LAPORAN PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA WAKTU PENCAMPURAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "LAPORAN PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA WAKTU PENCAMPURAN"

Transkripsi

1 LAPORAN PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA WAKTU PENCAMPURAN DI SUSUN OLEH KELOMPOK : VI (enam) Ivan sidabutar ( ) Rahmat kamarullah ( ) Rita purianim ( ) PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA D III FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS RIAU PEKANBARU 2012

2 Abstrak Pencampuran (mixing) merupakan peristiwa menyebarnya bahan-bahan secara acak. Penggunaan sistem pengadukan untuk pencampuran banyak ditemui di industri kimia, salah satunya adalah tangki berpengaduk. Sistem tangki berpengaduk terdiri dari suatu tangki penampung fluida, pengaduk (impeller) yang terpasang pada batang pengaduk, dan perangkat penggeraknya (motor). Percobaan ini bertujuan membandingkan efektivitas beberapa tipe impeller pada pencampuran NaCl dengan air. Metode percobaan yanng dilakukan adalah megunakan alat-alat yaitu tangki berpengaduk yang dilengkapi motor, beberapa jenis pengaduk, stopwatch, dan timbangan. Bahan yang digunakan adalah air dan garam NaCl (natrium clorida). Prosedur kerja yang dilakukan adalah pertama pasang rangkain alat pengaduk dengan baik. Kemudian isi dengan air dengan ketinggian 20 cn dari dasar tangki, kemudian jalankan motor pengaduk dan atur kecepatannya. Kemudian campurkan 25 gram garam NaCl bersamaan dengan menghidupkan stopwatch. Amati nilai konduktifitas larutan sampai stabil. Kemudian catat hasilnya. Dari percobaan diketahui bahwa penggunaan turbin sebagai impeller lebih efektif dalam proses pencampuran karena memiliki waktu pencampuran yang paling singkat. Pada tangki yang tidak dilengkapi baffle untuk NaCl, turbin merupakan impeller yang paling efektif karena membutuhkan waktu yang paling sedikit untuk mencapai nilai konduktivitas yang konstan, yaitu 80, 65, dan 52 detik. Dan pada penggunaan tangki yang dilengapi dengan buffel. Yaitu:48, 18, dan 10 detik. Dari percobaaan didapatkan bahwa penggunaan buffel pada tanki pencampuran sangat efektif digunakan untuk mengoptimalkan waktu pencampuran. Kata kunci: impeller, pencampuran, konduktifitas, dan baffle.

3 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keberhasilan operasi suatu proses pengolahan dalam suatu industri adalah sangat penting. Keberhasilan tersebut bergantung pada efektifnya pengadukan dan pencampuran zat cair dalam proses pencampuran. Pencampuran adalah peristiwa menyebarnya bahan-bahan secara acak, dimana bahan yang satu menyebar ke dalam bahan yang lain dan sebaliknya, dimana bahan-bahan itu sebelumnya terpisah dalam dua fase atau lebih. Pencampuran dilakukan dengan tujuan menghasilkan campuran bahan yang bersifat homogen. Proses pencampuran dapat dilakukan dalam sebuah tangki berpengaduk. Faktor-faktor yang mempengaruhi proses pencampuran diantaranya adalah perbandingan antara geometri tangki dengan geometri pengaduk, bentuk dan jumlah pengaduk, posisi sumbu pengaduk, kecepatan putaran pengaduk, dan penggunaan baffle juga sangat berpengaruh pada waktu pencampuran yang dihasilkan. 1.2 Teori Defenisi Pencampuran Pencampuran diartikan sebagai suatu proses menghimpun dan membaurkan bahan-bahan. Tujuan pencampuran adalah menghasilkan campuran bahan dengan komposisi tertentu dan homogen, menghasilkan bahan setengah jadi agar mudah diolah pada proses selanjutnya atau menghasilkan produk akhir yang baik. Suatu proses pencampuran sangat diharapkan terjadinya pencampuran yang baik, dimana bahan-bahan telah tercampur dengan merata. Proses pencampuran dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu: a. Aliran Aliran yang turbulen menguntungkan proses pencampuran. Sebaliknya aliran yang laminer dapat mengakibatkan proses pencampuran yang berlangsung tidak baik.

4 b. Luas permukaan Semakin luas permukaan kontak bahan-bahan yang harus dicampur, yang berarti semakin kecil partikel dan semakin mudah gerakannya didalam campuran, maka proses pencampuran akan semakin baik. Perbedaan ukuran yang besar dalam proses pencampuran akan menyulitkan dalam terciptanya derajat pencampuran yang tinggi. c. Kelarutan Semakin besar kelarutan bahan-bahan yang akan dicampur pada pencampuran, maka akan semakin baik pencampurannya. Pada saat pelarutan terjadi, terjadi pula perstiwa difusi laju difusi dipercepat oleh adanya aliran. Kelarutan sebanding dengan kenaikan suhu, sehingga dapat dikatakan bahwa dengan naiknya suhu derajat pencampuran akan semakin baik pula. d. Viskositas campuran Pencampuran adalah operasi unit yang melibatkan memanipulasi sistem fisik heterogen, dengan maksud untuk membuatnya lebih homogen. Dalam kimia, suatu pencampuran adalah proses menggabungkan dua zat atau lebih yang berbeda tanpa reaksi kimia yang terjadi (obyek tidak menempel satu sama lain). Pencampuran dapat dipisahkan menjadi komponen aslinya secara mekanis Waktu pencampuran Waktu pencampuran adalah waktu yang dibutuhkan fluida untuk bercampur merata keseluruh tangki sehingga campuran bersifat homogen. Waktu pencampuran suatu larutan dipengaruhi oleh: jenis pengaduk, jenis tangki baffle dan unbaffle, kecepatan putaran pengaduk. Secara umum waktu yang dibutuhkan untuk menjadi suatu campuran bahan seragam sifat-sifatnya tergantung pada konfigurasi tangki berpengaduk, kecepatan putar dan tipe pengaduk yang digunakan. Jika suatu elektrolit dicampurkan dengan air, keseragaman campuran atau larutan yang dihasilkan dapat diukur dari nilai konduktivitasnya. Pada percobaan ini untuk menentukan waktu pencampuran dilakukan dengan mengukur konduktivitas larutannya. Proses pencampuran sangat diharapkan dapat berlangsung secara sempurna. Proses pencampuran dipengaruhi oleh beberapa

5 faktor yaitu: perbandingan antara geometri tangki dengan geometri pengaduk, bentuk dan jumlah pengaduk, posisi sumbu pengaduk, kecepatan putaran pengaduk, penggunaan sekat dalam tangki dan juga sifat fluida yang diaduk yaitu densitas dan viskositas. Secara umum waktu yang dibutuhkan untuk menjadi suatu campuran bahan seragam sifat-sifat fisiknya tergantung pada: jenis pengaduk, konfigurasi tangki berpengaduk, kecepatan putaran pengaduk. Beberapa faktor yang mempengaruhi waktu pencampuran, yaitu: A. Jenis Pengaduk Pengadukan adalah pemberian gerakan tertentu sehingga menimbulkan reduksi gerakan pada bahan, biasanya terjadi pada suatu tempat seperti bejana. Gerakan hasil reduksi tersebut mempunyai pola sirkulasi. Akibat yang ditimbulkan dari operasi pengadukan adalah terjadinya pencampuran (mixing) dari satu atau lebih komponen yang teraduk. Pada tangki berpengaduk, pola aliran yang dihasilkan bergantung pada beberapa faktor antara lain geometri tangki, sifat fisik fluida dan jenis pengaduk itu sendiri. Pengaduk jenis turbin akan cenderung membentuk pola aliran radial sedangkan propeller cenderung membentuk aliran aksial. Komponen radial dan tangensial terletak pada daerah horizontal dan komponen longitudinal pada daerah vertikal untuk kasus tangkai tegak (vertical shaft). Komponen radial dan longitudinal sangat berguna untuk penentuan pola aliran yang diperlukan untuk aksi pencampuran (mixing action). Menurut aliran yang dihasilkan, pengaduk dapat dibagi menjadi tiga golongan: Pengaduk aliran aksial yang akan menimbulkan aliran yang sejajar dengan sumbu putaran. Pengaduk aliran radial yang akan menimbulkan aliran yang berarah tangensial dan radial terhadap bidang rotasi pengaduk. Komponen aliran tangensial menyebabkan timbulnya vortek dan terjadinya pusaran, dan dapat dihilangkan dengan pemasangan sekat (baffle ).

6 Gambar 1.1 Jenis-jenis Impeller Keterangan: (a) Turbine piring lengkung vertikal (b) Turbine daun-lurus terbuka (c) Turbine piring berdaun (d) Propeller kapal berdaun tiga (e) Paddle Proses pencampuran dipengaruhi oleh jenis pengaduk, dimana variasi pengaduk yang digunakan menghasilkan waktu pencampuran yang berbeda. Pencampuran di dalam tangki pengaduk terjadi larena adanya gerak rotasi dari pengaduk dalam fluida. Gerak pengaduk ini memotong fluida tersebut dan dapat menimbulkan arus eddy yang bergerak keseluruhan sistem fluida tersebut. Oleh sebab itu, pengaduk merupakan bagian yang paling penting dalam suatu operasi pencampuran fasa cair dengan tangki pengaduk. Pengaduk dalam tangki memiliki fungsi sebagai pompa yang menghasilkan laju volumetrik tertentu pada tiap kecepatan putaran dan fluida yang digunakan. Pencampuran yang baik akan diperoleh bila diperhatikan bentuk dan dimensi pengaduk yang digunakan, karena akan mempengaruhi keefektifan proses pencampuran. Pada dasarnya jenis pengaduk dibedakan menjadi 3 jenis yaitu: 1. Paddle Bentuknya seperti dayung. Pola sirkulasi yang dominan adalah pola aliran radial (aliran tegak lurus sumbu pengaduk), biasanya digunakan pada kecepatan rendah yaitu rpm. Penggunaan pengaduk jenis ini pada

7 kecepatan putaran tinggi dapat menimbulkan pusaran (vortex), sehingga penggunaanya dilengkapi dengan pemasangan baffle 2. Propeller Bentuknya seperti baling-baling. Pola aliran yang dominan terbentuk adalah pola aliran aksial (aliran sejajar sumbu pengaduk). Propeller digunakan untuk fluida yang mempunyai viskositas rendah dan berkecepatan tinggi ( putaran per menit). 3. Turbine Beberapa tipe turbine antara lain: flat blade, disk flat blade, pitchet blade, pitchet fane, curvet blade, arrow head, titled blade, pitch curvet blade, dan shrouded. Pola sirkulasi yang terbentuk adalah radial dan tangensial (aliran yang mengelilingi batang pengaduk). Masing-masing pengaduk memberikan hasil waktu pencampuran yang berbeda. Perbedaan itu terjadi karena efektivitas aliran yang dihasilkan oleh pengaduk untuk menjangkau seluruh tangki berbeda. Semakin efektif aliran yang dihasilkan oleh pengaduk maka semakin sedikit waktu pencampuran yang dibutuhkan. Propeller memiliki waktu untuk mencampurkan bahan elektrolit yang paling lama dibanding impeller yang lain. Sedangkan padle berada diantara turbin dan propeller. Impeller jenis turbine merupakan jenis impeller yang mempunyai kecepatan putaran paling tinggi. Ini disebabkan karena impeller jenis turbin mampu bekerja secara maksimum pada fluida jenis air. B. Jenis Tangki (baffle dan unbaffle) Pemilihan tangki juga berpengaruh terhadap waktu pencampuran. Pada percobaan terdapat dua jenis tangki yaitu tangki yang mempunyai sekat (baffle) dan tangki yang tidak mempunyai sekat (unbaffle). Bila suatu jenis pengaduk memberikan pola aliran selain pola aliran turbulen, kita bisa menciptakan aliran turbulen dengan menambahkan sekat (baffle) di dalam tangki. Karena dengan menambahkan sekat maka yang awalnya pola aliran yang tercipta tidak turbulen menjadi turbulen. Jenis tangki yang dilengkapi dengan baffle akan lebih efektif dibanding dengan tangki yang tidak mempunyai baffle, karena pada tangki yang

8 menggunakan baffle memerlukan waktu yang lebih sedikit untuk mendapatkan nilai konduktivitas larutan yang konstan dan juga pada tangki yang menggunakan baffle komponen akan saling bertumbukan sehingga komponen atau bahan yang digunakan lebih cepat tercampur daripada yang tidak menggunakan baffle. C. Kecepatan Putaran Pengaduk Kecepatan putaran pengaduk berpengaruh terhadap waktu pencampuran. Semakin besar kecepatan putaran pengaduk, semakin cepat pula putaran pengaduk sehingga waktu pencampuran juga akan semakin cepat. Variasi kecepatan pengaduk menghasilkan waktu pencampuran yang berbeda. D. Konduktivitas Daya hantar listrik adalah ukuran seberapa kuat suatu larutan dapat menghantarkan listrik. Konduktivitas digunakan untuk ukuran larutan atau cairan elektrolit. Larutan yang telah tercampur dengan sempurna akan menghasilkan nilai konduktifitas yang tidak berubah atau konstan. Dimana telah terjadi proses ionisasi sempurna. Daya hantar listrik berbanding lurus dengan jumlah ion dalam larutan. Larutan NaCl misalnya di dalam air terurai menjadi kation (Na + ) dan anion (Cl - ). Terjadinya arus listrik pada larutan NaCl disebabkan ion Na + menangkap elektron pada katoda dengan membebaskan Na + sedangkan ion Cl - melepaskan elektron pada anoda dengan menghasilkan gas Clorin. 1.2 Tujuan percobaan 1. Menghitung laju pencampuran suatu elektrolit dalam air. 2. Membandingkan efektifitas beberapa impeller dan konfigurasi tangki berpengaduk.

9 HARGAILAH KARYA ORANGLAIN DENGAN MENULISKAN SEBAGAI REFERENSI ivan, Praktikum operasi teknik kimia- Waktu pencampuran, laboratorium DDPK: Pekanbaru. BAB II METODE PERCOBAAN 2.1 alat dan bahan yang digunakan Metode percobaan yang dilakukan adalah menggunakan alat alat berupa : tangki berpengaduk, beberapa tipe pengaduk,stopwatch, dan timbangan. Bahan yang digunakan adalah air dan garam natrium klorida (NaCl) sebagai elektrolit. 2.2 Gambar alat praktikum motor buffel impeller 13,5 cm 42,3 cm 30 cm Gambar 2.1 Tangki Berpengaduk 3.3 Prosedur Percobaan 1. Natrium Klorida (NaCl) ditimbang seberat 25 gram sebagai elektrolit sebanyak 12 buah. 2. Pengaduk atau impeller dipasang dengan tipe yang pertama yaitu tipe padle. 3. Tangki tanpa menggunakan baffle diisi dengan air sampai batas ketinggian 30 cm dari dasar tangki. Impeller yang sudah dipasang dimasukkan ke dalam tangki yang berisi air.

10 4. Kecepatan putar pengaduk diatur dengan kecepatan 125 rpm. Kemudian NaCl di masukkan ke dalam tangki berseberangan dengan alat konduktivitimeter. 5. Pencatatan waktu dilakukan bersamaan dengan masuknya NaCl ke tangki pengaduk. 6. Pencatatan waktu dihentikan ketika alat pengukur konduktivitas telah menunjukkan nilai konstan. 7. Dilakukan Tahapan yang sama dilakukan pada kecepatan 250, 375, dan 500 rpm. 8. Percobaan diulangi lagi dengan mengganti tipe pengaduk atau impeller dengan tipe propeller dan tipe turbin 9. Percobaan dilakukan kembali dengan menggunakan zat elektrolit KCl.

11 Waktu Pencampuran(detik) BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hubungan kecepatan putaran pengaduk dengan waktu pencampuran pada tangki unbaffel. Percobaan yang dilakukan menggunakan tangki unbaffel pada beberapa variasi impeller dan kecepatannya didapatkan waktu yang dibutuhkan untuk mencampurkan 25 gr NaCl dengan 8 Liter air. Hubungan antara kecepatan impeller dari masing-masing jenis impeller dengan waktu dapat dilihat pada Gambar Kecepatan Putar (rpm) Baling-baling Turbin Dayung besar Dayung sedang Dayung kecil Gambar 3.1 Hubungan Antara Kecepatan Putar Pengaduk Dengan Waktu Pencampuran Pada Tangki Unbaffle. Proses pengadukan, kecepatan pengadukan pada umumnya akan mempercepat homogenitas campuran. Jadi semakin cepat pengadukan maka waktu yang dibutuhkan untuk mencapai homogenitas campuran semakin cepat (Purwanto, 2008). Berdasarkan Gambar 3.2 dapat dilihat pada pengaduk jenis dayung kecil pada kecepatan 250 rpm waktu pencampuran adalah 317 detik, pada kecepatan 375 rpm waktu pencampuran adalah 161 detik, dan pada kecepatan 500 rpm waktu pencampuran yang diperoleh yaitu 106 detik. Dapat dilihat bahwa

12 Waktu Pencampuran (detik) semakin tinggi laju putaran impeller, maka semakin sedikit waktu yang dibutuhkan untuk mencapai konduktivitas konstan. Dari Gambar 3.2 didapatkan bahwa turbin merupakan impeller yang paling efektif dibandingkan dengan baling-baling, dayung besar, dayung kecil, dan dayung kecil. Hal ini disebabkan karena impeller turbin. menghasilkan efek pengadukan yang paling besar sehingga pencampuran garam NaCl dengan air berlangsung cepat. 3.1 Hubungan kecepatan putaran pengaduk dengan waktu pencampuran pada tangki dilengkangkapi dengan baffle. Percobaan menggunakan tangki yang dilengkapi dengan baffle pada beberapa variasi impeller dan kecepatannya didapatkan waktu pencampuran untuk mencapai homogenitas dari larutan NaCl. Didapatkan hubungan antara variasi kecepatan putaran dan jenis impeller terhadap waktu pencampuran yang dapat dilihat pada Gambar Kecepatan Pengaduk ( rpm ) Baling-baling Turbin Dayung besar Dayung sedang Dayung kecil Gambar 3.2 Hubungan Antara Kecepatan Putaran Pengaduk Dengan Waktu Pencampuran Pada Tangki Yang Dilengapi Baffle. Kecepatan pengadukan pada umumnya akan mempercepat homogenitas campuran. Faktor lain yang mempengaruhi homogenitas suatu larutan adalah jenis impeller dan kecepatan putar optimal, dimana masing-masing jenis impeller memiliki kecepatan optimum dalam pengadukan (Purwanto, 2008). Berdasarkan

13 Konduktifitas (Ohm ¹) Gambar 3.3 Dapat dilihat pada pengaduk dayung besar dengan kecepatan putar 250 rpm waktu pencampuran yang diperoleh adalah 80 detik, pada kecepatan 375 rpm waktu yang diperlukan 61 detik, dan pada kecepatan 500 rpm waktu pencampuran yang dibutuhkan adalah 28 detik. Dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi laju putaran impeller, maka semakin sedikit waktu yang dibutuhkan untuk mencapai konduktivitas konstan. Namun terdapat sedikit kejanggalan pada data, yaitu pada data propeller (baling-baling) yaitu pada putaran (250 rpm) membutuhkan waktu yang lebih sedikit dibandingkan pada putaran (375 rpm). Kesalahan tersebut terjadi karena propeler merupakan impeller aliran aksial berkecepatan tinggi untuk zat cair berviskositas rendah, propeller efektif dioperasikan pada putaran rpm, sehingga pada putaran 350 rpm kurang efektif untuk penggunaan propeller. Turbin merupakan impeller yang paling efektif dibandingkan dengan baling-baling, dayung besar, dayung kecil, dan dayung kecil. 3.2 Hubungan variasi pengaduk dengan konduktivitas menggunakan baffle detik 10 detik konstan selang waktu pencampuran Baling-baling Turbin Dayung besar Dayung sedang Dayung kecil Gambar 3.3 Hubungan Konduktifitas Dengan Waktu Pencampuran pada putaran 250 rpm. Nilai konduktivitas suatu larutan ditentukan oleh konsentrasi ion-ionnya. Semakin cepat proses ionisasi maka semakin cepat stabil nilai konduktivitasnya.

14 Konduktivitas (Ohm ¹) Berdasarkan gambar 3.3 dapai dilihat nilai konduktivitas pada turbin pada 5 detik pertama adalah 0,07 Ohm -1, pada 10 detik adalah 0,28, pada saat konstan nilai konduktivitas yang terukur adalah 5,17. Dapat disimpulkan terjadi kenaikan nilai konduktivitas pada 5 detik pertama dan kedua, dan waktu yang dibutuhkan mencapai konstan adalah 48 (s) detik 10 detik konstan selang waktu pencampuran Dayung kecil Dayung sedang Dayung besar Turbin Baling-baling Gambar 3.4 Hubungan Konduktifitas Dengan Waktu Pencampuran Pada Putaran 375 rpm. Pengadukan akan mempercepat proses ionisasi berlangsung semakin cepat (purwanto, 2008). Pengadukan pada percobaan ini mempercepat tercampurnya garam NaCl dengan cepat, sehingga proses ionisasinya berlangsung cepat. Proses pencampuran ini mempengaruhi nilai konduktifitas larutannya. Nilai konduktifitas suatu larutan akan stabil ketika larutan tersebut telah tercampur dengan sempurna. Berdasarkan gambar 3.4 dapat dilihat pada pengaduk jenis turbin pada 5 pertama diperoleh nilai konduktifitas 1,12 Ohm -1, pada selang 5 detik kedua diperoleh nilai konduktifitas 2,40 Ohm -1, dan pada saat konstan didapatkan nilai konduktifitas larutan adalah 5,15 Ohm -1. Pada percobaan dapat dilihat kenaikan nilai konduktifitas larutan ketika pengadukan dimulai. Pada selang 5 detik kedua nilai konduktifitas larutan yang terukur berubah-ubah dan meningkat. Dapat disimpulkan terjadi kenaikan nilai konduktifitas larutan pada selang 5 detik pertama dan kedua.

15 konduktifitas (Ohm ¹) konduktivitas (Ohm ¹) detik 10 detik konstan selang waktu pencampuran Dayung kecil Dayung sedang Dayung besar Turbin Baling-baling Gambar 3.4 Hubungan Konduktifitas Dengan Waktu Pencampuran pada putaran 500 rpm. Berdasarkan gambar 3.4 Dapat dilihat pada pengaduk turbin pada selang 5 detik pertama nilai konduktifitasnya adalah 0,68 Ohm -1. Selang 5 detik kedua 2,44 Ohm -1. Dan nilai konduktifitas pada saat konstan adalah 3,65 Ohm -1. Wakktu yang dibutuhkan untuk mencapai homogen adalah 52 (s). 3.3 Hubungan variasi pengaduk dengan konduktivitas tanpa menggunakan baffle detik 10 detik konstan selang waktu pencampuran Dayung kecil Dayung sedang Dayung besar Turbin Baling-baling Gambar 3.5 Hubungan Konduktifitas Dengan Waktu Pencampuran Pada Putaran 250 rpm. Berdasarkan Gambar 3.5 Dapat disimpulkan bahwa terjadi kenaikan nilai konduktivitas larutan pada selang waktu 5 detik pertama dan kedua. Dan berdasarkan percobaan yang dilakukan didapat nilai konduktivitas larutan paling

16 konduktifitas (Ohm ¹) konduktivitas(ohm ¹) tinggi yaitu pada pengaduk Baling-baling (2,66 Ohm -1 ) dan paling rendah adalah Dayung sedang (2,51 Ohm -1 ) detik 10 detik konstan selang waktu pencampuran Dayung kecil Dayung sedang Dayung besar Turbin Baling-baling Gambar 3.6 Hubungan Konduktifitas Dengan Waktu Pencampuran Pada Putaran 375 rpm. Berdasarkan Gambar 3.6 dapat dilihat pada pengaduk jenis dayung besar pad selang 5 detik pertama didapatkan nilai konduktifitas adalah 0,86 Ohm -1. Pada 5 detik kedua 1,76 Ohm -1. Dan konduktifitas larutan pada saat konstan adalah 2, 51 Ohm -1. Disimpulkan bahwa terjadi kenaikan nilai konduktivitas larutan pada selang waktu 5 detik pertama dan kedua. Waktu pencampuran yang dibutuhkan untuk mencapai konstan adalah 61 detik detik 10 detik konstan selang waktu pencampuran Dayung kecil Dayung sedang Dayung besar Turbin Baling-baling Gambar 3.7 Hubungan Konduktifitas Dengan Waktu Pencampuran Pada Putaran 500 rpm. Berdasarkan gambar 3.7 dapat dilihat pada pengaduk jenis baling-baling pada selang 5 detik pertama adalah 0,37 Ohm -1, pada selang 5 detik kedua 1,29 Ohm -1. Disimpulkan bahwa terjadi kenaikan nilai konduktivitas larutan pada selang waktu 5 detik pertama dan kedua.

17 BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN 4.1 Kesimpulan 1. Semakin besar kecepatan pengaduk maka semakin cepat laju pencampuran yang didapatkan. 2. Berdasarkan percobaan yang dilakukan didapatkan impeller yang paling efektif digunakan adalah baling-baling, karena memiliki waktu pencampuran paling singkat dibandingkan impeller yang lainnya. 4.2 Saran 1. Lakukan pencucian tangki pengaduk pada setiap kali pengujian, agar hasil yang didapatkan benar. 2. Karena pembacaan alat konduktivitimeter tidak stabil maka lakukan pencatatan angka yang paling lama dan sering muncul. 3. Lakukan pembagian tugas dalam menimbang bahan (NaCl), mengukur konduktivitas larutan, dan memperhatikan stopwatch.

18 DAFTAR PUSTAKA McCabe L Warren, Smith C Julian, & Herriot Peter Operasi Teknik Kimia Jilid 1 Edisi Keempat. Erlangga: Jakarta. Purwanto, Pengaruh desain impeller,buffel, kecepatan putar pada proses isolasi minyak kelapa murni dengan metode pengadukan. Institut Teknologi Adhi Tama: Yogyakarta. Tim Penyusun Penuntun Praktikum Operasi Teknik Kimia I. Penuntun praktikum operasi teknik kimia I. Laboratorium Dasar Proses dan Operasi Pabrik Program Studi D III Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Riau: Pekanbaru.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Percobaan untuk Pola Aliran Dengan dan Tanpa Sekat Ada jenis impeller yang membentuk pola aliran aksial dan ada juga jenis impeller lain yang membentuk pola aliran radial

Lebih terperinci

BAB II MIXING APARATUS

BAB II MIXING APARATUS BAB II MIXING APARATUS 2.1. Tujuan Percobaan - Mengetahui pengaruh jenis pengaduk dan baffle terhadap angka Frounde pada air dan minyak kelapa - Mengetahui hubungan antara bilangan Reynold (N Re ) terhadap

Lebih terperinci

Kata kunci: fluida, impeller, pengadukan, sekat, vorteks.

Kata kunci: fluida, impeller, pengadukan, sekat, vorteks. ABSTRAK Pengadukan (agitation) merupakan suatu operasi yang menimbulkan gerakan pada suatu bahan (fluida) di dalam sebuah tangki, yang mana gerakannya membentuk suatu pola sirkulasi. Salah satu sistem

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Mixer Mixer merupakan salah satu alat pencampur dalam sistem emulsi sehingga menghasilkan suatu dispersi yang seragam atau homogen. Terdapat dua jenis mixer yang

Lebih terperinci

MIXING. I. Tujuan Percobaan Untuk menghomogenkan larutan dengan mengetahui kebutuhan energi pengaduk yang dibutuhkan.

MIXING. I. Tujuan Percobaan Untuk menghomogenkan larutan dengan mengetahui kebutuhan energi pengaduk yang dibutuhkan. MIXING I. Tujuan Percobaan Untuk menghomogenkan larutan dengan mengetahui kebutuhan energi pengaduk yang dibutuhkan. II. Perincian Kerja Menghomogenkan Larutan garam (NaCl); Mengoperasikan mixing untuk

Lebih terperinci

LABORATORIUM PERLAKUAN MEKANIK

LABORATORIUM PERLAKUAN MEKANIK LABORATORIUM PERLAKUAN MEKANIK SEMESTER GENAP TAHUN AJARAN 2013 / 2014 MODUL PEMBIMBING : Mixing : Ir. Gatot Subiyanto, M.T. Tanggal Praktikum : 03 Juni 2014 Tanggal Pengumupulan : 10 Juni 2014 (Laporan)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keberhasilan suatu proses pengolahan sering amat bergantung pada efektivnya pengadukan dan pencampuran zat cair dalam prose situ. Pengadukan (agitation) menunjukkan

Lebih terperinci

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA SOLID-LIQUID MIXING

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA SOLID-LIQUID MIXING PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA SOLID-LIQUID MIXING I. TUJUAN 1. Mengetahui jenis pola alir dari proses mixing. 2. Mengetahui bilangan Reynolds dari operasi pengadukan campuran tersebut setelah 30 detik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Tujuan Percobaan 1.2 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Tujuan Percobaan 1.2 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Tujuan Percobaan Tujuan dari percobaan ini adalah : 1. Dapat menjelaskan pola aliran yang terjadi dalam tangki berpengaduk. 2. Dapat menjelaskan pengaruh penggunaan sekat dan tanpa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Dasar Teori

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Dasar Teori BAB I PENDAHULUAN 1.1. Dasar Teori 1.1.1 Pengertian Pengadukan Pengadukan (agitation) adalah gerakan yang terinduksi menurut cara tertentu pada suatu bahan di dalam bejana, dimana gerakan itu biasanya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Digester Digester merupakan alat utama pada proses pembuatan pulp. Reaktor ini sebagai tempat atau wadah dalam proses delidnifikasi bahan baku industri pulp sehingga

Lebih terperinci

PENGARUH DESAIN IMPELLER, BAFFL ve, DAN KECEPATAN PUTAR PADA PROSES ISOLASI MINYAK KELAPA MURNI DENGAN METODE PENGADUKAN

PENGARUH DESAIN IMPELLER, BAFFL ve, DAN KECEPATAN PUTAR PADA PROSES ISOLASI MINYAK KELAPA MURNI DENGAN METODE PENGADUKAN PENGARUH DESAIN IMPELLER, BAFFL ve, DAN KECEPATAN PUTAR PADA PROSES ISOLASI MINYAK KELAPA MURNI DENGAN METODE PENGADUKAN Didik Purwanto Jurusan Teknik Kimia Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya (ITATS)

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengadukan adalah suatu operasi kesatuan yang mempunyai sasaran untuk menghasilkan pergerakan tidak beraturan dalam suatu cairan, dengan alat mekanis yang terpasang

Lebih terperinci

I. TUJUAN. Menghitung Nilai Power Number Menjelaskan pengaruh viskositas, densitas, dan rate pengadudukan terhadap Power pengsadukana

I. TUJUAN. Menghitung Nilai Power Number Menjelaskan pengaruh viskositas, densitas, dan rate pengadudukan terhadap Power pengsadukana MIXING I. TUJUAN Menghitung Nilai Power Number Menjelaskan pengaruh viskositas, densitas, dan rate pengadudukan terhadap Power pengsadukana II. PERINCIAN KERJA Menghitung densitas dari larutan garam Menghitung

Lebih terperinci

Hasil Penelitian dan Pembahasan

Hasil Penelitian dan Pembahasan Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan IV.1 Pengaruh Arus Listrik Terhadap Hasil Elektrolisis Elektrolisis merupakan reaksi yang tidak spontan. Untuk dapat berlangsungnya reaksi elektrolisis digunakan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.2 DATA HASIL ARANG TEMPURUNG KELAPA SETELAH DILAKUKAN AKTIVASI

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.2 DATA HASIL ARANG TEMPURUNG KELAPA SETELAH DILAKUKAN AKTIVASI 39 BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 PENDAHULUAN Hasil eksperimen akan ditampilkan pada bab ini. Hasil eksperimen akan didiskusikan untuk mengetahui keoptimalan arang aktif tempurung kelapa lokal pada

Lebih terperinci

kimia Kelas X LARUTAN ELEKTROLIT DAN NONELEKTROLIT K-13 A. Pengertian Larutan dan Daya Hantar Listrik

kimia Kelas X LARUTAN ELEKTROLIT DAN NONELEKTROLIT K-13 A. Pengertian Larutan dan Daya Hantar Listrik K-13 Kelas X kimia LARUTAN ELEKTROLIT DAN NONELEKTROLIT Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan memiliki kemampuan berikut. 1. Memahami perbedaan antara larutan elektrolit dan

Lebih terperinci

Teori Koagulasi-Flokulasi

Teori Koagulasi-Flokulasi MIXING I. TUJUAN 1. Mengetahui 2. Mengetahui 3. Memahami II. TEORI DASAR Pengadukan (mixing) merupakan suatu aktivitas operasi pencampuran dua atau lebih zat agar diperoleh hasil campuran yang homogen.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. dicampur gula merah aren dan santan kelapa. Ketiga bahan baku tersebut. kematangan tertentu. Ketiga komposisi yaitu

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. dicampur gula merah aren dan santan kelapa. Ketiga bahan baku tersebut. kematangan tertentu. Ketiga komposisi yaitu BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Komposisi Dodol Dodol sebagai makanan khas biasanya terbuat dari tepung beras ketan dicampur gula merah aren dan santan kelapa. Ketiga bahan baku tersebut kemudian diproses

Lebih terperinci

PERCOBAAN VII PENENTUAN DAYA HANTAR SUATU SENYAWA

PERCOBAAN VII PENENTUAN DAYA HANTAR SUATU SENYAWA PERCOBAAN VII PENENTUAN DAYA HANTAR SUATU SENYAWA I. Tujuan Percobaan Menentukan jumlah muatan pada larutan sampel II. Alat dan Bahan Alat yang digunakan 1. Conductivity meter 1 buah 2. Gelas beker 100

Lebih terperinci

I. Judul : Membandingkan Kenaikan Titik Didih Larutan Elektrolit dan Non-Elektrolit.

I. Judul : Membandingkan Kenaikan Titik Didih Larutan Elektrolit dan Non-Elektrolit. I. Judul : Membandingkan Kenaikan Titik Didih Larutan Elektrolit dan Non-Elektrolit. II. Tujuan : Membandingkan Kenaikan Titik Didih Larutan Elektrolit dan Non-Elektrolit pada konsentrasi larutan yang

Lebih terperinci

BAB III SPESIFIKASI ALAT PROSES. Kode M-01 M-02 M-03 Fungsi Mencampur NaOH 98% dengan air menjadi larutan NaOH 15%

BAB III SPESIFIKASI ALAT PROSES. Kode M-01 M-02 M-03 Fungsi Mencampur NaOH 98% dengan air menjadi larutan NaOH 15% III.1 Spesifikasi Alat Utama BAB III SPESIFIKASI ALAT PROSES Alat-alat utama di pabrik ini meliputi mixer, reaktor, netralizer, evaporator, centrifuge, dekanter. Spesifikasi yang ditunjukkan adalah fungsi,

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK 1 PEMISAHAN KOMPONEN DARI CAMPURAN 11 NOVEMBER 2014 SEPTIA MARISA ABSTRAK

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK 1 PEMISAHAN KOMPONEN DARI CAMPURAN 11 NOVEMBER 2014 SEPTIA MARISA ABSTRAK LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK 1 PEMISAHAN KOMPONEN DARI CAMPURAN 11 NOVEMBER 2014 SEPTIA MARISA 1113016200027 ABSTRAK Larutan yang terdiri dari dua bahan atau lebih disebut campuran. Pemisahan kimia

Lebih terperinci

TANGKI BERPENGADUK (TGK)

TANGKI BERPENGADUK (TGK) MODUL PRAKTIKUM LABORATORIUM INSTRUKSIONAL TEKNIK KIMIA TANGKI BERPENGADUK (TGK) Koordinator LabTK Dr. Dianika Lestari / Dr. Pramujo Widiatmoko PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI INSTITUT

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIK PERCOBAAN H-3 SOL LIOFIL

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIK PERCOBAAN H-3 SOL LIOFIL LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIK PERCOBAAN H-3 SOL LIOFIL Nama : Winda Amelia NIM : 90516008 Kelompok : 02 Tanggal Praktikum : 11 Oktober 2017 Tanggal Pengumpulan : 18 Oktober 2017 Asisten : LABORATORIUM

Lebih terperinci

APLIKASI METODE PENGADUKAN PADA PROSES PEMBUATAN VIRGIN COCONUT OIL

APLIKASI METODE PENGADUKAN PADA PROSES PEMBUATAN VIRGIN COCONUT OIL APLIKASI METODE PENGADUKAN PADA PROSES PEMBUATAN VIRGIN COCONUT OIL Didik Purwanto Jurusan Teknik Kimia Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya (ITATS) Jl. Arief Rahman Hakim 100 Surabaya, email: didikitats@plasa.com

Lebih terperinci

Koagulasi Flokulasi. Shinta Rosalia Dewi 9/25/2012 1

Koagulasi Flokulasi. Shinta Rosalia Dewi 9/25/2012 1 Koagulasi Flokulasi Shinta Rosalia Dewi 9/25/2012 1 Campuran ada 3 : 1. Larutan 2. Koloid 3. Suspensi 9/25/2012 2 Sistem Koloid : campuran dua atau lebih zat yang bersifat homogen dengan ukuran partikel

Lebih terperinci

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI DAYA HANTAR LISTRIK

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI DAYA HANTAR LISTRIK Nama : Ririn Vidiastuti NIM : 06111010015 Shift : A Kelompok : 5 (Lima) FAKTOR YANG MEMPENGARUHI DAYA HANTAR LISTRIK A. Jumlah Ion yang Ada Daya hantar listrik larutan elektrolit dipengaruhi oleh banyaknya

Lebih terperinci

Simulasi Pola Aliran dalam Tangki Berpengaduk menggunakan Side-Entering Impeller untuk Suspensi Padat-Cair

Simulasi Pola Aliran dalam Tangki Berpengaduk menggunakan Side-Entering Impeller untuk Suspensi Padat-Cair Simulasi Pola Aliran dalam Tangki Berpengaduk menggunakan Side-Entering Impeller untuk Suspensi Padat-Cair Oleh : 1. Brilliant Gustiayu S. (2308 100 074) 2. Ayu Ratna Sari (2308 100 112) Pembimbing : Prof.Dr.Ir.Sugeng

Lebih terperinci

LARUTAN ELEKTROLIT DAN NON ELEKTROLIT

LARUTAN ELEKTROLIT DAN NON ELEKTROLIT BAB 6 LARUTAN ELEKTROLIT DAN NON ELEKTROLIT Standar Kompetensi Memahami sifat-sifat larutan non elektrolit dan elektrolit, serta reaksi oksidasi-reduksi Kompetensi Dasar Mengidentifikasi sifat larutan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. juga menjadi bisnis yang cukup bersaing dalam perusahaan perbajaan.

BAB I PENDAHULUAN. juga menjadi bisnis yang cukup bersaing dalam perusahaan perbajaan. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang. Pipa merupakan salah satu kebutuhan yang di gunakan untuk mendistribusikan aliran fluida dari suatu tempat ketempat yang lain. Berbagi jenis pipa saat ini sudah beredar

Lebih terperinci

JURNAL PRAKTIKUM KIMIA DASAR II Elektrolisis Disusun Oleh:

JURNAL PRAKTIKUM KIMIA DASAR II Elektrolisis Disusun Oleh: JURNAL PRAKTIKUM KIMIA DASAR II Elektrolisis Disusun Oleh: 1. Rahma Tia (1113016200044) 2. Diana Rafita. S (1113016200051) 3. Agus Sulistiono (1113016200052) 4. Siti Fazriah (1113016200062) Kelompok 4

Lebih terperinci

Bab VI Larutan Elektrolit dan Nonelektrolit

Bab VI Larutan Elektrolit dan Nonelektrolit Bab VI Larutan Elektrolit dan Nonelektrolit Sumber: Dokumentasi Penerbit Air laut merupakan elektrolit karena di dalamnya terdapat ion-ion seperti Na, K, Ca 2, Cl, 2, dan CO 3 2. TUJUAN PEMBELAJARAN Setelah

Lebih terperinci

Tetapan Ionisasi Asam 03 Desember 2014 Wiji Dwi Utami Abstrak

Tetapan Ionisasi Asam 03 Desember 2014 Wiji Dwi Utami Abstrak Tetapan Ionisasi Asam 03 Desember 2014 Wiji Dwi Utami 1113016200014 Abstrak Telah dilakukan percobaan mengenai tetapan ionisasi asam yang bertujuan untuk menentukan derajat ionisasi dan harga tetapan kesetimbangan

Lebih terperinci

Bab IV Hasil dan Pembahasan

Bab IV Hasil dan Pembahasan 32 Bab IV Hasil dan Pembahasan IV.1 Data Eksperimen dan Perhitungan Eksperimen dilakukan di laboratorium penelitian Kimia Analitik, Program Studi Kimia, ITB. Eksperimen dilakukan dalam rentang waktu antara

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Fluida Fluida diartikan sebagai suatu zat yang dapat mengalir. Istilah fluida mencakup zat cair dan gas karena zat cair seperti air atau zat gas seperti udara dapat mengalir.

Lebih terperinci

LABORATORIUM PERLAKUAN MEKANIK

LABORATORIUM PERLAKUAN MEKANIK LABORATORIUM PERLAKUAN MEKANIK SEMESTER GENAP TAHUN AJARAN 2013 / 2014 MODUL PEMBIMBING : Plate and Frame Filter Press : Iwan Ridwan, ST, MT Tanggal Praktikum : 10 Juni 2014 Tanggal Pengumupulan : 21 Juni

Lebih terperinci

Rangkuman Materi Larutan Elektrolit dan Non elektrolit

Rangkuman Materi Larutan Elektrolit dan Non elektrolit Rangkuman Materi Larutan Elektrolit dan Non elektrolit LARUTAN ELEKTROLIT DAN LARUTAN NON ELEKTROLIT LARUTAN ELEKTROLIT 1. Pengertian Larutan Elektrolit Larutan elektrolit adalah larutan yang dapat menghantarkan

Lebih terperinci

Laporan Tugas Akhir Pembuatan Modul Praktikum Penentuan Karakterisasi Rangkaian Pompa BAB II LANDASAN TEORI

Laporan Tugas Akhir Pembuatan Modul Praktikum Penentuan Karakterisasi Rangkaian Pompa BAB II LANDASAN TEORI 3 BAB II LANDASAN TEORI II.1. Tinjauan Pustaka II.1.1.Fluida Fluida dipergunakan untuk menyebut zat yang mudah berubah bentuk tergantung pada wadah yang ditempati. Termasuk di dalam definisi ini adalah

Lebih terperinci

Pengadukan dan Pencampuran

Pengadukan dan Pencampuran Pengadukan dan Pencampuran Pengadukan adalah operasi yang menciptakan terjadinya gerakan dari bahan yang diaduk seperti molekul- molekul, zat-zat yang bergerak atau komponennya menyebar (terdispersi).

Lebih terperinci

Laporan Hasil Pengamatan Praktikum Larutan Elektrolit dan Non-elektrolit

Laporan Hasil Pengamatan Praktikum Larutan Elektrolit dan Non-elektrolit Laporan Hasil Pengamatan Praktikum Larutan Elektrolit dan Non-elektrolit Standard BAB I PENDAHULUAN 1.1 Judul Laporan Hasil Uji daya hantar listrik pada larutan elektrolit dan non elektrolit 1.2 Latar

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 1.1 Turbin Air Turbin air adalah turbin dengan media kerja air. Secara umum, turbin adalah alat mekanik yang terdiri dari poros dan sudu-sudu. Sudu tetap atau stationary blade, tidak

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA DASAR I

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA DASAR I LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA DASAR I PENENTUAN TITIK BEKU Nama Mahasiswa NIM : Ita Permadani : M0311040 Hari/Tanggal Praktikum : Kamis, 10 November 2011 Kelompok : 13 Asisten Pembimbing : Dewi Nur Rita LABORATORIUM

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIK VOLUM MOLAL PARSIAL. Nama : Ardian Lubis NIM : Kelompok : 6 Asisten : Yuda Anggi

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIK VOLUM MOLAL PARSIAL. Nama : Ardian Lubis NIM : Kelompok : 6 Asisten : Yuda Anggi LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIK VOLUM MOLAL PARSIAL Nama : Ardian Lubis NIM : 121810301028 Kelompok : 6 Asisten : Yuda Anggi LABORATORIUM KIMIA FISIK JURUSAN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA DASAR II SEL GALVANI

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA DASAR II SEL GALVANI LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA DASAR II SEL GALVANI Tanggal : 06 April 2014 Oleh : Kelompok 3 Kloter 1 1. Mirrah Aghnia N. (1113016200055) 2. Fitria Kusuma Wardani (1113016200060) 3. Intan Muthiah Afifah (1113016200061)

Lebih terperinci

Laporan Kimia Fisik KI-3141

Laporan Kimia Fisik KI-3141 Laporan Kimia Fisik KI-3141 PERCOBAAN M-2 PENENTUAN LAJU REAKSI DAN TETAPAN LAJU REAKSI Nama : Kartika Trianita NIM : 10510007 Kelompok : 2 Tanggal Percobaan : 2 November 2012 Tanggal Laporan : 9 November

Lebih terperinci

Laporan Praktikum Kimia Dasar II. Daya Hantar Listrik Larutan Elektrolit

Laporan Praktikum Kimia Dasar II. Daya Hantar Listrik Larutan Elektrolit Laporan Praktikum Kimia Dasar II Daya Hantar Listrik Larutan Elektrolit Oleh: Kelompok : I (satu) Nama Nim Prodi : Ardinal : F1D113002 : Teknik Pertambangan FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS JAMBI

Lebih terperinci

BAB I PEDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pipa merupakan salah satu kebutuhan yang di gunakan untuk

BAB I PEDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pipa merupakan salah satu kebutuhan yang di gunakan untuk BAB I PEDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pipa merupakan salah satu kebutuhan yang di gunakan untuk mendistribusikan aliran fluida dari suatu tempat ketempat yang lain. Berbagi jenis pipa saat ini sudah beredar

Lebih terperinci

PENGARUH FAKTOR HIDRODINAMIKA (JENIS IMPELER)TERHADAP PROSES PRODUKSI HIDROGEN SECARA FERMENTATIF DI DALAM REAKTOR BERPENGADUK

PENGARUH FAKTOR HIDRODINAMIKA (JENIS IMPELER)TERHADAP PROSES PRODUKSI HIDROGEN SECARA FERMENTATIF DI DALAM REAKTOR BERPENGADUK PENGARUH FAKTOR HIDRODINAMIKA (JENIS IMPELER)TERHADAP PROSES PRODUKSI HIDROGEN SECARA FERMENTATIF DI DALAM REAKTOR BERPENGADUK Oleh : Christina Wahyu K. 237194 Iss Gagha Astried N. 2371131 Pembimbing :

Lebih terperinci

Laporan Praktikum Operasi Teknik Kimia I Efflux Time BAB I PENDAHULUAN

Laporan Praktikum Operasi Teknik Kimia I Efflux Time BAB I PENDAHULUAN Page 1 BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Penggunaan efflux time dalam dunia industri banyak dijumpai pada pemindahan fluida dari suatu tempat ke tempat yang lain dengan pipa tertutup serta tangki sebagai

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA I VISKOSITAS CAIRAN BERBAGAI LARUTAN

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA I VISKOSITAS CAIRAN BERBAGAI LARUTAN LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA I VISKOSITAS CAIRAN BERBAGAI LARUTAN Oleh : Nama : I Gede Dika Virga Saputra NIM : 0805034 Kelompok : IV.B JURUSAN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS

Lebih terperinci

KONDUKTOMETRI OLEH : AMANAH FIRDAUSA NOFITASARI KIMIA A

KONDUKTOMETRI OLEH : AMANAH FIRDAUSA NOFITASARI KIMIA A KONDUKTOMETRI OLEH : AMANAH FIRDAUSA NOFITASARI KIMIA A 2011 11030234016 Pengertia n Konduktometri Metode analisis yang memanfaatkan pengukuran daya hantar listrik, yang dihasilkan dari sepasang elektroda

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Pompa Pompa adalah peralatan mekanis yang digunakan untuk menaikkan cairan dari dataran rendah ke dataran tinggi atau untuk mengalirkan cairan dari daerah bertekanan

Lebih terperinci

SOAL DAN KUNCI JAWABAN LARUTAN ELEKTROLIT DAN NON ELEKTROLIT

SOAL DAN KUNCI JAWABAN LARUTAN ELEKTROLIT DAN NON ELEKTROLIT SOAL DAN KUNCI JAWABAN LARUTAN ELEKTROLIT DAN NON ELEKTROLIT SOAL DAN KUNCI JAWABAN LARUTAN ELEKTROLIT DAN NON ELEKTROLIT 1. Pernyataan yang benar tentang elektrolit adalah. A. Elektrolit adalah zat yang

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1. Tujuan Percobaan 1.1 Menguji daya hantar listrik berbagai macam larutan. 1.2 Mengetahui dan mengidentifikasi larutan elektrolit kuat,

PENDAHULUAN 1. Tujuan Percobaan 1.1 Menguji daya hantar listrik berbagai macam larutan. 1.2 Mengetahui dan mengidentifikasi larutan elektrolit kuat, PENDAHULUAN 1. Tujuan Percobaan 1.1 Menguji daya hantar listrik berbagai macam larutan. 1.2 Mengetahui dan mengidentifikasi larutan elektrolit kuat, elektrolit lemah, dan non elektrolit. 2. Dasar teori

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Dasar Teori Pompa Sentrifugal 2.1.1. Definisi Pompa Sentrifugal Pompa sentrifugal adalah suatu mesin kinetis yang mengubah energi mekanik menjadi energi fluida menggunakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian mengenai penggunaan aluminium sebagai sacrificial electrode

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian mengenai penggunaan aluminium sebagai sacrificial electrode BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Deskripsi Penelitian Penelitian mengenai penggunaan aluminium sebagai sacrificial electrode dalam proses elektrokoagulasi larutan yang mengandung pewarna tekstil hitam ini

Lebih terperinci

DAYA HANTAR LISTRIK 1. Tujuan Percobaan 2. Dasar Teori

DAYA HANTAR LISTRIK 1. Tujuan Percobaan 2. Dasar Teori DAYA HANTAR LISTRIK 1. Tujuan Percobaan 1. Menentukan daya hantar listrik dari berbagai larutan 2. Menentukan pengaruh konsentrasi larutan terhadap daya hantar listriknya. 2. Dasar Teori Larutan merupakan

Lebih terperinci

PHENOMENA PERPINDAHAN PANAS PADA TANGKI AERASI

PHENOMENA PERPINDAHAN PANAS PADA TANGKI AERASI PHENOMENA PERPINDAHAN PANAS PADA TANGKI AERASI Agung Rasmito Jurusan Teknik Kimia Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya Jl. Arief Rahman Hakim 100, Surabaya (031) 5945043-848 Fax. (031) - 5994620 Email

Lebih terperinci

Kesetimbangan Kimia. Chapter 9 P N2 O 4. Kesetimbangan akan. Presentasi Powerpoint Pengajar oleh Penerbit ERLANGGA Divisi Perguruan Tinggi

