IV GAMBARAN UMUM Kondisi Umum Daerah Kabupaten Bogor

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "IV GAMBARAN UMUM Kondisi Umum Daerah Kabupaten Bogor"

Transkripsi

1 IV GAMBARAN UMUM Kondisi Umum Daerah Kabupaten Bogor Wilayah Kabupaten Bogor memiliki luas ±298, Ha, secara geografis terletak di antara 6º18'0" 6º47'10" Lintang Selatan dan 106º23'45" 107º13'30" Bujur Timur, dengan batas wilayah (Bappeda Kab.Bogor, 2011) : Sebelah Utara, berbatasan dengan Kota Tangerang Selatan, Kabupaten Tangerang, Kota Depok, Kabupaten/Kota Bekasi; Sebelah Barat, berbatasan dengan Kabupaten Lebak; Sebelah Timur, berbatasan dengan Kabupaten Karawang, Kabupaten Cianjur dan Kabupaten Purwakarta; Sebelah Selatan, berbatasan dengan Kabupaten Sukabumi dan Kabupaten Cianjur; Bagian Tengah berbatasan dengan Kota Bogor. Kabupaten Bogor memiliki tipe morfologi wilayah yang bervariasi, dari dataran yang relatif rendah di bagian utara hingga dataran tinggi di bagian selatan, yaitu sekitar 29,28% berada pada ketinggian meter di atas permukaan laut (dpl), 42,62% berada pada ketinggian meter dpl, 19,53% berada pada ketinggian 500 1,000 meter dpl, 8,43% berada pada ketinggian meter dpl dan 0,22% berada pada ketinggian meter dpl. Selain itu, kondisi morfologi Kabupaten Bogor sebagian besar berupa dataran tinggi, perbukitan dan pegunungan dengan batuan penyusunnya didominasi oleh hasil letusan gunung, yang terdiri dari andesit, tufa dan basalt. Gabungan batu tersebut termasuk dalam sifat jenis batuan relatif lulus air dimana kemampuannya meresapkan air hujan tergolong besar. Jenis pelapukan batuan ini relatif rawan terhadap gerakan tanah bila mendapatkan siraman curah hujan yang tinggi. Selanjutnya, jenis tanah penutup didominasi oleh material vulkanik lepas agak peka dan sangat peka terhadap erosi, antara lain Latosol, Aluvial, Regosol, Podsolik dan Andosol. Oleh karena itu, beberapa wilayah rawan terhadap tanah longsor. (Bappeda Kab. Bogor 2011). Secara klimatologis, wilayah Kabupaten Bogor termasuk iklim tropis sangat basah di bagian selatan dan iklim tropis basah di bagian utara, dengan ratarata curah hujan tahunan mm/tahun, kecuali di wilayah bagian utara dan sebagian kecil wilayah timur curah hujan kurang dari mm/tahun. Suhu rata-rata di wilayah Kabupaten Bogor adalah C, dengan rata-rata tahunan sebesar 25 C. Kelembaban udara 70% dan kecepatan angin cukup rendah, dengan rata rata 1,2 m/detik dengan evaporasi di daerah terbuka rata rata sebesar 146,2 mm/bulan.sedangkan secara hidrologis, wilayah Kabupaten Bogor terbagi ke dalam 7 buah Daerah Aliran Sungai (DAS) yaitu: (1) DAS Cidurian; (2) DAS Cimanceuri; (3) DAS Cisadane; (4) DAS Ciliwung; (5) Sub DAS Kali Bekasi; (6) Sub DAS Cipamingkis; dan (7) DAS Cibeet. Selain itu juga terdapat 32 jaringan irigasi pemerintah, 794 jaringan irigasi pedesaan, 93 situ dan 96 mata air. Secara administratif, Kabupaten Bogor terdiri dari 413 desa dan 17 kelurahan (430 desa/kelurahan), RW dan RT yang tercakup dalam 40 kecamatan. Jumlah kecamatan sebanyak 40 tersebut merupakan jumlah kumulatif setelah adanya hasil pemekaran 5 (lima) kecamatan di tahun 2005, yaitu Kecamatan Leuwisadeng (pemekaran dari Kecamatan Leuwiliang), Kecamatan

2 Tanjungsari (pemekaran dari Kecamatan Cariu), Kecamatan Cigombong (pemekaran dari Kecamatan Cijeruk), Kecamatan Tajurhalang (pemekaran dari Kecamatan Bojonggede) dan Kecamatan Tenjolaya (pemekaran dari Kecamatan Ciampea). Selain itu, pada akhir tahun 2006 telah dibentuk pula sebuah desa baru, yaitu Desa Wirajaya, sebagai hasil pemekaran dari Desa Curug Kecamatan Jasinga dan pada awal tahun 2011 telah dibentuk 2 ( dua) desa baru yaitu Desa Gunung Mulya hasil pemekaran dari Desa Gunung Malang Kecamatan Tenjolaya dan Desa Batu Tulis hasil pemekaran dari Desa Parakan Muncang Kecamatan Nanggung. Luas wilayah Kabupaten Bogor berdasarkan pola penggunaan tanah dikelompokkan menjadi kebun campuran seluas ,5 Ha (28.48%), kawasan terbangun/pemukiman ,2 Ha (15.99%), semak belukar ,1 Ha (15.03%), hutan vegetasi lebat/perkebunan ,3 Ha (19.33%), sawah irigasi/tadah hujan 23,794 Ha (7.95%), tanah kosong ,9 Ha (12.15%). Berdasarkan limpahan sumber daya alam sebagaimana diuraikan diatas, idealnya sektor pertanian merupakan sumber penghidupan bagi sebagian besar masyarakat Kabupaten Bogor dan karenanya Pemerintah Kabupaten Bogor telah menetapkan misi dan prioritas pembangunan selama tahun , yaitu revitalisasi pertanian dan pembangunan berbasis perdesaan. Kondisi Demografis Jumlah Penduduk Kabupaten Bogor pada tahun 2011 berdasarkan estimasi data Badan Pusat Statistik (BPS) berjumlah 4,922,205 jiwa (angka sementara) yang terdiri dari penduduk laki-laki 2,510,325 jiwa dan penduduk perempuan 2,411,880 jiwa. Jumlah penduduk tersebut telah mengalami kenaikan bilamana dibandingkan dengan penduduk pada tahun 2010 yang berjumlah 4,771,932 jiwa. Kondisi ini menyebabkan tingginya rata-rata laju pertumbuhan penduduk Kabupaten Bogor, laju pertumbuhan penduduk Kabupaten Bogor pada tahun 2011 sebesar 3.15 %. Laju pertumbuhan penduduk terbesar terdapat di Kecamatan Gunung Putri sebesar 6.27%, Kecamatan Bojonggede sebesar 5.86%, Kecamatan Cileungsi sebesar 5.72% dan Kecamatan Cibinong sebesar 4.62 %, Parung sebesar 4.22%, Gunung Sindur sebesar 4.31% dan Tajur halang sebesar 4.16%. Pertambahan penduduk di tujuh kecamatan tersebut dapat dikatakan pesat karena merupakan pusat pengembangan usaha industri dan permukiman. Disana cukup berkembang beragam jenis usaha industri besar maupun sedang, yang menyebabkan tingginya migrasi masuk penduduk dari luar kecamatan sebagai tenaga kerja untuk bermukim di kecamatan setempat. Berdasarkan hasil Sensus Penduduk 2010, masih tampak bahwa penyebaran penduduk Kabupaten Bogor masih bertumpu pada Kecamatan Cibinong yakni sebesar 6.84%, Kecamatan Gunung Putri 6.49% dan Kecamatan Cileungsi sebesar 5.16%, sedangkan kecamatan lainnya kurang dari angka 4%. Berdasarkan luas wilayah Kabupaten Bogor sebesar ± 29,838,304 Ha yang didiami oleh 4,771,932 orang, maka rata-rata tingkat kepadatan penduduk sebanyak 1,791 orang/km². Kecamatan yang paling tinggi tingkat kepadatan penduduknya adalah kecamatan Ciomas, yakni sebanyak 9,148 orang/km², sedangkan yang paling rendah adalah Kecamatan Tanjungsari, yakni sebanyak 385 orang/km². Sementara itu, Kecamatan Cibinong, Gunung Putri dan Cileungsi adalah tiga kecamatan dengan urutan teratas yang memiliki jumlah penduduk

