Lampiran 1. Kriteria faktor penghambat/pembatas klasifikasi kemampuan lahan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Lampiran 1. Kriteria faktor penghambat/pembatas klasifikasi kemampuan lahan"

Transkripsi

1 171 Lampiran 1. Kriteria faktor penghambat/pembatas klasifikasi kemampuan lahan Kecuraman lereng A (l 0 ) = 0 sampai 3% (datar) B (l 1 ) sampai 8% (landai atau berombak) C (l 2 ) = 8 sampai 15% (agak miring atau bergelombang) D (l 3 ) = 15 sampai 30% ( miring atau berbukit) E (l 4 ) 0 sampai 45% (agak curam) F (l 5 ) = 45 sampai 65% (curam) G (l 6 ) = lebih dari 65% (sangat curam) Kepekaan erosi tanah (nilai K) KE 1 = 0,00 sampai 0,10 (sangat rendah) KE 2 = 0,11 sampai 0,20 (rendah) KE 3 = 0,21 sampai 0,32 (sedang) KE 4 = 0,33 sampai 0,43 (agak tinggi) KE 5 = 0,44 sampai 0,55 (tinggi) KE 6 = 0,56 sampai 0,64 (sangat tinggi) Kerusakan erosi yang telah terjadi e 0 = tidak ada erosi e 1 = ringan : kurang dari 25% lapisan atas hilang e 2 = sedang : 25 sampai 75%lapisan atas hilang e 3 = agak berat : lebih dari 75% lapisan atas sampai kurang dari 25% lapisan bawah hilang e 4 = berat : lebih dari 25% lapisan bawah hilang = sangat berat : erosi parit e 5 Kedalaman Tanah k 0 = lebih dari 90 cm (dalam) k 1 = 90 sampai 50 cm (sedang) k 2 = 50 sampai 25 cm (dangkal) = kurang dari 25 cm (sangat dangkal) k 3 Tekstur Tanah t 1 = tanah bertekstur halus, meliputi tekstur liat berpasir, liat berdebu dan liat. t 2 = tanah bertekstur agak halus, meliputi tekstur lempung liat berpasir, lempung berliat dan lempung berliat berdebu. t 3 = tanah bertekstur sedang, meliputi tekstur lempung, lempung berdebu dan debu. t 4 = tanah bertekstur agak kasar, meliputi lempung berpasir, lempung berpasir halus dan lempung berpasir sangat halus. t 5 = tanah bertekstur kasar, meliputi tekstur pasir berlempung dan pasir. Permeabilitas P 1 = lambat : kurang 0,5 cm/jam P 2 = agak lambat : 0,5 2,0 cm/jam P 3 = sedang : 2,0 6,25 cm/jam P 4 = agak cepat : 6,25 12,5 cm/jam P 5 = cepat : lebih dari 12,5 cm/jam

2 172 Drainase d 0 d 1 d 2 d 3 d 4 d 5 = berlebihan (excessively drained), air lebih segera keluar dari tanah dan sangat sedikit air yang tahan oleh tanah sehingga tanaman akan segera mengalami kekurangan air. = baik : tanah mempunyai peredaran udara yang baik. Seluruh profil tanah dari atas sampai ke bawah (150 cm) berwarna terang yang seragam dan tidak terdapat bercak-bercak berwarna terang yang eragam dan tidak terdapat bercak-bercak kuning, coklat atau kelabu. = agak baik : tanah mepunyai peredaran udara baik di daerah perakaran. Tidak terdapat bercak-bercak berwarna kuning, coklat atau kelabu pada lapisan atas bagian atas lapisan bawah (sampai sekitar 60 cm dari permukaan tanah). = agak buruk : lapisan atas tanah mempunyai peredaran udara baik; tidak terdapat bercak-bercak berwarna kuning, kelabu atau coklat. Bercak-bercak terdapat pada seluruh lapisan bagian bawah (sekitar 40 cm dari permukaan tanah). = buruk : bagian bawah lapisan atas (dekat permukaan) terdapat warna atau bercak-bercak berwarna kelabu, coklat dan kekuning. = sangat buruk : seluruh lapisan sampai permukaan tanah berwarna kelabu dan tanah lapisan bawah berwarna kelabu atau terdapat bercak-bercak berwarna kebiruan, atau trdapat air yang menggenang dipermukaan tanah dalam waktu yang lama sehingga menghambat pertumbuhan tanaman. Faktor-faktor Khusus Kerikil b 0 = tidak ada atau sedikit : 0 sampai 15% volume tanah. b 1 = sedang : 15 sampai 50% volume tanah; pengolahan tanah mulai agak sulit pertumbuhan tanaman agak terganggu. b 2 = banyak : 50% sampai 90% volume tanah. b 3 = sangat banyak : lebih dari 90% volume tanah. Batuan Kecil b 0 = tidak ada atau sedikit : 0 sampai 15% volume tanah. b 1 = sedang : 15% sampai 50% volume tanah; pengolahan tanah mulai agak sulit dan pertumbuhan tanaman agak terganggu. b 2 = banyak : 50 sampai 90% volume tanah; pengolahan tanah sangat sulit dan pertumbuhan tanaman terganggu. b 3 = sangat banyak : lebih dari 90% volume tanah; pengolahan tanah tidak mungkin dilakukan dan pertumbuhan tanaman terganggu. Batuan lepas b 0 b 1 b 2 b 3 b 4 = tidak ada : kurang dari 0,01% luas areal. = sedikit : 0,01% sampai 3% permukaan tanah tertutup; pengolahan tanah dengan agak terganggu tetapi tidak mengganggu pertumbuhan tanaman. = sedang : 3% sampai 15% permukaan tanah tertutup; pengolahan tanah mulai agak sulit dan luas areal produktif berkurang. = banyak : 15% sampai 90% permukaan tanah tertutup; pengolahan tanah dan penanaman menjadi sangat sulit. = sangat banyak : lebih dari 90% permukaan tanah tertutup; tanah

3 173 sama sekali tidak dapat digunakan untuk produksi pertanian. Batuan Tersingkap (rock) b 0 = tidak ada : kurang dari 2% permukaan tanah tertutup. b 1 = sedikit : 15% sampai 90% permukaan tanah tertutup; pengolahan tanah dan penanaman agak terganggu. b 2 = sedang : 10% sampai 50% permukaan tanah tertutup; pengolahan tanah dan penanaman terganggu. b 3 = banyak : 50% sampai 90% permukaan tanah tertutup; pengolahan tanah dan penanaman sangat terganggu. b 4 = sangat banyak : lebih dari 90% permukaan tanah tertutup; tanah sama sekali tidak dapat digarap. Ancaman Banjir/Genangan O 0 = tidak pernah : dalam periode satu tahun tanah tidak pernah tertutup Banjir untuk waktu lebih dari 24jam. O1 = kadang-kadang : banjir yang menutupi tanah lebih dari 24 jam terjadinya tidak teratur dalam periode kurang dari satu bulan. O 2 = selama waktu satu bulan dalam setahun tanah secara teratur tertutup banjir untuk jangka waktu lebih dari 24 jam. O 3 = selama waktu 2 sampai 5 bulan dalam setahun, secara teratur selalu di landa banjir yang lamanya lebih dari 24jam. O 4 = selama waktu 6 bulan atau lebih tanah selalu dilanda banjir secara teratur yang lamanya lebih dari 24jam. Salinitas go : bebas = 0 sampai 0,15% garam larut ; 0 sampai 4 (EC x 10 3 ) mmhos per cm pada suhu 25 0 C) go 1 : terpengaruh sedikit = 0,15 sampai 0,3% garam laut; 4 sampai 8 (EC x 10 3 ) mmhos/cm pada suhu 25%C. go 2 : terpengaruh sedang = 0,35 sedang 0,65% garam larut; 8 sampai 15 (EC x 10 3 ) go 3 : terpengaruh hebat = lebih dari 0,65% garam larut; lebih dari 15 (EC x 10 3 )mmhos/cm pada suhu 25 0 C.

4 174 Lampiran 2. Penilaian struktur tanah dan permeabilitas tanah Tipe struktur Kode Granular sangat halus (very fine granular) 1 Granular halus (fine granular) 2 Granular sedang dan kasar (medium, coarse granular) 3 Gumpal, lempeng, pejal (blocky, platty, massive) 4 Kelas Permeabilitas (cm/jam) Nilai Kode Cepat (rapid) >25,4 1 Sedang sampai cepat (moderate to rapid) 12,7 25,4 2 Sedang (moderate) 6,3 12,7 3 Sedang sampai lambat (moderate to slow) 2,0 6,3 4 Lambat (slow) 0,5 2,0 5 Sangat lambat (very slow) <0,5 6 Sumber : Arsyad (2006)

5 175 Lampiran 3. Nilai faktor C dan CP No. Jenis Tanaman Abdulrachman Hammer et al (1984) (1991) 1 Rumput Brachiaria decumbens tahun 1 0,287 0,3 2 Rumput Brachiaria decumbens tahun 1 0,016 0,002 3 Kacang tunggak 0,161-4 Sorgum 0,242-5 Ubi kayu - 0,8*) 6 Kedelai 0,399*) - 7 Serai wangi 0,434 0,4 8 Kacang tanah 0,20 0,2*) 9 Padi (lahan kering) 0,561 0,5 10 Jagung 0,637 0,7*) 11 Padi sawah 0,01 0,01*) 12 Kentang - 0,4*) 13 Kapas, tembakau 0,5-0,7-14 Nanas dengan penanaman menurut kontur : a. dengan mulsa dibakar b. dengan mulsa dibenam c. dengan mulsa dipermukaan 0,2-0,5 0,1-0,3 0,01 15 Tebu - 0,2*) 16 Pisang (jarang yang monokultur) - 0,6 17 Talas - 0,86 18 Cabe - 0,9 19 Kebun campuran (rapat) Kebun campuran ubi kayu + kedelai Kebun campuran gude + kacang tanah (jarang) - - 0, Ladang berpindah - 0,4 21 Tanah kosong diolah 1,0 1,0 22 Tanah kosong tak diolah - 0,95 23 Hutan tak terganggu 0, Semak tak terganggu sebagian berumput 0,01-0,10-25 Alang-alang permanent 0,02-26 Alang-alang dibakar 1 kali 0,70-27 Semak lantana 0,51-28 Pohon tanpa semak 0,32-29 Kentang ditanam searah lereng 1,0-30 Kentang ditanam menurut kontur 0,35-31 Bawang daun ditanam dalam bedengan menurut - 0,08 kontur 32 Bawang putih ditanam dalam bedengan menurut 0,08 kontur 33 Pohon-pohon dibawahnya dipacul (diolah) 0,21-34 Kubis ditanam dalam bedengan 0,08 - Sumber : Abdulrachman et al. 1984; Hammer 1991; dan Arsyad 2000 *) ,1 0,2 0,5

6 176 Lampiran 4. Nilai faktor P (tindakan konservasi tanah) No. Berbagai Teknik Pengolahan Tanah Nilai P 1 Teras bangku a. sempurna 0,04 b. sedang 0,15 c. jelek 0,35 2 Teras tradisional 0,40 3 Padang rumput a. bagus 0,04 b. jelek 0,40 4 Hill side ditch atau field pits 0,30 5 Contour cropping a. kemiringan 0-8 % 0,50 b. kemiringan 9-20 % 0,75 c. kemiringan > 20 % 0,90 6 Limbah jerami a. 6 ton/ha/thn 0,30 b. 3 ton/ha/thn 0,50 c. 1 ton/ha/thn 0,80 7 Tahnaman perkebunan a. penutup tanah rapat 0,10 b. penutup tanah sedang 0,50 8 Strip cropping-kacang tanah sisa tanaman dijadikan mulsa 0,05 9 Jagung-kedelai, sisa tanaman dijadikan mulsa 0, Jagung-mulsa jerami padi 0, Padi gogo-kedelai, mulsa jerami 4 ton/ha 0, Kacang tanah-kacang hijau 0, Kacang tanah-kacang hijau, mulsa jerami 0, Padi gogo-jagung-kacang tanah + mulsa jerami 0, Jagung+padi gogo+kacang tanah+mulsa (sisa tanaman) 0, Teras gulud : padi-jagung 0, Teras gulud : jagung-kacang tanah + mulsa (sisa tanaman) 0, Teras gulud : Kacang tanah kedelai 0, Teras gulud : padi-jagung-kacang tunggak, kapur 2 ton/ha 0, Teras bangku : jagung-ubi kayu/kedelai 0, Teras bangku : kacang tanah-kacang tanah 0, Teras bangku : tanpa tanaman 0, Serai wangi 0, Padi gogo-jagung 0, Padi gogo-jagung-mulsa jerami 0, Padi gogo-jagung-kapur 2 ton/ha. Mulsa/pupuk kandang ,030 ton/ha 27 Jagung-padi gogo + ubi kayu-kedelai/kacang tanah 0,421 Sumber : Arsyad (2000) dan Abdulrachman et al. (1984)

7 177 Lampiran 5. Faktor kedalaman beberapa sub order tanah No Sub Order Harkat Kemerosotan Sifat Fisika dan Kimia Nilai Faktor Kedalaman Tanah Fisika Kimia 1 Aqualf Sedang Rendah 0,90 2 Udalf Sedang Rendah 0,90 3 Ustalf Sedang Rendah 0,90 4 Aquent Sedang Rendah 0,90 5 Arent Rendah Rendah 1,00 6 Fluvent Rendah Rendah 1,00 7 Orthent Rendah Rendah 1,00 8 Psamment Rendah Rendah 1,00 9 Andept Rendah Rendah 1,00 10 Aquept Rendah Sedang 0,95 11 Tropept Rendah Rendah 1,00 12 Alboll Tinggi Sedang 0,75 13 Aquoll Sedang Rendah 0,90 14 Rendoll Sedang Rendah 0,90 15 Udoll Rendah Rendah 1,00 16 Ustoll Rendah Rendah 1,00 17 Aquox Rendah Tinggi 0,90 18 Humox Rendah Rendah 1,00 19 Orthox Rendah Tinggi 0,90 20 Usthox Rendah Tinggi 0,90 21 Aquod Rendah Tinggi 0,90 22 Ferrod Rendah Sedang 0,95 23 Humod Rendah Rendah 1,00 24 Orthod Rendah Sedang 0,95 25 Aquult Sedang Tinggi 0,80 26 Humult Rendah Rendah 1,00 27 Udult Sedang Tinggi 0,80 28 Ustult Sedang Tinggi 0,80 29 Udert Rendah Rendah 1,00 30 Ustert Rendah Rendah 1,00 Sumber : Hammer (1981, diacu dalam Arsyad 2006)

8 178 Lampiran 6. Kedalaman tanah minimum untuk berbagai jenis tanaman Jenis Tanaman Kedalaman Tanah Minimum (cm) Kacang Hijau 15 Kacang tanah 15 Rumput ternak 15 Kedelai 20 Padi ladang 20 Jagung 24 Sorgum 24 Hui 25 Padi sawah 25 Kentang 30 Talas 30 Ubi jalar 30 Tebu 40 Kapas 45 Akasia 50 Cengkeh 50 Jeruk 50 Kakao 50 Karet 50 Kelapa 50 Kelapa sawit 50 Kopi 50 Pinus 50 Pisang 50 Altingia 75 Jati 75 Leucaina 75 Mahoni 75 Mangga 75 Buncis 30 Kacang panjang 30 Cabe 30 Pare 25 Sawi 25 Terung 30 Semangka 30 Ubikayu 50 Kemiri 50 Tembakau hasil pengamatan dilokasi penelitian*) : Tanah litosol kedalaman tanah < 30 cm Tanah latosol kedalaman tanah > 90 cm Tanah andosol kedalaman tanah > 90 cm Sumber : Wood dan Dent (1983) *) : data primer hasil pengamatan dilokasi penelitian

9 179 Lampiran 7. Petak erosi (plot erosi) pada percobaan teknologi konservasi tanah dan air (KTA) spesifik lokasi Soil colector (bak dan drum penampung erosi) Petak erosi (plot erosi) ukuran 4 x 10 m pada teras batu kemiringan 45% (terlihat dari depan) Petak erosi pada teras batu kemiringan 45% (terlihat dari samping) Petak erosi pada teras batu kemiringan 70% (terlihat dari samping) Petak erosi pada teras batu kemiringan 45% Petak erosi pada teras miring kemiringan 45%

10 Lampiran 8. Data curah hujan rerata bulanan pada UTLKBT di Sub-DAS Progo Hulu No Tahun Bulan Jan Peb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sep Okt Nop Des (mm) Jumlah Hujan (mm) HH/ Tahun BB BK BL Rata-rata 488,1 456,4 429,8 352,4 164,7 126,1 37,3 39,2 57,2 183,8 363,2 426,4 3126,2 166,0 8 2,6 1,4 Sumber : Diolah dari data Stasiun CH Kledung (Dinas Bina Marga dan Pengairan Kab. Temanggung) Keterangan : BB = bulan basah (curah Hujan > 100 mm/bulan) BK = bulan kering (curah Hujan < 60 mm/bulan) BL = bulan lembab (curah Hujan mm/bulan)

11 181 Lampiran 9. Sifat-sifat tanah pada usahatani lahan kering berbasis tembakau di Sub-DAS Progo Hulu Lampiran 9a. Sifat kimia tanah pada usahatani lahan kering berbasis tembakau di Sub-DAS Progo Hulu Satuan ph C-Org N P 2 O 5 K 2 O Nilai Tukar Kation Lahan H 2 O KCl (%) (%) (mg/100g) (mg/100g) Ca (cmol/kg) Mg (cmol/kg) K (cmol/kg) Na (cmol/kg) Jumlah (cmol/kg) 1 4,9 4,8 1,68 0, ,17 0,40 0,13 0,03 3,73 2 4,7 4,2 1,62 0, ,06 1,22 0,88 0,14 6,30 3 5,0 4,9 1,72 0, ,13 0,48 0,41 0,04 3,06 4 4,7 4,4 2,14 0, ,26 0,96 0,81 0,8 5,83 5 5,2 4,8 2,18 0, ,18 0,68 0,34 0,07 3,27 6 5,0 4,8 2,08 0, ,75 1,08 0,51 0,10 7,44 7 5,1 4,9 2,24 0, ,72 0,84 0,39 0,08 4,03 8 4,9 4,8 2,28 0, ,43 0,85 0,30 0,12 3,70 9 5,0 4,8 1,60 0, ,86 0,14 0,14 0,07 1, ,7 4,3 1,56 0, ,80 0,13 0,12 0,06 1, ,0 3,8 2,16 0, ,17 0,92 0,38 0,09 5, ,7 4,4 2,06 0, ,82 1,02 0,43 0,17 8, ,3 4,0 2,14 0, ,42 0,98 0,40 0,12 6, ,1 4,6 2,58 0, ,27 3,34 0,74 0,57 14, ,0 4,4 2,90 0, ,92 3,02 0,92 0,64 13, ,2 4,8 3,67 0, ,74 3,61 0,58 0,49 12, ,0 4,5 1,65 0, ,79 0,18 0,15 0,03 1, ,1 4,6 1,28 0, ,58 0,30 0,28 0,05 1, ,9 4,4 2,26 0, ,91 0,11 0,11 0,02 1, ,2 4,7 1,82 0, ,76 0,15 0,14 0,03 1, ,9 4,8 2,28 0, ,43 0,85 0,30 0,12 3, ,1 4,9 1,87 0, ,52 0,90 0,37 0,14 3, ,0 4,8 2,04 0, ,38 0,81 0,28 0,10 3, ,1 4,6 1,92 0, ,72 0,39 0,28 0,04 2, ,0 4,5 1,60 0, ,98 0,43 0,50 0,02 2, ,8 4,6 1,56 0, ,68 0,37 0,24 0,06 2, ,9 4,5 1,64 0, ,01 0,48 0,52 0,01 3,02 181

