DESAIN PROSES PENINGKATAN KADAR BIJIH BESI KALIMANTAN SELATAN
|
|
- Fanny Tedja
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 DESAIN PROSES PENINGKATAN KADAR BIJIH BESI KALIMANTAN SELATAN Nuryadi Saleh, Pramusanto, Yuhelda Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Mineral dan Batubara tekmira S A R I Potensi bijih primer di Pleihari, Kalimantan Selatan cukup besar, pada saat ini diekspor sekitar 1-2 juta ton dalam bentuk bahan mentah ke luar negeri. Bijih primer di Pleihari bercirikan magnetithematit dengan kadar Fe yang rendah kadar Fe 51,6%, Al 2 11,7%. Sehingga diperlukan peningkatan kadar dengan separator magnetik, untuk mendapatkan konsentrat berkadar di atas 60% dan kandungan SiO 2 +Al 2 di bawah 6%. Proses peningkatan kadar dengan melakukan kombinasi pencucian, pemisahan magnetik dihasilkan kadar 66,1% Fe total, Al 2 0,86% SiO 2 3.1% dengan perolehan Fe mencapai 84,19%. Kata kunci : analisis mineralogi, konsentrat, pemisahan magnetik, tahap cleaner, tahap re-cleaner, tahap rougher 1. PENDAHULUAN Bijih besi Pleihari terdiri dari magnetit- hematite dengan terdapat material hasil pelapukan yang berukuran halus sehingga diperlukan tahapan washing sebelum dilakukan peningkatan kadar dengan separator magnetik. Tahapan washing dalam skala industri dilakukan dengan log washer atau dengan menggunakan double spiral classifier. Produk washing berupa underflow yang merupakan umpan dari proses peningkatan kadar dan underflow berupa lumpur yang dibuang ke dalam tailing pond. Tahapan washing dapat dilakukan sebelum proses penghacuran (crushing) ataupun setelah penghancuran terkait dengan keterikatan material pengotor dengan mineral besi. Proses up grading besi yaitu melalui dapat dilakukan dengan sederhana adalah pemisahan berdasarkan sifat kemagnetan mineral. Untuk mendapatkan konsentrat hasil pemisahan dengan kadar yang tinggi maka pemisahan magnetik dilakukan pada intensitas magnet yang rendah. Kondisi ini akan menghasilkan perolehan Fe yang rendah sehingga harus dilakukan suatu simulasi berupa tahan roughing, scavenging dan cleaning untuk menghasilkan konsentrat dengan kadar dan perolehan Fe yang optimum. 2. METODOLOGI Sample mengalami proses penghancuran, kemudian mengalami proses washing dalam spiral classifier, underflow spiral classifier kemudian dilakukan secondary crushing sampai minus 10 mesh, kemudian dicuci ulang dalam spiral classifier. Produk pencucian akhir baru dilakukan pemisahan magnetik dengan memvariasikan intensitas magnet. 74 M&E, Vol. 8, No. 4, Desember 2010
2 2.1. Pembahasan a. Diagram alir up grading bijih besi Peningkatan kadar bijih besi dilakukan terdiri dari beberapa tahapan yaitu peremukan dan pengerusan serta pemisahan mineral-mineral besi dari pengotor yang bersifat non magnet dengan menggunakan pemisah magnetik basah. Tahapan pemisahan magnetik terdiri dari rougher yaitu pemisahan magnetik tahap awal dengan intensitas yang tinggi sehingga mineralmineral besi dengan kemagnetan yang rendah seperti mineral hematit, kemudian dilakukan tahap cleaner dengan intensitas yang rendah sehingga dihasilkan konsentrat megnetit dengan kandungan hematit yang rendah. b. Tahap rougher Produk ball berukuran lolos 10 mesh dengan kadar Fe 51,6%, Al 2 11,7%, dilakukan peningkatan kadar dengan pemisahan magnetik. Intensitas magnetik yang digunakan 4300 gauss Tabel 1, menunjukkan karakteristik pemisahan magnetik pada intensitas yang tinggi. Tabel 1. Karakteristk pemisahan magnetik Intensitas magnet Fe tot.,% Al 2,% SiO 2,% ,30 1,28 8, ,7 3,98 8, ,3 3,50 9, ,3 3,41 8, ,3 3,85 8,72 Tabel 1, juga memperlihatkan karakteristik pemisahan magnetik bijh besi Kalimantan Selatan. Intensitas di atas 4800 gauss tidak terjadi peningkatan kadar di atas 55% Fe, relatif konstan 55,3% karena intensitas yang tinggi banyak pengotor yang terperangkap di dalam konsentrat. Tahap rougher dihasilkan 84,45% wt. konsentrat berkadar 59,30% Fe, 1,28% Al 2 dan 8,62% SiO 2, terjadi peningkatan kadar Fe dan penurunan pengotor. Perolehan Fe mencapai 97,05 % (RoC 1,18 menunjukkan untuk memperoleh konsentrat berkadar 59,30% Fe dibutuhkan 1,18 ton bijih besi. Tailing rougher sebanyak 15,55%wt. berkadar 9,78% Fe, 17,87% Al 2 dan 28,43% SiO 2. b. Analisis mineralogi produk rougher Analisis meneralogi terhadap konsentrat rougher menunjukkan magnetit (72,35%wt.) warna abuabu coklat, isotropik, berbutir halus-kasar (2 mm) yang berbutir halus dalam keadaan terliberasi dan yang berbutir lebih kasar sebagian berikatan dengan mineral bukan-logam (gangue mineral), sebagian telah terubah menjadi magnetithematit. Hematit (7,50%wt.) warna abu-abu terang, anisotropik, berbutir halus-kasar, sebagian berikatan dengan limonit maupun mineral bukan logam. Limonit (3,5 %wt.) warna abu-abu keruh, bentuk butir tidak beraturan, sebagian berikatan dengan hematit maupun mineral bukan-logam. Magnetithematit (8,01%wt.) warna abu-abu kecoklatan terang, berbutir halus-kasar, sebagian berikatan dengan mineral bukan-logam. Kalkopirit (0,70%wt.) warna kuning tua, isotropik, berbutir halus dalam keadaan terliberasi. Pirit (0,25%wt.) warna krem pucat, isotropik, relief tinggi, berbutir halus-kasar, yang berbutir kasar berikatan dengan mineral bukan-logam. Material lainnya (7,93%wt.) adalah mineral bukan-logam (gangue mineral) kemungkinan jenis silika dan karbonat. Fotomikrograf konsentrat 4300 gauss disajikan pada Gambar 2. Desain Proses Peningkatan Kadar Bijih Besi Kalimantan Selatan ; Nuryadi Saleh, Pramusanto, Yuhelda 75
