BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI"

Transkripsi

1 BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI 1.4. Kondisi Fisik Wilayah dan Administratif Pemerintahan Kabupaten Bogor merupakan salah satu kabupaten dalam lingkungan Propinsi Jawa Barat. Luas wilayah Kabupaten Bogor adalah ,304 Ha, dan secara geografis terletak antara Lintang Selatan dan Bujur Timur. Secara administratif, Kabupaten Bogor berbatasan dengan Kabupaten Tangerang Selatan, Kabupaten/Kota Bekasi dan Kota Depok di sebelah Utara, kemudian dengan Kabupaten Cianjur dan Kabupaten Karawang di sebelah Timur, sedangkan di sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Sukabumi dan Cianjur, sementara di sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Lebak, Propinsi Banten serta di tengah-tengah terletak Kota Bogor. Topografi wilayah Kabupaten Bogor sangat bervariasi, yaitu berupa daerah pegunungan di bagian Selatan, hingga daerah dataran rendah di sebelah Utara. Keberadaan sungai-sungai di wilayah Kabupaten Bogor posisinya membentang dan mengalir dari daerah pegunungan di bagian Selatan ke arah Utara. Di wilayah Kabupaten Bogor terdapat 6 Daerah Aliran Sungai (DAS), yaitu DAS Cidurian, DAS Cimanceuri, DAS Cisadane, DAS Ciliwung, Sub DAS Kali Bekasi serta Sub DAS Cipamingkis dan Cibeet. Sungai-sungai pada masingmasing DAS tersebut mempunyai fungsi dan peranan yang sangat strategis yaitu sebagai sumber air untuk irigasi, rumah tangga dan industri serta berfungsi sebagai drainase utama wilayah. Disamping itu, di Kabupaten Bogor terdapat 91 danau atau situ dengan luas total 496,28 Ha serta 63 mata air. Situ-situ dimaksud berfungsi sebagai reservoir atau tempat peresapan air dan beberapa diantaranya dimanfaatkan sebagai obyek wisata atau tempat rekreasi dan budidaya perikanan. Komposisi pemanfaatan lahan di Kabupaten Bogor pada tahun 2000 menurut luas wilayah diatas, yaitu untuk kawasan hutan lindung Ha (13,30 %), kawasan lahan basah Ha (17,94 %), kawasan lahan kering Ha (15,06 %), kawasan tanaman tahunan Ha (7,82 %), kawasan hutan produksi Ha (16,25 %), kawasan pariwisata Ha (0,53 %), kawasan permukiman perdesaan Ha (6,41%), kawasan permukiman

2 perkotaan Ha (16,41 %), kawasan pengembangan perkotaan Ha (4,60 %) dan kawasan peruntukan industri Ha (1,68 %). Secara administratif, Kabupaten Bogor terdiri dari 411 desa dan 17 kelurahan (428 desa/kelurahan), RW dan RT yang tercakup dalam 40 Kecamatan. Jumlah kecamatan sebanyak 40 tersebut merupakan jumlah kumulatif setelah adanya hasil pemekaran 5 Kecamatan di tahun 2005, yaitu dengan membentuk Kecamatan Leuwisadeng (pemekaran dari Kecamatan Leuwiliang), Kecamatan Tenjolaya (pemekaran dari Kecamatan Ciampea), Kecamatan Tanjungsari (pemekaran dari Kecamatan Cariu), Kecamatan Cigombong (pemekaran dari Kecamatan Cijeruk), dan Kecamatan Tajurhalang (pemekaran dari Kecamatan Bojonggede). Selain itu, pada tingkatan desa, telah dibentuk pula sebuah desa baru pada akhir tahun 2006, yaitu Desa Wirajaya, sebagai hasil pemekaran dari Desa Curug pada Kecamatan Jasinga, sehingga jumlah keseluruhan menjadi 428 desa/kelurahan. Berdasarkan strategi perwilayahan pembangunan yang telah ditetapkan dalam Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Bogor, maka wilayah Kabupaten Bogor dikelompokkan ke dalam 3 Wilayah Pembangunan, yaitu : (1) Strategi percepatan di wilayah Bogor Barat, yang mencakup 13 Kecamatan, yaitu Kecamatan Nanggung, Leuwiliang, Leuwisadeng, Pamijahan, Cibungbulang, Ciampea, Tenjolaya, Rumpin, Cigudeg, Sukajaya, Jasinga, Tenjo dan Parungpanjang, dengan total wilayah seluas Ha; (2) Strategi pengendalian di wilayah Bogor Tengah, yang mencakup 20 Kecamatan, yaitu Kecamatan Dramaga, Ciomas, Tamansari, Cijeruk, Cigombong, Caringin, Ciawi, Cisarua, Megamendung, Sukaraja, Babakan Madang, Citeureup, Cibinong, Bojonggede, Tajurhalang, Kemang, Rancabungur, Parung, Ciseeng dan Kecamatan Gunung Sindur, dengan total wilayah seluas Ha; (3) Strategi pemantapan di wilayah Bogor Timur, yang mencakup 7 Kecamatan, yaitu Kecamatan Sukamakmur, Cariu, Tanjungsari, Jonggol, Cileungsi, Klapanunggal dan Kecamatan Gunung Putri, dengan total wilayah seluas Ha.

3 1.5. Kondisi Demografi dan Sosial Budaya Jumlah penduduk Kabupaten Bogor pada tahun 2008 telah mencapai jiwa, lebih tinggi dari jumlah penduduk pada tahun 2007 yang berjumlah jiwa, berarti ada penambahan jumlah penduduk sebanyak jiwa periode , yang disebabkan oleh pertumbuhan alami dan migrasi masuk ke Kabupaten Bogor. Jika dihitung Laju Pertumbuhan Penduduk (LPP) Kabupaten Bogor pada periode , maka LPP-nya adalah 1,53 %, lebih tinggi daripada LPP pada periode yang mencapai 0,53 %. Sementara itu, dengan memperhatikan jumlah penduduk pada tahun 2008 dan luas wilayah Kabupaten Bogor di atas, maka tingkat kepadatan penduduk pada tahun 2008 telah mencapai jiwa/km2 atau rata-rata 14 orang per hektar. Tingkat kepadatan penduduk tersebut bervariasi pada masing-masing kecamatan, dimana tingkat kepadatan penduduk tertinggi adalah Kecamatan Ciomas, Bojonggede dan Kecamatan Cibinong, sedangkan kecamatan yang rendah kepadatan penduduknya adalah Kecamatan Tanjungsari, Sukamakmur dan Kecamatan Sukajaya. Jumlah penduduk sebanyak jiwa diatas, terdiri dari penduduk laki-laki sebanyak jiwa dan penduduk perempuan sebanyak jiwa, dan jika dihitung rasio jenis kelamin (sex ratio) diperoleh angkanya 105, artinya tiap 100 perempuan terdapat 105 laki-laki. Sementara itu, komposisi umur penduduk Kabupaten Bogor pada tahun 2008, yaitu usia 0-14 tahun sebanyak jiwa, usia tahun sebanyak jiwa, dan usia 65 tahun ke atas sebanyak jiwa. Dari komposisi umur tersebut, maka angka beban ketergantungan (dependency ratio) adalah 48, artinya bahwa tiap 100 orang yang produktif (umur tahun) terdapat 48 orang yang tidak produktif (umur 0-14 tahun dan 65 tahun keatas). Pada tahun 2008, jumlah rumah tangga yang bermukim di wilayah Kabupaten Bogor adalah sebanyak KK. Dengan memperhatikan jumlah penduduk di atas, maka dapat dihitung bahwa jumlah anggota rumah tangga di masing-masing keluarga rata-rata 4-5 jiwa/kk. Kondisi ini mengindikasikan bahwa keluarga di Kabupaten Bogor pada umumnya masih menganut konsep keluarga inti (nuclear family) atau konsep keluarga kecil yang terdiri dari ayah, ibu dan anak sebanyak 2-3 orang. Dengan kata lain bahwa konsep keluarga di

4 Kabupaten Bogor masih mengikuti prinsip keluarga kecil bahagia dan sejahtera, meskipun pada wilayah kecamatan tertentu masih ditemukan keluarga dengan jumlah anggota di atas rata-rata Kabupaten Bogor atau dikenal dengan keluarga besar (extended family). Jika ditinjau dari agama yang dianut serta diakui oleh negara, maka penduduk Kabupaten Bogor terdiri atas penduduk yang beragama Islam sebanyak orang (97,76%), Kristen Katholik sebanyak orang (0,60%), Kristen Protestan sebanyak orang (1,08%), Hindu sebanyak orang (0,05%), Budha sebanyak orang (0,33%), Kong Hu Chu sebanyak orang (0,16%) dan Lainnya sebanyak 860 orang (0,02%). Kondisi ini mengungkapkan bahwa mayoritas penduduk Kabupaten Bogor adalah pemeluk agama Islam. Jumlah penduduk berdasarkan mata pencaharian/profesi, terdiri dari PNS sebanyak orang (4,36 %), TNI/Polri sebanyak orang (0,93%), karyawan/pegawai swasta sebanyak orang (26,95%), wiraswasta/pengusaha sebanyak orang (29,75 %), petani sebanyak orang (5,85%), peternak sebanyak orang (0,10%), jasa sebanyak orang (4,64%), buruh sebanyak orang (26,81%) dan profesi lainnya sebanyak orang (0,62%). Hal ini menunjukkan bahwa lebih dari separoh penduduk Kabupaten Bogor berkecimpung sebagai karyawan, pegawai swasta, wirausaha mandiri, buruh maupun jasa, dan hanya sebagian kecil yang masih bertahan sebagai petani/peternak/pembudidaya ikan. Sementara itu, jumlah penduduk yang berumur 15 tahun keatas menurut jenjang pendidikan yang telah ditamatkan, yaitu tamat SD/sederajat sebanyak orang (47,28%), SLTP/sederajat sebanyak orang (34,47%), SLTA/sederajat sebanyak orang (14,36%), Diploma I/II sebanyak orang (0,80%), Diploma III/Sarjana Muda sebanyak orang (0,81%), Diploma IV/Sarjana (S-1) sebanyak orang (1,63%), Pasca Sarjana/Magister (S-2) sebanyak orang (0,61%) dan Pasca Sarjana/Doktor (S-3) sebanyak orang (0,04 %). Kondisi ini mengungkapkan bahwa sebagian besar atau 81,75 % dari penduduk yang berusia 15 tahun ke atas, baru

5 menamatkan pendidikan dasar sembilan tahun atau setingkat SLTP/sederajat, sedangkan sisanya telah tamat SLTA hingga Sarjana. Jumlah penduduk dalam usia kerja (10-64 tahun) pada tahun 2008 berjumlah orang, terdiri dari penduduk usia kerja yang berumur (10-14 tahun) sebanyak orang dan penduduk usia kerja yang berumur (15-64 tahun) sebanyak orang. Dari penduduk usia kerja tahun, terdapat sebanyak orang atau 1,40 %, yang telah bekerja atau disebut sebagai pekerja anak. Sementara itu, pada penduduk usia kerja tahun, maka yang telah bekerja sebanyak orang (42,31%), yang tidak/belum bekerja, seperti mahasiswa/pelajar, ibu rumah tangga dan lainnya sebanyak orang (12,05%) dan yang sedang mencari kerja/pengangguran terbuka berjumlah sebanyak (20,51%). Jadi, dari data ini, maka Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja mencapai 38,42% dan tingkat pengangguran terbukanya telah mencapai 20,51%. Jumlah pengangguran terbuka yang mencapai orang atau 20,51 % itu adalah yang tertinggi di Jawa Barat. Tingginya jumlah pengangguran ini disebabkan oleh rendahnya peluang kerja dan kesempatan kerja yang bisa dimasuki oleh tenaga kerja yang ada di wilayah Kabupaten Bogor. Bila dibandingkan dengan jumlah pengangguran terbuka yang berjumlah orang atau 15,99% pada tahun 2007, maka angka tersebut mengalami peningkatan yang signifikan yaitu sebanyak orang atau naik 4,52 %. Kondisi ini selain dipengaruhi oleh menurunnya laju pertumbuhan ekonomi juga disebabkan oleh ketidakseimbangan antara pertambahan penduduk usia kerja yang mulai memasuki pasar kerja dengan peluang kerja dan kesempatan kerja yang tersedia, akibatnya peningkatan jumlah pengangguran terbuka sulit untuk dihindari. Alasan-alasan yang dikemukakan berkenaan dengan tingginya pengangguran terbuka, diantaranya mereka sedang mencari kerja/melamar, sementara belum/tidak bekerja, merasa tidak akan memperoleh pekerjaan, merasa sudah cukup dan tidak ingin mencari kerja dan alasan lainnya. Data indikator demografi Kabupaten Bogor secara umum dapat dilihat pada tabel 7 di bawah ini.

6 Tabel 7 : Data Indikator Demografi Kabupaten Bogor Tahun No Indikator Realisasi Kinerja Jumlah penduduk (jiwa) Laju pertumbuhan penduduk (%) 3 Jumlah pengangguran terbuka (org) 3,94 2,79 0,53 1, Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (%) 50,66 50,41 42,31 38,42 Sumber : Buku LKPJ Bupati Bogor Tahun Anggaran Kondisi Perekonomian Pergerakan ekonomi dapat diperhatikan dari nilai Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Bogor berdasarkan harga berlaku maupun harga konstan. Berdasarkan data dari BPS Kabupaten Bogor, diketahui bahwa PDRB Kabupaten Bogor berdasarkan harga berlaku, yaitu sebesar Rp. 51,83 triliun pada tahun 2007, kemudian naik menjadi Rp. 59,60 triliun pada tahun Demikian juga dengan nilai PDRB berdasarkan harga konstan, yaitu sebesar Rp. 28,15 triliun pada tahun 2007, kemudian naik menjadi Rp. 29,76 triliun pada tahun Berkenaan dengan nilai PDRB di atas, maka dapat dihitung pula tingkat pendapatan per kapita penduduk Kabupaten Bogor (PDRB dibagi dengan jumlah penduduk), maka pendapatan per kapita menurut PDRB harga berlaku pada tahun 2008, yaitu sebesar Rp /kapita/tahun, sedangkan menurut PDRB harga konstan (setelah memperhitungkan tingkat inflasi), yaitu sebesar Rp /kapita/tahun. Jika dilihat dari struktur ekonomi Kabupaten Bogor menurut nilai PDRB atas harga berlaku, maka kelompok sektor sekunder (industri manufaktur, listrik, gas & air serta bangunan) memberikan kontribusi terbesar setiap tahun, yaitu 69,81 %, kemudian sektor tersier (perdagangan, hotel & restoran, pengangkutan dan komunikasi, keuangan, persewaaan dan jasa perusahaan, jasa-jasa lainnya) memberikan kontribusi berikutnya sebesar 23,97 % dan kontribusi terkecil adalah dari sektor primer (pertanian dan pertambangan), yaitu hanya 6,23 % dari total PDRB Kabupaten Bogor dan kontribusi sektor primer ini semakin menurun dari tahun ke tahun.

7 Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Bogor umumnya diukur melalui indikator pertumbuhan PDRB atas dasar harga konstan. Selama empat tahun terakhir, Laju Pertumbuhan Ekonomi (LPE) Kabupaten Bogor menunjukkan peningkatan yang fluktuatif pada setiap tahun, yaitu semula 5,85% pada tahun 2005, kemudian secara berurutan meningkat menjadi 5,95% pada tahun 2006 dan 6,04 % tahun 2007, kemudian menurun lagi menjadi 5,74 % pada tahun Kondisi ini mengungkapkan bahwa periode telah terjadi perkembangan ekonomi yang menggembirakan, namun di tahun 2008 mengalami penurunan, meskipun kontribusi terbesarnya masih berasal dari sektor sekunder. Selain itu, sektor tersier terus meningkat secara bertahap dan mengindikasikan mulai adanya pergeseran struktur ekonomi yang mengarah kepada sektor jasa. Pertumbuhan ekonomi yang lebih rendah pada tahun 2008 dibanding dengan tahun 2007, diantaranya karena kontribusi terbesarnya dari tingkat konsumsi dan pengeluaran pemerintah, sedangkan tingkat investasi dan ekspor neto Kabupaten Bogor relatif kecil, sehingga mempengaruhi tingkat pertumbuhan ekonomi hingga akhir tahun Data indikator makro ekonomi Kabupaten Bogor dapat dilihat pada tabel 8 di bawah ini. Tabel 8 : Data Indikator Ekonomi Kabupaten Bogor Tahun NO INDIKATOR 1 Nilai PDRB (Rp. Juta) a. Berdasarkan Harga Berlaku REALISASI KINERJA Primer ,57% 5,83% 6,04% 6,23% Sekunder ,75% 70,79% 70,87% 69,81% Tersier b. Berdasarkan Harga Konstan 25,68% 23,28% 23,09% 23,97% Primer ,07% 6,31% 6,36% 6,14% Sekunder ,09% 69,90% 69,69% 69,27% Tersier ,86% 23,79% 23,95% 24,60%

8 2 Pendapatan perkapita (PDRB perkapita) a. Harga Berlaku (Rp.) b. Harga Konstan (Rp.) Laju Pertumbuhan ekonomi (%) 5,85 5,95 6,04 5,74 Sumber : Indikator Ekonomi Daerah Kabupaten Bogor, kerjasama antara Bappeda Kabupaten Bogor dan BPS Kabupaten Bogor Kondisi Taraf Kesejahteraan Rakyat Selain kondisi ekonomi yang telah dikemukakan di atas, salah satu indikator dari taraf kesejahteraan rakyat yang biasa digunakan adalah indikator jumlah penduduk miskin dan Indeks Pembangunan Manusia (IPM). Berdasarkan data BPS, jumlah penduduk miskin selama periode sangat fluktuatif, tetapi secara rata-rata mencapai 26,16 % dari jumlah penduduk Kabupaten Bogor, dimana pada tahun 2005 adalah jiwa (26,45 %), kemudian meningkat menjadi jiwa (27,46 %) pada tahun 2006 dan berkurang kembali pada tahun 2007 menjadi jiwa (24,02%) serta pada tahun 2008 menjadi jiwa (26,71%). Data tahun 2008 ini didasarkan pada data yang diterbitkan oleh BPS dan digunakan oleh Departemen Kesehatan RI untuk menetapkan quota bagi masyarakat miskin di Kabupaten Bogor yang berhak mendapatkan pelayanan dari Program Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) mulai tahun anggaran Hal ini antara lain disebabkan oleh krisis ekonomi dan krisis multi dimensi yang terus berkelanjutan, diikuti pula oleh pengurangan subsidi BBM dan kenaikan harga-harga kebutuhan pokok, sehingga kelompok masyarakat yang semula belum termasuk kategori penduduk miskin, dengan bertambahnya beban hidup, maka posisinya turun atau bergeser ke dalam kategori penduduk miskin. Dengan demikian, jika dihitung laju kenaikan penduduk miskin selama periode , maka jumlahnya adalah sebesar 1,99 % dari total jumlah penduduk Kabupaten Bogor. Sementara itu, kondisi taraf kesejahteraan rakyat Kabupaten Bogor yang diukur berdasarkan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) menunjukkan kecenderungan meningkat pada setiap tahun, yaitu semula angka IPM pada tahun

9 2005 adalah 68,99 poin, kemudian naik menjadi 69,45 poin pada tahun 2006, dan 70,18 poin pada tahun 2007, selanjutnya pada tahun 2008 telah mencapai 70,76 poin. Jika dihitung laju kenaikannya maka selama empat tahun, yaitu selama periode rata-rata kenaikannya adalah 0,59 poin per tahun. Tingkat pencapaian rata-rata sebesar 0,59 poin tersebut, berdasarkan klasifikasi dari UNDP, maka tingkat kenaikannya termasuk dalam kategori pertumbuhan yang lamban, karena masih berada di bawah kenaikan 1,5 poin. Kondisi ini berkaitan erat dengan rendahnya kontribusi dari masing-masing indeks penyusun dari angka IPM itu sendiri, diantaranya mencakup indeks pendidikan, indeks kesehatan dan indeks daya beli. Indeks-indeks dimaksud adalah akibat lanjutan dari rendahnya pencapaian dari komponen pembentuk angka IPM tersebut, yaitu Angka Harapan Hidup (AHH), Angka Melek Huruf (AMH), Rata-rata Lama Sekolah (RLS) dan Kemampuan Daya Beli masyarakat (menurut konsumsi riil per kapita). Namun demikian, angka pencapaian IPM sebesar 70,76 poin itu menunjukkan bahwa penduduk Kabupaten Bogor termasuk dalam klasifikasi masyarakat dengan taraf kesejahteraan menengah atas, tetapi belum termasuk taraf kesejahteraan atas atau masyarakat maju, karena angka IPM-nya belum mencapai angka IPM 80 sebagaimana standar yang telah ditetapkan oleh UNDP. kesejahteraan rakyat dapat dilihat pada tabel 9 di bawah. Data indikator Tabel 9 : Data Indikator Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Bogor Tahun REALISASI KINERJA NO INDIKATOR Indeks Pembangunan Manusia (IPM-Komposit) 68,99 69,45 70,18 70,76 a. Indeks Pendidikan 77,47 78,19 79,65 81,07 b. Indeks Kesehatan 70,17 70,33 70,97 71,13 c. Indeks Daya Beli 59,33 59,82 59,92 60,09 Komponen IPM terdiri dari; a. Angka Harapan Hidup (AHH) (tahun) b. Angka Melek Huruf (AMH) (%) c. Rata-rata Lama Sekolah (RLS) (tahun) d. Kemampuan Daya Beli Masyarakat (Konsumsi riil per kapita) (Rp/kap/bln) 67,10 67,20 67,58 67,68 93,91 94,28 95,78 97,57 6,69 6,90 7,11 7,

10 2 Jumlah Penduduk Miskin (jiwa) Proporsi penduduk miskin (%) 26,45 27,46 24,02 26,71 Sumber : BPS dan Bappeda Kabupaten Bogor, Kondisi Sarana dan Prasarana Panjang jalan di wilayah Kabupaten Bogor adalah 1.758,056 km, terdiri dari jalan Negara sepanjang 121,497 km (5 ruas), jalan Propinsi 129,989 km (5 ruas) dan jalan Kabupaten yang bernomor ruas 1.506,57 km (371 ruas). Selain itu, terdapat pula jalan-jalan yang tidak bernomor ruas atau jalan desa. Sampai dengan akhir tahun 2006, jalan Kabupaten yang berada dalam kondisi mantap (kondisi baik sampai dengan sedang) adalah sepanjang 928,2 km atau sebesar 61,61%, sedangkan sisanya sepanjang 578,37 km atau sebesar 38,39% berada dalam kondisi rusak. Sementara itu, jumlah jembatan di Kabupaten Bogor pada tahun 2006 adalah sebanyak 682 buah, yang terdiri dari jembatan negara sebanyak 25 buah, jembatan provinsi sebanyak 98 buah, dan jembatan kabupaten pada jalan yang bernomor ruas sebanyak 559 buah dengan total panjang 5.784,4 m. Dari 559 jembatan pada jalan Kabupaten yang bernomor ruas, terdapat 392 buah (70,13%) berada dalam kondisi baik, 132 buah (23,61%) dalam kondisi sedang dan 35 buah (6,26%) dalam kondisi rusak. Belum memadainya infrastruktur transportasi disebabkan antara lain rendahnya jumlah pembangunan jalan baru, kemudian kemantapan jalan dan kondisi struktur jalan yang labil, serta tingginya frekuensi bencana alam dan beban lalu lintas/transporatsi yang sering melampaui kapasitas yang ditentukan. Jaringan irigasi yang ada di Kabupaten Bogor sangat berperan dalam mendukung produksi pertanian, karena dengan kontinuitas aliran air irigasi ke lahan-lahan pertanian akan menentukan tingkat produksi komoditas pertanian. Jaringan irigasi dalam kondisi rusak adalah 39,02 % dari 879 buah dan kondisi setu sebagai sumber air dalam kondisi rusak sebanyak 15 buah atau 16,48 % dari 91 buah setu. Selanjutnya, jumlah rumah di Kabupaten Bogor pada tahun 2006 sebanyak unit, dengan jumlah rumah terbanyak terdapat di Kecamatan Ciampea sebanyak unit (rumah permanen unit dan rumah tidak permanen

11 unit), sementara jumlah rumah paling sedikit di Kecamatan Rancabungur sebanyak unit. Sementara itu, permukiman kumuh di Kabupaten Bogor tersebar di 187 lokasi dengan luas lahan sebanyak 240 Ha dan jumlah bangunan sebanyak unit serta dihuni oleh keluarga (KK). Sedangkan untuk jaringan listrik, maka rasio elektrifikasinya baru mencapai 50,96%, berarti masih sekitar 49,14 % kepala keluarga di Kabupaten Bogor yang belum menikmati listrik, terutama pada kantong-kantong permukiman/kampung yang sulit dijangkau oleh jaringan listrik. Hal ini disebabkan tingginya kebutuhan energi listrik akibat pertambahan penduduk, tetapi pada sisi lain tidak diimbangi dengan peningkatan pengadaan listrik sebagaimana yang diharapkan. Demikian juga dengan sarana dan prasarana permukiman, seperti persampahan baru terlayani sebanyak 736 m 3 /hari atau 24,17 % dari timbunan sampah di wilayah perkotaan atau hanya 22 kecamatan dari 40 kecamatan di Kabupaten Bogor. Selain itu, cakupan pelayanan air bersih baru mencapai 25 kecamatan dari 40 kecamatan yang ada di Kabupaten Bogor. Cakupan tersebut merupakan gabungan dari pelayanan air bersih yang dilakukan oleh PDAM di 80 desa/kelurahan di 19 kecamatan dan cakupan pelayanan air bersih di luar PDAM, baru mencapai 56,86 % dari jumlah penduduk Kabupaten Bogor. Rendahnya cakupan pelayanan air bersih, diantaranya karena menurunnya ketersediaan sumber daya air baku dan daya dukung lingkungan, akibat tersumbatnya badan air/sungai oleh sedimentasi dan sebagainya Kondisi Pemerintahan Kabupaten Bogor Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Bogor Nomor 2 Tahun 2004 tentang Rencana Strategis Pemerintah Kabupaten Bogor Tahun bahwa Rencana Strategis atau disebut Renstra adalah rencana lima tahunan yang menggambarakan visi, misi, tujuan, sasaran, strategi, program dan kegiatan daerah. Sejak tahun anggaran 2009 sampai saat ini, istilah Renstra hanya digunakan untuk tataran SKPD, sedangkan pada tataran Pemerintah Kabupaten Bogor telah diganti dengan dokumen Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) sebagaimana ketentuan yang berlaku. Visi Pemerintah

12 Kabupaten Bogor adalah perpaduan dari visi kepala daerah dengan perangkat daerahnya untuk tahun , yaitu : Tercapainya Pelayanan Prima demi Terwujudnya Masyarakat Kabupaten Bogor yang Maju, Mandiri, Sejahtera Berlandaskan iman dan Takwa. Kata kunci yang berkenaan dengan pernyataan visi di atas, adalah kata Tercapainya Pelayanan Prima, yaitu wujud konkrit dari upaya pengelolaan dan pemberian pelayanan terbaik (excellence service), bermutu dan berkualitas untuk semua jenis pelayanan dari Pemerintah Kabupaten Bogor kepada masyarakat, sehingga pelayanannya menjadi lebih baik (better), lebih cepat (faster), lebih murah (cheaper) dan memenuhi tuntutan, kebutuhan serta kepuasan public (public satisfaction) sebagaimana standar pelayanan yang telah dibakukan menurut ketentuan dan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Kata kunci lainnya adalah kata Mandiri dan Sejahtera. Untuk kata Mandiri, berarti masyarakat telah mencapai keadaan dapat berdiri sendiri atau tidak tergantung pada orang lain yang diindikasikan dengan kemampuan mendayagunakan dan mengoptimalkan segala potensi daerah dan segenap potensi masyarakat sesuai dengan sumber daya yang dimiliki oleh daerah sendiri, sedangkan kata Sejahtera, berarti masyarakat telah berada dalam kondisi makmur, aman dan sentosa atau pun masyarakat telah berada dalam kondisi selamat serta terlepas dari segala gangguan, kesukaran dan sebagainya menurut ukuran tertentu yang disepakati oleh seluruh pihak yang berkepentingan. Pernyataan visi di atas, kemudian dijabarkan lagi kedalam pernyataan misi yang terdiri dari 6 (enam) misi, yaitu : 1. Melakukan Reformasi Pelayanan Publik menuju Tata Pemerintahan yang Baik (good governance) 2. Meningkatkan Profesionalisme Aparatur dalam Penyelenggraan Pemerintahan 3. Meningkatkan Kualitas Pelayanan Pendidikan dan Kesehatan 4. Menumbuhkembangkan Potensi Industri, Pertanian dan Pariwisata secara Optimal dan Lestari 5. Meningkatkan Kualitas dan Menata Sarana, Prasarana dan Infrastruktur Wilayah 6. Memajukan Kehidupan Keagamaan dan Kondisi Sosial Kemasyarakatan

13 Keenam misi diatas, kemudian diimplementasikan kedalam prioritas pembangunan daerah yang terdapat dalam dokumen RKPD, KUA dan PPAS pada setiap tahun anggaran. Rumusan prioritas pembangunan daerah yang terdapat dalam dokumen tersebut, seringkali jumlah prioritas dan rumusan prioritasnya berbeda-beda pada setiap tahun anggaran, Hanya saja, fokus dari masing-masing prioritas pembangunan tidak konsisten urutannya dan tidak berkesinambungan pada setiap tahun anggaran, sehingga berimplikasi juga terhadap jumlah alokasi anggaran di masing-masing prioritas pembangunan. Namun bilamana dikelompokkan substansinya, maka prioritas pembangunan daerah yang telah dilaksanakan selama periode terdiri atas 6 prioritas pembangunan, yaitu : (1) pendidikan; (2) kesehatan; (3) infrastruktur dan lingkungan hidup; (4) perekonomian; (5) tata kelola pemerintahan yang baik; (6) sosial kemasyarakatan. Rencana pembangunan yang telah ditetapkan dalam dokumen RPJMD itu dilaksanakan oleh Pemerintahan Kabupaten Bogor yang terdiri dari Pemerintah Kabupaten Bogor dan DPRD Kabupaten Bogor. Pemerintah Kabupaten Bogor dipimpin oleh Bupati Bogor dan dalam pelaksanaanya dibantu oleh perangkat daerah atau dikenal dengan sebutan Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD), sedangkan DPRD dipimpin oleh Ketua DPRD. Struktur organisasi Pemerintah Kabupaten Bogor telah beberapa kali mengalami perubahan selama periode , hal ini disebabkan adanya perubahan aturan yang telah ditetapkan oleh pemerintah pusat. Dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah, Bupati Bogor dibantu oleh perangkat daerah/skpd yang terdiri dari : (1) unsur staf yang membantu penyusunan kebijakan dan koordinasi, diwadahi dalam Sekretariat Daerah; (2) unsur pengawas yang diwadahi dalam bentuk Inspektorat (sebelumnya disebut Badan Pengawasan Daerah); (3) unsur perencana yang diwadahi dalam bentuk Badan; (4) unsur pendukung tugas kepala daerah dalam penyusunan dan pelaksanaan kebijakan daerah yang bersifat spesifik, diwadahi dalam Lembaga Teknis Daerah (Lemtekda); (5) unsur pelaksana urusan daerah yang diwadahi dalam Dinas Daerah. Jadi, perangkat daerah Kabupaten Bogor/SKPD adalah unsur pembantu kepala daerah dalam penyelenggaraan pemerintah daerah yang terdiri dari, Sekretariat Daerah, Sekretariat Dewan, Dinas Daerah, Lembaga Teknis Daerah (Badan dan Kantor), Kecamatan dan Kelurahan.

14 Pada tahun 2008, jumlah dan jenis organisasi perangkat daerah/skpd di Kabupaten Bogor dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Tabel 10 : Jumlah dan Jenis SKPD di Kabupaten Bogor periode tahun Unsur Staf Unsur Lemtekda Unsur Pelaksana 1.Sekretariat Daerah 2.Sekretariat Dewan 3.Kecamatan 4.Kelurahan 1. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah 2. Badan Pengawasan Daerah 3. Badan Pendidikan dan Pelatihan 4. Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Kesejahteraan Sosial 5. Kantor Arsip dan perpustakaan Daerah 6. Kantor Koperasi dan UKM 7. Kantor Penanaman Modal Daerah 8.Kantor Kesatuan Bangsa dan Perlindungan Masyarakat 9. Satuan Polisi Pamong Praja 10. Badan Rumah Sakit Daerah Cibinong 11. Badan Rumah Sakit Daerah Ciawi Sumber : Data Pokok Pembangunan Kabupaten Bogor, Dinas Pendidikan 2. Dinas Kesehatan 3. Dinas Pertanian dan Kehutanan 4.Dinas Peternakan dan Perikanan 5. Dinas Pertambangan 6.Dinas perindustrian dan Perdagangan 7.Dinas Pariwisata dan Kebudayaan 8.Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi 9.Dinas Bina Marga dan Pengairan 10. Dinas Cipta Karya 11.Dinas Tata Ruang dan Lingkungan Hidup 12. Dinas Perhubungan 13.Dinas Kependudukan, Catatan Sipil dan KB 14. Dinas Pendapatan Daerah Sementara itu, pada lembaga legislatif atau DPRD Kabupaten Bogor terdiri dari Ketua, Para Wakil Ketua sekaligus merangkat sebagai anggota DPRD, 4 Komisi (Komisi A, B, C dan D) dengan total anggota sebanyak 45 anggota DPRD pada tahun Selain itu, DPRD Kabupaten Bogor memiliki Panitia Anggaran Legislatif (sekarang disebut Badan Anggaran) yang bertugas untuk merancang APBD bersama-sama dengan Panitia Anggaran Eksekutif (sekarang disebut Tim Anggaran Pemerintah Daerah ) dan kedua panitia inilah yang menentukan kebijakan alokasi anggaran dalam APBD Kabupaten Bogor pada setiap tahun anggaran. Untuk membahas peraturan daerah, kebijakan daerah dan tugas-tugas tertentu, DPRD dapat membentuk panitia legislasi dan panitia khusus. Sementara itu, untuk mengawasi kinerja dan pelanggaran kode etik oleh anggota DPRD, maka DPRD memiliki Badan kehormatan DPRD. Adapun fungsi DPRD sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku, terdiri dari tiga, yaitu : (1) fungsi legislasi adalah fungsi DPRD untuk membentuk peraturan daerah

15 bersama-sama dengan Pemerintah Kabupaten Bogor; (2) fungsi anggaran adalah fungsi DPRD untuk menyusun Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) bersama-sama dengan Pemerintah Kabupaten Bogor; (3) fungsi pengawasan adalah fungsi DPRD dalam mengawasi jalannya penyelenggaraan pemerintahan Kabupaten Bogor.

BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH KABUPATEN BOGOR

BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH KABUPATEN BOGOR BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH KABUPATEN BOGOR 3.7. Kondisi Geografis dan Administratif Kabupaten Bogor merupakan salah satu kabupaten dalam lingkungan Provinsi Jawa Barat. Luas wilayah Kabupaten Bogor adalah

Lebih terperinci

ANALISIS SITUASI DAN KONDISI KABUPATEN BOGOR

ANALISIS SITUASI DAN KONDISI KABUPATEN BOGOR ANALISIS SITUASI DAN KONDISI KABUPATEN BOGOR Oleh : Drs. Adang Suptandar, Ak. MM Disampaikan Pada : KULIAH PROGRAM SARJANA (S1) DEPARTEMEN ILMU KELUARGA DAN KONSUMEN FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA, IPB Selasa,

Lebih terperinci

DATA UMUM 1. KONDISI GEOGRAFIS

DATA UMUM 1. KONDISI GEOGRAFIS DATA UMUM 1. KONDISI GEOGRAFIS Wilayah Kabupaten Bogor memiliki luas ± 298.838,31 Ha. Secara geografis terletak di antara 6⁰18'0" 6⁰47'10" Lintang Selatan dan 106⁰23'45" 107⁰13'30" Bujur Timur, dengan

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM LOKASI. Gambar 2. Wilayah Administrasi Kabupaten Bogor. tanah di wilayah Kabupaten Bogor memiliki jenis tanah yang cukup subur

KEADAAN UMUM LOKASI. Gambar 2. Wilayah Administrasi Kabupaten Bogor. tanah di wilayah Kabupaten Bogor memiliki jenis tanah yang cukup subur 34 IV. KEADAAN UMUM LOKASI 4.1. Geografis Secara geografis Kabupaten Bogor terletak diantara 6 18"0" - 6 47"10" Lintang Selatan dan 106 23"45" - 107 13"30" Bujur Timur, yang berdekatan dengan Ibu kota

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI UMUM WILAYAH

BAB IV KONDISI UMUM WILAYAH 57 BAB IV KONDISI UMUM WILAYAH 4.1 Gambaran Umum Kabupaten Bogor Kabupaten Bogor merupakan salah satu kabupaten dalam lingkungan Provinsi Jawa Barat. Luas wilayah Kabupaten Bogor adalah 298.838,304 Ha,

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN BOGOR RINGKASAN PERUBAHAN APBD MENURUT URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH DAN ORGANISASI TAHUN ANGGARAN 2015

PEMERINTAH KABUPATEN BOGOR RINGKASAN PERUBAHAN APBD MENURUT URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH DAN ORGANISASI TAHUN ANGGARAN 2015 PEMERINTAH KABUPATEN BOGOR RINGKASAN APBD MENURUT TAHUN ANGGARAN 205 KODE PENDAPATAN DAERAH 2 3 4 5 = 4 3 URUSAN WAJIB 5,230,252,870,000 5,84,385,696,000 584,32,826,000 0 PENDIDIKAN 0 0 Dinas Pendidikan

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM 4.1. Letak dan Kondisi Fisik Wilayah

IV. GAMBARAN UMUM 4.1. Letak dan Kondisi Fisik Wilayah IV. GAMBARAN UMUM 4.1. Letak dan Kondisi Fisik Wilayah Kabupaten Bogor merupakan salah satu kabupaten dalam wilayah Propinsi Jawa Barat yang pada tahun 2004 memiliki luas wilayah 2.301,95 kilometer persegi

Lebih terperinci

Sekapur Sirih. Jakarta, Agustus 2010 Kepala Badan Pusat Statistik Kabupaten Bogor, Ahmad Koswara, MA

Sekapur Sirih. Jakarta, Agustus 2010 Kepala Badan Pusat Statistik Kabupaten Bogor, Ahmad Koswara, MA Sekapur Sirih Sebagai pengemban amanat Undang-undang Nomor 16 Tahun 1997 tentang Statistik dan sejalan dengan rekomendasi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengenai Sensus Penduduk dan Perumahan Tahun 2010

Lebih terperinci

TABEL 1 Nilai dan Kontribusi Sektor dalam PDRB Kabupaten Bogor Atas Dasar Harga Konstan Tahun

TABEL 1 Nilai dan Kontribusi Sektor dalam PDRB Kabupaten Bogor Atas Dasar Harga Konstan Tahun Data dan informasi perencanaan pembangunan daerah yang terkait dengan indikator kunci penyelenggaraan pemerintahan daerah, sebagaimana yang diinstruksikan dalam peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH

BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH 2.1. Geografis, Administratif dan Kondisi Fisik 2.1.1 Geografis Secara geografis Kabupaten Bogor terletak diantara 6 18 0 6 47 10 Lintang Selatan dan 106 23 45 107 13 30 Bujur

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI TENTANG PEMBENTUKAN, ORGANISASI DAN TATA KERJA UNIT PELAKSANA TEKNIS PAJAK DAERAH PADA BADAN PENGELOLAAN PENDAPATAN DAERAH

PERATURAN BUPATI TENTANG PEMBENTUKAN, ORGANISASI DAN TATA KERJA UNIT PELAKSANA TEKNIS PAJAK DAERAH PADA BADAN PENGELOLAAN PENDAPATAN DAERAH 6. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 6, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5494); 7. Undang-Undang Nomor

Lebih terperinci

BAB V KELEMBAGAAN PENYULUHAN PERTANIAN DI KABUPATEN BOGOR

BAB V KELEMBAGAAN PENYULUHAN PERTANIAN DI KABUPATEN BOGOR BAB V KELEMBAGAAN PENYULUHAN PERTANIAN DI KABUPATEN BOGOR Bab ini menjelaskan berbagai aspek berkenaan kelembagaan penyuluhan pertanian di Kabupaten Bogor yang meliputi: Organisasi Badan Pelaksana an Pertanian,

Lebih terperinci

BAB VII PENUTUP KESIMPULAN

BAB VII PENUTUP KESIMPULAN BAB VII PENUTUP KESIMPULAN Pencapaian kinerja pembangunan Kabupaten Bogor pada tahun anggaran 2012 telah menunjukkan hasil yang menggembirakan. Hal ini terlihat dari sejumlah capaian kinerja dari indikator

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Halaman. X-ii. RPJMD Kabupaten Ciamis Tahun

DAFTAR ISI. Halaman. X-ii. RPJMD Kabupaten Ciamis Tahun DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii DAFTAR TABEL... v DAFTAR GAMBAR... xii DAFTAR GRAFIK... xiii BAB I PENDAHULUAN... I-1 1.1. Latar Belakang... I-1 1.2. Dasar Hukum Penyusunan... I-5

Lebih terperinci

V. KARAKTERISTIK DAN KEMAMPUAN DAYA BELI MASYARAKAT MISKIN DI KABUPATEN BOGOR. Tabel. 22 Dasar Perwilayahan di Kabupaten Bogor

V. KARAKTERISTIK DAN KEMAMPUAN DAYA BELI MASYARAKAT MISKIN DI KABUPATEN BOGOR. Tabel. 22 Dasar Perwilayahan di Kabupaten Bogor V. KARAKTERISTIK DAN KEMAMPUAN DAYA BELI MASYARAKAT MISKIN DI KABUPATEN BOGOR 5.1 Zona Pengembangan Pertanian dan Perdesaan di Kabupaten Bogor Kabupaten Bogor berdasarkan pada Rencana Tata Ruang Wilayah

Lebih terperinci

I-1 BAB I PENDAHULUAN. I. Latar Belakang

I-1 BAB I PENDAHULUAN. I. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I. Latar Belakang Sesuai Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2007 tentang Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (LPPD) kepada Pemerintah, Laporan Keterangan Pertanggungjawaban (LKPJ)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN LKPJ GUBERNUR JAWA BARAT TAHUN 2015 I - 1

BAB I PENDAHULUAN LKPJ GUBERNUR JAWA BARAT TAHUN 2015 I - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah Pasal 69 mengamanatkan Kepala Daerah untuk menyampaikan Laporan Keterangan Pertanggungjawaban

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB IV GAMBARAN UMUM 65 BAB IV GAMBARAN UMUM 4.1 Kondisi Fisik dan Wilayah Administrasi Kabupaten Bogor Kabupaten Bogor merupakan salah satu kabupaten dalam lingkungan Provinsi Jawa Barat. Luas wilayah Kabupaten Bogor adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Dasar Hukum

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Dasar Hukum BAB I PENDAHULUAN 1.1. Dasar Hukum Dasar hukum penyusunan Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2016, adalah sebagai berikut: 1. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1950 tentang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM A. Gambaran Umum Daerah 1. Kondisi Geografis Daerah 2. Kondisi Demografi

BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM A. Gambaran Umum Daerah 1. Kondisi Geografis Daerah 2. Kondisi Demografi BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM Perkembangan Sejarah menunjukkan bahwa Provinsi Jawa Barat merupakan Provinsi yang pertama dibentuk di wilayah Indonesia (staatblad Nomor : 378). Provinsi Jawa Barat dibentuk

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... Halaman BAB I. PENDAHULUAN... I-1 1.1 Latar Belakang... I-1 1.2 Dasar Hukum Penyusunan... I-3 1.3 Hubungan Antar Dokumen... I-4

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN LKPJ GUBERNUR JAWA BARAT ATA 2014 I - 1

BAB I PENDAHULUAN LKPJ GUBERNUR JAWA BARAT ATA 2014 I - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyampaian laporan keterangan pertanggungjawaban Kepala Daerah kepada DPRD merupakan amanah Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Cibinong, Maret Bupati Bogor, Hj. NURHAYANTI LAPORAN KINERJA PEMERINTAH (LAKIP) KABUPATEN BOGOR

KATA PENGANTAR. Cibinong, Maret Bupati Bogor, Hj. NURHAYANTI LAPORAN KINERJA PEMERINTAH (LAKIP) KABUPATEN BOGOR KATA PENGANTAR Alhamdulillah, segala puji dan syukur senantiasa kita panjatkan kepada Allah SWT, karena atas berkat rahmat dan hidayah-nya, maka Laporan Kinerja Pemerintah Kabupaten Bogor Tahun 2015 dapat

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA 2016 PEMERINTAH KABUPATEN BOGOR

LAPORAN KINERJA 2016 PEMERINTAH KABUPATEN BOGOR LAPORAN KINERJA 2016 PEMERINTAH KABUPATEN BOGOR Prolap Inspektorat Kabupaten Bogor 2017 www.bogorkab.go.id KATA PENGANTAR Alhamdulillah, segala puji dan syukur senantiasa kita panjatkan kepada Allah SWT,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Dasar Hukum

BAB I PENDAHULUAN A. Dasar Hukum BAB I PENDAHULUAN A. Dasar Hukum Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Gubernur Jawa Barat Akhir Tahun Anggaran 2011 disusun berdasarkan ketentuan sebagai berikut: 1. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1950

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Desa merupakan unit terkecil dalam sistem pemerintahan di Indonesia namun demikian peran, fungsi dan kontribusinya menempati posisi paling vital dari segi sosial dan

Lebih terperinci

4 GAMBARAN UMUM KOTA BOGOR

4 GAMBARAN UMUM KOTA BOGOR 44 Keterbatasan Kajian Penelitian PKL di suatu perkotaan sangat kompleks karena melibatkan banyak stakeholder, membutuhkan banyak biaya, waktu dan tenaga. Dengan demikian, penelitian ini memiliki beberapa

Lebih terperinci

PERUBAHAN RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN BOGOR TAHUN

PERUBAHAN RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN BOGOR TAHUN PERUBAHAN RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN BOGOR TAHUN 2008-2013 PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN BOGOR 2011 DAFTAR ISI DAFTAR ISI... i DAFTAR TABEL... vi DAFTAR GAMBAR... viii BAB

Lebih terperinci

Bismillaahirrohmanirrohiim Assalamu`alaikum WR.WB.

Bismillaahirrohmanirrohiim Assalamu`alaikum WR.WB. LAPORAN PANITIA KHUSUS DPRD KABUPATEN BOGOR PEMBAHAS RANCANGAN PERATURAN DAERAH TENTANG PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN PERANGKAT DAERAH Bismillaahirrohmanirrohiim Assalamu`alaikum WR.WB. Disampaikan pada : RAPAT

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Cibinong, Maret 2015 Bupati Bogor, Hj. NURHAYANTI

KATA PENGANTAR. Cibinong, Maret 2015 Bupati Bogor, Hj. NURHAYANTI KATA PENGANTAR Alhamdulillah, segala puji dan syukur senantiasa kita panjatkan kepada Allah SWT, karena atas berkat rahmat dan hidayah-nya, maka Laporan Kinerja Pemerintah Kabupaten Bogor Tahun 2014 dapat

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Cibinong, Maret 2014 Bupati Bogor, RACHMAT YASIN

KATA PENGANTAR. Cibinong, Maret 2014 Bupati Bogor, RACHMAT YASIN KATA PENGANTAR Alhamdulillah, segala puji dan syukur senantiasa kita panjatkan kepada Allah SWT, karena atas berkat rahmat dan hidayah-nya, maka Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP)

Lebih terperinci

A. Gambaran Umum Daerah

A. Gambaran Umum Daerah Pemerintah Kota Bandung BAB I PENDAHULUAN A. Gambaran Umum Daerah K ota Bandung terletak di wilayah Jawa Barat dan merupakan Ibukota Propinsi Jawa Barat, terletak di antara 107º Bujur Timur dan 6,55 º

Lebih terperinci

BAB I KONDISI MAKRO PEMBANGUNAN JAWA BARAT

BAB I KONDISI MAKRO PEMBANGUNAN JAWA BARAT BAB I KONDISI MAKRO PEMBANGUNAN JAWA BARAT 1.1. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) beserta Komponennya Angka Partisipasi Kasar (APK) SLTP meningkat di tahun 2013 sebesar 1.30 persen dibandingkan pada tahun

Lebih terperinci

V KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

V KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN V KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 5. 1. Letak Geografis Kota Depok Kota Depok secara geografis terletak diantara 106 0 43 00 BT - 106 0 55 30 BT dan 6 0 19 00-6 0 28 00. Kota Depok berbatasan langsung dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I - 1 A. VISI DAN MISI II - 3 B. STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN DAERAH II - 5 C. PRIORITAS PEMBANGUNAN DAERAH II - 13

BAB I PENDAHULUAN I - 1 A. VISI DAN MISI II - 3 B. STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN DAERAH II - 5 C. PRIORITAS PEMBANGUNAN DAERAH II - 13 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR HAL i iv vi vii BAB I PENDAHULUAN I - 1 1.1 DASAR HUKUM I - 4 1.2 GAMBARAN UMUM DAERAH I - 3 1. Kondisi Geografis Daerah I - 5 2. Batas Administrasi

Lebih terperinci

DAFTAR ISI DATA UMUM KONDISI GEOGRAFIS, PEMERINTAHAN DAN DEMOGRAFIS SERTA INDIKATOR KINERJA MAKRO

DAFTAR ISI DATA UMUM KONDISI GEOGRAFIS, PEMERINTAHAN DAN DEMOGRAFIS SERTA INDIKATOR KINERJA MAKRO DAFTAR ISI Kata Pengantar... Daftar Isi... ii i BAGIAN I 1. Kondisi Geografis DATA UMUM KONDISI GEOGRAFIS, PEMERINTAHAN DAN DEMOGRAFIS SERTA INDIKATOR KINERJA MAKRO 2. Pemerintahan Tabel 1 Jumlah dan Luas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM

BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM Berdasarkan Undang-Undang Nomor 23 tentang Pemerintahan Daerah, Pemerintahan Daerah telah diberikan kewenangan untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut

Lebih terperinci

RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) KABUPATEN MALANG TAHUN 2015

RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) KABUPATEN MALANG TAHUN 2015 RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) KABUPATEN MALANG TAHUN 2015 Oleh: BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) KABUPATEN MALANG Malang, 30 Mei 2014 Pendahuluan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004

Lebih terperinci

DAFTAR ISI... KATA PENGANTAR... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

DAFTAR ISI... KATA PENGANTAR... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... i iii x xi BAB I PENDAHULUAN... I - 1 A. Dasar Hukum... I - 1 B. Gambaran Umum Daerah... I - 4 1. Kondisi Geografis Daerah...

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN UMUM KOTA BOGOR

BAB III GAMBARAN UMUM KOTA BOGOR 20 BAB III GAMBARAN UMUM KOTA BOGOR 3.1. SITUASI GEOGRAFIS Secara geografis, Kota Bogor berada pada posisi diantara 106 derajat 43 30 BT-106 derajat 51 00 BT dan 30 30 LS-6 derajat 41 00 LS, atau kurang

Lebih terperinci

LKPJ AKHIR MASA JABATAN BUPATI JOMBANG I BAB

LKPJ AKHIR MASA JABATAN BUPATI JOMBANG I BAB LKPJ AKHIR MASA JABATAN BUPATI JOMBANG 2009-203 I BAB I LKPJ AKHIR MASA JABATAN BUPATI JOMBANG 2009-203 A. DASAR HUKUM Laporan Keterangan Pertanggungjawaban (LKPJ) Akhir Masa Jabatan Bupati dimaksudkan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN BELITUNG LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) KABUPATEN BELITUNG TAHUN ANGGARAN 2013

PEMERINTAH KABUPATEN BELITUNG LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) KABUPATEN BELITUNG TAHUN ANGGARAN 2013 PEMERINTAH KABUPATEN BELITUNG LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) KABUPATEN BELITUNG TAHUN ANGGARAN 2013 TANJUNGPANDAN, MARET 2014 KATA PENGANTAR Dengan memanjatkan Puji Syukur Kehadirat

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA 2014 PEMERINTAH KABUPATEN BOGOR

LAPORAN KINERJA 2014 PEMERINTAH KABUPATEN BOGOR LAPORAN KINERJA 2014 PEMERINTAH KABUPATEN BOGOR Prolap Inspektorat Kabupaten Bogor 2015 www.bogorkab.go.id KATA PENGANTAR Alhamdulillah, segala puji dan syukur senantiasa kita panjatkan kepada Allah SWT,

Lebih terperinci

DAFTAR TABEL. Tabel 2.1 Luas Wilayah Menurut Kecamatan dan Desa/Kelurahan... 17

DAFTAR TABEL. Tabel 2.1 Luas Wilayah Menurut Kecamatan dan Desa/Kelurahan... 17 DAFTAR TABEL Taks Halaman Tabel 2.1 Luas Wilayah Menurut Kecamatan dan Desa/Kelurahan... 17 Tabel 2.2 Posisi dan Tinggi Wilayah Diatas Permukaan Laut (DPL) Menurut Kecamatan di Kabupaten Mamasa... 26 Tabel

Lebih terperinci

Rencana Strategis Dinas Pertanian dan Kehutanan

Rencana Strategis Dinas Pertanian dan Kehutanan LAMPIRAN XXIII PERATURAN BUPATI BOGOR NOMOR : 43 TAHUN 2014 TANGGAL : 22 DESEMBER 2014 RENCANA STRATEGIS DINAS PERTANIAN DAN KEHUTANAN KABUPATEN BOGOR TAHUN 2013-2018 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Gambaran Wilayah Kabupaten Bogor Kabupaten Bogor merupakan salah satu Kabupaten di Jawa Barat yang memiliki potensi besar dalam sektor pertanian. Berdasarkan data

Lebih terperinci

BAB X PEDOMAN TRANSISI DAN KAIDAH PELAKSANAAN

BAB X PEDOMAN TRANSISI DAN KAIDAH PELAKSANAAN BAB X PEDOMAN TRANSISI DAN KAIDAH PELAKSANAAN 10.1. PEDOMAN TRANSISI Walaupun masa jabatan Walikota Lubuklinggau periode 2013 2018 akan berakhir pada bulan Pebruari 2018, namun pelaksanaan RPJMD Kota Lubuklinggau

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. BAB II. GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH... II Aspek Geografi Dan Demografi... II-2

DAFTAR ISI. BAB II. GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH... II Aspek Geografi Dan Demografi... II-2 DAFTAR ISI DAFTAR ISI Hal DAFTAR ISI... i DAFTAR TABEL... v DAFTAR GAMBAR... xix BAB I. PENDAHULUAN... I-1 1.1. Latar Belakang... I-1 1.2. Dasar Hukum Penyusunan... I-4 1.3. Hubungan Antar Dokumen RPJMD

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Lahan merupakan faktor input penting dalam berbagai aktivitas ekonomi

PENDAHULUAN. Lahan merupakan faktor input penting dalam berbagai aktivitas ekonomi I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lahan merupakan faktor input penting dalam berbagai aktivitas ekonomi seperti pertanian dan kehutanan, pemukiman penduduk, komersial, dan penggunaan untuk industri serta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Rancangan Awal Rencana Strategis (Renstra) Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Bogor Tahun I - 1

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Rancangan Awal Rencana Strategis (Renstra) Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Bogor Tahun I - 1 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... 1 DAFTAR ISI... 2 BAB I PENDAHULUAN... I1 1.1. Latar Belakang... I1 1.2. Dasar Hukum Penyusunan... I5 1.3 Maksud dan Tujuan... I10 1.4. Sistematika Penulisan... I11 BAB II

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM. Kota Bogor mempunyai luas wilayah km 2 atau 0.27 persen dari

V. GAMBARAN UMUM. Kota Bogor mempunyai luas wilayah km 2 atau 0.27 persen dari V. GAMBARAN UMUM 5.1. Kondisi Geografis Kota Bogor mempunyai luas wilayah 118 50 km 2 atau 0.27 persen dari luas propinsi Jawa barat. Secara geografis, Kota Bogor terletak diantara 106 derajat 43 30 BT-106

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA PEMERINTAH KABUPATEN BOGOR TAHUN ANGGARAN 2017

LAPORAN KINERJA PEMERINTAH KABUPATEN BOGOR TAHUN ANGGARAN 2017 LAPORAN KINERJA PEMERINTAH KABUPATEN BOGOR TAHUN ANGGARAN 2017 PEMERINTAH KABUPATEN BOGOR PEMERINTAH KABUPATEN BOGOR KATA PENGANTAR Alhamdulillah, segala puji dan syukur senantiasa kita panjatkan kepada

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN SLEMAN

PEMERINTAH KABUPATEN SLEMAN PEMERINTAH KABUPATEN SLEMAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 9 TAHUN 2010 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH TAHUN 2011-2015 Diperbanyak oleh: Badan Perencanaan Pembangunan Daerah

Lebih terperinci

V GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

V GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN V GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN 5.1 Geografis dan Administratif Provinsi Jawa Barat secara geografis terletak di antara 5 0 50 7 0 50 Lintang Selatan dan 104 0 48 108 0 48 Bujur Timur, dengan batas-batas

Lebih terperinci

D A F T A R I S I Halaman

D A F T A R I S I Halaman D A F T A R I S I Halaman B A B I PENDAHULUAN I-1 1.1 Latar Belakang I-1 1.2 Dasar Hukum Penyusunan I-2 1.3 Hubungan RPJM dengan Dokumen Perencanaan Lainnya I-3 1.4 Sistematika Penulisan I-7 1.5 Maksud

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Keadaan Umum, Geografis dan Iklim Kabupaten Bogor Secara geografis Kabupaten Bogor terletak antara 6º18 0-6º47 10 Lintang Selatan dan 106º 23 45-107º 13 30 Bujur

Lebih terperinci

BAB II PERENCANAAN KINERJA

BAB II PERENCANAAN KINERJA 6 BAB II PERENCANAAN KINERJA Laporan Kinerja Kabupaten Purbalingga Tahun mengacu pada Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk

Lebih terperinci

Gambar. 4 Peta Lokasi Kabupaten Bogor

Gambar. 4 Peta Lokasi Kabupaten Bogor IV. KEADAAN UMUM WILAYAH 4.1 Kondisi Geografis dan Administratif 4.1.1 Letak dan Batas Wilayah Kabupaten Bogor merupakan salah satu wilayah di Jawa Barat yang berbatasan langsung dengan DKI Jakarta yang

Lebih terperinci

DAFTAR TABEL. Kabupaten Rembang Tahun II-1. Kecamatan di Kabupaten Rembang Tahun II-12. Kelamin Kabupaten Rembang Tahun

DAFTAR TABEL. Kabupaten Rembang Tahun II-1. Kecamatan di Kabupaten Rembang Tahun II-12. Kelamin Kabupaten Rembang Tahun DAFTAR TABEL Tabel 2.1. Wilayah Administratif Menurut Kecamatan/Desa di Kabupaten Rembang Tahun 2015... II-1 Tabel 2.2. Jumlah dan Rasio Jenis Kelamin Penduduk menurut Kecamatan di Kabupaten Rembang Tahun

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Kota Tangerang Selatan merupakan daerah otonom baru yang sebelumnya merupakan bagian dari Kabupaten Tangerang Provinsi Banten berdasarkan Undang-Undang Nomor 51 Tahun 2008

Lebih terperinci

RANCANGAN RENCANA PELAKSANAAN RPJMD TAHUN KE-4

RANCANGAN RENCANA PELAKSANAAN RPJMD TAHUN KE-4 RANCANGAN RENCANA PELAKSANAAN RPJMD TAHUN KE-4 RPJMD KOTA LUBUKLINGGAU 2008-2013 VISI Terwujudnya Kota Lubuklinggau Sebagai Pusat Perdagangan, Industri, Jasa dan Pendidikan Melalui Kebersamaan Menuju Masyarakat

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA EKONOMI DAERAH

BAB II KERANGKA EKONOMI DAERAH Nilai (Rp) BAB II KERANGKA EKONOMI DAERAH Penyusunan kerangka ekonomi daerah dalam RKPD ditujukan untuk memberikan gambaran kondisi perekonomian daerah Kabupaten Lebak pada tahun 2006, perkiraan kondisi

Lebih terperinci

PERUBAHAN PEMERINTAH KABUPATEN BOGOR

PERUBAHAN PEMERINTAH KABUPATEN BOGOR PERUBAHAN PEMERINTAH KABUPATEN BOGOR DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... 1 DAFTAR ISI... 3 BAB I PENDAHULUAN...... I-1 1.1. Latar Belakang... I-1 1.2. Landasan Hukum... I-5 1.3 Maksud dan Tujuan... I-9 1.4.

Lebih terperinci

Lubuklinggau, Mei 2011 BUPATI MUSI RAWAS RIDWAN MUKTI

Lubuklinggau, Mei 2011 BUPATI MUSI RAWAS RIDWAN MUKTI Puji Syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas berkat dan rahmat-nya kegiatan penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Musi Rawas Tahun 2010-2015 dapat diselesaikan

Lebih terperinci

KABUPATEN BOGOR DALAM ANGKA 2008 BOGOR REGENCY IN FIGURES 2008

KABUPATEN BOGOR DALAM ANGKA 2008 BOGOR REGENCY IN FIGURES 2008 Katalog BPS 1403.3201 KABUPATEN BOGOR DALAM ANGKA 2008 BOGOR REGENCY IN FIGURES 2008 BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN BOGOR KABUPATEN BOGOR DALAM ANGKA TAHUN 2008 ISSN : 0215-417X Publikasi / Publication

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN UMUM DAN PERILAKU PENDUDUK

BAB III GAMBARAN UMUM DAN PERILAKU PENDUDUK 16 BAB III GAMBARAN UMUM DAN PERILAKU PENDUDUK 3.1 GAMBARAN UMUM DAN KEPENDUDUKAN 3.1. 1. Situasi Keadaan Umum Kabupaten Bogor termasuk dalam wilayah administratif Propinsi Jawa Barat. Luas wilayah Kabupaten

Lebih terperinci

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2015

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2015 Lampiran I Peraturan Bupati Pekalongan Nomor : 15 Tahun 2014 Tanggal : 30 Mei 2014 RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2015 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Dokumen perencanaan

Lebih terperinci

BAB V GAMBARAN UMUM PROPINSI JAWA BARAT. Lintang Selatan dan 104 o 48 '- 108 o 48 ' Bujur Timur, dengan luas wilayah

BAB V GAMBARAN UMUM PROPINSI JAWA BARAT. Lintang Selatan dan 104 o 48 '- 108 o 48 ' Bujur Timur, dengan luas wilayah 5.1. Kondisi Geografis BAB V GAMBARAN UMUM PROPINSI JAWA BARAT Propinsi Jawa Barat secara geografis terletak di antara 5 o 50 ' - 7 o 50 ' Lintang Selatan dan 104 o 48 '- 108 o 48 ' Bujur Timur, dengan

Lebih terperinci

BAB IX PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH

BAB IX PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH BAB IX PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH Penetapan indikator kinerja daerah bertujuan untuk memberikan gambaran mengenai ukuran keberhasilan pencapaian visi dan misi Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI. Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37 -

IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI. Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37 - IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI 4.1 Kondisi Geografis Kota Dumai merupakan salah satu dari 12 kabupaten/kota di Provinsi Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37-101 o 8'13

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA KAB. TOBA SAMOSIR BAB I PENDAHULUAN

LAPORAN KINERJA KAB. TOBA SAMOSIR BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1. Gambaran Umum Kabupaten Toba Samosir Kabupaten Toba Samosir dimekarkan dari Kabupaten Tapanuli Utara sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1998 tentang Pembentukan

Lebih terperinci

Nepotisme (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3851); 3. Undang-Undang Nomor 12

Nepotisme (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3851); 3. Undang-Undang Nomor 12 BAB I PENDAHULUAN Berdasarkan Pasal 1 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Negara Indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk republik. Konsekuensi logis sebagai negara kesatuan

Lebih terperinci

RANCANGAN RENCANA PEMBANGUNANN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN KOTABARU TAHUN

RANCANGAN RENCANA PEMBANGUNANN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN KOTABARU TAHUN RANCANGAN RENCANA PEMBANGUNANN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN KOTABARU TAHUN 2016-2021 PEMERINTAH KABUPATEN KOTABARU 2016 Bab I Daftar Isi... i Daftar Tabel... iii Daftar Gambar... ix PENDAHULUAN I-1

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Halaman 1

BAB I PENDAHULUAN. Halaman 1 BAB I PENDAHULUAN Terselenggaranya good governance merupakan prasyarat bagi setiap pemerintahan untuk mewujudkan aspirasi dan tuntutan masyarakat dalam rangka mencapai tujuan dan cita-cita bangsa dan negara.

Lebih terperinci

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2017

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2017 GUBERNUR KALIMANTAN BARAT PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2017 Dalam rangka mewujudkan manajemen pemerintahan yang efektif, transparan dan akuntabel serta berorientasi pada hasil, yang bertanda tangan di bawah

Lebih terperinci

3. Kondisi Ekonomi Makro Daerah

3. Kondisi Ekonomi Makro Daerah Data capaian IPM Kabupaten Temanggung tahun 2013 belum dapat dihitung karena akan dihitung secara nasional dan akan diketahui pada Semester II tahun 2014. Sedangkan data lain pembentuk IPM diperoleh dari

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI UMUM KABUPATEN BOGOR

BAB IV KONDISI UMUM KABUPATEN BOGOR BAB IV KONDISI UMUM KABUPATEN BOGOR 1.5 Kondisi Geografis dan Administratif Kabupaten Bogor Kabupaten Bogor merupakan salah satu wilayah daratan (tidak memiliki wilayah laut) yang berbatasan langsung dengan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... i v viii BAB I PENDAHULUAN... I-1 1.1. Latar Belakang... I-1 1.2. Dasar Hukum Penyusunan... I-3 1.3. Hubungan Antar Dokumen... I-6 1.4. Sistematika

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR TIM PENYUSUN BAPPEDA KOTA BATU

KATA PENGANTAR TIM PENYUSUN BAPPEDA KOTA BATU KATA PENGANTAR Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Kota Batu tahun 2015 merupakan pemfokusan rencana pembangunan yang akan dilaksanakan oleh Pemerintah Kota Batu pada tahun 2015. Pemfokusan berpedoman

Lebih terperinci

REALISASI PROGRAM DAN KEGIATAN DINAS PETERNAKAN DAN PERIKANAN KABUPATEN BOGOR 2013

REALISASI PROGRAM DAN KEGIATAN DINAS PETERNAKAN DAN PERIKANAN KABUPATEN BOGOR 2013 REALISASI PROGRAM DAN KEGIATAN DINAS PETERNAKAN DAN PERIKANAN KABUPATEN BOGOR 2013 1. Program dan Kegiatan Pada Tahun Anggaran 2013, Dinas Peternakan dan Perikanan memberikan kontribusi bagi pencapaian

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS

BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS IIV.1 Permasalahan Pembangunan Permasalahan yang dihadapi Pemerintah Kabupaten Ngawi saat ini dan permasalahan yang diperkirakan terjadi lima tahun ke depan perlu mendapat

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI...

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... Halaman PERATURAN DAERAH KOTA SURAKARTA NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KOTA SURAKARTA TAHUN 2016-2021... 1 BAB I PENDAHULUAN...

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. PERATURAN BUPATI MURUNG RAYA KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii DAFTAR TABEL... vii

DAFTAR ISI. PERATURAN BUPATI MURUNG RAYA KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii DAFTAR TABEL... vii DAFTAR ISI PERATURAN BUPATI MURUNG RAYA KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii DAFTAR TABEL... vii BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang... 1 1.2. Dasar Hukum Penyusunan... 2 1.3. Hubungan Antar Dokumen...

Lebih terperinci

BAB I. Bogor. Kota. Laporan. Pemerintah. daerah mengerahkann. Karena. tata kelola. banyak kelebihbaikan. pemerintahan. masyarakat. yang.

BAB I. Bogor. Kota. Laporan. Pemerintah. daerah mengerahkann. Karena. tata kelola. banyak kelebihbaikan. pemerintahan. masyarakat. yang. BAB I Pendahuluan A. LATAR BELAKANG Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Penyelenggara Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme telah secara tegas mengamanatkan tata kelola

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 31 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Kabupaten Bogor Wilayah Kabupaten Bogor memiliki luas ± 298.838, 304 hektar, yang secara geografis terletak di antara 6 o 18 0-6 o 47 lintang selatan dan 6

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Penyebaran Desa IDT

HASIL DAN PEMBAHASAN Penyebaran Desa IDT HASIL DAN PEMBAHASAN Penyebaran Desa IDT Berdasarkan data yang diperoleh dari Bappeda Kabupaten Bogor, terdapat 80 desa yang tergolong pada desa tertinggal berdasarkan kriteria indeks desa tertinggal (IDT)

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. A. Capaian Kinerja Pemerintah Kabupaten Tanggamus B. Evaluasi dan Analisis Capaian Kinerja C. Realisasi anggaran...

DAFTAR ISI. A. Capaian Kinerja Pemerintah Kabupaten Tanggamus B. Evaluasi dan Analisis Capaian Kinerja C. Realisasi anggaran... DAFTAR ISI HALAMAN BAB 1 A. Latar Belakang... 1 B. Maksud dan Tujuan... 2 C. Sejarah Singkat Kabupaten Tanggamus... 3 D. Gambaran Umum Daerah... 4 E. Sistematika Penyajian... 20 BAB 2 A. Instrumen Pendukung

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR...1 DAFTAR ISI...3 PENDAHULUAN...I Latar Belakang Landasan Hukum...

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR...1 DAFTAR ISI...3 PENDAHULUAN...I Latar Belakang Landasan Hukum... DAFTAR ISI KATA PENGANTAR...1 DAFTAR ISI...3 BAB I PENDAHULUAN......I-1 1.1. Latar Belakang...... I-1 1.2. Landasan Hukum...... I-5 1.3 Maksud dan Tujuan...... I-9 1.4. Sistematika Penulisan...... I-9

Lebih terperinci

KEPUTUSAN KETUA PENGADILAN AGAMA CIBINONG Nomor : W10-A24/3122a/Hk.00.4/XII/2010

KEPUTUSAN KETUA PENGADILAN AGAMA CIBINONG Nomor : W10-A24/3122a/Hk.00.4/XII/2010 PENGADILAN AGAMA CIBINONG Jl. Bersih No. 1 Komplek Pemda Kabupaten Bogor Telepon/Faks. (021) 87907651 Kode Pos 16914 Cibinong E-mail : pa.cibinong@gmail.com KEPUTUSAN KETUA PENGADILAN AGAMA CIBINONG TENTANG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Perencanaan adalah suatu proses untuk menentukan tindakan masa depan yang tepat, melalui urutan pilihan, dengan memperhitungkan sumber daya yang tersedia. Dalam rangka

Lebih terperinci

IV. ANALISIS SITUASIONAL DAERAH PENELITIAN

IV. ANALISIS SITUASIONAL DAERAH PENELITIAN 92 IV. ANALISIS SITUASIONAL DAERAH PENELITIAN 4.1. Kota Bekasi dalam Kebijakan Tata Makro Analisis situasional daerah penelitian diperlukan untuk mengkaji perkembangan kebijakan tata ruang kota yang terjadi

Lebih terperinci

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS) Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Polewali Mandar

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS) Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Polewali Mandar BAB II PROFIL WILAYAH KAJIAN Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) adalah rangkaian analisis yang sistematis, menyeluruh dan partisipatif untuk memastikan bahwa prinsip pembangunan berkelanjutan telah

Lebih terperinci

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2016 BAB I PENDAHULUAN

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2016 BAB I PENDAHULUAN Lampiran I Peraturan Bupati Pekalongan Nomor : 17 Tahun 2015 Tanggal : 29 Mei 2015 RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2016 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemerintah

Lebih terperinci

(RPJMD) RPJMD) KABUPATEN BOGOR TAHUN PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN BOGOR

(RPJMD) RPJMD) KABUPATEN BOGOR TAHUN PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN BOGOR RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) RPJMD) KABUPATEN BOGOR TAHUN 2013-2018 PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN BOGOR 2014 RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) RPJMD) KABUPATEN BOGOR

Lebih terperinci

DAFTAR ISI BAB I. Pendahuluan BAB II. Gambaran Umum Kondisi Daerah BAB III. Gambaran Pengeloaan Keuangan Daerah Serta Kerangka Pendanaan

DAFTAR ISI BAB I. Pendahuluan BAB II. Gambaran Umum Kondisi Daerah BAB III. Gambaran Pengeloaan Keuangan Daerah Serta Kerangka Pendanaan DAFTAR ISI BAB I. Pendahuluan 1.1. Latar Belakang I-1 1.2. Dasar Hukum I-2 1.3. Hubungan Dokumen RPJMD dengan Dokumen Perencanaan I-5 Lainnya 1.4. Sistematika Penulisan I-8 1.5. Maksud dan Tujuan Penyusunan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Kabupaten Bogor Tahun 2012

KATA PENGANTAR. Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Kabupaten Bogor Tahun 2012 KATA PENGANTAR Alhamdulillah, segala puji dan syukur senantiasa kita panjatkan kepada Allah SWT, karena atas berkat rahmat dan hidayah-nya, maka Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP)

Lebih terperinci

Dalam rangka. akuntabel serta. Nama. Jabatan BARAT. lampiran. perjanjiann. ini, tanggungg. jawab kami. Pontianak, Maret 2016 P O N T I A N A K

Dalam rangka. akuntabel serta. Nama. Jabatan BARAT. lampiran. perjanjiann. ini, tanggungg. jawab kami. Pontianak, Maret 2016 P O N T I A N A K GUBERNUR KALIMANTAN BARAT PERJANJIANN KINERJA TAHUN 2016 Dalam rangka mewujudkan manajemen pemerintahann yang efektif, transparan dan akuntabel serta berorientasi pada hasil, yang bertanda tangan di bawah

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM DAERAH DAN ISU STRATEGIS... II-1

BAB II GAMBARAN UMUM DAERAH DAN ISU STRATEGIS... II-1 DAFTAR ISI DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... BAB I PENDAHULUAN... I-1 1.1 LATAR BELAKANG... I-1 2.1 MAKSUD DAN TUJUAN... I-2 1.2.1 MAKSUD... I-2 1.2.2 TUJUAN... I-2 1.3 LANDASAN PENYUSUNAN...

Lebih terperinci

BUPATI BANGKA SELATAN PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

BUPATI BANGKA SELATAN PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG BUPATI BANGKA SELATAN PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN BUPATI BANGKA SELATAN NOMOR 36 TAHUN 2016 TENTANG INDIKATOR KINERJA UTAMA PEMERINTAH DAERAH DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA

Lebih terperinci

BUPATI PACITAN PERATURAN BUPATI PACITAN NOMOR 10 TAHUN 2014 PERUBAHAN ATAS PERATURAN BUPATI PACITAN NOMOR 15.A TAHUN 2012

BUPATI PACITAN PERATURAN BUPATI PACITAN NOMOR 10 TAHUN 2014 PERUBAHAN ATAS PERATURAN BUPATI PACITAN NOMOR 15.A TAHUN 2012 BUPATI PACITAN PERATURAN BUPATI PACITAN NOMOR 10 TAHUN 2014 PERUBAHAN ATAS PERATURAN BUPATI PACITAN NOMOR 15.A TAHUN 2012 TENTANG PENETAPAN INDIKATOR KINERJA UTAMA PEMERINTAH KABUPATEN PACITAN TAHUN 2011

Lebih terperinci