BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat
|
|
- Adi Salim
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 18 BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April Agustus 2006 di wilayah daerah aliran sungai (DAS) Dodokan ( ha) dengan plot pengambilan sampel difokuskan di DAS Sape yang terletak di wilayah administrasi Kabupaten Lombok Tengah Provinsi NTB dengan luas ha. Bahan dan Alat Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan sekunder. Data primer yang digunakan meliputi data fisik hasil pengukuran di lapangan dan data sosial ekonomi, sedangkan data sekunder yang digunakan meliputi: data curah hujan tahunan selama 50 tahun yang diperoleh dari ACIAR- UNRAM, peta surface radar topografi modelling (SRTM) yang digunakan untuk membuat peta DAS, peta administrasi, peta penggunaan lahan, peta kelas lereng dan peta jenis tanah yang diperoleh dari BPTP Narmada. Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini meliputi: global positioning system (GPS), ring sampel, borlist, plastik sampel, meteran, alat tulis menulis, alat dokumentasi, seperangkat komputer dengan software MS word, MS excel, Global Mapper, watershed modelling system (WMS), Arc View 3.3 dan printer. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei dan evaluasi lahan. Evaluasi penggunaan lahan dilakukan dengan evaluasi kemampuan lahan menggunakan metode Klingebiel dan Montgomery (1976). Perencanaan pertanian berkelanjutan disusun melalui prediksi erosi pada pola tanam dan agroteknologi menggunakan model USLE (Wischmeier dan Smith,1978) yang kemudian dibandingkan dengan erosi yang dapat ditoleransi (Hammer, 1981) serta analisis sosial ekonomi menggunakan metode analisis cash flow (Soekartawi, 1986). Penelitian ini dilakukan dalam tiga tahapan. Tahap pertama adalah tahap persiapan yang meliputi pengumpulan data sekunder yang diperlukan. Tahap kedua adalah survei lapangan yaitu pengumpulan data fisik dan sosial ekonomi
2 19 yang diperlukan untuk evaluasi kelas kemampuan lahan lahan. Tahap ketiga merupakan analisis untuk evaluasi penggunaan lahan, prediksi erosi dan analisis sosial ekonomi untuk perencanaan pertanian berkelanjutan. Persiapan dan Pengumpulan Data Penunjang Persiapan yang dilakukan meliputi studi literatur, hasil-hasil penelitian dan sumber-sumber lain yang relevan. Persiapan ini bertujuan mengetahui kondisi umum daerah penelitian dan langkah-langkah yang perlu dilakukan untuk mencapai tujuan penelitian. Selain itu dilakukan pengumpulan data sekunder yang terdiri atas data curah hujan tahunan, peta administrasi, peta penggunaan lahan, peta kelas lereng dan peta jenis tanah serta data lain yang menunjang. Survei Lapangan dan Pengukuran Survei lapangan dilakukan untuk mengamati dan mengumpulkan data fisik dan sosial ekonomi di daerah penelitian. Plot pengamatan ditentukan berdasarkan hasil overlay antara peta tanah, peta penggunaan lahan dan peta kelas lereng; overlay peta tersebut menghasilkan beberapa satuan lahan. Selanjutnya tiap satuan lahan yang diperoleh dijadikan plot pengamatan intensif untuk pengambilan data fisik dan data sosial ekonomi. Plot lokasi pengamatan intensif yang telah ditentukan di peta dicocokkan di lapangan dengan menggunakan GPS. Pengumpulan Data Fisik. Pengumpulan data fisik di lapangan di lakukan pada titik pengamatan intensif yang telah ditentukan. Kegiatan ini dibantu dengan menggunakan GPS agar penentuan lokasi di lapangan sesuai dengan wilayah pengamatan intensif yang ditentukan di peta. Setiap titik pengamatan dijadikan unit untuk menentukan kelas kemampuan lahan, memprediksi erosi dan analisis sosial ekonomi. Data fisik primer hasil pengukuran di lapangan yang diambil meliputi data struktur, tekstur, bahan organik, permeabilitas, kedalaman efektif, kemiringan dan panjang lereng. Pengumpulan Data Sosial Ekonomi. Pengumpulan data sosial ekonomi dilakukan dengan cara pemilihan responden berdasarkan kepemilikan lahan (Purposive Sampling). Petani yang lahannya dijadikan titik contoh pengambilan data fisik merupakan petani responden. Langkah selanjutnya adalah wawancara dengan petani responden menggunakan kuisioner. Karakteristik sosial ekonomi
3 20 petani yang dikumpulkan adalah: (a) karakteristik keluarga petani responden (KK) yang meliputi: pendidikan, jumlah anggota keluarga, pekerjaan utama, status penguasaan lahan, luas tanah garapan, jenis tanaman yang dibudidayakan dan pola tanam, sumber pendapatan utama, pengalaman usahatani, sumber modal, peruntukan produksi, hambatan usahatani, pemahaman tentang erosi dan tindakan konservasi, intensitas pengolahan tanah, pemupukan, pengendalian hama, penyakit dan gulma, persepsi petani tentang usahatani sekarang, pengetahuan petani tentang usahatani lahan kering; (b) komponen pendapatan riil yang meliputi: jumlah produksi dan harga; dan (c) komponen biaya produksi yang meliputi: biaya bibit/benih, peralatan, pupuk, pestisida, upah tenaga kerja dan biaya lainnya. Tabel 1 Jenis dan pengumpulan data fisik di lapangan Jenis Data Metode Pengambilan dan Sumber Data 1. Primer Struktur Analisis laboratorium Tekstur Analisis laboratorium Bahan organik Analisis laboratorium Kedalaman efektif Pengukuran lapangan Permeabilitas Analisis laboratorium Panjang lereng Pengukuran lapangan (meter