ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL"

Transkripsi

1 VII ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL Pada penelitian ini dilakukan analisis kelayakan finansial untuk mengetahui kelayakan pengusahaan ikan lele phyton, serta untuk mengetahui apakah usaha yang dilakukan pada usaha Gudang Lele memperoleh keuntungan secara finansial. Analisis finansial dilakukan dengan menggunakan kriteriakriteria penilaian investasi yang terdiri dari Net Present Value (NPV), Net Benefit and Cost Ratio (Net B/C Ratio), Internal Rate Return (IRR), dan Payback Period (PP). Untuk menganalisis empat kriteria tersebut, digunakan arus kas untuk mengetahui besarnya manfaat yang diterima dan biaya yang dikeluarkan oleh usaha Gudang Lele selama umur proyek yaitu 10 tahun. Penentuan umur proyek tersebut berdasarkan umur ekonomis dari peralatan investasi terlama yang digunakan untuk kegiatan produksi ikan lele phyton Arus penerimaan dan Pengeluaran Pada analisis kelayakan pengusahaan ikan lele phyton pada usaha Gudang Lele perlu menghitung manfaat dan biaya yang digunakan dalam pengusahaan ikan lele phyton. Dalam perhitungan manfaat dan biaya pada analisis finansial menggunakan harga pasar yang berlaku di daerah tempat penelitian Arus Pengeluaran (outflow) Arus pengeluaran dalam analisis kelayakan finansial pengusahaan ikan lele pada usaha Gudang Lele terdiri dari biaya investasi dan biaya operasional. Analisis biaya atau pengeluaran mencerminkan pengeluaran-pengeluaran yang akan terjadi selama masa proyek atau usaha yang dilaksanakan Biaya Investasi Biaya investasi adalah biaya yang umumnya dikeluarkan pada awal kegiatan dan pada saat tertentu untuk memperoleh manfaat beberapa tahun kemudian. Pengeluaran biaya investasi umumnya dilakukan satu kali atau lebih, sebelum bisnis berproduksi dan baru menghasilkan manfaat beberapa tahun kemudian. Jadi biaya investasi adalah biaya yang dikeluarkan satu kali untuk memperoleh beberapa kali manfaat sampai secara ekonomis kegiatan bisnis itu tidak menguntungkan lagi. Biaya tersebut dikeluarkan untuk memenuhi

2 kebutuhan sarana dan prasarana yang dibutuhkan untuk menjalankan pengusahaan ikan pada usaha Gudang Lele. Biaya investasi pada pengusahaan pembenihan ikan lele phyton di usaha Gudang Lele meliputi lahan yang merupakan lahan sendiri, dan induk ikan lele. Biaya investasi lain yang diperlukan adalah serokan, mesin sedot, selang, mesin pompa, ember, bak sortir dan kakaban. Sementara itu biaya investasi yang diperlukan dalam pengusahaan pemesaran ikan lele adalah lahan, kolam semen, serokan, mesin pompa, mesin sedot, bak sortir, jaring, selang dan ember. Adapun rincian biaya investasi pada pengusahaan pembenihan ikan lele phyton dapat dilihat pada Tabel 8. Investasi awal yang dikeluarkan untuk pengusahaan pembenihan ikan lele adalah sebesar Rp ,00 (Tabel 8), sedangkan investasi awal yang dikeluarkan untuk pengusahaan pembesaran ikan lele adalah sebesar Rp ,00 (Tabel 9). Umur ekonomis dari pengusahaan pembenihan ikan lele phyton dan Pembesaran ikan lele phyton adalah 10 tahun. Hal ini dilihat dari peralatan yang digunakan untuk kegiatan produksi. Biaya investasi selain dikeluarkan di awal tahun bisnis, juga dikeluarkan pada beberapa tahun setelah bisnis berjalan, seperti untuk mengganti peralatan atau komponen investasi yang umurnya sudah habis namun operasional bisnisnya masih berjalan. Biaya investasi yang dikeluarkan tersebut disebut reinvestasi. Biaya reinvestasi yang dikeluarkan pada pengusahaan pembenihan ikan lele adalah plastik terpal, induk ikan lele, serokan, mesin sedot, selang, mesin pompa, bak sortir, kakaban, drum dan ember, sedangkan biaya reinvestasi yang dikeluarkan pada pengusahaan pembesaran adalah serokan, mesin pompa, mesin sedot, ember, bak sortir, jaring dan drum. Adapun rincian biaya reinvestasi pada pembenihan ikan lele phyton usaha Gudang Lele dapat dilihat pada Lampiran 11, sedangkan rincian biaya reinvestasi pada pembesaran ikan lele phyton usaha Gudang Lele dapat dilihat pada dan Lampiran

3 Tabel 8. Rincian Biaya Investasi Pengusahaan Pembenihan Ikan Lele Phyton Pada Usaha Gudang Lele No. Uraian Jumlah Satuan Umur Ekonomis (Tahun) Harga Satuan (Rp) Jumlah (Rp) 1 Lahan 400 Meter Kolam : a) Kolam induk Uk. (5m x 8m) 1 Buah b) Kolam Terpal Uk. (2m x 3m) 29 Buah ,000 c) Kolam Terpal Uk. (1m x 2m) 6 Buah d) Kolam Semen Uk. (3m x 3m) 3 Buah e) Kolam Semen Uk. (3m x 6m) 1 Buah ,000 3 Induk ikan lele phyton 100 Ekor 2 50,000 5,000,000 4 Serokan : a) Serokan kecil 10 Buah 2 10, ,000 b) Serokan besar 1 Buah 2 45,000 45,000 5 Selang 50 Meter 2 4, ,000 6 Pompa air 1 Buah 5 1,300,000 1,300,000 7 Mesin sedot 4 Buah 5 300,000 1,200,000 8 Ember 4 Buah 2 30, ,000 9 Bak sortir 8 Buah 2 30, , Drum 3 Buah 2 20,000 60, Kakaban 20 Biji 2 50,000 1,000,000 Total Biaya Investasi 105,065,000 90

4 Tabel 9. Rincian Biaya Investasi Pengusahaan Pembesaran Ikan Lele Phyton Pada Usaha Gudang Lele No. Uraian Jumlah Satuan Umur Ekonomis (Tahun) Harga Satuan (Rp) Jumlah (Rp) 1 Lahan 250 Meter - 200,000 50,000,000 2 Kolam : a) Kolam Tanah Uk. (5m x 8m) 2 Buah - 2,000,000 4,000,000 f) Kolam Tanah Uk. (2m x 10m) 1 Buah - 1,000,000 1,000,000 g) Kolam Tanah Uk. 5m x 4m) 1 Buah - 1,000,000 1,000,000 h) Kolam Semen Uk. (3m x 3m) 13 Buah ,000 11,700,000 3 Mesin sedot 2 Buah 5 1,300,000 2,600,000 8 Ember 10 Buah 2 30, ,000 9 Bak sortir 13 Buah 2 30, , Drum 10 Buah 2 20, , Jaring 100 Meter 2 10,000 1,000,000 Total Biaya Investasi 72,190, Biaya Operasional Biaya operasional adalah biaya keseluruhan yang berhubungan dengan kegiatan operasional dari pengusahaan ikan lele phyton pada usaha Gudang Lele. Biaya tersebut dikeluarkan secara berkala selama usaha tersebut berjalan yang terdiri dari biaya tetap, biaya variabel dan biaya lainnya Biaya Tetap Biaya tetap adalah keseluruhan biaya yang harus dikeluarkan selama satu tahun dengan ada atau tidaknya produksi yang dilakukan. Biaya tetap yang dikeluarkan tidak berubah walaupun volume produksi berubah. Biaya tetap yang dikeluarkan pada usaha Gudang Lele yaitu biaya gaji tenaga kerja, biaya transportasi, biaya perawatan peralatan yang digunakan, biaya abodemen listrik, dan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB). Biaya tetap yang dikeluarkan untuk pengusahaan pembenihan ikan lele adalah Rp , sedangkan biaya tetap yang dikeluarkan pada pengusahaan pembesaran ikan lele adalah Rp Biaya tetap yang dikeluarkan pada usaha Gudang Lele dapat dilihat pada Tabel 9 (pembenihan) dan Tabel 10 (pembesaran). 91

