LEMBARAN DAERAH KOTA SALATIGA TAHUN 2012 NOMOR 1

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "LEMBARAN DAERAH KOTA SALATIGA TAHUN 2012 NOMOR 1"

Transkripsi

1 LEMBARAN DAERAH KOTA SALATIGA TAHUN 2012 NOMOR 1 PERATURAN DAERAH KOTA SALATIGA NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KOTA SALATIGA TAHUN PEMERINTAH KOTA SALATIGA TAHUN 2012

2 SALINAN PEMERINTAH KOTA SALATIGA PERATURAN DAERAH KOTA SALATIGA NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KOTA SALATIGA TAHUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SALATIGA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka menjabarkan visi, misi dan program Walikota Salatiga serta untuk menjamin keterpaduan dan konsistensi perencanaan pembangunan daerah Kota Salatiga mengacu pada perencanaan pembangunan nasional dan Provinsi Jawa Tengah dengan memperhatikan kondisi lingkungan strategis daerah dan hasil evaluasi pelaksanaan perencanaan pembangunan daerah periode sebelumnya, perlu adanya perencanaan pembangunan daerah Kota Salatiga untuk periode 5 (lima) tahun terhitung sejak tahun 2011 sampai dengan tahun 2016; b. bahwa untuk maksud tersebut pada huruf a sesuai ketentuan Pasal 15 Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah, perlu menetapkan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Salatiga Tahun ; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu membentuk Peraturan Daerah tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Salatiga Tahun ; Mengingat : 1. Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Pasal 18 ayat (6) yang berbunyi Pemerintah daerah berhak menetapkan peraturan daerah dan peraturan-peraturan lain untuk melaksanakan otonomi dan tugas pembantuan ; 2. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah-daerah Kota Kecil dalam Lingkungan Propinsi Jawa Timur, Jawa Tengah, dan Jawa Barat; 3. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4421);

3 4. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437), sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Undang- Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844); 5. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5237); 6. Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 1992 tentang Perubahan Batas Wilayah Kotamadya Daerah Tingkat II Salatiga dan Kabupaten Daerah Tingkat II Semarang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 144, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3500); 7. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 8, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4807); 8. Peraturan Presiden Nomor 5 Tahun 2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun ; 9. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah; 10. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 4 Tahun 2009 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Provinsi Jawa Tengah Tahun (Lembaran Daerah Provinsi Jawa Tengah Tahun 2009 Nomor 4, Tambahan Lembaran Daerah Propinsi Jawa Tengah Nomor 21); 11. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 6 Tahun 2010 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Jawa Tengah Tahun (Lembaran Daerah Provinsi Jawa Tengah Tahun 2010 Nomor 6, Tambahan Lembaran Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 28); 12. Peraturan Daerah Kota Salatiga Nomor 4 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Salatiga Tahun (Lembaran Daerah Kota Salatiga Tahun 2007 Nomor 4); 13. Peraturan Daerah Kota Salatiga Nomor 8 Tahun 2008 tentang Urusan Pemerintahan yang Menjadi Kewenangan Pemerintahan Daerah Kota Salatiga (Lembaran Daerah Kota Salatiga Tahun 2008 Nomor 8); 14. Peraturan Daerah Kota Salatiga Nomor 9 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Sekretariat Daerah dan

4 Sekretariat Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Salatiga (Lembaran Daerah Kota Salatiga Tahun 2008 Nomor 9), sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Daerah Kota Salatiga Nomor 7 Tahun 2011 tentang Perubahan atas Peraturan Daerah Kota Salatiga Nomor 9 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Sekretariat Daerah dan Sekretariat Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Salatiga (Lembaran Daerah Kota Salatiga Tahun 2011 Nomor 7); 15. Peraturan Daerah Kota Salatiga Nomor 10 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas Daerah Kota Salatiga (Lembaran Daerah Kota Salatiga Tahun 2008 Nomor 10), sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Daerah Kota Salatiga Nomor 8 Tahun 2011 tentang Perubahan atas Peraturan Daerah Kota Salatiga Nomor 10 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas Daerah Kota Salatiga (Lembaran Daerah Kota Salatiga Tahun 2011 Nomor 8); 16. Peraturan Daerah Kota Salatiga Nomor 11 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Teknis Daerah, Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu, dan Satuan Polisi Pamong Praja Kota Salatiga (Lembaran Daerah Kota Salatiga Tahun 2008 Nomor 11), sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Peraturan Daerah Kota Salatiga Nomor 9 Tahun 2011 tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Daerah Kota Salatiga Nomor 11 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Teknis Daerah, Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu, dan Satuan Polisi Pamong Praja Kota Salatiga (Lembaran Daerah Kota Salatiga Tahun 2011 Nomor 9); 17. Peraturan Daerah Kota Salatiga Nomor 12 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kecamatan dan Kelurahan Kota Salatiga (Lembaran Daerah Kota Salatiga Tahun 2008 Nomor 12); 18. Peraturan Daerah Kota Salatiga Nomor 6 Tahun 2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Kota Salatiga Tahun (Lembaran Daerah Kota Salatiga Tahun 2010 Nomor 6); 19. Peraturan Daerah Kota Salatiga Nomor 4 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Salatiga Tahun (Lembaran Daerah Kota Salatiga Tahun 2011 Nomor 4); Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KOTA SALATIGA dan WALIKOTA SALATIGA MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KOTA SALATIGA TAHUN

5 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan: 1. Daerah adalah Kota Salatiga. 2. Pemerintah Daerah adalah Walikota dan Perangkat Daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah. 3. Walikota adalah Walikota Salatiga. 4. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun , yang selanjutnya disingkat RPJMN Tahun , adalah dokumen perencanaan nasional untuk periode 5 (lima) tahun. 5. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Provinsi Jawa Tengah Tahun , yang selanjutnya disingkat RPJMD Provinsi Jawa Tengah, adalah dokumen perencanaan daerah Provinsi Jawa Tengah untuk periode 5 (lima) tahun. 6. Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Tahun , yang selanjutnya disingkat RPJPD Tahun , adalah dokumen perencanaan daerah untuk periode 20 (dua puluh) tahun. 7. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah, yang selanjutnya disingkat RPJMD, adalah dokumen perencanaan daerah untuk periode 5 (lima) tahun. 8. Rencana Kerja Pembangunan Daerah, yang selanjutnya disingkat RKPD, dokumen perencanaan daerah untuk periode 1 (satu) tahun. 9. Satuan Kerja Perangkat Daerah, yang selanjutnya disingkat SKPD, adalah Satuan Kerja Perangkat Daerah di lingkungan Pemerintah Daerah. 10. Rencana Strategis SKPD, yang selanjutnya disingkat Renstra SKPD, adalah dokumen perencanaan SKPD untuk periode 5 (lima) tahun. BAB II RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH Pasal 2 RPJMD Tahun merupakan dokumen perencanaan pembangunan Daerah sebagai landasan dan pedoman bagi Pemerintah Daerah dalam melaksanakan pembangunan 5 (lima) tahun terhitung sejak tahun 2011 sampai dengan tahun 2016 dan pelaksanaannya lebih lanjut dituangkan dalam RKPD. Pasal 3 Sistematika RPJMD disusun sebagai berikut : BAB I PENDAHULUAN BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS BAB V VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN PEMBANGUNAN DAERAH

6 BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN DAERAH BAB VII KEBIJAKAN UMUM DAN PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH BAB VIII INDIKASI RENCANA PROGRAM PRIORITAS YANG DISERTAI KEBUTUHAN PENDANAAN BAB IX PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH BAB X PEDOMAN TRANSISI DAN KAIDAH PELAKSANAAN BAB XI PENUTUP Pasal 4 RPJMD Tahun berikut matriknya sebagaimana tercantum dalam Lampiran merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini. Pasal 5 (1) RPJMD Tahun merupakan penjabaran visi, misi, dan program Walikota hasil pemilihan umum Walikota tahun (2) RPJMD Tahun berpedoman pada RPJPD Tahun dan memperhatikan RPJMN Tahun serta RPJMD Provinsi Jawa Tengah Tahun Pasal 6 RPJMD Tahun merupakan dokumen perencanaan pembangunan Daerah sebagai landasan dan pedoman bagi Pemerintah Daerah dalam penyusunan Rencana Strategis dan sebagai acuan pelaksanaan pembangunan 5 (lima) tahun terhitung sejak tahun 2011 sampai dengan tahun 2016 dan pelaksanaan lebih lanjut dituangkan dalam RKPD. Pasal 7 RPJMD Tahun wajib dilaksanakan oleh Walikota dalam rangka penyelenggaraan pembangunan di Daerah. Pasal 8 RPJMD Tahun menjadi pedoman bagi SKPD dalam menyusun Renstra SKPD dan sebagai acuan bagi seluruh pemangku kepentingan di Daerah dalam pelaksanaan kegiatan pembangunan selama periode tahun 2011 sampai dengan tahun BAB III PENGENDALIAN DAN EVALUASI Pasal 9 (1) Walikota melakukan pengendalian dan evaluasi pelaksanaan RPJMD Tahun (2) Tata cara pengendalian dan evaluasi pelaksanaan RPJMD dilaksanakan sesuai ketentuan Peraturan Perundangundangan.

7 BAB IV KETENTUAN PERALIHAN Pasal 10 RKPD Tahun 2011 dan RKPD Tahun 2012 yang ditetapkan sebelum berlakunya Peraturan Daerah ini berpedoman pada RPJMD Tahun Pasal 11 RPJMD Tahun dapat diberlakukan sebagai pedoman penyusunan RKPD Tahun 2017 sebelum tersusunnya RPJMD Tahun yang memuat visi dan misi Walikota hasil pemilihan umum Walikota tahun BAB V KETENTUAN PENUTUP Pasal 12 Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kota Salatiga. Diundangkan di Salatiga pada tanggal 29 Mei 2012 SEKRETARIS DAERAH KOTA SALATIGA, cap ttd AGUS RUDIANTO Ditetapkan di Salatiga pada tanggal 29 Mei 2012 LEMBARAN DAERAH KOTA SALATIGA TAHUN 2012 NOMOR 1 Sesuai dengan aslinya : KEPALA BAGIAN HUKUM SETDA KOTA SALATIGA cap ttd ARDIYANTARA, SH. MH. Pembina Tk. I NIP WALIKOTA SALATIGA, cap ttd YULIYANTO

8 DAFTAR ISI DAFTAR ISI... i DAFTAR GAMBAR DAN GRAFIK... iii DAFTAR TABEL... iv BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Landasan Hukum Hubungan RPJMD dengan Dokumen Perencanaan Lainnya Sistematika Penulisan Maksud dan Tujuan BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH Gambaran Umum Wilayah Kota Salatiga Letak, Luas dan Batas Wilayah Topografi Klimatologi Kondisi Tata Ruang Demografi dan Kependudukan Aspek Kesejahteraan Masyarakat Aspek Perekonomian Daerah Aspek Daya Saing Daerah Gambaran Tentang Aspek Potensi Rawan Bencana Gambaran Tentang Aspek Pelayanan Umum BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN Kebijakan Pengelolaan Keuangan Daerah Kebijakan Anggaran Pendapatan Kebijakan Anggaran Belanja Kebijakan Anggaran Pembiayaan Analisis Kinerja Keuangan Daerah Analisis Pendapatan Daerah Analisis Belanja Daerah Analisis Pembiayaan Daerah Arus Kas Bebas (Free Cash Flow) Analisis Sisa Lebih Perhitungan Anggaran Dana Cadangan Analisis Neraca Daerah Analisis Rasio Kinerja Keuangan Daerah Rasio Kemandirian Keuangan Daerah Derajat Desentralisasi Rasio Ketergantungan Keuangan Daerah Rasio Efektifitas PAD Rasio Efektifitas Pajak Daerah Rasio Efektifitas Retribusi Daerah Analisis Kerangka Pendanaan Permasalahan Umum dan Opsi Kebijakan Keuangan Daerah i

9 BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS Permasalahan Pembangunan Isu Strategis BAB V VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN PEMBANGUNAN DAERAH Visi Misi Tujuan dan Sasaran BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN DAERAH Strategi Pembangunan Daerah Analisis Lingkungan Internal Analisis Lingkungan Eksternal Arah Kebijakan Pembangunan Daerah BAB VII KEBIJAKAN UMUM DAN PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH BAB VIII INDIKASI RENCANA PROGRAM PRIORITAS YANG DISERTAI KEBUTUHAN PENDANAAN BAB IX PENETAPAN INDIKATOR KINERJA BAB X PEDOMAN TRANSISI DAN KAIDAH PELAKSANAN Pedoman Transisi Kaidah Pelaksanaan BAB XI PENUTUP ii

10 DAFTAR GAMBAR DAN GRAFIK Gambar 1.1. Keterkaitan Hubungan Antar Dokumen Perencanaan... 8 Gambar 2.1. Peta Kota Salatiga Gambar 2.2. Peta Struktur Ruang Kota Salatiga Gambar 2.3. Laju Pertumbuhan Ekonomi Kota Salatiga Tahun (Atas Dasar Harga Konstan 2000) Gambar 2.4. Laju Pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2000 dan Atas Dasar Harga Berlaku di Kota Salatiga Tahun (%) Gambar 2.5. Kontribusi Produk Domestik Regional Bruto Kota Salatiga Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Berlaku Tahun (Persen) Gambar 2.6. Kontribusi Produk Domestik Regional Bruto Kota Salatiga Tahun Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan Tahun Gambar 2.7. PDRB Perkapita Penduduk Kota Salatiga Tahun Gambar 2.8. Grafik Perbandingan Laju Inflasi Nasional, Kota Semarang Kota Salatiga dan Kota Surakarta (%) Gambar 2.9. Peta Rawan Bencana Kota Salatiga Grafik 3.1. Rasio Kemandirian Keuangan Daerah Grafik 3.2. Derajat Desentralisasi Grafik 3.3. Rasio Ketergantungan Keuangan Daerah Grafik 3.4. Rasio Efektifitas PAD Grafik 3.5. Rasio Efektifitas Pajak Daerah Grafik 3.6. Rasio Efektifitas Retribusi Daerah iii

11 DAFTAR TABEL Tabel 2.1. Luas Wilayah Kota Salatiga Menurut Kecamatan dan Kelurahan Tahun Tabel 2.2. Tabel Perkebunan, Perikanan dan Peternakan Tabel 2.3. Tabel Ketersediaan Energi dan Protein Tabel 2.4. Jumlah dan Kepadatan Penduduk per Kelurahan Tahun Tabel 2.5. Jumlah Penduduk Menurut Umur dan Jenis Kelamin Tabel 2.6. Tabel Data UMK dan Data KHL Tabel 2.7. Indeks Pembangunan Manusia di Kota Salatiga Tabel 2.8. Indeks Pembangunan Manusia Kota Salatiga Dibandingakan dengan Kabupaten/Kota di Sekitarnya dan Provinsi Jawa Tengah Tahun Tabel 2.9. Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Berlaku Kota Salatiga Tahun (Juta Rupiah) Tabel Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2000 Kota Salatiga Tahun (Juta Rupiah) Tabel Laju Inflasi Menurut Kelompok Jenis Barang dan Jasa Kota Salatiga Tahun Tabel Tabel Jumlah Perusahaan Industri Besar dan Sedang Tabel Tabel Jumlah Tenaga Kerja dan Investasi Tabel Jumlah Pencari Kerja (Pencari Kartu Kuning) Menurut Pendidikan Kota Salatiga Tahun Tabel Aspek dan Fokus Gambaran Umum Kondisi Daerah Menurut Bidang Urusan Penyelenggaraan Pemerintah Daerah Kota Salatiga Tabel 3.1. Pertumbuhan Realisasi Pendapatan Daerah Tahun 2007 s/d 2011 Kota Salatiga Tabel 3.2. Proporsi Realisasi Belanja Terhadap Anggaran Belanja Kota Salatiga Tabel 3.3. Pengeluaran Wajib dan Mengikat seta Prioritas Utama Kota Salatiga Tabel 3.4. Realisasi Belanja Pemenuhan Kebutuhan Apartur Kota Salatiga, iv

