BESAR EROSI TANAH DI KECAMATAN AMPEL KABUPATEN BOYOLALI PROPINSI JAWA TENGAH

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BESAR EROSI TANAH DI KECAMATAN AMPEL KABUPATEN BOYOLALI PROPINSI JAWA TENGAH"

Transkripsi

1 BESAR EROSI TANAH DI KECAMATAN AMPEL KABUPATEN BOYOLALI PROPINSI JAWA TENGAH Usulan Penelitian Skripsi S-1 Program Studi Geografi Konsentrasi Sumberdaya Lahan Diajukan Oleh: AINUN NAJIB NIRM: FAKULTAS GEOGRAFI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2001

2 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kebutuhan akan lahan untuk berbagai kepentingan manusia semakin lama semakin meningkat. Seiring dengan semakin meningkatnya populasi manusia. Dengan kata lain semakin bertambahnya penduduk akan makin menuntut perubahan penggunaan lahan dari pertanian ke non pertanian. Dalam perubahan penggunaan lahan tersebut seringkali aktivitas manusia cenderung merusak lingkungan tanpa memperhatikan keseimbangan dan kelestarian alam. Pemanfaataan lahan yang secara besar-besaran sering mengabaikan kelestarian tanah sebagai unsur penyusun lahan, sehingga kerusakan tanah dan kerusakan lahan semakin bertambah besar. Pemanfaatan sumber daya alam (tanah dan air) perlu direncanakan dan dikelola secara tepat, dengan pengaturan penggunaan lahan dan pelaksanaan usaha-usaha rehabilitasi lahan dan konservasi tanah. Upaya-upaya tersebut dilakukan untuk mencapai tujuan akhir pengelolaan sumber daya alam dan air guna terwujudnya keseimbangan sumberdaya alam dan keadaan tata air daerah penelitian agar tidak terjadi bahaya erosi dikemudian hari. Bahaya erosi tanah adalah keadaan yang memungkinkan erosi tanah akan terjadi dalam waktu yang dekat, atau seandainya erosi tanah telah terjadi di tempat itu maka bahaya erosi tanah adalah sebagai tingkat erosi tanah yang akan terjadi di masa mendatang (Bergsma, 1983). Agar kejadian tersebut dapat dicegah atau diminimalisasi perlu dilakukan upaya konservasi tanah, yaitu suatu usaha untuk mendapatkan tingkat hasil dari lahan secara maksimum dengan mengadakan cocok tanam sambil mengusahakan tindakan pencegahan terhadap terjadinya erosi tanah sampai di bawah tingkat yang masih dapat dibiarkan (Morgan, 1979). Permasalahan yang ada di daerah penelitian adalah belum maksimalnya usaha konservasi tanah hal ini dibuktikan banyak terjadi erosi, seperti erosi lembar, erosi alur, erosi parit dan erosi sungai. Proses erosi tersebut terutama banyak terjadi di Desa Njlarem, Ngargoloko, Candisari dan Nganggrong.

3 2 Berdasarkan latar belakang di atas penulis mengadakan penelitian dengan judul sementara BESAR EROSI TANAH DI KECAMATAN AMPEL KABUPATEN BOYOLALI PROPINSI JAWA TENGAH Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut di atas maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut: 1. Bagaimana tingkat erosi tanah yang ada di daerah penelitian? 2. Bagaimana persebaran tingkat erosi tanah yang ada di daerah penelitian? 1.3 Tujuan Penelitian 1. Mengetahui tingkat erosi tanah erosi tanah di daerah penelitian. 2. Mengetahui persebaran tingkat erosi tanah yang ada di daerah penelitian Kegunaan Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai informasi mengenai tingkat bahaya erosi permukaan dan laju erosi yang masih dapat diperbolehkan yang dapat memberikan masukan mengenai arahan konsevasi tanah daerah penelitian, selanjutnya dapat digunakan untuk pemetaan tingkat bahaya erosi dan konservasi tanah dan sebagai bahan bacaan bagi pihak-pihak yang memerlukan Telaah Pustaka dan Penelitian Sebelumnya Sitanala Arsyad (1989) dalam buku: Konservasi Tanah dan Air, menguraikan cara memprediksi laju erosi pada suatu bidang tanah menggunakan model parametrik yang dikembangkan oleh Wischmeier dan Smith (1978) yang disebut The Universal Soil Loss Equation (USLE). Prediksi laju erosi menggunakan model USLE dilakukan dengan cara mengelompokkan faktor-faktor erosi yang mempengaruhi laju erosi ke dalam enam perubah, yang nilainya untuk setiap tempat dapat dinyatakan secara numerik. Persamaan tersebut adalah A = RKLSCP, dengan R (erosivitas), K

4 3 (erodibilitas tanah), L (panjang lereng), S (kemiringan lereng), C (pengelolaan tanaman), dan P (pengelolaan lahan). Tukidal Yunianto (1984) dalam bukunya yang berjudul: Erosion Hazard Study of The Kudus and Prawata Area Central Java, Indonesia, bertujuan mempelajari peranan survei geomorfologi dalam pemetaan bahaya erosi tanah, dan pengambilan keputusan terhadap cara-cara pengawetan tanah yang sesuai di daerah penelitian. Metode penelitian menggunakan survei geomorfologi untuk mendasari penetapan satuan pemetaan bahaya erosi tanah. Satuan pemetaan diperoleh dari bentuk lahan sebagai satuan geomorfologi yang ditetapkan atas dasar sifat-sifat relief, bahan tanah (macam batuan dan tanah), hasil suatu kejadian alam dan asal mulanya di masa lampau dan masa sekarang. Satuan pemetaan dibagi lebih mendalam lagi atas dasar perbedaan jenis vegetasi, penggunaan lahan dan pengelolaan tanah. Penafsiran foto udara dipergunakan untuk membedakan bentuk lahan, kemudian dilengkapi dengan pengamatan lapangan dan uji laboratorium. Dalam penelitian tingkat bahaya erosi tersebut digunakan analisa kualitatif yaitu dibuat penilaian berdasarkan faktor-faktor bahaya erosi tanah, yaitu erosivitas hujan, erodibilitas tanah, relief, (kemiringan, panjang dan bentuk lereng), penambahan aliran air dari permukaan lereng atas, kenampakan erosi tanah, tingkat kerapatan penutupan vegetasi dan pengelolaan lahan. Penilaian tingkat bahaya erosi dilakukan pada setiap satuan geomorfologi sebagai satuan pemetaan. Penilaiannya dilakukan secara pengharkatan, yakni tiap faktor bahaya erosi dinilai dari kelas 1 hingga 5, demikian pula pada kelas bahaya erosi tanah yang dihasilkannya berkisar dari kelas 1 (tingkat rendah) hingga kelas 5 (tingkat tinggi). Di samping penelitian di atas, juga dilakukan penelitian terhadap kesesuaian lahannya. Kesesuaian lahan yang diteliti adalah kesesuaian untuk lahan kering dengan tanaman semusim, seperti : jagung, kentang, dan kedelai. Evaluasi lahan dalam penelitian ini menggunakan parameter kualitas lahan, yang meliputi faktor-faktor kedalaman tanah, kerentanan erosi, lereng, serta perkiraan hasil panen.

5 4 Adapun penentuan atau rekomendasi tindakan konservasi, yakni tentang prioritas perencanaannya dibuat berdasarkan hasil kombinasi antara hasil penelitian tingkat bahaya erosi tanah dan tingkat kesesuaian lahannya. Prioritas perencanaannya dipilih pada satuan pemetaan yang dicirikan dengan tanaman lahan kering yang mempunyai tingkat erosi sedang hingga tinggi. Penelitian yang dihasilkan merupakan penelitian semi detil dengan skala 1 : yang berupa peta bahaya erosi tanah daerah Kudus dan Prawata, Jawa Tengah. Bambang Supriyadi (1992) dalam penelitiannya yang berjudul: Evaluasi Tingkat Bahaya Erosi Tanah dan Kemampuan Lahan Untuk Arahan Konservasi Tanah di DAS Saradan Kabupaten DATI II Wonogiri, bertujuan untuk mengetahui tingkat bahaya erosi tanah, menentukan kelas kemampuan lahan, dan mengevaluasi tingkat bahaya erosi tanah dan kemampuan lahan untuk konservasi tanah. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan teknik pengumpulan data dengan observasi. Sifat metode ini adalah mengadakan pengamatan gejala dan fakta guna memperoleh data sebagai landasan dalam pemerian sesuai dengan tujuannya. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan bentang lahan, dengan bentuk lahan sebagai salah satu unsurnya. Disamping itu juga dilakukan analisis keruangan dengan memandang bahwa parameter-parameter yang menyusun dan mempengaruhi daerah aliran sungai satu sama lain dan merupakan satu sistem. Penelitian ini dilaksanakan dengan menggabungkan beberapa metode dalam geomorfologi meliputi metode interpretasi foto udara, pemetaan geomorfologi, determinasi watak fisik dan kimia tanah. Satuan pemetaan menggunakan satuan lahan yang dihasilkan dari tumpang susun tiga peta, yaitu peta bentuk lahan, peta penggunaan lahan, dan peta kemiringan lereng. Peta satuan lahan berskala 1:50.000, teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah cuplikan terstrata dengan pertimbangan. Dalam penelitian ini ada dua kelompok data yaitu data yang dipergunakan untuk penentuan tingkat bahaya erosi dan data untuk penentuan tingkat kemampuan lahan. Data yang dipergunakan untuk penentuan tingkat bahaya erosi meliputi erosivitas hujan, erodibilitas tanah, panjang dan kemiringan lereng,

