Peluang Ekonomi Rehabilitasi Tanaman Lada Menggunakan Tajar. Economic Opportunity of Pepper Plant Rehabilitation Using Living Post

Transkripsi

1 Jural Peelitia Pertaia Terapa Vol. 1 (1):38-44 ISSN Peluag Ekoomi Rehabilitasi Taama Lada Megguaka Tajar Ecoomic Opportuity of Pepper Plat Rehabilitatio Usig Livig Post D. Listyati Balai Peelitia Taama Rempah da Aeka Taama Idustri Jl. Raya Pakuwo-Parugkuda Km. A2, Sukabumi ABSTRACT Pepper productio ad export i Idoesia, sice last few years, ted to decrease because of various problems i.e: lack of maiteace, pests ad diseases attack, old plat/ damaged, ot usig superior vareties with high productivity, ad fluctuatio of price. Opportuity of Idoesia pepper agribusiess i domestic ad Iteratioal market still high also opeed for Lampug black pepper ad Mutok white pepper. Lookig the market opportuity ad pepper problems, for the solutio was coducted rehabilitate pepper plat, from pepper plat with hard damaged, old plat, low productivity also caot be improved agai so require to be chaged with superior varieties which better potetial productio ad resistace to pests ad disease, ad applyig recommeded cultivatio. This research was coducted to kow feasibility level of pepper plat rehabilitatio usig livig post with ivestmet feasibility criteria used Net Preset Value (NPV), Iteral Rate of Retur (IRR), Net Beefit Cost Ratio (Net B/C ratio) ad Payback period. Aalisis result showed that pepper plat rehabilitatio usig livig post feasible to coducted. Key word: Pepper, Ecoomic opportuity, rehabilitatio, livig post Diterima: , disetujui: PENDAHULUAN Posisi Idoesia sebagai salah satu egara peghasil da pegekspor lada terbesar diduia telah tergeser oleh egara pesaig (terutama Vietam) yag megalami pertumbuha produksi lada sagat tiggi, sehigga Vietam mejadi peghasil utama lada hitam duia (Putro, 22). Produksi lada di Idoesia ditetuka oleh besarya luas areal pae da produktivitas hasil, sedagka luas areal pae dipegaruhi oleh harga lada domestik. Kebijaka peremajaa lada yag dilakuka pemeritah tidak berpegaruh yata terhadap luas areal pae lada, peigkata luas areal lada haya dapat dilakuka dega isetif harga lada da pemberia kredit usahatai berbuga redah

2 D. Listyati: Peluag Ekoomi Rehabilitasi Taama Lada Megguaka Tajar (Damaik, 21). Idoesia masih dapat bertaha sebagai peghasil utama lada putih yaitu sebagai peghasil 7-8% kebutuha duia, terutama utuk pasar Eropa (Wahid, 24). Keadaa yag sebalikya yag terjadi di Vietam, di Idoesia sejak beberapa tahu terakhir produksi da ekspor lada cederug megalami peurua. Permasalaha yag dihadapi atara lai adalah seraga hama da peyakit, belum ada varietas uggul lada berproduksi tiggi, serta adaya fluktuasi harga. Peluag agribisis lada Idoesia masih cukup tiggi serta terbuka di pasar domestik maupu di pasar Iterasioal yaitu lada yag terkeal dari Idoesia adalah lada hitam Lampug da lada putih Mutok (Kusuma et. al., 27). Namu akhir-akhir ii produksi lada dari Lampug yag dikeal sebagai setra peghasil lada megalami peurua higga 3%, yag atara lai karea terjadi koversi areal lada mejadi areal kelapa sawit di Lampug da rusakya pertaama karea tidak ada perawata serta seraga hama peyakit (Karmawati da Supriadi, 27). Bahka meurut Hamid (1992) lada Mutok sejak 1992 telah diyataka lagka. Sebagaimaa taama rempah laiya, lada pada umumya diusahaka secara tradisioal yag diperoleh petai secara turu temuru da belum megadopsi tekologi budidaya ajura. Sebagia besar pertaama yag ada dalam kodisi kurag terawat, umur taama sudah tua da rusak serta terserag hama da peyakit, sehigga produktivitas taama redah. Hasil studi Karmawati da Supriadi (27) melaporka bahwa setiap tahap dari subsistem agribisis lada hitam mempuyai berbagai permasalaha mulai dari kuragya peagkar beih, permodala, perawata kebu, peyuluha, adaya seraga peyakit busuk pagkal batag (BPB), tigkat adopsi tekologi redah, da akibat memakai beih lada asala, produktivitas lada hitam di Lampug meuru dari 663,18 kg.ha -1 pada tahu 23 mejadi 485 kg.ha -1 pada tahu 26 (Ditjebu,24; Disbu Lampug, 27) sedagka meurut Kemala (23) potesi produktivitas lada uggul (Natar 1) dapat mecapai 4 kg.ha -1. Hasil peelitia Daras da Wahid (2) melaporka bahwa ada iteraksi yata atara pemagkasa tajar (tiag pajat) da taama ladaya, yaitu utuk memperoleh hasil lada yag sebaik mugki tajarya harus dipagkas secara itesif yaitu 3 kali per tahu (Oktober, Jauari da April) maka pemagkasa ladaya tidak perlu atau cukup sekali, sedagka bila tajar dipagkas 2 kali/tahu (Oktober da Jauari) maka taama ladaya harus lebih serig dipagkas (6 kali/tahu). Tajar memberika auga sehigga kodisi iklim mikro dibawahya ikut terpegaruh yag berakibat keseluruh aspek agroomi taama. Meurut Wahid (1984) taama lada membutuhka 5-7% itesitas matahari. Pada itesitas siar yag redah laju fotositesisya aka redah da serapa usur hara juga lambat, yag berakibat produksi taama redah sehigga perlu pemagkasa tajar 2-3 kali selama musim huja. Melihat potesi, peluag pasar da permasalaha lada tersebut maka salah satu solusiya adalah melakuka rehabilitasi taama lada, yaitu utuk taama lada yag tigkat kerusakaya berat, taama tua da produksiya sagat redah serta tidak bisa ditigkatka lagi maka digati dega taama baru yag lebih baik potesi produksi da ketahaaya terhadap hama peyakit (varietas uggul) dega meerapka tekologi budidaya sesuai ajura. Utuk megetahui layak tidakya bila melakuka rehabilitasi taama lada dega megguaka tajar hidup maka dilakuka aalisis fiasial sebagai iformasi bagi yag memerlukaya. Volume 1, Nomor 1, Jauari 21 39

