Lampiran 1. Pakar yang dilibatkan dalam penelitian

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Lampiran 1. Pakar yang dilibatkan dalam penelitian"

Transkripsi

1 177 Lampiran 1. Pakar yang dilibatkan dalam penelitian No Nama Pakar Jabatan Keterangan 1 Prof. Dr. Ir. Rafiq Karsidi, MSi Pemb.Rektor I UNS Akademisi 2 Dr. Ir Makhmudun Ainuri, MSi Ketua Jurusan Teknologi Akademisi Industri Pertanian UGM 3 Dr. Ir. Kusnandar, MSi Ketua Jurusan Sosial Akademisi Ekonomi Pertanian UNS 4 Ir. Harianto, MSi Peneliti Gelatin BPPT Peneliti 5 Ir. Zainal H, MSi LPPOM MUI Auditor Sertifikasi 6 Ir. Akhmad M Manajer Produksi Gelatin Praktisi PT Muhara Dwitunggal Laju Tannery 7 Ir. Iwan Benny Manajer Produksi Gelatin CV. Alfa Omega Praktisi

2 178 Lampiran 2. Data pendukung pemodelan sistem kelembagaan dengan ISM Kuisioner pemodelan dengan ISM 1. Berikan hubungan kontekstual : memberikan kontribusi tercapainya tujuan yang lain dalam meningkatkan jaminan mutu Adapun tingkat keterhubungan yang digunakan adalah sebagai berikut: V A X O jika sub-elemen ke i mempengaruhi sub-elemen ke j dan tidak sebaliknya jika sub-elemen ke j mempengaruhi sub-elemen ke i dan tidak sebaliknya jika sub elemen ke i dan sub-elemen ke j saling mempengaruhi jika tidak ada hubungan antara kedua sub elemen tersebut Sub elemen Tujuan rekayasa sistem kelembagaan jaminan mutu pasokan bahan baku T1 T2 T3 T4 T5 T6 T7 T8 T9 T10 T11 T12 T13 I Memperoleh kepastian asal usul dan jaminan mutu bahan baku Meningkatkan kepercayaan Meningkatkan mutu bahan baku dan produk Mempermudah pengurusan label standarisasi halal Mempermudah penelusuran asal usul bahan baku Mewujudkan agroindustri gelatin yang berkelanjutan Meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya mutu produk Meningkatkan harga produk dengan jaminan mutu Meningkatkan kegiatan perekonomian daerah Meningkatkan minat investor agroindustri gelatin Informasi mutu mudah diakses masyarakat Pelaku usaha lebih mengedepankan mutu dalam setiap usahanya Standarisasi mutu menjadi budaya bagi setiap pemasok bahan baku T1 T2 T3 T4 T5 T6 T7 T8 T9 T10 T11 T12 T13 j Tujuan rekayasa sistem kelembagaan T13 T12 T11 T10 T9 T8 T7 T6 T5 T4 T3 T2 T1

3 Berikan penilaian hubungan konstekstual: kendala satu akan menyebabkan terjadinya kendala yang lain dalam meningkatkan jaminan mutu Adapun tingkat keterhubungan yang digunakan adalah sebagai berikut: i V A X O jika sub-elemen ke i mempengaruhi sub-elemen ke j dan tidak sebaliknya jika sub-elemen ke j mempengaruhi sub-elemen ke i dan tidak sebaliknya jika sub elemen ke i dan sub-elemen ke j saling mempengaruhi jika tidak ada hubungan antara kedua sub elemen tersebut Sub elemen kendala dalam rekayasa sistem kelembagaan jaminan mutu pasokan bahan baku agroindustri gelatin H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 H8 H9 H10 H11 H12 H13 H14 H15 H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 H8 H9 H10 H11 H12 H13 H14 H15 Lemahnya sistem kelembagaan jaminan mutu yang ada Kurangnya pembinaan terhadap pelaku pasokan bahan baku Lemahnya kontrol mutu pada setiap tingkatan pelaku Lemahnya koordinasi antar pihak terkait Lokasi asal usul bahan baku yang mempunyai karakterisitik berbeda Budaya masyarakat yang belum mengedepankan nilai mutu produk Pemasok bahan baku yang tersebar di beberapa daerah Pengendalian mutu belum dilaksanakan secara berkesinambungan Peraturan investasi daerah yang kurang mendukung Kebijakan pemerintah yang tidak konsisten sumber bahan baku yang tidak terdeteksi asal-usulnya Adanya pemasok bahan baku yang mensuply secara musiman Informasi mutu yang belum transparan dan tersebar luas di masyarakat Kesadaran masyarakat tentang mutu yang masih kurang Pengusaha lebih mengutamakan keuntungan dari pada peningkatan mutu j Kendala rekayasa sistem kelembagaan H15 H14 H13 H12 H11 H10 H9 H8 H7 H6 H5 H4 H3 H2 H1

4 Berikan penilaian hubungan konstekstual: elemen perubahan yang satu akan memberikan kontribusi terhadap perubahan lain dalam meningkatkan jaminan mutu Adapun tingkat keterhubungan yang digunakan adalah sebagai berikut: V jika sub-elemen ke i mempengaruhi sub-elemen ke j dan tidak sebaliknya A jika sub-elemen ke j mempengaruhi sub-elemen ke i dan tidak sebaliknya X jika sub elemen ke i dan sub-elemen ke j saling mempengaruhi O jika tidak ada hubungan antara kedua sub elemen tersebut Sub elemen perubahan yang dimungkinkan dalam sistem kelembagaan jaminan mutu pasokan bahan baku agroindustri gelatin I P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 P9 P10 P11 P12 P13 P14 Penyediaan sistem informasi penelusuran bahan baku produk Memudahkan akses informasi asal-usul bahan baku produk Audit mutu dapat dilakukan lebih cepat Sertifikasi mutu dapat diurus secara lebih mudah Jaminan mutu dapat dilakukan pada setiap pelaku jaringan pasokan bahan baku Setiap pengusaha diharuskan memberlakukan sistem standarisasi mutu Pengawasan mutu dapat dilakukan lebih mudah Harga produk dijamin stabil Kepercayaan meningkat Standarisasi mutu halal menjadi kebiasaan yang tidak perlu dipaksakan Kesadaran masyarakat tentang pentingnya mutu meningkat Pelabelan standarisasi mutu dapat dilakukan lebih cepat Memperkuat kelembagaan jaminan mutu Kemampuan bersaing dalam perdagangan dunia (pasar global) P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 P9 P10 P11 P12 P13 P14 j Perubahan yang dimungkinkan P14 P13 P12 P11 P10 P9 P8 P7 P6 P5 P4 P3 P2 P1

5 Berikan penilaian hubungan konstekstual: mendorong munculnya aktifitas lain dalam meningkatkan jaminan mutu Adapun tingkat keterhubungan yang digunakan adalah sebagai berikut: i V A X O jika sub-elemen ke i mempengaruhi sub-elemen ke j dan tidak sebaliknya jika sub-elemen ke j mempengaruhi sub-elemen ke i dan tidak sebaliknya jika sub elemen ke i dan sub-elemen ke j saling mempengaruhi jika tidak ada hubungan antara kedua sub elemen tersebut Sub elemen Aktivitas yang dibutuhkan guna perencanaan tindakan rekayasa sistem kelembagaan jaminan mutu pasokan bahan baku agroindustri gelatin A1 A2 A3 A4 A5 A6 A7 A8 A9 A10 A11 A12 A13 A14 A15 A1 A2 A3 A4 A5 A6 A7 A8 A9 A10 A11 A12 A13 A14 A15 Membuat sistem infomasi penelusuran bahan baku Membuat peraturan pemerintah pusat/daerah yang mewajibkan standarisasi mutu halal Penyediaan lembaga independent yang mengawasi standarisasi mutu halal Penyediaan sarana dan prasarana untuk peningkatan mutu produk Penyediaan lembaga pendidikan dan pelatihan peningkatan mutu produk Penyediaan lembaga pelayanan teknis standarisasi mutu Pemberdayaan masyarakat pelaku pasokan bahan baku dalam peningkatan mutu Melibatkan lembaga penelitian dan perguruan tinggi dalam pelaksanaan standarisasi mutu Survai pengawasan mutu dan pemberlakuan standarisasi mutu Melibatkan lembaga dalam penerapan standarisasi mutu Pemberian insentif terhadap penerapan mutu produk bagi pengusaha Mewajibkan pelabelan satandar mutu dan asal usul produk kontrol mutu diperketat penyebaran informasi mutu pada masyarakat membudayakan standarisasi mutu untuk setiap pengusaha j Aktivitas yang dibutuhkan A15 A14 A13 A12 A11 A10 A9 A8 A7 A6 A5 A4 A3 A2 A1

6 Berikan penilaian hubungan konstekstual: memberikan kontribusi terhadap tolok ukur yang lain dalam meningkatkan jaminan mutu Adapun tingkat keterhubungan yang digunakan adalah sebagai berikut: V A X O jika sub-elemen ke i mempengaruhi sub-elemen ke j dan tidak sebaliknya jika sub-elemen ke j mempengaruhi sub-elemen ke i dan tidak sebaliknya jika sub elemen ke i dan sub-elemen ke j saling mempengaruhi jika tidak ada hubungan antara kedua sub elemen tersebut Sub elemen Aktivitas yang dibutuhkan guna perencanaan tindakan rekayasa sistem kelembagaan jaminan mutu pasokan bahan baku agroindustri gelatin Sub elemen pelaku sistem kelembagaan I U1 U2 U3 U4 U5 U6 U7 U8 U9 U10 U11 U12 U13 Meningkatnya minat investor pada industri gelatin pada industri penyamakan kulit Meningkatnya jumlah lapangan kerja baru pada industri gelatin Meningkatnya pendapatan asli daerah Memudahkan akses informasi mutu bahan baku produk Memudahkan akses informasi asal usul bahan baku produk Memudahkan proses pembuatan label mutu halal Meningkatnya pendapatan agroindustri kulit sapi Meningkatnya diversifikasi produk kulit sapi Meningkatnya jumlah kredit yang tersalurkan dalam agroindustri Terjaminnya mutu bahan baku dan produk gelatin Kesadaran akan pentingnya mutu produk meningkat harga produk stabil Masuknya produk dalam perdaganyan global J U1 U2 U3 U4 U5 U6 U7 U8 U9 U10 U11 U12 U13 Tolok Ukur keberhasilan tujuan U13 U12 U11 U10 U9 U8 U7 U6 U5 U4 U3 U2 U1

7 Berikan penilaian hubungan konstekstual: mendorong keterlibatan lembaga yang lain dalam meningkatkan jaminan mutu Adapun tingkat keterhubungan yang digunakan adalah sebagai berikut: V jika sub-elemen ke i mempengaruhi sub-elemen ke j dan tidak sebaliknya A jika sub-elemen ke j mempengaruhi sub-elemen ke i dan tidak sebaliknya X jika sub elemen ke i dan sub-elemen ke j saling mempengaruhi O jika tidak ada hubungan antara kedua sub elemen tersebut Sub elemen Aktivitas yang dibutuhkan guna perencanaan tindakan rekayasa sistem kelembagaan jaminan mutu pasokan bahan baku agroindustri gelatin L1 Kelompok peternak sapi L2 Pedagang sapi L3 Rumah potong hewan L4 Pengumpul kulit sapi L5 Pedagang kulit sapi L6 Pemerintah Pusat/daerah L7 Lembaga Keuangan dan Bank L8 Industri penyamakan kulit L9 Agroindustri gelatin L10 Perguruan Tinggi dan Lembaga Litbang L11 Industri pengguna gelatin L12 Konsumen j Pelaku atau lembaga yang terlibat L12 L11 L10 L9 L8 L7 L6 L5 L4 L3 L2 L1 L1 L2 i L3 L4 L5 L6 L7 L8 L9 L10 L11 L12

8 184 Hasil agregasi data Kuisioner pemodelan dengan ISM Isian Keterhubungan pengaruh sub-elemen Hubungan kontekstual : memberikan kontribusi tercapainya tujuan yang lain SSIM awal Tujuan rekayasa sistem kelembagaan V V O V O V V V X V V V 2 A A A V V O X V A O A 3 A A A V O V V V A A 4 V V V V V V V V A 5 O V V O O O O V 6 A A A V V O A 7 A V A V V O 8 A V A O V 9 O A A A 10 A A A 11 X A 12 A 13 Isian Keterhubungan pengaruh sub-elemen Hubungan kontekstual : menyebabkan terjadinya kendala yang lain SSIM awal Kendala rekayasa sistem kelembagaan V X V O A A A V A A A A A V 2 V V V X V A A V A V A A V 3 V A V V V A A V A A A A 4 V A V O V A A V A V A 5 O O O O V O O V X O 6 V X V O V A A V O 7 O O V V V X A V 8 V A A A V A X 9 V V V V V X 10 V V V V V 11 O A A A 12 V O O 13 A V 14 V 15

9 185 Isian Keterhubungan pengaruh sub-elemen Hubungan kontekstual : memberikan kontribusi terhadap perubahan lain dalam meningkatkan jaminan mutu SSIM awal Perubahan yang dimungkinkan V V V V V V V V X V V V V 2 V V V V V V V V A V V V 3 V V V A V V O X A A V 4 V V V V V V V V A V 5 V V V V V V V V A 6 V V X O V V V V 7 V X A V V V V 8 V O O V O V 9 V V A X A 10 V V V X 11 V V A 12 V V 13 V 14 Isian Keterhubungan pengaruh sub-elemen Hubungan kontekstual : mendorong munculnya aktifitas lain dalam meningkatkan jaminan mutu SSIM awal Aktivitas yang dibutuhkan V V A A O V V V V V V A A O 2 V V V V V O A V O V V O A 3 V V V V O X V X V X X X 4 V V V V O V V V V A V 5 V V O O O V O X V V 6 V V V V O V O X V 7 V V V X O V V V 8 V V V O O X X 9 V V V O V V 10 V V X V X 11 V O A A 12 X V X 13 V A 14 V 15

10 186 Isian Keterhubungan pengaruh sub-elemen Hubungan kontekstual : memberikan kontribusi terhadap SSIM awal Tolok Ukur keberhasilan tujuan A V V A V V V A A A V V 2 V O O A A A A O O O V 3 A O O O A A A O O O 4 A O V V O V V V V 5 X V V V V V V V 6 O O O A V V O 7 O V O V A A 8 V X O A X 9 V V O A 10 V V V 11 V O 12 V 13 Isian Keterhubungan pengaruh sub-elemen Hubungan kontekstual : mendorong keterlibatan lembaga yang lain dalam meningkatkan jaminan mutu SSIM awal Pelaku atau lembaga yang terlibat O V A V V A A V V V X 2 V V A V V O A V X X 3 V V A V V X A V V 4 O O A X X X O X 5 O V A A X A A 6 V V X V V X 7 O V V V V 8 O O A X 9 V X A 10 V V 11 X 12

11 187 Lampiran 3. Data pendukung pemilihan strategi sistem kelembagaan dengan AHP Kuisioner pemilihan strategi sistem kelembagaan dengan AHP

12 188 Petunjuk Pengisian Skala Penilaian Antar elemen: 1. Pertanyaan pertanyaan yang diajukan akan berbentuk perbandingan antara suatu elemen baris dengan suatu elemen kolom yang bersesuaian. 2. Jawaban dari pertanyaan tersebut diberi nilai oleh responden (pakar) berdasarkan tingkat kepentingan dari elemen-elemen yang dibandingkan secara berpasangan. 3. Nilai komparasi yang diberikan mempunyai skala 1 9 atau sebaliknya (-3-9) dan dituliskan dalam kotak-kotak yang tersedia. 4. Adapun tingkat perbandingan yang digunakan adalah sebagai berikut: Perbandingan Skala Penilaian Perbandingan Skala Penilaian A sama penting dengan B 1 A sangat jelas lebih penting dari pada B 7 A sedikit lebih penting dari B 3 B sangat jelas lebih penting dari pada A - 7 B sedikit lebih penting dari A - 3 *) A mutlak lebih penting dari pada B 9 A jelas lebih penting dari B 5 B mutlak lebih penting dari pada A - 9 B jelas lebih penting dari A - 5 Nilai skala 2, 4, 6, 8 atau -2, -4, -6, -8 diberikan bila terdapat sedikit saja perbedaan tingkat kepentingan dengan patokan Keterangan :*) Skala ini digunakan untuk memudahkan pengisian. Waktu akan diproses dengan AHP, skala ini akan dikonversikan ke dalam nilai yang sebenarnya (sebagai misal : 3 dikonversikan menjadi 1/3) Dimana: A = elemen suatu baris dan B = elemen suatu kolom Contoh pengisian: Dalam Pemilihan produk elektronika untuk rumah tangga, bagaimana pendapat Bapak/Ibu tentang Perbandingan Tingkat Kepentingan dari kriteria-kriteria berikut : Kriteria Hemat listrik Harga terjangkau Perawatan mudah Merk Kualitas/Mutu Hemat listrik Harga terjangkau Perawatan mudah 3 2 Merk 1 Kualitas/Mutu

13 189 Tabel 1. Dalam Pemilihan Strategi Pengembangan Sistem Kelembagaan Jaminan Mutu Pasokan Bahan Baku Gelatin, bagaimana pendapat Bapak/Ibu tentang Perbandingan Tingkat Kepentingan dari aktor/stakeholder berikut : Aktor RPH Pedagang Agen bahan baku Agroindustri gelatin Perbankan Pemerintah RPH Pedagang Agen bahan baku Agroindustri gelatin Perbankan Pemerintah Tabel 2. Berdasarkan Aktor RPH, terdapat 6 tujuan pengembangan kelembagaan jaminan mutu pasokan bahan baku gelatin, bagaimana pendapat Bapak/Ibu mengenai tingkat kepentingan dari tujuan-tujuan berikut: Tujuan Kepastian asal usul bahan Meningkatkan mutu produk Mempermudah sertifikasi mutu halal Agroindustri berkelanjutan Meningkatkan diversifikasi produk Meningkatkan kepercayaan Kepastian asal usul Meningkatkan mutu Mempermudah sertifikasi Agroindustri Diversifikasi produk Kepercayaan bahan produk mutu halal berkelanjutan

14 190 Tabel 3. Berdasarkan Aktor Pedagang, terdapat 6 tujuan pengembangan kelembagaan jaminan mutu pasokan bahan baku gelatin, bagaimana pendapat Bapak/Ibu mengenai tingkat kepentingan dari tujuan-tujuan berikut: Tujuan Mempermudah sertifikasi mutu Agroindustri Diversifikasi produk Kepercayaan Kepastian asal usul bahan Meningkatkan mutu produk halal berkelanjutan Kepastian asal usul bahan Meningkatkan mutu produk Mempermudah sertifikasi mutu halal Agroindustri berkelanjutan Meningkatkan diversifikasi produk Meningkatkan kepercayaan Tabel 4. Berdasarkan Aktor Agen bahan baku, terdapat 6 tujuan pengembangan kelembagaan jaminan mutu pasokan bahan baku gelatin, bagaimana pendapat Bapak/Ibu mengenai tingkat kepentingan dari tujuan-tujuan berikut: Tujuan Kepastian asal usul bahan Meningkatkan mutu produk Mempermudah sertifikasi mutu halal Agroindustri berkelanjutan Meningkatkan diversifikasi produk Meningkatkan kepercayaan Mempermudah sertifikasi mutu Agroindustri Diversifikasi produk Kepercayaan Kepastian asal usul bahan Meningkatkan mutu produk halal berkelanjutan

15 191 Tabel 5. Berdasarkan Aktor agroindustri gelatin, terdapat 6 tujuan pengembangan kelembagaan jaminan mutu pasokan bahan baku gelatin, bagaimana pendapat Bapak/Ibu mengenai tingkat kepentingan dari tujuan-tujuan berikut: Tujuan Mempermudah sertifikasi mutu Agroindustri Diversifikasi produk Kepercayaan Kepastian asal usul bahan Meningkatkan mutu produk halal berkelanjutan Kepastian asal usul bahan Meningkatkan mutu produk Mempermudah sertifikasi mutu halal Agroindustri berkelanjutan Meningkatkan diversifikasi produk Meningkatkan kepercayaan Tabel 6. Berdasarkan Aktor lembaga perbankan, terdapat 6 tujuan pengembangan kelembagaan jaminan mutu pasokan bahan baku gelatin, bagaimana pendapat Bapak/Ibu mengenai tingkat kepentingan dari tujuan-tujuan berikut: Tujuan Kepastian asal usul bahan Meningkatkan mutu produk Mempermudah sertifikasi mutu halal Agroindustri berkelanjutan Meningkatkan diversifikasi produk Meningkatkan kepercayaan Mempermudah sertifikasi mutu Agroindustri Diversifikasi produk Kepercayaan Kepastian asal usul bahan Meningkatkan mutu produk halal berkelanjutan

16 192 Tabel 7. Berdasarkan Aktor pemerintah pusat/daerah, terdapat 6 tujuan pengembangan kelembagaan jaminan mutu pasokan bahan baku gelatin, bagaimana pendapat Bapak/Ibu mengenai tingkat kepentingan dari tujuan-tujuan berikut: Tujuan Kepastian asal usul bahan Meningkatkan mutu produk Mempermudah sertifikasi mutu halal Agroindustri berkelanjutan Meningkatkan diversifikasi produk Meningkatkan kepercayaan Mempermudah sertifikasi mutu Agroindustri Diversifikasi produk Kepercayaan Kepastian asal usul bahan Meningkatkan mutu produk halal berkelanjutan Tabel 7. Berdasarkan tujuan kepastian asal-usul bahan baku, terdapat 7 kriteria kelembagaan jaminan mutu pasokan bahan baku gelatin, bagaimana pendapat Bapak/Ibu mengenai tingkat kepentingan dari kriteria kelembagaan berikut: Kriteria Informasi mutu mudah diakases Jaminan informasi asal usul bahan baku Proses pengurusan sertifikasi mutu halal Jaminan mutu produk & bahan baku Minat investor Meningkatnya Meningkatnya Informasi mutu Jaminan informasi asal usul Proses pengurusan Jaminan mutu produk & meningkat lapangan kerja kepercayaan mudah diakases bahan baku sertifikasi mutu halal bahan baku

17 193 Minat investor meningkat Meningkatnya lapangan kerja Meningkatnya kepercayaan Tabel 8. Berdasarkan tujuan Meningkatkan mutu produk, terdapat 7 kriteria kelembagaan jaminan mutu pasokan bahan baku gelatin, bagaimana pendapat Bapak/Ibu mengenai tingkat kepentingan dari kriteria kelembagaan berikut: Kriteria Informasi mutu mudah diakases Jaminan informasi asal usul bahan baku Proses pengurusan sertifikasi mutu halal Jaminan mutu produk & bahan baku Minat investor meningkat Meningkatnya lapangan kerja Meningkatnya kepercayaan Minat investor Meningkatnya Meningkatnya Informasi mutu Jaminan informasi asal Proses pengurusan Jaminan mutu produk & meningkat lapangan kerja kepercayaan mudah diakases usul bahan baku sertifikasi mutu halal bahan baku

18 194 Tabel 9. Berdasarkan tujuan Mempermudah sertifikasi mutu halal, terdapat 7 kriteria kelembagaan jaminan mutu pasokan bahan baku gelatin, bagaimana pendapat Bapak/Ibu mengenai tingkat kepentingan dari kriteria kelembagaan berikut: Kriteria Informasi mutu mudah diakases Jaminan informasi asal usul bahan baku Proses pengurusan sertifikasi mutu halal Jaminan mutu produk & bahan baku Minat investor meningkat Meningkatnya lapangan kerja Meningkatnya kepercayaan Minat investor Meningkatnya Meningkatnya Informasi mutu Jaminan informasi asal usul Proses pengurusan Jaminan mutu produk & meningkat lapangan kerja kepercayaan mudah diakases bahan baku sertifikasi mutu halal bahan baku

19 195 Tabel 10. Berdasarkan tujuan Agroindustri berkelanjutan, terdapat 7 kriteria kelembagaan jaminan mutu pasokan bahan baku gelatin, bagaimana pendapat Bapak/Ibu mengenai tingkat kepentingan dari kriteria kelembagaan berikut: Kriteria Informasi mutu mudah diakases Jaminan informasi asal usul bahan baku Proses pengurusan sertifikasi mutu halal Jaminan mutu produk & bahan baku Minat investor meningkat Meningkatnya lapangan kerja Meningkatnya kepercayaan Minat investor Meningkatnya Meningkatnya Informasi mutu Jaminan informasi asal usul Proses pengurusan Jaminan mutu produk & meningkat lapangan kerja kepercayaan mudah diakases bahan baku sertifikasi mutu halal bahan baku Tabel 11. Berdasarkan tujuan Meningkatkan diversifikasi produk, terdapat 7 kriteria kelembagaan jaminan mutu pasokan bahan baku gelatin, bagaimana pendapat Bapak/Ibu mengenai tingkat kepentingan dari kriteria kelembagaan berikut: Kriteria Informasi mutu mudah diakases Jaminan informasi asal usul bahan baku Proses pengurusan sertifikasi Minat investor Meningkatnya Meningkatnya Informasi mutu Jaminan informasi asal Proses pengurusan Jaminan mutu produk & meningkat lapangan kerja kepercayaan mudah diakases usul bahan baku sertifikasi mutu halal bahan baku

20 196 mutu halal Jaminan mutu produk & bahan baku Minat investor meningkat Meningkatnya lapangan kerja Meningkatnya kepercayaan Tabel 12. Berdasarkan tujuan Meningkatkan kepercayaan, terdapat 7 kriteria kelembagaan jaminan mutu pasokan bahan baku gelatin, bagaimana pendapat Bapak/Ibu mengenai tingkat kepentingan dari kriteria kelembagaan berikut: Kriteria Informasi mutu mudah diakases Jaminan informasi asal usul bahan baku Proses pengurusan sertifikasi mutu halal Jaminan mutu produk & bahan baku Minat investor meningkat Meningkatnya lapangan kerja Meningkatnya kepercayaan Minat investor Meningkatnya Meningkatnya Informasi mutu Jaminan informasi asal usul Proses pengurusan Jaminan mutu produk & meningkat lapangan kerja kepercayaan mudah diakases bahan baku sertifikasi mutu halal bahan baku

21 197 Tabel 14. Berdasarkan kriteria Informasi mutu mudah diakases, terdapat 5 model kelembagaan jaminan mutu pasokan bahan baku gelatin, bagaimana pendapat Bapak/Ibu mengenai tingkat kepentingan dari model-model kelembagaan berikut: Alternatif model kelembagaan Pengembangan sistem informasi penelusuran bahan baku Pembuatan peraturan pemerintah pusat/daerah tentang aplikasi mutu halal Pemberdayaan pelaku rantai pasok dalam mengontrol mutu Intergrasi industri hulu-hilir dalam manajemen mutu kelembagaan independent proses jaminan mutu halal Pembuatan peraturan pemerintah kelembagaan independent Pengembangan sistem informasi Pemberdayaan pelaku rantai Intergrasi industri hulu-hilir pusat/daerah tentang aplikasi mutu proses jaminan mutu halal penelusuran bahan baku pasok dalam mengontrol mutu dalam manajemen mutu halal Tabel 15. Berdasarkan kriteria Jaminan informasi asal usul bahan baku, terdapat 5 model kelembagaan jaminan mutu pasokan bahan baku gelatin, bagaimana pendapat Bapak/Ibu mengenai tingkat kepentingan dari model-model kelembagaan berikut: Alternatif model kelembagaan Pengembangan sistem informasi penelusuran bahan baku Pembuatan peraturan pemerintah pusat/daerah tentang aplikasi mutu Pengembangan sistem informasi penelusuran bahan baku Pembuatan peraturan pemerintah pusat/daerah tentang aplikasi mutu halal Pemberdayaan pelaku kelembagaan Intergrasi industri hulu-hilir rantai pasok dalam independent proses dalam manajemen mutu mengontrol mutu jaminan mutu halal

22 198 halal Pemberdayaan pelaku rantai pasok dalam mengontrol mutu Intergrasi industri hulu-hilir dalam manajemen mutu kelembagaan independent proses jaminan mutu halal Tabel 16. Berdasarkan kriteria Proses pengurusan sertifikasi mutu halal, terdapat 5 model kelembagaan jaminan mutu pasokan bahan baku gelatin, bagaimana pendapat Bapak/Ibu mengenai tingkat kepentingan dari model-model kelembagaan berikut: Alternatif model kelembagaan Pengembangan sistem informasi penelusuran bahan baku Pembuatan peraturan pemerintah pusat/daerah tentang aplikasi mutu halal Pemberdayaan pelaku rantai pasok dalam mengontrol mutu Intergrasi industri hulu-hilir dalam manajemen mutu kelembagaan independent proses jaminan mutu halal Pembuatan peraturan pemerintah kelembagaan independent Pengembangan sistem informasi Pemberdayaan pelaku rantai Intergrasi industri hulu-hilir pusat/daerah tentang aplikasi mutu proses jaminan mutu halal penelusuran bahan baku pasok dalam mengontrol mutu dalam manajemen mutu halal

23 199 Tabel 17. Berdasarkan kriteria Jaminan mutu produk & bahan baku, terdapat 5 model kelembagaan jaminan mutu pasokan bahan baku gelatin, bagaimana pendapat Bapak/Ibu mengenai tingkat kepentingan dari model-model kelembagaan berikut: Alternatif model kelembagaan Pengembangan sistem informasi penelusuran bahan baku Pembuatan peraturan pemerintah pusat/daerah tentang aplikasi mutu halal Pemberdayaan pelaku rantai pasok dalam mengontrol mutu Intergrasi industri hulu-hilir dalam manajemen mutu kelembagaan independent proses jaminan mutu halal Pembuatan peraturan pemerintah kelembagaan independent Pengembangan sistem informasi Pemberdayaan pelaku rantai Intergrasi industri hulu-hilir pusat/daerah tentang aplikasi mutu proses jaminan mutu halal penelusuran bahan baku pasok dalam mengontrol mutu dalam manajemen mutu halal Tabel 18. Berdasarkan kriteria Minat investor meningkat, terdapat 5 model kelembagaan jaminan mutu pasokan bahan baku gelatin, bagaimana pendapat Bapak/Ibu mengenai tingkat kepentingan dari model-model kelembagaan berikut: Alternatif model kelembagaan Pengembangan sistem informasi penelusuran bahan baku Pembuatan peraturan pemerintah pusat/daerah tentang aplikasi mutu Pengembangan sistem informasi penelusuran bahan baku Pembuatan peraturan pemerintah pusat/daerah tentang aplikasi mutu halal Pemberdayaan pelaku kelembagaan Intergrasi industri hulu-hilir rantai pasok dalam independent proses dalam manajemen mutu mengontrol mutu jaminan mutu halal

24 200 halal Pemberdayaan pelaku rantai pasok dalam mengontrol mutu Intergrasi industri hulu-hilir dalam manajemen mutu kelembagaan independent proses jaminan mutu halal Tabel 19. Berdasarkan kriteria Meningkatnya lapangan kerja, terdapat 5 model kelembagaan jaminan mutu pasokan bahan baku gelatin, bagaimana pendapat Bapak/Ibu mengenai tingkat kepentingan dari model-model kelembagaan berikut: Alternatif model kelembagaan Pengembangan sistem informasi penelusuran bahan baku Pembuatan peraturan pemerintah pusat/daerah tentang aplikasi mutu halal Pemberdayaan pelaku rantai pasok dalam mengontrol mutu Intergrasi industri hulu-hilir dalam manajemen mutu kelembagaan independent proses jaminan mutu halal Pengembangan sistem informasi penelusuran bahan baku Pembuatan peraturan pemerintah pusat/daerah tentang aplikasi mutu halal Pemberdayaan pelaku kelembagaan Intergrasi industri hulu-hilir rantai pasok dalam independent proses dalam manajemen mutu mengontrol mutu jaminan mutu halal

25 201 Tabel 20. Berdasarkan kriteria Meningkatnya kepercayaan, terdapat 5 model kelembagaan jaminan mutu pasokan bahan baku gelatin, bagaimana pendapat Bapak/Ibu mengenai tingkat kepentingan dari model-model kelembagaan berikut: Alternatif model kelembagaan Pengembangan sistem informasi penelusuran bahan baku Pembuatan peraturan pemerintah pusat/daerah tentang aplikasi mutu halal Pemberdayaan pelaku rantai pasok dalam mengontrol mutu Intergrasi industri hulu-hilir dalam manajemen mutu kelembagaan independent proses jaminan mutu halal Pengembangan sistem informasi penelusuran bahan baku Pembuatan peraturan pemerintah pusat/daerah tentang aplikasi mutu halal Pemberdayaan pelaku kelembagaan Intergrasi industri hulu-hilir rantai pasok dalam independent proses dalam manajemen mutu mengontrol mutu jaminan mutu halal

26 202 Lampiran 4. Kusioner pemilihan Implementasi model dengan MEMCDM 1. Menurut Bapak/ibu/Sdr apa tujuan implementasi sistem manajemen mutu pasokan bahan baku agroindustri gelatin adalah? a. Meningkatkan kepercayaan b. Mempermudah proses manajemen mutu agroindustri gelatin c. Meningkatkan nilai tambah dan harga produk d. Menjamin pasokan bahan baku yang bermutu e. Lainnya: Pihak-pihak yang berkepentingan dalam sistem manajemen mutu pasokan bahan baku agroindustri gelatin siapa saja? (boleh lebih dari satu jawaban) a. Semua level yang terlibat dalam manajemen pasokan bahan baku b. Pemerintah pusat/daerah dan perguruan tinggi c. Lembaga sertifikasi mutu produk d. Lainnya: Menurut Bapak/ibu/Sdr kedala-kendala yang harus dihadapi dalam pembuatan model sistem jaminan mutu pasokan bahan baku gelatin adalah: a. Pengetahuan mutu yang kurang baik b. Belum tersedianya aturan baku tentang implementasi mutu c. Ketersediaan bahan baku yang tidak pasti d. Budaya masyarakat tetang manajemen mutu yang kurang baik e. Lainnya: Tuliskan nilai tingkat kepentingan dari kriteria pemilihan model kelembagaan jaminan mutu pasokan bahan baku agroindustri gelatin berikut dengan nilai 1 s/d 7 (1= paling rendah, 7 = paling tinggi). No kriteria jaminan mutu bahan baku Nilai tingkat kepentingan kriteria 1 Peningkatan kepercayaan 2 Proses pengurusan sertifikasi mutu lebih cepat 3 Kontinuitas pasokan produk bermutu 4 Meningkatkan harga produk 5 Memudahkan penelusuran mutu produk 6 Informasi mutu mudah diakses 7 Peningkatan jumlah 8 Proses produksi lebih efisien 9 Penurunan biaya pengadaan bahan baku

27 Tuliskan nilai dari alternatif pemilihan model kelembagaan jaminan mutu pasokan bahan baku agroindustri gelatin berdasarkan beberapa kriteria di atas dengan nilai 1 s/d 7 (1 = paling rendah, 7 = paling tinggi). Nilai alternatif sesuai kriteria di bawah Alternatif model kelembagaan 1. Model kontrak pangadaan bahan baku dengan patokan harga sesuai mutunya 2. Model kemitraan penyediaan bahan baku dengan konsep pembagian keuntungan dan manajemen mutu 3. Model jual beli bahan baku secara bebas sesuai mutu (kondisi awal) 4. Model pemberdayaan semua elemen pelaku agroindustri gelatin dalam manajemen mutu total 5. Adanya lembaga internal agroindustri sistem jaminan mutu produk dan sertifikasi mutu 6. Penggunaan lembaga independent dalam proses jaminan mutu Peningkatan kepercayaan Proses pengurusan sertifikasi mutu lebih cepat Kontinuitas pasokan produk bermutu Meningkatkan harga produk Memudahkan penelusuran mutu produk Informasi mutu mudah diakses Peningkatan jumlah Proses produksi lebih efisien Penurunan biaya pengadaan bahan baku

28 Tuliskan nilai kinerja alternatif sistem kelembagaan pasokan bahan baku agroindustri gelatin untuk menjamin mutu produk berdasarkan beberapa variabel input dan output berikut dengan nilai 1 s/d 10 (1 = paling rendah, 10 = paling tinggi). Variabel Variabel input output Tingkat Biaya Lamanya Kemudahan Efisiensi Nilai Harga Daya Tingkat keterlibatan setiap pengurusan proses pengurusan proses tambah produk saing kepercayaan elemen dalam sertifikasi pengurusan sertifikasi pengadaan produk produk manajemen mutu mutu mutu mutu bahan baku 1. Model kontrak pangadaan bahan baku dengan patokan harga sesuai mutunya 2. Model kemitraan penyediaan bahan baku dengan konsep pembagian keuntungan dan manajemen mutu 3. Model jual beli bahan baku secara bebas sesuai mutu (kondisi awal) 4. Model pemberdayaan semua elemen pelaku agroindustri gelatin dalam manajemen mutu total 5. Adanya lembaga internal agroindustri sistem jaminan mutu produk dan sertifikasi mutu 6. Penggunaan lembaga independent dalam proses jaminan mutu

29 205 Lampiran 5. Nilai alternatif sistem kelembagaan (norma/aturan) jaminan mutu dengan MPE Alternatif model kelembagaan Model kontrak pangadaan bahan baku dengan patokan harga sesuai mutunya Model kemitraan penyediaan bahan baku dengan konsep pembagian keuntungan dan manajemen mutu Model jual beli bahan baku secara bebas sesuai mutu (kondisi saat ini) Peningkatan kepercayaan Tingkat kepentingan alternatif sesuai kriteria pemilihan model kelembagaan (aturan/norma) Proses pengurusan sertifikasi mutu lebih cepat Kontinuitas pasokan produk bermutu Meningkatkan harga produk Memudahkan penelusuran mutu produk Informasi mutu mudah diakses Peningkatan jumlah Proses produksi lebih efisien Penurunan biaya pengadaan bahan baku Nilai alternatif 6,00 5,43 6,57 4,43 5,43 5,00 4,29 4,29 4, ,87 5,29 5,00 6,00 4,14 5,14 5,29 4,14 4,86 4, ,60 4,57 4,29 4,00 4,29 3,86 4,43 4,43 3,71 4, ,24 Bobot kepentingan: 5,71 4,71 6,43 4,29 5,43 4,86 4,14 4,43 3,43 Lampiran 6. Nilai alternatif sistem kelembagaan (organisasi) jaminan mutu dengan MPE

30 206 Alternatif model kelembagaan Model pemberdayaan semua elemen pelaku agroindustri gelatin dalam manajemen mutu total Adanya lembaga internal agroindustri sistem jaminan mutu produk dan sertifikasi mutu Penggunaan lembaga independent dalam proses jaminan mutu Peningkatan kepercayaan Tingkat kepentingan alternatif sesuai kriteria pemilihan model kelembagaan (organisasi) Proses Meningkatkan Memudahkan Peningkatan pengurusan harga produk penelusuran jumlah sertifikasi mutu produk mutu cepat lebih Kontinuitas pasokan produk bermutu Informasi mutu mudah diakses Proses produksi lebih efisien Penurunan biaya pengadaan bahan baku Nilai alternatif 5,57 5,29 5,00 4,57 5,14 5,14 4,71 4,57 4, ,10 6,14 6,43 4,86 4,71 5,86 5,43 4,57 4,29 3, ,14 6,14 6,00 4,86 4,86 5,86 5,71 4,29 3,57 3, ,13 Bobot kepentingan: 6,25 4,75 6,50 4,00 5,75 5,75 4,25 5,00 3,75 Lampiran 7. Data agregasi data kusioner analisis efisiensi alternatif mosel sistem kelembagaan dengan DEA

31 207 1.Model kontrak pangadaan bahan baku dengan patokan harga sesuai mutunya 2.Model kemitraan penyediaan bahan baku dengan konsep pembagian keuntungan dan manajemen mutu 3. Model jual beli bahan baku secara bebas sesuai mutu (kondisi awal) 4. Model pemberdayaan semua elemen pelaku agroindustri gelatin dalam manajemen mutu total 5. Adanya lembaga internal agroindustri sistem jaminan mutu produk dan sertifikasi mutu 6. Penggunaan lembaga independent dalam proses jaminan mutu Tingkat keterlibatan setiap elemen dalam manajemen mutu Biaya pengurusan sertifikasi mutu Lamanya proses pengurusa n mutu Variabel input Kemudahan pengurusan sertifikasi mutu Efisiensi proses pengadaan bahan baku Daya saing produk Nilai tambah produk Harga produk Variabel output Tingkat kepercayaan 6,29 5,86 5,86 6,86 7,29 6,57 6,86 6,57 7,00 7,71 6,14 6,14 6,14 6,71 6,86 6,71 7,14 6,86 6,57 6,29 6,00 6,14 6,14 6,86 6,29 6,29 6,14 7,29 6,43 6,00 6,86 5,86 6,43 6,43 6,14 6,71 6,14 6,00 5,57 6,57 5,71 6,29 6,00 6,29 7,29 6,00 5,86 5,29 5,43 5,57 6,86 5,86 6,57 6,71

32 208 Lampiran 8. Data pendukung analisis finansial Lampiran 8 (a). Perkiraan biaya investasi agroindustri gelatin dari kulit Uraian Jumlah satuan Harga Unit Biaya Unit (Rp x 1000) (Rp x 1000) I. TANAH M Sub Total II. BANGUNAN 1. Ruang Produksi M Pagar 140 M Kantor 45 2 M Water treatment 24 2 M Pos Jaga 4 2 M Laboratorium dan workshop 24 2 M Areal Parkir 75 2 M Parit, Jalan 30 2 M Gudang 90 2 M Ruang generator 12 2 M Mushola 20 2 M Sub Total III.MESIN DAN PERALATAN 1. Mesin Pemotong kulit 2 unit Tahan perendaman / molen 3 unit Tangki bahan kimia 2 unit Bak pencucian 3 unit Alat ekstraksi 3 unit Filter press 3 unit Evaporator vaccum 3 unit Cemetator 3 unit Alat Sterilisasi 2 unit Alat Pengering 3 unit Alat Grinding 2 unit Alat Pengemas produk 1 unit Peralatan Penunjang 1 set Generator 1 set Sub Total IV. PERLENGKAPAN (Paket) 1. Transportasi 1 paket Kantor 1 paket Sub Total V. BIAYA PRA OPERASI (Paket) 1. Biaya Riset 1 paket Biaya Perijinan 1 paket Biaya instalasi listrik, perpipaan 1 paket Biaya Amdal dan kunsultasi 1 paket Sub Total JUMLAH MODAL TETAP KONTINGENSI (10%) VI. MODAL KERJA TOTAL KEBUTUHAN DANA PROYEK (Rp 1000) x

33 209 Lampiran 8 (b). Biaya tenaga kerja langsung dan tidak langsung Jabatan Jumlah Gaji/orang/bulan Gaji/bulan Gaji/Tahun (Rp x 1000) (Rp x 1000) (Rp x 1000) A Tenaga Kerja tidak Langsung 1. Presiden Direktur 1 15,000 15, , Direktur 3 8,000 24, , Manajer 9 4,000 36, , Staf Administratif 4 1,500 6,000 72, Sopir ,700 32, Satpam ,500 54,000 Sub Total 25 1,058,400 B. Tenaga Kerja Langsung 1. Supervisor 5 2,500 12, , Operator 15 1,500 22, , Buruh / pekerja , ,400 Sub Total ,400 T O T A L (Rp x 1000) 146,400 1,756,800 Lampiran 8 (c). Perkiraan biaya perawatan Nilai Perawatan Biaya/bulan Biaya/tahun Jenis Investasi (%) (Rp x 1000) (Rp x 1000) (Rp x 1000) 1. Bangunan 464, , , Mesin dan Peralatan 2,020, , , Perlengkapan 425, , ,000 T O T A L (Rp x 1000) 78, ,638 Lampran 8 (d). Perkiraan biaya penyusutan Jenis Nilai Investasi Umur Nilai Akhir Biaya/tahun (Rp x 1000) Ekonomis (Thn) (Rpx1000) (Rp x 1000) Bangunan 464, ,433 23,216 Mesin dan Peralatan 2,020, , ,000 Perlengkapan 1. Transportasi 350, ,000 35, Alat Kantor 75, ,500 15,000 T O T A L (Rp x 1000) 477,216

34 210 Lampiran 8 (e). Rencana perkiraan biaya administrasi kantor Uraian Nilai Investasi Asuransi Biaya/bulan Biaya/tahun (Rp x 1000) (%) (Rp x 1000) (Rp x 1000) 1. Bangunan 464, , , Mesin dan Peralatan 2,020, , , Perlengkapan 425, , , Tenaga Kerja 1,756, , , ATK 40, ,000 Sub Total 1,389, Retribusi dan PBB 116,608 Sub Total 116,608 T O T A L (Rp x 1000) 115,755 1,505,662 Lampiran 8 (f). Biaya bahan baku, bahan pembantu, dan utilitas No Komponen Kebutuhan Biaya/unit Biaya/bulan Biaya/tahun /bulan (Rp) (Rpx 1000) (Rp x 1000) A Bahan Mentah 1 Kulit Split (kg) CaO (Kapur Tohor) (kg) (NH3)2SO4 (kg) NaOH Air Sub Total B Bahan Kemasan 1 Karung Plastik kertas sax Sub Total C Bahan Bakar 1 Listrik (KWh) Steam (Kg) Pelumas Sub Total D Utilitas 1 Gudang, Pabrik, Kantor Unit Mobil,forklift dll Sub Total T O T A L (Rp x 1000)

35 211 Lampiran 8 (g). Proyeksi pendapatan agroindustri gelatin per tahun No Jenis Gelatin Proyeksi penjualan Harga Pendapatan Kg % (Rpx 1000) (Rp x 1000) 1 Gelatin bloom Gelatin bloom Gelatin bloom Gelatin bloom Lampiran 8 (h). Analisis NPV, IRR, Net B/C, dan PBP Tahun Cost Revenue R-C Akumulasi DF 15% PV , , , , , , , , , , , NPV Total Net Present Value 15% (Rp x 1000) Internal rate of return (%) 31,98% Net B/C 1,11 Pay Back Period (tahun) 3,69

36 212 Lampiran 8 (i). Biaya operasional agroindustri gelatin No Komponen Tahun Ke- 0 1 (80%) 2 (90%) 3 (100%) 4 (100%) 5 (100%) 6 (100%) 7 (100%) 8 (100%) 9 (100%) 10 (100%) A Biaya Tetap 1 Tenaga Kerja tdk Langsung Administrasi Penyusutan Perawatan Sub Total B Biaya Variabel Biaya Bahan Baku Retribusi Tenaga Kerja Langsung Sub Total T O T A L (Rp x 1000)

37 213 Lampiran 8 (j). Analisis BEP agroindustri gelatin No Komponen Tahun Ke- A 0 1 (80%) 2 (90%) 3 (100%) 4 (100%) 5 (100%) 6 (100%) 7 (100%) 8 (100%) 9 (100%) 10 (100%) Penerimaan Penjualan produk Total Penerimaan B Biaya Tetap 1 Tenaga Kerja tdk Langsung Administrasi Penyusutan Perawatan Sub Total C Biaya Variabel 1 Biaya Bahan Baku Retribusi Tenaga Kerja Langsung Sub Total T O T A L (Rp x 1000) BEP (Rp x 1000) BEP (kg/tahun)

38 214 Lampiran 8 (k). Proyeksi arus kas agroindustri gelatin Uraian Tahun ke A. Kas Masuk 1. Penerimaan Modal Sendiri Modal Pinjaman Total Kas Masuk B. Kas Keluar 1. Biaya Modal tetap Biaya Modal Kerja Angsuran Pinjaman Pembayaran Pajak Total Kas Keluar Aliran Kas Bersih Arus Kas Awal Tahun Arus Kas Akhir Tahun

39 215 Lampiran 8 (l). Proyeksi laporan laba rugi agroindustri gelatin Uraian Tahun Ke- (Rp x 1000) 1 (80%) 2 (90%) 3 (100%) 4 (100%) 5 (100%) 6 (100%) 7 (100%) 8 (100%) 9 (100%) 10 (100%) A. Penerimaan penjualan produk Total Penerimaan B. Pengeluaran 1. Biaya Tetap Biaya Variabel Total Pengeluaran C. Laba Operasi D. Angsuran Kredit E. Laba Bruto F. Pajak Penghasilan H. Laba Bersih Akumulasi Laba

40 216 Lampiran 8 (m). Rencana pembayaran angsuran kredit dan bunga bank Bunga Tahun Jumlah Kredit Angsuran Pokok (15%) Pembayaran Sisa Kredit (Rp x 1000) (Rp x 1000) (Rp x 1000) (Rp x 1000) (Rp x 1000) Lampiran 8 (n). Keterkaitan atau aktifitas produksi gelatin Tempat Parkir Ruang Kantor Ruang Laboratorium Tempat Ruang pengemasan dan penyimpanan Ruang Cemetator Ruang Filtrasi Ruang Generato r Parkir Ruang Grinder Ruang Pengering Ruang Evaporasi Ruang Ekstraksi Water Gudang treatment Bahan baku Ruang pencucian Mesin pemotong kulit split Ruang perendaman dengan molen dan tangki

41 217 Lampiran 8 (o). Tata letak agroindustri gelatin yang diusulkan Tempat Parkir Ruang Kantor Ruang Laboratorium Tempat Parkir Ruang pengemasan dan penyimpanan Ruang Cemetator Ruang Filtrasi Ruang Generator Ruang Grinder Ruang Pengering Ruang Evaporasi Ruang Ekstraksi Water treatment Gudang Bahan baku Ruang pencucian Mesin pemotong kulit split Ruang perendaman dengan molen dan tangki

42 218 Lampiran 9. Tampilan sistem pendukung keputusan jaminan mutu pasokan bahan baku gelatin Tampilan DSS pemodelan sistem dengan ISM pada sub-elemen tujuan Tampilan DSS input data dengan ISM

43 219 Tampilan DSS hasil hasil perhitungan matrik reachability dengan ISM Tampilan DSS hasil hasil perhitungan matrik RM transitivity dengan ISM

44 220 Tampilan DSS hasil hasil perhitungan matrik RM transitivity dengan ISM Tampilan DSS input data analisa keuangan

45 221 Tampilan DSS hasil analisa finansial Tampilan DSS hasil analisa sensitifitas dalam analisa keuangan

46 222 Tampilan DSS Pemilihan model dengan ME MCDM

PEMODELAN SISTEM Konfigurasi Model

PEMODELAN SISTEM Konfigurasi Model PEMODELAN SISTEM Konfigurasi Model Rekayasa sistem kelembagaan penelusuran pasokan bahan baku agroindustri gelatin untuk menjamin mutu produk melibatkan berbagai pihak yang mempunyai kepentingan yang berbeda,

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Kerangka Pemikiran Konseptual Penelitian

METODE PENELITIAN Kerangka Pemikiran Konseptual Penelitian METODE PENELITIAN Kerangka Pemikiran Konseptual Penelitian Penelitian ini dilakukan berdasarkan pendekatan ilmiah dengan kerangka berfikir logis. Pemodelan sistem kelembagaan pasokan bahan baku agroindustri

Lebih terperinci

Lampiran 1. Asumsi No Variabel Asumsi Satuan Nilai 1 Umur proyek Tahun 10 2 Hari kerja per bulan Hari 30 3 Bulan kerja per tahun Bulan 12 4 Jumlah

Lampiran 1. Asumsi No Variabel Asumsi Satuan Nilai 1 Umur proyek Tahun 10 2 Hari kerja per bulan Hari 30 3 Bulan kerja per tahun Bulan 12 4 Jumlah LAMPIRAN 76 Lampiran 1. Asumsi No Variabel Asumsi Satuan Nilai 1 Umur proyek Tahun 10 2 Hari kerja per bulan Hari 30 3 Bulan kerja per tahun Bulan 12 4 Jumlah hari kerja per tahun Hari 338 5 Nilai sisa

Lebih terperinci

Gambar 9 Sistem penunjang keputusan pengembangan klaster agroindustri aren.

Gambar 9 Sistem penunjang keputusan pengembangan klaster agroindustri aren. 44 V. PEMODELAN SISTEM Dalam analisis sistem perencanaan pengembangan agroindustri aren di Sulawesi Utara menunjukkan bahwa terdapat berbagai pihak yang terlibat dan berperan didalam sistem tersebut. Pihak-pihak

Lebih terperinci

Tabel 1. Luas areal terbesar 5 kabupaten provinsi Sumatera Utara. Tabel 2. Luas areal terbesar 5 kabupaten provinsi Riau

Tabel 1. Luas areal terbesar 5 kabupaten provinsi Sumatera Utara. Tabel 2. Luas areal terbesar 5 kabupaten provinsi Riau Lampiran 3. Luas areal perkebunan kelapa sawit tahun 2009. Tabel 1. Luas areal terbesar 5 kabupaten provinsi Sumatera Utara Kabupaten Luas Areal (Ha) Labuhan Batu 85527 Tapanuli Selatan 57144 Simalungun

Lebih terperinci

Sistem Manajemen Basis Data

Sistem Manajemen Basis Data 85 KONFIGURASI MODEL Hasil analisis sistem menunjukkan bahwa sistem pengembangan Agrokakao bersifat kompleks, dinamis, dan probabilistik. Hal tersebut ditunjukkan oleh banyaknya pelaku yang terlibat dalam

Lebih terperinci

VIII. ANALISIS FINANSIAL

VIII. ANALISIS FINANSIAL VIII. ANALISIS FINANSIAL Analisis aspek finansial bertujuan untuk menentukan rencana investasi melalui perhitungan biaya dan manfaat yang diharapkan dengan membandingkan antara pengeluaran dan pendapatan.

Lebih terperinci

PEMODELAN SISTEM 6.1. KONFIGURASI MODEL

PEMODELAN SISTEM 6.1. KONFIGURASI MODEL VI. PEMODELAN SISTEM 6.1. KONFIGURASI MODEL Sistem Penunjang Keputusan Perencanaan Pengembangan Agroindustri Manggis dirancang dan dikembangkan dalam suatu paket perangkat lunak ng diberi nama mangosteen

Lebih terperinci

VI. PEMODELAN SISTEM AGROINDUSTRI NENAS. Analisis sistem kemitraan agroindustri nenas yang disajikan dalam Bab 5

VI. PEMODELAN SISTEM AGROINDUSTRI NENAS. Analisis sistem kemitraan agroindustri nenas yang disajikan dalam Bab 5 VI. PEMODELAN SISTEM AGROINDUSTRI NENAS Formatted: Swedish (Sweden) Analisis sistem kemitraan agroindustri nenas yang disajikan dalam Bab 5 menunjukkan bahwa sistem kemitraan setara usaha agroindustri

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Berkembangnya industri pangan dan non-pangan di Indonesia, telah menyebabkan kebutuhan bahan baku dan bahan penolong bagi industri tersebut menjadi hal yang sangat penting. Salah

Lebih terperinci

Lampiran 2. Jumlah kamar hotel berbintang dan melati yang terjual di kota Semarang Kamar terjual

Lampiran 2. Jumlah kamar hotel berbintang dan melati yang terjual di kota Semarang Kamar terjual L A M P I R A N Lampiran 1. Jumlah kunjngan wisatawan di kota Semarang Tahun Jumlah wisatawan Pertumbuhan (%) 2003 807.702-2004 690.964-14,45 2005 640.316-7,33 2006 650.316 1,56 2007 1.016.177 56,26 2008

Lebih terperinci

Analisis perkiraan kinerja sistem kelembagaan jaminan mutu pasokan bahan baku agroindustri gelatin

Analisis perkiraan kinerja sistem kelembagaan jaminan mutu pasokan bahan baku agroindustri gelatin ANALISIS PERKIRAAN KINERJA SISTEM KELEMBAGAAN JAMINAN MUTU PASOKAN BAHAN BAKU DAN KELAYAKAN PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI GELATIN Kelembagaan (institution) sebagai aturan main (rule of game) dan organisasi,

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Tulang Bawang. Pengambilan data dilakukan pada bulan Mei sampai dengan Juli

III. METODE PENELITIAN. Tulang Bawang. Pengambilan data dilakukan pada bulan Mei sampai dengan Juli III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Lokasi penelitian pendirian agroindustri berbasis ikan dilaksanakan di Kabupaten Tulang Bawang. Pengambilan data dilakukan pada bulan Mei sampai dengan

Lebih terperinci

Lampiran 1. Pedoman mutu kulit kayu manis secara visual

Lampiran 1. Pedoman mutu kulit kayu manis secara visual Lampiran 1. Pedoman mutu kulit kayu manis secara visual Jenis mutu Pengikisan Asal kulit Warna Rasa Panjang Vera AA Bersih dan licin Batang, diameter Kuning atau Tidak terlalu Min. 10 cm dengan gulungan

Lebih terperinci

VII ANALISIS ASPEK FINANSIAL

VII ANALISIS ASPEK FINANSIAL VII ANALISIS ASPEK FINANSIAL Menganalisis kelayakan suatu proyek atau usaha dari segi keuangan dapat mengunakan. Analisis finansial. Adapun kriteria kriteria penilaian investasi yang dapat digunakan yaitu

Lebih terperinci

PEMODELAN SISTEM. Konfigurasi Model. Data Pengetahuan Model. Perumusan Strategi Bauran Pemasaran MEKANISME INFERENSI SISTEM PENGOLAHAN TERPUSAT

PEMODELAN SISTEM. Konfigurasi Model. Data Pengetahuan Model. Perumusan Strategi Bauran Pemasaran MEKANISME INFERENSI SISTEM PENGOLAHAN TERPUSAT PEMODELAN SISTEM Konfigurasi Model Rancang bangun model pengembangan industri kecil jamu dirancang dalam bentuk paket program komputer sistem manajemen ahli yang terdiri dari komponen : sistem manajemen

Lebih terperinci

EVALUASI EKONOMI. Evalusi ekonomi dalam perancangan pabrik meliputi : Modal yang ditanam Biaya produksi Analisis ekonomi

EVALUASI EKONOMI. Evalusi ekonomi dalam perancangan pabrik meliputi : Modal yang ditanam Biaya produksi Analisis ekonomi EVALUASI EKONOMI Evalusi ekonomi dalam perancangan pabrik meliputi : Modal yang ditanam Biaya produksi Analisis ekonomi 1. Modal yang ditanam A.Modal tetap, meliputi : letak pabrik gedung utilities pabrik

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 61 HASIL DAN PEMBAHASAN Sistem manajemen ahli model SPK agroindustri biodiesel berbasis kelapa sawit terdiri dari tiga komponen utama yaitu sistem manajemen basis data, sistem manajemen basis pengetahuan

Lebih terperinci

VII. ANALISIS FINANSIAL

VII. ANALISIS FINANSIAL VII. ANALISIS FINANSIAL Usaha peternakan Agus Suhendar adalah usaha dalam bidang agribisnis ayam broiler yang menggunakan modal sendiri dalam menjalankan usahanya. Skala usaha peternakan Agus Suhendar

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN A. KERANGKA PEMIKIRAN KONSEPTUAL Gambir merupakan salah satu produk ekspor Indonesia yang prospektif, namun hingga saat ini Indonesia baru mengekspor gambir dalam bentuk gambir asalan.

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Data dan Instrumentasi 4.3. Metode Pengumpulan Data

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Data dan Instrumentasi 4.3. Metode Pengumpulan Data IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian mengambil tempat di kantor administratif Koperasi Peternak Sapi Bandung Utara (KPSBU) Jawa Barat yang berlokasi di Kompleks Pasar Baru Lembang

Lebih terperinci

BAB V KONFIGURASI DAN PEMODELAN SISTEM

BAB V KONFIGURASI DAN PEMODELAN SISTEM 83 BAB V KONFIGURASI DAN PEMODELAN SISTEM 5.1. Konfigurasi Model Analisis sistem pada Bab IV memperlihatkan bahwa pengembangan agroindustri sutera melibatkan berbagai komponen dengan kebutuhan yang beragam,

Lebih terperinci

Lampiran 1. Tampilan cokelat batangan dan desain kemasan cokelat batangan

Lampiran 1. Tampilan cokelat batangan dan desain kemasan cokelat batangan LAMPIRAN 85 Lampiran 1. Tampilan cokelat batangan dan desain kemasan cokelat batangan Cokelat batangan Kemasan cokelat batangan Kemasan tanpa cokelat batangan Tampak depan dengan cokelat batangan Tampak

Lebih terperinci

ASPEK FINANSIAL Skenario I

ASPEK FINANSIAL Skenario I VII ASPEK FINANSIAL Setelah menganalisis kelayakan usaha dari beberapa aspek nonfinansial, analisis dilanjutkan dengan melakukan analisis kelayakan pada aspek finansial yaitu dari aspek keuangan usaha

Lebih terperinci

VIII. ANALISIS FINANSIAL

VIII. ANALISIS FINANSIAL VIII. ANALISIS FINANSIAL Analisis finansial bertujuan untuk menghitung jumlah dana yang diperlukan dalam perencanaan suatu industri melalui perhitungan biaya dan manfaat yang diharapkan dengan membandingkan

Lebih terperinci

METODE PERBANDINGAN EKONOMI. Pusat Pengembangan Pendidikan - Universitas Gadjah Mada

METODE PERBANDINGAN EKONOMI. Pusat Pengembangan Pendidikan - Universitas Gadjah Mada METODE PERBANDINGAN EKONOMI METODE BIAYA TAHUNAN EKIVALEN Untuk tujuan perbandingan, digunakan perubahan nilai menjadi biaya tahunan seragam ekivalen. Perhitungan secara pendekatan : Perlu diperhitungkan

Lebih terperinci

VII ANALISIS ASPEK FINANSIAL

VII ANALISIS ASPEK FINANSIAL VII ANALISIS ASPEK FINANSIAL Aspek finansial merupakan aspek yang dikaji melalui kondisi finansial suatu usaha dimana kelayakan aspek finansial dilihat dari pengeluaran dan pemasukan usaha tersebut selama

Lebih terperinci

Lampiran 7. Aktor/Pelaku Pasar Arang Tempurung Kelapa (ATK) di Desa Gunung Terang Kabupaten Lampung Selatan. Petani Kelapa. Pelaku Pengolah Kopra

Lampiran 7. Aktor/Pelaku Pasar Arang Tempurung Kelapa (ATK) di Desa Gunung Terang Kabupaten Lampung Selatan. Petani Kelapa. Pelaku Pengolah Kopra Lampiran 7. Aktor/Pelaku Pasar Arang Tempurung Kelapa (ATK) di Desa Gunung Terang Kabupaten Lampung Selatan Petani Kelapa Pengumpul/ AgenKelapa Pelaku Pengolah Kopra Pelaku Pengolah Kopra+Arang Pelaku

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Lampung Timur. Lokasi penelitian

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Lampung Timur. Lokasi penelitian 36 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Lampung Timur. Lokasi penelitian dipilih secara purposive (sengaja) dengan pertimbangan bahwa daerah

Lebih terperinci

KELAYAKAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA SILO JAGUNG di GAPOKTAN RIDO MANAH KECAMATAN NAGREK KABUPATEN BANDUNG

KELAYAKAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA SILO JAGUNG di GAPOKTAN RIDO MANAH KECAMATAN NAGREK KABUPATEN BANDUNG LAMPIRAN 83 Lampiran 1. Kuesioner kelayakan usaha KUESIONER PENELITIAN KELAYAKAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA SILO JAGUNG di GAPOKTAN RIDO MANAH KECAMATAN NAGREK KABUPATEN BANDUNG SEKOLAH PASCASARJANA

Lebih terperinci

BAB 5 ANALISA KEUANGAN

BAB 5 ANALISA KEUANGAN BAB 5 ANALISA KEUANGAN 5.1 Ekuitas (Equity) Tiga elemen penting dari bisnis adalah aset, hutang, dan ekuitas yang dimiliki oleh perusahaan. Menurut Weygandt, Kimmel, dan Kieso (2011:12), terdapat hubungan

Lebih terperinci

LAMPIRAN-LAMPIRAN 118

LAMPIRAN-LAMPIRAN 118 LAMPIRAN-LAMPIRAN 118 Lampiran 1. Kuesioner SKB A. Gambaran Umun Perusahaan No Uraian Keterangan 1 Sejarah Perusahaan 2 Lokasi Perusahaan 3 Tujuan Perusahaan Visi : Misi : 4 Kegiatan Bisnis PT ASG B. Aspek

Lebih terperinci

Lampiran 1. Hasil Uji Lanjut Ortogonal Kekerasan Sumber keragaman

Lampiran 1. Hasil Uji Lanjut Ortogonal Kekerasan Sumber keragaman LAMPIRAN Lampiran 1. Hasil Uji Lanjut Ortogonal Kekerasan Sumber keragaman db JK KT F hit F 0.05 F0.01 Perlakuan 3 13,23749 4,412497 48,60917 4,06618 7,590984 Linier 1 12,742 12,74204 140,3695 5,317645*

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN PENELITIAN DAN ANALISA SWOT

BAB IV PEMBAHASAN PENELITIAN DAN ANALISA SWOT 41 BAB IV PEMBAHASAN PENELITIAN DAN ANALISA SWOT Berdasarkan data-data yang telah terkumpul pada bab-bab sebelumnya, maka kami dapat melakukan pengolahan, perhitungan, dan analisa data seperti yang akan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Tanaman kehutanan adalah tanaman yang tumbuh di hutan yang berumur

III. METODE PENELITIAN. Tanaman kehutanan adalah tanaman yang tumbuh di hutan yang berumur 47 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Konsep dasar dan definisi operasional mencakup pengertian yang digunakan untuk mendapatkan dan menganalisis data sesuai dengan tujuan

Lebih terperinci

A. Kerangka Pemikiran

A. Kerangka Pemikiran III. METODOLOGI PENELITIAN A. Kerangka Pemikiran Penelitian ini mengkaji studi kelayakan pendirian industri pengolahan keripik nangka di kabupaten Semarang. Studi kelayakan dilakukan untuk meminimumkan

Lebih terperinci

IV METODOLOGI PENELITIAN

IV METODOLOGI PENELITIAN IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di sebuah lokasi yang berada Desa Kanreapia Kecamatan Tombolo Pao, Kabupaten Gowa, Propinsi Sulawesi Selatan. Pemilihan lokasi

Lebih terperinci

VII. HASIL DAN PEMBAHASAN

VII. HASIL DAN PEMBAHASAN VII. HASIL DAN PEMBAHASAN 7.1 PROGRAM UTAMA mangosteen 1.0 Sistem Penunjang Keputusan Perencanaan Pengembangan Agroindustri Manggis dirancang dalam sebuah paket program bernaman mangosteen 1.0. Model mangosteen

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Studi Kelayakan Proyek Proyek memiliki beberapa pengertian. Menurut Kadariah et al. (1999) proyek ialah suatu keseluruhan aktivitas yang menggunakan

Lebih terperinci

Aspek Keuangan. Dosen: ROSWATY,SE.M.Si

Aspek Keuangan. Dosen: ROSWATY,SE.M.Si Aspek Keuangan Dosen: ROSWATY,SE.M.Si PENGERTIAN ASPEK KEUANGAN Aspek keuangan merupakan aspek yang digunakan untuk menilai keuangan perusahaan secara keseluruhan. Aspek keuangan memberikan gambaran yang

Lebih terperinci

III. METODOLOGI. Tahap Pengumpulan Data dan Informasi

III. METODOLOGI. Tahap Pengumpulan Data dan Informasi 23 III METODOLOGI Penelitian ini dilakukan dalam empat tahapan penelitian yaitu tahap pengumpulan data dan informasi, tahap pengkajian pengembangan produk, tahap pengkajian teknologi, tahap uji coba dan

Lebih terperinci

ASPEK PEMASARAN. Proyeksi Permintaan. (dalam Unit)

ASPEK PEMASARAN. Proyeksi Permintaan. (dalam Unit) ASPEK PEMASARAN A. Gambaran Umum Pasar 1. Jenis Permintaan terhadap produk 2. Segmen Pasar 3. Wilayah pemasaran/ pasar sasaran (contoh: kelurahan, kecamatan, kabupaten, kotamadya, dsb.) B. Permintaan 1.

Lebih terperinci

Lampiran 1. Rugi Laba

Lampiran 1. Rugi Laba LAMPIRAN Lampiran 1. Rugi Laba Uraian Tahun 1 Tahun 2 Tahun 3 Tahun 4 Tahun 5 Tahun 6 Tahun 7 Tahun 8 Tahun 9 Tahun 10 PENERIMAAN Kapasitas Pengolahan (kg buah) 480,000 480,000 480,000 480,000 480,000

Lebih terperinci

VII. RENCANA KEUANGAN

VII. RENCANA KEUANGAN VII. RENCANA KEUANGAN Rencana keuangan bertujuan untuk menentukan rencana investasi melalui perhitungan biaya dan manfaat yang diharapkan dengan membandingkan antara pengeluaran dan pendapatan. Untuk melakukan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI 3.1. Kerangka Pemikiran

BAB III METODOLOGI 3.1. Kerangka Pemikiran 62 BAB III METODOLOGI 3.1. Kerangka Pemikiran Agroindustri sutera alam merupakan industri pengolahan yang mentransformasikan bahan baku kokon (hasil pemeliharaan ulat sutera) menjadi benang, kain sutera,

Lebih terperinci

SISTEM PENUNJANG KEPUTUSAN

SISTEM PENUNJANG KEPUTUSAN 94 SISTEM PENUNJANG KEPUTUSAN Konfigurasi Model Hasil analisis sistem menunjukkan bahwa sistem pemberdayaan masyarakat perdesaan dalam klaster agroindustri minyak atsiri bersifat kompleks, dinamis, dan

Lebih terperinci

Manajemen Investasi. Febriyanto, SE, MM. LOGO

Manajemen Investasi. Febriyanto, SE, MM.  LOGO Manajemen Investasi Febriyanto, SE, MM. www.febriyanto79.wordpress.com LOGO 2 Manajemen Investasi Aspek Keuangan Aspek keuangan merupakan aspek yang digunakan untuk menilai keuangan perusahaan secara keseluruhan.

Lebih terperinci

usaha dari segi keuntungan. Analisis finansial dilakukan dengan menggunakan

usaha dari segi keuntungan. Analisis finansial dilakukan dengan menggunakan 34 Roda Mandala Asia Makmur Trass 2.5 35 Rumpin Satria Bangun Trass 1.3 36 Sirtu Pratama Usaha Andesit 1.8 37 Sumber Alfa Prolindo Pasir 4 38 Tarabatuh Manunggal Andesit 16 39 Wiguna Karya II Trass 2.5

Lebih terperinci

V. PENDEKATAN SISTEM 5.1. Analisis Kebutuhan Pengguna 1.) Petani

V. PENDEKATAN SISTEM 5.1. Analisis Kebutuhan Pengguna 1.) Petani V. PENDEKATAN SISTEM Sistem merupakan kumpulan gugus atau elemen yang saling berinteraksi dan terorganisasi untuk mencapai suatu tujuan atau serangkaian tujuan. Pendekatan sistem merupakan metode pemecahan

Lebih terperinci

BAB VI ASPEK KEUANGAN

BAB VI ASPEK KEUANGAN BAB VI Bagian ini akan menjelaskan tentang kebutuhan dana, sumber dana, proyeksi neraca, proyeksi laba rugi, proyeksi arus kas, dan penilaian kelayakan investasi. Proyeksi keuangan ini akan dibuat dalam

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Konseptual III. METODE PENELITIAN Nilai tambah yang tinggi yang diperoleh melalui pengolahan cokelat menjadi berbagai produk cokelat, seperti cokelat batangan merupakan suatu peluang

Lebih terperinci

6 ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGOLAHAN SURIMI

6 ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGOLAHAN SURIMI 6 ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGOLAHAN SURIMI 6.1 Pendahuluan Industri surimi merupakan suatu industri pengolahan yang memiliki peluang besar untuk dibangun dan dikembangkan. Hal ini didukung oleh adanya

Lebih terperinci

MATERI 7 ASPEK EKONOMI FINANSIAL

MATERI 7 ASPEK EKONOMI FINANSIAL MATERI 7 ASPEK EKONOMI FINANSIAL Analisis kelayakan finansial adalah alat yang digunakan untuk mengkaji kemungkinan keuntungan yang diperoleh dari suatu penanaman modal. Tujuan dilakukan analisis kelayakan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian Kerangka pemikiran penelitian ini diawali dengan melihat potensi usaha yang sedang dijalankan oleh Warung Surabi yang memiliki banyak konsumen

Lebih terperinci

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN BAB III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Definisi Proyek Kegiatan proyek dapat diartikan sebagai satu kegiatan sementara yang berlangsung dalam jangka waktu terbatas, dengan alokasi

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Studi Kelayakan Usaha

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Studi Kelayakan Usaha II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Studi Kelayakan Usaha Studi kelayakan merupakan bahan pertimbangan dalam mengambil suatu keputusan, apakah menerima atau menolak suatu gagasan usaha yang direncanakan. Pengertian

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. KERANGKA TEORI 2.1.1. Pengertian Studi Kelayakan Bisnis Studi Kelayakan bisnis adalah suatu kegiatan yang mempelajari secara mendalam tentang kegiatan atau usaha atau bisnis

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Studi Kelayakan Proyek Proyek merupakan suatu kegiatan untuk membangun sistem yang belum ada. Sistem dibangun dahulu oleh proyek, kemudian dioperasionalkan

Lebih terperinci

III. LANDASAN TEORETIS

III. LANDASAN TEORETIS III. LANDASAN TEORETIS 1. Pemodelan Deskriptif dengan Metode ISM (Interpretative Structural Modeling) Eriyatno (1999) mengemukakan bahwa dalam proses perencanaan strategik seringkali para penyusunnya terjebak

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di perusahaan peternakan sapi perah di CV. Cisarua Integrated Farming, yang berlokasi di Kampung Barusireum, Desa Cibeureum, Kecamatan

Lebih terperinci

VII. ANALISIS KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL

VII. ANALISIS KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL VII. ANALISIS KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL Analisis finansial dilakukan untuk melihat sejauh mana Peternakan Maju Bersama dapat dikatakan layak dari aspek finansial. Untuk menilai layak atau tidak usaha tersebut

Lebih terperinci

Pertemuan 12 Investasi dan Penganggaran Modal

Pertemuan 12 Investasi dan Penganggaran Modal Pertemuan 12 Investasi dan Penganggaran Modal Disarikan Gitman dan Sumber lain yang relevan Pendahuluan Investasi merupakan penanaman kembali dana yang dimiliki oleh perusahaan ke dalam suatu aset dengan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Tugas Akhir Analisis Kelayakan Investasi nilai Jual Minimum Perumahan Bale Maganda Kahuripan BAB II LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI. Tugas Akhir Analisis Kelayakan Investasi nilai Jual Minimum Perumahan Bale Maganda Kahuripan BAB II LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Tinjauan Pustaka Secara umum setiap proyek harus dianalisis dari berbagai aspek. Maksud dari analisis proyek adalah untuk memperbaiki pemilihan investasi. Pemilihan berbagai macam

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN dan HIPOTESIS PENELITIAN Tinjauan Pustaka Tinjauan teknologi pengolahan sagu Teknologi merupakan sumberdaya buatan manusia yang kompetitif dan selalu

Lebih terperinci

Analisis Kelayakan Proyek. Muhammad Taqiyyuddin Alawiy, ST., MT Dosen Fakultas Teknik Elektro Universitas Islam Malang

Analisis Kelayakan Proyek. Muhammad Taqiyyuddin Alawiy, ST., MT Dosen Fakultas Teknik Elektro Universitas Islam Malang Analisis Kelayakan Proyek Muhammad Taqiyyuddin Alawiy, ST., MT Dosen Fakultas Teknik Elektro Universitas Islam Malang Kebijakan Publik Perlukah membangun rumah sakit baru? Membangun bandara atau menambah

Lebih terperinci

II. KERANGKA PEMIKIRAN

II. KERANGKA PEMIKIRAN II. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis merupakan kumpulan teori yang digunakan dalam penelitian. Teori-teori ini berkaitan erat dengan permasalahan yang ada

Lebih terperinci

DAFTAR ISI... Halaman ABSTRAKSI.. KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR Latar Belakang Penelitian 1

DAFTAR ISI... Halaman ABSTRAKSI.. KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR Latar Belakang Penelitian 1 ABSTRAKSI Dalam menghadapi persaingan dunia usaha yang semakin ketat, maka perusahaan memerlukan strategi yang tepat untuk selalu dapat unggul dalam persaingan. Karena bila salah dalam menerapkan strategi

Lebih terperinci

ASPEK PEMASARAN. Proyeksi Permintaan. (dalam Unit)

ASPEK PEMASARAN. Proyeksi Permintaan. (dalam Unit) RENCANA USAHA 1 ASPEK PEMASARAN A. Gambaran Umum Pasar 1. Jenis Permintaan terhadap produk/jasa 2. Segmen Pasar 3. Wilayah pemasaran/pasar sasaran (contoh: kelurahan, kecamatan, kabupaten, kotamadya, dsb.)

Lebih terperinci

Lampiran 1. Pohon Industri Gambir (Gumbira Sa id et al., 2009)

Lampiran 1. Pohon Industri Gambir (Gumbira Sa id et al., 2009) Lampiran 1. Pohon Industri Gambir (Gumbira Sa id et al., 29) Pohon Gambir Daun Gambir Ranting Gambir Muda Batang Gambir Tua Kompos (Dari Daun Sisa Gambir Asalan Kayu Bakar Pelet Kayu Gambir untuk Menginang

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Sistem Agribisnis Agribisnis sering diartikan secara sempit, yaitu perdagangan atau pemasaran hasil pertanian.sistem agribisnis sebenarnya

Lebih terperinci

A Modal investasi Jumlah (Rp) 1 Tanah Bangunan Peralatan Produksi Biaya Praoperasi*

A Modal investasi Jumlah (Rp) 1 Tanah Bangunan Peralatan Produksi Biaya Praoperasi* A Modal investasi Jumlah (Rp) 1 Tanah 150.000.000 2 Bangunan 150.000.000 3 Peralatan Produksi 1.916.100.000 4 Biaya Praoperasi* 35.700.000 B Jumlah Modal Kerja 1 Biaya bahan baku 7.194.196.807 2 Biaya

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Proses produksi kopi luwak adalah suatu proses perubahan berbagai faktor

III. METODE PENELITIAN. Proses produksi kopi luwak adalah suatu proses perubahan berbagai faktor III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Batasan Operasional Konsep dasar dan batasan operasional ini mencakup semua pengertian yang digunakan untuk memperoleh data yang akan dianalisis sesuai dengan

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis mengemukakan teori-teori terkait penelitian. Teori-teori tersebut antara lain pengertian proyek, keterkaitan proyek dengan

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL TERHADAP PROFITABILITAS INDUSTRI RUMAH TANGGA ANEKA KUE KERING (STUDI KASUS: INDUSTRI RUMAH TANGGA ONI COOKIES )

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL TERHADAP PROFITABILITAS INDUSTRI RUMAH TANGGA ANEKA KUE KERING (STUDI KASUS: INDUSTRI RUMAH TANGGA ONI COOKIES ) ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL TERHADAP PROFITABILITAS INDUSTRI RUMAH TANGGA ANEKA KUE KERING (STUDI KASUS: INDUSTRI RUMAH TANGGA ONI COOKIES ) Nama : Sonny Suryadi NPM : 36410653 Jurusan : Teknik Industri

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN. Menurut Kadariah (2001), tujuan dari analisis proyek adalah :

III. KERANGKA PEMIKIRAN. Menurut Kadariah (2001), tujuan dari analisis proyek adalah : III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Analisis Kelayakan Investasi Pengertian Proyek pertanian menurut Gittinger (1986) adalah kegiatan usaha yang rumit karena penggunaan sumberdaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dengan semakin meningkatnya penggunaan energi sejalan dengan

BAB I PENDAHULUAN. Dengan semakin meningkatnya penggunaan energi sejalan dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG PERMASALAHAN Dengan semakin meningkatnya penggunaan energi sejalan dengan berkembangnya perekonomian dan industri, maka disadari pula pentingnya penghematan energi

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Pengertian Studi Kelayakan Proyek Proyek adalah suatu kegiatan yang mengeluarkan uang atau biaya dengan harapan untuk memperoleh hasil dan

Lebih terperinci

KERANGKA PEMIKIRAN. Pada bagian ini akan dijelaskan tentang konsep dan teori yang

KERANGKA PEMIKIRAN. Pada bagian ini akan dijelaskan tentang konsep dan teori yang III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Konseptual Pada bagian ini akan dijelaskan tentang konsep dan teori yang berhubungan dengan penelitian studi kelayakan usaha pupuk kompos pada Kelompok Tani

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Studi Kelayakan Proyek Proyek adalah kegiatan-kegiatan yang dapat direncanakan dan dilaksanakan dalam suatu bentuk kesatuan dengan mempergunakan

Lebih terperinci

KONSEP DAN METODE PENILAIAN INVESTASI

KONSEP DAN METODE PENILAIAN INVESTASI KONSEP DAN METODE PENILAIAN INVESTASI 4.1. KONSEP INVESTASI Penganggaran modal adalah merupakan keputusan investasi jangka panjang, yang pada umumnya menyangkut pengeluaran yang besar yang akan memberikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (barang/jasa) dibutuhkan peranan supplyer untuk memasok produk yang

BAB I PENDAHULUAN. (barang/jasa) dibutuhkan peranan supplyer untuk memasok produk yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perdagangan di era globalisasi ini semakin berkembang pesat. Seiring dengan meningkatnya kebutuhan masyarakat dunia. Dalam rantai produk (barang/jasa) dibutuhkan peranan

Lebih terperinci

BAB IV KERANGKA PEMIKIRAN

BAB IV KERANGKA PEMIKIRAN 23 BAB IV KERANGKA PEMIKIRAN 4.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 4.1.1 Studi Kelayakan Usaha Proyek atau usaha merupakan kegiatan yang dilakukan untuk mendapatkan manfaat (benefit) dengan menggunakan sumberdaya

Lebih terperinci

Aspek Ekonomi dan Keuangan. Pertemuan 11

Aspek Ekonomi dan Keuangan. Pertemuan 11 Aspek Ekonomi dan Keuangan Pertemuan 11 Aspek Ekonomi dan Keuangan Aspek ekonomi dan keuangan membahas tentang kebutuhan modal dan investasi yang diperlukan dalam pendirian dan pengembangan usaha yang

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Studi Analisis Kelayakan Usaha Analisis Kelayakan Usaha atau disebut juga feasibility study adalah kegiatan untuk menilai sejauh mana manfaat

Lebih terperinci

STUDI KELAYAKAN USAHA

STUDI KELAYAKAN USAHA STUDI KELAYAKAN USAHA 1 PENGERTIAN STUDI KELAYAKAN USAHA Studi kelayakan usaha ialah suatu penelitian tentang layak tidaknya suatu bisnis dilaksanakan dengan berhasil dan menguntungkan secara kontinyu.

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian

IV. METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Peternakan Maju Bersama, Desa Cikarawang, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Pemilihan lokasi penelitian

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN III. 1. KERANGKA PEMIKIRAN Terbatasnya sumber daya minyak dan kemampuan kapasitas produksi minyak mentah di dalam negeri telah menjadikan sekitar 50% pemenuhan bahan bakar nasional

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL VII ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL Pada penelitian ini dilakukan analisis kelayakan finansial untuk mengetahui kelayakan pengusahaan ikan lele phyton, serta untuk mengetahui apakah usaha yang dilakukan pada

Lebih terperinci

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Dalam rencana melakukan investasi usaha baru, investor toko Salim Jaya perlu melakukan peninjauan terlebih dahulu dengan memperhitungkan dan menganalisis rencana investasinya. Hasil peninjauan

Lebih terperinci

IV. PEMODELAN SISTEM. A. Konfigurasi Sistem EssDSS 01

IV. PEMODELAN SISTEM. A. Konfigurasi Sistem EssDSS 01 IV. PEMODELAN SISTEM A. Konfigurasi Sistem EssDSS 01 Sistem penunjang keputusan pengarah kebijakan strategi pemasaran dirancang dalam suatu perangkat lunak yang dinamakan EssDSS 01 (Sistem Penunjang Keputusan

Lebih terperinci

POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL (PPUK) PENGOLAHAN ARANG TEMPURUNG

POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL (PPUK) PENGOLAHAN ARANG TEMPURUNG POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL (PPUK) PENGOLAHAN ARANG TEMPURUNG BANK INDONESIA Direktorat Kredit, BPR dan UMKM Telepon : (021) 3818043 Fax: (021) 3518951, Email : tbtlkm@bi.go.id DAFTAR ISI 1. Pendahuluan.........

Lebih terperinci

BAB 5 ANALISIS KEUANGAN

BAB 5 ANALISIS KEUANGAN BAB 5 ANALISIS KEUANGAN 5.1. Ekuitas Ekuitas adalah modal kepemilikan yang diinvestasikan dalam suatu usaha. Vraniolle merupakan badan perorangan dengan modal yang berasal dari pemilik. Ekuitas modal pemilik

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 KERANGKA PEMIKIRAN

III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 KERANGKA PEMIKIRAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 KERANGKA PEMIKIRAN Upaya yang dapat ditempuh untuk meningkatkan produksi minyak bumi, salah satunya dengan menerapkan teknologi Enhanched Oil Recovery (EOR) pada lapangan

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober sampai dengan Desember 2014.

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober sampai dengan Desember 2014. II. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober sampai dengan Desember 2014. Tempat Pengambilan sampel harga pokok produksi kopi luwak dilakukan di usaha agroindustri

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Konseptual 3.1.1. Studi Kelayakan Bisnis Bisnis adalah kegiatan yang dilakukan oleh individu dan sekelompok orang (organisasi) yang menciptakan nilai (create

Lebih terperinci

KERANGKA PEMIKIRAN. 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis

KERANGKA PEMIKIRAN. 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Studi Kelayakan Studi kelayakan merupakan bahan pertimbangan dalam mengambil suatu keputusan, apakah menerima atau menolak dari suatu gagasan

Lebih terperinci

18/09/2013. Ekonomi Teknik / Sigit Prabawa / 1. Ekonomi Teknik / Sigit Prabawa / 2

18/09/2013. Ekonomi Teknik / Sigit Prabawa / 1. Ekonomi Teknik / Sigit Prabawa / 2 ANALISIS PROYEK/INVESTASI Ekonomi Teknik / Sigit Prabawa / 1 PROYEK ADALAH SUATU RANGKAIAN KEGIATAN YANG MENGGUNAKAN SEJUMLAH SUMBER DAYA UNTU MEMPEROLEH SUATU MANFAAT (BENEFIT). MEMERLUKAN BIAYA (COST),

Lebih terperinci

BAB 4 PERENCANAAN KEUANGAN DAN ANALISIS KELAYAKAN INVESTASI

BAB 4 PERENCANAAN KEUANGAN DAN ANALISIS KELAYAKAN INVESTASI 44 BAB 4 PERENCANAAN KEUANGAN DAN ANALISIS KELAYAKAN INVESTASI Setelah dilakukannya analisis ataupun studi tentang produk, lingkungan eksternal, dan aspek-aspek bisnis lainnya, maka selanjutnya untuk memulai

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Analisis Investasi Tambang Pertambangan adalah sebagian atau seluruh tahapan kegiatan dalam rangka penelitian, pengelolaan dan pengusahaan endapan bahan galian yang meliputi

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 KONDISI UMUM PENYEDIAAN AIR BERSIH DI KAMPUS IPB DRAMAGA Penyelenggaraan kegiatan pendidikan di kampus IPB Dramaga tidak bisa terlaksana tanpa adanya air bersih. Saat ini pemenuhan

Lebih terperinci