BAB IV PEMBAHASAN. Analisis Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai. Pengusaha Kena Pajak, maka PT. PP (Persero) Tbk mempunyai hak dan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV PEMBAHASAN. Analisis Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai. Pengusaha Kena Pajak, maka PT. PP (Persero) Tbk mempunyai hak dan"

Transkripsi

1 BAB IV PEMBAHASAN IV.1 Analisis Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai PT. PP (Persero) Tbk merupakan perusahaan yang bergerak di bidang jasa konstruksi. PT. PP (Persero) Tbk menyediakan berbagai jasa dan solusi kepada kliennya untuk setiap tahapan kegiatan proyek yang dimiliki oleh klien. PT. PP (Persero) Tbk telah dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak (PKP) dengan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Pasar Rebo. Karena telah dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak, maka PT. PP (Persero) Tbk mempunyai hak dan kewajiban dalam perpajakan, salah satunya adalah Pajak Pertambahan Nilai (PPN). Pajak Pertambahan Nilai merupakan pajak tidak langsung dan bersifat objektif. Pajak Pertambahan Nilai dikenakan terhadap konsumsi barang atau jasa kena pajak yang pada akhirnya Pajak Pertambahan Nilai menjadi beban konsumen akhir yang mengkonsumsi barang atau jasa kena pajak. Secara teori, Pajak Pertambahan Nilai tidak memperhatikan keadaan Wajib Pajak dan dapat dilimpahkan kepada pihak lain. Pengusaha Kena Pajak merupakan subjek Pajak PPN. Setiap Pengusaha Kena Pajak memiliki kewajiban untuk memungut Pajak Pertambahan Nilai. Berdasarkan Pasal 3A ayat (1) Undang-Undang Pajak Pertambahan Nilai, kewajiban Pengusaha Kena Pajak yaitu : 1. Melaporkan usahanya untuk dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak; 2. Memungut Pajak yang terutang dan membuat faktur pajak; 44

2 3. Menyetorkan pajak yang masih harus dibayar apabila Pajak Keluaran lebih besar daripada Pajak Masukan yang dapat dikreditkan dengan menyelenggarakan pencatatan jumlah perolehan dan jumlah peredaran dan berhak mengkreditkan Pajak Masukan berdasarkan ketentuan yanng berlaku; dan 4. Melaporkan pajak yang terutang dengan mengisi dan menyampaikan Surat Pemberitahuan (SPT) Masa PPN. Siklus pembelian PT. PP (Persero) Tbk terdiri dari arus barang dan arus kas. Arus barang dimulai pada saat PT. PP (Persero) Tbk memesan bahan material atau barang kebutuhan yang dibutuhkan dengan menggunakan Surat Permohonan Pembelian (SPP) dari tiap divisi. Selanjutnya Surat Permohonan Pembelian tersebut akan diubah menjadi Purchase Order (PO) oleh bagian Pembelian. Kemudian bagian Pembelian akan memilih supplier (Perusahaan Penjual) dan memesan bahan material atau kebutuhan. Kemudian Perusahaan Penjual akan mengirimkan bahan material atau barang kebutuhan yang dipesan disertai dengan surat jalan. Pihak Gudang akan menerima bahan material atau barang pesanan yang dikirim dan tanda terima akan diperoleh dari Pihak Gudang. Pihak Gudang akan melakukan pengecekan atas bahan material atau barang pesanan yang dikirimkan telah sesuai atau tidak dengan pemesanan yang dilakukan PT. PP (Persero) Tbk. Kemudian Pihak Gudang akan mengkonfirmasi kepada bagian Akuntansi atas bahan material atau barang pesanan telah dikirim dan sesuai. Selanjutnya bagian Akuntansi akan mencatat pembelian tersebut sebagai hutang apabila dilakukan pembayaran secara kredit. Kemudian supplier atau 45

3 Perusahaan Penjual akan mengirimkan invoice atau Faktur Pajak. Arus kas timbul dari bukti pembayaran yang dilakukan oleh PT. PP (Persero) Tbk sesuai dengan invoice yang dikirimkan oleh supplier atau Perusahaan Penjual. PT. PP (Persero) Tbk melakukan pembelian bahan material atau barang kebutuhan kepada 2 jenis Perusahaan Penjual yaitu Pengusaha Kena Pajak dan bukan Pengusaha Kena Pajak. Pada saat melakukan pembelian bahan material atau Barang Kena Pajak kepada Pengusaha Kena Pajak, maka PT. PP (Persero) Tbk akan dipungut Pajak Masukan dan meminta Faktur Pajak untuk digunakan mengkreditkan Pajak Masukan. Untuk pembelian yang berasal dari penjual yang bukan Pengusaha Kena Pajak, PT. PP (Persero) Tbk hanya akan mendapat invoice sebagai bukti pembelian dan tidak terdapat Pajak Masukan yang dapat dikreditkan karena tidak terdapat pemungutan Pajak Pertambahan Nilai yang dilakukan oleh bukan Pengusaha Kena Pajak. Siklus penjualan PT. PP (Persero) Tbk adalah terjadi pada saat pembayaran atas jasa konstruksi yang diberikan. Pembayaran atas jasa konstruksi dapat dilakukan sebelum pekerjaan dimulai atau pembayaran atas sebagian penyelesaian pekerjaan jasa konstruksi sesuai dengan tahap atau kemajuan penyelesaian pekerjaan. Pada saat pembayaran diterima oleh PT. PP (Persero) Tbk maka pembayaran tersebut terutang Pajak Pertambahan Nilai yang disebut Pajak Keluaran dan wajib membuat Faktur Pajak yang diberikan kepada pihak ketiga atau rekanan baik baik Pengusaha Kena Pajak ataupun bukan Pengusaha Kena Pajak beserta Bendaharawan Pemerintah. 46

4 IV.2 Analisis Pajak Masukan Pajak Masukan merupakan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) yang seharusnya dibayar Pengusaha Kena Pajak (PKP) karena perolehan Barang Kena Pajak atau penerimaan Jasa Kena Pajak atau pemanfaatan Barang Kena Pajak tidak berwujud dari luar pabean atau pemanfaatan Jasa Kena Pajak dari luar pabean atau impor Barang Kena Pajak. Pengenaan Pajak Pertambahan Nilai tersebut adalah 10% (sepuluh persen) dari Dasar Pengenaan Pajak di setiap transaksi. Pembelian yang dilakukan PT. PP (Persero) Tbk terkait dengan pelaksanaan jasa konstruksi seperti pembelian bahan material, pembelian bahan baku konstruksi, sewa alat berat konstruksi, peralatan dan perlengkapan kantor. Faktur Pajak dari pembelian yang dilakukan PT. PP (Persero) Tbk sebagai bukti bahwa PT. PP (Persero) Tbk telah membayar Pajak Pertambahan Nilai yang dikenal sebagai Pajak Masukan atau PPN Masukan. Pajak Masukan tersebut dapat dikreditkan oleh PT. PP (Persero) Tbk dalam perhitungan Pajak Pertambahan Nilai yang dilaporkan dengan menggunakan Surat Pemberitahuan (SPT) Masa Pajak Pertambahan Nilai pada setiap akhir Masa Pajak berikutnya. Pembelian yang dilakukan oleh PT. PP (Persero) Tbk menghasilkan Pajak Masukan pada tahun 2007 sebesar Rp ,-, pada tahun sebesar 2008 Rp ,-, pada tahun 2009 sebesar Rp ,-, dan pada tahun 2010 sebesar ,-. 47

5 IV.3 Analisis Pajak Keluaran Pajak keluaran merupakan Pajak Pertambahan Nilai yang wajib dipungut Pengusaha Kena Pajak yang melakukan penyerahan Barang Kena Pajak, penyerahan Jasa Kena Pajak, ekspor Barang Kena Pajak berwujud, ekspor Barang Kena Pajak tidak berwujud, atau ekspor Jasa Kena Pajak. PT. PP (Persero) Tbk sebagai Pengusaha Kena Pajak wajib memungut Pajak Pertambahan Nilai dari rekanan atau pihak ketiga yang merupakan pemakai jasa konstruksi PT. PP (Persero) Tbk dan wajib membuat Faktur Pajak sebagai bukti bahwa PT. PP (Persero) Tbk telah memungut Pajak Pertambahan Nilai yang disebut sebagai Pajak Keluaran atau PPN Keluaran. Pajak Keluaran tersebut harus disetorkan PT. PP (Persero) Tbk kepada kas negara dengan menggunakan Surat Setoran Pajak dan dilaporkan dengan menggunakan Surat Pemberitahuan (SPT) Masa Pajak Pertambahan Nilai pada setiap akhir Masa Pajak berikutnya. Pajak Pertambahan Nilai yang dipungut sendiri dari hasil pembayaran jasa kosntruksi oleh PT. PP (Persero) Tbk menghasilkan Pajak Keluaran pada tahun 2007 sebesar Rp ,-, pada tahun sebesar 2008 Rp ,-, pada tahun 2009 sebesar Rp ,-, dan pada tahun 2010 sebesar ,-. Berikut ini merupakan tabel perincian Pajak Masukan dan Pajak Keluaran PT. PP (Persero) Tbk untuk tahun 2007, 2008, 2009, dan 2010 : 48

6 Tabel IV.1 Pajak Keluaran dan Pajak Masukan PT. PP (Persero) Tbk Tahun 2007 Bulan PPN Yang Dipungut Sendiri Pajak Masukan DPP PPN Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober Nopember Desember Total Sumber : Rekapitulasi PPN Tahun 2007 PT. PP (Persero) Tbk Dari tabel IV.1 di atas, dapat dilihat besarnya Pajak Masukan yang dilakukan PT. PP (Persero) Tbk atas pembelian terkait jasa konstruksi dan untuk kantor PT. PP (Persero) Tbk sendiri yaitu sebesar Rp ,-. Selain itu dapat diketahui besarnya pembayaran Jasa Kena Pajak terkait jasa konstruksi yaitu sebesar Rp ,- yang menjadi Dasar Pengenaan Pajak (DPP). Berikut perhitungan Pajak Pertambahan Nilainya : DPP : Rp ,- Tarif PPN : 10% Pajak Keluaran : Rp ,- 49

7 Tabel IV.2 Pajak Keluaran dan Pajak Masukan PT. PP (Persero) Tbk Tahun 2008 Bulan PPN Yang Dipungut Sendiri Pajak Masukan DPP PPN Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober Nopember Desember Total Sumber : Rekapitulasi PPN Tahun 2007 PT. PP (Persero) Tbk Dari tabel IV.2 di atas, dapat dilihat besarnya Pajak Masukan yang dilakukan PT. PP (Persero) Tbk dari pembelian terkait jasa konstruksi dan untuk kantor PT. PP (Persero) Tbk sendiri sebesar Rp ,-. Selain itu dapat diketahui besarnya pembayaran Jasa Kena Pajak terkait jasa konstruksi yaitu sebesar Rp ,- yang menjadi Dasar Pengenaan Pajak (DPP). Berikut perhitungan Pajak Pertambahan Nilainya : DPP : Rp ,- Tarif PPN : 10% Pajak Keluaran : Rp ,- 50

8 Tabel IV.3 Pajak Keluaran dan Pajak Masukan PT. PP (Persero) Tbk Tahun 2009 Bulan PPN Yang Dipungut Sendiri Pajak Masukan DPP PPN Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober Nopember Desember Total Sumber : Rekapitulasi PPN Tahun 2007 PT. PP (Persero) Tbk Dari tabel IV.3 di atas, besarnya Pajak Masukan yang dilakukan PT. PP (Persero) Tbk dari pembelian terkait jasa konstruksi dan kantor PT. PP (Persero) Tbk sendiri sebesar Rp ,-. Selain itu dapat diketahui besarnya pembayaran Jasa Kena Pajak terkait jasa konstruksi yaitu sebesar Rp ,- yang menjadi Dasar Pengenaan Pajak (DPP). Berikut perhitungan Pajak Pertambahan Nilainya : DPP : Rp ,- Tarif PPN : 10% Pajak Keluaran : Rp ,- 51

9 Tabel IV.4 Pajak Keluaran dan Pajak Masukan PT. PP (Persero) Tbk Tahun 2010 Bulan PPN Yang Dipungut Sendiri Pajak Masukan DPP PPN Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober Nopember Desember Total Sumber : Rekapitulasi PPN Tahun 2007 PT. PP (Persero) Tbk Dari tabel IV.4 di atas, besarnya Pajak Masukan yang dilakukan PT. PP (Persero) Tbk dari pembelian terkait jasa konstruksi dan kantor PT. PP (Persero) Tbk sendiri sebesar Rp ,-. Selain itu dapat diketahui besarnya pembayaran Jasa Kena Pajak terkait jasa konstruksi yaitu sebesar Rp ,- menjadi Dasar Pengenaan Pajak (DPP). Berikut perhitungan Pajak Pertambahan Nilainya : DPP : Rp ,- Tarif PPN : 10% Pajak Keluaran : Rp ,- 52

10 IV.4 Analisis Kelebihan Pembayaran Pajak Pertambahan Nilai pada PT. PP (Persero) Tbk Perhitungan besarnya Pajak Pertambahan Nilai lebih bayar atau kurang bayar dapat dihitung berdasarkan data Pajak Keluaran dan Pajak Masukan yang dijabarkan di atas. Apabila Pajak Keluaran lebih besar daripada Pajak Masukan maka Pajak Pertambahan Nilai mengalami Kurang Bayar yang berarti perusahaan berkewajiban untuk membayar kekurangan pembayaran Pajak Pertambahan Nilai yang disetor kepada Kas Negara paling lama sebelum Surat Pemberitahuan Masa Pajak Pertambahan Nilai tersebut disampaikan. Dan apabila Pajak Keluaran lebih kecil daripada Pajak Masukan maka Pajak Pertambahan Nilai mengalami Lebih Bayar yang berarti perusahaan memiliki hak atas kelebihan pembayaran pajak. Kelebihan pembayaran pajak tersebut dapat diminta kembali dengan dua cara yaitu : 1. Dengan cara kompensasi di Masa Pajak berikutnya yang berarti kelebihan pembayaran tersebut menjadi kredit pajak masa berikutnya; atau 2. Dengan cara meminta kembali kelebihan pembayaran secara tunai atau restitusi. Restitusi biasanya dilakukan apabila setiap Masa Pajak selalu mengalami kelebihan pembayaran, maka perusahaan pada akhir Tahun Pajak akan melakukan restitusi. Tabel berikut ini menunjukkan perhitungan Pajak Pertambahan Nilai dan besarnya kelebihan pembayaran Pajak Pertambahan Nilai yang dilakukan oleh PT. PP (Persero) Tbk untuk tahun 2007, 2008, 2009, dan 2010 : 53

11 Tabel IV.5 Lebih Bayar PPN PT. PP (Persero) Tbk Tahun 2007 PPN Yang Kompensasi Kurang Restitusi Bulan Dipungut Sendiri Pajak Masukan Masa Lalu (Lebih) Bayar yang diajukan Januari ( ) - Februari ( ) - Maret ( ) - April ( ) - Mei ( ) - Juni ( ) Juli ( ) - Agustus ( ) - September ( ) - Oktober ( ) - Nopember ( ) - Desember ( ) - Sumber : Rekapitulasi PPN Tahun 2007 PT. PP (Persero) Tbk Berdasarkan tabel IV.5 di atas, dapat dilihat bahwa setiap bulannya PT. PP (Persero) Tbk mengalami kelebihan pembayaran Pajak Pertambahan Nilai dan setiap bulan melakukan kompensasi. Akan tetapi terdapat 1 (satu) Masa Pajak, PT. PP (Persero) Tbk melakukan restitusi Pajak Pertambahan Nilai. Berikut ini contoh perhitungan Pajak Pertambahan Nilai : 54

12 Bulan Januari 2007 Kurang (Lebih) Bayar = PPN yang dipungut sendiri Pajak Masukan Kompensasi Masa Lalu = Rp ,- - Rp ,- - 0 = (Rp ,-) Jurnal akuntansi adalah sebagai berikut : Dr. PPN Keluaran Rp ,- Dr. PPN Lebih Bayar Rp ,- Cr. PPN Masukan Rp ,- Jurnal di atas menjelaskan bahwa Pajak Pertambahan Nilai yang dipungut sendiri oleh PT. PP (Persero) Tbk adalah sebesar Rp ,- dan Pajak Masukan yang dapat diperhitungkan PT. PP (Persero) Tbk adalah sebesar Rp ,-. Sehingga terdapat kelebihan pembayaran Pajak Pertambahan Nilai sebesar Rp ,- yang akan di kompensasi ke Masa Pajak berikutnya atau direstitusi. Pada tahun 2007 PT. PP (Persero) Tbk hanya melakukan restitusi sebanyak 1 (satu) kali. Restitusi tersebut dilakukan pada Masa Pajak Juni 2007 sebesar Rp ,-. Sehingga pada bulan Juli 2007, kompensasi Masa Pajak Juni 2007 tidak ada atau nol. 55

13 Tabel IV.6 Lebih Bayar PPN PT. PP (Persero) Tbk Tahun 2008 PPN Yang Kompensasi Kurang Restitusi Bulan Dipungut Sendiri Pajak Masukan Masa Lalu (Lebih) Bayar yang diajukan Januari ( ) Februari ( ) - Maret ( ) - April ( ) - Mei ( ) - Juni ( ) - Juli ( ) - Agustus ( ) - September ( ) - Oktober ( ) - Nopember ( ) - Desember ( ) Sumber : Rekapitulasi PPN Tahun 2008 PT. PP (Persero) Tbk Berdasarkan tabel IV.6 di atas, dapat dilihat bahwa setiap bulannya PT. PP (Persero) Tbk mengalami kelebihan pembayaran Pajak Pertambahan Nilai dan setiap bulan melakukan kompensasi. Akan tetapi terdapat 1 (satu) Masa Pajak, PT. PP (Persero) Tbk melakukan restitusi Pajak Pertambahan Nilai. Berikut ini contoh perhitungan Pajak Pertambahan Nilai : 56

14 Bulan Januari 2008 Kurang (Lebih) Bayar = PPN yang dipungut sendiri Pajak Masukan Kompensasi Masa Lalu = Rp ,- Rp ,- - Rp ,- = (Rp ,-) Jurnal akuntansi adalah sebagai berikut : Dr. PPN Keluaran Rp ,- Dr. PPN Lebih Bayar Rp ,- Cr. PPN Masukan Rp ,- Jurnal di atas menjelaskan bahwa Pajak Pertambahan Nilai yang dipungut sendiri oleh PT. PP (Persero) Tbk adalah sebesar Rp ,- dan Pajak Masukan yang dapat diperhitungkan oleh PT. PP (Persero) Tbk adalah sebesar Rp ,- sehingga terdapat kelebihan pembayaran Pajak Pertambahan Nilai sebesar Rp ,- yang akan di kompensasi ke Masa Pajak berikutnya atau direstitusi. Pada tahun 2008 PT. PP (Persero) Tbk hanya melakukan restitusi sebanyak 2 (satu) kali. Restitusi tersebut dilakukan pada Masa Pajak Januari sebesar Rp ,- dan Masa Pajak Desember 2008 sebesar Rp ,-. 57

15 Tabel IV.7 Lebih Bayar PPN PT. PP (Persero) Tbk Tahun 2009 PPN Yang Kompensasi Kurang Restitusi Bulan Dipungut Sendiri Pajak Masukan Masa Lalu (Lebih) Bayar yang diajukan Januari ( ) - Februari ( ) - Maret ( ) - April ( ) - Mei ( ) - Juni ( ) - Juli ( ) - Agustus ( ) - September ( ) - Oktober ( ) - Nopember ( ) - Desember ( ) Sumber : Rekapitulasi PPN Tahun 2009 PT. PP (Persero) Tbk Berdasarkan tabel IV.6 di atas, dapat dilihat bahwa setiap bulannya PT. PP (Persero) Tbk mengalami kelebihan pembayaran Pajak Pertambahan Nilai dan setiap bulan melakukan kompensasi. Akan tetapi terdapat 1 (satu) Masa Pajak, PT. PP (Persero) Tbk melakukan restitusi Pajak Pertambahan Nilai. Berikut ini contoh perhitungan Pajak Pertambahan Nilai : 58

16 Bulan Januari 2009 Kurang (Lebih) Bayar = PPN yang dipungut sendiri Pajak Masukan Kompensasi Masa Lalu = Rp ,- Rp ,- - 0 = (Rp ,-) Jurnal akuntansi adalah sebagai berikut : Dr. PPN Keluaran Rp ,- Dr. PPN Lebih Bayar Rp ,- Cr. PPN Masukan Rp ,- Jurnal di atas menjelaskan bahwa Pajak Pertambahan Nilai yang dipungut sendiri oleh PT. PP (Persero) Tbk adalah sebesar Rp ,- dan Pajak Masukan yang dapat diperhitungkan PT. PP (Persero) Tbk adalah sebesar Rp ,- sehingga terdapat kelebihan pembayaran Pajak Pertambahan Nilai sebesar Rp ,- yang akan di kompensasi ke Masa Pajak berikutnya atau direstitusi. Pada tahun 2009 PT. PP (Persero) Tbk hanya melakukan restitusi sebanyak 1 (satu) kali. Restitusi tersebut dilakukan pada Masa Pajak Desember 2009 sebesar Rp ,-. Pada Masa Pajak Januari 2009 tidak terdapat kompensasi Masa Pajak Desember 2008 karena pada Masa Pajak Desember 2008 dilakukan restitusi. 59

17 Tabel IV.8 Lebih Bayar PPN PT. PP (Persero) Tbk Tahun 2010 PPN Yang Kompensasi Kurang Restitusi Bulan Dipungut Sendiri Pajak Masukan Masa Lalu (Lebih) Bayar yang diajukan Januari ( ) - Februari ( ) - Maret ( ) - April ( ) - Mei ( ) - Juni ( ) - Juli ( ) - Agustus ( ) - September ( ) - Oktober ( ) - Nopember ( ) - Desember ( ) Sumber : Rekapitulasi PPN Tahun 2010 PT. PP (Persero) Tbk Berdasarkan tabel IV.6 di atas, dapat dilihat bahwa setiap bulannya PT. PP (Persero) Tbk mengalami kelebihan pembayaran Pajak Pertambahan Nilai dan setiap bulan melakukan kompensasi. Akan tetapi terdapat 1 (satu) Masa Pajak, PT. PP (Persero) Tbk melakukan restitusi Pajak Pertambahan Nilai. Berikut ini contoh perhitungan Pajak Pertambahan Nilai : 60

18 Bulan Januari 2010 Kurang (Lebih) Bayar = PPN yang dipungut sendiri Pajak Masukan Kompensasi Masa Lalu = Rp ,- Rp ,- - 0 = (Rp ,-) Jurnal akuntansi adalah sebagai berikut : Dr. PPN Keluaran Rp ,- Dr. PPN Lebih Bayar Rp ,- Cr. PPN Masukan Rp ,- Jurnal di atas menjelaskan bahwa Pajak Pertambahan Nilai yang dipungut sendiri sebesar oleh PT. PP (Persero) Tbk adalah Rp ,- dan Pajak Masukan yang dapat diperhitungkan PT. PP (Persero) Tbk adalah sebesar Rp ,- sehingga terdapat kelebihan pembayaran Pajak Pertambahan Nilai sebesar Rp ,- yang akan di kompensasi ke Masa Pajak berikutnya atau direstitusi. Pada tahun 2010 PT. PP (Persero) Tbk hanya melakukan restitusi sebanyak 1 (satu) kali. Restitusi tersebut dilakukan pada bulan Desember 2010 sebesar Rp ,-. Pada Masa Pajak Januari 2010 tidak terdapat kompensasi Masa Pajak Desember 2009 karena pada Masa Pajak Desember 2009 dilakukan restitusi. 61

19 IV.5 Proses Restitusi Pajak Pertambahan Nilai Pada PT. PP (Persero) Tbk PT. PP (Persero) Tbk sering mengalami kelebihan pembayaran Pajak Pertambahan Nilai dikarenakan penyerahan Jasa Kena Pajak banyak dilakukan kepada Pemungut Pajak Pertambahan Nilai seperti Pemerintah yang berasal dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) atau Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD). Selain itu juga berasal dari dana atau bantuan Luar Negeri yang Pajak Pertambahan Nilainya tidak dipungut PT. PP (Persero) Tbk termasuk dalam kategori Pengusaha Kena Pajak dengan Risiko Rendah. Pengusaha Kena Pajak dengan Risiko Rendah adalah Pengusaha Kena Pajak yang memenuhi kriteria Pasal 9 ayat 4C Undang-Undang Pajak Pertambahan Nilai atau Pasal 17C Undang-Undang Ketentuan Umum Perpajakan atau Pasal 17D Undang-Undang Ketentuan Umum Perpajakan. Sehingga PT. PP (Persero) Tbk dapat mengajukan permohonan pengembalian pada setiap Masa Pajak dan dapat melakukan pengembalian pendahuluan dengan proses penyelesaian restitusinya hanya dengan penelitian. PT. PP (Persero) Tbk tidak menggunakan fasilitas perpajakan tersebut. Sehingga PT. PP (Persero) Tbk pada umumnya melakukan pengembalian kelebihan pembayaran atau restitusi Pajak Pertambahan Nilai pada akhir tahun buku dan proses penyelesaiannya menggunakan pemeriksaan pajak. Gambar di bawah ini menunjukkan proses restitusi yang dilakukan oleh PT. PP (Persero) Tbk: 62

20 Gambar IV.1 Proses Restitusi PT. PP (Persero) Tbk Penerimaan Permohonan Restitusi Setuju? No Keberatan SK Keberatan Yes No Yes Pajak Masukan Pajak Keluaran Kurang Bayar Setor KPP SPT Kompensasi Surat Permohonan Tersendiri Restitusi SPT Pencairan Dana Restitusi Setuju? Lebih Bayar Putusan Pengadilan Banding Pemeriksaan Kena Sanksi / Pengembalian SKLB 63

21 Proses pengajuan restitusi dilakukan dengan mengisi Surat Pemberitahuan (SPT) Masa Pajak Pertambahan Nilai (PPN) atau Surat Permohonan tersendiri apabila kolom Dikembalikan (restitusi) dalam Surat Pemberitahuan Masa Pajak Pertambahan Nilai tidak diisi atau tidak mencantumkan permohonan pengembalian kelebihan Pajak. PT. PP (Persero) Tbk melakukan pengajuan restitusi dengan mengisi Surat Pemberitahuan Masa Pajak Pertambahan Nilai. Permohonan pengembalian kelebihan Pajak ditentukan 1 (satu) permohonan untuk 1 (satu) Masa Pajak. Surat Pemberitahuan Masa Pajak Pertambahan Nilai tersebut disampaikan di tempat PT. PP (Persero) Tbk dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak yaitu Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Pasar Rebo. Pada Surat Pemberitahuan Masa Pajak Pertambahan Nilai lembar induk, PT. PP (Persero) Tbk mengisi kolom dikembalikan (Restitusi). Dalam kasus PT. PP (Persero) Tbk, Perusahaan tidak menggunakan fasilitas perpajakan yang berupa pengembalian pendahuluan kelebihan pajak. Maka pada Surat Pemberitahuan Masa Pajak Pertambahan Nilai lembar induk, PT. PP (Persero) Tbk tidak mengisi kolom pada khusus Restitusi untuk PKP. Pengajuan pengembalian kelebihan pembayaran atau restitusi Pajak Pertambahan Nilai dilakukan sesuai dengan penyampaian Surat Pemberitahuan Masa Pajak Pertambahan Nilai karena PT. PP (Persero) Tbk mengajukan restitusi dengan menggunakan Surat Pemberitahuan Masa Pajak Pertambahan Nilai. Pada saat pengajuan pengembalian kelebihan pembayaran atau restitusi Pajak 64

22 Pertambahan Nilai Wajib Pajak belum menyertakan dokumen dan bukti-bukti yang diperlukan dan itu berlaku juga untuk PT. PP (Persero) Tbk. Jangka waktu penerimaan permohonan restitusi PT. PP (Persero) Tbk ± 1 (satu) -2 (dua) bulan. Apabila pengajuan sudah diterima oleh Kantor Pelayanan Pajak Pratama Pasar Rebo, maka Kantor Pelayanan Pajak Pratama Pasar Rebo akan mengeluarkan Surat Perintah Pemeriksaan Pajak (SP3) serta surat permintaan kelengkapan dokumen dan bukti-bukti. Kelengkapan dokumen dan bukti-buti tersebut wajib diserahkan kepada Pemeriksa Pajak paling lama 1 (satu) bulan sejak surat permintaan peminjaman buku, catatan, dan dokumen disampaikan kepada PT. PP (Persero) Tbk. Kantor Pelayanan Pajak Pratama Pasar Rebo melakukan pemeriksaan kantor dan lapangan. Pemeriksaan kantor dilakukan di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Pasar Rebo berdasarkan Surat Pemberitahuan (SPT) Masa Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penghasilan yang dilaporkan PT. PP (Persero) Tbk sendiri. Pemeriksaan lapangan dilakukan langsung di kantor PT. PP (Persero) Tbk. PT. PP (Persero) Tbk biasanya menyediakan tempat untuk Pemeriksa Pajak untuk memeriksa data-data, bukti-bukti, dan dokumen-dokumen yang diperlukan dalam pemeriksaan. Apabila diperlukan Pemeriksa Pajak dapat melakukan konfirmasi kepada pihak ketiga atau rekanan yang berhubungan dengan PT. PP (Persero) Tbk untuk pembuktian kebenaran data dalam Surat Pemberitahuan. Direktur Jenderal Pajak setelah melakukan pemeriksaan atas permohonan restitusi harus menerbitkan Surat Ketetapan Pajak paling lama 12 (dua belas) bulan sejak permohonan restitusi diterima secara lengkap. Apabila setelah melampaui jangka waktu 12 (dua belas) bulan Direktur Jendral Pajak tidak 65

23 memberikan keputusan, permohonan pengembalian kelebihan pembayaran pajak dianggap dikabulkan dan Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar (SKPLB) harus diterbitkan paling lama 1 (satu) bulan setelah jangka waktu tersebut berakhir. Setelah Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar (SKPLB) diterbitkan PT. PP (Persero) Tbk dapat membahas hasil Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar (SKPLB) dengan Fiskus atau Pemeriksa Pajak dalam Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan yang apabila PT. PP (Persero) Tbk terdapat perbedaan dengan Pemeriksa Pajak dapat membahas dengan Tim Pembahas. Dalam Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan PT. PP (Persero) Tbk menandatangani Berita Acara Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan baik menyetujui maupun tidak menyetujui. Apabila PT. PP (Persero) Tbk tidak menyetujui hasil Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar tersebut, maka PT. PP (Persero) Tbk dapat mengajukan keberatan atas 1 (satu) Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar kepada Direktorat Jenderal Pajak paling lambat 3 (tiga) bulan sejak Surat Ketetapan Pajak dikirim. Pengajuan keberatan akan menghasilkan Surat Keputusan Keberatan. Jika PT. PP (Persero) Tbk masih tidak menyetujui hasil Surat Keputusan Keberatan dapat mengajukan banding atas 1 (satu) Surat Keputusan Keberatan kepada Pengadilan Pajak paling lambat 3 (tiga) bulan sejak Surat Keputusan Keberatan diterima. Pengajuan banding akan menghasilkan Putusan Pengadilan. Jika PT. PP (Persero) Tbk menyetujui hasil dari Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar (SKPLB) maka Kantor Pelayanan Pajak Pratama Pasar Rebo akan memproses pencairan dana restitusi tersebut. Kelebihan pembayaran pajak harus diperhitungkan terlebih dahulu dengan Utang Pajak yang diadministrasikan di 66

24 Kantor Pelayanan Pajak Pratama Pasar Rebo yang kemudian apabila terdapat sisa kelebihan pembayaran Pajak Pertambahan Nilai setelah dikompensasikan dengan Utang Pajak maka akan dikembalikan kepada PT. PP (Persero) Tbk. Kepala Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Pasar Rebo akan menerbitkan Surat Keputusan Pengembalian Kelebihan Pembayaran Pajak (SKPKPP) yang kemudian atas nama Menteri Keuangan menerbitkan Surat Perintah Membayar Kelebihan Pajak (SPMKP) yang pada umumnya ± 1 (satu) bulan dari tanggal Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar (SKPLB) kepada Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN). Kantor Pelayanan Perbendaharaan akan mengecek terdapat atau tidak Utang Pajak yang harus dibayar PT. PP (Persero) Tbk. Apabila terdapat Utang Pajak maka Kantor Pelayanan Perbendaharaan akan menyetorkan Utang Pajak tersebut kepada Kas Negara yang kemudian mengkonfirmasi kepada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Pasar Rebo atas Kompensasi Utang Pajak. Selanjutnya Kantor Pelayanan Pajak Pratama Pasar Rebo akan menerbitkan Surat Setoran Pajak (SSP). Sisa kelebihan pembayaran pajak yang telah dikurangkan dari Utang Pajak tersebut oleh kepala Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara atas nama Menteri Keuangan menerbitkan Surat Perintah Pencairan Dana (SP2D). Pencairan dana hasil restitusi akan ditransfer Bank Operasional mitra kerja Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN) kepada rekening PT. PP (Persero) Tbk. Tabel berikut ini merupakan SKPLB yang diterbitkan DJP yang menunjukkan perhitungan hasil restitusi yang diterima berdasarkan PT. PP (Persero) Tbk dan Pemeriksa Pajak beserta permohonan restitusi yang telah 67

25 diselesaikan maupun yang sedang dalam proses untuk Masa Pajak Juni 2007, Januari 2008, Desember 2008, dan Desember 2009 : Tabel IV.9 Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar Juni 2007 No Uraian WP Fiskus 1 Ekspor Penyerahan PPN-nya harus dipungut sendiri Penyerahan PPN-nya dipungut Pemungut PPN Penyerahan yang PPN-nya tidak dipungut Penyerahan yang dibebaskan dari PPN Jumlah Seluruh Penyerahan/Pajak Keluaran PPN yang harus dipungut/dibayar sendiri Pajak Masukan yang dapat diperhitungkan PPN Lebih Bayar Hasil Restitusi yang diterima Sumber : Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar PT. PP (Persero) Tbk Berdasarkan tabel IV.9 di atas, Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar untuk Masa Pajak Juni 2007 baru diterbitkan pada tanggal 24 November 2008 oleh Direktur Jendral Pajak dengan Nomor 00070/407/07/051/08. Menurut perhitungan PT. PP (Persero) Tbk, Pajak Pertambahan Nilai Lebih Bayar adalah sebesar Rp ,-. Sedangkan perhitungan Fiskus, Pajak Pertambahan Nilai Lebih Bayar adalah sebesar Rp ,. 68

26 Perbedaan antara Fiskus dan PT PP (Persero) Tbk akan menjadi pertimbangan selanjutnya oleh PT PP (Persero) Tbk. Hasil restitusi yang dapat diterima PT PP (Persero) Tbk setelah dilakukan pemeriksaan yaitu sebesar Rp ,-. Tabel IV.10 Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar Januari 2008 No Uraian WP Fiskus 1 Ekspor Penyerahan PPN-nya harus dipungut sendiri Penyerahan PPN-nya dipungut Pemungut PPN Penyerahan yang PPN-nya tidak dipungut Penyerahan yang dibebaskan dari PPN Jumlah Seluruh Penyerahan/Pajak Keluaran PPN yang harus dipungut/dibayar sendiri Pajak Masukan yang dapat diperhitungkan PPN Lebih Bayar Hasil Restitusi yang diterima Sumber : Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar PT. PP (Persero) Tbk Berdasarkan tabel IV.10 di atas, Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar untuk Masa Pajak Januari 2008 baru diterbitkan pada tanggal 05 Juni 2009 oleh Direktur Jendral Pajak dengan Nomor 00044/407/08/051/09. Menurut perhitungan PT. PP (Persero) Tbk, Pajak Pertambahan Nilai Lebih Bayar adalah sebesar Rp ,-. Sedangkan perhitungan Fiskus, 69

27 Pajak Pertambahan Nilai Lebih Bayar adalah sebesar Rp ,-. Perbedaan antara Fiskus dan PT PP (Persero) Tbk akan menjadi pertimbangan selanjutnya oleh PT PP (Persero) Tbk. Hasil restitusi yang dapat diterima PT. PP (Persero) Tbk setelah dilakukan pemeriksaan yaitu sebesar Rp ,-. Tabel IV.11 Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar Desember 2008 No Uraian WP Fiskus 1 Ekspor Penyerahan PPN-nya harus dipungut sendiri Penyerahan PPN-nya dipungut Pemungut PPN Penyerahan yang PPN-nya tidak dipungut Penyerahan yang dibebaskan dari PPN Jumlah Seluruh Penyerahan/Pajak Keluaran PPN yang harus dipungut/dibayar sendiri Pajak Masukan yang dapat diperhitungkan PPN Lebih Bayar Hasil Restitusi yang diterima Sumber : Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar PT. PP (Persero) Tbk Berdasarkan tabel IV.11 di atas, Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar untuk Masa Pajak Desember 2008 baru diterbitkan pada tanggal 13 Januari 2010 oleh Direktur Jendral Pajak dengan Nomor 00066/407/08/051/10. 70

28 Menurut perhitungan PT. PP (Persero) Tbk, Pajak Pertambahan Nilai Lebih Bayar adalah sebesar Rp ,-. Sedangkan perhitungan Fiskus, Pajak Pertambahan Nilai Lebih Bayar adalah sebesar Rp ,-. Perbedaan antara Fiskus dan PT PP (Persero) Tbk akan menjadi pertimbangan selanjutnya oleh PT PP (Persero) Tbk. Hasil restitusi yang dapat diterima PT. PP (Persero) Tbk setelah dilakukan pemeriksaan yaitu sebesar Rp ,-. Tabel IV.12 Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar Desember 2009 No Uraian WP Fiskus 1 Ekspor Penyerahan PPN-nya harus dipungut sendiri Penyerahan PPN-nya dipungut Pemungut PPN Penyerahan yang PPN-nya tidak dipungut Penyerahan yang dibebaskan dari PPN Jumlah Seluruh Penyerahan/Pajak Keluaran PPN yang harus dipungut/dibayar sendiri Pajak Masukan yang dapat diperhitungkan PPN Lebih Bayar Hasil Restitusi yang diterima Sumber : Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar PT. PP (Persero) Tbk 71

29 Berdasarkan tabel IV.12 di atas, Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar untuk Masa Pajak Desember 2009 baru diterbitkan pada tanggal 02 Desember 2011 oleh Direktur Jendral Pajak dengan Nomor 00102/407/09/051/11. Menurut perhitungan PT. PP (Persero) Tbk, Pajak Pertambahan Nilai Lebih Bayar adalah sebesar Rp ,. Sedangkan berdasarkan perhitungan Fiskus, Pajak Pajak Pertambahan Nilai Lebih Bayar adalah sebesar Rp ,-. Perbedaan antara Fiskus dan PT PP (Persero) Tbk akan menjadi pertimbangan selanjutnya oleh PT PP (Persero) Tbk. Hasil restitusi yang dapat diterima PT. PP (Persero) Tbk setelah dilakukan pemeriksaan yaitu sebesar Rp ,-. Masa Pajak Desember 2010 Permohonan restitusi untuk Masa Pajak Desember 2010 sedang dalam proses pemeriksaan pajak. Direktur Jendral Pajak belum menerbitkan Surat Keputusan dari permohonan restitusi yang diajukan PT. PP (Persero) Tbk. Sehingga Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar atas Masa Pajak Desember 2010 belum diterbitkan Direktur Jendral Pajak untuk PT. PP (Persero) Tbk. Akan tetapi berdasarkan perhitungan Pajak Pertambahan Nilai PT. PP (Persero) Tbk, hasil restitusi yang dapat diterima adalah sebesar Rp ,- apabila tidak terdapat perbedaan antara PT. PP (Persero) Tbk dengan Fiskus. 72

30 Tabel IV.13 Permohonan Restitusi Selesai atau Dalam Proses No SPT Masa PPN SKPLB Restitusi Yang Didapat Selesai / Dalam Proses 1 Juni Tahun 2007 SKPLB No.00070/407/07/051/ Selesai 2 Januari Tahun 2008 SKPLB No.00044/407/07/051/ Selesai 3 Desember Tahun 2008 SKPLB No.00066/407/07/051/ Selesai 4 Desember Tahun 2009 SKPLB No.00600/207/09/051/11 SKPKB No.00600/207/09/051/11 SKPKB No.00601/207/09/051/ ( ) ( ) Selesai STPPPN No.00236/107/09/05/11 Restitusi yang didapat ( ) Desember Tahun Dalam Proses Sumber : Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar PT PP (Persero) Tbk Berdasarkan tabel IV.13 di atas, dapat dilihat permohonan restitusi untuk Masa Pajak Juni Tahun 2007, Masa Pajak Januari 2008, Masa Pajak Desember 2008, dan Masa Pajak Desember 2009 telah diselesaikan dan telah dilakukan pengembalian kelebihan pembayaran Pajak Pertambahan Nilai oleh Kepala Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN) kepada PT. PP (Persero) Tbk melalui rekening PT. PP (Persero) Tbk. Sedangkan untuk Masa Pajak Desember 2010 sedang dalam proses sehingga Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar belum diterbitkan. Pencairan dana restitusi dikurangi terlebih dahulu dengan Utang Pajak yang terdaftar di Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN). Sisa dari pengurangan Utang Pajak tersebut barulah ditransfer kepada PT. PP (Persero) Tbk. 73

31 Jurnal akuntasi sebagai berikut : Masa Pajak Juni Tahun 2007 Dr.Kas/Bank Rp ,- Cr.Uang Muka Pajak Rp ,- Jurnal di atas menjelaskan bahwa pencairan dana restitusi Pajak Pertambahan Nilai atas pengajuan restitusi yang dilakukan PT. PP (Persero) Tbk untuk Masa Pajak Juni Tahun 2007 sebesar Rp ,- telah diterima oleh PT. PP (Persero) Tbk ari Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN) dan tidak terdapat Utang Pajak PT. PP (Persero) Tbk di KPPN. Masa Pajak Januari 2008 Dr.Kas/Bank Rp ,- Cr. Uang Muka Pajak Rp ,- Jurnal di atas menjelaskan bahwa pencairan dana restitusi Pajak Pertambahan Nilai atas pengajuan restitusi yang dilakukan PT. PP (Persero) Tbk untuk Masa Pajak Januari 2008 sebesar Rp ,- telah diterima oleh PT. PP (Persero) Tbk dari Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN) dan tidak terdapat Utang Pajak PT. PP (Persero) Tbk di KPPN. Masa Pajak Desember 2008 Dr,Kas/Bank Rp ,- Cr. Uang Muka Pajak Rp ,- Jurnal di atas menjelaskan bahwa pencairan dana restitusi Pajak Pertambahan Nilai atas pengajuan restitusi yang dilakukan PT. PP (Persero) Tbk 74

32 untuk Masa Pajak Desember 2008 sebesar Rp ,- telah diterima oleh PT. PP (Persero) Tbk dari Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN) dan tidak terdapat Utang Pajak PT. PP (Persero) Tbk di KPPN. Masa Pajak Desember 2009 Dr.Kas/Bank Rp ,- Cr. Uang Muka Pajak Rp ,- Jurnal di atas menjelaskan bahwa : Restitusi = Hasil Surat Ketetapan Lebih Bayar (SKPLB) Utang Pajak = Rp ,- Rp ,- Rp ,- Rp ,- = Rp ,- Pencairan dana restitusi Pajak Pertambahan Nilai atas pengajuan restitusi yang dilakukan PT. PP (Persero) Tbk untuk Masa Pajak Juni Januari 200 Desember 2009 sebesar Rp ,- telah diterima oleh PT Pembangunan Perumahan (Persero) dari Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN). IV.6 Permasalah Restitusi PT. PP (Persero) Tbk PT. PP (Persero) Tbk termasuk dalam kategori Pengusaha Kena Pajak beresiko rendah. Pengusaha Kena Pajak dengan Risiko Rendah adalah Pengusaha Kena Pajak yang memenuhi kriteria Pasal 9 ayat 4C Undang-Undang Pajak Pertambahan Nilai atau Pasal 17C Undang-Undang Ketentuan Umum Perpajakan atau Pasal 17D Undang-Undang Ketentuan Umum Perpajakan. 75

33 PT. PP (Persero) Tbk melakukan Jasa Kena Pajak kepada Pemungut Pajak Pertambahan Nilai dan dapat digolongkan sebagai Wajib Pajak Patuh. PT. PP (Persero) Tbk melakukan restitusi Pajak Pertambahan Nilai pada akhir tahun buku serta proses penyelesaiannya melalui pemeriksaan pajak. Perhitungan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan proses restitusi yang dilakukan PT. PP (Persero) Tbk dari Tahun 2007 sampai dengan Tahun 2010 telah memenuhi peraturan perundang-undangan perpajakan yang berlaku. PT. PP (Persero) Tbk dalam setiap bulannya mengalami Lebih Bayar pada Pajak Pertambahan Nilai. Sehingga PT. PP (Persero) Tbk melakukan kompensasi pada setiap bulan dan pada akhir tahun PT. PP (Persero) Tbk melakukan restitusi. Pada Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar terdapat perbedaan antara PT. PP (Persero) Tbk dengan Pemeriksa Pajak. Perbedaan tersebut pada Pajak Masukan yang dapat diperhitungkan. Berdasarkan pembahasan yang diuraikan sebelumnya dalam melakukan restitusi PT. PP (Persero) Tbk. Terdapat permasalahan dari restitusi yang dihadapi PT. PP (Persero) Tbk yaitu : 1. Rekanan atau pihak ketiga belum melakukan konfirmasi atau melaporkan keterangan atau bukti yang berkaitan dengan Pajak Pertambahan Nilai PT. PP (Persero) Tbk kepada Kantor Pelayanan Pajak (KPP) pada saat dilakukan pemeriksaan pajak sehingga terjadi perbedaan dalam Pajak Masukan dan Pajak Keluaran PT. PP (Persero) Tbk. Berdasarkan Pasal 12 Peraturan Menteri Keuangan Nomor 199/PMK.03/2007 berbunyi demikian, Pemeriksa Pajak memiliki wewenang 76

34 untuk meminta keterangan dan/atau bukti yang diperlukan dari pihak ketiga yang mempunyai hubungan dengan Wajib Pajak yang diperiksa melalui kepala unit pelaksana Pemeriksaan. Pajak Masukan yang dapat diperhitungkan dihitung (YDD) berdasarkan : Pajak Masukan YDD = Pajak Masukan + kompensasi Masa Lalu. PT. PP (Persero) Tbk memperoleh Faktur Pajak yang merupakan dokumen pendukung Pajak Pertambahan Nilai dari rekanan atau pihak ketiga. Rekanan atau pihak ketiga mencatat sebagai Pajak Keluaran yang akan dikonfirmasi melalui Surat Pemberitahuan Masa Pajak Pertambahan Nilai. Apabila rekanan atau pihak ketiga belum mengkonfirmasi Pajak Keluaran ke dalam Surat Pemberitahuan Masa Pajak Pertambahan Nilai, maka akan terjadi perbedaan pada saat Pemeriksa Pajak meminta konfirmasi kepada rekanan atau pihak ketiga dalam pemeriksaan. Dalam menanggani permasalahan ini, PT. PP (Persero) Tbk dapat menyediakan keterangan atau bukti terkait dengan siklus pembelian PT. PP (Persero) Tbk. Keterangan atau bukti yang berkenaan dengan arus barang dan arus kas seperti Surat Permohonan Pembelian (SSP), Purchase Order (PO), Tanda Terima Barang, Kontrak, Bukti Pembayaran, dan Faktur Pajak yang berkaitan dengan transaksi Pajak Pertambahan Nilai tersebut. Keterangan atau bukti tersebut dapat diperlihatkan kepada Pemeriksa Pajak pada saat Pemeriksaaan Pajak atau pada saat Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan. 2. Kantor Pelayanan Pajak (KPP) belum menjawab keterangan atau bukti yang telah diberikan rekanan atau pihak ketiga dalam hal pemeriksaan pajak PT. PP (Persero) Tbk. 77

35 Dalam Pemeriksaan Pajak, Fiskus memeriksa kebenaran Pajak Masukan dan Pajak Keluaran. Oleh karena itu, Fiskus memerlukan keterangan atau bukti dari antar Kantor Pelayanan Pajak untuk kebenaran Pajak Masukan dan Pajak Keluaran yang terjadi pada PT. PP (Persero) Tbk. Kantor Pelayanan Pajak kadang belum menjawab keterangan yang diminta oleh Fiskus tersebut. Sehingga terjadi perbedaan perhitungan dalam Pajak Masukan dan Pajak Keluaran PT. PP (Persero) Tbk dengan Fiskus atau Pemeriksa Pajak. Dalam menanggani permasalahan ini, PT. PP (Persero) Tbk dapat menyediakan Surat Pemberitahuan (SPT) Rekanan atau pihak ketiga yang berhubungan dengan Pajak Pertambahan Nilai untuk membuktikan Pajak Masukan dan Pajak Keluaran PT. PP (Persero) Tbk kepada Pemeriksa Pajak pada saat Pemeriksaan Pajak atau pada saat Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan. 3. Pada saat di lapangan, ada beberapa karyawan PT. PP (Persero) Tbk tidak berhati-hati dalam hal kapan rekanan atau pihak ketiga menjadi Pengusaha Kena Pajak. Sehingga pada saat dilakukan pemeriksaan, Fiskus menemukan bahwa rekanan atau pihak ketiga belum menjadi Pengusaha Kena Pajak pada saat dilakukan transkasi tersebut. Berdasarkan Pasal Pasal 3A ayat (1) Undang-Undang Pajak Pertambahan Nilai, kewajiban Pengusaha Kena Pajak yaitu : a. Melaporkan usahanya untuk dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak; b. Memungut Pajak yang terutang dan membuat faktur pajak; 78

36 c. Menyetorkan pajak yang masih harus dibayar apabila Pajak Keluaran lebih besar daripada Pajak Masukan yang dapat dikreditkan dengan menyelenggarakan pencatatan jumlah perolehan dan jumlah peredaran dan berhak mengkreditkan Pajak Masukan berdasarkan ketentuan yanng berlaku; dan d. Melaporkan pajak yang terutang dengan mengisi dan menyampaikan Surat Pemberitahuan (SPT) Masa PPN. Apabila rekanan atau pihak ketiga belum menjadi Pengusaha Kena Pajak maka rekanan atau pihak ketiga tidak memiliki kewajiban memungut Pajak Pertambahan Nilai. Sehingga terjadi perbedaan perhitungan dalam Pajak Masukan dan Pajak Keluaran, khususnya pada Pajak Masukan PT. PP (Persero) Tbk. Dalam menanggani permasalahan ini PT. PP (Persero) Tbk dapat memberikan pelatihan berkenaan dengan Pajak Pertambahan Nilai kepada para karyawan khususnya yang berada di lapangan. Pelatihan tersebut diberikan bertujuan karyawan lebih berhati-hati untuk tidak mengulangi kekeliruan pengenaan atau pemungutan Pajak Pertambahan Nilai yang dapat mengakibatkan kerugian bagi PT. PP (Persero) Tbk. Selain solusi yang diberikan di atas berdasarkan permasalahan restitusi yang terjadi di PT. PP (Persero) Tbk. PT. PP (Persero) Tbk juga dapat melakukan keberatan atau banding apabila tidak menyetujui hasil Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar (SKPLB). Dengan dasar perhitungan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) Lebih Bayar yang dilakukan PT. PP (Persero) Tbk sudah benar dan sesuai dengan keterangan atau bukti yang lengkap. 79

ANALISIS PENERAPAN RESTITUSI PAJAK PERTAMBAHAN NILAI (PPN) PT. PP (PERSERO) TBK

ANALISIS PENERAPAN RESTITUSI PAJAK PERTAMBAHAN NILAI (PPN) PT. PP (PERSERO) TBK ANALISIS PENERAPAN RESTITUSI PAJAK PERTAMBAHAN NILAI (PPN) PT. PP (PERSERO) TBK Yulia Chandra ABSTRAK Restitusi atau pengembalian kelebihan pembayaran Pajak Pertambahan Nilai merupakan Hak semua Wajib

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN. 1.1 Analisis Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai. menyediakan pembuatan alat untuk pembangunan beton di jalan tol.

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN. 1.1 Analisis Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai. menyediakan pembuatan alat untuk pembangunan beton di jalan tol. BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN 1.1 Analisis Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai PT.DDT merupakan perusahaan yang bergerak dibidang alat berat yang menyediakan pembuatan alat untuk pembangunan beton di jalan

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. IV. 1 Analisis Mekanisme Pajak Penghasilan Pasal 22 di PT. KAS

BAB IV PEMBAHASAN. IV. 1 Analisis Mekanisme Pajak Penghasilan Pasal 22 di PT. KAS BAB IV PEMBAHASAN IV. 1 Analisis Mekanisme Pajak Penghasilan Pasal 22 di PT. KAS Semua badan merupakan Wajib Pajak tanpa terkecuali, mulai saat didirikan atau saat melakukan kegiatan usaha atau memperoleh

Lebih terperinci

BAB 4. Pembahasan Hasil Penelitian

BAB 4. Pembahasan Hasil Penelitian BAB 4 Pembahasan Hasil Penelitian 4.1 Analisis Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai Sebagai pajak atas konsumsi dalam negeri maka PPN hanya dikenakan atas barang atau jasa yang dikomsumsi di dalam daerah

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN Evaluasi Terhadap Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai. PT. Mejoi merupakan perusahaan distributor yang bergerak dalam

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN Evaluasi Terhadap Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai. PT. Mejoi merupakan perusahaan distributor yang bergerak dalam BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN 4.1. Evaluasi Terhadap Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai PT. Mejoi merupakan perusahaan distributor yang bergerak dalam bidang nutrisi anak yang telah dikukuhkan pada tanggal

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. Analisis Perhitungan Pajak Pertambahan Nilai. IV.1.1 Analisis Perolehan Barang Kena Pajak (Pajak Masukan)

BAB IV PEMBAHASAN. Analisis Perhitungan Pajak Pertambahan Nilai. IV.1.1 Analisis Perolehan Barang Kena Pajak (Pajak Masukan) BAB IV PEMBAHASAN IV.1 Analisis Perhitungan Pajak Pertambahan Nilai IV.1.1 Analisis Perolehan Barang Kena Pajak (Pajak Masukan) Pajak Masukan adalah pajak yang harus dibayarkan oleh Pengusaha Kena Pajak

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. Analisis Terhadap Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai. PT. HAJ adalah perusahaan yang bergerak dalam bidang perusahaan dagang

BAB IV PEMBAHASAN. Analisis Terhadap Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai. PT. HAJ adalah perusahaan yang bergerak dalam bidang perusahaan dagang BAB IV PEMBAHASAN IV.1 Analisis Terhadap Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai PT. HAJ adalah perusahaan yang bergerak dalam bidang perusahaan dagang yakni barang IT yang telah dikukuhkan menjadi Pengusaha

Lebih terperinci

BAB 4 PEMBAHASAN 4.1 Ketentuan Formal Pajak Pertambahan Nilai PT TRT 4.2 Analisis Faktur Pajak

BAB 4 PEMBAHASAN 4.1 Ketentuan Formal Pajak Pertambahan Nilai PT TRT 4.2 Analisis Faktur Pajak BAB 4 PEMBAHASAN 4.1 Ketentuan Formal Pajak Pertambahan Nilai PT TRT PT. TRT adalah sebuah perusahaan yang bergerak dibidang produsen bahan kimia yang telah dikukuhkan menjadi Pengusaha Kena Pajak (PKP)

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. IV.1. Analisis Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai. PT. MRC adalah perusahaan swasta yang bergerak di bidang jasa konstruksi.

BAB IV PEMBAHASAN. IV.1. Analisis Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai. PT. MRC adalah perusahaan swasta yang bergerak di bidang jasa konstruksi. BAB IV PEMBAHASAN IV.1. Analisis Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai PT. MRC adalah perusahaan swasta yang bergerak di bidang jasa konstruksi. Perusahaan ini telah dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak

Lebih terperinci

BAB IV EVALUASI PAJAK PERTAMBAHAN NILAI DI LEMIGAS. IV. 1 Objek Penelitian dan Evaluasi mekanisme PPN di LEMIGAS

BAB IV EVALUASI PAJAK PERTAMBAHAN NILAI DI LEMIGAS. IV. 1 Objek Penelitian dan Evaluasi mekanisme PPN di LEMIGAS BAB IV EVALUASI PAJAK PERTAMBAHAN NILAI DI LEMIGAS IV. 1 Objek Penelitian dan Evaluasi mekanisme PPN di LEMIGAS LEMIGAS merupakan Instansi Pemerintah yang tidak bertujuan untuk mencari keuntungan, LEMIGAS

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. bergerak di bidang teknologi Access Management yang dapat memudahkan konsumen

BAB IV PEMBAHASAN. bergerak di bidang teknologi Access Management yang dapat memudahkan konsumen BAB IV PEMBAHASAN IV.1 Analisis Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai merupakan salah satu perusahaan di Jakarta yang bergerak di bidang teknologi Access Management yang dapat memudahkan konsumen dalam melakukan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Penyajian dan Analisis Data PT. Waskita Karya merupakan perusahaan yang bergerak di bidang jasa konstruksi. Kegiatan utama PT. Waskita Karya adalah membangun sebuah

Lebih terperinci

BAB III PEMBAHASAN. A. Gambaran Obyek Penelitian. 1. Sejarah berdirinya Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama. Karanganyar

BAB III PEMBAHASAN. A. Gambaran Obyek Penelitian. 1. Sejarah berdirinya Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama. Karanganyar digilib.uns.ac.id BAB III PEMBAHASAN A. Gambaran Obyek Penelitian 1. Sejarah berdirinya Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Karanganyar KPP Pratama Karanganyar merupakan kantor pelayanan pajak pecahan

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. Analisis Terhadap Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai. hewan) yang telah dikukuhkan menjadi Pengusaha Kena Pajak (PKP) pada

BAB IV PEMBAHASAN. Analisis Terhadap Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai. hewan) yang telah dikukuhkan menjadi Pengusaha Kena Pajak (PKP) pada BAB IV PEMBAHASAN IV.1 Analisis Terhadap Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai PT. Biotek Indonesia adalah perusahaan yang bergerak di bidang farmasi (obatobatan hewan) yang telah dikukuhkan menjadi Pengusaha

Lebih terperinci

00BAB IV PEMBAHASAN. perusahaan memiliki banyak kesamaan seperti persamaan tarif dan sama-sama

00BAB IV PEMBAHASAN. perusahaan memiliki banyak kesamaan seperti persamaan tarif dan sama-sama 00BAB IV PEMBAHASAN IV. 1 Analisis Perbandingan Perlakuan Pajak Pertambahan Nilai Antara Perusahaan Milik Negara (Pemungut) dan Perusahaan Swasta. Pada dasarnya perlakuan untuk Pajak Pertambahan Nilai

Lebih terperinci

BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA

BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA 4.1 Penyajian Data 4.1.1 Sejarah Singkat Perusahaan CV. Mitra Sinergi merupakan salah satu bentuk perusahaan yang bergerak dalam bidang perdagangan pipa dan bahan bangunan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 72/PMK.03/2010 TENTANG TATA CARA PENGEMBALIAN KELEBIHAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI ATAU PAJAK

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 72/PMK.03/2010 TENTANG TATA CARA PENGEMBALIAN KELEBIHAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI ATAU PAJAK PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 72/PMK.03/2010 TENTANG TATA CARA PENGEMBALIAN KELEBIHAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI ATAU PAJAK PERTAMBAHAN NILAI DAN PAJAK PENJUALAN ATAS BARANG MEWAH DENGAN

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Analisis Perhitungan PPN Keluaran Dalam hal menghitung Pajak Pertambahan Nilai atau PPN khusunya Pajak Keluaran yang diterbitkan dan dipungut oleh perusahaan merupakan

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. Dalam analisa penghitungan dan pelaporan Pajak Pertambahan Nilai, penulis

BAB IV PEMBAHASAN. Dalam analisa penghitungan dan pelaporan Pajak Pertambahan Nilai, penulis BAB IV PEMBAHASAN Dalam analisa penghitungan dan pelaporan Pajak Pertambahan Nilai, penulis melakukan pemeriksaan pajak dengan menguji dan memeriksa ketaatan perpajakan, serta kebenaran jumlah dalam SPT

Lebih terperinci

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER - 7/PJ/2011 TENTANG TATA CARA PENGEMBALIAN KELEBIHAN PEMBAYARAN PAJAK DIREKTUR JENDERAL PAJAK,

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER - 7/PJ/2011 TENTANG TATA CARA PENGEMBALIAN KELEBIHAN PEMBAYARAN PAJAK DIREKTUR JENDERAL PAJAK, Menimbang : PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER - 7/PJ/2011 TENTANG TATA CARA PENGEMBALIAN KELEBIHAN PEMBAYARAN PAJAK DIREKTUR JENDERAL PAJAK, bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 15 Peraturan

Lebih terperinci

BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA. oleh pelanggan untuk di jadikan sepatu atau sandal.

BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA. oleh pelanggan untuk di jadikan sepatu atau sandal. BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA 4.1. Penyajian Data 4.1.1. Sejarah singkat perusahaan PT Cahaya Terang Abadi didirikan pada tanggal 30 November 2009 sampai dengan sekarang perusahaan ini bergerak dibidang

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. dan sesudah perubahan Undang-undang No.42 Tahun 2009, penulis melakukan

BAB IV PEMBAHASAN. dan sesudah perubahan Undang-undang No.42 Tahun 2009, penulis melakukan BAB IV PEMBAHASAN Dalam evaluasi penerapan dan perbandingan Pajak Pertambahan Nilai sebelum dan sesudah perubahan Undang-undang No.42 Tahun 2009, penulis melakukan penelusuran atas laporan laba rugi, neraca,

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASILDAN PEMBAHASAN. 1. Faktor-Faktor yang Menyebabkan PT. Kuei Meng Chain Indonesia

BAB IV ANALISIS HASILDAN PEMBAHASAN. 1. Faktor-Faktor yang Menyebabkan PT. Kuei Meng Chain Indonesia BAB IV ANALISIS HASILDAN PEMBAHASAN A. Penyajian dan Analisis Data 1. Faktor-Faktor yang Menyebabkan PT. Kuei Meng Chain Indonesia Mengajukan Permohonan Pengembalian Kelebihan Pembayaran Pajak Penghasilan

Lebih terperinci

Bab 4 PEMBAHASAN. PT. XYZ merupakan Perusahaan yang bergerak dalam bidang manufaktur

Bab 4 PEMBAHASAN. PT. XYZ merupakan Perusahaan yang bergerak dalam bidang manufaktur Bab 4 PEMBAHASAN merupakan Perusahaan yang bergerak dalam bidang manufaktur yang kegiatan utamanya sebagai distributor langsung untuk atap baja ringan. PT. XYZ menjual asesoris untuk pembuatan atap, dinding

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Analisis Hasil 1. Penerapan Pajak Pertambahan Nilai pada PT. Perkebunan Nusantara III Medan dengan Surat Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak (SPPKP) No: PEM- 00025/WPJ.19/KP.0303/2013

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 187/PMK.03/2015 TENTANG

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 187/PMK.03/2015 TENTANG PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 187/PMK.03/2015 TENTANG TATA CARA PENGEMBALIAN ATAS KELEBIHAN PEMBAYARAN PAJAK YANG SEHARUSNYA TIDAK TERUTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. 4.1 Alur Restitusi PT.KAJ atas PPN Lebih Bayar Bulan Desember 2013

BAB IV PEMBAHASAN. 4.1 Alur Restitusi PT.KAJ atas PPN Lebih Bayar Bulan Desember 2013 BAB IV PEMBAHASAN 4.1 Alur Restitusi PT.KAJ atas PPN Lebih Bayar Bulan Desember 2013 PT.KAJ merupakan sebuah perusahaan yang bergerak di bidang perdagangan di kota Semarang yang berdiri sejak tahun 2009.

Lebih terperinci

BAB 4 EVALUASI PPH PASAL 22 BENDAHARAWAN PEMERINTAH PADA PPPTMGB LEMIGAS. Mekanisme PPh Pasal 22 Bendaharawan Pemerintah di LEMIGAS

BAB 4 EVALUASI PPH PASAL 22 BENDAHARAWAN PEMERINTAH PADA PPPTMGB LEMIGAS. Mekanisme PPh Pasal 22 Bendaharawan Pemerintah di LEMIGAS BAB 4 EVALUASI PPH PASAL 22 BENDAHARAWAN PEMERINTAH PADA PPPTMGB LEMIGAS IV.1. Mekanisme PPh Pasal 22 Bendaharawan Pemerintah di LEMIGAS LEMIGAS merupakan Satuan Kerja yang melakukan pemungutan PPh Pasal

Lebih terperinci

L2

L2 L1 L2 L3 L4 L5 L6 L7 L8 L9 L10 L11 L12 L13 L14 L15 L16 L17 PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 188/PMK.03/2007 TENTANG TATA CARA PENGEMBALIAN KELEBIHAN PEMBAYARAN PAJAK Menimbang : MENTERI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sistem pemungutan pajak yang menjiwai Undang-Undang Perpajakan

BAB I PENDAHULUAN. Sistem pemungutan pajak yang menjiwai Undang-Undang Perpajakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang. Sistem pemungutan pajak yang menjiwai Undang-Undang Perpajakan Indonesia adalah sistem self assessment, dimana Wajib Pajak diberi kepercayaan untuk berperan aktif

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 16/PMK.03/2011 TENTANG TATA CARA PENGHITUNGAN DAN PENGEMBALIAN KELEBIHAN PEMBAYARAN PAJAK

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 16/PMK.03/2011 TENTANG TATA CARA PENGHITUNGAN DAN PENGEMBALIAN KELEBIHAN PEMBAYARAN PAJAK MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 16/PMK.03/2011 TENTANG TATA CARA PENGHITUNGAN DAN PENGEMBALIAN KELEBIHAN PEMBAYARAN PAJAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 76/PMK.03/2010 TENTANG

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 76/PMK.03/2010 TENTANG MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 76/PMK.03/2010 TENTANG TATA CARA PENGAJUAN DAN PENYELESAIAN PERMINTAAN KEMBALI PAJAK PERTAMBAHAN NILAI BARANG BAWAAN ORANG PRIBADI

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Pajak Pertambahan Nilai-nya sebagai Pengusaha Kena Pajak dengan

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Pajak Pertambahan Nilai-nya sebagai Pengusaha Kena Pajak dengan BAB V SIMPULAN DAN SARAN V.1 Simpulan Berdasarkan hasil analisis atas pelaksanaan kewajiban Pajak Pertambahan Nilai Pada PT SCE, maka dapat disimpulkan PT SCE telah memenuhi kewajiban Pajak Pertambahan

Lebih terperinci

PAPER. Dibuat Oleh: Annisa Pradita FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS PAKUAN BOGOR

PAPER. Dibuat Oleh: Annisa Pradita FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS PAKUAN BOGOR ANALISIS PERLAKUAN AKUNTANSI ATAS PENERBITAN DAN PEROLEHAN FAKTUR PAJAK SERTA PENGAKUAN ATAS PENYERAHAN DAN PEROLEHAN BARANG KENA PAJAK PADA PT UNITEX TBK TAHUN 2014 PAPER Dibuat Oleh: Annisa Pradita 0221

Lebih terperinci

2011, No.35 2 sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana

2011, No.35 2 sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.35, 2011 KEMENTERIAN KEUANGAN. Kelebihan Pembayaran Pajak. Penghitungan. Prosedur PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16/PMK.03/2011 TENTANG TATA CARA

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. kewajiban perpajakannya, khususnya atas Pajak Pertambahan Nilai (PPN).

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. kewajiban perpajakannya, khususnya atas Pajak Pertambahan Nilai (PPN). BAB V SIMPULAN DAN SARAN V.1 Simpulan PT IO merupakan Pengusaha Kena Pajak (PKP) yang wajib menjalankan kewajiban perpajakannya, khususnya atas Pajak Pertambahan Nilai (PPN). Berdasarkan analisa dan penelitian

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA (PP) NOMOR 143 TAHUN 2000 (143/2000) TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1983 TENTANG PAJAK PERTAMBAHAN NILAI BARANG DAN JASA DAN PAJAK PENJUALAN ATAS

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 16/PMK.03/2011 TENTANG TATA CARA PENGHITUNGAN DAN PENGEMBALIAN KELEBIHAN PEMBAYARAN PAJAK

PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 16/PMK.03/2011 TENTANG TATA CARA PENGHITUNGAN DAN PENGEMBALIAN KELEBIHAN PEMBAYARAN PAJAK PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 16/PMK.03/2011 TENTANG TATA CARA PENGHITUNGAN DAN PENGEMBALIAN KELEBIHAN PEMBAYARAN PAJAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN, Menimbang : a. bahwa guna

Lebih terperinci

2015, No MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN MENTER! KEUANGAN TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTER! KEUANGAN NO MOR 16/PMK.03/2011 TENTANG T

2015, No MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN MENTER! KEUANGAN TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTER! KEUANGAN NO MOR 16/PMK.03/2011 TENTANG T BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1469, 2015 KEMENKEU. Kelebihan. Perhitungan. Pengembalian. Pembayaran Pajak. Perubahan. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 185/PMK.03/2015 TENTANG PERUBAHAN

Lebih terperinci

BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA. di bidang perdagangan eceran khusus untuk pelumas/oli industri.

BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA. di bidang perdagangan eceran khusus untuk pelumas/oli industri. BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA 4.1 Penyajian Data 4.1.1 Sejarah Singkat Perusahaan PT. Limanindo Kawan Sejati adalah perusahaan yang bergerak di bidang perdagangan eceran khusus untuk pelumas/oli industri.

Lebih terperinci

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR 15 /PJ/2010 TENTANG

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR 15 /PJ/2010 TENTANG DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR 15 /PJ/2010 TENTANG PERUBAHAN PERTAMA ATAS PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR 29/PJ/2008 TENTANG

Lebih terperinci

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR 15/PJ/2010 TENTANG

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR 15/PJ/2010 TENTANG PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR 15/PJ/2010 TENTANG PERUBAHAN PERTAMA ATAS PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR 29/PJ/2008 TENTANG BENTUK, ISI, DAN TATA CARA PENYAMPAIAN SURAT PEMBERITAHUAN MASA

Lebih terperinci

EVALUASI PELAKSANAAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI PADA PT REK DI TAHUN PAJAK 2011

EVALUASI PELAKSANAAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI PADA PT REK DI TAHUN PAJAK 2011 Jurnal Ilmiah Buletin Ekonomi ISSN: 1410-3842 Volume 17 No.2 September 2013 EVALUASI PELAKSANAAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI PADA PT REK DI TAHUN PAJAK 2011 Meta Evelin Samosir Rachmat Kurniawan Ganda Hutapea

Lebih terperinci

BAB 3 GAMBARAN UMUM MEKANISME PERMOHONAN RESTITUSI DI INDONESIA DAN PROFILE PEMOHON RESTITUSI PT Y.I

BAB 3 GAMBARAN UMUM MEKANISME PERMOHONAN RESTITUSI DI INDONESIA DAN PROFILE PEMOHON RESTITUSI PT Y.I BAB 3 GAMBARAN UMUM MEKANISME PERMOHONAN RESTITUSI DI INDONESIA DAN PROFILE PEMOHON RESTITUSI PT Y.I 3.1 Perkembangan Restitusi Pajak 3.1.1 Dasar Hukum Restitusi pajak merupakan amanat Undang-Undang Perpajakan.

Lebih terperinci

BAB III PROSES PENGUMPULAN DATA. dan bergerak dalam bidang industri dan distribusi tali kipas (v-belt & fan belt) untuk

BAB III PROSES PENGUMPULAN DATA. dan bergerak dalam bidang industri dan distribusi tali kipas (v-belt & fan belt) untuk BAB III PROSES PENGUMPULAN DATA III.1 Sejarah Perusahaan PT Adiliman Makmur merupakan perusahaan yang berbentuk perseroan terbatas dan bergerak dalam bidang industri dan distribusi tali kipas (v-belt &

Lebih terperinci

BAB IV EVALUASI PAJAK PERTAMBAHAN NILAI PADA PT MPK. IV. 1 Evaluasi Terhadap Mekanisme Tata Laksana Pajak Pertambahan Nilai

BAB IV EVALUASI PAJAK PERTAMBAHAN NILAI PADA PT MPK. IV. 1 Evaluasi Terhadap Mekanisme Tata Laksana Pajak Pertambahan Nilai BAB IV EVALUASI PAJAK PERTAMBAHAN NILAI PADA PT MPK IV. 1 Evaluasi Terhadap Mekanisme Tata Laksana Pajak Pertambahan Nilai PT. MPK merupakan sebuah perusahaan lokal yang bergerak dalam bidang pengembangan

Lebih terperinci

Sinta Fitria Aryani, Sudarmo

Sinta Fitria Aryani, Sudarmo ANALISIS PENERAPAN PERTAMBAHAN NILAI PADA PERUSAHAAN JASA KONTRAKTOR PERTAMBANGAN UMUM (STUDI KASUS : PT AIN (MINING SERVICES) TAHUN 2010 S/D 2012 Sinta Fitria Aryani, Sudarmo Universitas Bina Nusantara

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, MEMUTUSKAN :

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, MEMUTUSKAN : PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 143 TAHUN 2000 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1983 TENTANG PAJAK PERTAMBAHAN NILAI BARANG DAN JASA DAN PAJAK PENJUALAN ATAS BARANG MEWAH SEBAGAIMANA

Lebih terperinci

PENGEMBALIAN KELEBIHAN PEMBAYARAN PAJAK

PENGEMBALIAN KELEBIHAN PEMBAYARAN PAJAK PENGEMBALIAN KELEBIHAN PEMBAYARAN PAJAK Pengertian Pengembalian kelebihan pembayaran pajak (restitusi) terjadi apabila jumlah kredit pajak atau jumlah pajak yang dibayar lebih besar daripada jumlah pajak

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS PERHITUNGAN DAN PELAPORAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI PADA CV.GRAHA ALFA SAKTI. Evaluasi Terhadap Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai

BAB IV ANALISIS PERHITUNGAN DAN PELAPORAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI PADA CV.GRAHA ALFA SAKTI. Evaluasi Terhadap Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai BAB IV ANALISIS PERHITUNGAN DAN PELAPORAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI PADA CV.GRAHA ALFA SAKTI IV.1 Evaluasi Terhadap Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai CV.Graha Alfa Sakti adalah sebuah perusahaan penjualan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. tentang pajak yang dikemukakan oleh para ahli di bidang perpajakan menurut Prof. Dr.

BAB II LANDASAN TEORI. tentang pajak yang dikemukakan oleh para ahli di bidang perpajakan menurut Prof. Dr. BAB II LANDASAN TEORI II.1 Dasar - dasar Perpajakan Indonesia II.1.1 Definisi dan Unsur Pajak Dibawah ini terdapat beberapa definisi-definisi dan unsur pajak yang terangkum tentang pajak yang dikemukakan

Lebih terperinci

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 226/PMK.03/2013 TENTANG

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 226/PMK.03/2013 TENTANG MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 226/PMK.03/2013 TENTANG TATA CARA PENGHITUNGAN DAN PEMBERIAN IMBALAN BUNGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2007 TENTANG PERUBAHAN KETIGA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 1983 TENTANG KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN

Lebih terperinci

C. PKP Rekanan PKP Rekanan adalah PKP yang melakukan penyerahan BKP dan atau JKP kepada Bendaharawan Pemerintah atau KPKN

C. PKP Rekanan PKP Rekanan adalah PKP yang melakukan penyerahan BKP dan atau JKP kepada Bendaharawan Pemerintah atau KPKN Lampiran I Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor : KEP-382/PJ/2002 Tanggal : 13 Agustus 2002 A. Singkatan 1. APBN : Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara 2. APBD : Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah

Lebih terperinci

KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR :... 2) TENTANG PENGEMBALIAN KELEBIHAN PEMBAYARAN PAJAK... 3) KEPADA... 4) DIREKTUR JENDERAL PAJAK

KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR :... 2) TENTANG PENGEMBALIAN KELEBIHAN PEMBAYARAN PAJAK... 3) KEPADA... 4) DIREKTUR JENDERAL PAJAK DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK KANTOR PELAYANAN PAJAK... 1) KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR :... 2) TENTANG PENGEMBALIAN KELEBIHAN PEMBAYARAN PAJAK... 3) KEPADA...

Lebih terperinci

PPN (Rupiah) CV Lubrima Pratama Agust

PPN (Rupiah) CV Lubrima Pratama Agust : Put. 43692/PP/M.XV/16/2013 Mahkamaa Pengadilan Pajak Nomor Jenis Pajak : PPN Tahun Pajak : 2008 Pokok Sengketa : bahwa yang menjadi pokok sengketa adalah pengajuan banding terhadap koreksi Pajak Masukan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2007 TENTANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2007 TENTANG UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2007 TENTANG PERUBAHAN KETIGA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 1983 TENTANG KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN

Lebih terperinci

Buku Panduan Perpajakan Bendahara Pemerintah BAB VI PAJAK PERTAMBAHAN NILAI (PPN)

Buku Panduan Perpajakan Bendahara Pemerintah BAB VI PAJAK PERTAMBAHAN NILAI (PPN) 139 BAB VI PAJAK PERTAMBAHAN NILAI (PPN) PENGERTIAN Pemungutan Pajak Pertambahan Nilai atau PPN merupakan pelunasan pajak yang dikenakan atas setiap transaksi pembelian barang atau perolehan jasa dari

Lebih terperinci

BAB IV EVALUASI ATAS PENGHITUNGAN DAN PELAPORAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI PT JMU

BAB IV EVALUASI ATAS PENGHITUNGAN DAN PELAPORAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI PT JMU BAB IV EVALUASI ATAS PENGHITUNGAN DAN PELAPORAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI PT JMU IV.1 Evaluasi atas Penyerahan Barang Kena Pajak Dalam menjalankan kegiatan operasionalnya, perusahaan mengelompokkan penjualan

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2007 TENTANG PERUBAHAN KETIGA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 1983 TENTANG KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 72 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Analisis Kesiapan Wajib Pajak saat dilakukan Pemeriksaan Pajak 1. Kelengkapan dokumen umum, dokumen perpajakan dan dokumen pembukuan. Kelengkapan dokumen umum, dokumen

Lebih terperinci

BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA. dan dry clean. CV. Xpress Clean Bersaudara berdiri pada tahun 1995 dengan akta

BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA. dan dry clean. CV. Xpress Clean Bersaudara berdiri pada tahun 1995 dengan akta BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA 4.1. Penyajian Data 4.1.1. Sejarah Singkat Perusahaan CV. Xpress Clean Bersaudara adalah sebuah perusahaan yang bergerak di bidang jasa pada umumnya. Jasa yang diberikan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Definisi Pajak Pajak merupakan penyumbang terbesar untuk Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Banyak para ahli yang memberikan penjelasan mengenai

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Pada Pasal 1 Undang-Undang Nomor 36 tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan,

BAB II LANDASAN TEORI. Pada Pasal 1 Undang-Undang Nomor 36 tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan, BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pengertian Pajak Penghasilan 2.1.1. Pajak Penghasilan Badan Pada Pasal 1 Undang-Undang Nomor 36 tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan, Pajak Penghasilan adalah Pajak yang dikenakan

Lebih terperinci

Evaluasi Pelaksanaan Pajak Pertambahan Nilai di PT IO

Evaluasi Pelaksanaan Pajak Pertambahan Nilai di PT IO Evaluasi Pelaksanaan Pajak Pertambahan Nilai di PT IO ABSTRAK Dari segi ekonomi, pajak merupakan pemindahan sumber daya dari sektor perusahaan ke sektor publik. Salah satu pajak yang sangat mempengaruhi

Lebih terperinci

..., ) Yth. Kepala Kantor Pelayanan Pajak... 3) Di... 4) Dengan hormat,

..., ) Yth. Kepala Kantor Pelayanan Pajak... 3) Di... 4) Dengan hormat, LAMPIRAN I PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER- 40/PJ./2009 TENTANG TATA CARA PENGEMBALIAN PENDAHULUAN KELEBIHAN PAJAK BAGI WAJIB PAJAK YANG MEMENUHI PERSYARATAN TERTENTU...,...20... 1) Nomor :...

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, www.bpkp.go.id UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2007 TENTANG PERUBAHAN KETIGA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 1983 TENTANG KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. Dalam evaluasi penerapan dan pelaporan Pajak Pertambahan Nilai pada PT

BAB IV PEMBAHASAN. Dalam evaluasi penerapan dan pelaporan Pajak Pertambahan Nilai pada PT BAB IV PEMBAHASAN Dalam evaluasi penerapan dan pelaporan Pajak Pertambahan Nilai pada PT TELEKOMUNIKASI INDONESIA Tbk. Divre II, penulis melakukan pemeriksaan pajak dengan menguji dan memeriksa ketaatan

Lebih terperinci

BAB II ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

BAB II ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN digilib.uns.ac.id 9 BAB II ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Tinjauan Pustaka 1. Pajak Pertambahan Nilai normal Pajak Pertambahan Nilai (PPN) adalah pajak atas konsumsi Barang atau jasa yang dikonsumsi di

Lebih terperinci

BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA

BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA 4.1 Data Penelitian 4.1.1 Sejarah Singkat Perusahaan PT. Karya Sejahtera Pratama Cabang Surabaya, berdiri pada bulan Oktober 2012 yang merupakan perluasan dari PT. Karya

Lebih terperinci

TENTANG KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR KEP-...(1)...

TENTANG KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR KEP-...(1)... 11 2012, No.526 LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 74/PMK.03/2012 TENTANG TATA CARA PENETAPAN DAN PENCABUTAN PENETAPAN WAJIB PAJAK DENGAN KRITERIA TERTENTU DALAM RANGKA PENGEMBALIAN

Lebih terperinci

..., ) Yth. Kepala Kantor Pelayanan Pajak... 3) Di... 4) Dengan hormat,

..., ) Yth. Kepala Kantor Pelayanan Pajak... 3) Di... 4) Dengan hormat, LAMPIRAN I PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR : PER-40/PJ./2009 TENTANG : TATA CARA PENGEMBALIAN PENDAHULUAN KELEBIHAN PAJAK BAGI WAJIB PAJAK YANG MEMENUHI PERSYARATAN TERTENTU...,...20... 1) Nomor

Lebih terperinci

SURAT PEMBERITAHUAN MASA PAJAK PERTAMBAHAN NILAI (SPT MASA PPN) BAGI PEMUNGUT PPN Bacalah terlebih dahulu Buku Petunjuk Pengisian SPT Masa PPN

SURAT PEMBERITAHUAN MASA PAJAK PERTAMBAHAN NILAI (SPT MASA PPN) BAGI PEMUNGUT PPN Bacalah terlebih dahulu Buku Petunjuk Pengisian SPT Masa PPN Perhatian Sesuai dengan ketentuan Pasal 3 ayat (7) UU Nomor 6 Tahun 1983 sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan UU Nomor 16 Tahun 2000, apabila SPTMasa yang Saudara sampaikan tidak ditandatangani

Lebih terperinci

Keterangan Bebas (SKB) Pemungutan PPh Pasal 22 Impor. 7 Pelayanan Penyelesaian Permohonan a. KPP Pratama dalam jangka waktu paling lama 2 (dua) bulan

Keterangan Bebas (SKB) Pemungutan PPh Pasal 22 Impor. 7 Pelayanan Penyelesaian Permohonan a. KPP Pratama dalam jangka waktu paling lama 2 (dua) bulan LAMPIRAN I SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR : SE - 79/PJ/2010 TENTANG : STANDARD OPERATING PROCEDURE (SOP) LAYANAN UNGGULAN BIDANG PERPAJAKAN DAFTAR 16 (ENAM BELAS) JENIS LAYANAN UNGGULAN BIDANG

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut Mardiasmo (2001:118), Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut Mardiasmo (2001:118), Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Pajak Menurut Mardiasmo (2001:118), Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang (dapat di paksakan) yang langsung dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri. Keberhasilan suatu bangsa dalam pembangunan nasional sangat ditentukan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri. Keberhasilan suatu bangsa dalam pembangunan nasional sangat ditentukan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri Keberhasilan suatu bangsa dalam pembangunan nasional sangat ditentukan oleh kemampuan bangsa untuk dapat memajukan kesejahteraan masyarakat,

Lebih terperinci

1 dari 4 11/07/ :43

1 dari 4 11/07/ :43 1 dari 4 11/07/2012 14:43 Menimbang : PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 85/PMK.03/2012 TENTANG PENUNJUKAN BADAN USAHA MILIK NEGARA UNTUK MEMUNGUT, MENYETOR, DAN MELAPORKAN PAJAK PERTAMBAHAN

Lebih terperinci

Self assessment : WP membayar pajak sesuai UU tidak tergantung SKP

Self assessment : WP membayar pajak sesuai UU tidak tergantung SKP Self assessment : WP membayar pajak sesuai UU tidak tergantung SKP Pajak pada prinsipnya terutang pada saat timbulnya objek pajak yang dapat dikenai pajak, tetapi untuk kepentingan administrasi perpajakan

Lebih terperinci

2 Mengingat Tata Cara Penghitungan dan Pemberian Imbalan Bunga; : Peraturan Menteri Keuangan Nomor 226/PMK.03/2013 tentang Tata Cara Penghitungan dan

2 Mengingat Tata Cara Penghitungan dan Pemberian Imbalan Bunga; : Peraturan Menteri Keuangan Nomor 226/PMK.03/2013 tentang Tata Cara Penghitungan dan BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1470, 2015 KEMENKEU. Imbalan Bunga. Pemberian. Penghitungan. Tata Cara. Perubahan. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 186/PMK.03/2015 TENTANG PERUBAHAN

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR DIREKTUR JENDERAL PAJAK

KATA PENGANTAR DIREKTUR JENDERAL PAJAK KATA PENGANTAR DIREKTUR JENDERAL PAJAK Para Pemungut PPN yang terhormat, Setiap bulan setelah Masa Pajak berakhir, Pemungut PPN harus melaksanakan kewajiban untuk melaporkan kegiatan pemungutan PPN yang

Lebih terperinci

Yth. Kepala Kantor Pelayanan Pajak. 3) Di.. 4)

Yth. Kepala Kantor Pelayanan Pajak. 3) Di.. 4) LAMPIRAN I Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-40/PJ./2009 tentang Tata Cara Pengembalian Pendahuluan Kelebihan Pajak Bagi Wajib Pajak yang Memenuhi Persyaratan Tertentu,.....20 1) Nomor : (2)

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. bergerak dibidang manufaktur yang kegiatan utamanya adalah memproduksi Polyester

BAB IV PEMBAHASAN. bergerak dibidang manufaktur yang kegiatan utamanya adalah memproduksi Polyester BAB IV PEMBAHASAN PT. TEIJIN INDONESIA FIBER, Tbk merupakan sebuah perusahaan PMA bergerak dibidang manufaktur yang kegiatan utamanya adalah memproduksi Polyester Chips, Filament Yarn dan Staple Fibre.

Lebih terperinci

SURAT PEMBERITAHUAN MASA PAJAK PERTAMBAHAN NILAI (SPT MASA PPN) BAGI PEMUNGUT PPN

SURAT PEMBERITAHUAN MASA PAJAK PERTAMBAHAN NILAI (SPT MASA PPN) BAGI PEMUNGUT PPN DEPARTEMEN KEUANGAN RI DIREKTORAT JENDERAL PAJAK Nama Pemungut : Alamat : No. Telp : Usaha : SURAT PEMBERITAHUAN MASA PAJAK PERTAMBAHAN NILAI (SPT MASA PPN) BAGI PEMUNGUT PPN Bacalah terlebih dahulu Buku

Lebih terperinci

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR - 14/PJ/2010 TENTANG

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR - 14/PJ/2010 TENTANG PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR - 14/PJ/2010 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER-146/PJ./2006 TENTANG BENTUK, ISI, DAN TATA CARA PENYAMPAIAN SURAT PEMBERITAHUAN

Lebih terperinci

bahwa Pemohon Banding dan Terbanding melakukan Uji Bukti Dokumen Pendukung Pemohon Banding berupa:

bahwa Pemohon Banding dan Terbanding melakukan Uji Bukti Dokumen Pendukung Pemohon Banding berupa: utusan Nomor : Put-73894/PP/M.XIB/16/2016 enis Pajak : ahun Pajak : 2013 okok Sengketa : bahwa yang menjadi pokok sengketa dalam sengketa Banding ini adalah koreksi Terbanding terhadap Pajak Masukan yang

Lebih terperinci

SKEMA KEMUNGKINAN PENGEMBALIAN PAJAK

SKEMA KEMUNGKINAN PENGEMBALIAN PAJAK SKEMA KEMUNGKINAN PENGEMBALIAN PAJAK Berdasarkan litelatur perpajakan dan KETENTUAN UMUM PERPAJAKAN yang saya baca, kemungkinan pengembalian pajak lebih banyak diberikan kepada wajib pajak secara perorangan

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.13, 2013 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KEUANGAN. Pajak. Kelebihan Pembayaran. Pengembalian. Tata Cara. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10/PMK.03/2013 TENTANG TATA

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 115/PMK.07/2013 TENTANG TATA CARA PEMUNGUTAN DAN PENYETORAN PAJAK ROKOK

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 115/PMK.07/2013 TENTANG TATA CARA PEMUNGUTAN DAN PENYETORAN PAJAK ROKOK PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 115/PMK.07/2013 TENTANG TATA CARA PEMUNGUTAN DAN PENYETORAN PAJAK ROKOK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2007 TENTANG PERUBAHAN KETIGA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 1983 TENTANG KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN

Lebih terperinci

tempat pembayaran pajak, dan tata cara pembayaran, penyetoran dan pelaporan pajak, serta tata cara pengangsuran dan penundaan pembayaran pajak diatur

tempat pembayaran pajak, dan tata cara pembayaran, penyetoran dan pelaporan pajak, serta tata cara pengangsuran dan penundaan pembayaran pajak diatur KEWAJIBAN PELAPORAN PAJAK BENDAHARAWAN BERPEDOMAN PADA UNDANG-UNDANG NOMOR 28 TAHUN 2007 DAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 80/PMK.03/2010 ATAUKAH PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 64/PMK.05/2013? Oleh:

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara berkembang terbesar di dunia. Hal ini tentunya membuat Indonesia melakukan beragam cara untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI II.1 Dasar Perpajakan II.1.1 Definisi Pajak Pajak merupakan salah satu penerimaan negara dalan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Apabila membahas pengertian pajak, banyak

Lebih terperinci

BAB IV EVALUASI DAN PEMBAHASAN. IV.1 Analisis Surat Permohonan Banding atas Surat Ketetapan Pajak Kurang

BAB IV EVALUASI DAN PEMBAHASAN. IV.1 Analisis Surat Permohonan Banding atas Surat Ketetapan Pajak Kurang BAB IV EVALUASI DAN PEMBAHASAN IV.1 Analisis Surat Permohonan Banding atas Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB) PPh Badan Perbedaan dalam pengakuan pendapatan dan beban antara perlakuan akuntansi

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 115 /PMK.07/2013 TENTANG TATA CARA PEMUNGUTAN DAN PENYETORAN PAJAK ROKOK

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 115 /PMK.07/2013 TENTANG TATA CARA PEMUNGUTAN DAN PENYETORAN PAJAK ROKOK MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 115 /PMK.07/2013 TENTANG TATA CARA PEMUNGUTAN DAN PENYETORAN PAJAK ROKOK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

BAB III PEMBAHASAN TENTANG MEKANISME PENGAJUAN RESTITUSI ATAS KELEBIHAN PEMBAYARAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI (PPN)

BAB III PEMBAHASAN TENTANG MEKANISME PENGAJUAN RESTITUSI ATAS KELEBIHAN PEMBAYARAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI (PPN) BAB III PEMBAHASAN TENTANG MEKANISME PENGAJUAN RESTITUSI ATAS KELEBIHAN PEMBAYARAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI (PPN) 3.1 Teori Tentang Pajak 3.1.1 Definisi Pajak Secara umum pajak dapat diartikan sebagai iuran

Lebih terperinci

Nomor Putusan Pengadilan Pajak. Put-4/PP/M.XIIA/99/2014. Jenis Pajak : Gugatan. Tahun Pajak : 2011

Nomor Putusan Pengadilan Pajak. Put-4/PP/M.XIIA/99/2014. Jenis Pajak : Gugatan. Tahun Pajak : 2011 Nomor Putusan Pengadilan Pajak Put-4/PP/M.XIIA/99/2014 Jenis Pajak : Gugatan Tahun Pajak : 2011 Pokok Sengketa : bahwa yang menjadi pokok sengketa adalah pengajuan gugatan terhadap permohonan Pengurangan

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN. 4.1 Analisis Atas Prosedur Pajak Pertambahan Nilai. PT. IBH merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang perdagangan

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN. 4.1 Analisis Atas Prosedur Pajak Pertambahan Nilai. PT. IBH merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang perdagangan BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN 4.1 Analisis Atas Prosedur Pajak Pertambahan Nilai PT. IBH merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang perdagangan gas. Perusahaan mempunyai hak dan kewajiban dalam bidang

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2007 TENTANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2007 TENTANG UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2007 TENTANG PERUBAHAN KETIGA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 1983 TENTANG KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN

Lebih terperinci

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10/PMK.03/2013 TENTANG

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10/PMK.03/2013 TENTANG MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10/PMK.03/2013 TENTANG TATA CARA PENGEMBALIAN ATAS KELEBIHAN PEMBAYARAN PAJAK YANG SEHARUSNYA TIDAK TERUTANG

Lebih terperinci

2015, No dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009, perlu menetapkan P

2015, No dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009, perlu menetapkan P BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1964, 2015 KEMENKEU. Pembayaran Pajak. Kelebihan. Perhitungan. Tata Cara. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 244/PMK.03/2015 TENTANG TATA

Lebih terperinci