BAB IV PEMBAHASAN. Analisis Perhitungan Pajak Pertambahan Nilai. IV.1.1 Analisis Perolehan Barang Kena Pajak (Pajak Masukan)

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV PEMBAHASAN. Analisis Perhitungan Pajak Pertambahan Nilai. IV.1.1 Analisis Perolehan Barang Kena Pajak (Pajak Masukan)"

Transkripsi

1 BAB IV PEMBAHASAN IV.1 Analisis Perhitungan Pajak Pertambahan Nilai IV.1.1 Analisis Perolehan Barang Kena Pajak (Pajak Masukan) Pajak Masukan adalah pajak yang harus dibayarkan oleh Pengusaha Kena Pajak apabila melakukan pembelian Barang Kena Pajak yang terutang Pajak Pertambahan Nilai. Pajak Masukan dibedakan menjadi dua tipe yaitu : Pajak Masukan yang dapat dikreditkan dan Pajak Masukan yang tidak dapat dikreditkan. Pajak Masukan yang dapat dikreditkan adalah Pajak yang diperkenankan untuk mengurangi Pajak Keluaran dalam satu Masa Pajak atau Masa Pajak tidak sama yang jangka waktunya ditetapkan 3 (tiga) bulan selama belum ditetapkan sebagai biaya oleh perusahaan dan belum dilakukan pemeriksaaan oleh Direktur Jenderal Pajak. Sedangkan Pajak Masukan yang tidak dapat dikreditkan adalah Pajak masukan yang tidak dapat mengurangi Pajak Keluaran. Pajak Masukan yang tidak dapat dikreditkan tersebut dapat dibebankan menjadi beban. Pembelian dilakukan oleh PT QN menghasilkan Pajak Masukan dari bulan Agustus-Desember tahun 2008 sebesar Rp ,-, dari bulan Januari-Desember tahun 2009 sebesar Rp ,- dan pada tahun 2010 sebesar Rp ,-. Berikut akan disediakan penjabaran secara singkat mengenai Pajak Masukan PT QN pada tahun 2008, 2009, dan

2 Tabel IV.1 PT QN Rekap Pajak Masukan Periode Agustus s/d Desember 2008 Bulan PPN Yang dipungut sendiri DPP (RP) PPN (RP) Jumlah (RP) Agustus 213,896,542 21,389, ,286,196 September 398,460,324 39,846, ,306,356 Oktober 255,905,224 25,590, ,495,746 November 424,731,427 42,473, ,204,570 Desember 801,856,296 80,185, ,041,926 TOTAL 2,094,849, ,484,981 2,304,334,794 Dari tabel IV.1 di atas, dapat dilihat bahwa besarnya Pajak Masukan yang dibayarkan oleh perusahaan dari pembelian kepada supplier sebesar Rp ,- menghasilkan Pajak Masukan sebesar Rp ,- dengan total pembelian dalam tahun 2008 Rp ,- termasuk Pajak Pertambahan Nilai. Pada Tahun 2008, PT QN baru berdiri pada bulan Agustus, oleh karena itu pembelian yang dilakukan PT QN dimulai pada bulan Agustus. Dan pada bulan November 2008, PT QN melakukan pembelian yang cukup banyak dikarenakan untuk memenuhi kekurangan persediaan barang yang akan dipergunakan untuk penjualan. 52

3 Tabel IV.2 PT QN Rekap Pajak Masukan Periode Januari s/d Desember 2009 Bulan PPN Yang dipungut sendiri DPP (RP) PPN (RP) Jumlah (RP) Januari 227,822,403 22,782, ,604,643 Februari 102,642,955 10,264, ,907,251 Maret 169,360,606 16,936, ,296,667 April 584,799,191 58,479, ,279,110 Mei 362,252,121 36,225, ,477,333 Juni 198,119,836 19,811, ,931,820 Juli 206,614,705 20,661, ,276,176 Agustus 244,429,404 24,442, ,872,344 September 245,377,722 24,537, ,915,494 Oktober 213,695,397 21,369, ,064,937 November 121,519,226 12,151, ,671,149 Desember 159,695,733 15,969, ,665,306 TOTAL 2,836,329, ,632,930 3,119,962,229 Dari tabel IV.2 di atas, dapat dilihat bahwa besarnya Pajak Masukan yang dibayarkan oleh perusahaan dari pembelian kepada supplier sebesar Rp ,- menghasilkan Pajak Masukan sebesar Rp ,-, maka kas yang harus dikeluarkan perusahaan pada tahun 2009 adalah sebesar Rp ,-. Dengan total pembelian dalam tahun 2009 Rp ,- termasuk Pajak Pertambahan Nilai. Pada bulan April 2009, PT QN membayarkan PPN untuk bulan Februari Hal ini sebenarnya dapat dihindari oleh perusahaan. Karena, apabila perusahaan mengkreditkan Pajak Masukan bulan Februari tepat pada waktunya, maka PT QN tidak perlu membayarkan Pajak Masukan pada bulan April 2009 sebesar Rp ,-. Hal itu 53

4 juga terjadi pada bulan November 2009 dan Desember 2009, perusahaan mengkreditkan Pajak Masukan bulan September dan bulan Oktober 2009 pada bulan November 2009 sedangkan Pajak Masukan bulan November 2009 dikreditkan pada bulan Desember Walaupun hal tersebut boleh dilakukan menurut Pasal 9 ayat (9) UU PPN, Pajak Masukan dapat dikreditkan pada Masa Pajak berikutnya paling lambat 3 (tiga) bulan setelah berakhirnya Masa Pajak yang bersangkutan sebelum dibebankan sebagai biaya dan belum dilakukan pemeriksaan. Tabel IV.3 PT QN Rekap Pajak Masukan Periode Januari s/d Desember 2010 Bulan PPN Yang dipungut sendiri DPP (RP) PPN (RP) Jumlah (RP) Januari 441,874,877 44,187, ,062,365 Februari 266,376,006 26,637, ,013,607 Maret 224,857,748 22,485, ,343,523 April 154,759,038 15,475, ,234,942 Mei 210,808,127 21,080, ,888,940 Juni 271,952,529 27,195, ,147,782 Juli 197,476,188 19,747, ,223,807 Agustus 215,566,237 21,556, ,122,861 September 168,660,324 16,866, ,526,356 Oktober 263,459,273 26,345, ,805,200 November 260,760,427 26,076, ,836,470 Desember 298,445,833 29,844, ,290,416 TOTAL 2,974,996, ,499,661 3,272,496,268 Dari tabel IV.3 di atas, dapat dilihat bahwa besarnya Pajak Masukan yang dibayarkan oleh perusahaan dari pembelian kepada supplier sebesar Rp ,- menghasilkan Pajak Masukan sebesar Rp ,- dengan total pembelian dalam 54

5 tahun 2009 Rp ,- termasuk Pajak Pertambahan Nilai. Hampir setiap bulannya, PT QN mengkreditkan Pajak Masukan bulan sebelumnya ke Masa Pajak berikutnya. Berdasarkan penjabaran penjabaran di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelian PT QN mengalami peningkatan sebesar 35,40% dari pembelian tahun 2008 ke tahun 2009 dan peningkatan sebesar 4,89% dari pembelian tahun 2009 ke tahun Adanya perbedaan yang cukup besar antara persentase kenaikan pembelian tahun dan , dikarenakan pada tahun 2008 pembelian hanya terjadi pada bulan Agustus hingga Desember, sedangkan pada tahun 2009 dan 2010 pembelian terjadi dari bulan Januari sampai dengan Desember. Sarana yang digunakan untuk menentukan besarnya Pajak Masukan yang harus dibayar Pengusaha Kena Pajak atas perolehan Barang dan/atau Jasa Kena Pajak adalah Faktur Pajak Standar. Setiap melakukan transaksi pembelian, perusahaan harus menerima lembar asli invoice pembelian dan lembar asli Faktur Pajak Standar dari perusahaan yang melakukan penyerahan Barang Kena Pajak. Faktur Pajak tersebutlah yang akan menentukan berapa besar Pajak Pertambahan Nilai yang harus dibayar oleh perusahaan. Faktur Pajak yang diterima atas perolehan Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak ini merupakan Faktur Pajak Masukan bagi perusahaan yang nantinya akan dikreditkan dengan Pajak Keluaran perusahaan untuk menentukan berapa besar Pajak Pertambahan Nilai kurang bayar atau lebih bayar. Sehingga jumlah Pajak Masukan ini akan sangat mempengaruhi Pajak Pertambahan Nilai terutang yang akan dibayar oleh perusahaan. Faktur Pajak Standar harus memuat semua data mengenai : 55

6 1. Nama, alamat, dan NPWP yang melakukan penyerahan atau pembelian BKP atau JKP; 2. Jenis Barang atau Jasa, jumlah harga jual atau penggantian, dan potongan harga; 3. PPN yang dipungut; 4. PPnBM yang dipungut; 5. Kode, nomor seri dan tanggal pembuatan FP; dan 6. Nama, jabatan, dan tanda tangan yang berhak. Berdasarkan hasil penelitian pada dokumen-dokumen berupa SPT Masa 2008, 2009, dan 2010, Faktur Pajak Masukan, Laporan Laba Rugi, dan Neraca maka dengan ini penulis menemukan masalah yang terdapat dalam Faktur Pajak Masukan PT QN seperti terdapatnya Faktur Pajak Standar yang diperoleh dari Pengusaha Kena Pajak penjual tergolong Faktur Pajak Standar Cacat. Menurut hasil penelitian yang didasarkan pada data dan hasil wawancara dan bukti Faktur Pajak yang dilakukan, penulis melihat banyak Faktur Pajak Masukan Cacat pada tahun 2008 dan Banyak Faktur Pajak Masukan yang diterima PT QN yang tidak diisi dengan lengkap dan jelas seperti tidak mencoret pada bagian kalimat (Harga Jual/ Penggantian/ Uang Muka/ Termin) yang tidak perlu sebagaimana diminta dalam catatan bagian bawah sebelah kiri Faktur Pajak Standar dan pada Faktur Pajak Masukan, penjual tidak mencantumkan tanggal pengukuhan Pengusaha Kena Pajak. Penulis beranggapan bahwa PT QN belum begitu memahami ketentuan-ketentuan yang ada, sehingga Faktur Pajak tersebut tidak ada pembetulan kembali yang seharusnya 56

7 diperbaiki oleh pihak penjual. Karena Faktur Pajak Standar yang diperoleh tidak lengkap atau cacat, maka Pajak Masukan tidak dapat dikreditkan. Namun oleh perusahaan, Pajak Masukan ini tetap dikreditkan. Menurut Pasal 13 Undang-undang Nomor 42 Tahun 2009, Faktur Pajak wajib diisi dengan lengkap, benar, dan jelas. Lengkap berarti semua unsur yang tercantum dan lampiran yang di isyaratkan harus lengkap dan ditandatangani. Benar berarti sesuai dengan Undang-Undang material. Jelas berarti setiap tulisan maupun angka harus jelas sehingga tidak dapat ditafsirkan lain. Dari unsur jelas ini, diantaranya termasuk dengan memberikan coretan pada bagian yang tidak perlu dari kalimat (Harga Jual/ Penggantian/ Uang Muka/ Termin**) sesuai dengan keadaan pada saat pembuatan Faktur Pajak Standar. Jika penyerahan BKP Dasar Pengenaan Pajaknya adalah Harga Jual, maka baris tersebut yang bukan Harga Jual harus dicoret, menjadi seperti berikut : Harga Jual/ Penggantian/ Uang Muka/ Termin *) XXX *) Coret yang tidak perlu Rekomendasi dari penulis yaitu, perusahaan sebaiknya pada waktu menerima Faktur Pajak dari Pengusaha Kena Pajak penjual, Bagian administrasi PT QN harus memeriksa kembali kelengkapan dari Faktur Pajak Standar yang tidak diisi dengan lengkap, PT QN harus segera meminta Faktur Pajak Standar pengganti kepada Pengusaha Kena Pajak yang menerbitkan Faktur Pajak tersebut. 57

8 IV.1.2 Analisis Penyerahan Barang Kena Pajak / Jasa Kena Pajak (Pajak Keluaran) Pada tahun 2008, 2009, dan 2010, PT QN telah melakukan transaksi penyerahan Barang Kena Pajak dan melakukan pemungutan Pajak Pertambahan Nilai atas penyerahan yang dilakukan kepada pelanggan. Pemungutan yang dilakukan oleh perusahaan yaitu dengan mengalikan tarif Pajak Pertambahan Nilai yang diterapkan dengan besarnya Dasar Pengenaan Pajak atas transaksi penyerahan tersebut. Perusahaan wajib membuat Faktur Pajak sebagai bukti pemungutan yang dilakukan atas penyerahan BKP atau JKP. Pajak Keluaran yang diperoleh perusahaan dari hasil penyerahan Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak kepada konsumen yang telah dikenakan Pajak Pertambahan Nilai sebesar 10% (sepuluh persen) atas Dasar Pengenaan Pajak pada transaksi penyerahan. Secara prinsip, Pajak Pertamabahn Nilai dikenakan setiap terjadi penyerahan Barang Kena Pajak, maka akan menimbulkan utang pajak. Pengusaha Kena Pajak yang melakukan transaksi penjualan maupun penyerahan Barang Kena pajak atau Jasa Kena Pajak wajib membuat Faktur Pajak karena atas transaksi tersebut Pengusaha Kena Pajak harus memungut Pajak Pertambahan Nilai yang disebut sebagai Pajak Keluaran atau PPN Keluaran yang kemudian akan disetorkan ke Kas Negara. Menurut Pasal 4 (empat) Peraturan Direktur Jenderal Pajak PER 13/PJ/2010 tentang saat pembuatan, bentuk, ukuran, pengadaan, tata cara pembetulan Faktur Pajak Standar, dalam hal pembuatan Faktur Pajak lebih dari 2 (dua) rangkap, maka harus dinyatakan secara jelas penggunaannya dalam lembar Faktur Pajak yang bersangkutan. 58

9 PT QN membuat Faktur Pajak dalam 5 (lima) rangkap, dan setiap rangkap telah dituliskan dengan jelas penggunaannya dalam lembar Faktur Pajak yang bersangkutan. Pembuatan Faktur Pajak yang dilakukan PT QN adalah pada saat pembayaran atau selambat-lambatnya satu bulan setelah berakhirnya Masa Pajak. Dilihat dari segi tanggal pembuatan, Faktur Pajak keluaran yang dilaporkan dalam SPT Masa PPN sudah sesuai dengan ketentuan yang berlaku. PT QN tidak membuat Faktur Pajak untuk Uang Muka yang diterima oleh PT QN. PT QN hanya menerbitkan Faktur Pajak pada saat pelunasan pembayaran yang dilakukan oleh pembeli Barang Jasa Kena Pajak dan/atau Jasa Kena Pajak. Pajak Keluaran PT QN yang berasal dari penjualan pada tahun 2008 sebesar Rp ,-, tahun 2009 sebesar Rp ,-, dan pada tahun 2010 sebesar Rp Pajak Keluaran pada tahun 2008 sangat kecil dibandingkan dengan tahun-tahun selanjutnya karena PT QN baru berdiri pada tahun 2008, jadi penjualan yang dilakukan oleh PT QN hanya sedikit. Oleh karena itu, Pajak Keluaran yang dilaporkan oleh PT QN hanya sebesar Rp ,- Berikut akan disediakan penjabaran secara singkat mengenai Pajak Keluaran PT QN pada tahun 2008, 2009, dan

10 Tabel IV.4 PT QN Rekap Pajak Keluaran Periode Agustus s/d Desember 2008 Bulan PPN Yang dipungut sendiri DPP (RP) PPN (RP) Jumlah (RP) Agustus 226,853,490 22,685, ,538,839 September 320,284,170 32,028, ,312,587 Oktober 355,267,475 35,526, ,794,223 November 481,984,537 48,198, ,182,991 Desember 807,508,951 80,750, ,259,846 TOTAL 2,191,898, ,189,862 2,411,088,485 Dari tabel IV.4 di atas, dapat dilihat bahwa besarnya Pajak Keluaran yang diperoleh perusahaan dari penjualan kepada konsumen sebesar Rp ,- menghasilkan Pajak Keluaran sebesar Rp ,- dengan total penjualan dalam tahun 2008 Rp ,- termasuk Pajak Pertambahan Nilai. Pada tahun 2008, ada beberapa penjualan yang dilakukan oleh PT QN tidak dikenakan PPN, karena memang barang tersebut tidak termasuk Barang Kena Pajak dan/atau Jasa Kena Pajak. 60

11 Tabel IV.5 PT QN Rekap Pajak Keluaran Periode Januari s/d Desember 2009 Bulan PPN Yang dipungut sendiri DPP (RP) PPN (RP) Jumlah (RP) Januari 231,608,543 23,160, ,769,397 Februari 104,696,238 10,469, ,165,862 Maret 178,251,001 17,825, ,076,101 April 518,929,875 51,892, ,822,863 Mei 436,313,659 43,631, ,945,025 Juni 290,782,354 29,078, ,860,589 Juli 261,413,682 26,141, ,555,050 Agustus 305,641,382 30,564, ,205,520 September 256,820,685 25,682, ,502,754 Oktober 225,648,176 22,564, ,212,994 November 292,499,993 29,249, ,749,992 Desember 282,586,703 28,258, ,845,373 TOTAL 3,385,192, ,519,229 3,723,711,520 Dari tabel IV.5 di atas, dapat dilihat bahwa besarnya Pajak Keluaran yang diperoleh perusahaan dari penjualan kepada konsumen sebesar Rp ,- menghasilkan Pajak Keluaran sebesar Rp ,- dengan total penjualan dalam tahun 2009 Rp ,- termasuk Pajak Pertambahan Nilai. 61

12 Tabel IV.6 PT QN Rekap Pajak Keluaran Periode Januari s/d Desember 2010 Bulan PPN Yang dipungut sendiri DPP (RP) PPN (RP) Jumlah (RP) Januari 440,293,127 44,029, ,322,440 Februari 306,382,500 30,638, ,020,750 Maret 466,217,067 46,621, ,838,774 April 587,004,156 58,700, ,704,572 Mei 425,137,514 42,513, ,651,265 Juni 487,297,875 48,729, ,027,663 Juli 472,436,627 47,243, ,680,290 Agustus 403,206,719 40,320, ,527,391 September 425,665,891 42,566, ,232,480 Oktober 453,027,500 45,302, ,330,250 November 486,089,473 48,608, ,698,420 Desember 638,476,390 63,847, ,324,029 TOTAL 5,591,234, ,123,484 6,150,358,323 Dari tabel IV.6 di atas, dapat dilihat bahwa besarnya Pajak Keluaran yang diperoleh perusahaan dari penjualan kepada konsumen sebesar Rp ,- menghasilkan Pajak Keluaran sebesar Rp ,- dengan total penjualan dalam tahun 2010 Rp ,- termasuk Pajak Pertambahan Nilai. 62

13 Berdasarkan penjabaran penjabaran di atas, dapat disimpulkan bahwa penjualan PT QN mengalami peningkatan sebesar 54,41% dari pejualan tahun 2008 ke tahun 2009 dan peningkatan sebesar 65,16% dari penjualan tahun 2009 ke tahun Pembuatan Faktur Pajak yang dilakukan PT QN yaitu pada saat pembayaran atau selambat-lambatnya satu bulan setelah berakhirnya. PT QN tidak menerbitkan Faktur Pajak apabila PT QN baru menerima Uang Muka dari Customer. PT QN hanya akan menerbitkan Faktur Pajak apabila PT QN telah menerima pelunasan pembayaran atas penjualan tersebut. Penjualan dilakukan hanya dalam lingkup dalam negeri saja, baik secara tunai maupun kredit dengan uang muka maupun tanpa uang muka. Pada Faktur Pajak Keluaran, masih banyak yang terdapat kesalahan, seperti tidak adanya cap perusahaan. Padahal Faktur Pajak yang benar adalah Faktur Pajak yang disertakan tanda tangan pihak perusahaan yang bertanggung jawab atas Faktur Pajak dan cap perusahaan. IV.1.3 Analisis Besarnya Pajak Pertambahan Nilai Lebih Bayar/Kurang Bayar Perhitungan besarnya Pajak Pertambahan Nilai yang lebih bayar atau yang kurang bayar dapat dihitung berdasarkan data data Pajak Keluaran dan Pajak Masukan yang telah dijabarkan diatas. Apabila Pajak Keluaran lebih besar daripada Pajak Masukan, maka Pajak Pertambahan Nilai Kurang Bayar yang berarti perusahaan berkewajiban membayar kekurangan pembayaran Pajak Pertambahan Nilai kepada Kas Negara. Sedangkan, apabila Pajak Keluaran lebih kecil daripada Pajak Masukan, maka Pajak Pertambahan Nilai Lebih Bayar yang berarti perusahaan berhak menentukan apakah kelebihan pembayaran pajak tersebut akan direstitusi ataupun dikompensasikan ke Masa Pajak berikutnya. 63

14 Apabila dalam suatu Masa Pajak, jumlah Pajak Keluaran lebih besar dari jumlah Pajak Masukan selisihnya merupakan Pajak Pertambahan nilai yang masih harus dibayar oleh Pengusaha Kena Pajak. Sebaliknya, apabila jumlah Pajak Masukan lebih besar dari jumlah Pajak Keluaran, maka selisihnya merupakan kelebihan pajak yang dapat dikompensasikan pada Masa Pajak berikutnya. Pada prakteknya, jumlah Pajak Keluaran PT QN sering lebih besar dari jumlah Pajak Masukannya sehingga terdapat kurang bayar. Berikut akan disediakan penjabaran secara singkat mengenai besarnya Pajak Pertambahan Nilai Lebih Bayar/Kurang Bayar PT QN pada tahun 2008, 2009, dan Tabel IV.7 PT QN Perhitungan Pajak Pertambahan Nilai Periode Agustus s/d Desember 2008 MASA PAJAK PAJAK KELUARAN PAJAK MASUKAN KOMPENSASI KURANG/(LEBIH) BAYAR (Rp) (Rp) (Rp) Agustus 22,685,349 21,389,654 1,295,695 September 32,028,417 39,846,032 (7,817,615) Oktober 35,526,748 25,590,522 7,817,615 2,118,610 November 48,198,454 42,473,143 5,725,311 Desember 80,750,895 80,185, ,266 Total 219,189, ,484,981 1,887,266 64

15 Berdasarkan tabel IV.7 diatas, dapat dilihat besarnya Pajak Keluaran perusahaan pada tahun 2008 sebesar Rp ,- dan Pajak Masukan pada tahun 2008 sebesar Rp ,-, di mana adanya kompensasi pada bulan Oktober atas Lebih Bayar bulan September sebesar Rp ,-. Tabel IV.8 PT QN Perhitungan Pajak Pertambahan Nilai Periode Januari s/d Desember 2009 MASA PAJAK PAJAK KELUARAN PAJAK MASUKAN (Rp) KOMPENSASI KURANG/(LEBIH) BAYAR (Rp) (Rp) Januari 23,160,854 22,782, ,614 Februari 10,469,624 10,264, ,328 Maret 17,825,100 16,936, ,040 April 51,892,988 58,479,919 (6,586,931) Mei 43,631,366 36,225,212 6,586, ,222 Juni 29,078,235 19,818,984 9,259,252 Juli 26,141,368 20,661,471 5,479,898 Agustus 30,564,138 24,442,940 6,121,198 September 25,682,069 24,537,472 1,144,596 Oktober 22,564,818 21,369,540 1,195,278 November 29,249,999 12,151,923 17,098,077 Desember 28,258,670 15,969,573 12,289,097 Total 338,519, ,639,630 48,292,668 Berdasarkan tabel IV.8 diatas, dapat dilihat besarnya Pajak Keluaran perusahaan pada tahun 2009 sebesar Rp ,- dan Pajak Masukan pada tahun 2009 sebesar Rp ,-, di mana adanya kompensasi pada bulan Mei atas Lebih Bayar bulan April sebesar Rp ,-. Pada bulan Juli 2009, terdapat pembetulan Surat 65

