BAB IV PEREMPUAN PEMANDU KARAOKE

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV PEREMPUAN PEMANDU KARAOKE"

Transkripsi

1 BAB IV PEREMPUAN PEMANDU KARAOKE Bab empat akan lebih dibahas mengenai asal usul Sarirejo dan aktor yang ada di dalam Sarirejo. Sarirejo sendiri bagi warga kota Salatiga dan sekitarnya lebih di kenal dengan nama Sembir. Sebenarnya nama Sembir dapat muncul karena pengertian warga sekitar saat membedakan daerah Sarirejo dan daerah Sembir. Pada bab empat akan dibahas juga aktor-aktor yang berperan di dalamnya dan yang berperan penting di dalam penelitian yaitu pemandu karaoke (PK). Pemandu karaoke dipilih menjadi key study karena mayoritas pemandu karaoke di Sarirejo adalah perempuan, kemudian bab empat akan berfokus pada modal apa saja yang dimiliki perempuan sebagai pemandu karaoke. Kemudian peneliti akan menjelaskan habitus seperti apa yang dibangun oleh aktor-aktor yang berpengaruh di Sarirejo termasuk pemandu karaoke. 4.1 Kilas Balik Sarirejo Sarirejo merupakan salah satu desa yang ada di kota Salatiga provinsi Jawa Tengah. Secara juridisformal, kota Salatiga terbentuk sejak diberlakukannya Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah-Daerah Kota-Kota Kecil dalam lingkungan propinsi Jawa Timur, Jawa Tengah, dan Jawa Barat. Peraturan Pemerintah Nomor 69 tahun 1992 tentang perubahan Batas Wilayah Kotamadya Daerah Tingkat II Salatiga dan Kabupaten Daerah Tingkat II Semarang (Lembaran Negara Indonesia Nomor 3500). Secara astronomi terletak antara , ,64 Bujur Timur dan terletak di antara dan Lintang Selatan, secara morfologis berada di daerah cekungan, kaki gunung Merbabu diantara gununggunung kecil antara lain Gajahmungkur, Telomoyo dan Payung Rong, secara administrasi dikelilingi wilayah kabupaten Semarang antara lain : 1. Sebelah Utara : Kecamatan Pabelan (Desa Pabelan dan Desa Pejaten) dan Kecamatan Tuntang (Desa Kesongo, Desa Watuagung); 29

2 2. Sebelah Selatan : Kecamatan Getasan (Desa Sumogawe, Desa Samirono dan Desa Jetak) dan Kecamatan Tengaran (Desa Patemon dan Desa Karangduren); 3. Sebelah Barat : Kecamatan Tuntang (Desa Candirejo, Desa Jombor, Desa Sraten dan Desa Gedangan) dan Kecamatan Getasan (Desa Polobogo); 4. Sebelah Timur : Kecamatan Pabelan (Desa Ujung-Ujung, Desa Sukoharjo dan Desa Glawan) dan Kecamatan Tengaran (Desa Bener, Desa Tegal Waton dan Desa Nyamat). Kota Salatiga merupakan perlintasa dua kota besar di Jawa Tengah, yaitu Semarang dan Surakarta. Kota Salatiga juga perlintasan dari Jawa Timur ke Semarang dan Jawa Barat sehingga transportasi darat melalui Salatiga cukup ramai. Salatiga berjarak 100 km dari Yogyakarta, 57 km dari Semarang, dan 53 km dari Surakarta, serta secara administratif kota Salatiga mempunyai 4 kecamatan dan 22 kelurahan, dengan jumlah RT sebanyak dan RW sebanyak 199 padaa tahun Tabel 4.1. menyajikan data tentang luas wilayah kota Salatiga menurut kecamatan dan keluahan. Tabel 4.1. Luas Wilayah Kota Salatiga Menurut Kecamatan dan Kelurahan Tahun 2010 No. WILAYAH LUAS JUMLAH (ha) % RW RT 1 KECAMATAN SIDOREJO Kelurahan Blotongan Kelurahan Sidorejo Lor Kelurahan Salatiga Kelurahan Bugel Kelurahan Kauman Kidul Kelurahan Pulutan 1.623,72 423,80 271,60 202,00 294,37 195,85 237,10 28,

3 2 KECAMATAN TINGKIR Kelurahan Kutowinangun Kelurahan Gendongan Kelurahan Kalibening Kelurahan Sidorejo Kidul Kelurahan Tingkir Lor Kelurahan Tingkir Tengah 1.054,85 293,75 68,90 99,59 277,50 177,30 137,80 18, KECAMATAN ARGOMULYO Kelurahan Noborejo Kelurahan Ledok Kelurahan Tegalrejo Kelurahan Kumpulrejo Kelurahan Randuacir 1.852,69 332,20 187,33 188,43 629,03 377,60 138,10 32, Kelurahan Cebongan 4 KECAMAN SIDOMUKTI Kelurahan Kecandran Kelurahan Dukuh Kelurahan mangunsari Kelurahan Kalicacing 1.145,85 399,20 377,15 290,77 78,73 20, JUMLAH 5,678,11 100, ,044 Sumber : Salatiga Dalam Angka 2010 Kota Salatiga merupakan salah satu kota yang berhawa cukup sejuk, hal ini karena secara geomorfologi wilayah kota Salatiga berada di daerah kaki gunung Merbabu dan gunung-gunung kecil antara lain Gajahmungkur, Telomoyo dan Payung Rong, dengan ketinggian wilayah berada di kisaran meter di atas permukaan laut. Hal ini menjadi salah satu faktor yang membuat Salatiga nyaman sebagai daerah tujuan wisata lokal dan memiliki potensi yang sangat strategis untuk berperan sebagai kota transit, kota pendidikn dan pusat pengumpulan serta pengolahan produksi pertanian dari kabupaten di sekitarnya. 31

4 Sebenarnya tujuan penataan ruang kota Salatiga adalah mewujudkan kota Salatiga sebagai pusat pendidikan dan olahraga di kawasan Kendal-Ungaran- Semarang-Salatiga-Purwodadi (Kedungsapur) yang berkelanjutan di dukung sektor perdagangan dan jasa yang berwawasan lingkungan sesuai dengan Peraturan Daerah Kota Salatiga Nomor 4 tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Salatiga tahun Sedangkan kelurahan Sidorejo Lor di Kecamatan Sidorejo sendiri yang merupakan letak desa Sarirejo menjadi sub pusat pelayanan kota. Sub pusat ini terbagi menjadi beberapa tempat salah satunya tadi kelurahan Sidorejo Lor dan yang lain kelurahan Mangunsari di kecamatan Sidomukti, kelurahan Randuacir di kecamatan Argomulyo dan kelurahan Sidorejo Kidul di kecamatan Tingkir. Kemudian kelurahan Sidorejo Lor di kecamatan Sidorejo dijadikan sebagai pusat pengembangan pendidikan tinggi dan pariwisata. Salah satu pariwisata di kelurahan Sidorejo Lor berada di desa Sarirejo, yaitu tempat wisata karaoke. Saat ini memang di Sarirejo menjadi salah satu tempat pariwisata di kota Salatiga yang bergerak di bidang hiburan karaoke. Sarirejo sendiri lebih dikenal banyak orang dengan nama Sembir. Itu karena Sembir nama sebuah desa yang ada di sebelah desa Sarirejo. Sembir sendiri menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia yang berarti tepi atau pinggir 1. Sehingga Sarirejo lebih dikenal banyak orang dengan sebutan Sembir. Pada awalnya Sarirejo merupakan salah satu tempat lokalisasi di Jawa Tengah khususnya kota Salatiga. Salah satu tokoh yang terkenal di Sarirejo adalah Pak Samad. Beliau adalah pionir pendiri tempat lokalisasi di Sarirejo. Tidak begitu diketahui asal-usul pendiri Sarirejo tersebut, akan tetapi namanya cukup melegenda bagi kalangan orang-orang dewasa di kota Salatiga khususnya pria dewasa 2. Akan tetapi seiring berkembangnya jaman, Sarirejo berubah konsep menjadi tempat wisata karaoke. Perubahan konsep tersebut disebabkan karena pemerintah akan menata kembali wilayah Sarirejo menjadi tempat wisata yang lebih baik. Salah satu aktivis di Sarirejo yang bergerak bersama LSM Tegar di