Kesetimbangan Kimia. Chapter 9 P N2 O 4. Kesetimbangan akan. Presentasi Powerpoint Pengajar oleh Penerbit ERLANGGA Divisi Perguruan Tinggi Presentasi Powerpoint Pengajar oleh Penerbit ERLANGGA Divisi Perguruan Tinggi Kesetimbangan adalah suatu keadaan di mana tidak ada perubahan yang terlihat seiring berjalannya waktu. Kesetimbangan kimia

Lebih terperinci

PENENTUAN BESAR PENGANGKATAN MAKSIMUM PADA SUDUT ELEVASI TERTENTU DENGAN MENGGUNAKAN PEMODELAN AIRFOIL SAYAP PESAWAT

PENENTUAN BESAR PENGANGKATAN MAKSIMUM PADA SUDUT ELEVASI TERTENTU DENGAN MENGGUNAKAN PEMODELAN AIRFOIL SAYAP PESAWAT Prosiding Seminar Nasional Penelitian, Pendidikan, dan Penerapan MIPA Fakultas MIPA, Universitas Negeri Yogyakarta, 6 Mei 009 PENENTUAN BESAR PENGANGKATAN MAKSIMUM PADA SUDUT ELEVASI TERTENTU DENGAN MENGGUNAKAN

Lebih terperinci

SIFAT KOLIGATIF LARUTAN

SIFAT KOLIGATIF LARUTAN BAB 1 SIFAT KOLIGATIF LARUTAN Gambar 1.1 Proses kenaikan titik didih Sumber: Jendela Iptek Materi Pada pelajaran bab pertama ini, akan dipelajari tentang penurunan tekanan uap larutan ( P), kenaikan titik

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM TEKNIK KIMIA IV DINAMIKA PROSES PADA SISTEM PENGOSONGAN TANGKI. Disusun Oleh : Zeffa Aprilasani NIM :

LAPORAN PRAKTIKUM TEKNIK KIMIA IV DINAMIKA PROSES PADA SISTEM PENGOSONGAN TANGKI. Disusun Oleh : Zeffa Aprilasani NIM : LAPORAN PRAKTIKUM TEKNIK KIMIA IV DINAMIKA PROSES PADA SISTEM PENGOSONGAN TANGKI Disusun Oleh : Zeffa Aprilasani NIM : 2008430039 Fakultas Teknik Kimia Universitas Muhammadiyah Jakarta 2011 PENGOSONGAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Telah kita ketahui bahwa materi terdiri dari unsur, senyawa, dan campuran. Campuran dapat dipisahkan melalui beberapa proses pemisahan campuran secara fisika dimana

Lebih terperinci

MODUL 1.04 FILTRASI LABORATORIUM OPERASI TEKNIK KIMIA JURUSAN TEKNIK KIMIA UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA CILEGON BANTEN

MODUL 1.04 FILTRASI LABORATORIUM OPERASI TEKNIK KIMIA JURUSAN TEKNIK KIMIA UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA CILEGON BANTEN MODUL 1.04 FILTRASI LABORATORIUM OPERASI TEKNIK KIMIA JURUSAN TEKNIK KIMIA UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA CILEGON BANTEN 2008 2 Modul 1.04 FILTRASI I. Tujuan Praktikum: Mahasiswa dapat memahami tentang

Lebih terperinci

PERANCANGAN MIXER MATERI KULIAH KALKULUS TEP FTP UB RYN MATERI KULIAH KALKULUS TEP FTP UB

PERANCANGAN MIXER MATERI KULIAH KALKULUS TEP FTP UB RYN MATERI KULIAH KALKULUS TEP FTP UB PERANCANGAN MIXER MATERI KULIAH KALKULUS TEP FTP UB RYN - 2012 Mechanical Mixing Tujuan : Sifat 2 baru (rheologi, organoleptik, fisik) untuk melarutkan berbagai campuran Meningkatkan transfer massa dan

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1 DATA PENGAMATAN. mol NaCl

LAMPIRAN 1 DATA PENGAMATAN. mol NaCl LAMPIRAN 1 DATA PENGAMATAN No. gr NaCl Tabel 10. Ketinggian H 2 pada Tabung Penampung H 2 h H 2 (cm) mmhg P atm mol NaCl volume Air (L) Konsentrasi NaCl (Mol/L) 0,0285 1 10 28 424 1,5578 0,1709 2 20 30

Lebih terperinci

MODUL I SIFAT KOLIGATIF LARUTAN Penurunan Titik Beku Larutan

MODUL I SIFAT KOLIGATIF LARUTAN Penurunan Titik Beku Larutan MODUL I SIFAT KOLIGATIF LARUTAN Penurunan Titik Beku Larutan - Siswa mampu membuktikan penurunan titik beku larutan akibat penambahan zat terlarut. - Siswa mampu membedakan titik beku larutan elektrolit

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 RANCANGAN OBSTACLE Pola kecepatan dan jenis aliran di dalam reaktor kolom gelembung sangat berpengaruh terhadap laju reaksi pembentukan biodiesel. Kecepatan aliran yang tinggi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Proses Pengadukan dan Pencampuran. Proses pengadukan dan pencampuran material biasanya terjadi dibanyak proses kimia seperti di dalam proses pembuatan cat, dimana bahan ataupun

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Hukum Kekekalan Massa Hukum kekekalan massa atau dikenal juga sebagai hukum Lomonosov- Lavoiser adalah suatu hukum yang menyatakan massa dari suatu sistem tertutup akan konstan

Lebih terperinci

KIMIA TERAPAN LARUTAN

KIMIA TERAPAN LARUTAN KIMIA TERAPAN LARUTAN Pokok Bahasan A. Konsentrasi Larutan B. Masalah Konsentrasi C. Sifat Elektrolit Larutan D. Sifat Koligatif Larutan E. Larutan Ideal Pengantar Larutan adalah campuran homogen atau

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kalorimeter Menurut Nurfauziawati, Nova ( 2010) kalor adalah energi mekanik akibat gerakan partikel materi dan dapat dipindah dari satu tempat ke tempat lain. Pengukuran jumlah

Lebih terperinci

ALAT PENCAMPURAN. BAHAN (MIXING) Agitasi(pengadukan) dan Mixing (Pencampuran)

ALAT PENCAMPURAN. BAHAN (MIXING) Agitasi(pengadukan) dan Mixing (Pencampuran) ALAT PENCAMPURAN C BAHAN (MIXING) Agitasi(pengadukan) dan Mixing (Pencampuran) Agitasi dan mixing Pengadukan (agitation) adalah pemberian gerakan tertentu sehingga menimbulkan reduksi gerakan pada bahan,

Lebih terperinci

BAB III PERALATAN DAN PROSEDUR PENGUJIAN

BAB III PERALATAN DAN PROSEDUR PENGUJIAN BAB III PERALATAN DAN PROSEDUR PENGUJIAN 3.1 PERANCANGAN ALAT PENGUJIAN Desain yang digunakan pada penelitian ini berupa alat sederhana. Alat yang di desain untuk mensirkulasikan fluida dari tanki penampungan

Lebih terperinci

BAB III DESKRIPSI ALAT DAN PROSEDUR PENELITIAN

BAB III DESKRIPSI ALAT DAN PROSEDUR PENELITIAN BAB III DESKRIPSI ALAT DAN PROSEDUR PENELITIAN 3.1 RANCANGAN ALAT UJI Pada penelitian ini peralatan yang dipergunakan untuk melakukan pengujian adalah terlihat pada gambar berikut ini: Gambar 3.1 Set up

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Mesin Fluida Mesin fluida adalah mesin yang berfungsi untuk mengubah energi mekanis poros menjadi energi potensial fluida, atau sebaliknya mengubah energi fluida (energi potensial

Lebih terperinci

SIFAT KOLIGATIF LARUTAN

SIFAT KOLIGATIF LARUTAN SIFAT KOLIGATIF LARUTAN PENURUNAN TEKANAN UAP Penurunan Tekanan Uap adalah selisih antara tekanan uap jenuh pelarut murni dengan tekanan uap jenuh larutan. P = P - P P = Penurunan Tekanan Uap P = Tekanan

Lebih terperinci

Bab II Ruang Bakar. Bab II Ruang Bakar

Bab II Ruang Bakar. Bab II Ruang Bakar Bab II Ruang Bakar Sebelum berangkat menuju pelaksanaan eksperimen dalam laboratorium, perlu dilakukan sejumlah persiapan pra-eksperimen yang secara langsung maupun tidak langsung dapat dijadikan pedoman

Lebih terperinci

BAHAN BAKAR KIMIA. Ramadoni Syahputra

BAHAN BAKAR KIMIA. Ramadoni Syahputra BAHAN BAKAR KIMIA Ramadoni Syahputra 6.1 HIDROGEN 6.1.1 Pendahuluan Pada pembakaran hidrokarbon, maka unsur zat arang (Carbon, C) bersenyawa dengan unsur zat asam (Oksigen, O) membentuk karbondioksida

Lebih terperinci

3. ELEKTROKIMIA. Contoh elektrolisis: a. Elektrolisis larutan HCl dengan elektroda Pt, reaksinya: 2HCl (aq)

3. ELEKTROKIMIA. Contoh elektrolisis: a. Elektrolisis larutan HCl dengan elektroda Pt, reaksinya: 2HCl (aq) 3. ELEKTROKIMIA 1. Elektrolisis Elektrolisis adalah peristiwa penguraian elektrolit oleh arus listrik searah dengan menggunakan dua macam elektroda. Elektroda tersebut adalah katoda (elektroda yang dihubungkan

Lebih terperinci

MATERI HIDROLISIS GARAM KIMIA KELAS XI SEMESTER GENAP

MATERI HIDROLISIS GARAM KIMIA KELAS XI SEMESTER GENAP MATERI HIDROLISIS GARAM KIMIA KELAS XI SEMESTER GENAP PENDAHULUAN Kalian pasti mendengar penyedap makanan. Penyedap makanan yang sering digunakan adalah vitsin. Penyedap ini mengandung monosodium glutamat

Lebih terperinci

PAPER MESIN DAN PERALATAN PENGOLAHAN PANGAN Mesin Pencampuran Bahan Cair-Padat

PAPER MESIN DAN PERALATAN PENGOLAHAN PANGAN Mesin Pencampuran Bahan Cair-Padat PAPER MESIN DAN PERALATAN PENGOLAHAN PANGAN Mesin Pencampuran Bahan Cair-Padat Disusun oleh: Kelompok 3 Shift A1 Rendy Yus Sriyanto (240110110010) Hana Lestari I (240110110012) Farah Nuranjani (240110110027)

Lebih terperinci

LARUTAN ELEKTROLIT DAN NON- ELEKTROLIT

LARUTAN ELEKTROLIT DAN NON- ELEKTROLIT 5 LARUTAN ELEKTROLIT DAN NON- ELEKTROLIT A. LARUTAN ELEKTROLIT DAN NONELEKTROLIT B. ELEKTROLIT DAPAT BERUPA SENYAWA ION ATAU SENYAWA KOVALEN Ketika Anda terluka, luka tersebut dapat dibersihkan disterilkan

Lebih terperinci

HASIL KALI KELARUTAN (Ksp)

HASIL KALI KELARUTAN (Ksp) LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA HASIL KALI KELARUTAN (Ksp) NAMA : YUSI ANDA RIZKY NIM : H311 08 003 KELOMPOK : II (DUA) HARI/TGL PERC. : SENIN/08 MARET 2010 ASISTEN : FITRI JUNIANTI LABORATORIUM KIMIA FISIKA

Lebih terperinci

Elektrokimia. Sel Volta

Elektrokimia. Sel Volta TI222 Kimia lanjut 09 / 01 47 Sel Volta Elektrokimia Sel Volta adalah sel elektrokimia yang menghasilkan arus listrik sebagai akibat terjadinya reaksi pada kedua elektroda secara spontan Misalnya : sebatang

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. 4.1 Analisis Mineragrafi

BAB IV PEMBAHASAN. 4.1 Analisis Mineragrafi BAB IV PEMBAHASAN Metode tabling adalah metode konsentrasi gravitasi yang digunakan untuk memisahkan dua atau lebih mineral berdasarkan perbedaan berat jenis dari mineral berharga dan pengotornya. Kriteria

Lebih terperinci

BAB II PEMBAHASAN. II.1. Electrorefining

BAB II PEMBAHASAN. II.1. Electrorefining BAB II PEMBAHASAN II.1. Electrorefining Electrorefining adalah proses pemurnian secara elektrolisis dimana logam yangingin ditingkatkan kadarnya (logam yang masih cukup banyak mengandung pengotor)digunakan

Lebih terperinci

Hand Out HUKUM FARADAY. PPG (Pendidikan Profesi Guru) yang dibina oleh Pak I Wayan Dasna. Oleh: LAURENSIUS E. SERAN.

Hand Out HUKUM FARADAY. PPG (Pendidikan Profesi Guru) yang dibina oleh Pak I Wayan Dasna. Oleh: LAURENSIUS E. SERAN. Hand Out HUKUM FARADAY Disusun untuk memenuhi tugas work shop PPG (Pendidikan Profesi Guru) yang dibina oleh Pak I Wayan Dasna Oleh: LAURENSIUS E. SERAN 607332411998 Emel.seran@yahoo.com UNIVERSITAS NEGERI

Lebih terperinci

Sulistyani, M.Si.

Sulistyani, M.Si. Sulistyani, M.Si. sulistyani@uny.ac.id Reaksi oksidasi: perubahan kimia suatu spesies (atom, unsur, molekul) melepaskan elektron. Cu Cu 2+ + 2e Reaksi reduksi: perubahan kimia suatu spesies (atom, unsur,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1.

BAB I PENDAHULUAN I.1. BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Penggunaan energi surya dalam berbagai bidang telah lama dikembangkan di dunia. Berbagai teknologi terkait pemanfaatan energi surya mulai diterapkan pada berbagai

Lebih terperinci

MODUL KIMIA SMA IPA Kelas 10

MODUL KIMIA SMA IPA Kelas 10 SMA IPA Kelas 10 Perbedaan Larutan Elektrolit dan Nonelektrolit Larutan adalah campuran homogen dari dua zat atau lebih, larutan tersusun dari pelarut (solvent) dan zat terlarut (solute). Berdasarkan keelektrolitannya,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Turbin Angin Turbin angin adalah suatu sistem konversi energi angin untuk menghasilkan energi listrik dengan proses mengubah energi kinetik angin menjadi putaran mekanis rotor

Lebih terperinci

BAB II ISI. Sumber gambar: (salirawati, 2008)

BAB II ISI. Sumber gambar: (salirawati, 2008) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Daya hantar listrik adalah parameter yang dipengaruhi oleh salinitas tinggi rendahnya berkaitan erat dengan nilai salinitas. Konduktivitas (Daya Hantar Listrik / DHL)

Lebih terperinci

Sifat Dasar Larutan Kelarutan Pengaruh Jenis Zat pada Kelarutan

Sifat Dasar Larutan Kelarutan Pengaruh Jenis Zat pada Kelarutan 2. LARUTAN 1. Sifat Dasar Larutan Larutan adalah campuran yang bersifat homogen antara molekul, atom ataupun ion dari dua zat atau lebih. Disebut campuran karena susunannya atau komposisinya dapat berubah.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Solar Menurut Syarifuddin (2012), solar sebagai bahan bakar yang berasal dari minyak bumi yang diproses di tempat pengilangan minyak dan dipisah-pisahkan hasilnya berdasarkan

Lebih terperinci

Kelarutan & Gejala Distribusi

Kelarutan & Gejala Distribusi PRINSIP UMUM Kelarutan & Gejala Distribusi Oleh : Lusia Oktora RKS, S.F.,M.Sc., Apt Larutan jenuh : suatu larutan dimana zat terlarut berada dalam kesetimbangan dengan fase padat (zat terlarut). Kelarutan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian pompa Pompa adalah peralatan mekanis untuk meningkatkan energi tekanan pada cairan yang di pompa. Pompa mengubah energi mekanis dari mesin penggerak pompa menjadi energi

Lebih terperinci

BAB 5 KONSEP LARUTAN 1. KOMPOSISI LARUTAN 2. SIFAT-SIFAT ZAT TERLARUT 3. KESETIMBANGAN LARUTAN 4. SIFAT KOLIGATIF LARUTAN

BAB 5 KONSEP LARUTAN 1. KOMPOSISI LARUTAN 2. SIFAT-SIFAT ZAT TERLARUT 3. KESETIMBANGAN LARUTAN 4. SIFAT KOLIGATIF LARUTAN BAB 5 KONSEP LARUTAN 1. KOMPOSISI LARUTAN 2. SIFAT-SIFAT ZAT TERLARUT 3. KESETIMBANGAN LARUTAN 4. SIFAT KOLIGATIF LARUTAN ZAT TERLARUT + PELARUT LARUTAN Komponen minor Komponen utama Sistem homogen PELARUTAN

Lebih terperinci

MODUL POMPA AIR IRIGASI (Irrigation Pump)

MODUL POMPA AIR IRIGASI (Irrigation Pump) MODUL POMPA AIR IRIGASI (Irrigation Pump) Diklat Teknis Kedelai Bagi Penyuluh Dalam Rangka Upaya Khusus (UPSUS) Peningkatan Produksi Kedelai Pertanian dan BABINSA KEMENTERIAN PERTANIAN BADAN PENYULUHAN

Lebih terperinci