Kemampuan hujan dengan energi kinetiknya untuk menimbulkan erosi pada suatu bidang lahan dalam waktu tertentu (Intensitas Hujan = EI30
|
|
- Hartono Kartawijaya
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 Persamaan Umum Kehilangan Tanah (Universal Soil Loss Equation) (USLE) (Wischmeier & Smith, 1969) A = R. K. L. S. C. P A = Jumlah Tanah Tererosi (Ton/Ha/Th) R = Jumlah Faktor Erosivitas Hujan (Joule) K = Nilai Faktor Erodibilitas Tanah (K = A/R) L = Indeks Faktor Panjang Lereng ( 22,1 m = 1) S = Indeks Faktor Kemiringan Lereng (9 % = 1) C = Indeks Faktor Pengelolaan Tanaman (Non Tanaman = 1) P = Indeks Faktor Pengolahan Tanah/Praktek Konservasi Tanah (Non Konservasi = 1 )
2 Panjang = 22,1 m (72,6 ft) Kemiringan = 9% Lebar = 4 m (13,12 ft)
3
4 Kemampuan hujan dengan energi kinetiknya untuk menimbulkan erosi pada suatu bidang lahan dalam waktu tertentu (Intensitas Hujan = EI30 1). Erosivitas Hujan Harian (Bols, 1978) RH = Erosivitas hujan harian Rh = Jumlah curah hujan harian (cm)
5 2). Erosivitas Hujan Bulanan (Bols, 1978) RM = Erosivitas hujan bulanan (Rain)m = Jumlah curah hujan bulanan (cm) (Days)m = Banyaknya hari hujan (Max.P)m = Hujan harian max. dlm 1 bln (cm) 3). Erosivitas Hujan Bulanan (Bols, 1978) Tanpa data (Days) m dan (Max.P) m RM = Erosivitas hujan bulanan (Rain)m = Jumlah Curah hujan bulanan (cm)
6
7 Kepekaan tanah terhadap erosivitas hujan dg kondisi lahan bera (P = 1), kemiringan lahan 9 % (S = 1) dan panjang lereng 22,1 m (L = 1) I. Rumus (Hammer, 1978)
8 Tipe Struktur c = Kode Permeabilitas Tanah Nilai Very Fine Granular 1 Fine Granular 2 Medium Coarse Granular 3 Blocky Platty - Massif 4 Kelas Permeabilitas cm/jam Nilai Rapid > 25,4 1 Moderate Rapid 12,7 25,4 2 Moderate 6,3 12,7 3 Moderate - Slow 2,0 6,3 4 Slow 0,5 2,0 5 Very Slow < 0,5 6
9
10
11
12 Panjang lereng 22,1m (Indeks Faktor L = 1) Kemiringan lereng 9 % (Indeks FaktorS = 1 ) Indeks Faktor L = Σ Erosi pd panjang lereng tertentu Σ Erosi pd panjang lereng 22,1m Indeks Faktor S = Σ Erosi pd kemiringan lereng tertentu Σ Erosi pd kemiringan lereng 9 %
13 1). LS = Indeks faktor panjang & kemiringan lereng L = Panjang lereng (m) S = Kemiringan lereng (%) m = Eksponensial menurut S No. S (%) m 1 < 1 0, , ,4 4 > 5 0,5 2). LS = Nilai faktor panjang & kemiringan lereng λ = Panjang lereng sebenarnya (m) S = Kemiringan lereng (%)
14
15 Lahan tanpa tanaman (Indeks Faktor C = 1) Lahan tanpa tindakan konservasi (Indeks Faktor P = 1) Indeks Faktor C = Σ Erosi pd lahan dg tanaman tertentu Σ Erosi pd lahan tanpa tanaman Indeks Faktor P = Σ Erosi pd lahan dg tindakan konservasi tertentu Σ Erosi pd lahan tanpa tindakan konservasi
16 No. Jenis Vegetasi Nilai Faktor C 1 Rumput Brachiaria decumbens Th I Rumput Brachiaria decumbens Th II 0,287 0,002 2 Kacang Tunggak 0,161 3 Sorghum 0,242 4 Kedelai 0,399 5 Sereh Wangi 0,434 6 Kacang Tanah 0,200 7 Padi Gogo 0,561 8 Padi Sawah 0,010 9 Kebun Campuran (Vegetasi Jarang) 0, Semak Tidak Terganggu 0,010
17 No. Jenis Vegetasi Nilai Faktor C 11 Semak Sebagian Berumput 0,10 12 Alang-alang alang Permanen Alang-alang alang Dibakar Habis 0,02 0,70 13 Pohon Tanpa Semak 0,32 Pohon di Bawah Diolah 0,21 14 Hutan Tidak Terganggu 0, Albizzia dg Semak Campuran Albizzia Tanpa Semak dan Serasah Kentang Searah Lereng Kentang Searah Kontur 0,012 1,0 1,0 0,35 17 Kapas + Tembakau *) 0,6
18 No. Jenis Vegetasi Nilai Faktor C 18 Savana & Padang Rumput *) 0,01 19 Hutan Rapat + Mulsa Tebal *) 0, Kopi, Coklat *) 0,3 21 Cover Crop *) 0,1 22 Tanpa Vegetasi 1,0 23 Pola Tanam Berurutan Pola Tanam Tumpang Gilir + Mulsa Pola Tanam Tumpang Gilir 0,498 0,357 0,588
19 No. Jenis Vegetasi Nilai Faktor C 1 Tanah Diberakan + Diolah Periodik 1,0 2 Sawah Beririgasi 0,01 3 Sawah Tadah Hujan 0,05 4 Tegalan 0,7 5 Ubi Kayu 0,8 6 Jagung 0,7 7 Kacang-kacangan 0,6 8 Kentang 0,4 9 Padi 0,5 10 Tebu 0,2
20 No. Jenis Vegetasi Nilai Faktor C 11 Pisang 0,6 12 Sereh Wangi 0,4 13 Kopi + Cover Crop 0,2 14 Cabe + Jahe 0,9 15 Kebun Campuran Kerapatan Sedang Kerapatan Tinggi 0,3 0,5 16 Shifting Cultivation 0,4 17 Perkebunan dg Penutup Tanah Buruk Karet Teh Kelapa Sawit 0,8 0,5 0,5
21 No. Jenis Vegetasi Nilai Faktor C Hutan Alam Penuh Serasah Hutan Alam Sedikit Serasah Hutan Produksi Tebang Habis Hutan Produksi Tebang Pilih 0,001 0,005 0,5 0,2 20 Belukar/Rumput 0,3 21 Kc. Tanah + Mulsa Jerami 4 ton/ha 0, Kc. Tanah + Mulsa Jerami 2 ton/ha 0, Padi + Mulsa Jerami 4 ton/ha 0, Ubi Kayu + Kedele 0, Ubi Kayu + Kc. Tanah 0, Padi + Kedele 0, Tumpang Gilir (Jagung Padi - Singkong) + Mulsa Jerami 6 ton/ha 0, Rotasi (Padi Jagung Kc. Tanah) + Mulsa Tanaman 0,347
22 No. 1 Jenis Konservasi Tanah Teras Bangku Sempurna Teras Bangku Sedang Teras Bangku Buruk Nilai Faktor P 0,04 0,15 0,35 2 Teras Tradisional 0,40 3 Field Pits/Hill Side Ditch 0, Contour Cultivation + Strip Cropping (0-8%) Contour Cultivation + Strip Cropping (9-20%) Contour Cultivation + Strip Cropping (>20%) Mulsa Jerami 6 t/ha/th Mulsa Jerami 3 t/ha/th Mulsa Jerami 1 t/ha/th 0,50 0,75 0,90 0,30 0,50 0,80
23 No Jenis Konservasi Tanah Padi Gogo - Kedelai + Mulsa Jerami 4 t/ha Padi Gogo Jagung + Mulsa Jerami Jagung + Mulsa Jerami Padi Jagung Kc. Tanah Kc. Hijau + Mulsa Teras Gulud + Padi - Jagung Teras Gulud + Ubi Kayu Teras Gulud + Kacang Tanah Kedelai Teras Gulud + Sorgum Sorgum Teras Gulud +Jagung - Kc. Tanah + Mulsa Teras Bangku +Jagung Ubi Kayu Kedelai Teras Bangku + Sorghum Sorghum Teras Bangku Kc. Tanah - Kc. Tanah Teras Bangku Tanpa Tanaman Nilai Faktor P 0,193 0,083 0,008 0,014 0,013 0,063 0,105 0,041 0,006 0,056 0,024 0,09 0,039
24 No Jenis Konservasi Tanah Teras Gulud + Sorghum Sorghum Teras Gulud + Padi Jagung Teras Gulud + Ubi Kayu Teras Gulud + Kc. Tanah Kedelai Teras Gulud + Kc. Tanah + Mulsa Strip Crotalaria Sorgum Sorgum Strip Crotalaria Kc.Tanah Ubi Kayu Strip Crotalaria Padi Gogo Kedelai Strip Rumput Padi Gogo Nilai Faktor P ,013 0,063 0,105 0,006 0,264 0,405 0,193 0, Contour Cultivation 1,0 13 Tanpa Tindakan Konservasi 1,0
25 No. Sifat Tanah dan Substratum Nilai T Ton/Ha/Th 1 Tanah Dangkal di Atas Batuan 1,12 2 Tanah Dalam di Atas Batuan 2, Tanah dg Sub-soil Padat, di Atas Sub-strata tdk Terkonsolidasi Tanah dg Sub- soil Permeabilitas Lambat, di Atas Sub-strata tdk Terkonsolidasi 4,48 8, Tanah dg Sub- soil Permeabilitas Sedang, di Atas Sub-strata tdk Terkonsolidasi Tanah dg Sub-soil Permeabilitas Cepat, di Atas sub-strata strata tdk Terkonsolidasi 11,21 13,45
BAB III LANDASAN TEORI. A. Metode USLE
BAB III LANDASAN TEORI A. Metode USLE Metode Universal Soil Loss Equation (USLE) merupakan model empiris yang dikembangkan di Pusat Data Aliran Permukaan dan Erosi Nasional, Dinas Penelitian Pertanian,
Lebih terperinciErosi. Rekayasa Hidrologi
Erosi Rekayasa Hidrologi Erosi adalah suatu proses atau peristiwa hilangnya lapisan permukaan tanah atas, baik disebabkan oleh pergerakan air maupun angin. Erosi merupakan tiga proses yang berurutan, yaitu
Lebih terperinciBAB III PROSEDUR PENELITIAN. Metode yag digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksploratif.
BAB III PROSEDUR PENELITIAN 3.1. METODE PENELITIAN Metode yag digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksploratif. Menurut Singarimbun (1989 : 4) metode eksploratif yaitu metode penelitian yang dilakukan
Lebih terperinciTipe struktur. Tabel Lampiran 2. Kode permeabilitas profil tanah
Tabel Lampiran 1. Penilaian struktur tanah Tipe struktur Kode Granular sangat halus (very fine granular) 1 Granular halus (fine granular) 2 Granular sedang dan kasar (medium, coarse granular) 3 Gumpal,
Lebih terperinciBab ini berhubungan dengan bab-bab yang terdahulu, khusunya curah hujan dan pengaliran air permukaan (run off).
BAB VII. EROSI DAN SEDIMENTASI A. Pendahuluan Dalam bab ini akan dipelajari pengetahuan dasar tentang erosi pada DAS, Nilai Indeks Erosivitas Hujan, Faktor Erodibilitas Tanah, Faktor Tanaman atau Faktor
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN
III. METODE PENELITIAN A. Pelaksanaan Penelitian 1. Waktu dan tempat penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari 2014 sampai September 2014 di Dukuh Kaliwuluh, Desa Sidorejo, Kecamatan Kemalang,
Lebih terperinciBAB III LANDASAN TEORI. A. Metode Universal Soil Loss Equation (USLE)
BAB III LANDASAN TEORI A. Metode Universal Soil Loss Equation (USLE) Metode USLE dapat dimanfaatkan untuk memperkirakan besarnya erosi untuk berbagai macam kondisi tataguna lahan dan kondisi iklim yang
Lebih terperinciANALISIS TINGKAT EROSI TANAH DI KECAMATAN PUHPELEM KABUPATEN WONOGIRI
ANALISIS TINGKAT EROSI TANAH DI KECAMATAN PUHPELEM KABUPATEN WONOGIRI Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Guna Mencapai Gelar Sarjana S-1 Program Studi Geografi Oleh : KRISTANTO NUGROHO NIRM. 02.6.106.09010.5.0021
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian adalah cara yang digunakan untuk melakukan
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian adalah cara yang digunakan untuk melakukan penelitian. Pengertian lain dari metode penelitian adalah cara yang digunakan oleh peneliti
Lebih terperinciBAB III LANDASAN TEORI. A. Metode MUSLE
BAB III LANDASAN TEORI A. Metode MUSLE Metode MUSLE (Modify Universal Soil Loss Equation) adalah modifikasi dari metode USLE (Soil Loss Equation), yaitu dengan mengganti faktor erosivitas hujan (R) dengan
Lebih terperinciBAB III LANDASAN TEORI. A. Metode Universal Soil Loss Equation (USLE)
BAB III LANDASAN TEORI A. Metode Universal Soil Loss Equation (USLE) Metode USLE dapat dimanfaatkan untuk memperkirakan besarnya erosi untuk berbagai macam kondisi tataguna lahan dan kondisi iklim yang
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Dari hasil pembahasan dan analisa data diperoleh beberapa kesimpulan dan saran adalah sebagai berikut :
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Dari hasil pembahasan dan analisa data diperoleh beberapa kesimpulan dan saran adalah sebagai berikut : 5.1 Kesimpulan 1. Sedimen pada Embung Tambakboyo dipengaruhi oleh erosi
Lebih terperinciPRAKTIKUM RSDAL VI PREDIKSI EROSI DENGAN METODE USLE DAN UPAYA PENGENDALIANNYA
PRAKTIKUM RSDAL VI PREDIKSI EROSI DENGAN METODE USLE DAN UPAYA PENGENDALIANNYA Metode prediksi erosi yang secara luas telah dipakai serta untuk mengevaluasi teknik konservasi pada suatu area diantaranya
Lebih terperinciBAB III LANDASAN TEORI. Jika dirumuskan dalam suatu persamaan adalah sebagai berikut : R=.(3.1) : curah hujan rata-rata (mm)
BAB III LANDASAN TEORI 3.1. Curah hujan wilayah Menurut Triatmodjo (2010) stasiun penakar hujan hanya memberikan kedalaman hujan di titik di mana stasiun tersebut berada, sehingga hujan pada suatu luasan
Lebih terperinciBAB III PROSEDUR PENELITIAN
44 BAB III PROSEDUR PENELITIAN A. METODE PENELITIAN Menurut Arikunto (1988: 151), metode penelitian adalah cara yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data penelitiannya. Data yang dikumpulkan
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilakukan di DAS Hulu Mikro Sumber Brantas, terletak di Desa
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian dilakukan di DAS Hulu Mikro Sumber Brantas, terletak di Desa Sumber Brantas Kota Batu Jawa Timur. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian
32 1. Tempat Penelitian BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Sub Daerah Aliran Sungai Serayu Hulu. Sub Daerah Aliran Sungai Serayu Hulu meliputi Kecamatan
Lebih terperinciIII. METODOLOGI PENELITIAN
31 III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Lokasi penelitian tersebar di tiga kecamatan yaitu : 1) Kecamatan Sukamakmur, 2) Kecamatan
Lebih terperinciANALISIS EROSI DAN KONSERVASI TANAH DI KECAMATAN NGADIROJO KABUPATEN WONOGIRI
ANALISIS EROSI DAN KONSERVASI TANAH DI KECAMATAN NGADIROJO KABUPATEN WONOGIRI Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Guna Mencapai Gelar Sarjana S1 Program Studi Geografi Oleh : JOKO TRIYATNO NIRM. 03.6.106.09010.5.0016
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Lahan merupakan bagian permukaan bumi yang dicirikan dengan sifat sifat tertentu yang meliputi biosfer, di atas dan di bawahnya termasuk atmosfer, tanah,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Salah satu studi dari geomorfologi adalah mempelajari bentukbentuk erosi. Erosi adalah hilangnya atau terkikisnya tanah / bagianbagian tanah dari suatu
Lebih terperinciMETODOLOGI PENELITIAN
9 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Persiapan : Oktober November 2010 (Bogor). Pelaksanaan lapang (pra survei dan survei) : Desember 2010. Analisis Laboratorium : Januari Februari 2011.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dalam tiga dasawarsa terakhir, di Pulau Jawa telah terjadi pengalihan lahanlahan hutan menjadi lahanlahan bagi peruntukan kepentingan manusia seperti permukiman,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Geomorfologi adalah studi yang mempelajari bentuk lahan dan proses yang mempengaruhinya serta menyelidiki hubungan timbal balik antara bentuk lahan dan
Lebih terperinciBESAR EROSI TANAH DI KECAMATAN AMPEL KABUPATEN BOYOLALI PROPINSI JAWA TENGAH
BESAR EROSI TANAH DI KECAMATAN AMPEL KABUPATEN BOYOLALI PROPINSI JAWA TENGAH Usulan Penelitian Skripsi S-1 Program Studi Geografi Konsentrasi Sumberdaya Lahan Diajukan Oleh: AINUN NAJIB NIRM: 05.6.106.09010.50088
Lebih terperinciTINGKAT EROSI TANAH DI KECAMATAN AMPEL KABUPATEN BOYOLALI PROPINSI JAWA TENGAH
TINGKAT EROSI TANAH DI KECAMATAN AMPEL KABUPATEN BOYOLALI PROPINSI JAWA TENGAH SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan Mencapai derajat sarjana S-1 Fakultas Geografi OLEH : SUGIYANTO NIM:
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN Penggunaan Lahan
HASIL DAN PEMBAHASAN Penggunaan Lahan DAS Krueng Peutoe yang luasnya 30.258 ha terdiri atas lima jenis penggunaan lahan, yaitu pemukiman, kebun campuran, perkebunan, semak belukar dan hutan primer. Dari
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Lahan Kritis Lahan kritis adalah lahan yang tidak mampu secara efektif digunakan untuk lahan pertanian, sebagai media pengatur tata air, maupun sebagai pelindung alam lingkungan.
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Daerah Aliran Sungai Daerah aliran sungai (DAS) adalah sebuah kawasan yang dibatasi oleh pemisah topografis, yang menyimpan, menampung dan mengalirkan air curah hujan yang
Lebih terperinciDAFTAR ISI. ABSTRAK... i KATA PENGANTAR... ii DAFTAR ISI... v DAFTAR TABEL... ix DAFTAR GAMBAR... xiii
DAFTAR ISI ABSTRAK... i KATA PENGANTAR... ii DAFTAR ISI... v DAFTAR TABEL... ix DAFTAR GAMBAR... xiii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... 1 B. Rumusan Masalah... 10 C. Tujuan Penelitian... 10
Lebih terperinciLampiran 1. Kriteria faktor penghambat/pembatas klasifikasi kemampuan lahan
171 Lampiran 1. Kriteria faktor penghambat/pembatas klasifikasi kemampuan lahan Kecuraman lereng A (l 0 ) = 0 sampai 3% (datar) B (l 1 ) sampai 8% (landai atau berombak) C (l 2 ) = 8 sampai 15% (agak miring
Lebih terperinciKAJIAN EROSI TANAH DENGAN PENDEKATAN WISCHMEIER PADA DAS KALIMEJA SUBAIM KECAMATAN WASILE TIMUR KABUPATEN HALMAHERA TIMUR
KAJIAN EROSI TANAH DENGAN PENDEKATAN WISCHMEIER PADA DAS KALIMEJA SUBAIM KECAMATAN WASILE TIMUR KABUPATEN HALMAHERA TIMUR Adnan Sofyan dan Gunawan Hartono*) Abstrak : Erosi yang terjadi di Sub Das Kalimeja
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bentuk permukaan bumi selalu mengalami perkembangan dan perubahan, baik secara fisik maupun kimiawi. Perubahan tersebut disebabkan oleh prosesproses geomorfologi, yaitu
Lebih terperinciBAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
35 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Curah Hujan Data curah hujan yang terjadi di lokasi penelitian selama 5 tahun, yaitu Januari 2006 hingga Desember 2010 disajikan dalam Gambar 5.1. CH (mm) 600 500 400
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Lahan adalah bagian permukaan bumi yang dicirikan dengan sifatsifat tertentu yang meliputi biosfer, di atas dan di bawahnya termasuk atmosfer, tanah,
Lebih terperinciLampiran 1. Peta Penggunaan Lahan DAS Ketahun Hulu
81 Lampiran 1. Peta Penggunaan Lahan DAS Ketahun Hulu 81 82 Lampiran 2. Peta Kelas Lereng DAS Ketahun Hulu 82 83 Lampiran 3. Peta Jenis Tanah DAS Ketahun Hulu 83 84 Lampiran 4. Peta Kawasan Hutan DAS Ketahun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Air dan tanah merupakan sumberdaya alam yang esensial bagi kelangsungan hidup mahluk hidup, baik manusia, binatang maupun tumbuhan. Dalam siklus hidrologi daerah aliran
Lebih terperinciAGRIBISNIS TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA
SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN AGRIBISNIS TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA BAB VI. PERSIAPAN LAHAN Rizka Novi Sesanti KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL
Lebih terperinciLampiran 1 Analisis hubungan debit aliran dengan tinggi muka air di Sub DAS Melamon
LAMPIRAN 40 41 Lampiran 1 Analisis hubungan debit aliran dengan tinggi muka air di Sub DAS Melamon No Tanggal Hujan S t V air TMA A P Q ratarat (m) (m/s) (m) (m 2 ) (m) (m 3 /s) a N Beton (A/P) 2/3 S 0.5
Lebih terperincigeografi Kelas X PEDOSFER III KTSP & K-13 H. SIFAT KIMIA TANAH a. Derajat Keasaman Tanah (ph)
KTSP & K-13 Kelas X geografi PEDOSFER III Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan memiliki kemampuan berikut. 1. Memahami sifat kimia tanah. 2. Memahami vegetasi tanah. 3. Memahami
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Erosi adalah proses dua tahap yang terdiri dari penguraian massa tanah menjadi partikel-partikel tunggal, serta pengangkutan partikelpartikel tersebut
Lebih terperinciBAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. dahulu dihitung faktor-faktor bahaya erosi yang terjadi di Sub DAS Bekala.
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil 1. Bahaya Erosi di Sub DAS Bekala Untuk menentukan tingkat bahaya erosi yang terjadi di Sub DAS Bekala maka terlebih dahulu dihitung faktor-faktor bahaya erosi yang
Lebih terperinciIV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Secara geografis, lokasi penelitian terletak antara mt dan
IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Keadaan Umum Lokasi Penelitian (1). Kondisi Geografi Secara geografis, lokasi penelitian terletak antara 526.650 mt dan 9.406.450 mu sampai 527.200
Lebih terperinciTeknik Konservasi Waduk
Teknik Konservasi Waduk Pendugaan Erosi Untuk memperkirakan besarnya laju erosi dalam studi ini menggunakan metode USLE (Universal Soil Loss Equation) atau PUKT (Persamaan umum Kehilangan Tanah). USLE
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Tanah adalah sumber daya alam yang esensial bagi kelangsungan makhluk hidup. Tanah bersifat dinamis, selalu mengalami perubahan akibat dari penggunaan dan pengelolaan
Lebih terperinciEVALUASI TINGKAT EROSI TANAH UNTUK KONSERVASI TANAH DI KECAMATAN EROMOKO KABUPATEN WONOGIRI JAWA TENGAH
EVALUASI TINGKAT EROSI TANAH UNTUK KONSERVASI TANAH DI KECAMATAN EROMOKO KABUPATEN WONOGIRI JAWA TENGAH SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana S-1 Program Studi
Lebih terperinciDAFTAR ISI HALAMAN JUDUL...
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PERSETUJUAN... ii KATA PENGANTAR... iii PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN... iv DAFTAR ISI... v DAFTAR TABEL... viii DAFTAR GAMBAR... x DAFTAR PETA... xii DAFTAR LAMPIRAN...
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Erosi dan Akibatnya 1. Sifat dan Fungsi Tanah Tanah adalah suatu benda alami heterogen yang terdiri atas komponen-komponen padat, cair dan gas yang mempunyai sifat dan perilaku
Lebih terperinciANALISA UMUR KOLAM DETENSI AKIBAT SEDIMENTASI (Studi Kasus Kolan Detensi Ario Kemuning Palembang )
ANALISA UMUR KOLAM DETENSI AKIBAT SEDIMENTASI (Studi Kasus Kolan Detensi Ario Kemuning Palembang ) R.A. Sri Martini Email : ninik_kunc@yahoo.co.id Sudirman Kimi Dosen Teknik Sipil Universitas Muhammadiyah
Lebih terperinciAGROFORESTRY DALAM UPAYA KOSERVASI TANAH B Y : Y A Y A T H I D A Y A T
AGROFORESTRY DALAM UPAYA KOSERVASI TANAH B Y : Y A Y A T H I D A Y A T Perkembangan Konsep Konservasi Tanah Perhatian terhadap pentingnya konservasi tanah muncul pada th 1930-an khususnya di AS. Th 1950-1960
Lebih terperinciANALISIS TINGKAT EROSI TANAH DI KECAMATAN JENAR KABUPATEN SRAGEN. Skripsi S-1 Program Studi Geografi. Diajukan Oleh : YOGI SUNARSO NIM: E.
ANALISIS TINGKAT EROSI TANAH DI KECAMATAN JENAR KABUPATEN SRAGEN Skripsi S-1 Program Studi Geografi Diajukan Oleh : YOGI SUNARSO NIM: E.100 010 004 FAKULTAS GEOGRAFI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
Lebih terperinciBAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Analisis Karakter Daerah Tangkapan Air Merden
BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Analisis Karakter Daerah Tangkapan Air Merden 1. Luas DTA (Daerah Tangkapan Air) Merden Dari hasil pengukuran menggunakan aplikasi ArcGis 10.3 menunjukan bahwa luas DTA
Lebih terperinciPENDAHULLUAN. Latar Belakang
PENDAHULLUAN Latar Belakang Tanaman kakao sebagai salah satu komoditas andalan subsektor perkebunan Propinsi Sulawesi Tenggara banyak dikembangkan pada topografi berlereng. Hal ini sulit dihindari karena
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
41 HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Lahan DAS Ketahun Hulu Das Ketahun Hulu seluas 115.998 hektar terdiri beberapa jenis penggunaan lahan yaitu kebun campuran, hutan primer, hutan sekunder, rawa dan
Lebih terperinciBAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Analisis karakteristik DTA(Daerah Tangkapan Air ) Opak
BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Analisis karakteristik DTA(Daerah Tangkapan Air ) Opak 1. Luas DTA (Daerah Tangkapan Air) Opak Dari hasil pengukuran menggunakan aplikasi ArcGis 10.1 menunjukan bahwa luas
Lebih terperinciANALISIS TINGKAT EROSI DAN SEDIMENTASI DI DANAU BUYAN
ANALISIS TINGKAT EROSI DAN SEDIMENTASI DI DANAU BUYAN Kadek Diana Harmayani 1, Gede Made Konsukartha 2 dan Ida Bagus Donny Permana 3 1 Jurusan Teknik Sipil, Universitas Udayana, Kampus Bukit Jimbaran Badung
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. satu dokumentasi utama sebagai dasar dalam proyek-proyek pengembangan
5 TINJAUAN PUSTAKA Survei Tanah Salah satu kegiatan yang dilakukan untuk mempelajari lingkungan alam dan potensi sumber dayanya adalah survei. Sebuah peta tanah merupakan salah satu dokumentasi utama sebagai
Lebih terperinciManusia: Faktor manusia akhirnya menjadi penentu apakah tanah atau lahan akan menjadi rusak atau lebih baik dan produktif. Tergantung pada : tingkat
AMDAL (AGR77) Manusia: Faktor manusia akhirnya menjadi penentu apakah tanah atau lahan akan menjadi rusak atau lebih baik dan produktif. Tergantung pada : tingkat pendapatan, penguasaan teknologi, dan
Lebih terperinciPREDIKSI EROSI DENGAN METODE USLE ( Universal Soil Loss Equation ) DI KEBUN TAMBUNAN A KECAMATAN SALAPIAN KABUPATEN LANGKAT. Shanti Desima Simbolon
PREDIKSI EROSI DENGAN METODE USLE ( Universal Soil Loss Equation ) DI KEBUN TAMBUNAN A KECAMATAN SALAPIAN KABUPATEN LANGKAT Shanti Desima Simbolon ABSTRACT Soil degradation and reduced productivity associated
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Dengan bertambahnya jumlah penduduk berarti tekanan terhadap lahan akan semakin meningkat, baik untuk pemenuhan pangan maupun permukiman. Semakin sempitnya
Lebih terperinciPREDIKSI EROSI PADA BERBAGAI POLA USAHA TANI DI DESA KABIRAAN KECAMATAN ULUMANDA KABUPATEN MAJENE Oleh Qaizar K
PREDIKSI EROSI PADA BERBAGAI POLA USAHA TANI DI DESA KABIRAAN KECAMATAN ULUMANDA KABUPATEN MAJENE Oleh Qaizar K Dosen Fakultas Pertaniaan Universitas Satria Makassar ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk
Lebih terperinciPERENCANAAN KONSERVASI SUB DAS CIMUNTUR KABUPATEN CIAMIS. Ajeng Aprilia Romdhon, Kunto Dwi Utomo, Suharyanto *), Hari Nugroho *)
JURNAL KARYA TEKNIK SIPIL, Volume 3, Nomor 1, Tahun 2014, Halaman 105 JURNAL KARYA TEKNIK SIPIL, Volume 3, Nomor 1, Tahun 2014, Halaman 105 118 Online di: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkts
Lebih terperinciPendugaan Erosi Aktual Berdasarkan Metode USLE Melalui Pendekatan Vegetasi, Kemiringan Lereng dan Erodibilitas di Hulu Sub DAS Padang
Pendugaan Erosi Aktual Berdasarkan Metode USLE Melalui Pendekatan Vegetasi, Kemiringan Lereng dan Erodibilitas di Hulu Sub DAS Padang Estimation of Actual Erosion by USLE Method Approach Vegetation, Slope
Lebih terperinciPENDAHULUAN A. Latar Belakang
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Erosi adalah suatu proses atau peristiwa hilangnya lapisan permukaan tanah atas, baik disebabkan oleh pergerakan air maupun angin (Suripin 2004). Erosi merupakan tiga proses
Lebih terperinciTINGKAT EROSI TANAH DI KECAMATAN NGUNTORONADI KABUPATEN WONOGIRI
TINGKAT EROSI TANAH DI KECAMATAN NGUNTORONADI KABUPATEN WONOGIRI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana S-1 Fakultas Geografi Oleh : ABDULLAH IBRAHIM NIRM: 95.6.106.09010.5.093
Lebih terperinciPREDIKSI EROSI BERBAGAI POLA USAHA TALI DI DESA PALATTA KECAMATAN TAPANGO KABUPATEN POLEWALI MANDAR
PREDIKSI EROSI BERBAGAI POLA USAHA TALI DI DESA PALATTA KECAMATAN TAPANGO KABUPATEN POLEWALI MANDAR Qaizar K Dosen Fakultas Pertanian dan Kehutanan Universitas Sulawesi Barat Abstract This study aims to
Lebih terperinciMENENTUKAN LAJU EROSI
MENENTUKAN LAJU EROSI Pendahuluan Erosi adalah proses berpindahnya massa batuan dari satu tempat ke tempat lain yang dibawa oleh tenaga pengangkut yang bergerak di muka bumi. Tenaga pengangkut tersebut
Lebih terperinciKONSERVASI SUMBERDAYA ALAM DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN OLEH : MOCHAMAD HADI LAB EKOLOGI & BIOSISTEMATIK JURUSAN BIOLOGI FMIPA UNDIP
KONSERVASI SUMBERDAYA ALAM DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN OLEH : MOCHAMAD HADI LAB EKOLOGI & BIOSISTEMATIK JURUSAN BIOLOGI FMIPA UNDIP Pengertian Konservasi Konservasi sumber daya alam adalah penghematan penggunaan
Lebih terperinciSTUDI EROSI LAHAN PADA DAS AIR DINGIN BAGIAN HULU DI KOTA PADANG. Skripsi APRIZON PUTRA 89059
STUDI EROSI LAHAN PADA DAS AIR DINGIN BAGIAN HULU DI KOTA PADANG Skripsi APRIZON PUTRA 89059 Dosen Pembimbing Drs. DASWIRMAN, M.Si TRIYATNO, S.Pd, M.Si JURUSAN GEOGRAFI FAKULTAS ILMU SOSIAL UNIVERSITAS
Lebih terperinciIdentifikasi Prioritas Konservasi Berdasarkan Tingkat Bahaya Erosi (TBE) dan Sosial Ekonomi Masyarakat di Kecamatan Panti Kabupaten Jember
1 TEKNOLOGI PERTANIAN Identifikasi Prioritas Konservasi Berdasarkan Tingkat Bahaya Erosi (TBE) dan Sosial Ekonomi Masyarakat di Kecamatan Panti Kabupaten Jember Identification of Conservation Priorities
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Makin banyak informasi yang diperoleh dari pelaksanaan survei pada skala yang
TINJAUAN PUSTAKA Survei Tanah Salah satu kegiatan yang dilakukan untuk mempelajari lingkungan alam dan potensi sumber dayanya adalah survei. Sebuah peta tanah merupakan salah satu dokumentasi utama sebagai
Lebih terperinciDwi Priyo Ariyanto i dan Hery Widijanto
KAJIAN KLASIFIKASI BAHAYA EROSI DENGAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFI DI DAERAH HULU WADUK SEMPOR, GOMBONG The Study of Erosion Hazard Clasification by Geographic Information System in Sempor Reservoir Upstream
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Uraian Umum Embung merupakan bangunan air yang selama pelaksanaan perencanaan diperlukan berbagai bidang ilmu guna saling mendukung demi kesempurnaan hasil perencanaan. Bidang
Lebih terperinciTUGAS TEKNOLOGI KONSERVASI SUMBER DAYA LAHAN
TUGAS TEKNOLOGI KONSERVASI SUMBER DAYA LAHAN Penanggulangan Kerusakan Lahan Akibat Erosi Tanah OLEH: RESTI AMELIA SUSANTI 0810480202 PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA
Lebih terperinciPREDIKSI EROSI DAN SEDIMENTASI DI SUB DAERAH ALIRAN SUNGAI KEDUANG KABUPATEN WONOGIRI
PREDIKSI EROSI DAN SEDIMENTASI DI SUB DAERAH ALIRAN SUNGAI KEDUANG KABUPATEN WONOGIRI (The Prediction of Erosion and Sedimentation at Keduang Sub-Watershed in Wonogiri Regency) JOKO SUTRISNO 1, BUNASOR
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. A. Karakteristik Wilayah Desa Gunungsari. Desa Gunungsari Kecamatan Bansari terletak di lereng gunung Sindoro pada
23 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik Wilayah Desa Gunungsari Desa Gunungsari Kecamatan Bansari terletak di lereng gunung Sindoro pada ketinggian antara 500 900 m. dpl, dengan suhu maksimum 30 derajat
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Uraian Sejak peradaban manusia, proses sedimentasi mempengaruhi persediaan air, irigasi, pertanian, pengendalian banjir, perpindahan sungai, proyek hidroelektrik, navigasi,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Daerah Aliran Sungai merupakan suatu sistem alam yang menjadi
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Daerah Aliran Sungai merupakan suatu sistem alam yang menjadi faktor pendukung dalam penyediaan kebutuhan air. Lahan-lahan yang ada pada suatu DAS merupakan suatu
Lebih terperinciSTUDI IDENTIFIKASI PENGELOLAAN LAHAN BERDASAR TINGKAT BAHAYA EROSI (TBE) (Studi Kasus Di Sub Das Sani, Das Juwana, Jawa Tengah)
JURNAL ILMU LINGKUNGAN Volume 9, Issue 2: 57-61 (2011) ISSN 1829-8907 STUDI IDENTIFIKASI PENGELOLAAN LAHAN BERDASAR TINGKAT BAHAYA EROSI (TBE) (Studi Kasus Di Sub Das Sani, Das Juwana, Jawa Tengah) Rathna
Lebih terperinciTeknologi Sistem Usahatani Konservasi dan Alat Mesin Pertanian; Yogyakarta, Januari Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian.
70 DAFTAR PUSTAKA Abdurrachman A, Nugroho K, Sumarmo. 2000. Pengembangan Lahan Kering Untuk Menunjang Ketahanan Pangan Nasional Indonesia. Prosiding Seminar Nasional Sumberdaya Lahan. Buku I; Cisarua-Bogor,
Lebih terperinciBab I Pendahuluan. I.1 Latar Belakang
1 Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang Erosi adalah proses terkikis dan terangkutnya tanah atau bagian bagian tanah oleh media alami yang berupa air. Tanah dan bagian bagian tanah yang terangkut dari suatu
Lebih terperinciVIII. KONSERVASI TANAH DAN AIR
VIII. KONSERVASI TANAH DAN AIR KONSERVASI TANAH : Penggunaan tanah sesuai dengan kelas kemampuan tanah dan memperlakukan tanah tersebut agar tidak mengalami kerusakkan. Berarti : 1. menjaga tanah agar
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Erosi Erosi adalah peristiwa terangkutnya tanah atau bagian-bagian tanah dari suatu tempat ke tempat lain oleh media alami. Pengikisan dan pengangkutan tanah tersebut
Lebih terperinciBAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Analisis Faktor Erosivitas Faktor erosivitas hujan yang didapatkan dari nilai rata rata curah hujan bulanan dari stasiun-stasiun hujan yang terdekat dengan lokasi penelitian.
Lebih terperinci125 permukaan dan perhitungan erosi berasal dari data pengukuran hujan sebanyak 9 kejadian hujan. Perbandingan pada data hasil tersebut dilakukan deng
124 Bab VI Kesimpulan Lokasi penelitian, berupa lahan pertanian dengan kondisi baru diolah, tanah memiliki struktur tanah yang remah lepas dan jenis tanah lempung berlanau dengan persentase partikel tanah
Lebih terperinciABSTRACT PREDICTION EROSION, LAND CAPABILITY CLASSIFICATION AND PROPOSED LAND USE IN BATURITI DISTRICT, TABANAN REGENCY, BALI PROVINCE.
ABSTRACT PREDICTION EROSION, LAND CAPABILITY CLASSIFICATION AND PROPOSED LAND USE IN BATURITI DISTRICT, TABANAN REGENCY, BALI PROVINCE. Land resource damage caused by the land conversion and land use without
Lebih terperinciDAFTAR ISTILAH Air lebih: Bahan pembenah tanah ( soil conditioner Bangunan terjunan: Bedengan: Berat isi tanah: Budidaya lorong ( alley cropping
DAFTAR ISTILAH Air lebih: Air yang tidak dapat dipegang atau ditahan oleh butir-butir tanah dan memenuhi atau menjenuhi pori-pori tanah Bahan pembenah tanah (soil conditioner): Bahan-bahan yang mampu memperbaiki
Lebih terperinciPemetaan Tingkat Bahaya Erosi Sub DAS Petani Sumatera Utara. Mapping Erosion Level in Petani SubWatershed North Sumatera
Pemetaan Tingkat Bahaya Erosi Sub DAS Petani Sumatera Utara Mapping Erosion Level in Petani SubWatershed North Sumatera Roria Renta Silalahi, Supriadi*, Razali Program Studi Agroekoteknologi, Fakultas
Lebih terperinciProsiding Seminar Nasional INACID Mei 2014, Palembang Sumatera Selatan
No Makalah : 1.17 EROSI LAHAN DI DAERAH TANGKAPAN HUJAN DAN DAMPAKNYA PADA UMUR WADUK WAY JEPARA Dyah I. Kusumastuti 1), Nengah Sudiane 2), Yudha Mediawan 3) 1) Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA A. Erosi 1. Pengertian Erosi
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Erosi 1. Pengertian Erosi Erosi adalah hilangnya atau terkikisnya suatu tanah atau bagian-bagian tanah dari suatu tempat yang diangkut oleh air atau angin ke tempat lain. Erosi
Lebih terperinciEI 30 = 6,119 R 1,21 D -0,47 M 0,53 Tabel IV.1 Nilai Indeks Erosivitas Hujan (R)
BAB IV ANALISIS No. 4.1 Faktor Berpengaruh DalamTingkat Kehilangan Tanah Dalam menganalisis Fisik Kemampuan tanah terhadap erosi di gunakan pedoman Permen PU No.41/PRT/M/2007 yang didalamnya menjelaskan
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. 1. Kecamatan Jalancagak memiliki luas lahan 5.396,52 Ha yang sebagian
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat diambil beberapa kesimpulan diantaranya yaitu : 1. Kecamatan Jalancagak memiliki luas lahan 5.396,52 Ha
Lebih terperinciDEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR
TRANSFORMASI HUJAN MENJADI LIMPASAN, EROSI, DAN SEDIMENTASI DI SUB DAS BERHUTAN DAN TIDAK BERHUTAN (STUDI KASUS DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT, SUKABUMI JAWA BARAT) MARIA C. L. HUTAPEA DEPARTEMEN MANAJEMEN
Lebih terperinciek SIPIL MESIN ARSITEKTUR ELEKTRO
ek SIPIL MESIN ARSITEKTUR ELEKTRO ANALISIS POTENSI EROSI PADA DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) DI SULAWESI TENGAH I Wayan Sutapa * Abstract The Research aim to know the potency of erosion that happened in some
Lebih terperincibio.unsoed.ac.id air. Upaya tersebut dapat berupa perlambatan kecepatan aliran air dengan membuat
PENDAHULUAN STRATEGI KONSERVASI SUMBERDAYA TANAH DAN AIR Oleh: Dr. Dwi Nugroho Wibowo, MS Staf Pengajar Fakultas Biologi Unsoed Pada dasarnya konservasi tanah dan air dilakukan agar energi yang dihasilkan
Lebih terperinciMETODE KONSERVASI TANAH DAN AIR
METODE KONSERVASI TANAH DAN AIR KONSERVASI TANAH Menjaga struktur tanah agar tidak terdispersi. Mengatur kekuatan gerak dan jumlah aliran permukaan. Pendekatan: (1) Menutup tanah, dengan tumbuhan/tanaman/sisa
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. merupakan manfaat yang dirasakan secara tidak langsung (intangible). Selain itu,
TINJAUAN PUSTAKA Hutan dan Fungsinya Hutan memiliki fungsi sebagai pelindung, dalam hal ini berfungsi sebagai pengaturan tata air, pencegahan banjir, pencegahan erosi, dan pemeliharaan kesuburan tanah.
Lebih terperinci6/14/2013 .PENDAHULUAN KANDUNGAN HARA DAN TINGKAT EROSI PADA LAHAN MIRING BERSOLUM DANGKAL METODE
PENDAHULUAN KANDUNGAN HARA DAN TINGKAT EROSI PADA LAHAN MIRING BERSOLUM DANGKAL Oleh: Nining Wahyunigrum dan Tyas Mutiara Basuki BADAN LITBANG KEHUTANAN BPTKPDAS SOLO Degradasi lahan di Indonesia umumnya
Lebih terperinciPREDIKSI DAN TINGKAT BAHAYA EROSI PADA LAHAN USAHA TANI PEGUNUNGAN DI KABUPATEN TEMANGGUNG, JAWA TENGAH
PREDIKSI DAN TINGKAT BAHAYA EROSI PADA LAHAN USAHA TANI PEGUNUNGAN DI KABUPATEN TEMANGGUNG, JAWA TENGAH Husein Suganda dan Neneng L. Nurida Peneliti Badan Litbang Pertanian Pada Balai Penelitian Tanah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. fungsi utama, yaitu sebagai sumber unsur hara bagi tumbuhan dan sebagai matriks
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tanah adalah suatu benda alami heterogen yang terdiri atas komponenkomponen padat, cair dan gas, dan mempunyai sifat serta perilaku yang dinamik (Arsyad, 1989).
Lebih terperinci