5 bidang kesehatan juga mengatakan hal mengenai perubahan konsep tersebut, yaitu Alfred Lehurliana: Sebenarnya itu masih digodog 3 dari pemerintah daerah dan dinas pariwisata mbak. Apakah nantinya Sarirejo tetap menjadi lokalisasi, atau ditutup atau justru berubah menjadi tempat wisata karaoke. Nah, keputusannya bulan Oktober. Tapi warga sendiri sudah membiasakan diri dengan merubah daerah mereka menjadi kawasan wisata karaoke, namun tidak menutup kemungkinan masih dilakukan sistem lokalisasi tadi, hanya saja ditutupi dengan tempat karaoke itu. Berubahnya konsep penataan ruang Sarirejo yang dulunya tempat lokalisasi berubah menjadi tempat wisata karaoke sebenarnya masih menjadi perdebatan di kalangan pemerintah.namun, bagi warga Sarirejo sendiri mereka sudah mengantisipasi keadaan tersebut dengan merubah menjadi tempat lokalisasi tersebut secara terselubung, yaitu dengan dalih tempat wisata karaoke. Sedangkan jumlah penduduk di Sidorejo Lor sendiri berjumlah jiwa dengan luas kelurahan km 2, kepadatan per km Mayoritas penduduk RW 09, desa Sarirejo, kelurahan Sidorejo Lor merupakan pendatang yang bertujuan untuk bekerja di Sarirejo dan kebanyakan perempuan. Sebelum Sarirejo berubah konsep menjadi kawasan wisata karaoke dan masih menjadi tempat lokalisasi, perempuan-perempuan yang merupakan pendatang ini bekerja untuk menjajakan tubuhnya kepada pelanggan. Mereka juga disebut sebagai Pekerja Seks Komersial (PSK), akan tetapi semenjak berubah konsep PSK ini tidak mau lagi disebut PSK, mereka lebih memilih disebut Pemandu Karaoke (PK). Atas dasar anggaran kebutuhan yang semakin meningkat, akhirnya para PK ini memilih bekerja di Sarirejo sebagai pemandu karaoke. Konstruksi yang dibangun oleh kapitalisme kepada kaum hawa dapat dikatakan sangat sukses. 3 Istilah bahasa Jawa yang dalam bahasa Indonesia matang 4 Sumber: Sensus Penduduk 2010, BPS Salatiga 33

6 Perempuan-perempuan berlomba-lomba untuk bisa memenuhi kebutuhannya menjadi wanita yang cantik. Dalam konsep kapitalis, perempuan yang cantik digambarkan kurus, tinggi, kulit putih, rambut panjang lurus. Seperti pada tahun 1990-an bahwa tubuh ideal adalah tubuh muda kurus semampai, yang terpersonifikasi dalam model Kate Moss. Materialisme dan kekuatan berpakaian masyarakat kelas atas-yang gemerlap dan kompetitif tahun 80-an-dibuang dalam lingkungan kemurnian awal 90-an. (Carson, 2010: ). Para PK berpikir bahwa jika mereka ingin memenuhi kebutuhan mereka pribadi yang memerlukan pengeluaran yang tidak sedikit mereka harus bekerja lebih keras lagi. Sehingga tidak menutup kemungkinan kalau PK-PK selain menjadi pemandu karaoke, mereka juga masih melayani jasa berhubungan seksual untuk para pelanggannya. Seperti yang diungkapkan salah seorang PK bahwa dia bekerja tidak hanya menjadi pemandu karaoke, tapi mereka juga mendapatkan perlakuan yang tidak sopan dari para pelanggannya: Kebetulan mbak. Saya pikir cafe yang hanya buat minum saja. Gak taunya cafe plus-plus. Itu pun saya dan teman saya dijebak dengan orang yang sama. Kebetulan mbak. Ya kadang ada laki-laki yang mau pegangpegang tubuh kita gitu mbak. Makannya aku juga ngerasa kecewa. Habis butuh uangnya buat biaya kuliah sih mbak. Dalam hal ini, perempuan di nomor duakan. Sehingga informasi-informasi penting seputar pekerjaan yang sesuai dengan keinginan dana keahlian perempuan pun menjadi diabaikan. Karena kenyataannya tidak semua pelanggan hanya mau di temani bernyanyi saja. Terkadang pelanggan juga meminta untuk berhubungan seksual dengan para PK. Karena biaya kebutuhan yang semakin meningkat juga serta pendidikan dan bekal keahlian yang kurang juga membuat perempuanperempuan PK tersebut bekerja di Sarirejo. 34

7 4.2 Modal Yang Menjadi Habitus Perempuan Sarirejo Mayoritas perempuan PK yang ada di Sarirejo adalah seorang pendatang. Sebenarnya modal apa yang diperlukan perempuan untuk bekerja sebagai PK? Sehingga perempuan-perempuan berbondong-bondong untuk bekerja di luar daerah tempat tinggal mereka, yang hanya bekerja sebagai pemandu karaoke. Magelang. Saya di sini tinggal di mess mbak. Tempatnya di belakang saya kerja. Di belakang karaoke aora situ mbak. (Lilis, 20 th ) Kalau saya udah hampir satu tahun mbak. Saya di sini ngekos mbak. Di amazone karaoke itu mbak kerja saya, nah tempat tinggal saya di dekat situ. Semarang mbak. (Aya, 21 th ) Meskipun antara PK satu dengan PK yang lain memiliki latar belakang asal tempat tinggal yang berbeda-beda namun mereka dapat menjadi partner 5 dalam bekerja, mereka juga cepat dalam hal berinteraksi antara satu dengan yang lain. Dalam proses interaksi dengan pihak luar itu, terbentuklah ranah, jaringan relasi posisi-posisi objektif. Ranah sendiri merupakan metafora yang digunakan Bourdieu untuk menggambarkan kondisi masyarakat yang terstruktur dan dinamis dengan dayadaya yang dikandungnya. Dasar metaforaa itu dijelaskan oleh Bourdieu dalam wawancara pribadi dengan Cheleen Mahar (1985) sebagai berikut: Untuk memberikan gambaran kepada Anda, kita dapat membayangkan masyarakat sebagai semacam sistem ranah, sehingga Anda harus berpikir dari sudut pandang sebuah sistem dan relasi-relasi. Sistem ranah (yang terdapat dalam ruang sosial) hampir dapat dibayangkan, secara sederhana, sebagai sebuah sistem planet, karena ruang sosial benar-benar merupakan suatu ranah integral. Setiap ranah memiliki struktur dan daya-dayanya 5 Rekan kerja dalam bahasa Inggris. 35

8 sendiri, serta ditempatkan dalam suatu ranah yang lebih besar yang juga memiliki kekuatan, strukturnya sendiri dan seterusnya. Seiring perkembangannya, sistem ranah merangkai sebuah ranah yanga lebih besar. Ranah mengisi ruang sosial. Istilah ruang sosial mengacu pada keseluruhan konsepsi tentang dunia sosial. Ruang sosial sendiri disini adalah RW 09 desa Sarirejo kota Salatiga. Konsep ini menganalogikan realitas sosial sebagai sebuah ruang dan pemahamannya menggunakan pendekatan topologi. Dalam hal ini, ruang sosial dapat dikonsepsi sebagai terdiri dari beragam ranah memiliki sejumlah hubungan terhadap satu sama lainnya, serta sejumlah titik kontak. Ruang sosial individu dikaitkan melalui waktu (trajektori kehidupan) dengan serangkaian ranah tempat orang-orang berebut berbagai bentuk modal 6. Modal pengalaman kerja yang dimiliki setiap PK juga merupakan salah satu alasan kalau perempuan memilih bekerja sebagai PK dibanding buruh. Bahkan perempuan yang tingkat pendidikannya rendah, mereka hanya mempunyai kesempatan bekerja bermodalkan tubuhnya. Tubuh bagi seorang PK merupakan alat mereka untuk berpolitik. Politik yang dimaksudkan disini adalah untuk mencari keuntungan bagi PK sendiri. Tingkat pendidikan PK yang rendah menuntut perempuan-perempuan ini akhirnya menggunakan tubuhnya sebagai modal untuk mendapatkan keuntungan. Menurut salah satu PK bernama Nia yang berasal dari Purwokerto, yang pada zaman sekarang dapat dikatakan tingkat pendidikannya rendah: SMP mbak. Karena saya dari keluarga kurang mampu, jadi saya mau cari kerja untuk memenuhi kebutuhan saya. Dulu sih saya kerja di toko pakaian di Purwokerto. Tapi karena saya dikasih tau kerja disini enak dan gak susah ya sudah saya kerja disini. Baru dua tahun sih mbak. 6 Mahar, Cheleen (HabitusxModal)+Ranah=Praktik. Yogyakarta: Jalasutra 36

9 Selain modal pengalaman, pendidikan dan status, maka modal tubuh juga digunakan para pemandu karaoke untuk melancarkan pekerjaannya. Seperti yang dialami salah seorang pemandu karaoke berikut: Saya pikir cafe yang hanya buat minum saja. Gak taunya cafe plus-plus. Itu pun saya dan teman saya dijebak dengan orang yang sama. Kebetulan mbak. Ya kadang ada laki-laki yang mau pegang-pegang tubuh kita gitu mbak. Makannya aku juga ngerasa kecewa. Habis butuh uangnya buat biaya kuliah sih mbak. Dalam ruang sosial ini, individu dengan habitus-nya berhubungan dengan individu lain dan berbagai realitas sosial yang menghasilkan tindakan-tindakan sesuai dengan ranah dan modal yang dimilikinya. Maka dengan keadaan Sarirejo yang dahulunya tempat lokalisasi, kemudian sekarang berubah konsep menjadi tempat wisata karaoke belum lama ini, habitus yang dimiliki masyarakatanya atau setiap aktor yang ada di Sarirejo belum berubah. Sehingga bagi PK,modal tubuhlah yang seharusnya mereka pakai untuk bekerja. Para PK akhirnya menggunakan upah kerjanya untuk mempercantik tubuhnya agar para PK dapat bersaing di ranah yang tersedia. Kalau saya sebulan bisa lebih mbak, soalnya saya juga mesti beli make up. Itu make up saya setiap bulan beli lho mbak, apa lagi saya pakainya merek ines. Jadi memang mahal. Ya paling gak sebulan dua juta. Sedangkan menurut Ibid: Modal simbolik suatu bentuk modal ekonomi fisikal yang telah mengalami transformasi dan, karenanya, telah tersamarkan menghasilkan efeknya yang tepat sepanjang, dan hanya hanya sepanjang, menyembunyikan fakta bahwa ia tampil dalam bentuk-bentuk modal material yang adalah, pada hakikatnya, sumber efek-efeknya juga. 37

10 (Ibid.: 183) Kekuasaan sistem simbolik dan dominasi yang diimplikasikan sistem tersebut pada konstruksi realitas, memiliki arti yang sangat penting dalam karya Bourdieu. Baginya bentuk-bentuk simbolik, seperti bahasa, kode-kode pakaian, dan postur tubuh, merupakan hal penting, bukan hanya untuk memahami fungsi kognitif simbol-simbol. Kemudian suatu modal ekonomi serta modal tubuh yang dimiliki pemandu karaoke mulai dipakai, maka akan membentuk suatu modal simbolik juga. Pada kenyataannya seorang pemandu karaoke memang membutuhkan modal utama mereka untuk bekerja yaitu tubuhnya. Sehingga, bagi Bourdieu, definisi modal ini sangat luas dan mencakup halhal material (yang dapat memiliki nilai simbolik) dan berbagai atribut yang tak tersentuh, namun memiliki signifikansi secara kultural, misalnya prestise, status, dan otoritas (yang dirujuk sebagai modal simbolik), serta modal budaya (yang didefinisikan sebagai selera bernilai budaya dan pola-pola konsumsi) (Bourdieu, 1986a). Modal budaya dapat mencakup rentangan luas properti, seperti seni, pendidikan dan bentuk-bentuk bahasa. Modal budaya juga dimiliki setiap individu termasuk perempuan PK. Bahwa, para PK menggunakan media massa untuk mengakses berita-berita atau informasi yang sedang marak diperbincangkan. Berbagai macam bentuk informasi yang dikemas sedemikian rupa, sehingga para PK dapat memperoleh berita seputar pemilu juga. Seperti yang diungkapkan perempuan PK yang ada di Sarirejo: Walah, boro-boro dikasih tahu mbak. Bahas soal pemilu aja tidak. Kemarin itu malah bahas soal kita yang harus libur pas pemilu, jadi kita rugi. Karena tidak dapat penghasilan sehari. Ya paling saya tahu kabar soal pemilu itu dari TV atau baca berita di internet mbak. (Ami, 25 th ) Tahun 2014 bagi negara Indonesia merupakan tahun politik. Tahun 2014 juga dilaksanakan pemilihan umum (pemilu). Pemilu sendiri dirayakan oleh semua warga Indonesia tanpa terkecuali perempuan PK. Habitus yang terbentuk pada 38

11 masyarakat terpinggirkan seperti PK, akhirnya berpengaruh pada keputusan yang diambil. Kebiasaan yang dilakukan masyarakat terpinggirkan dipicu dari modal yang dimilikinya tidak sama dengan masyarakat yang terpandang. Seperti para PK yang hanya memiliki modal tubuh serta modal budaya yang terbatas seperti pendidikan. Kemarin itu saya gak 7 dapat pendidikan politik itu mbak. Dan saya juga gak ada usaha apa-apa. Karena saya juga gak tertarik soal politik. Lagian malas mbak kalau terlalu mikirin kayak gituan. Pemilu sendiri memiliki beberapa tahapan atau proses salah satunya adalah pendidikan politik yang diberikan kepada semua warga Indonesia seputar pemilu. Meskipun tingkat pendidikan perempuan PK mayoritas hanya sampai sekolah menengah pertama (SMP), tetapi dengan perkembangan gadget yang semakin maju di era modern ini, maka tidak memungkiri bahwa setiap individu pasti bisa mendapatkan informasi dari televisi, handphone, komputer, radio dan lain sebagainya mengenai berita pemilu. Sehingga modal budaya di era modern ini dalam bidang pendidikan, memiliki berbagai macam pilihan sarana untuk memperoleh informasi atau pengetahuan. Namun bagi perempuan yang memiliki modal khususnya modal ekonomi dan modal simbolik yang cukup kuat, maka perempuan tersebut tidak hanya mampu mendapatkan pekerjaan yang status sosialnya tinggi dari pada PK, tetapi mereka juga mampu mendapatkan penghasilan yang lebih banyak. Dalam hal ini, perempuan yang menjadi seorang calon legislatif (caleg) harus memiliki kedua modal tersebut agar mereka mampu bertahan di dunia politik. Kemudian hasil wawancara dari peneliti lain menyebutkan bahwa sejak keputusan Mahkamah Konstitusi melegalkan sistem baru, para caleg perempuan mengikuti instruksi partainya untuk bekerjasama dengan koleganya laki-laki di setiap dapil untuk memastikan kemenangan kursi bagi partainya, bukan untuk individu. Sejak keputusan itu diterapkan pada awal 2009, kompetisi bebas antar caleg tidak bisa 7 Dalam bahasa Indonesia artinya tidak 39

12 dihindari. Maka bagi kandidat yang bertarung dalam dua pemilu, perubahan sistem tersebut diakui oleh mereka telah menyulitkan untuk memenangkan kursi, terutama makin mahalnya pengeluaran biaya kampanye. Bagi Bourdieu, modal berperan sebagai sebuah relasi sosial yang terdapat di dalam suatu sistem pertukaran, dan istilah ini diperluas pada segala bentuk barang-baik materil maupun simbol, tanpa perbedaan-yang mempresentasikan dirinya sebagai sesuatu yang jarang dan layak untuk dicari dalam sebuah formasi sosial tertentu (1977: 178). Seperti yang disampaikan oleh Eva berikut ini: Pengalaman saya di tahun 2004 lebih mudah dibandingkan tahun [di tahun 2004] saya adalah anggota baru. Karena adanya peringkat dalam nomor, maka biaya politiknya sangat rendah. Saat itu, kami [berada di nomor urut atas] bertemu untuk [menentukan] Eva ambil [dapil] ini dan Pramono [salah satu elite PDIP] ambil daerah lainnya. Orientasi kami adalah memperoleh suara. Saya menghabiskan Rp. 225 juta, dimana RP.75 juta saya serahkan kepada partai dan sisanya saya pergunakan untuk kampanye saya. Saya mendapat suara. 40

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2012 TENTANG

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2012 TENTANG SALINAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2012 TENTANG BATAS DAERAH KOTA SALATIGA DENGAN KABUPATEN SEMARANG PROVINSI JAWA TENGAH DENGAN