12 Lampiran 9b. Sifat fisika tanah pada usahatani lahan kering berbasis tembakau di Sub-DAS Progo Hulu Satuan Lahan Kedalaman Tanah (cm) P.S Halus (%) Pasir (%) Debu (%) Tekstur Liat (%) Kelas ,05 47,51 29,47 13,97 Lempung berpasir (agak kasar) ,05 47,51 29,47 14,97 Lempung berpasir (agak kasar) ,52 51,02 28,57 12,89 Lempung berpasir (agak kasar) ,36 34,01 25,32 36,31 Lempung berliat (agak halus) ,06 34,10 25,10 35,74 Lempung berliat (agak halus) ,36 34,01 25,32 36,31 Lempung berliat (agak halus) ,06 34,10 25,10 34,74 Lempung berliat (agak halus) ,13 44,10 21,84 26,93 Lempung liat berpasir (agak halus) ,04 44,28 33,58 16,10 Lempung (sedang) ,35 55,99 31,39 13,24 Lempung berpasir (agak kasar) ,20 34,05 25,19 31,56 Lempung berliat (agak halus) ,20 35,05 24,19 32,56 Lempung berliat (agak halus) ,20 30,05 27,19 35,56 Lempung berliat (agak halus) Bulk Density (g/cm 3 ) Porositas (%) Air Tersedia (%Volume) Permeabilitas (cm/jam) 0,83 66,77 9,30 2,62 0,83 66,92 12,62 5,62 0,83 68,84 14,11 7,64 0,94 64,49 7,42 2,34 0,94 63,25 9,26 2,98 0,94 63,74 12,74 2,59 0,94 64,31 15,46 2,78 0,95 69,84 11,51 4,31 0,90 75,19 16,28 5,01 0,90 71,83 19,64 3,87 1,21 54,37 5,85 0,37 1,21 55,12 6,63 0,40 1,21 52,49 5,92 0,46

13 ,80 42,87 26,59 23,74 Lempung (sedang) 1,19 63,98 12,69 0, ,73 24,66 40,90 29,71 Lempung (sedang) 1,19 67,10 18,27 0, ,35 15,77 53,75 25,13 Lempung (sedang) 1,19 79,70 19,15 1, ,23 54,06 17,47 22,24 Lempung liat 1,06 54,17 6,00 2,93 berpasir (agak halus) ,69 67,29 8,92 16,10 Lempung berpasir 1,06 56,12 7,98 10,09 (agak kasar) ,68 39,28 31,53 21,51 Lempung (sedang) 1,06 59,98 8,38 11, ,69 65,29 7,92 18,10 Lempung berpasir 1,06 60,65 9,64 14,89 (agak kasar) ,13 44,10 21,84 26,93 Lempung liat berpasir 0,95 64,16 11,51 4,18 (agak halus) ,22 50,80 26,38 15,60 Lempung berpasir 0,95 67,24 13,18 4,83 (agak kasar) ,13 46,10 22,84 24,93 Lempung liat berpasir 0,95 69,84 14,62 5,77 (agak halus) ,04 44,28 33,58 16,10 Lempung (sedang) 1,16 56,06 7,01 3, ,69 52,02 18,18 24,11 Lempung liat berpasir 1,16 64,57 10,74 5,01 (agak halus) ,35 55,99 31,39 13,24 Lempung berpasir 1, ,83 5,78 (agak kasar) ,35 57,99 29,39 12,24 Lempung berpasir (agak kasar) 1,16 66,11 14,14 5,92 183

14 Lanjutan Lampiran 9b. Sifat fisika tanah pada usahatani lahan kering berbasis tembakau di Sub-DAS Progo Hulu Satuan Lahan Kadar Air (% volume) Pada pf Pori Drainase (% volume) Indeks Agregat pf 1 pf 2 pf 3 pf 4 Sangat Cepat Cepat Lambat Agregat (%) Indeks Stabilitas Kelas 1 50,72 40,79 28,18 18,88 14,08 9,95 11,04 69,35 33,33 Tidak Stabil 2 52,83 43,14 31,86 19,07 15,34 9,94 11,86 70,04 33,33 Tidak Stabil 3 54,76 44,81 33,77 19,66 16,05 9,93 12,60 70,56 33,33 Tidak Stabil 4 48,68 34,37 28,21 20,79 13,81 10,70 8,45 65,24 33,33 Tidak Stabil 5 49,38 37,62 30,04 13,85 15,21 14,08 6,02 67,02 33,33 Tidak Stabil 6 48,92 35,86 28,34 18,28 14,06 11,58 8,14 65,84 33,33 Tidak Stabil 7 49,44 38,74 30,28 14,82 15,81 14,31 6,16 67,45 33,33 Tidak Stabil 8 50,37 38,47 29,77 15,15 19,47 11,91 8,69 68,41 33,33 Tidak Stabil 9 52,94 42,83 36,86 16,78 20,93 9,84 5,97 65,38 25,00 Tidak Stabil 10 53,70 43,66 37,22 17,58 21,49 10,04 6,44 65,89 25,00 Tidak Stabil 11 41,39 34,29 27,95 21,86 12,84 9,04 5,02 71,28 25,00 Tidak Stabil 12 42,62 33,85 28,41 22,56 11,75 8,76 5,44 70,48 25,00 Tidak Stabil 13 43,02 32,73 29,54 23,24 10,93 7,98 5,78 64,16 25,00 Tidak Stabil 14 48,94 39,49 34,73 16,46 15,04 9,45 4,77 62,94 33,00 Tidak Stabil 15 57,13 44,98 39,07 26,38 9,97 12,15 5,91 70,94 33,00 Tidak Stabil 16 63,28 47,33 39,38 29,24 16,42 15,95 7,95 73,47 33,00 Tidak Stabil 17 42,21 36,16 24,36 18,36 11,96 11,80 6,05 66,67 25,00 Tidak Stabil 18 44,62 30,74 25,04 18,65 12,14 13,14 5,48 67,04 25,00 Tidak Stabil 19 47,31 31,99 26,85 18,87 12,67 15,32 5,14 67,48 25,00 Tidak Stabil 20 47,64 32,85 29,75 20,11 13,01 14,79 3,10 70,40 25,00 Tidak Stabil 21 50,37 38,47 29,77 15,15 19,47 11,91 8,69 64,23 33,33 Tidak Stabil 22 51,48 38,94 30,46 17,38 12,64 12,53 7,49 66,46 33,33 Tidak Stabil 23 53,19 39,14 32,99 21,49 10,97 14,05 6,14 68,41 33,33 Tidak Stabil 24 43,58 35,46 28,13 21,12 12,48 8,12 7,33 68,41 25,00 Tidak Stabil 25 49,42 37,74 29,32 17,83 14,58 10,41 8,07 69,74 25,00 Tidak Stabil 26 44,76 36,17 28,85 20,26 13,69 9,52 7,84 68,97 25,00 Tidak Stabil 27 50,85 38,94 30,63 16,48 15,26 11,91 8,31 70,14 25,00 Tidak Stabil

15 185 Lampiran 10. Hasil klasifikasi kelas kemampuan lahan pada usahatani lahan kering berbasis tembakau di Sub-DAS Progo Hulu No Faktor Penghambat/ Satuan Lahan 1 Satuan Lahan 2 Satuan Lahan 3 Pembatas Nilai Kelompok Kelas Nilai Kelompok Kelas Nilai Kelompok Kelas 1. Lereng permukaan (%) 8-15% C (l 2 ) III 15-30% D (l 3 ) IV 30-45% E (l 4 ) VI 2. Kepekaan erosi 0,215 KE 3 II 0,192 KE 2 I 0,182 KE 2 I 3. Tingkat erosi sedang e 2 III agak berat e 3 IV berat e 4 VI 4. Kedalaman tanah (cm) > 90 cm k 0 I > 90 cm k 0 I > 90 cm k 0 I 5. Tekstur lapisan atas agak kasar t 4 III agak kasar t 4 III agak kasar t 4 III 6. Tekstur lapisan bawah agak kasar t 4 III agak kasar t 4 III agak kasar t 4 III 7. Permeabilitas (cm/jam) 2,62 P 3 I 5,62 P 3 I 7,64 P 4 VI 8. Drainase baik d 1 I baik d 1 I baik d 1 I 9. Kerikil/batuan <15% b 0 I 15-50% b 1 III 15-50% b 1 III 10. Ancaman banjir tidak p. O 0 I tidak p. O 0 I tidak p. O 0 I Kelas kemampuan lahan III-l 2.e 2 IV-l 3.e 3 VI-l 4.e 4 No Faktor Penghambat/ Satuan Lahan 4 Satuan Lahan 5 Satuan Lahan 6 Pembatas Nilai Kelompok Kelas Nilai Kelompok Kelas Nilai Kelompok Kelas 1. Lereng permukaan (%) 8-15% C(l 2 ) III 15-30% D(l 3 ) IV 30-45% E(l 4 ) VI 2. Kepekaan erosi 0,131 KE 2 I 0,133 KE 2 I 0,133 KE 2 I 3. Tingkat erosi sedang e 2 III agak berat e 3 IV berat e 4 VI 4. Kedalaman tanah (cm) >90 cm k 0 I >90 cm k 0 I cm k 1 II 5. Tekstur lapisan atas agak halus t 2 I agak halus t 2 I agak halus t 2 I 6. Tekstur lapisan bawah agak halus t 2 I agak halus t 2 I agak halus t 2 I 7. Permeabilitas (cm/jam) 2,34 P 3 I 2,98 P 3 I 2,59 P 3 I 8. Drainase baik d 1 I baik d 1 I baik d 1 I 9. Kerikil/batuan <15% b 0 I 15-50% b 1 III 15-50% b 1 III 10. Ancaman banjir tidak p. O 0 I tidak p. O 0 I tidak p. O 0 I Kelas kemampuan lahan III-l 2.e 2 IV-l 3.e 3 VI-l 4.e 4 185

16 Lanjutan Lampiran 10 No Faktor Penghambat/ Satuan Lahan 7 Satuan Lahan 8 Satuan Lahan 9 Pembatas Nilai Kelompok Kelas Nilai Kelompok Kelas Nilai Kelompok Kelas 1. Lereng permukaan (%) 45-65% F (l 5 ) VII 8-15 C(l 2 ) III 8-15 C(l 2 ) III 2. Kepekaan erosi 0,137 KE 2 I 0,141 KE 2 I 0,294 KE 3 II 3. Tingkat erosi berat e 4 VI ringan e 1 II agakberat e 3 IV 4. Kedalaman tanah (cm) 25-50cm k 2 III >90 cm k 0 I 25-50cm k 2 III 5. Tekstur lapisan atas agak halus t 2 I agak halus t 2 I sedang t 3 I 6. Tekstur lapisan bawah agak halus t 2 I agak halus t 2 I sedang t 3 I 7. Permeabilitas (cm/jam) 2,78 P 3 I 4,31 P 3 I 5,01 P 3 I 8. Drainase baik d 1 I baik d 1 I baik d 1 I 9. Kerikil/batuan 50-90% b 2 IV <15% b 0 I 50-90% b 2 IV 10. Ancaman banjir Tidak p. O 0 I Tidak p. O 0 I Tidak p. O 0 I Kelas kemampuan lahan VII-l 5 III-l 2 IV-e 3.b 2 No Faktor Penghambat/ Satuan Lahan 10 Satuan Lahan 11 Satuan Lahan 12 Pembatas Nilai Kelompok Kelas Nilai Kelompok Kelas Nilai Kelompok Kelas 1. Lereng permukaan (%) 30-45% E(l 4 ) VI 0-8% B (l 1 ) II 8-15% C(l 2 ) III 2. Kepekaan erosi 0,271 KE 3 II 0,211 KE 3 II 0,204 KE 2 I 3. Tingkat erosi berat e 4 VI ringan e 1 II sedamg e 2 III 4. Kedalaman tanah (cm) 25-50cm k 2 III >90cm k 0 I >90cm k 0 I 5. Tekstur lapisan atas agak kasar t 4 III agak halus t 2 I agak halus t 2 I 6. Tekstur lapisan bawah agak kasar t 4 III agak halus t 2 I agak halus t 2 I 7. Permeabilitas (cm/jam) 3,87 P 3 I 0,37 P 1 V 0,40 P 1 V 8. Drainase baik d 1 I agak buruk d 3 III Agak buruk d 3 III 9. Kerikil/batuan 50-90% b 2 IV <15% b 0 I <15% b 0 I 10. Ancaman banjir Tidak p. O 0 I Tidak p. O 0 I Tidak p. O 0 I Kelas kemampuan lahan VI-l 4.e 4 V-p 1 V-p 1

17 187 Lanjutan Lampiran 10 No Faktor Penghambat/ Satuan Lahan 13 Satuan Lahan 14 Satuan Lahan 15 Pembatas Nilai Kelompok Kelas Nilai Kelompok Kelas Nilai Kelompok Kelas 1. Lereng permukaan (%) 15-30% D(l 3 ) IV 8-15% C(l 2 ) III 15-30% D(l 3 ) IV 2. Kepekaan erosi 0,202 KE 2 I 0,179 KE 2 I 0,198 KE 2 I 3. Tingkat erosi agak berat e 3 IV agak berat e 3 IV Agak berat e 3 IV 4. Kedalaman tanah (cm) >90 cm k 0 I >90 cm k 0 I >90 cm k 0 I 5. Tekstur lapisan atas agak halus t 2 I sedang t 3 I sedang t 3 I 6. Tekstur lapisan bawah agak halus t 2 I sedang t 3 I sedang t 3 I 7. Permeabilitas (cm/jam) 0,46 P 1 V 0,99 P 2 I 0,88 P 2 I 8. Drainase agak buruk d 3 III baik d 1 I baik d 1 I 9. Kerikil/batuan <15% b 0 I <15% b 0 I 15-50% b 1 III 10. Ancaman banjir tidak p. O 0 I tidak p. O 0 I tidak p. O 0 I Kelas kemampuan lahan V-p 1 IV-e 3 IV-l 3.e 3 No Faktor Penghambat/ Satuan Lahan 16 Satuan Lahan 17 Satuan Lahan 18 Pembatas Nilai Kelompok Kelas Nilai Kelompok Kelas Nilai Kelompok Kelas 1. Lereng permukaan (%) 30-45% E(l 4 ) VI 8-15% C(l 2 ) III 15-30% D(l 3 ) IV 2. Kepekaan erosi 0,197 KE 2 I 0,152 KE 2 I 0,128 KE 2 I 3. Tingkat erosi berat e 4 VI agak berat e 3 IV agak berat e 3 IV 4. Kedalaman tanah (cm) 50-90cm k 1 II cm k 1 II 50-90cm k 1 II 5. Tekstur lapisan atas sedang t 3 I agak halus t 2 I agak kasar t 4 III 6. Tekstur lapisan bawah sedang t 3 I agak halus t 2 I agak kasar t 4 III 7. Permeabilitas (cm/jam) 1,12 P 2 I 2,93 P 3 I 10,09 P 4 III 8. Drainase baik d 1 I baik d 1 I baik d 1 I 9. Kerikil/batuan 15-50% b 1 III 15-50% b 1 III 15-50% b 1 III 10. Ancaman banjir tidak p. O 0 I tidak p. O 0 I tidak p. O 0 I Kelas kemampuan lahan VI-l 4.e 4 IV-e 3 IV-l 3.e 3 187

18 Lanjutan Lampiran 10 No Faktor Penghambat/ Satuan Lahan 19 Satuan Lahan 20 Satuan Lahan 21 Pembatas Nilai Kelompok Kelas Nilai Kelompok Kelas Nilai Kelompok Kelas 1. Lereng permukaan (%) 30-45% E(l 4 ) VI 45-65% F(l 5 ) VII 8-15% C(l 2 ) III 2. Kepekaan erosi 0,186 KE 2 I 0,088 KE 1 I 0,141 KE 2 I 3. Tingkat erosi berat e 4 VI berat e 4 VI sedang e 2 III 4. Kedalaman tanah (cm) 25-50cm k 2 III 25-50cm k 2 III >90 cm k 0 I 5. Tekstur lapisan atas sedang t 3 I agak kasar t 4 III agak halus t 2 I 6. Tekstur lapisan bawah sedang t 3 I agak kasar t 4 III agak halus t 2 I 7. Permeabilitas (cm/jam) 11,29 P 4 III 14,89 P 5 VI 4,18 P 3 I 8. Drainase baik d 1 I baik d 1 I baik d 1 I 9. Kerikil/batuan 15-50% b 1 III 50-90% b 2 IV <15% b 0 I 10. Ancaman banjir Tidak p. O 0 I Tidak p. O 0 I Tidak p. O 0 I Kelas kemampuan lahan VI-l 4.e 4 VII-l 5 III-l 2.e 2 No Faktor Penghambat/ Satuan Lahan 22 Satuan Lahan 23 Satuan Lahan 24 Pembatas Nilai Kelompok Kelas Nilai Kelompok Kelas Nilai Kelompok Kelas 1. Lereng permukaan (%) 15-30% D(l 3 ) IV 30-45% E(l 4 ) VI 8-15% C(l 2 ) III 2. Kepekaan erosi 0,208 KE 3 II 0,154 KE 2 I 0,241 KE 3 II 3. Tingkat erosi agak berat e 3 IV berat e 4 VI agak berat e 3 IV 4. Kedalaman tanah (cm) cm k 1 II cm k 2 III cm k 2 III 5. Tekstur lapisan atas agak kasar t 4 III agak halus t 2 I sedang t 3 I 6. Tekstur lapisan bawah agak kasar t 4 III agak halus t 2 I sedang t 3 I 7. Permeabilitas (cm/jam) 4,83 P 3 I 5,77 P 3 I 3,40 P 3 I 8. Drainase baik d 1 I baik d 1 I baik d 1 I 9. Kerikil/batuan 15-50% b 1 III 50-90% b 2 IV 50-90% b 2 IV 10. Ancaman banjir Tidak p. O 0 I Tidak p. O 0 I Tidak p. O 0 I Kelas kemampuan lahan IV-l 3.e 3 VI-l 4.e 4 IV-e 3.b 2

