PEMODELAN SIRPS UNTUK PENYAKIT INFLUENZA DENGAN VAKSINASI PADA POPULASI KONSTAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PEMODELAN SIRPS UNTUK PENYAKIT INFLUENZA DENGAN VAKSINASI PADA POPULASI KONSTAN"

Transkripsi

1 PEMODELAN SIRPS UNTUK PENYAKIT INFLUENZA DENGAN VAKSINASI PADA POPULASI KONSTAN skripsi disajikan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sains Program Studi Matematika oleh Ardian Dwi Anggoro JURUSAN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2013

2 LEMBAR PENGESAHAN Skripsi yang berjudul Pemodelan SIRPS untuk Penyakit Influenza dengan Vaksinasi pada Populasi Konstan disusun oleh Ardian Dwi Anggoro telah dipertahankan di hadapan sidang panitia ujian Skripsi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Semarang pada: Hari : Tanggal : Ketua, Panitia Ujian Sekertaris, Prof. Dr. Wiyanto, M.Si NIP Drs. Arief Agoestanto, M.Si NIP Ketua Penguji Drs. Moch Chotim, M.S NIP Anggota Penguji/ Pembimbing I Anggota Penguji/ Pembimbing II Muhammad Kharis, S.Si., M.Sc. NIP Drs. Supriyono, M.Si. NIP ii

3 PERNYATAAN Saya menyatakan bahwa dalam isi skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis dirujuk dalam skripsi ini dan disebutkan dalam daftar pustaka. Semarang, Maret 2013 Ardian Dwi Anggoro NIM iii

4 MOTTO DAN PERSEMBAHAN MOTTO Hanya kepada Engkaulah kami menyembah dan hanya kepada Engakaulah kami mohon pertolongan (Al Fatihah : 5). Barang siapa yang mempermudah urusan orang lain, maka Allah SWT akan mempermudah urusan kita di akhirat. Satu langkah lebih berarti dari pada hanya diam. Allah lebih tahu apa yang terbaik untuk kita. PERSEMBAHAN Untuk Allah SWT yang telah mengabulkan doaku. Untuk kedua Orang tuaku yang selalu memberikan kasih sayang, dukungan dan semangat Untuk Mamas Nurul dan mba lilies yang selama ini memberikan semangat dan dukungan Untuk Teman-teman Matematika 08 yang menemaniku dalam berjuang menghadapi semua tantangan dan rintangan Para pejuang The kontrakan gang imam bonjol (alm.hari, Aliep, peri, simbah, surip, mbleteng, kang eri, barokokok) Semua pihak yang telah menginspirasi, memotivasi dan membantuku dalam karya ini Untuk Almamaterku. iv

5 KATA PENGANTAR Puji syukur ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul Pemodelan SIRPS untuk Penyakit Influenza dengan Vaksinasi pada Populasi Konstan. Penulisan skripsi ini sebagai syarat mutlak yang harus dipenuhi oleh penulis untuk memperoleh gelar sarjana sains di Universitas Negeri Semarang. Penulisan skripsi ini dapat terselesaikan karena adanya bimbingan, bantuan, dan dukungan dari berbagai pihak baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1. Prof. Dr. H. Sudijono Sastroatmodjo, M.Si, Rektor Universitas Negeri Semarang. 2. Prof. Dr. Wiyanto, M.Si, Dekan FMIPA Universitas Negeri Semarang. 3. Drs. Arief Agoestanto, M.Si, Ketua Jurusan Matematika FMIPA Universitas Negeri Semarang. 4. Muhammad Kharis, S.Si., M.Sc, Pembimbing Utama yang telah memberikan bimbingan, motivasi, dan pengarahan. 5. Drs. Supriyono, M.Si, Pembimbing Pendamping yang telah memberikan bimbingan, motivasi, dan pengarahan. 6. Drs. Moch Chotim, M.S, Dosen Penguji Utama yang telah memberikan inspirasi, kritik, saran, dan motivasi kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi. 7. Bapak dan Ibu serta keluarga tercinta yang senantiasa mendoakan serta memberikan dukungan baik secara moral maupun spiritual. v

6 8. Mas nurul, mba lilies, dan mba lia yang selama ini memberikan dukungan, semangat serta inspirasi untuk penulis. 9. Sahabat-sahabat saya di The Kontrakan (alm.hari, allief, feri, yanuar, surip, candra, eri, dan legenda) yang telah memberikan banyak motivasi, kritik, usulan yang menjadikan terselesaikannya penulisan skripsi ini. 10. Mahasiswa matematika angkatan 2008 yang telah memberikan dorongan dan motivasi. 11. Semua pihak yang telah membantu terselesaikannya penulisan skripsi ini. Penulis sadar dengan apa yang telah disusun dan disampaikan masih banyak kekurangan dan jauh dari sempurna. Untuk itu penulis menerima segala kritik dan saran yang sifatnya membangun untuk skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca. Semarang, Maret 2013 Penulis vi

7 ABSTRAK Anggoro, Ardian Pemodelan SIRPS untuk Penyakit Influenza dengan Vaksinasi pada Populasi Konstan. Skripsi, Jurusan Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Semarang. Pembimbing Utama Muhammad Kharis, S.Si, M.Sc. dan Pembimbing Pendamping Drs. Supriyono, M.Si. Kata kunci: Influenza, model SIRPS, titik kesetimbangan, dan vaksinasi. Skripsi ini membahas model matematika untuk penyebaran penyakit Influenza dengan vaksinasi. Model matematika yang digunakan berupa model SIRPS dengan laju kelahiran diasumsikan sama dengan laju kematian. Permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini adalah bagaimana menurunkan model SIRPS pada penyebaran penyakit influenza dengan vaksinasi, bagaimana menentukan titik kesetimbangan dan analisis kestabilan pada penyebaran penyakit influenza dengan vaksinasi, bagaimana simulasi model dan interpretasi perilaku model pada penyebaran penyakit influenza dengan vaksinasi menggunakan program Maple 12. Metode yang digunakan untuk menganalisis masalah adalah dengan studi pustaka. Langkah-langkah yang dilakukan adalah menentukan masalah, merumuskan masalah, studi pustaka, analisis pemecahan masalah, dan penarikan kesimpulan. Sebagai hasil penelitian, model yang diperoleh adalah ds = μ + ep μs βqsi (1 q)s dt di = βqsi μi ci dt dr = ci + (1 q)s μr δr dt dp = δr μp ep dt Dari model tersebut diperoleh dua titik kesetimbangan yaitu titik kesetimbangan bebas penyakit dan titik kesetimbangan endemik. Analisis yang dilakukan diperoleh angka rasio reproduksi dasar R = βq (μ+c)(+) Setelah dianalisis kestabilan pada titik kesetimbangan, titik kesetimbangan bebas penyakit akan stabil asimtotis untuk R < < 1. Sedangkan titik kesetimbangan R 0 endemik akan stabil asimtotis untuk 1. Selanjutnya, untuk mengilustrasikan model tersebut maka dilakukan simulasi model dengan menggunakan program Maple 12. Untuk nilai 1 q < 0.36 maka penyakit masih mewabah atau tidak akan menghilang dan untuk nilai 1 q 0.36 maka penyakit tidak akan meluas dalam artian minimal ada 36% yang divaksinasi dari seluruh individu yang rentan jika ingi penyakit influenza menghilang. vii

8 DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL... HALAMAN PENGESAHAN... PERNYATAAN... MOTTO DAN PERSEMBAHAN... KATA PENGANTAR... ABSTRAK... DAFTAR ISI... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR TABEL... DAFTAR LAMPIRAN... i ii iii iv v vii viii xi xii xiii BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Rumusan Masalah Batasan Masalah Tujuan Manfaat Sistematika Penulisan... 7 BAB 2 LANDASAN TEORI Influenza Pemodelan Matematika Pendekatan pada Pemodelan Matematika viii

9 2.4 Tahapan Pemodelan Persamaan Differensial Persamaan Differensial Linear dan Tak Linear Solusi Persamaan Differensial Titik Kesetimbangan Nilai Eigen dan Vaktor Eigen Kestabilan Titik Tetap Kriteria Routh-Hurwitz Maple BAB 3 METODE PENELITIAN Menentukan Masalah Merumuskan Masalah Studi Pustaka Analisis dan Pemecahan Masalah Penarikan Kesimpulan BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN Model Matematika untuk Penyebaran Penyakit Influenza Pembentukan Model Matematika Titik Kesetimbangan Angka Rasio Reproduksi Dasar Analisis Kestabilan Simulasi Model ix

10 BAB 5 PENUTUP Simpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN x

11 DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 2.1. Bagan Alur Penyelesaian Masalah Gambar 4.1. Diagram Transfer Penyebaran Penyakit Influenza Gambar 2.2. Tipe kestabilan dari titik kesetimbangan Gambar 4.1. Diagram Transfer Penyebaran Penyakit Influenza dengan Vaksinasi Gambar 4.2. Proporsi individu susceptibles (hitam), infectious (biru), recovered (merah) dan partial immunity class (hijau) Gambar 4.3. Proporsi individu infectious untuk q = 1, q = 0.9, q = 0.8, dan q = Gambar 4.4. Proporsi individu infectious untuk q = 0.6, q = 0.5, q = 0.4, dan q = xi

12 DAFTAR TABEL Halaman Tabel 4.1. Daftar Variabel-variabel Tabel 4.2. Daftar Parameter-parameter Tabel 4.3. Nilai Parameter untuk Simulasi Model Tabel 4.4. Nilai Parameter untuk R > Tabel 4.5. Titik kesetimbangan dan rasio reproduksi dasar untuk q = 1, q = 0.9, q = 0.8, dan q = Tabel 4.6. Nilai-nilai 1 q untuk perubahan kondisi R 0 saat β = Tabel 4.7. Nilai-nilai 1 q untuk perubahan kondisi R 0 saat β = Tabel 4.8. Nilai-nilai 1 q untuk perubahan kondisi R 0 saat β = xii

13 DAFTAR LAMPIRAN Halaman Lampiran 1. Print Out Maple Model Epidemi SIRPS Tanpa Vaksinasi Lampiran 2. Print Out Maple Model Epidemi SIRPS denganvaksinasi xiii

14 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan dan kemajuan dunia modern saat ini tidak bisa dipisahkan dari matematika. Hampir seluruh aktivitas manusia berkaitan dengan matematika. Matematika digunakan sebagai alat penting di berbagai bidang, termasuk ilmu pengetahuan alam, rekayasa medis dan ilmu pengetahuan sosial seperti ekonomi dan psikologi. Penggunaan matematika dalam kehidupan sehari-hari nampak pada pengembangan aplikasi matematika pada seluruh aspek kehidupan manusia. Selain itu, matematika terapan berperan sebagai ilmu pengetahuan pembantu yang sangat penting bagi ilmu pengetahuan lainnya, terutama bagi ilmu pengetahuan sosial dan ekonomi. Peran matematika pada masalah kehidupan sehari-hari maupun pada ilmu-ilmu lain disajikan dalam pemodelan matematika. Representasi matematika yang dihasilkan dari pemodelan matematika dikenal sebagai model matematika. Model matematika digunakan dalam banyak disiplin ilmu dan bidang studi yang berbeda (Widowati dan Sutimin, 2007:1). Salah satu cabang dari ilmu matematika modern yang penting dan mempunyai cakupan wilayah penelitian yang luas adalah persamaan diferensial. Persamaan diferensial merupakan cabang dari matematika yang cukup strategis karena berkaitan dengan bagian-bagian sentral dalam Analisis, Aljabar, Geometris 1

15 2 dan lainnya yang akan sangat berperan dalam pengenalan konsep maupun pemecahan masalah yang berkaitan dengan dunia nyata. Kebanyakan masalahmasalah yang muncul di dalam persamaan diferensial adalah bagaimana menemukan solusi eksak (analitik) dari model-model matematika yang diperoleh dari masalah nyata (Waluya, 2006:1). Persaamaan diferensial seringkali muncul dalam model-model matematik yang menggambarkan keadaan kehidupan nyata. Banyak hukum-hukum alam dan hipotesa-hipotesa dapat diterjemahkan ke dalam persamaan yang mengandung turunan melalui bahasa matematik. Salah satu masalah yang dapat dimodelkan dengan persamaan diferensial yaitu penyebaran penyakit Influenza. Influenza merupakan suatu penyakit infeksi saluran pernapasan.influenza lebih dikenal dengan sebutan flu, yang disebabkan oleh virus RNA dari famili Orthomyxoviridae (virus influenza), yang menyerang unggas dan mamalia. Gejala yang paling umum dari penyakit ini adalah menggigil, demam, nyeri tenggorokan, nyeri otot, sakit kepala, batuk, dan rasa tidak nyaman. Dalam Casagrandi dkk (2006) disebutkan bahwa virus yang menyebabkan epidemi flu dapat dibedakan dalam tiga tipe berbeda yaitu tipe A, B, dan C. Virus tipe A secara epidemiologi sangat berpengaruh terhadap kehidupan manusia karena dapat menggabungkan gen-gennya dengan strain-strain virus yang beredar di populasi binatang seperti burung, babi, dan kuda. Contoh epidemi flu yang disebabkan oleh virus tipe A adalah epidemi flu burung dan epidemi flu babi. Virus tipe A mempunyai kemampuan untuk bermutasi atau menghasilkan strainstrain baru sehingga manusia yang sudah sembuh dari epidemi flu mempunyai kemungkinan untuk tertular lagi.

16 3 Salah satu usaha yang dilakukan untuk menanggulangi wabah ini adalah dengan melakukan vaksinasi. Vaksinasi dilakukan terhadap orang yang belum terkena influenza. Dalam Carman dkk (2000) disebutkan bahwa vaksinasi memberikan konstribusi besar dalam penurunan jumlah pasien flu. Dalam Govaert dkk (1994) disebutkan bahwa ada penurunan pasien flu pada orang dewasa setelah dilakukan vaksinasi. Kwong dkk (2009) menyatakan bahwa vaksinasi mempunyai potensi yang lebih tinggi dalam mengurangi jumlah penderita flu dibandingkan dengan penggunaan antibiotik. Potter dkk (1997) juga menyatakan bahwa vaksinasi direkomendasikan sebagai salah satu strategi untuk mencegah wabah influenza pada orang usia lanjut dalam jangka waktu yang panjang. Dalam Bridges dkk (2000) dinyatakan bahwa vaksinasi pada orang usia produktif (< 65 tahun) dapat mengurangi tingkat penularan influenza (jumlah penderita flu). Dalam Nichol dkk (2003) disebutkan bahwa pada orang tua, vaksinasi terhadap influenza dikaitkan dengan penurunan risiko rawat inap untuk penyakit jantung, penyakit serebrovaskular, dan pneumonia atau influenza serta resiko kematian dari semua penyebab selama musim influenza. Temuan ini menyoroti manfaat dari upaya vaksinasi dan dukungan untuk meningkatkan tingkat vaksinasi di kalangan orang tua. Model matematika digunakan untuk mempelajari tingkah laku epidemi terkait bilamanakah epidemi tersebut mewabah atau meluas dan bilamanakah epidemi tersebut hilang. Model matematika juga digunakan untuk memprediksi apakah suatu epidemi yang terjadi meluas atau hilang untuk beberapa waktu ke depan. Hasil yang diperoleh dari model tersebut dapat digunakan sebagai bahan

17 4 pertimbangan dalam pengambilan keputusan oleh pihak-pihak yang berkepentingan. Pembentukan model epidemi SIRPS didasari oleh adanya penyakit menular dengan adanya virus baru yg masuk yang kebal terhadap vaksinasi. Misal, populasi yang diberikan dibagi ke dalam empat kelas, yakni kelas populasi rentan (susceptibles), kelas populasi terinfeksi (infectious), kelas individu yang tidak kebal terhadap virus baru (partial immunity class), dan kelas populasi kebal penyakit (recovered). Dengan N(t) merupakan populasi fungsi terhadap waktu (t), atau dapat ditulis: N(t) = S(t) + I(t) + R(t) + P(t) Pada populasi, penyebaran penyakit menular model dinamik SIRPS (Susceptible > Infected > Recovered > Partial Immunity class > Susceptible). Model SIRPS ini menggambarkan bahwa individu yang rentan terserang penyakit menjadi individu yang terinfeksi penyakit, kemudian sembuh dengan kekebalan sementara terhadap penyakit tersebut,setelah itu ada virus baru yang masuk dan kebal terhadap vaksin, karena kekebalan tersebut menghilang, mengakibatkan individu yang rentan terserang penyakit tersebut kembali terinfeksi penyakit yang sama. Keberadaan suatu alat bantu untuk mempermudah menentukan solusi atau penyelesaian suatu persamaan diferensial secara cepat dan tepat sangat diperlukan. Dewasa ini perkembangan teknologi komputer dan perangkat lunaknya dirasakan sangat pesat khususnya di bidang pendidikan. Salah satu kegunaannya adalah sebagai alat bantu dalam menyelesaikan permasalahan-permasalahan

18 5 matematika. Salah satunya perangkat lunak (hardware) berbasis matematika yang dikembangkan untuk kepentingan sistem komputer aljabar adalah Maple. Maple banyak digunakan oleh para ilmuwan untuk membantu menyelesaikan permasalahan-permasalahan matematika, karena merupakan perangkat lunak yang lengakap dan komunikatif. Persoalan yang dapat diselesaikan dengan Maple merupakan persoalan matematika murni, seperti aljabar, geometri, statistika, dan persamaan diferensial. Berdasarkan latar belakang di atas, pada skripsi ini penulis mengangkat judul Pemodelan SIRPS untuk Penyakit Influenza dengan Vaksinasi pada Populasi Konstan. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis merumuskan beberapa permasalahan sebagai berikut : (1) Bagaimana model matematika SIRPS pada penyakit influensza dengan vaksinasi pada populasi konstan? (2) Bagaimana menentukan titik kesetimbangan dan analisis kestabilan penyebaran penyakit Influenza dengan vaksinasi pada populasi konstan? (3) Bagaimana simulasi model dan interpretasi perilaku model pada penyebaran penyakit influenza dengan vaksinasi menggunakan program Maple? (4) Bagaimana menentukan proporsi vaksinasi minimum?

19 6 1.3 Batasan Masalah Pada penulisan ini, permasalahan dibatasi dengan laju kelahiran yang terjadi dalam populasi diasumsikan sama dengan laju kematian, Jumlah populasi diasumsikan selalu konstan, analisa kestabilan terhadap endemik dilakukan saat e = 0 artinya diasumsikan masa wabah lebih pendek dari masa kehilangan kekebalan, dan program yang digunakan software maple Tujuan Tujuan penulisan skripsi ini adalah sebagai beikut. (1) Menentukan model matematika SIRPS pada penyebaran penyakit influenza dengan vaksinasipada populasi konstan. (2) Mengetahui titik kesetimbangan dan analisis kestabilan penyebaran penyakit influenza dengan vaksinasipada populasi konstan. (3) Mengatahui simulasi model penyakit influenza dengan vaksinasi menggunakan maple 12. (4) Mengetahui proporsi vaksinasi minimum penyakit influenza. 1.5 Manfaat Manfaat yang diharapkan dari penyusunan skripsi ini adalah sebagai berikut. (1) Bagi Peneliti Peneliti dapat mengetahui pemodelan matematika SIRPS penyakit influenza dengan vaksinasipada populasi konstan.

20 7 (2) Bagi pihak lain Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangsih kepada mahasiswa untuk melakukan penelitian selanjutnya. 1.6 Sistematika Penyusunan Skripsi Penulisan skripsi disusun dalam tiga bagian utama, yaitu bagian awal, bagian inti, dan bagian akhir skripsi Bagian Awal Skripsi Bagian awal skripsi terdiri dari halaman sampul, halaman judul, halaman pernyataan, pengesahan, motto dan persembahan, kata pengantar, abstrak, daftar isi, daftar gambar,daftar tabel, dan daftar lampiran Bagian Inti Skripsi Bagian inti skripsi dibagi menjadi lima bab yaitu: BAB 1: PENDAHULUAN Bab ini memuat gambaran singkat tentang isi skripsi dan membahas tentang latar belakang, permasalahan, batasan masalah, tujuan penelitian, manfaatpenelitian, dan sistematika penulisan skripsi. BAB II: TINJAUAN PUSTAKA Tinjauan pustaka berisi mengenai teori-teori yang mendukung dan berkaitan dengan pembahasan skripsi sehingga dapat membantu penulis maupun pembaca dalam memahami isi skripsi. Bab ini terdiri dari pengertian penyakit influenza,

21 8 persamaan diferensial, sistem persamaan diferensial, titik ekuilibrium, vektor eigen dan nilai eigen, dan Kriteria Routh- Hurwitz. BAB III: METODE PENELITIAN Metode penelitian berisi tentang proses atau langkah penulisan. Bab ini meliputi menentukan masalah, merumuskan masalah, studi pustaka, analisis pemecahan masalah, dan penarikan simpulan. BAB IV :HASIL DAN PEMBAHASAN Padabab ini berisi permodelan penyebaran penyakit influenza pada populasi konstan, analisa model yang meliputi titik setimbang, angka rasio reproduksi dasar, analisa kastabilan, simulasi model dengan menggunkan Maple. BAB V: PENUTUP Bab ini berisi tentang simpulan dan saran yang diperoleh dari pembahasan Bagian Akhir Skripsi Bagian akhir skripsi berisi daftar pustaka sebagai acuan untuk memberikan informasi tentang buku dan literatur lain yang digunakan dalam penulisan skripsi serta lampiran yang mendukung kelengkapan skripsi.

22 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Influenza Influenza merupakan suatu penyakit infeksi saluran pernapasan.influenza lebih dikenal dengan sebutan flu, yang disebabkan oleh virus RNA dari famili Orthomyxoviridae (virus influenza), yang menyerang unggas dan mamalia. Pada tahun 412 SM, penyakit influenza telah tercatat sebanyak 31 kali menjadi pandemi (wabah dunia). Khususnya pada abad yang lalu berlangsung pada tahun 1918, 1957, dan Meskipun penyakit flu ini kelihatannya ringan namun jumlah mereka yang meninggal pada waktu pandemi bisa mencapai ratusan ribu orang. Sebagai ilustrasi, sewaktu terjadi pandemik influenza pada tahun 1918, banyaknya orang yang meninggal karena flu lebih banyak dari banyak kematian pada Perang Dunia I. Pada tahun nonpandemik, kematian karena flu bisa mencapai hingga orang per tahun, banyaknya itu meningkat hingga lebih dari orang pada tahun pandemik (Tapan, 2004:1). Pada tahun 2009 merebak epidemi flu burung kemudian diikuti epidemi flu babi. Epidemi flu tersebut menyebabkan beberapa kasus kematian dan banyak manusia yang masuk ke rumah sakit lihat Jansen dkk (2007) dan Yang dkk (2009). Epidemi flu burung disebabkan oleh strain (turunan) virus H5N1 dan epidemi flu babi disebabkan oleh strain virus H1N1. Gejala yang ditimbulkan mirip dengan flu musiman yang disebabkan oleh strain virus H3N2. 9

23 Penularan dan gejala influenza Shedding virus influenza (waktu di mana seseorang dapat menularkan virus pada orang lain) dimulai satu hari sebelum gejala muncul dan virus akan dilepaskan selama antara 5 sampai 7 hari, walaupun sebagian orang mungkin melepaskan virus selama periode yang lebih lama. Orang yang tertular influenza paling infektif pada hari kedua dan ketiga setelah infeksi. Jumlah virus yang dilepaskan nampaknya berhubungan dengan demam, jumlah virus yang dilepaskan lebih besar saat temperaturnya lebih tinggi. Anak-anak jauh lebih infeksius dibandingkan orang dewasa dan mereka melepaskan virus sebelum mereka mengalami gejala hingga dua minggu setelah infeksi. influenza dapat disebarkan dalam tiga cara utama yaitu melalui penularan langsung (saat orang yang terinfeksi bersin, terdapat lendir hidung yang masuk secara langsung pada mata, hidung, dan mulut dari orang lain); melalui udara (saat seseorang menghirup aerosol (butiran cairan kecil dalam udara) yang dihasilkan saat orang yang terinfeksi batuk, bersin, atau meludah), dan melalui penularan tangan-ke-mata, tangan-ke-hidung, atau tangan-ke-mulut, baik dari permukaan yang terkontaminasi atau dari kontak personal langsung seperti bersalaman.

24 Pemodelan Matematika Pemodelan matematika merupakan bidang matematika yang berusaha untuk mempresentasi dan menjelaskan sistem-sistem fisik atau problem pada dunia real dalam pernyataan matematik, sehingga diperoleh pemahaman dari dunia real ini menjadi lebih tepat. Representasi matematika yang dihasilkan dari proses ini dikenal sebagai model matematika. Kontruksi, analisis dan penggunaan model matematika dipandang sebagai salah satu aplikasi matematika yang paling penting. Model matematika digunakan dalam banyak disiplin ilmu dan bidang studi yang berbeda. Kita dapat mencari aplikasi model matematika di bidangbidang seperti fisika, ilmu biologi dan kedokteran, teknik, ilmu sosial dan politik, ekonomi, bisnis dan keuangan, juga problem-problem jaringan komputer. Bidang dan tipe aplikasi yang berbeda menghendaki bidang-bidang matematika yang berbeda (Widowati dan Sutimin, 2007:1). 2.3 Pendekatan pada Pemodelan Matematika Perlu diketahui bahwa terdapat perbedaan pendekatan pemodelan matematika dalam memformulasikan model matematika. Terdapat beberapa jenisjenis model matematika yang meliputi model empiris, model simulasi, model stokastik dan deterministik. a. Model Empiris Pada model empiris, data yang berhubungan dengan problem menentukan peran yang penting. Dalam pendekatan ini, gagasan yang utama adalah mengkonstruksi formula (persamaan) matematika yang dapat menghasilkan grafik yang terbaik untuk mencocokan data.

25 12 b. Model Simulasi Dalam pendekatan ini program komputer dituliskan didasarkan aturanaturan. Aturan-aturan ini dipercaya untuk membentuk bagaimana suatu proses atau fenomena akan berjalan terhadap waktu dalam kehidupan nyata. Program komputer ini dijalankan terhadap waktu sehingga implikasi interaksi dari berbagai variabel dan komponen yang dikaji dan diuji. c. Model Deterministik dan Stokastik Model deterministik meliputi penggunaan persamaan atau himpunan persamaan untuk merepresentasikan hubungan antara berbagai komponen (variabel) suatu sistem atau problem. Misalnya persamaan differensial biasa yang menjelaskan bagaimana suatu kuantitas (yang dinyatakan oleh variabel tak bebas dari persamaan) dan waktu sebagai variabel bebas. Diberikan syarat awal yang sesuai, persamaan differensial dapat diselesaikan untuk memprediksi perilaku sistem model. Dalam model deterministik, variasi random diabaikan. Dengan kata lain persamaan ini digunakan untuk menyatakan problem dunia nyata yang diformulasikan berdasarkan pada hubungan dasar faktor-faktor yang terlibat dalam problem ini (Widowati dan Sutimin, 2007:1-2).

