BAB II TEORI DASAR. Gambar 2.1 Goetit (Pellant,1992)

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II TEORI DASAR. Gambar 2.1 Goetit (Pellant,1992)"

Transkripsi

1 BAB II TEORI DASAR 2.1 Bijih Besi Bijih besi dibagi menjadi beberapa golongan diantaranya adalah golongan oksida, sulfida, dan hidroksida. Golongan oksida meliputi hematit dan magnetit sedangkan untuk golongan sulfida seperti pirit, kalkopirit, arsenopirit, dan pirotit. Limonit dan goetit termasuk ke dalam golongan hidroksida. Goetit merupakan mineral hidroksida besi memiliki sistem kristal orthorhombik berwarna kuning kecoklatan, massa jenisnya 4,3, dan tingkat kekerasan 5,3. Goetit atau bog iron ore umumnya memiliki kadar Fe sebesar 63% dan sulit untuk diolah secara komersial jika kadar pengotor (Mn) lebih dari 5 %. Persebaran goetit terdapat di daerah deposit bagian bawah lapisan tanah berlumpur diantaranya di Alsace-Lorraine, Wespalia, Bohemia, dan Danau Superior serta Gunung Apalachian di wilayah Amerika Serikat (Mottana,1977). Gambar 2.1 Goetit (Pellant,1992) Limonit atau bijih besi lumpur (bog iron ore) dengan rumus kimia Fe 2 O 3.nH 2 O merupakan kumpulan mineral yang dihasilkan dari proses oksidasi dan hidrasi mineral besi primer. Limonit ini dapat berupa stalaktit yang berwarna coklat karat Bab II Teori Dasar 8

2 (gossan) dengan goresan coklat kekuningan. Di permukaan tanah limonit berupa lapisan kuning cokelat atau topi besi (iron hat) yang menutupi lapisan bijih sulfida. Di alam limonit ditemukan pada urat-urat bijih besi yang mengandung mineral besi primer. Di alam limonit juga berperan sebagai semen alami yang mengikat batuan sedimen (pasir) di batuan konglomerat. Di lingkungan air seperti rawa-rawa dan tanah berlumpur, limonit terbentuk melalui proses penguapan pada mineral bijih besi yang dibantu bakteri-bakteri (Mottana,1977). Gambar 2.2 Limonit (Pellant,1992) Hematite merupakan mineral besi golongan oksida dengan rumus kimia Fe 2 O 3. Hematit biasanya berbentuk tipis dan pipih. Mineral ini memiliki permukaan yang dapat berubah warna jika sinar datang dari berbagai arah (iridescent). Hematit berwarna kemerahan atau merah tua, abu-abu gelap, dan hitam. Mineral ini memiliki tingkat kekerasan 5,5-6,5 dan massa jenisnya 4,2 sampai 5,25. Hematit memiliki sistem kristal rhombohedral formasi raksasa (massive formation) berbentuk kelopak mawar (iron rose). Seringkali warna batuan dari mineralnya merah dan coklat kemerahan, bersifat opaque dengan kilap metalik. Hematit memiliki goresan merah cerry gelap yang mudah untuk dibedakan antara hematit, magnetit, dan ilmenit. Hematit akan larut jika mineral ini dipanaskan dengan asam hidroklorik. Mineral ini terbentuk dari Bab II Teori Dasar 9

3 proses oksidasi yang banyak ditemukan pada batuan beku. Daerah deposit terbesar terdapat di danau Superior (USA), Quebec (Kanada), Venezuela, Brasil, dan Angola. Hematit merupakan mineral utama dari logam besi dan biasanya digunakan juga sebagai zat pewarna (pigmen) dan polishing powder (Mottana,1977). Gambar 2.3 Hematit (Pellant,1992) Magnetit atau lodestone (magnet alam) berwarna hitam dan tidak tembus cahaya dengan rumus kimia Fe 3 O 4. Mineral ini memiliki susunan kristal sistem isometrik berupa oktahedron dan dodecahedron. Selain itu, mineral ini memiliki massa jenis 5,18 dan tingkat kekerasan 5,5 6,5. Mineral ini memiliki sifat fisik berupa kilap logam, ferromagnetik dan goresan berwarna hitam. Magnetit akan larut perlahan dengan asam hidroklorik. Magnetit juga mengandung titanium atau chromium. Daerah deposit magnetit yaitu berada di Norwegia, Romania, Rusia, dan Afrika Selatan (Mottana,1977). Bab II Teori Dasar 10

4 Gambar 2.4 Magnetit (Pellant,1992) Ilmenit merupakan mineral golongan oksida dengan rumus kimia FeTiO 3. Mineral ini memiliki sistem kristal heksagonal dan tingkat kekerasan 5 6. Mineral ini juga tidak tembus cahaya dan memiliki kilap sub-logam. Mineral ini berwarna hitam atau coklat gelap dengan goresan berwarna hitam sampai coklat kemerahan. Ilmenit akan larut berbentuk bubuk jika terkonsentrasi dengan asam hidroklorik. Jika dipanaskan mineral ini cenderung bersifat magnetik dan kurang magnetik dalam kondisi dingin. Karakteristik fisik bervariasi tergantung dengan jumlah magnesium dalam solid solution. Ilmenit membentuk solid solution dengan geikelite MgTiO 3. Pada lingkungan batuan plutonik ilmenit terbentuk sebagai produk segregasi temperatur tinggi yang juga terjadi di daerah pegmatites dan nepheline syenittes. Daerah konsentrasi terbesar ilmenit terletak pada pasir terutama pada pasir laut atau batuan metamorphik seperti pada klorit. Kristal ilmenit besar ditemukan di daerah diorit di Kragero (Norwegia) sementara kristal berukuran kecil bersinar dan berbentuk menarik ditemukan di Novara (Italia) dan kawasan St.Gotthard (Swiss). Kristal ilmenite berukuran 2,5 cm (1 inch) ditemukan di kota Orange dan Warwick (NewYork). Deposit terbesar di Norwegia, India, Brasil, Kanada, Florida, dan Rusia. Ilmenite merupakan bijih utama dari titanium (Mottana,1977). Bab II Teori Dasar 11

5 Gambar 2. 5 Ilmenit (Pellant,1992) Bijih besi yang terdapat di Indonesia dapat digolongkan dalam tiga golongan diantaranya (Alam, 2007) : 1. Golongan bijih besi primer Golongan ini umumnya berasal dari bijih hematit atau magnetit atau campuran keduanya. Kandungan Fe bervariasi, dari kandungan rendah (low grade) hingga kandungan tinggi (high grade). Bijih besi high grade memiliki kandungan Fe di atas 60 % sehingga dapat langsung digunakan sebagai bahan baku pembuatan baja. Sementara bijih besi low grade memiliki kandungan Fe yang rendah sehingga harus diberikan perlakuan benefisiasi agar kadar Fe-nya meningkat. Penyebaran bijih besi primer ini antara lain di Ketapang, Tamalang, Belitung, dan Solok. Golongan bijih besi primer dibedakan ke dalam dua jenis, yaitu : a. Bijih besi hematit Jenis ini biasanya terdapat bersama pengotor seperti silika dan alumina. Proses peningkatan kadar besi biasanya dilakukan dengan cara flotasi atau dengan menggunakan alat magnetic separator intensitas tinggi. Jenis ini merupakan bahan baku utama pembuatan besi baja. Bab II Teori Dasar 12

6 b. Bijih besi magnetit Jenis bijih ini memiliki sifat magnetit yang kuat dibandingkan dengan bijih besi hematit sehingga proses peningkatan kadar Fe-nya dapat dilakukan dengan menggunakan alat magnetic separator intensitas tinggi. Penyebaran bijih besi jenis ini antara lain di daerah Pagelaran Lampung, Air Abu Sumatera Barat, dan Tapin Kalimantan Selatan. 2. Golongan bijih besi laterit Golongan bijih besi ini berasal dari pelapukan batuan yang kaya akan besi. Jenis mineral dan mineraloid utamanya berupa goetit atau limonit. Kadar besi tidak terlalu tinggi, sekitar persen (ada yang mencapai 50 persen atau lebih) karena mengandung air kristal. Proses benefisiasinya relatif sulit bila dibandingkan dengan benefisiasi jenis hematit dan magnetit. Penyebarannya di Indonesia antara lain di daerah Sebuku, Pomala dan Halmahera. 3. Golongan Pasir besi Golongan ini memiliki sifat magnet yang kuat dengan kandungan besi rendah, sekitar persen karena mengandung titanoksida. Jenis mineral utamanya berupa titanomagnetit. Proses benefisiasi dapat dilakukan dengan alat magnetic separator intensitas rendah. Di Indonesia terdapat di daerah Yogyakarta. 2.2 Proses Pengolahan Mineral Proses pengolahan mineral sangat penting dalam memegang peran peningkatan kadar logam dan keekonomisannya. Proses tersebut meliputi beberapa tahapan proses antara lain yaitu kominusi, pengayakan, konsentrasi, dan material handling. Bab II Teori Dasar 13

7 2.2.1 Kominusi Kominusi adalah usaha pengecilan ukuran bijih hasil proses penambangan agar dapat diproses lebih lanjut. Proses ini terdiri dari dua tahapan yaitu peremukan (crushing) dan penggerusan (grinding) bijih (Kelly dan Spottiswood,1982). Tujuan tahap kominusi adalah sebagai berikut : 1. Membebaskan mineral berharga dari ikatannya dengan mineral pengotor. Keterbebasan mineral berharga ini dinyatakan dengan derajat liberasi. 2. Mengecilkan ukuran partikel agar sesuai dengan metoda pemisahan yang akan dilakukan. 3. Mengekspos/memunculkan mineral berharga. Hal ini dilakukan untuk keperluan proses flotasi maupun proses hidrometalurgi dimana mineral berharga yang terekspos dapat diapungkan atau larut dalam pelarut. 4. Memperbesar luas permukaan mineral sehingga kecepatan reaksi pelarutan dapat berlangsung dengan baik. 5. Memenuhi permintaan pasar Proses Peremukan (Crushing) Proses peremukan (crushing) merupakan proses reduksi atau pengecilan ukuran bijih material yang berukuran kasar sekitar 50 mm 3 mm (Kelly dan Spottiswood, 1982). Proses ini dilakukan dengan menggunakan alat peremuk (crusher). Dalam proses peremukan ini dikenal dua proses utama, yaitu proses peremukan tahap pertama dan peremukan tahap kedua. Dengan proses peremukan tahap pertama, ukuran mineral dapat direduksi hingga menjadi 25 mm. Alat yang digunakan pada proses ini antara lain jaw crusher atau gyratory crusher (Gaudin,1939). Proses selanjutnya adalah proses peremukan tahap kedua, dimana reduksi ukuran dilakukan dari 25 mm hingga mencapai 3 mm. Alat untuk proses ini antara lain cone crusher, roll crusher, dan impact crusher (Gaudin,1939). Bab II Teori Dasar 14

8 Gambar 2.6 Jaw Crusher Gambar 2.7 Roll Crusher Proses Penggerusan (Grinding) Proses penggerusan (grinding) merupakan proses reduksi atau pengecilan ukuran bijih atau material yang berukuran halus. Proses penggerusan merupakan kelanjutan dari proses peremukkan. Berdasarkan media penggerusannya proses ini dapat dibagi menjadi sebagai berikut (Kelly dan Spottiswood, 1982) : 1. Ball mill, media penggerus berupa bola baja atau keramik, 2. Rod mill, media penggerus berupa batang-batang baja, Bab II Teori Dasar 15

9 3. Pebble mill,media penggerus berupa batuan yang keras, 4. Autogeneous mill, tanpa media penggerus atau media penggerusnya adalah bijih itu sendiri. 5. Semi-autogeneous mill, media penggerusnya adalah bijih itu sendiri ditambah bola-bola baja. Dari kelima jenis alat di atas, ball mill lebih sering digunakan pada proses kominusi akhir hingga diperoleh ukuran partikel yang halus. Hal ini disebabkan media penggerus yang berbentuk bola memiliki luas permukaan persatuan berat yang lebih besar daripada media batang pada rod mill. Gambar 2.8 Ball Mill (Jar Mill) Gambar 2.9 Bola keramik Bab II Teori Dasar 16

10 Tiga mekanisme proses penggerusan (Wills,1981), yaitu : 1. Tumbukan (impact) atau kompresi (compression), yaitu proses penggerusan dimana melibatkan gaya yang tegak lurus permukaan partikel. Gambar 2.10 Impact atau Compression 2. Chipping, yaitu proses penggerusan dimana melibatkan gaya yang membentuk sudut dengan permukaan partikel. Gambar 2.11 Chipping 3. Abrasi, yaitu proses penggerusan akibat adanya gesekan pada permukaan partikel. Gambar 2.12 Abrasi Proses peremukan selalu dilakukan dengan cara kering sedangkan proses penggerusan dilakukan dengan cara basah atau kering. Ada beberapa faktor penentuan penggerusan dengan cara basah atau dengan cara kering (Kelly dan Spottiswood, 1982), yaitu : 1. Penggerusan dengan cara basah membutuhkan energi yang lebih rendah dibandingkan cara kering. 2. Proses pengklasifikasian dengan cara basah relatif mudah dan memerlukan ruang/tempat yang lebih kecil dibandingkan cara kering. Bab II Teori Dasar 17

11 3. Proses penggerusan cara basah lebih ekonomis karena tidak memerlukan dust collector dan tidak adanya proses pengeringan terlebih dahulu. 4. Korosi sering terjadi untuk penggerusan dengan cara basah sehingga proses ini diperlukan konsumsi media gerus dan bahan pelapis yang lebih banyak Pengayakan (Screening) Proses pengayakan atau screening merupakan proses sizing atau pemisahan mekanik yang berdasarkan ukuran bijih yang dilakukan setelah proses penggerusan. Proses pengayakan akan memisahkan mineral-mineral berdasarkan ukurannya. Alat yang digunakan berupa ayakan (screen). Untuk mineral-mineral yang sangat halus screen dapat dibuat dari kawat logam yang ditenun (woven metal wire). Tujuan utama proses pengayakan (Wills, 1981), yaitu : 1. Mempersiapkan umpan yang berselang ukuran kecil untuk proses konsentrasi. 2. Mencegah material-material undersize masuk ke dalam proses kominusi ukuran kasar, misalnya operasi peremukan dan penggerusan mineral halus.sehingga meningkatkan kapasitas dan efisiensi produk. 3. Mencegah material-material oversize masuk ke tahap berikutnya pada operasi kominusi sirkuit tertutup. 4. Menghasilkan produk dalam kelompok fraksi ukuran tertentu. Analisis hasil ayakan berupa fraksi sampel yang lolos dari bidang ayakan terhadap sampel yang diayak. Analisis tersebut diberikan dalam bentuk basis kumulatif dari setiap persentase sampel yang tidak lolos pada masing-masing screen. Bab II Teori Dasar 18

12 Gambar 2.13 Seri Ayakan (Sieve Series) Ukuran ayakan sudah tertentu dan biasanya dinyatakan dalam satuan mesh. Mesh adalah satuan untuk menyatakan banyaknya lubang ayakan dalam satu inchi panjang linier. Misalnya ukuran ayakan 100 mesh, artinya terdapat 100 lubang ayakan dalam satu inchi panjang linier. Konversi ukuran mesh µm pada ayakan ditunjukkan pada tabel di bawah ini. Tabel 2.1 Konversi ukuran ayakan mesh-µm (Kelly dan Spotiswood, 1982) Ukuran Ayakan Standar ASTM Standar Tyler (mm) (µm) (mesh) (mesh) 0, , , , , , , , , , Konsentrasi Tahap konsentrasi adalah tahap pemisahan yang didasarkan pada sifat-sifat fisik dari mineral yang akan dipisahkan. Makin besar perbedaan sifat fisiknya akan semakin baik hasil konsentrasinya. Bab II Teori Dasar 19

13 Berdasarkan sifat fisik mineral, proses konsentrasi digolongkan ke dalam lima kelompok (Wills, 1981), yaitu : 1. Sorting, pemisahan yang didasarkan pada perbedaan sifat optik (warna dan kilap) dari mineral yang akan pisahkan. 2. Konsentrasi gravitasi (gravity concentration), didasarkan pada perbedaan berat jenis dari mineral yang akan dipisahkan. 3. Pemisahan magnetik (magnetic separation), didasarkan pada perbedaan sifat magnet dari mineral yang akan dipisahkan. 4. Pemisahan elektrostatik (electrostatic separation), didasarkan pada sifat konduktivitas listrik dari mineral yang akan dipisahkan dan 5. Flotasi (flotation), didasarkan pada sifat permukaan mineral Konsentrasi Gravitasi Konsentrasi gravitasi merupakan metode pemisahan mineral berdasarkan berat jenis dan pengaruh gaya gravitasi, gaya dorong air, gaya gesek partikel, dan gaya sentrifugal sehingga mempengaruhi perbedaan kecepatan pengendapan partikel mineral dalam suatu media fluida. Proses konsentrasi dapat dilakukan dengan baik bila memiliki syarat utama yaitu perbedaan berat jenis mineral berharga dengan pengotor relatif besar. Faktor-faktor yang mempengaruhi gerakan relatif partikel mineral dalam fluida diantaranya ukuran, bentuk, dan berat jenis mineral yang akan dipisahkan. Perbedaan ini akan mempengaruhi besarnya kecepatan terminal partikel mineral tersebut dalam fluida. Kecepatan terminal suatu partikel dinyatakan sebagai berikut (Gaudin,1939) : Bab II Teori Dasar 20

14 1. Untuk partikel berukuran kasar (diameter partikel lebih besar dari 0,5 cm) dengan menggunakan persamaan Newton, yaitu: V t = 4. g. d( D D p 3. Q. D f f ) (2-1) 2. Untuk partikel berukuran halus (diameter partikel lebih kecil dari 50 µm) dengan menggunakan persamaan Stokes, yaitu: V t = g. d 2 ( D p D f ) 18µ (2-2) Dengan g = percepatan gravitasi d = diameter partikel Q = koefisien gesek atau tahanan spesifik D p = densitas padatan D f = densitas fluida µ = viskositas fluida V t = kecepatan terminal Berdasarkan sifat gerak medianya, konsentrasi gravitasi dapat dibagi menjadi tiga macam (Kelly dan Spottiswood, 1982), yaitu : 1. Pemisahan dalam media yang relatif tenang, contohnya adalah sink and float separation atau heavy media separation. 2. Pemisahan dalam media yang bergerak horizontal/miring, contohnya adalah pemisahan pada meja goyang dan humprey spiral dan 3. Pemisahan dalam media yang bergerak vertikal, contohnya adalah jigging Konsentrasi Gravitasi Metode Tabling Proses konsentrasi metode tabling merupakan salah satu proses konsentrasi tertua. Proses ini sudah digunakan sejak abad ke-19. Alat yang digunakan adalah meja goyang. Meja goyang merupakan alat konsentrasi mineral yang memanfaatkan Bab II Teori Dasar 21

15 gerakan fluida dan hentakan meja untuk memisahkan mineral-mineral dari pengotornya. Secara umum, mineral-mineral yang dapat diproses pada meja goyang berukuran lebih halus dibandingkan dengan ukuran mineral yang diproses dengan metoda jigging (Curie, 1973). (1). Komponen-komponen Meja Goyang Komponen komponen yang terdapat pada meja goyang dijelaskan sebagai berikut: a. Head motion Head motion tertutup merupakan komponen utama atau dasar dari meja goyang. Seperangkat head motion yang terdiri dari beberapa bagian antara lain kedua pitman yang terbuat dari besi tempa, toggle yang terbuat dari besi cor, dan roller bearing yang dilindungi oleh minyak pelumas yang mengendalikan gaya gesek tertentu (Wills,1981). Bagian bagian alat dari head motion ditunjukkan pada Gambar 2.14 Gambar 2.14 Head Motion dari Wilfley Table (Taggart,1976) Bagian-bagian dari head motion ( Gambar 14) : a. Pitman b. Pulley-driven eccentric c. Toggle d. Yoke e. Fixed block f. Spring atau Pegas g. Fixed block h. Rod ( penghubung yoke dengan meja) Bab II Teori Dasar 22

16 Mekanisme kerja alat head motion diawali dengan proses ketika meja goyang sedang tidak dioperasikan spiral pegas (spring) dalam kondisi memanjang atau meregang dan toggle dalam keadaan mendatar. Saat meja goyang mulai dioperasikan, kedua pitman bergerak secara eksentrik sehingga toggle dalam keadaan miring. Akibatnya dek meja bergerak ke belakang atau mundur sampai pitman bergerak miring mencapai titik paling atas dan spiral pegas merapat. Lalu pitman kembali bergerak turun sehingga toggle dalam keadaan mendatar lagi dan spiral pegas kembali merenggang. Akibatnya dek meja kembali bergerak maju ke depan. Gerakan maju mundur terus berulang ketika meja goyang dioperasikan. Gerakan tersebut bersifat asimetris karena gerakan mundur (tarik) lebih kuat dibandingkan gerakan maju (dorong) (Gaudin, 1939). b. Pengatur stroke (stroke adjustment) Pengatur stroke pada meja goyang berupa sekrup yang dapat diputar yang terdapat pada bagian luar head motion. Sekrup tersebut bila diputar ke arah kanan, panjang sekrup akan semakin memendek mengakibatkan frekuensi stroke makin berkurang dan panjang stroke semakin besar. Sekrup ini berhubungan langsung dengan spiral pegas. Hal ini dapat dilihat bila sekrup memendek, spiral pegas semakin ditekan ke dalam akibatnya gaya lawan pegas bekerja makin besar dan pegas akan sulit bergerak merapatmerenggang (Outokumpu,2007). Bab II Teori Dasar 23

17 Gambar 2.15 Head Motion dengan pengatur stroke ditunjukkan tanda panah warna merah c. Pengatur kemiringan Kemiringan dek memegang peranan penting dalam operasi meja goyang yang berkisar 1 o -6 o. Kemiringan dek dapat diatur dengan memutar kran sekrup di bagian bawah dek. Konektor yang terpasang miring merupakan penghubung antara dek dan kran sekrup. Besi penumpu terdapat dibagian atas dari konektor yang berfungsi menumpu dek. Bila kran sekrup diputar ke kanan besi penumpu akan bergerak mendorong konektor sehingga kemiringan dek bertambah (Outokumpu,2007). d Dek (meja) Dek merupakan alas meja berbahan koefisien gesek tinggi tempat terjadinya proses tabling dan stratifikasi mineral yang terbuat dari kayu, linoleum, karet, dan plastik dengan riffle yang tersusun di atasnya (Wills, 1981). Bab II Teori Dasar 24