3 terbanyak, yang masing-masing berjumlah 326,519 orang, 309,918 orang dan 246,369 orang. Sedangkan Kecamatan Cariu merupakan kecamatan yang paling sedikit penduduknya, yakni sebanyak 46,186 orang. Data sex ratio penduduk Kabupaten Bogor adalah sebesar 106, artinya setiap 100 orang perempuan terdapat 106 orang laki-laki. Hampir di semua kecamatan di Kabupaten Bogor memiliki sex ratio diatas 1, yang berarti berlaku umum bahwa jumlah penduduk laki-laki lebih banyak daripada jumlah penduduk perempuan di daerah tersebut. Namun terdapat satu kecamatan yang nilai sex rationya dibawah 1, yaitu Kecamatan Gunung Putri sebesar 0.99, yang artinya setiap 100 orang perempuan terdapat 99 orang laki-laki. Hal ini disebabkan sebagai daerah pengembangan usaha industri besar dan sedang, tampaknya menarik minat banyak pekerja wanita untuk bekerja dan bermukim di wilayah Kecamatan Gunung Putri. Kondisi demografis Kabupaten Bogor sebagaimana diuraikan di atas secara ringkas disajikan pada Tabel 13. Tabel 13 Kondisi Demografi Kabupaten Bogor Tahun NO INDIKATOR REALISASI KINERJA * 1 Jumlah penduduk (jiwa) 4,505,679 4,643,186 4,771,932 4,922,205 2 Laju pertumbuhan penduduk (%) ,15 3 Jumlah pengangguran terbuka (org) 231, , , ,880 4 Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (%) ,60 62,72 *Angka estimasi Sumber: BPS, 2010 Berdasarkan Tabel 13, dapat dijelaskan kondisinya sebagai berikut: 1. Jumlah penduduk Kabupaten Bogor pada tahun 2011 lebih tinggi dari jumlah penduduk Kabupaten Bogor tahun 2010, atau meningkat sebanyak 150,272 orang (3.15 %). Kondisi ini disebabkan pertumbuhan alami dan tingginya migrasi masuk ke Kabupaten Bogor; 2. Estimasi Laju pertumbuhan penduduk Kabupaten Bogor pada tahun 2011 sama dengan laju pertumbuhan penduduk Kabupaten Bogor tahun Kondisi ini merupakan implikasi dari bertambahnya jumlah penduduk secara kumulatif selama beberapa tahun sebelumnya. Adapun rata-rata laju pertumbuhan penduduk selama 10 tahun terakhir ( ) adalah sebesar 3.13 %; 3. Jumlah pengangguran terbuka pada tahun 2011 mengalami penurunan dibandingkan dengan tahun 2010, yaitu dari 205,032 orang, menjadi 181,880 orang, turun sebanyak 23,152 orang (atau sekitar %). Kondisi ini menunjukkan bahwa upaya pemerintah Kabupaten Bogor dalam menurunkan jumlah pengangguran telah menunjukan hasil yang memadai, baik yang dilakukan dengan cara mengundang investor, membuka lapangan kerja baru dan meningkatkan keterampilan para pekerja maupun upaya lainnya melalui kemudahan untuk membuka usaha baru dan wirausaha mandiri di sektor formalaupun informal; 4. Tingkat partisipasi angkatan kerja mengalami peningkatan pada tahun 2011 bila dibandingkan dengan tahun 2010, yaitu sebesar 3.12 %. Kondisi ini disebabkan implikasi dari bertambahnya angkatan kerja dari luar kabupaten

4 yang mendapatkan kesempatan kerja atau peluang kerja sehingga berpengaruh terhadap proporsi dari tingkat partisipasi angkatan kerja lokal. Kondisi Ekonomi Kondisi ekonomi Kabupaten Bogor pada tahun 2011 relatif stabil bahkan mengalami peningkatan seiring dengan tumbuhnya beberapa sektor penggerak ekonomi dan membaiknya infrastruktur penunjang ekonomi. Hal ini dapat terlihat dari pergerakan nilai Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). Pada tahun 2011, PDRB Kabupaten Bogor atas dasar harga berlaku mencapai RP trilyun, lebih tinggi dari nilai PDRB pada tahun 2010 sebesar RP triliyun atau meningkat %, sedangkan PDRB berdasarkan harga konstan mencapai RP triliyun, lebih tinggi dari tahun 2010 sebesar RP triliyun atau naik 5.70 %. Tabel 14 Realisasi Indikator Makro Ekonomi Kabupaten Bogor Tahun No INDIKATOR REALISASI KINERJA *) 1 Nilai PDRB (RP Juta) a. Berdasarkan Harga Berlaku 66,083,789 73,800,700 82,699,458 Primer 3,704,824 4,126,720 4,387,943 Sekunder 44,952,879 49,614,606 55,043,884 Tersier 17,426,085 20,059,375 23,267,631 b. Berdasarkan Harga Konstan 30,952,138 32,526,450 34,378,837 Primer 1,987,540 1,987,614 1,996,900 Sekunder 21,220,240 22,178,636 23,378,341 Tersier 7,844,357 8,360,199 9,003,596 2 Laju Pertumbuhan ekonomi (%) Inflasi (%) PDRB Perkapita Atas Dasar Harga Berlaku (Rp.) 5 PDRB Perkapita Atas Dasar Harga Konstan (Rp.) *) Angka Estimasi Sumber: BPS Kabupaten Bogor, ,232,423 15,465,580 16,781,675 6,666,142 6,816,201 6,976,279 Berdasarkan Tabel 14 terlihat bahwa nilai PDRB, baik berdasarkan harga konstan maupun berdasarkan harga berlaku mengalami peningkatan dibandingkan dengan tahun Hal ini menunjukkan bahwa dari sisi makro, kondisi ekonomi Kabupaten Bogor relatif meningkat, yang ditunjukkan oleh angka laju pertumbuhan ekonomi pada tahun 2011 berdasarkan harga konstan sebesar 5.70 %. Kondisi ini sangat dipengaruhi oleh tingkat inflasi tahun 2011 yang cukup rendah. Sebagaimana terlihat dari inflasi nasional sebesar 3.79 %, inflasi Jawa Barat sebesar 3.10 %, sedangkan tingkat inflasi di Bogor mencapai 2.85 %, jauh lebih rendah dibandingkan inflasi pada tahun 2010, yaitu sebesar 6.79 %. Selanjutnya, untuk melihat prosentase kontribusi laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Bogor berdasarkan lapangan usaha, maka komposisi laju pertumbuhan ekonominya sebagai berikut:

5 1. Sektor primer yang meliputi lapangan usaha: pertanian, perkebunan, peternakan, kehutanan dan perikanan sebesar -0.04%,pertambangan dan penggalian sebesar 0.07%. Total kontribusinya terhadap LPE sektor primer sebesar 0.03%; 2. Sektor sekunder yang meliputi lapangan usaha: industri pengolahan sebesar 3.18%, listrik, gas dan air bersih sebesar 0.21% dan bangunan sebesar 0,30%. Total kontribusinya terhadap LPE sektor sekunder sebesar 3.69%; 3. Sektor tersier yang meliputi lapangan usaha: perdagangan, hotel dan restoran sebesar 1.37%, pengangkutan dan komunikasi sebesar 0.27%, keuangan, persewaan dan jasa perusahaan sebesar 0.13% serta jasa-jasa lainnya sebesar 0.21%. Total kontribusinya terhadap sektor tersier sebesar 1.98%. Berdasarkan uraian data di atas, dapat disimpulkan bahwa kontribusi laju pertumbuhan ekonomi dari kelompok lapangan usaha sektor sekunder lebih tinggi dari sektor primer maupun sektor tersier, terlihat dari total kontrbusi terhadap LPE tertinggi, yaitu sektor sekunder sebesar 3.69% dan terendah sektor primer sebesar 0.03%. Kondisi demikian mengindikasikan peranan pertumbuhan industri bergerak positif seiring dengan dimulainya realisasi investasi yang masuk ke Kabupaten Bogor pada kelompok lapangan usaha di sektor sekunder tersebut. Selain itu, tingginya kontribusi sektor sekunder ini membuka peluang dalam menunjang sektor lain bergerak terutama sektor primer, khususnya kelompok lapangan usaha pertanian yang kontribusi terhadap laju pertumbuhannya sebesar %. Pada tingkat pendapatan per kapita penduduk Kabupaten Bogor (dihitung dari angka PDRB dibagi dengan jumlah penduduk pada tahun yang sama), maka diperoleh tingkat pendapatan per kapita berdasarkan harga berlaku yaitu mencapai RP 16,781,675,- juta/kapita/tahun. Jumlah ini jauh lebih tinggi dari tingkat pendapatan per kapita penduduk Kabupaten Bogor baik pada tahun 2010 maupun tahun Bilamana pendapatan per kapita di atas, dihitung berdasarkan tingkat pendapatan per kapita atas dasar harga berlaku pada setiap bulan, maka diperoleh pendapatannya sebesar Rp.1,398,473,- kapita/bulan. Demikian pula apabila dihitung pendapatan perkapita atas dasar harga konstan, maka hasilnya sebesar RP 581,357,-/kapita/bulan. Perbandingan realisasi indikator makro ekonomi Kabupaten Bogor pada kurun waktu dapat dilihat pada Tabel 13. Jika dicermati lebih jauh lagi, peningkatan kondisi ekonomi makro tersebut tentu tidak terlepas dari limpahan sumber daya alam dan sumber daya manusia yang dimiliki Kabupaten Bogor serta jumlah atau tingkat investasi yang masuk ke wilayah Kabupaten Bogor yang merupakan modal dasar dalam mengembangkan sumber daya ekonomi. Kabupaten Bogor memiliki banyak sekali sumberdaya alam yang sangat potensial untuk menjadi komoditi unggulan daerah. Untuk itu potensi unggulan tersebut harus selalu dikembangkan agar memiliki daya saing yang kuat, baik di tingkat Kabupaten, regional maupun tingkat nasional bahkan internasional. Pengembangan komoditas unggulan di Kabupaten Bogor didasarkan pada Peraturan Bupati Nomor 84 Tahun 2009 tentang Revitalisasi Pertanian dan Pembangunan Perdesaan dan Peraturan Bupati nomor 62 tahun 2010 tentang Peningkatan Daya saing Produk Kabupaten Bogor, Potensi Unggulan Kabupaten.

