V. HASIL DAN PEMBAHASAN
|
|
- Yanti Sudirman
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 V. HASIL DAN PEMBAHASAN Konsep berpikir industri di bidang pangan, yang masih berprinsip bahwa mutu dapat diatur dan adanya tanggung jawab di setiap produk yang dipasarkan, menjadi semakin terdesak. Hal ini dibuktikan dengan kesadaran para konsumen saa ini yang semakin rasional, di mana transaksi jual beli hanya akan terjadi setelah mereka yakin akan mutu produk yang dibeli dan sistem mutu yang diterapkan oleh perusahaan memenuhi standar. PT Nippon Indosari Corpindo Tbk merupakan produsen roti terbesar di Indonesia, yang memasarkan produknya dengan dua merek dagang, yakni Sari Roti dan Sari Cake. Salah satu jenis roti yang diproduksi oleh perusahaan adalah roti manis yang diisi dengan berbagai jenis filler. Seperti yang telah disinggung pada paragraf sebelumnya, mutu produk roti manis isi yang dijual kepada konsumen juga menjadi hal yang krusial di dalam proses produksinya. Untuk menjamin mutu produk yang sampai ke tangan konsumen adalah produk roti manis isi bermutu prima, perusahaan melakukan suatu tindakan pengendalian mutu dengan cara pengecekan para proses akhir produksi sebelum roti dikemas. Proses pengecekan ini dilakukan oleh seorang QC line. QC line bertugas untuk memeriksa setiap produk roti manis isi yang tidak sesuai dengan standar. Standar mutu roti yang ditetapkan oleh perusahaan terdiri dari standar mutu fisik, kimia, dan mikrobiologi. QC line hanya melakukan pemeriksaan terhadap standar mutu fisik produk saja. Produk roti yang tidak sesuai dengan standar akan mengalami pe-reject-an (penolakan) sehingga produk tersebut tidak dapat dikemas dan tidak lolos untuk dipasarkan ke konsumen. Standar fisik produk jadi roti manis isi dinilai berdasarkan bentuk dan penampakan, antara lain ialah bentu roti bulat dan simetris, volume dan ukuran roti standar, warna permukaan roti coklat keemasan, permukaan roti halus, glazing merata, tidak keriput, tidak penyok, isi tidak bocor keluar, tidak kotor, tidak ada gelembung, tidak tampak sisa dusting flour, dan warna roti seragam (tidak belang). Standar produk roti manis isi di PT Nippon Indosari Corpindo Tbk selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 3. Produk yang ditolak tersebut bukan semata-mata sesuatu yang biasa terjadi di dalam proses produksi, namun termasuk ke dalam pemborosan biaya proses produksi dan merupakan suatu kerugian bagi perusahaan. Produk yang tidak lolos standar memang tidak dapat dihindari dalam suatu proses produksi karena tidak mungkin terjadi zero defect, tetapi jumlahnya dapat dikurangi sekecil mungkin dengan langkah melakukan perbaikan secara terus-menerus (continual improvement). Penekanan jumlah roti reject (rusak) seminimal mungkin secara tidak langsung juga mengurangi kerugian yang dialami perusahaan. Tahapan awal untuk mengurangi jumlah produk rusak adalah dengan melakukan pengumpulan data-data (record) produk yang rusak dalam kurun waktu tertentu. A. PENGUMPULAN DATA Menurut Webster s New World Dictionary di dalam Nasution (2005), data adalah things known or assumed yang berarti bahwa data itu sesuatu yang diketahui atau dianggap diketahui, artinya sesuatu yang sudah terjadi merupakan fakta (bukti). Data digunakan untuk mengetahui atau memperoleh gambaran tentang suatu keadaan atau persoalan dan membuat keputusan atau memecahkan persoalan. Data yang digunakan pada penelitian magang ini didapatkan dengan melaksanakan penelitian langsung ke perusahaan. Data yang dibutukan dibagi menjadi dua, primer dan sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh dari pengamatan dan pengukuran secara langsung di lapangan, yaitu 40
2 dengan melihat permasalahan yang terjadi di lokasi produksi serta faktor-faktor apa saja yang menyebabkan terjadinya kerusakan pada roti manis isi. Data ini dikumpulkan dengan beberapa teknik, antara lain adalah melalui pengamatan langsung di pabrik, audit proses produksi di pabrik, wawancara dan diskusi langsung dengan pihak-pihak yang berhubungan dengan permasalahan yang dibahas. Sedangkan data sekunder adalah data yang diperoleh dari catatan perusahaan seperti data tentang sejarah perusahaan, data reject (penolakan) roti manis isi, dokumen pengendalian dan pengawasan mutu proses produksi, dan instruksi kerja/sop. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya produk roti manis isi yang tidak sesuai dengan standar merupakan produk cacat/rusak yang tidak dapat dipasarkan kepada konsumen. Roti reject (rusak) ini akan dipisahkan dari roti yang lolos standar mutu produk sebelum melewati tahap pengemasan dan selanjutnya dilakukan perhitungan jumlah roti yang mengalami kerusakan. Data kerusakan produk yang digunakan dalam penelitian ini adalah data reject produk roti manis isi yang terjadi pada bulan Maret Roti manis isi yang dimaksud adalah roti manis berbentuk bulat yang di dalamnya terdapat isi filler berupa pasta (coklat dan keju), selai (sarikaya, strawberry, kelapa), dan coklat keju. Data yang diambil hanya roti manis isi yang dihasilkan dari ruang produksi U1 pada lini produksi 1 dan produk yang dihasilkan pada semua shift. Untuk memperoleh data yang akurat dan sekaligus untuk analisis yang valid, terdapat tujuh alat bantu yang dikenal dengan istilah seven tools. Ketujuh alat bantu ini adalah lembar pengumpulan data (check sheet), stratifikasi, grafik dan bagan pengendali, Diagram Pareto, diagram sebab-akibat (causeeffect diagram), diagram pencar (scatter diagram), dan histogram. Pemilihan jenis tools yang akan digunakan harus disesuaikan dengan kondisi tim perbaikan mutu dan permasalahan yang akan dipecahkan (Muhandri dan Kadarisman, 2008). Lembar periksa (check sheet) merupakan dokumen sederhana yang digunakan untuk mengumpulkan data secara real time di lokasi tempat pengumpulan data. Dokumen ini didesain agar dapat mengumpulkan informasi yang diinginkan secara mudah (Palimirma, 2010). Data yang dikumpulkan pada check sheet ini berupa jumlah penyimpangan mutu (kerusakan) pada setiap item roti manis isi yang terjadi setiap harinya. Lembar periksa yang digunakan untuk mengambil data terlampir pada Lampiran 4. Lembar periksa ini memuat beberapa keterangan pendukung selain data roti manis isi yang mengalami kerusakan/penyimpangan mutu, seperti: hari dan tanggal jumlah roti rusak yang teridentifikasi, pada shift dan plant berapa data tersebut diambil, dan lain-lain. Roti-roti manis isi yang teridentifikasi mengalami kerusakan sesuai dengan standar muti fisik produk jadi (Lampiran 3) dihitung jumlahnya setiap hari dan dicatat pada lembar periksa. Pada akhir lembar periksa terdapat paraf QC checker sebagai pelapor dan pengambil data, QC field sebagai bagian yang memeriksa laporan lembar periksa kerusakan produk, dan terakhir diparaf oleh QC Supervisor sebagai persetujuan bahwa lembar periksa tersebut valid datanya untuk dijadikan dokumentasi perusahaan. Selanjutnya lembar periksa ini disimpan dan dapat digunakan sesuai dengan kebutuhan perusahaan. B. ANALISIS JENIS DAN JUMLAH PENYIMPANGAN MUTU ROTI MANIS ISI Setelah data terkumpul selanjutnya dilakukan stratifikasi atau pengelompokan jenis penyimpangan (kerusakan) yang terjadi pada roti manis isi. Stratifikasi membantu untuk melihat bagaimana perbandingan masing-masing jenis kerusakan produk yang terjadi. Data hasil pengumpulan dengan lembar periksa selama sebulan (Maret 2011) dikumpulkan dan direkapitulasi jumlah kerusakan tiap harinya seperti yang terlampir pada Lampiran 5. Selanjutnya, dilakukan stratifikasi berdasarkan jenis kerusakan pada roti manis isi yang terjadi. Dari hasil stratifikasi yang 41
3 dilakukan terdapat tujuh jenis penyimpangan mutu (kerusakan) yang terjadi pada roti manis isi, yakni penyok pada sisi roti, gelembung pada permukaan roti, gosong, bentuk yang tidak bulat dan simetris, isi filler yang keluar (bocor), saling menempelnya roti-roti (dempet), dan lain-lain. Stratifikasi penyimpangan mutu roti manis isi pada bulan Maret 2011 selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 3 di bawah ini. Tanggal Tabel 3. Stratifikasi penyimpangan mutu roti manis isi bulan Maret penyok Jenis penyimpangan mutu (buah) gelembung gosong bentuk bocor dempet lainlain Total sampel (buah) Total penyimpangan (buah) Total