12 Tabel 3.5. Realisasi dan Proyeksi Pendapatan dan Belanja Daerah Kota Salatiga Tabel 3.6. Analisis Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran Kota Salatiga Tahun Tabel 3.7. Ringkasan Neraca Pemerintah Kota Salatiga Per 31 Desember 2008 dan Tabel 3.8. Permasalahan Umum dan Opsi Kebijakan Keuangan Daerah Tabel 5.1. Penjelasan Visi Tabel 5.2. Tujuan dan Sasaran Pada Setiap Misi Kota Salatiga Tabel 6.1. Identifikasi SWOT Tabel 6.2. Penentuan Alternatif Srategi dan Indikator Sasaran Tabel 6.3. Strategi dan Arah Kebijakan Kota Salatiga Tabel 7.1. Kebijakan Umum dan Program Pembangunan Kota Salatiga Tahun Tabel 8.1. Indikasi Rencana Program Prioritas Yang Disertai Kebutuhan Pendanaan Kota Salatiga Tabel 9.1. Indikator Kinerja Daerah Kota Salatiga v

13 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan daerah sebagai bagian dari pembangunan nasional merupakan rangkaian upaya pembangunan yang berkesinambungan meliputi seluruh aspek kehidupan masyarakat dalam rangka perwujudan tujuan daerah dan tujuan nasional. Pembangunan daerah merupakan bagian integral dari pembangunan nasional, maka pengelolaannya harus dilakukan secara terarah dan terpadu dengan pembangunan nasional. Berdasarkan Undang- Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional Pasal 1 menyatakan bahwa Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional adalah satu kesatuan tata cara perencanaan pembangunan untuk menghasilkan rencana-rencana pembangunan dalam jangka panjang, menengah dan tahunan yang dilaksanakan oleh unsur penyelenggara negara dan masyarakat di tingkat pusat dan daerah. Sementara itu, Pasal 5 menyatakan bahwa Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) merupakan penjabaran visi, misi dan program Kepala Daerah yang penyusunannya berpedoman pada Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) dan memperhatikan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJMN), memuat arah kebijakan keuangan daerah, strategi pembangunan daerah, kebijakan umum dan program Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD), lintas SKPD dan program kewilayahan disertai dengan rencana-rencana kerja dalam kerangka regulasi dan kerangka pendanaan yang bersifat indikatif. Selanjutnya sistem perencanaan pembangunan daerah harus mengacu pada prinsip-prinsip perencanaan pembangunan yang merupakan : 1) satu kesatuan dalam sistem perencanaan pembangunan nasional; 2) dilakukan pemerintah daerah bersama para pemangku kepentingan berdasarkan peran dan kewenangan masing-masing; 3) mengintegrasikan rencana tata ruang dengan rencana pembangunan daerah; 4) dilaksanakan berdasarkan kondisi dan potensi yang dimiliki masing-masing daerah, sesuai dinamika perkembangan daerah I - 1

14 dan nasional. RPJMD adalah pedoman pokok pembangunan untuk kurun waktu lima tahun yang merupakan penjabaran visi dan misi Walikota terpilih. RPJMD ini sesuai dengan masa jabatan kepala daerah terpilih terhitung sejak dilantik, dan pada peralihan periode kepemimpinan maka RPJMD lama yang akan berakhir menjadi pedoman sementara bagi pemerintahan kepala daerah terpilih sebelum ada RPJMD baru. Penyusunan RPJMD berpedoman pada Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah, dengan berbagai turunan peraturan pelaksanaannya, dan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tatacara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah. RPJMD disusun dengan tahapan sebagai berikut : 1) Persiapan penyusunan RPJMD; 2) Penyusunan rancangan awal RPJMD; 3) Penyusunan rancangan RPJMD; 4) Pelaksanaan musrenbang RPJMD; 5) Perumusan rancangan akhir RPJMD; 6) Penetapan Peraturan Daerah tentang RPJMD. Proses penyusunan RPJMD Kota Salatiga tahun telah diawali dengan proses teknokratik, yaitu menggunakan metode dan kerangka berpikir ilmiah untuk mencapai tujuan dan sasaran pembangunan daerah dan proses politik yaitu program-program pembangunan daerah yang ditawarkan Walikota terpilih yang dituangkan didalam visi dan misi. Melalui pengumpulan dan pengolahan data sekunder dari Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) dan instansi lain terkait tersusunlah rancangan awal RPJMD I - 2

15 yang kemudian disampaikan kepada Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) untuk memperoleh kesepakatan. Dari kesepakatan tersebut disusun Rancangan RPJMD sebagai pedoman untuk menyusun Renstra SKPD dan bahan pelaksanaan musrenbang RPJMD. Pelaksanaan perencanaan partisipatif dan pendekatan topdown dan bottom-up melalui musrenbang RPJMD merupakan upaya penyerapan aspirasi masyarakat/stakeholder sehingga tercipta sinkronisasi dan sinergi pencapaian sasaran rencana pembangunan daerah. Sebagai dokumen perencanaan pembangunan daerah, RPJMD disusun mengacu kepada berbagai dokumen perencanaan terkait, baik yang dihasilkan oleh komponen vertikal maupun horizontal. Dokumen perencanaan komponen vertikal yang digunakan sebagai acuan adalah RPJPN dan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Provinsi/Kota, RPJMN dan RPJMD Provinsi, Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Nasional/Provinsi/Kota, dan dokumen perencanaan lainnya yang disusun secara sektoral. Maksud memperhatikan RPJMN adalah untuk menyelaraskan pencapaian visi, misi, tujuan, sasaran, kebijakan, strategi dan program pembangunan jangka menengah daerah dengan : 1) arah, kebijakan umum dan prioritas pembangunan nasional; 2) arah, kebijakan, dan prioritas bidang-bidang pembangunan; 3) pembangunan kewilayahan. Memperhatikan RPJMD provinsi juga merupakan hal yang penting untuk melakukan penyelarasan pencapaian visi, misi, tujuan, sasaran, kebijakan, strategi dan program pembangunan jangka menengah daerah Kota dengan arah, kebijakan, prioritas pembangunan jangka menengah Provinsi. Sedangkan dokumen horizontal yang dapat digunakan antara lain RTRW, Rencana Aksi Daerah Millenium Development Goals (RAD MDGs), dan Strategi Penanggulangan Kemiskinan Daerah (SPKD). Oleh karena itu, sebagai bahan masukan dalam merumuskan kerangka kebijakan dan strategi pembangunan Kota Salatiga, sebagai acuan jangka pendek maupun jangka menengah dengan ketentuan perundang-undangan, memandang perlu menyusun dokumen RPJMD, yang menjadi I - 3

16 landasan hukum bagi perencanaan pembangunan daerah dalam bidang ekonomi, fisik, sosial dan budaya Landasan Hukum RPJMD adalah dokumen resmi yang menjadi payung hukum dalam perencanaan pembangunan daerah. Landasan hukum penyusunan RPJMD Kota Salatiga Tahun adalah sebagai berikut : 1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah-daerah Kota Kecil dalam Lingkungan Propinsi Jawa Timur, Jawa Tengah dan Jawa Barat; 2. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara; 3. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan; 4. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional; 5. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008; 6. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah; 7. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun ; 8. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang; 9. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah; 10. Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 1992 tentang Perubahan Batas Wilayah Kotamadya Daerah Tingkat II Salatiga dan Kabupaten Daerah Tingkat II Semarang; 11. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah; 12. Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 tentang Pedoman Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintah Daerah; 13. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah; 14. Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2006 tentang Tata Cara Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan; I - 4

17 15. Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 2006 tentang Tata Cara Penyusunan Rencana Pembangunan Nasional; 16. Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2007 tentang Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah kepada Pemerintah, Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Kepala Daerah kepada Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, dan Informasi Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah kepada Masyarakat; 17. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota; 18. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah; 19. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2008 tentang Pedoman Evaluasi Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah; 20. Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 2008 tentang Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan; 21. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah; 22. Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional; 23. Peraturan Presiden Nomor 5 Tahun 2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun ; 24. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah, sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011; 25. Peraturan Menteri Dalam negeri Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tatacara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah; 26. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 32 Tahun 2011 tentang Pedoman Hibah dan Bantuan Sosial yang Bersumber dari Anggaran Pendapatan Belanja Daerah; 27. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor Tahun 2011 tentang Pengesahan Pemberhentian dan Pengesahan Pengangkatan Walikota Salatiga Provinsi Jawa Tengah; I - 5

18 28. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 3 Tahun 2008 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Provinsi Jawa Tengah Tahun ; 29. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 6 Tahun 2010 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Jawa Tengah Tahun ; 30. Peraturan Gubernur Nomor 20 Tahun 2011 Tentang Percepatan Pencapaian Target RAD MDG s Provinsi Jawa Tengah Tahun ; 31. Peraturan Daerah Kota Salatiga Nomor 3 Tahun 2007 tentang Pokok-Pokok Pengelolaan Keuangan Daerah; 32. Peraturan Daerah Kota Salatiga Nomor 4 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Salatiga Tahun ; 33. Peraturan Daerah Kota Salatiga Nomor 8 Tahun 2008 tentang Urusan Pemerintahan yang Menjadi Kewenangan Pemerintahan Daerah Kota Salatiga; 34. Peraturan Daerah Kota Salatiga Nomor 7 Tahun 2011 tentang Perubahan Atas Peraturan Daerah Kota Salatiga Nomor 9 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Sekretariat Daerah dan Sekretariat Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Salatiga; 35. Peraturan Daerah Kota Salatiga Nomor 8 Tahun 2011 tentang Perubahan Atas Peraturan Daerah Kota Salatiga Nomor 10 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas Daerah Kota Salatiga; 36. Peraturan Daerah Kota Salatiga Nomor 9 Tahun 2011 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Daerah Kota Salatiga Nomor 11 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Teknis Daerah, Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu dan Satuan Polisi Pamong Praja Kota Salatiga; 37. Peraturan Daerah Kota Salatiga Nomor 12 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kecamatan dan Kelurahan Kota Salatiga; 38. Peraturan Daerah Kota Salatiga Nomor 4 Tahun 2009 tentang Penyelenggaraan Pendidikan; I - 6

19 39. Peraturan Daerah Kota Salatiga Nomor 6 Tahun 2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Kota Salatiga Tahun ; 40. Peraturan Daerah Kota Salatiga Nomor 2 Tahun 2011 tentang Pajak Air Tanah; 41. Peraturan Daerah Kota Salatiga Nomor 4 Tahun 2011 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Salatiga Tahun Peraturan Daerah Kota Salatiga Nomor 5 Tahun 2011 tentang Penyelenggaraan Pelayanan Publik; 43. Peraturan Daerah Kota Salatiga Nomor 11 Tahun 2011 tentang Pajak Daerah; 44. Peraturan Daerah Kota Salatiga Nomor 12 Tahun 2011 tentang Retribusi Jasa Umum; 45. Peraturan Daerah Kota Salatiga Nomor 13 Tahun 2011 tentang Retribusi Jasa Usaha; 46. Peraturan Daerah Kota Salatiga Nomor 14 Tahun 2011 tentang Retribusi Perizinan Tertentu Hubungan RPJMD dengan Dokumen Perencanaan Lainnya Sistem perencanaan pembangunan adalah satu kesatuan tata cara perencanaan pembangunan untuk menghasilkan rencanarencana pembangunan dalam jangka panjang, jangka menengah dan tahunan yang dilaksanakan oleh unsur penyelenggara negara dan masyarakat baik di tingkat pusat maupun daerah. Dalam hal ini keterkaitan suatu dokumen perencanaan dengan dokumen perencanaan lainnya sangat menentukan dan diupayakan saling bersinergi. Sebagaimana amanat Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004, mengenai ruang lingkup Perencanaan Pembangunan Nasional maka dokumen perencanaan terdiri atas RPJPN Tahun , RPJMN Tahun , Rencana Strategis Kementerian/Lembaga, Rencana Kerja Pemerintah (RKP), dan Rencana Kerja Kementerian/Lembaga. Sejalan dengan payung hukum perencanaan di tingkat pusat, maka dokumen perencanaan daerah meliputi RPJPD dan Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD). Sesuai dengan amanat Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 pasal 5 ayat 2, RPJMD merupakan rencana strategis daerah, yang terdiri dari strategi pembangunan daerah, kebijakan umum, arah kebijakan keuangan I - 7

20 daerah, dan program Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD), lintas SPKD dan lintas kewilayahan yang memuat kerangka regulasi dan kerangka anggaran. Rencana Strategis (Renstra) SKPD disusun berpedoman pada RPJMD yang isinya antara lain visi, misi, tujuan, strategi dan pencapaian tujuan. Renstra SKPD juga memuat program-program dan kegiatan indikatif. Renstra SKPD dijabarkan dalam Rencana Kerja (Renja) SKPD. Renstra SKPD berisi Kebijakan SKPD dan program kegiatan pembangunan. Program Kegiatan pembangunan disusun sebagai acuan untuk pelaksanaan pembangunan dan mendorong partisipasi masyarakat. Kaitannya dengan sistem keuangan yang diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, maka RPJMD akan dijabarkan ke dalam RKPD untuk setiap tahunnya, dan dapat dijadikan pedoman bagi penyusunan Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (RAPBD) Kota Salatiga. Adapun keterkaitan hubungan antar dokumen perencanaan dapat dilihat dalam gambar sebagai berikut : Gambar 1.1. Keterkaitan Hubungan Antar Dokumen Perencanaan RPJP Nasional RPJPD RPJM Nasional RPJMD Renstra SKPD RKP RKPD Renja SKPD KUA+PPAS RKA SKPD RAPBD Sumber : Permendagri No.54 Tahun 2010 Proses penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) dilakukan melalui beberapa tahap yaitu : 1) Proses Teknokratik : menggunakan metoda dan kerangka berpikir ilmiah yang merupakan proses keilmuan dalam memperoleh pengetahuan secara sistematis terkait perencanaan pembangunan berdasarkan bukti fisik, data dan informasi yang akurat, serta I - 8