18 Feed Box Water Box Wadah Penampung Konsentrat Head Motion Dek(Meja) Wadah Penampung Tailing Wadah Penampung Midling Gambar 2.16 Komponen-komponen Wilfley Table e. Riffle Riffle berperan penting dalam peningkatan kapasitas di operasi meja goyang. Riffle adalah suatu media sejenis tanggul yang ditempelkan di atas dek dengan pola tertentu. Tipe riffle bermacam-macam sesuai penggunaan masing-masing proses tabling. Biasanya riflle terbuat dari kayu mahoni atau dari jenis kayu keras di atas permukaan dek yang terlapisi linoleum. Riffle biasanya memiliki ketebalan ½ inch dan lebar ¼ inch (Gaudin,1939). Riffle berfungsi untuk menahan partikelpartikel berat agar tidak ikut terbawa aliran air pencuci dengan membentuk arus eddy yang akan membantu proses konsentrasi mineral umpan dan membentuk aliran turbulen yang mengakibatkan terjadinya efek stratifikasi. Hubungan riffle dengan ukuran partikel dijelaskan bahwa jika tinggi riffle terlalu rendah (bila dibandingkan terhadap diameter partikel), maka partikel akan mudah terbawa laju aliran air pencuci menuju ke zona tailing. Apabila tinggi riffle sangat tinggi maka arus eddy tidak mampu mengaduk dan mengangkat partikel yang berada di lapisan terbawah di daerah antar riffle. Oleh karena itulah, partikel kasar yang mempunyai diameter besar membutuhkan riffle yang tinggi sedangkan partikel halus membutuhkan riffle yang rendah.(burt,1984). Bab II Teori Dasar 25

19 (a) (b) (c) Gambar 2.17 Tipe riffle pada wilfley table (Taggart,1976)(a)pola standard riffle, (b)tipe finishing riffle, (c)tipe roughing riffle dan (d) 1623 riffle (d) f. Drives (motor penggerak) Motor merupakan komponen sumber penggerak meja goyang dengan sumber energi berupa listrik atau bahan bakar minyak. Putaran rotor pada motor ini harus bersifat stabil pada wilfley table (Outokumpu,2007). g. Kotak umpan (feed box) dan kotak air pencuci (water box) Kotak umpan (feed box) merupakan kotak yang terletak di ujung kiri atas dari dek. Kotak ini berfungsi sebagai tempat jatuh umpan dari feeder ke atas permukaan dek melalui celah-celah pada bagian bawah dinding kotak umpan yang selanjutnya aliran umpan menuju permukaan dek. Bab II Teori Dasar 26

20 Kotak air (water box) berada diantara kotak umpan dan saluran air yang berfungsi mengalirkan air bersih ke atas permukaan dek melalui celah di bagian bawah kotak tersebut. Selain itu, saluran air dengan gate-gate mengatur aliran air bersih tersebut yang akan membantu membersihkan dan mendorong mineral-mineral berat yang terjebak dalam pengotor selama lintasan riffle. h. Wadah penampung konsentrat, midling, dan tailing (launder) Wadah penampung konsentrat, midling dan tailing ditempatkan di sepanjang sisi yang lebih rendah permukaannya. Produk pemisahan berupa konsentrat, midling dan tailing akan masuk pada wadah penampungan masing-masing. (2). Variabel-variabel Operasi pada Meja Goyang Variabel-variabel operasi dapat diatur pada meja goyang untuk mengoptimalkan proses pemisahan mineral. Gaudin (1939) membagi variabel menjadi dua jenis, yaitu variabel rancangan dan variabel operasi. Variabel rancangan adalah variabel yang sudah tetap. Variabel ini didasarkan pada fungsi dan tujuan penggunaan alat. Variabel rancangan meliputi bentuk dan ukuran meja, bentuk dan susunan riffle, bahan pelapis permukaan meja serta kadar dan ukuran umpan. Sementara variabel operasi merupakan variabel-variabel yang dapat diubah selama proses konsentrasi berlangsung untuk memperoleh hasil yang diinginkan. Variabel ini meliputi panjang dan frekuensi stroke, laju pengumpanan, berat jenis pulp umpan, kemiringan dek, dan letak penampungan produk. Kelly dan Spottiswood (1982) membagi variabel-variabel tersebut dalam empat bagian, yaitu variabel rancangan, kecepatan langkah, stroke dan kendali operasi. Variabel rancangan meliputi bentuk meja, bentuk riffle, susunan riffle, bahan pelapis permukaan meja dan kadar umpan. Kecepatan motor dan pulley size termasuk dalam variabel kecepatan langkah. Sementara toggle dan setting getaran Bab II Teori Dasar 27

21 termasuk dalam variabel stroke. Variabel kendali operasi mencakup kemiringan meja, berat jenis pulp, laju air pencuci, dan letak penampungan produk. Pada operasi konsentrasi dengan menggunakan meja goyang, variabel yang dapat diatur oleh operator adalah variabel operasi. Hakim (1997) menggunakan variabel operasi laju air pencuci, kadar umpan, berat jenis pulp, laju pengumpanan, kemiringan meja, dan frekuensi stroke yang memfokuskan variabel panjang stroke, laju air pencuci, laju pengumpanan, dan kemiringan dek untuk melihat pengaruh ketiga variabel tersebut terhadap kadar dan perolehan. Wijaya (2006) menititkberatkan menggunakan variabel operasi kemiringan dek, ukuran butiran dan frekuensi stroke untuk melihat pengaruh ketiga variabel tersebut terhadap peningkatan kadar dan perolehan. (3). Proses Pemisahan pada Meja Goyang Proses konsentrasi metode tabling merupakan proses pemisahan secara gravitasi dengan prinsip utama perbedaan berat jenis mineral-mineral logam berharga dan pengotornya. Jika perbedaan berat jenis tersebut besar maka pemisahan secara gravitasi relatif mudah dilakukan akan tetapi bila sebaliknya maka pemisahan dengan metode tabling sulit dilakukan. Kriteria konsentrasi (KK) merupakan suatu perkiraan apakah proses konsentrasi gravitasi dapat diterapkan untuk memisahkan mineral-mineral yang mempunyai perbedaan berat jenis serta selang ukuran yang dapat dipakai serta secara spesifik untuk menilai tingkat kesulitan pemisahan. KK merupakan hubungan antara berat jenis mineral berat, pengotor, dan fluida yang digunakan untuk pemisahan. KK dinyatakan dengan persamaan (Wills, 1981): D h f KK = (2-3) D l D D f Dengan D h = berat jenis mineral berat Bab II Teori Dasar 28

22 D l = berat jenis mineral ringan D f = berat jenis fluida yang digunakan Tabel 2.2 menyatakan hubungan antara nilai KK dan tingkat kemudahan pemisahan mineral berharga dan pengotornya dengan proses konsentrasi gravitasi Tabel 2.2 Penggolongan pemisahan mineral berdasarkan kriteria konsentrasi (KK) (Taggart,1976) Nilai KK < 1,25 1,25 1,5 1,5 1,75 1,75 2,5 > 2,5 Keterangan untuk Pemisahan Mineral Pemisahan mineral tidak mungkin dilakukan dengan konsentrasi gravitasi Pemisahan mineral masih dapat dilakukan pada ukuran gravel (kerikil) 1-10 mm atau 16 mesh sampai 0,371 inch tapi tidak pada ukuran sand 0,05-1 mm. Pemisahan mineral kemungkinan sulit dilakukan. Batas maksimal ukuran partikel (commercial lower size) sekitar 10 mesh Pemisahan mineral dapat dilakukan pada ukuran yang lebih halus daripada mesh. Pemisahan mineral sangat mudah dilakukan untuk semua ukuran partikel. Bab II Teori Dasar 29

23 Proses pemisahan terjadi akibat adanya tiga gaya yang bekerja pada partikel dalam fluida (Gaudin,1939), yaitu : 1. Gaya gravitasi. Untuk partikel bulat dengan jari-jari r, maka gaya gravitasi sepanjang kemiringan adalah: F 1 = m. g.sin α (2-4) 4 F 1 = π r 3 g (D p D f ) sin α (2-5) 3 dengan F 1 = Gaya tarik gravitasi D p = Berat jenis partikel D f = Berat jenis fluida α = Sudut film terhadap arah horisontal 2. Gaya gesek antara partikel dengan permukaan bidang, dinyatakan dengan: F 2 = π r 3 g ф (D p D f ) cos α (2-6) F 2 = gaya gesek partikel dengan permukaan bidang ф = koefisien gesek 3. Gaya dorong fluida akan menyebabkan partikel dan fluida akan samasama bergerak dengan kecepatan tertentu sehingga terjadi stratifikasi secara vertikal (startifikasi diantara riffle) dan stratifikasi horisontal (stratifikasi melintasi riffle). Di setiap pergerakan partikel dan fluida terdapat tahanan partikel di dalam fluida merupakan fungsi dari kecepatan pengendapan partikel relatif lambat dan aliran fluida yang bersifat laminer. Gaya dorong fluida dengan adanya tahanan fluida adalah jumlah semua gaya yang terjadi di partikel itu sendiri. Diasumsikan tahanan tersebut merupakan tahanan stokes maka : R = 6 π µ r V Sehingga gaya dorong fluida adalah: Bab II Teori Dasar 30

24 F 3 = k π r 3 g D f sin α + 6 k π r 2 g θ D f sin α 6 k π r µ v p (2-7) dengan k = koefisien rancangan F 3 = gaya dorong fluida v p = kecepatan partikel θ = tebal aliran fluida µ = viskositas fluida Peranan ketiga gaya tersebut sangat menentukan perlapisan (stratifikasi) dan urutan partikel dengan partikel besar ringan paling depan diikuti partikel kecil ringan. Kemudian diikuti partikel besar berat serta partikel kecil berat paling akhir. Variabel-variabel yang menentukan kinerja ketiga gaya tersebut dalam proses stratifikasi partikel, yaitu : a. Pengaruh Riffle pada Proses pemisahan Riffle yang terdapat pada meja berfungsi untuk menyebabkan arus putar (arus eddy) di sekitarnya. Arus tersebut mengaduk dan mengangkat partikel-partikel yang tersangkut di antara riffle-riffle yang ditunjukkan pada Gambar 2.18 (a). Akibat adanya proses pengadukan tersebut partikel akan mengalami proses stratifikasi. Proses stratifikasi partikel secara vertikal akibat arus eddy dipengaruhi oleh berat jenis dan ukuran partikel yang ditunjukkan pada Gambar 2.18 (b) Bab II Teori Dasar 31

25 (a) (b). Gambar 2.18 Peran riffle dalam proses pemisahan (a) A adalah pengaruh riffle terhadap arus eddy; B adalah arus eddy yang terjadi diantara riffle, (Taggart,1976) (b) proses stratifikasi partikel akibat adanya arus eddy. (Burt,1984) Hal ini dapat dijelaskan dengan mengasumsikan benda jatuh bebas dalam fluida, seperti ditunjukkan pada Gambar 2.16 m g m g F f Gambar 2.19 Gerak jatuh bebas dalam fluida (Hakim,1997) Jika suatu partikel berada dalam kesetimbangan di dalam suatu fluida dengan densitas fluida (D f ). Partikel di dalam fluida dipengaruhi gaya gravitasi, gaya gesek yang diterima partikel dalam fluida dan gaya dorong fluida akibat arus eddy. Maka pada keadaan setimbang gaya pada partikel sebagai berikut : F g = m.g m.g (2-8) F g = F 1 = 3 4 π r 3 g (D p D f ) (2-9) dengan F f = gaya dorong fluida ke atas akibat arus eddy Bab II Teori Dasar 32

26 F g = gaya berat partikel dalam fluida b. Pengaruh Stroke terhadap Proses Pemisahan Stroke merupakan variabel operasi yang penting dalam proses konsentrasi menggunakan meja goyang. Stroke mendorong partikel ke arah longitudinal (sejajar sumbu meja) dengan gerakan bolak-balik secara asimetris sehingga dek (meja) mengalami gerakan mundur yang lebih kuat daripada gerakan maju. Stroke mengakibatkan partikel dengan densitas tinggi bergerak berlawanan arah dengan gerakan mundur meja (menuju zona konsentrat). Saat stroke menuju arah depan, ada gaya yang bergerak melawan arah maju dek. Gaya yang berlawanan tersebut adalah gaya gesek antar partikel dengan permukaan meja sehingga akan membentuk kecepatan antara permukaan bidang dengan fluida. Kecepatan tersebut mempengaruhi kecepatan fluida tiap kedalaman. Peristiwa ini mempengaruhi kecepatan setiap partikel yang bergerak ke arah zona konsentrat. Partikel paling bawah mempunyai kecepatan paling tinggi sedangkan partikel yang berada pada posisi paling atas mempunyai kecepatan paling rendah. Setelah keluar dari riffle, stroke berperan mendorong partikel berat berukuran kecil paling jauh, disusul partikel berat berukuran besar, kemudian partikel ringan berukuran kecil serta partikel ringan berukuran besar menempati urutan paling akhir. Panjang stroke dapat diatur sedangkan frekuensi stroke ada yang dapat diubah dan ada pula yang dibuat tetap. Frekuensi yang dibuat tetap tidak memiliki hubungan dengan panjang stroke. Untuk penelitian ini panjang stroke dibuat tetap, tetapi frekuensi dapat diubah-ubah (Gaudin,1939). Bab II Teori Dasar 33

27 Gambar 2.20 Akhir pergerakan partikel pada shaking table (Gaudin,1939) c. Pengaruh Kemiringan Dek terhadap Proses Pemisahan Efek transportasi partikel-partikel yang akan dipisahkan pada meja goyang dipengaruhi kemiringan dek dan bentuk riffle. Kemiringan dek yang kecil (landai) menyebabkan kecepatan aliran fluida secara tranversal rendah sehingga partikel terdorong masuk ke tempat penampungan konsentrat. Sementara kemiringan dek yang curam mengakibatkan banyak partikel bergerak masuk ke tailing (Curie,1973). Dalam operasi konsentrasi menggunakan meja goyang, terdapat dua macam kemiringan, yaitu kemiringan yang ditentukan dari sisi kotak umpan sampai ujung sisi tailing (side tilt) dan kemiringan yang ditentukan sepanjang pergerakan (motion) dari mesin penggerak sampai ujung sisi konsentrat (longitudinal tilt). Longitudinal tilt biasanya dibuat tetap. Ukuran partikel dan berat jenis partikel juga mempengaruhi kecepatan partikel pada kemiringan tertentu (Burt,1984). Bab II Teori Dasar 34

28 d. Pengaruh Ukuran Partikel Bijih terhadap Proses Pemisahan Ukuran partikel bijih merupakan salah satu variabel penting lainnya dalam proses pemisahan dengan meja goyang. Gaudin (1939) mengemukakan mineral-mineral berukuran kasar dan halus dapat diproses dengan meja goyang, tetapi berbeda cara penanganannya. Jika mineral berukuran kasar diproses meggunakan jumlah umpan yang banyak, air yang banyak, frekuensi stroke rendah, dan panjang stroke tinggi. Gaya dorong fluida dan gaya gesek yang lebih besar untuk mengangkat pengotor agar melewati riffle pada partikel berukuran kasar. Hal ini dapat terjadi jika menggunakan jumlah air yang banyak dan panjang stroke yang besar. Sementara untuk partikel yang berukuran halus penanganannya sebaliknya. Gaya dorong fluida yang diperlukan untuk mengangkat mineral-mineral pengotor serta gaya gesek antara partikel-partikel mineral dengan permukaan dek relatif lebih kecil. Bila diberikan perlakuan yang sama dengan mineral-mineral berat, akan terjadi ketidakseimbangan. Gaya dorong fluida lebih besar daripada gaya gravitasi sehingga mineral-mineral berat pun akan ikut terangkat yang akhirnya masuk ke dalam tailing. Hal ini mengakibatkan terjadinya kehilangan (losses). Chaterjee (1998) menyatakan bahwa kelompok pemisahan dengan meja goyang adalah untuk bijih berukuran butiran sekitar 0,012 mm sampai dengan 10 mm. Sementara untuk pemisahan mineral berukuran 0,007 0,1 mm sebaiknya digunakan Bartless Mozley table. Jenis Crossbelt table juga dapat digunakan, tetapi khusus bagi mineral dengan ukuran 0,005 0,06 mm. Bab II Teori Dasar 35

29 Gambar Klasifikasi pemisahan mineral berdasarkan ukuran partikel (Chaterjee,1998) Chaterjee (1998) menunjukkan adanya pengaruh ukuran butiran terhadap recovery dalam metode tabling berbagai mineral seperti cassiterite, wolframite, dan bijih besi seperti yang ditunjukkan Gambar Gambar 2.22 juga menjelaskan partikel berukuran (5 µm) dapat dilakukan proses pemisahan pemisahan dengan metode tabling sehingga dengan makin bertambahnya ukuran partikel maka perolehan konsentrat akan semakin meningkat. Gambar 2.22 Pengaruh ukuran butiran partikel dengan perolehan untuk mineral-mineral tertentu pada pemisahan tabling. (A untuk cassiterite, B untuk wolframite dan Bab II Teori Dasar 36

30 C untuk bijih besi) (Chaterjee,1998) e. Pengaruh Laju Air Pencuci terhadap Proses Pemisahan Laju air pencuci akan berperan dalam pemisahan secara transversal (tegak lurus sumbu meja). Selain itu, air pencuci digunakan sebagai sarana transportasi partikel dari kotak umpan ke penampungan produk (Gaudin,1939). Distribusi kecepatan berbeda untuk tiap kedalaman aliran fluida. Kecepatan pada dasar lapisan sebesar nol dan maksimum pada lapisan aliran fluida bagian atas. Hal ini merupakan asumsi dasar bahwa aliran fluida bergerak secara laminer. Sifat aliran fluida dapat ditentukan dari bilangan Reynold (Re). Bila Re kurang dari 2100 maka aliran fluida bersifat laminer, tetapi bila lebih, maka aliran bersifat turbulen. Bilangan Reynold dinyatakan dalam persamaan: Re = 2 4θ D f g sinα (2-10) 3µ Dengan D f : berat jenis fluida θ : tebal aliran fluida µ : viskositas fluida α : kemiringan bidang Pada bidang miring, gaya yang bekerja pada fluida dengan kemiringan α adalah: F a = m. g.sin α (2-11) Bab II Teori Dasar 37

31 Dengan F a = D f. A.( θ y ). g sin α (2-12) Keterangan : F a = gaya yang disebabkan pengaruh gravitasi y = jarak dari dasar bidang laipsan A = luas bidang lapisan pada fluida g = percepatan gravitasi Gaya yang dibutuhkan untuk menahan gerakan fluida sehingga kecepatan pada tiap luas bidang lapisan relatif tetap (Gaudin,1939), yaitu : F b dv = µ (2-13) A dy F b = gaya penahan gerakan fluida dv dy = perubahan kecepatan relatif tiap perubahan kedalaman fluida Pada kondisi setimbang F a = F b dv µ A = D f A ( θ y) g sinα dy dv dy = D.g.sinα f 2µ ( θ y ) v = D.g.sinα f 2µ (2 θ y) y (2-14) dengan v = kecepatan aliran fluida pada jarak y dari bidang. Bab II Teori Dasar 38

32 (4). Jenis-jenis Shaking Table Teknologi pemisahan mineral dengan metode konsentrasi pada aliran film menggunakan meja goyang telah semakin berkembang. Berikut ini jenis-jenis meja goyang yang telah dikembangkan : a. Wilfley Table Wilfley table adalah jenis shaking table yang umum dan banyak digunakan. Wilfley table mulai diperkenalkan pada tahun , menandai kemajuan besar dalam bidang pemisahan konsentrasi aliran film. Kemajuan yang nampak dari wilfley table adalah diperkenalkannya riffle dan head motion. Riffle memiliki fungsi meningkatkan kapasitas dan membantu dalam pemisahan mineral kasar. Sementara head motion memberikan gerakan bolak-balik dek saat proses pemisahan berlangsung sehingga prosesnya berlangsung secara efektif (Gaudin,1939). Gambar 2.23 Wilfley Table (Taggart,1976) b. Garfield Table Berbeda dengan wilfley table dalam hal penempatan riffle. Garfield table memiliki riffle yang panjangnya yang sama dengan panjang dek. Proses flowing film concentration tidak mengalami perubahan karena tidak terdapat perubahan permukaan dek. Garfield table banyak digunakan untuk operasi tabling umpan yang kasar dengan kapasitas bijih yang dioperasikan lebih besar (Gaudin,1939). c. Butchart Table Bab II Teori Dasar 39

33 Perbedaan shaking table jenis ini dengan wilfley table terletak pada head motion dan riffle. Butchart table mempunyai riffle yang bengkok ke arah permukaan table yang lebih tinggi. Riffle memiliki panjang beberapa inchi, sepanjang diagonal dek dari kotak umpan. Riffle ini memaksa partikelpartikel untuk terdorong agar bergerak jauh ke arah permukaan dek yang lebih tinggi sebelum masuk dalam konsentrat. Butchart table hanya berfungsi untuk pemisahan partikel kasar (roughing) (Gaudin,1939). Gambar 2.24 Butchart Table (a) dan (b) full length riffling (c) digonally terminated riffling (Taggart,1976) d. Card Table Perbedaan jenis ini dibandingkan dengan wilfley table terletak pada riffle. Pada card table riffle yang terpotong masuk ke dalam linolium kemudian mengarah ke bagian segitiga lebih panjang daripada yang terdapat dalam linolium dalam bagian segi empat. Head motion pun mempunyai perbedaan sedikit dengan wilfley table walaupun masih menggunakan prinsip toggle dan pitman (Gaudin,1939). Bab II Teori Dasar 40

34 Gambar 2.25 Riffle pada Card Table(Taggart,1976) Gambar 2.26 Head Motion dari Card Table (Taggart,1976) Bagian-bagian dari head motion ( Gambar 2.23) : a. Fixed pins b. Fixed toggle block c. Fixed Pins d. Lever arm e. Upper end f. Connecting arm g. Crankshaft h. Lever arm i. P adalah pin j. S adalah spring atau pegas e. Deister dan Deister-Overstrom Table Deister dan Deister-Overstrom table menggunakan head motion yang berbeda dan kira-kira berbentuk belah ketupat (rhombohedral). Bentuk belah ketupat ini memerlukan lantai dasar yang lebih kecil. Pada Deister- Overstrom table untuk pencucian batubara, setiap riffle yang kelima atau keenam memiliki bentuk yang lebih tinggi dibandingkan dengan riffle- Bab II Teori Dasar 41

35 riffle yang yang lain. Hal ini membuat genangan air lebih dalam pada daerah diantara riffle-riffle tersebut sehingga membantu pemisahan partikel-partikel kasar (Gaudin,1939). Gambar 2.27 Deister-Overstorm Table (a) sand table, (b) slime table (Taggart,1976) f. Plat-O Table Meja goyang jenis ini mempunyai dua atau lebih bidang permukaan. Ketinggian riffle dibuat tetap kecuali pada titik dimana permukaan dek menaik untuk bertemu dengan bidang yang akan dibentuk oleh bagian atas riffle (Gaudin,1939). Bab II Teori Dasar 42

36 Gambar 2.28 Riffle pada Plat-O Table jenis triplex untuk umpan kasar (Taggart,1976) Bab II Teori Dasar 43

BAB IV PEMBAHASAN. 4.1 Analisis Mineragrafi

BAB IV PEMBAHASAN. 4.1 Analisis Mineragrafi BAB IV PEMBAHASAN Metode tabling adalah metode konsentrasi gravitasi yang digunakan untuk memisahkan dua atau lebih mineral berdasarkan perbedaan berat jenis dari mineral berharga dan pengotornya. Kriteria

Lebih terperinci

BAB III PERCOBAAN DAN HASIL PERCOBAAN

BAB III PERCOBAAN DAN HASIL PERCOBAAN BAB III PERCOBAAN DAN HASIL PERCOBAAN 3.1 Percobaan Percobaan tabling merupakan percobaan konsentrasi gravitasi berdasarkan perbedaan berat jenis dari mineral berharga dan pengotornya. Sampel bijih dipersiapkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada tahun 2005 menurut penelitian South East Asia Iron and Steel Institute, tingkat konsumsi baja per kapita di Indonesia sebesar 26,2 kg yang lebih rendah dibandingkan

Lebih terperinci

BAB II TAHAPAN UMUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN

BAB II TAHAPAN UMUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN BAB II TAHAPAN UMUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN Pengolahan Bahan Galian (Ore Dressing) pada umumnya dilakukan dalam beberapa tahapan, yaitu : preparasi, konsentrasi, dan dewatering. 2.1. PREPARASI Preparasi

Lebih terperinci

STUDI KONSENTRASI BIJIH BESI LATERITIK KADAR RENDAH DENGAN METODE TABLING TUGAS AKHIR

STUDI KONSENTRASI BIJIH BESI LATERITIK KADAR RENDAH DENGAN METODE TABLING TUGAS AKHIR STUDI KONSENTRASI BIJIH BESI LATERITIK KADAR RENDAH DENGAN METODE TABLING TUGAS AKHIR Dibuat untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar Sarjana Teknik Metalurgi pada Program Studi Teknik Metalurgi Institut

Lebih terperinci

BAB V DASAR-DASAR PENGOLAHAN BAHAN GALIAN

BAB V DASAR-DASAR PENGOLAHAN BAHAN GALIAN BAB V DASAR-DASAR PENGOLAHAN BAHAN GALIAN 5.1. Pengolahan Bahan Galian Pengolahan Bahan Galian (Mineral dressing) adalah pengolahan mineral dengan tujuan untuk memisahkan mineral berharga dan gangue-nya

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. 1. Alam. (2007). Mendongkrak Baja Dalam Negeri, Majalah Tambang, Edisi April, pp. 13.

DAFTAR PUSTAKA. 1. Alam. (2007). Mendongkrak Baja Dalam Negeri, Majalah Tambang, Edisi April, pp. 13. DAFTAR PUSTAKA 1. Alam. (2007). Mendongkrak Baja Dalam Negeri, Majalah Tambang, Edisi April, pp. 13. 2. Burt, R.O. ( 1984). Gravity Concentration Technology, Elsivier, New York. 3. Chaterjee, A. (1998).

Lebih terperinci

PRAKTIKUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN LABORATORIUM PENGOLAHAN PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

PRAKTIKUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN LABORATORIUM PENGOLAHAN PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT 3.4. Shaking Table 3.4.1. Tujuan Tujuan dari praktikum ini, yaitu: a. Memahami mekanisme dan prosedur kerja alat. b. Menghitung kadar dan recovery. 3.4.2. Dasar Teori Konsentrasi gravitasi adalah proses

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM PROSES PERLAKUAN MEKANIK GRINDING & SIZING

LAPORAN PRAKTIKUM PROSES PERLAKUAN MEKANIK GRINDING & SIZING LAPORAN PRAKTIKUM PROSES PERLAKUAN MEKANIK GRINDING & SIZING Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Laporan Praktikum Proses Pemisahan & Pemurnian Dosen Pembimbing : Ir. Ahmad Rifandi, MSc 2 A TKPB Kelompok

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bauksit Bauksit merupakan bahan yang heterogen, yang mengandung mineral dari oksida aluminium, yaitu berupa mineral buhmit (Al 2 O 3.H 2 O) dan mineral gibsit (Al 2 O 3.3H 2

Lebih terperinci

PROSEDUR DAN PERCOBAAN

PROSEDUR DAN PERCOBAAN BAB III PROSEDUR DAN PERCOBAAN 3.1 Prosedur Percobaan Prosedur percobaan yang dilakukan selama penelitian dapat dilihat pada Gambar 3.1. Gambar 3.1 Flow chart prosedur percobaan 24 25 3.1.1 Persiapan Red

Lebih terperinci

DESAIN PROSES PENINGKATAN KADAR BIJIH BESI KALIMANTAN SELATAN

DESAIN PROSES PENINGKATAN KADAR BIJIH BESI KALIMANTAN SELATAN DESAIN PROSES PENINGKATAN KADAR BIJIH BESI KALIMANTAN SELATAN Nuryadi Saleh, Pramusanto, Yuhelda Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Mineral dan Batubara tekmira nuryadi@tekmira.esdm.go.id S A

Lebih terperinci

Hasil Penelitian dan Pembahasan

Hasil Penelitian dan Pembahasan b. Menghitung pengaruh gaya-gaya yang bekerja pada pemisahan materi berat-ringan dalam reaktor jig, yaitu gaya gravitasi (gaya berat), gaya buoyant, dan gaya drag terhadap waktu pemisahan materi. c. Perhitungan

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK LUMPUR SIDOARJO

KARAKTERISTIK LUMPUR SIDOARJO KARAKTERISTIK LUMPUR SIDOARJO Sifat Umum Lumpur Sidoarjo merupakan lumpur yang keluar dari perut bumi, berasal dari bagian sedimentasi formasi Kujung, formasi Kalibeng dan formasi Pucangan. Sedimen formasi

Lebih terperinci

Proses penggerusan merupakan dasar operasional penting dalam teknologi farmasi. Proses ini melibatkan perusakan dan penghalusan materi dengan

Proses penggerusan merupakan dasar operasional penting dalam teknologi farmasi. Proses ini melibatkan perusakan dan penghalusan materi dengan Proses penggerusan merupakan dasar operasional penting dalam teknologi farmasi. Proses ini melibatkan perusakan dan penghalusan materi dengan konsekuensi meningkatnya luas permukaan. Ukuran partikel atau

Lebih terperinci

FISIKA IPA SMA/MA 1 D Suatu pipa diukur diameter dalamnya menggunakan jangka sorong diperlihatkan pada gambar di bawah.

FISIKA IPA SMA/MA 1 D Suatu pipa diukur diameter dalamnya menggunakan jangka sorong diperlihatkan pada gambar di bawah. 1 D49 1. Suatu pipa diukur diameter dalamnya menggunakan jangka sorong diperlihatkan pada gambar di bawah. Hasil pengukuran adalah. A. 4,18 cm B. 4,13 cm C. 3,88 cm D. 3,81 cm E. 3,78 cm 2. Ayu melakukan

Lebih terperinci

PENGOLAHAN BAHAN GALIAN

PENGOLAHAN BAHAN GALIAN PETUNJUK PRAKTIKUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN Oleh : IR. M. WINANTO AJIE PH, MSc IR. UNTUNG SUKAMTO, MT IR. SUDARYANTO, MT LABORATORIUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN - FTM UPN VETERAN

Lebih terperinci

PEMISAHAN MEKANIS (mechanical separations)

PEMISAHAN MEKANIS (mechanical separations) PEMISAHAN MEKANIS (mechanical separations) sedimentasi (pengendapan), pemisahan sentrifugal, filtrasi (penyaringan), pengayakan (screening/sieving). Pemisahan mekanis partikel fluida menggunakan gaya yang

Lebih terperinci

BAB II. HAMMER MILL. 2.1 Landasan Teori

BAB II. HAMMER MILL. 2.1 Landasan Teori BAB II. HAMMER MILL 2.1 Landasan Teori Untuk dapat memisahkan mineral berharga dari mineral pengganggunya, material hasil penambangan harus direduksi / digerus hingga berukuran halus. Proses pengecilan

Lebih terperinci

DASAR PENGUKURAN MEKANIKA

DASAR PENGUKURAN MEKANIKA DASAR PENGUKURAN MEKANIKA 1. Jelaskan pengertian beberapa istilah alat ukur berikut dan berikan contoh! a. Kemampuan bacaan b. Cacah terkecil 2. Jelaskan tentang proses kalibrasi alat ukur! 3. Tunjukkan

Lebih terperinci

Soal SBMPTN Fisika - Kode Soal 121

Soal SBMPTN Fisika - Kode Soal 121 SBMPTN 017 Fisika Soal SBMPTN 017 - Fisika - Kode Soal 11 Halaman 1 01. 5 Ketinggian (m) 0 15 10 5 0 0 1 3 5 6 Waktu (s) Sebuah batu dilempar ke atas dengan kecepatan awal tertentu. Posisi batu setiap

Lebih terperinci

Tarikan/dorongan yang bekerja pada suatu benda akibat interaksi benda tersebut dengan benda lain. benda + gaya = gerak?????

Tarikan/dorongan yang bekerja pada suatu benda akibat interaksi benda tersebut dengan benda lain. benda + gaya = gerak????? DINAMIKA PARTIKEL GAYA Tarikan/dorongan yang bekerja pada suatu benda akibat interaksi benda tersebut dengan benda lain Macam-macam gaya : a. Gaya kontak gaya normal, gaya gesek, gaya tegang tali, gaya

Lebih terperinci

PERALATAN INDUSTRI KIMIA

PERALATAN INDUSTRI KIMIA PERALATAN INDUSTRI KIMIA (SIZE REDUCTION, STORAGE, REACTOR ) Penyusun: Lely Riawati, ST., MT. Agustina Eunike, ST., MT., MBA. PERALATAN INDUSTRI KIMIA YANG DIBAHAS : I Material Handling II III Size Reduction

Lebih terperinci

HUKUM STOKES. sekon (Pa.s). Fluida memiliki sifat-sifat sebagai berikut.

HUKUM STOKES. sekon (Pa.s). Fluida memiliki sifat-sifat sebagai berikut. HUKUM STOKES I. Pendahuluan Viskositas dan Hukum Stokes - Viskositas (kekentalan) fluida menyatakan besarnya gesekan yang dialami oleh suatu fluida saat mengalir. Makin besar viskositas suatu fluida, makin

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 20 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Beton Beton merupakan bahan bangunan yang dihasilkan dari campuran atas semen Portland, pasir, kerikil dan air. Beton ini biasanya di dalam praktek dipasang bersama-sama

Lebih terperinci

BAB 5 DASAR POMPA. pompa

BAB 5 DASAR POMPA. pompa BAB 5 DASAR POMPA Pompa merupakan salah satu jenis mesin yang berfungsi untuk memindahkan zat cair dari suatu tempat ke tempat yang diinginkan. Zat cair tersebut contohnya adalah air, oli atau minyak pelumas,

Lebih terperinci

TATA CARA PEMBUATAN DAN PERAWATAN BENDA UJI KUAT TEKAN DAN LENTUR TANAH SEMEN DI LABORATORIUM

TATA CARA PEMBUATAN DAN PERAWATAN BENDA UJI KUAT TEKAN DAN LENTUR TANAH SEMEN DI LABORATORIUM TATA CARA PEMBUATAN DAN PERAWATAN BENDA UJI KUAT TEKAN DAN LENTUR TANAH SEMEN DI LABORATORIUM SNI 03-6798-2002 BAB I DESKRIPSI 1.1 Ruang Lingkup Tata cara ini meliputi prosedur pembuatan dan perawatan

Lebih terperinci

Penentuan Energi Ball Mill dengan Menggunakan Metode Indeks Kerja Bond. Jl. Tamansari No. 1 Bandung

Penentuan Energi Ball Mill dengan Menggunakan Metode Indeks Kerja Bond. Jl. Tamansari No. 1 Bandung Prosiding Teknik Pertambangan ISSN: 2460-6499 Penentuan Energi Ball Mill dengan Menggunakan Metode Indeks Kerja Bond 1 Teja Sukmana 1 Prodi Pertambangan, Fakultas Teknik, Universitas Islam Bandung, Jl.

Lebih terperinci

PEMBUATAN KONSENTRAT ZIRKON SEBAGAI UMPAN PROSES PELEBURAN MENGGUNAKAN SHAKING TABLE (MEJA GOYANG)

PEMBUATAN KONSENTRAT ZIRKON SEBAGAI UMPAN PROSES PELEBURAN MENGGUNAKAN SHAKING TABLE (MEJA GOYANG) PEMBUATAN KONSENTRAT ZIRKON SEBAGAI UMPAN PROSES PELEBURAN MENGGUNAKAN SHAKING TABLE (MEJA GOYANG) Sajima, Sunardjo, Harry Supriyadi BATAN, Babarsari Yogyakarta, 55281 E-mail :ptapb@batan.go.id ABSTRAK

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1. Tinjauan Umum Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen, yaitu dengan melakukan percobaan untuk mendapatkan hasil yang menunjukkan hubungan antara

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Motor Arus Searah Sebuah mesin yang mengubah energi listrik arus searah menjadi energi mekanik dikenal sebagai motor arus searah. Cara kerjanya berdasarkan prinsip, sebuah konduktor

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN dan PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN dan PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN dan PEMBAHASAN 4.1. KARAKTERISTIK SERBUK 4.1.1. Serbuk Fe-50at.%Al Gambar 4.1. Hasil Uji XRD serbuk Fe-50at.%Al Berdasarkan gambar di atas, dapat diketahui bahwa secara keseluruhan

Lebih terperinci

PEMBUATAN KONSENTRAT ZIRKON DARI PASIR ZIRKON KALIMANTAN BARAT

PEMBUATAN KONSENTRAT ZIRKON DARI PASIR ZIRKON KALIMANTAN BARAT PEMBUATAN KONSENTRAT ZIRKON DARI PASIR ZIRKON KALIMANTAN BARAT Sajima, Sunardjo, Mulyono -BATAN-Yogyakarta Jl Babarsari Nomor 21, Kotak pos 6101 Ykbb 55281 e-mail : ptapb@batan.go.id Abstrak PEMBUATAN

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei Juni 2014 di Desa Lehan Kecamatan

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei Juni 2014 di Desa Lehan Kecamatan III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei Juni 2014 di Desa Lehan Kecamatan Bumi Agung Kabupaten Lampung Timur dan Laboratorium Rekayasa Bioproses dan Pasca

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Preparasi dan Laboratorim

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Preparasi dan Laboratorim 18 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Preparasi dan Laboratorim Flotasi Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Mineral dan Batubara

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tahap tahap pekerjaan pemecahan pada crusher dapat dilihat pada diagram alir sebagai berikut :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tahap tahap pekerjaan pemecahan pada crusher dapat dilihat pada diagram alir sebagai berikut : BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Mesin Pemecah Batu (stone crusher) Agregat yang digunakan dalam campuran aspal dapat diambil dari alam (quarry) yang berupa pasir, kerikil atau batuan. Kadang batuan dari alam

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Hukum Kekekalan Massa Hukum kekekalan massa atau dikenal juga sebagai hukum Lomonosov- Lavoiser adalah suatu hukum yang menyatakan massa dari suatu sistem tertutup akan konstan

Lebih terperinci

12/17/2012 SIZE REDUCTION (PENGECILAN UKURAN) Karakteristik Ukuran. Ukuran yang digunakan dinyatakan dengan mesh maupun mm.

12/17/2012 SIZE REDUCTION (PENGECILAN UKURAN) Karakteristik Ukuran. Ukuran yang digunakan dinyatakan dengan mesh maupun mm. SIZE REDUCTION (PENGECILAN UKURAN) Merupakan pengecilan secara mekanis tanpa mengubah sifat-sifat kimia dari bahan Pengecilan ukuran meliputi pemotongan, penghancuran, dan penggilingan Dewi Maya Maharani

Lebih terperinci

Berikut ini sedikit informasi beberapa macam jenis mesin stone crusher dan fungsi/ kegunaannya :

Berikut ini sedikit informasi beberapa macam jenis mesin stone crusher dan fungsi/ kegunaannya : Macam Jenis Mesin Pemecah Batu "Stone Crusher" dan Fungsinya trendmesin. Mesin pemecah batu atau "stone crusher machine" secara umum mempunyai pengertian yaitu mesin untuk memecah/ menghancurkan bongkahan-bongkahan

Lebih terperinci

PR ONLINE MATA UJIAN: FISIKA (KODE A07)

PR ONLINE MATA UJIAN: FISIKA (KODE A07) PR ONLINE MATA UJIAN: FISIKA (KODE A07) 1. Gambar di samping ini menunjukkan hasil pengukuran tebal kertas karton dengan menggunakan mikrometer sekrup. Hasil pengukurannya adalah (A) 4,30 mm. (D) 4,18

Lebih terperinci

iammovic.wordpress.com PEMBAHASAN SOAL ULANGAN AKHIR SEKOLAH SEMESTER 1 KELAS XII

iammovic.wordpress.com PEMBAHASAN SOAL ULANGAN AKHIR SEKOLAH SEMESTER 1 KELAS XII PEMBAHASAN SOAL ULANGAN AKHIR SEKOLAH SEMESTER 1 KELAS XII - 014 1. Dari besaran fisika di bawah ini, yang merupakan besaran pokok adalah A. Massa, berat, jarak, gaya B. Panjang, daya, momentum, kecepatan

Lebih terperinci

Uji Kompetensi Semester 1

Uji Kompetensi Semester 1 A. Pilihlah jawaban yang paling tepat! Uji Kompetensi Semester 1 1. Sebuah benda bergerak lurus sepanjang sumbu x dengan persamaan posisi r = (2t 2 + 6t + 8)i m. Kecepatan benda tersebut adalah. a. (-4t

Lebih terperinci

Jika sebuah sistem berosilasi dengan simpangan maksimum (amplitudo) A, memiliki total energi sistem yang tetap yaitu

Jika sebuah sistem berosilasi dengan simpangan maksimum (amplitudo) A, memiliki total energi sistem yang tetap yaitu A. TEORI SINGKAT A.1. TEORI SINGKAT OSILASI Osilasi adalah gerakan bolak balik di sekitar suatu titik kesetimbangan. Ada osilasi yang memenuhi hubungan sederhana dan dinamakan gerak harmonik sederhana.

Lebih terperinci

BAB 3 DINAMIKA GERAK LURUS

BAB 3 DINAMIKA GERAK LURUS BAB 3 DINAMIKA GERAK LURUS A. TUJUAN PEMBELAJARAN 1. Menerapkan Hukum I Newton untuk menganalisis gaya-gaya pada benda 2. Menerapkan Hukum II Newton untuk menganalisis gerak objek 3. Menentukan pasangan

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. Beton pada umumnya adalah campuran antara agregat. kasar (batu pecah/alam), agregat halus (pasir), kemudian

BAB III LANDASAN TEORI. Beton pada umumnya adalah campuran antara agregat. kasar (batu pecah/alam), agregat halus (pasir), kemudian 11 BAB III LANDASAN TEORI 3.1. Beton Beton pada umumnya adalah campuran antara agregat kasar (batu pecah/alam), agregat halus (pasir), kemudian direkatkan dengan semen Portland yang direaksikan dengan

Lebih terperinci

MEKANIKA UNIT. Pengukuran, Besaran & Vektor. Kumpulan Soal Latihan UN

MEKANIKA UNIT. Pengukuran, Besaran & Vektor. Kumpulan Soal Latihan UN Kumpulan Soal Latihan UN UNIT MEKANIKA Pengukuran, Besaran & Vektor 1. Besaran yang dimensinya ML -1 T -2 adalah... A. Gaya B. Tekanan C. Energi D. Momentum E. Percepatan 2. Besar tetapan Planck adalah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metodelogi penelitian dilakukan dengan cara membuat benda uji (sampel) di

BAB III METODE PENELITIAN. Metodelogi penelitian dilakukan dengan cara membuat benda uji (sampel) di 26 BAB III METODE PENELITIAN Metodelogi penelitian dilakukan dengan cara membuat benda uji (sampel) di Laboratorium Bahan dan Konstruksi Fakultas Teknik Universitas Lampung. Benda uji dalam penelitian

Lebih terperinci

BAB III PENGUKURAN DAN GAMBAR KOMPONEN UTAMA PADA MESIN MITSUBISHI L CC

BAB III PENGUKURAN DAN GAMBAR KOMPONEN UTAMA PADA MESIN MITSUBISHI L CC BAB III PENGUKURAN DAN GAMBAR KOMPONEN UTAMA PADA MESIN MITSUBISHI L 100 546 CC 3.1. Pengertian Bagian utama pada sebuah mesin yang sangat berpengaruh dalam jalannya mesin yang didalamnya terdapat suatu

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan metode eksperimen.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan metode eksperimen. BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan metode eksperimen. 3.2 Alat dan Bahan 3.2.1 Alat yang Digunakan Alat yang akan digunakan dalam

Lebih terperinci

DINAMIKA PARTIKEL KEGIATAN BELAJAR 1. Hukum I Newton. A. Gaya Mempengaruhi Gerak Benda

DINAMIKA PARTIKEL KEGIATAN BELAJAR 1. Hukum I Newton. A. Gaya Mempengaruhi Gerak Benda KEGIATAN BELAJAR 1 Hukum I Newton A. Gaya Mempengaruhi Gerak Benda DINAMIKA PARTIKEL Mungkin Anda pernah mendorong mobil mainan yang diam, jika dorongan Anda lemah mungkin mobil mainan belum bergerak,

Lebih terperinci

Kriteria Agregat Berdasarkan PUBI Construction s Materials Technology

Kriteria Agregat Berdasarkan PUBI Construction s Materials Technology Kriteria Agregat Berdasarkan PUBI 1987 Construction s Materials Technology Pasir Beton Pengertian Pasir beton adalah butiranbutiran mineral keras yang bentuknya mendekati bulat dan ukuran butirnya sebagian

Lebih terperinci

IV. PENDEKATAN DESAIN

IV. PENDEKATAN DESAIN IV. PENDEKATAN DESAIN A. Kriteria Desain Alat pengupas kulit ari kacang tanah ini dirancang untuk memudahkan pengupasan kulit ari kacang tanah. Seperti yang telah diketahui sebelumnya bahwa proses pengupasan

Lebih terperinci

BAB III. PENGAYAKAN (SCREENING) DAN ANALISIS AYAK

BAB III. PENGAYAKAN (SCREENING) DAN ANALISIS AYAK A III. PENGAYAKAN (SCREENING) AN ANALISIS AYAK Pengayakan merupakan metode pemisahan dan klasifikasi partikel semata-mata hanya berdasarkan ukurannya. Untuk pengayakan menggunakan ayakan ukuran tunggal,

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI 2.1 Konsep Perencanaan 2.2 Motor 2.3 Reducer

BAB II DASAR TEORI 2.1 Konsep Perencanaan 2.2 Motor 2.3 Reducer BAB II DASAR TEORI 2.1 Konsep Perencanaan Konsep perencanaan komponen yang diperhitungkan sebagai berikut: a. Motor b. Reducer c. Daya d. Puli e. Sabuk V 2.2 Motor Motor adalah komponen dalam sebuah kontruksi

Lebih terperinci

STUDI PENINGKATAN KADAR BESI TERHADAP BIJIH BESI LATERITIK ASAL KABUPATEN TASIKMALAYA MENGGUNAKAN METODE FLOTASI KEBALIKAN

STUDI PENINGKATAN KADAR BESI TERHADAP BIJIH BESI LATERITIK ASAL KABUPATEN TASIKMALAYA MENGGUNAKAN METODE FLOTASI KEBALIKAN STUDI PENINGKATAN KADAR BESI TERHADAP BIJIH BESI LATERITIK ASAL KABUPATEN TASIKMALAYA MENGGUNAKAN METODE FLOTASI KEBALIKAN TUGAS AKHIR Dibuat untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar Sarjana Teknik Metalurgi

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Lokasi dan Sampel Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di laboratorium struktur dan bahan JPTS FPTK UPI. Bentuk sampel penelitian ini berupa silinder dengan ukuran

Lebih terperinci

SANGAT RAHASIA. 30 o. DOKUMEN ASaFN 2. h = R

SANGAT RAHASIA. 30 o. DOKUMEN ASaFN 2. h = R DOKUMEN ASaFN. Sebuah uang logam diukur ketebalannya dengan menggunakan jangka sorong dan hasilnya terlihat seperti pada gambar dibawah. Ketebalan uang tersebut adalah... A. 0,0 cm B. 0, cm C. 0, cm D.

Lebih terperinci

Contoh Soal dan Pembahasan Dinamika Rotasi, Materi Fisika kelas 2 SMA. Pembahasan. a) percepatan gerak turunnya benda m.

Contoh Soal dan Pembahasan Dinamika Rotasi, Materi Fisika kelas 2 SMA. Pembahasan. a) percepatan gerak turunnya benda m. Contoh Soal dan Dinamika Rotasi, Materi Fisika kelas 2 SMA. a) percepatan gerak turunnya benda m Tinjau katrol : Penekanan pada kasus dengan penggunaan persamaan Σ τ = Iα dan Σ F = ma, momen inersia (silinder

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 36 HASIL DAN PEMBAHASAN Dasar Pemilihan Bucket Elevator sebagai Mesin Pemindah Bahan Dasar pemilihan mesin pemindah bahan secara umum selain didasarkan pada sifat-sifat bahan yang berpengaruh terhadap

Lebih terperinci

Frekuensi yang digunakan berkisar antara 10 hingga 500 khz, dan elektrode dikontakkan dengan benda kerja sehingga dihasilkan sambungan la

Frekuensi yang digunakan berkisar antara 10 hingga 500 khz, dan elektrode dikontakkan dengan benda kerja sehingga dihasilkan sambungan la Pengelasan upset, hampir sama dengan pengelasan nyala, hanya saja permukaan kontak disatukan dengan tekanan yang lebih tinggi sehingga diantara kedua permukaan kontak tersebut tidak terdapat celah. Dalam

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Pustaka Conveyor merupakan suatu alat transportasi yang umumnya dipakai dalam proses industri. Conveyor dapat mengangkut bahan produksi setengah jadi maupun hasil produksi

Lebih terperinci

BAB 5: DINAMIKA: HUKUM-HUKUM DASAR

BAB 5: DINAMIKA: HUKUM-HUKUM DASAR BAB 5: DINAMIKA: HUKUM-HUKUM DASAR Dinamika mempelajari pengaruh lingkungan terhadap keadaan gerak suatu sistem. Pada dasarya persoalan dinamika dapat dirumuskan sebagai berikut: Bila sebuah sistem dengan

Lebih terperinci

Antiremed Kelas 12 Fisika

Antiremed Kelas 12 Fisika Antiremed Kelas 12 Fisika Persiapan UAS 1 Doc. Name: AR12FIS01UAS Version: 2016-09 halaman 1 01. Sebuah bola lampu yang berdaya 120 watt meradiasikan gelombang elektromagnetik ke segala arah dengan sama

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI. Yufiter (2012) dalam jurnal yang berjudul substitusi agregat halus beton

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI. Yufiter (2012) dalam jurnal yang berjudul substitusi agregat halus beton BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka Yufiter (2012) dalam jurnal yang berjudul substitusi agregat halus beton menggunakan kapur alam dan menggunakan pasir laut pada campuran beton

Lebih terperinci

UJIAN SEKOLAH 2016 PAKET A. 1. Hasil pengukuran diameter dalam sebuah botol dengan menggunakan jangka sorong ditunjukkan pada gambar berikut!

UJIAN SEKOLAH 2016 PAKET A. 1. Hasil pengukuran diameter dalam sebuah botol dengan menggunakan jangka sorong ditunjukkan pada gambar berikut! SOAL UJIAN SEKOLAH 2016 PAKET A 1. Hasil pengukuran diameter dalam sebuah botol dengan menggunakan jangka sorong ditunjukkan pada gambar berikut! 2 cm 3 cm 0 5 10 Dari gambar dapat disimpulkan bahwa diameter

Lebih terperinci

K 1. h = 0,75 H. y x. O d K 2

K 1. h = 0,75 H. y x. O d K 2 1. (25 poin) Dari atas sebuah tembok dengan ketinggian H ditembakkan sebuah bola kecil bermassa m (Jari-jari R dapat dianggap jauh lebih kecil daripada H) dengan kecepatan awal horizontal v 0. Dua buah

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Lokasi pengamatan dan pengambilan sampel tanah pada penelitian ini

III. METODE PENELITIAN. Lokasi pengamatan dan pengambilan sampel tanah pada penelitian ini III. METODE PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Lokasi pengamatan dan pengambilan sampel tanah pada penelitian ini dilakukan sebuah perumahan yang berada di kelurahan Beringin Jaya Kecamatan Kemiling Kota

Lebih terperinci

Di dalam penggunaannya sebagai bahan keramik, tanah liat yang tergolong secondary clay kita kenal dengan nama dan jenis sebagai berikut :

Di dalam penggunaannya sebagai bahan keramik, tanah liat yang tergolong secondary clay kita kenal dengan nama dan jenis sebagai berikut : I. Definisi Keramik Keramik pada awalnya berasal dari bahasa Yunani keramikos dan ensiklopedia tahun 1950-an mendefinisikan keramik sebagai suatu hasil seni yang artinya suatu bentuk dari tanah liat yang

Lebih terperinci

Gelombang FIS 3 A. PENDAHULUAN C. GELOMBANG BERJALAN B. ISTILAH GELOMBANG. θ = 2π ( t T + x λ ) Δφ = x GELOMBANG. materi78.co.nr

Gelombang FIS 3 A. PENDAHULUAN C. GELOMBANG BERJALAN B. ISTILAH GELOMBANG. θ = 2π ( t T + x λ ) Δφ = x GELOMBANG. materi78.co.nr Gelombang A. PENDAHULUAN Gelombang adalah getaran yang merambat. Gelombang merambat getaran tanpa memindahkan partikel. Partikel hanya bergerak di sekitar titik kesetimbangan. Gelombang berdasarkan medium

Lebih terperinci

Sistem pengering pilihan

Sistem pengering pilihan Sistem pengering pilihan Tujuan Instruksional Khusus (TIK) Setelah mengikuti kuliah ini mahasiswa akan dapat menjelaskan alat pengeringan yang khusus (pilihan) Sub Pokok Bahasan 1.Pengering dua tahap 2.Pengering

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Untuk memperoleh hasil penelitian yang baik dan sesuai, maka diperlukan

III. METODOLOGI PENELITIAN. Untuk memperoleh hasil penelitian yang baik dan sesuai, maka diperlukan III. METODOLOGI PENELITIAN Untuk memperoleh hasil penelitian yang baik dan sesuai, maka diperlukan langkah-langkah sistematis yang harus dilakukan diantaranya adalah : A. Populasi Populasi adalah subyek

Lebih terperinci

geografi Kelas X PEDOSFER II KTSP & K-13 Super "Solusi Quipper" F. JENIS TANAH DI INDONESIA

geografi Kelas X PEDOSFER II KTSP & K-13 Super Solusi Quipper F. JENIS TANAH DI INDONESIA KTSP & K-13 Kelas X geografi PEDOSFER II Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini kamu diharapkan memiliki kemampuan untuk memahami jenis tanah dan sifat fisik tanah di Indonesia. F. JENIS TANAH

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Indonesia. Dan hampir setiap orang menyukai kerupuk, selain rasanya yang. ikan, kulit dan dapat juga berasal dari udang.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Indonesia. Dan hampir setiap orang menyukai kerupuk, selain rasanya yang. ikan, kulit dan dapat juga berasal dari udang. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Kerupuk Kerupuk memang bagian yang tidak dapat dilepaskan dari tradisi masyarakat Indonesia. Dan hampir setiap orang menyukai kerupuk, selain rasanya yang enak harganya

Lebih terperinci

B.1. Menjumlah Beberapa Gaya Sebidang Dengan Cara Grafis

B.1. Menjumlah Beberapa Gaya Sebidang Dengan Cara Grafis BAB II RESULTAN (JUMLAH) DAN URAIAN GAYA A. Pendahuluan Pada bab ini, anda akan mempelajari bagaimana kita bekerja dengan besaran vektor. Kita dapat menjumlah dua vektor atau lebih dengan beberapa cara,

Lebih terperinci

Dinamika Rotasi, Statika dan Titik Berat 1 MOMEN GAYA DAN MOMEN INERSIA

Dinamika Rotasi, Statika dan Titik Berat 1 MOMEN GAYA DAN MOMEN INERSIA Dinamika Rotasi, Statika dan Titik Berat 1 MOMEN GAYA DAN MOMEN INERSIA Dalam gerak translasi gaya dikaitkan dengan percepatan linier benda, dalam gerak rotasi besaran yang dikaitkan dengan percepatan

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR 3.1 Flowchart Perencanaan Pembuatan Mesin Pemotong Umbi Proses Perancangan mesin pemotong umbi seperti yang terlihat pada gambar 3.1 berikut ini: Mulai mm Studi Literatur

Lebih terperinci

LATIHAN SOAL MENJELANG UJIAN TENGAH SEMESTER STAF PENGAJAR FISIKA TPB

LATIHAN SOAL MENJELANG UJIAN TENGAH SEMESTER STAF PENGAJAR FISIKA TPB LATIHAN SOAL MENJELANG UJIAN TENGAH SEMESTER STAF PENGAJAR FISIKA TPB Soal No. 1 Seorang berjalan santai dengan kelajuan 2,5 km/jam, berapakah waktu yang dibutuhkan agar ia sampai ke suatu tempat yang

Lebih terperinci

ARSIP SOAL UJIAN NASIONAL FISIKA (BESERA PEMBAHASANNYA) TAHUN 1995

ARSIP SOAL UJIAN NASIONAL FISIKA (BESERA PEMBAHASANNYA) TAHUN 1995 ARSIP SOAL UJIAN NASIONAL FISIKA (BESERA PEMBAHASANNYA) TAHUN 1995 BAGIAN KEARSIPAN SMA DWIJA PRAJA PEKALONGAN JALAN SRIWIJAYA NO. 7 TELP (0285) 426185) 1. Sebuah pita diukur, ternyata lebarnya 12,3 mm

Lebih terperinci

BAB II PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH. harus mempunyai sebuah perencanaan yang matang. Perencanaan tersebut

BAB II PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH. harus mempunyai sebuah perencanaan yang matang. Perencanaan tersebut BAB II PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH Proses pembuatan rangka pada mesin pemipih dan pemotong adonan mie harus mempunyai sebuah perencanaan yang matang. Perencanaan tersebut meliputi gambar kerja, bahan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tidak memadai, dan kadar air tanah yang melebihi, Permasalahan umum yang sering dijumpai dalam pelaksanaan

BAB I PENDAHULUAN. tidak memadai, dan kadar air tanah yang melebihi, Permasalahan umum yang sering dijumpai dalam pelaksanaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan yang sering terjadi pada proyek pembangunan jalan adalah terjadinya penurunan tanah timbunan jalan, sehingga terjadi kerusakan pada aspal. Terjadinya penurunan

Lebih terperinci

LATIHAN UJIAN NASIONAL

LATIHAN UJIAN NASIONAL LATIHAN UJIAN NASIONAL 1. Seorang siswa menghitung luas suatu lempengan logam kecil berbentuk persegi panjang. Siswa tersebut menggunakan mistar untuk mengukur panjang lempengan dan menggunakan jangka

Lebih terperinci

HUKUM NEWTON TENTANG GERAK DINAMIKA PARTIKEL 1. PENDAHULUAN

HUKUM NEWTON TENTANG GERAK DINAMIKA PARTIKEL 1. PENDAHULUAN HUKUM NEWTON TENTANG GERAK DINAMIKA PARTIKEL 1. PENDAHULUAN Pernahkah Anda berpikir; mengapa kita bisa begitu mudah berjalan di atas lantai keramik yang kering, tetapi akan begitu kesulitan jika lantai

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metoda Pelaksanaan Penelitian Mulai Studi literatur Persiapan alat dan bahan Pengujian material pembentuk mortar (uji pendahuluan) : - Uji berat jenis semen - Uji berat

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK ZAT CAIR Pendahuluan Aliran laminer Bilangan Reynold Aliran Turbulen Hukum Tahanan Gesek Aliran Laminer Dalam Pipa

KARAKTERISTIK ZAT CAIR Pendahuluan Aliran laminer Bilangan Reynold Aliran Turbulen Hukum Tahanan Gesek Aliran Laminer Dalam Pipa KARAKTERISTIK ZAT CAIR Pendahuluan Aliran laminer Bilangan Reynold Aliran Turbulen Hukum Tahanan Gesek Aliran Laminer Dalam Pipa ALIRAN STEDY MELALUI SISTEM PIPA Persamaan kontinuitas Persamaan Bernoulli

Lebih terperinci

SOAL DINAMIKA ROTASI

SOAL DINAMIKA ROTASI SOAL DINAMIKA ROTASI A. Pilihan Ganda Pilihlah jawaban yang paling tepat! 1. Sistem yang terdiri atas bola A, B, dan C yang posisinya seperti tampak pada gambar, mengalami gerak rotasi. Massa bola A, B,

Lebih terperinci

1. (25 poin) Sebuah bola kecil bermassa m ditembakkan dari atas sebuah tembok dengan ketinggian H (jari-jari bola R jauh lebih kecil dibandingkan

1. (25 poin) Sebuah bola kecil bermassa m ditembakkan dari atas sebuah tembok dengan ketinggian H (jari-jari bola R jauh lebih kecil dibandingkan . (5 poin) Sebuah bola kecil bermassa m ditembakkan dari atas sebuah tembok dengan ketinggian H (jari-jari bola R jauh lebih kecil dibandingkan dengan H). Kecepatan awal horizontal bola adalah v 0 dan

Lebih terperinci

KOPLING. Kopling ditinjau dari cara kerjanya dapat dibedakan atas dua jenis: 1. Kopling Tetap 2. Kopling Tak Tetap

KOPLING. Kopling ditinjau dari cara kerjanya dapat dibedakan atas dua jenis: 1. Kopling Tetap 2. Kopling Tak Tetap KOPLING Defenisi Kopling dan Jenis-jenisnya Kopling adalah suatu elemen mesin yang berfungsi untuk mentransmisikan daya dari poros penggerak (driving shaft) ke poros yang digerakkan (driven shaft), dimana

Lebih terperinci

SOAL TRY OUT FISIKA 2

SOAL TRY OUT FISIKA 2 SOAL TRY OUT FISIKA 2 1. Dua benda bermassa m 1 dan m 2 berjarak r satu sama lain. Bila jarak r diubah-ubah maka grafik yang menyatakan hubungan gaya interaksi kedua benda adalah A. B. C. D. E. 2. Sebuah

Lebih terperinci

Material dengan Kandungan Karbon Tinggi dari Pirolisis Tempurung Kelapa untuk Reduksi Bijih Besi

Material dengan Kandungan Karbon Tinggi dari Pirolisis Tempurung Kelapa untuk Reduksi Bijih Besi Material dengan Kandungan Karbon Tinggi dari Pirolisis Tempurung Kelapa untuk Reduksi Bijih Besi Anton Irawan, Ristina Puspa dan Riska Mekawati *) Jurusan Teknik Kimia, Fak. Teknik, Universitas Sultan

Lebih terperinci

METODE PENGUJIAN TENTANG ANALISIS SARINGAN AGREGAT HALUS DAN KASAR SNI

METODE PENGUJIAN TENTANG ANALISIS SARINGAN AGREGAT HALUS DAN KASAR SNI METODE PENGUJIAN TENTANG ANALISIS SARINGAN AGREGAT HALUS DAN KASAR SNI 03-1968-1990 RUANG LINGKUP : Metode pengujian ini mencakup jumlah dan jenis-jenis tanah baik agregat halus maupun agregat kasar. RINGKASAN

Lebih terperinci

Wardaya College. Tes Simulasi Ujian Nasional SMA Berbasis Komputer. Mata Pelajaran Fisika Tahun Ajaran 2017/2018. Departemen Fisika - Wardaya College

Wardaya College. Tes Simulasi Ujian Nasional SMA Berbasis Komputer. Mata Pelajaran Fisika Tahun Ajaran 2017/2018. Departemen Fisika - Wardaya College Tes Simulasi Ujian Nasional SMA Berbasis Komputer Mata Pelajaran Fisika Tahun Ajaran 2017/2018-1. Hambatan listrik adalah salah satu jenis besaran turunan yang memiliki satuan Ohm. Satuan hambatan jika

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR 3.1 Flow Chart Pembuatan Mesin Pemotong Umbi Mulai Studi Literatur Perencanaan dan Desain Perhitungan Penentuan dan Pembelian Komponen Proses Pengerjaan Proses Perakitan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... i. UCAPAN TERIMAKASIH... ii. DAFTAR ISI... iv. DAFTAR TABEL... vii. DAFTAR GAMBAR... viii. DAFTAR GRAFIK...

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... i. UCAPAN TERIMAKASIH... ii. DAFTAR ISI... iv. DAFTAR TABEL... vii. DAFTAR GAMBAR... viii. DAFTAR GRAFIK... DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... i UCAPAN TERIMAKASIH... ii DAFTAR ISI... iv DAFTAR TABEL... vii DAFTAR GAMBAR... viii DAFTAR GRAFIK... ix DAFTAR ISTILAH... x BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar Belakang... 1

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Beton merupakan salah satu bahan bangunan yang sangat populer hingga saat ini, beton telah dipakai secara luas sebagai bahan konstruksi baik pada konstruki skala

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Teori Dasar Steam merupakan bagian penting dan tidak terpisahkan dari teknologi modern. Tanpa steam, maka industri makanan kita, tekstil, bahan kimia, bahan kedokteran,daya, pemanasan

Lebih terperinci

SOAL FISIKA UNTUK TINGKAT PROVINSI Waktu: 180 menit Soal terdiri dari 30 nomor pilihan ganda, 10 nomor isian dan 2 soal essay

SOAL FISIKA UNTUK TINGKAT PROVINSI Waktu: 180 menit Soal terdiri dari 30 nomor pilihan ganda, 10 nomor isian dan 2 soal essay SOAL FISIKA UNTUK TINGKAT PROVINSI Waktu: 180 menit Soal terdiri dari 30 nomor pilihan ganda, 10 nomor isian dan 2 soal essay A. PILIHAN GANDA Petunjuk: Pilih satu jawaban yang paling benar. 1. Grafik

Lebih terperinci

BAB II PEMBAHASAN MATERI. industri, tempat penyimpanan dan pembongkaran muatan dan sebagainya. Jumlah

BAB II PEMBAHASAN MATERI. industri, tempat penyimpanan dan pembongkaran muatan dan sebagainya. Jumlah BAB II PEMBAHASAN MATERI 2.1 Mesin Pemindah Bahan Mesin pemindahan bahan merupakan salah satu peralatan mesin yang dugunakan untuk memindahkan muatan dilokasi pabrik, lokasi konstruksi, lokasi industri,

Lebih terperinci

Bab IV Hasil dan Pembahasan

Bab IV Hasil dan Pembahasan Bab IV Hasil dan Pembahasan IV.1 Larutan Garam Klorida Besi dari Pasir Besi Hasil reaksi bahan alam pasir besi dengan asam klorida diperoleh larutan yang berwarna coklat kekuningan, seperti ditunjukkan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

III. METODE PENELITIAN. Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : III. METODE PENELITIAN A. Bahan Penelitian Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : a. Sampel tanah yang digunakan adalah tanah lempung yang terdapat yang terdapat di Kecamatan Kemiling,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hidroksiapatit [Ca 10 (PO 4 ) 3 (OH)] merupakan material biokeramik yang banyak digunakan sebagai bahan pengganti tulang. Salah satu alasan penggunaan hidroksiapatit

Lebih terperinci