4 Hasil stratifikasi yang tersaji belum dapat menerangkan secara jelas tentang perbandingan dari masing-masing jenis kerusakan yang terjadi pada roti manis isi. Agar dapat dilihat perbandingannya dengan sangat jelas, maka digunakan Diagram Pareto sebagai alat bantu analisis yang biasanya digunakan setelah analisis stratifikasi dilakukan. Diagram Pareto pertama kali diperkenalkan oleh seorang ahli ekonomi dari Italia bernama Vilvredo Pareto pada tahun 1897 lalu. Diagram ini digunakan oleh Dr. M. Juran dalam bidang pengendalian dan peningkatan mutu. Dengan alat ini dapat diketahui prioritas jenis penyimpangan mutu dari seluruh cacat produk yang terjadi. Prioritas tersebut teridentifikasi pada jenis penyimpangan mutu yang memiliki persentase terbesar, terletak paling kiri pada grafik, dan merupakan bagan tertinggi pada grafik. Tabel 4 menyajikan persentase dari masing-masing jenis penyimpangan (kerusakan) mutu yang terjadi terhadap seluruh kerusakan yang terjadi pada roti manis isi selama bulan Maret Dari kolom persen kesalahan yang disajikan, terlihat perbandingan porsi kerusakan dari masingmasing jenis penyimpangan. Tabel 4. Persen penyimpangan mutu roti manis isi bulan Maret Jenis penyimpangan Jumlah penyimpangan Persen kesalahan Persen kesalahan kumulatif Penyok % 37% Dempet % 52% Bentuk % 66% Gelembung % 72% Bocor % 77% Gosong 973 2% 80% Lain-lain % 100% Total % 100% Gambar 6. Diagram Pareto penyimpangan mutu roti manis isi selama bulan Maret
5 Setelah semua jenis penyimpangan mutu disusun dari jenis penyimpangan terbesar hingga terkecil, selanjutnya dibuatlah grafik Diagram Pareto (Gambar 6). Berdasarkan Diagram Pareto yang tersaji, dapat dilihat urutan persentase jenis penyimpangan mutu produk roti manis isi dari yang terbesar hingga terkecil adalah penyok sebesar 37% dari total kesalahan yang terjadi, diikuti dengan penyimpangan lainnya pada urutan kedua (20%) lalu secara berurutan dempet (15%), bentuk (13%), gelembung (7%), bocor (5%), dan gosong (2%). Dapat ditarik sebuah kesimpulan bahwa penyok pada roti manis isi merukapan jenis penyimpangan (kerusakan) mutu fisik terbesar dibandingkan dengan jenis penyimpangan mutu lainnya. C. PENETAPAN PRIORITAS JENIS PENYIMPANGAN MUTU ROTI MANIS ISI Setelah dilakukan analisis produk reject menggunakan seven tools, dilakukan diskusi dengan pihak industri untuk menentukan prioritas perbaikan sistem mutu pada jenis kerusakan produk yang terjadi. Diskusi ini dilakukan dengan manajer product development and quality assurance selaku bagian yang bertanggung jawab atas mutu dan jaminan mutu yang dihasilkan serta perbaikan dan pengontrolan (pengendalian) mutu produk. Dari diskusi yang telah dilakukan dengan pihak industri, akhirnya diperoleh kesepakatan bahwa prioritas perbaikan mutu yang akan dilakukan adalah pada jenis penyimpangan mutu penyok. Pertimbangan pemilihan prioritas ini karena hasil analisis dengan menggunakan Diagram Pareto menunjukkan bahwa jenis penyimpangan mutu penyok merupakan jenis penyimpangan dengan persentase kesalahan terbesar dibandingkan dengan jenis penyimpangan lainnya. Selain itu penyok merupakan jenis kerusakan yang sangat nampak terlihat penyimpangannya oleh konsumen (persepsi konsumen), hal ini sangat mempengaruhi kepercayaan konsumen terhadap produk. Ries dan Trout (1987) mengatakan bahwa pemasaran adalah peperangan antar produsen untuk merebutkan persepsi konsumen. Demikian pentingnya persepsi di benak konsumen, sehingga hal ini dijadikan pertimbangan dalam pengambilan keputusan. Bentuk roti yang penyok akan menimbulkan persepsi yang lebih negatif dibandingkan dengan jenis kerusakan lainnya. Sebagai contoh produk roti yang gosong hanya menimbulkan anggapan bahwa roti tersebut terlalu lama berada di dalam oven. Namun, apabila roti yang penyok sampai ke tangan konsumen, anggapan yang muncul adalah roti tersebut mungkin saja terjatuh ke lantai, terinjak, atau penanganan lainnya yang menyebabkan perubahan bentuk terhadap roti. D. ANALISIS FAKTOR PENYEBAB PENYIMPANGAN MUTU PENYOK PADA ROTI MANIS ISI Analisis ini dilakukan dengan menggunakan alat bantu peningkatan mutu lainnya, yakni diagram sebab-akibat. Diagram sebab-akibat ditemukan pertama kali oleh orang Jepang bernama Ishikawa, sehingga sering disebut dengan Diagram Ishikawa (Dahlgaard et al, 1998). Dan karena bentuknya yang seperti tulang ikan, maka sering juga disebut diagram tulang ikan (fish bone). Tujuan penggunaan diagram sebab-akibat adalah untuk menganalisa seluruh potensi sebab atau input, yang dapat menghasilkan dampak tertentu atau output. Diagram ini dapat menjadi perangkat untuk menelusuri faktor penyebab terjadinya variasi dalam suatu proses. Menurut Muhandri dan Kadarisman (2008), secara umum terdapat lima faktor yang berpengaruh dalam penyusunan diagram sebab-akibat, yaitu: lingkungan, manusia, metode, bahan, dan mesin/peralatan. Gambar 7 menunjukkan digram Ishikawa dari semua penyebab yang dapat membuat roti manis isi menjadi penyok. Penyok pada roti merupakan kerusakan yang terjadi setelah proses pemanggangan 44
6 dan sebelum pengemasan. Sehingga proses identifikasi penyebab penyok difokuskan selama proses peletakan roti dari loyang ke konveyor (depanning) dan pendinginan (cooling). Diduga terdapat tiga faktor utama yang menjadi penyebab penyok pada roti manis isi. Pertama, faktor alat. Faktor utama ini disebabkan oleh faktor khusus yakni: proses peletakan roti masih berjalan secara manual oleh operator, alat yang digunakan pada proses peletakan roti ke konveyor masih terbatas, dan sisi konveyor yang menekan roti manis (berhimpitan). Kedua, faktor manusia. Faktor manusia yang dimaksud adalah operator yang melakukan proses peletakan roti. Faktor khusus yang mempengaruhinya adalah operator tidak hati-hati meletakkan roti dari loyang ke konveyor, operator tidak memahami intruksi kerja yang ada, operator kurang terampil dan kelelahan dalam bekerja. Ketiga, faktor metode. Metode yang dimaksud adalah metode saat proses peletakan roti dari loyang ke atas konveyor (depanning). Faktor-faktor khusus yang mempengaruhinya adalah tidak ada training (pelatihan) kepada karyawan baik sebelum dan selama karyawan operator depanning bekerja, tidak ada intruksi kerja mengenai teknik peletakan roti yang benar dari loyang ke konveyor; mengingat bahwa proses ini masih dilakukan secara manual oleh operator maka perlu adanya standar mengenai tata cara yang benar guna menyeragamkan teknik peletakan pada semua operator depanning, metode yang ada mengenai tata cara peletakan roti ternyata kurang efektif sehingga roti manis isi masih banyak yang mengalami kerusakan penyok. Metode Tidak ada training karyawan Metode tidak efektif Tidak ada IK Manual Manusia Tidak memahami IK Kelelahan Tertekan sisi konveyor Tidak hati-hati Kurang terampil Roti manis isi penyok Terbatas Alat Gambar 7. Diagram sebab-akibat roti manis isi penyok. E. AUDIT MUTU Dalam sistem manajemen mutu PT Nippon Indosari Coprindo, bagian Quality Assurance (QA) bertangung jawab atas kualitas mutu dan jaminan mutu yang dihasilkan serta perbaikan dan pengontrolan (pengawasan) mutu produk. Bagian QA berada di bawah departemen Product Development and Quality Assurance (PDQA) yang dikepalai oleh seorang manajer dan dibagi ke dalam empat bagian, yaitu QC raw material, QC field, QC system, dan QC lab. Masing-masing bagian memiliki tugas dan tanggung jawabnya tersendiri untuk mengontrol mutu produk. Untuk menghasilkan produk yang bermutu tinggi, sehat, higienis, dan halal sesuai dengan komitmen produk Sari Roti, PT Nippon Indosari Corpindo Tbk menetapkan beberapa kebijakan mutu berupa GMP (Good Manufacturing Practices), SSOP (Sanitation Standard Operating Procedures), HACCP (Hazard Analysis and Critical Control Point), dan Sistem Jaminan Halal (SJH). Manajemen mutu 45
7 yang diterapkan oleh PT Nippon Indosari Corpindo Tbk pada proses produksi diimplementasikan mulai dari tahap penerimaan bahan baku hingga produk akhir. Audit mutu adalah suatu kegiatan yang dilaksanakan secara sistematis dan dilakukan oleh bagian yang independen (bukan dari bagian yang diaudit), untuk mengetahui apakah semua kegiatan telah dilaksanakan sesuai dengan rencana dan apakah peraturannya diterapkan secara benar dan mampu mencapai tujuan yang telah diterapkan (Bambang dan Sulisjartiningsih, 1996). Audit yang dilakukan pada penelitian ini adalah untuk memverifikasi hasil analisis faktor penyebab terjadinya penyok pada roti manis isi berdasarkan diagram sebab-akibat, apakah faktor yang diduga tersebut benar terjadi pada pelaksanaan proses produksi. Proses audit dilaksanakan terhadap seluruh tahapan yang ada pada proses pembuatan roti manis isi (dapat dilihat pada Lampiran 6). Namun, dikhususkan lebih mendalam hanya pada proses peletakan roti ke konveyor (depanning) dan proses pendinginan karena kedua proses inilah yang menyebabkan penyok pada roti. Metode kerja merupakan salah satu faktor yang menjadi penyebab penyoknya roti manis isi. Penyebab khusus yang diduga adalah tidak ada instruksi kerja pada proses peletakan roti ke konveyor (depanning), metode depanning yang dilakukan tidak efektif dalam proses peletakan roti, dan tidak ada training kepada operator sebelum dan selama operator tersebut bekerja. Dari hasil audit yang telah dilakukan, instruksi kerja mengenai proses depanning ada dan terdokumentasi dengan baik. Hanya saja dari intruksi kerja tersebut memang tidak dijelaskan secara rinci dan jelas mengenai metode peletakan roti ke konveyor yang benar sehingga operator tersebut melakukannya secara tidak teratur. Pengerjaan proses depanning yang tidak teratut tersebut akhirnya membuat roti manis isi seringkali tertekan oleh loyang dan banyak roti yang jatuh terbalik ketika diletakkan di konveyor. Training karyawan sesungguhnya telah dilakukan sebelum dan selama karyawan tersebut bekerja sebagai operator depanning. Namun dengan tidak adanya metode baku yang dijelaskan pada instruksi kerja membuat operator berinisiatif sendiri dengan cara masing-masing untuk meletakkan roti manis isi dari loyang ke konveyor. Faktor lainnya yang menyebabkan penyimpangan mutu penyok pada roti adalah manusia, yakni operator pada proses depanning. Penyebab khusus yang dapat menyebabkan penyok pada roti manis isi, antara lain operator tidak memahami instruksi kerja, operator kurang terampil dan tidak berhati-hati dalam meletakkan roti, dan operator kelelahan dalam melakukan proses depanning. Berdasarkan hasil audit dan wawancara yang dilakukan, sesungguhnya operator telah memahami dengan baik intruksi kerja yang telah diberikan dan melaksanakan instruksi kerja tersebut selama proses depanning dijalankan. Penyebab lainnya adalah operator melakukan aktivitas peletakan roti selama kurang lebih menit dalam posisi berdiri dan hanya seorang diri. Hal ini membuat operator sering kali merasa kelelahan dalam melakukan aktivitas peletakan roti tersebut, terlebih lagi aktivitas ini dilakukan secara berulang. Lingkungan kerja yang panas membuat operator mudah kehilangan konsentrasi. Kurangnya konsentrasi selama bekerja ini membuat operator kurang berhatihati dalam melakukan aktivitas peletakan roti. Keterampilan operator dalam meletakkan roti juga berpengaruh pada aktivitas peletakan roti mengingat loyang yang harus diangkat cukup berat dan jumlahnya pun banyak. Keterampilan operator yang kurang membuat proses peletakan roti menjadi berantakan dan pada akhirnya roti tertekan oleh loyang. Faktor terakhir yang menjadi penyebab penyoknya roti adalah alat. Alat yang digunakan pada proses depanning sangat terbatas, yakni hanya berupa sarung tangan yang digunakan oleh operator untuk mengangkat loyang yang panas. Tidak ada alat bantu lain yang dapat digunakan oleh operator untuk memudahkan peletakan dari loyang ke konveyor. Proses depanning yang dilakukan juga masih dilakukan secara manual oleh operator, belum ada mesin yang secara khusus dapat memindahkan roti dari loyang ke konveyor secara otomatis. Selain itu, untuk roti yang berada di sisi samping dari 46
8 konveyor sering kali berhimpit dengan sisi konveyor selama proses pendinginan berjalan. Hal ini semakin menambah jumlah roti manis isi yang mengalami penyimpangan mutu penyok. F. USULAN PERBAIKAN Pada umumnya, tindak lanjut dari audit, baik internal maupun eksternal, adalah review manajemen yang hasilnya digunakan sebagai masukan untuk perbaikan mutu. Adanya kegiatan audit dan review manajemen yang dilakukan secara teratur inilah yang menjamin terjadinya proses perbaikan mutu berkesinambungan (Muhandri dan Kadarisman, 2008). Perbaikan mutu berkesinambungan merupakan salah satu dari empat pilar dalam manajemen mutu. Penerapan perbaikan mutu yang berkesinambungan merupakan upaya yang dilakukan untuk mendukung sistem jaminan mutu pangan terhadap kepuasan konsumen (Gambar 8). Gambar 8. Perbaikan mutu berkesinambungan dalam manajemen mutu (BAPSI, 2010). Dari hasil audit mutu yang telah dilaksanakan, terlihat bahwa ada beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya penyok pada roti manis isi. Usulan perbaikan yang disusun bertujuan untuk memperbaiki sistem mutu produksi roti manis isi yang saat ini berjalan di PT Nippon Indosari Corpindo Tbk sehingga jumlah penyok roti dapat dikurangi. Usulan tersebut dibuat berdasarkan hasil analisis audit mutu yang dilakukan terhadap faktor-faktor penyebab roti penyok. Berikut merupakan beberapa usulan mengenai perbaikan sistem mutu proses produksi roti manis isi. 1. Penggunaan Depanner Otomatis pada Proses Depanning Depanning merupakan proses peletakan roti dari loyang ke atas konveyor berjalan setelah roti keluar dari oven. Proses depanning yang dilakukan di PT Nippon Indosari Corpindo Tbk masih dijalankan secara manual dengan menggunakan operator. Menurut Olailani (2009), kelemahan penggunaan manusia dibandingkan dengan mesin untuk menjalankan suatu proses produksi adalah manusia tidak memiliki kemampuan untuk melakukan aktivitas yang sama secara berulang-ulang dalam kurun waktu yang lama. Hal ini terjadi karena manusia memiliki rasa bosan, tidak konsisten, dan karakteristik psikologis, seperti stress, moody, dan sejenisnya. Hal yang senada juga dikemukakan oleh Sanders dan 47
9 McCormick (1993), it is easier to bend metal than twist arms yang bisa diartikan merancang produk ataupun alat untuk mencegah terjadinya kesalahan (human error) akan jauh lebih mudah bila dibandingkan mengharapkan orang (operator) jangan sampai melakukan kesalahan pada saat bekerja. Penggunaan depanner merupakan salah satu solusi untuk menyelesaikan permasalahan penyok roti manis isi pada proses peletakan roti (depanning). Depanner akan mengangkat roti yang sudah dipanggang dari loyang yang keluar dari oven. Jadi, depanner akan membantu operator untuk memindahkan roti yang panas dari loyang ke konveyor yang berjalan. Efisiensi depanner jauh lebih tinggi daripada depanning yang dioperasikan manual. Sistem depanning yang disarankan adalah menggunakan depanner yang bekerja dengan sistem vakum. Penggunaan depanner otomatis ini akan melepaskan roti dari loyang dengan cepat dan meminimalisir terjadinya kerusakan fisik pada produk. Vakum yang terdapat di dalam belt cups akan menghisap dan menarik roti keluar dari loyang. Berikut merupakan gambar dari vacuum depanner yang biasa digunakan untuk memindahkan roti bulat dari loyang. Gambar 9. Vacuum depanner. Belt cups 2. Modifikasi Sistem Konveyor Berjalan untuk Mengangkat Roti dari Loyang Modifikasi ini dilakukan dengan menambahkan sistem konveyor untuk mengangkat roti dari loyang. Loyang yang masih berisi roti akan berjalan menuju bagian bawah konveyor pendingin roti setelah loyang keluar dari oven. Konveyor pendingin roti ini akan berjalan diatas konveyor pengangkut loyang. Di bagian ujung konveyor pendingin terdapat bagian yang akan mengangkat roti dari loyang sehingga roti-roti akan berjalan di atas konveyor pendingin sedangkan loyang-loyang tetap berjalan pada bagian konveyor bawah. Perbaikan sistem dengan modifikasi konveyor ini tentunya memerlukan biaya yang jauh lebih ringan dibandingkan apabila digunakan depanner otomatis dengan sistem vakum. Berikut adalah gambar sistem konveyor yang berjalan saat ini (Gambar 10) dengan sistem modifikasi konveyor yang dapat dilakukan (Gambar 11). Gambar 10. Sistem konveyor saat ini. 48