16 Pemberitahuan dengan jumlah Kurang Bayar Rp ,- menjadi Rp ,-. Sehingga jumlah Kurang Bayarnya bertambah sebesar Rp ,-. Tabel IV.9 PT QN Perhitungan Pajak Pertambahan Nilai Periode Januari s/d Desember 2010 MASA PAJAK PAJAK KELUARAN (Rp) PAJAK MASUKAN (Rp) KOMPENSASI KURANG/(LEBIH) BAYAR (Rp) Januari 44,029,313 44,187,488 (158,175) Februari 30,638,248 26,637, ,577 3,801,070 Maret 46,621,707 22,485,775 24,135,932 April 58,700,416 15,475,904 43,224,512 Mei 42,513,751 21,080,813 21,432,939 Juni 48,729,788 27,195,253 21,534,535 Juli 47,243,663 19,747,619 27,496,044 Agustus 40,320,672 21,556,624 18,764,048 September 42,566,589 16,866,032 25,700,557 Oktober 45,302,750 26,345,927 18,956,823 November 48,608,947 26,076,043 22,532,905 Desember 63,847,639 29,844,583 34,003,056 Total 559,123, ,499, ,424,244 Berdasarkan tabel IV.9 di atas, dapat dilihat besarnya Pajak Keluaran perusahaan pada tahun 2010 sebesar Rp ,- dan Pajak Masukan pada tahun 2010 sebesar Rp ,-. Pada bulan Januari terdapat Lebih Bayar sebesar Rp ,-, namun terdapat pembetulan Surat Pemberitahuan sehingga mengakibatkan jumlah Lebih Bayar bulan Januari 2010 bertambah menjadi sebesar Rp ,- dan yang akan dikompensasikan pada bulan Februari Pada bulan Februari terdapat kompensasi 66

17 atas Lebih Bayar bulan Januari 2010 sebesar Rp ,-. Sehingga jumlah kurang bayar bulan Februari menjadi Rp ,-. IV.2 Analisis Pencatatan Pajak Pertambahan Nilai IV.2.1 Pencatatan Penyerahan Barang Kena Pajak Penjualan yang dilakukan oleh perusahaan menetapkan proses pembayaran dilakukan dengan cash atau tunai. Pada saat melakukan penjualan, perusahaan akan mengeluarkan invoice atas transaksi penjualan tersebut serta mengeluarkan Faktur Pajak yang mencantumkan besarnya pajak yang harus dipungut oleh perusahaan. Di setiap transaksi penjualan PT QN, PT QN tidak menerbitkan Faktur Pajak apabila PT QN baru menerima Uang Muka dari Customer. PT QN hanya akan menerbitkan Faktur Pajak apabila PT QN telah menerima pelunasan pembayaran atas penjualan tersebut. Dari setiap transaksi penjualan yang dilakukan, perusahaan membuat jurnal atas Pajak Keluaran yang dipungut perusahaan seperti sebagai berikut: Debit Kredit Kas XXXX - Penjualan - XXXX PPN Keluaran - XXXX Dari Jurnal inilah PT QN juga dapat mengetahui jumlah kas yang diterima PT QN dan total penjualan yang diperoleh PT QN. Dengan demikian, berdasarkan data yang telah diperoleh jurnal atas Pajak Keluaran perusahaan yaitu sebagai berikut: 67

18 Debit Kredit *Tahun 2008 Kas 2,411,088,485 Penjualan 2,191,898,623 PPN Keluaran 219,189,862 *Tahun 2009 Kas 3,723,711,521 Penjualan 3,385,192,291 PPN Keluaran 338,519,230 *Tahun 2010 Kas 6,150,358,323 Penjualan 5,591,234,839 PPN Keluaran 559,123,484 IV.2.2 Pencatatan Perolehan Barang Kena Pajak Dalam hal pembelian, pada saat melakukan pembelian perusahaan akan menerima invoice beserta Faktur Pajak yang mencantumkan besarnya Pajak Masukan perusahaan. Dari setiap transaksi pembelian yang dilakukan, perusahaan melakukan pencatatan atas Pajak Masukan seperti sebagai berikut: Debit Kredit Pembelian XXXX - PPN Masukan XXXX - Kas - XXXX Dengan demikian, berdasarkan data yang diperoleh jurnal atas Pajak Masukan perusahaan yaitu sebagai berikut: Debit Kredit *Tahun 2008 Pembelian 2,094,849,813 PPN Masukan 209,484,981 Kas 2,304,334,794 *Tahun 2009 Pembelian 2,836,396,299 PPN Masukan 283,639,630 Kas 3,120,035,929 *Tahun 2010 Pembelian 2,974,996,607 PPN Masukan 297,499,661 Kas 3,272,496,268 68

19 IV.2.3 Analisis Faktur Pajak Yang Tidak Memenuhi Persyaratan Formal Undang-undang PPN (UU Nomor 8 Tahun 1983 sebagaimana telah diubah terakhir dengan UU Nomor 42 Tahun 2009), tidak terdapat istilah Faktur Pajak Cacat. Yang ada dalam UU PPN adalah bahwa Faktur Pajak harus memenuhi persyaratan formal (Pasal 13 ayat (9)). Faktur Pajak dikatakan memenuhi persyaratan formal apabila diisi secara lengkap, jelas, dan benar sesuai dengan persyaratan sebagaimana dimaksud pada Pasal 13 ayat (5) UU PPN di mana Faktur Pajak paling sedikit harus memuat keterangan tentang : 1. Nama, alamat, Nomor Pokok Wajib Pajak yang menyerahkan Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak; 2. Nama, alamat, Nomor Pokok Wajib Pajak Pembeli Barang Kena Pajak atau Penerima Jasa Kena Pajak; 3. Jenis barang atau jasa, jumlah Harga Jual atau Penggantian, dan potongan harga; 4. Pajak Pertambahan Nilai yang dipungut; 5. Pajak Penjualan atas Barang Mewah yang dipungut; 6. Kode, Nomor Seri, dan tanggal pembuatan Faktur Pajak; dan 7. Nama, dan tanda tangan yang berhak menandatangani Faktur Pajak. Tabel IV.10 Rekapitulasi Faktur Pajak 69

20 Periode Agustus s/d Desember 2008 No Bulan No. Faktur Pajak Dasar Pengenaan Pajak PPN Keterangan 1 Agustus ,014 70,501 Tidak mencoret pada kalimat Harga Jual 2 September ,500, ,000 Tidak mencoret pada kalimat Harga Jual 3 Oktober ,237, ,763 Tidak mencoret pada kalimat Harga Jual ,034, ,432 Tidak mencoret pada kalimat Harga Jual 4 November ,844, ,477 Tidak mencoret pada kalimat Harga Jual 5 Desember ,000,000 7,500,000 Tidak mencoret pada kalimat Harga Jual ,670 58,667 Tidak mencoret pada kalimat Harga Jual ,706, ,647 Tidak mencoret pada kalimat Harga Jual Berdasarkan Tabel IV.10, penulis menemukan pada tahun 2008 terdapat Faktur Pajak Cacat / tidak memenuhi aturan yang berlaku tetapi dikreditkan oleh PT QN. Faktur Pajak Cacat tersebut seharusnya tidak dikreditkan. Karena PT QN mengkreditkan Faktur Pajak Cacat, maka PT QN akan dikenakan sanksi atau denda. Pada tahun 2008, ada beberapa pembelian yang dilakukan PT QN kepada Bukan Pengusaha Kena Pajak sehingga pembelian tersebut tidak dikenakan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan PT QN tidak memperoleh Faktur Pajak. Hal itu menyebabkan Pajak Masukan yang dapat dikreditkan PT QN menjadi kecil. Tabel IV.11 Rekapitulasi Faktur Pajak Periode Januari s/d Desember

21 No Bulan No. Faktur Pajak Dasar Pengenaan PPN Keterangan 1 Januari ,785,949 4,378,595 Tidak mencoret pada kalimat Harga Jual ,732,882 5,273,288 Tidak mencoret pada kalimat Harga Jual ,418,612 2,141,861 Tidak mencoret pada kalimat Harga Jual 2 Februari ,642, ,296 Tidak mencoret pada kalimat Harga Jual 3 Maret ,478,020 2,747,802 Tidak mencoret pada kalimat Harga Jual ,170,682 2,317,068 Tidak mencoret pada kalimat Harga Jual ,676,884 1,567,688 Tidak mencoret pada kalimat Harga Jual 4 April ,969, ,968 Tidak mencoret pada kalimat Harga Jual ,241,042 4,724,104 Tidak mencoret pada kalimat Harga Jual 5 Mei ,038,840 9,203,884 Tidak mencoret pada kalimat Harga Jual 6 Juni ,137,950 7,013,795 Tidak mencoret pada kalimat Harga Jual 7 Juli ,595,000 2,159,500 Tidak mencoret pada kalimat Harga Jual 8 Agustus ,772, ,273 Tidak mencoret pada kalimat Harga Jual 9 September ,755,610 1,275,561 Tidak mencoret pada kalimat Harga Jual 10 Oktober ,772, ,273 Tidak mencoret pada kalimat Harga Jual 11 November ,542,000 1,454,200 Tidak mencoret pada kalimat Harga Jual 12 Desember ,348,626 1,634,863 Tidak mencoret pada kalimat Harga Jual Berdasarkan Tabel IV.11, pada tahun 2009 telah ditemukan Faktur Pajak Cacat / tidak memenuhi aturan yang berlaku tetapi tetap dikreditkan oleh PT QN. Faktur Pajak Cacat tersebut seharusnya tidak dikreditkan. Karena PT QN mengkreditkan Faktur Pajak Cacat, maka PT QN akan dikenakan sanksi atau denda. Tabel IV.12 Rekapitulasi Faktur Pajak Periode Januari s/d Desember

22 No Bulan No. Faktur Pajak Dasar Pengenaan PPN Keterangan 1 Januari ,672,950 13,667,295 Tidak mencoret pada kalimat Harga Jual 2 Februari ,260,660 3,426,066 Tidak mencoret pada kalimat Harga Jual ,500,000 4,750,000 Tidak mencoret pada kalimat Harga Jual 3 Maret ,000,000 5,000,000 Tidak mencoret pada kalimat Harga Jual ,760,263 1,376,026 Tidak mencoret pada kalimat Harga Jual 4 April ,726, ,664 Tidak mencoret pada kalimat Harga Jual ,500, ,000 Tidak mencoret pada kalimat Harga Jual ,448, ,854 Tidak mencoret pada kalimat Harga Jual 5 Mei ,364,650 3,336,465 Tidak mencoret pada kalimat Harga Jual 6 Juni ,363, ,364 Tidak mencoret pada kalimat Harga Jual 7 Juli ,491, ,153 Tidak mencoret pada kalimat Harga Jual 8 Agustus ,571,455 1,657,146 Tidak mencoret pada kalimat Harga Jual 9 September ,000,000 3,700,000 Tidak mencoret pada kalimat Harga Jual 10 Oktober ,260,391 6,526,039 Tidak mencoret pada kalimat Harga Jual 11 November ,209, ,916 Tidak mencoret pada kalimat Harga Jual ,682,665 5,168,267 Tidak mencoret pada kalimat Harga Jual 12 Desember ,000,000 7,500,000 Tidak mencoret pada kalimat Harga Jual ,000,000 2,500,000 Tidak mencoret pada kalimat Harga Jual ,793, ,330 Tidak mencoret pada kalimat Harga Jual Berdasarkan Tabel IV.12, peneliti menemukan pada tahun 2010 terdapat Faktur Pajak Cacat / tidak memenuhi aturan yang berlaku tetapi tetap dikreditkan oleh PT QN. Faktur Pajak Cacat tersebut seharusnya tidak dikreditkan. Karena PT QN mengkreditkan Faktur Pajak Cacat, maka PT QN akan dikenakan sanksi atau denda. Banyaknya Faktur Pajak Cacat atau yang tidak memenuhi syarat ini, mengakibatkan kerugian bagi PT QN. IV.2.4 Evaluasi Pajak Pertambahan Nilai PT QN Sebelum dan Sesudah Pemeriksaan Pemeriksaan adalah Serangkaian kegiatan menghimpun dan mengolah data, keterangan, dan/atau bukti yang dilaksanakan secara objektif dan profesional berdasarkan suatu standar pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban 72

23 perpajakan dan/atau untuk tujuan lain dalam rangka melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan. Pemeriksaan Sederhana PPN dan PPnBM dilakukan dengan Surat Perintah Pemeriksaan Pajak (SP3) yang diterbitkan oleh Kepala Kantor Pelayanan Pajak (KPP) yang bersangkutan. Dalam hal tertentu pemeriksaan PPN dan PPn BM dapat dilakukan oleh Unit Pelaksana Pemeriksaan Pajak (UP3) Lengkap, dan dapat dikembangkan menjadi pemeriksaan lengkap (seluruh jenis pajak). Sesuai dengan hakekat PPN yaitu pajak atas nilai tambah, selama pengusaha masih membukukan adanya nilai tambah, pengembalian pajak hanya dapat terjadi dalam beberapa hal seperti: 1. Penjualan ekspor; 2. Penyerahan kepada Pengusaha di Kawasan Berikat; 3. Pengusaha menghasilkan BKP dan atau JKP yang atas penyerahannya mendapat fasilitas PPN yang terutang tidak dipungut; 4. Penyerahan kepada Pemungut PPN; 5. Penumpukan Persediaan; 6. Perusahaan pada masa awal operasi. Hasil Pemeriksaan dituangkan dalam Laporan Pemeriksaan Pajak. Laporan pemeriksaan Pajak disusun dengan sistematika sebagai berikut: I. Umum 73

24 II. Pelaksanaan Pemeriksaan III. Hasil Pemeriksaan IV. Kesimpulan dan Usul Pemeriksa Laporan Pemeriksaan Pajak harus dilengkapi dengan lampiran-lampiran sebagai berikut: a. SP3 b. Daftar Penghitungan PPN untuk seluruh masa pajak yang diperiksa c. Daftar Surat Setoran Pajak d. Surat Pemberitahuan Hasil Pemeriksaan e. Surat Persetujuan Hasil Pemeriksaan/Berita Acara Hasil Pemeriksaan f. Lain-lain Hasil Pemeriksaan diberitahukan secara tertulis kepada Wajib Pajak (PKP). Apabila Wajib Pajak (PKP) menyetujui seluruh hasil pemeriksaan, maka Wajib Pajak (PKP) diminta untuk menandatangani Lembar Pernyataan Persetujuan Wajib Pajak dan menyampaikannya kepada Pemeriksa paling lambat 3 (tiga) hari sejak Surat Pemberitahuan Hasil Pemeriksaan diterima. Namun, apabila Wajib Pajak (PKP) tidak menyetujui sebagian atau seluruh hasil pemeriksaan, Wajib Pajak (PKP) dapat memberikan tanggapan secara tertulis atas pemberitahuan hasil pemeriksaan tersebut dan menyampaikannya kepada Pemeriksa dalam batas waktu paling lambat 3 (tiga) hari sejak Surat Pemberitahuan Hasil Pemeriksaan diterima. Tanggapan atas hasil 74

25 pemeriksaan dari Wajib Pajak (PKP) tersebut disampaikan kepada Pemeriksa sebelum dilakukan Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan. Dalam hal Wajib Pajak tidak menyetujui sebagian atau seluruh hasil pemeriksaan maka tanggapan atas hasil pemeriksaan dari Wajib Pajak (PKP) harus ditindaklanjuti dengan Pembahasan Akhir (closing conference) dengan Wajib Pajak (PKP) dalam batas waktu paling lambat 3 (tiga) hari sejak diterimanya tanggapan tersebut. Tabel IV.13 Evaluasi Penyerahan dan Perolehan PPN Periode Agustus s/d Desember 2008 Sebelum Evaluasi Sesudah Evaluasi no bulan Penyerahan Perolehan Penyerahan Perolehan DPP PPN DPP PPN DPP PPN DPP PPN 1 Agustus 226,853,490 22,685, ,896,542 21,389, ,853,490 22,685, ,191,528 21,319,153 2 September 320,284,170 32,028, ,460,324 39,846, ,284,170 32,028, ,960,324 37,396,032 3 Oktober 355,267,475 35,526, ,905,224 25,590, ,267,475 35,526, ,633,271 25,063,327 4 November 481,984,537 48,198, ,731,427 42,473, ,984,537 48,198, ,886,655 41,988,666 5 Desember 807,508,951 80,750, ,856,296 80,185, ,508,951 80,750, ,563,159 72,156,316 Total 2,191,898, ,189,862 2,094,849, ,484,981 2,191,898, ,189,862 1,979,234, ,923,494 Berdasarkan tabel IV.13, Pada tahun 2008 peneliti melakukan evaluasi dan menemukan Faktur Pajak cacat yang tidak dapat dikreditkan tetapi dikreditkan sehingga mengakibatkan Pajak Masukan atas Pembelian yang dilakukan oleh PT QN sesudah evaluasi mengalami penurunan, oleh karena itu Jumlah Pajak Pertambahan Nilai (PPN) Kurang Bayar menjadi lebih besar. 75

26 Tabel IV.14 Evaluasi Penyerahan dan Perolehan PPN Periode Januari s/d Desember 2009 no DPP PPN DPP PPN DPP PPN DPP PPN 1 Januari 231,608,543 23,160, ,822,403 22,782, ,608,543 23,160, ,884,960 10,988,496 2 Februari 104,696,238 10,469, ,642,955 10,264, ,696,238 10,469,624 97,000,000 9,700,000 3 Maret 178,251,001 17,825, ,360,606 16,936, ,251,001 17,825, ,035,020 10,303,502 4 April 518,929,875 51,892, ,799,191 58,479, ,929,875 51,892, ,588,473 53,358,847 5 Mei 436,313,659 43,631, ,252,121 36,225, ,313,659 43,631, ,213,281 27,021,328 6 Juni 290,782,354 29,078, ,189,836 19,818, ,782,354 29,078, ,051,886 12,805,189 7 Juli 261,413,682 26,141, ,614,705 20,661, ,413,682 26,141, ,019,705 18,501,971 8 Agustus 305,641,382 30,564, ,429,404 24,442, ,641,382 30,564, ,656,677 24,065,668 9 September 256,820,685 25,682, ,374,722 24,537, ,820,685 25,682, ,673,794 23,167, Oktober 225,648,176 22,564, ,695,397 21,369, ,648,176 22,564, ,922,670 20,792, November 292,499,993 29,249, ,519,226 12,151, ,499,993 29,249, ,977,226 10,697, Desember 282,586,703 28,258, ,695,733 15,969, ,586,703 28,258, ,058,010 13,105,801 Total bulan Sebelum Evaluasi Sesudah Evaluasi Penyerahan Perolehan Penyerahan Perolehan 3,385,192, ,519,230 2,836,396, ,639,630 3,385,192, ,519,230 2,345,081, ,508,170 Berdasarkan tabel IV.14, Pada tahun 2009 peneliti melakukan evaluasi dan menemukan Faktur Pajak cacat yang tidak dapat dikreditkan sehingga mengakibatkan Pajak Masukan atas Pembelian yang dilakukan oleh PT QN sesudah evaluasi mengalami penurunan, oleh karena itu Jumlah Pajak Pertambahan Nilai (PPN) Kurang Bayar menjadi lebih besar. Pada tahun 2009, setelah di evaluasi terdapat Nilai Perolehan yang nilainya 0 (nol). Hal itu disebabkan karena pada bulan Januari sampai dengan Maret 2009 banyak terdapat Faktur Pajak Masukan yang cacat atau yang tidak sesuai dengan aturan yang berlaku. Penurunan atau perbedaan ini disebabkan karena pada tahun 2010 terdapat beberapa Faktur Pajak yang Cacat atau tidak sesuai dengan aturan yang berlaku. Tabel IV.15 76

27 Evaluasi Penyerahan dan Perolehan PPN Periode Januari s/d Desember 2010 Sebelum Evaluasi Sesudah Evaluasi no bulan Penyerahan Perolehan Penyerahan Perolehan DPP PPN DPP PPN DPP PPN DPP PPN 1 Januari 440,293,127 44,029, ,874,877 44,187, ,293,127 44,029, ,201,927 30,520,193 2 Februari 306,382,500 30,638, ,376,006 26,637, ,382,500 30,638, ,080,978 14,008,098 3 Maret 466,217,067 46,621, ,857,748 22,485, ,217,067 46,621, ,097,485 16,109,749 4 April 587,004,156 58,700, ,759,038 15,475, ,004,156 58,700, ,859,350 10,185,935 5 Mei 425,137,514 42,513, ,808,127 21,080, ,137,514 42,513, ,443,477 17,744,348 6 Juni 487,297,875 48,729, ,952,529 27,195, ,297,875 48,729, ,588,893 26,558,889 7 Juli 472,436,627 47,243, ,476,188 19,747, ,436,627 47,243, ,984,657 19,598,466 8 Agustus 403,206,719 40,320, ,566,237 21,556, ,206,719 40,320, ,994,782 19,899,478 9 September 425,665,891 42,566, ,660,324 16,866, ,665,891 42,566, ,660,324 13,166, Oktober 453,027,500 45,302, ,459,273 26,345, ,027,500 45,302, ,198,882 19,819, November 486,089,473 48,608, ,760,427 26,076, ,089,473 48,608, ,868,600 20,186, Desember 638,476,390 63,847, ,445,833 29,844, ,476,390 63,847, ,652,533 18,865,253 Total 5,591,234, ,123,484 2,974,996, ,499,661 5,591,234, ,123,484 2,266,631, ,663,189 Berdasarkan hasil tabel IV.15, Pada tahun 2010 Peneliti melakukan evaluasi dan menemukan Faktur Pajak cacat yang tidak dapat dikreditkan tetapi dikreditkan sehingga mengakibatkan Pajak Masukan atas Pembelian yang dilakukan oleh PT QN sesudah evaluasi mengalami penurunan, oleh karena itu Jumlah Pajak Pertambahan Nilai (PPN) Kurang Bayar menjadi lebih besar. Penurunan atau perbedaan ini disebabkan karena pada tahun 2010 terdapat beberapa Faktur Pajak yang Cacat atau tidak sesuai dengan aturan yang berlaku. IV.3 Analisis Penyetoran dan Pelaporan Pajak Pertambahan Nilai IV.3.1 Analisis Penyetoran Pajak Pertambahan Nilai 77

28 Dalam setiap Masa Pajak Pertambahan Nilai, Wajib Pajak berkewajiban melakukan penyetoran besarnya Pajak Pertambahan Nilai yang Kurang Bayar kepada Kas Negara, ataupun melakukan restitusi atau kompensasi pada masa pajak berikutnya apabila terjadi Lebih Bayar atas Pajak Pertambahan Nilai. PKP melakukan penyetoran Pajak Pertambahan Nilai yang Kurang Bayar dengan menggunakan Surat Setoran Pajak kepada Kantor Pelayanan Pajak tempat Wajib Pajak dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak. Surat Setoran Pajak ini dibuat dalam rangkap 5 (lima) yang terdiri dari: a. Lembar ke 1 : Untuk arsip PT QN b. Lembar ke 2 :Untuk Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN). c. Lembar ke 3 :Untuk PT QN yang akan dilampirkan pada Surat Pemberitahuan Masa Pajak Pertambahan Nilai. d. Lembar ke 4 : Untuk arsip Kantor Penerima Pembayaran. e. Lembar ke 5 : Untuk arsip Pemungut/Pihak lain. Berdasarkan Undang Undang No. 42 Tahun 2009 Pasal 15 A ayat (1), penyetoran Pajak Pertambahan Nilai paling lambat akhir bulan berikutnya setelah berakhirnya Masa Pajak dan sebelum Surat Pemberitahuan Masa disampaikan. Apabila perusahaan tidak melakukan pembayaran ataupun penyetoran Pajak Pertambahan Nilai sesuai dengan peraturan yang berlaku, maka sesuai dengan Undang Undang Nomor 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan pasal 9 ayat 2a, Pengusaha Kena Pajak akan dikenakan sanksi administrasi berupa bunga 2% (dua 78

29 persen) per bulan dari jumlah pajak yang terutang dihitung sejak tanggal jatuh tempo pembayaran sampai tanggal pembayaran. Berikut akan diberikan penjabaran mengenai apakah PT QN telah melakukan penyetoran Pajak Pertambahan Nilai sesuai atau tidak sesuai dengan Undang Undang yang berlaku untuk Masa Pajak 2008, 2009, dan Tabel IV.16 PT QN Penyetoran Pajak Pertambahan Nilai Periode Agustus s/d Desember 2008 MASA PAJAK KURANG/(LEBIH) BAYAR (RP) TANGGAL SETOR KETERANGAN SESUAI/TIDAK DENGAN UU PPN NO 18 TAHUN 2000 Agustus 1,295, Sep-08 Sesuai UU September (7,817,615) - - Oktober 2,118,610 9-Nov-08 Sesuai UU November 5,725, Dec-08 Sesuai UU Desember 565, Jan-09 Sesuai UU Berdasarkan tabel IV.16 di atas, dapat dilihat bahwa selama tahun 2008, PT QN tidak mengalami keterlambatan dalam melakukan penyetoran Pajak Pertambahan Nilainya. Sedangkan, untuk Masa Pajak bulan September 2008 tidak dicantumkan tanggal penyetoran yang disebabkan karena perusahaan mengalami kondisi Lebih Bayar. Kondisi Lebih Bayar ini dapat dikompensasikan ke Masa Pajak berikutnya. Pajak yang 79

30 harus disetorkan PT QN pada tahun 2008 cukup rendah, hal ini disebabkan karena PT QN baru berdiri dari bulan Agustus. Tabel IV.17 PT QN Penyetoran Pajak Pertambahan Nilai Periode Januari s/d Desember 2009 MASA PAJAK KURANG/(LEBIH) BAYAR (RP) TANGGAL SETOR KETERANGAN SESUAI/TIDAK DENGAN UU PPN NO 18 TAHUN 2000 Januari 378, Feb-09 Sesuai UU Februari 205, Mar-09 Sesuai UU Maret 889, Apr-09 Sesuai UU April (6,586,931) - - Mei 819, Jun-09 Sesuai UU Juni 9,259, Jul-09 Sesuai UU Juli 5,479, Aug-09 Sesuai UU Agustus 6,121, Sep-09 Sesuai UU September 1,144, Oct-09 Sesuai UU Oktober 1,195,278 9-Nov-09 Sesuai UU November 17,098, Dec-09 Sesuai UU Desember 12,289, Feb-10 Tidak Sesuai UU Berdasarkan tabel IV.17 di atas, dapat dilihat bahwa selama tahun 2009, PT QN mengalami keterlambatan dalam melakukan penyetoran Pajak Pertambahan Nilainya pada bulan Desember Sedangkan, untuk Masa Pajak bulan April 2009 tidak dicantumkan tanggal penyetoran yang disebabkan karena perusahaan mengalami kondisi Lebih Bayar. Tabel IV.18 80

31 PT QN Penyetoran Pajak Pertambahan Nilai Periode Januaris/d Desember 2010 MASA PAJAK KURANG/(LEBIH) BAYAR (RP) TANGGAL SETOR KETERANGAN SESUAI/TIDAK DENGAN UU PPN NO 42 TAHUN 2009 Januari (158,175) 11-Feb-10 Sesuai UU Februari 3,801, Apr-10 Tidak Sesuai UU Maret 24,135, Apr-10 Sesuai UU April 43,224, Jun-10 Tidak Sesuai UU Mei 21,432,939 9-Jun-10 Sesuai UU Juni 21,534, Jul-10 Sesuai UU Juli 27,496,044 8-Aug-10 Sesuai UU Agustus 18,764, Sep-10 Sesuai UU September 25,700, Oct-10 Sesuai UU Oktober 18,956, Nov-10 Sesuai UU November 22,532, Dec-10 Sesuai UU Desember 34,003, Jan-11 Sesuai UU Berdasarkan tabel IV.18 diatas, dapat dilihat bahwa selama tahun 2010, PT QN mengalami keterlambatan dalam melakukan penyetoran Pajak Pertambahan Nilainya pada bulan Februari dan bulan April Hal itu dapat disebabkan karena PT QN melakukan pembetulan atas Faktur Pajak yang belum diterima oleh PT QN. Evaluasi Penyetoran Surat Pemberitahuan Masa Pajak Pertambahan Nilai Dilihat dari setiap penjabaran penyetoran Pajak Pertambahan Nilai pada tahun 2008, 2009, dan 2010 di atas dapat dilihat bahwa selama tahun 2008, 2009, dan 2010 tersebut, PT QN mengalami keterlambatan dalam penyetoran Pajak Pertambahan Nilai yaitu pada Masa Pajak bulan Desember 2009, Februari 2010 dan bulan April

32 sehingga perusahaan harus membayar sanksi administrasi berupa bunga yaitu untuk bulan Desember 2009 sebesar Rp ,- (2% x Rp ,-), bulan Februari 2010 sebesar Rp76.021,- (2% x Rp ,-), dan bulan April 2010 sebesar Rp ,- (2% x Rp ,-) yang diperoleh dari 2% x pajak yang Kurang Bayar. IV.3.2 Analisis Pelaporan Pajak Pertambahan Nilai Setiap Wajib Pajak, dalam hal ini Pengusaha Kena Pajak, wajib melakukan pelaporan atas seluruh kegiatan usahanya dalam Surat Pemberitahuan Masa Pajak Pertambahan Nilai sesuai dengan sistem perpajakan yang berlaku saat ini yaitu Self Assessment System, di mana Wajib Pajak sendiri yang melakukan pelaporan perpajakan serta mempertanggungjawabkannya. Dalam hal ini, PT QN melakukan pelaporan Pajak Pertambahan Nilai dengan menggunakan Surat Pemberitahuan Masa lengkap beserta lampiran lampirannya sebagai pertanggungjawaban atas pengkreditan Pajak Masukan atas Pajak Keluaran perusahaan. Berdasarkan Undang Undang No. 42 Tahun 2009 Pasal 15 A ayat (2), pelaporan Surat Pemberitahuan Pajak Pertambahan Nilai paling lambat akhir bulan berikutnya setelah berakhirnya Masa Pajak. Surat Pemberitahuan Masa Pajak Pertambahan Nilai disampaikan oleh PT QN di Kantor Pelayanan Pajak tempat perusahaan dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak. Pemungut Pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (9) wajib melaporkan hasil pemungutannya secara mingguan paling lama pada hari kerja terakhir minggu berikutnya. Pemungut Pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (10) wajib melaporkan hasil pemungutannya 82

33 paling lama 14 (empat belas) hari setelah Masa Pajak berakhir. Pemungut PPN wajib melaporkan PPN atau PPN dan PPnBM yang telah disetor sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (14) dan ayat (15) ke Kantor Pelayanan Pajak tempat Pemungut PPN terdaftar paling lama akhir bulan berikutnya setelah Masa Pajak berakhir. Wajib Pajak dengan kriteria tertentu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (16) dan ayat (17) yang melaporkan beberapa Masa Pajak dalam satu Surat Pemberitahuan Masa, wajib menyampaikan Surat Pemberitahuan Masa paling lama 20 (dua puluh) hari setelah berakhirnya Masa Pajak terakhir. Apabila perusahaan terlambat dalam melakukan pelaporan Surat Pemberitahuan Masa Pajak Pertambahan Nilai, maka perusahaan akan dikenakan sanksi sebesar Rp ,- (Lima Ratus Ribu Rupiah) sesuai dengan Undang Undang Nomor 28 Tahun 2007 tentang Kententuan Umum dan Tata Cara Perpajakan pasal 7 ayat 1. Surat Pemberitahuan Masa Pajak Pertambahan Nilai pada PT QN dibuat dalam 3 (tiga) rangkap paling lambat 14 (empat belas) hari setelah bulan dilakukan pembayaran atas tagihan, yang masing masing diperuntukkan sebagai berikut: Lembar ke 1 : Dilampiri Faktur Pajak lembar ke 3 untuk Kantor Pelayanan Pajak. Lembar ke 2 : Untuk Kantor Perbendaharaan dan Kas Negara (KPKN). Lembar ke 3 : Untuk arsip Bendaharawan Pemerintah. 83

34 Di bawah ini akan diberikan penjabaran mengenai apakah PT QN telah melaporkan Surat Pemberitahuan Masa Pajak Pertambahan Nilai sesuai dengan Undang Undang yang berlaku atau tidak sesuai untuk masa pajak 2008, 2009 dan Tabel IV.19 PT QN Pelaporan Pajak Pertambahan Nilai Periode Agustus s/d Desember 2008 MASA PAJAK KURANG/(LEBIH) BAYAR (RP) TANGGAL LAPOR KETERANGAN SESUAI/TIDAK DENGAN UU PPN NO 18 TAHUN 2000 Agustus 1,295, Sep-08 Sesuai UU September (7,817,615) - - Oktober 2,118, Nov-08 Sesuai UU November 5,725, Dec-08 Sesuai UU Desember 565, Jan-09 Sesuai UU Berdasarkan tabel IV.19 di atas, dapat dilihat bahwa selama tahun 2008, PT QN tidak mengalami keterlambatan dalam melakukan pelaporan Surat Pemberitahuan Masa Pajak Pertambahan Nilainya. Pada tahun 2008 semua SPT dilaporkan tepat pada waktunya sesuai dengan UU yang berlaku. Dan pada bulan September 2008 tidak terdapat tanggal lapor SPT Pajak Pertambahan Nilai. 84

35 Tabel IV.20 PT QN Pelaporan Pajak Pertambahan Nilai Periode Januari s/d Desember 2009 MASA PAJAK KURANG/(LEBIH) BAYAR (RP) TANGGAL LAPOR KETERANGAN SESUAI/TIDAK DENGAN UU PPN NO 18 TAHUN 2000 Januari 378, Feb-09 Sesuai UU Februari 205, Mar-09 Sesuai UU Maret 889, Apr-09 Sesuai UU April (6,586,931) - - Mei 819, Jun-09 Sesuai UU Juni 9,259, Jul-09 Sesuai UU Juli 5,479, Aug-09 Sesuai UU Agustus 6,121, Sep-09 Sesuai UU September 1,144, Oct-09 Sesuai UU Oktober 1,195, Nov-09 Sesuai UU November 17,098, Dec-09 Sesuai UU Desember 12,289, Feb-10 Tidak Sesuai UU Berdasarkan tabel IV.20 di atas, dapat dilihat bahwa selama tahun 2009 PT QN mengalami keterlambatan dalam melakukan pelaporan Surat Pemberitahuan Masa Pajak Pertambahan Nilainya untuk Masa Pajak Desember 2009 yang dilaporkan PT QN pada tanggal 12 Februari 2010 dan pada bulan April 2009 tidak terdapat tanggal lapor. PT QN akan dikenakan sanksi atau denda administrasi sesuai dengan Undang-Undang yang berlaku. 85

36 Tabel IV.21 PT QN Pelaporan Pajak Pertambahan Nilai Periode Januari s/d Desember 2010 MASA PAJAK KURANG/(LEBIH) BAYAR (RP) TANGGAL LAPOR KETERANGAN SESUAI/TIDAK DENGAN UU PPN NO 42 TAHUN 2009 Januari (158,175) 13-Feb-10 Sesuai UU Februari 3,801, Apr-10 Tidak Sesuai UU Maret 24,135, Apr-10 Sesuai UU April 43,224, Jun-10 Tidak Sesuai UU Mei 21,432, Jun-10 Sesuai UU Juni 21,534, Jul-10 Sesuai UU Juli 27,496, Aug-10 Sesuai UU Agustus 18,764, Sep-10 Sesuai UU September 25,700, Oct-10 Sesuai UU Oktober 18,956, Nov-10 Sesuai UU November 22,532, Dec-10 Sesuai UU Desember 34,003, Jan-11 Sesuai UU Berdasarkan tabel IV.21 di atas, dapat dilihat bahwa selama tahun 2010, PT QN mengalami keterlambatan dalam melakukan pelaporan Surat Pemberitahuan Masa Pajak Pertambahan Nilainya pada bulan Februari dan April 2010, maka PT QN akan dikenakan sanksi / denda administrasi. Evaluasi Pelaporan Surat Pemberitahuan Masa Pajak Pertambahan Nilai Dilihat dari setiap penjabaran penyetoran Pajak Pertambahan Nilai pada tahun 2008, 2009, dan 2010 di atas dapat dilihat bahwa selama tahun 2008, 2009, dan

37 tersebut, PT QN mengalami keterlambatan dalam penyetoran Pajak Pertambahan Nilai yaitu pada Masa Pajak bulan Desember 2009, Februari 2010 dan bulan April 2010 sehingga perusahaan harus melakukan pembayaran sanksi administrasi berupa denda yaitu sebesar Rp ,- x 3 bulan = Rp ,-. Jadi, total sanksi atau denda yang harus dibayarkan oleh PT QN yaitu sebesar Rp ,-. Sebagai Pengusaha Kena Pajak, maka PT QN wajib untuk memungut Pajak Pertambahan Nilai, dan harus mempertanggungjawabkan penghitungan jumlah Pajak Pertambahan Nilai dengan mengisi Surat Pemberitahuan (SPT) Masa Pajak Pertambahan Nilai. Wajib Pajak setiap bulannya wajib melaporkan berapa besarnya PPN terutang atau PPN lebih bayarnya ke Kantor Pelayanan Pajak tempat Wajib Pajak terdaftar. IV.4 Pembahasan Hasil Temuan Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan atas penerapan Pajak Pertambahan Nilai pada PT QN, ditemukan temuan temuan sebagai berikut: 1. Terjadinya keterlambatan pada saat melakukan penyetoran dan pelaporan Pajak Pertambahan Nilai yang terutang. Keterlambatan penyetoran dan pelaporan yang terjadi pada Masa Pajak bulan Desember 2009, Februari 2010 dan bulan April 2010 yang menyebabkan perusahaan harus membayar sanksi administrasi. Sanksi administrasi yang dikarenakan keterlambatan menyetorkan dan melaporkan Surat Pemberitahuan Masa Pajak Pertambahan Nilai (PPN) yaitu sebesar Rp ,- (Menurut UU No. 28 Tahun 2007) x Masa Pajak yang mengalami keterlambatan menyetorkan dan melaporkan SPT Masa Pajak Pertambahan Nilai (PPN). Sanksi ini dapat dihindari yaitu dengan melakukan 87

BAB IV PEMBAHASAN. bergerak di bidang teknologi Access Management yang dapat memudahkan konsumen

BAB IV PEMBAHASAN. bergerak di bidang teknologi Access Management yang dapat memudahkan konsumen BAB IV PEMBAHASAN IV.1 Analisis Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai merupakan salah satu perusahaan di Jakarta yang bergerak di bidang teknologi Access Management yang dapat memudahkan konsumen dalam melakukan

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. IV.1. Analisis Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai. PT. MRC adalah perusahaan swasta yang bergerak di bidang jasa konstruksi.