6 Tabel 15 Potensi Unggulan Daerah Zona Kecamatan Arah Pengembangan 1 Rumpin, Cigudeg, Parung Panjang, Jasinga, Tenjo tanaman pangan dan peternakan 2 Sukajaya, Nanggung, Leuwiliang, Leuwisadeng, Cibungbulang, Pamijahan 3 Ciampea, Tenjojaya, Dramaga, Ciomas 4 Tajurhalang, Kemang, Rancabungur, Parung, Ciseeng, Gunung Sindur 5 Tamansari, Cijeruk, Cigombong, Caringin 6 Ciawi, Cisarua, Megamendung, Sukaraja, Babakan Madang 7 Cileungsi, Klapanunggal, Gunung Putri, Citeureup, Cibinong, Bojonggede Agrosilvopastoral, yaitu pengembangan agroforestry yang didukung oleh sektor pertanian Agroekowisata yang didukung oleh sektor pertanian tanaman pangan dan perikanan. Pola pengembangan komoditas strategis: agropolitan dan minapolitan Industri non-farm yang didukung dengan sektor pertanian, perikanan, kehutanan, dan peternakan Industri perdesaan dan pengembangan UMKM, yang tetap berbasiskan pada produk atau komoditas pertanian secara luas Diversifikasi pertanian dan agroekowisata Ekowisata yang dikerjasamakan dengan berbagai pihak dalam rangka membuka lapangan pekerjaan bagi masyarakat Pertanian perkotaan dan industri. Pengembangan urban agriculture bertitik tolak pada produk/komoditas pertanian yang sudah diusahakan oleh warga. Pengembangan industri besar dikaitkan dengan rencana pengembangan Cibinong Raya 8 Sukamakmur, Cariu, Lumbung pangan melalui peningkatan dan Tanjungsari, Jonggol rehabilitasi sarana dan prasarana pemukinman Sumber: LKPJ Kabupaten Bogor, 2011 Beberapa komoditi sektor primer telah ditetapkan sebagai komoditi unggulan, pada lapangan usaha pertanian terutama komoditi tanaman pangan dan hortikultura komoditi yang sudah menjadi unggulan adalah talas Bogor, Nanas Gati, Pisang Rajabulu dan Manggis Raya. Untuk komoditi perikanan ikan hias dan benih ikan lele telah ditetapkan sebagai komoditi unggulan kawasan minapolitan Kabupaten Bogor (LKPJ Kabupaten Bogor, 2011). Kondisi Kesejahteraan Masyarakat Selain realisasi dari kondisi ekonomi yang telah dikemukakan, salah satu indikator dari taraf kesejahteraan rakyat yang biasa digunakan adalah Indikator Indeks Pembangunan Manusia (IPM) dan Indikator Jumlah Penduduk Miskin. Realisasi indikator kesejahteraan masyarakat Kabupaten Bogor dapat dilihat pada Tabel 16. Tabel 16 memperlihatkan bahwa realisasi pencapaian dari indikator IPM dan indikator jumlah penduduk miskin adalah sebagai berikut: 1) Realisasi Indeks Pembangunan Manusia (IPM) komposit Kabupaten Bogor telah mencapai poin pada tahun Kondisi ini menunjukkan bahwa realisasinya lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2010 yaitu sebesar poin, atau meningkat sebesar 0.66 poin. Hal ini disebabkan adanya peningkatan realisasi dari seluruh komponen IPM, baik komponen pendidikan (angka melek huruf dan rata-rata lama sekolah), kesehatan (angka harapan hidup) maupun komponen ekonomi (kemampuan daya beli masyarakat). Angka IPM sebesar poin di atas, maka sesuai dengan klasifikasi UNDP, angka tersebut termasuk dalam kelompok masyarakat sejahtera menengah atas, namun belum termasuk dalam kelompok masyarakat sejahtera atas. Sementara itu,

7 pencapaian IPM tahun 2010 (sebesar poin) tersebut masih di bawah IPM Nasional yang mencapai dan IPM Provinsi Jawa Barat sebesar Dengan demikian Kabupaten Bogor pada tahun 2010 menempati urutan ke-13 di antara 26 kabupaten/kota di Jawa Barat; Tabel 16 Realisasi Indikator Kesejahteraan Masyarakat Kabupaten Bogor Tahun NO INDIKATOR REALISASI KINERJA * Indeks Pembangunan Manusia (Komposit) Komponen IPM terdiri dari; a. Angka Harapan Hidup (AHH) (tahun) b. Angka Melek Huruf (AMH) (%) c. Rata-rata Lama Sekolah (RLS) (tahun) d. Kemampuan Daya Beli Masyarakat (Konsumsi riil per kapita) (Rp/kap/bln) 628, , ,890 2 Jumlah Penduduk Miskin (jiwa) 446, , ,365 *) Angka Estimasi Sumber: BPS Kabupaten Bogor, ) Realisasi komponen pembentuk IPM tahun 2011 berdasarkan estimasi BPS yaitu : a. Angka Harapan Hidup (AHH) terealisasi sebesar tahun, lebih tinggi dari tahun 2010 sebesar tahun, atau meningkat sebesar 0.29 tahun; b. Angka Melek Huruf (AMH) terealisasi sebesar 95.89%, lebih tinggi dari tahun 2010 sebesar 95.02%, atau meningkat sebesar 0.87 %. Kondisi ini disebabkan masih adanya individu atau warga Kabupaten Bogor yang belum bebas dari tiga buta yaitu buta pengetahuan dasar, buta bahasa Indonesia dan buta huruf latin sebesar 4.11 % dari total penduduk yang berusia di atas 15 tahun; c. Rata-rata Lama Sekolah (RLS) terealisasi sebesar 8.25 tahun, lebih tinggi dari tahun 2010 sebesar 7.98 tahun, atau meningkat sebesar 0.27 tahun. Realisasi dari RLS diatas menunjukkan bahwa penduduk Kabupaten Bogor yang berumur 15 tahun keatas secara rata-rata lama pendidikannya telah mencapai setara dengan SMP kelas dua; d. Kemampuan Daya Beli Masyarakat (Purchasing Power Parity = PPP) yang dihitung berdasarkan tingkat konsumsi riil per kapita per bulan, realisasinya pada tahun 2011 mencapai sebesar RP 630,890 /kapita/bulan, lebih tinggi dari tahun 2010 yaitu sebesar RP 629,620 /kapita/bulan. Kondisi ini mengungkapkan bahwa kemampuan daya beli masyarakat semakin tinggi pada tahun 2011, sebagai akibat dari meningkatnya pendapatan per kapita masyarakat Kabupaten Bogor. 3) Jumlah penduduk miskin di Kabupaten Bogor berdasarkan angka estimasi BPS Kabupaten Bogor pada tahun 2011 berjumlah 464,365 jiwa, lebih rendah dari tahun 2010 yang berjumlah sebanyak 477,100 jiwa (9.97%), berarti mengalami penurunan jumlah penduduk miskin sebanyak 12,735 jiwa atau turun sekitar 0.55 % dibandingkan dengan tahun Persentase jumlah penduduk miskin di Kabupaten Bogor pada tahun 2010 tersebut (9.97%), menempati urutan ke

8 343 dari 494 kabupaten/kota di Indonesia. Realisasi Indikator Kesejahteraan Masyarakat Kabupaten Bogor. Kondisi Sektor Perikanan di Kabupaten Bogor Wilayah Kabupaten bogor merupakan salah satu sentra produksi ikan air tawar yang ada di Jawa Barat. Kabupaten Bogor memiliki keunggulan komparatif sebagai daerah yang memiliki sumber daya air yang melimpah, lokasi geografis yang cukup strategis serta aksesibilitas yang memadai untuk pengembangan kegiatan perikanan khususnya komoditas air tawar. Perikanan di Kabupaten Bogor tersebar disemua kecamatan. Budidaya perikanan yang ada di wilayah ini seluruhnya berupa budidaya perikanan air tawar, baik itu berupa pembenihan, Kolam Air Tenang (KAT), Kolam air deras (KAD), Sawah (Minapadi), Karamba, Kolam Jaring Apung (KJA) maupun budidaya ikan hias. Selain itu, Kabupaten Bogor merupakan salah satu kabupaten yang ditunjuk oleh Kementrian Kelautan dan Perikanan (KKP) RI sebagai lokasi pengembangan minapolitan. Kebijakan tersebut selaras dengan kebijakan revitalisasi pertanian dan pembangunan pedesaan (RP3) kabupaten Bogor yang menerapkan pendekatan pengembangan pertanian berdasarkan zonasi. Prinsip zonasi pengembangan RP3 ditujukan agar di kabupaten Bogor ada percepatan pembangunan pertanian dalam arti luas melalui pengembangan komoditas unggulan di masing-masing zona. Cabang usaha perikanan dibagi menjadi 3 bagian yaitu : pembesaran (Ikan Konsumsi), Pembenihan dan Ikan Hias. Data perkembangan produksi ikan di Kabupaten Bogor dari tahun dapat dilihat pada Tabel 1. Data pada Tabel 1 menunjukan produksi ikan air tawar di Kabupaten Bogor mengalami peningkatan jumlah produksi yang signifikan setiap tahunnya. Adapun data pencapaian produksi perikanan di kabupaten Bogor dapat dilihat pada tabel 2 yang menunjukan bahwa pada cabang usaha pembesaran (ikan konsumsi), total nilai produksi yang dicapai pada cabang usaha ini sebesar RP 861,257, atau 87,54% dari total nilai produksi. Untuk cabang usaha ikan hias, jumlah produksi yang dicapai sebesar 156, ekor dengan total nilai produksi sebesar RP 2,626,996,427. Sedangkan untuk cabang usaha pembenihan yaitu sebesar 1,378, ekor, dengan total nilai produksi sebesar RP 235, Jika dilihat dari capaian nilai produksi, nilai produksi tertinggi terdapat pada cabang usaha ikan hias. Adapun data perkembangan perikanan berdasarkan perkembangan luas areal, jumlah RTP, dan perkembangan jumlah produksi perikanan dapat dilihat pada Tabel 17.

