Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download ""

Transkripsi

1

2

3

4

5

6

7

8

9 DAFTAR ISI DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... i v viii BAB I PENDAHULUAN... I Latar Belakang... I Dasar Hukum Penyusunan... I Hubungan Antar Dokumen... I Sistematika Penulisan... I Maksud dan Tujuan... I-9 BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH... II Aspek Geografi dan Demografi... II Aspek Kesejahteraan Masyarakat... II Fokus Kesejahteraan dan Pemerataan Ekonomi... II Fokus Kesejahteraan Masyarakat... II Fokus Seni Budaya dan Olahraga... II Aspek Pelayanan Umum... II Aspek Daya Saing Daerah... II Fokus Kemampuan Ekonomi Daerah... II Fokus Fasilitas Wilayah/Infrastruktur... II Fokus Iklim Berinvestasi... II Fokus Sumberdaya Manusia... II Penelahan RTRW... II Rencana Struktur Ruang... II Rencana Pola Ruang... II-41 BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN DAERAH... III Kinerja Keuangan Masa Lalu... III Kinerja Pelaksanaan APBD... III Neraca Daerah... III Kebijakan Pengelolaan Keuangan Masa Lalu... III Proporsi Penggunaan Anggaran... III Analisis Pembiayaan... III-34 RPJMD Kabupaten Bogor i

10 3.3. Kerangka Pendanaan... III Analisis Pengeluaran Periodik Wajib dan Mengikat Serta Prioritas Utama... III Proyeksi Tahun III Penghitungan Kerangka Pendanaan... III-41 BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS... IV Perumusan Permasalahan Pembangunan Daerah... IV Identifikasi Permasalahan untuk Penentuan Program Prioritas Pembangunan Daerah... IV Identifikasi Permasalahan untuk Pemenuhan Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan Daerah... IV Isu-Isu Strategis... IV-18 BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN... V Visi... V Misi... V Tujuan dan Sasaran... V-3 BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN... VI Strategi dan Arah Kebijakan Pencapaian Tujuan dan Sasaran Misi Kesatu (Meningkatkan Kesalehan Sosial dan Kesejahteraan Masyarakat)... VI Strategi dan Arah Kebijakan Pencapaian Tujuan dan Sasaran Misi Kedua (Meningkatkan Daya Saing Ekonomi Masyarakat dan Pengembangan Usaha Berbasis Sumberdaya Alam dan Pariwisata).. VI Strategi dan Arah Kebijakan Pencapaian Tujuan dan Sasaran Misi Ketiga (Meningkatkan integrasi, koneksitas, kualitas dan kuantitas infrastruktur wilayah dan pengelolaan lingkungan hidup yang berkelanjutan)... VI Strategi dan Arah Kebijakan Pencapaian Tujuan dan Sasaran Misi Keempat (Meningkatkan aksesibilitas dan kualitas penyelenggaraan pendidikan dan pelayanan kesehatan)... VI Strategi dan Arah Kebijakan Pencapaian Tujuan dan Sasaran Misi Kelima (Meningkatkan kinerja penyelenggaraan pemerintahan dan kerjasama antar daerah dalam kerangka tatakelola pemerintahan yang baik)... VI-16 RPJMD Kabupaten Bogor ii

11 BAB VII KEBIJAKAN UMUM DAN PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH... VII Kebijakan Umum... VII Arah Kebijakan dan Pelaksanaan Strategi... VII Arah Kebijakan Pelaksanaan Strategi Misi Kesatu... VII Arah Kebijakan Pelaksanaan Strategi Misi Kedua... VII Arah Kebijakan Pelaksanaan Strategi Misi Ketiga... VII Arah Kebijakan Pelaksanaan Strategi Misi Keempat... VII Arah Kebijakan Pelaksanaan Strategi Misi Kelima... VII Program Pembangunan Daerah... VII Program Pembangunan Urusan Pendidikan... VII Program Pembangunan Urusan Kesehatan... VII Program Pembangunan Urusan Lingkungan Hidup... VII Program Pembangunan Urusan Pekerjaan Umum... VII Program Pembangunan Urusan Tata Ruang... VII Program Pembangunan Urusan Perencanaan Pembangunan... VII Program Pembangunan Urusan Perumahan... VII Program Pembangunan Urusan Kepemudaan dan Olah Raga... VII Program Pembangunan Urusan Penanaman Modal... VII Program Pembangunan Urusan Koperasi dan UKM... VII Program Pembangunan Urusan Kependudukan dan Catatan Sipil... VII Program Pembangunan Urusan Ketenagakerjaan... VII Program Pembangunan Urusan Ketahanan Pangan... VII Program Pembangunan Urusan Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak... VII Program Pembangunan Urusan Keluarga Berencana dan Keluarga Sejahtera... VII Program Pembangunan Urusan Perhubungan... VII Program Pembangunan Urusan Komunikasi dan Informasi... VII Program Pembangunan Urusan Pertanahan... VII Program Pembangunan Urusan Kesatuan Bangsa dan Politik Dalam Negeri... VII Program Pembangunan Urusan Otonomi Daerah, Pemerintahan Umum, Administrasi Keuangan Daerah, Kepegawaian dan Persandian... VII-48 RPJMD Kabupaten Bogor iii

12 Program Pembangunan Urusan Pemberdayaan Masyarakat Desa... VII Program Pembangunan Urusan Sosial... VII Program Pembangunan Urusan Budaya... VII Program Pembangunan Urusan Statistik... VII Program Pembangunan Urusan Kearsipan... VII Program Pembangunan Urusan Perpustakaan... VII Program Pembangunan Urusan Kelautan dan Perikanan... VII Program Pembangunan Urusan Pertanian... VII Program Pembangunan Urusan Kehutanan... VII Program Pembangunan Urusan Energi dan Sumber Daya Mineral... VII Program Pembangunan Urusan Pariwisata... VII Program Pembangunan Urusan Industri... VII Program Pembangunan Urusan Perdagangan... VII Program Pembangunan Urusan Transmigrasi... VII-51 BAB VIII INDIKASI RENCANA PROGRAM PRIORITAS DAN PAGU... VIII Prioritas Pembangunan... VIII Indikasi Rencana Program Prioritas dan Pagu... VIII Penciri Termaju... VIII Program Inovasi dan Janji Bupati... VIII-38 BAB IX PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH... IX-1 BAB X PEDOMAN TRANSISI DAN KAIDAH PELAKSANAAN... X Pedoman Transisi... X Kaidah Pelaksanaan... X-1 BAB XI PENUTUP... XI-1 RPJMD Kabupaten Bogor iv

13 DAFTAR TABEL 2.1. PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Kabupaten Bogor menurut Lapangan Usaha Tahun (Juta Rupiah)... II PDRB Atas Dasar Harga Konstan 2000 Kabupaten Bogor menurut Lapangan Usaha Tahun (Juta Rupiah)... II Realisasi Indikator Kesejahteraan Masyarakat Kabupaten Bogor Tahun II Perkembangan Koperasi di Kabupaten Bogor Tahun II Kebijakan dan Strategi Penataan Ruang... II Pembagian Wilayah... II Sistem Pusat Kegiatan... II Rencana Pengembangan Sistem Jaringan Prasarana Wilayah... II Fungsi Kawasan Strategis... II Target Pendapatan Daerah Kabupaten Bogor Tahun III Realisasi Pendapatan Daerah Kabupaten Bogor Tahun III Target Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Bogor Tahun III Realisasi Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Bogor Tahun III Target Pajak Daerah Kabupaten Bogor Tahun III Realisasi Pajak Daerah Kabupaten Bogor Tahun III Rata-rata Target Komposisi Komponen Pajak Daerah Tahun III Rencana Anggaran Perkembangan Jumlah Retribusi Daerah di Kabupaten Bogor Berdasarkan Kelompok/Jenis Retribusi Daerah Tahun III Realisasi Anggaran Perkembangan Jumlah Retribusi Daerah di Kabupaten Bogor Berdasarkan Kelompok/Jenis Retribusi Daerah Tahun III Prosentase Realisasi Target Retribusi Daerah Kabupaten Bogor Tahun III Target Retribusi Jasa Umum Daerah Kabupaten Bogor Tahun III Realisasi Retribusi Jasa Umum Daerah Kabupaten Bogor Tahun III-13 RPJMD Kabupaten Bogor v

14 3.13. Target Retribusi Jasa Usaha Kabupaten Bogor Tahun III Realisasi Retribusi Jasa Usaha Kabupaten Bogor Tahun III Target Retribusi Perijinan Tertentu Kabupaten Bogor Tahun III Realisasi Retribusi Perijinan Tertentu Kabupaten Bogor Tahun III Target Penerimaan Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah Yang Dipisahkan (Deviden) Kabupaten Bogor Tahun III Realisasi Penerimaan Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah Yang Dipisahkan (Deviden) Kabupaten Bogor Tahun III Target Penerimaan Lain-Lain PAD yang Sah Tahun III Realisasi Penerimaan Lain-Lain PAD yang Sah Tahun III Target Penerimaan Dana Perimbangan Kabupaten Bogor Tahun III Realisasi Penerimaan Dana Perimbangan Kabupaten Bogor Tahun III Target Penerimaan Lain-Lain Pendapatan Daerah Yang Sah Kabupaten Bogor Tahun III Realisasi Penerimaan Lain-Lain Pendapatan Daerah Yang Sah Kabupaten Bogor Tahun III Anggaran Belanja Daerah Kabupaten Bogor Tahun III Realisasi Belanja Daerah Kabupaten Bogor Tahun III Presentase Realisasi Belanja Daerah Kabupaten Bogor Tahun III Proporsi Jenis Belanja Langsung terhadap Total Realisasi Belanja Langsung Tahun III Target Belanja Daerah Kabupaten Bogor Berdasarkan Urusan Pemerintahan Tahun III Realisasi Belanja Daerah Kabupaten Bogor Berdasarkan Urusan Pemerintahan Tahun III Porsentase Belanja Urusan Wajib dan Urusan Pilihan Terhadap Total Belanja Daerah... III Perkembangan Rencana Pembiayaan Tahun III Perkembangan Realisasi Pembiayaan Tahun III-24 RPJMD Kabupaten Bogor vi

15 3.34. Rata-rata Pertumbuhan Neraca Daerah Pemerintah Kabupaten Bogor Tahun III Analisis Rasio Keuangan Pemerintah Kabupaten Bogor Tahun III Analisis Proporsi Belanja Pemenuhan Kebutuhan Aparatur Pemerintah Kabupaten Bogor Tahun III Pengeluaran Periodik, Wajib dan Mengikat serta Prioritas Utama Kabupaten Bogor Tahun III Defisit Riil Anggaran Pemerintah Kabupaten Bogor Tahun III Komposisi Penutup Defisit Riil Anggaran Pemerintah Kabupaten Bogor Tahun III Realisasi Sisa Lebih Perhitungan Anggaran (SILPA) Pemerintah Kabupaten Bogor Tahun III Sisa Lebih (riil) Pembiayaan Anggaran Tahun Kabupaten Bogor... III Pengeluaran Periodik, Wajib dan Mengikat serta Prioritas Utama Kabupaten Bogor Tahun III Proyeksi Belanja dan Pengeluaran Pembiayaan yang Wajib dan Mengikat serta Prioritas Utama Kabupaten Bogor III Proyeksi Pendapatan Daerah Kabupaten Bogor Tahun III Proyeksi Defisit/Surplus APBD Kabupaten Bogor Tahun III Proyeksi Kapasitas Riil Kemampuan Keuangan Daerah Kabupaten Bogor Untuk Pendanaan Pembangunan Daerah Pada Kurun Tahun III Kerangka Pendanaan Alokasi Kapasitas Riil Keuangan Daerah... III Visi, Misi, Tujuan dan Sasaran Kabupaten Bogor Tahun V Sinergi RPJMD Kabupaten Bogor dengan RPJMN dan RPJMD Propinsi Jawa Barat... VIII Prioritas Program janji Bupati... VIII Rencana Pencapaian Indikator Makro Kabupaten Bogor Tahun IX Penetapan Indikator Kinerja Daerah terhadap Capaian Kinerja Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan... IX-3 RPJMD Kabupaten Bogor vii

16 DAFTAR GAMBAR 1.1. Hubungan Antara Penyelarasan RPJMD dengan Dokumen Perencanaan Lainnya... I LPE Kabupaten Bogor Tahun (%)... II PDRB Perkapita per Tahun Kabupaten Bogor Tahun (juta rupiah)... II Peta Rencana Struktur Ruang... II Peta Rencana Wilayah Pengembangan Dan Kawasan Strategis... II Peta Rencana Pola Ruang... II Peta Rencana Tata Ruang Wilayah... II Rata-Rata Komposisi (prosentase) Pendapatan Daerah Kabupaten Bogor Tahun III Rata-Rata Komposisi (prosentase) Pendapatan Daerah Kabupaten Bogor Tahun III Rata-Rata Komposisi prosentase PAD Kabupaten Bogor Tahun III Sinergi RPJMD Kabupaten Bogor dengan RPJMN dan RPJMD Propinsi Jawa Barat... VIII-2 RPJMD Kabupaten Bogor viii

17 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah memberikan kewenangan yang lebih besar kepada daerah untuk mengatur dan mengurus pemerintahannya sendiri. Pemberian kewenangan dimaksudkan agar daerah dapat meningkatkan pelayanan dan kesejahteraan masyarakat yang didukung dengan penyelenggaraan tata pemerintahan yang baik ( good governance). Upaya peningkatan pelayanan dan kesejahteraan masyarakat dimaksud dilaksanakan melalui prinsip-prinsip transparansi, partisipasi dan akuntabilitas. Masa bakti Bupati/Wakil Bupati Bogor periode telah berakhir di penghujung tahun Selanjutnya sesuai dengan amanat undang-undang, Bupati/Wakil Bupati Bogor terpilih periode yaitu pasangan Drs. H. Rachmat Yasin, MM dan Hj. Nurhayanti, SH, MM, M.Si yang dilantik pada tanggal 30 Desember 2013 wajib menyusun Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Bogor Tahun Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Bogor Tahun adalah dokumen perencanaan pembangunan daerah 5 (lima) tahunan yang menjabarkan visi, misi dan program Bupati/Wakil Bupati terpilih. Untuk mencapai tujuan pembangunan daerah, maka visi, misi dan program tersebut dijabarkan melalui strategi pembangunan daerah berupa kebijakan dan program pembangunan, beserta kerangka pendanaan pembangunan serta kaidah pelaksanaannya. Walaupun undang-undang secara jelas menyatakan bahwa pemerintah daerah mempunyai kewenangan untuk mengatur dan mengurus pemerintahannya sendiri, namun dalam penyusunan perencanaan pembangunan daerah tetap harus memperhatikan antara perencanaan pembangunan pemerintah pusat, provinsi, kabupaten/kota dan antar pemerintah daerah, sehingga pencapaian tujuan pembangunan daerah mendukung pencapaian tujuan pembangunan nasional salah satunya yaitu tercapainya target kesejahteraan masyarakat pada tahun 2015 yang disebut Millenium Development Goals (MDGs). Aspek hubungan tersebut memperhatikan kewenangan yang diberikan, baik yang terkait dengan hubungan sumber daya alam dan sumber daya lainnya, pelayanan umum maupun keuangan, sebagaimana ditetapkan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah Pusat, Pemerintahan Daerah Provinsi dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota. RPJMD Kabupaten Bogor I - 1

18 Dalam rangka perencanaan pembangunan nasional, pemerintah daerah harus memperhatikan kewenangan yang diberikan oleh pemerintah pusat dan struktur tata pemerintahan. Oleh karena itu tujuan dan sasaran pembangunan daerah harus memperhatikan permasalahan yang menjadi lingkup nasional maupun amanat pembangunan yang diberikan oleh pemerintah pusat. Alokasi sumber daya daerah harus mendukung penyelesaian masalah nasional maupun penyelesaian masalah yang ada di daerah masing-masing. Oleh karena itu sebagai dokumen perencanaan pembangunan daerah, RPJMD Kabupaten Bogor Tahun merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari sistem perencanaan pembangunan nasional. RPJMD merupakan penjabaran dari visi misi dan program Kepala Daerah yang dalam penyusunannya berpedoman pada Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) dan Kabupaten Bogor Tahun , Rencana Tata Ruang Wilayah Tahun , dan memperhatikan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Provinsi Jawa Barat Tahun serta Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Bogor Tahun disusun berdasarkan beberapa pendekatan sebagai berikut: 1. Pendekatan teknokratik, pendekatan ini dilaksanakan dengan menggunakan metode dan kerangka berfikir ilmiah untuk mencapai tujuan dan sasaran pembangunan daerah; 2. Pendekatan partisipatif, pendekatan ini dilaksanakan dengan melibatkan seluruh pemangku kepentingan ( stakeholders) terhadap pembangunan. Pelibatan ini adalah untuk mendapatkan aspirasi dan menciptakan rasa memiliki terhadap dokumen perencanaan pembangunan daerah serta menciptakan konsensus atau kesepakatan pada semua tahapan penting pengambilan keputusan; 3. Pendekatan atas-bawah ( top-down) dan bawah-atas ( bottom-up), pendekatan atas-bawah dan bawah-atas dilaksanakan menurut jenjang pemerintahan. Rencana hasil proses atas-bawah dan bawah-atas tersebut diselaraskan melalui musyawarah yang dilaksanakan baik ditingkat nasional, provinsi, kabupaten/ kota, kecamatan serta desa/kelurahan, sehingga tercipta sinkronisasi dan sinergi pencapaian sasaran rencana pembangunan nasional dan rencana pembangunan daerah; 4. Pendekatan politik, pendekatan ini memandang bahwa pemilihan kepala daerah adalah proses penyusunan rencana, karena rakyat pemilih menentukan pilihannya berdasarkan program-program pembangunan yang ditawarkan para calon kepala daerah. Oleh karena itu, rencana pembangunan adalah penjabaran RPJMD Kabupaten Bogor I - 2

19 dari agenda-agenda pembangunan yang ditawarkan kepala daerah saat kampanye ke dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Bogor Tahun disusun melalui tahapan perencanaan partisipatif dengan mengedepankan proses evaluasi, proyeksi dan analisis terhadap faktor-faktor internal dan eksternal yang berpengaruh secara langsung maupun tidak langsung terhadap pembangunan daerah Kabupaten Bogor. 1.2 Dasar Hukum Penyusunan Dasar hukum yang dijadikan pedoman dan secara langsung terkait dengan penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Bogor Tahun adalah sebagai berikut : 1. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah-Daerah Kabupaten dalam Lingkungan Propinsi Djawa Barat (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 1950 Nomor 8) sebagaimana telah diubah dengan Undang- Undang Nomor 4 Tahun 1968 tentang Pembentukan Kabupaten Purwakarta dan Kabupaten Subang dengan Mengubah Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah-Daerah Kabupaten dalam Lingkungan Propinsi Djawa Barat (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1968 Nomor 31, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2851); 2. Undang-undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggara Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3851); 3. Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286); 4. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2003 tentang Susunan dan Kedudukan Majelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah; 5. Undang-undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4355); 6. Undang-undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan PerUndang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4389); RPJMD Kabupaten Bogor I - 3

20 7. Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lem baran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 164, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4421); 8. Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah diubah beberapa kali, terakhir dengan Undang-undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua atas Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahu n 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844); 9. Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438); 10. Undang-undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 33, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4700); 11. Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4725); 12. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah (Le mbaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4578); 13. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737); 14. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun Nomor 89, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4741); 15. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2008 tentang Pedoman Evaluasi Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 19, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4815); RPJMD Kabupaten Bogor I - 4

21 16. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 21, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4817); 17. Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 48, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4725); 18. Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2008 tentang Penataan Ruang Kawasan Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi, Puncak, Cianjur; 19. Peraturan Presiden Nomor 5 Tahun 2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun ; 20. Peraturan Menteri Dalam Negeri No 54 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 517); 21. Peraturan Bersama Menteri Dalam Negeri Nomor 28 tahun 2010, Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional Nomor 0199/M.PPN/04/2010 dan Menteri Keuangan Nomor PMK.95/PMK.07/2010 tentang Penyelarasan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) dengan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) ; 22. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 25 Tahun 2013 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Provinsi Jawa Barat Tahun ; 23. Peraturan Daerah Kabupaten Bogor Nomor 7 Tahun 2008 tentang Urusan Pemerintahan yang Menjadi Kewenangan Pemerintahan Daerah (Lembaran Daerah Kabupaten Bogor Tahun 2008 Nomor 7); 24. Peraturan Daerah Kabupaten Bogor Nomor 19 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Bogor Tahun (Lembaran Daerah Kabupaten Bogor Tahun 2008 Nomor 19); 25. Peraturan Daerah Kabupaten Bogor Nomor 27 Tahun 2008 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kabupaten Bogor Tahun (Lembaran Daerah Kabupaten Bogor Tahun 2008 Nomor 27); 26. Peraturan Daerah Kabupaten Bogor Nomor 8 Tahun 2009 tentang Pokok-Pokok Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Daerah Kabupaten Bogor Tahun 2009 Nomor 8, Tambahan Lembaran Daerah Nomor 37). RPJMD Kabupaten Bogor I - 5

22 1.3 Hubungan Antar Dokumen Dalam kaitan dengan sistem perencanaan pembangunan sebagaimana yang telah diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004, maka keberadaan RPJMD Kabupaten Bogor merupakan satu bagian yang utuh dari manajemen kerja di lingkungan Pemerintah Kabupaten Bogor khususnya dalam menjalankan agenda pembangunan yang telah tertuang dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) maupun Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Bogor , serta dari keberadaannya akan dijadikan sebagai pedoman bagi Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) untuk penyusunan Renstra SKPD. Selanjutnya, untuk setiap tahun selama periode perencanaan akan dijabarkan dalam bentuk Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Kabupaten Bogor sebagai acuan bagi SKPD untuk menyusun Rencana Kerja (Renja) SKPD. Dalam kaitan dengan sistem keuangan sebagaimana yang diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003, maka penjabaran RPJMD ke dalam RKPD Kabupaten Bogor untuk setiap tahunnya, akan menjadi pedoman bagi penyusunan Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (RAPBD) Kabupaten Bogor pada setiap tahun anggaran. Gambaran tentang hubungan antara RPJMD Kabupaten Bogor Tahun dengan dokumen perencanaan lainnya, baik dalam kaitan dengan sistem perencanaan pembangunan maupun dengan sistem keuangan adalah sebagaimana ditunjukan pada Gambar 1.1. Gambar 1.1. Hubungan Antara Penyelarasan RPJMD dengan Dokumen Perencanaan Lainnya RPJMD Kabupaten Bogor I - 6

23 1.4 Sistematika Penulisan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Bogor Tahun disusun berdasarkan sistematika sebagai berikut: BAB I. PENDAHULUAN Menjelaskan gambaran umum penyusunan RPJMD agar substansi pada bab-bab berikutnya dapat dipahami dengan baik, meliputi latar belakang, dasar hukum penyusunan, hubungan antar dokumen, sistematika penulisan, serta maksud dan tujuan. BAB II. GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH Menjelaskan secara logis dasar-dasar analisis, gambaran umum kondisi daerah yang meliputi aspek geografi dan demografi serta indikator kinerja penyelenggaraan pemerintah daerah. BAB III. GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN Menyajikan gambaran hasil pengolahan data dan analisis terhadap pengelolaan keuangan daerah. BAB IV. ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS Memuat permasalahan pembangunan daerah dan berbagai isu strategis yang akan menentukan kinerja pembangunan 5 (lima) tahun ke depan. BAB V. VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN Menjelaskan visi dan misi Pemerintah Daerah Kabupaten Bogor untuk kurun waktu 5 (lima) tahun ke depan, serta tujuan dan sasaran setiap misi pembangunan. BAB VI. STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN Memuat dan menjelaskan strategi yang dipilih dalam mencapai tujuan dan sasaran serta arah kebijakan dari setiap strategi terpilih. BAB VII. KEBIJAKAN UMUM DAN PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH Memuat kebijakan umum dan keterkaitan antara sasaran masing-masing misi dengan strategi yang dipilih, arah kebijakan, indikator kinerja dan program pembangunan daerah. BAB VIII. INDIKASI RENCANA PROGRAM PRIORITAS YANG DISERTAI KEBUTUHAN PENDANAAN RPJMD Kabupaten Bogor I - 7

24 Menguraikan program prioritas Bupati, dan hubungan urusan pemerintah dengan SKPD terkait, beserta program yang menjadi tanggung jawab SKPD dan pencapaian target indikator kinerja pada akhir periode perencanaan dibandingkan dengan pencapaian indikator kinerja pada awal periode perencanaan yang disertai kebutuhan pendanaan. Selain itu disajikan pula indikator 25 penciri yang merupakan top priority pembangunan Kabupaten Bogor 5 (lima) tahun kedepan. BAB IX. PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH Memuat indikator kinerja daerah yang dapat memberikan gambaran tentang ukuran keberhasilan pencapaian visi dan misi Bupati dan Wakil Bupati pada akhir periode masa jabatan. Hal ini ditunjukan dari akumulasi pencapaian indikator outcome program pembangunan daerah setiap tahun atau indikator capaian yang bersifat mandiri setiap tahun sehingga kondisi kinerja yang diinginkan pada akhir periode RPJMD dapat dicapai. BAB X. PEDOMAN TRANSISI DAN KAIDAH PELAKSANAAN Memuat pedoman transisi untuk menjaga kesinambungan pembangunan dan mengisi kekosongan Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) setelah RPJMD periode berakhir serta kaidah pelaksanaan RPJMD. BAB XI. PENUTUP Pada Bab ini memuat ringkasan atau kesimpulan dari rencana pembangunan Kabupaten Bogor dilengkapi dengan target pencapaian kinerja akhir periode perencanaan yaitu pada tahun Maksud dan Tujuan Maksud penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Bogor Tahun adalah untuk menggambarkan perencanaan pembangunan lima tahunan Kabupaten Bogor yang akan dijadikan pedoman bagi seluruh pemangku kepentingan, baik bagi Pemerintah Daerah, masyarakat dan dunia usaha dalam membangun kesepahaman, kesepakatan dan komitmen bersama guna mewujudkan cita-cita dan tujuan pembangunan daerah Kabupaten Bogor secara berkesinambungan. Adapun tujuan penyusunan RPJMD Kabupaten Bogor Tahun adalah : 1. Menjabarkan visi, misi dan program kepala daerah terpilih sekaligus menetapkannya menjadi visi, misi dan program pembangunan Kabupaten Bogor; 2. Menjadi pedoman penyusunan Rencana Strategis (Renstra) Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD), Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD), Rencana Kerja (Renja) RPJMD Kabupaten Bogor I - 8

25 SKPD, Kebijakan Umum APBD (KUA), serta Prioritas dan Plafon Anggaran Sementara (PPAS) APBD Kabupaten Bogor; 3. Menjadi sarana untuk menampung aspirasi masyarakat dan membangun konsensus antar stakeholders dalam menentukan arah pembangunan Kabupaten Bogor selama lima tahun mendatang. RPJMD Kabupaten Bogor I - 9

26 BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 2.1. Aspek Geografi dan Demografi Wilayah Kabupaten Bogor memiliki luas ± ,304 Ha, secara geografis terletak di antara 6º18'0" - 6º47'10" Lintang Selatan dan 106º23'45" - 107º13'30" Bujur Timur, dengan batas-batas wilayahnya : - Sebelah Utara, berbatasan dengan Kota Tangerang Selatan, Kabupaten Tangerang, Kota Depok, Kabupaten dan Kota Bekasi; - Sebelah Barat, berbatasan dengan Kabupaten Lebak; - Sebelah Timur, berbatasan dengan Kabupaten Karawang, Kabupaten Cianjur dan Kabupaten Purwakarta; - Sebelah Selatan, berbatasan dengan Kabupaten Sukabumi dan Kabupaten Cianjur; - Bagian Tengah berbatasan dengan Kota Bogor. Kabupaten Bogor memiliki tipe morfologi wilayah yang bervariasi, dari dataran yang relatif rendah di bagian utara hingga dataran tinggi di bagian selatan, yaitu sekitar 29,28% berada pada ketinggian meter di atas permukaan laut (dpl), 42,62% berada pada ketinggian meter dpl, 19,53% berada pada ketinggian meter dpl, 8,43% berada pada ketinggian meter dpl dan 0,22% berada pada ketinggian meter dpl. Selain itu, kondisi morfologi Kabupaten Bogor sebagian besar berupa dataran tinggi, perbukitan dan pegunungan dengan batuan penyusunnya didominasi oleh hasil letusan gunung, yang terdiri dari andesit, tufa dan basalt. Gabungan batu tersebut termasuk dalam sifat jenis batuan relatif lulus air dimana kemampuannya meresapkan air hujan tergolong besar. Jenis pelapukan batuan ini relatif rawan terhadap gerakan tanah bila mendapatkan siraman curah hujan yang tinggi. Selanjutnya, jenis tanah penutup didominasi oleh material vulkanik lepas agak peka dan sangat peka terhadap erosi, antara lain Latosol, Aluvial, Regosol, Podsolik dan Andosol. Oleh karena itu, beberapa wilayah rawan terhadap tanah longsor. Secara klimatologis, wilayah Kabupaten Bogor termasuk iklim tropis sangat basah di bagian selatan dan iklim tropis basah di bagian utara, dengan rata-rata curah hujan tahunan mm/tahun, kecuali di wilayah bagian utara dan sebagian kecil wilayah timur curah hujan kurang dari mm/tahun. Suhu rata-rata di wilayah Kabupaten Bogor adalah C, dengan rata-rata tahunan sebesar 25 C. Kelembaban udara 70% dan kecepatan angin cukup rendah, dengan rata rata 1,2 m/detik dengan evaporasi di daerah terbuka rata rata sebesar 146,2 mm/bulan. RPJMD Kabupaten Bogor II - 1

27 Sedangkan secara hidrologis, wilayah Kabupaten Bogor terbagi ke dalam 8 buah Daerah Aliran Sungai (DAS) yaitu: (1) DAS Cidurian; (2) DAS Cimanceuri; (3) DAS Cisadane; (4) DAS Ciliwung; (5) DAS Cileungsi; (6) DAS Cikarang; (7) DAS Cibeet; (8) DAS Ciberang. Selain itu juga terdapat 32 jaringan irigasi pemerintah, 900 jaringan irigasi pedesaan, 95 situ dan 201 mata air. Secara administratif, Kabupaten Bogor terdiri dari 40 kecamatan yang di dalamnya meliputi 417 desa dan 17 kelurahan (434 desa/kelurahan), yang tercakup dalam RW dan RT. Pada tahun 2012 telah dibentuk 4 (empat) desa baru, yaitu Desa Pasir Angin Kecamatan Megamendung, Desa Urug dan Desa Jayaraharja Kecamatan Sukajaya serta Desa Mekarjaya Kecamatan Rumpin. Luas wilayah Kabupaten Bogor berdasarkan pola penggunaan tanah dikelompokkan menjadi: sawah irigasi/tadah hujan seluas ,37 ha (22,89%), kebun campuran seluas ,17 ha (21,07%), semak belukar seluas ,49 ha (17,20%), hutan seluas ,7 ha (13,58%), permukiman seluas ha (13,35%), ladang/tegalan seluas ha 11,06% serta selebihnya berupa badan air dan rawa. Secara umum, kondisi demografis Kabupaten Bogor dapat digambarkan bahwa penduduk Kabupaten Bogor berdasarkan estimasi Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2013 berjumlah jiwa (angka sementara), yang terdiri dari penduduk laki-laki jiwa dan penduduk perempuan jiwa. Jumlah penduduk tersebut hasil proyeksi penduduk dengan asumsi laju pertumbuhan penduduk sebesar 2,44 persen dibanding tahun Angka ini merupakan laju pertumbuhan penduduk proyeksi selama kurun waktu 1 tahun (hasil proyeksi dari tahun 2012) Aspek Kesejahteraan Masyarakat Fokus Kesejahteraan dan Pemerataan Ekonomi Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga berlaku di Kabupaten Bogor pada tahun 2013 diprediksi mencapai Rp. 109,67 trilyun atau mengalami peningkatan sebesar 14,35 persen dari tahun sebelumnya. RPJMD Kabupaten Bogor II - 2

28 Tabel 2.1. PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Kabupaten Bogor Menurut Lapangan Usaha Tahun (Juta Rupiah) NO. LAPANGAN USAHA 2012*) 2013**) Distribusi (%) Pertumbuh (1) (2) (3) (4) (5) (6) an (%) I SEKTOR PRIMER , ,48 5,63 24,82 1 Pertanian, Peternakan, Kehutanan, dan Perikanan , ,97 4,10 25,33 2 Pertambangan & Penggalian , ,52 1,53 23,46 II SEKTOR SEKUNDER , ,57 65,00 11,32 3 Industri Pengolahan , ,95 57,62 10,57 4 Listrik, Gas dan Air , ,52 2,85 11,36 5 Konstruksi , ,11 4,53 21,68 III SEKTOR TERSIER , ,39 29,37 19,65 6 Perdagangan, Hotel & Restoran , ,11 20,67 22,20 7 Pengangkutan & Komunikasi , ,38 4,26 16,78 8 Keuangan, Persewaan &Jasa Perusahaan , ,54 1,47 13,84 9 Jasa-jasa , ,36 2,98 10,37 PDRB KABUPATEN BOGOR , ,45 100,00 14,35 Catatan: *) = Angka Perbaikan **) = Angka Sementara Dari Tabel 2.1. sektor ekonomi yang menunjukkan Nilai Tambah Bruto (NTB) terbesar adalah sektor industri pengolahan yang mencapai Rp. 63,17 trilyun atau memiliki andil sebesar 57,60 persen terhadap total PDRB. Berikutnya sektor perdagangan, hotel dan restoran sebesar Rp.18,55 trilyun (19,34 persen). Sedangkan sektor yang memiliki peranan relatif kecil adalah sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan sebesar Rp.1,58 trilyun (1,44 persen). Pengelompokan sembilan sektor ekonomi dalam PDRB menjadi tiga sektor yaitu sektor primer, sekunder dan tersier, menunjukkan bahwa kelompok sektor sekunder masih mendominasi dalam penciptaan nilai tambah di Kabupaten Bogor. Total Nilai Tambah Bruto (NTB) atas dasar harga berlaku dari kelompok sektor sekunder pada tahun 2013 mencapai Rp.71,26 trilyun, atau meningkat 11,28 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Pada kelompok sektor tersier mengalami peningkatan sebesar 19,74 persen yaitu dari Rp.26,92 trilyun pada tahun 2012 menjadi Rp.32,23 trilyun pada tahun Sedangkan kelompok primer meningkat sebesar 24,82 persen atau dari Rp. 4,95 trilyun pada tahun 2012 menjadi Rp. 6,17 trilyun pada tahun RPJMD Kabupaten Bogor II - 3

29 Tabel 2.2. PDRB Atas Dasar Harga Konstan 2000 Kabupaten Bogor Menurut Lapangan Usaha Tahun (Juta Rupiah) NO. LAPANGAN USAHA 2012*) 2013**) Distribusi (%) Pertumbuh (1) (2) (3) (4) (5) (6) an (%) I SEKTOR PRIMER , ,45 5,63 9,10 1 Pertanian, Peternakan, Kehutanan, dan Perikanan , ,29 4,54 9,39 2 Pertambangan & Penggalian , ,15 1,09 7,91 II SEKTOR SEKUNDER , ,25 67,30 4,78 3 Industri Pengolahan , ,59 60,07 4,45 4 Listrik, Gas dan Air , ,92 3,56 3,99 5 Konstruksi , ,73 3,67 11,30 III SEKTOR TERSIER , ,17 27,07 8,60 6 Perdagangan, Hotel & Restoran , ,02 18,14 9,89 7 Pengangkutan & Komunikasi , ,71 3,20 8,60 8 Keuangan, Persewaan &Jasa Perusahaan , ,03 1,81 5,80 9 Jasa-jasa , ,41 3,92 4,23 PDRB KABUPATEN BOGOR , ,87 100,00 6,03 Catatan: *) = Angka Perbaikan **) = Angka Sementara Berdasarkan harga konstan 2000, PDRB atas harga konstan tahun 2013 diprediksi mengalami peningkatan sebesar 6,03 persen, yaitu dari Rp. 36,53 triliun pada tahun 2012 naik menjadi Rp. 38,73 triliun pada tahun Kinerja kelompok sektor primer tahun 2013 menunjukkan peningkatan sebesar 9,10 persen dari tahun sebelumnya, kelompok sektor sekunder meningkat 4,78 persen, dan kelompok sektor tersier mengalami peningkatan sebesar 8,60 persen. Tabel 2.2 menunjukkan nilai PDRB atas dasar harga konstan Kabupaten Bogor beserta distribusi dan pertumbuhannya pada tahun 2012 dan Tabel 2.2. menunjukkan bahwa kinerja perekonomian tertinggi dicapai oleh sektor konstruksi yang mendorong pertumbuhan sebesar 11,30 persen. Terlaksananya berbagai pembangunan infrastruktur serta kemudahan dan adanya subsidi bunga kepemilikian rumah meningkatkan kinerja perekonomian sektor konstruksi. Kinerja yang cukup tinggi juga ditunjukkan pada sektor perdagangan, hotel dan restoran yang mencapai 9,89 persen. Kinerja sektor ini didukung oleh kinerja subsektor perdagangan yang mencapai 9,99 persen karena adanya peningkatan output berbagai barang dan jasa di Kabupaten Bogor. Sektor pertanian, peternakan, kehutanan dan perikanan juga menunjukkan kinerja yang membaik jika dibandingkan tahun sebelumnya. Pada tahun 2013, sektor ini tumbuh sebesar 9,39 persen yang didorong oleh program revitalisasi pertanian yang dilaksanakan oleh pemerintah mulai memperlihatkan hasil yang menggembirakan. RPJMD Kabupaten Bogor II - 4

30 Berdasarkan time series dari tahun , terlihat bahwa secara umum pertumbuhan ekonomi Kabupaten Bogor berada pada kisaran 4-6 persen. Terjadi perlambatan pertumbuhan pada tahun 2009 yang disebabkan oleh krisis keuangan global pada tahun 2008 yang dampaknya dirasakan oleh perekonomian Kabupaten Bogor. Pertumbuhan yang sempat melambat ini kemudian meningkat kembali pada tahun-tahun berikutnya. Laju Pertumbuhan Ekonomi (LPE) Kabupaten Bogor pada tahun 2013 diprediksi akan tumbuh sebesar 6,03 persen, meningkat jika dibandingkan dengan pertumbuhan tahun 2012 yang tumbuh sebesar 5,99 persen. Peningkatan ini hampir menyamai laju pertumbuhan ekonomi pada tahun 2007 yang mencapai 6,04. Pertumbuhan ekonomi yang cukup baik diperlukan untuk menjaga stabilitas ekonomi dan penciptaan lapangan kerja. Laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Bogor selama periode ditunjukkan pada Gambar ,50 6,00 5,50 5,58 5,85 5,95 6,04 5,58 5,96 5,99 6,03 5,00 4,84 5,09 4,50 4,50 4,00 3,94 4,14 3,50 Catatan : *) Angka Perbaikan **) Angka Sementara Gambar 2.1. LPE Kabupaten Bogor Tahun (%) Indikator yang sering digunakan untuk menggambarkan tingkat kemakmuran masyarakat secara makro salah satunya adalah pendapatan per kapita per tahun. Semakin tinggi pendapatan yang diterima penduduk di suatu wilayah maka tingkat kesejahteraan di wilayah bersangkutan dapat dikatakan bertambah baik. PDRB per kapita dapat dijadikan pendekatan untuk indikator pendapatan per kapita. Gambar 2.2. memperlihatkan PDRB perkapita Kabupaten Bogor atas dasar harga berlaku dan konstan. RPJMD Kabupaten Bogor II - 5

31 25,00 20,00 17,09 19,22 21,45 15, ,00 7,10 7,32 7, ,00 - berlaku konstan Gambar 2.2. PDRB Perkapita per Tahun Kabupaten Bogor Tahun (juta rupiah) Gambar 2.2. memperlihatkan PDRB perkapita Kabupaten Bogor atas dasar harga berlaku mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Pada tahun 2013, PDRB per kapita atas dasar harga berlaku naik menjadi Rp. 21,45 juta dari tahun sebelumnya Rp. 19,22 juta perkapita. Hal ini berarti terjadi kenaikan pendapatan perkapita sebesar 11,63 persen pada tahun Peningkatan PDRB per kapita di atas, masih belum menggambarkan secara riil kenaikan daya beli masyarakat di Kabupaten Bogor secara umum. Hal ini disebabkan pada PDRB per kapita yang dihitung berdasarkan PDRB atas dasar harga berlaku masih terkandung faktor inflasi yang sangat berpengaruh terhadap daya beli masyarakat. Untuk mengamati perkembangan daya beli masyarakat secara riil dapat digunakan PDRB per kapita yang dihitung atas dasar harga konstan. Bila dilihat atas dasar harga konstan, PDRB per kapita atas dasar harga konstan naik menjadi Rp. 7,58 juta dari tahun sebelumnya Rp. 7,32 juta perkapita. Hal ini berarti terjadi kenaikan pendapatan perkapita sebesar 3,49 persen pada tahun Jika dibandingkan kenaikan PDRB atas harga berlaku dan konstan, maka kenaikan PDRB perkapita atas harga berlaku mencatatkan peningkatan yang lebih besar dibandingkan harga konstan. Hal ini disebabkan pengaruh kenaikan harga-harga barang dan jasa. Selain realisasi dari kondisi ekonomi sebagaimana telah dikemukakan di atas, indikator lain untuk melihat taraf kesejahteraan masyarakat yang biasa digunakan adalah Indeks Pembangunan Manusia (IPM) dan Jumlah Penduduk Miskin. RPJMD Kabupaten Bogor II - 6

32 Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat prediksi pencapaian dari indikator Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Kabupaten Bogor pada ta hun 2013 adalah sebagai berikut: 1. Realisasi Indeks Pembangunan Manusia (IPM) komposit Kabupaten Bogor mencapai 73,45 poin. Kondisi ini menunjukkan bahwa realisasinya lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2012 yaitu sebesar 73,08 poin. Hal ini disebabkan adanya peningkatan realisasi dari seluruh komponen IPM, baik komponen pendidikan (angka melek huruf dan rata -rata lama sekolah), kesehatan (angka harapan hidup) maupun komponen ekonomi (kemampuan daya beli masyarakat). Angka IPM sebesar 73,45 poin di atas, sesuai dengan klasifikasi UNDP termasuk dalam kelompok masyarakat sejahtera menengah atas, namun belum termasuk dalam kelompok masyarakat sejahtera atas; 2. Prediksi dan realisasi komponen pembentuk IPM berdasarkan estimasi BPS yaitu: a. Angka Harapan Hidup (AHH) diprediksi sebesar 70 tahun, lebih tinggi dari realisasi tahun 2012 sebesar 69,70 tahun; b. Angka Melek Huruf (AMH) diprediksi sebesar 95,35 persen, lebih tinggi dari realisasi tahun 2012 sebesar 95,27 persen; c. Rata-rata Lama Sekolah (RLS) diprediksi sebesar 8,04 tahun, lebih tinggi dari realisasi tahun 2012 sebesar 8,00 tahun; d. Kemampuan Daya Beli Masyarakat (Purchasing Power Parity = PPP) yang dihitung berdasarkan tingkat konsumsi riil per kapita per bulan, diprediksi mencapai sebesar Rp ,-/kapita/bulan, lebih tinggi dari tahun 2012 yaitu sebesar Rp ,-/kapita/bulan. 3. Indikator lainnya yang dapat dijadikan ukuran keberhasilan pembangunan adalah penurunan angka kemiskinan. Jumlah penduduk miskin di Kabupaten Bogor berdasarkan data dari basis data terpadu Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan (TNP2K), pada tahun 2013 berjumlah jiwa (8,82 persen), lebih rendah dari tahun 2012 yang berjumlah sebanyak jiwa (8,74 persen), berarti mengalami penurunan jumlah penduduk miskin sebanyak 400 jiwa atau turun sekitar 0,08 persen dibandingkan dengan tahun Untuk lebih jelasnya, Realisasi dari Indikator Kesejahteraan Masyarakat Kabupaten Bogor disajikan pada tabel berikut : RPJMD Kabupaten Bogor II - 7

33 No. Tabel 2.3. Realisasi Indikator Kesejahteraan Masyarakat Kabupaten Bogor Tahun Indikator Realisasi Kinerja 2011* 2012* 2013** (1) (2) (3) (4) (5) 1. Indeks Pembangunan Manusia (Komposit) 72,58 73,08 73,45 Komponen IPM terdiri dari; a. Angka Harapan Hidup (AHH) (tahun) 69,28 69,70 70,00 b. Angka Melek Huruf (AMH) (%) 95,09 95,27 95,35 c. Rata-rata Lama Sekolah (RLS) (tahun) 7,99 8,00 8,04 d. Kemampuan Daya Beli Masyarakat (Konsumsi riil per kapita) (Rp/kap/bln) 631,63 634,52 636,62 2. Jumlah Penduduk Miskin (jiwa) Sumber : BPS Kabupaten Bogor; Tahun 2012 dan TNP2K pusat. *) Angka Perbaikan **) Angka Sementara Fokus Kesejahteraan Sosial Fokus kesejahteraan masyarakat terdiri dari (1) pendidikan, (2) Kesehatan, (3) Pertanahan, dan (4) Ketenagakerjaan, hasil evaluasi b erdasarkan permendagri No 54 Tahun 2010, secara ringkas dapat diuraikan sebagai berikut : Pendidikan Pendidikan merupakan prioritas Nasional dan menjadi target dalam rangka untuk meningkatkan ksejahteraan masyarakat. Capaian kinerja pembangunan bidang pendidikan sampai dengan 2012 relatif berfluaktif dengan tingkat kecenderungan tidak sesuai target. Pencapaian APK Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) sebesar 27,57%, APM SD/MI/SDLB/paket A sebesar 108,09%, APM SMP/SMPLB/Paket B sebesar 84,74%, APM SMA/SMK/MA/SMALB/paket C sebesar 40,24%, RLS sebesar 8,04%, dan AMH sebesar 95,35% serta Rata-rata nilai Ujian Nasional, yaitu : SD/MI sebesar 7,40%, SMP/MTs sebesar 5,52%, SMA/SMK/MA sebesar 6,93%. Kesehatan Analisis kinerja kesehatan di lihat dari angka kelangsungan hidup bayi, angka usia harapan hidup, dan prosentase balita gizi buruk. Hasil evaluasi menunjukkan capaian realisasi kinerja angka usia harapan hidup (tahun) masih di bahwa target RPJMD. Jika dilihat berdasarkan nasional, bahwa kesehatan merupakan prioritas nasional, maka seharusnya Kabupaten Bogor juga harus ikut melaksanakan program tersebut untuk mencapai prioritas nasional, setidaknya kabupaten Bogor harus menargetkan Angka RPJMD Kabupaten Bogor II - 8

34 Kelangsungan Hidup Bayi mencapai 80.00% tentu hal ini tidak mudah karena harus di dukung oleh infrastruktur sarana dan prasarana kesehatan lebih baik. Ketenagakerjaan Secara garis besar penduduk dapat dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu tenaga kerja dan bukan tenaga kerja. Penduduk tergolong tenaga kerja jika penduduk tersebut telah memasuki usia kerja. Batas usia kerja yang berlaku di Indonesia adalah berumur 15 tahun-64 tahun. Angkatan kerja adalah penduduk usia produktif yang berusia tahun yang sudah mempunyai pekerjaan tetapi sementara tidak bekerja, maupun yang sedang aktif mencari pekerjaan. Namun hasil evaluasi menunjukan bahwa nilai Rasio Penduduk yang Bekerja dengan Angkatan Kerja tidak sesuai target, sehingga kemungkinan jumlah pengangguran masih besar Fokus Seni Budaya dan Olahraga Seni budaya Jumlah group kesenian di Kabupaten Bogor sampai pada tahun 2012 sebanyak 114 group, dengan rasio per penduduk sebesar Sedangkan gedung kesenian yang dimiliki Kabupaten Bogor hanyalah satu unit, tentu ini menjadi tantangan dalam rangka untuk meningkatkan seni budaya di Kabupaten Bogor. Olahraga Jumlah organisasi di Kabupaten Bogor memiliki pertumbuhan yang cukup pesat. Pada tahun 2012 tercatat bahwa jumlah organisasi olahraga adalah sebanyak 74, dengan rasio per penduduk mencapai Hal perlu diapresiasi mengingat bahwa jumlah gedung olah raga hanya 4 unit tahun Aspek Pelayanan Umum Pelayanan publik atau pelayanan umum merupakan segala bentuk jasa pelayanan, baik dalam bentuk barang publik maupun jasa publik yang menjadi tanggungjawab Pemerintah Daerah Kabupaten Bogor dalam upaya pemenuhan kebutuhan masyarakat sesuai dengan ketentuan perundang-undangan. Untuk menganalisis capaian kinerja daerah pada aspek pelayanan umum terlebih dahulu disusun tabel capaian indikator setiap variabel yang dianalisis menurut kabupaten dan kecamatan di Kabupaten Bogor. Indikator variabel aspek pelayanan umum dilihat berdasarkan fokus urusan wajib dan urusan pilihan yaitu : RPJMD Kabupaten Bogor II - 9

35 Fokus Layanan Urusan Wajib Dalam menyelenggarakan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah, pemerintahan daerah Kabupaten Bogor melaksanakan 26 urusan wajib dan 8 urusan pilihan. Hasil evaluasi terhadap kinerja berdasarkan urusan dapat dilihat pada uraian dibawah ini : Pendidikan Semua angka indikator yang dipakai menunjukkan peningkatan dari awal tahun 2008 sampai dengan 2012, namun demikian jika dibandingkan target kinerja yang ditetapkan masih ada yang tidak sesuai target. Kesehatan Di Kabupaten Bogor, urusan kesehatan merupakan tugas dan fungsi dari Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Cibinong, RSUD Ciawi, RSUD Leuwiliang dan RSUD Cileungsi. Jika dilihat dari aspek Peningkatan layanan Spesialis, di empat rumah sakit tersebut masih di dominasi oleh RSUD Cibinong dengan jumlah 16 dokter dan kemudian diikuti oleh RSUD Ciawi. Peningkatan ketersediaan tempat tidur kelas III Rumah Sakit relatif tidak sama, yang paling tinggi adalah RSUD Ciawi, dari 42.53% pada tahun 2008 hingga mencapai 83.80% pada tahun 2012, diikuti oleh RSUD Leuwiliang dimana Peningkatan ketersediaan tempat tidur kelas III Rumah Sakit pada tahun 2012 mencapai 72.90%. Cakupan Desa Siaga Aktif di kabupaten Bogor cukup berkembang dari tahun ke tahun, hingga pada tahun 2012 mencapai 214. Dari semua fasilitas ini agar membuat urusan kesehatan cukup berkembang baik yang juga digambarkan dari Cakupan Balita Gizi Buruk mendapat perawatan hingga mencapai 100% dari tahun ke tahun. Pekerjaan Umum Jaringan jalan di Kabupaten Bogor terdiri atas Jalan Nasional, Jalan Provinsi dan Jalan Kabupaten serta jalan lingkungan permukiman. Hingga tahun 2013 jumlah panjang jalan nasional adalah sepanjang 124,85 km dengan jumlah ruas 11, panjang jalan provinsi adalah sepanjang 121,820 km dengan jumlah ruas 10 serta jalan kabupaten adalah sepanjang 1.748,915 km dengan jumlah ruas sebanyak 458 ruas. Untuk jalan lingkungan permukiman yang meliputi jalan perumahan dan jalan desa dari data pemetaan sepanjang 6.662,89 km dengan jumlah panjang jalan yang terdata sepanjang 1.038,17 km dengan jumlah ruas 505 ruas. Kondisi jaringan jalan di Kabupaten Bogor tahun 2013 ditunjukkan dari indikator panjang jalan kabupaten dalam kondisi baik yang mencapai 76,27% dengan rata-rata panjang jalan kabupaten per jumlah penduduk hanya mencapai sekitar 0,32 m/jiwa hal RPJMD Kabupaten Bogor II - 10

36 ini menunjukkan bahwa kapasitas penanganan jalan yang ditangani masih sangat rendah terhadap jumlah penduduk yang sangat tinggi di wilayah Kabupaten Bogor. Dari jumlah panjang jalan kabupaten yang ditangani tersebut, sekitar 2,23% sempadan jalan digunakan oleh pedagang kaki lima dan bangunan liar dan baru sekitar 31,38% jalan yang memiliki trotoar dan drainase. Dari jumlah jalan yang memiliki drainase tersebut hanya sekitar 39,09% yang memiliki drainase yang baik. Untuk jaringan irigasi hingga tahun 2013 tercatat luas daerah irigasi (D.I) yang ada di Kabupaten Bogor adalah Ha yang berada di 2 D.I Kewenangan Nasional, Ha yang berada di 19 D.I kewenangan Pemerintah Provinsi, dan Ha yang berada di 990 D.I kewenangan Pemerintah Kabupaten. Dari jumlah daerah irigasi yang menjadi kewenangan pemerintah kabupaten memiliki panjang saluran sepanjang 2.313,198 km. Kondisi rasio jaringan irigasi di wilayah Kabupaten Bogor hingga tahun 2013 mencapai 4,909 m/ha dengan total luas irigasi kabupaten dalam kondisi baik mencapai 63,50%. Terkait sektor pemakaman dan persampahan, hingga tahun 2013, rasio tempat pemakaman umum persatuan penduduk mencapai 24,95 sedangkan rasio tempat pembuangan sampah per satuan penduduk mencapai 1,99 dengan mengandalkan TPA Galuga sebagai satu-satunya tempat pembuangan akhir sampah yang masih beroperasi untuk wilayah Kota dan Kabupaten Bogor. Perumahan Berdasarkan indikator rasio rumah layak huni di Kabupaten Bogor pada tahun 2013 mencapai 0,18 yang menunjukkan bahwa sekitar 1 rumah layak huni di wilayah Kabupaten Bogor ditempati oleh sekitar 6 jiwa penduduk. Dengan asumsi bahwa setiap rumah tangga terdiri dari 4 orang jiwa maka dengan nilai tersebut menunjukkan bahwa masih terdapat rumah tangga di wilayah Kabupaten Bogor yang belum menikmati rumah layak huni. Nilai tersebut diperkuat dengan data rumah layak huni yang baru mencapai 98,33% sehingga masih ada sekitar 1,67% atau sekitar unit bangunan rumah tidak layak huni yang masih belum tertangani di Wilayah Kabupaten Bogor. Dari jumlah tersebut lingkungan permukiman kumuh yang masih terdapat di Kabupaten Bogor sebesar 0,94% dari luas wilayah Kabupaten Bogor yang masih perlu ditangani. Terkait penyediaan prasarana perumahan dan permukiman seperti air bersih dan listrik, bahwa pada tahun 2013 jumlah rumah tangga pengguna air bersih baru mencapai 44,08% yang terdiri dari sambungan perpipaan PDAM serta sambungan pipa dan non pipa dari penyediaan sarana air bersih pedesaan. Untuk akses penduduk terhadap air minum di Kabupaten Bogor sebagian besar menggunakan pasokan air bersih yang dikelola oleh PDAM Tirta Kahuripan yang bersumber pada 32 unit sumber pelayanan air RPJMD Kabupaten Bogor II - 11

37 bersih dengan kapasitas total 2.270,5 liter/detik baik yang diambil dari sumber mata air, sumur air tanah dalam dan instlasi pengolahan air lengkap (air permukaan). Dari jumlah air bersih yang diproduksi tersebut, hingga tahun 2011, jumlah penduduk yang terlayani oleh jaringan PDAM adalah sebanyak jiwa atau sekitar 13,27%. Dari jumlah tersebut maka sambungan penyediaan air bersih yang bersumber dari sarana air bersih pedesaan mencapai sekitar 30,81%. Sedangkan untuk penyediaan prasarana listrik, jumlah rumah tangga pengguna listrik telah mencapai 82,88%. Penataan Ruang Acuan penataan ruang Kabupaten Bogor yang tertuang dalam Peraturan Daerah Nomor 19 tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang dan Wilayah (RTRW) tahun , hingga saat ini sedang memasuki tahun keenam sejak ditetapkan dan memasuki tahun kedelapan dari tahun perencanaan. Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang dan Peraturan Pemerintah Nomor 15 tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang, Dokumen Rencana Tata Ruang Wilayah yang telah ditetapkan dapat dilakukan peninjauan kembali. Berdasarkan hal tersebut, maka pada tahun 2013 telah dilakukan peninjauan kembali RTRW Kabupaten Bogor dan disepakati untuk di revisi. Perencanaan detil rencana tata ruang di Wilayah Kabupaten Bogor berupa Rencana Detail Tata Ruang telah selesai disusun untuk 40 kecamatan. Untuk saat ini dokumen perencanaan detil tersebut sedang dalam proses pengesahan termasuk dengan peraturan zonasi sebagai kelengkapan yang tidak terpisahkan. Pemanfaatan ruang di Kabupaten Bogor sepenuhnya mengacu pada RTRW Kabupaten Bogor sesuai dengan Peraturan Daerah Kabupaten Bogor Nomor 17 tahun 2000, sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Daerah Nomor 19 tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang dan Wilayah (RTRW) tahun Sebagai upaya pengendalian terhadap perijinan pemanfaatan ruang, telah dibuat Pedoman Operasional Pemanfaatan Ruang yang menetapkan secara rinci aturan-aturan teknis berdasarkan jenis kegiatan dan peruntukan ruang di lokasi yang akan dimanfaatkan. Pola ruang di Kabupaten Bogor mencakup kawasan lindung dan budidaya. Sebagian besar wilayah di sebelah selatan sepanjang perbatasan Kabupaten Bogor menjadi kawasan lindung karena memiliki hutan yang cukup lebat, topografi, elevasi dan curah hujan yang tinggi. Sedangkan kawasan budidaya tersebar di beberapa kecamatan di Kabupaten Bogor. Secara umum, tata ruang Kabupaten Bogor terbentuk dengan struktur ruang wilayah yang menggambarkan rencana sistem pusat pelayanan permukiman perdesaan dan RPJMD Kabupaten Bogor II - 12

38 perkotaan serta sistem perwilayahan pengembangan, merupakan bentuk/gambaran sistem pelayanan berhirarki, yang bertujuan untuk menciptakan pemerataan pelayanan serta mendorong pertumbuhan kawasan perdesaan dan perkotaan di wilayah Kabupaten Bogor serta beberapa kawasan yang menjadi kawasan strategis Kabupaten Bogor. Keseluruhan penataan ruang sebagaimana diuraikan diatas telah mengacu pada : (1) Peraturan Pemerintah nomor 26 Tahun 2008 tentang RTRW Nasional, Kawasan Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi, Puncak, Cianjur (Jabodetabekpunjur) sebagai Kawasan Strategis Nasional (KSN); (2) Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2008 tentang Penataan Ruang Kawasan Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi, Puncak, Cianjur (Jabod etabekpunjur) yang mengarahkan pengembangan permukiman Kabupaten Bogor untuk mendorong pengembangan Pusat Kegiatan Nasional Kawasan Perkotaan Jakarta; dan (3) Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 25 Tahun 2010 tentang Perubahan Peraturan Daerah Nomor 2 Tahun 2009 tentang RPJMD Provinsi Jawa Barat Tahun yang menetapkan Kabupaten Bogor sebagai bagian pengembangan Kawasan Andalan Bodebekpunjur dalam sektor agribisnis, industri dan pariwisata (wisata agro dan alam), simpul pendukung pengembangan wilayah Bodebekpunjur dan sebagai wilayah konservasi. Kinerja sektor penataan ruang dilihat berdasarkan rasio ruang terbuka hijau per satuan luas wilayah ber HPL/HGB yang hingga pada tahun 2013 mencapai sebesar 26,95%. Sedangkan indikator ruang publik yang berubah peruntukkannya relatif kecil sebesar 0,04% walaupun jika dilihat dari rasio bangunan yang ber-imb per satuan bangunan hanya sekitar 5,34% dari jumlah total bangunan. Terkait penanganan bangunan tanpa ijin di kawasan puncak maka pemerintah daerah Kabupaten Bogor telah berupaya melakukan penertiban dengan pembongkaran bangunan tanpa ijin. Penertiban ini dilakukan di kawasan puncak sebagai salah satu upaya konservasi kawasan puncak sebagai penyangga DKI Jakarta dan menjadi prioritas utama penertiban bangunan tanpa ijin. Berdasarkan hasil pendataan yang dilakukan oleh Dinas Tata Bangunan dan Permukiman (DTBP) Kabupaten Bogor terdapat 304 pemilik bangunan yang tidak memiliki ijin di kawasan puncak. Dari jumlah tersebut, 294 pemilik sudah mendapat teguran dan diantaranya 99 pemilik sudah dibongkar dengan jumlah 211 unit bangunan. Dari 195 pemilik bangunan yang telah mendapat teguran dan belum dibongkar diperkirakan terdapat ± 400 unit bangunan yang selanjutnya akan dilimpahkan kepada Satpol PP untuk ditertibkan. Maka dari 400 unit bangunan yang menjadi target akan dilakukan pelaksanaan penanganan/ penertiban bangunan / villa tanpa izin dengan mempertimbangkan proses RPJMD Kabupaten Bogor II - 13

39 penyelidikan dari PPNS, struktur bangunan, letak, kontur wilayah dan waktu yang dibutuhkan untuk kegiatan tersebut. Dengan demikian penanganan/ penertiban bangunan/ villa tanpa izin dikawasan puncak dapat optimal dan tidak menimbulkan permasalahan dikemudian hari. Perhubungan Cakupan pelayanan transportasi darat meliputi jaringan jalan dan jaringan jalan rel. Hingga tahun 2013 jumlah terminal yang ada di Kabupaten Bogor mencapai 6 unit terminal dari 9 terminal yang direncanakan akan dibangun yang berada di Cileungsi, Laladon, Leuwiliang, Jasinga, Bojonggede dan Cibinong. Penyediaan terminal ini terus dikembangkan untuk memberikan pelayanan transportasi kepada sekitar penumpang/tahun dan sekitar unit kendaraan yang telah dikeluarkan ijin trayek. Dilihat dari data tersebut maka diperkirakan setiap harinya setiap unit kendaraan memiliki tingkat kinerja kendaraan angkutan umum sebesar 130,45%. Dari data diatas terlihat bahwa jumlah armada angkutan umum cukup besar dibandingkan dengan tingkat jumlah penumpang yang diangkut karena jenis angkutan umum yang digunakan adalah jenis angkutan umum perkotaan dengan kapasitas angkut yang kecil. Dengan demikian perlu dilakukan restrukturisasi angkutan umum menjadi jenis angkutan umum masal dengan kapasitas angkut menengah hingga besar (Bis, LRT, Monorel dsb) sehingga rasio kinerja angkutan umum dapat lebih optimal. Perencanaan pembangunan Perencanaan pembangunan ini secara umum merupakan tugas dan fungsi dari Bappeda dan secara berkala terus menghasilkan produk-produk seperti (1) doku men perencanaan RPJPD yang telah ditetapkan dengan PERDA nomor 27 tahun 2008, (2) Dokumen Perencanaan RPJMD yang telah ditetapkan dengan PERDA nomor 7 tahun 2009, (3) Dokumen Perencanaan RKPD yang telah ditetapkan dengan PERKADA, dan (4) Penjabaran Program RPJMD ke dalam RKPD, seluruh dokumen ini umumnya ada dan tersedia dan dihasilkan oleh Bappeda sesuai dengan periode penerbitannya. Saat ini bagian perencanaan mengembangkan sebuah system yang dikenal dengan e-planning. Sistem ini bertujuan untuk mempercepat proses perencanaan pembangunan yang sesuai dengan visi misi kepala daerah terpilih. Lingkungan Hidup Kondisi lingkungan hidup dilihat berdasarkan kondisi persampahan, akses penduduk terhadap air minum, pencemaran status mutu air serta cakupan penghijauan wilayah rawan longsor dan Sumber Mata Air. Dari sisi persampahan, jika dihitung berdasarkan jumlah penduduk kabupaten Bogor pada tahun 2013 yang mencapai lebih dari 5 juta RPJMD Kabupaten Bogor II - 14

40 penduduk maka jumlah timbulan sampah yang dihasilkan mencapai m 3 /hari sedangkan kapasitas jumlah sampah yang terangkut hanya mampu sebesar m 3 /hari. Berdasarkan data tersebut maka cakupan persentase penanganan sampah di kabupaten Bogor baru mencapai sekitar 29,34% dengan tingkat kapasitas tempat pembuangan sampah per jumlah penduduk hanya sekitar 19,99%. Kondisi lingkungan hidup dilihat berdasarkan penilaian status mutu air, menunjukkan bahwa hasil kajian yang dilakukan Badan Pengendalian Hidup Daerah kualitas beberapa sungai yang melintas di Kabupaten Bogor, diantaranya Sungai Ciliwung, Sungai Cisadane, dan Sungai Cileungsi berada pada level tercemar berat (Level D). Pemerintah Kabupaten Bogor telah secara rutin melakukan pengamatan terhadap sungai-sungai di 8 DAS utama, yaitu Sungai Cisadane, Cileungsi, Cikeas, Ciliwung, Citeureup, dan Kali Bekasi. Dari hasil pengamatan menunjukkan bahwa penurunan kualitas air sungai tidak hanya dipengaruhi oleh banyaknya industri dan padatnya permukiman, namun juga sifat air sungai sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor alam seperti topografi dan komposisi geologis lahan yang dilalui oleh sungai serta kerusakan lahan di hulu sungai. Kebutuhan sarana dan prasarana pengolahan limbah cair sangat besar sejalan dengan banyaknya industri pengolahan dan kegiatan usaha lainnya yang menghasilkan limbah cair. Rata-rata volume limbah cair per tahun selama kurun waktu tahun 2005 sampai dengan 2013, yang dihasilkan dari industri pengolahan dan kegiatan usaha lainnya sebanyak ,92 m 3 /bln. Pertanahan Realisasi Indikator kinerja urusan pertanahan yang dicapai pada tahun 2013 antara lain prosentase luas lahan bersertifikat mencapai 26,50 Ha/1000 jiwa penduduk. Ini menunjukkan bahwa rata-rata setiap penduduk di Kabupaten Bogor memiliki lahan bersertifikat sebesar 265 m 2. Nilai tersebut terus meningkat sejak tahun 2008 sehingga menunjukkan adanya kesadaran masyarakat terhadap tertib administrasi pertanahan di Kabupaten Bogor. Peningkatan nilai persentase luas lahan bersertifikat juga mendorong penerimaan daerah dari sisi pajak. Kependudukan dan Catatan Sipil Rasio penduduk ber-ktp per satuan penduduk hingga pada 2012 sebesar 0.068, demikian pula Rasio bayi berakte kelahiran mencapai pada tahun 2012, dan hal ini sejalan juga dengan Rasio pasangan berakte nikah. Kepemilikan KTP di Kabupaten Bogor baru mencapai 69.28% pada tahun Ini tentu menjadi perhatian bagi dinas terkait, karena akan cukup bermasalah dari administrasi kependudukan. Jumlah penduduk (jiwa) Kabupaten Bogor meningkat pesat menjadi RPJMD Kabupaten Bogor II - 15

41 5.26 juta jiwa pada tahun OPD perlu melakukan strategi yang tepat terkait dalam mengurangi laju pertumbuhan penduduk, sehingga ketersediaan database kependudukan skala kabupaten merupakan suatu program yang mendesak untuk memastikan penduduk tetap secara pasti dan akurat. Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Dari seluruh indikator seperti persentase partisipasi perempuan di lembaga pemerintah, Partisipasi perempuan di lembaga swasta, Rasio KDRT, Persentase jumlah tenaga kerja dibawah umur, Partisipasi angkatan kerja perempuan, Penyelesaian pengaduan perlindungan perempuan dan anak dari tindakan kekerasan terlihat dari tahun ke tahun memiliki perkembangan yang positif bagi peningkatan pelayanan kepada masyarakat. Partisipasi angkatan kerja perempuan mencapai 50.15% tahun Keluarga Berencana dan Keluarga Sejahtera Indikator Rata-rata jumlah anak per keluarga menunjukkan perbaikan yang signifikan, karena tingginya rasio penggunaan Rasio akseptor KB, Cakupan peserta KB aktif dan tingginya kesadaran masyarakat akan pentingnya keluarga yang sehat. Sosial Indikator dari urusan sosial antara lain adalah Sarana sosial seperti panti asuhan, panti jompo dan panti rehabilitasi (buah), PMKS yg memperoleh bantuan sosial dan Penanganan penyandang masalah kesejahteraan sosial. Sarana sosial seperti panti asuhan, panti jompo dan panti rehabilitasi relatif meningkat dari tahun ke tahun, hingga mencapai 157 unit pada tahun PMKS yg memperoleh bantuan sosial dan Penanganan penyandang masalah kesejahteraan sosial relatif menurun dengan tingkat prosentase yang sama. Kedua indikator tersebut diketahui pada tahun 2012 mencapai 0.03 persen. Ini mennjukkan bahwa penyandang masalah kesejahteraan sosial di Kabupaten Bogor relative menurun setiap tahunnya. Ketenagakerjaan Angka partisipasi angkatan kerja mencapai persen pada tahun Sementara angka sengketa pengusaha-pekerja sejak tahun 2009 relative mengalami peningkatan namun pada tahun 2012 menurun dari 186 kasus pada tahun 2011 menjadi 179 kasus. Di sisi lain jumlah angkatan kerja terus meningkat, sehingga pengangguran akan semakin besar, dimana tingkat pengangguran terbuka di Kabupaten Bogor pada tahun 2012 mencapai 9,07%. RPJMD Kabupaten Bogor II - 16

42 Koperasi Usaha Kecil dan Menengah Usaha kecil menengah di Kabupaten Bogor sangat penting bagi perekonomian karena turut menyumbang PDRB sektor industri dangan pengolahan yang mecanpai 59,59% dan menyumbang penyerapan tenaga kerja sektor industri dan pengolahan mencapai 28,86%. Pada tahun 2006 jumlah koperasi sebanyak 1446 koperasi, yang aktif sebanyak 800, sedangkan pada tahun 2010 mengalami peningkatan jumlah koperasi sebanyak 1588 koperasi, dan yang aktif sebanyak 943 koperasi. Demikian pula pada tahun 2012 prosentase koperasi yang aktif di Kabupaten Bogor mengalami peningkatan dari tahun ke tahun hingga mencapai 66,33% sebanyak 1103 koperasi. Di Kabupaten Bogor, Usahan Kecil Menengah (UKM) juga merupakan tulang punggung ekonomi Kabupaten Bogor. Jumlah Usaha Mikro dan Kecil hingga pada tahun 2012 mencapai sekitar UKM naik dari tahun 2011 sebanyak UKM lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 2.4. Perkembangan Koperasi di Kabupaten Bogor Tahun Tahun No Kecamatan Jumlah Aktif Tidak Jumlah Aktif Tidak Jumlah Aktif Tidak Jumlah Aktif Tidak Jumlah Aktif Tidak 1 NANGGUNG LEUWILIANG LEUWISADENG PAMIJAHAN CIBUNGBULANG TENJOLAYA CIAMPEA DRAMAGA CIOMAS TAMAN SARI CIJERUK CIGOMBONG CARINGIN CIAWI CISARUA MEGAMENDUNG SUKARAJA BABAKAN MADANG SUKAMAKMUR CARIU TANJUNG SARI JONGGOL CILENGSI KLAPANUNGGAL GUNUNGPUTRI CITEUREUP CIBINONG BOJONGGEDE TAJURHALANG KEMANG RANCABUNGUR PARUNG CISEENG GUNUNGSINDUR RUMPIN CIGUDEG SUKAJAYA JASINGA TENJO PARUNG PANJANG Jumlah RPJMD Kabupaten Bogor II - 17

43 Kebudayaan Indikator urusan Kebudayaan di Kabupaten Bogor adalah (1) Penyelenggaraan festival seni dan budaya, (2) Sarana penyelenggaraan seni dan budaya, dan (3) Benda, Situs dan Kawasan Cagar Budaya yang dilestarikan. Dilihat dari capaian pada urusan kebudayaan masih terlihat cukup baik dan hal ini masih sesuai dengan target RPJMD Kabupaten Bogor. Kepemudaan dan Olahraga Realisasi dari capaian kinerja Urusan Kepemudaan dan Olahraga, dari seluruh indikator sampai tahun 2012 terlihat memiliki perkembangan positif, masih sesuai dengan target RPJMD Kabupaten Bogor. Kesatuan Bangsa dan Politik Dalam Negeri Dari beberapa indikator keberhasilan Urusan Kesatuan Bangsa dan Politik Dalam Negeri terutama terhadap Penegakan PERDA meningkat, hingga mencapai 14.69% pada tahun 2012, dengan Angka kriminalitas yang tertangani adalah sebesar 4.32% pada tahun Kinerja ini masih di bawah target RPJMD Kabupaten Bogor, yaitu sebesar 9.35% pada tahun Otonomi Daerah Ketahanan Pangan Realisasi ketahanan pangan dengan indikator Ketersediaan pangan Utama tercapai pada tingkat 64,36% pada tahun Kebijakan peningkatan ketahanan pangan masyarakat dalam rangka revitalisasi pertanian, perikanan dan kehutanan diarahkan untuk meningkatkan kemampuan nasional dalam penyediaan, distribusi dan konsumsi pangan bagi seluruh penduduk secara berkelanjutan, dengan jumlah cukup, mutu layak, aman, dan halal, didasarkan pada optimasi pemanfaatan sumber daya dan berbasis pada keragaman sumberdaya domestik. Kebijakan tersebut diarahkan pada terwujudnya kemandirian pangan masyarakat, yang antara lain ditandai oleh indikator secara mikro, yaitu pangan terjangkau secara langsung oleh masyarakat dan rumah tangga, serta secara makro yaitu pangan tersedia, terdistribusi dan terkonsumsi dengan kualitas gizi yang berimbang, pada tingkat individu dan wilayah. Pemberdayaan Masyarakat Desa Terdapat delapan indikator ukuran kinerja dari Urusan pemberdayaan masyarakat desa di Kabupaten Bogor, yaitu (1) Rata -rata jumlah kelompok binaan lembaga pemberdayaan masyarakat (LPM), (2) Rata -rata jumlah kelompok binaan PKK, (3) RPJMD Kabupaten Bogor II - 18

44 Jumlah LSM (lembaga), (4) LPM Berprestasi (lembaga), (5) PKK aktif (6) Posyandu aktif (7) Swadaya Masyarakat terhadap program pemberdayaan masyarakat dan (8) Pemeliharaan Pasca Program pemberdayaan masyarakat. Statistik Urusan statistik dalam hal ini memiliki indikator kinerja yaitu penyusunan buku kabupaten dalam angka dan penyusunan Buku Indikator Ekonomi Daerah. Secara berkala urusan ini melakukan update data secara berkala dengan waktu tahunan. Kearsipan Secara umum Pengelolaan arsip secara baku yang merupakan indikator kinerja dari Urusan kearsipan, dimana tingkat keberhasilan mencapai 88,76% pada tahun Komunikasi dan Informatika Secara umum tidak semua indikator yang ada secara langsung di tangani oleh dinas, seperti rasio wartel/warnet terhadap jumlah penduduk, jumlah penyiaran radio/tv local dan jumlah surat kabar nasional/lokal, yang secara langsung dapat diintervensi oleh dinas adalah pembuatan dan pengelolaan website pemerintah daerah, dimana indikator ini telah dibentuk sejak tahun 2008 sebanyak 1 unit. Cakupan layanan komunikasi dan informatika untuk surat kabar telah menjangkau hingga ke pelosok wilayah. Telekomunikasi di Kabupaten Bogor mengalami perkembangan yang pesat sebagai imbas dari perkembangan teknologi dan informasi. Pemanfaatan ruang udara untuk telekomunikasi yang menunjang kegiatan ekonomi serta peningkatan akses masyarakat masih memerlukan perhatian dari pemerintah daerah. Perpustakaan Urusan perpustakaan terlihat bahwa jumlah perpustakaan meningkat dari tahun ke tahun, pada tahun 2008 mencapai 125 hingga pada tahun 2012 mencapai 206. Selain itu jumlah pengunjung perpustakaan pertahun juga mengalami peningkatan dari tahun ke tahun dengan tingkat koleksi buku mencapai 27.98% pada tahun Tinggi jumlah pengunjung perpustakaan per tahun menunjukkan tingginya kesadaran masyarakat dalam membaca buku yang merupakan sumber dari ilmu pengetahuan. Dengan membaca maka masyarakat akan jauh dari keterpencilan dan keterbelakangan. Penyelenggaraan Keamanan dan Ketertiban Masyarakat Ketertiban masyarakat diperlukan untuk menciptakan stabilitas daerah dalam mewujudkan kehidupan masyarakat yang aman dan tentram. Kabupaten Bogor dengan kondisi geografis dan wilayah yang begitu luas, serta statusnya sebagai penyangga RPJMD Kabupaten Bogor II - 19

45 ibukota negara, maka memungkinkan sering terjadinya gangguan ketentraman dan ketertiban umum, antara lain : (1) Masih banyaknya PKL yang berjualan di tempat tempat yang bukan peruntukannya seperti di trotoar, bahu jalan bahkan sampai ke badan jalan. Kondisi ini telah menyebabkan kemacetan arus lalu lintas sehingga kenyamanan para pengguna jalan terganggu, seperti di Kecamatan Cibinong, Ciawi, Cileungsi, Citeureup, Parung, Cisarua dan Leuwiliang; (2) Masih adanya masyarakat yang mendirikan bangunan liar yang berdiri di atas tanah milik negara/pemerintah daerah. Apabila hal ini terus dibiarkan maka dapat menyebabkan berkurangnya aset negara/pemerintah daerah; (3) Masih maraknya praktek prostitusi dan banyaknya warung remang-remang yang dikhawatirkan dapat merusak moral dan menimbulkan penyakit masyarakat; (4) Masih b anyaknya jumlah bangunan yang tidak memiliki IMB; (5) Masih adanya masyarakat yang belum mentaati peraturan daerah; (6) Masih banyaknya badan usaha, masyarakat dan perorangan, yang belum memiliki perijinan atau belum lengkap perijinannya atau sudah memiliki perijinan tapi sudah tidak berlaku. Hal ini berpotensi menyebabkan kerugian negara/pemerintah daerah dari sektor retribusi perijinan; (7) Masih banyaknya penambang liar galian C; (8) Maraknya demonstrasi massa terjadi di Kabupaten Bogor yang berasal dari berbagai elemen masyarakat dengan berbagai kepentingannya. Kegiatan-kegiatan penanggulangan gangguan ketenteraman dan ketertiban umum yang telah dilaksanakan oleh Satuan Polisi Pamong Praja antara lain adalah : (1) Penertiban Pedagang Kaki Lima (PKL) di beberapa kecamatan yang p aling banyak jumlah PKL-nya dan paling mengganggu ketertiban umum dibandingkan dengan kecamatan lainnya; (2) Penertiban Warung Remang-remang/PSK di beberapa kecamatan, yaitu : Parung, Kemang, Tajurhalang, Cileungsi, Megamendung dan Cisarua; (3) Penertiban Bangunan Liar di beberapa kecamatan, yaitu : Cibinong, Cileungsi, Kemang, Parung, Sukaraja, Babakan Madang, Bojonggede dan Tamansari; (4) Penertiban Bangunan tanpa IMB; (5) Penertiban Galian Liar Golongan C; (6) Penertiban Reklame/Spanduk di 5 kecamatan, yaitu : Cibinong, Sukaraja, Ciawi, Cisarua, dan Megamendung; (7) Penertiban dan pengawasan tempat hiburan yang menyalahi perijinan dan peruntukannya; (8) Penertiban tempat peternakan yang tidak memiliki ijin serta mengganggu kenyamanan masyarakat; dan (9) Penyuluhan dan pencegahan penyakit masyarakat (PEKAT). Selama pelaksanaan tugas, ditemukan berbagai kendala sebagai berikut: (1) Masih kurangnya sumber daya manusia (SDM), baik secara kualitas maupun kuantitas dibandingkan dengan cakupan wilayah Kabupaten Bogor. Bila ditinjau dari luas wilayah dan banyaknya penduduk, maka jumlah anggota Polisi Pamong Praja yang ideal adalah 500 orang, dengan perbandingan 1 orang personil berbanding penduduk; (2) RPJMD Kabupaten Bogor II - 20

46 Masih kurangnya sarana dan prasarana yang memadai dibandingkan dengan banyaknya kegiatan serta luasnya Kabupaten Bogor; (3) Masih lemahnya koordinasi antar intansi terkait Aspek Daya Saing Daerah Tingkat daya saing ( competitiveness) daerah merupakan salah satu parameter dalam konsep pembangunan daerah yang berkelanjutan. Secara umum tingkat daya saing suatu daerah, searah dengan tingkat kesejahteraan masyarakat (Sitepu, 2012). Untuk menentukan daya saing daerah diperlukan beberapa indikator yang jelas dan terukur. Indikator daya saing yang digunakan tertuang dalam Permendagri 54 tahun 2010, yaitu (1) Fokus Kemampuan Ekonomi Daerah, (2) Fokus Fasilitas Wilayah/Infrastruktur, (3) Fokus Iklim Berinvestasi, dan (4) Fokus Sumber Daya Manusia Fokus Kemampuan Ekonomi Daerah Fokus kemampuan ekonomi daerah dalam hal ini dilihat dari dua urusan terkait yaitu urusan Otonomi Daerah, Pemerintahan Umum, Administrasi Keuangan Daerah,Perangkat Daerah, Kepegawaian dan Persandian dan urusan Pertanian. Otonomi Daerah Tingkat pendapatan perkapita penduduk (di wakili oleh Pengeluaran Konsumsi per kapita) Kabupaten Bogor relative mengalami fluktuasi dari tahun ke tahun. produktivitas total daerah relative stabil, hingga pada tahun 2012 mencapai Pertanian Nilai Tukar Petani (NTP) adalah rasio atau perbandingan indeks yang diterima oleh petani dari usaha taninya dengan indeks yang dibayarkan petani dan dinyatakan dalam persen. NTP dihitung oleh BPS Kabupaten sejak tahun 2013 terhadap lima subsektor yaitu sub sektor Tanaman Pangan, Hortikultura, Peternakan, Perkebunan Rakyat dan Perikanan yang selanjutnya dikenal dengan istilah NTP Gabungan. Bila angka NTP lebih besar dari 100 persen memberi indikasi bahwa Petani secara keseluruhan di lima subsektor di Provinsi/Kabupaten itu sudah sejahtera karena ada potensi untuk menabung atau membeli kebutuhan lainnya, sedangkan bila kurang dari 100 persen memberi indikasi bahwa petani di Kabupaten tersebut belum sejahtera atau dengan kata lain belum mampu memenuhi kebutuhan dasarnya. Dengan mengacu pada kriteria tersebut maka dapat disebutkan secara umum petani di Kabupaten Bogor telah sejahtera walaupun tingkat kesejahteraannya masih berada dibawah provinsi Jawa Barat. RPJMD Kabupaten Bogor II - 21

47 2.4.2 Fokus Fasilitas Wilayah/Infrastruktur Fokus fasilitas wilayah/infrastrukutr daerah dalam hal ini dilihat dari urusan terkait yaitu urusan perhubungan, penataan ruang, urusan otonomi daerah, pemerintahan umum, administrasi keuangan daerah, perangkat daerah, kepegawaian dan persandian dan komunikasi dan informatika. Perhubungan Aspek infrastruktur Perhubungan di wilayah Kabupaten Bogor hingga saat ini hanya berorientasi pada pengembangan infrastruktur transportasi darat sebagai konsekuensi dari bentuk morfologis wilayah yang dominan berupa daratan. Pada aspek transportasi darat, salah satu indikator tingkat keberhasilan penanganan infrastruktur jalan adalah meningkatnya tingkat kemantapan dan kondisi jalan, meskipun dengan rasio panjang jalan terhadap kendaraan relatif kecil. Rasio panjang jalan per jumlah kendaraan relative periode menunjukkan angka yang semakin menurun tiap tahunnya yang menunjukkan tingkat penurunan kapasitas pelayanan jaringan jalan seiring perkembangan jumlah kendaraan. Dari data yang diperoleh menunjukkan bahwa hingga tahun 2013 rasio panjang jalan per jumlah penduduk sebesar 0,014% atau menurun sebesar 3% tiap tahunnya. Hal ini menunjukkan semakin padatnya lalu lintas jaringan jalan di wilayah Kabupaten Bogor khususnya di wilayah perkotaan. Kondisi infrastruktur transportasi darat yang lain, seperti : (1) kurangnya ketersediaan perlengkapan jalan dan fasilitas lalu lintas (rambu, marka, pengaman jalan, terminal dan jembatan timbang); (2) belum optimalnya kondisi dan penataan sistem hirarki terminal sebagai tempat pertukaran modal; menyebabkan kurangnya kelancaran, ketertiban, keamanan serta pengawasan pergerakan lalu lintas. Di pihak lain, jumlah orang dan barang yang terlayani angkutan umum di Kabupaten Bogor relatif tinggi. Demikian pula halnya dengan pelayanan angkutan massal seperti bis, masih belum optimal mengingat infrastruktur transportasi darat yang tersedia belum mampu mengakomodir jumlah pergerakan yang terjadi, khususnya pergerakan di wilayah tengah Kabupaten Bogor. Sumber Daya Air Potensi sumberdaya air suatu daerah merupakan kemampuan sumberdaya air wilayah tersebut baik sumberdaya air hujan, air permukaan maupun air tanah, guna memenuhi kebutuhan terhadap air baku yang dimanfaatkan untuk kepentingan domestik, industri maupun pertanian. RPJMD Kabupaten Bogor II - 22

48 Sumberdaya air permukaan di Kabupaten Bogor terdiri dari air sungai, mata air dan air genangan/situ/danau, baik alam maupun buatan. Sungai-sungai yang ada, pada umumnya mempunyai hulu di bagian selatan, yaitu pada bagian tubuh pegunungan di sekitar Gunung Salak, Gunung Gede-Pangrango dan Gunung Halimun, dengan karakteristik alirannya mengalir sepanjang tahun. Pada waktu musim hujan mempunyai debit yang besar dan mengakibatkan banjir setempat, sedangkan pada waktu musim kemarau, di beberapa alur sungai menunjukkan kecenderungan kondisi surut minimum. Wilayah Sungai Rincian DAS Panjang Sungai 1. WS Strategis Nasional Citarum DAS Citarum (Sub DAS Cibeet & 1.380,73 km Cikarang) 2. WS Lintas Provinsi Cidanau- DAS Cidurian dan DAS Ciberang 892,71 km Ciujung-Cidurian 3. WS Lintas Provinsi Ciliwung- Cisadane DAS Cimanceuri, DAS Ciliwung, DAS Cisadane, DAS Cileungsi, 5.609,55 km Kondisi situ di Kabupaten Bogor pada tahun 2012 dirinci sebanyak 95 situ dengan luas sebesar 496,91 Ha dengan volume efektif sekitar m3. Jumlah bangunan/outlet sebanyak 88 buah dengan situ dalam kondisi baik sebanyak 34 buah, situ dalam kondisi sedang sebanyak 22 buah, situ dalam kondisi rusak ringan sebanyak 15 buah dan situ dalam kondisi rusak berat sebanyak 24 buah. Pada aspek infrastruktur sumber daya air dan irigasi, kondisi infrastruktur yang mendukung upaya konservasi, pendayagunaan sumber daya air, pengendalian daya rusak air, keterlibatan masyarakat dalam pengelolaan sumber daya air dan sistem informasi sumber daya air dirasakan masih belum memadai. Potensi sumber daya air di Kabupaten Bogor yang besar belum dapat dimanfaatkan secara optimal untuk menunjang kegiatan pertanian, industri, dan permukiman. Kewenangan DI di Kabupaten Bogor Nama DI Luas DI Kewenangan Pemerintah Pusat DI Kewenangan Pemerintah Provinsi DI Kewenangan Pemerintah Kabupaten DI Lintas Provinsi: - DI Cipamingkis Ha - DI Curug Serpong 105 Ha DI Lintas Kabupaten/kota: - DI. Cisadane Empang 789 Ha - DI Parakanjati 49 Ha - DI Ciliwung Katulampa 122 Ha - DI Cibanon 419 Ha - DI Bantarjati 20 Ha - DI Kranji 53 Ha - DI Cibalok 63 Ha DI Utuh: - DI Sasak Ha Total Jumlah DI yang tersebar di Kabupaten Bogor sebanyak 900 DI dengan rincian(2013): - Jumlah DI kondisi Baik ha sebanyak 334 buah - Jumlah DI kondisi sedang sebanyak 250 Buah ha - Jumlah DI kondisi rusak sebanyak 295 buah ha Ketersediaan air bersih merupakan salah satu prasyarat bagi terwujudnya permukiman yang sehat. Oleh karena itu akses masyarakat terhadap air bersih merupakan hal yang RPJMD Kabupaten Bogor II - 23

49 mutlak dipenuhi. Pada cakupan pelayanan air bersih baru mencapai 25 kecamatan. Cakupan sanitasi air bersih di 80 desa/kelurahan di 19 kecamatan, yang memiliki kapasitas produksi sebesar 2.098,5 l/dt. Sementara itu, cakupan pelayanan air bersih baru mencapai 56,86%, terdiri dari PDAM 15% dan sisanya pedesaan dari jumlah penduduk Kabupaten Bogor (peningkatan cakupan sarana air bersih yang dilakukan oleh unsur pemerintah hanya 1% - 2% pertahun). Rendahnya cakupan pelayanan air bersih, diantaranya karena menurunnya ketersediaan sumber daya air baku dan daya dukung lingkungan, akibat tersumbatnya badan air/sungai oleh sedimentasi yang relatif tinggi. Listrik dan Energi Sedangkan untuk jaringan listrik, tingkat rasio elektrivikasinya tahun 2013 baru mencapai 82,65%, berarti masih sekitar 42,00% kepala keluarga di Kabupaten Bogor yang belum menikmati listrik, terutama pada kantong-kantong permukiman/ kampung yang sulit dijangkau oleh jaringan listrik yang telah ada di setiap desa. Hal ini disebabkan tingginya kebutuhan energi/listrik akibat pertambahan penduduk, tetapi pada sisi lain tidak diimbangi dengan peningkatan pengadaan listrik sebagaimana yang diharapkan. Sebagai upaya untuk memenuhi kebutuhan energi masyarakat akan dikembangkan konsep Desa Mandiri Energi, yaitu pemenuhan energi listrik dengan memanfaatkan potensi yang ada di daerahnya, seperti pembangkit listrik tenaga mikro hidro, piko hidro, surya dan bioenergi. Penerangan jalan dan sarana jaringan utilitas di Kabupaten Bogor telah dibangun cukup memadai. Namun masih belum mencapai standar yang diinginkan dan belum dibentuk ke dalam suatu jaringan utilitas terpadu. Pengelolaan prasarana Penerangan Jalan Umum (PJU) tetap diprioritaskan pembangunannya pada daerah -daerah tertentu, dengan pertimbangan lokasi daerah-daerah rawan sosial yang sampai dengan saat ini mencapai 44,17 % atau titik lampu dari rencana jumlah titik lampu titik (berdasarkan setiap 50 m dari panjang jalan provinsi). Kegiatan ini akan secara terarah dilaksanakan pembangunannya termasuk pemeliharaannya. RPJMD Kabupaten Bogor II - 24

50 Pos dan Telekomunikasi Peranan pos dan telekomunikasi dalam struktur perekonomian Kabupaten Bogor memang tidak begitu dominan, tetapi dalam menunjang pembangunan di daerah ini cukup besar. Tanpa adanya kontribusi telekomunikasi, dunia usaha di daerah ini tidak semaju seperti sekarang. Berbagai usaha pemerintah untuk memperlancar pelayanan komunikasi, salah satunya peningkatan mutu layanan jasa Pos. Namun tidak dapat dipungkiri dengan maraknya pengembangan teknologi informasi, pemakaian jasa Pos semakin berkurang. Sedangkan pemakaian internet dan telekomunikasi yang menggunakan teknologi wireless terus berkembang pesat. Persampahan Kebutuhan sarana dan prasarana pengolahan sampah sangat besar sejalan dengan banyaknya jumlah penduduk dan diiringi aktivitas yang tinggi menyebabkan volume sampah rata-rata setiap hari mencapai m 3. Kondisi ini menuntut penyediaan sarana dan prasarana pengelolaan sampah yang memadai, karena baru terlayani/terangkut sebanyak 736 m 3 /hari atau 24,17 % dari timbunan sampah di wilayah perkotaan atau hanya 22 kecamatan dari 40 kecamatan di Kabupaten Bogor. Kebutuhan sarana dan prasarana pengolahan limbah cair sangat besar sejalan dengan banyaknya industri pengolahan dan kegiatan usaha lainnya yang menghasilkan limbah cair. Rata-rata volume limbah cair per tahun selama kurun waktu tahun 2003 sampai dengan 2007, yang dihasilkan dari industri pengolahan dan kegiatan usaha lainnya sebanyak ,92 m 3 /bln. Lingkungan Hidup Kondisi fisik sungai-sungai di DAS dan Sub DAS di bagian selatan umumnya memiliki beda tinggi antara dasar sungai dengan lahan di sekitar berkisar antara 3,0-5,0 m, sehingga aliran sungai berpotensi untuk meluap di sekitarnya, baik akibat banjir maupun arus balik akibat pembendungan. Sedangkan untuk bagian utara-barat (Cimanceuri dan Cidurian Hilir) beda tinggi antara dasar sungai dan lahan bantaran di sekitarnya umumnya > 5 m, sehingga umumnya menyulitkan untuk pengambilan langsung maupun pembendungan. Berdasarkan hasil studi Preliminary Study on Ciliwung Cisadane Flood Control Project, 2001 di Kabupaten Bogor terdapat lokasi yang berpotensi untuk pembuatan waduk, yaitu Waduk Sodong dan Waduk Parung Badak. Waduk ini berfungsi sebagai pengendali banjir maupun irigasi. Rencana waduk Sodong berlokasi di Sungai Cikaniki Kecamatan Leuwiliang, anak sungai Cisadane dengan potensi genangan 3,069 km² dan volume 24,027 juta m³. Sedangkan Waduk Parung Badak berada di bagian Hulu Sungai RPJMD Kabupaten Bogor II - 25

51 Cisadane di Kecamatan Rancabungur, dengan potensi genangan 2,75 km² dan volume 40,069 juta m³. Berdasarkan hasil pemantauan kualitas air sungai tahun 2013 diketahui bahwa : - Sungai Ciliwung, kadar rata-rata parameter BOD melampaui kelas mutu I dan II tetapi memenuhi untuk kelas mutu III dan IV; - Sungai Cileungsi, kadar rata-rata dari parameter BOD melampaui kelas mutu I - IV; - Sungai Cisadane, kadar rata-rata dari parameter BOD melampaui kelas mutu I dan II tetapi memenuhi kelas mutu II dan IV; - Sungai Kalibaru, kadar rata-rata parameter BOD melampaui kelas mutu I, II dan III tetapi memenuhi untuk kelas mutu IV; - Sungai Cikeas, kadar rata-rata parameter BOD melampaui kelas mutu I, II dan III tetapi memenuhi untuk kelas mutu IV; - Sungai Cikaniki, kadar rata-rata parameter BOD melampaui kelas mutu I dan II tetapi memenuhi untuk kelas mutu III; - Sungai Cibeet, kadar rata-rata parameter BOD melampaui kelas mutu I, II dan III tetapi memenuhi untuk kelas mutu IV; - Sungai Cipamingkis, kadar rata-rata parameter BOD memenuhi untuk kelas mutu IV. Berdasarkan topografi wilayah masih ada beberapa lokasi yang memungkinkan untuk dikembangkan situ-situ buatan yang dapat dimanfaatkan sebagai tampungan air baku, resapan air, maupun pengendali banjir ( Retarding Basin). Air tanah merupakan sumber alam yang potensinya (kuantitas dan kualitasnya) tergantung pada kondisi lingkungan tempat proses pengimbuhan ( groundwater recharge), pengaliran (groundwater flow) dan pelepasan air bawah tanah ( groundwater discharge) yang berlangsung pada suatu wadah yang disebut cekungan air bawah tanah, terdiri dari air tanah dangkal dan air tanah dalam. Volume air tanah yang digunakan untuk berbagai kegiatan usaha di Kabupaten Bogor sebanyak ,2 m 3 /hari (data SoER Kabupaten Bogor, 20 13). Volume tersebut tersebar di 6 cekungan air tanah (CAT) yang meliputi CAT Lintas Provinsi yaitu CAT Serang Tangerang dan CAT Jakarta; CAT Lintas Kabupaten/Kota yaitu CAT Bogor dan CAT Bekasi Karawang; serta Wilayah bukan CAT di Klapanunggal dan Cigudeg. Peningkatan pengawasan dan penegakan hukum telah dilakukan terhadap pencemar dan perusak lingkungan, peningkatan kesadaran semua lapisan masyarakat dalam pengelolaan lingkungan hidup dan penyebarluasan informasi dan isu lingkungan RPJMD Kabupaten Bogor II - 26

