BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA"

Transkripsi

1 BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA 4.1 Pengumpulan Data Kompetitor Perusahaan Helm Shoei Helmet Shoei Helmet merupakan perusahaan yang memproduksi helm yang berkualitas. Helm yang diproduksi oleh perusahaan ini mempunyai standard keamanan yang tinggi. Ini dapat dilihat dari daya tahan terhadap benturan. Selain itu juga, perusahaan ini membuat helm sesuai dengan DOT Standard (FMVSS 218) dan SNELL M2005 yang merupakan standard di Amerika Serikat, Kanada, dan Meksiko. Bahan yang digunakan untuk membuat helm ini adalah polyester resin, yang dapat disebut juga thermoplastic.berikut contoh dari produk produksi Shoei Helmet.

2 78 TZ - R ST- Cruz RF X- Eleven J- Wing Rj Platinum R Multitec Gambar 4.1 Contoh Helm Produksi Shoei Helmet Helm produksi Shoei Helmet mengutamakan keamanan dan daya tahan yang tinggi.

3 Arai Helmet Arai Helmet merupakan perusahaan yang memproduksi dengan standard DOT dan SNELL. Arai Helmet meperhatikan keamanan dan kenyamanan bagi pengguna produknya. Hal ini dapat dilihat dari produk yang dibuat dengan adanya sistem peredam getaran dan airflow system. Berikut adalah contoh produk produksi Arai Helmet. Gambar 4.2 Contoh Helm Produksi Arai Helmet Produk yang dihasilkan oleh Arai Helmet memberikan penampilan yang sporty dan dinamis Perencanaan Produk Helm Perencanaan produk merupakan proses awal dari pengembangan produk. proses perencanaan produk yang output utama dari fase perencanaan ini adalah berupa pernyataan misi proyek yang nantinya akan digunakan sebagai input yang dibutuhkan untuk memulai tahapan pengembangan konsep dan

4 80 merupakan suatu petunjuk untuk meneruskan tahapan pengembangan selanjutnya. Keputusan-keputusan yang dihasilkan dari target pasar dan asumsi-asumsi dasar tentang hal yang ingin dikembangkan dirangkum di dalam pernyataan misi ini. Pernyataan misi ini masih dalam gambaran kasar dan masih dapat berubah sesuai dengan keinginan pelanggan Tabel 4.1 Pernyataan Misi Helm Pernyataan Misi : Helmet with air moving system Deskripsi Produk Helm yang dilengkapi dengan kipas yang membantu menggerakkan sirkulasi udara di dalam helm. Sasaran Bisnis Utama Meningkatkan penggunaan Helm full-face pada pengendara sepeda motor. Menjadi produk yang dikenal oleh masyarakat luas. Mencapai 40% penjualan produk pada pasar utama Perkenalan produk yang pertama dilakukan pada kuartal tahun Pasar Utama Pengendara sepeda motor Pasar Sekunder Penumpang sepeda motor Asumsi Bahannya terbuat dari termoplastik Kompetibel dengan kepala pengguna dengan berbagai pilihan ukuran. Merupakan pengembangan dari produk yang telah ada. Digunakan secara manual Mudah digunakan Stakeholder Pembeli dan pengguna Operasional Manufaktur Distributor dan penjual

5 Pengumpulan Data Kebutuhan Pelanggan Identifikasi kebutuhan pelanggan, yaitu memahami kebutuhan pelanggan dan mengkomunikasikannya secara efektif kepada tim pengembang. Output dari langkah ini adalah sekumpulan pernyataan kebutuhan pelanggan yang tersusun rapi, diatur dalam daftar hierarki, dengan bobot kepentingan untuk tiap kebutuhan. Pengumpulan data dari para pelanggan dilakukan dengan penyebaran kuisioner. Penyebaran dilakukan dengan cara face to face dan interview secara langsung kepada pelanggan. Dalam suatu studi diperkirakan bahwa 90% kebutuhan pelanggan diperoleh setelah melakukan 30 kali wawancara. Sebagai patokan, untuk sebagian besar produk 10 kali wawancara masih kurang, sedangkan 50 kali wawancara terlalu banyak. Akan tetapi wawancara dapat dilakukan secara berurut, dan proses dapat dihentikan ketika tidak ada lagi kebutuhan baru yang diperoleh dari tambahan wawancara. Tabel 4.2 Tabel Matriks Seleksi Pelanggan Jarang menggunakan Sering menggunakan Sangat sering menggunakan Pengguna utama Pengguna Pemasok atau penjual Pusat perbelanjaan 5

6 82 Berikut adalah contoh dari bentuk kusioner pertama untuk menginterpretasikan kebutuhan pelanggan. Gambar 4.3 Contoh Kuisioner Interpretasi Kebutuhan Pelanggan

7 83 Pengumpulan data dengan wawancara bertujuan untuk mendapatkan ekspresi yang jujur tentang kebutuhan, interaksi dengan pelanggan bersifat verbal, pewawancara menanyakan beberapa pertanyaan dan pelanggan memberikan respon. Suatu tuntutan wawancara akan berguna untuk menstrukturkan dialog tersebut. Berikut ini adalah contoh pertanyaan yang diajukan pada saat wawancara dan salah satu hasil jawaban pada saat wawancara dari salah satu responden. Tabel 4.3 Contoh Pernyataan Asli dari Pelanggan

8 84 Kebutuhan pelanggan diekspresikan sebagai pernyataan tertulis dan merupakan hasil interpretasi kebutuhan yang berupa data mentah yang diperoleh dari pelanggan. Proses perterjemahan hasil wawancara akan menimbulkan berbagai kebutuhan yang berbeda. Tabel 4.4 Tabel Interpretasi Kebutuhan Pelanggan No. Pernyataan Kebutuhan 1 Keamanan 2 Kenyamanan 3 Desain menarik 4 Sirkulasi udara 5 Bahan berkualitas 6 Kaca tidak menggangu pandangan 7 Ukuran yang sesuai 8 Ringan 9 Tidak mudah kotor 10 Tahan lama 11 Optional fitur 12 Harga terjangkau 13 Mudah dibersihkan 14 Melindungi wajah 15 Tali penahan Dari 15 kebutuhan yang sudah diterjemahkan, maka tahap selanjutnya yaitu menentukan bobot kepentingan dari setiap kebutuhan dengan jalan melakukan survey ke-2. Survey pelanggan dilakukan dengan menyebarkan kuisioner yang berisi ke- 19 variabel di atas, dan memberikan kolom bobot kepentingan dengan skala 1 s/d 5 untuk diisi.

9 85 Dengan arti satu sangat tidak penting dan lima sangat penting. Survey ke-2 ini dilakukan dalam tiga tahap, yaitu : 1. Penentuan jumlah sampel. Dengan asumsi-asumsi di bawah ini, akan dilakukan penentuan jumlah sampel dengan menggunakan rumus untuk mencari nilai n atau jumlah responden yang besarnya juga sama dengan kuisioner yang akan diedarkan. - Proporsi pasar (p) = 40 %, jumlah ini dianggap cukup karena produk ini sering digunakan oleh pengendara sepeda motor, sehingga memungkinan besar bisa memasuki 40% dari pasar pengguna helm. - Tingkat kepercayaan = 95% karena tingkat kepercayaan pada level ini dianggap tidak terlalu besar ataupun tidak terlalu kecil. - Dari tingkat Kepercayaan 95% didapatkan nilai Z = 1,96 dari tabel Z. - Margin of error (e) = 5 %, nilai error yang diijinkan hanya 5% sehingga data yang didapatkan nantinya tidak menyimpang terlalu jauh dari nilai tengah rata-ratanya. Dengan asumsi dan nilai-nilai di atas, maka dapat ditentukan jumlah sampel untuk survey ke-2 dengan rumus :

10 86 n n 2 2 p 1 p e 2 1,96 0,6 1 0,05 n Didapatkan bahwa jumlah responden untuk menentukan bobot kepentingan relatif setiap kebutuhan adalah dengan 370 responden. 2. Melakukan survey Survey dilakukan dengan menyebar 370 kuisioner kepada 370 responden yang seluruhnya merupakan pengguna helm. Hal yang dipertanyakan adalah 15 variable kebutuhan-kebutuhan yang diperoleh dari hasil interpretasi kebutuhan pada kuisioner pertama. Contoh kuisioner untuk survey ke-2 ini adalah : 2 0,6

11 Gambar 4.4 Contoh Kuesioner Bobot Kepentingan Kebutuhan 87

12 88 3. Pengolahan dan pengujian data Setelah dilakukan survey sebanyak 370 respoden, maka data dapat diinput ke dalam tabel untuk dihitung jumlah rata-rata bobot yang diberikan untuk setiap variable. Rekapitulasi dari hasil survey mengenai bobot kepentingan dapat dilihat pada lampiran. Hasil perhitungan rata-rata bobot untuk ke-12 variable disimpulkan dalam tabel di bawah ini : Tabel 4.5 Kebutuhan Pelanggan Disertai Bobot Kepentingan No. Pernyataan Kebutuhan Kepentingan 1 Keamanan 5 2 Kenyamanan 5 3 Desain menarik 4 4 Sirkulasi udara 5 5 Bahan berkualitas 4 6 Kaca tidak menggangu pandangan 5 7 Ukuran yang sesuai 4 8 Ringan 4 9 Tidak mudah kotor 4 10 Tahan lama 4 11 Optional fitur 4 12 Harga terjangkau 4 13 Mudah dibersihkan 4 14 Melindungi wajah 4 15 Tali penahan 4 Hasil di atas perlu diuji terlebih dahulu validitas datanya dengan menggunakan uji signifikansi antara satu variabel dengan total bobot keseluruhan variabel, yaitu analisis butir. Sebuah instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan. Sebuah instrumen dikatakan valid apabila dapat mengungkap data dari variabel yang diteliti

13 89 secara tepat. Tinggi rendahnya validitas instrumen menunjukkan sejauh mana data yang terkumpul tidak menyimpang dari gambaran tentang variabel yang dimaksud. Uji yang dilakukan yaitu uji korelasi Pearson dengan rumus sebagai berikut: r x x y y N 1 SxSy Dimana : r y x N = Koefisien Korelasi Pearson = Jumlah bobot total tiap kolom = Jumlah bobot total tiap baris = Banyaknya responden Hasil perhitungan dari setiap kebutuhan dapat dilihat pada lampiran. Berikut adalah hasil koefisien korelasi pearson untuk setiap variable : Tabel 4.6 Hasil Validitas Variable ke - Koefisien korelasi (r) Keterangan Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid

14 90 Karena nilai r untuk tiap variabel berada pada interval 0,3< r < 1, maka data yang didapatkan dianggap valid untuk semua variabel. Dan dapat dipakai untuk diteruskan ke tahap selanjutnya yaitu spesifikasi produk. Setelah pengujian validitasnya, maka perlu diuji reliabilitas data-data yang diperoleh dari hasil kuisoner. Reliabilitas menunjuk pada satu pengertian bahwa sesuatu instrumen dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik. Pengujian reliabilitas menggunakan teknik belah dua (split half) yang dianalisis dengan rumus Spearman Brown. Variable-variable dibelah menjadi dua kelompok, yaitu kelompok variable genap dan kelompok variable ganjil (dilihat di lampiran). N XY X Y N X X N Y Y r b = ( rb ) 2(0.82) r i = r b Karena r i > r b, maka data-data yang diperoleh dari kuisioner ini adalah reliabel dan data-data yang diperoleh pada kuisioner ini dapat dipercaya kebenarannya. 2

15 Pengolahan Data Dari data-data yang diperoleh dari penyebaran kuisioner dan perbandingan kompetitor, maka dapat dilanjutkan dalam pengolahan data. Pengolahan data merupakan proses-proses yang dilakukan dalam membuat produk helm ini hingga analisis ekonominya Spesifikasi Produk Helm Metrik yang baik adalah yang merefleksikan secara langsung kebutuhan pelanggan menjadi sekumpulan nilai speksifikasi yang tepat dan terukur dapat dilakukan, dan upaya memenuhi speksifikasi dengan sendirinya akan menghasilkan kepuasan terhadap kebutuhan pelanggan yang terkait. Derajat kepentingan metrik diturunkan dari derajat kepentingan kebutuhan yang direfleksikannya. Untuk kasus dimana metrik dipetakan secara langsung dari satu kebutuhan, derajat kepentingan kebutuhan otomatis menjadi derajat kepentingan metriks. Untuk kasus dimana metrik mereflesikan lebih dari satu kebutuhan, derajat kepentingan metrik ditentukan dengan mempertimbangkan derajat kepentingan kebutuhan yang berkaitan dan sifat dasar hubungannya.

16 92 Tabel 4.7 Daftar Metrik Kebutuhan No Kebutuhan Metrik Kepentingan Satuan Metrik 1 1,10 Menahan beban 5 Nm 2 1,10 Kekuatan benturan 5 N 3 8 Berat helm 4 gr 4 7 Dimensi helm 4 mm 5 2,7 Ketebalan busa 5 mm 6 4,11 Energi pada baterai 5 Volt 7 4,11 Energi pada kipas 5 Volt 8 3 Menanamkan kebanggaan 4 Subj. 9 6,7,14 Ukuran kaca helm 5 mm 10 7,14 Ukuran penahan silau 4 mm Biaya produksi 4 $ 12 4,7,11 Ukuran kipas 5 mm 13 7,11 Jenis kipas 4 List Jenis baterai recharge 4 List 15 5,9,10,13 Bahan helm 4 List 16 5,9,10,13 Bahan busa 4 List 17 1,15 Menahan gaya angin 5 N Pada matrik kebutuhan diatas dapat terlihat hubungan-hubungan antara kebutuhan yang satu dengan yang lain. Ada yang saling berhubungan, ada pula yang tidak berhubungan. Untuk dapat lebih jelas, Hubungan tersebut dapat dilihat pada matriks-metrik kebutuhan berikut.

17 93 Gambar 4.5 Metrik-metrik Kebutuhan Helm Ketika tim memulai proses pengembangan produk dengan beberapa ide tentang bagaimana produk bersaing di pasaran, target speksifikasi merupakan bahasa yang digunakan tim untuk berdiskusi dan menentukan posisi produknya dibandingkan produk yang ada, baik produk yang dimiliki perusahaan sendiri maupun produk pesaing. Data-data pesaing yang digunakan adalah Shoei Helmet dan Arai Helmet. Perbandingan dilakukan pada masing-masing kelebihan dan kekurangan.

18 Gambar 4.6 QFD Helm

19 95 Dalam pengisian hubungan antara customer requirements dengan product technical requirements (PTR) diisi dengan hubungan matrik 9 (hubungan kuat), 3 (hubungan sedang), dan 1 (hubungan lemah). Customer rate (CI) diperoleh dari bobot kepentingan pada tabel 4.5. Pengisian bobot kepentingan pada perusahaan dan kompetitor-kompetitor yang lainnya. Pengisian menggunakan skala 1-5. Semakin besar skalanya semakin kuat fungsi yang ada pada produk perusahaan tersebut. Karena dalam hal ini berupa penelitian maka tidak adanya kolom bobot kepentingan pada perusahaan. Sehingga Improvement Ratio menjadi sama dengan Quality Plan. Quality plan diisi dengan melihat analisa perbandingan kompetitor-kompetitor dengan perusahaan. Sales Point (SP) diisikan pada tiap kebutuhan dengan ranting 1.0, 1.2, dan 1.5. Point-point ini menandakan 1.5 adalah point tertinggi untuk tingkat penjualannya dan 1.0 adalah point terendah untuk tingkat penjualannya. Rumus Customer Score : CI*RI*SP Dimana : CI = Customer rate of importance. RI = Rate of improvement. SP = Sales point. Sedangkan rumus customer score percent : Customer Score x 100% Total Customer Score

20 96 Rumus Absolute Importance untuk masing-masing engineering characteristic adalah : (Re lationship i = Engineering Characteristic j = Customer Requirement ij * Customerscore Rumus Relative Importance untuk masing-masing engineering characteristic adalah : Absolute Im por tance x 100% Total Absolute Im por tance Untuk pengisisan unit of measure berdasarkan pada tabel metrik kebutuhan. Dan pengisian pada baris berikutnya, berdasarkan kompetitor masing-masing perusahaan. Berdasarkan hasil relative importance, maka characteristic yang perlu diperhatikan dimulai dari yang memiliki nilai relative importance yang terbesar. Hasil akhir yang diperoleh adalah target value pada masing-masing engineering characteristic. Dan target value ini dipakai untuk membuat spesifikasi akhir. j )

21 97 Tabel 4.8 Spesifikasi Akhir Helm No Metrik Metrik Satuan Nilai 1 Menahan beban Nm Kekuatan benturan N Berat helm gr Dimensi helm mm Many 5 Ketebalan busa mm 35 6 Energi pada baterai Volt 12 7 Energi pada kipas Volt 12 8 Menanamkan kebanggaan Subj. - 9 Ukuran kaca helm mm Ukuran penahan silau mm Biaya produksi US$ Ukuran kipas mm Jenis kipas List DC 14 Jenis baterai recharge List Li-ion 15 Bahan helm List ABS 16 Bahan busa List PS 17 Menahan gaya angin N 85 Dari hasil spesifikasi akhir ini maka nilai-nilai dari target value dipakai untuk proses selanjutnya, yaitu proses konsep pengembangan produk.

22 Penyusunan Konsep Helm Konsep produk adalah sebuah gambaran atau perkiraan mengenai teknologi, prinsip kerja, dan bentuk produk. Konsep produk merupakan gambaran singkat bagaimana produk memuaskan kebutuhan pelanggan. Sebuah konsep biasanya diekspresikan sebagai sebuah sketsa atau sebagai sebuah model 3 dimensi secara garis besar dan seringkali disertai oleh sebuah uraian gambar. Perusahaan-perusahaan yang menjadi perbandingan untuk produk helm ini adalah Shoei Helmet dan Arai Helmet. Tabel dibawah ini menyajikan mengenai kelemahan dan kelebihan dari masing-masing perusahaan. Tabel 4.9 Benchmarking Helm Nama Perusahaan Shoei Helmet Arai Helmet Contoh Produk Kelemahan Kelebihan Tidak ada sirkulasi udara bergerak Kaca berembun pada saat hujan deras Kepala panas ketika melewati kemacetan Sirkulasi udara bergerak saat pengendara melaju Berat Model bervariasai Tahan bentur Tahan gores Model menarik Nyaman

23 99 Tabel kombinasi konsep menyediakan sebuah cara untuk mempertimbangkan kombinasi solusi secara sistematis. Solusi untuk keseluruhan masalah diperoleh dengan mengkombinasikan satu penggalan dari tiap kolom. Memilih sebuah kombinasi dari penggalan tidak lantas secara spontan membawa kita pada penyelesaian keseluruhan masalah. Kombinasi dari penggalan biasanya harus dikembangkan dan disaring sebelum timbul suatu penyelesaian yang terintegrasi. Pengkombinasian untuk tabel kombinasi konsep dibagi menjadi 3 bagian yaitu posisi charge, posisi kipas, dan jenis baterai. Berikut adalah tabel kombinasi yang didapat dari pembagian ketiga kelompok tersebut. Tabel 4.10 Tabel Kombinasi Konsep Helm Dari kriteria-kriteria yang terdapat pada tabel kombinasi, maka dapat diperoleh 3 buah konsep yang memungkinkan untuk dapat dikembangkan.

24 100 Tabel 4.11 Tabel Kombinasi Konsep 1 Gambar 4.7 Sketsa Konsep 1

25 101 Tabel 4.12 Tabel Kombinasi Konsep 2 Gambar 4.8 Sketsa Konsep 2

26 102 Tabel 4.13 Tabel Kombinasi Konsep 3 Gambar 4.9 Sketsa Konsep 3

27 Seleksi Konsep Helm Seleksi konsep merupakan proses menilai konsep dengan memperhatikan kebutuhan pelanggan dan kriteria lain, membandingkan kekuatan dan kelemahan relatif dari konsep, dan memilih satu atau lebih konsep untuk penyelidikan, pengujian dan pengembangan selanjutnya. Metode seleksi konsep pada proses ini didasarkan pada penggunaan matriks keputusan untuk mengevaluasi masing-masing konsep dengan mempertimbangkan serangkaian kriteria seleksi. Pengambilan keputusan dalam penyaringan dan penilaian konsep berdasarkan keputusan bersama di dalam team work Penyaringan Konsep Dengan metode ini responden menilai dengan cara kode yang sederhana yaitu tanda plus (+) untuk lebih baik, tanda nol (0) untuk sama dengan, dan tanda minus (-) untuk kurang baik. Artinya untuk setiap kriteria seleksi yang ditanyakan, responden memberi tanda (+) bila konsep tersebut dinilai lebih baik dari konsep yang lainnya, tanda (0) bila konsep tersebut tidak berbeda dengan konsep yang lainnya dan tanda (-) jika konsep tersebut kurang dari konsep yang lainnya dalam hal kriteria tersebut. Konsep referensi yang digunakan dalam penyaringan konsep ini adalah Shoei Helmet. Hal ini dikarenakan kualitas yang dihasilkan Shoei Helmet cukup tinggi.

28 104 Tabel 4.14 Matrik Seleksi Penyaringan Konsep Kriteria seleksi Konsep Penempatan posisi Kemudahan penggunaan Besarnya ukuran Kemudahan dibuat Bahan yang digunakan Mudah diperbaiki Mudah dibawa Jumlah Jumlah Jumlah Nilai akhir Peringkat lanjutkan? Tidak Ya Ya Dari hasil penyaringan Konsep didapatkan bahwa konsep ke-3 mendapat peringkat pertama, disusul dengan konsep yang ke-2 dan terakhir konsep yang ke-1. karena nilai bobot yang diberikan lebih banyak bernilai negatif, maka diputuskan untuk tidak meneruskan pengembangan dan pengujian konsep ke-1 ke tahap selanjutnya. Berarti yang diteruskan ke seleksi penilaian konsep hanya konsep yang ke-2 dan ke Penilaian Konsep Tahapan selanjutnya pada seleksi konsep adalah dengan menggunakan matriks penilaian konsep, dengan cara menambahkan bobot kepentingan ke dalam matriks. Pada penilaian konsep diadakan

29 105 analisis yang lebih terperinci, serta mengevalusi kuantitatif yang lebih terhadap konsep yang tersisa dengan menggunakan matriks penilaian sebagai pedoman. Dalam menilai konsep, maka tiap kriteria seleksi diberi beban terlebih dahulu secara subjektif dengan persentase tertentu untuk tiap kriteria. Selanjutnya responden hanya memberikan bobot dengan skala interval 1 s/d 5 yang berarti bobot 1 untuk sangat kurang dibandingkan referensi, bobot 2 untuk buruk dibandingkan referensi, bobot 3 untuk sama dengan referensi, bobot 4 untuk lebih baik dari referensi, dan bobot 5 untuk sangat lebih baik dari referensi. Tabel 4.15 Matriks Seleksi Penilaian Konsep Konsep 2 3 Kriteria Seleksi Bobot Rating Nilai beban Rating Nilai beban Penempatan posisi 10% Kemudahan penggunaan 25% Besarnya ukuran 20% Kemudahan dibuat 15% Bahan yang digunakan 10% Mudah diperbaiki 15% Mudah dibawa 5% Total nilai Peringkat 2 1 Lanjutkan? Tidak Ya

30 106 Hasil dari penilaian konsep yang kedua dan ketiga memiliki perbedaan yang cukup besar. Sehingga hanya konsep 3 saja yang dapat dilanjutkan pada proses pengujian konsep Pengujian Konsep Helm Melakukan pengujian konsep merupakan tahap terakhir yang memerlukan survei terhadap pelanggan, pengujian konsep bertujuan untuk mengetahui seberapa besar minat para pelanggan untuk membeli produk helm ini bila nantinya beredar di pasaran. Pengujian konsep dilakukan setelah seleksi konsep karena tidak memungkinkan untuk menyodorkan banyak konsep ke pelanggan potensial untuk diuji, sehingga konsep-konsep alternatif harus dipersempit terlebih dahulu menjadi satu atau dua konsep untuk diuji. Pengujian konsep berbeda, karena aktivitas ini menitikberatkan pada pengumpulan data langsung dari pelanggaan potensial dan hanya melibatkan sedikit penilaian dari tim pengembang. Pengujian konsep dilakukan dengan melakukan survey kepada pemakai helm. Survey dilakukan dengan face to face interaction. Jumlah kuisioner yang disebarkan adalah sebanyak 100 responden. Jumlah ini dianggap sudah cukup mengingat sudah banyaknya survey yang dilakukan pada tahap sebelumnya. Konsep yang diuji memang sudah mewakili kebutuhan yang sudah teridentifikasi, tetapi perlu diuji untuk mengetahui minat pelanggan

31 107 untuk membeli. Berikut adalah bentuk kuisioner terakhir untuk pengujian konsep helm dengan sistem sirkulasi udara. Gambar 4.10 Contoh Kuisioner Pengujian Konsep

32 108 Hasil yang diperoleh dari 100 respoden adalah sebagai berikut : Tabel 4.16 Rekapitulasi Kusioner Pengujian Konsep Pilihan Jumlah Pembobotan responden jabatan Nilai Pasti tidak membeli Mungkin tidak membeli Mungkin atau tidak membeli Mungkin membeli Pasti membeli Total 307 Nilai tengah (mean) 3.07 Rata-rata yang diperoleh dari 100 responden adalah Dari hasil tersebut diperoleh bahwa lebih dari 50% respoden memilih pada pilihan mungkin atau tidak membeli atau lebih. Hal ini menandakan bahwa proporsi pasar yang menjadi target, yaitu 40% telah tercapai dengan adanya pembuktian pengujian konsep ini. Sehingga dalam hal ini, maka konsep ketiga ini dapat dilanjutkan dalam proses selanjutnya, yaitu arsitektur produk Arsitektur Produk Helm Dalam menetapkan arsitektur produk konsep yang ke-3 ini sangat diperlukan pemahaman mengenai kondisi dan fungsi produk. Karena itu diperlukan adanya penjelasan mengenai elemen fisik dan fungsional dari helm. Fungsi-fungsi komponen secara garis besar dapat digambarkan dengan skema produk seperti di bawah ini.

33 109 Gambar 4.11 Skema Produk Helm Langkah kedua dalam menetapkan arsitektur produk adalah mengelompokkan elemen-elemen pada skema. Mengelompokkan elemenelemen pada skema yaitu menugaskan setiap elemen yang terdapat pada skema menjadi chunk. Alternatif pada satu sisi mungkin sesuatu yang ekstrim. Pada sisi ekstrim lainnya, tim dapat saja memutuskan bahwa produk hanya mempunyai satu chunk utama dan kemudian berusaha untuk mengintegrasikan semua elemen produk secara fisik. Kenyataannya, mempertimbangkan semua kemungkinan pengelompokkan elemen akan menghasilkan banyak alternatif. Salah satu prosedur untuk mengatur kompleksitas alternatif adalah dengan mengasumsikan bahwa setiap elemen

34 110 pada skema akan ditugaskan terhadap satu chunk tersendiri. Kemudian secara bertahap dilakukan pengelompokkan jika memungkinkan. Gambar 4.12 Kelompok Elemen pada Chunk Desain Industri Helm Dalam penyusunan desain industri untuk helm ini, perlu diperhitungkan biaya untuk desain industri. Biaya desain industri ini bermanfaat untuk investasi. Berikut adalah perhitungan biaya industri dari helm.

35 111 Tabel 4.17 Biaya Desain Industri Helm Nama Biaya Keterangan Jumlah (Rp) Biaya Langsung Biaya Konsultan Biaya Tim Pengembang Biaya Material Biaya Biaya Finishing Manufaktur Biaya Waktu Biaya tak terduga Total Setelah perhitungan biaya desain industri diperlukan penentuan tingkat kepentingan desain industri untuk helm ini. Berikut ini merupakan tabel tingkat kepentingan desain industri untuk helm yang berdasarkan pada dimensi dan kebutuhan ergonomik : Tabel 4.18 Tingkat Kepentingan DI Helm Kebutuhan Ergonomik Kebutuhan Ergonomik Kemudahan pemakaian Kemudahan perawatan Level Kepentingan Penjelasan Peringkat Rendah Sedang Tinggi Produk ini digunakan oleh para pengendara sepeda motor. Produk ini penggunaannya sangat mudah. Rendah Sedang Tinggi Helm ini tidak mudah kotor, karena bahannya. Kuantitas interaksi pemakai Pembaruan interaksi pemakai Rendah Sedang Tinggi Terdapat beberapa interaksi pada produk helm ini, seperti pengaturan sirkulasi udara. Rendah Sedang Tinggi Pembaharuan interaksi pemakai pada system sirkulasi udara bergerak dengan menggunakan kipas dan baterai recharge. Keamanan Rendah Sedang Tinggi Produk helm ini tahan bentur dan aman digunakan.

36 112 Berikut ini merupakan tabel tingkat kepentingan desain industri untuk helm yang berdasarkan pada dimensi dan kebutuhan estetis : Kebutuhan Estetis Diferensiasi produk Tabel 4.19 Tingkat Kepentingan DI Helm Kebutuhan Estetis Level Kepentingan Penjelasan Peringkat Rendah Sedang Tinggi Produk ini memiliki daya tarik estetis tersendiri. Dengan adanya pengembangan fungsi, maka produk ini memiliki perbedaan dibandingkan produk yang telah ada. Rendah Sedang Tinggi Helm ini didesain dengan menarik dan corak yang unik. Sehingga pengguna helm ini memiliki kepuasan tersendiri. Gengsi kepemilikan, mode, atau kesan Motivasi Tim Rendah Sedang Tinggi Produk helm ini didesain sesuai dengan kebutuhan pelanggan, sehingga dapat membuat tim untuk terus berusaha maju untuk menghasilkan inovasi yang maju. Dengan adanya kebutuhan ergonomik dan kebutuhan estetis ini, maka dapat dibuatlah model dari pengembangan produk helm ini. Pemberian dimensi pada helm ini berdasarkan 3 proyeksi. Yaitu proyeksi tampak depan, samping, dan atas. Melalui 3 proyeksi ini sudah menunjukkan bentuk dari helm itu sendiri.

37 Gambar 4.13 Model dan Dimensi Helm 113

38 114 Penilaian kualitas DI untuk produk yang sudah jadi adalah tugas subjektif yang sudah melekat. Namun kita dapat menentukan secara kualitatif apakah DI mengerjakan tujuannya dengan menimbang setiap aspek dari produk yang dipengaruhi oleh DI. Berikut ini merupakan tabel penilaian dari peranan DI di helm. Tabel 4.20 Penilaian DI pada Helm Kategori Penilaian 1.Kualitas dari antarmuka pengguna 2.Daya tarik emosional 3.Kemampuan untuk memelihara dan memperbaiki produk 4.Penggunaan yang tepat dari sumber 5.Diferensiasi produk Level Kepentingan Penjelasan Peringkat Secara Umum helm ini mudah digunakan Dimana pada helm ini terdapat sistem sirkulasi udara bergerak. Selain itu pula bahan yang berkualitas. Helm ini memiliki ukuran yang pas dan penampilan yang elegan. Pemeliharaan pada produk ini cukup mudah. kita hanya cukup bersihkan dengan kain lap jika berdebu. Dan tenaga yang diperoleh dari baterai charge. Bahan yang digunakan menggunakan bahan yang ramah lingkungan. Penampilan helm ini modern, dengan adanya item tambahan tentunya akan membuat berbeda.

39 Design For Manufacturing (DFM) Helm Pada tahapan DFM ini akan dibuat perhitungan biaya komponen dengan bersumber dari data-data yang ada pada Bill of Material (BOM), Struktur Produk dan Assembly Chart (AC). Yang berguna dalam hal memberikan informasi mengenai jumlah komponen yang dibutuhkan, tahapan proses yang perlu dilaksanakan dalam pembuatan maupun perakitan, serta waktu perakitan untuk mencari biaya perakitan yang nantinya dikalikan dengan jam kerja dan Upah tenaga kerja. Proses produksi dari pembuatan helm ini secara garis besar terdiri dari empat langkah, yaitu : 1. Forming Process Gambar 4.14 Cetakan Helm Pada proses ini, bahan baku plastic yang menggunakan ABS dicetak dengan menggunakan mesin injektion plastic, lama pengerjaan sekitar 20 detik. Bentuk dan ukuran disesuaikan dengan yang diinginkan, hal ini

40 116 diwakili dengan bentuk moulding yang dibuat. Pencetakkan dilakukan hanya pada komponen batok helm. 2. Finishing process Gambar 4.15 Finishing Process Helm Pada bagian proses ini, hasil dari forming process dibersihkan dari scrap yang terjadi. Finishing process menggunakan alat pembersih seperti robot laser dan mesin pemotong otomatis, bentuk alat yang dimaksud dapat dilihat pada gambar diatas. Pengerjaan ini memerlukan waktu sekitar 2 menit. 3. Painting process Gambar 4.16 Pewarnaan Helm Proses pengecatan menggunakan spray gun supaya didapat warna yang merata pada setiap bagian helm dan hasil pengecatan yang berkualitas.

41 117 Pengerjaan dilakukan dengan menggunakan tenaga kerja, lama pengerjaan sekitar 5 menit. 4. Assembly Gambar 4.17 Perakitan Helm Pada proses akhir, pengerjaan perakitan dilakukan dengan tenaga kerja manusia yang memperhatikan kualitas perakitan dan tidak merusak hasil pengecatan. Pengerjaan ini memerlukan waktu sekitar 5 menit. Proses produksi pembuatan helm ini tergolong sedikit. Dan komponen yang dibuat di pabrik hanyalah batok helm saja. Sedangkan komponen yang lainnya dipesan dari supplier. Lokasi pabrik yang dipilih adalah Tangerang. Hal ini berdasarkan berbagai faktor berikut: 1. Bahan Baku Bahan baku utama yang dipakai untuk membuat helm ini adalah ABS. Sehingga lebih dekat pada daerah industri maka lebih mudah untuk memperolehnya. Demikian pula dengan bahan yang lainnya lebih mudah

42 118 didapatkan bila berada di lokasi ini. Kemudahan memperoleh bahan baku membuat biaya bahan baku dan transportasi lebih murah. 2. Tenaga Kerja Tenaga kerja untuk membuat helm ini tidak terlalu membutuhkan tenaga kerja yang terampil. Sehingga lebih banyak didapatkan di daerah pinggiran kota, seperti Tangerang. 3. Sumber Energi Energi yang diperlukan cukup besar untuk dapat menjalankan mesinmesindalam pembuatan helm ini, seperti mesin cetak. Dan pada daerah Tangerang suplay energy sudah cukup besar meski tidak sebesar di kota. 4. Limbah Limbah yang dihasilkan berupa limbah padat dan limbah cair. Limbah padat yang dihasilkan berupa scrap plastik. Scrap ini dapat didaur ulang kembali sehingga tidak membuat pencemaran lingkungan. Sedangkan limbah cair yang dihasilkan berupa air dari cooler mesin, oli pelumas mesin yang diganti secara berkala, dan sisa cat pada proses pewarnaan. Limbah cair berupa air tidak berbahaya karena hanya mengandung zat besi yang didapat dari korosi mesin yang dapat didaur ulang oleh alam sehingga dapat dibuang langsung, sedangkan limbah dari oli pelumas bekas pakai dan sisa cat tidak dibuang langsung karena ditampung untuk diproses kembali.

43 Market Location Pasar yang dituju dari pembuatan helm ini adalah pengguna sepeda motor. Pengguna sepeda motor yang ada di Indonesia banyak terdapat di Jakarta karena Jakarta merupakan pusat ibukota. Dan daerah Tangerang cukup dekat dengan Jakarta sehingga tidak terlalu banyak menghabiskan biaya transportasi. Karena setiap komponen pada bagian helm masih terpisah-pisah satu dengan yang lain,maka diperlukan Assembly Chart untuk memberikan keterangan menggenai perakitan totalnya hingga menjadi produk jadi yaitu helm dengan system sirkulasi udara bergerak. Adapun perakitan secara keseluruhan dilakukan secara. Struktur produk diberikan guna untuk mengetahui hirarki pada pembentukan produk akhir. Dari struktur produk ini dapat dibuat Bill of Material (BOM) helmnya. Fungsi dari BOM ini adalah untuk melihat jumlah komponen dan material yang dibutuhkan untuk membuat 1 unit helm sesuai yang sudah dirancang pada tahap sebelumnya. Berikut adalah Assembly Chart (AC), struktur produk, dan Bill of Material (BOM) untuk helm dengan system sirkulasi udara bergerak.

44 Gambar 4.18 Assembly Chart Helm 120

45 Gambar 4.19 Struktur Produk Helm 121

46 122 N O Tabel 4.21 Bill Of Material Helm Level Description Code quantity BOM UO M 1 1 Assembly 5 A5 1 Each 2.2 Assembly 4 A4 1 Each 3..3 Assembly 3 A3 1 Each 4 4 Assembly 2 A2 1 Each 5.5 Assembly 1 A1 1 Each 6..6 Sub Assembly 1 SA1 1 Each 7 7 Sub Sub Assembly 1 SSA1 1 Each 8.8 Baterai BT 1 Each 9.8 Kipas Penggerak KP 1 Each 10 7 Colokan Charge CC 1 Each Busa Kepala BK 1 Each 12.5 Batok Helm BH 1 Each 13 4 Busa Kuping BKP 1 Each Sub Assembly 4 SA4 1 Each 15 4 Tali Penahan TP 1 Each 16 4 Klip Tali Penahan KTP 1 Each 17.2 Penahan Silau PS 1 Each 18 1 Kaca Helm KH 1 Each Dari hasil-hasil AC, SP, dan BOM, maka dapat diperkirakan biaya-biaya baik biaya tetap maupun biaya variable. Biaya yang diperhitungkan merupakan biaya produksi sesuai dengan kapasitas produksi / bulan yaitu 4250 unit/bulan. Hal ini berdasarkan asumsi bahwa pengerjaan satu produk rata-rata memerlukan waktu 1040 detik. Pekerja yang digunakan dalam membuat helm ini secara langsung adalah 10 pekerja. Sehingga, dalam satu hari, satu pekerja dapat menghasilkan 17 unit. Jam kerja sehari adalah 8 jam. Dan hari kerja per bulan adalah 25 hari.

47 123 Biaya manufaktur terdiri dari biaya komponen, biaya perakitan, dan biaya overhead. Biaya komponen sendiri terdiri dari biaya komponen standard dan biaya komponen pesanan. Biaya komponen standard disini yang dimaksud adalah komponenkomponen yang merupakan komponen yang dipesan pada supplier dalam mendukung pembuatan helm ini. Sedangkan biaya komponen pesanan adalah biaya bahan baku dan bahan lainnya yang mendukung produksi helm ini. Tabel 4.22 Tabel Biaya Komponen Pesanan No Komponen Harga (Rp) Satuan per Penggunaan Total (Rp) 1 Plastik ABS 18, Kg 1 18, Thinner 10, L Timah m Kabel m Cat Warna 38, Kg Total biaya komponen pesanan per unit 19, x 4250 unit Total biaya komponen pesanan/bulan 83,155,500.00

48 124 Tabel 4.23 Tabel Biaya Komponen Standard No Komponen Harga (Rp) Satuan per Penggunaan Total (Rp) 1 Baterai buah 1 10, Kipas buah 1 25, Busa Kepala buah 1 15, Busa Kuping 5000 buah 1 5, Colokan 1000 buah 1 1, Kaca Helm buah 1 10, Penahan Silau 4000 buah 1 4, Tali Penahan 2000 buah 1 2, Klip Tali Penahan 3000 buah 1 3, Pasak 600 lusin Baut 1000 lusin Total biaya komponen pesanan per unit 75, x Total biaya komponen pesanan/bulan 321,300, Sedangkan biaya perakitan diperoleh dari hasil penanganan pada setiap komponen. Biaya tenaga kerja berdasarkan ketentuan UMR yang berlaku di Tangerang, yaitu sebesar Rp ,00 / bulan. Berikut adalah biaya perakitan pada produk helm.

49 125 Tabel 4.24 Biaya Perakitan Helm Komponen Waktu Penangganan (detik) Waktu perakitan (detik) Waktu Total (detik) Harga/dtk (Rp) Total Harga Batok Helm Kaca Helm Penahan Silau Busa Kepala Busa Kuping Tali Penahan Klip Tali Penahan Colakan Charge Kipas Baterai Total 1, kuantitas 4, Biaya Rakit 6,290, x Biaya tenaga kerja / detik = = hari UMR / bulan ker ja / bulan * Jam ker ja / hari *3600 dtk = *8* 3600 = 1.39 Rp 2,00/detik Pada waktu penanganan hanya pada komponen batok helm saja yang memiliki waktu pembuatannya. Sedangkan komponen yang lainnya semuanya dibuat diluar perusahaan dan dipesan pada suplier yang menyediakannya. Waktu yang diperlukan untuk setiap operasi perakitan adalah sebesar 30 detik. Waktu ini berdasarkan waktu total perakitan dan dibagi berdasarkan jumlah

50 126 komponen. Sehingga 5 menit dibagi dengan 10 komponen, menghasilkan 0.5 menit yang besarnya sama dengan 30 detik. Kebanyakan perusahaan menentukan biaya overhead dengan menggunakan tarif overhead (overhead rates) juga dinamakan tarif pembebanan (burden rates). Tarif overhead digunakan satu atau dua dasar biaya (cost drivers). Biaya overhead terdiri dari biaya pendukung, biaya listrik, biaya air, dan biaya tenaga kerja tak langsung. Biaya pendukung dapat berupa jam operasi mesin, peralatan, dll. Sedangkan biaya listrik dan biaya air merupakan penggunaan listrik untuk menghasilkan kapasitas prosuksi selama 1 bulan. Penentuan harga listrik dan air berdasarkan mesin-mesin yang bekerja. Tabel 4.25 Biaya Overhead Helm No Overhead Biaya (Rp) 1 Biaya Pendukung 80,000, Biaya Listrik 3,000, Biaya Air 1,500, Tenaga Kerja Tak Langsung 75,000, Jumlah 159,500, Biaya manufaktur merupakan jumlah dari total biaya komponen, biaya perakitan, dan biaya overhead. Biaya manufaktur mengartikan berarti biaya yang dikeluarkan untuk dapat menghasilkan suatu produk baik secara langsung maupun tidak langsung. Berikut adalah biaya manufaktur untuk helm.

51 127 Tabel 4.26 Biaya Manufaktur Helm Biaya Manufaktur 1 Biaya Komponen Biaya Komponen Standard Rp 321,300, Biaya Komponen Pesanan Rp 83,155, Total Biaya Komponen Rp 404,455, Biaya Rakit Rp 6,290, Biaya Overhead Rp 159,500, Total Biaya Manufaktur Rp 570,245, Dari tiap jenis biaya kemudian dijumlahkan sehingga mendapatkan biaya manufaktur Rp 570,245, per bulan. Biaya tersebut masih dapat ditekan dengan meminimasi biaya dan waktu produksi. Tabel 4.27 Pengurangan Biaya Komponen Pesanan No Komponen Harga (Rp) Satuan per Penggunaan Total (Rp) 1 Plastik ABS 18, Kg , Thinner 10, L Timah m Kabel m Cat Warna 38, Kg Total biaya komponen pesanan per unit 14, x 4250 unit Total biaya komponen pesanan/bulan 63,180, Dalam hal ini komponen standard tidak mengalami pengurangan. Hal ini dirasakan sudah cukup pas untuk pembuatan satu buah unit helm dan tidak

52 128 dapat mengalami pengurangan. Sedangkan pada biaya perakitan, mengalami pengurangan waktu pada masing-masing waktu perakitan sebesar 5 detik. Karena perakitan 30 detik terbilang terlalu besar untuk perakitan helm. Karena perakitan ini tidak memerlukan ketelitian yang tinggi. Komponen Tabel 4.28 Pengurangan Biaya Perakitan Helm Waktu Penanganan (detik) Waktu perakitan (detik) Waktu Total (detik) Harga/dtk (Rp) Total Harga Batok Helm Kaca Helm Penahan Silau Busa Kepala Busa Kuping Tali Penahan Klip Tali Penahan Colakan Charge Kipas Baterai Total 1, kuantitas 4, Biaya Rakit 5,865, x Pada biaya overhead terdapat pengurangan hanya pada biaya pendukung sebesar Rp 10,000, Hal ini berdasarkan penghematan energi yang dipakai pada mesin.

53 129 Tabel 4.29 Biaya Manufaktur Helm Setelah Penggurangan Biaya Manufaktur 1 Biaya Komponen Biaya Komponen Standard Rp 321,300, Biaya Komponen Pesanan Rp 63,180, Total Biaya Komponen Rp 384,480, Biaya Rakit Rp 5,865, Biaya Overhead Rp 149,500, Total Biaya Manufaktur Rp 539,845, Dari pengurangan biaya tersebut, tentu saja akan menyebabkan biaya manufaktur yang lebih murah. Sehingga terjadi pengurangan biaya manufaktur dari Rp 570,245, per bulan menjadi Rp 539,845, per bulan. Dari hasil yang diperoleh, maka biaya produksi per unit helm adalah : = Rp 539,845, / 4250 unit = Rp 127, / unit Prototype Helm Prototype sebagai sebuah penaksiran produk melalui satu atau lebih dimensi yang menjadi perhatian. Dengan definisi ini, setiap wujud yang memperlihatkan sedikitnya satu aspek produk yang menarik bagi tim pengembangan dapat ditampilkan sebagai sebuah prototype. Definisi ini

54 130 menyimpang dari penggunaan umumnya, dimana mencakup bermacam bentuk prototype seperti penggambaran konsep, model matematika, dan bentuk fungsional yang lengkap sebelum dibuat dari suatu produk. Pembuatan prototype Helm ini menggunakan bentuk asli dari produk yang akan dibuat. Adapun prototype ini masih bentuk produk yang masih kasar dan masih merupakan perkiraan awal Analisis Ekonomi Helm Tahapan terakhir dari proses pengembangan produk ini adalah memperkirakan gambaran prospek dari penjualan produk ini beberapa periode ke depan. Bila mengalami keuntungan, maka proses pengembangan dapat dilanjutkan atau sebaliknya. Dengan metode kuantitatif dilakukan perkiraan dalam menghitung biaya yang dibutuhkan dari mulai pengembangan, perakitan, pemasaran, sampai ke biaya produksi untuk nantinya dikumulatifkan dengan pendapatan penjualan menjadi aliran kas per periode (Cashflow). Untuk melihat apakah investasi ini menguntungkan atau tidak maka semua nilai cashflow tersebut dihitung dengan metode NPV (Net Present Value) dibawa ke periode awal tahun pertama. Berikut adalah data-data yang diperlukan dalam menghitung cashflow dengan metode NPV :

55 131 Perhitungan dilakukan dengan periode 4 tahun, dimana dalam setahun dibagi menjadi 4 quartil (3 bulanan). Jadi total periode 16 quartil. Tujuan dari dibagi menjadi dalam kuartil agar bentuk tabel nantinya lebih ringkas dan sederhana. Biaya pengembangan adalah sebesar Rp 92,000, (dilihat pada biaya desain industri). Biaya pengembangan ini dilakukan selama 6 bulan. Sehingga terdapat pada kuartal satu dan kuartal dua, masing-masing Rp 46,000, Diasumsikan proyek ini masih bersifat industri kecil, biaya perakitan untuk 1 mesin cetak dan beberapa peralatan potong memerlukan biaya + Rp 356,000, Biaya pemasaran dan penunjang untuk daerah luar Jakarta diperkirakan Rp10,000, dengan acuan jasa pengiriman truk-truk besar. Volume produksi per bulannya adalah 4250 unit, maka volume produksi per kuartalnya adalah unit. Biaya produksi / unit = Rp 127, diambil dari perkiraan biaya pada DFM. Harga penjualan per unit adalah Rp 250, Tingkat suku bunga pengembalian kredit adalah 0.93% per bulan, berdasarkan tingkat suku bunga di Bank Negara Indonesia.

56 132 Dari data-data diatas, maka dapat dibuatlah cashflow dengan metode NPV. Berikut adalah perhitungan cashflow dengan metode NPV.

57 Gambar 4.20 NPV Helm

58 133 Pemberian tanda negatif (-) menandakan perkiraan suatu biaya/beban yang dikeluarkan oleh perusahaan guna memproduksi produk helm. Biaya Produksi diperoleh dari : = Volume produksi * biaya produksi/unit Pendapatan Penjualan diperoleh dari : = Volume penjualan * harga/unit Aliran kas per periode (C) diperoleh dari : = Biaya pengembangan + Biaya perakitan + Biaya Pemasaran + Biaya produksi + Pendapatan penjualan. Nilai saat (Net Value) ini diperoleh dari : C = t ( 1 r) Dimana : C = Aliran kas per periode r = Tingkat bunga per kuartal (2.79%) t = Period ke- (mulai dari 0) Sedangkan nilai proyek saat ini (Net Present Value) diperoleh dari : = Total NV (Net Value) = Rp 15,548,449, Dari hasil ini, maka dapat dikatakan perusahaan mengalami keuntungan yang cukup tinggi dalam rentang waktu 4 tahun. Hal ini dapat disimpulkan bahwa pengembangan produk helm ini layak untuk diteruskan

59 Analisa Data Analisa Pernyataan Misi Dari pernyataan misi, maka produk yang akan dikembangkan adalah helm. Adapun helm ini berfungsi sebagai pelindung kepala pada saat berkendaraan sepeda motor. Pemilihan produk helm ini dikarenakan tingginya tingkat penggunaan sepeda motor di Indonesia. Helm yang akan dikembangkan adalah helm yang memiliki kipas sehingga membantu pergerakkan sirkulasi udara di dalam helm. Hal ini membuat pemakai helm ini dapat labih nyaman bila dipakai dalam jarak jauh dan dalam keadaan panas. Sasaran utama bisnis dari helm ini adalah meningkatkan penggunaan helm full-face bagi para pengendara sepeda motor. Dapat dilihat bahwa masih banyak pengendara yang tidak menggunakan helm full-face karena berbagai alasan. Selain itu ingin memperkenalkan produk helm ini pada masyarakat luas. Diharapkan penjualan produk ini dapat mencapai 40% pada pasar utama. Hal ini berdasarkan tingginya pengguna sepeda motor dan masih banyak yang tidak menggunakan helm full-face. Adapun rencana peluncuran produk ini adalah awal kuartal tahun Kuartal tahun 2008 memasuki bulan april. Bulan-bulan ini dapat dikatakan sebagai bulan dimana orang-orang mulai tinggi tingkat kesibukannya. Sehingga penggunaan kendaraan motor akan meningkat demikian pula dengan penggunaan helmnya. Sasaran utama penggunaan produk ini adalah para pengendara sepeda motor sehari-hari. Hal ini dilihat dari karena produk yang akan diperkenalkan

60 135 lebih kepada kenyamanan pada saat berkendaraan dalam keadaan panas dan jarak yang cukup jauh. Sedangkan pasar sekundernya adalah penumpang sepeda motor. Terkadang penumpang sepeda motor dirasakan memerlukan helm yang nyaman agar perjalanan tidak merusak penampilan penumpang. Sebagian besar helm ini terbuat dari termoplastik. Selain itu pula produk ini dibuat dengan berbagai ukuran agar pemakai dapat merasa puas dan nyaman. Penggunaan sistem yang ada dipakai secara manual dan sangat mudah pemakaiannya. Produk ini dikembangkan dari produk helm full-face yang telah ada sebelumnya. Orang-orang yang terlibat didalam pembuatan produk ini adalah pembeli, pengguna produk ini, operasional manufaktur, produk developmentnya sendiri, serta distributor dan penjualnya Analisa Hasil Kusioner Ke-2 Pemasukkan tingkat bobot kepentingan rata-rata dilihat pada tabel 4.5 menggunakan skala Jika rata-rata memasuki rentang maka bobot kepentingan yang digunakan adalah 1, dan seterusnya. Dari hasil perhitungan validitas dan reliabel, maka semua kebutuhan valid dan kebenarannya dapat dipercaya. Sehingga semua kebutuhan dimasukkan dalam penyusunan konsep pengembangan produk helm ini.

61 Analisa Spesifikasi Produk Helm Daftar metrik kebutuhan diperoleh berdasarkan kebutuhan-kebutuhan dari pelanggan yang diperoleh dari hasil identifikasi kebutuhan pelanggan. Selain itu daftar metrik kebutuhan berdasarkan ciri-ciri produk yang ingin dikembangkan. Ciri-ciri tersebut harus terdapat kebutuhan pelanggan di dalamnya. Seperti menahan beban berhubungan dengan kebutuhan keamanan dan tahan lama. Bila dapat menahan beban dalam kekuatan tertentu maka pemakai dapat merasa aman pada saat menggunakan helm tersebut meskipun adanya beban yang jatuh pada kekuatan tertentu. Dan tahan lama karena meskipun terkena beban jatuh, helm tidak akan mudah pecah dan rusak. Adanya tambahan rangkaian elektronik adalah pada sistem udara bergerak, yang menggunakan kipas dan baterai. Pengisian bobot kepentingan pada kompetitor berdasarkan hasil keputusan dari team work pengembangan produk. Adapun tim ini terdiri dari lima orang. Dan dari pendapat-pendapat yang ada diperoleh bobot kepentingan pada masing-masing kompetitor. Tingkat penjualan pada kebutuhan keamanan, kenyamana, desain menarik, dan sirkulasi udara memiliki tingkat yang tinggi. Hal ini dikarenakan dalam helm, hal-hal tersebut yang diperhatikan oleh pelanggan dalam fungsi dan kegunaannya. Hubungan engineering characteristic dengan customer requirement berdasarkan hubungan kekuatannya. Seperti menahan beban dengan keamanan dinilai hubungan yang kuat, karena helm sangat

62 137 membutuhkan keamanan yang tinggi pada saat dipakai. Sedangkan hubungan menahan beban dengan tahan lama dinilai sedang, karena helm yang menahan beban tidak menjamin bahwa helm tersebut dapat tahan lama tetapi tidak membuat helm tersebut cepat rusak. Hasil akhir yang diperoleh dari target value dipakai pada penggunaan spesifikasi akhir produk helm Analisa Penyusunan Konsep Perancangan konsep memerlukan tabel kombinasi konsep. Adapun tabel kombinasi konsep yang dipakai hanyalah 3 kriteria, yaitu posisi charge, posisi kipas, dan jenis baterai. Ketiga criteria ini dipilih berdasarkan konsep baru yang ditanamkan adalah sirkulasi udara bergerak dengan bantuan kipas. Sehingga yang menjadi kombinasi yang berhubungan dengan sirkulasi udara. Posisi charge yang ditentukan hanyalah pada posisi samping dan belakang. Hal ini berdasarkan kemudahan pengoperasiannya. Posisi di belakang dan di samping helm dinilai sudah cukup memudahkan dalam mengisi energi, seperti halnya pada alat-alat pengisian energi pada benda-benda lain. Posisi kipas terdiri dari tiga bagian yaitu atas, samping, dan belakang. Hal ini yang paling memungkinkan agar udara dapat mudah bergerak secara teratur. Jenis baterai yang digunakan adalah baterai yang dapat diisi ulang dengan jenis AA HRG Ni-Mh dan Li-ion 12 v. Penggunaan baterai AA HRG Ni-Mh membutuhkan 10 buah, karena satu kipas digerakan dengan energi 12 v.

63 138 Pada konsep 1, posisi charge berada disebelah samping helm (kiri). Demikian pula pada posisi kipasnya yang berada di samping berdekatan dengan baterai. Jenis baterai yang digunakan adalah AA HRG Ni-Mh. Pada konsep 2, posisi charge berada disebelah samping helm (kiri). Posisi kipasnya yang berada di atas helm. Jenis baterai yang digunakan adalah AA HRG Ni- Mh. Pada konsep 3, posisi charge berada disebelah belakang helm (bawah). Demikian pula pada posisi kipasnya yang berada di belakang berdekatan dengan baterai. Jenis baterai yang digunakan adalah Li-ion 12v Analisa Penyaringan Konsep Pada proses penyaringan ketiga konsep yang telah dihasilkan, digunakan tujuh buah kriteria yang dapat menyaring setiap konsep ini. Ketujuh kriteria ini dinilai sudah cukup untuk dapat menyaring konsep helm yang berkualitas. Pada penempatan posisi, konsep 1 dinilai kurang baik karena posisi kipas yang hanya disatu sisi (samping kiri) sehingga sirkulasi udara hanya di satu sisi saja. Pada konsep 2 dianggap sama dengan refrensi karena posisi kipas yang berada di atas helm. Shoei Helmet sistem sirkulasi udaranya terdapat diatas helm. Sedangkan pada konsep 3 dinilai lebih baik karena posisi kipas yang dibelakang bawah helm. Penempatan ini membuat udara dapat berputar ke segala arah dari bawah ke atas. Kemudahan penggunaan pada konsep 1 dinilai lebih buruk karena sulitnya pemakaian helm karena adanya posisi kipas di samping sehingga agak sedikit

64 139 mengganggu daerah kuping. Sedangkan pada konsep 2 dan 3 dinilai sama dengan refrensi karena penempatan yang ada dinilai tidak mengganggu penggunaan helm. Besarnya ukuran pada semua konsep sama dengan refrensi. Karena pembuatan ukuran berdasarkan ukuran rata-rata dan dihasilkan dengan ukuran yang berbeda-beda. Sama seperti Shoei Helmet yang memiliki beberapa ukuran. Kemudahan pembuatan pada konsep 1 dinilai sama. Hal ini dilihat dengan rumitnya pemasangan posisi sirkulasi udara sama dengan halnya pemasangan komponen helm pada Shoei Helmet. Sedangkan pada konsep 2 dan konsep 3 dinilai lebih baik karena mudahnya pemasangan pada komponen helm. Bahan yang digunakan pada semua konsep sama dengan refrensi. Yaitu penggunaan bahan plastik. Demikian pula dengan kemudahan dibawa dinilai semua konsep sama. Karena membawa helm berdasarkan berat helm tersebut. Dan Sheoi Helmet tidak terlalu berat. Kemudahan diperbaiki pada konsep 1 dan 3 lebih baik. Karena mengganti kipas lebih mudah karena posisinya. Sedangkan pada konsep 2 mengganti kipasnya sulit karena terletak di atas helm Analisa Penilaian Konsep Hasil yang diperoleh dari penyaringan konsep adalah konsep 2 dan 3. kriteria yang memiliki bobot tertinggi adalah kemudahan penggunaan. Karena

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 8 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka Adapun Proses Pengembangan Produk secara umum terdiri dari beberapa tingkatan atau biasa disebut fase. Dari buku Perancangan dan Pengembangan Produk karangan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Definisi Perancangan dan Pengembangan Produk Perancangan dan pengembangan produk adalah serangkaian aktivitas yang dimulai dari analisis persepsi dan peluang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan kendaraan bermotor di Indonesia khususnya dikota-kota besar

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan kendaraan bermotor di Indonesia khususnya dikota-kota besar BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan kendaraan bermotor di Indonesia khususnya dikota-kota besar mengalami peningkatan penjualan pada tiap-tiap tahun, baik yang beroda empat atau pun yang beroda

Lebih terperinci

BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA

BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA 4.1 Pengumpulan dan Pengolahan Data 4.1.1 Produk Yang Ada Dipasaran Gambar 4.1 Meja Seterika PD. Indra Jaya Spesifikasi meja seterika pada PD. Indra Jaya : 1. Meja seterika

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI Proses pengembangan produk secara umum dibagi kedalam beberapa tahap yang biasanya disebut fase. Menurut Karl T. Ulrich dan Steven D. Eppinger dalam bukunya yang berjudul Perancngan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Tahapan Proses Perancangan dan Pengembangan Produk Proses perancangan dan pengembangan produk terdiri dari 6 tahapan seperti yang ditunjukkan dalam gambar

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia tingkat penjualan kendaraan bermotor baik yang beroda empat atau pun

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia tingkat penjualan kendaraan bermotor baik yang beroda empat atau pun BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jumlah kendaraan bermotor di seluruh dunia terus bertambah, khususnya di Indonesia tingkat penjualan kendaraan bermotor baik yang beroda empat atau pun yang beroda

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Perencanaan Produk Perencanaan produk sering disebut sebagai zerofase karena mendahului persetujuan proyek dan proses peluncuran pengembangan produk aktual. Dengan adanya

Lebih terperinci

BAB 3. Metode Perancangan Produk

BAB 3. Metode Perancangan Produk BAB 3 Metode Perancangan Produk Berikut adalah flow diagram dari tahapan-tahapan yang dilakukan mulai dari awal sampai pengujian konsep dalam melakukan proses pengembangan produk: Gambar 3.1 Flow Diagram

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 42 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metodologi Penelitian Metodologi penelitian ini merupakan cara yang digunakan untuk memecahkan masalah dengan langkah-langkah yang akan ditempuh harus relevan dengan

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Pengumpulan Data 4.1.1 Perencanaan Produk Sebelum masuk pada tahap pengumpulan data Identifikasi Kebutuhan pelanggan, maka perlu dilakukan proses perencanaan produk

Lebih terperinci

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA. Jurusan Teknik Industri Tugas Akhir Sarjana Semester Genap tahun 2006/2007 (sesuai periode berjalan)

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA. Jurusan Teknik Industri Tugas Akhir Sarjana Semester Genap tahun 2006/2007 (sesuai periode berjalan) UNIVERSITAS BINA NUSANTARA Jurusan Teknik Industri Tugas Akhir Sarjana Semester Genap tahun 2006/2007 (sesuai periode berjalan) PERANCANGAN DAN PENGEMBANGAN KONSEP PADA PRODUK MEJA SETERIKA Yunus Armanto

Lebih terperinci

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA. Jurusan Teknik Industri Tugas Akhir Sarjana Semester Genap tahun 2006/2007 (sesuai periode berjalan)

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA. Jurusan Teknik Industri Tugas Akhir Sarjana Semester Genap tahun 2006/2007 (sesuai periode berjalan) UNIVERSITAS BINA NUSANTARA Jurusan Teknik Industri Tugas Akhir Sarjana Semester Genap tahun 2006/2007 (sesuai periode berjalan) PERANCANGAN DAN PENGEMBANGAN KONSEP PADA PRODUK LAMPU BELAJAR Like Lanita

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka Dalam proses pengembangan produk ada tiga Departement yang ada diperusahaan, yang diperlukan kontribusinya dan peranannya dalam menjalankan suatu proyek atau proses

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PERANCANGAN PRODUK

BAB 3 METODE PERANCANGAN PRODUK BAB 3 METODE PERANCANGAN PRODUK Berikut merupakan flow diagram dari tahapan-tahapan ng dilakukan dari awal sampai akhir dalam melakukan proses pengembangan produk : Perencanaan (perntaan misi) Identifikasi

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI. 3.1 Metode Penelitian. Diagram 3.1 Diagram Flow Tahapan Pengembangan

BAB 3 METODOLOGI. 3.1 Metode Penelitian. Diagram 3.1 Diagram Flow Tahapan Pengembangan BAB 3 METODOLOGI 3.1 Metode Penelitian Studi Pendahuluan Analisa topi yang sudah ada Pengamatan kebiasaan para pengguna topi Studi Pustaka Perumusan Masalah Identifikasi hasil yang didapat pada Studi Pendahuluan

Lebih terperinci

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA UNIVERSITAS BINA NUSANTARA Abstrak Jurusan Teknik Industri Tugas Akhir Sarjana Semester Genap tahun 2006/2007 PENGEMBANGAN PRODUK REMOTE PRESENTASI Bayunanda NIM: 0700703611 Dilihat dari banyaknya banyaknya

Lebih terperinci

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA UNIVERSITAS BINA NUSANTARA Jurusan Teknik Industri Tugas Akhir Sarjana Semester Genap tahun 2006/2007 PENGEMBANGAN PRODUK MOTOR TANPA HUJAN DAN PANAS Abstrak Fransiscus Ivan NIM: 0700718550 Pengendara

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Desain Industri Desain industri merupakan salah satu elemen penting dalam proses pengembangan produk dimana kegiatan desain industri ini memiliki peranan cukup penting

Lebih terperinci

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA UNIVERSITAS BINA NUSANTARA Jurusan Teknik Industri Tugas Akhir Sarjana Semester Genap tahun 2006/2007 PERANCANGAN DAN PENGEMBANGAN KONSEP PAC PUZZLE ALARM CLOCK Indra Julianto Tjakra NIM: 0700678396 Abstrak

Lebih terperinci

BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA

BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA 4.1 Pengumpulan Dan Pengolahan Data 4.1.1 Beberapa Jenis Produk Lampu Belajar 4.1.1.1 Produk Lampu Belajar Yang Digunakan Gambar 4.1 Produk Lampu Belajar Yang Digunakan

Lebih terperinci

pembayaran secara manual.

pembayaran secara manual. 137 bunyi sebanyak satu kali. Jika transaksi tidak berhasil dilakukan dikarenakan saldo tidak mencukupi atau tag RFID tidak terbaca maka sistem akan memberitahukan kepada operator yang bertugas dan konsumen

Lebih terperinci

PERANCANGAN PRODUK. Chapter 2. Gasal 2014

PERANCANGAN PRODUK. Chapter 2. Gasal 2014 PERANCANGAN PRODUK Chapter 2 Gasal 2014 Debrina Puspita Andriani Teknik Industri Universitas Brawijaya e-mail : debrina@ub.ac.id Blog : http://debrina.lecture.ub.ac.id/ 22/09/2014 Perancangan Produk -

Lebih terperinci

Product Design & Development Hubungan Kebutuhan Pekerja Terhadap Karakteristik Teknik Pada Perancangan Alat Pengepres Melinjo Dengan Metode QFD

Product Design & Development Hubungan Kebutuhan Pekerja Terhadap Karakteristik Teknik Pada Perancangan Alat Pengepres Melinjo Dengan Metode QFD Malikussaleh Industrial Engineering Journal Vol.3 No. (014) 8-33 ISSN 30 934X Product Design & Development Hubungan Kebutuhan Pekerja Terhadap Karakteristik Teknik Pada Perancangan Alat Pengepres Melinjo

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 147 BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Flowchart Metode Penelitian Populasi dan sampel Studi Pendahuluan -Analisa Tas Laptop yang sudah ada Studi Pustaka Online Book ReferenceJournal Group Forum Materi Kuliah

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PERANCANGAN SISTEM

BAB 3 METODE PERANCANGAN SISTEM 20 BAB 3 METODE PERANCANGAN SISTEM Studi pendahuluan Studi kepustakaan Pengumpulan data: * kuesioner *wawancara *observasi lapangan Data cukup, data reliabel, data valid? Ya tidak Identifikasi kebutuhan

Lebih terperinci

BAB 4 PENGOLAHAN DATA DAN ANALISA. rangkaian fase pengembangan produk.

BAB 4 PENGOLAHAN DATA DAN ANALISA. rangkaian fase pengembangan produk. 78 BAB 4 PENGOLAHAN DATA DAN ANALISA 4.1 Perencanaan Produk Sebelum memasuki tahap identifikasi kebutuhan pelanggan, terlebih dahulu perlu dilakukan tahap perencanaan produk, yang mana hasil dari perencanaan

Lebih terperinci

Pengujian. Produk. Perancangan. Produk. Identifikasi Kondisi Eksisting

Pengujian. Produk. Perancangan. Produk. Identifikasi Kondisi Eksisting Pengujian Produk Perancangan Produk Identifikasi Kondisi Eksisting Identifikasi Kondisi Eksisting Membungkus kedelai yang telah diberi ragi Menimbang ukuran berat Labelling Memanaskan ujung-ujung plastik

Lebih terperinci

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA. sebanyak 30 buah. Kemudian dilakukan uji valliditas dan reliabilitas.

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA. sebanyak 30 buah. Kemudian dilakukan uji valliditas dan reliabilitas. 46 BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1.Pengumpulan Data Dalam penelitian ini, data diperoleh dari pengguna jam weker. pengumpulan data dilakukan dengnan langkah awal penyebaran kuisioner terbuka

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Gerakan tangan yang dilakukan operator dalam pekerjaan sangat berkaitan dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. Gerakan tangan yang dilakukan operator dalam pekerjaan sangat berkaitan dalam BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gerakan tangan yang dilakukan operator dalam pekerjaan sangat berkaitan dalam keahliannya dalam mengubah/merakit suatu bahan baku menjadi bahan jadi (perakitan suatu

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Pada suatu penelitian terdapat berbagai macam metode penelitian yang digunakan, pemilihannya sangat tergantung pada prosedur, alat serta desain penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metodologi Penelitian Metodologi penelitian merupakan gambaran penelitian secara keseluruhan sehingga diketahui proses, metode dan hasil yang diperoleh dalam penelitian. Terlihat

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN III. 1. KERANGKA PEMIKIRAN Terbatasnya sumber daya minyak dan kemampuan kapasitas produksi minyak mentah di dalam negeri telah menjadikan sekitar 50% pemenuhan bahan bakar nasional

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Diagram Alir Penelitian BAB 3 METODE PENELITIAN Gambar 3.1 Diagram Alir Penelitian 70 Gambar 3.2 Diagram Alir Penelitian (lanjutan) 71 2 Penentuan spesifikasi target Penyusunan dan Seleksi Konsep Pembuatan

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Pengumpulan Data 4.1.1 Perencanaan Produk Sebelum masuk pada tahap pengumpulan data identifikasi kebutuhan pelanggan maka perlu dilakukan proses perencanaan produk

Lebih terperinci

Universitas Bina Nusantara

Universitas Bina Nusantara Universitas Bina Nusantara Jurusan Teknik Industri Skripsi Sarjana Teknik Industri Semester Ganjil 2004 / 2005 Perancangan, Pengembangan dan Analisis Ekonomi Produk Wiper Untuk Helm Full-Face

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Diagram Alir Penelitian Metode penelitian menunjukan bagaimana penelitian dilakukan dari identifikasi masalah sampai dengan analisis dan kesimpulan. Tahapan metode dari penelitian

Lebih terperinci

PERANCANGAN KONSEP KURSI KANTOR BERDASARKAN KEBUTUHAN KONSUMEN DAN STUDI PERBANDINGAN PRODUK PESAING

PERANCANGAN KONSEP KURSI KANTOR BERDASARKAN KEBUTUHAN KONSUMEN DAN STUDI PERBANDINGAN PRODUK PESAING PERANCANGAN KONSEP KURSI KANTOR BERDASARKAN KEBUTUHAN KONSUMEN DAN STUDI PERBANDINGAN PRODUK PESAING Oleh: I Wayan Sukania iwayansukania@tarumanagara.ac.id iwayansukania@yahoo.com Staf Pengajar Program

Lebih terperinci

TUGAS SARJANA. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Dari Syarat-Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik. Oleh LUSI ASTRI TANJUNG

TUGAS SARJANA. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Dari Syarat-Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik. Oleh LUSI ASTRI TANJUNG PERBAIKAN RANCANGAN PRODUK PARABOLA DENGAN MENGGUNAKAN INTEGRASI METODE QUALITY FUNCTION DEPLOYMENT, AXIOMATIC DESIGN, DAN DESIGN FOR MANUFACTURE AND ASSEMBLY PADA PT. BINTANG PERSADA SATELIT TUGAS SARJANA

Lebih terperinci

BAB I PENGEMBANGAN KONSEP

BAB I PENGEMBANGAN KONSEP BAB I PENGEMBANGAN KONSEP Konsep produk merupakan gambaran singkat bagaimana produk memuaskan kebutuhan pelanggan. Sehingga perlu dimunculkan konsep untuk memperbarui mekanisme produk meja setrika yang

Lebih terperinci

PERANCANGAN PRODUK. Chapter 4. Gasal 2014

PERANCANGAN PRODUK. Chapter 4. Gasal 2014 PERANCANGAN PRODUK Chapter 4 Gasal 2014 Debrina Puspita Andriani Teknik Industri Universitas Brawijaya e-mail : debrina@ub.ac.id Blog : http://debrina.lecture.ub.ac.id/ 6/10/2014 Perancangan Produk - Gasal

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Objek penelitian adalah produk shoulder bags untuk wanita usia 17 sampai

BAB III METODE PENELITIAN. Objek penelitian adalah produk shoulder bags untuk wanita usia 17 sampai 26 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian Objek penelitian adalah produk shoulder bags untuk wanita usia 17 sampai 45 tahun yang digunakan untuk aktivitas harian selain bekerja dan kuliah. Aktivitas

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Lampung Timur. Lokasi penelitian

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Lampung Timur. Lokasi penelitian 36 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Lampung Timur. Lokasi penelitian dipilih secara purposive (sengaja) dengan pertimbangan bahwa daerah

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka Produk merupakan sesuatu yang dijual oleh perusahaan kepada pembeli. Pengembangan produk merupakan serangkaian aktivitas yang dimulai dari analisa persepsi dan

Lebih terperinci

BAB II KONSTRUKSI MESIN PENGHANCUR PLASTIK

BAB II KONSTRUKSI MESIN PENGHANCUR PLASTIK BAB II KONSTRUKSI MESIN PENGHANCUR PLASTIK 2.1. Teori Dasar Kontruksi Mesin Penghacur Plastik Ilmu kontruksi mesin adalah ilmu merancang, menyusun, membuat, mencoba, dan memelihara mesin-mesin. Dalam prakteknya,

Lebih terperinci

BAB III DISAIN PRODUK

BAB III DISAIN PRODUK BAB III DISAIN PRODUK 3.1. Pendahuluan Salah satu karakteristik manusia adalah mereka selalu berusaha mencitakan sesuatu, baik alat atau benda lainnya untuk membantu kehidupan mereka. Untuk mewejudkan

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN. Dengan berdasar pada konsep marketing mix, atribut kuesioner

BAB 3 METODE PENELITIAN. Dengan berdasar pada konsep marketing mix, atribut kuesioner BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Penyusunan dan Penyebaran Kuesioner 3.1.1 Atribut Kuesioner Dengan berdasar pada konsep marketing mix, atribut kuesioner digolongkan menjadi produk, tinta, kualitas, perawatan

Lebih terperinci

DESIGN FOR MANUFACTURING

DESIGN FOR MANUFACTURING DESIGN FOR MANUFACTURING Design for Manufacturing (DFM) : Merupakan salah satu dari metoda Design for X (DFX) dimana X mungkin berhubungan dengan satu dari lusinan kriteria seperti reliability, robustness,

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 6 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengembangan dan Perancangan Produk Baru Pengembangan produk baru (New Product Development) adalah suatu bagian yang penting dalam dunia bisnis. Produk-produk baru dapat memberikan

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metodologi Penelitian Metodologi penelitian ini merupakan cara yang digunakan untuk memecahkan masalah dengan langkah-langkah yang akan ditempuh harus relevan dengan masalah

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Perancangan Mesin Perancangan secara umum dapat didefinisikan sebagai formulasi suatu rencana untuk memenuhi kebutuhan manusia, sehingga secara sederhana perancangan dapat diartikan

Lebih terperinci

SILABUS MATAKULIAH. Revisi : 4 Tanggal Berlaku : 04 September 2015

SILABUS MATAKULIAH. Revisi : 4 Tanggal Berlaku : 04 September 2015 SILABUS MATAKULIAH Revisi : 4 Tanggal Berlaku : 04 September 2015 A. Identitas 1. Nama Matakuliah : Perancangan Produk 2. Program Studi : Teknik Industri 3. Fakultas : Teknik 4. Bobot sks : 2 SKS 5. Elemen

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metode merupakan Suatu cara atau jalan pengaturan atau pemeriksaan

BAB III METODE PENELITIAN. Metode merupakan Suatu cara atau jalan pengaturan atau pemeriksaan BAB III METODE PENELITIAN 3. Desain Penelitian Metode merupakan Suatu cara atau jalan pengaturan atau pemeriksaan sesuatu secara benar. Husein (998 : ). Untuk mencapai tujuan dari penelitian ini diperlukan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 3.1 Langkah langkah (flow chart) pemecahan masalah. Mulai. Observasi Pendahuluan. Penetapan Tujuan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 3.1 Langkah langkah (flow chart) pemecahan masalah. Mulai. Observasi Pendahuluan. Penetapan Tujuan BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Langkah langkah (flow chart) pemecahan masalah Mulai Observasi Pendahuluan Studi Pustaka Identifikasi Masalah Penetapan Tujuan Identifikasi atribut penelitian Pembuatan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam setiap penelitian, metode merupakan cara utama untuk mencapai

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam setiap penelitian, metode merupakan cara utama untuk mencapai 46 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Dalam setiap penelitian, metode merupakan cara utama untuk mencapai suatu tujuan. Hal ini sesuai dengan pendapat yang dikemukakan oleh Winarno Surakhmad

Lebih terperinci

SEGMENTASI PASAR. Hasil dan Pembahasan 1. Buatlah peta segmentasi pasar dari meja yang kalian gunakan sesuai dengan langkah-langkah...

SEGMENTASI PASAR. Hasil dan Pembahasan 1. Buatlah peta segmentasi pasar dari meja yang kalian gunakan sesuai dengan langkah-langkah... SEGMENTASI PASAR Tujuan Praktikum Berikut adalah tujuan dari praktikum segmentasi pasar. 1. Untuk dapat menentukan segmen pasar sebagai pertimbangan merancang dan mengembangkan produk. 2. Untuk dapat menentukan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian Objek dari penelitian yang akan dilakukan adalah sistem pelayanan informasi yang dimiliki oleh bus Trans Jogja sebagai elemen pendukung dari moda transportasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengalami peningkatan yang sangat pesat yaitu sebesar 1035 unit per harinya atau

BAB I PENDAHULUAN. mengalami peningkatan yang sangat pesat yaitu sebesar 1035 unit per harinya atau BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pertumbuhan kendaraan bermotor di Indonesia khususnya di kota-kota besar mengalami peningkatan yang sangat pesat yaitu sebesar 1035 unit per harinya atau 31.050

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Identifikasi Kebutuhan Pelanggan 4.1.1 Pengumpulan Data Identifikasi Kebutuhan Pelanggan Pengumpulan data yang dilakukan pada tahap identifikasi kebutuhan pelanggan dilakukan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN 27 III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis elemen-elemen brand equity (ekuitas merek), yaitu brand awareness (kesadaran merek), brand association

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Obyek dan Lokasi Penelitian Obyek penelitian yang akan diangkat pada penelitian ini adalah Perencanaan budidaya ikan lele yang akan berlokasi di Desa Slogohimo, Wonogiri.

Lebih terperinci

3. METODE PENELITIAN. Lukman Arhami. Perencanaan strategi..., FT UI., Universitas Indonesia

3. METODE PENELITIAN. Lukman Arhami. Perencanaan strategi..., FT UI., Universitas Indonesia 69 3. METODE PENELITIAN Untuk menyelesaikan permasalahan, maka perlu disusun langkah-langkah penyelesaian masalah sebagai berikut : Keterangan flowchart : 1. Survey Pendahuluan Studi litaratur dilakukan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Adapun bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah tulang

BAHAN DAN METODE. Adapun bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah tulang BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret hingga April 2016 di Laboratorium Keteknikan Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan. Bahan

Lebih terperinci

Validitas dan Reliabilitas

Validitas dan Reliabilitas 1 Pendahuluan Tujuan pengukuran suatu obyek adalah menghasilkan informasi yang akurat dan obyektif mengenai obyek tersebut. Pengukuran berat suatu logam mulia bertujuan mengetahui berapa gram bobot logam

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, mulai pada bulan

BAHAN DAN METODE. Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, mulai pada bulan BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini direncanakan akan dilakukan di Laboratorium Keteknikan Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, mulai pada bulan September- Oktober

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Konseptual III. METODE PENELITIAN Nilai tambah yang tinggi yang diperoleh melalui pengolahan cokelat menjadi berbagai produk cokelat, seperti cokelat batangan merupakan suatu peluang

Lebih terperinci

III. METODOLOGI. 3.1 Kerangka Pemikiran. 3.2 Metode Penelitian

III. METODOLOGI. 3.1 Kerangka Pemikiran. 3.2 Metode Penelitian III. METODOLOGI 3.1 Kerangka Pemikiran Ketersediaan bahan baku ikan hasil tangkap sampingan yang melimpah merupakan potensi yang besar untuk dijadikan surimi. Akan tetapi, belum banyak industri di Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kita. Salah satu contohnya adalah perubahan teknologi. Komunikasi, informasi dan

BAB I PENDAHULUAN. kita. Salah satu contohnya adalah perubahan teknologi. Komunikasi, informasi dan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang masalah Seiring dengan kemajuan zaman telah terjadi banyak perubahan di sekeliling kita. Salah satu contohnya adalah perubahan teknologi. Komunikasi, informasi dan

Lebih terperinci

TIN305 - Perancangan dan Pengembangan Produk Materi #1 Genap 2014/2015. TIN305 - Perancangan dan Pengembangan Produk

TIN305 - Perancangan dan Pengembangan Produk Materi #1 Genap 2014/2015. TIN305 - Perancangan dan Pengembangan Produk Materi #1 TIN305 Perancangan dan Pengembangan Produk Deskripsi Mata Kuliah 2 Mata kuliah Perencanaan dan Perancangan Produk memuat tentang tahapan dalam perancangan produk dengan aplikasinya pada dunia

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 31 BAB III METODE PENELITIAN A. Metode dan Desain Penelitian Metode penelitian yang akan digunakan pada penelitian ini adalah metode kuasi eksperimen. Penggunaan metode kuasi eksperimen dalam penelitian

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Product Bundling Product bundling adalah strategi penjualan yang diterapkan di pemasaran. Product bundling mempunyai tujuan untuk memaksimalkan keuntungan dalam berbagai macam

Lebih terperinci

ABSTRAK. Keywords: Es Puter, QFD, Industri kecil

ABSTRAK. Keywords: Es Puter, QFD, Industri kecil ABSTRAK Perancangan teknologi alat pembuat es puter (hard ice cream) telah berkembang dari manual sampai yang otomatis. Dalam merancang sebuah alat tidak hanya mempertimbangkan aspek teknologi namun juga

Lebih terperinci

BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN, DAN ANALISIS DATA

BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN, DAN ANALISIS DATA BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN, DAN ANALISIS DATA 4.1 Pernyataan Misi Awal dari tahapan proses perancangan dan pengembangan produk adalah dibuatnya pernyataan misi, yang mana pernyataan misi ini memuat

Lebih terperinci

BAB II PEMBAHASAN A. Definisi Produk

BAB II PEMBAHASAN A. Definisi Produk BAB I PENDAHULUAN Semua organisasi mempunyai maksud dan tujuan. Mereka membuat dan menjual berbagai produk atau menawarkan jasa-jasa tertentu. Organisasiorganisasi perusahaan harus selalu menyesuaikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. persaingan antar perusahaan yang kini semakin ketat. Banyaknya pesaing yang

BAB I PENDAHULUAN. persaingan antar perusahaan yang kini semakin ketat. Banyaknya pesaing yang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Peran pemasaran dalam dunia usaha dewasa ini semakin penting karena persaingan antar perusahaan yang kini semakin ketat. Banyaknya pesaing yang muncul menuntut perusahaan

Lebih terperinci

BAB I SPESIFIKASI PRODUK

BAB I SPESIFIKASI PRODUK BAB I SPESIFIKASI PRODUK Maksud dari spesifikasi produk adalah untuk menjelaskan tentang hal-hal yang harus dilakukan oleh sebuah produk. Beberapa perusahaan menggunakan istilah karakteristik engineering

Lebih terperinci

3.1 GARIS BESAR LANGKAH KERJA

3.1 GARIS BESAR LANGKAH KERJA BAB III METODOLOGI 3.1 GARIS BESAR LANGKAH KERJA Tahap kegiatan ini adalah sebelum kita memulai pengumpulan data dan pengolahannya. Dalam tahap awal ini disusun hal-hal penting yang harus segera dilakukan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Yang Digunakan Metodologi penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan dengan tujuan dan kegunaan tertentu, Sugiyono (2013:01).

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1. Pembagian dan Tugas Tanggung Jawab.

LAMPIRAN 1. Pembagian dan Tugas Tanggung Jawab. LAMPIRAN 1. Pembagian dan Tugas Tanggung Jawab. 1. Plant Manager Plant Manager sebagai pimpinan tertinggi dalam perusahaan mempunyai wewenang dan tanggung jawab sebagai berikut: a. Tugas Manager bertugas

Lebih terperinci

PERANCANGAN PROSES 81

PERANCANGAN PROSES 81 PERANCANGAN PROSES 81 Keterkaitan Perancangan Produk, Perancangan Proses, Perancangan Jadwal,dan Perancangan Fasilitas Perancangan Produk Perancangan Fasilitas Perancangan Proses Perancangan Jadwal 82

Lebih terperinci

RENCANA PROGRAM KEGIATAN PERKULIAHAN SEMESTER (RPKPS)

RENCANA PROGRAM KEGIATAN PERKULIAHAN SEMESTER (RPKPS) RENCANA PROGRAM KEGIATAN PERKULIAHAN SEMESTER (RPKPS) Kode / Nama Mata Kuliah : E124402/ Perancangan Produk Revisi 4 Satuan Kredit Semester : 2 SKS Tgl revisi : 16 Juli 2015 Jml Jam kuliah dalam seminggu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. cepat. Salah satunya adalah ilmu pengetahuan. Hal tersebut dapat dilihat bahwa

BAB I PENDAHULUAN. cepat. Salah satunya adalah ilmu pengetahuan. Hal tersebut dapat dilihat bahwa BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Di era globalisasi, berbagai aspek kehidupan berkembang begitu sangat cepat. Salah satunya adalah ilmu pengetahuan. Hal tersebut dapat dilihat bahwa perkembangan

Lebih terperinci

Bab 3 Metodologi Penelitian

Bab 3 Metodologi Penelitian Bab 3 Metodologi Penelitian 3.1. Flow Chart Metodologi Penelitian Penelitian merupakan kegiatan sistematis dengan serangkaian proses yang dilakukan secara terstruktur. Setiap tahapan proses tersebut akan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Peneliti yang melakukan penelitian sebelumnya harus menentukan metode penelitian yang akan digunakan pada penelitiannya, karena hal tersebut akan membantu

Lebih terperinci

BAB 3 GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB 3 GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 32 BAB 3 GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 3.1 Latar Belakang Perusahaan 3.1.1 Organisasi PT. Golden Tempo Clock Industry ( Perusahaan ) adalah salah satu perusahaan manufakur berskala kecil menengah yang bergerak

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 6 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pernyataan Misi Produk merupakan sesuatu yang dijual oleh perusahaan kepada pembeli. Pengembangan produk merupakan serangkaian aktivitas yang dimulai dari analisa persepsi dan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Belum pulihnya kondisi perekonomian yang melanda bangsa Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. Belum pulihnya kondisi perekonomian yang melanda bangsa Indonesia BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Belum pulihnya kondisi perekonomian yang melanda bangsa Indonesia mengakibatkan harga kebutuhan bahan baku produksi langsung maupun tidak langsung belum stabil bahkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Yang Digunakan Metode penelitian dapat diartikan sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu (Sugiyono, 2013:2). Melalui

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS DAN HASIL PEMBAHASAN

BAB V ANALISIS DAN HASIL PEMBAHASAN 62 BAB V ANALISIS DAN HASIL PEMBAHASAN Setelah dilakukan pengumpulan dan pengolahan data langkah selanjutnya yang berupa nilai kepuasan pelanggan. Pada Tugas Akhir ini nilai kepuasan pelanggan dilihat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Di era globalisasi sekarang ini, perekonomian semakin maju dan

BAB I PENDAHULUAN. Di era globalisasi sekarang ini, perekonomian semakin maju dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di era globalisasi sekarang ini, perekonomian semakin maju dan berkembang, banyak produk atau merek produk baru bermunculan. Pesatnya pasar hasil produksi yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. Dalam pengertian paling luas, manajemen operasi berkaitan dengan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. Dalam pengertian paling luas, manajemen operasi berkaitan dengan BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Manajemen Operasi 2.1.1 Definisi Manajemen Operasi Dalam pengertian paling luas, manajemen operasi berkaitan dengan produksi barang dan jasa. Proses menghasilkan

Lebih terperinci

BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA

BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA 30 BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA 4.1 Pengumpulan Data 4.1.1 Perencanaan Produk Sebelum dilakukan perancangan produk yang akan dibuat, terlebih dahulu pernyataan misi yang nantinya akan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tuntutan kerja dan target yang ditetapkan oleh perusahaan harus dapat

BAB I PENDAHULUAN. Tuntutan kerja dan target yang ditetapkan oleh perusahaan harus dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah. Perusahaan akan selalu berusaha agar tujuannya dapat tercapai secara maksimal serta dapat mempertahankan kelangsungan usahanya. Tuntutan kerja dan target

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengembangan Produk Kegiatan merancang dan mengembangkan produk, baik yang berupa jasa maupun barang, tidak terlepas dari konsep pemasaran yang bertujuan memenuhi kebutuhan yang

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 3.1 Alur Pemecahan Masalah Gambar 3.1 Alur Pemecahan Masalah 87 Studi kepustakaan dilakukan yakni dengan mempelajari pengetahuan teoritis dan non teoritis yang berkaitan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. di bidang jasa boga, maka setiap perusahaan perlu menciptakan konsep

BAB I PENDAHULUAN. di bidang jasa boga, maka setiap perusahaan perlu menciptakan konsep 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam persaingan bisnis yang semakin ketat dewasa ini dan seiring dengan semakin banyaknya perusahaan pesaing yang bermunculan khususnya di bidang jasa boga, maka

Lebih terperinci

USULAN PERENCANAAN DAN PENGEMBANGAN PRODUK ASBAK DI RESTORAN CHAKRA

USULAN PERENCANAAN DAN PENGEMBANGAN PRODUK ASBAK DI RESTORAN CHAKRA USULAN PERENCANAAN DAN PENGEMBANGAN PRODUK ASBAK DI RESTORAN CHAKRA Dino Caesaron 1, Samuel 2 1,2 Program Studi Teknik Industri, Universitas Bunda Mulia, Jl. Lodan Raya No. 2, Ancol, Jakarta ABSTRAK Perusahaan

Lebih terperinci

Bab 3. Metodologi Penelitian

Bab 3. Metodologi Penelitian Bab 3 Metodologi Penelitian Penelitian dimulai dengan melakukan studi pendahuluan untuk dapat merumuskan permasalahan berdasarkan pengamatan terhadap kondisi obyek yang diamati. Berdasarkan permasalahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan segala sesuatunya menuntut efisiensi dan efektivitas yang

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan segala sesuatunya menuntut efisiensi dan efektivitas yang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada era globalisasi dewasa ini dimana semua serba modern, menyebabkan segala sesuatunya menuntut efisiensi dan efektivitas yang tinggi. Hal ini dapat diwujudkan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian dan tujuan rancang fasilitas Wignjosoebroto (2009; p. 67) menjelaskan, Tata letak pabrik adalah suatu landasan utama dalam dunia industri. Perancangan tata letak pabrik

Lebih terperinci