4. GAMBARAN UMUM Potensi Daerah Kota Salatiga

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "4. GAMBARAN UMUM Potensi Daerah Kota Salatiga"

Transkripsi

1 4. GAMBARAN UMUM Potensi Daerah Kota Salatiga Kota Salatiga terletak di tengah-tengah wilayah Kabupaten Semarang, berjarak ± 47 Km dari Ibukota Provinsi Jawa Tengah yakni Kota Semarang kearah selatan. Secara geografis Kota Salatiga terletak antara 110º.27.56,81-110º.32.4,64 Bujur Timur dan 007º º Lintang Selatan (Bappeda, 2012). Luas wilayah Kota Salatiga sebesar 5.678,110 hektar atau km². Terbagi dalam 3 (tiga) wilayah yaitu: daerah bergelombang 65 %, daerah miring 25 %, dan daerah datar 10 %, yang mempunyai ketinggian tempat antara meter di atas permukaan laut (Dinas Pertanian Kota Salatiga, 2007). Secara administratif Kota Salatiga terbagi dalam 4 (empat) Kecamatan dan 22 (dua puluh dua) Kelurahan. Wilayah administrasi Kota Salatiga berbatasan dengan beberapa Kecamatan di wilayah Kabupaten Semarang, dengan batas-batas sebagai berikut: - Sebelah Utara : Kecamatan Pabelan dan Tuntang. - Sebelah Timur : Kecamatan Pabelan dan Tengaran. - Sebelah Selatan : Kecamatan Getasan dan Tengaran. - Sebelah Barat : Kecamatan Tuntang dan Getasan. Luas wilayah Kota Salatiga tercatat sebesar 5.678,110 hektar atau km². Luas yang ada, terdiri dari 798,932 hektar (14,07 persen) lahan sawah; 4.680,195 hektar atau (82,43 persen) merupakan lahan kering dan 198,983 hektar (3,50 persen) adalah lahan lainnya. 25

2 Kelembagaan Kelompok Wanita Tani (KWT) Pengolah Hasil Pertanian (Studi pada KWT di Kota Salatiga) Menurut pemanfaatannya, sebagian besar lahan sawah digunakan sebagai lahan sawah berpengairan teknis (44,26 persen), lainnya berpengairan setengah teknis, sederhana, tadah hujan dan lain-lain. Lahan kering yang dipakai untuk tegal/kebun sebesar 95,92 persen dari total bukan lahan sawah (Bappeda, 2012). Gambar 2. Gambar Prosentase Penggunaan Lahan Tahun 2011 (Sumber: Salatiga dalam Angka 2011) Berdasarkan tabel 4.1 di bawah ini dapat dilihat bahwa potensi wilayah Kota Salatiga berpotensi sebagai wilayah pertanian dan non pertanian. Sekitar lebih dari 50 % wilayah Kota Salatiga dapat dikategorikan sebagai wilayah pertanian berdasarkan dari luas lahan sawah dan lahan kering termasuk tegalan maupun pekarangan. 26

3 Gambaran Umum Tabel 4.1 Luas Wilayah Kecamatan dan Kelurahan di Kota Salatiga. No. Kecamatan/ Kelurahan Lahan sawah/ ha Lahan Kering/ha Lahan Lainnya/ha Luas Wilayah/ha 1. Kec. Sidorejo Blotongan Sidorejo lor Salatiga Bugel Kauman Kidul Pulutan 388,750 77,693 33,270 19,476 49,204 76, , , , , , ,472 1,723 98,5 56,611 21,000 18,030 7,282 3,694 4,100 5, , , , , , , , Kec. Tingkir Kutowinangun Gendongan Sidorejo Kidul Kalibening Tingkir lor Tingkir 3,771 45, ,4 57,038 75,992 53,3 703, ,895 66, ,285 39,286 96,685 79,810 35,535 7,583 2,316 13,061 3,2765 4,623 4,676 1,054, ,750 68, ,500 99, , ,801 Tengah 3. Kec. Argomulyo Noborejo Ledok Tegalrejo Kumpulrejo Randuacir 29,911 2,635 12, , , , , , , , ,102 73,644 5,073 10,297 10,006 7,000 29,050 12, , , , , , , ,100 Cebongan 4. Kec. Sidomukti Kecandran Dukuh Mangunsari Kalicacing 64,500 31,425 3,383 29, ,7 359, , ,096 76,134 30,193 8,027 9,588 9,982 2, , , ,0 290,770 78,730 Total 798, , , ,110 Sumber: Salatiga dalam Angka

4 No Kelembagaan Kelompok Wanita Tani (KWT) Pengolah Hasil Pertanian (Studi pada KWT di Kota Salatiga) Kelompok Industri Tabel 4.2. Jenis Industri, Jumlah Tenaga Kerja, Nilai Investasi dan Nilai Produksi Menurut Kelompok Industri Kota Salatiga Tahun Unit Usaha Tenaga Kerja Investasi (Juta Rupiah) Industri Hasil Pertanian & Kehutanan , , ,00 2 Industri Logam dan Mesin , , ,40 3 Industri Aneka , , ,10 4 Industri Kimia , , ,50 Jumlah Sumber Data: Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi dan UKM Kota Salatiga dalam Profil Daerah Kota Salatiga 2012 Proporsi sumbangan industri hasil pertanian dan kehutanan dari tahun ke tahun menunjukkan peningkatan baik dari unit usaha dan penyerapan tenaga kerja meningkat serta memiliki nilai investasi yang cukup tinggi. Industri hasil pertanian dan kehutanan yang didalamnya terdiri dari jenis industri pengolahan hasil pertanian, maka sebenarnya terdapat potensi dan peluang untuk mengembangkan sektor pertanian bersinergi dengan sektor industri makanan. Profil KWT Kota Salatiga Kelompok Wanita Tani (KWT) pada dasarnya dibentuk oleh kaum ibu/wanita tani atas dasar kesamaan kepentingan untuk maju, berusaha dan berkembang guna mewujudkan tujuan bersama untuk meningkatkan dan mengembangkan usaha anggota. Anggota KWT antara 10 s.d. 30 orang dalam satu hamparan wilayah yang mempunyai kesamaan lingkungan, sosial, ekonomi dan sumber daya. KWT dalam perkembangannya dibawah naungan Dinas Pertanian dan Perikanan Kota Salatiga dan didampingi oleh penyuluh 28

5 Gambaran Umum pertanian sesuai dengan wilayah tugasnya. Pembinaan KWT dapat dilakukan oleh seluruh stakeholders yang terkait dalam pemberdayaan masyarakat dan perempuan. Adapun data kelompok wanita tani Kota Salatiga sebagai berikut: Tabel 4.3 Data Kelompok Wanita Tani yang tergabung dalam Kota Salatiga Tahun No 1. Kelompok Wanita Tani Sri Rejeki* Tingkat kemampuan Jumlah Anggota 30 Tahun Berdiri 2003 Kelurahan Makaryo Tani, Bugel Kecamatan Lestari, Sidorejo Sumber Rejeki* Arto Dadi * Ngudi Raharjo, Tingkir Lor Margorejo, Tingkir Persada Mandiri* Bhakti Pertiwi* Margo Rukun, Tingkir Tengah 6. Lestari Berkah Hasil, Kalibening Barokah* Sri Rejeki* Mulia* Lancar* Sari Mulyo, Sidorejo Kidul Nenggolo Putri* Candi Ras II* Amanah* Ngudi Makmur, Kutowinangun 14. Sari Rasa* 13 Sidodadi, Gendongan Mekar Lestari* Sumber Rejeki* Mugi Lestari* Ngudi Mulyo, Randuacir Argo Makmur, Argomulyo 18. Lancar Sejahtera 14 Jogo Tani, Ledok 19. Kuncup Mekar* 16 Bina Bumi 29

6 Kelembagaan Kelompok Wanita Tani (KWT) Pengolah Hasil Pertanian (Studi pada KWT di Kota Salatiga) No Kelompok Wanita Tani Sumber Makmur* Ngudi Lestari* Maju Lestari* Tingkat kemampuan Jumlah Anggota Tahun Berdiri Kelurahan Pertiwi, Cebongan Kecamatan 23. Melati* Sedyo Makmur, Kumpulrejo Margi Makmur * Ngudi Rahayu* Kartini* Dahlia* Mekar Sari* Srikandi* Cempaka* Jatayu, Noborejo Tasaloka* Sidodadi Dewi Fortuna* Tani Mukti, Kecandran Sembodro Sumber Makmur* Sumber: Dinas Pertanian dan Perikanan Tahun 2011 Ket *) : Pengolah pangan lokal 1990 Dadi Makmur, Mangunsari Dari 35 KWT yang terdaftar pada Dinas Pertanian dan Perikanan Kota Salatiga pada Tahun 2011, 31 kelompok diantaranya berusaha di bidang pengolahan pangan lokal, sedangkan yang lainnya melakukan usaha budidaya pertanian (on farm). Jumlah KWT pengolah hasil pertanian terbanyak di Kecamatan Argomulyo sejumlah KWT. Jumlah KWT pengolah hasil pertanian Kecamatan Tingkir sejumlah 12 KWT. Jumlah KWT pengolah hasil pertanian Kecamatan Sidorejo 1 KWT dan Kecamatan Sidomukti sejumlah 3 KWT. KWT tersebut tergabung dalam tingkat kelurahan dan tingkat Kecamatan. Fungsi KWT tergabung dalam agar dalam pembinaan dalam satu wilayah dapat terkoordinir dengan baik dan dapat melakukan kerjasama baik dilingkup maupun antar. 30