26 Tahapan Pemodelan Tahapan mencari solusi permasalahan kehidupan sehari-hari maupun pada ilmu-ilmu lain dengan menggunakan bantuan matematika diberikan sebagai berikut. 1. Pemodelan matematika untuk menyelesaikan masalah kehidupan seharihari diawali dengan mengenali masalah tersebut terlebih dahulu yaitu melalui beberapa langkah yaitu identifikasi masalah, lambang, satuan dan variabel atau konstanta serta menentukan besaran yang terlibat, selain itu dalam proses penterjemahan masalah selalu terdapat hukum yang mengendalikan. 2. Menentukan variabel atau konstanta yang penting dan merinci keterkaitan antara variabel atau konstanta tersebut sehingga dapat disusun model matematika. Model matematika yang terbentuk harus bebas satuan. 3. Dengan memanfaatkan teori-teori dalam matematika dapat diperoleh solusi model. 4. Dengan menginterpretasikan solusi model ditentukan solusi masalah. Pada proses ini satuan muncul kembali (Nagle, 1993:3).

27 14 Uraian diatas dapat dilihat pada Gambar 1. PEMODELAN MATEMATIKA Identifikasi besaran yang terlibat Pemberian lambang HUKUM YANG MENGENDALIKAN Penentuan satuan Variabel atau Konstanta MASALAH Menterjemahkan MODEL MATEMATIKA Teori Matematika SOLUSI MASALAH Interpretasi SOLUSI MODEL Gambar 2.1. Bagan alur penyelesaian masalah 2.5 Persamaan Differensial Banyak masalah yang sangat penting dalam mesin, ilmu fisika, ilmu sosial dan yang lainnya, ketika memformulakan dalam bentuk matematika mensyaratkan fungsi yang memenuhi persamaan yang memuat satu atau lebih turunan-turunan dari fungsi yang tidak diketahui. Persamaan-persamaan di atas disebut persamaan diferensial. Persamaan diferensial diperoleh berdasarkan pemodelan matematika dari permasalahan yang ada di dalam kehidupan sehari-hari. Sebagai contoh penerapan matematika pada ilmu fisika. Persamaan diferensial dari hukum Newton II yang timbul karena gejala alam, bahwa massa kali percepatan

28 15 dari suatu benda sama dengan gaya luar yang bekerja pada benda itu. Dituliskan dalam F = m. a. Jika y(t) menyatakan posisi partikel bermassa m pada waktu t dan dengan gaya F, selanjutnya maka didapatkan m d y dy = F t, y, (2.1) dt dt Dimana gaya F mungkin merupakan fungsi dari t, y, dan ke cepatan. Jadi persamaan diferensial adalah persamaan yang memuat turunan-turunan dari satu atau lebih variabel terikat yang tergantung pada satu atau lebih variabel bebas. Beberapa contoh dari persamaan diferensial: y = 0, 2. y + 2y 6 = = 0, dan = 0. Suatu persamaan diferensial yang memuat turunan biasa dari satu atau lebih variabel terikat yang tergantung pada variabel bebas tunggal disebut persamaan diferensial biasa, sedangkan persamaan diferensial yang memuat turunan parsial dari satu atau lebih variabel terikat yang tergantung pada variabel bebas tidak tunggal adalah persamaan diferensial parsial. Contoh 1 dan 2 adalah persamaan diferensial biasa, sedangkan contoh 3 dan 4 merupakan persamaan diferensial parsial. Order dari persamaan diferensial adalah derajat atau pangkat tertinggi dari turunan yang muncul dalam persamaan. Contoh 1 merupakan persamaan

29 16 diferensial order dua, karena y adalah pangkat terbesar/tertinggi yang muncul pada persamaan. (Waluya, 2006:3). 2.6 Persamaan Diferensial Linear dan Tak Linear Persamaan diferensial biasa Ft, y, y,, y () = 0 dikatakan linear jika F dalam variabel-variabel y, y,, y (). Definisi serupa juga berlaku untuk persamaan diferensial sebagian (diferensial parsial). Jadi secara umum persamaan diferensial biasa linear order n diberikan dengan a (t)y () + a (t)y () + + a (t)y () = g(t) (2.2) Persamaan yang tidak dalam bentuk persamaan (2.1) merupakan persamaan tak linear (Waluya, 2006:6). Contoh: 1) t y = 0 ; merupakan persamaan diferensial linear, 2) (1 + y ) + x + 2y = e ; merupakan persamaan diferensial tak linear, karena suku(1 + y )dan 2y. 2.7 Solusi Persamaan Diferensial Perhatikan persamaan diferensial biasa orde n berikut. (t) = ft, (t), (t),, () (t) (2.3) Sebuah solusi dari persamaan (2.3) pada interval terbuka α < t < β adalah sebuah fungsi sedemikian sehingga (t), (t),, () (t) ada dan memenuhi persamaan (2.3) untuk setiap t dalam α < t < β. Asumsikan bahwa fungsi f untuk persamaan (2.3) adalah fungsi bernilai riil dan tertarik untuk mendapatkan solusisolusi yang bernilai riil y = (t) (Waluya, 2006:5).

30 17 Solusi pada persamaan diferensial dibedakan menjadi dua yaitu solusi umum dan solusi khusus. Solusi umum suatu persamaan diferensial adalah solusi yang mengandung sembarang konstan, sedangkan solusi khusus suatu persamaan diferensial adalah solusi yang dapat diperoleh dengan memberikan nilai tertentu pada sembarang konstan yang terdapat pada solusi umum. Berikut merupakan solusi persamaan diferensial linear baik order satu mauupun order dua: (1) Solusi Persamaan Diferensial Linear Order Satu Suatu fungsi y y(x) dinyatakan solusi persamaan diferensial F ( x, y, y) 0 apabila y y(x) atau turunannya yakni y memenuhi persamaan diferensial tersebut. Contoh: y = x + 1 adalah solusi persamaan diferensial y = 2x Demikian pula y x 2 c untuk c adalah konstanta, merupakan solusi persamaan diferensial y 2x. Solusi y x 2 1 disebut solusi khusus dan y x 2 c disebut solusi umum. (2) Solusi Persamaan Diferensial Linear Order Dua (a) Solusi Persamaan Diferensial Linear Order Dua Homogen Perhatikan persamaan diferensial yang berbentuk y py qy 0, (2.4) dimana p dan q konstanta-konstanta. Misalkan mx y e merupakan solusi persamaan diferensial (2.4) dengan m memenuhi persamaan tersebut.

31 18 Untuk itu akan dicari m agar mx y e merupakan solusi persamaan diferensial (2.4). Dari mx y e diperoleh mx y me dan y m 2 e mx sehingga jika y, y, y disubstitusikan ke persamaan (2.4) didapat 2 mx mx mx persamaan m e mpe qe 0. Dengan demikian mx y e dikatakan suatu solusi dari persamaan diferensial (2.4), jika m merupakan penyelesaian dari persamaan kuadrat 2 mx m pm q 0. Dan karena e 0, untuk setiap m dan x, maka 2 m pm q 0 (2.5) 2 Persamaan m pm q 0 disebut persamaan karakteristik dari persamaan diferensial (2.4) dan akar-akarnya disebut akar-akar karakteristik. Akar-akarnya adalah 2 b b 4ac m1 dan 2a Dengan a = 1, b = p, c = q. m 2 2 b b 4ac (2.6) 2a Dari perhitungan di atas jelas bahwa m1 x y e 1 dan m2x y2 e merupakan solusi dari persamaan diferensial y py qy 0. Karena a dan b merupakan bilangan real, maka akar-akar dari 2 persamaan karakteristik m pm q 0 terbagi dalam 3 kasus, yaitu: dua akar berbeda, dua akar sama, dan dua akar kompleks. i. Akar real berlainan Bila m 1 dan m 2 dua akar real berbeda maka m x e 1 dan m x e 2 adalah solusi yang bebas linear sehingga m1 x m2x y Ae Be merupakan solusi umum persamaan diferensial (2.3).

32 19 ii. Kedua akar sama 2 Misalkan kedua akar persamaan m pm q 0 sama, yakni m 1 =m 2 =a maka solusi umum persamaan diferensial y py qy 0 adalah y ax ax Ae Bxe. iii. Akar kompleks 2 Misalkan salah satu akar persamaan m pm q 0 adalah m i, maka akar yang lain yakni m i, sehingga solusi 1 umum persamaan diferensial tersebut adalah x y e Acosx Bsin x}. (Rahadian, 2008). (b) Solusi Persamaan Diferensial Linear Order Dua Tak Homogen Terdapat beberapa metode untuk menyelesaikan solusi persamaan diferensial linear order tak homogen. Antara lain Metode Koefisien Tak Tentu, Metode Variasi Parameter, dan Operator D. Sebuah solusi Y dari persamaan linear tak homogen orde ke-n dengan koefisien konstan dapat diperoleh dengan metode koefisien tak tentu (tebakan) bila g(t) dalam bentuk tertentu. Perhatikan persamaan tak homogen berikut ini: y" + p(t)y + q(t)y = g(t) (2.7) dimana p(t), q(t) dan g(t) adalah fungsi-fungsi kontinu pada suatu interval I. 2

33 20 Teorema 1 Solusi umum persamaan tak homogen dapat dinyatakan sebagai y = Ø(t) = c y + c y + y(t), dimana y dan y adalah basis dari persamaan homogen, c 1 dan c 2 adalah konstanta-konstanta, dan y(t) adalah penyelesaian khusus dari persamaan tak homogen (Waluya, 2006:77). Teorema ini memberikan langkah-langkah membangun solusi persamaan tak homogen adalah sebagai berikut: (1) Temukan solusi umum persamaan homogennya, (2) Temukan sebuah solusi untuk persamaan tak homogen, (3) Jumlahkan keduanya, dan (4) Temukan c 1 dan c 2 dari kondisi-kondisi awalnya. Jika fungsi tebakan merupakan salah satu dari solusi homogennya, maka fungsi tebakan yang dipilih tak pernah membangun sebuah suku yang memenuhi ruas kanan tak homogen g(t) sehingga fungsi tebakannya harus dikalikan dengan t. Ada beberapa urutan yang relatif mudah untuk menemukan solusi khusus dengan metode koefisien tak tentu, yaitu sebagai berikut: (1) g(t) polinom berderajat n Solusi partikulir y p diandaikan sebagai berikut: a. y = A + A t + A t + + A t apabila m = 0 bukan akar bukan akar karakteristik untuk PD homogen (2.7), yaitu m = 0 bukan akar persamaan m + pm + q = 0.

34 21 b. y = t (A + A t + A t + + A t ), apabila m = 0 akar berkelipatan k, k = 1,2 untuk persamaan m + pm + q = 0. Koefisien-koefisien. A, A, A,, A akan ditentukan kemudian setelah y disubstitusikan pada PD (2.7). Contoh: Tentukan solusi umum PD y + 3y + 2y = t + 5. Penyelesaian: PD homogen y + 3y + 2y = 0. Persamaan karakteristik m + 3m + 2 = 0 maka akar-akar karakteristik adalah m 1 = -1 dan m 2 = -2. Jadi solusi y = Ae + Be. Solusi y diandaikan y = A + A t + A t. Karena m = 0 bukan akar dari persamaan m + 3m + 2 = 0. Dengan menurunkan y, maka diperoleh: y = A + A t y = 2A Substitusikan pada PD y + 3y + 2y = t + 5 maka diperoleh 2A + 3(A + 2A t ) + 2(A + A t + A t ) = t + 5 2A t + (2A + 6A )t + (2A + 3A + 2A ) = t + 5 2A = 1 A = 1 2 2A + 6A = 0 2A = 3 A = 3 2 2A + 3A + 2A = 5 2A = A = 17 2

35 22 Jadi y = t t Jadi y = y + y y = t t + Ae + Be. (2) g(t) berbentuk g(t) = (B + B t + + B t )e, α real Misal g(t) = (t + 1)e ; g(t) = (2t + 2t)e. Untuk kasus ini, solusi partikulir y p diandaikan sebagai berikut: a. y = (A + A t + A t + + A t )e apabila α bukan akar persamaan m + pm + q = 0. b. y = t (A + A t + A t + + A t )e apabila α akar berkelipatan k, k = 1,2 untuk persamaan m + pm + q = 0. Koefisien-koefisien. A, A, A,, A akan ditentukan kemudian setelah y disubstitusikan pada PD (2.7). Contoh: Tentukan solusi umum PD y + y 6y = (t + 3)e PD homogennya y + y 6y = 0 Persamaan karakteristik m + m 6 = 0 maka akar-akar karakteristik adalah m 1 = 2 dan m 2 = -3. Jadi solusi y = Ae + Be. Karena α = 1 bukan akar dari persamaan m + 3m + 2 = 0, maka Solusi y diandaikan y = (A + A t)e. Dengan menurunkan y, maka diperoleh: y = (A + A t)e + A e = (A + A t + A ) e

36 23 y = (A + A t + A )e = (A + A t + 2A ) e Substitusikan pada PD y + y 6y = (t + 3)e, diperoleh: (A + A t + 2A )e + (A + A t + A )e 6(A + A t)e = (x + 3)e ( 4A 4A t + 3A )e = (t + 3)e 4A 4A t + 3A = t + 3 4A t = t A = 1 4 4A + 3A A = (3A 3) A =. Jadi y = (A + A t)e. y = t e 4 jadi jadi solusi umum y = y + y. y = t e + Ae + Be. (3) g(t) berbentuk g(t) = (C + C t + + C x )e cos βt atau g(t) = (D + D t + + D x )e sin βt atau g(t) = {P(t) cos(βt) + Q(t)sin (βt)} atau g(t) = e {Q(t) cos(βt) + P(t)sin (βt)} dimana P(t) dan Q(t) masing-masing polinom berderajat n dan m dengan n m. Untuk kasus ini solusi partikulir y p yang diandaikan. a. y = e {(A + A t + A t + + A t ) cos βt + (B + B t + + B t ) sin βt} apabila α + βi bukan akar kompleks persamaan m + pm + q = 0.