5 Tabel 10. Rincian Biaya Tetap Pengusahaan Pembenihan Ikan Lele Phyton Pada Usaha Gudang Lele No. Uraian Jumlah Harga (Rp/bulan) Pembenihan Ikan Lele Phyton 1 Gaji Tenaga Kerja 3 orang Abodemen Listrik Biaya Transportasi Biaya Perawatan Plastik Packing 10 kg Karet 2 kg Sikat 4 buah Pemakaian Listrik Total Biaya Tetap Tabel 11. Rincian Biaya Tetap Pengusahaan Pembesaran Ikan Lele Phyton Pada Usaha Gudang Lele No. Uraian Jumlah Harga (Rp/bulan) Pembesaran Ikan Lele Phyton 1 Gaji Tenaga Kerja 3 orang Abodemen Listrik Biaya Transportasi Biaya Perawatan Plastik Packing Karet Sikat Pemakaian Listrik Total Biaya Tetap Biaya Variabel Biaya variabel adalah suatu biaya yang harus dikeluarkan seiring dengan bertambah atau berkurangnya produksi. Biaya variabel akan mengalami perubahan jika volume produksi berubah, biaya variabel yang sangat berpengaruh 92

6 adalah pakan. Biaya variabel yang dikeluarkan oleh usaha Gudang Lele pada pembenihan ikan lele phyton adalah pembelian pakan, plastik packing, karet, sikat dan pemakaian listrik. Sedangkan untuk kegiatan pembesaran ikan lele phyton, biaya variabel yang dikeluarkan adalah pembelian benih untuk kegiatan pembesaran, pembelian pakan, plastik packing, dan karet. Total biaya variabel yang dikeluarkan oleh usaha Gudang Lele dalam tahun pertama yaitu pada pengusahaan pembenihan ikan lele adalah sebesar Rp ,00, sedangkan biaya yang dikeluarkan dalam pengusahaan pembesaran ikan lele adalah sebesar Rp ,00 (Tabel 12). a. Biaya Pakan Pakan yang diberikan dalam pemeliharaan induk adalah untuk memenuhi kebutuhan ikan tersebut, serta merangsang pertumbuhan gonad sehingga induk ikan dapat dengan cepat menghasilkan telur dan siap untuk dipijahkan. Jenis pakan yang diberikan untuk induk ikan lele adalah pelet dan ayam, sedangkan pakan yang diberikan kepada benih ikan lele adalah cacing sutra, pelet f999 dan pelet pf100. Pakan pelet yang diberikan kepada induk adalah berupa pelet kasar yaitu pelet 781 polos. Kebutuhan pakan untuk pembenihan adalah cacing sutra 100 liter untuk satu kali pemijahan dengan harga Rp 7.000,00 per liter, pelet F kg per satu kali pemijahan dengan harga Rp 8.000,00 per kg, pelet pf kg per satu kali pemijahan dengan harga Rp per kg. Pakan untuk induk ikan lele phyton adalah ayam 18 kg per minggu dengan harga Rp ,00 per kg dan pelet 781 polos 3,75 kg per hari dengan harga Rp per kg, sehingga total biaya pakan pada pengusahaan pembenihan sebesar Rp ,00. Sementara itu, biaya pakan yang dikeluarkan pada pengusahaan pembesaran adalah pelet f kg dengan harga Rp per kg, pelet kg dengan harga Rp per kg, pelet 781 polos 110 kg dengan harga Rp 8.000,00 per kg, dan pelet tenggelam 350 kg dengan harga Rp per kg, sehingga total biaya pakan pada pengusahaan pembesaran ikan lele phyton sebesar Rp ,00. b. Biaya Pembelian benih Pembelian benih yang dilakukan oleh usaha Gudang Lele digunakan dalam melakukan kegiatan pembesaran. Benih yang dibeli berasal dari petani 93

7 yang melakukan usaha pembenihan di sekitar wilayah Bekasi. Jumlah benih yang dibeli yaitu sebanyak ekor per tiga bulan dengan harga Rp 150,00 per ekor. Sehingga total biaya pembelian benih yang dilakukan olh usaha Gudang Lele sebesar Rp ,00. Adapun rincian biaya variabel dari usaha Gudang Lele pada Tabel 12. Tabel 12. Rincian Biaya Variabel Pengusahaan Pembenihan dan Pembesaran Ikan Lele Phyton Pada Usaha Gudang Lele No. 1 Pakan : Uraian Pembenihan Ikan Lele Phyton Pembesaran Ikan Lele Phyton a) Cacing sutra b) Pelet F c) Pelet pf d) Pelet F781 polos e) Pelet tenggelam f) Ayam Pembelian Benih - 30,000,000 Total Biaya Variabel Biaya Lainnya Disamping biaya tetap dan biaya variabel terdapat juga biaya lainnya. Pada usaha Gudang Lele, biaya lainnya terdiri dari biaya PBB (Pajak Bumi dan Bangunan) dan Biaya pembayaran bunga dan pokok pinjaman. Total biaya lainnya pada kegiatan pembenihan ikan lele phyton sebesar Rp ,83, sedangkan pada kegiatan pembesaran ikan lele phyton adalah Rp ,83. Adapun Rincian biaya lainnya dapat dilihat pada Tabel

8 Tabel 13. Rincian Biaya Lainnya Pada Pengusahaan Pembenihan dan Pembesaran Ikan Lele Phyton Gudang Lele No. Uraian Pembenihan Ikan Lele Phyton Pembesaran Ikan Lele Phyton 1 PBB Pokok Pinjaman + Bunga , ,83 Total Biaya Variabel , , Arus Penerimaan Pada pengusahaan ikan lele phyton pada usaha Gudang Lele, jenis pengusahaan yang dijalankan adalah pengusahaan pembenihan ikan lele dan pengusahaan pembesaran ikan lele. Penerimaan yang diperoleh dari masingmasing jenis pengusahaan ikan lele berasal dari jumlah penjualan benih ukuran 5-8 cm dan ikan lele konsumsi dengan harga jual pada masing-masing produk adalah Rp 200,00 per ekor untuk benih ukuran 5-8 cm (180 ekor per kg), sedangkan untuk ikan ukuran konsumsi adalah Rp13.000,00 per kilogram (9-10 per ekor). Untuk kegiatan pembenihan sampai dengan pendederan dalam satu tahun dilakukan sebanyak 4 kali, sesuai dengan jumlah induk yang dimiliki oleh petani pembenihan ikan lele. Untuk pengusahaan pembenihan sampai dengan pendederan ikan lele dalam satu tahun dapat melakukan pemijahan sebanyak 4 kali. Satu pasang induk terdiri dari satu induk jantan dan satu induk betina (berpasangan yaitu 1:1). Fekunditas atau kemampuan menghasilkan telur satu ekor induk dapat menghasilkan butir telur dengan derajat penetasan telur adalah 90 persen yang akan menghasilkan ekor larva dari butir telur yang terbuahi. Larva yang hidup memiliki tingkat kemampuan hidup (Survival Rate/SR) sebanyak 85 persen yang akan menghasilkan ekor, sehingga penerimaan untuk kegiatan pembenihan yaitu ekor benih x 48 x Rp 200,00 per ekor = Rp ,00 pada tahun pertama. Selain penerimaan dari benih, pda kegiatan pembenihan juga penerimaan diperoleh dari induk lele phyton (afkir) yang sudah berumur 2 tahun. Induk ikan lele phyton tersebut akan dijual kepada pedagang pengumpul dengan harga Rp 95

9 per kilogram (2 ekor). Sehingga total penerimaan yang dihasilkan dari penjualan induk lele phyton (afkir) adalah 50 kg x Rp per kg = Rp setiap 2 tahun. Adapun total penerimaan pembenihan ikan lele phyton dapat dilihat pada Lampiran 9. Sementara itu, untuk pengusahaan ikan lele yang melakukan kegiatan pembesaran dalam satu tahun dilakukan 4 kali panen dengan kegiatan produksi setiap 3 bulan sekali. Pada pengusahaan pembesaran ikan lele dalam satu kali produksi jumlah benih yang ditebar sebanyak ekor. Benih yang dihasilkan sebanyak terbagi kedalam 2 kolam berisi ekor benih untuk ukuran 5m x 8m dan 2 kolam sebanyak ekor untuk kolam ukuran 2m x 10m dan ukuran 5m x4m, 12 kolam berisi 800 ekor dan 1 kolam berisi 400 ekor untuk kolam ukuran 3m x 3m. Penerimaan yang dihasilkan dari kegiatan pembesaran dalam satu tahun adalah : 1) kilogram x Rp ,00 per kilogram x 4 (jumlah panen dalam satu tahun) yaitu Rp ,00 Lampiran Analisis Kelayakan Finansial Dalam analisis finansial kriteria kelayakan yang digunakan untuk menilai kelayakan proyek yaitu Net Present value (NPV), Net B/C Ratio, Internal Rate Return (IRR), dan Payback Period (PP). Pada analisis kelayakan finansial pengusahaan ikan lele menggunakan modal pinjaman. Tingkat suku bunga yang digunakan adalah 12 persen, ini berdasarkan suku bunga pinjaman (kredit) Bank Rakyat Indonesia (BRI) pada tahun Analisis Kelayakan Finansial Pembenihan Ikan Lele Phyton Pada Usaha Gudang Lele Analisis kelayakan finansial yang digunakan untuk pengusahaan pembenihan ikan lele pada usaha Gudang Lele seluruh modal yang dipergunakan dalam menanamkan investasinya berasal dari modal pinjaman. Tingkat suku bunga yang digunakan yaitu 12 persen, hal ini berdasarkan suku bunga kredit Bank Rakyat Indonesia (BRI) bulan juli tahun 2011 pada saat melakukan penelitian. Perhitungan kelayakan finansial ini menggunakan manfaat bersih yang diperoleh dari selisih antara biaya dan manfaat setiap tahunnya dengan dikurangi 96

10 pajak berdasarkan jumlah manfaat bersih yang dihasilkan (benefit). Tarif pajak yang digunakan berdasarkan Undang-undang Republik Indonesia tentang Perpajakan No. 36 Tahun 2008 yaitu 25% tarif pajak flat. Analisis kelayakan finansial dilihat dari kriteria nilai NPV, Net B/C, IRR, dan Payback Periode. Hasil perhitungan analisis kelayakan finansial pada pengusahaan pembenihan ikan lele phyton pada usaha Gudang Lele (Tabel 14). Tabel 14. Kelayakan Finansial Pengusahaan Pembenihan Ikan Lele Phyton Pada Usaha Gudang Lele No. Kriteria Investasi Hasil 1 NPV ,61 2 Net B/C 2,90 3 IRR 62,82 % 4 Payback Period 2,63 tahun / 2 tahun 8 bulan Berdasarkan analisis finansial pada Tabel 13. dapat dilihat bahwa pengusahaan pembenihan ikan lele phyton memperoleh nilai NPV lebih besar dari nol yaitu sebesar Rp ,61 yang artinya bahwa pengusahaan pembenihan ikan lele phyton ini layak untuk dilaksanakan. NPV sama dengan Rp ,61 juga menunjukkan manfaat bersih yang diterima dari pengusahaan pembenihan ikan lele phyton selama umur proyek terhadap tingkat suku bunga yang berlaku. Kriteria lain yang dianalisis adalah Net B/C, pada pengusahaan pembenihan ikan lele phyton usaha Gudang Lele diperoleh nilai Net B/C lebih besar dari satu yaitu sebesar 2,90 yang menyatakan bahwa pengusahaan pembenihan ikan lele phyton ini layak untuk dilaksanakan. Net B/C sama dengan 2,90, artinya setiap satu rupiah yang dikeluarkan selama umur proyek menghasilkan manfaat bersih sebesar 2,90 rupiah. Nilai IRR yang diperoleh dari analisis finansial pada pengusahaan pembenihan ikan lele adalah 62,82 persen, dimana nilai IRR tersebut lebih besar dari discount factor yang berlaku yaitu 12 persen. Nilai IRR tersebut menunjukkan tingkat pengembalian internal proyek sebesar 62,82 persen, dan karena nilai IRR lebih besar dari discount factor yaitu 12 persen maka usaha ini layak untuk dilaksanakan. Pengusahaan pembenihan ikan lele ini memiliki periode 97

11 pengembalian biaya investasi selama 2,63 tahun atau 2 tahun 8 bulan (Lampiran 20) Kelayakan Analisis Finansial Pembesaran Ikan Lele Phyton Pada Usaha Gudang Lele Pada pengusahaan pembesaran ikan lele phyton pada usaha Gudang Lele investasi yang ditanamkan dalam pengusahaan ini berasal dari modal sendiri. Tingkat suku bunga yang digunakan adalah sebesar 12 persen, berdasarkan tingkat suku bunga kredit Bank Rakyat Indonesia (BRI) tahun 2011 pada saat melakukan penelitian di usaha Gudang Lele. Perhitungan kelayakan finansial ini menggunakan manfaat bersih yang diperoleh dari selisih antara biaya dan manfaat setiap tahunnya dengan dikurangi pajak berdasarkan jumlah manfaat bersih yang dihasilkan (benefit). Tarif pajak yang digunakan berdasarkan Undang-undang Republik Indonesia tentang Perpajakan No. 36 Tahun 2008 yaitu 25% tarif pajak flat. Analisis kelayakan finansial dilihat dari kriteria nilai NPV, Net B/C, IRR, dan Payback Periode. Hasil perhitungan analisis kelayakan finansial pada pengusahaan pembesaran ikan lele phyton usaha Gudang Lele (Tabel 12). Berdasarkan hasil perhitungan analisis kelayakan finansial pada pengusahaan pembesaran ikan lele phyton diperoleh nilai NPV lebih besar dari nol yaitu sebesar Rp ,50, sehingga pengusahaan pembesaran ikan lele phyton ini dapat dikatakan layak untuk diusahakan. Nilai pada NPV yang diperoleh usaha Gudang Lele pengusahaan pembesaran ikan lele menunjukkan manfaat bersih yang diterima pada tingkat suku bunga yang berlaku yaitu sebesar 12 persen, sedangkan nilai Net B/C yang diperoleh pada pengusahaan pembesaran ikan lele adalah sebesar 2,26 dimana nilai Net B/C lebih besar dari satu sehingga pengusahaan ikan lele phyton ini layak untuk dilaksanakan. Net B/C sama dengan 2,26 berarti setiap satu rupiah biaya yang telah dikeluarkan selama umur proyek menghasilkan 2,26 rupiah manfaat bersih. Nilai IRR yang diperoleh berdasarkan hasil perhitungan analisis kelayakan finansial pada pengusahaan pembesaran ikan lele phyton yaitu sebesar 34,71 persen lebih besar dari discount factor yang berlaku yaitu 12 persen. Hal ini berarti pengusahaan pembesaran ikan lele phyton layak untuk dilaksanakan 98

12 dengan tingkat pengembalian internal sebesar 34,71 persen, sedangkan periode yang diperlukan untuk mengembalikan semua biaya investasi adalah 3,78 tahun atau 3 tahun 9 bulan (Lampiran 21). Tabel 15. Kelayakan Finansial Pengusahaan Pembesaran Ikan Lele Phyton Pada Usaha Gudang Lele No. Kriteria Investasi Hasil 1 NPV ,50 2 Net B/C 2,26 3 IRR 34,71 % 4 Payback Period 3,78 tahun / 3 tahun 9 bulan 7.4. Perbandingan Hasil Kelayakan Pengusahaan Pembenihan dan Pembesaran Ikan Lele Phyton Pada Usaha Gudang Lele Pada pengusahaan pembenihan dan pembesaran ikan lele phyton layak untuk dilaksanakan. Tetapi untuk melihat jenis pengusahaan mana yang paling menguntungkan untuk dilaksanakan, dapat dilihat dari perbandingan hasil kelayakan finansial pengusahaan pembenihan dan pembesaran ikan lele pada usaha Gudang Lele (Tabel 16). Tabel 16. Perbandingan Hasil Kelayakan Finansial Pengusahaan Pembenihan dan Pembesaran Ikan Lele Phyton Pada Usaha Gudang Lele No. Kriteria Investasi Pembenihan Ikan Lele Phyton Hasil Pembesaran Ikan Lele Phyton 1 NPV , ,50 2 Net B/C 2,90 2,26 3 IRR 62,82 % 34,71 % 4 Payback Period 2,63 tahun 3,78 tahun 2 tahun 8 bulan 3 tahun 9 bulan Berdasarkan Tabel 14, menunjukkan bahwa pada pengusahaan pembenihan ikan lele phyton merupakan pengusahaan yang memberikan 99

13 keuntungan lebih besar bila dibandingkan dengan pengusahaan pembesaran ikan lele phyton. Hal ini terlihat dari hasil analisis finansial, nilai NPV pada pengusahaan pembenihan ikan lele phyton lebih besar bila dibandingkan dengan pengusahaan pembesaran ikan lele phyton. Demikian juga dengan nilai Net B/C dan IRR, pada pengusahaan pembenihan ikan lele phyton menghasilkan nilai Net B/C dan nilai IRR yang lebih besar dari pada pengusahaan pembesaran ikan lele phyton yaitu sebesar 2,90 dan 62,82 persen. Pada masa pengembalian biaya investasi (payback period) pengusahaan pembenihan lebih cepat bila dibandingkan dengan pengusahaan pembesaran ikan lele phyton yaitu selama 2,63 tahun atau 2 tahun 8 bulan Analisis Switching Value Analisis switching value dilakukan dengan menghitung perubahan maksimum yang terjadi akibat adanya perubahan beberapa parameter dan melihat tingkat kepekaan usaha terhadap perubahan yang terjadi baik pada komponen manfaat dan biaya. Parameter yang digunakan pada kegiatan pembenihan ikan lele phyton yaitu penurunan harga jual benih ikan lele phyton, penurunan volume produksi benih ikan lele phyton dan kenaikan biaya variabel. Sedangkan parameter yang digunakan pada kegiatan pembesaran ikan lele phyton yaitu penurunan harga jual ikan lele phyton ukuran konsumsi, penurunan produksi ikan lele konsumsi dan kenaikan biaya variabel. Perubahan parameter ini menyebabkan keuntungan mendekati normal dimana NPV mendekati atau sama dengan nol atau bisa juga dengan menggunakan parameter IRR sama dengan tingkat suku bunga. Hasil perhitungan analisis switching value usaha Gudang Lele pada pengusahaan pembenihan ikan lele untuk penurunan harga jual output yaitu benih ikan lele dengan ukuran 5-8 cm adalah sebesar 20,03 persen yaitu dari harga Rp 200,00 per ekor menjadi Rp 159,94 per ekor, sedangkan pada pengusahaan pembesaran ikan lele phyton yaitu sebesar 7,83 persen dari harga Rp ,00 per kilogram menjadi Rp ,1 per kilogram. Apabila perubahan yang terjadi melebihi dari batas tersebut maka pengusahaan pembenihan dan pembesaran ikan lele menjadi tidak layak untuk diusahakan. Besarnya penurunan harga jual benih ikan lele dan ikan lele ukuran konsumsi ini masih layak, apabila penurunan yang 100

14 terjadi terhadap harga jual benih dan ikan lele ukuran konsumsi tidak lebih besar dari 20,03 persen (Lampiran 22) dan 7,83 persen (Lampiran 23). Hasil analisis switching value untuk penurunan produksi pada usaha pembenihan ikan lele phyton yaitu sebesar 20,03 persen dan penurunan produksi pada usaha pembesaran ikan lele phyton yaitu sebesar 7,83 persen. Apabila perubahan yang terjadi melebihi dari batas tersebut maka pengusahaan pembenihan dan pembesaran ikan lele menjadi tidak layak untuk diusahakan. Besarnya penurunan produksi benih ikan lele dan ikan lele ukuran konsumsi ini masih layak, apabila penurunan yang terjadi terhadap produksi benih dan ikan lele ukuran konsumsi tidak lebih besar dari 20,03 persen (Lampiran 24) dan 7,83 persen (Lampiran 25). Hasil analisis switching value untuk kenaikan biaya variabel pada usaha pembenihan ikan lele phyton yaitu sebesar 66,66 persen dari total biaya variabel pada tahun 1 sebesar Rp menjadi Rp , tahun 2 sebesar Rp menjadi Rp , tahun 3 sebesar Rp menjadi Rp Dan kenaikan biaya variabel pada usaha pembesaran ikan lele phyton yaitu sebesar 14,53 persen dari total biaya variabel sebesar Rp menjadi Rp Dengan demikian, dapat dilihat bahwa pengusahaan pembenihan dan pembesaran ikan lele phyton masih layak untuk dilaksanakan apabila besarnya kenaikan biaya variabel tidak melebihi dari 62,5 persen untuk pembenihan ikan lele phyton (Lampiran 26) dan 11,6 persen untuk pembesaran ikan lele phyton (Lampiran 27). Adapun analisis switching value pada pengusahaan ikan lele phyton pada usaha Gudang Lele dapat dilihat pada Tabel 17. Tabel 17. Analisis Switching Value Pengusahaan Ikan Lele Phyton Pada Usaha Gudang lele No. Perubahan Pembenihan ikan lele phyton Hasil (%) Pembesaran ikan lele phyton 1 Penurunan Harga Jual 20,03 7,83 2 Penurunan Produksi 20,03 7,83 3 Kenaikan Biaya Variabel 66,66 14,53 101

15 Hasil analisis switching value diatas dapat disimpulkan bahwa usaha pembenihan ikan lele phyton sensitif terhadap perubahan yang terjadi, baik pada parameter penurunan harga jual dan volume produksi maupun pada parameter kenaikan biaya variabel. Hal ini terlihat dari persentase perubahan yang dihasilkan pada masing-masing parameter perubahan yaitu pada parameter penurunan harga jual dan penurunan volume produksi sebesar 20,03 persen dan pada parameter kenaikan biaya variabel sebesar 66,66 persen, sehingga apabila terjadi perubahan pada parameter baik harga jual, volume produksi maupun kenaikan biaya variabel akan berpengaruh terhadap hasil dari analisis kelayakan usaha pembenihan ikan lele phyton pada usaha Gudang Lele. Di sisi lain, usaha pembesaran ikan lele phyton sangat sensitif terhadap perubahan yang terjadi. Hal ini dapat terlihat dari persentase perubahan masing-masing parameter perubahan yaitu parameter penurunan harga jual dan volume produksi sebesar 7,83 persen dan parameter kenaikan biaya variabel sebesar 14,53 persen, sehingga apabila terjadi perubahan pada parameter baik harga jual, volume produksi dan kenaikan biaya variabel akan sangat berpengaruh terhadap hasil analisi kelayakan usaha pembesaran ikan lele phyton pada usaha Gudang Lele. 102

VII. ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL

VII. ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL VII. ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL Pada penelitian ini dilakukan analisis kelayakan finansial untuk mengetahui kelayakan pengusahaan ikan lele, serta untuk mengetahui apakah usaha yang dilakukan pada kelompok

Lebih terperinci

VII ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL

VII ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL VII ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL Analisis kelayakan finansial dilakukan untuk mengetahui kelayakan pembesaran ikan lele sangkuriang kolam terpal. Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam aspek finansial

Lebih terperinci

VII. ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL

VII. ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL VII. ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL Analisis kelayakan pengusahaan budidaya ikan bawal air tawar dilakukan untuk mengetahui apakah pengusahaan ikan bawal air tawar yang dilakukan Sabrina Fish Farm layak

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian kelayakan Usaha pembenihan dan pembesaran ikan lele Sangkuriang dilakukan di Perusahaan Parakbada, Katulampa, Kota Bogor, Provinsi Jawa

Lebih terperinci

Lampiran 1. Pola Tanam Pengusahaan Pembenihan Ikan Lele Phyton Pada Usaha Gudang Lele. Periode 1 Periode 2 Periode 3. Periode 4.

Lampiran 1. Pola Tanam Pengusahaan Pembenihan Ikan Lele Phyton Pada Usaha Gudang Lele. Periode 1 Periode 2 Periode 3. Periode 4. LAMPIRAN Lampiran 1. Pola Tanam Pengusahaan Pembenihan Ikan Lele Phyton Pada Usaha Gudang Lele Periode 1 Periode 2 Periode 3 Periode 4 Periode 5 Kolam Bulan 1 Bulan 2 Bulan 3 Bulan 4 Bulan 5 Bulan 6 Bulan

Lebih terperinci

VII. ANALISIS FINANSIAL

VII. ANALISIS FINANSIAL VII. ANALISIS FINANSIAL Usaha peternakan Agus Suhendar adalah usaha dalam bidang agribisnis ayam broiler yang menggunakan modal sendiri dalam menjalankan usahanya. Skala usaha peternakan Agus Suhendar

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Usaha Pembesaran Lele Sangkuriang

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Usaha Pembesaran Lele Sangkuriang II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Usaha Pembesaran Lele Sangkuriang Pengembangan usaha budidaya ikan lele semakin meningkat setelah masuknya jenis ikan lele dumbo ke Indonesia pada tahun 1985. Keunggulan lele dumbo

Lebih terperinci

Biaya Investasi No Uraian Unit

Biaya Investasi No Uraian Unit LAMPIRAN Biaya Investasi No Uraian Unit Umur Ekonomis Harga Satuan Total Harga (Tahun) (Rp) (Rp) 1 Bangunan Kantor dan Gudang 1 5 5,000,000 5,000,000 2 Kolam Terpal a. Ukuran 10 m x 5 m 7 2 1,250,000 8,750,000

Lebih terperinci

VII. ANALISIS ASPEK FINANSIAL

VII. ANALISIS ASPEK FINANSIAL VII. ANALISIS ASPEK FINANSIAL Analisis aspek finansial digunakan untuk menganalisis kelayakan suatu proyek atau usaha dari segi keuangan. Analisis aspek finansial dapat memberikan perhitungan secara kuantatif

Lebih terperinci

VII. ANALISIS KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL

VII. ANALISIS KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL VII. ANALISIS KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL Analisis finansial dilakukan untuk melihat sejauh mana CV. Usaha Unggas dapat dikatakan layak dari aspek finansial. Penilaian layak atau tidak usaha tersebut dari

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN

IV METODE PENELITIAN IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Dian Layer Farm yang terletak di Kampung Kahuripan, Desa Sukadamai, Kecamatan Darmaga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Pemilihan

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM USAHA. Tabel 4. Penggunaan Lahan Pada Kecamatan Bekasi Utara Pada Tahun 2010

GAMBARAN UMUM USAHA. Tabel 4. Penggunaan Lahan Pada Kecamatan Bekasi Utara Pada Tahun 2010 V GAMBARAN UMUM USAHA 5.1. Gambaran Umum Wilayah 5.1.1. Letak dan Keadaan Alam Kecamatan Bekasi Utara merupakan salah satu kecamatan yang terletak di sebelah utara Kota Bekasi dengan luas wilayah sekitar

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perikanan merupakan salah satu subsektor pertanian yang potensial untuk dikembangkan di Indonesia. Hal ini dikarenakan sebagian besar wilayah Indonesia terdiri atas perairan

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Pulau Panggang, Kelurahan Pulau Panggang, Kecamatan Kepulauan Seribu Utara, Kabupaten Administratif Kepulauan Seribu, DKI

Lebih terperinci

VII. PEMBAHASAN ASPEK FINANSIAL

VII. PEMBAHASAN ASPEK FINANSIAL VII. PEMBAHASAN ASPEK FINANSIAL 7.1. Proyeksi Arus Kas (Cashflow) Proyeksi arus kas merupakan laporan aliran kas yang memperlihatkan gambaran penerimaan (inflow) dan pengeluaran kas (outflow). Dalam penelitian

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengolahan dan Analisis Data

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengolahan dan Analisis Data IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Peternakan Domba Tawakkal, yang terletak di Jalan Raya Sukabumi, Desa Cimande Hilir No.32, Kecamatan Caringin, Kabupaten

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Studi Kelayakan Proyek Proyek adalah suatu keseluruhan aktivitas yang menggunakan sumber-sumber untuk mendapatkan kemanfaatan (benefit),

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. ini yang dianalisis adalah biaya, benefit, serta kelayakan usahatani lada putih yang

METODE PENELITIAN. ini yang dianalisis adalah biaya, benefit, serta kelayakan usahatani lada putih yang III. METODE PENELITIAN A. Metode Dasar Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analisis, yang merupakan suatu metode penelitian yang ditujukan untuk menggambarkan

Lebih terperinci

KERANGKA PEMIKIRAN. Pada bagian ini akan dijelaskan tentang konsep dan teori yang

KERANGKA PEMIKIRAN. Pada bagian ini akan dijelaskan tentang konsep dan teori yang III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Konseptual Pada bagian ini akan dijelaskan tentang konsep dan teori yang berhubungan dengan penelitian studi kelayakan usaha pupuk kompos pada Kelompok Tani

Lebih terperinci

VIII. ANALISIS FINANSIAL

VIII. ANALISIS FINANSIAL VIII. ANALISIS FINANSIAL Analisis aspek finansial bertujuan untuk menentukan rencana investasi melalui perhitungan biaya dan manfaat yang diharapkan dengan membandingkan antara pengeluaran dan pendapatan.

Lebih terperinci

VII ANALISIS ASPEK FINANSIAL

VII ANALISIS ASPEK FINANSIAL VII ANALISIS ASPEK FINANSIAL Aspek finansial merupakan aspek yang dikaji melalui kondisi finansial suatu usaha dimana kelayakan aspek finansial dilihat dari pengeluaran dan pemasukan usaha tersebut selama

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian

IV. METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Peternakan Maju Bersama, Desa Cikarawang, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Pemilihan lokasi penelitian

Lebih terperinci

BAB VII KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL

BAB VII KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL BAB VII KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL 7.1. Analisis Aspek Finansial Aspek finansial adalah aspek yang mengkaji dari sisi keuangan perusahaan. Kelayakan pada aspek financial dapat diukur melalui perhitungan

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikirian Teoritis Penelitian tentang analisis kelayakan yang akan dilakukan bertujuan melihat dapat tidaknya suatu usaha (biasanya merupakan proyek atau usaha investasi)

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengumpulan Data IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian dilakukan di Usaha Mi Ayam Bapak Sukimin yang terletak di Ciheuleut, Kelurahan Tegal Lega, Kota Bogor. Lokasi penelitian diambil secara sengaja (purposive)

Lebih terperinci

VI. ANALISIS ASPEK-ASPEK NON FINANSIAL

VI. ANALISIS ASPEK-ASPEK NON FINANSIAL VI. ANALISIS ASPEK-ASPEK NON FINANSIAL 6.1. Aspek Pasar Pasar merupakan suatu sekelompok orang yang diorganisasikan untuk melakukan tawar-manawar, sehingga dengan demikian terbentuk harga (Umar 2007).

Lebih terperinci

VII. KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL

VII. KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL VII. KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL Kelayakan aspek finansial merupakan analisis yang mengkaji kelayakan dari sisi keuangan suatu usaha. Aspek ini sangat diperlukan untuk mengetahui apakah usaha budidaya nilam

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN. (Purposive) dengan alasan daerah ini cukup representatif untuk penelitian yang

METODOLOGI PENELITIAN. (Purposive) dengan alasan daerah ini cukup representatif untuk penelitian yang IV. METODOLOGI PENELITIAN 4.1. Tempat dan Waktu Penelitian Pengambilan data dilakukan pada bulan Februari sampai dengan bulan Maret 2011, bertempat di Desa Cikarawang, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor,

Lebih terperinci

VII ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL

VII ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL VII ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL Analisis kelayakan finansial dalam penelitian ini ditujukan untuk mengetahui kelayakan usaha peternakan ayam ras petelur dari segi keuangan. Analisis finansial digunakan

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Studi Kelayakan Proyek Proyek memiliki beberapa pengertian. Menurut Kadariah et al. (1999) proyek ialah suatu keseluruhan aktivitas yang menggunakan

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di perusahaan peternakan sapi perah di CV. Cisarua Integrated Farming, yang berlokasi di Kampung Barusireum, Desa Cibeureum, Kecamatan

Lebih terperinci

No Keterangan Jumlah Satuan

No Keterangan Jumlah Satuan LAMPIRAN 64 Lampiran 1. Sarana dan prasarana No Keterangan Jumlah Satuan 1 Potensi Lahan 40.000 m 2 2 Kolam induk 300 m 2 2 unit 3 Kolam pemijahan 400 m 2 3 unit 4 Kolam pendederan I 400 m 2 12 unit 5

Lebih terperinci

VII. ANALISIS KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL

VII. ANALISIS KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL VII. ANALISIS KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL Analisis finansial dilakukan untuk melihat sejauh mana Peternakan Maju Bersama dapat dikatakan layak dari aspek finansial. Untuk menilai layak atau tidak usaha tersebut

Lebih terperinci

IV METODOLOGI PENELITIAN

IV METODOLOGI PENELITIAN IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di sebuah lokasi yang berada Desa Kanreapia Kecamatan Tombolo Pao, Kabupaten Gowa, Propinsi Sulawesi Selatan. Pemilihan lokasi

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Pelaksanaan Penelitian dilaksanankan selama 3 bulan, yaitu mulai bulan Juli - September 2010. Objek yang dijadikan sebagai lokasi penelitian adalah usaha

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Pada bagian ini dijelaskan tentang konsep yang berhubungan dengan penelitian kelayakan Usaha pembenihan dan pembesaran ikan lele Sangkuriang di

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. tentang istilah-istilah dalam penelitian ini, maka dibuat definisi operasional

III. METODE PENELITIAN. tentang istilah-istilah dalam penelitian ini, maka dibuat definisi operasional III. METODE PENELITIAN A. Definisi Operasional Untuk memperjelas dan menghindari kesalahpamaham mengenai pengertian tentang istilah-istilah dalam penelitian ini, maka dibuat definisi operasional sebagai

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. penelitian ini, maka penulis dapat menarik simpulan sebagai berikut:

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. penelitian ini, maka penulis dapat menarik simpulan sebagai berikut: BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Berdasarkan permasalahan serta maksud dan tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini, maka penulis dapat menarik simpulan sebagai berikut: 1. Estimasi incremental

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Tanaman kehutanan adalah tanaman yang tumbuh di hutan yang berumur

III. METODE PENELITIAN. Tanaman kehutanan adalah tanaman yang tumbuh di hutan yang berumur 47 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Konsep dasar dan definisi operasional mencakup pengertian yang digunakan untuk mendapatkan dan menganalisis data sesuai dengan tujuan

Lebih terperinci

VII ANALISIS ASPEK FINANSIAL

VII ANALISIS ASPEK FINANSIAL VII ANALISIS ASPEK FINANSIAL Menganalisis kelayakan suatu proyek atau usaha dari segi keuangan dapat mengunakan. Analisis finansial. Adapun kriteria kriteria penilaian investasi yang dapat digunakan yaitu

Lebih terperinci

Aspek Ekonomi dan Keuangan. Pertemuan 11

Aspek Ekonomi dan Keuangan. Pertemuan 11 Aspek Ekonomi dan Keuangan Pertemuan 11 Aspek Ekonomi dan Keuangan Aspek ekonomi dan keuangan membahas tentang kebutuhan modal dan investasi yang diperlukan dalam pendirian dan pengembangan usaha yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Rantauprapat Kabupaten Labuhanbatu Propinsi Sumatera Utara. Pemilihan lokasi

BAB III METODE PENELITIAN. Rantauprapat Kabupaten Labuhanbatu Propinsi Sumatera Utara. Pemilihan lokasi 23 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di industri pembuatan tempe UD. Tigo Putro di Rantauprapat Kabupaten Labuhanbatu Propinsi Sumatera Utara. Pemilihan

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Muara Gembong, Kabupaten Bekasi. Pemilihan lokasi secara sengaja (purposive) berdasarkan pertimbangan bahwa

Lebih terperinci

III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. Rakyat (KUR) di Desa Ciporeat, Kecamatan Cilengkrang, Kabupaten Bandung.

III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. Rakyat (KUR) di Desa Ciporeat, Kecamatan Cilengkrang, Kabupaten Bandung. 22 III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian Objek penelitian ini adalah usaha ternak sapi perah penerima Kredit Usaha Rakyat (KUR) di Desa Ciporeat, Kecamatan Cilengkrang, Kabupaten Bandung.

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor perikanan pada dasarnya dibagi menjadi dua yaitu perikanan tangkap dan perikanan budidaya. Potensi sektor perikanan tangkap Indonesia diperkirakan mencapai 6,4

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian Kerangka pemikiran penelitian ini diawali dengan melihat potensi usaha yang sedang dijalankan oleh Warung Surabi yang memiliki banyak konsumen

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di PT Mekar Unggul Sari, Kabupaten Bogor. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive) dengan alasan

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN. Menurut Kadariah (2001), tujuan dari analisis proyek adalah :

III. KERANGKA PEMIKIRAN. Menurut Kadariah (2001), tujuan dari analisis proyek adalah : III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Analisis Kelayakan Investasi Pengertian Proyek pertanian menurut Gittinger (1986) adalah kegiatan usaha yang rumit karena penggunaan sumberdaya

Lebih terperinci

VIII. ANALISIS PENDAPATAN USAHA PEMBESARAN LELE DUMBO DI CV JUMBO BINTANG LESTARI

VIII. ANALISIS PENDAPATAN USAHA PEMBESARAN LELE DUMBO DI CV JUMBO BINTANG LESTARI VIII. ANALISIS PENDAPATAN USAHA PEMBESARAN LELE DUMBO DI CV JUMBO BINTANG LESTARI 8.1. Analisis Biaya Usaha Pembesaran Lele Dumbo CV Jumbo Bintang Biaya merupakan suatu hal penting yang harus diperhatikan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengumpulan Data VI METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian dilakukan di Wisata Agro Tambi, Desa Tambi, Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo, Provinsi Jawa Tengah. Pemilihan lokasi dilakukan secara purposive

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Studi Kelayakan Proyek Proyek merupakan suatu kegiatan untuk membangun sistem yang belum ada. Sistem dibangun dahulu oleh proyek, kemudian dioperasionalkan

Lebih terperinci

II. KERANGKA PEMIKIRAN

II. KERANGKA PEMIKIRAN II. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis merupakan kumpulan teori yang digunakan dalam penelitian. Teori-teori ini berkaitan erat dengan permasalahan yang ada

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu 4.2. Metode Pengambilan Responden 4.3. Desain Penelitian

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu 4.2. Metode Pengambilan Responden 4.3. Desain Penelitian IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilakukan di Desa Blendung, Kecamatan Purwadadi, Kabupaten Subang, Provinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi ini ditentukan secara sengaja (purposive)

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Penelitian Usaha warnet sebetulnya tidak terlalu sulit untuk didirikan dan dikelola. Cukup membeli beberapa buah komputer kemudian menginstalnya dengan software,

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN. 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

IV METODE PENELITIAN. 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di peternakan kambing perah Prima Fit yang terletak di Desa Cibuntu, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat.

Lebih terperinci

KELAYAKAN USAHA PEMBENIHAN UDANG VANNAMEI (Litopenaeus vannamei) Destri Yuliani 1) Program Studi Agribisnis Fakultas pertanian Universitas Siliwangi

KELAYAKAN USAHA PEMBENIHAN UDANG VANNAMEI (Litopenaeus vannamei) Destri Yuliani 1) Program Studi Agribisnis Fakultas pertanian Universitas Siliwangi KELAYAKAN USAHA PEMBENIHAN UDANG VANNAMEI (Litopenaeus vannamei) Destri Yuliani 1) Program Studi Agribisnis Fakultas pertanian Universitas Siliwangi Destriyuliani054@gmail.com Dedi Darusman 2) Fakultas

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Peternakan Agrifarm, yang terletak di desa Cihideung Udik Kecamatan Ciampea Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Pemilihan lokasi

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian dilakukan di Kampung Budaya Sindangbarang, Desa Pasir Eurih, Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara purposive

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Data dan Instrumentasi 4.3. Metode Pengumpulan Data

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Data dan Instrumentasi 4.3. Metode Pengumpulan Data IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian mengambil tempat di kantor administratif Koperasi Peternak Sapi Bandung Utara (KPSBU) Jawa Barat yang berlokasi di Kompleks Pasar Baru Lembang

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data 4.3 Metode Penentuan Narasumber

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data 4.3 Metode Penentuan Narasumber IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di peternakan milik Bapak Sarno yang bertempat di Desa Citapen, Kecamatan Ciawi, Kabupaten Bogor, Jawa barat. Pemilihan lokasi

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. sampai dengan 30 tahun tergantung dengan letak topografi lokasi buah naga akan

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. sampai dengan 30 tahun tergantung dengan letak topografi lokasi buah naga akan V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Analisis Kelayakan Usahatani Buah Naga Buah naga merupakan tanaman tahunan yang sudah dapat berbuah 1 tahun sampai dengan 1,5 tahun setelah tanam. Buah naga memiliki usia produktif

Lebih terperinci

3 METODOLOGI 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian 3.2 Alat dan Bahan 3.3 Metode Penelitian 3.4 Metode Pengambilan Responden 3.5 Metode Pengumpulan Data

3 METODOLOGI 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian 3.2 Alat dan Bahan 3.3 Metode Penelitian 3.4 Metode Pengambilan Responden 3.5 Metode Pengumpulan Data 19 3 METODOLOGI 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian di lapangan dilakukan di Pelabuhan Perikanan Nusantara Palabuhanratu, Sukabumi Jawa Barat. Pengambilan data di lapangan dilakukan selama 1 bulan,

Lebih terperinci

VIII. ANALISIS FINANSIAL

VIII. ANALISIS FINANSIAL VIII. ANALISIS FINANSIAL Analisis finansial bertujuan untuk menghitung jumlah dana yang diperlukan dalam perencanaan suatu industri melalui perhitungan biaya dan manfaat yang diharapkan dengan membandingkan

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengolahan dan Analisis Data

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengolahan dan Analisis Data IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Restoran Pastel and Pizza Rijsttafel yang terletak di Jalan Binamarga I/1 Bogor. Pemilihan tempat penelitian ini dilakukan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. A. Konsep Dasar dan Bahan Batasan Operasional. Konsep dasar dan defenisi opresional mencakup pengertian yang

III. METODE PENELITIAN. A. Konsep Dasar dan Bahan Batasan Operasional. Konsep dasar dan defenisi opresional mencakup pengertian yang III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Bahan Batasan Operasional Konsep dasar dan defenisi opresional mencakup pengertian yang dipergunakan untuk mendapatkan dan menganalisis data sesuai dengan tujuan

Lebih terperinci

ASPEK FINANSIAL Skenario I

ASPEK FINANSIAL Skenario I VII ASPEK FINANSIAL Setelah menganalisis kelayakan usaha dari beberapa aspek nonfinansial, analisis dilanjutkan dengan melakukan analisis kelayakan pada aspek finansial yaitu dari aspek keuangan usaha

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis

III. KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis 23 III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Pengertian Usahatani Bachtiar Rifai dalam Hernanto (1989) mendefinisikan usahatani sebagai organisasi dari alam, kerja dan modal yang

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah penulis uraikan dalam bab sebelumnya, maka penulis dapat mengambil kesimpulan sebagai berikut : 1. Sampai

Lebih terperinci

6 ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGOLAHAN SURIMI

6 ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGOLAHAN SURIMI 6 ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGOLAHAN SURIMI 6.1 Pendahuluan Industri surimi merupakan suatu industri pengolahan yang memiliki peluang besar untuk dibangun dan dikembangkan. Hal ini didukung oleh adanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. baik agar penambangan yang dilakukan tidak menimbulkan kerugian baik. dari segi materi maupun waktu. Maka dari itu, dengan adanya

BAB I PENDAHULUAN. baik agar penambangan yang dilakukan tidak menimbulkan kerugian baik. dari segi materi maupun waktu. Maka dari itu, dengan adanya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri pertambangan membutuhkan suatu perencanaan yang baik agar penambangan yang dilakukan tidak menimbulkan kerugian baik dari segi materi maupun waktu. Maka dari

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Pada akhirnya setelah penulis melakukan penelitian langsung ke perusahaan serta melakukan perhitungan untuk masing-masing rumus dan mencari serta mengumpulkan

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Studi Kelayakan Bisnis Studi kelayakan bisnis merupakan penelitian terhadap rencana bisnis yang tidak hanya menganalisis layak atau tidak

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis mengemukakan teori-teori terkait penelitian. Teori-teori tersebut antara lain pengertian proyek, keterkaitan proyek dengan

Lebih terperinci

METODE PERBANDINGAN EKONOMI. Pusat Pengembangan Pendidikan - Universitas Gadjah Mada

METODE PERBANDINGAN EKONOMI. Pusat Pengembangan Pendidikan - Universitas Gadjah Mada METODE PERBANDINGAN EKONOMI METODE BIAYA TAHUNAN EKIVALEN Untuk tujuan perbandingan, digunakan perubahan nilai menjadi biaya tahunan seragam ekivalen. Perhitungan secara pendekatan : Perlu diperhitungkan

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikirian Teoritis 3.1.1 Studi Kelayakan Proyek Studi kelayakan proyek adalah penelitian tentang dapat tidaknya suatu proyek (biasanya merupakan proyek investasi)

Lebih terperinci

MATERI 7 ASPEK EKONOMI FINANSIAL

MATERI 7 ASPEK EKONOMI FINANSIAL MATERI 7 ASPEK EKONOMI FINANSIAL Analisis kelayakan finansial adalah alat yang digunakan untuk mengkaji kemungkinan keuntungan yang diperoleh dari suatu penanaman modal. Tujuan dilakukan analisis kelayakan

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1.Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Studi Kelayakan Proyek Menurut Husnan dan Suwarsono (2000), proyek pada dasarnya merupakan kegiatan yang menyangkut pengeluaran modal (capital

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Studi Analisis Kelayakan Usaha Analisis Kelayakan Usaha atau disebut juga feasibility study adalah kegiatan untuk menilai sejauh mana manfaat

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. yang dikeluarkan selama produksi, input-input yang digunakan, dan benefit

METODE PENELITIAN. yang dikeluarkan selama produksi, input-input yang digunakan, dan benefit III. METODE PENELITIAN Penelitian ini bersifat kuantitatif, yang banyak membahas masalah biayabiaya yang dikeluarkan selama produksi, input-input yang digunakan, dan benefit yang diterima, serta kelayakan

Lebih terperinci

VII. RENCANA KEUANGAN

VII. RENCANA KEUANGAN VII. RENCANA KEUANGAN Rencana keuangan bertujuan untuk menentukan rencana investasi melalui perhitungan biaya dan manfaat yang diharapkan dengan membandingkan antara pengeluaran dan pendapatan. Untuk melakukan

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Studi Kelayakan Proyek Proyek adalah kegiatan-kegiatan yang dapat direncanakan dan dilaksanakan dalam suatu bentuk kesatuan dengan mempergunakan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. mandiri, baik satu variabel atau lebih (independen) tanpa membuat perbandingan

III. METODE PENELITIAN. mandiri, baik satu variabel atau lebih (independen) tanpa membuat perbandingan III. METODE PENELITIAN A. Metode Dasar Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analisis yaitu penelitian yang dilakukan untuk mengetahui nilai variabel mandiri, baik

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. berfokus pada bidang penggemukan sapi.sapi yang digemukkan mulai dari yang

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. berfokus pada bidang penggemukan sapi.sapi yang digemukkan mulai dari yang V. HASIL DAN PEMBAHASAN Usaha peternakan sapi di CV. Anugrah farm merupakan peternakan yang berfokus pada bidang penggemukan sapi.sapi yang digemukkan mulai dari yang berbobot 200 kg sampai dengan 300

Lebih terperinci

ANALISIS FINANSIAL DAN SENSITIVITAS PETERNAKAN AYAM BROILER PT. BOGOR ECO FARMING, KABUPATEN BOGOR

ANALISIS FINANSIAL DAN SENSITIVITAS PETERNAKAN AYAM BROILER PT. BOGOR ECO FARMING, KABUPATEN BOGOR ANALISIS FINANSIAL DAN SENSITIVITAS PETERNAKAN AYAM BROILER PT. BOGOR ECO FARMING, KABUPATEN BOGOR Abel Gandhy 1 dan Dicky Sutanto 2 Surya University Tangerang Email: abel.gandhy@surya.ac.id ABSTRACT The

Lebih terperinci

Studi Kelayakan Bisnis Pembukaan Cabang Baru Pada Usaha Ayam Bakar dan Madu Sumber Jaya NINDYA KLARASINTA STEVIANUS, SE.

Studi Kelayakan Bisnis Pembukaan Cabang Baru Pada Usaha Ayam Bakar dan Madu Sumber Jaya NINDYA KLARASINTA STEVIANUS, SE. Studi Kelayakan Bisnis Pembukaan Cabang Baru Pada Usaha Ayam Bakar dan Madu Sumber Jaya NINDYA KLARASINTA 15212337 STEVIANUS, SE., MM PENDAHULUAN Latar Belakang Persaingan Bisnis Strategi Pemasaran Studi

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN IV. METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Pengambilan data dilakukan di Kecamatan Tarumajaya Kabupaten Bekasi. Pemilihan lokasi ini dilakukan secara sengaja (purposive), dengan pertimbangan

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilakukan di Kota depok yang memiliki 6 kecamatan sebagai sentra produksi Belimbing Dewa. Namun penelitian ini hanya dilakukan pada 3 kecamatan

Lebih terperinci

BAB V HASIL ANALISA. dan keekonomian. Analisis ini dilakukan untuk 10 (sepuluh) tahun. batubara merupakan faktor lain yang juga menunjang.

BAB V HASIL ANALISA. dan keekonomian. Analisis ini dilakukan untuk 10 (sepuluh) tahun. batubara merupakan faktor lain yang juga menunjang. BAB V HASIL ANALISA 5.1 ANALISIS FINANSIAL Untuk melihat prospek cadangan batubara PT. XYZ, selain dilakukan tinjauan dari segi teknis, dilakukan juga kajian berdasarkan aspek keuangan dan keekonomian.

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 17 III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Usaha Kecil Menengah (UKM) pengolahan pupuk kompos padat di Jatikuwung Innovation Center, Kecamatan Gondangrejo Kabupaten

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional mencakup pengertian yang

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional mencakup pengertian yang III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Konsep dasar dan definisi operasional mencakup pengertian yang dipergunakan untuk mendapatkan dan menganalisis data sesuai dengan tujuan

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Packing House Packing house ini berada di Desa Hegarmanah, Kecamatan Cicantayan, Kabupaten Sukabumi. Packing house dibangun pada tahun 2000 oleh petani diatas lahan

Lebih terperinci

IV. METODOLOGI PENELITIAN. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan

IV. METODOLOGI PENELITIAN. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan IV. METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Pulau Panggang, Kecamatan Kepulauan Seribu Utara, Kabupaten Administratif Kepulauan Seribu, Provinsi DKI Jakarta. Pemilihan lokasi

Lebih terperinci

usaha dari segi keuntungan. Analisis finansial dilakukan dengan menggunakan

usaha dari segi keuntungan. Analisis finansial dilakukan dengan menggunakan 34 Roda Mandala Asia Makmur Trass 2.5 35 Rumpin Satria Bangun Trass 1.3 36 Sirtu Pratama Usaha Andesit 1.8 37 Sumber Alfa Prolindo Pasir 4 38 Tarabatuh Manunggal Andesit 16 39 Wiguna Karya II Trass 2.5

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN 46 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Batasan Operasional Konsep dan batasan operasional merupakan pengertian dan petunjuk mengenai variabel yang akan diteliti untuk memperoleh dan menganalisis

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Metode Pengumpulan Data

IV METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Metode Pengumpulan Data IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan pada Laboratorium Percontohan Pabrik Mini Pusat Kajian Buah Tropika (LPPM PKBT) yang berlokasi di Tajur sebagai sumber informasi

Lebih terperinci

ANALISIS FINANSIAL PADA INVESTASI JALAN TOL CIKAMPEK-PADALARANG

ANALISIS FINANSIAL PADA INVESTASI JALAN TOL CIKAMPEK-PADALARANG ANALISIS FINANSIAL PADA INVESTASI JALAN TOL CIKAMPEK-PADALARANG Lulu Widia Roswita NRP : 9721055 Pembimbing : V. Hartanto, Ir., M. Sc FAKULTAS TEKNIK JURUSAN SIPIL UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA BANDUNG

Lebih terperinci

V. ANALISA MANFAAT DAN BIAYA BUDIDAYA IKAN HIAS AIR TAWAR

V. ANALISA MANFAAT DAN BIAYA BUDIDAYA IKAN HIAS AIR TAWAR V. ANALISA MANFAAT DAN BIAYA BUDIDAYA IKAN HIAS AIR TAWAR Analisa Biaya Manfaat Ikan Hias Air Tawar Layak tidaknya usaha dapat diukur melalui beberapa parameter pengukuran seperti Net Present Value (NPV),

Lebih terperinci

Bab 6 Teknik Penganggaran Modal (Bagian 1)

Bab 6 Teknik Penganggaran Modal (Bagian 1) M a n a j e m e n K e u a n g a n 96 Bab 6 Teknik Penganggaran Modal (Bagian 1) Mahasiswa diharapkan dapat memahami, menghitung, dan menjelaskan mengenai penggunaan teknik penganggaran modal yaitu Payback

Lebih terperinci

A Modal investasi Jumlah (Rp) 1 Tanah Bangunan Peralatan Produksi Biaya Praoperasi*

A Modal investasi Jumlah (Rp) 1 Tanah Bangunan Peralatan Produksi Biaya Praoperasi* A Modal investasi Jumlah (Rp) 1 Tanah 150.000.000 2 Bangunan 150.000.000 3 Peralatan Produksi 1.916.100.000 4 Biaya Praoperasi* 35.700.000 B Jumlah Modal Kerja 1 Biaya bahan baku 7.194.196.807 2 Biaya

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Penentuan Responden

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Penentuan Responden IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Elsari Brownies and Bakery yang terletak di Jl. Pondok Rumput Raya No. 18 Bogor. Pemilihan lokasi ini dilakukan secara

Lebih terperinci