7 Gambaran Umum Kelompok usaha wanita yang merupakan kelompok industri rumah tangga pengolahan hasil pertanian di Kota Salatiga sebagian mendapatkan bantuan modal melalui BLM (Bantuan Langsung Masyarakat) sebagai pengelolanya Dinas Pertanian Kota Salatiga, yang telah berlangsung sejak tahun dan berlanjut hingga kini (2011). Tujuan diberikannya bantuan stimulan dana bergulir ini untuk mengolah makanan khas dengan memanfaatkan pangan lokal/sumber pangan alternatif untuk meningkatkan produktivitas kelompok sekaligus turut serta mensukseskan program pemerintah dalam pengolahan sumberdaya pangan alternatif. Sehingga melalui proses pemberdayaan ini maka diharapkan akan meningkatkan ketersediaan pangan olahan berbahan baku lokal, meningkatkan penghasilan masyarakat sekaligus turut serta dalam mempertahankan tradisi makanan khas/lokal (Bapermasper KB dan KP, 2011). Kelompok yang menerima bantuan ini antara lain pengolah berbahan baku lokal berupa pembuatan aneka makanan dari singkong, pisang, tales, gadung, ubi jalar, kripik tempe, gula kacang, dan berbagai usaha olahan lain yang ada di Salatiga. Kelompok yang mendapat bantuan modal BLM ada 17 kelompok, dimana 13 kelompok merupakan KWT pengolah hasil pertanian (Bapermasper KB dan KP, 2011). Adapun data kelompok penerima BLM menurut laporan hasil monitoring kelompok BLM, sebagai berikut: No 1. Tabel 4.4 Daftar kelompok penerima BLM di Kota Salatiga Tahun Kelompok Wanita Tani Sri Rejeki* Tingkat kemampuan Jumlah Anggota 30 Tahun Berdiri 2003 Kelurahan Makaryo Tani, Bugel Kecamatan Lestari, Sidorejo Sumber Rejeki* Arto Dadi * Ngudi Raharjo, Tingkir Lor Margorejo, Tingkir Persada Mandiri* Bhakti Pertiwi* Margo Rukun, Tingkir Tengah 6. Lestari Berkah Hasil, Kalibening Sda 31

8 Kelembagaan Kelompok Wanita Tani (KWT) Pengolah Hasil Pertanian (Studi pada KWT di Kota Salatiga) No Kelompok Wanita Tani Barokah* Sri Rejeki* Mulia* Lancar* Tingkat kemampuan Jumlah Anggota Tahun Berdiri Kelurahan Sari Mulyo, Sidorejo Kidul Kecamatan Nenggolo Putri* Candi Ras II* Amanah* Ngudi Makmur, Kutowinangun 14. Sari Rasa* 13 Sidodadi, Gendongan Mekar Lestari* Sumber Rejeki* Mugi Lestari* Ngudi Mulyo, Randuacir Argo Makmur, Argomulyo 18. Lancar Sejahtera 14 Jogo Tani, Ledok Kuncup Mekar* Sumber Makmur* Ngudi Lestari* Maju Lestari* Bina Bumi Pertiwi, Cebongan 23. Melati* Sedyo Makmur, Kumpulrejo Margi Makmur * Ngudi Rahayu* Kartini* Dahlia* Mekar Sari* Srikandi* Cempaka* Jatayu, Noborejo Tasaloka* Sidodadi Dewi Fortuna* Tani Mukti, Kecandran Sembodro Sumber Makmur* 1990 Sumber: Dinas Pertanian dan Perikanan Kota Salatiga, 2011 Ket *) : Pengolah pangan lokal 32 Dadi Makmur, Mangunsari

9 Gambaran Umum Penelitian Eksi (2010) menerangkan bahwa sumber dana pinjaman modal bergulir BLM (Bantuan Langsung Masyarakat) tersebut berasal dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) dimulai dari Tahun Anggaran dan lewat BBMKP (Badan Bimbingan Massal Ketahanan Pangan) Provinsi Jawa Tengah yang selanjutnya dikelola Dinas Pertanian Kota Salatiga. Besarnya dana untuk pinjaman modal bergulir diberikan sesuai kebutuhan kelompok usaha dan paling banyak Rp ,- (Dua puluh lima juta rupiah). Syarat penerima dan prosedur penyaluran pinjaman modal bergulir BLM sebagai berikut: Kelompok tani/masyarakat yang berusaha dibidang pengolahan pangan lokal/makanan khas daerah dengan bahan baku berasal dari bahan/sumberdaya lokal. Kelembagaan kelompok harus sebagai Kelompok Usaha yang sehat organisasi dengan kepengurusan aktif. Bersedia menyusun Rencana Usaha Kelompok (RUK). Tiap kelompok usaha paling sedikit beranggotakan 10 orang dan memiliki tempat usaha yang menetap. Hasil produksi memiliki peluang pasar dan berpotensi untuk dikembangkan, serta memiliki keterbatasan akses sumber permodalan. Masing-masing anggota sanggup mengembangkan usahanya dalam wadah manajemen kelompok. Bersedia mengangsur secara rutin sesuai jadwal yang telah ditetapkan. Proposal akan diseleksi dan diteliti kelayakan usahanya serta dilakukan peninjauan lapangan oleh tim Pembina Kelompok Usaha Penerima pinjaman Modal Bergulir BLM. Kelompok Usaha yang layak usahanya dan memenuhi syarat akan ditetapkan sebagai calon penerima pinjaman modal bergulir BLM dengan Keputusan Kepala Dinas Pertanian Kota Salatiga. Jasa bunga untuk pinjaman modal bergulir BLM adalah sebesar 3% (tiga persen) setiap tahun tetap. Jangka waktu dan cara pengembalian pinjaman modal bergulir BLM yang diberikan oleh Dinas Pertanian Kota Salatiga paling lama 3 (tiga) tahun. Cara pengembalian pinjaman adalah dengan diangsur setiap 3 (tiga) bulan 33

10 Kelembagaan Kelompok Wanita Tani (KWT) Pengolah Hasil Pertanian (Studi pada KWT di Kota Salatiga) atau 12 (dua belas) kali angsuran, dan paling lambat tanggal 10 setiap waktu jatuh temponya. Dari pihak pemerintah pengelola BLM dalam hal ini Dinas Pertanian dan Perikanan Kota Salatiga pada dasarnya tidak berkeberatan untuk KWT yang sudah mendapat akses pinjaman mengajukan kembali pinjamannya asalkan track record pengembalian angsuran sebelumnya berjalan dengan baik dan sesuai dengan peruntukkannya. Bagi KWT yang belum mendapatkan akses pinjaman BLM dan menginginkan untuk mendapat pinjaman maka dari pihak dinas akan mensurvey KWT tersebut apakah benar-benar melakukan kegiatan pengolahan hasil pertanian atau tidak. Bersama tim dan PPL (Penyuluh Pertanian Lapang) melakukan survey berdasar proposal yang masuk dan memutuskan apakah KWT tersebut layak mendapat pinjaman. Selain BLM yang pinjaman bergulirnya dikelola Dinas Pertanian dan Perikanan Kota Salatiga, sebagian KWT tersebut juga mendapat pinjaman dari Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP). Dana PUAP dikelola oleh masing-masing wilayah, karena merupakan kelembagaan PUAP untuk penyaluran bantuan modal usaha bagi anggota. Adapun besaran total masingmasing PUAP sebesar Rp ,00/gapoktan/desa dan diberikan ke kelompok anggota gapoktan yang besarannya menyesuaikan kebutuhan masing-masing kelompok, seperti tabel di bawah ini Tabel 4.5 Daftar KWT Penerima bantuan permodalan melalui PUAP No Kelompok Alamat KWT Sri Rejeki KWT Lancar KWT Barokah KWT Mulia KWT Candi Ras II KWT Nenggolo Putri Sumber: Dinas Pertanian Kota Salatiga, 2011 Sidorejo Kidul, Tingkir Sidorejo Kidul, Tingkir Sidorejo Kidul, Tingkir Sidorejo Kidul, Tingkir Kutowinangun, Tingkir Kutowinangun, Tingkir Besarnya pinjaman (Rp)

11 Gambaran Umum Kelurahan penerima dana PUAP sebanyak 22 Kelurahan. Masing-masing gapoktan mengucurkan dananya ke anggota gapoktan sesuai dengan kebutuhan masing-masing anggota. Dana PUAP tersebut digulirkan dan dikelola kembali oleh gapoktan sehingga keberlanjutan program PUAP dapat terjaga untuk memenuhi kebutuhan modal bagi kelompok tani yang tergabung dalam. Pembinaan yang dilakukan pemerintah daerah Kota Salatiga yaitu dengan mengalokasikan dana anggarannya untuk kegiatankegiatan yang mendukung usaha pengolahan hasil pertanian. Prioritas pembangunan daerah yang tertuang dalam Laporan Keterangan Pertanggungjawaban (LKPj) Walikota Salatiga Tahun 2011 antara lain yaitu peningkatan pertumbuhan ekonomi dan pemerataan kesejahteraan serta perluasan kesempatan kerja dan optimalisasi dukungan terhadap pemberdayaan ekonomi kerakyatan dan potensi unggulan daerah. Sehingga sasaran pembangunan Pemerintah Kota Salatiga yang ditetapkan dalam Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) antara lain meningkatnya pertumbuhan ekonomi melalui program-program yang mendukung terhadap pemberdayaan ekonomi kerakyatan dan potensi daerah serta meningkatnya kesempatan kerja, menurunnya tingkat pengangguran terbuka, meningkatnya kompetensi ketrampilan dan kewirausahaan tenaga kerja, sebagaimana berikut: Tabel 4.6 Alokasi Anggaran SKPD Tahun 2011 Pengolah Hasil Pertanian. No SKPD Anggaran Realisasi (Rp) Anggaran (Rp) Kegiatan 1 Bappeda Penyusunan Perencanaan Pengembangan Ekonomi Masyarakat 2 Bapermasper, Peningkatan Mutu KB dan KP dan Keamanan Pangan 3 Bapermasper KB dan KP Pemanfaatan Pekarangan untuk Pengembangan Pangan Sasaran Penguatan klaster makanan olahan binaan FEDEP PKK, KWT pengolah hasil pertanian PKK, KWT pengolah hasil pertanian 35

12 Kelembagaan Kelompok Wanita Tani (KWT) Pengolah Hasil Pertanian (Studi pada KWT di Kota Salatiga) 4 Disperindag, Koperasi dan UMKM 5 Disperindag, Koperasi dan UMKM 6 Dinas Pertanian Fasilitasi pengembangan inkubator teknologi dan bisnis Fasilitasi peningkatan kemitraan usaha bagi UMKM Penelitian dan pengembangan teknologi pasca panen Sumber: LKPj Walikota Salatiga Tahun Pembinaan/ bimtek UMKM termasuk KWT sentra jahe, ubi/kacang dan tahu/tempe Gelar promosi produk UMKM Pelatihan pengolahan pangan lokal, penyediaan alat-alat pengolahan dan pengepakan bagi KWT/UMKM pengolah produk pangan Dari tabel di atas, berdasarkan hasil LKPJ Walikota Tahun 2011 yang disusun oleh Bagian Tata Pemerintahan Setda Kota Salatiga, beberapa Satuan Kerja Pemerintah Saerah (SKPD) yang turut mengalokasikan anggarannya untuk mendukung KWT dalam usaha pengolahan hasil pertanian. Kegiatan Penyusunan Perencanaan Pengembangan Ekonomi Masyarakat yang dilakukan oleh Bappeda Kota Salatiga merupakan kegiatan yang berupa pelatihan, sosialisasi program kerja klaster, pameran lokal dan regional, rakor FEDEP (Forum of Economic Development and Employment Promotion). FEDEP merupakan wadah representasi stakeholder tersebut untuk memperkuat kemandirian organisasi dalam usaha-usaha ekonomi dan pengembangan SDM yang dikelola secara profesional dan produktif. Pendekatan FEDEP ini pengembangan UMKM melalui pendekatan klaster (berbasis kewilayahan). FEDEP juga diharapkan menjadi sarana informasi dan promosi produk-produk unggulan melalui Kelompok Pemasaran Bersama Klaster Makanan Olahan SAGA. Lokasi pemasaran/outlet/sekretariat FEDEP Kota Salatiga di Jalan Yos Sudarso. 36

13 Gambaran Umum Lokasi yang strategis bertujuan agar memudahkan dalam promosi dan pemasaran produk unggulan Salatiga. Anggota FEDEP sendiri adalah UMKM baik perorangan maupun kelompok seperti KWT Pengolah hasil pertanian. Salah satu dari KWT yang aktif menitipkan produk olahan hasil pertanian yaitu KWT Lancar, KWT Mulia, KWT Sri Rejeki dari Sidorejo Kidul. Aneka olahan seperti abon ikan, pencok ketela, satru, kripik jamur, kripik tempe, dsb dikemas ulang dengan label SAGA Snack Salatiga. Snack SAGA ini selain dipromosikan melalui FEDEP, masuk ke supermarket besar di Semarang seperti ADA Swalayan, Carefour. Sedangkan pembinaan terhadap ibu-ibu PKK dan KWT pengolah hasil pertanian yang dilakukan oleh Badan Pemberdayaan Masyarakat Perempuan, KB dan Ketahanan Pangan melalui bidang Ketahanan Pangan berupa penyuluhan mengenai peningkatan mutu dan keamanan pangan serta pelatihan-pelatihan yang diberikan mengenai pengolah pangan berbahan baku non beras dan non terigu. Selain hal tersebut, melalui kegiatan pemanfaatan pekarangan untuk pengembangan pangan pemberian alat pengolahan berupa alat perajang singkong manual diberikan kepada KWT yang mengolah bahan pangan dari singkong atapun pisang. Tabel 4.7 KWT Penerima bantuan alat perajang singkong manual oleh Bapermasper, KB dan KP Kota Salatiga Tahun No KWT Penerima Jumlah Alat Perajang Candi Ras I 1-2. Amanah Sri Rejeki 1-4. Mulia 3-5. Barokah 1-6. Sumber Makmur Guyup Asih 2-8 Asri 3-9 Sembodro Lancar 1-11 Dahlia Ngudi Rahayu Cempaka Bina Karya Tani - 2 JUMLAH Sumber: Bidang Ketahanan Pangan, Bapermasper KB dan KP Tahun 2011,

14 Kelembagaan Kelompok Wanita Tani (KWT) Pengolah Hasil Pertanian (Studi pada KWT di Kota Salatiga) Kelompok penerima alat perajang singkong manual tersebut atas dasar rekomendasi dari penyuluh pertanian. Penyuluh pertanian merupakan pembina kelompok tani termasuk kelompok wanita tani di wilayah kerjanya. Berdasarkan data yang ada selain alat pengolahan yang diberikan, Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Tengah melalui kegiatan pemasaran dan distribusi pangan memberikan bantuan berupa peralatan pemasaran berupa etalase, kontainer produk, rak display produk, sealer, serta papan nama. Bantuan sebanyak 3 paket ini diberikan kepada KWT Barokah, KWT Kuncup Mekar dan KTNA Kota Salatiga. Menurut Naskah Perjanjian Hibah Dinas yang dilakukan BKP Provinsi Jateng dengan Kelompok penerima ini dimaksudkan agar permasalahan pemasaran dapat teratasi dengan menjual produk dengan display yang bagus ditempat yang strategis diharapkan KWT dapat produktif dan dapat memasarkan produknya dengan baik. Sedangkan pembinaan yang diberikan oleh Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi dan UMKM Kota Salatiga melalui kegiatan pembinaan/bimbingan teknis kepada pelaku UMKM sentra jahe, ubi/kacang dan tahu/tempe termasuk di dalamnya KWT pengolah ubi/kacang, tempe. Outcome dari kegiatan ini terwujudnya peningkatan kualitas hasil peroduksi dari pelaku UMKM. Selain itu kegiatan fasilitasi peningkatan kemitraan usaha bagi UMKM melalui terlaksananya promosi 10 produk unggulan dan gelar produk UMKM sehingga omzet produk UMKM meningkat. Disperidagkop dan UMKM turut menggandeng KWT untuk mengikuti gelar promosi produk unggulan salah satunya KWT Sri Rejeki, Sidorejo Kidul dengan produk aneka olahan dari ikan. Dinas Pertanian melalui kegiatan penelitian dan pengembangan teknologi pasca panen memberikan pelatihan pengolahan pangan lokal serta menyediakan alat-alat pengolahan dan pengepakan. Outcome kegiatan ini terwujudnya pengembangan pengelolaan pangan lokal dengan sasaran kegiatan KWT dan pelaku UMKM. 38

15 Gambaran Umum Selain dari pihak pemerintah, dari pihak lembaga pendidikan seperti unsur Perguruan Tinggi UKSW dan STIE AMA (Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi) Salatiga dan UKSW telah melakukan kerjasama dengan pelaku KWT melalui Program Sibermas (Sinergi Pemberdayaan Potensi Masyarakat) pada tahun Seperti yang telah diulas lebih dalam mengenai kewirausahaan oleh Eksi (2010) diterangkan bahwa lokasi pelaksanaan Program Sibermas meliputi dua wilayah yaitu Kelurahan Sidorejo Kidul dan Tingkir Tengah dengan fokus penelitian KWT Lancar, Barokah dan Sri Rejeki di Kelurahan Sidorejo Kidul. Kegiatan meliputi: pelatihan, pembinaan dan pendampingan, yang bertujuan untuk membantu meningkatkan kemampuan sumber daya manusia agar keluarga petani mampu menggali kemampuan diri sendiri dari potensi daerahnya. Sehingga dapat disimpulkan bahwa bentuk-bentuk dukungan untuk penguatan kelembagaan KWT telah banyak dilakukan baik itu dari pemerintah pusat, daerah maupun dari pihak perguruan tinggi sebagai lembaga pendidikan. Untuk menggali lebih dalam kondisi yang ada dalam KWT pengolah hasil pertanian di Kota Salatiga dan lingkungan kelembagaan KWT pengolah hasil pertanian di Kota Salatiga dapat kita lihat dari hasil observasi di lapangan yang diterangkan dalam Bab V Hasil Penelitian dan Pembahasan tentang kelembagaan KWT berikut. 39

KOMISI PEMILIHAN UMUM KOTA SALATIGA. KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KOTA SALATIGA NOMOR 96 /Kpts/KPU-Kota /2016

KOMISI PEMILIHAN UMUM KOTA SALATIGA. KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KOTA SALATIGA NOMOR 96 /Kpts/KPU-Kota /2016 SALINAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KOTA SALATIGA KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KOTA SALATIGA MOR 96 /Kpts/KPU-Kota-012-329537/2016 TENTANG DAFTAR PEMILIH TETAP PADA PEMILIHAN WALIKOTA DAN WAKIL WALIKOTA SALATIGA

Lebih terperinci

6. LINGKUNGAN KELEMBAGAAN PENGOLAHAN HASIL PERTANIAN

6. LINGKUNGAN KELEMBAGAAN PENGOLAHAN HASIL PERTANIAN 6. LINGKUNGAN KELEMBAGAAN PENGOLAHAN HASIL PERTANIAN Pengantar Faktor eksternal turut membentuk karakter organisasi KWT pengolah hasil pertanian. Menurut Hernanto (2007) kelembagaan sebagai pranata dapat

Lebih terperinci

KOMISI PEMILIHAN UMUM KOTA SALATIGA. KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KOTA SALATIGA NOMOR 71 /Kpts/KPU-Kota /2016

KOMISI PEMILIHAN UMUM KOTA SALATIGA. KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KOTA SALATIGA NOMOR 71 /Kpts/KPU-Kota /2016 SALINAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KOTA SALATIGA KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KOTA SALATIGA MOR 71 /Kpts/KPU-Kota-012-329537/2016 TENTANG DAFTAR PEMILIH SEMENTARA PADA PEMILIHAN WALIKOTA DAN WAKIL WALIKOTA

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 69 TAHUN 1992 TENTANG PERUBAHAN BATAS WILAYAH KOTAMADYA DAERAH TINGKAT II SALATIGA DAN KABUPATEN DAERAH TINGKAT II SEMARANG PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA SALATIGA NOMOR 29 TAHUN 2011 PERATURAN WALIKOTA SALATIGA NOMOR 29 TAHUN 2011 TENTANG PENOMORAN NASKAH DINAS

BERITA DAERAH KOTA SALATIGA NOMOR 29 TAHUN 2011 PERATURAN WALIKOTA SALATIGA NOMOR 29 TAHUN 2011 TENTANG PENOMORAN NASKAH DINAS BERITA DAERAH KOTA SALATIGA NOMOR 29 TAHUN 2011 PERATURAN WALIKOTA SALATIGA NOMOR 29 TAHUN 2011 TENTANG PENOMORAN NASKAH DINAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SALATIGA, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1 PERSEPSI MASYARAKAT TENTANG (APBD) KOTA SALATIGA

LAMPIRAN 1 PERSEPSI MASYARAKAT TENTANG (APBD) KOTA SALATIGA LAMPIRAN 1 PERSEPSI MASYARAKAT TENTANG (APBD) KOTA SALATIGA PETUNJUK PENGISIAN Untuk menjawab berilah tanda silang (x) pada pilihan yang tersedia dan mohon untuk diberi alasan secara tertulis. Data Informan

Lebih terperinci

BAB II KONDISI UMUM KEMISKINAN KOTA SALATIGA

BAB II KONDISI UMUM KEMISKINAN KOTA SALATIGA 5.68 7.80 11.06 10.04 10.81 12.90 BAB II KONDISI UMUM KEMISKINAN KOTA SALATIGA 2.1. Tingkat Kemiskinan Persentase penduduk miskin Salatiga pada tahun 2011 sebesar 7,80% berada di bawah rata-rata capaian

Lebih terperinci

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2012 TENTANG

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2012 TENTANG SALINAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2012 TENTANG BATAS DAERAH KOTA SALATIGA DENGAN KABUPATEN SEMARANG PROVINSI JAWA TENGAH DENGAN

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Penelitian Hasil dan pembahasan penelitian akan diawali dengan gambaran umum tentang wilayah administratif Kota Salatiga, Dinas Petanian dan Perikanan Kota

Lebih terperinci

Kota Salatiga terletak antara Lintang Selatan dan antara , ,64 Bujur Timur.

Kota Salatiga terletak antara Lintang Selatan dan antara , ,64 Bujur Timur. BAB 2 GAMBARAN UMUM WILAYAH BUKU PUTIH SANITASI Gambaran Umum Wilayah menjelaskan kondisi umum Kota Salatiga yang mencakup: kondisi fisik, kependudukan, administratif, keuangan dan perekonomian daerah,

Lebih terperinci

DATA PENCAIRAN DANA BANTUAN OPERASIONAL SEKOLAH (BOS) KOTA SALATIGA PENCAIRAN TRIWULAN 1 PERIODE JANUARI-MARET TAHUN 2017

DATA PENCAIRAN DANA BANTUAN OPERASIONAL SEKOLAH (BOS) KOTA SALATIGA PENCAIRAN TRIWULAN 1 PERIODE JANUARI-MARET TAHUN 2017 SD NO NAMA SEKOLAH KECAMATAN NAMA REKENING (BUKAN NAMA PRIBADI) NOMOR REKENING NAMA BANK 1 SD NEGERI TEGALREJO 04 Kec. Argomulyo SD NEGERI TEGALREJO 04 2033062195 Bank Jateng 185 29.600.000 2 SD NEGERI

Lebih terperinci

BUKU PUTIH SANITASI KOTA SALATIGA 2012

BUKU PUTIH SANITASI KOTA SALATIGA 2012 Daftar Isi Bab 1: Pendahuluan 1.1 Latar Belakang 1.2 Landasan Gerak 1.3 Maksud dan Tujuan 1.4 Metodologi 1.5 Dasar Hukum dan Kaitannya dengan Dokumen Perencanaan Lain Bab 2: Gambaran Umum Wilayah 2.1 Geografis,

Lebih terperinci

1.1 Latar Belakang. 1.2 Wilayah cakupan SSK

1.1 Latar Belakang. 1.2 Wilayah cakupan SSK Bab 1: Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Sektor sanitasi merupakan salah satu sektor pelayanan publik yang mempunyai kaitan erat dengan kesehatan masyarakat. Rendahnya kualitas sanitasi menjadi salah satu

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM 5.1. Wilayah dan Topografi 5.2. Jumlah Kepala Keluarga (KK) Tani dan Status Penguasaan Lahan di Kelurahan Situmekar

V. GAMBARAN UMUM 5.1. Wilayah dan Topografi 5.2. Jumlah Kepala Keluarga (KK) Tani dan Status Penguasaan Lahan di Kelurahan Situmekar V. GAMBARAN UMUM 5.1. Wilayah dan Topografi Kota Sukabumi terletak pada bagian selatan tengah Jawa Barat pada koordinat 106 0 45 50 Bujur Timur dan 106 0 45 10 Bujur Timur, 6 0 49 29 Lintang Selatan dan

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan sektor dengan penyerapan tenaga kerja paling banyak di Indonesia dibandingkan dengan sektor lainnya. Badan Pusat Statistik (2009) melaporkan

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kecamatan Bangun Rejo merupakan salah satu kecamatan yang terdapat di

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kecamatan Bangun Rejo merupakan salah satu kecamatan yang terdapat di IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Letak Geografis dan Luas Wilayah Kecamatan Bangun Rejo merupakan salah satu kecamatan yang terdapat di Kabupaten Lampung Tengah. Kecamatan Bangun Rejo merupakan pemekaran

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. peningkatan penduduk dari tahun 2007 sampai Adapun pada tahun 2009

I. PENDAHULUAN. peningkatan penduduk dari tahun 2007 sampai Adapun pada tahun 2009 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Berdasarkan Badan Pusat Statistik (2008), Provinsi Jawa Barat mengalami peningkatan penduduk dari tahun 2007 sampai 2009. Adapun pada tahun 2009 jumlah penduduk Jawa

Lebih terperinci

3. METODE PENELITIAN

3. METODE PENELITIAN 3. METODE PENELITIAN Pendekatan dan Jenis Penelitian Pendekatan yang dipakai untuk penelitian ini adalah dengan pendekatan kualitatif (qualitative approach) dengan menganalisis data, hasil observasi, dan

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemiskinan di Indonesia merupakan masalah pokok nasional yang penanggulangannya tidak dapat ditunda dan harus menjadi pioritas utama dalam pelaksanaan pembangunan masyarakat.

Lebih terperinci

BUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR 16 TAHUN 2010 TENTANG

BUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR 16 TAHUN 2010 TENTANG BUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR 16 TAHUN 2010 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PERCEPATAN PENGANEKARAGAMAN KONSUMSI PANGAN BERBASIS SUMBER DAYA LOKAL DI KABUPATEN PURWOREJO Menimbang a. bahwa

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA SALATIGA NOMOR 21 TAHUN 2016 PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN WALIKOTA SALATIGA NOMOR 21 TAHUN 2016

BERITA DAERAH KOTA SALATIGA NOMOR 21 TAHUN 2016 PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN WALIKOTA SALATIGA NOMOR 21 TAHUN 2016 SALINAN BERITA DAERAH KOTA SALATIGA NOMOR 21 TAHUN 2016 PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN WALIKOTA SALATIGA NOMOR 21 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN PENGGUNAAN BARANG MILIK DAERAH, PEMASANGAN ALAT PERAGA KAMPANYE,

Lebih terperinci

6. URUSAN PERINDUSTRIAN

6. URUSAN PERINDUSTRIAN 6. URUSAN PERINDUSTRIAN Pembangunan perindustrian mempunyai peran yang strategis dalam pembangunan dan merupakan salah satu pilar pertumbuhan ekonomi. Sektor industri memegang peranan penting dalam peningkatan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan sektor yang mempunyai peran penting dalam pembangunan nasional, karena sektor ini menyerap sumber daya manusia yang paling besar dan merupakan

Lebih terperinci

penyerapan tenaga kerja, dan peningkatan pendapatan bagi kelompok masyarakat berpendapatan rendah.

penyerapan tenaga kerja, dan peningkatan pendapatan bagi kelompok masyarakat berpendapatan rendah. 4.1.15 URUSAN WAJIB KOPERASI DAN USAHA MIKRO KECIL MENENGAH 4.1.15.1 KONDISI UMUM Koperasi dan Usaha Mikro Kecil Menengah atau yang sering disebut UMKM, merupakan salah satu bentuk organisasi ekonomi rakyat

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN Latar Belakang

1. PENDAHULUAN Latar Belakang 1. PENDAHULUAN Latar Belakang Usaha tani agribisnis terdapat tiga subsistem yaitu (1) subsistem agribisnis hilir yaitu kegiatan ekonomi yang mengubah hasil pertanian primer menjadi produk olahan baik siap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara berkembang di dunia yang masih banyak menghadapi permasalahan diberbagai bidang seperti ekonomi, sosial, hukum, politik dan bidang-bidang

Lebih terperinci

IV.B.10. Urusan Wajib Koperasi dan UKM

IV.B.10. Urusan Wajib Koperasi dan UKM 10. URUSAN KOPERASI DAN UKM Pemberdayaan Koperasi dan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah merupakan bagian integral dari Pembangunan Nasional dan menjadi langkah strategis dalam meningkatkan dan memperkuat

Lebih terperinci

TABEL T-VI.C.10 RUMUSAN RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN SKPD TAHUN 2016 DAN PRAKIRAAN MAJU TAHUN... PEMERINTAH KABUPATEN PRABUMULIH

TABEL T-VI.C.10 RUMUSAN RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN SKPD TAHUN 2016 DAN PRAKIRAAN MAJU TAHUN... PEMERINTAH KABUPATEN PRABUMULIH TABEL T-VI.C.10 RUMUSAN RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN SKPD TAHUN 2016 DAN PRAKIRAAN MAJU TAHUN... PEMERINTAH KABUPATEN PRABUMULIH NAMA SKPD : DINAS PERKEBUNAN, PERTANIAN, PETERNAKAN, PERIKANAN DAN KEHUTANAN

Lebih terperinci

1.1. Latar Belakang Indikator kemajuan sebuah Negara demokrasi diantaranya adalah tingginya tingkat partisipasi masyarakat dalam berbagai bidang

1.1. Latar Belakang Indikator kemajuan sebuah Negara demokrasi diantaranya adalah tingginya tingkat partisipasi masyarakat dalam berbagai bidang 1.1. Latar Belakang Indikator kemajuan sebuah Negara demokrasi diantaranya adalah tingginya tingkat partisipasi masyarakat dalam berbagai bidang kehidupan, terutama ekonomi dan politik (Nasution, 2008).

Lebih terperinci

PENGUKURAN KINERJA PRIORITAS KEEMPAT

PENGUKURAN KINERJA PRIORITAS KEEMPAT PENGUKURAN KINERJA PRIORITAS KEEMPAT PROGRAM KEGIATAN INDIKATOR KINERJA SATUAN TARGET REALISASI PRIORITAS IV : MENGEMBANGKAN DAN MEMPERKUAT EKONOMI DAERAH YANG DIKELOLA BERDASARKAN KOMODITAS UNGGULAN WILAYAH

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA SALATIGA DAFTAR INFORMASI PUBLIK RINGKASAN EVALUASI KINERJA BAPERMAS KOTA SALATIGA TAHUN 2017

PEMERINTAH KOTA SALATIGA DAFTAR INFORMASI PUBLIK RINGKASAN EVALUASI KINERJA BAPERMAS KOTA SALATIGA TAHUN 2017 PEMERINTAH KOTA SALATIGA DAFTAR INFORMASI PUBLIK RINGKASAN EVALUASI KINERJA BAPERMAS KOTA SALATIGA TAHUN 2017 1 AKUNTABILITAS KINERJA TAHUN 2016 A. Capaian Kinerja Organisasi Akuntabilitas Kinerja Badan

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH DAN PRODUKSI PADI SAWAH DI DAERAH PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH DAN PRODUKSI PADI SAWAH DI DAERAH PENELITIAN IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH DAN PRODUKSI PADI SAWAH DI DAERAH PENELITIAN 4.. Gambaran Umum Wilayah Kabupaten PPU secara geografis terletak pada posisi 6 o 9 3-6 o 56 35 Bujur Timur dan o 48 9 - o 36 37 Lintang

Lebih terperinci

IV.C.6. Urusan Pilihan Perindustrian

IV.C.6. Urusan Pilihan Perindustrian 6. URUSAN PERINDUSTRIAN Urusan perindustrian mempunyai peran yang strategis dalam pembangunan ekonomi yaitu sebagai pemicu kegiatan ekonomi lain yang berdampak ekspansif atau meluas ke berbagai sektor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. nasional berbasis pertanian dan pedesaan secara langsung maupun tidak langsung

BAB I PENDAHULUAN. nasional berbasis pertanian dan pedesaan secara langsung maupun tidak langsung BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan kemiskinan di pedesaan merupakan salah satu masalah pokok pedesaan yang harus segera diselesaikan dan menjadi prioritas utama dalam pelaksanaan pembangunan

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 47 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN UMUM FORUM FOR ECONOMIC DEVELOPMENT AND EMPLOYMENT PROMOTION

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 47 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN UMUM FORUM FOR ECONOMIC DEVELOPMENT AND EMPLOYMENT PROMOTION GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 47 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN UMUM FORUM FOR ECONOMIC DEVELOPMENT AND EMPLOYMENT PROMOTION DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TENGAH,

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM DESA PENDOWOHARJO. A. Keadaan Alam 1. Kondisi Geografis dan Batas-Batas Administrasi

KEADAAN UMUM DESA PENDOWOHARJO. A. Keadaan Alam 1. Kondisi Geografis dan Batas-Batas Administrasi IV. KEADAAN UMUM DESA PENDOWOHARJO A. Keadaan Alam 1. Kondisi Geografis dan Batas-Batas Administrasi Desa Pendowoharjo terletak di Kecamatan Sewon Kabupaten Bantul yang merupakan dataran rendah dengan

Lebih terperinci

Analisis dan Perancangan Tata Ruang Kota Bagian Fasilitas Kesehatan Kota Salatiga dengan Memanfaatkan Sistem Informasi Geografi Berbasis Web

Analisis dan Perancangan Tata Ruang Kota Bagian Fasilitas Kesehatan Kota Salatiga dengan Memanfaatkan Sistem Informasi Geografi Berbasis Web Analisis dan Perancangan Tata Ruang Kota Bagian Fasilitas Kesehatan Kota Salatiga dengan Memanfaatkan Sistem Informasi Geografi Berbasis Web Artikel Ilmiah Peneliti: Indra Septy (682009072) Charitas Fibriani,

Lebih terperinci

ANALISIS TINGKAT KETAHANAN PANGAN KOTA SALATIGA MENGGUNAKAN METODE WEIGHTED PRODUCT BERBASIS SISTEM INFORMASI GEOGRAFI

ANALISIS TINGKAT KETAHANAN PANGAN KOTA SALATIGA MENGGUNAKAN METODE WEIGHTED PRODUCT BERBASIS SISTEM INFORMASI GEOGRAFI ANALISIS TINGKAT KETAHANAN PANGAN KOTA SALATIGA MENGGUNAKAN METODE WEIGHTED PRODUCT BERBASIS SISTEM INFORMASI GEOGRAFI Charitas Fibriani 1 1 Program Studi Sistem Informasi, Fakultas Teknologi Informasi,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. usaha besar yang mengalami gulung tikar didera krisis. Pada saat yang bersamaan pula,

I. PENDAHULUAN. usaha besar yang mengalami gulung tikar didera krisis. Pada saat yang bersamaan pula, I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) merupakan basis usaha rakyat yang secara mengejutkan mampu bertahan ditengah krisis ekonomi tahun 1997. Pada saat itu banyak usaha besar

Lebih terperinci

RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN PRIORITAS DAERAH TAHUN 2017 KABUPATEN BLITAR. RKPD: DINAS PERTANIAN DAN PANGAN hal 1 dari 10

RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN PRIORITAS DAERAH TAHUN 2017 KABUPATEN BLITAR. RKPD: DINAS PERTANIAN DAN PANGAN hal 1 dari 10 RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN PRIORITAS DAERAH TAHUN 2017 KABUPATEN BLITAR 1.02.03.3.03.1 Urusan Pemerintahan Bidang Pangan 1.02.03.3.03.1.11 Program Peningkatan Ketahanan Pangan 1.02.03.3.03.1.11.24 Peningkatan

Lebih terperinci

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN 4.1 Visi dan Misi Dinas Pertanian Daerah Kabupaten Nganjuk Visi merupakan pandangan jauh ke depan, ke mana dan bagaimana Pembangunan Pertanian

Lebih terperinci

5. KARAKTERISTIK ORGANISASI KWT PENGOLAH HASIL PERTANIAN

5. KARAKTERISTIK ORGANISASI KWT PENGOLAH HASIL PERTANIAN 5. KARAKTERISTIK ORGANISASI KWT PENGOLAH HASIL PERTANIAN Pengantar Tak kenal maka tak sayang. Mungkin peribahasa yang pas untuk kita ketika akan memberdayakan suatu wilayah maka harus mengetahui bagaimana

Lebih terperinci

MONEV PENCAPAIAN KINERJA TAHUN 2016 ESELON II DINAS KOPERASI DAN UMKM PROVINSI JAWA TIMUR IKU 1 SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA TARGET (Per Triwulan) PENCAPAIAN I II III IV I II III IV Meningkatnya

Lebih terperinci

BUPATI PAKPAK BHARAT

BUPATI PAKPAK BHARAT BUPATI PAKPAK BHARAT PERATURAN BUPATI PAKPAK BHARAT NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN TEKNIS PERKUATAN PERMODALAN USAHA BAGI MASYARAKAT MELALUI KREDIT NDUMA PAKPAK BHARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

BUKU PUTIH SANITASI KOTA SALATIGA BUKU PUTIH SANITASI. Tahun 2012 POKJA PPSP KOTA SALATIGA. Program Percepatan Pembangunan Sanitasi (PPSP)

BUKU PUTIH SANITASI KOTA SALATIGA BUKU PUTIH SANITASI. Tahun 2012 POKJA PPSP KOTA SALATIGA. Program Percepatan Pembangunan Sanitasi (PPSP) Program Percepatan Pembangunan Sanitasi (PPSP) Tahun 2012 BUKU PUTIH SANITASI KOTA SALATIGA Provinsi Jawa Tengah Disiapkan oleh: POKJA PPSP KOTA SALATIGA 1 Kata Pengantar Puji dan syukur kita panjatkan

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Samigaluh Kabupaten Kulon Progo. Desa Pagerharjo terletak antara 07 O LS

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Samigaluh Kabupaten Kulon Progo. Desa Pagerharjo terletak antara 07 O LS IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Keadaan Umum Desa Pagerharjo a. Keadaan fisik wilayah Desa Pagerharjo merupakan salah satu desa yang berada di Kecamatan Samigaluh Kabupaten Kulon Progo. Desa Pagerharjo

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 46 TAHUN 2013 TENTANG

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 46 TAHUN 2013 TENTANG 1 GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 46 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PENGEMBANGAN DAN PEMBINAAN LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN PROVINSI JAWA TENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

10. URUSAN KOPERASI DAN UKM

10. URUSAN KOPERASI DAN UKM 10. URUSAN KOPERASI DAN UKM Perkembangan usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) dan koperasi memiliki potensi yang besar dalam meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Hal ini ditunjukkan oleh keberadaan

Lebih terperinci

BUPATI KUDUS. PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 20 Tahun 2010 TENTANG

BUPATI KUDUS. PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 20 Tahun 2010 TENTANG BUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 20 Tahun 2010 TENTANG KEBIJAKAN PERCEPATAN PENGANEKARAGAMAN KONSUMSI PANGAN BERBASIS SUMBERDAYA LOKAL DI KABUPATEN KUDUS BUPATI KUDUS, Menimbang : a. bahwa dalam

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Luas tanam, produksi, dan produktivitas tanaman padi dan jagung per Kecamatan di Kabupaten Lampung Selatan, Tahun 2008.

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Luas tanam, produksi, dan produktivitas tanaman padi dan jagung per Kecamatan di Kabupaten Lampung Selatan, Tahun 2008. A. Latar Belakang dan Masalah I. PENDAHULUAN Sektor pertanian di Indonesia memegang peranan strategis karena merupakan sebagai tumpuan hidup sebagian besar penduduk Indonesia, dimana hampir setengah dari

Lebih terperinci

RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN DANA BERGULIR BAGI USAHA MIKRO DAN KECIL

RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN DANA BERGULIR BAGI USAHA MIKRO DAN KECIL RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN DANA BERGULIR BAGI USAHA MIKRO DAN KECIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA BARAT, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

BAB III HASIL PENELITIAN DAN ANALISA. 110º.27'.56,81" sampai dengan 110º.32'.4,64" Bujur Timur dan 007º.17'

BAB III HASIL PENELITIAN DAN ANALISA. 110º.27'.56,81 sampai dengan 110º.32'.4,64 Bujur Timur dan 007º.17' BAB III HASIL PENELITIAN DAN ANALISA 3.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian 3.1.1 Letak Geografis Dilihat secara astronomi Kota Salatiga terletak di antara 110º.27'.56,81" sampai dengan 110º.32'.4,64" Bujur

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. sekitar 4 Km dari Kabupaten Gunungkidul dan berjarak 43 km, dari ibu kota

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. sekitar 4 Km dari Kabupaten Gunungkidul dan berjarak 43 km, dari ibu kota IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Letak Geografis Desa Piyaman merupakan salah satu Desa dari total 14 Desa yang berada di Kecamatan Wonosari, Kabupaten Gunungkidul. Desa Piyaman berjarak sekitar

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Berdasarkan Sekampung Udik dalam Angka (2012), Kecamatan

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Berdasarkan Sekampung Udik dalam Angka (2012), Kecamatan IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Fisik Wilayah 1. Kecamatan Sekampung Udik Berdasarkan Sekampung Udik dalam Angka (2012), Kecamatan Sekampung Udik merupakan bagian wilayah Kabupaten Lampung

Lebih terperinci

RUMUSAN RAPAT KOORDINASI PANGAN TERPADU SE KALTIM TAHUN 2015

RUMUSAN RAPAT KOORDINASI PANGAN TERPADU SE KALTIM TAHUN 2015 RUMUSAN RAPAT KOORDINASI PANGAN TERPADU SE KALTIM TAHUN 2015 Pada Kamis dan Jumat, Tanggal Lima dan Enam Bulan Maret Tahun Dua Ribu Lima Belas bertempat di Samarinda, telah diselenggarakan Rapat Koordinasi

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Gambaran Umum Kabupaten Kerinci 5.1.1 Kondisi Geografis Kabupaten Kerinci terletak di sepanjang Bukit Barisan, diantaranya terdapat gunung-gunung antara lain Gunung

Lebih terperinci

III. AKUNTABILITAS KEUANGAN

III. AKUNTABILITAS KEUANGAN 8 III. AKUNTABILITAS KEUANGAN Total alokasi dana Dinas Perkebunan, Pertanian, Peternakan, Perikanan dan Kehutanan yang tercantum dalam Perubahan Anggaran Tahun 205 adalah.44.987.2 dengan realisasi 4.33.59.7,00..

Lebih terperinci

II. PENGUKURAN KINERJA

II. PENGUKURAN KINERJA Kota Prabumulih 2 II. PENGUKURAN KINERJA Dinas Perkebunan, Pertanian, Peternakan, Perikanan dan Kehutanan merumuskan 3 misi utama dalam mencapai visi organisasi, setiap misi mempunyai 3 sasaran yang mengacu

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. setengah dari penduduk Indonesia bekerja di sektor ini. Sebagai salah satu

I. PENDAHULUAN. setengah dari penduduk Indonesia bekerja di sektor ini. Sebagai salah satu I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Sektor pertanian di Indonesia memegang peranan strategis karena merupakan sebagai tumpuan hidup sebagian besar penduduk Indonesia, dimana hampir setengah dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan zaman, Indonesia merupakan bagian dari negara

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan zaman, Indonesia merupakan bagian dari negara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan perkembangan zaman, Indonesia merupakan bagian dari negara berkembang yang memiliki kekayaan sumber daya alam yang melimpah dan terus mengupayakan pembangunan,

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan 1. Keadaan Geografi Wilayah Kabupaten Lampung Selatan terletak antara 105,14 sampai dengan 105,45 Bujur Timur dan 5,15 sampai

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Kabupaten Sleman, Yogyakarta. Kecamatan Godean merupakan salah satu dari

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Kabupaten Sleman, Yogyakarta. Kecamatan Godean merupakan salah satu dari IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Keadaan Umum Desa Sidomulyo 1. Topografi Desa Sidomulyo Desa Sidomulyo merupakan desa yang berada di Kecamatan Godean Kabupaten Sleman, Yogyakarta. Kecamatan Godean

Lebih terperinci

PROGRAM DAN KEGIATAN BIDANG KONSUMSI DAN PENGANEKARAGAMAN PANGAN TAHUN 2017

PROGRAM DAN KEGIATAN BIDANG KONSUMSI DAN PENGANEKARAGAMAN PANGAN TAHUN 2017 PROGRAM DAN KEGIATAN BIDANG KONSUMSI DAN PENGANEKARAGAMAN PANGAN TAHUN 2017 DINAS KETAHANAN PANGAN PROVINSI JAWA TENGAH Ungaran, Januari 2017 ASPEK KONSUMSI PANGAN DALAM UU NO 18/2012 Pasal 60 (1) Pemerintah

Lebih terperinci

BAB III METODELOGI PENELITIAN

BAB III METODELOGI PENELITIAN BAB III METODELOGI PENELITIAN Metode penelitian merupakan cara kerja memahami bagaimana suatu penelitian dilakukan, yaitu dengan alat apa dan prosedur bagaimana suatu penelitian dilakukan (Wasito, 1995

Lebih terperinci

Analisis keterkaitan sektor tanaman bahan makanan terhadap sektor perekonomian lain di kabupaten Sragen dengan pendekatan analisis input output Oleh :

Analisis keterkaitan sektor tanaman bahan makanan terhadap sektor perekonomian lain di kabupaten Sragen dengan pendekatan analisis input output Oleh : 1 Analisis keterkaitan sektor tanaman bahan makanan terhadap sektor perekonomian lain di kabupaten Sragen dengan pendekatan analisis input output Oleh : Sri Windarti H.0305039 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Lebih terperinci

Gerakan Rumah Pintar Petani Jawa Tengah

Gerakan Rumah Pintar Petani Jawa Tengah Gerakan Rumah Pintar Petani Jawa Tengah Nama Inovasi Gerakan Rumah Pintar Petani Jawa Tengah Produk Inovasi Rumah Pintar Petani Mendukung Kedaulatan Pangan Penggagas Ir. Suryo Banendro, MP Kelompok Inovator

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sektor pertanian dan agribisnis di pedesaan merupakan sumber pertumbuhan perekonomian nasional. Agribisnis pedesaan berkembang melalui partisipasi aktif petani

Lebih terperinci

BAB III KEBIJAKAN PEMBANGUNAN TAHUN Target. Realisasi Persentase URAIAN (Rp)

BAB III KEBIJAKAN PEMBANGUNAN TAHUN Target. Realisasi Persentase URAIAN (Rp) BAB III KEBIJAKAN PEMBANGUNAN TAHUN 2009 3.1. Program dan Kegiatan Dinas Pertanian Tahun 2008 Program yang akan dilaksanakan Dinas Pertanian Tahun 2008 berdasarkan Prioritas Pembangunan Kabupaten Majalengka

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM. Kabupaten Lebak merupakan salah satu kabupaten yang terletak di

IV. GAMBARAN UMUM. Kabupaten Lebak merupakan salah satu kabupaten yang terletak di 51 IV. GAMBARAN UMUM 4.1 Gambaran Umum Kabupaten Lebak 4.1.1 Letak Geografis Kabupaten Lebak merupakan salah satu kabupaten yang terletak di Provinsi Banten. Kabupaten Lebak beribukota di Rangkasbitung

Lebih terperinci

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS) Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Polewali Mandar

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS) Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Polewali Mandar BAB II PROFIL WILAYAH KAJIAN Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) adalah rangkaian analisis yang sistematis, menyeluruh dan partisipatif untuk memastikan bahwa prinsip pembangunan berkelanjutan telah

Lebih terperinci

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1950 tentang Pembentukan Provinsi Jawa Barat (Berita Negara Republik Indonesia tanggal 4 Juli 1950) jo.

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1950 tentang Pembentukan Provinsi Jawa Barat (Berita Negara Republik Indonesia tanggal 4 Juli 1950) jo. PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR : 8 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN DANA BERGULIR BAGI USAHA MIKRO DAN KECIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA BARAT, Menimbang : a. bahwa dalam

Lebih terperinci

BAGIAN PEREKONOMIAN DINAS PERTANIAN ,95 JUMLAH

BAGIAN PEREKONOMIAN DINAS PERTANIAN ,95 JUMLAH II. URUSAN PILIHAN YANG DILAKSANAKAN 01. A. KEBIJAKAN PROGRAM Pada Urusan pilihan Pertanian diarahkan pada Peningkatan produksi pertanian dan pemberdayaan petani lokal serta peningkatan akses modal dan

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Pembiayaan dalam dunia usaha sangat dibutuhkan dalam mendukung keberlangsungan suatu usaha yang dijalankan. Dari suatu usaha yang memerlukan pembiayaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian berperan penting dalam perekonomian Indonesia dan dalam pembangunan nasional. Pembangunan dan perubahan struktur ekonomi tidak bisa dipisahkan dari

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROVINSI KEPULAUAN RIAU

PEMERINTAH PROVINSI KEPULAUAN RIAU PEMERINTAH PROVINSI KEPULAUAN RIAU PERATURAN DAERAH PROVINSI KEPULAUAN RIAU NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN DANA BERGULIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KEPULAUAN RIAU, Menimbang : a.