37 24 b. y = te {(A + A t + A t + + A t ) cos βt + (B + B t + + B t ) sin βt} apabila α + βi akar kompleks persamaan m + pm + q = 0. Koefisien-koefisien. A, A,, A, B, B,, B, akan ditentukan kemudian setelah y disubstitusikan pada PD (2.7). 2.8 Titik Kesetimbangan (Ekuilibrium) Definisi 1. Titikx R disebut titik ekuilibriumx = f(x) jika (x) = 0. Definisi 2. Titik ekuilibrium x R sistem x = f(x) dikatakan (Supriyono,2011:55) (Perko, 1991). (1) Stabil lokal jika untuk setiapε > 0 terdapat δ > 0sedemikian hingga untuk setiap solusi x(t) yang memenuhi x(t ) x < δ berlaku x(t) x < ε untuk setiap t t. (2) Stabil asimtotik lokal jika titik ekuilibrium x R stabil dan terdapatδ > 0 sedemikian hingga untuk setiap solusi x(t) yang memenuhi x(t ) x < δ berlaku lim x(t) = x. (3) Tidak stabil jika titik ekuilibrium x R tidak memenuhi 1. (Wiggins, 2003).

38 25 Definisi 3. Jika E R Ehimpunan terbukaf C(E), i = 1,2,, n,danx E maka terdapat a > 0 sehingga masalah nilai awal x = f(x) denganx(0) = x mempunyai penyelesaian tunggal x(t)pada interval [ a, a] (Perko, 1991). Dibawah ini diberikan definisi dari sistem linear dan non linear. Diberikan sistemx = f(x), dengan E R danf: E R fungsi kontinu pada E. Sistem x = f(x) dikatakan linear jika f, f,..., f masing-masing linear terhadap x, x,, x Jadi sistem x = f(x) dapat ditulis dalam bentuk x a x a x... a x x 1 2 x n a a 11 1 x a 21 1 x a n n x... a 2 2n x... a n2 2 nn n x x n n (2.6) Denganx =, f (t)kontinu pada a t b, a, b R, i = 1,2,, n dan j = 1,2,, nselanjutnya sistem x = f(x) dapat dinyatakan dalam bentuk x = Axdenganx Edan A matriks berukuran n n Diberikan sistem x = f(x) dengan E R dan f: E R fungsi kontinu pada E. Sistem x = f(x) dikatakan non linear jika terdapat i sedemikian hingga f tidak linear.perilaku solusi di sekitar titik ekuilibrium sistem nonlinear x = f(x) dapat ditentukan melalui linearisasi di sekitar titik ekuilibrium sistem tersebut.

39 26 Definisi 4. Diberikan fungsi f = (f,, f )pada sistem x = f(x) denganf C(E), i = 1,2,, n. Matriks ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( )) ( ( x x f x x f x x f x x f x x f x x f x x f x x f x x f x f J n n n n n n (2.7) dinamakan matriks Jacobian dari f di titik x (Kocak, 1991). Definisi 5. Sistem linearx = Jf(x )(x x ) disebut linearisasi sistem x = f(x) di sekitar titikx.(perko, 1991). 2.9 Nilai eigen dan Vektor eigen Kata eigen berasal dari bahasa jerman dan inggris.dalam bahasa Jerman eigen yang berarti sebenarnya atau karakteristik. Oleh karena itu, nilai eigen dapat juga dinamakan nilai sebenarnya atau nilai karakteristik, dalam literature lama kadang-kadang dinamakan akar-akar latent. Definisi 6. Jika A adalah matriks nxn, maka vektor tak nol x di dalam R n dinamakan vektor eigen (eigenvector) dari A jika Ax adalah kelipatan skalar dari x yakni, Ax = λx

40 27 Untuk suatu skalar λ. Skalar λ dinamakan nilai eigen (eigenvalue) dari A dan x dikatakan vektor eigen yang bersesuaian dengan λ. (Anton, 1992: 277). Nilai eigen mempunyai tafsiran geometric yang bermanfaat dalam R 2 dan R 3. Jika λ adalah nilai eigen dari A yang bersesuaian dengan x, maka Ax = λx, sehingga perkalian oleh A akan memperbesar x, atau membalik arah x, yang bergantung pada nilai λ, sedangkan untuk mencari nilai eigen dari matriks A yang berukuran n xn dapat dilakukan dengan cara menuliskan kembali Ax = λx sebagai Ax = λix (2.8) Karena I suatu matriks identitas jadi Ax = λx memiliki nilai yang sama dengan Ax = λix. Atau secara ekivalen ditulis (λi A)x = 0 (2.9) Supaya λ menjadi nilai eigen, maka harus ada pemecahan tak nol dari persamaan ini. Persamaan (17) akan mempunyai pemecahan tak nol jika dan hanya jika det(λi A) = 0 (2.10) Ini dinamakan persamaan karakteristik A; skalar yang memenuhi persamaan ini adalah nilai eigen dari A. Bila diperluas, maka det(λi A) adalah polinom λ yang dinamakan polinom karakteristik dari A. Jika A adalah matriks nxn, maka polinom karakteristik A harus memnuhi n dan koefisien λ n adalah 1. Berikut bentuk polinom karakteristik dari matriks nxn det(λi A)x = λ + c λ + + c (2.11) (Anton, 1992: 278).

41 Kestabilan Titik Tetap Teorema 1 Diberikan matriks Jacobian Jf(x ) dari Sistem nonlinear x = f(x) dengan nilai eigen λ. (1) Stabil asimtotik lokal, jika semua nilai eigen dari matriks Jf(x ) bernilai negatif. (2) Tidak stabil, jika terdapat paling sedikit satu nilai eigen matriks Jf(x ) bernilai positif. (Olsder, 1994) 2.11 Kriteria Routh-Hurwitz Kriteria Routh-Hurwitz ini digunakan ketika nilai eigen persamaan karakteristik tidak dapat ditentukan dengan mudah. Jika diberikan persamaan karakteristik P(λ) = λ + a λ + + a = 0 maka didefinisikan kmatriks sebagai berikut:,, , 1, j j j j j j a a a a a a a a a a a a a H a a a H a H k k a a a a a a a a a H (2.12) Dengan syarat setiap unsur (l, m)pada matriks H adalah

42 29 H = a, untuk 0 < 2l m k 1, untuk 2l = m 0, untuk 2l < m atau 2l > k + m Dengan demikian, titik tetap x stabil jika dan hanya jika det H > 0 untuk setiap i = 1,2,, k. Untuk k = 3 dan k = 4 kriteria Routh-Hurwitz diberikan berikut ini. k = 3; a > 0, a > 0, a > 0, a. a a > 0, k = 4; a > 0, a > 0, a > 0, a. a a > 0 dan a (a. a a ) a. a > 0 (Edelstein-Keshet, 1988) 2.12 Maple Maple merupakan salah satu perangkat lunak (software) yang dikembangkan oleh Waterloo Inc. Kanada. Maple sering digunakan untuk keperluan ComputerAlgebraic System (CAS). Menu-menu yang terdapat pada tampilan program Maple ini terdiri dari menu File, Edit, View, Insert,Format, Spreadsheet, Option, Window, dan Help. Sebagian besar menu-menu di atas merupakan menu standar yang dikembangkan untuk program aplikasi pada system operasi Windows. Maple sering digunakan untuk keperluan penyelesaian permasalahan persamaan diferensial dan visualisasinya, karena Maple memiliki kemampuan menyederhanakan persamaan, hingga suatu solusi persamaan diferensial dapat dipahami dengan baik. Keunggulan lain dari Maple untuk aplikasi persamaan diferensial adalah kemampuan melakukan animasi grafik dari suatu fenomena gerakan yang dimodelkan ke dalam persamaan diferensial yang memiliki nilai awal dan syarat batas (Kartono, 2001).

43 30 Pernyataan yang sering digunakan untuk keperluan menyelesaikan permasalahan persamaan diferensial antara lain: diff digunakan untuk mendiferensialkan (menurunkan) suatu fungsi, dsolve digunakan untuk menyelesaikan persamaan diferensial, evalf memberikan nilai numeric dari suatu persamaan, dan simplify digunakan untuk menyederhanakan suatu persamaan. Namun tentu saja pernyataan-pernyataan awal seperti restart dan deklarasi variabel/konstanta yang diperlukan tidak boleh diabaikan. Untuk membuat grafik pada Maple digunakan perintah plot, plot2d,plot3d, tergantung dimensi dari pernyataan yang dimiliki. Untuk membuat gerakan animasi digunakan perintah animate3d (Kartono, 2001). Bahasa yang digunakan pada Maple merupakan bahasa pemrograman yang sekaligus sebagai bahasa aplikasi, sebab pernyataan atau statement yang merupakan input pada Maple berupa deklarasi pada bahasa program dan perintah (command) yang sering digunakan pada bahasa aplikasi.

44 BAB 3 METODE PENELITIAN Pada penelitian ini metode yang penulis gunakan adalah studi pustaka. Langkah-langkah yang dilakukan adalah sebagai berikut. 3.1 Menentukan Masalah Dalam tahap ini dilakukan pencarian sumber pustaka dan memilih bagian dalam sumber pustaka tersebut yang dapat dijadikan sebagai permasalahan yang akan dikaji. Dalam hal ini penulis mengambil materi tentang pemodelan SIRPS pada penyakit influenza dengan vaksinasi. 3.2 Perumusan Masalah Masalah yang ditemukan kemudian dirumuskan kedalam pertanyaan yang harus diselesaikan yaitu sebagai berikut. (1) Bagaimana model matematika SIRPS pada penyakit influenza dengan vaksinasi pada populasi konstan? (2) Bagaimana menentukan titik kesetimbangan dan analisis kestabilan pada penyebaran penyakit Influenza dengan vaksinasi pada populasi konstan? (3) Bagaimana simulasi model matematika SIRPS pada penyakit influenza dengan vaksinasimenggunakan program Maple? (4) Bagaimana menentukan proporsi vaksinasi minimum? 31

45 32 Perumusan masalah di atas mengacu pada beberapa pustaka yang ada. Selanjutnya dengan menggunakan pendekatan teoritik maka dapat ditemukan jawaban permasalahan sehingga tercapai tujuan penulisan skripsi. 3.3 Studi Pustaka Dalam langkah ini dilakukan kajian sumber-sumber pustaka dengan cara mengumpulkan data atau informasi yang berkaitan dengan masalah, mengumpulkan konsep pendukung yang diperlukan dalam menyelesaikan masalah, sehingga didapatkan suatu ide mengenai bahan dasar pengembangan upaya pemecahan masalah. 3.4 Analisis dan Pemecahan Masalah Dari berbagai sumber pustaka yang sudah menjadi bahankajian, diperoleh suatu pemecahan masalah di atas. Selanjutnya dilakukanlangkahlangkah pemecahan masalah sebagai berikut. (1) Menentukan model matematika SIRPS pada penyakit influenza dengan vaksinasi pada populasi konstan. (2) Menentukantitik kesetimbangan dan analisis kestabilan pada penyebaran penyakit Influenza dengan vaksinasi pada populasi konstan. (3) Mengatahui bagaimana simulasi pemodelan SIRPS pada penyakit influenza dengan vaksinasi pada populasi konstan. (4) mengetahui proporsi vaksinasi minimum penyakit influenza.

46 Penarikan Kesimpulan Langkah terakhir dalam metode penelitian adalah penarikan kesimpulan yang diperoleh dari hasil langkah pemecahan masalah.

