PRAKTIKUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN LABORATORIUM PENGOLAHAN PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PRAKTIKUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN LABORATORIUM PENGOLAHAN PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT"

Transkripsi

1 3.4. Shaking Table Tujuan Tujuan dari praktikum ini, yaitu: a. Memahami mekanisme dan prosedur kerja alat. b. Menghitung kadar dan recovery Dasar Teori Konsentrasi gravitasi adalah proses pemisahan materialmaterial yang berharga dan tidak berharga dalam suatu bahan galian akibat gaya-gaya dalam fluida berdasarkan atau tergantung pada perbedaan density, bentuk dan ukuran. Salah satu metode konsentrasi gravitasi adalah shaking table. Metode ini merupakan pemisahan material dengan cara mengalirkan air yang tipis pada suatu meja bergoyang, dengan menggunakan media aliran tipis dari air (flowing film concentration). Alat yang digunakan disebut shaking table atau meja goyang. Ada kemungkinannya bahwa posisi mineral berat kasar jadi satu dengan mineral ringan halus. Susunan ini disebabkan karena pengaruh kecepatan aliran dan gaya dorong air, sehingga mineral ringan dan kasar akan lebih besar mendapatkan gaya dorong air. Sebaliknya apabila campuran mineral berat dan ringan dijatuhkan dari atas kesebuah aliran air, maka susunannya adalah sebagai berikut : a. Mineral berat dan kasar akan terletak paling dekat dengan sumbernya b. Mineral ringan halus akan paling jauh dari sumbernya. Dalam proses konsentrasi gravitasi tersebut terbagi menjadi beberapa macam, yaitu : a Mendasarkan pada aliran horizontal 1) Shaking table. 2) Sluice box. 3) Humprey spiral. b Mendasarkan pada aliran vertikal yaitu jigging. c Mendasarkan pada berat jenis 1) Heavy liquid separator. 2) Heavy media separator.

2 Salah satu tahap dari pengolahan bahan galian adalah konsentrasi yang pengertiannya yaitu suatu proses pemisahan antara mineral yang berharga dengan mineral yang tak berharga, sehingga didapat kadar yang lebih tinggi dan bernilai ekonomis. Pemisahan ini ada beberapa cara yang mendasarkan atas sifat fisik mineral, diantaranya adalah : a. Warna, kilap dan bentuk kristal, konsentrasi yang dilakukan dengan tangan biasa (hand picking). b. Specific gravity (gravity concentration) adalah konsentrasi berdasarkan berat jenisnya. Dalam hal ini, ada tiga macam yakni : flowing film concentration, jigging, heavy media separation dan heavy liquid separation, c. Magnetic susceptibility, setiap mineral akan mempunyai sifat kemagnetan yang berbeda yakni ada yang kuat, lemah dan bahkan ada yang tidak sama sekali tertarik oleh magnet. Berdasarkan sifat kemagnetan yang berbeda-beda itulah mineral dapat dipisahkan dengan alat yang disebut magnetic separator. d. Conductivity,mineral itu ada yang bersifat konduktor dan non konduktor. Untuk memisahkan mineral jenis ini diperlukan alat yang disebut high tension separator dan hasil yang didapat adalah mineral konduktor dan non konduktor. e. Sifat permukaan mineral, permukaan mineral itu ada yang bersifat senang dan tidak senang terhadap gelembung udara. Mineral yang senang terhadap udara akan menempel pada gelembung udara sedangkan mineral yang senang terhadap air tidak akan menempel pada gelembung udara. Untuk mengubah agar mineral yang senang terhadap air menjadi senang terhadap udara digunakan suatu reagen kimia, yang mana reagen ini hanya menyelimuti permukaan mineral itu saja (tidak bereaksi dengan mineral). Dengan memberi gelembung udara maka mineral akan terpisah. Sehingga antara mineral yang dikehendaki dengan yang tidak dikehendaki dapat dipisahkan. Proses pemisahan semacam ini disebut dengan flotasi.

3 Tujuan utama proses konsentrasi adalah meningkatkan (mempertinggi) kadar mineral berharga sehingga diperoleh konsentrat dengan kadar mineral berharga tinggi dan rendah tailing. Tahap konsentrasi pada pengolahan bahan galian bekerja berdasarkan sifat fisika dan kimia dari bijih yang akan diolah. Selain konsentrat dan tailing, dihasilkan pula middling dimana kadar kadar mineral berharganya diantara konsentrat dan tailing. Middling dapat diolah kembali untuk menghasilkan konsentrat. Bijih dari mineral yang berbeda dalam batuan dipisahkan dari satu sama lain untuk dilihat karakteristik fisiknya yang berbeda-beda (kekerasan, bentuk, sifat magnetik, electrostatic dan densitas) atau kimia (flotasi dan pengendapan) pada unsur pokoknya. Hal ini merupakan langkah awal untuk mendapatkan kembali mineral yang bernilai komersial. Mineral berharga yang terdapat dalam bijih umumnya belum terliberasi dari batuan induknya. Metode gravity concentration digunakan untuk melakukan proses pemisahan konsentrasi berbagai macam bahan, mulai dari logam berat sulfida seperti galena hingga untuk batubara pada ukuran partikel tertentu. Metode ini menurun pemakaiannya pada paruh pertama abad kedua puluh karena perkembangan proses flotasi dengan menggunakan larutan kimia, yang memungkinkan perlakuan yang lebih selektif terhadap bijih kompleks tingkat rendah. Namun, metode gravity concentration ini diutamakan untuk bijih besi dan tungsten dan digunakan secara luas untuk pemisahan konsentrasi timah, batubara dan mineral industri lainnya. Dalam beberapa tahun terakhir, banyak perusahaan telah melakukan evaluasi ulang menggunakan sistem konsentrasi gravitasi karena dapat meningkatnya biaya reagen flotasi, proses gravity concentration yang relatif sederhana, dan kenyataan bahwa metode ini menghasilkan relatif kecil pencemaran lingkungan. Teknik konsentrasi gravitasi modern telah terbukti efisien untuk konsentrasi mineral yang memiliki ukuran partikel dalam rentang 3 mm 50 mm, ketika digabungkan dengan pumping technology dan instrument lainnya, telah menjadikan metode gravity concentration sebagai peralatan industri berkapasitas tinggi.

4 Dalam banyak kasus pemisahan mineral dengan system gravity dalam badan bijih yang setidaknya bisa menjadi metode konsentrasi yang efektif,murah dan polusi lingkungan yang akan turun dengan tajam. Selain itu jumlah reagen dan bahan bakar yang digunakan dapat dipotong secara signifikan ketika metode yang lebih mahal dibatasi untuk pengolahan gravity concentration. Gravity concentration dapat melakukan proses pemisahan mineral pada ukuran kasar segera setelah terjadi pembebasan konsentrasi dan tailing yang dapat memiliki keuntungan yang signifikan untuk tahapan perawatan alatnya kemudian karena luas permukaan menurun, lebih efisien dalam hal dewatering, dan tidak adanya reaksi kimia yang berlangsung saat proses pemisahan konsentrat. Teknik gravity concentration untuk memulihkan sisa mineral berat berharga dalam pemisahan tailing dengan larutan (flotation tailing) semakin banyak digunakan. Selain dari produksi saat ini, ada banyak tailing yang dibuang yang dapat diambil dengan lebih murah dan diproses untuk memberikan konsentrat yang bernilai tinggi menggunakan teknologi yang baru-baru ini telah dikembangkan. Metode gravity concentration memisahkan mineral berdasarkan perbedaan specific gravity dengan pergerakan partikel yang relatif dalam merespon gaya gravitasi dan satu atau lebih kekuatan lain, yang pada akhirnya seringkali menghambat terhadap gerakan yang diakibatkan oleh suatu cairan kental, seperti air atau udara. Hal ini penting untuk pemisahan yang efektif bahwa ada beda densitas antara mineral dan gangue tersebut. Secara sangat umum, ketika hasil ini lebih besar dari 2,5 baik positif maupun negatif maka pemisahan gravitasi relatif mudah, efisiensi pemisahan menurun sejalan dengan menurunnya nilai tersebut. Gerak partikel dalam fluida tidak hanya tergantung pada berat jenis, tetapi juga pada ukuran, partikel besar akan terpengaruh lebih daripada partikel yang lebih kecil. Efisiensi proses gravity concentration meningkat dengan ukuran partikel, danpartikel harus cukup kasar untuk bergerak sesuai dengan hukum Newton. Partikel yang sangat kecil gerakannya terutama didominasi oleh gesekan permukaan yang relatif buruk untuk metode gravitasi berkapasitas

5 tinggi. Dalam prakteknya, pendekatan dari kontrol ukuran feed untuk proses gravitasi sangat diperlukan untuk mengurangi efek dari ukuran dan membuat gerak relatif partikel yang tergantung dari specific gravity. Ukuran partikel memainkan peran yang sangat penting dalam proses shaking table, seperti jika kisaran ukuran feed meningkat, efisiensi pemisahan berkurang. Jika feed terdiri dari berbagai ukuran partikel, beberapa ukuran akan menjadi tidak efisien untuk di pisahkan. Dalam pemisahan yang ideal maka middling yang dihasilkan bukan middling yang sebenarnya, yaitu partikel mineral yang berasosiasi dengan gangue, tetapi partikel berat yang relatif kasar dan partikel ringan yang halus. Shaking table adalah suatu mesin pemilihan tambang sebagai jebakan untuk bahan-bahan yang berharga yang bekerja dengan pedoman gaya berat. Kegiatan ini adalah secara luas digunakan di dalam pemilihan W, Au, Ag, Zn, tantalum, columbium, besi, batu kawi/mangan, ferrotitanium dan batubara.variasi dari alat meja konsentrasi tergantung dari daya muat pengolahan, laju pemilahan dan nisbah pengayaan. *Sumber Gambar Konsentrat Tembaga hasil Shaking Table Shaking table juga yang dikenal sebagai meja yang basah, terdiri atas suatu garis miring yang berada pada permukaan yang riffled. Terdapat suatu motor atau mesin yang sebagai penggerak untuk menggetarkan sepanjang meja tersebut. prinsip kerja shaking table

6 adalah berdasarkan perbedaan berat dan ukuran partikel terhadap gaya gesek akibat aliran air tipis. Partikel dengan diameter yang sama memiliki gaya dorong yang sama besar. Penggunaan meja goyang tersebut merupakan salah satu alat utama dari konsentrasi gravitasi untuk pemisahan antara tailing dan konsentrat, seperti timah termasuk bahan logam langka lainnya dan bijih logam mulia, juga termasuk untuk klasifikasi bijih besidan batubara.pada saat pemprosesan bijih dan sebagainya ukuran material yang efektif pada alat ini adalah 2-0,22 millimeter. Prinsip kerja shaking table adalah berdasarkan perbedaan berat dan ukuran partikel terhadap gaya gesek akibat aliran air tipis. Partikel dengan diameter yang sama akan memiliki gaya dorong yang sama besar. Sedangkan apabila specific gravity berbeda maka gaya gesek pada partikel berat akan lebih besar daripada partikel ringan. Karena pengaruh gaya dari aliran maka partikel ringan akan terdorong atau terbawa lebih cepat dari partikel berat searah aliran air. Gerakan relative horizontal dari motor menjadikan partikel berat akan bergerak lebih cepat daripada material ringan dengan arah horizontal. Untuk itu perlu dipasang riffle (penghalang) untuk membentuk turbulensi dalam aliran sehingga partikel ringan diberi kesempatan berada di atas dan partikel berat relatif di bawah. *Sumber Gambar ShakingTable

7 Prinsip kerja dari meja goyang hampir mirip dengan jig tetapi dengan cara yang bebeda. Meja goyang dengan cara mengalirkan pulp dalam suatu aliran fluida (air) yang tipis, mineral ringan akan hanyut lebih cepat dari pada mineral berat. Aliran air yang tipis biasanya dilakukan di atas permukaan meja yang miring dan kasar. Kekasaran permukaan meja sangat menentukan perolehan dan proses pemisahan. Untuk membantu pemisahan, meja digoyangkan secara horizontal membentuk getaran. Ada kemungkinan bahwa posisi mineral berat kasar jadi satu dengan mineral ringan halus. Susunan ini disebabkan karena pengaruh kecepatan aliran dan gaya dorong air sehingga mineral ringan dan kasar akan lebih besar mendapatkan gaya dorong air. Sebaliknya apabila campuran mineral berat dan ringan dijatuhkan dari atas ke sebuah aliran air, maka susunannya adalah sebagai berikut. a. Mineral berat dan kasar akan terletak paling dekat dengan sumbernya. b. Mineral ringan halus akan paling jauh dari sumbernya. *Sumber : Gambar Proses Pemisahan Material pada Shaking Table Ada kemungkinannya posisi mineral berat halus menjadi satu dengan material ringan kasar. Maka untuk menghindari hal ini terjadi, atau agar terjadi pemisahan antara mineral berat dengan mineral ringan, maka campuran mineral tersebut disamakan dengan jalan pengayakan.

8 Faktor yang mempengaruhi kapasitas shaking table: a. Ukuran dari feed b. Operasi (roughing/cleaning) c. Perbedaan berat jenis mineral-mineralnya d. Berat jenis rata-rata mineralnya Pada shaking table didalam proses pemisahannya, pemisahan mineral terjadi karena adanya sentakan meja yang ditimbulkan oleh headmotion dan aliran air tipis dipermukaan meja dari wash water. Mineral berat karena mempunyai gaya gesek yang lebih besar maka akan terlempar kesamping (searah sentakan meja). Lebih jauh, mineral yang berukuran halus akan terlempar ke samping lebih jauh dibanding dengan mineral yang berukuran kasar. Mineral ringan berukuran kasar akan terdorong oleh aliran air lebih jauh dari pada mineral berat berukuran halus. Sedangkan adanya riffle, di atas meja akan mengakibatkan aliran turbulen dan membentuk perlapisan/susunan mineral berat dan ringan. Pada meja goyang di dalam proses pemisahan mineralnya terjadi karena adanya sentakan meja yang ditimbulkan oleh headmotion dan aliran air tipis dipermukaan meja dari wash water. Mineral berat karena mempunyai gaya gesek yang lebih besar maka akan terlempar ke samping (searah sentakan meja).lebih jauh, mineral yang berukuran halus akan terlempar ke samping lebih jauh dibanding dengan mineral yang berukuran kasar. Mineral ringan berukuran kasar akan terdorong oleh aliran air lebih jauh dari pada mineral berat berukuran halus. Sedangkan adanya riffle, di atas meja akan mengakibatkan aliran turbulen dan membentuk perlapisan atau susunan mineral berat dan ringan. Faktor yang mempengaruhi gerakan aliran (flowing film concentration), yaitu: a. Slope Deck Pada deck yang horizontal, tidak akan ada gerakan dari partikel. Partikel akan mulai bergerak menggelinding ketika bidang mempunyai sudut kemiringan. Sudut kemiringan meja juga menentukan kecepatan bergulirnya konsentrat dan terbawanya tailing bersamaan aliran air turbulen.

9 b. Tebal atau Kecepatan Air Kecepatan atau ketebalan air yang dialirkan ke dalam meja goyang, akan menghasilkan gaya dorong yang besar terhadap material yang mengalir bersamanya. c. Viscositas Fluid Semakin cair fluida yang digunakan maka akan semakin baik produk yang dihasilkan, sedangkan pada fluida yang kental biasanya masih ada pencampuran antara konsentrat dengan tailingnya. d. Bentuk Partikel Bentuk partikel cukup berpengaruh dalam proses pemisahan material. Bentuk partikel yang membola akan lebih cepat dipisahkan jika dibandingkan dengan material yang berbentuk bidang datar atau yang tidak beraturan. e. Berat Jenis Material atau Partikel Berat jenis akan menentukan keakuratan pemisahan antar partikel. Jika antara material konsentrat dan tailingnya memiliki keterpautan berat jenis yang besar maka partikel baik konsentrat maupun tailing akan lebih mudah untuk dipisahkan. f. Kekerasan Permukaan Deck Kekerasan permukaan deck berpengaruh pada besar kecilnya gaya gesek yang dihasilkan antara butiran partikel dengan permukaan deck, semakin kecil gaya gesek yang diterima. g. Koefisien Tumbukan Antar Partikel Besarnya koefisien gesekan antar partikel juga cukup menentukan kecepatan dari proses pemisahan, dimana material yang memiliki ukuran lebih besar cendrung jatuh didekat aliran dan bertahan di riffle paling atas sedangkan pertikel yang berukuran lebih kecil akan terlempar akibat tumbukan antar partikel dan terbawa bersama aliran air yang turbulen. (Sukamto, 2001)

10 Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi produk pada shaking table, yaitu: a. Kemiringan Deck Deck yang telalu miring akan mempengaruhi kecepatan aliran air dan bila kecepatan aliran air tersebut terlalu cepat maka partikel ringan akan terbawa air semuanya sehingga yang tertinggal hanya mineral berat. Hasilnya berupa produk yang berkadar tinggi tapi kapasitasnya sedikit. Untuk kemiringan kecil sehingga kecepatan aliran air lambat maka produk yang didapat berkadar rendah dengan kapasitas besar. b. Kecepatan Feeding Bila terlalu cepat feedingnya dan kemiringan dek kecil maka proses pemisahan akan berjalan kurang baik karena umpan tertumpuk dan akan masuk ke konsentrat. c. Persen Solid Bila terlalu encer, pemisahan akan baik dan sebaliknya bila kental maka semua partikel akan masuk ke konsentrat. d. Jumlah dan Panjang Stroke Pengaruh terhadap proses pemisahan adalah stroke yang panjang untuk material kasar dan stroke untuk material halus material yang halus akan lebih tepat jika menggunakan stroke yang pendek. Berdasarkan pada ukuran besar butir material yang dipisahkan maka meja goyang dapat dibedakan menjadi sand table dan slime table. Perbedaan pada kedua alat ini terletak pada: a. Jumlah dan Jarak antar Riffle 1) Jumlah riffle pada sand table tinggi 2) Jumlah riffle pada slime table sedang 3) Jarak antar riffle a) Sand Table : ¼ - 1 ¼ inch b) Slime Table : Lebih besar dari sand table b. Riffle 1) Pada sand table, bagian yang tidak diberi riffle digunakan untuk slime 2) Pada slime table, ada bagian deck yang tidak dipasang riffle. Prinsip kerja shaking table adalah berdasarkan perbedaan berat dan ukuran partikel terhadap gaya gesek akibat aliran air tipis. Partikel dengan diameter yang sama akan memiliki gaya dorong yang

11 sama besar. Sedangkan apabila specific gravity-nya berbeda maka gaya gesek pada partikel berat akan lebih besar daripada partikel ringan. Karena pengaruh gaya dari aliran, maka partikel ringan akan terdorong/terbawa lebih cepat dari partikel berat searah aliran. Karena gerakan relatif horizontal dari motor maka partikel berat akan bergerak lebih cepat daripada material ringan dengan arah horizontal. Untuk itu perlu dipasang riffle (penghalang) untuk membentuk turbulensi dalam aliran sehingga partikel ringan diberi kesempatan berada diatas dan partikel berat relatif di bawah. Pada prinsipnya, ada gaya yang bekerja pada shaking table, yaitu gaya dorong alir gaya dorong alir merupakan fungsi kecepatan relative aliran air dan partikel. Dalam prosesnya, partikel bergerak dengan kecepatan yang dipengaruhi oleh kedalaman air. Dibawah ini adalah acam-macam meja goyang (shaking table) adalah: a. Willey Table Terdiri dari deck berbentuk segiempat dan Headmotion sebagai penggeraknya. Penggunaan riffle yaitu dengan tinggi minimal ½ feed dan lebar ¼ feed. b. Butcher Table Bentuknya hampir sama dengan willey tapi memiliki watchplinger untuk mencuci. Posisi dari riffle terbagi menjadi 3 zone: 1) Zone stratifikasi 2) Cleningzone 3) Dischange zone Mekanisme kerjanya yaitu material bergerak ke kiri dan air bergerak ke kanan, sehingga material ringan akan terbawa arus air sedang material berat akan berjalan terus. c. Card Table Riffle dibuat dengan mengerat deck bentuk segitiga dan headmotion. d. Dister Diagonal Overslorm Table

12 Bentuk deck rombahedral. Pemisahan antara konsentrat, middling dan tailing tidak jelas/ berdekatan sekali akibatnya kecilnya middling. e. Card Field Table Bentuk wafley table yang ditutupi seluruhnya oleh riffle. f. Plat of Table Ciri utamanya yaitu di atasdeck ada 3 macam riffle dan terdapat 3 zona dari riffle yaitu: 1) Zone stratifikasi 2) Zoneintermediate plan 3) Zonelipper piatau Pada dasarnya perbedaan macam-macam shaking table ini terletak dari head motion dan bentuk rifflenya. *Sumber : Gambar Riffle Lurus *Sumber : Gambar

13 Riffle Miring Penyesuaian dalam praktek, antara lain: a. Untuk roughing, banyak air, banyak bijih, kemiringan deck, panjang stroke besar dan shaking lambat. b. Untuk cleaning, jumlah air yang sedikit, bijih sedikit, jumlah stroke banyak dan kemiringan kecil. c. Untuk slime peration, sedikit air, sedikit feed, jumlah stroke banyak dan panjang stroke kecil (Sukamto, 2001) Pada meja goyang didalam proses pemisahannya, pemisahan mineral terjadi karena adanya sentakan meja yang ditimbulkan oleh head motion dan aliran air tipis dipermukaan meja dari wash water. Mineral berat karena mempunyai gaya gesek yang lebih besar maka akan terlempar ke samping (searah sentakan meja). Mineral yang berukuran halus akan terlempar kesamping lebih jauh dibanding dengan mineral yang berukuran kasar. Mineral ringan berukuran kasar akan terdorong oleh aliran air lebih jauh dari pada mineral berat berukuran halus. Untuk mendapatkan aliran air yang turbulen maka dipasang alat yaitu riffle, dengan demikian partikel yang ringan akan cenderung untuk meloncat dari riffle satu ke riffle yang lainnya dibandingkan partikel berat yang berat yang hanya akan menggelinding searah dengan riffle tersebut. Pemisahan dapat dipengaruhi oleh panjang stroke, yang dapat diubah dengan mengatur hand wheel pada vibrator atau head motion dan dengan kecepatan gerakan maju mundur.panjang stroke biasanya bervariasi dalam kisaran mm atau lebih, kecepatan berada di kisaran stroke per menit.umumnya, feed membutuhkan kecepatan yang lebih tinggi dan stroke lebih pendek yang meningkatkan kecepatan seperti berjalan ke depan sampai tersentak dan berhenti sebelum berbalik tajam, yang memungkinkan partikel untuk meluncur maju selama sebagian besar dari stroke terbelakang saat sedang membangun momentum. Berikut hasil dari pengolahan bahan galian menggunakan shaking table, yaitu:

14 a. Concentrate Hasil dari pengolahan yang memiliki kadar tertinggi yang masuk dalam bagian konsentrat ini yaitu yang memiliki nilai berat jenis yang lebih tinggi dibandingkan dengan middling dan tailing. b. Midling Hasil dari pengolahan yang memiliki kadar diantara concentrate dan tailing yang masuk dalam bagian middling ini yaitu yang memiliki nilai berat jenis diantara concentrate dantailing. c. Tailing Hasil dari pengolahan yang memiliki kadar terendah, dimana yang masuk dalam tailing ini yaitu yang memiliki nilai berat jenis yang lebih rendah dibandingkan dengan concentrate dan middling. Oreconcentrating tables digunakan terutama untuk konsentrasi mineral timah, besi, tungsten, tantalum, mika, barium, titanium, zirkonium, dan, pada tingkat lebih rendah, emas, perak, thorium, uranium dan lain-lain. Media yang bisa dipakai adalah sebagai berikut : a. Bahan atau Zat Organik Biasanya bahan atau zat organik jarang digunakan karena perlunya pencampuran diantara kedua berat jenis tersebut, yaitu: 1) Bromoform 2) Tetra bromo ethana 3) Benzena b. Suspensi Padatan ditambah Cairan Syarat bahan untuk membuat suspensi tersebut adalah : 1) Harga lebih murah 2) Mudah didapat 3) Keras atau tidak mudah pecah 4) Spesifik berat jenis besar (medium r >1) 5) Tidak mudah mengendap 6) Dapat dipakai berulang-ulang

15 Alat dan Bahan a. Alat Alat-alat yang dipergunakan dalam praktikum ini, yaitu sebagai berikut : 1) Shaking table, alat utama yang berfungsi untuk memisahkan konsentrat dan tailing.

16 *Sumber : Dokumentasi Praktikum Pengolahan Bahan Galian, 2015 Gambar Shaking Table 2) Ember, berfungsi untuk menampung air dan material. *Sumber : Dokumentasi Praktikum Pengolahan Bahan Galian, 2015 Gambar Ember 3) Peralatan safety, untuk alat perlindungan diri agar mengurangi resiko adanya korban saat terjadinya kecelakan.

17 *Sumber : Dokumentasi Praktikum Pengolahan Bahan Galian, 2015 Gambar Peralatan Safety 4) Neraca digital, berfungsi untuk menimbang material-material yang digunakan baik pasir besi atau pasir silika dengan ketelitian angka yang kecil. *Sumber : Dokumentasi Praktikum Pengolahan Bahan Galian, 2015 Gambar Neraca digital 5) Alat tulis, berfungsi untuk mencatat hasil pengamatan.

18 *Sumber : Dokumentasi Praktikum Pengolahan Bahan Galian, 2015 Gambar Alat Tulis 6) Lup, berfungsi untuk mengamati material agar lebih jelas. *Sumber : Dokumentasi Praktikum Pengolahan Bahan Galian, 2015 Gambar Lup 7) Millimeter block, berfungsi untuk media dalam melakukan kegiatan grain counting..

19 *Sumber : Dokumentasi Praktikum Pengolahan Bahan Galian, 2015 Gambar Milimeter Block 8) Timbangan, berfungsi menimbang material baik konsentrat, middling atau tailing. *Sumber : Dokumentasi Praktikum Pengolahan Bahan Galian, 2015 Gambar Timbangan b. Bahan Bahan yang dipergunakan dalam praktikum kali ini, yaitu sebagai berikut : 1) Pasir besi adalah material yang akan diuji sebagai konsentrat yang kemudian akan dihitung recoverynya.

20 *Sumber : Dokumentasi Praktikum Pengolahan Bahan Galian, 2015 Gambar Pasir Besi 2) Pasir silika adalah pasir yang berwarna putih yang akan digunakan sebagai material pengotor (tailing). *Sumber : Dokumentasi Praktikum Pengolahan Bahan Galian, 2015 Gambar Pasir Kuarsa 2) Air, digunakan sebagai media yang dimanfaatkan untuk media mengalirkan pasir besi dan pasir kuarsa.

21 *Sumber : Dokumentasi Praktikum Pengolahan Bahan Galian, 2015 Gambar Air Prosedur Kerja Adapun prosedur kerja dari kegiatan shaking table, yaitu sebagai berikut : a. Menimbang bahan yang digunakan. b. Mengatur kemiringan meja. c. Menyumbat lubang yang ada pada tempat penampungan pulp yang ada pada alat. d. Memasukan bahan ke dalam salah satu tempat penampungan yang telah ditentukan. e. Memperhatikan empat penampungan, jangan sampai ada kebocoran karena dapat mempengaruhi hasil dari percobaan. f. Meletakkan ember pada lubang-lubang selang agar hasil yang diperoleh tidak terhambur ataupun tercecer dan memastikan posisinya benar-benar sudah tepat.

22 g. Menyalakan alat sesuai SOP. h. Membuka sumbatan dan memperhatikan cara kerja alat. i. Menyalakan tetap air apabila pulp sudah habis dan memastikan bahan sudah tidak terdapat lagi pada meja shaking table. j. Mengambil dan mengeringkan concentrate, middling dan tailing yang berada di tempat penampungan masing-masing. k. Menimbang berat concentrate, middling dan tailing. l. Melakukan perhitungan recovery dengan rumus yang telah ada.

BAB V DASAR-DASAR PENGOLAHAN BAHAN GALIAN

BAB V DASAR-DASAR PENGOLAHAN BAHAN GALIAN BAB V DASAR-DASAR PENGOLAHAN BAHAN GALIAN 5.1. Pengolahan Bahan Galian Pengolahan Bahan Galian (Mineral dressing) adalah pengolahan mineral dengan tujuan untuk memisahkan mineral berharga dan gangue-nya

Lebih terperinci

BAB II TAHAPAN UMUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN

BAB II TAHAPAN UMUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN BAB II TAHAPAN UMUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN Pengolahan Bahan Galian (Ore Dressing) pada umumnya dilakukan dalam beberapa tahapan, yaitu : preparasi, konsentrasi, dan dewatering. 2.1. PREPARASI Preparasi

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. 4.1 Analisis Mineragrafi

BAB IV PEMBAHASAN. 4.1 Analisis Mineragrafi BAB IV PEMBAHASAN Metode tabling adalah metode konsentrasi gravitasi yang digunakan untuk memisahkan dua atau lebih mineral berdasarkan perbedaan berat jenis dari mineral berharga dan pengotornya. Kriteria

Lebih terperinci

PEMBUATAN KONSENTRAT ZIRKON SEBAGAI UMPAN PROSES PELEBURAN MENGGUNAKAN SHAKING TABLE (MEJA GOYANG)

PEMBUATAN KONSENTRAT ZIRKON SEBAGAI UMPAN PROSES PELEBURAN MENGGUNAKAN SHAKING TABLE (MEJA GOYANG) PEMBUATAN KONSENTRAT ZIRKON SEBAGAI UMPAN PROSES PELEBURAN MENGGUNAKAN SHAKING TABLE (MEJA GOYANG) Sajima, Sunardjo, Harry Supriyadi BATAN, Babarsari Yogyakarta, 55281 E-mail :ptapb@batan.go.id ABSTRAK

Lebih terperinci

BAB III PERCOBAAN DAN HASIL PERCOBAAN

BAB III PERCOBAAN DAN HASIL PERCOBAAN BAB III PERCOBAAN DAN HASIL PERCOBAAN 3.1 Percobaan Percobaan tabling merupakan percobaan konsentrasi gravitasi berdasarkan perbedaan berat jenis dari mineral berharga dan pengotornya. Sampel bijih dipersiapkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada tahun 2005 menurut penelitian South East Asia Iron and Steel Institute, tingkat konsumsi baja per kapita di Indonesia sebesar 26,2 kg yang lebih rendah dibandingkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bauksit Bauksit merupakan bahan yang heterogen, yang mengandung mineral dari oksida aluminium, yaitu berupa mineral buhmit (Al 2 O 3.H 2 O) dan mineral gibsit (Al 2 O 3.3H 2

Lebih terperinci

PENGOLAHAN BAHAN GALIAN

PENGOLAHAN BAHAN GALIAN PETUNJUK PRAKTIKUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN Oleh : IR. M. WINANTO AJIE PH, MSc IR. UNTUNG SUKAMTO, MT IR. SUDARYANTO, MT LABORATORIUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN - FTM UPN VETERAN

Lebih terperinci

Proses penggerusan merupakan dasar operasional penting dalam teknologi farmasi. Proses ini melibatkan perusakan dan penghalusan materi dengan

Proses penggerusan merupakan dasar operasional penting dalam teknologi farmasi. Proses ini melibatkan perusakan dan penghalusan materi dengan Proses penggerusan merupakan dasar operasional penting dalam teknologi farmasi. Proses ini melibatkan perusakan dan penghalusan materi dengan konsekuensi meningkatnya luas permukaan. Ukuran partikel atau

Lebih terperinci

MODUL 1.04 FILTRASI LABORATORIUM OPERASI TEKNIK KIMIA JURUSAN TEKNIK KIMIA UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA CILEGON BANTEN

MODUL 1.04 FILTRASI LABORATORIUM OPERASI TEKNIK KIMIA JURUSAN TEKNIK KIMIA UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA CILEGON BANTEN MODUL 1.04 FILTRASI LABORATORIUM OPERASI TEKNIK KIMIA JURUSAN TEKNIK KIMIA UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA CILEGON BANTEN 2008 2 Modul 1.04 FILTRASI I. Tujuan Praktikum: Mahasiswa dapat memahami tentang

Lebih terperinci

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA I SEDIMENTASI

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA I SEDIMENTASI PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA I SEDIMENTASI NAMA KELOMPOK : 1. FITRIYATUN NUR JANNAH (5213412006) 2. FERA ARINTA (5213412017) 3. DANI PRASETYA (5213412037) PRODI TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITTAS

Lebih terperinci

PEMBUATAN KONSENTRAT ZIRKON DARI PASIR ZIRKON KALIMANTAN BARAT

PEMBUATAN KONSENTRAT ZIRKON DARI PASIR ZIRKON KALIMANTAN BARAT PEMBUATAN KONSENTRAT ZIRKON DARI PASIR ZIRKON KALIMANTAN BARAT Sajima, Sunardjo, Mulyono -BATAN-Yogyakarta Jl Babarsari Nomor 21, Kotak pos 6101 Ykbb 55281 e-mail : ptapb@batan.go.id Abstrak PEMBUATAN

Lebih terperinci

Prosiding Teknik Pertambangan ISSN:

Prosiding Teknik Pertambangan ISSN: Prosiding Teknik Pertambangan ISSN: 2460-6499 Hubungan Pengaturan Laju Umpan, Selang Ukur Hopper dan Splitter pada Air Table Guna Memperoleh Cassiterite dengan Kadar (Sn) 70% di Pusat Pengolahan Bijih

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM PROSES PERLAKUAN MEKANIK GRINDING & SIZING

LAPORAN PRAKTIKUM PROSES PERLAKUAN MEKANIK GRINDING & SIZING LAPORAN PRAKTIKUM PROSES PERLAKUAN MEKANIK GRINDING & SIZING Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Laporan Praktikum Proses Pemisahan & Pemurnian Dosen Pembimbing : Ir. Ahmad Rifandi, MSc 2 A TKPB Kelompok

Lebih terperinci

BAB II PEMBAHASAN. II.1. Electrorefining

BAB II PEMBAHASAN. II.1. Electrorefining BAB II PEMBAHASAN II.1. Electrorefining Electrorefining adalah proses pemurnian secara elektrolisis dimana logam yangingin ditingkatkan kadarnya (logam yang masih cukup banyak mengandung pengotor)digunakan

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. Beton pada umumnya adalah campuran antara agregat. kasar (batu pecah/alam), agregat halus (pasir), kemudian

BAB III LANDASAN TEORI. Beton pada umumnya adalah campuran antara agregat. kasar (batu pecah/alam), agregat halus (pasir), kemudian 11 BAB III LANDASAN TEORI 3.1. Beton Beton pada umumnya adalah campuran antara agregat kasar (batu pecah/alam), agregat halus (pasir), kemudian direkatkan dengan semen Portland yang direaksikan dengan

Lebih terperinci

LABORATORIUM PERLAKUAN MEKANIK

LABORATORIUM PERLAKUAN MEKANIK LABORATORIUM PERLAKUAN MEKANIK SEMESTER GENAP TAHUN AJARAN 2013 / 2014 MODUL PEMBIMBING : Plate and Frame Filter Press : Iwan Ridwan, ST, MT Tanggal Praktikum : 10 Juni 2014 Tanggal Pengumupulan : 21 Juni

Lebih terperinci

4 CM HALAMAN PERSEMBAHAN. Times New Roman 14, KAPITAL 4 CM 3 CM. HALAMAN iii, dst (Times New Roman 10 pt. iii 1,5 CM

4 CM HALAMAN PERSEMBAHAN. Times New Roman 14, KAPITAL 4 CM 3 CM. HALAMAN iii, dst (Times New Roman 10 pt. iii 1,5 CM HALAMAN PERSEMBAHAN HALAMAN iii, dst (Times New Roman 10 pt iii KATA PENGANTAR Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan berkat dan rahmat-nya sehingga praktiakan dapat

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Teori Dasar Steam merupakan bagian penting dan tidak terpisahkan dari teknologi modern. Tanpa steam, maka industri makanan kita, tekstil, bahan kimia, bahan kedokteran,daya, pemanasan

Lebih terperinci

SEPARATION. (Pengolahan Mineral) RIRINA DARA OLEH : JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SYIAH KUALA DARUSSALAM - BANDA ACEH 2015

SEPARATION. (Pengolahan Mineral) RIRINA DARA OLEH : JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SYIAH KUALA DARUSSALAM - BANDA ACEH 2015 SEPARATION (Pengolahan Mineral) OLEH : RIRINA DARA 1204108010061 JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SYIAH KUALA DARUSSALAM - BANDA ACEH 2015 Separation Merupakan proses pemisahan mineral.

Lebih terperinci

BAB III PROSES PENGECORAN LOGAM

BAB III PROSES PENGECORAN LOGAM BAB III PROSES PENGECORAN LOGAM 3.1.Peralatan dan Perlengkapan dalam Pengecoran Tahap yang paling utama dalam pengecoran logam kita harus mengetahui dan memahami peralatan dan perlengkapannya. Dalam Sand

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.35, 2014 KEMENESDM. Peningkatan. Nilai Tambah. Mineral. Pencabutan. PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PENINGKATAN

Lebih terperinci

4 CM BAB I PENDAHULUAN. ( berisi latar belakang penulisan laporan tiap acara ) Jarak antar kalimat terakhir dan sub bab 1 cm

4 CM BAB I PENDAHULUAN. ( berisi latar belakang penulisan laporan tiap acara ) Jarak antar kalimat terakhir dan sub bab 1 cm BAB I PENDAHULUAN 2 CM 1.1. Latar Belakang Ditulis dengan rapido 0,5 dan di 0,5 di 0,3 Suatu bahan galian di alam masih berasosiasi dengan mineral pengotornya, oleh karena itu dibutuhkan suatu proses untuk

Lebih terperinci

Hasil Penelitian dan Pembahasan

Hasil Penelitian dan Pembahasan b. Menghitung pengaruh gaya-gaya yang bekerja pada pemisahan materi berat-ringan dalam reaktor jig, yaitu gaya gravitasi (gaya berat), gaya buoyant, dan gaya drag terhadap waktu pemisahan materi. c. Perhitungan

Lebih terperinci

ETTY EKAWATI Dept. Agribisnis Tanaman dan Kehutanan PPPPTK PERTANIAN

ETTY EKAWATI Dept. Agribisnis Tanaman dan Kehutanan PPPPTK PERTANIAN ETTY EKAWATI Dept. Agribisnis Tanaman dan Kehutanan PPPPTK PERTANIAN MATERI A.PENGERTIAN PEMBERSIHAN DAN SORTASI BENIH B.PROSES SORTASI BENIH C.METODE SORTASI BENIH 1. Pengertian pembersihan benih: proses

Lebih terperinci

HUKUM STOKES. sekon (Pa.s). Fluida memiliki sifat-sifat sebagai berikut.

HUKUM STOKES. sekon (Pa.s). Fluida memiliki sifat-sifat sebagai berikut. HUKUM STOKES I. Pendahuluan Viskositas dan Hukum Stokes - Viskositas (kekentalan) fluida menyatakan besarnya gesekan yang dialami oleh suatu fluida saat mengalir. Makin besar viskositas suatu fluida, makin

Lebih terperinci

STUDI KONSENTRASI BIJIH BESI LATERITIK KADAR RENDAH DENGAN METODE TABLING TUGAS AKHIR

STUDI KONSENTRASI BIJIH BESI LATERITIK KADAR RENDAH DENGAN METODE TABLING TUGAS AKHIR STUDI KONSENTRASI BIJIH BESI LATERITIK KADAR RENDAH DENGAN METODE TABLING TUGAS AKHIR Dibuat untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar Sarjana Teknik Metalurgi pada Program Studi Teknik Metalurgi Institut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 L atar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 L atar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang PT Aneka Tambang (Antam), Tbk. Unit Bisnis Pertambangan Emas (UBPE) Pongkor adalah salah satu industri penambangan dan pengolahan bijih emas. Lingkup kegiatannya adalah

Lebih terperinci

BAB 5 DASAR POMPA. pompa

BAB 5 DASAR POMPA. pompa BAB 5 DASAR POMPA Pompa merupakan salah satu jenis mesin yang berfungsi untuk memindahkan zat cair dari suatu tempat ke tempat yang diinginkan. Zat cair tersebut contohnya adalah air, oli atau minyak pelumas,

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... i. UCAPAN TERIMAKASIH... ii. DAFTAR ISI... iv. DAFTAR TABEL... vii. DAFTAR GAMBAR... viii. DAFTAR GRAFIK...

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... i. UCAPAN TERIMAKASIH... ii. DAFTAR ISI... iv. DAFTAR TABEL... vii. DAFTAR GAMBAR... viii. DAFTAR GRAFIK... DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... i UCAPAN TERIMAKASIH... ii DAFTAR ISI... iv DAFTAR TABEL... vii DAFTAR GAMBAR... viii DAFTAR GRAFIK... ix DAFTAR ISTILAH... x BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar Belakang... 1

Lebih terperinci

LATIHAN SOAL MENJELANG UJIAN TENGAH SEMESTER STAF PENGAJAR FISIKA TPB

LATIHAN SOAL MENJELANG UJIAN TENGAH SEMESTER STAF PENGAJAR FISIKA TPB LATIHAN SOAL MENJELANG UJIAN TENGAH SEMESTER STAF PENGAJAR FISIKA TPB Soal No. 1 Seorang berjalan santai dengan kelajuan 2,5 km/jam, berapakah waktu yang dibutuhkan agar ia sampai ke suatu tempat yang

Lebih terperinci

BAB IV PETUNJUK PRAKTIKUM

BAB IV PETUNJUK PRAKTIKUM BAB IV PETUNJUK PRAKTIKUM 1. CRUSHING DAN GRINDING Kominusi adalah proses mereduksi ukuran butir atau proses meliberasikan bijih. Yang dimaksud dengan proses meliberasi adalah proses melepaskan bijih tersebut

Lebih terperinci

- 3 - BAB I KETENTUAN UMUM

- 3 - BAB I KETENTUAN UMUM - 2 - Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 4, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

Lebih terperinci

2017, No Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara (Lembaran Negara Repub

2017, No Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara (Lembaran Negara Repub BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.98, 2017 KEMEN-ESDM. Nilai Tambah Mineral. Peningkatan. Pencabutan. PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 05 TAHUN 2017 TENTANG PENINGKATAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan teknologi serta industri saat ini diikuti dengan bertambahnya permintaan dari industri untuk bahan tambang ataupun mineral, salah satunya yaitu timah.

Lebih terperinci

4 CM HALAMAN PERSEMBAHAN. Times New Roman 14, KAPITAL 4 CM 3 CM. HALAMAN iii, dst. iii 3 CM

4 CM HALAMAN PERSEMBAHAN. Times New Roman 14, KAPITAL 4 CM 3 CM. HALAMAN iii, dst. iii 3 CM 4 CM HALAMAN PERSEMBAHAN Times New Roman 14, KAPITAL 4 CM HALAMAN iii, dst iii Times New Roman 14, KAPITAL KATA PENGANTAR Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan

Lebih terperinci

Prosiding Teknik Pertambangan ISSN:

Prosiding Teknik Pertambangan ISSN: Prosiding Teknik Pertambangan ISSN: 2460-6499 Kajian Mengenai Peningkatan Kadar Fe Total pada Bijih Besi Laterit Menggunakan Magnetic Separator di PT Aikona Bima Amarta Kecamatan Bajuin, Kabupaten Tanah

Lebih terperinci

PENYELIDIKAN POTENSI BAHAN GALIAN PADA TAILING PT FREEPORT INDONESIA DI KABUPATEN MIMIKA, PROVINSI PAPUA

PENYELIDIKAN POTENSI BAHAN GALIAN PADA TAILING PT FREEPORT INDONESIA DI KABUPATEN MIMIKA, PROVINSI PAPUA PENYELIDIKAN POTENSI BAHAN GALIAN PADA TAILING PT FREEPORT INDONESIA DI KABUPATEN MIMIKA, PROVINSI PAPUA Mangara P Pohan, 1 Denni W. 2, Sabtanto J.S. 3, Asep A. 4 1,2,3,4 Kelompok Program Penelitian Konservasi

Lebih terperinci

Hasil Penelitian dan Pembahasan

Hasil Penelitian dan Pembahasan Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan IV.1 Pengaruh Arus Listrik Terhadap Hasil Elektrolisis Elektrolisis merupakan reaksi yang tidak spontan. Untuk dapat berlangsungnya reaksi elektrolisis digunakan

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK LUMPUR SIDOARJO

KARAKTERISTIK LUMPUR SIDOARJO KARAKTERISTIK LUMPUR SIDOARJO Sifat Umum Lumpur Sidoarjo merupakan lumpur yang keluar dari perut bumi, berasal dari bagian sedimentasi formasi Kujung, formasi Kalibeng dan formasi Pucangan. Sedimen formasi

Lebih terperinci

KLASIFIKASI PADATAN MENGGUNAKAN ALIRAN FLUIDA

KLASIFIKASI PADATAN MENGGUNAKAN ALIRAN FLUIDA Yogyakarta, 3 November 212 KLASIFIKASI PADATAN MENGGUNAKAN ALIRAN FLUIDA Ir. Adullah Kuntaarsa, MT, Ir. Drs. Priyo Waspodo US, MSc, Christine Charismawaty Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknologi Industri

Lebih terperinci

BAB 3 DINAMIKA GERAK LURUS

BAB 3 DINAMIKA GERAK LURUS BAB 3 DINAMIKA GERAK LURUS A. TUJUAN PEMBELAJARAN 1. Menerapkan Hukum I Newton untuk menganalisis gaya-gaya pada benda 2. Menerapkan Hukum II Newton untuk menganalisis gerak objek 3. Menentukan pasangan

Lebih terperinci

PENGECATAN. Oleh: Riswan Dwi Djatmiko

PENGECATAN. Oleh: Riswan Dwi Djatmiko 1 PENGECATAN Oleh: Riswan Dwi Djatmiko Salah satu proses finishing yang terpopuler di kalangan masyarakat adalah proses pengecatan (painting). Proses ini mudah dilakukan dan tidak memerlukan beaya yang

Lebih terperinci

BAB IV BAHAN AIR UNTUK CAMPURAN BETON

BAB IV BAHAN AIR UNTUK CAMPURAN BETON BAB IV BAHAN AIR UNTUK CAMPURAN BETON Air merupakan salah satu bahan pokok dalam proses pembuatan beton, peranan air sebagai bahan untuk membuat beton dapat menentukan mutu campuran beton. 4.1 Persyaratan

Lebih terperinci

DESAIN PROSES PENINGKATAN KADAR BIJIH BESI KALIMANTAN SELATAN

DESAIN PROSES PENINGKATAN KADAR BIJIH BESI KALIMANTAN SELATAN DESAIN PROSES PENINGKATAN KADAR BIJIH BESI KALIMANTAN SELATAN Nuryadi Saleh, Pramusanto, Yuhelda Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Mineral dan Batubara tekmira nuryadi@tekmira.esdm.go.id S A

Lebih terperinci

KAJIAN TEKNIS PENGARUH KETEBALAN LAPISAN BED PADA PAN AMERICAN JIG TERHADAP RECOVERY TIMAH DI TB 1.42 PEMALI PT TIMAH (PERSERO) TBK, BANGKA BELITUNG

KAJIAN TEKNIS PENGARUH KETEBALAN LAPISAN BED PADA PAN AMERICAN JIG TERHADAP RECOVERY TIMAH DI TB 1.42 PEMALI PT TIMAH (PERSERO) TBK, BANGKA BELITUNG KAJIAN TEKNIS PENGARUH KETEBALAN LAPISAN BED PADA PAN AMERICAN JIG TERHADAP RECOVERY TIMAH DI TB 1.42 PEMALI PT TIMAH (PERSERO) TBK, BANGKA BELITUNG TECHNICAL STUDY ON THE INFLUENCE OF THE BED LAYER THICKNESS

Lebih terperinci

PROSEDUR DAN PERCOBAAN

PROSEDUR DAN PERCOBAAN BAB III PROSEDUR DAN PERCOBAAN 3.1 Prosedur Percobaan Prosedur percobaan yang dilakukan selama penelitian dapat dilihat pada Gambar 3.1. Gambar 3.1 Flow chart prosedur percobaan 24 25 3.1.1 Persiapan Red

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Tipe Estuari dan Debit Sungai. Tipe estuari biasanya dipengaruhi oleh kondisi pasang surut. Pada saat pasang, salinitas perairan akan didominasi oleh salinitas air laut karena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang PT Aneka Tambang Tbk. Unit Bisnis Pertambangan Emas Pongkor (PT Antam Tbk. UBPE Pongkor) merupakan perusahaan pertambangan yang memiliki beberapa unit bisnis dan anak

Lebih terperinci

MACAM-MACAM FLOOR HARDENER DENGAN KINERJANYA

MACAM-MACAM FLOOR HARDENER DENGAN KINERJANYA MACAM-MACAM FLOOR HARDENER DENGAN KINERJANYA Leonardo Krisnanto Wijono 1, Gerry Febrian Ongko 2, Prasetio Sudjarwo 3, Januar Buntoro 4 ABSTRAK : Perkembangan bangunan industri membutuhkan permukaan lantai

Lebih terperinci

Penentuan Energi Ball Mill dengan Menggunakan Metode Indeks Kerja Bond. Jl. Tamansari No. 1 Bandung

Penentuan Energi Ball Mill dengan Menggunakan Metode Indeks Kerja Bond. Jl. Tamansari No. 1 Bandung Prosiding Teknik Pertambangan ISSN: 2460-6499 Penentuan Energi Ball Mill dengan Menggunakan Metode Indeks Kerja Bond 1 Teja Sukmana 1 Prodi Pertambangan, Fakultas Teknik, Universitas Islam Bandung, Jl.

Lebih terperinci

Sistem Penambangan Bawah Tanah (Edisi I) Rochsyid Anggara, ST. Balai Pendidikan dan Pelatihan Tambang Bawah Tanah

Sistem Penambangan Bawah Tanah (Edisi I) Rochsyid Anggara, ST. Balai Pendidikan dan Pelatihan Tambang Bawah Tanah Sistem Penambangan Bawah Tanah (Edisi I) Rochsyid Anggara, ST Balai Pendidikan dan Pelatihan Tambang Bawah Tanah Ditinjau dari sistem penyanggaannya, maka metode penambangan bawah tanah (Underground mining)

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIK

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIK LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIK MODUL PRAKTIKUM NAMA PEMBIMBING NAMA MAHASISWA : MASSA JENIS DAN VISKOSITAS : RISPIANDI,ST.MT : SIFA FUZI ALLAWIYAH TANGGAL PRAKTEK : 25 September 2013 TANGGAL PENYERAHAN

Lebih terperinci

Ada beberapa jenis timbangan yang sering digunakan akan tetapi secara garis besar timbangan yang digunakan dibedakan menjadi 3 yaitu :

Ada beberapa jenis timbangan yang sering digunakan akan tetapi secara garis besar timbangan yang digunakan dibedakan menjadi 3 yaitu : Dasar Teori Alat ukur adalah alat yang digunakan untuk mengukur suatu besaran dalam fisika. Pada umumnya ada tiga besaran yang paling banyak diukur dalam dunia fisika untuk tingkat SMA yaitu panjang, massa

Lebih terperinci

METODE PENGUJIAN KEPADATAN BERAT ISI TANAH DI LAPANGAN DENGAN BALON KARET

METODE PENGUJIAN KEPADATAN BERAT ISI TANAH DI LAPANGAN DENGAN BALON KARET METODE PENGUJIAN KEPADATAN BERAT ISI TANAH DI LAPANGAN DENGAN BALON KARET SNI 19-6413-2000 1. Ruang Lingkup 1.1 Metode ini mencakup penentuan kepadatan dan berat isi tanah hasil pemadatan di lapangan atau

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. PENENTUAN PERBANDINGAN MASSA ALUMINIUM SILIKAT DAN MAGNESIUM SILIKAT Tahapan ini merupakan tahap pendahuluan dari penelitian ini, diawali dengan menentukan perbandingan massa

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 36 HASIL DAN PEMBAHASAN Dasar Pemilihan Bucket Elevator sebagai Mesin Pemindah Bahan Dasar pemilihan mesin pemindah bahan secara umum selain didasarkan pada sifat-sifat bahan yang berpengaruh terhadap

Lebih terperinci

5. Gaya Tekan Tekanan merupakan besarnya gaya tekan tiap satuan luas permukaan.

5. Gaya Tekan Tekanan merupakan besarnya gaya tekan tiap satuan luas permukaan. Gaya Doronglah daun pintu sehingga terbuka. Tariklah sebuah pita karet. Tekanlah segumpal tanah liat. Angkatlah bukumu. Pada setiap kegiatan itu kamu mengerahkan sebuah gaya. Gaya adalah suatu tarikan

Lebih terperinci

BAB II TEORI DASAR. Gambar 2.1 Goetit (Pellant,1992)

BAB II TEORI DASAR. Gambar 2.1 Goetit (Pellant,1992) BAB II TEORI DASAR 2.1 Bijih Besi Bijih besi dibagi menjadi beberapa golongan diantaranya adalah golongan oksida, sulfida, dan hidroksida. Golongan oksida meliputi hematit dan magnetit sedangkan untuk

Lebih terperinci

Gophering Adalah metode penambangan yang tidak sistematis, umumnya dilakukan secara tradisional / manual. Dipakai untuk endapan tersebar dengan nilai

Gophering Adalah metode penambangan yang tidak sistematis, umumnya dilakukan secara tradisional / manual. Dipakai untuk endapan tersebar dengan nilai Gophering Adalah metode penambangan yang tidak sistematis, umumnya dilakukan secara tradisional / manual. Dipakai untuk endapan tersebar dengan nilai sedang-tinggi Bijih dan batuan samping cukup kuat,

Lebih terperinci

BAB III PEMBUATAN ALAT UJI DAN METODE PENGAMBILAN DATA

BAB III PEMBUATAN ALAT UJI DAN METODE PENGAMBILAN DATA BAB III PEMBUATAN ALAT UJI DAN METODE PENGAMBILAN DATA Untuk mendapatkan koefisien gesek pada saluran pipa berpenampang persegi, nilai penurunan tekanan (pressure loss), kekasaran pipa dan beberapa variabel

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Absorpsi dan stripper adalah alat yang digunakan untuk memisahkan satu komponen atau lebih dari campurannya menggunakan prinsip perbedaan kelarutan. Solut adalah komponen

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulu Penelitian yang sudah pernah dilakukan dan dapat di jadikan literatur untuk penyusunan penelitian ini adalah penelitian yang dilakukan oleh Ishaq Maulana

Lebih terperinci

Gesekan. Hoga Saragih. hogasaragih.wordpress.com

Gesekan. Hoga Saragih. hogasaragih.wordpress.com Gesekan Hoga Saragih Gaya Gesekan Gaya gesekan adalah gaya yang ditimbulkan oleh dua benda yang bergesekan dan arahnya berlawanan dengan arah gerak benda. Beberapa cara memperkecil gaya gesekan dalam kehidupan

Lebih terperinci

Dasar Ilmu Tanah semester ganjil 2011/2012 (EHN & SIN) Materi 05: Sifat Fisika (1)-Tekstur Tanah

Dasar Ilmu Tanah semester ganjil 2011/2012 (EHN & SIN) Materi 05: Sifat Fisika (1)-Tekstur Tanah Dasar Ilmu Tanah semester ganjil 2011/2012 (EHN & SIN) Materi 05: Sifat Fisika (1)-Tekstur Tanah Tektur Tanah = %pasir, debu & liat dalam tanah Tektur tanah adalah sifat fisika tanah yang sangat penting

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Mesin Fluida Mesin fluida adalah mesin yang berfungsi untuk mengubah energi mekanis poros menjadi energi potensial fluida, atau sebaliknya mengubah energi fluida (energi potensial

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Perlakuan Awal dan Karakteristik Abu Batubara Abu batubara yang digunakan untuk penelitian ini terdiri dari 2 jenis, yaitu abu batubara hasil pembakaran di boiler tungku

Lebih terperinci

BAB I PEDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pipa merupakan salah satu kebutuhan yang di gunakan untuk

BAB I PEDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pipa merupakan salah satu kebutuhan yang di gunakan untuk BAB I PEDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pipa merupakan salah satu kebutuhan yang di gunakan untuk mendistribusikan aliran fluida dari suatu tempat ketempat yang lain. Berbagi jenis pipa saat ini sudah beredar

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. -X52 sedangkan laju -X52. korosi tertinggi dimiliki oleh jaringan pipa 16 OD-Y 5

BAB IV PEMBAHASAN. -X52 sedangkan laju -X52. korosi tertinggi dimiliki oleh jaringan pipa 16 OD-Y 5 BAB IV PEMBAHASAN Pada bab ini, hasil pengolahan data untuk analisis jaringan pipa bawah laut yang terkena korosi internal akan dibahas lebih lanjut. Pengaruh operasional pipa terhadap laju korosi dari

Lebih terperinci

Cleaning and Grading

Cleaning and Grading Cleaning and Grading Rini Yulianingsih PENGGILINGAN Mengacu pada pengecilan ukuran Operasi pemisahan digunakan untuk pengolahan biji pangan menjadi bentuk edible dengan memindahkan dan memisahkan bagian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1. Menjelaskan prinsip dasar pemisahan mineral secara magnetis

BAB I PENDAHULUAN. 1. Menjelaskan prinsip dasar pemisahan mineral secara magnetis BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengolahan Bahan Galian merupakan metode yang dilakukan untuk meningkatkan mutu dan kualitas bahan galian Proses pemisahan mineral secara magnetis masih tetap digunakan

Lebih terperinci

Bab III HIDROLIKA. Sub Kompetensi. Memberikan pengetahuan tentang hubungan analisis hidrolika dalam perencanaan drainase

Bab III HIDROLIKA. Sub Kompetensi. Memberikan pengetahuan tentang hubungan analisis hidrolika dalam perencanaan drainase Bab III HIDROLIKA Sub Kompetensi Memberikan pengetahuan tentang hubungan analisis hidrolika dalam perencanaan drainase 1 Analisis Hidraulika Perencanaan Hidraulika pada drainase perkotaan adalah untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengolahan mineral. Proses-proses pemisahan senantiasa mengalami. pemisahan menjadi semakin menarik untuk dikaji lebih jauh.

BAB I PENDAHULUAN. pengolahan mineral. Proses-proses pemisahan senantiasa mengalami. pemisahan menjadi semakin menarik untuk dikaji lebih jauh. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Proses pemisahan memiliki peran penting dalam industri seperti industri kimia, petrokimia, pengolahan pangan, farmasi, pengolahan minyak bumi, atau pengolahan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 21 HASIL DAN PEMBAHASAN Pengamatan Umum Hasil pemeriksaan SSA sampel (limbah fixer) memiliki kadar Ag sebesar 6000.365 ppm. Kadar Ag tersebut apabila dikonversi setara dengan 0.6% (Khunprasert et al. 2004).

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perusahaaan Daerah Air Minum (PDAM) merupakan perusahaan milik daerah yang bergerak di bidang pengolahan dan perindustrian air bersih bagi masyarakat umum.

Lebih terperinci

HUBUNGAN TANAH - AIR - TANAMAN

HUBUNGAN TANAH - AIR - TANAMAN MINGGU 2 HUBUNGAN TANAH - AIR - TANAMAN Irigasi dan Drainasi Widianto (2012) TUJUAN PEMBELAJARAN 1. Memahami sifat dan karakteristik tanah untuk menyediakan air bagi tanaman 2. Memahami proses-proses aliran

Lebih terperinci

STUDI PENURUNAN KADAR LOGAM BESI (Fe) DAN LOGAM MANGAN (Mn) PADA LEMPUNG TERHADAP PERUBAHAN ARUS LISTRIK DALAM SOLENOIDA.

STUDI PENURUNAN KADAR LOGAM BESI (Fe) DAN LOGAM MANGAN (Mn) PADA LEMPUNG TERHADAP PERUBAHAN ARUS LISTRIK DALAM SOLENOIDA. Jurnal Dinamika, September 2015, halaman 1-8 ISSN 2087-7889 Vol. 06. No.2 STUDI PENURUNAN KADAR LOGAM BESI (Fe) DAN LOGAM MANGAN (Mn) PADA LEMPUNG TERHADAP PERUBAHAN ARUS LISTRIK DALAM SOLENOIDA Arief

Lebih terperinci

PETUNJUK UMUM Pengerjaan Soal Tahap II Semifinal Diponegoro Physics Competititon Tingkat SMA

PETUNJUK UMUM Pengerjaan Soal Tahap II Semifinal Diponegoro Physics Competititon Tingkat SMA PETUNJUK UMUM Pengerjaan Soal Tahap II Semifinal Diponegoro Physics Competititon Tingkat SMA 1. Soal Olimpiade Sains bidang studi Fisika Tingkat SMA yaitu dalam bentuk Essay panjang. 2. Soal essay panjang

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. dari tempurung dan serabut (NOS= Non Oil Solid).

BAB II LANDASAN TEORI. dari tempurung dan serabut (NOS= Non Oil Solid). BAB II LANDASAN TEORI II.1. Pemurnian Minyak Sawit Minyak sawit yang keluar dari tempat pemerasan atau pengepresan masih berupa minyak sawit kasar karena masih mengandung kotoran berupa partikelpertikel

Lebih terperinci

PENGENDALI DEBU (PARTIKULAT)

PENGENDALI DEBU (PARTIKULAT) Teknologi Pengendalian Emisi 1 PENGENDALI DEBU (PARTIKULAT) Partikulat Apa itu Partikulat? adalah butiran berbentuk padat atau cair Ukuran dinyatakan dalam mikron (µm), 1µm = 10-6 m Contoh 2 > 100µm, cepat

Lebih terperinci

Metode Perhitungan Cadangan. Konsep Dasar

Metode Perhitungan Cadangan. Konsep Dasar Metode Perhitungan Cadangan Konsep Dasar Konversi Unit 1 inch = 2,54 cm 1 karat = 200 mgram 1 m = 3,281 feet 1 mile = 1.609 km 1 ha = 10.000 m 2 1 acre = 0,404686 ha 1 cc = 0,061 cinch 1 kg = 2,2046 pound

Lebih terperinci

INDUSTRI PENGOLAHAN BATUBARA

INDUSTRI PENGOLAHAN BATUBARA (Indra Wibawa Dwi Sukma_Teknik Kimia_Universitas Lampung) 1 INDUSTRI PENGOLAHAN BATUBARA Adapun berikut ini adalah flowsheet Industri pengolahan hasil tambang batubara. Gambar 1. Flowsheet Industri Pengolahan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metoda Pelaksanaan Penelitian Mulai Studi literatur Persiapan alat dan bahan Pengujian material pembentuk mortar (uji pendahuluan) : - Uji berat jenis semen - Uji berat

Lebih terperinci

BAB 3 DINAMIKA. Tujuan Pembelajaran. Bab 3 Dinamika

BAB 3 DINAMIKA. Tujuan Pembelajaran. Bab 3 Dinamika 25 BAB 3 DINAMIKA Tujuan Pembelajaran 1. Menerapkan Hukum I Newton untuk menganalisis gaya pada benda diam 2. Menerapkan Hukum II Newton untuk menganalisis gaya dan percepatan benda 3. Menentukan pasangan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN MESA off grade merupakan hasil samping dari proses sulfonasi MES yang memiliki nilai IFT lebih besar dari 1-4, sehingga tidak dapat digunakan untuk proses Enhanced Oil Recovery

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Erosi Erosi adalah lepasnya material dasar dari tebing sungai, erosi yang dilakukan oleh air dapat dilakukan dengan berbagai cara, yaitu : a. Quarrying, yaitu pendongkelan batuan

Lebih terperinci

Tambang Terbuka (013)

Tambang Terbuka (013) Tambang Terbuka (013) Abdullah 13.31.1.350 Fakultas Teknik Jurusan Teknik Pertambangan Universitas Pejuang Republik Indonesia Makassar 2013 Pendahuluan Aturan utama dari eksploitasi tambang adalah memilih

Lebih terperinci

Tujuan: mendapatkan campuran agregat halus dan kasar yang optimal, sehingga menghasilkan beton yang murah dan workable Syaratnya:

Tujuan: mendapatkan campuran agregat halus dan kasar yang optimal, sehingga menghasilkan beton yang murah dan workable Syaratnya: Tujuan: mendapatkan campuran agregat halus dan kasar yang optimal, sehingga menghasilkan beton yang murah dan workable Syaratnya: Tahu gradasi masing-masing agregat (kasar dan halus) Tahu spesifikasi gradasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada umumnya beton dikenal sebagai material yang tersusun dari komposisi utama batuan (agregat), air, dan semen portland. Beton sangat populer dan digunakan secara luas,

Lebih terperinci

PENINGKATAN KADAR ZIRKON UNTUK UMPAN PROSES PELEBURAN PADA PEMBUATAN NATRIUM ZIRKONAT

PENINGKATAN KADAR ZIRKON UNTUK UMPAN PROSES PELEBURAN PADA PEMBUATAN NATRIUM ZIRKONAT Sajima, dkk. ISSN 0216-3128 115 PENINGKATAN KADAR ZIRKON UNTUK UMPAN PROSES PELEBURAN PADA PEMBUATAN NATRIUM ZIRKONAT Sajima, Sunardjo, Harry Supriyadi Pusat Teknolgi Akselerator dan Proses Bahan Jl. Babarsari

Lebih terperinci

PEMISAHAN MEKANIS (mechanical separations)

PEMISAHAN MEKANIS (mechanical separations) PEMISAHAN MEKANIS (mechanical separations) sedimentasi (pengendapan), pemisahan sentrifugal, filtrasi (penyaringan), pengayakan (screening/sieving). Pemisahan mekanis partikel fluida menggunakan gaya yang

Lebih terperinci

Dokumen Kurikulum Program Studi : Teknik Metalurgi. Lampiran III

Dokumen Kurikulum Program Studi : Teknik Metalurgi. Lampiran III Dokumen Kurikulum 20132018 Program Studi : Teknik Metalurgi Lampiran III Fakultas : Teknik Pertambangan dan Perminyakan Institut Teknologi Bandung Bidang Akademik dan Kemahasiswaan Institut Teknologi Bandung

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Air 1. Pengertian air a. Pengertian air minum Air minum adalah air yang kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung diminum. 8) b. Pengertian air bersih Air bersih

Lebih terperinci

Terbentuknya Batuan Sedimen

Terbentuknya Batuan Sedimen Partikel Sedimen Terbentuknya Batuan Sedimen Proses terbentuknya batuan sedimen dari batuan yang telah ada sebelumnya. Material yang berasal dari proses pelapukan kimiawi dan mekanis, ditransportasikan

Lebih terperinci

PENGOLAHAN AIR LIMBAH SECARA FISIK

PENGOLAHAN AIR LIMBAH SECARA FISIK PENGOLAHAN LIMBAH SECARA FISIK PENGOLAHAN LIMBAH SECARA FISIK PENGOLAHAN LIMBAH TANPA MELIBATKAN BAHAN KIMIA ATAU TANPA TERJADI REAKSI KIMIA PENGOLAHAN LIMBAH SECARA FISIK : SCREENING SEDIMENTASI FILTRASI

Lebih terperinci

PROSES PENGOLAHAN AIR SUNGAI MENJADI AIR MINERAL

PROSES PENGOLAHAN AIR SUNGAI MENJADI AIR MINERAL PROSES PENGOLAHAN AIR SUNGAI MENJADI AIR MINERAL PENDAHULUAN 1. AIR Air merupakan sumber alam yang sangat penting di dunia, karena tanpa air kehidupan tidak dapat berlangsung. Air juga banyak mendapat

Lebih terperinci

4 HASIL DAN PEMBAHASAN. Persiapan Penelitian. Gambar 15 Dimensi Penampang Basah Bangunan Filtrasi HRF

4 HASIL DAN PEMBAHASAN. Persiapan Penelitian. Gambar 15 Dimensi Penampang Basah Bangunan Filtrasi HRF 22 4 HASIL DAN PEMBAHASAN Persiapan Penelitian Saringan kasar (Horizontal Roughing Filter - HRF) merupakan pengolahan pendahuluan untuk menurunkan kekeruhan atau memisahkan padatan dalam jumlah besar serta

Lebih terperinci

NERACA. Neraca Ohauss

NERACA. Neraca Ohauss NERACA Adalah suatu alat untuk mengukur massa benda. Massa adalah banyaknya zat yang terkandung di dalam suatu benda. Satuan SInya adalah kilogram (kg). Sedangkan berat adalah besarnya gaya yang dialmi

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. 1. Alam. (2007). Mendongkrak Baja Dalam Negeri, Majalah Tambang, Edisi April, pp. 13.

DAFTAR PUSTAKA. 1. Alam. (2007). Mendongkrak Baja Dalam Negeri, Majalah Tambang, Edisi April, pp. 13. DAFTAR PUSTAKA 1. Alam. (2007). Mendongkrak Baja Dalam Negeri, Majalah Tambang, Edisi April, pp. 13. 2. Burt, R.O. ( 1984). Gravity Concentration Technology, Elsivier, New York. 3. Chaterjee, A. (1998).

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI 2.1 Aplikasi Backfill di PT Antam Tbk UBPE Pongkor

BAB II DASAR TEORI 2.1 Aplikasi Backfill di PT Antam Tbk UBPE Pongkor BAB II DASAR TEORI 2.1 Aplikasi Backfill di PT Antam Tbk UBPE Pongkor Dalam operasi penambangannya, PT Antam Tbk UBPE Pongkor menggunakan metoda penambangan cut and fill. Material pengisi (filling material)

Lebih terperinci