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 69 TAHUN 1992 TENTANG PERUBAHAN BATAS WILAYAH KOTAMADYA DAERAH TINGKAT II SALATIGA DAN KABUPATEN DAERAH TINGKAT II SEMARANG PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

KOMISI PEMILIHAN UMUM KOTA SALATIGA. KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KOTA SALATIGA NOMOR 71 /Kpts/KPU-Kota /2016

KOMISI PEMILIHAN UMUM KOTA SALATIGA. KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KOTA SALATIGA NOMOR 71 /Kpts/KPU-Kota /2016 SALINAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KOTA SALATIGA KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KOTA SALATIGA MOR 71 /Kpts/KPU-Kota-012-329537/2016 TENTANG DAFTAR PEMILIH SEMENTARA PADA PEMILIHAN WALIKOTA DAN WAKIL WALIKOTA

Lebih terperinci

KOMISI PEMILIHAN UMUM KOTA SALATIGA. KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KOTA SALATIGA NOMOR 96 /Kpts/KPU-Kota /2016

KOMISI PEMILIHAN UMUM KOTA SALATIGA. KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KOTA SALATIGA NOMOR 96 /Kpts/KPU-Kota /2016 SALINAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KOTA SALATIGA KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KOTA SALATIGA MOR 96 /Kpts/KPU-Kota-012-329537/2016 TENTANG DAFTAR PEMILIH TETAP PADA PEMILIHAN WALIKOTA DAN WAKIL WALIKOTA SALATIGA

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA SALATIGA TAHUN 2012 NOMOR 1

LEMBARAN DAERAH KOTA SALATIGA TAHUN 2012 NOMOR 1 LEMBARAN DAERAH KOTA SALATIGA TAHUN 2012 NOMOR 1 PERATURAN DAERAH KOTA SALATIGA NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KOTA SALATIGA TAHUN 2011-2016 PEMERINTAH KOTA

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN Dalam bab ini akan dibahas sepintas tentang beberapa item dari kondisi fisik wilayah Kota Salatiga sebagai pengetahuan umum tentang tempat dimana komunitas punk

Lebih terperinci

BAB III HASIL PENELITIAN DAN ANALISA. 110º.27'.56,81" sampai dengan 110º.32'.4,64" Bujur Timur dan 007º.17'

BAB III HASIL PENELITIAN DAN ANALISA. 110º.27'.56,81 sampai dengan 110º.32'.4,64 Bujur Timur dan 007º.17' BAB III HASIL PENELITIAN DAN ANALISA 3.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian 3.1.1 Letak Geografis Dilihat secara astronomi Kota Salatiga terletak di antara 110º.27'.56,81" sampai dengan 110º.32'.4,64" Bujur

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1 PERSEPSI MASYARAKAT TENTANG (APBD) KOTA SALATIGA

LAMPIRAN 1 PERSEPSI MASYARAKAT TENTANG (APBD) KOTA SALATIGA LAMPIRAN 1 PERSEPSI MASYARAKAT TENTANG (APBD) KOTA SALATIGA PETUNJUK PENGISIAN Untuk menjawab berilah tanda silang (x) pada pilihan yang tersedia dan mohon untuk diberi alasan secara tertulis. Data Informan

Lebih terperinci

BAB II KONDISI UMUM KEMISKINAN KOTA SALATIGA

BAB II KONDISI UMUM KEMISKINAN KOTA SALATIGA 5.68 7.80 11.06 10.04 10.81 12.90 BAB II KONDISI UMUM KEMISKINAN KOTA SALATIGA 2.1. Tingkat Kemiskinan Persentase penduduk miskin Salatiga pada tahun 2011 sebesar 7,80% berada di bawah rata-rata capaian

Lebih terperinci

DATA PENCAIRAN DANA BANTUAN OPERASIONAL SEKOLAH (BOS) KOTA SALATIGA PENCAIRAN TRIWULAN 1 PERIODE JANUARI-MARET TAHUN 2017

DATA PENCAIRAN DANA BANTUAN OPERASIONAL SEKOLAH (BOS) KOTA SALATIGA PENCAIRAN TRIWULAN 1 PERIODE JANUARI-MARET TAHUN 2017 SD NO NAMA SEKOLAH KECAMATAN NAMA REKENING (BUKAN NAMA PRIBADI) NOMOR REKENING NAMA BANK 1 SD NEGERI TEGALREJO 04 Kec. Argomulyo SD NEGERI TEGALREJO 04 2033062195 Bank Jateng 185 29.600.000 2 SD NEGERI

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA SALATIGA NOMOR 29 TAHUN 2011 PERATURAN WALIKOTA SALATIGA NOMOR 29 TAHUN 2011 TENTANG PENOMORAN NASKAH DINAS

BERITA DAERAH KOTA SALATIGA NOMOR 29 TAHUN 2011 PERATURAN WALIKOTA SALATIGA NOMOR 29 TAHUN 2011 TENTANG PENOMORAN NASKAH DINAS BERITA DAERAH KOTA SALATIGA NOMOR 29 TAHUN 2011 PERATURAN WALIKOTA SALATIGA NOMOR 29 TAHUN 2011 TENTANG PENOMORAN NASKAH DINAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SALATIGA, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

BUKU PUTIH SANITASI KOTA SALATIGA 2012

BUKU PUTIH SANITASI KOTA SALATIGA 2012 Daftar Isi Bab 1: Pendahuluan 1.1 Latar Belakang 1.2 Landasan Gerak 1.3 Maksud dan Tujuan 1.4 Metodologi 1.5 Dasar Hukum dan Kaitannya dengan Dokumen Perencanaan Lain Bab 2: Gambaran Umum Wilayah 2.1 Geografis,

Lebih terperinci

Kota Salatiga terletak antara Lintang Selatan dan antara , ,64 Bujur Timur.

Kota Salatiga terletak antara Lintang Selatan dan antara , ,64 Bujur Timur. BAB 2 GAMBARAN UMUM WILAYAH BUKU PUTIH SANITASI Gambaran Umum Wilayah menjelaskan kondisi umum Kota Salatiga yang mencakup: kondisi fisik, kependudukan, administratif, keuangan dan perekonomian daerah,

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA SALATIGA NOMOR 21 TAHUN 2016 PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN WALIKOTA SALATIGA NOMOR 21 TAHUN 2016

BERITA DAERAH KOTA SALATIGA NOMOR 21 TAHUN 2016 PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN WALIKOTA SALATIGA NOMOR 21 TAHUN 2016 SALINAN BERITA DAERAH KOTA SALATIGA NOMOR 21 TAHUN 2016 PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN WALIKOTA SALATIGA NOMOR 21 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN PENGGUNAAN BARANG MILIK DAERAH, PEMASANGAN ALAT PERAGA KAMPANYE,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Bukan Demokrasi, Melainkan Dominasi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Bukan Demokrasi, Melainkan Dominasi BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bukan Demokrasi, Melainkan Dominasi Sistem politik demokrasi di Indonesia sebenarnya masih memikirkan toleransi dan intoleransi. Intoleransi sendiri adalah politik arogansi.

Lebih terperinci

Analisis dan Perancangan Tata Ruang Kota Bagian Fasilitas Kesehatan Kota Salatiga dengan Memanfaatkan Sistem Informasi Geografi Berbasis Web

Analisis dan Perancangan Tata Ruang Kota Bagian Fasilitas Kesehatan Kota Salatiga dengan Memanfaatkan Sistem Informasi Geografi Berbasis Web Analisis dan Perancangan Tata Ruang Kota Bagian Fasilitas Kesehatan Kota Salatiga dengan Memanfaatkan Sistem Informasi Geografi Berbasis Web Artikel Ilmiah Peneliti: Indra Septy (682009072) Charitas Fibriani,

Lebih terperinci

1.1 Latar Belakang. 1.2 Wilayah cakupan SSK

1.1 Latar Belakang. 1.2 Wilayah cakupan SSK Bab 1: Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Sektor sanitasi merupakan salah satu sektor pelayanan publik yang mempunyai kaitan erat dengan kesehatan masyarakat. Rendahnya kualitas sanitasi menjadi salah satu

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Penelitian Hasil dan pembahasan penelitian akan diawali dengan gambaran umum tentang wilayah administratif Kota Salatiga, Dinas Petanian dan Perikanan Kota