3 Jural Peelitia Pertaia Terapa METODE Peelitia ii dilakuka di Kebu Percobaa Cahaya Negeri, Lampug dari tahu Data yag dikumpulka meliputi seluruh biaya yag dikeluarka utuk rehabilitasi taama lada, produksi da harga produk. Metode aalisis megguaka aalisis fiasial dega megguaka idikator kelayaka sebagai berikut: Aalisis Kelayaka Ivestasi Kelayaka ivestasi pala berdasarka kelompok tersebut dihitug dega beberapa idikator kelayaka ivestasi da dibadigka dega kelayaka ivestasi tekologi budidaya ajura. Kriteria kelayaka ivestasi yag diguaka yaitu Net Preset Value (NPV), Iteral Rate of Retur (IRR), Net Beefit Cost Ratio (Net B/C Ratio) da masa pegembalia ivestasi (Payback period). NPV adalah jumlah ilai arus tuai pada waktu sekarag setelah dikuragi dega modal yag diaggap sebagai ogkos ivestasi selama tertetu yag dirumuska sebagai berikut: NPV = dimaa : NPV TR t TC t i t ( TRt TCt ) t (1 i)... (1) = ilai bersih sekarag = total pedapata pada tahu ke-t = total biaya pada tahu ke-t = tigkat diskoto = umur ivestasi Usahatai dikataka layak utuk dilaksaaka apabila NPV 1. IRR adalah suatu tigkat suku buga yag meujukka ilai sekarag etto (NPV) sama dega jumlah seluruh ivestasi proyek atau dega kata lai tigkat buga yag meghasilka NPV sama dega ol (NPV=). Dalam Gittiger (1986), NPV dirumuska sebagai berikut: IRR = NPV 1 í x i i NPV 1 NPV 2... (2) dimaa : i 1 i 2 = tigkat diskoto yag meyebabka NPV berilai positif = tigkat diskoto yag meyebabka NPV berilai egatif NPV 1 = NPV dega tigkat buga i 1 NPV 2 = NPV dega tigkat buga i 2 Jika IRR lebih besar dari tigkat suku buga yag berlaku, maka proyek aka layak dilaksaaka, da sebalikya. Net B/C ratio merupaka perbadiga atara jumlah ilai sekarag (preset value) yag bersifat positif dega jumlah ilai sekarag yag bersifat egatif, yag dirumuska sebagai berikut: 4 Volume 1, Nomor 1, Jauari 21

4 D. Listyati: Peluag Ekoomi Rehabilitasi Taama Lada Megguaka Tajar Net B ratio = C TR' t 1 TC' t 1 ' (1 i) ' (1 i)... (3) dimaa : TR t TC t t i = mafaat yag diperoleh tiap tahu = biaya yag dikeluarka tiap tahu = 1,2, = jumlah tahu = tigkat buga (diskoto) Jika Net B/C ratio lebih besar dari pada satu maka proyek layak utuk dilaksaaka da sebalikya. Masa pegembalia ivestasi (payback period) dihitug mulai proyek telah meghasilka sampai seluruh ogkos tertutup oleh et cash iflow yag diterima. Persamaa yag diguaka adalah : PBP = I... (4) dimaa : I π = ivestasi = Net beefit rata-rata proyek sampai tahu ke- Aalisis Sesitivitas Setiap ivestasi selalu mempuyai resiko. Semaki tiggi resiko suatu ivestasi, maka aka semaki tiggi tigkat keutuga yag dimita oleh para pemilik modal yag aka meaamka modalya. Resiko ivestasi dilihat sesitivitas usahatai dega megguaka berbagai skeario simulasi terhadap kriteria kelayaka ivestasi. Skeario yag diguaka adalah peurua harga jual produk lada, peigkata harga iput tradable seperti pupuk da pestisida, serta peigkata harga produk. Berdasarka kriteria tersebut di atas, rehabilitasi taama lada dikataka layak apabila ilai NPV > (positif), artiya mafaat yag diterima dari rehabilitasi taama lada lebih besar dari biaya. Bila NPV < (egatif), maka secara ekoomis rehabilitasi taama lada tersebut merugi, sedagka ilai NPV = berarti mafaat yag diterima sama dega biaya yag dikeluarka. Nilai B/C ratio > 1 da IRR > 1, berarti rehabilitasi taama lada tersebut mampu membayar buga apabila modal usahaya itu berasal dari pijama (Gettiger, 1986; Kadariah et al., 1985; Kemala, 26 da Sutriso, 1982 dalam Ermiati da Rosmeilisa, 21). Utuk megetahui pegaruh fluktuasi harga da produksi terhadap pedapata, maka dilakuka aalisis sesitivitas. Volume 1, Nomor 1, Jauari 21 41

5 Jural Peelitia Pertaia Terapa HASIL DAN PEMBAHASAN Aalisis kelayaka Hasil tabulasi aalisis biaya da pedapata dari rehabilitasi taama lada dari awal meaam sampai dega umur taama 12 tahu diketahui pedapata kotor Rp ,- da total biaya Rp 22.4.,- sehigga diperoleh keutuga bersih Rp ,- Hasil aalisis kelayaka dega discout factor 18%, NPV = ; B/C=2,13; da NPV dega discout factor 2% = ; B/C=2,1 da IRR 36% & 37%= 36,22% meujukka bahwa rehabilitasi taam a lada layak, karea memeuhi idikator kelayaka yaitu NPV da B/C ratio dega discout factor 18% maupu 2% positif (lihat Tabel 1). Jagka waktu Titik impas (BEP) dimaa biaya ivestasi (modal) yag ditaamka sama dega peerimaa, yaitu ivestasi = (Rp ,-)+ Rp52.,-+Rp )+Rp ,- = Rp ,- atau tepatya : tahu x 1 tahu = 4,41 tahu atau 4 tahu 5 bula Tabel 1. Kelayaka fiasial rehabilitasi taama lada megguaka tajar Tahu Total Beefit (Rp) Total Cost (Rp) Net Beefit (Rp) (17.85.) ( ) ( ) DF 18 % 1,,847,718,69,516,437,37,14,266,225,191,162,137 NPV 18 % (17.85.) ( ) ( ) DF 2 % 1,,833,694,579,482,42,335,279,233,194,162,135,112 NPV 2 % (17.85.) ( ) ( ) Jumlah NPV(18%) Rp NPV> Megutugka Layak NPV(2%) Rp NPV> Megutugka Layak Net B/C 2,13 Net B/C Beefit yag diperoleh 2,13 kali lipat dari cost yag Layak (18%) >1 diusahaka Net B/C 2,1 Net B/C>1 Beefit yag diperoleh 2,1 kali lipat dari cost yag Layak (2%) diusahaka Gross B/C 1,47 IRR 36% da 37% 36,22% Layak Dega biaya Ivestasi rehabilitasi taama lada sebesar Rp ,- /ha, jagka waktu titik impas (BEP) dicapai setelah taama lada berumur 4,41 tahu atau 4 tahu 5 bula setelah taam. 42 Volume 1, Nomor 1, Jauari 21

6 D. Listyati: Peluag Ekoomi Rehabilitasi Taama Lada Megguaka Tajar Aalisis sesitivitas Aalisis sesitivitas dilakuka utuk megetahui pegaruh turu da aikya harga maupu jumlah produksi terhadap kelayaka usahatai. Tabel 2. Hasil aalisis sesitivitas Perubaha NPV 18% Rp NPV 2 % Rp Net B/C 18% Net B/C 2 % IRR 18% da 2% Kesimpula A.BiayaProduksi aik ,8 1,78 32,33 Layak 1% B. Produksi turu 1% ,77 1,75 31,89 Layak C. Kombiasi A da B ,48 1, Layak Dari Tabel 2. Terlihat bahwa apabila biaya produksi aik 1% produksi tetap (poit A), baik dega discout faktor 18% maupu 2% masih megutugka da rehabilitasi taama lada layak utuk dilakuka karea idikator kelayaka NPV positif yaitu Rp ,- da Rp ,- sedagka B/C ratio (df 18%)= 1,8 da B/C ratio (df 2%)= 1,78; IRR (32% da 33%) = 32,32% (di atas tigkat suku buga bak yag berlaku, yaitu atara 15%-18%). Sedagka apabila biaya produksi tetap tetapi produksi turu 1%, teryata juga masih layak ( lihat poit B). Demikia pula halya aalisis sesitivitas jika biaya produksi aik 1%, produksi turu 1% (kombiasi A da B) meujukka bahwa rehabilitasi taama lada masih layak dilakuka. Dari Tabel 2 terlihat apabila biaya produksi aik 1% tetapi produksi turu 1%, baik dega discout factor 18% maupu 2% masih megutugka da rehabilitasi taama lada layak utuk dilakuka karea idikator kelayaka NPV positif yaitu Rp ,- da Rp ,-.sedagka B/C ratio(df 18%)= 1,48 da B/C ratio (df 2%)= 1,46; IRR (27% da 28%) = 27,96% (di atas tigkat suku buga bak yag berlaku, yaitu atara 15%-18%). KESIMPULAN Hasil aalisis kelayaka da sesitivitas meujukka rehabilitasi taama lada layak utuk dilakuka. DAFTAR PUSTAKA Damaik, S. 21. Aalisis peawara da permitaa lada Idoesia di pasar Idoesia. Jural Peelitia Taama Idustri Vol. 7(4): Pusat Peelitia da Pegembaga Perkebua. Bogor. Daras da Wahid. 2. Pegaruh pemagkasa taama lada da tajarya terhadap hasil. Jural Peelitia Taama Idustri Vol. 6(3): Pusat Peelitia da Pegembaga Perkebua. Bogor. Volume 1, Nomor 1, Jauari 21 43

7 Jural Peelitia Pertaia Terapa Dias Perkebua Daerah Tigkat I Lampug. 27. Statistik Perkebua Tahu 26. Badar Lampug. 229 hal. Direktorat jederal Bia Produksi Perkebua. 24. Lada. Statistik Perkebua Idoesia Tahu hal. Ermiati A. F. da Puti Rosmeilisa. 21. Aalisis usahatai gambir di Sumatera Barat (Studi kasus Kecamata Harau, Kabupate 5 kota). Jural Peelitia Taama Idustri Vol. 7(3): Pusat Peelitia da Pegembaga Perkebua. Bogor. Gittiger, J. P Aalisis ekoomi proyek-proyek pertaia (Terjemaha) Uiversitas Idoesia Press. Jakarta. Hamid, A Pemuliaa Taama Lada. Media Komuikasi Peelitia da Pegembaga Taama Idustri No. 9 Februari 1992 Puslitbagbu, Bogor. hal Karmawati, E. Da H. Supriadi. 27. Keragaa Usahatai lada di Lampug. Prosidig Simposium Rempah Idoesia. Jakarta, September 21. Puslitbagbu. Hal Kemala, S. 23. Pegembaga agribisis rempah, obat da atsiri meujag Pembagua pertaia. Edisi khusus Balittro. Kemala, S. 26. Simulasi usahatai jarak pagar (Jatropha curcas L.) Jural Peelitia Taama Idustri Vol. 12(3): Pusat Peelitia da Pegembaga Perkebua. Bogor. Kusuma E. I., D. da N. Haryato. 27. Potesi da Masalah Pemasara Lada. Prosidig Simposium Rempah Idoesia. Jakarta, September 21. Puslitbagbu. Hal Putro S. 22. Peluag pasar rempah Idoesia di Eropa. Prosidig Simposium Rempah Idoesia. Jakarta, September 21. Puslitbagbu.hal Wahid, P Pegaruh auga da pemupuka terhadap pertumbuha da produksi taama lada (Piper igrum L) Disertasi Doktor, FPS-IPB 88 hal(tidak diterbitka). Wahid, P. 24. Profesioalisme pegelolaa komoditas ekspor tradisioal meghadapi era persaiga bebas. Padua simposium IV Hasil peelitia taama perkebua. Bogor, 28-3 September 24. hal Volume 1, Nomor 1, Jauari 21