19 189 Lanjutan Lampiran 10 No Faktor Penghambat/ Satuan Lahan 25 Satuan Lahan 26 Satuan Lahan 27 Pembatas Nilai Kelompok Kelas Nilai Kelompok Kelas Nilai Kelompok Kelas 1. Lereng permukaan (%) 15-30% D(l 3 ) IV 30-45% E(l 4 ) VI 45-65% F(l 5 ) VII 2. Kepekaan erosi 0,143 KE 2 I 0,239 KE 3 II 0,230 KE 3 II 3. Tingkat erosi berat e 4 VI berat e 4 VI berat e 4 VI 4. Kedalaman tanah (cm) 25-50cm k 2 III 25-50cm k 2 III 25-50cm k 2 III 5. Tekstur lapisan atas agak halus t 2 I agak kasar t 4 III agak kasar t 4 III 6. Tekstur lapisan bawah agak halus t 2 I agak kasar t 4 III agak kasar t 4 III 7. Permeabilitas (cm/jam) 5,01 P 3 I 5,78 P 3 I 5,92 P 3 I 8. Drainase baik d 1 I baik d 1 I baik d 1 I 9. Kerikil/batuan 50-90% b 2 IV 50-90% b 2 IV 50-90% b 2 IV 10. Ancaman banjir Tidak p. O 0 I Tidak p. O 0 I Tidak p. O 0 I Kelas kemampuan lahan VI-e 4 VI-l 4.e 4 VII-l 5 189

20 190 Lampiran 11. Faktor erosivitas hujan (nilai R) pada UTLKBT di Sub-DAS Progo Hulu No Bulan CH (mm) HH CHm (mm) R 1. Januari 488,1 24,1 68,7 231,10 2. Pebruari 456,4 22,8 72,2 224,53 3. Maret 429,8 22,5 68,0 203,53 4. April 352,4 18,3 70,3 179,52 5. Mei 164,7 11,3 50,2 75,04 6. Juni 126,1 7,8 40,8 57,93 7. Juli 37,3 4,4 15,0 10,21 8. Agustus 39,2 3,2 15,6 12,86 9. September 57,2 4,5 24,1 21, Oktober 183,8 11,0 45,3 82, Nopember 363,2 17,2 72,0 194, Desember 426,4 18,9 65,2 213,98 R Tahunan 1506,89 Sumber : Diolah dari data curah hujan tahun Stasiun Kledung (Dinas Bina Marga dan Dinas Pengairan Kab. Temanggung) Keterangan : CH = curah hujan (mm) HH = hari hujan (hari) CHm = curah hujan maksimum 24 jam (mm)

21 191 Lampiran 12. Perhitungan nilai erodibilitas tanah (nilai K) pada UTLKBT di Sub-DAS Progo Hulu No Sampel Tanah (Satuan Lahan) C-Org (%) Pasir Sangat Halus (%) Tekstur Debu (%) Liat (%) Nilai M a b c Nilai K 1 1 1,68 9,05 29,47 13, ,88 4, , ,62 8,05 29,47 14, ,33 3, , ,72 7,52 28,57 12, ,80 3, , ,14 4,36 25,32 36, ,32 4, , ,18 5,06 25,10 35, ,08 4, , ,08 4,36 25,32 36, ,32 4, , ,24 6,06 25,10 34, ,50 5, , ,28 7,13 21,84 26, ,84 5, , ,60 6,04 33,58 16, ,12 3, , ,56 3,35 31,39 13, ,04 3, , ,16 9,20 25,19 31, ,65 4, , ,06 8,20 24,19 32, ,38 4, , ,14 7,20 27,19 35, ,09 4, , ,58 6,80 26,59 23, ,32 5, , ,90 4,73 40,90 29, ,33 6, , ,67 5,35 53,75 25, ,82 8, , ,65 6,23 17,47 22, ,91 3, , ,28 7,69 8,92 16, ,58 2, , ,26 7,68 31,53 21, ,59 5, , ,82 8,69 7,92 18, ,36 4, , ,28 7,13 21,84 26, ,84 5, , ,87 7,22 26,38 15, ,84 4, , ,04 6,13 22,84 24, ,78 4, , ,92 6,04 33,58 16, ,12 4, , ,60 5,69 18,18 24, ,49 3, , ,56 3,35 31,39 13, ,04 3, , ,64 4,35 29,39 12, ,02 3, ,230 Sumber : Dianalisis dari data primer (2008) 191

22 192 Lampiran 13. Perhitungan nilai LS pada UTLKBT di Sub-DAS Progo Hulu No. Satuan X S LS Lahan (m) (%) , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , ,170 Sumber : Dianalisis dari data primer (2008)

23 193 Lampiran 14. Perhitungan nilai CP pada UTLKBT di Sub-DAS Progo Hulu Satuan Lahan Pola Tanam/ Teknik konservasi 1 Jagung+kobis-tembakau Kubis-tembakau Jagung-tembakau Teras tradisional 2 Jagung-tembakau Bawang daun-tembakau Cabe/tomat-tembakau Teras tradisional 3 Jagung-tembakau Bawang daun-tembakau Kubis-tembakau Teras tradisional 4 Jagung-tembakau Kubis-tembakau Teras tradisional 5 Jagung-tembakau Bawang daun-tembakau Teras tradisional 6 Jagung-tembakau Bawang daun-tembakau Cabe/tomat-tembakau Teras tradisional 7 Jagung-tembakau Bawang daun-tembakau Teras bangku dari tumpukan batu menurut garis kontur kondisi baik 8 Kubis-tembakau Jagung-tembakau Jagung+kubis-tembakau Teras tradisional 9 Jagung-tembakau Kobis/wortel-tembakau Bawang putih-tembakau Penutupan Lahan (%) Nilai C 0,426 0,29 0,6 0,42 0,6 0,29 0,7 0,558 0,6 0,29 0,29 0,445 0,6 0,29 0,569 0,6 0,29 0,538 0,6 0,29 0,7 0,486 0,6 0,29 0,507 0,29 0,6 0,426 0,427 0,6 0,29 0,29 0,414 Nilai P Nilai CP 0,40 0,168 0,40 0,223 0,40 0,178 0,40 0,227 0,40 0,215 0,40 0,194 0,15 0,076 0,40 0,170 0,40 0,165

24 194 Teras tradisional 10 Jagung-tembakau Bawang daun-tembakau Bero-tembakau Teras bangku dari tumpukan batu menurut garis kontur kondisi baik 11 Cabe-tembakau Jagung-tembakau Teras tradisional 12 Cabe-tembakau Jagung-tembakau Teras tradisional 13 Jagung-tembakau Cabe-tembakau Teras tradisional 14 Cabe-tembakau Jagung-tembakau Penanaman (bedengan) menurut kontur dengan kemiringan >20% 15 Cabe-tembakau Jagung-tembakau Teras tradisional 16 Cabe-tembakau Jagung-tembakau Teras tradisional 17 Jagung-tembakau Cabe-tembakau ,6 0,29 0,75 0,491 0,7 0,6 0,67 0,7 0,6 0,68 0,6 0,7 0,66 0,7 0,6 0,66 0,7 0,6 0,67 0,7 0,6 0,64 0,15 0,073 0,40 0,268 0,40 0,272 0,40 0,264 0,90 0,594 0,40 0,268 0,40 0, ,6 0,7 0,635 0,40 0,254 Teras tradisional 18 Jagung-tembakau 55 0,6 0,40 0,258 Cabe-tembakau Teras tradisional 45 0,7 0, Jagung-tembakau 60 0,6 0,15 0,089 Cabe-tembakau Bawang merah-tembakau Teras bangku dari tumpukan batu menurut garis kontur kondisi baik ,7 0,29 0, Jagung-tembakau 90 0,6 0,15 0,085

25 195 Bawang putih-tembakau Teras bangku dari tumpukan batu menurut garis kontur kondisi baik 21 Kubis-tembakau Jagung-tembakau Cabe-tembakau Teras tradisional 22 Jagung-tembakau Bawang putih-tembakau Cabe-tembakau Teras tradisional 23 Jagung-tembakau Bawang putih-tembakau Teras tradisional 24 Jagung-tembakau Cabe-tembakau Bawang putih-tembakau Teras tradisional 25 Jagung-tembakau Cabe-tembakau Bawang putih-tembakau Teras tradisional 26 Jagung-tembakau Cabe-tembakau Bawang merah/bawang putihtembakau Bero-tembakau Teras bangku dari tumpukan batu menurut garis kontur kondisi baik 27 Jagung-tembakau Cabe-tembakau Bero-tembakau Teras bangku dari tumpukan batu menurut garis kontur kondisi baik Sumber : Dianalisis dari data primer (2008) 10 0,29 0, ,29 0,6 0,7 0,455 0,6 0,29 0,7 0,424 0,6 0,29 0,569 0,6 0,7 0,29 0,599 0,6 0,7 0,29 0,609 0,6 0,7 0,29 0,75 0,563 0,6 0,7 0,75 0,625 0,40 0,182 0,40 0,169 0,40 0,227 0,40 0,239 0,40 0,243 0,15 0,084 0,15 0,093

26 196 Lampiran 15. Perhitungan nilai erosi yang masih dapat ditoleransikan (nilai ETol) pada UTLKBT di Sub-DAS Progo Hulu Satuan Lahan NKE (mm) NFK D E (mm) D Min (mm) WPT (tahun) LPT (mm/th) ETol (mm/th) BV (g/cm 3 ) ETol (ton/ha/th) , ,93 0,83 40, , ,65 0,83 46, , ,21 0,83 34, , ,69 0,94 44, , ,69 0,94 44, , ,29 0,94 40, , ,49 0,94 14, , ,49 0,95 52, , ,65 0,90 14, , ,17 0,90 10, , ,39 1,21 53, , ,85 1,21 46, , ,67 1,21 44, , ,21 1,19 50, , ,31 1,19 39, , ,13 1,19 37, , ,09 1,06 32, , ,69 1,06 28, , ,89 1,06 20, , ,69 1,06 17, , ,09 0,95 48, , ,69 0,95 44, , ,49 0,95 33, , ,69 1,16 19, , ,49 1,16 17, , ,37 1,16 15, , ,89 1,16 10,32 Total 902,02 Rata-rata 33,40 Sumber : Dianalisis dari data primer (2008) Keterangan : NKE = Nilai kedalaman efektif tanah (mm) D MIN = Kedalaman tanah minimum (mm) NFK = Nilai faktor kedalaman tanah WPT = Waktu pengusahaan tanah (tahun) D E = Kedalaman ekuivalen (mm) LPT = Laju pembentuhan tanah (mm/tahun)

27 197 Lampiran 16. Hasil perhitungan prediksi erosi dan nilai ETol pada UTLKBT di Sub- DAS Progo Hulu Satuan Lahan Luas (ha) R K LS CP Prediksi Erosi (ton/ha/th) Erosi Satuan Lahan (ton/th) ETol (ton/ha/th) 1 415, ,89 0,215 0,514 0,168 27, ,54 40, , ,89 0,192 1,097 0,223 70, ,33 46, , ,89 0,182 2,326 0, , ,08 34, , ,89 0,131 0,666 0,227 29, ,87 44, , ,89 0,133 0,977 0,215 42, ,41 44, , ,89 0,133 2,203 0,194 85, ,29 40,32 7 3, ,89 0,137 5,636 0,076 88,43 320,11 14,00 8 6, ,89 0,141 0,534 0,170 19,29 128,65 52,15 9 5, ,89 0,294 0,565 0,165 41,30 230,46 14, , ,89 0,271 2,394 0,073 71,37 279,05 10, , ,89 0,211 0,318 0,268 27,10 290,75 53, , ,89 0,204 0,527 0,272 44, ,05 46, , ,89 0,202 1,985 0, , ,83 44, , ,89 0,179 0,460 0,594 73, ,31 50, , ,89 0,198 1,525 0, , ,67 39, , ,89 0,197 2,058 0, ,40 508,30 37, , ,89 0,152 0,520 0,254 30, ,12 32, , ,89 0,128 1,010 0,258 50, ,24 28, , ,89 0,186 2,596 0,089 64, ,13 20, , ,89 0,088 4,625 0,085 52,13 891,44 17, , ,89 0,141 0,834 0,182 32, ,00 48, , ,89 0,208 1,836 0,169 97, ,62 44, , ,89 0,154 2,810 0, , ,37 33, , ,89 0,241 0,684 0,239 59, ,98 19, , ,89 0,143 1,222 0,243 63, ,55 17, , ,89 0,239 2,879 0,084 87, ,82 15, , ,89 0,230 6,170 0, , ,10 10,32 Total 7398, ,07 Rata-rata (ton/ha/th) 70,21 33,40 197

28 Lampiran 17. Penilaian tingkat degradasi lahan pada usahatani lahan kering berbasis tembakau di Sub-DAS Progo Hulu Satuan Lahan Parameter Sumberdaya Alami (natural assessment) (Hirarki I) Curah Hujan Bahan Induk Bentuk Wilayah 1 Sedang ( mm/th) 2 sedang ( mm/th) 3 sedang ( mm/th) 4 sedang ( mm/th) 5 sedang ( mm/th) 6 sedang ( mm/th) 7 sedang ( mm/th) 8 sedang ( mm/th) 9 sedang ( mm/th) Tahan (andesit, basalt) = 5 Tahan (andesit, basalt) = 5 Tahan (andesit, basalt) = 5 Tahan (andesit, basalt) = 5 Tahan (andesit, basalt) = 5 Tahan (andesit, basalt) = 5 Tahan (andesit, basalt) = 5 Tahan (andesit, basalt) = 5 Tahan (andesit, basalt) = 5 Bergelombang Berbukit = 2 Bergunung = 1 Bergelombang Berbukit = 2 Bergunung = 1 Bergunung = 1 Bergelombang Bergelombang Kedalaman Tanah Dalam = 5 Dalam = 5 Dalam = 5 Dalam = 5 Dalam = 5 Sedang Dangkal = 1 Dalam = 5 Dangkal = 1 Total Skor Parameter Pengaruh Kegiatan Manusia (antrophological assessment) ( Hirarki II) Jenis Vegetasi 16 Tanaman semusim = 2 15 Tanaman semusim = 2 14 Tanaman semusim = 2 16 Tanaman semusim = 2 15 Tanaman Semusim = 2 12 Tanaman Semusim = 2 10 Tanaman Semusim = 2 16 Tanaman semusim = 2 12 Tanaman Semusim = 2 Penutupan Vegetasi Cukup rapat Cukup rapat Cukup rapat Cukup rapat Cukup rapat Cukup rapat Cukup rapat Cukup rapat Cukup rapat Penerapan Teknik Konservasi Total Skor Total Skor (I+II) Tingkat Degradasi Lahan Baik = Ringan Sedang Sedang 8 23 Sedang 8 22 Sedang Baik = Ringan Sedang Sedang Sedang 8 23 Sedang 8 20 Sedang 8 18 Berat Baik = Ringan Sedang 8 20 Sedang

29 sedang ( mm/th) 11 sedang ( mm/th) 12 sedang ( mm/th) 13 sedang ( mm/th) 14 sedang ( mm/th) 15 sedang ( mm/th) 16 sedang ( mm/th) 17 sedang ( mm/th) 18 sedang ( mm/th) 19 sedang ( mm/th) 20 sedang ( mm/th) 21 sedang ( mm/th) Tahan (andesit, basalt) = 5 Tahan (andesit) = 5 Tahan (andesit) = 5 Tahan (andesit) = 5 Tahan (andesit) = 5 Tahan (andesit) = 5 Tahan (andesit) = 5 Tahan (andesit) = 5 Tahan (andesit) = 5 Tahan (andesit) = 5 Tahan (andesit) = 5 Tahan (andesit) = 5 Bergunung = 1 Berombak = 4 Bergelombang Berbukit = 2 Bergelombang Berbukit = 2 Bergunung = 1 Bergelombang Berbukit = 2 Bergunung = 1 Bergunung = 1 Bergelombang Dangkal = 1 Dalam = 5 Dalam = 5 Dalam = 5 Dalam = 5 Dalam = 5 Sedang Sedang Sedang Dangkal = 1 Dangkal = 1 Dalam = 5 10 Tanaman Semusim = 2 17 Tanaman Semusim = 2 16 Tanaman semusim = 2 15 Tanaman Semusim = 2 16 Tanaman Semusim = 2 15 Tanaman Semusim = 2 12 Tanaman Semusim = 2 14 Tanaman semusim = 2 13 Tanaman semusim = 2 10 Tanaman semusim = 2 10 Tanaman semusim = 2 16 Tanaman semusim = 2 Cukup rapat Cukup rapat Cukup rapat Cukup rapat Cukup rapat Cukup rapat Cukup rapat Cukup rapat Cukup rapat Cukup rapat Cukup rapat Cukup rapat Sedang Baik = 5 Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Baik = Berat Ringan 8 24 Sedang 8 23 Sedang 8 24 Sedang 8 23 Sedang 8 20 Sedang 8 22 Sedang 8 21 Sedang 8 18 Berat 8 18 Berat Ringan 199

30 sedang ( mm/th) 23 sedang ( mm/th) 24 sedang ( mm/th) 25 sedang ( mm/th) 26 sedang ( mm/th) 27 sedang ( mm/th) Tahan (andesit) = 5 Tahan (andesit) = 5 Tahan (andesit) = 5 Tahan (andesit) = 5 Tahan (andesit) = 5 Tahan (andesit) = 5 Berbukit = 2 Bergunung = 1 Bergelombang Berbukit = 2 Bergunung = 1 Bergunung = 1 Dalam = 5 Dangkal = 1 Dangkal = 1 Dangkal = 1 Dangkal = 1 Dangkal = 1 15 Tanaman semusim = 2 10 Tanaman semusim = 2 12 Tanaman semusim = 2 11 Tanaman semusim = 2 10 Tanaman semusim = 2 10 Tanaman semusim = 2 Cukup rapat Cukup rapat Cukup rapat Cukup rapat Cukup rapat Cukup rapat Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang 8 23 Sedang 8 18 Berat 8 20 Sedang 8 19 Berat 8 18 Berat 8 18 Berat

31 201 Lampiran 18. Kondisi kenampakan lahan pada usahatani lahan kering berbasis tembakau di Sub-DAS Progo Hulu berdasarkan tingkat degradasi lahan Kondisi lahan pada tingkat degradasi berat Kondisi lahan pada tingkat degradasi sedang Kondisi lahan pada tingkat degradasi ringan Kondisi kenampakan lahan di wilayah batuan G.A. Sumbing Sumber : Foto dari hasil survei lapang tahun

32 202 Lanjutan Lampiran 18 Kondisi lahan pada tingkat degradasi berat Kondisi lahan pada tingkat degradasi sedang Kondisi lahan pada tingkat degradasi ringan Kondisi kenampakan lahan di wilayah G.A. Sindoro Sumber : Foto hasil survei lapangan tahun