3 c. Tahap cleaner pemisahan magnetik Rougher concentrate berkadar 59,30% Fe, 1,28% Al 2 dan 8,62% SiO 2 dilakukan peningkatan kadar kembali agar memenuhi spesifikasi yaitu min 63% Fe. Hasil analisis mineralogi menunjukkan mineral-mineral besi terdapat rekahan-rekahan yang ditempati oleh mineral-mineral silikat. Oleh karena itu, konsentrat rougher dilakukan pengecilan ukuran sampai 150 mesh. Penggilingan dilakukan ball sistem tertutup dengan hidrosiklon. Gambar 2. Foto mikrograp konsentrat rougher Sedangkan analisis mineralogi terhadap contoh Tailing rougher, menunjukkan magnetit (0,37%wt.) warna abu-abu kecoklatan, isotropik, berbutir halus dalam keadaan terliberasi. Hematit (0,37%wt.) warna abu-abu terang, anisotropik, berbutir halus dalam keadaan terliberasi. Limonit (8,54%wt.) warna abu-abu keruh dan berbutir halus. Kalkopirit (3,35%wt) warna kuning tua, isotropik berbutir halus. Material lainnya (84,83%wt.) adalah mineral bukan-logam (gangue mineral) kemungkinan jenis silika dan karbonat. Fotomikrograf Tailing 4300 gauss disajikan pada Gambar 3. Limpahan bawah siklon dikembalikan ke dalam pelumat bola sedangkan konsentrat berukuran lolos 150 mesh yang telah terliberasi dari mineral silikat dilakukan desliming untuk menghilangkan mineral silikat yang berukuran halus, terjadi peningkatan kadar menjadi Fe 64,29%, Al 2 1,32% dan SiO 2 4,20% dengan perolehan Fe 88,81%, berat sebesar 71,28% wt. Sime yang terbuang sejumlah 13,17% wt. mengandung Fe 32,30%, Al 2 1,06% dan SiO 2 32,55%. Proses desliming dapat menggunakan pemekat. Ukuran pemekat sangat tergantung dari hasil endap. Limpahan bawah pemekat karena masih mengandung SiO 2 sekitar 4% dilakukan peningkatan kadar dengan magnetik separator 1500 gauss Simulasi cleaner magnetik separator tanpa desliming disajikan pada Tabel 2. Tabel 2. Karakteristik pemisahan magnetik cleaner Intensitas magnet Fe tot.,% Al 2,% SiO 2,% ,40 3,85 8, ,20 3,83 8, ,9 3,90 8,20 Gambar 3. Tailing rougher 4300 gauss 76 M&E, Vol. 8, No. 4, Desember 2010
4 Tabel 2, memperlihatkan sulitnya melakukan pengurangan kandungan mineral tanpa melakukan desliming. Hasil pemisahan magnetik tahap cleaner terhadap contoh limpahan bawah pemekat dengan intensitas magnetik 1500 gauss menghasilkan 69,85% wt. konsentrat cleaner berkadar Fe 64,90%, Al 2 1,26% dan SiO 2 3,70% dengan perolehan Fe mencapai 87,90%. Sedangkan Tailing cleaner dengan jumlah 1,43% wt. terkandung Fe 34,40%, Al 2 4,32% dan SiO 2 28,6%, dan disirkulasikan kembali ke dalam pelumat bola. d. Tahap re-cleaner pemisahan magnetik Proses selanjutnya adalah membersihkan kembali konsentrat cleaner dengan menggunakan separator magnetik untuk meningkatkan kadar Fe. Pemisah magnetik yang digunakan adalah double drum magnetic separator dengan intensitas magnetik yang sama yaitu 800 gauss Hasilnya berupa konsentrat akhir sebanyak 65,72% wt. berkadar 66,1% Fe total, 0,86% Al 2 dan 3,1% SiO 2 dengan perolehan Fe mencapai 84,19% dan ratio of concentration (RoC) mencapai 1,52. Sehingga untuk mendapatkan 1 ton konsentrat berkadar 66% Fe, membutuhkan 1,52 ton bijih besi sebagai bahan baku. Tailing recleaner berkadar 45,78% Fe, 7,63% Al 2 dan 13,26% SiO 2. Dari rangkaian proses pengolahan terdapat tiga tailing yaitu Tailing rougher, sime dan recleaner tail, sebagaimana disajikan pada Tabel 3. Final tail sebanyak 32,84% dari proses upgrading berkadar 23,33% Fe, 9,84% Al 2 dan 28,17% SiO 2, (calculated tail grade) sedangkan hasil; assay menunjukkan kandungan Fe total 21,6%, Al 2 8,19% dan SiO 2 33,7% menunjukkan perbedaan yang tidak signifikan. 3. KESIMPULAN 1) Bijih primer di Pleihari bercirikan magnetithematit dengan kadar Fe yang rendah kadar Fe 51,6%, Al 2 11,7%. 2) Proses peningkatan kadar dengan melakukan kombinasi pencucian. 3) Proses pencucian diperlukan sebagai tahap awal dari proses konsentrasi dan harus dilakukan. 4) Produk pencucian menghasilkan kadar Fe 51,6%, Al 2 11,7% 5) Pemisahan magnetic menghasilkan kadar 66,1% Fe total, Al 2 0,86% SiO 2 3.1% dengan perolehaan Fe mencapai 84,19%. Tabel 3. Komponen tailing peningkatan kadar Fe KOMPONEN wt, % Fe t,% Al 2,% SiO 2,% Rougher Tail 15,55 9,78 17,87 28,43 Slime 13,17 32,30 1,06 32,55 Re-Cleaner Tail 4,13 45,78 7,63 13,26 Final Tail 32,84 23,33 9,84 28,17 Desain Proses Peningkatan Kadar Bijih Besi Kalimantan Selatan ; Nuryadi Saleh, Pramusanto, Yuhelda 77