52 hidup yang diharapkan akan meningkatkan kepedulian banyak pihak terhadap kondisi lingkungan hidup Kabupaten Bogor. Upaya tersebut dilakukan melalui pelatihan/pemantapan kader lingkungan hidup tingkat kecamatan dan desa, pembinaan dan pemantauan pengelolaan lingkungan hidup pada berbagai jenis kegiatan dan usaha masyarakat serta swasta/dunia usaha terhadap penerapan ketentuan AMDAL dan UKL/UPL, penanganan kasus pencemaran lingkungan hidup serta pemberlakuan ijin pembuangan air limbah bagi setiap kegiatan yang berpotensi mengeluarkan limbah cair. Sejak tahun 2003 sampai tahun 2007 telah berhasil dilatih 650 orang kader lingkungan hidup yang terdiri dari berbagai unsur masyarakat, dengan rincian sebagai berikut : Tahun 2003 Tahun 2005 Tahun 2006 Tahun 2007 : 150 orang kader lingkungan hidup. : 150 orang kader lingkungan hidup. : 160 orang kader lingkungan hidup. : 190 orang kader lingkungan hidup. Dalam urusan lingkungan hidup, berbagai upaya telah dilakukan dalam rangka mengendalikan tingkat pencemaran air sungai di Kabupaten Bogor. Upaya tersebut antara lain melalui pemantauan kualitas air sungai secara periodik, penguatan kapasitas kelembagaan melalui program Environmental Pollution Control Management (EPCM), produksi bersih, serta penegakkan hukum lingkungan. Penguatan kapasitas kelembagaan melalui program tersebut telah dapat membangun komitmen industri di dalam mewujudkan pemulihan kualitas air sungai. Sementara dari sisi penegakkan hukum lingkungan telah dilakukan penanganan terhadap industri pencemar. Namun demikian, apabila memperhatikan kondisi kualitas air, upaya-upaya pengendalian tingkat pencemaran air yang telah dilakukan masih belum dapat memberikan efek signifikan terhadap pergeseran status mutu air ke tingkat yang lebih baik. Hal tersebut antara lain disebabkan oleh terbatasnya partisipasi sektor industri dalam program EPCM dan produksi bersih serta belum optimalnya upaya penegakkan hukum di dalam memberikan efek shock theraphy terhadap pelaku pencemar. Terkait dengan perkembangan kondisi air tanah di Kabupaten Bogor, beberapa cekungan air tanah kritis secara umum memperlihatkan kondisi ketersediaan air tanah yang semakin menurun dari tahun ke tahun sebagai implikasi dari meningkatnya pengambilan air tanah untuk keperluan industri, domestik serta komersial. Langkah-langkah konservasi dan pengendalian pemanfaatan air bawah tanah telah dilakukan dalam lima tahun terakhir untuk mengendalikan laju penurunan air tanah, terutama di cekungan air tanah kritis. Langkah tersebut meliputi pemantauan kondisi air tanah, pengendalian pemanfaatan pengambilan air tanah melalui perijinan RPJMD Kabupaten Bogor II - 27

53 dan mekanisme disinsentif, pengawasan dan penertiban pengambilan air tanah secara ilegal serta pembuatan percontohan sumur resapan dalam di kawasan tapak industri. Ke depan, untuk memulihkan kondisi air tanah di Cekungan air tanah kritis masih diperlukan penguatan dan peningkatan efektivitas dari pola langkah-langkah sebagaimana telah ditempuh, serta mendorong partisipasi sektor industri di dalam mengembangkan sumur resapan dalam di kawasan industri. Dalam jangka panjang, perkembangan ekonomi wilayah perlu diarahkan pada aktivitas ekonomi yang berkarakter hemat konsumsi air tanah untuk menekan laju pemanfaatan air tanah. Berkenaan dengan aspek kualitas udara, tingkat aktivitas yang cukup tinggi terutama di daerah perkotaan yang mengakibatkan polusi udara yang cukup memprihatinkan. Kontribusi gas buang kendaraan bermotor terhadap polusi udara telah mencapai %. Hal lain yang perlu diperhatikan adalah bahwa pada saat ini semakin banyak industri yang mulai menggunakan batu bara sebagai sumber energi yang berkontribusi terhadap penurunan kualitas udara. Bencana gerakan tanah (tanah longsor) merupa kan peristiwa alam yang seringkali mengakibatkan banyak kerusakan, baik berupa kerusakan lingkungan maupun kerusakan prasarana dan sarana fisik hasil pembangunan serta menimbulkan kerugian yang tidak sedikit baik berupa harta benda maupun korban jiwa manusia. Pada umumnya bencana tanah longsor dipicu oleh turunnya curah hujan yang cukup tinggi, disamping kondisi kelerengan lahan yang cukup terjal dan tidak tertutup oleh vegetasi serta sifat batuan atau tanah yang cukup sensitif terhadap kondisi keairan. Penataan Ruang Di Kabupaten Bogor ukuran keberhasilan urusan pilihan penataan ruang, ditentukan oleh (1) Ketaatan terhadap RTRW, (2) Luas wilayah produktif, (3) Luas wilayah industry, (4) Luas wilayah kebanjiran, (5) Luas wilayah kekeringan, dan (6) Luas wila yah perkotaan. Dari sisi luas, hanya luas wilayah produktif yang mengalami perkembangan sementara yang lainnya relatif konstan. Namun penataan ruang dapat diberikan apresiasi karena tingkat ketaatan terhadap RTRW mencapai 96.86%, artinya bahwa hanya sekitar 3.74% yang tidak taat dalam penataan ruang. Ini menjadi tugas sendiri bagi OPD terkait untuk menjamin bahwa penggunaan ruang dan wilayah harus sesuai dengan RTRW Kabupaten Bogor. Otonomi Daerah Terlepas dari makna otonomi itu sendiri, urusan pilihan otonomi daerah, pemerintahan umum, administrasi keuangan memiliki indikator antara lain adalah Jenis dan jumlah RPJMD Kabupaten Bogor II - 28

54 bank dan cabang serta Jenis dan jumlah perusahaan asuransi dan cabang. Dari kedua indikator tersebut, perkembangannya relatif konstan dari tahun ke tahun. Komunikasi dan Informatika Prosentase pengguna Hp/Telepon di Kabupaten Bogor, relatif mengalami peningkatan dari tahun ke tahun, hingga mencapai 34.48% pada tahun Tercatat bahwa tingkat pertumbuhan penggunaan HP/telepon mencapai 10.57% per tahun. Hal ini merupakan suatu indikasi kemajuan dari masyarakat Kabuupaten Bogor itu sendiri, terlihat dari tingginya permintaan akan komunikasi baik dengan penggunaan HP ataupun telepon rumah di dalam beraktivitas sehari-hari Fokus Iklim Berinvestasi Jumlah dan macam pajak yang diterbitkan relatif sama dari tahun ke tahun kecuali pada tahun 2012, jumlah dan macam pajak ada sebanyak 10 sementara jumlah dan retribusi daerah mencapai 28 jenis retribusi dari tahun 2008 sampai dengan Pada tahun 2012 jumlah dan macam retribusi hanya sebanyak 17 retribusi. Disisi lain, jumlah perda yang mendukung investasi mencapai 78 perda pada tahun Perda dapat menjadi sebuah motivasi ataupun menurunkan minat pengusaha dalam berinvestasi, sehingga untuk setiap perda yang diterbitkan haruslah mendukung iklim investasi di daerah. Karena investor akan menanamkan modalnya pada suatu bidang usaha akan selalu memperhatikan faktor-faktor keamanan lingkungan, kepastian hukum, status lahan investasi dan dukungan pemerintah. Dalam pembangunan perekonomian yang dinamis di tingkat nasional maupun di tingkat regional dan lokal, penanaman modal (investasi) menjadi faktor yang sangat penting karena berperan sangat signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi, penciptaan lapangan kerja, pengembangan sumberdaya strategis nasional, implementasi dan transfer keahlian dan teknologi, pertumbuhan ekspor dan meningkatkan neraca pembayaran. Penanaman modal tersebut akan memberikan banyak dampak ganda (multiplier effects) dan manfaat bagi banyak pihak termasuk perusahaan, masyarakat dan pemerintah. Sektor industri merupakan komponen utama pembangunan daerah yang mampu memberikan kontribusi ekonomi yang cukup besar, tingkat penyerapan tenaga kerja yang banyak dan terjadinya transformasi kultural daerah menuju ke arah modernisasi kehidupan masyarakat. Kinerja sektor industri menengah dan besar pada tahun 2012, dengan nilai investasi Rp ,- menyerap tenaga kerja orang. Sektor industri menengah besar didominasi oleh industri agro dan loga dengan nilai investasi sebesar Rp ,- dan Rp ,-, sementara itu RPJMD Kabupaten Bogor II - 29

55 industri menengah besar yang paling banyak menyerap tenaga kerja adalah industri tekstil dengan jumlah tenaga kerja sebesar orang Sementara potensi industri kecil menengah pada tahun 2012 nilai investasinya mencapai Rp ,- menyerap tenaga kerja sebesar orang. IKM agro merupakan industri kecil menengah yang paling mendominasi dengan nilai investasi mencapai Rp ,- IKM yang paling banyak menyerap tenaga kerja adalah IKM tekstil dengan jumlah tenaga kerja sebesar orang. Pengembangan perdagangan di Kabupaten Bogor difokuskan pada pengembangan sistem distribusi barang dan peningkatan akses pasar, baik pasar dalam negeri maupun pasar luar negeri. Pengembangan sistem distribusi diarahkan untuk memperlancar arus barang, memperkecil disparitas antar daerah, mengurangi fluktuasi harga dan menjamin ketersediaan barang kebutuhan yang cukup dan terjangkau oleh masyarakat. Adapun peningkatan akses pasar dalam negeri maupun luar negeri dilakukan melalui promosi/pameran produk dan misi perdagangan. Jumlah usaha perdagangan yang terdata pada tahun 2012 sebanyak 8982 perusahaan yang diharapkan pertumbuhannya meningkat 1,05% setiap tahunnya. Jumlah investor berkala nasional (PMDN/PMA) kurun waktu mencapai 678 investor dengan nilai investasi sebesar Rp ,- hal tersebut menjadikan kabupaten peringkat ke-6 dari 26 kabupaten/kota di Jawa Barat untuk realisasi PMA dan PMDN. Perkembangan koperasi selama kurun waktu mengalami peningkatan jumlah koperasi sebanyak 4,72%, yaitu dari sebanyak koperasi pada tahun 2011 menjadi koperasi pada tahun Dari jumlah tersebut, yang termasuk ke dalam koperasi aktif adalah sebanyak unit pada tahun 2011 meningkat menjadi 1103 pada tahun Sebagai upaya pembinaan dan dalam rangka mengetahui perkembangannya (aktif tidak aktifnya), telah dilakukan advokasi kepada koperasi-koperasi yang ada di Kabupaten Bogor. Dengan demikian, koperasi yang bermasalah dapat difasilitasi untuk diselesaikan permasalahannya, misalnya melalui pembubaran, amalgamasi atau pembenahan. Kabupaten Bogor mempunyai sumberdaya galian baik non-logam maupun logam. Pada bahan non-logam, berupa bahan piroklastik dan batuan terobosan dari gunung berapi baik itu sudah terubahkan, terendapkan ataupun masive seperti pasir, andesit, gamping, tanah liat dan sebagainya. Bahan galian logam yang utama adalah emas. Bahan galian non logam ini menyebar terutama di bagian barat dan timur kabupaten RPJMD Kabupaten Bogor II - 30

56 Bogor dan sangat sedikit di bagian tengah. Bahan galian logam seperti emas dan galena menyebar di daerah Bogor Barat di sebagian Kecamatan Nanggung dan Cigudeg serta di daerah Bogor Timur di sebagian Kecamatan Cariu dan Tanjungsari. Bahan galian tersebut saat ini sebagian sudah dieksploitasi. Pada lokasi bahan yang sudah dieksploitasi dihasilkan kegiatan ekonomi masyarakat setempat. Tetapi pengelolaan dampak negatif yang ditimbulkan belum dikelola dengan efektif sehingga berpotensi menghasilkan kerusakan lingkungan dan pencemaran. Pertambangan bahan galian non logam, pada lokasi tertentu sudah mengganggu air tanah dan menimbulkan bahaya tanah longsor, sehingga ekonomi masyarakat pasca tambang juga terganggu. Oleh karena itu perencanaan perbaikan lingkungan dan penyediaan alternatif aktivitas ekonomi harus segera dilakukan. Sedangkan yang belum dieksploitasi selain karena belum ekonomis, mungkin juga karena belum diketahui cadangannya secara terukur. Pada bahan tambang yang belum tereksploitasi ini, upaya menekan kerusakan lingkungan harus dilakukan (konservasi sumberdaya mineral). Sampai dengan tahun 2012 terdapat 153 pemegang SIPD/KP yang masih aktif melakukan kegiatan usaha penambangan seluas 9.511,9Ha yang menurun menjadi 116 pemegang usaha, dengan luasan sebesar ,4Ha, aktivitas penambangan tanpa ijin (PETI) terus megalami penurunan melalui upaya penertiban dengan pembinaan dan penutupan kegiatan penambangan, tercata PETI tahun lokasi menurun dari tahun 2008 sebanyak di 45 lokasi dengan luas bukaan tambang 556,62Ha. Selain sumber daya mineral logam dan non logam, Kabupaten Bogor juga memiliki sumberdaya alam panas bumi, dimana terdapat 15 lokasi yang terindikasi memiliki sumberdaya alam panas bumi, 13 diantaranya sudah beroperasi (Ke camatan Pamijahan), dan menghasilkan energi listrik dengan kapasitas 110MW. Rencana sampai dengan tahun 2015 ke 15 lokasi sumber alam panas bumi dapat dioperasikan. Potensi pariwisata di Kabupaten Bogor cukup menjanjikan, namun belum dikelola secara optimal, proporsional dan profesional serta belum ditempatkan sebagai kegiatan industri pariwisata. Potensi pariwisata yang saat ini dimiliki oleh Kabupaten Bogor antara lain : wisata alam, wisata budaya dan wisata belanja. Kawasan Puncak (di sepanjang koridor jalan) pada waktu-waktu tertentu menjadi daya tarik wisata. Hal ini terlihat dari kunjungan wisatawan domestik (sebagian besar berasal dari penduduk Kota Jakarta) yang jumlahnya cukup signifikan, terutama pada waktu akhir pekan atau libur nasional. Upaya yang sudah dilakukan oleh pemerintah daerah dan para pelaku pariwisata belum memberikan dampak signifikan terhadap kemajuan industri pariwisata Kabupaten Bogor. Kunjungan wisatawan pada tahun 2012 ditargetkan sebesar akan tetapi realisasinya mencapai orang terdiri dari orang wisatawan RPJMD Kabupaten Bogor II - 31

57 mancanegara dan orang wisatawan nusantara. Pada tahun 2013 kunjungan wisatawan mencapai orang Fokus Sumberdaya Manusia Sumber daya manusia di Kabupaten Bogor mengalami peningkatan yang baik dari tahun ke tahun, hingga pada tahun 2012 mencapai dengan tingkat ketergantungan sebesar di tahun yang sama. SDM potensi yang terkandung dalam diri manusia untuk mewujudkan perannya sebagai makhluk sosial yang adaptif dan transformatif yang mampu mengelola dirinya sendiri serta seluruh potensi yang terkandung di alam menuju tercapainya kesejahteraan kehidupan dalam tatanan yang seimbang dan berkelanjutan. Jumlah penduduk Kabupaten Bogor pada tahun 2012 menurut hasil Sensus Penduduk sebanyak jiwa dan pada tahun 2013 telah mencapai jiwa naik sebesar 2,44%. Jumlah penduduk Kabupaten Bogor memberikan kontribusi sebesar Rp. 11,08% dari jumlah penduduk Provinsi Jawa Barat yang berjumlah jiwa dan merupakan jumlah terbesar diantara kabupaten/kota di Jawa Barat. Dari komposisi umur penduduk Kabupaten Bogor pada tahun 2013, yaitu usia 0-14 tahun sebanyak jiwa, usia tahun sebanyak jiwa dan usia 65 tahun ke atas sebanyak jiwa, maka angka beban ketergantungan (dependency ratio) mencapai 53,45 yang berarti diantara 100 orang penduduk usia produktif harus menanggung sebanyak 53 orang penduduk usia non produktif. Jumlah pengangguran terbuka mengalami penurunan dibandingkan dengan tahun 2011, dari orang, menjadi orang, pada tahun 2012 turun sebanyak orang (atau sekitar 10, 64%). Kondisi ini menunjukkan bahwa upaya pemerintah Kabupaten Bogor dalam menurunkan jumlah pengangguran telah menunjukan hasil yang memadai, baik yang dilakukan dengan cara mengundang investor, membuka lapangan kerja baru dan meningkatkan keterampilan para pekerja maupun upaya lainnya melalui kemudahan untuk membuka usaha baru dan wirausaha mandiri di sektor formal maupun informal. Tingkat partisipasi angkatan kerja mengalami peningkatan pada tahun 2012 sebesar 65,11% bila dibandingkan dengan tahun 2011, yaitu sebesar 2,57%. Kondisi ini disebabkan implikasi dari bertambahnya angkatan kerja dari luar kabupaten Bogor yang mendapatkan kesempatan kerja atau peluang kerja sehingga berpengaruh terhadap proporsi dari tingkat partisipasi angkatan kerja lokal. RPJMD Kabupaten Bogor II - 32

58 Berkenaan dengan pembangunan kualitas hidup penduduk Kabupaten Bogor, perkembangan kualitas sumberdaya manusia (SDM) Kabupaten Bogor menunjukkan kondisi yang semakin membaik. Hal tersebut antara lain ditunjukkan dengan pencapaian Indeks Pembangunan Manusia (IPM) yang dihitung berdasarkan tiga indikator, yaitu Indeks Pendidikan, Indeks Kesehatan dan Indeks Daya Beli. Pada saat ini, peluang untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia melalui bidang pendidikan sangat terbuka. Hal ini ditopang oleh dukungan pemerintah baik pusat maupun daerah melalui APBN-APBD yang akan berupaya menyediakan anggaran untuk pendidikan sebesar 20 persen. Dalam kaitan ini, pemerintah menyadari bahwa pendidikan merupakan salah satu sarana untuk meningkatkan kecerdasan dan keterampilan manusia, serta mempunyai andil besar terhadap kemajuan sosial ekonomi suatu bangsa. SDM yang berkualitas merupakan salah satu faktor penting bagi kemajuan bangsa. Semakin tinggi tingkat pendidikan masyarakat, maka semakin tinggi kualitas SDM di wilayah tersebut. Peluang untuk mendapatkan lapangan pekerjaan atau menciptakan peluang usaha lebih besar bagi mereka yang berpendidikan tinggi dibandingkan dengan mereka yang berpendidikan rendah Penelaahan RTRW Pemerintah Daerah Kabupaten Bogor telah menyusun dokumen RTRW melalui Peraturan Daerah Kabupaten Bogor Nomor 19 tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bogor tahun , dimana Kabupaten Bogor merupakan salah satu kabupaten/kota yang lebih awal menetapkan Peraturan Daerah tentang RTRW pasca diberlakukannya Undang-undang Nomor 26 tahun Peraturan Daerah nomor 19 tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bogor pada tahun 2013 dilakukukan revisi dan sedang dalam proses penetapan. Revisi rencana tata ruang ini dilakukan dengan beberapa pertimbangan terkait terbitnya peraturan perundang-undangan dan kebijakan pusat dan provinsi yang mempengaruhi sistematika, substansi dan arah kebijakan penataan ruang di wilayah Kabupaten Bogor. Terkait materi perubahan substansi RTRW Kabupaten Bogor tersebut maka berikut ini dilakukan penelaahan rencana tata ruang sebagai matra pemanfaatan spasial terhadap kebijakan pembangunan di Kabupaten Bogor sebagai salah satu bahan kebijakan yang akan diacu. Substansi Rencana Tata Ruang Wilayah yang direvisi meliputi tujuan, kebijakan dan strategi; perwujudan struktur ruang; perwujudan pola ruang serta perwujudan kawasan strategis. RPJMD Kabupaten Bogor II - 33

59 Tujuan penataan ruang Kabupaten Bogor adalah MEWUJUDKAN TATA RUANG WILAYAH YANG BERKUALITAS, BERKELANJUTAN DAN BERWAWASAN LINGKUNGAN YANG BERTUMPU PADA KEGIATAN PARIWISATA, PERMUKIMAN, INDUSTRI DAN PERTANIAN DALAM RANGKA MENDORONG PERKEMBANGAN WILAYAH YANG MERATA DAN BERDAYA SAING MENUJU KABUPATEN BOGOR TERMAJU DAN SEJAHTERA. Untuk mewujudkan tujuan penataan ruang tersebut maka disusun kebijakan dan strategi penataan ruang ditampilkan pada tabel berikut: Tabel 2.5. Kebijakan dan Strategi Penataan Ruang Kebijakan Perwujudan kawasan lindung didalam kawasan hutan dan diluar kawasan hutan dalam rangka optimalisasi fungsi perlindungan regional Pengembangan wisata alam, wisata budaya dan wisata minat khusus sesuai dengan potensi alam dan budaya setempat yang memiliki daya tarik wisatawan mancanegara dengan tetap memperhatikan kelestarian lingkungan hidup Penyediaan lingkungan permukiman perkotaan yang berkualitas, aman, nyaman dan terkoneksi dengan pusat kegiatan di wilayah jabodetabek Pengembangan kawasan peruntukan industri yang bertumpu pada potensi sumber daya lokal yang mampu menghasilkan produk bernilai jual internasional dengan tetap memperhatikan kualitas lingkungan Strategi a. Menetapkan kawasan lindung sesuai dengan fisik lahan, daya dukung dan daya tampung lingkungan; b. mengembalikan dan meningkatkan fungsi kawasan lindung yang telah menurun; c. penerapan prinsip zero delta Q policy pada daerah resapan air; d. membatasi perkembangan kegiatan budidaya terbangun di kawasan rawan bencana; e. membatasi perkembangan kawasan terbangun pada enclave yang berada di dalam kawasan hutan ataupun yang berbatasan dengan kawasan hutan; f. membatasi perkembangan kawasan terbangun pada daerah sempadan sungai, setu dan mata air; dan g. membatasi pengembangan prasarana wilayah di dalam dan di sekitar kawasan lindung. a. mengembangkan kawasan wisata alam dengan memanfaatkan potensi alam yang ada; b. mengembangkan kawasan wisata budaya; c. mengembangkan kawasan wisata minat khusus yang berorientasi pasar domestik dan mancanegara secara selektif; d. Penyediaan prasarana pendukung pariwisata. a. Penyediaan fasilitas permukiman yang lengkap dan berkualitas serta berdaya saing; b. pengembangan permukiman perkotaan yang lebih efisien melalui pembangunan perumahan secara vertikal pada wilayah yang perkotaan cepat tumbuh; c. pengembangan permukiman diprioritaskan kepada hunian yang terintegrasi dengan sistem angkutan massal; d. pemanfaatan teknologi ramah lingkungan, energi terbaharukan dan efisiensi energi di kawasan permukiman perkotaan; e. mengembangkan ruang terbuka hijau dengan luas paling sedikit 30 % (tiga puluh persen) dari luas kawasan perkotaan; f. mengendalikan jumlah pergerakan transportasi melalui pengembangan sistem transportasi massal; g. mengendalikan tata air melalui pengembangan sistem drainase dan peningkatan fungsi resapan air; dan h. mengendalikan dan penataan pertumbuhan kawasan permukiman di daerah rawan bencana dan befungsi lindung. a. mendorong penyediaan kawasan industri yang dikelola secara terpadu, lengkap dan ramah lingkungan; b. mengembangkan dan menata industri rumah tangga melalui pemberian dukungan infrastruktur yang memadai sesuai dengan pola ruang yang dikembangkan; c. meningkatkan sarana dan prasarana penunjang kegiatan industri; d. optimalisasi pemanfaatan sumber daya alam dan sumber daya manusia setempat e. pengembangan tematik industri berdasarkan ketersediaan potensi sumber daya yang tersedia; f. menyediakan sistem transportasi regional yang handal, cepat dan RPJMD Kabupaten Bogor II - 34

60 Kebijakan Mempertahankan areal pertanian tanaman pangan dan penataan pusat permukiman pedesaan sebagai simpul distribusi hasil pertanian dalam rangka mendukung upaya ketahanan pangan berkelanjutan Penataan sistem pusat kegiatan dan pelayanan sarana prasarana wilayah secara berjenjang dan sinergis Mewujudkan kawasan strategis daerah sesuai dengan kepentingan wilayah dan berdaya saing Strategi mudah diakses; g. mengendalikan perkembangan kegiatan industri yang memberikan dampak pencemaran lingkungan dan fungsi resapan air; dan h. membatasi pertumbuhan industri di luar kawasan industri. a. menetapkan kawasan pertanian pangan yang berkelanjutan; b. mempertahankan kawasan lahan pertanian pangan berkelanjutan (LP2B); c. pengembangan jaringan irigasi teknis dan non teknis; d. meningkatkan akses jalan dari sentra produksi pertanian ke pusat pemasaran; e. pemberlakuan insentif dan disinsentif yang mampu mendukung perkembangan usaha kegiatan pertanian; f. mengembangkan kawasan agrobisnis berorientasi agropolitan; g. mengembangkan kawasan minapolitan; h. mengembangkan fasilitas dan infrastruktur serta permukiman perdesaan yang dapat menunjang budidaya perdesaan; i. meningkatkan aksesibilitas kawasan permukiman pedesaan terhadap kawasan perkotaan; j. mengembangkan pusat-pusat jasa, koleksi, dan distribusi produkproduk perdesaan; dan k. mengendalikan pertumbuhan permukiman pedesaan yang berada di kawasan lindung. a. memantapkan pengembangan 3 (tiga) WP dan 12 (dua belas) SWP; b. menetapkan sistem pusat kegiatan PKWp, PKLp, PPK, dan PPLk dan PPLd; c. menata dan mengembangkan sistem jaringan prasarana wilayah yang dapat menjadi pengarah, pembentuk, pengikat, pengendali dan pendorong pengembangan wilayah; d. memantapkan keterkaitan fungsional antar pusat kegiatan perkotaan dan perdesaan secara sinergis; e. mengembangkan sistem jaringan jalan tol, jalan arteri primer, dan kolektor primer; f. mengembangkan sistem transportasi, melalui pengembangan terminal angkutan pada pusat-pusat pertumbuhan di wilayah perkotaan, pengembangan terminal angkutan barang pada kawasan industri dan perdagangan, pengembangan terminal agro pada kawasan sentra produksi pertanian serta keterpaduan moda terhadap moda angkutan massal; g. mendorong pengembangan prasarana telekomunikasi; h. meningkatkan jaringan energi untuk memanfaatkan energi terbarukan dan tak terbarukan secara optimal; i. meningkatkan kualitas jaringan prasarana serta mewujudkan keterpaduan sistem jaringan sumber daya air. j. mempertahankan kelangsungan ketersediaan dan pendistribusian sumber air pertanian dan air bersih perkotaan; k. meningkatkan jaringan transmisi dan distribusi minyak dan gas bumi, serta mewujudkan sistem jaringan pipa minyak dan gas bumi yang optimal; l. mengembangkan sistem penanganan persampahan; m. mengembangkan sarana pemakaman untuk memenuhi kebutuhan tanah kuburan; n. pengembangan sarana pendidikan dan olah raga; dan o. pengembangan sarana peribadatan untuk memenuhi kebutuhan keagamaan masyarakat. a. penetapan kawasan strategis kabupaten yang memiliki nilai strategis pertahanan dan keamanan b. penetapan kawasan strategis kabupaten yang memiliki nilai strategis dari sudut kepentingan ekonomi yang berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi kabupaten c. penetapan kawasan strategis kabupaten yang memiliki nilai strategis dari sudut kepentingan fungsi dan daya dukung lingkungan hidup d. penetapan kawasan strategis yang memiliki nilai strategis pendayagunaan sumberdaya alam dan/atau teknologi tinggi RPJMD Kabupaten Bogor II - 35

61 Rencana Struktur Ruang Struktur ruang adalah susunan pusat-pusat permukiman dan sistem jaringan prasarana dan sarana yang berfungsi sebagai pendukung kegiatan sosial ekonomi masyarakat yang secara hierarkis memiliki hubungan fungsional. Rencana struktur ruang wilayah meliputi pembagian wilayah pengembangan, rencana sistem pusat kegiatan dan rencana sistem jaringan sarana dan prasarana. Wilayah Pengembangan Wilayah pengembangan adalah kesatuan kelompok wilayah administratif kecamatan yang memiliki kesamaan karakteristik fisik dan fungsi yang diarahkan pengembangannya secara terintegrasi. Pembagian wilayah pengembangan ini dibagi kedalam 3 Wilayah Pengembangan dan 12 Sub Wilayah Pengembangan yang tertera pada tabel berikut: Tabel 2.6. Pembagian Wilayah Wilayah Pengembangan Mendorong perkembangan Wilayah Pengembangan (WP) Barat Mengendalikan perkembangan Wilayah Pengembangan (WP) Tengah Mengembangkan perkembangan Wilayah Pengembangan (WP) Timur Arahan Fungsi Pengembangan kegiatan pertanian, pertambangan, kehutanan, perkebunan, pariwisata dan budaya, industri, jasa dan permukiman Pengembangan kegiatan pusat pemerintahan, perdagangan dan jasa, pusat pelayanan sosial, pusat komunikasi, pusat permukiman perkotaan, Pariwisata dan budaya, Industri ramah lingkungan Pengembangan kegiatan perdagangan dan jasa, pertanian, pertambangan, pariwisata, industri manufaktur, pusat permukiman perkotaan. Sub Wilayah Pengembangan a. SWP Cigudeg yang meliputi Kecamatan Cigudeg, Kecamatan Nanggung dan Kecamatan Leuwisadeng; b. SWP Parungpanjang yang meliputi Kecamatan Parungpanjang, Kecamatan Tenjo dan Kecamatan Rumpin; c. SWP Leuwiliang yang meliputi Kecamatan Leuwiliang, Kecamatan Cibungbulang, Kecamatan Pamijahan dan Kecamatan Tenjolaya; d. SWP Jasinga yang meliputi Kecamatan Jasinga dan Kecamatan Sukajaya; dan e. SWP Ciampea yang meliputi Kecamatan Ciampea dan Kecamatan Dramaga a. SWP Cibinong yang meliputi Kecamatan Cibinong, Kecamatan Citeureup, Kecamatan Sukaraja, Kecamatan Bojonggede, Kecamatan Babakan Madang dan Kecamatan Tajurhalang; b. SWP Parung yang meliputi Kecamatan Parung, Kecamatan Gunung Sindur, Kecamatan Kemang, Kecamatan Ciseeng dan Kecamatan Rancabungur; c. SWP Cigombong yang meliputi Kecamatan Cigombong, Kecamatan Caringin dan Kecamatan Cijeruk; d. SWP Ciawi yang meliputi Kecamatan Ciawi, Kecamatan Cisarua dan Kecamatan Megamendung; dan e. SWP Ciomas yang meliputi Kecamatan Ciomas dan Kecamatan Tamansari a. SWP Cileungsi yang meliputi Kecamatan Cileungsi, Kecamatan Gunungputri dan Kecamatan Klapanunggal; b. SWP Jonggol yang meliputi Kecamatan Jonggol, Kecamatan Cariu, Kecamatan Sukamakmur dan Kecamatan Tanjungsari; RPJMD Kabupaten Bogor II - 36

62 Sistem Pusat Kegiatan Sistem pusat kegiatan terbagi atas sistem perkotaan dan sistem pedesaan. Sistem perkotaan disusun secara berhirarkis sesuai dengan ukuran dan fungsi perkotaan sesuai dengan skala pelayanan yang ditentukan. Pembagian struktur pusat kegiatan dalam sistem perkotaan ditetapkan sebagai berikut: 1. Pusat Kegiatan Nasional (PKN), yaitu Kawasan Perkotaan Bodebek; 2. Pusat Kegiatan Wilayah Promosi (PKWp) yaitu Perkotaan Cibinong yang merupakan pusat dari SWP Cibinong; 3. Pusat Kegiatan Lokal Promosi (PKLp) yaitu perkotaan Cileungsi, Cigudeg, Parungpanjang, dan Jonggol; 4. Pusat Pelayanan Kawasan (PPK), yaitu perkotaan Parung, Leuwiliang, Jasinga, Cigombong, Ciawi, Ciomas dan Ciampea; dan Pusat Pelayanan Lingkungan Kota (PPLk) yang tersebar di 22 kecamatan yang merupakan pemusatan aktivitas pelayanan di skala lingkungan permukiman pada wilayah perkotaan. Sedangkan sistem pedesaan dikembangkan untuk memberikan pemerataan pelayanan pada pusat-pusat desa utama yang menjadi simpul aktivitas kegiatan pedesaan dan sebagai instrument untuk memberikan pelayanan ke seluruh wilayah desa. Berdasarkan hal tersebut maka ditetapkan 39 Pusat Pelayanan Lingkungan Desa (PPLd) yang tersebar di 23 Kecamatan. Sistem perdesaan ini dilakukan dengan membentuk Pusat Pelayanan Lingkungan Desa (PPLd) yang dihubungkan dengan sistem jaringan jalan dan infrastruktur yang dibutuhkan untuk pengembangan perdesaan. Terkait dengan pengembangan pusat kegiatan diatas fokus pengembangan diprioritaskan pada pengembangan Cibinong Raya sebagai Pusat Kegiatan Wilayah yang dipromosikan (PKWp) dengan mendorong Cibinong Raya sebagai Pusat Pemerintahan, Pelayanan Sosial dan Ekonomi, Permukiman, Industri, Riset & Teknologi yang memiliki Skala Provinsi dan antar Kabupaten/Kota. Hal ini terkait dengan pengembangan twin metropolitan Bodebek Karpur sebagai Metropolitan Mandiri dengan sektor unggulan industri manufaktur, jasa, keuangan, serta perdagangan, hotel, dan restoran. Selain itu untuk pengembangan pusat kegiatan juga didorong untuk mewujudkan 4 kawasan perkotaan lainnya sebagai Pusat Kegiatan Lokal yang di promosikan sebagai kawasan perkotaan yang berpotensi pada bidang tertentu dan memiliki pelayanan skala daerah atau beberapa kecamatan serta berperan sebagai penyeimbang dalam pengembangan wilayah kabupaten. Terkait hal tersebut maka RPJMD Kabupaten Bogor II - 37

63 pengembangan pusat kegiatan tersebut didorong dengan mengembangkan fasilitas dan infrastruktur seperti yang ditunjukkan dalam tabel berikut : Tabel 2.7. Sistem Pusat Kegiatan Sistem Pusat Kegiatan Perwujudan PKW promosi perkotaan cibinong Perwujudan PKLp Cileungsi Perwujudan PKLp Cigudeg Perwujudan PKLp Parungpanjang Program Yang Didorong Pengembangan rumah sakit cibinong sebagai rumah sakit tipe A Pembangunan sport center di GOR Pakansari Pengembangan kawasan pusat penelitian LIPI Pengembangan akses jaringan jalan regional (1) lingkar Gor Pakansari; (2) Gerbang Tegar Beriman-tol citeureup; (3) Sukahati-jampang; (4) Tol Antasari- Depok-Susukan-Soleh Iskandar Pembangunan terminal tipe A Cibinong Pengembangan sistem angkutan umum masal perkotaan cibinong raya Pengembangan perkotaan hijau cibinong raya Pengembangan CBD kota cibinong Pengembangan kawasan industri Pembangunan kawasan TOD Pengembangan terminal tipe C Pengembangan akses bukaan tol Gunung Geulis Pengembangan rumah sakit tipe B Cileungsi Penataan simpang susun Cileungsi Penataan kawasan industri Cicadas dan Limus Nunggal Pengembangan jalan tol Cimanggis Cibitung Pembangunan TPPS Nambo Pembangunan terminal barang Nambo Pembangunan kawasan TOD Pengembangan rel KA (Nambo-Bekasi) Pembangunan stasiun kereta api Pembangunan pusat pemerintahan Bogor Barat Pembangunan jalan poros barat (1)Cigudeg- Rumpin ; (2)Cigudeg-sukabumi Pengembangan perumahan pegawai bogor barat Pengembangan pusat kota Cigudeg Pengembangan transmisi energi listrik Reklamasi pasca tambang PT. Antam Pengembangan rel KA (Bogor-Rangkas Bitung) Pembangunan terminal barang Pengembangan stasiun kereta api Pengembangan kawasan industry Lokasi Kecamatan Cibinong Kecamatan Cibinong Kecamatan Cibinong Kecamatan Cibinong, Kecamatan Tajurhalang, Kecamatan Bojonggede, Kecamatan Citeureup, Kecamatan Suakraja Kecamatan Cibinong Kecamatan Cibinong, Kecamatan Citeureup, Kecamatan Bojonggede Kecamatan Cibinong Kecamatan Cibinong, kecamatanbabakanmadang Kecamatan Citeureup Kecamatan Bojonggede Kecamatan Citeureup, Kecamatan Bojonggede Kecamatan Cibinong Kecamatan Cileungsi Kecamatan Cileungsi Kecamatan Cileungsi, Kecamatan Gunung Putri, Kecamatan Klapa Nunggal Kecamatan Gunung Putri, Kecamatan Cileungsi Kecamatan Klapa Nunggal Kecamatan Klapa Nunggal Kecamatan Cileungsi Kecamatan Klapa Nunggal, Kecamatan Cileungsi Kecamatan Cigudeg Kecamatan Cigudeg Kecamatan Cigudeg Kecamatan Cigudeg Kecamatan Cigudeg Kecamatan Cigudeg, Kecamatan Leuwisadeng Kecamatan Nanggung Kecamatan Cigudeg Kecamatan Parungpanjang Kecamatan Parungpanjang, Kecamatan Tenjo Kecamatan parungpanjang, Kecamatan Tenjo RPJMD Kabupaten Bogor II - 38

64 Sistem Pusat Kegiatan Perwujudan PKLp Jonggol Program Yang Didorong Pengembangan kawasan permukiman Pengembangan kawasan pusat pendidikan tinggi Penataan pusat kota Parungpanjang Pengembangan kawasan pusat penelitian kedirgantaraan Pengembangan akses jalan tol (Serpong- Balaraja) Pengembangan jaringan rel KA Citayam- Parungpanjang Pengembangan terminal tipe C Pengembangan jaringan jalan poros tengah timur Pengembangan kawasan industry Pengembangan agrowisata terpadu Pengembangan kawasan permukiman terpadu Pembangunan stasiun kereta api Pengembangan terminal tipe C Pembangunan waduk Cijurey Lokasi Kecamatan Parungpanjang, Kecamatan Tenjo, Kecamatan Rumpin Kecamatan Tenjo Kecamatan Parungpanjang Kecamatan Rumpin Kecamatan Tenjo, Kecamatan Parungpanjang Kecamatan Parungpanjang, Kecamatan Rumpin Kecamatan Parungpanjang, kecamatan Tenjo Kecamatan Sukamakmur, Kecamatan Tanjungsari, Kecamatan Cariu Kecamatan Jonggol Kecamatan Sukamakmur, Kecamatan Cariu, Kecamatan Tanjungsari Kecamatan Cariu, Kecamatan jonggol Kecamatan Jonggol Kecamatan Jonggol, Kecamatan Cariu Kecamatan Cariu Sistem Jaringan Prasarana Wilayah Rencana sistem jaringan prasarana wilayah meliputi sistem jaringan prasarana utama yang terdiri dari sistem jaringan transportasi darat, sistem jaringan perkeretaapian, dan sistem jaringan transportasi udara; serta sistem jaringan prasarana lainnya yang terdiri dari sistem jaringan energi dan kelistrikan, sistem jaringan telekomunikasi, sistem jaringan sumber daya air, dan sistem jaringan pengelolaan lingkungan. Rencana Pengembangan sistem jaringan prasarana wilayah tersebut dirinci pada tabel berikut: RPJMD Kabupaten Bogor II - 39

65 Tabel 2.8. Rencana Pengembangan Sistem Jaringan Prasarana Wilayah Klasifikasi Sistem Rencana Pengembangan 1. Sistem Jaringan Prasarana Utama a. Transportasi Darat i. Jaringan Jalan 1. Jalan Nasional: Pengembangan jaringan jalan nasional diarahkan untuk (a) pengembangan jalan tol dan jalan nasional yang sudah ada, (b) pembangunan beberapa ruas jalan tol/bukaan tol baru, (c) pengembangan Jalan Kabupaten yang diprioritaskan untuk diusulkan menjadi status jalan nasional dengan fungsi kolektor primer I, serta (d) Pengembangan Jaringan Jalan Strategis Nasional. 2. Jalan Provinsi: Pengembangan jaringan jalan provinsi diarahkan untuk (a) penanganan terhadap kondisi ruas jalan provinsi dengan fungsi jalan Kolektor Primer II, (b) Pengembangan Jalan Kabupaten yang diprioritaskan untuk diusulkan menjadi status jalan provinsi dengan fungsi kolektor primer III atau jalan baru yang dibangun dengan fungsi kolektor primer III yang berfungsi menghubungkan antar wilayah Kabupaten, serta (c) Pengembangan Jaringan Jalan Strategis Provinsi. 3. Jalan Kabupaten: Pengembangan jaringan jalan kabupaten diarahkan untuk (a) Pengembangan Jalan Arteri Sekunder, (b) Pengembangan Jalan Kolektor Primer IV, (c) Pengembangan Jalan Kolektor Sekunder, serta (d) Pengembangan jalan kabupaten berdasarkan fungsi jalan yang ditetapkan ii. iii. Jaringan pelayanan lalu lintas dan angkutan jalan jaringan prasarana lalu lintas dan angkutan jalan 1. Optimalisasi dan pengendalian pelayanan Angkutan Antar Kota Antar Provinsi (AKAP); 2. Optimalisasi dan pengendalian pelayanan Angkutan Antar Kota Dalam Provinsi (AKDP); 3. Pengembangan Sistem Angkutan Umum Perkotaan Massal (SAUM) meliputi (a) Peng embangan sistem Bus Rapid Transit yang terintegrasi dengan Kota Bogor; (b) Pengembangan sistem Bus Rapid Transit di perkotaan Cibinong; (c) Pengembangan sistem Bus Rapid Transit antar Perkotaan; (d) Pengembangan sistem angkutan monorel/light Rail Transit perkotaan; serta (e) Pengembangan sistem Angkutan Perbatasan Terintegrasi Bus Transjakarta (APTB). 1. Terminal Angkutan: Pengembangan terminal angkutan dilakukan dengan upaya (a) Pengembangan, Pembangunan dan Peningkatan Terminal baik terminal tipe A, B dan C pada 14 lokasi serta (b) Penataan dan pengendalian sub terminal/pangkalan. 2. Terminal Barang/Peti Kemas: Pembangunan terminal barang/peti kemas di 3 lokasi 3. Kawasan Transit Oriented Development: pengembangan kawasan dengan konsep Transit Oriented Development (TOD) sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf c, merupakan kawasan campuran permukiman dan komersil dengan aksesibilitas tinggi terhadap angkutan umum massal, dimana stasiun angkutan umum massal dan terminal angkutan umum massal sebagai pusat kawasan dengan bangunan berkepadatan tinggi. 4. Kawasan Park and Ride: mengembangkan kawasan park and ride baik yang (a) berfungsi untuk memfasilitasi pergerakan komuter baik yang menggunakan angkutan umum masal berbasis rel maupun yang berbasis angkutan bus dikembangkan secara terintegrasi dengan prasarana stasiun maupun terminal serta (b) berfungsi untuk memfasilitasi pergerakan wisata dikembangkan pada daerah tujuan utama wisata yang ada di Kabupaten Bogor. 5. jalur khusus angkutan umum masal dan jalur kendaraan tidak bermotor (non motorized vehicle): dikembangkan pada kawasan perkotaan utama yang memiliki kepadatan penduduk tinggi dan jumlah pergerakan tinggi untuk memberikan pelayanan transportasi yang nyaman bagi penduduk perkotaan. Prioritas pengembangan ini diprioritaskan untuk dikembangkan pada pusat-pusat kegiatan perkotaan dengan fungsi PKWp dan PKLp. b. Perkeretaapian i. Jalur Kereta Api Pengembangan jalur kereta api meliputi (a) Rehabilitasi dan Pengembangan kembali jalur yang sudah tidak berfungsi (1 jalur), (b) Pengembangan Jalur yang sudah ada (2 jalur), serta (c) pembangunan jalur kereta api baru (4 jalur). ii. Stasiun Kereta Api Pengembangan stasiun kereta api meliputi (a) Pemeliharaan dan optimalisasi 2 stasiun penumpang yang sudah ada, (b) Pengembangan 6 stasiun penumpang yang ada dan (c) pembangunan 8 stasiun penumpang baru. c. Transportasi Udara i. Lapangan Udara Pengembangan lapangan udara yang ada baik yang berfungsi sebagai pertahanan keamanan, penelitian dan pendidikan/pelatihan. RPJMD Kabupaten Bogor II - 40

66 Klasifikasi Sistem Rencana Pengembangan ii. Ruang Udara Pengaturan ruang udara baik (a) Ruang udara di sekitar bandara yang dipergunakan untuk operasi penerbangan, (b) Ruang udara yang ditetapkan sebagai jalur penerbangan serta (c) Kawasan Keselamatan Operasi Penerbangan (KKOP) 2. Sistem Jaringan Prasarana Lainnya a. jaringan energi dan kelistrikan i. sarana pembangkit tenaga listrik Peningkatan sarana pembangkit tenaga listrik meliputi PLT Diesel, PLT Air, PLT Mikro Hidro, PLT Panas Bumi, PLT Sampah, PLT Surya ii. jaringan prasarana energi b. Jaringan sumber daya air c. Jaringan pengelolaan lingkungan Pengembangan jaringan pipa transmisi dan distribusi gas bumi, pengembangan sumber minyak dan gas bumi, pembangunan SPPBE dan SPBG. Selain itu juga dilakukan pengembangan dan pengendalian daerah sekitar Gardu Induk, SUTT dan SUTET, dan Jaringan Transmisi Listrik Pengembangan jaringan sumber daya air meliputi (a) penataan dan pengendalian wilayah sungai yang ada di Kabupaten Bogor, (b) penataan dan pemeliharaan jaringan irigasi, (c) konservasi cekungan air tanah, (d ) pemeliharaan dan pengembangan prasarana air baku, serta (e) pengembangan waduk yang diprioritaskan pada waduk cipayung, sukamanah dan cijurei. 1. Jaringan persampahan meliputi: - pembangunan Tempat Pengolahan dan Pemrosesan Akhir Sampah (TPPAS) Regional Nambo - pengembangan Tempat Pengolahan Akhir Limbah Industri di Kecamatan Klapanunggal untuk pengolahan limbah yang mengandung Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) - pengembangan Stasiun Peralihan Antara (SPA) sampah pada setiap Wilayah Pengembangan Barat, Tengah dan Timur 2. Jaringan air limbah meliputi: - pembangunan Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) - pengembangan sarana pengangkutan dan modul IPLT Rencana Pola Ruang Pola ruang adalah distribusi peruntukan ruang dalam suatu wilayah yang meliputi peruntukan ruang untuk fungsi lindung dan fungsi budidaya.telaahan terhadap rencana pola ruang, meliputi Rencana kawasan lindung dan Rencana kawasan budidaya yang memiliki nilai strategis. 1. Kawasan Lindung Berdasarkan analisis pola ruang yang dilakukan dalam rangka revisi rencana tata ruang wilayah Kabupaten Bogor, bahwa Kawasan Lindung di Kabupaten Bogor terdiri atas kawasan lindung di dalam kawasan hutan dan kawasan lindung diluar kawasan hutan. Kawasan lindung di dalam kawasan hutan terdiri atas hutan konservasi berupa Kawasan Pelestarian Alam yang terdiri dari Taman Nasional Gunung Halimun Salak seluas ,01 Ha, Taman Nasional Gunung Gede Pangrango seluas 7.313,72 Ha, Taman Wisata Alam Gunung Pancar seluas 459,76 Ha dan Taman Wisata Alam Telaga Warna serta berupa Kawasan Suaka Alam berupa Cagar Alam (CA) yang terdiri dari CA. Yanlapa, CA. Telaga Warna, CA. Dungus Iwul dan CA. Arca Domas dengan luas total cagar alam seluas 462,36 Ha. Sehingga luas total kawasan lindung di dalam kawasan hutan adalah seluas ,68 Ha (13,7%). RPJMD Kabupaten Bogor II - 41

67 Sedangkan untuk kawasan lindung di luar kawasan hutan berupa kawasan resapan air seluas ,43 Ha (11,21%), kawasan sempadan sungai/situ seluas ,35 Ha (3.35%), kawasan rawan gerakan tanah seluas ,44 Ha (14,05%), kawasan rawan bencana banjir seluas 9.100,98 ha (3,03%) dan kawasan lindung geologi seluas 3.191,21 ha (1,06%). Sehingga total luas kawasan lindung di luar kawasan hutan adalah seluas ,41 ha (32,70%). Berdasarkan luasan tersebut maka kawasan lindung di wilayah Kabupaten Bogor adalah seluas ,10 ha atau sebesar 45,87%. Jumlah ini lebih besar jika dibandingkan dengan arahan kawasan lindung di wilayah Kabupaten Bogor berdasarkan RTRW provinsi Jawa Barat yaitu sebesar 42,70%. 2. Kawasan Budidaya Untuk kawasan budidaya terbagi atas kawasan peruntukkan kegiatan budidaya dan kawasan yang dapat dimanfaatkan untuk kegiatan budidaya tertentu. Kawasan peruntukkan adalah kawasan yang digambarkan diatas peta untuk dominasi kegiatan budidaya tertentu sedangkan kawasan yang dapat dimanfaatkan tidak digambarkan diatas peta pola ruang. Secara total luas kawasan peruntukkan budidaya di Kabupaten Bogor adalah seluas ,4 Ha atau sekitar 86% walaupun demikian dari luas kawasan budidaya tersebut sebesar ,41 Ha merupakan kawasan lindung diluar kawasan hutan sehingga hanya terdapat sekitar ,99 Ha yang dapat dimanfaatkan sebagai kawasan budidaya secara sepenuhnya. Hal ini dikarenakan kawasan lindung diluar kawasan hutan berada di ruang peruntukkan budidaya yang memiliki pengaturan budidaya secara terbatas sesuai dengan fungsi lindung yang ditetapkan. Dari luas kawasan peruntukkan budidaya tersebut terbagi atas : RPJMD Kabupaten Bogor II - 42

68 (a) (b) Kawasan peruntukkan hutan produksi yang terdiri dari hutan produksi tetap seluas ,10 Ha (9,24%) dan hutan produksi terbatas seluas ,82 ha (3,51%); Kawasan peruntukkan pertanian yang terdiri dari kawasan peruntukkan lahan basah seluas ,51 ha (14,09%), kawasan perun tukkan lahan kering seluas ,26 ha (7,06%), kawasan peruntukkan perkebunan seluas ,67 (11,74%); (c) Kawasan peruntukkan industri seluas 7.954,60 ha (2,65%); (d) Kawasan peruntukkan permukiman yang terdiri dari kawasan peruntukkan permukiman pedesaan seluas ,43 ha (4,02%) dan kawasan peruntukkan permukiman perkotaan seluas ,77 ha (31,97%). Selain itu kawasan yang dimanfaatkan untuk kegiatan budidaya tertentu dapat diarahkan pada kawasan peruntukkan budidaya dengan mengikuti ketentuan yang berlaku. Kawasan ini terdiri dari kawasan peternakan, kawasan perikanan, kawasan pertambangan, kawasan pariwisata dan kawasan lainnya. 3. Rencana Kawasan Strategis Wilayah Kabupaten Bogor selain memiliki fungsi ekonomi juga memiliki fungsi konservasi lingkungan, pertahananan keamanan serta pemanfaatan sumber daya alam dan pemanfaatan teknologi tinggi. Oleh karena itu pengembangan perwilayahan di Kabupaten Bogor dikembangkan berdasarkan fungsi kawasan strategis baik yang ditetapkan di tingkat nasional, provinsi maupun kabupaten. Perincian fungsi kawasan strategis yang ada di wilayah Kabupaten Bogor, dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 2.9. Fungsi Kawasan Strategis Klasifikasi Nama Kawasan Strategis Fungsi Kawasan Strategis Nasional KSN Jabodetabekpunjur Ekonomi KSN SKSD Palapa Klapanunggal Pendayagunaan SDA dan teknologi tinggi. Kawasan Strategis Provinsi KSP Bogor-Puncak-Cianjur Lingkungan hidup KSP Jonggol Ekonomi KSP Panas Bumi dan Pertambangan Mineral Bumi Gunung Salak-Pongkor Pendayagunaan SDA dan teknologi tinggi KSP Panas Bumi Gunung Gede- Pangrango Pendayagunaan SDA dan teknologi tinggi Kawasan Strategis KSK Pangkalan TNI Udara Lapangan Pertahanan dan Keamanan Kabupaten Udara Atang Sanjaya pendidikan/latihan pasukan perdamaian dunia (Peacekeeping) KSK Pusat Kota Cibinong Ekonomi KSK pusat Kota Cileungsi KSK Pusat Kota Cigudeg KSK Pusat Kota Parung Panjang KSK Puncak Lingkungan hidup RPJMD Kabupaten Bogor II - 43

69 Klasifikasi Nama Kawasan Strategis Fungsi KSK Lapangan Panas Bumi Awi Bengkok KSK Pusat Penelitian Kedirgantaraan LAPAN KSK Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) KSK pertambangan ANTAM Pendayagunaan SDA dan teknologi tinggi Kebijakan rencana tata ruang wilayah Kabupaten Bogor tersebut selanjutnya dapat dilihat persebarannya dalam rancangan Peta Struktur Ruang, Peta Wilayah Pengembangan dan Kawasan Strategis serta Peta Pola Ruang yang dapat dilihat pada gambar berikut : RPJMD Kabupaten Bogor II - 44

70 Gambar 2.3. Peta Rencana Struktur Ruang RPJMD Kabupaten Bogor II - 45

71 Gambar 2.4. Peta Rencana Wilayah Pengembangan Dan Kawasan Strategis RPJMD Kabupaten Bogor II - 46

72 Gambar 2.5. Peta Rencana Pola Ruang RPJMD Kabupaten Bogor II - 47

73 Gambar 2.6. Peta Rencana Tata Ruang Wilayah RPJMD Kabupaten Bogor II - 48

74 BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN 3.1. Kinerja Keuangan Masa Lalu Keuangan daerah merupakan faktor strategis yang turut menentukan kualitas penyelenggaraan pemerintahan daerah, mengingat kemampuannya akan mencerminkan daya dukung manajemen pemerintahan daerah terhadap penyelenggaraan urusan pemerintahan yang menjadi tanggungjawabnya. Tingkat kemampuan keuangan daerah, dapat diukur dari kapasitas pendapatan asli daerah, rasio pendapatan asli daerah terhadap jumlah penduduk dan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). Guna memahami tingkat kemampuan keuangan daerah, maka perlu dicermati kondisi kinerja keuangan daerah, baik kinerja keuangan masa lalu maupun kebijakan yang melandasi pengelolaannya Kinerja Pelaksanaan APBD Guna mengetahui perkembangan kinerja keuangan pemerintah daerah, tidak terlepas dari batasan pengelolaan keuangan daerah sebagaimana diatur dalam Undangundang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah, Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah dan Peraturan Menteri Dalam Negeri (Permendagri) Nomor 13 Tahun 2006 juncto Permendagri Nomor 59 tahun 2007 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 Tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah serta Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 12 Tahun 2008 tentang Pokok-pokok Pengelolaan Keuangan Daerah. Sesuai ketentuan tersebut, kinerja keuangan pemerintah daerah akan berkaitan dengan aspek kinerja pelaksanaan APBD serta aspek kondisi neraca daerahnya. Guna melihat kinerja pelaksanaan APBD, tidak terlepas dari struktur pendapatan daerah dan akurasi belanjanya. Sementara itu neraca daerah akan mencerminkan perkembangan dari kondisi asset pemerintah daerah, kondisi kewajiban pemerintah daerah serta kondisi ekuitas dana yang tersedia. Sumber penerimaan daerah terdiri atas : 1) Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang terdiri dari Pajak Daerah, Retribusi Daerah, Pengelolaan Kekayaan Daerah yang telah dipisahkan dan Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah; 2) Dana Perimbangan yang meliputi Bagi Hasil Pajak, Bagi Hasil Bukan Pajak, Dana Alokasi Umum dan Dana Alokasi Khusus; dan 3) Kelompok Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah meliputi Bagi Hasil RPJMD Kabupaten Bogor III - 1

75 Pajak Provinsi, Dana Penyesuaian Otonomi Khusus, Bantuan Keuangan dari Provinsi dan PEMDA lainnya dan Bagi Hasil Retribusi Provinsi. Pendapatan dari dana perimbangan sebenarnya di luar kendali Pemerintah Daerah karena alokasi dana tersebut ditentukan oleh Pemerintah Provinsi berdasarkan formula yang telah ditetapkan. Penerimaan dari dana perimbangan sangat bergantung dari penerimaan Pemerintah Pusat dan formula dana alokasi umum. Dengan demikian, untuk menjamin pendapatan daerah, Pemerintah Daerah memfokuskan pada pengembangan pendapatan asli daerah. Sedangkan pembiayaan bersumber dari Sisa Lebih Perhitungan Anggaran (SiLPA), Penerimaan Pinjaman Daerah, Dana Cadangan Daerah (DCD), Hasil Penjualan Kekayaan Daerah yang dipisahkan dan penerimaan dari piutang daerah. Selain dana dari penerimaan daerah tersebut, daerah menerima dana yang bersumber dari Pemerintah Provinsi berupa dana dekonsentrasi dan dana tugas pembantuan yang mana dana tersebut sesuai dengan kebijakan Pemerintah Provinsi yang diperuntukan bagi kepentingan pelaksanaan pembangunan di Kabupaten Bogor. Oleh karena itu, dana masyarakat dan swasta sangat dibutuhkan dalam menentukan keberhasilan pembangunan di Kabupaten Bogor yang dapat memberikan kontribusi lebih dari 80 persen dari total pembangunan. Kinerja pelaksanaan APBD Kabupaten Bogor 5 (lima) tahun terakhir yaitu tahun 2008 hingga tahun 2013, digunakan sebagai dasar dalam penyusunan RPJMD Kabupaten Bogor periode Tahun Untuk mendapatkan gambaran lebih rinci tentang kondisi kinerja pelaksanaan APBD serta neraca daerah dapat diuraikan sebagai berikut : Kinerja Pengelolaan Pendapatan Daerah Kebijakan pendapatan Kabupaten Bogor selama kurun waktu , diarahkan untuk Optimalisasi Penerimaan Pendapatan Daerah dan Peningkatan Pelayanan Administrasi Pemungutan Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang Efisien, Efektif dan Taat pada Ketentuan yang Berlaku, yang dilakukan melalui langkah/ upaya pokok, yaitu: 1. Intensifikasi dan ekstensifikasi Pendapatan Asli Daerah; 2. Peningkatan pelayanan administrasi pemungutan PATDA; 3. Peningkatan pemahaman dan kesadaran masyarakat di bidang pendapatan daerah. Dengan ketiga langkah di atas, diharapkan dapat meningkatkan kemampuan keuangan daerah, yakni terdapatnya perkembangan pendapatan daerah yang merupakan sumber pembiayaan untuk pelaksanaan fungsi-fungsi pemerintahan. RPJMD Kabupaten Bogor III - 2

76 Kurun waktu tahun 2008 sampai dengan tahun 2013 pendapatan daerah Kabupaten Bogor mengalami perkembangan yang cukup besar baik dari sisi target maupun realisasi. Berikut digambarkan trend target dan realisasi pendapatan daerah Kabupaten Bogor kurun waktu tahun 2008 sampai dengan tahun 2013, sebagai berikut : TAHUN Tabel 3.1. Target Pendapatan Daerah Kabupaten Bogor Tahun PAD DANA PERIMBANGAN LAIN-LAIN PENDAPATAN YANG SAH JUMLAH Sumber : LPJP , dan Lap Semester I 2013 TAHUN Tabel 3.2. Realisasi Pendapatan Daerah Kabupaten Bogor Tahun PAD DANA PERIMBANGAN LAIN-LAIN PENDAPATAN YANG SAH JUMLAH , , , ,99 Sumber : LPJP , dan Lap Semester I 2013 Berdasarkan data trend target dan realisasi pendapatan daerah sebagaimana tergambar di atas terlihat bahwa perkembangan Pengelolaan Pendapatan Daerah setiap tahunnya terus meningkat selama dalam kurun waktu periode , yaitu kenaikan realisasi rata-rata mencapai 15,43 persen dan kenaikan target rata-rata mencapai 14,53 persen, dimulai dari tahun 2008 sebesar Rp dari target Rp , berturut-turut dalam periode tersebut meningkat sampai dengan tahun 2013 sebesar Rp ,99 dari target Rp ,00. Sementara itu, rata-rata komposisi Pendapatan Daerah Kabupaten Bogor periode tahun dapat digambarkan pada diagram berikut ini. RPJMD Kabupaten Bogor III - 3

77 Target REALISASI Dana Perimbangan Lain-Lain Pendapatan Yang Sah; 20,25% PAD 19,46% Dana Perimbangan 59,90% Lain-Lain Pendapatan Yang Sah; 19,74% PAD; 20,37% 60,29% Gambar 3.1. Rata-Rata Komposisi (prosentase) Pendapatan Daerah Kabupaten Bogor Tahun Dari gambar diatas terlihat bahwa komponen Pendapatan Daerah yang memberikan kontribusi terbesar terhadap realisasi Pendapatan Daerah Kabupaten Bogor dalam kurun waktu tahun adalah Dana Perimbangan yaitu mencapai 59,90 persen, kemudian Pendapatan Asli Daerah sebesar 20,37 persen dan Lain-Lain Pendapatan Daerah yang Sah sebesar 19,74 persen. Kondisi tersebut menunjukkan bahwa pendapatan Kabupaten Bogor pada dasarnya sangat dipengaruhi oleh penerimaan-penerimaan dari pemerintah pusat yaitu Dana Perimbangan. Proporsi PAD sebesar 20,37 persen terhadap total pendapatan selama kurun waktu telah mencapai dan memenuhi syarat rasio kecukupan penerimaan ( Revenue Adequacy Ratio) yang minimal sebesar 20 persen dari total pendapatan daerah sebagaimana standar yang berlaku di era otonomi daerah. Namun demikian potensi riil dari PAD harus terus dioptimalkan menjadi potensi terpungut, agar syarat kecukupan ( sufficient condition) tetap terpenuhi pada tahun yang akan datang, dan akan terus meminimalisir ketergantungan pada dana yang berasal dari pemerintah pusat. Namun jika dilihat perkembangan prosentase PAD dari tahun ke tahun terus mengalami peningkatan hal ini terlihat dalam gambar dibawah ini : RPJMD Kabupaten Bogor III - 4

78 PAD Dana Perimbangan Lain-Lain Pendapatan Yang Sah ,54% 50,57% 21,89% ,51% 51,81% 21,68% Tahun ,85% 15,90% 51,60% 64,19% 28,55% 19,92% ,51% 69,98% 14,51% ,88% 71,24% 11,88% % Rerata Realisasi Komposisi Gambar 3.2. Rata-Rata Komposisi (prosentase) Pendapatan Daerah Kabupaten Bogor Tahun Pada Tahun 2013 komposisi Realisasi PAD terhadap Pendapatan Daerah sudah mencapai 27,54 persen yang semula pada tahun 2008 komposisi Realisasi PAD terhadap Pendapatan Daerah sebesar 16,83 persen atau naik sebesar 10,32 persen. Kontribusi Pendapatan Asli Daerah terhadap total Pendapatan Daerah Kabupaten Bogor, dalam kurun waktu tahun 2008 sampai dengan tahun 2013 secara rata-rata selama 5 tahun telah mencapai 27,54 persen Kondisi tersebut jika dikaitkan dengan syarat kemandirian dalam pelaksanaan otonomi daerah, Pendapatan Asli Daerah dapat memberikan dukungan yang besar terhadap total pendapatan daerah kontribusi ideal mencapai minimal 20 persen. Untuk Tahun 2013 Pemerintah Kabupaten Bogor telah melampaui angka konstribusi ideal tersebut, jika dibandingkan dengan Kabupaten/Kota yang lain di Jawa Barat dan Kabupaten/Kota di Indonesia maka kontribusi Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Bogor sudah di atas kondisi rata-rata, karena Kabupaten/kota lainnya baru mencapai 5 persen sampai dengan 10 persen. Perkembangan penerimaan Pendapatan Daerah Kabupaten Bogor selama kurun waktu tahun 2008 sampai dengan tahun 2013, secara linier terus meningkat dari masing-masing komponen Pendapatan Daerah, terutama dari Dana Perimbangan, Pendapatan Asli Daerah (PAD) khususnya Pajak Daerah, dan Lain-lain Pendapatan yang Sah, dengan perincian sebagai berikut : 1. Pengelolaan Pendapatan Asli Daerah Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Bogor bersumber dari 4 (empat) komponen, yaitu: (a) Pajak Daerah, (b) Retribusi Daerah, (c) Pengelolaan Kekayaan RPJMD Kabupaten Bogor III - 5

79 Daerah yang Dipisahkan, dan (d) Lain-Lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah. Secara ringkas gambaran target dan realisasi pendapatan asli daerah Kabupaten Bogor selama kurun waktu tahun 2008 sampai dengan tahun 2013 adalah sebagai berikut : Tabel 3.3. Target Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Bogor Tahun Tahun Pajak Daerah Retribusi Daerah Pengelolaan Kekayaan Daerah yg Dipisahkan Lain-lain PAD yang Sah Jumlah Sumber : LPJP , dan Laporan Realisasi APBD Anggaran Tahun 2013 per tanggal 31 Des 2013 Tabel 3.4. Realisasi Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Bogor Tahun Tahun Pajak Daerah Retribusi Daerah Pengelolaan Kekayaan Daerah yg Dipisahkan Lain-lain PAD yang Sah Jumlah , ,99 Sumber : LPJP , dan Laporan Realisasi APBD Anggaran Tahun 2013 per tanggal 31 Des 2013 Pengelolaan Kekayaan Daerah yg Dipisahkan; 4,06% Lain-lain PAD yang Sah; 13,56% TARGET Pajak Daerah; 58,92% REALISASI Pajak Daerah; 59,47% Retribusi Daerah; 23,51% Pengelolaan Kekayaan Daerah yg Dipisahkan; 3,13% Lain-lain PAD yang Sah; 13,90% Gambar 3.3. Rata-Rata Komposisi prosentase PAD Kabupaten Bogor Tahun Perkembangan pendapatan Asli Daerah sebagaimana tergambar di atas, tak terlepas dari upaya-upaya yang telah dilakukan baik itu intensifikasi dan ekstensifikasi pemungutan terhadap sumber-sumber Pendapatan Asli Daerah, Peningkatan pelayanan administrasi pemungutan Pajak Daerah dan Retribusi RPJMD Kabupaten Bogor III - 6

80 Daerah serta Peningkatan pemahaman dan kesadaran masyarakat di bidang pendapatan daerah. Perincian realisasi dari kelompok PAD sebagai berikut. a. Pajak Daerah Pendapatan daerah yang berasal dari Pajak Daerah bersumber dari 10 jenis Pajak Daerah, yakni Pajak Hotel, Pajak Restoran, Pajak Hiburan, Pajak Reklame, Pajak Penerangan Jalan, Pajak Parkir, Pajak Air Tanah, Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan, Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) dan Pajak Bumi dan Bangunan Sektor Perdesaan dan Perkotaan. Pajak Daerah sebagai sumber Pendapatan Asli Daerah merupakan komponen yang paling dominan, hal tersebut ditandai dengan kontribusinya terhadap Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Bogor dalam kurun waktu tahun 2008 sampai dengan tahun 2013 yakni mencapai 59,47 persen. Peningkatan penerimaan PAD dalam kurun waktu sangat signifikan, semula pada tahun 2008 sebesar Rp , menjadi sebesar Rp ,99, pada tahun 2013, hal ini menunjukan adanya peningkatan sebesar Rp atau 23,82 persen, dengan rata-rata peningkatan pertahun sebesar 4,76 persen. Untuk lebih jelasnya, dalam kurun waktu tahun , gambaran target dan realisasi Pajak Daerah dapat digambarkan pada Tabel berikut ini. Tabel 3.5. Target Pajak Daerah Kabupaten Bogor Tahun No. Jenis Pajak Hasil Pajak Daerah Pajak Hotel Pajak Restoran Pajak Hiburan Pajak Reklame Pajak Penerangan Jalan Pajak Pengambilan Bahan Galian Golongan C Pajak Parkir Pajak Air Bawah Tanah Pajak Sarang Burung Walet Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan Pajak Bumi dan Bangunan Sektor Perdesaan & Perkotaan Sumber : LPJP , dan Laporan Realisasi APBD Anggaran Tahun 2013 per tanggal 31 Des 2013 RPJMD Kabupaten Bogor III - 7

81 Tabel 3.6. Realisasi Pajak Daerah Kabupaten Bogor Tahun No. Jenis Pajak Hasil Pajak Daerah ,05 1 Pajak Hotel ,00 2 Pajak Restoran ,90 3 Pajak Hiburan ,50 4 Pajak Reklame ,00 5 Pajak Penerangan Jalan ,41 6 Pajak Pengambilan Bahan Galian Golongan C Pajak Parkir ,00 8 Pajak Air Bawah Tanah ,16 9 Pajak Sarang Burung Walet Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan ,20 11 Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan ,00 12 Pajak Bumi dan Bangunan Sektor Perdesaan & Perkotaan ,88 Sumber : LPJP , dan Laporan Realisasi APBD Anggaran Tahun 2013 per tanggal 31 Des 2013 Tabel 3.7. Rata-rata Target Komposisi Komponen Pajak Daerah Tahun URAIAN PAJAK DAERAH RATA-RATA KOMPOSISI REALISASI (%) 1 Pajak Hotel 5,30% 2 Pajak Restoran 5,19% 3 Pajak Hiburan 2,96% 4 Pajak Reklame 2,23% 5 Pajak Penerangan Jalan 23,89% 6 Pajak Pengambilan Bahan Galian Golongan C 8,37% 7 Pajak Parkir 0,41% 8 Pajak Air Bawah Tanah 3,45% 9 Pajak Sarang Burung Walet 0,01% 10 Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan 28,78% 11 Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan 6,85% 12 Pajak Bumi dan Bangunan Sektor Perdesaan & Perkotaan 12,56% Sumber : LPJP , dan Laporan Realisasi APBD Anggaran Tahun 2013 per tanggal 31 Des 2013 Dari tabel diatas, terlihat bahwa yang paling dominan dari 12 jenis pajak daerah yang ada di Kabupaten Bogor pada kurun waktu tahun adalah Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan yang mencapai 28,78 persen dan Pajak Penerangan Jalan yang mencapai 23,89 persen. Hal tersebut didukung oleh perkembangan penggunaan listrik di wilayah Kabupaten Bogor, baik itu dari sektor rumah tangga maupun bisnis. RPJMD Kabupaten Bogor III - 8

82 b. Retribusi Daerah Retribusi daerah merupakan komponen Pendapatan Asli Daerah yang memberikan kontribusi terbesar kedua setelah pajak daerah, yakni dalam kurun waktu tahun 2008 sampai dengan tahun 2013 kontribusi retribusi daerah terhadap Pendapatan Asli Daerah yang mencapai 23,51 persen sejalan dengan upaya-upaya pengembangan penerimaan pendapatan daerah dari pelayanan yang diberikan oleh pemerintah Kabupaten Bogor (Retribusi Daerah) selama kurun waktu tahun pun terdapat perkembangan yang positif, baik itu dari jenis retribusi Jasa Umum, Retribusi Jasa Usaha maupun dari jenis Retribusi Perijinan Tertentu. Pada kurun waktu tahun terdapat 38 jenis dari 3 (tiga) kategori retribusi yang menjadi sumber penerimaan Pendapatan Asli Daerah, yaitu: 1) Kategori Jasa Umum, terdiri dari 10 (sepuluh) jenis retribusi, yaitu: a) Retribusi Pelayanan Umum; b) Retribusi Pelayanan Persampahan/Kebersihan; c) Retribusi Pelayanan Pemakaman dan Pengabuan Mayat; d) Retribusi Pelayanan Parkir di Tepi Jalan Umum; e) Retribusi Pengujian kendaraan Bermotor; f) Retribusi Perijinan Usaha di Bidang Perdagangan; g) Retribusi Pendaftaran Perusahaan; h) Retribusi Perizinan Usaha di Bidang Perindustrian; i) Retribusi Penggantian Biaya KTP dan Akte Catatan Sipil, dan j) Retribusi Penyedotan Kakus. 2) Kategori Jasa Usaha, terdiri dari 7 (tujuh) jenis retribusi, yaitu: a) Retribusi Pemakaian Kekayaan Daerah; b) Retribusi Terminal Penumpang; c) Retribusi Tempat Khusus Parkir; d) Retribusi Penyedotan Kakus; e) Retribusi Rumah Potong Hewan; f) Retribusi Tempat Rekreasi dan Olahraga, dan g) Retribusi Izin Usaha Pariwisata. 3) Kategori Perijinan Tertentu, terdiri dari 21 jenis retribusi, yaitu: a) Retribusi Izin Mendirikan Bangunan; b) Retribusi Izin Gangguan; c) Retribusi Izin Trayek; d) Retribusi Izin Pengeboran dan Pengambilan Air Bawah Tanah; RPJMD Kabupaten Bogor III - 9

83 e) Retribusi Izin Ketenagakerjaan; f) Retribusi Izin Pembuangan Air Limbah (IPAL); g) Retribusi Izin Peruntukan Penggunaan Tanah (IPPT); h) Retribusi Izin Usaha Jasa Konstruksi; i) Retribusi Izin Angkutan; j) Retribusi Izin Usaha Pariwisata; k) Retribusi Ijin Tenaga Kerja Asing; l) Retribusi Ijin Penampungan CTKI; m) Retribusi IjinPendirian Bursa Kerja Khusus dan LPPS; n) Retribusi Ijin Operasional LKKS dan BLKLN; o) Retribusi Ijin Pemakaian Pesawat/Bejana Uap; p) Retribusi Ijin Pesawat Angkat/Angkut; q) Retribusi Ijin Pemakaian Bejana Uap; r) Retribusi Ijin Instalasi Penyalur/Penangkal Petir; s) Retribusi Perizinan Usaha di Bidang Perdagangan; t) Retribusi Pendaftaran Perusahaan, dan u) Retribusi Perizinan Usaha di Bidang Perindustrian. Namun demikian dari seluruh jumlah retribusi tersebut terjadi perubahan setiap tahunnya. Perkembangan jenis pungutan di Kabupaten Bogor dari retribusi daerah sejak tahun 2008 sampai tahun 2013 diuraikan pada tabel-tabel berikut ini. RPJMD Kabupaten Bogor III - 10

84 Tabel 3.8. Rencana Anggaran Perkembangan Jumlah Retribusi Daerah di Kabupaten Bogor Berdasarkan Kelompok/Jenis Retribusi Daerah Tahun Jenis Retribusi Tahun Rerata I Retribusi Jasa Umum 107,18 113,52 107,83 102,97 102,87 109,25 107,27 1 Retribusi Pelayanan Kesehatan 108,35 115,8 109,65 103,87 103,64 111,66 108,83 2 Retribusi Pelayanan Persampahan/Kebersihan 100,57 100,06 100,07 100,23 100,1 101,14 100,36 3 Retribusi Pelayanan Pemakaman dan Pengabuan Mayat 106,5 100,75 100,03 101,52 109,29 118,72 106,14 4 Retribusi Pelayanan Parkir di tepi jalan umum 87,04 92, ,04 96,61 5 Retribusi Pengujian Kendaraan bermotor 95,03 100, ,01 100,1 99,19 6 Retribusi Perizinan Usaha di Bidang Perdagangan - 41,69 71, ,85 7 Retribusi Pendaftaran Perusahaan - 70,22 124, ,4 8 Retribusi Perizinan Usaha di Bidang Perindustrian - 119,42 107, ,76 9 Retribusi Penggantian Biaya KTP dan Akte Catatan Sipil 110,8 142, ,24 10 Retribusi Penyedotan Kakus ,04 100,11 100,02 50,03 II Retribusi Jasa Usaha 116,14 91,13 101,95 97,33 91,57 93,63 98,62 1 Retribusi Pemakaian Kekayaan Daerah 100,9 138,6 106,25 119, ,84 115,75 2 Retribusi Terminal Penumpang 60,59 81,43 85, ,04 100,08 85,36 3 Retribusi Tempat Khusus Parkir 107,26 88, , ,1 99,3 4 Retribusi Penyedotan Kakus 100,17 100,16 100, ,09 5 Retribusi Rumah Potong Hewan 101,16 101,03 95,4 101,32 101,95 98,19 99,84 6 Retribusi Tempat Rekreasi dan Olahraga 96,22 100, ,13 102,42 112,81 100,34 7 Retribusi Izin Usaha Pariwisata 87, ,57 III Retribusi Perizinan tertentu 80,67 101,55 95,44 91,54 86,49 98,51 92,37 1 Retribusi Izin Mendirikan Bangunan 127,65 96,2 102,77 108,81 115,72 101,41 108,76 2 Retribusi Izin Gangguan 109,98 88,01 109,41 120,01 114,68 101,18 107,21 3 Retribusi Izin Trayek 61,15 100,02 100,57 100,02 100,04 100,5 93,72 4 Retribusi Izin Pengeboran dan Pengambilan Air Bawah Tanah 100,88 71,39 121, ,99 5 Retribusi Izin Ketenagakerjaan , ,25 6 Retribusi Izin Pembuangan Air Limbah (IPAL) 118,19 106,02 106, ,12 7 Retribusi Izin Peruntukan Penggunaan Tanah (IPPT) 108,14 123,36 131, ,44 8 Retribusi Izin Usaha Jasa Konstruksi 102,1 73,27 102, ,34 9 Retribusi Izin Angkutan 147,78 100,48 100, ,08 10 Retribusi Izin Usaha Pariwisata - 148,58 106, ,47 11 Retribusi Ijin Tenaga Kerja Asing ,27 19,71 12 Retribusi Ijin Penampungan CTKI ,33 13 Retribusi IjinPendirian Bursa Kerja Khusus dan LPPS ,33 14 Retribusi Ijin Operasional LKKS dan BLKLN ,33 15 Retribusi Ijin Pemakaian Pesawat/Bejana Uap 132, ,81 16 Retribusi Ijin Pesawat Angkat/Angkut 145, ,94 17 Retribusi Ijin Pemakaian Bejana Uap 100, ,5 18 Retribusi Ijin Instalasi Penyalur/Penangkal Petir , ,71 19 Retribusi Perizinan Usaha di Bidang Perdagangan 96, ,03 20 Retribusi Pendaftaran Perusahaan 114, ,03 21 Retribusi Perizinan Usaha di Bidang Perindustrian 122, ,4 Sumber : LPJP , dan Laporan Realisasi APBD Anggaran Tahun 2013 per tanggal 31 Des 2013 Dari 38 jenis retribusi tersebut, secara nominal jenis retribusi daerah yang memberikan kontribusi terbesar adalah berasal dari Retribusi Pemakaian Kekayaan Daerah sebesar 115,75 persen; Retribusi Pelayanan Kesehatan sebesar 108,83 persen dan Retribusi Izin Mendirikan Bangunan sebesar 108,76 persen, diikuti oleh Retribusi Ijin Gangguan sebesar 107,21 persen, Retribusi Pelayanan Pemakaman/ Pengabuan Mayat sebesar 106,14 persen, Retribusi Pelayanan Persampahan/ Kebersihan sebesar 100,36 persen dan Retribusi Tempat Rekreasi dan Olah Raga sebesar 100,34 persen. Sedangkan perkembangan target dan realisasi Retribusi Daerah di Kabupaten Bogor dalam kurun waktu tahun , berdasarkan jenis retribusi daerah dapat dilihat pada tabel-tabel berikut ini. RPJMD Kabupaten Bogor III - 11

85 Tahun Tabel 3.9. Realisasi Anggaran Perkembangan Jumlah Retribusi Daerah di Kabupaten Bogor Berdasarkan Kelompok/Jenis Retribusi Daerah Tahun Jenis Retribusi Daerah Jasa Umum Jasa Usaha Perijinan Tertentu Jumlah Rp % Rp % Rp % Rp T ,18 86,10 123,96 R T ,52 109,74 98,47 R T ,83 98,09 104,78 R T ,97 102,75 109,24 R T ,87 109,21 115,61 R T ,25 106,80 101,51 R Rerata 107,27 102,11 108, Sumber : LPJP , dan Laporan Realisasi APBD Anggaran Tahun 2013 per tanggal 31 Des 2013 Dari tabel di atas, terlihat bahwa jenis retribusi yang memeliki prosentase realisasi terbesar adalah dari jenis retribusi Perijinan Tertentu yakni sebesar 108,93 persen, Retribusi Jasa Umum sebesar 107,27 persen dan Retribusi Jasa Usaha sebesar 102,11 persen. Tabel Prosentase Realisasi Target Retribusi Daerah Kabupaten Bogor Tahun Tahun Realisasi Retribusi Daerah (%) Jasa Umum Jasa Usaha Perijinan Tertentu ,76 2,74 51, ,65 3,30 46, ,06 3,11 59, ,46 3,54 63, ,28 3,82 59, ,11 3,22 51,67 Rerata 41,22 3,29 55,49 Sumber : LPJP , dan Laporan Realisasi APBD Anggaran Tahun 2013 per tanggal 31 Des 2013 Berdasarkan data di atas, terlihat bahwa jenis retribusi daerah yang memberikan kontribusi terbesar terhadap realisasi retribusi daerah adalah dari jenis retribusi Perijinan Tertentu yakni sebesar 55,49 persen kemudian Retribusi Jasa Umum sebesar 41,22 persen dan Retribusi Jasa Usaha sebesar 3,29 persen. Adapun bila dilihat berdasarkan per komponen retribusi daerah, maka dapat terlihat pada tabel berikut ini : RPJMD Kabupaten Bogor III - 12

86 Tabel Target Retribusi Jasa Umum Kabupaten Bogor Tahun Uraian Retribusi Jasa Umum Retribusi Pelayanan Kesehatan Retribusi Pelayanan Persampahan/ Kebersihan Retribusi Pelayanan Pemakaman dan Pengabuan Mayat Retribusi Pelayanan Parkir di tepi jalan umum Retribusi Pengujian Kendaraan bermotor Retribusi Perizinan Usaha di Bidang Perdagangan Retribusi Pendaftaran Perusahaan Retribusi Perizinan Usaha di Bidang Perindustrian Retribusi Penggantian Biaya KTP dan Akte Catatan Sipil Retribusi Penyedotan Kakus Sumber : LPJP , dan Laporan Realisasi APBD Anggaran Tahun 2013 per tanggal 31 Des 2013 Tabel Realisasi Retribusi Jasa Umum Kabupaten Bogor Tahun Uraian Retribusi Jasa Umum Retribusi Pelayanan Kesehatan Retribusi Pelayanan Persampahan/ Kebersihan Retribusi Pelayanan Pemakaman dan Pengabuan Mayat Retribusi Pelayanan Parkir di tepi jalan umum Retribusi Pengujian Kendaraan bermotor Retribusi Perizinan Usaha di Bidang Perdagangan Retribusi Pendaftaran Perusahaan Retribusi Perizinan Usaha di Bidang Perindustrian Retribusi Penggantian Biaya KTP dan Akte Catatan Sipil Retribusi Penyedotan Kakus Sumber : LPJP , dan Laporan Realisasi APBD Anggaran Tahun 2013 per tanggal 31 Des 2013 Tabel Target Retribusi Jasa Usaha Kabupaten Bogor Tahun Uraian Retribusi Jasa Usaha Retribusi Pemakaian Kekayaan Daerah Retribusi Terminal Penumpang Retribusi Tempat Khusus Parkir Retribusi Penyedotan Kakus Retribusi Rumah Potong Hewan Retribusi Tempat Rekreasi dan Olahraga Retribusi Izin Usaha Pariwisata Sumber : LPJP , dan Laporan Realisasi APBD Anggaran Tahun 2013 per tanggal 31 Des 2013 RPJMD Kabupaten Bogor III - 13

87 Tabel Realisasi Retribusi Jasa Usaha Kabupaten Bogor Tahun Uraian Retribusi Jasa Usaha Retribusi Pemakaian Kekayaan Daerah Retribusi Terminal Penumpang ,00 3 Retribusi Tempat Khusus Parkir ,00 4 Retribusi Penyedotan Kakus Retribusi Rumah Potong Hewan ,00 6 Retribusi Tempat Rekreasi dan Olahraga ,00 7 Retribusi Izin Usaha Pariwisata Sumber : LPJP , dan Laporan Realisasi APBD Anggaran Tahun 2013 per tanggal 31 Des 2013 Tabel Target Retribusi Perijinan Tertentu Kabupaten Bogor Tahun Uraian Retribusi Perizinan tertentu Retribusi Izin Mendirikan Bangunan Retribusi Izin Gangguan Retribusi Izin Trayek Retribusi Izin Pengeboran dan Pengambilan Air Bawah Tanah Retribusi Izin Ketenagakerjaan Retribusi Izin Pembuangan Air Limbah (IPAL) Retribusi Izin Peruntukan Penggunaan Tanah (IPPT) Retribusi Izin Usaha Jasa Konstruksi Retribusi Izin Angkutan Retribusi Izin Usaha Pariwisata Retribusi Ijin Tenaga Kerja Asing Retribusi Ijin Penampungan CTKI Retribusi IjinPendirian Bursa Kerja Khusus dan LPPS Retribusi Ijin Operasional LKKS dan BLKLN Retribusi Ijin Pemakaian Pesawat/Bejana Uap Retribusi Ijin Pesawat Angkat/Angkut Retribusi Ijin Pemakaian Bejana Uap Retribusi Ijin Instalasi Penyalur/Penangkal Petir Retribusi Perizinan Usaha di Bidang Perdagangan Retribusi Pendaftaran Perusahaan Retribusi Perizinan Usaha di Bidang Perindustrian Sumber : LPJP , dan Laporan Realisasi APBD Anggaran Tahun 2013 per tanggal 31 Des 2013 Tabel Realisasi Retribusi Perijinan Tertentu Kabupaten Bogor Tahun Uraian Retribusi Perizinan tertentu Retribusi IMB Retribusi Izin Gangguan Retribusi Izin Trayek Retribusi Izin Pengeboran dan Pengambilan Air Bawah Tanah Retribusi Izin Ketenagakerjaan Retribusi Izin Pembuangan Air Limbah (IPAL) Retribusi Izin Peruntukan Penggunaan Tanah (IPPT) Retribusi Izin Usaha Jasa Konstruksi Retribusi Izin Angkutan Retribusi Izin Usaha Pariwisata Retribusi Ijin Tenaga Kerja Asing Retribusi Ijin Penampungan CTKI Retribusi IjinPendirian Bursa Kerja Khusus dan LPPS Retribusi Ijin Operasional LKKS dan BLKLN Retribusi Ijin Pemakaian Pesawat/Bejana Uap Retribusi Ijin Pesawat Angkat/Angkut Retribusi Ijin Pemakaian Bejana Uap Retribusi Ijin Instalasi Penyalur/Penangkal Petir Retribusi Perizinan Usaha di Bidang Perdagangan Retribusi Pendaftaran Perusahaan Retribusi Perizinan Usaha di Bidang Perindustrian Sumber : LPJP , dan Laporan Realisasi APBD Anggaran Tahun 2013 per tanggal 31 Des 2013 RPJMD Kabupaten Bogor III - 14

88 c. Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan, bersumber dari deviden yang diperoleh dari hasil usaha daerah atas penyertaan modal terhadap perusahaan daerah (PDAM) maupun lembaga keuangan (Bank Jabar dan PD. BPR/PD. PK). Selama kurun waktu tahun 2008 sampai dengan tahun 2013 perkembangan penerimaan dari Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan digambarkan sebagai berikut: Tabel Target Penerimaan Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah Yang Dipisahkan (Deviden) Kabupaten Bogor Tahun TAHUN URAIAN BAGIAN LABA PERUSAHAN MILIK DAERAH LEMBAGA KEUANGAN DAERAH JUMLAH Sumber : LPJP , dan Laporan Realisasi APBD Anggaran Tahun 2013 per tanggal 31 Des 2013 Tabel Realisasi Penerimaan Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah Yang Dipisahkan (Deviden) Kabupaten Bogor Tahun TAHUN URAIAN BAGIAN LABA PERUSAHAN MILIK DAERAH LEMBAGA KEUANGAN DAERAH JUMLAH Sumber : LPJP , dan Laporan Realisasi APBD Anggaran Tahun 2013 per tanggal 31 Des 2013 Sumber penerimaan Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang dipisahkan adalah berasal dari Perusahaan Daerah (PDAM) dan Lembaga Keuangan Daerah (Bank Jabar, PD. BPR dan PD/PK). Selain itu, dalam upaya peningkatan peran Perusahaan Daerah dalam Pendapatan Asli Daerah serta dalam rangka mengoptimalkan pengelolaan Pertambangan di Kabupaten Bogor, maka pada Tahun 2012 mulai beroperasi PD. Prayoga yang diharapkan dapat lebih mengoptimalkan kualitas pengelolaan pertambangan sehingga dapat memberikan kontribusi pada penerimaan Pendapatan Asli Daerah khususnya dari deviden (laba usaha daerah) dari pengelolaan pertambangan daerah sebagaimana dimaksud. RPJMD Kabupaten Bogor III - 15

89 d. Lain-Lain PAD yang Sah Komponen penerimaan dari Lain-Lain PAD yang Sah merupakan jenis penerimaan selain dari penerimaan dari Pajak Daerah, Retribusi Daerah dan Pengelolaan Kekayaan Darah yang dipisahkan yang terdiri dari 8 jenis penerimaan, yaitu : (1) Hasil Penjualan Aset Daerah yang Tidak Dipisahkan; (2) Penerimaan Jasa Giro; (3) Penerimaan Bunga Deposito; (4) Tuntutan Ganti Kerugian Dearah; (5) Penerimaan Denda Keterlambatan Pelaksanaan Pekerjaan; (6) Penerimaan Denda Pajak Daerah; (7) Penerimaan Denda Retribusi Daerah dan (8) Pendapatan Lain-lain. Komponen Lain-Lain PAD yang sah ini memberikan kontribusi sekitar 13,80 persen setiap tahunnya dengan besaran nilainya berfluktuatif dengan rata-rata capaian target terhadap realisasi 94,85 persen. Dimana, kontributor terbesar rata-rata realisasi pada periode tahun adalah Penerimaan Jasa Giro sebesar 23,89 persen dan Penerimaan Bunga Deposito 50,76 persen, kemudian pada periode tahun terjadi perubahan kontributor terbesar yaitu Penerimaan Bunga Deposito sebesar 21,51 persen dan Pendapatan BLUD sebesar 62,59 persen. Sehingga secara keseluruhan periode tahun kontributor terbesar pada komponen ini yaitu berturut-turut Penerimaan Bunga Deposito sebesar 36,14 persen dan Pendapatan BLUD sebesar 37,97 persen. Berikut perkembangan Lain-Lain PAD yang Sah dari tahun Tabel Target Penerimaan Lain-Lain PAD yang Sah Tahun Uraian Lain-Lain PAD yang Sah Hasil Penjualan Aset Daerah Yang Tidak Dipisahkan Penerimaan Jasa Giro Pendapatan Bunga Deposito Tuntutan Ganti Kerugian Daerah Pendapatan Denda Keterlambatan Pelaksanaan Pekerjaan Pendapatan Denda Pajak Pendapatan Denda Retribusi Pendapatan dari pengembalian Pendapatan BLUD Pendapatan Lain-lain Pendapatan Kontribusi (KSO) Dana Talangan Raskin Penjualan Benih Padi Sumber : LPJP , dan Laporan Realisasi APBD Anggaran Tahun 2013 per tanggal 31 Des 2013 RPJMD Kabupaten Bogor III - 16

90 Tabel Realisasi Penerimaan Lain-Lain PAD yang Sah Tahun Uraian Lain-Lain PAD yang Sah ,94 Hasil Penjualan Aset Daerah Yang Tidak Dipisahkan ,00 Penerimaan Jasa Giro ,00 Pendapatan Bunga Deposito ,00 Tuntutan Ganti Kerugian Daerah ,00 Pendapatan Denda Keterlambatan Pelaksanaan Pekerjaan ,00 Pendapatan Denda Pajak ,94 Pendapatan Denda Retribusi ,00 Pendapatan dari pengembalian ,00 Pendapatan BLUD ,00 Pendapatan Lain-lain ,00 Pendapatan Kontribusi (KSO) ,00 Dana Talangan Raskin Penjualan Benih Padi Sumber : LPJP , dan Laporan Realisasi APBD Anggaran Tahun 2013 per tanggal 31 Des 2013 e. Pengelolaan Dana Perimbangan Penerimaan dari sektor Dana perimbangan, hampir di seluruh Kabupaten/Kota se-indonesia merupakan sektor penerimaan yang memberikan kontribusi paling besar terhadap total Pendapatan Daerah Kabupaten/kota. Begitu juga di Kabupaten Bogor, kurun waktu tahun 2008 sampai dengan tahun 2012 penerimaan dari Dana Perimbangan merupakan penerimaan terbesar dalam total pendapatan daerah, rata-rata hampir mencapai 59,34 persen. Berikut ini perkembangan penerimaan Dana Perimbangan Kabupaten Bogor kurun waktu tahun 2008 sampai dengan tahun TAHUN Tabel Target Penerimaan Dana Perimbangan Kabupaten Bogor Tahun BAGI HASIL PAJAK BAGI HASIL BUKAN PAJAK DANA ALOKASI UMUM DANA ALOKASI KHUSUS TOTAL Sumber : LPJP , dan Laporan Realisasi APBD Anggaran Tahun 2013 per tanggal 31 Des 2013 TAHUN Tabel Realisasi Penerimaan Dana Perimbangan Kabupaten Bogor Tahun BAGI HASIL PAJAK BAGI HASIL BUKAN PAJAK DANA ALOKASI UMUM DANA ALOKASI KHUSUS TOTAL Sumber : LPJP , dan Laporan Realisasi APBD Anggaran Tahun 2013 per tanggal 31 Des 2013 RPJMD Kabupaten Bogor III - 17

91 f. Pengelolaan Lain-Lain Pendapatan Daerah Yang Sah Lain-Lain Pendapatan Daerah Yang Sah merupakan komponen ketiga dalam struktur pendapatan daerah Kabupaten Bogor, dalam pendapatan daerah Kabupaten Bogor kurun waktu tahun kontribusi dari Lain-Lain Pendapatan Yang Sah rata-ratanya adalah sebesar 19,74 persen. Penerimaan dari Lain-Lain Pendapatan Daerah Yang Sah berasal dari penerimaan yang bersumber dari Pemerintah Pusat maupun Pemerintah Propinsi, yang meliputi : Bagi Hasil Pajak Propinsi, Dana Penyesuaian Otonomi Khusus, Bantuan Keuangan dari Pemerintah Propinsi dan Pemerintah Daerah Lainnya, serta dari Bagi Hasil Retribusi Propinsi. Pada table-tabel berikut ini perkembangan penerimaan Lain-Lain Pendapatan Daerah yang Sah Kabupaten Bogor. Tabel Target Penerimaan Lain-Lain Pendapatan Daerah Yang Sah Kabupaten Bogor Tahun Uraian Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah Pendapatan Hibah Dana Bagi Hasil Pajak dari Provinsi dan Pemerintah Daerah lainnya Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus Bantuan Keuangan dari Provinsi atau Pemerintah Daerah Lainnya Dana Bagi Hasil Retribusi dari Provinsi dan Pemerintah Daerah Lainnya Dana Alokasi Cukai Hasil Tembakau Dana Transfer Lainnya Dana Bantuan Penanggulangan Bencana Sumber : LPJP , dan Laporan Realisasi APBD Anggaran Tahun 2013 per tanggal 31 Des 2013 Tabel Realisasi Penerimaan Lain-Lain Pendapatan Daerah Yang Sah Kabupaten Bogor Tahun Uraian Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah ,00 Pendapatan Hibah ,00 Dana Bagi Hasil Pajak dari Provinsi dan Pemerintah Daerah lainnya ,00 Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus ,00 Bantuan Keuangan dari Provinsi atau Pemerintah Daerah Lainnya ,00 Dana Bagi Hasil Retribusi dari Provinsi dan Pemerintah Daerah Lainnya ,00 Dana Alokasi Cukai Hasil Tembakau ,00 Dana Transfer Lainnya Dana Bantuan Penanggulangan Bencana Sumber : LPJP , dan Laporan Realisasi APBD Anggaran Tahun 2013 per tanggal 31 Des Kinerja Pengelolaan Belanja Daerah Berdasarkan Permendagri No. 13 Tahun 2006 sebagaimana telah diubah dengan permendagri nomor 59 Tahun 2007 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah, RPJMD Kabupaten Bogor III - 18

92 kebijakan anggaran belanja secara umum diarahkan untuk memenuhi rencana anggaran belanja untuk seluruh bagian belanja pada setiap bidang urusan pemerintahan daerah yang menjadi kewenangan kabupaten yang terdiri dari 26 urusan wajib, 8 urusan pilihan serta urusan yang penanganannya dalam bagian atau bidang tertentu yang dapat dilaksanakan bersama antara pemerintah dan pemerintah daerah atau antar pemerintah daerah yang ditetapkan dengan ketentuan perundang-undangan. Kebijakan belanja menurut kelompok belanja terdiri dari: 1. Belanja tidak langsung, yang ditujukan untuk memenuhi: (1) belanja pegawai; (2) belanja bunga; (3) belanja subsidi; (4) belanja hibah; (5) belanja bantuan sosial; (6) belanja bagi hasil kepad a Propinsi/Kabupaten/Kota dan pemerintah desa; (7) belanja bantuan keuangan kepada Propinsi/Kabupaten/Kota dan pemerintah desa; dimana kedua jenis belanja tersebut ditujukan untuk memberikan bagian dari pajak dan retribusi daerah kepada pemerintah desa/kelurahan sebagaimana ketentuan yang berlaku, serta ditujukan untuk memberikan bantuan keuangan bagi perorangan, kelompok masyarakat, organisasi kemasyarakatan, LSM, organisasi profesi, partai politik dan bantuan untuk instansi vertikal yang ada di Kabupaten Bogor serta bantuan keuangan bagi program unggulan yang telah direncanakan oleh Pemerintah Kabupaten Bogor, serta; (8) belanja tidak terduga yang jenis belanjanya meliputi pengeluaran yang berkenaan dengan penanganan bencana alam, bencana sosial dan pengeluaran tidak tersangka lainnya yang sangat diperlukan dalam rangka penyelenggaraan kewenangan pemerintahan daerah, yaitu pengeluaranpengeluaran yang sangat dibutuhkan untuk penyediaan sarana dan prasarana langsung dengan pelayanan masyarakat, yang anggarannya tidak tersedia dalam tahun anggaran yang bersangkutan serta ditujukan untuk pengembalian atas kelebihan penerimaan yang terjadi dalam tahun anggaran yang telah ditutup dengan dukungan bukti-bukti yang sah; 2. Belanja langsung ditujukan untuk memenuhi alokasi biaya bagi kegiatan pembangunan yang hasilnya dirasakan langsung oleh masyarakat, baik berupa barang dan/atau jasa publik, fisik maupun non-fisik yang terdiri dari belanja pegawai, belanja barang dan jasa serta belanja modal. Belanja Daerah Pemerintah Kabupaten Bogor tahun telah ditetapkan dalam Peraturan Daerah tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Kabupaten Bogor. Besarnya anggaran belanja yang telah ditetapkan setiap tahunnya terus mengalami peningkatan. semula pada tahun 2008 sebesar Rp dan pada tahun 2013 menjadi Rp atau naik sebesar 13,71 persen. RPJMD Kabupaten Bogor III - 19

93 Demikian pula bila dilihat dari realisasi belanja. Pada tahun 2008 sebesar Rp kemudian menjadi Rp pada tahun 2013 atau naik sebesar 14,21 persen. Sementara itu, bila dilihat berdasarkan realisasinya terhadap anggaran yang telah ditetapkan maka rata-rata dalam kurun waktu mencapai sebesar 90,02 persen. Perkembangan anggaran dan realisasi Belanja daerah menurut kelompok belanja dari tahun , baik untuk kelompok belanja tidak langsung dan belanja langsung adalah sebagai berikut : Tabel Anggaran Belanja Daerah Kabupaten Bogor Tahun NO URAIAN I BELANJA TIDAK LANGSUNG Belanja Pegawai Belanja Non Pegawai II BELANJA LANGSUNG Belanja Pegawai Belanja Barang dan Jasa Belanja Modal Sumber : LPJP , dan Laporan Realisasi APBD Anggaran Tahun 2013 per tanggal 31 Des 2013 Sumber : LPJP , dan Laporan Realisasi APBD Anggaran Tahun 2013 per tanggal 31 Des 2013 Untuk kelompok belanja langsung dari tahun baik alokasi anggaran maupun realisasi anggaran juga mengalami peningkatan. Alokasi anggaran belanja langsung pada tahun 2008 sebesar Rp kemudian menjadi Rp , pada tahun 2013 atau jika dirata-rata peningkatannya per tahun sebesar 12,002 JUMLAH Tabel Realisasi Belanja Daerah Kabupaten Bogor Tahun NO URAIAN I BELANJA TIDAK LANGSUNG 1,009,189,458,251 1,168,003,420,872 1,391,768,797,633 1,660,958,254,961 1,779,883,679, Belanja Pegawai 761,365,834, ,132,711,626 1,051,726,123,751 1,243,574,049,174 1,430,702,692, Belanja Non Pegawai 247,823,623, ,870,709, ,042,673, ,384,205, ,180,986, II BELANJA LANGSUNG 749,585,465,414 1,011,660,481,183 1,237,171,424,579 1,576,798,443,725 1,894,117,656, Belanja Pegawai 128,536,850, ,469,664, ,775,180, ,974,180, ,517,643, Belanja Barang dan Jasa 255,033,012, ,865,841, ,009,893, ,153,533, ,132,580, Belanja Modal 366,015,601, ,324,974, ,386,350, ,670,729,991 1,035,467,433, JUMLAH 1,758,774,923,665 2,179,663,902,055 2,628,940,222,212 3,237,756,698,686 3,674,001,336, persen. Demikian pula bila dilihat berdasarkan realisasi belanja langsung, pada tahun 2008 sebesar Rp ,- kemudian menjadi Rp ,- pada tahun 2013 atau jika dirata-rata peningkatannya per tahun sebesar 17,69 persen. Adapun pencapaian realisasi anggaran terhadap alokasi RPJMD Kabupaten Bogor III - 20

94 anggaran yang telah ditetapkan dalam kurun waktu tersebut mencapai rata-rata sebesar 86,24 persen. Realisasi yang lebih rendah dari rencana anggaran tersebut, disebabkan oleh : (1) adanya upaya penghematan atas belanja barang habis pakai di masing-masing unit kerja; (2) pengendalian yang ketat atas perjalanan dinas dalam daerah, luar daerah dan perjalanan dinas khusus setda diutamakan pada perjalanan yang benar-benar mendukung kelancaran tupoksi organisasi dan koordinasi untuk sinergi pelaksanaan masing-masing kewenangan; (3) adanya pemilahan dan seleksi kembali atas belanja pemeliharaan kantor/gedung kerja, kendaraan dinas, alat studio dan komunikasi serta alat-lat kantor lainnya sesuai dengan kebutuhan dan dan kegunaannya; (4) adanya sisa lelang/sisa tender untuk pekerjaan yang dilakukan oleh pihak ketiga serta adanya beberapa pekerjaan yang tertunda dan diluncurkan pada tahun anggaran berikutnya. Sementara itu, untuk kelompok belanja tidak langsung dari tahun baik alokasi anggaran maupun realisasi anggaran juga mengalami peningkatan. Alokasi anggaran belanja tidak langsung pada tahun 2008 sebesar Rp naik menjadi Rp pada tahun 2013 atau jika dirata-rata peningkatan pertahun 15,98 persen. Demikian pula bila dilihat berdasarkan realisasi belanja tidak langsung, pada tahun 2008 sebesar Rp menjadi Rp pada tahun 2013 atau jika dirata-rata peningkatan pertahun sebesar 10,99 persen. Rata-rata pencapaian realisasi anggaran terhadap alokasi anggaran yang telah ditetapkan dalam kurun waktu tersebut mencapai sebesar 93,83 persen. Hal ini disebabkan oleh alokasi untuk accress belanja gaji dan tunjangan pegawai tidak seluruhnya direalisasi. Sedangkan jika melihat dari proporsi komposisi belanja langsung dan belanja tidak langsung terhadap belanja daerah maka yang memberikan konstribusi terbesar terhadap total pengeluaran belanja daerah adalah belanja tidak langsung yaitu sebesar 93,83 persen sedangkan untuk belanja langsung sebesar 86,24 persen. Hal ini, menunjukkan bahwa penggunaan belanja tidak langsung secara rinci terlihat dalam tabel dibawah ini. Tabel Presentase Realisasi Belanja Daerah Kabupaten Bogor Tahun NO URAIAN TAHUN I BELANJA TIDAK LANGSUNG 84,52 92,19 98,10 96,26 95,39 42,06 1 BELANJA PEGAWAI 91,14 92,95 98,15 95,93 96,27 31,30 2 BELANJA NON PEGAWAI 69,10 89,99 97,97 97,26 91,92 10,76 RPJMD Kabupaten Bogor III - 21

95 II BELANJA LANGSUNG 83,25 90,84 90,48 85,71 83,04 51,44 1 BELANJA PEGAWAI 88,58 91,31 93,14 90,76 93,48 5,36 2 BELANJA BARANG DAN JASA 88,51 90,91 92,90 92,00 89,45 19,32 3 BELANJA MODAL 78,35 90,67 88,10 79,26 77,83 93,50 Sumber : LPJP , dan Laporan Realisasi APBD Anggaran Tahun 2013 per tanggal 31 Des 2013 Kelompok Belanja Tidak Langsung yang terdiri dari 8 (delapan) jenis belanja, yaitu : (1) Belanja Pegawai; (2) Belanja Subsidi; (3) Belanja Hibah; (4) Belanja Bantuan Sosial; (5) Belanja bagi Hasil Kepada Propinsi/Kabupaten/Kota dan Pemerintah Daerah; (6) Belanja Bantuan Keuangan Kepada Propinsi/Kabupaten/Kota dan Pemerintah Daerah; (7) Belanja Tidak Terduga dan (8) Belanja Bagi Hasil Dan Bantuan Keuangan. Penggunaan terbesar dari total Belanja Tidak Langsung adalah untuk Belanja Pegawai, yaitu rata-rata sebesar 72,88 persen, kemudian untuk Belanja Bagi Hasil Dan Bantuan Keuangan sebesar 19,40 persen, Belanja Tidak Terduga sebesar 3,35 persen, Belanja Bantuan Sosial sebesar 2,18 persen, dan Belanja Bantuan Keuangan kepada Propinsi/Kabupaten/Kota dan Pemerintah Daerah sebesar 1,41 persen. Sementara itu, pada jenis Belanja Langsung yang terdiri dari 3 (tiga) jenis belanja yaitu : (1) Belanja Pegawai; (2) Belanja Barang dan Jasa dan (3) Belanja Modal, diketahui bahwa penggunaan terbesar belanja langsung adalah untuk : (1) belanja modal sebesar 47,66 persen; (2) b arang dan jasa sebesar 39,63 persen dan (3) belanja pegawai sebesar 12,71 persen, sebagaimana berikut ini: Tabel Proporsi Jenis Belanja Langsung terhadap Total Realisasi Belanja Langsung Tahun NO URAIAN Rata-rata 1 Belanja Pegawai 19,36 15,31 11,87 13,14 11,10 11,04 10,28 2 Belanja Barang dan Jasa 38,44 39,13 42,46 47,23 39,08 33,53 33,58 3 Belanja Modal 62,32 55,64 56,19 56,31 70,24 60,57 47,67 Sumber : LPJP , dan Laporan Realisasi APBD Anggaran Tahun 2013 per tanggal 31 Des 2013 Tabel Target Belanja Daerah Kabupaten Bogor Berdasarkan Urusan Pemerintahan Tahun NO URAIAN URUSAN WAJIB URUSAN PILIHAN JUMLAH Sumber : LPJP , dan Laporan Realisasi APBD Anggaran Tahun 2013 per tanggal 31 Des 2013 Tabel Realisasi Belanja Daerah Kabupaten Bogor Berdasarkan Urusan Pemerintahan Tahun NO URAIAN URUSAN WAJIB URUSAN PILIHAN JUMLAH Sumber : LPJP , dan Laporan Realisasi APBD Anggaran Tahun 2013 per tanggal 31 Des 2013 RPJMD Kabupaten Bogor III - 22

96 Tabel Porsentase Belanja Urusan Wajib dan Urusan Pilihan Terhadap Total Belanja Daerah URUSAN Rata-Rata WAJIB 83,68 91,49 94,24 90,71 88,32% 88,32% 89,69% PILIHAN 92,38 92,88 97,00 93,20 95,47% 95,47% 94,19% Sumber : LPJP , dan Laporan Realisasi APBD Anggaran Tahun 2013 per tanggal 31 Des 2013 Berdasarkan data diatas, rata-rata pencapaian realisasi kurun waktu , untuk Urusan Wajib adalah sebesar 89,69 persen dan Urusan Pilihan sebesar 94,19 persen. Sementara itu, alokasi anggaran untuk Urusan Wajib mencapai sebesar 95,756 persen dan untuk Urusan Pilihan sebesar 4,24 persen. Kemudian, peningkatan realisasi alokasi anggaran untuk urusan wajib mencapai sebesar 95,55 persen, adapun untuk urusan pilihan mencapai sebesar 4,45 persen. Besarnya alokasi anggaran untuk Urusan Wajib, sejalan dengan prioritas dan kebijakan pembangunan daerah yang telah disepakati antara Pemerintah Daerah Kabupaten Bogor dan DPRD Kabupaten Bogor. Adapun alokasi terbesar dipergunakan untuk membiayai belanja pada: (1) Urusan Pendidikan sebesar 17,17 persen; (2) Urusan Pemerintahan Umum sebesar 12,05 persen; (3) Ur usan Pekerjaan Umum sebesar 7,84 persen; dan (4) Urusan Kesehatan sebesar 5,87 persen Kinerja Pengelolaan Pembiayaan Daerah Stuktur Pembiayaan terdiri dari Penerimaan daerah dan Pengeluaran daerah. Komponen Penerimaan Daerah terdiri dari: (1) Si sa Lebih Perhitungan Anggaran Tahun Anggaran Sebelumnya; (2) Pencairan Dana Cadangan; (3) Hasil Penjualan Aset Daerah yang Dipisahkan; (4) Penerimaan Pinjaman Daerah; (5) Penerimaan kembali Pemberian Pinjaman; (6) Penerimaan Piutang Daerah; dan (7) Peneri maan Pihak Ketiga, adapun komponen Pengeluaran Daerah terdiri dari: (1) Pembentukan Dana Cadangan; (2) Penyertaan Modal (Investasi) Daerah; (3) Pembayaran Pokok Utang; (4) Pemberian Pinjaman Daerah; (5) Sisa Lebih Sementara Perhitungan Anggaran Tahun Berke naan; dan (6) Pengeluaran Pihak KeTiga. Dimana jumlah defisit anggaran pada setiap tahunnya tidak boleh lebih besar dari 3 persen PDRB dan dapat ditutupi dari penerimaan pembiayaan setelah dikurangi dengan pengeluaran pembiayaan. Kontribusi terbesar dalam penerimaan pembiayaan adalah dari Sisa Lebih Perhitungan Anggaran Tahun Anggaran Sebelumnya (SiL PA), dalam kurun waktu jika dilihat berdasarkan rata-rata prosentase besaran SiLPA terhadap total belanja daerah adalah sebesar 100 persen. Diketahui bahwa SiLPA merupakan kas bebas (free cash) yang belum terikat penggunaannya. Penggunaan SiLPA dilakukan terkait dengan adanya kebijakan anggaran defisit atau karena adanya perubahan anggaran. SiLPA merepresetasikan sisa kas yang timbul karena realisasi pendapatan daerah yang melebihi realisasi belanja RPJMD Kabupaten Bogor III - 23

97 daerah. Dengan demikian, SiLPA dapat memberikan tanda adanya kinerja anggaran yang baik. Tabel Perkembangan Rencana Pembiayaan Tahun No. URAIAN PEMBIAYAAN a Penerimaan Daerah Sisa Lebih Perhitungan Anggaran Tahun Anggaran Sebelumnya (SiLPA) Pencairan Dana Cadangan Hasil Penjualan Aset Daerah yang Dipisahkan Penerimaan Pinjaman Daerah Penerimaan Kembali Pemberian Pinjaman Penerimaan Piutang Daerah Penerimaan Hasil Investasi Daerah b Pengeluaran Daerah Pembentukan Dana Cadangan Penyertaan Modal (Investasi) Daerah Pembayaran Pokok Utang Pemberian Pinjaman Daerah Sisa Lebih Sementara Perhitungan Anggaran Tahun Berkenaan Sumber : LPJP , dan Laporan Realisasi APBD Anggaran Tahun 2013 per tanggal 31 Des 2013 Tabel Perkembangan Realisasi Pembiayaan Tahun No. URAIAN PEMBIAYAAN ,00 a Penerimaan Daerah ,00 1 Sisa Lebih Perhitungan Anggaran ,00 Tahun Anggaran Sebelumnya (SiLPA) ,00 2 Pencairan Dana Cadangan Hasil Penjualan Aset Daerah yg dipisahkan Penerimaan Pinjaman Daerah Penerimaan Kembali Pemberian pinjaman Penerimaan Piutang Daerah ,00 7 Penerimaan Hasil Investasi ,00 b Pengeluaran Daerah Pembentukan Dana Cadangan ,00 2 Penyertaan Modal (Investasi) Daerah Pembayaran Pokok Utang Pemberian Pinjaman Daerah ,00 Sisa Lebih Sementara Perhitungan Anggaran Tahun Berkenaan Sumber : LPJP , dan Laporan Realisasi APBD Anggaran Tahun 2013 per tanggal 31 Des 2013 Berdasarkan data diatas, pembiayaan daerah diharapkan dapat menutup defisit anggaran, sebagai akibat lebih besarnya rencana belanja daerah dibandingkan dengan target pendapatan daerah. Dalam realisasinya, terjadi surplus anggaran, akibat besarnya Sisa Lebih Perhitungan Anggaran Tahun Berjalan (SILPA) yang antara lain disebabkan oleh : (1) pendapatan daerah dapat melampaui target yang telah ditetapkan, melalui upaya inetensifikasi dan ekstensifikasi PAD; (2) efisiensi terhadap belanja daerah, khususnya pada belanja operasi dan pemeliharaan dan belanja modal; RPJMD Kabupaten Bogor III - 24

98 (3) terdapat beberapa kegiatan khususnya yang dilaksanakan dengan pihak ketiga yang diluncurkan ke tahun berikutnya maupun yang tidak dapat dilaksanakan. Belanja penyelenggaraan diprioritaskan untuk melindungi dan meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat dalam upaya memenuhi kewajiban daerah yang diwujudkan dalam bentuk peningkatan pelayanan dasar, pendidikan, kesehatan, fasilitas sosial dan fasilitas umum yang layak serta mengembangkan sistem jaminan sosial. Berikut adalah gambaran realisasi dari kebijakan pembelanjaan dan pengeluaran pembiayaan daerah pada periode tahun yang digunakan sebagai bahan untuk menentukan kebijakan pembelanjaan dan pengeluaran pembiayaan di masa mendatang dalam rangka peningkatan kapasitas pendanaan pembangunan daerah Neraca Daerah Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 11 tahun 2001, Neraca Daerah adalah neraca yang disusun berdasarkan standar akuntansi pemerintah secara bertahap sesuai dengan kondisi masing-masing pemerintah. Neraca Daerah memberikan informasi mengenai posisi keuangan berupa aset, kewajiban (utang), dan ekuitas dana pada tanggal neraca tersebut dikeluarkan. Aset, kewajiban dan ekuitas dana merupakan rekening utama yang masih dapat dirinci lagi menjadi sub rekening sampai level rincian obyek. Sesuai dengan ketentuan Peraturan Pemerintah Nomor 24 tahun 2005 tentang Standar Akuntasi Pemerintah, Neraca Daerah merupakan salah satu laporan keuangan yang harus dibuat oleh Pemerintah Daerah. Laporan ini sangat penting bagi manajemen pemerintah daerah, tidak hanya dalam rangka memenuhi kewajiban peraturan perundang-undangan yang berlaku saja, tetapi juga sebagai dasar untuk pengambilan keputusan yang terarah dalam rangka pengelolaan sumber-sumber daya ekonomi yang dimiliki oleh daerah secara efisien dan efektif. Kinerja Neraca Daerah Pemerintah Kabupaten Bogor selama kurun waktu Aset daerah merupakan aset yang memberikan informasi tentang sumber daya ekonomi yang dimiliki dan dikuasai pemerintah daerah, memberikan manfaat ekonomi dan sosial bagi pemerintah daerah maupun masyarakat di masa mendatang sebagai akibat dari peristiwa masa lalu, serta dapat diukur dalam uang. Kewajiban, baik jangka pendek maupun jangka panjang, memberikan informasi tentang utang pemerintah daerah kepada pihak ketiga atau klaim pihak ketiga terhadap arus kas pemerintah daerah. Kewajiban umumnya timbul karena konsekuensi pelaksanaan tugas atau tanggungjawab untuk bertindak di masa lalu yang dalam penyelesaiannya mengakibatkan pengorbanan sumber daya ekonomi di masa yang akan RPJMD Kabupaten Bogor III - 25

99 datang dan Dana Cadangan, merupakan selisih antara aset dengan kewajiban pemerintah daerah. Selanjutnya, tingkat kualitas pengelolaan keuangan daerah dapat diketahui berdasarkan analisis rasio atau perbandingan antara kelompok/elemen laporan keuangan yang satu dengan kelompok yang lain. Beberapa rasio yang dapat diterapkan di sektor publik adalah rasio likuiditas, rasio solvabilitas dan rasio utang. Rasio likuiditas terdiri dari rasio lancar (current ratio), rasio kas (cash ratio) dan rasio cepat (quick ratio). Sedangkan rasio lancar (current ratio) adalah rasio standar untuk menilai kesehatan organisasi. Rasio ini menunjukkan apakah pemerintah daerah memiliki aset yang cukup untuk melunasi kewajiban yang jatuh tempo. Kualitas pengelolaan keuangan daerah dikategorikan baik apabila nilai rasio lebih dari satu. Tabel Rata-rata Pertumbuhan Neraca Daerah Pemerintah Kabupaten Bogor Tahun Rata-rata Pertumbuhan Uraian (%) ASET ASET LANCAR (3,24) Kas (2,33) Bagian Lancar Tagihan Penjualan Barang Daerah dan Tuntutan Perbendaharaan/Tuntutan Ganti Rugi 19,53 Piutang 6,13 Persediaan 9,28 INVESTASI 37,23 ASET TETAP 8,77 Tanah 0,28 Peralatan dan mesin 12,59 Gedung dan bangunan 12,32 Jalan, irigasi, dan jaringan 17,07 Aset tetap lainnya 6,68 Konstruksi dalam pengerjaan 199,34 ASET LAINNYA (18,10) JUMLAH ASET DAERAH 8,38 KEWAJIBAN KEWAJIBAN JANGKA PENDEK 0,00 KEWAJIBAN JANGKA PANJANG 0,00 EKUITAS DANA 8,41 EKUITAS DANA LANCAR (2,68) SILPA (2,33) Cadangan piutang 2,32 Cadangan persediaan 9,28 Pendapatan yang ditangguhkan 0,00 Dana yang Harus Disediakan untuk Pembayaran Utang Jangka Pendek (31,29) EKUITAS DANA INVESTASI 9,40 Diinvestasikan dalam Investasi Jangka Panjang 37,23 Diinvestasikan dalam aset tetap 8,77 Diinvestasikan dalam aset lainnya (18,10) JUMLAH KEWAJIBAN DAN EKUITAS DANA 8,41 Sumber : Perda tentang Pertanggungjawaban Pelaksanaan APBD Hasil analisis rasio menunjukkan bahwa rasio lancar Kabupaten Bogor selama kurun waktu tahun mempunyai nilai lebih dari satu, yang berarti bahwa pemerintah daerah Kabupaten Bogor dapat memenuhi kewajiban yang jatuh tempo. Rasio lancar pada tahun 2011 mencapai 1,582 persen yang berarti bahwa aset lancar pemerintah Kabupaten Bogor adalah 1,582 kali lipat bila dibandingkan dengan RPJMD Kabupaten Bogor III - 26

100 kewajiban yang jatuh tempo (Tabel 3.35). Persediaan masuk dalam kategori aset lancar, namun memerlukan tahap untuk menjadi kas. Apalagi persediaan di pemerintah daerah bukan merupakan barang dagangan, sehingga sebagai faktor pengurang dalam aset lancar. NO Tabel Analisis Rasio Keuangan Pemerintah Kabupaten Bogor Tahun Uraian 2011 ( persenhari) 2012 (%-hari) 2013 (%-hari) 1. Rasio lancar (current ratio) 1,582 1, Rasio quick (quick ratio) 1,487 1, Rasio total hutang terhadap total asset 0, , , Rasio hutang terhadap equitas dana 0, , , Sumber : Diolah dari Buku Laporan Keuangan Daerah Tahun Sama seperti halnya rasio lancar, rasio quick (quick ratio) Pemerintah Kabupaten Bogor juga mempunyai nilai yang baik, yaitu mencapai 1,487 persen pada tahun Rasio quick merupakan salah satu ukuran likuiditas terbaik, karena mengindikasikan apakah pemerintah daerah dapat membayar kewajibannya dalam waktu dekat. Rasio solvabilitas, yaitu perbandingan total aset dengan total utang, dapat digunakan untuk melihat kemampuan pemerintah daerah dalam memenuhi seluruh kewajibannya, baik kewajiban jangka pendek maupun jangka panjang. Tabel 3.5 menunjukkan bahwa rata-rata rasio total kewajiban terhadap total aset dan rasio kewajiban terhadap modal adalah hanya 0, persen. Hal ini menunjukkan bahwa total kewajiban Pemerintah Kabupaten Bogor dapat ditutupi oleh total aset ataupun oleh modal pemerintah Kabupaten Bogor Kebijakan Pengelolaan Keuangan Masa Lalu Kebijakan pengelolaan keuangan daerah secara garis besar akan tercermin pada kebijakan pendapatan, pembelanjaan serta pembiayaan APBD. Pengelolaan keuangan daerah yang baik menghasilkan keseimbangan antara optimalisasi pendapatan daerah, efisiensi dan efektivitas belanja daerah serta ketepatan dalam memanfaatkan potensi pembiayaan daerah. berikut: Kebijakan Pendapatan Daerah senantiasa memperhatikan prinsip-prinsip sebagai 1. Pendapatan daerah meliputi semua penerimaan uang melalui rekening kas umum daerah, yang menambah ekuitas dana lancar sebagai hak pemerintah daerah dalam satu tahun anggaran; 2. Seluruh pendapatan daerah dianggarkan dalam APBD secara bruto, dalam pengertian bahwa jumlah pendapatan yang dianggarkan tidak boleh dikurangi RPJMD Kabupaten Bogor III - 27

101 dengan belanja yang digunakan untuk menghasilkan pendapatan dan/atau dikurangi dengan bagi hasil; 3. Pendapatan daerah adalah merupakan perkiraan yang terukur secara rasional yang dapat dicapai untuk setiap sumber pendapatan dalam kurun waktu satu tahun anggaran. Kebijakan pendapatan daerah disesuaikan dengan kewenangannya, struktur pendapatan daerah dan asal sumber penerimaannya dapat dibagi berdasarkan 3 (tiga) kelompok, yaitu : 1. Pendapatan Asli Daerah yang merupakan hasil penerimaan dari sumber-sumber pendapatan yang berasal dari potensi daerah sesuai dengan kewenangan yang dimiliki dalam rangka membiayai urusan rumah tangga daerahnya. Sedangkan Kebijakan pendapatan asli daerah dilakukan dalam berbagai upaya yang diarahkan untuk meningkatkan pendapatan daerah meliputi : a. Mengoptimalkan Penerimaan Pendapatan Asli Daerah dengan cara: membenahi manajemen data penerimaan PAD, meningkatkan penerimaan pendapatan non-konvensional, melakukan evaluasi dan revisi secara berkala peraturan daerah tentang pajak dan retribusi yang perlu disesuaikan, menetapkan target penerimaan berdasarkan potensi penerimaan, mengembangkan kelembagaan pengelolaan keuangan daerah sesuai dengan kebutuhan daerah; b. Optimalisasi intensifikasi dan ekstensifikasi pemungutan PBB dan BPHTB yang akan menjadi Pajak Daerah; c. Menetapkan sumber pendapatan daerah unggulan yang bersifat elastis terhadap perkembangan basis pungutannya dan less distortive terhadap perekonomian; d. Pemantapan Kelembagaan dan Sistem Operasional Pemungutan Pendapatan Daerah; e. Peningkatan Pendapatan Daerah dengan intensifikasi dan ekstensifikasi; f. Meningkatkan koordinasi secara sinergis di bidang Pendapatan Daerah dengan Pemerintah Provinsi, SKPD Penghasil dan Kecamatan; g. Mengoptimalkan kinerja Badan Usaha Milik Daerah untuk memberikan kontribusi secara signifikan terhadap Pendapatan Daerah; h. Meningkatkan pelayanan dan perlindungan masyarakat sebagai upaya meningkatkan kesadaran masyarakat dalam membayar retribusi daerah; i. Meningkatkan kualitas pengelolaan aset dan keuangan daerah. RPJMD Kabupaten Bogor III - 28

102 2. Dana Perimbangan yaitu merupakan pendapatan daerah yang berasal dari APBN yang bertujuan untuk menutup celah fiscal (fiscal gap) sebagai akibat selisih kebutuhan fiskal (fiscal need) dengan kapasitas fiskal (fiscal capacity). Kebijakan yang akan ditempuh dalam upaya peningkatan pendapatan daerah dari Dana Perimbangan adalah sebagai berikut: a. Optimalisasi intensifikasi dan ekstensifikasi pemungutan Pajak Orang Pribadi Dalam Negeri (PPh OPDN), dan PPh Pasal 21; b. Meningkatkan akurasi data sumber daya alam sebagai dasar perhitungan pembagian dalam Dana Perimbangan; c. Meningkatkan koordinasi dengan pemerintah pusat dan kabupaten/kota dalam pelaksanaan Dana Perimbangan. 3. Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah adalah penerimaan yang berasal dari pihak ketiga, dalam hal ini meliputi bagi hasil yang diperoleh dari pajak pemerintah provinsi, dana penyesuaian dan otonomi khusus, bantuan keuangan dari pemerintah provinsi dan bagi hasil retribusi dengan pemerintah provinsi serta pendapatan lainnya yang tidak termasuk kelompok PAD dan Dana Perimbangan. Dengan berpedoman pada prinsip-prinsip penganggaran, belanja daerah disusun dengan pendekatan anggaran kinerja yang berorientasi pada pencapaian hasil dari input yang direncanakan dengan memperhatikan prestasi kerja setiap satuan kerja perangkat daerah dalam pelaksanaan tugas pokok dan fungsinya. Ini bertujuan untuk meningkatkan akuntabilitas perencanan anggaran serta menjamin efektivitas dan efisiensi penggunaan anggaran ke dalam program/ kegiatan. Kebijakan belanja daerah diarahkan untuk mendukung pencapaian target IPM, dimana dengan mempertimbangkan pencapaian IPM, diperlukan perencanaan kegiatankegiatan yang berorientasi pencapaian IPM. Perencanaan pembangunan yang mendukung pencapaian IPM diarahkan untuk memperkuat bidang pendidikan, kesehatan, ekonomi, infrastruktur dan suprastruktur. Kebijakan belanja daerah diarahkan dengan pengaturan pola pembelanjaan yang proporsional, efisien dan efektif, upaya tersebut antara lain adalah: 1. Belanja daerah diprioritaskan dalam rangka pelaksanaan urusan pemerintahan Kabupaten Bogor yang terdiri dari urusan wajib dan urusan pilihan sebagaimana ditetapkan dalam ketentuan perundang-undangan; 2. Efisiensi belanja dilakukan dengan mengoptimalkan belanja untuk kepentingan publik, melaksanakan proper budgeting melalui analisis cost benefit dan tingkat efektifitas setiap program/kegiatan serta melaksanakan prudent spending melalui RPJMD Kabupaten Bogor III - 29

103 pemetaan profil resiko atas setiap belanja kegiatan beserta perencanaan langkah antisipasinya; 3. Penyusunan belanja kecamatan diprioritaskan untuk menunjang efektivitas pelaksanaan tugas pokok dan fungsi SKPD dalam rangka melaksanakan urusan pemerintahan kecamatan yang menjadi tanggungjawab pemerintah Kabupaten Bogor; 4. Belanja dalam rangka penyelenggaraan urusan wajib diarahkan untuk melindungi dan meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat dalam upaya memenuhi kewajiban daerah yang diwujudkan dalam bentuk peningkatan pelayanan dasar, pendidikan, kesehatan, fasilitas sosial dan fasilitas umum; 5. Pemenuhan dan pemanfaatan anggaran untuk pendidikan sebesar 20 persen dari volume anggaran APBD tiap tahunnya, dengan fokus pada penuntasan WAJAR DIKDAS 9 tahun dan penuntasan buta aksara serta menciptakan pendidikan yang berkualitas dan terjangkau; 6. Peningkatan kualitas dan kuantitas pelayanan kesehatan dilaksanakan dengan memperbaiki fasilitas dan pengadaan untuk pelayanan dasar kesehatan terutama untuk keluarga miskin serta kesehatan ibu dan anak, memperbanyak tenaga medis terutama untuk daerah-daerah yang sulit dijangkau, serta memperbaiki kualitas lingkungan dan pembudayaan perilaku hidup bersih dan sehat; 7. Dalam rangka peningkatan daya beli masyarakat, anggaran belanja akan diarahkan pada revitalisasi sektor pertanian, peternakan, perikanan, perkebunan dan kehutanan, penguatan struktur ekonomi pedesaan berbasis "desa membangun", pemberdayaan koperasi dan KUKM, serta dukungan infrastruktur pedesaan; 8. Pengurangan persentase jumlah angkatan kerja yang menganggur hingga dibawah 10 persen, diantaranya melalui penyiapan SDM yang siap kerja, peningkatan investasi program multi sektor, peningkatan sarana dan prasarana balai pelatihan ketenagakerjaan; 9. Dalam mendukung pengembangan aktifitas ekonomi, pemeliharaan dan pembangunan infrastruktur akan diarahkan pada wilayah sentra produksi di pedesaan, aksesibilitas sumber air baku dan listrik; 10. Guna menjaga daya dukung dan daya tampung lingkungan Kabupaten Bogor, pemerintah daerah akan mengarahkan anggaran pada kegiatan-kegiatan pengurangan pencemaran lingkungan, pencapaian target kawasan lindung RPJMD Kabupaten Bogor III - 30

104 sebesar 45 persen, mitigasi bencana, pengendalian alih fungsi lahan dan pengendalian eksploitasi yang berlebihan terhadap sumber daya alam; 11. Penggunaan indeks relevansi anggaran dalam penentuan anggaran belanja dengan memperhatikan belanja tidak langsung dan belanja langsung dengan kebijakan Pemerintah Kabupaten Bogor, serta anggaran belanja yang direncanakan oleh setiap pengguna anggaran tetap terukur; 12. Kegiatan-kegiatan yang orientasinya terhadap pemenuhan anggaran belanja tetap (fixed cost), insentif berbas is kinerja dan komitmen pembangunan yang berkelanjutan (multi years); 13. Kebijakan untuk belanja tidak langsung meliputi hal-hal sebagai berikut : a. Mengalokasikan belanja pegawai yang merupakan belanja kompensasi, dalam bentuk gaji dan tunjangan serta penghasilan lainnya yang diberikan kepada Pegawai Negeri Sipil yang ditetapkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan; b. Mengalokasikan belanja non pegawai seperti belanja subsidi yang digunakan untuk menganggarkan bantuan biaya produksi kepada perusahaan/lembaga tertentu, agar harga jual produksi/jasa yang dihasilkan dapat terjangkau oleh masyarakat banyak, belanja bantuan sosial yang digunakan untuk menganggarkan pemberian bantuan dalam bentuk uang dan/atau barang kepada masyarakat yang bertujuan untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat dan belanja tidak terduga yang merupakan belanja untuk kegiatan yang sifatnya tidak biasa atau tidak diharapkan berulang seperti penanggulangan bencana alam dan bencana sosial yang tidak diperkirakan sebelumnya. Pembiayaan ditetapkan untuk menutup defisit yang disebabkan oleh lebih besarnya belanja daerah dibandingkan dengan pendapatan yang diperoleh. Penyebab utama terjadinya defisit anggaran adalah adanya kebutuhan pembangunan daerah yang semakin meningkat. Kebijakan Pembiayaan Daerah terdiri dari penerimaan pembiayaan dan pengeluaran pembiayaan. Penerimaan pembiayaan adalah semua penerimaan yang perlu dibayar kembali baik pada tahun anggaran yang bersangkutan maupun pada tahun-tahun anggaran berikutnya, mencakup : Sisa Lebih Perhitungan Anggaran Tahun Anggaran Sebelumnya (SiLPA), pencairan dana cadangan, hasil penjualan kekayaan daerah yang dipisahkan, penerimaan pinjaman daerah, penerimaan kembali pemberian pinjaman, dan penerimaan piutang daerah. RPJMD Kabupaten Bogor III - 31

105 Kebijakan penerimaan pembiayaan adalah : 1. Sisa Lebih Anggaran Tahun Sebelumnya (SiLPA) dipergunakan sebagai sumber penerimaan pada APBD tahun berikutnya dan rata-rata SiLPA akan diupayakan seminimal mungkin dengan melaksanakan perencanaan dan pelaksanaan anggaran secara konsisten. 2. Merintis pemanfaatan pinjaman baik dari dalam maupun luar negeri melalui penerbitan obligasi daerah ataupun bentuk pinjaman lainnya untuk membiayai pembangunan infrastruktur publik ataupun program/kegiatan strategis lainnya. Pengeluaran pembiayaan adalah pengeluaran yang akan diterima kembali baik pada tahun anggaran yang bersangkutan maupun pada tahun-tahun anggaran berikutnya, mencakup pembentukan dana cadangan, penyertaan modal (investasi) pemerintah daerah, pembayaran pokok utang, dan pemberian bantuan kepada pemerintah kecamatan. Kebijakan pengeluaran pembiayaan adalah : 1. Pengeluaran pembiayaan direncanakan untuk pembayaran hutang pokok yang jatuh tempo, penyertaan modal BUMD dan dana LUEP. 2. Penyertaan modal dan pemberian pinjaman manakala terjadi surplus anggaran. 3. Penyertaan modal BUMD dibarengi dengan revitalisasi dan restrukturisasi kinerja BUMD dan pendayagunaan kekayaan milik daerah yang dipisahkan dalam rangka efisiensi pengeluaran pembiayaan termasuk kajian terhadap kelayakan BUMD. Kebijakan untuk dana masyarakat dan mitra yang merupakan potensi daerah perlu terus dikembangkan dan didorong untuk mendukung proses pembangunan Kabupaten Bogor. Pengembangan tersebut diarahkan melalui upaya menjalin kerjasama yang lebih luas dan meningkatkan partisipasi swasta/ masyarakat untuk menarik investasi yang lebih besar di Kabupaten Bogor. Upaya yang dilakukan untuk meningkatkan investasi daerah adalah : 1. Deregulasi peraturan daerah untuk dapat meningkatkan minat berinvestasi di Kabupaten Bogor; 2. Kerjasama investasi antara Pemerintah Daerah Kabupaten Bogor dengan pihak swasta atau dengan pihak government/pemerintah lain dengan perjanjian yang disepakati; 3. Mendorong peningkatan investasi langsung oleh masyarakat lokal; 4. Penyelenggaraan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PPTSP) yang merupakan wujud pelayanan publik dalam tata pemerintahan; RPJMD Kabupaten Bogor III - 32

106 5. Meningkatkan koordinasi program melalui Corporate Social Responsibility (CSR) dan Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL); 6. Kegiatan investasi diarahkan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, dimana investasi ditujukan pada kegiatan-kegiatan yang dapat melibatkan peran masyarakat luas seperti sektor pertanian, sektor industri berbasis pertanian, industri pengolahan dan industri manufaktur Proporsi Penggunaan Anggaran Selama periode tahun , rata-rata belanja untuk memenuhi kebutuhan aparatur sebesar 38,42 persen. Hal ini menunjukkan bahwa alokasi belanja untuk memenuhi kebutuhan aparatur relatif lebih kecil persentasenya apabila dibandingkan dengan belanja untuk masyarakat (belanja publik) (Tabel 3.6). Dengan demikian, kebijakan pengelolaan keuangan daerah difokuskan untuk pembiayaan pembangunan yang berorientasi kepada masyarakat, sedangkan pembiayaan dalam rangka pemenuhan kebutuhan aparatur lebih pada fungsi-fungsi pemerintah sebagai fasilitator pembangunan. Pengeluaran wajib dan mengikat dilakukan untuk menghitung kebutuhan pendanaan belanja dan pengeluaran pembiayaan yang tidak dapat dihindari atau harus dibayar dalam suatu tahun anggaran. Belanja periodik yang wajib dan mengikat adalah pengeluaran yang wajib dibayar serta tidak dapat ditunda pembayarannya dan dibayar setiap tahun oleh Pemerintah Daerah, seperti gaji dan tunjangan pegawai serta anggota dewan, bunga, belanja jasa kantor, sewa kantor yang telah ada kontrak jangka panjang atau belanja sejenis lainnya. No. Tabel Analisis Proporsi Belanja Pemenuhan Kebutuhan Aparatur Pemerintah Kabupaten Bogor Tahun Uraian Total Belanja untuk Pemenuhan Kebutuhan Aparatur (Rp.) Total Pengeluaran (Belanja+Pembiayaan Pengeluaran) (Rp.) % 1 Tahun Anggaran ,80 2 Tahun Anggaran ,67 3 Tahun Anggaran ,65 Rata-rata 38,42 Sumber : Perbup tentang Pertanggungjawaban Pelaksanaan APBD Belanja periodik prioritas utama adalah pengeluaran yang harus dibayar setiap periodik oleh Pemerintah Daerah dalam rangka keberlangsungan pelayanan dasar prioritas Pemerintah Daerah yaitu pelayanan pendidikan dan kesehatan, seperti honorarium guru dan tenaga medis serta belanja sejenis lainnya. Pengeluaran periodik pemerintah daerah yang dibebankan pada keuangan daerah Tahun , seperti ditunjukkan pada Tabel RPJMD Kabupaten Bogor III - 33

107 Tabel Pengeluaran Periodik, Wajib dan Mengikat serta Prioritas Utama Kabupaten Bogor Tahun No. Uraian 2011 (Rp.) 2012 (Rp.) 2013 (Rp.) Rata-rata Pertumbuhan (%) A Belanja Tidak Langsung ,44 B Belanja Langsung ,06 D Pembiayaan Penerimaan ,74 C Pembiayaan Pengeluaran ,17 Rata-rata 14,85 Sumber : Perbup tentang Pertanggungjawaban Pelaksanaan APBD Lebih lanjut dapat diketahui bahwa tingkat pertumbuhan Pengeluaran Periodik, Wajib dan Mengikat serta Prioritas Utama Kabupaten Bogor paling tinggi adalah belanja langsung (22,06 persen) ini menunjukkan bahwa Pemerintah Kabupaten Bogor lebih mengutamakan pada aspek keberlangsungan pelayanan dasar dan prioritas Pemerintah Analisis Pembiayaan Kondisi pembiayaan daerah dalam kurun waktu tahun dapat digambarkan seperti tercantum pada Tabel Dari tabel tersebut terlihat bahwa surplus riil anggaran Pemerintah Kabupaten Bogor pada tahun 2011 mencapai sekitar Rp.97,01 milyar, kemudian menjadi defisit sebesar Rp. 30,11 milyar pada tahun 2012 dan defisit meningkat menjadi Rp. 140,87 milyar pada tahun No. Tabel Defisit Riil Anggaran Pemerintah Kabupaten Bogor Tahun Uraian Tahun 2011 (Rp.) Tahun 2012 (Rp.) Tahun Realisasi Pendapatan Daerah Dikurangi Realisasi: 2 Belanja Daerah Pengeluaran Pembiayaan Daerah Surplus/(Defisit) Riil ( ) ( ) Sumber : Perbup tentang Pertanggungjawaban Pelaksanaan APBD (Rp.) Ini menunjukkan bahwa rencana anggaran APBD lebih kecil dari target pengeluaran yang dicanangkan. Untuk menutup defisit riil anggaran pada kurun tahun tersebut, secara umum Pemerintah Kabupaten menggunakan SILPA, komposisinya penutup defisit riil ditampilkan pada Tabel sebagai berikut: No. Tabel Komposisi Penutup Defisit Riil Anggaran Pemerintah Kabupaten Bogor Tahun Uraian Proporsi dari total defisit riil 1. Sisa Lebih Perhitungan Anggaran (SiLPA) Tahun Anggaran sebelumnya 0 99, Pencairan Dana Cadangan Hasil Penjualan Kekayaan Daerah Yang dipisahkan Penerimaan Pinjaman Daerah Penerimaan Kembali Pemberian Pinjaman Daerah (%) 2012 (%) 2013 (%) RPJMD Kabupaten Bogor III - 34

108 No. Uraian Proporsi dari total defisit riil 6. Penerimaan Piutang Daerah Sisa lebih pembiayaan anggaran tahun berkenaan 0 0,06 0 Sumber : Perbup tentang Pertanggungjawaban Pelaksanaan APBD (%) 2012 (%) 2013 (%) Pada Tabel terlihat bahwa pada tahun 2012 defisit riil ditutup oleh Sisa Lebih Perhitungan Anggaran (SILPA) Tahun Anggaran sebelumnya sebesar 99,94 persen, sedangkan sisanya ditutup dari Sisa lebih pembiayaan anggaran tahun berkenaan sebesar 0,06 persen. Pada Tahun 2013, defisit riil seluruhnya ditutup oleh SILPA. Setelah menutup defisit riil, maka dapat diketahui Realisasi Sisa Lebih Perhitungan Anggaran (SILPA) Pemerintah Kabupaten Bogor Tahun , seperti yang ditunjukkan pada Tabel No Tabel Realisasi Sisa Lebih Perhitungan Anggaran (SILPA) Pemerintah Kabupaten Bogor Tahun Uraian Rp % dari SiLPA 1. Jumlah SiLPA Pelampauan penerimaan PAD Rp % dari SiLPA Rp % dari SiLPA Pelampauan penerimaan dana perimbangan Pelampauan penerimaan lain-lain pendapatan daerah yang sah Sisa penghematan belanja atau akibat lainnya Kewajiban kepada pihak ketiga sampai dengan akhir tahun belum terselesaikan Kegiatan lanjutan Sumber : Perbup tentang Pertanggungjawaban Pelaksanaan APBD Dari tabel 3.40 dapat diketahui bahwa pada tahun 2011 proporsi SILPA lebih besar pada komponen Pelampauan Penerimaan Pendapatan Asli Daerah sebesar 25 persen, dan diikuti oleh kegiatan lanjutan (22 persen) dan sisa penghematan belanja sebesar 15 persen. Fenomena seperti ini juga hampir terlihat pada tahun 2012 dan Ini menunjukkan bahwa potensi PAD yang ditargetkan lebih besar dari pada realiasi penerimaan PAD. Untuk memperoleh gambaran secara riil sisa lebih pembiayaan anggaran yang dapat digunakan dalam penghitungan kapasitas pendanaan pembangunan daerah ditampilkan pada Tabel No. Tabel Sisa Lebih (riil) Pembiayaan Anggaran Tahun Kabupaten Bogor Uraian 1. Saldo kas neraca daerah Dikurangi: RPJMD Kabupaten Bogor III (Rp) 2012 (Rp) 2013 (Rp)

109 No. 2. Uraian Kewajiban kepada pihak ketiga sampai dengan akhir tahun belum terselesaikan 2011 (Rp) 2012 (Rp) 2013 (Rp) Kegiatan lanjutan Sisa Lebih (Riil) Pembiayaan Anggaran Sumber : Perbup tentang Pertanggungjawaban Pelaksanaan APBD Sisa Lebih (riil) Pembiayaan Anggaran Tahun sebesar Rp.320,21 miliar dan meningkat menjadi Rp.432,31 miliar pada tahun 2011, hingga pada tahun 2013 saldo kas daerah mencapai Rp.402,21 miliar. Saldo kas daerah ini merupakan dana awal yang dapat digunakan untuk anggaran belanja pada tahun-tahun berikutnya Kerangka Pendanaan Analisis kerangka pendanaan bertujuan untuk menghitung kapasitas riil keuangan daerah yang akan dialokasikan untuk pendanaan program pembangunan jangka menengah daerah Kabupaten Bogor selama 3 (tiga) tahun ke depan. Tahapan awal yang dilakukan adalah mengidentifikasi seluruh penerimaan daerah dan sumber penerimaan. Kapasitas riil keuangan daerah adalah total penerimaan daerah setelah dikurangkan dengan berbagai pos atau belanja dan pengeluaran pembiayaan yang wajib dan mengikat serta prioritas utama Analisis Pengeluaran Periodik Wajib dan Mengikat Serta Prioritas Utama Analisis ini dilakukan untuk memperoleh gambaran kebutuhan belanja tidak langsung daerah dan pengeluaran pembiayaan yang bersifat wajib dan mengikat serta prioritas utama. Sebelum melakukan penghitungan kerangka pendanaan daerah, berikut akan diuraikan Belanja dan Pengeluaran Pembiayaan yang Wajib dan Mengikat serta Prioritas Utama, seperti yang ditampilkan pada Tabel Tabel Pengeluaran Periodik, Wajib dan Mengikat serta Prioritas Utama Kabupaten Bogor Tahun ANGGARAN (Rp) NOMOR U R A I A N REALISASI II BELANJA 2.1. Belanja Tidak Langsung Belanja Pegawai Belanja Hibah Belanja Bantuan Sosial Belanja Bagi Hasil Kepada Provinsi/Kabupaten/Kota dan Pemerintahan Desa Belanja Bantuan Keuangan Kepada Provinsi/ Kabupaten/Kota/Pemerintahan Desa dan Lainnya Belanja Tidak Terduga ,2 Belanja Langsung Belanja Pegawai Belanja Barang dan Jasa Belanja Modal Jumlah Belanja RPJMD Kabupaten Bogor III - 36

110 ANGGARAN (Rp) NOMOR U R A I A N REALISASI III PEMBIAYAAN 3.1. Penerimaan Pembiayaan Daerah Sisa Lebih Perhitungan Anggaran Tahun Anggaran Sebelumnya (SiLPA) Pencairan Dana Cadangan Penerimaan Piutang Daerah Penerimaan Hasil Investasi Jumlah Penerimaan Pembiayaan Pengeluaran Pembiayaan Daerah Pembentukan Dana Cadangan Penyertaan Modal (Investasi) Daerah Pembayaran Utang Jumlah Pengeluaran Pembiayaan Pembiayaan Netto Pengeluaran Periodik, Wajib dan Mengikat serta Prioritas Utama Kabupaten Bogor, relatif tumbuh per jenis belanja kecuali untuk belanja bantuan sosial mengalami penurunan yang semula pada tahun 2008 sebesar Rp.49,2 milyar menjadi Rp.13,3 milyar pada tahun Tingkat pertumbuhan belanja yang paling besar adalah belanja tidak terduga (90,63 persen). Fenomena ini lebih disebabkan karena adanya bencana alam tanah longsor, banjir, kebakaran, angin kencang/ribut di hampir seluruh wilayah Kecamatan di Kabupaten Bogor Proyeksi Tahun Kebijakan Pendapatan Daerah senantiasa memperhatikan prinsip-prinsip sebagai berikut: 1. Peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang difokuskan pada intensifikasi dan ekstensifikasi pajak daerah dan retribusi daerah. 2. Peningkatan kesadaran masyarakat dan dunia usaha/dunia industri untuk taat membayar pajak, melalui penyuluhan, sosialisasi dan pelayanan keliling. 3. Peningkatan pelayanan pajak melalui penerapan ISO , Indeks Kepuasan Masyarakat, penyederhanaan proses serta prosedur perizinan. 4. Pengembangan pelayanan pajak daerah berbasis e-tax. 5. Pelaksanaan monitoring dan evaluasi terhadap permasalahan yang terkait dengan upaya peningkatan penerimaan pendapatan daerah. 6. Mendorong peningkatan kinerja Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) dan Perseroan Terbatas (PT). 7. Peningkatan pendapatan daerah melalui pemanfaatan dan pengelolaan aset daerah. RPJMD Kabupaten Bogor III - 37

111 8. Peningkatan kerjasama dengan BPN dalam pemutakhiran NJOP melalui penyusunan Zona Nilai Tanah. 9. Peningkatan hubungan dengan Pemerintah pusat, Pemerintah Provinsi Jawa Barat serta peningkatan kerjasama dengan daerah otonomi lainnya dalam hal peningkatan sumber sumber pendapatan daerah. Kebijakan belanja daerah diarahkan dengan pengaturan pola pembelanjaan yang proporsional, efisien dan efektif, upaya tersebut antara lain adalah: 1. Pencapaian target 25 penciri termaju Kabupaten Bogor. 2. Pelaksanaan urusan wajib dan pilihan dengan 26 bidang urusan wajib dan 8 bidang urusan pilihan berdasarkan indikator aspek kesejahteraan masyarakat, aspek pelayanan umum, dan aspek daya saing. 3. Pelaksanaan program/kegiatan yang mengacu pada Standar pelayanan Minimal (SPM) yang telah ditetapkan berdasarkan aturan perundangan. 4. Pelaksanaan program/kegiatan sinergis yang menjadi kebijakan nasional dan Provinsi Jawa Barat. 5. Pemenuhan pelaksanaan janji-janji Bupati dan Wakil Bupati yang langsung disampaikan pada saat kampanye, penjaringan aspirasi masyarakat, serta forum-forum aspirasi lainnya yang disahkan oleh Pemerintah Kabupaten Bogor, tercatat dan terdokumentasi. 6. Pemenuhan hasil penjaringan aspirasi masyarakat yang disampaikan melalui lembaga DPRD dalam kegiatan reses. 7. Peningkatan upaya pemberdayaan masyarakat melalui bantuan keuangan dan bantuan sosial kepada masyarakat. 8. Penyelesaian target pencapaian MDG s di daerah. 9. Mendukung program nasional pro poor dengan upaya menurunkan angka kemiskinan daerah. 10. Mendukung program nasional pro job dengan upaya untuk menurunkan angka pengangguran daerah. 11. Pemenuhan kebutuhan belanja pegawai, belanja operasional Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah, pemberian insentif pemungutan pajak dan retribusi daerah bagi hasil pajak, belanja hibah, belanja bantuan sosial, dan belanja tidak terduga. Kebijakan pembiayaan daerah adalah : 1. Meningkatkan penerimaan hasil investasi daerah melalui BUMD 2. Peningkatan penyertaan modal daerah RPJMD Kabupaten Bogor III - 38

112 Untuk mengetahui beberapa proyeksi tentang pendapatan daerah dan belanja daerah digunakan beberapa asumsi umum, yaitu : (1) inflasi kisaran 5,5 persen; (2) pertumbuhan ekonomi 5,09 persen; (3) pertumbuhan penduduk 1, 2 persen; (4) pengalihan Bea Perolehan Hak Tanah Bangunan (BPHTB) dari pusat ke daerah; dan (5) estimasi proyeksi digunakan trend linier. Hasil Proyeksi Belanja dan Pengeluaran Pembiayaan yang Wajib dan Mengikat serta Prioritas Utama Kabupaten Bogor , yang ditampilkan pada Tabel 3.43 berikut. No Tabel Proyeksi Belanja dan Pengeluaran Pembiayaan yang Wajib dan Mengikat serta Prioritas Utama Kabupaten Bogor Sumber : Analisis, 2014 Uraian Tahun 2014 Tahun 2015 Tahun 2016 Tahun 2017 Tahun 2018 (Rp) (Rp) (Rp) (Rp) (Rp) A Belanja Tidak Langsung Belanja Pegawai Belanja Hibah Belanja Bantuan Sosial Belanja Bagi Hasil Kepada Provinsi/ Kabupaten/Kota dan Pemerintahan Desa Belanja Bantuan Keuangan Kepada Provinsi/ Kabupaten/ Kota dan Pemerintahan Desa Belanja Tidak Terduga B Belanja Langsung Belanja Pegawai , , , Belanja Barang dan Jasa , , , Belanja Modal , , , Jumlah Belanja Dalam melakukan proyeksi, terdapat beberapa asumsi yang mengikat seperti rata-rata kenaikan pajak hotel per tahun yaitu sebesar 17,77 persen dan dikurangi deviasi 5 persen. Pajak Restoran sebesar 16,53 persen dan dikurangi deviasi 10 persen mengingat Restoran dengan omzet di bawah Rp 10 juta/bulan tidak lagi menjadi Obyek Pajak, sementara Pajak reklame kenaikan per tahun sebesar 25,05 persen dan dikurangi deviasi 5 persen, sedangkan pajak reklame diperhitungkan memiliki deviasi 10 persen mengingat reklame sangat tergantung dengan perizinan. Asumsi bahwa Nilai Jual Tenaga Listrik yang dihasilkan oleh sendiri akan dinaikan sebesar 65 persen dan deviasi proyeksi sebesar 5 persen. Pajak pengambilan bahan galian C kenaikan rata-rata per tahun sebesar 14,83 persen dan dikurangi deviasi 10 persen mengingat sering terjadinya overhaul mesin di Indocement dan Holcim sebagai WP terbesar, dampak kenaikan akibat perubahan tarif dan perhitungan PBB (tanpa adanya persen NJKP) adalah sebesar 8 persen. Dengan asumsi tersebut, dapat diperoleh proyeksi pendapatan daerah pada tahun 2017 mencapai Rp. 3,79 triliun dan tahun 2018 mencapai Rp. 3,96 triliun. Lebih detail Proyeksi Pendapatan Daerah Kabupaten Bogor, ditampilkan pada Tabel Sementara itu, proyeksi total belanja daerah Kabupaten Bogor tahun 2014 RPJMD Kabupaten Bogor III - 39

113 sebesar Rp. 3,16 triliun dan cenderung meningkat hingga tahun 2018 menjadi sebesar Rp 4,47 triliun. Tabel Proyeksi Pendapatan Daerah Kabupaten Bogor Tahun URAIAN PENDAPATAN DAERAH PENDAPATAN A. P A D Pajak Daerah Retribusi Daerah Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah Yang Dipisahkan Lain-lain PAD Yang Sah B. DANA PERIMBANGAN Bagi Hasil Pajak Dana Alokasi Umum Dana Alokasi Khusus C. LAIN-LAIN PENDAPATAN YANG SAH Pendapatan Hibah TARGET 2. Dana Bagi hasil Pajak dari Provinsi dan Pemerintah Daerah lainnya Dana Penyesuaian dan Otonomi Bantuan Keuangan dari Provinsi Dana bagi Hasil Retribusi Dana Alokasi Cukai Tembakau Sumber: Dinas Pendapatan, Keuangan dan Barang Daerah Kabupaten Bogor, 2014 Dari hasil proyeksi terhadap total belanja dan pendapatan daerah, terlihat bahwa Anggaran Kabupaten Bogor mengalami surplus sebesar Rp.1,3 trilyun pada tahun 2014 dan cenderung meningkat hingga pada tahun 2018 menjadi sebesar Rp.1,4 trilyun (Tabel 3.45). Tabel Proyeksi Defisit/Surplus APBD Kabupaten Bogor Tahun No Uraian Tahun Pendapatan Daerah Total Belanja Daerah Defisit/Surplus Rasio Defisit/ Pendapatan (%) 29,95 28,110 26,368 22,883 24,311 Sumber : Analisis, 2014 Jika surplus anggaran berdasarkan tabel diatas sesuai dengan proyeksi, maka alokasi untuk program pembangunan wilayah berupa pembangunan lanjutan akselerasi ekonomi ke wilayah timur dengan membuka jalur jalan poros tengah timur, poros tengah barat, poros Bogor-barat, dapat mengurangi beban anggaran yang diperkirakan menelan biaya sebesar Rp. 2,5 triliun yang merupakan prioritas I. Gagasan ini sejalan dengan apa yang dicanangkan pemerintah pusat berupa percepatan pembangunan ekonomi Indonesia yang tertuang dalam dokumen MP3EI. Program dedicated ini diharapkan dapat didukung pendanaannya oleh Pemerintah, Pemerintah Provinsi dan dari pihak swasta. RPJMD Kabupaten Bogor III - 40

114 Penghitungan Kerangka Pendanaan Penghitungan kerangka pendanaan bertujuan untuk menghitung kapasitas riil keuangan daerah yang akan dialokasikan untuk pendanaan program pembangunan jangka menengah daerah Kabupaten Bogor selama 3 (tiga) tahun ke depan. Tahapan awal yang dilakukan adalah mengidentifikasi seluruh penerimaan daerah dan sumber penerimaan. Kapasitas riil keuangan daerah adalah total penerimaan daerah setelah dikurangkan dengan berbagai pos atau belanja dan pengeluaran pembiayaan yang wajib dan mengikat serta prioritas utama. Proyeksi Kapasitas Riil Kemampuan Keuangan Daerah Kabupaten Bogor ditampilkan pada Tabel No. Tabel Proyeksi Kapasitas Riil Kemampuan Keuangan Daerah Kabupaten Bogor Untuk Pendanaan Pembangunan Daerah Pada Kurun Tahun Uraian Proyeksi Tahun 2014 (Rp) Tahun 2015 (Rp) Tahun 2016 (Rp) Tahun 2017 (Rp) Tahun 2018 (Rp) 1. Pendapatan Pencairan dana cadangan Sisa Lebih Riil Perhitungan Anggaran Total penerimaan Dikurangi: Belanja dan Pengeluaran Pembiayaan yang Wajib dan Mengikat serta Prioritas Utama Kapasitas riil kemampuan keuangan Sumber : Analisis, 2014 Berdasarkan Tabel 3.46 memperlihatkan bahwa kapasitas riil kemampuan keuangan daerah untuk pendanaan pembangunan daerah Kabupaten Bogor cenderung meningkat dari tahun 2014 sampai dengan Kapasitas riil kemampuan keuangan daerah tersebut akan direncanakan untuk mendanai program prioritas sesuai dengan prioritas pemerintah daerah Kabupaten Bogor. Sumber : Analisis, 2014 Tabel Kerangka Pendanaan Alokasi Kapasitas Riil Keuangan Daerah Jenis Data % Rp. % Rp. % Rp. % Rp. % Rp. Prioritas I 41, , , , , Prioritas II 35, , , , , Prioritas III 22, , , , , Total Tabel menunjukan bahwa kerangka pendanaan alokasi kapasitas riil keuangan daerah secara agregat mengalami peningkatan, rencana Prioritas I yang merupakan program pembangunan daerah dengan tema atau program unggulan Kepala Daerah harus dilaksanakan oleh daerah pada tahun rencana, termasuk untuk prioritas bidang pendidikan dan kesehatan. Hasil analisis menunjukan bahwa pada tahun 2014, prioritas I dialokasikan sebesar 41,89 persen, kemudian meningkat sangat tinggi pada RPJMD Kabupaten Bogor III - 41

115 tahun 2015 sebesar 50,37 persen, dan selanjutnya secara berturut-turut mengalami pengurangan yaitu pada tahun 2016 sebesar 48,15 persen, pada tahun 2017 sebesar 45,75 persen dan pada tahun 2018 sebesar 47,50 persen. Pengurangan ini diasumsikan bahwa beberapa program prioritas telah selesai dilaksanakan dalam periode perencanaan. Program Prioritas II yang merupakan program prioritas di tingkat SKPD yang merupakan penjabaran dari analisis per urusan. Prioritas II berhubungan dengan program/kegiatan unggulan SKPD yang paling berdampak luas pada masing-masing segmentasi masyarakat yang dilayani sesuai dengan prioritas dan permasalahan yang dihadapi berhubungan dengan layanan dasar serta tugas dan fungsi SKPD termasuk peningkatan kapasitas kelembagaan. Alokasi pada prioritas II pada tahu 2014 sebesar 35,26 persen dan pada periode akhir perencanaan dialokasikan sebesar 33,50 persen. Sementara Prioritas III yang merupakan alokasi belanja-belanja tidak langsung seperti : tambahan penghasilan PNS, belanja hibah, belanja bantuan sosial organisasi kemasyarakatan, belanja bantuan keuangan kepada provinsi/kabupaten/kota dan pemerintahan desa serta belanja tidak terduga. Alokasi pada prioritas III pada tahu 2014 sebesar 22,85 persen dan pada periode akhir perencanaan dilakosaikan sebesar 19,00 persen. RPJMD Kabupaten Bogor III - 42

116 BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS 4.1. Permasalahan Pembangunan Daerah RPJMD Kabupaten Bogor merupakan tahap ketiga RPJPD Kabupaten Bogor , RPJMD tahap ketiga ini diharapkan dapat mengakselerasi visi pembangunan daerah hingga tahun 2025, yaitu Kabupaten Bogor Maju dan Sejahtera Berlandaskan Iman dan Takwa. Sasaran pokok pembangunan yang ingin dicapai meliputi: (1) terwujudnya sumber daya manusia yang berkualitas; (2) terwujudnya perekonomian rakyat yang maju; (3) terwujudnya Kabupaten Bogor yang Tertib, Segar, Bersih, Indah, Mandiri, Aman, Nyaman (TEGAR BERIMAN) dan Berkelanjutan; serta (4) terwujudnya tata kelola pemerintahan yang baik. Sasaran pokok pembangunan yang tertuang dalam RPJPD tersebut jika dicermati pencapaiannya sampai saat ini masih belum mampu dicapai secara optimal. Berdasarkan hasil identifikasi dan analisis faktor internal (strengths, weakness) dan faktor eksternal ( opportunities, threats), maka pembangunan daerah Kabupaten Bogor masih dihadapkan pada permasalahan pokok sebagai berikut : 1. Masih rendahnya kualitas sumber daya manusia, seperti tercermin dengan tingkat pendidikan dan kesehatan maupun aspek lainnya yang mengutamakan manusia dalam pembangunan. Masih rendahnya tingkat pendidikan diperlihatkan oleh: (1) masih tingginya angka buta huruf; (2) masih rendahnya rata-rata lama sekolah (RRLS) masyarakat Kabupaten Bogor yang pada tahun 2013 baru mencapai 8,04 tahun, atau baru mencapai kelas 2 SLTP yang berarti tidak tamat SLTP; ( 3) masih rendahnya jumlah guru yang bersertifikat profesional di semua jenjang tingkat pendidikan; (4) belum sesuainya kualitas dan relevansi serta tata kelola pendidikan dengan kebutuhan dan tuntutan peningkatan daya saing. Rendahnya tingkat kesehatan ditandai oleh indikator Usia Harapan Hidup penduduk Kabupaten Bogor yang masih rendah. Indikator lainnya yang dapat menjelaskan rendahnya tingkat kesehatan adalah: ( 1) tingginya Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB); ( 2) tingginya angka gizi buruk pada anak balita; ( 3) rendahnya pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan; ( 4) rendahnya angka aksesibilitas pelayanan kesehatan; dan ( 5) masih terdapat lingkungan dengan sanitasi buruk serta pola hidup tidak sehat. RPJMD Kabupaten Bogor IV - 1

117 2. Masih rendahnya kondisi ekonomi masyarakat. Rendahnya ekonomi masyarakat terlihat dari masih rendahnya pendapatan per kapita. Permasalahannya meliputi investasi belum optimal, rendahnya ekspor, kurang vitalnya pertanian, belum berdayanya industri kecil menengah (IKM), belum berkembangnya pariwisata secara merata, belum berdayanya koperasi, usaha mikro, kecil dan menengah ( KUMKM), rendahnya daya beli masyarakat, masih tingginya pengangguran, serta masih tingginya angka kemiskinan. Pertumbuhan investasi belum mampu meningkatkan keterkaitan dengan usaha ekonomi lokal dan kesempatan kerja. Permasalahannya belum efisien dan efektifnya birokrasi, masih adanya kendala pada kepastian hukum dan kepastian berusaha serta jaminan keamanan berusaha dalam bidang penanaman modal. Masih rendahnya infrastruktur pendukung merupakan kendala dalam upaya peningkatan investasi di Kabupaten Bogor. Berkembangnya sektor industri belum dapat mengatasi permasalahan kemiskinan dan pengangguran. Rendahnya ekspor terjadi karena kualitas produk yang kurang sesuai dengan permintaan dan standar internasional, kurangnya akses pasar, belum optimalnya pengembangan keberagaman produk ekspor, belum optimalnya fasilitasi ekspor, serta krisis ekonomi global yang berdampak pada menurunnya permintaan. Pengembangan agroindustri belum optimal dalam pengolahan dan pemasarannya, pengembangan pada sistem pertanian masih bersifat parsial, serta ketidaksiapan dalam menghadapi persaingan global merupakan kendala yang masih dihadapi sektor pertanian. Permasalahan lainnya adalah terbatasnya ketersediaan input produksi pertanian dan belum optimalnya kondisi infrastruktur jalan ke sentra produksi, belum meningkatnya produksi dan stok bahan pangan pokok, belum terkendalinya tingkat kerawanan dan keamanan pangan masyarakat, belum terkendalinya tata niaga bahan pangan pokok serta belum terbentuknya pola kawasan industri yang baik di Kabupaten Bogor. Halhal tersebut mengakibatkan tidak terakomodasinya seluruh sektor industri di Kabupaten Bogor. Produktivitas dan kualitas hasil pertanian masih rendah sebagai akibat belum meratanya penerapan teknologi, rendahnya kualitas SDM dan kurangnya minat generasi muda di bidang pertanian serta belum memadainya dukungan sarana dan prasarana. Rendahnya produktivitas pertanian juga disebabkan tidak optimalnya pengelolaan jaringan irigasi dan sumber daya air lainnya seperti danau/waduk. Pengalihan tata guna lahan untuk permukiman dan industri RPJMD Kabupaten Bogor IV - 2

118 secara tidak terkendali mengakibatkan penyusutan lahan pertanian dan penurunan kualitas sumber daya air. Selanjutnya permasalahan yang dihadapi lainnya adalah belum berdayanya industri kecil menengah ( IKM). Hal ini terjadi karena lemahnya daya saing, rendahnya mutu produk, lemahnya keterkaitan IKM dengan industri besar, keterbatasan modal (tingginya suku bunga), serta rendahnya produktivitas. Potensi budaya dan keindahan alam di Kabupaten Bogor belum digali dan dikembangkan sebagai potensi wisata Kabupaten Bogor. Peningkatan kinerja obyek dan daya tarik wisata belum dikembangkan secara optimal, berkelanjutan, dan berwawasan lingkungan serta belum tersedianya dukungan sarana dan prasarana pariwisata dengan standar internasional. Pengembangan wisata alam daerah Puncak kini dihadapkan pada isu terganggunya fungsi wilayah ini sebagai daerah konservasi. Peranan Koperasi, Usaha Mikro, Kecil dan Menengah ( KUMKM) dalam peningkatan pertumbuhan ekonomi masih perlu ditumbuhkembangkan. Hal tersebut disebabkan kurangnya efektifitas fungsi dan peranan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah dalam pembangunan serta rentannya UMKM terhadap perubahan harga bahan bakar. Masih tingginya kredit konsumsi dibandingkan dengan kredit investasi juga menghambat kontribusi UMKM terhadap pertumbuhan ekonomi sehingga kurang menopang aktivitas sektor riil. Permasalahan lain yang berkaitan dengan pembangunan ekonomi adalah rendahnya daya beli masyarakat. Hal ini terjadi karena berbagai hal antara lain belum efisiennya sistem distribusi barang sehingga harga relatif tinggi, belum optimalnya penguatan pasar domestik dan efisiensi pasar komoditas, belum optimalnya pengawasan perdagangan dan peningkatan iklim usaha perdagangan, serta belum optimalnya penataan sarana perdagangan. Permasalahan tingginya angka pengangguran disebabkan antara lain tidak sebandingnya jumlah pertumbuhan angkatan kerja dengan laju pertumbuhan kesempatan kerja, serta rendahnya kompetensi tenaga kerja. Tingkat pengangguran yang relatif tinggi ini mengindikasikan bahwa angkatan kerja yang begitu besar di Kabupaten Bogor belum terserap secara optimal oleh sektor-sektor formal, sebagai akibat lapangan pekerjaan yang kurang dan tingkat kompetensi angkatan kerja yang rendah. Permasalahan lainnya adalah masih tingginya angka kemiskinan. Hal ini terjadi karena kurangnya koordinasi dan harmonisasi program penanggulangan RPJMD Kabupaten Bogor IV - 3

119 kemiskinan, serta belum tertatanya sistem distribusi hasil pembangunan ekonomi yang berkeadilan. 3. Belum memadainya kuantitas dan kualitas infrastruktur serta pengelolaan lingkungan hidup secara berkelanjutan untuk mendorong percepatan pembangunan perekonomian daerah. Infrastruktur wilayah terdiri dari beberapa aspek yaitu infrastruktur transportasi, sumber daya air dan irigasi, listrik dan energi, telekomunikasi, serta sarana dan prasarana permukiman. Kebutuhan akan infrastruktur wilayah tidak terlepas dari fungsi dan peranannya terhadap pengembangan wilayah, yaitu sebagai pengarah dan pembentuk struktur tata ruang, pemenuhan kebutuhan wilayah, pemacu pertumbuhan wilayah serta pengikat wilayah. Aspek infrastruktur transportasi di wilayah Kabupaten Bogor hanya terdiri dari transportasi darat. Salah satu indikator tingkat keberhasilan penanganan infrastruktur jalan adalah meningkatnya tingkat kemantapan dan kondisi jalan. Tingkat kemantapan jaringan jalan Kabupaten Bogor berada pada kondisi sedang. Hal ini disebabkan oleh tingginya frekuensi bencana alam serta beban lalu lintas yang sering melebihi standar muatan sumbu terberat (MST). Selain itu, kurangnya jaringan jalan tol, serta belum terintegrasinya seluruh jaringan jalan di Kabupaten Bogor dengan baik, termasuk dengan sistem jaringan jalan tol, menyebabkan rendahnya kualitas dan cakupan pelayanan infrastuktur jaringan jalan di Kabupaten Bogor. Keterbatasan kondisi infrastruktur transportasi darat yang lain adalah kurangnya ketersediaan perlengkapan jalan dan fasilitas lalu lintas seperti rambu, marka, pengaman jalan, terminal, dan jembatan timbang serta belum optimalnya kondisi dan penataan sistem hirarki terminal sebagai tempat pertukaran moda, menyebabkan kurangnya kelancaran, ketertiban, keamanan serta pengawasan pergerakan lalu lintas. Demikian pula halnya dengan pelayanan angkutan massal seperti kereta api dan bis, masih belum optimal mengingat infrastruktur transportasi darat yang tersedia belum mampu mengakomodir jumlah pergerakan yang terjadi, khususnya pergerakan di wilayah Tengah Kabupaten Bogor. Pada aspek infrastruktur sumber daya air dan irigasi, kondisi infrastruktur yang mendukung upaya konservasi, pendayagunaan sumber daya air, pengendalian daya rusak air, keterlibatan masyarakat dalam pengelolaan sumber daya air dan sistem informasi sumber daya air, dirasakan masih belum memadai. Potensi sumber daya air di Kabupaten Bogor yang besar belum dapat dimanfaatkan RPJMD Kabupaten Bogor IV - 4

120 secara optimal untuk menunjang kegiatan pertanian, industri, dan kebutuhan domestik. Bencana banjir dan kekeringan juga masih terus terjadi antara lain akibat menurunnya kapasitas infrastruktur sumber daya air dan daya dukung lingkungan serta tersumbatnya muara sungai karena sedimentasi yang tinggi. Selain itu, kondisi jaringan irigasi juga belum memadai. Pada aspek infrastruktur listrik dan energi, tingkat keberhasilan penanganan listrik dapat dilihat dari rasio elektrifikasi desa dan rumah tangga. Peningkatan rasio elektrifikasi perdesaan masih terus diupayakan, baik melalui pembangunan jaringan listrik yang bersumber dari PLN, maupun penyediaan sumber-sumber energi alternatif seperti Pembangkit Listrik Tenaga (PLT) mikro hidro, surya, dan angin. Pada aspek telekomunikasi, cakupan layanan untuk infrastruktur telekomunikasi belum bisa menjangkau setiap pelosok wilayah. Kondisi ini dicirikan dengan adanya beberapa wilayah yang belum terlayani. Lambatnya pertumbuhan pembangunan sambungan jasa telepon kabel tetap, salah satunya disebabkan oleh bergesernya fokus bisnis penyelenggara kepada pengembangan telekomunikasi bergerak (selular). Sementara itu untuk pengembangan jaringan telekomunikasi perdesaan saat ini telah dilakukan berbagai upaya, salah satunya melalui program Kemampuan Pelayanan Universal (KPU)/ Universal Service Obligation (USO) yang digagas oleh Pemerintah Pusat. Cakupan pelayanan prasarana dasar terutama di pedesaan masih rendah sebagai akibat tingginya kerusakan prasarana yang ada. Pengembangan infrastruktur wilayah masih terkendala kepada pembebasan lahan. Sumber air baku untuk air minum di wilayah Kabupaten Bogor terutama pada musim kemarau cenderung semakin berkurang. Demikian pula mutu air tanah dan air permukaan semakin rendah sebagai akibat pencemaran lingkungan, yang berdampak pada kesehatan masyarakat. Pengelolaan sampah terutama di perkotaan dan pemukiman padat masih menjadi kendala sebagai akibat kurangnya lahan untuk Tempat Pembuangan Akhir ( TPA) dan sarana pendukung. 4. Belum terwujudnya tata kelola pemerintahan yang baik dan pemerintahan yang bersih. Hal ini tercermin dari kurangnya partisipasi masyarakat dalam penetapan kebijakan dan pelaksanaan pembangunan daerah, kurang profesionalnya aparatur pemerintah daerah, masih lemahnya penegakan hukum dan peraturan, lemahnya kapasitas pemerintahan desa untuk memperkuat penyelenggaraan RPJMD Kabupaten Bogor IV - 5

121 pemerintahan daerah, kurangnya transparansi dan akses masyarakat terhadap penyelenggaraan pemerintahan daerah serta pelayanan publik, belum terbebasnya pemerintahan daerah dari praktek korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN), serta belum optimalnya pelayanan publik. 5. Kurangnya kesolehan sosial masyarakat dan/atau pembangunan sosial keagamaan untuk mencapai harkat dan martabat kemanusiaan yang tinggi atau tingkat peradaban masyarakat yang tinggi. Hal ini terjadi karena semangat keagamaan masyarakat dalam sikap dan perilaku sosial belum optimal seperti tercermin dengan masih adanya tempat prostitusi/warung remang-remang, harmonisasi sosial dan kerukunan di kalangan umat beragama belum terwujud, serta pelayanan kehidupan beragama masih terbatas Identifikasi Permasalahan untuk Penentuan Program Prioritas Pembangunan Daerah Seperti telah dijelaskan, permasalahan pokok pembangunan di Kabupaten Bogor meliputi: (1) masih rendahnya kualitas sumber daya manusia, seperti tercermin pada rendahnya tingkat pendidikan dan kesehatan maupun aspek lainnya yang mengutamakan manusia dalam pembangunan; (2) masih rendahnya kondisi ekonomi masyarakat; (3) belum memadainya kuantitas dan kualitas infrastruktur serta pengelolaan lingkungan hidup secara berkelanjutan untuk mendorong percepatan pembangunan perekonomian daerah; (4) belum terwujudnya tata kelola pemerintahan yang baik dan pemerintahan yang bersih; serta (5) kurangnya kesolehan sosial masyarakat dan/atau pembangunan sosial keagamaan untuk mencapai harkat dan martabat kemanusiaan yang tinggi atau tingkat peradaban masyarakat yang tinggi. Masih rendahnya tingkat pendidikan berkaitan dengan rendahnya akses, kualitas dan relevansi pendidikan. Hal ini disebabkan terutama oleh terbatasnya kesempatan memperoleh pendidikan, rendahnya profesionalisme guru dan distribusinya belum merata, terbatasnya ketersediaan sarana dan prasarana pendidikan yang berkualitas, belum efektifnya manajemen dan tatakelola pendidikan, serta belum terwujudnya pembiayaan pendidikan yang berkeadilan. Sebagai solusi atas permasalahan tersebut, maka ke depan perlu dirancang berbagai program untuk memperluas kesempatan memperoleh pendidikan yang mencakup upaya peningkatan akses terhadap pendidikan dasar, peningkatan akses terhadap pendidikan menengah, peningkatan akses keaksaraan, dan peningkatan akses pendidikan agama serta pendidikan keagamaan. Selanjutnya perlu juga diupayakan RPJMD Kabupaten Bogor IV - 6

122 peningkatan pemerataan distribusi, kualifikasi akademik, dan profesionalisme guru, peningkatan ketersediaan sarana dan prasarana yang berkualitas meliputi percepatan penuntasan rehabilitasi gedung sekolah yang rusak; peningkatan ketersediaan buku mata pelajaran; peningkatan ketersediaan dan kualitas laboratorium dan perpustakaan; dan peningkatan pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi (TIK); serta peningkatan akses dan kualitas layanan perpustakaan. Kemudian perlu dirancang juga upaya peningkatan manajemen dan tatakelola pendidikan meliputi upaya untuk meningkatkan manajemen, tatakelola, dan kapasitas lembaga serta meningkatkan kemitraan publik dan swasta. Hal yang juga penting adalah mewujudkan pembiayaan pendidikan yang berkeadilan, mewujudkan alokasi dan mekanisme penyaluran dana yang efisien, efektif, dan akuntabel, serta menyelenggarakan pendidikan dasar bermutu yang terjangkau bagi semua. Masih rendahnya tingkat kesehatan berkaitan dengan rendahnya akses dan kualitas pelayanan kesehatan. Hal ini ditandai dengan rendahnya status kesehatan ibu dan anak, rendahnya status gizi masyarakat, serta tingginya angka kesakitan dan kematian akibat penyakit. Hal demikian terjadi karena rendahnya akses dan kualitas pelayanan kesehatan ibu, rendahnya pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan terlatih, rendahnya status gizi ibu hamil, terbatasnya sarana Pelayanan Obstetrik Neonatal Emergensi Dasar (PONED), Pelayanan Obstetrik Neonatal Emergensi Komprehensif (PONEK), pos bersalin desa (Polindes) dan unit transfusi darah, rendahnya cakupan dan kualitas imunisasi, masih rendahnya status gizi ibu hamil, masih rendahnya pemberian air susu ibu (ASI) eksklusif, masih tingginya angka kesakitan terutama diare, asfiksia, dan infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) akibat buruknya kondisi kesehatan lingkungan, seperti rendahnya cakupan air bersih dan sanitasi, dan kondisi perumahan yang tidak sehat, serta belum optimalnya pemanfaatan posyandu di samping determinan sosial budaya lainnya. Permasalahan rendahnya status gizi masyarakat antara lain dipengaruhi oleh faktor-faktor tingginya angka kemiskinan, rendahnya kesehatan lingkungan, melemahnya partisipasi masyarakat, terbatasnya aksesibilitas pangan pada tingkat keluarga terutama pada keluarga miskin, tingginya penyakit infeksi, belum memadainya pola asuh ibu, dan rendahnya akses keluarga terhadap pelayanan kesehatan dasar. Masih tingginya angka kesakitan dan kematian akibat penyakit menular dan tidak menular disebabkan oleh masih buruknya kondisi kesehatan lingkungan, perilaku masyarakat yang belum mengikuti pola perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS), dan belum optimalnya upaya-upaya penanggulangan penyakit. RPJMD Kabupaten Bogor IV - 7

123 Permasalahan lainnya yang berkaitan dengan pelayanan kesehatan adalah terbatasnya ketersediaan tenaga kesehatan, terbatasnya ketersediaan obat dan pengawasan obat-makanan, terbatasnya pembiayaan kesehatan untuk memberikan jaminan perlindungan kesehatan masyarakat, belum optimalnya pemberdayaan masyarakat dalam pembangunan kesehatan serta rendahnya akses masyarakat terhadap fasilitas pelayanan kesehatan yang berkualitas. Merujuk pada permasalahan tersebut di atas, maka kedepan perlu dilakukan upaya peningkatan akses dan kualitas pelayanan kesehatan ibu dan anak melalui perbaikan gizi, peningkatan pengetahuan ibu, pemenuhan ketersediaan tenaga kesehatan, penyediaan fasilitas pelayanan kesehatan, dan peningkatan cakupan dan kualitas imunisasi, serta meningkatkan kualitas kesehatan lingkungan. Upaya lainnya yang relevan adalah meningkatkan cakupan dan kualitas pencegahan penyakit, pengendalian faktor risiko, peningkatan survailans epidemiologi, peningkatan kegiatan komunikasi, informasi, dan edukasi (KIE), peningkatan tatalaksana kasus, serta peningkatan kesehatan lingkungan. Dalam kaitan dengan tenaga kesehatan, maka perlu dilakukan upaya peningkatan penyediaan dan pendayagunaan yang menjamin terpenuhinya jumlah, mutu, dan persebaran SDM kesehatan. Selanjutnya perlu juga meningkatkan ketersediaan, keterjangkauan, dan pemerataan obat. Upaya lainnya yang juga relevan adalah meningkatkan pembiayaan kesehatan, promosi kesehatan dan upaya kesehatan berbasis masyarakat, meningkatkan akses dan kualitas pelayanan kesehatan masyarakat melalui penyediaan sarana dan fasilitas pelayanan kesehatan yang memadai. Rendahnya kondisi ekonomi masyarakat merupakan resultante atau akumulasi berbagai permasalahan seperti rendahnya investasi, rendahnya ekspor, kurang vitalnya pertanian, belum berdayanya IKM, belum berkembangnya pariwisata, belum berdayanya KUMKM, rendahnya daya beli masyarakat, tingginya pengangguran, serta masih tingginya angka kemiskinan. Investasi belum optimal terjadi karena masih kurang kondusifnya iklim investasi dan sulitnya permasalahan perizinan investasi. Dengan demikian kedepan upaya-upaya untuk menarik investasi dan perbaikan prosedur perizinan perlu dilakukan. Selanjutnya rendahnya ekspor terjadi karena kualitas produk yang kurang sesuai dengan permintaan dan standar internasional, kurangnya akses pasar, belum optimalnya pengembangan keberagaman produk ekspor, belum optimalnya fasilitasi ekspor, serta krisis ekonomi global yang berdampak pada menurunnya permintaan. RPJMD Kabupaten Bogor IV - 8

124 Implikasi terhadap kondisi tersebut adalah kedepan perlu diupayakan peningkatan kualitas produk, peningkatan diversifikasi pasar tujuan ekspor, diversifikasi produk ekspor, serta peningkatan fasilitasi bagi eksportir. Kurang vitalnya pertanian terjadi karena keterbatasan (semakin berkurangnya) lahan, modal, irigasi, alat mesin pertanian, penanganan dan pengolahan hasil serta teknologi. Untuk itu, ke depan perlu dilakukan terus dilakukan revitalisasi pertanian. Selanjutnya permasalahan belum berdayanya IKM terjadi karena lemahnya daya saing, rendahnya mutu produk, lemahnya keterkaitan IKM dengan industri besar, keterbatasan modal (tingginya suku bunga), serta rendahnya produktivitas. Sebagai implikasinya, maka kedepan perlu dirancang program peningkatan daya saing, peningkatan mutu produk, perluasan keterkaitan IKM dengan industri besar, penguatan modal, serta peningkatan produktivitas. Belum berkembangnya pariwisata terjadi karena belum optimalnya penataan daerah tujuan wisata sebagai akibat rendahnya aksesibilitas, terbatasnya fasilitas umum, kurangnya diversifikasi daya tarik wisata, terbatasnya investasi untuk pariwisata, belum optimalnya penggunaan IT sebagai sarana promosi dan pemasaran pariwisata, terbatasnya kompetensi SDM di bidang pariwisata, serta belum optimalnya kemitraan dan kerjasama dengan swasta dan kelembagaan kepariwisataan lainnya dalam pengembangan pariwisata. Merujuk pada permasalahan tersebut, maka kedepan perlu diupayakan program untuk penataan daerah tujuan wisata terpadu dengan memperbaiki aksesibilitas, fasilitas umum, diversifikasi daya tarik wisata, peningkatan investasi untuk pariwisata, peningkatan penggunaan IT sebagai sarana promosi dan pemasaran pariwisata, peningkatan kompetensi SDM di bidang pariwisata, serta pengembangan kemitraan dan kerjasama dengan swasta dan kelembagaan kepariwisataan lainnya dalam pengembangan pariwisata. Permasalahan belum berdayanya KUMKM terjadi karena berbagai hal diantaranya: belum optimalnya pemberdayaan KUMKM, masih adanya prosedur dan administrasi berbiaya tinggi, keterbatasaan modal, kurangnya akses terhadap teknologi, keterbatasan entrepreneurship, keterbatasan sarana dan prasarana, serta kurang optimalnya dukungan stakeholders. Berdasarkan permasalahan tersebut, maka kedepan perlu dirancang program pemberdayaan KUMKM secara terpadu, perbaikan prosedur dan administrasi, penguatan modal, pembukaan akses terhadap teknologi, pengembangan entrepreneurship, penyediaan sarana dan prasarana, serta penguatan jejaring kerja dengan seluruh stakeholders. Rendahnya daya beli masyarakat terjadi karena berbagai hal antara lain: belum efisiennya sistem distribusi barang sehingga harga relatif tinggi, belum optimalnya RPJMD Kabupaten Bogor IV - 9

125 penguatan pasar domestik dan efisiensi pasar komoditas, belum optimalnya pengawasan perdagangan dan peningkatan iklim usaha perdagangan, serta belum optimalnya penataan sarana perdagangan. Berangkat dari kondisi ini, maka kedepan perlu dirancang program peningkatan efisiensi sistem distribusi barang, pengelolaan stabilitas harga, peningkatan pasar domestik dan efisiensi pasar komoditas, peningkatan pengawasan perdagangan dan peningkatan iklim usaha perdagangan, serta penataan sarana perdagangan seperti pasar modern maupun pasar tradisional. Tingginya pengangguran terjadi karena di sisi demand, ketersediaan lapangan kerja sangat terbatas, sementara itu di sisi supply, kualitas angkatan kerja kurang sesuai dengan kebutuhan pasar kerja. Merujuk pada kondisi tersebut, maka kedepan perlu dirancang berbagai program untuk membuka lapangan kerja serta berbagai program untuk peningkatan kualitas angkatan kerja. Permasalahan tingginya angka kemiskinan terjadi karena kurangnya koordinasi dan harmonisasi program penanggulangan kemiskinan serta belum tertatanya sistem distribusi hasil pembangunan ekonomi yang berkeadilan. Dengan demikian kedepan perlu dilakukan upaya peningkatan koordinasi dan harmonisasi program penanggulangan kemiskinan serta perbaikan sistem distribusi hasil pembangunan ekonomi yang berkeadilan. Belum memadainya kuantitas dan kualitas infrastruktur serta pengelolaan lingkungan hidup secara berkelanjutan untuk mendorong percepatan pembangunan perekonomian daerah terlihat dari belum memadainya kondisi jaringan sarana dan prasarana jalan, transportasi, jaringan pengairan dan irigasi, jaringan listrik, serta jaringan telekomunikasi dan informatika. Penyebab utamanya adalah kurang tersedia dan terpeliharanya sarana dan prasarana sehingga tidak dapat berfungsi optimal. Selanjutnya karena kelembagaan, sumberdaya manusia, dan terbatasnya kemampuan pembiayaan pemerintah. Pada saat ini banyak lembaga yang terkait dengan pengelolaan sarana dan prasarana sehingga menyulitkan koordinasi, sedangkan kualitas sumber daya manusia masih rendah. Sementara itu, terkait dengan pembiayaan, investasi sarana dan prasarana saat ini masih jauh dari kebutuhan investasi. Permasalahan transportasi yang perlu dibenahi, di antaranya: terbatasnya jumlah dan buruknya kondisi sarana dan prasarana transportasi, sistem transportasi multimoda belum terintegrasi dengan memanfaatkan potensi dan keunggulan wilayah sehingga pelayanan transportasi kurang efisien dan efektif, pendanaan untuk pemeliharaan prasarana terbatas, penyediaan sarana dan prasarana transportasi belum memadai baik dari sisi kuantitas maupun kualitasnya. Mencermati kondisi permasalahan tersebut, maka kedepan perlu dirancang program peningkatan kapasitas sarana dan prasarana RPJMD Kabupaten Bogor IV - 10

126 transportasi, peningkatan pendanaan untuk pemeliharaan sarana prasarana transportasi, pengembangan sistem transportasi multimoda yang terintegrasi, peningkatan keselamatan masyarakat terhadap pelayanan sarana dan prasarana transportasi, peningkatan aksesibilitas masyarakat terhadap pelayanan sarana dan prasarana transportasi. Jaringan pengairan dan irigasi masih menghadapi beberapa permasalahan, antara lain: keberlanjutan ketersediaan air menurun, degradasi Daerah Aliran Sungai (DAS) dan tingginya alih fungsi lahan yang mengakibatkan menurunnya kemampuan peresapan/penyimpanan air. Terjadinya perubahan iklim turut mempengaruhi pola distribusi ketersediaan air yang kurang didukung oleh jumlah sarana dan prasarana penampung air yang memadai. Selain itu, kualitas air yang ada semakin menurun akibat tingginya pencemaran air. Ketersediaan air tanah semakin terancam akibat eksploitasi air tanah secara berlebihan, yang juga menimbulkan dampak seperti penurunan permukaan air tanah, dan penurunan permukaan tanah (land subsidence ), serta layanan air baku belum optimal dan merata. Suplai air baku semakin berkurang akibat menurunnya debit pada sumber-sumber air dan tingginya laju sedimentasi pada tampungan-tampungan air, seperti waduk, embung, dan situ. Selain itu, kualitas air semakin rendah akibat tingginya tingkat pencemaran pada sungai dan sumber-sumber air lainnya. Di sisi lain, kebutuhan air baku semakin tinggi akibat pesatnya pertumbuhan penduduk, berkembangnya aktivitas manusia, dan tidak efisiennya pola pemanfaatan air. Hal tersebut tidak diikuti dengan pengembangan teknologi pengolahan dan penyediaan air baku yang efektif dan optimal. Rendahnya ketersediaan prasarana penyedia air baku di perdesaan menyebabkan tingginya eksploitasi air tanah untuk memenuhi kebutuhan air minum dan kebutuhan pokok sehari-hari. Selanjutnya pengelolaan irigasi belum optimal. Selain itu, alih fungsi lahan pertanian produktif semakin tinggi. Di sisi lain, penggunaan air irigasi cenderung boros karena rendahnya efisiensi. Keterbatasan pendanaan serta masih rendahnya kuantitas dan kualitas sumber daya manusia menyebabkan rendahnya kinerja operasi dan pemeliharaan jaringan irigasi. Selain itu, partisipasi masyarakat petani masih rendah dan kinerja kelembagaan pengelolaan irigasi belum optimal. Bardasarkan permasalahan tersebut, maka kedepan perlu dilaksanakan program peningkatan ketersediaan dan kelestarian sumber daya air, peningkatan layanan prasarana air baku, peningkatan layanan jaringan irigasi, pengendalian bahaya banjir serta peningkatan partisipasi masyarakat petani dan kinerja kelembagaan pengelola irigasi. Selanjutnya permasalahan lain yang dihadapi adalah aksesibilitas dan jangkauan pelayanan terhadap perumahan beserta sarana prasarananya yang belum memadai. RPJMD Kabupaten Bogor IV - 11

127 Untuk pembangunan prasarana dan sarana dasar permukiman, permasalahan utama yang dihadapi adalah rendahnya akses terhadap air minum dan sanitasi (air limbah, pengelolaan persampahan, dan drainase). Secara umum, faktor-faktor yang diidentifikasi menyebabkan terjadinya kondisi ini antara lain: (1) belum memadainya perangkat peraturan; (2) terbatasnya penyedia layanan yang kredibel dan profesional; (3) belum optimalnya sistem perencanaan; serta (4) terbatasnya pendanaan. Sehubungan dengan permasalahan tersebut, maka kedepan perlu dirancang program peningkatan akses bagi rumah tangga terhadap rumah dan lingkungan permukiman yang layak, aman, terjangkau dengan dukungan prasarana-sarana dasar, utilitas yang memadai, dan memiliki jaminan kepastian hukum dalam bermukim (secure tenure), serta peningkatan kualitas perencanaan dan penyelenggaraan pembangunan perumahan maupun sarana prasarana dasar permukiman. Selain permasalahan tersebut, ada juga permasalahan yang cukup potensial yaitu kurangnya ketahanan energi terutama diversifikasi energi yang menjamin keberlangsungan dan jumlah pasokan energi dan terbatasnya penggunaan renewable energy dan energi yang bersih dan ekonomis, dan belum optimalnya efisiensi konsumsi dan penghematan energi baik di lingkungan industri rumah tangga, industri besar maupun transportasi. Hal ini terjadi karena bauran energi (energy mix) belum optimal, pasokan energi masih terbatas (jumlah, kualitas, dan keandalan), efisiensi dan konservasi energi masih belum berjalan dengan baik serta peran dan partisipasi pemerintah daerah dalam pemenuhan kebutuhan energi masih kurang. Berkaitan dengan permasalahan tersebut kedepan perlu dirancang program untuk peningkatan jangkauan pelayanan ketenagalistrikan, peningkatan kapasitas dan kualitas sarana dan prasarana energi, serta pengembangan penggunaan renewable energy dan energi yang bersih dan ekonomis. Permasalahan utama yang dihadapi dalam hal jaringan komunikasi dan informatika adalah belum optimalnya penyediaan dan pemanfaatan sarana, prasarana dan layanan komunikasi dan informatika untuk kegiatan yang produktif sehingga mengakibatkan rendahnya tingkat daya saing. Hal ini disebabkan oleh berbagai hal diantaranya: belum meratanya ketersediaan sarana, prasarana dan layanan komunikasiinformatika, serta masih terbatasnya sarana dan prasarana broadband, belum optimalnya pemanfaatan spektrum frekuensi radio, belum optimalnya penyelenggaraan komunikasi dan informatika, masih terbatasnya kemampuan adopsi dan adaptasi teknologi, rendahnya tingkat e-literasi aparatur pemerintah dan masyarakat, belum optimalnya pemanfaatan sumber pembiayaan dalam penyediaan sarana, prasarana, dan layanan komunikasi-informatika, serta meningkatnya cyber crime (misuse dan ab use pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi/tik). Relevan dengan permasalahan tersebut, maka kedepan perlu dirancang program peningkatan ketersediaan sarana dan RPJMD Kabupaten Bogor IV - 12

128 prasarana dan layanan komunikasi dan informatika yang aman dan modern dengan kualitas baik dan harga terjangkau, peningkatan kualitas penyediaan dan pemanfaatan informasi, serta penggunaan TIK secara efektif dan bijak dalam seluruh aspek kehidupan. Belum terwujudnya tata kelola pemerintahan yang baik dan pemerintahan yang bersih terjadi karena kurangnya partisipasi masyarakat dalam penetapan kebijakan dan pelaksanaan pembangunan daerah, kurang profesionalnya aparatur pemerintah daerah dan desa, masih lemahnya penegakan hukum dan peraturan, lemahnya kapasitas pemerintahan desa untuk memperkuat penyelenggaraan pemerintahan daerah, kurangnya transparansi dan akses masyarakat terhadap penyelenggaraan pemerintahan daerah serta pelayanan publik, belum terbebas dari praktek KKN, serta belum optimalnya pelayanan publik. Sehubungan dengan permasalahan tersebut, maka untuk mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik dan pemerintahan yang bersih perlu dirancang program peningkatan partisipasi masyarakat dalam penetapan kebijakan dan pelaksanaan pembangunan daerah, peningkatan profesionalisme aparatur pemerintah daerah, penguatan penegakan hukum dan peraturan, peningkatan kapasitas pemerintahan desa untuk memperkuat penyelenggaraan pemerintahan daerah, peningkatan transparansi dan akses masyarakat terhadap penyelenggaraan pemerintahan daerah serta pelayanan publik, pemberantasan praktek KKN, serta peningkatan kualitas pelayanan publik. Kurangnya kesolehan sosial masyarakat dan/atau pembangunan sosial keagamaan untuk mencapai harkat dan martabat kemanusiaan yang tinggi atau tingkat peradaban masyarakat yang tinggi terjadi karena semangat keagamaan masyarakat dalam sikap dan perilaku sosial belum optimal seperti tercermin dengan masih adanya tempat prostitusi/warung remang-remang, harmonisasi sosial dan kerukunan di kalangan umat beragama belum terwujud, serta pelayanan kehidupan beragama masih terbatas. Sebagai implikasi dari permasalahan tersebut maka perlu dilaksanakan program peningkatan kualitas keagamaan masyarakat dalam sikap dan perilaku sosial berupa pembinaan ahlak, penertiban tempat prostitusi/warung remang-remang, harmonisasi sosial dan kerukunan di kalangan umat beragama, serta peningkatan pelayanan kehidupan beragama serta pembangunan sarana dan prasarana peribadatan Identifikasi Permasalahan untuk pemenuhan penyelenggaraan Urusan Pemerintahan Daerah Permasalahan Urusan Pendidikan meliputi rendahnya akses terhadap Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), belum optimalnya Wajib Belajar Pendidikan Dasar (Wajar Dikdas) Sembilan Tahun, keterbatasan akses terhadap pendidikan menengah, RPJMD Kabupaten Bogor IV - 13

129 belum optimalnya pendidikan non formal, rendahnya mutu pendidik dan tenaga kependidikan, serta rendahnya manajemen pelayanan pendidikan. Permasalahan Urusan Kesehatan terdiri dari terbatasnya penyediaan obat dan perbekalan kesehatan, terbatasnya upaya kesehatan masyarakat, kurangnya promosi kesehatan dan pemberdayaan masyarakat; rendahnya status gizi masyarakat, belum terwujudnya lingkungan sehat, belum optimalnya pencegahan dan penanggulangan penyakit menular, terbatasnya pengadaan, peningkatan dan perbaikan sarana dan prasarana puskesmas/puskesmas pembantu dan jaringannya, belum optimalnya kemitraan peningkatan pelayanan kesehatan, tingginya AKI dan AKB, terbatasnya pelayanan kesehatan lansia, belum terpenuhinya standar pelayanan kesehatan, belum optimalnya pelayanan kesehatan penduduk miskin, belum memadainya pengadaan, peningkatan sarana dan prasarana rumah sakit umum daerah, serta belum optimalnya pengawasan obat dan makanan. Permasalahan Urusan Pekerjaan Umum meliputi kurang memadainya jalan dan jembatan, kurang memadainya saluran drainase/gorong-gorong, belum memadainya turap/talud/bronjong, kurang optimalnya pemeliharaan jalan dan jembatan, belum berkembangnya sistem informasi data base jalan dan jembatan, kurang memadainya sarana dan prasarana kebinamargaan, belum optimalnya pengembangan dan pengelolaan jaringan irigasi, rawa dan jaringan pengairan lainnya, serta belum optimalnya pengendalian banjir. Permasalahan Urusan Perumahan dan Permukiman antara lain belum optimalnya penyediaan lingkungan sehat perumahan, belum optimalnya kesiagaan dan pencegahan bahaya kebakaran, belum optimalnya pengembangan wilayah strategis dan cepat tumbuh, belum memadainya infrastruktur perdesaaan, belum memadainya sumberdaya manusia jasa konstruksi, belum optimalnya pengelolaan persampahan, kurang optimalnya pengelolaan air minum dan air limbah, belum optimalnya pengelolaan area pemakaman, belum optimalnya pengelolaan ruang terbuka hijau, serta belum tertibnya penataan reklame. Permasalahan Urusan Penataan Ruang adalah belum optimalnya perencanaan tata ruang, belum optimalnya pemanfaatan ruang, belum optimalnya pengendalian pemanfaatan ruang, belum berkembangnya sistem pendaftaran tanah, belum optimalnya penataan penguasaan, pemilikan, penggunaan dan pemanfaatan tanah, serta belum terselesaikannya konflik-konflik pertanahan. Permasalahan Urusan Perencanaan Pembangunan terdiri dari kurangnya kapasitas SDM perencana dan kelembagaan perencanaan pembangunan daerah, belum efektifnya perencanaan pembangunan daerah, belum optimalnya perencanaan RPJMD Kabupaten Bogor IV - 14

130 pembangunan ekonomi, belum optimalnya perencanaan sosial budaya, belum optimalnya perencanaan prasarana wilayah dan sumber daya alam, belum optimalnya perencanaan pemrintahan, dan masih terbatasnya data/informasi sebagai bank data serta hasil kajian dan evaluasi belum digunakan secara optimal sebagai umpan balik dalam perencanaan pembangunan daerah. Permasalahan Urusan Perhubungan adalah kurang memadainya prasarana dan fasilitas perhubungan, belum memadainya rehabilitasi dan pemeliharaan prasarana dan fasilitas LLAJ, belum memadainya pelayanan angkutan, belum memadainya sarana dan prasarana perhubungan, belum optimalnya peningkatan dan pengamanan lalu lintas, serta belum memadainya kelaikan pengoperasian kendaraan bermotor. Permasalahan Urusan Lingkungan Hidup meliputi belum optimalnya pengendalian pencemaran dan perusakan lingkungan hidup, rendahnya kualitas dan terbatasnya akses informasi sumber daya alam dan lingkungan hidup, serta belum optimalnya pengendalian polusi. Permasalahan Urusan Kependudukan adalah kurang tertibnya pelayanan administrasi kependudukan. Permasalahan Urusan Keluarga Berencana dan Keluarga Sejahtera adalah Kepesertaan Metode Konstrasepsi Jangka Panjang (MKJP) masih rendah dan belum optimalnya pemberdayaan ekonomi keluarga. Permasalahan Urusan Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan anak meliputi masih rendahnya tingkat partisipasi perempuan dalam ketenagakerjaan, politik dan ekonomi, masih rendahnya kualitas hidup dan perlindungan perempuan dan anak, masih rendahnya partisipasi kelembagaan pengarusutamaan gender dan anak serta masih kurangnya perlindungan perempuan dan anak atas tindak kekerasan. Permasalahan Urusan Sosial meliputi belum optimalnya pemberdayaan fakir miskin dan Penyandang Permasalahan Kesejahteraan Sosial (PMKS) lainnya, terbatasnya pelayanan dan rehabilitasi kesejahteraan sosial, belum optimalnya pembinaan kelembagaan kesejahteraan sosial, belum optimalnya pembinaan panti asuhan/panti jompo, serta belum optimalnya pembinaan eks penyandang penyakit sosial. Permasalahan Urusan Ketenagakerjaan terdiri dari rendahnya kualitas dan produktivitas tenaga kerja, terbatasnya kesempatan kerja, kurangnya perlindungan pengembangan lembaga ketenagakerjaan, serta belum optimalnya transmigrasi regional. Permasalahan Urusan Koperasi dan UMKM mencakup belum terciptanya iklim usaha mikro, kecil, dan menengah yang kondusif, belum berkembangnya RPJMD Kabupaten Bogor IV - 15

131 kewirausahaan dan keunggulan kompetitif usaha mikro, kecil, dan menengah, belum berkembangnya sistem pendukung usaha bagi usaha mikro, kecil, dan menengah, rendahnya kualitas kelembagaan koperasi, serta belum berkembangnya industri mikro kecil dan menengah. Permasalahan Urusan Penanaman Modal meliputi kurangnya promosi dan kerjasama investasi, rendahnya iklim investasi dan realisasi investasi, kurang efektifnya kebijakan penanaman modal, kurangnya potensi sumberdaya, sarana dan prasarana, serta rendahnya kualitas pelayanan perijinan. Permasalahan Urusan Kebudayaan adalah kurangnya pelestarian nilai budaya, belum optimalnya pengelolaan keragaman budaya, belum optimalnya pengelolaan kekayaan budaya, serta belum berkembangnya kerjasama pengelolaan kekayaan budaya. Permasalahan data/informasi. Urusan Statistik adalah belum optimalnya pengembangan Permasalahan Urusan Kepemudaan dan Olahraga meliputi belum belum optimalnya manajemen olahraga, masih rendahnya pemasyarakatan olahraga dan masih kurangnya penghargaan bagi atlit berprestasi dan masih terbatasnya sarana prasarana olahraga. Permasalahan Urusan Kesatuan Bangsa dan Politik Dalam Negeri mencakup kurangnya keamanan dan kenyamanan lingkungan, kurang berkembangnya wawasan kebangsaan, belum terjalinnya kemitraan pengembangan wawasan kebangsaan, tingkat partisipasi masyarakat dalam menjaga ketertiban dan keamanan lingkungan belum ideal seperti yang diharapkan, rendahnya pemahaman politik masyarakat. Selain itu, belum optimalnya pencegahan dini dan penanggulangan korban bencana alam, kurang terpeliharanya kantrantibmas dan pencegahan tindak kriminal, serta belum optimalnya pemberantasan penyakit masyarakat. Permasalahan Urusan Pembangunan Otonomi Daerah, Pemerintahan Umum, Administrasi Keuangan Daerah, Perangkat Daerah, Kepegawaian dan Persandian meliputi belum optimalnya fasilitasi kerukunan umat beragama, belum optimalnya pengendalian kesejahteraan sosial, belum optimalnya pelayanan kedinasan kepala daerah/wakil kepala daerah, masih kurangnya kerjasama antar pemerintah daerah, kurang tertatanya peraturan perundang-undangan, belum optimalnya penataan daerah otonomi baru, belum optimalnya penataan administrasi pemerintahan daerah, kurangnya pengkoordinasian bidang ekonomi, belum optimalnya penataan kelembagaan dan ketatalaksanaan, belum optimalnya penataan dan pengendalian RPJMD Kabupaten Bogor IV - 16

132 program pembangunan, rendahnya peranserta kepemudaan, kurang terbinanya pemasyarakatan olahraga, belum optimalnya pengelolaan keprotokolan, belum optimalnya kapasitas lembaga perwakilan rakyat daerah, belum optimalnya sistem pengawasan internal dan pengendalian pelaksanaan kebijakan, kurangnya jumlah tenaga pemeriksa dan aparatur pengawasan yang memenuhi syarat/bersertifikasi, belum optimalnya pengelolaan keuangan daerah, kurangnya pembinaan dan fasilitasi pengelolaan keuangan kabupaten, belum optimalnya pengelolaan barang daerah, belum optimalnya penataan dan pendayagunaan aset daerah, belum tertatanya perencanaan dan pengembangan karier pegawai, belum efektifnya analisa kebutuhan dan pengadaan pegawai, kemandirian penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan belum sesuai dengan SPM/SOP, aparatur masih berada dibawah standar kompetensi ideal, kurang terbinanya pegawai, rendahnya kesejahteraan pegawai, belum optimalnya layanan administrasi kepegawaian, rendahnya kinerja kecamatan, serta rendahnya kinerja kelurahan. Permasalahan Urusan Pemberdayaan Masyarakat Desa meliputi rendahnya keberdayaan masyarakat pedesaan, belum berkembangnya lembaga ekonomi pedesaan, rendahnya partisipasi masyarakat dalam membangun desa, rendahnya kapasitas aparatur pemerintahan desa, rendahnya peran perempuan di pedesaan, serta kurang tertatanya administrasi pemerintahan desa. Permasalahan Urusan Kearsipan dan Perpustakaan antara lain berkaitan dengan: kurang tertatanya sistem administrasi kearsipan, belum optimalnya penyelamatan dan pelestarian dokumen/arsip daerah, kurang terpeliharanya secara rutin/berkala sarana dan prasarana kearsipan, rendahnya kualitas pelayanan informasi, serta belum berkembangnya budaya baca dan pembinaan perpustakaan. Permasalahan Urusan Komunikasi dan Informatika meliputi kurang berkembangnya komunikasi, informasi dan media massa, kurangnya pengkajian dan penelitian bidang komunikasi dan informasi, rendahnya fasilitasi peningkatan SDM bidang komunikasi dan informasi, serta kurangnya kerjasama informasi dan media massa. Permasalahan Urusan Ketahanan Pangan meliputi rendahnya ketersediaan pangan terutama dari produksi, belum optimalnya upaya pendistribusian dan akses pangan, rendahnya kesadaran masyarakat akan konsumsi pangan yang sesuai Pola Pangan Harapan dan belum optimalnya penanganan daerah rawan pangan terutama terhadap penyebab kerawanan pangannya. Permasalahan Urusan Pertanian meliputi rendahnya nilai tambah produk pertanian/perkebunan, peternakan, perikanan dan kehutanan, belum optimalnya pemasaran hasil produksi pertanian/ perkebunan, rendahnya penerapan teknologi RPJMD Kabupaten Bogor IV - 17

133 pertanian/perkebunan, rendahnya produksi pertanian/perkebunan, belum optimalnya rehabilitasi hutan dan lahan, belum optimalnya perlindungan dan konservasi sumber daya hutan, belum efektifnya pencegahan dan penanggulangan penyakit ternak, rendahnya produksi hasil peternakan, belum optimalnya pemasaran hasil produksi peternakan, rendahnya penerapan teknologi peternakan, belum berkembangnya budidaya perikanan, belum berkembangnya sistem penyuluhan perikanan, belum optimalnya pengelolaan dan pemasaran produksi perikanan, rendahnya kesejahteraan petani, serta belum optimalnya kinerja penyuluh pertanian/perikanan/kehutanan. Permasalahan Urusan Energi dan Sumber Daya Mineral meliputi kurang optimalnya pembinaan dan pengawasan bidang pertambangan, belum efektifnya pengawasan dan penertiban kegiatan rakyat yang berpotensi merusak lingkungan, belum optimalnya pembinaan dan pengembangan bidang energi dan ketenagalistrikan, serta belum optimalnya pembinaan dan pengembangan Bidang Migas dan Panas Bumi. Permasalahan Urusan Pariwisata meliputi kurangnya promosi dan pemasaran pariwisata, belum berkembangnya destinasi pariwisata, serta belum berkembangnya kemitraan. Permasalahan Urusan Industri dan Perdagangan meliputi kurangnya perlindungan konsumen dan pengamanan perdagangan, rendahnya ekspor, rendahnya efisiensi perdagangan dalam negeri, rendahnya kapasitas iptek sistem produksi, rendahnya kemampuan teknologi industri, belum tertatanya struktur industri, serta belum berkembangnya industri kecil dan menengah Isu-Isu Strategis Pembangunan daerah Kabupaten Bogor tidak terlepas dari dinamika pembangunan nasional, bahkan internasional. Isu dan arus utama perubahan yang dewasa ini terus berkembang adalah arus globalisasi yang memunculkan standardisasi, efisiensi, keterbukaan dan daya saing, didalamnya menekankan perhatian pada : 1. Pasar bebas, privatisasi, dan deregulasi serta persaingan usaha; 2. Menegaskan kewajiban minimum negara yang tidak dapat diserahkan kepada mekanisme pasar; 3. Momentum kemitraan global dan penguatan jejaring; 4. Akuntabilitas kepada pelaku internasiona. Issue yang berkembang lainya adalah demokratisasi (dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat) didalamnya menekankan perhatian pada : RPJMD Kabupaten Bogor IV - 18

134 1. Mengukur keseluruhan proses dan kinerja politik dalam peningkatan kesejahteraan rakyat; 2. Akuntabilitas kepada rakyat. Issue Desentralisasi (keunikan lokal, keterwakilan dan kompromi) di dalamnya menekankan perhatian pada: 1. Kewajiban pemerintah dan pemerintah daerah; 2. Memberikan layanan yang lebih baik, cepat, mudah, murah, bermutu dan tanpa diskriminasi; 3. Proses pengambilan keputusan lebih terbuka dan inklusif; 4. Standar Pelayanan Minimum; 5. Akuntabilitas Pemerintah daerah dan rakyat. Isu strategis yang berkembang tersebut harus menjadi perhatian pemerintah Kabupaten Bogor, selain itu pada tingkatan daerah, Permasalahan pembangunan daerah Kabupaten Bogor, masih dihadapkan pada isu-isu strategis sebagai berikut : 1. Pembangunan di Kabupaten Bogor selama ini menunjukkan bahwa masih terdapat kesenjangan antara pembangunan sumber daya manusia dengan pembangunan ekonomi yang berdampak kepada terjadinya: (a) nilai tambah yang tercipta dari pembangunan ekonomi belum dapat diakses oleh sebagian besar masyarakat Kabupaten Bogor; dan (b) adanya aliran nilai tambah yang keluar dari Kabupaten Bogor atau terjadi kebocoran regional ( regional leakages). Hal ini ditunjukkan oleh tidak seimbangnya angka IPM tahun 2013 yang dicapai yaitu hanya 73,45 poin (AHH : 70,00 thn, AMH : 95,36 persen), RLS : 8,04 tahun, dan PPP: Rp ,- /kapita/bulan), di sisi lain angka pertumbuhan ekonomi rata-rata adalah sebesar 6,03 persen. Sektor ekonomi yang menunjukkan Nilai Tambah Bruto (NTB) terbesar adalah sektor industri pengolahan yang mencapai Rp. 63,19 trilyun atau memiliki andil sebesar 57,62 persen terhadap total PDRB. Berikutnya sektor perdagangan, hotel dan restoran sebesar Rp.22,67 trilyun (20,67 persen). Sedangkan sektor yang memiliki peranan relatif kecil adalah sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan sebesar Rp.1,60 trilyun (1,4 7 persen). Pengelompokan sembilan sektor ekonomi dalam PDRB menjadi tiga sektor yaitu sektor primer, sekunder dan tersier, menunjukkan bahwa kelompok sektor sekunder masih mendominasi dalam penciptaan nilai tambah di Kabupaten Bogor. Total Nilai Tambah Bruto (NTB) atas dasar harga berlaku dari kelompok sektor sekunder pada tahun 2013 mencapai Rp.71,29 trilyun, atau meningkat 11,32 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Pada kelompok sektor tersier mengalami peningkatan sebesar 19,65 persen yaitu dari Rp.26,92 trilyun pada tahun 2012 menjadi Rp.32,21 trilyun pada tahun RPJMD Kabupaten Bogor IV - 19

135 Sedangkan kelompok primer meningkat sebesar 24,82 persen atau dari Rp. 4,95 trilyun pada tahun 2012 menjadi Rp. 6,17 trilyun pada tahun Masih terdapat tingkat pengangguran yang relatif tinggi. Hal ini berarti peluang kerja yang tercipta dari kegiatan ekonomi di sektor sekunder dan tersier atau pengolahan dan jasa, belum mampu diakses oleh sumber daya manusia Kabupaten Bogor yang kualitasnya relatif masih rendah, sehingga peluang kerja tersebut diisi oleh penduduk dari daerah lain di luar Kabupaten Bogor, seperti dari DKI Jakarta, kota-kota di kawasan Bodetabek, Jawa Tengah dan Jawa Timur. Hal ini ditunjukkan dengan angka Rata-rata Lama Sekolah (RLS) penduduk Kabupaten Bogor yang hanya 8,04 tahun atau rata-rata penduduk Kabupaten Bogor bersekolah sampai kelas delapan atau kelas dua Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP), sedangkan peluang kerja di sektor industri dan sektor tersier mensyaratkan minimal berpendidikan lulus Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA). Jadi dalam konteks kebutuhan tenaga kerja berpendidikan minimal SLTA dengan pendidikan SDM Kabupaten Bogor terdapat kesenjangan RLS sebesar 5 tahun. Komposisi tingkat pengangguran yang tinggi ditunjukkan sebagai berikut: Penduduk usia kerja tahun yang telah bekerja sebanyak orang atau 42,31 persen, yang tidak/belum bekerja, seperti mahasiswa/pelajar, ibu rumah tangga dan lainnya sebanyak orang (1 2,05 persen) dan yang sedang mencari kerja/pengangguran terbuka berjumlah sebanyak orang (15,99 persen), sedang sisanya (29,65 persen) merupakan pengangguran terselubung atau 45,64 persen adalah pengangguran. Uraian di atas menjelaskan bahwa penanganan permasalahan pengangguran penting untuk segera dilakukan. 3. Pembangunan daerah belum berhasil menurunkan jumlah penduduk miskin secara signifikan. Hal ini ditunjukkan oleh relatif tingginya angka penduduk miskin. Pada tahun 2013 jumlah penduduk miskin sebanyak jiwa, atau sebesar 8,82 persen dari jumlah penduduk pada tahun 2013 yaitu sebanyak jiwa. Dengan demikian, implementasi program-program penanggulangan kemiskinan akan semakin penting dalam pembangunan daerah. 4. Belum memadainya kuantitas dan kualitas infrastruktur untuk mendorong percepatan pembangunan perekonomian daerah. Dengan demikian, pembangunan infrastruktur untuk membuka isolasi daerah menjadi penting untuk dilakukan. 5. Iklim investasi dan iklim usaha belum kondusif. Hal ini ditunjukkan oleh rendahnya realisasi investasi serta kurang berkembangnya dunia usaha. Dengan demikian, perbaikan iklim investasi dan iklim usaha sangat strategis untuk mendongkrak perekonomian daerah. RPJMD Kabupaten Bogor IV - 20

136 6. Dalam bidang energi, diterapkannya kebijakan konversi bahan bakar dari minyak tanah ke gas pada tahun 2007 telah memunculkan berbagai permasalahan di tingkat masyarakat dan dunia usaha dalam memenuhi kebutuhan energinya. Di Kabupaten Bogor, implementasi kebijakan tersebut dihadapkan pada ketidaksiapan adaptasi sistem institusi (produsen dan distributor) dan teknologi (mencakup stasiun pengisian, tabung dan kompor gas, kendaraan pengangkut) dalam mengantisipasi perubahan dan ketidakpastian yang dimunculkannya. Di tingkat masyarakat dan dunia usaha, pilihan adaptasi terhadap bahan bakar pengganti dalam rangka merespon kebijakan konversi bahan bakar minyak juga ditentukan oleh potensi ketersediaan energi alternatif di tingkat lokal. Permasalahan yang terjadi adalah jenis-jenis energi alternatif ini masih lebih mahal dibandingkan energi bahan bakar gas. Dengan demikian, penciptaan dan penyediaan energi alternatif yang murah dan ramah lingkungan menjadi tuntutan masyarakat yang perlu dipenuhi. 7. Pembangunan sosial budaya dan kehidupan beragama belum mencapai sasaran secara optimal. Permasalahan bidang sosial terlihat dengan kecenderungan meningkatnya jumlah dan jenis Penyandang Permasalahan Kesejahteraan Sosial (PMKS). Hal ini tampak dari merebaknya kasus-kasus permasalahan sosial, seperti perdagangan manusia (trafficking), HIV AIDS, da n penyalahgunaan narkoba. Peranserta masyarakat dalam penangan permasalahan sosial masih terlihat rendah akibat pola pikir masyarakat yang masih menganggap tabu untuk mengungkap permasalahan sosial yang berdampak luas terhadap kehidupan bermasyarakat. Ketimpangan yang makin tinggi akan memicu terjadinya kerawanan sosial. Permasalahan bidang kebudayaan adalah masih rendahnya ketahanan budaya masyarakat akibat imbas perubahan global dan belum banyaknya pengakuan HAKI budaya Kabupaten Bogor. Permasalahan pembangunan keolahragaan saat ini berkaitan dengan pembinaan olahraga yang belum tertata secara sistematis antara olahraga pendidikan di lingkungan persekolahan, olahraga rekreasi di lingkungan masyarakat, dan olahraga prestasi untuk kelompok elit atlit yang menjadi tulang punggung Kabupaten Bogor dalam pentas kompetisi olahraga nasional. Sedangkan permasalahan di bidang kepemudaan adalah masih terbatasnya sarana dan prasana untuk mewadahi aktivitas dan kreativitas generasi muda yang lebih berkualitas dan mandiri. Permasalahan terkait dengan masih rendahnya pemberdayaan perempuan dalam kesempatan usaha, akses terhadap pendidikan, seringnya perempuan dan anak menjadi korban kekerasan dalam rumah tangga serta belum optimalnya peran lembaga sosial masyarakat terhadap perlindungan perempuan dan anak. Oleh karena itu fasilitasi pengembangan sosial budaya dan kehidupan beragama perlu RPJMD Kabupaten Bogor IV - 21

137 lebih ditingkatkan guna mengurangi ketimpangan antar kelompok masyarakat sehingga tercipta kerukunan antar kelompok masyarakat tersebut. 8. Pembangunan bidang politik, hukum dan ketertiban umum belum optimal. Berkenaan dengan sisi politik kewilayahan, sebagai daerah yang letaknya berdekatan dengan Jakarta, Kabupaten Bogor diposisikan sebagai penyangga stabilitas politik ibukota. Kondisi politik di Kabupaten Bogor dengan jumlah penduduk dan pemilih paling banyak sangat menentukan stabilitas politik nasional. Karena itu pembangunan Bidang Politik yang salah satunya ditandai dari keberhasilan Pemilu Gubernur dan Pemilihan Bupati tahun 2013 serta pelaksanaan Pemilu Nasional tahun 2014, menandakan proses demokrasi yang sedang berlangsung berjalan dengan baik dan mulai dapat diterima oleh seluruh stakeholders. Namun demikian, di satu sisi masih terdapat hal-hal yang masih perlu ditingkatkan terutama dalam partisipasi masyarakat yang mempunyai hak pilih yang cenderung menurun perkembangan prosentasenya. Hal tersebut disebabkan oleh terlalu banyaknya frekuensi pelaksanaan pemilihan umum yang melibatkan masyarakat pemilih serta memakan waktu yang berlarut-larut, selain itu pula perbedaan tingkat partisipasi pemilih ini berkaitan dengan efektivitas sosialisasi pemilu kepala daerah, akurasi administrasi pendaftaran pemilih, tingkat popularitas para kandidat serta kesadaran para pemilih untuk memanfaatkan hak-hak utama warganegara dalam memilih kepala daerah yang dipercayainya. Disamping itu peran partai politik dalam melaksanakan fungsinya masih rendah seperti rekruitmen politik, komunikasi politik, pendidikan dan sosialisasi politik, serta agregasi dan artikulasi kepentingan. Pengaturan kekuasaan dan pola pengambilan keputusan dalam pemerintahan masih mencari pola. Praktik musyawarah telah dikenal sebagai praktik demokrasi di berbagai tempat di Indonesia. Perubahan sistem pemerintahan dalam era desentralisasi belum didukung oleh konsep kepemimpinan. Praktik kepengelolaan yang baik pada tingkat lokal, sejalan dengan proses desentralisasi, belum memberikan ruang yang lebih luas bagi partisipasi berbagai dimensi kebudayaan daerah, baik pada dimensi pengetahuan, nilai, maupun dimensi simbolik dari kebudayaan daerah, sehingga tingkat partisipasi masyarakat dalam pembangunan dan pengambilan keputusan masih rendah. Demokrasi juga telah mendorong masyarakat untuk lebih berani mengemukakan aspirasinya. Pembangunan Bidang Hukum terkendala pada proses demokratisasi yang mendorong penggantian berbagai aturan perundang-undangan di tingkat nasional pada akhirnya berdampak terhadap daerah. Berbagai perundang-undangan yang ditetapkan pemerintah pusat pada implementasinya mengalami berbagai kendala karena belum didukung oleh sistem hukum yang mapan, aparatur hukum yang RPJMD Kabupaten Bogor IV - 22

138 bersih serta prasarana dan sarana yang memadai. Kondisi tersebut lebih lanjut menyebabkan penegakkan hukum yang lemah dan perlindungan hukum dan hak asasi manusia (HAM) belum dapat diwujudkan. Peraturan perundang -undangan yang baru, selain banyak yang saling bertentangan juga tidak segera ditindaklanjuti dengan peraturan pelaksanaannya. Hal tersebut mengakibatkan daerah mengalami kesulitan dalam menindaklanjuti dengan peraturan daerah dan dalam implementasinya. Sampai dengan tahun 2013 masih banyak peraturan daerah yang belum dapat disesuaikan dengan peraturan perundang-undangan yang baru. Kondisi tersebut menghambat penyelenggaraan pemerintahan di daerah, yang dapat berpengaruh terhadap pelayanan kepada masyarakat. Disamping itu pula masih ditemukan permasalahan lainnya seperti: belum adanya grand design tentang pembuatan program legislasi daerah, belum optimalnya kapasitas dan kompetensi aparat hukum, baik secara kualitas maupun kuantitas dan lemahnya budaya hukum masyarakat. Kondisi euforia reformasi berkaitan dengan otonomi daerah yang memberikan peluang kepada masyarakat untuk menentukan kebijakannya, sehingga ketika terdapat tuntutan masyarakat yang tidak tersalurkan dan terselesaikan secara memadai, dapat menimbulkan kerawanan sosial yang pada gilirannya dapat menimbulkan terjadinya gejolak dan kerusuhan sosial di lingkungan masyarakat, termasuk tindakan anarkis. Krisis kepercayaan terhadap pemerintah yang akan mengakibatkan menurunnya kewibawaan pemerintah daerah dan rendahnya respon masyarakat dalam menangkal berbagai friksi sosial politik yang bernuansa kepentingan kelompok maupun golongan. Hal ini kurang menguntungkan bagi upaya untuk mewujudkan stabilitas ketertiban dan ketentraman masyarakat. Menghadapi kondisi tersebut, pembangunan di bidang ketertiban dan ketentraman masyarakat menghadapi tantangan yang cukup berat, terutama dalam hal menghadapi ancaman stabilitas serta tuntutan perubahan dan dinamika perkembangan masyarakat yang begitu cepat, seiring dengan perubahan sosial politik yang membawa implikasi pada segala bidang kehidupan berbangsa, bernegara, dan bermasyarakat. Meningkatnya potensi konflik kepentingan dan pengaruh negatif arus globalisasi yang penuh keterbukaan, sehingga mengurangi wawasan kebangsaan dan kesadaran bela negara. Tingkat kriminalitas dan pelanggaran hukum lainnya masih cukup tinggi. Hal ini disebabkan karena Kabupaten Bogor merupakan daerah penyangga ibu kota negara. Jumlah penduduk yang besar dan heterogen, terdapatnya obyek vital nasional, daerah kunjungan wisata, daerah pendidikan dan industri serta banyaknya permasalahan kepemilikan lahan. Disamping itu protes ketidakpuasan terhadap suatu permasalahan yang mengarah pada perusakan fasilitas umum seringkali terjadi. Namun secara RPJMD Kabupaten Bogor IV - 23

139 keseluruhan sikap masyarakat untuk mendukung terciptanya tertib sosial melalui upaya mewujudkan ketentraman dan ketertiban cukup baik. Gangguan terhadap ketentraman dan ketertiban masyarakat masih berpotensi untuk muncul, yaitu berkembangnya modus-modus kejahatan baru dengan memanfaatkan teknologi canggih dan maraknya kasus-kasus kerusuhan dan berbagai kejahatan yang bersifat konvensional, transnasional dan kejahatan terhadap kekayaan negara dan pemerintah daerah. Untuk itu upaya pembangunan di bidang politik, hukum dan keamanan perlu direncanakan dan dilaksanakan secara lebih sistematis dan jelas fokusnya. 9. Pengendalian tata ruang dan wilayah belum optimal. Penyimpangan pemanfaatan ruang diperlihatkan dengan tingginya alih fungsi lahan produktif karena pengaruh kegiatan ekonomi, perkembangan penduduk maupun kondisi sosial budaya. Alih fungsi yang terjadi umumnya mengabaikan rencana tata ruang yang telah direncanakan sebelumnya. Tingginya alih fungsi lahan kawasan lindung menjadi kawasan budidaya (lahan terbangun) terjadi penurunan luas lahan hutan dan sawah di Kabupaten Bogor. Perkembangan alih fungsi lahan produktif untuk kegiatan investasi industri, jasa maupun pemukiman yang tidak sejalan dengan pola perencanaan yang telah ditetapkan menimbulkan dampak berupa kerusakan lingkungan, penurunan daya dukung lingkungan serta mengancam ketahanan pangan Kabupaten Bogor. Alih fungsi lahan di Kabupaten Bogor terutama terjadi pada berubahnya fungsi hutan, baik primer maupun sekunder menjadi fungsi perkebunan bahkan semak belukar, berubahnya fungsi sawah menjadi fungsi permukiman dan budidaya lainnya serta mendorong berkurangnya kawasan resapan air, perambahan daerah/ kawasan hulu sungai. Perubahan regulasi dalam bidang penataan ruang, yaitu Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007, diharapkan dapat memberikan acuan yang lebih tegas dengan penerapan sanksi pidana maupun perdata bagi pelaku penyimpangan tata ruang. Pada Undang-undang tersebut pemerintah Kabupaten Bogor antara lain memiliki kewenangan dalam pengaturan, pembinaan, pengawasan dan pelaksanaan penataan ruang serta pengembangan kawasan strategis Kabupaten Bogor sesuai dengan kewenangan di tingkat Kabupaten Bogor. Kabupaten Bogor yang terletak berbatasan dengan ibu kota DKI Jakarta belum mampu memanfaatkan keuntungan lokasinya (locational rent) untuk keuntungan Kabupaten Bogor. Kondisi yang terjadi justru sebaliknya yaitu Kabupaten Bogor menjadi pendukung pembangunan DKI Jakarta. Hal ini karena kelemahan-kelemahan Kabupaten Bogor sendiri, khususnya dari aspek rendahnya kualitas SDM. Semestinya Kabupaten Bogor dapat memanfaatkan DKI Jakarta sebagai pasar yang sangat potensial, baik sebagai konsumen maupun sebagai akses RPJMD Kabupaten Bogor IV - 24

140 untuk mencapai pasar yang lebih luas bahkan pasar internasional. Dengan demikian Kabupaten Bogor harus mampu menciptakan produk-produk berkualitas yang dibutuhkan oleh DKI Jakarta maupun pasar global seperti: produk agribisnis dan agro industri, produk kerajinan, maupun produk jasa seperti pariwisata, yang sekaligus dapat menjadi sektor-sektor prioritas. 10. Reformasi birokrasi dan tata kelola pemerintahan daerah belum tercapai secara optimal. Hal ini tercermin dari kurangnya partisipasi masyarakat dalam penetapan kebijakan dan pelaksanaan pembangunan daerah, kurang profesionalnya aparatur pemerintah daerah, masih lemahnya penegakan hukum dan peraturan, lemahnya kapasitas pemerintahan desa untuk memperkuat penyelenggaraan pemerintahan daerah, kurangnya transparansi dan akses masyarakat terhadap penyelenggaraan pemerintahan daerah serta pelayanan publik belum terbebas dari praktek KKN, serta belum optimalnya pelayanan publik. Permasalahan yang masih ada dalam pembangunan Bidang Aparatur antara lain: kelembagaan pemerintah daerah masih belum sepenuhnya berdasarkan prinsip organisasi yang efisien dan rasional, sehingga struktur organisasi kurang proporsional, sistem manajemen kepegawaian belum mampu mendorong peningkatan profesionalitas, kompetensi, dan pemerintah daerah belum menerapkan sistem remunerasi yang adil dan layak sesuai dengan tanggungjawab dan beban kerja, sebagaimana diamanatkan dalam Undang-undang Nomor 43 Tahun 1999 tentang Pokok-pokok Kepegawaian, Sistem dan prosedur kerja di lingkungan aparatur daerah belum efisien, efektif, dan berperilaku hemat, praktek penyimpangan yang mengarah pada penyalahgunaan wewenang (korupsi) belum teratasi, pelayanan publik belum sesuai dengan tuntutan dan harapan masyarakat, terabaikannya nilai-nilai etika dan budaya kerja dalam birokrasi sehingga melemahkan disiplin kerja, etos kerja, dan produktivitas kerja. Berkaitan dengan kondisi tersebut, maka upaya penerapan reformasi birokrasi perlu dilakukan secara tegas guna mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik, bersih dan bebas KKN. 11. Masih terdapat ketimpangan pembangunan wilayah di Kabupaten Bogor antara Kabupaten Bogor Bagian Barat dengan bagian Kabupaten Bogor lainnya. Isu ketimpangan ini harus disikapi secara arif untuk mencari solusi terbaik disamping kemungkinan terjadinya pemekaran Kabupaten. Pengalaman pemekaran wilayah yang sudah terjadi ternyata belum membuktikan sebagai solusi pemerataan pembangunan antar wilayah. Melalui strategi pembangunan yang tepat, maka ketimpangan pembangunan wilayah yang terjadi dapat dikurangi secara bertahap. RPJMD Kabupaten Bogor IV - 25

141 12. Semakin meningkatnya konversi lahan pertanian ke non pertanian dan konversi lahan di kawasan lindung. Sebagai akibatnya produksi dan produktivitas pertanian semakin menurun dan kondisi lingkungan juga menurun. Mengingat sektor pertanian dan lingkungan alam masih menjadi keunggulan Kabupaten Bogor khususnya dalam lingkup wilayah Jabodetabek, maka kondisinya yang semakin menurun akan mengancam ketahanan pangan Kabupaten Bogor. Untuk itu perlu upaya perlindungan dan pengamanan terhadap lahan-lahan pertanian yang produktif agar tidak dialihfungsikan untuk kepentingan lain yang merugikan pembangunan pertanian daerah. 13. Berkembangnya aktivitas pertambangan dan galian yang tidak memperhatikan dampak lingkungan. Barang tambang pada dasarnya merupakan sumber daya alam yang bernilai ekonomi dan dapat diekstrak untuk meningkatkan pendapatan, namun sangat perlu dilakukan upaya untuk meminimalkan dampak lingkungan. Lingkungan yang rusak akan dapat mengancam potensi ekonomi lainnya yang dimiliki Kabupaten Bogor seperti pariwisata dan pertanian. Oleh karena itu, perlu dilakukan penerapan aturan secara tegas dalam melindungi kelestarian sumber daya lingkungan. RPJMD Kabupaten Bogor IV - 26

142 BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Bogor Tahun merupakan tahap ketiga dari Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kabupaten Bogor Tahun Berdasarkan pelaksanaan, pencapaian, dan sebagai keberlanjutan RPJMD tahap kedua, RPJMD tahap ketiga ini ditujukan untuk merealisasikan visi dan misi pembangunan daerah melalui pengembangan dan percepatan pembangunan daerah secara menyeluruh di berbagai bidang/urusan pemerintahan sesuai dengan kewenangan yang dimiliki oleh Pemerintah Kabupaten Bogor V i s i Dengan mempertimbangkan arah dan tahapan pembangunan jangka panjang daerah, hasil-hasil yang sudah dicapai pada tahap sebelumnya dan permasalahan yang dihadapi serta isu-isu strategis yang berkembang maka pernyataan Visi Pemerintah Kabupaten Bogor Tahun adalah Kabupaten Bogor menjadi Kabupaten Termaju di Indonesia. Makna pernyataan Visi Pemerintah Kabupaten Bogor di atas adalah : 1. Kabupaten Bogor adalah batas adminsitrasi Kabupaten Bogor di Provinsi Jawa Barat yang di dalamnya berkumpul sejumlah manusia atau masyarakat dalam arti seluas-luasnya dan terikat oleh suatu kebudayaan yang mereka anggap sama. 2. Termaju adalah bahwa Kabupaten Bogor telah mencapai atau berada pada tingkat kemajuan yang lebih tinggi atau masyarakat telah menuju ke arah yang lebih baik maupun berkembang ke arah yang lebih baik. Termaju juga berarti bahwa Kabupaten Bogor sebagai suatu wilayah terus melakukan pengembangan diri untuk menyesuaikan diri terhadap perubahan yang terjadi di dalam maupun di luar. 3. Indonesia adalah negara kesatuan yang berdaulat dalam bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) M i s i Dalam rangka pencapaian visi tersebut di atas dengan tetap memperhatikan kondisi dan permasalahan yang ada serta tantangan ke depan, dan memperhitungkan peluang yang dimiliki, maka ditetapkan 5 (lima) misi sebagai berikut: RPJMD Kabupaten Bogor V - 1

143 1. Meningkatkan kesalehan sosial dan kesejahteraan masyarakat. 2. Meningkatkan daya saing perekonomian masyarakat dan pengembangan usaha berbasis sumberdaya alam dan pariwisata. 3. Meningkatkan integrasi, koneksitas, kualitas dan kuantitas infrastruktur wilayah dan pengelolaan lingkungan hidup yang berkelanjutan. 4. Meningkatkan aksesibilitas dan kualitas penyelenggaraan pendidikan dan pelayanan kesehatan. 5. Meningkatkan kinerja penyelenggaraan pemerintahan dan kerjasama antar daerah dalam kerangka tata kelola pemerintahan yang baik. Penjelasan yang terkandung di dalam rumusan kelima misi Pemerintah Kabupaten Bogor tersebut di atas serta keseselarasannya dengan rumusan misi Pemerintah Provinsi Jawa Barat adalah sebagai berikut: 1. Misi Pertama, yaitu Meningkatkan kesalehan dan kesejahteraan sosial masyarakat. Misi ini merupakan upaya Pemerintah Kabupaten Bogor untuk menjaga keharmonisan dalam kehidupan sosial dan keagamaan dengan menjamin sepenuhnya hak-hak dasar masyarakat. Misi ini terkait dengan Misi Kelima Pemerintah Provinsi Jawa Barat, yaitu Mengokohkan Kehidupan Sosial Kemasyarakatan melalui Peningkatan Peran Pemuda, Olah Raga, Seni, Budaya dan Pariwisata dalam Bingkai Kearifan Lokal. 2. Misi Kedua, yaitu Meningkatkan daya saing perekonomian masyarakat dan pengembangan usaha berbasis sumberdaya alam dan pariwisata. Misi ini merupakan upaya Pemerintah Kabupaten Bogor dalam menciptakan kesejahteraan masyarakat terutama kesejahteraan di bidang ekonomi yang dicapai melalui pertumbuhan ekonomi yang stabil dan berkelanjutan serta meningkatkan kemandirian yang berlandaskan persaingan sehat serta memperhatikan nilai-nilai keadilan, kepentingan sosial, dan berwawasan lingkungan. Misi ini terkait dengan Misi Kedua Pemerintah Provinsi Jawa Barat, yaitu Membangun Perekonomian yang Kokoh dan Berkeadilan. 3. Misi Ketiga, yaitu Meningkatkan integrasi, koneksitas, kualitas dan kuatitas infrastruktur wilayah dan pengelolaan lingkungan hidup yang berkelanjutan. Misi ini merupakan upaya Kabupaten Bogor dalam rangka menyediakan sarana dan prasarana, pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan hidup yang mantap guna mendukung kegiatan sosial ekonomi masyarakat dan mendorong peningkatan swadaya masyarakat dalam memelihara dan membangun kualitas sarana dan prasarana publik. Misi ini terkait dengan Misi Keempat Pemerintah RPJMD Kabupaten Bogor V - 2

144 Provinsi Jawa Barat, yaitu Mewujudkan Jawa Barat yang Nyaman dengan Pembangunan Infrastruktur Strategis yang Berkelanjutan. 4. Misi Keempat yaitu Meningkatkan aksesibilitas dan kualitas penyelenggaraan pendidikan dan pelayanan kesehatan. Misi ini merupakan upaya Pemerintah Kabupaten Bogor dalam membangun sumberdaya manusia yang sehat dan cerdas yang pada gilirannya akan menjadi manusia yang produktif, kompetitif, dan dilandasi akhlak mulia sebagai kunci dari keberhasilan pelaksanaan misi yang lainnya. Misi ini terkait dengan Misi Pertama Pemerintah Provinsi Jawa Barat, yaitu Membangun Masyarakat yang Berkualitas dan Berdaya Saing. 5. Misi Kelima, yaitu Meningkatkan kinerja penyelenggaraan pemerintahan dan kerjasama antar daerah dalam kerangka tata kelola pemerintahan yang baik. Misi ini merupakan upaya Pemerintah Kabupaten Bogor dalam terus menjaga cita-cita dalam pelaksanaan pemerintahan dan pembangunan yang mengedepankan partisipasi, transparansi, dan akuntabilitas, serta berorientasi pada penegakan supremasi hukum sebagai sarana untuk menciptakan keamanan dan ketertiban masyarakat. Misi ini terkait dengan Misi Ketiga Pemerintah Provinsi Jawa Barat, yaitu Meningkatkan Kinerja Pemerintahan melalui Profesionalisme Tata Kelola dan Perluasan Partisipasi Publik Tujuan dan Sasaran Dalam mewujudkan Visi melalui pelaksanaan Misi yang telah ditetapkan tersebut di atas, maka perlu adanya kerangka yang jelas pada setiap misi menyangkut tujuan dan sasaran yang akan dicapai. Tujuan dan sasaran pada setiap misi yang dijalankan akan memberikan arahan bagi pelaksanaan setiap urusan pemerintahan daerah, baik urusan wajib maupun urusan pilihan dalam mendukung pelaksanaan misi dimaksud, uraian tujuan dan sasaran pada setiap misi sebagai berikut : Misi Pertama : Meningkatkan kesalehan sosial dan kesejahteraan masyarakat. Tujuan : 1. Meningkatnya kualitas ketaqwaan dan ukhuwah serta toleransi antar umat beragama. 2. Meningkatnya kualitas pemberdayaan perempuan, perlindungan anak. 3. Meningkatnya ketahanan keluarga sebagai basis ketahanan sosial. 4. Meningkatnya kualitas pelayanan sosial dan menurunnya angka kemiskinan. 5. Terwujudnya pemuda yang tangguh dan berdaya saing. 6. Berkembangnya seni dan budaya dalam bingkai kearifan lokal. RPJMD Kabupaten Bogor V - 3

145 7. Meningkatnya kebugaran masyarakat dan prestasi olahraga Kabupaten Bogor. 8. Terwujudnya manajemen pengelolaan bencana. Sasaran: 1. Meningkatnya pelayanan dan kemudahan bagi umat beragama dalam menjalankan ibadahnya. 2. Meningkatnya partisipasi perempuan dalam pembangunan. 3. Meningkatnya pemenuhan hak dan perlindungan perempuan dan anak. 4. Menurunnya laju pertumbuhan penduduk alami. 5. Meningkatnya keluarga sejahtera. 6. Meningkatnya kesejahteraan penyandang masalah kesejahteraan sosial (PMKS). 7. Menurunnya angka kemiskinan. 8. Terselenggaranya pentas seni budaya daerah. 9. Meningkatnya kemandirian dan partisipasi pemuda dalam pembangunan. 10. Meningkatnya pemasyarakatan olahraga. 11. Terbangunnya pusat olahraga terpadu. 12. Meningkatnya prestasi olahraga Kabupaten Bogor. 13. Meningkatnya cakupan, pencegahan dan upaya penanggulangan bencana Misi Kedua: Meningkatkan daya saing perekonomian masyarakat dan pengembangan usaha berbasis sumberdaya alam dan pariwisata Tujuan : 1. Meningkatnya ketahanan pangan masyarakat. 2. Terwujudnya produk pertanian, perkebunan, kehutanan, peternakan dan perikanan yang berdaya saing 3. Meningkatnya daya saing koperasi, usaha kecil menengah dan produk-produk KUMKM 4. Meningkatnya penanaman modal di Kabupaten Bogor yang mendorong enciptaan lapangan kerja dan tumbuhnya kelembagaan ekonomi lokal. 5. Meningkatnya pengelolaan sumberdaya alam yang berwawasan lingkungan. 6. Berkembangnya pariwisata daerah yang berbasis pada keindahan alam dan lingkungan serta budaya lokal 7. Terwujudnya pertambangan, pariwisata serta pertanian, perikanan dan kehutanan sebagai pengungkit perekonomian daerah. 8. Meningkatnya peran industri dan perdagangan dalam perekonomian daerah 9. Meningkatnya produktivitas tenaga kerja dan menurunnya pengangguran. RPJMD Kabupaten Bogor V - 4

146 Sasaran: 1. Meningkatnya ketersediaan distribusi dan konsumsi pangan daerah serta penanganan daerah rawan pangan 2. Meningkatnya nilai tambah produk dan pengelolaan usaha pertanian, perkebunan, kehutanan, peternakan dan perikanan 3. Meningkatnya jumlah koperasi aktif dan kemandirian usaha mikro, kecil dan menengah dalam mengembangkan ekonomi lokal 4. Majunya sentra agribisnis dan aquabisnis komoditi unggulan 5. Meningkatnya investasi dan laju pertumbuhan investasi 6. Meningkatnya pengendalian pemanfatan sumber daya alam dan berkurangnya kerusakan alam akibat penambangan 7. Meningkatnya cakupan pemenuhan kebutuhan listrik 8. Berkembangnya pariwisata andalan disertai dengan meningkatnya kunjungan wisata 9. Terwujudnya BUMD Pertambangan yang berdaya saing sebagai pengungkit perekonomian daerah 10. Terbentuknya BUMD Pariwisata sebagai pengungkit perekonomian daerah 11. Terbentuknya BUMD pertanian dan perikanan sebagai pengungkit perekonomian daerah 12. Meningkatnya jumlah dan kemandirian industri kecil dan menengah dalam mengembangkan ekonomi lokal 13. Meningkatnya nilai dan volume perdagangan dalam negeri dan ekspor 14. Meningkatnya partisipasi angkatan kerja dan kesejahteraan tenaga kerja 15. Tersalurkannya minat masyarakat untuk bertransmigrasi Misi ketiga : Meningkatkan integrasi, koneksitas, kualitas dan kuantitas infrastruktur wilayah dan pengelolaan lingkungan hidup yang berkelanjutan Tujuan : 1. Meningkatnya penataan ruang yang terpadu dan berkelanjutan dan tertib pertanahan. 2. Terwujudnya infrastruktur jalan/jembatan dan sumberdaya air yang terintegrasi 3. Tersedianya sarana prasarana pemukiman yang layak (rutilahu, jalan setapak, kawasan prioritas pembangunan pemukiman dan sanitasi) 4. Meningkatnya kualitas lingkungan hidup dan berkurangnya dampak pencemaran lingkungan. RPJMD Kabupaten Bogor V - 5

147 Sasaran: 1. Meningkatnya perencanaan, kesesuaian dan pengendalian pemanfaatan ruang 2. Meningkatnya kepastian hukum pemilikan tanah masyarakat 3. Meningkatnya infrastruktur jalan/ jembatan yang berkualitas dan terintegrasi untuk mendukung pergerakan orang, barang dan jasa 4. Meningkatnya infrastuktur perhubungan yang mendukung aksesibilitas, pergerakan orang, barang dan jasa 5. Meningkatnya infrastruktur sumber daya air, waduk dan irigasi untuk mendukung terpeliharnya hutan konservasi, kawasan lindung, pengendalian dan pendayagunaan sumber daya air 6. Meningkatnya penyediaan dan penataan perumahan dan permukiman kumuh 7. Meningkatnya penyediaan sarana dan prasarana dasar permukiman yang berkualitas 8. Meningkatnya pengendalian pencemaran air, udara dan kerusakan tanah 9. Meningkatnya peran serta masyarakat dalam pengelolaan lingkungan hidup. 10. Meningkatnya upaya mitigasi perubahan iklim Misi keempat : Meningkatnya aksesibilitas dan kualitas penyelenggaraan pendidikan dan pelayanan kesehatan Tujuan : 1. Meningkatnya pemenuhan sarana dan prasarana pendidikan termasuk peningkatan kesejahteraan pendidik dan tenaga kependidikan; 2. Meningkatnya rata-rata lama sekolah (RLS) dan terwujudnya wajib sekolah 12 tahun yang berkualitas; 3. Tuntasnya buta aksara; 4. Terwujudnya pelayanan kesehatan yang mudah, murah, merata dan berkualitas; 5. Meningkatnya jaminan pelayanan kesehatan bagi masyarakat dalam bentuk JAMPESEHAT yang terintegrasi dengan layanan BPJS; 6. Meningkatnya sarana dan prasarana kesehatan baik layanan dasar maupun rujukan. Sasaran: 1. Terpenuhinya sarana dan prasarana pendidikan 2. Meningkatnya kuantitas dan kualitas serta kesejahteraan pendidik dan tenaga kependidikan RPJMD Kabupaten Bogor V - 6

148 3. Meningkatnya rata-rata lama sekolah (RLS) dan partisipasi pendidikan masyarakat 4. Meningkatnya mutu pengelolaan pendidikan 5. Meningkatnya angka melek huruf (AMH) masyarakat 6. Meningkatnya minat dan budaya baca masyarakat; 7. Meningkatnya cakupan pelayanan kesehatan bagi masyarakat; 8. Meningkatnya cakupan pelayanan gizi bagi masyarakat; 9. Meningkatnya kesadaran perilaku hidup bersih dan sehat 10. Terselenggaranya pelayanan kesehatan melalui JAMPESEHAT yang terintegrasi dengan layanan BPJS 11. Terpenuhinya kebutuhan tenaga medis dan para medis. 12. Meningkatnya sarana dan prasarana kesehatan baik layanan dasar maupun rujukan Misi kelima : Meningkatkan kinerja penyelenggaraan pemerintahan dan kerjasama antar daerah dalam kerangka tatakelola pemerintahan yang baik. Tujuan : 1. Terwujudnya penyelenggaraan pemerintahan di semua tingkatan yang transparan, akuntabel, efisien, partisipatif, bersih dan berwibawa serta terus melakukan pencegahan tindak pidana korupsi; 2. Terciptanya aparatur pemerintahan daerah yang profesional dan produktif serta berorientasi pada kualitas pelayanan; 3. Terciptanya sinergitas dan kerjasama pembangunan antar daerah; 4. Terfasilitasinya pembentukan daerah otonomi baru Kabupaten Bogor Barat; 5. Terwujudnya stabilitas sosial, politik dan keamanan di Kabupaten Bogor. Sasaran: 1. Meningkatnya kualitas perencanaan daerah yang partisipatif, transparan, dan aplikatif; 2. Meningkatnya kemampuan daerah dalam membiayai pembangunan; 3. Tertatanya administrasi dan pertanggungjawaban keuangan; 4. Meningkatnya kualitas kebijakan bidang pemerintahan; 5. Meningkatnya kualitas kebijakan bidang perekonomian dan pembangunan; 6. Meningkatnya kualitas kebijakan bidang Kesejahteraan rakyat; 7. Meningkatnya kualitas penataan organisasi dan kelancaran tugas Kepala Daerah; RPJMD Kabupaten Bogor V - 7

149 8. Meningkatnya kelancaran fasilitasi tugas-tugas DPRD; 9. Terselenggaranya pelayanan pengadaan barang dan jasa melalui LPSE; 10. Meningkatnya pelayanan administrasi kependudukan dan catatan sipil; 11. Meningkatnya pelayanan perizinan yang sesuai dengan ketentuan, cepat, mudah dan terjangkau berstandar ISO; 12. Meningkatnya cakupan pelayanan, pencegahan dan upaya penanggulangan bencana; 13. Meningkatnya kinerja pelayanan kecamatan; 14. Meningkatnya kinerja penyelenggaraan pemerintahan desa; 15. Meningkatnya efektifitas pengawasan dan pengendalian; 16. Tertibnya pengelolaan arsip dan tercapainya kemudahan untuk pelayanan kearsipan; 17. Meningkatnya akuntabilitas Pemerintah Kabupaten Bogor; 18. Tersedianya informasi tentang penyelenggaraan pemerintahan yang mudah diakses oleh masyarakat; 19. Meningkatnya kapasitas dan kapabilitas aparatur; 20. Meningkatnya kualitas pengelolaan kepegawaian; 21. Meningkatnya kerjasama antar pemerintah daerah dan pihak ketiga; 22. Terbentuknya daerah otonomi baru Kabupaten Bogor Barat; 23. Meningkatnya wawasan kebangsaan masyarakat; 24. Terwujudnya kehidupan politik yang demokratis; 25. Terlindunginya masyarakat dari gangguan keamanan. Keterkaitan antara visi, misi, tujuan dan sasaran dapat dilihat pada tabel 5.1. berikut : RPJMD Kabupaten Bogor V - 8

150 TABEL 5.1 VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN KABUPATEN BOGOR TAHUN MISI TUJUAN SASARAN INDIKATOR KINERJA OUTCOME CAPAIAN KINERJA KONDISI AKHIR Misi 1 Meningkatkan 1. Meningkatnya kualitas ketaqwaan 1.1. Meningkatnya pelayanan dan - Rasio tempat ibadah per satuan penduduk 3.65% Kesalehan Sosial dan ukhuwah serta toleransi antar kemudahan bagi umat beragama - Kegiatan forum koordinasi antar umat beragama dan Kesejahteraan umat beragama dalam menjalankan ibadahnya; - Tersusunnya rumusan kebijakan bidang keagamaan 14 Masyarakat - Jumlah jamaah haji Kabupaten Bogor per tahun 17,003 (Indikator Termaju) - Jumlah sarana ibadah yang mendapatkan bantuan 12,532 (Indikator Termaju) - Jumlah pondok pesantren salafiyah yang 6,200 mendapatkan bantuan operasional (Indikator Termaju) - Jumlah produk hukum daerah 633 Dokumen - Perda 50 Perda - Perbup 175 Perbup - Kepbup 2750 Kepbup - Kesepakatan/Perjanjian 150 Naskah - Kajian Hukum 40 Kajian 2. Meningkatnya kualitas 2.1. Meningkatnya partisipasi perempuan - Jumlah perempuan yang mendapatkan 3,600 pemberdayaan perempuan dan dalam pembangunan; pengetahuan dan keterampilan perlindungan anak - Persentase jumlah tenaga kerja dibawah umur Partisipasi angkatan kerja perempuan Persentase partisipasi perempuan di lembaga pemerintah - Partisipasi perempuan di lembaga swasta Meningkatnya pemenuhan hak - Penyelesaian pengaduan perlindungan 43 perlindungan perempuan dan anak perempuan dan anak dari tindakan kekerasan - Rasio KDRT RPJMD Kabupaten Bogor V - 9

151 MISI TUJUAN SASARAN INDIKATOR KINERJA OUTCOME CAPAIAN KINERJA KONDISI AKHIR Persentase partisipasi perempuan di lembaga pemerintah - Partisipasi perempuan di lembaga swasta Terbentuknya Kecamatan Ramah Anak 20 - Cakupan peserta KB Aktif (CPR) Rasio Akseptor KB Keluarga pra sejahtera dan keluarga sejahtera I Rata-rata jumlah anak per keluarga Cakupan pelayanan KB Gratis bagi Keluarga Pra 81 KS dan KS I - Jumlah keluarga yang memiliki Balita Aktif dalam 45,002 kelompok BKB - Jumlah keluarga yang memiliki Remaja Aktif dalam 19,091 kelompok BKR - Jumlah keluarga yang memiliki Lansia Aktif dalam 17,488 kelompok BKL - Jumlah kelompok Pusat Informasi dan Konsultasi 109 (PIK) Remaja - Jumlah Kelompok UPPKS Meningkatnya ketahanan keluarga 3.1. Menurunnya laju pertumbuhan - Jumlah penduduk (jiwa) sebagai basis ketahanan sosial penduduk alami - Laju pertumbuhan penduduk (%) Jumlah Penduduk Miskin (jiwa) 360,040 - Persentase Penduduk Miskin Meningkatnya kualitas pelayanan 4.1. Meningkatnya kesejahteraan - Sarana Sosial seperti Panti Asuhan, Panti Jompo 164 sosial dan menurunnya angka penyandang masalah kesejahteraan dan Panti Rehabilitasi Penanganan penyandang kemiskinan. sosial (PMKS); masalah kesejahteraan sosial - PMKS yang memperoleh bantuan sosial 3,728 - Panti yang memperoleh bantuan UEP Kemiskinan Tersusunnya rumusan kebijakan bidang sosial 15 Rumusan Kebijakan RPJMD Kabupaten Bogor V - 10

152 MISI TUJUAN SASARAN INDIKATOR KINERJA OUTCOME CAPAIAN KINERJA KONDISI AKHIR Berkembangnya seni dan budaya 5.1. Terselenggaranya pentas seni - Cakupan fasilitasi seni 4 dalam bingkai kearifan lokal budaya daerah - Cakupan sumber daya manusia kebudayaan Sarana penyelenggaraan seni dan budaya 1 - Penyelenggaraan festival seni dan budaya 9 - Cakupan gelar seni Misi kesenian 6 - Benda, situs dan kawasan cagar budaya 45 yang dilestarikan - Jumlah grup kesenian Capaian Kajian Seni 4 - Revitalisasi nilai-nilai budaya Terwujudnya pemuda yang tangguh 6.1. Meningkatnya kemandirian dan - Terselenggaranya Peringatan Hari-Hari 9 PHB dan berdaya saing partisipasi pemuda dalam Besar Bersejarah (belum masuk di format pembangunan; awal tapi rutin dianggarkan di Setda) - Terselenggaranya kesegaran jasmani 40 Kali aparatur (belum masuk di format awal tapi rutin dianggarkan di Setda) 7. Meningkatnya kebugaran 7.1. Meningkatnya pemasyarakatan - Jumlah Organisasi Kepemudaan 67 masyarakat dan prestasi olahraga olahraga - Jumlah Kegiatan Kepemudaan 19 Kabupaten Bogor - Jumlah Organisasi Olahraga (Klub Olahraga) Terbangunnya pusat olahraga terpadu - Jumlah Gedung Pusat Olahraga terpadu Meningkatnya prestasi olahraga - Jumlah Kegiatan Olahraga 16 Kabupaten Bogor - Gelanggang/Balai remaja (selain milik 16 swasta atau dengan kata lain milik Pemerintah) - Jumlah Lapangan Olahraga 8 RPJMD Kabupaten Bogor V - 11

153 MISI TUJUAN SASARAN INDIKATOR KINERJA OUTCOME CAPAIAN KINERJA KONDISI AKHIR Terwujudnya manajemen 8.1. Meningkatnya cakupan pelayanan, - Cakupan pelayanan bencana kebakaran kabupaten 88 pengelolaan bencana pencegahan dan upaya - Tingkat waktu tanggap (response time 40 penanggulangan bencana rate) daerah layanan Wilayah Manajemen Kebakaran (WMK) - Terbantunya korban bencana alam 19,200 Misi 2 Meningkatkan daya 1. Terjaminnya ketahanan pangan 1.1. Meningkatnya produksi, produktifitas, - Regulasi ketahanan pangan 4 saing ekonomi Masyarakat distribusi, dan konsumsi pangan - Ketersediaan Pangan Utama masyarakat dan daerah - Produksi tanaman pangan pengembangan Ubi jalar 9 usaha berbasis Talas 9 sumberdaya alam Ubi Kayu (ton) 9 dan pariwisata - Produktifitas padi atau bahan pangan utama lokal lainnya per hektar : - padi sawah padi gogo Persentase peningkatan provitas padi sawah 5 - Persentase peningkatan provitas sayuran 13 * Cabe 13 * Wortel 13 - Produksi komoditas unggulan Pala (ton bahan mentah) 19 Kopi (ton bahan mentah) 19 Karet (ton bahan mentah) 19 Cengkeh (ton bahan mentah) 19 Kelapa 19 Aren 19 Kumis Kucing 19 - Persentase peningkatan produksi padi 10 - Persentase peningkatan produksi sayuran * Cabe 13 * Wortel 13 RPJMD Kabupaten Bogor V - 12

154 MISI TUJUAN SASARAN INDIKATOR KINERJA OUTCOME CAPAIAN KINERJA KONDISI AKHIR Persentase Peningkatan produksi buah-buahan * Manggis 13 * Pepaya 13 * Jambu 13 * Durian 13 - Persentase peningkatan produksi tanaman 15 hias bunga * Anggrek 15 - Persentase peningkatan produksi tanaman 15 hias berdaun indah * Tanaman lanskap 15 - Persentase peningkatan produksi tanaman 10 obat * Kapolaga 10 - Jumlah komoditas unggulan 17 - Jumlah lokasi 20 - NTP - Persentase peningkatan nilai tambah dari 40 padi menjadi beras (%) - Persentase peningkatan nilai tambah dari 10 ubi kayu menjadi tepung (%) - Persentase peningkatan nilai tambah dari 15 ubi jalar menjadi tepung (%) - Persentase peningkatan nilai tambah dari 50 pala menjadi minyak atsiri (%) - Persentase peningkatan nilai tambah dari 27 karet mentah mejadi sheet kering (%) - Persentase peningkatan nilai tambah dari 25.6 kopi gelondongan menjadi berasan (%) - Rehabilitasi hutan dan lahan kritis Persentase penurunan luas lahan kritis (%) Kerusakan Kawasan hutan RPJMD Kabupaten Bogor V - 13

155 MISI TUJUAN SASARAN INDIKATOR KINERJA OUTCOME CAPAIAN KINERJA KONDISI AKHIR Cakupan legalitas usaha kehutanan (%) 50 - Cakupan usaha kayu rakyat (%) 65 - Cakupan usaha non kayu (%) * Usah jamur tiram 24 * Usaha lebah madu 25 * Usaha bambu 20 - Cakupan Bina Wilayah Penyelenggaraan Penyuluhan Pelaku Utama dan Pelaku Usaha (%) - Pertanian Kehutanan Perikanan Cakupan Bina Penguatan Kelembagaan Pelaku Utama dan Pelaku Usaha (%) - Kelompok Pemula - Pertanian Kehutanan Perikanan Kelompok Lanjut - Pertanian Kehutanan Kelompok Madya - Pertanian Kehutanan Perikanan Kelompok Utama - Pertanian Kehutanan Perikanan Cakupan Bina Kelompok Pelaku Utama dan Pelaku usaha (%) - Pertanian Kehutanan Perikanan RPJMD Kabupaten Bogor V - 14

156 MISI TUJUAN SASARAN INDIKATOR KINERJA OUTCOME CAPAIAN KINERJA KONDISI AKHIR Meningkatnya daya saing koperasi, 2.1. Meningkatnya jumlah koperasi aktif - Usaha Mikro dan Kecil 100 usaha kecil menengah (UKM) dan dan kemandirian usaha mikro, kecil - Jumlah UKM Mandiri 125 agribisnis dan menengah dalam - Jumlah pertumbuhan UKM Mandiri 35 mengembangkan ekonomi lokal - Jumlah UKM non BPR/LKM UKM 17,416 - Jumlah pertumbuhan UKM nonbpr/lkm 1,300 - % Pertumbuhan UKM Jumlah BPR/LKM aktif milik pemerintah 19 - Persentase koperasi aktif Jumlah Koperasi se Kab. Bogor 1,767 - Jumlah Koperasi Aktif 1,227 - Jumlah Koperasi Tidak Aktif Berkembangnya agribisnis pertanian - Cakupan pengendalian wabah penyakit dan perikanan ternak/ikan dan zoonosis - Rabies (dosis) 40 - Anthrax (dosis) 40 - Brucellosis (dosis) 40 - SE (dosis) 40 - AI (dosis) 40 - Aeromonas (dosis) 40 - Cakupan pengendalian keamanan 40 PAH/HPAH di Lokasi Usaha (lokasi) - Produksi Daging (kg) 134,177,923 - Produksi Telur (kg) 53,929,083 - Produksi Susu (liter) 13,567,384 - Konsumsi Protein Hewani Asal Ternak 6.25 (gr/kap/hr) - Sentra agribisnis peternakan (lokasi) 2 - Produksi perikanan (dibandingkan dengan 100 target daerah) - Konsumsi ikan (dibandingkan dengan 100 target daerah) - Produksi ikan konsumsi (ton) 121,731 RPJMD Kabupaten Bogor V - 15

157 MISI TUJUAN SASARAN INDIKATOR KINERJA OUTCOME CAPAIAN KINERJA KONDISI AKHIR Konsumsi ikan (kg/kap/th) Produksi Ikan Hias (RE) 262,035 - Produksi Benih Ikan (RE) 3,347,611 - Sentra agribisnis perikanan (lokasi) 2 - Produksi olahan produk perikanan (ton) 15, Meningkatnya penanaman modal di 3.1. Meningkatnya investasi dan laju - Kenaikan / penurunan Nilai Realisasi Kabupaten Bogor yang mendorong pertumbuhan investasi PMDN (milyar rupiah) penciptaan lapangan kerja dan - Jumlah investor berskala nasional 519 tumbuhnya kelembagaan ekonomi (PMDN/PMA) lokal - Jumlah PMA Jumlah PMDN Jumlah nilai investasi berskala nasional (PMDN/PMA) - Nilai realisasi investasi PMA Nilai realisasi investasi PMDN Meningkatnya pengelolaan 4.1. Meningkatnya pengendalian - Reklamasi luas lahan bekas tambang 812,90 sumberdaya alam yang berwawasan pemanfatan sumber daya alam dan - Cakupan penanganan pertambangan tanpa ijin 100 lingkungan berkurangnya kerusakan alam - Perubahan elevasi muka air tanah 15 akibat penambangan - Perubahan elevasi muka air tanah 15 - Jumlah kelompok pengguna energi baru 44 dan energi terbarukan - Cakupan pemantauan lokasi rawan longsor Meningkatnya cakupan pemenuhan - Peningkatan cakupan layanan PJU kebutuhan listrik - Rumah tangga pengguna listrik Rasio ketersediaan daya listrik 0,5 - Persentase rumah tangga yang menggunakan listrik 85,38 - Jumlah ijin usaha ketenagalistrikan IUKU/ IUKS 130 RPJMD Kabupaten Bogor V - 16

158 MISI TUJUAN SASARAN INDIKATOR KINERJA OUTCOME CAPAIAN KINERJA KONDISI AKHIR Berkembangnya pariwisata daerah 5.1. Berkembangnya pariwisata andalan - Kunjungan wisata 4,500,000 yang berbasis pada keindahan alam disertai dengan meningkatnya - Jumlah paket wisata 45 dan lingkungan serta budaya lokal kunjungan wisata - Kontribusi sektor pariwisata terhadap PDRB berlaku Kontribusi sektor pariwisata terhadap PDRB konstan Jumlah gedung kesenian 1 - Rasio destinasi wisata berstandar nasional (%) Cakupan organisasi 21 - Cakupan SDM pariwisata bersertifikat nasional Tingkat hunian hotel Cakupan bina usaha pelaku usaha pariwisata 1,526,276,400 - Jumlah kerjasama pariwisata 7 - Jenis, kelas, dan jumlah restoran Jenis, kelas, dan jumlah penginapan/ hotel Terwujudnya pertambangan, 6.1. Terwujudnya BUMD Pertambangan - Pertumbuhan ekonomi (Bappeda) 6.21 pariwisata serta pertanian dan yang berdaya saing sebagai - Pembinaan BUMD 9 BUMD perikanan sebagai pengungkit pengungkit perekonomian daerah perekonomian daerah 6.2. Terwujudnya BUMD Pariwisata yang berdaya saing sebagai pengungkit perekonomian daerah 6.3. Terwujudnya BUMD Pertanian yang - Produktivitas total daerah berdaya saing sebagai pengungkit - Tersusunnya rumusan kebijakan bidang 10 Rumusan perekonomian daerah perekonomian Kebijakan 7. Meningkatnya peran industri dan 7.1. Meningkatnya jumlah dan - Kontribusi sektor Industri terhadap PDRB 106,342, perdagangan dalam perekonomian kemandirian industri kecil dan harga berlaku daerah menengah dalam mengembangkan - Kontribusi sektor Industri terhadap PDRB 30,480, ekonomi lokal harga konstan RPJMD Kabupaten Bogor V - 17

159 MISI TUJUAN SASARAN INDIKATOR KINERJA OUTCOME CAPAIAN KINERJA KONDISI AKHIR Kontribusi industri rumah tangga terhadap 21,268, PDRB sektor Industri harga berlaku - (Diasumsikan 20% dari kontribusi sektor industri terhadap harga berlaku) - Kontribusi industri rumah tangga terhadap 6,096, PDRB sektor Industri harga konstan (Diasumsikan 20% dari kontribusi sektor industri terhadap harga berlaku) - Pertumbuhan Industri Jumlah Industri se Kab. Bogor - Cakupan bina kelompok pengrajin 8, Meningkatnya nilai dan volume - Kontribusi sektor perdagangan terhadap 41,003, perdagangan dalam negeri dan PDRB harga berlaku ekspor - Kontribusi sektor perdagangan terhadap 10,175, PDRB harga konstan - Ekspor bersih perdagangan 897,700, Jumlah SKA yang diterbitkan 897,700, Cakupan bina kelompok pedagang/usaha 12,969 informal - Jumlah pedagang di pasar tradisional yang 11,440 dibina - Jumlah Kenaikan Pedagang 1,500 - Estimasi pedagang se Kab. Bogor 8. Meningkatnya produktivitas tenaga 8.1. Meningkatnya partisipasi angkatan - Angka partisipasi angkatan kerja kerja dan menurunnya kerja dan kesejahteraan tenaga kerja - Tingkat partisipasi angkatan kerja pengangguran - Tingkat pengangguran terbuka - Jumlah pencari kerja yang terampil 2,880 - Pencari kerja yang ditempatkan Rasio penduduk yang bekerja Jumlah tenaga kerja yang terserap dalam 600 program padat karya RPJMD Kabupaten Bogor V - 18

160 MISI TUJUAN SASARAN INDIKATOR KINERJA OUTCOME CAPAIAN KINERJA KONDISI AKHIR Angka sengketa pengusaha-pekerja per tahun Keselamatan dan perlindungan - Panitia Keselamatan dan Kesehatan Kerja 145 di perusahaan - Pemberian perlindungan hukum dan 1,000 jamsostek - Perlindungan pekerja anak Perlindungan pekerja malam wanita Pengawasan, perlindungan dan penegakan 2,250 hukum terhadap hak normatif pekeja - Perselisihan buruh dan pengusaha terhadap 0 kebijakan pemerintah daerah - Terwujudnya sistem pengupahan yang 5 memadai - Fasilitasi Lembaga Kerjasama Tripartit 20 - Sertifikasi tenaga operator di perusahaan Tersalurkannya minat masyarakat - Transmigran regional 125 untuk bertransmigrasi - Transmigran swakarsa N/A Misi 3 Meningkatkan 1. Meningkatnya penataan ruang 1.1. Meningkatnya perencanaan, - Penyusunan Naskah akademis RDTR dan 0% integrasi, yang terpadu dan berkelanjutan kesesuaian dan pengendalian Zoning Regulation koneksitas, kualitas dan tertib pertanahan pemanfaatan ruang - Rasio Ruang Terbuka Hijau per Satuan dan kuantitas - Cakupan luasan kawasan lindung Luas 45.00% infrastruktur Wilayah ber HPL/HGB wilayah - Luas wilayah produktif 87 dan pengelolaan - Luas wilayah industri 0.75 lingkungan hidup - Luas wilayah kebanjiran 2 yang berkelanjutan - Luas wilayah kekeringan 8 - Luas wilayah perkotaan Ruang publik yang berubah peruntukannya Ketaatan terhadap RTRW 88 RPJMD Kabupaten Bogor V - 19

161 MISI TUJUAN SASARAN INDIKATOR KINERJA OUTCOME CAPAIAN KINERJA KONDISI AKHIR Meningkatnya kepastian hukum - Luas lahan bersertifikat % pemilikan tanah masyarakat - Penyelesaian kasus tanah negara 0.01% - Persentase penduduk yang memiliki lahan Up Dating Data Base Pertanahan 3 Kecamatan - Pendataan dan Pengukuran Prasarana, 30 bidang Sarana dan UtilitasPerumahan - Penelusuran Alas Hak Aset Pemda 100 bidang - Peta Bidang Tanah Aset Pemda 175 bidang - Pengukuran Peta Bidang Tanah Jalan 12 Km Poros Tengah-Timur - Kajian BUMD Pertanahan 1 Dokumen - Proda APBD Kabupaten Bogor Sertifikasi Kepemilikan Tanah Aset Daerah Workshop Pertanahan 40 orang 2. Terwujudnya infrastruktur 2.1 Meningkatnya infrastruktur jalan/ - Panjang jalan Kabupaten dalam kondisi baik 84.22% jalan/jembatan dan sumberdaya air jembatan yang berkualitas dan - Proporsi panjang jaringan jalan dalam yang terintegrasi terintegrasi untuk mendukung kondisi baik pergerakan orang, barang dan jasa - Panjang jalan dilalui roda Sempadan Jalan yang dipakai pedagang kaki 2.13% lima atau bangunan rumah liar - Jalan Penghubung dari ibukota kecamatan 0% ke kawasan pemukiman penduduk (minimal dilalui roda 4) - Panjang Jalan yang memiliki trotoar dan drainase/saluran pembuangan air (minimal 1,5 m) - Drainase Dalam kondisi baik/pembuangan 38.99% aliran tidak tersumbat - Pembangunan turap di wilayah jalan penghubung dan aliran sungai rawan longsor lingkup kewenangan kota RPJMD Kabupaten Bogor V - 20

162 MISI TUJUAN SASARAN INDIKATOR KINERJA OUTCOME CAPAIAN KINERJA KONDISI AKHIR Panjang jalan Kabupaten dalam kondisi baik 84.22% - Proporsi panjang jaringan jalan dalam kondisi baik - Panjang jalan dilalui roda Proporsi panjang jaringan jalan dalam kondisi baik - Proporsi panjang jaringan jalan dalam kondisi baik - Proporsi panjang jaringan jalan dalam kondisi baik 2.2. Meningkatnya infrastuktur - Tingkat Kinerja Jaringan Lalu Lintas dan perhubungan yang mendukung Angkutan Jalan aksesibilitas, pergerakan - Jumlah Pelabuhan Laut/Udara/Terminal Bis 9 orang, barang dan jasa - Tingkat Kinerja Jaringan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan - Jumlah Pelabuhan Laut/Udara/Terminal Bis 9 - Jumlah arus penumpang angkutan umum 59,549,461 - Rasio ijin trayek Angkutan darat 0.07% - Rasio panjang jalan per jumlah kendaraan Jumlah orang/ barang yang terangkut 17,864,838 angkutan umum - Jumlah orang/barang melalui demaga/ 586,937 bandara/terminal pertahun - Jumlah uji kir angkutan umum 19,956 - Kepemilikan KIR angkutan umum 15.08% - Lama pengujian kelayakan angkutan umum (KIR) - Biaya pengujian kelayakan angkutan umum Realisasi Laik Jalan Kendaraan 96.89% - Integrasi Moda Angkutan Umum 1 - Pemasangan Rambu-rambu 20.00% RPJMD Kabupaten Bogor V - 21

163 MISI TUJUAN SASARAN INDIKATOR KINERJA OUTCOME CAPAIAN KINERJA KONDISI AKHIR Jumlah Fasilitas Lalu Lintas Terpasang 14,167 - Tingkat Kinerja Jaringan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan 2.3. Meningkatnya infrastruktur sumber - Rasio Jaringan irigasi daya air, waduk dan irigasi untuk - Luas irigasi Kabupaten dalam kondisi baik 61.35% mendukung terpeliharanya hutan - Sempadan sungai yang dipakai bangunan 2.89% konservasi, kawasan lindung, liar pengendalian dan pendayagunaan 3. Tersedianya sarana prasarana 3.1. sumber daya air dan irigasi - Persentase Luas pemukiman yang tertata 19.06% pemukiman yang layak (rutilahu, - Rasio bangunan ber- IMB per satuan jalan setapak, kawasan prioritas bangunan pembangunan pemukiman dan - Peningkatan Bangunan ber-imb per KK 53.56% sanitasi) - Persentase Luas pemukiman yang tertata Lingkungan Permukiman Kumuh 5.32% - Betonisasi jalan lingkungan 164,250 - Rasio rumah layak huni Rumah Layak Huni 99.62% - Rasio permukiman layak huni Lingkungan Pemukiman 35.00% - Lingkungan Permukiman Kumuh 0.43% - Sumberdaya Manusia di bidang jasa 100 orang konstruksi 3.2. Meningkatnya pengelolaan air - Rumah tangga pengguna air bersih 47.60% limbah domestik secara optimal - Tempat pembuangan sampah (TPS) per 60.00% satuan penduduk - Rasio tempat pembuangan sampah (TPS) per 5.86% satuan penduduk 3.3. Meningkatnya pengelolaan sampah - Persentase penanganan sampah 60.00% lingkungan pada tingkat kabupaten - Cakupan pelayanan air limbah 59.00% RPJMD Kabupaten Bogor V - 22

164 MISI TUJUAN SASARAN INDIKATOR KINERJA OUTCOME CAPAIAN KINERJA KONDISI AKHIR dan kawasan permukiman - Jumlah pelayanan air limbah Ritase - Rumah tangga ber-sanitasi 686,500 - Persentase rumah tinggal bersanitasi 68,65% - Persentase penduduk berakses air minum 4.76% - Jumlah tempat pemakaman umum satuan 19,61% penduduk - Rasio titik reklame di lokasi strategis 15 Titik - Jumlah Ruang Terbuka Hijau, Taman Kota, 42 Lokasi Taman perkantoran dan Taman jalur 4. Meningkatnya kualitas lingkungan 4.1. Meningkatnya pengendalian - Cakupan pengawasan terhadap pelaksanaan 73% hidup dan berkurangnya dampak pencemaran air, udara dan AMDAL dan UKL/UPL pencemaran lingkungan kerusakan tanah - Penegakan hukum lingkungan 100% - Jumlah satgas pengelolaan Lingkungan Hidup 40 - Pencemaran Status Mutu Air 93% 4.2. Meningkatnya peran serta - Pencemaran Status Mutu Air 93.00% masyarakat dalam pengelolaan - Jumlah usaha / kegiatan yang mentaati 91.00% lingkungan hidup persyaratan administratif dan teknis persyaratan Pengendalian pencemaran udara 4.3 Meningkatnya upaya mitigasi - Penurunan emisi GRK 4-5% perubahan iklim Misi 4 Meningkatkan 1. Meningkatnya rata-rata lama 1.1. Terpenuhinya sarana dan prasarana - APK Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) 43.6 aksesibilitas dan sekolah (RLS) dan pendidikan kualitas terwujudnya wajib sekolah penyelenggaraan 12 tahun yang berkualitas pendidikan dan 1.2. Meningkatnya partisipasi pendidikan - Angka Kelulusan (AL) SD/MI/Paket A 100 pelayanan masyarakat - Angka kelulusan (AL) SMP/MTs/Paket B 100 kesehatan - Angka melanjutkan (AM) dari SD ke SMP/MTs Angka Partisipasi Kasar (APK) SD/MI/Paket A RPJMD Kabupaten Bogor V - 23

165 MISI TUJUAN SASARAN INDIKATOR KINERJA OUTCOME CAPAIAN KINERJA KONDISI AKHIR Meningkatnya mutu pengelolaan - Rasio Guru SD-MI/Kelas SD-MI pendidikan - Rasio guru sekolah dasar/murid SMP/MTs Rasio ketersediaan sekolah dasar/penduduk usia pendidikan dasar Rasio Ketersediaan SMP-MTs terhadap Penduduk Usia Tahun - Rasio Rombel/Guru SD-MI 1 - Sekolah Pendidikan SD Kondisi Bangunan Baik Sekolah Pendidikan SMP Kondisi Bangunan Baik % Kepala Sekolah Berijasah S % Kepala Sekolah SMP-MTs Berijasah S % SD-MI dengan 2 Guru S % SMP-MTs dengan Jumlah Guru Bidang Studi 100 (GBS) Sesuai Kebutuhan - % SMP-MTs yang Memiliki 70% Guru S % SMP-MTs yang Memiliki Lab. IPA Rasio guru sekolah dasar/murid SD/MI Rasio guru/murid per kelas rata-rata tingkat SD/MI - Rasio guru/murid per kelas rata-rata tingkat SMP/MTs - Rasio Kelas SD-MI/Ruang Kelas SD-MI - Rasio Kelas SMP-MTs/Ruang Kelas SMP-MTs - Rasio Siswa SD-MI/Kelas SD-MI - Rasio Siswa SMP-MTs/Kelas SMP-MTs - Rata-rata Lama Sekolah (RLS) (tahun) - Sekolah pendidikan SD/MI kondisi bangunan baik - Angka partisipasi murni (APM) SMA/MA/ paket C Angka putus sekolah (APS) SMA/MA/Paket C Angka Partisipasi Kasar (APK) SMA/MA/SMK/ Paket C RPJMD Kabupaten Bogor V - 24

166 MISI TUJUAN SASARAN INDIKATOR KINERJA OUTCOME CAPAIAN KINERJA KONDISI AKHIR - Rasio ketersediaan sekolah SMA/SMK/MA/ penduduk usia sekolah Rasio guru sekolah SMA/SMK/MA per murid Sekolah pendidikan SMP/MTs & SMA/SMK/MA kondisi bangunan baik - Angka Putus Sekolah (DO) SMA-SMK-MA Angka Kelulusan (AL) SMA/MA/Paket C Angka Melanjutkan (AM) dari SMP-MTs ke SMA-SMK-MA - Angka melanjutkan(am) dari SMP/MTs ke 100 SMA/MA/SMK - RLS Guru yang memenuhi kualifikasi S1/D-IV Angka partisipasi sekolah Usia tahun Angka partisipasi sekolah Usia tahun Angka partisipasi sekolah Usia 7-12 tahun Meningkatnya kesejahteraan tenaga - Angka Partisipasi Kasar (APK) SMP/MTs/ 100 pendidik maupun non kependidikan Paket B - Angka partisipasi murni (APM) SD/MI/Paket A Angka partisipasi murni (APM) SMP/MTs/ Paket B Angka pendidikan yang ditamatkan SD/MI/ 943,39 Paket A - Angka pendidikan yang ditamatkan SMP/MTs/ 1.027,19 Paket B - Angka putus sekolah (APS) SD/MI/Paket A Angka putus sekolah (APS) SMP/MTs/Paket B Meningkatnya angka melek huruf 2.1. Tuntasnya masyarakat tuna aksara - Angka Melek Huruf 97.1 (AMH) 2.2. Meningkatnya minat dan budaya - Kegiatan peningkatan SDM pengelola kegiatan baca masyarakat - Koleksi buku yang tersedia di Perpustakaan Daerah 26.34% RPJMD Kabupaten Bogor V - 25

167 MISI TUJUAN SASARAN INDIKATOR KINERJA OUTCOME CAPAIAN KINERJA KONDISI AKHIR Pengunjung Perpustakaan 1.12% - Jumlah Perpustakaan Terwujudnya pelayanan kesehatan 3.1. Meningkatnya akses pelayanan - Prosentase Pengadaan Obat essensial 100% yang mudah, murah, merata dan kesehatan bagi masyarakat - Pemanfaatan puskesmas berkualitas - Cakupan Pelayanan Kesehatan Masyarakat 70.00% 4. Meningkatnya kualitas sumber 4.1. Terpenuhinya kebutuhan tenaga - Cakupan Penemuan dan penanganan penderita 82% daya kesehatan medis dan para medis. penyakit TBC BTA - Cakupan Penemuan dan penanganan Penderita % Penyakit DBD; - Cakupan Desa/Kelurahan Universal Child % Immunization (UCI) 4.2. Meningkatnya sarana dan prasarana - Rasio puskesmas, poliklinik, pustu per satuan penduduk 1:8,982 kesehatan baik layanan dasar - Cakupan puskesmas 252.2% maupun rujukan - Cakupan pembantu puskesmas 32.49% - Prosentase sarana kesehatan yang berijin - Cakupan komplikasi kebidanan yang ditangani - Cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga 93.75% kesehatan yang memiliki kompetensi kebidanan - Cakupan kunjungan bayi 95% - Angka kelangsungan hidup bayi - Angka usia harapan hidup 71.7% - Rasio dokter per satuan penduduk 1:3,690 - Rasio tenaga medis per satuan penduduk 1:2,508 - Prosentase sarana kesehatan yang berijin - Cakupan Pelayanan Kesehatan rujukan pasien % masyarakat miskin; - Rasio Rumah Sakit per satuan penduduk 1:178,526 - Cakupan pengawasan terhadap obat 100% - Peningkatan ketersediaan tempat tidur kelas III 70% Rumah Sakit RPJMD Kabupaten Bogor V - 26

168 MISI TUJUAN SASARAN INDIKATOR KINERJA OUTCOME CAPAIAN KINERJA KONDISI AKHIR Peningkatan layanan Spesialis 23 - Peningkatan jumlah instalasi 22 - Cakupan Pelayanan Kesehatan rujukan pasien 100% masyarakat miskin; - Rasio tenaga dokter spesialis dasar setiap 1 : 4 layanan medik fungsional - Rasio Perawat per Tempat Tidur 1 : 1,3 - Cakupan tingkat hunian rumah sakit/ Bed 80% Occupancy Rate (BOR) - Cakupan tingkat hunian rumah sakit/ Bed 80% Occupancy Rate (BOR) - Cakupan tingkat hunian Rumah Sakit Bed 80 Occupation Rate(BOR) 75% - 85 % - Rata-rata Lama Rawat Pasien LOS (6-9 hari) Frekuensi pemakaian tempat tidur dalam 1 tahun 45 BTO (40-50 kali) - Interval hari tempat tidur tidak terpakai TOI (1-3 hari) 1 - Rata-rata angka kematian setelah rawat 48 jam 24 untuk tiap 1000 penderita keluar NDR (tidak>25) - Angka kematian umum untuk setiap penderita keluar - Ketersediaan Tempat Tidur Kelas III Rumah Sakit 50 - Cakupan Pelayanan Kesehatan (BPJS org JAMPESEHAT) - Peningkatan layanan Spesialis 23 - Peningkatan jumlah instalasi 22 - Cakupan Pelayanan Kesehatan rujukan pasien 100% masyarakat miskin; - Terpenuhinya pelayanan spesialis dan sub spesialis (jenis) - 4 spesialis dasar % - 4 spesialis penunjang - 8 spesialis lain RPJMD Kabupaten Bogor V - 27

169 MISI TUJUAN SASARAN INDIKATOR KINERJA OUTCOME CAPAIAN KINERJA KONDISI AKHIR Rasio Perawat per Tempat Tidur 1 : 1 - Cakupan tingkat hunian rumah sakit/ Bed 80.00% Occupancy Ratio (BOR) - Rasio tenaga dokter spesialis dasar setiap 1 : 4 layanan medik fungsional (Staf Medik Fungsional/ 5 spesialis Dasar/ Anak Sp. Dalam, Sp Bedah, Sp Kebidanan, Sp Anastesi) - Rasio Perawat per Tempat Tidur 1 : 1 - Cakupan tingkat hunian rumah sakit/bed 75% Occupancy Ratio (BOR) - Peningkatan layanan Spesialis 17 - Peningkatan ketersediaan tempat tidur kelas III 77% Rumah Sakit - Peningkatan jumlah instalasi 18 - Cakupan Pelayanan Kesehatan rujukan pasien 100% masyarakat miskin; - Rasio tenaga dokter spesialis dasar setiap 3:4 layanan medik fungsional - Rasio Perawat per Tempat Tidur 1:5 5. Meningkatnya jaminan pelayanan 5.1. Terselenggaranya jaminan - Rasio posyandu per satuan balita 12.03% kesehatan bagi masyarakat kesehatan bagi masyarakat miskin, - Persentase balita gizi buruk 0.02% rentan miskin dan masyarakat yang - Cakupan Rumah dengan bebas jentik 95.00% tenaganya dibutuhkan oleh pemda 6. Meningkatnya kualitas kesehatan 6.1. Meningkatnya kesadaran perilaku - Prosentase TTU yg memenuhi syarat 79.72% lingkungan masyarakat hidup bersih dan sehat - Prosentase TPM yg memenuhi syarat 90.96% - Cakupan JAGA memenuhi syarat 72.63% - Cakupan SAB memenuhi syarat 72.57% - Cakupan Desa Siaga Aktif 100% - Cakupan Balita Gizi Buruk mendapat perawatan 100% RPJMD Kabupaten Bogor V - 28

170 MISI TUJUAN SASARAN INDIKATOR KINERJA OUTCOME CAPAIAN KINERJA KONDISI AKHIR Misi 5 Meningkatkan 1. Terwujudnya penyelenggaraan 1.1. Meningkatnya kualitas perencanaan - Tersedianya dokumen perencanaan 1 kinerja pemerintahan di semua tingkatan daerah yang partisipatif, transparan, RPJPD yang telah ditetapkan dengan PERDA penyelenggaraan yang transparan, akuntabel, efisien, dan aplikatif; - Tersedianya dokumen perencanaan 1 pemerintahan dan partisipatif, bersih dan berwibawa RPJMD yang telah ditetapkan dengan PERDA kerjasama antar serta terus melakukan pencegahan - Tersedianya dokumen perencanaan : 5 daerah dalam tindak pidana korupsi. RKPD yang telah ditetapkan dengan PERKADA kerangka tatakelola - Penjabaran program RPJMD ke dalam RKPD 100 pemerintahan yang - Tersusunnya dokumen evaluasi 5 baik perencanaan pembangunan daerah Kab.Bogor yang berkualitas dan tepat waktu - Persentase kesesuaian kegiatan yang 100 direncanakan dengan kegiatan yang dianggarkan - Tersusunnya dokumen perencanaan Bidang 10 Ekonomi yang berkualitas - Tersusunnya dokumen perencanaan Bidang 10 Kesejahteraan Rakyat dan Sosial yang berkualitas - Tersusunnya dokumen perencanaan Bidang 10 Sarana Prasarana Tata Ruang dan Lingkungan Hidup yang berkualitas - Tersusunnya dokumen perencanaan Bidang Pemerintahan dan Pendanaan 10 Pembangunan yang berkualitas - Cakupan layanan informasi program dan 40 kegiatan pembangunan Kab. Bogor - Indeks Pembangunan Manusia (Komposit) Buku "Kabupaten Dalam Angka" 5 - Buku "PDRB Kabupaten" 5 - Nilai PDRB (Rp. Juta) - Berdasarkan Harga Berlaku 193,683,000 - Berdasarkan Harga Konstan 52,191,120 - Laju Pertumbuhan ekonomi (%) 6.21 RPJMD Kabupaten Bogor V - 29

171 MISI TUJUAN SASARAN INDIKATOR KINERJA OUTCOME CAPAIAN KINERJA KONDISI AKHIR Inflasi (%) 3,5-5,5 - PDRB Perkapita Atas Dasar Harga Berlaku 33,900,000 - PDRB Perkapita Atas Dasar Harga Konstan 9,140,000 - Kemampuan Daya Beli Masyarakat (Konsumsi riil per kapita) (Rp/kap/bln) - Pertumbuhan PDRB Laju inflasi provinsi 3,5-5,5 - Pemerataan pendapatan versi Bank Dunia - Pertumbuhan ekonomi Kemiskinan Meningkatnya kemampuan daerah - Optimalnya Penerimaan Pendapatan Asli 2,349,272,823,337 dalam membiayai pembangunan; Daerah - Jumlah dan macam pajak dan retribusi 10 pajak daerah daerah 16 retribusi daerah 1.3. Tertatanya administrasi dan - Tertib Administrasi dan Dokumen 100% pertanggungjawaban keuangan; Pengelolaan Keuangan Daerah - Tertib Administrasi dan Dokumen 100% Pengelolaan Barang Daerah - Tertib Penataan dan pendayagunaan Aset 100% daerah 1.4. Meningkatnya kualitas kebijakan - Tersusunnya rumusan Kebijakan bidang 5 Rumusan daerah administrasi pemerintahan Kebijakan - Cakupan sarana prasarana perkantoran pemerintahan desa - Terbentuknya Daerah Otonom Baru 1 DOB - Jumlah perkara yang terselesaikan di 775 Perkara/Masalah dalam dan diluar peradilan (Perdata, TUN,Pidana, Hukum Lainnya) RPJMD Kabupaten Bogor V - 30

172 MISI TUJUAN SASARAN INDIKATOR KINERJA OUTCOME CAPAIAN KINERJA KONDISI AKHIR Meningkatnya efektifitas dan efisiensi - Tersusunnya rumusan kebijakan Standar Harga 10 Dokumen birokrasi Konstruksi dan Non Konstruksi Daerah - Tersusunnya rumusan kebijakan 1 Rumusan penguatan kelembagaan Kebijakan pengarusutamaan gender dan anak; - Terciptanya dialog.audensi dengan 120 Kali tokoh-tokoh masyarakat, pimpinan/anggota organisasi sosial dan kemasyarakatan; - Terciptanya koordinasi antar pimpinan daerah 8 Kali - Tersusunnya rumusan kebijakan SKPD 11 Rumusan 1.6. Meningkatnya kelancaran fasilitasi - Perda Inisiatif 11 tugas-tugas DPRD; - Sosialisasi produk hukum DPRD - Produk Hukum yang diselesaikan oleh 70 DPRD 1.7. Terselenggaranya pelayanan - Persentase pemilihan penyedia 100% pengadaan barang dan jasa melalui barang/jasa melalui LPSE LPSE - Persentase sanggah banding dari 0% penyedia terhadap proses pelelangan 1.8. Meningkatnya pelayanan - Kepemilikan KTP administrasi kependudukan dan - Kepemilikan akta kelahiran per catatan sipil; penduduk - Penerapan KTP Nasional Berbasis NIK - Kepemilikan KK Rasio penduduk ber KTP persatuan penduduk - Rasio bayi berakte kelahiran Rasio pasangan berakte nikah 1 - Ketersediaan database kependudukan skala propinsi RPJMD Kabupaten Bogor V - 31

173 MISI TUJUAN SASARAN INDIKATOR KINERJA OUTCOME CAPAIAN KINERJA KONDISI AKHIR Meningkatnya pelayanan perizinan - Jumlah Perda yang mendukung iklim usaha 2 yang sesuai dengan ketentuan, cepat 1) Izin IPPT/Peruntukan Penggunaan Tanah 3 PERDA dan terjangkau masyarakat; (4 Perda) 2) Izin IMB/Mendirikan Bangunan (3 Perda) 2 PERDA 3) Izin HO/Gangguan (1 Perda) 2 PERDA 4) Izin SITU (1 Perda) 2 PERDA 5) Izin IUK/Usaha Kepariwisataan (2 Perda) 2 PERDA 6) Izin IUJK/Usaha Jasa Kontruksi (2 Perda) 8 PERDA 7) Izin IPR/Pemasangan Reklame (7 Perda) 2 PERDA 8) Izin IPAL/Pembuangan Air limbah (2 Perda) 2 PERDA 9) Izin IPPI/Persetujuan Prinsip Industri 2 PERDA (2 Perda) 10) Izin IUI/Usaha Industri (2 Perda) 2 PERDA 11) Izin TDI/Tanda Daftar Industri (2 Perda) 2 PERDA 12) Izin TDP/ Tanda Daftar Perusahaan 1 PERDA (2 Perda) 13) Izin TDG (2 Perda) 2 PERDA 14) Izin IPI/Perluasan Industri (2 Perda) 2 PERDA 15) Izin PPKI/ Persetujuan Prinsip Kawasan 2 PERDA Industri (2 Perda) 16) Izin IUKI/Usaha kaw. Industri (2 Perda) 3 PERDA 17) Izin IPKI/Perluasan Kaw. Industri (2 Perda) 3 PERDA 18) Izin IUPPABT (2 Perda) 2 PERDA 19) Izin IPABT Izin pengambilan Air Bwh Tanah 2 PERDA (2 Perda) 20) Izin IPABT Izin pengeboran Air Bwh Tanah 2 PERDA (2 Perda) 21) Izin SIUP (2 Perda) 1 PERDA 22) Izin IMTA (1 Perda) 3 PERDA 23) Izin Salon Type C dan D (3 Perda) 1 PERDA 24) Izin Usaha RPH (1 Perda) 1 PERDA 25) Izin Usaha Peternakan (1 Perda) 1 PERDA 26) Izin Usaha Perikanan (1 Perda) 3 PERDA RPJMD Kabupaten Bogor V - 32

174 MISI TUJUAN SASARAN INDIKATOR KINERJA OUTCOME CAPAIAN KINERJA KONDISI AKHIR ) Izin DAMIJA (3 Perda) 3 PERDA 28) Izin DAMAJA (3 Perda) 3 PERDA 29) Izin DAWASJA (3 Perda) 3 PERDA - Rasio daya serap tenaga kerja , Sistem informasi Pelayanan Perijinan dan 1 website adm pemerintah - Lama proses perijinan 14 hari kerja 1) Izin IPPT/Peruntukan Penggunaan Tanah (14 hari kerja) 2) Izin IMB/Mendirikan Bangunan 12 hari kerja (14 hari kerja) 3) Izin HO/Gangguan (12 hari kerja) 10 hari kerja 4) Izin SITU (3 hari kerja) 3 hari kerja 5) Izin IUK/Usaha Kepariwisataan 10 hari kerja (12 hari kerja) 6) Izin IUJK/Usaha Jasa Kontruksi 10 hari kerja (12 hari kerja) 7) Izin IPR/Pemasangan Reklame 8 hari kerja (10 hari kerja) 8) Izin IPAL/Pembuangan Air limbah 10 Hari Kerja (10 hari kerja) 9) Izin IPPI/Persetujuan Prinsip Industri 5 hari kerja (5 hari kerja) 10) Izin IUI/Usaha Industri (10 hari kerja) 8 hari kerja 11) Izin TDI/Tanda Daftar Industri 8 hari kerja (10 hari kerja) 12) Izin TDP/ Tanda Daftar Perusahaan 3 Hari Kerja (3 hari kerja) 13) Izin TDG (5 hari kerja) 5 hari kerja 14) Izin IPPI/Perluasan Industri 9 hari kerja (10 hari kerja) RPJMD Kabupaten Bogor V - 33

175 MISI TUJUAN SASARAN INDIKATOR KINERJA OUTCOME CAPAIAN KINERJA KONDISI AKHIR ) Izin PPKI/ Persetujuan Prinsip Kawasan 14 hari kerja Industri (14 hari kerja) 16) Izin IUKI/Usaha kaw. Industri (14 hari kerja) 14 hari kerja 17) Izin IPKI/Perluasan Kaw. Industri 12 hari kerja (12 hari kerja) 18) Izin IUPPABT (14 hari kerja ) 14 hari kerja 19) Izin IPABT Izin pengambilan Air Bwh Tanah 14 hari kerja (14 hari kerja) 20) Izin IPABT Izin pengeboran Air Bwh Tanah 14 hari kerja (14 hari kerja) 21) Izin SIUP ( 3 hari kerja ) 3 hari kerja 22) Izin IMTA (10 hari kerja ) 8 hari kerja 23) Izin Salon Type C dan D (14 hari kerja ) 10 hari kerja 24) Izin Usaha RPH (14 hari kerja ) 10 hari kerja 25) Izin Usaha Peternakan ( 14 hari kerja ) 10 hari kerja 26) Izin Usaha Perikanan( 14 hari kerja ) 12 hari kerja 27) Izin DAMIJA( 14 hari kerja ) 12 hari kerja 28) Izin DAMAJA( 14 hari kerja ) 12 hari kerja 29) Izin DAWASJA( 14 hari kerja ) 12 hari kerja - Tingkat Kepuasan Masyarakat 45,039 - Indeks Kepuasan Layanan Masyarakat Ada - Penyelesaian izin lokasi Seluruh perijinan berstandar ISO Meningkatnya kinerja pelayanan - Jumlah peningkatan kapasitas aparatur 417 orang kecamatan pemerintahan desa Meningkatnya kinerja - Tertatanya administrasi pemerintahan desa 14 desa penyelenggaraan pemerintahan - Persentase desa berstatus swasembada 1.38% desa; terhadap total desa - Posyandu aktif % - Rata-rata jumlah kelompok binaan lembaga pemberdayaan masyarakat (LPM) RPJMD Kabupaten Bogor V - 34

176 MISI TUJUAN SASARAN INDIKATOR KINERJA OUTCOME CAPAIAN KINERJA KONDISI AKHIR LPM Berprestasi 6 Lembaga - Pemeliharaan Pasca Program pemberdayaan % masyarakat - Rata-rata jumlah kelompok binaan PKK PKK aktif % - Jumlah kader posyandu yang mendapatkan orang insentif - Meningkatnya lembaga ekonomi di perdesaan 184 Lembaga - Swadaya masyarakat terhadap program pemberdayaan masyarakat Jumlah RT/RW yang orang mendapatkan insentif - Jumlah LSM - Meningkatnya jumlah kelompok usaha 8 kelompok perempuan di perdesaan Meningkatnya efektifitas - Laporan Hasil Pengawasan 490 pengawasan dan pengendalian; - Tindaklanjut Hasil Audit (%) 100% - Jumlah Auditor 50 - Jumlah P2UPD 33 - Jumlah Auditor 50 - Dokumen Sistem dan Prosedur Pengawasan 3 - Laporan Hasil Penilaian Mandiri Pelaksanaan 1 Reformasi Birokrasi/PMPRB Tertibnya pengelolaan arsip dan - Penerapan Pengelolaan arsip secara baku 98.72% tercapainya kemudahan untuk - Penataan Dokumen/arsip SKPD melalui Berkas pelayanan kearsipan Media Elektronik - Meningkatnya umur teknis sarana prasarana Boks kearsipan - Kegiatan peningkatan SDM pengelola kegiatan 6 kegiatan Meningkatnya akuntabilitas - Tertib Administrasi dan Dokumen Pengelolaan 100 Pemerintah Kabupaten Bogor Keuangan Daerah di SKPD RPJMD Kabupaten Bogor V - 35

177 MISI TUJUAN SASARAN INDIKATOR KINERJA OUTCOME CAPAIAN KINERJA KONDISI AKHIR Tertib Administrasi dan Dokumen Pengelolaan 100 Barang Daerah di SKPD Tersedianya informasi tentang - Website milik Pemerintah Daerah 243 penyelenggaraan pemerintahan - Penyiaran Radio/TV Lokal yang masuk ke daerah 30 yang mudah diakses oleh - Wartel/Warnet 0.18 masyarakat; - Jaringan Komunikasi Persentase penduduk yang menggunakan HP/telepon - Sertifikasi ISO Pelaksanaaan Diseminasi dan Pendistribusian Informasi Nasional melalui : a. Media Baru (media center dan DSP) - Tersedianya Jaringan Internet/Intranet di 80 seluruh Kecamatan - Media Baru LPSE 243 b. Media Massa: - Media Massa Radio Media Massa Televisi Media Massa Majalah 60 c. Media Luar Ruang 43 d. Media Tradisional 10 - Jumlah Objek Retribusi Pengendalian Menara 760 Bersama - Media Interpersonal 42 - Surat Kabar nasional/lokal yang masuk ke daerah 52 - Cakupan Pengembangan dan Pemberdayaan KIM Terciptanya aparatur pemerintahan 2.1. Meningkatnya kapasitas dan - Rasio penyelesaian kasus indisipliner dan 80 yang profesional dan produktif kapabilitas aparatur pemberian sanksi Serta berorientasi pada kualitas - Persentase kebutuhan pegawai melalui seleksi 1750 pelayanan penerimaan - Pemrosesan kenaikan pangkat RPJMD Kabupaten Bogor V - 36

178 MISI TUJUAN SASARAN INDIKATOR KINERJA OUTCOME CAPAIAN KINERJA KONDISI AKHIR Persentase Fasilitasi Pindah/Purna Tugas PNS Peningkatan kapasitas dan kapabilitas aparatur melalui diklat, bintek dan tugas belajar; 2.2. Meningkatnya kualitas pengelolaan - Terlaksananya peningkatan mental dan motivasi 500 kepegawaian bagi PNS yang memasuk masa pensiun - Penyelenggaraan HUT Korpri 1 - Penyelenggaraan Rakercab Korpri 1 - Terlaksananya sinergitas anggota KORPRI 15,152 yangkuat, profesional, membangun jiwa korps (korsa) KORPRI dan mensejahterakan anggota dan keluarganya - Terlaksananya sinergitas anggota KORPRI 200 yang profesional 3. Terciptanya sinergitas dan 3.1. Meningkatnya kerjasama antar - Terciptanya kerjasama pembangunan antar 215 Dokumen kerjasama pembangunan antar pemerintah daerah dan pihak ketiga; pemerintah daerah, pihak ketiga dan luar negeri : daerah perjanjian dan kesepakatan; - Jumlah Kerjasama/MoU dengan Daerah 30 Dokumen perbatasan dan Jabodetabekjur - Jumlah Kerjasama/MoU dengan Pemerintah 30 Dokumen Daerah di luar perbatasan dan Jabodetabekjur - Jumlah Kerjasama/MoU dengan Luar Negeri 5 Dokumen - Jumlah Kerjasama/MoU dengan Instansi 150 Dokumen Vertikal dan Swasta 4. Terfasilitasinya pembentukan 4.1. Terbentuknya daerah otonomi baru daerah otonomi baru Kabupaten Kabupaten Bogor Barat Bogor Barat 5. Terwujudnya stabilitas sosial, politik 5.1. Meningkatnya wawasan kebangsaan - Rasio Jumlah masyarakat per penduduk dan keamanan di Kabupaten masyarakat yang memperoleh pendidikan/ pembinaan/ 1000 Bogor. sosialisasi kewaspadaan Dini Mayarakat RPJMD Kabupaten Bogor V - 37

179 MISI TUJUAN SASARAN INDIKATOR KINERJA OUTCOME CAPAIAN KINERJA KONDISI AKHIR Terwujudnya kehidupan politik yang - Kegiatan pembinaan politik daerah 25 demokratis - Kegiatan pembinaan terhadap LSM, Ormas dan OKP Terlindunginya masyarakat dari - Rasio jumlah masyarakat per penduduk 2720 gangguan keamanan, kenyamanan, yang memperoleh pendidikan / pembinaan/ ketentraman dan ketertiban sosialisasi pengembangan wawasan kebangsaan - Rasio jumlah masyarakat per penduduk yang memperoleh pendidikan / pembinaan/ 1440 sosialisasi pengembangan wawasan kebangsaan - Kegiatan forum koordinasi antar umat beragama - Penegakan PERDA Tingkat penyelesaian pelanggaran K3 (ketertiban, ketentraman, keindahan) di Kabupaten - Cakupan patroli petugas Satpol PP Rasio Pos Siskamling per jumlah desa/ kelurahan 26 - Rasio jumlah Polisi Pamong Praja per penduduk - Angka kriminalitas yang tertangani Angka kriminalitas Jumlah demo Jumlah Linmas per Jumlah Penduduk Petugas Perlindungan Masyarakat (Linmas) di 0.26 Kabupaten RPJMD Kabupaten Bogor V - 38

180 BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN Strategi dan arah kebijakan untuk mencapai tujuan dan sasaran dalam visi misi pembangunan daerah yang akan dilaksanakan hingga tahun 2018, diuraikan sebagai berikut : 6.1. Strategi dan Arah Kebijakan Pencapaian Tujuan dan Sasaran Misi Kesatu (Meningkatkan Kesalehan Sosial dan Kesejahteraan Masyarakat) Untuk mencapai 8 (delapan) tujuan dan 10 (sepuluh) sasaran yang terkandung dalam misi kesatu, maka dirancang strategi dan arah kebijakan pada masing-masing tujuan dan sasaran tersebut yakni : Untuk mencapai tujuan kesatu misi kesatu, yaitu Meningkatnya kualitas ketaqwaan dan ukhuwah serta toleransi antar umat beragama beserta sasarannya, dirancang strategi sebagai berikut: (1) Meningkatkan peran umat beragama dan lembaga sosial keagamaan dalam pembangunan; (2) Menjamin kemudahan bagi umat beragama dalam menjalankan ibadahnya; (3) Menjamin penegakan perda dan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Arah kebijakan pelaksanaan strategi (1) yaitu Fasilitasi optimalisasi penggalian dan pengelolaan zakat, infak dan shodaqoh (ZIS), difokuskan pada pemberian kemudahan bagi umat beragama dalam menjalankan ibadahnya. Arah kebijakan dan pelaksanaan strategi ini termasuk ke dalam urusan otonomi daerah. Organisasi Perangkat Daerah ( OPD) yang bertanggung jawab mengimplementasikan urusan, program, strategi dan arah kebijakan tersebut adalah Sekretariat Daerah. Arah kebijakan pelaksanaan strategi (2) yaitu Fasilitasi pembangunan sarana dan prasarana peribadatan dan fasilitasi pelaksanaan ibadah bagi umat beragama, difokuskan untuk meningkatkan pembangunan sarana dan prasarana peribadatan. Arah kebijakan dan pelaksanaan strategi ini termasuk ke dalam urusan otonomi daerah. Organisasi Perangkat Daerah (OPD) yang bertanggung jawab mengimplementasikan urusan, program, strategi dan arah kebijakan tersebut adalah Sekretariat Daerah. Arah kebijakan pelaksanaan strategi (3) yaitu Peningkatan intensitas penegakkan peraturan perundang-undangan yang berlaku, difokuskan pada dua (2) hal, yaitu: (1) peningkatan intensitas penegakan Perda dan peraturan yang berlaku; serta (2) peningkatan upaya pencegahan dan pemberantasan terhadap penyakit masyarakat (pekat). Arah kebijakan dan pelaksanaan strategi ini termasuk ke dalam urusan Kesatuan Kebangsaan dan Politik Dalam Negeri. Organisasi Perangkat Daerah RPJMD Kabupaten Bogor VI - 1

181 (OPD) yang bertanggung jawab mengimplementasikan urusan, program, strategi dan arah kebijakan tersebut adalah Kantor Kesatuan Bangsa dan Politik (Kantor Kesbangpol) dan Satuan Polisi Pamong Praja (Sat Pol PP). Untuk mencapai tujuan kedua dari misi kesatu, yaitu Meningkatnya kualitas pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak beserta sasarannya, dirancang strategi sebagai berikut: (1) meningkatkan akses perempuan dalam bidang politik, ekonomi dan sosial budaya; (2) meningkatkan peran komisi perlindungan perempuan dan anak. Arah kebijakan pelaksanaan strategi (1) yaitu peningkatan kualitas sumber daya perempuan, difokuskan pada dua hal, yaitu: (1) peningkatan kualitas hidup, taraf kesejahteraan perempuan dan anak serta pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak; serta (2) peningkatan peran perempuan, kesetaraan dan keadilan gender di berbagai bidang pembangunan. Arah kebijakan dan strategi ini termasuk dalam urusan Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak. Organisasi Perangkat Daerah (OPD) yang bertanggung jawab untuk mengimplementasikan urusan, program, strategi dan arah kebijakan tersebut adalah Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana (BPPKB). Arah kebijakan pelaksanaan strategi (2) yaitu fasilitasi komisi perlindungan perempuan dan anak, difokuskan pada peningkatan pemberdayaan perempuan serta perlindungan perempuan dan anak dari segala bentuk kekerasan. Arah kebijakan dan strategi ini termasuk ke dalam urusan Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak. Organisasi Perangkat Daerah (OPD) yang bertanggung jawab untuk mengimplementasikan urusan, program, strategi dan arah kebijakan tersebut adalah Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana (BPPKB). Untuk mencapai tujuan ketiga dari misi kesatu, yaitu Meningkatnya ketahanan keluarga sebagai basis ketahanan sosial beserta sasarannya, dirancang strategi sebagai berikut: (1) pengendalian pertumbuhan penduduk alami dan perwujudan keluarga berkualitas. Arah kebijakan pelaksanaan strategi (1) yaitu peningkatan kualitas pelayanan keluarga berencana dan keluarga sejahtera, difokuskan pada pengendalian pertumbuhan penduduk alami dan perwujudan keluarga berkualitas. Arah kebijakan dan strategi ini termasuk dalam Urusan Perempuan dan Perlindungan Anak. Organisasi Perangkat Daerah (OPD) yang bertanggung jawab untuk mengimplementasikan urusan, program, strategi dan arah kebijakan tersebut adalah Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana (BPPKB). RPJMD Kabupaten Bogor VI - 2

182 Untuk mencapai tujuan keempat dari misi kesatu, yaitu Meningkatnya kualitas pelayanan sosial dan menurunnya angka kemiskinan beserta sasarannya, dirancang strategi sebagai berikut: (1) memberikan pelayanan, perlindungan dan santunan bagi Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS); dan (2) meningkatkan pengetahuan dan keterampilan PMKS. Arah kebijakan pelaksanaan strategi (1) yaitu peningkatan kualitas pelayanan sosial dan fasilitasi perbaikan kesejahteraan masyarakat miskin dan peningkatan akses masyarakat terhadap pelayanan sosial dasar yang memadai, difokuskan pada dua hal, yaitu: (1) peningkatan kualitas hidup para Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) agar dapat hidup layak dan mandiri; serta (2) peningkatan akses masyarakat terhadap pelayanan sosial dasar yang memadai dan merata di setiap wilayah. Arah kebijakan dan strategi ini termasuk ke dalam urusan Sosial. Organisasi Perangkat Daerah (OPD) yang bertanggung jawab untuk mengimplementasikan urusan, program, strategi dan arah kebijakan tersebut adalah Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Dinsosnakertrans). Arah kebijakan pelaksanaan strategi (2) yaitu pelatihan keterampilan bagi PMKS difokuskan pada dua hal, yaitu: (1) peningkatan kualitas hidup lansia dan para penyandang masalah kesejahteraan sosial dan fakir miskin; serta (2) peningkatan pelayanan sosial dan fasilitasi untuk perbaikan kesejahteraan masyarakat miskin. Arah kebijakan dan strategi ini termasuk ke dalam urusan Sosial. Organisasi Perangkat Daerah (OPD) yang bertanggung jawab untuk mengimplementasikan urusan, program, strategi dan arah kebijakan tersebut adalah Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Dinsosnakertrans). Untuk mencapai tujuan kelima dari misi kesatu, yaitu Berkembangnya seni dan budaya dalam bingkai kearifan lokal beserta sasarannya, dirancang strategi sebagai berikut: (1) peningkatan apresiasi seni dan budaya di kalangan pemerintah, masyarakat dan swasta. Arah kebijakan pelaksanaan strategi (1) yaitu penyelenggaraan festival seni dan budaya daerah tahunan, pengembangan sarana kreatifitas seni dan budaya serta pelestarian dan pengembangan nilai-nilai sejarah, tradisi dan kepurbakalaan untuk pengembangan ilmu pengetahuan maupun obyek wisata budaya, difokuskan pada lima hal, yaitu: (1) penumbuhan budaya inovatif dan kreatif yang positif disertai dengan pengmbangan nilai-nilai budaya masyarakat yang dilandasi oleh Prayoga, Tohaga, Sayaga (mengutamakan persatuan, kekokohan dan kekuatan pendirian serta perjuangan); (2) pemantapan ketahanan budaya masyarakat Kabupaten Bogor; (3) pelestarian dan pengembangan nilai-nilai budaya daerah, kearifan lokal serta nilai-nilai RPJMD Kabupaten Bogor VI - 3

183 sejarah dan kejuangan bangsa; (4) pelestarian dan pengembangan nilai -nilai sejarah, tradisi dan kepurbakalaan untuk pengembangan ilmu pengetahuan maupun obyek wisata budaya; serta (5) peningkatan kualitas kesenian daerah, komunitas beserta seni-budaya dan penguatan keanekaragaman seni budaya dengan tetap memperhatikan nilai-nilai budaya yang hidup dalam masyarakat. Arah kebijakan dan strategi ini termasuk ke dalam urusan Kebudayaan. Organisasi Perangkat Daerah (OPD) yang bertanggung jawab untuk mengimplementasikan urusan, program, strategi dan arah kebijakan tersebut adalah Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar). Untuk mencapai tujuan keenam misi kesatu, yaitu Terwujudnya pemuda yang tangguh dan berdaya saing beserta sasarannya, dirancang strategi sebagai berikut: (1) Meningkatkan pemberdayaan generasi muda dalam pembangunan. Arah kebijakan pelaksanaan Strategi (1) yaitu Peningkatan kualitas dan peran pemuda, serta kelembagaan pemuda dalam pembangunan, difokuskan pada peningkatan kualitas dan peran pemuda serta kelembagaan pemuda dalam pembangunan daerah. Arah kebijakan dan strategi ini termasuk ke dalam urusan Pemuda dan Olahraga. Organisasi Perangkat Daerah (OPD) yang bertanggung jawab untuk mengimplementasikan urusan, program, strategi dan arah kebijakan tersebut adalah Dinas Pemuda dan Olahraga (Dispora). Untuk mencapai tujuan ketujuh dari misi kesatu, yaitu Meningkatnya kebugaran masyarakat dan prestasi olahraga Kabupaten Bogor beserta sasarannya, dirancang strategi sebagai berikut: (1) meningkatkan kualitas dan kuantitas sarana dan prasarana olahraga. Arah kebijakan pelaksanaan strategi (1) yaitu pembangunan dan optimalisasi fungsi sarana dan prasarana, serta peningkatan pembinaan olahraga rekreasi, difokuskan pada peningkatan atlit olahraga berprestasi dan kesegaran jasmani masyarakat. Arah kebijakan dan strategi ini termasuk dalam urusan pemuda dan olahraga. Organisasi Perangkat Daerah (OPD) yang bertanggung jawab untuk mengimplementasikan urusan, program, strategi dan arah kebijakan tersebut adalah Dinas Pemuda dan Olahraga (Dispora). Untuk mencapai tujuan kedelapan dari misi kesatu, yaitu Terwujudnya manajemen pengelolaan bencana beserta sasarannya, dirancang strategi sebagai berikut: (1) meningkatkan kualitas pelayanan, pencegahan dan penanggulangan bencana. Arah kebijakan pelaksanaan strategi (1) yaitu peningkatan pelayanan pencegahan dan penanggulangan bencana berbasis masyarakat, difokuskan pada RPJMD Kabupaten Bogor VI - 4

184 peningkatan pelayanan pencegahan dan penanggulangan bencana berbasis masyarakat. Arah kebijakan dan strategi ini termasuk dalam urusan otonomi daerah. Organisasi Perangkat Daerah (OPD) yang bertanggung jawab untuk mengimplementasikan urusan, program, strategi dan arah kebijakan tersebut adalah Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Strategi dan Arah Kebijakan Pencapaian Tujuan dan Sasaran Misi Kedua (Meningkatkan Daya Saing Ekonomi Masyarakat dan Pengembangan Usaha Berbasis Sumberdaya Alam dan Pariwisata) Untuk mencapai 9 (sembilan) tujuan dan 15 (lima belas) sasaran yang terkandung dalam misi kedua, maka dirancang strategi dan arah kebijakan pada masing-masing tujuan dan sasaran tersebut yakni : Untuk mencapai tujuan kesatu misi kedua, yaitu meningkatnya ketahanan pangan masyarakat beserta sasarannya, dirancang strategi sebagai berikut: (1) Meningkatkan intensifikasi dan ekstensifikasi komoditas pangan daerah; serta (2) Meningkatkan akses pangan bagi masyarakat. Arah kebijakan pelaksanaan strategi (1) yaitu Peningkatan ketersediaan pangan secara berkelanjutan melalui peningkatan produksi dan produktivitas dan keragaman pangan, serta Peningkatan keragaman pangan melalui pengembangan komoditas pangan lokal, difokuskan pada Peningkatan ketersediaan pangan secara berkelanjutan melalui peningkatan produksi dan produktivitas pangan. Arah kebijakan dan pelaksanaan strategi ini termasuk ke dalam urusan Pertanian. Organisasi Perangkat Daerah (O PD) yang bertanggung jawab mengimplementasikan urusan, program, strategi dan arah kebijakan tersebut adalah Dinas Pertanian dan Kehutanan (Distanhut), Dinas Peternakan dan Perikanan (Disnakan), Badan Ketahanan Pangan dan Pelaksana Penyuluhan, Pertanian, Perikanan dan Kehutanan (BKP5K), Dinas Koperasi, Usaha Kecil Menengah, Perindustrian dan Perdagangan (Diskoperindag). Arah kebijakan pelaksanaan strategi (2) yaitu Penataan jalur distribusi, cadangan dan pasokan pangan, difokuskan pada peningkatan produksi dan produktifitas pangan daerah. Arah kebijakan dan pelaksanaan strategi ini termasuk ke dalam urusan pertanian. Organisasi Perangkat Daerah (O PD) yang bertanggung jawab mengimplementasikan urusan, program, strategi dan arah kebijakan tersebut adalah Dinas Pertanian dan Kehutanan (Distanhut), Dinas Peternakan dan Perikanan (Disnakan), Badan Ketahanan Pangan dan Pelaksana Penyuluhan, Pertanian, Perikanan dan Kehutanan (BKP5K), Dinas Koperasi, Usaha Kecil Menengah, Perindustrian dan Perdagangan (Diskoperindag). RPJMD Kabupaten Bogor VI - 5

185 Untuk mencapai tujuan kedua misi kedua, yaitu Meningkatnya daya saing koperasi, usaha kecil menengah (UKM) dan agribisnis beserta sasarannya, dirancang strategi sebagai berikut: (1) Memberdayakan koperasi dan usaha mikro, kecil dan menengah; (2) Berkembangnya agribisnis pertanian dan perikanan; serta (3) Mengembangkan sentra komoditas unggulan. Arah kebijakan pelaksanaan strategi (1) yaitu Peningkatan kemampuan ekonomi masyarakat melalui peningkatan Koperasi dan UKM yang mandiri dan profesional; Peningkatan daya saing koperasi, usaha kecil, usaha mikro dan menengah (UKM) yang berbasis IPTEK, sehingga menjadi bagian integral dari keseluruhan daerah; serta Perkuatan kelembagaan dan usaha, kapasitas sumber daya manusia KUKM, pembiayaan dan pengembangan peluang pasar bagi produk KUKM, difokuskan pada tiga hal yaitu: (1) Peningkatan kemampuan ekonomi masyarakat melalui peningkatan Koperasi dan UKM yang mandiri dan profesional; (2) Peningkatan daya saing koperasi, usaha kecil, usaha mikro dan menengah (UKM) yang berbasis IPTEK, sehingga menjadi bagian integral dari keseluruhan daerah; serta (3) Perkuatan kelembagaan dan usaha, kapasitas sumber daya manusia KUKM, pembiayaan dan pengembangan peluang pasar bagi produk KUKM. Arah kebijakan dan pelaksanaan strategi ini termasuk ke dalam urusan Koperasi. Organisasi Perangkat Daerah (O PD) yang bertanggung jawab mengimplementasikan urusan, program, strategi dan arah kebijakan tersebut adalah Dinas Koperasi, UKM, Perindustrian dan Perdagangan (Diskoperindag). Arah kebijakan pelaksanaan strategi (2) yaitu Peningkatan daya saing komoditas unggulan, difokuskan pada Peningkatan daya saing komoditas unggulan. Arah kebijakan dan pelaksanaan strategi ini termasuk ke dalam urusan pertanian, kelautan dan perikanan. Organisasi Perangkat Daerah (O PD) yang bertanggung jawab mengimplementasikan urusan, program, strategi dan arah kebijakan tersebut adalah Dinas Pertanian dan Kehutanan (Distanhut), Dinas Peternakan dan Perikanan (Disnakan) dan Dinas Koperasi, UKM, Perindustrian dan Perdagangan (Diskoperindag). Untuk mencapai tujuan ketiga misi kedua, yaitu Meningkatnya penanaman modal di Kabupaten Bogor yang mendorong penciptaan lapangan kerja dan tumbuhnya kelembagaan ekonomi lokal beserta sasarannya, dirancang strategi sebagai berikut: (1) Mengembangkan investasi sesuai dengan potensi sumber daya daerah. Arah Kebijakan Pelaksanaan Strategi ( 1) yaitu Menciptakan iklim investasi yang kondusif, serta Meningkatkan promosi dan kerjasama investasi, difokuskan pada Perwujudan pelayanan prima perizinan yang sesuai dengan ketentuan, cepat dan terjangkau masyarakat. Arah kebijakan dan pelaksanaan strategi ini termasuk ke dalam urusan otonomi daerah. Organisasi Perangkat Daerah (O PD) yang bertanggung jawab RPJMD Kabupaten Bogor VI - 6

186 mengimplementasikan urusan, program, strategi dan arah kebijakan tersebut adalah Badan Perizinan Terpadu (BPT). Untuk mencapai tujuan keempat misi kedua, yaitu Meningkatnya pengelolaan sumberdaya alam yang berwawasan lingkungan beserta sasarannya, dirancang strategi sebagai berikut: (1) Mengembangkan upaya reklamasi pasca tambang; serta (2) Meningkatkan pengawasan pemanfaatan sumber daya alam. Arah kebijakan pelaksanaan strategi (1) yaitu Peningkatan pengendalian pemanfatan sumber daya alam, reklamasi/rehabilitasi lahan bekas tambang, sekaligus pemulihan pasca tambang sesuai dengan zona peruntukan yang telah ditetapkan, difokuskan pada Peningkatan pengendalian pemanfatan sumber daya alam, reklamasi/ rehabilitasi lahan bekas tambang, sekaligus pemulihan pasca tambang sesuai dengan zona peruntukan yang telah ditetapkan. Arah kebijakan dan pelaksanaan strategi ini termasuk ke dalam urusan energi dan sumberdaya mineral. Organisasi Perangkat Daerah (O PD) yang bertanggung jawab mengimplementasikan urusan, program, strategi dan arah kebijakan tersebut adalah Dinas Energi dan Sumberdaya Mineral (DESDM). Arah kebijakan pelaksanaan strategi (2) yaitu Pengembangan dan pembinaan usaha pertambangan skala kecil dengan tetap memperhatikan pembangunan yang berwawasan lingkungan Pengelolaan pertambangan mineral secara seimbang tanpa mengabaikan nilai konservasinya serta pengembangan kawasan pertambangan dengan mempertimbangkan potensi Peningkatan pengendalian dan pengawasan pemanfaatan air bawah tanah sesuai dengan pembangunan yang berwawasan lingkungan, difokuskan pada 4 hal yaitu: (1) Pengembangan dan pembinaan usaha pertambangan skala kecil dengan tetap memperhatikan pembangunan yang berwawasan lingkungan; (2) Pengawasan dan pembinaan distribusi tata niaga migas; (3) Peningkatan pengendalian dan pengawasan pemanfaatan air bawah tanah sesuai dengan pembangunan yang berwawasan lingkungan; serta (4) Pengelolaan pertambangan mineral secara seimbang tanpa mengabaikan nilai konservasinya serta pengembangan kawasan pertambangan dengan mempertimbangkan potensi. Arah kebijakan dan pelaksanaan strategi ini termasuk ke dalam urusan energi dan sumberdaya mineral. Organisasi Perangkat Daerah (O PD) yang bertanggung jawab mengimplementasikan urusan, program, strategi dan arah kebijakan tersebut adalah Dinas Energi dan Sumberdaya Mineral (DESDM). Untuk mencapai tujuan kelima misi kedua, yaitu Berkembangnya pariwisata daerah yang berbasis pada keindahan alam dan lingkungan serta budaya lokal beserta sasarannya, dirancang strategi sebagai berikut: (1) Mengembangkan kawasan wisata RPJMD Kabupaten Bogor VI - 7

187 andalan; serta (2) Meningkatkan pelayanan kepada wisatawan wisatawan nusantara. mancanegara dan Arah kebijakan pelaksanaan strategi (1) yaitu Peningkatan daya tarik wisata, destinasi dan pemasaran pariwisata melalui pengembangan produk wisata yang memiliki kearifan dan kekhasan lokal didukung dengan sarana dan prasarana yang memadai, difokuskan pada dua hal yaitu: (1) Peningkatan daya tarik wisata, destinasi dan pemasaran pariwisata melalui pengembangan produk wisata yang memiliki kearifan dan kekhasan lokal didukung dengan sarana dan prasarana yang memadai; (2) Peningkatan pelayanan pariwisata dengan menjaga dan memelihara kualitas sumber daya alam dan lingkungan untuk meningkatkan aktivitas ekowisata yang mampu memberikan nilai tambah ekonomi bagi kesejahteraan masyarakat. Arah kebijakan dan pelaksanaan strategi ini termasuk ke dalam urusan Pariwisata. Organisasi Perangkat Daerah (O PD) yang bertanggung jawab mengimplementasikan urusan, program, strategi dan arah kebijakan tersebut adalah Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar). Arah kebijakan pelaksanaan strategi (2) yaitu Peningkatan pelayanan pariwisata dengan menjaga dan memelihara kualitas sumber daya alam dan lingkungan untuk meningkatkan aktivitas ekowisata yang mampu memberikan nilai tambah ekonomi bagi kesejahteraan masyarakat, difokuskan pada Peningkatan objek dan daya tarik wisata serta manajemen pelayanan pariwisata Arah kebijakan dan pelaksanaan strategi ini termasuk ke dalam urusan Pariwisata. Organisasi Perangkat Daerah (O PD) yang bertanggung jawab mengimplementasikan urusan, program, strategi dan arah kebijakan tersebut adalah Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar). Untuk mencapai tujuan keenam misi kedua, yaitu Terwujudnya pertambangan, pariwisata serta pertanian dan perikanan sebagai pengungkit perekonomian daerah beserta sasarannya, dirancang strategi sebagai berikut: (1) Mengembangkan tata kelola pertambangan yang berdaya saing. Arah kebijakan pelaksanaan strategi (1) yaitu Mengembangkan tata kelola pertambangan yang berdaya saing Arah kebijakan dan pelaksanaan strategi ini termasuk ke dalam urusan Energi dan Sumberdaya Mineral Organisasi Perangkat Daerah (OPD) yang bertanggung jawab mengimplementasikan urusan, program, strategi dan arah kebijakan tersebut adalah Dinas Energi dan Sumberdaya Mineral (DESDM). Untuk mencapai tujuan ketujuh misi kedua, yaitu Meningkatnya peran industri dan perdagangan dalam perekonomian daerah beserta sasarannya, dirancang strategi sebagai berikut: (1) Memberdayakan industri kecil dan menengah; serta (2) Mengembangkan pasar dalam negeri dan luar negeri. RPJMD Kabupaten Bogor VI - 8

188 Arah kebijakan pelaksanaan strategi (1) yaitu Peningkatan fasilitasi dan dukungan bagi penguatan usaha industri rumah tangga kecil dan menengah; serta Peningkatan kompetensi dan penguatan kewirausahaan serta pengembangan kemitraan diantara pelaku ekonomi, difokuskan pada dua hal yaitu: (1) Peningkatan fasilitasi dan dukungan bagi penguatan usaha industri rumah tangga kecil dan menengah; serta (2) Peningkatan kompetensi dan penguatan kewirausahaan, pengembangan kemitraan diantara pelaku ekonomi lainnya, untuk memperkuat perekonomian daerah. Arah kebijakan dan pelaksanaan strategi ini termasuk ke dalam urusan Perindustrian. Organisasi Perangkat Daerah (O PD) yang bertanggung jawab mengimplementasikan urusan, program, strategi dan arah kebijakan tersebut adalah Dinas Koperasi, UKM, Perindustrian dan Perdagangan (Diskoperindag). Arah kebijakan pelaksanaan strategi (2) yaitu Pemantapan sistem dan jaringan distribusi barang untuk pasar dalam dan luar negeri; Revitalisasi pasar tradisional dan pasar desa; Pengawasan barang dan jasa yang beredar dan perindungan konsumen; serta Pelayanan yang berkualitas bagi eksportir, difokuskan pada Peningkatan daya saing industri kecil dan menengah serta pemantapan sistem dan jaringan distribusi barang untuk pasar dalam negeri maupun pasar luar negeri. Arah kebijakan dan pelaksanaan strategi ini termasuk ke dalam urusan Perindustrian. Organisasi Perangkat Daerah (O PD) yang bertanggung jawab mengimplementasikan urusan, program, strategi dan arah kebijakan tersebut adalah Dinas Koperasi, UKM, Perindustrian dan Perdagangan (Diskoperindag). Untuk mencapai tujuan kedelapan misi kedua, yaitu Meningkatnya produktivitas tenaga kerja dan menurunnya pengangguran beserta sasarannya, dirancang strategi sebagai berikut: (1) Meningkatkan kualitas dan produktifitas tenaga kerja; (2) Memberikan perlindungan bagi tenaga kerja; serta (3) Memperluas kesempatan kerja. Arah kebijakan pelaksanaan strategi (1) yaitu Peningkatan profesionalisme tenaga kerja dan pelatihan keterampilan bagi pencari kerja difokuskan pada Peningkatan profesionalisme tenaga kerja dan keterampilan pencari kerja. Arah kebijakan dan pelaksanaan strategi ini termasuk ke dalam urusan Tenaga Kerja. Organisasi Perangkat Daerah (O PD) yang bertanggung jawab mengimplementasikan urusan, program, strategi dan arah kebijakan tersebut adalah Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Dinsosnakertrans). Arah kebijakan pelaksanaan strategi (2) yaitu Peningkatan koordinasi tripartit antara pengusaha, pekerja dan pemerintah, difokuskan pada Peningkatan keselamatan dan kesehatan kerja serta perlindungan tenaga kerja dan hubungan industrial yang RPJMD Kabupaten Bogor VI - 9

189 harmonis. Arah kebijakan dan pelaksanaan strategi ini termasuk ke dalam urusan Tenaga Kerja. Organisasi Perangkat Daerah (O PD) yang bertanggung jawab mengimplementasikan urusan, program, strategi dan arah kebijakan tersebut adalah Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Dinsosnakertrans). Arah kebijakan pelaksanaan strategi (3) yaitu Peningkatan penempatan tenaga kerja, difokuskan pada Peningkatan kerja sama dengan lembaga-lembaga jasa ketenagakerjaan, perguruan tinggi serta dunia usaha dalam rangka penciptaan kesempatan kerja. Arah kebijakan dan pelaksanaan strategi ini termasuk ke dalam urusan tenaga kerja. Organisasi Perangkat Daerah (OPD) yang bertanggung jawab mengimplementasikan urusan, program, strategi dan arah kebijakan tersebut adalah Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Dinsosnakertrans) Strategi dan Arah Kebijakan Pencapaian Tujuan dan Sasaran Misi Ketiga (Meningkatkan integrasi, koneksitas, kualitas dan kuantitas infrastruktur wilayah dan pengelolaan lingkungan hidup yang berkelanjutan) Untuk mencapai 4 (empat) tujuan dan 10 (sepuluh) sasaran yang terkandung dalam misi ketiga, maka dirancang strategi dan arah kebijakan pada masing-masing tujuan dan sasaran tersebut yakni : Untuk mencapai tujuan kesatu misi ketiga, yaitu Meningkatnya penataan ruang yang terpadu dan berkelanjutan dan tertib pertanahan beserta sasarannya, dirancang strategi sebagai berikut: (1) Meningkatkan kinerja perencanaan ruang; (2) Meningkatkan kinerja pengendalian pemanfaatan ruang; serta (3) Meningkatkan sertifikasi tanah catur tertib pertanahan. Arah kebijakan pelaksanaan strategi (1) yaitu Peningkatan kuantitas dan kualitas perencanaan ruang, difokuskan pada Peningkatan kuantitas dan kualitas perencanaan ruang. Arah kebijakan dan pelaksanaan strategi ini termasuk ke dalam urusan Penataan Ruang. Organisasi Perangkat Daerah (O PD) yang bertanggung jawab mengimplementasikan urusan, program, strategi dan arah kebijakan tersebut adalah Dinas Tata Ruang dan Pertanahan (DTRP). Arah kebijakan pelaksanaan strategi (2) yaitu Peningkatan kuantitas dan kualitas pengendalian pemanfaatan ruang, difokuskan pada Peningkatan pengendalian pemanfaatan ruang. Arah kebijakan dan pelaksanaan strategi ini termasuk ke dalam urusan Penataan Ruang. Organisasi Perangkat Daerah (O PD) yang bertanggung jawab mengimplementasikan urusan, program, strategi dan arah kebijakan tersebut adalah Dinas Tata Ruang dan Pertanahan (DTRP). RPJMD Kabupaten Bogor VI - 10

190 Arah kebijakan pelaksanaan strategi (3) Peningkatan pelayanan sertifikasi tanah melalui prona/proda, difokuskan pada tiga hal yaitu: (1) Peningkatan pelayanan sertifikasi tanah melalui prona/proda; (2) Peningkatan sertifikasi asset pemerintah; serta (3) Peningkatan fasilitasi penanganan masalah pertanahan. Arah kebijakan dan pelaksanaan strategi ini termasuk ke dalam urusan Penataan Ruang. Organisasi Perangkat Daerah (O PD) yang bertanggung jawab mengimplementasikan urusan, program, strategi dan arah kebijakan tersebut adalah Dinas Tata Ruang dan Pertanahan (DTRP). Untuk mencapai tujuan kedua misi ketiga, yaitu Terwujudnya infrastruktur jalan/jembatan dan sumberdaya air yang terintegrasi beserta sasarannya, dirancang strategi sebagai berikut: (1) Meningkatkan kualitas dan kuantitas jalan dan jembatan; (2) Meningkatkan kualitas dan kuantitas infrastruktur transportasi; (3) Meningkatnya kelancaran dan keselamatan lalu lintas angkutan orang dan barang; serta (4) Meningkatkan pemeliharaan infrastruktur sumber daya air dan irigasi. Arah kebijakan pelaksanaan strategi (1) yaitu Pembangunan, peningkatan dan rehabilitasi jaringan jalan dan jembatan untuk menunjang aktivitas perekonomian masyarakat, difokuskan pada dua hal yaitu (1) Peningkatan kondisi jalan dan jembatan dalam kondisi baik; serta (2) Pengembangan infrastruktur wilayah dengan meningkatkan peranserta masyarakat dan investasi swasta demi peningkatan kuantitas dan kualitas ketersediaan infrastruktur di wilayah Kabupaten Bogor. Arah kebijakan dan pelaksanaan strategi ini termasuk ke dalam urusan Pekerjaan Umum. Organisasi Perangkat Daerah (O PD) yang bertanggung jawab mengimplementasikan urusan, program, strategi dan arah kebijakan tersebut adalah Dinas Bina Marga dan Pengairan (DBMP). Arah kebijakan pelaksanaan strategi ( 2) yaitu Peningkatan pelayanan perhubungan untuk mempercepat dan memperlancar pergerakan orang, barang dan jasa, fasilitas lalu lintas dan sarana perhubungan lainnya, difokuskan pada Pembangunan infrastruktur transportasi, jalan dan jembatan yang efektif dan efisien, handal dan terintegrasi untuk kemudahan pergerakan orang, barang dan jasa. Arah kebijakan dan pelaksanaan strategi ini termasuk ke dalam urusan Pekerjaan Umum. Organisasi Perangkat Daerah (O PD) yang bertanggung jawab mengimplementasikan urusan, program, strategi dan arah kebijakan tersebut adalah Dinas Bina Marga dan Pengairan (DBMP). Arah kebijakan pelaksanaan strategi ( 3) yaitu Peningkatan ketersediaan sarana dan prasarana perhubungan, berupa terminal, difokuskan pada dua hal yaitu: (1) Peningkatan ketersediaan sarana dan prasarana perhubungan, berupa terminal, fasilitas RPJMD Kabupaten Bogor VI - 11

191 lalu-lintas dan sarana perhubungan lainnya; serta (2) Optimalisasi manajemen transportasi, pengaturan moda transportasi angkutan umum dan angkutan massal serta peningkatan upaya-upaya untuk keselamatan pengguna sarana transportasi. Arah kebijakan dan pelaksanaan strategi ini termasuk ke dalam urusan Perhubungan. Organisasi Perangkat Daerah (O PD) yang bertanggung jawab mengimplementasikan urusan, program, strategi dan arah kebijakan tersebut adalah Dinas Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (DLLAJ). Arah kebijakan pelaksanaan strategi ( 4) yaitu Pengembangan infrastruktur sumberdaya air, konservasi sumberdaya air, pendayagunaan sumberdaya air, pengendalian banjir dan daya rusak air serta pemberdayaan masyarakat dalam pengelolaan sumberdaya air; serta Peningkatan layanan jaringan irigasi melalui optimalisasi dalam penyediaan air irigasi bagi pertanian, difokuskan pada dua hal yaitu: (1) Pengembangan infrastruktur sumberdaya air, konservasi sumberdaya air, pendayagunaan sumberdaya air, pengendalian banjir dan daya rusak air serta pemberdayaan masyarakat dalam pengelolaan sumberdaya air; serta (2) Peningkatan layanan jaringan irigasi melalui optimalisasi dalam penyediaan air irigasi bagi pertanian; Arah kebijakan dan pelaksanaan strategi ini termasuk ke dalam urusan Pekerjaan Umum. Organisasi Perangkat Daerah (O PD) yang bertanggung jawab mengimplementasikan urusan, program, strategi dan arah kebijakan tersebut adalah Dinas Bina Marga dan Pengairan (DBMP). Untuk mencapai tujuan ketiga misi ketiga, yaitu Tersedianya sarana prasarana pemukiman yang layak (rutilahu, jalan setapak, kawasan prioritas pembangunan pemukiman dan sanitasi), dirancang strategi sebagai berikut: (1) Meningkatkan penyediaan dan penataan perumahan dan permukiman kumuh; (2) Meningkatkan akses masyarakat terhadap air bersih; (3) Meningkatkan kinerja pengelolaan air limbah domestik secara optimal; (4) Meningkatkan kinerja pengelolaan persampahan secara terpadu dan berwawasan lingkungan; (5) Meningkatkan kualitas lansekap lingkungan permukiman perkotaan; serta (6) Meningkatkan kapasitas penyediaan tempat pemakaman umum. Arah kebijakan pelaksanaan strategi ( 1) yaitu Meningkatkan penyediaan dan penataan perumahan dan permukiman kumuh, difokuskan pada Peningkatan jumlah rumah layak huni atau berkurangnya permukiman kumuh. Arah kebijakan dan pelaksanaan strategi ini termasuk ke dalam urusan Perumahan. Organisasi Perangkat Daerah (O PD) yang bertanggung jawab mengimplementasikan urusan, program, strategi dan arah kebijakan tersebut adalah Dinas Tata Bangunan dan Pemukiman (DTBP). RPJMD Kabupaten Bogor VI - 12

192 Arah kebijakan pelaksanaan strategi (2) yaitu Meningkatkan akses masyarakat terhadap air bersih, difokuskan pada Peningkatan cakupan pelayanan air bersih. Arah kebijakan dan pelaksanaan strategi ini termasuk ke dalam urusan Pekerjaan Umum dan Perumahan. Organisasi Perangkat Daerah (O PD) yang bertanggung jawab mengimplementasikan urusan, program, strategi dan arah kebijakan tersebut adalah Dinas Kebersihan dan Pertamanan (DKP). Arah kebijakan pelaksanaan strategi ( 3) yaitu Meningkatkan kinerja pengelolaan air limbah domestik secara optimal, difokuskan pada (1) Peningkatan jumlah dan cakupan pelayanan air limbah domestic dan (2) Peningkatan penyediaan sarana sani tasi lingkungan dan rumah tangga. Arah kebijakan dan pelaksanaan strategi ini termasuk ke dalam urusan Pekerjaan Umum dan Perumahan. Organisasi Perangkat Daerah (O PD) yang bertanggung jawab mengimplementasikan urusan, program, strategi dan arah kebijakan tersebut adalah (1) Dinas Kebersihan dan Pertamanan (DKP); (2) Dinas Tata Bangunan dan Permukiman (DTBP). Arah kebijakan pelaksanaan strategi ( 4) yaitu Meningkatkan kinerja pengelolaan persampahan secara terpadu dan berwawasan lingkungan, difokuskan pada Peningkatan cakupan pelayanan persampahan. Arah kebijakan dan pelaksanaan strategi ini termasuk ke dalam urusan Pekerjaan Umum. Organisasi Perangkat Daerah (O PD) yang bertanggung jawab mengimplementasikan urusan, program, strategi dan arah kebijakan tersebut adalah Dinas Kebersihan dan Pertamanan (DKP). Arah kebijakan pelaksanaan strategi ( 5) yaitu Meningkatkan kualitas lansekap lingkungan permukiman perkotaan, difokuskan pada (1) Peningkatan pengendalian dan penataan reklame; (2) Peningkatan penyediaan Ruang Terbuka Hijau, Taman Kota, Taman Perkantoran dan Taman Jalur. Arah kebijakan dan pelaksanaan strategi ini termasuk ke dalam urusan Pekerjaan Umum. Organisasi Perangkat Daerah (O PD) yang bertanggung jawab mengimplementasikan urusan, program, strategi dan arah kebijakan tersebut adalah Dinas Kebersihan dan Pertamanan (DKP). Arah kebijakan pelaksanaan strategi ( 6) yaitu Meningkatkan kapasitas penyediaan tempat pemakaman umum, difokuskan pada Peningkatan kapasitas penyediaan tempat pemakaman umum. Arah kebijakan dan pelaksanaan strategi ini termasuk ke dalam urusan Pekerjaan Umum. Organisasi Perangkat Daerah (O PD) yang bertanggung jawab mengimplementasikan urusan, program, strategi dan arah kebijakan tersebut adalah Dinas Kebersihan dan Pertamanan (DKP). Untuk mencapai tujuan keempat misi ketiga, yaitu Meningkatnya kualitas lingkungan hidup dan berkurangnya dampak pencemaran lingkungan, dirancang strategi sebagai berikut: (1) Meningkatnya pengendalian dan pencegahan pencemaran RPJMD Kabupaten Bogor VI - 13

193 lingkungan hidup; dan (2) Meningkatkan peran serta masyarakat dan swasta dalam pengelolaan lingkungan hidup serta (3) Meningkatnya upaya mitigasi perubahan iklim melalui penurunan Emisi Gas Rumah Kaca (GRK) pada sektor pertanian, kehutanan, energi, transportasi, industri, limbah dan sampah. Arah kebijakan pelaksanaan strategi (1) yaitu Peningkatan cakupan pengawasan wajib AMDAL dan UKL/UPL. Arah kebijakan dan pelaksanaan strategi ini termasuk ke dalam urusan Lingkungan Hidup. Organisasi Perangkat Daerah (OPD) yang bertanggung jawab mengimplementasikan urusan, program, strategi dan arah kebijakan tersebut adalah Badan Lingkungan Hidup (BLH). Arah kebijakan pelaksanaan strategi (2) yaitu Peningkatan pengawasan dan pengendalian pencemaran lingkungan melalui peran serta masyarakat dan swasta dalam pengelolaan lingkungan hidup, difokuskan pada Peningkatan pengawasan dan pengendalian pencemaran lingkungan melalui kemitraan pemerintah, peranserta masyarakat dan swasta dalam pengelolaan lingkungan hidup. Arah kebijakan dan pelaksanaan strategi ini termasuk ke dalam urusan Lingkungan Hidup. Organisasi Perangkat Daerah (OPD) yang bertanggung jawab mengimplementasikan urusan, program, strategi dan arah kebijakan tersebut adalah Badan Lingkungan Hidup (BLH). Arah kebijakan pelaksanaan strategi ( 3) yaitu Penurunan emisi GRK pada sektor pertanian, kehutanan, energi, transportasi, industri, limbah dan sampah. Arah kebijakan dan pelaksanaan strategi ini termasuk ke dalam urusan Lingkungan Hidup. Organisasi Perangkat Daerah (OPD) yang bertanggung jawab mengimplementasikan urusan, program, strategi dan arah kebijakan tersebut adalah Badan Lingkungan Hidup (BLH) Strategi dan Arah Kebijakan Pencapaian Tujuan dan Sasaran Misi Keempat (Meningkatkan aksesibilitas dan kualitas penyelenggaraan pendidikan dan pelayanan kesehatan) Untuk mencapai 6 (enam) tujuan dan 12 (dua belas) sasaran yang terkandung dalam misi keempat, maka dirancang strategi dan arah kebijakan pada masing-masing tujuan dan sasaran tersebut yakni : Untuk mencapai tujuan kesatu misi keempat, yaitu Meningkatnya pemenuhan sarana dan prasarana pendidikan termasuk peningkatan kesejahteraan pendidik dan tenaga kependidikan beserta sasarannya, dirancang strategi sebagai berikut: (1) Fasilitasi penyelenggaraan PAUD melalui pemenuhan kebutuhan sarana prasarana; serta (2) Fasilitasi pendidikan dasar dan menengah melalui pemenuhan kebutuhan sarana prasarana. RPJMD Kabupaten Bogor VI - 14

194 Arah kebijakan pelaksanaan strategi (1) yaitu Peningkatan kualitas dan kuantitas sarana prasarana PAUD, difokuskan pada Penyediaan dan peningkatan sarana prasarana PAUD. Arah kebijakan dan pelaksanaan strategi ini termasuk ke dalam urusan Pendidikan. Organisasi Perangkat Daerah (O PD) yang bertanggung jawab mengimplementasikan urusan, program, strategi dan arah kebijakan tersebut adalah Dinas Pendidikan (Disdik). Arah kebijakan pelaksanaan strategi (2) yaitu Peningkatan kualitas dan kuantitas sarana prasarana pendidikan dasar dan menengah dalam rangka memenuhi standar pelayanan minimal, difokuskan pada tiga hal yaitu: (1) Penyediaan sarana prasarana pendidikan dasar dalam rangka memenuhi standar pelayanan minimal; serta (2) Penyediaan sarana prasarana pendidikan menengah. Arah kebijakan dan pelaksanaan strategi ini termasuk ke dalam urusan Pendidikan. Organisasi Perangkat Daerah (O PD) yang bertanggung jawab mengimplementasikan urusan, program, strategi dan arah kebijakan tersebut adalah Dinas Pendidikan (Disdik). Untuk mencapai tujuan kedua misi keempat, yaitu Meningkatnya rata-rata lama sekolah (RLS) dan terwujudnya wajib sekolah 12 tahun yang berkualitas beserta sasarannya, dirancang strategi sebagai berikut: (1) Menyelenggarakan pendidikan dasar dan menengah dengan biaya yang terjangkau. Arah kebijakan pelaksanaan strategi (1) yaitu Penyelenggaraan pendidikan gratis dasar dan menengah dalam rangka penuntasan Wajar Dikdas 12 tahun pada tahun 2018, difokuskan pada Penyediaan biaya operasional proses KBM dan bantuan pendidikan dasar dan menengah bagi siswa. Arah kebijakan dan pelaksanaan strategi ini termasuk ke dalam urusan Pendidikan. Organisasi Perangkat Daerah (O PD) yang bertanggung jawab mengimplementasikan urusan, program, strategi dan arah kebijakan tersebut adalah Dinas Pendidikan (Disidik). Untuk mencapai tujuan ketiga misi keempat, yaitu Tuntasnya buta aksara beserta sasarannya, dirancang strategi sebagai berikut: (1) Menyelenggarakan pendidikan keaksaraan fungsional; (2) Meningkatkan akses masyarakat terhadap perpustakaan; serta (3) Meningkatkan jumlah kunjungan ke perpustakaan. Arah kebijakan pelaksanaan strategi (1) yaitu Penyediaan layanan pendidikan keaksaraan fungsional bagi penduduk buta aksara, difokuskan pada Penyediaan layanan pendidikan keaksaraan fungsional bagi penduduk buta aksara. Arah kebijakan dan pelaksanaan strategi ini termasuk ke dalam urusan Pendidikan. Organisasi Perangkat Daerah (O PD) yang bertanggung jawab mengimplementasikan urusan, program, strategi dan arah kebijakan tersebut adalah Dinas Pendidikan (Disdik). RPJMD Kabupaten Bogor VI - 15

195 Arah kebijakan dan pelaksanaan strategi ini termasuk ke dalam urusan pendidikan. Organisasi Perangkat Daerah (O PD) yang bertanggung jawab mengimplementasikan urusan, program, strategi dan arah kebijakan tersebut adalah Dinas Pendidikan (Disdik). Arah kebijakan pelaksanaan strategi (2) yaitu Peningkatan sarana dan prasarana perpustakaan berbasis IT, difokuskan pada Penerapan metodologi pembelajaran berbasis teknologi informasi dan komunikasi (TIK). Arah kebijakan dan pelaksanaan strategi ini termasuk ke dalam urusan pendidikan. Organisasi Perangkat Daerah (O PD) yang bertanggung jawab mengimplementasikan urusan, program, strategi dan arah kebijakan tersebut adalah Dinas Pendidikan (Disdik). Untuk mencapai tujuan keempat misi keempat, yaitu Terwujudnya pelayanan kesehatan yang mudah, murah, merata dan berkualitas bagi semua orang beserta sasarannya, dirancang strategi sebagai berikut: (1) Meningkatkan akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan dasar dan rujukan; serta (2) Meningkatkan kualitas perbaikan status gizi masyarakat. Arah kebijakan dan pelaksanaan strategi ini termasuk ke dalam urusan Kesehatan. Organisasi Perangkat Daerah (O PD) yang bertanggung jawab mengimplementasikan urusan, program, strategi dan arah kebijakan tersebut adalah Dinas Kesehatan (Dinkes). Arah kebijakan pelaksanaan strategi (2) yaitu Peningkatan manajemen dan pelayanan status gizi masyarakat, difokuskan pada Peningkatan manajemen dan pelayanan status gizi masyarakat. Arah kebijakan dan pelaksanaan strategi ini termasuk ke dalam urusan Kesehatan. Organisasi Perangkat Daerah (O PD) yang bertanggung jawab mengimplementasikan urusan, program, strategi dan arah kebijakan tersebut adalah Dinas Kesehatan (Dinkes). Untuk mencapai tujuan kelima misi keempat, yaitu Meningkatnya jaminan pelayanan kesehatan bagi masyarakat dalam bentuk JAMPESEHAT beserta sasarannya, dirancang strategi sebagai berikut: (1) Mengembangkan sistem pembiayaan pelayanan kesehatan yang berbasis asuransi; serta (2) Meningkatkan dan memasyarakatkan perilaku hidup bersih dan sehat. Arah kebijakan pelaksanaan strategi (1) yaitu Penyelenggaraan JAMPESEHAT, difokuskan pada Pengembangan pembiayaan kesehatan melalui sistem jaminan pemeliharaan kesehatan. Arah kebijakan dan pelaksanaan strategi ini termasuk ke dalam urusan Kesehatan. Organisasi Perangkat Daerah (OPD) yang bertanggung jawab RPJMD Kabupaten Bogor VI - 16

196 mengimplementasikan urusan, program, strategi dan arah kebijakan tersebut adalah Dinas Kesehatan (Dinkes). Arah kebijakan pelaksanaan strategi (2) yaitu Peningkatan pemberdayaan dan peran serta masyarakat dan swasta dalam bidang kesehatan, difokuskan pada Peningkatan pemberdayaan dan peran serta masyarakat dan swasta dalam bidang kesehatan. Arah kebijakan dan pelaksanaan strategi ini termasuk ke dalam urusan Kesehatan. Organisasi Perangkat Daerah (O PD) yang bertanggung jawab mengimplementasikan urusan, program, strategi dan arah kebijakan tersebut adalah Dinas Kesehatan (Dinkes). Untuk mencapai tujuan keenam misi keempat, yaitu Meningkatnya kualitas sumber daya kesehatan beserta sasarannya, dirancang strategi sebagai berikut: (1) Meningkatkan kuantitas dan kualitas tenaga kesehatan; serta (2) Meningkatkan kuantitas dan kualitas sarana dan prasarana kesehatan. Arah kebijakan pelaksanaan strategi (1) yaitu Pemenuhan dan peningkatan kualitas sumber daya manusia kesehatan/tenaga kesehatan sesuai standar, difokuskan pada Pemenuhan dan peningkatan kualitas sumber daya manusia kesehatan/tenaga kesehatan sesuai standar. Arah kebijakan dan pelaksanaan strategi ini termasuk ke dalam urusan Kesehatan. Organisasi Perangkat Daerah (O PD) yang bertanggung jawab mengimplementasikan urusan, program, strategi dan arah kebijakan tersebut adalah Dinas Kesehatan (Dinkes). Arah Kebijakan Pelaksanaan Strategi (2) yaitu Pemenuhan sarana dan prasarana kesehatan sesuai standar, difokuskan pada Pemenuhan sarana dan prasarana kesehatan sesuai standar. Arah kebijakan dan pelaksanaan strategi ini termasuk ke dalam urusan Kesehatan. Organisasi Perangkat Daerah (O PD) yang bertanggung jawab mengimplementasikan urusan, program, strategi dan arah kebijakan tersebut adalah Dinas Kesehatan (Dinkes) Strategi dan Arah Kebijakan Pencapaian Tujuan dan Sasaran Misi Kelima (Meningkatkan kinerja penyelenggaraan pemerintahan dan kerjasama antar daerah dalam kerangka tatakelola pemerintahan yang baik) Untuk mencapai 5 (enam) tujuan dan 23 (dua puluh tiga) sasaran yang terkandung dalam misi kelima, maka dirancang strategi dan arah kebijakan pada masing-masing tujuan dan sasaran tersebut yakni : Untuk mencapai tujuan kesatu misi kelima, yaitu Terwujudnya penyelenggaraan pemerintahan di semua tingkatan yang transparan, akuntabel, efisien, partisipatif, bersih dan berwibawa serta terus melakukan pencegahan tindak pidana RPJMD Kabupaten Bogor VI - 17

197 korupsi beserta sasarannya, dirancang strategi sebagai berikut: (1) Meningkatkan peran serta stakeholders dalam perencanaan pembangunan daerah; (2) Meningkatkan sumber daya perencanaan yang memadai; serta ( 3) Meningkatkan pengelolaan data dan informasi perencanaan pembangunan daerah. Arah kebijakan pelaksanaan strategi (1) yaitu Peningkatan penyusunan perencanaan daerah yang partisipatif, transparan, dan aplikatif, difokuskan pada Peningkatan penyusunan perencanaan daerah yang partisipatif, transparan, berwawasan lingkungan dan aplikatif. Arah kebijakan dan pelaksanaan strategi ini termasuk ke dalam urusan Perencanaaan Pembangunan. Organisasi Perangkat Daerah (OPD) yang bertanggung jawab mengimplementasikan urusan, program, strategi dan arah kebijakan tersebut adalah Badan Perencana Pembangunan Daerah (Bappeda). Arah kebijakan pelaksanaan strategi (2) yaitu Peningkatan kualitas sumber daya perencanaan, difokuskan pada Peningkatan kualitas sumber daya perencanaan. Arah kebijakan dan pelaksanaan strategi ini termasuk ke dalam urusan Perencanaaan Pembangunan. Organisasi Perangkat Daerah (O PD) yang bertanggung jawab mengimplementasikan urusan, program, strategi dan arah kebijakan tersebut adalah Badan Perencana Pembangunan Daerah (Bappeda). Arah kebijakan pelaksanaan strategi (3) yaitu Peningkatan ketersediaan data yang akurat, valid dan terpercaya serta sesuai dengan kebutuhan perencanaan pembangunan daerah; serta Peningkatan ketersediaan data yang akurat, valid dan terpercaya serta sesuai dengan kebutuhan perencanaan pembangunan daerah, difokuskan pada Penyediaan dan peningkatan sarana prasarana. Arah kebijakan dan pelaksanaan strategi ini termasuk ke dalam urusan Perencanaan Pembangunan. Organisasi Perangkat Daerah (O PD) yang bertanggung jawab mengimplementasikan urusan, program, strategi dan arah kebijakan tersebut adalah Badan Perencana Pembangunan Daerah (Bappeda). Untuk mencapai tujuan kedua misi kelima, yaitu Terciptanya aparatur pemerintahan yang profesional dan produktif serta berorientasi pada kualitas pelayanan beserta sasarannya, dirancang strategi sebagai berikut: (1) Intensifikasi pendapatan asli daerah. Arah kebijakan pelaksanaan strategi (1) yaitu Peningkatan kemampuan keuangan daerah melalui intensifikasi dan ekstensifikasi PAD, difokuskan pada Peningkatan kemampuan keuangan daerah melalui intensifikasi dan ekstensifikasi PAD. Arah kebijakan dan pelaksanaan strategi ini termasuk ke dalam urusan Otonomi Daerah. Organisasi Perangkat Daerah (O PD) yang bertanggung jawab mengimplementasikan RPJMD Kabupaten Bogor VI - 18

198 urusan, program, strategi dan arah kebijakan tersebut adalah Dinas Pendapatan Daerah (Dispenda). Untuk mencapai tujuan ketiga misi kelima, yaitu Terciptanya sinergitas dan kerjasama pembangunan antar daerah beserta sasarannya, dirancang strategi sebagai berikut: (1) Meningkatkan kuantitas dan kualitas kerjasama daerah. Arah kebijakan pelaksanaan strategi (1) yaitu Peningkatan pelayanan kerjasama secara berkelanjutan, difokuskan pada Peningkatan pelayanan kerjasama secara berkelanjutan. Arah kebijakan dan pelaksanaan strategi ini termasuk ke dalam urusan Otonomi Daerah. Organisasi Perangkat Daerah (O PD) yang bertanggung jawab mengimplementasikan urusan, program, strategi dan arah kebijakan tersebut adalah Sekretariat Daerah (Setda). Untuk mencapai tujuan keempat misi kelima, yaitu Terfasilitasinya pembentukan daerah otonomi baru Kabupaten Bogor Barat beserta sasarannya, dirancang strategi sebagai berikut: (1) Peningkatan fasilitasi dan koordinasi pembentukan Kabupaten Bogor Barat. Arah kebijakan pelaksanaan strategi (1) yaitu Percepatan pembentukan daerah otonomi baru Kabupaten Bogor Barat, difokuskan pada Persiapan Pembentukan Kabupaten Bogor Barat. Arah kebijakan dan pelaksanaan strategi ini termasuk ke dalam urusan Otonomi Daerah. Organisasi Perangkat Daerah (O PD) yang bertanggung jawab mengimplementasikan urusan, program, strategi dan arah kebijakan tersebut adalah Sekretariat Daerah (Setda). Untuk mencapai tujuan kelima misi kelima, yaitu Terwujudnya stabilitas sosial, politik dan keamanan di Kabupaten Bogor beserta sasarannya, dirancang strategi sebagai berikut: (1) Meningkatkan pembinaan wawasan kebangsaan bagi masyarakat; (2) Meningkatkan peran pemerintah daerah, masyarakat dan partai politik dalam pembangunan kehidupan politik yang demokratis; serta (3) Meningkatkan penertiban gangguan keamanan, kenyamanan, ketentraman dan ketertiban di masyarakat. Arah kebijakan pelaksanaan strategi (1) yaitu Pembinaan persatuan dan kesatuan bangsa, difokuskan pada Perwujudan persatuan dan kesatuan bangsa. Arah kebijakan dan pelaksanaan strategi ini termasuk ke dalam Urusan Kesatuan Bangsa dan Politik Dalam Negeri. Organisasi Perangkat Daerah (O PD) yang bertanggung jawab mengimplementasikan urusan, program, strategi dan arah kebijakan tersebut adalah Kantor Kesatuan Bangsa dan Politik (Kantor Kesbangpol). Arah kebijakan pelaksanaan strategi (2) yaitu Pembinaan kedewasaan berpolitik masyarakat, difokuskan pada Perwujudan kehidupan politik yang demokratis. Arah RPJMD Kabupaten Bogor VI - 19

199 kebijakan dan pelaksanaan strategi ini termasuk ke dalam urusan kesatuan bangsa dan politik dalam negeri. Organisasi Perangkat Daerah (O PD) yang bertanggung jawab mengimplementasikan urusan, program, strategi dan arah kebijakan tersebut adalah Kantor Kesatuan Bangsa dan Politik (Kantor Kesbangpol). Arah kebijakan pelaksanaan strategi (3) yaitu Peningkatan kualitas pelayanan dan penguatan peran serta masyarakat dalam mewujudkan keamanan, kenyamanan, ketentraman dan ketertiban, difokuskan pada Peningkatan kualitas pelayanan dan penguatan peran serta masyarakat dalam mewujudkan ketentraman dan ketertiban Arah kebijakan dan pelaksanaan strategi ini termasuk ke dalam urusan kesatuan bangsa dan politik dalam negeri. Organisasi Perangkat Daerah (O PD) yang bertanggung jawab mengimplementasikan urusan, program, strategi dan arah kebijakan tersebut adalah Satuan Polisi pamong Praja (Satpol PP). Uraian di atas dapat dilihat pada tabel berikut. RPJMD Kabupaten Bogor VI - 20

200 Tabel 6.1. STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN KABUPATEN BOGOR TAHUN VISI : KABUPATEN BOGOR MENJADI KABUPATEN TERMAJU DI INDONESIA TUJUAN SASARAN STRATEGI ARAH KEBIJAKAN Misi Kesatu : Meningkatkan kesalehan sosial dan kesejahteraan masyarakat 1. Meningkatnya kualitas 1.1. Meningkatnya pelayanan dan kemudahan Meningkatkan peran umat beragama Optimalisasi penggalian dan pengelolaanzakat, infak dan ketaqwaan dan ukhuwah serta bagi umat beragama dalam menjalankan dan lembaga sosial keagamaan dalam shodaqoh (ZIS) toleransi antar umat beragama ibadahnya; pembangunan; Menjamin kemudahan bagi umat Fasilitasi pembangunan sarana dan prasarana peribadatan beragama dalam menjalankan ibadahnya; Fasilitasi pelaksanaan ibadah bagi umat beragama Menjamin penegakan perda dan Peningkatan intensitas penegakan perda dan peraturan peraturan perundang-undangan yang perundang-undangan yang berlaku; berlaku; 2. Meningkatnya kualitas 2.1. Meningkatnya partisipasi perempuan dalam Meningkatan akses perempuan dalam Peningkatan kualitas sumber daya perempuan pemberdayaan perempuan pembangunan; bidang politik, ekonomi, dan sosial dan perlindungan anak budaya 2.2. Meningkatnya perlindungan terhadap Meningkatkan peran komisi perlindungan Fasilitasi komisi perlindungan perempuan dan anak; perempuan dan anak dari bentuk kekerasan, perempuan dan anak; eksploitasi dan diskriminasi dalam pembangunan; 3. Meningkatnya ketahanan 3.1. Menurunnya laju pertumbuhan penduduk Pengendalian pertumbuhan penduduk Peningkatan kualitas pelayanan keluarga berencana dan keluarga sebagai basis alami dan meningkatnya keluarga sejahtera alami dan perwujudan keluarga keluarga sejahtera; ketahanan sosial berkualitas; 4 Meningkatnya kualitas 4.1. Meningkatnya kesejahteraan penyandang Memberikan pelayanan, perlindungan Peningkatan kualitas pelayanan sosial dan fasilitasi perbaikan pelayanan sosial dan masalah kesejahteraan sosial (PMKS); dan santunan bagi PMKS; kesejahteraan masyarakat miskin; menurunnya angka kemiskinan Peningkatan akses masyarakat terhadap pelayanan sosial dasar yang memadai; Meningkatkan pengetahuan dan Pelatihan keterampilan bagi PMKS; keterampilan PMKS; 5. Berkembangnya seni dan 5.1. Terselenggaranya pentas seni budaya Peningkatan apresiasi seni dan budaya di Penyelenggaraan festival seni dan budaya daerah tahunan

201 TUJUAN SASARAN STRATEGI ARAH KEBIJAKAN budaya dalam bingkai kearifan daerah kalangan pemerintah, masyarakat dan lokal swasta Pengembangan sarana pengembangan kreatifitas seni dan budaya Pelestarian dan pengembangan nilai-nilai sejarah, tradisi dan kepurbakalaan untuk pengembangan ilmu pengetahuan maupun obyek wisata budaya; 6. Terwujudnya pemuda yang 6.1. Meningkatnya kemandirian dan partisipasi Meningkatkan pemberdayaan Peningkatan kualitas dan peran pemuda, serta kelembagaan tangguh dan berdaya saing pemuda dalam pembangunan; generasi muda dalam pembangunan; pemuda dalam pembangunan 7. Meningkatnya kebugaran 7.1. Meningkatnya pemasyarakatan olahraga Meningkatkan kualitas dan kuantitas Pembangunan dan optimaliasi fungsi sarana dan prasarana masyarakat dan prestasi sarana dan prasarana olahraga olahraga olahraga Kabupaten Bogor Peningkatan pembinaan olahraga rekreasi 7.2. Terbangunnya pusat olahraga terpadu 7.3. Meningkatnya prestasi olahraga Kabupaten Meningkatkan kualitas dan kuantitas Peningkatan pembinaan olah raga prestasi Bogor olahragawan berprestasi 8. Terwujudnya manajemen 8.1. Meningkatnya cakupan pelayanan, Meningkatkan kualitas pelayanan, Peningkatan pelayanan pencegahan dan penanggulangan pengelolaan bencana pencegahan dan upaya penanggulangan pencegahan dan penanggulangan bencana berbasis masyarakat; bencana bencana; Misi Kedua : Meningkatkan daya saing perekonomian masyarakat dan pengembangan usaha berbasis sumberdaya alam dan pariwisata 1. Terjaminnya ketahanan 1.1. Meningkatnya produksi, produktifitas, Meningkatkan intensifikasi dan Peningkatan ketersediaan pangan secara berkelanjutan melalui pangan masyarakat distribusi, dan konsumsi pangan daerah ekstensifikasi komoditas pangan peningkatan produksi dan produktivitas dan keragaman pangan; daerah; Peningkatan keragaman pangan melalui pengembangan komoditas pangan lokal Meningkatkan akses pangan bagi Penataan jalur distribusi, cadangan dan pasokan pangan masyarakat 2. Meningkatnya daya saing 2.1. Meningkatnya jumlah koperasi aktif dan Memberdayakan koperasi dan usaha Peningkatan kemampuan ekonomi masyarakat melalui koperasi, usaha kecil kemandirian usaha mikro, kecil dan mikro, kecil dan menengah; peningkatan Koperasi dan UKM yang mandiri dan profesional; menengah (UKM) dan menengah dalam mengembangkan ekonomi agribisnis lokal Peningkatan daya saing koperasi, usaha kecil, usaha mikro dan menengah (UKM) yang berbasis IPTEK, sehingga menjadi bagian integral dari keseluruhan daerah; Perkuatan kelembagaan dan usaha, kapasitas sumber daya

202 TUJUAN SASARAN STRATEGI ARAH KEBIJAKAN manusia KUKM, pembiayaan dan pengembangan peluang pasar bagi produk KUKM; 2.2. Berkembangnya agribisnis pertanian dan Berkembangnya agribisnis pertanian perikanan dan perikanan Mengembangkan sentra komoditas Peningkatan daya saing komoditas unggulan; unggulan 3. Meningkatnya penanaman 3.1. Meningkatnya investasi dan laju pertumbuhan Mengembangkan investasi sesuai Menciptakan iklim investasi yang kondusif modal di Kabupaten Bogor investasi dengan potensi sumber daya daerah yang mendorong penciptaan lapangan kerja dan tumbuhnya Meningkatkan promosi dan kerjasama investasi kelembagaan ekonomi lokal 4. Meningkatnya pengelolaan 4.1. Meningkatnya pengendalian pemanfatan Mengembangkan upaya reklamasi Peningkatan pengendalian pemanfatan sumber daya alam, sumberdaya alam yang sumber daya alam dan berkurangnya pasca tambang; reklamasi/rehabilitasi lahan bekas tambang, sekaligus pemulihan berwawasan lingkungan kerusakan alam akibat penambangan pasca tambang sesuai dengan zona peruntukan yang telah ditetapkan; Meningkatkan pengawasan Pengembangan dan pembinaan usaha pertambangan skala kecil pemanfaatan sumber daya alam; dengan tetap memperhatikan pembangunan yang berwawasan lingkungan; Pengelolaan pertambangan mineral secara seimbang tanpa mengabaikan nilai konservasinya serta pengembangan kawasan pertambangan dengan mempertimbangkan potensi; Peningkatan pengendalian dan pengawasan pemanfaatan air bawah tanah sesuai dengan pembangunan yang berwawasan lingkungan; 4.2. Meningkatnya cakupan pemenuhan Meningkatkan ketersediaan energi dan Peningkatan fasilitasi untuk pemenuhan pasokan energi dan listrik kebutuhan listrik mengembangkan sumber energi yang bersumber dari potensi energi alternatif dan terbarukan, alternatif terbarukan; seperti potensi hidro, surya, angin, panas, bumi dan bio-energi lainnya; Pemenuhan kebutuhan listrik dan cakupan pelayanan listrik pedesaan ke seluruh wilayah serta peningkatan pengelolaan utilitas umum berupa penerangan jalan umum yang merata dan efisien di setiap wilayah; 5. Berkembangnya pariwisata 5.1. Berkembangnya pariwisata andalan disertai Mengembangkan kawasan wisata Peningkatan daya tarik wisata, destinasi dan pemasaran daerah yang berbasis pada dengan meningkatnya kunjungan wisata andalan; pariwisata melalui pengembangan produk wisata yang memiliki keindahan alam dan kearifan dan kekhasan lokal didukung dengan sarana dan lingkungan serta budaya lokal prasarana yang memadai;

203 TUJUAN SASARAN STRATEGI ARAH KEBIJAKAN Meningkatkan pelayanan kepada Peningkatan pelayanan pariwisata dengan menjaga dan wisatawan mancanegara dan memelihara kualitas sumber daya alam dan lingkungan untuk wisatawan nusantara; meningkatkan aktivitas ekowisata yang mampu memberikan nilai tambah ekonomi bagi kesejahteraan masyarakat; 6. Terwujudnya pertambangan, 6.1. Terwujudnya BUMD Pertambangan yang Mengembangkan tata kelola pariwisata serta pertanian dan berdaya saing sebagai pengungkit pertambangan yang berdaya saing perikanan sebagai pengungkit perekonomian daerah perekonomian daerah 6.2. Terwujudnya BUMD Pariwisata yang Mengembangkan tata kelola pariwisata berdaya saing sebagai pengungkit yang berdaya saing perekonomian daerah 6.3. Terwujudnya BUMD Pertanian yang Mengembangkan tata kelola pertanian berdaya saing sebagai pengungkit yang berdaya saing perekonomian daerah 7. Meningkatnya peran industri 7.1. Meningkatnya jumlah dan kemandirian Memberdayakan industri kecil dan Peningkatan fasilitasi dan dukungan bagi penguatan usaha dan perdagangan dalam industri kecil dan menengah dalam menengah; industri rumah tangga kecil dan menengah; perekonomian daerah mengembangkan ekonomi lokal Peningkatan kompetensi dan penguatan kewirausahaan serta pengembangan kemitraan diantara pelaku ekonomi 7.2. Meningkatnya nilai dan volume perdagangan Mengembangkan pasar dalam negeri Pemantapan sistem dan jaringan distribusi barang untuk pasar dalam negeri dan ekspor dan luar negeri dalam dan luar negeri Revitalisasi pasar tradisional dan pasar desa Pengawasan barang dan jasa yang beredar dan perindungan konsumen Pelayanan yang berkualitas bagi eksportir 8. Meningkatnya produktivitas 8.1. Meningkatnya partisipasi angkatan kerja dan Meningkatkan kualitas dan produktifitas Peningkatan profesionalisme tenaga kerja dan pelatihan tenaga kerja dan menurunnya kesejahteraan tenaga kerja tenaga kerja keterampilan bagi pencari kerja; pengangguran Memberikan perlindungan bagi tenaga Peningkatan koordinasi tripartit antara pengusaha, pekerja dan kerja pemerintah Memperluas kesempatan kerja; Peningkatan penempatan tenaga kerja 8.2. Tersalurkannya minat masyarakat untuk Mendorong minat masyarakat untuk Fasilitasi pengiriman transmigran bertransmigrasi bertransmigrasi

204 TUJUAN SASARAN STRATEGI ARAH KEBIJAKAN Misi Ketiga : Meningkatkan integrasi, konektivitas, kualitas dan kuantitas infrastruktur wilayah dan pengelolaan lingkungan hidup yang berkelanjutan 1. Meningkatnya penataan ruang 1.1. Meningkatnya perencanaan, kesesuaian dan Meningkatkan kinerja perencanaan Peningkatan kuantitas dan kualitas perencanaan ruang; yang terpadu dan pengendalian pemanfaatan ruang ruang; berkelanjutan dan tertib pertanahan Meningkatkan kinerja pengendalian Peningkatan kuantitas dan kualitas pengendalian pemanfaatan pemanfaatan ruang; ruang; 1.2. Meningkatnya kepastian hukum pemilikan Meningkatkan sertifikasi tanah catur Peningkatan pelayanan sertifikasi tanah melalui prona/proda; tanah masyarakat tertib pertanahan; 2. Terwujudnya infrastruktur 2.1. Meningkatnya infrastruktur jalan/ jembatan Meningkatkan kualitas dan kuantitas Pembangunan, peningkatan dan rehabilitasi jaringan jalan dan jalan/jembatan dan yang berkualitas dan terintegrasi untuk jalan dan jembatan; jembatan untuk menunjang aktivitas perekonomian masyarakat; sumberdaya air yang mendukung pergerakan orang, barang dan terintegrasi jasa 2.2. Meningkatnya infrastuktur perhubungan yang Meningkatkan kualitas dan kuantitas Peningkatan pelayanan perhubungan untuk mempercepat dan mendukung aksesibilitas, pergerakan orang, infrastruktur transportasi; memperlancar pergerakan orang, barang dan jasa; barang dan jasa Meningkatnya kelancaran dan Peningkatan ketersediaan sarana dan prasarana perhubungan, keselamatan lalu lintas angkutan orang berupa terminal, fasilitas lalu lintas dan sarana perhubungan dan barang; lainnya; 2.3. Meningkatnya infrastruktur sumber daya air, Meningkatkan pemeliharaan Pengembangan infrastruktur sumberdaya air, konservasi waduk dan irigasi untuk mendukung infrastruktur sumber daya air dan sumberdaya air, pendayagunaan sumberdaya air, pengendalian terpeliharanya hutan konservasi, kawasan irigasi; banjir dan daya rusak air serta pemberdayaan masyarakat dalam lindung, pengendalian dan pendayagunaan pengelolaan sumberdaya air/irigasi secara partisipatif (PPSIP); sumber daya air dan irigasi Peningkatan layanan jaringan irigasi melalui optimalisasi dalam penyediaan air irigasi bagi pertanian; Peningkatan kapasitas kelembagaan pengelola irigasi (Komisi Irigasi, SKPD terkait irigasi & P3A/GP3A) 3. Tersedianya sarana prasarana 3.1. Meningkatnya penyediaan dan penataan Meningkatkan penyediaan dan penataan Peningkatan jumlah rumah layak huni dan berkurangnya pemukiman yang layak perumahan dan permukiman kumuh perumahan dan permukiman kumuh permukiman kumuh; (rutilahu, jalan setapak, kawasan prioritas 3.2. Meningkatnya penyediaan sarana dan prasarana Meningkatkan akses masyarakat Peningkatan cakupan pelayanan air bersih pembangunan pemukiman dan dasar permukiman yang berkualitas terhadap air bersih sanitasi) Meningkatkan kinerja pengelolaan air Peningkatan jumlah dan cakupan pelayanan air limbah domestik limbah domestik secara optimal Peningkatan penyediaan sarana sanitasi lingkungan dan rumah tangga

205 TUJUAN SASARAN STRATEGI ARAH KEBIJAKAN Meningkatkan kinerja pengelolaan Peningkatan cakupan pelayanan persampahan persampahan secara terpadu dan berwawasan lingkungan Meningkatkan kualitas lansekap Peningkatan pengendalian dan penataan reklame lingkungan permukiman perkotaan Peningkatan penyediaan Ruang Terbuka Hijau, Taman Kota, Taman Perkantoran dan Taman Jalur Meningkatkan kapasitas penyediaan Peningkatan kapasitas penyediaan tempat pemakaman umum tempat pemakaman umum 4. Meningkatnya kualitas 4.1. Meningkatnya pengendalian pencemaran air, Meningkatnya pengendalian dan Peningkatan cakupan pengawasan wajib AMDAL dan UKL/UPL; lingkungan hidup dan udara dan kerusakan tanah pencegahan pencemaran lingkungan berkurangnya dampak hidup pencemaran lingkungan 4.2. Meningkatnya peran serta masyarakat dalam Meningkatkan peran serta masyarakat Peningkatan pengawasan dan pengendalian pencemaran pengelolaan lingkungan hidup dan swasta dalam pengelolaan lingkungan melalui peran serta masyarakat dan swasta dalam lingkungan hidup; pengelolaan lingkungan hidup; 4.3. Meningkatnya upaya mitigasi perubahan iklim Meningkatnya upaya mitigasi perubahan Penurunan emisi GRK pada sektor pertanian, kehutanan, energi, iklim melalui penurunan Emisi GRK pada transportasi, industri, limbah dan sampah sektor pertanian, kehutanan, energi, transportasi, industri, limbah dan sampah Misi Keempat : Meningkatkan aksesibilitas dan kualitas penyelenggaraan pendidikan dan pelayanan kesehatan 1. Meningkatnya rata-rata lama 1.1. Terpenuhinya sarana dan prasarana Fasilitasi penyelenggaraan PAUD melalui Peningkatan kualitas dan kuantitas sarana prasarana PAUD sekolah (RLS) dan pendidikan pemenuhan kebutuhan sarana prasarana terwujudnya wajib sekolah 12 tahun yang berkualitas 1.2. Meningkatnya partisipasi pendidikan Fasilitasi pendidikan dasar dan menengah Peningkatan kualitas dan kuantitas sarana prasarana pendidikan masyarakat melalui pemenuhan kebutuhan sarana dasar dan menengah dalam rangka memenuhi standar prasarana pelayanan minimal 1.3. Meningkatnya mutu pengelolaan pendidikan Meningkatkan kompetensi dan Peningkatan kualifikasi akademik pendidik dan tenaga kesejahteraan pendidik serta tenaga kependidikan PAUD, pendidikan dasar dan pendidikan kependidikan menengah Penetapan Upah Minimim Guru Kabupaten Bogor 1.4. Meningkatnya kesejahteraan tenaga pendidik Menyelenggarakan pendidikan dasar Penetapan standar honorarium bagi tenaga pendidik maupun maupun non kependidikan dan menengah dengan biaya yang non kependidikan di semua jenis dan jenjang pendidikan formal terjangkau maupun nonformal Kabupaten Bogor

206 TUJUAN SASARAN STRATEGI ARAH KEBIJAKAN Merumuskan strategi pembelajaran Penerapan metodologi pembelajaran berbasis teknologi informasi yang tepat dalam rangka peningkatan dan komunikasi (TIK) kompetensi lulusan 2. Meningkatnya angka melek 2.1. Tuntasnya masyarakat tuna aksara Menyelenggarakan pendidikan Penyediaan layanan pendidikan keaksaraan fungsional bagi huruf (AMH) keaksaraan fungsional penduduk buta aksara Meningkatnya minat dan budaya baca Meningkatkan akses masyarakat Pembangunan perpustakaan di setiap kecamatan masyarakat terhadap perpustakaan Meningkatkan jumlah kunjungan ke Peningkatan sarana dan prasarana perpustakaan berbasis IT perpustakaan 3. Terwujudnya pelayanan 3.1. Meningkatnya akses pelayanan kesehatan Meningkatkan akses masyarakat Penerapan pelayanan kesehatan gratis bagi kelompok kesehatan yang mudah, bagi masyarakat terhadap pelayanan kesehatan dasar masyarakat miskin dan kelompok masyarakat tertentu sesuai murah, merata dan berkualitas dan rujukan dengan ketentuan 4. Meningkatnya kualitas 4.1. Terpenuhinya kebutuhan tenaga medis dan Meningkatkan jumlah dan kualitas Peningkatan jumlah SDM serta peningkatan pendidikan dan sumber daya kesehatan para medis. tenaga kesehatan sesuai dengan pelatihan keahlian bagi tenaga kesehatan SPM yang berlaku; 4.2. Meningkatnya sarana dan prasarana Meningkatkan jumlah peralatan diseluruh Peningkatan peralatan instalasi kesehatan yang berkaitan kesehatan baik layanan dasar maupun instalasi pelayanan kesehatan sesuai langsung dengan penurunan AKB dan AKI serta penyakit rujukan dengan SPM yang berlaku berbahaya lainnya yang ada di masyarakat 5. Meningkatnya jaminan 5.1. Terselenggaranya jaminan kesehatan bagi Meningkatkan kualitas perbaikan Peningkatan manajemen dan pelayanan status gizi masyarakat. pelayanan kesehatan bagi masyarakat miskin, rentan miskin dan status gizi masyarakat masyarakat masyarakat yang tenaganya dibutuhkan oleh pemda Mengembangkan sistem pelayanan Penyelenggaraan Jaminan Penyelenggaraan Kesehatan kesehatan berbasis asuransi Masyarakat (JAMPESEHAT) 6. Meningkatnya kualitas 6.1. Meningkatnya kesadaran perilaku hidup Meningkatkan dan memasyarakatkan Peningkatan pemberdayaan dan peran serta masyarakat dan kesehatan lingkungan bersih dan sehat perilaku hidup bersih dan sehat swasta dalam bidang kesehatanpeningkatan penyelenggaraan masyarakat Sanitasi Total Meningkatkan kuantitas dan kualitas Pemenuhan dan peningkatan kualitas sumber daya manusia tenaga kesehatan kesehatan/tenaga kesehatan sesuai standar

207 TUJUAN SASARAN STRATEGI ARAH KEBIJAKAN Meningkatkan kuantitas dan kualitas Pemenuhan sarana dan prasarana kesehatan sesuai standar sarana dan prasarana kesehatan Misi Kelima : Meningkatkan kinerja penyelenggaraan pemerintahan dan kerjasama antar daerah dalam kerangka tatakelola pemerintahan yang baik 1. Terwujudnya 1.1. Meningkatnya kualitas perencanaan daerah Meningkatkan peran serta Stakeholders Peningkatan penyusunan perencanaan daerah yang partisipatif, penyelenggaraan yang partisipatif, transparan dan aplikatif; dalam perencanaan pembangunan transparan, dan aplikatif; pemerintahan di semua daerah; tingkatan yang transparan, akuntabel, efisien, partisipatif, Meningkatkan sumber daya Peningkatan kualitas sumber daya perencanaan; bersih dan berwibawa serta perencanaan yang memadai terus melakukan pencegahan tindak pidana korupsi Meningkatkan pengelolaan data dan Peningkatan ketersediaan data yang akurat, valid dan terpercaya informasi perencanaan pembangunan serta sesuai dengan kebutuhan perencanaan pembangunan daerah; daerah; Peningkatan penelitian dan pengembangan hasil-hasil penelitian sesuai dengan kebutuhan perencanaan daerah; Peningkatan hasil evaluasi perencanaan daerah sebagai umpan balik perencanaan daerah 1.2. Meningkatnya kemampuan daerah dalam Intensifikasi pendapatan asli daerah; Peningkatan kemampuan keuangan daerah melalui intensifikasi membiayai pembangunan; dan ekstensifikasi PAD; 1.3. Tertatanya administrasi dan Meningkatkan akuntabilitas Peningkatan transparansi dan akuntabilitas pengelolaan pertanggungjawaban keuangan; pertanggungjawaban keuangan keuangan daerah; Meningkatkan efisiensi pengelolaan Peningkatan pengelolaan barang daerah, serta pendayagunaan barang daerah; aset daerah; 1.4. Meningkatnya kualitas kebijakan daerah Menata sistem hukum di daerah Penyusunan produk hukum daerah untuk mendukung penyelenggaraan pemerintahan Peningkatan sinergitas penanganan perkara dengan lembaga lainnya 1.5. Meningkatnya efektifitas dan efisiensi birokrasi Meningkatnya penataankelembagaan Pengembangan struktur organisasi dan tata laksana pemerintahan yang tepat ukuran dan kewenangan yang proporsional dan akuntabel yangjelas dan tidak tumpang tindih 1.6. Meningkatnya kelancaran fasilitasi tugas-tugas Meningkatkan kualitas pelayanan fungsi Peningkatan fasilitasi untuk kelancaran peran dan tugas legislatif; DPRD; legislatif 1.7. Terselenggaranya pelayanan pengadaan Menyelenggarakan pelayanan Penguatan kelembagaan LPSE

208 TUJUAN SASARAN STRATEGI ARAH KEBIJAKAN barang dan jasa melalui LPSE pengadaan barang dan jasa melalui LPSE 1.8. Meningkatnya pelayanan administrasi Mengembangkan sistem administrasi Peningkatan kualitas pelayanan dan tertib administrasi kependudukan dan catatan sipil; kependudukan dan catatan sipil; kependudukan; 1.9. Meningkatnya pelayanan perizinan yang Meningkatkan kualitas pelayanan Pelayanan prima perizinan yang sesuai dengan ketentuan, cepat sesuai dengan ketentuan, cepat dan perizinan dan terjangkau masyarakat; terjangkau masyarakat; Meningkatnya kinerja pelayanan kecamatan Meningkatkan kapasitas kelembagaan Peningkatan kualitas dan profesionalisme aparatur kecamatan dan aparatur kecamatan; Meningkatnya kinerja penyelenggaraan Meningkatkan kapasitas kelembagaan Peningkatan kapasitas kelembagaan dan partisipasi masyarakat pemerintahan desa; dan aparat penyelenggara desa dalam pembangunan pemerintahan desa; Peningkatan kualitas dan profesionalisme pemerintahan desa Pemberian bantuan infrastruktur perdesaan Meningkatnya efektifitas pengawasan dan Meningkatkan kualitas laporan dan Peningkatan akuntabilitas kinerja instansi pemerintah (OPD); pengendalian; tindak lanjut hasil pengawasan; Meningkatkan profesionalisme aparat Peningkatan kualitas aparat pengawasan; pengawasan; Tertibnya pengelolaan arsip dan tercapainya Meningkatkan pengelolaan dan Peningkatan tertib pengelolaan arsip sebagai bukti kemudahan untuk pelayanan kearsipan pelayanan kearsipan; pertanggungjawaban penyelenggaraan pemerintahan daerah; Peningkatan dan pengembangan pengelolaan arsip dengan memanfaatkan teknologi yang maju dan modern; Meningkatnya akuntabilitas Pemerintah Meningkatkan transparansi dan Penyusunan LPPD, LKPJ Akhir Tahun dan AMJ, dan LAKIP Kabupaten Bogor akuntabilitas kinerja Pemerintah Kabupaten Bogor Kabupaten Bogor Tersedianya informasi tentang Meningkatkan kualitas pelayanan Perwujudan transparansi, komunikasi dan informasi penyelenggaraan pemerintahan yang mudah informasi penyelenggaraan penyelenggaraan pemerintahan; diakses oleh masyarakat; pemerintahan bagi masyarakat; Peningkatan akses masyarakat terhadap pelayanan publik dengan dukungan sistem administrasi/manajemen pemerintahan yang berbasis teknologi informasi dan komunikasi yang modern; Peningkatan hubungan yang kondusif antara pemerintah daerah dengan pihak-pihak yang berkepentingan (stakeholders) dalam

209 TUJUAN SASARAN STRATEGI ARAH KEBIJAKAN rangka penyebarluasan informasi (stakeholders) dalam rangka penyebarluasan informasi pembangunan daerah 2. Terciptanya aparatur 2.1. Meningkatnya kapasitas dan kapabilitas Meningkatkan profesionalisme aparatur Peningkatan peran dan fungsi Korp Pegawai Negeri Sipil; pemerintahan yang profesional aparatur dan kesetiakawanan Korps Pegawai dan produktif serta berorientasi Republik Indonesia Peningkatan kompetensi aparatur sesuai tupoksinya melalui pada kualitas pelayanan pendidikan dan pelatihan; 2.2. Meningkatnya kualitas pengelolaan Menerapkan manajemen pengelolaan Peningkatan kualitas perencanaan, pengelolaan dan kepegawaian kepegawaian yang berkeadilan kesejahteraan aparatur 3. Terciptanya sinergitas dan 3.1. Meningkatnya kerjasama antar pemerintah Meningkatkan kuantitas dan kualitas Peningkatan pelayanan kerjasama secara berkelanjutan; kerjasama pembangunan antar daerah dan pihak ketiga; kerjasama daerah; daerah 4. Terfasilitasinya pembentukan 4.1. Terbentuknya daerah otonomi baru Meningktakan fasilitasi dan koordinasi Percepatan pembentukan daerah otonomi baru Kabupaten daerah otonomi baru Kabupaten Bogor Barat pembentukan Kabupaten Bogor Barat Bogor Barat Kabupaten Bogor Barat 5. Terwujudnya stabilitas sosial, 5.1. Meningkatnya wawasan kebangsaan Meningkatkan pembinaan wawasan Perbinaan persatuan dan kesatuan bangsa politik dan keamanan di masyarakat kebangsaan bagi masyarakat; Kabupaten Bogor Terwujudnya kehidupan politik yang Meningkatkan peran pemerintah, Pembinaan kedewasaan berpolitik masyarakat; demokratis masyarakat danpartai politik dalam pembangunan kehidupan politik yang demokratis 5.3. Terlindunginya masyarakat dari gangguan Meningkatkan penertiban gangguan Peningkatan kualitas pelayanan dan penguatan peran serta keamanan, kenyamanan, ketentraman dan keamanan, kenyamanan, ketentraman masyarakat dalam mewujudkan keamanan, kenyamanan, ketertiban; dan ketertiban di masyarakat; ketentraman dan ketertiban;

210 BAB VII KEBIJAKAN UMUM DAN PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH Kebijakan Umum Pembangunan merupakan penjabaran tujuan dan sasaran pada misi serta strategi pembangunan yang telah dijelaskan sebelumnya. Kebijakan Pembangunan tersebut menjadi pedoman dalam melaksanakan program dan kegiatan pembangunan. Dengan kata lain kebijakan ditujukan untuk mengarahkan pencapaian tujuan dan sasaran misi yang ditetapkan dan menjadi pedoman dalam melaksanakan program dan kegiatan pembangunan. Sementara itu, penetapan sasaran dan program prioritas pembangunan dalam RPJMD Kabupaten Bogor Tahun telah diselaraskan dengan program pembangunan Provinsi Jawa Barat yang telah ditetapkan dalam RPJMD Provinsi Jawa Barat Tahun Kebijakan Umum Mengacu pada permasalahan dan tantangan yang dihadapi Kabupaten Bogor saat ini sampai tahun 2018, maka kebijakan umum pembangunan daerah Kabupaten Bogor adalah sebagai berikut: 1. Pembangunan sosial masyarakat, budaya dan kehidupan beragama diarahkan untuk mencapai sasaran peningkatan kualitas sumberdaya manusia yang ditandai dengan meningkatnya indeks pembangunan manusia (IPM) dan indeks pembangunan gender (IPG). Pembangunan bidang sosial masyarakat, budaya dan kehidupan beragama diprioritaskan pada pengendalian kuantitas penduduk, peningkatan akses dan kualitas pelayanan kesehatan, peningkatan akses dan kualitas pelayanan pendidikan, peningkatan partisipasi pemuda, budaya dan prestasi olahraga, peningkatan kualitas kehidupan beragama, pelestarian budaya, peningkatan akses dan kualitas pelayanan kesejahteraan sosial, peningkatan kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan, serta perlindungan anak. 2. Pembangunan ekonomi diarahkan pada peningkatan tingkat kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan dalam bentuk percepatan pertumbuhan ekonomi berbasis keunggulan potensi lokal, yang didukung oleh peningkatan ketahanan pangan dan revitalisasi pertanian, perbaikan iklim investasi, perbaikan kualitas sumber daya manusia, perbaikan infrastruktur dasar, serta terjaganya dan terpeliharanya lingkungan hidup secara berkelanjutan. 3. Pemantapan tata kelola pemerintahan daerah yang lebih baik diarahkan pada peningkatan kinerja secara terpadu, penuh integritas, akuntabel, taat kepada hukum yang berwibawa, dan transparan serta peningkatan kualitas pelayanan RPJMD Kabupaten Bogor VII - 1

211 publik yang ditopang oleh efisiensi struktur pemerintah di daerah, kapasitas pegawai pemerintah yang memadai, dan data kependudukan yang baik. Selain 3 (tiga) poin kebijakan umum tersebut di atas, pada periode perencanaan Kabupaten Bogor Tahun , terdapat beberapa kebijakan sektoral dan kebijakan kewilayahan serta kebijakan perbatasan yang merupakan sinergi perencanaan antara Pemerintah Daerah Kabupaten Bogor dengan Pemerintah Daerah Propinsi dan Pemerintah Pusat. Kebijakan-kebijakan tersebut yaitu : 1. Kebijakan Sektoral diantaranya : a. Pengembangan Sektor Pariwisata diarahkan dengan memperhatikan keterkaitan antar obyek wisata, keterkaitan wilayah, serta keterkaitan dalam rencana pengembangan ke depan. Seluruh obyek dan daya tarik wisata di Kabupaten Bogor dibagi menjadi 3 zona besar, yang di dalamnya terdapat zona-zona pendukungnya. Ketiga zona tersebut adalah 1). Zona Puncak dengan zona pendukungnya adalah Zona Lido dan Zona Gunung Pancar, 2). Zona GSE dengan zona pendukungnya adalah Zona Tamansari, Zona Dramaga dan Zona Jasinga, serta 3) Zona Bogor Timur dengan Zona pendukungnya adalah Zona Bogor Utara. Zona utama menjadi prime mover bagi pengembangan kawasan pariwisata dengan potensi wisata andalannya, sedangkan zona pendukung akan memberikan dukungan pengembangan secara insitu maupun exsitu serta memberikan alternatif jenis dan daya tarik wisata yang dapat dikembangkan secara bersama-sama dengan zona utama. Secara ringkas kebijakan pengembangan pariwisata di setiap zona sebagai berikut : 1) Zona Puncak dengan zona pendukungnya Zona Lido dan Zona Gunung Pancar diarahkan menjadi pusat pariwisata alam (eco wisata), agrowisata dan pariwisata berbasis masyarakat nasional dan internasional. 2) Zona GSE dengan zona pendukungnya adalah Zona Tamansari, Zona Dramaga dan Zona Jasinga diarahkan GSE sebagai pusat pariwisata alam dan pariwisata berbasis masyarakat penggerak ekonomi Bogor Barat. 3) Zona Bogor Timur dengan Zona pendukungnya adalah Zona Bogor Utara diarahkan zona Bogor Timur Sebagai pusat rekreasi keluarga dan wisata buatan. b. Pengembangan Sektor Peternakan diarahkan dalam upaya mendukung program swasembada daging dengan melakukan pengembangan kawasan usaha sapi potong dan pengembangan usaha ternak ruminansia. c. Pengembangan sektor perikanan diarahkan pada pengembangan Kawasan Minapolitan berbasis masyarakat, hal ini sejalan dengan kebijakan pemerintah RPJMD Kabupaten Bogor VII - 2

212 pusat yang telah menetapkan Kabupaten Bogor sebagai salah satu Kabupaten lokasi pengembangan kawasan minapolitan. d. Pengembangan Sektor Industri dan Perdagangan diarahkan pada peningkatan peran industri kecil dan menengah serta pengembangan ekonomi kreatif dan peningkatan kemitraan. 2. Kebijakan Kewilayahan diantaranya : Perwujudan PKWp dan PKLp pendukung pengembangan Megapolitan Bodebekarpur serta Pengembangan kawasan strategis prioritas. Fokus pembangunan wilayah Kabupaten Bogor tahun diarahkan pada perwujudan PKWp dan PKLp serta pengembangan kawasan strategis prioritas sesuai peran dan fungsi wilayah yang tertuang dalam rencana tata ruang wilayah. Fokus tersebut memperhatikan kebutuhan kawasan yang secara fungsional dapat berperan mendorong pertumbuhan ekonomi bagi kawasan strategis dan kawasan sekitarnya. Secara umum, kebijakan pembangunan kewilayahan meliputi: a. Perwujudan Cibinong Raya sebagai Pusat Kegiatan Wilayah Promosi dengan prioritas pembangunan meliputi: 1) Percepatan penetapan rencana detail tata ruang Kawasan Perkotaan Cibinong Raya; 2) Penyelarasan dokumen perencanaan di tingkat provinsi dan nasional serta di tingkat regional Jabodetabekjur dan Bodebekarpur; 3) Perwujudan struktur ruang yang meliputi pengembangan infrastruktur jalan, sarana dan prasarana transportasi, serta penyediaan fasilitas perkotaan yang hijau dan terpadu; 4) Pengendalian dan penataan pola ruang kawasan sesuai dengan dokumen perencanaan detail tata ruang meliputi pengembangan permukiman, industri dan pengembangan CBD. b. Prioritas pengembangan Pusat Kegiatan Lokal promosi diarahkan pada PKLp Cigudeg dan PKLp Parungpanjang sebagai bentuk dukungan pengembangan calon ibu kota Kabupaten Bogor Barat dengan prioritas pembangunan meliputi: 1) Pembangunan kawasan pusat pemerintahan calon ibu kota Kabupaten Bogor Barat; 2) Pembangunan akses jalan penghubung utara selatan (poros barat) yang menghubungkan antara PKLp Cigudeg dan PKLp Parungpanjang RPJMD Kabupaten Bogor VII - 3

213 3) Penyediaan sumber air baku baik yang dimanfaatkan dari air permukaan atau air tanah untuk memenuhi kebutuhan air bersih masyarakat 4) Pengembangan industri dan permukiman di PKLp Parungpanjang sebagai penggerak ekonomi utama calon Kabupaten Bogor Barat 5) Mengendalikan aktivitas pertambangan bahan galian mineral dan batubara terhadap dampak lingkungan hidup yang ditimbulkan. c. Penataan dan Pengendalian PKLp Cileungsi dengan prioritas pembangunan meliputi: 1) Penataan kawasan industri di sepanjang koridor jalan utama serta mengendalikan dampak lingkungan hidup yang ditimbulkan; 2) Menuntaskan pembangunan TPPAS Nambo yang memilki fungsi regional untuk memenuhi kebutuhan penyediaan lokasi pembuangan dan pengolahan sampah terpadu; 3) Mengendalikan perkembangan permukiman serta menata sistem transportasi regional; 4) Menyediakan sistem angkutan barang terpadu secara masal dan handal untuk dapat menampung pergerakan produksi industri di wilayah tersebut. 3. Kebijakan Perbatasan. a. Pemekaran Daerah Otonom Baru Kabupaten Bogor Barat Sampai dengan tahun 2013 tahapan proses yang telah dilakukan dalam rangka pemekaran wilayah Bogor Barat menjadi daerah otonom baru adalah sebagai berikut: Tahun Proses Keterangan 2007 Surat Keputusan nomor 12 tahun 2007 tentang Persetujuan Pembentukan Daerah Otonom Baru Pemekaran Daerah Kabupaten Bogor, Usulan Kepada Mendagri Melalui Gubernur Jawa Barat Dengan Surat Nomor 135.1/372-TAPEM Perihal Usulan Pembentukan Daerah Otonom Baru Pemekaran Kabupaten Bogor. Pemberian nama Kabupaten Bogor Barat Cakupan Wilayah Calon Ibukota Pernyataan dukungan pendanaan bagi penyelenggaraan pemerintahan selama tiga tahun berturut-turut Persetujuan dukungan pendanaan untuk penyelenggaraan pilkada pertama Persetujuan penyerahan kekayaan daerah Melengkapi persyaratan administrasi yang diperlukan Melakukan kajian kemampuan daerah sesuai Peraturan Pemerintah Nomor 78 tahun 2007 RPJMD Kabupaten Bogor VII - 4

214 Tahun Proses Keterangan 2008 Keputusan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi Jawa Barat nomor 135/kep.dprd-19/2008 tanggal 12 agustus 2008 tentang Persetujuan Terhadap Pemekaran Kabupaten Bogor Keputusan Gubernur Jawa Barat Nomor 130/Kep.503-Desen/2008 tanggal 5 September 2008 tentang Persetujuan Pembentukan Calon Kabupaten Bogor Barat Persetujuan pemekaran Persetujuan nama kabupaten baru dan cakupan wilayahnya Persetujuan dana penyelenggaran pemerintahan Persetujuan dukungan pendanaan untuk penyelenggaraan pilkada pertama Persetujuan penyerahan asset kekayaan milik pemerintah provinsi Gubernur Jawa Barat Menyampaikan Surat Usulan Kepada Presiden Republik Indonesia Melalui Menteri Dalam Negeri Dengan Surat Nomor 130/3014/Desen Tanggal 15 September 2008 Perihal Usulan Pembentukan Kabupaten Bogor Barat Di Provinsi Jawa Barat 2012 Koordinasi ke Kemendagri Tanggal 24 oktober 2012 Tindakan proaktif dari pemerintah kabupaten bogor untuk selalu berkoordinasi dengan dpr ri Bahwa dari 19 kabupaten/kota usulan pemekaran daerah yang sudah pada tahapan pembahasan, kabupaten bogor bogor tidak termasuk didalamnya dan tidak termasuk juga dalam moratorium Sekretaris Daerah Provinsi Jabar an. Gubernur melalui surat nomor 130/1795/otdaksm tentang Usulan Pembentukan Calon Daerah Otonom Baru (DOB) Pemerintah Provinsi Tanggal 28 Maret 2013 telah melakukan dengar pendapat dengan komisi dua DPR RI, hasil rapat dimaksud bahwa DPR RI akan melanjutkan Pembahasan Usulan Pembentukan DOB yang pernah diusulkan oleh daerah Berdasarkan kronologis di atas proses pemekaran wilayah Bogor Barat masih menunggu proses penetapan oleh DPR RI dan terus melengkapi persyaratan yang dibutuhkan baik terkait koordinasi ke pemerintah pusat maupun provinsi serta fasilitasi bagi tim Kemendagri dalam verifikasi data dan lapangan. Wilayah Bogor Barat yang dimaksud terdiri atas 14 Kecamatan meliputi Kecamatan Ciampea, Cibungbulang, Cigudeg, Dramaga, Jasinga, Leuwiliang, Leuwisadeng, Nanggung, Pamijahan, Parung Panjang, Rumpin, Tenjo, Tenjolaya dan Sukajaya. Wilayah Bogor Barat ini memiliki luas sekitar ,3 Ha yang terdiri dari 165 desa. Wilayah ini memiliki batas wilayah dengan Kabupaten Inti di sepanjang sisi sebelah barat Sungai Cisadane yang memanjang dari arah selatan hingga utara. Terkait dengan rencana pemekaran wilayah ini tentu akan mempengaruhi arah kebijakan pengembangan wilayah baik yang tertuang dalam dokumen perencanaan maupun kewajiban yang harus dilakukan oleh kabupaten RPJMD Kabupaten Bogor VII - 5

215 inti. Dukungan ini diberikan tidak hanya dari sisi pendanaan bagi penyelenggaran pemerintahan tetapi juga terkait dokumen perencanaan yang ada. Dukungan yang dilakukan salah satunya dalam rancangan revisi rencana tata ruang wilayah Kabupaten Bogor bahwa terkait pemekaran wilayah diarahkan pemusatan kegiatan ibukota kabupaten terpilih yaitu Kecamatan Cigudeg dengan mendorong sebagai Pusat Kegiatan Lokal yang berorientasi pada pengembangan pusat pemerintahan dan permukiman. Persiapan Kecamatan Cigudeg sebagai calon ibukota pemerintahan Bogor Barat dilakukan melalui penyusunan RDTR Kecamatan Cigudeg, Masterplan pusat pemerintahan ibukota Bogor Barat serta penyiapan lahan bagi pusat pemerintahan Selain itu juga didorong pengembangan Kecamatan Parung panjang sebagai pusat kegiatan local di sebelah utara sebagai pintu gerbang utama DOB dan sebagai pusat aktivitas ekonomi utama berupa industri dan permukiman. Wilayah ini diperkirakan akan menjadi pusat perekonomian utama wilayah Bogor Barat karena selain berada dekat dengan Jakarta wilayah ini telah memiliki akses regional yang sudah cukup baik. Ketersediaan akses Kereta Api, rencana Jalan Tol, ketersediaan lahan yang cukup luas merupakan indikator keberhasilan pengembangan kawasan utara wilayah Bogor Barat ini. 4. Penanganan Kemacetan Kawasan Puncak. Penanganan kemacetan kawasan puncak diarahkan melalui upaya-upaya yang sudah mulai dirintis periode sebelumnya dan direncanakan yakni : a. Pembangunan Poros Tengah - Timur yang dipriritaskan pada ruas sirkuit sentul batas Cipanas Cianjur dan tahap berikutnya dari Sukamakmur Cariu. b. Rencana Pembangunan Rest Area Puncak, dimulai dengan tahapan pemilihan lokasi dan untuk sementara terdapat 3 (tiga) lokai alternatif di kecamatan Cisarua. c. Rencana Light Rail Transit (LRT) Cawang Sentul Ciawi, selain sebagai salah satu upaya untuk mengatasi kemcetan, LRT juga sebagai alternatif transportasi masal yang dibangun sejajar dengan jalan Tol Jagorawi. Tahapan awal, perlu kajian teknis dan penyusunan rencana detil serta transfer knowlege perkerataapian. 5. Koordinasi pembangunan wilayah perbatasan Jawa Barat-Banten khususnya dengan Kabupaten Lebak, Kabupaten Tangerang dan Kota Tangerang Selatan dengan prioritas pembangunan meliputi: a. Koordinasi penyelesaian masalah kesehatan, pendidikan dan sosial terhadap masyarakat setempat sehingga mendapatkan pelayanan yang setara; RPJMD Kabupaten Bogor VII - 6

216 b. Penataan dan penetapan batas wilayah provinsi melalui program pembangunan pilar dan gapura batas wilayah serta penyamaan sistem informasi batas wilayah; c. Kerjasama Penanggulangan Bencana dan penanganan pengungsi dengan bertindak cepat dan tepat, efektif dan efisien di daerah yang berbatasan; d. Koordinasi penataan ruang perbatasan dan pengendalian lingkungan hidup terutama mengenai kualitas sungai yang melintas dan persampahan; e. Koordinasi dan kerjasama pembangunan infrastruktur perbatasan meliputi jalan, jembatan, penyediaan air bersih, jaringan listrik, perkeretaapian dan sarana dan prasarana perhubungan; f. Mendorong perwujudan pembangunan Kota Kekerabatan Maja. 6. Koordinasi pembangunan wilayah perbatasan Kabupaten Bogor dengan Kabupaten/Kota lainnya di Provinsi Jawa Barat baik dengan Kota Bogor, Kota Depok, Kota Bekasi, Kabupaten Bekasi, Kabupaten Karawang, Kabupaten Purwakarta, Kabupaten Cianjur dan Kabupaten Sukabumi dengan prioritas pembangunan meliputi: a. Koordinasi penyelesaian masalah kesehatan, pendidikan dan sosial terhadap masyarakat setempat sehingga mendapatkan pelayanan yang setara; b. Penataan dan penetapan batas wilayah kabupaten/kota melalui program pembangunan pilar dan gapura batas wilayah serta penyamaan sistem informasi batas wilayah; c. Kerjasama Penanggulangan Bencana dan penanganan pengungsi dengan bertindak cepat dan tepat, efektif dan efisien di daerah yang berbatasan; d. Koordinasi penataan ruang perbatasan dan pengendalian lingkungan hidup terutama mengenai kualitas sungai yang melintas dan persampahan; e. Koordinasi dan kerjasama pembangunan infrastruktur perbatasan meliputi jalan, jembatan, penyediaan air bersih, jaringan listrik, perkeretaapian dan sarana dan prasarana perhubungan; f. Pembangunan tempat sampah regional yang berteknologi tinggi dan ramah lingkungan; g. Mengendalikan perkembangan KSP Bogor Puncak Cianjur dan KSK Puncak untuk menunjang fungsi lingkungan hidup dan sebagai daerah penyangga Ibukota DKI Jakarta dengan prioritas pembangunan meliputi: RPJMD Kabupaten Bogor VII - 7

217 - Mengendalikan pertumbuhan pembangunan kawasan terbangun di daerah puncak melalui pengendalian ijin pembangunan, penertiban bangunan tanpa ijin dan penerapan prinsip zero delta Q policy; - Melakukan konservasi dan peningkatan fungsi kawasan sebagai resapan air melalui rehabilitasi lahan kritis, reboisasi lahan dan pembuatan biopori/sumur resapan; - Penataan kawasan sempadan sungai dan penanganan masalah persampahan di daerah hulu; - Melakukan rehabilitasi situ,embung dan parkir air sebagai tempat penampungan air sementara yang mampu menahan laju air permukaan serta meredam daya rusak air serta pemanfaatan kantung-kantung air produktif di wilayah tengah DAS Ciliwung; - Mewujudkan pembangunan Waduk Ciawi (bendung Cipayung dan Sukamahi) Arah Kebijakan dan Pelaksanaan Strategi Kebijakan umum seperti dituangkan di atas selanjutnya dielaborasi ke dalam arah kebijakan khusus menurut strategi serta keterkaitannya dengan indikator dan jenis program yang akan dilaksanakan. Hasilnya disajikan berikut ini: Arah Kebijakan Pelaksanaan Strategi Misi Kesatu Untuk mencapai tujuan dan sasaran dari misi kesatu dirumuskan tiga belas (13) strategi, yaitu: (1) Meningkatkan peran umat beragama dan lembaga sosial keagamaan dalam pembangunan; (2) menjamin kemudahan bagi umat beragama dalam menjalankan ibadahnya; (3) menjamin penegakan perda dan peraturan perundangundangan yang berlaku; (4) meningkatkan akses perempuan dalam bidang politik, ekonomi, dan sosial budaya; (5) meningkatkan peran komisi perlindungan perempuan dan anak; (6) pengendalian pertumbuhan penduduk alami dan perwujudan keluarga berkualitas; (7) memberikan pelayanan, perlindungan dan santunan bagi PMKS; (8) meningkatkan pengetahuan dan keterampilan PMKS; (9) peningkatan apresiasi seni dan budaya di kalangan pemerintah, masyarakat dan swasta; (10) m eningkatkan pemberdayaan generasi muda dalam pembangunan; (11) meningkatkan kualitas dan kuantitas sarana dan prasarana olahraga; (12) m eningkatkan kualitas dan kuantitas olahragawan berprestasi; serta (13) meningkatkan kualitas pelayanan, pencegahan dan penanggulangan bencana. RPJMD Kabupaten Bogor VII - 8

218 Arah Kebijakan Pelaksanaan Strategi (1): Meningkatkan peran umat beragama dan lembaga sosial keagamaan dalam pembangunan Arah kebijakan pelaksanaan strategi Meningkatkan peran umat beragama dan lembaga sosial keagamaan dalam pembangunan difokuskan pada Optimalisasi penggalian dan pengelolaan zakat, infak dan shodaqoh (ZIS). Keberhasilan pencapaian strategi tersebut dicerminkan oleh indikator outcome, yaitu meningkatnya rasio tempat ibadah per satuan penduduk. Untuk mendukung pencapaian arah kebijakan tersebut telah dirancang program pembangunan daerah, yaitu Program Fasilitasi Kerukunan Umat Beragama. Arah kebijakan dan pelaksanaan strategi ini termasuk ke dalam urusan otonomi daerah sehingga Organisasi Perangkat Daerah ( OPD) yang bertanggung jawab mengimplementasikan urusan, program, strategi dan arah kebijakan tersebut adalah Sekretariat Daerah Arah Kebijakan Pelaksanaan Strategi (2): Menjamin kemudahan bagi umat beragama dalam menjalankan ibadahnya Arah kebijakan pelaksanaan strategi Menjamin kemudahan bagi umat beragama dalam menjalankan ibadahnya difokuskan pada fasilitasi pembangunan sarana dan prasarana peribadatan dan Fasilitasi pelaksanaan ibadah bagi umat beragama. Keberhasilan pencapaian strategi tersebut dicerminkan oleh indikator outcome, yaitu meningkatnya rasio tempat ibadah per satuan penduduk. Untuk mendukung pencapaian arah kebijakan tersebut telah dirancang program pembangunan daerah, yaitu Program Fasilitasi Kerukunan Umat Beragama. Arah kebijakan dan pelaksanaan strategi ini termasuk ke dalam urusan otonomi daerah sehingga Organisasi Perangkat Daerah (O PD) yang bertanggung jawab mengimplementasikan urusan, program, strategi dan arah kebijakan tersebut adalah Sekretariat Daerah Arah Kebijakan Pelaksanaan Strategi (3): Menjamin penegakan perda dan peraturan perundang-undangan yang berlaku Arah kebijakan pelaksanaan strategi Menjamin penegakan perda dan peraturan perundang-undangan yang berlaku yang berlaku difokuskan pada Peningkatan intensitas penegakan perda dan peraturan perundang-undangan Keberhasilan pencapaian strategi tersebut dicerminkan oleh indikator outcome, yaitu meningkatnya jumlah kegiatan forum koordinasi antar umat beragama. RPJMD Kabupaten Bogor VII - 9

219 Untuk mendukung pencapaian arah kebijakan tersebut telah dirancang program pembangunan daerah, yaitu Program Pengembangan Wawasan Kebangsaan. Arah kebijakan dan pelaksanaan strategi ini termasuk ke dalam urusan kesatuan kebangsaan dan politik dalam negeri sehingga Organisasi Perangkat Daerah (OPD) yang bertanggung jawab mengimplementasikan urusan, program, strategi dan arah kebijakan tersebut adalah Kantor Kesatuan Bangsa dan Politik (Kantor Kesbangpol) Arah Kebijakan Pelaksanaan Strategi (4): Meningkatkan akses perempuan dalam bidang politik, ekonomi, dan sosial budaya Arah kebijakan pelaksanaan strategi meningkatkan akses perempuan dalam bidang politik, ekonomi, dan sosial budaya difokuskan pada peningkatan kualitas sumber daya perempuan. Keberhasilan pencapaian strategi tersebut dicerminkan oleh indikator outcome, yaitu meningkatnya pemahaman masyarakat tentang perlindungan dan pemenuhan hak-hak anak. Arah kebijakan dan strategi ini termasuk ke dalam urusan pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak sehingga Organisasi Perangkat Daerah (O PD) yang bertanggung jawab mengimplementasikan urusan, program, strategi dan arah kebijakan tersebut adalah Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana (BPPKB) Arah Kebijakan Pelaksanaan Strategi (5): Meningkatkan peran komisi perlindungan perempuan dan anak Arah kebijakan pelaksanaan strategi meningkatkan peran komisi perlindungan perempuan dan anak difokuskan pada fasilitasi komisi perlindungan perempuan dan anak. Keberhasilan pencapaian strategi tersebut dicerminkan oleh indikator outcome, yaitu meningkatnya penyelenggaraan festival seni budaya di Kabupaten Bogor. Arah kebijakan dan strategi ini termasuk ke dalam urusan pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak sehingga Organisasi Perangkat Daerah (O PD) yang bertanggung jawab mengimplementasikan urusan, program, strategi dan arah kebijakan tersebut adalah Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana (BPPKB) Arah Kebijakan Pelaksanaan Strategi (6): Pengendalian pertumbuhan penduduk alami dan perwujudan keluarga berkualitas Arah kebijakan pelaksanaan strategi Pengendalian pertumbuhan penduduk alami dan perwujudan keluarga berkualitas difokuskan pada peningkatan kualitas pelayanan keluarga berencana dan keluarga sejahtera. RPJMD Kabupaten Bogor VII - 10

220 Arah kebijakan dan strategi ini termasuk ke dalam urusan pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak sehingga Organisasi Perangkat Daerah (O PD) yang bertanggung jawab mengimplementasikan urusan, program, strategi dan arah kebijakan tersebut adalah Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana (BPPKB) Arah Kebijakan Pelaksanaan Strategi (7): memberikan pelayanan, perlindungan dan santunan bagi PMKS Arah kebijakan pelaksanaan strategi memberikan pelayanan, perlindungan dan santunan bagi PMKS difokuskan pada dua hal yaitu: (1) peningkatan kualitas pelayanan sosial dan fasilitasi perbaikan kesejahteraan masyarakat miskin; (2) peningkatan akses masyarakat terhadap pelayanan sosial dasar yang memadai. Keberhasilan pencapaian strategi tersebut dicerminkan oleh indikator outcome, yaitu PMKS yang memperoleh bantuan sosial. Untuk mendukung pencapaian arah kebijakan tersebut telah dirancang program pembangunan daerah, yaitu Program Program Pembinaan Para Penyandang Cacat dan Trauma. Arah kebijakan dan strategi ini termasuk ke dalam urusan sosial sehingga Organisasi Perangkat Daerah (O PD) yang bertanggung jawab mengimplementasikan urusan, program, strategi dan arah kebijakan tersebut adalah Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Dinsosnakertrans) Arah Kebijakan Pelaksanaan Strategi (8): Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan PMKS Arah kebijakan pelaksanaan strategi Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan PMKS difokuskan pada pelatihan keterampilan bagi PMKS. Keberhasilan pencapaian strategi tersebut dicerminkan oleh indikator outcome, yaitu Penanganan penyandang masalah kesejahteraan sosial. Untuk mendukung pencapaian arah kebijakan tersebut telah dirancang program pembangunan daerah, yaitu Program Pelayanan dan Rehabilitasi Kesejahteraan Sosial. Arah kebijakan dan strategi ini termasuk ke dalam urusan sosial sehingga Organisasi Perangkat Daerah (O PD) yang bertanggung jawab mengimplementasikan urusan, program, strategi dan arah kebijakan tersebut adalah Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Dinsosnakertrans). RPJMD Kabupaten Bogor VII - 11

221 Arah Kebijakan Pelaksanaan Strategi (9): Peningkatan apresiasi seni dan budaya di kalangan pemerintah, masyarakat dan swasta Arah kebijakan pelaksanaan strategi peningkatan apresiasi seni dan budaya di kalangan pemerintah, masyarakat dan swasta difokuskan pada tiga hal, yaitu: (1) Penyelenggaraan festival seni dan budaya daerah tahunan; (2) Pengembangan sarana kreatifitas seni dan budaya; serta (3) Pelestarian dan pengembangan nilai-nilai sejarah, tradisi dan kepurbakalaan untuk pengembangan ilmu pengetahuan maupun obyek wisata budaya. Keberhasilan pencapaian strategi tersebut dicerminkan oleh indikator outcome, yaitu (1) Penyelenggaraan festival seni budaya; (2) Sarana penyelenggaraan seni dan budaya; (3) Benda, situs dan kawasan Cagar budaya yang dilestarikan; (4) Jumlah grup kesenian. Untuk mendukung pencapaian arah kebijakan tersebut telah dirancang program pembangunan daerah, yaitu (1) Program Pengembangan Nilai Budaya; (2) Program Pengelolaan Keragaman Budaya; (3) Program Pengelolaan Kekayaan Budaya. Arah kebijakan dan strategi ini termasuk ke dalam urusan budaya sehingga Organisasi Perangkat Daerah (O PD) yang bertanggung jawab mengimplementasikan urusan, program, strategi dan arah kebijakan tersebut adalah Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Arah Kebijakan Pelaksanaan Strategi (10): Meningkatkan pemberdayaan generasi muda dalam pembangunan Arah kebijakan pelaksanaan strategi meningkatkan pemberdayaan generasi muda dalam pembangunan difokuskan pada peningkatan kualitas dan peran pemuda, serta kelembagaan pemuda dalam pembangunan. Keberhasilan pencapaian strategi tersebut dicerminkan oleh indikator outcome, yaitu (1) Jumlah Organisasi Kepemudaan; (2) Jumlah Kegiatan Kepemudaan. Untuk mendukung pencapaian arah kebijakan tersebut telah dirancang program pembangunan daerah, yaitu (1) Program Pengembangan dan Keserasian Kebijakan Pemuda; (2) Program Peningkatan Peranserta Kepemudaan. Arah kebijakan dan strategi ini termasuk ke dalam urusan kepemudaan dan olahraga sehingga Organisasi Perangkat Daerah (O PD) yang bertanggung jawab mengimplementasikan urusan, program, strategi dan arah kebijakan tersebut adalah Dinas Pemuda dan Olahraga (Dispora). RPJMD Kabupaten Bogor VII - 12

222 Arah Kebijakan Pelaksanaan Strategi (11): Meningkatkan kualitas dan kuantitas sarana dan prasarana olahraga Arah kebijakan pelaksanaan strategi Meningkatkan kualitas dan kuantitas sarana dan prasarana olahraga difokuskan pada dua hal yaitu: (1) Pembangunan dan optimaliasi fungsi saran dan prasarana olahraga (2) Peningkatan pembinaan olahraga rekreasi. Keberhasilan pencapaian strategi tersebut dicerminkan oleh indikator outcome, yaitu (1) Gelanggang/Balai remaja (selain milik swasta atau dengan kata lain milik Pemerintah); (2) Jumlah Lapangan Olahraga; (3) Jumlah Kegiatan Olahraga. Untuk mendukung pencapaian arah kebijakan tersebut telah dirancang program pembangunan daerah, yaitu (1) Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Olahraga; (2) Program Pembinaan dan Pemasyarakatan Olahraga. Arah kebijakan dan strategi ini termasuk ke dalam urusan kepemudaan dan olahraga sehingga Organisasi Perangkat Daerah (O PD) yang bertanggung jawab mengimplementasikan urusan, program, strategi dan arah kebijakan tersebut adalah Dinas Pemuda dan Olahraga (Dispora) Arah Kebijakan Pelaksanaan Strategi (12): Meningkatkan kualitas dan kuantitas olahragawan berprestasi Arah kebijakan pelaksanaan strategi Meningkatkan kualitas dan kuantitas olahragawan berprestasi difokuskan pada Peningkatan pembinaan olah raga prestasi. Arah kebijakan dan strategi ini termasuk ke dalam urusan kepemudaan dan olahraga sehingga Organisasi Perangkat Daerah (O PD) yang bertanggung jawab mengimplementasikan urusan, program, strategi dan arah kebijakan tersebut adalah Dinas Pemuda dan Olahraga (Dispora) Arah Kebijakan Pelaksanaan Strategi (13): Meningkatkan kualitas pelayanan, pencegahan dan penanggulangan bencana Arah kebijakan pelaksanaan strategi Meningkatkan kualitas pelayanan, pencegahan dan penanggulangan bencana difokuskan pada Peningkatan pelayanan pencegahan dan penanggulangan bencana berbasis masyarakat. Keberhasilan pencapaian strategi tersebut dicerminkan oleh indikator outcome, yaitu (1) Cakupan pelayanan bencana kebakaran kabupaten; (2) Tingkat waktu tanggap (response time rate) daerah layanan Wilayah Manajemen Kebakaran (WMK); (3) Terbantunya korban bencana alam. Untuk mendukung pencapaian arah kebijakan tersebut telah dirancang program pembangunan daerah, yaitu (1) Program Peningkatan RPJMD Kabupaten Bogor VII - 13

223 Kesiagaan dan Pencegahan Bahaya Kebakaran; (2) Program Pencegahan Dini dan Penanggulangan Korban Bencana Alam. Arah kebijakan dan strategi ini termasuk ke dalam urusan sosial sehingga Organisasi Perangkat Daerah (O PD) yang bertanggung jawab mengimplementasikan urusan, program, strategi dan arah kebijakan tersebut adalah Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Arah Kebijakan Pelaksanaan Strategi Misi Kedua Untuk mencapai tujuan dan sasaran dari misi kedua dirumuskan dua puluh (20) strategi, yaitu: (1) Meningkatkan intensifikasi dan ekstensifikasi komoditas pangan daerah; (2) Meningkatkan akses pangan bagi masyarakat; (3) Memberdayakan koperasi dan usaha mikro, kecil dan menengah; (4) Berkembangnya agribisnis pertanian dan perikanan; (5) Mengembangkan sentra komoditas unggulan; (6) Mengembangkan investasi sesuai dengan potensi sumber daya daerah; (7) Mengem bangkan upaya reklamasi pasca tambang; (8) Meningkatkan pengawasan pemanfaatan sumber daya alam; (9) Meningkatkan ketersediaan energi dan mengembangkan sumber energi alternatif terbarukan; (10) Mengembangkan kawasan wisata andalan; (11) Meningkatkan pelayanan kepada wisatawan mancanegara dan wisatawan nusantara; (12) Mengembangkan tata kelola pertambangan yang berdaya saing; (13) Mengembangkan tata kelola pariwisata yang berdaya saing; (14) Mengembangkan tata kelola pertanian yang berdaya saing; (15) Memberdayakan industri kecil dan menengah; (16) Mengembangkan pasar dalam negeri dan luar negeri; (17) Meningkatkan kualitas dan produktifitas tenaga kerja; (18) Memberikan perlindungan bagi tenaga kerja; (19) Memperluas kesempatan kerja; serta (20) Mendorong mi nat masyarakat untuk bertransmigrasi Arah Kebijakan Pelaksanaan Strategi (1): Meningkatkan intensifikasi dan ekstensifikasi komoditas pangan daerah Arah kebijakan pelaksanaan strategi Meningkatkan intensifikasi dan ekstensifikasi komoditas pangan daerah difokuskan pada dua hal yaitu: (1) Peningkatan ketersediaan pangan secara berkelanjutan melalui peningkatan produksi dan produktivitas dan keragaman pangan; (2) Peningkatan keragaman pangan melalui pengembangan komoditas pangan lokal. Keberhasilan pencapaian strategi tersebut dicerminkan oleh indikator outcome, yaitu (1) Regulasi ketahanan pangan; (2) Ketersediaan Pangan Utama dan (3) Produktifitas padi atau bahan pangan utama lokal lain. Untuk mendukung pencapaian arah kebijakan tersebut telah dirancang program pembangunan daerah, yaitu (1) RPJMD Kabupaten Bogor VII - 14

224 Program Peningkatan Ketahanan Pangan Pertanian/Perkebunan; dan (2) Program Peningkatan Penerapan Teknologi Pertanian/Perkebunan. Arah kebijakan dan strategi ini termasuk ke dalam urusan pertanian sehingga Organisasi Perangkat Daerah (OPD) yang bertanggung jawab mengimplementasikan urusan, program, strategi dan arah kebijakan tersebut adalah Dinas Pertanian dan Kehutanan Arah Kebijakan Pelaksanaan Strategi (2): Meningkatkan akses pangan bagi masyarakat Arah kebijakan pelaksanaan strategi Meningkatkan akses pangan bagi masyarakat difokuskan pada Penataan jalur distribusi, cadangan dan pasokan pangan. Arah kebijakan dan strategi ini termasuk ke dalam urusan ketehanan pangan sehingga Organisasi Perangkat Daerah (OPD) yang bertanggung jawab mengimplementasikan urusan, program, strategi dan arah kebijakan tersebut adalah Badan Ketahanan Pangan, Pelaksana Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan Arah Kebijakan Pelaksanaan Strategi (3): Memberdayakan koperasi dan usaha mikro, kecil dan menengah Arah kebijakan pelaksanaan strategi Memberdayakan koperasi dan usaha mikro, kecil dan menengah difokuskan pada tiga hal yaitu: (1) Peningkatan kemampuan ekonomi masyarakat melalui peningkatan Koperasi dan UKM yang mandiri dan profesional; (2) Peningkatan daya saing koperasi, usaha kecil, usaha mikro dan menengah (UKM) yang berbasis IPTEK, sehingga menjadi bagian integral dari keseluruhan daerah; (3) Perkuatan kelembagaan dan usaha, kapasitas sumber daya manusia KUKM, pembiayaan dan pengembangan peluang pasar bagi produk KUKM. Keberhasilan pencapaian strategi tersebut dicerminkan oleh indikator outcome, yaitu (1) Usaha Mikro dan Kecil; (2) Jumlah UKM non BPR/LKM UKM; (3) Jumlah BPR/PDPK/LPK milik pemerintah; (4) Persentase koperasi aktif. Untuk mendukung pencapaian arah kebijakan tersebut telah dirancang program pembangunan daerah, yaitu (1) Program Penciptaan Iklim Usaha Kecil Menengah yang Kondusif; (2) Program Pengembangan Kewirausahaan dan Keunggulan Kompetitif Usaha Kecil Menengah; (3) Program Pengembangan Sistem Pendukung Usaha Bagi Usaha Mikro Kecil Menengah; (4) Program Peningkatan Kualitas Kelembagaan Koperasi. Arah kebijakan dan strategi ini termasuk ke dalam urusan Koperasi dan Usaha Kecil Menengah sehingga Organisasi Perangkat Daerah (OPD) yang bertanggung jawab mengimplementasikan urusan, program, strategi dan arah kebijakan tersebut adalah Dinas Koperasi, Usaha Kecil Menengah, Perindustrian dan Perdagangan (Diskoperindag). RPJMD Kabupaten Bogor VII - 15

225 Arah Kebijakan Pelaksanaan Strategi (4): Berkembangnya agribisnis pertanian dan perikanan Arah kebijakan pelaksanaan strategi Berkembangnya agribisnis pertanian dan perikanan. Keberhasilan pencapaian strategi tersebut dicerminkan oleh indikator outcome, yaitu (1) Sentra agribisnis komoditas unggulan; (2) Sentra agribisnis peternakan; dan (3) Sentra agribisnis perikanan. Untuk mendukung pencapaian arah kebijakan tersebut telah dirancang program pembangunan daerah, yaitu (1) Program Peningkatan Pemasaran Hasil Produksi Pertanian/Perkebunan; (2) Program Peningkatan Pemasaran Hasil Produksi Peternakan; dan (3) Program Optimalisasi Pengelolaan dan Pemasaran Produksi Perikanan. Arah kebijakan dan strategi ini termasuk ke dalam urusan pertanian, kehutanan serta kelautan dan perikanan, sehingga Organisasi Perangkat Daerah (OPD) yang bertanggung jawab mengimplementasikan urusan, program, strategi dan arah kebijakan tersebut adalah Dinas Pertanian dan Kehutanan, Dinas Peternakan dan Perikanan, Dinas Koperasi, UKM, Perindustrian dan Perdagangan serta Badan Ketahanan Pangan dan Pelaksana Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan Arah Kebijakan Pelaksanaan Strategi (5): Mengembangkan sentra komoditas unggulan Arah kebijakan pelaksanaan strategi Mengembangkan sentra komoditas unggulan difokuskan pada Peningkatan daya saing komoditas unggulan. Keberhasilan pencapaian strategi tersebut dicerminkan oleh indikator outcome, yaitu Sentra agribisnis komoditas unggulan Untuk mendukung pencapaian arah kebijakan tersebut telah dirancang program pembangunan daerah, yaitu Program Peningkatan Pemasaran Hasil Produksi Pertanian/ Perkebunan. Arah kebijakan dan strategi ini termasuk ke dalam urusan pertanian sehingga Organisasi Perangkat Daerah (OPD) yang bertanggung jawab mengimplementasikan urusan, program, strategi dan arah kebijakan tersebut adalah Dinas Pertanian dan Kehutanan (Distanhut) Arah Kebijakan Pelaksanaan Strategi (6): Mengembangkan investasi sesuai dengan potensi sumber daya daerah Arah kebijakan pelaksanaan strategi Mengembangkan investasi sesuai dengan potensi sumber daya daerah difokuskan pada dua hal yaitu (1) m enciptakan iklim investasi yang kondusif; (2) Meningkatkan promosi dan kerjasama investasi. RPJMD Kabupaten Bogor VII - 16

226 Keberhasilan pencapaian strategi tersebut dicerminkan oleh indikator outcome, yaitu (1) Jumlah investor berskala nasional (PMDN/PMA); (2) Jumlah nilai investasi berskala nasional (PMDN/PMA); (3) Kenaikan / penurunan Nilai Realisasi PMDN (milyar rupiah); (4) Pameran/expo. Untuk mendukung pencapaian arah kebijakan tersebut telah dirancang program pembangunan daerah, yaitu (1) Program Peningkatan Iklim Investasi dan Realisasi Investasi; (2) Program Peningkatan Promosi dan Kerj asama Investasi. Arah kebijakan dan strategi ini termasuk ke dalam urusan penanaman modal sehingga Organisasi Perangkat Daerah (OPD) yang bertanggung jawab mengimplementasikan urusan, program, strategi dan arah kebijakan tersebut adalah Badan Perijinan Terpadu (BPT) Arah Kebijakan Pelaksanaan Strategi (7): Mengembangkan upaya reklamasi pasca tambang Arah kebijakan pelaksanaan strategi Mengembangkan upaya reklamasi pasca tambang difokuskan pada Peningkatan pengendalian pemanfatan sumber daya alam, reklamasi/rehabilitasi lahan bekas tambang, sekaligus pemulihan pasca tambang sesuai dengan zona peruntukan yang telah ditetapkan. Keberhasilan pencapaian strategi tersebut dicerminkan oleh indikator outcome, yaitu (1) Reklamasi luas lahan bekas tambang; ( 2) Pertambangan tanpa ijin. Untuk mendukung pencapaian arah kebijakan tersebut telah dirancang program pembangunan daerah, yaitu Program Pembinaan dan Pengawasan Bidang Pertambangan. Arah kebijakan dan strategi ini termasuk ke dalam urusan energi dan sumberdaya mineral sehingga Organisasi Perangkat Daerah (OPD) yang bertanggung jawab mengimplementasikan urusan, program, strategi dan arah kebijakan tersebut adalah Dinas Energi dan Sumberdaya Mineral (DESDM) Arah Kebijakan Pelaksanaan Strategi (8): Meningkatkan pengawasan pemanfaatan sumber daya alam Arah kebijakan pelaksanaan strategi Meningkatkan pengawasan pemanfaatan sumber daya alam difokuskan pada tiga hal yaitu (1) Pengembangan dan pembinaan usaha pertambangan skala kecil dengan tetap memperhatikan pembangunan yang berwawasan lingkungan; (2) Pengelolaan pertambangan mineral secara seimbang tanpa mengabaikan nilai konservasinya serta pengembangan kawasan pertambangan dengan mempertimbangkan potensi; (3) Peningkatan pengendalian dan pengawasan pemanfaatan air bawah tanah sesuai dengan pembangunan yang berwawasan lingkungan. RPJMD Kabupaten Bogor VII - 17

227 Arah Kebijakan Pelaksanaan Strategi (9): Meningkatkan ketersediaan energi dan mengembangkan sumber energi alternatif terbarukan Arah kebijakan pelaksanaan strategi Meningkatkan ketersediaan energi dan mengembangkan sumber energi alternatif terbarukan difokuskan pada dua hal yaitu: (1) Peningkatan fasilitasi untuk pemenuhan pasokan energi dan listrik yang bersumber dari potensi energi alternatif dan terbarukan, seperti potensi hidro, surya, angin, panas, bumi dan bio-energi lainnya; (2) Pemenuhan kebutuhan listrik dan cakupan pelayanan listrik pedesaan ke seluruh wilayah serta peningkatan pengelolaan utilitas umum berupa penerangan jalan umum yang merata dan efisien di setiap wilayah. Keberhasilan pencapaian strategi tersebut dicerminkan oleh indikator outcome, yaitu (1) Peningkatan cakupan layanan PJU; (2) Rumah tangga pengguna listrik; (3) Rasio ketersediaan daya listrik; (4) Persentase rumah tangga yang menggunakan listrik; (5) Jumlah ijin usaha ketenagalistrikan IUKU/IUKS; (6) Jumlah kelompok pengguna energi baru dan energi terbarukan. Untuk mendukung pencapaian arah kebijakan tersebut telah dirancang program pembangunan daerah, yaitu (1) Program Pembinaan dan Pengembangan Bidang Ketenagalistrikan; (2) Program Penyediaan dan Pemanfaatan Energi Baru dan Energi Terbarukan. Arah kebijakan dan strategi ini termasuk ke dalam urusan energi dan sumberdaya mineral sehingga Organisasi Perangkat Daerah (OPD) yang bertanggung jawab mengimplementasikan urusan, program, strategi dan arah kebijakan tersebut adalah Dinas Energi dan Sumberdaya Mineral (DESDM) Arah Kebijakan Pelaksanaan Strategi (10): Mengembangkan kawasan wisata andalan Arah kebijakan pelaksanaan strategi Mengembangkan kawasan wisata andalan difokuskan pada Peningkatan daya tarik wisata, destinasi dan pemasaran pariwisata melalui pengembangan produk wisata yang memiliki kearifan dan kekhasan lokal didukung dengan sarana dan prasarana yang memadai. Arah kebijakan dan strategi ini termasuk ke dalam urusan pariwisata sehingga Organisasi Perangkat Daerah (OPD) yang bertanggung jawab mengimplementasikan urusan, program, strategi dan arah kebijakan tersebut adalah Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar). RPJMD Kabupaten Bogor VII - 18

228 Arah Kebijakan Pelaksanaan Strategi (11): Meningkatkan pelayanan kepada wisatawan mancanegara dan wisatawan nusantara Arah kebijakan pelaksanaan strategi Meningkatkan pelayanan kepada wisatawan mancanegara dan wisatawan nusantara difokuskan pada Peningkatan pelayanan pariwisata dengan menjaga dan memelihara kualitas sumber daya alam dan lingkungan untuk meningkatkan aktivitas ekowisata yang mampu memberikan nilai tambah ekonomi bagi kesejahteraan masyarakat. Keberhasilan pencapaian strategi tersebut dicerminkan oleh indikator outcome, yaitu Kunjungan wisata. Untuk mendukung pencapaian arah kebijakan tersebut telah dirancang program pembangunan daerah, yaitu Program Pengembangan Pemasaran Pariwisata. Arah kebijakan dan strategi ini termasuk ke dalam urusan pariwisata sehingga Organisasi Perangkat Daerah (OPD) yang bertanggung jawab mengimplementasikan urusan, program, strategi dan arah kebijakan tersebut adalah Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Arah Kebijakan Pelaksanaan Strategi (12): Mengembangkan tata kelola pertambangan yang berdaya saing Arah kebijakan pelaksanaan strategi Mengembangkan tata kelola pertambangan yang berdaya saing Arah kebijakan dan strategi ini termasuk ke dalam urusan energi dan sumberdaya mineral sehingga Organisasi Perangkat Daerah (OPD) yang bertanggung jawab mengimplementasikan urusan, program, strategi dan arah kebijakan tersebut adalah Dinas Energi dan Sumberdaya Mineral (DESDM) Arah Kebijakan Pelaksanaan Strategi (13): Mengembangkan tata kelola pariwisata yang berdaya saing Arah kebijakan pelaksanaan strategi Mengembangkan tata kelola pariwisata yang berdaya saing. Arah kebijakan dan strategi ini termasuk ke dalam urusan pariwisata sehingga Organisasi Perangkat Daerah (OPD) yang bertanggung jawab mengimplementasikan urusan, program, strategi dan arah kebijakan tersebut adalah Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar). RPJMD Kabupaten Bogor VII - 19

229 Arah Kebijakan Pelaksanaan Strategi (14): Mengembangkan tata kelola pertanian yang berdaya saing Arah kebijakan pelaksanaan strategi Mengembangkan tata kelola pertanian yang berdaya saing. Arah kebijakan dan strategi ini termasuk ke dalam urusan penanaman modal sehingga Organisasi Perangkat Daerah (OPD) yang bertanggung jawab mengimplementasikan urusan, program, strategi dan arah kebijakan tersebut adalah Badan Perijinan Terpadu (BPT) Arah Kebijakan Pelaksanaan Strategi (15): Memberdayakan industri kecil dan menengah Arah kebijakan pelaksanaan strategi Memberdayakan industri kecil dan menengah difokuskan pada dua hal yaitu (1) Peningkatan fasilitasi dan dukungan bagi penguatan usaha industri rumah tangga kecil dan menengah; (2) Peningkatan kompetensi dan penguatan kewirausahaan serta pengembangan kemitraan diantara pelaku ekonomi. Keberhasilan pencapaian strategi tersebut dicerminkan oleh indikator outcome, yaitu (1) Kontribusi industri rumah tangga terhadap PDRB sektor Industri harga konstan; (2) Pertumbuhan Industri; dan (3) Cakupan bina kelompok pengrajin. Untuk mendukung pencapaian arah kebijakan tersebut telah dirancang program pembangunan daerah, yaitu Program Program Pengembangan Industri Kecil dan Menengah. Arah kebijakan dan strategi ini termasuk ke dalam urusan industri sehingga Organisasi Perangkat Daerah (OPD) yang bertanggung jawab mengimplementasikan urusan, program, strategi dan arah kebijakan tersebut adalah Dinas Koperasi, Usaha Kecil Menengah, Perindustrian dan Perdagangan (Diskoperindag) Arah Kebijakan Pelaksanaan Strategi (16): Mengembangkan pasar dalam negeri dan luar negeri Arah kebijakan pelaksanaan strategi Mengembangkan pasar dalam negeri dan luar negeri difokuskan pada empat hal yaitu (1) Pemantapan sistem dan jaringan distribusi barang untuk pasar dalam dan luar negeri; (2) Revitalisasi pasar tradisional dan pasar desa; (3) Pengawasan barang dan jasa yang beredar dan perindungan konsumen; (4) Pelayanan yang berkualitas bagi eksportir. Keberhasilan pencapaian strategi tersebut dicerminkan oleh indikator outcome, yaitu (1) Kontribusi sektor perdagangan terhadap PDRB harga berlaku; (2) Kontribusi sektor perdagangan terhadap PDRB harga konstan; (3) Ekspor bersih perdagangan; dan (4) Cakupan bina kelompok pedagang/usaha informal. Untuk mendukung pencapaian RPJMD Kabupaten Bogor VII - 20

230 arah kebijakan tersebut telah dirancang program pembangunan daerah, yaitu (1) Program Perlindungan Konsumen dan Pengamanan Perdagangan; (2) Program Peningkatan dan Pengembangan Ekspor; dan (3) Program Peningkatan Efisiensi Perdagangan Dalam Negeri. Arah kebijakan dan strategi ini termasuk ke dalam urusan perdagangan sehingga Organisasi Perangkat Daerah (OPD) yang bertanggung jawab mengimplementasikan urusan, program, strategi dan arah kebijakan tersebut adalah Dinas Koperasi, UKM, Perindustrian dan Perdagangan (Diskoperindag) Arah Kebijakan Pelaksanaan Strategi (17): Meningkatkan kualitas dan produktivitas tenaga kerja Arah kebijakan pelaksanaan strategi Meningkatkan kualitas dan produktifitas tenaga kerja difokuskan pada Peningkatan profesionalisme tenaga kerja dan pelatihan keterampilan bagi pencari kerja. Keberhasilan pencapaian strategi tersebut dicerminkan oleh indikator outcome, yaitu (1) Angka partisipasi angkatan kerja; (2) Tingkat partisipasi angkatan kerja; (3) Tingkat pengangguran terbuka; (4) Rasio lulusan S1/S2/S3; (5) Rasio ketergantungan; (6) Jumlah pencari kerja yang terampil. Untuk mendukung pencapaian arah kebijakan tersebut telah dirancang program pembangunan daerah, yaitu Program Peningkatan Kualitas dan Produktivitas Tenaga Kerja. Arah kebijakan dan strategi ini termasuk ke dalam urusan ketenagakerjaan sehingga Organisasi Perangkat Daerah (OPD) yang bertanggung jawab mengimplementasikan urusan, program, strategi dan arah kebijakan tersebut adalah Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Dinsosnakertrans) Arah Kebijakan Pelaksanaan Strategi (18): Memberikan perlindungan bagi tenaga kerja Arah kebijakan pelaksanaan strategi Memberikan perlindungan bagi tenaga kerja difokuskan pada Peningkatan koordinasi tripartit antara pengusaha, pekerja dan pemerintah. Keberhasilan pencapaian strategi tersebut dicerminkan oleh indikator outcome, yaitu (1) Angka sengketa pengusaha-pekerja per tahun; (2) Keselamatan dan perlindungan: ( -) Panitia Keselamatan dan Kesehatan Kerja di perusahaan, ( -) Pemberian perlindungan hukum dan jamsostek, ( -) Perlindungan pekerja anak, ( -) Perlindungan pekerja malam wanita, ( -) Pengawasan, perlindungan dan penegakan hukum terhadap hak normatif pekerja. (3) Perselisihan buruh dan pengusaha terhadap kebijakan pemerintah daerah; (4) Terwujudnya sistem pengupahan yang memadai; (5) RPJMD Kabupaten Bogor VII - 21

231 Fasilitasi Lembaga Kerjasama Tripartit; (6) Sertifikasi tenaga operator di perusahaan. Untuk mendukung pencapaian arah kebijakan tersebut telah dirancang program pembangunan daerah, yaitu Program Perlindungan Pengembangan Lembaga Ketenagakerjaan. Arah kebijakan dan strategi ini termasuk ke dalam urusan ketenagakerjaan sehingga Organisasi Perangkat Daerah (OPD) yang bertanggung jawab mengimplementasikan urusan, program, strategi dan arah kebijakan tersebut adalah Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Dinsosnakertrans) Arah Kebijakan Pelaksanaan Strategi (19): Memperluas kesempatan kerja Arah kebijakan pelaksanaan strategi Memperluas kesempatan kerja difokuskan pada Peningkatan penempatan tenaga kerja. Keberhasilan pencapaian strategi tersebut dicerminkan oleh indikator outcome, yaitu (1) Pencari kerja yang ditempatkan; (2) Rasio penduduk yang bekerja; (3) Jumlah pelopor pencipta lapangan kerja; (4) Jumlah tenaga kerja yang terserap dalam program padat karya. Untuk mendukung pencapaian arah kebijakan tersebut telah dirancang program pembangunan daerah, yaitu Program Peningkatan Kesempatan Kerja. Arah kebijakan dan strategi ini termasuk ke dalam urusan ketenagakerjaan sehingga Organisasi Perangkat Daerah (OPD) yang bertanggung jawab mengimplementasikan urusan, program, strategi dan arah kebijakan tersebut adalah Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Dinsosnakertrans) Arah Kebijakan Pelaksanaan Strategi (20): Mendorong minat masyarakat untuk bertransmigrasi Arah kebijakan pelaksanaan strategi Mendorong minat masyarakat untuk bertransmigrasi difokuskan pada Fasilitasi pengiriman transmigran. Keberhasilan pencapaian strategi tersebut dicerminkan oleh indikator outcome, yaitu (1) Transmigran regional; (2) Transmigran swakarsa. Untuk mendukung pencapaian arah kebijakan tersebut telah dirancang program pembangunan daerah, yaitu Program Transmigrasi Regional. Arah kebijakan dan strategi ini termasuk ke dalam urusan ketenagakerjaan sehingga Organisasi Perangkat Daerah (OPD) yang bertanggung jawab mengimplementasikan urusan, program, strategi dan arah kebijakan tersebut adalah Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Dinsosnakertrans). RPJMD Kabupaten Bogor VII - 22

232 7.2.3 Arah Kebijakan Pelaksanaan Strategi Misi Ketiga Untuk mencapai tujuan dan sasaran dari misi ketiga dirumuskan enam belas (16) strategi, yaitu : (1) Meningkatkan kinerja perencanaan ruang; (2) Meningkatkan kinerja pengendalian pemanfaatan ruang; (3) Meningkatkan sertifikasi tanah catur tertib pertanahan; (4) Meningkatkan kualitas dan kuantitas jalan dan jembatan; (5) Meningkatkan kualitas dan kuantitas infrastruktur transportasi; (6) Meningkatnya kelancaran dan keselamatan lalu lintas angkutan orang dan barang; (7) Meningkatkan pemeliharaan infrastruktur sumber daya air dan irigasi; (8) Meningkatkan penyediaan dan penataan perumahan dan permukiman kumuh; (9) Meningkatkan akses masyarakat terhadap air bersih; (10) Meningkatkan kinerja pengelolaan air limbah domestik secara optimal; (11) Meningkatkan kinerja pengelolaan persampahan secara terpadu dan berwawasan lingkungan; (12) Meningkatkan kualitas lansekap lingkungan permukiman perkotaan; (13) Meningkatkan kapasitas penyediaan tempat pemakaman umum; (14) Meningkatnya pengendalian dan pencegahan pencemaran lingkungan hidup; (15) Meningkatkan peran serta masyarakat dan swasta dalam pengelolaan lingkungan hidup; dan (16) Meningkatnya upaya mitigasi perubahan iklim melalui penurunan Emisi GRK pada sektor pertanian, kehutanan, energi, transportasi, industri, limbah dan sampah Arah Kebijakan Pelaksanaan Strategi (1): Meningkatkan kinerja perencanaan ruang Arah kebijakan pelaksanaan strategi Meningkatkan kinerja perencanaan ruang diprioritaskan pada Peningkatan kuantitas dan kualitas perencanaan ruang. Keberhasilan pencapaian sasaran ini dicerminkan oleh indikator outcome yaitu Penyusunan Naskah akademis RDTR dan Zoning Regulation. Untuk mencapai sasaran tersebut, telah dirancang program pembangunan daerah, yaitu Program Perencanaan Tata Ruang. Arah kebijakan dan pelaksanaan strategi ini termasuk ke dalam urusan Tata Ruang sehingga Organisasi Perangkat Daerah yang bertanggung jawab mengimplementasikan urusan, program, strategi dan arah kebijakan tersebut adalah Dinas Tata Ruang dan Pertanahan Arah Kebijakan Pelaksanaan Strategi (2): Meningkatkan kinerja pengendalian pemanfaatan ruang Arah kebijakan pelaksanaan strategi Meningkatkan kinerja pengendalian pemanfaatan ruang diprioritaskan pada Peningkatan kuantitas dan kualitas pengendalian pemanfaatan ruang. RPJMD Kabupaten Bogor VII - 23

233 Keberhasilan pencapaian dicerminkan oleh indikator outcome yaitu (1) Rasio Ruang Terbuka Hijau per Satuan; (2) Cakupan luasan kawasan lind ung dan Luas Wilayah ber HPL/HGB; (3) Luas wilayah produktif; (4) Luas wilayah industri; (5) Luas wilayah kebanjiran; (6) Luas wilayah kekeringan; (7) Luas wilayah perkotaan; (8) Ruang publik yang berubah peruntukannya; (9) Ketaatan terhadap RTRW. Untuk mencapai sasaran tersebut, telah dirancang program pembangunan daerah, yaitu (1) Program Perencanaan Tata Ruang; (2) Program Pemanfaatan Ruang; (3) Program Pengendalian Pemanfaatan Ruang. Arah kebijakan dan pelaksanaan strategi ini termasuk ke dalam urusan Tata Ruang sehingga Organisasi Perangkat Daerah yang bertanggung jawab mengimplementasikan urusan, program, strategi dan arah kebijakan tersebut adalah Dinas Tata Ruang dan Pertanahan Arah Kebijakan Pelaksanaan Strategi (3): Meningkatkan sertifikasi tanah catur tertib pertanahan. Arah kebijakan pelaksanaan strategi Meningkatkan sertifikasi tanah catur tertib pertanahan diprioritaskan pada Peningkatan pelayanan sertifikasi tanah melalui prona/proda. Keberhasilan pencapaian dicerminkan oleh indikator outcome yaitu (1) Luas lahan bersertifikat; (2) Penyelesaian kasus tanah negara; (3) Persentase penduduk yang memiliki lahan. Untuk mencapai sasaran tersebut, telah dirancang program pembangunan daerah, yaitu (1) Program Pembangunan Sistem Pendaftaran Tanah; (2) Program Penataan Penguasaan, Pemilikan, Penggunaan dan Pemanfaatan Tanah. Arah kebijakan dan pelaksanaan strategi ini termasuk ke dalam urusan Pertanahan sehingga Organisasi Perangkat Daerah yang bertanggung jawab mengimplementasikan urusan, program, strategi dan arah kebijakan tersebut adalah Dinas Tata Ruang dan Pertanahan Arah Kebijakan Pelaksanaan Strategi (4): Meningkatkan kualitas dan kuantitas jalan dan jembatan. Arah kebijakan pelaksanaan strategi Meningkatkan kualitas dan kuantitas jalan dan jembatan, diprioritaskan pada Pembangunan, peningkatan dan rehabilitasi jaringan jalan dan jembatan untuk menunjang aktivitas perekonomian masyarakat. Keberhasilan pencapaian dicerminkan oleh indikator outcome yaitu (1) Panjang jalan Kabupaten dalam kondisi baik; (2) Proporsi panjang jaringan jalan dalam kondisi baik; (3) Panjang jalan dilalui roda 4; (4) Sempadan Jalan yang dipakai pedagang kaki lima atau bangunan rumah liar; (5) Jalan Penghubung dari ibukota RPJMD Kabupaten Bogor VII - 24

234 kecamatan ke kawasan pemukiman penduduk (minimal dilalui roda 4). U ntuk mencapai sasaran tersebut, telah dirancang program pembangunan daerah, yaitu Program Pembangunan Jalan dan Jembatan. Arah kebijakan dan pelaksanaan strategi ini termasuk ke dalam urusan Pekerjaan Umum sehingga Organisasi Perangkat Daerah yang bertanggung jawab mengimplementasikan urusan, program, strategi dan arah kebijakan tersebut adalah Dinas Bina Marga dan Pengairan Arah Kebijakan Pelaksanaan Strategi (5): Meningkatkan kualitas dan kuantitas infrastruktur transportasi. Arah kebijakan pelaksanaan strategi Meningkatkan kualitas dan kuantitas infrastruktur transportasi, diprioritaskan pada Peningkatan pelayanan perhubungan untuk mempercepat dan memperlancar pergerakan orang, barang dan jasa. Keberhasilan pencapaian dicerminkan oleh indikator outcome yaitu Jumlah Pelabuhan Laut/Udara/Terminal Bis. Untuk mencapai sasaran tersebut, telah dirancang program pembangunan daerah, yaitu (1) Program Pembangunan Prasarana dan Fasilitas Perhubungan; (2) Program Pembangunan Sarana dan Prasarana Perhubungan; (3) Program Rehabilitasi dan Pemeliharaan Prasarana dan Fasilitas LLAJ. Arah kebijakan dan pelaksanaan strategi ini termasuk ke dalam urusan perhubungan sehingga Organisasi Perangkat Daerah yang bertanggung jawab mengimplementasikan urusan, program, strategi dan arah kebijakan tersebut adalah Dinas Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Arah Kebijakan Pelaksanaan Strategi (6): Meningkatnya kelancaran dan keselamatan lalu lintas angkutan orang dan barang. Arah kebijakan pelaksanaan strategi Meningkatnya kelancaran dan keselamatan lalu lintas angkutan orang dan barang, diprioritaskan pada Peningkatan ketersediaan sarana dan prasarana perhubungan, berupa terminal, fasilitas lalu lintas dan sarana perhubungan lainnya. Keberhasilan pencapaian dicerminkan oleh indikator outcome yaitu (1) Jumlah arus penumpang angkutan umum; (2) Rasio ijin trayek; (3) Angkutan darat; (4) Rasio panjang jalan per jumlah kendaraan; (5) Jumlah orang/barang yang terangkut angkutan umum; (6) Jumlah orang/barang melalui dermaga/bandara/terminal pertahun Jumlah uji kir angkutan umum; (7) Kepemilikan KIR angkutan umum; (8) Lama pengujian kelayakan angkutan umum (KIR); (9) Biaya pengujian kelayakan angkutan umum; (10) Pemasangan Rambu -rambu. Untuk mencapai sasaran tersebut, telah RPJMD Kabupaten Bogor VII - 25

235 dirancang program pembangunan daerah, yaitu (1) Program Peningkatan Pelayanan Angkutan; (2) Program Peningkatan dan Pengamanan Lalu lintas. Arah kebijakan dan pelaksanaan strategi ini termasuk ke dalam urusan Perhubungan sehingga Organisasi Perangkat Daerah yang bertanggung jawab mengimplementasikan urusan, program, strategi dan arah kebijakan tersebut adalah Dinas Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Arah Kebijakan Pelaksanaan Strategi (7): Meningkatkan pemeliharaan infrastruktur sumber daya air dan irigasi. Arah kebijakan pelaksanaan strategi Meningkatkan pemeliharaan infrastruktur sumber daya air dan irigasi, diprioritaskan pada (1) Pengembangan infrastruktur sumberdaya air, konservasi sumberdaya air, pendayagunaan sumberdaya air, pengendalian banjir dan daya rusak air serta pemberdayaan masyarakat dalam pengelolaan sumberdaya air; (2) Peningkatan layanan jaringan irigasi melalui optimalisasi dalam penyediaan air irigasi bagi pertanian. Keberhasilan pencapaian dicerminkan oleh indikator outcome yaitu (1) Rasio Jaringan irigasi; (2) Luas irigasi Kabupaten dalam kondisi baik Untuk mencapai sasaran tersebut, telah dirancang program pembangunan daerah, yaitu Program Pengembangan dan Pengelolaan Jaringan Irigasi, Rawa dan Jaringan Pengairan Lainnya. Arah kebijakan dan pelaksanaan strategi ini termasuk ke dalam urusan Pekerjaan Umum sehingga Organisasi Perangkat Daerah yang bertanggung jawab mengimplementasikan urusan, program, strategi dan arah kebijakan tersebut adalah Dinas Bina Marga dan Pengairan Arah Kebijakan Pelaksanaan Strategi (8): Meningkatkan penyediaan dan penataan perumahan dan permukiman kumuh. Arah kebijakan pelaksanaan strategi Meningkatkan penyediaan dan penataan perumahan dan permukiman kumuh, diprioritaskan pada Peningkatan jumlah rumah layak huni dan berkurangnya permukiman kumuh. Keberhasilan pencapaian dicerminkan oleh indikator outcome yaitu (1) Persentase Luas pemukiman yang tertata; ( 2) Rasio bangunan ber- IMB per satuan bangunan; (3) Peningkatan Bangunan ber-imb per KK; (4) Persentase Luas pemukiman yang tertata; (5) Lingkungan Permukiman Kumuh; (6) Betonisasi jalan lingkungan; (7) Rasio rumah layak huni; (8) Rumah Layak Huni; (9) Rasio permukiman layak huni; (10) Lingkungan Pemukiman. Untuk mencapai sasaran tersebut, telah dirancang program pembangunan daerah, yaitu (1) Program Lingkungan Sehat Perumahan; (2) Program RPJMD Kabupaten Bogor VII - 26

236 Pengembangan Wilayah Strategis dan Infrastruktur Pedesaan. Cepat Tumbuh; (3) Program Pembangunan Arah kebijakan dan pelaksanaan strategi ini termasuk ke dalam urusan Perumahan dan Pekerjaan Umum sehingga Organisasi Perangkat Daerah yang bertanggung jawab mengimplementasikan urusan, program, strategi dan arah kebijakan tersebut adalah Dinas Tata Bangunan dan Permukiman Arah Kebijakan Pelaksanaan Strategi (9): Meningkatkan akses masyarakat terhadap air bersih. Arah kebijakan pelaksanaan strategi Meningkatkan akses masyarakat terhadap air bersih, diprioritaskan Peningkatan cakupan pelayanan air bersih; Keberhasilan pencapaian dicerminkan oleh indikator outcome yaitu (1) Rumah tangga pengguna air bersih; ( 2) Persentase penduduk berakses air minum. Untuk mencapai sasaran tersebut, telah dirancang program pembangunan daerah, yaitu (1) Program Pembangunan Infrastruktur Pedesaan; (2) Program pengembangan kinerja pengelolaan Air Minum dan Air Limbah. Arah kebijakan dan pelaksanaan strategi ini termasuk ke dalam urusan pekerjaan umum dan Perumahan sehingga Organisasi Perangkat Daerah yang bertanggung jawab mengimplementasikan urusan, program, strategi dan arah kebijakan tersebut adalah Dinas Kebersihan dan Pertamanan Arah Kebijakan Pelaksanaan Strategi (10): Meningkatkan kinerja pengelolaan air limbah domestic secara optimal Arah kebijakan pelaksanaan strategi Meningkatkan kinerja pengelolaan air limbah domestic secara optimal, diprioritaskan pada (1) Peningkatan jumlah dan cakupan pelayanan air limbah domestic dan (2) Peningkatan penyediaan sarana sanitasi lingkungan dan rumah tangga. Keberhasilan pencapaian dicerminkan oleh indikator outcome yaitu (1) Cakupan pelayanan air limbah; (2) Jumlah pelayanan air limbah; (3) Rumah tangga ber- Sanitasi; (4) Persentase rumah tinggal bersanitasi. Untuk mencapai sasaran tersebut, telah dirancang program pembangunan daerah, yaitu (1) Program pengembangan kinerja pengelolaan Air Minum dan Air Limbah; (2) Program lingkungan sehat perumahan. Arah kebijakan dan pelaksanaan strategi ini termasuk ke dalam urusan pekerjaan umum sehingga Organisasi Perangkat Daerah yang bertanggung jawab mengimplementasikan urusan, program, strategi dan arah kebijakan tersebut adalah (1) Dinas Kebersihan dan Pertamanan; (2) Dinas Tata Bangunan dan Permukiman. RPJMD Kabupaten Bogor VII - 27

237 Arah Kebijakan Pelaksanaan Strategi (11): Meningkatkan kinerja pengelolaan persampahan secara terpadu dan berwawasan lingkungan. Arah kebijakan pelaksanaan strategi Meningkatkan kinerja pengelolaan persampahan secara terpadu dan berwawasan lingkungan, diprioritaskan pada Peningkatan cakupan pelayanan persampahan. Keberhasilan pencapaian dicerminkan oleh indikator outcome yaitu (1) Persentase penanganan sampah; ( 2) Tempat pembuangan sampah (TPS) per satuan penduduk; (3) Rasio tempat pembuangan sampah (TPS) per satuan penduduk. Untuk mencapai sasaran tersebut, telah dirancang program pembangunan daerah, yaitu Program pengembangan kinerja pengelolaan persampahan. Arah kebijakan dan pelaksanaan strategi ini termasuk ke dalam urusan pekerjaan umum sehingga Organisasi Perangkat Daerah yang bertanggung jawab mengimplementasikan urusan, program, strategi dan arah kebijakan tersebut adalah Dinas Kebersihan dan Pertamanan Arah Kebijakan Pelaksanaan Strategi (12): Meningkatkan kualitas lansekap lingkungan permukiman perkotaan. Arah kebijakan pelaksanaan strategi Meningkatkan kualitas lansekap lingkungan permukiman perkotaan, diprioritaskan pada (1) Peningkatan pengendalian dan penataan reklame; (2) Peningkatan penyediaan Ruang Terbuka Hijau, Taman Kota, Taman Perkantoran dan Taman Jalur. Keberhasilan pencapaian dicerminkan oleh indikator outcome yaitu (1) Rasio titik reklame di lokasi strategis; (2) Jumlah Ruang Terbuka Hijau, Taman Kota, Taman perkantoran dan Taman jalur. Untuk mencapai sasaran tersebut, telah dirancang program pembangunan daerah, yaitu (1) Program Program Pengendalian dan Penataan Reklame; (2) Program Pengelolaan Ruang Terbuka Hijau. Arah kebijakan dan pelaksanaan strategi ini termasuk ke dalam urusan pekerjaan umum sehingga Organisasi Perangkat Daerah yang bertanggung jawab mengimplementasikan urusan, program, strategi dan arah kebijakan tersebut adalah Dinas Kebersihan dan Pertamanan Arah Kebijakan Pelaksanaan Strategi (13): Meningkatkan kapasitas penyediaan tempat pemakaman umum. Arah kebijakan pelaksanaan strategi Meningkatkan kapasitas penyediaan tempat pemakaman umum, diprioritaskan pada Peningkatan kapasitas penyediaan tempat pemakaman umum. RPJMD Kabupaten Bogor VII - 28

238 Keberhasilan pencapaian dicerminkan oleh indikator outcome yaitu Jumlah tempat pemakaman umum satuan penduduk. Untuk mencapai sasaran tersebut, telah dirancang program pembangunan daerah, yaitu Program Pengelolaan Area Pemakaman. Arah kebijakan dan pelaksanaan strategi ini termasuk ke dalam urusan pekerjaan umum sehingga Organisasi Perangkat Daerah yang bertanggung jawab mengimplementasikan urusan, program, strategi dan arah kebijakan tersebut adalah Dinas Kebersihan dan Pertamanan Arah Kebijakan Pelaksanaan Strategi (14): Meningkatnya pengendalian dan pencegahan pencemaran lingkungan hidup. Arah kebijakan pelaksanaan strategi Meningkatnya pengendalian dan pencegahan pencemaran lingkungan hidup, diprioritaskan pada peningkatan pengendalian pencemaran air, udara dan tanah; penerapan teknologi bersih untuk industri; serta peningkatan upaya mitigasi dan adaptasi terhadap perubahan iklim. Arah kebijakan dan pelaksanaan strategi ini termasuk ke dalam urusan lingkungan hidup sehingga Organisasi Perangkat Daerah yang bertanggung jawab mengimplementasikan urusan, program, strategi dan arah kebijakan tersebut adalah Badan Lingkungan Hidup Arah Kebijakan Pelaksanaan Strategi (15): Meningkatkan peran serta masyarakat dan swasta dalam pengelolaan lingkungan hidup. Arah kebijakan pelaksanaan strategi Meningkatkan peran serta masyarakat dan swasta dalam pengelolaan lingkungan hidup, diprioritaskan pada Peningkatan pengawasan dan pengendalian pencemaran lingkungan melalui peran serta masyarakat dan swasta dalam pengelolaan lingkungan hidup. Arah kebijakan dan pelaksanaan strategi ini termasuk ke dalam urusan lingkungan hidup sehingga Organisasi Perangkat Daerah yang bertanggung jawab mengimplementasikan urusan, program, strategi dan arah kebijakan tersebut adalah Badan Lingkungan Hidup Meningkatnya upaya mitigasi perubahan iklim melalui penurunan Emisi GRK pada sektor pertanian, kehutanan, energi, transportasi, industri, limbah dan sampah. Arah kebijakan pelaksanaan strategi Meningkatnya upaya mitigasi perubahan iklim melalui penurunan Emisi GRK pada sektor pertanian, kehutanan, energi, transportasi, industri, limbah dan sampah diprioritaskan pada Penurunan emisi GRK pada sektor pertanian, kehutanan, energi, transportasi, industri, limbah dan sampah. RPJMD Kabupaten Bogor VII - 29

239 Arah kebijakan dan pelaksanaan strategi ini termasuk ke dalam urusan Lingkungan Hidup sehingga Organisasi Perangkat Daerah yang bertanggung jawab mengimplementasikan urusan, program, strategi dan arah kebijakan tersebut adalah Badan Lingkungan Hidup Arah Kebijakan Pelaksanaan Strategi Misi Keempat Untuk mencapai tujuan dan sasaran dari misi keempat dirumuskan empat belas (14) strategi, yaitu: (1) Fasilitasi penyelenggaraan PAUD melalui pemenuhan kebutuhan sarana prasarana; (2) Fasilitasi pendidikan dasar dan menengah melalui pemenuhan kebutuhan sarana prasarana; (3) Meningkatkan kompetensi dan kesejahteraan pendidik serta tenaga kependidikan; (4) Menyelenggarakan pendidikan dasar dan menengah dengan biaya yang terjangkau; (5) Merumuskan strategi pembelajaran yang tepat dalam rangka peningkatan kompetensi lulusan; (6) Menyelenggarakan pendidikan keaksaraan fungsional; (7) Meningkatkan akses masyarakat terhadap perpustakaan; (8) Meningkatkan jumlah kunjungan ke perpustakaan; (9) Meningkatkan akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan dasar dan rujukan; (10) Meningkatkan kualitas perbaikan status gizi masyarakat; (11) Mengembangkan sistem pembiayaan pelayanan kesehatan yang berbasis asuransi; (12) Meningkatkan dan memasyarakatkan perilaku hidup bersih dan sehat; (13) Meningkatkan kuantitas dan kualitas tenaga kesehatan; (14) Meningkatkan kuantitas dan kualitas sarana dan prasarana kesehatan Arah Kebijakan Pelaksanaan Strategi (1): Fasilitasi penyelenggaraan PAUD melalui pemenuhan kebutuhan sarana prasarana Arah kebijakan pelaksanaan strategi Fasilitasi penyelenggaraan PAUD melalui pemenuhan kebutuhan sarana prasarana difokuskan pada Peningkatan kualitas dan kuantitas sarana prasarana PAUD. Keberhasilan pencapaian strategi tersebut dicerminkan oleh indikator outcome, yaitu APK Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) Untuk mendukung pencapaian arah kebijakan tersebut telah dirancang program pembangunan daerah, yaitu Program Pendidikan Anak Usia Dini. Arah kebijakan dan strategi ini termasuk ke dalam urusan pendidikan sehingga Organisasi Perangkat Daerah (OPD) yang bertanggung jawab mengimplementasikan urusan, program, strategi dan arah kebijakan tersebut adalah Dinas Pendidikan (Disdik) Arah Kebijakan Pelaksanaan Strategi (2): Fasilitasi pendidikan dasar dan menengah melalui pemenuhan kebutuhan sarana prasarana RPJMD Kabupaten Bogor VII - 30

240 Arah kebijakan pelaksanaan strategi Fasilitasi pendidikan dasar dan menengah melalui pemenuhan kebutuhan sarana prasarana difokuskan pada Peningkatan kualitas dan kuantitas sarana prasarana pendidikan dasar dan menengah dalam rangka memenuhi standar pelayanan minimal. Keberhasilan pencapaian strategi tersebut dicerminkan oleh indikator outcome, yaitu (1) Rasio Guru SD-MI/Kelas SD-MI; (2) Rasio guru sekolah dasar/murid SMP/MTs; (3) Rasio ketersediaan sekolah dasar/penduduk usia pendidikan dasar 7 15; (4) Rasio Ketersediaan SMP-MTs terhadap Penduduk Usia Tahun; (5) Ra sio Rombel/Guru SD-MI; (6) Sekolah Pendidikan SD Kondisi Bangunan Baik ; dan (7) Sekolah Pendidikan SMP Kondisi Bangunan Baik. Untuk mendukung pencapaian arah kebijakan tersebut telah dirancang program pembangunan daerah, yaitu Program Wajib Belajar Pendidikan Dasar Sembilan Tahun. Arah kebijakan dan strategi ini termasuk ke dalam urusan pendidikan sehingga Organisasi Perangkat Daerah (OPD) yang bertanggung jawab mengimplementasikan urusan, program, strategi dan arah kebijakan tersebut adalah Dinas Pendidikan (Disdik) Arah Kebijakan Pelaksanaan Strategi (3): Meningkatkan kompetensi dan kesejahteraan pendidik serta tenaga kependidikan Arah kebijakan pelaksanaan strategi Meningkatkan kompetensi dan kesejahteraan pendidik serta tenaga kependidikan difokuskan pada dua hal yaitu (1) Peningkatan kualifikasi akademik pendidik dan tenaga kependidikan PAUD, pendidikan dasar dan pendidikan menengah; (2) Penetapan Upah Minimim Guru Kabupaten Bogor. Keberhasilan pencapaian strategi tersebut dicerminkan oleh indikator outcome, yaitu Guru yang memenuhi kualifikasi S1/D-IV. Untuk mendukung pencapaian arah kebijakan tersebut telah dirancang program pembangunan daerah, yaitu Program Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan. Arah kebijakan dan strategi ini termasuk ke dalam urusan pendidikan sehingga Organisasi Perangkat Daerah (OPD) yang bertanggung jawab mengimplementasikan urusan, program, strategi dan arah kebijakan tersebut adalah Dinas Pendidikan (Disdik) Arah Kebijakan Pelaksanaan Strategi (4): Menyelenggarakan pendidikan dasar dan menengah dengan biaya yang terjangkau Arah kebijakan pelaksanaan strategi Menyelenggarakan pendidikan dasar dan menengah dengan biaya yang terjangkau difokuskan pada Penyelenggaraan pendidikan gratis dasar dan menengah dalam rangka penuntasan Wajar Dikdas 12 tahun pada tahun RPJMD Kabupaten Bogor VII - 31

241 Arah kebijakan dan strategi ini termasuk ke dalam urusan pendidikan sehingga Organisasi Perangkat Daerah (OPD) yang bertanggung jawab mengimplementasikan urusan, program, strategi dan arah kebijakan tersebut adalah Dinas Pendidikan (Disdik) Arah Kebijakan Pelaksanaan Strategi (5): Merumuskan strategi pembelajaran yang tepat dalam rangka peningkatan kompetensi lulusan Arah kebijakan pelaksanaan strategi Merumuskan strategi pembelajaran yang tepat dalam rangka peningkatan kompetensi lulusan difokuskan pada Penerapan metodologi pembelajaran berbasis teknologi informasi dan komunikasi (TIK). Arah kebijakan dan strategi ini termasuk ke dalam urusan pendidikan sehingga Organisasi Perangkat Daerah (OPD) yang bertanggung jawab mengimplementasikan urusan, program, strategi dan arah kebijakan tersebut adalah Dinas Pendidikan (Disdik) Arah Kebijakan Pelaksanaan Strategi (6): Menyelenggarakan pendidikan keaksaraan fungsional Arah kebijakan pelaksanaan strategi Menyelenggarakan pendidikan keaksaraan fungsional difokuskan pada Penyediaan layanan pendidikan keaksaraan fungsional bagi penduduk buta aksara. Keberhasilan pencapaian strategi tersebut dicerminkan oleh indikator outcome, yaitu (1) Penduduk yang berusia > 15 tahun melek huruf (tdk buta ak sara). Untuk mendukung pencapaian arah kebijakan tersebut telah dirancang program pembangunan daerah, yaitu Program Pendidikan Non Formal. Arah kebijakan dan strategi ini termasuk ke dalam urusan pendidikan sehingga Organisasi Perangkat Daerah (OPD) yang bertanggung jawab mengimplementasikan urusan, program, strategi dan arah kebijakan tersebut adalah Dinas Pendidikan (Disdik) Arah Kebijakan Pelaksanaan Strategi (7): Meningkatkan akses masyarakat terhadap perpustakaan Arah kebijakan pelaksanaan strategi Meningkatkan akses masyarakat terhadap perpustakaan difokuskan pada Pembangunan perpustakaan di setiap kecamatan. Keberhasilan pencapaian strategi tersebut dicerminkan oleh indikator outcome, yaitu Jumlah Perpustakaan. Untuk mendukung pencapaian arah kebijakan tersebut telah dirancang program pembangunan daerah, yaitu Pembinaan Perpustakaan. Arah kebijakan dan strategi ini termasuk ke dalam urusan perpustakaan sehingga Organisasi Perangkat Daerah (OPD) yang bertanggung jawab mengimplementasikan urusan, program, strategi dan arah kebijakan tersebut adalah Kantor Arsip dan Perpustakaan Daerah (KAPD). RPJMD Kabupaten Bogor VII - 32

242 Arah Kebijakan Pelaksanaan Strategi (8): Meningkatkan jumlah kunjungan ke perpustakaan Arah kebijakan pelaksanaan strategi Meningkatkan jumlah kunjungan ke perpustakaan difokuskan pada Peningkatan sarana dan prasarana perpustakaan berbasis IT. Keberhasilan pencapaian strategi tersebut dicerminkan oleh indikator outcome, yaitu Pengunjung Perpustakaan. Untuk mendukung pencapaian arah kebijakan tersebut telah dirancang program pembangunan daerah, yaitu Pembinaan Perpustakaan. Arah kebijakan dan strategi ini termasuk ke dalam urusan perpustakaan sehingga Organisasi Perangkat Daerah (OPD) yang bertanggung jawab mengimplementasikan urusan, program, strategi dan arah kebijakan tersebut adalah Kantor Arsip dan Perpustakaan Daerah (KAPD) Arah Kebijakan Pelaksanaan Strategi (9): Meningkatkan akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan dasar dan rujukan Arah kebijakan pelaksanaan strategi Meningkatkan akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan dasar dan rujukan difokuskan pada Penerapan pelayanan kesehatan gratis bagi kelompok masyarakat miskin dan kelompok masyarakat tertentu sesuai dengan ketentuan. Keberhasilan pencapaian strategi tersebut dicerminkan oleh indikator outcome, yaitu Cakupan Pelayanan Kesehatan rujukan pasien masyarakat miskin. Untuk mendukung pencapaian arah kebijakan tersebut telah dirancang program pembangunan daerah, yaitu Program Pelayanan Kesehatan Penduduk Miskin;. Arah kebijakan dan strategi ini termasuk ke dalam urusan kesehatan sehingga Organisasi Perangkat Daerah (OPD) yang bertanggung jawab mengimplementasikan urusan, program, strategi dan arah kebijakan tersebut adalah Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Arah Kebijakan Pelaksanaan Strategi (10): Meningkatkan kualitas perbaikan status gizi masyarakat Arah kebijakan pelaksanaan strategi Meningkatkan kualitas perbaikan status gizi masyarakat difokuskan pada Peningkatan manajemen dan pelayanan status gizi masyarakat. Keberhasilan pencapaian strategi tersebut dicerminkan oleh indikator outcome, yaitu (1) Cakupan Balita Gizi Buruk mendapat perawatan; (2) Rasio posyandu per satuan balita; (3) Persentase balita gizi buruk. Untuk mendukung pencapaian arah RPJMD Kabupaten Bogor VII - 33

243 kebijakan tersebut telah dirancang program pembangunan daerah, yaitu Program Perbaikan Gizi Masyarakat. Arah kebijakan dan strategi ini termasuk ke dalam urusan kesehatan sehingga Organisasi Perangkat Daerah (OPD) yang bertanggung jawab mengimplementasikan urusan, program, strategi dan arah kebijakan tersebut adalah Dinas Kesehatan (Dinkes) Arah Kebijakan Pelaksanaan Strategi (11): Mengembangkan sistem pembiayaan pelayanan kesehatan yang berbasis asuransi Arah kebijakan pelaksanaan strategi Mengembangkan sistem pembiayaan pelayanan kesehatan yang berbasis asuransi difokuskan pada Penyelenggaraan JAMPESEHAT. Arah kebijakan dan strategi ini termasuk ke dalam urusan kesehatan sehingga Organisasi Perangkat Daerah (OPD) yang bertanggung jawab mengimplementasikan urusan, program, strategi dan arah kebijakan tersebut adalah Dinas Kesehatan Arah Kebijakan Pelaksanaan Strategi (12): Meningkatkan dan memasyarakatkan perilaku hidup bersih dan sehat Arah kebijakan pelaksanaan strategi Meningkatkan dan memasyarakatkan perilaku hidup bersih dan sehat difokuskan pada Peningkatan pemberdayaan dan peran serta masyarakat dan swasta dalam bidang kesehatan. Arah kebijakan dan strategi ini termasuk ke dalam urusan kesehatan sehingga Organisasi Perangkat Daerah (OPD) yang bertanggung jawab mengimplementasikan urusan, program, strategi dan arah kebijakan tersebut adalah Dinas Kesehatan (Dinkes) Arah Kebijakan Pelaksanaan Strategi (13): Meningkatkan kuantitas dan kualitas tenaga kesehatan Arah kebijakan pelaksanaan strategi Meningkatkan kuantitas dan kualitas tenaga kesehatan difokuskan pada Pemenuhan dan peningkatan kualitas sumber daya manusia kesehatan/tenaga kesehatan sesuai standar. Arah kebijakan dan strategi ini termasuk ke dalam urusan kesehatan sehingga Organisasi Perangkat Daerah (OPD) yang bertanggung jawab mengimplementasikan urusan, program, strategi dan arah kebijakan tersebut adalah Dinas Kesehatan (Dinkes) Arah Kebijakan Pelaksanaan Strategi (14): Meningkatkan kuantitas dan kualitas sarana dan prasarana kesehatan Arah kebijakan pelaksanaan strategi Meningkatkan kuantitas dan kualitas sarana dan prasarana kesehatan difokuskan pada Pemenuhan sarana dan prasarana kesehatan sesuai standar. RPJMD Kabupaten Bogor VII - 34

244 Arah kebijakan dan strategi ini termasuk ke dalam urusan kesehatan sehingga Organisasi Perangkat Daerah (OPD) yang bertanggung jawab mengimplementasikan urusan, program, strategi dan arah kebijakan tersebut adalah Dinas Kesehatan (Dinkes) Arah Kebijakan Pelaksanaan Strategi Misi Kelima Untuk mencapai tujuan dan sasaran dari misi kelima dirumuskan duapuluh lima (25) strategi, yaitu: (1) Meningkatkan peran serta Stakeholders dalam perencanaan pembangunan daerah; (2) Meningkatkan sumber daya perencanaan yang memadai; (3) Meningkatkan pengelolaan data dan informasi perencanaan pembangunan daerah; (4) Intensifikasi pendapatan asli daerah; (5) Meningkatkan akuntabilitas pertanggungjawaban keuangan; (6) Meningkatkan efisiensi pengelolaan barang daerah; (7) Menata sistem hukum di daerah; (8) Meningkatnya penataan kelembagaan yang tepat ukuran dan kewenangan yang jelas dan tidak tumpang tindih; (9) Meningkatkan kualitas pelayanan fungsi legislatif; (10) Menyelenggarakan pelayanan pengadaan barang dan jasa melalui LPSE; (11) Mengembangkan sistem administrasi kependudukan dan catatan sipil; (12) Meningkatkan k ualitas pelayanan perizinan; (13) Meningkatkan kapasitas kelembagaan dan aparatur kecamatan; (14) Meningkatkan kapasitas kelembagaan dan aparat penyelenggara pemerintahan desa; (15) Meningkatkan kualitas laporan dan tindak lanjut hasil pengawasan; (16) Men ingkatkan profesionalisme aparat pengawasan; (17) Meningkatkan pengelolaan dan pelayanan kearsipan; (18) Meningkatkan transparansi dan akuntabilitas kinerja Pemerintah Kabupaten Bogor; (19) Meningkatkan kualitas pelayanan informasi penyelenggaraan pemerintahan bagi masyarakat; (20) Meningkatkan profesionalisme aparatur dan kesetiakawanan Korps Pegawai Republik Indonesia; (21) Menerapkan manajemen pengelolaan kepegawaian yang berkeadilan; (22) Meningkatkan kuantitas dan kualitas kerjasama daerah; (23) Meningkatkan pembinaan wawasan kebangsaan bagi masyarakat; (24) Meningkatkan fasilitasi dan koordinasi pembentukan Kabupaten Bogor Barat (25) Meningkatkan peran pemerintah, masyarakat dan partai politik dalam pembangunan kehidupan politik yang demokratis; (2 6) Meningkatkan penertiban gangguan keamanan, kenyamanan, ketentraman dan ketertiban di masyarakat Arah Kebijakan Pelaksanaan Strategi (1): Meningkatkan peran serta Stakeholders dalam perencanaan pembangunan daerah Arah kebijakan pelaksanaan strategi Meningkatkan peran serta Stakeholders dalam perencanaan pembangunan daerah difokuskan pada Peningkatan penyusunan perencanaan daerah yang partisipatif, transparan, dan aplikatif. Keberhasilan pencapaian strategi tersebut dicerminkan oleh indikator outcome, yaitu (1) Tersedianya dokumen perencanaan RPJPD yang telah ditetapkan dengan RPJMD Kabupaten Bogor VII - 35

245 PERDA; (2) Tersedianya dokumen perencanaan RPJMD yang telah ditetapkan dengan PERDA; (3) Tersedianya dokumen perencanaan : RKPD yang telah ditetapkan dengan PERKADA; (4) Penjabaran program RPJMD ke dalam RKPD; (5) Tersusunnya dokumen evaluasi perencanaan pembangunan daerah Kabupaten Bogor yang berkualitas dan tepat waktu; dan (6) Persentase kesesuaian keg iatan yang direncanakan dengan kegiatan yang dianggarkan. Untuk mendukung pencapaian arah kebijakan tersebut telah dirancang program pembangunan daerah, yaitu Program Perencanaan Pembangunan Daerah. Arah kebijakan dan strategi ini termasuk ke dalam urusan periencanaan pembangunan, sehingga Organisasi Perangkat Daerah (OPD) yang bertanggung jawab mengimplementasikan urusan, program, strategi dan arah kebijakan tersebut adalah Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Arah Kebijakan Pelaksanaan Strategi (2): Meningkatkan sumber daya perencanaan yang memadai Arah kebijakan pelaksanaan strategi Meningkatkan sumber daya perencanaan yang memadai difokuskan pada Peningkatan kualitas sumber daya perencanaan. Arah kebijakan dan strategi ini termasuk ke dalam urusan perencanaan sehingga Organisasi Perangkat Daerah (OPD) yang bertanggung jawab mengimplementasikan urusan, program, strategi dan arah kebijakan tersebut adalah Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Arah Kebijakan Pelaksanaan Strategi (3): Meningkatkan pengelolaan data dan informasi perencanaan pembangunan daerah Arah kebijakan pelaksanaan strategi Meningkatkan pengelolaan data dan informasi perencanaan pembangunan daerah difokuskan pada dua hal (1) Peningkatan ketersediaan data yang akurat, valid dan terpercaya serta sesuai dengan kebutuhan perencanaan pembangunan daerah; (2) Peningkatan penelitian dan pengembangan hasil-hasil penelitian sesuai dengan kebutuhan perencanaan daerah. Keberhasilan pencapaian strategi tersebut dicerminkan oleh indikator outcome, yaitu Cakupan layanan informasi program dan kegiatan pembangunan Kabupaten Bogor Untuk mendukung pencapaian arah kebijakan tersebut telah dirancang program pembangunan daerah, yaitu Program Peningkatan Kapasitas Kelembagaan Perencanaan Pembangunan Daerah. Arah kebijakan dan strategi ini termasuk ke dalam urusan perencanaan pembangunan, sehingga Organisasi Perangkat Daerah (OPD) yang bertanggung jawab RPJMD Kabupaten Bogor VII - 36

246 mengimplementasikan urusan, program, strategi dan arah kebijakan tersebut adalah Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Arah Kebijakan Pelaksanaan Strategi (4): Intensifikasi pendapatan asli daerah Arah kebijakan pelaksanaan strategi Intensifikasi pendapatan asli daerah difokuskan pada Peningkatan kemampuan keuangan daerah melalui intensifikasi dan ekstensifikasi PAD. Keberhasilan pencapaian strategi tersebut dicerminkan oleh indikator outcome, yaitu (1) Optimalnya Penerimaan Pendapatan Asli Daerah; serta (2) Jumlah dan macam pajak dan retribusi daerah. Untuk mendukung pencapaian arah kebijakan tersebut telah dirancang program pembangunan daerah, yaitu Program Peningkatan dan Pengelolaan Keuangan Daerah. Arah kebijakan dan strategi ini termasuk ke dalam urusan otonomi daerah sehingga Organisasi Perangkat Daerah (OPD) yang bertanggung jawab mengimplementasikan urusan, program, strategi dan arah kebijakan tersebut adalah Dina Pendapatan Daerah (Dispenda) Arah Kebijakan Pelaksanaan Strategi (5): Meningkatkan akuntabilitas pertanggungjawaban keuangan Arah kebijakan pelaksanaan strategi Meningkatkan akuntabilitas pertanggungjawaban keuangan difokuskan pada Peningkatan transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan daerah. Keberhasilan pencapaian strategi tersebut dicerminkan oleh indikator outcome, yaitu (1) Tertib Administrasi dan Dokumen Pengelolaan Keuangan Daerah. Untuk mendukung pencapaian arah kebijakan tersebut telah dirancang program pembangunan daerah, yaitu (1) Program Peningkatan dan Pengelolaan Keuangan Daerah. Arah kebijakan dan strategi ini termasuk ke dalam urusan otonomi daerah, sehingga Organisasi Perangkat Daerah (OPD) yang bertanggung jawab mengimplementasikan urusan, program, strategi dan arah kebijakan tersebut adalah Dinas Pengelolaan Keuangan dan Barang Daerah (DPKBD) Arah Kebijakan Pelaksanaan Strategi (6): Meningkatkan efisiensi pengelolaan barang daerah Arah kebijakan pelaksanaan strategi Meningkatkan efisiensi pengelolaan barang daerah difokuskan pada Peningkatan pengelolaan barang daerah, serta pendayagunaan aset daerah. RPJMD Kabupaten Bogor VII - 37

247 Keberhasilan pencapaian strategi tersebut dicerminkan oleh indikator outcome, yaitu Tertib Administrasi dan Dokumen Pengelolaan Barang Daerah. Untuk mendukung pencapaian arah kebijakan tersebut telah dirancang program pembangunan daerah, yaitu Program Pengelolaan Barang Daerah. Arah kebijakan dan strategi ini termasuk ke dalam urusan otonomi daerah, sehingga Organisasi Perangkat Daerah (OPD) yang bertanggung jawab mengimplementasikan urusan, program, strategi dan arah kebijakan tersebut adalah Dinas Pengelolaan Keuangan dan Barang Daerah (DPKBD) Arah Kebijakan Pelaksanaan Strategi (7): Menata sistem hukum di daerah Arah kebijakan pelaksanaan strategi Menata sistem hukum di daerah difokuskan pada dua hal (1) Penyusunan produk hukum daerah untuk mendukung penyelenggaraan pemerintahan; (2) Peningkatan sinergitas penanganan per kara dengan lembaga lainnya. Keberhasilan pencapaian strategi tersebut dicerminkan oleh indikator outcome, yaitu (1) Jumlah produk hukum daerah; dan (2) Jumlah perkara yang terselesaikan di dalam dan diluar peradilan (Perdata, TUN, Pidana, Hukum Lainnya). Untuk mendukung pencapaian arah kebijakan tersebut telah dirancang program pembangunan daerah, yaitu Program Perlidungan Hukum Aparatur Pemerintah Daerah. Arah kebijakan dan strategi ini termasuk ke dalam urusan otonomi daerah, sehingga Organisasi Perangkat Daerah (OPD) yang bertanggung jawab mengimplementasikan urusan, program, strategi dan arah kebijakan tersebut adalah Sekretariat Daerah (Setda) Arah Kebijakan Pelaksanaan Strategi (8): Meningkatnya penataan kelembagaan yang tepat ukuran dan kewenangan yang jelas dan tidak tumpang tindih Arah kebijakan pelaksanaan strategi Meningkatnya penataan kelembagaan yang tepat ukuran dan kewenangan yang jelas dan tidak tumpang tindih difokuskan pada Pengembangan struktur organisasi dan tata laksana pemerintahan yang proporsional dan akuntabel. Arah kebijakan dan strategi ini termasuk ke dalam urusan otonomi daerah sehingga Organisasi Perangkat Daerah (OPD) yang bertanggung jawab mengimplementasikan urusan, program, strategi dan arah kebijakan tersebut adalah Sekretariat Daerah. RPJMD Kabupaten Bogor VII - 38

248 Arah Kebijakan Pelaksanaan Strategi (9): Meningkatkan kualitas pelayanan fungsi legislatif Arah kebijakan pelaksanaan strategi Meningkatkan kualitas pelayanan fungsi legislatif difokuskan pada Peningkatan fasilitasi untuk kelancaran peran dan tugas legislatif. Arah kebijakan dan strategi ini termasuk ke dalam urusan otonomi daerah sehingga Organisasi Perangkat Daerah (OPD) yang bertanggung jawab mengimplementasikan urusan, program, strategi dan arah kebijakan tersebut adalah Sekretariat DPRD Arah Kebijakan Pelaksanaan Strategi (10): Menyelenggarakan pelayanan pengadaan barang dan jasa melalui LPSE Arah kebijakan pelaksanaan strategi Menyelenggarakan pelayanan pengadaan barang dan jasa melalui LPSE difokuskan pada Penguatan kelembagaan LPSE. Keberhasilan pencapaian strategi tersebut dicerminkan oleh indikator outcome, yaitu Persentase pemilihan penyedia barang/jasa melalui LPSE. Untuk mendukung pencapaian arah kebijakan tersebut telah dirancang program pembangunan daerah, yaitu Program Pelayanan Pemilihan Penyedia Barang/Jasa. Arah kebijakan dan strategi ini termasuk ke dalam urusan otonomi daerah, sehingga Organisasi Perangkat Daerah (OPD) yang bertanggung jawab mengimplementasikan urusan, program, strategi dan arah kebijakan tersebut adalah Kantor Layanan Pengadaan Barang/Jasa (KLPBJ) Arah Kebijakan Pelaksanaan Strategi (11): Mengembangkan sistem administrasi kependudukan dan catatan sipil Arah kebijakan pelaksanaan strategi Mengembangkan sistem administrasi kependudukan dan catatan sipil difokuskan pada Peningkatan kualitas pelayanan dan tertib administrasi kependudukan. Keberhasilan pencapaian strategi tersebut dicerminkan oleh indikator outcome, yaitu Ketersediaan database kependudukan skala propinsi. Untuk mendukung pencapaian arah kebijakan tersebut telah dirancang program pembangunan daerah, yaitu Program Penataan Administrasi Kependudukan. Arah kebijakan dan strategi ini termasuk ke dalam urusan kependudukan dan catatan sipil sehingga Organisasi Perangkat Daerah (OPD) yang bertanggung jawab mengimplementasikan urusan, program, strategi dan arah kebijakan tersebut adalah Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil (Disdukcapil). RPJMD Kabupaten Bogor VII - 39

249 Arah Kebijakan Pelaksanaan Strategi (12): Meningkatkan kualitas pelayanan perizinan Arah kebijakan pelaksanaan strategi Meningkatkan kualitas pelayanan perizinan difokuskan pada Pelayanan prima perizinan yang sesuai dengan ketentuan, cepat dan terjangkau masyarakat. Keberhasilan pencapaian strategi tersebut dicerminkan oleh indikator outcome, yaitu (1) Lama proses perijinan; (2) Indeks Kepuasan Layanan Masyarakat; dan (3) Penyelesaian izin lokasi. Untuk mendukung pencapaian arah kebijakan tersebut telah dirancang program pembangunan daerah, yaitu (1) Program Pelayanan Perijinan; dan (2) Program Pengembangan Pelayanan Perijinan. Arah kebijakan dan strategi ini termasuk ke dalam urusan penanaman modal, sehingga Organisasi Perangkat Daerah (OPD) yang bertanggung jawab mengimplementasikan urusan, program, strategi dan arah kebijakan tersebut adalah Badan Perjinan Terpadu (BPT) Arah Kebijakan Pelaksanaan Strategi (13): Meningkatkan kapasitas kelembagaan dan aparatur kecamatan Arah kebijakan pelaksanaan strategi Meningkatkan kapasitas kelembagaan dan aparatur kecamatan difokuskan pada Peningkatan kualitas dan profesionalisme aparatur kecamatan. Arah kebijakan dan strategi ini termasuk ke dalam urusan otonomi daerah sehingga Organisasi Perangkat Daerah (OPD) yang bertanggung jawab mengimplementasikan urusan, program, strategi dan arah kebijakan tersebut adalah Kecamatan Arah Kebijakan Pelaksanaan Strategi (14): Meningkatkan kapasitas kelembagaan dan aparat penyelenggara pemerintahan desa Arah kebijakan pelaksanaan strategi Meningkatkan kapasitas kelembagaan dan aparat penyelenggara pemerintahan desa difokuskan pada tiga hal yaitu: (1) Peningkatan kapasitas kelembagaan dan partisipasi masyarakat desa dalam pembangunan; (2) Peningkatan kualitas dan profesionalisme pemerintahan desa; (3) Pemberian bantuan infrastruktur perdesaan. Keberhasilan pencapaian strategi tersebut dicerminkan oleh indikator outcome, yaitu (1) Meningkatnya lembaga ekonomi di perdesaan; (2) Jumlah peningkatan kapasitas aparatur pemerintahan desa; dan (3) Cakupan sarana prasarana perkantoran pemerintahan desa. Untuk mendukung pencapaian arah kebijakan tersebut telah dirancang program pembangunan daerah, yaitu (1) Program Pengembangan Lembaga RPJMD Kabupaten Bogor VII - 40

250 Ekonomi Perdesaan; (2) Program Peningkatan Kapasitas Aparatur Pemerintahan Desa; dan (3) Program Penataan Adminstrasi Pemerintah Daerah. Arah kebijakan dan strategi ini termasuk ke dalam urusan pemberdayaan masyarakat desa sehingga Organisasi Perangkat Daerah (OPD) yang bertanggung jawab mengimplementasikan urusan, program, strategi dan arah kebijakan tersebut adalah Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintahan Desa (BPMPD) Arah Kebijakan Pelaksanaan Strategi (15): Meningkatkan kualitas laporan dan tindak lanjut hasil pengawasan Arah kebijakan pelaksanaan strategi Meningkatkan kualitas laporan dan tindak lanjut hasil pengawasan difokuskan pada Peningkatan akuntabilitas kinerja instansi pemerintah (OPD). Keberhasilan pencapaian strategi tersebut dicerminkan oleh indikator outcome, yaitu (1) Laporan Hasil Pengawasan; dan (2) Tindaklanjut Hasil Audit (%). Untuk mendukung pencapaian arah kebijakan tersebut telah dirancang program pembangunan daerah, yaitu Program Peningkatan Sistem Pengawasan Internal dan Pengendalian Pelaksanaan Kebijakan KDH. Arah kebijakan dan strategi ini termasuk ke dalam urusan otonomi daerah, sehingga Organisasi Perangkat Daerah (OPD) yang bertanggung jawab mengimplementasikan urusan, program, strategi dan arah kebijakan tersebut adalah Inspektorat Arah Kebijakan Pelaksanaan Strategi (16): Meningkatkan profesionalisme aparat pengawasan Arah kebijakan pelaksanaan strategi Meningkatkan profesionalisme aparat pengawasan difokuskan pada Peningkatan kualitas aparat pengawasan. Keberhasilan pencapaian strategi tersebut dicerminkan oleh indikator outcome, yaitu (1) Jumlah Auditor; dan (2) J umlah P2UPD. Untuk mendukung pencapaian arah kebijakan tersebut telah dirancang program pembangunan daerah, yaitu Program Peningkatan Profesionalisme Tenaga Pemeriksa dan Aparatur Pengawasan. Arah kebijakan dan strategi ini termasuk ke dalam urusan otonomi daerah, sehingga Organisasi Perangkat Daerah (OPD) yang bertanggung jawab mengimplementasikan urusan, program, strategi dan arah kebijakan tersebut adalah Inspektorat. RPJMD Kabupaten Bogor VII - 41

251 Arah Kebijakan Pelaksanaan Strategi (17): Meningkatkan pengelolaan dan pelayanan kearsipan Arah kebijakan pelaksanaan strategi Meningkatkan pengelolaan dan pelayanan kearsipan difokuskan pada dua hal yaitu : (1) Peningkatan tertib pengelolaan arsip sebagai bukti pertanggungjawaban penyelenggaraan pemerintahan daerah; (2) Peningkatan dan pengembangan pengelolaan arsip dengan memanfaatkan teknologi yang maju dan modern. Keberhasilan pencapaian strategi tersebut dicerminkan oleh indikator outcome, yaitu Penataan Dokumen/arsip SKPD melalui Media Elektronik. Untuk mendukung pencapaian arah kebijakan tersebut telah dirancang program pembangunan daerah, yaitu Program Penyelamatan dan Pelestarian Dokumen/ Arsip Daerah. Arah kebijakan dan strategi ini termasuk ke dalam urusan kearsipan, sehingga Organisasi Perangkat Daerah (OPD) ya ng bertanggung jawab mengimplementasikan urusan, program, strategi dan arah kebijakan tersebut adalah Kantor Arsip dan Perpustakaan Daerah (KAPD) Arah Kebijakan Pelaksanaan Strategi (18): Meningkatkan transparansi dan akuntabilitas kinerja Pemerintah Kabupaten Bogor Arah kebijakan pelaksanaan strategi Meningkatkan transparansi dan akuntabilitas kinerja Pemerintah Kabupaten Bogor difokuskan pada Penyusunan LPPD, LKPJ Akhir Tahun dan AMJ, dan LAKIP Kabupaten Bogor. Arah kebijakan dan strategi ini termasuk ke dalam urusan otonomi daerah sehingga Organisasi Perangkat Daerah (OPD) yang bertanggung jawab mengimplementasikan urusan, program, strategi dan arah kebijakan tersebut adalah Sekretariat Daerah, Bappeda dan Inspektorat Arah Kebijakan Pelaksanaan Strategi (19): Meningkatkan kualitas pelayanan informasi penyelenggaraan pemerintahan bagi masyarakat Arah kebijakan pelaksanaan strategi Meningkatkan kualitas pelayanan informasi penyelenggaraan pemerintahan bagi masyarakat difokuskan pada tiga hal yaitu : (1) Perwujudan transparansi, komunikasi dan informasi penyelenggaraan pemerintahan; (2) Peningkatan akses masyarakat terhadap pelayanan publik dengan dukungan sistem administrasi/manajemen pemerintahan yang berbasis teknologi informasi dan komunikasi yang modern; (3) Peningkatan hubungan yang kondusif antara pemerintah daerah dengan pihak-pihak yang berkepentingan (stakeholders) dalam rangka penyebarluasan informasi pembangunan daerah, baik dengan media komunikasi. RPJMD Kabupaten Bogor VII - 42

252 Arah kebijakan dan strategi ini termasuk ke dalam urusan informasi dan komunikasi sehingga Organisasi Perangkat Daerah (OPD) yang bertanggung jawab mengimplementasikan urusan, program, strategi dan arah kebijakan tersebut adalah Dinas Komunikasi dan Informasi Arah Kebijakan Pelaksanaan Strategi (20): Meningkatkan profesionalisme aparatur dan kesetiakawanan Korps Pegawai Republik Indonesia Arah kebijakan pelaksanaan strategi Meningkatkan profesionalisme aparatur dan kesetiakawanan Korps Pegawai Republik Indonesia difokuskan pada dua hal yaitu : (1) Peningkatan peran dan fungsi Korps Pegawai Negeri Sipil; (2) Peningkatan kompetensi aparatur sesuai tupoksinya melalui pendidikan dan pelatihan. Arah kebijakan dan strategi ini termasuk ke dalam urusan otonomi daerah sehingga Organisasi Perangkat Daerah (OPD) yang bertanggung jawab mengimplementasikan urusan, program, strategi dan arah kebijakan tersebut adalah Sekretariat Dewan Pengurus Korpri Arah Kebijakan Pelaksanaan Strategi (21): Menerapkan manajemen pengelolaan kepegawaian yang berkeadilan Arah kebijakan pelaksanaan strategi Menerapkan manajemen pengelolaan kepegawaian yang berkeadilan difokuskan pada Peningkatan kualitas perencanaan, pengelolaan dan kesejahteraan aparatur. Arah kebijakan dan strategi ini termasuk ke dalam urusan otonomi daerah sehingga Organisasi Perangkat Daerah (OPD) yang bertanggung jawab mengimplementasikan urusan, program, strategi dan arah kebijakan tersebut adalah Badan Kepegawaian, Pendidikan dan Pelatihan (BKPP) Arah Kebijakan Pelaksanaan Strategi (22): Meningkatkan kuantitas dan kualitas kerjasama daerah Arah kebijakan pelaksanaan strategi Meningkatkan kuantitas dan kualitas kerjasama daerah difokuskan pada dua hal yaitu (1) Peningkatan pelayanan kerjasama secara berkelanjutan; (2) Percepatan pembentukan daerah otonomi baru Kabupaten Bogor Barat. Keberhasilan pencapaian strategi tersebut dicerminkan oleh indikator outcome, yaitu Terciptanya kerjasama pembangunan antar pemerintah daerah, pihak ketiga dan luar negeri. Untuk mendukung pencapaian arah kebijakan tersebut telah dirancang program pembangunan daerah, yaitu Program Peningkatan Kerjasama Antar Pemerintah daerah dan pihak ketiga. RPJMD Kabupaten Bogor VII - 43

253 Arah kebijakan dan strategi ini termasuk ke dalam urusan otonomi daerah sehingga Organisasi Perangkat Daerah (OPD) yang bertanggung jawab mengimplementasikan urusan, program, strategi dan arah kebijakan tersebut adalah Sekretariat Daerah Arah Kebijakan Pelaksanaan Strategi (23): Meningkatkan pembinaan wawasan kebangsaan bagi masyarakat Arah kebijakan pelaksanaan strategi Meningkatkan pembinaan wawasan kebangsaan bagi masyarakat difokuskan pada Perbinaan persatuan dan kesatuan bangsa. Keberhasilan pencapaian strategi tersebut dicerminkan oleh indikator outcome, yaitu Rasio jumlah masyarakat per penduduk yang memperoleh pendidikan/pembinaan/sosialisasi pengembangan wawasan kebangsaan. Untuk mendukung pencapaian arah kebijakan tersebut telah dirancang program pembangunan daerah, yaitu (1) Program Kemitraan Pengembangan Wawasan Kebangsaan; dan (2) Program Pengembangan Wawasan Kebangsaan. Arah kebijakan dan strategi ini termasuk ke dalam urusan kesatuan kebangsaan dan perlindungan masyarakat serta politik dalam negeri sehingga Organisasi Perangkat Daerah (OPD) yang bertanggung jawab mengimplementasikan urusan, program, strategi dan arah kebijakan tersebut adalah Kantor Kesatuan Bangsa dan Politik (Kantor Kesbangpol) Arah Kebijakan Pelaksanaan Strategi (24): Meningkatkan fasilitasi dan koordinasi pembentukan Kabupaten Bogor Barat Arah kebijakan pelaksanaan strategi Meningkatkan fasilitasi dan koordinasi pembentukan Kabupaten Bogor Barat difokuskan pada Percepatan pembentukan daerah otonomi baru Kabupaten Bogor Barat Arah kebijakan dan strategi ini termasuk ke dalam urusan otonomi daerah sehingga Organisasi Perangkat Daerah (OPD) yang bertanggung jawab mengimplementasikan urusan, program, strategi dan arah kebijakan tersebut adalah Sekretariat Daerah Arah Kebijakan Pelaksanaan Strategi (25): Meningkatkan peran pemerintah, masyarakat dan partai politik dalam pembangunan kehidupan politik yang demokratis Arah kebijakan pelaksanaan strategi Meningkatkan peran pemerintah, masyarakat dan partai politik dalam pembangunan kehidupan politik yang demokratis difokuskan pada Pembinaan kedewasaan berpolitik masyarakat. RPJMD Kabupaten Bogor VII - 44

254 Keberhasilan pencapaian strategi tersebut dicerminkan oleh indikator outcome, yaitu kegiatan pembinaan politik daerah. Untuk mendukung pencapaian arah kebijakan tersebut telah dirancang program pembangunan daerah, yaitu Program Pendidikan Politik Masyarakat. Arah kebijakan dan strategi ini termasuk ke dalam urusan kesatuan kebangsaan dan perlindungan masyarakat serta politik dalam negeri sehingga Organisasi Perangkat Daerah (OPD) yang bertanggung jawab mengimplementasikan urusan, program, strategi dan arah kebijakan tersebut adalah Kantor Kesatuan Bangsa dan Politik (Kantor Kesbangpol) Arah Kebijakan Pelaksanaan Strategi (26): Meningkatkan penertiban gangguan keamanan, kenyamanan, ketentraman dan ketertiban di masyarakat Arah kebijakan pelaksanaan strategi Meningkatkan penertiban gangguan keamanan, kenyamanan, ketentraman dan ketertiban di masyarakat difokuskan pada Peningkatan kualitas pelayanan dan penguatan peran serta masyarakat dalam mewujudkan keamanan, kenyamanan, ketentraman dan ketertiban. Keberhasilan pencapaian strategi tersebut dicerminkan oleh indikator outcome, yaitu (1) Jumlah Linmas per Jumlah Penduduk; dan (2) Petugas Perlindungan Masyarakat (Linmas) di Kabupaten. Untuk mendukung pencapaian arah kebijakan tersebut telah dirancang program pembangunan daerah, yaitu (1) Program Peningkatan Keamanan dan Kenyamanan Lingkungan; dan (2) Program Pemberdayaan Masyarakat untuk Menjaga Ketertiban dan Keamanan Lingkungan;. Arah kebijakan dan strategi ini termasuk ke dalam urusan Otonomi Daerah sehingga Organisasi Perangkat Daerah (OPD) yang bertanggung jawab mengimplementasikan urusan, program, strategi dan arah kebijakan tersebut adalah Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) Program Pembangunan Daerah Kebijakan umum Pemerintah Kabupaten Bogor seperti telah diuraikan diatas merupakan rangkaian kebijakan untuk mempercepat pencapaian tujuan dan sasaran dari visi dan misi Pemerintah Kabupaten Bogor selama periode Implementasi kebijakan tersebut dilakukan melalui berbagai program, yaitu: Program Pembangunan Urusan Wajib RPJMD Kabupaten Bogor VII - 45

255 Program Pembangunan Urusan Pendidikan, meliputi: 1. Program Pendidikan Anak Usia Dini; 2. Program Wajib Belajar Pendidikan Dasar Sembilan Tahun; 3. Program Pendidikan Menengah; 4. Program Pendidikan Non Formal; 5. Program Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan; 6. Program Manajemen Pelayanan Pendidikan Program Pembangunan Urusan Kesehatan meliputi: 1. Program Obat dan Perbekalan Kesehatan; 2. Program Upaya Kesehatan Masyarakat; 3. Program Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat; 4. Program Perbaikan Gizi Masyarakat; 5. Program Pengembangan Lingkungan Sehat; 6. Program Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Menular; 7. Program Pengadaan, Peningkatan dan Perbaikan Sarana dan Prasarana Puskesmas/Puskesmas Pembantu dan Jaringannya; 8. Program Kemitraan Peningkatan Pelayanan Kesehatan; 9. Program Peningkatan Keselamatan Ibu Melahirkan dan Anak; 10. Program Peningkatan Pelayanan Kesehatan Lansia; 11. Program Peningkatan Pelayanan Kesehatan BLUD 12. Program Standarisasi Pelayanan Kesehatan; 13. Program Pelayanan Kesehatan Penduduk Miskin; 14. Program Pengadaan, Peningkatan Sarana dan Prasarana Rumah Sakit/ Rumah Sakit Jiwa/Rumah Sakit Paru-paru/Rumah Sakit Mata; 15. Program Pengawasan Obat dan Pengendalian Program Pembangunan Urusan Lingkungan Hidup, meliputi: 1. Program Pengendalian Pencemaran dan Perusakan Lingkungan Hidup; 2. Program Rehabilitasi dan Pemulihan Cadangan Sumber Daya Alam; 3. Program Perlindungan dan Konservasi Sumber Daya Alam; 4. Program Peningkatan Kualitas dan Akses Informasi Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup; 5. Program Pengendalian Polusi. 6. Program Mitigasi dan Adaptasi Perubahan Iklim RPJMD Kabupaten Bogor VII - 46

256 Program Pembangunan Urusan Pekerjaan Umum, meliputi: 1. Program Pembangunan Jalan dan Jembatan; 2. Program Pembangunan Saluran Drainase/Gorong-gorong; 3. Program Pembangunan Turap/Talud/Bronjong; 4. Program Rehabilitasi/Pemeliharaan Jalan dan Jembatan; 5. Program Inspeksi Kondisi Jalan dan Jembatan; 6. Program Pengembangan Sistem Informasi Data Base Jalan dan Jembatan; 7. Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Kebinamargaan; 8. Program Pengembangan dan Pengelolaan Jaringan Irigasi, Rawa dan Jaringan Pengairan Lainnya; 9. Program Pengendalian Banjir; 10. Program Pembangunan Infrastruktur Perdesaan; 11. Program pengembangan kinerja pengelolaan persampahan; 12. Program pengembangan kinerja pengelolaan Air Minum dan Air Limbah; 13. Program Pengelolaan Area Pemakaman; 14. Program Pengendalian dan Penataan Reklame Program Pembangunan Urusan Tata Ruang, meliputi: 1. Program Perencanaan Tata Ruang; 2. Program Pemanfaatan Ruang; 3. Program Pengendalian Pemanfaatan Ruang; Program Pembangunan Urusan Perencanaan Pembangunan, meliputi: 1. Program Perencanaan Pembangunan Daerah; 2. Program Perencanaan Pembangunan Ekonomi; 3. Program Perencanaan Kesejahteraan Rakyat dan Sosial; 4. Program Perencanaan Prasarana Wilayah dan Sumber Daya Alam; 5. Program Perencanaan Pemerintahan dan Pendanaan Pembangunan Program Pembangunan Urusan Perumahan, meliputi: 1. Program Lingkungan Sehat Perumahan; 2. Program Pengembangan Wilayah Strategis dan Cepat Tumbuh; 3. Program Pembangunan Infrastruktur Perdesaaan; 4. Program Pembinaan dan Peningkatan Sumberdaya Manusia Jasa Konstruksi; Program Pembangunan Urusan Kepemudaan dan Olahraga, meliputi: 1. Program Pengembangan dan Keserasian Kebijakan Pemuda; 2. Program Peningkatan Peranserta Kepemudaan; RPJMD Kabupaten Bogor VII - 47

257 3. Program Pengembangan Kebijakan dan Manajemen Olahraga; 4. Program Pembinaan dan Pemasyarakatan Olahraga; 5. Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Olahraga Program Pembangunan Urusan Penanaman Modal, meliputi: 1. Program Peningkatan Promosi dan Kerjasama Investasi; 2. Program Peningkatan Iklim Investasi dan Realisasi Investasi; 3. Program Perumusan Kebijakan Penanaman Modal; 4. Program Penyiapan Potensi Sumberdaya, Sarana dan Prasarana; 5. Program Pelayanan Perijinan; 6. Program Pengembangan Pelayanan Perijinan; Program Pembangunan Urusan Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (UKM), meliputi: 1. Program Penciptaan Iklim Usaha Kecil Menengah yang Kondusif; 2. Program Pengembangan Kewirausahaan dan Keunggulan Kompetitif Usaha Kecil Menengah; 3. Program Pengembangan Sistem Pendukung Usaha Bagi Usaha Mikro Kecil Menengah; 4. Program Peningkatan Kualitas Kelembagaan Koperasi; Program Pembangunan Urusan Kependudukan dan Catatan Sipil, meliputi: 1. Program Penataan Administrasi Kependudukan; Program Pembangunan Urusan Ketenagakerjaan, meliputi: 1. Program Peningkatan Kualitas dan Produktivitas Tenaga Kerja; 2. Program Peningkatan Kesempatan Kerja; 3. Program Perlindungan Pengembangan Lembaga Ketenagakerjaan; Program Pembangunan Urusan Ketahanan Pangan, meliputi: 1. Program Pemberdayaan Penyuluh Pertanian, Perikanan dan Kehutanan; 2. Program Peningkatan Kesejahteraan Petani; 3. Program Penerapan Teknologi Pertanian, Perikanan dan Kehutanan; 4. Program Peningkatan Produksi Hasil Pertanian, Perikanan dan Kehutanan; Program Pembangunan Urusan Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, meliputi: 1. Program Keserasian Kebijakan Kualitas Anak dan Perempuan; RPJMD Kabupaten Bogor VII - 48

258 2. Program Penguatan Kelembagaan Pengarusutamaan Gender dan Anak; 3. Program Peningkatan Kualitas Hidup dan Perlindungan Perempuan dan Anak; 4. Program Peningkatan Peranserta dan Kesetaraan Gender dalam Pembangunan; 5. Program Penguatan Kelembagaan Anak Program Pembangunan Urusan Keluarga Berencana dan Keluarga Sejahtera, meliputi: 1. Program Keluarga Berencana; 2. Program Pengembangan Pusat Pelayanan Informasi dan Konseling KRR; 3. Program Pelayanan Kontrasepsi; 4. Program Promosi Kesehatan Ibu, Bayi dan Anak melalui kegiatan di Masyarakat; 5. Program Pemberdayaan Ekonomi Keluarga Program Pembangunan Urusan Perhubungan, meliputi: 1. Program Pembangunan Prasarana dan Fasilitas Perhubungan; 2. Program Pembangunan Sarana dan Prasarana Perhubungan; 3. Program Rehabilitasi dan Pemeliharaan Prasarana dan Fasilitas LLAJ; 4. Program Peningkatan Pelayanan Angkutan; 5. Program Peningkatan dan Pengamanan Lalu lintas Program Pembangunan Urusan Komunikasi dan Informasi, meliputi: 1. Program Pengembangan Komunikasi, Informasi dan Media Massa; 2. Program Pengkajian dan Penelitian Bidang Komunikasi dan Informasi; 3. Program Fasilitasi Peningkatan SDM Bidang Komunikasi dan Informasi; 4. Program Kerjasama Informasi dan Media Massa Program Pembangunan Urusan Pertanahan, meliputi: 1. Program Pembangunan Sistem Pendaftaran Tanah; 2. Program Penataan Penguasaan, Pemilikan, Penggunaan dan Pemanfaatan Tanah; Program Pembangunan Urusan Kesatuan Bangsa dan Politik Dalam Negeri, meliputi: 1. Program Kemitraan Pengembangan Wawasan Kebangsaan; 2. Program Pengembangan Wawasan Kebangsaan; 3. Program Pendidikan Politik Masyarakat; RPJMD Kabupaten Bogor VII - 49

259 4. Program Peningkatan Keamanan dan Kenyamanan Lingkungan; 5. Program Pemberdayaan Masyarakat untuk Menjaga Ketertiban dan Keamanan Lingkungan; 6. Program Peningkatan Keamanan dan Kenyamanan Lingkungan; 7. Program Pemeliharaan Kantrantibmas dan Pencegahan Tindak Kriminal; 8. Program Peningkatan Pemberantasan Penyakit Masyarakat; 9. Program Pembinaan Kelinmasan Program Pembangunan Urusan Otonomi Daerah, Pemerintahan Umum, Administrasi Keuangan Daerah, Perangkat Daerah, Kepegawaian dan Persandian, meliputi: 1. Program Penataan Adminstrasi Pemerintah Daerah; 2. Program Penataan Daerah Otonomi Baru; 3. Program Penataan Peraturan Perundang-Undangan; 4. Program Perlidungan Hukum Aparatur Pemerintah Daerah; 5. Program Peningkatan Kerjasama Antar Pemerintah daerah dan pihak ketiga; 6. Program Penataan dan Pengendalian Program Pembangunan; 7. Program Pengkoordinasian Bidang Ekonomi; 8. Program Fasilitasi Kerukunan Umat Beragama; 9. Program Pengendalian Kesejahteraan Sosial; 10. Program Penguatan Kelembagaan Pengarusutamaan Gender dan Anak; 11. Program Peningkatan Pelayanan Kedinasan Kepala Daerah/Wakil Kepala Daerah; 12. Program Penataan Kelembagaan dan Ketatalaksanaan; 13. Program Peningkatan Kapasitas Lembaga Perwakilan Rakyat Daerah; 14. Program Penataan Peraturan Perundang-undangan; 15. Program Peningkatan Sistem Pengawasan Internal dan Pengendalian Pelaksanaan Kebijakan KDH; 16. Program Peningkatan Profesionalisme Tenaga Pemeriksa dan Aparatur Pengawasan; 17. Program Penataan dan Penyempurnaan Kebijakan Sistem dan Prosedur Pengawasan 18. Program Peningkatan dan Pengelolaan Keuangan Daerah; 19. Program Pengelolaan Barang Daerah; 20. Program Penataan dan Pendayagunaan Aset; 21. Program Pembinaan dan Pengembangan Aparatur; 22. Program Analisa Kebutuhan dan Formasi Pegawai; RPJMD Kabupaten Bogor VII - 50

260 23. Program Layanan Administrasi Kepegawaian; 24. Program Fasilitasi Pindah/Purna Tugas PNS; 25. Program Pendidikan dan Pelatihan; 26. Program Peningkatan Kapasitas Sumber Daya Aparatur; Program Pembangunan Urusan Pemberdayaan Masyarakat Desa, meliputi: 1. Program Peningkatan Keberdayaan Masyarakat Pedesaan; 2. Program Pengembangan Lembaga Ekonomi Pedesaan; 3. Program Peningkatan Partisipasi Masyarakat dalam Membangun Desa; 4. Program Peningkatan Kapasitas Aparatur Pemerintahan Desa; 5. Program Peningkatan Peran Perempuan di Pedesaan; 6. Program Penataan Administrasi Pemerintahan Desa Program Pembangunan Urusan Sosial, meliputi: 1. Program Pemberdayaan Fakir Miskin, Komunitas Adat Terpencil (KAT) dan Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial Lainnya; 2. Program Pelayanan dan Rehabilitasi Kesejahteraan Sosial; 3. Program Pembinaan Para Penyandang Cacat dan Trauma; 4. Program Pemberdayaan Kelembagaan Kesejahteraan Sosial; 5. Program Peningkatan Kesiagaan dan Pencegahan Bahaya Kebakaran; 6. Program Pencegahan Dini dan Penanggulangan Korban Bencana Alam; Program Pembangunan Urusan Kebudayaan, meliputi: 1. Program Pengembangan Nilai Budaya; 2. Program Pengelolaan Keragaman Budaya; 3. Program Pengelolaan Kekayaan Budaya; Program Pembangunan Urusan Statistik, meliputi: 1. Program Pengembangan Data/Informasi; Program Pembangunan Urusan Kearsipan, meliputi: 1. Program Perbaikan Sistem Administrasi Kearsipan; 2. Program Penyelamatan dan Pelestarian Dokumen/Arsip Daerah; 3. Program Pemeliharaan Rutin/Berkala Sarana dan Prasarana Kearsipan; Program Pembangunan Urusan Perpustakaan, meliputi: RPJMD Kabupaten Bogor VII - 51

261 1. Program Peningkatan Kualitas Pelayanan Informasi; 2. Program Pengembangan Budaya Baca dan 3. Pembinaan Perpustakaan PROGRAM PEMBANGUNAN URUSAN PILIHAN Program Pembangunan Urusan Kelautan dan Perikanan, meliputi: 1. Program Pengembangan Budidaya Perikanan; 2. Program Pengembangan Sistem Penyuluhan Perikanan; 3. Program Optimalisasi Pengelolaan dan Pemasaran Produksi Perikanan Program Pembangunan Urusan Pertanian, meliputi: 1. Program Peningkatan Ketahanan Pangan Pertanian/Perkebunan; 2. Program Peningkatan Penerapan Teknologi Pertanian/Perkebunan; 3. Program Peningkatan Produksi Pertanian/Perkebunan; 4. Program Peningkatan Pemasaran Hasil Produksi Pertanian/Perkebunan. 5. Program Peningkatan Produksi Hasil Peternakan; 6. Program Peningkatan Penerapan Teknologi Peternakan; 7. Program Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Ternak; 8. Program Peningkatan Pemasaran Hasil Produksi Peternakan Program Pembangunan Urusan Kehutanan, meliputi: 1. Program Rehabilitasi Hutan dan Lahan; 2. Program Perlindungan dan Konservasi Sumberdaya Hutan; 3. Program Pembinaan dan Penertiban Industri Hasil Hutan Program Pembangunan Urusan Energi dan Sumber Daya Mineral, meliputi: 1. Program Pembinaan dan Pengembangan Bidang Energi dan Ketenagalistrikan; 2. Program Pembinaan dan Pengawasan Bidang Pertambangan; 3. Program Pengawasan dan Penertiban Kegiatan; 4. Program Pembinaan dan Pengembangan Bidang Migas dan Panas Bumi; 5. Program Konservasi Air Tanah; 6. Program Pendayagunaan Air Tanah; 7. Program Penyediaan dan Pemanfaatan Energi Baru dan Energi Terbarukan; 8. Program Mitigasi Bencana Geologi. RPJMD Kabupaten Bogor VII - 52

262 Program Pembangunan Urusan Pariwisata, meliputi: 1. Program Pengembangan Pemasaran Pariwisata; 2. Program Pengembangan Destinasi Pariwisata; 3. Program Pengembangan Kemitraan Program Pembangunan Urusan Industri, meliputi: 1. Program Peningkatan Kapasitas Iptek Sistem Produksi; 2. Program Peningkatan Kemampuan Teknologi Industri; 3. Program Penataan Struktur Industri; 4. Program Pengembangan Industri Kecil dan Menengah Program Pembangunan Urusan Perdagangan, meliputi: 1. Program Perlindungan Konsumen dan Pengamanan Perdagangan; 2. Program Peningkatan dan Pengembangan Ekspor; 3. Program Peningkatan Efisiensi Perdagangan Dalam Negeri Program Pembangunan Urusan Transmigrasi, meliputi: 1. Program Transmigrasi Regional; Uraian di atas dapat dilihat pada tabel berikut : RPJMD Kabupaten Bogor VII - 53

263 RPJMD Kabupaten Bogor VII - 54

264 Tabel 7.1. KEBIJAKAN UMUM DAN PROGRAM PEMBANGUNAN KABUPATEN BOGOR TAHUN VISI : KABUPATEN BOGOR MENJADI KABUPATEN TERMAJU DI INDONESIA CAPAIAN KINERJA NO SASARAN INDIKATOR KINERJA OUTCOME PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH BIDANG URUSAN OPD PENANGGUNGJAWAB STRATEGI ARAH KEBIJAKAN KONDISI AWAL KONDISI AKHIR Meningkatkan kesalehan sosial dan kesejahteraan masyarakat 1.1. Meningkatnya pelayanan dan Meningkatkan peran umat beragama Optimalisasi penggalian dan pengelolaan - Rasio tempat ibadah per satuan penduduk 3.42% 3.65% Program Fasilitasi Kerukunan Otonomi Daerah Sekretariat Daerah kemudahan bagi umat beragama dan lembaga sosial keagamaan zakat, infak dan shodaqoh (ZIS) Umat Beragama; - Tersusunnya rumusan kebijakan bidang 1 Rumusan Kebijakan 17 Rumusan Kebijakan keagamaan - Jumlah jamaah haji Kabupaten Bogor per 2829 Jamaah Jamaah tahun (Indikator Termaju) Menjamin kemudahan bagi umat Fasilitasi pembangunan sarana dan prasarana - Terbangunnya Mesjid Besar di Setiap 9 Unit 40 unit beragama dalam menjalankan peribadatan Kecamatan - Kemiskinan (Bappeda) Program Pengendalian Kesejahteraan - Jumlah Rumusan Kebijakan Bidang Pendidikan, 3 Rumusan Kebijakan 67 Rumusan Kebijakan Sosial; Kesehatan dan Kesejahteraan Masyarakat yang tersusun Menjamin penegakan perda dan Peningkatan intensitas penegakan perda dan - Jumlah produk hukum daerah 1201Dokumen 3267 Produk Hukum Program Penataan Peraturan Otonomi Daerah Sekretariat Daerah peraturan peraturan perundang-undangan yang - Perda 11 Perda 50 Perda Perundang-Undangan; berlaku; - Perbup 49 Perbup 177 Perbup - Kepbup 1060 Kepbup 2850 Kepbup - Kesepakatan/Perjanjian 73 Naskah 190 Naskah 2.1. Meningkatnya partisipasi Meningkatan akses perempuan dalam Peningkatan kualitas sumber daya perempuan - Jumlah perempuan yang mendapatkan Program Keserasian Kebijakan Kualitas Pemberdayaan Badan Pemberdayaan perempuan dalam pembangunan; bidang politik, ekonomi, dan sosial pengetahuan dan keterampilan Anak dan Perempuan; Perempuan dan Perempuan dan Keluarga budaya - Rasio kekerasan pada anak 0, , Perlindungan Anak Berencana - Persentase jumlah tenaga kerja dibawah 0,46 0,41 Program Penguatan Kelembagaan Pemberdayaan Badan Pemberdayaan umur Pengarusutamaan Gender dan Anak; Perempuan dan Perempuan dan Keluarga - Partisipasi angkatan kerja perempuan 50,15 55,37 Perlindungan Anak Berencana - Persentase partisipasi perempuan di 16,40 18,83 lembaga pemerintah - Partisipasi perempuan di lembaga swasta 44,55 49,2 - Jumlah aparat pemerintah yang mengikuti PPRG Meningkatnya perlindungan Meningkatkan peran komisi Fasilitasi komisi perlindungan perempuan dan - Penyelesaian pengaduan perlindungan 39,37 43 Program Peningkatan Kualitas Hidup Pemberdayaan Badan Pemberdayaan terhadap perempuan dan anak perlindungan perempuan dan anak; anak; perempuan dan anak dari tindakan dan Perlindungan Perempuan dan Perempuan dan Perempuan dan Keluarga dari bentuk kekerasan, eksploitasi kekerasan Anak; Perlindungan Anak Berencana dan diskriminasi dalam - Rasio KDRT 0, , pembangunan; - Persentase partisipasi perempuan di 16,40 18,83 Program Peningkatan Peran Serta dan Pemberdayaan Badan Pemberdayaan lembaga pemerintah Kesetaraan Gender dalam Perempuan dan Perempuan dan Keluarga - Partisipasi perempuan di lembaga swasta 44,55 49,2 Pembangunan; Perlindungan Anak Berencana - Terbentuknya Kecamatan Ramah Anak 4 kec 20 Program Penguatan Kelembagaan Pemberdayaan Badan Pemberdayaan 6 desa/kel 22 Anak; Perempuan dan Perempuan dan Keluarga - Jumlah lembaga perlindungan anak Perlindungan Anak Berencana - Cakupan peserta KB Aktif (CPR) 73,01 73,63 Program Keluarga Berencana; Keluarga Berencana Badan Pemberdayaan - Rasio Akseptor KB 0,7301 0,7363 dan Keluarga Perempuan dan Keluarga - Keluarga pra sejahtera dan keluarga sejahtera I 42,17 42,02 Sejahtera Berencana - Rata-rata jumlah anak per keluarga 1,89 1,84 Program Pengembangan Pusat Keluarga Berencana Badan Pemberdayaan RPJMD Kabupaten Bogor VII-52

265 NO SASARAN INDIKATOR KINERJA OUTCOME STRATEGI ARAH KEBIJAKAN KONDISI AWAL CAPAIAN KINERJA Pelayanan Informasi dan Konseling dan Keluarga Perempuan dan Keluarga KRR; Sejahtera Berencana KONDISI AKHIR PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH BIDANG URUSAN OPD PENANGGUNGJAWAB - Cakupan pelayanan KB Gratis bagi 76,11 81 Program Pelayanan Kontrasepsi; Keluarga Berencana Badan Pemberdayaan Keluarga Pra KS dan KS I dan Keluarga Perempuan dan Keluarga Sejahtera Berencana - Jumlah keluarga yang memiliki Balita Aktif Program Promosi Kesehatan Ibu, Bayi Keluarga Berencana Badan Pemberdayaan dalam kelompok BKB dan Anak melalui kegiatan di dan Keluarga Perempuan dan Keluarga - Jumlah keluarga yang memiliki Remaja Masyarakat; Sejahtera Berencana Aktif dlm kelompok BKR - Jumlah keluarga yang memiliki Lansia Aktif dalam kelompok BKL - Jumlah kelompok Pusat Informasi dan Konsultasi (PIK) Remaja - Jumlah remaja yang aktif dalam PIK Remaja Jumlah Kelompok UPPKS Program Pemberdayaan Ekonomi Keluarga Berencana Badan Pemberdayaan Keluarga; dan Keluarga Perempuan dan Keluarga Sejahtera Berencana 3.1. Menurunnya laju pertumbuhan Pengendalian pertumbuhan Peningkatan kualitas pelayanan keluarga - Jumlah penduduk (jiwa) Program Penataan Administrasi Kependudukan dan Dinas Kependudukan penduduk alami dan meningkatnya penduduk alami dan perwujudan berencana dan keluarga sejahtera; - Laju pertumbuhan penduduk (%) 3,15 3,17 Kependudukan; Catatan Sipil dan Capil keluarga sejahtera keluarga berkualitas; - Jumlah Penduduk Miskin (jiwa) Persentase Penduduk Miskin 4.1. Meningkatnya kesejahteraan Memberikan pelayanan, Peningkatan kualitas pelayanan sosial dan - Sarana Sosial seperti Panti Asuhan, Panti Program Pemberdayaan Fakir Sosial Dinas Sosial, Tenaga penyandang masalah perlindungan dan santunan bagi fasilitasi perbaikan kesejahteraan masyarakat Jompo dan Panti Rehabilitasi Miskin, Komunitas Adat Kerja dan Transmigrasi kesejahteraan sosial (PMKS); PMKS; miskin; Terpencil (KAT) dan Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial Lainnya; Peningkatan akses masyarakat terhadap Penanganan penyandang masalah 0,26% 1,90% Program Pelayanan dan Sosial Dinas Sosial, Tenaga pelayanan sosial dasar yang memadai; kesejahteraan sosial Rehabilitasi Kesejahteraan Sosial; Kerja dan Transmigrasi Meningkatkan pengetahuan Pelatihan keterampilan bagi PMKS; - PMKS yang memperoleh bantuan sosial 0,26% 1,90% Program Pembinaan Para Sosial Dinas Sosial, Tenaga dan keterampilan PMKS; Penyandang Cacat dan Trauma; Kerja dan Transmigrasi - Panti yang memperoleh bantuan UEP 20 panti 100 panti Program Pemberdayaan Dinas Sosial, Tenaga Kelembagaan Kesejahteraan Kerja dan Transmigrasi Sosial; - Kemiskinan Program Pengendalian Otonomi Daerah Sekretariat Daerah - Tersusunnya rumusan kebijakan bidang 3 Rumusan 67 Rumusan Kesejahteraan Sosial; sosial Kebijakan Kebijakan 5.1. Terselenggaranya pentas seni Peningkatan apresiasi seni Penyelenggaraan festival seni dan budaya - Cakupan fasilitasi seni 64 4 Program Pengembangan Nilai Budaya Dinas Kebudayaan dan budaya daerah dan budaya di kalangan daerah tahunan - Cakupan sumber daya manusia kebudayaan Budaya; Pariwisata pemerintah, masyarakat dan - Sarana penyelenggaraan seni dan budaya 1 1 swasta Pengembangan sarana pengembangan - Penyelenggaraan festival seni dan budaya 8 9 Program Pengelolaan Keragaman Budaya Dinas Kebudayaan dan kreatifitas seni dan budaya - Cakupan gelar seni Budaya; Pariwisata - Misi kesenian Pelestarian dan pengembangan nilai-nilai - Benda, situs dan kawasan cagar budaya Program Pengelolaan Kekayaan Budaya Dinas Kebudayaan dan sejarah, tradisi dan kepurbakalaan untuk yang dilestarikan Budaya; Pariwisata pengembangan ilmu pengetahuan maupun - Jumlah grup kesenian obyek wisata budaya; - Capaian Kajian Seni Revitalisasi nilai-nilai budaya Meningkatnya kemandirian dan Meningkatkan pemberdayaan Peningkatan kualitas dan peran pemuda, serta - Terselenggaranya Peringatan Hari-Hari 9 PHB 9 PHB Program Peningkatan Peran Serta Otonomi Daerah Sekretariat Daerah partisipasi pemuda dalam generasi muda dalam pembangunan; kelembagaan pemuda dalam pembangunan Besar Bersejarah (belum masuk d format Kepemudaan pembangunan; awal tp rutin dianggarkan di setda) - Terselenggaranya kesegaran jasmani 40 Kali 40 Kali Program Pembinaan dan Otonomi Daerah Sekretariat Daerah aparatur (belum masuk d format awal tp Pemasyarakatan Olahraga rutin dianggarkan di setda) 7.1. Meningkatnya pemasyarakatan Meningkatkan kualitas dan kuantitas Pembangunan dan optimaliasi fungsi sarana - Jumlah Organisasi Kepemudaan Program Pengembangan dan Kepemudaan dan Dinas Pemuda dan Olahraga olahraga sarana dan prasarana olahraga dan prasarana olahraga Keserasian Kebijakan Pemuda; Olahraga RPJMD Kabupaten Bogor VII-53

266 NO SASARAN INDIKATOR KINERJA OUTCOME STRATEGI ARAH KEBIJAKAN KONDISI AWAL CAPAIAN KINERJA Peningkatan pembinaan olahraga rekreasi - Jumlah Kegiatan Kepemudaan Program Peningkatan Peranserta Kepemudaan dan Dinas Pemuda dan Olahraga Kepemudaan; Olahraga KONDISI AKHIR PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH BIDANG URUSAN OPD PENANGGUNGJAWAB - Jumlah Organisasi Olahraga (Klub Program Pengembangan Kebijakan Kepemudaan dan Dinas Pemuda dan Olahraga Olahraga) dan Manajemen Olahraga 7.2. Terbangunnya pusat olahraga - Jumlah lapangan olahraga 3 lapangan 8 terpadu - Tuntasnya Pembangunan Stadion Olahraga 45,15% 100 berskala Internasional 7.3. Meningkatnya prestasi olahraga Meningkatkan kualitas dan kuantitas Peningkatan pembinaan olah raga prestasi - Jumlah Kegiatan Olahraga Program Pembinaan dan Kepemudaan dan Dinas Pemuda dan Olahraga Kabupaten Bogor olahragawan berprestasi Pemasyarakatan Olahraga; Olahraga - Gelanggang/Balai remaja (selain milik 6 12 Program Peningkatan Sarana dan Kepemudaan dan Dinas Pemuda dan Olahraga swasta atau dengan kata lain milik Prasarana Olahraga; Olahraga Pemerintah) - Jumlah Lapangan Olahraga Meningkatnya cakupan pelayanan, Meningkatkan kualitas pelayanan, Peningkatan pelayanan pencegahan dan - Cakupan pelayanan bencana kebakaran Program Peningkatan Kesiagaan dan Sosial BPBD pencegahan dan upaya pencegahan dan penanggulangan penanggulangan bencana berbasis kabupaten Pencegahan Bahaya Kebakaran; penanggulangan bencana bencana; masyarakat; - Tingkat waktu tanggap (response time rate) daerah layanan Wilayah Manajemen Kebakaran (WMK) - Persentase aparatur pemadam kebakaran yang 80% 95% memenuhi standar kualifikasi - Terbantunya korban bencana alam 4000 korban korban Program Pencegahan Dini dan Sosial BPBD - Jumlah Masyarakat/ Aparatur yang mendapat 150 orang Penanggulangan Korban Bencana pelatihan Penanggulangan Bencana Alam; - Cakupan Wilayah yang terkurangi Risiko 5% 17% Bencana - Terlaksananya Kegiatan Rehabilitasi dan 5% 17% Rekonstruksi di Daerah Rawan Bencana 2 Meningkatkan daya saing perekonomian masyarakat dan pengembangan usaha berbasis sumberdaya alam dan pariwisata 1.1. Meningkatnya produksi, Meningkatkan intensifikasi dan Peningkatan ketersediaan pangan secara - Regulasi ketahanan pangan 1 4 Program Peningkatan Ketahanan Pertanian Distanhut produktifitas, distribusi, dan ekstensifikasi komoditas pangan berkelanjutan melalui peningkatan produksi - Ketersediaan Pangan Utama 69,69 68,85 Pangan Pertanian/ Perkebunan; konsumsi pangan daerah daerah; dan produktivitas dan keragaman pangan; - Produksi tanaman pangan Program Peningkatan Penerapan Pertanian Distanhut Ubi jalar 3,00 15,00 Teknologi Pertanian/ Perkebunan; Ubi Kayu (ton) 2,00 10,00 - Tercapainya swasembada benih padi unggul 204, bersertifikat (Ton) - Persentaseswasembada benih padi unggul 18,05 100,32 bersetifikat (%) - Persentase peningkatan produktivitas palawija (%) 2,50 - Produktivitas palawija 167,56 171, Peningkatan keragaman pangan melalui - Produktifitas padi atau bahan pangan pengembangan komoditas pangan lokal utama lokal lainnya per hektar : - padi sawah 60,41 62,22 - padi gogo 33,87 35,12 Cakupan Aplikasi Teknologi Lahan Pangan 3,85 97,12 Penerapan Teknologi Pertanian, Utama (%) Perikanan dan Kehutanan a Ketersediaan Energi dan Protein Per Kapita (%) Pengembangan Ketersediaan dan - Energi 112,91 120,86 Cadangan Pangan - Protein 136,84 159,80 b Penguatan Cadangan Pangan Pemerintah 50,00 100,00 Daerah (%) a Ketersediaan/Informasi Pasokan, Harga dan Akses Pang - 90,00 Pengembangan Distribusi dan Akses b Stabilitas Harga dan Pasokan Pangan (%) - 90,00 Pangan a Skor Pola Pangan Harapan (%) 74,70 100,00 Pengembangan Penganekaragaman RPJMD Kabupaten Bogor VII-54

267 NO SASARAN INDIKATOR KINERJA OUTCOME STRATEGI ARAH KEBIJAKAN KONDISI AWAL CAPAIAN KINERJA b Pengawasan dan Pembinaan Keamanan Pangan (%) - 90,00 dan Keamanan Pangan KONDISI AKHIR PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH BIDANG URUSAN OPD PENANGGUNGJAWAB Pengkoordinasian Penanganan Daerah Rawan Pangan (%) a Rawan Ketersediaan Pangan 5,00 52,50 b Rawan Rumah Tangga Miskin 5,00 35,00 c Rawan Akses Jalan - 37,50 d Rawan Akses Listrik - 7,50 e Rawan Gizi Kurang 5,00 42,50 f Rawan Akses Air Bersih - 72,50 g Rawan Akses Fasilitas Kesehatan - 12,50 Penanganan Kerawanan Pangan Meningkatkan akses pangan Penataan jalur distribusi, cadangan dan - Persentase peningkatan produksi padi (%) 5,09 pasokan pangan - Produksi padi (Ton GKG) bagi masyarakat - Persentase peningkatan provitas sayuran 2,50 - Produktivitas sayuran (ku/ha) 106,69 109,38 - Persentase peningkatan produksi sayuran (%) 13,00 Produksi sayuran (Ton) Persentase Peningkatan produksi buah-buahan (%) 13,00 - Produksi buah-buahan (Ton) 55686, ,03 - Persentase peningkatan produksi tanaman hias (%) 15,00 Tanaman hias potong (tangkai) Tanaman hias pohon (pohon) Persentase peningkatan produksi tanaman obat (%) 10,00 - Produksi tanaman obat (Ton) Persentase peningkatan produksi tanaman 19,00 perkebunan - Produksi tanaman perkebunan (Ton) Kontribusi sektor pertanian (total) terhadap PDRB 4,10 3,82 harga berlaku - Kontribusi sektor pertanian (total) terhadap PDRB 4,54 4,54 harga konstan - Kontribusi sektor pertanian (palawija/tanaman bahan 2,54 2,36 makanan) terhadap PDRB harga berlaku - Kontribusi sektor pertanian (palawija/tanaman bahan 2,66 2,68 makanan) terhadap PDRB harga konstan - Kontribusi sektor perkebunan/tanaman keras 0,42 0,37 terhadap PDRB berlaku - Kontribusi sektor perkebunan/tanaman keras 0,48 0,46 terhadap PDRB konstan - Kontribusi Produksi kelompok petani (tanaman bahan 2,54 2,36 makanan) terhadap PDRB harga berlaku - Kontribusi Produksi kelompok petani (tanaman bahan 2,66 2,68 makanan) terhadap PDRB harga konstan - Nilai Tukar Petani 101,37 117,56 - Sentra agribisnis komoditas unggulan Program Peningkatan Pemasaran Hasil Pertanian Distanhut - Jumlah komoditas unggulan 6 12 Produksi Pertanian/ Perkebunan - Jumlah lokasi NTP 101,37 117,56 - Persentase peningkatan nilai tambah dari padi 8 40 Program Pengolahan Hasil Pertanian/ Pertanian Distanhut menjadi beras (%) Perkebunan - Persentase peningkatan nilai tambah dari ubi kayu 2 10 menjadi tepung (%) - Persentase peningkatan nilai tambah dari ubi jalar 3 15 menjadi tepung (%) - Persentase peningkatan nilai tambah dari pala menjadi minyak atsiri (%) - Persentase peningkatan nilai tambah dari karet mentah mejadi sheet kering (%) - Persentase peningkatan nilai tambah dari kopi 85 25,6 gelondongan menjadi berasan (%) - Rehabilitasi hutan dan lahan kritis 7,65 6,57 Program Rehabilitasi Hutan dan Lahan; Kehutanan Distanhut - Kerusakan Kawasan hutan 14,26 10,00 Program Perlindungan dan Konservasi Kehutanan Distanhut Sumberdaya Hutan; RPJMD Kabupaten Bogor VII-55

268 NO SASARAN INDIKATOR KINERJA OUTCOME STRATEGI ARAH KEBIJAKAN KONDISI AWAL CAPAIAN KINERJA KONDISI AKHIR PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH BIDANG URUSAN OPD PENANGGUNGJAWAB - Cakupan legalitas usaha kehutanan (%) 3,2 50 Program Pembinaan dan Penertiban Kehutanan Distanhut Industri Hasil Hutan; - Kontribusi sektor kehutanan terhadap PDRB harga 0,01 0,01 Program Pemanfaatan Potensi Kehutanan Distanhut berlaku Sumberdaya Hutan - Kontribusi sektor kehutanan terhadap PDRB harga 0,01 0,01 konstan - Cakupan usaha kayu rakyat (%) Cakupan usaha non kayu (%) * Usah jamur tiram 9 24 * Usaha lebah madu 0 25 * Usaha bambu Cakupan Bina Wilayah Penyelenggaraan Program Pemberdayaan Penyuluh Ketahanan Pangan BKP5K Penyuluhan Pelaku Utama dan Pelaku Pertanian, Perikanan dan Kehutanan; Usaha (%) - Pertanian 87,33 92,86 - Kehutanan 45,00 48,75 - Perikanan 57,50 66,25 - Cakupan Bina Penguatan Kelembagaan Program Peningkatan Kesejahteraan Ketahanan Pangan BKP5K Pelaku Utama dan Pelaku Usaha (%) Petani; - Kelompok Pemula Program Penerapan Teknologi Ketahanan Pangan BKP5K - Pertanian 1,70 10,47 Pertanian, Perikanan dan Kehutanan; - Kehutanan 14,52 115,49 - Perikanan 8,33 54,36 - Kelompok Lanjut - Pertanian 0,96 6,16 - Kehutanan 19,23 8,06 - Perikanan 0 - Kelompok Madya - Pertanian 1,50 12,96 - Kehutanan - 31,25 - Perikanan 5,26 95,00 - Kelompok Utama - Pertanian - 40,00 - Kehutanan 50,00 100,00 - Perikanan 33,33 75,00 - Cakupan Bina Kelompok Pelaku Utama Program Peningkatan Produksi Hasil Ketahanan Pangan BKP5K dan Pelaku usaha (%) Pertanian, Perikanan dan Kehutanan; - Pertanian 2,23 12,22 - Kehutanan 10,43 23,88 - Perikanan 20,09 45, Meningkatnya jumlah koperasi Memberdayakan koperasi dan usaha Peningkatan kemampuan ekonomi masyarakat - Usaha Mikro dan Kecil 87,77% 88,92% Program Penciptaan Iklim Usaha Kecil Koperasi dan Usaha Diskoperindag aktif dan kemandirian usaha mikro, kecil dan menengah; melalui peningkatan Koperasi dan UKM yang Menengah yang Kondusif; Kecil Menengah mikro, kecil dan menengah dalam mandiri dan profesional; mengembangkan ekonomi lokal Peningkatan daya saing koperasi, usaha kecil, - Jumlah UKM non BPR/LKM UKM Program Pengembangan Koperasi dan Usaha Diskoperindag usaha mikro dan menengah (UKM) yang Kewirausahaan dan Keunggulan Kecil Menengah berbasis IPTEK, sehingga menjadi bagian Kompetitif Usaha Kecil integral dari keseluruhan daerah; - Jumlah BPR/LKM aktif milik pemerintah Program Pengembangan Sistem Koperasi dan Usaha Diskoperindag Pendukung Usaha Bagi Usaha Mikro Kecil Menengah Kecil Menengah; Perkuatan kelembagaan dan usaha, kapasitas - Persentase koperasi aktif 67,64% 69,44% Program Peningkatan Kualitas Koperasi dan Usaha Diskoperindag sumber daya manusia KUKM, pembiayaan Kelembagaan Koperasi; Kecil Menengah dan pengembangan peluang pasar bagi produk KUKM; 2.2. Berkembangnya agribisnis Berkembangnya agribisnis pertanian - Cakupan pengendalian wabah penyakit Program Pencegahan dan Pertanian Diskoperindag pertanian dan perikanan dan perikanan ternak/ikan dan zoonosis Penanggulangan Penyakit Ternak; - Rabies (dosis) Disnakkan - Anthrax (dosis) Brucellosis (dosis) SE (dosis) AI (dosis) Aeromonas (dosis) KHV (kecamatan) RPJMD Kabupaten Bogor VII-56

269 NO SASARAN INDIKATOR KINERJA OUTCOME STRATEGI ARAH KEBIJAKAN KONDISI AWAL CAPAIAN KINERJA KONDISI AKHIR Mengembangkan sentra komoditas Peningkatan daya saing komoditas unggulan; - Cakupan pengendalian keamanan unggulan PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH BIDANG URUSAN OPD PENANGGUNGJAWAB PAH/HPAH di Lokasi Usaha (lokasi) - Produksi Daging (kg) Program Peningkatan Produksi Hasil Pertanian Disnakan - Produksi Telur (kg) Peternakan; - Produksi Susu (liter) Konsumsi Protein Hewani Asal Ternak 5,36 6,25 (gr/kap/hr) - Sentra agribisnis peternakan (lokasi) 0 2 Program Peningkatan Pemasaran Hasil Pertanian Disnakan Produksi Peternakan; - Produksi perikanan (dibandingkan dengan target 99, Program Pengembangan Budidaya Kelautan dan Disnakan daerah) Perikanan; Perikanan - Konsumsi ikan (dibandingkan dengan target daerah) 100, Produksi ikan konsumsi (ton) , Konsumsi ikan (kg/kap/th) 23,97 29,46 - Produksi Ikan Hias (RE) Produksi Benih Ikan (RE) , Sentra agribisnis perikanan (lokasi) 0 2 Program Optimalisasi Pengelolaan Kelautan dan Disnakan - Produksi olahan produk perikanan (ton) dan Pemasaran Produksi Perikanan; Perikanan - Produksi olahan produk peternakan (ton) Terkendalinya keamanan PAH/HPAH (kecamatan) Produksi benih ikan hias dan benih ikan konsumsi air ta , ,14 di Indonesia 3.1. Meningkatnya investasi dan laju Mengembangkan investasi sesuai Menciptakan iklim investasi yang kondusif - Kenaikan / penurunan Nilai Realisasi PMDN (milyar 363,12 115,72 Program Peningkatan Promosi dan Penanaman Modal BPT pertumbuhan investasi dengan potensi sumber daya daerah rupiah) Kerjasama Investasi; - Pameran/expo Meningkatkan promosi dan kerjasama investasi - Jumlah investor berskala nasional (PMDN/PMA) Program Peningkatan Iklim Investasi Penanaman Modal BPT - Jumlah PMA 423 prshn proyek Jumlah PMDN 178 prshn proyek Jumlah nilai investasi berskala nasional (PMDN/PMA) Rp ,19 M ,19 - Nilai realisasi investasi PMA Rp ,06 M ,17 - Nilai realisasi investasi PMDN Rp ,13 M ,02 dan Realisasi Investasi; 4.1. Meningkatnya pengendalian Mengembangkan upaya reklamasi Peningkatan pengendalian pemanfatan - Reklamasi luas lahan bekas tambang 618,90 812,90 Program Pembinaan dan Pengawasan Dinas Energi dan Dinas Energi dan Sumber pemanfatan sumber daya alam dan pasca tambang; sumber daya alam, reklamasi/rehabilitasi lahan - Cakupan penanganan pertambangan tanpa ijin Bidang Pertambangan; Sumber Daya dan Daya dan Mineral berkurangnya kerusakan alam bekas tambang, sekaligus pemulihan pasca Mineral akibat penambangan tambang sesuai dengan zona peruntukan yang telah ditetapkan; - Kontribusi sektor pertambangan terhadap PDRB ,60 Program Pengawasan dan Penertiban Dinas Energi dan Dinas Energi dan Sumber harga berlaku Kegiatan Rakyat yang Berpotensi Sumber Daya dan Daya dan Mineral Merusak Lingkungan Mineral - Kontribusi sektor pertambangan terhadap PDRB 1,09 1,10 Program Pembinaan dan Dinas Energi dan Dinas Energi dan Sumber harga konstan Pengembangan Bidang Migas dan Sumber Daya dan Daya dan Mineral Panas Bumi; Mineral Meningkatkan pengawasan Pengembangan dan pembinaan usaha - Perubahan elevasi muka air tanah Program Konservasi Air Tanah; Dinas Energi dan Dinas Energi dan Sumber pemanfaatan sumber daya alam; pertambangan skala kecil dengan tetap Sumber Daya dan Daya dan Mineral memperhatikan pembangunan yang - Perubahan elevasi muka air tanah Program Pendayagunaan Air Tanah; Mineral berwawasan lingkungan; Pengelolaan pertambangan mineral secara seimbang tanpa mengabaikan nilai - Jumlah kelompok pengguna energi baru Program Penyediaan dan Pemanfaatan Dinas Energi dan Dinas Energi dan Sumber konservasinya serta pengembangan kawasan dan energi terbarukan Energi Baru dan Energi Terbarukan; Sumber Daya dan Daya dan Mineral pertambangan dengan mempertimbangkan Mineral potensi; Peningkatan pengendalian dan pengawasan - Cakupan pemantauan lokasi rawan Program Mitigasi Bencana Geologi; Dinas Energi dan Dinas Energi dan Sumber pemanfaatan air bawah tanah sesuai dengan longsor Sumber Daya dan Daya dan Mineral pembangunan yang berwawasan lingkungan; Mineral 4.2. Meningkatnya cakupan Meningkatkan ketersediaan energi Peningkatan fasilitasi untuk pemenuhan - Peningkatan cakupan layanan PJU 31,50 36,5 Program Pembinaan dan Dinas Energi dan Dinas Energi dan Sumber pemenuhan kebutuhan listrik dan mengembangkan sumber energi pasokan energi dan listrik yang bersumber - Rumah tangga pengguna listrik Pengembangan Bidang Sumber Daya dan Daya dan Mineral alternatif terbarukan; dari potensi energi alternatif dan terbarukan, - Rasio ketersediaan daya listrik 0,55 1 Ketenagalistrikan; Mineral RPJMD Kabupaten Bogor VII-57

270 NO SASARAN INDIKATOR KINERJA OUTCOME STRATEGI ARAH KEBIJAKAN KONDISI AWAL CAPAIAN KINERJA seperti potensi hidro, surya, angin, panas, - Persentase rumah tangga yang menggunakan listrik 82,65 89,62 bumi dan bio-energi lainnya; KONDISI AKHIR Pemenuhan kebutuhan listrik dan cakupan - Jumlah ijin usaha ketenagalistrikan IUKU/ IUKS pelayanan listrik pedesaan ke seluruh wilayah serta peningkatan pengelolaan utilitas umum berupa penerangan jalan umum yang merata dan efisien di setiap wilayah; PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH BIDANG URUSAN OPD PENANGGUNGJAWAB 5.1. Berkembangnya pariwisata Mengembangkan kawasan wisata Peningkatan daya tarik wisata, destinasi dan - Kunjungan wisata Program Pengembangan Pemasaran Pariwisata Disbudpar andalan disertai dengan andalan; pemasaran pariwisata melalui pengembangan - Jumlah paket wisata Pariwisata; meningkatnya kunjungan wisata produk wisata yang memiliki kearifan dan - Kontribusi sektor pariwisata terhadap PDRB berlaku 3,13 2,87 kekhasan lokal didukung dengan sarana dan prasarana yang memadai; - Kontribusi sektor pariwisata terhadap PDRB konstan 3,24 3,03 - Jumlah gedung kesenian 1 1 Program Pengembangan Destinasi Pariwisata Disbudpar - Rasio destinasi wisata berstandar nasional (%) Pariwisata; Meningkatkan pelayanan kepada Peningkatan pelayanan pariwisata dengan - Cakupan organisasi Program Pengembangan Kemitraan; Pariwisata Disbudpar wisatawan mancanegara dan menjaga dan memelihara kualitas sumber - Cakupan SDM pariwisata bersertifikat nasional wisatawan nusantara; daya alam dan lingkungan untuk meningkatkan aktivitas ekowisata yang mampu memberikan - Tingkat hunian hotel 2,5 3 nilai tambah ekonomi bagi kesejahteraan - Cakupan bina usaha pelaku usaha pariwisata masyarakat; - Jumlah kerjasama pariwisata Jenis, kelas, dan jumlah restoran Jenis, kelas, dan jumlah penginapan/ hotel Terwujudnya BUMD Mengembangkan tata kelola - Pertumbuhan ekonomi (Bappeda) 6,03 6,19-7,14 Program Pengkoordinasian Bidang Otonomi Daerah Sekretariat Daerah Pertambangan yang berdaya pertambangan yang berdaya saing - Pembinaan BUMD 22 BUMD 9 BUMD Ekonomi; saing sebagai pengungkit perekonomian daerah 6.2. Terwujudnya BUMD Pariwisata Mengembangkan tata kelola yang berdaya saing sebagai pariwisata yang berdaya saing pengungkit perekonomian daerah 6.3. Terwujudnya BUMD Pertanian Mengembangkan tata kelola pertanian yang berdaya saing sebagai yang berdaya saing - Tersusunnya rumusan kebijakan bidang 1 Rumusan 38 Rumusan pengungkit perekonomian daerah perekonomian Kebijakan Kebijakan 7.1. Meningkatnya jumlah dan Memberdayakan industri kecil dan Peningkatan fasilitasi dan dukungan bagi - Kontribusi sektor Industri terhadap PDRB harga , ,00 Program Peningkatan Kapasitas Iptek Industri Diskoperindag kemandirian industri kecil dan menengah; penguatan usaha industri rumah tangga kecil berlaku 57,62 54,91 Sistem Produksi; menengah dalam mengembangkan dan menengah; ekonomi lokal - Kontribusi sektor Industri terhadap PDRB harga , ,00 Program Peningkatan Kemampuan Industri Diskoperindag Peningkatan kompetensi dan penguatan konstan 60,07 58,4 Teknologi Industri; kewirausahaan serta pengembangan kemitraan diantara pelaku ekonomi - Kontribusi industri rumah tangga terhadap PDRB , ,00 Program Penataan Struktur Industri; Industri Diskoperindag sektor Industri harga berlaku 11,52 10,982 - (Diasumsikan 20% dari kontribusi sektor industri Program Pengembangan Industri Kecil Industri Diskoperindag terhadap harga berlaku) dan Menengah; - Kontribusi industri rumah tangga terhadap PDRB , ,00 sektor Industri harga konstan (Diasumsikan 20% dari 12,01 11,68 kontribusi sektor industri terhadap harga berlaku) - Pertumbuhan Industri 3,33% 4,08% - Cakupan bina kelompok pengrajin Meningkatnya nilai dan volume Mengembangkan pasar dalam negeri Pemantapan sistem dan jaringan distribusi baran - Kontribusi sektor perdagangan terhadap , ,00 Program Perlindungan Konsumen dan Perdagangan Diskoperindag perdagangan dalam negeri dan dan luar negeri untuk pasar dalam dan luar negeri. PDRB harga berlaku 17,32% 21,69% Pengamanan Perdagangan; ekspor Revitalisasi pasar tradisional dan pasar desa - Kontribusi sektor perdagangan terhadap , ,00 Program Peningkatan dan Perdagangan Diskoperindag Pengawasan barang dan jasa yang beredar dan PDRB harga konstan 14,90% 19,50% Pengembangan Ekspor; perindungan konsumen Pelayanan yang berkualitas bagi eksportir - Ekspor bersih perdagangan , ,00 Program Peningkatan Efisiensi Perdagangan Diskoperindag Perdagangan Dalam Negeri; - Cakupan bina kelompok pedagang/usaha informal RPJMD Kabupaten Bogor VII-58

271 NO SASARAN INDIKATOR KINERJA OUTCOME STRATEGI ARAH KEBIJAKAN KONDISI AWAL CAPAIAN KINERJA KONDISI AKHIR - Jumlah pedagang di pasar tradisional yang dibina PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH BIDANG URUSAN OPD PENANGGUNGJAWAB 8.1. Meningkatnya partisipasi angkatan Meningkatkan kualitas dan Peningkatan profesionalisme tenaga kerja dan - Angka partisipasi angkatan kerja 65,72 66,00 Program Peningkatan Kualitas dan Ketenagakerjaan Dinsosnakertrans kerja dan kesejahteraan tenaga produktifitas tenaga kerja pelatihan keterampilan bagi pencari kerja; - Tingkat partisipasi angkatan kerja 65,72 66,00 Produktivitas Tenaga Kerja; kerja - Tingkat pengangguran terbuka 8,62 7,41 - Rasio lulusan S1/S2/S3 190,84 227,54 - Rasio ketergantungan 53,28 45,78 - Jumlah pencari kerja yang terampil 690 orang 4240 orang Memberikan perlindungan bagi Peningkatan koordinasi tripartit antara - Pencari kerja yang ditempatkan 600 orang 5270 orang Program Peningkatan Kesempatan Ketenagakerjaan Dinsosnakertrans tenaga kerja pengusaha, pekerja dan pemerintah - Rasio penduduk yang bekerja 89,69 92,19 Kerja; - Jumlah tenaga kerja yang terserap dalam 1000 orang 1450 orang program padat karya Memperluas kesempatan kerja; Peningkatan penempatan tenaga kerja - Angka sengketa pengusaha-pekerja per tahun 135 kasus 865 kasus Program Perlindungan Ketenagakerjaan Dinsosnakertrans - Keselamatan dan perlindungan Pengembangan Lembaga - Panitia Keselamatan dan Kesehatan Kerja di 30 orang 145 orang Ketenagakerjaan; perusahaan - Pemberian perlindungan hukum dan jamsostek 200 perusahaan 1000 perusahaan - Perlindungan pekerja anak 80 orang 800 orang - Perlindungan pekerja malam wanita 60 perusahaan 338 perusahaan - Pengawasan, perlindungan dan penegakan hukum 740 perusahaan 3725 perusahaan terhadap hak normatif pekeja - Perselisihan buruh dan pengusaha terhadap 0 0 kebijakan pemerintah daerah - Terwujudnya sistem pengupahan yang memadai 1 dok 5 dok - Fasilitasi Lembaga Kerjasama Tripartit 3 rekomendasi 15 rekomendasi - Sertifikasi tenaga operator di perusahaan 50 orang 280 orang 8.2. Tersalurkannya minat masyarakat Mendorong minat masyarakat untuk Fasilitasi pengiriman transmigran - Transmigran regional 50 KK 165 KK Program Transmigrasi Regional; Dinsosnakertrans untuk bertransmigrasi bertransmigrasi - Transmigran swakarsa N/A N/A - Kontibusi transmigrasi terhadap PDRB Meningkatkan integrasi, konektivitas, kualitas dan kuantitas infrastruktur wilayah dan pengelolaan lingkungan hidup yang 1.1. Meningkatnya perencanaan, Meningkatkan kinerja perencanaan Peningkatan kuantitas dan kualitas perencanaan kesesuaian dan pengendalian ruang; ruang; pemanfaatan ruang Meningkatkan kinerja pengendalian Peningkatan kuantitas dan kualitas pengendalian Program Perencanaan Tata Ruang; Tata Ruang DTRP pemanfaatan ruang; pemanfaatan ruang; - Rasio Ruang Terbuka Hijau per Satuan 34,45 31,89 Program Pemanfaatan Ruang; Tata Ruang DTRP - Cakupan luasan kawasan lindung Luas 41,70% 0,00% Wilayah ber HPL/HGB - Luas wilayah produktif 87,05 87,00 - Luas wilayah industri 0,45 0,75 - Luas wilayah kebanjiran 4,50 2,00 - Luas wilayah kekeringan 11,31 8,00 - Luas wilayah perkotaan 46,45 46,45 - Ruang publik yang berubah peruntukannya 0,50 0,50 Program Pengendalian Pemanfaatan Tata Ruang DTRP - Ketaatan terhadap RTRW 85,50 88,00 Ruang; 1.2. Meningkatnya kepastian hukum Meningkatkan sertifikasi tanah catur Peningkatan pelayanan sertifikasi tanah melalui - Luas lahan bersertifikat 208,40% Program Pembangunan Sistem Pertanahan DTRP pemilikan tanah masyarakat tertib pertanahan; prona/proda; - Penyelesaian kasus tanah negara 0,00% 0,01% Pendaftaran Tanah; - Persentase penduduk yang memiliki lahan 10,00 34,00 - Persentase penduduk yang memiliki lahan 10,00 34,00 Program Penataan Penguasaan, Pertanahan DTRP Pemilikan, Penggunaan dan - Proda APBD Kabupaten Bogor Pemanfaatan Tanah; - Sertifikasi Kepemilikan Tanah Aset Daerah Meningkatnya infrastruktur jalan/ Meningkatkan kualitas dan kuantitas Pembangunan, peningkatan dan rehabilitasi - Panjang jalan Kabupaten dalam kondisi baik 76,27% 84,22% Program Pembangunan Jalan dan Pekerjaan Umum DBMP RPJMD Kabupaten Bogor VII-59

272 NO SASARAN INDIKATOR KINERJA OUTCOME STRATEGI ARAH KEBIJAKAN KONDISI AWAL CAPAIAN KINERJA jembatan yang berkualitas dan jalan dan jembatan; jaringan jalan dan jembatan untuk menunjang - Proporsi panjang jaringan jalan dalam kondisi baik 0,7627 0,8422 Jembatan; terintegrasi untuk mendukung aktivitas perekonomian masyarakat; pergerakan orang, barang dan - Terbangunnya pembangunan Poros jasa Barat-Utara-Tengah-Timur - Panjang jalan dilalui roda 4 0, , Sempadan Jalan yang dipakai pedagang kaki lima 2,23% 2,13% atau bangunan rumah liar - Jalan Penghubung dari ibukota kecamatan ke 100% 100% kawasan pemukiman penduduk (minimal dilalui roda 4) KONDISI AKHIR PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH BIDANG URUSAN OPD PENANGGUNGJAWAB - Panjang Jalan yang memiliki trotoar dan 31,38 34,65 Program Pembangunan Saluran Pekerjaan Umum DBMP drainase/saluran pembuangan air (minimal 1,5 m) Drainase/Gorong-gorong; - Drainase Dalam kondisi baik/pembuangan aliran tidak 39,09% 38,99% tersumbat - Pembangunan turap di wilayah jalan penghubung 0,849 0,937 Program Pembangunan Turap/ Talud/ Pekerjaan Umum DBMP dan aliran sungai rawan longsor lingkup kewenangan Bronjong; kota - Panjang jalan Kabupaten dalam kondisi baik 76,27% 84,22% Program Rehabilitasi/ Pemeliharaan Pekerjaan Umum DBMP - Proporsi panjang jaringan jalan dalam kondisi baik 0,7627 0,8422 Jalan dan Jembatan; - Panjang jalan dilalui roda 4 0, , Proporsi panjang jaringan jalan dalam kondisi baik 0,7627 0,8422 Program Inspeksi Kondisi Jalan dan Pekerjaan Umum DBMP Jembatan; - Proporsi panjang jaringan jalan dalam kondisi baik 0,7627 0,8422 Program Pengembangan Sistem Pekerjaan Umum DBMP Informasi Data Base Jalan dan Jembatan; - Proporsi panjang jaringan jalan dalam kondisi baik 0,7627 0,8422 Program Peningkatan Sarana dan Pekerjaan Umum DBMP Prasarana Kebinamargaan; 2.2. Meningkatnya infrastuktur Meningkatkan kualitas dan kuantitas Peningkatan pelayanan perhubungan untuk - Tingkat Kinerja Jaringan Lalu Lintas dan Angkutan 0,859 0,705 Prasarana dan Fasilitas Perhubungan; perhubungan yang mendukung infrastruktur transportasi; mempercepat dan memperlancar pergerakan Jalan aksesibilitas, pergerakan orang, orang, barang dan jasa; barang dan jasa - Jumlah Pelabuhan Laut/Udara/Terminal Bis 6 9 Program Pembangunan Sarana Perhubungan DLLAJ - Tingkat Kinerja Jaringan Lalu Lintas dan Angkutan 0,859 0,705 dan Prasarana Perhubungan; Jalan Meningkatnya kelancaran dan Peningkatan ketersediaan sarana dan - Jumlah Pelabuhan Laut/Udara/Terminal Bis 6 9 Program Rehabilitasi dan Perhubungan DLLAJ keselamatan lalu lintas angkutan prasarana perhubungan, berupa terminal, Pemeliharaan Prasarana dan Fasilitas orang dan barang; fasilitas lalu lintas dan sarana perhubungan LLAJ; lainnya; - Jumlah arus penumpang angkutan umum Program Peningkatan Pelayanan Perhubungan DLLAJ - Rasio ijin trayek 0, , Angkutan; - Angkutan darat 0,07% 0,07% - Rasio panjang jalan per jumlah kendaraan 0, , Jumlah orang/ barang yang terangkut angkutan umum - Jumlah orang/barang melalui demaga/ bandara/terminal pertahun - Jumlah uji kir angkutan umum Kepemilikan KIR angkutan umum 50,45% 15,08% - Lama pengujian kelayakan angkutan umum (KIR) menit Biaya pengujian kelayakan angkutan umum Realisasi Laik Jalan Kendaraan 95,61% 96,89% - Integrasi Moda Angkutan Umum 2 Koridor 1 - Pemasangan Rambu-rambu 9,14% 20,00% Program Peningkatan dan Perhubungan DLLAJ - Jumlah Fasilitas Lalu Lintas Terpasang Pengamanan Lalu lintas; - Tingkat Kinerja Jaringan Lalu Lintas dan 0,859 0,705 Angkutan Jalan 2.3. Meningkatnya infrastruktur sumber Meningkatkan pemeliharaan Pengembangan infrastruktur sumberdaya air, - Rasio Jaringan irigasi 4,434 4,895 Program Pengembangan dan Pekerjaan Umum DBMP daya air, waduk dan irigasi untuk infrastruktur sumber daya air dan konservasi sumberdaya air, pendayagunaan - Luas irigasi Kabupaten dalam kondisi baik 55,57% 61,35% Pengelolaan Jaringan Irigasi, Rawa mendukung terpeliharanya hutan irigasi; sumberdaya air, pengendalian banjir dan - Penguatan kapasitas kelembagaan pengelola irigasi dan Jaringan Pengairan Lainnya; konservasi, kawasan lindung, daya rusak air serta pemberdayaan (Komir, SKPD, P3A/GP3A) RPJMD Kabupaten Bogor VII-60

273 NO SASARAN INDIKATOR KINERJA OUTCOME STRATEGI ARAH KEBIJAKAN KONDISI AWAL CAPAIAN KINERJA pengendalian dan masyarakat dalam pengelolaan sumberdaya pendayagunaan sumber daya air air dan irigasi secara partisipatif (PPSIP); KONDISI AKHIR PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH BIDANG URUSAN OPD PENANGGUNGJAWAB Peningkatan layanan jaringan irigasi melalui - Sempadan sungai yang dipakai bangunan liar 2,99% 2,89% Program Pengendalian Banjir; Pekerjaan Umum DBMP optimalisasi dalam penyediaan air irigasi bagi pertanian; 3.2. Meningkatnya penyediaan sarana Meningkatkan akses masyarakat Peningkatan cakupan pelayanan air bersih - Rumah tangga pengguna air bersih 41,97% 47,60% Program Pembangunan Infrastruktur Pekerjaan Umum DKP dan prasarana dasar permukiman terhadap air bersih Perdesaan; yang berkualitas - Persentase penduduk berakses air minum 4,19% 4,76% Program pengembangan kinerja Pekerjaan Umum DKP pengelolaan Air Minum dan Air Limbah; Meningkatkan kinerja pengelolaan air Peningkatan jumlah dan cakupan pelayanan - Cakupan pelayanan air limbah 54% 59% Program pengembangan kinerja Pekerjaan Umum DKP limbah domestik secara optimal air limbah domestik - Jumlah pelayanan air limbah 2600 Ritase Ritase pengelolaan Air Minum dan Air Limbah; Peningkatan penyediaan sarana sanitasi - Rumah tangga ber-sanitasi Program Lingkungan Sehat Perumahan DTBP lingkungan dan rumah tangga - Persentase rumah tinggal bersanitasi 68% 68,65% Perumahan; - Persentase Luas pemukiman yang tertata 8,025% 8,072% - Cakupan Lingkungan yang sehat dan aman yang 47,70% 70,28% didukung Prasarana, sarana dan Utilitas Umum (PSU) - Rasio bangunan ber- IMB per satuan bangunan 22% 0,265 Program Pengembangan Wilayah - Mendorong Terbangunnya Cibinong Raya sebagai Strategis dan Cepat Tumbuh; Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) Kegiatan Wilayah (PKW) - Tersedianya dokumen RTBL 1 dokumen 12 dokumen - Rasio rumah layak huni 0,2351 0,2400 Program Pembangunan Infrastruktur - Rumah Layak Huni 95,29% 100% Perdesaan; - Rasio permukiman layak huni 0,9967 1,00 - Lingkungan Permukiman Kumuh 0,32% 0,16% - Lingkungan Pemukiman 4,61% 2,30% - Bebas Rumah Tidak Layak Huni (RTLH) Cakupan Ketersediaan Rumah Layak Huni 95,29% 100% - Cakupan Layanan Rumah Layak Huni Yang 29,32% 100% terjangkau Meningkatkan kinerja pengelolaan Peningkatan cakupan pelayanan persampahan - Persentase penanganan sampah 39,05% 60,00% Program pengembangan kinerja Pekerjaan Umum DKP persampahan secara terpadu dan - Tempat pembuangan sampah (TPS) per satuan 23,52% 60,00% pengelolaan persampahan; berwawasan lingkungan penduduk - Rasio tempat pembuangan sampah (TPS) per satuan 2,35% 5,86% penduduk Meningkatkan kualitas lansekap Peningkatan pengendalian dan penataan - Rasio titik reklame di lokasi strategis 40 Titik 15 Titik Program Pengendalian dan Penataan Pekerjaan Umum DKP lingkungan permukiman perkotaan reklame Reklame; Peningkatan penyediaan Ruang Terbuka - Jumlah Ruang Terbuka Hijau, Taman Kota, Taman 32 Lokasi 42 Lokasi Program.. Pekerjaan Umum DKP Hijau, Taman Kota, Taman Perkantoran dan Taman Jalur perkantoran dan Taman jalur Meningkatkan kapasitas penyediaan Peningkatan kapasitas penyediaan tempat - Jumlah tempat pemakaman umum satuan penduduk 24,49% 19,61% Program Pengelolaan Area Pekerjaan Umum DKP tempat pemakaman umum pemakaman umum Pemakaman; - Luas tempat pemakaman umum satuan penduduk 2,44% 1,96% 3.3. Meningkatnya pengelolaan Peningkatan kinerja pengelolaan Meningkatkan teknologi pengolahan dan - Persentase penanganan sampah 39,05% 60,00% sampah terpadu dan berwawasan persampahan cakupan layanan persampahan; lingkungan pada tingkat kabupaten - Cakupan pelayanan air limbah 54% 59% Program pengembangan kinerja Pekerjaan Umum DKP dan kawasan permukiman - Jumlah pelayanan air limbah 2600 Ritase Ritase pengelolaan Air Minum dan Air Limbah; - Rumah tangga ber-sanitasi Persentase rumah tinggal bersanitasi 68% 68,65% - Persentase penduduk berakses air minum 4,19% 4,76% - Jumlah tempat pemakaman umum satuan penduduk 24,49% 19,61% Program Pengelolaan Area Pekerjaan Umum DKP Pemakaman; - Rasio titik reklame di lokasi strategis 40 Titik 15 Titik Program Pengendalian dan Penataan Pekerjaan Umum DKP RPJMD Kabupaten Bogor VII-61

274 NO SASARAN INDIKATOR KINERJA OUTCOME STRATEGI ARAH KEBIJAKAN KONDISI AWAL CAPAIAN KINERJA Reklame; KONDISI AKHIR PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH BIDANG URUSAN OPD PENANGGUNGJAWAB - Jumlah Ruang Terbuka Hijau, Taman Kota, Taman 32 Lokasi 42 Lokasi Program.. Pekerjaan Umum DKP perkantoran dan Taman jalur 4.1. Meningkatnya pengendalian Meningkatnya pengendalian dan Peningkatan cakupan pengawasan wajib - Cakupan pengawasan terhadap pelaksanaan 64,57% 73% Program Pengendalian Pencemaran Lingkungan Hidup Badan Lingkungan Hidup pencemaran air, udara dan pencegahan pencemaran lingkungan AMDAL dan UKL/UPL; AMDAL dan UKL/UPL dan Perusakan Lingkungan Hidup; kerusakan tanah hidup - Penegakan hukum lingkungan 75,00% 100% - Pencemaran Status Mutu Air 99% 93% 4.2. Meningkatnya peran serta Meningkatkan peran serta Peningkatan pengawasan dan pengendalian - Pencemaran Status Mutu Air 99% 93% Program Rehabilitasi dan Pemulihan Lingkungan Hidup Badan Lingkungan Hidup masyarakat dalam pengelolaan masyarakat dan swasta dalam pencemaran lingkungan melalui peran serta Cadangan SDA; lingkungan hidup pengelolaan lingkungan masyarakat dan swasta dalam pengelolaan hidup; lingkungan hidup; - Luasan lahan dan/ tanah untuk produksi biomassa Program Perlindungan dan Konservasi Lingkungan Hidup Badan Lingkungan Hidup yang telah ditetapkan dan diinformasikan status SDA; kerusakannya - Jumlah usaha / kegiatan yang mentaati persyaratan 100% 91% Program Peningkatan Kualitas dan Lingkungan Hidup Badan Lingkungan Hidup administratif dan teknis persyaratan Pengendalian Akses Informasi SDA dan Lingkungan pencemaran udara Hidup; - Jumlah usaha / kegiatan yang mentaati persyaratan 100% 91% Program Pengendalian Polusi; Lingkungan Hidup Badan Lingkungan Hidup administratif dan teknis persyaratan Pengendalian pencemaran udara 4.3 Meningkatnya upaya mitigasi Meningkatnya upaya mitigasi Penurunan emisi GRK pada sektor pertanian, - Penurunan emisi GRK 0 4-5% Program Mitigasi dan Adaptasi Lingkungan Hidup Badan Lingkungan Hidup perubahan iklim perubahan iklim melalui penurunan kehutanan, energi, transportasi, industri, Perubahan Iklim Emisi GRK pada sektor pertanian, limbah dan sampah kehutanan, energi, transportasi, industri, limbah dan sampah 4 Meningkatkan aksesibilitas dan kualitas penyelenggaraan pendidikan dan pelayanan kesehatan 1.1. Terpenuhinya sarana dan Fasilitasi penyelenggaraan PAUD Peningkatan kualitas dan kuantitas sarana - APK Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) 31,10 43,60 Program Pendidikan Anak Usia Dini; Pendidikan DINAS PENDIDIKAN prasarana pendidikan melalui pemenuhan kebutuhan prasarana PAUD - Persentase guru TK/RA/PAUD PNF sarana prasarana berkualifikasi S Meningkatnya partisipasi Fasilitasi pendidikan dasar dan Peningkatan kualitas dan kuantitas sarana - Angka Kelulusan (AL) SD/MI/Paket A 99, Program Wajib Belajar Pendidikan Pendidikan DINAS PENDIDIKAN pendidikan masyarakat menengah melalui pemenuhan prasarana pendidikan dasar dan menengah - Angka kelulusan (AL) SMP/MTs/Paket B 99, Dasar Sembilan Tahun; kebutuhan sarana prasarana dalam rangka memenuhi standar pelayanan - Angka melanjutkan (AM) dari SD ke SMP/MTs 99, minimal - Angka Partisipasi Kasar (APK) SD/MI/Paket A 108,71 109, Meningkatnya mutu pengelolaan Meningkatkan kompetensi dan Peningkatan kualifikasi akademik pendidik dan - Rasio guru sekolah SMP/MTs/murid SMP/MTs 370,54 380,70 pendidikan kesejahteraan pendidik serta tenaga tenaga kependidikan PAUD, pendidikan dasar - Rasio ketersediaan sekolah dasar/penduduk usia 39,67 34,94 kependidikan dan pendidikan menengah pendidikan dasar Rasio Ketersediaan SMP-MTs terhadap 31,04 29, Penetapan Upah Minimim Guru Kabupaten Penduduk Usia Tahun Bogor - Rasio Rombel/Guru SD-MI 0, Sekolah Pendidikan SD Kondisi Bangunan Baik 57,05 67,05 - Sekolah Pendidikan SMP Kondisi Bangunan Baik 63,98 73,98 - % Kepala SD yang berkualifikasi S1/D4 dan bersertifikat 91,10 100,00 pendidik - % Kepala SMP yang berkualifikasi S1/D4 dan bersertifikat 50,41 91,67 pendidik - % Pengawas Berijasah S1 - % SD yang memiliki 2 orang guru dengan kualifikasi S1/D4 97,53 100,00 - % SD yang memiliki 2 orang guru yang telah memiliki sertifika 82,49 100,00 - % SMP-MTs dengan Jumlah Guru Bidang Studi (GBS) Sesuai Kebutuhan - % SMP-MTs yang Memiliki 70% Guru S1 68,64 100,00 - % SMP-MTs yang Memiliki Lab. IPA - Rasio guru sekolah dasar/murid SD/MI 380,61 386,65 - Rasio guru/murid per kelas rata-rata tingkat SD/MI - Rasio guru/murid per kelas rata-rata tingkat SMP/MTs - Rasio Kelas SD-MI/Ruang Kelas SD-MI - Rasio Kelas SMP-MTs/Ruang Kelas SMP-MTs - Rasio Siswa SD-MI/Kelas SD-MI - Rasio Siswa SMP-MTs/Kelas SMP-MTs - % SD yang semua rombelnya tidak melebihi 32 siswa 58,32 84,16 - % SMP yang semua rombelnya tidak melebihi 36 siswa 62,56 77,78 RPJMD Kabupaten Bogor VII-62

275 NO SASARAN INDIKATOR KINERJA OUTCOME STRATEGI ARAH KEBIJAKAN KONDISI AWAL CAPAIAN KINERJA KONDISI AKHIR - % SD yang telah memenuhi kebutuhan ruang kelas dan 33,47 59,30 meja dan kursi serta papan tulis untuk setiap rombel - % SMP yang telah memenuhi kebutuhan ruang kelas dan 66,34 91,96 meja dan kursi serta papan tulis untuk setiap rombel - % SD yang memiliki Ruang Guru Lengkap 85,19 100,00 - % SMP yang memiliki ruang guru dan meja + kursi untuk 85,06 100,00 setiap orang - % SMP yang memiliki ruang Kepala Sekolah dan 81,28 100,00 dilengkapi meja kursi - % SD yang memiliki satu orang guru untuk setiap 32 79,22 100,00 peserta didik - % SD yang memiliki 6 orang guru 97,82 100,00 - % SMP yang memiliki guru untuk setiap mata pelajaran 71,10 100,00 - Rata-rata Lama Sekolah (RLS) (tahun) 8,04 9,00 - Sekolah pendidikan SD/MI kondisi bangunan baik - % guru SMP yang memiliki guru dengan kualifikasi 23,32 34,65 S1/D4 dan telah memiliki sertifikat pendidik 35% PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH BIDANG URUSAN OPD PENANGGUNGJAWAB - Angka partisipasi murni (APM) SMA/MA/ paket C 48,92 62,31 Program Pendidikan Menengah; Pendidikan DINAS PENDIDIKAN - Angka partisipasi sekolah (APS) SMA/MA/Paket C 518,29 531,69 - Angka Partisipasi Kasar (APK) SMA/MA/SMK/ 54,15 67,55 Paket C - Rasio ketersediaan sekolah SMA/SMK/MA/ penduduk 19,35 21,84 usia sekolah Rasio guru sekolah SMA/SMK/MA per murid 369, ,510 - Sekolah pendidikan SMP/MTs & SMA/SMK/MA 71,18 81,12 kondisi bangunan baik - Angka Putus Sekolah (DO) SMA-SMK-MA 0,77 0,25 - Angka Kelulusan (AL) SMA/MA/Paket C 99, Angka Melanjutkan (AM) dari SMP-MTs ke 79,44 89,44 SMA-SMK-MA - RLS 8,04 9,00 - Guru yang memenuhi kualifikasi S1/D-IV 68,86 90,12 Program Peningkatan Mutu Pendidik & Pendidikan DINAS PENDIDIKAN Tenaga Kependidikan; - Angka partisipasi sekolah Usia tahun 889,45 894,00 Program Manajemen Pelayanan Pendidikan DINAS PENDIDIKAN - Angka partisipasi sekolah Usia tahun Pendidikan; - Angka partisipasi sekolah Usia 7-12 tahun 1.022, ,03 - Ketersediaan Dokumen Data dan Informasi Meningkatnya kesejahteraan Menyelenggarakan pendidikan dasar Penetapan standar honorarium bagi tenaga - Angka Partisipasi Kasar (APK) SMP/MTs/ Paket B 95, tenaga pendidik maupun non dan menengah dengan biaya yang pendidik maupun non kependidikan di semua kependidikan terjangkau jenis dan jenjang pendidikan formal maupun - Angka partisipasi murni (APM) SD/MI/Paket A 99, nonformal Kabupaten Bogor - Angka partisipasi murni (APM) SMP/MTs/ Paket B 85, Merumuskan strategi pembelajaran Penerapan metodologi pembelajaran berbasis - Angka putus sekolah (APS) SD/MI/Paket A 0,379 0,050 DINAS PENDIDIKAN yang tepat dalam rangka peningkatan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) - Angka putus sekolah (APS) SMP/MTs/Paket B 0,954 0,500 kompetensi lulusan 2.1. Tuntasnya masyarakat tuna aksara Menyelenggarakan pendidikan Penyediaan layanan pendidikan keaksaraan - Penduduk yang berusia > 15 tahun melek huruf (tdk Program Pendidikan Non Formal; PENDIDIKAN DINAS PENDIDIKAN keaksaraan fungsional fungsional bagi penduduk buta aksara. buta aksara) - Angka Melek Huruf 95,35 97, Meningkatnya minat dan budaya Meningkatkan akses masyarakat Pembangunan perpustakaan di setiap kecamata - Jumlah Perpustakaan Program Peningkatan Kualitas Perpustakaan Kantor Arsip dan baca masyarakat terhadap perpustakaan - Kegiatan peningkatan SDM pengelola kegiatan 7 6 Pelayanan Informasi; Perpustakaan Daerah - Koleksi buku yang tersedia di Perpustakaan Daerah 28,21% 26,34% Program Pengembangan Budaya Baca Perpustakaan Kantor Arsip dan dan Pembinaan Perpustakaan Perpustakaan Daerah Meningkatkan jumlah kunjungan ke Peningkatan sarana dan prasarana perpustakaan - Pengunjung Perpustakaan 0,68% 1,12% Perpustakaan Kantor Arsip dan perpustakaan berbasis IT - Jumlah Perpustakaan Perpustakaan Daerah 3.1. Meningkatnya akses pelayanan Meningkatkan akses masyarakat Penerapan pelayanan kesehatan gratis bagi - Prosentase Pengadaan Obat essensial 100% 100% Program Obat dan Perbekalan Kesehatan Dinas Kesehatan kesehatan bagi masyarakat terhadap pelayanan kesehatan dasar kelompok masyarakat miskin dan kelompok Kesehatan; dan rujukan masyarakat tertentu sesuai dengan ketentuan - Pemanfaatan puskesmas N/A 65,00 Program Upaya Kesehatan Kesehatan Dinas Kesehatan Masyarakat; - Cakupan Pelayanan Kesehatan Masyarakat 65,24% 70,00% Program Upaya Kesehatan Kesehatan Dinas Kesehatan Masyarakat; 4.1. Terpenuhinya kebutuhan tenaga Meningkatkan jumlah dan kualitas Peningkatan jumlah SDM serta peningkatan - Cakupan Penemuan dan penanganan penderita 92,08% 82% Program Pencegahan dan Kesehatan Dinas Kesehatan RPJMD Kabupaten Bogor VII-63

276 NO SASARAN INDIKATOR KINERJA OUTCOME STRATEGI ARAH KEBIJAKAN KONDISI AWAL CAPAIAN KINERJA medis dan para medis. tenaga kesehatan sesuai dengan pendidikan dan pelatihan keahlian bagi tenaga penyakit TBC BTA Penanggulangan Penyakit Menular; SPM yang berlaku; kesehatan - Cakupan Penemuan dan penanganan Penderita 100,00% 100,00% Penyakit DBD; - Cakupan Desa/Kelurahan Universal Child 95,1% 100,00% Immunization (UCI) KONDISI AKHIR PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH BIDANG URUSAN OPD PENANGGUNGJAWAB 4.2. Meningkatnya sarana dan Meningkatkan jumlah peralatan Peningkatan peralatan instalasi kesehatan - Rasio puskesmas, poliklinik, pustu per satuan 1:9,718% 1:8,982 Program Pengadaan, Peningkatan dan Kesehatan Dinas Kesehatan prasarana kesehatan baik layanan diseluruh instalasi pelayanan yang berkaitan langsung dengan penurunan penduduk Perbaikan Sarana dan Prasarana dasar maupun rujukan kesehatan sesuai dengan SPM yang AKB dan AKI serta penyakit berbahaya - Cakupan puskesmas 252,2% 252,2% Puskesmas/ Puskesmas Pembantu dan berlaku lainnya yang ada di masyarakat - Cakupan pembantu puskesmas 30,18% 32,49% Jaringannya; - Prosentase sarana kesehatan yang berijin 100,00% 100,00% Program Kemitraan Peningkatan Kesehatan Dinas Kesehatan Pelayanan Kesehatan; - Cakupan komplikasi kebidanan yang ditangani 99,7% Program Peningkatan Keselamatan Ibu Kesehatan Dinas Kesehatan Melahirkan dan Anak; - Cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga 86,11% 93,75% kesehatan yang memiliki kompetensi kebidanan - Cakupan kunjungan bayi 94,76% 95% - Angka kelangsungan hidup bayi 61,86 71,09 - Angka usia harapan hidup Program Peningkatan Pelayanan Kesehatan Dinas Kesehatan Kesehatan Lansia; - Rasio dokter per satuan penduduk 1:3,923 1:3,690 Program Standarisasi Pelayanan Kesehatan Dinas Kesehatan - Rasio tenaga medis per satuan penduduk 1:2,667 1:2,508 Kesehatan; - Prosentase sarana kesehatan yang berijin 100,00% 100,00% - Seluruh RSUD dan PUSKESMAS terakreditasi - RSUD 3 unit 4 unit - Puskesmas 0 unit 101 unit - Cakupan Pelayanan Kesehatan rujukan pasien 100% 100,00% Program Pelayanan Kesehatan Kesehatan Dinas Kesehatan masyarakat miskin; Penduduk Miskin; - Rasio Rumah Sakit per satuan penduduk 1:232,353 1:178,526 Program Pengadaan, Peningkatan Kesehatan Dinas Kesehatan Sarana dan Prasarana Rumah Sakit/ Rumah Sakit Jiwa/Rumah Sakit Paru-paru/RS Mata - Cakupan pengawasan terhadap obat 100% 100% Program Pengawasan Obat dan Kesehatan Dinas Kesehatan Pengendalian - Cakupan tingkat hunian rumah sakit/ Bed 69,94% 80% Program Pengadaan, Peningkatan Kesehatan RSUD Ciawi Occupancy Rate (BOR) Sarana dan Prasarana Rumah Sakit/ - Peningkatan ketersediaan tempat tidur kelas III 64,52% 70% Rumah Sakit Jiwa/Rumah Sakit Rumah Sakit Paru-paru/Rumah Sakit Mata; - Peningkatan layanan Spesialis Program Pemeliharaan Sarana dan Kesehatan RSUD Ciawi - Peningkatan jumlah instalasi Prasarana Rumah Sakit/ Rumah Sakit Jiwa / Rumah Sakit Paru-paru/Rumah Sakit Mata; - Cakupan Pelayanan Kesehatan rujukan pasien 100% 100% Program Pelayanan Kesehatan Kesehatan RSUD Ciawi masyarakat miskin; Penduduk Miskin; - Rasio tenaga dokter spesialis dasar setiap 1 : 35 1 : 4 Program Standarisasi Pelayanan Kesehatan RSUD Ciawi layanan medik fungsional Kesehatan; - Rasio Perawat per Tempat Tidur 1 : 0,95 1 : 1 - Cakupan tingkat hunian rumah sakit/ Bed 69,94% 80% Program Peningkatan Pelayanan Kesehatan RSUD Ciawi Occupancy Rate (BOR) Kesehatan BLUD RSUD Ciawi; - Cakupan tingkat hunian rumah sakit/ Bed 69,94% 80% Program Promosi Kesehatan dan Kesehatan RSUD Ciawi Occupancy Rate (BOR) Pemberdayaan Mayarakat; - Cakupan tingkat hunian Rumah Sakit Bed 83,40 80 Program Pengadaan, Peningkatan Kesehatan RSUD Cibinong Occupation Rate(BOR) 75% - 85 % Sarana dan Prasarana Rumah Sakit/ - Rata-rata Lama Rawat Pasien LOS (6-9 hari) 3,2 4,0 Rumah Sakit Jiwa/Rumah Sakit - Frekuensi pemakaian tempat tidur dalam 1 tahun 94,80 45 Paru-paru/Rumah Sakit Mata; BTO (40-50 kali) - Interval hari tempat tidur tidak terpakai TOI (1-3 0,64 1 hari) RPJMD Kabupaten Bogor VII-64

277 NO SASARAN INDIKATOR KINERJA OUTCOME STRATEGI ARAH KEBIJAKAN KONDISI AWAL CAPAIAN KINERJA Rata-rata angka kematian setelah rawat 48 jam 24,04 24 untuk tiap 1000 penderita keluar NDR (tidak>25) - Angka kematian umum untuk setiap ,45 44 penderita keluar - Ketersediaan Tempat Tidur Kelas III Rumah Sakit 51,50% 50 - Cakupan Pelayanan Kesehatan (BPJS - 100% 100% JAMPESEHAT) - Peningkatan ketersediaan tempat tidur kelas III 38,00% 50,00% Rumah Sakit KONDISI AKHIR PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH BIDANG URUSAN OPD PENANGGUNGJAWAB - Peningkatan layanan Spesialis 87,50% 100% Program Pemeliharaan Sarana dan Kesehatan RSUD Cibinong - Peningkatan jumlah instalasi Prasarana Rumah Sakit/Rumah Sakit Jiwa / Rumah Sakit Paru-paru/Rumah Sakit Mata; - Cakupan Pelayanan Kesehatan rujukan pasien 100% 100% Program Peningkatan Pelayanan Kesehatan RSUD Cibinong masyarakat miskin; Kesehatan BLUD RSUD Cibinong; - Cakupan tingkat hunian rumah sakit/ Bed Occupancy 83,40 80 Ratio (BOR) - Peningkatan ketersediaan tempat tidur kelas III Rumah 38,00% 50,00% Sakit - Rata-rata Lama Rawat Pasien LOS (6-9 hari) 3,2 4,0 - Frekuensi pemakaian tempat tidur dalam 1 tahun BTO 94,80 45 (40-50 kali) - Interval hari tempat tidur tidak terpakai TOI (1-3 hari) 0, Rata-rata angka kematian setelah rawat 48 jam untuk 24,04 24 tiap 1000 penderita keluar NDR (tidak>25) - Rata-rata angka kematian setelah rawat 48 jam untuk 24,04 24 tiap 1000 penderita keluar NDR (tidak>25) - Angka kematian umum untuk setiap 1000 penderita 45,45 44 keluar Ketersediaan Tempat Tidur Kelas III Rumah 51,50% 50 Sakit - Terpenuhinya pelayanan spesialis dan sub Program Standarisasi Pelayanan Kesehatan RSUD Cibinong spesialis (jenis) Kesehatan; - 4 spesialis dasar 87,50% 100,00% - 4 spesialis penunjang - 8 spesialis lain - Rasio Perawat per Tempat Tidur 1 : 0,83 1 : 1 - Cakupan tingkat hunian rumah sakit/ Bed 82,57 75% Program Promosi Kesehatan dan Kesehatan RSUD Cibinong Occupancy Ratio (BOR) Pemberdayaan Masyarakat; - Rasio tenaga dokter spesialis dasar setiap Program Standarisasi Pelayanan Kesehatan RSUD Cibinong layanan medik fungsional (Staf Medik Fungsional/ Kesehatan; 5 spesialis Dasar/ Anak Sp. Dalam, Sp Bedah, Sp Kebidanan, Sp Anastesi) - Rasio Perawat per Tempat Tidur - Cakupan tingkat hunian rumah sakit/bed 82,57 75% Program Pengadaan, Peningkatan Kesehatan RSUD Leuwiliang Occupancy Ratio (BOR) Sarana dan Prasarana Rumah Sakit/ - Peningkatan layanan Spesialis Rumah Sakit Jiwa/Rumah Sakit - Peningkatan ketersediaan tempat tidur kelas III 76% 75% Paru-paru/Rumah Sakit Mata; Rumah Sakit - Peningkatan jumlah instalasi Program Pemeliharaan Sarana dan Kesehatan RSUD Leuwiliang Prasarana Rumah Sakit/Rumah Sakit Jiwa / Rumah Sakit Paru-paru/Rumah Sakit Mata; - Cakupan Pelayanan Kesehatan rujukan pasien % Program Pelayanan Kesehatan Kesehatan RSUD Leuwiliang masyarakat miskin; Penduduk Miskin; - Rasio tenaga dokter spesialis dasar setiap 2:4 3:4 Program Standarisasi Pelayanan Kesehatan RSUD Leuwiliang layanan medik fungsional Kesehatan; - Rasio Perawat per Tempat Tidur 1:7 1:5 - Cakupan tingkat hunian rumah sakit/bed 82,57 75% Program Pelayanan Kesehatan BLUD Kesehatan RSUD Leuwiliang Occupancy Ratio (BOR) RPJMD Kabupaten Bogor VII-65

278 NO SASARAN INDIKATOR KINERJA OUTCOME STRATEGI ARAH KEBIJAKAN KONDISI AWAL CAPAIAN KINERJA Peningkatan layanan Spesialis Peningkatan ketersediaan tempat tidur kelas III KONDISI AKHIR PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH BIDANG URUSAN OPD PENANGGUNGJAWAB - Cakupan tingkat hunian rumah sakit/bed 38,90% Program Pengadaan, Peningkatan Kesehatan RSUD Cileungsi Occupancy Ratio (BOR) Sarana dan Prasarana Rumah Sakit/ Rumah Sakit Jiwa/Rumah Sakit - Peningkatan ketersediaan tempat tidur kelas III 60,6 Paru-paru/Rumah Sakit Mata; Rumah Sakit - Peningkatan layanan Spesialis Program Pemeliharaan Sarana dan Kesehatan RSUD Cileungsi - Peningkatan jumlah instalasi Prasarana Rumah Sakit/Rumah Sakit Jiwa / Rumah Sakit Paru-paru/Rumah Sakit Mata; - Cakupan Pelayanan Kesehatan rujukan pasien 100 Program Pelayanan Kesehatan Kesehatan RSUD Cileungsi masyarakat miskin; Penduduk Miskin; - Rasio tenaga dokter spesialis dasar setiap 1:2.0 Program Standarisasi Pelayanan Kesehatan RSUD Cileungsi layanan medik fungsional Kesehatan; - Rasio Perawat per Tempat Tidur - Cakupan tingkat hunian rumah sakit/bed 38,9% Program Promosi Kesehatan dan Kesehatan RSUD Cileungsi Occupancy Ratio (BOR) Pemberdayaan Masyarakat; 5.1. Terselenggaranya jaminan Meningkatkan kualitas perbaikan Peningkatan manajemen dan pelayanan status - Rasio posyandu per satuan balita 11,43% 12,03% kesehatan bagi masyarakat miskin, status gizi masyarakat gizi masyarakat. - Persentase balita gizi buruk 0,021% 0,016% rentan miskin dan masyarakat yang tenaganya dibutuhkan oleh - Cakupan Rumah dengan bebas jentik 95,01% 95,00% Program Pengembangan Kesehatan Dinas Kesehatan pemda Mengembangkan sistem pelayanan Penyelenggaraan Jaminan Penyelenggaraan kesehatan berbasis asuransi Kesehatan Masyarakat (JAMPESEHAT) 6.1. Meningkatnya kesadaran perilaku Meningkatkan dan memasyarakatkan Peningkatan pemberdayaan dan peran serta - Prosentase TTU yg memenuhi syarat 77,22% 79,72% Lingkungan Sehat; hidup bersih dan sehat perilaku hidup bersih dan sehat masyarakat dan swasta dalam bidang - Prosentase TPM yg memenuhi syarat 89,71% 90,96% kesehatanpeningkatan penyelenggaraan Sanitas - Cakupan JAGA memenuhi syarat 70,13% 72,63% Total - Cakupan SAB memenuhi syarat 70,07% 72,57% - Cakupan Desa Siaga Aktif 50,23% 100% Program Promosi Kesehatan dan Kesehatan Dinas Kesehatan Pemberdayaan Masyarakat; Meningkatkan kuantitas dan kualitas Pemenuhan dan peningkatan kualitas sumber tenaga kesehatan daya manusia kesehatan/tenaga kesehatan sesuai standar - Cakupan Balita Gizi Buruk mendapat perawatan 100% 100% Program Perbaikan Gizi Masyarakat; Kesehatan Dinas Kesehatan Meningkatkan kuantitas dan kualitas Pemenuhan sarana dan prasarana kesehatan sarana dan prasarana kesehatan sesuai standar. 5 Meningkatkan kinerja penyelenggaraan pemerintahan dan kerjasama antar daerah dalam kerangka tatakelola pemerintahan yang baik 1.1. Meningkatnya kualitas Meningkatkan peran serta Peningkatan penyusunan perencanaan - Tersedianya dokumen perencanaan RPJPD yang 1 1 Program Perencanaan Pembangunan Perencanaan Badan Perencanaan perencanaan daerah yang Stakeholders dalam perencanaan daerah yang partisipatif, transparan, dan telah ditetapkan dengan PERDA (dok) Daerah; Pembangunan Pembangunan Daerah partisipatif, transparan, dan pembangunan daerah; aplikatif; - Tersedianya dokumen perencanaan RPJMD yang 1 1 aplikatif; telah ditetapkan dengan PERDA (dok) - Tersedianya dokumen perencanaan : RKPD yang 1 5 telah ditetapkan dengan PERKADA (dok) Meningkatkan sumber daya Peningkatan kualitas sumber daya - Penjabaran program RPJMD ke dalam RKPD perencanaan yang memadai perencanaan; - Terlaksananya musrenbang RPJPD yang partisipatif 0 2 dan tepat waktu - Terlaksananya musrenbang RPJMD yang partisipatif 0 2 dan tepat waktu - Terlaksananya musrenbang RKPD yang partisipatif 1 5 dan tepat waktu - Tersedianya dokumen RTRW yang telah ditetapkan 1 1 dengan PERDA (dokumen) - Tersusunnya dokumen evaluasi perencanaan 1 5 pembangunan daerah Kab.Bogor yang berkualitas dan tepat waktu - Tercapainya Piala Anugerah Pangripta Nusantara Tercapainya SMM ISO 9001: Meningkatkan pengelolaan data dan Peningkatan ketersediaan data yang akurat, - Tersusunnya dokumen perencanaan Bidang 2 10 Program Perencanaan Pembangunan Perencanaan Badan Perencanaan RPJMD Kabupaten Bogor VII-66

279 NO SASARAN INDIKATOR KINERJA OUTCOME STRATEGI ARAH KEBIJAKAN KONDISI AWAL CAPAIAN KINERJA informasi perencanaan pembangunan valid dan terpercaya serta sesuai dengan Ekonomi yang berkualitas Ekonomi; Pembangunan Pembangunan Daerah daerah; kebutuhan perencanaan pembangunan daerah; - Tersusunnya dokumen perencanaan Bidang 2 10 Program Perencanaan Kesejahteraan Perencanaan Badan Perencanaan Peningkatan penelitian dan pengembangan Kesejahteraan Rakyat dan Sosial yang Rakyat dan Sosial; Pembangunan Pembangunan Daerah hasil-hasil penelitian sesuai dengan kebutuhan berkualitas perencanaan daerah; Peningkatan hasil evaluasi perencanaan - Tersusunnya dokumen perencanaan Bidang 2 10 Program Perencanaan Prasarana Perencanaan Badan Perencanaan daerah sebagai umpan balik perencanaan Sarana Prasarana Tata Ruang dan Lingkungan Wilayah dan SDA; Pembangunan Pembangunan Daerah daerah Hidup yang berkualitas KONDISI AKHIR PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH BIDANG URUSAN OPD PENANGGUNGJAWAB - Tersusunnya dokumen perencanaan Bidang 2 10 Program Perencanaan Pemerintahan Perencanaan Badan Perencanaan Pemerintahan dan Pendanaan Pembangunan yang dan Pendanaan Pembangunan Pembangunan Pembangunan Daerah berkualitas - Cakupan layanan informasi program dan Program Peningkatan Kapasitas Perencanaan Badan Perencanaan kegiatan pembangunan Kab. Bogor Kelembagaan Perencanaan Pembangunan Pembangunan Daerah Pembangunan daerah - Indeks Pembangunan Manusia (Komposit) 73,45 74,77 75,80 Program Pengembangan Statistik Badan Perencanaan - Buku "Kabupaten Dalam Angka" Ada 5 Data/Informasi; Pembangunan Daerah - Buku "PDRB Kabupaten" Ada 5 - Tersusunnya dokumen evaluasi perencanaan Ada 5 pembangunan daerah Kab.Bogor yang berkualitas dan tepat waktu - Nilai PDRB (Rp. Juta) - Berdasarkan Harga Berlaku Berdasarkan Harga Konstan Laju Pertumbuhan ekonomi (%) 6,03 5,20-6,50 - Inflasi (%) 8,57 3,5-5,5 - PDRB Perkapita Atas Dasar Harga Berlaku 21,45 24,00 32,25 - PDRB Perkapita Atas Dasar Harga Konstan 7,57 7,85 8,90 - Kemampuan Daya Beli Masyarakat (Konsumsi riil per kapita) (Rp/kap/bln) - Pertumbuhan PDRB (%) 6,03 5,20-6,50 - Laju inflasi provinsi (%) 8,57 3,5-5,5 - Pertumbuhan ekonomi 6,03 5,20-6,50 - Indeks Gini 0,36 0,28 - Persentase penduduk diatas garis kemiskinan 91,26 93,00-95,00 - Kemiskinan 8,74 7,00 5,00 - Terbangunnya sistem pengelolaan data pokok 0,00 100,00 berbasis komputer (%) 1.2. Meningkatnya kemampuan daerah Intensifikasi pendapatan asli daerah; Peningkatan kemampuan keuangan daerah - Optimalnya Penerimaan Pendapatan Asli Program Peningkatan dan Pengelolaan Otonomi Daerah Dinas Pendapatan Daerah dalam membiayai pembangunan; melalui intensifikasi dan ekstensifikasi PAD; Daerah Keuangan Daerah - Optimalnya Penerimaan Pendapatan Daerah Jumlah dan macam pajak dan retribusi 10 pajak daerah 10 pajak daerah daerah 17 retribusi daerah 16 retribusi daerah 1.3. Tertatanya administrasi dan Meningkatkan akuntabilitas Peningkatan transparansi dan akuntabilitas - Tertib Administrasi dan Dokumen Pengelolaan 100% (78 SKPD) 100% (78 SKPD) Program Peningkatan dan Pengelolaan Otonomi Daerah Dinas Pengelolaan Keuangan pertanggungjawaban keuangan; pertanggungjawaban keuangan pengelolaan keuangan daerah; Keuangan Daerah di SKPD/Mencapai predikat Keuangan Daerah; dan Barang Daerah Wajar tanpa pengecualian (WTP) - Tertib Administrasi dan Dokumen Pengelolaan 100% (78 SKPD) 100% (78 SKPD) Program Pengelolaan Barang Daerah; Otonomi Daerah Dinas Pengelolaan Keuangan Barang Daerah di SKPD/ Mencapai predikat dan Barang Daerah Wajar tanpa pengecualian (WTP) Meningkatkan efisiensi pengelolaan Peningkatan pengelolaan barang daerah, serta - Tertib Penataan dan pendayagunaan Aset Program Penataan dan Otonomi Daerah Dinas Pengelolaan Keuangan barang daerah; pendayagunaan aset daerah; daerah Pendayagunaan Aset; dan Barang Daerah 1.4. Meningkatnya kualitas kebijakan Menata sistem hukum di Penyusunan produk hukum daerah untuk - Tersusunnya rumusan Kebijakan bidang 1 Rumusan Kebijakan 17 Rumusan Kebijakan Program Penataan Adminstrasi Otonomi Daerah Sekretariat Daerah daerah daerah mendukung penyelenggaraan pemerintahan administrasi pemerintahan Pemerintah Daerah; Peningkatan sinergitas penanganan perkara - Cakupan sarana prasarana perkantoran dengan lembaga lainnya pemerintahan desa - Terbentuknya Daerah Otonom Baru 0 1 DOB Program Penataan Daerah Otonomi Otonomi Daerah Sekretariat Daerah Baru; - Jumlah Bantuan Hukum penyelesaian perkara di dalam Program Perlidungan Hukum Aparatur Otonomi Daerah Sekretariat Daerah dan diluar peradilan bagi aparatur. Terdiri dari : 336 Perkara 875 Perkara Pemerintah Daerah; RPJMD Kabupaten Bogor VII-67

280 NO SASARAN INDIKATOR KINERJA OUTCOME STRATEGI ARAH KEBIJAKAN KONDISI AWAL CAPAIAN KINERJA a. Tata Usaha Negara 15 Perkara 75 Perkara b. Perdata 33 Perkara 125 Perkara c. Administrasi Pidana 240 Perkara 600 Perkara d. Bantuan Hukum Lainnya 18 Perkara 75 Perkara KONDISI AKHIR PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH BIDANG URUSAN OPD PENANGGUNGJAWAB 1.5. Meningkatnya efektifitas dan Meningkatnya penataan Pengembangan struktur organisasi dan tata - Tersusunnya rumusan kebijakan Standar Harga 2 Dokumen 10 Dokumen Program Penataan dan Pengendalian Otonomi Daerah Sekretariat Daerah efisiensi birokrasi kelembagaan yang tepat ukuran dan laksana pemerintahan yang proporsional dan Konstruksi dan Non Konstruksi Daerah Program Pembangunan; kewenangan yang jelas dan tidak akuntabel - Jumlah Rumusan Kebijakan Program Pembangunan 1 Rumusan Kebijakan 21 Rumusan Kebijakan yang tersusun tumpang tindih - Tersusunnya rumusan kebijakan penguatan 1 Rumusan 1 Rumusan Program Penguatan Kelembagaan Otonomi Daerah Sekretariat Daerah kelembagaan pengarusutamaan gender dan anak; Kebijakan Kebijakan Pengarusutamaan Gender dan Anak; - Terciptanya dialog.audensi dengan tokoh-tokoh 130 Kali 400 Kali Program Peningkatan Pelayanan Otonomi Daerah Sekretariat Daerah masyarakat, pimpinan/anggota organisasi sosial dan Kedinasan Kepala Daerah/Wakil kemasyarakatan; Kepala Daerah; - Terciptanya koordinasi antar pimpinan daerah 8 Kali 40 Kali - Terselenggaranya Upacara/Acara-acara sesuai 121 Upacara/Acara 387 Upacara/Acara Program Pengelolaan Keprotokolan dengan Standar Keprotokolan yang Berlaku - Jumlah rumusan kebijakan penataan kelembagaan 11 Rumusan Kebijakan 52 Rumusan Kebijakan Program Penataan Kelembagaan dan dan ketatalaksanaan yang tersusun Ketatalaksanaan; 1.6. Meningkatnya kelancaran fasilitasi Meningkatkan kualitas pelayanan Peningkatan fasilitasi untuk kelancaran peran - Perda Inisiatif 1 10 Program Penataan Peraturan Otonomi Daerah Sekretariat DPRD tugas-tugas DPRD; fungsi legislatif dan tugas legislatif; Perundang-undangan; - Sosialisasi produk hukum DPRD - Produk Hukum yang diselesaikan oleh Program Peningkatan Kapasitas Otonomi Daerah Sekretariat DPRD DPRD Lembaga Perwakilan Rakyat Daerah; 1.7. Terselenggaranya pelayanan Menyelenggarakan pelayanan Penguatan kelembagaan LPSE - Persentase pemilihan penyedia barang/jasa 100% 100% Program Pelayanan Pemilihan Otonomi Daerah Kantor Layanan Pengadaan pengadaan barang dan jasa pengadaan barang dan jasa melalui melalui LPSE Penyedia Barang/Jasa Barang dan Jasa melalui LPSE LPSE - Persentase sanggah banding dari penyedia 0% 0% terhadap proses pelelangan 1.8. Meningkatnya pelayanan Mengembangkan sistem administrasi Peningkatan kualitas pelayanan dan tertib - Kepemilikan KTP 72,95 100,00 Program Penataan Administrasi Kependudukan dan Dinas Kependudukan dan administrasi kependudukan dan kependudukan dan catatan sipil; administrasi kependudukan; - Kepemilikan akta kelahiran per 1000 penduduk 245,56 260,99 Kependudukan; Catatan Sipil Capil catatan sipil; - Penerapan KTP Nasional Berbasis NIK Kepemilikan KK 76,83 80,48 - Rasio penduduk ber KTP persatuan penduduk 0,7239 0, Rasio bayi berakte kelahiran 0,062 0,062 - Rasio pasangan berakte nikah Ketersediaan database kependudukan Tidak ada Tidak ada skala propinsi 1.9. Meningkatnya pelayanan perizinan Meningkatkan kualitas pelayanan Pelayanan prima perizinan yang sesuai dengan - Jumlah Perda yang mendukung iklim usaha 1 2 Program Perumusan Kebijakan Penanaman Modal Badan Perijinan Terpadu yang sesuai dengan ketentuan, perizinan ketentuan, cepat dan terjangkau masyarakat; 1) Izin IPPT/Peruntukan Penggunaan Tanah N/A 3 PERDA Penanaman Modal; cepat dan terjangkau masyarakat; (4 Perda) 2) Izin IMB/Mendirikan Bangunan (3 Perda) N/A 2 PERDA 3) Izin HO/Gangguan (1 Perda) N/A 2 PERDA 4) Izin SITU (1 Perda) N/A 2 PERDA 5) Izin IUK/Usaha Kepariwisataan (2 Perda) N/A 2 PERDA 6) Izin IUJK/Usaha Jasa Kontruksi (2 Perda) N/A 8 PERDA 7) Izin IPR/Pemasangan Reklame (7 Perda) N/A 2 PERDA 8) Izin IPAL/Pembuangan Air limbah (2 Perda) N/A 2 PERDA 9) Izin IPPI/Persetujuan Prinsip Industri N/A 2 PERDA (2 Perda) 10) Izin IUI/Usaha Industri (2 Perda) N/A 2 PERDA 11) Izin TDI/Tanda Daftar Industri (2 Perda) N/A 2 PERDA 12) Izin TDP/ Tanda Daftar Perusahaan N/A 1 PERDA (2 Perda) 13) Izin TDG (2 Perda) N/A 2 PERDA 14) Izin IPI/Perluasan Industri (2 Perda) N/A 2 PERDA RPJMD Kabupaten Bogor VII-68

281 NO SASARAN INDIKATOR KINERJA OUTCOME STRATEGI ARAH KEBIJAKAN KONDISI AWAL CAPAIAN KINERJA ) Izin PPKI/ Persetujuan Prinsip Kawasan N/A 2 PERDA Industri (2 Perda) 16) Izin IUKI/Usaha kaw. Industri (2 Perda) N/A 3 PERDA 17) Izin IPKI/Perluasan Kaw. Industri (2 Perda) N/A 3 PERDA 18) Izin IUPPABT (2 Perda) N/A 2 PERDA 19) Izin IPABT Izin pengambilan Air Bwh Tanah N/A 2 PERDA (2 Perda) 20) Izin IPABT Izin pengeboran Air Bwh Tanah N/A 2 PERDA (2 Perda) 21) Izin SIUP (2 Perda) N/A 1 PERDA 22) Izin IMTA (1 Perda) N/A 3 PERDA 23) Izin Salon Type C dan D (3 Perda) N/A 1 PERDA 24) Izin Usaha RPH (1 Perda) N/A 1 PERDA 25) Izin Usaha Peternakan (1 Perda) N/A 1 PERDA 26) Izin Usaha Perikanan (1 Perda) N/A 3 PERDA 27) Izin DAMIJA (3 Perda) N/A 3 PERDA 28) Izin DAMAJA (3 Perda) N/A 3 PERDA 29) Izin DAWASJA (3 Perda) N/A 3 PERDA KONDISI AKHIR PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH BIDANG URUSAN OPD PENANGGUNGJAWAB - Rasio daya serap tenaga kerja Program Penyiapan Potensi Penanaman Modal Badan Perijinan Terpadu Sumberdaya, Sarana dan Prasarana; - Sistem informasi Pelayanan Perijinan dan 1 website 1 website adm pemerintah - Jenis Perijinan N/A 60 - Lama proses perijinan Program Pelayanan Perijinan; Penanaman Modal Badan Perijinan Terpadu 1) Izin IPPT/Peruntukan Penggunaan Tanah N/A 14 Hari Kerja (14 HARI KERJA) 2) Izin IMB/Mendirikan Bangunan N/A 12 Hari Kerja (14 HARI KERJA) 3) Izin HO/Gangguan (12 HARI KERJA) N/A 10 Hari Kerja 4) Izin SITU (3 HARI KERJA) N/A 3 Hari Kerja 5) Izin IUK/Usaha Kepariwisataan N/A 10 Hari Kerja (12 HARI KERJA) 6) Izin IUJK/Usaha Jasa Kontruksi N/A 10 Hari Kerja (12 HARI KERJA) 7) Izin IPR/Pemasangan Reklame N/A 8 Hari Kerja (10 HARI KERJA) 8) Izin IPAL/Pembuangan Air limbah N/A 10 Hari Kerja (10 HARI KERJA) 9) Izin IPPI/Persetujuan Prinsip Industri N/A 5 Hari kerja (5 HARI KERJA) 10) Izin IUI/Usaha Industri (10 HARI KERJA) N/A 8 Hari Kerja 11) Izin TDI/Tanda Daftar Industri N/A 8 Hari Kerja (10 HARI KERJA) 12) Izin TDP/ Tanda Daftar Perusahaan N/A 3 Hari Kerja (3 HARI KERJA) 13) Izin TDG (5 HARI KERJA) N/A 5 Hari kerja 14) Izin IPPI/Perluasan Industri N/A 9 Hari Kerja (10 HARI KERJA) 15) Izin PPKI/ Persetujuan Prinsip Kawasan N/A 14 Hari Kerja Industri (14 HARI KERJA ) 16) Izin IUKI/Usaha kaw. Industri N/A 14 Hari Kerja (14 HARI KERJA) 17) Izin IPKI/Perluasan Kaw. Industri N/A 12 Hari Kerja (12 HARI KERJA) 18) Izin IUPPABT (14 HARI KERJA ) N/A 14 Hari Kerja 19) Izin IPABT Izin pengambilan Air Bwh Tanah N/A 14 Hari Kerja (14 HARI KERJA) 20) Izin IPABT Izin pengeboran Air Bwh Tanah N/A 14 Hari Kerja (14 HARI KERJA) 21) Izin SIUP ( 3 HARI KERJA ) N/A 3 Hari Kerja 22) Izin IMTA (10 HARI KERJA ) N/A 8 Hari Kerja 23) Izin Salon Type C dan D (14 HARI KERJA ) N/A 10 Hari Kerja 24) Izin Usaha RPH (14 HARI KERJA ) N/A 10 Hari Kerja 25) Izin Usaha Peternakan ( 14 HARI KERJA ) N/A 10 Hari Kerja RPJMD Kabupaten Bogor VII-69

282 NO SASARAN INDIKATOR KINERJA OUTCOME STRATEGI ARAH KEBIJAKAN KONDISI AWAL CAPAIAN KINERJA ) Izin Usaha Perikanan( 14 HARI KERJA ) N/A 12 Hari Kerja 27) Izin DAMIJA( 14 HARI KERJA ) N/A 12 Hari Kerja 28) Izin DAMAJA( 14 HARI KERJA ) N/A 12 Hari Kerja 29) Izin DAWASJA( 14 HARI KERJA ) N/A 12 Hari Kerja KONDISI AKHIR PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH BIDANG URUSAN OPD PENANGGUNGJAWAB - Indeks Kepuasan Layanan Masyarakat N/A Ada Program Pengembangan Penanaman Modal Badan Perijinan Terpadu - Penyelesaian izin lokasi N/A 75,00 Pelayanan Perijinan; - Tingkat Kepuasan Masyarakat N/A Seluruh perijinan berstandar ISO Jumlah Perda yang mendukung iklim usaha 1 2 Program Penanaman Modal Badan Perijinan Terpadu Meningkatnya kinerja pelayanan Meningkatkan kapasitas kelembagaan Peningkatan kualitas dan profesionalisme - Jumlah peningkatan kapasitas aparatur 263 orang 2348 orang Program Peningkatan Kapasitas Pemberdayaan Badan Pemberdayaan kecamatan dan aparatur kecamatan; aparatur kecamatan pemerintahan desa Aparatur Pemerintahan Desa; Masayarakat dan Desa Masayarakat dan - Meningkatnya kapasitas aparatur Pemerintahan Desa pemerintahan desa dan pengadaan kendaraan roda 2 dalam menunjang kapasitas aparatur pemdes Meningkatnya kinerja Meningkatkan kapasitas kelembagaan Peningkatan kapasitas kelembagaan dan - Tertatanya administrasi pemerintahan desa 89 desa 244 desa Program Penataan Administrasi Pemberdayaan Badan Pemberdayaan penyelenggaraan pemerintahan dan aparat penyelenggara partisipasi masyarakat desa dalam - Persentase desa berstatus swasembada terhadap 6,91% 13,82% Pemerintahan Desa; Masayarakat dan Desa Masayarakat dan desa; pemerintahan desa; pembangunan total desa Pemerintahan Desa Peningkatan kualitas dan profesionalisme - Meningkatnya kesadaran dan partisipasi Program Peningkatan Keberdayaan Pemberdayaan Badan Pemberdayaan pemerintahan desa masyarakat pada pembangunan wilayahnya Masyarakat Perdesaan; Masayarakat dan Desa Masayarakat dan - Posyandu aktif 100,00% 100,00% Pemerintahan Desa Pemberian bantuan infrastruktur perdesaan - Rata-rata jumlah kelompok binaan lembaga 78,37 96,75 pemberdayaan masyarakat (LPM) - LPM Berprestasi 30 Lembaga 60 Lembaga - Pemeliharaan Pasca Program pemberdayaan 100,00% 100,00% masyarakat - Rata-rata jumlah kelompok binaan PKK 112,47 112,47 - PKK aktif 1,00 1,00 - Meningkatnya lembaga ekonomi di perdesaan 134 Lembaga 184 Lembaga Program Pengembangan Lembaga Pemberdayaan Badan Pemberdayaan Ekonomi Perdesaan; Masayarakat dan Desa Masayarakat dan Pemerintahan Desa - Swadaya masyarakat terhadap program 25,25% 28,37% Program Peningkatan Partisipasi Pemberdayaan Badan Pemberdayaan pemberdayaan masyarakat Masyarakat dalam Membangun Desa; Masayarakat dan Desa Masayarakat dan Pemerintahan Desa - Jumlah LSM Meningkatnya jumlah kelompok usaha perempuan di 40 kelompok 80 kelompok Program Peningkatan Peran Pemberdayaan Badan Pemberdayaan perdesaan Perempuan di Perdesaan; Masayarakat dan Desa Masayarakat dan Pemerintahan Desa Meningkatnya efektifitas Meningkatkan kualitas laporan dan Peningkatan akuntabilitas kinerja instansi - Laporan Hasil Pengawasan Program Peningkatan Sistem Otonomi Daerah Inspektorat pengawasan dan pengendalian; tindak lanjut hasil pengawasan; pemerintah (OPD); - Tindaklanjut Hasil Audit (%) 100% 100% Pengawasan Internal dan Pengendalian Pelaksanaan Kebijakan KDH; Meningkatkan profesionalisme aparat Peningkatan kualitas aparat pengawasan; - Jumlah Auditor Program Peningkatan Profesionalisme Otonomi Daerah Inspektorat pengawasan; - Jumlah P2UPD Tenaga Pemeriksa dan Aparatur Pengawasan; - Dokumen Sistem dan Prosedur Pengawasan 2 3 Program Penataan dan Otonomi Daerah Inspektorat - Laporan Hasil Penilaian Mandiri Pelaksanaan - 1 Penyempurnaan Kebijakan Sistem dan Reformasi Birokrasi/PMPRB Prosedur Pengawasan Tertibnya pengelolaan arsip dan Meningkatkan pengelolaan Peningkatan tertib pengelolaan arsip sebagai - Penerapan Pengelolaan arsip secara baku 92,13% 98,72% Program Perbaikan Sistem Administrasi Kearsipan Kantor Arsip dan tercapainya kemudahan untuk dan pelayanan kearsipan; bukti pertanggungjawaban penyelenggaraan Kearsipan; Perpustakaan Daerah pelayanan kearsipan pemerintahan daerah; Meningkatnya akuntabilitas Meningkatkan transparansi dan Penyusunan LPPD, LKPJ Akhir Tahun dan Pemerintah Kabupaten Bogor akuntabilitas kinerja Pemerintah AMJ, dan LAKIP Kabupaten Bogor Peningkatan dan pengembangan pengelolaan - Penataan Dokumen/arsip SKPD melalui Media Berkas Berkas Program Penyelamatan dan Kearsipan Kantor Arsip dan arsip dengan memanfaatkan teknologi yang Elektronik Pelestarian Dokumen/Arsip Daerah; Perpustakaan Daerah maju dan modern; - Meningkatnya umur teknis sarana prasarana Boks Boks Program Pemeliharaan Rutin/Berkala Kearsipan Kantor Arsip dan kearsipan Sarana dan Prasarana Kearsipan; Perpustakaan Daerah RPJMD Kabupaten Bogor VII-70

283 NO SASARAN INDIKATOR KINERJA OUTCOME STRATEGI ARAH KEBIJAKAN KONDISI AWAL CAPAIAN KINERJA Kabupaten Bogor KONDISI AKHIR PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH BIDANG URUSAN OPD PENANGGUNGJAWAB Tersedianya informasi tentang Meningkatkan kualitas pelayanan Perwujudan transparansi, komunikasi dan - Website milik Pemerintah Daerah ada 1215 Program Pengembangan Komunikasi, Komunikasi dan Dinas Komunikasi dan penyelenggaraan pemerintahan informasi penyelenggaraan informasi penyelenggaraan pemerintahan; - Penyiaran Radio/TV Lokal yang masuk ke Informasi dan Media Massa; Informatika Informasi yang mudah diakses oleh pemerintahan bagi masyarakat; daerah masyarakat; - Wartel/Warnet 0,19 0,18 - Jaringan Komunikasi 0,01 0, Peningkatan akses masyarakat terhadap - Persentase penduduk yang menggunakan 34,48 47,60 pelayanan publik dengan dukungan sistem HP/telepon administrasi/manajemen pemerintahan yang - Sertifikasi ISO berbasis teknologi informasi dan komunikasi - Pelaksanaaan Diseminasi dan Pendistribusian yang modern; Informasi Nasional melalui : a. Media Baru (media center dan DSP) Peningkatan hubungan yang kondusif antara - Tersedianya Jaringan Internet/Intranet di pemerintah daerah dengan pihak-pihak yang seluruh Kecamatan berkepentingan (stakeholders) dalam rangka - Media Baru LPSE ada 1215 penyebarluasan informasi (stakeholders) b. Media Massa: dalam rangka penyebarluasan informasi - Media Massa Radio ada pembangunan daerah; - Media Massa Televisi ada Media Massa Majalah c. Media Luar Ruang 8 43 d. Media Tradisional Jumlah Objek Retribusi Pengendalian Menara Bersama - Kajian Kebutuhan Instalasi dan jaringan Program Pengkajian dan Penelitian Komunikasi dan Dinas Komunikasi dan komunikasi data Bidang Komunikasi dan Informasi; Informatika Informasi - Terbangunnya Sistem Informasi Manajemen 0 jaringan 80 Pemerintah Daerah - Tersedianya Layanan Pengaduan Masyarakat 0 78 di seluruh OPD dan Desa - Media Interpersonal Program Fasilitasi Peningkatan SDM Komunikasi dan Dinas Komunikasi dan Bidang Komunikasi dan Informasi; Informatika Informasi - Surat Kabar nasional/lokal yang masuk ke Program Kerjasama Informasi dan Komunikasi dan Dinas Komunikasi dan daerah Media Massa; Informatika Informasi - Cakupan Pengembangan dan Pemberdayaan KIM 2.1. Meningkatnya kapasitas dan Meningkatkan profesionalisme Peningkatan peran dan fungsi Korp Pegawai 1. Meningkatnya Kedisiplinan PNS Program Pembinaan dan Otonomi Daerah Badan Kepegawaian dan kapabilitas aparatur aparatur dan kesetiakawanan Korps Negeri Sipil; - Persentase tingkat kehadiran PNS 97,25 97,70 Pengembangan Aparatur; Pendidikan Pelatihan Pegawai Republik Indonesia - Rasio jumlah pegawai yang melakukan pelanggaran 0,0365 0,00150 disiplin 2. Meningkatnya motivasi kerja pegawai - rasio jumlah pegawai yang mendapatkan bantuan 0,07 0,082 kesejahteraan - rasio jumlah pegawai yang mendapatkan SKS 0,053 0, Rasio jumlah pegawai dibanding dengan hasil 49,50 49,6 Program Analisa Kebutuhan dan Otonomi Daerah Badan Kepegawaian dan analisis kebutuhan formasi Formasi Pegawai; Pendidikan Pelatihan Peningkatan kompetensi aparatur sesuai 4. Meningkatnya Layanan Administrasi Kepegawaian Program Layanan Administrasi Otonomi Daerah Badan Kepegawaian dan tupoksinya melalui pendidikan dan pelatihan; - Pemrosesan kenaikan pangkat 87,65% 97,50% Kepegawaian; Pendidikan Pelatihan - Persentase jumlah layanan kartu pegawai karis 294,50% 100,00% dan karsu - Peningkatan kapasitas dan kapabilitas aparatur n.a. 12,46% Program Pendidikan dan Otonomi Daerah Badan Kepegawaian dan melalui diklat, bintek dan tugas belajar; Pelatihan; Pendidikan Pelatihan - Peningkatan kapasitas dan kapabilitas aparatur n.a. 12,46% Program Peningkatan Kapasitas Otonomi Daerah Badan Kepegawaian dan melalui diklat, bintek dan tugas belajar; Sumber Daya Aparatur; Pendidikan Pelatihan 2.2. Meningkatnya kualitas pengelolaan Menerapkan manajemen pengelolaan Peningkatan kualitas perencanaan, pengelolaan - Terwujudnya jiwa korsa Program Fasilitasi Pindah/Purna Otonomi Daerah Sekretariat Korpri kepegawaian kepegawaian yang berkeadilan dan kesejahteraan aparatur - Cakupan penghormatan dinas dan purna tugas 100% 100% Tugas PNS; - Rasio jumlah PNS pindah ke internal Kabupaten 0,36 0,37 Bogor, CPNS dan P3K dibandingkan dengan pegawai pensiun - Terwujudnya jiwa korsa Program Peningkatan Kapasitas Otonomi Daerah Sekretariat Korpri - Terwujudnya solidaritas 100% 100% Sumber Daya Aparatur; RPJMD Kabupaten Bogor VII-71

284 NO SASARAN INDIKATOR KINERJA OUTCOME STRATEGI ARAH KEBIJAKAN KONDISI AWAL CAPAIAN KINERJA Cakupan bantuan kesehatan 100% 100% KONDISI AKHIR PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH BIDANG URUSAN OPD PENANGGUNGJAWAB - Terwujudnya jiwa korsa Program Pembinaan dan Otonomi Daerah Sekretariat Korpri - Cakupan konsultasi dan mediasi hukum 100% 100% Pengembangan Aparatur 3.1. Meningkatnya kerjasama antar Meningkatkan kuantitas dan kualitas Peningkatan pelayanan kerjasama secara - Terciptanya kerjasama pembangunan antar 33 Dokumen 170 Dokumen Program Peningkatan Kerjasama Otonomi Daerah Sekretariat Daerah pemerintah daerah dan pihak kerjasama daerah; berkelanjutan; pemerintah daerah, pihak ketiga dan luar negeri : Antar Pemerintah daerah dan ketiga; perjanjian dan kesepakatan; pihak ketiga; 4.1. Terbentuknya daerah otonomi Meningkatkan fasilitasi dan koordinasi Percepatan pembentukan daerah otonomi - Terbentuknya DOB Kabupaten Bogor Barat 0 1 baru Kabupaten Bogor Barat pembentukan Kabupaten Bogor Barat baru Kabupaten Bogor Barat 5.1. Meningkatnya wawasan Meningkatkan pembinaan wawasan Perbinaan persatuan dan kesatuan bangsa - Rasio Jumlah masyarakat per penduduk 0,9843 0,3501 Program Peningkatan Keamanan Kesatuan Bangsa dan Kantor Kesatuan Bangsa dan kebangsaan masyarakat kebangsaan bagi masyarakat; yang memperoleh pendidikan/ pembinaan/ dan Kenyamanan Lingkungan Politik Dalam Negeri Politik sosialisasi kewaspadaan Dini Mayarakat 5.2. Terwujudnya kehidupan politik Meningkatkan peran pemerintah, Pembinaan kedewasaan berpolitik masyarakat; - Kegiatan pembinaan politik daerah 21 Kegiatan 25 Program Pendidikan Politik Kesatuan Bangsa dan Kantor Kesatuan Bangsa dan yang demokratis masyarakat danpartai politik dalam - Kegiatan pembinaan terhadap LSM, Ormas dan 8 Kegiatan 10 Masyarakat; Politik Dalam Negeri Politik pembangunan kehidupan politik yang OKP demokratis 5.3. Terlindunginya masyarakat dari Meningkatkan penertiban gangguan Peningkatan kualitas pelayanan dan - Rasio jumlah masyarakat per penduduk yang 2, Program Kemitraan Kesatuan Bangsa dan Kantor Kesatuan Bangsa dan gangguan keamanan, keamanan, kenyamanan, penguatan peran serta masyarakat dalam memperoleh pendidikan / pembinaan/ sosialisasi Pengembangan Wawasan Politik Dalam Negeri Politik kenyamanan, ketentraman dan ketentraman dan ketertiban di mewujudkan keamanan, kenyamanan, kemitraan pengembangan wawasan kebangsaan Kebangsaan; ketertiban; masyarakat; ketentraman dan ketertiban; - Rasio jumlah masyarakat per penduduk yang 1, Program Pengembangan Kesatuan Bangsa dan Kantor Kesatuan Bangsa dan memperoleh pendidikan / pembinaan/ sosialisasi Wawasan Kebangsaan; Politik Dalam Negeri Politik pengembangan wawasan kebangsaan - Kegiatan forum koordinasi antar umat beragama - Penegakan PERDA 15,37 93,13 Program Peningkatan Keamanan Kesatuan Bangsa dan Satuan Polisi Pamong Praja - Tingkat penyelesaian pelanggaran K3 (ketertiban, 15,37 97,73 dan Kenyamanan Lingkungan; Politik Dalam Negeri ketentraman, keindahan) di Kabupaten - Cakupan patroli petugas Satpol PP Rasio Pos Siskamling per jumlah desa/ kelurahan Rasio jumlah Polisi Pamong Praja per ,39 0,89 Program Pemeliharaan Kantrantibmas Kesatuan Bangsa dan Satuan Polisi Pamong Praja penduduk dan Pencegahan Tindak Kriminal; Politik Dalam Negeri - Angka kriminalitas yang tertangani 3,70 7,44 - Angka kriminalitas 8,02 3,56 Program Peningkatan Pemberantasan Kesatuan Bangsa dan Satuan Polisi Pamong Praja - Jumlah demo Penyakit Masyarakat Politik Dalam Negeri - Jumlah Linmas per Jumlah Penduduk 8,55 29,72 Program Peningkatan Keamanan Kesatuan Bangsa dan Satuan Polisi Pamong Praja dan Kenyamanan Lingkungan; Politik Dalam Negeri - Cakupan Penegakan Peraturan daerah dan n.a. 93,13 peraturan kepala daerah - Cakupan patroli siaga ketertiban umum dan n.a. 4,10 ketentraman masyarakat - Cakupan rasio petugas Linmas n.a. 0,84 - Petugas Perlindungan Masyarakat (Linmas) di 0,09 0,30 Program Pemberdayaan Masyarakat Kesatuan Bangsa dan Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten untuk Menjaga Ketertiban dan Politik Dalam Negeri Keamanan Lingkungan; RPJMD Kabupaten Bogor VII-72

285 BAB VIII INDIKASI RENCANA PROGRAM PRIORITAS YANG DISERTAI KEBUTUHAN PENDANAAN 8.1. Prioritas Pembangunan Penentuan prioritas pembangunan bertitik-tolak dari pertimbangan sebagai berikut: 1. Pengurangan tingkat pengangguran terbuka dengan meningkatkan tingkat pendidikan masyarakat, sehingga mampu mengisi peluang kerja yang tersedia di wilayah Kabupaten Bogor; 2. Pengurangan jumlah penduduk miskin melalui pengurangan beban/biaya hidupnya dan meningkatkan pendapatannya dengan mengembangkan sektor-sektor lapangan usaha riil yang berbasis sumber daya lokal, dan mampu menyerap tenaga kerja lokal secara berkelanjutan serta berdampak kepada percepatan pengembangan kawasan perdesaan. 3. Percepatan pencapaian Indeks Pembangunan Manusia (IPM) dengan fokus pada peningkatan indeks daya beli masyarakat yang didukung oleh peningkatan indeks kesehatan dan indeks pendidikan. 4. Program pembangunan yang telah dicanangkan oleh Bupati Bogor terpilih periode tahun , baik yang disampaikan ketika masa kampanye pemilihan Bupati Bogor maupun rencana kerja yang telah ditetapkan pada periode awal kepemimpinan Bupati Bogor terpilih tersebut. Dengan mengacu pada pertimbangan-pertimbangan di atas, maka prioritas pembangunan Kabupaten Bogor periode tahun , yaitu : 1. Peningkatan kualitas sumber daya manusia, terutama pendidikan dan kesehatan maupun aspek lainnya yang mengutamakan manusia dalam pembangunan. 2. Peningkatan pembangunan perekonomian masyarakat melalui pembangunan atau fasilitasi usaha maupun pengembangan agribisnis, agro-industri, pariwisata serta koperasi, usaha mikro, kecil dan menengah. 3. Peningkatan investasi dan penciptaan peluang kerja. 4. Peningkatan kuantitas dan kualitas infrastruktur serta pengelolaan lingkungan hidup secara berkelanjutan untuk mendorong percepatan pembangunan perekonomian daerah. 5. Peningkatan tata kelola pemerintahan yang baik dan pemerintahan yang bersih. RPJMD Kabupaten Bogor VIII - 1

286 6. Peningkatan kesolehan sosial masyarakat dan/atau pembangunan sosial keagamaan untuk mencapai harkat dan martabat kemanusiaan yang tinggi atau tingkat peradaban masyarakat yang tinggi. Keenam prioritas tersebut di atas, sejalan dengan 8 (delapan) tujuan pem bangunan nasional yang tertuang dalam RPJMN dan sejalan pula dengan 10 (sepuluh) Common Goals Jawa Barat yang tertuang dalam RPJMD Propinsi Jawa Barat, keterkaitannya dapat digambarkan sebagai berikut : Gambar 8.1 Sinergi RPJMD Kabupaten Bogor dengan RPJMN dan RPJMD Propinsi Jawa Barat 8.2. Indikasi Rencana Program Prioritas dan Pagu Prioritas pembangunan di atas, selanjutnya diimplementasikan kedalam urusan wajib maupun urusan pilihan dan SKPD yang bertanggungjawab terhadap pencapaian indikator kinerja yang telah ditetapkan melalui program-program pembangunan beserta indikasi kebutuhan pagu pendanaannya. Indikasi rencana program prioritas dan pagu tersebut dijabarkan dalam masa periode perencanaan sebagaimana tertera pada Tabel 8.1 di bawah ini : RPJMD Kabupaten Bogor VIII - 2

(RPJMD) RPJMD) KABUPATEN BOGOR TAHUN PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN BOGOR

(RPJMD) RPJMD) KABUPATEN BOGOR TAHUN PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN BOGOR RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) RPJMD) KABUPATEN BOGOR TAHUN 2013-2018 PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN BOGOR 2014 RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) RPJMD) KABUPATEN BOGOR

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Halaman. X-ii. RPJMD Kabupaten Ciamis Tahun

DAFTAR ISI. Halaman. X-ii. RPJMD Kabupaten Ciamis Tahun DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii DAFTAR TABEL... v DAFTAR GAMBAR... xii DAFTAR GRAFIK... xiii BAB I PENDAHULUAN... I-1 1.1. Latar Belakang... I-1 1.2. Dasar Hukum Penyusunan... I-5

Lebih terperinci

PERUBAHAN RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN BOGOR TAHUN

PERUBAHAN RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN BOGOR TAHUN PERUBAHAN RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN BOGOR TAHUN 2008-2013 PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN BOGOR 2011 DAFTAR ISI DAFTAR ISI... i DAFTAR TABEL... vi DAFTAR GAMBAR... viii BAB

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Cibinong, Maret Bupati Bogor, Hj. NURHAYANTI LAPORAN KINERJA PEMERINTAH (LAKIP) KABUPATEN BOGOR

KATA PENGANTAR. Cibinong, Maret Bupati Bogor, Hj. NURHAYANTI LAPORAN KINERJA PEMERINTAH (LAKIP) KABUPATEN BOGOR KATA PENGANTAR Alhamdulillah, segala puji dan syukur senantiasa kita panjatkan kepada Allah SWT, karena atas berkat rahmat dan hidayah-nya, maka Laporan Kinerja Pemerintah Kabupaten Bogor Tahun 2015 dapat

Lebih terperinci

BAB VII PENUTUP KESIMPULAN

BAB VII PENUTUP KESIMPULAN BAB VII PENUTUP KESIMPULAN Pencapaian kinerja pembangunan Kabupaten Bogor pada tahun anggaran 2012 telah menunjukkan hasil yang menggembirakan. Hal ini terlihat dari sejumlah capaian kinerja dari indikator

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah memberikan kewenangan yang lebih besar kepada daerah untuk mengatur dan mengurus pemerintahannya sendiri.

Lebih terperinci

BUPATI BOGOR PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOGOR NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI BOGOR PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOGOR NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG BUPATI BOGOR PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOGOR NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN BOGOR TAHUN 2013-2018 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2016 BAB I PENDAHULUAN

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2016 BAB I PENDAHULUAN Lampiran I Peraturan Bupati Pekalongan Nomor : 17 Tahun 2015 Tanggal : 29 Mei 2015 RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2016 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemerintah

Lebih terperinci

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2015

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2015 Lampiran I Peraturan Bupati Pekalongan Nomor : 15 Tahun 2014 Tanggal : 30 Mei 2014 RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2015 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Dokumen perencanaan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN SUMEDANG TAHUN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN SUMEDANG TAHUN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN SUMEDANG TAHUN 2014-2018 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUMEDANG, Menimbang

Lebih terperinci

DATA UMUM 1. KONDISI GEOGRAFIS

DATA UMUM 1. KONDISI GEOGRAFIS DATA UMUM 1. KONDISI GEOGRAFIS Wilayah Kabupaten Bogor memiliki luas ± 298.838,31 Ha. Secara geografis terletak di antara 6⁰18'0" 6⁰47'10" Lintang Selatan dan 106⁰23'45" 107⁰13'30" Bujur Timur, dengan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... Halaman BAB I. PENDAHULUAN... I-1 1.1 Latar Belakang... I-1 1.2 Dasar Hukum Penyusunan... I-3 1.3 Hubungan Antar Dokumen... I-4

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN LKPJ GUBERNUR JAWA BARAT ATA 2014 I - 1

BAB I PENDAHULUAN LKPJ GUBERNUR JAWA BARAT ATA 2014 I - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyampaian laporan keterangan pertanggungjawaban Kepala Daerah kepada DPRD merupakan amanah Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Cibinong, Maret 2015 Bupati Bogor, Hj. NURHAYANTI

KATA PENGANTAR. Cibinong, Maret 2015 Bupati Bogor, Hj. NURHAYANTI KATA PENGANTAR Alhamdulillah, segala puji dan syukur senantiasa kita panjatkan kepada Allah SWT, karena atas berkat rahmat dan hidayah-nya, maka Laporan Kinerja Pemerintah Kabupaten Bogor Tahun 2014 dapat

Lebih terperinci

D A F T A R I S I Halaman

D A F T A R I S I Halaman D A F T A R I S I Halaman B A B I PENDAHULUAN I-1 1.1 Latar Belakang I-1 1.2 Dasar Hukum Penyusunan I-2 1.3 Hubungan RPJM dengan Dokumen Perencanaan Lainnya I-3 1.4 Sistematika Penulisan I-7 1.5 Maksud

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN LAMPIRAN : PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR : 54 TAHUN 2008 TANGGAL : 12 SEPTEMBER 2008 TENTANG : RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH (RPJM) DAERAH PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2008-2013

Lebih terperinci

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KOTA PAGAR ALAM TAHUN 2018

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KOTA PAGAR ALAM TAHUN 2018 RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KOTA PAGAR ALAM TAHUN 2018 PEMERINTAH KOTA PAGAR ALAM TAHUN 2017 KATA PENGANTAR Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Kota Pagar Alam Tahun 2018 disusun dengan mengacu

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI...

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... Halaman PERATURAN DAERAH KOTA SURAKARTA NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KOTA SURAKARTA TAHUN 2016-2021... 1 BAB I PENDAHULUAN...

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN LKPJ GUBERNUR JAWA BARAT TAHUN 2015 I - 1

BAB I PENDAHULUAN LKPJ GUBERNUR JAWA BARAT TAHUN 2015 I - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah Pasal 69 mengamanatkan Kepala Daerah untuk menyampaikan Laporan Keterangan Pertanggungjawaban

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KOTA SEMARANG TAHUN

PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KOTA SEMARANG TAHUN PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KOTA SEMARANG TAHUN 2010 2015 PEMERINTAH KOTA SEMARANG TAHUN 2011 PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Lampiran Peraturan Daerah Kabupaten Barru Nomor 6 Tahun 2016 Tanggal 18 Agustus 2016

BAB I PENDAHULUAN. Lampiran Peraturan Daerah Kabupaten Barru Nomor 6 Tahun 2016 Tanggal 18 Agustus 2016 Lampiran Peraturan Daerah Kabupaten Barru Nomor 6 Tahun 2016 Tanggal 18 Agustus 2016 BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Pemerintah Daerah dalam menjalankan tugas dan fungsinya memerlukan perencanaan

Lebih terperinci

SURAKARTA KOTA BUDAYA, MANDIRI, MAJU, DAN SEJAHTERA.

SURAKARTA KOTA BUDAYA, MANDIRI, MAJU, DAN SEJAHTERA. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional dan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, mengamanatkan kepada

Lebih terperinci

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KOTA TANGERANG SELATAN

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KOTA TANGERANG SELATAN Bab I Pendahuluan 1.1. LatarBelakang Pembangunan pada hakikatnya merupakan suatu proses yang berkesinambungan antara berbagai dimensi, baik dimensi sosial, ekonomi, maupun lingkungan yang bertujuan untuk

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN SLEMAN

PEMERINTAH KABUPATEN SLEMAN PEMERINTAH KABUPATEN SLEMAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 9 TAHUN 2010 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH TAHUN 2011-2015 Diperbanyak oleh: Badan Perencanaan Pembangunan Daerah

Lebih terperinci

PENDAHULUAN BAB I 1.1. LATAR BELAKANG

PENDAHULUAN BAB I 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Pelaksanaan pembangunan daerah yang merupakan kewenangan daerah sesuai dengan urusannya, perlu berlandaskan rencana pembangunan daerah yang disusun berdasarkan kondisi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Dasar Hukum

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Dasar Hukum BAB I PENDAHULUAN 1.1. Dasar Hukum Dasar hukum penyusunan Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2016, adalah sebagai berikut: 1. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1950 tentang

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BOGOR

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BOGOR LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BOGOR NOMOR : 16 TAHUN 2011 URAN DAERAH KABUPATEN BOGOR PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOGOR NOMOR 16 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOGOR NOMOR 7 TAHUN

Lebih terperinci

ANALISIS SITUASI DAN KONDISI KABUPATEN BOGOR

ANALISIS SITUASI DAN KONDISI KABUPATEN BOGOR ANALISIS SITUASI DAN KONDISI KABUPATEN BOGOR Oleh : Drs. Adang Suptandar, Ak. MM Disampaikan Pada : KULIAH PROGRAM SARJANA (S1) DEPARTEMEN ILMU KELUARGA DAN KONSUMEN FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA, IPB Selasa,

Lebih terperinci

I-1 BAB I PENDAHULUAN. I. Latar Belakang

I-1 BAB I PENDAHULUAN. I. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I. Latar Belakang Sesuai Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2007 tentang Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (LPPD) kepada Pemerintah, Laporan Keterangan Pertanggungjawaban (LKPJ)

Lebih terperinci

RPJMD Kabupaten Jeneponto Tahun ini merupakan penjabaran dari visi, misi, dan program Bupati dan Wakil Bupati Jeneponto terpilih

RPJMD Kabupaten Jeneponto Tahun ini merupakan penjabaran dari visi, misi, dan program Bupati dan Wakil Bupati Jeneponto terpilih BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan daerah sebagai bagian integral dari pembangunan nasional dan regional, juga bermakna sebagai pemanfaatan sumber daya yang dimiliki untuk peningkatan kesejahteraan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Cibinong, Maret 2014 Bupati Bogor, RACHMAT YASIN

KATA PENGANTAR. Cibinong, Maret 2014 Bupati Bogor, RACHMAT YASIN KATA PENGANTAR Alhamdulillah, segala puji dan syukur senantiasa kita panjatkan kepada Allah SWT, karena atas berkat rahmat dan hidayah-nya, maka Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP)

Lebih terperinci

ISI DAN URAIAN RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KOTA TASIKMALAYA TAHUN BAB I PENDAHULUAN

ISI DAN URAIAN RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KOTA TASIKMALAYA TAHUN BAB I PENDAHULUAN - 1 - LAMPIRAN PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KOTA TASIKMALAYA TAHUN 2013-2017 ISI DAN URAIAN RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH

Lebih terperinci

RANCANGAN RENCANA PEMBANGUNANN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN KOTABARU TAHUN

RANCANGAN RENCANA PEMBANGUNANN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN KOTABARU TAHUN RANCANGAN RENCANA PEMBANGUNANN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN KOTABARU TAHUN 2016-2021 PEMERINTAH KABUPATEN KOTABARU 2016 Bab I Daftar Isi... i Daftar Tabel... iii Daftar Gambar... ix PENDAHULUAN I-1

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM A. Gambaran Umum Daerah 1. Kondisi Geografis Daerah 2. Kondisi Demografi

BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM A. Gambaran Umum Daerah 1. Kondisi Geografis Daerah 2. Kondisi Demografi BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM Perkembangan Sejarah menunjukkan bahwa Provinsi Jawa Barat merupakan Provinsi yang pertama dibentuk di wilayah Indonesia (staatblad Nomor : 378). Provinsi Jawa Barat dibentuk

Lebih terperinci

Rencana Kerja P emerintah Daerah Kabupaten Barru Tahun 2015 DAFTAR ISI

Rencana Kerja P emerintah Daerah Kabupaten Barru Tahun 2015 DAFTAR ISI Rencana Kerja P emerintah Daerah Kabupaten Barru Tahun 2015 DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar Belakang... 1 1.2 Dasar Hukum Penyusunan... 3 1.3 Hubungan Antar Dokumen Perencanaan... 5 1.4 Sistematika

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMANDAU NOMOR 01 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN LAMANDAU TAHUN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMANDAU NOMOR 01 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN LAMANDAU TAHUN PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMANDAU NOMOR 0 TAHUN 204 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN LAMANDAU TAHUN 203-208 PEMERINTAH KABUPATEN LAMANDAU PROVINSI KALIMANTAN TENGAH

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. BAB II. GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH... II Aspek Geografi Dan Demografi... II-2

DAFTAR ISI. BAB II. GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH... II Aspek Geografi Dan Demografi... II-2 DAFTAR ISI DAFTAR ISI Hal DAFTAR ISI... i DAFTAR TABEL... v DAFTAR GAMBAR... xix BAB I. PENDAHULUAN... I-1 1.1. Latar Belakang... I-1 1.2. Dasar Hukum Penyusunan... I-4 1.3. Hubungan Antar Dokumen RPJMD

Lebih terperinci

Rencana Kerja Pemerintah Daerah Kabupaten Kuningan TAHUN 2014 BAB I PENDAHULUAN. tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional dan Undang-Undang

Rencana Kerja Pemerintah Daerah Kabupaten Kuningan TAHUN 2014 BAB I PENDAHULUAN. tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional dan Undang-Undang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sesuai dengan amanat Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional dan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah,

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Daftar Isi... Daftar Tabel... Daftar Gambar...

DAFTAR ISI. Daftar Isi... Daftar Tabel... Daftar Gambar... DAFTAR ISI Daftar Isi... Daftar Tabel... Daftar Gambar... i iii vii BAB I PENDAHULUAN... I-1 1.1 Latar Belakang... I-1 1.2 Dasar Hukum... I-2 1.3 Maksud dan Tujuan... I-4 1.4 Hubungan Antar Dokumen...

Lebih terperinci

PERATURAN WALIKOTA PAGAR ALAM NOMOR 34 TAHUN 2016

PERATURAN WALIKOTA PAGAR ALAM NOMOR 34 TAHUN 2016 PERATURAN WALIKOTA PAGAR ALAM NOMOR 34 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN WALIKOTA PAGAR ALAM NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG PENETAPAN RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KOTA PAGAR ALAM TAHUN

Lebih terperinci

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2016-2021 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Provinsi Lampung merupakan provinsi yang berada di ujung selatan Pulau Sumatera dan merupakan gerbang utama jalur transportasi dari dan ke Pulau Jawa. Dengan posisi

Lebih terperinci

BAB 1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang LAMPIRAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG

BAB 1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang LAMPIRAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG LAMPIRAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH TAHUN 2016-2021 RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH TAHUN 2016-2021 BAB 1. PENDAHULUAN

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH KABUPATEN BOGOR

BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH KABUPATEN BOGOR BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH KABUPATEN BOGOR 3.7. Kondisi Geografis dan Administratif Kabupaten Bogor merupakan salah satu kabupaten dalam lingkungan Provinsi Jawa Barat. Luas wilayah Kabupaten Bogor adalah

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Hal. Daftar Isi... i Daftar Tabel... v Daftar Gambar... x Daftar Grafik... xi

DAFTAR ISI. Hal. Daftar Isi... i Daftar Tabel... v Daftar Gambar... x Daftar Grafik... xi DAFTAR ISI Hal. Daftar Isi... i Daftar Tabel... v Daftar Gambar... x Daftar Grafik... xi BAB I PENDAHULUAN... I-1 1.1. Latar Belakang... I-1 1.2. Dasar Hukum Penyusunan... I-4 1.3. Hubungan RPJMD dengan

Lebih terperinci

RKPD KABUPATEN LAMANDAU TAHUN 2015

RKPD KABUPATEN LAMANDAU TAHUN 2015 i BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyusunan Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) berpedoman pada Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, Undang-Undang

Lebih terperinci

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 13 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 13 TAHUN 2014 TENTANG BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 13 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN CIAMIS TAHUN 2014-2019 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN BOGOR TAHUN 2015 BAB I PENDAHULUAN

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN BOGOR TAHUN 2015 BAB I PENDAHULUAN LAMPIRAN PERATURAN BUPATI BOGOR NOMOR : 10 TAHUN 2014 TANGGAL : 30 MEI 2014 RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN BOGOR TAHUN 2015 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam rangka mempercepat tujuan

Lebih terperinci

BAB IX PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH

BAB IX PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH BAB IX PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH Penetapan indikator kinerja daerah bertujuan untuk memberikan gambaran mengenai ukuran keberhasilan pencapaian visi dan misi Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan merupakan suatu proses yang dilaksanakan terus-menerus untuk mencapai tingkat kehidupan masyarakat yang sejahtera lahir dan batin. Proses tersebut dilaksanakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Undang-Undang Nomor 25 tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN) dan Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah mengamanatkan,

Lebih terperinci

BAB I 1 BAB I PENDAHULUAN

BAB I 1 BAB I PENDAHULUAN BAB I 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perencanaan Pembangunan Daerah memiliki arti sangat penting dalam penyelenggaraan pemerintahan dan menjadi pedoman dalam pelaksanaan pembangunan. Sesuai dengan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI RPJMD KABUPATEN PONOROGO TAHUN

DAFTAR ISI RPJMD KABUPATEN PONOROGO TAHUN DAFTAR ISI DAFTAR ISI.......................................................... i DAFTAR TABEL....................................................... iii DAFTAR GAMBAR....................................................

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang LAMPIRAN : PERATURAN DAERAH NOMOR : 5 TAHUN 2016 TENTANG : PERATURAN DAERAH TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN TASIKMALAYA TAHUN 2016-2021. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Lebih terperinci

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KOTA PALU DT - TAHUN

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KOTA PALU DT - TAHUN DAFTAR TABEL Tabel 2.1 Luas Wilayah Kota Palu Menurut Kecamatan Tahun 2015.. II-2 Tabel 2.2 Banyaknya Kelurahan Menurut Kecamatan, Ibu Kota Kecamatan Dan Jarak Ibu Kota Kecamatan Dengan Ibu Kota Palu Tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kawasan perdesaan sebagai basis utama dan bagian terbesar dalam wilayah Kabupaten Lebak, sangat membutuhkan percepatan pembangunan secara bertahap, proporsional dan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU TIMUR NOMOR 22 TAHUN 2011 T E N T A N G

PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU TIMUR NOMOR 22 TAHUN 2011 T E N T A N G Design by (BAPPEDA) Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur Martapura, 2011 PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU TIMUR NOMOR 22 TAHUN 2011 T E N T A N G RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH (RPJM) DAERAH

Lebih terperinci

DAFTAR ISI DAFTAR ISI...

DAFTAR ISI DAFTAR ISI... DAFTAR ISI DAFTAR ISI... i BAB I. PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar Belakang... I-1 1.2 Dasar Hukum Penyusunan... I-2 1.3 Hubungan RPJMD dengan Dokumen Perencanaan Lain... I-4 1.4 Sistematika Penulisan... I-5

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... i ii vi xi PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Untuk menjalankan tugas dan fungsinya, pemerintah daerah memerlukan perencanaan mulai dari perencanaan jangka panjang, jangka menengah hingga perencanaan jangka pendek

Lebih terperinci

Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah memberi peluang

Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah memberi peluang BAB PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah memberi peluang kepada daerah berupa kewenangan yang lebih besar untuk mengelola pembangunan secara mandiri

Lebih terperinci

KEBIJAKAN UMUM ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (KU-APBD) TAHUN ANGGARAN 2016

KEBIJAKAN UMUM ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (KU-APBD) TAHUN ANGGARAN 2016 KEBIJAKAN UMUM ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (KU-APBD) TAHUN ANGGARAN 2016 PEMERINTAH KABUPATEN SAROLANGUN TAHUN 2015 DAFTAR ISI Halaman Daftar Isi... i Daftar Tabel... iii Nota Kesepakatan...

Lebih terperinci

Lubuklinggau, Mei 2011 BUPATI MUSI RAWAS RIDWAN MUKTI

Lubuklinggau, Mei 2011 BUPATI MUSI RAWAS RIDWAN MUKTI Puji Syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas berkat dan rahmat-nya kegiatan penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Musi Rawas Tahun 2010-2015 dapat diselesaikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bahwa Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Purworejo Tahun 2011-2015 telah berakhir pada periode masa kepemimpinan Kepala Daerah Drs. MAHSUN

Lebih terperinci

BUPATI ROKAN HULU PROVINSI RIAU

BUPATI ROKAN HULU PROVINSI RIAU BUPATI ROKAN HULU PROVINSI RIAU PERATURAN BUPATI ROKAN HULU NOMOR 23 TAHUN 2015 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN ROKAN HULU TAHUN 2016 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI ROKAN HULU,

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI SUMEDANG NOMOR 17 TAHUN 2012 TENTANG PAGU INDIKATIF KECAMATAN KABUPATEN SUMEDANG TAHUN ANGGARAN 2013

PERATURAN BUPATI SUMEDANG NOMOR 17 TAHUN 2012 TENTANG PAGU INDIKATIF KECAMATAN KABUPATEN SUMEDANG TAHUN ANGGARAN 2013 SALINAN PERATURAN BUPATI SUMEDANG NOMOR 17 TAHUN 2012 TENTANG PAGU INDIKATIF KECAMATAN KABUPATEN SUMEDANG TAHUN ANGGARAN 2013 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUMEDANG, Menimbang : a. bahwa untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. RPJMD Kabupaten Bintan Tahun I-1

BAB I PENDAHULUAN. RPJMD Kabupaten Bintan Tahun I-1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional dan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah mengamanatkan bahwa

Lebih terperinci

RPJMD KABUPATEN LAMANDAU TAHUN

RPJMD KABUPATEN LAMANDAU TAHUN i BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) berpedoman pada Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional,

Lebih terperinci

Rencana Kerja Pemerintah Daerah Kabupaten Lebak Tahun

Rencana Kerja Pemerintah Daerah Kabupaten Lebak Tahun B AB I P E N D AH U L U AN 1.1 Latar Belakang Perencanaan pembangunan daerah merupakan suatu proses untuk menentukan tindakan masa depan yang tepat dengan mempertimbangkan urutan pilihan dan ketersediaan

Lebih terperinci

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KOTA TANGERANG SELATAN

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KOTA TANGERANG SELATAN Kata Pengantar... i Daftar Isi... ii Daftar Tabel... v Daftar Gambar... ix Daftar Isi BAB I Pendahuluan... I-1 1.1. Latar Belakang... I-1 1.2. Dasar Hukum Penyusunan... I-4 1.3. Hubungan Antar Dokumen...

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I - 1 A. VISI DAN MISI II - 3 B. STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN DAERAH II - 5 C. PRIORITAS PEMBANGUNAN DAERAH II - 13

BAB I PENDAHULUAN I - 1 A. VISI DAN MISI II - 3 B. STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN DAERAH II - 5 C. PRIORITAS PEMBANGUNAN DAERAH II - 13 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR HAL i iv vi vii BAB I PENDAHULUAN I - 1 1.1 DASAR HUKUM I - 4 1.2 GAMBARAN UMUM DAERAH I - 3 1. Kondisi Geografis Daerah I - 5 2. Batas Administrasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Lampiran Peraturan Daerah Kabupaten Sleman Nomor 2 Tahun 2014 Tentang Perubahan Atas Peraturan Daerah Kabupaten Sleman Nomor 9 Tahun 2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Tahun 2011-2015

Lebih terperinci

Peraturan Daerah RPJMD Kabupaten Pulang Pisau Kata Pengantar Bupati Kabupaten Pulang Pisau

Peraturan Daerah RPJMD Kabupaten Pulang Pisau Kata Pengantar Bupati Kabupaten Pulang Pisau Peraturan Daerah RPJMD Kabupaten Pulang Pisau 2013-2018 Kata Pengantar Bupati Kabupaten Pulang Pisau i Kata Pengantar Kepala Bappeda Kabupaten Pulang Pisau iii Daftar Isi v Daftar Tabel vii Daftar Bagan

Lebih terperinci

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH (RPJM) KABUPATEN ACEH SELATAN TAHUN

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH (RPJM) KABUPATEN ACEH SELATAN TAHUN BAB I PENDAHULUAN LAMPIRAN PERATURAN BUPATI KABUPATEN ACEH SELATAN NOMOR 18 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH KABUPATEN ACEH SELATAN TAHUN 2013-2018 1.1. Latar Belakang Lahirnya Undang-undang

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. PERATURAN BUPATI MURUNG RAYA KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii DAFTAR TABEL... vii

DAFTAR ISI. PERATURAN BUPATI MURUNG RAYA KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii DAFTAR TABEL... vii DAFTAR ISI PERATURAN BUPATI MURUNG RAYA KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii DAFTAR TABEL... vii BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang... 1 1.2. Dasar Hukum Penyusunan... 2 1.3. Hubungan Antar Dokumen...

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI SUMEDANG NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG PAGU INDIKATIF KECAMATAN KABUPATEN SUMEDANG TAHUN ANGGARAN 2010 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN BUPATI SUMEDANG NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG PAGU INDIKATIF KECAMATAN KABUPATEN SUMEDANG TAHUN ANGGARAN 2010 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN BUPATI SUMEDANG NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG PAGU INDIKATIF KECAMATAN KABUPATEN SUMEDANG TAHUN ANGGARAN 2010 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUMEDANG, Menimbang : a. bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

4 GAMBARAN UMUM KOTA BOGOR

4 GAMBARAN UMUM KOTA BOGOR 44 Keterbatasan Kajian Penelitian PKL di suatu perkotaan sangat kompleks karena melibatkan banyak stakeholder, membutuhkan banyak biaya, waktu dan tenaga. Dengan demikian, penelitian ini memiliki beberapa

Lebih terperinci

WALIKOTA SURAKARTA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA SURAKARTA NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG

WALIKOTA SURAKARTA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA SURAKARTA NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG WALIKOTA SURAKARTA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA SURAKARTA NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KOTA SURAKARTA TAHUN 2016-2021 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

BUPATI LUMAJANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUMAJANG NOMOR 1 TAHUN 2014 T E N T A N G

BUPATI LUMAJANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUMAJANG NOMOR 1 TAHUN 2014 T E N T A N G BUPATI LUMAJANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUMAJANG NOMOR 1 TAHUN 2014 T E N T A N G RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN LUMAJANG TAHUN 2015 2019 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Berdasarkan Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, bahwa penyelenggaraan desentralisasi dilaksanakan dalam bentuk pemberian kewenangan Pemerintah

Lebih terperinci

BUPATI PURWOREJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

BUPATI PURWOREJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH SALINAN BUPATI PURWOREJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURWOREJO, Menimbang: a. bahwa dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I-1

BAB I PENDAHULUAN I-1 LAMPIRAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMBA BARAT NOMOR : TAHUN 2016 TANGGAL : 2016 TENTANG : PERATURAN DAERAH TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH KABUPATEN SUMBA BARAT TAHUN 2016 2021 BAB I PENDAHULUAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I - 1

BAB I PENDAHULUAN I - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perencanaan pembangunan daerah sebagaimana diatur dalam Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN) dan Undang-undang

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA EKONOMI DAERAH

BAB II KERANGKA EKONOMI DAERAH Nilai (Rp) BAB II KERANGKA EKONOMI DAERAH Penyusunan kerangka ekonomi daerah dalam RKPD ditujukan untuk memberikan gambaran kondisi perekonomian daerah Kabupaten Lebak pada tahun 2006, perkiraan kondisi

Lebih terperinci

BAB I P E N D A H U L U A N

BAB I P E N D A H U L U A N BAB I P E N D A H U L U A N A. Latar Belakang Pembangunan pada dasarnya merupakan upaya yang dilakukan secara terarah, terpadu, dan berkesinambungan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Tahapan

Lebih terperinci

Pemerintah Kabupaten Wakatobi

Pemerintah Kabupaten Wakatobi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kabupaten Wakatobi memiliki potensi kelautan dan perikanan serta potensi wisata bahari yang menjadi daerah tujuan wisatawan nusantara dan mancanegara. Potensi tersebut

Lebih terperinci

RPJMD KABUPATEN LINGGA DAFTAR ISI. Daftar Isi Daftar Tabel Daftar Gambar

RPJMD KABUPATEN LINGGA DAFTAR ISI. Daftar Isi Daftar Tabel Daftar Gambar Daftar Isi Daftar Tabel Daftar Gambar i ii vii Bab I PENDAHULUAN I-1 1.1 Latar Belakang I-1 1.2 Dasar Hukum I-2 1.3 Hubungan Antar Dokumen 1-4 1.4 Sistematika Penulisan 1-6 1.5 Maksud dan Tujuan 1-7 Bab

Lebih terperinci

DAFTAR ISI DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

DAFTAR ISI DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR ISI DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... i vii xii BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang... I-1 1.2 Dasar Hukum Penyusunan... I-2 1.3 Hubungan Antar Dokumen... I-4 1.3.1 Hubungan RPJMD

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BOGOR PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOGOR NOMOR 7 TAHUN 2009 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BOGOR PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOGOR NOMOR 7 TAHUN 2009 TENTANG LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BOGOR NOMOR : 7 TAHUN 2009 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOGOR NOMOR 7 TAHUN 2009 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH (RPJM) DAERAH KABUPATEN BOGOR TAHUN 2008 2013 DENGAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan tahunan yang disusun untuk menjamin keterkaitan dan

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan tahunan yang disusun untuk menjamin keterkaitan dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rencana Kerja Pemerintah Daerah adalah dokumen perencanaan pembangunan tahunan yang disusun untuk menjamin keterkaitan dan konsistensi antara perencanaan, penganggaran,

Lebih terperinci

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2013

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2013 Lampiran I : Peraturan Bupati Pekalongan Nomor : 33 Tahun 2012 Tanggal : 28 Juni 2012 RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2013 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Sesuai dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kabupaten Pati merupakan salah satu dari 35 Kabupaten/Kota di Jawa Tengah yang mempunyai posisi strategis, yaitu berada di jalur perekonomian utama Semarang-Surabaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Perencanaan adalah suatu proses untuk menentukan tindakan masa depan yang tepat, melalui urutan pilihan, dengan memperhitungkan sumber daya yang tersedia. Dalam rangka

Lebih terperinci

A. Gambaran Umum Daerah

A. Gambaran Umum Daerah Pemerintah Kota Bandung BAB I PENDAHULUAN A. Gambaran Umum Daerah K ota Bandung terletak di wilayah Jawa Barat dan merupakan Ibukota Propinsi Jawa Barat, terletak di antara 107º Bujur Timur dan 6,55 º

Lebih terperinci

RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2014 BAB I PENDAHULUAN

RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2014 BAB I PENDAHULUAN LAMPIRAN PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR : 39 TANGGAL : 14 Mei 2013 RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2014 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pemerintah Daerah Provinsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) merupakan pelaksanaan amanat Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Dasar Hukum

BAB I PENDAHULUAN A. Dasar Hukum BAB I PENDAHULUAN A. Dasar Hukum Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Gubernur Jawa Barat Akhir Tahun Anggaran 2011 disusun berdasarkan ketentuan sebagai berikut: 1. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1950

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional dan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, sebagaimana telah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Rencana kerja pembangunan daerah yang selanjutnya disingkat RKPD adalah dokumen perencanaan daerah untuk periode 1 (satu) tahun atau disebut dengan rencana pembangunan

Lebih terperinci

BAB I P E N D A H U L U A N

BAB I P E N D A H U L U A N LAMPIRAN PERATURAN BUPATI SEMARANG NOMOR 35 TAHUN 2015 TENTANG RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2016 BAB I P E N D A H U L U A N A. LATAR BELAKANG Rencana Kerja Pembangunan Daerah

Lebih terperinci