BAB 4 EVALUASI PPH PASAL 22 BENDAHARAWAN PEMERINTAH PADA PPPTMGB LEMIGAS. Mekanisme PPh Pasal 22 Bendaharawan Pemerintah di LEMIGAS

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 4 EVALUASI PPH PASAL 22 BENDAHARAWAN PEMERINTAH PADA PPPTMGB LEMIGAS. Mekanisme PPh Pasal 22 Bendaharawan Pemerintah di LEMIGAS"

Transkripsi

1 BAB 4 EVALUASI PPH PASAL 22 BENDAHARAWAN PEMERINTAH PADA PPPTMGB LEMIGAS IV.1. Mekanisme PPh Pasal 22 Bendaharawan Pemerintah di LEMIGAS LEMIGAS merupakan Satuan Kerja yang melakukan pemungutan PPh Pasal 22 yang diatur dalam PMK No. 154/PMK.03/2010. LEMIGAS sebagai instansi pemerintah diwajibkan mempunyai 2 Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP), yaitu NPWP Pajak Keluaran dan NPWP Pajak Pungutan. Untuk masing-masing Bendahara Pemerintah dibedakan NPWP-nya, yaitu: 1. Bendahara Penerimaan dengan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) Bagian Bendahara Penerimaan mempunyai tugas menerima penerimaan jasa teknologi serta melakukan pemungutan, penyetoran, dan pelaporan PPN Keluaran. 2. Bendahara Pengeluaran dengan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) Bagian Bendahara Pengeluaran melakukan pembayaran atas seluruh pembiayaan operasional LEMIGAS serta melakukan pemungutan, penyetoran, dan pelaporan PPN Pungutan. Untuk masing-masing bendahara, melaporkan pajaknya sebagai berikut: 1. Bendahara Penerimaan melaporkan e-spt PPN Bendahara Pengeluaran melaporkan e-spt PPH Pasal 21, PPH Pasal 22, PPH Pasal 23, PPH Pasal 4 ayat (2), dan PPN PUT. Untuk bisa memungut PPh Pasal 22 harus ada pihak yang menjadi Pejabat Perbendaharaan Negara melalui penunjukan resmi dari Kepala Badan Penelitian dan 46

2 Pengembangan Energi Sumber Daya Mineral untuk melaksanakan kegiatan Kementerian Negara sebagai Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) yang sesuai dengan PMK No. 190/PMK.05/2012 Pasal 5 ayat (1) tentang Tata Cara Pembayaran dalam Rangka Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara. Langkah-langkah yang dilakukan dalam proses pengevaluasian penerapan perpajakan PPh Pasal 22 di LEMIGAS: 1. Menganalisis tarif perhitungan dan pemungutan PPh Pasal 22 atas transaksitransaksi yang terjadi di LEMIGAS dari SPM nya, apakah telah sesuai dengan PMK No. 154 Tahun 2010 Pasal 2 ayat (1b). 2. Membandingkan daftar bukti kas pengeluaran yang tertera dengan yang disetor pada SSP PPh Pasal Menganalisis waktu penyetoran dan pelaporan. Dimulai dari tanggal, bulan, dan tahun yang tertera pada SSP PPh Pasal 22 dan SPT Masa PPh Pasal 22, serta apakah juga sudah sesuai dengan undang-undang yang berlaku. 4. Menganalisis pembetulan yang terjadi pada SPT Masa PPh Pasal Mengevaluasi akibat/dampak dari masalah yang terjadi. IV.1.1. Prosedur Pengajuan Permintaan Pengadaan Barang atau Jasa di LEMIGAS A. Pelaksana Kegiatan menyiapkan pengajuan permintaan barang atau jasa sesuai dengan spesifikasi, jumlah yang dibutuhkan oleh pemakai barang atau jasa di dalam formulir Permintaan Barang atau Jasa (F.9.P.01-A), dan diajukan kepada Penanggung Jawab Kegiatan untuk disetujui. 47

3 B. Penanggung Jawab Kegiatan (PJK) melakukan kajian terhadap permintaan barang atau jasa, kemudian menyiapkan pemberian persetujuan permintaan pengadaan barang atau jasa dalam Formulir Permintaan Pengadaan Barang atau Jasa (F.09.P.01.B / F.09.P.01.C) untuk mendapatkan persetujuan dari Koordinator Kegiatan. C. Koordinator Kegiatan memberikan persetujuan terhadap permintaan pengadaan barang atau jasa, selanjutnya mengusulkan kepada Pejabat Pembuat Komitmen (PPK). D. Pejabat Pembuat Komitmen menetapkan paket-paket pekerjaan sesuai dengan pengajuan permintaan barang atau jasa dari Penanggung Jawab Kegiatan (PJK) dan memerintahkan kepada panitia / pejabat pengadaan barang atau jasa untuk melaksanakan pengadaan barang atau jasa. E. Pejabat Pembuat Komitmen melakukan verifikasi anggaran sebelum memerintahkan ke pejabat / panitia pengadaan barang atau jasa untuk melaksanakan pemilihan penyedia pengadaan barang atau jasa. IV.1.2. Prosedur Pelaksanaan Pengadaan Barang atau Jasa di LEMIGAS A. Pejabat / panitia pengadaan barang atau jasa melaksanakan pemilihan penyedia barang atau jasa sesuai peraturan yang berlaku atau mengacu kepada Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 2006 tentang perubahan keempat Keputusan Presiden Republik Indonesia 48

4 Nomor 80 Tahun 2003 tentang pedoman pelaksanaan pengadaan barang atau jasa pemerintah Republik Indonesia sampai dengan menyiapkan Surat Kontrak Pengadaan Barang/Jasa (SKPB/J) dan Surat Perintah Kerja (SPK). B. Pejabat Pembuat Komitmen bersama penyedia barang atau jasa menandatangani SKPB/J dan SPK yang selanjutnya salinan kontrak diserahkan kepada Koordinator Kegiatan dan Sub Urusan Barang Modal (khusus untuk barang modal). C. Untuk penyediaan barang atau jasa berbahaya dan atau beresiko, penyedia barang atau jasa yang ditunjuk harus melaksanakan Prosedur Pengendalian Kontraktor. D. Setelah menerima SKPB/J dan SPK, penyedia barang atau jasa mengadakan dan menyerahkan barang atau jasa sesuai dengan yang diperjanjikan dalam SKPB/J dan SPK kepada pemeriksa / penerima barang atau jasa. IV.1.3. Prosedur Pemeriksaan dan Penerimaan Barang atau Jasa di LEMIGAS A. Barang atau jasa yang diserahkan oleh penyedia barang atau jasa sebelum diterima harus dilakukan pemeriksaan oleh personel / tim yang telah ditunjuk dan dituangkan dalam formulir Berita Acara Pemeriksaan Barang atau Jasa (F.9.P.01.D), kemudian disetujui oleh Penanggung Jawab Kegiatan. 49

5 B. Barang atau jasa yang telah memenuhi persyaratan yang ditentukan (sesuai SKPB/J dan SPK) diserahkan oleh penyedia barang atau jasa kepada personel / tim penerima untuk selanjutnya diserahkan kepada Penanggung Jawab Kegiatan untuk diserahkan kepada Pelaksana Kegiatan serta disetujui oleh Pejabat Pembuat Komitmen dan Koordinator Kegiatan yang dituangkan dalam formulir Berita Acara Serah Terima Barang atau Jasa (F.9.P.01.E). C. Setelah barang atau jasa diterima oleh Pelaksana Kegiatan, Berita Acara Pemeriksaan dan Berita Acara Serah Terima Barang atau Jasa disimpan di Pejabat Pembuat Komitmen. IV.1.4. Prosedur Pembelian Barang atau Jasa di LEMIGAS A. Adanya pembelian barang atau jasa dikarenakan permintaan barang atau jasa dari user. B. Permintaan barang atau jasa dilihat terlebih dahulu oleh Tim Penguji dan dilihat PAGU (Patokan Ganti Uang) tersedia atau tidak, jika telah disetujui oleh Tim Penguji maka dilanjutkan ke bagian Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) yang bertugas untuk mengambil keputusan dan tindakan yang dapat mengakibatkan pengeluaran atas beban belanja negara dan juga melakukan kegiatan penyelenggaraan belanja negara serta komitmen kepada perusahaan. C. Jika dari pihak Pejabat Pembuat Komitmen menyetujui permintaan barang atau jasa, panitia pengadaan barang atau jasa akan melakukan 50

6 proses lelang jika pembelian barang atau jasa diatas Rp ,00 dan bisa juga melakukan penunjukkan langsung ke rekanan jika pembelian di bawah Rp ,00. D. Sedangkan untuk pembelian barang atau jasa dibawah Rp ,00, maka menggunakan Uang Persediaan (UP) yang akan dibayarkan oleh Bendahara Pengeluaran. E. Jika lelang, maka diadakan rapat lelang yang dilakukan oleh panitia lelang. Tetapi jika penunjukkan langsung, maka rekanan ditunjuk langsung oleh pihak pengadaan barang atau jasa. Apabila sudah dilakukan penunjukkan, maka diterbitkan Surat Perintah Kerja (Surat Perjanjian). F. Setelah pekerjaan selesai, pihak ketiga (rekanan) mengajukan dokumen permintaan pembayaran yang harus dilakukan oleh pihak LEMIGAS. Dokumen tersebut antara lain meliputi: Berita Acara Serah Terima Barang, Berita Acara Pemeriksaan Barang atau Jasa, kuitansi, Faktur Pajak Permohonan Pembayaran, dan lain-lain sebagai proses permintaan pembayaran yang harus dilakukan oleh pihak LEMIGAS. G. Setelah dokumen diuji kebenarannya oleh Tim Penguji Tagihan sebagai dasar pembuatan Surat Permintaan Pembayaran (SPP) dan Surat Perintah Membayar (SPM) yang akan diajukan ke Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN). Dalam proses ini untuk penunjukkan langsung dan lelang sama prosesnya seperti ini. 51

7 H. Jika KPPN sudah menguji dokumen tagihan SPM, maka diterbitkan Surat Perintah Pencairan Dana (SP2D). Surat Perintah Pencairan Dana dilakukan jika pembayaran langsung oleh KPPN yang transaksinya diatas Rp ,00. I. Jika transaksi dibawah Rp ,00, maka mekanisme yang digunakan adalah Ganti Uang atau Uang Persediaan, dalam hal ini terlebih dahulu harus ada persetujuan Pejabat Pembuat Komitmen untuk melakukan pengeluaran dana dalam hal pembelian barang atau jasa yang dilakukan. Dalam hal Uang Persediaan yang diberikan oleh pemerintah, hanya boleh untuk membiayai pembelian barang atau jasa. Tidak diperbolehkan untuk membayar belanja modal (lemari, komputer, meja) dan belanja pegawai (gaji dan honor pegawai). IV.1.5. Prosedur Pembayaran untuk Pembelian Barang atau Jasa LEMIGAS melakukan pembayaran melalui dua cara, yaitu: Pembayaran secara Langsung dilakukan, jika transaksi di atas Rp ,00 atas dasar permintaan dari LEMIGAS ada Surat Perintah Kerja (SPK), Berita Acara Penerimaan Barang atau Jasa, Nomor Pokok Wajib Pajak, dan rekening rekanan. Jika transaksi di bawah Rp ,00, maka menggunakan Uang Persediaan (UP) yang akan dibayarkan oleh Bendahara Pengeluaran dengan batas maksimum 10 pembayaran yang boleh dilakukan oleh 52

8 Bendahara Pengeluaran sebesar Rp ,00. Uang Persediaan tidak bisa digunakan dalam pembelian belanja pegawai dan belanja modal. Pada pola pembayaran pengadaan barang atau jasa dimulai saat pembuatan kontrak dan dimasukkan perhitungan pajak terlebih dahulu untuk Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penghasilan Pasal 22 ke dalam kontrak yang akan dibuat. Setelah kontrak dibuat, tagihan di cek oleh Tim Penguji kemudian dibuatkan Surat Perintah Membayar (SPM). Surat Perintah Membayar di dalam Bendahara Pengeluaran terdapat 4 jenis, yaitu: 1. SPM Uang Persediaan: dokumen yang diterbitkan oleh P2SPM untuk mencairkan UP. 2. SPM Tambahan Uang Persediaan: dokumen yang diterbitkan oleh P2SPM untuk TUP selama sebulan. 3. SPM Penggantian Uang Persediaan: dokumen yang diterbitkan oleh P2SPM dengan membebani DIPA (Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran), yang dananya digunakan untuk menggantikan UP yang telah dipakai. 4. SPM Langsung: dokumen yang diterbitkan oleh P2SPM untuk mencairkan dana yang bersumber dari DIPA, untuk dibayarkan langsung kepada pihak ketiga. Setelah Surat Perintah Membayar dikirimkan ke kas negara, maka akan dibayarkan oleh Negara sejumlah uang ke rekening rekanan setelah dipotong pajak. Kemudian jika telah dibayarkan, maka bukti Surat Perintah Pencairan Dana diambil oleh petugas pengantar SPM dan diantarkan ke Bendahara Pengeluaran untuk dilakukan pencatatan dan pembukuan. Jika telah dicatat dan dibukukan, maka Bendahara Pengeluaran mengirimkan Formulir Faktur Pajak dan Surat Setoran Pajak 53

9 kepada Tim Pajak. Kemudian Tim Pajak membuatkan Surat Pemberitahuan Masa PPN dan Surat Pemberitahuan Masa PPh Pasal 22 serta melaporkannya ke Kantor Pelayanan Pajak Pratama Kebayoran Lama. IV.2. Evaluasi Perhitungan, Pemungutan, Penyetoran, dan Pelaporan PPh Pasal 22 Bendaharawan Pemerintah di LEMIGAS IV.2.1. Evaluasi Perhitungan dan Pemungutan PPh Pasal 22 Bendaharawan Pemerintah di LEMIGAS Menurut Peraturan Menteri Keuangan Nomor 154/PMK.03/2010 Pasal 2 ayat (1b), tarifnya sebesar 1,5% dari harga pembelian sebelum PPN/PPnBM atas pembelian barang yang dilakukan oleh bendahara pengeluaran untuk pembayaran yang dilakukan dengan mekanisme uang persediaan (UP), Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) atau Pejabat Penerbit Surat Perintah Membayar yang diberi delegasi oleh KPA, untuk pembayaran kepada pihak ketiga yang dilakukan dengan mekanisme pembayaran langsung (LS). Pemungutan PPh Pasal 22 terhadap Wajib Pajak yang tidak memiliki NPWP lebih tinggi 100% (seratus persen) daripada tarif yang diterapkan terhadap Wajib Pajak yang dapat menunjukkan NPWP. Untuk bisa mengetahui besarnya perhitungan dan pemungutan PPh Pasal 22, penulis mengambil sampel dari data-data transaksi yang dilakukan oleh LEMIGAS dengan rekanan yang berbeda yang terdapat di dalam Surat Perintah Membayar (SPM). 54

10 Menurut Peraturan Menteri Keuangan Nomor 190/PMK.05/2012 tentang Tata Cara Pembayaran dalam Rangka Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara, SPM adalah dokumen yang diterbitkan oleh P2SPM untuk mencairkan dana yang bersumber dari DIPA (Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran). Dalam hal ini adalah dana untuk pengadaan barang di LEMIGAS. Tahun 2011: 1. Kepada : PT B Uraian : Pembayaran Pekerjaan Pengadaan Barang Literatur di LEMIGAS Tanggal : 18 Oktober 2011 Tabel 4.1. Sampel Pertama SPM Tahun 2011 PENGELUARAN POTONGAN Akun Jumlah Uang BA.Unit.Lok.Akun.Satker Jumlah Uang , , ,- Jumlah Pengeluaran ,- Jumlah Potongan ,- Rp ,- Akun Satuan Kerja adalah pungutan PPN. Besarnya PPN = ( x 100/110) = (sesuai) 55

11 Akun Satuan Kerja adalah pungutan PPh Pasal 22. Besarnya PPh Pasal 22 = ( x 100/110) x 1,5% = ,5 (sesuai) Setelah penulis melakukan penghitungan ulang, nilai DPP-nya sebesar Rp Kemudian besarnya PPh Pasal 22 sebesar Rp ,5 dibulatkan menjadi Rp Hasil ini membuktikan bahwa sampel pertama tahun 2011 telah sesuai dengan PMK No. 154/PMK.03/2010 Pasal 2 ayat (1b). 2. Kepada : PT M Uraian : Pembayaran atas Pekerjaan Pengadaan Barang Kursi Rapat di LEMIGAS Tanggal : 10 Nopember 2011 Tabel 4.2. Sampel Kedua SPM Tahun 2011 PENGELUARAN POTONGAN Akun Jumlah Uang BA.Unit.Lok.Akun.Satker Jumlah Uang , , ,- Jumlah Pengeluaran ,- Jumlah Potongan ,- Rp ,- 56

12 Akun Satuan Kerja adalah pungutan PPN. Besarnya PPN = ( x 100/110) = (sesuai) Akun Satuan Kerja adalah pungutan PPh Pasal 22. Besarnya PPh Pasal 22 = ( x 100/110) x 1,5% = (sesuai) Setelah penulis melakukan penghitungan ulang, nilai DPP-nya sebesar Rp Kemudian besarnya PPh Pasal 22 sebesar Rp Hasil ini membuktikan bahwa sampel kedua tahun 2011 telah sesuai dengan PMK No. 154/PMK.03/2010 Pasal 2 ayat (1b). 3. Kepada : PT G Uraian : Pembayaran atas Pengadaan Peralatan Laboratorium Tata Suara di LEMIGAS Tanggal : 6 Desember 2011 Tabel 4.3. Sampel Ketiga SPM Tahun 2011 PENGELUARAN POTONGAN Akun Jumlah Uang BA.Unit.Lok.Akun.Satker Jumlah Uang , , ,- Jumlah Pengeluaran ,- Jumlah Potongan ,- Rp ,- 57

13 Akun Satuan Kerja adalah pungutan PPN. Besarnya PPN = ( x 100/110) = (sesuai) Akun Satuan Kerja adalah pungutan PPh Pasal 22. Besarnya PPh Pasal 22 = ( x 100/110) x 1,5% = (sesuai) Setelah penulis melakukan penghitungan ulang, nilai DPP-nya sebesar Rp Kemudian besarnya PPh Pasal 22 sebesar Rp Hasil ini membuktikan bahwa sampel ketiga tahun 2011 telah sesuai dengan PMK No. 154/PMK.03/2010 Pasal 2 ayat (1b). Tahun 2012: 1. Kepada : CV W Uraian : Pekerjaan Pengadaan Barang Alat Rancangan di LEMIGAS Tanggal : 30 Juli 2012 Tabel 4.4. Sampel Pertama SPM Tahun 2012 PENGELUARAN POTONGAN Akun Jumlah Uang BA.Unit.Lok.Akun.Satker Jumlah Uang , , ,- Jumlah Pengeluaran ,- Jumlah Potongan ,- Rp ,- 58

14 Akun Satuan Kerja adalah pungutan PPN. Besarnya PPN = ( x 100/110) = (sesuai) Akun Satuan Kerja adalah pungutan PPh Pasal 22. Besarnya PPh Pasal 22 = ( x 100/110) x 1,5% = (sesuai) Setelah penulis melakukan penghitungan ulang, nilai DPP-nya sebesar Rp Kemudian besarnya PPh Pasal 22 sebesar Rp Hasil ini membuktikan bahwa sampel pertama tahun 2012 telah sesuai dengan PMK No. 154/PMK.03/2010 Pasal 2 ayat (1b). 2. Kepada : CV T Uraian : Pembayaran Pengadaan Barang Alat Laboratorium Core Holder di LEMIGAS Tanggal : 11 Oktober 2012 Tabel 4.5. Sampel Kedua SPM Tahun 2012 PENGELUARAN POTONGAN Akun Jumlah Uang BA.Unit.Lok.Akun.Satker Jumlah Uang , , ,- Jumlah Pengeluaran ,- Jumlah Potongan ,- Rp ,- 59

15 Akun Satuan Kerja adalah pungutan PPN. Besarnya PPN = ( x 100/110) = (sesuai) Akun Satuan Kerja adalah pungutan PPh Pasal 22. Besarnya PPh Pasal 22 = ( x 100/110) x 1,5% = (sesuai) Setelah penulis melakukan penghitungan ulang, nilai DPP-nya sebesar Rp Kemudian besarnya PPh Pasal 22 sebesar Rp Hasil ini membuktikan bahwa sampel kedua tahun 2012 telah sesuai dengan PMK No. 154/PMK.03/2010 Pasal 2 ayat (1b). 3. Kepada : CV M Uraian : Pembayaran Pekerjaan Pengadaan Barang Pembuatan Famplet, Spanduk, dan Sticker di LEMIGAS Tanggal : 11 Desember 2012 Tabel 4.6. Sampel Ketiga SPM Tahun 2012 PENGELUARAN POTONGAN Akun Jumlah Uang BA.Unit.Lok.Akun.Satker Jumlah Uang , , ,- Jumlah Pengeluaran ,- Jumlah Potongan ,- Rp ,- 60

16 Akun Satuan Kerja adalah pungutan PPN. Besarnya PPN = ( x 100/110) = (sesuai) Akun Satuan Kerja adalah pungutan PPh Pasal 22. Besarnya PPh Pasal 22 = ( x 100/110) x 1,5% = (sesuai) Setelah penulis melakukan penghitungan ulang, nilai DPP-nya sebesar Rp Kemudian besarnya PPh Pasal 22 sebesar Rp Hasil ini membuktikan bahwa sampel ketiga tahun 2012 telah sesuai dengan PMK No. 154/PMK.03/2010 Pasal 2 ayat (1b). Perhitungan dan pemungutan PPh Pasal 22 Bendaharawan Pemerintah yang dilakukan oleh LEMIGAS selama tahun 2011 dan 2012 telah sesuai dengan PMK No. 154/PMK.03/2010 Pasal 2 ayat (1b), yaitu sebesar 1,5% dari harga pembelian sebelum PPN/PPnBM. Adapun jurnal yang dilakukan oleh LEMIGAS sebagai berikut: Pembelian PPN Masukan Uang Muka PPh Pasal 22 xxx xxx xxx Kas / Hutang xxx 61

17 IV.2.2. Evaluasi Penyetoran PPh Pasal 22 Bendaharawan Pemerintah di LEMIGAS Menurut Peraturan Menteri Keuangan Nomor 80/PMK.03/2010 Pasal 2 ayat (10) tentang Penentuan Tanggal Jatuh Tempo Pembayaran dan Penyetoran Pajak, Penentuan Tempat Pembayaran Pajak, dan Tata Cara Pembayaran, Penyetoran dan Pelaporan Pajak, serta Tata Cara Pengangsuran dan Penundaan Pembayaran Pajak, PPh Pasal 22 yang dipungut oleh bendahara harus disetor pada hari yang sama dengan pelaksanaan pembayaran atas penyerahan barang yang dibiayai dari belanja negara atau belanja daerah, dengan menggunakan Surat Setoran Pajak atas nama rekanan dan ditandatangani oleh bendahara. Dalam Undang Undang Republik Indonesia No. 16 Tahun 2009 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan Pasal 9 ayat (2a), pembayaran/penyetoran pajak yang dilakukan setelah tanggal jatuh tempo, maka dikenai sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2% per bulan yang dihitung dari tanggal jatuh tempo pembayaran sampai dengan tanggal pembayaran, dan bagian dari bulan dihitung penuh satu bulan. Formulir SSP dibuat dalam rangkap lima, yaitu sebagai berikut: Lembar ke-1 Lembar ke-2 Lembar ke-3 Lembar ke-4 Lembar ke-5 : untuk arsip Wajib Pajak (pihak ketiga/rekanan) : untuk Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN) : untuk dilaporkan oleh Wajib Pajak ke Kantor Pelayanan Pajak : untuk arsip Kantor Penerima Pembayaran (bank persepsi) : untuk arsip Wajib Pungut (LEMIGAS) 62

18 Untuk bisa mengetahui penyetoran PPh Pasal 22 Bendaharawan Pemerintah yang dilakukan oleh LEMIGAS, penulis mengambil sampel dari bukti kas pengeluaran yang tertera untuk dibandingkan dengan yang disetor pada SSP PPh Pasal 22. Tahun 2011: 1. Dalam bukti kas pengeluaran: Kepada Uraian : PT R : Pembayaran atas Pengadaan Barang Pencetakan Buku Bukti Kas/Bank Penerimaan tahun 2011 sesuai faktur terlampir Tabel 4.7. Sampel Pertama Bukti Kas Pengeluaran Tahun 2011 Tagihan PPN PPh Pasal 22 Tanggal Pelunasan Juni 2011 Dalam Surat Setoran Pajak: Nama WP : PT R Kode Akun Pajak : Kode Jenis Setoran : 900 Uraian Pembayaran : PPh Pasal 22 atas pembayaran cetak buku bukti kas/bank Penerimaan tahun 2011 Masa Pajak : Juni Tahun Pajak : 2011 Jumlah Pembayaran : Rp

19 Tanggal Diterima : 10 Juni 2011 Setelah dicocokkan, besarnya PPh Pasal 22 yang disetor melalui SSP sama besar dengan jumlah PPh Pasal 22 di bukti kas pengeluaran, yaitu sebesar Rp Namun tanggal pelunasan di bukti kas pengeluaran atas transaksi tersebut berbeda dengan tanggal diterimanya SSP oleh Kantor Penerima Pembayaran (bank persepsi). Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan oleh penulis kepada koordinator pengadministrasi pajak, kenyataannya LEMIGAS telah menyetorkan SSP PPh Pasal 22 pada 9 Juni 2011, namun bank persepsi (bank Mandiri) mempunyai batas jam transaksi pajak sampai pukul WIB. Jadi tanggal diterimanya SSP PPh Pasal 22 yang telah disetorkan oleh LEMIGAS, diisi tanggal berikutnya oleh bank Mandiri. 2. Dalam bukti kas pengeluaran: Kepada Uraian : KPL : Biaya Pengadaan Barang ATK sesuai kwitansi terlampir Tabel 4.8. Sampel Kedua Bukti Kas Pengeluaran Tahun 2011 Tagihan PPN PPh Pasal 22 Tanggal Pelunasan September 2011 Dalam Surat Setoran Pajak: Nama WP : KPL Kode Akun Pajak : Kode Jenis Setoran :

20 Uraian Pembayaran Masa Pajak : PPh Pasal 22 1,5% atas tagihan sebesar Rp : Oktober Tahun Pajak : 2011 Jumlah Pembayaran : Rp Tanggal Diterima : 3 Oktober 2011 Setelah dicocokkan, besarnya PPh Pasal 22 yang disetor melalui SSP sama besar dengan jumlah PPh Pasal 22 di bukti kas pengeluaran, yaitu sebesar Rp Namun tanggal pelunasan di bukti kas pengeluaran atas transaksi tersebut berbeda dengan tanggal diterimanya SSP oleh Kantor Penerima Pembayaran (bank persepsi). Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan oleh penulis kepada koordinator pengadministrasi pajak, kenyataannya LEMIGAS telah menyetorkan SSP PPh Pasal 22 pada 30 September 2011, namun bank persepsi (bank Mandiri) mempunyai batas jam transaksi pajak sampai pukul WIB. Tanggal 30 September 2011 adalah hari Jumat. Jadi tanggal diterimanya SSP PPh Pasal 22 yang telah disetorkan oleh LEMIGAS, diisi pada hari kerja berikutnya oleh bank Mandiri, yaitu tanggal 3 Oktober Kesalahan yang terjadi pada sampel kedua tahun 2011 berada pada Kode Jenis Setoran. Dalam Peraturan Menteri Keuangan No. PER-23/PJ./2010, untuk pembayaran PPh Pasal 22 yang dipungut oleh Pemungut, Kode Jenis Setoran seharusnya 900, bukan 100. Kesalahan ini terjadi karena adanya keterbatasan yang dimiliki oleh Bendahara Pengeluaran LEMIGAS. 65

21 3. Dalam bukti kas pengeluaran: Kepada Uraian : PT I : Pembayaran atas Pengadaan Barang Pembelian Alat Tulis Kantor sesuai kwitansi terlampir. Tabel 4.9. Sampel Ketiga Bukti Kas Pengeluaran Tahun 2011 Tagihan PPN PPh Pasal 22 Tanggal Pelunasan Desember 2011 Dalam Surat Setoran Pajak: Nama WP : PT I Kode Akun Pajak : Kode Jenis Setoran : 100 Uraian Pembayaran : PPh Pasal 22 1,5% pembelian barang alat tulis kantor sesuai dengan faktur terlampir. Masa Pajak : Desember Tahun Pajak : 2011 Jumlah Pembayaran : Rp Tanggal Diterima : 20 Desember 2011 Setelah dicocokkan, besarnya PPh Pasal 22 yang disetor melalui SSP sama besar dengan jumlah PPh Pasal 22 di bukti kas pengeluaran, yaitu sebesar Rp Namun tanggal pelunasan di bukti kas pengeluaran atas transaksi tersebut berbeda dengan tanggal diterimanya SSP oleh Kantor Penerima Pembayaran (bank persepsi). 66

22 Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan oleh penulis kepada koordinator pengadministrasi pajak, kenyataannya LEMIGAS telah menyetorkan SSP PPh Pasal 22 nya terlebih dahulu atas transaksi yang dilakukan dengan PT I pada 19 Desember Sehingga tanggal diterimanya SSP dicantumkan 20 Desember 2011 oleh bank Mandiri. Kemudian LEMIGAS melunasi sisa tagihan pembayaran kepada PT I pada 21 Desember Kesalahan yang terjadi pada sampel ketiga tahun 2011 berada pada Kode Jenis Setoran. Dalam Peraturan Menteri Keuangan No. PER-23/PJ./2010, untuk pembayaran PPh Pasal 22 yang dipungut oleh Pemungut, Kode Jenis Setoran seharusnya 900, bukan 100. Kesalahan ini terjadi karena adanya keterbatasan yang dimiliki oleh Bendahara Pengeluaran LEMIGAS. Tahun 2012: 1. Kepada : CV S Uraian : Biaya Pembayaran Pengadaan Alat Tulis Kantor dan Bahan Komputer sesuai kwitansi terlampir Tabel Sampel Pertama Bukti Kas Pengeluaran Tahun 2012 Tagihan PPN PPh Pasal 22 Tanggal Pelunasan Juli

23 Dalam Surat Setoran Pajak: Nama WP : CV S Kode Akun Pajak : Kode Jenis Setoran : 900 Uraian Pembayaran : PPh 1,5% atas pembayaran barang pengadaan alat tulis kantor dan bahan komputer. Masa Pajak : Juli Tahun Pajak : 2012 Jumlah Pembayaran : Rp Tanggal Diterima : 25 Juli 2012 Setelah dicocokkan, besarnya PPh Pasal 22 yang disetor melalui SSP sama besar dengan jumlah PPh Pasal 22 di bukti kas pengeluaran, yaitu sebesar Rp Namun tanggal pelunasan di bukti kas pengeluaran atas transaksi tersebut berbeda dengan tanggal diterimanya SSP oleh Kantor Penerima Pembayaran (bank persepsi). Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan oleh penulis kepada koordinator pengadministrasi pajak, kenyataannya LEMIGAS telah menyetorkan SSP PPh Pasal 22 pada 24 Juli 2012, namun bank persepsi (bank Mandiri) mempunyai batas jam transaksi pajak sampai pukul WIB. Jadi tanggal diterimanya SSP PPh Pasal 22 yang telah disetorkan oleh LEMIGAS, diisi tanggal berikutnya oleh bank Mandiri. 68

24 2. Kepada : CV B Uraian : Pembayaran atas Pengadaan Barang Cetak Buku Triwulan I tahun 2012 Tabel Sampel Kedua Bukti Kas Pengeluaran Tahun 2012 Tagihan PPN PPh Pasal 22 Tanggal Pelunasan Juni 2012 Dalam Surat Setoran Pajak: Nama WP : CV B Kode Akun Pajak : Kode Jenis Setoran : 900 Uraian Pembayaran : PPh Pasal 22 1,5% atas pengadaan cetak buku triwulan I tahun 2012 Masa Pajak : Juni Tahun Pajak : 2012 Jumlah Pembayaran : Rp Tanggal Diterima : 22 Juni 2012 Setelah dicocokkan, besarnya PPh Pasal 22 yang disetor melalui SSP sama besar dengan jumlah PPh Pasal 22 di bukti kas pengeluaran, yaitu sebesar Rp Namun tanggal pelunasan di bukti kas pengeluaran atas transaksi tersebut berbeda dengan tanggal diterimanya SSP oleh Kantor Penerima Pembayaran (bank persepsi). 69

25 Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan oleh penulis kepada koordinator pengadministrasi pajak, keterlambatan tersebut terjadi karena adanya keterbatasan Bendahara Pengeluaran LEMIGAS dalam menyetorkan SSP PPh Pasal 22. Bendahara Pengeluaran seharusnya dikenakan sanksi administrasi berupa Surat Teguran dari Direktur Jenderal Pajak, tidak ada sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2% seperti yang telah diatur dalam Undang Undang Republik Indonesia No. 16 Tahun 2009 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan Pasal 9 ayat (2a). LEMIGAS belum menerima Surat Teguran dari Direktur Jenderal Pajak karena Direktur Jenderal Pajak masih menganggap LEMIGAS belum menyimpang jauh dari peraturan perpajakan yang berlaku. 3. Kepada : CV R Uraian : Biaya Pembelian Bahan Komputer sesuai dengan kwitansi dan faktur terlampir Tabel Sampel Ketiga Bukti Kas Pengeluaran Tahun 2012 Tagihan PPN PPh Pasal 22 Tanggal Pelunasan Oktober 2012 Dalam Surat Setoran Pajak: Nama WP : CV R Kode Akun Pajak : Kode Jenis Setoran :

26 Uraian Pembayaran Masa Pajak : PPh Pasal 22 pengadaan alat tulis kantor. : Oktober Tahun Pajak : 2012 Jumlah Pembayaran : Rp Tanggal Diterima : 3 Oktober 2012 Setelah dicocokkan, besarnya PPh Pasal 22 yang disetor melalui SSP sama besar dengan jumlah PPh Pasal 22 di bukti kas pengeluaran, yaitu sebesar Rp Namun tanggal pelunasan di bukti kas pengeluaran atas transaksi tersebut berbeda dengan tanggal diterimanya SSP oleh Kantor Penerima Pembayaran (bank persepsi). Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan oleh penulis kepada koordinator pengadministrasi pajak, kenyataannya LEMIGAS telah menyetorkan SSP PPh Pasal 22 pada 2 Oktober 2012, namun bank persepsi (bank Mandiri) mempunyai batas jam transaksi pajak sampai pukul WIB. Jadi tanggal diterimanya SSP PPh Pasal 22 yang telah disetorkan oleh LEMIGAS, diisi tanggal berikutnya oleh bank Mandiri. Kesalahan yang terjadi pada sampel ketiga tahun 2012 berada pada Uraian Pembayaran. Seharusnya Uraian Pembayaran berisi: PPh Pasal 22 pengadaan bahan komputer. Namun hal ini masih dimaklumi oleh bank persepsi karena adanya kwitansi dan faktur yang terlampir. Kesalahan ini terjadi karena adanya keterbatasan yang dimiliki oleh Bendahara Pengeluaran LEMIGAS. 71

27 Penyetoran PPh Pasal 22 Bendaharawan Pemerintah yang dilakukan oleh LEMIGAS selama tahun 2011 dan 2012 tidak sepenuhnya sesuai dengan PMK No. 80/PMK.03/2010 Pasal 2 ayat (10). Hal ini disebabkan karena adanya batas jam transaksi pajak pada bank persepsi. Dan dalam hal keterlambatan penyetoran SSP PPh Pasal 22, Bendahara Pengeluaran LEMIGAS harus menyetorkan PPh Pasal 22 yang terutang secepatnya karena 70% sumber penerimaan negara berasal dari sektor pajak, termasuk Pajak Penghasilan Pasal 22 Bendaharawan Pemerintah. Diharapkan kedepannya untuk penyetoran PPh Pasal 22, Bendahara Pengeluaran LEMIGAS lebih memperhatikan batas waktu penyetoran PPh Pasal 22 Bendaharawan Pemerintah agar dana penerimaan negara berupa pajak dapat masuk ke kas negara secara rutin, meskipun belum mendapatkan Surat Teguran dari Direktur Jenderal Pajak. Untuk kesalahan Kode Jenis Setoran dan Uraian Pembayaran disebabkan oleh keterbatasan yang dimiliki oleh Bendahara Pengeluaran LEMIGAS. Diharapkan kedepannya dalam pengisian Kode Jenis Setoran dan Uraian Pembayaran pada SSP PPh Pasal 22, Bendahara Pengeluaran LEMIGAS lebih teliti. IV.2.3. Evaluasi Pelaporan PPh Pasal 22 Bendaharawan Pemerintah di LEMIGAS Menurut Peraturan Menteri Keuangan Nomor 80/PMK.03/2010 Pasal 7 ayat (3) tentang Penentuan Tanggal Jatuh Tempo Pembayaran dan Penyetoran Pajak, Penentuan Tempat Pembayaran Pajak, dan Tata Cara Pembayaran, Penyetoran dan Pelaporan Pajak, serta Tata Cara Pengangsuran dan Penundaan Pembayaran Pajak, 72

28 bendahara wajib melaporkan hasil pemungutannya paling lama 14 hari setelah Masa Pajak berakhir. Dalam Undang Undang Republik Indonesia No. 16 Tahun 2009 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan Pasal 7 ayat (1), SPT Masa PPh Pasal 22 yang tidak disampaikan dalam jangka waktu yang telah ditentukan, maka dikenai sanksi administrasi berupa denda sebesar Rp Untuk bisa mengetahui pelaporan PPh Pasal 22 Bendaharawan Pemerintah yang dilakukan oleh LEMIGAS, penulis mengambil data dari SPT Masa PPh Pasal 22. Berikut ini adalah SPT Masa PPh Pasal 22 tahun : Tabel SPT Masa PPh Pasal 22 Tahun 2010 Masa Pajak PPh yang Dipungut Status Tanggal Pelaporan Sesuai Februari Rp Kurang Bayar 01/03/2010 Ya Maret Rp Kurang Bayar 01/04/2010 Ya April Rp Kurang Bayar 01/05/2010 Ya Mei Rp Kurang Bayar 10/06/2010 Ya Juni Rp Kurang Bayar 12/07/2010 Ya Juli Rp Kurang Bayar 01/08/2010 Ya Agustus Rp Kurang Bayar 20/09/2010 Tidak September Rp Kurang Bayar 18/10/2010 Tidak Oktober Rp Kurang Bayar 19/11/2010 Tidak November Rp Kurang Bayar 01/12/2010 Ya 73

29 Desember Rp Kurang Bayar 20/01/2011 Tidak Tabel SPT Masa PPh Pasal 22 Tahun 2011 Masa Pajak PPh yang Dipungut Status Tanggal Pelaporan Sesuai Mei Rp Kurang Bayar 10/06/2011 Ya Juni Rp Kurang Bayar 01/07/2011 Ya Juli Rp Kurang Bayar 01/08/2011 Ya Agustus Rp Kurang Bayar 19/09/2011 Tidak September Rp Kurang Bayar 19/10/2011 Tidak Oktober Rp Kurang Bayar 21/11/2011 Tidak November Rp Kurang Bayar 16/12/2011 Tidak Desember Rp Kurang Bayar 20/01/2012 Tidak Tabel SPT Masa PPh Pasal 22 Tahun 2012 Masa Pajak PPh yang Dipungut Status Tanggal Pelaporan Sesuai Maret Rp Kurang Bayar 13/04/2012 Ya April Rp Kurang Bayar 10/05/2012 Ya Mei Rp Kurang Bayar 04/06/2012 Ya Juni Rp Kurang Bayar 13/07/2012 Ya Juli Rp Kurang Bayar 13/08/2012 Ya 74

30 Agustus Rp Kurang Bayar 19/09/2012 Tidak September Rp Kurang Bayar 09/10/2012 Ya Oktober Rp Kurang Bayar 14/11/2012 Ya November Rp Kurang Bayar 12/12/2012 Ya Desember Rp Kurang Bayar 18/01/2013 Tidak Adanya Masa Pajak yang kosong pada tahun 2010 sampai tahun 2012, dikarenakan belum adanya pihak yang ditunjuk sebagai Bendahara Pengeluaran LEMIGAS dan belum adanya transaksi atas pengadaan barang yang dilakukan oleh LEMIGAS dengan rekanan. Pelaporan PPh Pasal 22 Bendaharawan Pemerintah yang dilakukan oleh LEMIGAS selama tahun 2010 sampai 2012 tidak sepenuhnya sesuai dengan PMK Nomor 80/PMK.03/2010 Pasal 7 ayat (3). Hal ini disebabkan karena adanya keterbatasan yang dimiliki oleh Bendahara Pengeluaran LEMIGAS dalam melaporkan SPT Masa PPh Pasal 22. Jika dilihat dari pelaporan SPT Masa PPh Pasal 22 tahun 2010 sampai tahun 2012, semakin berkurangnya ketidaksesuaian pelaporan SPT Masa PPh Pasal 22 Bendaharawan Pemerintah yang dilakukan oleh Bendahara Pengeluaran LEMIGAS dengan PMK Nomor 80/PMK.03/2010 Pasal 7 ayat (3). Artinya, Bendahara Pengeluaran LEMIGAS semakin patuh terhadap peraturan perpajakan yang berlaku. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan oleh penulis kepada koordinator pengadministrasi pajak, Bendahara Pengeluaran seharusnya dikenakan sanksi administrasi berupa Surat Teguran dari Direktur Jenderal Pajak, tidak ada sanksi administrasi berupa denda sebesar Rp seperti yang telah diatur dalam 75

31 Undang Undang Republik Indonesia No. 16 Tahun 2009 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan Pasal 7 ayat (1). LEMIGAS belum menerima Surat Teguran dari Direktur Jenderal Pajak karena Direktur Jenderal Pajak masih menganggap LEMIGAS belum menyimpang jauh dari peraturan perpajakan yang berlaku. Diharapkan kedepannya untuk pelaporan PPh Pasal 22, Bendahara Pengeluaran LEMIGAS lebih memperhatikan batas waktu pelaporan PPh Pasal 22 Bendaharawan Pemerintah agar administrasi perpajakan bisa berjalan sesuai dengan PMK Nomor 80/PMK.03/2010 Pasal 7 ayat (3), meskipun belum mendapatkan Surat Teguran dari Direktur Jenderal Pajak. IV.2.4. Evaluasi Pembetulan SPT Masa PPh Pasal 22 Bendaharawan Pemerintah di LEMIGAS Menurut Undang Undang Republik Indonesia No. 16 Tahun 2009 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan Pasal 8 ayat (1a), pembetulan Surat Pemberitahuan harus disampaikan paling lama 2 tahun sebelum daluwarsa penetapan. Dalam Undang Undang Republik Indonesia No. 16 Tahun 2009 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan Pasal 8 ayat (2a), membetulkan Surat Pemberitahuan Masa yang mengakibatkan utang pajak menjadi lebih besar, maka dikenai sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2% per bulan atas jumlah pajak yang kurang dibayar, dihitung sejak jatuh tempo pembayaran sampai dengan tanggal pembayaran, dan bagian dari bulan dihitung penuh 1 bulan. 76

32 Tabel Pembetulan SPT Masa PPh Pasal 22 Tahun 2010 Masa Pajak PPh Kurang Bayar Pembetulan Tanggal Pelaporan Sesuai Juni Rp /04/2011 Ya Desember Rp /04/2011 Ya Tabel Pembetulan SPT Masa PPh Pasal 22 Tahun 2011 Masa Pajak PPh Kurang Bayar Pembetulan Tanggal Pelaporan Sesuai Oktober Rp /01/2012 Ya Desember Rp /03/2012 Ya Tabel Pembetulan SPT Masa PPh Pasal 22 Tahun 2012 Masa Pajak PPh Kurang Bayar Pembetulan Tanggal Pelaporan Sesuai April Rp /08/2012 Ya Mei Rp /08/2012 Ya Juni Rp /08/2012 Ya Juli Rp /10/2012 Ya Agustus Rp /11/2012 Ya September Rp /12/2012 Ya Oktober Rp /12/2012 Ya 77

33 Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan oleh penulis kepada koordinator pengadministrasi pajak, adanya pembetulan pada SPT Masa PPh Pasal 22 tahun 2010 sampai 2012 dikarenakan data pendukung berupa SSP PPh Pasal 22 datang terlambat dari KPPN. Sehingga Bendahara Pengeluaran LEMIGAS tidak dikenakan sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2% per bulan atas jumlah pajak yang kurang dibayar, seperti yang telah diatur dalam Undang Undang Republik Indonesia No. 16 Tahun 2009 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan Pasal 8 ayat (2a). Dalam hal penyampaian pembetulan SPT Masa PPh Pasal 22 yang dilakukan LEMIGAS selama tahun , telah sesuai dengan Undang Undang Republik Indonesia No. 16 Tahun 2009 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan Pasal 8 ayat (1a). 78

BAB IV EVALUASI PAJAK PERTAMBAHAN NILAI DI LEMIGAS. IV. 1 Objek Penelitian dan Evaluasi mekanisme PPN di LEMIGAS

BAB IV EVALUASI PAJAK PERTAMBAHAN NILAI DI LEMIGAS. IV. 1 Objek Penelitian dan Evaluasi mekanisme PPN di LEMIGAS BAB IV EVALUASI PAJAK PERTAMBAHAN NILAI DI LEMIGAS IV. 1 Objek Penelitian dan Evaluasi mekanisme PPN di LEMIGAS LEMIGAS merupakan Instansi Pemerintah yang tidak bertujuan untuk mencari keuntungan, LEMIGAS

Lebih terperinci

BAB 4. Pembahasan Hasil Penelitian

BAB 4. Pembahasan Hasil Penelitian BAB 4 Pembahasan Hasil Penelitian 4.1 Analisis Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai Sebagai pajak atas konsumsi dalam negeri maka PPN hanya dikenakan atas barang atau jasa yang dikomsumsi di dalam daerah

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. Analisis Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai. Pengusaha Kena Pajak, maka PT. PP (Persero) Tbk mempunyai hak dan

BAB IV PEMBAHASAN. Analisis Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai. Pengusaha Kena Pajak, maka PT. PP (Persero) Tbk mempunyai hak dan BAB IV PEMBAHASAN IV.1 Analisis Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai PT. PP (Persero) Tbk merupakan perusahaan yang bergerak di bidang jasa konstruksi. PT. PP (Persero) Tbk menyediakan berbagai jasa dan solusi

Lebih terperinci

SURAT PEMBERITAHUAN MASA PAJAK PERTAMBAHAN NILAI (SPT MASA PPN) BAGI PEMUNGUT PPN Bacalah terlebih dahulu Buku Petunjuk Pengisian SPT Masa PPN

SURAT PEMBERITAHUAN MASA PAJAK PERTAMBAHAN NILAI (SPT MASA PPN) BAGI PEMUNGUT PPN Bacalah terlebih dahulu Buku Petunjuk Pengisian SPT Masa PPN Perhatian Sesuai dengan ketentuan Pasal 3 ayat (7) UU Nomor 6 Tahun 1983 sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan UU Nomor 16 Tahun 2000, apabila SPTMasa yang Saudara sampaikan tidak ditandatangani

Lebih terperinci

tempat pembayaran pajak, dan tata cara pembayaran, penyetoran dan pelaporan pajak, serta tata cara pengangsuran dan penundaan pembayaran pajak diatur

tempat pembayaran pajak, dan tata cara pembayaran, penyetoran dan pelaporan pajak, serta tata cara pengangsuran dan penundaan pembayaran pajak diatur KEWAJIBAN PELAPORAN PAJAK BENDAHARAWAN BERPEDOMAN PADA UNDANG-UNDANG NOMOR 28 TAHUN 2007 DAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 80/PMK.03/2010 ATAUKAH PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 64/PMK.05/2013? Oleh:

Lebih terperinci

Evaluasi Penerapan Pajak Pertambahan Nilai di Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Minyak dan Gas Bumi LEMIGAS Untuk Tahun 2009, 2010, dan 2011

Evaluasi Penerapan Pajak Pertambahan Nilai di Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Minyak dan Gas Bumi LEMIGAS Untuk Tahun 2009, 2010, dan 2011 Evaluasi Penerapan Pajak Pertambahan Nilai di Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Minyak dan Gas Bumi LEMIGAS Untuk Tahun 2009, 2010, dan 2011 Wuri Rostiani Peninggilan Utara RT 02 RW 07 Nomor

Lebih terperinci

SURAT PEMBERITAHUAN MASA PAJAK PERTAMBAHAN NILAI (SPT MASA PPN) BAGI PEMUNGUT PPN

SURAT PEMBERITAHUAN MASA PAJAK PERTAMBAHAN NILAI (SPT MASA PPN) BAGI PEMUNGUT PPN DEPARTEMEN KEUANGAN RI DIREKTORAT JENDERAL PAJAK Nama Pemungut : Alamat : No. Telp : Usaha : SURAT PEMBERITAHUAN MASA PAJAK PERTAMBAHAN NILAI (SPT MASA PPN) BAGI PEMUNGUT PPN Bacalah terlebih dahulu Buku

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR DIREKTUR JENDERAL PAJAK

KATA PENGANTAR DIREKTUR JENDERAL PAJAK KATA PENGANTAR DIREKTUR JENDERAL PAJAK Para Pemungut PPN yang terhormat, Setiap bulan setelah Masa Pajak berakhir, Pemungut PPN harus melaksanakan kewajiban untuk melaporkan kegiatan pemungutan PPN yang

Lebih terperinci

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) PEMBAYARAN LS PIHAK KETIGA

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) PEMBAYARAN LS PIHAK KETIGA Jl. Bung Tomo No. 36 Samarinda Kalimantan Timur Kode Pos 7532 Tlp: (054) 262062 fax : (054) 260659 Tgl Terbit 29 November 207 Halaman /4 TUJUAN : Prosedur ini dibuat sebagai pedoman dalam melaksanakan

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. Dalam analisa penghitungan dan pelaporan Pajak Pertambahan Nilai, penulis

BAB IV PEMBAHASAN. Dalam analisa penghitungan dan pelaporan Pajak Pertambahan Nilai, penulis BAB IV PEMBAHASAN Dalam analisa penghitungan dan pelaporan Pajak Pertambahan Nilai, penulis melakukan pemeriksaan pajak dengan menguji dan memeriksa ketaatan perpajakan, serta kebenaran jumlah dalam SPT

Lebih terperinci

SISTEM DAN PROSEDUR PENGAJUAN PEMBAYARAN LANGSUNG (LS) BARANG DAN JASA

SISTEM DAN PROSEDUR PENGAJUAN PEMBAYARAN LANGSUNG (LS) BARANG DAN JASA [B.6] SISTEM DAN PROSEDUR PENGAJUAN PEMBAYARAN LANGSUNG (LS) BARANG DAN JASA A. KETENTUAN UMUM Sistem dan Prosedur Pengajuan Pembayaran Langsung (LS) Barang dan Jasa adalah sistem dan prosedur dalam rangka

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 155/PMK.02/2010 TENTANG TATA CARA PENYEDIAAN, PENCAIRAN, DAN PERTANGGUNGJAWABAN DANA PENYELENGGARAAN KEWAJIBAN PELAYANAN UMUM POS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. Analisis Perhitungan Pajak Pertambahan Nilai. IV.1.1 Analisis Perolehan Barang Kena Pajak (Pajak Masukan)

BAB IV PEMBAHASAN. Analisis Perhitungan Pajak Pertambahan Nilai. IV.1.1 Analisis Perolehan Barang Kena Pajak (Pajak Masukan) BAB IV PEMBAHASAN IV.1 Analisis Perhitungan Pajak Pertambahan Nilai IV.1.1 Analisis Perolehan Barang Kena Pajak (Pajak Masukan) Pajak Masukan adalah pajak yang harus dibayarkan oleh Pengusaha Kena Pajak

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. IV.1. Analisis Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai. PT. MRC adalah perusahaan swasta yang bergerak di bidang jasa konstruksi.

BAB IV PEMBAHASAN. IV.1. Analisis Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai. PT. MRC adalah perusahaan swasta yang bergerak di bidang jasa konstruksi. BAB IV PEMBAHASAN IV.1. Analisis Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai PT. MRC adalah perusahaan swasta yang bergerak di bidang jasa konstruksi. Perusahaan ini telah dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. Analisis Terhadap Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai. PT. HAJ adalah perusahaan yang bergerak dalam bidang perusahaan dagang

BAB IV PEMBAHASAN. Analisis Terhadap Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai. PT. HAJ adalah perusahaan yang bergerak dalam bidang perusahaan dagang BAB IV PEMBAHASAN IV.1 Analisis Terhadap Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai PT. HAJ adalah perusahaan yang bergerak dalam bidang perusahaan dagang yakni barang IT yang telah dikukuhkan menjadi Pengusaha

Lebih terperinci

2017, No Pinjaman atas Beban Bagian Anggaran Kementerian Negara/Lembaga; d. bahwa Peraturan Menteri Keuangan Nomor 199/PMK.05/2011 tentang Pem

2017, No Pinjaman atas Beban Bagian Anggaran Kementerian Negara/Lembaga; d. bahwa Peraturan Menteri Keuangan Nomor 199/PMK.05/2011 tentang Pem BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1619, 2017 KEMENKEU. Pembayaran Jasa Bank Penatausaha. Penerusan Pinjaman PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 164/PMK.05/2017 TENTANG TATA CARA PEMBAYARAN

Lebih terperinci

Nomor Putusan Pengadilan Pajak. Put-4/PP/M.XIIA/99/2014. Jenis Pajak : Gugatan. Tahun Pajak : 2011

Nomor Putusan Pengadilan Pajak. Put-4/PP/M.XIIA/99/2014. Jenis Pajak : Gugatan. Tahun Pajak : 2011 Nomor Putusan Pengadilan Pajak Put-4/PP/M.XIIA/99/2014 Jenis Pajak : Gugatan Tahun Pajak : 2011 Pokok Sengketa : bahwa yang menjadi pokok sengketa adalah pengajuan gugatan terhadap permohonan Pengurangan

Lebih terperinci

BENDAHARA SEBAGAI PEMUNGUT PAJAK PENGHASILAN PASAL 22 BAB III

BENDAHARA SEBAGAI PEMUNGUT PAJAK PENGHASILAN PASAL 22 BAB III BAB III BENDAHARA SEBAGAI PEMUNGUT PAJAK PENGHASILAN PASAL 22 BAB III BAB III BENDAHARA SEBAGAI PEMUNGUT PAJAK PENGHASILAN PASAL 22 1. DASAR HUKUM a. Undang-undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1973, 2014 KEMENKEU. Pajak. Penyetoran. Pembayaran. Tata Cara. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 242 /PMK.03/2014 TENTANG TATA CARA PEMBAYARAN DAN

Lebih terperinci

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER - 7/PJ/2011 TENTANG TATA CARA PENGEMBALIAN KELEBIHAN PEMBAYARAN PAJAK DIREKTUR JENDERAL PAJAK,

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER - 7/PJ/2011 TENTANG TATA CARA PENGEMBALIAN KELEBIHAN PEMBAYARAN PAJAK DIREKTUR JENDERAL PAJAK, Menimbang : PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER - 7/PJ/2011 TENTANG TATA CARA PENGEMBALIAN KELEBIHAN PEMBAYARAN PAJAK DIREKTUR JENDERAL PAJAK, bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 15 Peraturan

Lebih terperinci

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERBENDAHARAAN NOMOR PER- 11 /PB/2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERBENDAHARAAN

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Analisis Hasil 1. Penerapan Pajak Pertambahan Nilai pada PT. Perkebunan Nusantara III Medan dengan Surat Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak (SPPKP) No: PEM- 00025/WPJ.19/KP.0303/2013

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 242/PMK.03/2014 TENTANG TATA CARA PEMBAYARAN DAN PENYETORAN PAJAK

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 242/PMK.03/2014 TENTANG TATA CARA PEMBAYARAN DAN PENYETORAN PAJAK MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 242/PMK.03/2014 TENTANG TATA CARA PEMBAYARAN DAN PENYETORAN PAJAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. IV. 1 Analisis Mekanisme Pajak Penghasilan Pasal 22 di PT. KAS

BAB IV PEMBAHASAN. IV. 1 Analisis Mekanisme Pajak Penghasilan Pasal 22 di PT. KAS BAB IV PEMBAHASAN IV. 1 Analisis Mekanisme Pajak Penghasilan Pasal 22 di PT. KAS Semua badan merupakan Wajib Pajak tanpa terkecuali, mulai saat didirikan atau saat melakukan kegiatan usaha atau memperoleh

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 550/KMK.04/2000 TENTANG

KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 550/KMK.04/2000 TENTANG KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 550/KMK.04/2000 TENTANG TATA CARA PEMUNGUTAN DAN PELAPORAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI DAN PAJAK PENJUALAN ATAS BARANG MEWAH OLEH KANTOR PERBENDAHARAAN DAN

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN Evaluasi Terhadap Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai. PT. Mejoi merupakan perusahaan distributor yang bergerak dalam

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN Evaluasi Terhadap Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai. PT. Mejoi merupakan perusahaan distributor yang bergerak dalam BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN 4.1. Evaluasi Terhadap Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai PT. Mejoi merupakan perusahaan distributor yang bergerak dalam bidang nutrisi anak yang telah dikukuhkan pada tanggal

Lebih terperinci

C. PKP Rekanan PKP Rekanan adalah PKP yang melakukan penyerahan BKP dan atau JKP kepada Bendaharawan Pemerintah atau KPKN

C. PKP Rekanan PKP Rekanan adalah PKP yang melakukan penyerahan BKP dan atau JKP kepada Bendaharawan Pemerintah atau KPKN Lampiran I Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor : KEP-382/PJ/2002 Tanggal : 13 Agustus 2002 A. Singkatan 1. APBN : Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara 2. APBD : Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 242/PMK.03/2014 TENTANG TATA CARA PEMBAYARAN DAN PENYETORAN PAJAK

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 242/PMK.03/2014 TENTANG TATA CARA PEMBAYARAN DAN PENYETORAN PAJAK PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 242/PMK.03/2014 TENTANG TATA CARA PEMBAYARAN DAN PENYETORAN PAJAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang :

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 199/PMK.05/2011 TENTANG TATA CARA PEMBAYARAN JASA BANK PENATAUSAHA PENERUSAN PINJAMAN ATAS BEBAN BAGIAN ANGGARAN KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

BAB 4 PEMBAHASAN 4.1 Ketentuan Formal Pajak Pertambahan Nilai PT TRT 4.2 Analisis Faktur Pajak

BAB 4 PEMBAHASAN 4.1 Ketentuan Formal Pajak Pertambahan Nilai PT TRT 4.2 Analisis Faktur Pajak BAB 4 PEMBAHASAN 4.1 Ketentuan Formal Pajak Pertambahan Nilai PT TRT PT. TRT adalah sebuah perusahaan yang bergerak dibidang produsen bahan kimia yang telah dikukuhkan menjadi Pengusaha Kena Pajak (PKP)

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 158/PMK.02/2010 TENTANG TATA CARA PENYEDIAAN ANGGARAN, PENCAIRAN, DAN PERTANGGUNGJAWABAN BANTUAN LANGSUNG PUPUK

PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 158/PMK.02/2010 TENTANG TATA CARA PENYEDIAAN ANGGARAN, PENCAIRAN, DAN PERTANGGUNGJAWABAN BANTUAN LANGSUNG PUPUK PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 158/PMK.02/2010 TENTANG TATA CARA PENYEDIAAN ANGGARAN, PENCAIRAN, DAN PERTANGGUNGJAWABAN BANTUAN LANGSUNG PUPUK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK

Lebih terperinci

2017, No d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c, perlu menetapkan Peraturan Menteri Keuang

2017, No d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c, perlu menetapkan Peraturan Menteri Keuang No.1646, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKEU. Dana Cadangan JKN. Penyediaan, Pencairan, dan Pertanggungjawaban. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 167 /PMK.02/2017 TENTANG TATA

Lebih terperinci

1 dari 4 11/07/ :43

1 dari 4 11/07/ :43 1 dari 4 11/07/2012 14:43 Menimbang : PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 85/PMK.03/2012 TENTANG PENUNJUKAN BADAN USAHA MILIK NEGARA UNTUK MEMUNGUT, MENYETOR, DAN MELAPORKAN PAJAK PERTAMBAHAN

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 274/PMK.04/2014 TENTANG

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 274/PMK.04/2014 TENTANG MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 274/PMK.04/2014 TENTANG PENGEMBALIAN BEA MASUK, BEA KELUAR, SANKSI ADMINISTRASI BERUPA DENDA, DAN/ATAU BUNGA

Lebih terperinci

1 of 6 18/12/ :12

1 of 6 18/12/ :12 1 of 6 18/12/2015 16:12 MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 217/PMK.02/2011 TENTANG TATA CARA PENYEDIAAN ANGGARAN, PENGHITUNGAN, PEMBAYARAN,

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 115 /PMK.07/2013 TENTANG TATA CARA PEMUNGUTAN DAN PENYETORAN PAJAK ROKOK

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 115 /PMK.07/2013 TENTANG TATA CARA PEMUNGUTAN DAN PENYETORAN PAJAK ROKOK MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 115 /PMK.07/2013 TENTANG TATA CARA PEMUNGUTAN DAN PENYETORAN PAJAK ROKOK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.2097, 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKEU. Bea Masuk. Bea Keluar. Sanksi Administrasi. Denda. Bunga. Kepabeanan. Pengembalian. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR

Lebih terperinci

1 of 6 18/12/ :13

1 of 6 18/12/ :13 1 of 6 18/12/2015 16:13 MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 218/PMK.02/2011 TENTANG TATA CARA PENYEDIAAN ANGGARAN, PENGHITUNGAN, PEMBAYARAN,

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 162/PMK.05/2013 TENTANG

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 162/PMK.05/2013 TENTANG MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 162/PMK.05/2013 TENTANG KEDUDUKAN DAN TANGGUNG JAWAB BENDAHARA PADA SATUAN KERJA PENGELOLA ANGGARAN PENDAPATAN

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 115/PMK.07/2013 TENTANG TATA CARA PEMUNGUTAN DAN PENYETORAN PAJAK ROKOK

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 115/PMK.07/2013 TENTANG TATA CARA PEMUNGUTAN DAN PENYETORAN PAJAK ROKOK PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 115/PMK.07/2013 TENTANG TATA CARA PEMUNGUTAN DAN PENYETORAN PAJAK ROKOK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER - 38/PJ/2009 TENTANG BENTUK FORMULIR SURAT SETORAN PAJAK DIREKTUR JENDERAL PAJAK,

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER - 38/PJ/2009 TENTANG BENTUK FORMULIR SURAT SETORAN PAJAK DIREKTUR JENDERAL PAJAK, PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER - 38/PJ/2009 TENTANG BENTUK FORMULIR SURAT SETORAN PAJAK DIREKTUR JENDERAL PAJAK, Menimbang : a. bahwa sehubungan dengan adanya penyempurnaan Bagan Perkiraan

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.836, 2011 KEMENTERIAN KEUANGAN. Subsidi.LPG Tabung 3 Kilogram. Tata Cara. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 218/PMK.02/2011 TENTANG TATA CARA PENYEDIAAN

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KEUANGAN. Dana Subsidi Perumahan. KPR Sederhana Sehat. Prosedur.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KEUANGAN. Dana Subsidi Perumahan. KPR Sederhana Sehat. Prosedur. No.320, 2010 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KEUANGAN. Dana Subsidi Perumahan. KPR Sederhana Sehat. Prosedur. PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 124/PMK.02/2010 TENTANG TATA CARA PENYEDIAAN,

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 202/PMK.02/2010 TENTANG TATA CARA PENYEDIAAN, PENCAIRAN, DAN PERTANGGUNGJAWABAN DANA UPAYA KHUSUS KEDELAI

PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 202/PMK.02/2010 TENTANG TATA CARA PENYEDIAAN, PENCAIRAN, DAN PERTANGGUNGJAWABAN DANA UPAYA KHUSUS KEDELAI PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 202/PMK.02/2010 TENTANG TATA CARA PENYEDIAAN, PENCAIRAN, DAN PERTANGGUNGJAWABAN DANA UPAYA KHUSUS KEDELAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN, Menimbang

Lebih terperinci

BAB III PEMBAHASAN TINJAUAN TEORI DAN PRAKTIK

BAB III PEMBAHASAN TINJAUAN TEORI DAN PRAKTIK 22 BAB III PEMBAHASAN TINJAUAN TEORI DAN PRAKTIK 3.1 Tinjauan Teori 3.1.1 Laporan Arus Kas Laporan arus kas (statement of cash flow) memenuhi salah satu dari tujuan pelaporan keuangan, membantu pemakai

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. Analisis Terhadap Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai. hewan) yang telah dikukuhkan menjadi Pengusaha Kena Pajak (PKP) pada

BAB IV PEMBAHASAN. Analisis Terhadap Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai. hewan) yang telah dikukuhkan menjadi Pengusaha Kena Pajak (PKP) pada BAB IV PEMBAHASAN IV.1 Analisis Terhadap Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai PT. Biotek Indonesia adalah perusahaan yang bergerak di bidang farmasi (obatobatan hewan) yang telah dikukuhkan menjadi Pengusaha

Lebih terperinci

LANGKAH AKHIR TAHUN PEKERJAAN KONTRAKTUAL TAHUN 2012 PROSEDUR, TANTANGAN DAN ALTERNATIF SOLUSINYA. Oleh : Agus Kuncoro, CERT.

LANGKAH AKHIR TAHUN PEKERJAAN KONTRAKTUAL TAHUN 2012 PROSEDUR, TANTANGAN DAN ALTERNATIF SOLUSINYA. Oleh : Agus Kuncoro, CERT. LANGKAH AKHIR TAHUN PEKERJAAN KONTRAKTUAL TAHUN 2012 PROSEDUR, TANTANGAN DAN ALTERNATIF SOLUSINYA Oleh : Agus Kuncoro, CERT.SCM(ITC) *) Dalam konteks pelaksanaan anggaran belanja, Negara seolah harus berhenti

Lebih terperinci

BIRO KEUANGAN INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER MEKANISME PENCAIRAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN DANA APBN-P TAHUN ANGGARAN 2012

BIRO KEUANGAN INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER MEKANISME PENCAIRAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN DANA APBN-P TAHUN ANGGARAN 2012 BIRO KEUANGAN INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER MEKANISME PENCAIRAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN DANA APBN-P TAHUN ANGGARAN 2012 Prinsip Umum Pembayaran Didasarkan pada Undang-Undang No. 1 Tahun 2004 tentang

Lebih terperinci

Peraturan Menteri Keuangan. Nomor 190/PMK.05/2012 tentang TATA CARA PEMBAYARAN DALAM RANGKA PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA

Peraturan Menteri Keuangan. Nomor 190/PMK.05/2012 tentang TATA CARA PEMBAYARAN DALAM RANGKA PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN Peraturan Menteri Keuangan Nomor 190/PMK.05/2012 tentang TATA CARA PEMBAYARAN DALAM RANGKA PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 257/PMK.02/2010 TENTANG TATA CARA PERHITUNGAN, PENYEDIAAN, PENCAIRAN, DAN PERTANGGUNGJAWABAN DANA APBN YANG KEGIATANNYA DILAKSANAKAN OLEH PT ASABRI (PERSERO)

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR, PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 1 TAHUN 20165 TENTANG PENATAUSAHAAN PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK PADA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWAS

Lebih terperinci

Kementerian Keuangan Republik Indonesia Direktorat Jenderal Pajak

Kementerian Keuangan Republik Indonesia Direktorat Jenderal Pajak Kementerian Keuangan Republik Indonesia Direktorat Jenderal Pajak PENGURANGAN ATAU PENGHAPUSAN SANKSI ADMINISTRASI ATAS KETERLAMBATAN PENYAMPAIAN SURAT PEMBERITAHUAN, PEMBETULAN SURAT PEMBERITAHUAN, DAN

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.912, 2011 KEMENTERIAN SOSIAL. PNBP. Pedoman Pengelolaan. PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 183 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN PENERIMAAN NEGARA

Lebih terperinci

1

1 0 1 2 3 4 SOAL TEORI KUP Menurut Pasal 1 UU KUP, Penelitian adalah serangkaian kegiatan menilai kelengkapan Surat Pemberitahuan dan lampiran-lampirannya, termasuk penilaian kebenaran penulisan dan perhitungannya.

Lebih terperinci

OLEH: Yulazri SE. M.Ak. Akt. CPA

OLEH: Yulazri SE. M.Ak. Akt. CPA OLEH: Yulazri SE. M.Ak. Akt. CPA Ketentuan Umum dan Tata cara Perpajakan (KUP) Dasar Hukum : No. Tahun Undang2 6 1983 Perubahan 9 1994 16 2000 28 2007 16 2009 SURAT PEMBERITAHUAN (SPT) SPT Surat yg oleh

Lebih terperinci

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 136/PMK. 03/2012 TENTANG

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 136/PMK. 03/2012 TENTANG MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 136/PMK. 03/2012 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 85/PMK.03/2012 TENTANG PENUNJUKAN

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.90, 2013 KEMENTERIAN KEUANGAN. Dana Belanja Pensiun. PT Taspen (PERSERO). Perhitungan. Tata Cara. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24/PMK.02/2013

Lebih terperinci

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK Yth. : 1. Para Kepala Kantor Wilayah DJP 2. Para Kepala Kantor Pelayanan Pajak 3. Para Kepala Kantor Pelayanan, Penyuluhan, dan Konsultasi

Lebih terperinci

2015, No dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009, perlu menetapkan P

2015, No dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009, perlu menetapkan P BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1964, 2015 KEMENKEU. Pembayaran Pajak. Kelebihan. Perhitungan. Tata Cara. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 244/PMK.03/2015 TENTANG TATA

Lebih terperinci

BENDAHARA SEBAGAI PEMOTONG/PEMUNGUT PAJAK PENGHASILAN DENGAN TARIF KHUSUS YANG BERSIFAT FINAL DAN TIDAK FINAL BAB V

BENDAHARA SEBAGAI PEMOTONG/PEMUNGUT PAJAK PENGHASILAN DENGAN TARIF KHUSUS YANG BERSIFAT FINAL DAN TIDAK FINAL BAB V BAB V BENDAHARA SEBAGAI PEMOTONG/PEMUNGUT PAJAK PENGHASILAN DENGAN TARIF KHUSUS YANG BERSIFAT FINAL DAN TIDAK FINAL BAB V BAB V BENDAHARA SEBAGAI PEMOTONG/ PEMUNGUT PAJAK PENGHASILAN DENGAN TARIF KHUSUS

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 194/PMK.05/2014 TENTANG

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 194/PMK.05/2014 TENTANG MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 194/PMK.05/2014 TENTANG PELAKSANAAN ANGGARAN DALAM RANGKA PENYELESAIAN PEKERJAAN YANG TIDAK TERSELESAIKAN

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 150/PMK.02/2011 TENTANG TATA CARA PENYEDIAAN, PENGHITUNGAN, PEMBAYARAN, DAN PERTANGGUNGJAWABAN SUBSIDI BERAS BAGI MASYARAKAT BERPENDAPATAN RENDAH DENGAN

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.746, 2012 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KEUANGAN. Hibah. Millenium Challenge Corporation. Pengelolaan. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 124/PMK.05/2012 TENTANG MEKANISME

Lebih terperinci

SALINAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 82/PMK.05/2007 TENTANG

SALINAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 82/PMK.05/2007 TENTANG MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 82/PMK.05/2007 TENTANG TATA CARA PENCAIRAN DANA ATAS BEBAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA MELALUI REKENING KAS UMUM NEGARA MENTERI

Lebih terperinci

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERBENDAHARAAN NOMOR PER- 14 /PB/2008 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PENYALURAN DAN PENCAIRAN DANA BANTUAN

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.645, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKEU. Uang Makan. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 72 /PMK.05/2016 TENTANG UANG MAKAN BAGI PEGAWAI APARATUR SIPIL NEGARA

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 228/PMK.05/2010 TENTANG MEKANISME PELAKSANAAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN ATAS PAJAK DITANGGUNG PEMERINTAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 16/PMK.03/2011 TENTANG TATA CARA PENGHITUNGAN DAN PENGEMBALIAN KELEBIHAN PEMBAYARAN PAJAK

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 16/PMK.03/2011 TENTANG TATA CARA PENGHITUNGAN DAN PENGEMBALIAN KELEBIHAN PEMBAYARAN PAJAK MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 16/PMK.03/2011 TENTANG TATA CARA PENGHITUNGAN DAN PENGEMBALIAN KELEBIHAN PEMBAYARAN PAJAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 202/PMK.02/2010 TENTANG TATA CARA PENYEDIAAN, PENCAIRAN, DAN PERTANGGUNGJAWABAN DANA UPAYA KHUSUS KEDELAI DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 31 TAHUN 2014 TENTANG PERUBAHAN KEEMPAT ATAS PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 73 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN TEKNIS PELAKSANAAN

Lebih terperinci

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERBENDAHARAAN NOMOR PER- 29 /PB/2007 TENTANG TATA CARA PEMBAYARAN GAJI DAN INSENTIF PEGAWAI TIDAK

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Resmi (2013:31) Surat Setoran Pajak (SSP) adalah surat yang oleh

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Resmi (2013:31) Surat Setoran Pajak (SSP) adalah surat yang oleh BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pengertian Surat Setoran Pajak (SSP) Menurut Resmi (2013:31) Surat Setoran Pajak (SSP) adalah surat yang oleh Wajib Pajak digunakan untuk melakukan penyetoran atau pembayaran

Lebih terperinci

2011, No.35 2 sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana

2011, No.35 2 sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.35, 2011 KEMENTERIAN KEUANGAN. Kelebihan Pembayaran Pajak. Penghitungan. Prosedur PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16/PMK.03/2011 TENTANG TATA CARA

Lebih terperinci

KEUANGAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

KEUANGAN UNIVERSITAS AIRLANGGA KEUANGAN UNIVERSITAS AIRLANGGA Ketentuan Perpajakan Universitas Airlangga NPWP 00.005.564.0-606.000 APBN 73.773.758.5-619.000 Dana Masyarakat BPPTN Badan Hukum WCU Jenis dan Tarif Pajak : Dana Masyarakat

Lebih terperinci

BENDAHARA PEMERINTAH Jakarta, 5 Februari 2018

BENDAHARA PEMERINTAH Jakarta, 5 Februari 2018 KEWAJIBAN PERPAJAKAN BENDAHARA PEMERINTAH Jakarta, 5 Februari 2018 BENDAHARA PENGELUARAN Bendahara Pengeluaran adalah orang yang ditunjuk untuk menerima, menyimpan, membayarkan, menatausahakan, dan mempertanggungjawabkan

Lebih terperinci

BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA

BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA 4.1 Penyajian Data 4.1.1 Sejarah Singkat Perusahaan CV. Mitra Sinergi merupakan salah satu bentuk perusahaan yang bergerak dalam bidang perdagangan pipa dan bahan bangunan

Lebih terperinci

BAB II ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. telah di tunjuk oleh mentri keuangan. (pasal 1 angka 14 UU, KUP) SSP

BAB II ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. telah di tunjuk oleh mentri keuangan. (pasal 1 angka 14 UU, KUP) SSP digilib.uns.ac.id BAB II ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Tinjauan Pustaka 1. Surat Setoran Pajak (SSP) Surat Setoran Pajak (SSP) adalah bukti pembayaran atau penyetoran pajak yang telah dilakukan dengan

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 213/PMK.04/2008

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 213/PMK.04/2008 SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 213/PMK.04/2008 TENTANG TATA CARA PEMBAYARAN DAN PENYETORAN PENERIMAAN NEGARA DALAM RANGKA IMPOR, PENERIMAAN NEGARA DALAM RANGKA EKSPOR, PENERIMAAN NEGARA ATAS

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.229,2012 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30/PMK.08/2012 TENTANG TATA CARA PENGELOLAAN DANA CADANGAN PENJAMINAN DALAM RANGKA PELAKSANAAN ANGGARAN

Lebih terperinci

[B.2] SISTEM DAN PROSEDUR PENGAJUAN GANTI UANG PERSEDIAAN (GU)

[B.2] SISTEM DAN PROSEDUR PENGAJUAN GANTI UANG PERSEDIAAN (GU) [B.2] SISTEM DAN PROSEDUR PENGAJUAN GANTI UANG PERSEDIAAN (GU) A. KETENTUAN UMUM Sistem dan Prosedur Pengajuan Ganti Uang Persediaan (GU) adalah dalam rangka mengisi kembali uang persediaan di Bendahara

Lebih terperinci

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERBENDAHARAAN NOMOR PER- 34 /PB/2008 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PENYALURAN DAN PENCAIRAN DANA PROGRAM

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. dan sesudah perubahan Undang-undang No.42 Tahun 2009, penulis melakukan

BAB IV PEMBAHASAN. dan sesudah perubahan Undang-undang No.42 Tahun 2009, penulis melakukan BAB IV PEMBAHASAN Dalam evaluasi penerapan dan perbandingan Pajak Pertambahan Nilai sebelum dan sesudah perubahan Undang-undang No.42 Tahun 2009, penulis melakukan penelusuran atas laporan laba rugi, neraca,

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. kewajiban perpajakannya, khususnya atas Pajak Pertambahan Nilai (PPN).

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. kewajiban perpajakannya, khususnya atas Pajak Pertambahan Nilai (PPN). BAB V SIMPULAN DAN SARAN V.1 Simpulan PT IO merupakan Pengusaha Kena Pajak (PKP) yang wajib menjalankan kewajiban perpajakannya, khususnya atas Pajak Pertambahan Nilai (PPN). Berdasarkan analisa dan penelitian

Lebih terperinci

B. Kontrak Pengadaan Barang dengan nilai Rp ,- (lima juta rupiah) sampai dengan Rp ,- (lima puluh juta rupiah)

B. Kontrak Pengadaan Barang dengan nilai Rp ,- (lima juta rupiah) sampai dengan Rp ,- (lima puluh juta rupiah) 347 B. Kontrak Pengadaan Barang dengan nilai Rp. 5.000.000,- (lima juta rupiah) sampai dengan Rp. 50.000.000,- (lima puluh juta rupiah) PEMERINTAH KOTA SURABAYA SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH... SURAT PERINTAH

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. bergerak di bidang teknologi Access Management yang dapat memudahkan konsumen

BAB IV PEMBAHASAN. bergerak di bidang teknologi Access Management yang dapat memudahkan konsumen BAB IV PEMBAHASAN IV.1 Analisis Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai merupakan salah satu perusahaan di Jakarta yang bergerak di bidang teknologi Access Management yang dapat memudahkan konsumen dalam melakukan

Lebih terperinci

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER- 13 /PJ/2012 TENTANG

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER- 13 /PJ/2012 TENTANG KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER- 13 /PJ/2012 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER-40/ PJ/2011

Lebih terperinci

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 226/PMK.03/2013 TENTANG

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 226/PMK.03/2013 TENTANG MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 226/PMK.03/2013 TENTANG TATA CARA PENGHITUNGAN DAN PEMBERIAN IMBALAN BUNGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN KEUANGAN. Penyediaan Air Minum. Prosedur.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN KEUANGAN. Penyediaan Air Minum. Prosedur. No.515, 2009 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN KEUANGAN. Penyediaan Air Minum. Prosedur. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 229/PMK. 01/2009 TENTANG TATACARA PELAKSANAAN PEMBERIAN

Lebih terperinci

BAB IV EVALUASI DAN PEMBAHASAN. IV.1 Analisis Surat Permohonan Banding atas Surat Ketetapan Pajak Kurang

BAB IV EVALUASI DAN PEMBAHASAN. IV.1 Analisis Surat Permohonan Banding atas Surat Ketetapan Pajak Kurang BAB IV EVALUASI DAN PEMBAHASAN IV.1 Analisis Surat Permohonan Banding atas Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB) PPh Badan Perbedaan dalam pengakuan pendapatan dan beban antara perlakuan akuntansi

Lebih terperinci

2017, No Perbendaharaan Negara, Menteri Keuangan selaku Bendahara Umum Negara berwenang menetapkan kebijakan dan pedoman pelaksanaan anggaran

2017, No Perbendaharaan Negara, Menteri Keuangan selaku Bendahara Umum Negara berwenang menetapkan kebijakan dan pedoman pelaksanaan anggaran BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.911, 2017 KEMENKEU. Pegawai Non ASN, Satuan Pengaman, Pengemudi, Petugas Kebersihan, dan Pramubakti. Uang Lembur dan Uang Makan Lembur. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. Dalam evaluasi penerapan dan pelaporan Pajak Pertambahan Nilai pada PT

BAB IV PEMBAHASAN. Dalam evaluasi penerapan dan pelaporan Pajak Pertambahan Nilai pada PT BAB IV PEMBAHASAN Dalam evaluasi penerapan dan pelaporan Pajak Pertambahan Nilai pada PT TELEKOMUNIKASI INDONESIA Tbk. Divre II, penulis melakukan pemeriksaan pajak dengan menguji dan memeriksa ketaatan

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.2070, 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKEU. APBN. Otoritas Jasa Keuangan. Tata Cara. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 269/PMK.05/2014 TENTANG TATA CARA PENYEDIAAN, PENCAIRAN,

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 203/PMK.02/2010 TENTANG

PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 203/PMK.02/2010 TENTANG PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 203/PMK.02/2010 TENTANG TATA CARA PENYEDIAAN ANGGARAN, PENCAIRAN, DAN PERTANGGUNGJAWABAN BANTUAN LANGSUNG PUPUK DAN BANTUAN LANGSUNG SARANA PRODUKSI PERTANIAN DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

BAB IV. Kesimpulan dan Saran. Pembangunan Daerah Kota Bandung adalah sebagai berikut: KPA (Kuasa Pengguna Anggaran); menyerahkannya pada BUD;

BAB IV. Kesimpulan dan Saran. Pembangunan Daerah Kota Bandung adalah sebagai berikut: KPA (Kuasa Pengguna Anggaran); menyerahkannya pada BUD; BAB IV Kesimpulan dan Saran 1.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil pembahasan pada bab III, Penulis dapat mengambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Prosedur Penerbitan SP2D LS Barang dan Jasa pada Badan Perencanaan

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.671, 2015 KEMENKEU. Sanksi Administrasi. Surat Pemberitahuan. Pembetulan. Keterlambatan. Pembayaran. Penyetoran. Pajak. Penghapusan. Pengurangan. PERATURAN MENTERI KEUANGAN

Lebih terperinci

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 244/PMK.03/2015 TENTANG

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 244/PMK.03/2015 TENTANG MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 244/PMK.03/2015 TENTANG TATA CARA PENGHITUNGAN DAN PENGEMBALIAN KELEBIHAN PEMBAYARAN PAJAK DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.55/MenLHK/Setjen/Kum.1/6/2016 TENTANG PEDOMAN UMUM PENYALURAN BANTUAN LAINNYA YANG MEMILIKI KARAKTERISTIK BANTUAN PEMERINTAH

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. IV.1. Analisis terhadap Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai

BAB IV PEMBAHASAN. IV.1. Analisis terhadap Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai BAB IV PEMBAHASAN IV.1. Analisis terhadap Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai PT Healthy World adalah perusahaan distributor berupa alat-alat kesehatan untuk keperluan tumah tangga berupa kursi pijat, pijat

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN. 1.1 Analisis Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai. menyediakan pembuatan alat untuk pembangunan beton di jalan tol.

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN. 1.1 Analisis Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai. menyediakan pembuatan alat untuk pembangunan beton di jalan tol. BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN 1.1 Analisis Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai PT.DDT merupakan perusahaan yang bergerak dibidang alat berat yang menyediakan pembuatan alat untuk pembangunan beton di jalan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 187/PMK.03/2015 TENTANG

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 187/PMK.03/2015 TENTANG PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 187/PMK.03/2015 TENTANG TATA CARA PENGEMBALIAN ATAS KELEBIHAN PEMBAYARAN PAJAK YANG SEHARUSNYA TIDAK TERUTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI

Lebih terperinci