33 203 Lampiran 19. Analisis ragam (Anova) karakteristik beberapa variabel sifat kimia dan fisika tanah berdasarkan tingkat degradasi lahan 1. Hasil Analisis Sidik Ragam (Anova) C-Organik Tanah (%) One-way ANOVA: C-Organik Tanah (%) versus Tingkat Degradasi Lahan Source DF SS MS F P Tingkat Degradasi Lahan Error Total S = R-Sq 4.32% R-Sq(adj) = 23.38% Individual 95% CIs For Mean Based on Pooled StDev Level N Mean StDev ( * ) ( * ) ( * ) Pooled StDev = Tukey 95% Simultaneous Confidence Intervals All Pairwise Comparisons among Levels of Tingkat Degradasi Lahan Individual confidence level = 97.94% Tingkat Degradasi Lahan = 1 subtracted from: Tingkat Degradasi Lahan Lower Center Upper ( * ) ( * ) Tingkat Degradasi Lahan = 2 subtracted from: Tingkat Degradasi Lahan Lower Center Upper ( * )

34 204 Lanjutan Lampiran Hasil Analisis Sidik Ragam (Anova) N-total Tanah (%) One-way ANOVA: N-Total Tanah (%) versus Tingkat Degradasi Lahan Source DF SS MS F P Tingkat Degradasi Lahan Error Total S = R-Sq = 21.68% R-Sq(adj) = 8.63% Individual 95% CIs For Mean Based on Pooled StDev Level N Mean StDev ( * ) ( * ) ( * ) Pooled StDev = Tukey 95% Simultaneous Confidence Intervals All Pairwise Comparisons among Levels of Tingkat Degradasi Lahan Individual confidence level = 97.94% Tingkat Degradasi Lahan = 1 subtracted from: Tingkat Degradasi Lahan Lower Center Upper ( * ) ( * ) Tingkat Degradasi Lahan = 2 subtracted from: Tingkat Degradasi Lahan Lower Center Upper ( * )

35 205 Lanjutan Lampiran Hasil Analisis Sidik Ragam (Anova) P 2 O 5 Tanah (mg/100g) One-way ANOVA: P2O5 Tanah (mg/100g) versus Tingkat Degradasi Lahan Source DF SS MS F P Tingkat Degradasi Lahan Error Total S = R-Sq = 24.85% R-Sq(adj) = 12.33% Individual 95% CIs For Mean Based on Pooled StDev Level N Mean StDev ( * ) ( * ) ( * ) Pooled StDev = Tukey 95% Simultaneous Confidence Intervals All Pairwise Comparisons among Levels of Tingkat Degradasi Lahan Individual confidence level = 97.94% Tingkat Degradasi Lahan = 1 subtracted from: Tingkat Degradasi Lahan Lower Center Upper ( * ) ( * ) Tingkat Degradasi Lahan = 2 subtracted from: Tingkat Degradasi Lahan Lower Center Upper ( * )

36 206 Lanjutan Lampiran Hasil Analisis Sidik Ragam (Anova) K 2 O Tanah (mg/100g) One-way ANOVA: K2O Tanah (mg/100g) versus Tingkat Degradasi Lahan Source DF SS MS F P Tingkat Degradasi Lahan Error Total S = R-Sq = 12.50% R-Sq(adj) = 0.00% Individual 95% CIs For Mean Based on Pooled StDev Level N Mean StDev ( * ) ( * ) ( * ) Pooled StDev = Tukey 95% Simultaneous Confidence Intervals All Pairwise Comparisons among Levels of Tingkat Degradasi Lahan Individual confidence level = 97.94% Tingkat Degradasi Lahan = 1 subtracted from: Tingkat Degradasi Lahan Lower Center Upper ( * ) ( * ) Tingkat Degradasi Lahan = 2 subtracted from: Tingkat Degradasi Lahan Lower Center Upper ( * )

37 207 Lanjutan Lampiran Hasil Analisis Sidik Ragam (Anova) Nilai Tukar Kation (cmol/kg) One-way ANOVA: Nilai Tukar Kation (cmol/kg) versus Tingkat Degradasi Lahan Source DF SS MS F P Tingkat Degradasi Lahan Error Total S = R-Sq = 47.92% R-Sq(adj) 9.24% Individual 95% CIs For Mean Based on Pooled StDev Level N Mean StDev ( * ) ( * ) ( * ) Pooled StDev = Tukey 95% Simultaneous Confidence Intervals All Pairwise Comparisons among Levels of Tingkat Degradasi Lahan Individual confidence level = 97.94% Tingkat Degradasi Lahan = 1 subtracted from: Tingkat Degradasi Lahan Lower Center Upper ( * ) ( * ) Tingkat Degradasi Lahan = 2 subtracted from: Tingkat Degradasi Lahan Lower Center Upper ( * )

38 208 Lanjutan Lampiran Hasil Analisis Sidik Ragam (Anova) Ketebalan Tanah (cm) One-way ANOVA: Ketebalan Tanah (cm) versus Tingkat Degradasi Lahan Source DF SS MS F P Tingkat Degradasi Lahan Error Total S = R-Sq = 96.54% R-Sq(adj) = 95.96% Individual 95% CIs For Mean Based on Pooled StDev Level N Mean StDev (--*-) (--*-) (-*--) Pooled StDev = 8.01 Tukey 95% Simultaneous Confidence Intervals All Pairwise Comparisons among Levels of Tingkat Degradasi Lahan Individual confidence level = 97.94% Tingkat Degradasi Lahan = 1 subtracted from: Tingkat Degradasi Lahan Lower Center Upper (--*-) (--*-) Tingkat Degradasi Lahan = 2 subtracted from: Tingkat Degradasi Lahan Lower Center Upper (--*--)

39 209 Lanjutan Lampiran Hasil Analisis Sidik Ragam (Anova) Permeabilitas (cm/jam) One-way ANOVA: Permebilitas (cm/jam) versus Tingkat Degradasi Lahan Source DF SS MS F P Tingkat Degradasi Lahan Error Total S = R-Sq = 83.11% R-Sq(adj) = 80.29% Individual 95% CIs For Mean Based on Pooled StDev Level N Mean StDev (----*-----) (-----*----) (----*-----) Pooled StDev = Tukey 95% Simultaneous Confidence Intervals All Pairwise Comparisons among Levels of Tingkat Degradasi Lahan Individual confidence level = 97.94% Tingkat Degradasi Lahan = 1 subtracted from: Tingkat Degradasi Lahan Lower Center Upper (----*----) (---*----) Tingkat Degradasi Lahan = 2 subtracted from: Tingkat Degradasi Lahan Lower Center Upper (----*----)

40 210 Lanjutan Lampiran Hasil Analisis Sidik Ragam (Anova) Porositas (%) One-way ANOVA: Porositas (%) versus Tingkat Degradasi Lahan Source DF SS MS F P Tingkat Degradasi Lahan Error Total S = R-Sq = 15.23% R-Sq(adj) = 1.10% Individual 95% CIs For Mean Based on Pooled StDev Level N Mean StDev ( * ) ( * ) ( * ) Pooled StDev = Tukey 95% Simultaneous Confidence Intervals All Pairwise Comparisons among Levels of Tingkat Degradasi Lahan Individual confidence level = 97.94% Tingkat Degradasi Lahan = 1 subtracted from: Tingkat Degradasi Lahan Lower Center Upper ( * ) ( * ) Tingkat Degradasi Lahan = 2 subtracted from: Tingkat Degradasi Lahan Lower Center Upper ( * )

41 211 Lanjutan Lampiran Hasil Analisis Sidik Ragam (Anova) Bulk Density (g/cm 3 ) One-way ANOVA: Bulk Density (g/cm3) versus Tingkat Degradasi Lahan Source DF SS MS F P Tingkat Degradasi Lahan Error Total S = R-Sq = 14.48% R-Sq(adj) = 0.22% Individual 95% CIs For Mean Based on Pooled StDev Level N Mean StDev ( * ) ( * ) ( * ) Pooled StDev = Tukey 95% Simultaneous Confidence Intervals All Pairwise Comparisons among Levels of Tingkat Degradasi Lahan Individual confidence level = 97.94% Tingkat Degradasi Lahan = 1 subtracted from: Tingkat Degradasi Lahan Lower Center Upper ( * ) ( * ) Tingkat Degradasi Lahan = 2 subtracted from: Tingkat Degradasi Lahan Lower Center Upper ( * )

42 212 Lanjutan Lampiran Hasil Analisis Sidik Ragam (Anova) Persentase Pasir (%) One-way ANOVA: Pasir (%) versus Tingkat Degradasi Lahan Source DF SS MS F P Tingkat Degradasi Lahan Error Total S = R-Sq = 40.48% R-Sq(adj) 0.55% Individual 95% CIs For Mean Based on Pooled StDev Level N Mean StDev ( * ) ( * ) ( * ) Pooled StDev = Tukey 95% Simultaneous Confidence Intervals All Pairwise Comparisons among Levels of Tingkat Degradasi Lahan Individual confidence level = 97.94% Tingkat Degradasi Lahan = 1 subtracted from: Tingkat Degradasi Lahan Lower Center Upper ( * ) ( * ) Tingkat Degradasi Lahan = 2 subtracted from: Tingkat Degradasi Lahan Lower Center Upper ( * )

43 213 Lanjutan Lampiran Hasil Analisis Sidik Ragam (Anova) Persentase Debu (%) One-way ANOVA: Debu (%) versus Tingkat Degradasi Lahan Source DF SS MS F P Tingkat Degradasi Lahan Error Total S.435 R-Sq = 7.44% R-Sq(adj) = 0.00% Individual 95% CIs For Mean Based on Pooled StDev Level N Mean StDev ( * ) ( * ) ( * ) Pooled StDev.435 Tukey 95% Simultaneous Confidence Intervals All Pairwise Comparisons among Levels of Tingkat Degradasi Lahan Individual confidence level = 97.94% Tingkat Degradasi Lahan = 1 subtracted from: Tingkat Degradasi Lahan Lower Center Upper ( * ) ( * ) Tingkat Degradasi Lahan = 2 subtracted from: Tingkat Degradasi Lahan Lower Center Upper ( * )

44 214 Lanjutan Lampiran Hasil Analisis Sidik Ragam (Anova) Persentase Liat (%) One-way ANOVA: Liat (%) versus Tingkat Degradasi Lahan Source DF SS MS F P Tingkat Degradasi Lahan Error Total S = R-Sq = 23.34% R-Sq(adj) = 10.57% Individual 95% CIs For Mean Based on Pooled StDev Level N Mean StDev ( * ) ( * ) ( * ) Pooled StDev = Tukey 95% Simultaneous Confidence Intervals All Pairwise Comparisons among Levels of Tingkat Degradasi Lahan Individual confidence level = 97.94% Tingkat Degradasi Lahan = 1 subtracted from: Tingkat Degradasi Lahan Lower Center Upper ( * ) ( * ) Tingkat Degradasi Lahan = 2 subtracted from: Tingkat Degradasi Lahan Lower Center Upper ( * )

45 215 Lampiran 20. Analisis sidik ragam (Anova) parameter kadar hara (N, P, dan K) daun tembakau berdasarkan tingkat degradasi lahan 1. Hasil analisis sidik ragam (Anova) kadar N pada daun Descriptive Statistics Factor Type Levels Values Batuan fixed Degradasi fixed Anova Source DF Seq SS Adj SS Adj MS F P Batuan Degradasi Batuan*Degrad Error Total Uji HSD 5% Tukey Simultaneous Tests Response Variable N-daun All Pairwise Comparisons among Levels of Degradas Degradas = 1(Berat)subtracted from: Level Difference SE of Adjusted Degradas of Means Difference T-Value P-Value Degradas = 2(Sedang)subtracted from: Level Difference SE of Adjusted Degradas of Means Difference T-Value P-Value

46 216 Lanjutan Lampiran Hasil analisis sidik ragam (Anova) kadar P pada daun Descriptive Statistics Factor Type Levels Values Batuan fixed Degradasi fixed Anova Source DF Seq SS Adj SS Adj MS F P Batuan Degradasi Batuan*Degrad Error Total Uji HSD 5% Tukey Simultaneous Tests Response Variable P-daun All Pairwise Comparisons among Levels of Degradas Degradas = 1(Berat)subtracted from: Level Difference SE of Adjusted Degradas of Means Difference T-Value P-Value Degradas = 2(Sedang)subtracted from: Level Difference SE of Adjusted Degradas of Means Difference T-Value P-Value

47 217 Lanjutan Lampiran Hasil analisis sidik ragam (Anova) kadar K pada daun Descriptive Statistics Factor Type Levels Values Batuan fixed Degradasi fixed Anova Source DF Seq SS Adj SS Adj MS F P Batuan Degradasi Batuan*Degrad Error Total Uji HSD 5% Tukey Simultaneous Tests Response Variable K-daun All Pairwise Comparisons among Levels of Degradas Degradas = 1(Berat)subtracted from: Level Difference SE of Adjusted Degradas of Means Difference T-Value P-Value Degradas = 2(Sedang)subtracted from: Level Difference SE of Adjusted Degradas of Means Difference T-Value P-Value

48 218 Lampiran 21. Analisis sidik ragam (Anova) beberapa parameter produktivitas tanaman tembakau berdasarkan tingkat degradasi lahan 1. Hasil analisis sidik ragam (Anova) produksi daun kerosok kering Descriptive Statistics Factor Type Levels Values Batuan fixed Degradasi fixed Anova Source DF Seq SS Adj SS Adj MS F P Batuan Degradasi Batuan*Degrad Error Total Uji HSD 5% Tukey 95.0% Simultaneous Tests (uji HSD 5%) Response Variable daun kering All Pairwise Comparisons among Levels of Degradas Degradas = 1(Berat)subtracted from: Level Difference SE of Adjusted Degradas of Means Difference T-Value P-Value Degradas = 2(Sedang)subtracted from: Level Difference SE of Adjusted Degradas of Means Difference T-Value P-Value

49 219 Lanjutan Lampiran Hasil analisis sidik ragam (Anova) produksi batang tembakau segar Descriptive Statistics Factor Type Levels Values Batuan fixed Degradasi fixed Anova Source DF Seq SS Adj SS Adj MS F P Batuan Degradasi Batuan*Degrad Error Total Uji HSD 5% Tukey Simultaneous Tests Response Variable batang basah All Pairwise Comparisons among Levels of Degradas Degradas = 1(Berat)subtracted from: Level Difference SE of Adjusted Degradas of Means Difference T-Value P-Value Degradas = 2(Sedang)subtracted from: Level Difference SE of Adjusted Degradas of Means Difference T-Value P-Value

50 220 Lanjutan Lampiran Hasil analisis sidik ragam (Anova) produksi batang tembakau kering Descriptive Statistics Factor Type Levels Values Batuan fixed Degradasi fixed Anova Source DF Seq SS Adj SS Adj MS F P Batuan Degradasi Batuan*Degrad Error Total Uji HSD 5% Tukey Simultaneous Tests Response Variable bt kerin All Pairwise Comparisons among Levels of Degradas Degradas = 1(Berat)subtracted from: Level Difference SE of Adjusted Degradas of Means Difference T-Value P-Value Degradas = 2(Sedang)subtracted from: Level Difference SE of Adjusted Degradas of Means Difference T-Value P-Value

51 221 Lampiran 22. Harga pasar hasil tembakau dan beberapa jenis produksi tanaman pada UTLKBT di Sub-DAS Progo Hulu No Produk tanaman Satuan Harga (Rp) 1. Tembakau rajangan temanggung : kg Mutu A ,- Mutu B ,- Mutu C ,- Mutu D ,- Mutu E ,- Mutu F ,- Mutu G ,- Mutu H (cukup istimewa) ,- Mutu I (istimewa) ,- Mutu J (sangat istimewa) ,- 2. Cabe merah kg ,- 3. Cabe merah keriting kg ,- 4. Tomat kg ,- 5. Kubis kg ,- 6. Bawang merah-umbi kering kg ,- (Varietas Karet) 7. Bawang putih-umbi kering kg ,- (Bawang putih lokal-varietas Lengkong) 8. Bawang daun kg ,- 9. Jagung- pipilan kering (Jagung lokal-varietas putih) kg ,- Sumber : Data primer dari hasil survei lapang

52 222 Lampiran 23. Beberapa contoh mutu tembakau rajangan temanggung pada UTLKBT di Sub-DAS Progo Hulu Tembakau rajangan dari lahan sawah (mutu A) Contoh tembakau rajangan untuk dikirim ke greder Contoh tembakau rajangan untuk dikirim ke greder Tembakau rajangan dari lahan tegalan (mutu B) Tembakau rajangan dari lahan tegalan (mutu D-E) Tembakau rajangandari lahan tegalan (mutu G) Tembakau rajangan dari lahan tegalan (mutu E-F) Tembakau rajangan dari lahan tegalan (mutu G) Tembakau rajangan dari lahan tegalan (mutu H) Sumber : Foto dari hasil survei lapang

53 223 Lampiran 24. Hasil analisis pendapatan usahatani selama setahun per hektar pada UTLKBT di Sub-DAS Progo Hulu Pola Tanam P.R Tanaman ke-1 Tanaman ke-2 Pola Tanam Setahun Biaya (Rp) PNR (Rp) PND (Rp) R/C Biaya (Rp) PNR (Rp) PND (Rp) R/C Biaya (Rp) PNR (Rp) PND (Rp) R/C Jagung- 1 Tembakau , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , ,36 223

54 , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , ,26 Rata-rata , , ,59 Cabe- 1 Tembakau , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , ,00

55 , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , ,32 Rata-rata , , ,41 Bw, Daun- 1 Tembakau , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , ,06 Rata-rata , , ,72 Bw Putih- 1 Tembakau , , , , , , , , , , , ,87 225

56 , , ,08 Kubis- Tembakau , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , ,85 Rata-rata , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , ,97 Rata-rata , , ,42 Bw Merah , , ,14

57 227 Tembakau Tomat- Tembakau , , , , , , , , , , , , , , , , , ,71 Rata-rata , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , ,36 Rata-rata , , ,41 Keterangan : P.R = Petani Responden PNR = Penerimaan PND = Pendapatan PND = Penerimaan - Biaya R/C = Penerimaan/Biaya 227

58 228 Lampiran 25. Perhitungan nilai kebutuhan hidup layak pada UTLKBT di Sub-DAS Progo Hulu tahun 2008 Standar kebutuhan fisik minimum dan kebutuhan hidup layak ditentukan berdasarkan kebutuhan equivalen beras per keluarga dan harga beras yang berlaku di suatu daerah. Menurut Sajogyo dan Sajogyo (1990), nilai ambang kecukupan pangan (beras) untuk tingkat pengeluaran rumah tangga di pedesaan berkisar kg/orang/th, dan di perkotaan berkisar kg/orang/th. Adapun perhitungan untuk kebutuhan fisik minimum dan kebutuhan hidup layak dapat dilakukan dengan pendekatan sebagai berikut (Sinukaban, 2007) : 1. Kebutuhan Fisik Minimum (KFM) = kebutuhan equivalen beras satu rumah tangga x 100% x jumlah anggota keluarga x harga beras 2. Kebutuhan Hidup Tambahan (KHT) = kebutuhan pendidikan dan sosial + kesehatan dan rekreasi + tabungan dan asuransi Kebutuhan untuk pendidikan dan sosial = 50% KFM Kebutuhan untuk kesehatan dan rekreasi = 50% KFM Kebutuhan untuk tabungan dan asuransi = 50% KFM 3. Kebutuhan Hidup Layak (KHL) = KFM + KHT = kebutuhan equivalen beras satu rumah tangga x 250% x jumlah anggota keluarga x harga beras Di lokasi penelitian, setiap rumah tangga rata-rata terdiri dari 5 orang, dengan harga beras Rp ,-/kg. Maka besarnya nilai KFM 20 kg/orang/tahun x 100% x 5 x Rp ,-/kg = Rp ,-/KK/tahun Dan besarnya nilai KHL 20 kg/orang/tahun x 250% x 5 x Rp ,-/kg = Rp ,-/KK/tahun

59 229 Lampiran 26. Analisis ragam (Anova) pengaruh jenis pola tanam terhadap biaya dan pendapatan usahatani pada UTLKBT di Sub-DAS Progo Hulu a) Anova pengaruh jenis pola tanam terhadap biaya usahatani One-way ANOVA: Biaya Usahatani versus Jenis Pola Tanaman Source DF SS MS F P Jenis Pola Tanaman E E Error E E+13 Total E+15 S R-Sq = 82.04% R-Sq(adj) = 81.08% Individual 95% CIs For Mean Based on Pooled StDev Level N Mean StDev (-*) (-*-) (--*--) (-*--) (--*---) (----*---) (----*----) Pooled StDev Tukey 95% Simultaneous Confidence Intervals All Pairwise Comparisons among Levels of Jenis Pola Tanaman Individual confidence level = 99.67% Jenis Pola Tanaman = 1 subtracted from: Jenis Pola Tanaman Lower Center Upper (--*-) (--*--) (--*--) (---*--) (---*---) (----*---) E Jenis Pola Tanaman = 2 subtracted from: Jenis Tanaman Lower Center Upper (--*--) (--*--) (---*--) (---*---) (----*---) E

60 230 Lanjutan Lampiran 26 Jenis Pola Tanaman subtracted from: Jenis Pola Tanaman Lower Center Upper (---*--) (---*---) (----*---) (----*----) E Jenis Pola Tanaman = 4 subtracted from: Jenis Pola Tanaman Lower Center Upper (---*---) (----*---) (----*----) E Jenis Pola Tanaman = 5 subtracted from: Jenis Pola Tanaman Lower Center Upper (----*----) (----*----) E Jenis Pola Tanaman = 6 subtracted from: Jenis Pola Tanaman Lower Center Upper (-----*-----) E

61 231 Lanjutan Lampiran 26 b) Anova pengaruh jenis pola tanam terhadap pendapatan usahatani One-way ANOVA: Pendapatan versus Jenis Pola Tanam Source DF SS MS F P Jenis Pola Tanam E E Error E E+14 Total E+16 S = R-Sq 9.09% R-Sq(adj) 6.09% Level N Mean StDev Individual 95% CIs For Mean Based on Pooled StDev Level (--*---) 2 (---*----) 3 (-----*----) 4 (-----*----) 5 (------*-----) 6 ( * ) 7 ( * ) Pooled StDev = Tukey 95% Simultaneous Confidence Intervals All Pairwise Comparisons among Levels of Jenis Pola Tanam Individual confidence level = 99.67% Jenis Pola Tanam = 1 subtracted from: Jenis Pola Tanam Lower Center Upper (----*---) (----*----) (----*----) (-----*-----) (-----*------) ( * ) E

62 232 Lanjutan Lampiran 26 Jenis Pola Tanam = 2 subtracted from: Jenis Pola Tanam Lower Center Upper Jenis Pola Tanam (-----*----) 4 (-----*----) 5 (-----*-----) 6 (------*------) 7 ( * ) E Jenis Pola Tanam subtracted from: Jenis Pola Tanam Lower Center Upper (-----*-----) (------*------) (------* ) ( * ) E Jenis Pola Tanam = 4 subtracted from: Jenis Pola Tanam Lower Center Upper (------*-----) (------* ) ( * ) E Jenis Pola Tanam = 5 subtracted from: Jenis Pola Tanam Lower Center Upper ( * ) ( * ) E Jenis Pola Tanam = 6 subtracted from: Jenis Pola Tanam Lower Center Upper ( * ) E

63 237 Lampiran 27. Pengaruh pola tanam (jagung-tembakau dan cabe-tembakau) terhadap pendapatan usahatani pada UTLKBT di Sub-DAS Progo Hulu berdasarkan kemiringan lereng Pola K.L Produksi (kg/ha) Tanaman ke-1 Tanaman ke-2 Pola Tanam Setahun Tanam (%) T. ke-1 T.ke-2 Biaya PNR PND R/C Biaya PNR PND R/C Biaya PNR PND R/C (Rp) (Rp) (Rp) (Rp) (Rp) (Rp) (Rp) (Rp) (Rp) Jg-Tbk (b) 702 (a) (b) 651 (a) (b) 627 (a) > (b) 577 (a) Rata-rata (b) 635 (a) Cb-Tbk (c) 586 (a) (c) 554 (a) (c) 437 (a) > (c) 536 (a) Rata-rata (c) 504 (a) Keterangan : K.L = Kemiringan lereng (%) PNR = Penerimaan (Rp/ha/th) PND = Pendapatan (Rp/ha/th) PND = Penerimaan Biaya Jg-Tbk = Pola tanam Jagung-Tembakau Cb-Tbk = Pola tanam Cabe-Tembakau (a) = dalam kg rajangan kering/ha (b) = dalam kg pipilan kering/ha (c) = dalam kg buah segar/ha Kemiringan Lereng Harga Rata-rata (Rp/kg) Harga Rata-rata (Rp/kg) (%) Jagung (b) Tembakau (a) Cabe (c) Tembakau (a) >

64 234 Lampiran 28. Pengaruh pola tanam terhadap nilai prediksi erosi dan ETol berdasarkan kemiringan lereng Pola K. L K. T A ETol R K LS C P Tanam (%) (cm) (ton/ha/th) (ton/ha/th) Jg-Tbk ,0 1506,89 0,189 0,455 0,6 0,35 27,21 48, ,7 1506,89 0,192 0,592 0,6 0,35 35,97 36, ,4 1506,89 0,172 1,379 0,6 0,40 85,78 37,87 >30 58,9 1506,89 0,182 2,578 0,6 0, ,66 23,43 Cb-Tbk ,0 1506,89 0,189 0,455 0,7 0,35 31,75 48, ,7 1506,89 0,192 0,592 0,7 0,35 41,96 36, ,4 1506,89 0,172 1,379 0,7 0,40 100,08 37,87 >30 58,9 1506,89 0,182 2,578 0,7 0, ,10 23,43 Keterangan : Jg-Tbk = pola tanam jagung-tembakau Cb-Tbk = pola tanam cabe-tembakau K.L = kemiringan lereng (%) K.T = ketebalan tanah (cm)

65 239 Lampiran 29. Penghitungan biaya ganti unsur hara yang hilang akibat erosi pada UTLKBT di Sub-DAS Progo Hulu Lampiran 29a. Daftar harga pupuk yang berlaku di wilayah penelitian No. Jenis Pupuk Harga Pupuk Non Subsidi (Rp/kg) Berdasarkan Informasi dari Bagian Unit Pemasaran PT. Petrokimia Gresik (Tgl. 27 Mei 2011) 1 Urea (46% N) SP-36 (36% P 2 O 5 ) KCl (60 % K 2 O) ZK (50% K 2 O + S) Pupuk Kandang *) Keterangan : *) Harga pupuk kandang satu truk (4 ton) di petani Rp ,- = Rp. 175,-/kg Harga pupuk kandang satu truk (5 ton) di petani Rp ,- = Rp. 180,-/kg 235

66 Lampiran 29b. Penghitungan biaya ganti C-Organik yang hilang akibat erosi pada UTLKBT di Sub-DAS Progo Hulu Satuan Lahan Luas Lahan (ha) Laju Erosi (ton/ha/th) Tanah Tererosi (ton) Kand. C-Org Dalam Tanah (%) C-organik Terangkut Erosi per Hektar(ton/ha) Setara Pupuk Kandang Sapi per Hektar (ton/ha) Biaya Ganti Kehilangan C-Organik per Hektar (Rp/ha) C-organik Terangkut Erosi (ton) Setara Pupuk Kandang Sapi (ton)*) Biaya Ganti Kehilangan C-Organik (Rp) 1 415,19 27, ,54 1,68 0,47 2, , ,30 70, ,33 1,62 1,15 5, , ,06 113, ,08 1,72 1,95 9, , ,76 29, ,87 2,14 0,64 3, , ,90 42, ,41 2,18 0,92 4, , ,89 85, ,29 2,08 1,78 8, , ,62 88,43 320,11 2,24 1,98 9, , ,67 19,29 128,65 2,28 0,44 2, , ,58 41,30 230,46 1,60 0,66 3, , ,91 71,37 279,05 1,56 1,11 5, , ,73 27,10 290,75 2,16 0,59 2, , ,66 44, ,05 2,06 0,91 4, , ,34 159, ,83 2,14 3,41 16, , ,75 73, ,31 2,58 1,90 9, , ,26 121, ,66 2,90 3,53 17, , ,25 156,40 508,29 3,67 5,73 27, , ,62 30, ,12 1,65 0,50 2, , ,72 50, ,24 1,28 0,64 3, , ,35 64, ,13 2,26 1,46 7, , ,10 52,13 891,44 1,82 0,95 4, , ,36 32, ,00 2,28 0,74 3, , ,21 97, ,62 1,87 1,82 8, , ,67 148, ,37 2,04 3,02 14, , ,61 59, ,98 1,92 1,14 5, , ,97 63, ,55 1,60 1,02 4, , ,72 87, ,82 1,56 1,36 6, , ,34 198, ,10 1,64 3,26 15, , Total 7.398, , , Rata-rata (ton/ha atau Rp/ha) 1,49 7, Keterangan : *) Pupuk kandang kotoran sapi mengandung : 20,79 % C-organik (Hartatik & Setyorini 2008)

67 241 Lampiran 29c. Penghitungan biaya ganti unsur hara N yang hilang akibat erosi pada UTLKBT di Sub-DAS Progo Hulu Satuan Lahan Luas Lahan (ha) Laju Erosi (ton/ha/ th) Tanah Tererosi (ton) Kand. N Dalam Tanah (%) Unsur Hara N Terangkut Erosi per Hektar (kg/ha) Setara Pupuk Urea per Hektar (kg/ha) Biaya Ganti Kehilangan Unsur Hara N per Hektar (Rp/ha) Unsur Hara N Terangkut Erosi (kg) Setara Pupuk Urea (kg)*) Biaya Ganti Kehilangan Unsur Hara N (Rp) 1 415,19 27, ,54 0,37 103,51 230, ,30 70, ,33 0,09 63,70 141, ,06 113, ,08 0,09 102,19 227, ,76 29, ,87 0,12 35,82 79, ,90 42, ,41 0,23 96,83 215, ,89 85, ,29 0,15 128,48 285, ,62 88,43 320,11 0,18 159,12 353, ,67 19,29 128,65 0,25 48,28 107, ,58 41,30 230,46 0,22 90,86 202, ,91 71,37 279,05 0,25 178,52 396, ,73 27,10 290,75 0,03 8,11 18, ,66 44, ,05 0,06 26,44 58, ,34 159, ,83 0,04 63,76 141, ,75 73, ,31 0,07 51,59 114, ,26 121, ,66 0,09 109,74 243, ,25 156,40 508,29 0,06 93,81 208, ,62 30, ,12 0,07 21,17 47, ,72 50, ,24 0,09 45,23 100, ,35 64, ,13 0,05 32,38 72, ,10 52,13 891,44 0,06 31,29 69, ,36 32, ,00 0,25 80,63 179, ,21 97, ,62 0,29 282,04 626, ,67 148, ,37 0,20 296,08 657, ,61 59, ,98 0,14 83,12 184, ,97 63, ,55 0,22 140,77 312, ,72 87, ,82 0,11 95,81 212, ,34 198, ,10 0,25 497, , Total 7.398, , Rata-rata (kg/ha atau Rp/ha) 94,96 211, Keterangan : *) Pupuk Urea mengandung : 45 % N 237

68 Lampiran 29d. Penghitungan biaya ganti unsur hara P yang hilang akibat erosi pada UTLKBT di Sub-DAS Progo Hulu Satuan Lahan Luas Lahan (ha) Laju Erosi (ton/ha/ th) Tanah Tererosi (ton) Kand. P 2 O 5 Tanah (mg/100g) Unsur Hara P Terangkut Erosi per Hektar (kg/ha) Setara Pupuk SP-36 per Hektar (kg/ha) Biaya Ganti Kehilangan Unsur Hara P per Hektar (Rp/ha) Unsur Hara P Terangkut Erosi (kg) Setara Pupuk SP- 36 (kg)*) Biaya Ganti Kehilangan Unsur Hara P (Rp) 1 415,19 27, , ,28 131, ,30 70, , ,16 167, ,06 113, , ,00 186, ,76 29, , ,47 68, ,90 42, , ,15 108, ,89 85, , ,36 276, ,62 88,43 320, ,74 240, ,67 19,29 128, ,64 62, ,58 41,30 230, ,24 128, ,91 71,37 279, ,07 255, ,73 27,10 290, ,88 58, ,66 44, , ,54 40, ,34 159, , ,63 168, ,75 73, , ,85 63, ,26 121, , ,89 121, ,25 156,40 508, ,90 130, ,62 30, , ,63 110, ,72 50, , ,28 150, ,35 64, , ,84 266, ,10 52,13 891, ,88 194, ,36 32, , ,08 158, ,21 97, , ,00 491, ,67 148, , ,06 711, ,61 59, , ,56 168, ,97 63, , ,15 167, ,72 87, , ,13 297, ,34 198, , ,98 497, Total 7.398, , Rata-rata (kg/ha atau Rp/ha) 62,37 173, Keterangan : *) Pupuk SP-36 mengandung : 36 % P

69 243 Lampiran 29e. Penghitungan biaya ganti unsur hara K yang hilang akibat erosi pada UTLKBT di Sub-DAS Progo Hulu Satuan Lahan Luas Lahan (ha) Laju Erosi (ton/ha/ th) Tanah Tererosi (ton) Kand. K 2 O Tanah (mg/100g) Unsur Hara K Terangkut Erosi per Hektar (kg/ha) Setara Pupuk KCl per Hektar (kg/ha) Biaya Ganti Kehilangan Unsur Hara K per Hektar (Rp/ha) Unsur Hara K Terangkut Erosi (kg) Setara Pupuk KCl (kg)*) Biaya Ganti Kehilangan Unsur Hara K (Rp) 1 415,19 27, , ,20 7, ,30 70, , ,21 92, ,06 113, , ,02 70, ,76 29, , ,79 36, ,90 42, , ,74 24, ,89 85, , ,54 74, ,62 88,43 320, ,53 57, ,67 19,29 128, ,25 8, ,58 41,30 230, ,63 11, ,91 71,37 279, ,93 13, ,73 27,10 290, ,05 21, ,66 44, , ,95 31, ,34 159, , ,16 116, ,75 73, , ,64 81, ,26 121, , ,57 144, ,25 156,40 508, ,95 161, ,62 30, , ,36 10, ,72 50, , ,05 15, ,35 64, , ,54 25, ,10 52,13 891, ,41 17, ,36 32, , ,71 14, ,21 97, , ,15 50, ,67 148, , ,03 56, ,61 59, , ,90 46, ,97 63, , ,63 54, ,72 87, , ,45 62, ,34 198, , ,40 175, Total 7.398, , Rata-rata (kg/ha atau Rp/ha) 36,41 60, Keterangan : *) Pupuk KCl mengandung : 60 % K 2 O 239

70 244 Lampiran 30. Nilai kehilangan unsur hara akibat erosi pada UTLKBT di Sub-DAS Progo Hulu 240 Kehilangan Hara Akibat Erosi Kehilangan Hara Setara Pupuk Satuan Luas Laju Erosi C-Org N P K Kandang Urea SP-3 KCl Lahan (ha) (ton/ha/th) (ton/ha) (kg/ha) (kg/ha) (kg/ha) (ton/ha) (kg/ha) (kg/ha) (kg/ha) 1 415,19 27,98 0,47 103,51 47,28 4,20 2,26 230,0 131,3 7, ,30 70,78 1,15 63,70 60,16 55,21 5,52 141,6 167,1 92,0 3 26,06 113,55 1,95 102,19 67,00 42,02 9,40 227,1 186,1 70,0 4 50,76 29,84 0,64 35,82 24,47 21,79 3,07 79,6 68,0 36, ,90 42,10 0,92 96,83 39,15 14,74 4,41 215,2 108,8 24, ,89 85,65 1,78 128,48 99,36 44,54 8,57 285,5 276,0 74,2 7 3,62 88,43 1,98 159,12 86,74 34,53 9,39 353,6 240,9 57,6 8 6,67 19,29 0,44 48,28 22,64 5,25 2,10 107,2 62,9 8,8 9 5,58 41,30 0,66 90,86 46,24 6,63 3,23 202,0 128,4 11,1 10 3,91 71,37 1,11 178,52 92,07 7,93 5,37 396,4 255,8 13, ,73 27,10 0,59 8,11 20,88 13,05 2,80 18,1 58,0 21, ,66 44,06 0,91 26,44 14,54 18,95 4,37 58,8 40,4 31,6 13 7,34 159,51 3,41 63,76 60,63 70,16 16,49 141,8 168,4 116, ,75 73,70 1,90 51,59 22,85 48,64 9,15 114,6 63,5 81, ,26 121, ,74 43,89 86,57 17,01 243,8 121,9 144,3 16 3,25 156,40 5,73 93,81 46,90 96,95 27,62 208,5 130,3 161, ,62 30,25 0,50 21,17 39,63 6,36 2,41 47,1 110,1 10, ,72 50,26 0,64 45,23 54,28 9,05 3,09 100,5 150,8 15, ,35 64,76 1,46 32,38 95,84 15,54 7,04 72,0 266,2 25, ,10 52,13 0,95 31,29 69,88 10,41 4,56 69,5 194,1 17, ,36 32,25 0,74 80,63 57,08 8,71 3,54 179,2 158,6 14, ,21 97,25 1,82 282,04 177,00 30,15 8,75 626,7 491,7 50,3 23 8,67 148,02 3,02 296,08 256,06 34,03 14,53 657,9 711,3 56, ,61 59,37 1,14 83,12 60,56 27,90 5,48 184,7 168,2 46, ,97 63,99 1,02 140,77 60,15 32,63 4,92 312,8 167,1 54, ,72 87,10 1,36 95,81 107,13 37,45 6,53 212,9 297,6 62, ,34 198,87 3,26 497,18 178,98 105,40 15, ,9 497,2 175,7 Total 7.398,54 Rata-rata 70,21 1,49 94,96 62,37 36,41 7,15 211,03 173,25 60,68

71 245 Lampiran 31. Nilai biaya ganti rugi kehilangan unsur hara akibat erosi pada UTLKBT di Sub-DAS Progo Hulu Satuan Tanah Biaya Ganti Kehilangan Unsur Hara (BGKUH) BGKUH Luas Laju Erosi Lahan Tererosi C-Organik N P K Total per Hektar (ha) (ton/ha/th) (ton/th) (Rp/th) (Rp/th) (Rp/th) (Rp/th) (Rp/th) (Rp/ha/th) 1 415,19 27, , ,30 70, , ,06 113, , ,76 29, , ,90 42, , ,89 85, , ,62 88,43 320, ,67 19,29 128, ,58 41,30 230, ,91 71,37 279, ,73 27,10 290, ,66 44, , ,34 159, , ,75 73, , ,26 121, , ,25 156,40 508, ,62 30, , ,72 50, , ,35 64, , ,10 52,13 891, ,36 32, , ,21 97, , ,67 148, , ,61 59, , ,97 63, , ,72 87, , ,34 198, , Total 7.398, , Rata-rata (Rp/ha/th)

72 242 Lampiran 32. Jenis teknik konservasi tanah (teras batu dan teras miring) yang sudah dilakukan petani pada UTLKBT di Sub-DAS Progo Hulu 1.a Teras batu (kemiringan lereng 8-15%) 1.d. Teras batu (kemiringan > 60%) 1.b. Teras batu (kemiringan lereng 8-15%) 1.c. Teras batu (kemiringan lereng >30%) 1.e. Landskap teras batu (kemiringan > 30%) 1.f. Landskap teras batu (kemiringan > 45%) 2.a. Teras miring (kemiringan 30%) 2.b. Teras miring (kemiringan 15-30%) 2.c. Teras miring (kemiringan > 30%) 2.d. Teras miring (kemiringan > 45%) 2.e. Teras miring (kemiringan > 60%) 2.f. Teras miring (kemiringan > 60%) Sumber : Foto dari hasil survei lapang (tahun )

73 243 Lampiran 33. Jumlah limpasan permukaan bulanan pada teras batu dan teras miring, serta pengaruh perlakuan teknik KTA terhadap limpasanpermukaan, koefisien limpasan, dan penurunan limpasan Tabel 1. Jumlah limpasan permukaan bulanan pada teras batu No. Perlakuan Kemiringan (%) April (m 3 /ha) Mei (m 3 /ha) Juni (m 3 /ha) Total (m 3 /ha) 1. TB ,51 872,08 208, ,88 2. TB ,11 736,70 115, ,55 3. TB ,69 626,15 122, ,36 4. TB ,53 744,73 133, ,06 5. TB , ,23 244, ,02 6. TB ,85 913,75 199, ,62 7. TB ,11 654,76 160, ,20 8. TB ,85 723,35 172, ,63 9. TB ,16 893,92 148, , TB ,69 597,08 105, , TB ,77 295,39 116, , TB ,33 584,34 122, ,92 Tabel 2. Jumlah limpasan permukaan bulanan pada teras miring No. Perlakuan Kemiringan (%) April (m 3 /ha) Mei (m 3 /ha) Juni (m 3 /ha) Total (m 3 /ha) 1. TM , ,70 382, ,53 2. TM , ,37 248, ,46 3. TM ,20 801,91 204, ,29 4. TM , ,20 303, ,34 5. TM , ,91 235, ,98 6. TM , ,47 167, ,69 7. TM ,29 914,33 82, ,13 8. TM , ,34 157, ,69 9. TM , ,85 152, , TM ,79 898,65 124, , TM ,38 686,56 101, , TM ,61 773,52 116, ,14

74 244 Lanjutan Lampiran 33 Tabel 3. Pengaruh perlakuan teknik KTA terhadap limpasan permukaan, koefisien limpasan, dan penurunan limpasan Blok Rata-rata Perlakuan I II III K. L P.L CH Total (30%) (45%) (70%) (mm) (m 3 (m 3 /ha) (mm) (%) (%) /ha) (m 3 /ha) 1. Teras Batu TB ,0 38,66 TB ,4 32,90 14,91 TB ,8 26,47 31,55 TB ,5 29,58 23,49 Rata-rata 1.736, , ,9 192,39 32,06 2. Teras Miring TM ,9 35,95 TM ,6 28,16 21,69 TM ,8 22,77 36,69 TM ,5 27,37 23,88 Rata-rata 2.034, , , ,2 28,55 Keterangan : K.L = koefisien limpasan permukaan (%) P.L = penurunan limpasan permukaan dibandingkan kontrol (%)

75 245 Lampiran 34. Jumlah erosi bulanan pada teras batu dan teras miring, serta pengaruh perlakuan teknik KTA terhadap erosi dan penurunan erosi Tabel 1. Jumlah erosi bulanan pada teras batu No. Perlakuan Kemiringan (%) April (ton/ha) Mei (ton/ha) Juni (ton/ha) Total (ton/ha) 1. TB ,91 8,82 5,28 31,02 2. TB ,79 6,89 5,50 25,20 3. TB2 30 9,59 5,60 3,59 18,79 4. TB ,01 8,20 5,44 26,66 5. TB ,35 11,04 1,18 26,84 6. TB ,90 5,87 0,50 21,27 7. TB2 45 9,64 3,92 0,38 13,95 8. TB ,77 6,97 0,82 24,57 9. TB0 70 7,65 1,66 1,40 9, TB1 70 6,19 1,05 0,74 7, TB2 70 4,76 0,56 0,18 5, TB3 70 5,40 1,19 0,72 7,32 Tabel 2. Jumlah erosi bulanan pada teras miring No. Perlakuan Kemiringan (%) April (ton/ha) Mei (ton/ha) Juni (ton/ha) Total (ton/ha) 1. TM ,86 32,41 8,74 61,02 2. TM ,84 25,62 6,93 48,40 3. TM ,75 21,76 6,28 41,81 4. TM ,99 24,90 6,52 46,42 5. TM ,94 35,64 9,44 66,04 6. TM ,88 28,88 8,05 54,82 7. TM ,76 24,59 7,34 47,69 8. TM ,82 28,25 8,49 54,57 9. TM ,69 36,87 10,06 68, TM ,70 33,17 9,37 62, TM ,21 23,38 7,63 46, TM ,97 28,22 9,01 55,21

76 246 Lanjutan Lampiran 34 Tabel 3. Pengaruh perlakuan teknik KTA terhadap erosi dan penurunan erosi Blok Rata-rata No Perlakuan I II III P.E CH Total (35%) (45%) (70%) (ton/ha) (mm) (%) (mm) (ton/ha) (ton/ha) *) 1. Teras Batu TB ,02 26,84 9,11 66,97 22,32 1,86 TB ,20 21,27 7,98 54,45 18,15 1,51 18,68 TB ,79 13,95 5,51 38,25 12,75 1,06 42,87 TB ,66 24,57 7,32 58,55 19,51 1,62 12,58 Rata-rata 25,41 21,65 7,48 18,18 1,51 2. Teras Miring TM ,02 66,04 68,62 195,68 65,22 5,43 TM ,40 54,82 62,25 165,47 55,15 4,59 15,44 TM ,81 47,69 46,23 135,73 45,24 3,77 30,63 TM ,42 54,57 55,21 156,20 52,06 4,33 20,17 Rata-rata 49,41 55,78 58,07 54,41 4,53 Keterangan : *) = bulk density 1,2 g/cm 3 P.E = penurunan erosi dibandingkan kontrol (%)

77 247 Lampiran 35. Hasil sidik ragam limpasan permukaan dan erosi dari perlakuan teknologi konservasi tanah spesifik lokasi 1. Sidik ragam limpasan permukaan pada teras batu One-way ANOVA: Limpasan Permukaan versus Perlakuan Source DF SS MS F P Perlakuan Error Total S = R-Sq = 66.56% R-Sq(adj) = 54.01% Individual 95% CIs For Mean Based on Pooled StDev Level N Mean StDev ( * ) ( * ) ( * ) ( * ) Pooled StDev = Tukey 95% Simultaneous Confidence Intervals All Pairwise Comparisons among Levels of Perlakuan Individual confidence level = 98.74% Perlakuan = 1 subtracted from: Perlakuan Lower Center Upper ( * ) ( * ) ( * ) Perlakuan = 2 subtracted from: Perlakuan Lower Center Upper ( * ) ( * ) Perlakuan subtracted from: Perlakuan Lower Center Upper ( * )

78 248 Lanjutan Lampiran Sidik ragam erosi pada teras batu One-way ANOVA: Erosi versus Perlakuan Source DF SS MS F P Perlakuan Error Total S R-Sq = 66.85% R-Sq(adj) = 54.42% Individual 95% CIs For Mean Based on Pooled StDev Level N Mean StDev ( * ) ( * ) ( *------) ( * ) Pooled StDev.000 Tukey 95% Simultaneous Confidence Intervals All Pairwise Comparisons among Levels of Perlakuan Individual confidence level = 98.74% Perlakuan = 1 subtracted from: Perlakuan Lower Center Upper ( * ) (------* ) ( * ) Perlakuan = 2 subtracted from: Perlakuan Lower Center Upper ( *------) (------* ) Perlakuan subtracted from: Perlakuan Lower Center Upper ( * )

79 249 Lanjutan Lampiran 35 One-way ANOVA: EROSI versus KEMIRINGAN Source DF SS MS F P KEMIRINGAN Error Total S = R-Sq = 80.03% R-Sq(adj) = 75.59% Individual 95% CIs For Mean Based on Pooled StDev Level N Mean StDev (------*-----) (-----*-----) (-----*------) Pooled StDev = Tukey 95% Simultaneous Confidence Intervals All Pairwise Comparisons among Levels of KEMIRINGAN Individual confidence level = 97.91% KEMIRINGAN 0 subtracted from: KEMIRINGAN Lower Center Upper (----*-----) (-----*-----) KEMIRINGAN = 45 subtracted from: KEMIRINGAN Lower Center Upper (-----*----)

80 250 Lanjutan Lampiran Sidik ragam limpasan permukaan pada teras miring One-way ANOVA: Limpasan Permukaan versus Perlakuan Source DF SS MS F P Perlakuan Error Total S 7.96 R-Sq = 49.28% R-Sq(adj) 0.27% Individual 95% CIs For Mean Based on Pooled StDev Level N Mean StDev ( * ) ( * ) ( * ) ( * ) Pooled StDev 7.96 Tukey 95% Simultaneous Confidence Intervals All Pairwise Comparisons among Levels of Perlakuan Individual confidence level = 98.74% Perlakuan = 1 subtracted from: Perlakuan Lower Center Upper ( * ) ( * ) ( * ) Perlakuan = 2 subtracted from: Perlakuan Lower Center Upper ( * ) ( * ) Perlakuan subtracted from: Perlakuan Lower Center Upper ( * )

81 251 Lanjutan Lampiran Sidik ragam erosi pada teras miring One-way ANOVA: Erosi versus Perlakuan Source DF SS MS F P Perlakuan Error Total S = R-Sq = 76.32% R-Sq(adj) = 67.44% Individual 95% CIs For Mean Based on Pooled StDev Level N Mean StDev (-----*------) (-----*------) (-----*------) (-----*------) Pooled StDev = Tukey 95% Simultaneous Confidence Intervals All Pairwise Comparisons among Levels of Perlakuan Individual confidence level = 98.74% Perlakuan = 1 subtracted from: Perlakuan Lower Center Upper ( * ) ( * ) ( * ) Perlakuan = 2 subtracted from: Perlakuan Lower Center Upper ( * ) ( * ) Perlakuan subtracted from: Perlakuan Lower Center Upper ( * )

82 252 Lanjutan Lampiran 35 One-way ANOVA: EROSI versus KEMIRINGAN Source DF SS MS F P KEMIRINGAN Error Total S = R-Sq = 19.81% R-Sq(adj) = 1.98% Individual 95% CIs For Mean Based on Pooled StDev Level N Mean StDev ( * ) ( * ) ( * ) Pooled StDev = Tukey 95% Simultaneous Confidence Intervals All Pairwise Comparisons among Levels of KEMIRINGAN Individual confidence level = 97.91% KEMIRINGAN 0 subtracted from: KEMIRINGAN Lower Center Upper ( * ) ( * ) KEMIRINGAN = 45 subtracted from: KEMIRINGAN Lower Center Upper ( * )

83 253 Lampiran 36. Hasil sidik ragam uji dua arah pengaruh teknologi konservasi tanah dan kemiringan lereng terhadap nilai erosi Two-way ANOVA: erosi total versus teknologi, kemiringan Analysis of Variance for erosi to Source DF SS MS F P teknologi teras Interaction Error Total Tukey Simultaneous Tests Response Variable erosi to All Pairwise Comparisons among Levels of teknologi teknologi = 0 subtracted from: Level Difference SE of Adjusted teknologi of Means Difference T-Value P-Value teknologi = 1 subtracted from: Level Difference SE of Adjusted teknologi of Means Difference T-Value P-Value teknologi = 2 subtracted from: Level Difference SE of Adjusted teknologi of Means Difference T-Value P-Value Tukey Simultaneous Tests Response Variable erosi to All Pairwise Comparisons among Levels of teras teras = 1 subtracted from: Level Difference SE of Adjusted Teras of Means Difference T-Value P-Value

84 254 Lampiran 37. Perlakuan mulsa batang tembakau dan rumput Setaria spacelata pada percobaan plot erosi a. Perlakuan mulsa batang tembakau pada percobaan plot erosi Tembakau tanpa pemberian mulsa (TB0) Tumpangsari tembakau dan koro merah dengan mulsa 7 ton/ha (TB3) Tembakau dengan perlakuan mulsa 14 ton/ha (TB2) b. Perlakuan rumput setaria pada teras batu dan teras miring Perlakuan rumput Setaria spacelata sebagai penguat teras + mulsa batang tembakau 7 ton/ha (TM1) (rumput umur 3 bulan) Perlakuan rumput Setaria spacelata sebagai penguat teras + mulsa batang tembakau 14 ton/ha (TB2) (rumput umur 2,5 bulan)

Tipe struktur. Tabel Lampiran 2. Kode permeabilitas profil tanah

Tipe struktur. Tabel Lampiran 2. Kode permeabilitas profil tanah Tabel Lampiran 1. Penilaian struktur tanah Tipe struktur Kode Granular sangat halus (very fine granular) 1 Granular halus (fine granular) 2 Granular sedang dan kasar (medium, coarse granular) 3 Gumpal,

Lebih terperinci

Kemampuan hujan dengan energi kinetiknya untuk menimbulkan erosi pada suatu bidang lahan dalam waktu tertentu (Intensitas Hujan = EI30

Kemampuan hujan dengan energi kinetiknya untuk menimbulkan erosi pada suatu bidang lahan dalam waktu tertentu (Intensitas Hujan = EI30 Persamaan Umum Kehilangan Tanah (Universal Soil Loss Equation) (USLE) (Wischmeier & Smith, 1969) A = R. K. L. S. C. P A = Jumlah Tanah Tererosi (Ton/Ha/Th) R = Jumlah Faktor Erosivitas Hujan (Joule) K

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. A. Metode USLE

BAB III LANDASAN TEORI. A. Metode USLE BAB III LANDASAN TEORI A. Metode USLE Metode Universal Soil Loss Equation (USLE) merupakan model empiris yang dikembangkan di Pusat Data Aliran Permukaan dan Erosi Nasional, Dinas Penelitian Pertanian,

Lebih terperinci

Lampiran 1. Peta Penggunaan Lahan DAS Ketahun Hulu

Lampiran 1. Peta Penggunaan Lahan DAS Ketahun Hulu 81 Lampiran 1. Peta Penggunaan Lahan DAS Ketahun Hulu 81 82 Lampiran 2. Peta Kelas Lereng DAS Ketahun Hulu 82 83 Lampiran 3. Peta Jenis Tanah DAS Ketahun Hulu 83 84 Lampiran 4. Peta Kawasan Hutan DAS Ketahun

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN A. Pelaksanaan Penelitian 1. Waktu dan tempat penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari 2014 sampai September 2014 di Dukuh Kaliwuluh, Desa Sidorejo, Kecamatan Kemalang,

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 35 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Curah Hujan Data curah hujan yang terjadi di lokasi penelitian selama 5 tahun, yaitu Januari 2006 hingga Desember 2010 disajikan dalam Gambar 5.1. CH (mm) 600 500 400

Lebih terperinci

Erosi. Rekayasa Hidrologi

Erosi. Rekayasa Hidrologi Erosi Rekayasa Hidrologi Erosi adalah suatu proses atau peristiwa hilangnya lapisan permukaan tanah atas, baik disebabkan oleh pergerakan air maupun angin. Erosi merupakan tiga proses yang berurutan, yaitu

Lebih terperinci

Bab ini berhubungan dengan bab-bab yang terdahulu, khusunya curah hujan dan pengaliran air permukaan (run off).

Bab ini berhubungan dengan bab-bab yang terdahulu, khusunya curah hujan dan pengaliran air permukaan (run off). BAB VII. EROSI DAN SEDIMENTASI A. Pendahuluan Dalam bab ini akan dipelajari pengetahuan dasar tentang erosi pada DAS, Nilai Indeks Erosivitas Hujan, Faktor Erodibilitas Tanah, Faktor Tanaman atau Faktor

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN Letak Geografis dan Iklim Daerah aliran sungai (DAS) Siulak di hulu DAS Merao mempunyai luas 4296.18 ha, secara geografis terletak antara 101 0 11 50-101 0 15 44 BT dan

Lebih terperinci

Evaluasi Lahan. Evaluasi Kemampuan Lahan

Evaluasi Lahan. Evaluasi Kemampuan Lahan Evaluasi Lahan Evaluasi Kemampuan Lahan Evaluasi Lahan Penilaian kinerja lahan (land performance) untuk penggunaan tertentu Kegiatan Evaluasi Lahan meliputi survai lahan interpretasi data hasil survai

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilakukan di DAS Hulu Mikro Sumber Brantas, terletak di Desa

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilakukan di DAS Hulu Mikro Sumber Brantas, terletak di Desa BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian dilakukan di DAS Hulu Mikro Sumber Brantas, terletak di Desa Sumber Brantas Kota Batu Jawa Timur. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember

Lebih terperinci

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Secara geografis, lokasi penelitian terletak antara mt dan

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Secara geografis, lokasi penelitian terletak antara mt dan IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Keadaan Umum Lokasi Penelitian (1). Kondisi Geografi Secara geografis, lokasi penelitian terletak antara 526.650 mt dan 9.406.450 mu sampai 527.200

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. A. Metode MUSLE

BAB III LANDASAN TEORI. A. Metode MUSLE BAB III LANDASAN TEORI A. Metode MUSLE Metode MUSLE (Modify Universal Soil Loss Equation) adalah modifikasi dari metode USLE (Soil Loss Equation), yaitu dengan mengganti faktor erosivitas hujan (R) dengan

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Karakteristik Lahan Pada Usahatani Lahan Kering Berbasis Tembakau (UTLKBT) Di Sub-DAS Progo Hulu

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Karakteristik Lahan Pada Usahatani Lahan Kering Berbasis Tembakau (UTLKBT) Di Sub-DAS Progo Hulu V. HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Lahan Pada Usahatani Lahan Kering Berbasis Tembakau (UTLKBT) Di Sub-DAS Progo Hulu Satuan Lahan (land unit) Pada UTLKBT Di Sub-DAS Progo Hulu Usahatani lahan kering

Lebih terperinci

ANALISIS TINGKAT EROSI TANAH DI KECAMATAN PUHPELEM KABUPATEN WONOGIRI

ANALISIS TINGKAT EROSI TANAH DI KECAMATAN PUHPELEM KABUPATEN WONOGIRI ANALISIS TINGKAT EROSI TANAH DI KECAMATAN PUHPELEM KABUPATEN WONOGIRI Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Guna Mencapai Gelar Sarjana S-1 Program Studi Geografi Oleh : KRISTANTO NUGROHO NIRM. 02.6.106.09010.5.0021

Lebih terperinci

Klasifikasi Kemampuan Lahan

Klasifikasi Kemampuan Lahan Survei Tanah dan Evaluasi Lahan M10 KLASIFIKASI KEMAMPUAN LAHAN Widianto, 2010 Klasifikasi Kemampuan Lahan TUJUAN PEMBELAJARAN : 1. Mampu menjelaskan arti kemampuan lahan dan klasifikasi kemampuan lahan

Lebih terperinci

Tanah dapat diartikan sebagai lapisan kulit bumi bagian luar yang merupakan hasil pelapukan dan pengendapan batuan. Di dala

Tanah dapat diartikan sebagai lapisan kulit bumi bagian luar yang merupakan hasil pelapukan dan pengendapan batuan. Di dala Geografi Tanah dapat diartikan sebagai lapisan kulit bumi bagian luar yang merupakan hasil pelapukan dan pengendapan batuan. Di dala TANAH Tanah dapat diartikan sebagai lapisan kulit bumi bagian luar yang

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Dari hasil pembahasan dan analisa data diperoleh beberapa kesimpulan dan saran adalah sebagai berikut :

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Dari hasil pembahasan dan analisa data diperoleh beberapa kesimpulan dan saran adalah sebagai berikut : BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Dari hasil pembahasan dan analisa data diperoleh beberapa kesimpulan dan saran adalah sebagai berikut : 5.1 Kesimpulan 1. Sedimen pada Embung Tambakboyo dipengaruhi oleh erosi

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. A. Metode Universal Soil Loss Equation (USLE)

BAB III LANDASAN TEORI. A. Metode Universal Soil Loss Equation (USLE) BAB III LANDASAN TEORI A. Metode Universal Soil Loss Equation (USLE) Metode USLE dapat dimanfaatkan untuk memperkirakan besarnya erosi untuk berbagai macam kondisi tataguna lahan dan kondisi iklim yang

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. A. Metode Universal Soil Loss Equation (USLE)

BAB III LANDASAN TEORI. A. Metode Universal Soil Loss Equation (USLE) BAB III LANDASAN TEORI A. Metode Universal Soil Loss Equation (USLE) Metode USLE dapat dimanfaatkan untuk memperkirakan besarnya erosi untuk berbagai macam kondisi tataguna lahan dan kondisi iklim yang

Lebih terperinci

Menilai subklas Kemampuan Lahan di Politeknik Pertanian Negeri Payakumbuh

Menilai subklas Kemampuan Lahan di Politeknik Pertanian Negeri Payakumbuh KEMAMPUAN LAHAN Menilai subklas Kemampuan Lahan di Politeknik Pertanian Negeri Payakumbuh Anggi.r 1, Yulia Tesa 1 1 Mahasiswa dan mahasiswi semester 3 prodi tata air pertanian jurusan teknologi pertanian

Lebih terperinci

V. EVALUASI KEMAMPUAN LAHAN UNTUK PERTANIAN DI HULU DAS JENEBERANG

V. EVALUASI KEMAMPUAN LAHAN UNTUK PERTANIAN DI HULU DAS JENEBERANG 57 V. EVALUASI KEMAMPUAN LAHAN UNTUK PERTANIAN DI HULU DAS JENEBERANG 5.1. Pendahuluan Pemenuhan kebutuhan manusia untuk kehidupannya dapat dilakukan antara lain dengan memanfaatkan lahan untuk usaha pertanian.

Lebih terperinci

Lampiran 1 Analisis hubungan debit aliran dengan tinggi muka air di Sub DAS Melamon

Lampiran 1 Analisis hubungan debit aliran dengan tinggi muka air di Sub DAS Melamon LAMPIRAN 40 41 Lampiran 1 Analisis hubungan debit aliran dengan tinggi muka air di Sub DAS Melamon No Tanggal Hujan S t V air TMA A P Q ratarat (m) (m/s) (m) (m 2 ) (m) (m 3 /s) a N Beton (A/P) 2/3 S 0.5

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 41 IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1. Letak, Luas Wilayah dan Pemanfaatan Lahan Kabupaten Temanggung secara geografis terletak antara garis 110 0 23-110 0 00 30 Bujur Timur dan antara garis 07 0 10-07

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. Jika dirumuskan dalam suatu persamaan adalah sebagai berikut : R=.(3.1) : curah hujan rata-rata (mm)

BAB III LANDASAN TEORI. Jika dirumuskan dalam suatu persamaan adalah sebagai berikut : R=.(3.1) : curah hujan rata-rata (mm) BAB III LANDASAN TEORI 3.1. Curah hujan wilayah Menurut Triatmodjo (2010) stasiun penakar hujan hanya memberikan kedalaman hujan di titik di mana stasiun tersebut berada, sehingga hujan pada suatu luasan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN 31 III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Lokasi penelitian tersebar di tiga kecamatan yaitu : 1) Kecamatan Sukamakmur, 2) Kecamatan

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Letak dan Ciri-ciri Lintasan Sepeda Gunung Letak lintasan sepeda gunung di HPGW disajikan dalam Gambar 5. Ciricirinya disajikan dalam Tabel 9. Tabel 9 Keadaan plot penelitian

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Lampiran 1. Data Jumlah Curah Hujan (milimeter) di Stasiun Onan Runggu Periode Tahun

LAMPIRAN. Lampiran 1. Data Jumlah Curah Hujan (milimeter) di Stasiun Onan Runggu Periode Tahun LAMPIRAN Lampiran 1. Data Jumlah Curah Hujan (milimeter) di Stasiun Onan Runggu Periode Tahun 20002009 Bln Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des THN 2000 47 99 147 114 65 19 56 64 220 32 225

Lebih terperinci

LEMBAR KERJA SISWA. No Jenis Tanah Jenis tanaman Pemanfaatannya

LEMBAR KERJA SISWA. No Jenis Tanah Jenis tanaman Pemanfaatannya LEMBAR KERJA SISWA KELOMPOK :. Nama Anggota / No. Abs 1. ALFINA ROSYIDA (01\8.6) 2.. 3. 4. 1. Diskusikan tabel berikut dengan anggota kelompok masing-masing! Petunjuk : a. Isilah kolom dibawah ini dengan

Lebih terperinci

BESAR EROSI TANAH DI KECAMATAN AMPEL KABUPATEN BOYOLALI PROPINSI JAWA TENGAH

BESAR EROSI TANAH DI KECAMATAN AMPEL KABUPATEN BOYOLALI PROPINSI JAWA TENGAH BESAR EROSI TANAH DI KECAMATAN AMPEL KABUPATEN BOYOLALI PROPINSI JAWA TENGAH Usulan Penelitian Skripsi S-1 Program Studi Geografi Konsentrasi Sumberdaya Lahan Diajukan Oleh: AINUN NAJIB NIRM: 05.6.106.09010.50088

Lebih terperinci

BAB III PROSEDUR PENELITIAN. Metode yag digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksploratif.

BAB III PROSEDUR PENELITIAN. Metode yag digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksploratif. BAB III PROSEDUR PENELITIAN 3.1. METODE PENELITIAN Metode yag digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksploratif. Menurut Singarimbun (1989 : 4) metode eksploratif yaitu metode penelitian yang dilakukan

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN 16 4. HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Pertanaman Sayuran Lahan sayuran merupakan penggunaan lahan dominan di Desa Sukaresmi Kecamatan Megamendung, Kabupaten Bogor. Tanaman sayuran yang diusahakan antara lain

Lebih terperinci

Evaluasi Kemampuan Lahan Desa Sihiong, Sinar Sabungan Dan Lumban Lobu Kabupaten Toba Samosir ABSTRACT

Evaluasi Kemampuan Lahan Desa Sihiong, Sinar Sabungan Dan Lumban Lobu Kabupaten Toba Samosir ABSTRACT 842. Jurnal Online Agroekoteknologi Vol.1, No.3, Juni 2013 ISSN No. 2337-6597 Evaluasi Kemampuan Lahan Desa Sihiong, Dan Kabupaten Toba Samosir Julpan Lynneus Sitohang 1*, Bintang Sitorus 2, Mariani Sembiring

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. dahulu dihitung faktor-faktor bahaya erosi yang terjadi di Sub DAS Bekala.

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. dahulu dihitung faktor-faktor bahaya erosi yang terjadi di Sub DAS Bekala. BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil 1. Bahaya Erosi di Sub DAS Bekala Untuk menentukan tingkat bahaya erosi yang terjadi di Sub DAS Bekala maka terlebih dahulu dihitung faktor-faktor bahaya erosi yang

Lebih terperinci

AGRIBISNIS TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA

AGRIBISNIS TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN AGRIBISNIS TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA BAB VI. PERSIAPAN LAHAN Rizka Novi Sesanti KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL

Lebih terperinci

KAJIAN EROSI TANAH DENGAN PENDEKATAN WISCHMEIER PADA DAS KALIMEJA SUBAIM KECAMATAN WASILE TIMUR KABUPATEN HALMAHERA TIMUR

KAJIAN EROSI TANAH DENGAN PENDEKATAN WISCHMEIER PADA DAS KALIMEJA SUBAIM KECAMATAN WASILE TIMUR KABUPATEN HALMAHERA TIMUR KAJIAN EROSI TANAH DENGAN PENDEKATAN WISCHMEIER PADA DAS KALIMEJA SUBAIM KECAMATAN WASILE TIMUR KABUPATEN HALMAHERA TIMUR Adnan Sofyan dan Gunawan Hartono*) Abstrak : Erosi yang terjadi di Sub Das Kalimeja

Lebih terperinci

PRAKTIKUM RSDAL VI PREDIKSI EROSI DENGAN METODE USLE DAN UPAYA PENGENDALIANNYA

PRAKTIKUM RSDAL VI PREDIKSI EROSI DENGAN METODE USLE DAN UPAYA PENGENDALIANNYA PRAKTIKUM RSDAL VI PREDIKSI EROSI DENGAN METODE USLE DAN UPAYA PENGENDALIANNYA Metode prediksi erosi yang secara luas telah dipakai serta untuk mengevaluasi teknik konservasi pada suatu area diantaranya

Lebih terperinci

3. List Program Pertanyaan Untuk Ciri-Ciri Asal Terjadinya Tanah. 4. List Program Pertanyaan Untuk Ciri-Ciri Sifat Dan Bentuk Tanah

3. List Program Pertanyaan Untuk Ciri-Ciri Asal Terjadinya Tanah. 4. List Program Pertanyaan Untuk Ciri-Ciri Sifat Dan Bentuk Tanah 1. List Program Untuk Menu Utama MPenjelasan_Menu_Utama.Show 1 2. List Program Untuk Penjelasan Menu Utama MPenjelasan_Tanah.Show 1 3. List Program Pertanyaan Untuk Ciri-Ciri Asal Terjadinya Tanah MSifat_Bentuk2.Show

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Karakteristik dan Fisiografi Wilayah. lingkungan berhubungan dengan kondisi fisiografi wilayah.

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Karakteristik dan Fisiografi Wilayah. lingkungan berhubungan dengan kondisi fisiografi wilayah. V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik dan Fisiografi Wilayah Pertumbuhan dan perkembangan tanaman dipengaruhi oleh beberapa faktor selain faktor internal dari tanaman itu sendiri yaitu berupa hormon

Lebih terperinci

EVALUASI KEMAMPUAN LAHAN UNTUK ARAHAN PENGGUNAAN LAHAN DENGAN FOTO UDARA Oleh : Hendro Murtianto

EVALUASI KEMAMPUAN LAHAN UNTUK ARAHAN PENGGUNAAN LAHAN DENGAN FOTO UDARA Oleh : Hendro Murtianto EVALUASI KEMAMPUAN LAHAN UNTUK ARAHAN PENGGUNAAN LAHAN DENGAN FOTO UDARA Oleh : Hendro Murtianto A. Pendahuluan Evaluasi kemampuan lahan merupakan salah satu upaya untuk memanfaatkan lahan (sumberdaya

Lebih terperinci

PEMETAAN MANUAL KEMAMPUAN LAHAN POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI PAYAKUMBUH DENGAN METODE DESCRITIF

PEMETAAN MANUAL KEMAMPUAN LAHAN POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI PAYAKUMBUH DENGAN METODE DESCRITIF Pemetaan Manual Metode Descriptif Jurnal Nasional Ecopedon JNEP Vol. 2 No.1 (2015) 34-37 http://www.perpustakaan.politanipyk.co.id PEMETAAN MANUAL KEMAMPUAN LAHAN POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI PAYAKUMBUH

Lebih terperinci

Lampiran 1 : Data suhu udara di daerah Kebun Bekala Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang ( 0 C)

Lampiran 1 : Data suhu udara di daerah Kebun Bekala Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang ( 0 C) Lampiran 1 : Data suhu udara di daerah Kebun Bekala Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang ( 0 C) Bln/Thn 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 Total Rataan Jan 25.9 23.3 24.0 24.4 24.7

Lebih terperinci

geografi Kelas X PEDOSFER III KTSP & K-13 H. SIFAT KIMIA TANAH a. Derajat Keasaman Tanah (ph)

geografi Kelas X PEDOSFER III KTSP & K-13 H. SIFAT KIMIA TANAH a. Derajat Keasaman Tanah (ph) KTSP & K-13 Kelas X geografi PEDOSFER III Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan memiliki kemampuan berikut. 1. Memahami sifat kimia tanah. 2. Memahami vegetasi tanah. 3. Memahami

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN 9 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Persiapan : Oktober November 2010 (Bogor). Pelaksanaan lapang (pra survei dan survei) : Desember 2010. Analisis Laboratorium : Januari Februari 2011.

Lebih terperinci

IV. TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu. Analisis terhadap sampel tanah dilakukan di Laboratorium Tanah Fakultas

IV. TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu. Analisis terhadap sampel tanah dilakukan di Laboratorium Tanah Fakultas IV. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian telah dilaksanakan di 4 (empat) desa di Kecamatan Windusari yaitu Desa Balesari, Desa Kembangkunig, Desa Windusari dan Desa Genito. Analisis terhadap

Lebih terperinci

Lampiran 1. Kriteria Kelas Kesesuaian Lahan Kelapa sawit

Lampiran 1. Kriteria Kelas Kesesuaian Lahan Kelapa sawit Lampiran 1. Kriteria Kelas Kesesuaian Lahan Kelapa sawit Persyaratan penggunaan lahan/ karakteristik lahan Temperatur (tc) Temperatur rerata ( C) 25-28 22 25 28 32 Kelas keesuaian lahan S1 S2 S3 N Ketersedian

Lebih terperinci

PENDAHULLUAN. Latar Belakang

PENDAHULLUAN. Latar Belakang PENDAHULLUAN Latar Belakang Tanaman kakao sebagai salah satu komoditas andalan subsektor perkebunan Propinsi Sulawesi Tenggara banyak dikembangkan pada topografi berlereng. Hal ini sulit dihindari karena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Salah satu studi dari geomorfologi adalah mempelajari bentukbentuk erosi. Erosi adalah hilangnya atau terkikisnya tanah / bagianbagian tanah dari suatu

Lebih terperinci

PEDOSFER BAHAN AJAR GEOGRAFI KELAS X SEMESTER GENAP

PEDOSFER BAHAN AJAR GEOGRAFI KELAS X SEMESTER GENAP PEDOSFER BAHAN AJAR GEOGRAFI KELAS X SEMESTER GENAP PENGERTIAN TANAH Pedosfer berasal dari bahasa latin yaitu pedos = tanah, dan sphera = lapisan. Pedosfer yaitu lapisan kulit bumi yang tipis yang letaknya

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Lampiran 1. Data Jumlah Curah Hujan (milimeter) di Stasiun Onan Runggu Periode Tahun

LAMPIRAN. Lampiran 1. Data Jumlah Curah Hujan (milimeter) di Stasiun Onan Runggu Periode Tahun LAMPIRAN Lampiran 1. Data Jumlah Curah Hujan (milimeter) di Stasiun Onan Runggu Periode Tahun 19982007 Bln Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des THN 1998 77 72 117 106 68 30 30 227 58 76 58 63

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM. Wilayah Sulawesi Tenggara

GAMBARAN UMUM. Wilayah Sulawesi Tenggara GAMBARAN UMUM Wilayah Sulawesi Tenggara Letak dan Administrasi Wilayah Sulawesi Tenggara terdiri atas Jazirah dan kepulauan terletak antara 3 o - 6 o Lintang selatan dan 12 45' bujur timur, dengan total

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. satu dokumentasi utama sebagai dasar dalam proyek-proyek pengembangan

TINJAUAN PUSTAKA. satu dokumentasi utama sebagai dasar dalam proyek-proyek pengembangan 5 TINJAUAN PUSTAKA Survei Tanah Salah satu kegiatan yang dilakukan untuk mempelajari lingkungan alam dan potensi sumber dayanya adalah survei. Sebuah peta tanah merupakan salah satu dokumentasi utama sebagai

Lebih terperinci

IV. POTENSI SUMBER ENERGI TERBARUKAN

IV. POTENSI SUMBER ENERGI TERBARUKAN IV. POTENSI SUMBER ENERGI TERBARUKAN 4.1. Angin Potensi sumberdaya alam di wilayah Kecamatan Nusa Penida yang merupakan daerah kepulauan yang terletak di pantai selatan Nusa Tenggara terutama adalah kecepatan

Lebih terperinci

PANDUAN PRAKTIKUM LAPANGAN

PANDUAN PRAKTIKUM LAPANGAN PANDUAN PRAKTIKUM LAPANGAN Oleh: Tim Dosen Mata Kuliah TKSDL LABORATORIUM FISIKA TANAH JURUSAN TANAH PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA 2012 1 Materi Praktikum Lapangan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Ubi kayu (Manihot esculenta Crantz) merupakan salah satu tanaman pangan

I. PENDAHULUAN. Ubi kayu (Manihot esculenta Crantz) merupakan salah satu tanaman pangan 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Ubi kayu (Manihot esculenta Crantz) merupakan salah satu tanaman pangan yang mempunyai peranan penting dalam perekonomian Indonesia, yaitu dalam penyediaan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian 32 1. Tempat Penelitian BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Sub Daerah Aliran Sungai Serayu Hulu. Sub Daerah Aliran Sungai Serayu Hulu meliputi Kecamatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dalam tiga dasawarsa terakhir, di Pulau Jawa telah terjadi pengalihan lahanlahan hutan menjadi lahanlahan bagi peruntukan kepentingan manusia seperti permukiman,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN Latar Belakang I. PENDAHULUAN Latar Belakang Sumberdaya alam terutama sumberdaya lahan dan air, mudah mengalami kerusakan atau degradasi. Pengelolaan sumberdaya lahan dan air di dalam sistem DAS (Daerah Aliran Sungai)

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat

BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat 18 BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April 2006 - Agustus 2006 di wilayah daerah aliran sungai (DAS) Dodokan (34.814 ha) dengan plot pengambilan sampel difokuskan

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN

TATA CARA PENELITIAN IV. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan mulai Februari hingga Mei 2017 di Kecamatan Playen yang terletak di Kabupaten Gunungkidul serta Laboratorium Tanah Fakultas

Lebih terperinci

PEMETAAN TINGKAT BAHAYA EROSI BERBASIS LAND USE DAN LAND SLOPE DI SUB DAS KRUENG SIMPO

PEMETAAN TINGKAT BAHAYA EROSI BERBASIS LAND USE DAN LAND SLOPE DI SUB DAS KRUENG SIMPO PEMETAAN TINGKAT BAHAYA EROSI BERBASIS LAND USE DAN LAND SLOPE DI SUB DAS KRUENG SIMPO Rini Fitri Dosen pada Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Almuslim ABSTRAK Lahan kering di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Lahan merupakan bagian permukaan bumi yang dicirikan dengan sifat sifat tertentu yang meliputi biosfer, di atas dan di bawahnya termasuk atmosfer, tanah,

Lebih terperinci

Lampiran 1. Susunan Perlakuan Saat Pelaksanan Penelitian

Lampiran 1. Susunan Perlakuan Saat Pelaksanan Penelitian Lampiran 1. Susunan Perlakuan Saat Pelaksanan Penelitian Adapun susunan perlakuan saat pelaksanaan penelitian adalah sebagai berikut : R 1 U 1 R 2 U 2 R 3 U 5 R 4 U 4 R 1 U 3 R 2 U 1 R 3 U 4 R 4 U 2 R

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Survei Tanah. potensi sumber dayanya adalah survei. Sebuah peta tanah merupakan salah satu

TINJAUAN PUSTAKA. Survei Tanah. potensi sumber dayanya adalah survei. Sebuah peta tanah merupakan salah satu TINJAUAN PUSTAKA Survei Tanah Salah satu kegiatan yang dilakukan untuk mempelajari lingkungan alam dan potensi sumber dayanya adalah survei. Sebuah peta tanah merupakan salah satu dokumentasi utama sebagai

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Penggunaan Lahan dan Pola Tanam. Tabel 13 Penggunaan lahan di DAS Sape Lombok Tengah

HASIL DAN PEMBAHASAN. Penggunaan Lahan dan Pola Tanam. Tabel 13 Penggunaan lahan di DAS Sape Lombok Tengah 39 HASIL DAN PEMBAHASAN Penggunaan Lahan dan Pola Tanam Secara umum jenis penggunaan lahan yang terdapat di lokasi penelitian meliputi : sawah tadah hujan, tegalan, semak, hutan tanaman, kebun dan badan

Lebih terperinci

Lampiran 1. Deskripsi Profil

Lampiran 1. Deskripsi Profil Lampiran 1. Deskripsi Profil A. Profil pertama Lokasi : Desa Sinaman kecamatan Barus Jahe Kabupaten Tanah Karo Simbol : P1 Koordinat : 03 0 03 36,4 LU dan 98 0 33 24,3 BT Kemiringan : 5 % Fisiografi :

Lebih terperinci

Lampiran 1. Data curah hujan di desa Sipahutar, Kecamatan Sipahutar, Kabupaten Tapanuli Utara

Lampiran 1. Data curah hujan di desa Sipahutar, Kecamatan Sipahutar, Kabupaten Tapanuli Utara Lampiran 1. Data curah hujan di desa Sipahutar, Kecamatan Sipahutar, Kabupaten Tapanuli Utara Data curah hujan (mm) Tahun 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 Jan 237 131 163 79 152 162 208

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. yang menerima, menampung dan menyimpan air hujan untuk kemudian

TINJAUAN PUSTAKA. yang menerima, menampung dan menyimpan air hujan untuk kemudian TINJAUAN PUSTAKA Karakteristik Das Deli Pengertian DAS atau Daerah Aliran Sungai adalah suatu wilayah daratan yang menerima, menampung dan menyimpan air hujan untuk kemudian menyalurkan ke laut atau danau

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Lampiran 1. Data Jumlah Curah Hujan (milimeter) di Stasiun Onan Runggu Periode Tahun

LAMPIRAN. Lampiran 1. Data Jumlah Curah Hujan (milimeter) di Stasiun Onan Runggu Periode Tahun LAMPIRAN Lampiran 1. Data Jumlah Curah Hujan (milimeter) di Stasiun Onan Runggu Periode Tahun 20002009 Bln Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des THN 2000 47 99 147 114 65 19 56 64 220 32 225

Lebih terperinci

geografi Kelas X PEDOSFER II KTSP & K-13 Super "Solusi Quipper" F. JENIS TANAH DI INDONESIA

geografi Kelas X PEDOSFER II KTSP & K-13 Super Solusi Quipper F. JENIS TANAH DI INDONESIA KTSP & K-13 Kelas X geografi PEDOSFER II Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini kamu diharapkan memiliki kemampuan untuk memahami jenis tanah dan sifat fisik tanah di Indonesia. F. JENIS TANAH

Lebih terperinci

ANALISIS EROSI DAN KONSERVASI TANAH DI KECAMATAN NGADIROJO KABUPATEN WONOGIRI

ANALISIS EROSI DAN KONSERVASI TANAH DI KECAMATAN NGADIROJO KABUPATEN WONOGIRI ANALISIS EROSI DAN KONSERVASI TANAH DI KECAMATAN NGADIROJO KABUPATEN WONOGIRI Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Guna Mencapai Gelar Sarjana S1 Program Studi Geografi Oleh : JOKO TRIYATNO NIRM. 03.6.106.09010.5.0016

Lebih terperinci

KAJIAN KEMAMPUAN LAHAN PADA USAHATANI LAHAN KERING BERBASIS TEMBAKAU DI SUB DAS PROGO HULU

KAJIAN KEMAMPUAN LAHAN PADA USAHATANI LAHAN KERING BERBASIS TEMBAKAU DI SUB DAS PROGO HULU KAJIAN KEMAMPUAN LAHAN PADA USAHATANI LAHAN KERING BERBASIS TEMBAKAU DI SUB DAS PROGO HULU (The Study of Land Capability on Tobacco Based Upland Farming at Progo Hulu Sub Watershed) Jaka Suyana 1), Naik

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. erosi, tanah atau bagian-bagian tanah pada suatu tempat terkikis dan terangkut

TINJAUAN PUSTAKA. erosi, tanah atau bagian-bagian tanah pada suatu tempat terkikis dan terangkut TINJAUAN PUSTAKA Erosi Erosi adalah peristiwa pindahnya atau terangkutnya tanah atau bagianbagian tanah dari suatu tempat ke tempat lain oleh media alami. Pada peristiwa erosi, tanah atau bagian-bagian

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Faktor Lingkungan Tumbuh Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA. Faktor Lingkungan Tumbuh Kelapa Sawit TINJAUAN PUSTAKA Faktor Lingkungan Tumbuh Kelapa Sawit Tanaman kelapa sawit semula merupakan tanaman yang tumbuh liar di hutan-hutan maupun daerah semak belukar tetapi kemudian dibudidayakan. Sebagai tanaman

Lebih terperinci

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 40 KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN Letak Geografis dan Administrasi Lokasi penelitian berada di Kelurahan Pasir Putih, Kecamatan Sawangan, Kota Depok seluas 462 ha. Secara geografis daerah penelitian terletak

Lebih terperinci

Morfologi tanah adalah sifat-sifat tanah yang dapat diamati dan dipelajari di

Morfologi tanah adalah sifat-sifat tanah yang dapat diamati dan dipelajari di 7 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Morfologi Tanah Morfologi tanah adalah sifat-sifat tanah yang dapat diamati dan dipelajari di lapang. Pengamatan sebaiknya dilakukan pada profil tanah yang baru dibuat. Pengamatan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA A.

II. TINJAUAN PUSTAKA A. II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tanaman Durian 1. Karakteristik tanaman durian Durian (Durio zibethinus Murr.) merupakan salah satu tanaman hasil perkebunan yang telah lama dikenal oleh masyarakat yang pada umumnya

Lebih terperinci

TUGAS KULIAH SURVEI TANAH DAN EVALUASI LAHAN SETELAH UTS

TUGAS KULIAH SURVEI TANAH DAN EVALUASI LAHAN SETELAH UTS 2018 TUGAS KULIAH SURVEI TANAH DAN EVALUASI LAHAN SETELAH UTS Sudarto, Aditya Nugraha Putra & Yosi Andika Laboratorium Pedologi dan Sistem Informasi Sumberdaya Lahan (PSISDL) 9/4/2018 TUGAS SURVEI TANAH

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teoritis Gambaran Umum Lahan Pertanian di Area Wisata Posong Desa Tlahap terletak di Kecamatan Kledung,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teoritis Gambaran Umum Lahan Pertanian di Area Wisata Posong Desa Tlahap terletak di Kecamatan Kledung, BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teoritis 2.1.1 Gambaran Umum Lahan Pertanian di Area Wisata Posong Desa Tlahap terletak di Kecamatan Kledung, Kabupaten Temanggung tepatnya pada koordinat 7 19 20.87-7

Lebih terperinci

KONSEP EVALUASI LAHAN

KONSEP EVALUASI LAHAN EVALUASI LAHAN KONSEP EVALUASI LAHAN Evaluasi lahan adalah suatu proses penilaian sumber daya lahan untuk tujuan tertentu dengan menggunakan suatu pendekatan atau cara yang sudah teruji. Hasil evaluasi

Lebih terperinci

TASIKMALAYA 14 DESEMBER 2015

TASIKMALAYA 14 DESEMBER 2015 TASIKMALAYA 14 DESEMBER 2015 SIDIK CEPAT PEMILIHAN JENIS POHON HUTAN RAKYAT BAGI PETANI PRODUKTIFITAS TANAMAN SANGAT DIPENGARUHI OLEH FAKTOR KESESUAIAN JENIS DENGAN TEMPAT TUMBUHNYA, BANYAK PETANI YANG

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. A. Ubi Jalar (Ipomoea batatas L.)

TINJAUAN PUSTAKA. A. Ubi Jalar (Ipomoea batatas L.) II. TINJAUAN PUSTAKA A. Ubi Jalar (Ipomoea batatas L.) Ubi jalar atau ketela rambat (Ipomoea batatas L.) merupakan salah satu jenis tanaman budidaya yang dimanfaatkan bagian akarnya yang membentuk umbi

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM 3.1 Lokasi, Administrasi, dan Transportasi 3.2 Geologi dan Bahan Induk

KEADAAN UMUM 3.1 Lokasi, Administrasi, dan Transportasi 3.2 Geologi dan Bahan Induk 11 KEADAAN UMUM 3.1 Lokasi, Administrasi, dan Transportasi Desa Lamajang terletak di Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung, Propinsi Jawa Barat. Desa ini memiliki luas wilayah 1474 ha dengan batas desa

Lebih terperinci

Lampiran 1 Curah hujan (mm) di daerah pasang surut Delta Berbak Jambi

Lampiran 1 Curah hujan (mm) di daerah pasang surut Delta Berbak Jambi Lampiran 1 Curah hujan (mm) di daerah pasang surut Delta Berbak Jambi No Tahun Bulan Jumlah 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 1987 206 220 368 352 218 17 34 4 62 107 200 210 1998 2 1989 183 198 205 301 150

Lebih terperinci

TUGAS TUTORIAL MATA KULIAH : PERTANIAN BERLANJUT

TUGAS TUTORIAL MATA KULIAH : PERTANIAN BERLANJUT TUGAS TUTORIAL MATA KULIAH : PERTANIAN BERLANJUT SEMESTER : GANJIL SKS : 6 (Enam) DOSEN PENGAMPU : KHR, SDT, WDT, DSY, SPJ, ZKS, AMP, SRU, MLR, SIN, BSI, SKN, KSW, SMN, LSN. WAKTU : 10 OKTOBER 2011 1.

Lebih terperinci

POTENSI LAHAN DI DESA KAHUKU KECAMATAN LIKUPANG KABUPATEN MINAHASA UTARA BERDASARKAN KELAS KEMAMPUAN

POTENSI LAHAN DI DESA KAHUKU KECAMATAN LIKUPANG KABUPATEN MINAHASA UTARA BERDASARKAN KELAS KEMAMPUAN 1 POTENSI LAHAN DI DESA KAHUKU KECAMATAN LIKUPANG KABUPATEN MINAHASA UTARA BERDASARKAN KELAS KEMAMPUAN Maya Pinamangung 1, Joice M. J. Supit 2, Jeanne Lengkong 2, Tommy D. Sondakh 2 1 Mahasiswa Program

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 38 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil 5.1.1 Curah hujan Grafik curah hujan selama pengamatan (2 Desember 2010-31 Januari 2011) disajikan dalam Gambar 10. Gambar 10 Curah hujan selama pengamatan. Berdasarkan

Lebih terperinci

KAJIAN KEMAMPUAN LAHAN DI KECAMATAN SLOGOHIMO KABUPATEN WONOGIRI

KAJIAN KEMAMPUAN LAHAN DI KECAMATAN SLOGOHIMO KABUPATEN WONOGIRI KAJIAN KEMAMPUAN LAHAN DI KECAMATAN SLOGOHIMO KABUPATEN WONOGIRI SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan Mencapai derajat Sarjana S-1 Fakultas Geografi Oleh : JUMIYATI NIRM: 5.6.16.91.5.15

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Makin banyak informasi yang diperoleh dari pelaksanaan survei pada skala yang

TINJAUAN PUSTAKA. Makin banyak informasi yang diperoleh dari pelaksanaan survei pada skala yang TINJAUAN PUSTAKA Survei Tanah Salah satu kegiatan yang dilakukan untuk mempelajari lingkungan alam dan potensi sumber dayanya adalah survei. Sebuah peta tanah merupakan salah satu dokumentasi utama sebagai

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. ABSTRAK... i KATA PENGANTAR... ii DAFTAR ISI... v DAFTAR TABEL... ix DAFTAR GAMBAR... xiii

DAFTAR ISI. ABSTRAK... i KATA PENGANTAR... ii DAFTAR ISI... v DAFTAR TABEL... ix DAFTAR GAMBAR... xiii DAFTAR ISI ABSTRAK... i KATA PENGANTAR... ii DAFTAR ISI... v DAFTAR TABEL... ix DAFTAR GAMBAR... xiii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... 1 B. Rumusan Masalah... 10 C. Tujuan Penelitian... 10

Lebih terperinci

BKM IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Parameter dan Kurva Infiltrasi

BKM IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Parameter dan Kurva Infiltrasi % liat = [ H,( T 68),] BKM % debu = 1 % liat % pasir 1% Semua analisis sifat fisik tanah dibutuhkan untuk mengetahui karakteristik tanah dalam mempengaruhi infiltrasi. 3. 3... pf pf ialah logaritma dari

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Karakteristik Wilayah Desa Gunungsari. Desa Gunungsari Kecamatan Bansari terletak di lereng gunung Sindoro pada

HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Karakteristik Wilayah Desa Gunungsari. Desa Gunungsari Kecamatan Bansari terletak di lereng gunung Sindoro pada 23 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik Wilayah Desa Gunungsari Desa Gunungsari Kecamatan Bansari terletak di lereng gunung Sindoro pada ketinggian antara 500 900 m. dpl, dengan suhu maksimum 30 derajat

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Penggunaan Lahan

HASIL DAN PEMBAHASAN Penggunaan Lahan HASIL DAN PEMBAHASAN Penggunaan Lahan DAS Krueng Peutoe yang luasnya 30.258 ha terdiri atas lima jenis penggunaan lahan, yaitu pemukiman, kebun campuran, perkebunan, semak belukar dan hutan primer. Dari

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM 4.1 Kondisi Fisik Wilayah Administrasi

IV. KONDISI UMUM 4.1 Kondisi Fisik Wilayah Administrasi IV. KONDISI UMUM 4.1 Kondisi Fisik 4.1.1 Wilayah Administrasi Kota Bandung merupakan Ibukota Propinsi Jawa Barat. Kota Bandung terletak pada 6 o 49 58 hingga 6 o 58 38 Lintang Selatan dan 107 o 32 32 hingga

Lebih terperinci

PEMBENTUKAN TANAH DAN PERSEBARAN JENIS TANAH. A.Pembentukan Tanah

PEMBENTUKAN TANAH DAN PERSEBARAN JENIS TANAH. A.Pembentukan Tanah PEMBENTUKAN TANAH DAN PERSEBARAN JENIS TANAH A.Pembentukan Tanah Pada mulanya, permukaan bumi tidaklah berupa tanah seperti sekarang ini. Permukaan bumi di awal terbentuknya hanyalah berupa batuan-batuan

Lebih terperinci

PREDIKSI DAN TINGKAT BAHAYA EROSI PADA LAHAN USAHA TANI PEGUNUNGAN DI KABUPATEN TEMANGGUNG, JAWA TENGAH

PREDIKSI DAN TINGKAT BAHAYA EROSI PADA LAHAN USAHA TANI PEGUNUNGAN DI KABUPATEN TEMANGGUNG, JAWA TENGAH PREDIKSI DAN TINGKAT BAHAYA EROSI PADA LAHAN USAHA TANI PEGUNUNGAN DI KABUPATEN TEMANGGUNG, JAWA TENGAH Husein Suganda dan Neneng L. Nurida Peneliti Badan Litbang Pertanian Pada Balai Penelitian Tanah

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Lampiran 1. Kriteria Kesesuaian Lahan Tanaman Kentang (Solanum tuberosum L.)

LAMPIRAN. Lampiran 1. Kriteria Kesesuaian Lahan Tanaman Kentang (Solanum tuberosum L.) LAMPIRAN Lampiran 1. Kriteria Kesesuaian Lahan Tanaman Kentang (Solanum tuberosum L.) Persyaratan Penggunaan/Karakteristik Lahan Temperatur (tc) Temperatur ratarata ( 0 C) 1618 14 16 Ketersediaan Air (wa)

Lebih terperinci

2013, No.1041 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

2013, No.1041 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 5 2013, No.1041 LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 79/Permentan/OT.140/8/2013 TENTANG PEDOMAN KESESUAIAN LAHAN PADA KOMODITAS TANAMAN PANGAN PEDOMAN KESESUAIAN LAHAN PADA KOMODITAS

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian adalah cara yang digunakan untuk melakukan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian adalah cara yang digunakan untuk melakukan BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian adalah cara yang digunakan untuk melakukan penelitian. Pengertian lain dari metode penelitian adalah cara yang digunakan oleh peneliti

Lebih terperinci