5 wt, % 1.43 Fe tot.,% 34.4 Al 2,% 4.32 SiO 2,% 28.6 Mineral dan Batubara MINE SURGE PILE OVERLAND CONVEYOR st. CRUSHING head grade wt, % 100 Fe tot.,% 51.6 Al 2,% 3.86 SiO 2,% 11.7 Rec. Fe,% 100 ROUGHER TAIL nd. CRUSHING ROUGHER CONC wt, % Fe tot.,% Al 2,% 1.28 SiO 2,% 8.62 Rec. Fe,% Rec.Al 2,% 9.24 Rec.SiO 2,% BAWAH HC PRIMARY GRINDING DESLIMING CLEANER TAIL CLEANER MAGNETIC SEPARATION 1500 GAUSS RECLEANER MAGNETIC SEPARATION 800 GAUSS RE-CLEANER CONC Gambar 1. Diagram alir up grading bijih besi wt, % Fe tot.,% 9.78 Al 2,% SiO2,% OVERFLOW MESH wt, % Fe tot.,% 66.1 Al 2,% 0.86 SiO 2,% 3.1 Rec. Fe,% SIME wt, % Fe tot.,% Al 2,% 1.06 SiO 2,% LIMPAHAN BAWAH PEMEKAT wt, % Fe tot.,% Al 2,% 1.32 SiO 2,% 4.20 Rec. Fe,% Rec.Al2O3,% Rec.SiO 2,% CLEANER CONC wt, % Fe tot.,% Al2O3,% 1.26 SiO 2,% 3.70 Rec. Fe,% Rec.Al2O3,% Rec.SiO2,% RE-CLEANER TAIL wt, % 4.13 Fe tot.,% Al 2,% 7.63 SiO2,% M&E, Vol. 8, No. 4, Desember 2010
6 DAFTAR PUSTAKA Boucraut, M., R., Koskas and J., Michard, Study of The Benefiation of certain Lorraine Iron Ores By Magnetizing Roasting, Mineral Processing, Proceedings of the Sixth International Congress, Crest Exploration Limited, A Metallurgical Evaluation The Snake River Iron Deposit, The California Standard Company's, Contract No. S54848, Dahlem, D.,H., and C.,l., Sollenberger, Hematit- Magnetit Grain Growth in a Reducing Roast, Mineral Processing, Proceedings of the Sixth International Congress, Meyer, K., The Lurgi Process of Magnetizing Roasting A Possible Method of Processing Iron Ore, Mineral Processing, Proceedings of the Sixth International Congress, Purwanto, Hadi, Study the Utilization of Indonesian Kalimantane Ore for Ironmaking, Tohuku Universitu, Setiawan, dkk., 2004, Penelitian Bijih Besi Laterit untuk Bahan Baku Industri Besi Baja, Laporan Teknik Pengolahan. Desain Proses Peningkatan Kadar Bijih Besi Kalimantan Selatan ; Nuryadi Saleh, Pramusanto, Yuhelda 79
AGLOMERASI BIJIH BESI KALIMANTAN SELATAN. Nuryadi Saleh Pramusanto Yuhelda Dahlan Azhari Eko Setyatmoko Sarjono Kusnawan Soma Somantri
AGLOMERASI BIJIH BESI KALIMANTAN SELATAN Nuryadi Saleh Pramusanto Yuhelda Dahlan Azhari Eko Setyatmoko Sarjono Kusnawan Soma Somantri tekmira PUSLITBANG TEKNOLOGI MINERAL DAN BATUBARA 2009 1. PENDAHULUAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada tahun 2005 menurut penelitian South East Asia Iron and Steel Institute, tingkat konsumsi baja per kapita di Indonesia sebesar 26,2 kg yang lebih rendah dibandingkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dari pengamatan terhadap penambangan bijih bauksit yang terdapat di Propinsi Kalimantan Barat, ditemukan bahwa endapan bauksit di daerah ini termasuk ke dalam jenis
Lebih terperinciBAB III PERCOBAAN DAN HASIL PERCOBAAN
BAB III PERCOBAAN DAN HASIL PERCOBAAN 3.1 Percobaan Percobaan tabling merupakan percobaan konsentrasi gravitasi berdasarkan perbedaan berat jenis dari mineral berharga dan pengotornya. Sampel bijih dipersiapkan
Lebih terperinciPROSEDUR DAN PERCOBAAN
BAB III PROSEDUR DAN PERCOBAAN 3.1 Prosedur Percobaan Prosedur percobaan yang dilakukan selama penelitian dapat dilihat pada Gambar 3.1. Gambar 3.1 Flow chart prosedur percobaan 24 25 3.1.1 Persiapan Red
Lebih terperinciBAB IV PEMBAHASAN. 4.1 Analisis Mineragrafi
BAB IV PEMBAHASAN Metode tabling adalah metode konsentrasi gravitasi yang digunakan untuk memisahkan dua atau lebih mineral berdasarkan perbedaan berat jenis dari mineral berharga dan pengotornya. Kriteria
Lebih terperinciProsiding Teknik Pertambangan ISSN:
Prosiding Teknik Pertambangan ISSN: 2460-6499 Kajian Mengenai Peningkatan Kadar Fe Total pada Bijih Besi Laterit Menggunakan Magnetic Separator di PT Aikona Bima Amarta Kecamatan Bajuin, Kabupaten Tanah
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bauksit Bauksit merupakan bahan yang heterogen, yang mengandung mineral dari oksida aluminium, yaitu berupa mineral buhmit (Al 2 O 3.H 2 O) dan mineral gibsit (Al 2 O 3.3H 2
Lebih terperinciPEMBUATAN KONSENTRAT ZIRKON DARI PASIR ZIRKON KALIMANTAN BARAT
PEMBUATAN KONSENTRAT ZIRKON DARI PASIR ZIRKON KALIMANTAN BARAT Sajima, Sunardjo, Mulyono -BATAN-Yogyakarta Jl Babarsari Nomor 21, Kotak pos 6101 Ykbb 55281 e-mail : ptapb@batan.go.id Abstrak PEMBUATAN
Lebih terperinciBahan Baku Proses Pembuatan Besi Baja
BIJIH BESI & AGLOMERISASI Prof. Dr.-Ing. Bambang Suharno Metallurgy and Materials Engineering Department 2010 Bahan Baku Proses Pembuatan Besi Baja Iron Ore Reduktor Coke (Blast Furnace) Coal (Reduksi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1. Data Konsumsi Baja Per Kapita (Yusuf, 2005)
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Permintaan dunia akan baja, dewasa ini mengalami peningkatan yang signifikan. Permintaan tersebut khususnya datang dari negara-negara berkembang di Asia yang tengah
Lebih terperinciPenentuan Energi Ball Mill dengan Menggunakan Metode Indeks Kerja Bond. Jl. Tamansari No. 1 Bandung
Prosiding Teknik Pertambangan ISSN: 2460-6499 Penentuan Energi Ball Mill dengan Menggunakan Metode Indeks Kerja Bond 1 Teja Sukmana 1 Prodi Pertambangan, Fakultas Teknik, Universitas Islam Bandung, Jl.