21 dapat dipertanggungjawabkan untuk mencapai tujuan dan sasaran pembangunan daerah; 2) Proses Partisipatif : perencanaan yang melibatkan stakeholders yaitu pemerintah, masyarakat dan swasta, dimana keterlibatan mereka adalah untuk mendapatkan aspirasi dan menciptakan konsensus atau kesepakatan pada semua tahapan penting pengambilan keputusan, seperti perumusan prioritas isu dan permasalahan, perumusan tujuan, strategi, kebijakan dan prioritas program; 3) Proses Politik : pemilihan langsung Walikota dan Wakil Walikota menghasilkan rencana pembangunan hasil proses politik (public choice theory of planning) khususnya penjabaran visi dan misi dalam RPJMD. Oleh karena itu, rencana pembangunan adalah penjabaran dari agenda pembangunan yang ditawarkan Walikota pada saat kampanye kedalam rencana pembangunan jangka menengah dan merupakan kontrak politik antara masyarakat dan Walikota terpilih; 4) Proses Bottom-Up dan Top-Down : pendekatan dari bawah ke atas dan dari atas ke bawah dalam perencanaan dilaksanakan menurut jenjang pemerintahan serta rencana hasil proses dari bawah ke atas dan dari atas ke bawah yang diselaraskan melalui Musrenbang yang dilaksanakan baik di tingkat nasional, propinsi, kota, kecamatan dan kelurahan, sehingga tercipta sinkronisasi dan sinergi pencapaian sasaran rencana pembangunan nasional dan rencana pembangunan daerah Sistematika Penulisan Sebagai dokumen publik RPJMD Kota Salatiga Tahun memuat visi, misi, dan program kepala daerah, arah kebijakan keuangan daerah, strategi pembangunan daerah, kebijakan umum, program SKPD, program lintas SKPD, program kewilayahan, rencana kerja dalam kerangka regulasi yang bersifat indikatif dan rencana kerja dalam kerangka pendanaan yang bersifat indikatif. Sesuai dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah maka sistematika I - 9

22 penyusunan dokumen perencanaan jangka menengah untuk daerah dalam dokumen RPJMD adalah sebagai berikut : BAB I PENDAHULUAN Menguraikan secara ringkas latar belakang, landasan hukum, hubungan RPJMD dengan dokumen perencanaan lainnya, sistematika penulisan dan maksud serta tujuan penyusunan RPJMD. BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH Menjelaskan dan menyajikan secara logis dasar-dasar analisis, gambaran umum kondisi daerah yang meliputi aspek geografi dan demografi serta indikator kinerja penyelenggaraan pemerintah daerah. BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN Menyajikan gambaran hasil pengolahan data dan analisis terhadap pengelolaan keuangan daerah, kinerja pelaksanaan APBD, neraca daerah, proporsi penggunaan anggaran, analisis pembiayaan, analisis pengeluaran periodik wajib dan mengikat serta prioritas utama dan penghitungan kerangka pendanaan. Bab ini juga menguraikan perkembangan pendapatan dan belanja tidak langsung, proporsi sumber pendapatan, pencapaian kinerja pendapatan, dan gambaran realisasi belanja daerah, serta menguraikan perkembangan neraca daerah. BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS Analisis isu-isu strategis merupakan salah satu bagian terpenting dokumen RPJMD karena menjadi dasar utama visi dan misi pembangunan jangka menengah. Oleh karena itu, penyajian analisis ini harus dapat menjelaskan butir-butir penting isu-isu strategis yang akan menentukan kinerja pembangunan dalam lima tahun mendatang. Penyajian isu-isu strategis meliputi permasalahan pembangunan daerah dan isu strategis. BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN PEMBANGUNAN DAERAH Menguraikan visi dan misi Kepala Daerah terpilih, menjelaskan hubungan setiap tujuan dan sasaran yang ditetapkan dengan isu strategis daerah serta menjelaskan hubungan setiap strategi dengan arah dan kebijakan dalam rangka pencapaian tujuan dan sasaran yang ditetapkan. I - 10

23 BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN DAERAH Menjelaskan berbagai strategi dan kebijakan pembangunan daerah yang diambil dalam rangka mengimplementasikan visi dan misi Kepala Daerah. Strategi disusun dalam konteks pengembangan spasial dan sektoral sebagai landasan bagi perumusan program dan kegiatan pembangunan. BAB VII KEBIJAKAN UMUM DAN PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH Menguraikan hubungan antara kebijakan umum yang berisi arah kebijakan pembangunan berdasarkan strategi yang dipilih dengan target capaian indikator kinerja dan menjelaskan tentang hubungan antara program pembangunan daerah dengan indikator kinerja yang dipilih. BAB VIII INDIKASI RENCANA PROGRAM PRIORITAS YANG DISERTAI KEBUTUHAN PENDANAAN Menguraikan hubungan urusan pemerintah dengan SKPD terkait beserta program yang menjadi tanggung jawab SKPD dan disajikan pula pencapaian target indikator kinerja pada akhir periode perencanaan yang dibandingkan dengan pencapaian indikator kinerja pada awal periode perencanaan. BAB IX PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH Memberi gambaran tentang ukuran keberhasilan pencapaian visi dan misi Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah pada akhir periode masa jabatan. Hal ini ditunjukan dari akumulasi pencapaian indikator outcome program pembangunan daerah setiap tahun atau indikator capaian yang bersifat mandiri setiap tahun sehingga kondisi kinerja yang diinginkan pada akhir periode RPJMD dapat dicapai. BAB X PEDOMAN TRANSISI DAN KAIDAH PELAKSANAAN Menjelaskan program transisi untuk kurun waktu satu tahun, disiapkan untuk melayani perencanaan pembangunan pasca masa kerja Kepala Daerah terpilih. Program disusun untuk menjembatani kekosongan RPJMD pada masa pemilihan Kepala Daerah. Program disiapkan untuk dapat dilaksanakan oleh pejabat Kepala Daerah hingga terpilih dan ditetapkannya Kepala Daerah yang akan menjabat untuk masa lima tahun berikutnya. Selain itu, bab ini juga membahas kaidah-kaidah pelaksanaan RPJMD, sebagai pedoman bagi I - 11

24 tersusunnya dokumen perencanaan di satuan-satuan kerja pemerintah daerah, seperti Renstra SKPD dan RKPD. BAB X PENUTUP 1.5. Maksud dan Tujuan Maksud dari penyusunan dokumen RPJMD Kota Salatiga Tahun adalah : 1) Memberikan landasan kebijakan strategis dalam kerangka pencapaian visi, misi dan program Walikota; 2) Memastikan keterkaitan dan konsistensi antara perencanaan, penganggaran, pelaksanaan dan pengawasan pada setiap tahun anggaran selama lima tahun yang akan datang serta keterkaitan dan konsistensi dokumen RPJMD dengan dokumen perencanaan pembangunan lainnya, baik secara vertikal maupun horisontal, sekaligus juga sebagai pedoman dalam melihat dan memelihara konsistensi antara perencanaan, penganggaran, pelaksanaan, dan pengawasan pembangunan; 3) Merupakan acuan bagi SKPD dalam merencanakan dan melaksanakan pembangunan dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat Kota Salatiga; 4) Menjamin terciptanya integrasi, sinkronisasi dan sinergi antar pelaku pembangunan; 5) Menjamin tercapainya penggunaan sumber daya secara efektif, efisien, berkeadilan dan berkelanjutan; 6) Memberikan tolok ukur dan mempermudah untuk mengukur dan melakukan evaluasi kinerja tahunan setiap SKPD. Tujuan penyusunan dokumen RPJMD Kota Salatiga Tahun adalah sebagai berikut : 1) Menjabarkan visi dan misi Walikota Salatiga kedalam bentuk strategi, kebijakan, program dan kegiatan; 2) Memberikan arah pembangunan dalam jangka lima tahun ke depan; 3) Menjamin keterkaitan dan konsistensi dokumen RPJMD dengan dokumen perencanaan pembangunan lainnya, baik secara vertikal maupun horizontal, sekaligus juga sebagai pedoman dalam melihat dan memelihara konsistensi antara perencanaan, I - 12

25 penganggaran, pelaksanaan dan pengawasan pembangunan; 4) Mengoptimalkan penggunaan sumber daya secara efektif, efisien, berkeadilan, dan berkelanjutan, sejalan dengan upaya menggeser ketergantungan pada pemanfaatan sumber daya yang tidak dapat diperbaharui kepada pemanfaatan sumber daya yang dapat diperbaharui; 5) Mengidentifikasi isu-isu pembangunan dan kebijakan perencanaan pembangunan daerah, sehingga betul-betul bisa berorientasi pada pemberdayaan masyarakat, dalam rangka mengoptimalkan partisipasi masyarakat; 6) Melakukan analisis kebijakan perencanaan pembangunan daerah, untuk dapat merumuskan arah kebijakan dan perencanaan pembangunan daerah yang menjamin tercapai pemanfaatan sumber daya secara optimal tersebut di atas; 7) Membagi pencapaian sasaran setiap SKPD dalam rangka mewujudkan visi dan misi Walikota, sehingga tercipta sinkronisasi dan sinergitas pemahaman antar pelaku pembangunan, baik secara lintas ruang, maupun lintas kegiatan; 8) Meletakkan landasan kokoh dan kuat untuk mencapai Kota Salatiga untuk masa depan yang maju dan mandiri serta sejahtera lahir dan batin; 9) Menjadi tolok ukur untuk mengukur dan melakukan evaluasi kinerja tahunan setiap Satuan Kerja Perangkat Daerah. I - 13

26 BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH Sejarah Kota Salatiga diawali dengan penetapan tanah perdikan terhadap sebuah desa yang bernama Hampra pada tanggal 24 Juli 750 Masehi. Pemberitaan tersebut tertulis dalam sebuah prasasti yang ditemukan di Dukuh Plumpungan, Kelurahan Kauman Kidul, Kecamatan Sidorejo, yang dikenal dengan Prasasti Plumpungan atau Prasasti Hampran. Prasasti tersebut berukuran panjang 170 cm, lebar 160 cm dengan garis lingkar 5 m, terbuat dari batu andesit. Prasasti tersebut berbahasa Sansekerta dan berhuruf Jawa Kuno terdapat tulisan yang berbunyi: //Srīr = astu swasti prajābyah śakakālātīta, yang artinya kurang lebih sebagai berikut : semoga bahagia dan selamatlah rakyat sekalian. Dalam perkembangannya Kota Salatiga yang mempunyai posisi geografis sangat strategis, yaitu menjadi salah satu phery-phery (kota pendukung) pada Kawasan Joglosemar (Jogja-Solo-Semarang) memfungsikan sebagai Kota Pendidikan dan Olah Raga, Kota Transit Pariwisata serta Kota Perdagangan dan Jasa yang selanjutnya dikenal dengan Tri Fungsi Kota Salatiga. Sehubungan dengan hal tersebut, secara implisit makna yang terkandung dalam //Srīr = astu swasti prajābyah śakakālātīta pada Prasasti Plumpungan maupun Trifungsi Kota Salatiga sebagai kota pendidikan dan olah raga, kota transit pariwisata, maupun kota perdagangan dan jasa, dapat dirasakan sejalan dan senafas dengan visi dan misi Walikota Salatiga terpilih yaitu mewujudkan Kota Salatiga SMART Sejahtera, Mandiri, dan Bermartabat. Gambaran umum kondisi daerah Kota Salatiga ini disusun dengan berpedoman pada Lampiran I dan Lampiran III Permendagri No. 54 tahun 2010 tentang Pelaksanaan Peraturan Pemerintah No. 8 tahun 2008 tentang Tahapan, Tatacara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah. Namun karena faktor keterbatasan kapasitas fiskal dan untuk memberi fokus yang lebih tajam kepada isi RPJMD ini, maka data dan informasi yang disajikan di dalam Bab II ini dibatasi hanya pada data dan informasi yang menyangkut isu-isu strategis yang akan ditampung pada rancangan APBD Kota Salatiga selama lima tahun ke depan. Data dan informasi tentang II - 14

27 bidang pemerintahan yang tidak dianggap prioritas tidak dicantumkan di dalam Bab II ini. Selain itu, penyajian data dan informasi pada Bab II ini juga dilakukan dengan berpedoman pada prinsip-prinsip perencanaan sebagai berikut : 1) Klasifikasi Data dan Informasi. Mengumpulkan data dan informasi sebanyak mungkin dan memilahnya menjadi data dan informasi yang relevan dengan Visi dan Misi Walikota terpilih serta sesuai dengan batas kewenangan Pemerintah Daerah Kota Salatiga, sebagaimana diatur di dalam Peraturan Daerah Kota Salatiga Nomor 8 Tahun 2008 tentang Urusan Pemerintahan yang Menjadi Kewenangan Pemerintahan Daerah Kota Salatiga dan sesuai dengan tugas pokok dan fungsi setiap SKPD, sebagaimana telah diatur di dalam beberapa Peraturan Daerah Kota Salatiga tentang organisasi dan tata kerja perangkat daerah. 2) Analisis dan Penyajian Data dan Informasi. Melakukan analisis data sesuai skala prioritas dan mensinergikan kemampuan keuangan daerah sepanjang periode dengan data dan informasi yang dianggap paling prioritas. Menyajikan sebagian data ke dalam narasi dan sebagian lagi ke dalam matriks dalam rangka memudahkan penerjemahan data dan informasi. 3) Penguraian Data dan Informasi. Menguraikan data dan informasi pada Bab II ini dalam bentuk narasi negatif. Maksudnya adalah bahwa data dan informasi yang tersaji di dalam Bab II ini hanya mencakup aspekaspek yang perlu ditangani selama lima tahun ke depan secara terfokus dan terencana. Data dan informasi yang diuraikan mencakup kondisi infrastruktur yang ada, kondisi kesejahteraan masyarakat, dan ketersediaan fasilitas pelayanan publik. 4) Penggunaan Tabel dan Matriks. Untuk memudahkan proses analisis data dan informasi dan dalam rangka menuangkannya ke dalam bentuk pernyataan target kinerja dan arah kebijakan umum pembangunan daerah, maka sebagian data dan informasi yang disajikan di dalam bab ini dilakukan dengan menggunakan tabel dan matriks sebagai alat bantunya. Data dan informasi yang disajikan di dalam bab ini terdiri dari data dan informasi turunan kewenangan setiap SKPD, dengan menggunakan Lampiran I Permendagri No. 54 tahun 2010 sebagai rujukan. II - 15