10 Arah gerak konveyor Arah gerak konveyor Konveyor Konveyor pendingin Gambar 11. Modifikasi konveyor. 3. Letak Exhaust Berada Tepat di Tempat Operator Depanning Bekerja dan Beroperasi dengan Baik Menurut Nitisemito (1996) lingkungan kerja adalah segala sesuatu yang ada disekitar pekerja dan dapat mempengaruhi mereka dalam menjalankan tugas-tugas yang dibebankan. Sedangkan Handoko (1992) mengatakan bahwa lingkungan kerja yang baik, yang dapat memenuhi kebutuhan karyawan, dengan sendirinya karyawan akan menyadari tentang tanggung jawabnya terhadap perusahaan. Dari kedua pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa lingkungan kerja ternyata dapat mempengaruhi pekerjaan yang dilakukan oleh karyawan. Lingkungan kerja merupakan faktor yang sangat penting dari sebuah perusahaan. Lingkungan kerja yang baik akan mendukung terbentuknya tingkat produktivitas kerja yang tinggi, sehingga akan dapat meningkatkan produktivitas dari perusahaan yang bersangkutan. Lingkungan kerja yang menyenangkan bagi karyawan dapat menimbulkan rasa semangat dalam bekerja sehingga terhindar dari rasa bosan dan lelah. Jika lingkungan kerja tidak dapat terpenuhi sesuai dengan kebutuhan karyawan, maka dapat menimbulkan kebosanan dan kelelahan sehingga akan menurunkan semangat kerja karyawan yang pada akhirnya karyawan tidak melaksanakan tugasnya secara efektif dan efisien. Proses depanning dilakukan oleh operator dekat dengan ujung oven keluarnya roti yang telah selesai proses pemanggangan. Lokasi tempat bekerja yang dekat dengan oven membuat lingkungan bekerja menjadi sangat panas. Kondisi udara yang panas sangat mempengaruhi kinerja operator saat bekerja. Untuk mengatasi lingkungan yang panas ini, perusahaan telah mengatasinya dengan menyediakan Air Conditioner (AC) yang berada di atas operator depanning. Keberadaan AC ini sebaiknya ditambah dengan exhaust yang menghembuskan udara agar lingkungan tempat operator bekerja tidak pengap. Selain itu, perlu dilakukan pengontrolan suhu agar pada siang hari operator yang bekerja tidak merasa panas karena AC tidak terasa dingin atau sebaliknya pada malam hari AC terlalu dingin. 4. Penambahan Operator pada Proses Depanning Penambahan operator dilakukan pada proses depanning dengan tujuan untuk memungkinkan terjadinya pergantian operator yang melakukan proses pelatakan roti selama kurang lebih 15 menit sekali agar operator tidak terlalu kelelahan. Operator tambahan ini juga berfungsi untuk membantu operator depanning agar roti tidak melebihi batas sisi konveyor. 49
11 Sebelumnya proses depanning ini memang hanya dilakukan oleh seorang operator, namun proses ini dilakukan secara bergantian dengan operator oven selama sekitar 45 sampai 60 menit sekali. Kurun waktu pergantian tersebut terlalu lama dan dapat membuat operator menjadi jenuh, kehilangan konsentrasi, dan kelelahan saat meletakkan roti. Sehingga sebuah usulan perbaikan dilakukan dengan menambahkan jumlah operator pada proses depanning. 5. Penyempurnaan SOP dengan Menyeragamkan Tata Cara Peletakan Roti SOP yang ada di perusahaan telah tersusun dengan baik. Hanya saja perlu penyempurnaan di dalam SOP tersebut dengan mencantumkan keterangan mengenai tata cara memegang loyang yang benar saat akan meletakkan roti di konveyor. Hal ini penting untuk dilakukan agar peroses depanning dilakukan secara terstandarisasi mulai dari cara memegang loyang hingga roti tersebut berada di konveyor dan para operator memperoleh pemahaman yang baik mengenai tata cara peletakan roti yang benar. Posisi tangan saat memegang loyang berperan cukup penting terhadap besarnya penyimpangan penyok pada roti manis isi. Posisi pemegangan yang salah akan membuat peluang terjadinya penyok lebih besar. Selama ini operator melakukan peletakan roti dengan caranya masing-masing tanpa ada standarisasi mengenai tata cara peletakan yang benar. Untuk menyeragamkan hal tersebut maka dibuat suatu usulan perbaikan untuk mencantumkan tata cara peletakan roti yang benar di dalam SOP. Berikut adalah gambar dari ilustrasi cara pemegangan loyang yang diusulkan. Gambar 12. Cara memegang loyang yang benar (kiri) dan cara memegang loyang yang salah (kanan). Kelebihan memegang loyang pada gambar sebelah kiri dibandingkan dengan yang kanan adalah posisi sebelah kiri mampu mempertahankan loyang pada posisi datar tidak condong miring ke bawah seperti posisi sebelah kanan. Sehingga roti-roti tidak bergeser ke ujung loyang sebelum roti tersebut dilempar ke konveyor. Pada posisi sebelah kanan, loyang yang condong miring ke bawah membuat roti-roti bergeser ke sisi loyang yang turun dan akhirnya roti-roti saling berhimpitan. Roti yang saling berhimpitan tersebut akan saling menekan satu sama lain dan akhirnya akan membuat roti menjadi penyok sebelum roti tersebut dilempar ke atas konveyor. 50
12 G. UJI COBA USULAN PERBAIKAN Setelah disusun beberapa usulan perbaikan untuk mengurangi jumlah kerusakan penyok pada roti manis isi, selanjutnya dipilih usulan perbaikan yang langsung dapat diaplikasikan. Usulan perbaikan yang dipilih adalah usulan yang tidak memerlukan tambahan biaya pada pelaksanaannya. Jadi, usulan tersebut merupakan penyempurnaan dari sistem yang telah ada. Berdasarkan alasan tersebut maka dipilih usulan pada sub-sub bab butir 4 dan 5, yakni penambahan operator pada proses depanning dan penyempurnaan SOP dengan melakukan penyeragaman tata cara peletakan roti dari loyang ke konveyor. Dari uji coba usulan tersebut akan terlihat apakah penerapan perbaikan yang diusulkan dapat mengurangi jumlah penyok pada roti manis isi. Pengamatan dilakukan dengan membandingkan data sebelum uji coba usulan perbaikan dengan data setelah uji coba tersebut dilaksanakan. Pengambilan data sebelum uji coba perbaikan dilakukan pada tanggal 14, 15, 16, dan 17 Mei Sedangkan uji coba perbaikan dilaksanakan pada tanggal 12, 13, 18, dan 19 Mei Hasil pengamatan dari dua penerapan sistem yang berbeda tersebut dapat dilihat pada Tabel 5. Terlihat dengan jelas persentase penyok roti manis isi sebelum diterapkan usulan perbaikan sekitar 0.96% namun setelah usulan perbaikan diterapkan jumlah penyok menurun menjadi 0.67%. Tabel 5. Persentase perbandingan penyok sebelum dan pada saat dilakukan uji coba. Sebelum Uji Coba Pada Saat Uji Coba Tanggal Penyok Jumlah Jumlah Pesentase Tanggal Penyok roti roti Pesentase 14/05/ % 12/05/ % 15/05/ % 13/05/ % 16/05/ % 18/05/ % 17/05/ % 19/05/ % Total % Total % Selisih persentase penyok sebelun dengan setelah uji coba : 0.29% Penurunan jumlah penyok roti : 69.79% Asumsi total produksi roti selama 1 bulan : 4,000,000 Asumsi harga modal satu bungkus roti : Rp 1,000 Kerugian karena penyok sebelum uji coba : (0.96% x 4,000,000) x Rp 1,000 Rp 38,371,769 Kerugian karena penyok setelah uji coba : (0.67% x 4,000,000) x Rp 1,000 Rp 26,846,192 Selisih kerugian sebelum dan setelah uji coba perbaikan : (0.29% x 4,000,000) x Rp 1,000 Rp 11,525,577 Di dalam satu pabrik terdapat 2 line@3 shift : 8 operator Upah minimun karyawan di daerah Bekasi : Rp 1,200,000 51
13 Biaya yang keluar bila menambah operator : Rp 9,600,000 Penghematan biaya : Rp 1,925,577 Dari perhitungan yang dilakukan terlihat bahwa penurunan persentase penyok roti manis isi yang terjadi sekitar 69.79%. Selisih kerugian biaya yang terjadi sebelum dengan setelah dilakukan uji coba perbaikan sebesar Rp11,500,000,-. Penerapan usulan perbaikan tersebut akan membutuhkan tambahan karyawan bagi perusahaan. Sistem proses produksi roti manis isi di perusahaan berjalan menggunakan 2 line dan beroperasi selama 24 jam dengan 3 shift pada masing-masing line. Jadi, dibutuhkan tambahan 6 karyawan dan 2 tambahan karyawan sebagai pengganti karyawan yang akan istirahat. Sehingga perusahaan setidaknya harus mengeluarkan biaya sebesar Rp9,600,000,- untuk mengganti tambahan karyawan yang akan bekerja sebagai operator depanning. Dari perhitungan tersebut nampak bahwa penghematan biaya yang dapat dilakuakn oleh perusahaan selama satu bulan apabila kedua usulan tersebut diterapkan adalah sekitar Rp1,900,000,-. Penghematan biaya yang diperoleh memang belum signifikan. Namun, apabila usulan perbaikan dengan memodifikasi sistem konveyor depanner ataupun penggunaan depanner otomatis diterapkan, kemungkinan penghematan biaya yang dapat dicapai oleh perusahaan akan lebih besar karena jumlah roti manis isi yang penyok akan jauh berkurang. 52
METODOLOGI PENELITIAN
IV. METODOLOGI PENELITIAN Metodologi penelitian adalah suatu proses berfikir dari menemukan masalah, mengumpulkan data, baik melalui tinjauan pustaka maupun melalui studi lapangan, melakukan pengolahan
Lebih terperinciPROYEK AKHIR SISTEM MANAJEMEN MUTU PERUSAHAAN SARI ROTI. PT NIPPON INDOSARI CORPINDO,Tbk.
