I. PENDAHULUAN Latar Belakang

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "I. PENDAHULUAN Latar Belakang"

Transkripsi

1 I. PENDAHULUAN Latar Belakang Sumberdaya alam terutama sumberdaya lahan dan air, mudah mengalami kerusakan atau degradasi. Pengelolaan sumberdaya lahan dan air di dalam sistem DAS (Daerah Aliran Sungai) mempunyai peranan yang semakin penting, terutama dalam upaya pemanfaatannya secara berkelanjutan. Kerusakan sumberdaya lahan terutama di bagian hulu DAS akan menurunkan produktivitas lahan, yang selanjutnya mempengaruhi fungsi produksi, fungsi ekologis, dan fungsi hidrologis DAS (World Bank 1993). Degradasi lahan yang diakibatkan erosi di wilayah hulu suatu DAS akan berpengaruh buruk pada wilayah on-site maupun wilayah off-site. Pada wilayah on-site yaitu berupa penurunan produktivitas lahan, penurunan pendapatan petani, dan terjadinya lahan kritis. Sedangkan pada wilayah off-site yaitu sedimentasi, polusi air, kekeringan, dan banjir. Dengan ataupun tanpa memperhatikan wilayah hilir (off-site), permasalahan degradasi lahan akan lebih dirasakan dan berdampak negatif di wilayah hulu (on-site). Menurut Holy (1980), keberhasilan pengelolaan sumberdaya lahan pada daerah hulu selain menguntungkan daerah tersebut juga akan dapat menyelamatkan daerah hilirnya, karena menurunnya sedimentasi, polusi air, resiko banjir dan kekeringan. Fenomena kerusakan lahan terutama di daerah hulu DAS di Indonesia terus meningkat, hal ini dapat dilihat berdasarkan jumlah DAS prioritas yang semakin bertambah dari tahun ke tahun. Pada tahun 1984 terdapat 22 DAS super prioritas (Arsyad 2006); pada tahun 1999 terdapat 62 DAS prioritas I, 232 DAS prioritas II dan 178 DAS prioritas III (Ditjen RRL Dephut 1999); dan pada tahun 2004 jumlah DAS prioritas I meningkat menjadi 65 DAS (Ditjen Sumberdaya Air 2004). Daerah Aliran Sungai (DAS) Progo merupakan salah satu DAS yang mewakili gambaran umum kondisi DAS di Indonesia (khususnya DAS di pulau Jawa) yang menunjukan kerusakan lahan di daerah hulu, yaitu terutama di Sub- DAS Progo Hulu. Sub-DAS Progo Hulu merupakan wilayah volkan dari gunung Sumbing dan gunung Sindoro yang sebenarnya memiliki lahan relatif subur,

2 2 dengan ketinggian lebih dari 400 m sampai 3250 m dpl; kemiringan lahan dari landai, bergelombang, berbukit, agak curam, curam sampai sangat curam; kepadatan penduduk relatif tinggi dengan mata pencaharian pokok bertani tanaman tembakau, jagung, sayuran, dan padi sawah. Di wilayah Sub-DAS Progo Hulu, sistem usahatani lahan kering berbasis tembakau (UTLKBT) memiliki nilai keunggulan komparatif dan telah memberikan kesejahteraan bagi masyarakat sejak masa lalu secara turun temurun. Nilai keunggulan komparatif dan nilai strategis tanaman tembakau di wilayah Sub-DAS Progo hulu diantaranya, yaitu : (a) secara agroklimat sebagai komoditas yang dapat dibudidayakan pada musim kemarau (april-september), mempunyai nilai ekonomi tinggi dan laku dipasar; (b) tembakau rajangan yang dihasilkan mempunyai ciri spesifik aromatis berperan sebagai pemberi rasa dan aroma pada rokok kretek yang sulit dicari penggantinya, hampir semua pabrik rokok kretek membutuhkannya (Mukani & Isdijoso 2000); (c) menyumbang 70-80% total pendapatan petani (Balittas 1994, diacu dalam Rochman dan Suwarso 2000); (d) berkontribusi dalam pengembangan industri pedesaan (pembuatan rigen, keranjang, mesin perajang/gobang); (e) berkontribusi dalam pengembangan jasa transportasi untuk pengangkutan pupuk kandang (dibutuhkan sekitar truk pengangkut pupuk kandang per tahun), saprodi, dan hasil panen; (f) terdapat sekitar 650 pedagang tembakau dalam tataniaga tembaku (pengolah hasil, pedagang pengumpul, pedagang besar, dan perwakilan pabrik/ grader ) (Andrias et al. 2003); (g) penyerapan tenaga kerja padat karya dari budidaya sampai pasca panen; (h) mendukung pengembangan roda perekonomian daerah dan pendapatan daerah, pada tahun 2002 kontribusi komoditas tembakau terhadap PDRB Kabupaten Temanggung sebesar Rp ,- atau 10,4% (Mamat 2006); (i) secara tidak langsung berfungsi sebagai kawasan konservasi biotik/genetik dari beberapa jenis kultivar tembakau lokal (seperti kemloko, gober dan sitieng) yang selama ini telah berkembang dan beradaptasi di lereng gunung Sumbing dan gunung Sindoro yang sering disebut sebagai tembakau srintil. Didukung oleh lingkungan usaha yang telah terbentuk, UTLKBT di Sub- DAS Progo Hulu telah membuat petani tidak melakukan diversifikasi usaha.

3 3 Adanya pertambahan kepadatan penduduk telah mengakibatkan tekanan terhadap lahan. Tekanan penduduk terhadap lahan mengakibatkan perlakuan over intensif terhadap lahan kurang memperhatikan kaidah-kaidah konservasi tanah dan air (KTA), serta telah memanfaatkan lahan yang tidak sesuai dengan fungsi dan kemampuannya terutama di lereng gunung Sumbing dan gunung Sindoro yang memiliki kemiringan lereng diatas 30% (Gambar 1). Akibat dari teknik budidaya yang kurang memperhatikan kaidah KTA, pada kemiringan agak curamcuram, dan curah hujan yang tinggi di wilayah ini telah menyebabkan terjadinya erosi yang parah dan degradasi lahan (Djajadi 2000; GGWRM-EU 2004). Gambar 1 a. Kondisi lahan pada UTLKBT di lereng Gunung Sumbing Gambar 1 b. Kondisi lahan pada UTLKBT di lereng Gunung Sindoro Gambar 1. Kondisi lahan pada UTLKBT di Sub-DAS Progo Hulu Besarnya prediksi erosi yang terjadi pada UTLKBT di Sub-DAS Progo Hulu rata-rata 47,51 ton/ha/tahun (Proyek Pusat Pengembangan Pengelolaan DAS 1990). Besarnya laju erosi pada lahan dengan kemiringan 62% tercatat 53,72 ton/ha/tahun (Djajadi et al. 1994). Berdasarkan peta tingkat bahaya erosi, dapat dikriteriakan bahwa sebagian besar wilayah usahatani lahan kering di Sub-DAS Progo Hulu termasuk daerah dengan tingkat bahaya erosi yang berat sampai sangat berat (Fak. Geografi UGM dan Sub-BRLKT Opak-Progo 1987, diacu dalam Djajadi 2000). Hal ini dapat dimengerti karena lahan usahatani tersebut

4 4 mempunyai kelas kemiringan lereng 15-30% (36,7%) dan kemiringan lereng >30% (28,4%), dengan curah hujan yang tinggi (> mm/tahun). Degradasi lahan akibat erosi pada UTLKBT di Sub-DAS Progo Hulu telah menyebabkan penurunan kesuburan tanah, penurunan produktivitas lahan, serta kerusakan lahan dan terjadinya lahan kritis. Penurunan kesuburan tanah ditandai dengan kebutuhan pupuk kandang dari tahun ke tahun yang semakin meningkat. Menurut Rachman et al. (1988) dosis pupuk kandang untuk tanaman tembakau semula cukup sekitar 22,5 ton/ha, dan pada tahun 2000 telah mencapai sekitar 30 ton/ha (Djajadi 2000). Penurunan produktivitas lahan ditunjukkan oleh tingkat produktivitas tembakau rajangan yang relatif rendah yaitu berkisar 0,28-0,52 ton/ha dengan rata-rata 0,429 ton/ha (Isdijoso & Mukani 2000), lebih rendah dibandingkan tembakau rajangan Madura yang mempunyai produktivitas berkisar 0,58-0,66 ton/ha (Hartono et al. 1991) dan jauh lebih rendah dibandingkan tembakau asepan Boyolali yang mempunyai produktivitas sekitar 1,2 ton/ha (Syukri 1991). Sedangkan kerusakan lahan ditandai dengan hilangnya lapisan top soil serta kenampakan adanya erosi alur (rill erosion), erosi parit (gully erosion), dan bahan induk tanah, serta terjadinya lahan kritis seluas ha (GGWRM-EU 2004). Menurut Sinukaban (2003), terjadinya lahan kritis disebabkan oleh adanya proses degradasi lahan. Degradasi lahan merupakan suatu proses kemunduran kualitas lahan atau produktivitas lahan menjadi lebih rendah, baik bersifat sementara maupun permanen, sehingga pada akhirnya lahan tersebut berada pada tingkat kekritisan tertentu (Dent 1993). Apabila mengacu pada kondisi biofisik lahan dan cara-cara budidaya yang dilakukan petani, dapat diprediksi bahwa degradasi lahan akan semakin meningkat dan mengancam keberlanjutan sistem UTLKBT di Sub-DAS Progo Hulu. Apabila tidak segera dilakukan upaya perbaikan agroteknologinya menyebabkan sistem UTLKBT tidak berkelanjutan dan terjadinya lahan kritis (lahan tidak produktif) yang pada gilirannya berdampak pada pemiskinan petani. Untuk itu perlu dilakukan perbaikan/penyempurnaan sistem UTLKBT yang sedang berjalan menjadi Sistem Pertanian Konservasi (SPK). SPK adalah merupakan sistem pertanian yang mengintegrasikan tindakan/teknik konservasi

5 5 tanah dan air ke dalam sistem pertanian yang telah ada dengan tujuan untuk menekan erosi atau mengendalikan degradasi lahan (erosi erosi yang dapat ditoleransikan), meningkatkan pendapatan petani (pendapatan nilai kebutuhan hidup layak) dengan menggunakan agroteknologi yang memadai serta bersifat site specifik (khas kondisi setempat) (Sinukaban 2007). Berdasarkan uraian di atas, maka dilakukan penelitian tentang Pengembangan Usahatani Lahan Kering Berkelanjutan Berbasis Tembakau di Sub-DAS Progo Hulu, yang meliputi : kajian kondisi eksisting UTLKBT tentang kondisi biofisik lahan dan karakteristik usahatani, dan kajian pengaruh teknologi KTA spesifik lokasi terhadap limpasan permukaan dan erosi. Karakteristik kondisi biofisik lahan dan karakteristik usahatani, serta teknologi KTA spesifik lokasi tersebut sangat diperlukan dalam merumuskan perencanaan SPK yang komprehensif untuk pengembangan usahatani lahan kering berkelanjutan berbasis tembakau di Sub-DAS Progo Hulu (Kabupaten Temanggung Propinsi Jawa Tengah). Perumusan Masalah Adapun permasalahan yang menjadi pokok perhatian dan pendekatan dalam penelitian ini adalah : 1. Sistem usahatani lahan kering berbasis tembakau (UTLKBT) di Sub-DAS Progo Hulu selama ini telah memberikan kesejahteraan kepada petani secara turun temurun, disamping itu juga telah menyebabkan terjadinya pemanfaatan lahan secara over intensif kurang memperhatikan kaidah konservasi tanah dan air. Erosi tanah pada kawasan UTLKBT sudah berlangsung cukup lama dan disinyalir telah menyebabkan terjadinya degradasi lahan, ditandai dengan hilangnya lapisan tanah bagian atas (top soil) yang subur, menurunnya kesuburan tanah dan produktivitas lahan, serta menyebabkan usahatani menjadi semakin tidak efisien karena input usahatani terutama pupuk yang semakin meningkat. 2. Tingkat degradasi lahan yang telah berlangsung selama ini sudah mengancam keberlanjutan sistem UTLKBT di Sub-DAS Progo Hulu. Apabila dibiarkan dan tidak segera dilakukan upaya perbaikan/penyempurnaan dalam teknologi

6 6 konservasi tanah dan air (KTA), lahan yang telah mengalami proses degradasi tersebut akan menjadi tambah rusak, dan akhirnya menjadi lahan kritis (lahan tidak produktif) yang selanjutnya berdampak pada pemiskinan petani. SPK merupakan solusi tepat untuk mengatasi permasalahan degradasi lahan dan upaya pengembangan sistem usahatani lahan kering (UTLK) berkelanjutan berbasis tembakau di Sub-DAS Progo Hulu. Untuk itu diperlukan kajian pengembangan usahatani lahan kering berkelanjutan berbasis tembakau di Sub-DAS Progo Hulu, dengan memperhatikan kondisi biofisik lahan dan kondisi sosial ekonomi petani. Berdasarkan permasalahan di atas, maka pertanyaan dalam penelitian ini adalah : 1. Bagaimana kondisi eksisting usahatani lahan kering berbasis tembakau di Sub-DAS Progo Hulu, dari aspek biofisik lahan dan sosial ekonomi (karakteristik usahatani)? 2. Bagaimana teknologi konservasi tanah dan air (KTA) spesifik lokasi yang sesuai dan memadai? 3. Bagaimana merumuskan perencanaan sistem pertanian konservasi untuk mewujudkan sistem UTLK berkelanjutan berbasis tembakau di Sub-DAS Progo Hulu? Tujuan dan Manfaat Penelitian Tujuan Penelitian : 1. Mengkaji kondisi biofisik lahan dan karakteristik usahatani lahan kering berbasis tembakau di Sub-DAS Progo hulu. 2. Mengkaji pengaruh teknologi konservasi tanah dan air (KTA) spesifik lokasi terhadap limpasan permukaan dan erosi. 3. Merumuskan perencanaan sistem pertanian konservasi untuk mewujudkan sistem usahatani lahan kering berkelanjutan berbasis tembakau di Sub-DAS Progo Hulu.

7 7 Manfaat Penelitian : 1. Memberikan gambaran kondisi eksisting usahatani lahan kering berbasis tembakau di Sub-DAS Progo Hulu. 2. Menjadi bahan pertimbangan bagi petani, pemerintah daerah, dan peneliti di dalam pengembangan usahatani lahan kering berkelanjutan berbasis tembakau di Sub-DAS Progo Hulu. 3. Sebagai data dasar (benchmark data) untuk penelitian selanjutnya di bidang konservasi tanah dan air, serta bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam merumuskan sistem usahatani lahan kering berkelanjutan. Kerangka Pemikiran dan Landasan Teori Usahatani lahan kering berbasis tembakau merupakan sistem usahatani lahan kering dimana tanaman tembakau sebagai komoditas unggulan sehingga petani lebih memilih menanam tembakau dibandingkan komoditas lain. Tanaman tembakau ditanam petani pada musim kemarau (april-september), sedangkan tanaman jagung dan sayuran (cabe, bawang daun, bawang putih, kubis, bawang merah, tomat, dan lainnya) ditanam petani pada musim penghujan (oktobermaret). Permasalahan utama pada usahatani lahan kering berbasis tembakau (UTLKBT) di Sub-DAS Progo Hulu adalah kemunduran daya dukung lahan (degradasi lahan) akibat erosi yang parah dan telah berlangsung selama ini (Djajadi 2000; GGWRM-EU 2004). Degradasi lahan pada UTLKBT di Sub-DAS Progo Hulu telah menyebabkan penurunan kesuburan tanah, penurunan produktivitas lahan, serta kerusakan lahan dan terjadinya lahan kritis. Penurunan kesuburan tanah ditandai dengan kebutuhan pupuk kandang dari tahun ke tahun yang semakin meningkat, menurut Rachman et al. (1988) dosis pupuk kandang untuk tanaman tembakau semula cukup sekitar 22,5 ton/ha, dan pada tahun 2000 telah mencapai sekitar 30 ton/ha (Djajadi 2000). Penurunan produktivitas lahan ditunjukkan oleh tingkat produktivitas tembakau rajangan yang relatif rendah yaitu berkisar 0,28-0,52 ton/ha dengan rata-rata 0,429 ton/ha (Isdijoso & Mukani 2000), lebih rendah dibandingkan tembakau rajangan Madura yang mempunyai produktivitas berkisar 0,58-0,66 ton/ha (Hartono et al. 1991). Sedangkan kerusakan lahan ditandai

8 8 dengan hilangnya lapisan top soil serta kenampakan adanya erosi alur (rill erosion), erosi parit (gully erosion), dan bahan induk tanah, serta terjadinya lahan kritis seluas ha (GGWRM-EU 2004). Perencanaan Sistem Pertanian Konservasi (SPK) merupakan solusi tepat untuk mengatasi permasalah degradasi lahan dan upaya pengembangan UTLK berkelanjutan berbasis tembakau di Sub-DAS Progo Hulu dalam kerangka pengelolaan DAS yang lestari. Perencanaan SPK bertujuan untuk mewujudkan sistem usahatani yang berkelanjutan, yang merupakan salah satu pendekatan atau implementasi dari pembangunan berkelanjutan (upaya mensinkronkan dan memberi bobot yang sama terhadap tiga aspek, yaitu aspek ekologi, aspek ekonomi, dan aspek sosial budaya). Menurut Sinukaban (2007), Sistem Pertanian Konservasi (SPK) adalah sistem pertanian yang mengintegrasikan tindakan/teknik konservasi tanah dan air ke dalam sistem pertanian yang telah ada dengan tujuan untuk meningkatkan pendapatan petani, meningkatkan kesejahteraan petani dan sekaligus menekan erosi, sehingga sistem pertanian tersebut dapat berlanjut secara terus menerus tanpa batas waktu (sustainable). SPK merupakan sistem pertanian yang khas kondisi setempat (site specifik), dengan demikian maka pemilihan tindakan konservasi tanah, sistem pertanian dan pengelolaannya, serta agroteknologi yang akan diterapkan harus disesuaikan dengan keadaan setempat. Langkah-langkah yang harus dilakukan di dalam perencanaan SPK adalah, meliputi : (a) inventarisasi keadaan biofisik daerah, (b) inventarisasi keadaan sosial ekonomi petani, dan (c) inventarisasi pengaruh luar (Sinukaban 2007). Inventarisasi keadaan biofisik wilayah, seperti aspek penggunaan lahan, iklim, geologi, topografi, dan sifat-sifat tanah. Data ini akan diperlukan untuk menganalisis kelas kemampuan lahan, tingkat degradasi lahan yang sudah terjadi, prediksi erosi dan nilai erosi yang dapat ditoleransikan (ETol), menentukan agroteknologi yang diperlukan, serta teknik konservasi yang cocok dan memadai. Inventarisasi keadaan sosial ekonomi petani, seperti : jumlah anggota keluarga, tingkat pendidikan, pemilikan lahan, pengetahuan teknologi budidaya dan pasca panen, pendapatan usahatani, serta persepsi tentang erosi dan perspektif keberlanjutan usahatani. Inventarisasi pengaruh luar, seperti pasar/pemasaran

9 9 hasil, perangkat penyuluhan, lembaga keuangan pedesaan, dan organisasi yang berkaitan dengan petani. Kondisi biofisik dan sosial ekonomi merupakan faktor yang harus dipertimbangkan dalam penyusunan perencanaan SPK untuk pengembangan sistem usahatani lahan kering berkelanjutan berbasis tembakau di Sub-DAS Progo Hulu, sedangkan faktor luar (eksternal) merupakan pendukung implementasi perencanaan tersebut. Oleh karena itu SPK nantinya dapat diterapkan secara optimal sesuai konsep sistem pertanian berkelanjutan, yaitu pemilihan alternatif agroteknologi dan komoditi dapat mengurangi erosi nilai ETol, dapat menjamin pendapatan yang cukup tinggi (pendapatan petani nilai kebutuhan hidup layak), serta dapat diterima (acceptable) dan dapat dikembangkan (replicable) oleh petani. Berdasarkan pemikiran diatas, maka dilakukan kajian pengembangan usahatani lahan kering berkelanjutan berbasis tembakau di Sub-DAS Progo Hulu, dengan melakukan berbagai kajian/analisis kondisi biofisik lahan dan karakteristik usahatani, serta percobaan teknologi KTA spesifik lokasi untuk pengembangan usahatani lahan kering berkelanjutan berbasis tembakau di Sub-DAS Progo Hulu, sebagaimana disajikan dalam diagram alir kerangka pemikiran pada Gambar 2.

10 10 P E R M A S A L A H A N Pengelolaan Lahan Kurang Sesuai Kaidah Konservasi DEGRADASI LAHAN Usahatani Lahan Kering Berbasis Tembakau di Sub-DAS Progo Hulu Penurunan Kualitas Biofisik (Lahan kritis, Kesuburan tanah menurun, Produktivitas menurun) Penurunan Kesejahteraan Petani (Pendapatan petani menurun, Kebutuhan hidup layak kurang terpenuhi) Karakteristik Biofisik : Tanah, geologi, tofografi Penggunaan lahan Iklim Karakteristik Sosial-Ekonomi Petani : Karakteristik petani & usahatani Perspektif keberlanjutan usahatani (keterlibatan konservasi) Kelas Kemampuan Lahan Prediksi Erosi & Nilai ETol Tingkat Degradasi Lahan Percobaan Petak Erosi (Plot Erosi) Analisis Usahatani Indikator Erosi ETol Perencanaan Sistem Pertanian Konservasi (Simulasi Agroteknologi) Indikator Pendapatan KHL Usahatani Lahan Kering Berkelanjutan Berbasis Tembakau di Sub-DAS Progo Hulu Gambar 2. Diagram alir kerangka pemikiran dalam penelitian

11 11 Batasan dan Ruang Lingkup Penelitian Penelitian yang dilakukan adalah pengembangan usahatani lahan kering berkelanjutan berbasis tembakau di Sub-DAS Progo hulu. Penelitian ini difokuskan pada kawasan lahan kering di Sub-DAS Progo Hulu yang digunakan untuk usahatani berbasis tembakau, jadi tidak termasuk lahan sawah, kebun campuran, dan hutan. Adapun ruang lingkup penelitian meliputi : 1. Lokasi penelitian adalah kawasan usahatani lahan kering berbasis tembakau di Sub-DAS Progo Hulu. Lahan kering adalah hamparan lahan yang tidak pernah tergenang atau digenangi air selama periode sebagian besar waktu dalam setahun (lahan tegalan). Usahatani berbasis tembakau merupakan sistem usahatani dimana tanaman tembakau sebagai komoditas unggulan (utama) sehingga petani lebih memilih menanam tembakau dibandingkan komoditas lain. 2. Penelitian kondisi eksisting usahatani lahan kering berbasis tembakau di Sub- DAS Progo hulu, meliputi kondisi biofisik lahan (kelas kemampuan lahan, prediksi erosi dan ETol, tingkat degradasi lahan) dan karakteristik usahatani (jenis pola tanam, karakteristik petani, analisis usahatani dan kelayakan usahatani). 3. Penelitian valuasi kerugian ekonomi akibat erosi difokuskan pada on site (lokasi kejadian erosi). 4. Penelitian pengaruh teknologi KTA spesifik lokasi terhadap limpasan permukaan dan erosi dilakukan pada teras batu (teras bangku yang diperkuat dengan batu) dan teras bangku miring, dengan pemberian mulsa sisa tanaman berupa batang tembakau sisa panen dan rumput Setaria spacelata sebagai penguat teras. 5. Pengembangan usahatani lahan kering berkelanjutan berbasis tembakau di Sub-DAS Progo Hulu diwujudkan dengan perencanaan sistem pertanian konservasi (SPK) yang dilakukan dengan pendekatan secara komprehensif (mengintegrasikan aspek biofisik dan aspek sosial ekonomi) dan teknologi KTA bersifat site specific (khas kondisi setempat). 6. Usahatani lahan kering berkelanjutan merupakan sistem usahatani lahan kering yang mampu mensinkronkan dan memberi bobot yang sama pada tiga aspek

12 12 (aspek ekologi, ekonomi, dan sosial-budaya) dalam satu hubungan yang sinergis untuk mencapai produktivitas dan pendapatan yang cukup tinggi secara terus menerus (umur guna 250 tahun), sumberdaya alam (lahan, air dan genetik tanaman) terpelihara atau tidak terdegradasi, serta sesuai dengan kondisi sosial budaya setempat. Kebaruan (Novelty) Kebaruan (novelty) dari penelitian yang berjudul Pengembangan Usahatani Lahan Kering Berkelanjutan Berbasis Tembakau di Sub-DAS Progo Hulu, adalah perumusan pengembangan usahatani lahan kering berkelanjutan berbasis tembakau dengan menggunakan tiga indikator keberlanjutan yaitu : (a) indikator ekologi (nilai prediksi erosi nilai ETol), (b) indikator ekonomi (pendapatan petani nilai KHL), dan (c) indikator sosial (teknologi dapat diterapkan dan dikembangkan petani); serta teknologi KTA bersifat spesifik lokasi.

ABSTRACT. Keywords: land degradation, tobacco, income, erosion, agro-technology, slit pit

ABSTRACT. Keywords: land degradation, tobacco, income, erosion, agro-technology, slit pit ABSTRACT JAKA SUYANA. The Development of Tobacco-Based Sustainable Dry Land Farming System at Progo Hulu Sub-Watershed (Temanggung Regency, Central Java Province). Under direction of NAIK SINUKABAN, BUNASOR

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tembakau sebagai bahan baku rokok kretek merupakan komoditas perkebunan yang mempunyai peranan strategis dalam perekonomian nasional, yaitu sebagai sumber pendapatan

Lebih terperinci

KAJIAN KEMAMPUAN LAHAN PADA USAHATANI LAHAN KERING BERBASIS TEMBAKAU DI SUB DAS PROGO HULU

KAJIAN KEMAMPUAN LAHAN PADA USAHATANI LAHAN KERING BERBASIS TEMBAKAU DI SUB DAS PROGO HULU KAJIAN KEMAMPUAN LAHAN PADA USAHATANI LAHAN KERING BERBASIS TEMBAKAU DI SUB DAS PROGO HULU (The Study of Land Capability on Tobacco Based Upland Farming at Progo Hulu Sub Watershed) Jaka Suyana 1), Naik

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan pertanian menjadi prioritas utama dalam pembangunan wilayah berorientasi agribisnis, berproduktivitas tinggi, efisien, berkerakyatan, dan berkelanjutan. Keberhasilan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Paradigma pembangunan berkelanjutan mengandung makna bahwa pengelolaan sumberdaya alam untuk memenuhi kebutuhan sekarang tidak boleh mengurangi kemampuan sumberdaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pertanian merupakan suatu proses produksi untuk menghasilkan barang

BAB I PENDAHULUAN. Pertanian merupakan suatu proses produksi untuk menghasilkan barang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pertanian merupakan suatu proses produksi untuk menghasilkan barang yang dibutuhkan manusia, dengan cara budidaya usaha tani. Namun pertumbuhan manusia dan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kabupaten Temanggung terletak di tengah-tengah Propinsi Jawa Tengah

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kabupaten Temanggung terletak di tengah-tengah Propinsi Jawa Tengah 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kabupaten Temanggung terletak di tengah-tengah Propinsi Jawa Tengah dengan bentangan Utara ke Selatan 34,375 Km dan Timur ke Barat 43,437 Km. kabupaten Temanggung secara

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata kunci: Degradasi lahan, tembakau, pendapatan, erosi, agroteknologi, rorak ABSTRACT

ABSTRAK. Kata kunci: Degradasi lahan, tembakau, pendapatan, erosi, agroteknologi, rorak ABSTRACT Buletin Tanaman Tembakau, Serat & Minyak Industri (), April 0: 9 ISSN: 08-77 Perencanaan Usaha Tani Lahan Kering Berkelanjutan Berbasis Tembakau di Sub-DAS Progo Hulu (Kabupaten Temanggung, Provinsi Jawa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Manusia dan lingkungan memiliki hubungan yang tidak dapat terpisahkan. Manusia sangat bergantung pada lingkungan yang memberikan sumberdaya alam untuk tetap bertahan

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Karakteristik Lahan Pada Usahatani Lahan Kering Berbasis Tembakau (UTLKBT) Di Sub-DAS Progo Hulu

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Karakteristik Lahan Pada Usahatani Lahan Kering Berbasis Tembakau (UTLKBT) Di Sub-DAS Progo Hulu V. HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Lahan Pada Usahatani Lahan Kering Berbasis Tembakau (UTLKBT) Di Sub-DAS Progo Hulu Satuan Lahan (land unit) Pada UTLKBT Di Sub-DAS Progo Hulu Usahatani lahan kering

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. mengalami peremajaan secara berkesinambungan (Alibasyah, 1996).

I. PENDAHULUAN. mengalami peremajaan secara berkesinambungan (Alibasyah, 1996). I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Erosi tanah (soil erosion) adalah proses penghanyutan tanah dan merupakan gejala alam yang wajar dan terus berlangsung selama ada aliran permukaan. Erosi semacam itu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mempertahankan dan memperbaiki kualitas lingkungan. besar sementara wilayah kawasan lindung dan konservasi menjadi berkurang.

BAB I PENDAHULUAN. mempertahankan dan memperbaiki kualitas lingkungan. besar sementara wilayah kawasan lindung dan konservasi menjadi berkurang. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan dan lingkungan mempunyai hubungan timbal balik. Di dalam pembangunan, manusia merupakan konsumen yang berperan aktif dalam proses pemanfaatan sumber daya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Daerah Aliran Sungai (DAS) merupakan satu kesatuan ekosistem yang unsur-unsur

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Daerah Aliran Sungai (DAS) merupakan satu kesatuan ekosistem yang unsur-unsur BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Daerah Aliran Sungai (DAS) merupakan satu kesatuan ekosistem yang unsur-unsur utamanya terdiri atas sumberdaya alam tanah, air dan vegetasi serta sumberdaya

Lebih terperinci

STUDI IDENTIFIKASI PENGELOLAAN LAHAN BERDASAR TINGKAT BAHAYA EROSI (TBE) (Studi Kasus Di Sub Das Sani, Das Juwana, Jawa Tengah)

STUDI IDENTIFIKASI PENGELOLAAN LAHAN BERDASAR TINGKAT BAHAYA EROSI (TBE) (Studi Kasus Di Sub Das Sani, Das Juwana, Jawa Tengah) JURNAL ILMU LINGKUNGAN Volume 9, Issue 2: 57-61 (2011) ISSN 1829-8907 STUDI IDENTIFIKASI PENGELOLAAN LAHAN BERDASAR TINGKAT BAHAYA EROSI (TBE) (Studi Kasus Di Sub Das Sani, Das Juwana, Jawa Tengah) Rathna

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA PENDEKATAN TEORI

BAB II KERANGKA PENDEKATAN TEORI BAB II KERANGKA PENDEKATAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Gambaran Umum Lahan Kering Tantangan penyediaan pangan semakin hari semakin berat. Degradasi lahan dan lingkungan, baik oleh gangguan manusia maupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan. Hampir semua sektor pembangunan fisik memerlukan lahan,

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan. Hampir semua sektor pembangunan fisik memerlukan lahan, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lahan merupakan sumber daya alam yang strategis bagi segala pembangunan. Hampir semua sektor pembangunan fisik memerlukan lahan, seperti sektor pertanian,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan kebutuhan manusia akibat dari pertambahan jumlah penduduk maka

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan kebutuhan manusia akibat dari pertambahan jumlah penduduk maka 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sumberdaya lahan merupakan komponen sumberdaya alam yang ketersediaannya sangat terbatas dan secara relatif memiliki luas yang tetap serta sangat bermanfaat

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Sistem pertanian lahan kering adalah merupakan suatu bentuk bercocok tanam diatas lahan tanpa irigasi, yang kebutuhan air sangat bergantung pada curah hujan. Bentuk pertanian

Lebih terperinci

MODEL USAHATANI SAYURAN DATARAN TINGGI BERBASIS KONSERVASI DI DAERAH HULU SUNGAI CIKAPUNDUNG

MODEL USAHATANI SAYURAN DATARAN TINGGI BERBASIS KONSERVASI DI DAERAH HULU SUNGAI CIKAPUNDUNG MODEL USAHATANI SAYURAN DATARAN TINGGI BERBASIS KONSERVASI DI DAERAH HULU SUNGAI CIKAPUNDUNG (Studi Kasus: Lahan Pertanian Berlereng di Hulu Sub DAS Cikapundung, Kawasan Bandung Utara) Hendi Supriyadi

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Berdasarkan data Bappenas 2007, kota Jakarta dilanda banjir sejak tahun

PENDAHULUAN. Berdasarkan data Bappenas 2007, kota Jakarta dilanda banjir sejak tahun PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berdasarkan data Bappenas 2007, kota Jakarta dilanda banjir sejak tahun 1621, 1654 dan 1918, kemudian pada tahun 1976, 1997, 2002 dan 2007. Banjir di Jakarta yang terjadi

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penggunaan Lahan

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penggunaan Lahan 4 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penggunaan Lahan Menurut Lillesand dan Kiefer (1997) penggunaan lahan berkaitan dengan kegiatan manusia pada bidang lahan tertentu. Penggunaan lahan juga diartikan sebagai setiap

Lebih terperinci

commit to user BAB I PENDAHULUAN

commit to user BAB I PENDAHULUAN 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sumberdaya alam merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari suatu ekosistem, yaitu lingkungan tempat berlangsungnya hubungan timbal balik antara makhluk hidup yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan erosi geologi atau geological erosion. Erosi jenis ini tidak berbahaya

BAB I PENDAHULUAN. dengan erosi geologi atau geological erosion. Erosi jenis ini tidak berbahaya 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tanah dan air merupakan sumberdaya alam utama yang mempunyai pengaruh besar terhadap kehidupan manusia. Sebagai sumberdaya yang banyak digunakan, tanah dapat mengalami

Lebih terperinci

Perkembangan Potensi Lahan Kering Masam

Perkembangan Potensi Lahan Kering Masam Perkembangan Potensi Lahan Kering Masam ANNY MULYANI Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian (naskah ini disalin sesuai aslinya untuk kemudahan navigasi) (sumber : SINAR TANI

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Daerah aliran sungai (DAS) merupakan sistem yang kompleks dan terdiri dari komponen utama seperti vegetasi (hutan), tanah, air, manusia dan biota lainnya. Hutan sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Provinsi Jawah Tengah. DAS Garang terdiri dari tiga Sub DAS yaitu Kripik, Kreo

BAB I PENDAHULUAN. Provinsi Jawah Tengah. DAS Garang terdiri dari tiga Sub DAS yaitu Kripik, Kreo BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Daerah aliran sungai (DAS) Garang merupakan DAS yang terletak di Provinsi Jawah Tengah. DAS Garang terdiri dari tiga Sub DAS yaitu Kripik, Kreo dan Garang, berhulu

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian masih merupakan prioritas pembangunan secara nasional maupun regional. Sektor pertanian memiliki peran penting untuk meningkatkan kesejahteraan penduduk

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Sumberdaya alam dalam suatu daerah aliran sungai (DAS) adalah vegetasi, tanah dan air serta jasa-jasa lingkungan yang merupakan modal bagi manusia untuk memenuhi kebutuhan hidup.

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Peningkatan penduduk yang cukup tinggi di negara sedang berkembang termasuk Indonesia menyebabkan kebutuhan pangan dan lahan pertanian semakin besar. Disamping itu, perkembangan

Lebih terperinci

Jaka Suyana. Jurusan Ilmu Tanah Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta 57126

Jaka Suyana. Jurusan Ilmu Tanah Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta 57126 KAJIAN DEGRADASI LAHAN PADA USAHATANI LAHAN KERING BERBASIS TEMBAKAU DI SUB DAS PROGO HULU The Study of Land Capability on Tobacco Based Upland Farming at Progo Hulu Sub Watershed Jaka Suyana Jurusan Ilmu

Lebih terperinci

TUGAS TEKNOLOGI KONSERVASI SUMBER DAYA LAHAN

TUGAS TEKNOLOGI KONSERVASI SUMBER DAYA LAHAN TUGAS TEKNOLOGI KONSERVASI SUMBER DAYA LAHAN Penanggulangan Kerusakan Lahan Akibat Erosi Tanah OLEH: RESTI AMELIA SUSANTI 0810480202 PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang lebih baik. Menurut Bocco et all. (2005) pengelolaan sumber daya alam

BAB I PENDAHULUAN. yang lebih baik. Menurut Bocco et all. (2005) pengelolaan sumber daya alam BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Sumber daya alam merupakan suatu bentuk kekayaan alam yang pemanfaatannya bersifat terbatas dan berfungsi sebagai penunjang kesejahteraan makhluk hidup khususnya manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Danau Toba merupakan hulu dari Sungai Asahan dimana sungai tersebut

BAB I PENDAHULUAN. Danau Toba merupakan hulu dari Sungai Asahan dimana sungai tersebut BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Danau Toba merupakan hulu dari Sungai Asahan dimana sungai tersebut berasal dari perairan Danau Toba. DAS Asahan berada sebagian besar di wilayah Kabupaten Asahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan binatang), yang berada di atas dan bawah wilayah tersebut. Lahan

BAB I PENDAHULUAN. dan binatang), yang berada di atas dan bawah wilayah tersebut. Lahan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Lahan merupakan suatu wilayah di permukaan bumi yang meliputi semua benda penyusun biosfer (atmosfer, tanah dan batuan induk, topografi, air, tumbuhtumbuhan dan binatang),

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. satu kesatuan dengan sungai dan anak-anak sungai, yang berfungsi menampung,

I. PENDAHULUAN. satu kesatuan dengan sungai dan anak-anak sungai, yang berfungsi menampung, I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Daerah aliran sungai (DAS) adalah suatu wilayah daratan yang merupakan satu kesatuan dengan sungai dan anak-anak sungai, yang berfungsi menampung, menyimpan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tanaman ini sangat perlu ditingkatkan untuk mendapatkan hasil yang maksimal.

BAB I PENDAHULUAN. tanaman ini sangat perlu ditingkatkan untuk mendapatkan hasil yang maksimal. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia terkenal dengan negara agraris dimana mayoritas penduduk bermata pencaharian sebagai petani. Hal ini didukung oleh kesuburan lahan pertanian karena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut FAO (dalam Arsyad 1989:206) mengenai pengertian lahan, Adapun pengertian dari FAO (1976) yang dikutip oleh Sitorus (1998)

BAB I PENDAHULUAN. Menurut FAO (dalam Arsyad 1989:206) mengenai pengertian lahan, Adapun pengertian dari FAO (1976) yang dikutip oleh Sitorus (1998) 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah yaitu : Menurut FAO (dalam Arsyad 1989:206) mengenai pengertian lahan, Lahan diartikan sebagai lingkungan fisik yang terdiri atas iklim, relief, tanah, air,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS) merupakan kegiatan memperbaiki, memelihara, dan melindungi keadaan DAS, agar dapat menghasilkan barang dan jasa khususnya, baik

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Pengelolaan Daerah Aliran Sungai

TINJAUAN PUSTAKA. Pengelolaan Daerah Aliran Sungai 4 TINJAUAN PUSTAKA Pengelolaan Daerah Aliran Sungai Pengertian dan Tujuan Daerah aliran sungai (DAS) adalah suatu wilayah yang dibatasi oleh topografi secara alami sehingga semua air yang jatuh pada area

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. tidak semua kerusakan alam akibat dari ulah manusia. yang berbentuk menyerupai cekungan karena dikelilingi oleh lima gunung

BAB 1 PENDAHULUAN. tidak semua kerusakan alam akibat dari ulah manusia. yang berbentuk menyerupai cekungan karena dikelilingi oleh lima gunung 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tanah dan air merupakan sumber daya yang paling banyak dimanfaatkan oleh manusia. Tanah menjadi media utama manusia mendapatkan pangan, sandang, papan, tambang, dan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat

BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat 18 BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April 2006 - Agustus 2006 di wilayah daerah aliran sungai (DAS) Dodokan (34.814 ha) dengan plot pengambilan sampel difokuskan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pengelolaan dan pemanfaatan lahan yang tidak sesuai dengan kemampuan,

BAB I PENDAHULUAN. Pengelolaan dan pemanfaatan lahan yang tidak sesuai dengan kemampuan, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pengelolaan dan pemanfaatan lahan yang tidak sesuai dengan kemampuan, karakteristik lahan dan kaidah konservasi akan mengakibatkan masalah yang serius seperti

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Pengelolaan DAS di Indonesia telah dimulai sejak tahun 70-an yang diimplementasikan dalam bentuk proyek reboisasi - penghijauan dan rehabilitasi hutan - lahan kritis. Proyek

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia dihadapkan pada tantangan besar untuk memperbaiki sektor pertanian dalam rangka pemenuhan kebutuhan pangan, peningkatan pendapatan masyarakat pedesaan serta mengatasi

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA Pertumbuhan Penduduk dan Dampaknya terhadap Perkembangan Suatu Wilayah

II. TINJAUAN PUSTAKA Pertumbuhan Penduduk dan Dampaknya terhadap Perkembangan Suatu Wilayah 3 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pertumbuhan Penduduk dan Dampaknya terhadap Perkembangan Suatu Wilayah Pertumbuhan penduduk adalah perubahan jumlah penduduk di suatu wilayah tertentu pada waktu tertentu dibandingkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bendungan atau dam adalah konstruksi yang dibangun untuk menahan laju air menjadi waduk, danau, atau tempat rekreasi. Seringkali bendungan juga digunakan untuk mengalirkan

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Letak dan Luas DAS/ Sub DAS Stasiun Pengamatan Arus Sungai (SPAS) yang dijadikan objek penelitian adalah Stasiun Pengamatan Jedong yang terletak di titik 7 59

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Proses erosi karena kegiatan manusia kebanyakan disebabkan oleh

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Proses erosi karena kegiatan manusia kebanyakan disebabkan oleh BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Erosi merupakan proses penghancuran dan pengangkutan partikel-partikel tanah oleh tenaga erosi (presipitasi, angin) (Kusumandari, 2011). Erosi secara umum dapat disebabkan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Hutan tropis di Indonesia meliputi areal seluas 143 juta hektar dengan berbagai tipe dan peruntukan (Murdiyarso dan Satjaprapdja, 1997). Kerusakan hutan (deforestasi) masih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam Siswanto (2006) mendefinisikan sumberdaya lahan (land resource) sebagai

BAB I PENDAHULUAN. dalam Siswanto (2006) mendefinisikan sumberdaya lahan (land resource) sebagai A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Sumberdaya lahan merupakan suatu sumberdaya alam yang sangat penting bagi mahluk hidup, dengan tanah yang menduduki lapisan atas permukaan bumi yang tersusun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tinggi. Kebutuhan tersebut terkait untuk pemenuhan kebutuhan hidup

BAB I PENDAHULUAN. tinggi. Kebutuhan tersebut terkait untuk pemenuhan kebutuhan hidup 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebutuhan sumberdaya alam terutama air dan tanah oleh masyarakat kian hari kian meningkat sebagai akibat dari laju pertumbuhan penduduk yang tinggi. Kebutuhan tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Lahan merupakan sumberdaya yang sangat penting untuk memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Lahan merupakan sumberdaya yang sangat penting untuk memenuhi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lahan merupakan sumberdaya yang sangat penting untuk memenuhi segala kebutuhan hidup, sehingga dalam pengelolaannya harus sesuai dengan kemampuannya agar tidak menurunkan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. perekonomian Indonesia. Berdasarkan luas lahan dan keragaman agroekosistem,

PENDAHULUAN. perekonomian Indonesia. Berdasarkan luas lahan dan keragaman agroekosistem, PENDAHULUAN Latar Belakang Pertanian merupakan salah satu sektor yang sangat penting bagi perekonomian Indonesia. Berdasarkan luas lahan dan keragaman agroekosistem, peluang pengembangannya sangat besar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. fungsi utama, yaitu sebagai sumber unsur hara bagi tumbuhan dan sebagai matriks

BAB I PENDAHULUAN. fungsi utama, yaitu sebagai sumber unsur hara bagi tumbuhan dan sebagai matriks BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tanah adalah suatu benda alami heterogen yang terdiri atas komponenkomponen padat, cair dan gas, dan mempunyai sifat serta perilaku yang dinamik (Arsyad, 1989).

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL...

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PERSETUJUAN... ii KATA PENGANTAR... iii PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN... iv DAFTAR ISI... v DAFTAR TABEL... viii DAFTAR GAMBAR... x DAFTAR PETA... xii DAFTAR LAMPIRAN...

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. yang merupakan kesatuan ekosistem dengan sungai dan anak-anak sungainya

TINJAUAN PUSTAKA. yang merupakan kesatuan ekosistem dengan sungai dan anak-anak sungainya 5 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Daerah Aliran Sungai dan Permasalahannya Daerah Aliran Sungai (DAS) didefinisikan sebagai suatu wilayah daratan yang merupakan kesatuan ekosistem dengan sungai dan anak-anak

Lebih terperinci

PENDAHULLUAN. Latar Belakang

PENDAHULLUAN. Latar Belakang PENDAHULLUAN Latar Belakang Tanaman kakao sebagai salah satu komoditas andalan subsektor perkebunan Propinsi Sulawesi Tenggara banyak dikembangkan pada topografi berlereng. Hal ini sulit dihindari karena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah DAS Biru yang mencakup Kecamatan Bulukerto dan Kecamatan Purwantoro berdasarkan peraturan daerah wonogiri termasuk dalam kawasan lindung, selain itu DAS Biru

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. perkembangan perekonomian Indonesia. Kekayaan alam Indonesia yang berlimpah

I. PENDAHULUAN. perkembangan perekonomian Indonesia. Kekayaan alam Indonesia yang berlimpah I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan salah satu sektor ekonomi andalan bagi perkembangan perekonomian Indonesia. Kekayaan alam Indonesia yang berlimpah dilengkapi dengan iklim tropis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. DAS Serayu, terutama di bagian hulu DAS berkaitan dengan pemanfaatan lahan

BAB I PENDAHULUAN. DAS Serayu, terutama di bagian hulu DAS berkaitan dengan pemanfaatan lahan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Daerah Aliran Sungai Serayu merupakan salah satu DAS terbesar di Indonesia yang masuk dalam jajaran DAS kritis dengan luas wilayah sebesar 358.514,57 ha (BPDAS Serayu

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan lingkungan seperti banjir, erosi dan longsor terjadi dimana-mana pada musim penghujan, sedangkan pada musim kemarau terjadi kekeringan dan kebakaran hutan

Lebih terperinci

Prestasi Vol. 8 No. 2 - Desember 2011 ISSN KONSERVASI LAHAN UNTUK PEMBANGUNAN PERTANIAN. Oleh : Djoko Sudantoko STIE Bank BPD Jateng

Prestasi Vol. 8 No. 2 - Desember 2011 ISSN KONSERVASI LAHAN UNTUK PEMBANGUNAN PERTANIAN. Oleh : Djoko Sudantoko STIE Bank BPD Jateng KONSERVASI LAHAN UNTUK PEMBANGUNAN PERTANIAN Oleh : Djoko Sudantoko STIE Bank BPD Jateng Abstrak Sektor pertanian di Indonesia masih mempunyai peran yang penting, khususnya untuk mendukung program ketahanan

Lebih terperinci

2014 EVALUASI KESESUAIAN LAHAN PERTANIAN UNTUK TANAMAN PANGAN DI KECAMATAN CIMAUNG KABUPATEN BANDUNG

2014 EVALUASI KESESUAIAN LAHAN PERTANIAN UNTUK TANAMAN PANGAN DI KECAMATAN CIMAUNG KABUPATEN BANDUNG A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN berikut : FAO dalam Arsyad (2012:206) mengemukakan pengertian lahan sebagai Lahan diartikan sebagai lingkungan fisik yang terdiri atas iklim, relief, tanah, air, dan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Defenisi lahan kritis atau tanah kritis, adalah : fungsi hidrologis, sosial ekonomi, produksi pertanian ataupun bagi

TINJAUAN PUSTAKA. Defenisi lahan kritis atau tanah kritis, adalah : fungsi hidrologis, sosial ekonomi, produksi pertanian ataupun bagi TINJAUAN PUSTAKA Defenisi Lahan Kritis Defenisi lahan kritis atau tanah kritis, adalah : a. Lahan yang tidak mampu secara efektif sebagai unsur produksi pertanian, sebagai media pengatur tata air, maupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan salah satu sektor ekonomi andalan bagi perkembangan perekonomian Indonesia. Kekayaan alam Indonesia yang berlimpah dilengkapi dengan iklim

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Pengelolaan lahan berkelanjutan (sustainable land management) adalah pengelolaan lahan secara terpadu berbasis ilmu pengetahuan untuk memenuhi kebutuhan akan pangan dan serat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hutan adalah karunia alam yang memiliki potensi dan fungsi untuk menjaga keseimbangan lingkungan. Potensi dan fungsi tersebut mengandung manfaat bagi populasi manusia

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN Letak Geografis dan Iklim Daerah aliran sungai (DAS) Siulak di hulu DAS Merao mempunyai luas 4296.18 ha, secara geografis terletak antara 101 0 11 50-101 0 15 44 BT dan

Lebih terperinci

Panduan konservasi tanah dan air untuk penanggulangan degradasi lahan

Panduan konservasi tanah dan air untuk penanggulangan degradasi lahan Standar Nasional Indonesia Panduan konservasi tanah dan air untuk penanggulangan degradasi lahan ICS 13.020 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi... i Prakata... ii Pendahuluan... iii 1 Ruang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang sebenarnya sudah tidak sesuai untuk budidaya pertanian. Pemanfaatan dan

BAB I PENDAHULUAN. yang sebenarnya sudah tidak sesuai untuk budidaya pertanian. Pemanfaatan dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sumberdaya lahan merupakan tumpuan kehidupan manusia dalam pemenuhan kebutuhan pokok pangan dan kenyamanan lingkungan. Jumlah penduduk yang terus berkembang sementara

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Tambang batubara merupakan salah satu penggerak roda perekonomian dan pembangunan nasional Indonesia baik sebagai sumber energi maupun sumber devisa negara. Deposit batubara

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Air merupakan sumber kehidupan dan merupakan salah satu unsur yang sangat penting bagi kelangsungan hidup manusia dan mahkluk hidup lainnya di muka bumi. Berdasarkan UU Sumberdaya

Lebih terperinci

KAJIAN LAHAN KRITIS SUB DAERAH ALIRAN CI KERUH DI KAWASAN CEKUNGAN BANDUNG

KAJIAN LAHAN KRITIS SUB DAERAH ALIRAN CI KERUH DI KAWASAN CEKUNGAN BANDUNG KAJIAN LAHAN KRITIS SUB DAERAH ALIRAN CI KERUH DI KAWASAN CEKUNGAN BANDUNG Asep Mulyadi dan Jupri Pendidikan Geografi UPI-Badung E-mail: asepmulka@gmail.com ABSTRAK - Salah satu tujuan dari pembangunan

Lebih terperinci

PENGKAJIAN PENERAPAN TEKNIK KONSERVASI TANAH PADA LAHAN USAHATANI BERBASIS TANAMAN SAYURAN DI SENTRA TEMBAKAU

PENGKAJIAN PENERAPAN TEKNIK KONSERVASI TANAH PADA LAHAN USAHATANI BERBASIS TANAMAN SAYURAN DI SENTRA TEMBAKAU PENGKAJIAN PENERAPAN TEKNIK KONSERVASI TANAH PADA LAHAN USAHATANI BERBASIS TANAMAN SAYURAN DI SENTRA TEMBAKAU H. Suganda dan Ai Dariah ABSTRAK Studi ini bertujuan untuk mendapatkan informasi tentang penerapan

Lebih terperinci

2015 ZONASI TINGKAT BAHAYA EROSI DI KECAMATAN PANUMBANGAN, KABUPATEN CIAMIS

2015 ZONASI TINGKAT BAHAYA EROSI DI KECAMATAN PANUMBANGAN, KABUPATEN CIAMIS BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Lahan merupakan tanah terbuka pada suatu daerah yang dapat menjadi salah satu faktor penentu kualitas lingkungan. Kondisi lahan pada suatu daerah akan mempengaruhi

Lebih terperinci

V. EVALUASI KEMAMPUAN LAHAN UNTUK PERTANIAN DI HULU DAS JENEBERANG

V. EVALUASI KEMAMPUAN LAHAN UNTUK PERTANIAN DI HULU DAS JENEBERANG 57 V. EVALUASI KEMAMPUAN LAHAN UNTUK PERTANIAN DI HULU DAS JENEBERANG 5.1. Pendahuluan Pemenuhan kebutuhan manusia untuk kehidupannya dapat dilakukan antara lain dengan memanfaatkan lahan untuk usaha pertanian.

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Penelitian Pembangunan sektor pertanian melalui peningkatan kontribusi subsektor tanaman pangan dan hortikultura merupakan salah satu upaya untuk memperkuat perekonomian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki sumberdaya alam

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki sumberdaya alam 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki sumberdaya alam yang melimpah, terutama kondisi lahan pertanian yang dimiliki Indonesia sangat berpotensi

Lebih terperinci

1. EROSI DAN DEGRADASI LAHAN KERING DI INDONESIA

1. EROSI DAN DEGRADASI LAHAN KERING DI INDONESIA Erosi dan Degradasi Lahan Kering di Indonesia 1 1. EROSI DAN DEGRADASI LAHAN KERING DI INDONESIA Ai Dariah, Achmad Rachman, dan Undang Kurnia Lahan kering didefinisikan sebagai hamparan lahan yang tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Meningkatnya jumlah populasi penduduk pada suatu daerah akan. memenuhi ketersediaan kebutuhan penduduk. Keterbatasan lahan dalam

BAB I PENDAHULUAN. Meningkatnya jumlah populasi penduduk pada suatu daerah akan. memenuhi ketersediaan kebutuhan penduduk. Keterbatasan lahan dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Meningkatnya jumlah populasi penduduk pada suatu daerah akan berpengaruh pada pemanfaatan sumberdaya lahan dalam jumlah besar untuk memenuhi ketersediaan kebutuhan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Erosi

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Erosi 3 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Erosi Erosi berasal dari bahasa latin erodere yang berarti menggerogoti atau untuk menggali. Istilah erosi ini pertama kali digunakan dalam istilah geologi untuk menggambarkan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Hutan sebagai sumberdaya alam mempunyai manfaat yang penting bagi

PENDAHULUAN. Hutan sebagai sumberdaya alam mempunyai manfaat yang penting bagi PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hutan sebagai sumberdaya alam mempunyai manfaat yang penting bagi kehidupan manusia baik secara ekonomi, ekologi dan sosial. Dalam Undangundang Nomor 41 Tahun 1999 disebutkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bertambahnya jumlah penduduk dan masuknya migrasi penduduk di suatu daerah, maka akan semakin banyak jumlah lahan yang diperlukan untuk pemenuhan kebutuhan sandang, papan

Lebih terperinci

sumber daya lahan dengan usaha konservasi tanah dan air. Namun, masih perlu ditingkatkan intensitasnya, terutama pada daerah aliran sungai hulu

sumber daya lahan dengan usaha konservasi tanah dan air. Namun, masih perlu ditingkatkan intensitasnya, terutama pada daerah aliran sungai hulu BAB I PENDAHULUAN Pembangunan pertanian merupakan bagian integral daripada pembangunan nasional yang bertujuan mewujudkan masyarakat Indonesia yang adil dan makmur (Ditjen Tanaman Pangan, 1989). Agar pelaksanaan

Lebih terperinci

Penanganan Das Bengawan Solo di Masa Datang Oleh : Ir. Iman Soedradjat,MPM

Penanganan Das Bengawan Solo di Masa Datang Oleh : Ir. Iman Soedradjat,MPM Penanganan Das Bengawan Solo di Masa Datang Oleh : Ir. Iman Soedradjat,MPM DAS Bengawan Solo merupakan salah satu DAS yang memiliki posisi penting di Pulau Jawa serta sumber daya alam bagi kegiatan sosial-ekonomi

Lebih terperinci

PEMBANGUNAN KEBUN SUMBER BENIH TEMBAKAU DAN PENGEMBANGAN VARIETAS LOKAL DI WILAYAH JAWA TENGAH

PEMBANGUNAN KEBUN SUMBER BENIH TEMBAKAU DAN PENGEMBANGAN VARIETAS LOKAL DI WILAYAH JAWA TENGAH PEMBANGUNAN KEBUN SUMBER BENIH TEMBAKAU DAN PENGEMBANGAN VARIETAS LOKAL DI WILAYAH JAWA TENGAH Oleh : Badrul Munir, S.TP, MP (PBT Ahli Pertama BBPPTP Surabaya) I. Pendahuluan Isu strategis untuk komoditas

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Gambaran Umum Kabupaten Kerinci 5.1.1 Kondisi Geografis Kabupaten Kerinci terletak di sepanjang Bukit Barisan, diantaranya terdapat gunung-gunung antara lain Gunung

Lebih terperinci

PENINGKATAN PRODUKTIVITAS HUTAN RAKYAT MELALUI PENERAPAN TEKNIK KONSERVASI TANAH LOKAL SPESIFIK (Studi Kasus pada DAS Cisadane)

PENINGKATAN PRODUKTIVITAS HUTAN RAKYAT MELALUI PENERAPAN TEKNIK KONSERVASI TANAH LOKAL SPESIFIK (Studi Kasus pada DAS Cisadane) PENINGKATAN PRODUKTIVITAS HUTAN RAKYAT MELALUI PENERAPAN TEKNIK KONSERVASI TANAH LOKAL SPESIFIK (Studi Kasus pada DAS Cisadane) Oleh : Edy Junaidi Balai Penelitian Kehutanan Ciamis ABSTRAK Luasan penggunaan

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN 16 4. HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Pertanaman Sayuran Lahan sayuran merupakan penggunaan lahan dominan di Desa Sukaresmi Kecamatan Megamendung, Kabupaten Bogor. Tanaman sayuran yang diusahakan antara lain

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Daerah Aliran Sungai (DAS) Cikeruh adalah merupakan Daerah Aliran

BAB I PENDAHULUAN. Daerah Aliran Sungai (DAS) Cikeruh adalah merupakan Daerah Aliran 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang. Daerah Aliran Sungai (DAS) Cikeruh adalah merupakan Daerah Aliran Sungai yang mengalir meliputi dua Kabupaten yaitu Kabupaten Bandung dan Sumedang yang mempunyai

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara maritim yang lautannya lebih luas daripada daratan. Luas lautan Indonesia 2/3 dari luas Indonesia. Daratan Indonesia subur dengan didukung

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perubahan kondisi hidrologi DAS sebagai dampak perluasan lahan kawasan budidaya yang tidak terkendali tanpa memperhatikan kaidah-kaidah konservasi tanah dan air seringkali

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Lahan merupakan sumber daya alam strategis bagi segala pembangunan. Hampir

BAB I PENDAHULUAN. Lahan merupakan sumber daya alam strategis bagi segala pembangunan. Hampir BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lahan merupakan sumber daya alam strategis bagi segala pembangunan. Hampir semua sektor pembangunan fisik memerlukan lahan, seperti sektor pertanian, kehutanan, perikanan,

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 41 IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1. Letak, Luas Wilayah dan Pemanfaatan Lahan Kabupaten Temanggung secara geografis terletak antara garis 110 0 23-110 0 00 30 Bujur Timur dan antara garis 07 0 10-07

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Potensi lahan kering untuk menunjang pembangunan pertanian di Indonesia sangat besar yaitu 148 juta ha (78%) dari total luas daratan Indonesia sebesar 188,20 juta ha

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Daerah Aliran Sungai (DAS) merupakan daerah yang berfungsi sebagai daerah resapan, daerah penyimpanan air, penampung air hujan dan pengaliran air. Yaitu daerah dimana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap negara mempunyai kewenangan untuk memanfaatkan sumber daya alamnya untuk pembangunan. Pada negara berkembang pembangunan untuk mengejar ketertinggalan dari

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia kaya akan potensi sumberdaya alam, tanah yang subur dan didukung

I. PENDAHULUAN. Indonesia kaya akan potensi sumberdaya alam, tanah yang subur dan didukung 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia kaya akan potensi sumberdaya alam, tanah yang subur dan didukung oleh ketersediaannya air yang cukup merupakan faktor fisik pendukung majunya potensi

Lebih terperinci

VIII. ANALISIS KEBERLANJUTAN USAHATANI TANAMAN HORTIKULTURA PADA LAHAN BERLERENG DI HULU DAS JENEBERANG

VIII. ANALISIS KEBERLANJUTAN USAHATANI TANAMAN HORTIKULTURA PADA LAHAN BERLERENG DI HULU DAS JENEBERANG 133 VIII. ANALISIS KEBERLANJUTAN USAHATANI TANAMAN HORTIKULTURA PADA LAHAN BERLERENG DI HULU DAS JENEBERANG 8.1. Pendahuluan Kabupaten Gowa mensuplai kebutuhan bahan material untuk pembangunan fisik, bahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan pertanian berkelanjutan memiliki tiga tujuan yaitu: tujuan ekonomi (efisiensi dan pertumbuhan), tujuan sosial (kepemilikan/keadilan) dan tujuan ekologi (kelestarian

Lebih terperinci