28 2.1. Gambaran Umum Wilayah Kota Salatiga Letak, Luas, dan Batas Wilayah Kota Salatiga terletak dalam wilayah Provinsi Jawa Tengah. Secara juridis formal, Kota Salatiga terbentuk sejak diberlakukannya Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah-Daerah Kota-Kota Kecil dalam lingkungan Propinsi Jawa Timur, Jawa Tengah, dan Jawa Barat. Peraturan Pemerintah Nomor 69 tahun 1992 tentang perubahan Batas Wilayah Kotamadya Daerah Tingkat II Salatiga dan Kabupaten Daerah Tingkat II Semarang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 114, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3500). Secara astronomi terletak antara , ,64 Bujur Timur dan terletak di antara dan Lintang Selatan, secara morfologis berada di daerah cekungan, kaki gunung Merbabu diantara gunung-gunung kecil antara lain Gajahmungkur, Telomoyo dan Payung Rong, secara administrasi dikelilingi wilayah kabupaten Semarang antara lain : 1) Sebelah Utara : Kecamatan Pabelan (Desa Pabelan dan Desa Pejaten) dan Kecamatan Tuntang (Desa Kesongo, Desa Watuagung); 2) Sebelah Selatan : Kecamatan Getasan (Desa Sumogawe, Desa Samirono dan Desa Jetak) dan Kecamatan Tengaran (Desa Patemon dan Desa Karangduren); 3) Sebelah Barat : Kecamatan Tuntang (Desa Candirejo, Desa Jombor, Desa Sraten dan Desa Gedangan) dan Kecamatan Getasan (Desa Polobogo); 4) Sebelah Timur : Kecamatan Pabelan (Desa Ujung-Ujung, Desa Sukoharjo dan Desa Glawan) dan Kecamatan Tengaran (Desa Bener, Desa Tegal Waton dan Desa Nyamat). Kota Salatiga dilalui oleh jalan arteri primer (jalan nasional) yang menjadi perlintasan dua kota besar di Jawa Tengah, yakni Semarang dan Surakarta. Kota Salatiga juga perlintasan dari Jawa Timur (jalur tengah) ke Semarang dan Jawa Barat sehingga transportasi darat melalui Salatiga cukup ramai. Salatiga berjarak 100 km dari Yogyakarta, 57 km dari Semarang, dan 53 km dari Surakarta, II - 16

29 serta secara administratif Kota Salatiga mempunyai 4 kecamatan dan 22 kelurahan, dengan jumlah RT sebanyak dan RW sebanyak 199 pada tahun Gambaran Kota Salatiga secara lebih jelas dapat dilihat pada gambar berikut : Gambar 2.1. Peta Kota Salatiga Sumber: Bappeda Kota Salatiga, 2010 Tabel 2.1. menyajikan data tentang luas wilayah Kota Salatiga menurut kecamatan dan kelurahan. II - 17

30 No. Tabel 2.1. Luas Wilayah Kota Salatiga Menurut Kecamatan dan Kelurahan Tahun 2010 WILAYAH 1 KECAMATAN SIDOREJO 1 Kelurahan Blotongan 2 Kelurahan Sidorejo Lor 3 Kelurahan Salatiga 4 Kelurahan Bugel 5 Kelurahan Kauman Kidul 6 Kelurahan Pulutan 2 KECAMATAN TINGKIR 1 Kelurahan Kutowinangun 2 Kelurahan Gendongan 3 Kelurahan Kalibening 4 Kelurahan Sidorejo Kidul 5 Kelurahan Tingkir Lor 6 Kelurahan Tingkir Tengah 3 KECAMATAN ARGOMULYO 1 Kelurahan Noborejo 2 Kelurahan Ledok 3 Kelurahan Tegalrejo 4 Kelurahan Kumpulrejo 5 Kelurahan Randuacir 6 Kelurahan Cebongan 4 KECAMAN SIDOMUKTI 1 Kelurahan Kecandran 2 Kelurahan Dukuh 3 Kelurahan mangunsari 4 Kelurahan Kalicacing LUAS JUMLAH (ha) % RW RT 28, ,72 423,80 271,60 202,00 294,37 195,85 237, ,85 293,75 68,90 99,59 277,50 177,30 137, ,69 332,20 187,33 188,43 629,03 377,60 138, ,85 399,20 377,15 290,77 78,73 18, , , JUMLAH 5,678,11 100, ,044 Sumber : Salatiga Dalam Angka Topografi Kota Salatiga merupakan salah satu kota yang berhawa cukup sejuk, hal ini karena secara geomorfologi wilayah Kota Salatiga berada di daerah kaki gunung Merbabu dan gunung-gunung kecil antara lain Gajahmungkur, Telomoyo dan Payung Rong, dengan ketinggian wilayah berada di kisaran meter di atas permukaan laut. Hal ini menjadi salah satu faktor yang membuat Salatiga nyaman sebagai daerah tujuan wisata lokal dan memiliki potensi yang sangat strategis untuk berperan sebagai kota transit, kota pendidikan dan pusat pengumpulan serta pengolahan produksi pertanian dari kabupaten di sekitarnya. Berdasarkan aspek topografi, wilayah Kota Salatiga dibagi menjadi 3 (tiga) kategori yaitu : 1) Daerah bergelombang, ± 65% dari luas wilayah yang meliputi wilayah Kelurahan : Dukuh, Kutowinangun, Salatiga, dan Sidorejo Lor, Bugel, Kumpulrejo, dan Kauman Kidul; II - 18

31 2) Daerah miring, ± 25% dari luas wilayah yang meliputi Kelurahan : Tegalrejo, Mangunsari, Sidorejo Lor, Bugel, Sidorejo Kidul, Tingkir Lor, Pulutan, Kecandran, Randuacir, Tingkir Tengah, dan Cebongan; 3) Daerah yang relatif datar, 10% dari luas wilayah yang meliputi Kelurahan : Kalicacing, Noborejo, Kalibening, dan Blotongan. Sedangkan struktur tanah yang ada di wilayah Kota Salatiga dapat diuraikan sebagai berikut : 1) Tanah Latosol Coklat Bahan induknya terdiri dari tufa vulkanis intermedier, teksture remah dan konsegtasinya gembur, produktivitas tanah sedang sampai tinggi. Jenis tanah ini terdapat di sebagian wilayah Kota Salatiga dan ini sangat baik ditanami padi, palawija, sayursayuran, buah-buahan, cengkih dan lain-lain. 2) Tanah Latosol Coklat Tua Bahan dasarnya terdiri dari tufa vulkanis intermedier, tekstur tanahnya remah dan konsegtasinya gembur sekali. Tanah ini terdapat di bagian ujung utara kota, sekitar Pegunungan Payung Rong. Tanah ini cocok sekali ditanami kopi, teh, coklat, padi, pisang, cengkih, dan tanaman campuran Klimatologi Berdasarkan letak geografis wilayah, maka Kota Salatiga beriklim tropis. Musim penghujan antara bulan Nopember-April dipengaruhi oleh angin musim Barat sedang musim kemarau antara bulan Mei-Oktober yang dipengaruhi oleh angin musim Timur. Sedangkan jumlah curah hujan pada tahun 2009 ± mm, dengan jumlah hari hujan 104 hari dan rata-rata curah hujan 19 mm/hari. Suhu udara Kota Salatiga terendah pada bulan Juli sekitar C dan tertinggi pada bulan Oktober C. Sedangkan suhu udara tahunan rata-rata 26,25ºC Kondisi Tata Ruang Tujuan penataan ruang Kota Salatiga adalah mewujudkan Kota Salatiga sebagai pusat pendidikan dan olahraga di kawasan Kendal- Ungaran-Semarang-Salatiga-Purwodadi (Kedungsapur) yang II - 19

32 berkelanjutan didukung sektor perdagangan dan jasa yang berwawasan lingkungan sesuai dengan Peraturan Daerah Kota Salatiga Nomor 4 tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Salatiga Tahun Rencana pengembangan sistem pusat pelayanan Kota Salatiga terdiri dari : 1) Pusat pelayanan kota meliputi : Kelurahan Salatiga, Kelurahan Kutowinangun, Kelurahan Gendongan dan Kelurahan Kalicacing. Memiliki fungsi sebagai pusat perdagangan jasa dan perkantoran; 2) Sub pusat pelayanan kota meliputi : Kelurahan Sidorejo Lor di Kecamatan Sidorejo, Kelurahan Mangunsari di Kecamatan Sidomukti, Kelurahan Randuacir di Kecamatan Argomulyo dan Kelurahan Sidorejo Kidul di Kecamatan Tingkir. Sub Pusat pelayanan kota dapat dirinci sebagai berikut : a) Kelurahan Sidorejo Lor di Kecamatan Sidorejo dijadikan sebagai pusat pengembangan pendidikan tinggi dan pariwisata; b) Kelurahan Mangunsari di Kecamatan Sidomukti dijadikan sebagai pusat pengembangan pelayanan kesehatan dan pemukiman; c) Kelurahan Randuacir di Kecamatan Argomulyo dijadikan sebagai pengembangan kegiatan industri dan kegiatan berbasis pertanian meliputi Agrowisata dan Agroindustri; d) Kelurahan Sidorejo Kidul di Kecamatan Tingkir dijadikan sebagai pengembangan kegiatan industri dan kegiatan berbasis pertanian lahan basah. 3) Pusat lingkungan meliputi : Kelurahan Blotongan, Kelurahan Bugel, Kelurahan Kauman Kidul, Kelurahan Pulutan, Kelurahan Kalibening, Kelurahan Tingkir Lor, Kelurahan Tingkir Tengah, Kelurahan Noborejo, Kelurahan Ledok, Kelurahan Tegalrejo, Kelurahan Kumpulrejo, Kelurahan Cebongan, Kelurahan Kecandran dan Kelurahan Dukuh. Memiliki fungsi sebagai pusat pelayanan lokal meliputi pelayanan ekonomi, sosial dan/atau administrasi. Adapun rencana pola ruang untuk kawasan peruntukan industri meliputi : 1) Industri kecil II - 20

33 a) Kelurahan Kutowinangun b) Kelurahan Gendongan c) Kelurahan Tingkir Lor d) Kelurahan Tingkir Tengah 2) Industri menengah a) Kelurahan Sidorejo Kidul b) Kelurahan Noborejo 3) Industri besar non polutan a) Kelurahan Kutowinangun b) Kelurahan Ledok c) Kelurahan Mangunsari d) Kelurahan Cebongan e) Kelurahan Randuacir f) Kelurahan Noborejo Sedangkan rencana pengembangan kawasan peruntukan industri meliputi : 1) Peningkatan kualitas sarana prasarana kawasan peruntukan industri menengah dan industri besar non polutan di Kelurahan Noborejo dan Kelurahan Randuacir dengan luas kurang lebih 157 (seratus lima puluh tujuh) hektar; 2) Industri kecil diarahkan berbentuk klaster; 3) Mengarahkan pembangunan IPAL komunal bagi industri kecil yang menimbulkan polusi. II - 21

34 Gambar 2.2. Peta Struktur Ruang Kota Salatiga Sumber : Bappeda Kota Salatiga, 2011 Berdasarkan karakteristik sumber daya alam, Kota Salatiga terdiri dari : 1) Hutan Rakyat : Salatiga memiliki hutan rakyat yang diberdayakan untuk menanam beberapa jenis pohon seperti sengon, suren, jati, mahoni dan lain sebagainya. Hutan rakyat ini selain sebagai area produksi kayu juga dimanfaatkan sebagai Ruang Terbuka Hijau Kota Salatiga; 2) Tanaman Pangan dan Perkebunan : Pada tahun 2010 jumlah area yang dimanfaatkan untuk produksi pertanian adalah hektar yang dimanfaatkan untuk produksi padi sawah seluas II - 22

35 hektar dan 511 hektar untuk produksi jagung. Dari lahan tersebut, hingga okober 2010 telah menghasilkan ton padi sawah dan ton jagung. Namun angka hasil produksi ini belum memenuhi jumlah konsumsi masyarakat Salatiga, yaitu ,40 ton beras dan 2.360,36 ton jagung. Pada tahun 2010 dan 2011 Kota Salatiga mendapat penghargaan Peningkatan Produksi Beras Nasional dari Presiden Republik Indonesia. Perkebunan yang ada di Kota Salatiga adalah perkebunan besar dan perkebunan rakyat. Perkebunan besar di Salatiga yaitu perkebunan karet, yang dikelola oleh PT. Perkebunan XVIII. Perkebunan rakyat tersebar di kelurahan-kelurahan baik dalam tanah pertanian maupun pekarangan penduduk, seperti kelapa, cengkeh, kopi yang jumlahnya relatif kecil-kecil dan lokasinya tersebar (sporadis). Populasi kebun kopi di Salatiga seluas 27,55 hektar banyak terdapat di daerah Ngawen, Bendosari dan Kumpulrejo. Untuk perkebunan kelapa rakyat seluas 188,59 hektar banyak terdapat di daerah Bugel dan Kauman Kidul; 3) Perikanan dan Peternakan Perikanan : Kapasitas produksi perikanan Kota Salatiga cenderung mengalami peningkatan dari tahun ke tahun, yakni 2008 sebesar ton, tahun 2009 sebesar ton, dan tahun 2010 sebesar ton. Upaya memajukan sektor perikanan terus dilakukan, antara lain melalui pengembangan : a) Peningkatan prasarana pembibitan ikan di Kelurahan Kauman Kidul dan Kelurahan Tingkir Tengah; b) Peningkatan prasarana klaster minapolitan di Kelurahan Pulutan; c) Peningkatan prasarana pasar ikan di Kelurahan Pulutan. Salah satu pembenihan ikan yang cukup besar adalah pembenihan lele dengan jumlah produksi sampai tahun 2010 mencapai ekor. Peternakan : Pada tahun 2010, peternakan di Salatiga terdiri dari ternak sapi potong dengan jumlah ternak ekor, sapi perah ekor dengan hasil produksi susu sebanyak kurang lebih liter per tahun, kambing ekor, domba ekor, ayam buras ekor, ayam petelur ekor, ayam II - 23

36 No. pedaging , dan itik ekor. Jumlah ini cenderung mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Tabel 2.2. Tabel Perkebunan, Perikanan dan Peternakan Jenis Data Tahun Produksi Beras (ton) Produksi Jagung (ton) Produksi Singkong dan Umbi-umbian (ton) 4. Produksi perikanan darat (kolam) (ton) Populasi Sapi Potong (ekor) Populasi Sapi Perah (ekor) Populasi Kambing (ekor) Populasi Domba (ekor) Kacang Panjang Cabe Merah , Cabe Rawit Buah Alpukat Buah Rambutan Buah Salak Buah Pisang Buah Duku Sumber : Salatiga Dalam Angka Penggunaan lahan tahun 2010 untuk daerah terbangun seluas 2.629,09 hektar atau 46,25% dari total luas lahan (perumahan 41,11%, jasa 3,36%, perdagangan 0,61% dan perindustrian 1,06%) daerah non urban 2.984,05 hektar atau 52,55% dari total luas lahan (sawah 15,29%, tegalan 21,64%, kebun campur 12,43% dan perkebunan 3,20%) dan 67,97 hektar untuk lainnya. Pada tahun 2009, menurut jenis pengairannya, lahan sawah sebesar 869,51 hektar atau 15,13% terdiri dari lahan sawah berpengairan teknis 7,15%, sedangkan lainnya berpengairan setengah teknis, sederhana dan tadah hujan. Lahan kering yang dipakai untuk tegal/kebun sebesar 33,79% dari total bukan lahan sawah. Berdasarkan Perda Nomor 4 Tahun 2011 bahwa lahan pertanian berkelanjutan seluas 478 hektar terdiri dari sawah lestari seluas 274 hektar dan lahan kering berkelanjutan 204 hektar. Seluruh kecamatan dan kelurahan yang ada di Kota Salatiga mampu memenuhi konsumsi pangan, sehingga dapat dikatakan bahwa di Kota Salatiga tidak terdapat wilayah yang rawan pangan. II - 24

