yang relatif tinggi perlu dilakukan proses Bayer untuk memisahkan Al 2 O 3 dan red mud dari bauksit. Proses ini ditemukan oleh Karl Bayer (1888). Proses ini menghasilkan residu bauksit, yang dikenal sebagai lumpur merah (red mud) yang mengandung unsurunsur seperti besi, silika, titanium, dan unsur pengotor lainnya. Pengolahan residu bauksit merupakan salah satu aspek kegiatan pertambangan yang menimbulkan dampak lingkungan sangat penting. Untuk itulah studi pengolahan dari red mud bauksit perlu diteliti lebih lanjut dan red mud dapat dimanfaatkan sebagaimana mestinya. Penelitian ini merupakan studi pendahuluan untuk 1

2 2 mendapatkan konsentrat mineral besi dari red mud bauksit serta meningkatkan kadarnya dengan cara klasifikasi ukuran menggunakan hidrosiklon Krebs diameter 1 inci yang dilakukan di Laboratorium Pengolahan Bahan Galian Tekmira Bandung. Pada operasi pemisahan menggunakan hidrosiklon, mineral besi berukuran kasar akan terbawa bersama limpahan bawah (underflow) sedangkan mineral yang berukuran halus terbawa sebagai limpahan atas (overflow). Adapun parameterparameter yang digunakan dalam penelitian ini adalah persen solid dan tekanan yang dikombinasikan untuk mendapatkan variasi yang optimal untuk memisahkan Fe 2 O 3 dari red mud bauksit. 1.2 Tujuan Penelitian Penelitian tugas akhir ini bertujuan sebagai studi pendahuluan untuk mendapatkan konsentrat mineral besi dari red mud bauksit asal Kalimantan Barat serta meningkatkan kadarnya menggunakan alat hidrosiklon Krebs diameter 1 inci. Selain itu, penelitian ini bertujuan pula untuk menentukan variabel-variabel optimum yang mempengaruhi unjuk kerja alat hidrosiklon Krebs diameter 1 inci.

3 3 1.3 Metodologi Penelitian Metodologi penelitian yang digunakan dalam menyusun laporan tugas akhir ini meliputi pengumpulan data, penyajian, analisis data agar dapat memberikan gambaran yang cukup jelas atas obyek yang diteliti dan kemudian dapat ditarik suatu kesimpulan. Untuk penelitian ini red mud yang digunakan berasal dari residu proses Bayer bijih bauksit Kalimantan Barat dengan ukuran -35 mesh, -100 mesh, dan -140 mesh. Adapun tahap-tahap penelitian yang dilakukan adalah sebagai berikut: a) Studi Pendahuluan di Puslitbang Tekmira Merupakan tahap awal dari penelitian. Pada tahap ini dilakukan peninjauan secara langsung ke puslitbang tekmira untuk mengetahui halhal apa saja yang akan dilakukan saat penelitian. Selain itu, dilakukan wawancara dengan pihak-pihak yang bersangkutan untuk mendapatkan keterangan akurat yang perlu selama penelitian. b) Studi Literatur Pada tahap ini dilakukan kompilasi teori-teori yang berkaitan dengan penelitian yang akan dilakukan dari buku-buku dan pustaka. c) Prosedur dan Percobaan Pada tahap ini dilakukan percobaan secara langsung, yang selanjutnya akan diolah dan disimpulkan hasilnya. d) Pembahasan Pada tahap ini dilakukan analisis terhadap data yang diperoleh dari percobaan.

4 4 e) Kesimpulan dan Saran Merupakan tahap akhir dari penelitian yang telah dilakukan. Pada tahap ini dibuat kesimpulan akhir berdasarkan analisis pengolahan data yang telah dilakukan.

5 Gambar 1.1 Metodologi Penelitian 5

6 6 1.4 Sistematika Penulisan BAB 1 PENDAHULUAN Merupakan pendahuluan yang menyajikan latar belakang masalah, tujuan penelitian, metodologi penelitian, dan sistemetika penulisan laporan tugas akhir. BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Merupakan uraian mengenai teori-teori dan kajian-kajian ilmiah sebagai dasar laporan tugas akhir yang dapat dipertanggung jawabkan. BAB 3 PROSEDUR DAN PERCOBAAN Pada bab ini, dipaparkan dan dijelaskan tahapan-tahapan percobaan untuk mendapatkan konsentrat mineral besi dari red mud bauksit serta meningkatkan kadarnya dengan cara klasifikasi ukuran menggunakan hidrosiklon Krebs diameter 1 inci BAB 4 PEMBAHASAN Pada bab ini data yang diambil disesuaikan dengan masalah yang akan dikaji. Pada tahap ini dilakukan analisis terhadap data yang diperoleh dari hasil percobaan. BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN Merupakan bagian terakhir dari penelitian yang telah dilakukan. Pada tahap ini dibuat suatu kesimpulan akhir berdasarkan pengolahan data yang telah dilakukan.

PROSEDUR DAN PERCOBAAN

PROSEDUR DAN PERCOBAAN BAB III PROSEDUR DAN PERCOBAAN 3.1 Prosedur Percobaan Prosedur percobaan yang dilakukan selama penelitian dapat dilihat pada Gambar 3.1. Gambar 3.1 Flow chart prosedur percobaan 24 25 3.1.1 Persiapan Red

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bauksit Bauksit merupakan bahan yang heterogen, yang mengandung mineral dari oksida aluminium, yaitu berupa mineral buhmit (Al 2 O 3.H 2 O) dan mineral gibsit (Al 2 O 3.3H 2

Lebih terperinci

DESAIN PROSES PENINGKATAN KADAR BIJIH BESI KALIMANTAN SELATAN

DESAIN PROSES PENINGKATAN KADAR BIJIH BESI KALIMANTAN SELATAN DESAIN PROSES PENINGKATAN KADAR BIJIH BESI KALIMANTAN SELATAN Nuryadi Saleh, Pramusanto, Yuhelda Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Mineral dan Batubara tekmira nuryadi@tekmira.esdm.go.id S A

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. komposisi utama berupa mineral-mineral aluminium hidroksida seperti gibsit,

BAB I PENDAHULUAN. komposisi utama berupa mineral-mineral aluminium hidroksida seperti gibsit, BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Bauksit adalah material yang berupa tanah atau batuan yang tersusun dari komposisi utama berupa mineral-mineral aluminium hidroksida seperti gibsit, buhmit dan diaspor.

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. 4.1 Analisis Mineragrafi

BAB IV PEMBAHASAN. 4.1 Analisis Mineragrafi BAB IV PEMBAHASAN Metode tabling adalah metode konsentrasi gravitasi yang digunakan untuk memisahkan dua atau lebih mineral berdasarkan perbedaan berat jenis dari mineral berharga dan pengotornya. Kriteria

Lebih terperinci

BAUKSIT yang EFISIEN. husaini dan yunita Ramanda. Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Mineral dan Batubara

BAUKSIT yang EFISIEN. husaini dan yunita Ramanda. Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Mineral dan Batubara rotary DruM scrubber ALAT upgrading BAUKSIT yang EFISIEN husaini dan yunita Ramanda Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Mineral dan Batubara husaini@tekmira.esdm.go.id SARI Dengan potensi bijih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1. Data Konsumsi Baja Per Kapita (Yusuf, 2005)

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1. Data Konsumsi Baja Per Kapita (Yusuf, 2005) BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Permintaan dunia akan baja, dewasa ini mengalami peningkatan yang signifikan. Permintaan tersebut khususnya datang dari negara-negara berkembang di Asia yang tengah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada tahun 2005 menurut penelitian South East Asia Iron and Steel Institute, tingkat konsumsi baja per kapita di Indonesia sebesar 26,2 kg yang lebih rendah dibandingkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. PT Antam (Persero) Tbk. UBPE (Unit Bisnis Pertambangan Emas) Pongkor

BAB I PENDAHULUAN. PT Antam (Persero) Tbk. UBPE (Unit Bisnis Pertambangan Emas) Pongkor BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang PT Antam (Persero) Tbk. UBPE (Unit Bisnis Pertambangan Emas) Pongkor merupakan salah satu tambang emas bawah tanah (underground) yang terdapat di Indonesia yang terletak

Lebih terperinci

ANALISIS KANDUNGAN LOGAM PADA LIMBAH TAILING (RED MUD) TAMBANG BAUKSIT. Andi Zulfikar

ANALISIS KANDUNGAN LOGAM PADA LIMBAH TAILING (RED MUD) TAMBANG BAUKSIT. Andi Zulfikar ANALISIS KANDUNGAN LOGAM PADA LIMBAH TAILING (RED MUD) TAMBANG BAUKSIT Andi Zulfikar Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan, Universitas Maritim Raja Ali Haji, Tanjungpinang, Kepulauan Riau, 29125 ABSTRAK

Lebih terperinci

EKSTRAKSI ALUMINA DARI RESIDU BAUKSIT UNTUK BAHAN BAKU ZEOLIT SINTETIS DENGAN PRODUK SAMPING KONSENTRAT BESI

EKSTRAKSI ALUMINA DARI RESIDU BAUKSIT UNTUK BAHAN BAKU ZEOLIT SINTETIS DENGAN PRODUK SAMPING KONSENTRAT BESI EKSTRAKSI ALUMINA DARI RESIDU BAUKSIT UNTUK BAHAN BAKU ZEOLIT SINTETIS DENGAN PRODUK SAMPING KONSENTRAT BESI Muchtar Aziz Puslitbang Teknologi Mineral dan Batubara Jl. Jend.Sudirman No. 623, Bandung Email:

Lebih terperinci

BAB III PERCOBAAN DAN HASIL PERCOBAAN

BAB III PERCOBAAN DAN HASIL PERCOBAAN BAB III PERCOBAAN DAN HASIL PERCOBAAN 3.1 Percobaan Percobaan tabling merupakan percobaan konsentrasi gravitasi berdasarkan perbedaan berat jenis dari mineral berharga dan pengotornya. Sampel bijih dipersiapkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Potensi tambang mineral di Indonesia yang sangat besar dengan kualitas produk baik. Potensi ini penting diperhitungkan untuk waktu yang akan datang. Kegiatan penambangan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Beton merupakan fungsi dari bahan penyusunnya yang terdiri dari bahan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Beton merupakan fungsi dari bahan penyusunnya yang terdiri dari bahan BAB II TINJAUAN PUSTAKA Beton Beton merupakan fungsi dari bahan penyusunnya yang terdiri dari bahan semen hidrolik (Portland Cement), agregat kasar, agregat halus, air dan bahan tambah. Nawy (1995), dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. prinsip input/ masukan data, managemen, analisis dan representasi data.

BAB I PENDAHULUAN. prinsip input/ masukan data, managemen, analisis dan representasi data. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sistem Informasi Geografis (SIG) adalah suatu teknologi yang menggabungkan dunia manajemen basis data dengan peta digital, dan grafik. Secara umum Sistem Informasi

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah metode expost facto. Ini berarti analisis dilakukan berdasarkan fakta dan data yang sudah terjadi. Dengan demikian penelitian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Alumina banyak digunakan dalam berbagai aplikasi seperti digunakan sebagai. bahan refraktori dan bahan dalam bidang otomotif.

I. PENDAHULUAN. Alumina banyak digunakan dalam berbagai aplikasi seperti digunakan sebagai. bahan refraktori dan bahan dalam bidang otomotif. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Alumina banyak digunakan dalam berbagai aplikasi seperti digunakan sebagai bahan refraktori dan bahan dalam bidang otomotif. Hal ini karena alumina memiliki sifat fisis

Lebih terperinci

Peningkatan Kadar Dan Pemrosesan Bauksit Bernilai Tambah Serta Pemanfaatan Tailing Nya

Peningkatan Kadar Dan Pemrosesan Bauksit Bernilai Tambah Serta Pemanfaatan Tailing Nya Peningkatan Kadar Dan Pemrosesan Bauksit Bernilai Tambah Serta Pemanfaatan Tailing Nya Husaini, Suganal, Hadi Purnomo, Stefanus Suryo Cahyono, Muta alim, Trisna Soenara, Budhy Agung Supriyanto, Agus Wahyudi,

Lebih terperinci

4 CM BAB I PENDAHULUAN. ( berisi latar belakang penulisan laporan tiap acara ) Jarak antar kalimat terakhir dan sub bab 1 cm

4 CM BAB I PENDAHULUAN. ( berisi latar belakang penulisan laporan tiap acara ) Jarak antar kalimat terakhir dan sub bab 1 cm BAB I PENDAHULUAN 2 CM 1.1. Latar Belakang Ditulis dengan rapido 0,5 dan di 0,5 di 0,3 Suatu bahan galian di alam masih berasosiasi dengan mineral pengotornya, oleh karena itu dibutuhkan suatu proses untuk

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. digunakan bahan tambah yang bersifat mineral (additive) yang lebih banyak bersifat

BAB 1 PENDAHULUAN. digunakan bahan tambah yang bersifat mineral (additive) yang lebih banyak bersifat BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan dan perkembangan di bidang struktur dewasa ini mengalami kemajuan yang sangat pesat. Perkembangan tersebut berlangsung diberbagai bidang, misalnya gedung-gedung

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang PT Antam Tbk UBPE Pongkor adalah salah satu Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang bergerak di bidang pertambangan dan pengolahan emas. Produk utama dari perusahaan ini

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perkerasan Jalan Perkerasan jalan merupakan lapisan perkerasan yang terletak di antara lapisan tanah dasar dan roda kendaraan, yang berfungsi memberikan pelayanan kepada sarana

Lebih terperinci

EKSPLORASI TIMAH DAN REE DI PULAU JEMAJA, KECAMATAN JEMAJA KABUPATEN ANAMBAS, PROVINSI KEPULAUAN RIAU

EKSPLORASI TIMAH DAN REE DI PULAU JEMAJA, KECAMATAN JEMAJA KABUPATEN ANAMBAS, PROVINSI KEPULAUAN RIAU EKSPLORASI TIMAH DAN REE DI PULAU JEMAJA, KECAMATAN JEMAJA KABUPATEN ANAMBAS, PROVINSI KEPULAUAN RIAU Wahyu Widodo*, Rudy Gunradi* dan Juju Jaenudin** *Kelompok Penyelidikan Mineral, **Sub Bidang Laboratorium

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kepulauan Bangka Belitung ditetapkan sebagai provinsi baru sesuai Undang - Undang No. 27 tahun 2000 tanggal 4 Desember 2000. Wilayah provinsi ini meliputi Pulau Bangka,

Lebih terperinci

Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia

Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia I.102 PENGOLAHAN BIJIH NIKEL KADAR RENDAH UNTUK MENDUKUNG INDUSTRI BAJA TAHAN KARAT Dr. Solihin, M.Env., Ir. Puguh Prasetiyo, Dr. Ir. Rudi Subagja, Dedy Sufiandi ST, Immanuel Ginting ST Lembaga Ilmu Pengetahuan

Lebih terperinci

PENYELIDIKAN POTENSI BAHAN GALIAN PADA TAILING PT FREEPORT INDONESIA DI KABUPATEN MIMIKA, PROVINSI PAPUA

PENYELIDIKAN POTENSI BAHAN GALIAN PADA TAILING PT FREEPORT INDONESIA DI KABUPATEN MIMIKA, PROVINSI PAPUA PENYELIDIKAN POTENSI BAHAN GALIAN PADA TAILING PT FREEPORT INDONESIA DI KABUPATEN MIMIKA, PROVINSI PAPUA Mangara P Pohan, 1 Denni W. 2, Sabtanto J.S. 3, Asep A. 4 1,2,3,4 Kelompok Program Penelitian Konservasi

Lebih terperinci

geografi Kelas X PEDOSFER II KTSP & K-13 Super "Solusi Quipper" F. JENIS TANAH DI INDONESIA

geografi Kelas X PEDOSFER II KTSP & K-13 Super Solusi Quipper F. JENIS TANAH DI INDONESIA KTSP & K-13 Kelas X geografi PEDOSFER II Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini kamu diharapkan memiliki kemampuan untuk memahami jenis tanah dan sifat fisik tanah di Indonesia. F. JENIS TANAH

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.35, 2014 KEMENESDM. Peningkatan. Nilai Tambah. Mineral. Pencabutan. PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PENINGKATAN

Lebih terperinci

PENGARUH KESTABILAN LERENG TERHADAP CADANGAN ENDAPAN BAUKSIT

PENGARUH KESTABILAN LERENG TERHADAP CADANGAN ENDAPAN BAUKSIT PENGARUH KESTABILAN LERENG TERHADAP CADANGAN ENDAPAN BAUKSIT Oleh Eddy Winarno; Wawong Dwi Ratminah Program Teknik Pertambangan UPN Veteran Yogyakarta Abstrak Optimalisasi Keberhasilanan Penambangan Terbuka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Industri besi baja merupakan basic industry yang merupakan penopang pembangunan suatu bangsa. Dari tahun ke tahun tingkat produksi baja dunia terus mengalami peningkatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Air merupakan kebutuhan hidup pokok karena tidak satupun kehidupan yang ada di dunia ini dapat berlangsung tanpa tersedianya air yang cukup baik kualitas maupun kuantitasnya.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. terbawa selama proses pengendapan. Pasir kuarsa yang juga dikenal dengan nama

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. terbawa selama proses pengendapan. Pasir kuarsa yang juga dikenal dengan nama BAB II TINJAUAN PUSTAKA Siregar (2014) menyebutkan pasir kuarsa adalah bahan galian yang terdiri dari atas kristal-kristal silika (SiO 2 ) dan mengandung senyawa pengotor yang terbawa selama proses pengendapan.

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Bab I Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagai salah satu negara yang mempunyai sumber daya alam yang sangat besar, Indonesia mempunyai kesempatan untuk mengembangkan segala potensi yang ada yang seyogyanya

Lebih terperinci

Penentuan Energi Ball Mill dengan Menggunakan Metode Indeks Kerja Bond. Jl. Tamansari No. 1 Bandung

Penentuan Energi Ball Mill dengan Menggunakan Metode Indeks Kerja Bond. Jl. Tamansari No. 1 Bandung Prosiding Teknik Pertambangan ISSN: 2460-6499 Penentuan Energi Ball Mill dengan Menggunakan Metode Indeks Kerja Bond 1 Teja Sukmana 1 Prodi Pertambangan, Fakultas Teknik, Universitas Islam Bandung, Jl.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan cepat. Hal ini disebabkan karena beberapa keuntungan dari penggunaan

BAB I PENDAHULUAN. dengan cepat. Hal ini disebabkan karena beberapa keuntungan dari penggunaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan beton ringan dalam teknologi konstruksi modern meningkat dengan cepat. Hal ini disebabkan karena beberapa keuntungan dari penggunaan teknologi beton ringan

Lebih terperinci

Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Teknologi Sepuluh Nopember

Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Teknologi Sepuluh Nopember Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Teknologi Sepuluh Nopember Penelitian yang sudah ada Pirometalurgi Hidrometalurgi Pelindian Sulfat Pelindian Pelindian Klorida Penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODELOGI PENELITIAN

BAB III METODELOGI PENELITIAN BAB III METODELOGI PENELITIAN 3.1 ALAT DAN BAHAN Pada penelitian ini alat-alat yang digunakan meliputi: 1. Lemari oven. 2. Pulverizing (alat penggerus). 3. Spatula/sendok. 4. Timbangan. 5. Kaca arloji

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lainnya untuk bisa terus bertahan hidup tentu saja sangat tergantung pada ada atau

BAB I PENDAHULUAN. lainnya untuk bisa terus bertahan hidup tentu saja sangat tergantung pada ada atau BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air merupakan salah satu materi penting yang ada di bumi dan terdapat dalam fasa cair, uap air maupun es. Kebutuhan manusia dan makhluk hidup lainnya untuk bisa terus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan teknologi serta industri saat ini diikuti dengan bertambahnya permintaan dari industri untuk bahan tambang ataupun mineral, salah satunya yaitu timah.

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 34 TAHUN 2009 TENTANG BAKU MUTU AIR LIMBAH BAGI USAHA DAN/ATAU KEGIATAN PERTAMBANGAN BIJIH BAUKSIT

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 34 TAHUN 2009 TENTANG BAKU MUTU AIR LIMBAH BAGI USAHA DAN/ATAU KEGIATAN PERTAMBANGAN BIJIH BAUKSIT SALINAN PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 34 TAHUN 2009 TENTANG BAKU MUTU AIR LIMBAH BAGI USAHA DAN/ATAU KEGIATAN PERTAMBANGAN BIJIH BAUKSIT MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP, Menimbang Mengingat

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... i. UCAPAN TERIMAKASIH... ii. DAFTAR ISI... iv. DAFTAR TABEL... vii. DAFTAR GAMBAR... viii. DAFTAR GRAFIK...

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... i. UCAPAN TERIMAKASIH... ii. DAFTAR ISI... iv. DAFTAR TABEL... vii. DAFTAR GAMBAR... viii. DAFTAR GRAFIK... DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... i UCAPAN TERIMAKASIH... ii DAFTAR ISI... iv DAFTAR TABEL... vii DAFTAR GAMBAR... viii DAFTAR GRAFIK... ix DAFTAR ISTILAH... x BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar Belakang... 1

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. Beton pada umumnya adalah campuran antara agregat. kasar (batu pecah/alam), agregat halus (pasir), kemudian

BAB III LANDASAN TEORI. Beton pada umumnya adalah campuran antara agregat. kasar (batu pecah/alam), agregat halus (pasir), kemudian 11 BAB III LANDASAN TEORI 3.1. Beton Beton pada umumnya adalah campuran antara agregat kasar (batu pecah/alam), agregat halus (pasir), kemudian direkatkan dengan semen Portland yang direaksikan dengan

Lebih terperinci

- 3 - BAB I KETENTUAN UMUM

- 3 - BAB I KETENTUAN UMUM - 2 - Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 4, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan pembangunan pada masa sekarang menjadi salah satu aspek kehidupan yang harus terus dipelajari dan dikembangkan baik oleh pemerintah maupun generasi penerus.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Proses ini berlangsung selama jutaan tahun dimulai ketika batuan ultramafik

BAB I PENDAHULUAN. Proses ini berlangsung selama jutaan tahun dimulai ketika batuan ultramafik 1 BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Penelitian Nikel laterit adalah produk residual pelapukan kimia pada batuan ultramafik. Proses ini berlangsung selama jutaan tahun dimulai ketika batuan ultramafik

Lebih terperinci

Recovery Logam Titanium Dioxide (TiO 2 ) dari Limbah Proses Pengambilan Pasir Besi

Recovery Logam Titanium Dioxide (TiO 2 ) dari Limbah Proses Pengambilan Pasir Besi LAPORAN PENELITIAN Recovery Logam Titanium Dioxide (TiO 2 ) dari Limbah Proses Pengambilan Pasir Besi Disusun Oleh : Mei Liana Sukarti 0931010003 PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI

Lebih terperinci

PENENTUAN TINGKAT KEMAGNETAN DAN INDUKSI MAGNETIK TOTAL ENDAPAN PASIR LAUT PANTAI PADANG SEBAGAI FUNGSI KEDALAMAN

PENENTUAN TINGKAT KEMAGNETAN DAN INDUKSI MAGNETIK TOTAL ENDAPAN PASIR LAUT PANTAI PADANG SEBAGAI FUNGSI KEDALAMAN Jurnal Komunikasi Fisika Indonesia http://ejournal.unri.ac.id./index.php/jkfi Jurusan Fisika FMIPA Univ. Riau Pekanbaru. http://www.kfi.-fmipa.unri.ac.id Edisi April 217. p-issn.1412-296.; e-2579-521x

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kandungan mineral logam ( khususnya emas) sudah sejak lama tersimpan di daerah Kabupaten Mandailing Natal. Cadangan bahan tambang emas yang terdapat di Kabupaten

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Perbedaan Keramik Konvensional dengan Advanced Ceramics Karakteristik Konvensional Advanced Temperatur maksimal C

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Perbedaan Keramik Konvensional dengan Advanced Ceramics Karakteristik Konvensional Advanced Temperatur maksimal C BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Industri keramik Indonesia merupakan salah satu sektor unggulan yang telah berkembang baik selama lebih dari 30 tahun (Kemenperin RI, 2016). Nilai penjualan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Air bersih merupakan salah satu sumber daya yang sangat penting bagi kehidupan terutama bagi makhluk hidup, makhluk hidup tidak dapat hidup tanpa air, terutama

Lebih terperinci

Puslitbang tekmira Jl. Jend. Sudirman No. 623 Bandung LAPORAN AKHIR PEMBUATAN RANCANGAN TEKNOLOGI UPGRADING BAUKSIT KAPASITAS 50 TON/JAM

Puslitbang tekmira Jl. Jend. Sudirman No. 623 Bandung LAPORAN AKHIR PEMBUATAN RANCANGAN TEKNOLOGI UPGRADING BAUKSIT KAPASITAS 50 TON/JAM Puslitbang tekmira Jl. Jend. Sudirman No. 623 Bandung 40211 Telp : 022-6030483 Fax : 022-6003373 E-mail : Info@tekmira.esdm.go.id LAPORAN AKHIR PEMBUATAN RANCANGAN TEKNOLOGI UPGRADING BAUKSIT KAPASITAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan hal tersebut mengakibatkan peningkatan mobilitas penduduk

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan hal tersebut mengakibatkan peningkatan mobilitas penduduk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini perkembangan dan pertumbuhan penduduk sangat pesat. Seiring dengan hal tersebut mengakibatkan peningkatan mobilitas penduduk sehingga muncul banyak kendaraan-kendaraan

Lebih terperinci

PROSES REDUKSI BIJIH BESI MENJADI BESI SPONS DI INDONESIA

PROSES REDUKSI BIJIH BESI MENJADI BESI SPONS DI INDONESIA PROSES REDUKSI BIJIH BESI MENJADI BESI SPONS DI INDONESIA Muhammad Yaasiin Salam 1306368394 DEPARTEMEN TEKNIK METALURGI DAN MATERIAL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS INDONESIA 2015 A. POTENSI BIJI BESI DI INDONESIA

Lebih terperinci

BAB V DASAR-DASAR PENGOLAHAN BAHAN GALIAN

BAB V DASAR-DASAR PENGOLAHAN BAHAN GALIAN BAB V DASAR-DASAR PENGOLAHAN BAHAN GALIAN 5.1. Pengolahan Bahan Galian Pengolahan Bahan Galian (Mineral dressing) adalah pengolahan mineral dengan tujuan untuk memisahkan mineral berharga dan gangue-nya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesinambungan pembangunan. Dengan meningkatnya pembangunan akan. dan derajat kesehatan masyarakat disebabkan adanya pencemaran.

BAB I PENDAHULUAN. kesinambungan pembangunan. Dengan meningkatnya pembangunan akan. dan derajat kesehatan masyarakat disebabkan adanya pencemaran. 1 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Di Indonesia pembangunan disektor industri terus meningkat sejalan dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Kegiatan manusia di dalam mengelola dan mengolah

Lebih terperinci

TINJAUAN KUAT LENTUR PLAT LANTAI DENGAN BAHAN TAMBAH ZEOLIT MENGGUNAKAN TULANGAN WIRE MESH

TINJAUAN KUAT LENTUR PLAT LANTAI DENGAN BAHAN TAMBAH ZEOLIT MENGGUNAKAN TULANGAN WIRE MESH TINJAUAN KUAT LENTUR PLAT LANTAI DENGAN BAHAN TAMBAH ZEOLIT MENGGUNAKAN TULANGAN WIRE MESH Tugas Akhir untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Sarjana S-1 Teknik Sipil diajukan oleh : Andika

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menurunkan kualitas lingkungan dan derajat kesehatan masyarakat disebabkan

BAB I PENDAHULUAN. menurunkan kualitas lingkungan dan derajat kesehatan masyarakat disebabkan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Di Indonesia pembangunan disektor industri terus meningkat sejalan dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Kegiatan manusia di dalam mengelola dan mengolah

Lebih terperinci

2017, No Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara (Lembaran Negara Repub

2017, No Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara (Lembaran Negara Repub BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.98, 2017 KEMEN-ESDM. Nilai Tambah Mineral. Peningkatan. Pencabutan. PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 05 TAHUN 2017 TENTANG PENINGKATAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Seiring perkembangan jumlah perumahan yang semakin meningkat,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Seiring perkembangan jumlah perumahan yang semakin meningkat, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring perkembangan jumlah perumahan yang semakin meningkat, permintaan konsumen terhadap unsur bangunan juga meningkat. Salah satunya adalah keramik lantai sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 L atar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 L atar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang PT Aneka Tambang (Antam), Tbk. Unit Bisnis Pertambangan Emas (UBPE) Pongkor adalah salah satu industri penambangan dan pengolahan bijih emas. Lingkup kegiatannya adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tidak memadai, dan kadar air tanah yang melebihi, Permasalahan umum yang sering dijumpai dalam pelaksanaan

BAB I PENDAHULUAN. tidak memadai, dan kadar air tanah yang melebihi, Permasalahan umum yang sering dijumpai dalam pelaksanaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan yang sering terjadi pada proyek pembangunan jalan adalah terjadinya penurunan tanah timbunan jalan, sehingga terjadi kerusakan pada aspal. Terjadinya penurunan

Lebih terperinci

LOGAM BUKAN BESI (NONOFERROUS)

LOGAM BUKAN BESI (NONOFERROUS) LOGAM BUKAN BESI (NONOFERROUS) LOGAM BUKAN - BESI ( NONFERROUS ) Kurang lebih 20% dari logam yang diolah menjadi produk industri merupakan logam bukan besi. Indonesia merupakan negara penghasil bukan besi

Lebih terperinci

Oleh Rangga Prakoso. Batasan Ekspor Mineral Diperlonggar

Oleh Rangga Prakoso. Batasan Ekspor Mineral Diperlonggar Oleh Rangga Prakoso JAKARTA. Revisi Peraturan Pemerintah (PP) No 23 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara (Minerba) akan memuat perlakuan khusus bagi perusahaan

Lebih terperinci

BAB III PERCOBAAN DAN HASIL PERCOBAAN

BAB III PERCOBAAN DAN HASIL PERCOBAAN BAB III PERCOBAAN DAN HASIL PERCOBAAN 3.1 Pengambilan Data Operasi di Lapangan Penelitian ini dilakukan berdasarkan kondisi operasi yang sesungguhnya. Oleh karena itu diperlukan pengamatan dan pengambilan

Lebih terperinci

BAB II ALUMINIUM DAN PADUANNYA

BAB II ALUMINIUM DAN PADUANNYA BAB II ALUMINIUM DAN PADUANNYA Aluminium adalah salah satu logam ringan (light metal) dan mempunyai sifat-sifat fisis dan mekanis yang baik, misal kekuatan tarik cukup tinggi, ringan, tahan korosi, formability

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penambangan bawah tanah tipe cut and fill. Penambangan di perusahaan ini

BAB I PENDAHULUAN. penambangan bawah tanah tipe cut and fill. Penambangan di perusahaan ini BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang PT Cibaliung Sumberdaya merupakan tambang emas dengan metoda penambangan bawah tanah tipe cut and fill. Penambangan di perusahaan ini dilakukan pada dua lokasi yaitu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada umumnya, setiap kegiatan industri menghasilkan suatu permasalahan lingkungan jika tidak dikelola dengan baik. Salah satu permasalahan lingkungan yang dihadapi oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Limbah perkebunan kelapa sawit adalah limbah yang berasal dari sisa tanaman yang tertinggal pada saat pembukaan areal perkebunan, peremajaan dan panen kelapa sawit.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor 20 tahun 1990, Penggolongan air menurut peruntukkannya dapat dibagi menjadi beberapa kelas, yaitu: 1. Kelas I

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. makhluk hidup, baik manusia, hewan, maupun tumbuhan. Akses terhadap air

I. PENDAHULUAN. makhluk hidup, baik manusia, hewan, maupun tumbuhan. Akses terhadap air I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air merupakan sumber daya alam yang menjadi kebutuhan pokok makhluk hidup, baik manusia, hewan, maupun tumbuhan. Akses terhadap air bersih masih menjadi salah satu persoalan

Lebih terperinci

V E R S I P U B L I K

V E R S I P U B L I K PENDAPAT KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA NOMOR A11011 TENTANG PENGAMBILALIHAN SAHAM PERUSAHAAN PT DWIMITRA ENGGANG KHATULISTIWA OLEH PT ANTAM (Persero) Tbk I. LATAR BELAKANG 1.1. Berdasarkan Peraturan

Lebih terperinci

PENYEBARAN CEBAKAN TIMAH SEKUNDER DI DAERAH KECAMATAN AIRGEGAS KABUPATEN BANGKA SELATAN PROPINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

PENYEBARAN CEBAKAN TIMAH SEKUNDER DI DAERAH KECAMATAN AIRGEGAS KABUPATEN BANGKA SELATAN PROPINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PENYEBARAN CEBAKAN TIMAH SEKUNDER DI DAERAH KECAMATAN AIRGEGAS KABUPATEN BANGKA SELATAN PROPINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG Heru Sigit Purwanto Program Pascasarjana Magister Teknik Geologi UPN Veteran Yogyakarta

Lebih terperinci

V E R S I P U B L I K

V E R S I P U B L I K PENDAPAT KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA NOMOR A14111 TENTANG PENGAMBILALIHAN SAHAM PERUSAHAAN PT GUNUNG KENDAIK OLEH PT MEGA CITRA UTAMA LATAR BELAKANG 1. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 57 Tahun

Lebih terperinci

LAPORAN KERJA PRAKTIK : OLEH : SEPTA DIAN PERMANA DBD BOBBY STEVEND DBD KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

LAPORAN KERJA PRAKTIK : OLEH : SEPTA DIAN PERMANA DBD BOBBY STEVEND DBD KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN PROSES KEGIATAN PENAMBANGAN EMAS DENGAN METODE TAMBANG SEMPROT YANG MENGGUNAKAN SISTEM LANTING DI SUNGAI KAPUAS KHUSUSNYA DAERAH DESA PUJON KECAMATAN KAPUAS TENGAH KABUPATEN KAPUAS PROVINSI KALIMANTAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya bauksit di Indonesia mencapai 3,47 miliar ton, yang terdapat di dua

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya bauksit di Indonesia mencapai 3,47 miliar ton, yang terdapat di dua BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar belakang Bauksit merupakan salah satu komoditas tambang yang penting di Indonesia. Berdasarkan data dinas Energi dan Sumber Daya Mineral tahun 2011, jumlah sumber daya bauksit

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Air adalah kebutuhan pokok bagi semua makhluk hidup di dunia. Air dapat berbentuk padat, cair, dan gas. Air di bumi digolongkan menjadi 3 bagian pokok, yaitu air hujan,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Penelitian ini didahului dengan perlakuan awal bahan baku untuk mengurangi pengotor yang terkandung dalam abu batubara. Penentuan pengaruh parameter proses dilakukan dengan cara

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. standar, dilanjutkan pengukuran kadar Pb dalam contoh sebelum dan setelah koagulasi (SNI ).

HASIL DAN PEMBAHASAN. standar, dilanjutkan pengukuran kadar Pb dalam contoh sebelum dan setelah koagulasi (SNI ). 0.45 µm, ph meter HM-20S, spektrofotometer serapan atom (AAS) Analytic Jena Nova 300, spektrofotometer DR 2000 Hach, SEM-EDS EVO 50, oven, neraca analitik, corong, pompa vakum, dan peralatan kaca yang

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN Metode penelitian disusun untuk mengarahkan langkah-langkah penelitian agar tujuan penelitian dapat dicapai dengan benar. Garis besar dari metode penelitian adalah sebagai berikut:

Lebih terperinci

KAJIAN KARAKTERISTIK MORTAR DENGAN MENGGUNAKAN TAILING DAN ADDITIVE SEBAGAI SUBSTITUSI PARSIAL SEMEN

KAJIAN KARAKTERISTIK MORTAR DENGAN MENGGUNAKAN TAILING DAN ADDITIVE SEBAGAI SUBSTITUSI PARSIAL SEMEN KAJIAN KARAKTERISTIK MORTAR DENGAN MENGGUNAKAN TAILING DAN ADDITIVE SEBAGAI SUBSTITUSI PARSIAL SEMEN RONNY PANDALEKE Dosen Fakultas Teknik, Jurusan Teknik Sipil, Universitas Sam Ratulangi Manado Email:ronny_pandaleke@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan pertambangan merupakan suatu aktifitas untuk mengambil

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan pertambangan merupakan suatu aktifitas untuk mengambil BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kegiatan pertambangan merupakan suatu aktifitas untuk mengambil bahan galian berharga dari lapisan bumi. Perkembangan dan peningkatan teknologi cukup besar, baik dalam

Lebih terperinci

POTENSI BAHAN GALIAN PASIR KUARSA DI KECAMATAN LABUHAN MARINGGAI, KABUPATEN LAMPUNG TIMUR, PROVINSI LAMPUNG

POTENSI BAHAN GALIAN PASIR KUARSA DI KECAMATAN LABUHAN MARINGGAI, KABUPATEN LAMPUNG TIMUR, PROVINSI LAMPUNG Potensi bahan galian pasir kuarsa di Kecamatan Labuhan Maringgai, Kabupaten Lampung Timur, Provinsi Lampung (Agung Mulyo) POTENSI BAHAN GALIAN PASIR KUARSA DI KECAMATAN LABUHAN MARINGGAI, KABUPATEN LAMPUNG

Lebih terperinci

EKSTRAKSI ALUMINA DALAM LUMPUR LAPINDO MENGGUNAKAN PELARUT ASAM KLORIDA

EKSTRAKSI ALUMINA DALAM LUMPUR LAPINDO MENGGUNAKAN PELARUT ASAM KLORIDA EKSTRAKSI ALUMINA DALAM LUMPUR LAPINDO MENGGUNAKAN PELARUT ASAM KLORIDA Riska Yudhistia A 1), Rachmat Triandi T 2), Danar Purwonugoho 3) 1) D-III Anafarma, Jurusan Gizi Politeknik Kesehatan Kemenkes Malang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada era globalisasi sekarang, proses pembangunan sudah sangat berkembang khususnya pembangunan yang berstruktur beton. Beton merupakan salah satu bahan elemen struktur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Air merupakan unsur penting dalam kehidupan. Hampir seluruh kehidupan di dunia ini tidak terlepas dari adanya unsur air. Sumber utama air yang mendukung kehidupan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan dengan penambangan bawah tanah yang meliputi kegiatan berupa

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan dengan penambangan bawah tanah yang meliputi kegiatan berupa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kegiatan penambangan emas di PT Cibaliung Sumberdaya (PT CSD) dilakukan dengan penambangan bawah tanah yang meliputi kegiatan berupa pemberaian, pemuatan, dan pengangkutan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam dunia Teknik Sipil, pengkajian dan penelitian masalah bahan bangunan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam dunia Teknik Sipil, pengkajian dan penelitian masalah bahan bangunan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Umum Dalam dunia Teknik Sipil, pengkajian dan penelitian masalah bahan bangunan masih terus dilakukan. Kebanyakan para peneliti telah bereksperimen dengan penambahan suatu bahan lain

Lebih terperinci

Pabrik Alumunium Sulfat dari Bauksit Dengan Modifikasi Proses Bayer dan Giulini

Pabrik Alumunium Sulfat dari Bauksit Dengan Modifikasi Proses Bayer dan Giulini Pabrik Alumunium Sulfat dari Bauksit Dengan Modifikasi Proses Bayer dan Giulini Dosen Pembimbing : Ir. Elly Agustiani, M.Eng NIP. 19580819 198503 2 003 Oleh Ricco Aditya S. W (2310 030 044) Rieska Foni

Lebih terperinci

Pengaruh Ukuran Efektif Pasir Dalam Biosand Filter Untuk Pengolahan Air Gambut

Pengaruh Ukuran Efektif Pasir Dalam Biosand Filter Untuk Pengolahan Air Gambut Pengaruh Ukuran Efektif Pasir Dalam Biosand Filter Untuk Pengolahan Air Gambut Yohanna Lilis Handayani, Lita Darmayanti, Frengki Ashari A Program Studi Teknik Sipil S1, Fakultas Teknik Universitas Riau

Lebih terperinci

Yogyakarta, Agustus 2013 Penulis, AJI DZULIANDA DAFTAR ISI. vii

Yogyakarta, Agustus 2013 Penulis, AJI DZULIANDA DAFTAR ISI. vii PT. Harita Prima Abadi Mineral Site Air Upas yang terletak di daerah Batang Belian, Kabupaten Ketapang, Kalimantan Barat ini merupakan perusahaan yang bergerak dibidang kegiatan penambangan bijih bauksit.

Lebih terperinci

Masa berlaku: Alamat : Jl. Raya Indarung, Sumatera Barat Februari 2010 Telp. (0751) Faks. (0751)

Masa berlaku: Alamat : Jl. Raya Indarung, Sumatera Barat Februari 2010 Telp. (0751) Faks. (0751) LAMPIRAN SERTIFIKAT AKREDITASI LABORATORIUM NO. LP-280-IDN Nama Laboratorium : PT. Semen Padang Kimia Semen Bagian tak larut ASTM C 114-07 part 5 SNI 15-2049-2004 butir 7.1.3.1 EN 196:2005 part 2 section

Lebih terperinci

II. PEMILIHAN DAN URAIAN PROSES. dalam alkohol (Faith and Keyes,1957).

II. PEMILIHAN DAN URAIAN PROSES. dalam alkohol (Faith and Keyes,1957). II. PEMILIHAN DAN URAIAN PROSES A. Jenis-Jenis Proses Aluminium sulfat atau yang lebih dikenal dengan tawas merupakan salah satu bahan kimia yang sangat diperlukan baik dalam industri pengolahan air. Alum

Lebih terperinci

28 Jurnal Teknik WAKTU Volume 12 Nomor 02 Juli 2014 ISSN :

28 Jurnal Teknik WAKTU Volume 12 Nomor 02 Juli 2014 ISSN : PENURUNAN KADAR BESI (Fe) DAN MANGAN PADA AIR SUMUR GALI DENGAN MENGGUNAKAN METODE AERASI DAN FILTRASI DI SUKODONO SIDOARJO Ismy Nur Fuadatul Azkiyah **) dan Joko Sutrisno *) Abstrak Kadar Fe dan kadar

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Studi Literatur. Persiapan Alat dan Bahan bahan dasar piston bekas. Proses pengecoran dengan penambahan Ti-B 0,05%

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Studi Literatur. Persiapan Alat dan Bahan bahan dasar piston bekas. Proses pengecoran dengan penambahan Ti-B 0,05% BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Diagram Alir Mulai Studi Literatur Persiapan Alat dan Bahan bahan dasar piston bekas Proses pengecoran dengan penambahan Ti-B 0,05% Pengecoran suhu cetakan 250 C Pengecoran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia di dunia ini. Air digunakan untuk memenuhi kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia di dunia ini. Air digunakan untuk memenuhi kebutuhan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Air merupakan salah satu sumber daya alam yang sangat penting bagi kehidupan manusia di dunia ini. Air digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari disegala

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Aspal Menurut Sukirman, (2007), aspal didefinisikan sebagai material perekat berwarna hitam atau coklat tua, dengan unsur utama bitumen. Aspal dapat diperoleh di alam ataupun

Lebih terperinci

...ل لن سن اف ا ن ب ن ل باف د ل ل لللن

...ل لن سن اف ا ن ب ن ل باف د ل ل لللن BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Besi merupakan logam yang paling banyak terdapat di alam. Besi juga diketahui sebagai unsur yang paling banyak membentuk bumi, yaitu kira-kira 4,7-5% pada kerak bumi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hasil tambang baik mineral maupun batubara merupakan sumber

BAB I PENDAHULUAN. Hasil tambang baik mineral maupun batubara merupakan sumber 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hasil tambang baik mineral maupun batubara merupakan sumber daya alam yang tidak terbaharukan (non renewable) yang dikuasai negara, oleh karena itu pengelolaannya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN I-1 BAB I PENDAHULUAN

BAB 1 PENDAHULUAN I-1 BAB I PENDAHULUAN I-1 BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Indonesia merupakan Negara tempat bertemunya tiga lempeng tektonik yakni lempeng Eurasia, lempeng Indo-Australia, dan lempeng Pasifik. Oleh karena pertemuan tiga

Lebih terperinci

1.1 LATAR BELAKANG MASALAH

1.1 LATAR BELAKANG MASALAH BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Dalam kasus Semburan Lumpur Lapindo Brantas yang sudah berjalan 2 tahun terakhir ini, pemerintah dan pihak yang terkait disibukkan dengan cara mengatasi/penanggulangannya,

Lebih terperinci