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2011 NOMOR 26 SERI E PERATURAN BUPATI BANJARNEGARA NOMOR 607 TAHUN 2011 TENTANG

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2011 NOMOR 26 SERI E PERATURAN BUPATI BANJARNEGARA NOMOR 607 TAHUN 2011 TENTANG BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2011 NOMOR 26 SERI E PERATURAN BUPATI BANJARNEGARA NOMOR 607 TAHUN 2011 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PENYALURAN DANA PINJAMAN MODAL USAHA KEGIATAN PENGEMBANGAN

Lebih terperinci

SAMBUTAN WALIKOTA SALATIGA

SAMBUTAN WALIKOTA SALATIGA i ii iii SAMBUTAN WALIKOTA SALATIGA Assalaamu alakum Wr. Wb; Teriring rasa syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, saya menyambut baik dengan diterbitkannya Buku oleh Bappeda Kota Salatiga. Informasi maupun

Lebih terperinci

V. SEJARAH PENGEMBANGAN KOMUNITAS

V. SEJARAH PENGEMBANGAN KOMUNITAS V. SEJARAH PENGEMBANGAN KOMUNITAS 5.1 Bantuan Modal 5.1.1 Bantuan Modal dari BUMN Bantuan dari pemerintah berupa pinjaman modal dan prasarana produksi pernah dilaksanakan sebelum tahun 2001 (Diperindag

Lebih terperinci

BUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR: 11 TAHUN 2006 TENTANG

BUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR: 11 TAHUN 2006 TENTANG SALINAN 1 BUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR: 11 TAHUN 2006 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN KEUANGAN PROGRAM PEMBERDAYAAN POTENSI KESEJAHTERAAN SOSIAL MASYARAKAT (P2KSM) KABUPATEN PURWOREJO

Lebih terperinci

Pengembangan Sayuran Organik Tersertifikasi di Kecamatan Baturiti, Kabupaten Tabanan, Propinsi Bali 1) I Gusti Putu Ratna Adi 2)

Pengembangan Sayuran Organik Tersertifikasi di Kecamatan Baturiti, Kabupaten Tabanan, Propinsi Bali 1) I Gusti Putu Ratna Adi 2) Pengembangan Sayuran Organik Tersertifikasi di Kecamatan Baturiti, Kabupaten Tabanan, Propinsi Bali 1) I Gusti Putu Ratna Adi 2) 1) Program KKN PPM, Dosen Fakultas Pertanian UNUD e-mail : igp_ratnaadi@yahoo.co.id

Lebih terperinci

Nepotisme (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3851); 3. Undang-Undang Nomor 12

Nepotisme (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3851); 3. Undang-Undang Nomor 12 BAB I PENDAHULUAN Berdasarkan Pasal 1 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Negara Indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk republik. Konsekuensi logis sebagai negara kesatuan

Lebih terperinci

Pembangunan Bambu di Kabupaten Bangli

Pembangunan Bambu di Kabupaten Bangli BAB V Pembangunan di Kabupaten Bangli Oleh: Dinas Pertanian, Perkebunan dan Perhutanan Kabupaten Bangli. Dewasa ini, permintaan kayu semakin meningkat, sementara kemampuan produksi kayu dari kawasan hutan

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM DAERAH. Kecamatan Wonosari merupakan Ibukota Kabupaten Gunungkidul, yang

KEADAAN UMUM DAERAH. Kecamatan Wonosari merupakan Ibukota Kabupaten Gunungkidul, yang IV. KEADAAN UMUM DAERAH A. Letak Geografi dan Topografi Kecamatan Wonosari merupakan Ibukota Kabupaten Gunungkidul, yang memiliki luas sebesar 7551 Ha (BPS, 2015). Kecamatan Wonosari terbagi menjadi 14

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1. Tinjauan Pustaka Tahun 2002 pemerintah melalui Departemen Pertanian RI mengeluarkan kebijakan baru dalam upaya

Lebih terperinci

PROGRAM DAN KEGIATAN. implementasi strategi organisasi. Program kerja operasional merupakan proses

PROGRAM DAN KEGIATAN. implementasi strategi organisasi. Program kerja operasional merupakan proses PROGRAM DAN KEGIATAN. A. Program Kegiatan Lokalitas Kewenangan SKPD. Program kerja operasional pada dasarnya merupakan upaya untuk implementasi strategi organisasi. Program kerja operasional merupakan

Lebih terperinci

IV.B.10. Urusan Wajib Koperasi dan UKM

IV.B.10. Urusan Wajib Koperasi dan UKM 10. URUSAN KOPERASI DAN UKM Pemberdayaan Koperasi dan Usaha Mikro Kecil dan Menengah merupakan bagian integral dalam Pembangunan Nasional yang bertujuan untuk mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis merupakan merupakan suatu rancangan kerja penelitian yang digunakan untuk mengungkapkan konsep dan teori dalam menjawab

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Industri Pengolahan

I. PENDAHULUAN Industri Pengolahan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertanian merupakan sektor utama perekonomian di Indonesia. Konsekuensinya adalah bahwa kebijakan pembangunan pertanian di negaranegara tersebut sangat berpengaruh terhadap

Lebih terperinci

BUPATI TAPIN PERATURAN BUPATI TAPIN NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PERCEPATAN PENGANEKARAGAMAN KONSUMSI PANGAN BERBASIS SUMBER DAYA LOKAL

BUPATI TAPIN PERATURAN BUPATI TAPIN NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PERCEPATAN PENGANEKARAGAMAN KONSUMSI PANGAN BERBASIS SUMBER DAYA LOKAL BUPATI TAPIN PERATURAN BUPATI TAPIN NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PERCEPATAN PENGANEKARAGAMAN KONSUMSI PANGAN BERBASIS SUMBER DAYA LOKAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TAPIN, Menimbang

Lebih terperinci

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 Dalam rangka mewujudkan manajemen pemerintahan yang efektif, transparan, dan akuntabel serta berorientasi pada hasil, kami yang bertandatangan di bawah ini : Nama : Ir. Bambang

Lebih terperinci

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BINA PENGELOLAAN DAERAH ALIRAN SUNGAI DAN PERHUTANAN SOSIAL NOMOR: P. 1 /V-SET/2014 TENTANG

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BINA PENGELOLAAN DAERAH ALIRAN SUNGAI DAN PERHUTANAN SOSIAL NOMOR: P. 1 /V-SET/2014 TENTANG PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BINA PENGELOLAAN DAERAH ALIRAN SUNGAI DAN PERHUTANAN SOSIAL NOMOR: P. 1 /V-SET/2014 TENTANG PEDOMAN TEKNIS PEMBENTUKAN SENTRA HASIL HUTAN BUKAN KAYU UNGGULAN DIREKTUR JENDERAL

Lebih terperinci

IV.B.13. Urusan Wajib Ketahanan Pangan

IV.B.13. Urusan Wajib Ketahanan Pangan 13. URUSAN KETAHANAN PANGAN Ketahanan pangan tidak hanya mencakup pengertian kesediaan pangan yang cukup. Dalam pencapaian kondisi ketahanan pangan, ada tiga subsistem/aspek yang sangat berpengaruh, yaitu

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Kabupaten Lampung Selatan merupakan salah satu dari 14 kabupaten/kota di

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Kabupaten Lampung Selatan merupakan salah satu dari 14 kabupaten/kota di 72 IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan 1. Keadaan Geografis Kabupaten Lampung Selatan merupakan salah satu dari 14 kabupaten/kota di Provinsi Lampung. Daerah Kabupaten

Lebih terperinci

PROSES-PROSES INDUSTRIALISASI PEDESAAN

PROSES-PROSES INDUSTRIALISASI PEDESAAN 47 PROSES-PROSES INDUSTRIALISASI PEDESAAN Pada bab ini dibahas mengenai proses-proses industrialisasi pedesaan di lokasi penelitian. Bab ini dibahas melalui beberapa sub bab. Sub bab pertama menjelaskan

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Gambaran Umum Desa Situ Udik Desa Situ Udik terletak dalam wilayah administratif Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat. Desa Situ Udik terletak

Lebih terperinci

URUSAN WAJIB KOPERASI & USAHA KECIL MENENGAH. Hal Laporan Keterangan Pertanggungjawaban (LKPJ) Walikota Semarang Akhir Tahun Anggaran 2016

URUSAN WAJIB KOPERASI & USAHA KECIL MENENGAH. Hal Laporan Keterangan Pertanggungjawaban (LKPJ) Walikota Semarang Akhir Tahun Anggaran 2016 15. URUSAN WAJIB KOPERASI DAN USAHA KECIL MENENGAH A. KEBIJAKAN PROGRAM Arah kebijakan program pada Urusan Wajib Koperasi dan Usaha Kecil Menengah diarahkan untuk mewujudkan sistem ekonomi kerakyatan melalui

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA,LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA,LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, HIPOTESIS PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA,LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Pengembangan Usaha Agribisnis Pedesaan ( PUAP ) Berdasarkan surat Keputusan Menteri Pertanian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Kedudukan, Tugas, Fungsi dan Kewenangan

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Kedudukan, Tugas, Fungsi dan Kewenangan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Komoditi aneka kacang (kacang tanah dan kacang hijau) memiliki peran yang cukup besar terutama untuk memenuhi kebutuhan pangan dan pakan. Peluang pengembangan aneka kacang

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN Gambaran Umum Wilayah Kota Salatiga

BAB IV HASIL PENELITIAN Gambaran Umum Wilayah Kota Salatiga BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1. Gambaran Umum Wilayah Kota Salatiga Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 1992 tentang Perubahan Batas Wilayah Kotamadya Daerah Tingkat II Salatiga dan Kabupaten Daerah Tingkat

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG. Nomor : 08 Tahun 2015

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG. Nomor : 08 Tahun 2015 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG Nomor : 08 Tahun 2015 Menimbang : Mengingat : PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG USAHA MIKRO DAN KECIL DI KABUPATEN SERANG DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci