BAB III PEMBAHASAN. Ebola. Setelah model terbentuk, akan dilanjutkan dengan analisa bifurkasi pada

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB III PEMBAHASAN. Ebola. Setelah model terbentuk, akan dilanjutkan dengan analisa bifurkasi pada"

Transkripsi

1 BAB III PEMBAHASAN Pada bab ini akan dibentuk model matematika dari penyebaran penyakit virus Ebola. Setelah model terbentuk, akan dilanjutkan dengan analisa bifurkasi pada parameter laju transmisi. A. Model Matematika Penyebaran Penyakit Virus Ebola 1. Permasalahan Nyata Virus Ebola merupakan salah satu virus penyebab penyakit demam berdarah Afrika yang pertama kali muncul pada tahun 1976 (Brooks, Butel, & Morse, 2005: 206). Penyakit yang disebabkan oleh virus tersebut kemudian lebih dikenal dengan penyakit virus Ebola. Terdapat beberapa spesies virus Ebola, spesies Zaire adalah salah satu spesies paling mematikan yang telah menyebabkan wabah di Afrika Barat pada tahun Tingkat kematian penyakit virus Ebola mencapai, dari beberapa wabah yang terjadi sebelumnya tingkat kematian dapat bervariasi dari. Penyakit virus Ebola dapat menular dari hewan ke manusia dan manusia ke manusia baik secara langsung maupun secara tidak langsung. Penularan terjadi melalui cairan tubuh dari manusia atau hewan yang terinfeksi dan benda yang telah terkontaminasi, kemudian masuk ke tubuh melalui kulit yang terluka atau membran mukosa yang tidak terlindungi seperti mata dan hidung. Kelompok yang paling berisiko tertular adalah keluarga penderita dan petugas medis maupun nonmedis yang menangani kasus infeksi. Virus ini bahkan dapat bertahan pada 28

2 penderita yang telah dinyatakan sembuh, janin pada wanita hamil, dan jenazah (WHO, 2014). Penularan penyakit virus Ebola dapat dicegah, salah satunya yaitu dengan pemberian vaksin. Pada Mei 2017, WHO secara resmi menyatakan vaksin pertama virus Ebola telah ditemukan. Vaksin yang disebut rvsv-zebov (Recombinant Vesicular Stomatitis Virus-Zaire Ebola Virus) telah melumpuhkan virus Ebola dengan menerapkan metode vaksinasi cincin, yaitu dengan memberikan vaksin pada individu yang mungkin melakukan kontak dengan individu terinfeksi seperti pihak keluarga. Walaupun vaksin untuk penyakit virus Ebola telah ditemukan, namun hingga saat ini belum ada obat khusus yang terbukti dapat menyembuhkan penyakit tersebut sehingga pengobatan yang dapat dilakukan hanya dengan rehidrasi. Penyakit virus Ebola memiliki masa inkubasi selama hari dan gejala akan muncul hari setelah individu terjangkit. Selama masa inkubasi individu yang telah terjangkit belum dapat menularkan dan belum menunjukan gejala. Gejala dari penyakit virus Ebola diantaranya yaitu ruam, diare, dan pendarahan baik eksternal maupun internal. Gejala yang terjadi menyerupai penyakit menular lain, oleh karena itu diperlukan uji khusus untuk mendiagnosa penyakit tersebut. Salah satu cara untuk mendiagnosa penyakit virus Ebola yaitu dengan uji RT- PCR (Reverse Transcriptase Polymerase Chain Reaction). Jika uji RT-PCR menyatakan positif artinya individu terinfeksi virus Ebola dan sebaliknya. Penelitian mengenai keefektifan uji RT-PCR dalam mendiagnosa penyakit virus 29

3 Ebola telah dilakukan oleh Diego Chowell, Muntaser Safan, dan Carlos Castillo- Chaves pada tahun Di dalam penelitiannya Chowell, Safan, dan Chavez memberikan uji RT-PCR kepada individu yang memiliki riwayat kontak dengan individu terinfeksi. Dari individu dengan hasil uji positif, terdapat 7 individu terinfeksi, dan tidak ada individu terinfeksi dari individu dengan hasil uji negatif. Penelitian tersebut membuktikan bahwa uji RT-PCR cukup efektif untuk mendiagnosa penyakit virus Ebola. Namun demikian kebutuhan mendesak diagnosa tidak dapat diberikan kepada semua calon penderita karena adanya keterbatasan medis di negara-negara terjangkit. 2. Asumsi-asumsi yang Digunakan Berdasarkan permasalahan nyata penyakit virus Ebola, dibuat asumsi-asumsi untuk membatasi permasalahan yang akan dibahas. Asumsi-asumsi yang digunakan untuk merumuskan model matematika penyakit virus Ebola sebagai berikut : a. Populasi diasumsikan tertutup, artinya tidak ada individu yang masuk ke dalam populasi maupun keluar dari populasi. b. Diasumsikan hanya terdapat penyakit virus Ebola dalam populasi. c. Faktor kelahiran dan kematian alami diperhatikan. Jumlah kelahiran dan kematian diasumsikan sama untuk setiap satuan waktu. d. Setiap individu yang lahir diasumsikan belum terjangkit virus. e. Setiap kematian yang bukan dikarenakan penyakit virus Ebola diasumsikan sebagai kematian alami. 30

4 f. Setiap individu yang belum terjangkit virus Ebola diasumsikan belum mendapat vaksin sehingga individu tersebut rentan terhadap penyakit virus Ebola. g. Setiap individu diasumsikan mempunyai kemungkinan yang sama dalam melakukan kontak dengan individu lain. h. Setiap individu mempunyai resiko yang sama untuk tertular. i. Diasumsikan tidak ada penularan dari jenazah individu terinfeksi virus Ebola. j. Individu yang telah terjangkit virus diasumsikan tidak dapat menularkan virus dan tidak menunjukan gejala selama masa inkubasi. k. Diasumsikan efektivitas isolasi adalah, artinya individu terisolasi tidak dapat menularkan virus. l. Individu yang sembuh dari penyakit virus Ebola diasumsikan memiliki kekebalan permanen terhadap penyakit virus Ebola. m. Diagnosa penyakit virus Ebola diasumsikan hanya dilakukan dengan uji RT- PCR. n. Diasumsikan ada keterbatasan medis sehingga uji RT-PCR dan isolasi tidak dapat dilakukan pada setiap individu yang menunjukan gejala. 3. Formulasi Model Berdasarkan permasalahan nyata penyakit virus Ebola dan asumsi-asumsi yang telah dibuat, akan dibentuk model dari penyebaran virus Ebola pada suatu populasi. Populasi tersebut dibagi menjadi lima kelompok, yaitu kelompok susceptible, kelompok exposed, kelompok infected, kelompok isolated, dan kelompok recovered. Kelompok susceptible merupakan 31

5 kelompok individu yang belum terjangkit dan berisiko tertular virus. Kelompok exposed merupakan kelompok individu laten, artinya individu tersebut terjangkit virus namun belum mengembangkan gejala dan belum dapat menularkan. Kelompok infected merupakan kelompok individu terinfeksi dan dapat menularkan virus. Kelompok isolated merupakan kelompok individu terisolasi. Kelompok recovered merupakan kelompok individu sembuh. Berdasarkan pembagian populasi tersebut, model matematika yang terbentuk dituliskan sebagai model. Untuk formulasi setiap kelompok pada populasi, didefinisikan parameterparameter yang digunakan yaitu : laju kelahiran laju transmisi laju kematian alami laju perpindahan dari kelompok exposed ke kelompok infected atau kelompok isolated proporsi individu laten berpindah ke kelompok isolated laju perpindahan dari kelompok infected ke kelompok recovered atau laju kematian karena virus Ebola laju perpindahan dari kelompok isolated ke kelompok recovered atau laju kematian karena virus Ebola laju perpindahan dari kelompok infected ke kelompok isolated proporsi individu yang terinfeksi mati karena virus Ebola proporsi individu yang terisolasi mati karena virus Ebola 32

6 Setiap individu yang lahir merupakan individu rentan, individu tersebut kemudian masuk ke dalam kelompok susceptible dengan laju. Individu rentan dapat terjangkit virus jika melakukan kontak langsung dengan individu terinfeksi dengan laju transmisi kemudian akan berpindah ke kelompok exposed dengan laju yaitu Dari riwayat kontak individu terinfeksi, individu laten dapat dideteksi untuk selanjutnya dilakukan uji RT-PCR. Namun dengan adanya keterbatasan riwayat kontak dan infrastruktur medis, baik uji RT-PCR, maupun isolasi tidak dapat diberikan kepada setiap individu laten. Individu laten dapat berpidah ke kelompok isolated atau ke kelompok infected dengan laju. Individu laten dengan uji RT- PCR positif akan berpindah ke kelompok isolated dengan proporsi. Individu laten dengan uji RT-PCR positif namun tidak mendapat isolasi dan individu laten yang tidak mendapat uji RT-PCR akan berpindah ke kelompok infected. Individu dalam kelompok infected yang mendapat kesempatan diisolasi kemudian akan berpindah ke kelompok isolated dengan laju. Individu terinfeksi dapat berpindah ke kelompok recovered atau dihapuskan dari kelompok infected dengan laju. Individu terinfeksi yang mati karena virus Ebola akan dihapuskan dari kelompok infected dengan proporsi, sedangkan individu terinfeksi yang sembuh akan berpidah ke kelompok recovered. Individu terisolasi dapat berpindah ke kelompok recovered atau dihapuskan dari kelompok isolated dengan laju. Individu terisolasi yang mati karena virus Ebola kemudian dihapuskan dari kelompok isolated dengan proporsi, 33

7 sedangkan individu terisolasi yang sembuh akan berpidah ke kelompok recovered. Individu yang mati bukan karena virus Ebola diasumsikan sebagai kematian alami, dan akan dihapuskan dari setiap kelompok dengan laju. Dari penjelasan tersebut, diperoleh diagram alir model matematis penyebaran penyakit virus Ebola sebagai berikut : Gambar 5. Diagram Alir Model Matematika Penyebaran Penyakit Virus Ebola Berdasarkan diagram alir pada Gambar 5, didapat persamaan dari model untuk masing-masing kelompok yaitu: a. Model kelompok Susceptible Perubahan kelompok susceptible terhadap waktu dipengaruhi oleh laju kelahiran, kemudian menurun dengan adanya individu rentan yang terjangkit virus (individu laten) dan kematian alami, sehingga diperoleh ( ) 34

8 b. Model kelompok Exposed Perubahan kelompok exposed terhadap waktu dipengaruhi oleh bertambahnya individu laten, kemudian menurun dengan adanya individu laten yang terisolasi, individu laten yang terinfeksi, dan kematian alami, sehingga diperoleh c. Model kelompok Infected Perubahan kelompok infected terhadap waktu dipengaruhi oleh bertambahnya individu terinfeksi, kemudian menurun dengan adanya individu terinfeksi yang mendapat isolasi, individu terinfeksi yang sembuh, individu terinfeksi yang mati karena virus Ebola, dan kematian alami, sehingga diperoleh d. Model kelompok Isolated Perubahan kelompok isolated terhadap waktu dipengaruhi oleh bertambahnya individu laten dan individu terinfeksi yang terisolasi, kemudian menurun dengan adanya individu terisolasi yang sembuh, individu terisolasi yang mati karena virus Ebola, dan kematian alami, sehingga diperoleh 35

9 e. Model kelompok Recovered Perubahan kelompok recovered terhadap waktu dipengaruhi oleh bertambahnya individu terinfeksi dan individu terisolasi yang sembuh, kemudian menurun dengan adanya kematian alami, sehingga diperoleh Berdasarkan persamaan,,,, dan, penyebaran penyakit virus Ebola dapat dimodelkan ke dalam sistem persamaan ( ) Persamaan,,,, dan selanjutnya disebut sistem.,,,, dan. Jumlah populasi dinyatakan sebagai Turunan dari persamaan yaitu 36

10 Dari persamaan disimpulkan bahwa jumlah populasi tidak konstan. B. Ilustrasi Model Dari model matematika yang terbentuk, terdapat beberapa parameter yang akan mempengaruhi karakteristik penyebaran penyakit virus Ebola. Pada bagian ini akan diberikan nilai-nilai dari parameter yang digunakan dalam model. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Diego Chowell, Muntaser Safan, dan Carlos Castillo-Charez (2015) dalam Modeling the Case of Early Detection of Ebola Virus Disease, diberikan nilai-niai parameter yang akan digunakan yaitu Tabel 2. Nilai Parameter dari Model Matematis Penyebaran Penyakit Virus Ebola No. Parameter Nilai (per hari) 1. populasi Dengan mensubstitusikan nilai-nilai parameter pada Tabel 2 ke dalam sistem, didapat ( ) 37

11 dengan. Persamaan dan selanjutnya disebut sistem. C. Titik Ekuilibrium Model Model matematika dari penyebaran penyakit virus Ebola yang dinyatakan dengan sistem, memiliki titik ekuilibrium atau titik kritis. Terdapat dua titik ekuilibrium, yaitu titik ekuilibrium bebas penyakit dan titik ekuilibrium endemik. Berdasarkan Definisi 6, sistem memiliki titik ekulibrium pada saat Dari sistem dan persamaan, didapat ( ) 1. Titik Ekuilibrium Bebas Penyakit Pada bagian ini akan dibahas mengenai titik ekuilibrium bebas penyakit dari model SEIJR penyebaran penyakit virus Ebola yang dinyatakan dengan sistem. Didefinisikan variabel untuk titik ekuilibrium bebas penyakit yaitu : 38

12 titik ekuilibrium bebas penyakit kelompok susceptible, titik ekuilibrium bebas penyakit kelompok exposed, titik ekuilibrium bebas penyakit kelompok infected, titik ekuilibrium bebas penyakit kelompok isolated, dan titik ekuilibrium bebas penyakit kelompok recovered. Titik ekuilibrium bebas penyakit diperoleh saat tidak ada individu yang terinfeksi, yaitu saat. Titik ekuilibrium bebas penyakit dari sistem kemudian dinyatakan dengan, dengan. a. Titik Ekuilibrium Bebas Penyakit Kelompok Exposed Berdasarkan persamaan, saat didapat b. Titik Ekuilibrium Bebas Penyakit Kelompok Isolated Berdasarkan persamaan, jika dan maka didapat c. Titik Ekuilibrium Bebas Penyakit Kelompok Recovered Berdasarkan persamaan, jika, dan maka didapat d. Titik Ekuilibrium Bebas Penyakit Kelompok Susceptible Berdasarkan persamaan, jika,, dan maka didapat 39

13 Dari persamaan,,, dan didapat titik ekuilibrium bebas penyakit yaitu Berdasarkan persamaan, saat kelompok individu terinfeksi bernilai, maka kelompok individu rentan bernilai kemudian kelompok individu laten, kelompok individu terisolasi, dan kelompok individu sembuh bernilai. 2. Titik Ekuilibrium Endemik Pada bagian ini akan dibahas mengenai titik ekuilibrium endemik dari model SEIJR penyebaran penyakit virus Ebola yang dinyatakan dengan sistem. Didefinisikan variabel untuk titik ekuilibrium endemik yaitu : titik ekuilibrium endemik kelompok susceptible, titik ekuilibrium endemik kelompok exposed, titik ekuilibrium endemik kelompok infected, titik ekuilibrium endemik kelompok isolated, dan titik ekuilibrium endemik kelompok recovered. Titik ekuilibrium endemik diperoleh saat ada individu terinfeksi, yaitu saat. Titik ekuilibrium bebas penyakit dari sistem dinyatakan sebagai ( ), dengan Berdasarkan persamaan, jika maka didapat 40

14 Berdasarkan persamaan, jika dan maka didapat Berdasarkan persamaan, jika dan maka didapat Substitusi persamaan dan ke persamaan, dengan, didapat Substitusi persamaan dan ke persamaan, dengan, didapat ( ) Substitusi persamaan ke persamaan didapat ( ) ( ) 41

15 Berdasarkan persamaan,,, dan dapat ditentukan titik ekuilibrium endemik masing-masing kelompok, yaitu : a. Titik Ekulibrium Endemik Kelompok Infected Substitusi persamaan dan ke persamaan, didapat ( ) ( ) ( ) ( ) b. Titik Ekulibrium Endemik Kelompok Susceptible Substitusi persamaan ke persamaan, didapat ( ) ( ) c. Titik Ekulibrium Endemik Kelompok Exposed Substitusi persamaan ke persamaan, didapat ( ) d. Titik Ekulibrium Endemik Kelompok Isolated Substitusi persamaan ke persamaan, didapat ( ) 42

16 e. Titik Ekulibrium Endemik Kelompok Recovered Substitusi persamaan ke persamaan, didapat ( ) Dari persamaan dan didapat titik ekuilibrium endemik dari sistem, yaitu ( ) dengan untuk atau. Berdasarkan persamaan, artinya saat kelompok individu terinfeksi tidak sama dengan yaitu, maka kelompok individu rentan akan bernilai kemudian kelompok individu laten akan bernilai, kelompok individu terisolasi akan bernilai 43

17 , dan kelompok individu sembuh akan bernilai. D. Bilangan Reproduksi Dasar Bilangan reproduksi dasar ditentukan dari sub populasi, dimana di dalam sub populasi tersebut terdapat individu terinfeksi. Pada model dari penyebaran penyakit virus Ebola, bilangan reproduksi dasar ditentukan dari kelompok exposed, kelompok infected, dan kelompok isolated. Di dalam tiga kelompok tersebut terdapat individu yang terjangkit virus, baik individu laten, individu terinfeksi, maupun individu terisolasi. akan dituliskan sebagai matriks dari banyaknya individu yang masuk dan menambah banyaknya individu dalam kelompok exposed, kelompok infected, dan kelompok isolated. Sedangkan akan dituliskan sebagai matriks dari banyaknya individu yang keluar dan mengurangi banyaknya individu dalam kelompok exposed, kelompok infected, dan kelompok isolated. 44

18 * + untuk. Linierisasi matriks akan dituliskan sebagai matriks dan linierisasi matriks akan dituliskan sebagai matriks. Linierisasi persamaan didapat dengan Linierisasi persamaan didapat Invers dari persamaan yaitu 45

19 Kemudian untuk, berdasarkan persamaan dan didapat Substitusi persamaan dan ke persamaan, didapat Bilangan reproduksi dasar didapat dari nilai eigen terbesar dari persamaan. Jika menyatakan nilai eigen dan merupakan matriks identitas, maka berdasarkan Definisi 1 nilai eigen dari persamaan didapat dengan menyelesaikan ( ), didapat Operasi baris elementer pada persamaan, didapat Dari persamaan didapat nilai eigen dari persamaan yaitu dan. Karena, nilai eigen terbesar dari persamaan adalah. Sehingga bilangan reproduksi dasar dari sistem adalah 46

20 Jika, maka rata-rata individu terinfeksi menghasilkan kurang dari satu individu terinfeksi baru, dan penyakit tidak dapat berkembang. Sebaliknya, jika, maka rata-rata individu terinfeksi menghasilkan lebih dari satu individu terinfeksi baru, dan penyakit akan menjadi wabah dalam populasi. Pada persamaan, jika, maka didapat Saat didapat, artinya saat laju transmisi bernilai kurang dari penyakit tidak akan menyebar. Saat didapat, artinya saat laju transmisi bernilai lebih dari penyakit akan menyebar. Selanjutnya nilai dan akan digunakan untuk menganalisis kestabilan titik ekuilibrium, karena nilai tersebut muncul pada dan. E. Kestabilan Titik Ekuilibrium Berdasarkan Teorema 4, kestabilan titik ekuilibrium dari sistem dapat ditentukan dari nilai eigen sistem tersebut. Misalkan ( ) 47

21 Linierisasi dari sistem didapat dengan menyelesaikan dengan 1. Kestabilan Titik Ekuilibirum Bebas Penyakit Linierisasi sistem di titik dilakukan untuk melihat kestabilan lokal sistem di titik tersebut. Substitusi persamaan ke persamaan, didapat 48

22 Misal menyatakan nilai eigen dan merupakan matriks identitas, berdasarkan Definisi 1 nilai eigen dari persamaan didapat dengan menyelesaikan ( ), didapat Operasi baris elementer pada persamaan, didapat dengan Berdasarkan persamaan didapat ( ) Substitusi persamaan ke persamaan didapat ( ) Dari polinomial didapat nilai eigen dari persamaan yaitu 49

23 Jika didapat, maka stabil asimtotik. Artinya jika laju transmisi bernilai kurang dari atau sama dengan, maka solusi dari sistem akan menuju titik ekuilibirum bebas penyakit. Sehingga ketika individu rentan, individu laten, individu terinfeksi, individu terisolasi, dan individu sembuh pada jumlah tertentu, kemudian interaksi antara individu rentan dan individu terinfeksi menghasilkan individu laten kurang dari dari banyaknya interaksi tersebut, penyakit tidak akan menyebar dan menyebabkan populasi terbebas dari penyakit seiring berjalannya waktu. Titik ekuilibrium bebas penyakit merupakan titik ekuilibrium hiperbolik saat dari sistem nonlinear yaitu persamaan, sehingga ada jaminan bahwa solusi juga merupakan solusi dari linearisasinya. Jika, didapat, maka tidak stabil. Artinya jika laju transmisi bernilai lebih dari, maka solusi dari sistem akan menjauh dari titik ekuilibirum bebas penyakit. Sehingga ketika individu rentan, individu laten, individu terinfeksi, individu terisolasi, dan individu sembuh pada jumlah tertentu, 50

24 kemudian interaksi antara individu rentan dan individu terinfeksi menghasilkan individu laten lebih dari dari banyaknya interaksi tersebut, penyakit akan menyebar dan menyebabkan populasi berada dalam keadaan endemik seiring berjalannya waktu. 2. Kestabilan Titik Ekuilibirum Endemik Linierisasi sistem di dilakukan untuk melihat kestabilan lokal sistem di. Substitusi ( ) ke persamaan, didapat dengan ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) Misal menyatakan nilai eigen dan merupakan matriks identitas, berdasarkan Definisi 1, nilai eigen dari persamaan didapat dengan menyelesaikan ( ), didapat 51

25 Operasi baris elementer pada persamaan didapat Nilai dari,,,,,,, dan dituliskan pada lampiran 1. Berdasarkan persamaan didapat ( ) Substitusi persamaan serta nilai,,,,,,, dan ke persamaan didapat ( ) ( ) ( ) dengan ( ) 52

26 Kemudian akan digunakan tabel Routh-Hurwitz untuk melihat kestabilan titik ekuilibrim endemik. Polinomial dari persamaan, yaitu Koefisien persamaan membentuk Tabel Routh-Hurwitz sebagai berikut Tabel 3. Routh-Hurwitz Persamaan (77) dengan ( ) ( ) ( ) Titik ekuilibrium endemik ( ) pada persamaan stabil asimtotik apabila nilai pada kolom pertama Tabel 3 memiliki tanda sama, yaitu semua positif atau semua negatif. Karena bertanda positif, maka ( ) stabil asimtotik jika dan bertanda positif. Sedangkan jika ada dari dan bertanda negatif, maka ( ) tidak stabil. Berdasarkan persamaan,,, dan, jika didapat bertanda positif, maka titik ekuilibrium endemik ( ) stabil asimtotik. Artinya jika laju transmisi bernilai lebih dari, maka solusi dari sistem akan mendekati titik ekuilibirum 53

27 endemik ( ). Sehingga ketika individu rentan, individu laten, individu terinfeksi, individu terisolasi, dan individu sembuh pada jumlah tertentu, kemudian interaksi antara individu rentan dan individu terinfeksi menghasilkan individu laten lebih dari dari banyaknya interaksi tersebut, penyakit akan menyebar dan menyebabkan populasi berada dalam keadaan endemik seiring berjalannya waktu. Titik ekuilibrium endemik merupakan titik ekuilibrium hiperbolik saat nonlinear yaitu persamaan, sehingga ada jaminan bahwa solusi dari sistem juga merupakan solusi dari linearisasinya. Sedangkan jika, dengan, maka ( ) bernilai negatif, karena itu untuk, ( ) diabaikan. F. Grafik Proporsi Jumlah Individu Pada bagian ini akan digambarkan grafik proporsi jumlah individu dari solusi sistem dengan Maple 2016 (perintah maple dapat dilihat di lampiran 2 lampiran 4). Penggambaran grafik proporsi jumlah individu dilakukan dengan mengambil dua nilai yaitu dan. 1. Grafik Proporsi Jumlah Individu untuk Untuk, sistem menjadi ( ) 54

28 Jika diberikan dua nilai awal untuk masing-masing proporsi individu susceptible, proporsi individu exposed, proporsi individu infected, proporsi individu isolated, dan proporsi individu recovered, yaitu maka hanya ada satu titik ekulibrium bebas penyakit yaitu = Simulasi disajikan pada Gambar 6 Gambar 10. Gambar 6. Grafik Proporsi Kelompok Susceptible Gambar 7. Grafik Proporsi Kelompok Exposed 55

29 Gambar 8. Grafik Proporsi Kelompok Infected Gambar 9. Grafik Proporsi Kelompok Isolated Gambar 10. Grafik Proporsi Kelompok Recovered Keterangan : : titik ekuilibrium : Susceptible : Susceptible : titik ekuilibrium : Exposed : Exposed : titik ekuilibrium : Infected : Infected : titik ekuilibrium : Isolated : Isolated : titik ekuilibrium : Recovered : Recovered 56

30 Hasil simulasi pada Gambar 6 Gambar 10 menunjukan bahwa untuk dengan persamaan sebagai nilai awal, solusi dari sistem menuju titik ekuilibrium bebas penyakit = ( , 0, 0, 0, 0) seiring berjalannya, namun pada kelompok exposed, kelompok infected, dan kelompok isolated solusi akan segera menuju titik ekuilibriumnya dalam waktu yang lebih singkat daripada kelompok susceptible dan kelompok recovered. Artinya jumlah proporsi individu susceptible akan menuju seiring berjalannya waktu, kemudian jumlah proporsi individu exposed, proporsi individu infected, proporsi individu isolated, dan proporsi individu recovered menuju seiring berjalannya waktu. Berdasarkan hasil simulasi pada Gambar 6 Gambar 10 disimpulkan bahwa jika laju transmisi, maka penyakit virus Ebola akan menurun dan berangsur menghilang dari populasi. 2. Grafik Proporsi Jumlah Individu untuk Untuk, sistem menjadi ( ) Berdasarkan persamaan, jika, didapat titik ekuilibrium yaitu 57

31 ( ) Jika diberikan dua nilai awal untuk masing-masing proporsi individu susceptible, proporsi individu exposed, proporsi individu infected, proporsi individu isolated, dan proporsi individu recovered, yaitu maka didapat simulasi dari sistem pada Gambar 11 Gambar 15. Gambar 11. Grafik Proporsi Kelompok Susceptible Gambar 12. Grafik Proporsi Kelompok Exposed 58

32 Gambar 13. Grafik Proporsi Kelompok Infected Gambar 14. Grafik Proporsi Kelompok Isolated Gambar 15. Grafik Proporsi Kelompok Recovered Keterangan : : titik ekuilibrium : Susceptible : Susceptible : titik ekuilibrium : Exposed : Exposed : titik ekuilibrium : Infected : Infected : titik ekuilibrium : Isolated : Isolated : titik ekuilibrium : Recovered : Recovered 59

33 Hasil simulasi pada Gambar 11 Gambar 15 menunjukan bahwa untuk dengan persamaan sebagai nilai awal, solusi dari sistem stabil menuju titik ekuilibrium endemik pada persamaan seiring berjalannya. Artinya, seiring berjalannya waktu jumlah proporsi individu susceptible akan menuju, proporsi individu exposed akan menuju, proporsi individu infected akan menuju, proporsi individu isolated akan menuju, dan proporsi individu recovered akan menuju. Berdasarkan hasil simulasi pada Gambar 11 Gambar 15 disimpulkan bahwa jika laju transmisi, maka penyakit virus Ebola akan menyebar dan terus berada dalam populasi. G. Transformasi Sistem Analisa pada titik ekuilibrium bebas penyakit dari sistem bahwa salah satu nilai eigen bernilai nol saat menunjukan. Artinya sistem tersebut rentan terhadap gangguan sehingga dimungkinkan terjadinya bifurkasi. Untuk melihat kemungkinan bifurkasi pada sistem, perlu dilakukan transformasi sistem guna mendapatkan bentuk yang lebih sederhana. 1. Translasi Parameter Misalkan dan. Berdasarkan = ( ,0,0,0,0) dan dengan mensubstitusikan dan ke sistem, diperoleh sistem baru yaitu ( ( ) ) 60

34 ( ) dengan. Dari translasi parameter di atas, secara otomatis diperoleh titik ekuilibrium dari sistem yaitu menghasilkan. Linierisasi sistem pada dengan Selanjutnya sistem dapat ditulis menjadi [ ] [ ( ) ( ) ] dengan 61

35 ( ) ( ) 2. Nilai eigen dan Vektor Eigen Selanjutnya akan dicari nilai eigen dari persamaan. Jika adalah matriks identitas dan adalah nilai eigen, maka nilai eigen dari persamaan didapat dengan menyelesaikan ( ), yaitu Operasi baris elementer pada persamaan, didapat dengan 62

36 Berdasarkan persamaan, didapat ( ) Substitusi persamaan ke persamaan didapat ( ) Dari persamaan didapat nilai eigen dari persamaan adalah Selanjutnya akan dicari vektor eigen yang bersesuaian dengan masing-masing nilai eigen. Untuk, vektor eigen yang bersesuaian dengan didapat dengan menyelesaikan Dengan mensubstitusikan persamaan, persamaan menjadi ekuivalen dengan 63

37 Dari persamaan, diperoleh penyelesaian untuk persamaan yaitu,,,, dan. Didapat vektor eigen yang bersesuaian dengan yaitu Untuk, vektor eigen yang bersesuaian dengan didapat dengan menyelesaikan Dengan mensubstitusikan persamaan, persamaan menjadi ekuivalen dengan 64

38 Dari persamaan, diperoleh penyelesaian untuk persamaan yaitu,,, dan. Misalkan, didapat vektor eigen yang bersesuaian dengan yaitu Untuk, vektor eigen yang bersesuaian dengan didapat dengan menyelesaikan Dengan mensubstitusikan persamaan, persamaan menjadi ekuivalen dengan Dari persamaan diperoleh solusi dari persamaan yaitu,,,, dan. Didapat vektor eigen yang bersesuaian dengan yaitu 65

39 Untuk, vektor eigen yang bersesuaian dengan didapat dengan menyelesaikan Dengan mensubstitusikan persamaan, persamaan menjadi ekuivalen dengan Dari persamaan diperoleh penyelesaian untuk persamaan yaitu,,, dan. Misalkan, didapat vektor eigen yang bersesuaian dengan yaitu 66

40 Persamaan memiliki nilai eigen kembar, yaitu. Karena itu berdasarkan Definisi 9, vektor eigen yang bersesuaian dengan didapat dengan menyelesaikan dengan ( ) ( ) ( ) 67

41 ( ) Dengan mensubstitusikan persamaan dan, persamaan menjadi ekuivalen dengan Dari persamaan didapat penyelesaian untuk persamaan yaitu,,, dan. Misalkan, dipilih vektor yang bersesuaian dengan yaitu 3. Pendefinisian Variabel Baru Persamaan,,, dan kemudian dapat dibentuk menjadi matriks 68

42 Invers dari persamaan yaitu Kemudian akan dicari ( ). Berdasarkan persamaan,, dan didapat ( ) Matriks dapat didefinisikan sebagai Persamaan dapat dibentuk menjadi [ ] [ Dengan mensubstitusikan persamaan ke persamaan, didapat ] 69

43 ( ) ( ) Berdasarkan persamaan dan persamaan diperoleh [ ] [ ( ) ( ) ] [ ] [ ( ) ( ) ] 70

44 [ ] [ ( ) ( ) ( ) ( ) ( )] dengan ( ) ( ) 71

45 ( ) ( ) ( ) 4. Persamaan Center Manifolds Berdasarkan Definisi 9, Center Manifold untuk sistem didefinisikan sebagai 72

46 {( ) ( ) ( ) ( ) ( ) } Diasumsikan ( ) ( ) ( ) ( ) dengan ( ) ( ) dalam hal ini ( ) [ ( ) ( ) ( ) ( )] Perhitungan dilakukan dengan program Maple 2016 (perintah maple dapat dilihat pada lampiran 5). 73

47 5. Hasil Transformasi Berdasarkan perhitungan pada lampiran 6 dan dengan memisalkan didapat dengan. 6. Potret Fase Hasil Transformasi Dari persamaan diambil misalkan dengan demikian persamaan dapat dituliskan menjadi ( ) Misalkan ( ) sehingga persamaan dapat dituliskan menjadi 74

48 Saat, hanya ada satu titik ekuilibrium yaitu. Saat dan, terdapat dua titik ekuilibrium, yaitu dan. Dengan menggunakan Maple 2016 (perintah maple dapat dilihat pada lampiran 6), digambarkan potret fase sistem sebagai berikut. Gambar 16. Potret Fase Transformasi Sistem = ,3946 Untuk terdapat dua titik ekuilibrium yaitu dan, nilai didapat ketika. Gambar 16 menunjukan bahwa ketika diambil nilai awal disekitar titik ekuilibrium, solusi akan mendekati seiring berjalannya sehingga titik ekuilibrium stabil asimtotik. Artinya jika terdapat individu rentan, 10 individu terinfeksi, dan total populasi sebanyak individu, maka interaksi antara individu terinfeksi dengan individu rentan akan menghasilkan 4 individu laten, jumlah individu laten akan berkurang dan menuju nol seiring berjalannya waktu, 75

49 sehingga individu terinfeksi juga berkurang dan penyakit tidak akan menyebar kemudian menghilang dari populasi. Gambar 17. Potret Fase Transformasi Sistem = 38664,9215 Untuk terdapat dua titik ekuilibrium yaitu dan, nilai = 38664,9215 didapat ketika. Gambar 17 menunjukan bahwa ketika diambil nilai awal disekitar titik ekuilibrium, solusi akan menjauhi seiring berjalannya sehingga titik ekuilibrium tidak stabil. Artinya jika terdapat individu rentan, 10 individu terinfeksi, dan total populasi sebanyak individu, maka interaksi antara individu terinfeksi dengan individu rentan akan menghasilkan 7 individu laten, jumlah individu laten akan bertambah dan menjauhi nol seiring berjalannya waktu, sehingga individu terinfeksi juga bertambah dan penyakit akan menyebar kemudian mewabah dalam populasi. 76

50 Saat, terdapat titik ekuilibrium bernilai negatif. Dalam perhitungan numerik nilai negatif mungkin saja muncul, namun berdasarkan pembahasan skripsi ini dan dilihat dari asumsi awal, nilai negatif tidak bermakna apapun karena populasi tidak akan bernilai negatif. Gambar 18. Potret Fase Transformasi Sistem Untuk hanya terdapat satu titik ekuilibrium yaitu, nilai didapat ketika. Gambar 18 menunjukan bahwa ketika diambil nilai awal disekitar titik ekuilibrium, solusi akan menjauhi seiring berjalannya sehingga titik ekuilibrium tidak stabil. Artinya jika terdapat individu rentan, 10 individu terinfeksi, dan total populasi sebanyak individu, maka interaksi antara individu terinfeksi dengan individu rentan akan menghasilkan 5 individu laten, jumlah individu laten akan bertambah dan menjauhi nol seiring berjalannya waktu, sehingga individu terinfeksi juga bertambah dan penyakit akan menyebar kemudian mewabah dalam populasi. 77

51 Berdasarkan Gambar 16, Gambar 17, dan Gambar 18 diagram bifurkasi dari sistem ditunjukan pada Gambar 19. Gambar 19. Diagram Bifurkasi Sistem (126) Diagram bifurkasi pada Gambar 19 menunjukan bahwa ada pertukaran kestabilan saat melewati nol, yaitu saat, titik ekuilibrium stabil dan titik ekuilibrium tidak stabil. Sebaliknya, saat, titik ekuilibrium stabil dan titik ekuilibrium tidak stabil. Berdasarkan persamaan nilai bergantung pada karena, sehingga perubahan kestabilan pada sistem terjadi karena variasi nilai. Variasi nilai yang merupakan parameter laju transmisi menyebabkan munculnya bifurkasi, kemudian berdasarkan karakter perubahan kestabilannya jenis bifurkasi yang terjadi adalah bifurkasi transkritikal. 78

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit virus Ebola merupakan salah satu penyakit menular dan mematikan

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit virus Ebola merupakan salah satu penyakit menular dan mematikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit virus Ebola merupakan salah satu penyakit menular dan mematikan yang pertama kali muncul pada tahun. Rata-rata tingkat kematian penyakit virus Ebola mencapai,

Lebih terperinci

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN. ekuilibrium bebas penyakit beserta analisis kestabilannya. Selanjutnya dilakukan

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN. ekuilibrium bebas penyakit beserta analisis kestabilannya. Selanjutnya dilakukan BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN Pada bab ini akan dijelaskan mengenai model matematika penyakit campak dengan pengaruh vaksinasi, diantaranya formulasi model penyakit campak, titik ekuilibrium bebas penyakit

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. pada bab pembahasan. Materi-materi yang akan dibahas yaitu pemodelan

BAB II LANDASAN TEORI. pada bab pembahasan. Materi-materi yang akan dibahas yaitu pemodelan BAB II LANDASAN TEORI Pada bab ini akan dijelaskan mengenai landasan teori yang akan digunakan pada bab pembahasan. Materi-materi yang akan dibahas yaitu pemodelan matematika, teorema Taylor, nilai eigen,

Lebih terperinci

PEMODELAN MATEMATIKA PENYEBARAN PENYAKIT VIRUS EBOLA DAN ANALISIS PENGARUH PARAMETER LAJU TRANSMISI TERHADAP PERILAKU DINAMISNYA TUGAS AKHIR SKRIPSI

PEMODELAN MATEMATIKA PENYEBARAN PENYAKIT VIRUS EBOLA DAN ANALISIS PENGARUH PARAMETER LAJU TRANSMISI TERHADAP PERILAKU DINAMISNYA TUGAS AKHIR SKRIPSI PEMODELAN MATEMATIKA PENYEBARAN PENYAKIT VIRUS EBOLA DAN ANALISIS PENGARUH PARAMETER LAJU TRANSMISI TERHADAP PERILAKU DINAMISNYA TUGAS AKHIR SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Pada bab ini akan dibahas mengenai definisi-definisi dan teorema-teorema

BAB II LANDASAN TEORI. Pada bab ini akan dibahas mengenai definisi-definisi dan teorema-teorema BAB II LANDASAN TEORI Pada bab ini akan dibahas mengenai definisi-definisi dan teorema-teorema yang akan menjadi landasan untuk pembahasan pada bab III nanti, di antaranya model matematika penyebaran penyakit,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. digunakan pada bab pembahasan. Teori-teori ini digunakan sebagai bahan acuan

BAB II KAJIAN TEORI. digunakan pada bab pembahasan. Teori-teori ini digunakan sebagai bahan acuan BAB II KAJIAN TEORI Pada bab ini akan dijelaskan mengenai landasan teori yang akan digunakan pada bab pembahasan. Teori-teori ini digunakan sebagai bahan acuan yang mendukung tujuan penulisan. Materi-materi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. selanjutnya sebagai bahan acuan yang mendukung tujuan penulisan. Materi-materi

BAB II LANDASAN TEORI. selanjutnya sebagai bahan acuan yang mendukung tujuan penulisan. Materi-materi BAB II LANDASAN TEORI Pada bab ini akan dibahas tentang landasan teori yang digunakan pada bab selanjutnya sebagai bahan acuan yang mendukung tujuan penulisan. Materi-materi yang diuraikan berupa definisi-definisi

Lebih terperinci

ANALISIS KESTABILAN DARI SISTEM DINAMIK MODEL SEIR PADA PENYEBARAN PENYAKIT CACAR AIR (VARICELLA) DENGAN PENGARUH VAKSINASI SKRIPSI

ANALISIS KESTABILAN DARI SISTEM DINAMIK MODEL SEIR PADA PENYEBARAN PENYAKIT CACAR AIR (VARICELLA) DENGAN PENGARUH VAKSINASI SKRIPSI ANALISIS KESTABILAN DARI SISTEM DINAMIK MODEL SEIR PADA PENYEBARAN PENYAKIT CACAR AIR (VARICELLA) DENGAN PENGARUH VAKSINASI SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas

Lebih terperinci

MODEL SEIR PENYAKIT CAMPAK DENGAN VAKSINASI DAN MIGRASI

MODEL SEIR PENYAKIT CAMPAK DENGAN VAKSINASI DAN MIGRASI MODEL SEIR PENYAKIT CAMPAK DENGAN VAKSINASI DAN MIGRASI Mohammmad Soleh 1, Siti Rahma 2 Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau Jl HR Soebrantas No 155 KM 15 Simpang Baru Panam Pekanbaru muhammadsoleh@uin-suskaacid

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Model matematika merupakan sekumpulan persamaan atau pertidaksamaan yang

BAB I PENDAHULUAN. Model matematika merupakan sekumpulan persamaan atau pertidaksamaan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Model matematika merupakan sekumpulan persamaan atau pertidaksamaan yang mengungkap perilaku suatu permasalahan yang nyata. Model matematika dibuat berdasarkan asumsi-asumsi.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. dinamik, sistem linear, sistem nonlinear, titik ekuilibrium, analisis kestabilan

BAB II KAJIAN TEORI. dinamik, sistem linear, sistem nonlinear, titik ekuilibrium, analisis kestabilan BAB II KAJIAN TEORI Pada bab ini akan dibahas mengenai nilai eigen dan vektor eigen, sistem dinamik, sistem linear, sistem nonlinear, titik ekuilibrium, analisis kestabilan sistem dinamik, kriteria Routh-Hurwitz,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini akan dijelaskan mengenai latar belakang yang mendasari penelitian yang kemudian dirumuskan dalam rumusan masalah. Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang telah

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. eigen dan vektor eigen, persamaan diferensial, sistem persamaan diferensial, titik

BAB II LANDASAN TEORI. eigen dan vektor eigen, persamaan diferensial, sistem persamaan diferensial, titik BAB II LANDASAN TEORI Pada bab ini, akan dijelaskan landasan teori yang akan digunakan dalam bab selanjutnya sebagai bahan acuan yang mendukung dan memperkuat tujuan penelitian. Landasan teori yang dimaksud

Lebih terperinci

III. MODEL MATEMATIK PENYEBARAN PENYAKIT DBD

III. MODEL MATEMATIK PENYEBARAN PENYAKIT DBD III. MODEL MATEMATIK PENYEBARAN PENYAKIT DBD 8 3.1 Model SIR Model SIR pada uraian berikut mengacu pada kajian Derouich et al. (2003). Asumsi yang digunakan adalah: 1. Total populasi nyamuk dan total populasi

Lebih terperinci

ANALISIS KESTABILAN DAN PROSES MARKOV MODEL PENYEBARAN PENYAKIT EBOLA

ANALISIS KESTABILAN DAN PROSES MARKOV MODEL PENYEBARAN PENYAKIT EBOLA Buletin Ilmiah Mat. Stat. dan Terapannya (Bimaster) Volume 04, No. 3 (2015), hal 163-172 ANALISIS KESTABILAN DAN PROSES MARKOV MODEL PENYEBARAN PENYAKIT EBOLA Auliah Arfani, Nilamsari Kusumastuti, Shantika

Lebih terperinci

PEMODELAN MATEMATIKA DAN ANALISIS KESTABILAN MODEL PADA PENYEBARAN HIV-AIDS

PEMODELAN MATEMATIKA DAN ANALISIS KESTABILAN MODEL PADA PENYEBARAN HIV-AIDS Buletin Ilmiah Mat. Stat. dan Terapannya (Bimaster) Volume 04, No. 2 (2015), hal 101 110 PEMODELAN MATEMATIKA DAN ANALISIS KESTABILAN MODEL PADA PENYEBARAN HIV-AIDS Dwi Haryanto, Nilamsari Kusumastuti,

Lebih terperinci

III PEMBAHASAN. μ v. r 3. μ h μ h r 4 r 5

III PEMBAHASAN. μ v. r 3. μ h μ h r 4 r 5 III PEMBAHASAN 3.1 Perumusan Model Model yang akan dibahas dalam karya ilmiah ini adalah model SIDRS (Susceptible Infected Dormant Removed Susceptible) dari penularan penyakit malaria dalam suatu populasi.

Lebih terperinci

Oleh Nara Riatul Kasanah Dosen Pembimbing Drs. Sri Suprapti H., M.Si

Oleh Nara Riatul Kasanah Dosen Pembimbing Drs. Sri Suprapti H., M.Si Oleh Nara Riatul Kasanah 1209100079 Dosen Pembimbing Drs. Sri Suprapti H., M.Si JURUSAN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA 2014 PENDAHULUAN

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Alam, Universitas Lampung pada semester genap tahun akademik 2011/2012.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Alam, Universitas Lampung pada semester genap tahun akademik 2011/2012. BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakuakan di Jurusan Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Lampung pada semester genap tahun

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Persamaan diferensial Persamaan diferensial merupakan persamaan yang melibatkan turunanturunan dari fungsi yang tidak diketahui (Waluya, 2006). Contoh 2.1 : Diberikan persamaan

Lebih terperinci

Model Matematika SIV Untuk Penyebaran Virus Tungro Pada Tanaman Padi

Model Matematika SIV Untuk Penyebaran Virus Tungro Pada Tanaman Padi Seminar Matematika dan Pendidikan Matematika UNY 2017 Model Matematika SIV Untuk Penyebaran Virus Tungro Pada Tanaman Padi Sischa Wahyuning Tyas 1, Dwi Lestari 2 Universitas Negeri Yogyakarta 1 Universitas

Lebih terperinci

BAB III PEMBAHASAN. tenggorokan, batuk, dan kesulitan bernafas. Pada kasus Avian Influenza, gejala

BAB III PEMBAHASAN. tenggorokan, batuk, dan kesulitan bernafas. Pada kasus Avian Influenza, gejala BAB III PEMBAHASAN A. Permasalahan Nyata Flu Burung (Avian Influenza) Avian Influenza atau yang lebih dikenal dengan flu burung adalah suatu penyakit menular yang disebabkan oleh virus influenza tipe A.

Lebih terperinci

ANALISIS STABILITAS SISTEM DINAMIK UNTUK MODEL MATEMATIKA EPIDEMIOLOGI TIPE-SIR (SUSCEPTIBLES, INFECTION, RECOVER)

ANALISIS STABILITAS SISTEM DINAMIK UNTUK MODEL MATEMATIKA EPIDEMIOLOGI TIPE-SIR (SUSCEPTIBLES, INFECTION, RECOVER) Jurnal Euclid, Vol.4, No.1, pp.646 ANALISIS STABILITAS SISTEM DINAMIK UNTUK MODEL MATEMATIKA EPIDEMIOLOGI TIPE-SIR (SUSCEPTIBLES, INFECTION, RECOVER) Herri Sulaiman Program Studi Pendidikan Matematika

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Pada Bab I Pendahuluan ini dijelaskan mengenai latar belakang yang mendasari penelitian yang kemudian dirumuskan dalam rumusan masalah. Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Infeksi virus dengue adalah suatu insiden penyakit yang serius dalam kematian di kebanyakan negara yang beriklim tropis dan sub tropis di dunia. Virus dengue

Lebih terperinci

IV HASIL DAN PEMBAHASAN

IV HASIL DAN PEMBAHASAN IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Penentuan Titik Tetap Analisis titik tetap pada sistem persamaan diferensial sering digunakan untuk menentukan suatu solusi yang tidak berubah menurut waktu, yaitu pada saat

Lebih terperinci

ANALISIS STABILITAS PENYEBARAN VIRUS EBOLA PADA MANUSIA

ANALISIS STABILITAS PENYEBARAN VIRUS EBOLA PADA MANUSIA ANALISIS STABILITAS PENYEBARAN VIRUS EBOLA PADA MANUSIA Mutholafatul Alim 1), Ari Kusumastuti 2) 1) Mahasiswa Jurusan Matematika, Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang 1) mutholafatul@rocketmail.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah penyakit menular karena masyarakat harus waspada terhadap penyakit

BAB I PENDAHULUAN. adalah penyakit menular karena masyarakat harus waspada terhadap penyakit BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan adalah suatu hal yang sangat penting dalam kehidupan karena jika seseorang mengalami masalah kesehatan maka aktivitas seseorang tersebut akan terganggu. Masalah

Lebih terperinci

MODEL SEIR PENYAKIT CAMPAK DENGAN VAKSINASI DAN MIGRASI TUGAS AKHIR. Oleh : SITI RAHMA

MODEL SEIR PENYAKIT CAMPAK DENGAN VAKSINASI DAN MIGRASI TUGAS AKHIR. Oleh : SITI RAHMA MODEL SEIR PENYAKIT CAMPAK DENGAN VAKSINASI DAN MIGRASI TUGAS AKHIR Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Sains Pada Jurusan Matematika Oleh : SITI RAHMA 18544452 FAKULTAS SAINS

Lebih terperinci

Abstrak: Makalah ini bertujuan untuk mengkaji model SIR dari penyebaran

Abstrak: Makalah ini bertujuan untuk mengkaji model SIR dari penyebaran ANALISIS KESTABILAN PENYEBARAN PENYAKIT CAMPAK (MEASLES) DENGAN VAKSINASI MENGGUNAKAN MODEL ENDEMI SIR Marhendra Ali Kurniawan Fitriana Yuli S, M.Si Jurdik Matematika FMIPA UNY Abstrak: Makalah ini bertujuan

Lebih terperinci

PENYELESAIAN NUMERIK DAN ANALISA KESTABILAN PADA MODEL EPIDEMIK SEIR DENGAN PENULARAN PADA PERIODE LATEN

PENYELESAIAN NUMERIK DAN ANALISA KESTABILAN PADA MODEL EPIDEMIK SEIR DENGAN PENULARAN PADA PERIODE LATEN PENYELESAIAN NUMERIK DAN ANALISA KESTABILAN PADA MODEL EPIDEMIK SEIR DENGAN PENULARAN PADA PERIODE LATEN Oleh: Labibah Rochmatika (12 09 100 088) Dosen Pembimbing: Drs. M. Setijo Winarko M.Si Drs. Lukman

Lebih terperinci

IV PEMBAHASAN. jika λ 1 < 0 dan λ 2 > 0, maka titik bersifat sadel. Nilai ( ) mengakibatkan. 4.1 Model SIR

IV PEMBAHASAN. jika λ 1 < 0 dan λ 2 > 0, maka titik bersifat sadel. Nilai ( ) mengakibatkan. 4.1 Model SIR 9 IV PEMBAHASAN 4.1 Model SIR 4.1.1 Titik Tetap Untuk mendapatkan titik tetap diperoleh dari dua persamaan singular an ) sehingga dari persamaan 2) diperoleh : - si + s = 0 9) si + )i = 0 didapat titik

Lebih terperinci

Oleh : Dinita Rahmalia NRP Dosen Pembimbing : Drs. M. Setijo Winarko, M.Si.

Oleh : Dinita Rahmalia NRP Dosen Pembimbing : Drs. M. Setijo Winarko, M.Si. PERMODELAN MATEMATIKA DAN ANALISIS STABILITAS DARI PENYEBARAN PENYAKIT FLU BURUNG (MATHEMATICAL MODEL AND STABILITY ANALYSIS THE SPREAD OF AVIAN INFLUENZA) Oleh : Dinita Rahmalia NRP 1206100011 Dosen Pembimbing

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Influenza atau lebih dikenal dengan flu, merupakan salah satu penyakit yang menyerang pernafasan manusia. Penyakit ini disebabkan oleh virus influenza yang

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan

KATA PENGANTAR. Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-nya sehingga Tugas Akhir ini dapat terselesaikan. Tugas Akhir yang berjudul Analisis Kestabilan

Lebih terperinci

FOURIER April 2013, Vol. 2, No. 1, MODEL PENYEBARAN PENYAKIT POLIO DENGAN PENGARUH VAKSINASI. RR Laila Ma rifatun 1, Sugiyanto 2

FOURIER April 2013, Vol. 2, No. 1, MODEL PENYEBARAN PENYAKIT POLIO DENGAN PENGARUH VAKSINASI. RR Laila Ma rifatun 1, Sugiyanto 2 FOURIER April 2013, Vol. 2, No. 1, 13 23 MODEL PENYEBARAN PENYAKIT POLIO DENGAN PENGARUH VAKSINASI RR Laila Ma rifatun 1, Sugiyanto 2 1, 2 Program Studi Matematika Fakultas Sains dan Teknologi UIN Sunan

Lebih terperinci

KESTABILAN MODEL SUSCEPTIBLE VACCINATED INFECTED RECOVERED (SVIR) PADA PENYEBARAN PENYAKIT CAMPAK (MEASLES) (Studi Kasus di Kota Semarang)

KESTABILAN MODEL SUSCEPTIBLE VACCINATED INFECTED RECOVERED (SVIR) PADA PENYEBARAN PENYAKIT CAMPAK (MEASLES) (Studi Kasus di Kota Semarang) KESTABILAN MODEL SUSCEPTIBLE VACCINATED INFECTED RECOVERED (SVIR) PADA PENYEBARAN PENYAKIT CAMPAK (MEASLES) (Studi Kasus di Kota Semarang) Melita Haryati 1, Kartono 2, Sunarsih 3 1,2,3 Jurusan Matematika

Lebih terperinci

ANALISIS DAN SIMULASI MODEL MATEMATIKA PENYAKIT DEMAM DENGUE DENGAN SATU SEROTIF VIRUS DENGUE

ANALISIS DAN SIMULASI MODEL MATEMATIKA PENYAKIT DEMAM DENGUE DENGAN SATU SEROTIF VIRUS DENGUE Buletin Ilmiah Mat. Stat. dan Terapannya (Bimaster) Volume 03, No. 3 (2014), hal 153 162. ANALISIS DAN SIMULASI MODEL MATEMATIKA PENYAKIT DEMAM DENGUE DENGAN SATU SEROTIF VIRUS DENGUE Hendri Purwanto,

Lebih terperinci

IV HASIL DAN PEMBAHASAN

IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4. Penentuan Titik Tetap I HAIL DAN PEMBAHAAN Analisis titik tetap pada sistem persamaan diferensial sering digunakan untuk menentukan suatu solusi yang tidak berubah terhadap waktu (solusi konstan). Titik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ibu kepada anaknya melalui plasenta pada saat usia kandungan 1 2 bulan di

BAB I PENDAHULUAN. ibu kepada anaknya melalui plasenta pada saat usia kandungan 1 2 bulan di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Maternal antibody merupakan kekebalan tubuh pasif yang ditransfer oleh ibu kepada anaknya melalui plasenta pada saat usia kandungan 1 2 bulan di akhir masa kehamilan.

Lebih terperinci

ANALISIS KESTABILAN MODEL SEII T (SUSCEPTIBLE-EXPOSED-ILL- ILL WITH TREATMENT) PADA PENYAKIT DIABETES MELLITUS TUGAS AKHIR SKRIPSI

ANALISIS KESTABILAN MODEL SEII T (SUSCEPTIBLE-EXPOSED-ILL- ILL WITH TREATMENT) PADA PENYAKIT DIABETES MELLITUS TUGAS AKHIR SKRIPSI ANALISIS KESTABILAN MODEL SEII T (SUSCEPTIBLE-EXPOSED-ILL- ILL WITH TREATMENT) PADA PENYAKIT DIABETES MELLITUS TUGAS AKHIR SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang dan Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang dan Permasalahan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang dan Permasalahan Tuberkulosis adalah penyakit yang penularannya langsung dari penderita TB yang terinfeksi oleh strain TB yaitu Microbacterium tuberculosis. Menurut

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sekilas Mengenai Tuberkulosis 2.1.1 Pengertian dan Sejarah Tuberkulosis Tuberkulosis TB adalah penyakit menular yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium Tuberculosis. Bakteri

Lebih terperinci

Esai Kesehatan. Disusun Oleh: Prihantini /2015

Esai Kesehatan. Disusun Oleh: Prihantini /2015 Esai Kesehatan Analisis Model Pencegahan Penyebaran Penyakit Antraks di Indonesia Melalui Vaksin AVA sebagai Upaya Mewujudkan Pemerataan Kesehatan Menuju Indonesia Emas 2045 Disusun Oleh: Prihantini 15305141044/2015

Lebih terperinci

Model Matematika Penyebaran Penyakit HIV/AIDS dengan Terapi pada Populasi Terbuka

Model Matematika Penyebaran Penyakit HIV/AIDS dengan Terapi pada Populasi Terbuka Model Matematika Penyebaran Penyakit HIV/AIDS dengan Terapi pada Populasi Terbuka M Soleh 1, D Fatmasari 2, M N Muhaijir 3 1, 2, 3 Jurusan Matematika, Fakultas Sains dan Teknologi, UIN Sultan Syarif Kasim

Lebih terperinci

Analisis Kestabilan Model MSEIR Penyebaran Penyakit Difteri Dengan Saturated Incidence Rate

Analisis Kestabilan Model MSEIR Penyebaran Penyakit Difteri Dengan Saturated Incidence Rate Analisis Kestabilan Model MSEIR Penyebaran Penyakit Difteri Dengan Saturated Incidence Rate I Suryani 1 Mela_YuenitaE 2 12 Jurusan Matematika Fakultas Sains dan Teknologi UIN Sultan Syarif Kasim Riau Jl

Lebih terperinci

Analisis Kestabilan Pada Model Transmisi Virus Hepatitis B yang Dipengaruhi Oleh Migrasi

Analisis Kestabilan Pada Model Transmisi Virus Hepatitis B yang Dipengaruhi Oleh Migrasi Analisis Kestabilan Pada Model Transmisi Virus Hepatitis B yang Dipengaruhi Oleh Migrasi 1 Firdha Dwishafarina Zainal, Setijo Winarko, dan Lukman Hanafi Jurusan Matematika, Fakultas MIPA, Institut Teknologi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam perkembangan zaman saat ini yang terus maju, diperlukan suatu

BAB I PENDAHULUAN. Dalam perkembangan zaman saat ini yang terus maju, diperlukan suatu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam perkembangan zaman saat ini yang terus maju, diperlukan suatu analisis yang dapat diterima secara ilmiah terhadap setiap peristiwa yang terjadi dalam kehidupan

Lebih terperinci

ANALISIS KESTABILAN MODEL DINAMIKA PENYEBARAN PENYAKIT FLU BURUNG

ANALISIS KESTABILAN MODEL DINAMIKA PENYEBARAN PENYAKIT FLU BURUNG Buletin Ilmiah Math. Stat. Dan Terapannya (Bimaster) Volume 03, No. 3 (2014), hal 235-244 ANALISIS KESTABILAN MODEL DINAMIKA PENYEBARAN PENYAKIT FLU BURUNG Hidayu Sulisti, Evi Noviani, Nilamsari Kusumastuti

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. 4.1 Analisis Kestabilan Model Matematika AIDS dengan Transmisi. atau Ibu menyusui yang positif terinfeksi HIV ke anaknya.

BAB IV PEMBAHASAN. 4.1 Analisis Kestabilan Model Matematika AIDS dengan Transmisi. atau Ibu menyusui yang positif terinfeksi HIV ke anaknya. BAB IV PEMBAHASAN Pada bab ini dilakukan analisis model penyebaran penyakit AIDS dengan adanya transmisi vertikal pada AIDS. Dari model matematika tersebut ditentukan titik setimbang dan kemudian dianalisis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Bab ini memuat tentang latar belakang yang mendasari penelitian. Berdasarkan pada latar belakang tersebut, ditentukan tujuan penelitian yang ingin dicapai. Pada bab ini juga dijelaskan

Lebih terperinci

Analisa Kualitatif pada Model Penyakit Parasitosis

Analisa Kualitatif pada Model Penyakit Parasitosis Analisa Kualitatif pada Model Penyakit Parasitosis Nara Riatul Kasanah dan Sri Suprapti H Jurusan Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Jl.

Lebih terperinci

OLEH : IKHTISHOLIYAH DOSEN PEMBIMBING : Dr. subiono,m.sc

OLEH : IKHTISHOLIYAH DOSEN PEMBIMBING : Dr. subiono,m.sc OLEH : IKHTISHOLIYAH 1207 100 702 DOSEN PEMBIMBING : Dr. subiono,m.sc JURUSAN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA 2011 Pemodelan matematika

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh protozoa parasit

BAB 1 PENDAHULUAN. Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh protozoa parasit BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh protozoa parasit yang merupakan golongan plasmodium yang hidup dan berkembang biak dalam sel darah merah manusia.

Lebih terperinci

ANALISIS BIFURKASI PADA MODEL MATEMATIS PREDATOR PREY DENGAN DUA PREDATOR Lia Listyana 1, Dr. Hartono 2, dan Kus Prihantoso Krisnawan,M.

ANALISIS BIFURKASI PADA MODEL MATEMATIS PREDATOR PREY DENGAN DUA PREDATOR Lia Listyana 1, Dr. Hartono 2, dan Kus Prihantoso Krisnawan,M. 1 Abstrak ANALISIS BIFURKASI PADA MODEL MATEMATIS PREDATOR PREY DENGAN DUA PREDATOR Lia Listyana 1, Dr. Hartono 2, Kus Prihantoso Krisnawan,M.Si 3 1 Mahasiswa Jurusan Pendidikan Matematika, Universitas

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. representasi pemodelan matematika disebut sebagai model matematika. Interpretasi Solusi. Bandingkan Data

BAB II KAJIAN TEORI. representasi pemodelan matematika disebut sebagai model matematika. Interpretasi Solusi. Bandingkan Data A. Model Matematika BAB II KAJIAN TEORI Pemodelan matematika adalah proses representasi dan penjelasan dari permasalahan dunia real yang dinyatakan dalam pernyataan matematika (Widowati dan Sutimin, 2007:

Lebih terperinci

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA 2014

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA 2014 JURUSAN MATEMATIKA Nurlita Wulansari (1210100045) Dosen Pembimbing: Drs. M. Setijo Winarko, M.Si Drs. Lukman Hanafi, M.Sc FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penyebabnya adalah gaya hidup dan lingkungan yang tidak sehat. Murwanti dkk,

BAB I PENDAHULUAN. penyebabnya adalah gaya hidup dan lingkungan yang tidak sehat. Murwanti dkk, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berbagai jenis penyakit semakin banyak yang muncul salah satu penyebabnya adalah gaya hidup dan lingkungan yang tidak sehat. Murwanti dkk, (2013: 64) menyebutkan bahwa

Lebih terperinci

Prosiding Seminar Hasil-Hasil PPM IPB 2015 Vol. I : ISBN :

Prosiding Seminar Hasil-Hasil PPM IPB 2015 Vol. I : ISBN : Vol. I : 214 228 ISBN : 978-602-8853-27-9 MODEL EPIDEMIK STOKASTIK PENYEBARAN PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE DI JAWA BARAT (Stochastic Epidemic Model of Dengue Fever Spread in West Java Province) Paian

Lebih terperinci

BAB III PEMBAHASAN. genetik (genom) yang mengandung salah satu asam nukleat yaitu asam

BAB III PEMBAHASAN. genetik (genom) yang mengandung salah satu asam nukleat yaitu asam BAB III PEMBAHASAN A. Formulasi Model Matematika Secara umum virus merupakan partikel yang tersusun atas elemen genetik (genom) yang mengandung salah satu asam nukleat yaitu asam deoksiribonukleat (DNA)

Lebih terperinci

Studi Penyebaran Penyakit Flu Burung Melalui Kajian Dinamis Revisi Model Endemik SIRS Dengan Pemberian Vaksinasi Unggas. Jalan Sukarno-Hatta Palu,

Studi Penyebaran Penyakit Flu Burung Melalui Kajian Dinamis Revisi Model Endemik SIRS Dengan Pemberian Vaksinasi Unggas. Jalan Sukarno-Hatta Palu, Studi Penyebaran Penyakit Flu Burung Melalui Kajian Dinamis Revisi Model Endemik SIRS I. Murwanti 1, R. Ratianingsih 1 dan A.I. Jaya 1 1 Jurusan Matematika FMIPA Universitas Tadulako, Jalan Sukarno-Hatta

Lebih terperinci

KESTABILAN DAN BIFURKASI MODEL EPIDEMIK SEIR DENGAN LAJU KESEMBUHAN TIPE JENUH. Oleh: Khoiril Hidayati ( )

KESTABILAN DAN BIFURKASI MODEL EPIDEMIK SEIR DENGAN LAJU KESEMBUHAN TIPE JENUH. Oleh: Khoiril Hidayati ( ) KESTABILAN DAN BIFURKASI MODEL EPIDEMIK SEIR DENGAN LAJU KESEMBUHAN TIPE JENUH Oleh: Jurusan Matematika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya 2013 Latar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Semakin berkembangnya ilmu pengetahuan dan ilmu pengobatan tidak menjamin manusia akan bebas dari penyakit. Hal ini disebabkan karena penyakit dan virus juga

Lebih terperinci

PEMODELAN MATEMATIKA DAN ANALISIS STABILITAS DARI PENULARAN PENYAKIT GONORE

PEMODELAN MATEMATIKA DAN ANALISIS STABILITAS DARI PENULARAN PENYAKIT GONORE Buletin Ilmiah Mat. Stat. dan Terapannya (Bimaster) Volume 04, No. 1 (2015), hal 47-56. PEMODELAN MATEMATIKA DAN ANALISIS STABILITAS DARI PENULARAN PENYAKIT GONORE Tri Wahyuni, Bayu Prihandono, Nilamsari

Lebih terperinci

MODEL SIR UNTUK PENYEBARAN PENYAKIT FLU BURUNG

MODEL SIR UNTUK PENYEBARAN PENYAKIT FLU BURUNG MODEL SIR UNTUK PENYEBARAN PENYAKIT FLU BURUNG MANSYUR A. R.1 TOAHA S.2 KHAERUDDIN3 Jurusan Matematika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Hasanuddin Jln. Perintis Kemerdekaan Km.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Pada bab ini, akan diuraikan definisi-definisi dan teorema-teorema yang

BAB II LANDASAN TEORI. Pada bab ini, akan diuraikan definisi-definisi dan teorema-teorema yang BAB II LANDASAN TEORI Pada bab ini, akan diuraikan definisi-definisi dan teorema-teorema yang akan digunakan sebagi landasan pembahasan untuk bab III. Materi yang akan diuraikan antara lain persamaan diferensial,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Gejala awal campak berupa demam, konjungtivis, pilek batuk dan bintik-bintik

BAB I PENDAHULUAN. Gejala awal campak berupa demam, konjungtivis, pilek batuk dan bintik-bintik BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Campak merupakan penyakit menular yang banyak ditemukan didunia dan dianggap sebagai persoalan kesehatan masyarakat yang harus diselesaikan. Gejala awal campak berupa

Lebih terperinci

ANALISIS KESTABILAN MODEL SEIIT (SUSCEPTIBLE-EXPOSED-ILL-ILL WITH TREATMENT) PADA PENYAKIT DIABETES MELLITUS

ANALISIS KESTABILAN MODEL SEIIT (SUSCEPTIBLE-EXPOSED-ILL-ILL WITH TREATMENT) PADA PENYAKIT DIABETES MELLITUS Analisis Kestabilan Model... (Hesti Endah Lestari) 9 ANALISIS KESTABILAN MODEL SEIIT (SUSCEPTIBLE-EXPOSED-ILL-ILL WITH TREATMENT) PADA PENYAKIT DIABETES MELLITUS STABILITY ANALYSIS OF SEIIT MODEL (SUSCEPTIBLE-EXPOSED-ILL-ILL

Lebih terperinci

Bab 2 Tinjauan Pustaka

Bab 2 Tinjauan Pustaka Bab 2 Tinjauan Pustaka 2.1 Penelitian Terdahulu Penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya Stabilitas Global Model SEIR Pada Penyakit Mewabah. Penelitian ini membahas tentang pembentukan model Epidemis

Lebih terperinci

Oleh : HASNAN NASRUN SUBCHAN, MAHMUD YUNUS

Oleh : HASNAN NASRUN SUBCHAN, MAHMUD YUNUS Oleh : HASNAN NASRUN SUBCHAN, MAHMUD YUNUS ABSTRAK Penyakit Tuberkulosis (TB) merupakan salah satu penyakit menular tertua yang menyerang manusia. Badan kesehatan dunia (WHO) menyatakan bahwa sepertiga

Lebih terperinci

MODEL EPIDEMI SEIV PENYEBARAN PENYAKIT POLIO PADA POPULASI TAK KONSTAN

MODEL EPIDEMI SEIV PENYEBARAN PENYAKIT POLIO PADA POPULASI TAK KONSTAN UJM 5 (2) (2016) UNNES Journal of Mathematics http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/ujm MODEL EPIDEMI SEIV PENYEBARAN PENYAKIT POLIO PADA POPULASI TAK KONSTAN Yanuar Chaerul Umam, Muhammad Kharis, Supriyono

Lebih terperinci

Bab 3 MODEL DAN ANALISIS MATEMATIKA

Bab 3 MODEL DAN ANALISIS MATEMATIKA Bab 3 MODEL DAN ANALISIS MATEMATIKA Pada bab ini akan dimodelkan permasalahan penyebaran virus flu burung yang bergantung pada ruang dan waktu. Pada bab ini akan dibahas pula analisis dari model hingga

Lebih terperinci

ANALISIS MODEL SEIR (SUSCEPTIBLE, EXPOSED, INFECTIOUS, RECOVERED) UNTUK PENYEBARAN PENYAKIT TUBERKULOSIS DI KABUPATEN BOGOR

ANALISIS MODEL SEIR (SUSCEPTIBLE, EXPOSED, INFECTIOUS, RECOVERED) UNTUK PENYEBARAN PENYAKIT TUBERKULOSIS DI KABUPATEN BOGOR ANALII MODEL EIR (UCEPTIBLE, EXPOED, INFECTIOU, RECOVERED) UNTUK PENYEBARAN PENYAKIT TUBERKULOI DI KABUPATEN BOGOR, Rahayu Cipta Lestari Embay Rohaeti Ani Andriyati Program tudi Matematika Fakultas Matematika

Lebih terperinci

ANALISIS STABILITAS MODEL MATEMATIKA DARI PENYEBARAN PENYAKIT MENULAR MELALUI TRANSPORTASI ANTAR DUA KOTA

ANALISIS STABILITAS MODEL MATEMATIKA DARI PENYEBARAN PENYAKIT MENULAR MELALUI TRANSPORTASI ANTAR DUA KOTA ANALISIS STABILITAS MODEL MATEMATIKA DARI PENYEBARAN PENYAKIT MENULAR MELALUI TRANSPORTASI ANTAR DUA KOTA ANALYSIS OF STABILITY OF SPREADING DISEASE MATHEMATICAL MODEL WITH TRANSPORT-RELATED INFECTION

Lebih terperinci

ANALISIS KESTABILAN MODEL MANGSA-PEMANGSA DENGAN MANGSA YANG TERINFEKSI DI LINGKUNGAN TERCEMAR

ANALISIS KESTABILAN MODEL MANGSA-PEMANGSA DENGAN MANGSA YANG TERINFEKSI DI LINGKUNGAN TERCEMAR ANALISIS KESTABILAN MODEL MANGSA-PEMANGSA DENGAN MANGSA YANG TERINFEKSI DI LINGKUNGAN TERCEMAR Oleh: Drs. M. Setijo Winarko, M.Si Drs. I Gusti Ngurah Rai Usadha, M.Si Subchan, Ph.D Drs. Kamiran, M.Si Noveria

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penyakit menular. Salah satu contohnya adalah virus flu burung (Avian Influenza),

BAB I PENDAHULUAN. penyakit menular. Salah satu contohnya adalah virus flu burung (Avian Influenza), BAB I A. Latar Belakang PENDAHULUAN Masalah lingkungan adalah masalah dasar dalam kehidupan manusia dan menjadi tanggung jawab bersama. Banyak permasalahan lingkungan yang bermunculan terkait lingkungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Penyakit menular merupakan masalah kesehatan utama di hampir setiap negara, termasuk Indonesia. Beberapa penyakit dapat menyebar dalam populasi hingga menyebabkan

Lebih terperinci

ANALISIS KESTABILAN LOKAL MODEL DINAMIKA PENULARAN TUBERKULOSIS SATU STRAIN DENGAN TERAPI DAN EFEKTIVITAS CHEMOPROPHYLAXIS

ANALISIS KESTABILAN LOKAL MODEL DINAMIKA PENULARAN TUBERKULOSIS SATU STRAIN DENGAN TERAPI DAN EFEKTIVITAS CHEMOPROPHYLAXIS Buletin Ilmiah Mat. Stat. dan Terapannya (Bimaster) Volume 02, No. 3 (2013), hal 173 182. ANALISIS KESTABILAN LOKAL MODEL DINAMIKA PENULARAN TUBERKULOSIS SATU STRAIN DENGAN TERAPI DAN EFEKTIVITAS CHEMOPROPHYLAXIS

Lebih terperinci

III PEMODELAN. (Giesecke 1994)

III PEMODELAN. (Giesecke 1994) 4 2.2 Bilangan Reproduksi Dasar Bilangan reproduksi dasar adalah potensi penularan penyakit pada populasi rentan, merupakan rata-rata jumlah individu yang terinfeksi secara langsung oleh seorang penderita

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hama adalah organisme yang mengganggu atau merusak tanaman sehingga pertumbuhan dan perkembangannya terganggu. Secara umum, organisme tersebut adalah mikroorganisme

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Persamaan diferensial Persamaan diferensial adalah suatu persamaan yang di dalamnya terdapat turunan-turunan. Jika terdapat variabel bebas tunggal, turunannya merupakan

Lebih terperinci

ANALISIS KESTABILAN MODEL MANGSA-PEMANGSA DENGAN MANGSA YANG TERINFEKSI DI LINGKUNGAN TERCEMAR

ANALISIS KESTABILAN MODEL MANGSA-PEMANGSA DENGAN MANGSA YANG TERINFEKSI DI LINGKUNGAN TERCEMAR TUGAS AKHIR ANALISIS KESTABILAN MODEL MANGSA-PEMANGSA DENGAN MANGSA YANG TERINFEKSI DI LINGKUNGAN TERCEMAR ( S TA B I L I T Y A N A LY S I S O F A P R E D AT O R - P R E Y M O D E L W I T H I N F E C T

Lebih terperinci

Dinamik Model Epidemi SIRS dengan Laju Kematian Beragam

Dinamik Model Epidemi SIRS dengan Laju Kematian Beragam Jurnal Matematika Integratif ISSN 1412-6184 Volume 10 No 1, April 2014, hal 1-7 Dinamik Model Epidemi SIRS dengan Laju Kematian Beragam Ni matur Rohmah, Wuryansari Muharini Kusumawinahyu Jurusan Matematika,

Lebih terperinci

Dinamika dan Aplikasi dari Model Epidemologi Hepatitis C Ema Hardika S. ( )

Dinamika dan Aplikasi dari Model Epidemologi Hepatitis C Ema Hardika S. ( ) Dinamika dan Aplikasi dari Model Epidemologi Hepatitis C Ema Hardika S. (081112005) Abstrak Jurnal ini membahas tentang simulasi model SEIC pada transimi virus hepatitis C (VHC) yang dibangun oleh Suxia

Lebih terperinci

ANALISIS STABILITAS PADA PENYEBARAN PENYAKIT CAMPAK DAN DEMAM BERDARAH DENGUE DI KABUPATEN JEMBER SKRIPSI. Oleh Andy Setyawan NIM

ANALISIS STABILITAS PADA PENYEBARAN PENYAKIT CAMPAK DAN DEMAM BERDARAH DENGUE DI KABUPATEN JEMBER SKRIPSI. Oleh Andy Setyawan NIM ANALISIS STABILITAS PADA PENYEBARAN PENYAKIT CAMPAK DAN DEMAM BERDARAH DENGUE DI KABUPATEN JEMBER SKRIPSI diajukan guna melengkapi tugas akhir dan memenuhi salah satu syarat untuk menyelesaikan Program

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Salah satu jenis penyakit menular yang hingga saat ini masih perhatian banyak negara di dunia adalah penyakit demam Chikungunya. Penyakit demam chikungunya

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. dalam penulisan skripsi ini. Teori-teori yang digunakan berupa definisi-definisi serta

BAB II LANDASAN TEORI. dalam penulisan skripsi ini. Teori-teori yang digunakan berupa definisi-definisi serta BAB II LANDASAN TEORI Pada bab ini akan diuraikan beberapa teori-teori yang digunakan sebagai acuan dalam penulisan skripsi ini. Teori-teori yang digunakan berupa definisi-definisi serta teorema-teorema

Lebih terperinci

ANALISIS BIFURKASI PADA MODEL MATEMATIS PREDATOR PREY DENGAN DUA PREDATOR SKRIPSI

ANALISIS BIFURKASI PADA MODEL MATEMATIS PREDATOR PREY DENGAN DUA PREDATOR SKRIPSI ANALISIS BIFURKASI PADA MODEL MATEMATIS PREDATOR PREY DENGAN DUA PREDATOR SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

Lebih terperinci

APLIKASI METODE MATRIKS GENERASI DALAM MENENTUKAN NILAI MATEMATIKA PENYEBARAN VIRUS HIV/AIDS. 10 Makassar, kode Pos 90245

APLIKASI METODE MATRIKS GENERASI DALAM MENENTUKAN NILAI MATEMATIKA PENYEBARAN VIRUS HIV/AIDS. 10 Makassar, kode Pos 90245 APLIKASI METODE MATRIKS GENERASI DALAM MENENTUKAN NILAI MATEMATIKA PENYEBARAN VIRUS HIV/AIDS MODEL Septiangga Van Nyek Perdana Putra 1), Kasbawati 2), Syamsuddin Toaha 3) 1) Mahasiswa Jurusan Matematika,

Lebih terperinci

Bab II Teori Pendukung

Bab II Teori Pendukung Bab II Teori Pendukung II.1 Sistem Autonomous Tinjau sistem persamaan differensial berikut, = dy = f(x, y), g(x, y), (2.1) dengan asumsi f dan g adalah fungsi kontinu yang mempunyai turunan yang kontinu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kanker adalah penyakit yang memiliki karakteristik adanya gangguan mekanisme pengaturan multiplikasi pada organisme multiseluler sehingga tumbuh secara terus-menerus,

Lebih terperinci

Kesimpulan serta Masalah yang masih Terbuka

Kesimpulan serta Masalah yang masih Terbuka BAB VI Kesimpulan serta Masalah yang masih Terbuka VI.1 Kesimpulan Secara umum model yang dihasilkan dapat menunjukkan adanya endemik di suatu daerah untuk nilai parameter tertentu. Hal ini dapat dilihat

Lebih terperinci

PEMODELAN MATEMATIKA DAN ANALISIS STABILITAS DARI PENYEBARAN PENYAKIT FLU BURUNG

PEMODELAN MATEMATIKA DAN ANALISIS STABILITAS DARI PENYEBARAN PENYAKIT FLU BURUNG PEMODELAN MATEMATIKA DAN ANALISIS STABILITAS DARI PENYEBARAN PENYAKIT FLU BURUNG Dinita Rahmalia Universitas Islam Darul Ulum Lamongan, Abstrak. Di Indonesia terdapat banyak peternak unggas sebagai matapencaharian

Lebih terperinci

BIFURKASI PADA MODEL SUSCEPTIBLE INFECTED RECOVERED (SIR) DENGAN WAKTU TUNDA DAN LAJU PENULARAN BILINEAR SKRIPSI

BIFURKASI PADA MODEL SUSCEPTIBLE INFECTED RECOVERED (SIR) DENGAN WAKTU TUNDA DAN LAJU PENULARAN BILINEAR SKRIPSI BIFURKASI PADA MODEL SUSCEPTIBLE INFECTED RECOVERED (SIR) DENGAN WAKTU TUNDA DAN LAJU PENULARAN BILINEAR SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Yogyakarta

Lebih terperinci

ANALISIS MODEL MATEMATIKA PENYEBARAN KOINFEKSI MALARIA-TIFUS

ANALISIS MODEL MATEMATIKA PENYEBARAN KOINFEKSI MALARIA-TIFUS ANALISIS MODEL MATEMATIKA PENYEBARAN KOINFEKSI MALARIA-TIFUS Nur Hamidah 1), Fatmawati 2), Utami Dyah Purwati 3) 1)2)3) Departemen Matematika, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Airlangga Kampus

Lebih terperinci

DINAMIKA PERKEMBANGAN HIV/AIDS DI SULAWESI UTARA MENGGUNAKAN MODEL PERSAMAAN DIFERENSIAL NONLINEAR SIR (SUSCEPTIBLE, INFECTIOUS AND RECOVERED)

DINAMIKA PERKEMBANGAN HIV/AIDS DI SULAWESI UTARA MENGGUNAKAN MODEL PERSAMAAN DIFERENSIAL NONLINEAR SIR (SUSCEPTIBLE, INFECTIOUS AND RECOVERED) DINAMIKA PERKEMBANGAN HIV/AIDS DI SULAWESI UTARA MENGGUNAKAN MODEL PERSAMAAN DIFERENSIAL NONLINEAR SIR (SUSCEPTIBLE, INFECTIOUS AND RECOVERED) Amir Tjolleng 1), Hanny A. H. Komalig 1), Jantje D. Prang

Lebih terperinci

Kestabilan dan Bifurkasi Model Epidemik SEIR dengan Laju Kesembuhan Tipe Jenuh

Kestabilan dan Bifurkasi Model Epidemik SEIR dengan Laju Kesembuhan Tipe Jenuh Kestabilan dan Bifurkasi Model Epidemik SEIR dengan Laju Kesembuhan Tipe Jenuh Khoiril Hidayati, Setijo Winarko, I Gst Ngr Rai Usadha Jurusan Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,

Lebih terperinci

MODEL PENYEBARAN PENYAKIT POLIO DENGAN PENGARUH VAKSINASI SKRIPSI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna Memperoleh derajat Sarjana S-1

MODEL PENYEBARAN PENYAKIT POLIO DENGAN PENGARUH VAKSINASI SKRIPSI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna Memperoleh derajat Sarjana S-1 MODEL PENYEBARAN PENYAKIT POLIO DENGAN PENGARUH VAKSINASI SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna Memperoleh derajat Sarjana S-1 Program Studi Matematika Diajukan oleh Rr Laila Ma rifatun 08610039

Lebih terperinci

Analisis Kestabilan Model Veisv Penyebaran Virus Komputer Dengan Pertumbuhan Logistik

Analisis Kestabilan Model Veisv Penyebaran Virus Komputer Dengan Pertumbuhan Logistik Analisis Kestabilan Model Veisv Penyebaran Virus Komputer Dengan Pertumbuhan Logistik Mohammad soleh 1, Seri Rodia Pakpahan 2 Jurusan Matematika Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Sultan

Lebih terperinci

II MODEL MATEMATIKA PENYEBARAN PENYAKIT DBD

II MODEL MATEMATIKA PENYEBARAN PENYAKIT DBD 8 II MODEL MATEMATIKA PENYEBARAN PENYAKIT DBD 3.1 Penyebaran Virus DBD DBD adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue. Penyebaran virus demam berdarah dengue ditularkan oleh nyamuk. Nyamuk Aedes

Lebih terperinci