BAB IV PEMBAHASAN. IV.1. Analisis Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai. PT. MRC adalah perusahaan swasta yang bergerak di bidang jasa konstruksi. BAB IV PEMBAHASAN IV.1. Analisis Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai PT. MRC adalah perusahaan swasta yang bergerak di bidang jasa konstruksi. Perusahaan ini telah dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak

Lebih terperinci

BAB 4 PEMBAHASAN 4.1 Ketentuan Formal Pajak Pertambahan Nilai PT TRT 4.2 Analisis Faktur Pajak

BAB 4 PEMBAHASAN 4.1 Ketentuan Formal Pajak Pertambahan Nilai PT TRT 4.2 Analisis Faktur Pajak BAB 4 PEMBAHASAN 4.1 Ketentuan Formal Pajak Pertambahan Nilai PT TRT PT. TRT adalah sebuah perusahaan yang bergerak dibidang produsen bahan kimia yang telah dikukuhkan menjadi Pengusaha Kena Pajak (PKP)

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. Analisis Terhadap Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai. PT. HAJ adalah perusahaan yang bergerak dalam bidang perusahaan dagang

BAB IV PEMBAHASAN. Analisis Terhadap Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai. PT. HAJ adalah perusahaan yang bergerak dalam bidang perusahaan dagang BAB IV PEMBAHASAN IV.1 Analisis Terhadap Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai PT. HAJ adalah perusahaan yang bergerak dalam bidang perusahaan dagang yakni barang IT yang telah dikukuhkan menjadi Pengusaha

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. Dalam analisa penghitungan dan pelaporan Pajak Pertambahan Nilai, penulis

BAB IV PEMBAHASAN. Dalam analisa penghitungan dan pelaporan Pajak Pertambahan Nilai, penulis BAB IV PEMBAHASAN Dalam analisa penghitungan dan pelaporan Pajak Pertambahan Nilai, penulis melakukan pemeriksaan pajak dengan menguji dan memeriksa ketaatan perpajakan, serta kebenaran jumlah dalam SPT

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. IV. 1 Analisis Mekanisme Pajak Penghasilan Pasal 22 di PT. KAS

BAB IV PEMBAHASAN. IV. 1 Analisis Mekanisme Pajak Penghasilan Pasal 22 di PT. KAS BAB IV PEMBAHASAN IV. 1 Analisis Mekanisme Pajak Penghasilan Pasal 22 di PT. KAS Semua badan merupakan Wajib Pajak tanpa terkecuali, mulai saat didirikan atau saat melakukan kegiatan usaha atau memperoleh

Lebih terperinci

BAB 4. Pembahasan Hasil Penelitian

BAB 4. Pembahasan Hasil Penelitian BAB 4 Pembahasan Hasil Penelitian 4.1 Analisis Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai Sebagai pajak atas konsumsi dalam negeri maka PPN hanya dikenakan atas barang atau jasa yang dikomsumsi di dalam daerah

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN Evaluasi Terhadap Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai. PT. Mejoi merupakan perusahaan distributor yang bergerak dalam

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN Evaluasi Terhadap Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai. PT. Mejoi merupakan perusahaan distributor yang bergerak dalam BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN 4.1. Evaluasi Terhadap Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai PT. Mejoi merupakan perusahaan distributor yang bergerak dalam bidang nutrisi anak yang telah dikukuhkan pada tanggal

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN. 1.1 Analisis Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai. menyediakan pembuatan alat untuk pembangunan beton di jalan tol.

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN. 1.1 Analisis Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai. menyediakan pembuatan alat untuk pembangunan beton di jalan tol. BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN 1.1 Analisis Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai PT.DDT merupakan perusahaan yang bergerak dibidang alat berat yang menyediakan pembuatan alat untuk pembangunan beton di jalan

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. Analisis Terhadap Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai. hewan) yang telah dikukuhkan menjadi Pengusaha Kena Pajak (PKP) pada

BAB IV PEMBAHASAN. Analisis Terhadap Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai. hewan) yang telah dikukuhkan menjadi Pengusaha Kena Pajak (PKP) pada BAB IV PEMBAHASAN IV.1 Analisis Terhadap Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai PT. Biotek Indonesia adalah perusahaan yang bergerak di bidang farmasi (obatobatan hewan) yang telah dikukuhkan menjadi Pengusaha

Lebih terperinci

Evaluasi Pelaksanaan Pajak Pertambahan Nilai di PT IO

Evaluasi Pelaksanaan Pajak Pertambahan Nilai di PT IO Evaluasi Pelaksanaan Pajak Pertambahan Nilai di PT IO ABSTRAK Dari segi ekonomi, pajak merupakan pemindahan sumber daya dari sektor perusahaan ke sektor publik. Salah satu pajak yang sangat mempengaruhi

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. kedua atas Undang-Undang Nomor 8 tahun 1983, Pengusaha yang melakukan

BAB IV PEMBAHASAN. kedua atas Undang-Undang Nomor 8 tahun 1983, Pengusaha yang melakukan BAB IV PEMBAHASAN Menurut Undang-Undang Nomor 18 tahun 2000 yang merupakan perubahan kedua atas Undang-Undang Nomor 8 tahun 1983, Pengusaha yang melakukan penyerahan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. dan sesudah perubahan Undang-undang No.42 Tahun 2009, penulis melakukan

BAB IV PEMBAHASAN. dan sesudah perubahan Undang-undang No.42 Tahun 2009, penulis melakukan BAB IV PEMBAHASAN Dalam evaluasi penerapan dan perbandingan Pajak Pertambahan Nilai sebelum dan sesudah perubahan Undang-undang No.42 Tahun 2009, penulis melakukan penelusuran atas laporan laba rugi, neraca,

Lebih terperinci

BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA. oleh pelanggan untuk di jadikan sepatu atau sandal.

BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA. oleh pelanggan untuk di jadikan sepatu atau sandal. BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA 4.1. Penyajian Data 4.1.1. Sejarah singkat perusahaan PT Cahaya Terang Abadi didirikan pada tanggal 30 November 2009 sampai dengan sekarang perusahaan ini bergerak dibidang

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. bergerak dibidang manufaktur yang kegiatan utamanya adalah memproduksi Polyester

BAB IV PEMBAHASAN. bergerak dibidang manufaktur yang kegiatan utamanya adalah memproduksi Polyester BAB IV PEMBAHASAN PT. TEIJIN INDONESIA FIBER, Tbk merupakan sebuah perusahaan PMA bergerak dibidang manufaktur yang kegiatan utamanya adalah memproduksi Polyester Chips, Filament Yarn dan Staple Fibre.

Lebih terperinci

BAB II. adalah iuran kepada negara (yang dapat dipaksakan) yang terutang oleh yang

BAB II. adalah iuran kepada negara (yang dapat dipaksakan) yang terutang oleh yang BAB II LANDASAN TEORI II.1 Pemahaman Perpajakan II.1.1 Definisi Pajak Adriani seperti dikutip Brotodihardjo (1998) mendefinisikan, Pajak adalah iuran kepada negara (yang dapat dipaksakan) yang terutang

Lebih terperinci

SURAT PEMBERITAHUAN MASA PAJAK PERTAMBAHAN NILAI (SPT MASA PPN) BAGI PEMUNGUT PPN Bacalah terlebih dahulu Buku Petunjuk Pengisian SPT Masa PPN

SURAT PEMBERITAHUAN MASA PAJAK PERTAMBAHAN NILAI (SPT MASA PPN) BAGI PEMUNGUT PPN Bacalah terlebih dahulu Buku Petunjuk Pengisian SPT Masa PPN Perhatian Sesuai dengan ketentuan Pasal 3 ayat (7) UU Nomor 6 Tahun 1983 sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan UU Nomor 16 Tahun 2000, apabila SPTMasa yang Saudara sampaikan tidak ditandatangani

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Analisis Perhitungan PPN Keluaran Dalam hal menghitung Pajak Pertambahan Nilai atau PPN khusunya Pajak Keluaran yang diterbitkan dan dipungut oleh perusahaan merupakan

Lebih terperinci

Bab 4 PEMBAHASAN. PT. XYZ merupakan Perusahaan yang bergerak dalam bidang manufaktur

Bab 4 PEMBAHASAN. PT. XYZ merupakan Perusahaan yang bergerak dalam bidang manufaktur Bab 4 PEMBAHASAN merupakan Perusahaan yang bergerak dalam bidang manufaktur yang kegiatan utamanya sebagai distributor langsung untuk atap baja ringan. PT. XYZ menjual asesoris untuk pembuatan atap, dinding

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. Dalam evaluasi penerapan dan pelaporan Pajak Pertambahan Nilai pada PT

BAB IV PEMBAHASAN. Dalam evaluasi penerapan dan pelaporan Pajak Pertambahan Nilai pada PT BAB IV PEMBAHASAN Dalam evaluasi penerapan dan pelaporan Pajak Pertambahan Nilai pada PT TELEKOMUNIKASI INDONESIA Tbk. Divre II, penulis melakukan pemeriksaan pajak dengan menguji dan memeriksa ketaatan

Lebih terperinci

SURAT PEMBERITAHUAN MASA PAJAK PERTAMBAHAN NILAI (SPT MASA PPN) BAGI PEMUNGUT PPN

SURAT PEMBERITAHUAN MASA PAJAK PERTAMBAHAN NILAI (SPT MASA PPN) BAGI PEMUNGUT PPN DEPARTEMEN KEUANGAN RI DIREKTORAT JENDERAL PAJAK Nama Pemungut : Alamat : No. Telp : Usaha : SURAT PEMBERITAHUAN MASA PAJAK PERTAMBAHAN NILAI (SPT MASA PPN) BAGI PEMUNGUT PPN Bacalah terlebih dahulu Buku

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR DIREKTUR JENDERAL PAJAK

KATA PENGANTAR DIREKTUR JENDERAL PAJAK KATA PENGANTAR DIREKTUR JENDERAL PAJAK Para Pemungut PPN yang terhormat, Setiap bulan setelah Masa Pajak berakhir, Pemungut PPN harus melaksanakan kewajiban untuk melaporkan kegiatan pemungutan PPN yang

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. Analisis Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai. Pengusaha Kena Pajak, maka PT. PP (Persero) Tbk mempunyai hak dan

BAB IV PEMBAHASAN. Analisis Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai. Pengusaha Kena Pajak, maka PT. PP (Persero) Tbk mempunyai hak dan BAB IV PEMBAHASAN IV.1 Analisis Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai PT. PP (Persero) Tbk merupakan perusahaan yang bergerak di bidang jasa konstruksi. PT. PP (Persero) Tbk menyediakan berbagai jasa dan solusi

Lebih terperinci

BAB IV EVALUASI PAJAK PERTAMBAHAN NILAI DI LEMIGAS. IV. 1 Objek Penelitian dan Evaluasi mekanisme PPN di LEMIGAS

BAB IV EVALUASI PAJAK PERTAMBAHAN NILAI DI LEMIGAS. IV. 1 Objek Penelitian dan Evaluasi mekanisme PPN di LEMIGAS BAB IV EVALUASI PAJAK PERTAMBAHAN NILAI DI LEMIGAS IV. 1 Objek Penelitian dan Evaluasi mekanisme PPN di LEMIGAS LEMIGAS merupakan Instansi Pemerintah yang tidak bertujuan untuk mencari keuntungan, LEMIGAS

Lebih terperinci

ANALISIS PENERAPAN FAKTUR PAJAK, PENYETORAN DAN PELAPORAN SURAT PEMBERITAHUAN MASA PAJAK PERTAMBAHAN NILAI PADA PT.FLS TAHUN

ANALISIS PENERAPAN FAKTUR PAJAK, PENYETORAN DAN PELAPORAN SURAT PEMBERITAHUAN MASA PAJAK PERTAMBAHAN NILAI PADA PT.FLS TAHUN ANALISIS PENERAPAN FAKTUR PAJAK, PENYETORAN DAN PELAPORAN SURAT PEMBERITAHUAN MASA PAJAK PERTAMBAHAN NILAI PADA TAHUN 2010-2012 Christa Suwandi, Gen Norman T Universitas Bina Nusantara Jl. Kebon Jeruk

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Analisis Perhitungan Pajak Masukan dan Pajak Keluaran

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Analisis Perhitungan Pajak Masukan dan Pajak Keluaran BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Analisis Perhitungan Pajak Masukan dan Pajak Keluaran PT. Citra Inti Garda Sentosa (CIGS) dalam melakukan transaksi penjualan ataupun pembelian yang dalam hal ini

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut Prof. Dr. P.J.A. Adriani, Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut Prof. Dr. P.J.A. Adriani, Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teoritis 2.1.1 Definisi Pajak Ada bermacam-macam definisi Pajak yang dikemukakan oleh beberapa ahli. Menurut Prof. Dr. P.J.A. Adriani, Pajak adalah iuran rakyat kepada

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Analisis Hasil 1. Penerapan Pajak Pertambahan Nilai pada PT. Perkebunan Nusantara III Medan dengan Surat Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak (SPPKP) No: PEM- 00025/WPJ.19/KP.0303/2013

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut Mardiasmo (2001:118), Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut Mardiasmo (2001:118), Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Pajak Menurut Mardiasmo (2001:118), Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang (dapat di paksakan) yang langsung dapat

Lebih terperinci

BAB IV EVALUASI ATAS PENGHITUNGAN DAN PELAPORAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI PT JMU

BAB IV EVALUASI ATAS PENGHITUNGAN DAN PELAPORAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI PT JMU BAB IV EVALUASI ATAS PENGHITUNGAN DAN PELAPORAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI PT JMU IV.1 Evaluasi atas Penyerahan Barang Kena Pajak Dalam menjalankan kegiatan operasionalnya, perusahaan mengelompokkan penjualan

Lebih terperinci

FAKTUR PAJAK STANDAR

FAKTUR PAJAK STANDAR FAKTUR PAJAK STANDAR Kode dan Nomor Seri Faktur Pajak : Pengusaha Kena Pajak : Alamat : NPWP : Tanggal Pengukuhan PKP : Pembeli Barang Kena Pajak/Penerima Jasa Kena Pajak : Alamat : NPWP : NPPKP : No.

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS PERHITUNGAN DAN PELAPORAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI PADA CV.GRAHA ALFA SAKTI. Evaluasi Terhadap Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai

BAB IV ANALISIS PERHITUNGAN DAN PELAPORAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI PADA CV.GRAHA ALFA SAKTI. Evaluasi Terhadap Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai BAB IV ANALISIS PERHITUNGAN DAN PELAPORAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI PADA CV.GRAHA ALFA SAKTI IV.1 Evaluasi Terhadap Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai CV.Graha Alfa Sakti adalah sebuah perusahaan penjualan

Lebih terperinci

Nomor Putusan Pengadilan Pajak. Put-4/PP/M.XIIA/99/2014. Jenis Pajak : Gugatan. Tahun Pajak : 2011

Nomor Putusan Pengadilan Pajak. Put-4/PP/M.XIIA/99/2014. Jenis Pajak : Gugatan. Tahun Pajak : 2011 Nomor Putusan Pengadilan Pajak Put-4/PP/M.XIIA/99/2014 Jenis Pajak : Gugatan Tahun Pajak : 2011 Pokok Sengketa : bahwa yang menjadi pokok sengketa adalah pengajuan gugatan terhadap permohonan Pengurangan

Lebih terperinci

BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA. dan dry clean. CV. Xpress Clean Bersaudara berdiri pada tahun 1995 dengan akta

BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA. dan dry clean. CV. Xpress Clean Bersaudara berdiri pada tahun 1995 dengan akta BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA 4.1. Penyajian Data 4.1.1. Sejarah Singkat Perusahaan CV. Xpress Clean Bersaudara adalah sebuah perusahaan yang bergerak di bidang jasa pada umumnya. Jasa yang diberikan

Lebih terperinci

C. PKP Rekanan PKP Rekanan adalah PKP yang melakukan penyerahan BKP dan atau JKP kepada Bendaharawan Pemerintah atau KPKN

C. PKP Rekanan PKP Rekanan adalah PKP yang melakukan penyerahan BKP dan atau JKP kepada Bendaharawan Pemerintah atau KPKN Lampiran I Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor : KEP-382/PJ/2002 Tanggal : 13 Agustus 2002 A. Singkatan 1. APBN : Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara 2. APBD : Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. IV.1. Analisis terhadap Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai

BAB IV PEMBAHASAN. IV.1. Analisis terhadap Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai BAB IV PEMBAHASAN IV.1. Analisis terhadap Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai PT Healthy World adalah perusahaan distributor berupa alat-alat kesehatan untuk keperluan tumah tangga berupa kursi pijat, pijat

Lebih terperinci

BAB IV EVALUASI PENERAPAN DAN PELAPORAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI PADA PT ACG. Berdasarkan Pasal 1 angka 25 Undang-undang PPN Nomor 18 Tahun 2000

BAB IV EVALUASI PENERAPAN DAN PELAPORAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI PADA PT ACG. Berdasarkan Pasal 1 angka 25 Undang-undang PPN Nomor 18 Tahun 2000 BAB IV EVALUASI PENERAPAN DAN PELAPORAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI PADA PT ACG Berdasarkan Pasal 1 angka 25 Undang-undang PPN Nomor 18 Tahun 2000 disebutkan bahwa Pajak Keluaran adalah Pajak Pertambahan Nilai

Lebih terperinci

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR 13/PJ/2010 TENTANG

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR 13/PJ/2010 TENTANG PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR 13/PJ/2010 TENTANG BENTUK, UKURAN, PROSEDUR PEMBERITAHUAN DALAM RANGKA PEMBUATAN, TATA CARA PENGISIAN KETERANGAN, TATA CARA PEMBETULAN ATAU PENGGANTIAN, DAN TATA

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. pajak berdasarkan Undang-Undang No.28 Tahun 2007 tentang. Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, yaitu sebagai berikut:

BAB II LANDASAN TEORI. pajak berdasarkan Undang-Undang No.28 Tahun 2007 tentang. Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, yaitu sebagai berikut: BAB II LANDASAN TEORI II.1 Pemahaman Pajak II.1.1 Definisi Pajak Definisi pajak berdasarkan Undang-Undang No.28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, yaitu sebagai berikut: Pajak

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 550/KMK.04/2000 TENTANG

KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 550/KMK.04/2000 TENTANG KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 550/KMK.04/2000 TENTANG TATA CARA PEMUNGUTAN DAN PELAPORAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI DAN PAJAK PENJUALAN ATAS BARANG MEWAH OLEH KANTOR PERBENDAHARAAN DAN

Lebih terperinci

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER /PJ.

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER /PJ. DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER - 159 /PJ./2006 TENTANG SAAT PEMBUATAN, BENTUK, UKURAN, PENGADAAN, TATA CARA PENYAMPAIAN, DAN

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORITIS. 1. Pengertian, Tujuan dan Manfaat Pajak Pertambahan Nilai. yang wajib membayarnya menurut peraturan-peraturan, dengan tidak

BAB II LANDASAN TEORITIS. 1. Pengertian, Tujuan dan Manfaat Pajak Pertambahan Nilai. yang wajib membayarnya menurut peraturan-peraturan, dengan tidak BAB II LANDASAN TEORITIS A. Pajak Pertambahan Nilai 1. Pengertian, Tujuan dan Manfaat Pajak Pertambahan Nilai Menurut Andriani dalam Brotodiharjo,(2009:2) menyatakan: Pajak adalah iuran kepada negara (yang

Lebih terperinci

BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA. di bidang perdagangan eceran khusus untuk pelumas/oli industri.

BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA. di bidang perdagangan eceran khusus untuk pelumas/oli industri. BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA 4.1 Penyajian Data 4.1.1 Sejarah Singkat Perusahaan PT. Limanindo Kawan Sejati adalah perusahaan yang bergerak di bidang perdagangan eceran khusus untuk pelumas/oli industri.

Lebih terperinci

KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN (UU KUP)

KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN (UU KUP) SUSUNAN DALAM SATU NASKAH DARI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 1983 TENTANG KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN SEBAGAIMANA TELAH DIUBAH TERAKHIR DENGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

TATA CARA PENGISIAN KETERANGAN PADA FAKTUR PAJAK STANDAR

TATA CARA PENGISIAN KETERANGAN PADA FAKTUR PAJAK STANDAR PETUNJUK PENGISIAN Lampiran II TATA CARA PENGISIAN KETERANGAN PADA FAKTUR PAJAK STANDAR 1. Kode dan Nomor Seri Faktur Pajak Standar. Diisi dengan Kode dan Nomor Seri Faktur Pajak Standar yang formatnya

Lebih terperinci

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR 15 /PJ/2010 TENTANG

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR 15 /PJ/2010 TENTANG DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR 15 /PJ/2010 TENTANG PERUBAHAN PERTAMA ATAS PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR 29/PJ/2008 TENTANG

Lebih terperinci

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR 15/PJ/2010 TENTANG

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR 15/PJ/2010 TENTANG PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR 15/PJ/2010 TENTANG PERUBAHAN PERTAMA ATAS PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR 29/PJ/2008 TENTANG BENTUK, ISI, DAN TATA CARA PENYAMPAIAN SURAT PEMBERITAHUAN MASA

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. tentang pajak yang dikemukakan oleh para ahli di bidang perpajakan menurut Prof. Dr.

BAB II LANDASAN TEORI. tentang pajak yang dikemukakan oleh para ahli di bidang perpajakan menurut Prof. Dr. BAB II LANDASAN TEORI II.1 Dasar - dasar Perpajakan Indonesia II.1.1 Definisi dan Unsur Pajak Dibawah ini terdapat beberapa definisi-definisi dan unsur pajak yang terangkum tentang pajak yang dikemukakan

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN SENGKETA FAKTUR PAJAK CACAT DAMPAKNYA BAGI PENGUSAHA KENA PAJAK DAN KERUAGIAN NEGARA

BAB IV GAMBARAN SENGKETA FAKTUR PAJAK CACAT DAMPAKNYA BAGI PENGUSAHA KENA PAJAK DAN KERUAGIAN NEGARA BAB IV GAMBARAN SENGKETA FAKTUR PAJAK CACAT DAMPAKNYA BAGI PENGUSAHA KENA PAJAK DAN KERUAGIAN NEGARA Didalam bab ini akan dilakukan analisis atau pembahasan hasil pemeriksaan, keberatan sampai dengan keluarnya

Lebih terperinci

BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA

BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA 4.1 Penyajian Data 4.1.1 Sejarah Singkat Perusahaan CV. Mitra Sinergi merupakan salah satu bentuk perusahaan yang bergerak dalam bidang perdagangan pipa dan bahan bangunan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembangunan nasional saat ini adalah kegiatan yang berlangsung terus menerus dan berkesinambungan yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat baik

Lebih terperinci

bahwa yang menjadi sengketa dalam gugatan ini adalah Penerbitan Surat Keputusan Tergugat Nomor: KEP-00329/NKEB/WPJ.

bahwa yang menjadi sengketa dalam gugatan ini adalah Penerbitan Surat Keputusan Tergugat Nomor: KEP-00329/NKEB/WPJ. Putusan : Put-87868/PP/M.VA/99/2017 Nomor Jenis Pajak : Gugatan Masa Pajak : 2014 Pokok Sengketa Menurut Tergugat Menurut Penggugat Menurut Majelis : bahwa yang menjadi sengketa dalam gugatan ini adalah

