BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Sintesis C-3,7-dimetil-7-hidroksiheptilkaliks[4]resorsinarena

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Sintesis C-3,7-dimetil-7-hidroksiheptilkaliks[4]resorsinarena"

Transkripsi

1 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Sintesis C-3,7-dimetil-7-hidroksiheptilkaliks[4]resorsinarena Pada penelitian ini telah disintesis C-3,7-dimetil-7- hidroksiheptilkaliks[4]resorsinarena (CDHHK4R) dari 7-hidroksisitronelal dan resorsinol dalam suasana asam menggunakan radiasi gelombang mikro. Sebagai pembanding, disintesis pula CDHHK4R dengan metode pemanasan konvensional. Sintesis CDHHK4R menggunakan radiasi gelombang mikro berlangsung pada oven microwave. Rasio 7-hidroksisitronelal dan resorsinol yang digunakan adalah 1 : 1, dengan katalis asam p-toluensulfonat sebanyak 1%. Reaksi berlangsung pada daya 264 W selama 5 menit. Padatan yang diperoleh kemudian dicuci dengan aquades untuk menghilangkan asam dan direkristalisasi dengan metanol. Padatan yang dihasilkan berwarna krem sebanyak 77,56%. Pada reaksi sintesis CDHHK4R dengan metode pemanasan konvensional, 7-hidroksisitronelal dan resorsinol dengan rasio 1 : 1 direaksikan dengan katalis asam klorida pekat sebanyak 4 ml dalam 40 ml etanol. Reaksi berlangsung pada kondisi refluks pada suhu 76 C selama 20 jam. Padatan yang diperoleh kemudian dicuci dengan aquades dan direkristalisasi dengan metanol. Padatan setelah rekristalisasi berwarna oranye dengan randemen sebanyak 62,17%. 38

2 39 a Gambar 4.1 CDHHK4R sebelum rekristalisasi (a) dan CDHHK4R setelah rekrsitalisasi (b) b Monitoring reaksi menggunakan kromatografi lapis tipis (thin layer chromatography) dilakukan untuk mengetahui apakah resorsinol sudah mengalami reaksi untuk menghasilkan senyawa baru. Fasa diam yang digunakan adalah silika gel, sedangkan eluen yang digunakan sebagai fasa gerak pada pemisahan ini adalah campuran diklorometan-metanol dengan perbandingan 9 : 1. Selain produk CDHHK4R, pada pelat KLT juga ditotolkan resorsinol sebagai pembanding. Hasil proses elusidasi menggunakan pelat KLT kemudian dilihat di bawah pancaran sinar UV (Lampiran 5). Resorsinol dan CDHHK4R, keduanya terpisah menjadi satu buah noda dengan harga Rf yang berbeda, 0,9 untuk resorsinol dan 0,01 untuk CDHHK4R. Berdasarkan hasil KLT tersebut, diketahui bahwa reaksi telah menghasilkan senyawa baru dan resorsinol sudah habis bereaksi, karena tidak ditemukan noda resorsinol pada jalur elusidasi CDHHK4R. Prinsip dari penggunaan radiasi gelombang mikro pada reaksi sintesis CDHHK4R adalah memberikan energi tambahan kepada suatu sistem agar energi aktivasinya dapat terlampaui sehingga terjadi reaksi. Dalam suatu oven microwave, terdapat magnetron yang menghasilkan gelombang mikro (Hamilton, 2003). Ketika diradiasikan, gelombang ini membawa suatu energi dan medan

3 40 listrik. Dengan adanya energi dan medan listrik tersebut, molekul-molekul polar akan berotasi dan mengatur diri searah dengan medan listrik. Gerakan molekulmolekul tersebut menyebabkan terjadinya tumbukan antar molekul yang satu dengan yang lain dan menyebabkan timbulnya kalor, yang kemudian digunakan oleh molekul-molekul pereaksi yaitu resorsinol dan 7-hidroksisitronelal sebagai energi untuk bertranslasi, sehingga suatu reaksi kondensasi antara kedua pereaksi tersebut pun dapat terjadi. Kaliksarena pada umumnya tidak larut dalam air (Sardjono, 2007) dan memiliki kelarutan yang sangat rendah dalam beberapa pelarut organik (Hamilton, 2003). Begitu juga dengan produk kaliks[4]resorsinarena yang dihasilkan pada penelitian ini. Produk CDHHK4R tidak larut dalam air, n-heksan dan metilen klorida, namun larut dalam metanol, etanol, aseton, asetonitril dan etil asetat Karakterisasi C-3,7-dimetil-7-hidroksiheptilkaliks[4]resorsinarena Karakterisasi senyawa CDHHK4R yang dihasilkan dilakukan melalui uji titik leleh, analisis spektroskopi UV-Vis, IR, spektroskopi massa (MS), 1 H-NMR, 13 C-NMR dan analisis termal menggunakan TG-DTA. Uji titik leleh dilakukan dengan menggunakan melting point apparatus. Pada suhu 127 C, produk CDHHK4R mulai melepaskan pelarut yang terperangkap dalam rongga kaliks[4]resorsinarena. Peristiwa ini disebut sebagai sweating (LeFevre, 1997). Rentang titik leleh sebenarnya adalah dimulai ketika tetesan pertama terlihat dengan jelas hingga seluruh padatan CDHHK4R berubah menjadi fasa cairnya, yaitu C.

4 41 Spektrum UV-Vis CDHHK4R (Gambar 4.2) menunjukkan adanya dua puncak pada panjang gelombang 204 nm dan 285 nm. Puncak ini merupakan puncak yang khas untuk struktur aromatik dengan adanya auksokrom berupa dua buah OH pada resorsinol, yang dapat menggeser puncak serapan ke panjang gelombang yang lebih besar. Puncak serapan normal untuk benzen adalah pada panjang gelombang 204 nm dan 256 nm (Hendayana et al., 1994). 204 nm, 1,098 A Gambar 4.2 Spektrum UV-Vis CDHHK4R Dari analisis spektroskopi IR, dapat diperoleh informasi mengenai gugus fungsi CDHHK4R yang dihasilkan. Spektrum inframerah untuk CDHHK4R hasil sintesis menggunakan radiasi gelombang mikro dan 7-hidroksisitronelal ditunjukkan pada Gambar 4.3.

5 42 Gambar 4.3 Spektrum Inframerah 7-Hidroksisitronelal (merah) dan CDHHK4R (hijau) Hasil Sintesis Menggunakan Radiasi Gelombang Mikro Spektrum inframerah untuk CDHHK4R hasil sintesis menggunakan radiasi gelombang mikro menunjukkan adanya pita serapan vibrasi regang OH yang melebar dengan adanya interaksi hidrogen, pada bilangan gelombang 3413,8 cm -1. Pita serapan vibrasi regang C=C aromatik resorsinol muncul pada bilangan gelombang 1620,1 cm -1, 1504,4 cm -1 dan 1458,1 cm -1, pita serapan vibrasi regang CH 2 simetri dan asimetri berturut-turut pada 2864,1 cm -1 dan 2923,9 cm -1, pita vibrasi regang C-O dengan peak tajam muncul pada 1164,9 cm -1 serta pita serapan khas untuk vibrasi lentur gem-dimetil (dua gugus metil pada karbon yang sama) pada substituen struktur jembatan metina yang muncul pada bilangan gelombang 1371,3 cm -1. Kedua buah pita ini terkadang nampak sebagai sebuah pita tunggal dalam beberapa spektrum senyawa (Supratman, 2010). Dengan tidak ditemukan adanya pita yang disebabkan oleh modus vibrasi regang karbonil (C=O) pada daerah cm -1 dan dua buah pita regang pada cm -1 dan 2700-

6 cm -1 yang khas untuk aldehida (Supratman, 2010) dalam spektrum inframerah CDHHK4R, maka secara keseluruhan pola spektrum memiliki kesesuaian dengan struktur CDHHK4R yang diharapkan. Spektrum inframerah untuk CDHHK4R hasil sintesis dengan pemanasan konvensional ditunjukkan pada Gambar 4.4. Baik CDHHK4R hasil sintesis dengan pemanasan konvensional, maupun CDHHK4R hasil sintesis menggunakan radiasi gelombang mikro, keduanya secara garis besar memiliki spektrum dengan pola serapan yang sama. Gambar 4.4 Spektrum Inframerah CDHHK4R Hasil Sintesis Menggunakan Pemanasan Konvensional Analisis kemudian dilanjutkan dengan spektroskopi massa. Dari analisa spektroskopi massa, diperoleh puncak ion molekul [M+H] + pada m/z 1057,7 untuk CDHHK4R hasil sintesis menggunakan radiasi gelombang mikro. m/z ion molekul ini sesuai dengan massa tetramer siklik CDHHK4R yang dihasilkan dari

7 44 reaksi kondensasi antara resorsinol dan 7-hidroksisitronelal yang ditambah satu buah hidrogen. [M+Na] + [M+H] [M+K] + Gambar 4.5 Spektrum Massa CDHHK4R Hasil Sintesis Menggunakan Radiasi Gelombang Mikro Puncak pada m/z 1079,7 dan 1095,6 merupakan puncak ion molekuler dari CDHHK4R yang sesuai dengan massa molekul CDHHK4R (1056,7) ditambah massa satu buah logam natrium (massa atom = 22,9898) dan satu buah logam kalium (massa atom = 39,102) yang berasal dari NaOH dan KOH yang sengaja ditambahkan saat melakukan analisis spektroskopi massa untuk meningkatkan intensitas puncak MS. Spektrum massa untuk CDHHK4R hasil sintesis menggunakan radiasi gelombang mikro ditunjukkan pada Gambar 4.6. Gambar 4.6 Spektrum Massa CDHHK4R Hasil Sintesis Menggunakan Pemanasan Konvensional

8 45 Pelepasan molekul netral H 2 O dari fragmen [CDHHK4R+Na] + (m/z = 1079,7), ditunjukkan dengan adanya fragmen-fragmen pada m/z 1061,6; 1043,6 dan 1025,5. Pemecahan molekul CDHHK4R menjadi fragmen-fragmennya terjadi secara bertahap, didahului oleh pelepasan molekul netral berupa satu unit resorsinol (massa atom = 110) dari molekul pada m/z 1079,7 yang ditunjukkan dengan adanya fragmen pada m/z 969,6, kemudian diikuti dengan pelepasan unit alkil yang telah kehilangan dua atom hidrogennya (C 10 H 18 O, massa atom = 154) yang ditunjukkan dengan adanya fragmen pada m/z 815,5. Pemecahan molekul terus berlanjut hingga fragmen terkecilnya berupa C 26 H 42 O 4 dengan satu buah logam Na (m/z = 441,3). Pola fragmentasi yang berlangsung ditunjukkan pada Gambar 4.7.

9 ,7 925,9 1061,6 441,3 551, ,5 969,6 1043,6 797,4 551,2 687,4 951,6 1025,5 797,4 933,5 Gambar 4.7 Pola Fragmentasi pada Spektrum Massa CDHHK4R Elusidasi struktur yang dilakukan melalui analisis 1 H-NMR dalam pelarut CD 3 OD pada frekuensi 500 MHz, menghasilkan spektrum yang disajikan pada Gambar 4.8.

10 47 Gambar 4.8 Spektrum 1 H-NMR CDHHK4R Spektrum 1 H-NMR tersebut menampilkan adanya lima kelompok sinyal proton. Secara keseluruhan, pola kelompok sinyal proton tersebut konsisten dengan pola spektrum 1 H-NMR CDHHK4R. Interprestasi spektrum disajikan pada Tabel 4.1 beserta data 1 H-NMR hasil perhitungan sebagai pembanding.

11 48 HO C OH M L B E A D F H G OH K J I 4 Gambar 4.9 Monomer Tetramer Siklik CDHHK4R Tabel 4.1 Perbandingan Data 1 H-NMR CDHHK4R Hasil Perhitungan dan Penemuan Proton Data Perhitungan δ (ppm) Integrasi Multiplisitas Data Penemuan (δ ppm) A 4,05 1 triplet 4,650-4,672 (s, m, broad) B 7,00 1 s (J=0 Hz) 6,9619-6,9801 (m, overlapping) C 6,21 1 s (J=0 Hz) 6,2485-6,2589 (m, overlapping) D 1,87 2 triplet E 1,65 1 multiplet 1,3403-2,0524 F 1,25 2 multiplet (m, broad, overlapping) G 1,29 2 multiplet H 1,40 2 triplet I 1,26 3 singlet 1,1263-1,1574 J 1,26 3 singlet (m, overlapping, 6H) K 2,0 1 singlet 2,0291 (broad, overlapping) L 1,06 3 duplet 0,8033-0,9992 (m, overlapping, 3H) M 5,0 1 singlet 7,9049 (s) Reaksi sintesis kaliks[4]resorsinarena dari aldehida alifatik dengan adanya katalis asam umumnya menghasilkan campuran diastereoisomer dengan

12 49 konformasi rccc, rcct, rctt, dengan isomer rccc sebagai produk dominannya (Barret et al., 1999). Isomer rccc sendiri memiliki konformasi bentuk crown-c 4v atau boat-c 2v (Hamilton, 2003). Kedua isomer ini dapat diidentifikasi dari pola sinyal proton aromatiknya. Isomer dengan bentuk crown-c 4v akan memunculkan dua buah sinyal singlet pada daerah 6,0 8,0 ppm. Satu buah sinyal proton aromatik yang muncul di atas medan merupakan proton pada posisi orto dari OH, sedangkan sinyal yang muncul di bawah medan merupakan proton di posisi meta dari OH yang kurang terperisai (deshielding). Isomer boat-c 2v akan memunculkan empat buah sinyal singlet dengan integritas masing-masing sinyal 2H pada daerah 6,0 8,0 ppm (Beyeh et al., 2007). Spektrum 1 H-NMR CDHHK4R memperlihatkan sinyal proton yang saling berimpit di daerah 6,2 ppm dan 6,9 ppm, sehingga tidak diperoleh informasi pasti mengenai bentuk konformasi serta rasio isomer-isomer yang dihasilkan. Namun, dari sinyal proton hidroksi berupa satu buah singlet pada 7,9 ppm, dapat diperkirakan bahwa produk paling dominan adalah isomer bentuk crown-c 4v, dikarenakan isomer ini merupakan produk yang paling stabil secara termodinamik (Krause, 2006). Spektrum 13 C-NMR CDHHK4R (Gambar 4.11) memperlihatkan sinyal untuk karbon aromatik pada daerah 103,6 157,5 ppm, dengan karbon oksiaril yang muncul pada daerah sekitar 153,5 157,5 ppm. Sinyal karbon alifatik muncul pada daerah sekitar 20,0 50,0 ppm, dengan sinyal karbon alifatik yang mengikat oksigen muncul pada daerah 71,5 78,4 ppm. Tabel 4.2 menunjukkan

13 50 data 13 C-NMR CDHHK4R hasil penemuan dan hasil perhitungan menggunakan Chem Draw Ultra 8,0 sebagai pembanding. HO Cb C Ca OH M Bb Aa L B E A D F G OH H Ha J I 4 Gambar 4.10 Monomer Tetramer Siklik CDHHK4R Tabel 4.2 Perbandingan Data 13 C-NMR CDHHK4R Hasil Perhitungan dan Penemuan Proton Data Perhitungan (δ ppm) Data Penemuan (δ ppm) A 46,3 41,0 42,0 Aa Bb 123,3 118,0 120,0 B 131,1 127,7 130,0 C 103,9 102,0 109,0 Ca Cb 156,1 152,0 158,0 D 46,7 43,0 50,0 E 29,0 29,0 30,0 F 38,1 36,0 37,0 G 8,8 20,0 21,0 H 19,6 22,0 23,0 Ha 68,7 70,0 78,5 I J 30,1 31,0 33,0 L 20,4 28,0 28,9

14 51 HO Cb C Ca OH M Bb Aa L B E A D F G K OH H Ha J I 4 Gambar 4.11 Spektrum 13 C-NMR CDHHK4R Karakterisasi CDHHK4R kemudian dilanjutkan dengan analisis TG-DTA. Analisis TG-DTA berlangsung dengan laju pemanasan sebesar 10 C per menit. Dari analisis TG-DTA diperoleh informasi mengenai kestabilan termal senyawa CDHHK4R. Berdasarkan kurva TG-DTA yang ditunjukkan pada Gambar 4.12, dapat diketahui bahwa senyawa CDHHK4R yang dihasilkan tidak stabil pada suhu yang relatif tinggi yang ditunjukkan dengan terjadinya proses dekomposisi ketika suhu mencapai 150 C.

15 52 r 4.12 Kurva TG-DTA CDHHK4R Gamba 4.3. Optimasi Kondisi Reaksi Sintesis CDHHK4R Menggunakan Radiasi Gelombang Mikro Waktu optimal reaksi sintesis CDHHK4R diperoleh dengan melakukan reaksi pada berbagai variasi waktu reaksi, yaitu 3, 4, 5, 6 dan 7 menit. Persentase hasil CDHHK4R yang diperoleh dari optimasi dengan variasi waktu reaksi menggunakan microwave pada daya 264 Watt dengan rasio mol resorsinol dan 7-

16 53 hidroksisitronelal 1 : 1 dan katalis asam p-toluensulfonat 1% disajikan pada Tabel 4.3. Tabel 4.3 Persentase Hasil Sintesis CDHHK4R dengan Variasi Waktu Reaksi No. Waktu Reaksi (menit) Persentase Hasil CDHHK4R sebelum Rekristalisasi (%) Persentase Hasil CDHHK4R setelah Rekristalisasi (%) ,78 56, ,77 62, ,02 77, ,77 72, ,47 66,65 Tabel 4.3 menunjukkan bahwa reaksi optimal untuk sintesis CDHHK4R dengan microwave pada daya 264 Watt, berlangsung pada waktu reaksi selama 5 menit dengan persentase CDHHK4R yang telah direkristalisasi sebanyak 77,56%. Penambahan waktu reaksi berarti meningkatkan waktu untuk molekul pereaksi berinteraksi dengan medan listrik gelombang mikro, sehingga jumlah tumbukan efektif antar molekul pereaksi pun semakin meningkat, yang akhirnya berdampak pada peningkatan jumlah CDHHK4R yang terbentuk. Namun, reaksi sintesis CDHHK4R yang berlangsung lebih lama dari waktu optimalnya terbukti dapat menurunkan jumlah CDHHK4R yang terbentuk. Hal tersebut dapat terjadi karena penambahan waktu reaksi dapat mengakibatkan terjadinya reaksi-reaksi lain yang tidak diharapkan (produk samping meningkat), sehingga persentase CDHHK4R berkurang. Grafik persentase hasil sintesis CDHHK4R (setelah rekristalisasi) pada variasi waktu reaksi disajikan pada Gambar 4.13.

17 54 Gambar 4.13 Grafik Persentase Hasil Sintesis CDHHK4R dengan Variasi Waktu Reaksi Waktu reaksi yang menghasilkan CDHHK4R dengan persentase yang paling besar kemudian digunakan sebagai waktu reaksi optimal pada variasi daya oven microwave. Daya yang digunakan di antaranya adalah 100, 182, 264, 332 dan 400 Watt. Hasilnya ditunjukkan pada Tabel 4.4. Tabel 4.4 Persentase Hasil Sintesis CDHHK4R dengan Variasi Daya Oven Microwave No. Daya Oven Microwave (Watt) Persentase Hasil CDHHK4R sebelum Rekristalisasi (%) Persentase Hasil CDHHK4R setelah Rekristalisasi (%) ,45 70, ,39 74, ,02 77, ,42 69, ,46 64,76

18 55 Reaksi sintesis yang berlangsung pada daya 100 Watt telah menghasilkan padatan CDHHK4R sebanyak 70,18%. Hal ini menandakan bahwa energi aktivasi pembentukan CDHHK4R telah terlampaui pada daya 100 Watt, namun belum optimal yang ditandai dengan adanya peningkatan daya oven microwave di atas 100 Watt yang diikuti dengan peningkatan persentase CDHHK4R yang dihasilkan. Semakin banyak intensitas gelombang mikro yang diradiasikan, maka semakin banyak energi yang digunakan oleh molekul-molekul pereaksi untuk bertumbukan efektif satu sama lain, sehingga produk CDHHK4R yang dihasilkan pun semakin banyak. Namun, peningkatan daya oven microwave setelah daya optimalnya terlampaui dapat menurunkan persentase CDHHK4R yang terbentuk, seperti yang ditunjukkan pada Gambar Adanya intensitas radiasi gelombang mikro yang berlebih berakibat pada gerakan molekul yang semakin acak yang dapat mengurangi kesempatan bagi molekul untuk bertumbukan efektif satu sama lain. Gambar 4.14 Grafik Persentase Hasil Sintesis CDHHK4R dengan Variasi Daya Oven Microwave

19 Perbandingan antara Sintesis CDHHK4R Menggunakan Radiasi Gelombang Mikro dengan Pemanasan Konvensional (Refluks) Penggunaan energi gelombang mikro pada sintesis CDHHK4R terbukti dapat mereduksi waktu reaksi dari 20 jam hingga hanya beberapa menit (3-7 menit). Hal ini dikarenakan adanya gabungan efek termal dan non-termal dari pemanasan dengan menggunakan microwave. Efek termal yang dimaksud adalah suatu peristiwa ketika molekul-molekul bertumbukan satu sama lain kemudian menghasilkan kalor. Etanol digunakan sebagai pelarut, dikarenakan kemampuannya melarutkan semua pereaksi yang digunakan pada sintess CDHHK4R dan nilai konstanta dielektriknya yang relatif besar menandakan bahwa kemampuan molekul-molekul etanol dalam menyerap gelombang mikro cukup tinggi. Nilai loss tangent etanol yang tinggi menandakan bahwa kemampuan molekul-molekul etanol untuk mengubah energi gelombang mikro menjadi energi kalor sangatlah baik (Gabriel et al., 1998). Singkatnya waktu reaksi menyebabkan jumlah pelarut yang digunakan, energi yang dibutuhkan dan jumlah polutan yang dihasilkan semakin minimal. Selain itu, penyerapan energi oleh sampel dapat terjadi secara langsung tanpa adanya penyerapan energi oleh wadah. Hal ini disebabkan proses transfer energi berlangsung secara radiasi, bukan konveksi atau konduksi seperti yang berlangsung pada pemanasan konvensional. Dekomposisi terhadap produk yang diakibatkan oleh lamanya waktu reaksi juga dapat diminimalkan dengan menggunakan radiasi gelombang mikro (Mingos, 2001).

20 57 Martinez-Palou (2007) dalam artikelnya menyebutkan bahwa metode sintesis organik menggunakan radiasi gelombang mikro merupakan suatu metode yang bersifat green. Hal ini didasarkan pada kemampuannya dalam mempercepat waktu reaksi, mengurangi jumlah pelarut dan jumlah energi yang digunakan serta jumlah polutan/limbah yang dihasilkan. Beberapa parameter seperti akseptabilitas lingkungan, ekonomi atom, efisiensi atom, efisiensi massa dan efisiensi energi listrik dapat dijadikan sebagai tolak ukur untuk menentukan tingkat greener suatu metode. Perbandingan nilai parameter tersebut untuk sintesis CDHHK4R menggunakan radiasi gelombang mikro versus pemanasan konvensional disajikan pada Tabel 4.5. Tabel 4.5 Parameter Green untuk Sintesis CDHHK4R Menggunakan Radiasi Gelombang Mikro dan Pemanasan Konvensional Parameter Waktu Reaksi (menit) Hasil (%) Akseptabilitas lingkungan Radiasi Gelombang Mikro 5 77,56 4,28 Pemanasan Konvensional ,17 44,81 Ekonomi atom (%) 92,71 7,09 Efisiensi atom (%) 71,91 4,41 Efisiensi massa (%) 71,93 16,25 Efisiensi energi listrik (%) 2,6 x ,8 x 10-6 Tabel 4.5 menunjukkan bahwa dalam waktu yang jauh lebih singkat, CDHHK4R yang terbentuk pun relatif lebih banyak jika reaksi sintesis yang dilakukan menggunakan radiasi gelombang mikro. Walaupun demikian, jumlah limbah yang dihasilkan dari metode pemanasan ini jauh lebih sedikit dibandingkan dengan reaksi sintesis CDHHK4R dengan pemanasan

21 58 konvensional. Hal ini dapat dilihat dari nilai akseptabilitas lingkungan untuk sintesis CDHHK4R menggunakan radiasi gelombang mikro hanya 1/10 kali nilai akseptabilitas lingkungan untuk sintesis menggunakan pemanasan konvensional. Tingginya persentase ekonomi atom, efisiensi atom dan efisiensi massa dari reaksi sintesis menggunakan radiasi gelombang mikro menandakan bahwa metode ini sangat baik untuk reaksi penggabungan molekul-molekul 7- hidroksisitronelal dan resorsinol membentuk suatu CDHHK4R. Selain unggul dalam mereduksi sisi waktu, hasil dan jumlah limbah yang dihasilkan, sintesis dengan menggunakan radiasi gelombang mikro juga lebih efisien pada tingkat konsumsi energi listrik. Hal ini dapat disimpulkan dari nilai efisiensi energi listriknya yang lebih tinggi sekitar 144 kali dari efisiensi energi listrik untuk sintesis menggunakan pemanasan konvensional.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Alat yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu untuk sintesis di antaranya

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Alat yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu untuk sintesis di antaranya BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Alat dan Bahan 3.1.1 Alat Alat yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu untuk sintesis di antaranya adalah gelas kimia 100 ml (Pyrex), corong Buchner (Berlin), Erlenmeyer

Lebih terperinci

4 Pembahasan. 4.1 Sintesis Resasetofenon

4 Pembahasan. 4.1 Sintesis Resasetofenon 4 Pembahasan 4.1 Sintesis Resasetofenon O HO H 3 C HO ZnCl 2 CH 3 O Gambar 4. 1 Sintesis resasetofenon Pada sintesis resasetofenon dilakukan pengeringan katalis ZnCl 2 terlebih dahulu. Katalis ZnCl 2 merupakan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Isolasi sinamaldehida dari minyak kayu manis. Minyak kayu manis yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Isolasi sinamaldehida dari minyak kayu manis. Minyak kayu manis yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari 37 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Isolasi sinamaldehida dari minyak kayu manis Minyak kayu manis yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari hasil penyulingan atau destilasi dari tanaman Cinnamomum

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tumbuhan yang akan diteliti dideterminasi di Jurusan Pendidikan Biologi

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tumbuhan yang akan diteliti dideterminasi di Jurusan Pendidikan Biologi BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Determinasi Tumbuhan Tumbuhan yang akan diteliti dideterminasi di Jurusan Pendidikan Biologi FPMIPA UPI Bandung untuk mengetahui dan memastikan famili dan spesies tumbuhan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil 4.1.1. Uji fitokimia daun tumbulian Tabernaenwntana sphaerocarpa Bl Berdasarkan hasil uji fitokimia, tumbuhan Tabemaemontana sphaerocarpa Bl mengandung senyawa dari

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Monggupo Kecamatan Atinggola Kabupaten Gorontalo Utara Provinsi Gorontalo,

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Monggupo Kecamatan Atinggola Kabupaten Gorontalo Utara Provinsi Gorontalo, BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Penyiapan Sampel Sampel daging buah sirsak (Anonna Muricata Linn) yang diambil didesa Monggupo Kecamatan Atinggola Kabupaten Gorontalo Utara Provinsi Gorontalo, terlebih

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN Pemeriksaan karakteristik dilakukan untuk mengetahui kebenaran identitas zat yang digunakan. Dari hasil pengujian, diperoleh karakteristik zat seperti yang tercantum

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL PERCBAAN DAN PEMBAHASAN Penelitian ini bertujuan untuk membuat, mengisolasi dan mengkarakterisasi derivat akrilamida. Penelitian diawali dengan mereaksikan akrilamida dengan anilin sulfat.

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Alat-alat 1. Alat Destilasi 2. Batang Pengaduk 3. Beaker Glass Pyrex 4. Botol Vial 5. Chamber 6. Corong Kaca 7. Corong Pisah 500 ml Pyrex 8. Ekstraktor 5000 ml Schoot/ Duran

Lebih terperinci

Bab IV Hasil dan Pembahasan

Bab IV Hasil dan Pembahasan Bab IV Hasil dan Pembahasan 4.1 Tahap Sintesis Biodiesel Pada tahap sintesis biodiesel, telah dibuat biodiesel dari minyak sawit, melalui reaksi transesterifikasi. Jenis alkohol yang digunakan adalah metanol,

Lebih terperinci

san dengan tersebut (a) (b) (b) dalam metanol + NaOH

san dengan tersebut (a) (b) (b) dalam metanol + NaOH 4 Hasil dan Pembaha san Pada penelitian mengenai kandungan metabolitt sekunder dari kulit batang Intsia bijuga telah berhasil diisolasi tiga buah senyawaa turunan flavonoid yaitu aromadendrin (26), luteolin

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Dari 100 kg sampel kulit kacang tanah yang dimaserasi dengan 420 L

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Dari 100 kg sampel kulit kacang tanah yang dimaserasi dengan 420 L IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Dari penelitian yang telah dilakukan, maka diperoleh hasil sebagai berikut: 1. Dari 100 kg sampel kulit kacang tanah yang dimaserasi dengan 420 L etanol, diperoleh ekstrak

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil 4.1.1. Hasil pemisahan ekstrak n-heksana dengan kromatografi kolom Tujuh gram ekstrak n-heksana dipisahkan dengan kromatografi kolom, diperoleh 16 fi-aksi. Hasil

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Dari penelitian ini telah berhasil diisolasi senyawa flavonoid murni dari kayu akar

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Dari penelitian ini telah berhasil diisolasi senyawa flavonoid murni dari kayu akar IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Isolasi Senyawa Fenolik Dari penelitian ini telah berhasil diisolasi senyawa flavonoid murni dari kayu akar tumbuhan kenangkan yang diperoleh dari Desa Keputran Sukoharjo Kabupaten

Lebih terperinci

Senyawa 1 C7H8O2 Spektrum IR senyawa C7H8O2. Spektrum 13 C NMR senyawa C7H8O2

Senyawa 1 C7H8O2 Spektrum IR senyawa C7H8O2. Spektrum 13 C NMR senyawa C7H8O2 Senyawa 1 C7H8O2 Spektrum IR senyawa C7H8O2 Spektrum 1 H NMR senyawa C7H8O2 Spektrum 13 C NMR senyawa C7H8O2 Jawaban : Harga DBE = ½ (2C + 2 - H - X + N) = ½ (2.7 + 2-8 - 0 + 0) = ½ (16-8) = 4 Data spektrum

Lebih terperinci

ADLN-Perpustakaan Universitas Airlangga BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Skrining Alkaloid dari Tumbuhan Alstonia scholaris

ADLN-Perpustakaan Universitas Airlangga BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Skrining Alkaloid dari Tumbuhan Alstonia scholaris BAB IV ASIL DAN PEMBAASAN 4.1. Skrining Alkaloid dari Tumbuhan Alstonia scholaris Serbuk daun (10 g) diekstraksi dengan amonia pekat selama 2 jam pada suhu kamar kemudian dipartisi dengan diklorometan.

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kadar air = Ekstraksi

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kadar air = Ekstraksi 2 dikeringkan pada suhu 105 C. Setelah 6 jam, sampel diambil dan didinginkan dalam eksikator, lalu ditimbang. Hal ini dilakukan beberapa kali sampai diperoleh bobot yang konstan (b). Kadar air sampel ditentukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Permasalahan lingkungan adalah topik serius untuk ditindaklanjuti karena

BAB I PENDAHULUAN. Permasalahan lingkungan adalah topik serius untuk ditindaklanjuti karena BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan lingkungan adalah topik serius untuk ditindaklanjuti karena dampaknya yang cukup parah menimbulkan berbagai permasalahan lainnya yang mengancam kehidupan

Lebih terperinci

Bab IV Hasil dan Pembahasan. IV.2.1 Proses transesterifikasi minyak jarak (minyak kastor)

Bab IV Hasil dan Pembahasan. IV.2.1 Proses transesterifikasi minyak jarak (minyak kastor) 23 Bab IV Hasil dan Pembahasan IV.1 Penyiapan Sampel Kualitas minyak kastor yang digunakan sangat mempengaruhi pelaksanaan reaksi transesterifikasi. Parameter kualitas minyak kastor yang dapat menjadi

Lebih terperinci

Bab IV Hasil dan Pembahasan

Bab IV Hasil dan Pembahasan Bab IV Hasil dan Pembahasan IV.1 Uji pendahuluan Uji pendahuluan terhadap daun Artocarpus champeden secara kualitatif dilakukan dengan teknik kromatografi lapis tipis dengan menggunakan beberapa variasi

Lebih terperinci

SINTESIS (E)-3-(4-HIDROKSIFENIL)-1-(NAFTALEN-1-IL)PROP-2-EN-1-ON DARI ASETILNAFTALEN DAN 4-HIDROKSIBENZALDEHID. R. E. Putri 1, A.

SINTESIS (E)-3-(4-HIDROKSIFENIL)-1-(NAFTALEN-1-IL)PROP-2-EN-1-ON DARI ASETILNAFTALEN DAN 4-HIDROKSIBENZALDEHID. R. E. Putri 1, A. SINTESIS (E)-3-(4-HIDROKSIFENIL)-1-(NAFTALEN-1-IL)PROP-2-EN-1-ON DARI ASETILNAFTALEN DAN 4-HIDROKSIBENZALDEHID R. E. Putri 1, A. Zamri 2, Jasril 2 1 Mahasiswa Program S1 Kimia FMIPA-UR 2 Bidang Kimia Organik

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN IV.1 Artonin E (36)

BAB IV PEMBAHASAN IV.1 Artonin E (36) BAB IV PEMBAHASAN IV.1 Artonin E (36) Artonin E (36) diperoleh berupa padatan yang berwarna kuning dengan titik leleh 242-245 o C. Artonin E (36) merupakan komponen utama senyawa metabolit sekunder yang

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Sintesis 1-(2,5-dihidroksifenil)-(3-piridin-2-il) propenon

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Sintesis 1-(2,5-dihidroksifenil)-(3-piridin-2-il) propenon BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Sintesis -(,5-dihidroksifenil)-(-piridin--il) propenon Senyawa -(,5-dihidroksifenil)-(-piridin--il) propenon disintesis dengan cara mencampurkan senyawa,5-dihidroksiasetofenon,

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV.l. Hasil IV.Ll. Hasil Sintesis No Nama Senyawa 1. 2'-hidroksi calkon 0 Rendemen (%) Titik Leleh Rf Spektrum 43 86-87 0,44 (eterheksana Spektrum UV A^fjnm (A): 314,4; 221,8;

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan sejak bulan Februari sampai dengan bulan Juni

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan sejak bulan Februari sampai dengan bulan Juni BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan sejak bulan Februari sampai dengan bulan Juni 2010 di Laboratorium Riset Kimia Makanan dan Material, Laboratorium Kimia

Lebih terperinci

Penentuan struktur senyawa organik

Penentuan struktur senyawa organik Penentuan struktur senyawa organik Tujuan Umum: memahami metoda penentuan struktur senyawa organik moderen, yaitu dengan metoda spektroskopi Tujuan Umum: mampu membaca dan menginterpretasikan data spektrum

Lebih terperinci

Bab IV Hasil dan Pembahasan

Bab IV Hasil dan Pembahasan Bab IV Hasil dan Pembahasan 4.1 Sintesis Poliuretan Pada penelitian ini telah dilakukan sintesis poliuretan dengan menggunakan monomer diisosianat yang berasal dari toluena diisosianat (TDI) dan monomer

Lebih terperinci

4. Hasil dan Pembahasan

4. Hasil dan Pembahasan 4. Hasil dan Pembahasan 4.1 Metoda Sintesis Membran Kitosan Sulfat Secara Konvensional dan dengan Gelombang Mikro (Microwave) Penelitian sebelumnya mengenai sintesis organik [13] menunjukkan bahwa jalur

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil 4.1.1. Pemisahan dengan VLC Hasil pemisahaan dengan VLC menggimakan eluen heksan 100% sampai diklorometan : metanol (50 : 50) didiperoleh 11 fraksi. Pengujian KLT

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Persiapan dan Ekstraksi Sampel Uji Aktivitas dan Pemilihan Ekstrak Terbaik Buah Andaliman

HASIL DAN PEMBAHASAN Persiapan dan Ekstraksi Sampel Uji Aktivitas dan Pemilihan Ekstrak Terbaik Buah Andaliman 17 HASIL DAN PEMBAHASAN Persiapan dan Ekstraksi Sampel Sebanyak 5 kg buah segar tanaman andaliman asal Medan diperoleh dari Pasar Senen, Jakarta. Hasil identifikasi yang dilakukan oleh Pusat Penelitian

Lebih terperinci

4. Hasil dan Pembahasan

4. Hasil dan Pembahasan 4. Hasil dan Pembahasan 4.1 Pembuatan Asap Cair Asap cair dari kecubung dibuat dengan teknik pirolisis, yaitu dekomposisi secara kimia bahan organik melalui proses pemanasan tanpa atau sedikit oksigen

Lebih terperinci

Bab IV Pembahasan. Gambar IV 1 alat pirolisator sederhana

Bab IV Pembahasan. Gambar IV 1 alat pirolisator sederhana Bab IV Pembahasan IV.1 Rancangan alat Asap cair dari tempurung kelapa dibuat dengan teknik pirolisis, yaitu dekomposisi secara kimia bahan organik melalui proses pemanasan tanpa atau sedikit oksigen atau

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Penetapan Kadar Air Hasil Ekstraksi Daun dan Buah Takokak

HASIL DAN PEMBAHASAN Penetapan Kadar Air Hasil Ekstraksi Daun dan Buah Takokak 15 HASIL DAN PEMBAHASAN Penetapan Kadar Air Penentuan kadar air berguna untuk mengidentifikasi kandungan air pada sampel sebagai persen bahan keringnya. Selain itu penentuan kadar air berfungsi untuk mengetahui

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pada penelitian ini telah disintesis tiga cairan ionik

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pada penelitian ini telah disintesis tiga cairan ionik BAB IV HASIL DA PEMBAHASA Pada penelitian ini telah disintesis tiga cairan ionik berbasis garam benzotriazolium yaitu 1,3-metil oktadesil-1,2,3-benzotriazolium bromida 1, 1,3- metil heksadesil-1,2,3-benzotriazolium

Lebih terperinci

Bab III Metodologi Penelitian

Bab III Metodologi Penelitian Bab III Metodologi Penelitian III.1 Pengumpulan dan Persiapan Sampel Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun Artocarpus champeden Spreng yang diperoleh dari Kp.Sawah, Depok, Jawa Barat,

Lebih terperinci

Bab IV Hasil dan Pembahasan

Bab IV Hasil dan Pembahasan Bab IV Hasil dan Pembahasan IV.1 Mensintesis Senyawa rganotimah Sebanyak 50 mmol atau 2 ekivalen senyawa maltol, C 6 H 6 3 (Mr=126) ditambahkan dalam 50 mmol atau 2 ekivalen larutan natrium hidroksida,

Lebih terperinci

HASIL. Tabel 1 Rendemen sintesis resasetofenon metode Cooper et al. (1955) Sintesis 1,3-Diketon

HASIL. Tabel 1 Rendemen sintesis resasetofenon metode Cooper et al. (1955) Sintesis 1,3-Diketon 3 Sintesis 1,3-Diketon Kira-kira 1 mmol dibenzoil resasetofenon dilarutkan dengan 4 ml piridina lalu dipanaskan hingga mencapai suhu 50 C. Sementara itu, sekitar 3 mmol KOH 85% digerus dalam mortar yang

Lebih terperinci

Kondensasi Benzoin Benzaldehid: Rute Menujuu Sintesis Obat Antiepileptik Dilantin

Kondensasi Benzoin Benzaldehid: Rute Menujuu Sintesis Obat Antiepileptik Dilantin Laporan Praktikum Senyawa Organik Polifungsi KI2251 1 Kondensasi Benzoin Benzaldehid: Rute Menujuu Sintesis Obat Antiepileptik Dilantin Antika Anggraeni Kelas 01; Subkelas I; Kelompok C; Nurrahmi Handayani

Lebih terperinci

4 Pembahasan Degumming

4 Pembahasan Degumming 4 Pembahasan Proses pengolahan biodiesel dari biji nyamplung hampir sama dengan pengolahan biodiesel dari minyak sawit, jarak pagar, dan jarak kepyar. Tetapi karena biji nyamplung mengandung zat ekstraktif

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN. Hasil pemeriksaan ciri makroskopik rambut jagung adalah seperti yang terdapat pada Gambar 4.1.

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN. Hasil pemeriksaan ciri makroskopik rambut jagung adalah seperti yang terdapat pada Gambar 4.1. BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN Pada awal penelitian dilakukan determinasi tanaman yang bertujuan untuk mengetahui kebenaran identitas botani dari tanaman yang digunakan. Hasil determinasi menyatakan

Lebih terperinci

Noda tidak naik Minyak 35 - Noda tidak naik Minyak 39 - Noda tidak naik Minyak 43

Noda tidak naik Minyak 35 - Noda tidak naik Minyak 39 - Noda tidak naik Minyak 43 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil 4.1.1. Hasil uji pendahuluan Setelah dilakukan uji kandungan kimia, diperoleh hasil bahwa tumbuhan Tabemaemontana sphaerocarpa positif mengandung senyawa alkaloid,

Lebih terperinci

Bab IV Hasil dan Pembahasan

Bab IV Hasil dan Pembahasan 19 Bab IV Hasil dan Pembahasan 4.1 Sintesis Biodiesel Minyak jelantah semula bewarna coklat pekat, berbau amis dan bercampur dengan partikel sisa penggorengan. Sebanyak empat liter minyak jelantah mula-mula

Lebih terperinci

4 PEMBAHASAN. (-)-epikatekin (5, 7, 3, 4 -tetrahidroksiflavan-3-ol) (73). Penentuan struktur senyawa tersebut

4 PEMBAHASAN. (-)-epikatekin (5, 7, 3, 4 -tetrahidroksiflavan-3-ol) (73). Penentuan struktur senyawa tersebut 4 PEMBAHASAN Penelitian yang telah dilakukan terhadap fraksi non-alkaloid kulit batang Litsea javanica, berhasil mengisolasi 4 senyawa, satu diantaranya adalah senyawa murni yaitu (-)-epikatekin (5, 7,

Lebih terperinci

SINTESIS SENYAWA METOKSIFLAVON MELALUI SIKLISASI OKSIDATIF HIDROKSIMETOKSIKALKON

SINTESIS SENYAWA METOKSIFLAVON MELALUI SIKLISASI OKSIDATIF HIDROKSIMETOKSIKALKON SEMINAR NASIONAL KIMIA DAN PENDIDIKAN KIMIA V Kontribusi Kimia dan Pendidikan Kimia dalam Pembangunan Bangsa yang Berkarakter Program Studi Pendidikan Kimia Jurusan PMIPA FKIP UNS Surakarta, 6 April 2013

Lebih terperinci

4. Hasil dan Pembahasan

4. Hasil dan Pembahasan 4. Hasil dan Pembahasan 4.1 Analisis Sintesis PS dan Kopolimer PS-PHB Sintesis polistiren dan kopolimernya dengan polihidroksibutirat pada berbagai komposisi dilakukan dengan teknik polimerisasi radikal

Lebih terperinci

4 Hasil dan Pembahasan

4 Hasil dan Pembahasan 4 Hasil dan Pembahasan 4.1 Sintesis Distanoksan Sintesis distanoksan dilakukan dengan mencampurkan dibutiltimah(ii)oksida dan dibutiltimah(ii)klorida (Gambar 3.2). Sebelum dilakukan rekristalisasi, persen

Lebih terperinci

PEMBAHASAN. mengoksidasi lignin sehingga dapat larut dalam sistem berair. Ampas tebu dengan berbagai perlakuan disajikan pada Gambar 1.

PEMBAHASAN. mengoksidasi lignin sehingga dapat larut dalam sistem berair. Ampas tebu dengan berbagai perlakuan disajikan pada Gambar 1. PEMBAHASAN Pengaruh Pencucian, Delignifikasi, dan Aktivasi Ampas tebu mengandung tiga senyawa kimia utama, yaitu selulosa, lignin, dan hemiselulosa. Menurut Samsuri et al. (2007), ampas tebu mengandung

Lebih terperinci

KIMIA ANALISIS ORGANIK (2 SKS)

KIMIA ANALISIS ORGANIK (2 SKS) KIMIA ANALISIS ORGANIK (2 SKS) 1.PENDAHULUAN 2.KONSEP DASAR SPEKTROSKOPI 3.SPEKTROSKOPI UV-VIS 4.SPEKTROSKOPI IR 5.SPEKTROSKOPI 1 H-NMR 6.SPEKTROSKOPI 13 C-NMR 7.SPEKTROSKOPI MS 8.ELUSIDASI STRUKTUR Teknik

Lebih terperinci

SPEKTROSKOPI INFRA RED & SERAPAN ATOM

SPEKTROSKOPI INFRA RED & SERAPAN ATOM SPEKTROSKOPI INFRA RED & SERAPAN ATOM SPEKTROSKOPI INFRA RED Daerah radiasi IR: 1. IR dekat: 0,78 2,5 µm 2. IR tengah: 2,5 50 µm 3. IR jauh: 50 1000 µm Daerah radiasi spektroskopi IR: 0,78 1000 µm Penggunaan

Lebih terperinci

4. Hasil dan Pembahasan

4. Hasil dan Pembahasan 4. Hasil dan Pembahasan 4.1 Isolasi Kitin dan Kitosan Isolasi kitin dan kitosan yang dilakukan pada penelitian ini mengikuti metode isolasi kitin dan kitosan dari kulit udang yaitu meliputi tahap deproteinasi,

Lebih terperinci

4 Hasil dan pembahasan

4 Hasil dan pembahasan 4 Hasil dan pembahasan 4.1 Sintesis dan Pemurnian Polistiren Pada percobaan ini, polistiren dihasilkan dari polimerisasi adisi melalui reaksi radikal dengan inisiator benzoil peroksida (BPO). Sintesis

Lebih terperinci

4001 Transesterifikasi minyak jarak menjadi metil risinoleat

4001 Transesterifikasi minyak jarak menjadi metil risinoleat 4001 Transesterifikasi minyak jarak menjadi metil risinoleat castor oil + MeH Na-methylate H Me CH 4 (32.0) C 19 H 36 3 (312.5) Klasifikasi Tipe reaksi dan penggolongan bahan Reaksi pada gugus karbonil

Lebih terperinci

4 Pembahasan Artokarpin (35)

4 Pembahasan Artokarpin (35) 4 Pembahasan Pada penelitian yang dilakukan terhadap kayu akar tumbuhan Kelewih (A. communis) telah berhasil diisolasi dua senyawa turunan flavonoid, yaitu artokarpin (35), dan kudraflavon C (77). Kedua

Lebih terperinci

PATEN NASIONAL Nomor Permohonan Paten :P Warsi dkk Tanggal Permohonan Paten:19 November 2013

PATEN NASIONAL Nomor Permohonan Paten :P Warsi dkk Tanggal Permohonan Paten:19 November 2013 1 PATEN NASIONAL Nomor Permohonan Paten :P00147 Warsi dkk Tanggal Permohonan Paten:19 November 13 2, bis(4 HIDROKSI KLORO 3 METOKSI BENZILIDIN)SIKLOPENTANON DAN 2, bis(4 HIDROKSI 3 KLOROBENZILIDIN)SIKLOPENTANON

Lebih terperinci

4 Hasil dan Pembahasan

4 Hasil dan Pembahasan 4 Hasil dan Pembahasan Pada penelitian ini tiga metabolit sekunder telah berhasil diisolasi dari kulit akar A. rotunda (Hout) Panzer. Ketiga senyawa tersebut diidentifikasi sebagai artoindonesianin L (35),

Lebih terperinci

ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA LAMPIRAN

ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA LAMPIRAN LAMPIRAN LAMPIRAN 1 Contoh Perhitungan A. Penimbangan Bahan 1. Asetofenon 5 mmol ( BM = 120,15 ; BJ = 1,028 g/cm 3 ) 0,005 mol = g = 0,60 gram Volume = = 0,58 ml 0,6 ml 2. Benzaldehida 6 mmol ( BM = 106,12;

Lebih terperinci

4 Hasil dan Pembahasan

4 Hasil dan Pembahasan 4 Hasil dan Pembahasan 4.1 Sintesis Surfaktan Gemini 12-2-12 Sintesis surfaktan gemini dilakukan dengan metode konvensional, yaitu dengan metode termal. Reaksi yang terjadi adalah reaksi substitusi bimolekular

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Sampel Akar tumbuhan akar wangi sebanyak 3 kg yang dibeli dari pasar

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Sampel Akar tumbuhan akar wangi sebanyak 3 kg yang dibeli dari pasar IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Persiapan Sampel Sampel Akar tumbuhan akar wangi sebanyak 3 kg yang dibeli dari pasar Bringharjo Yogyakarta, dibersihkan dan dikeringkan untuk menghilangkan kandungan air yang

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 13 HASIL DAN PEMBAHASAN Sampel Temulawak Terpilih Pada penelitian ini sampel yang digunakan terdiri atas empat jenis sampel, yang dibedakan berdasarkan lokasi tanam dan nomor harapan. Lokasi tanam terdiri

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil preparasi bahan baku larutan MgO, larutan NH 4 H 2 PO 4, dan larutan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil preparasi bahan baku larutan MgO, larutan NH 4 H 2 PO 4, dan larutan BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Preparasi 4.1.1 Sol Hasil preparasi bahan baku larutan MgO, larutan NH 4 H 2 PO 4, dan larutan ZrOCl 2. 8H 2 O dengan perbandingan mol 1:4:6 (Ikeda, et al. 1986) dicampurkan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Dalam penelitian ini digunakan TiO2 yang berderajat teknis sebagai katalis.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Dalam penelitian ini digunakan TiO2 yang berderajat teknis sebagai katalis. 33 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Karakterisasi TiO2 Dalam penelitian ini digunakan TiO2 yang berderajat teknis sebagai katalis. TiO2 dapat ditemukan sebagai rutile dan anatase yang mempunyai fotoreaktivitas

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN BAB 4 ASIL PECBAAN DAN PEMBAASAN Transesterifikasi, suatu reaksi kesetimbangan, sehingga hasil reaksi dapat ditingkatkan dengan menghilangkan salah satu produk yang terbentuk. Penggunaan metil laurat dalam

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Pemeriksaan kandungan kimia kulit batang asam kandis ( Garcinia cowa. steroid, saponin, dan fenolik.(lampiran 1, Hal.

HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Pemeriksaan kandungan kimia kulit batang asam kandis ( Garcinia cowa. steroid, saponin, dan fenolik.(lampiran 1, Hal. IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil 1. Pemeriksaan kandungan kimia kulit batang asam kandis ( Garcinia cowa Roxb.) menunjukkan adanya golongan senyawa flavonoid, terpenoid, steroid, saponin, dan fenolik.(lampiran

Lebih terperinci

Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan. IV.1 Sintesis dan karaktrisasi garam rangkap CaCu(CH 3 COO) 4.6H 2 O

Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan. IV.1 Sintesis dan karaktrisasi garam rangkap CaCu(CH 3 COO) 4.6H 2 O Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan IV.1 Sintesis dan karaktrisasi garam rangkap CaCu(CH 3 COO) 4.6H 2 O Garam rangkap CaCu(CH 3 COO) 4.6H 2 O telah diperoleh dari reaksi larutan kalsium asetat dengan

Lebih terperinci

Untuk mengetahui pengaruh ph medium terhadap profil disolusi. atenolol dari matriks KPI, uji disolusi juga dilakukan dalam medium asam

Untuk mengetahui pengaruh ph medium terhadap profil disolusi. atenolol dari matriks KPI, uji disolusi juga dilakukan dalam medium asam Untuk mengetahui pengaruh ph medium terhadap profil disolusi atenolol dari matriks KPI, uji disolusi juga dilakukan dalam medium asam klorida 0,1 N. Prosedur uji disolusi dalam asam dilakukan dengan cara

Lebih terperinci

SINTESIS TURUNAN KALKON DARI MIRISTISIN MINYAK PALA

SINTESIS TURUNAN KALKON DARI MIRISTISIN MINYAK PALA SINTESIS TURUNAN KALKON DARI MIRISTISIN MINYAK PALA Hery Muhamad Ansory *, Anita Nilawati Jurusan Analisis Farmasi dan Makanan, Fakultas Farmasi, Universitas Setia Budi Surakarta Jl. Let. Jend. Sutoyo,

Lebih terperinci

4 Hasil dan Pembahasan

4 Hasil dan Pembahasan 4 Hasil dan Pembahasan Penelitian yang dilakukan terhadap kayu akar dari Artocarpus elasticus telah berhasil mengisolasi dua senyawa flavon terprenilasi yaitu artokarpin (8) dan sikloartokarpin (13). Penentuan

Lebih terperinci

4028 Sintesis 1-bromododekana dari 1-dodekanol

4028 Sintesis 1-bromododekana dari 1-dodekanol 4028 Sintesis 1-bromododekana dari 1-dodekanol C 12 H 26 O (186.3) OH H 2 SO 4 konz. (98.1) + HBr (80.9) C 12 H 25 Br (249.2) Br + H 2 O (18.0) Klasifikasi Tipe reaksi dan penggolongan bahan Substitusi

Lebih terperinci

4006 Sintesis etil 2-(3-oksobutil)siklopentanon-2-karboksilat

4006 Sintesis etil 2-(3-oksobutil)siklopentanon-2-karboksilat NP 4006 Sintesis etil 2-(3-oksobutil)siklopentanon-2-karboksilat CEt + FeCl 3 x 6 H 2 CEt C 8 H 12 3 C 4 H 6 C 12 H 18 4 (156.2) (70.2) (270.3) (226.3) Klasifikasi Tipe reaksi dan penggolongan bahan Adisi

Lebih terperinci

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan April Januari 2013, bertempat di

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan April Januari 2013, bertempat di 30 III. METODELOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan April 2012 - Januari 2013, bertempat di Laboratorium Kimia Organik Jurusan Kimia Fakultas MIPA Universitas

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Perkembangan obat mengalami kemajuan yang cukup pesat seiring dengan perkembangan jaman. Banyak penelitian yang dibutuhkan untuk mengatasi penyakit tersebut

Lebih terperinci

PERCOBAAN 2 KONDENSASI SENYAWA KARBONIL DAN REAKSI CANNIZARO

PERCOBAAN 2 KONDENSASI SENYAWA KARBONIL DAN REAKSI CANNIZARO PERCOBAAN 2 KONDENSASI SENYAWA KARBONIL DAN REAKSI CANNIZARO Septi Nur Diana 10510036 K-02 Kelompok J septinurdiana92@yahoo.com Abstrak Pada percobaan ini telah dilakukan sintesis senyawa organik dengan

Lebih terperinci

4002 Sintesis benzil dari benzoin

4002 Sintesis benzil dari benzoin 4002 Sintesis benzil dari benzoin H VCl 3 + 1 / 2 2 + 1 / 2 H 2 C 14 H 12 2 C 14 H 10 2 (212.3) 173.3 (210.2) Klasifikasi Tipe reaksi dan penggolongan bahan ksidasi alkohol, keton, katalis logam transisi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil 4.1.1. Uji fitokimia daun Nypa fruticans Pada uji fitokimia terhadap daun Nypa fruticans memberikan hasil yang positif terhadap fenolik, fitosterol, dan flavonoid.

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 13 HASIL DAN PEMBAHASAN Ekstraksi dan Fraksinasi Sampel buah mahkota dewa yang digunakan pada penelitian ini diperoleh dari kebun percobaan Pusat Studi Biofarmaka, Institut Pertanian Bogor dalam bentuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hidup semua makhluk hidup, ternyata juga memberikan efek yang merugikan,

BAB I PENDAHULUAN. hidup semua makhluk hidup, ternyata juga memberikan efek yang merugikan, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sinar matahari selain merupakan sumber energi bagi kelangsungan hidup semua makhluk hidup, ternyata juga memberikan efek yang merugikan, antara lain menyebabkan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilakukan pada bulan Januari sampai dengan Juli 2014,

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilakukan pada bulan Januari sampai dengan Juli 2014, III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini telah dilakukan pada bulan Januari sampai dengan Juli 2014, bertempat di Laboratorium Kimia Organik Jurusan Kimia Fakultas Matematika

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil 4.1.1. Uji fitokimia kulit batang Polyalthia sp (DA-TN 052) Pada uji fitokimia terhadap kulit batang Polyalthia sp (DA-TN 052) memberikan hasil positif terhadap alkaloid,

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Januari sampai Juni 2010 di Laboratorium

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Januari sampai Juni 2010 di Laboratorium III. METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Januari sampai Juni 2010 di Laboratorium Kimia Organik, Jurusan Kimia Fakultas MIPA Universitas Lampung.

Lebih terperinci

Daerah radiasi e.m: MHz (75-0,5 m)

Daerah radiasi e.m: MHz (75-0,5 m) NMR = NUCLEAR MAGNETIC RESONANCE = RESONANSI MAGNET INTI PENEMU: PURCELL, DKK (1945-1950), Harvard Univ. BLOCH, DKK, STANFORD. UNIV. Guna: - Gambaran perbedaan sifat magnet berbagai inti. - Dugaan letak

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 25 HASIL DAN PEMBAHASAN Kandungan Zat Ekstraktif Hasil penelitian menunjukkan bahwa kandungan ekstrak aseton yang diperoleh dari 2000 gram kulit A. auriculiformis A. Cunn. ex Benth. (kadar air 13,94%)

Lebih terperinci

4023 Sintesis etil siklopentanon-2-karboksilat dari dietil adipat

4023 Sintesis etil siklopentanon-2-karboksilat dari dietil adipat NP 4023 Sintesis etil siklopentanon-2-karboksilat dari dietil adipat NaEt C 10 H 18 4 Na C 2 H 6 C 8 H 12 3 (202.2) (23.0) (46.1) (156.2) Klasifikasi Tipe reaksi and penggolongan bahan Reaksi pada gugus

Lebih terperinci

Kata kunci: surfaktan HDTMA, zeolit terdealuminasi, adsorpsi fenol

Kata kunci: surfaktan HDTMA, zeolit terdealuminasi, adsorpsi fenol PENGARUH PENAMBAHAN SURFAKTAN hexadecyltrimethylammonium (HDTMA) PADA ZEOLIT ALAM TERDEALUMINASI TERHADAP KEMAMPUAN MENGADSORPSI FENOL Sriatun, Dimas Buntarto dan Adi Darmawan Laboratorium Kimia Anorganik

Lebih terperinci

kamar, dan didapat persentase hasil sebesar 52,2%. Metode pemanasan bisa dilakukan dengan metode konvensional, yaitu cara refluks dan metode

kamar, dan didapat persentase hasil sebesar 52,2%. Metode pemanasan bisa dilakukan dengan metode konvensional, yaitu cara refluks dan metode BAB 1 PEDAULUA Pengembangan suatu senyawa aktif dapat dilakukan dengan memodifikasi struktur suatu senyawa aktif atau memodifikasi senyawa induk dengan dasar pemilihan gugus atau substituen secara rasional.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN 22 BAB IV HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Produksi Furfural Bonggol jagung (corn cobs) yang digunakan dikeringkan terlebih dahulu dengan cara dijemur 4-5 hari untuk menurunkan kandungan airnya, kemudian

Lebih terperinci

LEMBAR PENGESAHAN. Jurnal yang berjudul Isolasi dan Identifikasi Senyawa Flavonoid dalam Daun Tembelekan. Oleh Darmawati M. Nurung NIM:

LEMBAR PENGESAHAN. Jurnal yang berjudul Isolasi dan Identifikasi Senyawa Flavonoid dalam Daun Tembelekan. Oleh Darmawati M. Nurung NIM: LEMBAR PENGESAHAN Jurnal yang berjudul Isolasi dan Identifikasi Senyawa Flavonoid dalam Daun Tembelekan Oleh Darmawati M. Nurung NIM: 441 410 004 1 ISOLASI DAN IDENTIFIKASI SENYAWA FLAVONOID DALAM DAUN

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Laboratorium Kimia Analitik Instrumen Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA UPI.

BAB III METODE PENELITIAN. Laboratorium Kimia Analitik Instrumen Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA UPI. 21 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian Adapun lokasi penelitian dilakukan di Laboratorium Riset dan Laboratorium Kimia Analitik Instrumen Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA UPI. 3.2 Alat dan Bahan

Lebih terperinci

PENGARUH BASA TERHADAP SINTESIS KALIKSARENA DARI EUGENOL

PENGARUH BASA TERHADAP SINTESIS KALIKSARENA DARI EUGENOL PENGARU BASA TERADAP SINTESIS KALIKSARENA DARI EUGENL Bela Kharisma Mangkusiwi, ery Suwito, dan Alfinda Novi Kristanti Prodi S-1 Kimia, Departemen Kimia, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Airlangga

Lebih terperinci

TINJAUAN MATA KULIAH MODUL 1. TITRASI VOLUMETRI

TINJAUAN MATA KULIAH MODUL 1. TITRASI VOLUMETRI iii Daftar Isi TINJAUAN MATA KULIAH MODUL 1. TITRASI VOLUMETRI Kegiatan Praktikum 1: Titrasi Penetralan (Asam-Basa)... Judul Percobaan : Standarisasi Larutan Standar Sekunder NaOH... Kegiatan Praktikum

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Objek atau bahan penelitian ini adalah daging buah paria (Momordica charantia

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Objek atau bahan penelitian ini adalah daging buah paria (Momordica charantia BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Objek dan Lokasi Penelitian Objek atau bahan penelitian ini adalah daging buah paria (Momordica charantia L.) yang diperoleh dari Kampung Pipisan, Indramayu. Dan untuk

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian yang dilakukan adalah metode eksperimen secara kualitatif dan kuantitatif. Metode penelitian ini menjelaskan proses degradasi fotokatalis

Lebih terperinci

Bab IV Hasil dan Pembahasan

Bab IV Hasil dan Pembahasan Bab IV Hasil dan Pembahasan 4.1 Sintesis Polistirena Polistirena disintesis melalui polimerisasi adisi radikal bebas dari monomer stirena dan benzoil peroksida (BP) sebagai inisiator. Polimerisasi dilakukan

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Pemeriksaan Bahan Baku GMP Pada tahap awal penelitian dilakukan pemeriksaan bahan baku GMP. Hasil pemeriksaan sesuai dengan persyaratan pada monografi yang tertera pada

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Objek atau bahan penelitian ini adalah daun pohon suren (Toona sinensis

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Objek atau bahan penelitian ini adalah daun pohon suren (Toona sinensis 22 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Objek dan Lokasi Penelitian Objek atau bahan penelitian ini adalah daun pohon suren (Toona sinensis Roem) yang diperoleh dari daerah Tegalpanjang, Garut dan digunakan

Lebih terperinci

5004 Asetalisasi terkatalisis asam 3-nitrobenzaldehida dengan etanadiol menjadi 1,3-dioksolan

5004 Asetalisasi terkatalisis asam 3-nitrobenzaldehida dengan etanadiol menjadi 1,3-dioksolan 5004 Asetalisasi terkatalisis asam 3-nitrobenzaldehida dengan etanadiol menjadi 1,3-dioksolan H O O O NO 2 + HO HO 4-toluenesulfonic acid + NO 2 O H 2 C 7 H 5 NO 3 C 2 H 6 O 2 C 7 H 8 O 3 S. H 2 O C 9

Lebih terperinci

4026 Sintesis 2-kloro-2-metilpropana (tert-butil klorida) dari tert-butanol

4026 Sintesis 2-kloro-2-metilpropana (tert-butil klorida) dari tert-butanol 4026 Sintesis 2-kloro-2-metilpropana (tert-butil klorida) dari tert-butanol OH + HCl Cl + H 2 O C 4 H 10 O C 4 H 9 Cl (74.1) (36.5) (92.6) Klasifikasi Tipe reaksi and penggolongan bahan Substitusi nukleofilik

Lebih terperinci

4027 Sintesis 11-kloroundek-1-ena dari 10-undeken-1-ol

4027 Sintesis 11-kloroundek-1-ena dari 10-undeken-1-ol 4027 Sintesis 11-kloroundek-1-ena dari 10-undeken-1-ol OH SOCl 2 Cl + HCl + SO 2 C 11 H 22 O C 11 H 21 Cl (170.3) (119.0) (188.7) (36.5) (64.1) Klasifikasi Tipe reaksi and penggolongan bahan Substitusi

Lebih terperinci

4. Hasil dan Pembahasan

4. Hasil dan Pembahasan 4. Hasil dan Pembahasan 4.1. Sintesis Polistiren Sintesis polistiren yang diinginkan pada penelitian ini adalah polistiren yang memiliki derajat polimerisasi (DPn) sebesar 500. Derajat polimerisasi ini

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pada pembuatan dispersi padat dengan berbagai perbandingan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pada pembuatan dispersi padat dengan berbagai perbandingan BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL 1. Pembuatan Serbuk Dispersi Padat Pada pembuatan dispersi padat dengan berbagai perbandingan dihasilkan serbuk putih dengan tingkat kekerasan yang berbeda-beda. Semakin

Lebih terperinci

5001 Nitrasi fenol menjadi 2-nitrofenol dan 4-nitrofenol

5001 Nitrasi fenol menjadi 2-nitrofenol dan 4-nitrofenol 00 Nitrasi fenol menjadi -nitrofenol dan -nitrofenol KNO, H SO NO + NO C H O (9.) KNO (0.) H SO (98.) C H NO (9.) Klasifikasi Tipe reaksi dan penggolongan bahan Substitusi elektrofilik aromatis, nitrasi

Lebih terperinci