PROYEK AKHIR SISTEM MANAJEMEN MUTU PERUSAHAAN SARI ROTI PT NIPPON INDOSARI CORPINDO,Tbk. STRUKTUR ORGANISASI PERUSAHAAN Struktur organisasi di PT Nippon Indosari Corpindo Tbk dipimpin oleh seorang presiden
Lebih terperinciBAB V ANALISIS PEMECAHAN MASALAH
42 BAB V ANALISIS PEMECAHAN MASALAH 5.1. Analisa Hasil Data Dari hasil pembahasan pada bab pengumpulan dan pengolahan data, dapat diketahui beberapa point penting dalam mengetahui jenis-jenis cacat yang
Lebih terperinciIV. KONDISI SISTEM ANTRIAN DI PT NIPPON INDOSARI CORPINDO
IV. KONDISI SISTEM ANTRIAN DI PT NIPPON INDOSARI CORPINDO A. Sistem Produksi Produk Roti Manis (sweet bread) PT Nippon Indosari Corpindo merupakan perusahaan yang bergerak di bidang industri makanan, yaitu
Lebih terperinciANALISA PENGURANGAN DEFECT
ANALISA PENGURANGAN DEFECT PADA PROSES PRODUKSI BATERAI ABC JENIS R6 DENGAN METODE QCC (QUALITY CONTROL CIRCLE) DAN SEVEN TOOLS DI PT. INTERNATIONAL CHEMICAL INDUSTRY PLANT II SURABAYA SKRIPSI Oleh : ILUL
Lebih terperinciBAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN, DAN ANALISIS DATA
23 BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN, DAN ANALISIS DATA 4.1 Sejarah Perusahaan Pertama berdirinya PT. Tri Tunggal Bangun Sejahtera di Tangerang adalah melalui tahapan yang begitu kecil. Dalam awal pendiriannya
Lebih terperinciBAB 2 LANDASAN TEORI
6 BAB 2 LANDASAN TEORI Kualitas adalah segala sesuatu yang mampu memenuhi keinginan atau kebutuhan pelanggan (meeting the needs of customers) (Gasperz, 2006). Pengendalian kualitas secara statistik dengan
Lebih terperinciNama : Gema Mahardhika NIM : Kelas : A PDCA. a) Pengertian
PDCA a) Pengertian Dalam peningkatan mutu dalam kebidanan diperlukan manajemen yang baik agar dalam pelaksanaannya dapat tercapai secara efektif dan efisien. Didalam ilmu manajemen, ada konsep problem
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. laba yang diinginkan, menjaga kelangsungan hidup dan perkembangan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dunia bisnis dewasa ini ditandai dengan persaingan yang semakin tajam. Setiap perusahaan, baik perusahaan yang bergerak dibidang manufaktur, dagang dan jasa tidak terlepas
Lebih terperinciStatistical Process Control
Natasya Christy Mukuan 1701344251 LD21 Statistical Process Control Sejarah Statistical Process Control (SPC) Sebelum tahun 1900-an, industri AS umumnya memiliki karakteristik dengan banyaknya toko kecil
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
6 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 PROSES PRODUKSI 2.1.1 Pengertian Proses Produksi Proses produksi adalah metode dan teknik untuk menciptakan atau menambah kegunaan suatu barang atau jasa dengan menggunakan
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN. 1. Perusahaan telah menetapkan standar kualitas dan telah melaksanakan
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan 1. Perusahaan telah menetapkan standar kualitas dan telah melaksanakan pengendalian kualitas produk dalam proses produksinya sampai pengendalian kualitas produk
Lebih terperinciIV. METODOLOGI PENELITIAN
IV. METODOLOGI PENELITIAN Metodologi penelitian adalah suatu proses berfikir dari menemukan masalah, mengumpulkan data, baik melalui tinjauan pustaka maupun melalui studi lapangan, melakukan pengolahan
Lebih terperinciBAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1 Pengumpulan Data Pengambilan data yang dilakukan penulis menggunakan data primer dan sekunder yang didapatkan pada Lini 2 bagian produksi Consumer Pack, yang
Lebih terperinciBAB 2 LANDASAN TEORI
23 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Definisi mengenai Kualitas Saat kata kualitas digunakan, kita mengartikannya sebagai suatu produk atau jasa yang baik yang dapat memenuhi keinginan kita. Menurut ANSI/ASQC Standard
Lebih terperinci7 Basic Quality Tools. 14 Oktober 2016
7 Basic Quality Tools 14 Oktober 2016 Dr. Kaoru Ishikawa (1915 1989) Adalah seorang ahli pengendalian kualitas statistik dari Jepang. As much as 95% of quality related problems in the factory can be solved
Lebih terperinciBAB V ANALISA HASIL. 5.1 Analisa Diagram Sebab Akibat. Setelah penulis melakukan observasi ke lapangan serta wawancara secara
BAB V ANALISA HASIL 5.1 Analisa Diagram Sebab Akibat Setelah penulis melakukan observasi ke lapangan serta wawancara secara langsung dan mendapatkan data lengkap. Kemudian penulis melakukan analisa masalah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. terigu, dibuat dengan proses pemanggangan. Biskuit memiliki kadar air kurang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Biskuit merupakan salah satu produk pangan yang berbahan dasar tepung terigu, dibuat dengan proses pemanggangan. Biskuit memiliki kadar air kurang dari 5%, kondisi
Lebih terperinciBAB 2 LANDASAN TEORI
8 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Dasar dari Kualitas Kata kualitas memiliki banyak definisi yang berbeda, dan bervariasi dari yang konvensional sampai yang lebih strategik. Definisi konvensional dari
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. oleh para konsumen dalam memenuhi kebutuhannya. Kualitas yang baik
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Kualitas Kualitas merupakan aspek yang harus diperhatikan oleh perusahaan, karena kualitas merupakan aspek utama yang diperhatikan oleh para konsumen dalam memenuhi
Lebih terperinciAUDIT PROSES PRODUKSI ROTI MANIS ISI DI PT NIPPON INDOSARI CORPINDO TBK. CIKARANG, BEKASI SKRIPSI ARUM NURHANDAYANI F
AUDIT PROSES PRODUKSI ROTI MANIS ISI DI PT NIPPON INDOSARI CORPINDO TBK. CIKARANG, BEKASI SKRIPSI ARUM NURHANDAYANI F24070119 FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2011 AUDIT OF SWEET
Lebih terperinciBAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH
BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH 5.1. Analisa Hasil Data Dari pengolahan data pada bab sebelumnya diperoleh hasil mengenai jumlah produk, jumlah produk cacat, dan jenis cacat yang ada antara lain : gosong,
Lebih terperinciGambaran pentingnya HACCP dapat disimak pada video berikut
A. Penerapan Cara Peoduksi Perikanan laut yang Baik (GMP/SSOP/HACCP) HACCP merupakan suatu sistem yang mengidentifikasi, mengevaluasi dan mengontrol setiap tahapan proses yang rawan terhadap risiko bahaya
Lebih terperinciBAB 2 LANDASAN TEORI
BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Statistic Quality Control (SQC) Statistik merupakan teknik pengambilan keputusan tentang suatu proses atau populasi berdasarkan pada suatu analisa informasi yang terkandung di
Lebih terperinciBAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH
BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH 3.1 Penetapan Kriteria Optimasi Setelah mengevaluasi berbagai data-data kegiatan produksi, penulis mengusulkan dasar evaluasi untuk mengoptimalkan sistem produksi produk
Lebih terperinciAnalisis Pengendalian Kualitas Coca-Cola Kaleng Menggunakan Statistical Process Control pada PT CCAI Central Java
Analisis Pengendalian Kualitas Coca-Cola Kaleng Menggunakan Statistical Process Control pada PT CCAI Central Java Arkan Addien 1), Pringgo Widyo Laksono 2) 1,2) Program Studi Teknik Industri, Fakultas
Lebih terperinciBAB 2 LANDASAN TEORI
BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Kualitas Globalisasi dan kemudahan untuk mengakses informasi dari seluruh dunia, membawa perubahan yang sangat besar dalam kehidupan manusia. Perubahan itu juga Mempengaruhi dunia
Lebih terperinciBAB V ANALISIS PEMECAHAN MASALAH
80 N < N, (25.69 < 30 ) maka jumlah data dianggap cukup karena jumlah data atau pengamatan yang teoritis sudah dilampaui oleh jumlah data yang sebenarnya atau aktual. BAB V ANALISIS PEMECAHAN MASALAH 5.1.