rol) Kemiringan lereng Pengukuran lapangan (Abney hand level) Pengelolaan tanaman Pengecekan lapangan/wawancara Pengelolaan tanah Pengecekan lapangan/wawancara 2. Sekunder Peta jenis tanah, peta kelas lereng dan peta penggunaan lahan Hasil-hasil studi terdahulu Peta SRTM BPTP Narmada Laporan penelitian dan pustaka Analisis Data dan Penyajian Hasil Data fisik yang telah dikumpulkan digunakan untuk menentukan kelas kemampuan lahan, prediksi erosi dan sebagai pedoman dalam menyusun alternatif agroteknologi usahatani lahan kering berkelanjutan. Data sosial ekonomi digunakan untuk analisis ekonomi dan bahan pertimbangan untuk menyusun alternatif usahatani lahan kering berkelanjutan. Tahapan analisis untuk menyusun perencanaan usahatani lahan kering adalah sebagai berikut: (1) evaluasi kemampuan dan penggunaan lahan, (2)
4 21 prediksi erosi, (3) analisis sosial ekonomi, dan (4) perencanaan alternatif pola usahatani. Evaluasi Kemampuan Lahan. Evaluasi kemampuan lahan dilakukan dengan menggunakan sistem klasifikasi kemampuan lahan (Klingebiel dan Montgomery 1976). Dalam sistem ini lahan digolongkan ke dalam tiga kategori utama yaitu: kelas, sub kelas dan satuan kemampuan lahan. Pengelompokan kelas didasarkan atas intensitas faktor penghambat. Lahan dikelompokkan dalam delapan kelas yang ditandai dengan huruf Romawi I sampai VIII seperti Tabel 2 berikut: Tabel 2 Hubungan antara kelas kemampuan lahan dengan intensitas dan macam penggunaan tanah Kelas Kemampuan Lahan Hambatan meningkat, kesesuaian dan pilihan penggunaan Cagar alam I II III IV V VI VII VIII Sumber : Arsyad (2000) Hutan Intensitas dan Macam Penggunaan Lahan Meningkat Pengembalan Pertanian terbatas sedang intensif terbatas sedang intensif sangat intensif Penentuan kelas kemampuan lahan dilakukan pada masing masing satuan lahan berdasarkan informasi karakter biofisik lokasi. Kriteria untuk menentukan kelas kemampuan lahan merujuk pada Tabel 3 di bawah ini: Tabel 3 Kriteria kelas kemampuan lahan No Faktor Penghambat Kelas Kemampuan Lahan I II III IV V VI VII VIII 1 Lereng permukaan (l) Tingkat erosi (e) (**) 4 5 (*) 3 Kedalaman tanah (k) (*) 3 (*) (*) 4 Tekstur lapisan atas (t) (*) Tekstur lapisan bawah (t) (*) Permeabilitas (p) (*) (*) 5 7 Draenase (d) (**) (**) 0 8 Batuan (b) (*) (*) 4 9 Ancaman banjir (o) (**) (**) (*) 10 Salinitas (***) (**) 4 (*) (*) Sumber : Arsyad (2000)
5 22 Keterangan : (*) : Dapat mempunyai sifat sembarang (**) : Tidak berlaku (***) : Umumnya terdapat di daerah beriklim kering Prediksi Erosi. Model yang digunakan untuk memprediksi erosi adalah model the universal soil loss equation (USLE ) (Wischmeir dan Smith, 1978). Prediksi erosi dilakukan pada setiap pola tanam yang terdapat pada titik pengamatan di lapangan. Persamaan yang digunakan untuk menghitung prediksi erosi adalah: A= R x K x L x S x C x P Dimana : A= jumlah erosi (ton/ha/tahun), R= faktor erosivitas hujan, K= faktor erodibilitas tanah, L= faktor panjang lereng, S= faktor kemiringan lereng, C= faktor tanaman dan P= faktor tindakan konservasi. 1. Penentuan Erosivitas Hujan (R) Nilai erosivitas hujan (R) merupakan penjumlahan dari energi hujan selama setahun. Nilai erosivitas hujan (R) dihitung berdasarkan persamaan dari Lenvain: EI 30 = 2,21 (CH m ) 1,36 Dimana: EI 30 = Erosivitas hujan bulanan (CH m ) = Curah hujan bulanan (cm) Sehingga besarnya faktor erosivitas menjadi: R = Σ EI 30 ; dimana R = Faktor erosivitas hujan 2. Penentuan Erodibilitas Tanah Faktor erodibilitas tanah merupakan daya tahan tanah baik terhadap pelepasan maupun pengangkutan. Kepekaan erosi tanah ini sangat dipengaruhi oleh tekstur, kandungan bahan organik, permeabilitas dan kemantapan struktur tanah. Nilai kepekaan erosi tanah dapat dihitung dengan menggunakan persamaan Wischmeir dan Smith (1978) : K = 1,292 {2,1 M 1,14 (10 4 ) (12 a) + 3,25 (b 2) + 2,5 (c 3)} dimana : 100 K = erodibilitas tanah M = kelas tekstur tanah (% pasir halus + debu)(100 - % liat) a = % bahan organik b = kode struktur tanah c = kode permeabilitas profil tanah
6 23 3. Penentuan Panjang dan Kemiringan Lereng (LS) Panjang dan kemiringan lereng dihitung dengan menggunakan rumus: 2 ( ) LS = X s s Keterangan: S = faktor lereng, X = panjang lereng dan S = kemiringan lereng hasil pengukuran (%). Penentuan panjang dan kecuraman lereng dilakukan dengan mengukur langsung di lapangan menggunakan meteran dan hand abney level. 4. Penentuan Faktor Pengelolaan Tanaman Nilai pengeleloaan tanaman (C) merupakan perbandingan antara nisbah tanah yang hilang pada pengelolaan tanah tertentu dengan tanah tanpa tanaman. Penentuan nilai C dilakukan dengan mengamati pola tanam dan jenis tanaman di titik pengamatan, kemudian nilai C dikonversi dengan hasil hasil penelitian yang telah baku digunakan (Lampiran 10). 5. Penentuan Faktor Tindakan Konservasi (P) Penentuan nilai P diperoleh dari nisbah besarnya erosi dari petak lahan dengan tindakan konservasi tanah tertentu terhadap besarnya erosi dari petak tanah standar. Penentuan nilai P dilakukan dengan mengamati teknologi konservasi dan pengelolaan tanah di titik pengamatan, kemudian nilai C dikonversi dengan hasil hasil penelitian yang telah baku digunakan (Lampiran 12). Erosi yang dapat ditoleransikan (ETol). Langkah selanjutnya adalah menghitung nilai erosi yang dapat ditoleransikan (ETol) pada masing-masing titik pengamatan dari setiap satuan lahan. Perhitungan ETol dilakukan untuk mengetahui apakah sistem pertanian yang dilakukan pada satuan lahan yang diamati dapat berkelanjutan. Jika hasil prediksi erosi lebih besar dari ETol maka sistem pertanian yang dilakukan tidak berkelanjutan dan perlu dilakukan alternatif-alternatif perubahan sistem pertanian terutama cara pengelolaan tanaman (C) serta teknik konservasi (P). Untuk menghitung nilai erosi yang dapat