9 Tabel 17 Perkembangan Perikanan No Cabang Usaha Luas Areal (Ha) RTP (Orang) Jumlah Produksi (Ton/RE) I IKAN KONSUMSI (TON) 2, , , ,585 7,032 8,176 28, , , A. Budidaya Perikanan Air Tawar - Kolam Air Tenang (KAT) 1, ,605 6,058 6,334 24, , , Kolam Air Deras (KAD) , , , Perikanan Sawah Jaring Apung Keramba B. Perairan Umum 1, , II IKAN HIAS (RE) , , , III PEMBENIHAN (RE) ,105 1, , , ,378, Sumber: Disnakan Kabupaten Bogor, 2012

10 49 Pada Tabel 17 dapat dilihat bahwa terjadi perubahan yang sangat signifikan pada luas areal perikanan untuk cabang usaha pembesaran yang sangat signifikan pada luas areal perikanan untuk cabang usaha pembesaran. Pada tahun 2010 terjadi penurunan yang sangat drastis yaitu sebesar 107%. Hal ini disebabkan oleh banyaknya lahan perikanan yang beralih fungsi pada sektor lain, diantaranya beralih pada usaha pembenihan maupun pemukiman. Pada tahun 2011 luas areal perikanan kembali mengalami kenaikan sekitar 25% dari tahun sebelumnya. Pada tahun 2010 terjadi penurunan yang sangat drastis yaitu sebesar 107%. Hal ini disebabkan oleh banyaknya lahan perikanan yang beralih fungsi pada sektor lain, diantaranya beralih pada usaha pembenihan maupun pemukiman. Pada tahun 2011 luas areal perikanan kembali mengalami kenaikan sekitar 25% dari tahun sebelumnya. Tahun 2011 pemerintah berupaya memotivasi kembali pelaku usaha perikanan dengan cara memberikan bantuan melalui beberapa program, baik itu berupa bantuan langsung tunai (BLM), bantuan calon induk ikan maupun sarana dan prasarana perikanan untuk mendorong tercapainya peningkatan produktifitas perikanan. Untuk cabang usaha ikan hias, luas areal mengalami kenaikan sebesar 5 persen pada tahun 2009, dan mengalami penurunan yang sangat drastis pada tahun 2010 sekitar 81%, dan kembali meningkat sekitar 7 persen ditahun Ini disebabkan oleh beralihnya pola budidaya ikan hias dari kolam ke aquarium. Sedangkan untuk cabang usaha pembenihan tidak mengalami penurunan. Fluktuasi tidak hanya terjadi pada perkembangan luas areal perikanan, hal ini terjadi pula pada perkembangan rumah tangga perikanan (RTP). Namun fluktuasi yang terjadi pada luas areal perikanan dan RTP tidak berdampak negatif terhadap perkembangan jumlah produksi perikanan dari , produksi perikanan mengalami peningkatan antara 7 persen sampai dengan 36%. Kondisi Pasar Ekspor Ikan Hias Air Tawar Ikan hias Indonesia telah lama berada di ekspor ke seluruh dunia. Saat ini, ikan hias dibudidayakan dari perairan Indonesia menguasai 7.5 persen pasar dunia. Tapi, para pemain domestik mulai menyadari bahwa potensi mereka sebenarnya jauh lebih besar dari itu. Indonesia, memiliki perairan air tawar yang luas, kaya akan sumber daya perikanan, termasuk ikan hias seperti arwana, Koi Carp, Discus, Guppy, dan banyak lagi yang lainnya. Mengamankan 7.5 persen dari pasar dunia, ikan hias Indonesia telah diekspor ke berbagai negara, terutama ke Singapura, Malaysia, Jepang, Cina, Hong Kong, Negara Eropa, dan Amerika Serikat. Nilai ekspor Indonesia kemancanegara tahun 2007 adalah US$ 1.92 juta, tahun 2008 naik % menjadi US$ 2.85 juta, tahun 2009 naik lagi 49.46% menjadi US$ 5.64 juta, tahun 2010 naik lagi % menjadi US$ 9.41 juta, tahun 2011 turun -3.99% menjadi US$ 9.05 juta. Perkembangan nilai ekspor ikan hias Indonesia dapat dilihat pada Gambar 1. Total impor ikan hias dunia dari tahun 2006 s.d adalah US$ 1.82 milyar. Dari total tersebut, impor tahun 2006 adalah US$ juta, tahun 2007 impor dunia naik 2.14% menjadi US$ juta, tahun 2008 mengalami kenaikan agak tinggi sebesar 14.13% menjadi US$ juta, krisis global berdampak kepada impor tahun 2009 turun sebesar % atau menjadi US$ juta, tahun 2010 terus turun lagi sebesar -2.12% menjadi US$ juta.

11 420,000 Perkembangan Impor Ikan Dunia (US$ Juta) 413, , , , , , , , , , , Sumber : DJPEN, 2011 Gambar 4 Perkembangan Nilai Impor Ikan Hias Dunia Dari Gambar 2 terlihat bahwa impor ikan hias dunia sepanjang adalah US$ 1.82 milyar, sedangkan Ikan Hias dipasok oleh Indonesia dari tahun 2007 s.d ke pasar dunia hanya US$ juta. Ini menunjukan bahwa Indonesia masih memiliki pangsa pasar ikan hias yang perlu lebih didorong lagi, sehingga akan meningkatkan ekspor ikan hias Indonesia. Adapun 10 negara pelaku utama importir ikan hias dunia dapat dilihat pada Gambar Negara Pelaku Utama Importir Ikan Hias Dunia (Juta US$) USA UK SIN GER FRA JPN NL BGL MAY ITA Sumber: DJPEN, 2011 Gambar 5 10 Negara Pelaku Utama Importir Ikan Hias Dunia 2010 (Juta US$ ) Dari Gambar 5 terlihat bahwa USA merupakan importir ikan hias terbanyak di dunia (23.29%), Inggris (1.21%), Singapore (10.69%), German

12 (10.32%), Perancis (9.19%), Japan (8.96%), Belanda (6.62%), Belgia (6.56%), Malaysia (6.13%), dan Itali (6.03%). Potensi ikan hias air tawar yang dimiliki daerah Kabupaten Bogor sangat besar, beberapa tahun belakangan ini pengusaha ikan hias air tawar Kabupaten Bogor secara rutin mengekspor ikan hias ke berbagai Negara: Belanda, Jerman, Italia, Polandia, Switzerland, Jepang, Iran, Uni Emirat Arab, Korea, Saudi Arabia, Singapura, dan Thailand. Data ekspor komoditas ikan hias air tawar (freshwater ornamental fish) yang terekam di IPSKA Cibinong-Dinas Koperasi UKM Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Bogor sebagai berikut: tahun 2010 adalah US$ 1.46 juta, tahun 2011 naik 21.14% menjadi US$ 1.79 juta, tahun 2012 naik lagi 63.62% menjadi US$ 2.94 juta, tahun 2013 naik lagi 17% menjadi US$ 3.44 juta. 16,000 14,000 12,000 10,000 8,000 6,000 4,000 2, ,512 9,413 9,052 2, ,468 NASIONAL KABUPATEN BOGOR Sumber : DJPEN, 2012 Gambar 6 Perbandingan Perkembangan Nilai Ekspor Ikan Hias Air Tawar Nasional dan Kabupaten Bogor (USD 000) Dari Gambar 6 dapat terlihat bahwa share ekspor ikan hias Kabupaten Bogor terhadap ekspor ikan hias air tawar nasional Tahun 2010 adalah 15.29%, Tahun 2011 adalah 19.87%, dan Tahun 2012 sebesar 18.97%. Eksportir ikan hias yang mengekspor ikan hias melalui Diskopukmperindag Kab. Bogor, adalah PT. Maram Aquatic, CV. Maju Aquarium, CV. Borneo Fish Farm, CV. Harlequin Aquatic, CV. Aquarium Indonesia, PD. Indokreasi, PT. Sunny Indo Pramita dan PT.Qianhu Joe Aquatic. Jenis ikan yang banyak diekspor dari Kabupaten Bogor antara lain jenis Arowana, Tetra, Chiclid, Platy, Knife Fish, Gold Fish, Bicher,Rainbow, Rasbora, Guppy dan lain sebagainya. Sebaran pasar ekspor ikan hias air tawar Kabupaten Bogor Tahun 2012 dapat dilihat pada Tabel 18.

13 Tabel 18 Sebaran Pasar Ekspor Ikan Hias Kabupaten Bogor Tahun 2012 NO NEGARA TUJUAN EKSPOR NILAI EKSPOR (USD) PRESENTASE (%) 1 Japan 412, Germany 409, Iran, Islamic Republic Of 385, Netherlands 278, Saudi Arabia 259, Thailand 194, Switzerland 186, Republic Of Korea 156, Greece 102, Spain 62, Sweden 58, Brazil 54, Czech Republic 50, Bulgaria 49, Italy 46, Poland 42, China 28, Viet Nam 26, Cyprus 21, Australia 17, Austria 17, Qatar 14, Norway 10, France 8, Jordan 8, Denmark 8, Russian Federation 6, Bahrain 4, Kuwait 3, Romania 2, United Arab Emirates 2, Nepal 2, Egypt 2, Turkey 1, Croatia 1, Iraq 1, Kazakstan 1, South Africa Lebanon United States Of America Jumlah 2,943, Sumber: Diskopukmperindag Kabupaten Bogor, 2012 Dari Tabel 20 dapat dilihat bahwa pada Tahun 2012, 5 negara tujuan ekspor ekspor utama ikan hias dari Kabupaten Bogor adalah Japan (14.02%), Germany (13.90%), Iran (13.08%), Netherlands (9.46%), dan Saudi Arabia (8.82%). Adapun sebaran pasar ekspor ikan hias air tawar Kabupaten Bogor Tahun 2013 dapat dilihat pada Tabel 19 :

14 Tabel 19 Sebaran Pasar Ekspor Ikan Hias Kabupaten Bogor Tahun 2013 NO NEGARA TUJUAN NILAI (USD) PRESENTASE (%) 1 Netherlands 541, Iran, Islamic Republic Of 527, Republic Of Korea 477, Saudi Arabia 313, Germany 302, Japan 299, Thailand 173, Australia 114, Switzerland 109, Poland 100, China 84, Brazil 77, Bulgaria 59, Sweden 35, Spain 33, Czech Republic 32, Italy 27, Greece 26, Viet Nam 24, Austria 22, Kuwait 12, Bahrain 11, Algeria 9, Cyprus 8, Norway 7, Qatar 6, Nepal 4, Croatia 3, ,448, Sumber: Diskopukmperindag Kabupaten Bogor, 2013 Dari Tabel 21 terlihat bahwa 5 negara tujuan ekspor ekspor utama ikan hias dari Kabupaten Bogor tahun 2013 adalah Netherland (14.02%), Iran (13.90%), Korea (13.08%), Saudi Arabia (9.46%), dan Germany (8.82%). Tabel sebaran pasar ekspor ikan hias air tawar Kabupaten Bogor menunjukan bahwa pasar ekspor ikan hias Kabupaten Bogor cenderung ke arah pasar ekspor non tradisional yaitu negara-negara di Asia, Timur Tengah, dan negara-negara kecil di Eropa. Ekspor ikan hias Kabupaten Bogor ke USA sebagai pasar ekspor tradisional dan importir ikan hias nomor satu di dunia hanya sekitar 1 persen. Ini menunjukan peluang ekspor ikan hias Kabupaten Bogor ke pasar ekspor non tradisional yang cukup besar dan selaras dengan kebijakan perdagangan ekspor nasional untuk mengurangi ketergantungan pada pasar ekspor tradisional dan mengembangkan ekspor ke pasar ekspor non tradisional.

BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH KABUPATEN BOGOR

BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH KABUPATEN BOGOR BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH KABUPATEN BOGOR 3.7. Kondisi Geografis dan Administratif Kabupaten Bogor merupakan salah satu kabupaten dalam lingkungan Provinsi Jawa Barat. Luas wilayah Kabupaten Bogor adalah

Lebih terperinci

DATA UMUM 1. KONDISI GEOGRAFIS

DATA UMUM 1. KONDISI GEOGRAFIS DATA UMUM 1. KONDISI GEOGRAFIS Wilayah Kabupaten Bogor memiliki luas ± 298.838,31 Ha. Secara geografis terletak di antara 6⁰18'0" 6⁰47'10" Lintang Selatan dan 106⁰23'45" 107⁰13'30" Bujur Timur, dengan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor Kep.32/Men/2010 Tentang Penetapan Kawasan Minapolitan

I. PENDAHULUAN. Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor Kep.32/Men/2010 Tentang Penetapan Kawasan Minapolitan I. PENDAHULUAN Latar Belakang Setiap daerah mempunyai corak pertumbuhan ekonomi yang berbeda dengan daerah lain. Oleh sebab itu perencanaan pembangunan ekonomi suatu daerah pertama-tama perlu mengenali

Lebih terperinci

ANALISIS SITUASI DAN KONDISI KABUPATEN BOGOR

ANALISIS SITUASI DAN KONDISI KABUPATEN BOGOR ANALISIS SITUASI DAN KONDISI KABUPATEN BOGOR Oleh : Drs. Adang Suptandar, Ak. MM Disampaikan Pada : KULIAH PROGRAM SARJANA (S1) DEPARTEMEN ILMU KELUARGA DAN KONSUMEN FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA, IPB Selasa,

Lebih terperinci

Sekapur Sirih. Jakarta, Agustus 2010 Kepala Badan Pusat Statistik Kabupaten Bogor, Ahmad Koswara, MA

Sekapur Sirih. Jakarta, Agustus 2010 Kepala Badan Pusat Statistik Kabupaten Bogor, Ahmad Koswara, MA Sekapur Sirih Sebagai pengemban amanat Undang-undang Nomor 16 Tahun 1997 tentang Statistik dan sejalan dengan rekomendasi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengenai Sensus Penduduk dan Perumahan Tahun 2010

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Keadaan Umum, Geografis dan Iklim Kabupaten Bogor Secara geografis Kabupaten Bogor terletak antara 6º18 0-6º47 10 Lintang Selatan dan 106º 23 45-107º 13 30 Bujur

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM 4.1. Letak dan Kondisi Fisik Wilayah

IV. GAMBARAN UMUM 4.1. Letak dan Kondisi Fisik Wilayah IV. GAMBARAN UMUM 4.1. Letak dan Kondisi Fisik Wilayah Kabupaten Bogor merupakan salah satu kabupaten dalam wilayah Propinsi Jawa Barat yang pada tahun 2004 memiliki luas wilayah 2.301,95 kilometer persegi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM A. Gambaran Umum Daerah 1. Kondisi Geografis Daerah 2. Kondisi Demografi

BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM A. Gambaran Umum Daerah 1. Kondisi Geografis Daerah 2. Kondisi Demografi BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM Perkembangan Sejarah menunjukkan bahwa Provinsi Jawa Barat merupakan Provinsi yang pertama dibentuk di wilayah Indonesia (staatblad Nomor : 378). Provinsi Jawa Barat dibentuk

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI 1.4. Kondisi Fisik Wilayah dan Administratif Pemerintahan Kabupaten Bogor merupakan salah satu kabupaten dalam lingkungan Propinsi Jawa Barat. Luas wilayah Kabupaten Bogor adalah

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM LOKASI. Gambar 2. Wilayah Administrasi Kabupaten Bogor. tanah di wilayah Kabupaten Bogor memiliki jenis tanah yang cukup subur

KEADAAN UMUM LOKASI. Gambar 2. Wilayah Administrasi Kabupaten Bogor. tanah di wilayah Kabupaten Bogor memiliki jenis tanah yang cukup subur 34 IV. KEADAAN UMUM LOKASI 4.1. Geografis Secara geografis Kabupaten Bogor terletak diantara 6 18"0" - 6 47"10" Lintang Selatan dan 106 23"45" - 107 13"30" Bujur Timur, yang berdekatan dengan Ibu kota

Lebih terperinci

PERUBAHAN RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN BOGOR TAHUN

PERUBAHAN RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN BOGOR TAHUN PERUBAHAN RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN BOGOR TAHUN 2008-2013 PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN BOGOR 2011 DAFTAR ISI DAFTAR ISI... i DAFTAR TABEL... vi DAFTAR GAMBAR... viii BAB

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Gambaran Wilayah Kabupaten Bogor Kabupaten Bogor merupakan salah satu Kabupaten di Jawa Barat yang memiliki potensi besar dalam sektor pertanian. Berdasarkan data

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Desa merupakan unit terkecil dalam sistem pemerintahan di Indonesia namun demikian peran, fungsi dan kontribusinya menempati posisi paling vital dari segi sosial dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Dasar Hukum

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Dasar Hukum BAB I PENDAHULUAN 1.1. Dasar Hukum Dasar hukum penyusunan Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2016, adalah sebagai berikut: 1. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1950 tentang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN LKPJ GUBERNUR JAWA BARAT ATA 2014 I - 1

BAB I PENDAHULUAN LKPJ GUBERNUR JAWA BARAT ATA 2014 I - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyampaian laporan keterangan pertanggungjawaban Kepala Daerah kepada DPRD merupakan amanah Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan

Lebih terperinci

TABEL 1 Nilai dan Kontribusi Sektor dalam PDRB Kabupaten Bogor Atas Dasar Harga Konstan Tahun

TABEL 1 Nilai dan Kontribusi Sektor dalam PDRB Kabupaten Bogor Atas Dasar Harga Konstan Tahun Data dan informasi perencanaan pembangunan daerah yang terkait dengan indikator kunci penyelenggaraan pemerintahan daerah, sebagaimana yang diinstruksikan dalam peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH

BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH 2.1. Geografis, Administratif dan Kondisi Fisik 2.1.1 Geografis Secara geografis Kabupaten Bogor terletak diantara 6 18 0 6 47 10 Lintang Selatan dan 106 23 45 107 13 30 Bujur

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI UMUM WILAYAH

BAB IV KONDISI UMUM WILAYAH 57 BAB IV KONDISI UMUM WILAYAH 4.1 Gambaran Umum Kabupaten Bogor Kabupaten Bogor merupakan salah satu kabupaten dalam lingkungan Provinsi Jawa Barat. Luas wilayah Kabupaten Bogor adalah 298.838,304 Ha,

Lebih terperinci

DAFTAR ISI DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... i v viii BAB I PENDAHULUAN... I-1 1.1. Latar Belakang... I-1 1.2. Dasar Hukum Penyusunan... I-3 1.3. Hubungan Antar Dokumen... I-6 1.4. Sistematika

Lebih terperinci

V GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

V GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN V GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN 5.1 Geografis dan Administratif Provinsi Jawa Barat secara geografis terletak di antara 5 0 50 7 0 50 Lintang Selatan dan 104 0 48 108 0 48 Bujur Timur, dengan batas-batas

Lebih terperinci

V. KARAKTERISTIK DAN KEMAMPUAN DAYA BELI MASYARAKAT MISKIN DI KABUPATEN BOGOR. Tabel. 22 Dasar Perwilayahan di Kabupaten Bogor

V. KARAKTERISTIK DAN KEMAMPUAN DAYA BELI MASYARAKAT MISKIN DI KABUPATEN BOGOR. Tabel. 22 Dasar Perwilayahan di Kabupaten Bogor V. KARAKTERISTIK DAN KEMAMPUAN DAYA BELI MASYARAKAT MISKIN DI KABUPATEN BOGOR 5.1 Zona Pengembangan Pertanian dan Perdesaan di Kabupaten Bogor Kabupaten Bogor berdasarkan pada Rencana Tata Ruang Wilayah

Lebih terperinci

BAB IV KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN BAB IV KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN Bab ini mendeskripsikan mengenai sejarah singkat, keadaan umum Kabupaten Bogor yang meliputi lokasi dan kondisi geografis, klasifikasi dan tataguna lahan, keadaan

Lebih terperinci

(RPJMD) RPJMD) KABUPATEN BOGOR TAHUN PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN BOGOR

(RPJMD) RPJMD) KABUPATEN BOGOR TAHUN PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN BOGOR RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) RPJMD) KABUPATEN BOGOR TAHUN 2013-2018 PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN BOGOR 2014 RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) RPJMD) KABUPATEN BOGOR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN LKPJ GUBERNUR JAWA BARAT TAHUN 2015 I - 1

BAB I PENDAHULUAN LKPJ GUBERNUR JAWA BARAT TAHUN 2015 I - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah Pasal 69 mengamanatkan Kepala Daerah untuk menyampaikan Laporan Keterangan Pertanggungjawaban

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM. Kota Bogor mempunyai luas wilayah km 2 atau 0.27 persen dari

V. GAMBARAN UMUM. Kota Bogor mempunyai luas wilayah km 2 atau 0.27 persen dari V. GAMBARAN UMUM 5.1. Kondisi Geografis Kota Bogor mempunyai luas wilayah 118 50 km 2 atau 0.27 persen dari luas propinsi Jawa barat. Secara geografis, Kota Bogor terletak diantara 106 derajat 43 30 BT-106

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN BOGOR RINGKASAN PERUBAHAN APBD MENURUT URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH DAN ORGANISASI TAHUN ANGGARAN 2015

PEMERINTAH KABUPATEN BOGOR RINGKASAN PERUBAHAN APBD MENURUT URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH DAN ORGANISASI TAHUN ANGGARAN 2015 PEMERINTAH KABUPATEN BOGOR RINGKASAN APBD MENURUT TAHUN ANGGARAN 205 KODE PENDAPATAN DAERAH 2 3 4 5 = 4 3 URUSAN WAJIB 5,230,252,870,000 5,84,385,696,000 584,32,826,000 0 PENDIDIKAN 0 0 Dinas Pendidikan

Lebih terperinci

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN BOGOR TAHUN 2015 BAB I PENDAHULUAN

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN BOGOR TAHUN 2015 BAB I PENDAHULUAN LAMPIRAN PERATURAN BUPATI BOGOR NOMOR : 10 TAHUN 2014 TANGGAL : 30 MEI 2014 RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN BOGOR TAHUN 2015 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam rangka mempercepat tujuan

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI TENTANG PEMBENTUKAN, ORGANISASI DAN TATA KERJA UNIT PELAKSANA TEKNIS PAJAK DAERAH PADA BADAN PENGELOLAAN PENDAPATAN DAERAH

PERATURAN BUPATI TENTANG PEMBENTUKAN, ORGANISASI DAN TATA KERJA UNIT PELAKSANA TEKNIS PAJAK DAERAH PADA BADAN PENGELOLAAN PENDAPATAN DAERAH 6. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 6, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5494); 7. Undang-Undang Nomor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Dasar Hukum

BAB I PENDAHULUAN A. Dasar Hukum BAB I PENDAHULUAN A. Dasar Hukum Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Gubernur Jawa Barat Akhir Tahun Anggaran 2011 disusun berdasarkan ketentuan sebagai berikut: 1. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1950

Lebih terperinci

BAB V KELEMBAGAAN PENYULUHAN PERTANIAN DI KABUPATEN BOGOR

BAB V KELEMBAGAAN PENYULUHAN PERTANIAN DI KABUPATEN BOGOR BAB V KELEMBAGAAN PENYULUHAN PERTANIAN DI KABUPATEN BOGOR Bab ini menjelaskan berbagai aspek berkenaan kelembagaan penyuluhan pertanian di Kabupaten Bogor yang meliputi: Organisasi Badan Pelaksana an Pertanian,

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA 2014 PEMERINTAH KABUPATEN BOGOR

LAPORAN KINERJA 2014 PEMERINTAH KABUPATEN BOGOR LAPORAN KINERJA 2014 PEMERINTAH KABUPATEN BOGOR Prolap Inspektorat Kabupaten Bogor 2015 www.bogorkab.go.id KATA PENGANTAR Alhamdulillah, segala puji dan syukur senantiasa kita panjatkan kepada Allah SWT,

Lebih terperinci

Gambar 2 Peta administrasi DAS Cisadane segmen hulu.

Gambar 2 Peta administrasi DAS Cisadane segmen hulu. 25 IV. KONDISI UMUM 4.1 Letak dan luas DAS Cisadane segmen Hulu Daerah Aliran Sungai (DAS) Cisadane secara keseluruhan terletak antara 106º17-107º BT dan 6º02-6º54 LS. DAS Cisadane segmen hulu berdasarkan

Lebih terperinci

V KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

V KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN V KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 5. 1. Letak Geografis Kota Depok Kota Depok secara geografis terletak diantara 106 0 43 00 BT - 106 0 55 30 BT dan 6 0 19 00-6 0 28 00. Kota Depok berbatasan langsung dengan

Lebih terperinci

Gambar. 4 Peta Lokasi Kabupaten Bogor

Gambar. 4 Peta Lokasi Kabupaten Bogor IV. KEADAAN UMUM WILAYAH 4.1 Kondisi Geografis dan Administratif 4.1.1 Letak dan Batas Wilayah Kabupaten Bogor merupakan salah satu wilayah di Jawa Barat yang berbatasan langsung dengan DKI Jakarta yang

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 31 GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Gambaran Geografis Wilayah Secara astronomis, wilayah Provinsi Banten terletak pada 507 50-701 1 Lintang Selatan dan 10501 11-10607 12 Bujur Timur, dengan luas wilayah

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA PEMERINTAH KABUPATEN BOGOR TAHUN ANGGARAN 2017

LAPORAN KINERJA PEMERINTAH KABUPATEN BOGOR TAHUN ANGGARAN 2017 LAPORAN KINERJA PEMERINTAH KABUPATEN BOGOR TAHUN ANGGARAN 2017 PEMERINTAH KABUPATEN BOGOR PEMERINTAH KABUPATEN BOGOR KATA PENGANTAR Alhamdulillah, segala puji dan syukur senantiasa kita panjatkan kepada

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH V. GAMBARAN UMUM WILAYAH 5.1. Kondisi Geografis Luas wilayah Kota Bogor tercatat 11.850 Ha atau 0,27 persen dari luas Propinsi Jawa Barat. Secara administrasi, Kota Bogor terdiri dari 6 Kecamatan, yaitu

Lebih terperinci

BAB VII PENUTUP KESIMPULAN

BAB VII PENUTUP KESIMPULAN BAB VII PENUTUP KESIMPULAN Pencapaian kinerja pembangunan Kabupaten Bogor pada tahun anggaran 2012 telah menunjukkan hasil yang menggembirakan. Hal ini terlihat dari sejumlah capaian kinerja dari indikator

Lebih terperinci

REALISASI PROGRAM DAN KEGIATAN DINAS PETERNAKAN DAN PERIKANAN KABUPATEN BOGOR 2013

REALISASI PROGRAM DAN KEGIATAN DINAS PETERNAKAN DAN PERIKANAN KABUPATEN BOGOR 2013 REALISASI PROGRAM DAN KEGIATAN DINAS PETERNAKAN DAN PERIKANAN KABUPATEN BOGOR 2013 1. Program dan Kegiatan Pada Tahun Anggaran 2013, Dinas Peternakan dan Perikanan memberikan kontribusi bagi pencapaian

Lebih terperinci

I-1 BAB I PENDAHULUAN. I. Latar Belakang

I-1 BAB I PENDAHULUAN. I. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I. Latar Belakang Sesuai Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2007 tentang Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (LPPD) kepada Pemerintah, Laporan Keterangan Pertanggungjawaban (LKPJ)

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 26 Administrasi Kabupaten Sukabumi berada di wilayah Propinsi Jawa Barat. Secara geografis terletak diantara 6 o 57`-7 o 25` Lintang Selatan dan 106 o 49` - 107 o 00` Bujur

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA 2016 PEMERINTAH KABUPATEN BOGOR

LAPORAN KINERJA 2016 PEMERINTAH KABUPATEN BOGOR LAPORAN KINERJA 2016 PEMERINTAH KABUPATEN BOGOR Prolap Inspektorat Kabupaten Bogor 2017 www.bogorkab.go.id KATA PENGANTAR Alhamdulillah, segala puji dan syukur senantiasa kita panjatkan kepada Allah SWT,

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN UMUM KOTA BOGOR

BAB III GAMBARAN UMUM KOTA BOGOR 20 BAB III GAMBARAN UMUM KOTA BOGOR 3.1. SITUASI GEOGRAFIS Secara geografis, Kota Bogor berada pada posisi diantara 106 derajat 43 30 BT-106 derajat 51 00 BT dan 30 30 LS-6 derajat 41 00 LS, atau kurang

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI. Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37 -

IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI. Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37 - IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI 4.1 Kondisi Geografis Kota Dumai merupakan salah satu dari 12 kabupaten/kota di Provinsi Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37-101 o 8'13

Lebih terperinci

4 GAMBARAN UMUM KOTA BOGOR

4 GAMBARAN UMUM KOTA BOGOR 44 Keterbatasan Kajian Penelitian PKL di suatu perkotaan sangat kompleks karena melibatkan banyak stakeholder, membutuhkan banyak biaya, waktu dan tenaga. Dengan demikian, penelitian ini memiliki beberapa

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Kabupaten Bogor Tahun 2012

KATA PENGANTAR. Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Kabupaten Bogor Tahun 2012 KATA PENGANTAR Alhamdulillah, segala puji dan syukur senantiasa kita panjatkan kepada Allah SWT, karena atas berkat rahmat dan hidayah-nya, maka Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP)

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Lahan merupakan faktor input penting dalam berbagai aktivitas ekonomi

PENDAHULUAN. Lahan merupakan faktor input penting dalam berbagai aktivitas ekonomi I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lahan merupakan faktor input penting dalam berbagai aktivitas ekonomi seperti pertanian dan kehutanan, pemukiman penduduk, komersial, dan penggunaan untuk industri serta

Lebih terperinci

KONDISI UMUM WILAYAH STUDI

KONDISI UMUM WILAYAH STUDI 16 KONDISI UMUM WILAYAH STUDI Kondisi Geografis dan Administratif Kota Sukabumi terletak pada bagian selatan tengah Jawa Barat pada koordinat 106 0 45 50 Bujur Timur dan 106 0 45 10 Bujur Timur, 6 0 49