Lebih terperinci10/6/ Pengantar
Lecturer Content: Pengantar Konsep Pengendalian Kualitas / QC Quality of Conformance (Kualitas Kesesuaian/Kesamaan} Konsep Biaya dalam QC Tools / Penerapan Teknik Statistika dalam QC Proses Evolusi QC
Lebih terperinciStatistical Process Control
Statistical Process Control Sachbudi Abbas Ras abbasras@yahoo.com Lembar 1 Flow Chart (dengan Stratifikasi): Grafik dari tahapan proses yang membedakan data berdasarkan sumbernya. Lembar Pengumpulan Data:
Lebih terperinciMATERI V TEKNIK KENDALI MUTU. By : Moch. Zen S. Hadi, ST Communication Digital Lab.
MATERI V TEKNIK KENDALI MUTU By : Moch. Zen S. Hadi, ST Communication Digital Lab. TEKNIK PENGENDALIAN MUTU Gugus Kendali Mutu dalam memperbaiki dan meningkatkan mutu menggunakan teknik : SEVEN TOOLS.
Lebih terperinciSumber : PQM Consultant QC Tools Workshop module.
Sumber : PQM Consultant. 2011. 7QC Tools Workshop module. 1. Diagram Pareto 2. Fish Bone Diagram 3. Stratifikasi 4. Check Sheet / Lembar Pengecekan 5. Scatter Diagram / Diagram sebar 6. Histogram 7. Control
Lebih terperinciSeminar Nasional IENACO 2014 ISSN
Seminar Nasional IENACO 204 ISSN 2337-4349 PENGENDALIAN KUALITAS PADA MESIN INJEKSI PLASTIK DENGAN METODE PETA KENDALI PETA P DI DIVISI TOSSA WORKSHOP Much. Djunaidi *, Rachmad Adi Nugroho 2,2 Jurusan
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metodologi penelitian merupakan gambaran dari tahapan yang dilalui dalam menyelesaikan suatu masalah yang ditemui dalam sebuah penelitian, dimana dibuat berdasarkan latar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Dewasa ini perkembangan bisnis meningkat semakin ketat meskipun
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dewasa ini perkembangan bisnis meningkat semakin ketat meskipun berada dalam kondisi perekonomian yang cenderung tidak stabil. Hal tersebut memberikan dampak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mencegah dan berupaya memperbaiki faktor-faktor penyebab kerusakan. menemui atau mendapati produk yang rusak.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Produk hasil pertanian, umumnya rawan akan kerusakan saat pengolahan maupun saat penanganan bahannya. Untuk menghindari hal tersebut, setiap perusahaan akan menerapkan
Lebih terperinciBAB 2 Landasan Teori 2.1 Total Quality Management
BAB 2 Landasan Teori 2.1 Total Quality Management Total Quality Management (TQM) adalah suatu filosofi manajemen untuk meningkatkan kinerja bisnis perusahaan secara keseluruhan dimana pendekatan manajemen
Lebih terperinciIV. KEADAAN PERUSAHAAN
IV. KEADAAN PERUSAHAAN A. SEJARAH PERUSAHAAN PT Nippon Indosari Corpindo merupakan perusahaan patungan Indonesia-Jepang, yaitu antara PT Sari Indoroti dengan Nissho Iwai Corporation dan Shikishima Baking
Lebih terperinciBAB V ANALISA HASIL. membandingkan jumlah kecacatan produk proses produksi Lightening Day Cream
BAB V ANALISA HASIL 5.1 Analisa Histogram Histogram pada tahap ini digunakan untuk mengidentifikasi peluang cacat, membandingkan jumlah kecacatan produk proses produksi Lightening Day Cream 30gr dan Lightening
Lebih terperinci1. Check sheet 2. Flow chart 3. Pareto chart 4. Ishikawa diagram 5. Scatter Plot 6. Run Chart 7. Histogram
1 1. Check sheet 2. Flow chart 3. Pareto chart 4. Ishikawa diagram 5. Scatter Plot 6. Run Chart 7. Histogram 2 Check sheet adalah alat bantu manajemen mutu sederhana yang menyerupai tabel dan digunakan
Lebih terperinciCONTOH PENERAPAN TQM DI INDUSTRI PANGAN
CONTOH PENERAPAN TQM DI INDUSTRI PANGAN Tjahja Muhandri Stfa Pengajar Departemen Teknologi Pangan dan Gizi, FATETA-IPB, Kampus IPB Darmaga Bogor 16002 PENDAHULUAN Teknik-teknik perbaikan mutu berfungsi
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Manajemen Operasi Untuk mengelola suatu perusahaan atau organisasi selalu dibutuhkan sistem manajemen agar tujuan dari perusahaan atau organisasi tersebut dapat tercapai.
Lebih terperinciSISTEM-SISTEM TERKAIT MANAJEMEN MUTU PADA INDUSTRI PANGAN
SISTEM-SISTEM TERKAIT MANAJEMEN MUTU PADA INDUSTRI PANGAN ISO 22000 ISO 14001 ISO 17025 OHSAS Budaya Kerja 5S/5R Budaya Kerja K3 Sistem Manajemen Halal ISO 9001 Konsumen/Masyarakat IMPLEMENTASI ISO 9001:
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. pasar nasional negara lain. Dalam menjaga konsistensinya perusahaan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Kualitas Banyaknya perusahaan di era globalisasi memicu keberadaan produk lokal dan nasional tidak akan luput dari tuntutan persaingan, selain itu juga mempunyai peluang
Lebih terperinciBAB V HASIL DAN ANALISA DATA
60 BAB V HASIL DAN ANALISA DATA 5.1 Analisa Hasil Data Dari hasil pembahasan pada bab pengumpulan dan pengolahan data, dapat diketahui beberapa point penting dalam mengetahui jenis-jenis reject yang terjadi
Lebih terperinciBAB V PEMBAHASAN. lima kategori produk cacat, yaitu Filling Height, No Crown, Breakage Full, Out of Spec,
BAB V PEMBAHASAN 5.1 Tahap Define Aktivitas proses produksi di PT. Coca Cola Bottling Indonesia Semarang Plant Central java ini dianalisis menggunakan diagram SIPOC (Supplier-Input-Proccess-Output- Customer).
