BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

Transkripsi

1 BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan tentang manajemen risiko pajak terkait pelaksanaan Wajib Pungut PPN di PT Pegadaian (Persero), maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut. 1. Pelaksanaan WAPU PPN tahun 2015 dan 2016 oleh PT Pegadaian (Persero) a. Pemungutan Kewajiban pemungutan PPN kurang dilaksanakan dengan optimal, masih terdapat Kantor Cabang yang tidak melakukan pemungutan PPN atas transaksi pengadaan barang dan/atau jasa yang nominalnya lebih dari Rp dikarenakan karyawan tidak mengetahui tentang peraturan WAPU PPN BUMN. Hal ini terjadi karena kurangnya pembekalan materi perpajakan kepada karyawan pada saat diklat dan prosedur pemungutan PPN di SOP perpajakan dalam hal pemungut PPN yang kurang memadai. b. Penyetoran Dalam hal penyetoran PPN Pungutan, PT Pegadaian (Persero) mengalami keterlambatan penyetoran PPN Pungutan sebesar Rp di tahun 2015 dan Rp di tahun Atas keterlambatan tersebut, perusahaan harus menanggung sanksi bunga sebesar Rp untuk tahun 2015 dan Rp di tahun c. Pelaporan Selama tahun 2015 hingga 2016 PT Pegadaian (Persero) telah melaksanakan kewajiban pelaporan SPT Masa PPN 1107 PUT dengan tepat waktu sesuai dengan ketentuan yang terdapat pada PMK No.85/PMK.03/2012, sehingga tidak terdapat sanksi denda yang harus ditanggung atas keterlambatan pelaporan. Namun, berdasarkan perhitungan penulis pada Masa Pajak Januari hingga Desember tahun 2015 dan 2016 perusahaan telah melakukan pembetulan SPT Masa PPN 1107 PUT sebanyak 31 kali. 2. Kendala dan kesulitan yang dihadapi PT Pegadaian (Persero) sebagai WAPU PPN a. Keterlambatan penyetoran PPN Pungutan yang disebabkan karena: 76

2 i. Kurangnya pengetahuan karyawan di Kantor Cabang tentang pajak secara umum dan tata cara pemungutan, pengisian Faktur Pajak dan SSP, serta penyetoran PPN WAPU. ii. Prosedur pembayaran di Kantor Wilayah PT Pegadaian (Persero) membutuhkan waktu yang cukup lama karena harus melewati berbagai tahap verifikasi. Proses verifikasi membutuhkan waktu yang lama karena bagian pelaksana anggaran harus mencocokan satu persatu dokumen bukti pembayaran dengan Surat Otorisasi Permintaan Pembayaran yang diajukan, sedangkan transaksi pengadaan barang dan jasa yang terjadi jumlahnya tidak sedikit. iii. Perusahaan tidak melakukan perjanjian dengan rekanan terkait waktu penerbitan Faktur Pajak. b. Kesalahan administrasi yang dilakukan karyawan di Kantor Cabang karena kurangnya pengetahuan karyawan tentang pajak secara umum dan WAPU PPN. Kurangnya pengetahuan karyawan Kantor Cabang tentang perpajakan secara umum dan tata cara pelaksanaan Wajib Pungut PPN disebabkan oleh beberapa hal, yaitu: i. Tidak adanya materi perpajakan di dalam diklat induksi dan diklat karir. ii. Kurangnya pelaksanaan diklat kompetensi tentang pajak di perusahaan. iii. SOP Wajib Pungut PPN BUMN belum dilengkapi flowchart dan belum memberikan penjelasan peraturan secara rinci seperti yang terdapat pada SE. c. Kurangnya pemantauan pelaksanaan WAPU PPN pada Kantor Cabang dan Kantor Wilayah. Kesulitan ini dihadapi karena belum terdapat sistem perpajakan dalam perusahaan dan kurangnya jumlah tenaga kerja bidang perpajakan di Kantor Pusat. 3. Manajemen risiko pajak di PT Pegadaian (Persero) kurang dilaksanakan dengan optimal karena Laporan RCSA jarang mencantumkan masalah di bidang perpajakan terlebih tentang Wajib Pungut PPN. Permasalahan yang sering muncul dalam Laporan RCSA cenderung hal-hal operasional bisnis. Padahal, kebanyakan tindakan evaluasi dan perbaikan yang dilakukan oleh perusahaan terjadi karena adanya Laporan RCSA. Hal tersebut yang menjadi salah satu penyebab kurang adanya program perbaikan dan pengembangan dalam bidang 77

3 perpajakan di PT Pegadaian (Persero), pajak dianggap tidak memiliki kendala karena tidak ada laporan di RSCA. 4. Dalam melaksanakan kewajiban pemungutan PPN, PT Pegadaian (Persero) menghadapi tiga risiko yaitu: keterlambatan penyetoran pungutan PPN, Faktur Pajak tidak lengkap, dan kehilangan dokumen pajak. 5.2 Saran Berdasarkan kesimpulan di atas, maka penulis memberikan saran sebagai berikut. 1. Pedoman pelaksanaan perpajakan Penulis menyarankan perusahaan untuk menyusun SOP perpajakan sesuai dengan SE yang telah diterbitkan oleh Direksi dan melengkapinya dengan flowchart supaya SOP perpajakan lebih mudah untuk diikuti dan dipahami oleh karyawan pelaksana kegiatan. Penulis juga menyarankan perusahaan untuk menyusun buku saku perpajakan yang berisi daftar kewajiban pajak yang memiliki kemungkinan akan dihadapi oleh masing-masing Kantor Wilayah, Kantor Area, dan Kantor Cabang dengan disertai tata cara pelaksanaannya. 2. Diklat Untuk meningkatkan pengetahuan tentang pajak bagi karyawan di PT Pegadaian (Persero), maka penulis memberikan saran agar perusahaan: i. Memasukan materi perpajakan ke dalam diklat induksi dan diklat karir. ii. Mengadakan diklat kompetensi tentang pajak saat terdapat penerbitan peraturan atau kebijakan baru dari pemerintah. iii. Mengadakan diklat kompetensi tentang pajak dengan tujuan melakukan penyegaran materi perpajakan secara rutin dua kali dalam setahun untuk setiap wilayah. iv. Mengadakan diklat kompetensi tentang pajak untuk karyawan yang dimutasi dan mendapat posisi bagian keuangan dan pengadaan baik di Kantor Wilayah, Kantor Area, dan Kantor Cabang. 3. Penambahan karyawan di Divisi Perpajakan Untuk meningkatkan kinerja monitoring dan evaluasi di bidang perpajakan, penulis memberikan saran agar perusahaan menambahkan karyawan setingkat Asisten Manajer Pajak dan setingkat Pranata Pajak di Kantor Pusat yang memiliki 78

4 kompetensi di bidang perpajakan. Sehubungan dengan adanya 12 Kantor Wilayah yang tersebar di Indonesia, maka perlu adanya pembagian tugas administrasi dan pemantauan oleh setiap Pranata. Adapun penambahan karyawan setingkat Asisten Manajer diharapkan dapat menciptakan pengembangan program perpajakan yang dapat meningkatkan kepatuhan pajak perusahaan. Pengembangan program dapat berupa usulan pelaksanaan diklat kompetensi, materi pajak pada diklat induksi dan diklat karir, peningkatan sistem perpajakan. 4. Sosialisasi sistem pajak Sehubungan dengan berjalannya proses pembuatan sistem aplikasi tentang pajak. Penulis memberikan saran supaya perusahaan melakukan sosialisasi penggunaan aplikasi pajak yang bekerjasama dengan Divisi Corporate University (Diklat). 5. Sistem reward dan punishment Penulis menilai bahwa prosedur pembayaran di Kantor Wilayah memiliki sistem pengendalian yang baik. Namun, pelaksanaan prosedur tersebut sering menimbulkan keterlambatan dalam penyetoran pajak. Oleh karena itu penulis mengusulkan sistem reward dan punishment bagi pelaksana dan penanggung jawab pajak di Kantor Pusat, Kantor Wilayah, Kantor Area, dan Kantor Cabang. Apabila terjadi sanksi atas keterlambatan penyetoran maupun pelaporan, maka sanksi tersebut harus ditanggung oleh karyawan yang melaksanakan dan bertanggung jawab atas kegiatan tersebut. Reward berupa penilaian kinerja yang akan berpengaruh pada penghasilan karyawan. 6. Pengarsipan dokumen perpajakan Penulis memberikan saran agar perusahaan melakukan pengarsipan secara berurut pada dokumen perpajakan baik yang berupa hardcopy maupun softcopy. Dokumen seperti SPT Masa PPN 1107 PUT, Faktur Pajak, dan SSP sebaiknya diurutkan sesuai dengan Masa Pajak untuk memudahkan pencarian dokumen. 79

5 DAFTAR PUSTAKA Coopers, P. (n.d.). Tax Risk Management, Direktorat Jenderal Pajak. (2012, Juni 22). Penunjukkan BUMN sebagai Pemungut Pajak. Retrieved from Direktorat Jenderal Pajak Kementrian Keuangan: Direktorat Jenderal Pajak. (2012, April 5). Pemeriksaan Pajak dan Sanksi Administrasi. Retrieved from Direktorat Jenderal Pajak Kementrian Keuangan: Hidayat, N. (2015). Corporate Tax Risk Management. Jakarta: PT Elex Media Komputindo KOMPAS GRAMEDIA. Kementrian Keuangan. (2016, Januari 5). Realisasi Pendapatan Negara 2015 Capai Rp1.491,5 Triliun. Retrieved Februari 22, 2017, from Kementrian Keuangan Republik Indonesia: Lark, John (2015). ISO 31000: Risk management A practical guide for SMEs. Switzerland. Peraturan Menteri Keuangan RI Nomor 85/ PMK.03/2012 tentang Penunjukan Badan Usaha Milik Negara untuk Memungut, Menyetor dan Melaporkan PPN atau PPN dan PPn BM serta Tata Cara Pemungutan, Penyetoran dan Pelaporannya. Peraturan Menteri Keuangan RI Nomor 136/PMK. 03/2012 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor 85/PMK.03/2012. Proviti (2006). Guide to Enterprise Risk Management. North America. Sekaran, U., & Bougie, R. (2013). Research Methods for Business. United Kingdom: John Willey & Sons, Inc. Sobel, P. (2007). Auditor s Risk Management Guide : Integrating Auditing and ERM. Chicago: Wolters Kluwer. Subiyanto, E. (2012, Oktober 12). Keberatan BUMN sebagai WAPU. Retrieved from sub Portal BUMN PT Perkebunan Nusantara VI: Surat Edaran Nomor 42 tahun 2012 Penjelasan Atas Pelaksanaan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 85/PMK.03/2012. Undang-Undang Nomor 16 tahun 2009 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan. Undang-Undang Nomor 42 tahun 2009 tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan pajak Penjualan Atas Barang Mewah.