47 BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Model Matematika untuk Penyebaran Penyakit Influenza Model yang akan dibahas pada bab ini adalah model SIRPS (Susceptibles, Infectious, Recovered, Partial Immunity Class, Susceptibles) pada penyebaran penyakit Influenza dengan vaksinasi, dengan memperhatikan faktafakta dan asumsi-asumsi Fakta-fakta dan Asumsi Fakta-fakta yang diperoleh dari berbagai sumber tentang penyakit influenza diberikan sebagai berikut: 1. Virus yang menyebabkan epidemi flu dapat dibedakan dalam tiga tipe berbeda yaitu tipe A, B, dan C. (Casagrandi dkk, 2006) 2. Vaksinasi memberikan konstribusi besar dalam penurunan jumlah pasien flu. (Carman dkk, 2000) 3. Terjadi penurunan pasien flu pada orang dewasa setelah dilakukan vaksinasi. (Govaert dkk, 1994) 4. vaksinasi mempunyai potensi yang lebih tinggi dalam mengurangi jumlah penderita flu dibandingkan dengan penggunaan antibiotik. (Kwong dkk, 2009) 34

48 35 5. vaksinasi direkomendasikan sebagai salah satu strategi untuk mencegah wabah influenza pada orang usia lanjut dalam jangka waktu yang panjang. (Potter dkk, 1997) 6. vaksinasi pada orang usia produktif (< 65 tahun) dapat mengurangi tingkat penularan influenza (jumlah penderita flu). (Bridges dkk, 2000) 7. Pada orang tua, vaksinasi terhadap influenza dikaitkan dengan penurunan risiko rawat inap untuk penyakit jantung, penyakit serebrovaskular, dan pneumonia atau influenza serta resiko kematian dari semua penyebab selama musim influenza. (Nichol dkk, 2003) Dalam pembentukan model ini dibatasi oleh beberapa asumsi. Asumsiasumsi yang digunakan dalam model penyebaran penyakit influenza sebagai berikut: 1. Individu yang terinfeksi penyakit Influenza dapat disembuhkan. 2. Jumlah populasi diasumsikan cukup besar 3. Setiap individu yang belum terserang penyakit masuk ke subpopulasi susceptibles (rentan terserang). 4. Penyakit menular melalui kontak langsung antara individu rentan dengan penderita. 5. Tidak ada masa inkubasi apabila terjadi proses penularan. 6. Individu yang sudah sembuh dapat menjadi rentan kembali terserang virus yang baru.

49 36 7. Individu yang rentan diberikan vaksinasi dengan ukuran vaksinasi tertentu sehingga dapat menyebabkan individu yang diberikan vaksin kebal terhadap penyakit. 8. Penyaki tidak fatal ( tidak terjadi kematian karena infeksi). Selanjutnya, asumsi yang digunakan terhadap vaksinasi dalam model ini adalah sebagai berikut. 1. Pemberian vaksin diasumsikan tidak terkendala oleh faktor biaya. 2. Kekuatan vaksinasi 100%, berarti setiap individu yang mendapat vaksin akan kebal dari penyakit Influenza. 3. Kekebalan yang terjadi karena vaksin bersifat permanen. Hal tersebut berarti individu yang mendapat vaksin tidak dapat terinfeksi oleh penyakit yang sama sampai waktu tertentu. 4. Terdapat virus baru yang kebal terhadap vaksin. Dari asumsi-asumsi di atas, pembentukkan model matematika untuk penyebaran penyakit Influenza dengan vaksinasi dapat dibatasi. 4.2 Pembentukkan Model Matematika Pembentukan model SIRPS didasari oleh adanya penyakit menular. Populasi yang diberikan dibagi ke dalam empat kelas yakni kelas populasi rentan (susceptibles), kelas populasi terinfeksi (infectious), kelas populasi bebas penyakit (recovered) dan kelas individu yang menurun kekebalannya dan tidak kebal terhadap virus baru (partial immunity class). Adapun variabel-variabel dan parameter-parameter yang digunakan dalam model penyebaran penyakit influenza disajikan dalam tabel dibawah ini:

50 37 Tabel 4.1 Daftar Variabel-variabel Variabel Keterangan Syarat N(t) Jumlah populasi pada waktu t N ( t) 0 S(t) I(t) Jumlah individu yang rentan terinfeksi penyakit pada waktu t Jumlah individu yang terinfeksi penyakit pada waktu t S ( t) 0 I ( t) 0 R(t) Jumlah individu yang telah sembuh atau kebal dari infeksi virus yang sedang mewabah pada waktu t R ( t) 0 P(t) Jumlah individu yang mulai kehilangan kekebalan terhadap infeksi virus, terutama virus yang baru pada waktu t P ( t) 0

51 38 Tabel 4.2 Daftar Parameter-parameter Parameter Keterangan Syarat µ Laju kelahiran dan laju kematian 0 q Proporsi banyaknya Individu rentan yang tidak divaksinasi 0 q 1 1 q Proporsi banyaknya individu yang divaksinasi Laju kontak infektif antara individu yang rentan dengan individu yang terinfeksi 0 q 1 0 c Laju kesembuhan c > 0 δ Penurunan kekebalan δ > 0 e Laju perpindahan individu menjadi rentan kembali e 0 Secara skematis proses penyebaran penyakit Influenza dengan vaksinasi dalam suatu populasi dapat disajikan dalam diagram transfer pada Gambar 4.1 di bawah ini.

52 39 (1 q) S μs μi μr μp μn β qs N I ci S I R δr P ep Gambar 4.1. Diagram Transfer Penyebaran Penyakit Influeza dengan Vaksinasi. Jumlah individu yang lahir dalam populasi adalah konstan. Jumlah individu yang lahir dengan total populasi N. Oleh karena itu, jumlah individu yang lahir dalam populasi adalah N dengan merupakan laju kelahiran. Nilai adalah jumlah individu yang lahir tiap satuan waktu Model Matematika (a) Laju perubahan jumlah individu yang rentan (S) = μn + ep μs β I (1 q)s (4.1) (b) Laju perubahan jumlah individu yang terinfeksi (I) = β I μi ci (4.2) (c) Laju perubahan jumlah individu yang telah sembuh (R) = ci + (1 q)s μr δr (4.3) (d) Laju perubahan jumlah individu yang tidak kebal terhadap virus baru (P) = δr μp ep (4.4)

BAB II LANDASAN TEORI. selanjutnya sebagai bahan acuan yang mendukung tujuan penulisan. Materi-materi

BAB II LANDASAN TEORI. selanjutnya sebagai bahan acuan yang mendukung tujuan penulisan. Materi-materi BAB II LANDASAN TEORI Pada bab ini akan dibahas tentang landasan teori yang digunakan pada bab selanjutnya sebagai bahan acuan yang mendukung tujuan penulisan. Materi-materi yang diuraikan berupa definisi-definisi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. dalam penulisan skripsi ini. Teori-teori yang digunakan berupa definisi-definisi serta

BAB II LANDASAN TEORI. dalam penulisan skripsi ini. Teori-teori yang digunakan berupa definisi-definisi serta BAB II LANDASAN TEORI Pada bab ini akan diuraikan beberapa teori-teori yang digunakan sebagai acuan dalam penulisan skripsi ini. Teori-teori yang digunakan berupa definisi-definisi serta teorema-teorema

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. representasi pemodelan matematika disebut sebagai model matematika. Interpretasi Solusi. Bandingkan Data

BAB II KAJIAN TEORI. representasi pemodelan matematika disebut sebagai model matematika. Interpretasi Solusi. Bandingkan Data A. Model Matematika BAB II KAJIAN TEORI Pemodelan matematika adalah proses representasi dan penjelasan dari permasalahan dunia real yang dinyatakan dalam pernyataan matematika (Widowati dan Sutimin, 2007:

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. digunakan pada bab pembahasan. Teori-teori ini digunakan sebagai bahan acuan

BAB II KAJIAN TEORI. digunakan pada bab pembahasan. Teori-teori ini digunakan sebagai bahan acuan BAB II KAJIAN TEORI Pada bab ini akan dijelaskan mengenai landasan teori yang akan digunakan pada bab pembahasan. Teori-teori ini digunakan sebagai bahan acuan yang mendukung tujuan penulisan. Materi-materi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. eigen dan vektor eigen, persamaan diferensial, sistem persamaan diferensial, titik

BAB II LANDASAN TEORI. eigen dan vektor eigen, persamaan diferensial, sistem persamaan diferensial, titik BAB II LANDASAN TEORI Pada bab ini, akan dijelaskan landasan teori yang akan digunakan dalam bab selanjutnya sebagai bahan acuan yang mendukung dan memperkuat tujuan penelitian. Landasan teori yang dimaksud

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Influenza atau lebih dikenal dengan flu, merupakan salah satu penyakit yang menyerang pernafasan manusia. Penyakit ini disebabkan oleh virus influenza yang

Lebih terperinci

ANALISIS KESTABILAN DARI SISTEM DINAMIK MODEL SEIR PADA PENYEBARAN PENYAKIT CACAR AIR (VARICELLA) DENGAN PENGARUH VAKSINASI SKRIPSI

ANALISIS KESTABILAN DARI SISTEM DINAMIK MODEL SEIR PADA PENYEBARAN PENYAKIT CACAR AIR (VARICELLA) DENGAN PENGARUH VAKSINASI SKRIPSI ANALISIS KESTABILAN DARI SISTEM DINAMIK MODEL SEIR PADA PENYEBARAN PENYAKIT CACAR AIR (VARICELLA) DENGAN PENGARUH VAKSINASI SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas

Lebih terperinci

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN. ekuilibrium bebas penyakit beserta analisis kestabilannya. Selanjutnya dilakukan

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN. ekuilibrium bebas penyakit beserta analisis kestabilannya. Selanjutnya dilakukan BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN Pada bab ini akan dijelaskan mengenai model matematika penyakit campak dengan pengaruh vaksinasi, diantaranya formulasi model penyakit campak, titik ekuilibrium bebas penyakit

Lebih terperinci

skripsi satu syarat Sarjana Sains oleh Allief Nashrullah JURUSAN MATEMATIKAA

skripsi satu syarat Sarjana Sains oleh Allief Nashrullah JURUSAN MATEMATIKAA PEMODELAN SIRS UNTUK PENYAKIT INFLUENZA DENGAN VAKSINASI PADA POPULASI MANUSIA DENGAN LAJU RECRUITMENT AND DEATH skripsi disajikan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sains Program

Lebih terperinci

BAB III PEMBAHASAN. tenggorokan, batuk, dan kesulitan bernafas. Pada kasus Avian Influenza, gejala

BAB III PEMBAHASAN. tenggorokan, batuk, dan kesulitan bernafas. Pada kasus Avian Influenza, gejala BAB III PEMBAHASAN A. Permasalahan Nyata Flu Burung (Avian Influenza) Avian Influenza atau yang lebih dikenal dengan flu burung adalah suatu penyakit menular yang disebabkan oleh virus influenza tipe A.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Pada bab ini akan dibahas mengenai definisi-definisi dan teorema-teorema

BAB II LANDASAN TEORI. Pada bab ini akan dibahas mengenai definisi-definisi dan teorema-teorema BAB II LANDASAN TEORI Pada bab ini akan dibahas mengenai definisi-definisi dan teorema-teorema yang akan menjadi landasan untuk pembahasan pada bab III nanti, di antaranya model matematika penyebaran penyakit,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Persamaan diferensial Persamaan diferensial merupakan persamaan yang melibatkan turunanturunan dari fungsi yang tidak diketahui (Waluya, 2006). Contoh 2.1 : Diberikan persamaan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Pada bab ini akan dibahas tinjauan pustaka yang akan digunakan untuk tesis ini, yang selanjutnya akan di perlukan pada Bab 3. Tinjauan pustaka yang dibahas adalah mengenai yang mendukung

Lebih terperinci

PEMODELAN MATEMATIKA PADA SISTEM REDAMAN MERIAM

PEMODELAN MATEMATIKA PADA SISTEM REDAMAN MERIAM PEMODELAN MATEMATIKA PADA SISTEM REDAMAN MERIAM skripsi disajikan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sains Program Studi Matematika oleh Eri Prasetiyo 4150406506 JURUSAN MATEMATIKA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Bab ini memuat tentang latar belakang yang mendasari penelitian. Berdasarkan pada latar belakang tersebut, ditentukan tujuan penelitian yang ingin dicapai. Pada bab ini juga dijelaskan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. pada bab pembahasan. Materi-materi yang akan dibahas yaitu pemodelan

BAB II LANDASAN TEORI. pada bab pembahasan. Materi-materi yang akan dibahas yaitu pemodelan BAB II LANDASAN TEORI Pada bab ini akan dijelaskan mengenai landasan teori yang akan digunakan pada bab pembahasan. Materi-materi yang akan dibahas yaitu pemodelan matematika, teorema Taylor, nilai eigen,

Lebih terperinci

ANALISIS PENYEBARAN PENYAKIT DIARE SEBAGAI SALAH SATU PENYEBAB KEMATIAN PADA BALITA MENGGUNAKAN MODEL MATEMATIKA SIS

ANALISIS PENYEBARAN PENYAKIT DIARE SEBAGAI SALAH SATU PENYEBAB KEMATIAN PADA BALITA MENGGUNAKAN MODEL MATEMATIKA SIS ANALISIS PENYEBARAN PENYAKIT DIARE SEBAGAI SALAH SATU PENYEBAB KEMATIAN PADA BALITA MENGGUNAKAN MODEL MATEMATIKA SIS (SUSCEPTIBLE-INFECTED-SUSCEPTIBLE) SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Matematika dan Ilmu

Lebih terperinci

KESTABILAN TITIK TETAP MODEL PENULARAN PENYAKIT TIDAK FATAL

KESTABILAN TITIK TETAP MODEL PENULARAN PENYAKIT TIDAK FATAL Jurnal Matematika UNAND Vol. 2 No. 3 Hal. 58 65 ISSN : 2303 2910 c Jurusan Matematika FMIPA UNAND KESTABILAN TITIK TETAP MODEL PENULARAN PENYAKIT TIDAK FATAL AKHIRUDDIN Program Studi Matematika, Fakultas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini akan dijelaskan mengenai latar belakang yang mendasari penelitian yang kemudian dirumuskan dalam rumusan masalah. Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang telah

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sekilas Mengenai Tuberkulosis 2.1.1 Pengertian dan Sejarah Tuberkulosis Tuberkulosis TB adalah penyakit menular yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium Tuberculosis. Bakteri

Lebih terperinci

Oleh Nara Riatul Kasanah Dosen Pembimbing Drs. Sri Suprapti H., M.Si

Oleh Nara Riatul Kasanah Dosen Pembimbing Drs. Sri Suprapti H., M.Si Oleh Nara Riatul Kasanah 1209100079 Dosen Pembimbing Drs. Sri Suprapti H., M.Si JURUSAN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA 2014 PENDAHULUAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Semakin berkembangnya ilmu pengetahuan dan ilmu pengobatan tidak menjamin manusia akan bebas dari penyakit. Hal ini disebabkan karena penyakit dan virus juga

Lebih terperinci

ANALISIS KESTABILAN MODEL SEII T (SUSCEPTIBLE-EXPOSED-ILL- ILL WITH TREATMENT) PADA PENYAKIT DIABETES MELLITUS TUGAS AKHIR SKRIPSI

ANALISIS KESTABILAN MODEL SEII T (SUSCEPTIBLE-EXPOSED-ILL- ILL WITH TREATMENT) PADA PENYAKIT DIABETES MELLITUS TUGAS AKHIR SKRIPSI ANALISIS KESTABILAN MODEL SEII T (SUSCEPTIBLE-EXPOSED-ILL- ILL WITH TREATMENT) PADA PENYAKIT DIABETES MELLITUS TUGAS AKHIR SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas

Lebih terperinci

Bab II Teori Pendukung

Bab II Teori Pendukung Bab II Teori Pendukung II.1 Sistem Autonomous Tinjau sistem persamaan differensial berikut, = dy = f(x, y), g(x, y), (2.1) dengan asumsi f dan g adalah fungsi kontinu yang mempunyai turunan yang kontinu

Lebih terperinci

Created By Aristastory.Wordpress.com BAB I PENDAHULUAN. Teori sistem dinamik adalah bidang matematika terapan yang digunakan untuk

Created By Aristastory.Wordpress.com BAB I PENDAHULUAN. Teori sistem dinamik adalah bidang matematika terapan yang digunakan untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Teori sistem dinamik adalah bidang matematika terapan yang digunakan untuk memeriksa kelakuan sistem dinamik kompleks, biasanya dengan menggunakan persamaan diferensial

Lebih terperinci

Model Matematika SIV Untuk Penyebaran Virus Tungro Pada Tanaman Padi

Model Matematika SIV Untuk Penyebaran Virus Tungro Pada Tanaman Padi Seminar Matematika dan Pendidikan Matematika UNY 2017 Model Matematika SIV Untuk Penyebaran Virus Tungro Pada Tanaman Padi Sischa Wahyuning Tyas 1, Dwi Lestari 2 Universitas Negeri Yogyakarta 1 Universitas

Lebih terperinci

Abstrak: Makalah ini bertujuan untuk mengkaji model SIR dari penyebaran

Abstrak: Makalah ini bertujuan untuk mengkaji model SIR dari penyebaran ANALISIS KESTABILAN PENYEBARAN PENYAKIT CAMPAK (MEASLES) DENGAN VAKSINASI MENGGUNAKAN MODEL ENDEMI SIR Marhendra Ali Kurniawan Fitriana Yuli S, M.Si Jurdik Matematika FMIPA UNY Abstrak: Makalah ini bertujuan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Persamaan diferensial Persamaan diferensial adalah suatu persamaan yang di dalamnya terdapat turunan-turunan. Jika terdapat variabel bebas tunggal, turunannya merupakan

Lebih terperinci

ANALISIS STABILITAS SISTEM DINAMIK UNTUK MODEL MATEMATIKA EPIDEMIOLOGI TIPE-SIR (SUSCEPTIBLES, INFECTION, RECOVER)

ANALISIS STABILITAS SISTEM DINAMIK UNTUK MODEL MATEMATIKA EPIDEMIOLOGI TIPE-SIR (SUSCEPTIBLES, INFECTION, RECOVER) Jurnal Euclid, Vol.4, No.1, pp.646 ANALISIS STABILITAS SISTEM DINAMIK UNTUK MODEL MATEMATIKA EPIDEMIOLOGI TIPE-SIR (SUSCEPTIBLES, INFECTION, RECOVER) Herri Sulaiman Program Studi Pendidikan Matematika

Lebih terperinci

BAB III PEMBAHASAN. Ebola. Setelah model terbentuk, akan dilanjutkan dengan analisa bifurkasi pada

BAB III PEMBAHASAN. Ebola. Setelah model terbentuk, akan dilanjutkan dengan analisa bifurkasi pada BAB III PEMBAHASAN Pada bab ini akan dibentuk model matematika dari penyebaran penyakit virus Ebola. Setelah model terbentuk, akan dilanjutkan dengan analisa bifurkasi pada parameter laju transmisi. A.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kestabilan model predator-prey tipe Holling II dengan faktor pemanenan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kestabilan model predator-prey tipe Holling II dengan faktor pemanenan. BAB II TINJAUAN PUSTAKA Dalam bab ini akan dibahas mengenai dasar teori untuk menganalisis simulasi kestabilan model predator-prey tipe Holling II dengan faktor pemanenan. 2.1 Persamaan Diferensial Biasa

Lebih terperinci

ANALISIS KESTABILAN MODEL DINAMIKA PENYEBARAN PENYAKIT FLU BURUNG

ANALISIS KESTABILAN MODEL DINAMIKA PENYEBARAN PENYAKIT FLU BURUNG Buletin Ilmiah Math. Stat. Dan Terapannya (Bimaster) Volume 03, No. 3 (2014), hal 235-244 ANALISIS KESTABILAN MODEL DINAMIKA PENYEBARAN PENYAKIT FLU BURUNG Hidayu Sulisti, Evi Noviani, Nilamsari Kusumastuti

Lebih terperinci

III PEMBAHASAN. μ v. r 3. μ h μ h r 4 r 5

III PEMBAHASAN. μ v. r 3. μ h μ h r 4 r 5 III PEMBAHASAN 3.1 Perumusan Model Model yang akan dibahas dalam karya ilmiah ini adalah model SIDRS (Susceptible Infected Dormant Removed Susceptible) dari penularan penyakit malaria dalam suatu populasi.

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. 4.1 Analisis Kestabilan Model Matematika AIDS dengan Transmisi. atau Ibu menyusui yang positif terinfeksi HIV ke anaknya.

BAB IV PEMBAHASAN. 4.1 Analisis Kestabilan Model Matematika AIDS dengan Transmisi. atau Ibu menyusui yang positif terinfeksi HIV ke anaknya. BAB IV PEMBAHASAN Pada bab ini dilakukan analisis model penyebaran penyakit AIDS dengan adanya transmisi vertikal pada AIDS. Dari model matematika tersebut ditentukan titik setimbang dan kemudian dianalisis

Lebih terperinci

MODEL MATEMATIKA DAN SOLUSI DARI SISTEM GETARAN DUA DERAJAT KEBEBASAN (GETARAN TERGANDENG)

MODEL MATEMATIKA DAN SOLUSI DARI SISTEM GETARAN DUA DERAJAT KEBEBASAN (GETARAN TERGANDENG) MODEL MATEMATIKA DAN SOLUSI DARI SISTEM GETARAN DUA DERAJAT KEBEBASAN (GETARAN TERGANDENG) skripsi disajikan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana sains Jurusan Matematika oleh Wahyu

Lebih terperinci

Oleh : Dinita Rahmalia NRP Dosen Pembimbing : Drs. M. Setijo Winarko, M.Si.

Oleh : Dinita Rahmalia NRP Dosen Pembimbing : Drs. M. Setijo Winarko, M.Si. PERMODELAN MATEMATIKA DAN ANALISIS STABILITAS DARI PENYEBARAN PENYAKIT FLU BURUNG (MATHEMATICAL MODEL AND STABILITY ANALYSIS THE SPREAD OF AVIAN INFLUENZA) Oleh : Dinita Rahmalia NRP 1206100011 Dosen Pembimbing

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Model matematika merupakan sekumpulan persamaan atau pertidaksamaan yang

BAB I PENDAHULUAN. Model matematika merupakan sekumpulan persamaan atau pertidaksamaan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Model matematika merupakan sekumpulan persamaan atau pertidaksamaan yang mengungkap perilaku suatu permasalahan yang nyata. Model matematika dibuat berdasarkan asumsi-asumsi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Pada Bab I Pendahuluan ini dijelaskan mengenai latar belakang yang mendasari penelitian yang kemudian dirumuskan dalam rumusan masalah. Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah

Lebih terperinci

BIFURKASI PADA MODEL SUSCEPTIBLE INFECTED RECOVERED (SIR) DENGAN WAKTU TUNDA DAN LAJU PENULARAN BILINEAR SKRIPSI

BIFURKASI PADA MODEL SUSCEPTIBLE INFECTED RECOVERED (SIR) DENGAN WAKTU TUNDA DAN LAJU PENULARAN BILINEAR SKRIPSI BIFURKASI PADA MODEL SUSCEPTIBLE INFECTED RECOVERED (SIR) DENGAN WAKTU TUNDA DAN LAJU PENULARAN BILINEAR SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Yogyakarta

Lebih terperinci

Studi Penyebaran Penyakit Flu Burung Melalui Kajian Dinamis Revisi Model Endemik SIRS Dengan Pemberian Vaksinasi Unggas. Jalan Sukarno-Hatta Palu,

Studi Penyebaran Penyakit Flu Burung Melalui Kajian Dinamis Revisi Model Endemik SIRS Dengan Pemberian Vaksinasi Unggas. Jalan Sukarno-Hatta Palu, Studi Penyebaran Penyakit Flu Burung Melalui Kajian Dinamis Revisi Model Endemik SIRS I. Murwanti 1, R. Ratianingsih 1 dan A.I. Jaya 1 1 Jurusan Matematika FMIPA Universitas Tadulako, Jalan Sukarno-Hatta

Lebih terperinci

PEMODELAN MATEMATIKA DAN ANALISIS KESTABILAN MODEL PADA PENYEBARAN HIV-AIDS

PEMODELAN MATEMATIKA DAN ANALISIS KESTABILAN MODEL PADA PENYEBARAN HIV-AIDS Buletin Ilmiah Mat. Stat. dan Terapannya (Bimaster) Volume 04, No. 2 (2015), hal 101 110 PEMODELAN MATEMATIKA DAN ANALISIS KESTABILAN MODEL PADA PENYEBARAN HIV-AIDS Dwi Haryanto, Nilamsari Kusumastuti,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Pada bab ini, akan diuraikan definisi-definisi dan teorema-teorema yang

BAB II LANDASAN TEORI. Pada bab ini, akan diuraikan definisi-definisi dan teorema-teorema yang BAB II LANDASAN TEORI Pada bab ini, akan diuraikan definisi-definisi dan teorema-teorema yang akan digunakan sebagi landasan pembahasan untuk bab III. Materi yang akan diuraikan antara lain persamaan diferensial,

Lebih terperinci

Bab 3 MODEL DAN ANALISIS MATEMATIKA

Bab 3 MODEL DAN ANALISIS MATEMATIKA Bab 3 MODEL DAN ANALISIS MATEMATIKA Pada bab ini akan dimodelkan permasalahan penyebaran virus flu burung yang bergantung pada ruang dan waktu. Pada bab ini akan dibahas pula analisis dari model hingga

Lebih terperinci

ANALISIS MODEL EPIDEMIK SEIRS PADA PENYEBARAN PENYAKIT ISPA (INFEKSI SALURAN PERNAFASAN AKUT) DI KABUPATEN JEMBER SKRIPSI. Oleh

ANALISIS MODEL EPIDEMIK SEIRS PADA PENYEBARAN PENYAKIT ISPA (INFEKSI SALURAN PERNAFASAN AKUT) DI KABUPATEN JEMBER SKRIPSI. Oleh ANALISIS MODEL EPIDEMIK SEIRS PADA PENYEBARAN PENYAKIT ISPA (INFEKSI SALURAN PERNAFASAN AKUT) DI KABUPATEN JEMBER SKRIPSI Oleh Rupi Mitayani NIM 091810101023 JURUSAN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN

Lebih terperinci

MODEL SEIR PENYAKIT CAMPAK DENGAN VAKSINASI DAN MIGRASI TUGAS AKHIR. Oleh : SITI RAHMA

MODEL SEIR PENYAKIT CAMPAK DENGAN VAKSINASI DAN MIGRASI TUGAS AKHIR. Oleh : SITI RAHMA MODEL SEIR PENYAKIT CAMPAK DENGAN VAKSINASI DAN MIGRASI TUGAS AKHIR Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Sains Pada Jurusan Matematika Oleh : SITI RAHMA 18544452 FAKULTAS SAINS

Lebih terperinci

Jurnal Euclid, vol.3, No.2, p.501 MODEL MATEMATIKA TERHADAP PENYEBARAN VIRUS AVIAN INFLUENZA TIPE-H5N1 PADA POPULASI MANUSIA

Jurnal Euclid, vol.3, No.2, p.501 MODEL MATEMATIKA TERHADAP PENYEBARAN VIRUS AVIAN INFLUENZA TIPE-H5N1 PADA POPULASI MANUSIA Jurnal Euclid, vol.3, No.2, p.501 MODEL MATEMATIKA TERHADAP PENYEBARAN VIRUS AVIAN INFLUENZA TIPE-H5N1 PADA POPULASI MANUSIA Dian Permana Putri 1, Herri Sulaiman 2 FKIP, Pendidikan Matematika, Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penyakit menular. Salah satu contohnya adalah virus flu burung (Avian Influenza),

BAB I PENDAHULUAN. penyakit menular. Salah satu contohnya adalah virus flu burung (Avian Influenza), BAB I A. Latar Belakang PENDAHULUAN Masalah lingkungan adalah masalah dasar dalam kehidupan manusia dan menjadi tanggung jawab bersama. Banyak permasalahan lingkungan yang bermunculan terkait lingkungan

Lebih terperinci

PEMODELAN MATEMATIKA DAN ANALISIS STABILITAS DARI PENYEBARAN PENYAKIT FLU BURUNG

PEMODELAN MATEMATIKA DAN ANALISIS STABILITAS DARI PENYEBARAN PENYAKIT FLU BURUNG PEMODELAN MATEMATIKA DAN ANALISIS STABILITAS DARI PENYEBARAN PENYAKIT FLU BURUNG Dinita Rahmalia Universitas Islam Darul Ulum Lamongan, Abstrak. Di Indonesia terdapat banyak peternak unggas sebagai matapencaharian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang dan Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang dan Permasalahan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang dan Permasalahan Tuberkulosis adalah penyakit yang penularannya langsung dari penderita TB yang terinfeksi oleh strain TB yaitu Microbacterium tuberculosis. Menurut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Infeksi virus dengue adalah suatu insiden penyakit yang serius dalam kematian di kebanyakan negara yang beriklim tropis dan sub tropis di dunia. Virus dengue

Lebih terperinci

IV PEMBAHASAN. jika λ 1 < 0 dan λ 2 > 0, maka titik bersifat sadel. Nilai ( ) mengakibatkan. 4.1 Model SIR

IV PEMBAHASAN. jika λ 1 < 0 dan λ 2 > 0, maka titik bersifat sadel. Nilai ( ) mengakibatkan. 4.1 Model SIR 9 IV PEMBAHASAN 4.1 Model SIR 4.1.1 Titik Tetap Untuk mendapatkan titik tetap diperoleh dari dua persamaan singular an ) sehingga dari persamaan 2) diperoleh : - si + s = 0 9) si + )i = 0 didapat titik

Lebih terperinci

ANALISIS KESTABILAN DAN PROSES MARKOV MODEL PENYEBARAN PENYAKIT EBOLA

ANALISIS KESTABILAN DAN PROSES MARKOV MODEL PENYEBARAN PENYAKIT EBOLA Buletin Ilmiah Mat. Stat. dan Terapannya (Bimaster) Volume 04, No. 3 (2015), hal 163-172 ANALISIS KESTABILAN DAN PROSES MARKOV MODEL PENYEBARAN PENYAKIT EBOLA Auliah Arfani, Nilamsari Kusumastuti, Shantika

Lebih terperinci

ANALISIS STABILITAS PADA PENYEBARAN PENYAKIT CAMPAK DAN DEMAM BERDARAH DENGUE DI KABUPATEN JEMBER SKRIPSI. Oleh Andy Setyawan NIM

ANALISIS STABILITAS PADA PENYEBARAN PENYAKIT CAMPAK DAN DEMAM BERDARAH DENGUE DI KABUPATEN JEMBER SKRIPSI. Oleh Andy Setyawan NIM ANALISIS STABILITAS PADA PENYEBARAN PENYAKIT CAMPAK DAN DEMAM BERDARAH DENGUE DI KABUPATEN JEMBER SKRIPSI diajukan guna melengkapi tugas akhir dan memenuhi salah satu syarat untuk menyelesaikan Program

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan

KATA PENGANTAR. Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-nya sehingga Tugas Akhir ini dapat terselesaikan. Tugas Akhir yang berjudul Analisis Kestabilan

Lebih terperinci

UJM 2 (1) (2013) UNNES Journal of Mathematics.

UJM 2 (1) (2013) UNNES Journal of Mathematics. UJM 2 (1) (2013) UNNES Journal of Mathematics http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/ujm PEMODELAN SIRS UNTUK PENYAKIT INFLUENZA DENGAN VAKSINASI PADA POPULASI MANUSIA TAK KONSTAN Allief Nashrullah,

Lebih terperinci

BIFURKASI HOPF PADA SISTEM PREDATOR PREY DENGAN FUNGSI RESPON TIPE II

BIFURKASI HOPF PADA SISTEM PREDATOR PREY DENGAN FUNGSI RESPON TIPE II BIFURKASI HOPF PADA SISTEM PREDATOR PREY DENGAN FUNGSI RESPON TIPE II SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh protozoa parasit

BAB 1 PENDAHULUAN. Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh protozoa parasit BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh protozoa parasit yang merupakan golongan plasmodium yang hidup dan berkembang biak dalam sel darah merah manusia.

Lebih terperinci

MODEL SEIR PENYAKIT CAMPAK DENGAN VAKSINASI DAN MIGRASI

MODEL SEIR PENYAKIT CAMPAK DENGAN VAKSINASI DAN MIGRASI MODEL SEIR PENYAKIT CAMPAK DENGAN VAKSINASI DAN MIGRASI Mohammmad Soleh 1, Siti Rahma 2 Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau Jl HR Soebrantas No 155 KM 15 Simpang Baru Panam Pekanbaru muhammadsoleh@uin-suskaacid

Lebih terperinci

Analisa Kualitatif pada Model Penyakit Parasitosis

Analisa Kualitatif pada Model Penyakit Parasitosis Analisa Kualitatif pada Model Penyakit Parasitosis Nara Riatul Kasanah dan Sri Suprapti H Jurusan Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Jl.

Lebih terperinci

KESTABILAN TITIK EQUILIBRIUM MODEL SIR (SUSCEPTIBLE, INFECTED, RECOVERED) PENYAKIT FATAL DENGAN MIGRASI TUGAS AKHIR

KESTABILAN TITIK EQUILIBRIUM MODEL SIR (SUSCEPTIBLE, INFECTED, RECOVERED) PENYAKIT FATAL DENGAN MIGRASI TUGAS AKHIR KESTABILAN TITIK EQUILIBRIUM MODEL SIR (SUSCEPTIBLE, INFECTED, RECOVERED) PENYAKIT FATAL DENGAN MIGRASI TUGAS AKHIR Disusun sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Sains pada Jurusan Matematika

Lebih terperinci

FOURIER April 2013, Vol. 2, No. 1, MODEL PENYEBARAN PENYAKIT POLIO DENGAN PENGARUH VAKSINASI. RR Laila Ma rifatun 1, Sugiyanto 2

FOURIER April 2013, Vol. 2, No. 1, MODEL PENYEBARAN PENYAKIT POLIO DENGAN PENGARUH VAKSINASI. RR Laila Ma rifatun 1, Sugiyanto 2 FOURIER April 2013, Vol. 2, No. 1, 13 23 MODEL PENYEBARAN PENYAKIT POLIO DENGAN PENGARUH VAKSINASI RR Laila Ma rifatun 1, Sugiyanto 2 1, 2 Program Studi Matematika Fakultas Sains dan Teknologi UIN Sunan

Lebih terperinci

II. LANDASAN TEORI. Definisi 1 (Sistem Persamaan Diferensial Biasa Linear) Definisi 2 (Sistem Persamaan Diferensial Biasa Taklinear)

II. LANDASAN TEORI. Definisi 1 (Sistem Persamaan Diferensial Biasa Linear) Definisi 2 (Sistem Persamaan Diferensial Biasa Taklinear) 3 II. LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Persamaan Diferensial Biasa Definisi 1 (Sistem Persamaan Diferensial Biasa Linear) Misalkan suatu sistem persamaan diferensial biasa dinyatakan sebagai = + ; =, R (1) dengan

Lebih terperinci

KAJIAN PEMODELAN MATEMATIKA TERHADAP PENYEBARAN VIRUS AVIAN INFLUENZA TIPE-H5N1 PADA POPULASI UNGGAS. Dian Permana Putri, 2 Herri Sulaiman 1,2

KAJIAN PEMODELAN MATEMATIKA TERHADAP PENYEBARAN VIRUS AVIAN INFLUENZA TIPE-H5N1 PADA POPULASI UNGGAS. Dian Permana Putri, 2 Herri Sulaiman 1,2 KAJIAN PEMODELAN MATEMATIKA TERHADAP PENYEBARAN VIRUS AVIAN INFLUENZA TIPE-H5N1 PADA POPULASI UNGGAS 1 Dian Permana Putri, Herri Sulaiman 1, FKIP, Pendidikan Matematika, Universitas Swadaya Gunung Jati

Lebih terperinci

MODEL MATEMATIKA PENYEBARAN FLU BURUNG DARI UNGGAS KE MANUSIA

MODEL MATEMATIKA PENYEBARAN FLU BURUNG DARI UNGGAS KE MANUSIA MODEL MATEMATIKA PENYEBARAN FLU BURUNG DARI UNGGAS KE MANUSIA skripsi disajikan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sains Program Studi Matematika oleh Siswanto 4154847 JURUSAN MATEMATIKA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam perkembangan zaman saat ini yang terus maju, diperlukan suatu

BAB I PENDAHULUAN. Dalam perkembangan zaman saat ini yang terus maju, diperlukan suatu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam perkembangan zaman saat ini yang terus maju, diperlukan suatu analisis yang dapat diterima secara ilmiah terhadap setiap peristiwa yang terjadi dalam kehidupan

Lebih terperinci

Unnes Journal of Mathematics

Unnes Journal of Mathematics UJM 2 (2) (2013) Unnes Journal of Mathematics http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/ujm MODEL MATEMATIKA WABAH FLU BURUNG PADA POPULASI UNGGAS DENGAN PENGARUH VAKSINASI Frestika Setiani Sya'baningtyas,

Lebih terperinci

PEMODELAN MATEMATIKA PENYEBARAN PENYAKIT VIRUS EBOLA DAN ANALISIS PENGARUH PARAMETER LAJU TRANSMISI TERHADAP PERILAKU DINAMISNYA TUGAS AKHIR SKRIPSI

PEMODELAN MATEMATIKA PENYEBARAN PENYAKIT VIRUS EBOLA DAN ANALISIS PENGARUH PARAMETER LAJU TRANSMISI TERHADAP PERILAKU DINAMISNYA TUGAS AKHIR SKRIPSI PEMODELAN MATEMATIKA PENYEBARAN PENYAKIT VIRUS EBOLA DAN ANALISIS PENGARUH PARAMETER LAJU TRANSMISI TERHADAP PERILAKU DINAMISNYA TUGAS AKHIR SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistem Persamaan Diferensial Definisi 2.1.1 Persamaan Diferensial Persamaan diferensial adalah persamaan yang memuat variabel bebas, variabel tak bebas dan derivative-derivatif

Lebih terperinci

ANALISIS KESTABILAN MODEL MANGSA-PEMANGSA DENGAN MANGSA YANG TERINFEKSI DI LINGKUNGAN TERCEMAR

ANALISIS KESTABILAN MODEL MANGSA-PEMANGSA DENGAN MANGSA YANG TERINFEKSI DI LINGKUNGAN TERCEMAR ANALISIS KESTABILAN MODEL MANGSA-PEMANGSA DENGAN MANGSA YANG TERINFEKSI DI LINGKUNGAN TERCEMAR Oleh: Drs. M. Setijo Winarko, M.Si Drs. I Gusti Ngurah Rai Usadha, M.Si Subchan, Ph.D Drs. Kamiran, M.Si Noveria

Lebih terperinci

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA 2014

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA 2014 JURUSAN MATEMATIKA Nurlita Wulansari (1210100045) Dosen Pembimbing: Drs. M. Setijo Winarko, M.Si Drs. Lukman Hanafi, M.Sc FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. dinamik, sistem linear, sistem nonlinear, titik ekuilibrium, analisis kestabilan

BAB II KAJIAN TEORI. dinamik, sistem linear, sistem nonlinear, titik ekuilibrium, analisis kestabilan BAB II KAJIAN TEORI Pada bab ini akan dibahas mengenai nilai eigen dan vektor eigen, sistem dinamik, sistem linear, sistem nonlinear, titik ekuilibrium, analisis kestabilan sistem dinamik, kriteria Routh-Hurwitz,

Lebih terperinci

KENDALI OPTIMAL PADA PENCEGAHAN WABAH FLU BURUNG DENGAN ELIMINASI, KARANTINA DAN PENGOBATAN

KENDALI OPTIMAL PADA PENCEGAHAN WABAH FLU BURUNG DENGAN ELIMINASI, KARANTINA DAN PENGOBATAN KENDALI OPTIMAL PADA PENCEGAHAN WABAH FLU BURUNG DENGAN ELIMINASI, KARANTINA DAN PENGOBATAN OLEH : TASLIMA NRP : 1209201728 DOSEN PEMBIMBING 1. SUBCHAN, M.Sc, Ph.d 2. Dr. ERNA APRILIANI, M.Sc ABSTRAK Salah

Lebih terperinci

Esai Kesehatan. Disusun Oleh: Prihantini /2015

Esai Kesehatan. Disusun Oleh: Prihantini /2015 Esai Kesehatan Analisis Model Pencegahan Penyebaran Penyakit Antraks di Indonesia Melalui Vaksin AVA sebagai Upaya Mewujudkan Pemerataan Kesehatan Menuju Indonesia Emas 2045 Disusun Oleh: Prihantini 15305141044/2015

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah penyakit menular karena masyarakat harus waspada terhadap penyakit

BAB I PENDAHULUAN. adalah penyakit menular karena masyarakat harus waspada terhadap penyakit BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan adalah suatu hal yang sangat penting dalam kehidupan karena jika seseorang mengalami masalah kesehatan maka aktivitas seseorang tersebut akan terganggu. Masalah

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Aljabar Linear Definisi 2.1.1 Matriks Matriks A adalah susunan persegi panjang yang terdiri dari skalar-skalar yang biasanya dinyatakan dalam bentuk berikut: [ ] Definisi 2.1.2

Lebih terperinci

BAB I DASAR-DASAR PEMODELAN MATEMATIKA DENGAN PERSAMAAN DIFERENSIAL

BAB I DASAR-DASAR PEMODELAN MATEMATIKA DENGAN PERSAMAAN DIFERENSIAL BAB I DASAR-DASAR PEMODELAN MATEMATIKA DENGAN PERSAMAAN DIFERENSIAL Pendahuluan Persamaan diferensial adalah persamaan yang memuat diferensial Kita akan membahas tentang Persamaan Diferensial Biasa yaitu

Lebih terperinci

BAB II PENGANTAR SOLUSI PERSOALAN FISIKA MENURUT PENDEKATAN ANALITIK DAN NUMERIK

BAB II PENGANTAR SOLUSI PERSOALAN FISIKA MENURUT PENDEKATAN ANALITIK DAN NUMERIK BAB II PENGANTAR SOLUSI PERSOALAN FISIKA MENURUT PENDEKATAN ANALITIK DAN NUMERIK Tujuan Instruksional Setelah mempelajari bab ini pembaca diharapkan dapat: 1. Menjelaskan cara penyelesaian soal dengan

Lebih terperinci

MODEL EPIDEMI SEIV PENYEBARAN PENYAKIT POLIO PADA POPULASI TAK KONSTAN

MODEL EPIDEMI SEIV PENYEBARAN PENYAKIT POLIO PADA POPULASI TAK KONSTAN UJM 5 (2) (2016) UNNES Journal of Mathematics http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/ujm MODEL EPIDEMI SEIV PENYEBARAN PENYAKIT POLIO PADA POPULASI TAK KONSTAN Yanuar Chaerul Umam, Muhammad Kharis, Supriyono

Lebih terperinci

ANALISIS STABILITAS MODEL MATEMATIKA DARI PENYEBARAN PENYAKIT MENULAR MELALUI TRANSPORTASI ANTAR DUA KOTA

ANALISIS STABILITAS MODEL MATEMATIKA DARI PENYEBARAN PENYAKIT MENULAR MELALUI TRANSPORTASI ANTAR DUA KOTA ANALISIS STABILITAS MODEL MATEMATIKA DARI PENYEBARAN PENYAKIT MENULAR MELALUI TRANSPORTASI ANTAR DUA KOTA ANALYSIS OF STABILITY OF SPREADING DISEASE MATHEMATICAL MODEL WITH TRANSPORT-RELATED INFECTION

Lebih terperinci

KESTABILAN TITIK EQUILIBRIUM MODEL SIR (SUSPECTIBLE, INFECTED, RECOVERED) PENYAKIT FATAL DENGAN MIGRASI

KESTABILAN TITIK EQUILIBRIUM MODEL SIR (SUSPECTIBLE, INFECTED, RECOVERED) PENYAKIT FATAL DENGAN MIGRASI KESTABILAN TITIK EQUILIBRIUM MODEL SIR (SUSPECTIBLE, INFECTED, RECOVERED) PENYAKIT FATAL DENGAN MIGRASI Mohammad soleh 1, Leni Darlina 2 1,2 Jurusan Matematika Fakultas Sains Teknologi Universitas Islam

Lebih terperinci

MODEL SIR UNTUK PENYEBARAN PENYAKIT FLU BURUNG

MODEL SIR UNTUK PENYEBARAN PENYAKIT FLU BURUNG MODEL SIR UNTUK PENYEBARAN PENYAKIT FLU BURUNG MANSYUR A. R.1 TOAHA S.2 KHAERUDDIN3 Jurusan Matematika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Hasanuddin Jln. Perintis Kemerdekaan Km.

Lebih terperinci

Bab 2 Tinjauan Pustaka

Bab 2 Tinjauan Pustaka Bab 2 Tinjauan Pustaka 2.1 Penelitian Terdahulu Penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya Stabilitas Global Model SEIR Pada Penyakit Mewabah. Penelitian ini membahas tentang pembentukan model Epidemis

Lebih terperinci

KESTABILAN MODEL SUSCEPTIBLE VACCINATED INFECTED RECOVERED (SVIR) PADA PENYEBARAN PENYAKIT CAMPAK (MEASLES) (Studi Kasus di Kota Semarang)

KESTABILAN MODEL SUSCEPTIBLE VACCINATED INFECTED RECOVERED (SVIR) PADA PENYEBARAN PENYAKIT CAMPAK (MEASLES) (Studi Kasus di Kota Semarang) KESTABILAN MODEL SUSCEPTIBLE VACCINATED INFECTED RECOVERED (SVIR) PADA PENYEBARAN PENYAKIT CAMPAK (MEASLES) (Studi Kasus di Kota Semarang) Melita Haryati 1, Kartono 2, Sunarsih 3 1,2,3 Jurusan Matematika

Lebih terperinci

ANALISIS KESTABILAN MODEL DINAMIK PENYEBARAN VIRUS INFLUENZA

ANALISIS KESTABILAN MODEL DINAMIK PENYEBARAN VIRUS INFLUENZA ANALISIS KESTABILAN MODEL DINAMIK PENYEBARAN VIRUS INFLUENZA SKRIPSI Oleh Elok Faiqotul Himmah J2A413 JURUSAN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG 28

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kanker adalah penyakit yang memiliki karakteristik adanya gangguan mekanisme pengaturan multiplikasi pada organisme multiseluler sehingga tumbuh secara terus-menerus,

Lebih terperinci

perpindahan, kita peroleh persamaan differensial berikut :

perpindahan, kita peroleh persamaan differensial berikut : 1.1 Pengertian Persamaan Differensial Banyak sekali masalah terapan (dalam ilmu teknik, ilmu fisika, biologi, kimia, sosial, dan lain-lain), yang telah dirumuskan dengan model matematika dalam bentuk persamaan

Lebih terperinci

BAB III PEMBAHASAN. genetik (genom) yang mengandung salah satu asam nukleat yaitu asam

BAB III PEMBAHASAN. genetik (genom) yang mengandung salah satu asam nukleat yaitu asam BAB III PEMBAHASAN A. Formulasi Model Matematika Secara umum virus merupakan partikel yang tersusun atas elemen genetik (genom) yang mengandung salah satu asam nukleat yaitu asam deoksiribonukleat (DNA)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penyebabnya adalah gaya hidup dan lingkungan yang tidak sehat. Murwanti dkk,

BAB I PENDAHULUAN. penyebabnya adalah gaya hidup dan lingkungan yang tidak sehat. Murwanti dkk, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berbagai jenis penyakit semakin banyak yang muncul salah satu penyebabnya adalah gaya hidup dan lingkungan yang tidak sehat. Murwanti dkk, (2013: 64) menyebutkan bahwa

Lebih terperinci

Analisis Kestabilan Global Model Epidemik SIRS menggunakan Fungsi Lyapunov

Analisis Kestabilan Global Model Epidemik SIRS menggunakan Fungsi Lyapunov Analisis Kestabilan Global Model Epidemik SIRS menggunakan Fungsi Lyapunov Yuni Yulida 1, Faisal 2, Muhammad Ahsar K. 3 1,2,3 Program Studi Matematika FMIPA Unlam Universitas Lambung Mangkurat Jl. Jend.

Lebih terperinci

ANALISIS KESTABILAN MODEL PENYEBARAN PENYAKIT MENULAR MIDDLE EAST RESPIRATORY SYNDROME- CORONA VIRUS

ANALISIS KESTABILAN MODEL PENYEBARAN PENYAKIT MENULAR MIDDLE EAST RESPIRATORY SYNDROME- CORONA VIRUS ANALISIS KESTABILAN MODEL PENYEBARAN PENYAKIT MENULAR MIDDLE EAST RESPIRATORY SYNDROME- CORONA VIRUS (MERS-CoV) ANTAR WILAYAH INDONESIA (INA) DAN ARAB SAUDI (KSA) SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Matematika

Lebih terperinci

MODEL PENYEBARAN PENYAKIT POLIO DENGAN PENGARUH VAKSINASI SKRIPSI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna Memperoleh derajat Sarjana S-1

MODEL PENYEBARAN PENYAKIT POLIO DENGAN PENGARUH VAKSINASI SKRIPSI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna Memperoleh derajat Sarjana S-1 MODEL PENYEBARAN PENYAKIT POLIO DENGAN PENGARUH VAKSINASI SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna Memperoleh derajat Sarjana S-1 Program Studi Matematika Diajukan oleh Rr Laila Ma rifatun 08610039

Lebih terperinci

I. Sistem Persamaan Diferensial Linier Orde 1 (Review)

I. Sistem Persamaan Diferensial Linier Orde 1 (Review) I. Sistem Persamaan Diferensial Linier Orde (Review) November 0 () I. Sistem Persamaan Diferensial Linier Orde (Review) November 0 / 6 Teori Umum Bentuk umum sistem persamaan diferensial linier orde satu

Lebih terperinci

ANALISIS STABILITAS PADA PENYEBARAN PENYAKIT DEMAM TIFOID (TIFUS) DENGAN MENGGUNAKAN MODEL EPIDEMIK SEIS SKRIPSI. Oleh

ANALISIS STABILITAS PADA PENYEBARAN PENYAKIT DEMAM TIFOID (TIFUS) DENGAN MENGGUNAKAN MODEL EPIDEMIK SEIS SKRIPSI. Oleh ANALISIS STABILITAS PADA PENYEBARAN PENYAKIT DEMAM TIFOID (TIFUS) DENGAN MENGGUNAKAN MODEL EPIDEMIK SEIS SKRIPSI Oleh Mohammad Lutfi Hafi NIM 091810101022 JURUSAN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU

Lebih terperinci

KAJIAN MODEL EPIDEMIK SIR DETERMINISTIK DAN STOKASTIK PADA WAKTU DISKRIT. Oleh: Arisma Yuni Hardiningsih

KAJIAN MODEL EPIDEMIK SIR DETERMINISTIK DAN STOKASTIK PADA WAKTU DISKRIT. Oleh: Arisma Yuni Hardiningsih KAJIAN MODEL EPIDEMIK SIR DETERMINISTIK DAN STOKASTIK PADA WAKTU DISKRIT Oleh: Arisma Yuni Hardiningsih 126 1 5 Dosen Pembimbing: Dra. Laksmi Prita Wardhani, M.Si Jurusan Matematika Fakultas Matematika

Lebih terperinci

Jurnal MIPA 38 (2) (2015): Jurnal MIPA.

Jurnal MIPA 38 (2) (2015): Jurnal MIPA. Jurnal MIPA 38 (2) (2015): 176-185 Jurnal MIPA http://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/jm PEMODELAN MATEMATIKA PADA EPIDEMI INFLUENZA DENGAN STRATEGI VAKSINASI M Kharis AN Cahyono Jurusan Matematika,

Lebih terperinci

MODEL MATEMATIKA SIV (SUSCEPTIBLE, INFECTIOUS, VIRUS) UNTUK PENYEBARAN VIRUS TUNGRO (RICE TUNGRO VIRUS) PADA TANAMAN PADI

MODEL MATEMATIKA SIV (SUSCEPTIBLE, INFECTIOUS, VIRUS) UNTUK PENYEBARAN VIRUS TUNGRO (RICE TUNGRO VIRUS) PADA TANAMAN PADI MODEL MATEMATIKA SIV (SUSCEPTIBLE, INFECTIOUS, VIRUS) UNTUK PENYEBARAN VIRUS TUNGRO (RICE TUNGRO VIRUS) PADA TANAMAN PADI SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas

Lebih terperinci

Analisis Kestabilan Model MSEIR Penyebaran Penyakit Difteri Dengan Saturated Incidence Rate

Analisis Kestabilan Model MSEIR Penyebaran Penyakit Difteri Dengan Saturated Incidence Rate Analisis Kestabilan Model MSEIR Penyebaran Penyakit Difteri Dengan Saturated Incidence Rate I Suryani 1 Mela_YuenitaE 2 12 Jurusan Matematika Fakultas Sains dan Teknologi UIN Sultan Syarif Kasim Riau Jl

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Bab ini terdiri dari 3 bagian. Pada bagian pertama diberikan tinjauan pustaka dari penelitian-penelitian sebelumnya. Pada bagian kedua diberikan teori penunjang untuk mencapai tujuan

Lebih terperinci

OLEH : IKHTISHOLIYAH DOSEN PEMBIMBING : Dr. subiono,m.sc

OLEH : IKHTISHOLIYAH DOSEN PEMBIMBING : Dr. subiono,m.sc OLEH : IKHTISHOLIYAH 1207 100 702 DOSEN PEMBIMBING : Dr. subiono,m.sc JURUSAN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA 2011 Pemodelan matematika

Lebih terperinci

PEMODELAN MATEMATIKA DAN ANALISIS KESTABILAN LOKAL PADA PERUBAHAN POPULASI PENDERITA DIABETES MELITUS

PEMODELAN MATEMATIKA DAN ANALISIS KESTABILAN LOKAL PADA PERUBAHAN POPULASI PENDERITA DIABETES MELITUS Buletin Ilmiah Mat. Stat. dan Terapannya (Bimaster) Volume 04, No. 3 (2015), hal 135-142 PEMODELAN MATEMATIKA DAN ANALISIS KESTABILAN LOKAL PADA PERUBAHAN POPULASI PENDERITA DIABETES MELITUS Marisa Effendi,

Lebih terperinci