Lebih terperinciPengendalian Mutu Statistik
Pengendalian Mutu Statistik Konsep Pengendalian Kualitas Kualitas suatu produk : derajat/tingkatan dimana suatu produk mampu memuaskan keinginan konsumen Pengendalian Kualitas : sistem verifikasi & penjagaan
Lebih terperinciBAB V ANALISA DAN HASIL
BAB V ANALISA DAN HASIL 5.1 Analisa Permasalahan Yang Terjadi Sebelum perbaikan, permasalahan di bagian produksi khususnya dibagian enrobing coklat belum dapat diketahui. Jumlah reject yang banyak pasti
Lebih terperinci3 BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3 BAB III METODOLOGI PENELITIAN Bagian ketiga dari laporan skripsi ini menggambarkan langkah-langkah yang akan dijalankan dalam penelitian ini. Metodologi penelitian dibuat agar proses pengerjaan penelitian
Lebih terperinciBAB 3 METODE PENELITIAN
BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Diagram Alir DELAPAN LANGKAH 8. Menetapkan target 1. Menentukan tema & analisa situasi 9. Standarisasi & rencana 2. Menetapkan target 6. Evaluasi hasil 3. Analisa faktor penyebab
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH. terlebih dahulu sebelum melakukan pemecahan masalah yang sedang dibahas,
BAB III METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH Metodologi pemecahan masalah merupakan tahap-tahap yang harus dilalui terlebih dahulu sebelum melakukan pemecahan masalah yang sedang dibahas, sehingga pemecahan masalah
Lebih terperinciBAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH
61 BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 3.1. Model dan Teknik Penyelesaian Masalah Model pengatasan masalah reject dapat digambarkan sebagai berikut: STUDI PUSTAKA TUJUAN PENELITIAN OBSERVASI PERUSAHAAN
Lebih terperinciBAB V ANALISA DAN PEMBAHASAN
BAB V ANALISA DAN PEMBAHASAN 5.1 Analisa Permasalahan yang Terjadi Sebelum improvement, di bagian produksi coklat compound terdapat permasalahan yang belum dapat diketahui. Proses grinding coklat compound
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN
III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian Produksi merupakan sebuah siklus yang dilakukan oleh perusahaan dalam penyediaan barang atau jasa yang akan ditawarkan kepada pasar demi keberlangsungan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Industri makanan dan minuman merupakan sektor strategis yang akan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri makanan dan minuman merupakan sektor strategis yang akan terus tumbuh. Segmen yang menjanjikan yaitu pasar minuman ringan. Pasar minuman ringan di Indonesia
Lebih terperinciAnalisis Perbaikan Kualitas pada Mesin Warping terhadap Defect Putus Lusi
Petunjuk Sitasi: Ardine, N., Lukodono, R. P., & Ardianwiliandri, R. (217). Analisis Perbaikan Kualitas pada Mesin Warping terhadap Defect Putus Lusi. Prosiding SNTI dan SATELIT 217 (pp. D118-124). Malang:
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Perusahaan pada dasarnya bertujuan mendapatkan keuntungan yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perusahaan pada dasarnya bertujuan mendapatkan keuntungan yang maksimal, dengan memanfaatkan sumber daya yang ada. Tujuan ini dapat tercapai apabila perusahaan
Lebih terperinciBAB 2 LANDASAN TEORI. karena apabila diterapkan secara rinci antara produsen dan konsumen akan terjadi
8 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Kualitas Kualitas merupakan ukuran yang tidak dapat didefinisikan secara umum, karena apabila diterapkan secara rinci antara produsen dan konsumen akan terjadi perspektif yang
Lebih terperinciBAB IV METODE PENELITIAN. Perspektif pendekatan penelitian yang digunakan adalah dengan metode
BAB IV METODE PENELITIAN 4.1. Jenis Desain Penelitian Penelitian ini adalah penelitian deskriptif analistis yakni suatu penelitian yang bertujuan untuk memberikan gambaran tentang realitas pada obyek yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. semakin maju dan pesatnya kondisi pasar industri menuntut perusahaan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Di dalam era globalisasi dengan perkembangan teknologi yang semakin maju dan pesatnya kondisi pasar industri menuntut perusahaan harus mampu untuk memberikan kepuasan
Lebih terperinci2. Pengawasan atas barang hasil yang telah diselesaikan. proses, tetapi hal ini tidak dapat menjamin bahwa tidak ada hasil yang
27 2. Pengawasan atas barang hasil yang telah diselesaikan Walaupun telah diadakan pengawasan kualitas dalam tingkat-tingkat proses, tetapi hal ini tidak dapat menjamin bahwa tidak ada hasil yang rusak
Lebih terperinciBAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH. Gramedia Cikarang yaitu dengan menggunakan metode DMAIC (Define,
BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH 3.1 Penetapan Kriteria Optimasi Dasar evaluasi untuk mengoptimasi sistem produksi Percetakan Gramedia Cikarang yaitu dengan menggunakan metode DMAIC (Define, Measure,
Lebih terperinciBAB V ANALISA DAN PEMBAHASAN
BAB V ANALISA DAN PEMBAHASAN 5.1 Analisa dan Pembahasan Produksi dan Defect Produk Dari data yang diambil, diketahui bahwa defect yang terjadi pada proses filling liquid produk obat sirup penurun panas
Lebih terperinciBAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH. PT. Citra Tunas Baru Gramindo adalah sebuah perusahaan garmen yang
BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH 3.1 Penetapan Kriteria Optimasi PT. Citra Tunas Baru Gramindo adalah sebuah perusahaan garmen yang memproduksi kemeja pria dewasa dengan harga Rp. 41.000 Rp. 42.500 perkemeja.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1. Menambah wawasan serta pengetahuan yang lebih luas tentang bidang produksi yang dijalankan dari Pihak Instansi terkait.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Dalam rangka mendekatkan kerjasama antara pihak sekolah SMK begitupun dengan para peserta didiknya dengan pihak instansi atau pihak perusahaan (pabrik) maka dari itu
Lebih terperinciBAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH STUDI LAPANGAN. IDENTIFIKASI MASALAH - Penanggulangan cacat machinning yang paling dominan
BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH STUDI LAPANGAN IDENTIFIKASI MASALAH - Penanggulangan cacat machinning yang paling dominan PENGUMPULAN DATA - Aliran Proses - Data historik cacat machinning hasil audit
Lebih terperinciKEPUTUSAN KEPALA BADAN KARANTINA IKAN, PENGENDALIAN MUTU, DAN KEAMANAN HASIL PERIKANAN NOMOR 66/KEP-BKIPM/2017 TENTANG
KEPUTUSAN KEPALA BADAN KARANTINA IKAN, PENGENDALIAN MUTU, DAN KEAMANAN HASIL PERIKANAN NOMOR 66/KEP-BKIPM/2017 TENTANG SKEMA SERTIFIKASI LEMBAGA SERTIFIKASI PROFESI PENGENDALI HAMA PENYAKIT DAN MUTU IKAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sangat penting bagi masyarakat dunia. Diperkirakan konsumsi ikan secara global
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengolahan hasil perikanan memegang peranan penting dalam kegiatan pascapanen, sebab ikan merupakan komoditi yang sifatnya mudah rusak dan membusuk, di samping itu
Lebih terperinciAnalisa Pengendalian Kwalitas Produk Untuk Meningkatkan Produkstivitas dan Efesiensi Dengan Menggunakan Metode SPC
Analisa Pengendalian Kwalitas Produk Untuk Meningkatkan Produkstivitas dan Efesiensi Dengan Menggunakan Metode SPC Erry Rimawan Program Studi Teknik Industri Fakultas Teknik, Universitas Mercu Buana ABSTRAK
Lebih terperinciLAPORAN PRAKTEK KERJA INDUSTRI PENGOLAHAN PANGAN
INDUSTRI PENGOLAHAN ROTI DI PT. NIPPON INDOSARI CORPINDO Tbk. PASURUAN LAPORAN PRAKTEK KERJA INDUSTRI PENGOLAHAN PANGAN OLEH : MELISA KUNCORO (6103010071) STEFANIE VIVIAN W. (6103010098) PROGRAM STUDI
Lebih terperinciDAFTAR ISI. ABSTRAK...i. ABSTRACT... ii. KATA PENGANTAR... iii. UCAPAN TERIMA KASIH...iv. DAFTAR ISI... vii. DAFTAR TABEL... xii. DAFTAR GAMBAR...