7 24 ditoleransikan, digunakan persamaan (Hammer, 1981) yang mengacu pada konsep kedalaman ekivalen dan umur guna tanah. Persamaan yang digunakan adalah: ETol = DE D min + PT MPT Keterangan: DE = kedalaman ekuivalen (kedalaman efektif tanah x faktor kedalaman), D MIN = kedalaman tanah minimum, MPT = masa pakai tanah, dan PT = laju pembentukan tanah. Kedalaman efektif tanah merupakan kedalaman tanah sampai suatu lapisan (horizon) yang menghambat pertumbuhan akar tanaman. Kedalaman efektif tanah diukur dengan menggunakan bor tangan. Kedalaman ekuivalen adalah kedalaman tanah yang setelah mengalami erosi produktivitasnya berkurang sampai 60% dari produktivitas tanah yang tidak tererosi. Kedalaman tanah minimum merupakan kedalaman tanah yang masih memungkinkan tanaman untuk berproduksi. Faktor kedalaman tergantung pada jenis tanah (sub order) dan laju pembentukan tanah yang ditentukan berdasarkan sifat tanah dan substratum (Arsyad, 2000). Analisis Sosial Ekonomi. Analisis sosial ekonomi dilakukan untuk menganalisis pola usahatani tanaman pangan yang diterapkan di DAS Sape. Analisis usahatani tanaman pangan dilakukan dengan menggunakan persamaan anggaran arus uang tunai (cash flow analysis), dimana variabel analisis terdiri dari penerimaan usahatani, biaya usahatani dan pendapatan usahatani (Soekartawi, 1986). 1. Penerimaan Usahatani, merupakan perkalian antara produksi yang diperoleh dengan harga jual, persamaannya sebagai berikut : TR = Σ Yi.Pyi dimana : TR = total penerimaan ; Yi = produksi yang diperoleh dalam satu musim tanam ke-i (kg) ; Pyi = harga komoditas ke-i (Rp) 2. Biaya Usahatani, merupakan nilai semua input yang dipakai dalam satu musim tanam selama proses produksi, baik langsung maupun tidak, dengan persamaan sebagai berikut : TC = Σ Xi.Pxi dimana : TC = Biaya total ; Xi = jumlah fisik dari input usahatani ; Pxi = harga input ke-i (Rp) dan i = macam komoditas yang dikembangkan dalam suatu usaha tani
8 25 3. Pendapatan Usahatani, merupakan selisih dari total penerimaan terhadap total pengeluaran. PU = TR TC dimana : PU = pendapatan usahatani (Rp); TR = total penerimaan (Rp); dan TC = total biaya usahatani (Rp) Karena pendapatan sebuah keluarga petani tidak hanya berasal dari usahatani, maka pendapatan diperhitungkan dengan menjumlahkan pendapatan usahatani (cash flow analysis) dengan pendapatan luar usahatani, sehingga pendapatan bersih keluarga petani adalah: I= PUI + PNUI Dimana: I = Pendapatan keluarga petani (Rp); PUI = Pendapatan dari usahatani (Rp); PNUI = pendapatan non usahatani (Rp); Berdasarkan hasil analisis pendapatan keluarga petani (I), maka akan diperoleh pendapatan bersih keluarga petani, kemudian pendapatan tersebut dibandingkan dengan standar kebutuhan hidup layak di wilayah DAS Sape. Tiap rumah tangga diasumsikan terdiri atas 5 orang, harga beras / kg = Rp ,- (nilai sekarang untuk daerah Kabupaten Lombok Tengah). Nilai 2,5 merupakan indeks kebutuhan hidup layak yang terdiri dari kebutuhan fisik minimum (100 %) dan kebutuhan hidup tambahan yang terdiri dari: pendidikan dan sosial; kesehatan dan rekreasi; asuransi dan tabungan yang besarnya 150 % dari kebutuhan fisik mimimum. Maka jumlah yang harus dipenuhi oleh kepala keluarga adalah 320 kg x 2,5 x 5 orang x Rp ,- = Rp ,- KK/tahun. Perencanaan usahatani lahan kering di DAS Sape harus dirancang sedemikian rupa sehingga pendapatan yang diperoleh petani lebih besar dari Rp ,- KK/tahun. Perencanaan Alternatif Pola Usahatani Berkelanjutan. Perencanaan alternatif pola usahatani lahan kering ditentukan untuk setiap unit kemampuan lahan dengan menggunakan dasar nilai faktor tanaman dan pengelolaan tanah (CP) yang dapat diterapkan untuk berbagai jenis pengelolaan lahan melalui simulasi. Dalam hal ini ditentukan nilai CP untuk setiap jenis penggunaan dan unit kemampuan lahan, dimana nilai R, K, LS pada setiap lokasi dianggap konstan, maka besarnya prediksi erosi selanjutnya sebanding dengan CP yang dipilih selama simulasi. Jika
9 26 nilai CP yang diperoleh telah maksimal, tetapi belum memenuhi syarat untuk standar hidup layak, maka harus ada penyempurnaan pola usahatani, seperti penambahan bidang usaha ternak atau pun usaha lainnya sehingga kebutuhan hidup petani dan keluarganya dapat terpenuhi. Rekomendasi Penggunaan Lahan. Tahap akhir dalam analisis ini adalah menyusun rekomendasi untuk pengelolaan penggunaan lahan dengan agroteknologi yang dapat diterima oleh masyarakat di DAS Sape Lombok Tengah sehingga erosi yang terjadi dapat lebih kecil dari ETol dan pendapatan petani dapat meningkat, dengan demikian usahatani tersebut dapat berkelanjutan. Rekomendasi penggunaan lahan disusun berdasarkan kelas kemampuan lahan dan besarnya prediksi erosi yang diperoleh di setiap titik pengamatan yang mewakili satuan lahan.