37 Tahun Skor PPH Tabel 2.3. Tabel Ketersediaan Energi dan Protein Ketersediaan Energi (Kkal/kap/hr) Ketersediaa n Protein (gr/kap/hr) Konsumsi Energi (Kkal/kap/hr) Konsumsi Protein (gr/kap/hr) , ,6 52, ,0 49, , ,1 51, ,5 45, , , ,4 48, Demografi dan Kependudukan Pada tahun 2010, jumlah penduduk Kota Salatiga sebesar 170,332 jiwa. Jumlah penduduk perempuan lebih besar dibandingkan jumlah penduduk laki-laki, ditunjukkan oleh rasio jenis kelamin (rasio jumlah penduduk laki-laki terhadap jumlah penduduk perempuan), sebesar 96,12. Tabel 2.4. menyajikan jumlah dan kepadatan penduduk per kelurahan pada tahun Tabel 2.4. Jumlah dan Kepadatan Penduduk per Kelurahan Tahun 2010 Kelurahan Luas Kel. Jumlah Kepadatan (km 2 ) Penduduk per km 2 Kec. Argomulyo 18, , Cebongan 1, , Kumpulrejo 6, , Ledok 1, , Noborejo 3, , Randuacir 3, , Tegalrejo 1, ,248 Kec. Sidomukti 11, , Dukuh 3, , Kalicacing 0, , Kecandran 3, , Mangunsari 2, ,373 Kec. Sidorejo 16, , Blotongan 4, , Bugel 2, Kauman Kidul 1, , Pulutan 2, , Salatiga 2, , Sidorjo Lor 2, ,258 Kec. Tingkir 10, , Gendongan 0, , Kalibening 0, , Kutowinangun 2, , Sidorejo Kidul 2, , Tingkir Lor 1, , Tingkir Tengah 1, ,426 Jumlah 170, ,999 Sumber : Sensus Penduduk 2010, BPS Salatiga Tabel 2.5. Jumlah Penduduk Menurut Umur dan Jenis Kelamin Umur Laki-laki Perempuan Jumlah II - 25

38 Umur Laki-laki Perempuan Jumlah J u m l a h Sumber : Sensus Penduduk 2010, BPS Salatiga Penduduk Kota Salatiga belum menyebar secara merata di seluruh wilayah. Umumnya, penduduk banyak di daerah perkotaan. Secara rata-rata, kepadatan Kelurahan Kalicacing merupakan kelurahan yang paling padat penduduknya dengan kepadatan penduduk tercatat sebesar 8,438 jiwa per km 2, sedangkan Kelurahan Bugel merupakan kelurahan yang paling jarang penduduknya tersebar dengan kepadatan penduduk 929 jiwa per km Aspek Kesejahteraan Masyarakat Menjelaskan kondisi umum kesejahteraan masyarakat sebagai bagian dari indikator kinerja pembangunan secara keseluruhan, khususnya indikator yang paling dapat menjelaskan kondisi dan perkembangan kesejahteraan masyarakat di Kota Salatiga. Berdasarkan data BPS yang digunakan sebagai acuan secara nasional, jumlah Rumah Tangga Sasaran (RTS) di Kota Salatiga pada tahun 2010 sebanyak RTS. Sedangkan jumlah penduduk miskin di Kota Salatiga berdasarkan hasil Survey Sosial Ekonomi Nasional (Sussenas) yang dilakukan BPS sebanyak jiwa, sedangkan prosentase penduduk miskin Kota Salatiga pada tahun 2010 sebesar 8,28%. Pembangunan ekonomi Kota Salatiga saat ini diarahkan pada upaya meningkatkan pendapatan per kapita masyarakat, yang diiringi oleh perubahan institusional dan modernisasi serta pertumbuhan ekonomi dengan memperhatikan aspek pemerataan pendapatan, kesempatan kerja, laju pertumbuhan penduduk, dan perubahan sektor ekonomi daerah. Perkembangan ekonomi daerah Kota Salatiga II - 26

39 merupakan dampak kebijakan fiskal pemerintah daerah, terutama dalam proses pengelolaan anggaran pendapatan dan belanja daerah khususnya dalam pelayanan publik. Hal ini dapat dilihat dari indikator berupa pertumbuhan PDRB (Produk Domestik Regional Bruto). Pertumbuhan ekonomi Salatiga tahun 2010 yang ditunjukkan oleh laju pertumbuhan PDRB atas dasar harga konstan 2000 sebesar 5,01%. Pertumbuhan ini menggambarkan semakin bergairahnya sektor riil di Kota Salatiga, dengan sektor penyumbang terbesar adalah sektor jasa sebesar 25,48%, perdagangan, hotel dan restoran (18,49%), industri pengolahan sebesar 16,68%, dan angkutan dan komunikasi sebesar 11,37%. Selama tahun kalender 2009 (Januari-Desember), inflasi Kota Salatiga sebesar 3,28%. Kondisi ini jauh lebih rendah bila dibandingkan dengan laju inflasi periode yang sama untuk tahun 2007 dan 2008 dimana angkanya tercatat sebesar 7,22 persen dan 10,20 persen. Perkembangan laju inflasi tahun 2010 sebesar 3,37 persen dibandingkan tahun 2008 dan Perkembangan laju inflasi menurut kelompok pengeluaran yang paling dominan adalah kelompok sandang (8,69 persen) sedangkan laju inflasi untuk kelompok kesehatan mengalami kelambatan (1,58 persen). Upah minimum kabupaten/kota (UMK) ditetapkan berdasarkan perbedaan tingkat upah di berbagai kabupaten/kota di setiap provinsi tergantung pada jumlah penduduk, tingkat inflasi, infrastruktur daerah masingmasing, dan sebagainya. UMK diperbaharui setiap satu tahun sekali dan untuk tahun 2010 dan 2011 UMK di Kota Salatiga masing Rp dan Rp Tahun Tabel 2.6. Tabel Data UMK dan Data KHL UMK (Rp) KHL (Rp) (UMK/KHL x 100) % ,23 79, ,13 84, ,79 93, ,67 96, , ,00 106,86 Sumber : BAPPEDA Kota Salatiga Dalam bidang pendidikan dan kebudayaan, penduduk yang bersekolah, pada tahun ajaran 2009/2010 secara umum mengalami II - 27

40 peningkatan, berdasarkan Angka Partisipasi Murni (APM). Rasio murid dan guru pada SD/MI sebesar 14, SMP/MTs sebesar 13 dan SMA/MA sebesar 12. Hal ini dapat dilihat dari APM SD/MI/Paket A 86,48 dan APM SMP/MTs/Paket B 78,86. Penyediaan sarana fisik dan fasilitas penunjang serta peningkatan kualitas tenaga guru diperlukan dalam peningkatan kualitas pendidikan di Kota Salatiga untuk mendukung visi menjadikan Kota Salatiga sebagai Kota Pendidikan di wilayah Provinsi Jawa Tengah. Untuk sektor kesehatan, peningkatan status kesehatan dan gizi dalam suatu masyarakat sangat penting dalam upaya peningkatan kualitas manusia. Tercapainya kualitas kesehatan dan gizi yang baik tidak hanya penting untuk generasi sekarang tetapi juga bagi generasi berikutnya. Tersedianya fasilitas kesehatan yang memadai meliputi Puskesmas 6 buah dengan puskemas pembantu sebanyak 22, balai pengobatan pemerintah 2 buah, balai pengobatan swasta 10 buah, RSUD 1 buah, RS Swasta 3 buah, RS Khusus 2 buah (RS. Dr. Ario Wiryawan dan RS. Dr. Asmir) sangat diperlukan dalam upaya peningkatan status kesehatan. Hal ini akan terwujud bila adanya dukungan pemerintah dan swasta. Fasilitas kesehatan lainnya adalah apotik dan toko obat merupakan sarana penyedia obat yang mudah dijangkau oleh masyarakat. Pada tahun 2010 di Kota Salatiga terdapat 26 apotik. Angka kematian bayi di Kota Salatiga tahun 2006 sebesar 11,58/ 1000 KH, tahun 2007 sebesar 9,80/1000 KH, tahun 2008 sebesar 5,8/1000 KH, tahun 2009 sebesar 6,89/1000 KH dan pada tahun 2010 sebesar 9,6/1000 KH. Meningkatnya AKB dalam beberapa waktu terakhir memberikan gambaran adanya penurunan dalam kualitas hidup dan pelayanan kesehatan masyarakat. Angka Kematian Ibu (AKI) melahirkan dari tahun 2006 sebesar 74,73/ KH, tahun 2007 tidak ada kematian ibu baik ibu hamil, bersalin maupun nifas sedang tahun 2008 AKI naik sebesar 64,7/ KH, tahun 2009 turun menjadi 55,14/ KH dan pada tahun 2010 meningkat menjadi 99,4/ KH. Kasus penyakit menular yang masih banyak ditemukan antara lain HIV/AIDS, Demam Berdarah Dengue (DBD), TB-Paru. Kasus HIV/AIDS tahun 2008 sebanyak 14 kasus, tahun 2009 menjadi 19 kasus dan pada tahun 2010 menjadi 10 kasus, walaupun menurun namun angka tersebut masih diatas standart nasional. II - 28

41 Sedangkan kasus DBD Tahun 2008 sebanyak 72 kasus, Tahun 2009 sebanyak 109 kasus dan Tahun 2010 meningkat menjadi 155 kasus. Sedangkan penemuan kasus TB Paru 2010 masih rendah yaitu 48 kasus dari yang ditargetkan sebanyak 231 kasus. Prevalensi gizi kurang pada balita Tahun 2010 sebesar 4,47% dan gizi buruk sebesar 0,03% (3 kasus). Capaian balita dari keluarga kurang mampu yang mendapatkan Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI) masih rendah yaitu Tahun 2008 sebanyak 21,47% Tahun 2009 sebesar 4,13% dan Tahun 2010 sebesar 29,11% yang seharusnya 100% balita dari keluarga kurang mampu mendapatkan MP-ASI. Kehidupan agamis di Kota Salatiga sangat didambakan masyarakat. Hal ini terlihat dari tempat-tempat peribadatan, seperti mesjid, gereja, dan pesantren-pesantren. Banyaknya tempat peribadatan di Kota Salatiga pada tahun 2010 mencapai 569 buah, terdiri dari 85,67 persen masjid (193 buah) dan mushola (293 buah), 13,07 persen (74 buah) gereja Kristen dan Katholik, dan sisanya berupa pura 1 buah, vihara 6 buah, dan kelenteng1 buah. Bidang olahraga sebagai salah satu Tri Fungsi Kota Salatiga, memiliki beberapa fasilitas olahraga seperti 2 buah gedung olahraga, 23 buah klub olahraga, 1 buah kolam renang (kolam renang olah raga) dan 45 buah lapangan olahraga dan jumlah sarana olahraga yang ada semakin meningkat dari tahun ke tahun. Perolehan medali baik emas, perak maupun perunggu dari tahun ke tahun cenderung stabil, antara lain dari cabang olahraga atletik, sepak takraw, panahan, tae kwondo, pencak silat, catur dan tenis lapangan. Pada tahun 2005 atlit Salatiga berhasil memperoleh medali emas pada cabang olahraga lari dan 1 medali perak untuk cabang olahraga karate pada Sea Games 2005 serta 2 medali emas pada cabang olahraga lempar cakram pada Sea Games Pada tahun 2010 salatiga mendapatkan 1 medali perak pada cabang olahraga catur SD/MI sederajat tingkat Provinsi, 3 emas dan 2 perak pada cabang olahraga atletik, 1 perak pada cabang olahraga taekwondo, 1 perunggu pada cabang olahraga Tenis Lapangan SMP/MTs sederajat pada tingkat provinsi serta 2 emas pada cabang olahraga atletik, 1 emas pada cabang olahraga sepak takraw, 4 perak dan 2 perunggu pada cabang olahraga panahan SMA/SMK sederajat Tingkat Provinsi. II - 29

42 Sedangkan kehidupan berkesenian di Kota Salatiga sampai saat ini berjalan cukup baik. Pada tahun 2010, kelompok kesenian yang ada meliputi keroncong, pedalangan, nasidaria, ketoprak, wayang, karawitan, dangdut, wayang orang, seni tari, kuda lumping, dan campursari dan grup keseniannya berjumlah 72 buah. Terkait dengan aspek kesejahteraan masyarakat, penyandang permasalahan sosial menjadi aspek yang terkait dengan kesejahteraan masyarakat. Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial di kelompokkan dalam 27 jenis. Berdasarkan hasil pendataan yang dilakukan oleh sebanyak 22 kantor kelurahan dari 4 kecamatan di Kota Salatiga, terdapat sebanyak 22 jenis PMKS yang menjadi permasalahan sosial di Kota Salatiga. PMKS yang jumlahnya paling banyak dijumpai di Kota Salatiga ada 6 jenis, yaitu Anak cacat, Wanita Rawan Sosial Ekonomi (WRSE), Lanjut Usia Terlantar, Penyandang Cacat, Keluarga Fakir Miskin dan Keluarga berumah tidak layak huni. 1) Anak cacat adalah anak yang berusia 5-18 tahun yang mempunyai kelainan fisik dan atau mental, yang dapat menggangu atau merupakan rintangan dan hambatan baginya untuk melakukan aktivitas secara layak, yang terdiri dari: penyandang cacat fisik, penyandang cacat mental, penyandang cacat fisik dan mental. Anak cacat di Kota Salatiga terdapat di 16 kelurahan dari 22 kelurahan yang ada di Kota Salatiga sebanyak 152 anak; 2) Wanita Rawan Sosial Ekonomi adalah seseorang wanita dewasa yang berusia tahun, belum menikah atau janda yang tidak mempunyai penghasilan cukup untuk dapat memenuhi kebutuhan pokok sehari-hari. Wanita Rawan Sosial Ekonomi terdapat di 16 kelurahan dari 22 kelurahan yang ada di Kota Salatiga. Secara keseluruhan jumlah WRSE di Kota Salatiga berjumlah 525 wanita; 3) Lanjut usia terlantar seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih, karena faktor-faktor tertentu tidak dapat memenuhi kebutuhan dasarnya baik secara jasmani, rohani, maupun sosialnya. Lanjut usia terlantar di Kota Salatiga sejumlah 694 orang terdapat di 17 kelurahan dari 22 kelurahan yang ada di Kota Salatiga; 4) Penyandang cacat adalah seseorang yang mengalami kelainan fisik atau mental sebagai akibat bawaan sejak lahir maupun II - 30