DAFTAR ISI ABSTRAK...i ABSTRACT... ii KATA PENGANTAR... iii UCAPAN TERIMA KASIH...iv DAFTAR ISI... vii DAFTAR TABEL... xii DAFTAR GAMBAR... xv BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah... 1 1.2 Rumusan
Lebih terperinciBAB 4 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH
BAB 4 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 4.1. Model Rumusan Masalah dan Pengambilan Keputusan Penelitian pendahuluan Identifikasi dan perumusan masalah Tujuan dan manfaat penelitian Tinjauan pustaka Pengumpulan
Lebih terperinciPENGENDALIAN KUALITAS PRODUK DALAM UPAYA MENURUNKAN TINGKAT KEGAGALAN PRODUK JADI
PENGENDALIAN KUALITAS PRODUK DALAM UPAYA MENURUNKAN TINGKAT KEGAGALAN PRODUK JADI Ni Luh Putu Hariastuti putu_hrs@yahoo.com Jurusan Teknik industri, Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Adhitama
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN Dalam bab ini penulis akan membahas mengeni metode yang digunakan dalam mencapai tujuan-tujuan dalam laporan penelitian ini. Penulis melakukan serangkaian tahap penelitian
Lebih terperinciGUGUS KENDALI MUTU. Oleh : SITTI MARLINA
Tugas Makalah Manajemen Mutu Terpadu GUGUS KENDALI MUTU Oleh : SITTI MARLINA 21311153 JURUSAN ADMINISTRASI PENDIDIKAN KONSENTRASI TIK FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KENDARI
Lebih terperinciIII. METODA KAJIAN. Lokasi yang menjadi obyek kajian tugas akhir ini adalah PT. Libe Bumi
III. METODA KAJIAN A. Lokasi dan Waktu Kajian Lokasi yang menjadi obyek kajian tugas akhir ini adalah PT. Libe Bumi Abadi dengan lokasi Jl. Langgar Raya No. 7 RT. 12, Rw. 05 Kelurahan Pondok Bambu, Kecamatan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilakukan di CV.Mabar Karya Utama Medan yang berada di Jl. Mabar. Penelitian ini dimulai dari tanggal 08 Agustus 013 sampai tanggal
Lebih terperinciBAB V ANALISA HASIL. menghilangkan atau paling tidak mengurangi akibat yang terjadi.
72 BAB V 5.1 Analisa Diagram Sebab Akibat ANALISA HASIL Analisa diagram sebab akibat digunakan untuk mengetahui sebab terjadinya masalah defect pada produk yang diamati dengan mengumpulkan dan megelompokkannya
Lebih terperinciPengendalian Mutu Produk Agroindustri KULIAH PENGANTAR AGROINDUSTRI
Pengendalian Mutu Produk Agroindustri KULIAH PENGANTAR AGROINDUSTRI Latar Belakang Pengembangan agroindustri memandang pengendalian mutu sangat strategis karena : Mutu terkait dengan kepuasan konsumen
Lebih terperinciPENGENDALIAN KUALITAS PRODUK GARAM PADA PT. SUSANTI MEGAH SURABAYA
PENGENDALIAN KUALITAS PRODUK GARAM PADA PT. SUSANTI MEGAH SURABAYA Retno Indriartiningtias Laboratorium Ergonomi dan APK Jurusan Teknik Industri Universitas Trunojoyo, Madura Email : artiningtias@yahoo.com
Lebih terperinciLAMPIRAN Lampiran Pengumpulan Data Hasil Perhitungan Jam Ke- CTQ of Out Sol Manufacture it) n it) si (p in g . P efect (p Isi ersize - T
L46 LAMPIRAN Lampiran Pengumpulan Data Data yang dikumpulkan selama melakukan observasi di PT. Tri Tunggal Bangun Sejahtera yang berhubungan dengan permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini antara
Lebih terperinciUsulan Lean Manufacturing Pada Produksi Closet Tipe CW 660J Untuk Meningkatkan Produktivitas
Jurnal Teknik Industri, Vol., No., Juni 03, pp.-8 ISSN 30-495X Usulan Lean Manufacturing Pada Produksi Closet Tipe CW 0J Untuk Meningkatkan Produktivitas Ridwan Mawardi, Lely Herlina, Evi Febianti 3,,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kerja fisik (physical work) adalah kerja yang memerlukan energi fisik otot
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kerja fisik (physical work) adalah kerja yang memerlukan energi fisik otot manusia sebagai sumber tenaganya (power). Kerja fisik seringkali juga disebut sebagai manual
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan ekonomi yang semakin cepat menimbulkan pesatnya
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan ekonomi yang semakin cepat menimbulkan pesatnya persaingan usaha pada saat ini. Seiring dengan meningkatnya pertumbuhan ekonomi di Indonesia, maka secara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Masalah
I.1 Latar Belakang Masalah orientasi BAB I PENDAHULUAN Perkembangan dunia usaha yang terjadi pada saat ini bukan hanya ber kepada seberapa tinggi tingkat produktifitas dari usaha tersebut melainkan lebih
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tabel 1. 1 Jumlah Perusahaan di Indonesia Persentase Perubahan Tahun Jumlah Perusahaan (%)
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan berbagai industri dari tahun ke tahun selalu mengalami perubahan yang tidak menentu akibat dari adanya persaingan antar perusahaan ataupun dari faktor
Lebih terperinciGambar 4.5 Diagram Alir Penilaian Kinerja Mesin
112 Mulai Pemilihan indikator penilaian kinerja mesin Pengumpulan data indikator penilaian kinerja mesin 1. Allocated Downtime 2. Accident Lost Time Penentuan bobot dan interval penilaian kinerja mesin
Lebih terperinciBAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
49 BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1 Tahap Pengumpulan Data 4.1.1 Penentuan Objek Penelitian PT. MYR memprodusi puluhan jenis produk makanan ringan yang sering dikonsumsi sehari-hari dari beberapa
Lebih terperinciBAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Kualitas (Quality)
BAB 2 LANDASAN TEORI Dalam dunia industri banyak sekali hal-hal yang dapat mempengaruhi proses produksi, salah satunya yang menjadikan penentu suatu keberhasilan produksi adalah kualitas dari barang yang
Lebih terperinciANALISIS PETA KENDALI ATRIBUT DALAM MENGIDENTIFIKASI KERUSAKAN PADA PRODUK BATANG KAWAT PT. KRAKATAU STEEL (PERSERO) Tbk
228 Seminar Nasional Teknik Industri [SNTI2017] ANALISIS PETA KENDALI ATRIBUT DALAM MENGIDENTIFIKASI KERUSAKAN PADA PRODUK BATANG KAWAT PT. KRAKATAU STEEL (PERSERO) Tbk Heri Wibowo 1, Sulastri 2 dan Ahmad
Lebih terperinciHANS PUTRA KELANA F
KAJIAN SISTEM MANAJEMEN TERPADU (ISO 9001:2000 DAN ISO 22000:2005) DI PERUSAHAAN GULA RAFINASI MELALUI MAGANG DI PERUSAHAAN JASA KONSULTASI, PREMYSIS CONSULTING, JAKARTA HANS PUTRA KELANA F24104051 2009
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Mutu Karakteristik lingkungan dunia usaha saat ini ditandai oleh perkembangan yang cepat disegala bidang yang menuntut kepiawaian manajemen dalam mengantisipasi setiap
Lebih terperinciBAB V ANALISA DAN PEMBAHASAN
BAB V ANALISA DAN PEMBAHASAN Berdasarkan hasil dari pengumpulan serta pengolahan data yang sudah dilakukan menggunakan diagram pareto untuk mengetahui cacat terbesar yaitu cacat produk salah ukuran yang
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN
35 A. Metode Dasar Penelitian III. METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan metode dasar analisis deskriptif analitis. Metode ini berkaitan dengan pengumpulan data yang berguna untuk memberikan gambaran
Lebih terperinciPERANCANGAN SISTEM PENGENDALIAN KUALITAS DENGAN METODE STATISTIK PADA PRODUK KACA LEMBARAN DI PT. MULIA GALSS FLOAT DIVISION
PERANCANGAN SISTEM PENGENDALIAN KUALITAS DENGAN METODE STATISTIK PADA PRODUK KACA LEMBARAN DI PT. MULIA GALSS FLOAT DIVISION MEDIA ASMAJAYA DAN HARI MOEKTIWIBOWO Program Studi S1 Teknik Industri, Universitas
Lebih terperinciVI. HASIL DAN PEMBAHASAN
VI. HASIL DAN PEMBAHASAN A. OBSERVASI LAPANG Ruang lingkup observasi di lapangan terfokus pada proses pengolahan chicken nugget. Observasi lapang meliputi kegiatan pengamatan proses pembuatan chicken nugget
Lebih terperinciDAFTAR ISI. 1.1 Latar Belakang Penelitian Identifikasi Masalah Tujuan Penelitian Kegunaan Penelitian Kerangka Pemikiran 6
ABSTRAK PT Dhaya Tuhumitra adalah perusahaan penghasil sepatu sandal wanita dengan orientasi pasar ekspor sehingga harus dapat mempertahankan dan meningkatkan kualitas produknya agar dapat memenangkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. persaingan ketat antar industri khususnya industri rumahan atau home industry.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Era globalisasi ini telah membawa banyak dampak ke semua negara, termasuk Indonesia khususnya karena banyak sekali industri baik yang berskala besar maupun
Lebih terperinciTugas dan tanggungjawab Quality Assurance (QA) / Jaminan Mutu
Tugas dan tanggungjawab Quality Assurance (QA) / Jaminan Mutu Departemen QA merupakan departemen yang bertanggung jawab antara lain : a) Audit internal QA melakukan evaluasi kerja kesemua bagian/departemen
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Lead Time Istilah lead time biasa digunakan dalam sebuah industri manufaktur. Banyak versi yang dapat dikemukakan mengenai pengertian lead time ini. Menurut Kusnadi,
Lebih terperinci