6 5 kenampakan erosi, penutupan lahan dan vegetasi serta tindakan konservasi tanah. Data untuk penentuan tingkat kemampuan lahan terdiri dari lereng permukaan, tingkat erosi, kedalaman tanah, tekstur tanah permeabilitas, drainase, dan persentase kerikil atau batu. Selain itu juga data tentang tingkat erosi parit, bentuk parit, lereng saluran parit dan daerah penangkapan hujan dari parit. Tingkat bahaya erosi dalam penelitian tersebut penilaiannya dibuat secara kualitatif. Masing-masing faktor yang berpengaruh diberi harkat sesuai dengan tingkat pengaruhnya. Faktor yang cenderung menaikkan tingkat bahaya erosi tanah diberi nilai positif, sedang faktor yang cenderung menurunkan tingkat bahaya erosi tanah diberi nilai negatif. Nur Amanah Solichati (1996) dalam penelitian yang berjudul: Persebaran Tingkat Erosi Tanah di daerah Kecamatan Cepogo, Kabupaten Boyolali, bertujuan untuk : a. Mengetahui persebaran tingkat erosi dengan mempelajari faktor-faktor yang berpengaruh terhadap erosi di daerah penelitian. b. Mengetahui persebaran tingkat erosi dengan menhitung besarnya erosi di daerah penelitian. Metode yang dipakai adalah dengan observasi lapangan dan analisis laboratorium, sedangkan pengambilan sampel didasarkan pada satuan lahan daerah penelitian. Dalam penelitian ini untuk mendapatkan tingkat erosi di daerah penelitian menggunakan rumus umum kehilangan tanah dari USLE, yaitu: A = R.K.L.S.C.P Untuk menentukan faktor erosivitas (R) menggunakan rumus indeks erpsivitas hujan bulanan dari Bols (1978) sedangkan faktor erodibilitas ditentukan dengan nomograf dari Weischmeier dan Smith. Sedangkan indeks kemiringan dan panjang lereng (LS) dicari dengan menggunakan mnomograf dari Weischmeier dan Smith (1978) untuk mendapatkan indeks pengelolaan tanaman (C) dicari dengan tabel dari Abdurachman CS (1981), dari indeks pengelolaan lahan (P) dengan tabel yang dibuat Weischmeier dan Smith (1984).

7 6 Selanjutnya tingkat erosi di daerah penelitian diklasifikasikan menurut Dangler (1977), dengan hasil tingkat erosi sebagi berikut: 1) Rendah/kelas II seluas 1.184,4 ha (21,38%), mempunyai tingkat erosi antara 23,68 35,78 ton/ha/th. 2) Rendah/kelas III seluas 1.890,3 ha (32,61%), mempunyai tingkat erosi antara 37,14 42,75 ton/ha/th. 3) Tingkat/kelas IV seluas 355,2 ha (6,41%), mempunyai tingkat erosi sebesar 68,63 ton/ha/th. 4) Sangat tinggi/kelas V seluas 2.190,5 ha (39,5%), mempunyai tingkat erosi antara 85,61 490,47 ton/ha/th. Berdasarkan penelitian sebelumnya peneliti mengacu pada Bambang Supariyadi (1992) dalam hal tujuan dan Nur Amanah Solichati (1996) dalam hal metode penelitian. Adapun perbandingan penelitian dengan penelitian sebelumnya dapat dilihat pada tabel Kerangka Penelitian Erosi merupakan suatu proses yang terdiri dari tiga tahap, yaitu penghancuran, pelepasan dan pengangkutan dari tempat yang satu ke tempat yang lain. Dalam studi ini bentuk lahan dapat digunakan sebagai bahan untuk kajian proses erosi yang ada di daerah penelitian. Bentuk lahan di daerah penelitian dapat diketahui dengan interpretasi peta topografi skala 1: dan peta geologi skala 1: Data yang disadap dari peta topografi adalah morfografi dan morfometri, sedangkan data yang diambil dari peta geologi adalah struktur dan jenis batuan. Peta bentuk lahan kemudian ditumpangsusunkan dengan peta lereng, peta tanah dan penggunaan lahan menjadi peta satuan lahan. Peta satuan lahan ini yang digunakan sebagai satuan pemetaan sekaligus sebagai satuan evaluasi dan sebagai dasar untuk penentuan dan pengambilan sampel. Setelah peta satuan lahan terwujud kemudian ditentukan sampel-sampelnya dan dilakukan kerja lapangan. Data yang diambil dari lapangan (data primer) adalah kemiringan lereng erosi, panjang lereng erosi, erodibilitas tanah, penutupan lahan, tindakan konservasif, dan struktur tanah serta uji

8 7 laboratorium yang meliputi tekstur tanah, kandungan bahan organik dan permeabilitas tanah. Pengumpulan data sekunder adalah data : curah hujan bulanan, jumlah hari hujan rata-rata bulanan, curah hujan maksimum untuk mengetahui erosivitas hujan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 1.1. Tabel 1.1. Perbandingan Penelitain Sebelumnya Penulis Bambang S.(1992) Nur Amanah (1996) Ainun Najib (2002) Judul Evaluasi Tingkat Bahaya Erosi Tanah dan Kemampuan Lahan Untuk Arahan Konservasi Tanah di DAS Saradan Kabupaten Wonogiri Persebaran Tingkat Erosi Tanah di Kecamatan Cepogo Kabupaten Boyolali Besar Erosi Tanah di Kecamatan Ampel Kabupaten Boyolali Propinsi Jawa Tengah Tujuan Data Mengetahui tingkat bahaya erosi tanah. Menentukan kelas kemampuan lahan. Menentukan arahan konservasi Erosivitas hujan Erodibilitas tanah Panjang dan kemiringan lereng Kenampakan erosi, penutup lahan dan tindakan konservasi Bentuk-bentuk erosi Mengetahui persebaran tingkat erosi Mengetahui besarnya erosi tanah Erosivitas hujan Erodibilitas tanah Panjang dan kemiringan lereng Penutup lahan Tindakan konservasi tanah Mengetahui tingkat erosi tanah dan Mengetahui persesaran erosi tanah di daerah penelitian Erosivitas hujan Erodibilitas tanah Panjang dan kemiringan lereng Penutup lahan Metode Deskriptif dan observasi Observasi lapangan dan analisis laboratorium Hasil Tingkat erosi berkisar dari Tingkat erosi berkisar dari sedang hingga angat berat rendah hingga sangat tinggi Kelas kemampuan lahannya (kelas II-V) kelas III hingga kelas VIII Konservasi tanah di tentukan berdasarkan kelas kemampuan lahan. survei dan analisa laboratorium 1.Tingkat erosi tanah yang ada di daerah penelitian mempunyai kelas erosi sangat ringan hingga sangat berat 2. Besarnya tingkat erosi yang termasuk dalam kelas sangat ringan berkisar 6,82 8,37 ton/ha/th tersebar di V 3 VAncTg, dan V 3 VAnkH. Tingkat erosi kelas ringan berkisar 29,61-43,71 ton/ha/th tersebar di V 6 IILics, V 5 IIIRgTg, V 5 IIIAnKP dan V 5 IIILicP. Tingkat erosi sedang berkisar 62,49-176,01 ton/ha/th tersebar di V 4 IVLicTg, V 4 IVLicP, V 4 IVAnkTg, V 5 IIIAnKTg, V 6 IILicTg dan V 6 IIAnKP. Tingkat erosi kelas berat adalah 266,66 ton/ha/thtersebar di V 4 IVAncTg. Tingkat erosi kelas sangat berat adalah 3.910,5 ton/ha/tersebar di V 3 VAnkT.