10 27 Peta Jenis Tanah Peta Topografi / Kelas Lereng Peta Penggunaan Tanah Tahap persiapan Overlay Peta Satuan Lahan Penentuan titik pengamatan pada Satuan Lahan di peta Survei Pendahuluan Studi Lapang Pengamatan, Pengukuran dan Pengambilan Data Bio Fisik Survei Utama Sosial Ekonomi (Wawancara) Klas Kemampuan Lahan Evaluasi Penggunanan Lahan Ya Sesuai Tidak Perubahan Penggunaan Lahan Evaluasi pola tanam dan alternatif agroteknologi Prediksi Erosi Analisis Data Ya A<ETol Tidak Perubahan Pola Tanam dan Agroteknologi Analisis Sosial Ekonomi Alternatif Pola Usahatani Tidak Pendapatan bersih > standar hidup layak Ya Rekomendasi Penggunaan Lahan Gambar 1 Bagan kerangka pemikiran penelitian
BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilakukan di DAS Hulu Mikro Sumber Brantas, terletak di Desa
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian dilakukan di DAS Hulu Mikro Sumber Brantas, terletak di Desa Sumber Brantas Kota Batu Jawa Timur. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember
Lebih terperinciPRAKTIKUM RSDAL VI PREDIKSI EROSI DENGAN METODE USLE DAN UPAYA PENGENDALIANNYA
PRAKTIKUM RSDAL VI PREDIKSI EROSI DENGAN METODE USLE DAN UPAYA PENGENDALIANNYA Metode prediksi erosi yang secara luas telah dipakai serta untuk mengevaluasi teknik konservasi pada suatu area diantaranya
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Pengelolaan Daerah Aliran Sungai
4 TINJAUAN PUSTAKA Pengelolaan Daerah Aliran Sungai Pengertian dan Tujuan Daerah aliran sungai (DAS) adalah suatu wilayah yang dibatasi oleh topografi secara alami sehingga semua air yang jatuh pada area
Lebih terperinciIV. METODE PENELITIAN
47 IV. METODE PENELITIAN 4.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di bagian hulu daerah aliran sungai (DAS) Jeneberang yang terletak di Kabupaten Gowa (Gambar 3). Penelitian dilaksanakan pada
Lebih terperinciBAHAN DAN METODE Lokasi Penelitian Bahan dan Alat Metode Penelitian
BAHAN DAN METODE Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di wilayah Sub DAS Ciasem Hulu pada DAS Ciasem. Secara administratif terletak di Kabupaten Subang yang meliputi 5 kecamatan yaitu Kecamatan Sagalaherang,
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN
III. METODE PENELITIAN 3.. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di dua desa (Desa Sukatani dan Desa Sindangjaya) yang merupakan wilayah kawasan agropolitan Kecamatan Pacet, Kabupaten Cianjur.
Lebih terperinci3 METODE PENELITIAN Waktu dan Lokasi Penelitian
29 3 METODE PENELITIAN Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian dilaksanakan di DAS Krueng Seulimum mulai bulan Maret 2011 sampai dengan bulan Desember 2012. Lokasi penelitian terletak di Kabupaten Aceh
Lebih terperinciPEMETAAN TINGKAT BAHAYA EROSI BERBASIS LAND USE DAN LAND SLOPE DI SUB DAS KRUENG SIMPO
PEMETAAN TINGKAT BAHAYA EROSI BERBASIS LAND USE DAN LAND SLOPE DI SUB DAS KRUENG SIMPO Rini Fitri Dosen pada Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Almuslim ABSTRAK Lahan kering di
Lebih terperinciBAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
35 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Curah Hujan Data curah hujan yang terjadi di lokasi penelitian selama 5 tahun, yaitu Januari 2006 hingga Desember 2010 disajikan dalam Gambar 5.1. CH (mm) 600 500 400
Lebih terperinciMETODOLOGI PENELITIAN
9 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Persiapan : Oktober November 2010 (Bogor). Pelaksanaan lapang (pra survei dan survei) : Desember 2010. Analisis Laboratorium : Januari Februari 2011.
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA Pengelolaan Daerah Aliran Sungai
TINJAUAN PUSTAKA Pengelolaan Daerah Aliran Sungai Daerah aliran sungai (DAS) adalah suatu wilayah yang dibatasi oleh pembatas topografi berupa punggung-punggung bukit atau gunung yang menampung air hujan
Lebih terperinciMENENTUKAN LAJU EROSI
MENENTUKAN LAJU EROSI Pendahuluan Erosi adalah proses berpindahnya massa batuan dari satu tempat ke tempat lain yang dibawa oleh tenaga pengangkut yang bergerak di muka bumi. Tenaga pengangkut tersebut
Lebih terperinciBab I Pendahuluan. I.1 Latar Belakang
1 Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang Erosi adalah proses terkikis dan terangkutnya tanah atau bagian bagian tanah oleh media alami yang berupa air. Tanah dan bagian bagian tanah yang terangkut dari suatu
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN
III. METODE PENELITIAN A. Pelaksanaan Penelitian 1. Waktu dan tempat penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari 2014 sampai September 2014 di Dukuh Kaliwuluh, Desa Sidorejo, Kecamatan Kemalang,
Lebih terperinciBAB III PROSEDUR PENELITIAN. Metode yag digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksploratif.
BAB III PROSEDUR PENELITIAN 3.1. METODE PENELITIAN Metode yag digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksploratif. Menurut Singarimbun (1989 : 4) metode eksploratif yaitu metode penelitian yang dilakukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang lebih baik. Menurut Bocco et all. (2005) pengelolaan sumber daya alam
BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Sumber daya alam merupakan suatu bentuk kekayaan alam yang pemanfaatannya bersifat terbatas dan berfungsi sebagai penunjang kesejahteraan makhluk hidup khususnya manusia
Lebih terperinciPEMETAAN TINGKAT BAHAYA EROSI DENGAN METODE USLE (UNIVERSAL SOIL LOSS EQUATION) BERBASIS SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS (SIG) DI PULAU SAMOSIR
PEMETAAN TINGKAT BAHAYA EROSI DENGAN METODE USLE (UNIVERSAL SOIL LOSS EQUATION) BERBASIS SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS (SIG) DI PULAU SAMOSIR SKRIPSI OLEH: FRISCA ELIANA SIDABUTAR 031201021/MANAJEMEN HUTAN
Lebih terperinciTeknik Konservasi Waduk
Teknik Konservasi Waduk Pendugaan Erosi Untuk memperkirakan besarnya laju erosi dalam studi ini menggunakan metode USLE (Universal Soil Loss Equation) atau PUKT (Persamaan umum Kehilangan Tanah). USLE
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. menyelidiki keadaan, kondisi, atau hal-hal lain yang hasilnya dipaparkan dalam
56 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian deskriptif adalah penelitian yang digunakan untuk menyelidiki keadaan, kondisi, atau hal-hal lain yang hasilnya dipaparkan dalam bentuk laporan
Lebih terperinciMETODOLOGI PENELITIAN
METODOLOGI PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan selama 6 bulan, mulai dari bulan Agustus 2006 hingga Januari 2007. Lokasi penelitian adalah kawasan hulu DAS Batanghari, tepatnya
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. dapat dilaksanakan secara efektif dan efisien sesuai dengan tujuannya (Moh.
BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Desain penelitian adalah suatu rencana tentang cara mengumpulkan, mengolah dan menganalisis data secara sistematis dan terarah agar penelitian dapat dilaksanakan
Lebih terperinciBAB III LANDASAN TEORI. A. Metode USLE
BAB III LANDASAN TEORI A. Metode USLE Metode Universal Soil Loss Equation (USLE) merupakan model empiris yang dikembangkan di Pusat Data Aliran Permukaan dan Erosi Nasional, Dinas Penelitian Pertanian,
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN Penggunaan Lahan
HASIL DAN PEMBAHASAN Penggunaan Lahan DAS Krueng Peutoe yang luasnya 30.258 ha terdiri atas lima jenis penggunaan lahan, yaitu pemukiman, kebun campuran, perkebunan, semak belukar dan hutan primer. Dari
Lebih terperinciIII. METODOLOGI PENELITIAN
31 III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Lokasi penelitian tersebar di tiga kecamatan yaitu : 1) Kecamatan Sukamakmur, 2) Kecamatan
Lebih terperinciBAB III LANDASAN TEORI. A. Metode Universal Soil Loss Equation (USLE)
BAB III LANDASAN TEORI A. Metode Universal Soil Loss Equation (USLE) Metode USLE dapat dimanfaatkan untuk memperkirakan besarnya erosi untuk berbagai macam kondisi tataguna lahan dan kondisi iklim yang
Lebih terperinciBAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Analisis karakteristik DTA(Daerah Tangkapan Air ) Opak
BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Analisis karakteristik DTA(Daerah Tangkapan Air ) Opak 1. Luas DTA (Daerah Tangkapan Air) Opak Dari hasil pengukuran menggunakan aplikasi ArcGis 10.1 menunjukan bahwa luas
Lebih terperinciPENDAHULUAN. perekonomian Indonesia. Berdasarkan luas lahan dan keragaman agroekosistem,
PENDAHULUAN Latar Belakang Pertanian merupakan salah satu sektor yang sangat penting bagi perekonomian Indonesia. Berdasarkan luas lahan dan keragaman agroekosistem, peluang pengembangannya sangat besar
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Panumbangan yang merupakan salah satu wilayah kecamatan di bagian Utara Kabupaten Ciamis, Provinsi Jawa Barat.
Lebih terperinciMETODOLOGI PENELITIAN
METODOLOGI PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian dilaksanakan di DAS Siulak (hulu DAS Merao), di Kecamatan Kayu Aro, Kabupaten Kerinci, Propinsi Jambi (Lampiran 2). Pemilihan dan penetapan lokasi penelitian
Lebih terperinciBAB III LANDASAN TEORI. A. Metode Universal Soil Loss Equation (USLE)
BAB III LANDASAN TEORI A. Metode Universal Soil Loss Equation (USLE) Metode USLE dapat dimanfaatkan untuk memperkirakan besarnya erosi untuk berbagai macam kondisi tataguna lahan dan kondisi iklim yang
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. yang merupakan kesatuan ekosistem dengan sungai dan anak-anak sungainya
5 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Daerah Aliran Sungai dan Permasalahannya Daerah Aliran Sungai (DAS) didefinisikan sebagai suatu wilayah daratan yang merupakan kesatuan ekosistem dengan sungai dan anak-anak
Lebih terperinciDAFTAR ISI. ABSTRAK... i KATA PENGANTAR... ii DAFTAR ISI... v DAFTAR TABEL... ix DAFTAR GAMBAR... xiii
DAFTAR ISI ABSTRAK... i KATA PENGANTAR... ii DAFTAR ISI... v DAFTAR TABEL... ix DAFTAR GAMBAR... xiii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... 1 B. Rumusan Masalah... 10 C. Tujuan Penelitian... 10
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian adalah cara yang digunakan untuk melakukan
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian adalah cara yang digunakan untuk melakukan penelitian. Pengertian lain dari metode penelitian adalah cara yang digunakan oleh peneliti
Lebih terperinciBAB III LANDASAN TEORI. A. Metode MUSLE
BAB III LANDASAN TEORI A. Metode MUSLE Metode MUSLE (Modify Universal Soil Loss Equation) adalah modifikasi dari metode USLE (Soil Loss Equation), yaitu dengan mengganti faktor erosivitas hujan (R) dengan
Lebih terperinciPENDAHULUAN Latar Belakang
PENDAHULUAN Latar Belakang Sistem pertanian lahan kering adalah merupakan suatu bentuk bercocok tanam diatas lahan tanpa irigasi, yang kebutuhan air sangat bergantung pada curah hujan. Bentuk pertanian
Lebih terperinciBAB III LANDASAN TEORI. Jika dirumuskan dalam suatu persamaan adalah sebagai berikut : R=.(3.1) : curah hujan rata-rata (mm)
BAB III LANDASAN TEORI 3.1. Curah hujan wilayah Menurut Triatmodjo (2010) stasiun penakar hujan hanya memberikan kedalaman hujan di titik di mana stasiun tersebut berada, sehingga hujan pada suatu luasan
Lebih terperinciErosi. Rekayasa Hidrologi
Erosi Rekayasa Hidrologi Erosi adalah suatu proses atau peristiwa hilangnya lapisan permukaan tanah atas, baik disebabkan oleh pergerakan air maupun angin. Erosi merupakan tiga proses yang berurutan, yaitu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Paradigma pembangunan berkelanjutan mengandung makna bahwa pengelolaan sumberdaya alam untuk memenuhi kebutuhan sekarang tidak boleh mengurangi kemampuan sumberdaya
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Erosi
3 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Erosi Erosi berasal dari bahasa latin erodere yang berarti menggerogoti atau untuk menggali. Istilah erosi ini pertama kali digunakan dalam istilah geologi untuk menggambarkan
Lebih terperinciProsiding Seminar Nasional INACID Mei 2014, Palembang Sumatera Selatan
No Makalah : 1.17 EROSI LAHAN DI DAERAH TANGKAPAN HUJAN DAN DAMPAKNYA PADA UMUR WADUK WAY JEPARA Dyah I. Kusumastuti 1), Nengah Sudiane 2), Yudha Mediawan 3) 1) Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN. Sampel tanah untuk analisis laboratorium yaitu meliputi sampel tanah terusik dan sampel tanah tidak terusik. 2.
III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di bagian timur Kabupaten Natuna, yaitu Kecamatan Bunguran Timur, Bunguran Tengah, Bunguran Selatan dan Bunguran Timur
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. erosi, tanah atau bagian-bagian tanah pada suatu tempat terkikis dan terangkut
TINJAUAN PUSTAKA Erosi Erosi adalah peristiwa pindahnya atau terangkutnya tanah atau bagianbagian tanah dari suatu tempat ke tempat lain oleh media alami. Pada peristiwa erosi, tanah atau bagian-bagian
Lebih terperinciTINGKAT BAHAYA EROSI (TBE) PADA HUTAN DAN LAHAN KAKAO DI DESA SEJAHTERA, KECAMATAN PALOLO, KABUPATEN SIGI
e-j. Agrotekbis (3) : 236-243, Agustus 203 ISSN : 2338-30 TINGKAT BAHAYA EROSI (TBE) PADA HUTAN DAN LAHAN KAKAO DI DESA SEJAHTERA, KECAMATAN PALOLO, KABUPATEN SIGI Rate of erosion hazard (reh) on forest
Lebih terperinciBAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Analisis Karakter Daerah Tangkapan Air Merden
BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Analisis Karakter Daerah Tangkapan Air Merden 1. Luas DTA (Daerah Tangkapan Air) Merden Dari hasil pengukuran menggunakan aplikasi ArcGis 10.3 menunjukan bahwa luas DTA
Lebih terperinciSTUDI IDENTIFIKASI PENGELOLAAN LAHAN BERDASAR TINGKAT BAHAYA EROSI (TBE) (Studi Kasus Di Sub Das Sani, Das Juwana, Jawa Tengah)
JURNAL ILMU LINGKUNGAN Volume 9, Issue 2: 57-61 (2011) ISSN 1829-8907 STUDI IDENTIFIKASI PENGELOLAAN LAHAN BERDASAR TINGKAT BAHAYA EROSI (TBE) (Studi Kasus Di Sub Das Sani, Das Juwana, Jawa Tengah) Rathna
Lebih terperinciBAB III PROSEDUR PENELITIAN. penelitian dengan baik dan benar, metode penelitian juga merupakan suatu cara
36 BAB III PROSEDUR PENELITIAN A. Metode penelitian Metode penelitian merupakan sebuah pedoman untuk merancang penelitian dengan baik dan benar, metode penelitian juga merupakan suatu cara untuk mendapatkan
Lebih terperinciPOTENSI DAS DELI DALAM MENDUKUNG PERTANIAN BERKELANJUTAN BERDASARKAN EVALUASI KEMAMPUAN PENGGUNAAN LAHAN ABSTRAK
1 POTENSI DAS DELI DALAM MENDUKUNG PERTANIAN BERKELANJUTAN BERDASARKAN EVALUASI KEMAMPUAN PENGGUNAAN LAHAN ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji potensi DAS Deli berdasarkan evaluasi kemampuan
Lebih terperinciPendugaan Erosi Aktual Berdasarkan Metode USLE Melalui Pendekatan Vegetasi, Kemiringan Lereng dan Erodibilitas di Hulu Sub DAS Padang
Pendugaan Erosi Aktual Berdasarkan Metode USLE Melalui Pendekatan Vegetasi, Kemiringan Lereng dan Erodibilitas di Hulu Sub DAS Padang Estimation of Actual Erosion by USLE Method Approach Vegetation, Slope
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Uraian Umum Embung merupakan bangunan air yang selama pelaksanaan perencanaan diperlukan berbagai bidang ilmu guna saling mendukung demi kesempurnaan hasil perencanaan. Bidang
Lebih terperinciKlasifikasi Kemampuan Lahan
Survei Tanah dan Evaluasi Lahan M10 KLASIFIKASI KEMAMPUAN LAHAN Widianto, 2010 Klasifikasi Kemampuan Lahan TUJUAN PEMBELAJARAN : 1. Mampu menjelaskan arti kemampuan lahan dan klasifikasi kemampuan lahan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Erosi Erosi adalah hilangnya atau terkikisnya tanah dari suatu tempat ke tempat lain melalui media air atau angin. Erosi melalui media angin disebabkan oleh kekuatan angin sedangkan
Lebih terperinciIII. BAHAN DAN METODE. Penelitian telah dilakukan di lahan pertanaman padi sawah (Oryza sativa L.) milik
III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian telah dilakukan di lahan pertanaman padi sawah (Oryza sativa L.) milik 6 kelompok tani di Kelurahan Tejosari Kecamatan Metro Timur Kota
Lebih terperinciKAJIAN TINGKAT BAHAYA EROSI (TBE) PADA PENGGUNAAN LAHAN TANAMAN AGROFORESTRY DI SUB DAS LAU BIANG (KAWASAN HULU DAS WAMPU)
KAJIAN TINGKAT BAHAYA EROSI (TBE) PADA PENGGUNAAN LAHAN TANAMAN AGROFORESTRY DI SUB DAS LAU BIANG (KAWASAN HULU DAS WAMPU) SKRIPSI Oleh HARRY PRANATA BARUS DEPARTEMEN TEKNOLOGI PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN
Lebih terperinciABSTRACT PREDICTION EROSION, LAND CAPABILITY CLASSIFICATION AND PROPOSED LAND USE IN BATURITI DISTRICT, TABANAN REGENCY, BALI PROVINCE.
ABSTRACT PREDICTION EROSION, LAND CAPABILITY CLASSIFICATION AND PROPOSED LAND USE IN BATURITI DISTRICT, TABANAN REGENCY, BALI PROVINCE. Land resource damage caused by the land conversion and land use without
Lebih terperinciDAFTAR ISI HALAMAN JUDUL...
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PERSETUJUAN... ii KATA PENGANTAR... iii PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN... iv DAFTAR ISI... v DAFTAR TABEL... viii DAFTAR GAMBAR... x DAFTAR PETA... xii DAFTAR LAMPIRAN...
Lebih terperinciDR. IR. AFANDI, M.P. PANDUAN PRAKTEK KONSERVASI TANAH DAN AIR
DR. IR. AFANDI, M.P. PANDUAN PRAKTEK KONSERVASI TANAH DAN AIR PANDUAN PRAKTEK KONSERVASI TANAH DAN AIR DR. IR. AFANDI, M.P. JURUSAN ILMU TANAH FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG, 2008
Lebih terperinciEvaluasi Lahan. proses perencanaan penggunaan lahan (land use planning). Evaluasi lahan
Evaluasi Lahan Evaluasi lahan merupakan salah satu komponen yang penting dalam proses perencanaan penggunaan lahan (land use planning). Evaluasi lahan merupakan proses penilaian atau keragaab lahan jika
Lebih terperinciIII. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian
III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian Universitas Lampung pada bulan Mei-Agustus 2015 di 5 unit lahan pertanaman
Lebih terperinciBAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Prosedur Penelitian dan Parameter Pengamatan
17 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian dilakukan di beberapa lokasi daerah sebaran duku di Propinsi Jambi, di 8 (delapan) kabupaten yaitu Kabupaten Muaro Jambi, Kabupaten Batanghari, Kabupaten
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif (descriptive research) yaitu
BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif (descriptive research) yaitu jenis penelitian yang memberikan gambaran atau uraian atas suatu kejadian sejelas
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Daerah Aliran Sungai (DAS) Sungai Way Semangka
40 III. METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Daerah Aliran Sungai (DAS) Sungai Way Semangka dan Way Semung, Wonosobo Kabupaten Tanggamus. DAS Sungai Way Semaka mempunyai
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. unsur-unsur utamanya terdiri atas sumberdaya alam tanah, air dan vegetasi serta
TINJAUAN PUSTAKA Daerah Aliran Sungai Daerah Aliran Sungai (DAS) merupakan satu kesatuan ekosistem yang unsur-unsur utamanya terdiri atas sumberdaya alam tanah, air dan vegetasi serta sumberdaya manusia
Lebih terperinciRd. Indah Nirtha NNPS. Program Studi Teknik Lingkungn Fakultas Teknis Universitas Lambung Mangkurat
EnviroScienteae 10 (2014) 27-32 ISSN 1978-8096 STUDI TINGKAT BAHAYA EROSI DAN PENGARUHNYA TERHADAP KUALITAS AIR (TSS DAN TDS) DAS SEJORONG, KECAMATAN SEKONGKANG KABUPATEN SUMBAWA BARAT PROVINSI NUSA TENGGARA
Lebih terperinci125 permukaan dan perhitungan erosi berasal dari data pengukuran hujan sebanyak 9 kejadian hujan. Perbandingan pada data hasil tersebut dilakukan deng
124 Bab VI Kesimpulan Lokasi penelitian, berupa lahan pertanian dengan kondisi baru diolah, tanah memiliki struktur tanah yang remah lepas dan jenis tanah lempung berlanau dengan persentase partikel tanah
Lebih terperinciKAJIAN EROSI TANAH DENGAN PENDEKATAN WISCHMEIER PADA DAS KALIMEJA SUBAIM KECAMATAN WASILE TIMUR KABUPATEN HALMAHERA TIMUR
KAJIAN EROSI TANAH DENGAN PENDEKATAN WISCHMEIER PADA DAS KALIMEJA SUBAIM KECAMATAN WASILE TIMUR KABUPATEN HALMAHERA TIMUR Adnan Sofyan dan Gunawan Hartono*) Abstrak : Erosi yang terjadi di Sub Das Kalimeja
Lebih terperinciBAB III PRODUSER PENELITIAN. Metode Deskriptif Eksploratif, dalam metode yang mengungkap masalah atau
54 BAB III PRODUSER PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode Deskriptif Eksploratif, dalam metode yang mengungkap masalah atau keadaan sebagaimana adanya dan mengungkap fakta-fakta baik fisik atau sosial
Lebih terperinciPENDAHULLUAN. Latar Belakang
PENDAHULLUAN Latar Belakang Tanaman kakao sebagai salah satu komoditas andalan subsektor perkebunan Propinsi Sulawesi Tenggara banyak dikembangkan pada topografi berlereng. Hal ini sulit dihindari karena
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Lahan merupakan salah satu sumberdaya alam yang dibutuhkan umat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lahan merupakan salah satu sumberdaya alam yang dibutuhkan umat manusia. Pengertian lahan dari FAO (1976) yang dikutip oleh Sitorus (1998), yaitu : Lahan merupakan
Lebih terperinciEvaluasi Lahan. Evaluasi Kemampuan Lahan
Evaluasi Lahan Evaluasi Kemampuan Lahan Evaluasi Lahan Penilaian kinerja lahan (land performance) untuk penggunaan tertentu Kegiatan Evaluasi Lahan meliputi survai lahan interpretasi data hasil survai
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Erosi Metode yang digunakan pada pendugaan erosi adalah Persamaan 2.1 yaitu metode USLE (Universal Soil Loss Equation) yang dikembangkan oleh Wishchmeier dan Smith (1978)
Lebih terperinciIII. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2012 sampai Januari 2013.
III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2012 sampai Januari 2013. Penelitian dilaksanakan pada lahan pertanaman ubi kayu (Manihot esculenta
Lebih terperinciPERENCANAAN PENGEMBANGAN ALTERNATIF USAHATANI BERBASIS KELAPA UNTUK PEMBANGUNAN PERTANIAN BERKELANJUTAN DI DAS MOLOMPAR KABUPATEN MINAHASA TENGGARA
PERENCANAAN PENGEMBANGAN ALTERNATIF USAHATANI BERBASIS KELAPA UNTUK PEMBANGUNAN PERTANIAN BERKELANJUTAN DI DAS MOLOMPAR KABUPATEN MINAHASA TENGGARA MEYLINA KALIGIS SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN
Lebih terperinciPREDIKSI EROSI PADA LAHAN PERTANIAN DI SUB DAS KRUENG SIMPO PROVINSI ACEH
PREDIKSI EROSI PADA LAHAN PERTANIAN DI SUB DAS KRUENG SIMPO PROVINSI ACEH (PREDICTION OF EROSION ON AGRICULTURAL LAND IN KRUENG SIMPO SUB WATERSHED ACEH PROVINCE) Rini Fitri ABSTRACT Erosion on agricultural
Lebih terperinciIII. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilakukan di lahan padi sawah irigasi milik Kelompok Tani Mekar
26 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di lahan padi sawah irigasi milik Kelompok Tani Mekar Desa Tulung Balak dengan luas 15 ha yang terletak pada wilayah Kecamatan
Lebih terperinciBAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Letak dan Ciri-ciri Lintasan Sepeda Gunung Letak lintasan sepeda gunung di HPGW disajikan dalam Gambar 5. Ciricirinya disajikan dalam Tabel 9. Tabel 9 Keadaan plot penelitian
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Kebutuhan beras di Indonesia meningkat seiring dengan peningkatan laju
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Kebutuhan beras di Indonesia meningkat seiring dengan peningkatan laju pertumbuhan penduduk, namun hal ini tidak dibarengi dengan peningkatan kuantitas dan
Lebih terperinciBAB III DESKRIPSI TPLA DAN METODOLOGI PENELITIAN
BAB III DESKRIPSI TPLA DAN METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Sejarah Singkat Balai Pusdalisbang Provinsi Jawa Barat Pusdalisbang (Pusat Data Dan Analisa Pembangunan) adalah unsur pelaksanaan Tugas Teknik Badan
Lebih terperinciIII. BAHAN DAN METODE
34 III. BAHAN DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian lanjutan dari penelitian terdahulu yang dilakukan di Jawa Barat. Kegiatan yang dilakukan terdiri dari survei
Lebih terperinciMENENTUKAN PUNCAK EROSI POTENSIAL YANG TERJADI DI DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) LOLI TASIBURI DENGAN MENGGUNAKAN METODE USLEa
JIMT Vol. 0 No. Juni 203 (Hal. ) Jurnal Ilmiah Matematika dan Terapan ISSN : 2450 766X MENENTUKAN PUNCAK EROSI POTENSIAL YANG TERJADI DI DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) LOLI TASIBURI DENGAN MENGGUNAKAN METODE
Lebih terperinciBAB III PROSEDUR PENELITIAN
44 BAB III PROSEDUR PENELITIAN A. METODE PENELITIAN Menurut Arikunto (1988: 151), metode penelitian adalah cara yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data penelitiannya. Data yang dikumpulkan
Lebih terperinciIV. METODE PENELITIAN
IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Bogor Jawa Barat, tepatnya di Kecamatan Jasinga. Pemilihan lokasi ini dilakukan atas dasar pertimbangan bahwa
Lebih terperinciGAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN
GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN Letak Geografis dan Iklim Daerah aliran sungai (DAS) Siulak di hulu DAS Merao mempunyai luas 4296.18 ha, secara geografis terletak antara 101 0 11 50-101 0 15 44 BT dan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN Latar Belakang
I. PENDAHULUAN Latar Belakang Sumberdaya alam terutama sumberdaya lahan dan air, mudah mengalami kerusakan atau degradasi. Pengelolaan sumberdaya lahan dan air di dalam sistem DAS (Daerah Aliran Sungai)
Lebih terperinciPENGEMBANGAN MODEL PREDIKSI EROSI LAHAN BERBASIS SISTEM INFORMASI GEOGRAFI UNTUK KEJADIAN HUJAN TUNGGAL
LEMBAR PENGESAHAN LAPORAN TUGAS AKHIR PENGEMBANGAN MODEL PREDIKSI EROSI LAHAN BERBASIS SISTEM INFORMASI GEOGRAFI UNTUK KEJADIAN HUJAN TUNGGAL Disusun Oleh : EDDO FEBRIAN L2A 000 062 ICHWAN PRIYOHASTONO
Lebih terperinciBab ini berhubungan dengan bab-bab yang terdahulu, khusunya curah hujan dan pengaliran air permukaan (run off).
