BAB 4 PEMBAHASAN. atau saat melakukan kegiatan usaha atau memperoleh penghasilan. Tidak

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 4 PEMBAHASAN. atau saat melakukan kegiatan usaha atau memperoleh penghasilan. Tidak"

Transkripsi

1 BAB 4 PEMBAHASAN Semua badan merupakan Wajib Pajak tanpa terkecuali, mulai saat didirikan atau saat melakukan kegiatan usaha atau memperoleh penghasilan. Tidak dipersoalkan apakah badan tersebut mengalami kerugian atau tidak memperoleh penghasilan sekalipun, tetap akan disebut sebagai Wajib Pajak. Begitu juga dengan PT. Bank BNI yang merupakan salah satu perusahaan di Jakarta yang bergerak di bidang perbankan. Dalam hal jasa perbankan terdapat bermacam-macam produk perbankan. Produk perbankan yang diterbitkan oleh perusahaan ini didasarkan kepada kebutuhan nasabah lalu diaplikasikan secara langsung kepada para nasabah. Selain itu perusahaan sebagai pelaku di bidang jasa perbankan memiliki kedudukan sebagai pemungut Pajak Penghasilan Pasal 4 ayat (2) yang didasarkan pada ketentuan undang-undang PPh pasal 4 ayat (2). Dalam perpajakan Indonesia, berlaku sistem pengenaan pemotongan dan atau pemungutan pajaknya oleh pihak ketiga sebagai Wajib Pajak atau yang sering dikenal dengan sebutan withholding system. Begitupun halnya dalam UU Pajak Penghasilan, khususnya mengenai Pajak Penghasilan Pasal 4 ayat (2) dimana badan usaha tertentu memiliki kewajiban pemotongan dan pemungutan atas setiap pengeluaran atau pembayaran yang berkaitan dengan kegiatan penyerahan barang tertentu kepada konsumen. Berdasarkan ketentuan perpajakan yang berlaku, maka kewajiban-kewajiban perusahaan sebagai salah satu pihak pemungut PPh Pasal 4 ayat (2) yang harus dipenuhi terdiri dari: 1. Memotong pajak PPh Pasal 4 ayat (2) 2. Menyetorkan pajak yang terutang ke kas negara 42

2 3. Melaporkan PPh Pasal 4 ayat (2) 4.Mengadministrasikan surat setoran pajak 5. Memberikan bukti potong kepada pihak ketiga. Dalam melakukan pemotongan PPh Pasal 4 ayat (2) terdapat beberapa prosedur atau langkah yang harus dilakukan. Adapun pelaksanaan pemotongan PPh Pasal 4 ayat (2) dilakukan oleh pemotong pajak dengan cara yang pertama ialah dipotong pada saat dilakukan pembayaran dan kemudian memberikan bukti pemotongan yang telah diisi lengkap. Lembar ke-1 bukti pemotongan diserahkan kepada WP yang bersangkutan sebagai bukti pemotongan. Kewajiban PT. Bank BNI setelah memotong pajak PPh 4 ayat (2) ialah menyetorkan pajak yang terutang ke kas negara. Penyetoran pajak oleh pemotongan dilakukan dengan cara mengikuti ketentuan sebagai berikut. Besarnya potongan PPh Pasal 4 ayat (2) yang tercantum dalam bukti pemotongan selama satu bulan dijumlahkan, kemudian jumlah PPh Pasal 4 ayat (2) yang telah dipotong selama satu bulan disetor ke bank persepsi atau kantor pos dengan menggunakan Surat Setoran Pajak paling lambat tanggal 10 bulan berikutnya. Apabila tanggal 10 jatuh pada hari libur nasional maka penyetoran dilakukan pada hari kerja berikutnya, dan yang terakhir ialah penyetoran tersebut dilakukan melalui bank atau kantor pos. Dari bank atau kantor pos pihak penyetor menerima SSP lembar 1 dan 3. PT. Bank BNI pun memiliki kewajiban dalam melaporkan Pajak Penghasilannya. Adapun tata cara pelaporan dilakukan dengan cara sebagai berikut: 1. Bukti pemotongan PPh Pasal 4 ayat (2) yang dibuat selama satu bulan dicatat dalam Daftar Bukti Pemotongan Pajak (rangkap dua). 2. BNI atau Pemotong Pajak mengisi dengan lengkap dan benar form SPT Masa PPh Pasal 4 ayat (2) rangkap dua dilampiri lembar ketiga SSP, 43

3 Daftar bukti pemotongan PPh Pasal 4 ayat (2), dan lembar ke-2 bukti pemotongan. 3. Atas SPT Masa PPh Pasal 4 ayat (2) yang telah diisi lengkap beserta lampirannya, harus dilaporkan ke KPP selambat-lambatnya tanggal 20 bulan berikutnya. Apabila tanggal 20 jatuh pada hari libur nasional maka penyetoran dilakukan pada hari kerja berikutnya. 4. BNI menerima Tanda Terima pelaporan SPT dari Kantor Pelayanan Pajak (lembar LPAD) sebagai bukti telah melapor. 4.1 Evaluasi dan Analisis Pajak Penghasilan Evaluasi dan Analisis Pajak Penghasilan Pasal 4 ayat (2) Tahun 2010 Berdasarkan peraturan yang terkait atas pemotongan PPh Pasal 4 ayat (2) yang diatur dalam PP Nomor 131 Tahun 2000 dan KMK-51/KMK.04/2001, PT. Bank BNI memberikan bunga atas bunga atas produk yang dibayarkan terutang PPh pasal 4 ayat (2) dan dari bunga tersebut dipotong pajaknya sebesar 20% kecuali untuk para nasabah sebagai berikut: 1. Bendahara Pemerintah Bendahara Pemerintah adalah bendaharawan atau pejabat yang melakukan pembayaran yang dananya berasal dari APBN atau APBD yang terdiri dari bendaharawan pemerintah pusat dan daerah baik provinsi kabupaten atau kota. 2. Dana Pensiun Lembaga Keuangan (DPLK) DPLK merupakan suatu badan hukum yang didirikan untuk mengelola dan menjalankan program yang menjanjikan dana pensiun. Dana pensiun tersebut wajib memperoleh pengesahan dari Menteri Keuangan. Dana 44

4 Pensiun Lembaga Keuangan hanya boleh didirikan oleh program asuransi jiwa dan bank dengan menjalankan Program Pensiun Iuran Pasti. Yang dimaksud dengan Program Pensiun Iuran Pasti adalah program pensiun yang mengupayakan suatu manfaat pensiun bagi masyarakat sebagai peserta dengan cara yang pertama ialah membayar iuran pensiun setiap bulan, selanjutnya dana tersebut akan dikembangkan dalam bentuk investasi, dan yang terakhir membentuk saldo atau rekening. Dana Pensiun Lembaga Keuangan (DPLK) BNI merupakan salah satu bisnis unit BNI dengan produknya bernama BNI Simponi (Simpanan Pensiun BNI) yang menyediakan solusi program pensiun bagi seluruh lapisan masyarakat apapun profesinya. Hingga saat ini terus mengalami perkembangan baik dalam jumlah peserta maupun jumlah dana yang dikelola. Selama 10 tahun terakhir semenjak 2001, Dana Pensiun Lembaga Keuangan BNI sebagai market leader dalam industri pengelolaan dana pensiun di Indonesia. Pada tahun 2012, jumlah peserta meningkat 15.3% dari peserta pada tahun sebelumnya menjadi dengan peningkatan jumlah pengelolaan dana menjadi 18.3% dari Rp7.1 triliun. Mulai tahun 2013, DPLK BNI akan melakukan inisiasi dengan penambahan paket investasi di reksadana yang memberikan hasil yang lebih optimal, sehingga diharapkan dapat menarik minat masyarakat dan lebih bersaing di pasaran. 3. Lembaga-lembaga pemerintah Salah satu lembaga pemerintah yang tidak dikenakan PPh pasal 4 (2) atas bunga yang dipotong pajak sebesar 20% ialah kedutaan besar. 45

5 Berdasarkan data-data yang telah didapatkan oleh penulis, divisi tax PT. Bank BNI telah merekap rincian terhadap PPh Pasal 4 ayat (2) terutang pada tahun Adapun objek pajak yang dicantumkan berasal dari beban bunga di bagian laporan keuangan yang diperoleh PT. Bank BNI setiap bulannya pada tahun Tabel 4.1 Hutang PPh Pasal 4 ayat (2) Berdasarkan Rekening Bank pada Beban Bunga 2010 Masa Pajak Objek Pajak PPh Terutang Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember

6 Tabel 4.2 Hutang PPh Pasal 4 ayat (2) yang Telah Dibayarkan PT. Bank BNI 2010 Masa Pajak Objek Pajak PPh Terutang Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember PT. Bank BNI berpedoman pada UU pajak penghasilan terbaru yaitu UU No.36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan yang mulai berlaku pada tanggal 1 Januari 2009 dan untuk jenis jasa lain berpedoman pada Peraturan Menteri Keuangan No. 244/PMK.03/2008 yang mulai berlaku pada tanggal 1 Januari Dari hasil analisa, penghitungan PPh Pasal 4 ayat (2) selama tahun 2009 yang dilakukan PT Bank BNI dapat diketahui bahwa: 47

7 1. Pada bulan Januari hingga September 2010, perhitungan jumlah pengenaan objek pajak PPh Pasal 4 ayat (2) sudah sesuai. Pengelompokan jenis penghasilan dan tarif yang berlaku sudah sesuai dengan ketentuan perpajakan terbaru yaitu UU No.36 Tahun Pada bulan Oktober 2010 terdapat perbedaan atas penghitungan PPh Pasal 4 ayat (2) yang dilakukan PT. Bank BNI. Hal ini disebabkan karena terdapat 0.02% dana yang berasal dari DPLK. Pada bulan Oktober, beban bunga yang diperoleh oleh PT. Bank BNI ialah sebesar Rp dimana PT. Bank BNI mengenakan objek pengenaan PPh Pasal 4 ayat (2) sebesar Rp DPP=Beban Bunga Rp Tarif 20% Jumlah PPh Terutang Rp Pada bulan November 2010, terdapat 0.04% dana yang berasal dari deposito bendahara pemerintah. Seperti yang telah diketahui pada bulan November 2010, beban bunga yang diperoleh PT. Bank BNI ialah Rp dimana PT. Bank BNI menjadikan objek pemotongan PPh Pasal 4 ayat (2) ialah sebesar Rp Penulis melakukan analisis untuk PPh yang terutang sebagai berikut: DPP=Beban Bunga Rp Tarif 20% Jumlah PPh Terutang Rp

8 4. Pada bulan Desember 2010 jumlah penghitungan pengenaan PPh Pasal 4 ayat (2) sudah sesuai. Pengelompokan jenis penghasilan dan tarif yang berlaku sudah sesuai dengan ketentuan perpajakan terbaru yaitu UU No.36 Tahun Evaluasi dan Analisis Pajak Penghasilan Pasal 4 ayat (2) Tahun 2011 Berdasarkan data-data yang telah didapatkan oleh penulis, divisi tax PT. Bank BNI telah merekap rincian terhadap PPh Pasal 4 ayat (2) terutang pada tahun 2011 yang objek pengenaan pajaknya diketahui berasal dari beban bunga pada laporan keuangan yang dimiliki PT.Bank BNI setiap bulannya di tahun Adapun perbedaan antara PPh yang seharusnya dibayarkan dengan PPh yang sudah dibayarkan oleh PT. Bank BNI ialah sebagai berikut. Tabel 4.3 Hutang PPh Pasal 4 ayat (2) Berdasarkan Rekening Bank pada Beban Bunga 2011 Masa Pajak Objek Pajak PPh Terutang Januari Februari Maret April Mei Juni

9 Juli Agustus September Oktober November Desember Tabel 4.4 Hutang PPh Pasal 4 ayat (2) yang Telah Dibayarkan PT. Bank BNI 2011 Masa Pajak Objek Pajak PPh Terutang Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember

10 Tabel 4.3 diatas merupakan PPh Pasal 4 ayat (2) yang seharusnya dibayarkan oleh PT. Bank BNI pada tahun 2011, penulis menemukan perbedaan antara pengenaan objek pajak yang seharusnya dibayarkan dengan yang sudah dibayarkan oleh PT. Bank BNI. Dari analisa yang dilakukan oleh penulis, dapat diketahui bahwa: 1. Pada bulan Januari hingga bulan Maret 2011, perhitungan PPh Pasal 4 ayat (2) yang terutang telah dilakukan dengan sesuai. Pengelompokan jenis penghasilan dan tarif yang berlaku sudah sesuai dengan ketentuan perpajakan terbaru yaitu UU No.36 Tahun Pada bulan April 2011, penulis menemukan perbedaan antara pengenaan PPh Pasal 4 ayat (2) yang seharusnya dengan PPh yang dibayarkan oleh PT.Bank BNI. Pada bulan tersebut terdapat 0.3% dana dari objek pajak yang berasal dari tabungan giro bendahara pemeritah. Seperti yang telah diketahui beban bunga PT. Bank BNI pada bulan tersebut ialah sebesar Rp dimana seharusnya ialah Rp Oleh karena itu, jumlah PPh Pasal 4 ayat (2) yang dibayarkan oleh PT. Bank BNI ialah sebagai berikut: DPP=Beban Bunga Rp Tarif 20% Jumlah PPh Terutang Rp Pada bulan Mei hingga Agustus tahun 2011, jumlah pengenaan objek pajak dan jumlah PPh Pasal 4 ayat (2) telah sesuai dengan peraturan UU No.36 tahun Pada bulan September 2011, penulis menemukan perbedaan antara jumlah PPh Pasal 4 ayat (2) yang terutang dengan jumlah PPh Pasal 4 ayat (2) yang dibayarkan oleh PT. Bank BNI karena terdapat 0.02 % dari objek pajak yang 51

11 berasal dari Dana Pensiun Lembaga Keuangan. Seperti yang diketahui pada bulan September 2011 objek pajak yang dikenakan ialah sebesar Rp dimana seharusnya Rp Penulis melakukan penghitungan atas PPh terutang sebagai berikut: DPP=Beban Bunga Rp Tarif 20% Jumlah PPh Terutang Rp Pada bulan Oktober 2011,penulis kembali menemukan perbedaan antara jumlah PPh Pasal 4 ayat (2) yang seharusnya dikenakan dengan jumlah PPh Pasal 4 ayat (2) yang dibayarkan oleh PT. Bank BNI karena berdasarkan informasi yang diperoleh penulis, terdapat 0.03% dari pengenaan pajak yang dilakukan BNI berasal dari bunga tabungan deposito milik lembaga pemerintah dimana seharusnya objek pajak yang dikenakan ialah sebesar Rp sehingga penulis melakukan penghitungan untuk PPh terutang sebagai berikut: DPP=Beban Bunga Rp Tarif 20% Jumlah PPh Terutang Rp Pada bulan November dan Desember tahun 2011, PT. Bank BNI melakukan penghitungan PPh Pasal 4 ayat (2) secara benar dan sesuai dengan peraturan UU No.36 tahun

12 4.1.3 Evaluasi dan Analisis Pajak Penghasilan Pasal 4 ayat (2) Tahun 2012 Berdasarkan data-data yang telah didapatkan oleh penulis, divisi tax PT. Bank BNI telah merekap rincian terhadap PPh Pasal 4 ayat (2) terutang pada tahun Objek pajak yang digunakan sebagai pengenaan PPh Pasal 4 ayat (2) berasal dari perolehan beban bunga PT. Bank BNI di tahun Tabel 4.5 Hutang PPh Pasal 4 ayat (2) Berdasarkan Beban Bunga 2012 Masa Pajak Objek Pajak PPh Terutang Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember

13 Tabel 4.6 Hutang PPh Pasal 4 ayat (2) yang Telah Dibayarkan PT. Bank BNI 2012 Masa Pajak Objek Pajak PPh Terutang Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Berdasarkan data dan informasi yang telah disediakan oleh PT. Bank BNI, penulis melakukan analisis dari jumlah PPh Pasal 4 ayat (2) yang seharusnya dibayarkan dengan PPh Pasal 4 ayat (2) yang telah dibayarkan oleh PT. Bank BNI: 1. Pada bulan Januari 2012 terdapat perbedaan jumlah pengenaan Pajak Penghasilan Pasal 4 ayat (2) antara jumlah PPh Pasal 4 ayat (2) yang telah 54

14 dibayarkan oleh BNI dengan tabel 4.3, hal ini disebabkan karena terdapat 0.1 % dana dari objek pajak yang berasal dari bunga yang dimiliki oleh DPLK dimana seharusnya Rp Dengan demikian jumlah PPh Pasal 4 ayat (2) yang dibayarkan oleh PT. Bank BNI pada bulan Januari 2012 ialah sebagai berikut: DPP=Beban Bunga Rp Tarif 20% Jumlah PPh Terutang Rp Pada bulan Februari hingga Desember tahun 2012, jumlah PPh Pasal 4 ayat (2) yang seharusnya dibayarkan dengan yang telah dibayarkan BNI telah sesuai dengan peraturan UU No.36 Tahun Kendala dan Upaya Pengelolaan Pajak PT. Bank BNI Evaluasi Kendala yang Dihadapi PT. Bank BNI Kegiatan perpajakan yang dilaksanakan oleh PT Bank BNI (Persero) dapat dikatakan telah dilaksanakan dengan baik akan tetapi masih terdapat beberapa kendala dalam pengelolaan pajak penghasilan Pasal 4 ayat (2) tersebut. Adapun kendala yang dihadapi oleh PT Bank BNI yaitu: 1. Peraturan Perpajakan Bersifat Dinamis. Yang dimaksud dari permasalahan ini ialah seperti yang kita ketahui, perubahan dalam peraturan perpajakan selalu berubah dan hal ini terkadang terjadi dengan sangat cepat. Dalam hal ini pun PT Bank BNI harus melakukan penyampaian sosialisasi terhadap pembayaran pajak sesuai dengan dinamika perubahan peraturan yang terjadi. 55

15 2. Sering Terjadi Pergantian Pegawai dan Pemahaman Perpajakan yang Kurang. Dengan berjalannya waktu, PT Bank BNI sering mengalami pergantian pegawai. Dalam hal ini perusahaan mengalami kendala dimana para pegawai baru tersebut belum beradaptasi dengan lingkungan pekerjaan mereka yang mengharuskan mereka untuk memiliki pengetahuan yang cukup dalam tentang perpajakan. Oleh karena itu perusahaan perlu mengadakan kembali pendidikan atau pelatihan khusus untuk para pegawai baru. 3. Kurangnya Sense of Belonging Terhadap Perpajakan Bagi Semua Unit BNI. Dengan banyaknya kegiatan keuangan yang dilakukan oleh PT Bank BNI, terkadangan para pegawai lalai dengan perlu adanya dilakukan perlakuan atas perpajakan dari masing masing kegiatan keuangan tersebut. 4. Penataan Arsip Perpajakan Kurang Baik, Termasuk Serah Terima Arsip Pajak Pada Saat Pergantian Pegawai. Seperti yang sudah disebutkan sebelumnya, PT Bank BNI sering melakukan mutasi pegawai. Dengan terjadinya penataan arsip perpajakan yang kurang baik, tentu saja pada saat terjadi mutasi pegawai dan terjadi serah terima arsip perpajakan tersebut, para pegawai baru memiliki kesulitan dalam mengatur dan mengelola perpajakan tersebut. 56

16 5. Terdapat Beberapa Cabang yang Kewajiban Perpajakannya Dikerjakan Oleh Pelayan, Supir dan Satpam. Seperti yang kita ketahui, PT Bank BNI memiliki banyak sekali cabang di dalam maupun luar negri.terdapat beberapa cabang di Indonesia yang melakukan pembayaran pajak ke kantor pajak dengan cara menyuruh pegawai rendah seperti contohnya pelayan, supir dan satpam. Dalam hal ini bisa saja terjadi kesalahan dari kecerobohan yang mungkin dilakukan oleh para pegawai tersebut Upaya Penanganan atas Kendala Pengelolaan Pajak PT Bank BNI Adapun upaya yang dilakukan PT. Bank BNI atas kendala pengelolaan perpajakan seperti yang telah disebutkan sebelumnya, yaitu: 1. Melakukan Pendalaman Kepada Para Pegawai di Bagian Pajak. Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, PT. Bank BNI memiliki salah satu kendala yaitu kurangnya pengetahuan tentang perpajakan dari para pegawai baru di perusahaan tersebut. Oleh karena itu, perusahaan mengadakan pendalaman kepada para pegawai di bidang perpajakan untuk lebih memperdalam pengetahuan di bidang pajak guna dapat melakukan tugas di bidangnya dengan lebih matang lagi serta menghindari kesalahan dalam perpajakan yang dapat mengakibatkan kerugian bagi PT. Bank BNI. 2. Melakukan Penataan Arsip Arsip Perpajakan dengan Lebih Terorganisir. Salah satu kendala yang dimiliki oleh PT. Bank BNI ialah ketika dilakukan renovasi pada ruangan di divisi perpajakan yang ada pada perusahaan tersebut, arsip arsip yang berkaitan dengan perpajakan yang kurang ditata dengan rapi. Hal ini dapat menghambat kelancaran dalam 57

17 pelaksanaan perpajakan bagi para pegawai. Oleh karena itu, perusahaan menghimbau kepada para pegawai untuk lebih mengorganisir arsip-arsip yang berkaitan dengan perpajakan. 3. Kegiatan Pelaporan Pajak Dilakukan Oleh Pihak-Pihak yang Terkait. Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, terkadang kegiatan pelaporan pajak pada perusahaan ini dilakukan oleh para pesuruh, hal ini dapat mengakibatkan kesalahan yang fatal dan dapat merugikan perusahaan sehingga saat ini perusahaan lebih bertanggung jawab lagi dengan cara mewajibkan para pegawai yang bekerja di bidang perpajakan untuk melakukan pelaporan perpajakannya. 58

18 4.3 Penyetoran dan Pelaporan Proses Penyetoran Pajak PT. Bank BNI Pada subbab ini penulis akan menjelaskan proses yang dilakukan PT. Bank BNI sebelum melakukan penyetoran pajak. Adapun langkah-langkahnya ialah sebagai berikut: 1.Persetujuan Pembayaran Pertama, unit PT Bank BNI mengajukan persetujuan pembayaran atas tagihan-tagihan yang diberikan dari transaksi-transaksi yang ada dan kemudian dilakukan analisa apakah sudah sesuai dengan tagihan, perjanjian kerjasama, dan bukti pendukung lainnya. Kegiatan persetujuan pembayaran di PT. Bank BNI ini dilaksanakan awalnya oleh para asisten dan analis, setelah itu para analis memberikan persetujuan pembayaran tersebut kepada manager untuk diperiksa lebih lanjut dan ditanda tangani sebagai persetujuan untuk diberikan kepada pemimpin kelompok. Pemimpin kelompok bertugas memeriksa serta mengawasi pekerjaan dan memberikan persetujuan atas laporan-laporan yang diberikan oleh manager yang kemudian akan diberikan ke wakil divisi yang bersangkutan untuk lebih di arsip kembali dan diberikan kepada pemimpin divisi untuk diperiksa dan diberikan persetujuan untuk dilakukan pelaporan. Di dalam pembayaran pajak di PT Bank BNI (Persero) TBK, terdapat mekanisme pembayaran baik transaksi maupun perpajakannya. Adapun mekanisme pembayaran tersebut ialah yang pertama, membuat pembayaran sesuai dengan sistem dan mekanisme yang sesuai dengan peraturan PT Bank BNI, kemudian pembayaran dilakukan oleh bagian umum masing-masing unit PT Bank 59

19 BNI, dan yang terakhir kewajiban perpajakannya dibayarkan oleh unit PT Bank BNI yang telah ditentukan untuk melakukan pembayaran pajak. 2. Pembukuan Proses pembukuan yang dilakukan oleh PT Bank BNI yaitu yang pertama ialah semua pembayaran dicatat di sistem BNI yang disebut dengan sistem icon. Sistem tersebut terintegrasi ke semua unit PT Bank BNI. Kemudian total beban dan biaya selalu dipantau oleh kantor pusat Bank BNI untik mengidentifikasi kewajiban perpajakannya apakah telah dilakukan dengan benar dan telah disetorkan ke kas negara. 3. Pengumpulan Dokumen Dalam Mekanisme Pelaporan Perpajakan ini, langkah pertama yang dilakukan oleh PT Bank BNI ialah pengumpulan dokumen. Dokumen yang dibutuhkan antara lain seperti SSP, Faktur Pajak, dan Bukti Pembayaran). Di dalam pengumpulan dokumen ini pun terdapat proses yang perlu dilakukan. Adapun mekanisme pengumpulan dokumen tersebut ialah yang pertama petugas dari masing-masing cabang setelah melakukan kewajiban pajak akan menyampaikan dokumen yang dibutuhkan ke kantor pusat. Setelah itu,akan dilakukan perekapan data untuk dibandingkan dengan jumlah beban per masing-masing cabang. Hal ini dilakukan dengan tujuan sebagai monitoring kewajiban pembayaran pajak. 4. Validasi Laporan Persetujuan penyampaian laporan dilakukan oleh PT. Bank BNI secara berjenjang dari pelaksana seperti analis dan asistennya kemudian ke manager yang bertugas untuk mengembangkan metode-metode dalam pekerjaan di bidang perpajakan setelah itu diberikan ke pemimpin 60

20 kelompok yang tugasnya iaslah memimpin unit pajak yang mengelola pelaporan perpajakan, mengurus hal-hal yang bersangkutan dengan kebijakan perpajakan serta operasional perpajakan. Setelah dari pemimpin kelompok, persetujuan penyampaian laporan akan diberikan kepada wakil pemimpin dan pemimpin divisi. Pelaksanaan persetujuan penyampaian laporan dilakukan secara berjenjang bertujuan untuk melakukan pengecekan pelaporan yang dilakukan oleh analis sehingga pelaporan dan penyampaiannya dilaksanakan secara tepat waktu sehingga setelah itu dapat dilakukan review laporan dan yang terakhir untuk mendapatkan persetujuan pengiriman Evaluasi dan Analisis Penyetoran dan Pelaporan Pajak Penghasilan Dalam hal penyetoran PPh Pasal 4 ayat (2) dan pelaporan SPT Masa PPh Pasal 23 dan Pasal 4 ayat (2) PT Bank BNI telah melakukannya dengan baik. Selama periode tahun 2010 sampai dengan tahun 2012 PT Bank BNI selalu menyetor dan melaporkan PPh yang telah dipotongnya sebelum batas waktu penyetoran maupun pelaporan berakhir, yaitu tanggal 10 bulan berikutnya setelah masa pajak berakhir untuk penyetoran, dan tanggal 20 bulan berikutnya setelah masa pajak berakhir untuk pelaporan. Dengan demikian maka PT Bank BNI, Tbk. dapat terhindar dari sanksi berupa denda sebesar Rp ,00 atas keterlambatan pelaporan SPT Masa PPh Pasal 4 ayat (2), maupun bunga sebesar 2% per bulan dihitung dari tanggal jatuh tempo pembayaran sampai dengan tanggal pembayaran atas keterlambatan penyetoran PPh. Penulis melakukan analisis dari tanggal penyetoran dan pelaporan PPh yang dilakukan oleh PT. Bank BNI pada tahun 2010 guna mendapatkan keterangan 61

21 apakah perusahaan telah melaksanakan penyetoran dan pelaporan SPT masa secara tepat waktu atau tidak. Tabel 4.7 Penyetoran dan Pelaporan PPh Pasal 4 ayat (2) PT. Bank BNI Tahun 2010 Bulan Jumlah PPh Tanggal Tanggal Keterangan Pasal 4 ayat Penyetoran Pelaporan (2) Januari /02/ /02/2010 Tepat Waktu Februari /03/ /03/2010 Tepat Waktu Maret /04/ /04/2010 Tepat Waktu April /05/ /05/2010 Tepat Waktu Mei /06/ /06/2010 Tepat Waktu Juni /07/ /07/2010 Tepat Waktu Juli /08/ /08/2010 Tepat Waktu Agustus /09/ /09/2010 Tepat Waktu September /10/ /10/2010 Tepat Waktu Oktober /11/ /11/2010 Tepat Waktu November /12/ /12/2010 Tepat Waktu Desember /01/ /01/2011 Tepat Waktu Dapat diketahui dari tabel 4.4 bahwa BNI telah melakukan penyetoran dan pelaporan secara tepat waktu sepanjang tahun 2010 tanpa ada keterlambatan sehingga BNI tidak dikenakan sanksi atas keterlambaan penyetoran dan pelaporan. 62

22 Tabel 4.8 Penyetoran dan Pelaporan PPh Pasal 4 ayat (2) PT. Bank BNI Tahun 2011 Bulan Jumlah PPh Tanggal Tanggal Keterangan Pasal 4 ayat Penyetoran Pelaporan (2) Januari /02/ /02/2011 Tepat Waktu Februari /03/ /03/2011 Tepat Waktu Maret /04/ /04/2011 Tepat Waktu April /05/ /05/2011 Tepat Waktu Mei /06/ /06/2011 Tepat Waktu Juni /07/ /07/2011 Tepat Waktu Juli /08/ /08/2011 Tepat Waktu Agustus /09/ /09/2011 Tepat Waktu September /10/ /10/2011 Tepat Waktu Oktober /11/ /11/2011 Tepat Waktu November /12/ /12/2011 Tepat Waktu Desember /01/ /01/2012 Tepat Waktu Dapat diketahui dari tabel 4.5 bahwa BNI telah melakukan penyetoran dan pelaporan SPT masa secara tepat waktu sepanjang tahun 2011 tanpa ada keterlambatan sehingga BNI tidak dikenakan sanksi atas keterlambatan penyetoran dan pelaporan. 63

23 Tabel 4.9 Penyetoran dan Pelaporan PPh Pasal 4 ayat (2) PT. Bank BNI Tahun 2012 Bulan Jumlah PPh Tanggal Tanggal Keterangan Pasal 4 ayat Penyetoran Pelaporan (2) Januari /02/ /02/2012 Tepat Waktu Februari /03/ /03/2012 Tepat Waktu Maret /04/ /04/2012 Tepat Waktu April /05/ /05/2012 Tepat Waktu Mei /06/ /06/2012 Tepat Waktu Juni /07/ /07/2012 Tepat Waktu Juli /08/ /08/2012 Tepat Waktu Agustus /09/ /09/2012 Tepat Waktu September /10/ /10/2012 Tepat Waktu Oktober /11/ /11/2012 Tepat Waktu November /12/ /12/2012 Tepat Waktu Desember /01/ /01/2013 Tepat Waktu Dapat diketahui dari tabel 4.6 bahwa BNI telah melakukan penyetoran dan pelaporan SPT masa secara tepat waktu sepanjang tahun 2012 tanpa ada keterlambatan sehingga BNI tidak dikenakan sanksi telat bayar. 64

ANALISIS PENERAPAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 4 AYAT (2) ATAS PRODUK PT. BANK BNI PADA TAHUN 2010-

ANALISIS PENERAPAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 4 AYAT (2) ATAS PRODUK PT. BANK BNI PADA TAHUN 2010- ANALISIS PENERAPAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 4 AYAT (2) ATAS PRODUK PT. BANK BNI PADA TAHUN 2010-2012 Arista Hapsari Ramadhani Jalan Kesehatan V/8 Bintaro, 081281818044, dhitahapsari@hotmail.com Liberti

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. IV. 1 Analisis Mekanisme Pajak Penghasilan Pasal 22 di PT. KAS

BAB IV PEMBAHASAN. IV. 1 Analisis Mekanisme Pajak Penghasilan Pasal 22 di PT. KAS BAB IV PEMBAHASAN IV. 1 Analisis Mekanisme Pajak Penghasilan Pasal 22 di PT. KAS Semua badan merupakan Wajib Pajak tanpa terkecuali, mulai saat didirikan atau saat melakukan kegiatan usaha atau memperoleh

Lebih terperinci

BAB 4. Pembahasan Hasil Penelitian

BAB 4. Pembahasan Hasil Penelitian BAB 4 Pembahasan Hasil Penelitian 4.1 Analisis Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai Sebagai pajak atas konsumsi dalam negeri maka PPN hanya dikenakan atas barang atau jasa yang dikomsumsi di dalam daerah

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. 4.1 Kondisi yang Melatarbelakangi Kesalahan atas Kewajiban Pemotongan PPh 23

BAB IV PEMBAHASAN. 4.1 Kondisi yang Melatarbelakangi Kesalahan atas Kewajiban Pemotongan PPh 23 BAB IV PEMBAHASAN 4.1 Kondisi yang Melatarbelakangi Kesalahan atas Kewajiban Pemotongan PPh 23 PT. AMK merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang jasa ekspor impor barang. Kewajiban perpajakan PT.

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. bergerak di bidang teknologi Access Management yang dapat memudahkan konsumen

BAB IV PEMBAHASAN. bergerak di bidang teknologi Access Management yang dapat memudahkan konsumen BAB IV PEMBAHASAN IV.1 Analisis Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai merupakan salah satu perusahaan di Jakarta yang bergerak di bidang teknologi Access Management yang dapat memudahkan konsumen dalam melakukan

Lebih terperinci

BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA. oleh pelanggan untuk di jadikan sepatu atau sandal.

BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA. oleh pelanggan untuk di jadikan sepatu atau sandal. BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA 4.1. Penyajian Data 4.1.1. Sejarah singkat perusahaan PT Cahaya Terang Abadi didirikan pada tanggal 30 November 2009 sampai dengan sekarang perusahaan ini bergerak dibidang

Lebih terperinci

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana penerapan PPh pasal 23 yang telah dilaksanakan oleh Bank Mandiri dalam upaya mematuhi Undang-undang Perpajakan yang berlaku di Indonesia.

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN Evaluasi Terhadap Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai. PT. Mejoi merupakan perusahaan distributor yang bergerak dalam

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN Evaluasi Terhadap Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai. PT. Mejoi merupakan perusahaan distributor yang bergerak dalam BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN 4.1. Evaluasi Terhadap Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai PT. Mejoi merupakan perusahaan distributor yang bergerak dalam bidang nutrisi anak yang telah dikukuhkan pada tanggal

Lebih terperinci

Bab1 Pendahuluan 1 BAB I PENDAHULUAN. industri perbankan. Perkembangan ini dapat dilihat dari sisi volume usaha,

Bab1 Pendahuluan 1 BAB I PENDAHULUAN. industri perbankan. Perkembangan ini dapat dilihat dari sisi volume usaha, Bab1 Pendahuluan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia saat ini mengalami perkembangan yang cukup pesat dari industri perbankan. Perkembangan ini dapat dilihat dari sisi volume usaha, mobilisasi

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil identifikasi dan evaluasi atas pemotongan, penyetoran, dan

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil identifikasi dan evaluasi atas pemotongan, penyetoran, dan BAB V SIMPULAN DAN SARAN V.1 SIMPULAN Berdasarkan hasil identifikasi dan evaluasi atas pemotongan, penyetoran, dan pelaporan PPh Pasal 23 pada PT Bank CNT tbk dan peraturan perpajakan yang mendasarinya,

Lebih terperinci

BAB IV EVALUASI PAJAK PERTAMBAHAN NILAI DI LEMIGAS. IV. 1 Objek Penelitian dan Evaluasi mekanisme PPN di LEMIGAS

BAB IV EVALUASI PAJAK PERTAMBAHAN NILAI DI LEMIGAS. IV. 1 Objek Penelitian dan Evaluasi mekanisme PPN di LEMIGAS BAB IV EVALUASI PAJAK PERTAMBAHAN NILAI DI LEMIGAS IV. 1 Objek Penelitian dan Evaluasi mekanisme PPN di LEMIGAS LEMIGAS merupakan Instansi Pemerintah yang tidak bertujuan untuk mencari keuntungan, LEMIGAS

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. Analisis Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai. Pengusaha Kena Pajak, maka PT. PP (Persero) Tbk mempunyai hak dan

BAB IV PEMBAHASAN. Analisis Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai. Pengusaha Kena Pajak, maka PT. PP (Persero) Tbk mempunyai hak dan BAB IV PEMBAHASAN IV.1 Analisis Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai PT. PP (Persero) Tbk merupakan perusahaan yang bergerak di bidang jasa konstruksi. PT. PP (Persero) Tbk menyediakan berbagai jasa dan solusi

Lebih terperinci

ANALISIS PENERAPAN PEMOTONGAN DAN PENYETORAN SERTA PELAPORAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 23 DAN PASAL 26 TAHUN (STUDI KASUS: PERUM PERURI)

ANALISIS PENERAPAN PEMOTONGAN DAN PENYETORAN SERTA PELAPORAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 23 DAN PASAL 26 TAHUN (STUDI KASUS: PERUM PERURI) ANALISIS PENERAPAN PEMOTONGAN DAN PENYETORAN SERTA PELAPORAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 23 DAN PASAL 26 TAHUN 2010-2012 (STUDI KASUS: PERUM PERURI) Anggraini Larasati, Hanggoro Pamungkas Universitas Bina

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. memiliki pengenaan pajak pada Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 23 yang penjelasaannya. telah diatur dalam UU PPh Nomor 36 Tahun 2008.

BAB IV PEMBAHASAN. memiliki pengenaan pajak pada Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 23 yang penjelasaannya. telah diatur dalam UU PPh Nomor 36 Tahun 2008. BAB IV PEMBAHASAN Sesuai dengan yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya, pada perusahaan ini memiliki pengenaan pajak pada Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 23 yang penjelasaannya telah diatur dalam UU PPh

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Analisa Pelaksanaan Pemotongan / Pemungutan PPh Pasal 23 PT DEF

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Analisa Pelaksanaan Pemotongan / Pemungutan PPh Pasal 23 PT DEF BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Analisa Pelaksanaan Pemotongan / Pemungutan PPh Pasal 23 PT DEF Selama Tahun 2016 PT.DEF merupakan anak perusahaan yang bergerak dalam bidang Garmen dan bukan merupakan

Lebih terperinci

BAB 4 EVALUASI PPH PASAL 22 BENDAHARAWAN PEMERINTAH PADA PPPTMGB LEMIGAS. Mekanisme PPh Pasal 22 Bendaharawan Pemerintah di LEMIGAS

BAB 4 EVALUASI PPH PASAL 22 BENDAHARAWAN PEMERINTAH PADA PPPTMGB LEMIGAS. Mekanisme PPh Pasal 22 Bendaharawan Pemerintah di LEMIGAS BAB 4 EVALUASI PPH PASAL 22 BENDAHARAWAN PEMERINTAH PADA PPPTMGB LEMIGAS IV.1. Mekanisme PPh Pasal 22 Bendaharawan Pemerintah di LEMIGAS LEMIGAS merupakan Satuan Kerja yang melakukan pemungutan PPh Pasal

Lebih terperinci

BAB 4 PEMBAHASAN 4.1 Ketentuan Formal Pajak Pertambahan Nilai PT TRT 4.2 Analisis Faktur Pajak

BAB 4 PEMBAHASAN 4.1 Ketentuan Formal Pajak Pertambahan Nilai PT TRT 4.2 Analisis Faktur Pajak BAB 4 PEMBAHASAN 4.1 Ketentuan Formal Pajak Pertambahan Nilai PT TRT PT. TRT adalah sebuah perusahaan yang bergerak dibidang produsen bahan kimia yang telah dikukuhkan menjadi Pengusaha Kena Pajak (PKP)

Lebih terperinci

BAB IV. EVALUASI PROSES PEMOTONGAN, PENYETORAN DAN PELAPORAN PPh PASAL 23/26 PADA PT. FEDERAL INTERNATIONAL FINANCE

BAB IV. EVALUASI PROSES PEMOTONGAN, PENYETORAN DAN PELAPORAN PPh PASAL 23/26 PADA PT. FEDERAL INTERNATIONAL FINANCE BAB IV EVALUASI PROSES PEMOTONGAN, PENYETORAN DAN PELAPORAN PPh PASAL 23/26 PADA PT. FEDERAL INTERNATIONAL FINANCE IV.1. Evaluasi Jenis-jenis Biaya yang Terdapat dalam Laporan Keuangan Perusahaan Penulis

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 Implementasi SKB CV. MMC Sehubungan dengan PP Nomor 46 Tahun 2013 CV. MMC merupakan perusahaan dalam bidang jasa konsultan bisnis yang berdiri pada tahun 2005. Perusahaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membiayai pengeluaran Negara baik pengeluaran rutin maupun pembangunan, perpajakan yang baik guna menghimpun dana dari masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. membiayai pengeluaran Negara baik pengeluaran rutin maupun pembangunan, perpajakan yang baik guna menghimpun dana dari masyarakat. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam segi ekonomi, pajak merupakan perpindahan sumber daya dari sektor privat ke sektor publik. Bagi sektor publik, pajak akan digunakan untuk membiayai pengeluaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Membayar pajak adalah salah satu tahapan dalam siklus hak dan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Membayar pajak adalah salah satu tahapan dalam siklus hak dan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pajak merupakan sumber pendapatan terbesar bagi negara. Pajak juga disebut sumber penerimaan negara untuk pembiayaan pemerintah dan pembangunan di Indonesia.

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 76 BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 Pajak Penghasilan Pasal 21 Sesuai dengan Undang-undang Perpajakan yang berlaku, PT APP sebagai pemberi kerja wajib melakukan pemotongan, penyetoran, dan pelaporan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS. Daftar Pajak Penghasilan Pasal 23 yang Dipotong PT.PLN (Persero) Area Garut Periode Tahun 2010

BAB IV ANALISIS. Daftar Pajak Penghasilan Pasal 23 yang Dipotong PT.PLN (Persero) Area Garut Periode Tahun 2010 BAB IV ANALISIS 4.1 Pelaksanaan Perhitungan, Pemotongan, Penyetoran dan Pelaporan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 23 atas Jasa Teknik pada PT PLN (Persero) Area Garut Sebelum membahas lebih lanjut mengenai

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. Analisis Terhadap Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai. hewan) yang telah dikukuhkan menjadi Pengusaha Kena Pajak (PKP) pada

BAB IV PEMBAHASAN. Analisis Terhadap Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai. hewan) yang telah dikukuhkan menjadi Pengusaha Kena Pajak (PKP) pada BAB IV PEMBAHASAN IV.1 Analisis Terhadap Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai PT. Biotek Indonesia adalah perusahaan yang bergerak di bidang farmasi (obatobatan hewan) yang telah dikukuhkan menjadi Pengusaha

Lebih terperinci

tempat pembayaran pajak, dan tata cara pembayaran, penyetoran dan pelaporan pajak, serta tata cara pengangsuran dan penundaan pembayaran pajak diatur

tempat pembayaran pajak, dan tata cara pembayaran, penyetoran dan pelaporan pajak, serta tata cara pengangsuran dan penundaan pembayaran pajak diatur KEWAJIBAN PELAPORAN PAJAK BENDAHARAWAN BERPEDOMAN PADA UNDANG-UNDANG NOMOR 28 TAHUN 2007 DAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 80/PMK.03/2010 ATAUKAH PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 64/PMK.05/2013? Oleh:

Lebih terperinci

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK LAMPIRAN NOMOR PER - 01 /PJ/2013 TENTANG

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK LAMPIRAN NOMOR PER - 01 /PJ/2013 TENTANG KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK LAMPIRAN PER - 01 /PJ/13 TENTANG TATA CARA PENERBITAN SURAT KETERANGAN BEBAS PEMOTONGAN PAJAK PENGHASILAN ATAS BUNGA DEPOSITO DAN TABUNGAN

Lebih terperinci

C. PKP Rekanan PKP Rekanan adalah PKP yang melakukan penyerahan BKP dan atau JKP kepada Bendaharawan Pemerintah atau KPKN

C. PKP Rekanan PKP Rekanan adalah PKP yang melakukan penyerahan BKP dan atau JKP kepada Bendaharawan Pemerintah atau KPKN Lampiran I Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor : KEP-382/PJ/2002 Tanggal : 13 Agustus 2002 A. Singkatan 1. APBN : Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara 2. APBD : Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. Analisis Terhadap Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai. PT. HAJ adalah perusahaan yang bergerak dalam bidang perusahaan dagang

BAB IV PEMBAHASAN. Analisis Terhadap Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai. PT. HAJ adalah perusahaan yang bergerak dalam bidang perusahaan dagang BAB IV PEMBAHASAN IV.1 Analisis Terhadap Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai PT. HAJ adalah perusahaan yang bergerak dalam bidang perusahaan dagang yakni barang IT yang telah dikukuhkan menjadi Pengusaha

Lebih terperinci

ANALISIS PENERAPAN PEMENUHAN KEWAJIBAN PERPAJAKAN PADA PT SM ANUGRAH RAYA TAMA

ANALISIS PENERAPAN PEMENUHAN KEWAJIBAN PERPAJAKAN PADA PT SM ANUGRAH RAYA TAMA ANALISIS PENERAPAN PEMENUHAN KEWAJIBAN PERPAJAKAN PADA PT SM ANUGRAH RAYA TAMA Wilianto Taufik, Yunita Anwar Universitas Bina Nusantara Jl. K. H. Syahdan No.9 Kemanggisan/Palmerah Jakarta Barat 11480 Phone

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. Dalam analisa penghitungan dan pelaporan Pajak Pertambahan Nilai, penulis

BAB IV PEMBAHASAN. Dalam analisa penghitungan dan pelaporan Pajak Pertambahan Nilai, penulis BAB IV PEMBAHASAN Dalam analisa penghitungan dan pelaporan Pajak Pertambahan Nilai, penulis melakukan pemeriksaan pajak dengan menguji dan memeriksa ketaatan perpajakan, serta kebenaran jumlah dalam SPT

Lebih terperinci

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK LAMPIRAN PER-01/PJ/2013 TENTANG TATA CARA PENERBITAN SURAT KETERANGAN BEBAS PEMOTONGAN PAJAK PENGHASILAN ATAS BUNGA DEPOSITO DAN TABUNGAN

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. Analisis Perhitungan Pajak Pertambahan Nilai. IV.1.1 Analisis Perolehan Barang Kena Pajak (Pajak Masukan)

BAB IV PEMBAHASAN. Analisis Perhitungan Pajak Pertambahan Nilai. IV.1.1 Analisis Perolehan Barang Kena Pajak (Pajak Masukan) BAB IV PEMBAHASAN IV.1 Analisis Perhitungan Pajak Pertambahan Nilai IV.1.1 Analisis Perolehan Barang Kena Pajak (Pajak Masukan) Pajak Masukan adalah pajak yang harus dibayarkan oleh Pengusaha Kena Pajak

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. untuk meminjam uang (kredit) bagi masyarakat yang membutuhkannya. Disamping

BAB II KAJIAN PUSTAKA. untuk meminjam uang (kredit) bagi masyarakat yang membutuhkannya. Disamping BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Pengertian Bank Bank dikenal sebagai lembaga keuangan yang kegiatan utamanya menerima simpanan giro, tabungan dan deposito. Kemudian bank juga dikenal sebagai

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI PAJAK PENGHASILAN. II.1.1. Pengertian dan Pelaksanaan Pajak Penghasilan

BAB II LANDASAN TEORI PAJAK PENGHASILAN. II.1.1. Pengertian dan Pelaksanaan Pajak Penghasilan BAB II LANDASAN TEORI PAJAK PENGHASILAN II.1. Rerangka Teori dan Literatur II.1.1. Pengertian dan Pelaksanaan Pajak Penghasilan Pajak Penghasilan (PPh) menurut Liberti Pandiangan (2010:v) adalah salah

Lebih terperinci

Kewajiban yang harus dipenuhi oleh wajib pajak badan setelah memperoleh NPWP

Kewajiban yang harus dipenuhi oleh wajib pajak badan setelah memperoleh NPWP Kewajiban yang harus dipenuhi oleh wajib pajak badan setelah memperoleh NPWP Kewajiban yang harus dipenuhi oleh wajib pajak badan setelah memperoleh NPWP adalah sebagai berikut : 1. Menyampaikan Surat

Lebih terperinci

SURAT PEMBERITAHUAN MASA PAJAK PERTAMBAHAN NILAI (SPT MASA PPN) BAGI PEMUNGUT PPN Bacalah terlebih dahulu Buku Petunjuk Pengisian SPT Masa PPN

SURAT PEMBERITAHUAN MASA PAJAK PERTAMBAHAN NILAI (SPT MASA PPN) BAGI PEMUNGUT PPN Bacalah terlebih dahulu Buku Petunjuk Pengisian SPT Masa PPN Perhatian Sesuai dengan ketentuan Pasal 3 ayat (7) UU Nomor 6 Tahun 1983 sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan UU Nomor 16 Tahun 2000, apabila SPTMasa yang Saudara sampaikan tidak ditandatangani

Lebih terperinci

BENDAHARA SEBAGAI PEMOTONG/PEMUNGUT PAJAK PENGHASILAN DENGAN TARIF KHUSUS YANG BERSIFAT FINAL DAN TIDAK FINAL BAB V

BENDAHARA SEBAGAI PEMOTONG/PEMUNGUT PAJAK PENGHASILAN DENGAN TARIF KHUSUS YANG BERSIFAT FINAL DAN TIDAK FINAL BAB V BAB V BENDAHARA SEBAGAI PEMOTONG/PEMUNGUT PAJAK PENGHASILAN DENGAN TARIF KHUSUS YANG BERSIFAT FINAL DAN TIDAK FINAL BAB V BAB V BENDAHARA SEBAGAI PEMOTONG/ PEMUNGUT PAJAK PENGHASILAN DENGAN TARIF KHUSUS

Lebih terperinci

PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA. Pada bab empat akan dijelaskan mengenai sejarah singkat perusahaan,

PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA. Pada bab empat akan dijelaskan mengenai sejarah singkat perusahaan, B A B IV PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA 4.1 Penyajian Data Pada bab empat akan dijelaskan mengenai sejarah singkat perusahaan, struktur organisasi dan tujuan perusahaan serta kebijaksanaan perusahaan, sehingga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. volume dan dinamika pembangunan itu sendiri. Berdasarkan Undang-Undang No.

BAB I PENDAHULUAN. volume dan dinamika pembangunan itu sendiri. Berdasarkan Undang-Undang No. BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Peranan pajak sebagai penerimaan dalam suatu negara sangat besar manfaatnya dalam meningkatkan rencana penerimaan negara yang berasal dari pajak sebagai sumber utama

Lebih terperinci

ANALISIS PENERAPAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 23 DAN PASAL 4 AYAT (2) PADA PT BHANDA GHARA REKSA (PERSERO)

ANALISIS PENERAPAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 23 DAN PASAL 4 AYAT (2) PADA PT BHANDA GHARA REKSA (PERSERO) ANALISIS PENERAPAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 23 DAN PASAL 4 AYAT (2) PADA PT BHANDA GHARA REKSA (PERSERO) Nikhen Hendra Damayanti, Hery Gunawan Universitas Bina Nusantara Jl. K. H. Syahdan No. 9, Kemanggisan,

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Pajak Pertambahan Nilai-nya sebagai Pengusaha Kena Pajak dengan

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Pajak Pertambahan Nilai-nya sebagai Pengusaha Kena Pajak dengan BAB V SIMPULAN DAN SARAN V.1 Simpulan Berdasarkan hasil analisis atas pelaksanaan kewajiban Pajak Pertambahan Nilai Pada PT SCE, maka dapat disimpulkan PT SCE telah memenuhi kewajiban Pajak Pertambahan

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN. 1.1 Analisis Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai. menyediakan pembuatan alat untuk pembangunan beton di jalan tol.

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN. 1.1 Analisis Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai. menyediakan pembuatan alat untuk pembangunan beton di jalan tol. BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN 1.1 Analisis Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai PT.DDT merupakan perusahaan yang bergerak dibidang alat berat yang menyediakan pembuatan alat untuk pembangunan beton di jalan

Lebih terperinci

EVALUASI MEKANISME PEMOTONGAN, PENYETORAN DAN PELAPORAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 23 PADA PT.HUTAMA KARYA (Persero)

EVALUASI MEKANISME PEMOTONGAN, PENYETORAN DAN PELAPORAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 23 PADA PT.HUTAMA KARYA (Persero) EVALUASI MEKANISME PEMOTONGAN, PENYETORAN DAN PELAPORAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 23 PADA PT.HUTAMA KARYA (Persero) Dewi Ramdhani Sutrimo, Lintje Kalangi, Novi Budiarso Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Jurusan

Lebih terperinci

Nur ain Isqodrin, SE., Ak., M.Acc Isqodrin.wordpress.com

Nur ain Isqodrin, SE., Ak., M.Acc Isqodrin.wordpress.com Nur ain Isqodrin, SE., Ak., M.Acc Isqodrin.wordpress.com Kas : Uang tunai yang paling likuid sehingga pos ini biasanya ditempatkan pada urutan teratas dari aset. Yang termasuk dalam kas adalah : o o Uang

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR DIREKTUR JENDERAL PAJAK

KATA PENGANTAR DIREKTUR JENDERAL PAJAK KATA PENGANTAR DIREKTUR JENDERAL PAJAK Para Pemungut PPN yang terhormat, Setiap bulan setelah Masa Pajak berakhir, Pemungut PPN harus melaksanakan kewajiban untuk melaporkan kegiatan pemungutan PPN yang

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN

BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN Bapak Joewono merupakan wajib pajak orang pribadi yang harus memenuhi Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 46 Tahun 2013 tentang Pajak Penghasilan atas penghasilan dari

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. 4.1 Penghitungan Pajak yang Dilakukan oleh PT Semar Jaya Indah Tahun

BAB IV PEMBAHASAN. 4.1 Penghitungan Pajak yang Dilakukan oleh PT Semar Jaya Indah Tahun BAB IV PEMBAHASAN 4.1 Penghitungan Pajak yang Dilakukan oleh PT Semar Jaya Indah Tahun 2015 PT. Semar Jaya Indah salah satu klien Badan Usaha Kantor Konsultan Pajak Darriono Prajetno. PT. Semar Jaya Indah

Lebih terperinci

BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA

BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA 4.1 Penyajian Data 4.1.1 Sejarah Singkat Perusahaan CV. Mitra Sinergi merupakan salah satu bentuk perusahaan yang bergerak dalam bidang perdagangan pipa dan bahan bangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam pembangunan negara. Karena pajak mempunyai kontribusi yang tinggi terhadap

BAB I PENDAHULUAN. dalam pembangunan negara. Karena pajak mempunyai kontribusi yang tinggi terhadap BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Penelitian Pajak merupakan salah satu pendapatan negara yang terbesar dan berperan penting dalam pembangunan negara. Karena pajak mempunyai kontribusi yang tinggi

Lebih terperinci

SURAT PEMBERITAHUAN MASA PAJAK PERTAMBAHAN NILAI (SPT MASA PPN) BAGI PEMUNGUT PPN

SURAT PEMBERITAHUAN MASA PAJAK PERTAMBAHAN NILAI (SPT MASA PPN) BAGI PEMUNGUT PPN DEPARTEMEN KEUANGAN RI DIREKTORAT JENDERAL PAJAK Nama Pemungut : Alamat : No. Telp : Usaha : SURAT PEMBERITAHUAN MASA PAJAK PERTAMBAHAN NILAI (SPT MASA PPN) BAGI PEMUNGUT PPN Bacalah terlebih dahulu Buku

Lebih terperinci

KUP PELAPORAN DAN PENYETORAN PAJAK

KUP PELAPORAN DAN PENYETORAN PAJAK KUP PELAPORAN DAN PENYETORAN PAJAK PELAPORAN PELAPORAN PAJAK KE KPP DOMISILI MENGGUNAKAN SPT. Surat Pemberitahuan (SPT) merupakan dokumen yang menjadi alat kerja sama antara wajib Pajak dan administrasi

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. kewajiban perpajakannya, khususnya atas Pajak Pertambahan Nilai (PPN).

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. kewajiban perpajakannya, khususnya atas Pajak Pertambahan Nilai (PPN). BAB V SIMPULAN DAN SARAN V.1 Simpulan PT IO merupakan Pengusaha Kena Pajak (PKP) yang wajib menjalankan kewajiban perpajakannya, khususnya atas Pajak Pertambahan Nilai (PPN). Berdasarkan analisa dan penelitian

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. IV.1. Analisis Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai. PT. MRC adalah perusahaan swasta yang bergerak di bidang jasa konstruksi.

BAB IV PEMBAHASAN. IV.1. Analisis Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai. PT. MRC adalah perusahaan swasta yang bergerak di bidang jasa konstruksi. BAB IV PEMBAHASAN IV.1. Analisis Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai PT. MRC adalah perusahaan swasta yang bergerak di bidang jasa konstruksi. Perusahaan ini telah dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 99/PMK.06/2006 TENTANG MODUL PENERIMAAN NEGARA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 99/PMK.06/2006 TENTANG MODUL PENERIMAAN NEGARA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 99/PMK.06/2006 TENTANG MODUL PENERIMAAN NEGARA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. b. c. d. bahwa sesuai dengan ketentuan Pasal 7 ayat

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. (PERSERO) JASA MANAJEMEN KONSTRUKSI area Semarang

BAB IV PEMBAHASAN. (PERSERO) JASA MANAJEMEN KONSTRUKSI area Semarang BAB IV PEMBAHASAN 4.1 Pelaksanaan pemungutan pajak penghasilan pasal 23 menurut PT. PLN (PERSERO) JASA MANAJEMEN KONSTRUKSI area Semarang Pelaksanaan pemungutan pajak penghasilan (PPH) pasal 23 yang dilakukan

Lebih terperinci

BAB III PEMBAHASAN. A. Pembahasan Masalah. Tahun 2015 ditetapkan oleh Direktorat Jenderal Pajak sebagai

BAB III PEMBAHASAN. A. Pembahasan Masalah. Tahun 2015 ditetapkan oleh Direktorat Jenderal Pajak sebagai 44 44 BAB III PEMBAHASAN A. Pembahasan Masalah Tahun 2015 ditetapkan oleh Direktorat Jenderal Pajak sebagai Tahun Pembinaan Wajib Pajak (TPWP). Pihak-pihak atau objek yang dibina oleh DJP adalah kelompok

Lebih terperinci

BAB III PELAKSANAAN KERJA PRAKTEK. mekanisme pemotongan, penyetoran dan pelaporan PPh 22 pada Puslitbang

BAB III PELAKSANAAN KERJA PRAKTEK. mekanisme pemotongan, penyetoran dan pelaporan PPh 22 pada Puslitbang 22 BAB III PELAKSANAAN KERJA PRAKTEK 3.1 Bidang Pelaksanaan Kerja Praktek Bidang pelaksanaan kerja praktek yang penulis lakukan adalah mengenai mekanisme pemotongan, penyetoran dan pelaporan PPh 22 pada

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KEUANGAN. PPH. Pemotongan. Dibayarkan sekaligus.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KEUANGAN. PPH. Pemotongan. Dibayarkan sekaligus. No.33, 2010 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KEUANGAN. PPH. Pemotongan. Dibayarkan sekaligus. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16/PMK.03/2010 TENTANG TATA CARA PEMOTONGAN

Lebih terperinci

BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA

BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA 4.1 Data Penelitian 4.1.1 Sejarah Singkat Perusahaan PT. Karya Sejahtera Pratama Cabang Surabaya, berdiri pada bulan Oktober 2012 yang merupakan perluasan dari PT. Karya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia merupakan salah satu Negara berkembang dimana pendapatan terbesar

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia merupakan salah satu Negara berkembang dimana pendapatan terbesar BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu Negara berkembang dimana pendapatan terbesar berasal dari Pajak dengan presentase 74,6 % dalam APBN terakhir tahun 2016 (www.kemenkeu.go.id).

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. Dalam evaluasi penerapan dan pelaporan Pajak Pertambahan Nilai pada PT

BAB IV PEMBAHASAN. Dalam evaluasi penerapan dan pelaporan Pajak Pertambahan Nilai pada PT BAB IV PEMBAHASAN Dalam evaluasi penerapan dan pelaporan Pajak Pertambahan Nilai pada PT TELEKOMUNIKASI INDONESIA Tbk. Divre II, penulis melakukan pemeriksaan pajak dengan menguji dan memeriksa ketaatan

Lebih terperinci

Analisis Penerapan Pajak Dengan Withholding Tax System Terhadap Pajak Penghasilan Pasal 4 Ayat (2) Pada PT. Bank OCBC NISP Kota Palembang

Analisis Penerapan Pajak Dengan Withholding Tax System Terhadap Pajak Penghasilan Pasal 4 Ayat (2) Pada PT. Bank OCBC NISP Kota Palembang Analisis Penerapan Pajak Dengan Withholding Tax System Terhadap Pajak Penghasilan Pasal 4 Ayat (2) Pada PT. Bank OCBC NISP Kota Palembang Senli Senli (Senli.yunita@gmail.com) Siti Khairani (Siti.khairani@mdp.ac.id)

Lebih terperinci

Return Investasi DPLK BNI PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. Data Posisi Per Oktober 2016

Return Investasi DPLK BNI PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. Data Posisi Per Oktober 2016 Return Investasi DPLK BNI PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk Data Posisi Per Oktober 2016 Kinerja Investasi per Instrumen (Tahun 2016) Januari 9.00 7.25 13.18 8.37 8.91 8.24 5.79 (4.62) Februari 8.98

Lebih terperinci

BAB II ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. telah di tunjuk oleh mentri keuangan. (pasal 1 angka 14 UU, KUP) SSP

BAB II ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. telah di tunjuk oleh mentri keuangan. (pasal 1 angka 14 UU, KUP) SSP digilib.uns.ac.id BAB II ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Tinjauan Pustaka 1. Surat Setoran Pajak (SSP) Surat Setoran Pajak (SSP) adalah bukti pembayaran atau penyetoran pajak yang telah dilakukan dengan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Analisis Hasil 1. Penerapan Pajak Pertambahan Nilai pada PT. Perkebunan Nusantara III Medan dengan Surat Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak (SPPKP) No: PEM- 00025/WPJ.19/KP.0303/2013

Lebih terperinci

PELAKSANAAN PERHITUNGAN, PEMOTONGAN, PENYETORAN DAN PELAPORAN PAJAK PENGHASILAN

PELAKSANAAN PERHITUNGAN, PEMOTONGAN, PENYETORAN DAN PELAPORAN PAJAK PENGHASILAN PELAKSANAAN PERHITUNGAN, PEMOTONGAN, PENYETORAN DAN PELAPORAN PAJAK PENGHASILAN (PPh) PASAL 4 AYAT (2) ATAS BUNGA DEPOSITO PADA PT. BANK RAKYAT INDONESIA (PERSERO) Tbk. CABANG BONDOWOSO ( Implementation

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. 1. Kewajiban perpajakan yang dilakukan oleh koperasi KPRI Gotong

BAB III ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. 1. Kewajiban perpajakan yang dilakukan oleh koperasi KPRI Gotong BAB III ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Pembahasan Masalah 1. Kewajiban perpajakan yang dilakukan oleh koperasi KPRI Gotong Royong Kewajiban perpajakan yang sudah dipenuhi oleh koperasi sebagai Wajib Pajak

Lebih terperinci

BAB III DATA PERUSAHAAN. Sejarah Pegadaian penuh warna. Berasal dari Bank Van Leening yang didirikan

BAB III DATA PERUSAHAAN. Sejarah Pegadaian penuh warna. Berasal dari Bank Van Leening yang didirikan BAB III DATA PERUSAHAAN III.1. Sejarah perusahaan Sejarah Pegadaian penuh warna. Berasal dari Bank Van Leening yang didirikan VOC pada tanggal 20 Agustus 1976 di Batavia. VOC dibubarkan bersama dengan

Lebih terperinci

Buku Panduan Perpajakan Bendahara Pemerintah. BAB VIII SURAT KETERANGAN BEBAS PEMOTONGAN dan/atau PEMUNGUTAN PPh

Buku Panduan Perpajakan Bendahara Pemerintah. BAB VIII SURAT KETERANGAN BEBAS PEMOTONGAN dan/atau PEMUNGUTAN PPh 165 BAB VIII SURAT KETERANGAN BEBAS PEMOTONGAN dan/atau PEMUNGUTAN PPh PENGERTIAN SKB adalah Surat Keterangan Bebas Pemotongan dan/atau Pemungutan PPh bagi WP yang memiliki Peredaran Bruto Tertentu, sama

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. Konsultan Pajak D. Sarwono yang mengikuti program tax amnesty yaitu Bapak

BAB IV PEMBAHASAN. Konsultan Pajak D. Sarwono yang mengikuti program tax amnesty yaitu Bapak BAB IV PEMBAHASAN 4.1 Pelaporan Harta Bapak Richard Selama Ini Tax amnesty adalah penghapusan pajak yang seharusnya terutang, tidak dikenai sanksi administrasi perpajakan dan sanksi pidana di bidang perpajakan,

Lebih terperinci

BAB II. adalah iuran kepada negara (yang dapat dipaksakan) yang terutang oleh yang

BAB II. adalah iuran kepada negara (yang dapat dipaksakan) yang terutang oleh yang BAB II LANDASAN TEORI II.1 Pemahaman Perpajakan II.1.1 Definisi Pajak Adriani seperti dikutip Brotodihardjo (1998) mendefinisikan, Pajak adalah iuran kepada negara (yang dapat dipaksakan) yang terutang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk mengatur kebijaksanaan yang telah dibuat oleh pemerintah, alasan utamanya

BAB I PENDAHULUAN. untuk mengatur kebijaksanaan yang telah dibuat oleh pemerintah, alasan utamanya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keberadaan pajak dalam segala aspek kehidupan perseorangan maupun badan memang tidak bisa dihindari. Selain berfungsi sebagai salah satu alat yang digunakan untuk mengatur

Lebih terperinci

PEDOMAN OBSERVASI. Jadwal kegiatan Penelitian

PEDOMAN OBSERVASI. Jadwal kegiatan Penelitian PEDOMAN OBSERVASI Jadwal kegiatan Penelitian No Bentuk Kegiatan Minggu I II III IV 1 Pengenalan Lingkungan X 2 Pengamatan kerja X X 3 Wawancara X X 4 Analisis data X X X Keterangan tabel: 1. Minggu pertama,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. negara dengan selalu mengharapkan bantuan dari luar negeri tanpa adanya

BAB I PENDAHULUAN. negara dengan selalu mengharapkan bantuan dari luar negeri tanpa adanya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Peranan penerimaan Negara saat ini sangat penting serta mempunyai kedudukan yang strategis karena untuk peningkatan pembangunan Nasional. Hal ini karena tidak

Lebih terperinci

TENTANG TAX AMNESTY Apa Tax Amnesty atau Pengampunan Pajak itu? Apa manfaat mengikuti Tax Amnesty? Apa yang dimaksud dengan Deklarasi?

TENTANG TAX AMNESTY Apa Tax Amnesty atau Pengampunan Pajak itu? Apa manfaat mengikuti Tax Amnesty? Apa yang dimaksud dengan Deklarasi? TENTANG TAX AMNESTY 1. Apa Tax Amnesty atau Pengampunan Pajak itu? Pengampunan Pajak adalah penghapusan atas pajak yang seharusnya terutang, sanksi administrasi perpajakan, dan sanksi pidana di bidang

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. berhubungan dengan penghasilan juga berhubungan dengan Pajak

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. berhubungan dengan penghasilan juga berhubungan dengan Pajak BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Analisis Akuntansi PPN PT. Biro ASRI PT. Biro ASRI dalam menjalankan operasi perusahaan selain berhubungan dengan penghasilan juga berhubungan dengan Pajak Pertambahan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. karangan Prof. Dr. Mardiasmo (2011:1) pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara

BAB II KAJIAN PUSTAKA. karangan Prof. Dr. Mardiasmo (2011:1) pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Perpajakan. Menurut Prof. Dr. H. Rachmat Soemitro, S.H yang dikutip dalam buku karangan Prof. Dr. Mardiasmo (2011:1) pajak adalah iuran rakyat

Lebih terperinci

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK KANTOR WILAYAH KANTOR PELAYANAN PAJAK FORMULIR PERMOHONAN

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK KANTOR WILAYAH KANTOR PELAYANAN PAJAK FORMULIR PERMOHONAN LAMPIRAN I PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR : /PJ/2005 TANGGAL : DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK KANTOR WILAYAH KANTOR PELAYANAN PAJAK FORMULIR PERMOHONAN SURAT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan manusia tanpa terkecuali dalam kegiatan di perbankan. Hal ini dapat

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan manusia tanpa terkecuali dalam kegiatan di perbankan. Hal ini dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mayoritas penduduk Indonesia beragama Islam, pada masa ini masyarakat Indonesia telah sadar betapa pentingnya syariat islam dalam mengatur setiap kegiatan manusia tanpa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Di Indonesia sistem pemungutan pajak yang berlaku adalah Self Assessment

BAB I PENDAHULUAN. Di Indonesia sistem pemungutan pajak yang berlaku adalah Self Assessment BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Di Indonesia sistem pemungutan pajak yang berlaku adalah Self Assessment System yaitu suatu sistem pemungutan pajak yang memberikan kepercayaan dan tanggungjawab

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Analisis Perhitungan Pajak Masukan dan Pajak Keluaran

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Analisis Perhitungan Pajak Masukan dan Pajak Keluaran BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Analisis Perhitungan Pajak Masukan dan Pajak Keluaran PT. Citra Inti Garda Sentosa (CIGS) dalam melakukan transaksi penjualan ataupun pembelian yang dalam hal ini

Lebih terperinci

Apakah Pemilik Indekos Harus Bayar Pajak Juga?

Apakah Pemilik Indekos Harus Bayar Pajak Juga? Kementerian Keuangan RI Direktorat Jenderal Pajak Apakah Pemilik Indekos Harus Bayar Pajak Juga? Untuk keterangan lebih lanjut, hubungi: Account Representative Aspek Perpajakan bagi Pemilik Indekos Panduan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS PERLAKUAN PAJAK PENGHASILAN ATAS KOMPENSASI OPSI SAHAM UNTUK KARYAWAN MENURUT UNDANG-UNDANG PAJAK PENGHASILAN

BAB IV ANALISIS PERLAKUAN PAJAK PENGHASILAN ATAS KOMPENSASI OPSI SAHAM UNTUK KARYAWAN MENURUT UNDANG-UNDANG PAJAK PENGHASILAN BAB IV ANALISIS PERLAKUAN PAJAK PENGHASILAN ATAS KOMPENSASI OPSI SAHAM UNTUK KARYAWAN MENURUT UNDANG-UNDANG PAJAK PENGHASILAN A. Pajak Penghasilan atas Kompensasi Opsi Saham untuk Karyawan dari Pekerjaan

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata kunci: Pajak Pertambahan Nilai, perencanaan pajak, PPN terutang. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Kata kunci: Pajak Pertambahan Nilai, perencanaan pajak, PPN terutang. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Pajak Pertambahan Nilai merupakan suatu hal yang penting bagi perusahaan yang kegiatan operasionalnya melakukan transaksi jual beli Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak. Perencanaan Pajak Pertambahan

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 550/KMK.04/2000 TENTANG

KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 550/KMK.04/2000 TENTANG KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 550/KMK.04/2000 TENTANG TATA CARA PEMUNGUTAN DAN PELAPORAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI DAN PAJAK PENJUALAN ATAS BARANG MEWAH OLEH KANTOR PERBENDAHARAAN DAN

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI / PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Pengertian bank menurut Pasal 1 Undang-undang No.10 Tahun 1998

BAB II LANDASAN TEORI / PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Pengertian bank menurut Pasal 1 Undang-undang No.10 Tahun 1998 BAB II LANDASAN TEORI / PENGEMBANGAN HIPOTESIS II.1. Aturan Perbankan II.1.1. Pengertian Bank Pengertian bank menurut Pasal 1 Undang-undang No.10 Tahun 1998 tentang perbankan adalah: Bank adalah bidang

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS PERHITUNGAN DAN PELAPORAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI PADA CV.GRAHA ALFA SAKTI. Evaluasi Terhadap Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai

BAB IV ANALISIS PERHITUNGAN DAN PELAPORAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI PADA CV.GRAHA ALFA SAKTI. Evaluasi Terhadap Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai BAB IV ANALISIS PERHITUNGAN DAN PELAPORAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI PADA CV.GRAHA ALFA SAKTI IV.1 Evaluasi Terhadap Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai CV.Graha Alfa Sakti adalah sebuah perusahaan penjualan

Lebih terperinci

BAB III PEMBAHASAN TENTANG PENERAPAN PENGHITUNGAN, PEYETORAN, DAN PELAPORAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 25 ATAS WAJIB PAJAK BADAN.

BAB III PEMBAHASAN TENTANG PENERAPAN PENGHITUNGAN, PEYETORAN, DAN PELAPORAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 25 ATAS WAJIB PAJAK BADAN. BAB III PEMBAHASAN TENTANG PENERAPAN PENGHITUNGAN, PEYETORAN, DAN PELAPORAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 25 ATAS WAJIB PAJAK BADAN. 3.1 Teori Tentang Pajak 3.1.1 Definisi Pajak Secara umum pajak dapat diartikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pasal 1 Undang-Undang No.16 tahun 2009 tentang Ketentuan Umum dan Tata

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pasal 1 Undang-Undang No.16 tahun 2009 tentang Ketentuan Umum dan Tata BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pasal 1 Undang-Undang No.16 tahun 2009 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan menyatakan bahwa, pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang

Lebih terperinci

DAFTAR PENYUSUTAN DAN AMORTISASI FISKAL TAHUN PAJAK 2 0 NPWP : NAMA WAJIB PAJAK : BULAN / TAHUN PEROLEHAN HARGA PEROLEHAN (US$)

DAFTAR PENYUSUTAN DAN AMORTISASI FISKAL TAHUN PAJAK 2 0 NPWP : NAMA WAJIB PAJAK : BULAN / TAHUN PEROLEHAN HARGA PEROLEHAN (US$) 2 0 DAFTAR PENYUSUTAN DAN AMORTISASI FISKAL 1B KELOMPOK / JENIS HARTA BULAN / TAHUN PEROLEHAN HARGA PEROLEHAN (US$) NILAI SISA BUKU FISKAL AWAL TAHUN PENYUSUTAN / AMORTISASI KOMERSIAL METODE HARTA BERWUJUD

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN A. Analisis Perlakuan Pajak Penghasilan dalam Transaksi Jasa Lelang oleh Balai Lelang Swasta Sebagaimana telah disebutkan dalam pembahasan sebelumnya bahwa transaksi

Lebih terperinci

PPh Pasal 21. Maksud. Dasar Hukum. Objek Pemotongan Pemotong PPh Pasal 21. Bukan Pemotong PPh Pasal 21. Penerima Penghasilan

PPh Pasal 21. Maksud. Dasar Hukum. Objek Pemotongan Pemotong PPh Pasal 21. Bukan Pemotong PPh Pasal 21. Penerima Penghasilan Maksud Objek Pemotongan Pemotong PPh Pasal 21 Bukan Pemotong PPh Pasal 21 Penerima Penghasilan PPh Pasal 21 Pemotongan pajak atas penghasilan yang dibayarkan kepada orang pribadi sehubungan dengan pekerjaan,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dikemukakan oleh Prof. Dr. Rochmat Soemitro, S.H. dalam Siti Resmi (2009: 1):

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dikemukakan oleh Prof. Dr. Rochmat Soemitro, S.H. dalam Siti Resmi (2009: 1): digilib.uns.ac.id BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Pajak Pajak telah banyak didefinisikan oleh beberapa pakar. Definisi pajak yang dikemukakan oleh Prof. Dr. Rochmat Soemitro, S.H. dalam Siti Resmi

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Pajak merupakan komponen yang sangat penting dalam keberlangsungan

BAB II KERANGKA TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Pajak merupakan komponen yang sangat penting dalam keberlangsungan BAB II KERANGKA TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Pajak Pajak merupakan komponen yang sangat penting dalam keberlangsungan kehidupan suatu negara. Dalam Undang-undang

Lebih terperinci

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER - 7/PJ/2011 TENTANG TATA CARA PENGEMBALIAN KELEBIHAN PEMBAYARAN PAJAK DIREKTUR JENDERAL PAJAK,

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER - 7/PJ/2011 TENTANG TATA CARA PENGEMBALIAN KELEBIHAN PEMBAYARAN PAJAK DIREKTUR JENDERAL PAJAK, Menimbang : PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER - 7/PJ/2011 TENTANG TATA CARA PENGEMBALIAN KELEBIHAN PEMBAYARAN PAJAK DIREKTUR JENDERAL PAJAK, bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 15 Peraturan

Lebih terperinci

Modul ke: PERPAJAKAN II BUNGA PINJAMAN. Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Deden Tarmidi, SE., M.Ak., BKP. Program Studi Akuntansi.

Modul ke: PERPAJAKAN II BUNGA PINJAMAN. Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Deden Tarmidi, SE., M.Ak., BKP. Program Studi Akuntansi. Modul ke: PERPAJAKAN II BUNGA PINJAMAN Fakultas Ekonomi dan Bisnis Deden Tarmidi, SE., M.Ak., BKP. Program Studi Akuntansi www.mercubuana.ac.id PENDAHULUAN Setiap entitas selalu berusaha agar entitas dapat

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN Dalam pembahasan hasil pengamatan ini penulis akan menyampaikan mengenai Prosedur penghapusan sanksi administrasi atas pembetulan Surat Pemberitahuan (SPT) Pajak

Lebih terperinci

KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN DI INDONESIA

KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN DI INDONESIA PERTEMUAN KE-3 KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN DI INDONESIA Pengertian-Pengertian : 1. Subjek Pajak : Orang ataupun badan yang dapat dikenakan pajak. 2. Wajib Pajak (WP) adalah orang pribadi atau

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Pajak Apabila membahas pengertian pajak banyak para ahli dalam bidang perpajakan yang memberikan pengertian mengenai pajak, diantaranya : Menurut Djajadiningrat dalam

Lebih terperinci

1 dari 4 11/07/ :43

1 dari 4 11/07/ :43 1 dari 4 11/07/2012 14:43 Menimbang : PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 85/PMK.03/2012 TENTANG PENUNJUKAN BADAN USAHA MILIK NEGARA UNTUK MEMUNGUT, MENYETOR, DAN MELAPORKAN PAJAK PERTAMBAHAN

Lebih terperinci