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM WILAYAH

IV. KONDISI UMUM WILAYAH 29 IV. KONDISI UMUM WILAYAH 4.1 Kondisi Geografis dan Administrasi Jawa Barat secara geografis terletak di antara 5 50-7 50 LS dan 104 48-104 48 BT dengan batas-batas wilayah sebelah utara berbatasan dengan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Cibinong, Maret Bupati Bogor, Hj. NURHAYANTI LAPORAN KINERJA PEMERINTAH (LAKIP) KABUPATEN BOGOR

KATA PENGANTAR. Cibinong, Maret Bupati Bogor, Hj. NURHAYANTI LAPORAN KINERJA PEMERINTAH (LAKIP) KABUPATEN BOGOR KATA PENGANTAR Alhamdulillah, segala puji dan syukur senantiasa kita panjatkan kepada Allah SWT, karena atas berkat rahmat dan hidayah-nya, maka Laporan Kinerja Pemerintah Kabupaten Bogor Tahun 2015 dapat

Lebih terperinci

VI. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

VI. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN 18 VI. KODII UMUM DARAH PLITIA 4.1 Letak dan Lokasi Kabupaten Bogor Kabupaten Bogor adalah sebuah kabupaten di Provinsi Jawa Barat, Indonesia. Ibukotanya adalah Cibinong. Kabupaten Bogor dengan luas wilayah

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 31 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Kabupaten Bogor Wilayah Kabupaten Bogor memiliki luas ± 298.838, 304 hektar, yang secara geografis terletak di antara 6 o 18 0-6 o 47 lintang selatan dan 6

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN Latar Belakang

I PENDAHULUAN Latar Belakang 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN Indonesia sebagai negara agraris memiliki hasil pertanian yang sangat berlimpah. Pertanian merupakan sektor ekonomi yang memiliki posisi penting di Indonesia. Data Product

Lebih terperinci

BAB I KONDISI MAKRO PEMBANGUNAN JAWA BARAT

BAB I KONDISI MAKRO PEMBANGUNAN JAWA BARAT BAB I KONDISI MAKRO PEMBANGUNAN JAWA BARAT 1.1. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) beserta Komponennya Angka Partisipasi Kasar (APK) SLTP meningkat di tahun 2013 sebesar 1.30 persen dibandingkan pada tahun

Lebih terperinci

Jumlah rumah tangga usaha pertanian di Kabupaten Bogor Tahun 2013 sebanyak rumah tangga

Jumlah rumah tangga usaha pertanian di Kabupaten Bogor Tahun 2013 sebanyak rumah tangga Jumlah rumah tangga usaha pertanian di Kabupaten Bogor Tahun 2013 sebanyak 204.468 rumah tangga Jumlah perusahaan pertanian berbadan hukum di Kabupaten Bogor Tahun 2013 sebanyak 134 Perusahaan Jumlah perusahaan

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH

BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH 51 BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH 4.1 Kondisi Geografis Kota Bogor 4.1.1 Letak dan Batas Wilayah Kota Bogor terletak diantara 106 derajat 43 30 BT dan 30 30 LS 6 derajat 41 00 LS serta mempunyai ketinggian

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Kota Tangerang Selatan merupakan daerah otonom baru yang sebelumnya merupakan bagian dari Kabupaten Tangerang Provinsi Banten berdasarkan Undang-Undang Nomor 51 Tahun 2008

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA EKONOMI DAERAH

BAB II KERANGKA EKONOMI DAERAH Nilai (Rp) BAB II KERANGKA EKONOMI DAERAH Penyusunan kerangka ekonomi daerah dalam RKPD ditujukan untuk memberikan gambaran kondisi perekonomian daerah Kabupaten Lebak pada tahun 2006, perkiraan kondisi

Lebih terperinci

Rencana Strategis Dinas Pertanian dan Kehutanan

Rencana Strategis Dinas Pertanian dan Kehutanan LAMPIRAN XXIII PERATURAN BUPATI BOGOR NOMOR : 43 TAHUN 2014 TANGGAL : 22 DESEMBER 2014 RENCANA STRATEGIS DINAS PERTANIAN DAN KEHUTANAN KABUPATEN BOGOR TAHUN 2013-2018 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI PAPUA Keadaan Geografis dan Kependudukan Provinsi Papua

BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI PAPUA Keadaan Geografis dan Kependudukan Provinsi Papua BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI PAPUA 4.1. Keadaan Geografis dan Kependudukan Provinsi Papua Provinsi Papua terletak antara 2 25-9 Lintang Selatan dan 130-141 Bujur Timur. Provinsi Papua yang memiliki luas

Lebih terperinci

LKPJ AKHIR MASA JABATAN BUPATI JOMBANG I BAB

LKPJ AKHIR MASA JABATAN BUPATI JOMBANG I BAB LKPJ AKHIR MASA JABATAN BUPATI JOMBANG 2009-203 I BAB I LKPJ AKHIR MASA JABATAN BUPATI JOMBANG 2009-203 A. DASAR HUKUM Laporan Keterangan Pertanggungjawaban (LKPJ) Akhir Masa Jabatan Bupati dimaksudkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Peran terpenting sektor agribisnis saat ini adalah

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Peran terpenting sektor agribisnis saat ini adalah I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor agribisnis merupakan sektor ekonomi terbesar dan terpenting dalam perekonomian nasional. Peran terpenting sektor agribisnis saat ini adalah kemampuannya dalam menyerap

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN PENYULUH KABUPATEN BOGOR

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN PENYULUH KABUPATEN BOGOR 42 BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN PENYULUH KABUPATEN BOGOR 4.1. Keadaan Umum Tabloid Sinar Tani 4.1.1. Sejarah Tabloid Sinar Tani Tabloid Sinar Tani diterbitkan oleh PT. Duta Karya Swasta.

Lebih terperinci

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS) Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Polewali Mandar

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS) Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Polewali Mandar BAB II PROFIL WILAYAH KAJIAN Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) adalah rangkaian analisis yang sistematis, menyeluruh dan partisipatif untuk memastikan bahwa prinsip pembangunan berkelanjutan telah

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS

BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS IIV.1 Permasalahan Pembangunan Permasalahan yang dihadapi Pemerintah Kabupaten Ngawi saat ini dan permasalahan yang diperkirakan terjadi lima tahun ke depan perlu mendapat

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi 69 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Letak dan Luas Daerah Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi Lampung yang letak daerahnya hampir dekat dengan daerah sumatra selatan.

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Halaman. X-ii. RPJMD Kabupaten Ciamis Tahun

DAFTAR ISI. Halaman. X-ii. RPJMD Kabupaten Ciamis Tahun DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii DAFTAR TABEL... v DAFTAR GAMBAR... xii DAFTAR GRAFIK... xiii BAB I PENDAHULUAN... I-1 1.1. Latar Belakang... I-1 1.2. Dasar Hukum Penyusunan... I-5

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH

BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH 4.1 Wilayah Administrasi dan Letak Geografis Wilayah administrasi Kota Tasikmalaya yang disahkan menurut UU No. 10 Tahun 2001 tentang Pembentukan Pemerintah Kota Tasikmalaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah memberikan kewenangan yang lebih besar kepada daerah untuk mengatur dan mengurus pemerintahannya sendiri.

Lebih terperinci

BAB V GAMBARAN UMUM PROPINSI JAWA BARAT. Lintang Selatan dan 104 o 48 '- 108 o 48 ' Bujur Timur, dengan luas wilayah

BAB V GAMBARAN UMUM PROPINSI JAWA BARAT. Lintang Selatan dan 104 o 48 '- 108 o 48 ' Bujur Timur, dengan luas wilayah 5.1. Kondisi Geografis BAB V GAMBARAN UMUM PROPINSI JAWA BARAT Propinsi Jawa Barat secara geografis terletak di antara 5 o 50 ' - 7 o 50 ' Lintang Selatan dan 104 o 48 '- 108 o 48 ' Bujur Timur, dengan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Cibinong, Maret 2015 Bupati Bogor, Hj. NURHAYANTI

KATA PENGANTAR. Cibinong, Maret 2015 Bupati Bogor, Hj. NURHAYANTI KATA PENGANTAR Alhamdulillah, segala puji dan syukur senantiasa kita panjatkan kepada Allah SWT, karena atas berkat rahmat dan hidayah-nya, maka Laporan Kinerja Pemerintah Kabupaten Bogor Tahun 2014 dapat

Lebih terperinci

PRODUKSI PANGAN DUNIA. Nuhfil Hanani AR

PRODUKSI PANGAN DUNIA. Nuhfil Hanani AR 49 PRODUKSI PANGAN DUNIA Nuhfil Hanani AR Produksi Pangan dunia Berdasarkan data dari FAO, negara produsen pangan terbesar di dunia pada tahun 2004 untuk tanaman padi-padian, daging, sayuran dan buah disajikan

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 63 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Fisik Daerah Penelitian Berdasarkan Badan Pusat Statistik (2011) Provinsi Lampung meliputi areal dataran seluas 35.288,35 km 2 termasuk pulau-pulau yang

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM Letak Geogafis dan Wilayah Administratif DKI Jakarta. Bujur Timur. Luas wilayah Provinsi DKI Jakarta, berdasarkan SK Gubernur

IV. GAMBARAN UMUM Letak Geogafis dan Wilayah Administratif DKI Jakarta. Bujur Timur. Luas wilayah Provinsi DKI Jakarta, berdasarkan SK Gubernur 57 IV. GAMBARAN UMUM 4.1. Letak Geogafis dan Wilayah Administratif DKI Jakarta Provinsi DKI Jakarta merupakan dataran rendah dengan ketinggian rata-rata 7 meter diatas permukaan laut dan terletak antara

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM Letak Wilayah, Iklim dan Penggunaan Lahan Provinsi Sumatera Barat

IV. GAMBARAN UMUM Letak Wilayah, Iklim dan Penggunaan Lahan Provinsi Sumatera Barat 51 IV. GAMBARAN UMUM 4.1. Letak Wilayah, Iklim dan Penggunaan Lahan Provinsi Sumatera Barat Sumatera Barat adalah salah satu provinsi di Indonesia yang terletak di pesisir barat Pulau Sumatera dengan ibukota

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN GUNUNG DEPOK SINDUR PARUNG RUMPIN CISEENG CIBINONG BOJONG GEDE KEMANG RANCA BUNGUR KOTA BOGOR CIBUNGBULANG CIAMPEA DRAMAGA

III. METODOLOGI PENELITIAN GUNUNG DEPOK SINDUR PARUNG RUMPIN CISEENG CIBINONG BOJONG GEDE KEMANG RANCA BUNGUR KOTA BOGOR CIBUNGBULANG CIAMPEA DRAMAGA 13 III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Kawasan Agropolitan Cendawasari yang terletak di, Kecamatan Leuwiliang, Kabupaten Bogor. Sedangkan, analisis spasial

Lebih terperinci

4 KONDISI UMUM WILAYAH

4 KONDISI UMUM WILAYAH 32 4 KONDISI UMUM WILAYAH Kondisi Geografis Kondisi Fisik Wilayah Kabupaten Garut adalah kabupaten yang berada di wilayah selatan Provinsi Jawa Barat. Memiliki luas 311.007,50 ha, dengan ibukota berada

Lebih terperinci

4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BLITAR

4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BLITAR 4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BLITAR 4.1 Kondisi Fisik Wilayah Beberapa gambaran umum dari kondisi fisik Kabupaten Blitar yang merupakan wilayah studi adalah kondisi geografis, kondisi topografi, dan iklim.

Lebih terperinci

Rumusan Kebutuhan Program dan Kegiatan Tahun Indikator Rencana Tahun 2013

Rumusan Kebutuhan Program dan Kegiatan Tahun Indikator Rencana Tahun 2013 Rumusan Kebutuhan Program dan Kegiatan Tahun 2013 SKPD : DINAS PERTANIAN DAN KEHUTANAN Indikator Rencana Tahun 2013 URUSAN WAJIB BIDANG URUSAN KETAHANAN PANGAN 01 Program Pelayanan Administrasi 1,471,222,000

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor perikanan Indonesia dalam era perdagangan bebas mempunyai peluang yang cukup besar. Indonesia merupakan negara bahari yang sangat kaya dengan potensi perikananan

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Provinsi Lampung terletak di ujung tenggara Pulau Sumatera. Luas wilayah

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Provinsi Lampung terletak di ujung tenggara Pulau Sumatera. Luas wilayah 35 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Provinsi Lampung Provinsi Lampung terletak di ujung tenggara Pulau Sumatera. Luas wilayah Provinsi Lampung adalah 3,46 juta km 2 (1,81 persen dari

Lebih terperinci

V. KERAGAAN INDUSTRI GULA INDONESIA

V. KERAGAAN INDUSTRI GULA INDONESIA 83 V. KERAGAAN INDUSTRI GULA INDONESIA 5.1. Luas Areal Perkebunan Tebu dan Produktivitas Gula Hablur Indonesia Tebu merupakan tanaman yang ditanam untuk bahan baku gula. Tujuan penanaman tebu adalah untuk

Lebih terperinci

KONDISI UMUM. Bogor Tengah, Bogor Timur, Bogor Barat, Bogor Utara, Bogor Selatan, dan Tanah Sareal (Gambar 13).

KONDISI UMUM. Bogor Tengah, Bogor Timur, Bogor Barat, Bogor Utara, Bogor Selatan, dan Tanah Sareal (Gambar 13). 28 IV. KONDISI UMUM 4.1 Wilayah Kota Kota merupakan salah satu wilayah yang terdapat di Provinsi Jawa Barat. Kota memiliki luas wilayah sebesar 11.850 Ha yang terdiri dari 6 kecamatan dan 68 kelurahan.

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... Halaman BAB I. PENDAHULUAN... I-1 1.1 Latar Belakang... I-1 1.2 Dasar Hukum Penyusunan... I-3 1.3 Hubungan Antar Dokumen... I-4

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I - 1 A. VISI DAN MISI II - 3 B. STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN DAERAH II - 5 C. PRIORITAS PEMBANGUNAN DAERAH II - 13

BAB I PENDAHULUAN I - 1 A. VISI DAN MISI II - 3 B. STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN DAERAH II - 5 C. PRIORITAS PEMBANGUNAN DAERAH II - 13 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR HAL i iv vi vii BAB I PENDAHULUAN I - 1 1.1 DASAR HUKUM I - 4 1.2 GAMBARAN UMUM DAERAH I - 3 1. Kondisi Geografis Daerah I - 5 2. Batas Administrasi

Lebih terperinci

5 GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

5 GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 27 Secara rinci indikator-indikator penilaian pada penetapan sentra pengembangan komoditas unggulan dapat dijelaskan sebagai berikut: Lokasi/jarak ekonomi: Jarak yang dimaksud disini adalah jarak produksi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN Indonesia merupakan negara kepulauan yang dilewati oleh garis khatulistiwa. Indonesia memiliki pulau dengan jumlah lebih dari 13.000 pulau yang tersebar dari Sabang sampai

Lebih terperinci

Nepotisme (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3851); 3. Undang-Undang Nomor 12

Nepotisme (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3851); 3. Undang-Undang Nomor 12 BAB I PENDAHULUAN Berdasarkan Pasal 1 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Negara Indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk republik. Konsekuensi logis sebagai negara kesatuan

Lebih terperinci

BAB II PERAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL A. STRUKTUR PEREKONOMIAN INDONESIA

BAB II PERAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL A. STRUKTUR PEREKONOMIAN INDONESIA BAB II PERAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL A. STRUKTUR PEREKONOMIAN INDONESIA Ekonomi rakyat merupakan kelompok pelaku ekonomi terbesar dalam perekonomian Indonesia dan

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR KALIMANTAN SELATAN BULAN APRIL 2011

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR KALIMANTAN SELATAN BULAN APRIL 2011 PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR KALIMANTAN SELATAN BULAN APRIL 2011 No. 31/06/63/Th.XV, 01 Juni 2011 Nilai ekspor sementara Kalimantan Selatan bulan April 2011 sebesar 721,93 juta US$ atau naik 4,16 persen

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Cibinong, Maret 2014 Bupati Bogor, RACHMAT YASIN

KATA PENGANTAR. Cibinong, Maret 2014 Bupati Bogor, RACHMAT YASIN KATA PENGANTAR Alhamdulillah, segala puji dan syukur senantiasa kita panjatkan kepada Allah SWT, karena atas berkat rahmat dan hidayah-nya, maka Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP)

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU. Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi

BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU. Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi Kalimantan Timur dan berbatasan langsung dengan Negara Bagian Sarawak, Malaysia. Kabupaten Malinau

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN Administrasi Kabupaten Garut terletak di Provinsi Jawa Barat bagian Selatan pada koordinat 6º56'49'' - 7 º45'00'' Lintang Selatan dan 107º25'8'' - 108º7'30'' Bujur Timur

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Penyebaran Desa IDT

HASIL DAN PEMBAHASAN Penyebaran Desa IDT HASIL DAN PEMBAHASAN Penyebaran Desa IDT Berdasarkan data yang diperoleh dari Bappeda Kabupaten Bogor, terdapat 80 desa yang tergolong pada desa tertinggal berdasarkan kriteria indeks desa tertinggal (IDT)

Lebih terperinci

BAB 3 AKUNTABILITAS KINERJA 3.1 CAPAIAN KINERJA ORGANISASI

BAB 3 AKUNTABILITAS KINERJA 3.1 CAPAIAN KINERJA ORGANISASI BAB 3 AKUNTABILITAS KINERJA Laporan Kinerja Pemerintah Kabupaten Bogor Tahun 2014 ini merupakan rangkaian dan mekanisme dalam perencanaan, pelaksanaan dan pelaporan kinerja Pemerintah Kabupaten Bogor yang

Lebih terperinci

BAB. IV KONDISI PEREKONOMIAN KAB. SUBANG TAHUN 2012

BAB. IV KONDISI PEREKONOMIAN KAB. SUBANG TAHUN 2012 BAB. IV KONDISI PEREKONOMIAN KAB. SUBANG TAHUN 2012 4.1.Gambaran Umum Geliat pembangunan di Kabupaten Subang terus berkembang di semua sektor. Kemudahan investor dalam menanamkan modalnya di Kabupaten

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN 24 V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Penggunaan Lahan Sawah dan Tegalan di Kabupaten Bogor Penggunaan lahan di Kabupaten Bogor pada tahun 1990, 2001, 2004, dan 2008 masih didominasi oleh lahan pertanian yaitu

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sumber: Badan Pusat Statistik (2009)

I. PENDAHULUAN. Sumber: Badan Pusat Statistik (2009) I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertanian merupakan sektor yang memiliki peranan penting bagi perekonomian Negara Indonesia. Sebagian besar masyarakat Indonesia menggantungkan kehidupan mereka pada sektor

Lebih terperinci

BAB IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN BAB IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1. Letak Geografis Kabupaten Bandung terletak di Provinsi Jawa Barat, dengan ibu kota Soreang. Secara geografis, Kabupaten Bandung berada pada 6 41 7 19 Lintang

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN UMUM DAN PERILAKU PENDUDUK

BAB III GAMBARAN UMUM DAN PERILAKU PENDUDUK 16 BAB III GAMBARAN UMUM DAN PERILAKU PENDUDUK 3.1 GAMBARAN UMUM DAN KEPENDUDUKAN 3.1. 1. Situasi Keadaan Umum Kabupaten Bogor termasuk dalam wilayah administratif Propinsi Jawa Barat. Luas wilayah Kabupaten

Lebih terperinci