BAB VII. EROSI DAN SEDIMENTASI A. Pendahuluan Dalam bab ini akan dipelajari pengetahuan dasar tentang erosi pada DAS, Nilai Indeks Erosivitas Hujan, Faktor Erodibilitas Tanah, Faktor Tanaman atau Faktor
Lebih terperinci3.2 Alat. 3.3 Batasan Studi
3.2 Alat Alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain alat tulis dan kamera digital. Dalam pengolahan data menggunakan software AutoCAD, Adobe Photoshop, dan ArcView 3.2 serta menggunakan hardware
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tank Model Penerapan Tank Model dilakukan berdasarkan data harian berupa data curah hujan, evapotranspirasi dan debit aliran sungai. Data-data tersebut digunakan untuk menentukan
Lebih terperinciKAJIAN TINGKAT BAHAYA EROSI DI SUB-DAS TEWEH, DAS BARITO PROPINSI KALIMANTAN TENGAH
KAJIAN TINGKAT BAHAYA EROSI DI SUB-DAS TEWEH, DAS BARITO PROPINSI KALIMANTAN TENGAH Oleh/By SYARIFUDDIN KADIR Program Studi Manajemen Hutan, Fakultas Kehutanan Universitas Lambung Mangkurat ABSTRACT The
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air permukaan (water surface) sangat potensial untuk kepentingan kehidupan. Potensi sumber daya air sangat tergantung/berhubungan erat dengan kebutuhan, misalnya untuk
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN
17 III. METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian survei. Menurut Moh. Pabundu Tika ( 2005:6) survei merupakan suatu metode penelitian
Lebih terperinciVI. HASIL DAN PEMBAHASAN
VI. HASIL DAN PEMBAHASAN Kentang merupakan salah satu komoditas hortikultura yang banyak ditanam oleh petani di Kecamatan Pasirwangi. Namun, pengelolaan usahatani kentang di daerah ini banyak memanfaatkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Embung merupakan bangunan air yang menampung, mengalirkan air menuju hilir embung. Embung menerima sedimen yang terjadi akibat erosi lahan dari wilayah tangkapan airnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN
BAB I 1.1. Latar Belakang Pembukaan lahan untuk perumahan dan pemukiman pada daerah aliran sungai (DAS) akhir-akhir ini sangat banyak terjadi khususnya pada kota-kota besar, dengan jumlah dan pertumbuhan
Lebih terperinciYeza Febriani ABSTRACT. Keywords : Erosion prediction, USLE method, Prone Land Movement.
PREDIKSI EROSI MENGGUNAKAN METODA USLE PADA DAERAH RAWAN GERAKAN TANAH DI DAERAH JALUR LINTAS BENGKULU-KEPAHIANG Yeza Febriani Program Studi Pendidikan Fisika Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kecamatan Kejajar merupakan salah satu kecamatan yang terletak di Pegunungan Dieng Kabupaten Wonosobo dengan kemiringan lereng > 40 %. Suhu udara Pegunungan Dieng
Lebih terperinciDAFTAR ISI KATA PENGANTAR...ii UCAPAN TERIMAKASIH...iii DAFTAR ISI...iv. DAFTAR TABEL...vii DAFTAR GAMBAR...ix
DAFTAR ISI KATA PENGANTAR...ii UCAPAN TERIMAKASIH...iii DAFTAR ISI...iv DAFTAR TABEL...vii DAFTAR GAMBAR...ix BAB I PENDAHULUAN...1 1.1 Latar Belakang...1 1.2 Identifikasi dan Perumusan Masalah...2 1.3
Lebih terperinciPROPOSAL POTENSI, Tim Peneliti:
PROPOSAL PENELITIAN TA. 2015 POTENSI, KENDALA DAN PELUANG PENINGKATAN PRODUKSI PADI PADA LAHAN BUKAN SAWAH Tim Peneliti: Bambang Irawan PUSAT SOSIAL EKONOMI DAN KEBIJAKAN PERTANIAN BADAN PENELITIAN DAN
Lebih terperinciBAB V ANALISIS SEDIMEN DAN VOLUME KEHILANGAN AIR PADA EMBUNG
V-1 BAB V ANALISIS SEDIMEN DAN VOLUME KEHILANGAN AIR PADA EMBUNG 5.1. Analisis Sedimen dengan Metode USLE Untuk memperkirakan laju sedimentasi pada DAS S. Grubugan digunakan metode Wischmeier dan Smith
Lebih terperinciV. EVALUASI KEMAMPUAN LAHAN UNTUK PERTANIAN DI HULU DAS JENEBERANG
57 V. EVALUASI KEMAMPUAN LAHAN UNTUK PERTANIAN DI HULU DAS JENEBERANG 5.1. Pendahuluan Pemenuhan kebutuhan manusia untuk kehidupannya dapat dilakukan antara lain dengan memanfaatkan lahan untuk usaha pertanian.
Lebih terperinciBAB III LANDASAN TEORI
BAB III LANDASAN TEORI A. Analisis Hidrologi 1. Curah Hujan Wilayah Curah hujan (mm) adalah ketinggian air hujan yang terkumpul dalam penakar hujan pada tempat yang datar, tidak menyerap, tidak meresap
Lebih terperinci