Lebih terperinciBAB V DASAR-DASAR PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
BAB V DASAR-DASAR PENGOLAHAN BAHAN GALIAN 5.1. Pengolahan Bahan Galian Pengolahan Bahan Galian (Mineral dressing) adalah pengolahan mineral dengan tujuan untuk memisahkan mineral berharga dan gangue-nya
Lebih terperinciKONSENTRASI PASIR BESI TITAN DARI PENGOTORNYA DENGAN CARA MAGNETIK
KONSENTRASI PASIR BESI TITAN DARI PENGOTORNYA DENGAN CARA MAGNETIK Deddy Sufiandi Pusat Penelitian Metalurgi LIPI Kawasan PUSPIPTEK Serpong-Tangerang 15314 E-mail : deddy.sufiandi@lipi.go.id Intisari Pasir
Lebih terperinciSTUDI PENINGKATAN KADAR BESI TERHADAP BIJIH BESI LATERITIK ASAL KABUPATEN TASIKMALAYA MENGGUNAKAN METODE FLOTASI KEBALIKAN
STUDI PENINGKATAN KADAR BESI TERHADAP BIJIH BESI LATERITIK ASAL KABUPATEN TASIKMALAYA MENGGUNAKAN METODE FLOTASI KEBALIKAN TUGAS AKHIR Dibuat untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar Sarjana Teknik Metalurgi
Lebih terperinciSTUDI KONSENTRASI BIJIH BESI LATERITIK KADAR RENDAH DENGAN METODE TABLING TUGAS AKHIR
STUDI KONSENTRASI BIJIH BESI LATERITIK KADAR RENDAH DENGAN METODE TABLING TUGAS AKHIR Dibuat untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar Sarjana Teknik Metalurgi pada Program Studi Teknik Metalurgi Institut
Lebih terperinciOptimasi Reduksi Bijih Besi, Nikel dengan Rotary Kiln Skala Semi Pilot
Puslitbang tekmira Jl. Jend. Sudirman No. 623 Bandung 40211 Telp : 022-6030483 Fax : 022-6003373 E-mail : Info@tekmira.esdm.go.id LAPORAN Kelompok Teknologi Pengolahan dan Pemanfaatan Mineral Optimasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Partikel adalah unsur butir (dasar) benda atau bagian benda yang sangat kecil dan berdimensi; materi yang sangat kecil, seperti butir pasir, elektron, atom, atau molekul;
Lebih terperinciPENENTUAN TINGKAT KEMAGNETAN DAN INDUKSI MAGNETIK TOTAL ENDAPAN PASIR LAUT PANTAI PADANG SEBAGAI FUNGSI KEDALAMAN
Jurnal Komunikasi Fisika Indonesia http://ejournal.unri.ac.id./index.php/jkfi Jurusan Fisika FMIPA Univ. Riau Pekanbaru. http://www.kfi.-fmipa.unri.ac.id Edisi April 217. p-issn.1412-296.; e-2579-521x
Lebih terperinciEKSTRAKSI ALUMINA DARI RESIDU BAUKSIT UNTUK BAHAN BAKU ZEOLIT SINTETIS DENGAN PRODUK SAMPING KONSENTRAT BESI
EKSTRAKSI ALUMINA DARI RESIDU BAUKSIT UNTUK BAHAN BAKU ZEOLIT SINTETIS DENGAN PRODUK SAMPING KONSENTRAT BESI Muchtar Aziz Puslitbang Teknologi Mineral dan Batubara Jl. Jend.Sudirman No. 623, Bandung Email:
Lebih terperinciPENYELIDIKAN POTENSI BAHAN GALIAN PADA TAILING PT FREEPORT INDONESIA DI KABUPATEN MIMIKA, PROVINSI PAPUA
PENYELIDIKAN POTENSI BAHAN GALIAN PADA TAILING PT FREEPORT INDONESIA DI KABUPATEN MIMIKA, PROVINSI PAPUA Mangara P Pohan, 1 Denni W. 2, Sabtanto J.S. 3, Asep A. 4 1,2,3,4 Kelompok Program Penelitian Konservasi
Lebih terperinciPeningkatan Kadar Dan Pemrosesan Bauksit Bernilai Tambah Serta Pemanfaatan Tailing Nya
Peningkatan Kadar Dan Pemrosesan Bauksit Bernilai Tambah Serta Pemanfaatan Tailing Nya Husaini, Suganal, Hadi Purnomo, Stefanus Suryo Cahyono, Muta alim, Trisna Soenara, Budhy Agung Supriyanto, Agus Wahyudi,
Lebih terperinciPENINGKATAN KADAR NIKEL BIJIH LIMONIT MELALUI PROSES REDUKSI SELEKTIF DENGAN VARIASI WAKTU DAN PERSEN REDUKTOR
PENINGKATAN KADAR NIKEL BIJIH LIMONIT MELALUI PROSES REDUKSI SELEKTIF DENGAN VARIASI WAKTU DAN PERSEN REDUKTOR Muhammad Ikhwanul Hakim 1,a, Andinnie Juniarsih 1, Iwan Setiawan 2 1 Jurusan Teknik Metalurgi,
Lebih terperinciBAUKSIT yang EFISIEN. husaini dan yunita Ramanda. Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Mineral dan Batubara
rotary DruM scrubber ALAT upgrading BAUKSIT yang EFISIEN husaini dan yunita Ramanda Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Mineral dan Batubara husaini@tekmira.esdm.go.id SARI Dengan potensi bijih
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Perlakuan Awal dan Karakteristik Abu Batubara Abu batubara yang digunakan untuk penelitian ini terdiri dari 2 jenis, yaitu abu batubara hasil pembakaran di boiler tungku
Lebih terperinciBAB II TAHAPAN UMUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
BAB II TAHAPAN UMUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN Pengolahan Bahan Galian (Ore Dressing) pada umumnya dilakukan dalam beberapa tahapan, yaitu : preparasi, konsentrasi, dan dewatering. 2.1. PREPARASI Preparasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tidak memadai, dan kadar air tanah yang melebihi, Permasalahan umum yang sering dijumpai dalam pelaksanaan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan yang sering terjadi pada proyek pembangunan jalan adalah terjadinya penurunan tanah timbunan jalan, sehingga terjadi kerusakan pada aspal. Terjadinya penurunan
Lebih terperinciPRAKTIKUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN LABORATORIUM PENGOLAHAN PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
3.4. Shaking Table 3.4.1. Tujuan Tujuan dari praktikum ini, yaitu: a. Memahami mekanisme dan prosedur kerja alat. b. Menghitung kadar dan recovery. 3.4.2. Dasar Teori Konsentrasi gravitasi adalah proses
Lebih terperinciPEMANFAATAN LIMBAH PERTAMBANGAN EMAS KASONGAN UNTUK MENGHASILKAN TITANIUM DIOKSIDA
PEMANFAATAN LIMBAH PERTAMBANGAN EMAS KASONGAN UNTUK MENGHASILKAN TITANIUM DIOKSIDA AHMAD FUAD AZMI TANJUNG Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Mineral dan Batubara Jalan Jenderal Sudirman No 6
Lebih terperinciPENINGKATAN KADAR NIKEL (Ni) DAN BESI (Fe) DARI BIJIH NIKEL LATERIT KADAR RENDAH JENIS SAPROLIT UNTUK BAHAN BAKU NICKEL CONTAINING PIG IRON (NCPI/NPI)