43 lingkungan (kecelakaan) sehingga menjadi hambatan untuk melakukan kegiatan sehari-hari secara layak. Penyandang cacat terdiri dari penyandang cacat fisik, penyandang cacat mental, penyandang fisik dan mental (UU No. 4 Tahun 1997) terdekatnya, dan terancam baik secara fisik maupun non fisik. Di Kota Salatiga penyandang cacat sebanyak 454 orang, yang tersebar di 18 kelurahan. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) merupakan salah satu gambaran tentang capaian tingkat kesejahteraan masyarakat. Hal tersebut disebabkan karena besarnya nilai IPM dapat menjadi gambaran tentang capaian tingkat kesejahteraan masyarakat ditinjau dari tingkat pendidikan, kesehatan dan daya beli masyarakat. Unsur-unsur pembentuk IPM Kota Salatiga dari tahun cenderung mengalami peningkatan. IPM Kota Salatiga dari tahun memiliki nilai lebih tinggi daripada IPM Jawa Tengah tahun Tahun 2007 IPM Kota Salatiga mencapai 75,37 lebih tinggi dari IPM Jawa Tengah yang hanya 70,92. Sedangkan tahun 2008 IPM Kota Salatiga mencapai 75,80 dan IPM Jawa Tengah hanya mencapai 71,60. Sementara itu tahun 2009 IPM Kota Salatiga mencapai 76,11 dan IPM Jawa Tengah mencapai 72,11. Tabel 2.7. Indeks Pembangunan Manusia di Kota Salatiga No. Kategori UHH (th) 70,66 70,80 70,92 2 Lama Sekolah (th) 9,50 9,50 9,75 3 Angka melek huruf (%) 96,49 96,50 96,50 4 Daya beli (ribu Rp) 639,50 644,00 644,65 IPM Salatiga 75,37 75,80 76,11 IPM Jawa Tengah 70,92 71,60 72,10 Sumber : Jawa Tengah Dalam Angka Series, 2010 Nilai tersebut jika dibandingkan dengan daerah sekitarnya, seperti Kabupaten Semarang dan Kabupaten Boyolali maka IPM Kota Salatiga merupakan yang tertinggi yaitu sebesar 76,11. Namun demikian jika dibandingkan dengan IPM Kota Semarang (76,90) dan IPM Kota Surakarta (77,49) maka IPM Kota Salatiga masih lebih rendah. Nilai IPM Kota Salatiga sebesar 76,11 pada tahun 2009 termasuk dalam kategori tinggi. Perbandingan IPM Kota Salatiga dan kabupaten sekitarnya dapat dilihat pada tabel berikut : II - 31

44 Tabel 2.8. Indeks Pembangunan Manusia Kota Salatiga Dibandingkan dengan Kabupaten/Kota di Sekitarnya dan Provinsi Jawa Tengah Tahun 2009 No Kabupaten/ Kota Angka Harapan Hidup (tahun) Angka Melek Huruf (%) Ratarata lama sekolah (tahun) Pengeluaran riil perkapita disesuaikan (Ribu Rp) Nilai IPM 1 Kota Salatiga 70,92 96,50 9,75 644,65 76,11 2 Kota 72,07 96,44 9,98 644,63 76,90 Semarang 3 Kota 72,07 96,67 10,32 648,23 77,49 Surakarta 4 Kab. 72,40 93,62 7,40 633,14 73,66 Semarang 5 Kab. Boyolali 70,30 85,97 7,29 629,49 70,44 6 Jawa Tengah 71,25 89,46 7,07 636,39 72,10 Sumber : Jawa Tengah Dalam Angka Tahun 2010 Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa dalam pembangunan pendidikan bidang pendidikan yang diukur dari angka melek huruf dan rata-rata lama sekolah relatif lebih baik dibandingkan dengan Kabupaten Semarang dan Boyolali, namun jika dibandingkan dengan kota disekitarnya (Kota Semarang dan Kota Surakarta masih lebih rendah). Capaian yang perlu terus didorong adalah rata-rata lama sekolah penduduk yang baru mencapai 9,75 tahun (tingkat SMP) agar mampu memberikan sumbangsih terhadap peningkatan kualitas hidup masyarakat. Pembangunan dalam bidang kesehatan yang dilihat dari angka harapan hidup pada tahun 2009 cukup tinggi, yaitu sebesar 70,92 tahun. Namun demikian, jika dibandingkan dengan Kota Surakarta, Kota Semarang dan Kabupaten Semarang masih lebih rendah. Jika dilihat dari pengeluaran riil per kapita yang disesuaikan, dapat dilihat bahwa pengeluaran riil per kapita penduduk Kota Salatiga baru mencapai Rp ,00 masih lebih rendah dibandingkan Kota Semarang dan Kota Surakarta Aspek Perekonomian Daerah Pada tahun 2007 pertumbuhan ekonomi Kota Salatiga merupakan yang tertinggi dari tahun yaitu sebesar 5,39%. Namun pada tahun 2008 dan 2009 pertumbuhan ekonomi Kota Salatiga mengalami perlambatan dimana tahun 2008 pertumbuhan ekonomi Kota Salatiga hanya sebesar 4,98% dan pada tahun 2009 pertumbuhan ekonomi sebesar 4,48%. Tahun 2010 pertumbuhan ekonomi Kota Salatiga mengalami percepatan yaitu 5,01%. II - 32

45 Perkembangan laju pertumbuhan ekonomi Kota Salatiga dari tahun 2007 sampai dengan 2010 dapat dilihat sebagai berikut : Gambar 2.3. Laju Pertumbuhan Ekonomi Kota Salatiga Tahun (Atas Dasar Harga Konstan 2000) Sumber : PDRB Kota Salatiga Tahun 2010 Pertumbuhan PDRB atas dasar harga konstan tahun 2000 Kota Salatiga dalam kurun waktu empat tahun berapa pada kisaran 4,48% - 5,39%. Pertumbuhan PDRB atas dasar harga berlaku menunjukkan kecenderungan meningkat pada kisaran 7,76% - 12,48%. Perkembangan laju pertumbuhan PDRB atas dasar harga berlaku dan PDRB atas dasar harga konstan tahun 2000 di Kota Salatiga selengkapnya dapat dilihat pada gambar berikut : Gambar 2.4. Laju Pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2000 dan Atas Dasar Harga Berlaku di Kota Salatiga Tahun (%) Sumber : PDRB Kota Salatiga Tahun 2010 Produk Domestik Regional Bruto atas dasar harga berlaku di Kota Salatiga dalam kurun waktu empat tahun menunjukkan peningkatan, dari sebesar Rp ,64 juta pada tahun 2007, sebesar Rp ,20 juta pada tahun 2008, sebesar Rp II - 33

46 ,91 juta pada tahun 2009 dan Rp ,63 juta pada tahun Sektor jasa-jasa merupakan sektor yang memberikan kontribusi terbesar dari tahun 2007 sampai dengan tahun Perkembangan PDRB Kota Salatiga atas dasar harga berlaku selengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 2.9. Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Berlaku Kota Salatiga Tahun (Juta Rupiah) No Lapangan Usaha Pertanian , , , ,71 2. Pertambangan dan Penggalian 863,62 948,29 988, ,28 3. Industri Pengolahan , , , ,65 4. Listrik, Gas & Air Minum , , , ,14 5. Konstruksi , , , ,76 6. Perdagangan, Hotel & Restoran , , , ,38 7. Angkutan & Komunikasi , , , ,85 8. Lembaga Keuangan, Persewaan, dan Jasa Persewaan , , , ,37 9. Jasa-jasa , , , ,48 Jumlah , , , ,63 Sumber : PDRB Kota Salatiga Tahun 2010 Berdasarkan Produk Domestik Regional Bruto atas dasar harga berlaku di Kota Salatiga, dalam kurun waktu empat tahun ( ) perekonomian Kota Salatiga didominasi oleh sektor jasa-jasa (kisaran 24,81% - 25,48%) Pada tahun 2007 sektor industri pengolahan memberikan kontribusi terbesar kedua, namun pada tahun 2008 sampai tahun 2010 sektor perdagangan, hotel dan restoran yang memberikan kontribusi terbesar kedua. Secara rinci perkembangan kontribusi tiga besar sektor PDRB atas dasar harga berlaku adalah sebagai berikut : II - 34

47 Gambar 2.5. Kontribusi Produk Domestik Regional Bruto Kota Salatiga Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Berlaku Tahun (Persen) Sumber : PDRB Kota Salatiga Tahun 2010 Sama seperti PDRB atas dasar harga berlaku, PDRB Kota Salatiga Atas Dasar Harga Konstan (ADHK) tahun 2000 juga menunjukkan peningkatan dalam kurun waktu tahun Pada tahun 2006 PDRB Kota Salatiga hanya sebesar Rp ,22 juta, selanjutnya meningkat menjadi Rp ,44 juta pada tahun 2007, sebesar Rp ,86 juta pada tahun 2008 dan Rp ,99 juta pada tahun Sektor industri pengolahan merupakan sektor yang memberikan kontribusi terbesar dari tahun 2006 sampai dengan tahun Perkembangan PDRB atas dasar harga konstan tahun 2000 Kota Salatiga secara rinci dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2000 Kota Salatiga Tahun (Juta Rupiah) No Lapangan Usaha Pertanian , , , ,10 2. Pertambangan dan Penggalian 524,05 525,83 526,59 526,92 3. Industri Pengolahan , , , ,84 4. Listrik, Gas & Air Minum , , , ,80 5. Konstruksi , , , ,89 6. Perdagangan, Hotel & Restoran , , , ,66 7. Angkutan & Komunikasi 8. Lembaga Keuangan, Persewaan, dan Jasa , , , , , , , ,18 II - 35

48 No Lapangan Usaha Persewaan 9. Jasa-jasa , , , ,99 Jumlah , , , ,05 Sumber : PDRB Kota Salatiga Tahun 2010 Dalam kurun waktu empat tahun ( ) perekonomian Kota Salatiga didominasi oleh sektor industri pengolahan (kisaran 21,26%-19,73%). Kontribusi terbesar kedua terhadap PDRB tahun 2007 sampai tahun 2010 diduduki oleh sektor perdagangan, hotel dan restoran. Perkembangan kontribusi PDRB atas dasar harga konstan selengkapnya dapat dilihat pada gambar berikut : Gambar 2.6. Kontribusi Produk Domestik Regional Bruto Kota Salatiga Tahun Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2000 Sumber : PDRB Kota Salatiga Tahun 2010 Sejak tahun PDRB Perkapita ADHB Kota Salatiga selalu mengalami peningkatan yaitu sebesar 11,32% pada tahun 2008, 6,66% pada tahun 2009 dan 10,32% pada tahun PDRB Perkapita ADH 2000 Kota Salatiga juga selalu mengalami peningkatan dari tahun , yaitu tahun 2008 sebesar 3,90%, tahun 2009 sebesar 3,41% dan tahun 2010 sebesar 4,04%. Peningkatan PDRB Perkapita ADHB dan PDRB ADH 2000 selengkapnya dapat dilihat pada gambar berikut : II - 36

49 Gambar 2.7. PDRB Perkapita Penduduk Kota Salatiga Tahun Sumber : PDRB Kota Salatiga Tahun 2010 Perkembangan laju inflasi barang dan jasa di Kota Salatiga pada tahun 2009 cukup rendah, yaitu mencapai 6,65%. Kelompok jenis barang dan jasa yang berkontribusi paling tinggi terhadap laju inflasi umum adalah bahan makanan (15,73%). Inflasi pada kelompok sandang tergolong tinggi, mencapai 8,69%. Sedangkan kelompo kesehatan memiliki nilai inflasi terkecil yaitu 1,58%. Secara rinci nilai inflasi per kelompok barang dan jasa dapat dilihat pada tabel berikut : No Tabel Laju Inflasi menurut Kelompok Jenis Barang dan Jasa Kota Salatiga Tahun Kelompok Jenis Barang dan Jasa Inflasi (%) Bahan makanan 1,54 9,04 7,52 15,73 2. Makanan jadi, minuman, rokok 2,79 7,69 8,43 4,14 3. Perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar 4,41 14,02 0,73 3,50 4. Sandang 4,45 6,29 10,68 8,69 5. Kesehatan 2,46 5,32 2,42 1,58 6. Pendidikan, rekreasi, dan olah raga 5,31 7,54 1,94 2,33 7. Transpor, komunikasi, dan jasa keuangan 0,32 9,81-5,08 3,61 Laju inflasi 7,22 10,20 3,28 6,65 Sumber: BPS Kota Salatiga (2010) Laju inflasi di Kota Salatiga dalam kurun waktu menunjukkan kecenderungan menurun. Nilai inflasi tertinggi terjadi pada tahun 2008, yaitu mencapai 10,20%, dan terendah terjadi pada tahun 2009 sebesar 3,28%. Jika dibandingkan dengan laju inflasi nasional dan laju inflasi Kota Semarang, laju inflasi Kota Salatiga lebih tinggi, kecuali tahun 2008 dan Jika dibandingkan dengan Kota Surakarta, laju inflasi di Kota Salatiga juga lebih tinggi, hanya tahun 2010 laju inflasi Kota Surakarta sama dengan Kota Slatiga II - 37

50 yaitu sebesar 6,65%. Kondisi ini menunjukkan bahwa dibandingkan kota-kota besar di Jawa Tengah dan Nasional, tingkat perubahan harga barang dan jasa di Kota Salatiga sangat tinggi. Perbandingan laju inflasi antara Kota Salatiga dengan Kota Semarang, Kota Surakarta dan Nasional secara rinci dapat dilihat pada gambar berikut : Gambar 2.8. Grafik Perbandingan Laju Inflasi Nasional, Kota Semarang, Kota Salatiga Dan Kota Surakarta (%) Nasional Semarang Salatiga Surakarta Sumber: BPS Kota Salatiga (2010) Jumlah perusahaan industri besar, sedang Kota Salatiga Tahun 2010 berjumlah 37 dengan nilai investasi Rp ,- dengan menyerap tenaga kerja sejumlah tenagakerja, yang tersebar di 4 kecamatan. Secara rinci banyaknya perusahaan industri besar/sedang sebagai berikut : Tabel Tabel Jumlah Perusahaan Industri Besar dan Sedang Kelurahan Jumlah Usaha Tenaga Kerja Investasi (Juta) Kec. Sidorejo Blotongan Sidorejo Lor Salatiga Bugel Kauman Kidul Pulutan Kec. Tingkir Kutowinangun Gendongan Sidorejo Kidul Kalibening Tingkir Lor II - 38

51 Kelurahan Jumlah Usaha Tenaga Kerja Investasi (Juta) 6. Tingkir tengah Kec. Argomulyo Noborejo Ledok Tegalrejo Kumpulrejo Randuacir Cebongan Kec. Sidomukti Kecandran Dukuh Mangunsari Kalicacing ,940 1,121, , , , ,381 Sumber : Salatiga Dalam Angka 2010 Selanjutnya berdasarkan jumlah perusahaan industri kecil, menengah dan sedang di Kota Salatiga Tahun 2010 sejumlah 1.904, dengan nilai investasi sebesar Rp ,- dengan menyerap tenaga kerja sebanyak Secara rinci dapat dilihat dalam berikut : Tabel Tabel Jumlah Tenaga Kerja dan Investasi Kelurahan Jumlah Tenaga Investasi (Juta Prosentase Usaha Kerja Rupiah) Kec. Sidorejo , ,00 1. Blotongan 141 7, ,00 2. Sidorejo Lor 117 6, ,00 3. Salatiga 110 5, ,00 4. Bugel 95 4, ,00 5. Kauman Kidul 50 2, ,00 6. Pulutan 53 2, ,00 Kec. Tingkir , ,00 1. Kutowinangun 189 9, ,00 2. Gendongan 57 2, ,00 3. Sidorejo Kidul 89 4, ,00 4. Kalibening 54 2, ,00 5. Tingkir Lor 136 7, ,00 6. Tingkir tengah 64 3, ,00 Kec. Argomulyo , ,00 1. Noborejo 54 2, ,00 2. Ledok 30 1, ,00 3. Tegalrejo 47 2, ,00 4. Kumpulrejo 65 3, ,00 5. Randuacir 36 1, ,00 6. Cebongan 53 2, ,00 Kec. Sidomukti , ,00 1. Kecandran 112 5, ,00 2. Dukuh 101 5, ,00 3. Mangunsari 113 5, ,00 4. Kalicacing 138 7, ,00 II - 39

52 Kelurahan Jumlah Usaha Prosentase Tenaga Kerja Investasi (Juta Rupiah) , , , , , , , ,34 Sumber : Salatiga Dalam Angka Aspek Daya Saing Daerah Kota Salatiga memiliki kekuatan alami dalam pembentukan daya saing daerah, yakni : berada pada posisi perlintasan transportasi barang di wilayah Jawa Tengah yang sesuai dengan fungsi Kota Salatiga sebagai kota perdagangan dan jasa yang di dukung oleh produksi pertanian dan industri daerah sekitar. Sedangkan sektor jasa industri pendidikan yang berkembang pesat sebagai akibat banyaknya jumlah sekolah dan perguruan tinggi seperti berkembangnya jasa kost, warung makan, fotocopi dan warnet. Jasa perbankan berkembang seiring dengan adanya bank sejumlah 5 Bank Pemerintah, 16 Bank Swasta/Nasional dan 2 Bank Pemerintah Daerah. Iklim sejuk mendukung sebagai kota transit wisata yang menjadi tempat peristirahatan, pendidikan, dan wisata kuliner. Hal ini didukung oleh tersedianya 14 hotel dan fasilitas penginapan lainnya. Ketersediaan infrastruktur pendukung dan besaran jumlah penduduk menjadi faktor penting untuk menarik investor dari luar daerah berinvestasi di Kota Salatiga. Semua wilayah Kota Salatiga sudah terjangkau ruas jalan yang cukup baik, jaringan listrik sudah mengaliri seluruh wilayah Kota Salatiga, dan berdasarkan data dari BPS tahun 2011 dalam Statistik Daerah Kota Salatiga 2011, rumah tangga yang telah memiliki akses air minum bersih, air minum kemasan, air minum isi ulang dan air ledeng sebanyak lebih dari 75 persen. Selain itu, seluruh wilayah Kota Salatiga sudah dilayani oleh jaringan angkutan umum kota sejumlah 17 jalur. Pemerintah Kota Salatiga juga telah menerapkan konsep kawasan peruntukan industri menengah dan besar nonpolutan di Kelurahan Noborejo dan Kelurahan Randuacir dengan luas ± 157 hektar. Adapun sektor industri yang berkembang di Kota Salatiga antara lain tekstil, penggilingan dan pengolahan daging, percetakan, tahu/tempe, kosmestik, konveksi, batu pahat dan makanan ringan. Dari aspek sumber daya manusia, jumlah penduduk yang cukup besar dan didukung dengan ketersediaan angkatan kerja di II - 40

53 wilayah sekitar Kota Salatiga, terutama Kabupaten Semarang dan Boyolali, dapat menjadi keunggulan sendiri dalam hal ketersediaan tenaga kerja. Berdasarkan tingkat pendidikan, dari jumlah penduduk Kota Salatiga pada tahun 2010 sebanyak jiwa, yang berpendidikan SMA berjumlah orang, diploma sebanyak orang, S1 sebanyak orang, S2 sebanyak 677 orang, dan S3 sebanyak 75 orang. Sementara jumlah pencari kerja menurut jenjang pendidikan dapat dilihat pada Tabel berikut : No Tabel Jumlah Pencari Kerja (Pencari Kartu Kuning) Menurut Pendidikan Kota Salatiga Tahun Pencari Kerja Menurut Pendidikan Tahun SD SMP SMA Diploma Diploma Diploma S S S Sumber : Salatiga Dalam Angka Tahun Gambaran tentang Aspek Potensi Rawan Bencana Di wilayah Kota Salatiga, rawan bencana yang dimaksud adalah rawan longsor, rawan erosi permukaan tanah dan rawan genangan. Beberapa lokasi rumah atau perumahan dan permukiman di Kota Salatiga masih berada di daerah yang merupakan daerah rawan longsor. Pada kawasan-kawasan seperti ini perlu dilindungi agar dapat menghindarkan masyarakat dari ancaman yang ada tersebut. Banyak kawasan-kawasan rawan longsor yang ditempati penduduk sebagai tempat hunian. Hal ini dipengaruhi oleh kurangnya pengetahuan masyarakat tentang kawasan lindung yang terlarang untuk permukiman. Selain itu, akibat dari kurang tegasnya pengendalian pembangunan dan aparat pemerintah Kota Salatiga. Seperti permukiman yang ada di Kelurahan Blotongan dan Bugel yang memiliki kelerengan > 40 %, dan untuk Kelurahan Sidorejo Lor tidak memiliki kelerengan yang tinggi, namun kelurahan ini memiliki kawasan rawan bencana berupa banjir. Kondisi ini dikarenakan kelurahan yang memiliki kelerengan tinggi dan semakin sedikit II - 41

54 kawasan lindungan resapan air akibat dari kawasan ini dibangun untuk permukiman baru. Kebijakan yang akan dilakukan antara lain: pengawasan dan pengendalian pembangunan perumahan baru di kawasan rawan longsor, kepadatan bangunan diarahkan dengan kepadatan rendah, harus ada pembatasan kepadatan dan pertumbuhan fisik aktivitas kawasan, kepadatan diarahkan < 30 unit/ha dengan luas lantai bangunan < 100 m2, kawasan rawan bencana banjir sedapat mungkin tidak dipergunakan untuk permukiman, demikian pula kegiatan lain yang dapat merusak atau mempengaruhi kelancaran sistem drainase, pada daerah rawan banjir ini perlu adanya pemantapan kawasan lindung diantaranya dengan langkah reboisasi jenis tanaman khusus (tanaman tahunan). Beberapa lokasi permukiman yang berada di daerah rawan longsor antara lain terdapat di Kelurahan Blotongan, Kelurahan Sidorejo Kidul, Kelurahan Kutowinangun, Kelurahan Bugel, Kelurahan Randuacir, dan Kelurahan Kumpulrejo. Walaupun jumlah tidak terlalu banyak dan belum pernah terjadi longsor namun lokasi tersebut membutuhkan pengendalian untuk pencegahan keberlanjutan pembangunan yang dilakukan oleh masyarakat atau pengembang. Gambar 2.9. Peta Rawan Bencana Kota Salatiga Sumber : Bappeda Kota Salatiga, 2011 II - 42

SURAKARTA KOTA BUDAYA, MANDIRI, MAJU, DAN SEJAHTERA.

SURAKARTA KOTA BUDAYA, MANDIRI, MAJU, DAN SEJAHTERA. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional dan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, mengamanatkan kepada

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Undang-Undang Nomor 25 tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN) dan Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah mengamanatkan,

Lebih terperinci

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KOTA TANGERANG SELATAN

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KOTA TANGERANG SELATAN Bab I Pendahuluan 1.1. LatarBelakang Pembangunan pada hakikatnya merupakan suatu proses yang berkesinambungan antara berbagai dimensi, baik dimensi sosial, ekonomi, maupun lingkungan yang bertujuan untuk

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA SALATIGA

PEMERINTAH KOTA SALATIGA PEMERINTAH KOTA SALATIGA PERATURAN DAERAH KOTA SALATIGA NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KOTA SALATIGA TAHUN 2011 2016 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SALATIGA,

Lebih terperinci

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2016 BAB I PENDAHULUAN

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2016 BAB I PENDAHULUAN Lampiran I Peraturan Bupati Pekalongan Nomor : 17 Tahun 2015 Tanggal : 29 Mei 2015 RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2016 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemerintah

Lebih terperinci

RPJMD KABUPATEN LAMANDAU TAHUN

RPJMD KABUPATEN LAMANDAU TAHUN i BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) berpedoman pada Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional,

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN SUMEDANG TAHUN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN SUMEDANG TAHUN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN SUMEDANG TAHUN 2014-2018 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUMEDANG, Menimbang

Lebih terperinci

BAB I 1 BAB I PENDAHULUAN

BAB I 1 BAB I PENDAHULUAN BAB I 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perencanaan Pembangunan Daerah memiliki arti sangat penting dalam penyelenggaraan pemerintahan dan menjadi pedoman dalam pelaksanaan pembangunan. Sesuai dengan

Lebih terperinci

BUPATI PURWOREJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

BUPATI PURWOREJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH SALINAN BUPATI PURWOREJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURWOREJO, Menimbang: a. bahwa dalam

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Rencana kerja pembangunan daerah yang selanjutnya disingkat RKPD adalah dokumen perencanaan daerah untuk periode 1 (satu) tahun atau disebut dengan rencana pembangunan

Lebih terperinci

Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah memberi peluang

Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah memberi peluang BAB PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah memberi peluang kepada daerah berupa kewenangan yang lebih besar untuk mengelola pembangunan secara mandiri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. RPJMD Kabupaten Grobogan Tahun I 1

BAB I PENDAHULUAN. RPJMD Kabupaten Grobogan Tahun I 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berdasarkan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, Pemerintah Pusat memberikan kewenangan yang lebih besar kepada daerah untuk melakukan serangkaian

Lebih terperinci

Pemerintah Kabupaten Wakatobi

Pemerintah Kabupaten Wakatobi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kabupaten Wakatobi memiliki potensi kelautan dan perikanan serta potensi wisata bahari yang menjadi daerah tujuan wisatawan nusantara dan mancanegara. Potensi tersebut

Lebih terperinci

ISI DAN URAIAN RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KOTA TASIKMALAYA TAHUN BAB I PENDAHULUAN

ISI DAN URAIAN RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KOTA TASIKMALAYA TAHUN BAB I PENDAHULUAN - 1 - LAMPIRAN PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KOTA TASIKMALAYA TAHUN 2013-2017 ISI DAN URAIAN RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. RPJMD Kabupaten Bintan Tahun I-1

BAB I PENDAHULUAN. RPJMD Kabupaten Bintan Tahun I-1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional dan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah mengamanatkan bahwa

Lebih terperinci

RPJMD Kabupaten Jeneponto Tahun ini merupakan penjabaran dari visi, misi, dan program Bupati dan Wakil Bupati Jeneponto terpilih

RPJMD Kabupaten Jeneponto Tahun ini merupakan penjabaran dari visi, misi, dan program Bupati dan Wakil Bupati Jeneponto terpilih BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan daerah sebagai bagian integral dari pembangunan nasional dan regional, juga bermakna sebagai pemanfaatan sumber daya yang dimiliki untuk peningkatan kesejahteraan

Lebih terperinci

RKPD KABUPATEN LAMANDAU TAHUN 2015

RKPD KABUPATEN LAMANDAU TAHUN 2015 i BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyusunan Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) berpedoman pada Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, Undang-Undang

Lebih terperinci

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN SUKAMARA (REVISI)

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN SUKAMARA (REVISI) BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah memberikan kewenangan kepada pemerintah daerah untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan

Lebih terperinci

BUPATI ROKAN HULU PROVINSI RIAU

BUPATI ROKAN HULU PROVINSI RIAU BUPATI ROKAN HULU PROVINSI RIAU PERATURAN BUPATI ROKAN HULU NOMOR 23 TAHUN 2015 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN ROKAN HULU TAHUN 2016 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI ROKAN HULU,

Lebih terperinci

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BREBES NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BREBES NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BREBES NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN BREBES TAHUN 2012 2017 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BREBES, Menimbang

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH TAHUN 2012-2016 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 5 TAHUN 2005 TENTANG

PEMERINTAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 5 TAHUN 2005 TENTANG PEMERINTAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 5 TAHUN 2005 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN DAERAH DAN PELAKSANAAN MUSYAWARAH

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Berdasarkan Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, bahwa penyelenggaraan desentralisasi dilaksanakan dalam bentuk pemberian kewenangan Pemerintah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Untuk menjalankan tugas dan fungsinya, pemerintah daerah memerlukan perencanaan mulai dari perencanaan jangka panjang, jangka menengah hingga perencanaan jangka pendek

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH TAHUN 2012-2016 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2015

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2015 Lampiran I Peraturan Bupati Pekalongan Nomor : 15 Tahun 2014 Tanggal : 30 Mei 2014 RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2015 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Dokumen perencanaan

Lebih terperinci

LAMPIRAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN FLORES TIMUR NOMOR : 10 TAHUN 2017 TANGGAL : 20 November 2017 BAB I PENDAHULUAN

LAMPIRAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN FLORES TIMUR NOMOR : 10 TAHUN 2017 TANGGAL : 20 November 2017 BAB I PENDAHULUAN LAMPIRAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN FLORES TIMUR NOMOR : 10 TAHUN 2017 TANGGAL : 20 November 2017 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Berdasarkan pasal 3 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) merupakan bagian dari Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN), seperti tercantum dalam Undang- Undang Nomor

Lebih terperinci

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2016-2021 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kota Jambi RPJMD KOTA JAMBI TAHUN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kota Jambi RPJMD KOTA JAMBI TAHUN BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan daerah merupakan proses perubahan kearah yang lebih baik, mencakup seluruh dimensi kehidupan masyarakat suatu daerah dalam upaya meningkatkan kesejahteraan

Lebih terperinci

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH BUPATI SUKOHARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUKOHARJO, Menimbang : bahwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Kabupaten Banyuwangi Tahun I-1

BAB I PENDAHULUAN. Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Kabupaten Banyuwangi Tahun I-1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam penyelenggaraan pembangunan perlu disusun beberapa dokumen yang dijadikan pedoman pelaksanaan sebagai satu kesatuan dalam sistem perencanaan pembangunan nasional,

Lebih terperinci

RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) PROVINSI SUMATERA UTARA TAHUN 2016

RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) PROVINSI SUMATERA UTARA TAHUN 2016 RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) PROVINSI SUMATERA UTARA TAHUN 2016 PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA I-0 2015 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem

Lebih terperinci

Pemerintah Kabupaten Jembrana BAB I PENDAHULUAN

Pemerintah Kabupaten Jembrana BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan nasional adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen bangsa dalam rangka mencapai tujuan bernegara. Pembangunan nasional di selenggarakan berdasarkan

Lebih terperinci

TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG

TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 4 TAHUN 2014 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG Bagian Hukum Setda Kabupaten Bandung

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN MALANG

PEMERINTAH KABUPATEN MALANG PEMERINTAH KABUPATEN MALANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN MALANG NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN MALANG TAHUN 2010 2015 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Undang-undang Nomor 23 tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah pada pasal 260 menyebutkan bahwa Daerah sesuai dengan kewenangannya menyusun rencana pembangunan Daerah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sesuai amanat Undang-Undang Nomor 25 tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional bahwa untuk menjamin pembangunan dilaksanakan secara sistematis, terarah,

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 16 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN PASURUAN TAHUN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 16 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN PASURUAN TAHUN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 16 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN PASURUAN TAHUN 2013 2018 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang : Mengingat : BUPATI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional dan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, sebagaimana telah

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN FLORES TIMUR. No. 1, 2013 Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Flores Timur Nomor 0085

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN FLORES TIMUR. No. 1, 2013 Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Flores Timur Nomor 0085 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN FLORES TIMUR No. 1, 2013 Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Flores Timur Nomor 0085 PERATURAN DAERAH KABUPATEN FLORES TIMUR NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG SISTEM

Lebih terperinci

WALIKOTA CIREBON PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA CIREBON NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KOTA CIREBON

WALIKOTA CIREBON PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA CIREBON NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KOTA CIREBON WALIKOTA CIREBON PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA CIREBON NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KOTA CIREBON DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA CIREBON, Menimbang

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA SURAKARTA NOMOR 12 TAHUN 2010 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KOTA SURAKARTA TAHUN

PERATURAN DAERAH KOTA SURAKARTA NOMOR 12 TAHUN 2010 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KOTA SURAKARTA TAHUN PERATURAN DAERAH KOTA SURAKARTA NOMOR 12 TAHUN 2010 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KOTA SURAKARTA TAHUN 2010-2015 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SURAKARTA, Menimbang : a.

Lebih terperinci

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kota Bekasi Tahun Revisi BAB I PENDAHULUAN

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kota Bekasi Tahun Revisi BAB I PENDAHULUAN LAMPIRAN : PERATURAN DAERAH KOTA BEKASI Nomor : Tanggal : BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional mengamanatkan

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA SUKABUMI

LEMBARAN DAERAH KOTA SUKABUMI LEMBARAN DAERAH KOTA SUKABUMI TAHUN 2010 NOMOR 6 PERATURAN DAERAH KOTA SUKABUMI Tanggal : 26 Nopember 2010 Nomor : 6 Tahun 2010 Tentang : TAHAPAN, TATA CARA PENYUSUNAN, PENGENDALIAN, DAN EVALUASI PELAKSANAAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan daerah yang berkelanjutan merupakan salah satu faktor kunci keberhasilan dalam mendukung pencapaian target kinerja pembangunan daerah. Untuk itu diperlukan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 12 TAHUN 2008 TENTANG TATA CARA PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 12 TAHUN 2008 TENTANG TATA CARA PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 12 TAHUN 2008 TENTANG TATA CARA PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TASIKMALAYA, Menimbang : a. bahwa agar kegiatan pembangunan

Lebih terperinci

RKPD Tahun 2015 Pendahuluan I -1

RKPD Tahun 2015 Pendahuluan I -1 1.1 Latar Belakang Undang-Undang No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional dan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang

Lebih terperinci

BAB I P E N D A H U L U A N

BAB I P E N D A H U L U A N BAB I P E N D A H U L U A N A. Latar Belakang Pembangunan pada dasarnya merupakan upaya yang dilakukan secara terarah, terpadu, dan berkesinambungan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Tahapan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG SELATAN NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG KOTA TANGERANG SELATAN TAHUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG SELATAN NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG KOTA TANGERANG SELATAN TAHUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG SELATAN NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KOTA TANGERANG SELATAN TAHUN 2011-2016 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Kota Tanjungbalai telah melaksanakan Pemilukada pada tahun 2015 dan hasilnya telah terpilih pasangan M. Syahrial, SH, MH dan Drs.H. Ismail sebagai Walikota dan Wakil

Lebih terperinci

WALIKOTA TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG NOMOR 10 TAHUN 2014 TENTANG

WALIKOTA TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG NOMOR 10 TAHUN 2014 TENTANG WALIKOTA TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG NOMOR 10 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KOTA TANGERANG TAHUN 2014-2018 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

I - 1 BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

I - 1 BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang LAMPIRAN : PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG NOMOR : 2 TAHUN 2009 TANGGAL : 14 MARET 2009 TENTANG : RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG TAHUN 2008-2013 BAB I PENDAHULUAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Lingga Tahun

BAB I PENDAHULUAN. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Lingga Tahun BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sesuai amanat Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN), Pemerintah berkewajiban untuk menyusun perencanaan pembangunan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional telah mengamanatkan bahwa agar perencanaan pembangunan daerah konsisten, selaras,

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA BATU

PEMERINTAH KOTA BATU 5 SALINAN PEMERINTAH KOTA BATU PERATURAN DAERAH KOTA BATU NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KOTA BATU TAHUN 2012-2017 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BATU,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sesuai dengan Pasal 5 Ayat (2) UU Nomor 25 Tahun 2004, tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN), pengertian RPJM Daerah merupakan penjabaran dari visi,

Lebih terperinci

Walikota Tasikmalaya

Walikota Tasikmalaya - 1 - Walikota Tasikmalaya PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KOTA TASIKMALAYA TAHUN 2013-2017 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA

Lebih terperinci

BUPATI BATANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BATANG NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN BATANG TAHUN

BUPATI BATANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BATANG NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN BATANG TAHUN BUPATI BATANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BATANG NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN BATANG TAHUN 2012 2017 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BATANG, Menimbang

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEMBATA NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN LEMBATA TAHUN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEMBATA NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN LEMBATA TAHUN PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEMBATA NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN LEMBATA TAHUN 2011-2016 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LEMBATA, Menimbang :

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Provinsi Lampung merupakan provinsi yang berada di ujung selatan Pulau Sumatera dan merupakan gerbang utama jalur transportasi dari dan ke Pulau Jawa. Dengan posisi

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2008 TENTANG TAHAPAN, TATA CARA PENYUSUNAN, PENGENDALIAN DAN EVALUASI PELAKSANAAN RENCANA PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN

Lebih terperinci

PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG

PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG BUPATI SEMARANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SEMARANG,

Lebih terperinci

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2012 TENTANG

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2012 TENTANG SALINAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2012 TENTANG BATAS DAERAH KOTA SALATIGA DENGAN KABUPATEN SEMARANG PROVINSI JAWA TENGAH DENGAN

Lebih terperinci

BUPATI NGANJUK PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGANJUK NOMOR 02 TAHUN 2012 TENTANG

BUPATI NGANJUK PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGANJUK NOMOR 02 TAHUN 2012 TENTANG BUPATI NGANJUK PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGANJUK NOMOR 02 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH, RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH, RENCANA STRATEGIS

Lebih terperinci

SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT

SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NO. 6 2009 SERI. E PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR : 6 TAHUN 2009 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang LAMPIRAN : PERATURAN DAERAH NOMOR : 5 TAHUN 2016 TENTANG : PERATURAN DAERAH TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN TASIKMALAYA TAHUN 2016-2021. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah yang disingkat RPJMD sebagaimana amanat Pasal 264 ayat (1) Undang-Undang 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah ditetapkan

Lebih terperinci

WALIKOTA PROBOLINGGO PROVINSI JAWA TIMUR

WALIKOTA PROBOLINGGO PROVINSI JAWA TIMUR WALIKOTA PROBOLINGGO PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA PROBOLINGGO NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KOTA PROBOLINGGO TAHUN 2014-2019 DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 8 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 8 TAHUN 2016 TENTANG SALINAN BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 8 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA TAHUN 2016 2021 DENGAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Perencanaan pembangunan merupakan tahapan awal dalam proses pembangunan sebelum diimplementasikan. Pentingnya perencanaan karena untuk menyesuaikan tujuan yang ingin

Lebih terperinci

Rencana Kerja Pemerintah Daerah Kabupaten Kuningan TAHUN 2014 BAB I PENDAHULUAN. tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional dan Undang-Undang

Rencana Kerja Pemerintah Daerah Kabupaten Kuningan TAHUN 2014 BAB I PENDAHULUAN. tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional dan Undang-Undang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sesuai dengan amanat Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional dan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah,

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, BUPATI BANDUNG, Menimbang : a. bahwa berdasarkan

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2008 TENTANG TAHAPAN, TATA CARA PENYUSUNAN, PENGENDALIAN DAN EVALUASI PELAKSANAAN RENCANA PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN

Lebih terperinci

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KOTA MATARAM TAHUN 2016

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KOTA MATARAM TAHUN 2016 PEMERINTAH KOTA MATARAM 2016 RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KOTA MATARAM TAHUN 2016 idoel Tim Penyusun Rencana Kerja Pemerintah Daerah private (RKPD) 1/1/2016 Kota Mataram WALIKOTA MATARAM PROVINSI

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KOTA SEMARANG TAHUN

PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KOTA SEMARANG TAHUN PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KOTA SEMARANG TAHUN 2010 2015 PEMERINTAH KOTA SEMARANG TAHUN 2011 PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG

Lebih terperinci

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1959 Nomor 72, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 1820); 3. Undang-Undang Nomor 17 Tahun

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1959 Nomor 72, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 1820); 3. Undang-Undang Nomor 17 Tahun BUPATI SANGGAU PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN SANGGAU NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAEAH KOTA BINJAI TAHUN LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAEAH KOTA BINJAI TAHUN LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pembangunan Daerah pada dasarnya harus selaras dengan tujuan pembangunan nasional. Tujuan pembangunan nasional secara exsplisit dinyatakan dalam pembukaan UUD 1945

Lebih terperinci

BUPATI SERDANG BEDAGAI PROVINSI SUMATERA UTARA

BUPATI SERDANG BEDAGAI PROVINSI SUMATERA UTARA BUPATI SERDANG BEDAGAI PROVINSI SUMATERA UTARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERDANG BEDAGAI NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA DAN PEDOMAN PENYUSUNAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada tahun 2015 insi Kepulauan Riau menyelenggarakan Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada). Berdasarkan hasil Pilkada tersebut ditetapkan Gubernur dan Wakil Gubernur terpilih

Lebih terperinci

Pemerintah Kota Bengkulu BAB 1 PENDAHULUAN

Pemerintah Kota Bengkulu BAB 1 PENDAHULUAN BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perencanaan pembangunan nasional adalah suatu proses untuk menentukan tindakan masa depan yang tepat, melalui urutan pilihan dengan memperhitungkan sumber daya yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan tahunan yang disusun untuk menjamin keterkaitan dan

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan tahunan yang disusun untuk menjamin keterkaitan dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rencana Kerja Pemerintah Daerah adalah dokumen perencanaan pembangunan tahunan yang disusun untuk menjamin keterkaitan dan konsistensi antara perencanaan, penganggaran,

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMANDAU NOMOR 01 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN LAMANDAU TAHUN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMANDAU NOMOR 01 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN LAMANDAU TAHUN PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMANDAU NOMOR 0 TAHUN 204 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN LAMANDAU TAHUN 203-208 PEMERINTAH KABUPATEN LAMANDAU PROVINSI KALIMANTAN TENGAH

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN PROBOLINGGO

PEMERINTAH KABUPATEN PROBOLINGGO PEMERINTAH KABUPATEN PROBOLINGGO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PROBOLINGGO NOMOR : 07 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJM DAERAH) KABUPATEN PROBOLINGGO TAHUN 2013-2018 DENGAN

Lebih terperinci

W A L I K O T A B A N J A R M A S I N

W A L I K O T A B A N J A R M A S I N W A L I K O T A B A N J A R M A S I N PERATURAN DAERAH KOTA BANJARMASIN NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KOTA BANJARMASIN TAHUN 2011 2015 DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

WALIKOTA TARAKAN PROVINSI KALIMANTAN UTARA PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 6 TAHUN 2014

WALIKOTA TARAKAN PROVINSI KALIMANTAN UTARA PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 6 TAHUN 2014 SALINAN WALIKOTA TARAKAN PROVINSI KALIMANTAN UTARA PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KOTA TARAKAN TAHUN 2014-2019 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Tahun 2015

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Tahun 2015 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Tahun 2015 merupakan dokumen perencanaan daerah tahun keempat RPJMD Kabupaten Tebo tahun 2011 2016, dalam rangka mendukung Menuju

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2010 NOMOR 3 SERI E PERATURAN DAERAH KOTA BOGOR NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2010 NOMOR 3 SERI E PERATURAN DAERAH KOTA BOGOR NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG LEMBARAN DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2010 NOMOR 3 SERI E PERATURAN DAERAH KOTA BOGOR NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KOTA BOGOR TAHUN 2010-2014 DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEKALONGAN NOMOR 8 TAHUN 2011

SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEKALONGAN NOMOR 8 TAHUN 2011 SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEKALONGAN NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2011 2016 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PEKALONGAN,

Lebih terperinci

LAMPIRAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PROBOLINGGO NOMOR : 07 TAHUN 2013 BAB I PENDAHULUAN

LAMPIRAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PROBOLINGGO NOMOR : 07 TAHUN 2013 BAB I PENDAHULUAN LAMPIRAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PROBOLINGGO NOMOR : 07 TAHUN 2013 Rencana Pembangunan TANGGAL Jangka : 11 Menengah JUNI 2013 Daerah BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Perencanaan pembangunan memainkan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN PURWOREJO TAHUN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN PURWOREJO TAHUN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN PURWOREJO TAHUN 2011-2015 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURWOREJO, Menimbang

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BELITUNG TIMUR,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BELITUNG TIMUR, SALINAN PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG TIMUR NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN BELITUNG TIMUR TAHUN 2016-2021 DENGAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. daerah sesuai dengan yang diamanatkan oleh Undang-Undang Dasar Negara

BAB I PENDAHULUAN. daerah sesuai dengan yang diamanatkan oleh Undang-Undang Dasar Negara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan daerah merupakan kewenangan masing-masing pemerintah daerah sesuai dengan yang diamanatkan oleh Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945,

Lebih terperinci

BAB 1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang LAMPIRAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG

BAB 1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang LAMPIRAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG LAMPIRAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH TAHUN 2016-2021 RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH TAHUN 2016-2021 BAB 1. PENDAHULUAN

Lebih terperinci

BAPPEDA KAB. LAMONGAN

BAPPEDA KAB. LAMONGAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kabupaten Lamongan tahun 2005-2025 adalah dokumen perencanaan yang substansinya memuat visi, misi, dan arah pembangunan

Lebih terperinci

WALIKOTA BEKASI PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR 26 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH KOTA BEKASI TAHUN 2017

WALIKOTA BEKASI PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR 26 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH KOTA BEKASI TAHUN 2017 WALIKOTA BEKASI PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR 26 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH KOTA BEKASI TAHUN 2017 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BEKASI, Menimbang

Lebih terperinci

1.1. Latar Belakang. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Mandailing Natal Tahun I - 1

1.1. Latar Belakang. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Mandailing Natal Tahun I - 1 1.1. Latar Belakang RPJMD merupakan penjabaran dari visi, misi dan program Bupati Mandailing Natal yang akan dilaksanakan dan diwujudkan dalam suatu periode masa jabatan. RPJMD Kabupaten Mandailing Natal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kawasan perdesaan sebagai basis utama dan bagian terbesar dalam wilayah Kabupaten Lebak, sangat membutuhkan percepatan pembangunan secara bertahap, proporsional dan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN KOTABARU

PEMERINTAH KABUPATEN KOTABARU PEMERINTAH KABUPATEN KOTABARU PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 02 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN KOTABARU TAHUN 2011-2015 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG

PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG GUBERNUR NUSA TENGGARA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR TAHUN 2013-2018 DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci