BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini dilaksanakan di kantor pusat PT. Pertamina (Persero) yang terletak

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini dilaksanakan di kantor pusat PT. Pertamina (Persero) yang terletak"

Transkripsi

1 70 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Objek Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di kantor pusat PT. Pertamina (Persero) yang terletak di Jl. Medan Merdeka Timur 1A, Jakarta Pusat. Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober 2015 hingga Februari Pertamina adalah perusahaan minyak dan gas bumi yang dimiliki Pemerintah Indonesia (National Oil Company), yang berdiri sejak tanggal 10 Desember 1957 dengan nama PT Permina. Pada tahun 1960, PT PERMINA direstrukturisasi menjadi PN PERMINA sebagai tindak lanjut dari kebijakan Pemerintah, bahwa pihak yang berhak melakukan eksplorasi minyak dan gas di Indonesia adalah Negara. Melalui satu Peraturan Pemerintah yang dikeluarkan Presiden pada 20 Agustus 1968, PN PERMINA yang bergerak di bidang produksi digabung dengan PN PERTAMINA yang bergerak di bidang pemasaran guna menyatukan tenaga, modal dan sumber daya yang kala itu sangat terbatas. Perusahaan gabungan tersebut dinamakan PN Pertambangan Minyak dan Gas Bumi Nasional (Pertamina). Untuk memperkokoh perusahaan yang masih muda ini, Pemerintah menerbitkan Undang-Undang No. 8 tahun 1971, dimana di dalamnya mengatur peran Pertamina sebagai satu-satunya perusahaan milik Negara yang ditugaskan 70

2 71 melaksanakan pengusahaan migas mulai dari mengelola dan menghasilkan migas dari ladang-ladang minyak di seluruh wilayah Indonesia, mengolahnya menjadi berbagai produk dan menyediakan serta melayani kebutuhan bahan bakar minyak dan gas di seluruh Indonesia. Sebutan Pertamina ini tetap dipakai setelah Pertamina berubah status hukumnya menjadi PT Pertamina (Persero) pada tanggal 17 September 2003 berdasarkan Undang Undang Republik Indonesia Nomor 22 tahun 2001 pada tanggal 23 November 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi. PT Pertamina (Persero) didirikan berdasarkan akta Notaris Lenny Janis Ishak, SH No. 20 tanggal 17 September 2003, dan disahkan oleh Menteri Hukum dan HAM melalui Surat Keputusan No.C HT pada tanggal 09 Oktober Pendirian Perusahaan ini dilakukan menurut ketentuan-ketentuan yang tercantum dalam Undang-Undang No. 1 tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas, Peraturan Pemerintah No. 12 tahun 1998 tentang Perusahaan Perseroan (Persero), dan Peraturan Pemerintah No. 45 tahun 2001 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah No. 12 tahun 1998 dan peralihannya berdasarkan PP No. 31 Tahun 2003 tentang Pengalihan Bentuk Perusahaan Pertambangan Minyak dan Gas Bumi Negara (Pertamina) menjadi Perusahaan Perseroan (Persero). Pada 10 Desember 2005, sebagai bagian dari upaya menghadapi persaingan bisnis, PT Pertamina mengubah logo dari lambang kuda laut menjadi anak panah dengan tiga warna dasar hijau-biru-merah. Logo tersebut menunjukkan unsur kedinamisan serta mengisyaratkan wawasan lingkungan yang diterapkan dalam aktivitas usaha Perseroan.

3 72 Pada 20 Juli 2006, PT Pertamina mencanangkan program transformasi perusahaan dengan 2 tema besar yakni fundamental dan bisnis. Untuk lebih memantapkan program transformasi itu, pada 10 Desember 2007 PT Pertamina mengubah visi perusahaan yaitu, Menjadi Perusahaan Minyak Nasional Kelas Dunia.Menyikapi perkembangan global yang berlaku, Pertamina mengupayakan perluasan bidang usaha dari minyak dan gas menuju ke arah pengembangan energi baru dan terbarukan, berlandaskan hal tersebut di tahun 2011 Pertamina menetapkan visi baru perusahaannya yaitu, Menjadi Perusahaan Energi Nasional Kelas Dunia. ( 1. Visi dan Misi Perusahaan PT Pertamina (Persero) menempatkan visi, misi, dan tata nilai sebagai pedoman dalam menjalankan bisnisnya baik dalam skala lokal maupun skala global. Atribut-atribut tentang visi, misi, dan tata nilai tersebut terpampang menghiasi dinding setiap ruangan rapat dan ruangan utama. Visi dan Misi dari PT Pertamina (Persero) adalah : a. Visi PT Pertamina (Persero) adalah menjadi Perusahaan Energi Nasional Kelas Dunia. b. Misi PT Pertamina (Persero) adalah menjalankan usaha minyak, gas, serta energi baru dan terbarukan secara terintegrasi, berdasarkan prinsip-prinsip komersial yang kuat.

4 73 Untuk mewujudkan Visi Perseroan sebagai perusahaan kelas dunia, maka Perseroan sebagai perusahan milik Negara turut melaksanakan dan menunjang kebijakan dan program Pemerintah di bidang ekonomi dan pembangunan nasional pada umumnya, terutama di bidang penyelenggaraan usaha energi, yaitu energi baru dan terbarukan, minyak dan gas bumi baik di dalam maupun di luar negeri serta kegiatan lain yang terkait atau menunjang kegiatan usaha di bidang energi, yaitu energi baru dan terbarukan, minyak dan gas bumi tersebut serta pengembangan optimalisasi sumber daya yang dimiliki Perseroan untuk menghasilkan barang dan/atau jasa yang bermutu tinggi dan berdaya saing kuat serta mengejar keuntungan guna meningkatkan nilai Perseroan dengan menerapkan prinsip-prinsip Perseroan Terbatas. Misi Perseroan menjalankan usaha inti minyak, gas, bahan bakar nabati serta kegiatan pengembangan, eksplorasi, produksi dan niaga energi baru dan terbarukan (new and renewable energy) secara terintegrasi. 2. Tata Nilai Perusahaan PT Pertamina (Persero) menetapkan enam tata nilai perusahaan yang dapat menjadi pedoman bagi seluruh karyawan dalam menjalankan perusahaan. Keenam tata nilai perusahaan PT Pertamina (Persero) adalah sebagai berikut:

5 74 a. CLEAN (BERSIH) Dikelola secara profesional, menghindari benturan kepentingan, tidak menoleransi suap, menjunjung tinggi kepercayaan dan integritas.berpedoman pada asas-asas tata kelola korporasi yang baik. b. COMPETITIVE (KOMPETITIF) Mampu berkompetisi dalam skala regional maupun internasional, mendorong pertumbuhan melalui investasi, membangun budaya sadar biaya dan menghargai kinerja. c. CONFIDENT (PERCAYA DIRI) Berperan dalam pembangunan ekonomi nasional, menjadi pelopor dalam reformasi BUMN, dan membangun kebanggaan bangsa. d. CUSTOMER FOCUS (FOKUS PADA PELANGGAN) Berorientasi pada kepentingan pelanggan dan berkomitmen untuk memberikan pelayanan yang terbaik kepada pelanggan. e. COMMERCIAL (KOMERSIAL) Menciptakan nilai tambah dengan orientasi komersial, mengambil keputusan berdasarkan prinsip-prinsip bisnis yang sehat.

6 75 f. CAPABLE (BERKEMAMPUAN) Dikelola oleh pemimpin dan pekerja yang profesional dan memiliki talenta dan penguasaan teknis tinggi, berkomitmen dalam membangun kemampuan riset dan pengembangan. 3. Stuktur Organisasi Sebagai suatu perusahaan multinasional, PT Pertamina (Persero) mempunyai struktur organisasi yang sangat kompleks tidak hanya dikoordinasi secara lokal tetapi juga regional. Berikut struktur organisasi di PT Pertamina (Persero) :

7 76 Sumber : PT. Pertamina (Persero) GAMBAR 4.1 STRUKTUR ORGANISASI PT. PERTAMINA (PERSERO) 76 76

8 77 VP Tax Secretary Tax Planning & Advisory Manager Tax Accounting & Complience Secretary AM Tax Planning & Advisory Value Added Tax AM Tax Planning & Advisory Corp. Income Tax & International Taxation AM Employee Account Payable AM Tax Audit & Litigation AM Tax Acc. Comp. Corp In Tax AM Tax Acc. & Comp. Value Added Tax AM Tax Acc. & Comp. Witholding Tax AM Tax Acc. & Comp. Reg. Tax & Custom GAMBAR 4.2 STRUKTUR ORGANISASI DIVISI PAJAK PT. PERTAMINA (PERSERO) Sumber : PT. Pertamina (Persero) 77

9 78 B. Pembahasan Metode penelitian yang digunakan peneliti adalah metode deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Dimana peneliti akan memaparkan, menjelaskan serta menggambarkan hasil data yang diperoleh. 1. Analisis Perbandingan Ketentuan BUMN sebagai Pemungut PPN dari Masa ke Masa Ketentuan yang mengatur tentang penunjukkan BUMN sebagai Pemungut PPN telah mengalami empat kali perubahan.tabel 4.1 dibawah ini merupakan analisis perbandingan ketentuan BUMN sebagai Pemungut PPN dari Masa ke Masa. TABEL 4.1 KETENTUAN PEMUNGUTAN PPN OLEH WAPU BUMN DARI MASA KE MASA Perihal KMK Nomor : 1289/KMK.0 4/1988 KMK NOMOR : 549/kmk.04/20 00 PMK Nomor 85/PMK.03/201 2 PMK Nomor 136/PMK.03/20 12 Jumlah transaksi yang dipungut PPN oleh Wapu BUMN Rp Rp Rp Rp Saat Pemungutan PPN Saat pembayaran tagihan Saat pembayaran tagihan a. Penyerahan BKP dan/atau JKP b. Penerimaan pembayaran dalam hal ini pembayaran terjadi a. Penyerahan BKP dan/atau JKP b. Penerimaan pembayaran dalam hal ini 78

10 79 sebelum penyerahan BKP dan/atau JKP c. Penerimaan pembayaran termin dalam hal penyerahan sebagian tahap pekerjaan. pembayaran terjadi sebelum penyerahan BKP dan/atau JKP c. Penerimaan pembayaran termin dalam hal penyerahan sebagian tahap pekerjaan. Batas waktu penyetoran PPN 10 hari setelah terjadinya bulan pembayaran tagihan 15 hari setelah terjadinya bulan pembayaran tagihan Tanggal 15 bulan berikutnya. Setelah masa pajak berakhir Tanggal 15 bulan berikutnya. Setelah masa pajak berakhir Batas waktu pelaporan PPN Hari ke-20 setelah bulan dilakukan pembayaran tagihan Hari ke-20 setelah bulan dilakukan pembayaran tagihan Akhir bulan berikutnya setelah masa pajak berakhir Akhir bulan berikutnya setelah masa pajak berakhir Surat Setoran Pajak 4 rangkap 5 rangkap 5 rangkap 4 rangkap Sarana Pelaporan Formulir Laporan Pemungutan PPN dan/atau PPnBM SPT Masa bagi pemungut SPT Masa bagi pemungut SPT Masa bagi pemungut dan daftar nominatif faktur pajak & SSP Sumber : Majid, 2013 Berdasarkan PMK Nomor 136/PMK.03/2012, Surat Setoran Pajak (SSP) dibuat dalam rangkap 4 (empat).pada saat pelaporan PPN WAPU, BUMN wajib melampirkan daftar nominatif Faktur Pajak dan Surat Setoran Pajak (SSP). Jadi, dalam pelaporannya BUMN tidak perlu lagi

11 80 melampirkan seluruh tumpukan SSP dari setiap transaksi, melainkan cukup dibuat dalam satu daftar nominatif yang mencakup seluruh transaksi perusahaan dengan rekanan. Daftar nominatif juga berguna sebagai bahan pengawasan BUMN karena didalamnnya terdapat nama dan NPWP rekanan, kode dan nomor seri Faktur Pajak, tanggal Faktur Pajak serta tanggal setor SSP. Hal ini tentu saja dapat mendukung kinerja BUMN sebagai pemungut pajak agar dapat melaksanakan tugasnya dengan lebih baik. 2. Tax Code (Kode Pajak) berdasarkan PMK No.85/PMK.03/2012 Tax Code (Kode Pajak) berdasarkan implementasi PMK No.85/PMK.03/2012 yang digunakan oleh PT. Pertamina (Persero) yaitu sebagai berikut : a. V1 : Untuk PPN yang dapat dikreditkan (transaksi berhubungan langsung dengan kegiatan produksi, distribusi, pemasaran, dan manajemen) sepanjang tagihan tersebut jumlahnya paling banyak Rp ,- (termasuk PPN) dan tidak merupakan pembayaran yang terpecah-pecah, tagihan telepon kantor, tagihan jasa angkutan udara khusus e-ticket Garuda. Kode Faktur Pajak atas transaksi ini adalah 01, PPN akan dibayarkan kepada Vendor bersama dengan pembayaran tagihan pokok. b. V5 : Untuk transaksi yang menggunakan nilai lain sebagai DPP PPN (DPP PPN = 10% x jumlah tagihan) yang dapat dikreditkan sepanjang tagihan tersebut jumlah paling banyaknya Rp.

12 (termasuk PPN). Kode Faktur Pajak atas transaksi ini adalah 04, PPN akan dibayarkan kepada Vendor bersama dengan pembayaran tagihan pokok. c. V9 : Untuk PPN yang tidak dapat dikreditkan (transaksi tidak berhubungan langsung dengan kegiatan produksi, distribusi, pemasaran, dan manajemen) sepanjang tagihan tersebut jumlahnya paling banyak Rp ,- (termasuk PPN) dan tidak merupakan pembayaran yang terpecah-pecah, tagihan telepon rumah dinas, tagihan jasa angkutan udara selain e-ticket Garuda. Kode Faktur Pajak atas transaksi ini adalah 01, PPN akan dibayarkan kepada Vendor bersama dengan pembayaran tagihan pokok. d. VA : Untuk transaksi yang menggunakan nilai lain sebagai DPP PPN (DPP PPN = 10% x jumlah tagihan) yang dapat dikreditkan sepanjang tagihan tersebut jumlah paling banyaknya Rp (termasuk PPN). Kode Faktur Pajak atas transaksi ini adalah 04, PPN akan dibayarkan kepada Vendor bersama dengan pembayaran tagihan pokok. e. Z2 : Untuk PPN 10% yang dapat dikreditkan (transaksi berhubungan langsung dengan kegiatan produksi, distribusi, pemasaran, dan manajemen) dimana jumlah tagihan diatas Rp ,- (termasuk PPN). Kode Faktur Pajak atas transaksi ini adalah 03, PPN dipungut oleh PT. Pertamina (Persero) dan disetorkan ke kas

13 82 Negara. Pembayaran kepada Vendor hanya sejumlah tagihan pokok tanpa PPN. f. Z3 : Untuk PPN 10% yang tidak dapat dikreditkan (transaksi tersebut tidak berhubungan langsung dengan kegiatan produksi, distribusi, pemasaran, dan manajemen) dimana jumlah tagihan diatas Rp ,- (termasuk PPN).Kode Faktur Pajak atas transaksi ini adalah 03, PPN dipungut oleh PT. Pertamina (Persero) dan disetorkan ke kas Negara. Pembayaran kepada Vendor hanya sejumlah tagihan pokok tanpa PPN. g. Z4 : Untuk transaksi yang menggunakan nilai lain sebagai DPP PPN (DPP PPN = 10% x jumlah tagihan) dimana jumlah tagihan diatas Rp (termasuk PPN). Kode Faktur Pajak atas transaksi ini adalah 03, PPN dipungut oleh PT. Pertamina (Persero) dan disetorkan ke kas Negara. Pembayaran kepada Vendor hanya sejumlah tagihan pokok tanpa PPN. h. Z5 : Untuk transaksi yang menggunakan nilai lain sebagai DPP PPN (DPP PPN = 10% x jumlah tagihan) yang tidak dapat dikreditkan (transaksi tersebut tidak berhubungan langsung dengan kegiatan produksi, distribusi, pemasaran, dan manajemen) dimana jumlah tagihan diatas Rp (termasuk PPN). Kode Faktur Pajak atas transaksi ini adalah 03, PPN dipungut oleh PT. Pertamina (Persero) dan disetorkan ke kas Negara. Pembayaran kepada Vendor hanya sejumlah tagihan pokok tanpa PPN.

14 83 3. Dokumen Penagihan PPN WAPU Berdasarkan implementasi Peraturan Menteri Keuangan PMK No.85/PMK.03/2012, dokumen penagihan yang diperlukan PT. Pertamina (Persero),yaitu: a. Dokumen penagihan dengan transaksi tagihan diatas Rp ,- (termasuk PPN) atas Kontrak / PO yaitu : 1) Invoice dirinci dengan nilai tagihan ditambah PPN (110%) 2) Kuitansi sebesar nilai tagihan (100%) 3) Faktur Pajak asli rangkap 4 (empat) dengan kode transaksi 03 (seluruhnya diserahkan ke PT. Pertamina (Persero) saat menyerahkan tagihan), dengan peruntukkannya sebagai berikut : Lembar kesatu untuk Badan Usaha Milik Negara Lembar kedua untuk Rekanan Lembar ketiga untuk Badan Usaha Milik Negara yang dilampirkan pada SPT Masa PPN bagi pemungut PPN Lembar keempat untuk Arsip Badan Usaha Milik Negara Akan tetapi kini, Faktur Pajak yang harus dibuat oleh rekanan hanya rangkap 2 (dua)yaitu faktur pajak untuk BUMN dan faktur pajak untuk Rekanan.Hal ini diatur berdasarkan lampiran PMK NO 136/PMK.03/2012 atas perubahan PMK No. 85/PMK.03/ ) SSP Asli rangkap 6 (enam). Seluruhnya diserahkan ke PT. Pertamina (Persero), dengan peruntukkannya sebagai berikut :

15 84 Lembar kesatu untuk Rekanan Lembar kedua untuk KPPN melalui Bank Persepsi atau Kantor Pos Lembar ketiga untuk Rekanan yang dilampirkan pada SPT Masa PPN Lembar keempat untuk Bank Persepsi atau Kantor Pos Lembar kelima untuk Badan Usaha Milik Negara yang dilampirkan pada SPT Masa PPN bagi pemungut PPN Lembar keenam untuk Arsip Badan Usaha Milik Negara Berdasarkan PMK Nomor 136/PMK.03/2012, rekanan harus membuat SSP dalam rangkap 4(empat) dengan menghilangkan kewajiban membuat SSP lembar kelima dan keenam. 5) Dokumen lainnya tetap sesuai dengan persyaratan penagihan kepada PT. Pertamina (Persero). b. Tagihan telepon, tagihan jasa angkutan udara oleh Perusahaan Penerbangan serta transaksi lain yang terutang PPN dengan nilai tagihan sampai dengan Rp ,- (termasuk PPN), berlaku persyaratan dokumen penagihan sebagai berikut : 1) Invoice dirinci dengan nilai tagihan ditambah PPN (110%) 2) Kuitansi sebesar nilai tagihan ditambah PPN (110%) 3) Faktur Pajak asli rangkap 3 (tiga) dengan kode transaksi 01 (lembar 2 Vendor, lembar 1 dan lembar 3 diserahkan ke Pertamina). Jika tagihan tersebut menggunaan nilai lain sebagai

16 85 Dasar Pengenaan Pajaknya maka kode Faktur Pajak nya adalah 04. 4) Khusus untuk tagihan yang PPN-nya dikreditkan Pertamina (Tax code V1 dan VA), harus melampirkan copy bukti lapor SPT Masa bulan terakhir dan lampiran SPT Masa PPN form 1111 A yang mencantumkan transaksi dengan PT. Pertamina (Persero) jika ada. 5) Dokumen lainnya tetap sesuai persyaratan penagihan kepada PT. Pertamina (Persero).

17 81 Fungsi Account Payable Kantor Pusat / Fungsi Refinery Offsite Support Region / Fungsi M&T Offsite Support Region (Unit/Depot) Fungsi SPC - Procurement Fungsi Tax Accounting & Compliance / Fungsi Refinery Offsite Support Region / Fungsi M&T Offsite Support Region (Unit/depot) Fungsi Cash Management dan Cash Disbursement Melakukan verifikasi atas tagihan Vendor Melakukan request Faktur Pajak Membukukan MIRO sesuai request Download data dari system Membandingkan data system dan dokumen fisik yang diterima Menyiapkan dana dan melakukan dropping dana Terminal BBM (Depot)/UPP/ Formulating Planta/Asphalt Plant Membuat rekapitulasi SSP dan membandingkan data di MySAP dengan fisik SSP Request pembayaran PPN Membuat Request permintaan pembayaran PPN Memo Permintaan dropping dana Dropping dana Dokumen Fisik Rekapitulasi SSP Clearing Vat In Payable Faktur Pajak di stempel SSP Melaporkan PPN Wapu Vendor GAMBAR 4.3 TATA CARA PENCATATAN, PENYETORAN, 81 DAN PELAPORAN PPN WAPU 86

18 87 4. Tata Cara Pencatatan PPN WAPU Berikut ini adalah tata cara pencatatan PPN Wajib Pungut yang dilakukan oleh PT. Pertamina (Persero) : a. Fungsi Account Payable Kantor Pusat / Fungsi Refinery Offsite Support Region / Fungsi M&T Offsite Support Region (unit / depot) yaitu melakukan verifikasi atas tagihan Vendor dan melakukan request kepada Fungsi SPC Procurement operation untuk pembukuan MIRO (kode transaksi di mysap) paling lama 4 (empat) hari kerja. Dalam pembuatan request tersebut, bagian tersebut harus memperhatikan Document Date (Tanggal Faktur Pajak) dan Reference (Kode dan Nomor Seri Faktur Pajak). Hal ini dilakukan untuk menghindari risiko dari tanggal faktur yang tidak sesuai dan kesalahan data. Berikut ini kategori transaksi dan jenis kode pajak yang digunakan : 1) Tagihan yang nilai transaksinya diatas Rp ,- (termasuk PPN) atas Kontrak / PO dan merupakan kategori transaksi yang PPN-nya dapat dikreditkan, maka tax code yang digunakan adalah Z2 (VAT In Creditable 10%WAPU) dan atau Z4 (VAT In Creditable 1%WAPU). 2) Tagihan yang nilai transaksinya diatas Rp ,- (termasuk PPN) atas Kontrak / PO tetapi transaksi tersebut masuk ke dalam kategori transaksi PPN yang tidak dapat dikreditkan, maka tax code yang digunakan adalah Z3 (VAT In 87

19 88 Uncreditable 10% WAPU) dan atau Z5 (VAT In Uncreditable 1% WAPU) 3) Tagihan yang nilai transaksinya sampai dengan Rp ,- (termasuk PPN) atas tagihan telepon, tagihan jasa angkutan udara oleh Perusahaan Penerbangan serta transaksi lain dan merupakan kategori transaksi yang PPN-nya dapat dikreditkan, maka tax code yang digunakan adalah V1 (VAT In Creditable 10%) dan atau VA (VAT In Creditable 1%) jika nilai lain sebagai DPP PPN. 4) Tagihan yang nilai transaksinya sampai dengan Rp ,- (termasuk PPN) atas tagihan telepon, tagihan jasa angkutan udara oleh Perusahaan Penerbangan serta transaksi lain dan merupakan kategori transaksi yang PPN-nya dapat dikreditkan, maka tax code yang digunakan adalah V9 (VAT In Uncreditable 10%) dan atau V5 (VAT In Uncreditable 1%) jika nilai lain sebagai DPP PPN. b. Fungsi SPC Procurement Operation membukukan MIRO sesuai request paling lama 3 (tiga) hari kerja. c. Fungsi Account Payable di Kantor Pusat / Fungsi Refinery Offsite Support Region / Fungsi M&T Offsite Support Region (Fungsi Account Payable di Unit / Depot) yaitu :

20 89 1) Membuat rekapitulasi SSP untuk PPN yang dipungut oleh PT. Pertamina (Persero) dan membandingkan data PPN WAPU yang ada di MySAP dengan fisik SSP. 2) Apabila data system dan fisik sudah sama, selanjutnya mengirimkan rekapitulasi SSP beserta dokumen fisiknya kepada Fungsi Tax Accounting & Compliance Kantor Pusat / Fungsi Refinery Offsite Support Region / Fungsi M&T Offsite Support Region (Fungsi Pajak di Unit / Depot) per 10 (sepuluh) harian paling lambat 3 (tiga) hari kalender berikutnya. 5. Tata Cara Pembayaran PPN WAPU a. Fungsi Tax Accounting & Compliance di Kantor Pusat / Fungsi Refinery Offsite Support Region / Fungsi M&T Offsite Support Region (Fungsi Tax di Unit / Depot) melakukan downloaddata PPN WAPU dari system sesuai tempat dimana dilakukan pembayaran (Business Place) masing-masing (t-code ZSSPWAPU) paling lama tanggal 7 bulan berikutnya, dengan membandingkan data system dan dokumen fisik yang diterima. b. Fungsi Refinery Offsite Support Region / Fungsi M&T Offsite Support Region membuat memo permintaan dropping dana untuk pembayaran PPN kepada Fungsi Cash Management dan Fungsi Cash Disbursement paling lambat tanggal 8 bulan berikutnya. c. Fungsi Cash Management menyiapkan dana dan Fungsi Cash Disbursement melakukan dropping dana ke Fungsi Refinery Offsite

21 90 Support Region / Fungsi M&T Offsite Support Region paling lama tanggal 10 bulan berikutnya. d. Fungsi Tax Accounting & Compliance di Kantor Pusat membuat request permintaan pembayaran PPN kepada Fungsi Cash Management, Fungsi Cash Disbursement, dan Fungsi SPC - Procurement Operation paling lambat tanggal 10 bulan berikutnya. e. Fungsi Refinery Offsite Support Region / Fungsi M&T Offsite Support Region : 1) Fungsi M&T Offsite Support Region (Unit) melakukan dropping dana untuk setoran PPN WAPU ke seluruh terminal BBM (Depot) / UPP / FormulatingPlan / Asphalt plant yang menjadi tanggungjawabnya beserta request pembayaran PPN kepada Fungsi SPC Procurement Operation paling lambat tanggal 12 bulan berikutnya. 2) Fungsi Refinery Offsite Support Region melakukan request pembayaran PPN kepada Fungsi SPC Procurement Operation paling lambat tanggal 12 bulan berikutnya. f. Fungsi Cash Disbursement melakukan pembayaran PPN WAPU ke Kantor Pusat paling lama tanggal 12 bulan berikutnya. g. Fungsi SPC Procurement Operation melakukan clearing VAT In Payable sesuai request dari Fungsi Pajak Kantor Pusat / Unit / Depot.

22 91 h. Fungsi Tax Accounting & Compliance di Kantor Pusat / Fungsi Refinery Offsite Support Region / Fungsi M&T Offsite Support Region (Fungsi Tax di Unit / Depot) : 1) Faktur Pajak yang sudah disetor PPN-nya distempel Disetor Tanggal Dan ditandatangani oleh Pejabat penandatangan SSP yang ada di Kantor Pusat / Unit / Depot. Pejabat penandatangan SSP agar mengacu kepada otorisasi pembayaran yang ada dalam Pedoman Pelimpahan Otorisasi Perusahaan. 2) Faktur Pajak lembar 2 serta SSP lembar ke-1 dan lembar ke-3 yang sudah disetorkan PPN-nya akan diambil oleh Vendor terkait setelah tanggal penyetoran. 6. Tata Cara Pelaporan PPN WAPU a. Fungsi Tax Accounting & Compliance di Kantor Pusat / Fungsi Refinery Offsite Support Region / Fungsi M&T Offsite Support Region (Fungsi Tax di Unit / Depot) mengirimkan Rekapitulasi PPN WAPU yang sudah disetor (softcopy dan hardcopy) beserta Faktur Pajak lembar ke-3 (yang sudah distempel dan ditandatangani) dan SSP lembar ke-5 kepada Fungsi Tax Accounting & Compliance di Kantor Pusat. Dokumen tersebut harus sudah diterima di Fungsi Tax Accounting & Compliance di Kantor Pusat paling lama tanggal 18 bulan berikutnya.

23 92 b. Fungsi Tax Accounting & Compliance di Kantor Pusat melaporkan PPN WAPU paling lambat akhir bulan berikutnya dengan melampirkan Faktur Pajak lembar ke-3 dan SSP lembar ke-5 yang diterima dari seluruh Unit / Depot. 7. PPN WAPU PT. Pertamina (Persero) Berikut ini adalah tabel yang menunjukkan data pajak pertambahan nilai WAPU oleh PT. Pertamina (Persero) dari tahun 2013 hingga TABEL 4.2 DATA PPN WAPU TAHUN 2013 MASA TANGGAL LAPOR TOTAL SPT (Rupiah) S S Januari 28 Februari ,270,948,875 Februari 28 Maret ,664,166,821 Maret 30 April ,828,383,716 April 30 Mei ,516,709,903 Mei 28 Juni ,258,183,395 Juni 29 Juli ,907,956,495 Juli 29 Agustus ,219,606,776 Agustus 30 September ,679,556,618 September 31 Oktober ,310,083,054 Oktober 28 November ,159,284,545 November 27 Desember ,828,195,149 Desember 29 Januari ,953,212,284 Total PPN WAPU 4,730,596,287,631 Rata-rata PPN WAPU Per Bulan 394,216,357,303 Sumber : PT. Pertamina (Persero) dan data telah diolah

24 93 TABEL 4.3 DATA PPN WAPU TAHUN 2014 DAN 2015 TAHUN 2014 TAHUN 2015 MASA TANGGAL TOTAL SPT TANGGAL TOTAL SPT LAPOR (Rupiah) LAPOR (Rupiah) Januari 27 Februari ,733,123, Februari ,719,215,292 Februari 24 Maret ,478,180, Maret ,178,409,901 Maret 30 April ,405,015, April ,288,437,500 April 28 Mei ,580,664, Mei ,073,594,178 Mei 27 Juni ,479,832, Juni ,778,753,012 Juni 25 Juli ,708,889, Juli ,550,360,313 JuLi 27 Agustus ,501,993, Agustus ,601,128,239 Agustus 26 September ,030,240, September ,568,128,172 September 29 Oktober ,884,372, Oktober ,340,195,130 Oktober 27 Nopember ,045,938, Nopember ,548,299,093 Nopember 24 Desember ,372,825, Desember ,268,234,281 Desember 30 Januari ,880,508, Januari ,564,177,300 Total PPN WAPU 5,620,101,584,137 4,315,478,932,411 RATA-RATA PPN WAPU Per Bulan 468,341,798, ,623,244,368 Sumber : PT. Pertamina (Persero) dan data telah diolah 8. Hasil wawancara dengan Narasumber Risiko terkait PPN WAPU PT. Pertamina (Persero) adalah Risiko keterlambatan Pembayaran PPN WAPU karena adanya batasan waktu dalam melakukan penyetoran PPN WAPU tersebut yakni ditanggal 15 bulan berikutnya. Apabila perusahaan telat membayar maka akan dikenakan sanksi administrasi perpajakan berupa bunga sebesar 2% per bulan. Dikdik Suwardi selaku Manager Tax Planner and Advisor mengemukakan bahwa Di Pertamina control terkait PPN WAPU ini ada di fungsi lain, di Fungsi Account Payable jadi seharusnya secara

25 94 administrasi dan secara prosedur tidak ada yang sampai telat dan lain sebagainya. Di Fungsi Account Payable memiliki kebijakan bahwa semua tagihan (closing) harus masuk maksimal tanggal 25 jadi kalau misalkan di tanggal 25 itu tagihan-tagihan dari vendor tidak masuk, vendor harus membuat faktur pajak pengganti atau faktur pajak lain. Kami mengarahkan untuk cancel faktur dan dibuatkan faktur baru lalu dimasukkan di tanggal 1 bulan berikutnya. Ada deadline tagihan vendor harus masuk ke Fungsi Account Payable maksimal di tanggal 25. Setelah tanggal 25 Pertamina tidak akan menerima faktur pajaknya. Vendor harus membuat faktur pajak baru. Secara umum proses terkait PPN WAPU di Pertamina ada 3, pertama invoice dan kelengkapan ini diterima oleh fungsi yang berhubungan dengan vendor misalnya marketing. Kemudian vendor akan menyerahkan dokumen ke Marketing. Marketing akan cek dokumennya lalu diserahkan ke Fungsi Account Payable. Selanjutnya Fungsi Account Payable akan membukukan atau memiro yang akan memunculkan GL (General Ledger) utang pajak PPN setelah itu ujungnya nanti di bagian Fungsi Pajak (tax). Fungsi pajak itu yang akan melihat record-record tersebut. Di tanggal 4 bulan berikutnya Fungsi Account Payable harus close jadi semua dokumen-dokumen itu harus sudah diinputkan. Sehingga Pertamina mempunyai waktu 11 (sebelas) hari untuk proses pengecekan, dengan waktu yang sangat ketat itu, Fungsi Account Payable itu mempunyai kebijakan bahwa dokumen dari vendor harus

26 95 diterima di Account Payable sekitar tanggal 23 sampai 25 dibulan bersangkutan. Karena jika lewat dari tanggal tersebut dipastikan proses pengecekannya akan mundur sehingga memiliki risiko keterlambatan pembayaran PPN WAPU. SPT Pembetulan terkait PPN WAPU relatif tidak ada. Yang dibetulkan itu lebih banyak ke SPT bukan PPN WAPU tapi PPN biasa. Kalaupun ada tidak banyak, 1 sampai 2 pembetulan SPT. Sedangkan sanksi administrasi terkait PPN WAPU ini di tahun 2013 hingga 2014 sekitar 3 4 milliar rupiah dan ini masih dalam kondisi keberatan, tidak begitu signifikan. Keterlambatan penyetoran PPN WAPU PT. Pertamina (Persero) dalam satu tahun sekitar 1% yang disebabkan oleh dokumen-dokumen yang diproses lebih dari closing date. 9. Analisa Manajemen Risiko Pajak PT. Pertamina (Persero) Berdasarkan data yang diperoleh, peneliti dapat menganalisa bahwa manajemen risiko pajak pertambahan nilai yang dilakukan oleh PT. Pertamina (Persero) sudah berjalan dengan baik. Hal ini didasarkan oleh beberapa hal yaitu sebagai berikut : a. Tata cara pencatatan PPN WAPU yang dilakukan oleh PT. Pertamina (Persero) selama tahun 2013 hingga 2015 telah berjalan sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan. PT. Pertamina

27 96 (Persero) memiliki beberapa fungsi terkait dengan pencatatan pajak pertambahan nilai. Dari fungsi dan prosedur tersebut peneliti menganalisa bahwa manajemen risiko PPN WAPU PT. Pertamina (Persero) dilihat dari segi pencatatan PPN WAPU telah berjalan dengan baik karena adanya batasan hari dalam proses pencatatan PPN WAPU di masingmasing fungsi sehingga proses pembayaran PPN WAPU akan lebih cepat dan tidak melewati batas tanggal yang ditentukan seperti yang diatur dalam PMK No.136/PMK.03/2012. Perusahaan telah menetapkan kebijakan batas masuk dokumen dari vendor atau rekanan paling lambat di tanggal 25 bulan bersangkutan. Jika dokumen vendor atau rekanan terlambat masuk ke perusahaan maka faktur pajak tidak akan diterima oleh perusahaan dan akan dibatalkan. Sehingga proses pembayaran dan pelaporan PPN WAPU PT. Pertamina (Persero) tidak akan terlambat dan risiko pengenaan sanksi administrasi perpajakan berupa sanksi bunga dan/atau denda dapat diminimalkan. Fungsi-fungsi tersebut juga telah melakukan pengendalian (control) seperti adanya verifikasi data dan melakukan perbandingan (mengecek kesamaan) data PPN WAPU di sistem mysap dengan fisik SSP. b. Tata cara pembayaran PPN WAPU yang dilakukan PT. Pertamina (Persero) selama tahun 2013 hingga 2015 telah berjalan sesuai

28 97 dengan prosedur yang ditetapkan. PT. Pertamina (Persero) memiliki beberapa fungsi terkait dengan pembayaran PPN WAPU.Peneliti menganalisa bahwa di masing-masing fungsi tersebut telah terjadi manajemen risiko PPN WAPU yang baik yakni adanya batasan hari dalam proses pembayaran PPN WAPU. Kemudian dilakukan pula perbandingan data system dan dokumen yang diterimaserta adanya ketetapanperusahaan terkait tanggal penyetoran PPN WAPU yakni paling lama tanggal 12 bulan berikutnya sehingga dapat meminimalkan risiko keterlambatan penyetoran PPN WAPU yang berakibat pada pengenaan sanksi administrasi berupa bunga. Selain itu berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan dengan Manager Tax Planner & Advisor PT. Pertamina (Persero), Dikdik Suwardi, diperoleh keterangan bahwa sanksi bunga yang ditanggung oleh PT. Pertamina (persero) berkisar antara 3 4 Milliar selama tahun 2013 hingga tahun 2014 dan jumlah ini masih dalam status keberatan. Dengan manajemen risiko seperti ini maka peneliti menganalisa bahwa perusahaan telah meminimalkan risiko atas PPN WAPU yang dapat terjadi seperti keterlambatan penyetoran PPN WAPU dan kesalahan dalam pencatatan faktur pajak dan SSP walaupun perusahaan tetap dikenakan sanksi administrasi tetapi jumlah tersebut tidak signifikan jika dibandingkan dengan total PPN WAPU yang harus dibayar.

29 98 c. Berdasarkan tata cara pelaporan PPN WAPU yang telah dilakukan PT. Pertamina (Persero)selama tahun 2013 hingga tahun 2015, telah berjalan sesuai dengan prosedur dan kebijakan yang ditetapkan perusahaan. Peneliti menganalisa bahwa manajemen risiko terkait pelaporan PPN WAPU telah berjalan dengan sangat baik karena berdasarkan data PPN WAPU tahun 2013 hingga tahun 2015 pada Tabel 4.2 dan 4.3, PPN yang dipungut oleh PT. Pertamina (Persero) selalu dilaporkan tepat waktu dan tidak melebihi batas waktu yang ditentukan oleh pemerintah yaitu diakhir bulan berikutnya. PPN WAPU tersebut belum pernah terlambat untuk dilaporkan sehingga PT. Pertamina (Persero) dapat terhindar dari risiko terkena sanksi bunga dan sanksi denda atas keterlambatan pelaporan SPT. Selain itu SPT terkait PPN WAPU ini tidak mengalami banyak pembetulan.dalam Setahun hanya sekitar 1-2 pembetulan SPT yang dilakukan oleh perusahaan. d. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan dengan Manager Tax Planner & Advisor PT. Pertamina (Persero), Dikdik Suwardi, peneliti dapat menganalisa bahwa PT. Pertamina (Persero) telah menjalankan manajemen risiko PPN WAPU dengan baik yakni dengan meminimalisir risiko-risiko PPN WAPU yang akan terjadi. Fungsi-fungsi terkait PPN WAPU di PT. Pertamina (Persero) telah menjalankan tugas sesuai dengan prosedur dan waktu yang telah ditetapkan. Sehingga perusahaan dapat terhindar dari risiko

30 99 pengenaan sanksi bunga maupun sanksi denda. Perusahaan juga memberikan kebijakan atau arahan kepada rekanan untuk menerbitkan faktur di bulan berikutnya dan membatalkan invoice jika tanggal invoice tersebut diatas tanggal 25 bulan yang bersangkutan karena jika hal tersebut tetap dilakukan dapat menimbulkan risiko keterlambatan pembayaran WAPU PPN sebagaimana yang diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan, bahwa penyetoran PPN WAPU paling lambat di tanggal 15 bulan berikutnya. Berdasarkan data yang diperoleh dalam setahun PT. Pertamina (Persero) melakukan keterlambatan pembayaran PPN WAPU sekitar 1% akibat dokumen-dokumen yang diproses lebih dari closing date. Walaupun jumlahnya tidak signifikan, tetapi sanksi administrasi ini akan mengganggu cash flow PT. Pertamina (Persero). Sanksi administrasi perpajakan terkait PPN WAPU di tahun 2013 hingga 2014 sekitar 3 4 milliar rupiah dan ini masih dalam kondisi keberatan.

31 100 e. Tingkat Risiko PPN WAPU PT. Pertamina (Persero) TABEL 4.4 PENILAIAN RISK LEVEL MATRIX BERDASARKAN TINGKAT SIGNIFIKANSI IMPACT DAN LIKELIHOOD 6 High Significance / Low Likelihood a. Faktur Tidak Lengkap b. Telat Setor 3 Moderate Significance / Low Likelihood - 1 S Low Significance / Low Likelihood Telat Lapor SPT PPN WAPU Sumber : Hasil olahan peneliti 8 High Significance / Moderate Likelihood - 5 Moderate Significance / Moderate Likelihood - 2 Low Significance / Moderate Likelihood - 9 High Significance / High Likelihood - 7 Moderate Significance / High Likelihood - 4 Low Significance / High Likelihood - Tingkat risiko yang kombinasinya rendah dan tidak signifikan adalah risiko-risiko yang dampak dan kemungkinannya berada pada kotak nomor 1, 2, dan 3.Jika dampak dan kemungkinan risiko berada pada kotak 4, 5, dan 6 maka tingkat risiko kombinasinya menengah dan tidak signifikan.sedangkan, risiko yang memiliki tingkat kombinasi yang signifikan yaitu jika dampak dan kemungkinan terjadinya risiko berada pada kotak nomor 7, 8, dan 9. Sebuah risiko akan memiliki dampak yang signifikan terlepas dari besar atau kecilnya sanksi administrasi perpajakan yang harus

32 101 dibayar, pengeluaran seperti ini tentu akan mempengaruhi cash flow perusahaan. Penilaianrisk level matrix ini didasarkan atas analisa peneliti yang bersumber dari data yang diperoleh melalui wawancara dan dokumentasi perusahaan. Risiko yang dihadapi PT. Pertamina yaitu sebagai berikut : 1) Faktur Tidak Lengkap dan/atau Tidak Tepat Waktu : Peluang terjadinya risiko faktur pajak tidak lengkap terbilang rendah akan tetapi dampak yang ditimbulkan dari risiko ini sangat tinggi karena perusahaan akan dikenai sanksi administrasi berupa denda sebesar 2% (dua persen) dari Dasar Pengenaan Pajak. Sejauh ini, PT. Pertamina (Persero) dapat melakukan pengelolaan yang baik atas risiko ini karena adanya verifikasi dan pengecekan faktur (dokumen) dari Fungsi yang terkait.selain itu, adanya kebijakan dari PT. Pertamina (Persero) bahwa dokumen vendor atau rekanan harus masuk ke perusahaan paling lama tanggal 25 di bulan yang bersangkutan sehingga tidak akan mengganggu alur proses pembayaran dan pelaporan PPN WAPU. 2) Telat Setor : Peluang terjadinya risiko telat setor PPN WAPU di PT. Pertamina (Persero)terbilang cukup rendah walaupun hal ini berkaitan langsung dengan transaksi yang dilakukan bersama

33 102 pihak luar.dampak risiko ini sangat tinggi karena perusahaan akan dikenakan sanksi administrasi berupa bunga 2% dari jumlah DPP. Sejauh ini perusahaan telah menetapkan tanggal penyetoran paling lambat yaitu tanggal 12 bulan berikutnya.sehingga masih ada jarak 3 hari dari batas waktu yang ditetapkan pemerintah.dan di masing-masing fungsi juga telah ditetapkan batas waktu dalam memproses PPN WAPU. Selain itu adanya kebijakan mengenai pembatalan faktur pajak yang diterbitkan vendor atau rekanan jika lebih dari tanggal 25 bulan yang bersangkutan sehingga akan meminimalkan risiko keterlambatan pembayaran PPN WAPU PT. Pertamina (Persero). 3) Telat Lapor SPT terkait PPN WAPU : Peluang terjadinya telat lapor SPT terkait PPN WAPU cukup tinggi. Ketika perusahaan telat menyampaikan SPT Masa PPN akan dikenakan denda sebesar Rp (lima ratus ribu rupiah). Selama tahun 2013 hingga tahun 2015, PT. Pertamina (Persero) telah mengatasi risiko ini dengan sangat baik karena berdasarkan data yang diperoleh peneliti, perusahaan ini belum pernah telat dalam melaporkan/menyampaikan SPT nya. Sehingga peneliti menyimpulkan bahwa risiko ini berada pada kotak nomor 1 dengan tingkat signifikansi dan frekuensi yang rendah.

34 103 Berdasarkan paparan diatas dapat disimpulkan bahwa risiko pajak yang dihadapi oleh PT. Pertamina yakni berada pada level 1 (Low Significance / Low Likelihood) yakni risiko telat lapor SPT terkait PPN WAPU yang berarti bahwa risiko tersebut tidak signifikan dan tingkat kombinasi nya rendah. Selain itu PT. Pertamina (Persero) juga memiliki risiko yang berada pada level 6 (High Significance / Low Likelihood) yakni risiko Faktur Pajak yang tidak lengkap atau telat diterbitkan dan risiko keterlambatan penyetoran PPN WAPU. Pada level ini berarti bahwa tingkat risiko tersebut memiliki tingkat kombinasi menengah dan tidak signifikan.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. bidang minyak dan gas yang terletak di Jl. Medan Merdeka Timur 1A,

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. bidang minyak dan gas yang terletak di Jl. Medan Merdeka Timur 1A, 45 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di PT Pertamina (Persero) yang bergerak di bidang minyak dan gas yang terletak di Jl. Medan Merdeka Timur 1A,

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. berganti nama menjadi PN PERMINA dan setelah merger dengan PN

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. berganti nama menjadi PN PERMINA dan setelah merger dengan PN BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1 Sejarah PT. PERTAMINA (PERSERO) PERTAMINA adalah perusahaan minyak dan gas bumi yang dimiliki Pemerintah Indonesia (National Oil Company), yang berdiri sejak tanggal

Lebih terperinci

BAB III PROFIL PT PERTAMINA ( PERSERO ) MARKETING OPERATION REGION V. dari minyak dan gas. Namun saat itu, pengelolaan ladang-ladang minyak

BAB III PROFIL PT PERTAMINA ( PERSERO ) MARKETING OPERATION REGION V. dari minyak dan gas. Namun saat itu, pengelolaan ladang-ladang minyak BAB III PROFIL PT PERTAMINA ( PERSERO ) MARKETING OPERATION REGION V A. Sejarah PT Pertamina ( Persero ) Sejarah PT Pertamina ( Persero ) dibagi menjadi beberapa sesi sebagai berikut: 1. Tahun 1957 Masa

Lebih terperinci

LAMPIRAN PT. PERTAMINA (PERSERO) A. Sejarah Singkat PT. Pertamina (Persero) 35

LAMPIRAN PT. PERTAMINA (PERSERO) A. Sejarah Singkat PT. Pertamina (Persero) 35 LAMPIRAN PT. PERTAMINA (PERSERO) A. Sejarah Singkat PT. Pertamina (Persero) 35 PT. Pertamina (Persero) adalah perusahaan minyak dan gas bumi yang dimiliki Pemerintah Indonesia (National Oil Company), yang

Lebih terperinci

BAB 4. Pembahasan Hasil Penelitian

BAB 4. Pembahasan Hasil Penelitian BAB 4 Pembahasan Hasil Penelitian 4.1 Analisis Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai Sebagai pajak atas konsumsi dalam negeri maka PPN hanya dikenakan atas barang atau jasa yang dikomsumsi di dalam daerah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Logo PT. PERTAMINA Persero

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Logo PT. PERTAMINA Persero BAB I PENDAHULUAN 1.1 Tinjauan Objek Studi 1.1.1 Profil PT. PERTAMINA Persero PERTAMINA adalah perusahaan minyak dan gas bumi yang dimiliki Pemerintah Indonesia (National Oil Company) yang berdiri sejak

Lebih terperinci

BAB 4 PEMBAHASAN 4.1 Ketentuan Formal Pajak Pertambahan Nilai PT TRT 4.2 Analisis Faktur Pajak

BAB 4 PEMBAHASAN 4.1 Ketentuan Formal Pajak Pertambahan Nilai PT TRT 4.2 Analisis Faktur Pajak BAB 4 PEMBAHASAN 4.1 Ketentuan Formal Pajak Pertambahan Nilai PT TRT PT. TRT adalah sebuah perusahaan yang bergerak dibidang produsen bahan kimia yang telah dikukuhkan menjadi Pengusaha Kena Pajak (PKP)

Lebih terperinci

1 dari 4 11/07/ :43

1 dari 4 11/07/ :43 1 dari 4 11/07/2012 14:43 Menimbang : PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 85/PMK.03/2012 TENTANG PENUNJUKAN BADAN USAHA MILIK NEGARA UNTUK MEMUNGUT, MENYETOR, DAN MELAPORKAN PAJAK PERTAMBAHAN

Lebih terperinci

SURAT PEMBERITAHUAN MASA PAJAK PERTAMBAHAN NILAI (SPT MASA PPN) BAGI PEMUNGUT PPN Bacalah terlebih dahulu Buku Petunjuk Pengisian SPT Masa PPN

SURAT PEMBERITAHUAN MASA PAJAK PERTAMBAHAN NILAI (SPT MASA PPN) BAGI PEMUNGUT PPN Bacalah terlebih dahulu Buku Petunjuk Pengisian SPT Masa PPN Perhatian Sesuai dengan ketentuan Pasal 3 ayat (7) UU Nomor 6 Tahun 1983 sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan UU Nomor 16 Tahun 2000, apabila SPTMasa yang Saudara sampaikan tidak ditandatangani

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Perusahaan Profil Perusahaan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Perusahaan Profil Perusahaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Perusahaan 1.1.1 Profil Perusahaan PT Pertamina (Persero) adalah perusahaan minyak dan gas bumi yang dimiliki Pemerintah Indonesia (National Oil Company), yang berdiri

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR DIREKTUR JENDERAL PAJAK

KATA PENGANTAR DIREKTUR JENDERAL PAJAK KATA PENGANTAR DIREKTUR JENDERAL PAJAK Para Pemungut PPN yang terhormat, Setiap bulan setelah Masa Pajak berakhir, Pemungut PPN harus melaksanakan kewajiban untuk melaporkan kegiatan pemungutan PPN yang

Lebih terperinci

SURAT PEMBERITAHUAN MASA PAJAK PERTAMBAHAN NILAI (SPT MASA PPN) BAGI PEMUNGUT PPN

SURAT PEMBERITAHUAN MASA PAJAK PERTAMBAHAN NILAI (SPT MASA PPN) BAGI PEMUNGUT PPN DEPARTEMEN KEUANGAN RI DIREKTORAT JENDERAL PAJAK Nama Pemungut : Alamat : No. Telp : Usaha : SURAT PEMBERITAHUAN MASA PAJAK PERTAMBAHAN NILAI (SPT MASA PPN) BAGI PEMUNGUT PPN Bacalah terlebih dahulu Buku

Lebih terperinci

BAB III DESKRIPSI INSTANSI PT. PERTAMINA (PERSERO) REFINERY UNIT IV. penjelasan fase-fase yang telah dilalui oleh PT.Pertamina (Persero) :

BAB III DESKRIPSI INSTANSI PT. PERTAMINA (PERSERO) REFINERY UNIT IV. penjelasan fase-fase yang telah dilalui oleh PT.Pertamina (Persero) : BAB III DESKRIPSI INSTANSI PT. PERTAMINA (PERSERO) REFINERY UNIT IV A. Sejarah PT. Pertamina (Persero) PT.Pertamina (Persero) telah melewati beberapa fase perubahan, berikut ini adalah penjelasan fase-fase

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. Dalam analisa penghitungan dan pelaporan Pajak Pertambahan Nilai, penulis

BAB IV PEMBAHASAN. Dalam analisa penghitungan dan pelaporan Pajak Pertambahan Nilai, penulis BAB IV PEMBAHASAN Dalam analisa penghitungan dan pelaporan Pajak Pertambahan Nilai, penulis melakukan pemeriksaan pajak dengan menguji dan memeriksa ketaatan perpajakan, serta kebenaran jumlah dalam SPT

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. pada tanggal 23 November 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi.

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. pada tanggal 23 November 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi. 2.1 Profil Perusahaan BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN PERTAMINA adalah perusahaan minyak dan gas bumi yang dimiliki Pemerintah Indonesia (National Oil Company), yang berdiri sejak tanggal 10 Desember 1957

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. tanggal 10 Desember 1957 dengan nama PT.PERTAMINA pada tahun 1961

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. tanggal 10 Desember 1957 dengan nama PT.PERTAMINA pada tahun 1961 BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1 Sejarah Singkat Perusahaan PT. PERTAMINA adalah perusahaan minyak dan gas bumi yang dimililiki Pemerintah Indonesia (National Oil Company), yang berdiri sejak tanggal

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. pada bulan Oktober 2015 hingga Februari PT Pertamina (Persero) adalah salah satu perusahaan BUMN yang kembali

BAB III METODE PENELITIAN. pada bulan Oktober 2015 hingga Februari PT Pertamina (Persero) adalah salah satu perusahaan BUMN yang kembali BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di kantor pusat PT. Pertamina (Persero) yang terletak di Jl. Medan Merdeka Timur 1A, Jakarta Pusat. Penelitian dilaksanakan

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. Analisis Terhadap Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai. PT. HAJ adalah perusahaan yang bergerak dalam bidang perusahaan dagang

BAB IV PEMBAHASAN. Analisis Terhadap Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai. PT. HAJ adalah perusahaan yang bergerak dalam bidang perusahaan dagang BAB IV PEMBAHASAN IV.1 Analisis Terhadap Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai PT. HAJ adalah perusahaan yang bergerak dalam bidang perusahaan dagang yakni barang IT yang telah dikukuhkan menjadi Pengusaha

Lebih terperinci

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 85/PMK.03/ 2012 TENTANG PENUNJUKAN BADAN USAHA MILIK NEGARA UNTUK MEMUNGUT, MENYETOR, DAN MELAPORKAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI ATAU PAJAK PERTAMBAHAN NILAI DAN PAJAK

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN Evaluasi Terhadap Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai. PT. Mejoi merupakan perusahaan distributor yang bergerak dalam

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN Evaluasi Terhadap Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai. PT. Mejoi merupakan perusahaan distributor yang bergerak dalam BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN 4.1. Evaluasi Terhadap Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai PT. Mejoi merupakan perusahaan distributor yang bergerak dalam bidang nutrisi anak yang telah dikukuhkan pada tanggal

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. Analisis Perhitungan Pajak Pertambahan Nilai. IV.1.1 Analisis Perolehan Barang Kena Pajak (Pajak Masukan)

BAB IV PEMBAHASAN. Analisis Perhitungan Pajak Pertambahan Nilai. IV.1.1 Analisis Perolehan Barang Kena Pajak (Pajak Masukan) BAB IV PEMBAHASAN IV.1 Analisis Perhitungan Pajak Pertambahan Nilai IV.1.1 Analisis Perolehan Barang Kena Pajak (Pajak Masukan) Pajak Masukan adalah pajak yang harus dibayarkan oleh Pengusaha Kena Pajak

Lebih terperinci

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 136/PMK. 03/2012 TENTANG

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 136/PMK. 03/2012 TENTANG MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 136/PMK. 03/2012 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 85/PMK.03/2012 TENTANG PENUNJUKAN

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. Analisis Terhadap Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai. hewan) yang telah dikukuhkan menjadi Pengusaha Kena Pajak (PKP) pada

BAB IV PEMBAHASAN. Analisis Terhadap Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai. hewan) yang telah dikukuhkan menjadi Pengusaha Kena Pajak (PKP) pada BAB IV PEMBAHASAN IV.1 Analisis Terhadap Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai PT. Biotek Indonesia adalah perusahaan yang bergerak di bidang farmasi (obatobatan hewan) yang telah dikukuhkan menjadi Pengusaha

Lebih terperinci

BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA

BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA 4.1 Penyajian Data 4.1.1 Sejarah Singkat Perusahaan CV. Mitra Sinergi merupakan salah satu bentuk perusahaan yang bergerak dalam bidang perdagangan pipa dan bahan bangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan Tata Cara Perpajakan pada Pasal 1 ayat 1, pajak adalah kontribusi wajib

BAB I PENDAHULUAN. dan Tata Cara Perpajakan pada Pasal 1 ayat 1, pajak adalah kontribusi wajib BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Menurut Undang-Undang Nomor 16 tahun 2009 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan pada Pasal 1 ayat 1, pajak adalah kontribusi wajib kepada negara

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. IV.1. Analisis Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai. PT. MRC adalah perusahaan swasta yang bergerak di bidang jasa konstruksi.

BAB IV PEMBAHASAN. IV.1. Analisis Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai. PT. MRC adalah perusahaan swasta yang bergerak di bidang jasa konstruksi. BAB IV PEMBAHASAN IV.1. Analisis Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai PT. MRC adalah perusahaan swasta yang bergerak di bidang jasa konstruksi. Perusahaan ini telah dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak

Lebih terperinci

C. PKP Rekanan PKP Rekanan adalah PKP yang melakukan penyerahan BKP dan atau JKP kepada Bendaharawan Pemerintah atau KPKN

C. PKP Rekanan PKP Rekanan adalah PKP yang melakukan penyerahan BKP dan atau JKP kepada Bendaharawan Pemerintah atau KPKN Lampiran I Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor : KEP-382/PJ/2002 Tanggal : 13 Agustus 2002 A. Singkatan 1. APBN : Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara 2. APBD : Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah

Lebih terperinci

BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA. di bidang perdagangan eceran khusus untuk pelumas/oli industri.

BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA. di bidang perdagangan eceran khusus untuk pelumas/oli industri. BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA 4.1 Penyajian Data 4.1.1 Sejarah Singkat Perusahaan PT. Limanindo Kawan Sejati adalah perusahaan yang bergerak di bidang perdagangan eceran khusus untuk pelumas/oli industri.

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. bergerak di bidang teknologi Access Management yang dapat memudahkan konsumen

BAB IV PEMBAHASAN. bergerak di bidang teknologi Access Management yang dapat memudahkan konsumen BAB IV PEMBAHASAN IV.1 Analisis Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai merupakan salah satu perusahaan di Jakarta yang bergerak di bidang teknologi Access Management yang dapat memudahkan konsumen dalam melakukan

Lebih terperinci

BAB IV EVALUASI PAJAK PERTAMBAHAN NILAI DI LEMIGAS. IV. 1 Objek Penelitian dan Evaluasi mekanisme PPN di LEMIGAS

BAB IV EVALUASI PAJAK PERTAMBAHAN NILAI DI LEMIGAS. IV. 1 Objek Penelitian dan Evaluasi mekanisme PPN di LEMIGAS BAB IV EVALUASI PAJAK PERTAMBAHAN NILAI DI LEMIGAS IV. 1 Objek Penelitian dan Evaluasi mekanisme PPN di LEMIGAS LEMIGAS merupakan Instansi Pemerintah yang tidak bertujuan untuk mencari keuntungan, LEMIGAS

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN. 1.1 Analisis Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai. menyediakan pembuatan alat untuk pembangunan beton di jalan tol.

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN. 1.1 Analisis Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai. menyediakan pembuatan alat untuk pembangunan beton di jalan tol. BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN 1.1 Analisis Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai PT.DDT merupakan perusahaan yang bergerak dibidang alat berat yang menyediakan pembuatan alat untuk pembangunan beton di jalan

Lebih terperinci

Objek PPN Yang Harus Dibuatkan Faktur Pajak. a. penyerahan BKP di dalam Daerah Pabean yang dilakukan oleh Pengusaha

Objek PPN Yang Harus Dibuatkan Faktur Pajak. a. penyerahan BKP di dalam Daerah Pabean yang dilakukan oleh Pengusaha Faktur Pajak Objek PPN Yang Harus Dibuatkan Faktur Pajak a. penyerahan BKP di dalam Daerah Pabean yang dilakukan oleh Pengusaha b. penyerahan JKP di dalam Daerah Pabean yang dilakukan oleh Pengusaha c.

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. IV. 1 Analisis Mekanisme Pajak Penghasilan Pasal 22 di PT. KAS

BAB IV PEMBAHASAN. IV. 1 Analisis Mekanisme Pajak Penghasilan Pasal 22 di PT. KAS BAB IV PEMBAHASAN IV. 1 Analisis Mekanisme Pajak Penghasilan Pasal 22 di PT. KAS Semua badan merupakan Wajib Pajak tanpa terkecuali, mulai saat didirikan atau saat melakukan kegiatan usaha atau memperoleh

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. 2.1 Sejarah PT. PERTAMINA (PERSERO) dari tahun per tahun

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. 2.1 Sejarah PT. PERTAMINA (PERSERO) dari tahun per tahun BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1 Sejarah PT. PERTAMINA (PERSERO) dari tahun per tahun Dalam perjalanan sejarah bangsa Indonesia minyak bumi memiliki peran yang penting dan strategis. Peran penting ini

Lebih terperinci

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALIN AN PERATURAN MENTER! KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALIN AN PERATURAN MENTER! KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA MENTERI KEUANGAN SALIN AN PERATURAN MENTER! KEUANGAN NOMOR 37 /PMK.03/ 2015 TENTANG PENUNJUKAN BAQAN USAHA TERTENTU UNTUK MEMUNGUT, MENYETOR, DAN MELAPORKAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI ATAU PAJAK PERTAMBAHAN

Lebih terperinci

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK Yth. : 1. Para Kepala Kantor Wilayah DJP 2. Para Kepala Kantor Pelayanan Pajak 3. Para Kepala Kantor Pelayanan, Penyuluhan, dan Konsultasi

Lebih terperinci

ANALISIS ATAS PENERAPAN DAN PERHITUNGAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 23 DAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI PADA PT. PERTAMINA EP (STUDI KASUS ASSET 5)

ANALISIS ATAS PENERAPAN DAN PERHITUNGAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 23 DAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI PADA PT. PERTAMINA EP (STUDI KASUS ASSET 5) ANALISIS ATAS PENERAPAN DAN PERHITUNGAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 23 DAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI PADA PT. PERTAMINA EP (STUDI KASUS ASSET 5) RAIHANATI Dosen Pembimbing Maya Safira Dewi, S.E., Ak., M.Si Universitas

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Analisis Hasil 1. Penerapan Pajak Pertambahan Nilai pada PT. Perkebunan Nusantara III Medan dengan Surat Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak (SPPKP) No: PEM- 00025/WPJ.19/KP.0303/2013

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS, HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS, HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS, HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Perusahaan 1. Riwayat Perusahaan Tahun 1890 berdiri PT X sebagai importir di Kyoto, Jepang dan kantor perwakilan di Tokyo, dan pada tahun 1991 berdirilah

Lebih terperinci

73/PMK.03/2010 TENT ANG

73/PMK.03/2010 TENT ANG MENTERIKEUANGAN SALINAN PERA TURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 73/PMK.03/2010 TENT ANG PENUNJUKAN KONTRAKTOR KONTRAK KERJA SAMA PENGUSAHAAN MINY AK DAN GAS BUMI DAN KONTRAKTOR AT AU PEMEGANG KUASA/PEMEGANG

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Analisis Perhitungan Pajak Masukan dan Pajak Keluaran

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Analisis Perhitungan Pajak Masukan dan Pajak Keluaran BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Analisis Perhitungan Pajak Masukan dan Pajak Keluaran PT. Citra Inti Garda Sentosa (CIGS) dalam melakukan transaksi penjualan ataupun pembelian yang dalam hal ini

Lebih terperinci

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 136/PMK.03/2012 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 85/PMK.03/2012 TENTANG PENUNJUKAN BADAN USAHA MILIK NEGARA UNTUK MEMUNGUT, MENYETOR, DAN

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM INSTANSI. Fungsi Technical Services Marketing Operation Region (MOR) V

BAB II GAMBARAN UMUM INSTANSI. Fungsi Technical Services Marketing Operation Region (MOR) V BAB II GAMBARAN UMUM INSTANSI 2.1 Visi dan Misi Fungsi Technical Services Marketing Operation Region (MOR) V memiliki visi dan misi sebagai berikut: 2.1.1. Visi Menjadi partner lini bisnis Direktorat Pemasaran

Lebih terperinci

BAB 4 EVALUASI PPH PASAL 22 BENDAHARAWAN PEMERINTAH PADA PPPTMGB LEMIGAS. Mekanisme PPh Pasal 22 Bendaharawan Pemerintah di LEMIGAS

BAB 4 EVALUASI PPH PASAL 22 BENDAHARAWAN PEMERINTAH PADA PPPTMGB LEMIGAS. Mekanisme PPh Pasal 22 Bendaharawan Pemerintah di LEMIGAS BAB 4 EVALUASI PPH PASAL 22 BENDAHARAWAN PEMERINTAH PADA PPPTMGB LEMIGAS IV.1. Mekanisme PPh Pasal 22 Bendaharawan Pemerintah di LEMIGAS LEMIGAS merupakan Satuan Kerja yang melakukan pemungutan PPh Pasal

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Bhayangkara Jaya. Analisis Perhitungan..., Nurhasanah, Fakultas Ekonomi 2016

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Bhayangkara Jaya. Analisis Perhitungan..., Nurhasanah, Fakultas Ekonomi 2016 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Salah satu sumber utama Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara yang mempunyai peranan penting dalam pembangunan adalah pajak. Sehingga dalam pelaksanaannya

Lebih terperinci

00BAB IV PEMBAHASAN. perusahaan memiliki banyak kesamaan seperti persamaan tarif dan sama-sama

00BAB IV PEMBAHASAN. perusahaan memiliki banyak kesamaan seperti persamaan tarif dan sama-sama 00BAB IV PEMBAHASAN IV. 1 Analisis Perbandingan Perlakuan Pajak Pertambahan Nilai Antara Perusahaan Milik Negara (Pemungut) dan Perusahaan Swasta. Pada dasarnya perlakuan untuk Pajak Pertambahan Nilai

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. dan sesudah perubahan Undang-undang No.42 Tahun 2009, penulis melakukan

BAB IV PEMBAHASAN. dan sesudah perubahan Undang-undang No.42 Tahun 2009, penulis melakukan BAB IV PEMBAHASAN Dalam evaluasi penerapan dan perbandingan Pajak Pertambahan Nilai sebelum dan sesudah perubahan Undang-undang No.42 Tahun 2009, penulis melakukan penelusuran atas laporan laba rugi, neraca,

Lebih terperinci

Faktur Pajak. Objek PPN Yang Harus Dibuatkan Faktur Pajak. Saat Faktur Pajak Harus Dibuat. Faktur Pajak Gabungan

Faktur Pajak. Objek PPN Yang Harus Dibuatkan Faktur Pajak. Saat Faktur Pajak Harus Dibuat. Faktur Pajak Gabungan Objek PPN Yang Harus Dibuatkan Faktur Faktur a. penyerahan BKP di dalam Daerah Pabean yang dilakukan oleh Pengusaha b. penyerahan JKP di dalam Daerah Pabean yang dilakukan oleh Pengusaha c. ekspor BKP

Lebih terperinci

Nomor Putusan Pengadilan Pajak. Put-4/PP/M.XIIA/99/2014. Jenis Pajak : Gugatan. Tahun Pajak : 2011

Nomor Putusan Pengadilan Pajak. Put-4/PP/M.XIIA/99/2014. Jenis Pajak : Gugatan. Tahun Pajak : 2011 Nomor Putusan Pengadilan Pajak Put-4/PP/M.XIIA/99/2014 Jenis Pajak : Gugatan Tahun Pajak : 2011 Pokok Sengketa : bahwa yang menjadi pokok sengketa adalah pengajuan gugatan terhadap permohonan Pengurangan

Lebih terperinci

BAB II. adalah iuran kepada negara (yang dapat dipaksakan) yang terutang oleh yang

BAB II. adalah iuran kepada negara (yang dapat dipaksakan) yang terutang oleh yang BAB II LANDASAN TEORI II.1 Pemahaman Perpajakan II.1.1 Definisi Pajak Adriani seperti dikutip Brotodihardjo (1998) mendefinisikan, Pajak adalah iuran kepada negara (yang dapat dipaksakan) yang terutang

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. Analisis Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai. Pengusaha Kena Pajak, maka PT. PP (Persero) Tbk mempunyai hak dan

BAB IV PEMBAHASAN. Analisis Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai. Pengusaha Kena Pajak, maka PT. PP (Persero) Tbk mempunyai hak dan BAB IV PEMBAHASAN IV.1 Analisis Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai PT. PP (Persero) Tbk merupakan perusahaan yang bergerak di bidang jasa konstruksi. PT. PP (Persero) Tbk menyediakan berbagai jasa dan solusi

Lebih terperinci

BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA. oleh pelanggan untuk di jadikan sepatu atau sandal.

BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA. oleh pelanggan untuk di jadikan sepatu atau sandal. BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA 4.1. Penyajian Data 4.1.1. Sejarah singkat perusahaan PT Cahaya Terang Abadi didirikan pada tanggal 30 November 2009 sampai dengan sekarang perusahaan ini bergerak dibidang

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 549/KMK.04/2000 TENTANG

KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 549/KMK.04/2000 TENTANG KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 549/KMK.04/2000 TENTANG TATA CARA PEMUNGUTAN, PENYETORAN, DAN PELAPORAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI DAN PAJAK PENJUALAN ATAS BARANG MEWAH OLEH BADAN-BADAN

Lebih terperinci

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan tentang manajemen risiko pajak terkait pelaksanaan Wajib Pungut PPN di PT Pegadaian (Persero), maka dapat diambil kesimpulan

Lebih terperinci

tempat pembayaran pajak, dan tata cara pembayaran, penyetoran dan pelaporan pajak, serta tata cara pengangsuran dan penundaan pembayaran pajak diatur

tempat pembayaran pajak, dan tata cara pembayaran, penyetoran dan pelaporan pajak, serta tata cara pengangsuran dan penundaan pembayaran pajak diatur KEWAJIBAN PELAPORAN PAJAK BENDAHARAWAN BERPEDOMAN PADA UNDANG-UNDANG NOMOR 28 TAHUN 2007 DAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 80/PMK.03/2010 ATAUKAH PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 64/PMK.05/2013? Oleh:

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. kewajiban perpajakannya, khususnya atas Pajak Pertambahan Nilai (PPN).

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. kewajiban perpajakannya, khususnya atas Pajak Pertambahan Nilai (PPN). BAB V SIMPULAN DAN SARAN V.1 Simpulan PT IO merupakan Pengusaha Kena Pajak (PKP) yang wajib menjalankan kewajiban perpajakannya, khususnya atas Pajak Pertambahan Nilai (PPN). Berdasarkan analisa dan penelitian

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut Mardiasmo (2001:118), Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut Mardiasmo (2001:118), Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Pajak Menurut Mardiasmo (2001:118), Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang (dapat di paksakan) yang langsung dapat

Lebih terperinci

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR 13/PJ/2010 TENTANG

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR 13/PJ/2010 TENTANG PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR 13/PJ/2010 TENTANG BENTUK, UKURAN, PROSEDUR PEMBERITAHUAN DALAM RANGKA PEMBUATAN, TATA CARA PENGISIAN KETERANGAN, TATA CARA PEMBETULAN ATAU PENGGANTIAN, DAN TATA

Lebih terperinci

2015, No Kena Pajak oleh rekanan kepada Badan Usaha tertentu, perlu menunjuk Badan Usaha tertentu untuk memungut, menyetor, dan melaporkan Pajak

2015, No Kena Pajak oleh rekanan kepada Badan Usaha tertentu, perlu menunjuk Badan Usaha tertentu untuk memungut, menyetor, dan melaporkan Pajak No.345, 2015 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKEU. Badan Usaha Tertentu. Memungut. Menyetor. Melaporkan. PPN. Pajak Penjualan Barang Mewah. Tata Cara. Penunjukan. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK

Lebih terperinci

BAB 4 PEMBAHASAN. atau saat melakukan kegiatan usaha atau memperoleh penghasilan. Tidak

BAB 4 PEMBAHASAN. atau saat melakukan kegiatan usaha atau memperoleh penghasilan. Tidak BAB 4 PEMBAHASAN Semua badan merupakan Wajib Pajak tanpa terkecuali, mulai saat didirikan atau saat melakukan kegiatan usaha atau memperoleh penghasilan. Tidak dipersoalkan apakah badan tersebut mengalami

Lebih terperinci

SURAT EDARAN -/? KRAKATAU STEET. c. Pembayaran atas penyerahan bahan bakar minyak dan bahan bakar bukan minyak oleh PT

SURAT EDARAN -/? KRAKATAU STEET. c. Pembayaran atas penyerahan bahan bakar minyak dan bahan bakar bukan minyak oleh PT KRAKATAU STEET SURAT EDARAN No. KU.02l 543 12012 TENTANG MEKANISME PEMUNGUTAN PPN dan PPn.BM OLEH PT KRAKATAU STEEL (Persero) Tbk. Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan No. 85/PMK.03/2012 tentang penunjukan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Analisis Perhitungan PPN Keluaran Dalam hal menghitung Pajak Pertambahan Nilai atau PPN khusunya Pajak Keluaran yang diterbitkan dan dipungut oleh perusahaan merupakan

Lebih terperinci

BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA. dan dry clean. CV. Xpress Clean Bersaudara berdiri pada tahun 1995 dengan akta

BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA. dan dry clean. CV. Xpress Clean Bersaudara berdiri pada tahun 1995 dengan akta BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA 4.1. Penyajian Data 4.1.1. Sejarah Singkat Perusahaan CV. Xpress Clean Bersaudara adalah sebuah perusahaan yang bergerak di bidang jasa pada umumnya. Jasa yang diberikan

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. Dalam evaluasi penerapan dan pelaporan Pajak Pertambahan Nilai pada PT

BAB IV PEMBAHASAN. Dalam evaluasi penerapan dan pelaporan Pajak Pertambahan Nilai pada PT BAB IV PEMBAHASAN Dalam evaluasi penerapan dan pelaporan Pajak Pertambahan Nilai pada PT TELEKOMUNIKASI INDONESIA Tbk. Divre II, penulis melakukan pemeriksaan pajak dengan menguji dan memeriksa ketaatan

Lebih terperinci

Bab 4 PEMBAHASAN. PT. XYZ merupakan Perusahaan yang bergerak dalam bidang manufaktur

Bab 4 PEMBAHASAN. PT. XYZ merupakan Perusahaan yang bergerak dalam bidang manufaktur Bab 4 PEMBAHASAN merupakan Perusahaan yang bergerak dalam bidang manufaktur yang kegiatan utamanya sebagai distributor langsung untuk atap baja ringan. PT. XYZ menjual asesoris untuk pembuatan atap, dinding

Lebih terperinci

SURAT PEMBERITAHUAN MASA BAGI PEMUNGUT PAJAK PERTAMBAHAN NILAI (SPT MASA PPN) Nomor Telepon : Nomor Faksimile : Nomor Telepon Baru Kegiatan Usaha :

SURAT PEMBERITAHUAN MASA BAGI PEMUNGUT PAJAK PERTAMBAHAN NILAI (SPT MASA PPN) Nomor Telepon : Nomor Faksimile : Nomor Telepon Baru Kegiatan Usaha : KEMENTERIAN KEUANGAN R.I. DIREKTORAT JENDERAL PAJAK SURAT PEMBERITAHUAN MASA BAGI PEMUNGUT PAJAK PERTAMBAHAN NILAI (SPT MASA PPN) Masa Pajak. 20 Pembetulan Masa Pajak 20 Ke- ( ) F O R M U L I R 1101 PUT

Lebih terperinci

BAB III OBJEK PENELITIAN. IO. Penulis akan melakukan observasi dan wawancara secara langsung ke

BAB III OBJEK PENELITIAN. IO. Penulis akan melakukan observasi dan wawancara secara langsung ke BAB III OBJEK PENELITIAN III.1 Gambaran Umum Perusahaan III.1.1 Sejarah Perusahaan Dalam penulisan skripsi ini, penulis akan melakukan penelitian pada PT IO. Penulis akan melakukan observasi dan wawancara

Lebih terperinci

PAJAK PERTAMBAHAN NILAI DAN PAJAK PENJUALAN ATAS BARANG MEWAH

PAJAK PERTAMBAHAN NILAI DAN PAJAK PENJUALAN ATAS BARANG MEWAH PAJAK PERTAMBAHAN NILAI DAN PAJAK PENJUALAN ATAS BARANG MEWAH Objek Pemungutan PPN dan PPn BM 1. Penyerahan BKP dan atau JKP oleh PKP Rekanan 2. Pemanfaatan BKP tidak berwujud dari luar daerah Pabean di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat sekarang ini, dunia bisnis dirasa semakin berkembang pesat dan kian mendunia.

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat sekarang ini, dunia bisnis dirasa semakin berkembang pesat dan kian mendunia. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada saat sekarang ini, dunia bisnis dirasa semakin berkembang pesat dan kian mendunia. Persaingan yang terjadi tidak hanya antar perusahan dalam suatu negara

Lebih terperinci

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR : PER - 24/PJ/2012 TENTANG

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR : PER - 24/PJ/2012 TENTANG PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR : PER - 24/PJ/2012 TENTANG BENTUK, UKURAN, TATA CARA PENGISIAN KETERANGAN, PROSEDUR PEMBERITAHUAN DALAM RANGKA PEMBUATAN, TATA CARA PEMBETULAN ATAU PENGGANTIAN,

Lebih terperinci

FAKTUR PAJAK STANDAR

FAKTUR PAJAK STANDAR FAKTUR PAJAK STANDAR Kode dan Nomor Seri Faktur Pajak : Pengusaha Kena Pajak : Alamat : NPWP : Tanggal Pengukuhan PKP : Pembeli Barang Kena Pajak/Penerima Jasa Kena Pajak : Alamat : NPWP : NPPKP : No.

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS PERHITUNGAN DAN PELAPORAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI PADA CV.GRAHA ALFA SAKTI. Evaluasi Terhadap Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai

BAB IV ANALISIS PERHITUNGAN DAN PELAPORAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI PADA CV.GRAHA ALFA SAKTI. Evaluasi Terhadap Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai BAB IV ANALISIS PERHITUNGAN DAN PELAPORAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI PADA CV.GRAHA ALFA SAKTI IV.1 Evaluasi Terhadap Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai CV.Graha Alfa Sakti adalah sebuah perusahaan penjualan

Lebih terperinci

BENDAHARA PEMERINTAH Jakarta, 5 Februari 2018

BENDAHARA PEMERINTAH Jakarta, 5 Februari 2018 KEWAJIBAN PERPAJAKAN BENDAHARA PEMERINTAH Jakarta, 5 Februari 2018 BENDAHARA PENGELUARAN Bendahara Pengeluaran adalah orang yang ditunjuk untuk menerima, menyimpan, membayarkan, menatausahakan, dan mempertanggungjawabkan

Lebih terperinci

Mengenal Lebih Dekat Pajak Pertambahan Nilai

Mengenal Lebih Dekat Pajak Pertambahan Nilai Mengenal Lebih Dekat Pajak Pertambahan Nilai Berbagi informasi terkini bersama teman-teman Anda Jakarta Istilah Pajak Pertambahan Nilai (PPN) bukan suatu hal yang asing bagi masyarakat Indonesia. Namun

Lebih terperinci

PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 081 TAHUN 2014

PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 081 TAHUN 2014 PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 081 TAHUN 2014 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN PEMUNGUTAN PAJAK BAHAN BAKAR KENDARAAN BERMOTOR DI PROVINSI KALIMANTAN SELATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA

BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA 4.1 Data Penelitian 4.1.1 Sejarah Singkat Perusahaan PT. Karya Sejahtera Pratama Cabang Surabaya, berdiri pada bulan Oktober 2012 yang merupakan perluasan dari PT. Karya

Lebih terperinci

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA, KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 563/KMK.03/2003 TENTANG PENUNJUKAN BENDAHARAWAN PEMERINTAH DAN KANTOR PERBENDAHARAAN DAN KAS NEGARA UNTUK MEMUNGUT, MENYETOR, DAN MELAPORKAN PAJAK PERTAMBAHAN

Lebih terperinci

Perpajakan 2 PPN & PPnBM

Perpajakan 2 PPN & PPnBM Perpajakan 2 PPN & PPnBM 18 Februari 2017 Benny Januar Tannawi Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia 1 Karakteristik PPN 1. Pajak tidak langsung Beban pajak dipikul oleh konsumen akhir. Pengusaha akan

Lebih terperinci

ANALISIS PENERAPAN FAKTUR PAJAK, PENYETORAN DAN PELAPORAN SURAT PEMBERITAHUAN MASA PAJAK PERTAMBAHAN NILAI PADA PT.FLS TAHUN

ANALISIS PENERAPAN FAKTUR PAJAK, PENYETORAN DAN PELAPORAN SURAT PEMBERITAHUAN MASA PAJAK PERTAMBAHAN NILAI PADA PT.FLS TAHUN ANALISIS PENERAPAN FAKTUR PAJAK, PENYETORAN DAN PELAPORAN SURAT PEMBERITAHUAN MASA PAJAK PERTAMBAHAN NILAI PADA TAHUN 2010-2012 Christa Suwandi, Gen Norman T Universitas Bina Nusantara Jl. Kebon Jeruk

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 550/KMK.04/2000 TENTANG

KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 550/KMK.04/2000 TENTANG KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 550/KMK.04/2000 TENTANG TATA CARA PEMUNGUTAN DAN PELAPORAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI DAN PAJAK PENJUALAN ATAS BARANG MEWAH OLEH KANTOR PERBENDAHARAAN DAN

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut Prof. Dr. P.J.A. Adriani, Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut Prof. Dr. P.J.A. Adriani, Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teoritis 2.1.1 Definisi Pajak Ada bermacam-macam definisi Pajak yang dikemukakan oleh beberapa ahli. Menurut Prof. Dr. P.J.A. Adriani, Pajak adalah iuran rakyat kepada

Lebih terperinci

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER- 13 /PJ/2012 TENTANG

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER- 13 /PJ/2012 TENTANG KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER- 13 /PJ/2012 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER-40/ PJ/2011

Lebih terperinci

Evaluasi Pelaksanaan Pajak Pertambahan Nilai di PT IO

Evaluasi Pelaksanaan Pajak Pertambahan Nilai di PT IO Evaluasi Pelaksanaan Pajak Pertambahan Nilai di PT IO ABSTRAK Dari segi ekonomi, pajak merupakan pemindahan sumber daya dari sektor perusahaan ke sektor publik. Salah satu pajak yang sangat mempengaruhi

Lebih terperinci

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR : PER - 24/PJ/2012 TENTANG

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR : PER - 24/PJ/2012 TENTANG PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR : PER - 24/PJ/2012 TENTANG BENTUK, UKURAN, TATA CARA PENGISIAN KETERANGAN, PROSEDUR PEMBERITAHUAN DALAM RANGKA PEMBUATAN, TATA CARA PEMBETULAN ATAU PENGGANTIAN,

Lebih terperinci

SE - 45/PJ/2012 PENJELASAN ATAS PELAKSANAAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 85/PMK.03/2012 TENTANG

SE - 45/PJ/2012 PENJELASAN ATAS PELAKSANAAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 85/PMK.03/2012 TENTANG SE - 45/PJ/2012 PENJELASAN ATAS PELAKSANAAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 85/PMK.03/2012 TENTANG Contributed by Administrator Thursday, 27 September 2012 Pusat Pajak Online 27 September 2012 Â Â Â Â

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 38/PMK.04/2010 TENTANG TATA CARA PEMBUATAN DAN TATA CARA PEMBETULAN ATAU PENGGANTIAN FAKTUR PAJAK

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 38/PMK.04/2010 TENTANG TATA CARA PEMBUATAN DAN TATA CARA PEMBETULAN ATAU PENGGANTIAN FAKTUR PAJAK MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 38/PMK.04/2010 TENTANG TATA CARA PEMBUATAN DAN TATA CARA PEMBETULAN ATAU PENGGANTIAN FAKTUR PAJAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER /PJ.

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER /PJ. DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER - 159 /PJ./2006 TENTANG SAAT PEMBUATAN, BENTUK, UKURAN, PENGADAAN, TATA CARA PENYAMPAIAN, DAN

Lebih terperinci

BAB II ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. telah di tunjuk oleh mentri keuangan. (pasal 1 angka 14 UU, KUP) SSP

BAB II ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. telah di tunjuk oleh mentri keuangan. (pasal 1 angka 14 UU, KUP) SSP digilib.uns.ac.id BAB II ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Tinjauan Pustaka 1. Surat Setoran Pajak (SSP) Surat Setoran Pajak (SSP) adalah bukti pembayaran atau penyetoran pajak yang telah dilakukan dengan

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Pajak Pertambahan Nilai-nya sebagai Pengusaha Kena Pajak dengan

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Pajak Pertambahan Nilai-nya sebagai Pengusaha Kena Pajak dengan BAB V SIMPULAN DAN SARAN V.1 Simpulan Berdasarkan hasil analisis atas pelaksanaan kewajiban Pajak Pertambahan Nilai Pada PT SCE, maka dapat disimpulkan PT SCE telah memenuhi kewajiban Pajak Pertambahan

Lebih terperinci

bahwa yang menjadi sengketa dalam gugatan ini adalah Penerbitan Surat Keputusan Tergugat Nomor: KEP-00329/NKEB/WPJ.

bahwa yang menjadi sengketa dalam gugatan ini adalah Penerbitan Surat Keputusan Tergugat Nomor: KEP-00329/NKEB/WPJ. Putusan : Put-87868/PP/M.VA/99/2017 Nomor Jenis Pajak : Gugatan Masa Pajak : 2014 Pokok Sengketa Menurut Tergugat Menurut Penggugat Menurut Majelis : bahwa yang menjadi sengketa dalam gugatan ini adalah

Lebih terperinci

BAB III PROSES PENGUMPULAN DATA. dan bergerak dalam bidang industri dan distribusi tali kipas (v-belt & fan belt) untuk

BAB III PROSES PENGUMPULAN DATA. dan bergerak dalam bidang industri dan distribusi tali kipas (v-belt & fan belt) untuk BAB III PROSES PENGUMPULAN DATA III.1 Sejarah Perusahaan PT Adiliman Makmur merupakan perusahaan yang berbentuk perseroan terbatas dan bergerak dalam bidang industri dan distribusi tali kipas (v-belt &

Lebih terperinci

PELAKSANAAN PERATURAN PENUNJUKAN BUMN SEBAGAI WAJIB PUNGUT (WAPU) PAJAK PERTAMBAHAN NILAI (PPN) (STUDI PADA PT SEMEN INDONESIA (PERSERO) Tbk)

PELAKSANAAN PERATURAN PENUNJUKAN BUMN SEBAGAI WAJIB PUNGUT (WAPU) PAJAK PERTAMBAHAN NILAI (PPN) (STUDI PADA PT SEMEN INDONESIA (PERSERO) Tbk) PELAKSANAAN PERATURAN PENUNJUKAN BUMN SEBAGAI WAJIB PUNGUT (WAPU) PAJAK PERTAMBAHAN NILAI (PPN) (STUDI PADA PT SEMEN INDONESIA (PERSERO) Tbk) Arlinda Nur Kumalasari Mochammad Al Musadieq Eko Supriatno

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN SENGKETA FAKTUR PAJAK CACAT DAMPAKNYA BAGI PENGUSAHA KENA PAJAK DAN KERUAGIAN NEGARA

BAB IV GAMBARAN SENGKETA FAKTUR PAJAK CACAT DAMPAKNYA BAGI PENGUSAHA KENA PAJAK DAN KERUAGIAN NEGARA BAB IV GAMBARAN SENGKETA FAKTUR PAJAK CACAT DAMPAKNYA BAGI PENGUSAHA KENA PAJAK DAN KERUAGIAN NEGARA Didalam bab ini akan dilakukan analisis atau pembahasan hasil pemeriksaan, keberatan sampai dengan keluarnya

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Undang-Undang Ketentuan Umum dan Tata CaraPerpajakan

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Undang-Undang Ketentuan Umum dan Tata CaraPerpajakan BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pengertian Pajak Menurut Undang-Undang Ketentuan Umum dan Tata CaraPerpajakan Nomor 28 tahun 2007 pasal 1 ayat 1: Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh

Lebih terperinci

BAB IV HASIL ANALISA DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL ANALISA DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL ANALISA DAN PEMBAHASAN A. Penerapan Pembayaran PPh Pasal 22 pada PT Pertamina (Persero) atas Impor Bahan Bakar Minyak (BBM) PT Pertamina (Persero) merupakan perusahaaan yang bergerak di bidang

Lebih terperinci

TATA CARA PENGISIAN KETERANGAN PADA FAKTUR PAJAK STANDAR

TATA CARA PENGISIAN KETERANGAN PADA FAKTUR PAJAK STANDAR PETUNJUK PENGISIAN Lampiran II TATA CARA PENGISIAN KETERANGAN PADA FAKTUR PAJAK STANDAR 1. Kode dan Nomor Seri Faktur Pajak Standar. Diisi dengan Kode dan Nomor Seri Faktur Pajak Standar yang formatnya

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KEUANGAN. PPN. Ekspor. Kegiatan.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KEUANGAN. PPN. Ekspor. Kegiatan. No.153, 2010 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KEUANGAN. PPN. Ekspor. Kegiatan. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70/PMK.03/2010 TENTANG BATASAN KEGIATAN DAN JENIS JASA KENA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk mengatur kebijaksanaan yang telah dibuat oleh pemerintah, alasan utamanya

BAB I PENDAHULUAN. untuk mengatur kebijaksanaan yang telah dibuat oleh pemerintah, alasan utamanya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keberadaan pajak dalam segala aspek kehidupan perseorangan maupun badan memang tidak bisa dihindari. Selain berfungsi sebagai salah satu alat yang digunakan untuk mengatur

Lebih terperinci

ANALISIS PENERAPAN PEMOTONGAN DAN PENYETORAN SERTA PELAPORAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 23 DAN PASAL 26 TAHUN (STUDI KASUS: PERUM PERURI)

ANALISIS PENERAPAN PEMOTONGAN DAN PENYETORAN SERTA PELAPORAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 23 DAN PASAL 26 TAHUN (STUDI KASUS: PERUM PERURI) ANALISIS PENERAPAN PEMOTONGAN DAN PENYETORAN SERTA PELAPORAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 23 DAN PASAL 26 TAHUN 2010-2012 (STUDI KASUS: PERUM PERURI) Anggraini Larasati, Hanggoro Pamungkas Universitas Bina

Lebih terperinci

BAB IV HASIL ANALISA DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL ANALISA DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL ANALISA DAN PEMBAHASAN A. Penerapan Pembayaran Pajak pada PT. XL Axiata / PT. XL Planet atas Transaksi E-commerce PT. XL Planet merupakan anak perusahaan PT. XL Axiata yg bergerak di bidang

Lebih terperinci