BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN"

Transkripsi

1 BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Pengumpulan Data Perencanaan Produk Sebelum masuk pada tahap pengumpulan data Identifikasi Kebutuhan pelanggan, maka perlu dilakukan proses perencanaan produk yang output utama dari fase perencanaan ini adalah berupa pernyataan misi proyek yang nantinya akan digunakan sebagai input yang dibutuhkan untuk memulai tahapan pengembangan konsep dan merupakan suatu petunjuk untuk meneruskan tahapan pengembangan selanjutnya. Pernyataan misi yang dimaksud berisi perencanaan dari pemilik ide, rencananya produk wiper tersebut akan dibuat seperti apa, tetapi masih dalam gambaran kasar, untuk selanjutnya nanti disesuaikan dengan keinginan pelanggan yang akan diidentifikasi pada tahap selanjutnya. Selanjutnya menentukan pasar utama dan pasar sekunder dari produk wiper ini juga dapat dimasukan dalam pernyataan misi, disamping juga sasaran bisnis kunci yaitu target proporsi pasar yang akan diraih. 58

2 Adapun pernyataan misi untuk mengembangkan komponen tambahan pada helm full-face yang ada selama ini dapat dilihat pada tabel pernyataan misi di bawah ini Tabel 4.1 Tabel Pernyataan misi Pernyataan misi : Penyapu kaca (wiper) pada helm full-face Deskripsi produk : * Menggunakan Baterai *Bentuk kecil dan ringkas *Tidak permanen Sasaran bisnis Kunci : *Diluncurkan pada pertengahan tahun 2005 *Margin of error 7 % *Memperoleh proporsi pasar 40% Pasar Utama : Pasar Sekunder : *Pengguna Helm full-face *Pengguna helm biasa yang diharapkan Beralih menggunakan helm full-face Asumsi-asumsi : *Menggunakan baterai *Luas penyapuan sesuai lebar kaca helm *Mekanisme penggerak sederhana Pihak yang terkait : *Pengguna *Bagian produksi *Penjual toko variasi dan helm Pengumpulan data Identifikasi Kebutuhan Pelanggan Pengumpulan data yang dilakukan pada tahap Identifikasi kebutuhan pelanggan dilakukan dengan teknik face to face interview yaitu dengan 59

3 mendatangi langsung para responden yang merupakan para pengendara sepeda motor dan menggunakan helm full-face. Sebelum melakukan wawancara maka yang perlu dilakukan terlebih dahulu adalah memilih Pelanggan potensial yang akan diwawancara, yaitu para pengendara motor yang menggunakan helm full-face dengan asumsi bahwa mereka lebih tahu kelebihan dan kekurangan dari helm yang telah mereka gunakan selama ini. Jumlah responden yang akan diwawancara dapat dilihat pada matriks seleksi pelanggan berikut ini : Tabel 4.2 Tabel Matriks Seleksi Pelanggan Pengguna utama Pengguna Pemasok atau penjual Pusat perbelanjaan Jarang menggunakan Sering menggunakan Sangat sering menggunakan Wawancara dilakukan terhadap 150 responden yang berasal dari 5 wilayah Kotamadya di Jakarta (Jakarta Pusat, Jakarta Barat, Jakarta Timur, Jakarta Utara dan Jakarta Selatan) dan ditambah 1 wilayah kota Tangerang. Dengan pembagian 60

4 untuk masing-masing wilayah menjadi 25 responden. Tujuannya adalah agar data mentah yang didapatkan cukup mewakili dari 6 wilayah besar kota Jakarta dan sekitarnya yaitu Tangerang yang dilihat memiliki pasar para pengguna helm fullface yang cukup besar jumlahnya. Kebutuhan yang diidentifikasi adalah bagaimana keluhan para pengguna helm full-face selama menggunakan helm mereka terutama saat cuaca sedang hujan. Dan bagaimana solusi mereka selama ini dalam mengatasi masalah mereka terhadap keluhan selama ini dan apakah solusi tersebut dirasakan sudah cukup maksimal. Tujuan utama dari tahapan Identifikasi ini adalah mengetahui apakah pasar memiliki kebutuhan terhadap produk wiper yang akan dikembangkan ini, yang masih tergolong produk baru. Proses wawancara dilakukan dengan menghampiri para responden pengguna helm full-face pada keenam wilayah yang sudah disebutkan di atas, yaitu dengan mendatangi tempat parkir motor yang ada di pusat-pusat perbelanjaan, toko buku ataupun kampus-kampus besar yang ada di sana. Mereka semua terdiri sebagian besar adalah kalangan mahasiswa, pelajar, karyawan dan salesman yang seluruhnya adalah merupakan para pengendara sepeda motor yang menggunakan helm full-face. Berikut ini adalah contoh pertanyaan yang diajukan pada saat wawancara dan salah satu hasil jawaban pada saat wawancara dari salah satu responden yang 61

5 berasal dari wilayah Jakarta Pusat. Dan untuk hasil wawancara lainnya, beberapa dapat dilihat pada bagian lampiran. Tabel 4.3 Contoh tabel pernyataan asli dari pelanggan Nama Responden : Roni Pekerjaan : Siswa SMU Alamat wilayah : Petojo Utara, Jakarta Pusat Sekarang Menggunakan Helm merk : Index Pertanyaan Pernyataan Pelanggan Interpretasi Kebutuhan Apakah anda pemilik helm full-face? Ya - Apabila anda sedang berkendaraan, dan tiba-tiba hujan apakah anda lebih memilih berteduh atau jalan terus? Kalau lagi buru-buru ya jalan terus Helm yang bisa dipakai di segala cuaca, demi mengimbangi kecepatan dan ketepatan waktu. Helm full-face yang anda kenakan Cukup nyaman Helm yang nyaman dikenakan. nyaman dipakai atau tidak? Apakah helm ini terasa berat pada saat digunakan? Tidak terlalu berat, pas sekali Tidak menambah berat yang terlalu berlebih pada Helm. Anda lebih senang kaca helm yang Kaca film, lebih adem kalau dipakai Keterangan kaca yang tidak terlalu bening atau yang gelap? Anda lebih sering keluar siang hari atau malam hari? Malam hari, saya suka jalan-jalan gelap ataupun terlalu bening, agar dapat dipakai pada siang hari ataupun malam hari. Apakah anda sering membersihkan atau memoles kaca helm anda? Waktu baru beli sering sekali, sekarang mulai jarang Tidak mempersulit proses pembersihan helm. Bagian mana dari helm yang paling sulit anda bersihkan? Bagian celah-celah yang sempit Menurut anda lecet pada helm menjadi masalah besar atau tidak? Bisa jadi, bisa enggak Tidak membuat permukaan helm menjadi lecet atau rusak. Apakah anda sering membuka tutup kaca helm anda? Sangat sering Kemudahan dalam membuka tutup kaca helm Apakah permukaan kaca helm sudah Cukup lebar cukup lebar? Bila helm anda tersembur oleh air kotor dari kendaraan di depan anda pada saat hujan lebat, apakah pandangan mata anda akan terganggu? Apa tindakan yang anda lakukan kemudian? Apakah menurut anda tindakan anda tersebut tidak menyulitkan anda? bila ada, dalam hal apa? Helm anda lebih sering anda tinggalkan di motor atau lebih sering anda bawa kemanapun anda pergi? Menurut anda apalagi kelemahan helm full-face yang anda kenakan sekarang ini terutama bila dikenakan saat cuaca sedang hujan? Jelas, sangat terganggu Saya akan usap-usap kaca helm saya Tentunya tangan saya jadi kotor Titip di tempat penitipan helm Masih bisa masuk air dari sela-sela kaca. Kebutuhan akan pandangan mata yang sama sekali tidak boleh terhalang apapun demi keselamatan pengendara motor. Alat yang bisa menjaga kebeningan kaca dari semburan air kotor. Tapi juga hasilnya lebih efektif daripada tindakan yang sudah pernah dilakukan. Tidak mudah diambil oleh orang lain. Kaca helm selalu tertutup rapat saat hujan Menginterpretasikan Data mentah menjadi kebutuhan pelanggan 62

6 Dari 16 pertanyaan yang diajukan kepada para responden pada saat wawancara berlangsung, maka dapat diinterpretasikan menjadi beberapa kebutuhan yang merupakan hasil terjemahan dari data mentah pelanggan. Untuk pertanyaan yang dilihat berhubungan dapat digabungkan menjadi satu jenis kebutuhan. Hasil sementara dari Interpretasi kebutuhan yang didapatkan dari wawancara dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Tabel 4.4 Tabel Interpretasi Kebutuhan Pelanggan No. Kebutuhan 1 Helm yang bisa dipakai di segala cuaca, demi mengimbangi kecepatan dan ketepatan waktu. 2 Helm yang nyaman dikenakan. 3 Tidak menambah berat yang terlalu berlebih pada Helm. 4 Keterangan kaca yang tidak terlalu gelap ataupun terlalu bening, agar dapat dipakai pada siang hari ataupun malam hari. 5 Tidak mempersulit proses pembersihan helm. 6 Tidak membuat permukaan helm menjadi lecet atau rusak. 7 Kemudahan dalam membuka tutup kaca helm 8 Kebutuhan akan pandangan mata yang sama sekali tidak boleh terhalang apapun demi keselamatan pengendara motor. 9 Alat yang bisa menjaga kebeningan kaca dari semburan air kotor. Tapi juga hasilnya lebih efektif daripada tindakan yang sudah pernah dilakukan. 10 Tidak mudah diambil oleh orang lain. 11 Kaca helm yang selalu bening di segala waktu 12 Kegelapan kaca yang bisa disesuaikan 13 Ventilasi udara yang kedap air 14 Menjaga tingkat kelembaban udara di dalam helm 15 Menjaga aliran air hujan di kaca tidak terlalu deras yang menyebabkan pandangan mata sedikit terganggu 16 Pembersih kaca yang otomatis, sehingga tidak perlu melepas helm dari kepala 17 Tahan goncangan 18 Tidak membuat kaca helm menjadi lecet 19 Penyapu kaca seperti di kaca mobil 20 Pembersih kaca yang bisa dibawa-bawa 63

7 Menetapkan Kepentingan relatif setiap kebutuhan Dari 20 kebutuhan yang sudah diterjemahkan, maka tahap selanjutnya yaitu menentukan bobot kepentingan dari setiap kebutuhan dengan jalan melakukan survey ke-2. Karena variabel kebutuhan yang berjumlah 20 terlalu banyak, maka variabel-variabel tersebut perlu dipersempit terlebih dahulu dengan cara mengelompokkan variabel-variabel yang sejenis (mengelompokkan hirarki) menjadi 1 kebutuhan, atau membuang variabel yang dianggap tidak berhubungan langsung dengan spesifikasi produk nantinya. Setelah dikelompokkan maka variabel yang tersisa adalah hanya 11 variabel kebutuhan. Jumlah ini dirasa cukup ideal sehingga tidak membuat responden bingung dengan variabel yang terlalu banyak. Survei ke-2 dilakukan dengan menyebarkan kuisioner yang berisi ke-11 variabel di atas, dan memberikan kolom bobot kepentingan dengan skala 1 s/d 5 untuk diisi oleh setiap responden dengan cara memberikan check list pada kolom yang disediakan. Survei ke-2 ini dilakukan dalam tiga tahap, yaitu : 1. Penentuan jumlah sampel. Dengan asumsi-asumsi di bawah ini, akan dilakukan penentuan jumlah sampel dengan menggunakan rumus untuk mencari nilai n atau jumlah responden yang besarnya juga sama dengan kuisioner yang akan diedarkan. 64

8 - Proporsi pasar (p) = 40 %, jumlah ini dianggap cukup karena selain produk ini tergolong produk baru, kemungkinan besar bisa memasuki 40% dari pasar pengguna helm Full-face. - Tingkat kepercayaan = 95% karena tingkat kepercayaan pada level ini dianggap tidak terlalu besar ataupun tidak terlalu kecil. - Dari tingkat Kepercayaan 95% didapatkan nilai Z = 1,96 dari tabel Z. - Margin of error (e) = 7 %, nilai error yang diijinkan hanya 7% sehingga data yang didapatkan nantinya tidak menyimpang terlalu jauh dari nilai tengah rata-ratanya. Dengan asumsi dan nilai-nilai di atas, maka dapat ditentukan jumlah sampel untuk survey ke-2 dengan rumus : n = Ζ 2 p e 2 ( 1 p) n = 1,962 0,4 0,07 n = 188, ( 1 0,4) 2 Didapatkan bahwa jumlah responden untuk menentukan bobot kepentingan relatif setiap kebutuhan adalah dengan 190 responden. 2. Melakukan survei Survei dilakukan dengan menyebar 190 kuisioner kepada 190 responden yang seluruhnya merupakan pengguna helm full-face dengan 65

9 hal yang ditanyakan adalah variabel kebutuhan yang sudah dipersempit menjadi 11 variabel. Contoh kuisioner untuk survey ke-2 ini adalah : Nama Produk : Penyapu kaca (wiper) pada helm full-face Berikan Tanda check ( ) pada hanya satu kolom tingkat kepentingan yang menurut anda paling benar untuk tiap kebutuhan! No. Kebutuhan Tidak penting 1 Menyapu kotoran dan air yang hinggap di kaca helm 2 Tidak terlalu menambah berat helm 3 Tidak mengganggu kemudahan membuka tutup kaca helm 4 Tidak membuat kaca helm menjadi lecet 5 Tidak mudah diambil / dicuri oleh orang lain 6 Cara kerja yang otomatis (pakai baterai) 7 Pemasangan tidak perlu merombak helm 8 Bisa dilepas (tidak permanent) 9 Tahan goncangan 10 Posisi alat di atas helm 11 Posisi alat di samping kiri helm Tidak begitu penting Tingkat Kepentingan Biasa saja Cukup penting Penting Gambar 4.1 Contoh kuisioner survei bobot kepentingan kebutuhan pelanggan 66

10 3. Pengolahan dan pengujian data Setelah dilakukan survei maka data dapat diinput ke dalam tabel untuk dihitung jumlah rata-rata bobot yang diberikan untuk setiap variabel. Hasil perhitungan rata-rata bobot untuk ke-11 variabel disimpulkan dalam tabel di bawah ini : Tabel 4.5 Tabel Kebutuhan pelanggan disertai bobot derajat kepentingan Bobot Kepentingan No. Pernyataan Kebutuhan 1 Menyapu Kotoran dan air yang hinggap di kaca helm 5 2 Tidak terlalu menambah berat helm (ringan) 4 Tidak mengganggu kemudahan membuka tutup kaca helm Tidak Membuat Kaca helm menjadi lecet 4 5 Tidak mudah diambil/dicuri oleh orang lain 4 6 Cara kerja otomatis (pakai baterai) 4 7 Pemasangan tidak perlu merombak helm 4 8 Bisa dilepas (tidak permanent) 4 9 Tahan Goncangan 5 10 Posisi Alat di atas helm 4 11 Posisi alat di samping kiri helm 3 Hasil di atas perlu diuji terlebih dahulu validitas datanya dengan menggunakan uji signifikansi antara satu variabel dengan total bobot keseluruhan variabel. Uji ini dilakukan dengan uji Pearson Correlation. Dengan rumus sebagai berikut : r = ( x x )( y y ) ( N 1 ) SxSy 67

11 Dimana : r = Koefisien Korelasi Pearson y = jumlah bobot total tiap kolom X= Jumlah bobot total tiap baris N= banyaknya responden SxSy = Deviasi standar untuk x dan y Pengujian dilakukan per variabel dengan memasukkan variabelvariabel tersebut ke dalam Microsoft Excel, maka didapatkan hasil perhitungan koefisien korelasi (r) untuk tiap variabel : r 1= r 7= r 2= r 8= r 3= 0.99 r 9= r 4= 0.99 r 10= r 5= r 11= r 6= Karena nilai r untuk tiap variabel berada pada interval 0,3< r < 1, maka data yang didapatkan dianggap valid untuk semua variabel. Kemudian dari hasil Uji Reliabilitas dengan SPSS didapatkan Nilai α (alfa) = Ini berarti nilai reliable di atas 0.5 dan semua variabel disetujui responden dan dapat dipakai untuk diteruskan ke tahap selanjutnya yaitu spesifikasi produk. Tabel hasil pengolahan dan pengujian data survei bobot kepentingan di atas menggunakan Microsoft Excel dan SPSS (untuk uji Reliabilitas) yang dapat dilihat pada lampiran 2. 68

12 4.2 Analisis Data Spesifikasi Produk Dengan menggunakan input dari tabel 4.5 di atas, tahapan spesifikasi produk dapat dilakukan dengan tujuan mengetahui apa yang harus dilakukan produk wiper ini untuk menjawab dari kebutuhan pelanggan yang telah teridentifikasi. Tahapan spesifikasi produk secara keseluruhan menggunakan metode QFD (Quality Function Deployment) yang dibagi menjadi 3 tahap, yaitu : 1. Menyiapkan daftar metrik. 2. Mengumpulkan informasi tentang pesaing. 3. Menetapkan spesifikasi target Menyiapkan Daftar Metrik kebutuhan Dalam tahapan ini yang perlu dilakukan adalah mencari hubungan antara metrik produk dengan kebutuhan yang telah teridentifikasi, yang merupakan inti dari tahapan spesifikasi produk. Seperti terlihat pada daftar metrik kebutuhan dibawah ini. Tabel 4.6 Daftar Metrik Kebutuhan No Kebutuhan Metrik Kepentingan Satuan 1 1 Menggunakan karet yang tahan air 5 Subj 2 1,4 Menggunakan karet yang lembut dan lentur 4 N 3 1 Panjang lengan sesuai lebar kaca helm 4 mm 4 2 Bahan yang ringan tetapi kuat 5 gram 5 6 Memakai saklar yang praktis 4 Buah 6 6 Menggunakan dinamo kecil 4 volt 7 3 Menggunakan baterai dengan tegangan rendah 3 volt 8 6,3 Menggunakan baterai A3 (kecil) 3 buah 9 5,7,8 Memakai pengait untuk pemasangan 4 buah 10 9 Pengait menggunakan plester bantalan yang kuat 5 N 11 10,11 Ukuran ramping 4 mm 69

13 Pada daftar metrik kebutuhan terlihat bahwa kebutuhan mana saja yang berhubungan dengan kebutuhan yang ada. Seperti contoh : metrik kebutuhan no. 2 yaitu Menggunakan karet yang lembut dan lentur adalah menjawab kebutuhan nomor 1 dan 4 yaitu mampu menyapu kotoran dan air yang ada pada kaca helm, dan tidak membuat kaca menjadi lecet. Jadi jelas terlihat adanya hubungan antara metrik dengan kebutuhan, yang lebih jelasnya hubungan tersebut dapat terlihat pada matriks-metrik kebutuhan berikut Menyapu Kotoran dan air yang hinggap di kaca helm 2 Tidak terlalu menambah berat helm (ringan) Menggunakan karet yang rtahan air 3 Tidak mengganggu kemudahan membuka tutup kaca helm 4 Tidak Membuat Kaca helm menjadi lecet 5 Tidak mudah diambil/dicuri oleh orang lain 6 Cara kerja otomatis (pakai baterai) 7 Pemasangan tidak perlu merombak helm 8 Bisa dilepas (tidak permanent) 9 Tahan Goncangan 10 Posisi Alat di atas helm 11 Posisi alat di samping kiri helm Menggunakan karet yang lembut dan lentur Panjang lengan sesuai lebar kaca helm Bahan yang ringan tetapi kuat Memakai saklar yang praktis Menggunakan dinamo kecil Menggunakan baterai dengan tegangan rendah Menggunakan baterai A3 (kecil) Memakai pengait untuk pemasangan Pengait menggunakan plester bantalan yang kuat Ukuran ramping Gambar 4.2 Matriks-Metrik Kebutuhan 70

14 Mengumpulkan Informasi tentang pesaing Dari daftar metrik yang ada, maka dapat dikumpulkan data-data dari produk-produk pesaing yang ada selama ini untuk jenis metrik yang sama. Tujuannya adalah untuk membandingkan kelebihan dan kekurangan produk yang sedang dikembangkan dengan produk yang sudah ada. Namun perlu diketahui untuk produk wiper helm ini adalah tergolong produk baru yang dirasa belum ada selama ini. Sehingga akan dirasa sangat sulit untuk mencari data-data pesaing dari produk ini, karena memang belum ada. Maka pada bagan analisis pesaing berikut kolom untuk pesaing belum dapat diisi dikarenakan belum memiliki pesaing. Tabel 4.7 Bagan Analisis Pesaing No Kebutuhan Metrik Kepentingan Satuan 1 1 Menggunakan karet yang tahan air 5 Subj 2 1,4 Menggunakan karet yang lembut dan lentur 4 N 3 1 Panjang lengan sesuai lebar kaca helm 4 mm 4 2 Bahan yang ringan tetapi kuat 5 gram 5 6 Memakai saklar yang praktis 4 Buah 6 6 Menggunakan dinamo kecil 4 volt 7 3 Menggunakan baterai dengan tegangan rendah 3 volt 8 6,3 Menggunakan baterai A3 (kecil) 3 buah 9 5,7,8 Memakai pengait untuk pemasangan 4 buah 10 9 Pengait menggunakan plester bantalan yang kuat 5 N 11 10,11 Ukuran ramping 4 mm Pesaing 1 Pesaing Menetapkan Spesifikasi Target Nilai-nilai marginal dapat ditetapkan dalam suatu batasan-batasan minimum dan maksimum yang merupakan hasil analisis nilai yang dimiliki oleh pesaing supaya produk tersebut dapat bersaing. Akan tetapi dikarenakan 71

15 produk ini masih baru dan belum memiliki pesaing, maka nilai marginal dan nilai ideal dapat ditentukan secara subjektif atau berdasarkan informasi dari penjual bahan baku untuk membuat komponen wiper tersebut. Berikut akan disajikan daftar spesifikasi target dan spesifikasi akhir yang merupakan nilai ideal yang didapatkan dari analisis spesifikasi target. Tabel 4.8 Tabel Spesifikasi Target No Kebutuhan Metrik Kepentingan Satuan Nilai Marginal Nilai Ideal 1 1 Menggunakan karet yang tahan air 5 Subj ,4 Menggunakan karet yang lembut dan lentur 4 N Panjang lengan sesuai lebar kaca helm 4 mm Bahan yang ringan tetapi kuat 5 gram Memakai saklar yang praktis 4 Buah Menggunakan dinamo kecil 4 volt < Menggunakan baterai dengan tegangan rendah 3 volt < ,3 Menggunakan baterai kotak 3 buah < ,7,8 Memakai pengait untuk pemasangan 4 buah < Pengait menggunakan plester bantalan yang kuat 5 N < ,11 Ukuran ramping 4 mm Nilai ideal didapatkan dengan cara mengambil nilai yang masih ada pada batasan marginal maksimum dan minimum. Sehingga nilai ideal tersebut dapat digunakan sebagai spesifikasi akhir untuk penyusunan konsep Tabel 4.9 Tabel Spesifikasi Akhir No Kebutuhan Metrik Kepentingan Satuan Nilai Ideal 1 1 Menggunakan karet yang tahan air 5 Subj - 2 1,4 Menggunakan karet yang lembut dan lentur 4 N Panjang lengan sesuai lebar kaca helm 4 mm Bahan yang ringan tetapi kuat 5 gram Memakai saklar yang praktis 4 Buah Menggunakan dinamo kecil 4 volt Menggunakan baterai dengan tegangan rendah 3 volt 9 8 6,3 Menggunakan baterai kotak 3 buah 1 9 5,7,8 Memakai pengait untuk pemasangan 4 buah Pengait menggunakan plester bantalan yang kuat 5 N ,11 Ukuran ramping 4 mm 50 72

16 4.3 Hasil Perancangan Konsep Penyusunan Konsep Konsep produk merupakan gambaran singkat bagaimana produk memuaskan kebutuhan pelanggan. Proses penyusunan konsep dimulai dengan serangkaian kebutuhan pelanggan dan spesifikasi target, dan diakhiri dengan terciptanya beberapa konsep produk sebagai sebuah pilihan akhir. Dalam merancang konsep produk wiper helm ini, dapat digunakan tabel kombinasi konsep yang mempertimbangkan kombinasi solusi secara sistematis. Kolom pada tabel diisi dengan penggalan solusi untuk tiap submasalah yang diperoleh. Dalam beberapa hal, tabel kombinasi merupakan cara yang sederhana dalam membuat kombinasi antara penggalan-penggalan solusi untuk mendorong pemikiran kreatif yang lebih jauh. Dalam mengkombinasikan konsep wiper ini digunakan kombinasi 3 kategori yaitu peletakan posisi wiper pada helm yang terbagi menjadi 2 pilihan yakni di atas atau di samping helm. Kategori yang berikutnya yaitu arah gerak lengan yang terbagi menjadi 3 pilihan yakni ke kanan dan ke kiri, ke atas dan ke bawah, serta berputar searah jarum jam. Dan kategori yang terakhir yaitu berdasarkan ukuran produk tersebut nantinya yang terbagi menjadi 3 pilihan ukuran yakni besar, sedang dan kecil. Kombinasi konsep tersebut dapat dilihat pada tabel kombinasi konsep di bawah ini yang akan membentuk 3 kombinasi konsep produk wiper berdasar kategori-kategori di atas. 73

17 Tabel 4.10 Tabel kombinasi Konsep 1 Peletakan posisi mesin Arah gerak lengan Ukuran Pada atas helm Kanan-kiri Besar Pada Samping kiri helm Atas-bawah sedang Berputar searah jarum jam kecil Konsep yang pertama ini merupakan kombinasi antara peletakan posisi yang ada pada bagian atas helm, lengan ayun yang akan bergerak bolak-balik ke kanan dan ke kiri, namun ukurannya akan menjadi agak besar karena memerlukan komponen penggerak yang banyak dengan mekanisme yang agak rumit agar lengan wiper dapat bergerak bolak-balik. Tabel 4.11 Tabel kombinasi Konsep 2 Peletakan posisi mesin Arah gerak lengan Ukuran Pada atas helm Kanan-kiri Besar Pada Samping kiri helm Atas-bawah sedang Berputar searah jarum jam kecil Konsep selanjutnya yaitu konsep yang ke-2, konsep yang ke-2 ini agak berbeda dengan konsep yang pertama yaitu peletakan posisi wiper di samping helm, agar lengan ayun dapat bergerak bolak-balik ke atas dan ke bawah. Ukurannya sedang, karena lebar kaca helm ke bawah lebih sempit daripada lebar ke samping. Komponen untuk penggerak sama dengan konsep ke-1. 74

18 Tabel 4.12 Tabel kombinasi Konsep 3 Peletakan posisi mesin Arah gerak lengan Ukuran Pada atas helm Kanan-kiri Besar Pada Samping kiri helm Atas-bawah sedang Berputar searah jarum jam kecil Konsep yang ke-3 merupakan konsep yang paling sederhana, peletakan posisinya berada di atas helm seperti pada konsep yang pertama, hanya saja lengan ayun akan bergerak berputar searah jarum jam dan luas penyapuan kaca tidak kalah dengan konsep yang lainnya. Ukurannya akan lebih kecil, karena hanya memerlukan komponen penggerak sebuah dynamo kecil untuk memutar lengan wiper. Ketiga konsep di atas merupakan tiga konsep yang akan dilanjutkan ke tahap selanjutnya yaitu seleksi konsep yang akan mempersempit jumlah konsep yang akan dikembangkan menjadi hanya 1 atau 2 konsep. Agar lebih jelas, disamping penjelasan diatas dapat juga dilihat gambar dari masing-masing konsep tersebut dalam bentuk tiga dimensi. Maka akan tampak jelas perbedaan dari ketiga konsep yang telah tersusun dengan tabel kombinasi tadi. Sehingga pada tahap selanjutnya yaitu seleksi konsep, responden yang diwawancara akan memiliki gambaran yang jelas tentang konsep yang akan dipilih. 75

19

20 4.3.2 Seleksi Konsep Seleksi konsep merupakan proses membandingkan kekuatan dan kelemahan relatif dari setiap konsep, dan memilih satu atau dua konsep untuk penyelidikan, pengujian, dan pengembangan selanjutnya. Dalam tahapan ini perlu diadakan kembali survei untuk membiarkan para pelanggan menilai kelebihan dan kekurangan dari ketiga konsep yang sudah disusun. Survei ini lebih sederhana daripada survey sebelumnya, yaitu dengan cara face-to-face interview, wawancara dilakukan dengan membawa tiga buah sketsa gambar yang sudah digambar ditambah dengan sedikit penjelasan dari pewawancara untuk masing-masing konsep, lalu para responden akan menilai kelebihan dan kekurangan masing-masing konsep berdasarkan kriteria : penempatan posisi, kemudahan penggunaan, besarnya ukuran, kemudahan dibuat, luas daerah penyapuan, kemudahan dipasang, dan kemudahan untuk disimpan. Cara seleksi konsep yang digunakan adalah dengan dua cara yaitu penyaringan konsep dengan metode seleksi konsep Pugh (Pugh,1990), dimana responden hanya memberikan bobot dengan simbol yang menyatakan lebih kurang, sama dengan dan lebih baik. Dan yang satunya lagi adalah metode penilaian konsep, dimana responden akan memberikan nilai bobot dengan skala interval tertentu agar peningkatan jumlah alternatif dapat dibedakan lebih baik dari konsep yang bersaing. 76

21 Penyaringan Konsep Dengan metode ini responden menilai dengan cara kode yang sederhana yaitu tanda plus (+) untuk lebih baik, tanda nol (0) untuk sama dengan, dan tanda minus (-) untuk kurang baik. Artinya untuk setiap kriteria seleksi yang ditanyakan, responden memberi tanda (+) bila konsep tersebut dinilai lebih baik dari konsep yang lainnya, tanda (0) bila konsep tersebut tidak berbeda dengan konsep yang lainnya dan tanda (-) jika konsep tersebut kurang dari konsep yang lainnya dalam hal kriteria tersebut. Hasil survei untuk penyaringan konsep yang telah dilakukan terhadap 60 responden dapat disimpulkan dengan statistic descriptive biasa, artinya hanya dengan melihat hal yang sederhana yaitu hasil penjumlahan dari ketiga bobot di atas, yang kesimpulannya disajikan dalam bentuk matriks seleksi penyaringan konsep seperti yang terlihat pada tabel di bawah ini. Tabel 4.13 Matrik Seleksi Penyaringan Konsep Konsep Kriteria seleksi Penempatan posisi Kemudahan penggunaan Besarnya ukuran Kemudahan dibuat Luas daerah penyapuan Mudah dipasang Mudah disimpan Jumlah Jumlah Jumlah Nilai akhir Peringkat lanjutkan? Tidak Ya Ya 77

22 Dari hasil penyaringan Konsep didapatkan bahwa konsep ke-3 mendapat peringkat pertama, disusul dengan konsep yang ke-2 dan terakhir konsep yang ke-1. karena nilai bobot yang diberikan lebih banyak bernilai negatif, maka diputuskan untuk tidak meneruskan pengembangan dan pengujian konsep ke-1 ke tahap selanjutnya. Berarti yang diteruskan ke seleksi penilaian konsep hanya konsep yang ke-2 dan ke Penilaian Konsep Dalam menilai konsep, maka tiap kriteria seleksi diberi beban terlebih dahulu secara subjektif dengan persentase tertentu untuk tiap kriteria. Selanjutnya responden hanya memberikan bobot dengan skala interval 1 s/d 4 yang berarti bobot 1 untuk sangat kurang, bobot 2 untuk kurang baik, bobot 3 untuk cukup baik, dan bobot 4 untuk sangat baik. Selanjutnya bobot yang diberikan akan dijumlahkan dan dirata-ratakan sesuai dengan jumlah responden yaitu 60 responden. Nilai yang dimasukkan di matriks seleksi penilaian konsep akan dikalikan dengan beban persentase yang sudah diberikan menjadi nilai beban. Nilai beban ini yang akan dijumlahkan untuk masing-masing konsep dan menentukan peringkat kedua konsep yang diseleksi tersebut. Hasil penilaian akan disajikan dalam matriks seleksi penilaian konsep di bawah ini. 78

23 Tabel 4.14 Matriks Seleksi Penilaian Konsep Konsep 2 3 Kriteria seleksi Beban Rating Nilai Beban Rating Nilai Beban Penempatan posisi 5% Kemudahan penggunaan 15% Besarnya ukuran 25% Kemudahan dibuat 20% Luas daerah penyapuan 10% Mudah dipasang 15% Mudah disimpan 10% Total Nilai Peringkat 2 1 Lanjutkan? Kembangkan Ya Hasil dari penilaian konsep menunjukkan perbedaan yang tidak terlalu signifikan antara peringkat 1 dan peringkat 2, yaitu hanya selisih 0,5. Sehingga meskipun konsep yang ke-2 memiliki kekurangan-kekurangan dan dianggap masih dapat dikembangkan, maka diputuskan agar kedua konsep tersebut dilanjutkan ke tahapan selanjutnya tahapan pengujian konsep. 4.4 Hasil Pengujian dan Evaluasi Bagian terakhir merupakan tahap pengujian dan evaluasi, tahap ini akan menjalankan pengujian konsep, untuk mendapat satu konsep yang keluar sebagai konsep yang paling diminati konsumen. Setelah muncul satu konsep, maka pembuatan arsitektur produk dapat dijalankan, proses manufakturnya dapat dirancang dengan DFM untuk minimasi biaya. Dan terakhir untuk 79

24 menentukan apakah produk ini memiliki prospek yang baik atau tidak adalah ditentukan dengan melakukan analisis ekonomi Pengujian Konsep Melakukan pengujian konsep merupakan tahap terakhir yang memerlukan survei terhadap pelanggan, pengujian konsep bertujuan untuk mengetahui seberapa besar minat para pelanggan untuk membeli produk wiper ini bila nantinya beredar di pasaran. Survei dilakukan kembali dengan metode menyebarkan kuisioner sejumlah 60, jumlah ini dianggap sudah cukup mengingat sudah banyaknya survei yang dilakukan pada tahap sebelumnya. Konsep yang diuji memang sudah mewakili kebutuhan yang sudah teridentifikasi, tetapi perlu diuji untuk mengetahui minat pelanggan untuk membeli serta masukan sebagai usulan perbaikan nantinya jika memang ada. Kuisioner yang dibagikan terdiri dari tiga bagian, bagian pertama yaitu deskripsi cara kerja kedua konsep yang diuji, serta gambar. Bagian kedua yaitu pertanyaan untuk meyakinkan bahwa responden tersebut memang benar-benar adalah pelanggan potensial yaitu para pemilik helm full-face. Dan bagian terakhir yaitu bagian yang paling penting untuk mengetahui penilaian mereka dari segi Desain, Ukuran, Cara kerja serta perkiraan harga yang nantinya akan dikaitkan dengan minat mereka untuk membeli. 80

25 Responden (..) Survei Pengujian Konsep Produk : Penyapu Kaca (wiper ) pada Helm full-face Para responden yang terhormat, Saya adalah seorang Mahasiswa Teknik Industri Universitas Bina Nusantara yang sedang menyusun Skripsi tentang pengembangan produk penyapu kaca (Wiper) pada helm full-face. Berikut ini adalah gambar konsep yang sudah terpilih dari hasil analisa proses survey sebelumnya, dan juga akan dijelaskan sedikit cara kerjanya Cara kerja Konsep 1 : Bila saklar dinyalakan maka lengan wiper akan bergerak ke atas dan ke bawah, luas daerah penyapuan lebih luas dari konsep yang satunya lagi, hanya saja ukurannya akan lebih besar dan butuh banyak komponen unttuk membuat mekanisme penggeraknya sehingga akan menambah biaya. Cara kerja Konsep 2 : Bila saklar dinyalakan, maka lengan wiper tersebut akan berputar searah dengan gerakan jarum jam, dan segera menyapu atau membersihkan kotoran dan air yang berada tepat di depan pandangan mata anda pada kaca helm yang anda kenakan. bentuknya ringkas dan dapat dengan mudah dilepas / dipasang kembali pada Helm anda. Karena produk ini tergolong baru, maka saya selaku pihak pengembang produk tersebut ingin meminta bantuan saudara untuk memberikan masukan mengenai kekurangan dari wiper yang sedang saya kembangkan saat ini. Semua saran dan masukan akan sangat berguna untuk pengembangan produk ini selanjutnya. Atas perhatian dan kerjasama saudara, saya ucapkan terima kasih yang sebesarbesarnya.

26 Berikanlah tanda silang (X) pada satu pilihan yang anda anggap paling benar! 1. Apakah anda seorang pengguna Helm full-face? a. Ya b. Tidak ( Jika jawabannya tidak, maka saya ucapkan terima kasih dan survey berakhir sampai di sini). 2. Apakah anda sering terganggu oleh kotoran dan debu yang menempel atau tersembur ke kaca helm anda pada saat hujan deras? a. Ya b. Tidak 3. Apakah Penggunaan wiper tersebut dapat menjawab kesulitan anda pada saat kejadian di atas terjadi pada anda di musim hujan? a. Ya b. Tidak ( Jika jawabannya tidak untuk dua pertanyaan di atas, maka saya ucapkan terima kasih dan survey berakhir sampai di sini). 4. Apabila Produk ini nantinya akan tersedia di toko-toko variasi motor dan helm langganan anda, dengan harga sekitar Rp Rp apakah anda akan membelinya? a. Ya b. Tidak Untuk pertanyaan No. 5 anda boleh memilih lebih dari satu pilihan. 5. Menurut anda dalam hal apa saja produk ini masih memiliki kekurangan? a. Desain e. Lain-lain. b. Ukuran c. Cara Kerja d. Harga Penjelasan:

27 Tabel 4.15 Hasil uji Konsep Design Cara kerja Ukuran Kepastian membeli No. Resp Konsep 2 Konsep 3 Konsep 2 Konsep 3 Konsep 2 Konsep 3 Konsep 2 Konsep K K Rata

28 Dari tabel hasil pengujian konsep di atas dapat dilihat secara statistik deskriptif biasa bahwa konsep yang ke-3 yang memiliki bobot lebih besar untuk setiap kriteria, baik dari segi desain yang praktis, ukuran lebih kecil, cara kerja yang sederhana, dan harga yang kompetitif memberikan minat untuk membeli yang lebih besar dari para responden. Untuk itu konsep yang ke-3 merupakan konsep tunggal yang akan diteruskan ke tahap selanjutnya untuk dievaluasi serta dikembangkan lebih baik lagi hingga tahap akhir yaitu penentuan layak atau tidaknya untuk diluncurkan ke pasar Membuat Arsitektur Produk Dalam menetapkan arsitektur produk Konsep yang ke-3 ini sangat diperlukan pemahaman mengenai kondisi dan fungsi produk. Fungsi-fungsi komponen secara garis besar dapat digambarkan dengan skema produk seperti di bawah ini. Tombol ON/OFF Aliran Sinyal / informasi Aliran tenaga / Energi Lengan wiper Dynamo Sumber arus DC Baterai Karet wiper Pengait Badan wiper Gambar 4.6 Skema dari Wiper Helm 85

29 Skema wiper helm tersebut hanya menunjukkan komponen-komponen utama dari produk tersebut. Setelah skema disusun, langkah selanjutnya adalah mengelompokkan komponen tersebut kedalam kelompok chunk. Tiap chunk memiliki fungsi yang berbeda, komponen yang memiliki fungsi yang sama dapat dikelompokkan dalam satu chunk. Menyalakan / mematikan wiper Tombol ON/OFF Aliran Sinyal / informasi Aliran tenaga / Energi Mesin untuk pengayun lengan Kabel dan bantalan tenaga Sumber tenaga Lengan wiper Dynamo Sumber arus DC Baterai Karet wiper Pengait Badan wiper Bagian yang bergerak menyapu kaca helm Penunjang struktural Pelindung Gambar 4.7 Diagram fungsi dari Wiper Helm Berdasarkan gambar 4.7 dapat diketahui bahwa produk wiper ini memiliki 7 kelompok chunk yang berbeda, yang masing-masing memiliki fungsi sebagai sumber tenaga, kabel dan bantalan tenaga, mesin penggerak lengan ayun, saklar untuk menghidupkan atau mematikan dynamo, Badan untuk pelindung (casing), lengan sebagai penyapu kaca, dan terakhir pengait yang berfungsi sebagai penunjang struktural. 86

30

31 Gambar di atas merupakan gambar susunan dari geometris wiper yang direncanakan akan dibuat, gambar tersebut disusun berdasarkan skema produk dan diagram fungsi untuk memastikan susunan komponen tidak saling bertentangan dalam hal fungsinya Design For Manufacturing (DFM) Pada tahapan DFM ini akan dibuat perhitungan biaya komponen dengan bersumber dari data-data yang ada pada Bill of Material (BOM) dan Operation Process Chart (OPC). Yang berguna dalam hal memberikan informasi mengenai jumlah komponen yang dibutuhkan, tahapan proses yang perlu dilaksanakan dalam pembuatan maupun perakitan, serta waktu perakitan untuk mencari biaya perakitan yang nantinya dikalikan dengan jam kerja dan Upah tenaga kerja. Bill of Material yang dibuat terdiri dari 2 bentuk yaitu bentuk tabel biasa maupun bentuk berstruktur (biasa disebut struktur produk). Berikut ini akan digambarkan struktur produk wiper yang terdiri dari 3 level atau tingkatan. Output dari struktur produk ini yang nantinya akan disajikan dalam bentuk tabel yang juga dapat dilihat pada tabel Fungsi dari BOM ini adalah untuk melihat jumlah komponen dan material yang dibutuhkan untuk membuat 1 unit wiper sesuai yang sudah dirancang pada tahap sebelumnya. 88

32

33 Tabel 4.16 Bill of Material (BOM) No komp Level Description Kode Quantity Keterangan 1 1 Badan Wiper BW 1 Rakit 2 *2 Dynamo D 1 Beli 3 *2 Saklar S 1 Beli 4 *2 Kabel K 1 Beli 5 *2 Kancing Baterai KB 1 Beli 6 *2 Casing Cs 1 Buat 7 **3 Casing Badan CB 1 Buat 8 **3 Tutup Baterai TB 1 Beli 9 **3 Sekrup SK 4 Beli 10 1 Lengan Wiper LW 1 Rakit 11 *2 Lengan Lengkung LL 1 Buat 12 *2 Jepit Karet JK 1 Beli 13 *2 Karet Kr 1 Beli 14 1 Pengait P 1 Rakit 15 *2 Pelat Pengait PP 1 Beli 16 *2 Doubletip Dt 1 Beli Alat bantu yang juga digunakan dalam analisis DFM adalah Operation Process Chart (Peta Proses Operasi / OPC). OPC berisi tentang langkahlangkah proses operasi seperti pencetakan, pemotongan, dan perakitan. Proses inspeksi atau pemeriksaan juga dapat dimasukkan dalam OPC untuk menjaga kualitas dari produk. Peran OPC dalam DFM ini nantinya adalah untuk merancang proses yang paling sistematis dan waktu yang paling efektif untuk membuat setiap 1 unit wiper. Berikut adalah gambar dari OPC untuk pembuatan wiper yang dilakukan pada pembuatan prototype awal sebelum DFM. 90

34 PETA PROSES OPERASI Dipetak an oleh : Her Fin Tgl pemetaan : 22 November 2004 sekarang Nama Produk : Wiper helm X usulan P elat lembaran Pelat Besi Batang Plastik 30' O-4 Memotong pelat Gunting pelat O-2 Mencetak lengan lengkung Mesin press 10" 0-1 Memfrais badan casing Mes in frais 20' O-5 Gerinda 15' O-3 Membuat lubang 5' I-1 Ins pek s i M. gerinda Penjepit karet Mesin bor Dynamo T. inspeksi Doubletip 20' O-6 Melipat pelat Palu karet A-8 Rakit penjepit karet M. Rakit Kancing baterai A-1 Rakit dynamo M. rakit Karet 15' A-11 Memasang doubletip gunting Sekrup A-9 Pasang karet M. Rakit Kabel A-2 Rakit kancing baterai M.rakit I-3 Inspeksi T. Inspeksi A-10 Menyekrup M.rakit + obeng Saklar 20' A-3 Rakit kabel M. Rak it + S older I-2 Ins pek s i T. Inspeksi Baterai A-4 Rakit saklar M. Rakit + solder 5' Pasang baterai Tutup B aterai A-5 M. Rakit 5' Rakit tutup baterai Sekrup A-6 M. Rak it A-7 menyekrup M. Rakit + obeng Rakit Lengan wiper A-12 M. Rak it RINGKASAN Symbol Keterangan Waktu 5' A-13 I-4 Rakit pengait M.Rak it Ins pek s i T. Inspeksi O Operasi 695 detik A Assembly 135 detik S I Ins pek s i 30 detik Total waktu 860 detik Gambar 4.10 Peta Proses Operasi (OPC) OPC diatas menampilkan urutan dari pembuatan prototype yang telah dilaksanakan sebelum tahapan ini. 91

35 Memperkirakan biaya produksi : Dari BOM dan OPC maka dapat dilakukan penghitungan biaya komponen dan biaya produksi / unit pada awal tahap DFM. Untuk memperkirakan biaya produksi digunakan asumsi-asumsi dan data-data di bawah ini : Harga bahan Baku biji plastik + Rp 9000/Kg Harga besi pelat siku adalah Rp /m Upah Minimum Propinsi DKI Jakarta adalah Rp /bulan berdasarkan kebijakan dewan pengupahan DKI No 2515/2004 tentang penetapan UMP Hari kerja adalah 25 hari dalam sebulan dengan jam kerja adalah 8 jam setiap harinya. Mesin yang digunakan untuk Injection adalah merk ChenHsong dengan type SM90(853902) kapasitas 90 ton dengan daya 15 PK Harga mesin baru $ Aus atau dikonversikan ke rupiah menjadi + Rp ,- Berdasarkan OPC waktu siklus 1 unit adalah 860 detik Biaya overhead diambil 10% dari harga material dan 80% dari biaya perakitan dan proses. Dari data-data dan asumsi-asumsi diatas maka dapat diperkirakan biaya produksi dari 1 unit wiper bila dijalankan sesuai proses yang tertera pada OPC. 92

36 Tabel 4.17 Perkiraan biaya produksi/unit Peralatan Umur Pemrosesan Total Biaya & pakai Total Biaya Komponen Material (mesin + Perakitan Variabel Biaya tidak peralatan biaya tetap Total Yang dibeli T. kerja) (T.Kerja) per unit berulang lain per unit Badan wiper Plastik casing Dynamo Bantalan baterai Saklar ON / OFF Baterai Tutup Baterai Sekrup Lengan Wiper Lengan lengkung Penjepit karet Karet Pengait Pelat pengait Bantalan doubletip Total Biaya Langsung Beban Overhead Biaya Total Hasil perhitungan pada tabel di atas menunjukkan biaya produksi untuk membuat 1 wiper bila disesuaikan dengan proses yang tertera pada OPC adalah sekitar Rp ,17. Pada tahap DFM ini maka akan dicoba untuk mengurangi biaya produksi tersebut dengan memperkirakan ulang biaya komponen dan waktu perakitan dengan cara mengganti bahan dari pelat besi dan plastik batangan menjadi biji plastik High Density Polyethylene (HDPE). Karena lebih ringan dan cukup kuat, harganya juga lebih murah daripada besi pelat. Bila Lengan diganti dengan bahan plastik, maka tegangan baterai bisa dikurangi karena bahan lebih ringan untuk digerakkan. 93

37 Setelah mengalami penyesuaian di atas, maka urutan proses pada OPC mengalami perubahan pada tahap awalnya, dengan waktu siklus yang jauh lebih singkat yaitu hanya 270 detik. PETA PROSES OPERASI Dipetakan oleh : Her Fin Tgl pemetaan : 22 November 2004 sekarang Nama Produk : Wiper helm X usulan P elat lembaran B iji P lastik B iji P lastik 30' O-4 Memotong pelat Gunting pelat O-2 Mencetak lengan lengkung Inj. Moulding 0-1 Mencetak badan casing Inj. moulding 20' O-5 Gerinda 15' O-3 Membuat lubang 5' I-1 Ins pek s i M. gerinda Penjepit karet Mesin bor Dynamo T. inspeksi Doubletip 20' O-6 Melipat pelat Palu karet A-8 Rakit penjepit karet M. Rakit Kancing baterai A-1 Rakit dynamo M. rakit Karet 15' A-11 Memasang doubletip gunting Sekrup A-9 Pasang karet M. Rakit Kabel A-2 Rakit kancing baterai M.rakit I-3 Inspeksi T. Inspeksi A-10 Menyekrup M.rakit + obeng Saklar 20' A-3 Rakit kabel M. Rak it + S older I-2 Ins pek s i T. Inspeksi Baterai A-4 Rakit saklar M. Rakit + solder 5' Pasang baterai Tutup B aterai A-5 M. Rakit 5' Rakit tutup baterai Sekrup A-6 M. Rak it A-7 menyekrup M. Rakit + obeng Rakit Lengan wiper A-12 M. Rak it RINGKASAN Symbol Keterangan Waktu 5' A-13 I-4 Rakit pengait M.Rak it Inspeksi T. Inspeksi O Operasi 105 detik A Assembly 135 detik S I Ins pek s i 30 detik Total waktu 270 detik Gambar 4.11 Peta Proses Operasi (OPC) usulan 94

38 Dengan mengganti bahan menjadi plastik HDPE, maka biaya produksi/unit dapat dihitung ulang dengan mengalami pengurangan biaya pada beberapa bagian komponen, yaitu bahan badan wiper, lengan, dan baterai dari 9 volt menjadi 3 volt. Tabel 4.18 Perkiraan Biaya Komponen Perincian Biaya Biaya Variabel Material Kg HDPE dengan Rp9000/Kg 3000 Perakitan 270 detik dengan Rp3400/jam 255 Pemrosesan(machining) 40 detik dengan Rp7,38 detik Biaya Tetap Peralatan dan alat bantu mesin Harga dibagi dengan unit yang dihasilkan Total biaya langsung Beban overhead Biaya Total per Unit Tabel 4.19 Perkiraan Biaya Perakitan Komponen Kuantitas Waktu Penanganan Waktu Penyisipan Waktu total Badan wiper Lengan wiper Pengait Total waktu (detik) 270 Biaya rakitan dengan Rp3400/jam Rp 255 Dengan menggabungkan perkiraan ulang dari biaya komponen dan biaya perakitan maka didapatkan hasil perhitungan biaya produksi/unit wiper yang sudah dirancang ulang dengan mengganti jenis bahannya menjadi yang lebih ringan dengan tidak mengurangi kualitas dari produk tersebut. 95

39 Tabel 4.20 Perkiraan Biaya Produksi/unit yang dirancang ulang. Pemrosesan Total Biaya Peralatan & Umur pakai Total Biaya Komponen Material (mesin + Perakitan Variabel Biaya tidak peralatan biaya tetap Total Yang dibeli T. kerja) (T.Kerja) per unit berulang lain per unit Badan wiper Plastik casing Dynamo Bantalan baterai Saklar ON / OFF Baterai Tutup Baterai Sekrup Lengan Wiper Lengan lengkung Penjepit karet Karet Pengait Pelat pengait Bantalan doubletip Total Biaya Langsung Beban Overhead Biaya Total Hasil akhir dari analisis DFM ini adalah pengurangan biaya produksi/unit dari Rp ,17 menjadi hanya RP ,17. Pengurangan biaya yang cukup besar menunjukkan bahwa peran DFM sangat berarti dalam pengembangan suatu produk Analisis Ekonomi Tahapan terakhir dalam suatu proses pengembangan produk adalah analisis ekonomi untuk memperkirakan gambaran prospek dari penjualan produk ini beberapa periode ke depan. Hasil dari analisis ini akan menentukan keputusan untuk terus menjalankan pengembangan produk ini (bila 96

40 menguntungkan) atau tidak (bila tidak menguntungkan, bahkan mengalami kerugian). Analisis ekonomi yang dilakukan menggunakan 2 metode yaitu kuantitatif dan kualitatif, dimana metode kualitatif merupakan penyesuaian hasil dari metode kuantitatif dengan keadaan pasar, lingkungan dan keadaan ekonomi Metode Kuantitatif Dengan metode ini dilakukan perkiraan dalam menghitung biaya yang dibutuhkan dari mulai pengembangan, perakitan, pemasaran, sampai ke biaya produksi untuk nantinya dikomulatifkan dengan pendapatan penjualan menjadi aliran kas per periode (Cashflow). Untuk melihat apakah investasi ini menguntungkan atau tidak maka semua nilai cashflow tersebut dihitung dengan metode NPV (Net Present Value) dibawa ke periode awal tahun pertama. Berikut adalah data-data yang diperlukan dalam menghitung cashflow dengan metode NPV : - Perhitungan dilakukan dengan periode 4 tahun, yang merupakan waktu perkiraan siklus hidup produk mencapai tahap pertumbuhan dewasa, setelah disesuaikan dengan pola permintaan yang akan bersifat musiman, dan juga dengan kemampuan produksi yang dihitung dari waktu siklus pembuatan produk ini. 97

41 - Biaya Pengembangan berasal dari biaya desain cetakan (Rp ,-), biaya tes prototype ( Rp ,-) dan biaya survey (Rp ,-) dengan total + Rp ,- - Diasumsikan proyek ini masih bersifat industri kecil, biaya perakitan untuk 1 mesin cetak dan beberapa peralatan potong memerlukan biaya + Rp ,- - Biaya pemasaran dan penunjang untuk daerah luar Jakarta diperkirakan Rp ,- dengan acuan jasa pengiriman truktruk besar. - Volume produksi dihitung dari waktu siklus 1 produk = 270 detik, bila diasumsikan jam kerja = 8 jam dan hari kerja dalam sebulan = 25 hari, maka dalam 1 quartil akan menghasilkan produk. - Biaya produksi / unit = Rp ,17 diambil dari perkiraan biaya produksi pada tahap DFM. - Harga Penjualan diusahakan tidak terlalu mahal, sesuai dengan yang ditanyakan pada pengujian konsep, maka harga yang wajar untuk produk ini adalah sekitar Rp ,- - Tingkat suku bunga pengembalian kredit (r) yang digunakan adalah 18%, dengan melihat tingkat suku bunga kredit bank yang tertinggi yaitu dari Bank Mandiri. Perhitungan cashflow dgn metode NPV disajikan dalam tabel berikut ini : 98

42

43 Analisa tabel 4.21 : Dari tabel 4.21 dapat dilihat bahwa dengan menggunakan data-data di atas, nilai kumulatif dari NPV pada periode awal bernilai positif mulai dari periode tahun ke-2, lebih tepatnya pada periode quartil ke-4. Artinya bahwa Break Event Point ( Titik impas / Pengembalian modal ) ada pada periode tersebut. Modal akan kembali dalam waktu 2 tahun dan merupakan waktu yang tidak terlalu lama, mengingat siklus produk ini akan bertahan terus seiring dengan peningkatan jumlah pemilik sepeda motor yang menggunakan helm full-face. Nilai bersih periode saat ini adalah Rp ,- jumlah yang cukup besar untuk menjalankan industri kecil. Karena NPV bernilai positif, maka berdasarkan analisis kuantitatif proyek layak dijalankan Metode Kualitatif Hasil dari analisis kuantitatif di atas belum disesuaikan dengan keadaan pasar, lingkungan dan keadaan ekonomi Indonesia. Disinilah peran analisis kualitatif untuk lebih meyakinkan bahwa produk ini layak dijalankan atau tidak, maka dicoba dilakukan penyesuaian hasil perhitungan di atas dengan 3 skenario berbeda yang saling berhubungan. Skenario 1 : Menaikkan tingkat suku bunga, karena risiko dalam bisnis selalu ada, maka ada baiknya agar lebih aman, risiko itu dipertimbangkan di awal periode dengan menaikkan tingkat suku bunga menjadi 20%

44

45 Analisa tabel 4.23 : Dari tabel 4.23 dapat dilihat bahwa dengan mempertimbangkan fluktuasi permintaan pasar, proyek ini masih bisa berjalan hanya saja mungkin periode pengembalian modal (BEP) akan menjadi sedikit lebih lama menjadi tahun ke-3 quartil ke-1. Nilai NPV dari proyek ini berkurang sebesar Rp ,- menjadi hanya Rp ,- tetapi karena nilainya masih cukup besar dan bernilai positif, maka proyek masih layak untuk dijalankan. Skenario 3 : Menaikkan Harga Penjualan, Cara ini bertujuan untuk menjawab kekurangan dari skenario 2 dimana nilai NPV berkurang sebesar Rp ,-. Kenaikan harga dilakukan pada tingkat yang masih masuk akal, mengingat pada tahap pengujian konsep skala harga yang diajukan ke responden adalah berkisar antara Rp Maka pada skenario ke-3 ini harga penjualan / unit dinaikkan lagi 20% dari harga awal menjadi Rp ,- Dengan menaikkan harga penjualan diharapkan waktu pengembalian modal menjadi lebih cepat dan nilai aliran kas bersih saat ini (NPV) menjadi lebih meningkat dan membuat proyek ini semakin layak untuk dijalankan. Hasil perhitungan skenario 3 dapat dilihat pada tabel 4.24 di bawah ini :

BAB 3. Metode Perancangan Produk

BAB 3. Metode Perancangan Produk BAB 3 Metode Perancangan Produk Berikut adalah flow diagram dari tahapan-tahapan yang dilakukan mulai dari awal sampai pengujian konsep dalam melakukan proses pengembangan produk: Gambar 3.1 Flow Diagram

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 8 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka Adapun Proses Pengembangan Produk secara umum terdiri dari beberapa tingkatan atau biasa disebut fase. Dari buku Perancangan dan Pengembangan Produk karangan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia tingkat penjualan kendaraan bermotor baik yang beroda empat atau pun

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia tingkat penjualan kendaraan bermotor baik yang beroda empat atau pun BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jumlah kendaraan bermotor di seluruh dunia terus bertambah, khususnya di Indonesia tingkat penjualan kendaraan bermotor baik yang beroda empat atau pun yang beroda

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PERANCANGAN PRODUK

BAB 3 METODE PERANCANGAN PRODUK BAB 3 METODE PERANCANGAN PRODUK Berikut merupakan flow diagram dari tahapan-tahapan ng dilakukan dari awal sampai akhir dalam melakukan proses pengembangan produk : Perencanaan (perntaan misi) Identifikasi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan kendaraan bermotor di Indonesia khususnya dikota-kota besar

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan kendaraan bermotor di Indonesia khususnya dikota-kota besar BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan kendaraan bermotor di Indonesia khususnya dikota-kota besar mengalami peningkatan penjualan pada tiap-tiap tahun, baik yang beroda empat atau pun yang beroda

Lebih terperinci

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA UNIVERSITAS BINA NUSANTARA Jurusan Teknik Industri Tugas Akhir Sarjana Semester Genap tahun 2006/2007 PERANCANGAN DAN PENGEMBANGAN KONSEP PAC PUZZLE ALARM CLOCK Indra Julianto Tjakra NIM: 0700678396 Abstrak

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI Proses pengembangan produk secara umum dibagi kedalam beberapa tahap yang biasanya disebut fase. Menurut Karl T. Ulrich dan Steven D. Eppinger dalam bukunya yang berjudul Perancngan

Lebih terperinci

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA UNIVERSITAS BINA NUSANTARA Abstrak Jurusan Teknik Industri Tugas Akhir Sarjana Semester Genap tahun 2006/2007 PENGEMBANGAN PRODUK REMOTE PRESENTASI Bayunanda NIM: 0700703611 Dilihat dari banyaknya banyaknya

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka Dalam proses pengembangan produk ada tiga Departement yang ada diperusahaan, yang diperlukan kontribusinya dan peranannya dalam menjalankan suatu proyek atau proses

Lebih terperinci

Universitas Bina Nusantara

Universitas Bina Nusantara Universitas Bina Nusantara Jurusan Teknik Industri Skripsi Sarjana Teknik Industri Semester Ganjil 2004 / 2005 Perancangan, Pengembangan dan Analisis Ekonomi Produk Wiper Untuk Helm Full-Face

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 42 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metodologi Penelitian Metodologi penelitian ini merupakan cara yang digunakan untuk memecahkan masalah dengan langkah-langkah yang akan ditempuh harus relevan dengan

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Perencanaan Produk Perencanaan produk sering disebut sebagai zerofase karena mendahului persetujuan proyek dan proses peluncuran pengembangan produk aktual. Dengan adanya

Lebih terperinci

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA. Jurusan Teknik Industri Tugas Akhir Sarjana Semester Genap tahun 2006/2007 (sesuai periode berjalan)

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA. Jurusan Teknik Industri Tugas Akhir Sarjana Semester Genap tahun 2006/2007 (sesuai periode berjalan) UNIVERSITAS BINA NUSANTARA Jurusan Teknik Industri Tugas Akhir Sarjana Semester Genap tahun 2006/2007 (sesuai periode berjalan) PERANCANGAN DAN PENGEMBANGAN KONSEP PADA PRODUK MEJA SETERIKA Yunus Armanto

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Pengumpulan Data 4.1.1 Perencanaan Produk Sebelum masuk pada tahap pengumpulan data identifikasi kebutuhan pelanggan maka perlu dilakukan proses perencanaan produk

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 147 BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Flowchart Metode Penelitian Populasi dan sampel Studi Pendahuluan -Analisa Tas Laptop yang sudah ada Studi Pustaka Online Book ReferenceJournal Group Forum Materi Kuliah

Lebih terperinci

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA. Jurusan Teknik Industri Tugas Akhir Sarjana Semester Genap tahun 2006/2007 (sesuai periode berjalan)

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA. Jurusan Teknik Industri Tugas Akhir Sarjana Semester Genap tahun 2006/2007 (sesuai periode berjalan) UNIVERSITAS BINA NUSANTARA Jurusan Teknik Industri Tugas Akhir Sarjana Semester Genap tahun 2006/2007 (sesuai periode berjalan) PERANCANGAN DAN PENGEMBANGAN KONSEP PADA PRODUK LAMPU BELAJAR Like Lanita

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengalami peningkatan yang sangat pesat yaitu sebesar 1035 unit per harinya atau

BAB I PENDAHULUAN. mengalami peningkatan yang sangat pesat yaitu sebesar 1035 unit per harinya atau BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pertumbuhan kendaraan bermotor di Indonesia khususnya di kota-kota besar mengalami peningkatan yang sangat pesat yaitu sebesar 1035 unit per harinya atau 31.050

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Definisi Perancangan dan Pengembangan Produk Perancangan dan pengembangan produk adalah serangkaian aktivitas yang dimulai dari analisis persepsi dan peluang

Lebih terperinci

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA UNIVERSITAS BINA NUSANTARA Jurusan Teknik Industri Tugas Akhir Sarjana Semester Genap tahun 2006/2007 PENGEMBANGAN PRODUK MOTOR TANPA HUJAN DAN PANAS Abstrak Fransiscus Ivan NIM: 0700718550 Pengendara

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI. 3.1 Metode Penelitian. Diagram 3.1 Diagram Flow Tahapan Pengembangan

BAB 3 METODOLOGI. 3.1 Metode Penelitian. Diagram 3.1 Diagram Flow Tahapan Pengembangan BAB 3 METODOLOGI 3.1 Metode Penelitian Studi Pendahuluan Analisa topi yang sudah ada Pengamatan kebiasaan para pengguna topi Studi Pustaka Perumusan Masalah Identifikasi hasil yang didapat pada Studi Pendahuluan

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Diagram Alir Penelitian BAB 3 METODE PENELITIAN Gambar 3.1 Diagram Alir Penelitian 70 Gambar 3.2 Diagram Alir Penelitian (lanjutan) 71 2 Penentuan spesifikasi target Penyusunan dan Seleksi Konsep Pembuatan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, mulai pada bulan

BAHAN DAN METODE. Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, mulai pada bulan BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini direncanakan akan dilakukan di Laboratorium Keteknikan Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, mulai pada bulan September- Oktober

Lebih terperinci

BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA

BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA 4.1 Pengumpulan Data 4.1.1 Kompetitor Perusahaan Helm 4.1.1.1 Shoei Helmet Shoei Helmet merupakan perusahaan yang memproduksi helm yang berkualitas. Helm yang diproduksi

Lebih terperinci

pembayaran secara manual.

pembayaran secara manual. 137 bunyi sebanyak satu kali. Jika transaksi tidak berhasil dilakukan dikarenakan saldo tidak mencukupi atau tag RFID tidak terbaca maka sistem akan memberitahukan kepada operator yang bertugas dan konsumen

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengumpulan Data 4.1.1 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini hanya dibatasi di kalangan konsumen teh kemasan dengan umur antara 15 22 tahun di wilayah Jakarta saja. Hal

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Tahapan Proses Perancangan dan Pengembangan Produk Proses perancangan dan pengembangan produk terdiri dari 6 tahapan seperti yang ditunjukkan dalam gambar

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Identifikasi Kebutuhan Pelanggan 4.1.1 Pengumpulan Data Identifikasi Kebutuhan Pelanggan Pengumpulan data yang dilakukan pada tahap identifikasi kebutuhan pelanggan dilakukan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Konseptual III. METODE PENELITIAN Nilai tambah yang tinggi yang diperoleh melalui pengolahan cokelat menjadi berbagai produk cokelat, seperti cokelat batangan merupakan suatu peluang

Lebih terperinci

DM-RAPD (Indonesian) Panduan Dealer. JALANAN MTB Trekking. Keliling Kota/ Sepeda Nyaman. Pedal SPD-SL DURA-ACE PD-R9100 ULTEGRA PD-R8000

DM-RAPD (Indonesian) Panduan Dealer. JALANAN MTB Trekking. Keliling Kota/ Sepeda Nyaman. Pedal SPD-SL DURA-ACE PD-R9100 ULTEGRA PD-R8000 (Indonesian) DM-RAPD001-01 Panduan Dealer JALANAN MTB Trekking Keliling Kota/ Sepeda Nyaman URBAN SPORT E-BIKE Pedal SPD-SL DURA-ACE PD-R9100 ULTEGRA PD-R8000 SM-PD63 DAFTAR ISI PENGUMUMAN PENTING... 3

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Obyek dan Lokasi Penelitian Obyek penelitian yang akan diangkat pada penelitian ini adalah Perencanaan budidaya ikan lele yang akan berlokasi di Desa Slogohimo, Wonogiri.

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENGUJIAN CIGARETTE SMOKE FILTER

BAB IV METODE PENGUJIAN CIGARETTE SMOKE FILTER BAB IV METODE PENGUJIAN CIGARETTE SMOKE FILTER 4.1 TUJUAN PENGUJIAN Tujuan dari pengujian Cigarette Smoke Filter ialah untuk mengetahui seberapa besar kinerja penyaringan yang dihasilkan dengan membandingkan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Adapun bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah tulang

BAHAN DAN METODE. Adapun bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah tulang BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret hingga April 2016 di Laboratorium Keteknikan Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan. Bahan

Lebih terperinci

BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA

BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA 4.1 Pengumpulan Dan Pengolahan Data 4.1.1 Beberapa Jenis Produk Lampu Belajar 4.1.1.1 Produk Lampu Belajar Yang Digunakan Gambar 4.1 Produk Lampu Belajar Yang Digunakan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Lampung Timur. Lokasi penelitian

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Lampung Timur. Lokasi penelitian 36 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Lampung Timur. Lokasi penelitian dipilih secara purposive (sengaja) dengan pertimbangan bahwa daerah

Lebih terperinci

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA. sebanyak 30 buah. Kemudian dilakukan uji valliditas dan reliabilitas.

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA. sebanyak 30 buah. Kemudian dilakukan uji valliditas dan reliabilitas. 46 BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1.Pengumpulan Data Dalam penelitian ini, data diperoleh dari pengguna jam weker. pengumpulan data dilakukan dengnan langkah awal penyebaran kuisioner terbuka

Lebih terperinci

BAB II PROSES KERJA DAN MATERIAL

BAB II PROSES KERJA DAN MATERIAL BAB II PROSES KERJA DAN MATERIAL 2.1 Landasan Teori Operation Process Chart (OPC) adalah suatu diagram yang menggambarkan langkah-langkah proses yang dialami oleh bahan baku yang meliputi urutan proses

Lebih terperinci

PERANCANGAN PRODUK. Chapter 4. Gasal 2014

PERANCANGAN PRODUK. Chapter 4. Gasal 2014 PERANCANGAN PRODUK Chapter 4 Gasal 2014 Debrina Puspita Andriani Teknik Industri Universitas Brawijaya e-mail : debrina@ub.ac.id Blog : http://debrina.lecture.ub.ac.id/ 6/10/2014 Perancangan Produk - Gasal

Lebih terperinci

Analisis Kelayakan Finansial Produk Pakan Ternak Sapi Perah di Koperasi Susu Kota Batu

Analisis Kelayakan Finansial Produk Pakan Ternak Sapi Perah di Koperasi Susu Kota Batu Petunjuk Sitasi: Ardianwiliandri, R., Tantrika, C. F., & Arum, N. M. (2017). Analisis Kelayakan Finansial Produk Pakan Ternak Sapi Perah di Koperasi Susu Kota Batu. Prosiding SNTI dan SATELIT 2017 (pp.

Lebih terperinci

BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN, DAN ANALISIS DATA

BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN, DAN ANALISIS DATA BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN, DAN ANALISIS DATA 4.1 Pernyataan Misi Awal dari tahapan proses perancangan dan pengembangan produk adalah dibuatnya pernyataan misi, yang mana pernyataan misi ini memuat

Lebih terperinci

Bab 3 Metodologi Penelitian

Bab 3 Metodologi Penelitian Bab 3 Metodologi Penelitian 3.1. Flow Chart Metodologi Penelitian Penelitian merupakan kegiatan sistematis dengan serangkaian proses yang dilakukan secara terstruktur. Setiap tahapan proses tersebut akan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 23 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Definisi mengenai Kualitas Saat kata kualitas digunakan, kita mengartikannya sebagai suatu produk atau jasa yang baik yang dapat memenuhi keinginan kita. Menurut ANSI/ASQC Standard

Lebih terperinci

BAB I PENGEMBANGAN KONSEP

BAB I PENGEMBANGAN KONSEP BAB I PENGEMBANGAN KONSEP Konsep produk merupakan gambaran singkat bagaimana produk memuaskan kebutuhan pelanggan. Sehingga perlu dimunculkan konsep untuk memperbarui mekanisme produk meja setrika yang

Lebih terperinci

ABSTRAK. Keywords: Es Puter, QFD, Industri kecil

ABSTRAK. Keywords: Es Puter, QFD, Industri kecil ABSTRAK Perancangan teknologi alat pembuat es puter (hard ice cream) telah berkembang dari manual sampai yang otomatis. Dalam merancang sebuah alat tidak hanya mempertimbangkan aspek teknologi namun juga

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian dan tujuan rancang fasilitas Wignjosoebroto (2009; p. 67) menjelaskan, Tata letak pabrik adalah suatu landasan utama dalam dunia industri. Perancangan tata letak pabrik

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Perubahan lingkungan internal dan eksternal menuntut perusahaan untuk meningkatkan keunggulan kompetitif agar dapat bertahan dan berkembang. Disaat perusahaan

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metodologi Penelitian Metodologi penelitian ini merupakan cara yang digunakan untuk memecahkan masalah dengan langkah-langkah yang akan ditempuh harus relevan dengan masalah

Lebih terperinci

(Indonesian) DM-TRPD Panduan Dealer. JALANAN MTB Trekking. Keliling Kota/ Sepeda Nyaman. Pedal DEORE XT PD-T8000

(Indonesian) DM-TRPD Panduan Dealer. JALANAN MTB Trekking. Keliling Kota/ Sepeda Nyaman. Pedal DEORE XT PD-T8000 (Indonesian) DM-TRPD001-02 Panduan Dealer JALANAN MTB Trekking Keliling Kota/ Sepeda Nyaman URBAN SPORT E-BIKE Pedal DEORE XT PD-T8000 DAFTAR ISI PENGUMUMAN PENTING... 3 UNTUK MENJAGA KESELAMATAN... 4

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan perusahaan harus cepat tanggap terhadap perubahan pasar. Perusahaan harus

BAB I PENDAHULUAN. dan perusahaan harus cepat tanggap terhadap perubahan pasar. Perusahaan harus BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan teknologi yang semakin canggih dari tahun ke tahun membuat perusahaan harus terus berinovasi terhadap produk yang dihasilkan. Hal ini dikarenakan keinginan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN III. 1. KERANGKA PEMIKIRAN Terbatasnya sumber daya minyak dan kemampuan kapasitas produksi minyak mentah di dalam negeri telah menjadikan sekitar 50% pemenuhan bahan bakar nasional

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI. Tahapan Proses (T1) Struktur Produk. Input yang dibutuhkan (T2) Komponen Biaya (T3) Perkiraan Waktu Perakitan (T4)

BAB 3 METODOLOGI. Tahapan Proses (T1) Struktur Produk. Input yang dibutuhkan (T2) Komponen Biaya (T3) Perkiraan Waktu Perakitan (T4) BAB 3 METODOLOGI 3.1 Tahapan Model DFM untuk Produk Tech4U Target Penjualan Profil Produk Target Biaya OPC Tahapan Proses (T1) Struktur Produk Peralatan/ Pendukung Input yang dibutuhkan (T2) BOM Komponen

Lebih terperinci

PERANCANGAN PRODUK. Chapter 2. Gasal 2014

PERANCANGAN PRODUK. Chapter 2. Gasal 2014 PERANCANGAN PRODUK Chapter 2 Gasal 2014 Debrina Puspita Andriani Teknik Industri Universitas Brawijaya e-mail : debrina@ub.ac.id Blog : http://debrina.lecture.ub.ac.id/ 22/09/2014 Perancangan Produk -

Lebih terperinci

PERTEMUAN 4 (PENGEMBANGAN DAN PEMILIHAN KONSEP) SELASA & KAMIS, 1 & 3 NOVEMBER 2016

PERTEMUAN 4 (PENGEMBANGAN DAN PEMILIHAN KONSEP) SELASA & KAMIS, 1 & 3 NOVEMBER 2016 PERTEMUAN 4 (PENGEMBANGAN DAN PEMILIHAN KONSEP) SELASA & KAMIS, 1 & 3 NOVEMBER 2016 TAHAP PERANCANGAN PRODUK DEFINISI KONSEP PRODUK Sebuah gambaran atau perkiraan mengenai teknologi, prinsip kerja, dan

Lebih terperinci

BAB 4 PENGOLAHAN DATA DAN ANALISA. rangkaian fase pengembangan produk.

BAB 4 PENGOLAHAN DATA DAN ANALISA. rangkaian fase pengembangan produk. 78 BAB 4 PENGOLAHAN DATA DAN ANALISA 4.1 Perencanaan Produk Sebelum memasuki tahap identifikasi kebutuhan pelanggan, terlebih dahulu perlu dilakukan tahap perencanaan produk, yang mana hasil dari perencanaan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN A. Definisi dan Batasan Operasional Untuk memperjelas dan menghindari kesalahpamaham mengenai pengertian tentang istlah-istilah dalam penelitian ini maka dibuat definisi dan batasan

Lebih terperinci

SEGMENTASI PASAR. Hasil dan Pembahasan 1. Buatlah peta segmentasi pasar dari meja yang kalian gunakan sesuai dengan langkah-langkah...

SEGMENTASI PASAR. Hasil dan Pembahasan 1. Buatlah peta segmentasi pasar dari meja yang kalian gunakan sesuai dengan langkah-langkah... SEGMENTASI PASAR Tujuan Praktikum Berikut adalah tujuan dari praktikum segmentasi pasar. 1. Untuk dapat menentukan segmen pasar sebagai pertimbangan merancang dan mengembangkan produk. 2. Untuk dapat menentukan

Lebih terperinci

IV METODOLOGI PENELITIAN

IV METODOLOGI PENELITIAN IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di sebuah lokasi yang berada Desa Kanreapia Kecamatan Tombolo Pao, Kabupaten Gowa, Propinsi Sulawesi Selatan. Pemilihan lokasi

Lebih terperinci

BAB 1. Pendahuluan. untuk kendaraan-kendaraan pribadi baik beroda dua maupun beroda empat.

BAB 1. Pendahuluan. untuk kendaraan-kendaraan pribadi baik beroda dua maupun beroda empat. BAB 1 Pendahuluan 1.1 Latar belakang Perkembangan teknologi otomotif di dunia semakin berkembang, terutama untuk kendaraan-kendaraan pribadi baik beroda dua maupun beroda empat. Dengan adanya perkembangan

Lebih terperinci

Pengujian. Produk. Perancangan. Produk. Identifikasi Kondisi Eksisting

Pengujian. Produk. Perancangan. Produk. Identifikasi Kondisi Eksisting Pengujian Produk Perancangan Produk Identifikasi Kondisi Eksisting Identifikasi Kondisi Eksisting Membungkus kedelai yang telah diberi ragi Menimbang ukuran berat Labelling Memanaskan ujung-ujung plastik

Lebih terperinci

BAB 13 SISTEM KELISTRIKAN TAMBAHAN (ASESORIS)

BAB 13 SISTEM KELISTRIKAN TAMBAHAN (ASESORIS) BAB 13 SISTEM KELISTRIKAN TAMBAHAN (ASESORIS) 13.1. Pendahuluan Sistem kelistrikan tambahan merupakan sistem di luar sistem utama namun memiliki fungsi yang tidak kalah penting. Faktor keamanan dan kenyamanan

Lebih terperinci

Pemindah Gigi Belakang

Pemindah Gigi Belakang (Indonesian) DM-MBRD001-04 Panduan Dealer JALANAN MTB Trekking Keliling Kota/ Sepeda Nyaman URBAN SPORT E-BIKE Pemindah Gigi Belakang SLX RD-M7000 DEORE RD-M6000 DAFTAR ISI PENGUMUMAN PENTING... 3 UNTUK

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS KASUS. Table 3.1 Gangguan Pada Sistem Windshield Wiper. Gangguan Kemungkinan kerusakan Cara perbaikan. 2. Kontak logam ke logam

BAB III ANALISIS KASUS. Table 3.1 Gangguan Pada Sistem Windshield Wiper. Gangguan Kemungkinan kerusakan Cara perbaikan. 2. Kontak logam ke logam BAB III ANALISIS KASUS A. Temuan Masalah Bab ini mengemukakan tentang gangguan dan perbaikan tentang windshield wiper dimulai dari pembongkaran, pemeriksaan, penggantian dan pemasangan. Table 3.1 Gangguan

Lebih terperinci

Mulai. Merancang bentuk alat. Menggambar dan menentukan dimensi alat. Memilih bahan. Diukur bahan yang akan digunakan

Mulai. Merancang bentuk alat. Menggambar dan menentukan dimensi alat. Memilih bahan. Diukur bahan yang akan digunakan 38 Lampiran 1. Flow Chart pelaksanaan penelitian. Mulai Merancang bentuk alat Menggambar dan menentukan dimensi alat Memilih bahan Diukur bahan yang akan digunakan Dipotong bahan yang digunakan sesuai

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Proses produksi kopi luwak adalah suatu proses perubahan berbagai faktor

III. METODE PENELITIAN. Proses produksi kopi luwak adalah suatu proses perubahan berbagai faktor III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Batasan Operasional Konsep dasar dan batasan operasional ini mencakup semua pengertian yang digunakan untuk memperoleh data yang akan dianalisis sesuai dengan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI. 3.1 Kerangka Pemikiran. 3.2 Metode Penelitian

III. METODOLOGI. 3.1 Kerangka Pemikiran. 3.2 Metode Penelitian III. METODOLOGI 3.1 Kerangka Pemikiran Ketersediaan bahan baku ikan hasil tangkap sampingan yang melimpah merupakan potensi yang besar untuk dijadikan surimi. Akan tetapi, belum banyak industri di Indonesia

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Diagram Alir Penelitian Metode penelitian menunjukan bagaimana penelitian dilakukan dari identifikasi masalah sampai dengan analisis dan kesimpulan. Tahapan metode dari penelitian

Lebih terperinci

HAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG-UNDANG [1] Tidak diperkenankan mengumumkan, memublikasikan, memperbanyak sebagian atau seluruh karya ini

HAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG-UNDANG [1] Tidak diperkenankan mengumumkan, memublikasikan, memperbanyak sebagian atau seluruh karya ini BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Analisis Teknik 4.1.1. Kebutuhan Daya Penggerak Kebutuhan daya penggerak dihitung untuk mengetahui terpenuhinya daya yang dibutuhkan oleh mesin dengan daya aktual pada motor

Lebih terperinci

SKRIPSI DESAIN PERANGKAT LIPAT UNTUK KOTAK MAKANAN. Disusun Oleh : Oki Saputra

SKRIPSI DESAIN PERANGKAT LIPAT UNTUK KOTAK MAKANAN. Disusun Oleh : Oki Saputra SKRIPSI DESAIN PERANGKAT LIPAT UNTUK KOTAK MAKANAN Disusun Oleh : Oki Saputra 5303012018 JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS KATOLIK WIDYA MANDALA SURABAYA 2016 KATA PENGANTAR Puji

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN HALAMAN PERNYATAAN NASKAH SOAL TUGAS AKHIR HALAMAN PERSEMBAHAN KATA PENGANTAR UCAPAN TERIMA KASIH INTISARI

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN HALAMAN PERNYATAAN NASKAH SOAL TUGAS AKHIR HALAMAN PERSEMBAHAN KATA PENGANTAR UCAPAN TERIMA KASIH INTISARI DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN HALAMAN PERNYATAAN NASKAH SOAL TUGAS AKHIR HALAMAN PERSEMBAHAN KATA PENGANTAR UCAPAN TERIMA KASIH INTISARI DAFTAR ISI DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL DAFTAR LAMPIRAN

Lebih terperinci

Gambar Sistem kelistrikan solenoid pengunci tutup tangki bahan bakar Gambar 4.1. Menggerinda bagian dalam pintu... 18

Gambar Sistem kelistrikan solenoid pengunci tutup tangki bahan bakar Gambar 4.1. Menggerinda bagian dalam pintu... 18 Gambar 3.14. Sistem kelistrikan solenoid pengunci tutup tangki bahan bakar... 16 Gambar 4.1. Menggerinda bagian dalam pintu... 18 Gambar 4.2. Bagian yang digerinda... 18 Gambar 4.3. Motor wiper yang telah

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengembangan Produk Produk merupakan sesuatu yang dijual oleh perusahaan kepada pembeli. Pengembangan produk merupakan serangkaian aktivitas yang dimulai dari analisa persepsi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Data Karakteristik Rumah Tangga Responden

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Data Karakteristik Rumah Tangga Responden BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1.Hasil Analisisis Deskriptif 4.1.1. Data Karakteristik Rumah Tangga Responden Dari hasil penyebaran kuisioner didapat data

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 3.1 Langkah langkah (flow chart) pemecahan masalah. Mulai. Observasi Pendahuluan. Penetapan Tujuan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 3.1 Langkah langkah (flow chart) pemecahan masalah. Mulai. Observasi Pendahuluan. Penetapan Tujuan BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Langkah langkah (flow chart) pemecahan masalah Mulai Observasi Pendahuluan Studi Pustaka Identifikasi Masalah Penetapan Tujuan Identifikasi atribut penelitian Pembuatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kehidupan manusia modern saat ini tidak dapat terlepas dari peranan sarana transportasi. Kebutuhan akan sarana transportasi kian meningkat setiap tahunnya.

Lebih terperinci

BAB II PEMBAHASAN A. Definisi Produk

BAB II PEMBAHASAN A. Definisi Produk BAB I PENDAHULUAN Semua organisasi mempunyai maksud dan tujuan. Mereka membuat dan menjual berbagai produk atau menawarkan jasa-jasa tertentu. Organisasiorganisasi perusahaan harus selalu menyesuaikan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Dalam bab ini akan dibahas mengenai tempat serta waktu dilakukannya pembuatan, alat dan bahan yang digunakan dalam pembuatan alat uji, diagram alir pembuatan alat uji serta langkah-langkah

Lebih terperinci

Pemindah Gigi Belakang JALANAN

Pemindah Gigi Belakang JALANAN (Indonesian) DM-RD0003-09 Panduan Dealer Pemindah Gigi Belakang JALANAN RD-9000 RD-6800 RD-5800 RD-4700 DAFTAR ISI PENGUMUMAN PENTING...3 UNTUK MENJAGA KESELAMATAN...4 DAFTAR ALAT YANG AKAN DIGUNAKAN...6

Lebih terperinci

Systematic Layout Planning

Systematic Layout Planning Materi #3 TIN314 Perancangan Tata Letak Fasilitas Systematic Layout Planning 2 (2) Aliran material (1) Data masukan dan aktivitas (3) Hubungan aktivitas (5a) Kebutuhan ruang (7a) Modifikasi (4) Diagram

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan kemajuan teknologi, pertumbuhan industri berkembang

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan kemajuan teknologi, pertumbuhan industri berkembang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seiring dengan kemajuan teknologi, pertumbuhan industri berkembang semakin pesat. Dampaknya adalah persaingan antar industri semakin ketat, terutama industri

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN 5.1 Analisa Kebutuhan Konsumen Desain Sepatu Casual Pria Lama

BAB V PEMBAHASAN 5.1 Analisa Kebutuhan Konsumen Desain Sepatu Casual Pria Lama 80 BAB V PEMBAHASAN 5.1 Analisa Kebutuhan Konsumen Sepatu memiliki tujuan tersendiri bagi para pemakainya, berbagai jenis dan model sepatu yang berbeda-beda sudah banyak dibuat dan dikembangkan. Tujuan

Lebih terperinci

MODUL 12 WESEL 1. PENGANTAR

MODUL 12 WESEL 1. PENGANTAR MODUL 12 WESEL 1. PENGANTAR Telah disebutkan bahwa pada jalan rel perpindahan jalur dilakukan melalui peralatan khusus yang dikenal sebagai wesel. Apabila dua jalan rel yang terletak pada satu bidang saling

Lebih terperinci

III.METODOLOGI PENELITIAN. 1. Persiapan serat dan pembuatan komposit epoxy berpenguat serat ijuk di

III.METODOLOGI PENELITIAN. 1. Persiapan serat dan pembuatan komposit epoxy berpenguat serat ijuk di III.METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat Penelitian Tempat penelitian ini dilakukan adalah: 1. Persiapan serat dan pembuatan komposit epoxy berpenguat serat ijuk di lakukan di Laboratium Material Teknik, Universitas

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI KEBUTUHAN PELANGGAN SEBAGAI AWAL IDE PRODUK

IDENTIFIKASI KEBUTUHAN PELANGGAN SEBAGAI AWAL IDE PRODUK IDENTIFIKASI KEBUTUHAN PELANGGAN SEBAGAI AWAL IDE PRODUK Definisi Identifikasi kebutuhan pelanggan adalah bagian terpenting dari fase pengembangan konsep yang merupakan salah satu fase pada proses pengembangan

Lebih terperinci

Tuas pemindah. Panduan Dealer JALANAN MTB. RAPIDFIRE Plus ST-M4000 ST-M4050 ST-T4000 ST-T3000 ST-M370. Tiagra ST-4600 ST-4603 SORA ST-3500 ST-3503

Tuas pemindah. Panduan Dealer JALANAN MTB. RAPIDFIRE Plus ST-M4000 ST-M4050 ST-T4000 ST-T3000 ST-M370. Tiagra ST-4600 ST-4603 SORA ST-3500 ST-3503 (Bahasa Indonesia) DM-ST0001-05 Panduan Dealer Tuas pemindah MTB RAPIDFIRE Plus ST-M4000 ST-M4050 ST-T4000 ST-T3000 ST-M370 EZ-FIRE Plus ST-EF65 ST-EF51 ST-EF51-A ST-TX800 ST-EF41 ST-EF40 JALANAN Tiagra

Lebih terperinci

Pemindah Gigi (Derailleur) Belakang

Pemindah Gigi (Derailleur) Belakang (Indonesian) DM-RD0004-08 Panduan Dealer JALANAN MTB Trekking Keliling Kota/ Sepeda Nyaman URBAN SPORT E-BIKE XTR RD-M9000 DEORE XT RD-M8000 Pemindah Gigi (Derailleur) Belakang DAFTAR ISI PENGUMUMAN PENTING...

Lebih terperinci

Lampiran 1. Data pencetakan kompos dengan variasi bentuk cetakan. Tabel 2. Data penelitian. Waktu pencetakan (detik) I Bintang

Lampiran 1. Data pencetakan kompos dengan variasi bentuk cetakan. Tabel 2. Data penelitian. Waktu pencetakan (detik) I Bintang Lampiran 1. Data pencetakan kompos dengan variasi bentuk cetakan Tabel 2. Data penelitian Ulangan Berat Kompos yang dicetak (gr) Waktu pencetakan (detik) Berat kompos yang rusak (gr) Hasil cetakan yang

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Manajemen Operasional Didalam melakukan proses produksi diperlukan sekali manajemen yang baik, hal ini bertujuan untuk melakukan ataupun pengawasan proses produksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. baik agar penambangan yang dilakukan tidak menimbulkan kerugian baik. dari segi materi maupun waktu. Maka dari itu, dengan adanya

BAB I PENDAHULUAN. baik agar penambangan yang dilakukan tidak menimbulkan kerugian baik. dari segi materi maupun waktu. Maka dari itu, dengan adanya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri pertambangan membutuhkan suatu perencanaan yang baik agar penambangan yang dilakukan tidak menimbulkan kerugian baik dari segi materi maupun waktu. Maka dari

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1-1

BAB 1 PENDAHULUAN 1-1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kehidupan manusia tidak pernah lepas dari sarana transportasi. Kebutuhan akan transportasi ini meningkat dari tahun ke tahun. Hal ini dapat dilihat dari peningkatan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Studi Kelayakan Bisnis 2.1.1 Pengertian Studi Kelayakan Bisnis Kata bisnis berasal dari bahasa Inggris busy yang artinya sibuk, sedangkan business artinya kesibukan. Bisnis dalam

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Diagram alir metode penelitian merupakan kerangka berpikir yang terdiri langkah-langkah penelitian yang disusun sebagai acuan penelitian. Diagram alir diperlukan agar penyusunan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PEMBUATAN DAN PEMBAHASAN. Sebelum melakukan proses pembuatan rangka pada incinerator terlebih

BAB IV HASIL PEMBUATAN DAN PEMBAHASAN. Sebelum melakukan proses pembuatan rangka pada incinerator terlebih BAB IV HASIL PEMBUATAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Visualisasi Proses Pembuatan Sebelum melakukan proses pembuatan rangka pada incinerator terlebih dahulu harus mengetahui masalah Kesehatan dan Keselamatan Kerja

Lebih terperinci

PERANCANGAN KONSEP KURSI KANTOR BERDASARKAN KEBUTUHAN KONSUMEN DAN STUDI PERBANDINGAN PRODUK PESAING

PERANCANGAN KONSEP KURSI KANTOR BERDASARKAN KEBUTUHAN KONSUMEN DAN STUDI PERBANDINGAN PRODUK PESAING PERANCANGAN KONSEP KURSI KANTOR BERDASARKAN KEBUTUHAN KONSUMEN DAN STUDI PERBANDINGAN PRODUK PESAING Oleh: I Wayan Sukania iwayansukania@tarumanagara.ac.id iwayansukania@yahoo.com Staf Pengajar Program

Lebih terperinci

BAB III DISAIN PRODUK

BAB III DISAIN PRODUK BAB III DISAIN PRODUK 3.1. Pendahuluan Salah satu karakteristik manusia adalah mereka selalu berusaha mencitakan sesuatu, baik alat atau benda lainnya untuk membantu kehidupan mereka. Untuk mewejudkan

Lebih terperinci

ALAT PENGERING HELM OTOMATIS BERBASIS LDR (LIGHT DEPENDENT RESISTORS) DENGAN MEMANFAATKAN MESIN HAIR DRYER. Riko Andika**) dan Budi Prijo Sembodo*)

ALAT PENGERING HELM OTOMATIS BERBASIS LDR (LIGHT DEPENDENT RESISTORS) DENGAN MEMANFAATKAN MESIN HAIR DRYER. Riko Andika**) dan Budi Prijo Sembodo*) ALAT PENGERING HELM OTOMATIS BERBASIS LDR (LIGHT DEPENDENT RESISTORS) DENGAN MEMANFAATKAN MESIN HAIR DRYER Riko Andika**) dan Budi Prijo Sembodo*) Abstrak Semakin meningkatnya pengguna sepada motor dari

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS MASALAH. ditemukan sistem pengisian tidak normal pada saat engine tidak dapat di start

BAB III ANALISIS MASALAH. ditemukan sistem pengisian tidak normal pada saat engine tidak dapat di start BAB III ANALISIS MASALAH A. Tinjauan masalah Umumnya, pengemudi akan menyadari bahwa pada sistem pengisian terjadi gangguan bila lampu tanda pengisian menyala. Sebagai tambahan, sering ditemukan sistem

Lebih terperinci

TIN305 - Perancangan dan Pengembangan Produk Materi #1 Genap 2014/2015. TIN305 - Perancangan dan Pengembangan Produk

TIN305 - Perancangan dan Pengembangan Produk Materi #1 Genap 2014/2015. TIN305 - Perancangan dan Pengembangan Produk Materi #1 TIN305 Perancangan dan Pengembangan Produk Deskripsi Mata Kuliah 2 Mata kuliah Perencanaan dan Perancangan Produk memuat tentang tahapan dalam perancangan produk dengan aplikasinya pada dunia

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PERANCANGAN SISTEM

BAB 3 METODE PERANCANGAN SISTEM 20 BAB 3 METODE PERANCANGAN SISTEM Studi pendahuluan Studi kepustakaan Pengumpulan data: * kuesioner *wawancara *observasi lapangan Data cukup, data reliabel, data valid? Ya tidak Identifikasi kebutuhan

Lebih terperinci

PEMASANGAN. 1 Sambungan gas A B C. PERINGATAN! Silakan baca bab Keselamatan.

PEMASANGAN. 1 Sambungan gas A B C. PERINGATAN! Silakan baca bab Keselamatan. PEMSNGN Silakan baca bab Keselamatan. 1 Sambungan gas Sebelum menyambung gas, lepaskan steker utama dari soket utama atau matikan sekering dalam kotak sekering. Tutuplah katup utama dari suplai gas. Saluran

Lebih terperinci

Bab 3. Metodologi Penelitian

Bab 3. Metodologi Penelitian Bab 3 Metodologi Penelitian Penelitian dimulai dengan melakukan studi pendahuluan untuk dapat merumuskan permasalahan berdasarkan pengamatan terhadap kondisi obyek yang diamati. Berdasarkan permasalahan

Lebih terperinci

BAB III METODE PROSES PEMBUATAN

BAB III METODE PROSES PEMBUATAN BAB III METODE PROSES PEMBUATAN Dalam bab ini akan dibahas mengenai tempat serta waktu dilakukannya proses pembuatan dapur busur listrik, alat dan bahan yang digunakan dalam proses pembuatan dapur busur

Lebih terperinci