IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "IV HASIL DAN PEMBAHASAN"

Transkripsi

1 10 PT Nippon Indosari Corpindo memiliki keterbatasan dalam menentukan penjadwalan produksi, yaitu: (1) Terbatasnya jumlah line yang ada memaksa bagian produksi secara bergantian menggunakan line dalam memproduksi roti manis, dan (2) Setiap jenis adonan berbeda antara yang satu dengan yang lain memiliki waktu persiapan atau set-up times. Waktu set-up tersebut secara keseluruhan dapat ditulis sebagai berikut: misalkan, t 1 = waktu yang dibutuhkan untuk mengganti jenis batch, t 2 = waktu yang dibutuhkan untuk mengganti kemasan, t 3 = waktu yang dibutuhkan untuk merubah suhu pemanggangan, t 4 = waktu yang dibutuhkan untuk mempersiapkan bahan roti. maka, set-up times = max {t 1, t 2, t 3, t 4 }. Waktu maksimum dari waktu persiapan atau set-up times tersebut diperhitungkan atau ditambahkan pada saat proses dough mixing. Selama ini bagian Produksi di PT Nippon Indosari Corpindo membuat jadwal produksi dimulai dari proses dough mixing agar dapat lebih memudahkan dalam membuat jadwal di setiap line dan juga agar aliran proses produksi dapat berjalan dengan lancar. Permasalahan waktu set-up yang berbeda-beda serta jumlah line yang terbatas ini memaksa bagian produksi di PT Nippon Indosari Corpindo untuk membuat sebuah penjadwalan yang efektif dalam menyelesaikan pemesanan roti manis seperti yang digambarkan di atas. Selama ini bagian produksi membuat penjadwalan secara manual sehingga memiliki kesulitan dalam penjadwalan produksi dan juga mengalami keterlambatan dalam memenuhi jadwal roti manis yang telah ditentukan sesuai dengan OTP yang ada. Tujuan penelitian ini adalah membuat sebuah penjadwalan yang efektif dan dapat memenuhi pesanan roti yang telah ditentukan sekaligus meminimumkan waktu produksi atau makespan. Hal ini dapat dipecahkan dengan menggunakan pendekatan Integer Nonlinear Programming (INLP) dan dipecahkan dengan metode heuristik. Asumsi yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Semua mesin siap digunakan sejak dari awal produksi dan tidak rusak. 2. Semua job siap diproduksi dari awal. 3. Waktu setiap antarproses diasumsikan tidak ada. 4. Waktu yang digunakan tidak berbeda jauh dengan waktu yang sebenarnya. 3.6 Metode Pemecahan Masalah Metode heuristik yang digunakan dalam memecahkan permasalahan ini merupakan metode yang mudah diaplikasikan. Metode ini dimulai dengan menentukan jumlah job yang akan diproses. Job yang memiliki waktu mulai tercepat akan diproses terlebih dahulu. Jika terdapat lebih dari satu job dengan waktu mulai tercepat yang sama, maka job dengan kemungkinan waktu selesai tercepat akan diproses terlebih dahulu. Setelah job pertama selesai diproses, maka lakukan langkah yang sama untuk jobjob selainnya hingga semua job selesai diproses. Metode ini secara sederhana dapat ditulis sebagai berikut: 1. Tentukan jumlah job-job yang akan diproses. 2. Job yang memiliki waktu mulai tercepat akan dipilih pertama kali untuk diproses. Jika terdapat lebih dari satu job dengan waktu mulai tercepat yang sama, maka job dengan kemungkinan waktu selesai tercepat akan dipilih untuk diproses. 3. Tetapkan job yang lain yang belum diproses sebagai alternatif. 4. Setelah job tersebut diproses, ulangi langkah 2 dan 3 sampai semua job-job selesai diproses. Solusi yang didapatkan dari langkahlangkah di atas merupakan solusi yang baik. Solusi yang didapatkan akan diperbaiki dengan langkah yang sama tetapi dengan urutan job yang berbeda. IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Data Hasil Penelitian Penelitian ini mengambil data dan permasalahan pada produksi roti manis dengan label SariRoti. PT Nippon Indosari Corpindo memproduksi 23 jenis roti manis berlabel SariRoti di mana roti-roti tersebut akan dikelompokkan ke dalam 9 jenis dalam ukuran batch. Pengelompokan tersebut dapat digambarkan sebagai berikut:

2 11 Tabel 2. Jenis Adonan dan Jenis Item Roti Manis berlabel SariRoti BATCH JENIS ROTI KODE ROTI RM+ Roti Manis Coklat ICK Roti Manis Coklat Keju ICC RM- Roti Manis Sarikaya ISK Roti Manis Strawberry IST Roti Manis Keju IKJ Roti Manis Kelapa IKK Sobek Roti Sobek Coklat-Coklat TOC Roti Sobek Coklat-Keju TCC Roti Sobek Coklat-Sarikaya TCS Roti Sobek Coklat-Strawbery TST Sandroll Roti Sandroll Coklat SRC Roti Sandroll Coklat-Vanilla SCV Roti Sandroll Mocca SCM Roti Sandroll Krim Keju SCC Unbranded Plan Sandroll UPS Kasur Susu Roti Kasur Susu RKS Kasur Keju Roti Kasur Keju RKJ Sisir Roti Sisir Mentega RSM Burger Burger Bun BGR Unbranded Burger Bun UBB Unbranded Burger Wijen UBW Planroll Unbranded Plan Roll UPR Plan Roll P.Roll Sumber: PDQA PT Nippon Indosari Corpindo, Cikarang Bagian PPIC PT Nippon Indosari Corpindo telah menentukan jumlah batch yang harus diproduksi oleh bagian produksi sesuai dengan jumlah pesanan roti setiap hari yang didapatkan dari bagian pemasaran dan penjualan. Banyaknya jumlah batch yang diterima oleh bagian produksi pada tanggal 1 November 2008 diberikan pada Tabel 3. Tabel 3. Jumlah Batch untuk tanggal 1 November 2008 Batch 70 kg 60 kg 50 kg 40 kg Sobek 58 1 RM RM- 7 1 Sandroll Kasur Susu 2 Kasur Keju Sisir 1 Planroll 1 Burger 5 3 Sumber: PPIC PT Nippon Indosari Corpindo, Cikarang Berdasarkan Tabel 3, dapat diketahui bahwa total jumlah batch yang akan diproduksi untuk tanggal 1 November 2008 adalah 104 batch. Selain menentukan jumlah batch yang harus diproduksi oleh bagian produksi selama satu hari, bagian PPIC telah menentukan jumlah pesanan roti yang harus dipenuhi oleh bagian produksi sesuai dengan OTP dan waktu yang telah ditentukan. OTP untuk tanggal 1 November 2008 diberikan pada Tabel 4.

3 12 Tabel 4. Jumlah Pesanan Roti Manis untuk tanggal 1 November 2008 Jenis Jumlah pesanan roti Satuan Roti 2:00 4:00 9:00 15:00 20:00 23:50 Total ICK Pcs ICC Pcs ISK Pcs IST Pcs IKJ Pcs IKL Pcs TOC Pack TCC Pack TCS Pack TST Pack SRC Pcs SCV Pcs SRM Pcs SCC Pcs RKS Pack RKJ Pack RSM Pack BGR Pack UBB Pcs UPS Pcs UBW Pcs UPR Pcs P.Roll Pack Total Sumber: PPIC PT Nippon Indosari Corpindo, Cikarang Jumlah pesanan roti manis akan dikelompokkan sesuai dengan adonannya seperti telah digambarkan dalam Tabel 2, kemudian jumlah tersebut dibagi dengan standar jumlah roti manis per kg adonan sesuai dengan satuannya yang digambarkan dalam Tabel 5. Hal ini dimaksudkan agar jumlah pesanan roti dapat diubah ke dalam bentuk batch sesuai dengan ukuran yang telah ditentukan. Tabel 5. Standar Jumlah Roti Manis untuk Per Kg Adonan Batch Jumlah Pcs/kg Pcs / Pack Pack/kg Sobek Sisir Kasur Keju Kasur susu Plan Roll RM RM Sandroll Burger Sumber: Bagian produksi PT Nippon Indosari Corpindo, Cikarang Untuk mendapatkan jumlah pesanan roti sesuai dengan OTP dan jumlah batch yang telah ditentukan, dapat diberikan contoh sebagai berikut: Penghitungan untuk jumlah pesanan batch RM+ didapatkan dengan menjumlahkan pesanan roti dengan kode ICK dan ICC, kemudian akan dibagi dengan standar jumlah roti jenis batch RM+ dengan satuan pcs sehingga akan didapatkan hasil sebagai berikut: 2:00 = ( ) / 33.3 = kg. 9:00 = ( ) / 33.3 = kg.

4 13 15:00 = ( ) / 33.3 = kg. 23:50 = ( ) / 33.3 = kg. Jumlah kebutuhan kg adonan per OTP kemudian akan disesuaikan dengan jumlah batch RM+ yang telah disediakan oleh PPIC sesuai dengan Tabel 3, yaitu 11 batch berukuran 60 kg dan 1 batch berukuran 50 kg. Jika dikonversi sesuai dengan jumlah batch yang ada, maka akan didapatkan bahwa pada pukul 2:00 dibutuhkan 1 batch 60 kg, pukul 9:00 dibutuhkan 4 batch 60 kg, pukul 15:00 dibutuhkan 5 batch 60 kg, dan pukul 23:50 dibutuhkan 1 batch 60 kg dan 1 batch 50 kg. Jumlah pesanan dalam ukuran batch sesuai dengan OTP yang telah ditentukan selengkapnya disajikan dalam Tabel 6. Tabel 6. Jumlah pesanan sesuai OTP dalam ukuran batch Jenis Sabtu, 1 November 2008 Batch 2:00 4:00 9:00 15:00 20:00 23:50 Total RM+ (60 kg) RM+ (50 kg) 1 1 RM- (60 kg) RM- (50 kg) 1 1 Sandroll (60 kg) Sandroll (50 kg) 1 1 Sandroll (40 kg) 1 1 Sobek (70 kg) Sobek (50 kg) 1 1 Kasur Susu (40 kg) Kasur Keju (60 kg) 1 1 Kasur Keju (50 kg) 1 1 Kasur Keju (40 kg) 1 1 PlanRoll (40 kg) 1 1 Burger (50 kg) Burger (40 kg) Sisir Mentega (60 kg) 1 1 Sumber: Data hasil pengolahan Untuk memenuhi pesanan roti sesuai dengan waktu dan jumlah yang telah ditentukan dalan OTP, PT Nippon Indosari Corpindo memiliki 2 line untuk memproses adonan menjadi roti. Proses produksi roti manis tersebut terdiri atas beberapa proses seperti yang telah digambarkan dalam Gambar 4. Setiap batch adonan memiliki waktu proses yang berbeda-beda di setiap proses dan line. Sebagai contoh, untuk batch jenis Sobek dengan berat 70 kg di line 1 membutuhkan waktu 5 menit di sponge mixing, 189 menit di fermentasi, 13 menit di dough mixing, 15 menit di floor time, 19 menit di dividing, 13 menit di intermediate proofing, 7 menit di panning, 65 menit di final fermentation, 14 menit di baking, 3 menit di depanning and glazing, 30 menit di cooling, dan 5 menit di packaging. Sementara itu, untuk batch jenis Sobek dengan berat 40 kg di line 1 membutuhkan waktu 5 menit di sponge mixing, 189 menit di fermentasi, 13 menit di dough mixing, 15 menit di floor time, 11 menit di dividing, 13 menit di intermediate proofing, 7 menit di panning, 65 menit di final fermentation, 14 menit di baking, 3 menit di depanning and glazing, 30 menit di cooling, dan 5 menit di packaging. Untuk mendapatkan waktu proses batch jenis Sobek dengan berat 60 kg dan 50 kg digunakan metode penarikan garis lurus di antara waktu proses 70 dan 40 kg. Sehingga

5 14 untuk batch jenis Sobek dengan berat 60 kg di line 1 membutuhkan waktu 5 menit di sponge mixing, 189 menit di fermentasi, 13 menit di dough mixing, 15 menit di floor time, 16 menit di dividing, 13 menit di intermediate proofing, 7 menit di panning, 65 menit di final fermentation, 14 menit di baking, 3 menit di depanning and glazing, 30 menit di cooling, dan 5 menit di packaging dan batch jenis Sobek dengan berat 50 kg di line 1 membutuhkan waktu 5 menit di sponge mixing, 189 menit di fermentasi, 13 menit di dough mixing, 15 menit di floor time, 13 menit di dividing, 13 menit di intermediate proofing, 7 menit di panning, 65 menit di final fermentation, 14 menit di baking, 3 menit di depanning and glazing, 30 menit di cooling, dan 5 menit di packaging. Waktu proses untuk setiap jenis batch dengan berat yang berbeda selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 7.

6 15 Tabel 7. Waktu produksi roti manis (menit) Line 1 Jenis Berat Sponge Fermentasi I Dough Floor Dividing Intermediate Panning Final Penaburan Baking Depanning Cooling Packaging batch (kg) mixing Mixing Time Proofing Fermentation wijen/keju & Glazing Sobek 70 kg kg Kasur Susu 60 kg kg Kasur Keju 60 kg kg Sisir Mentega 60 kg kg Plan Roll 50 kg kg RM+ 60 kg kg RM- 60 kg kg Burger 50 kg Burger Wijen 50 kg kg Line 2 Jenis Berat Sponge Fermentasi I Dough Floor Dividing Intermediate Panning Final Penaburan Baking Depanning Cooling Packaging batch (kg) mixing Mixing Time Proofing Fermentation wijen/keju & Glazing Kasur Susu 60 kg kg Kasur Keju 60 kg kg Sisir mentega 60 kg kg PlanRoll 50 kg kg RM+ 60 kg kg RM- 60 kg kg Sobek 70 kg kg Sandroll 60 kg kg Burger 50 kg Burger Wijen 50 kg kg Sumber: PT Nippon Indosari Corpindo, Cikarang.

7 16 Proses pergantian antara batch yang berbeda jenisnya membutuhkan waktu setup times atau waktu persiapan. Sebagai contoh, pergantian antara batch jenis Sobek dengan jenis Kasur Keju membutuhkan waktu setup 6 menit. Waktu set-up selengkapnya ditampilkan pada Tabel 8. sobek Tabel 8. Waktu persiapan Antaradonan (menit) kasur kasur planroll sisir RM+ RM- sandroll burger keju susu mentega Sobek Kasur keju Kasur susu Planroll Sisir mentega RM RM Sandroll Burger Sumber: Data hasil analisis 4.2 Formulasi Masalah dalam Model Matematika Berdasarkan data yang didapatkan, maka permasalahan kemudian dimasukan ke dalam model matematika yang berbasis kepada Integer Nonlinear Programming. Bentuk formulasi masalah tersebut dapat digambarkan sebagai berikut: Misalkan: g, i, j = indeks batch. k = indeks line. h = indeks proses. d i = batas waktu penyelesaian bagi batch i. S ij = waktu set-up antara batch i dan batch j (Tabel 8). p ikh = waktu proses bagi batch i pada proses ke-h di line k (Tabel 7). Didefinisikan variabel keputusan sebagai berikut: x ijk y ik , jika batch j tepat diproses setelah batch i pada line k, selainnya., jika batch i diproses pada line k, selainnya. q ih = waktu proses pada proses ke-h dari jenis batch ke-i. t ikh = waktu mulai proses ke-h dari jenis batch ke-i pada line k. e ikh = waktu selesai proses ke-h dari jenis batch ke-i pada line k. C max = makespan maksimum. Fungsi objektif yang ingin kita capai dapat diformulasikan sebagai berikut: Min C max Kendala yang ada sebagai berikut: 1. Tiap batch tepat diproses hanya pada satu line x 1; j 1,2,...,104 i0, i j k ijk Bentuk kendala ini berjumlah Setiap batch dengan batch yang lainnya harus dikerjakan secara berurutan x x 0; k 1, 2; igk i0, ig j0, jg gjk g 1,2,..,104; Bentuk kendala ini berjumlah 208

8 17 3. Setiap line mengerjakan hanya satu jenis batch pada awal mulai bekerja. 104 x 1; k 1, 2; i1 0ik Bentuk kendala ini berjumlah 2 4. Makespan maksimum merupakan nilai terbesar dari waktu selesainya proses terakhir setiap batch. 2 C y e ; i 1,2,...,104 max ik ik11 k 1 Bentuk kendala ini berjumlah Waktu set-up pada awal proses bernilai nol. S0i 0; i 1, 2,..,104 Bentuk kendala ini berjumlah Dua buah batch yang dikerjakan secara berurutan, dikerjakan pada line yang sama. 104 x y ; j 1,2,...,104; k 1,2 i0; i j ijk jk Bentuk kendala ini berjumlah Waktu proses yang dilalui oleh setiap jenis batch bergantung kepada line yang dipilih. 2 y p q ; i 1,2,...,104; k1 ik ikh ih h 1,...,11; Bentuk kendala ini berjumlah Waktu selesai suatu proses pada setiap batch merupakan waktu mulai ditambah waktu proses. eikh yik ( tikh qih); i 1, 2,...,104; k 1,2; h 1, 2,...,11 Bentuk kendala ini berjumlah Proses selanjutnya pada suatu batch dapat dimulai ketika proses sebelumnya telah selesai diproses. tik ( h 1) eikh ; i 1, 2,...,104; k 1, 2; h 1,..,10 Bentuk kendala ini berjumlah Waktu mulai proses pertama pada setiap batch merupakan waktu selesai proses pertama batch sebelumnya ditambah dengan waktu set-up antara kedua batch tersebut. t jk1 xijk ( eik1 Sij ); i 0,1,..,104, j 1, 2,...,104( i j); k 1,2; Bentuk kendala ini berjumlah Waktu mulai suatu proses dari setiap batch dapat dimulai ketika batch sebelumnya telah menyelesaikan prosesnya pada proses tersebut. t jkh xijkeikh; i 0,1,...,104; k 1, 2; j 1,...,104( i j); h 2,3, 4,6,...,9,11 Bentuk kendala ini berjumlah Setiap jenis batch harus selesai sebelum batas waktu yang diberikan. 2 y e d ; i 1, 2,...,104 k 1 ik ik11 i Bentuk kendala ini berjumlah Untuk waktu proses dan waktu mulai pada saat i=0 bernilai nol. t, p, e 0; k 1,2; h 1,...,11 0kh 0kh 0kh 14. Variabel keputusan bernilai 0 atau 1. x, y 0,1 ijk ik 4.3 Hasil Optimasi yang diperoleh Data dan formulasi yang telah dipaparkan pada subbab 4.1 dan 4.2, kemudian dimasukkan ke dalam proses komputasi dengan menggunakan salah satu perangkat lunak pengoptimuman. Jadwal yang diperoleh dari hasil simulasi untuk line 1 dan line 2 dapat digambarkan sebagai berikut:

9 18 Tabel 9. Hasil Simulasi untuk Penjadwalan Produksi Line 1 Awal Dough Berat Selesai Awal Dough Berat Selesai Jenis batch Mixing (kg) Produksi Mixing (kg) Produksi 20:45 SOBEK 70 23:49 5:54 SOBEK 70 8:58 21:04 SOBEK 70 0:08 6:13 SOBEK 70 9:17 21:23 SOBEK 70 0:27 6:32 SOBEK 70 9:36 21:42 SOBEK 70 0:46 6:51 SOBEK 70 9:55 22:01 SOBEK 70 1:05 7:10 SOBEK 70 10:14 22:20 SOBEK 70 1:24 7:29 SOBEK 70 10:33 22:39 SOBEK 50 1:39 7:48 SOBEK 70 10:52 22:58 KASUR KEJU 40 2:00 8:07 SOBEK 70 11:11 23:16 KASUR KEJU 60 2:27 8:26 SOBEK 70 11:30 23:43 KASUR KEJU 50 2:49 8:45 SOBEK 70 11:49 0:12 SOBEK 70 3:16 9:04 SOBEK 70 12:08 0:31 SOBEK 70 3:35 9:23 SOBEK 70 12:27 0:50 SOBEK 70 3:54 9:42 SOBEK 70 12:46 1:09 SOBEK 70 4:13 10:01 SOBEK 70 13:05 1:28 SOBEK 70 4:32 10:20 SOBEK 70 13:24 1:47 SOBEK 70 4:51 10:39 SOBEK 70 13:43 2:06 SOBEK 70 5:10 10:58 SOBEK 70 14:02 2:25 SOBEK 70 5:29 11:17 SOBEK 70 14:21 2:44 SOBEK 70 5:48 11:36 SOBEK 70 14:40 3:03 SOBEK 70 6:07 12:01 KASUR SUSU 40 14:59 3:22 SOBEK 70 6:26 12:21 KASUR SUSU 40 15:19 3:41 SOBEK 70 6:45 12:48 SOBEK 70 15:56 4:00 SOBEK 70 7:04 13:07 SOBEK 70 16:11 4:19 SOBEK 70 7:23 13:26 SOBEK 70 16:30 4:38 SOBEK 70 7:42 13:45 SOBEK 70 16:49 4:57 SOBEK 70 8:01 14:04 SOBEK 70 17:08 5:16 SOBEK 70 8:20 14:23 SOBEK 70 17:27 5:35 SOBEK 70 8:39 Line 2 Awal Dough Berat Selesai Awal Dough Berat Selesai Jenis batch Mixing (kg) Produksi Mixing (kg) Produksi 20:45 RM :37 5:55 BURGER 50 9:00 21:04 RM :56 6:13 BURGER 40 9:18 21:23 RM- 60 0:15 6:30 BURGER 40 9:42 21:42 RM- 60 0:34 6:47 BURGER 50 9:57 22:01 RM- 60 0:53 7:05 BURGER 50 10:12 22:20 RM- 60 1:12 7:23 BURGER 50 10:30 22:44 RM+ 60 1:36 7:41 BURGER 50 10:48 23:09 SANDROLL 50 1:57 7:59 BURGER 40 11:06 23:25 SANDROLL 60 2:16 8:28 RM :33 23:44 SANDROLL 60 2:35 8:47 RM :48 0:03 SANDROLL 60 2:54 9:08 RM :08 0:22 SANDROLL 60 3:13 9:28 RM :23 0:41 SANDROLL 60 3:32 9:48 RM :40 1:00 SANDROLL 60 3:51 10:08 RM :00 1:19 SANDROLL 60 4:10 10:28 RM :20 1:38 SANDROLL 60 4:29 10:56 PLANROLL 40 13:46 1:57 SANDROLL 40 4:44 11:22 SISIR 60 14:26 2:16 RM+ 60 5:08 11:56 SOBEK 70 15:09 2:36 RM+ 60 5:28 12:23 SOBEK 70 15:36 2:56 RM+ 60 5:48 12:50 SOBEK 70 16:03 3:16 RM+ 60 6:08 13:17 SOBEK 70 16:30 3:44 SOBEK 70 6:57 13:44 SOBEK 70 16:57 4:11 SOBEK 70 7:24 14:17 RM :18 4:38 SOBEK 70 7:51 14:37 RM :33 5:05 SOBEK 70 8:18 Berdasarkan Tabel 9, dapat diketahui waktu selesai dari setiap batch yang diproduksi di line 1 dan line 2. Line 1 memproduksi sebanyak 55 jenis batch dengan total waktu proses adalah 20 jam 42 menit atau 1242 menit. Sementara line 2 memproduksi sebanyak 49 jenis batch dengan total waktu proses adalah 20 jam 48 menit atau 1248 menit. Nilai makespan

10 19 maksimum yang didapatkan adalah 1248 menit. Sementara itu, jadwal produksi roti manis yang sudah dilakukan di PT Nippon Indosari Corpindo adalah sebagai berikut: Tabel 10. Jadwal Produksi yang dilakukan di PT Nippon Indosari Corpindo Line 1 Awal Dough Berat Selesai Awal Dough Berat Selesai Mixing (kg) Produksi Mixing (Kg) Produksi 22:10 SOBEK 70 1:14 7:43 SOBEK 70 10:47 22:29 SOBEK 70 1:35 8:02 SOBEK 70 11:06 22:48 SOBEK 70 1:52 8:21 SOBEK 70 11:25 23:07 SOBEK 70 2:11 8:40 SOBEK 70 11:44 23:26 SOBEK 70 2:30 8:59 SOBEK 70 12:03 23:45 SOBEK 70 2:49 9:18 SOBEK 70 12:22 0:04 SOBEK 70 3:08 9:37 SOBEK 70 12:41 0:23 SOBEK 70 3:27 9:56 SOBEK 70 13:00 0:42 SOBEK 70 3:46 10:21 KASUR SUSU 40 13:19 1:01 SOBEK 70 4:05 10:41 KASUR SUSU 40 13:39 1:20 SOBEK 70 4:24 11:06 SISIR 60 14:00 1:39 SOBEK 70 4:43 11:31 SOBEK 70 14:35 1:58 SOBEK 70 5:02 11:50 SOBEK 70 14:54 2:17 SOBEK 70 5:21 12:09 SOBEK 70 15:13 2:36 SOBEK 70 5:40 12:28 SOBEK 70 15:32 2:55 SOBEK 70 5:59 12:47 SOBEK 70 15:51 3:14 SOBEK 70 6:18 13:06 SOBEK 70 16:10 3:33 SOBEK 70 6:37 13:25 SOBEK 70 16:29 3:52 SOBEK 70 6:56 13:44 SOBEK 70 16:48 4:11 SOBEK 70 7:15 14:03 SOBEK 70 17:07 4:30 SOBEK 70 7:34 14:22 SOBEK 70 17:26 4:49 SOBEK 70 7:53 14:41 SOBEK 70 17:45 5:08 SOBEK 70 8:12 15:00 SOBEK 70 18:04 5:35 KASUR KEJU 50 8:41 15:19 SOBEK 70 18:23 6:05 KASUR KEJU 40 9:07 15:38 SOBEK 70 18:42 6:40 PLAN ROLL 40 9:17 15:57 SOBEK 70 19:01 7:05 SOBEK 70 10:09 16:16 SOBEK 50 19:14 7:24 SOBEK 70 10:28 Line 2 Awal Dough Berat Selesai Awal Dough Berat Selesai Mixing (kg) Produksi Mixing (Kg) Produksi 22:50 SANDROLL 60 1:41 9:48 SANDROLL 60 12:39 23:15 KASUR KEJU 60 2:40 10:07 SANDROLL 60 12:58 0:00 RM- 60 2:52 10:26 SANDROLL 60 13:17 0:24 RM+ 60 3:16 10:45 SANDROLL 60 13:36 0:44 RM+ 60 3:36 11:04 SANDROLL 60 13:55 1:04 RM+ 60 3:56 11:29 RM :21 1:24 RM+ 60 4:16 11:48 RM :40 1:49 RM- 60 4:41 12:07 RM :59 2:08 RM- 60 5:00 12:31 RM :23 2:27 RM- 60 5:19 12:51 RM :43 2:52 SOBEK 70 6:05 13:11 RM :03 3:19 SOBEK 70 6:32 13:31 RM :23 3:46 SOBEK 70 6:59 13:51 RM :43 4:13 SOBEK 70 7:26 14:11 RM :03 4:46 SANDROLL 60 7:35 14:31 RM :23 5:05 SANDROLL 60 7:54 14:56 RM :45 5:24 SANDROLL 60 8:15 15:16 RM :05 5:49 SOBEK 70 9:02 15:36 SANDROLL 40 18:21 6:16 SOBEK 70 9:29 16:26 BURGER 50 19:14 6:43 SOBEK 70 9:56 16:44 BURGER 50 19:32 7:33 BURGER 50 10:21 17:02 BURGER 50 19:50 7:51 BURGER 50 10:39 17:20 BURGER 40 20:08 8:21 SOBEK 70 11:34 17:38 BURGER 40 20:26 8:48 SOBEK 70 12:01 17:56 BURGER 40 20:50 9:15 SOBEK 70 12:28 Sumber: Bagian produksi PT Nippon Indosari Corpindo, Cikarang

11 20 Berdasarkan Tabel 10, dapat dilihat waktu selesai dari setiap batch yang diproduksi di line 1 dan line 2. Line 1 memproduksi sebanyak 55 batch dengan total waktu proses adalah 21 jam 4 menit atau 1264 menit. Sementara untuk line 2 memproduksi sebanyak 49 batch dengan total waktu proses adalah 22 jam atau 1320 menit. Nilai dari makespan maksimum dari jadwal produksi hasil dari bagian produksi PT Nippon Indosari Corpindo adalah 1320 menit. Perbandingan waktu proses di setiap line dan makespan maksimum untuk jadwal hasil bagian produksi PT Nippon Indosari Corpindo dengan hasil simulasi ditampilkan sebagai berikut: Tabel 11. Perbandingan Total Waktu Proses Hasil Simulasi dan Hasil Bagian Produksi Jumlah batch (Line 1) Total Waktu Proses (Line 1) Jumlah batch (Line 2) Total Waktu Proses (Line 2) Nilai makespan maksimum Jadwal Bagian menit menit 1320 menit Produksi SariRoti Hasil Simulasi menit menit 1248 menit Berdasarkan Tabel 11, dapat dilihat bahwa di setiap line produksi jadwal hasil simulasi memiliki total waktu proses yang lebih cepat dibandingkan dengan jadwal bagian Produksi. Pada line 1, total waktu proses yang dapat dihemat adalah 22 menit. Sementara pada line 2, total waktu proses yang dapat dihemat adalah 72 menit. Sementara, nilai makespan maksimum jadwal hasil simulasi lebih cepat 72 menit dari nilai makespan maksimum jadwal bagian produksi.

III METODE PENELITIAN

III METODE PENELITIAN 6 Salah satu metode heuristik yang digunakan untuk memecahkan JSP adalah Algoritma Giffler and Thompson. Metode ini digunakan memecahkan permasalahan JSP dengan tujuan meminimumkan makespan. Bentuk metode

Lebih terperinci

PENJADWALAN PRODUKSI ROTI MANIS DI PT NIPPON INDOSARI CORPINDO DENGAN MENGGUNAKAN METODE HEURISTIK FARIZ SAEFUL ROMZA

PENJADWALAN PRODUKSI ROTI MANIS DI PT NIPPON INDOSARI CORPINDO DENGAN MENGGUNAKAN METODE HEURISTIK FARIZ SAEFUL ROMZA PENJADWALAN PRODUKSI ROTI MANIS DI PT NIPPON INDOSARI CORPINDO DENGAN MENGGUNAKAN METODE HEURISTIK FARIZ SAEFUL ROMZA DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

II. PROFIL PERUSAHAAN

II. PROFIL PERUSAHAAN II. PROFIL PERUSAHAAN A. SEJARAH DAN PERKEMBANGAN PERUSAHAAN PT Nippon Indosari Corpindo, Tbk. (NIC) merupakan perusahaan yang bergerak di bidang makanan khususnya roti. Perusahaan berdiri berdasarkan

Lebih terperinci

IV. KEADAAN PERUSAHAAN

IV. KEADAAN PERUSAHAAN IV. KEADAAN PERUSAHAAN A. SEJARAH PERUSAHAAN PT Nippon Indosari Corpindo merupakan perusahaan patungan Indonesia-Jepang, yaitu antara PT Sari Indoroti dengan Nissho Iwai Corporation dan Shikishima Baking

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN II LANDASAN TEORI

I PENDAHULUAN II LANDASAN TEORI 1 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu tujuan dari industri atau perusahaan adalah menciptakan laba yang maksimal. Salah satu bentuk usahanya adalah dengan memaksimumkan hasil produksi atau meminimumkan

Lebih terperinci

IV STUDI KASUS DAN PENYELESAIANNYA

IV STUDI KASUS DAN PENYELESAIANNYA IV STUDI KASUS DAN PENYELESAIANNYA Pada bagian ini akan diberikan contoh kasus dengan data hipotetik. PT Riyadi Yoghurt merupakan sebuah perusahaan berskala kecil yang memproduksi yoghurt. PT Riyadi Yoghurt

Lebih terperinci

IV. KONDISI SISTEM ANTRIAN DI PT NIPPON INDOSARI CORPINDO

IV. KONDISI SISTEM ANTRIAN DI PT NIPPON INDOSARI CORPINDO IV. KONDISI SISTEM ANTRIAN DI PT NIPPON INDOSARI CORPINDO A. Sistem Produksi Produk Roti Manis (sweet bread) PT Nippon Indosari Corpindo merupakan perusahaan yang bergerak di bidang industri makanan, yaitu

Lebih terperinci

PROFIL PERUSAHAAN A. SEJARAH DAN PERKEMBANGAN PERUSAHAAN

PROFIL PERUSAHAAN A. SEJARAH DAN PERKEMBANGAN PERUSAHAAN II. PROFIL PERUSAHAAN A. SEJARAH DAN PERKEMBANGAN PERUSAHAAN Perusahaan berdiri berdasarkan akta nomor 24 tanggal 26 Mei 1994, dibuat dihadapan Notaris Liliana Arif Gondoutomo, SH dan telah mendapat persetujuan

Lebih terperinci

keseimbangan aliran bahan di stasiun mixing dough (model 3), model simulasi dari stasiun dividing hingga stasiun rounding pada item roti bulat (model

keseimbangan aliran bahan di stasiun mixing dough (model 3), model simulasi dari stasiun dividing hingga stasiun rounding pada item roti bulat (model Linda Mikowati. F34051704. Analisis Sistem Antrian pada Industri Pengolahan Roti (Studi Kasus di PT Nippon Indosari Corpindo). Di bawah bimbingan : Machfud. 2010 RINGKASAN Produktivitas merupakan salah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1. Menambah wawasan serta pengetahuan yang lebih luas tentang bidang produksi yang dijalankan dari Pihak Instansi terkait.

BAB I PENDAHULUAN. 1. Menambah wawasan serta pengetahuan yang lebih luas tentang bidang produksi yang dijalankan dari Pihak Instansi terkait. BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Dalam rangka mendekatkan kerjasama antara pihak sekolah SMK begitupun dengan para peserta didiknya dengan pihak instansi atau pihak perusahaan (pabrik) maka dari itu

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 26 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Perusahaan 4.1.1 Sejarah, Visi dan Misi Perusahaan PT NIC secara resmi didirikan pada tahun 1994, yang dibuat di hadapan Notaris Liliana Arif Gondoutomo,

Lebih terperinci

BAB IV PAPARAN DATA DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

BAB IV PAPARAN DATA DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN BAB IV PAPARAN DATA DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN 4.1 Paparan Data 4.1.1 Latar Belakang Perusahaan Perusahaan berdiri berdasarkan akta nomor 24 tanggal 26 Mei 1994, dibuat dihadapan Notaris Liliana Arif

Lebih terperinci

BAB III DESKRIPSI DAN PEMODELAN MASALAH PEMAKSIMALAN KEUNTUNGAN DI PT MCD

BAB III DESKRIPSI DAN PEMODELAN MASALAH PEMAKSIMALAN KEUNTUNGAN DI PT MCD BAB III DESKRIPSI DAN PEMODELAN MASALAH PEMAKSIMALAN KEUNTUNGAN DI PT MCD 3.1 Sumber dan Waktu Pengambilan Data Data yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari wawancara dengan pihak yang berwenang

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA INDUSTRI PENGOLAHAN PANGAN

LAPORAN PRAKTEK KERJA INDUSTRI PENGOLAHAN PANGAN INDUSTRI PENGOLAHAN ROTI DI PT. NIPPON INDOSARI CORPINDO Tbk. PASURUAN LAPORAN PRAKTEK KERJA INDUSTRI PENGOLAHAN PANGAN OLEH : MELISA KUNCORO (6103010071) STEFANIE VIVIAN W. (6103010098) PROGRAM STUDI

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 23 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Perusahaan Marbella Bakery merupakan salah satu produsen roti di Jakarta Timur khususnya di sekitar kelurahan Pekayon. Usaha ini didirikan oleh Bapak J. Hoeru

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1. Sejarah Perusahaan Cirasa Bakery merupakan usaha pembuatan roti yang didirikan oleh bapak M. Ali yang juga merupakan pemilik usaha tersebut pada tahun 1991. Kemudian

Lebih terperinci

1. Menimbang Bahan Menimbang harus dilakukan dengan teliti dan tepat memilih alat Ssesuai dengan berat bahan yang akan ditimbang.

1. Menimbang Bahan Menimbang harus dilakukan dengan teliti dan tepat memilih alat Ssesuai dengan berat bahan yang akan ditimbang. 1. Menimbang Bahan Menimbang harus dilakukan dengan teliti dan tepat memilih alat Ssesuai dengan berat bahan yang akan ditimbang. Perhatikan ketelitian (graduation ) timbangan yang hendak dipakai. Jangan

Lebih terperinci

4 PENYELESAIAN MASALAH DISTRIBUSI ROTI SARI ROTI

4 PENYELESAIAN MASALAH DISTRIBUSI ROTI SARI ROTI 24 4 PENYELESAIAN MASALAH DISTRIBUSI ROTI SARI ROTI 4.1 Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kegiatan distribusi roti Sari Roti di daerah Bekasi dan sekitarnya yang dilakukan setiap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian ini merupakan tugas akhir yang berdasarkan kepada hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Cepi Dea Iskandar pada tahun 2013 dengan judul

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN A. Kerangka Pemikiran Industri pengolahan roti (bakery) seperti PT Nippon Indosari Corpindo merupakan industri ng memiliki bank tuntutan untuk selalu menyediakan produk tepat waktu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penjadwalan produksi flow shop merupakan kegiatan perencanaan

BAB I PENDAHULUAN. Penjadwalan produksi flow shop merupakan kegiatan perencanaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penjadwalan produksi flow shop merupakan kegiatan perencanaan produksi yang terdapat pada perusahaan manufaktur. Penjadwalan produksi melibatkan n job dan m mesin dalam

Lebih terperinci

Indeks Produksi Industri Sedang Besar

Indeks Produksi Industri Sedang Besar BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jumlah penduduk yang semakin banyak mengakibatkan semakin banyaknya peluang usaha. Semakin banyaknya penduduk semakin banyak pula kebutuhan yang perlu dipenuhi. Industri-industri

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metodologi Penelitian Tahapan-tahapan yang dilalui pada kegiatan penelitian digambarkan pada Gambar 3.1. Untuk mencapai tujuan penelitian maka dilakukan tahap-tahap penelitian

Lebih terperinci

CARA PEMBUATAN ROTI MANIS

CARA PEMBUATAN ROTI MANIS CARA PEMBUATAN ROTI MANIS Tahap persiapan - Semua peralatan dan bahan yang dibutuhkan di sediakan dalam jumlah dan takaran masing- masing (sehingga tidak memperlama proses pembuatan nanti), timbang terigu

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1. Sejarah Perusahaan Cirasa Bakery merupakan usaha pembuatan roti yang didirikan pada tahun 1991 oleh bapak M. Ali yang juga merupakan pemilik usaha tersebut. Kemudian

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM USAHA ROTI BOBO. 1980an oleh bapak Tedy Gunawan. Lokasi perusahaan beralamat di Jalan Kuras

BAB II GAMBARAN UMUM USAHA ROTI BOBO. 1980an oleh bapak Tedy Gunawan. Lokasi perusahaan beralamat di Jalan Kuras BAB II GAMBARAN UMUM USAHA ROTI BOBO A. Sejarah Singkat Perusahaan Perusahaan CV. Inti Rotindo merupakan perusahaan yang bergerak dibidang pengolahan makanan berbasis tepung terigu yang didirikan pada

Lebih terperinci

PENJADWALAN PRODUKSI DENGAN METODE BRANCH AND BOUND PADA PT. XYZ

PENJADWALAN PRODUKSI DENGAN METODE BRANCH AND BOUND PADA PT. XYZ PENJADWALAN PRODUKSI DENGAN METODE BRANCH AND BOUND PADA PT. XYZ Saiful Mangngenre 1, Amrin Rapi 2, Wendy Flannery 3 Program Studi Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Hasanuddin, Makassar, 90245

Lebih terperinci

BAB 3 LINEAR PROGRAMMING

BAB 3 LINEAR PROGRAMMING BAB 3 LINEAR PROGRAMMING Teori-teori yang dijelaskan pada bab ini sebagai landasan berpikir untuk melakukan penelitian ini dan mempermudah pembahasan hasil utama pada bab selanjutnya. 3.1 Linear Programming

Lebih terperinci

SISTEM PEMBUATAN ROTI

SISTEM PEMBUATAN ROTI SISTEM PEMBUATAN ROTI Saat ini dikenal ada empat macam teknik atau sistem pembuatan roti yaitu 1. Si st emst rai gh Dough ( Langsung) 2. Si st emsponge Dough ( Bi ang) 3. Si st emno Ti me Dough 4. Si st

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan UKM dalam negeri didominasi oleh industri makanan, salah satunya produk roti yang menunukan bahwa minat masyarakat terhadap produk ini terus bertambah.

Lebih terperinci

BAB 5 ANALISIS DATA. Kapasitas Kendaraan. Gambar 5.1. Influence Diagram

BAB 5 ANALISIS DATA. Kapasitas Kendaraan. Gambar 5.1. Influence Diagram BAB 5 ANALISIS DATA Analisis data yang dilakukan pada penelitian ini meliputi pembuatan Influence Diagram, pembuatan model matematis, pembuatan rute pengiriman, pembuatan lembar kerja elektronik, penentuan

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. optimasi biaya produksi pada home industry susu kedelai Pak Ahmadi

BAB IV PEMBAHASAN. optimasi biaya produksi pada home industry susu kedelai Pak Ahmadi BAB IV PEMBAHASAN Pada bab ini akan dipaparkan tentang penerapan model nonlinear untuk optimasi biaya produksi pada home industry susu kedelai Pak Ahmadi menggunakan pendekatan pengali lagrange dan pemrograman

Lebih terperinci

PENJADWALAN PRODUKSI MENGGUNAKAN ALGORITMA JADWAL NON DELAY UNTUK MEMINIMALKAN MAKESPAN STUDI KASUS DI CV. BIMA MEBEL

PENJADWALAN PRODUKSI MENGGUNAKAN ALGORITMA JADWAL NON DELAY UNTUK MEMINIMALKAN MAKESPAN STUDI KASUS DI CV. BIMA MEBEL PENJADWALAN PRODUKSI MENGGUNAKAN ALGORITMA JADWAL NON DELAY UNTUK MEMINIMALKAN MAKESPAN STUDI KASUS DI CV. BIMA MEBEL Setyo Harto, Annisa Kesy Garside, dan Dana Marsetya Utama Jurusan Teknik Industri Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam hal ini, perusahaan sering dihadapkan pada masalah masalah yang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam hal ini, perusahaan sering dihadapkan pada masalah masalah yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Suatu perusahaan selalu berusaha untuk mendapatkan laba yang maksimal. Dalam hal ini, perusahaan sering dihadapkan pada masalah masalah yang kompleks dalam mengambil

Lebih terperinci

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Ekstraksi Hasil Pengumpulan Data Melalui wawancara dan observasi diperoleh data yang diperlukan dalam penyusunan tugas akhir ini. Data-data perolehan tersebut diperoleh dari

Lebih terperinci

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK P.T. Gistex Textile Division adalah sebuah perusahaan yang bergerak dibidang textile yang mengolah polyester (bahan baku) menjadi kain. Perusahaan memproduksi barang sesuai dengan pesanan konsumen

Lebih terperinci

Nisaa Aqmarina EB10

Nisaa Aqmarina EB10 ANALISIS AKUNTANSI DIFERENSIAL DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN MENERIMA ATAU MENOLAK PESANAN KHUSUS PADA PERUSAHAAN ROTI LESTARI BOGOR Nisaa Aqmarina 25211190 3EB10 Latar Belakang Masalah Usaha Perencanaan,

Lebih terperinci

BAB III. KERANGKA PEMIKIRAN

BAB III. KERANGKA PEMIKIRAN BAB III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Teori Produksi Produksi dapat diartikan sebagai suatu kegiatan atau proses yang mentransformasi masukan (input) menjadi hasil keluaran

Lebih terperinci

IV STUDI KASUS. spesialisasi pengobatan tertentu dan penggunaan ruang operasi seluruh spesialisasi pengobatan selama satu minggu.

IV STUDI KASUS. spesialisasi pengobatan tertentu dan penggunaan ruang operasi seluruh spesialisasi pengobatan selama satu minggu. 7 pengobatan j bagi pasien rawat inap pada hari l D z jkl n jk, j, (4) Jumlah pelaksanaan operasi spesialisasi pengobatan j bagi pasien rawat jalan yang ditunda dari hari k ke hari l, tidak lebih besar

Lebih terperinci

Penjadwalan Untuk Memininimalkan Total Tardiness Dengan Metode Integer Linear Programming

Penjadwalan Untuk Memininimalkan Total Tardiness Dengan Metode Integer Linear Programming https://doi.org/10.22219/jtiumm.vol18.no2.127-137 Penjadwalan Untuk Memininimalkan Total Tardiness Dengan Metode Integer Linear Programming Clara Yessica Livia *, Teguh Oktiarso Jurusan Teknik Industri,

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI FLEET SIZE AND MIX VEHICLE ROUTING PROBLEM WITH TIME WINDOWS PADA PENDISTRIBUSIAN KORAN

IMPLEMENTASI FLEET SIZE AND MIX VEHICLE ROUTING PROBLEM WITH TIME WINDOWS PADA PENDISTRIBUSIAN KORAN IMPLEMENTASI FLEET SIZE AND MIX VEHICLE ROUTING PROBLEM WITH TIME WINDOWS PADA PENDISTRIBUSIAN KORAN Maya Widyastiti *), Farida Hanum, Toni Bakhtiar Departemen Matematika FMIPA, Institut Pertanian Bogor

Lebih terperinci

III DESKRIPSI DAN FORMULASI MASALAH

III DESKRIPSI DAN FORMULASI MASALAH III DESKRIPSI DAN FORMULASI MASALAH 3.1 Deskripsi Masalah Produksi yoghurt pada tingkat industri terdiri atas tiga tahap. Tahap pertama adalah pengadukan jenis yoghurt yang dihasilkan dari susu yang telah

Lebih terperinci

IV. PEMODELAN SISTEM. 5. Mesin yang digunakan adalah dua buah mesin.

IV. PEMODELAN SISTEM. 5. Mesin yang digunakan adalah dua buah mesin. IV. PEMODELAN SISTEM A. ASUMSI PERHITUNGAN MODEL Perencanaan penjadwalan produksi menggunakan beberapa asumsi, asumsi-asumsi ini merupakan hal-hal yang berkaitan dengan perencanaan produksi secara keseluruhan.

Lebih terperinci

BAB V PROSES PENGOLAHAN

BAB V PROSES PENGOLAHAN BAB V PROSES PENGOLAHAN 5.1. Pengertian Proses pengolahan dapat didefinisikan sebagai proses pembuatan suatu produk dari bahan mentah dan bahan asal, serta kegiatan-kegiatan penanganan dan pengawetan produk

Lebih terperinci

PENJADWALAN PRODUKSI DENGAN MEMPERTIMBANGKAN UKURAN LOT TRANSFER BATCH UNTUK MINIMASI MAKESPAN KOMPONEN ISOLATING COCK DI PT PINDAD

PENJADWALAN PRODUKSI DENGAN MEMPERTIMBANGKAN UKURAN LOT TRANSFER BATCH UNTUK MINIMASI MAKESPAN KOMPONEN ISOLATING COCK DI PT PINDAD PENJADWALAN PRODUKSI DENGAN MEMPERTIMBANGKAN UKURAN LOT TRANSFER BATCH UNTUK MINIMASI MAKESPAN KOMPONEN ISOLATING COCK DI PT PINDAD 1 Vita Ardiana Sari, 2 Dida Diah Damayanti, 3 Widia Juliani Program Studi

Lebih terperinci

Teknik tarik lipat pada proses Mixing Dough

Teknik tarik lipat pada proses Mixing Dough Jurnal Kompetensi Teknik Vol. 4, No. 2, Mei 2013 125 Teknik tarik lipat pada proses Mixing Dough Dyah Nurani S 1 1. Jurusan TJP, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Semarang http://tjp-unnes@ac.id Abstrak

Lebih terperinci

Diagram Alir Penelitian Langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 1.1.

Diagram Alir Penelitian Langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 1.1. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Persaingan dalam dunia industri yang semakin ketat, mengharuskan industri-industri yang ada untuk dapat menciptakan kredibilitas yang baik di mata konsumen. Salah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. sumber daya yang digunakan dalam proses produksi. Bahan baku yang digunakan

BAB 1 PENDAHULUAN. sumber daya yang digunakan dalam proses produksi. Bahan baku yang digunakan 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Secara umum tujuan perusahaan dalam memproduksi barang adalah untuk mendapatkan keuntungan. Untuk mencapai tujuan tersebut perusahaan harus dapat membuat perencanaan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Industri manufaktur dengan sistem produksi make to order, akan memproduksi beberapa atau beragam jenis produk. Setiap produk tersebut membutuhkan variasi proses, mesin,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kebutuhan manusia yang semakin beragam, memicu berbagai sektor riil untuk selalu terus menyediakan barang dan jasa dengan kuantitas memadai, kualitas terbaik, dan

Lebih terperinci

PROSES PENGOLAHAN MALKIST SALUT COKLAT DI PT. GARUDAFOOD PUTRA PUTRI JAYA GRESIK JAWA TIMUR LAPORAN PRAKTEK KERJA INDUSTRI PENGOLAHAN PANGAN

PROSES PENGOLAHAN MALKIST SALUT COKLAT DI PT. GARUDAFOOD PUTRA PUTRI JAYA GRESIK JAWA TIMUR LAPORAN PRAKTEK KERJA INDUSTRI PENGOLAHAN PANGAN PROSES PENGOLAHAN MALKIST SALUT COKLAT DI PT. GARUDAFOOD PUTRA PUTRI JAYA GRESIK JAWA TIMUR LAPORAN PRAKTEK KERJA INDUSTRI PENGOLAHAN PANGAN OLEH: EUNIKE HANA P. P. 6103013138 RIA VENIA NOKAS 6103013148

Lebih terperinci

LOGO BAKING TITIS SARI

LOGO BAKING TITIS SARI LOGO BAKING TITIS SARI PENGERTIAN UMUM Proses pemanasan kering terhadap bahan pangan yang dilakukan untuk mengubah karakteristik sensorik sehingga lebih diterima konsumen KHUSUS Pemanasan adonan dalam

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. menggunakan ragi (Saccharomyces cerevisiae) dan bahan pengembang lainnya

II. TINJAUAN PUSTAKA. menggunakan ragi (Saccharomyces cerevisiae) dan bahan pengembang lainnya II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Roti Roti adalah produk makanan yang terbentuk dari fermentasi terigu dengan menggunakan ragi (Saccharomyces cerevisiae) dan bahan pengembang lainnya yang kemudian dipanggang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tersebut dapat diraih apabila suatu perusahaan bisa mengambil keputusan secara

BAB I PENDAHULUAN. tersebut dapat diraih apabila suatu perusahaan bisa mengambil keputusan secara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendistribusian adalah salah satu kegiatan pemasaran yang bertujuan untuk mempermudah penyampaian barang dan jasa dari produsen kepada konsumen sehingga penggunaannya

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN Konsep berpikir industri di bidang pangan, yang masih berprinsip bahwa mutu dapat diatur dan adanya tanggung jawab di setiap produk yang dipasarkan, menjadi semakin terdesak. Hal

Lebih terperinci

IV IMPLEMENTASI MODEL PADA PENGOPERASIAN BUS TRANSJAKARTA KORIDOR 1

IV IMPLEMENTASI MODEL PADA PENGOPERASIAN BUS TRANSJAKARTA KORIDOR 1 14 IV IMPLEMENTASI MODEL PADA PENGOPERASIAN BUS TRANSJAKARTA KORIDOR 1 4.1 Lokasi Penelitian Lokasi penelitian ini ialah DKI Jakarta dan khususnya jalur busway Koridor 1 Blok M Kota. Berikut ialah rute

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada semester genap tahun ajaran dan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada semester genap tahun ajaran dan 19 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pada semester genap tahun ajaran 2012-2013 dan bertempat di Jurusan Matematika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan

Lebih terperinci

BAB III PEMBAHASAN. Berikut akan diberikan pembahasan mengenai penyelesaikan CVRP dengan

BAB III PEMBAHASAN. Berikut akan diberikan pembahasan mengenai penyelesaikan CVRP dengan BAB III PEMBAHASAN Berikut akan diberikan pembahasan mengenai penyelesaikan CVRP dengan Algoritma Genetika dan Metode Nearest Neighbour pada pendistribusian roti di CV. Jogja Transport. 3.1 Model Matetematika

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. antara perusahaan yang satu dengan yang lainnya. Perusahaan yang dapat. jumlah konsumennya. Salah satu usahanya adalah dengan

BAB I PENDAHULUAN. antara perusahaan yang satu dengan yang lainnya. Perusahaan yang dapat. jumlah konsumennya. Salah satu usahanya adalah dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perkembangan yang sangat cepat dalam bidang industri seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi mengakibatkan munculnya persaingan antara perusahaan

Lebih terperinci

INDUSTRI PENGOLAHAN ROTI MANIS DI DIVISI BAKERY HYPERMART ROYAL PLAZA SURABAYA

INDUSTRI PENGOLAHAN ROTI MANIS DI DIVISI BAKERY HYPERMART ROYAL PLAZA SURABAYA INDUSTRI PENGOLAHAN ROTI MANIS DI DIVISI BAKERY HYPERMART ROYAL PLAZA SURABAYA LAPORAN PRAKTEK KERJA INDUSTRI PENGOLAHAN PANGAN OLEH : CINTHIA MARGARETHA SUBAGIO 6103009022 JASLYN FILICYTA LIJANTO 6103009096

Lebih terperinci

ABSTRAK. iv Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. iv Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK PT. X adalah perusahaan yang bergerak dalam industri tekstil yang memproduksi kain rajut. Permasalahan yang ada di perusahaan saat ini adalah adanya beberapa order yang mengalami keterlambatan

Lebih terperinci

ANALISIS SISTEM ANTRIAN PADA INDUSTRI PENGOLAHAN ROTI (STUDI KASUS DI PT NIPPON INDOSARI CORPINDO) Oleh : LINDA MIKOWATI F

ANALISIS SISTEM ANTRIAN PADA INDUSTRI PENGOLAHAN ROTI (STUDI KASUS DI PT NIPPON INDOSARI CORPINDO) Oleh : LINDA MIKOWATI F ANALISIS SISTEM ANTRIAN PADA INDUSTRI PENGOLAHAN ROTI (STUDI KASUS DI PT NIPPON INDOSARI CORPINDO) Oleh : LINDA MIKOWATI F34051704 2010 FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR ANALISIS

Lebih terperinci

3 METODE PENELITIAN 3.1 Kerangka Pemikiran

3 METODE PENELITIAN 3.1 Kerangka Pemikiran 3 METODE PENELITIAN 3.1 Kerangka Pemikiran Penelitian ini berangkat dari kenyataan yang dihadapi oleh industri kemasan karton dewasa ini, yaitu proses produksi dilakukan berdasarkan pesanan (make-to-order),

Lebih terperinci

Bab 1 Pendahuluan Latar Belakang Masalah

Bab 1 Pendahuluan Latar Belakang Masalah 1 Bab 1 Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Masalah Penjadwalan merupakan suatu proses pengurutan pembuatan produk secara menyeluruh pada sejumlah mesin dalam jangka waktu tertentu. Persoalan penjadwalan pada

Lebih terperinci

PENGARUH NILAI PARAMETER TERHADAP SOLUSI HEURISTIK PADA MODEL VTPTW

PENGARUH NILAI PARAMETER TERHADAP SOLUSI HEURISTIK PADA MODEL VTPTW INFOMATEK Volume 19 Nomor 1 Juni 2017 PENGARUH NILAI PARAMETER TERHADAP SOLUSI HEURISTIK PADA MODEL VTPTW Tjutju T. Dimyati Program Studi Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Pasundan Abstrak: Penentuan

Lebih terperinci

PERUSAHAAN ROTI MATAHARI DI PASURUAN PRAKTEK KERJA INDUSTRI PENGOLAHAN PANGAN

PERUSAHAAN ROTI MATAHARI DI PASURUAN PRAKTEK KERJA INDUSTRI PENGOLAHAN PANGAN PERUSAHAAN ROTI MATAHARI DI PASURUAN PRAKTEK KERJA INDUSTRI PENGOLAHAN PANGAN OLEH : APRILIA KURNIASARI (6103009038) NOVITA TRIJANTI W. N. (6103009065) PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PANGAN FAKULTAS TEKNOLOGI

Lebih terperinci

BAB IV. METODE PENELITIAN

BAB IV. METODE PENELITIAN BAB IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di milk treatment (MT) Koperasi Peternakan Bandung Selatan (KPBS) Pangalengan, jalan Raya Koperasi No.1 Pangalengan, Kab.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Didalam suatu kegiatan produksi yang memiliki berbagai jenis atau variant

BAB I PENDAHULUAN. Didalam suatu kegiatan produksi yang memiliki berbagai jenis atau variant BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Didalam suatu kegiatan produksi yang memiliki berbagai jenis atau variant produk yang berbeda pasti ada kegiatan penggantian produk atau dikenal dengan istilah Changeover.

Lebih terperinci

PENJADWALAN MESIN KEMAS IDENTIK PARALEL PADA INDUSTRI YOGHURT MENGGUNAKAN PEMROGRAMAN LINEAR INTEGER SLAMET RIYADI

PENJADWALAN MESIN KEMAS IDENTIK PARALEL PADA INDUSTRI YOGHURT MENGGUNAKAN PEMROGRAMAN LINEAR INTEGER SLAMET RIYADI PENJADWALAN MESIN KEMAS IDENTIK PARALEL PADA INDUSTRI YOGHURT MENGGUNAKAN PEMROGRAMAN LINEAR INTEGER SLAMET RIYADI DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan mendapatkan pemesanan dari para konsumen. Agar produk-produk

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan mendapatkan pemesanan dari para konsumen. Agar produk-produk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan teknologi pada saat ini membuat zaman semakin maju terlebih pada dunia bisnis. Bisnis yang berjalan juga beragam, di antaranya adalah bisnis produksi makanan.

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN II LANDASAN TEORI

I PENDAHULUAN II LANDASAN TEORI I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sukarelawan adalah seseorang atau sekelompok orang yang secara ikhlas karena panggilan nuraninya memberikan apa yang dimilikinya tanpa mengharapkan imbalan. Sukarelawan

Lebih terperinci

Kata kunci : Pengalokasian Order Produksi, Integer Linear Programming, Perencanaan Produksi

Kata kunci : Pengalokasian Order Produksi, Integer Linear Programming, Perencanaan Produksi PENGALOKASIAN ORDER-ORDER PRODUKSI PADA MESIN DARI BERBAGAI PLANT UNTUK OPTIMASI BIAYA PRODUKSI DI PT. PLATINUM CERAMICS INDUSTRY Mas ud, Witantyo Program Studi Pascasarjana Magister Manajemen Teknologi

Lebih terperinci

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA JOB SHEET PENGOLAHAN BAKERY

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA JOB SHEET PENGOLAHAN BAKERY 1. Kompetensi: Menguasai pengolahan produk pengembangan yeast dough dari sisi resep, bentuk, isi maupun kemasan. 2. Sub Kompetensi: a. Menjelaskan pengembangan yeast dough b. Mempraktekkan pengembangan

Lebih terperinci

Penjadwalan Produksi Job Shop dengan Menggunakan Metode Shifting Bottleneck Heuristic (SHB)

Penjadwalan Produksi Job Shop dengan Menggunakan Metode Shifting Bottleneck Heuristic (SHB) doi: https://doi.org/10.581/zenodo.106337 JURITI PRIMA (Junal Ilmiah Teknik Industri Prima) Vol. 1, No. 1, Juni 017 e-issn: 581-057X Penjadwalan Produksi Job Shop dengan Menggunakan Metode Shifting Bottleneck

Lebih terperinci

Berikut merupakan alur penyelesaian masalah nyata secara matematik. pemodelan. penyelesaian

Berikut merupakan alur penyelesaian masalah nyata secara matematik. pemodelan. penyelesaian Lecture I: Introduction of NonLinear Programming A. Masalah Optimisasi Dalam kehidupan sehari-hari, manusia cenderung untuk berprinsip ekonomi, yaitu dengan sumber daya sedikit mungkin dapat memperoleh

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN A. KERANGKA PEMIKIRAN Setiap perusahaan memiliki tujuan akhir untuk mencapai keuntungan maksimum. Beberapa faktor yang mempengaruhi perolehan keuntungan diantaranya penjualan

Lebih terperinci

Pertemuan 2 Metode Simplex

Pertemuan 2 Metode Simplex Pertemuan 2 Metode Simplex Objektif : 1. Mahasiswa dapat mengidentifikasi tujuan pokok dari masalah. 2. Mahasiswa dapat mendefinisikan variabel keputusan. 3. Mahasiswa dapat menentukan fungsi tujuan apakah

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Teori Produksi Produksi adalah suatu kegiatan atau proses yang mentransformasikan masukan (input) menjadi hasil keluaran (output) yang berupa

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perkembangan Pengusahaan Yoghurt di Indonesia

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perkembangan Pengusahaan Yoghurt di Indonesia II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perkembangan Pengusahaan Yoghurt di Indonesia Industri pengolahan susu baik berskala kecil maupun berskala besar memiliki peranan penting dan strategis bagi perkembangan agribisnis

Lebih terperinci

: 1. Mengetahui cara pembuatan roti standart dan roti wortel serta untuk. 2. Mengetahui volume adonan roti standart dan adonan roti wortel

: 1. Mengetahui cara pembuatan roti standart dan roti wortel serta untuk. 2. Mengetahui volume adonan roti standart dan adonan roti wortel Acara Sub acara : Praktikum Food Processing & Technology : Praktikum teknologi baking Hari / tanggal : Selasa / 25 Maret 2014 Tempat Prinsip Tujuan : Lab Gizi STIKes Widya Cipta Husada Malang : Prinsip

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pemrograman Non Linier Pemrograman Non linier merupakan pemrograman dengan fungsi tujuannya saja atau bersama dengan fungsi kendala berbentuk non linier yaitu pangkat dari variabelnya

Lebih terperinci

Bab 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Bab 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 8 Bab 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam suatu instansi atau industri maupun perusahaan, adanya penentuan jumlah produksi yang tepat merupakan suatu hal yang sangat penting. Sistem penentuan jumlah

Lebih terperinci

PEMROGRAMAN LINIER: FORMULASI DAN PEMECAHAN GRAFIS

PEMROGRAMAN LINIER: FORMULASI DAN PEMECAHAN GRAFIS RISET OPERASIONAL Riset operasi adalah metode yang digunakan untuk memformulasikan dan merumuskan permasalahan sehari hari ke dalam pemodelan matematis untuk memperoleh solusi yang optimal. Bagian terpenting

Lebih terperinci

PROGRAM LINEAR. tersebut. Dua macam fungsi Program Linear: tujuan perumusan masalah

PROGRAM LINEAR. tersebut. Dua macam fungsi Program Linear: tujuan perumusan masalah PROGRAM LINEAR Program linear adalah salah satu model matematika yang digunakan untuk menyelesaikan masalah optimisasi, yaitu memaksimumkan atau meminimumkan fungsi tujuan yang bergantung pada sejumlah

Lebih terperinci

Penjadwalan Job Shop Fleksibel dengan Mempertimbangkan Saat Siap dan Saat Tenggat

Penjadwalan Job Shop Fleksibel dengan Mempertimbangkan Saat Siap dan Saat Tenggat Petunjuk Sitasi: Putawara, R., Aribowo, W., & Ma'ruf, A. (2017). Penjadwalan Job Shop Fleksibel dengan Mempertimbangkan Saat Siap dan Saat Tenggat. Prosiding SNTI dan SATELIT 2017 (pp. E41-47). Malang:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. banyak ditentukan oleh pendidikan bangsa itu sendiri (Sudirman, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. banyak ditentukan oleh pendidikan bangsa itu sendiri (Sudirman, 2013). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Sifatnya mutlak dalam kehidupan seseorang, keluarga, maupun bangsa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. apa yang dibutuhkan untuk mendapatkan produk yang telah ditetapkan.

BAB I PENDAHULUAN. apa yang dibutuhkan untuk mendapatkan produk yang telah ditetapkan. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perencanaan produksi adalah suatu kegiatan yang berkenaan dengan penentuan apa yang harus diproduksi, berapa banyak diproduksi dan sumber daya apa yang dibutuhkan

Lebih terperinci

OPTIMISASI PENJUALAN SUSU CUP MENGGUNAKAN INTEGRASI METODE SIMPLEKS DAN ANALISA SENSITIVITAS

OPTIMISASI PENJUALAN SUSU CUP MENGGUNAKAN INTEGRASI METODE SIMPLEKS DAN ANALISA SENSITIVITAS OPTIMISASI PENJUALAN SUSU CUP MENGGUNAKAN INTEGRASI METODE SIMPLEKS DAN ANALISA SENSITIVITAS Ratna Ekawati 1), Shanti K Anggraeni 2), Hadi Setiawan 3) Jurusan Teknik Industri, Universitas Sultan Ageng

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. dari UD. Wingko Babat Pak Moel sebagai berikut: a. Data permintaan wingko pada tahun 2016.

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. dari UD. Wingko Babat Pak Moel sebagai berikut: a. Data permintaan wingko pada tahun 2016. BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengumpulan dan Pengolahan Data Untuk menganalisi permasalahan pengoptimalan produksi, diperlukan data dari UD. Wingko Babat Pak Moel sebagai berikut: a. Data permintaan

Lebih terperinci

Azwar Anas, M. Kom 11/1/2016. Azwar Anas, M. Kom - STIE-GK Muara Bulian

Azwar Anas, M. Kom 11/1/2016. Azwar Anas, M. Kom - STIE-GK Muara Bulian Azwar Anas, M. Kom 1 Pemecahan Persoalan Minimasi Algoritma lainnya yang digunakan dalam persoalan program linier adalah metode penugasan. Seperti halnya metode transportasi, metode penugasan bisa lebih

Lebih terperinci

BAB VIII Membuat Produk Pastry Dengan Adonan Bread Pertemuan Ke

BAB VIII Membuat Produk Pastry Dengan Adonan Bread Pertemuan Ke BAB VIII Membuat Produk Pastry Dengan Adonan Bread Pertemuan Ke Tujuan : Melalui topik pembahasan ini anda dapat mempelajari ; 1. Menjelaskan pengertian adonan Bread 2. Jenis Adonan Bread 3. Membuat Produk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini akan dijelaskan mengenai hal-hal yang menjadi latar belakang dilakukan penelitian ini, perumusan masalah, batasan penelitian yang dikerjakan, tujuan, manfaat penelitian terhadap

Lebih terperinci

PENGGUNAAN ALGORITMA GENETIKA PADA PENJADWALAN PRODUKSI DI PT DNP INDONESIA PULO GADUNG

PENGGUNAAN ALGORITMA GENETIKA PADA PENJADWALAN PRODUKSI DI PT DNP INDONESIA PULO GADUNG PENGGUNAAN ALGORITMA GENETIKA PADA PENJADWALAN PRODUKSI DI PT DNP INDONESIA PULO GADUNG Suriadi AS, Ulil Hamida, N. Anna Irvani STMI Jakarta, Kementerian Perindustrian RI ABSTRAK Permasalahan yang terjadi

Lebih terperinci

BAB III PEMBAHASAN. diperoleh menggunakan algoritma genetika dengan variasi seleksi. A. Model Matematika CVRPTW pada Pendistribusian Raskin di Kota

BAB III PEMBAHASAN. diperoleh menggunakan algoritma genetika dengan variasi seleksi. A. Model Matematika CVRPTW pada Pendistribusian Raskin di Kota BAB III PEMBAHASAN Pada bab ini akan dibahas mengenai model matematika pada pendistribusian raskin di Kota Yogyakarta, penyelesaian model matematika tersebut menggunakan algoritma genetika serta perbandingan

Lebih terperinci

III MODEL PENJADWALAN

III MODEL PENJADWALAN 3 Ax = B N x B x = Bx B + Nx N = b. (5) N Karena matriks B adalah matriks taksingular, maka B memiliki invers, sehingga dari (5) x B dapat dinyatakan sebagai: x B = B 1 b B 1 Nx N. (6) Kemudian fungsi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penjadwalan didefinisikan sebagai pengambilan keputusan tentang penyesuaian aktivitas dan sumber daya dalam rangka menyelesaikan sekumpulan job / suatu proyek agar

Lebih terperinci

sejumlah variabel keputusan; fungsi yang akan dimaksimumkan atau diminimumkan disebut sebagai fungsi objektif, Ax = b, dengan = dapat

sejumlah variabel keputusan; fungsi yang akan dimaksimumkan atau diminimumkan disebut sebagai fungsi objektif, Ax = b, dengan = dapat sejumlah variabel keputusan; fungsi yang akan dimaksimumkan atau diminimumkan disebut sebagai fungsi objektif nilai variabel-variabel keputusannya memenuhi suatu himpunan kendala yang berupa persamaan

Lebih terperinci

Manual Penggunaan Algoritma Tabu Search untuk Mengoptimasikan Penjadwalan Job Shop

Manual Penggunaan Algoritma Tabu Search untuk Mengoptimasikan Penjadwalan Job Shop Manual Penggunaan Algoritma Tabu Search untuk Mengoptimasikan Penjadwalan Job Shop Akhmad Hidayatno Armand Omar Moeis Komarudin Zulkarnain Aziiz Sutrisno Laboratorium Rekayasa, Simulasi dan Pemodelan Sistem

Lebih terperinci

V. PEMODELAN PENJADWALAN

V. PEMODELAN PENJADWALAN V. PEMODELAN PENJADWALAN 5.1 Asumsi Perhitungan Model Dalam perencanaan penjadwalan produksi ini, digunakan beberapa asumsi berkaitan dengan penjadwalan produksi secara keseluruhan. Pembuatan model dibatasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Persaingan bisnis yang semakin kompetitif membuat perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. Persaingan bisnis yang semakin kompetitif membuat perusahaan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Persaingan bisnis yang semakin kompetitif membuat perusahaan manufaktur tidak hanya memperhatikan kualitas produk, tetapi juga ketepatan waktu produk sampai ke tangan

Lebih terperinci