PENINGKATAN KADAR NIKEL (Ni) DAN BESI (Fe) DARI BIJIH NIKEL LATERIT KADAR RENDAH JENIS SAPROLIT UNTUK BAHAN BAKU NICKEL CONTAINING PIG IRON (NCPI/NPI) Agus Budi Prasetyo dan Puguh Prasetiyo Pusat Penelitian
Lebih terperinciHubungan Ukuran Butir Terhadap Suseptibilitas Magnetik dan Kandungan Unsur Mineral Magnetik Pasir Besi Pantai Sunur Kabupaten Padang Pariaman
ISSN 2302-8491 Jurnal Fisika Unand Vol. 5, No. 3, Juli 2016 238 Hubungan Ukuran Butir Terhadap Suseptibilitas Magnetik dan Kandungan Unsur Mineral Magnetik Pasir Besi Pantai Sunur Kabupaten Padang Pariaman
Lebih terperinciUJICOBA PEMBAKARAN LIMBAH BATUBARA DENGAN PEMBAKAR SIKLON
UJICOBA PEMBAKARAN LIMBAH BATUBARA DENGAN PEMBAKAR SIKLON Stefano Munir, Ikin Sodikin, Waluyo Sukamto, Fahmi Sulistiohadi, Tatang Koswara Engkos Kosasih, Tati Hernawati LATAR BELAKANG Provinsi Kalimantan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1. Menjelaskan prinsip dasar pemisahan mineral secara magnetis
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengolahan Bahan Galian merupakan metode yang dilakukan untuk meningkatkan mutu dan kualitas bahan galian Proses pemisahan mineral secara magnetis masih tetap digunakan
Lebih terperinciMENGOPTIMALKAN PEROLEHAN MINERAL MAGNETIK PADA PROSES SEPARASI MAGNETIK PASIR BESI PANTAI SELATAN KABUPATEN KEBUMEN, JAWA TENGAH
Jurnal Teknologi Mineral dan Batubara Volume 9, Nomor 3, September 2013 : 145 156 MENGOPTIMALKAN PEROLEHAN MINERAL MAGNETIK PADA PROSES SEPARASI MAGNETIK PASIR BESI PANTAI SELATAN KABUPATEN KEBUMEN, JAWA
Lebih terperinciKARAKTERISTIK FISIK PELLET DAN SPONGE IRON PADA BAHANBAKU LIMBAH KARAT DENGAN PASIR BESI SEBAGAI PEMBANDING
Prosiding Semirata FMIPA Universitas Lampung, 2013 KARAKTERISTIK FISIK PELLET DAN SPONGE IRON PADA BAHANBAKU LIMBAH KARAT DENGAN PASIR BESI SEBAGAI PEMBANDING Muhammad Amin*, Suharto*, Reni**, Dini** *UPT.Balai
Lebih terperinciPEMANFAATAN LIMBAH DEBU PELEBURAN BIJIH BESI (DEBU SPONS) SEBAGAI PENGGANTI SEBAGIAN SEMEN PADA MORTAR
POLI-TEKNOLOGI VOL.11 NO.1, JANUARI 2012 PEMANFAATAN LIMBAH DEBU PELEBURAN BIJIH BESI (DEBU SPONS) SEBAGAI PENGGANTI SEBAGIAN SEMEN PADA MORTAR Amalia dan Broto AB Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri
Lebih terperinciPENINGKATAN KADAR ZIRKON UNTUK UMPAN PROSES PELEBURAN PADA PEMBUATAN NATRIUM ZIRKONAT
Sajima, dkk. ISSN 0216-3128 115 PENINGKATAN KADAR ZIRKON UNTUK UMPAN PROSES PELEBURAN PADA PEMBUATAN NATRIUM ZIRKONAT Sajima, Sunardjo, Harry Supriyadi Pusat Teknolgi Akselerator dan Proses Bahan Jl. Babarsari
Lebih terperinciSTUDI PENGOLAHAN PASIR BESI KUTOARJO - JAWA TENGAH UNTUK BAHAN BAKU INDUSTRI BESI DAN BAJA
STUDI PENGOLAHAN PASIR BESI KUTOARJO - JAWA TENGAH UNTUK BAHAN BAKU INDUSTRI BESI DAN BAJA Pramusanto\ Dudi Nasrudin Usman\ dan SriyantiA A Dosen Tetap Fakultas Teknik UNISBA Program Studi Periambangan
Lebih terperinciBambang Su!asmoroA, Zaena!A, dan YuliadiA. A Dosen Tetap Fakuitas Teknik UNISBA Program Studi Pertambangan
STUDIAWAL PESWBUATAN PUPUK KISERIT DARISERPENTIN DENGAN PENGARUH BERBAGAIWAKTU PEMAMGGANGAN TERHADAP SERPENTIN GUNUNG BADAK, JAMPANG KULON, SUKABUMI, JAWA BARAT Bambang Su!asmoroA, Zaena!A, dan YuliadiA
Lebih terperinciPENGARUH PENAMBAHAN SENYAWA ALKALI UNTUK PEMBUATAN NUGGET FERONIKEL DALAM TUNGKU PUTAR
Pengaruh Jurnal Penambahan Teknologi Mineral Senyawa dan Alkali Batubara untuk Pembuatan Volume 11, Nugget Nomor Feronikel 1, Januari... 2015 Nuryadi : 1 Saleh 17 dkk. PENGARUH PENAMBAHAN SENYAWA ALKALI
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. komposisi utama berupa mineral-mineral aluminium hidroksida seperti gibsit,
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Bauksit adalah material yang berupa tanah atau batuan yang tersusun dari komposisi utama berupa mineral-mineral aluminium hidroksida seperti gibsit, buhmit dan diaspor.
Lebih terperinciMaterial dengan Kandungan Karbon Tinggi dari Pirolisis Tempurung Kelapa untuk Reduksi Bijih Besi
Material dengan Kandungan Karbon Tinggi dari Pirolisis Tempurung Kelapa untuk Reduksi Bijih Besi Anton Irawan, Ristina Puspa dan Riska Mekawati *) Jurusan Teknik Kimia, Fak. Teknik, Universitas Sultan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Beton merupakan fungsi dari bahan penyusunnya yang terdiri dari bahan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA Beton Beton merupakan fungsi dari bahan penyusunnya yang terdiri dari bahan semen hidrolik (Portland Cement), agregat kasar, agregat halus, air dan bahan tambah. Nawy (1995), dalam
Lebih terperinciBAB V PEMBENTUKAN NIKEL LATERIT
BAB V PEMBENTUKAN NIKEL LATERIT 5.1. Genesa Lateritisasi Proses lateritisasi mineral nikel disebabkan karena adanya proses pelapukan. Pengertian pelapukan menurut Geological Society Engineering Group Working
Lebih terperinciBandung-Sumedang KM 21, Sumedang 45363, Indonesia Kata Kunci : magnetite, hematite, Rietveld refinement
Eksakta Vol.18 No.2 Oktober 2017 http://eksakta.ppj.unp.ac.id E-ISSN : 2549-7464 P-ISSN : 1411-3724 ANALISA KUANTITATIF CAMPURAN SENYAWA OKSIDA SEBAGAI DASAR IDENTIFIKASI KANDUNGAN BAHAN SUMBER DAYA ALAM
Lebih terperinciBAB. I PENDAHULUAN. Judul penelitian Studi Karakteristik Mineralogi dan Geomagnetik Endapan
BAB. I PENDAHULUAN 1.1. Judul Penelitian Judul penelitian Studi Karakteristik Mineralogi dan Geomagnetik Endapan Bijih Besi di Daerah Kecamatan Pelaihari Kabupaten Tanah Laut Kalimantan Selatan. 1.2. Latar
Lebih terperinciKAJIAN TEKNIS PENGARUH KETEBALAN LAPISAN BED PADA PAN AMERICAN JIG TERHADAP RECOVERY TIMAH DI TB 1.42 PEMALI PT TIMAH (PERSERO) TBK, BANGKA BELITUNG
KAJIAN TEKNIS PENGARUH KETEBALAN LAPISAN BED PADA PAN AMERICAN JIG TERHADAP RECOVERY TIMAH DI TB 1.42 PEMALI PT TIMAH (PERSERO) TBK, BANGKA BELITUNG TECHNICAL STUDY ON THE INFLUENCE OF THE BED LAYER THICKNESS
Lebih terperinciPENGUKURAN INDUKSI MAGNETIK TOTAL DAN IDENTIFIKASI KANDUNGAN ELEMEN ENDAPAN PASIR BESI DI PANTAI BAGIAN SELATAN KOTA PADANG SUMATERA BARAT
Jurnal Komunikasi Fisika Indonesia http://ejournal.unri.ac.id./index.php/jkfi Jurusan Fisika FMIPA Univ. Riau Pekanbaru. http://www.kfi.-fmipa.unri.ac.id Edisi April 2017. p-issn.112-2960.; e-2579-521x
Lebih terperinciPERBANDINGAN ANTARA PENAMBAHAN BENTONIT DAN PENAMBAHAN CMC TERHADAP HASIL PROSES PELETASI PASIR BESI
PERBANDINGAN ANTARA PENAMBAHAN BENTONIT DAN PENAMBAHAN CMC TERHADAP HASIL PROSES PELETASI PASIR BESI Pramusanto, Sriyanti, Ariefandin Jurusan Teknik Pertambangan UNISBA ABSTRAK Penggunaan bahan pengikat
Lebih terperinciANALISIS KEBERHASILAN PRODUKTIVITAS JIG TERTIER PADA PROSES KONSENTRASI BIJIH TIMAH DI KAPAL KERUK BEMBAN PT. KOBA TIN, KOBA, BANGKA TENGAH
ANALISIS KEBERHASILAN PRODUKTIVITAS JIG TERTIER PADA PROSES KONSENTRASI BIJIH TIMAH DI KAPAL KERUK BEMBAN PT. KOBA TIN, KOBA, BANGKA TENGAH Oleh: Untung Sukamto 1) Alfitri Rosita 2) 1)Program Studi Magister
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN Penelitian ini didahului dengan perlakuan awal bahan baku untuk mengurangi pengotor yang terkandung dalam abu batubara. Penentuan pengaruh parameter proses dilakukan dengan cara
Lebih terperinciPEMBUATAN KONSENTRAT ZIRKON SEBAGAI UMPAN PROSES PELEBURAN MENGGUNAKAN SHAKING TABLE (MEJA GOYANG)
PEMBUATAN KONSENTRAT ZIRKON SEBAGAI UMPAN PROSES PELEBURAN MENGGUNAKAN SHAKING TABLE (MEJA GOYANG) Sajima, Sunardjo, Harry Supriyadi BATAN, Babarsari Yogyakarta, 55281 E-mail :ptapb@batan.go.id ABSTRAK
Lebih terperinciLampiran 1 Bahan baku dan hasil percobaan
LAMPIRAN 13 14 Lampiran 1 Bahan baku dan hasil percobaan a a. Sampel Bijih Besi Laterit dan b. Batu bara b a b a. Briket Bijih Besi Laterit dan b. Bentuk Pelet yang akan direduksi Hasil Titrasi Analisis
Lebih terperinciBAB III LANDASAN TEORI. Beton pada umumnya adalah campuran antara agregat. kasar (batu pecah/alam), agregat halus (pasir), kemudian
11 BAB III LANDASAN TEORI 3.1. Beton Beton pada umumnya adalah campuran antara agregat kasar (batu pecah/alam), agregat halus (pasir), kemudian direkatkan dengan semen Portland yang direaksikan dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Proses ini berlangsung selama jutaan tahun dimulai ketika batuan ultramafik
1 BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Penelitian Nikel laterit adalah produk residual pelapukan kimia pada batuan ultramafik. Proses ini berlangsung selama jutaan tahun dimulai ketika batuan ultramafik
Lebih terperinciREDUKSI PASIR BESI PANTAI SIGANDU KABUPATEN BATANG MENJADI SPONGE IRON MENGGUNAKAN BURNER GAS ASETILIN
REDUKSI PASIR BESI PANTAI SIGANDU KABUPATEN BATANG MENJADI SPONGE IRON MENGGUNAKAN BURNER GAS ASETILIN *Itsnain Aji Pangestu 1, Sugeng Tirta Atmadja 2, Yusuf Umardani 2 1 Mahasiswa Jurusan Teknik Mesin,
Lebih terperinciPEMBUATAN NICKEL PIG IRON (NPI) DARI BIJIH NIKEL LATERIT INDONESIA MENGGUNAKAN MINI BLAST FURNACE
MT-66 0404: Widi Astuti dkk. PEMBUATAN NICKEL PIG IRON (NPI) DARI BIJIH NIKEL LATERIT INDONESIA MENGGUNAKAN MINI BLAST FURNACE Widi Astuti 1) Zulfiadi Zulhan 2) Achmad Shofi 1) Kusno Isnugroho 1) Fajar
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
20 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Beton Beton merupakan bahan bangunan yang dihasilkan dari campuran atas semen Portland, pasir, kerikil dan air. Beton ini biasanya di dalam praktek dipasang bersama-sama
Lebih terperinci1 Departemen Fisika, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Airlangga
Ekstraksi Titanium Dioksida (TiO 2 ) Berbahan Baku Pasir Besi dengan Metode Hidrometalurgi Luthfiana Dysi Setiawati 1, Drs. Siswanto, M.Si 1, DR. Nurul Taufiqu Rochman, M.Eng 2 1 Departemen Fisika, Fakultas
Lebih terperinci4 CM HALAMAN PERSEMBAHAN. Times New Roman 14, KAPITAL 4 CM 3 CM. HALAMAN iii, dst (Times New Roman 10 pt. iii 1,5 CM
HALAMAN PERSEMBAHAN HALAMAN iii, dst (Times New Roman 10 pt iii KATA PENGANTAR Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan berkat dan rahmat-nya sehingga praktiakan dapat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam bab ini diuraikan mengenai latar belakang masalah, tujuan dari penelitian dan manfaat yang diharapkan. I.
BAB I PENDAHULUAN Dalam bab ini diuraikan mengenai latar belakang masalah, tujuan dari penelitian dan manfaat yang diharapkan. I.1 Latar Belakang Pasir besi merupakan salah satu sumber besi yang dalam
Lebih terperinciAfdal, Elio Nora Islami. Jurusan Fisika FMIPA Universitas Andalas, Padang
KARAKTERISASI MAGNETIK BATUAN BESI DARI BUKIT BARAMPUANG, NAGARI LOLO, KECAMATAN PANTAI CERMIN, KABUPATEN SOLOK, SUMATERA BARAT (MAGNETIC CHARACTERIZATION OF IRON STONE OF BARAMPUANG HILL, NAGARI LOLO,
Lebih terperinciPENANGANAN BAHAN PADAT S1 TEKNIK KIMIA Sperisa Distantina
PENANGANAN BAHAN PADAT S1 TEKNIK KIMIA Sperisa Distantina SIZE REDUCTION Isi kuliah : a. Tujuan b. Variable operasi c. Pemilihan alat dan alat-alat SR d. Kebutuhan energi dan efisiensi alat SR a. TUJUAN
Lebih terperinciYogyakarta, Agustus 2013 Penulis, AJI DZULIANDA DAFTAR ISI. vii
PT. Harita Prima Abadi Mineral Site Air Upas yang terletak di daerah Batang Belian, Kabupaten Ketapang, Kalimantan Barat ini merupakan perusahaan yang bergerak dibidang kegiatan penambangan bijih bauksit.
Lebih terperinciUJI COBA PROSES REDUKSI BIJIH BESI LOKAL MENGGUNAKAN ROTARY KILN
SEMINAR NASIONAL KIMIA DAN PENDIDIKAN KIMIA V Kontribusi Kimia dan Pendidikan Kimia dalam Pembangunan Bangsa yang Berkarakter Program Studi Pendidikan Kimia Jurusan PMIPA FKIP UNS Surakarta, 6 April 2013
Lebih terperinciKARAKTERISASI LIMBAH HASIL PEMURNIAN Fe 3 O 4 DARI BAHAN BAKU LOKAL PASIR BESI
KARAKTERISASI LIMBAH HASIL PEMURNIAN Fe 3 O 4 DARI BAHAN BAKU LOKAL PASIR BESI Tria Madesa 1, Yosef Sarwanto 1 dan Wisnu Ari Adi 1 1) Pusat Sains dan Teknologi Bahan Maju Badan Tenaga Nuklir Nasional Kawasan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perkerasan Jalan Perkerasan jalan merupakan lapisan perkerasan yang terletak di antara lapisan tanah dasar dan roda kendaraan, yang berfungsi memberikan pelayanan kepada sarana
Lebih terperinciPENGOLAHAN BIJIH BESI DARI TASIKMALAYA DENGAN METODE REDUKSI
PROSIDING PEMAPARAN HASIL PENELITIAN PUSAT PENELITIAN GEOTEKNOLOGI LIPI TAHUN 2014 Peran Penelitian Geoteknologi untuk Menunjang Pembangunan Berkelanjutan di Indonesia PENGOLAHAN BIJIH BESI DARI TASIKMALAYA
Lebih terperinciMAGNETIC SEPARATION DISUSUN OLEH : AVITA AVIONITA DEBORA PASARIBU ESTELA BR GINTING GIKA ARIANI PUTRI M. HAFIDZ FANSHURI SHELMA K.
MAGNETIC SEPARATION DISUSUN OLEH : AVITA AVIONITA DEBORA PASARIBU ESTELA BR GINTING GIKA ARIANI PUTRI M. HAFIDZ FANSHURI SHELMA K. SEJARAH Pada pertengahan tahun 1800, Faraday mendemonstrasikan serangkaian
Lebih terperinciPENGOLAHAN BIJIH URANIUM RIRANG: PENINGKATAN KADAR U MENGGUNAKAN KNELSON KONSENTRATOR
KUMPULAN LAPORAN BASIL PENELITIAN TABUN 2005 rsbn.978-979-99141-2-5 PENGOLAHAN BIJIH URANIUM RIRANG: PENINGKATAN KADAR U MENGGUNAKAN KNELSON KONSENTRATOR (P2BGGN/PGN- TPBGN/P/0912005) Oleh : Sujono, Sugeng
Lebih terperinciBAB II TEORI DASAR. Gambar 2.1 Goetit (Pellant,1992)
BAB II TEORI DASAR 2.1 Bijih Besi Bijih besi dibagi menjadi beberapa golongan diantaranya adalah golongan oksida, sulfida, dan hidroksida. Golongan oksida meliputi hematit dan magnetit sedangkan untuk
Lebih terperinciBab IV Pengolahan dan Analisis Data
BAB IV PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA 4.1 Pengumpulan Data Data yang dikumpulkan terdiri atas dua data, yaitu data primer yang meliputi data mentah sebagai data utama dalam pengolahan data, sedangkan data
Lebih terperinciJurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Teknologi Sepuluh Nopember
Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Teknologi Sepuluh Nopember Penelitian yang sudah ada Pirometalurgi Hidrometalurgi Pelindian Sulfat Pelindian Pelindian Klorida Penelitian
Lebih terperinciBADAN PENGKAJIAN DAN PENERAPAN TEKNOLOGI 2012
F3.7 Evaluasi Pemisahan Bijih Besi dan Pembuatan Pelet Untuk Mendukung Industri Pengolahan Besi Dalam Negeri Adji Kawigraha, Maîtrise, M.T. BADAN PENGKAJIAN DAN PENERAPAN TEKNOLOGI 2012 LATAR BELAKANG
Lebih terperinciPOTENSI BIJI BESI DI DAERAH AMBULANGAN, BANJAR, KALIMANTAN SELATAN
POTENSI BIJI BESI DI DAERAH AMBULANGAN, BANJAR, KALIMANTAN SELATAN Cecep Yandri Sunarie Lab Petrologi dan Mineralogi, Fakultas Teknik Geologi, UNPAD ABSTRACT Research area is located in Ambulangan, Banjar
Lebih terperinciEKSTRAKSI KALIUM DARI FELSPAR DAN LEUSIT DENGAN PERBANDINGAN METODE AKTIVASI: MEKANIS (MILLING) DAN SUHU TINGGI (ROASTING)
EKSTRAKSI KALIUM DARI FELSPAR DAN LEUSIT DENGAN PERBANDINGAN METODE AKTIVASI: MEKANIS (MILLING) DAN SUHU TINGGI (ROASTING) Agus Wahyudi, Dessy Amalia, Hadi Purnomo, I Gusti Ngurah Ardha, Siti Rochani,
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan metode eksperimen yang dilakukan melalui tiga tahap yaitu tahap pembuatan magnet barium ferit, tahap karakterisasi magnet
Lebih terperinciSTUDI PENGARUH KUAT ARUS PADA INDUCED ROLL MAGNETIC SEPARATOR
STUDI PENGARUH KUAT ARUS PADA INDUCED ROLL MAGNETIC SEPARATOR (IRMS) UNTUK MENINGKATKAN PEROLEHAN MINERAL ILMENIT DI AMANG PLANT, BIDANG PENGOLAHAN MINERAL (BPM), UNIT METALURGI, PT. TIMAH (PERSERO), TBK
Lebih terperinciBAB IV PROSPEK MINERAL LOGAM DI DAERAH PENELITIAN
BAB IV PROSPEK MINERAL LOGAM DI DAERAH PENELITIAN 4.1. KONSEP DASAR EKSPLORASI Konsep eksplorasi adalah alur pemikiran yang sistimatis, dimana kita menentukan objek dari pencaharian itu atau jenis dan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
19 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Beton Beton merupakan suatu bahan bangunan yang bahan penyusunnya terdiri dari bahan semen hidrolik (Portland Cement), air, agregar kasar, agregat halus, dan bahan tambah.
Lebih terperinciSumber Daya Alam. Yang Tidak Dapat Diperbaharui dan Yang Dapat di Daur Ulang. Minggu 1
Sumber Daya Alam Yang Tidak Dapat Diperbaharui dan Yang Dapat di Daur Ulang Minggu 1 Materi Pembelajaran PENDAHULUAN SUMBERDAYA ALAM HABIS TERPAKAI SUMBERDAYA ALAM YANG DAPAT DI DAUR ULANG DEFINISI SUMBERDAYA
Lebih terperinciKARAKTERISTIK LUMPUR SIDOARJO
KARAKTERISTIK LUMPUR SIDOARJO Sifat Umum Lumpur Sidoarjo merupakan lumpur yang keluar dari perut bumi, berasal dari bagian sedimentasi formasi Kujung, formasi Kalibeng dan formasi Pucangan. Sedimen formasi
Lebih terperinciUJI SULFIDASI BIJIH BESI KALIMANTAN SELATAN DAN AMPAS PENGOLAHAN TEMBAGA PT. FREEPORT INDONESIA UNTUK KATALIS PENCAIRAN BATUBARA
UJI SULFIDASI BIJIH BESI KALIMANTAN SELATAN DAN AMPAS PENGOLAHAN TEMBAGA PT. FREEPORT INDONESIA UNTUK KATALIS PENCAIRAN BATUBARA Nining Sudini Ningrum Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Mineral
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. PT Antam (Persero) Tbk. UBPE (Unit Bisnis Pertambangan Emas) Pongkor
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang PT Antam (Persero) Tbk. UBPE (Unit Bisnis Pertambangan Emas) Pongkor merupakan salah satu tambang emas bawah tanah (underground) yang terdapat di Indonesia yang terletak
Lebih terperinciProsiding Teknik Pertambangan ISSN:
Prosiding Teknik Pertambangan ISSN: 2460-6499 Hubungan Pengaturan Laju Umpan, Selang Ukur Hopper dan Splitter pada Air Table Guna Memperoleh Cassiterite dengan Kadar (Sn) 70% di Pusat Pengolahan Bijih
Lebih terperinciRingkasan Tentang Biji Besi dan Timah
Kelompok 1 Ringkasan Tentang Biji Besi dan Timah Anggota kelompok Ahmad Ramdani Dea Reasty Millentino Namira Rikho mukhtar 1.Pengertian Biji Besi Bijih besi merupakan batuan yang mengandung mineral-mineral
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. terbawa selama proses pengendapan. Pasir kuarsa yang juga dikenal dengan nama
BAB II TINJAUAN PUSTAKA Siregar (2014) menyebutkan pasir kuarsa adalah bahan galian yang terdiri dari atas kristal-kristal silika (SiO 2 ) dan mengandung senyawa pengotor yang terbawa selama proses pengendapan.
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Preparasi dan Laboratorim
18 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Preparasi dan Laboratorim Flotasi Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Mineral dan Batubara
Lebih terperinciBab IV Hasil dan Pembahasan
Bab IV Hasil dan Pembahasan IV.1 Larutan Garam Klorida Besi dari Pasir Besi Hasil reaksi bahan alam pasir besi dengan asam klorida diperoleh larutan yang berwarna coklat kekuningan, seperti ditunjukkan
Lebih terperinciStudy Proses Reduksi Mineral Tembaga Menggunakan Gelombang Mikro dengan Variasi Daya dan Waktu Radiasi
LOGO Study Proses Reduksi Mineral Tembaga Menggunakan Gelombang Mikro dengan Variasi Daya dan Waktu Radiasi Nur Rosid Aminudin 2708 100 012 Dosen Pembimbing: Dr. Sungging Pintowantoro,ST.,MT Jurusan Teknik
Lebih terperinciBAB VI NIKEL LATERIT DI DAERAH PENELITIAN
BAB VI NIKEL LATERIT DI DAERAH PENELITIAN 6.1. Kondisi dan Penyebaran Singkapan. Geomorfologi daerah penelitian berupa perbukitan dan dataran. Kondisi ini sangat berpengaruh terhadap sebaran singkapan
Lebih terperinciSTUDI PENCUCIAN BATUBARA MENGGUNAKAN CHANCE CONE DENGAN MEDIA HEMATIT. Wanda Adinugraha Widyaiswara Pusdiklat Mineral dan Batubara
STUDI PENCUCIAN BATUBARA MENGGUNAKAN CHANCE CONE DENGAN MEDIA HEMATIT Wanda Adinugraha Widyaiswara Pusdiklat Mineral dan Batubara ABSTRACT The study of coal washing was conducted by designing and creating
Lebih terperinciPROSES PENGAMBILAN TEMBAGA DARI BATUAN MINERAL PENELITIAN
PROSES PENGAMBILAN TEMBAGA DARI BATUAN MINERAL PENELITIAN OLEH : 1. Candra Asmitha Mewal 0731010041 2. Nina Yulia Rosita 0731010055 JURUSAN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI UNIVERSITAS PEMBANGUNAN
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 MINERAL MONAZITE Mineral monazite merupakan mineral yang berwarna coklat kemerahmerahan yang merupakan persenyawaan fosfat. Mineral ini mengandung unsurunsur logam tanah jarang
Lebih terperinciLAPORAN KERJA PRAKTIK : OLEH : SEPTA DIAN PERMANA DBD BOBBY STEVEND DBD KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
PROSES KEGIATAN PENAMBANGAN EMAS DENGAN METODE TAMBANG SEMPROT YANG MENGGUNAKAN SISTEM LANTING DI SUNGAI KAPUAS KHUSUSNYA DAERAH DESA PUJON KECAMATAN KAPUAS TENGAH KABUPATEN KAPUAS PROVINSI KALIMANTAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. lainnya untuk bisa terus bertahan hidup tentu saja sangat tergantung pada ada atau
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air merupakan salah satu materi penting yang ada di bumi dan terdapat dalam fasa cair, uap air maupun es. Kebutuhan manusia dan makhluk hidup lainnya untuk bisa terus
Lebih terperinciPENGARUH KESTABILAN LERENG TERHADAP CADANGAN ENDAPAN BAUKSIT
PENGARUH KESTABILAN LERENG TERHADAP CADANGAN ENDAPAN BAUKSIT Oleh Eddy Winarno; Wawong Dwi Ratminah Program Teknik Pertambangan UPN Veteran Yogyakarta Abstrak Optimalisasi Keberhasilanan Penambangan Terbuka
Lebih terperinciPEMBUATAN SINTER DARI BAHAN LIMBAH MILL SCALE HASIL HOT ROLLING SEBAGAI BAHAN BAKU TAMBAHAN PEMBUATAN BESI BAJA
PEMBUATAN SINTER DARI BAHAN LIMBAH MILL SCALE HASIL HOT ROLLING SEBAGAI BAHAN BAKU TAMBAHAN PEMBUATAN BESI BAJA Harry Anggoro R 1, Soesaptri Oediyani 2, Anistasia Milandia 2 1. Mahasiswa Jurusan Teknik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. lingkungan adalah kromium (Cr). Krom adalah kontaminan yang banyak ditemukan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Logam berat merupakan salah satu pencemar yang sangat berbahaya bagi manusia dan lingkungannya, sebab toksisitasnya dapat mengancam kehidupan mahluk hidup. Salah satu
Lebih terperinciKAJIAN SIANIDASI INTENSIF SISTEM CUSTOM PLANT DARI KONSENTRAT SULFIDA MARJINAL CIANJUR- SUKABUMI
Puslitbang tekmira Jl. Jend. Sudirman No. 623 Bandung 40211 Telp : 022-6030483 Fax : 022-6003373 E-mail :Info@tekmira.esdm.go.id LAPORAN AKHIR TAHUN ANGGARAN 2013 Kelompok Teknologi Pengolahan dan Pemanfaatan
Lebih terperinci