9 8

10 Metode dan Teknik Penelitian Metode penelitian yang digunakan adalah metode survei, yaitu suatu metode untuk memperoleh data lapangan dengan cara pengamatan, pengukuran dan pencatatan secara sistematik terhadap fenomena yang diselidiki. Dalam penelitian ini digunakan pendekatan satuan lahan Pengumpulan Data Data yang dikumpulkan meliputi data primer dan data sekunder. Data sekunder diperoleh dari berbagai instansi maupun penelitian terdahulu, sedangkan data primer didapatkan dari pengukuran di lapangan dan dari analisa di laboratorium. a. Data Sekunder meliputi : 1) Data curah hujan 2) Peta Topografi skala 1 : ) Peta Penggunaan Lahan skala 1 : ) Peta Geologi skala 1 : ) Peta Tanah skala 1 : b. Data Primer meliputi : 1) Data lingkungan sekitar profil tanah dan data karakteristik tanah yang meliputi : struktur tanah, panjang dan kemiringan lereng, data pengelolaan tanaman yang meliputi jenis dan periode tanam tahun terakhir dan pola tanamnya, data pengelolaaan lahan atau teknik konservasi tanah yang diterapkan, dan penutupan lahan. 2) Data hasil analisa sampel tanah di laboratorium yang meliputi : tekstur tanah, permeabilitas tanah, kandungan bahan organik Teknik Pengambilan Sampel Satuan pemetaan yang digunakan adalah satuan lahan yang dihasilkan dari tumpang susun peta bentuk lahan, peta kemiringan lereng, peta tanah, dan peta penggunaan lahan. Cara pengambilan sampel dilakukan dengan teknik stratifled sampling, yaitu dengan stratifikasi sampel berdasarkan pertimbangan strata satuan

11 10 lahan. Setiap satuan lahan dilakukan observasi, pengukuran, dan pengamatan terhadap kualitas dan karakteristik lahan yang digunakan untuk perhitungan laju erosi dan mengambil sampel tanah setiap satuan lahan untuk dianalisa di laboratorium Tahapan Penelitian Pemrosesan Data Pemrosesan data merupakan tindakan operasional dalam pengumpulan datameliputi: 1) Indeks Faktor Erosivitas Hujan (R) Indeks erosivitas hujan dapat diperoleh dengan menghitung besarnya energi kinetik hujan (Ek) yang ditimbulkan oleh intensitas hujan maksimum selama 30 menit (El 30 ). Nilai El 30 didapat dari setiap kejadian hujan merupakan daya erosi hujan untuk masa atau musim yang bersangkutan. Nilai indeks faktor erosivitas hujan dalam penelitian ini dihitung dengan menggunakan rumus Bols (1978), yaitu : El 30 = 6,119 (R) 1,21 (D) -0,47 (M) 0,63 Keterangan : El 30 R D M = Erosivitas hujan bulanan (ton/ha/bulan) = Banyaknya curah hujan bulanan rerata (cm) = Banyaknya hari hujan rerata per bulan = Huajan harian maksimum rerata per bulan (cm) 2) Indeks faktor Erodibilitas Tanah (K) Penentuan indeks faktor erodibilitas tanah ditetapkan dengan menggunakan nomograf. Data yang dikelompokkan untuk menentukan indek faktor K meliputi tekstur tanah bahan organik, permeabilitas tanah dan struktur tanah. Harkat tipe dan kelas struktur tanah dan kelas permeabilitas tanah dapat dilihat pada tabel 1.2 dan tabel 1.3 sebagai berikut :

12 11 Tabel 1.2. Kode Struktur Tanah No. Struktur Tanah Diameter Struktur Tanah Harkat Granuler sangat halus Granuler halus Granuler sedang < 1 mm 1-2 mm 2 10 mm Gumpal, Lempeng, Pejal > 10 mm 4 atau struktur yang lain selain struktur di atas. Sumber : Arsyad (1989) Tabel 1.3. Kode Permeabiltas Tanah No. Kelas Permeabilitas Kecepatan Harkat Sangat Lambat Lambat Lambat Sedang Sedang Sedang Cepat Cepat < 0,5 0,5 2,0 2,0 6,3 6,3 12,7 12,7 25,4 > 25, Sumber : Arsyad (1989) Adapun cara untuk mengetahui nilai erodibilitas tanah (K) dengan menggunakan nomograf dari Wischemeier dan Smith adalah sebagai berikut : a. Hasil penjumlahan antara persentase debu dengan persentase pasir halus dimasukkan pada skala di sebelah kiri dari nomograf erodibilitas tanah tersebut, kemudian ditarik garis kearah kanan sampai memotong pada garis yang menunjukkan persentase pasir atau pasir kasar (0,10-2,0 mm). b. Setelah diketahui titik potong dari garis yang menunjukkan persentase pasir atau pasir kasar (0,10-2,0 mm), kemudian ditarik garis kearah bawah hingga memotong garis yang menunjukkan prosentase bahan organik tanah.

13 12 c. Setelah diketahui titik potong dari garis yang menunjukkan persentase bahan organik tanah, kemudian ditarik garis kearah kanan hingga memotong garis yang menunjukkan kode struktur tanah. d. Setelah diketahui titik potong dari garis yang menunjukkan kode struktur tanah tanah, kemudian ditarik garis kearah bawah hingga memotong garis yang menunjukkan permeabilitas tanah. e. Setelah diketahui titik potong dari garis yang menunjukkan permeabilitas tanah tanah, kemudian ditarik garis kearah kiri hingga menunjukkan erodibilitas tanah. Adapun gambar dari Nomograf Wischemeier dan Smith dapat dilihat pada gambar 1.2. Gambar 1.2. Nomograf Wischmeier dan Smith (1978)

14 13 3) Indeks Faktor Panjang dan Kemiringan Lereng (LS) Panjang dan kemiringan lereng erosi adalah panjang dan kemiringan lereng yang dihitung mulai dari titik awal aliran permukaan sampai suatu titik pada saat air masuk ke dalam saluran atau sungai, atau pada suatu keadaan kemiringan lereng berkurang sedemikian rupa sehingga kecepatan aliran air berubah. Indeks faktor L dan S dihitung sekaligus berupa faktor LS. LS adalah rasio antara besarnya erosi dari sebidang tanah dengan panjang lereng dan kecuraman lereng tertentu terhadap besarnya erosi dari tanah. Indeks faktor LS dihitung berdasarkan rumus Arsyad (1989) : LS = x (0, ,00965s + 0,00138s 2 ) Keterangan : LS x s = Indeks faktor panjang dan kemiringan lereng = Panjang lereng (m) = Kemiringan lereng 4) Indeks Faktor Pengelolaan Tanaman (C) Perhitungan C tahunan rata-rata pada setiap satuan lahan ditentukan berdasarkan masa tanaman dengan menggunakan indeks rat-rata seimbang. Misalnya masa tanam pertama selama 3 bulan pertama adalah kedelai dan kacang tanah, sedangkan indeksnya adalah 0,399 untuk kedelai 0,2 untuk kacang tanah sehingga indeks rata-rata adalah 0,299. Sedangkan masa tanam kedua berupa pada sawah selama 6 bulan dengan indeks 0,01 dan pada lahan tersebut sisa waktunya adalah tanpa tanaman atau bero dengan indeks adalah 1,0. Dengan kondisi demikian maka indeks pengelolaan tanaman dapt diciri dengan menambah indeks tanaman-tanaman di atas dibagi satu tahun (12 bulan), maka : C = (0,299x3) + (0,01x6) + (0,1x3 = 0, bulan

15 14 Tabel 1.4. Faktor Pengelolaan Tanaman (C) Tunggal No Macam Penggunaan lahan Nilai Faktor C Tanah terbuka tanpa tanaman Sawah Tegalan tidak dispesikasi Ubi kayu Jagung Kedelai Kentang Kacang tanah Padi gogo Tebu Pisang Akar wangi (serah wangi) Rumput bade/bachiria sp. Tahun I Rumput bade/bachiria sp. Tahun II Kopi dengan penutup tanah buruk Talas Kebun campuran : - Kerapatan tinggi - Kerapatan sedang - Kerapatan rendah Perindangan Hutan alam : - Serasah banyak - Serasah kurang Hutan produksi : - Tebang habis - Tebang pilih Semak belukar/padang rumput Ubi kayu + Kedelai Ubi Kayu + Kacang tanah Padi sorgaum Padi Kedelai Kacang tanah + gude Kacang tanah + Kacang tunggak Kacang tanah + mulsa jerami 4 ton/ha Padi + mulsa jerami 4 ton/ha Kacang tanah + mulsa jagung 4 ton/ha Kacang tanah + mulsa Crotalaris 3 ton/ha Kacang tanah + mulsa kacang tunggak Kacang tanah + mulsa jerami 2 ton/ha Padi + mulsa Crotalaris 3 ton/ha Pola tanam tumpang gilir + mulsa jerami Pola tanam berurutan + mulsa sisa tanaman Alang-alang murni subur Sumber : Penunjuk Pelaksanaan RLT RLKT ( 1988 ) 5) Indeks Faktor Pengelolaan Lahan (P) 1,000 0,010 0,700 0,800 0,638 0,399 0,400 0,200 0,561 0,200 0,600 0,434 0,287 0,002 0,200 0,850 0,100 0,200 0,500 0,400 0,001 0,005 0,500 0,200 0,300 0,181 0,195 0,345 0,417 0,495 0,571 0,049 0,096 0,128 0,136 0,259 0,377 0,387 0,079 0,357 0,001 Faktor pengelolaan lahan adalah perbandingan antara besarnya erosi atau tanah yang hilang pada lahan dengan tindakan pengawetan tertentu terhadap besarnya erosi tanah sama sekali. Indeks pengelolaan lahan ini

16 15 ditentukan dengan menggunakan tabel pengelolaan tanah (P) yang dibuat RTL RLKT seperti dalam tabel 1.5. Tabel 1.5. Faktor Pengelolaan Tanah (P) Teknik Konservasi Nilai P Teras tungku a. Sempurna 0,04 b. Sedang 0,15 c. Jelek 0,35 Teras tidak sempurna 0,40 Perumputan (permanen) a. Baik 0,04 b. Jelek 0,40 Hill side ditch 0,30 Persamaan kontur a. kemiringan lereng (0 8%) 0,50 b. kemiringan lereng (9 20%) 0,75 c. kemiringan lereng ( > 20%) 0,90 Limbah jeram a. 6 ton/ha/th 0,30 b. 3 ton/ha/th 0,50 c. 1 ton/ha/th 0,80 Reboisasi 0,30 Sumber : Petunjuk Pelaksanaan RTL RLKT (1988) Klasifikasi Data Klasifikasi data adalah tindakan menggolongkan atau mengelompokkan atas dasar kriteria tertentu terhadap data yang ada. Klasifikasi tingkat besar erosi dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

17 16 Tabel 1.6. Klasifikasi Besar Erosi Tanah Besarnya Erosi Kelas (ton/ha/th) I < 15 II III IV V > 480 Keterangan Erosi sangat ringan (SR) Erosi ringan (R) Sedang (S) Erosi berat (B) Erosi sangat berat (SB) Sumber: Departemen Kehutanan (1988) Analisa Data Analisa data yang digunakan ddaam penelitian ini dengan menggunakan rumus USLE Batasan-Batasan Bahaya erosi tanah adalah keadaan yang memungkinkan erosi tanah akan segera terjadi dalam waktu dekat, atau jika erosi tanah telah terjadi di tempat itu, maka bahaya erosi tanah diartikan sebagai tingkat erosi tanah yang akan terjadi di masa mendatang (Bergsma,1980). Bentuklahan adalah bentukan alam di permukaan bumi sebagai hasil dari perubahan bentuk yang disebabkan oleh proses geomorfologi yang ada di permukaan bumi (Sunardi, 1985). Erodibilitas tanah adalah kemampuan daya tahan tanah terhadap penguraian agregat tanah oleh tetes air hujan dan pengangkutan oleh aliran permukaan (Morgan, 1979). Erosi tanah adalah proses yang terdiri dari dua tahap atau fase, yaitu proses pengurangan dan pengangkutan partikel-partikel tanah oleh tenaga erosi, seperti air atau angin (Morgan, 1979). Erosi dipercepat adalah proses erosi yang menuju ke proses kerusakan tanah karena adanya aktivitas manusia (Taryono, 1997) Erosi Lembar (Sheet erosion) adalah proses yang hampir seragam dari lapisan tanah di permukaan karena adanya aliran permukaan (Bergsma, 1985).

18 17 Erosi Alur adalah proses erosi tanah yang membentuk sejumlah alur-alur kecil yang mempunyai kedalaman beberapa centimeter (Bergsma, 1985) Erosi Parit adalah proses erosi yang disebabkan oleh aliran air yang terkumpul dalam saluran sempit, dan dalam waktu singkat dapat memindahkan tanah dari saluran itu sehingga saluran menjadi dalam, yaitu berkisar antara 0,5 5 meter (Bergsma, 1985) Geomorfologi adalah ilmu yang mempelajari bentuklahan secara genetik dan proses-proses yang mempengaruhi bentuklahan serta hubungan timbal balik antara bentuklahan dan proses-peoses itu dalam susunan keruangan (Zuidam, 1979). Lahan adalah suatu daerah di permukaan bumi dengan sifat tertentu yang meliputi biosfer, atmosfer, tanah, lapisan geologi, hidrologi, populasi tanaman, dan binatang dan hasil kegiatan manusia masa lalu dan masa sekarang dan masa yang akan datang. (FAO dalam Taryono, 1997) Lahan kering adalah suatu lahan yang diusahakan secara menetap untuk budidaya tanaman tahunan dan atau semusim (Departemen Kehutanan, 1988). Penggunaan lahan adalah bentuk penggunaan kegiatan manusia terhadap lahan, termasuk keadaan alamiah yang belum terpengaruh oleh keadaan manusia (Karmono, 1984). Satuan Lahan adalah suatu area di permukaaan bumi yang mempunyai kualitas lahan dan karakteristik lahan yang khas, yang dapat ditentukan batasnya pada peta (FAO dalam Taryono, 1997) Tanah adalah akumulasi tubuh alam bebas, menduduki sebagian besar permukaan bumi, yang mampu menumbuhkan tanaman dan memiliki sifat sabagai akibat pengaruh iklim dan jasad hidup yang bertindak terhadap bahan induk alam dalam relief tertentu selama jangka waktu tertentu pula (Isa Darmawijaya, 1990). Geomorfologi adalah ilmu yang mendiskripsikan tentang bentuklahan dan proses yang mempengaruhi pembentukannya serta menyelidiki hubungan

19 18 timbal balik antara bentuklahan dan proses dalam tatanan keruangan (Van Zuidam,1979). Proses geomorfologi adalah semua perubahan fisik maupun kimia yang mengakibatkan modifikasi bentuk permukaan bumi (Thornbury,1970).

BAB III LANDASAN TEORI. A. Metode USLE

BAB III LANDASAN TEORI. A. Metode USLE BAB III LANDASAN TEORI A. Metode USLE Metode Universal Soil Loss Equation (USLE) merupakan model empiris yang dikembangkan di Pusat Data Aliran Permukaan dan Erosi Nasional, Dinas Penelitian Pertanian,

Lebih terperinci

ANALISIS TINGKAT EROSI TANAH DI KECAMATAN PUHPELEM KABUPATEN WONOGIRI

ANALISIS TINGKAT EROSI TANAH DI KECAMATAN PUHPELEM KABUPATEN WONOGIRI ANALISIS TINGKAT EROSI TANAH DI KECAMATAN PUHPELEM KABUPATEN WONOGIRI Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Guna Mencapai Gelar Sarjana S-1 Program Studi Geografi Oleh : KRISTANTO NUGROHO NIRM. 02.6.106.09010.5.0021

Lebih terperinci

Erosi. Rekayasa Hidrologi

Erosi. Rekayasa Hidrologi Erosi Rekayasa Hidrologi Erosi adalah suatu proses atau peristiwa hilangnya lapisan permukaan tanah atas, baik disebabkan oleh pergerakan air maupun angin. Erosi merupakan tiga proses yang berurutan, yaitu

Lebih terperinci

Bab ini berhubungan dengan bab-bab yang terdahulu, khusunya curah hujan dan pengaliran air permukaan (run off).

Bab ini berhubungan dengan bab-bab yang terdahulu, khusunya curah hujan dan pengaliran air permukaan (run off). BAB VII. EROSI DAN SEDIMENTASI A. Pendahuluan Dalam bab ini akan dipelajari pengetahuan dasar tentang erosi pada DAS, Nilai Indeks Erosivitas Hujan, Faktor Erodibilitas Tanah, Faktor Tanaman atau Faktor

Lebih terperinci

TINGKAT ERODIBILITAS TANAH DI KECAMATAN AMBARAWA KABUPATEN SEMARANG PROPINSI JAWA TENGAH

TINGKAT ERODIBILITAS TANAH DI KECAMATAN AMBARAWA KABUPATEN SEMARANG PROPINSI JAWA TENGAH TINGKAT ERODIBILITAS TANAH DI KECAMATAN AMBARAWA KABUPATEN SEMARANG PROPINSI JAWA TENGAH Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana S-1 Fakultas Geografi Oleh Trisnoto NIRM:

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN A. Pelaksanaan Penelitian 1. Waktu dan tempat penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari 2014 sampai September 2014 di Dukuh Kaliwuluh, Desa Sidorejo, Kecamatan Kemalang,

Lebih terperinci

ANALISIS EROSI DAN KONSERVASI TANAH DI KECAMATAN NGADIROJO KABUPATEN WONOGIRI

ANALISIS EROSI DAN KONSERVASI TANAH DI KECAMATAN NGADIROJO KABUPATEN WONOGIRI ANALISIS EROSI DAN KONSERVASI TANAH DI KECAMATAN NGADIROJO KABUPATEN WONOGIRI Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Guna Mencapai Gelar Sarjana S1 Program Studi Geografi Oleh : JOKO TRIYATNO NIRM. 03.6.106.09010.5.0016

Lebih terperinci

Kemampuan hujan dengan energi kinetiknya untuk menimbulkan erosi pada suatu bidang lahan dalam waktu tertentu (Intensitas Hujan = EI30

Kemampuan hujan dengan energi kinetiknya untuk menimbulkan erosi pada suatu bidang lahan dalam waktu tertentu (Intensitas Hujan = EI30 Persamaan Umum Kehilangan Tanah (Universal Soil Loss Equation) (USLE) (Wischmeier & Smith, 1969) A = R. K. L. S. C. P A = Jumlah Tanah Tererosi (Ton/Ha/Th) R = Jumlah Faktor Erosivitas Hujan (Joule) K

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. A. Metode Universal Soil Loss Equation (USLE)

BAB III LANDASAN TEORI. A. Metode Universal Soil Loss Equation (USLE) BAB III LANDASAN TEORI A. Metode Universal Soil Loss Equation (USLE) Metode USLE dapat dimanfaatkan untuk memperkirakan besarnya erosi untuk berbagai macam kondisi tataguna lahan dan kondisi iklim yang

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. A. Metode Universal Soil Loss Equation (USLE)

BAB III LANDASAN TEORI. A. Metode Universal Soil Loss Equation (USLE) BAB III LANDASAN TEORI A. Metode Universal Soil Loss Equation (USLE) Metode USLE dapat dimanfaatkan untuk memperkirakan besarnya erosi untuk berbagai macam kondisi tataguna lahan dan kondisi iklim yang

Lebih terperinci

ANALISIS LAHAN KRITIS DI KECAMATAN KLEGO KABUPATEN BOYOLALI PROPINSI JAWA TENGAH

ANALISIS LAHAN KRITIS DI KECAMATAN KLEGO KABUPATEN BOYOLALI PROPINSI JAWA TENGAH ANALISIS LAHAN KRITIS DI KECAMATAN KLEGO KABUPATEN BOYOLALI PROPINSI JAWA TENGAH Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana S-1 Fakultas Geografi Oleh : ERIE KUSUMAWARDANI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Geomorfologi adalah studi yang mempelajari bentuk lahan dan proses yang mempengaruhinya serta menyelidiki hubungan timbal balik antara bentuk lahan dan

Lebih terperinci

PRAKTIKUM RSDAL VI PREDIKSI EROSI DENGAN METODE USLE DAN UPAYA PENGENDALIANNYA

PRAKTIKUM RSDAL VI PREDIKSI EROSI DENGAN METODE USLE DAN UPAYA PENGENDALIANNYA PRAKTIKUM RSDAL VI PREDIKSI EROSI DENGAN METODE USLE DAN UPAYA PENGENDALIANNYA Metode prediksi erosi yang secara luas telah dipakai serta untuk mengevaluasi teknik konservasi pada suatu area diantaranya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Salah satu studi dari geomorfologi adalah mempelajari bentukbentuk erosi. Erosi adalah hilangnya atau terkikisnya tanah / bagianbagian tanah dari suatu

Lebih terperinci

KAJIAN KEMAMPUAN LAHAN DI KECAMATAN SLOGOHIMO KABUPATEN WONOGIRI

KAJIAN KEMAMPUAN LAHAN DI KECAMATAN SLOGOHIMO KABUPATEN WONOGIRI KAJIAN KEMAMPUAN LAHAN DI KECAMATAN SLOGOHIMO KABUPATEN WONOGIRI SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan Mencapai derajat Sarjana S-1 Fakultas Geografi Oleh : JUMIYATI NIRM: 5.6.16.91.5.15

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dalam tiga dasawarsa terakhir, di Pulau Jawa telah terjadi pengalihan lahanlahan hutan menjadi lahanlahan bagi peruntukan kepentingan manusia seperti permukiman,

Lebih terperinci

BAB III PROSEDUR PENELITIAN. Metode yag digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksploratif.

BAB III PROSEDUR PENELITIAN. Metode yag digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksploratif. BAB III PROSEDUR PENELITIAN 3.1. METODE PENELITIAN Metode yag digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksploratif. Menurut Singarimbun (1989 : 4) metode eksploratif yaitu metode penelitian yang dilakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Geomorfologi merupakan ilmu yang mempelajari bentuklahan dan proses proses yang mempengaruhinya serta menyelidiki hubungan timbal balik antara bentuklahan dan proses

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN 9 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Persiapan : Oktober November 2010 (Bogor). Pelaksanaan lapang (pra survei dan survei) : Desember 2010. Analisis Laboratorium : Januari Februari 2011.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Lahan merupakan bagian permukaan bumi yang dicirikan dengan sifat sifat tertentu yang meliputi biosfer, di atas dan di bawahnya termasuk atmosfer, tanah,

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. A. Metode MUSLE

BAB III LANDASAN TEORI. A. Metode MUSLE BAB III LANDASAN TEORI A. Metode MUSLE Metode MUSLE (Modify Universal Soil Loss Equation) adalah modifikasi dari metode USLE (Soil Loss Equation), yaitu dengan mengganti faktor erosivitas hujan (R) dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bentuk permukaan bumi selalu mengalami perkembangan dan perubahan, baik secara fisik maupun kimiawi. Perubahan tersebut disebabkan oleh prosesproses geomorfologi, yaitu

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 35 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Curah Hujan Data curah hujan yang terjadi di lokasi penelitian selama 5 tahun, yaitu Januari 2006 hingga Desember 2010 disajikan dalam Gambar 5.1. CH (mm) 600 500 400

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilakukan di DAS Hulu Mikro Sumber Brantas, terletak di Desa

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilakukan di DAS Hulu Mikro Sumber Brantas, terletak di Desa BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian dilakukan di DAS Hulu Mikro Sumber Brantas, terletak di Desa Sumber Brantas Kota Batu Jawa Timur. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Uraian Umum Embung merupakan bangunan air yang selama pelaksanaan perencanaan diperlukan berbagai bidang ilmu guna saling mendukung demi kesempurnaan hasil perencanaan. Bidang

Lebih terperinci

ERODIBILITAS TANAH DI KECAMATAN TANON KABUPATEN SRAGEN PROPINSI JAWA TENGAH

ERODIBILITAS TANAH DI KECAMATAN TANON KABUPATEN SRAGEN PROPINSI JAWA TENGAH ERODIBILITAS TANAH DI KECAMATAN TANON KABUPATEN SRAGEN PROPINSI JAWA TENGAH Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana S-1 Fakultas Geografi Oleh : DJAROT MUNADI NIRM: 96.6.106.09010.5.052

Lebih terperinci

KEMAMPUAN LAHAN DI KECAMATAN NGUNTORONADI KABUPATEN WONOGIRI SKRIPSI

KEMAMPUAN LAHAN DI KECAMATAN NGUNTORONADI KABUPATEN WONOGIRI SKRIPSI KEMAMPUAN LAHAN DI KECAMATAN NGUNTORONADI KABUPATEN WONOGIRI SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana S-1 Program Studi Geografi Oleh : DWI SEPTIC SETIANA NIRM :

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Lahan merupakan sumberdaya yang sangat penting untuk memenuhi segala kebutuhan hidup, sehingga dalam pengelolaannya harus dilakukan dengan hatihati dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Lahan adalah bagian permukaan bumi yang dicirikan dengan sifatsifat tertentu yang meliputi biosfer, di atas dan di bawahnya termasuk atmosfer, tanah,

Lebih terperinci

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Erosi adalah suatu proses atau peristiwa hilangnya lapisan permukaan tanah atas, baik disebabkan oleh pergerakan air maupun angin (Suripin 2004). Erosi merupakan tiga proses

Lebih terperinci

KEMAMPUAN LAHAN DI KECAMATAN SIMO KABUATEN BOYOLALI PROPINSI JAWA TENGAH. Skripsi S-1 Program Studi Geografi

KEMAMPUAN LAHAN DI KECAMATAN SIMO KABUATEN BOYOLALI PROPINSI JAWA TENGAH. Skripsi S-1 Program Studi Geografi 1 KEMAMPUAN LAHAN DI KECAMATAN SIMO KABUATEN BOYOLALI PROPINSI JAWA TENGAH Skripsi S-1 Program Studi Geografi Oleh : WIWIK CAHYANINGRUM NIRM:.5.16.91.5.117 Kepada FAKULTAS GEOGRAFI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH

Lebih terperinci

TINGKAT EROSI TANAH DI KECAMATAN NGUNTORONADI KABUPATEN WONOGIRI

TINGKAT EROSI TANAH DI KECAMATAN NGUNTORONADI KABUPATEN WONOGIRI TINGKAT EROSI TANAH DI KECAMATAN NGUNTORONADI KABUPATEN WONOGIRI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana S-1 Fakultas Geografi Oleh : ABDULLAH IBRAHIM NIRM: 95.6.106.09010.5.093

Lebih terperinci

KEMAMPUAN LAHAN DI KECAMATAN MUSUK KABUPATEN BOYOLALI. Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana S-1 Fakultas Geografi

KEMAMPUAN LAHAN DI KECAMATAN MUSUK KABUPATEN BOYOLALI. Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana S-1 Fakultas Geografi KEMAMPUAN LAHAN DI KECAMATAN MUSUK KABUPATEN BOYOLALI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana S-1 Fakultas Geografi Diajukan Oleh : ANA DWI JONI ARGENTINA NIRM: 95.6.16.91.5.11

Lebih terperinci

ERODIBILITAS TANAH DI KECAMATAN NGRAMBE KABUPATEN NGAWI PROPINSI JAWA TIMUR

ERODIBILITAS TANAH DI KECAMATAN NGRAMBE KABUPATEN NGAWI PROPINSI JAWA TIMUR 51 ERODIBILITAS TANAH DI KECAMATAN NGRAMBE KABUPATEN NGAWI PROPINSI JAWA TIMUR SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan Mencapai derajat Sarjana S-1 Fakultas Geografi Oleh : ANTON SANTOSO

Lebih terperinci

KEMAMPUAN LAHAN DI KECAMATAN JATINOM KABUATEN KLATEN PROVINSI JAWA TENGAH

KEMAMPUAN LAHAN DI KECAMATAN JATINOM KABUATEN KLATEN PROVINSI JAWA TENGAH KEMAMPUAN LAHAN DI KECAMATAN JATINOM KABUATEN KLATEN PROVINSI JAWA TENGAH Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Salah satu Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana S-1 Fakultas Geografi Oleh : GATOT JOKO MARDIYANTO

Lebih terperinci

ANALISIS LAHAN KRITIS DI KECAMATAN BULU KABUPATEN SUKOHARJO PROPINSI JAWA TENGAH. Skripsi S-1 Program Studi Geografi

ANALISIS LAHAN KRITIS DI KECAMATAN BULU KABUPATEN SUKOHARJO PROPINSI JAWA TENGAH. Skripsi S-1 Program Studi Geografi ANALISIS LAHAN KRITIS DI KECAMATAN BULU KABUPATEN SUKOHARJO PROPINSI JAWA TENGAH Skripsi S-1 Program Studi Geografi Oleh : DIDI YUDA SUTANTO NIRM: E. 01.6.106.09010.5. 0054 FAKULTAS GEOGRAFI UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Dari hasil pembahasan dan analisa data diperoleh beberapa kesimpulan dan saran adalah sebagai berikut :

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Dari hasil pembahasan dan analisa data diperoleh beberapa kesimpulan dan saran adalah sebagai berikut : BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Dari hasil pembahasan dan analisa data diperoleh beberapa kesimpulan dan saran adalah sebagai berikut : 5.1 Kesimpulan 1. Sedimen pada Embung Tambakboyo dipengaruhi oleh erosi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Lahan merupakan bagian bentang alam (landscape) yang mencakup komponen fisik yang terdiri dari iklim, topografi (relief), hidrologi dan keadaan vegetasi alami (natural

Lebih terperinci

Tipe struktur. Tabel Lampiran 2. Kode permeabilitas profil tanah

Tipe struktur. Tabel Lampiran 2. Kode permeabilitas profil tanah Tabel Lampiran 1. Penilaian struktur tanah Tipe struktur Kode Granular sangat halus (very fine granular) 1 Granular halus (fine granular) 2 Granular sedang dan kasar (medium, coarse granular) 3 Gumpal,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sejak awal kehidupan manusia, sumberdaya alam sudah merupakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sejak awal kehidupan manusia, sumberdaya alam sudah merupakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sejak awal kehidupan manusia, sumberdaya alam sudah merupakan sumber kehidupan manusia dan sebagai pendukung kelangsungan hidup manusia sekaligus merupakan sumberdaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Lahan merupakan salah satu sumberdaya alam yang dibutuhkan umat

BAB I PENDAHULUAN. Lahan merupakan salah satu sumberdaya alam yang dibutuhkan umat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lahan merupakan salah satu sumberdaya alam yang dibutuhkan umat manusia. Pengertian lahan dari FAO (1976) yang dikutip oleh Sitorus (1998), yaitu : Lahan merupakan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian adalah cara yang digunakan untuk melakukan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian adalah cara yang digunakan untuk melakukan BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian adalah cara yang digunakan untuk melakukan penelitian. Pengertian lain dari metode penelitian adalah cara yang digunakan oleh peneliti

Lebih terperinci

KAJIAN EROSI TANAH DENGAN PENDEKATAN WISCHMEIER PADA DAS KALIMEJA SUBAIM KECAMATAN WASILE TIMUR KABUPATEN HALMAHERA TIMUR

KAJIAN EROSI TANAH DENGAN PENDEKATAN WISCHMEIER PADA DAS KALIMEJA SUBAIM KECAMATAN WASILE TIMUR KABUPATEN HALMAHERA TIMUR KAJIAN EROSI TANAH DENGAN PENDEKATAN WISCHMEIER PADA DAS KALIMEJA SUBAIM KECAMATAN WASILE TIMUR KABUPATEN HALMAHERA TIMUR Adnan Sofyan dan Gunawan Hartono*) Abstrak : Erosi yang terjadi di Sub Das Kalimeja

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Erosi

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Erosi 3 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Erosi Erosi berasal dari bahasa latin erodere yang berarti menggerogoti atau untuk menggali. Istilah erosi ini pertama kali digunakan dalam istilah geologi untuk menggambarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Dengan bertambahnya jumlah penduduk berarti tekanan terhadap lahan akan semakin meningkat, baik untuk pemenuhan pangan maupun permukiman. Semakin sempitnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Daerah Aliran Sungai merupakan suatu sistem alam yang menjadi

BAB I PENDAHULUAN. Daerah Aliran Sungai merupakan suatu sistem alam yang menjadi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Daerah Aliran Sungai merupakan suatu sistem alam yang menjadi faktor pendukung dalam penyediaan kebutuhan air. Lahan-lahan yang ada pada suatu DAS merupakan suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Erosi adalah proses dua tahap yang terdiri dari penguraian massa tanah menjadi partikel-partikel tunggal, serta pengangkutan partikelpartikel tersebut

Lebih terperinci

TINGKAT EROSI TANAH DI KECAMATAN AMPEL KABUPATEN BOYOLALI PROPINSI JAWA TENGAH

TINGKAT EROSI TANAH DI KECAMATAN AMPEL KABUPATEN BOYOLALI PROPINSI JAWA TENGAH TINGKAT EROSI TANAH DI KECAMATAN AMPEL KABUPATEN BOYOLALI PROPINSI JAWA TENGAH SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan Mencapai derajat sarjana S-1 Fakultas Geografi OLEH : SUGIYANTO NIM:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Lahan merupakan sumberdaya yang sangat penting untuk memenuhi segala kebutuhan hidup, sehingga dalam pengelolaannya harus dilakukan dengan hati hati dan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. adanya dan mengungkapkan fakta-fakta yang ada, walaupun kadang-kadang

BAB III METODE PENELITIAN. adanya dan mengungkapkan fakta-fakta yang ada, walaupun kadang-kadang BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif lebih mengarah pada pengungkapan suatu masalah atau keadaan sebagaimana adanya dan mengungkapkan

Lebih terperinci

EVALUASI TINGKAT EROSI TANAH UNTUK KONSERVASI TANAH DI KECAMATAN EROMOKO KABUPATEN WONOGIRI JAWA TENGAH

EVALUASI TINGKAT EROSI TANAH UNTUK KONSERVASI TANAH DI KECAMATAN EROMOKO KABUPATEN WONOGIRI JAWA TENGAH EVALUASI TINGKAT EROSI TANAH UNTUK KONSERVASI TANAH DI KECAMATAN EROMOKO KABUPATEN WONOGIRI JAWA TENGAH SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana S-1 Program Studi

Lebih terperinci

PENDAHULLUAN. Latar Belakang

PENDAHULLUAN. Latar Belakang PENDAHULLUAN Latar Belakang Tanaman kakao sebagai salah satu komoditas andalan subsektor perkebunan Propinsi Sulawesi Tenggara banyak dikembangkan pada topografi berlereng. Hal ini sulit dihindari karena

Lebih terperinci

Prosiding Seminar Nasional INACID Mei 2014, Palembang Sumatera Selatan

Prosiding Seminar Nasional INACID Mei 2014, Palembang Sumatera Selatan No Makalah : 1.17 EROSI LAHAN DI DAERAH TANGKAPAN HUJAN DAN DAMPAKNYA PADA UMUR WADUK WAY JEPARA Dyah I. Kusumastuti 1), Nengah Sudiane 2), Yudha Mediawan 3) 1) Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. Jika dirumuskan dalam suatu persamaan adalah sebagai berikut : R=.(3.1) : curah hujan rata-rata (mm)

BAB III LANDASAN TEORI. Jika dirumuskan dalam suatu persamaan adalah sebagai berikut : R=.(3.1) : curah hujan rata-rata (mm) BAB III LANDASAN TEORI 3.1. Curah hujan wilayah Menurut Triatmodjo (2010) stasiun penakar hujan hanya memberikan kedalaman hujan di titik di mana stasiun tersebut berada, sehingga hujan pada suatu luasan

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Analisis karakteristik DTA(Daerah Tangkapan Air ) Opak

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Analisis karakteristik DTA(Daerah Tangkapan Air ) Opak BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Analisis karakteristik DTA(Daerah Tangkapan Air ) Opak 1. Luas DTA (Daerah Tangkapan Air) Opak Dari hasil pengukuran menggunakan aplikasi ArcGis 10.1 menunjukan bahwa luas

Lebih terperinci

ANALISIS TINGKAT EROSI TANAH DI KECAMATAN JENAR KABUPATEN SRAGEN. Skripsi S-1 Program Studi Geografi. Diajukan Oleh : YOGI SUNARSO NIM: E.

ANALISIS TINGKAT EROSI TANAH DI KECAMATAN JENAR KABUPATEN SRAGEN. Skripsi S-1 Program Studi Geografi. Diajukan Oleh : YOGI SUNARSO NIM: E. ANALISIS TINGKAT EROSI TANAH DI KECAMATAN JENAR KABUPATEN SRAGEN Skripsi S-1 Program Studi Geografi Diajukan Oleh : YOGI SUNARSO NIM: E.100 010 004 FAKULTAS GEOGRAFI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

Lebih terperinci

MENENTUKAN LAJU EROSI

MENENTUKAN LAJU EROSI MENENTUKAN LAJU EROSI Pendahuluan Erosi adalah proses berpindahnya massa batuan dari satu tempat ke tempat lain yang dibawa oleh tenaga pengangkut yang bergerak di muka bumi. Tenaga pengangkut tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan kebutuhan manusia akibat dari pertambahan jumlah penduduk maka

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan kebutuhan manusia akibat dari pertambahan jumlah penduduk maka 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sumberdaya lahan merupakan komponen sumberdaya alam yang ketersediaannya sangat terbatas dan secara relatif memiliki luas yang tetap serta sangat bermanfaat

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan. I.1 Latar Belakang

Bab I Pendahuluan. I.1 Latar Belakang 1 Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang Erosi adalah proses terkikis dan terangkutnya tanah atau bagian bagian tanah oleh media alami yang berupa air. Tanah dan bagian bagian tanah yang terangkut dari suatu

Lebih terperinci

Teknik Konservasi Waduk

Teknik Konservasi Waduk Teknik Konservasi Waduk Pendugaan Erosi Untuk memperkirakan besarnya laju erosi dalam studi ini menggunakan metode USLE (Universal Soil Loss Equation) atau PUKT (Persamaan umum Kehilangan Tanah). USLE

Lebih terperinci

ANALISIS LAHAN KRITIS DI KECAMATAN MUSUK KABUPATEN BOYOLALI. Skripsi S-1 Program Studi Geografi. Oleh : SIDIK NURCAHYONO

ANALISIS LAHAN KRITIS DI KECAMATAN MUSUK KABUPATEN BOYOLALI. Skripsi S-1 Program Studi Geografi. Oleh : SIDIK NURCAHYONO ANALISIS LAHAN KRITIS DI KECAMATAN MUSUK KABUPATEN BOYOLALI Skripsi S-1 Program Studi Geografi Oleh : SIDIK NURCAHYONO 00.6.106.09010.5.0174 FAKULTAS GEOGRAFI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2008 BAB

Lebih terperinci

BAB III PROSEDUR PENELITIAN

BAB III PROSEDUR PENELITIAN 44 BAB III PROSEDUR PENELITIAN A. METODE PENELITIAN Menurut Arikunto (1988: 151), metode penelitian adalah cara yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data penelitiannya. Data yang dikumpulkan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian 32 1. Tempat Penelitian BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Sub Daerah Aliran Sungai Serayu Hulu. Sub Daerah Aliran Sungai Serayu Hulu meliputi Kecamatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. fungsi utama, yaitu sebagai sumber unsur hara bagi tumbuhan dan sebagai matriks

BAB I PENDAHULUAN. fungsi utama, yaitu sebagai sumber unsur hara bagi tumbuhan dan sebagai matriks BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tanah adalah suatu benda alami heterogen yang terdiri atas komponenkomponen padat, cair dan gas, dan mempunyai sifat serta perilaku yang dinamik (Arsyad, 1989).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang lebih baik. Menurut Bocco et all. (2005) pengelolaan sumber daya alam

BAB I PENDAHULUAN. yang lebih baik. Menurut Bocco et all. (2005) pengelolaan sumber daya alam BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Sumber daya alam merupakan suatu bentuk kekayaan alam yang pemanfaatannya bersifat terbatas dan berfungsi sebagai penunjang kesejahteraan makhluk hidup khususnya manusia

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL...

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PERSETUJUAN... ii KATA PENGANTAR... iii PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN... iv DAFTAR ISI... v DAFTAR TABEL... viii DAFTAR GAMBAR... x DAFTAR PETA... xii DAFTAR LAMPIRAN...

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. proses-proses geomorfologi, yang salah satunya adalah erosi. Sitanala Arsyad,

BAB I PENDAHULUAN. proses-proses geomorfologi, yang salah satunya adalah erosi. Sitanala Arsyad, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bentuk permukaan bumi selalu mengalami perkembangan dan perubahan, baik secara fisik maupun kimiawi. Perubahan tersebut disebabkan oleh proses-proses geomorfologi,

Lebih terperinci

PEMETAAN TINGKAT BAHAYA EROSI BERBASIS LAND USE DAN LAND SLOPE DI SUB DAS KRUENG SIMPO

PEMETAAN TINGKAT BAHAYA EROSI BERBASIS LAND USE DAN LAND SLOPE DI SUB DAS KRUENG SIMPO PEMETAAN TINGKAT BAHAYA EROSI BERBASIS LAND USE DAN LAND SLOPE DI SUB DAS KRUENG SIMPO Rini Fitri Dosen pada Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Almuslim ABSTRAK Lahan kering di

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA Pertumbuhan Penduduk dan Dampaknya terhadap Perkembangan Suatu Wilayah

II. TINJAUAN PUSTAKA Pertumbuhan Penduduk dan Dampaknya terhadap Perkembangan Suatu Wilayah 3 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pertumbuhan Penduduk dan Dampaknya terhadap Perkembangan Suatu Wilayah Pertumbuhan penduduk adalah perubahan jumlah penduduk di suatu wilayah tertentu pada waktu tertentu dibandingkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hujan memiliki peranan penting terhadap keaadaan tanah di berbagai

BAB I PENDAHULUAN. Hujan memiliki peranan penting terhadap keaadaan tanah di berbagai BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hujan memiliki peranan penting terhadap keaadaan tanah di berbagai tempat terutama daerah tropis khususnya di daerah pegunungan yang nantinya akan sangat berpengaruh

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat

BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat 18 BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April 2006 - Agustus 2006 di wilayah daerah aliran sungai (DAS) Dodokan (34.814 ha) dengan plot pengambilan sampel difokuskan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. ABSTRAK... i KATA PENGANTAR... ii DAFTAR ISI... v DAFTAR TABEL... ix DAFTAR GAMBAR... xiii

DAFTAR ISI. ABSTRAK... i KATA PENGANTAR... ii DAFTAR ISI... v DAFTAR TABEL... ix DAFTAR GAMBAR... xiii DAFTAR ISI ABSTRAK... i KATA PENGANTAR... ii DAFTAR ISI... v DAFTAR TABEL... ix DAFTAR GAMBAR... xiii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... 1 B. Rumusan Masalah... 10 C. Tujuan Penelitian... 10

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. erosi, tanah atau bagian-bagian tanah pada suatu tempat terkikis dan terangkut

TINJAUAN PUSTAKA. erosi, tanah atau bagian-bagian tanah pada suatu tempat terkikis dan terangkut TINJAUAN PUSTAKA Erosi Erosi adalah peristiwa pindahnya atau terangkutnya tanah atau bagianbagian tanah dari suatu tempat ke tempat lain oleh media alami. Pada peristiwa erosi, tanah atau bagian-bagian

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Analisis Karakter Daerah Tangkapan Air Merden

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Analisis Karakter Daerah Tangkapan Air Merden BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Analisis Karakter Daerah Tangkapan Air Merden 1. Luas DTA (Daerah Tangkapan Air) Merden Dari hasil pengukuran menggunakan aplikasi ArcGis 10.3 menunjukan bahwa luas DTA

Lebih terperinci

125 permukaan dan perhitungan erosi berasal dari data pengukuran hujan sebanyak 9 kejadian hujan. Perbandingan pada data hasil tersebut dilakukan deng

125 permukaan dan perhitungan erosi berasal dari data pengukuran hujan sebanyak 9 kejadian hujan. Perbandingan pada data hasil tersebut dilakukan deng 124 Bab VI Kesimpulan Lokasi penelitian, berupa lahan pertanian dengan kondisi baru diolah, tanah memiliki struktur tanah yang remah lepas dan jenis tanah lempung berlanau dengan persentase partikel tanah

Lebih terperinci

AGIHAN KESUBURAN TANAH PADA LAHAN PADI SAWAH DI KECAMATAN JOGOROGO KABUPATEN NGAWI PROPINSI JAWA TIMUR

AGIHAN KESUBURAN TANAH PADA LAHAN PADI SAWAH DI KECAMATAN JOGOROGO KABUPATEN NGAWI PROPINSI JAWA TIMUR AGIHAN KESUBURAN TANAH PADA LAHAN PADI SAWAH DI KECAMATAN JOGOROGO KABUPATEN NGAWI PROPINSI JAWA TIMUR Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana S-1 Fakultas Geografi Oleh

Lebih terperinci

EVALUASI TINGKAT EROSI TANAH DI KECAMATAN SUKOREJO KABUPATEN KENDAL. Evaluation of The Level Of Soil Erosion Sukorejo in District Of Kendal

EVALUASI TINGKAT EROSI TANAH DI KECAMATAN SUKOREJO KABUPATEN KENDAL. Evaluation of The Level Of Soil Erosion Sukorejo in District Of Kendal EVALUASI TINGKAT EROSI TANAH DI KECAMATAN SUKOREJO KABUPATEN KENDAL Evaluation of The Level Of Soil Erosion Sukorejo in District Of Kendal JURNAL PUBLIKASI ILMIAH Oleh : Irma Yuliyanti E100110033 FAKULTAS

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN KONSERVASI LAHAN TERHADAP EROSI PARIT/JURANG (GULLY EROSION) PADA SUB DAS LESTI DI KABUPATEN MALANG

PENGEMBANGAN KONSERVASI LAHAN TERHADAP EROSI PARIT/JURANG (GULLY EROSION) PADA SUB DAS LESTI DI KABUPATEN MALANG Konservasi Lahan Sub DAS Lesti Erni Yulianti PENGEMBANGAN KONSERVASI LAHAN TERHADAP EROSI PARIT/JURANG (GULLY EROSION) PADA SUB DAS LESTI DI KABUPATEN MALANG Erni Yulianti Dosen Teknik Pengairan FTSP ITN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Paradigma pembangunan berkelanjutan mengandung makna bahwa pengelolaan sumberdaya alam untuk memenuhi kebutuhan sekarang tidak boleh mengurangi kemampuan sumberdaya

Lebih terperinci

Manusia: Faktor manusia akhirnya menjadi penentu apakah tanah atau lahan akan menjadi rusak atau lebih baik dan produktif. Tergantung pada : tingkat

Manusia: Faktor manusia akhirnya menjadi penentu apakah tanah atau lahan akan menjadi rusak atau lebih baik dan produktif. Tergantung pada : tingkat AMDAL (AGR77) Manusia: Faktor manusia akhirnya menjadi penentu apakah tanah atau lahan akan menjadi rusak atau lebih baik dan produktif. Tergantung pada : tingkat pendapatan, penguasaan teknologi, dan

Lebih terperinci

STUDI EROSI LAHAN PADA DAS AIR DINGIN BAGIAN HULU DI KOTA PADANG. Skripsi APRIZON PUTRA 89059

STUDI EROSI LAHAN PADA DAS AIR DINGIN BAGIAN HULU DI KOTA PADANG. Skripsi APRIZON PUTRA 89059 STUDI EROSI LAHAN PADA DAS AIR DINGIN BAGIAN HULU DI KOTA PADANG Skripsi APRIZON PUTRA 89059 Dosen Pembimbing Drs. DASWIRMAN, M.Si TRIYATNO, S.Pd, M.Si JURUSAN GEOGRAFI FAKULTAS ILMU SOSIAL UNIVERSITAS

Lebih terperinci

Pendugaan Erosi Aktual Berdasarkan Metode USLE Melalui Pendekatan Vegetasi, Kemiringan Lereng dan Erodibilitas di Hulu Sub DAS Padang

Pendugaan Erosi Aktual Berdasarkan Metode USLE Melalui Pendekatan Vegetasi, Kemiringan Lereng dan Erodibilitas di Hulu Sub DAS Padang Pendugaan Erosi Aktual Berdasarkan Metode USLE Melalui Pendekatan Vegetasi, Kemiringan Lereng dan Erodibilitas di Hulu Sub DAS Padang Estimation of Actual Erosion by USLE Method Approach Vegetation, Slope

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permukaan bumi ini terbentuk dari beberapa faktor antara lain litosfer, atmosfer, dan hidrosfer. Tenaga yang dihasilkan dari dalam maupun dari luar permukaan bumi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Erosi Erosi adalah hilangnya atau terkikisnya tanah dari suatu tempat ke tempat lain melalui media air atau angin. Erosi melalui media angin disebabkan oleh kekuatan angin sedangkan

Lebih terperinci

V. EVALUASI KEMAMPUAN LAHAN UNTUK PERTANIAN DI HULU DAS JENEBERANG

V. EVALUASI KEMAMPUAN LAHAN UNTUK PERTANIAN DI HULU DAS JENEBERANG 57 V. EVALUASI KEMAMPUAN LAHAN UNTUK PERTANIAN DI HULU DAS JENEBERANG 5.1. Pendahuluan Pemenuhan kebutuhan manusia untuk kehidupannya dapat dilakukan antara lain dengan memanfaatkan lahan untuk usaha pertanian.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Proses erosi karena kegiatan manusia kebanyakan disebabkan oleh

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Proses erosi karena kegiatan manusia kebanyakan disebabkan oleh BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Erosi merupakan proses penghancuran dan pengangkutan partikel-partikel tanah oleh tenaga erosi (presipitasi, angin) (Kusumandari, 2011). Erosi secara umum dapat disebabkan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penggunaan Lahan

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penggunaan Lahan 4 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penggunaan Lahan Menurut Lillesand dan Kiefer (1997) penggunaan lahan berkaitan dengan kegiatan manusia pada bidang lahan tertentu. Penggunaan lahan juga diartikan sebagai setiap

Lebih terperinci

commit to user BAB I PENDAHULUAN

commit to user BAB I PENDAHULUAN 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sumberdaya alam merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari suatu ekosistem, yaitu lingkungan tempat berlangsungnya hubungan timbal balik antara makhluk hidup yang

Lebih terperinci

ANALISIS TINGKAT EROSI TANAH DI KECAMATAN SIANJUR MULA- MULA KABUPATEN SAMOSIR

ANALISIS TINGKAT EROSI TANAH DI KECAMATAN SIANJUR MULA- MULA KABUPATEN SAMOSIR ANALISIS TINGKAT EROSI TANAH DI KECAMATAN SIANJUR MULA- MULA KABUPATEN SAMOSIR Gunawan Sagala 1 Alumnus S1 Jurusan Pendidikan Geografi Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Medan Jl. Willem Iskandar

Lebih terperinci

Rd. Indah Nirtha NNPS. Program Studi Teknik Lingkungn Fakultas Teknis Universitas Lambung Mangkurat

Rd. Indah Nirtha NNPS. Program Studi Teknik Lingkungn Fakultas Teknis Universitas Lambung Mangkurat EnviroScienteae 10 (2014) 27-32 ISSN 1978-8096 STUDI TINGKAT BAHAYA EROSI DAN PENGARUHNYA TERHADAP KUALITAS AIR (TSS DAN TDS) DAS SEJORONG, KECAMATAN SEKONGKANG KABUPATEN SUMBAWA BARAT PROVINSI NUSA TENGGARA

Lebih terperinci

PEMETAAN TINGKAT BAHAYA EROSI DENGAN METODE USLE (UNIVERSAL SOIL LOSS EQUATION) BERBASIS SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS (SIG) DI PULAU SAMOSIR

PEMETAAN TINGKAT BAHAYA EROSI DENGAN METODE USLE (UNIVERSAL SOIL LOSS EQUATION) BERBASIS SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS (SIG) DI PULAU SAMOSIR PEMETAAN TINGKAT BAHAYA EROSI DENGAN METODE USLE (UNIVERSAL SOIL LOSS EQUATION) BERBASIS SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS (SIG) DI PULAU SAMOSIR SKRIPSI OLEH: FRISCA ELIANA SIDABUTAR 031201021/MANAJEMEN HUTAN

Lebih terperinci

MENENTUKAN PUNCAK EROSI POTENSIAL YANG TERJADI DI DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) LOLI TASIBURI DENGAN MENGGUNAKAN METODE USLEa

MENENTUKAN PUNCAK EROSI POTENSIAL YANG TERJADI DI DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) LOLI TASIBURI DENGAN MENGGUNAKAN METODE USLEa JIMT Vol. 0 No. Juni 203 (Hal. ) Jurnal Ilmiah Matematika dan Terapan ISSN : 2450 766X MENENTUKAN PUNCAK EROSI POTENSIAL YANG TERJADI DI DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) LOLI TASIBURI DENGAN MENGGUNAKAN METODE

Lebih terperinci

KAJIAN MORFOMETRI LERENG UNTUK KONSERVASI TANAH DI KECAMATAN JATISRONO KABUPATEN WONOGIRI

KAJIAN MORFOMETRI LERENG UNTUK KONSERVASI TANAH DI KECAMATAN JATISRONO KABUPATEN WONOGIRI 0 KAJIAN MORFOMETRI LERENG UNTUK KONSERVASI TANAH DI KECAMATAN JATISRONO KABUPATEN WONOGIRI SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan Mencapai derajat Sarjana S-1 Fakultas Geografi Oleh :

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN 31 III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Lokasi penelitian tersebar di tiga kecamatan yaitu : 1) Kecamatan Sukamakmur, 2) Kecamatan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 2.1 Survei Tanah BAB II TINJAUAN PUSTAKA Salah satu kegiatan yang dilakukan untuk mempelajari lingkungan alam dan potensi sumber dayanya adalah survei. Sebuah peta tanah merupakan salah satu dokumentasi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Erosi dan Akibatnya 1. Sifat dan Fungsi Tanah Tanah adalah suatu benda alami heterogen yang terdiri atas komponen-komponen padat, cair dan gas yang mempunyai sifat dan perilaku

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Lahan adalah sumber daya alam yang dicirikan dengan sifat-sifat tertentu yang meliputi biosfer, di atas dan dibawahnya termasuk atmosfer, tanah, batuan (geologi), hidrologi,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Karakteristik Hujan

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Karakteristik Hujan II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Karakteristik Hujan Curah hujan adalah volume air yang jatuh pada suatu areal tertentu (Arsyad, 2010). Menurut Tjasyono (2004), curah hujan yaitu jumlah air hujan yang turun pada

Lebih terperinci

IV. TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu. Analisis terhadap sampel tanah dilakukan di Laboratorium Tanah Fakultas

IV. TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu. Analisis terhadap sampel tanah dilakukan di Laboratorium Tanah Fakultas IV. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian telah dilaksanakan di 4 (empat) desa di Kecamatan Windusari yaitu Desa Balesari, Desa Kembangkunig, Desa Windusari dan Desa Genito. Analisis terhadap

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. dahulu dihitung faktor-faktor bahaya erosi yang terjadi di Sub DAS Bekala.

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. dahulu dihitung faktor-faktor bahaya erosi yang terjadi di Sub DAS Bekala. BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil 1. Bahaya Erosi di Sub DAS Bekala Untuk menentukan tingkat bahaya erosi yang terjadi di Sub DAS Bekala maka terlebih dahulu dihitung faktor-faktor bahaya erosi yang

Lebih terperinci