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini, masyarakat dibelahan bumi manapun mendambakan yang namanya kebebasan mutlak. Kebebasan mutlak tidak bisa diperoleh dimanapun.jika hidup dalam lingkungan

Lebih terperinci

SAMBUTAN WALIKOTA SALATIGA

SAMBUTAN WALIKOTA SALATIGA i ii iii SAMBUTAN WALIKOTA SALATIGA Assalaamu alakum Wr. Wb; Teriring rasa syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, saya menyambut baik dengan diterbitkannya Buku oleh Bappeda Kota Salatiga. Informasi maupun

Lebih terperinci

BAB IV TEMUAN DAN PEMBAHASAN. Pendapatan Asli Daerah di Kota Salatiga tahun dan apakah jumlah

BAB IV TEMUAN DAN PEMBAHASAN. Pendapatan Asli Daerah di Kota Salatiga tahun dan apakah jumlah BAB IV TEMUAN DAN PEMBAHASAN Bab ini akan membahas tentang hasil penelitian yang telah diperoleh sekaligus pembahasannya. Hasil penelitian ini menjawab masalah penelitian pada bab I yaitu apakah pengeluaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seks selalu menarik untuk dibicarakan, tapi selalu menimbulkan kontradiksi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seks selalu menarik untuk dibicarakan, tapi selalu menimbulkan kontradiksi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seks selalu menarik untuk dibicarakan, tapi selalu menimbulkan kontradiksi di masyarakat. Ada sebagian masyarakat yang berpendapat bahwa pendidikan seks perlu

Lebih terperinci

BAB II PEMBAHASAN. yang terdiri dari kata Land dan Reform. Land artinya tanah, sedangkan

BAB II PEMBAHASAN. yang terdiri dari kata Land dan Reform. Land artinya tanah, sedangkan 9 BAB II PEMBAHASAN A. Tinjauan Pustaka a. Landreform Undang-Undang No. 56 Prp Tahun 1960 merupakan Undang-Undang landefrom di Indoneisa. Landreform berasal dari kata-kata dalam bahasa Inggris yang terdiri

Lebih terperinci

BAB III METODELOGI PENELITIAN

BAB III METODELOGI PENELITIAN BAB III METODELOGI PENELITIAN Metode penelitian merupakan cara kerja memahami bagaimana suatu penelitian dilakukan, yaitu dengan alat apa dan prosedur bagaimana suatu penelitian dilakukan (Wasito, 1995

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini, masyarakat dibelahan bumi manapun mendambakan yang namanya kebebasan mutlak. Kebebasan mutlak tidak bisa diperoleh dimanapun.jika hidup dalam lingkungan

Lebih terperinci

ANALISIS TINGKAT KETAHANAN PANGAN KOTA SALATIGA MENGGUNAKAN METODE WEIGHTED PRODUCT BERBASIS SISTEM INFORMASI GEOGRAFI

ANALISIS TINGKAT KETAHANAN PANGAN KOTA SALATIGA MENGGUNAKAN METODE WEIGHTED PRODUCT BERBASIS SISTEM INFORMASI GEOGRAFI ANALISIS TINGKAT KETAHANAN PANGAN KOTA SALATIGA MENGGUNAKAN METODE WEIGHTED PRODUCT BERBASIS SISTEM INFORMASI GEOGRAFI Charitas Fibriani 1 1 Program Studi Sistem Informasi, Fakultas Teknologi Informasi,

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA SALATIGA

PEMERINTAH KOTA SALATIGA PEMERINTAH KOTA SALATIGA PERATURAN DAERAH KOTA SALATIGA NOMOR TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA SALATIGA TAHUN 2010-2030 WALIKOTA SALATIGA PERATURAN DAERAH KOTA SALATIGA NOMOR TAHUN 2011

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM TENTANG DANAU RAWA PENING

BAB IV GAMBARAN UMUM TENTANG DANAU RAWA PENING BAB IV GAMBARAN UMUM TENTANG DANAU RAWA PENING Pada bagian ini, penulis ingin memaparkan mengenai kondisi danau Rawa Pening secara umum baik mengenai lokasi geografis, kondisi alam atau kondisi topografi,

Lebih terperinci

BAB IV PROFIL KELURAHAN KUMPULREJO

BAB IV PROFIL KELURAHAN KUMPULREJO BAB IV PROFIL KELURAHAN KUMPULREJO Dalam bab ini akan di jabarkan mengenai gambaran umum Kelurahan Kumpulrejo Kota Salatiga dan gambaran perempuan miskin yang ada di Kelurahan Kumpulrejo. 4.1 Gambaran

Lebih terperinci

BUKU PUTIH SANITASI KOTA SALATIGA BUKU PUTIH SANITASI. Tahun 2012 POKJA PPSP KOTA SALATIGA. Program Percepatan Pembangunan Sanitasi (PPSP)

BUKU PUTIH SANITASI KOTA SALATIGA BUKU PUTIH SANITASI. Tahun 2012 POKJA PPSP KOTA SALATIGA. Program Percepatan Pembangunan Sanitasi (PPSP) Program Percepatan Pembangunan Sanitasi (PPSP) Tahun 2012 BUKU PUTIH SANITASI KOTA SALATIGA Provinsi Jawa Tengah Disiapkan oleh: POKJA PPSP KOTA SALATIGA 1 Kata Pengantar Puji dan syukur kita panjatkan

Lebih terperinci

BAB III DATA RESPONDEN

BAB III DATA RESPONDEN BAB III DATA RESPONDEN A. JENIS KELAMIN RESPONDEN Penelitian ini sebagian besar mengambil kelompok laki-laki sebagai responden. Dari 8 responden yang diwawancarai dan yang ikut FGD, terdapat orang responden

Lebih terperinci

Muhammad Ismail Yusanto, Jubir Hizbut Tahrir Indonesia

Muhammad Ismail Yusanto, Jubir Hizbut Tahrir Indonesia Muhammad Ismail Yusanto, Jubir Hizbut Tahrir Indonesia Yang berhak membuat hukum hanyalah Allah SWT. Namun masih saja ada kaum Muslim yang turut dalam Pemilu legislatif (DPR/DPRD) dengan berdalih dalam

Lebih terperinci

WALIKOTA SALATIGA SALINAN PERATURAN WALIKOTA SALATIGA NOMOR 46 TAHUN 2011

WALIKOTA SALATIGA SALINAN PERATURAN WALIKOTA SALATIGA NOMOR 46 TAHUN 2011 WALIKOTA SALATIGA SALINAN PERATURAN WALIKOTA SALATIGA NOMOR 46 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN WALIKOTA SALATIGA NOMOR 48 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA UNIT PELAKSANA TEKNIS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Entrepreneur (Wirausahawan) secara umum adalah orang-orang yang

BAB I PENDAHULUAN. Entrepreneur (Wirausahawan) secara umum adalah orang-orang yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Entrepreneur (Wirausahawan) secara umum adalah orang-orang yang mampu menjawab tantangan-tantangan dan memanfaatkan peluang-peluang yang ada.ide adalah hal

Lebih terperinci

2015 STRATEGI PENGEMBANGAN BISNIS RUMAH MAKAN PADA SAUNG KATINEUNG RASA PUNCLUT MELALUI ANALISIS SWOT

2015 STRATEGI PENGEMBANGAN BISNIS RUMAH MAKAN PADA SAUNG KATINEUNG RASA PUNCLUT MELALUI ANALISIS SWOT 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan pariwisata di dunia saat ini dari masa ke masa demikian pesat dan menjadi hal penting bagi setiap negara dan kalangan industri pariwisata. Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang menyanjung-nyanjung kekuatan sebagaimana pada masa Orde Baru, tetapi secara

BAB I PENDAHULUAN. yang menyanjung-nyanjung kekuatan sebagaimana pada masa Orde Baru, tetapi secara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejak reformasi digulirkan akhir Mei 1998, kebebasan media massa di Indonesia telah mengalami perkembangan yang cukup pesat. Pemberitaan media tidak lagi didominasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata merupakan ujung tombak bagi kemajuan perekonomian negara. Pariwisata juga bertanggung jawab untuk membawa citra bangsa ke dunia Internasional. Semakin tinggi

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM. A. Kondisi Geografis Daerah Istimewa Yogyakarta. Daerah Istimewa Yogyakarta memiliki luas wilayah 3.

BAB IV GAMBARAN UMUM. A. Kondisi Geografis Daerah Istimewa Yogyakarta. Daerah Istimewa Yogyakarta memiliki luas wilayah 3. 54 BAB IV GAMBARAN UMUM A. Kondisi Geografis Daerah Istimewa Yogyakarta Daerah Istimewa Yogyakarta memiliki luas wilayah 3.185,80 km 2 dengan perbatasan wilayah dari arah Timur : Kabupaten Wonogiri di

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. dengan DKI Jakarta yang menjadi pusat perekonomian negara.

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. dengan DKI Jakarta yang menjadi pusat perekonomian negara. 45 BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Kota Bandar Lampung merupakan sebuah kota yang menjadi ibukota provinsi Lampung, Indonesia. Kota Bandar Lampung pintu gerbang Pulau Sumatera. Sebutan ini layak

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian merupakan suatu cara atau strategi menyeluruh untuk memperoleh data yang di perlukan (Soehartono, 1999:9). Untuk itu dalam bab ini akan dijelaskan mengenai proses

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Pengambilan sampel dalam penelitian dilakukan dengan cluster. random sampling, observasi lingkungan serta melihat penderita

BAB III METODE PENELITIAN. Pengambilan sampel dalam penelitian dilakukan dengan cluster. random sampling, observasi lingkungan serta melihat penderita BAB III METODE PENELITIAN Penelitian ini adalah penelitian non ekperimental yang bersifat dekskriptif yang bertujuan untuk mendapatkan gambaran faktor-faktor yang mempengaruhi penyakit kulit menular pada

Lebih terperinci

Ad. 1. Memperoleh gambaran sejarah dan identitas Desa Sembir Kota Salatiga dalam konteksgeneologisnya.

Ad. 1. Memperoleh gambaran sejarah dan identitas Desa Sembir Kota Salatiga dalam konteksgeneologisnya. Lampiran Kuisioner Pedoman Pertanyaan TINDAKAN POLITIK PEMILU YANG DILAKUKAN PEREMPUAN MARGINAL (Studi Kasus Pemandu Karaoke Kaum Marginal di Sarirejo Kota Salatiga) Tujuan Penelitian 1. Mendeskripsikan

Lebih terperinci

BAB IV. HASIL PENELITIAN dan PEMBAHASAN. kota Semarang dan 53 km dari kota Surakarta. Kota ini

BAB IV. HASIL PENELITIAN dan PEMBAHASAN. kota Semarang dan 53 km dari kota Surakarta. Kota ini BAB IV HASIL PENELITIAN dan PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Lokasi Penelitian Salatiga adalah salah satu kota kecil yang berada di Provinsi Jawa Tengah, Letak kota ini berada di 47 km dari kota Semarang dan 53

Lebih terperinci

BAB II KOTA SALATIGA DAN PEMILIHAN UMUM KEPALA DAERAH. menghubungkan kota Semarang dan Surakarta, mempunyai ketinggan meter

BAB II KOTA SALATIGA DAN PEMILIHAN UMUM KEPALA DAERAH. menghubungkan kota Semarang dan Surakarta, mempunyai ketinggan meter BAB II KOTA SALATIGA DAN PEMILIHAN UMUM KEPALA DAERAH 2.1. Gambaran Umum Kota Salatiga Salatiga adalah kota kecil di propinsi Jawa Tengah, mempunyai luas wilayah ± 56,78 km², terdiri dari 4 kecamatan,

Lebih terperinci

BAB III DEKLINASI MAGNETIK KOTA SALATIGA. Sebelum membahas permasalahan kiranya penting sekali mengenal Kota

BAB III DEKLINASI MAGNETIK KOTA SALATIGA. Sebelum membahas permasalahan kiranya penting sekali mengenal Kota BAB III DEKLINASI MAGNETIK KOTA SALATIGA A. Gambaran umum Kota Salatiga Sebelum membahas permasalahan kiranya penting sekali mengenal Kota Salatiga sebagai tempat penelitian dilakukan. Mengenal tempat

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN BAB IV HASIL PENELITIAN A. Gambaran Lokasi Penelitian Kecamatan Gunungpati terletak di bagian Selatan Kota Semarang, berbatasan langsung dengan Ungaran. Dari pusat Kota Semarang jaraknya sekitar 17 km.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pemilihan umum sebagai sarana demokrasi dan juga sebagai cerminan. menyampaikan hak nya sebagai warganegara. Pemilihan umum merupakan

I. PENDAHULUAN. Pemilihan umum sebagai sarana demokrasi dan juga sebagai cerminan. menyampaikan hak nya sebagai warganegara. Pemilihan umum merupakan 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan umum sebagai sarana demokrasi dan juga sebagai cerminan masyarakat yang memiliki kebebasan berekspresi dan berkehendak, serta menyampaikan hak nya sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pemilihan umum sebagai sarana demokrasi telah digunakan di sebagian besar

BAB I PENDAHULUAN. Pemilihan umum sebagai sarana demokrasi telah digunakan di sebagian besar 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan umum sebagai sarana demokrasi telah digunakan di sebagian besar negara di dunia termasuk Indonesia. Negara Kesatuan Republik Indonesia sejak reformasi telah

Lebih terperinci

Lampiran. Hasil Wawancara: LKM Kumpulrejo Ismadi 3 Februari 2014

Lampiran. Hasil Wawancara: LKM Kumpulrejo Ismadi 3 Februari 2014 Lampiran Hasil Wawancara: LKM Kumpulrejo Ismadi 3 Februari 2014 LKM Kumpulrejo memiliki anggota sejumlah 10 orang yang berasal dari berbagai wilayah di kelurahan kumpulrejo. Guna menjalankan fungsinya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada perkembangan teknologi informasi saat ini manusia dimudahkan dalam mencari

BAB I PENDAHULUAN. Pada perkembangan teknologi informasi saat ini manusia dimudahkan dalam mencari 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada perkembangan teknologi informasi saat ini manusia dimudahkan dalam mencari dan mendapatkan kebutuhan informasi, baik sekedar untuk pengetahuan maupun memenuhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Universitas Negeri Medan sebagai lembaga pendidikan tinggi memiliki

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Universitas Negeri Medan sebagai lembaga pendidikan tinggi memiliki 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Universitas Negeri Medan sebagai lembaga pendidikan tinggi memiliki beberapa fakultas, yaitu Fakultas Bahasa dan Seni, Fakultas Teknik, Fakultas Ilmu Keolahragaan,

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Sekilas tentang Kota Salatiga. Salatiga merupakan kota kecil yang berada di antara kota Semaranng dan kota Solo. Secara astronomis Kota Salatiga terletak di antara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dikehendaki. Namun banyak pula yang beranggapan bahwa politik tidak hanya

BAB I PENDAHULUAN. dikehendaki. Namun banyak pula yang beranggapan bahwa politik tidak hanya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Politik merupakan upaya atau cara untuk memperoleh sesuatu yang dikehendaki. Namun banyak pula yang beranggapan bahwa politik tidak hanya berkisar di lingkungan kekuasaan

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN 96 IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1. Gambaran Umum Dalam bab ini, akan dipaparkan secara umum tentang 14 kabupaten dan kota yang menjadi wilayah penelitian ini. Kabupaten dan kota tersebut adalah

Lebih terperinci

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Keadaan Umum Wilayah Kota Bogor Kota Bogor terletak diantara 16 48 BT dan 6 26 LS serta mempunyai ketinggian minimal rata-rata 19 meter, maksimal 35 meter dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mendapatkan dukungan teknik-teknik marketing, dalam pasar politik pun diperlukan

BAB I PENDAHULUAN. mendapatkan dukungan teknik-teknik marketing, dalam pasar politik pun diperlukan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dunia politik adalah suatu pasar, dalam pasar itu terjadi pertukaran informasi dan pengetahuan. Dan seperti halnya pertukaran dalam dunia bisnis yang perlu

Lebih terperinci

Bab III TAHAPAN PRA PRODUKSI

Bab III TAHAPAN PRA PRODUKSI Bab III TAHAPAN PRA PRODUKSI 3.1 Lokasi Produksi Salatiga. Lokasi yang akan menjadi bahan untuk produksi tugas akhir ini adalah kota 3.2 Sumber Informasi Sumber informasi yang peneliti pilih dalam pembuatan

Lebih terperinci

RENCANA INDUK SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM KOTA SALATIGA Saddam Pradika 1), Wiharyanto Oktiawan 2), Dwi Siwi Handayani 2) ABSTRACT

RENCANA INDUK SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM KOTA SALATIGA Saddam Pradika 1), Wiharyanto Oktiawan 2), Dwi Siwi Handayani 2) ABSTRACT RENCANA INDUK SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM KOTA SALATIGA Saddam Pradika 1), Wiharyanto Oktiawan 2), Dwi Siwi Handayani 2) ABSTRACT Salatiga is a city which located between Semarang District consist of 4

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dengan persoalan akses informasi dan dunia internet. Online shopping merupakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dengan persoalan akses informasi dan dunia internet. Online shopping merupakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penggunaan internet semakin popular dikacamata para generasi muda tak terkecuali mahasiswi. Mahasiswi adalah bagian masyarakat yang sangat dekat dengan persoalan akses

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM DESA POLOBOGO

BAB IV GAMBARAN UMUM DESA POLOBOGO BAB IV GAMBARAN UMUM DESA POLOBOGO 4. 1. Kondisi Geografis 4.1.1. Batas Administrasi Desa Polobogo termasuk dalam wilayah administrasi kecamatan Getasan, kabupaten Semarang, Provinsi Jawa Tengah. Wilayah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan penduduk dapat memberikan pengaruh positif sekaligus negatif bagi suatu daerah. Di negara maju pertumbuhan penduduk mampu meningkatkan pertumbuhan ekonomi,

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN LOKASI. 3.1 Tinjauan Umum Kabupaten Kulon Progo sebagai Wilayah Sasaran Proyek

BAB III TINJAUAN LOKASI. 3.1 Tinjauan Umum Kabupaten Kulon Progo sebagai Wilayah Sasaran Proyek BAB III TINJAUAN LOKASI 3.1 Tinjauan Umum Kabupaten Kulon Progo sebagai Wilayah Sasaran Proyek 3.1.1 Kondisi Administratif Kabupaten Kulon Progo Kabupaten Kulon Progo merupakan salah satu kabupaten dari

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH DAN ORGANISASI PENELITIAN. Penelitian ini pada dasarnya ingin mengukur kualitas pelayanan Rumah

BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH DAN ORGANISASI PENELITIAN. Penelitian ini pada dasarnya ingin mengukur kualitas pelayanan Rumah BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH DAN ORGANISASI PENELITIAN Penelitian ini pada dasarnya ingin mengukur kualitas pelayanan Rumah Makan Langgeng Bistro. Oleh karena itu dalam bab ini akan dibahas gambaran umum

Lebih terperinci

PENILAIAN PENGARUH SEKTOR BASIS KOTA SALATIGA TERHADAP DAERAH PELAYANANNYA

PENILAIAN PENGARUH SEKTOR BASIS KOTA SALATIGA TERHADAP DAERAH PELAYANANNYA PENILAIAN PENGARUH SEKTOR BASIS KOTA SALATIGA TERHADAP DAERAH PELAYANANNYA TUGAS AKHIR Oleh : PUTRAWANSYAH L2D 300 373 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI KOTA SURAKARTA

BAB II DESKRIPSI KOTA SURAKARTA BAB II DESKRIPSI KOTA SURAKARTA A. Kondisi Geografi Surakarta merupakan salah satu kota di Jawa Tengah yang menunjang kota-kota besar seperti Semarang maupun Yogyakarta. Letaknya yang strategis dan berpotensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Mengevaluasi kesuksesan atau kegagalan sebuah penggunaan media kampanye bukanlah hal yang mudah. Kebanyakan evaluasi media akan kampanyenya hanya berupa daftar dari

Lebih terperinci

Perempuan dan Pembangunan Berkelanjutan

Perempuan dan Pembangunan Berkelanjutan SEMINAR KOALISI PEREMPUAN INDONESIA (KPI) Perempuan dan Pembangunan Berkelanjutan 20 Januari 2016 Hotel Ambhara 1 INDONESIA SAAT INI Jumlah Penduduk Indonesia per 201 mencapai 253,60 juta jiwa, dimana

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM. Magelang secara Geografis terletak pada posisi Lintang

IV. GAMBARAN UMUM. Magelang secara Geografis terletak pada posisi Lintang IV. GAMBARAN UMUM 4.1. Lokasi dan Geografi Kota Magelang Kota Magelang merupakan salah satu kota di Provinsi Jawa Tengah. Kota Magelang secara Geografis terletak pada posisi 7 0 26 18 7 0 30 9 Lintang

Lebih terperinci

4. GAMBARAN UMUM Potensi Daerah Kota Salatiga

4. GAMBARAN UMUM Potensi Daerah Kota Salatiga 4. GAMBARAN UMUM Potensi Daerah Kota Salatiga Kota Salatiga terletak di tengah-tengah wilayah Kabupaten Semarang, berjarak ± 47 Km dari Ibukota Provinsi Jawa Tengah yakni Kota Semarang kearah selatan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (http://kbbi.web.id/jilbab). Pada zaman orde baru pemerintah melarang

BAB I PENDAHULUAN. (http://kbbi.web.id/jilbab). Pada zaman orde baru pemerintah melarang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki jumlah penduduk muslim terbanyak di dunia sehingga banyak ditemui perempuan muslim Indonesia menggunakan jilbab,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. penduduk 2010 telah mencapai jiwa (BPS, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. penduduk 2010 telah mencapai jiwa (BPS, 2010). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jumlah penduduk Indonesia berdasarkan sensus penduduk 2010 telah mencapai 237.641.326 jiwa (BPS, 2010). Untuk menekan laju pertumbuhan penduduk, pemerintah telah menerapkan

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Responden dalam penelitian ini adalah masyarakat Kabupaten Way Kanan

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Responden dalam penelitian ini adalah masyarakat Kabupaten Way Kanan 56 V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik Identitas Responden Responden dalam penelitian ini adalah masyarakat Kabupaten Way Kanan yang berjumlah 100 responden. Identitas responden selanjutnya didistribusikan

Lebih terperinci

A. Gambaran Umum Daerah

A. Gambaran Umum Daerah Pemerintah Kota Bandung BAB I PENDAHULUAN A. Gambaran Umum Daerah K ota Bandung terletak di wilayah Jawa Barat dan merupakan Ibukota Propinsi Jawa Barat, terletak di antara 107º Bujur Timur dan 6,55 º

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil dan Pembahasan Survei Dari survei lokasi yang dilakukan diperoleh posisi dan data berbagai informasi kantor pelayanan umum yang terdiri dari empat Kantor Kecamatan,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Media massa merupakan sarana bagi manusia untuk memenuhi kebutuhan

I. PENDAHULUAN. Media massa merupakan sarana bagi manusia untuk memenuhi kebutuhan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Media massa merupakan sarana bagi manusia untuk memenuhi kebutuhan akan informasi dan hiburan. Saat ini begitu banyak media massa yang ada di tengah-tengah masyarakat

Lebih terperinci

2015 PERANAN PEREMPUAN DALAM POLITIK NASIONAL JEPANG TAHUN

2015 PERANAN PEREMPUAN DALAM POLITIK NASIONAL JEPANG TAHUN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Jepang merupakan negara maju yang terkenal dengan masyarakatnya yang giat bekerja dan juga dikenal sebagai negara yang penduduknya masih menjunjung tinggi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jam kerja bisa diatur dengan fleksibel juga potensi penghasilan yang bisa lebih

BAB I PENDAHULUAN. jam kerja bisa diatur dengan fleksibel juga potensi penghasilan yang bisa lebih BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Membuka usaha memang menjadi impian banyak orang. Sebab banyak sekali keuntungan yang bisa kita dapat dari situ. Selain bisa menjadi bos dari diri sendiri jam kerja

Lebih terperinci

VARIASI GAYA BAHASA SLOGAN DALAM ATRIBUT CALEG PEMILU 2009 DI SURAKARTA SKRIPSI

VARIASI GAYA BAHASA SLOGAN DALAM ATRIBUT CALEG PEMILU 2009 DI SURAKARTA SKRIPSI VARIASI GAYA BAHASA SLOGAN DALAM ATRIBUT CALEG PEMILU 2009 DI SURAKARTA SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia dan Daerah Oleh:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendahuluan

BAB I PENDAHULUAN. Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Kota Semarang adalah ibukota Provinsi Jawa Tengah, yang terletak di dataran pantai Utara Jawa. Secara topografi mempunyai keunikan yaitu bagian Selatan berupa pegunungan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Seiring pertumbuhan dan perkembangan di era globalisasi ini, perkembangan

BAB 1 PENDAHULUAN. Seiring pertumbuhan dan perkembangan di era globalisasi ini, perkembangan 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Seiring pertumbuhan dan perkembangan di era globalisasi ini, perkembangan tradisi dan budaya mulai ditinggalkan dan dilupakan secara perlahan. Budaya yang

Lebih terperinci

LAMPIRAN PERATURAN WALIKOTA SALATIGA NOMOR 10 TAHUN

LAMPIRAN PERATURAN WALIKOTA SALATIGA NOMOR 10 TAHUN LAMPIRAN PERATURAN WALIKOTA SALATIGA NOMOR 0 TAHUN 206 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) TAHUN 207 PEMERINTAH KOTA SALATIGA TAHUN 206 DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... i ii BAB I PENDAHULUAN...

Lebih terperinci

Indonesian Background Speakers Transcript

Indonesian Background Speakers Transcript 2001 HIGHER SCHOOL CERTIFICATE EXAMINATION Indonesian Background Speakers Transcript (Section I Parts A and B) Part A Question 1 A: A male Indonesian born in Australia B: A female who recently migrated

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN Gambaran Umum Puskesmas Tegalrejo. 2 orang tenaga medis, 3 orang tenaga paramedik, Higienie

BAB IV HASIL PENELITIAN Gambaran Umum Puskesmas Tegalrejo. 2 orang tenaga medis, 3 orang tenaga paramedik, Higienie BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1. Gambaran Umum Puskesmas Tegalrejo Puskesmas Tegalrejo Salatiga didirikan pada tanggal 23 April 1987 di Subinti Tegalrejo Salatiga. Saat itu puskesmas hanya memiliki 12 orang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Beberapa tahun terakhir, Kementerian Pariwisata mempublikasikan bahwa industri

BAB I PENDAHULUAN. Beberapa tahun terakhir, Kementerian Pariwisata mempublikasikan bahwa industri BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Beberapa tahun terakhir, Kementerian Pariwisata mempublikasikan bahwa industri pariwisata selalu menempati urutan ke-4 atau ke-5 penghasil devisa bagi Negara.

Lebih terperinci

UKDW. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Masalah. Kecantikan dan keindahan wajah merupakan dambaan dan daya tarik tersendiri

UKDW. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Masalah. Kecantikan dan keindahan wajah merupakan dambaan dan daya tarik tersendiri BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Masalah Kecantikan dan keindahan wajah merupakan dambaan dan daya tarik tersendiri bagi setiap orang. Untuk itu yang selalu ingin berpenampilan menarik, perwatan wajah

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. gambaran mengenai identitas responden yang telah melakukan pengambilan

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. gambaran mengenai identitas responden yang telah melakukan pengambilan V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Profil Konsumen Profil konsumen dalam penelitian ini digunakan untuk memberikan gambaran mengenai identitas responden yang telah melakukan pengambilan keputusan pembelian tiwul

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKALISASI KARAOKE SUKOSARI BAWEN

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKALISASI KARAOKE SUKOSARI BAWEN BAB IV GAMBARAN UMUM LOKALISASI KARAOKE SUKOSARI BAWEN 4.1. Sejarah Berdirinya Berdirinya lokalisasi karaoke Sukosari, di Kec.Bawen, Kab. Semarang. Semula daerah yang dahulunya adalah persawahan dan perkebunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masalah perilaku yang menyimpang dari norma, selalu menjadi bahan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masalah perilaku yang menyimpang dari norma, selalu menjadi bahan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masalah perilaku yang menyimpang dari norma, selalu menjadi bahan yang menarik untuk menjadi bahan perbincangan, apalagi yang berhubungan dengan seksual, masalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sudah selayaknya kawasan-kawasan yang berbatasan dengan laut lebih menekankan

BAB I PENDAHULUAN. sudah selayaknya kawasan-kawasan yang berbatasan dengan laut lebih menekankan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Seiring dengan di galakkannya kembali pemberdayaan potensi kelautan maka sudah selayaknya kawasan-kawasan yang berbatasan dengan laut lebih menekankan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Komunikasi adalah ilmu tertua di dunia, karena komunikasi merupakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Komunikasi adalah ilmu tertua di dunia, karena komunikasi merupakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Komunikasi adalah ilmu tertua di dunia, karena komunikasi merupakan kebutuhan paling mendasar bagi manusia dalam untuk meneruskan segala kehidupan di muka bumi. Manusia

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Pada bab ini akan menjelaskan hasil penelitian yang telah dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui bagaimana gambaran pengetahuan dan sikap ibu hamil terhadap senam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dilakukannya di kehidupan sehari-hari, sehingga akan terjadi beberapa masalah

BAB I PENDAHULUAN. dilakukannya di kehidupan sehari-hari, sehingga akan terjadi beberapa masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perempuan merupakan makhluk yang diciptakan dengan berbagai kelebihan, sehingga banyak topik yang diangkat dengan latar belakang perempuan. Kelebihan-kelebihan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dapat dilihat di mancanegara, termasuk di Indonesia. Kebiasaan ngopi sambil ngobrol

BAB 1 PENDAHULUAN. dapat dilihat di mancanegara, termasuk di Indonesia. Kebiasaan ngopi sambil ngobrol 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Minum kopi telah menjadi tren gaya hidup kosmopolitan, fenomena global ini dapat dilihat di mancanegara, termasuk di Indonesia. Kebiasaan ngopi sambil ngobrol di

Lebih terperinci

BAB VI PENUTUP. Dari berbagai deskripsi dan analisis yang telah penulis lakukan dari bab I

BAB VI PENUTUP. Dari berbagai deskripsi dan analisis yang telah penulis lakukan dari bab I BAB VI PENUTUP A. Kesimpulan Dari berbagai deskripsi dan analisis yang telah penulis lakukan dari bab I hingga V penulis menyimpulkan beberapa hal berikut. Pertama, bahwa tidur tanpa kasur di dusun Kasuran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang baik (Bastian, 2001).Tingkatan kinerja organisasi dapat dilihat dari sejauh mana

BAB I PENDAHULUAN. yang baik (Bastian, 2001).Tingkatan kinerja organisasi dapat dilihat dari sejauh mana BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kinerja organisasi merupakan sebuah alat ukur untuk menilai dan mengevaluasi berhasil atau tidak tujuan organisasi. Kinerja didefinisikan sebagai suatu gambaran

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB IV GAMBARAN UMUM BAB IV GAMBARAN UMUM A. Kondisi Geografis dan Kondisi Alam 1. Letak dan Batas Wilayah Provinsi Jawa Tengah merupakan salah satu provinsi yang ada di pulau Jawa, letaknya diapit oleh dua provinsi besar

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perempuan adalah tiang penyangga dalam rumah tangga. Istilah tersebut

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perempuan adalah tiang penyangga dalam rumah tangga. Istilah tersebut 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perempuan adalah tiang penyangga dalam rumah tangga. Istilah tersebut menunjukkan bahwa perempuan memiliki posisi vital di tengah-tengah keluarga dengan segala fungsi

Lebih terperinci

Gambar 4.1 Peta Provinsi Jawa Tengah

Gambar 4.1 Peta Provinsi Jawa Tengah 36 BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI JAWA TENGAH 4.1 Kondisi Geografis Jawa Tengah merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang terletak di tengah Pulau Jawa. Secara geografis, Provinsi Jawa Tengah terletak

Lebih terperinci

dapat dilihat bahwa media massa memiliki pengaruh yang besar dalam

dapat dilihat bahwa media massa memiliki pengaruh yang besar dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Undang- Undang No 33 tahun 2009 dalam pasal 1 ayat 1 menyebutkan bahwa film adalah karya seni budaya yang merupakan pranata sosial dan media komunikasi massa yang dibuat

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAN LOKASI PENELITIAN. memiliki wilayah terluas dibandingkan dengan kecamatan lain yang ada di

IV. GAMBARAN UMUM DAN LOKASI PENELITIAN. memiliki wilayah terluas dibandingkan dengan kecamatan lain yang ada di IV. GAMBARAN UMUM DAN LOKASI PENELITIAN A. Gambaran Umum Kecamatan Natar 1. Keadaan Geografis Berdasarkan letak geografis, Kecamatan Natar termasuk kepada kawasan bagian sebelah barat Lampung Selatan.

Lebih terperinci