Lebih terperinci

RESUME SANKSI PERPAJAKAN SANKSI BUNGA

RESUME SANKSI PERPAJAKAN SANKSI BUNGA RESUME SANKSI PERPAJAKAN SANKSI BUNGA 1. Pembayaran atau Penyetoran Pajak yang Terutang berdasarkan Surat Pemberitahuan Masa yang Dilakukan Setelah Tanggal Jatuh Tempo Pembayaran atau Penyetoran Pajak

Lebih terperinci

PAPER. Dibuat Oleh: Annisa Pradita FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS PAKUAN BOGOR

PAPER. Dibuat Oleh: Annisa Pradita FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS PAKUAN BOGOR ANALISIS PERLAKUAN AKUNTANSI ATAS PENERBITAN DAN PEROLEHAN FAKTUR PAJAK SERTA PENGAKUAN ATAS PENYERAHAN DAN PEROLEHAN BARANG KENA PAJAK PADA PT UNITEX TBK TAHUN 2014 PAPER Dibuat Oleh: Annisa Pradita 0221

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2007 TENTANG PERUBAHAN KETIGA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 1983 TENTANG KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB V SIMPULAN DAN SARAN BAB V SIMPULAN DAN SARAN V.1 Simpulan Perencanaan pajak dilakukan sebagai usaha perusahaan didalam memenuhi peraturan yang berlaku atas Pajak Pertambahan Nilai. Setelah penulis melakukan evaluasi terhadap

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2007 TENTANG PERUBAHAN KETIGA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 1983 TENTANG KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2007 TENTANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2007 TENTANG UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2007 TENTANG PERUBAHAN KETIGA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 1983 TENTANG KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2007 TENTANG PERUBAHAN KETIGA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 1983 TENTANG KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN

Lebih terperinci

Objek PPN Yang Harus Dibuatkan Faktur Pajak. a. penyerahan BKP di dalam Daerah Pabean yang dilakukan oleh Pengusaha

Objek PPN Yang Harus Dibuatkan Faktur Pajak. a. penyerahan BKP di dalam Daerah Pabean yang dilakukan oleh Pengusaha Faktur Pajak Objek PPN Yang Harus Dibuatkan Faktur Pajak a. penyerahan BKP di dalam Daerah Pabean yang dilakukan oleh Pengusaha b. penyerahan JKP di dalam Daerah Pabean yang dilakukan oleh Pengusaha c.

Lebih terperinci

Penggantian ke 2 (dua) :

Penggantian ke 2 (dua) : Putusan Pengadilan Pajak Nomor : Put.38645/PP/M.XIII/16/2012 Jenis Pajak : Pajak Pertambahan Nilai Tahun Pajak : 2008 Pokok Sengketa : bahwa dalam pemeriksaan yang menjadi pokok sengketa dalam sengketa

Lebih terperinci

TATA CARA PENGISIAN KETERANGAN PADA FAKTUR PAJAK

TATA CARA PENGISIAN KETERANGAN PADA FAKTUR PAJAK Lampiran II PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR : PER-13/PJ/2010 TANGGAL: 24 Maret 2010 TATA CARA PENGISIAN KETERANGAN PADA FAKTUR PAJAK PETUNJUK PENGISIAN 1. Kode dan Nomor Seri Faktur Pajak Diisi

Lebih terperinci

KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN

KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN SUSUNAN DALAM SATU NASKAH DARI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 1983 TENTANG KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN SEBAGAIMANA TELAH DIUBAH TERAKHIR DENGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 136/PMK. 03/2012 TENTANG

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 136/PMK. 03/2012 TENTANG MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 136/PMK. 03/2012 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 85/PMK.03/2012 TENTANG PENUNJUKAN

Lebih terperinci

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR - 14/PJ/2010 TENTANG

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR - 14/PJ/2010 TENTANG PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR - 14/PJ/2010 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER-146/PJ./2006 TENTANG BENTUK, ISI, DAN TATA CARA PENYAMPAIAN SURAT PEMBERITAHUAN

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, www.bpkp.go.id UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2007 TENTANG PERUBAHAN KETIGA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 1983 TENTANG KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

SUSUNAN DALAM SATU NASKAH UNDANG-UNDANG PERPAJAKAN

SUSUNAN DALAM SATU NASKAH UNDANG-UNDANG PERPAJAKAN SUSUNAN DALAM SATU NASKAH UNDANG-UNDANG PERPAJAKAN KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK DIREKTORAT PENYULUHAN PELAYANAN DAN HUBUNGAN MASYARAKAT KATA PENGANTAR DAFTAR ISI Assalamualaikum

Lebih terperinci

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK Yth. : 1. Para Kepala Kantor Wilayah DJP 2. Para Kepala Kantor Pelayanan Pajak 3. Para Kepala Kantor Pelayanan, Penyuluhan, dan Konsultasi

Lebih terperinci

SUSUNAN DALAM SATU NASKAH UNDANG-UNDANG PERPAJAKAN

SUSUNAN DALAM SATU NASKAH UNDANG-UNDANG PERPAJAKAN SUSUNAN DALAM SATU NASKAH UNDANG-UNDANG PERPAJAKAN KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK DIREKTORAT PENYULUHAN PELAYANAN DAN HUBUNGAN MASYARAKAT KATA PENGANTAR DAFTAR ISI Assalamualaikum

Lebih terperinci

SPT MASA PPN UNIVERSITAS MERCU BUANA JURUSAN AKUNTANSI

SPT MASA PPN UNIVERSITAS MERCU BUANA JURUSAN AKUNTANSI SPT MASA PPN Mata Kuliah : Perpajakan II Ruang, Hari /Jam kuliah : M 504, Minggu, Jam :16.15 18.45 WIB Tatap Muka : Ke 15 Dosen : Sugianto, Ak., MSi UNIVERSITAS MERCU BUANA JURUSAN AKUNTANSI PROGRAM KELAS

Lebih terperinci

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR : PER - 24/PJ/2012 TENTANG

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR : PER - 24/PJ/2012 TENTANG PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR : PER - 24/PJ/2012 TENTANG BENTUK, UKURAN, TATA CARA PENGISIAN KETERANGAN, PROSEDUR PEMBERITAHUAN DALAM RANGKA PEMBUATAN, TATA CARA PEMBETULAN ATAU PENGGANTIAN,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Bhayangkara Jaya. Analisis Perhitungan..., Nurhasanah, Fakultas Ekonomi 2016

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Bhayangkara Jaya. Analisis Perhitungan..., Nurhasanah, Fakultas Ekonomi 2016 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Salah satu sumber utama Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara yang mempunyai peranan penting dalam pembangunan adalah pajak. Sehingga dalam pelaksanaannya

Lebih terperinci

KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN

KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN SUSUNAN DALAM SATU NASKAH DARI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 1983 TENTANG KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN SEBAGAIMANA TELAH DIUBAH TERAKHIR DENGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Pajak Pertambahan Nilai-nya sebagai Pengusaha Kena Pajak dengan

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Pajak Pertambahan Nilai-nya sebagai Pengusaha Kena Pajak dengan BAB V SIMPULAN DAN SARAN V.1 Simpulan Berdasarkan hasil analisis atas pelaksanaan kewajiban Pajak Pertambahan Nilai Pada PT SCE, maka dapat disimpulkan PT SCE telah memenuhi kewajiban Pajak Pertambahan

Lebih terperinci

SUSUNAN DALAM SATU NASKAH UNDANG-UNDANG PAJAK INDONESIA TENTANG KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN BAB I KETENTUAN UMUM.

SUSUNAN DALAM SATU NASKAH UNDANG-UNDANG PAJAK INDONESIA TENTANG KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN BAB I KETENTUAN UMUM. SUSUNAN DALAM SATU NASKAH UNDANG-UNDANG PAJAK INDONESIA TENTANG KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN BAB I KETENTUAN UMUM Dalam Undang-undang ini, yang dimaksud dengan : Pasal 1 1. Wajib Pajak adalah

Lebih terperinci

PPN (Rupiah) CV Lubrima Pratama Agust

PPN (Rupiah) CV Lubrima Pratama Agust : Put. 43692/PP/M.XV/16/2013 Mahkamaa Pengadilan Pajak Nomor Jenis Pajak : PPN Tahun Pajak : 2008 Pokok Sengketa : bahwa yang menjadi pokok sengketa adalah pengajuan banding terhadap koreksi Pajak Masukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. baik material maupun spiritual. Untuk dapat merealisasi tujuan tersebut perlu

BAB I PENDAHULUAN. baik material maupun spiritual. Untuk dapat merealisasi tujuan tersebut perlu BAB I PENDAHULUAN F. Latar Belakang Masalah Pembangunan nasional adalah kegiatan yang berlangsung terus menerus dan berkesinambungan yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat baik material

Lebih terperinci

Halaman Pemberian Hak Cipta Non Eksklusif dari Mahasiswa ke Universitas Bina Nusantara PERNYATAAN NIM :

Halaman Pemberian Hak Cipta Non Eksklusif dari Mahasiswa ke Universitas Bina Nusantara PERNYATAAN NIM : Halaman Pemberian Hak Cipta Non Eksklusif dari Mahasiswa ke Universitas Bina Nusantara PERNYATAAN Dengan ini saya, Nama : Dwi Larasati Putri NIM : 120095091 Judul skripsi : Evaluasi Penerapan dan Perbandingan

Lebih terperinci

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI No. 5268 EKONOMI. Pajak. Hak dan Kewajiban. (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 162) I. UMUM PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Kebijakan Akuntansi Perusahaan. Dalam pelaksanaan kebijakan akuntansi yang mana diterapkan oleh perusahaan untuk mengetahui penentuan posisi keuangan

Lebih terperinci

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR : PER - 24/PJ/2012 TENTANG

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR : PER - 24/PJ/2012 TENTANG PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR : PER - 24/PJ/2012 TENTANG BENTUK, UKURAN, TATA CARA PENGISIAN KETERANGAN, PROSEDUR PEMBERITAHUAN DALAM RANGKA PEMBUATAN, TATA CARA PEMBETULAN ATAU PENGGANTIAN,

Lebih terperinci

BAB 4 EVALUASI PPH PASAL 22 BENDAHARAWAN PEMERINTAH PADA PPPTMGB LEMIGAS. Mekanisme PPh Pasal 22 Bendaharawan Pemerintah di LEMIGAS

BAB 4 EVALUASI PPH PASAL 22 BENDAHARAWAN PEMERINTAH PADA PPPTMGB LEMIGAS. Mekanisme PPh Pasal 22 Bendaharawan Pemerintah di LEMIGAS BAB 4 EVALUASI PPH PASAL 22 BENDAHARAWAN PEMERINTAH PADA PPPTMGB LEMIGAS IV.1. Mekanisme PPh Pasal 22 Bendaharawan Pemerintah di LEMIGAS LEMIGAS merupakan Satuan Kerja yang melakukan pemungutan PPh Pasal

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2007 TENTANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2007 TENTANG UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2007 TENTANG PERUBAHAN KETIGA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 1983 TENTANG KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN

Lebih terperinci

00BAB IV PEMBAHASAN. perusahaan memiliki banyak kesamaan seperti persamaan tarif dan sama-sama

00BAB IV PEMBAHASAN. perusahaan memiliki banyak kesamaan seperti persamaan tarif dan sama-sama 00BAB IV PEMBAHASAN IV. 1 Analisis Perbandingan Perlakuan Pajak Pertambahan Nilai Antara Perusahaan Milik Negara (Pemungut) dan Perusahaan Swasta. Pada dasarnya perlakuan untuk Pajak Pertambahan Nilai

Lebih terperinci

BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA

BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA 4.1 Data Penelitian 4.1.1 Sejarah Singkat Perusahaan PT. Karya Sejahtera Pratama Cabang Surabaya, berdiri pada bulan Oktober 2012 yang merupakan perluasan dari PT. Karya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mewujudkan kemandirian suatu bangsa atau negara dalam. kesadaran dan kepedulian untuk membayar pajak, salah satunya adalah Pajak

BAB I PENDAHULUAN. mewujudkan kemandirian suatu bangsa atau negara dalam. kesadaran dan kepedulian untuk membayar pajak, salah satunya adalah Pajak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewasa ini pembangunan nasional adalah kegiatan yang berlangsung terus menerus dan berkesinambungan yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat baik material

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN. 4.1 Analisis Atas Prosedur Pajak Pertambahan Nilai. PT. IBH merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang perdagangan

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN. 4.1 Analisis Atas Prosedur Pajak Pertambahan Nilai. PT. IBH merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang perdagangan BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN 4.1 Analisis Atas Prosedur Pajak Pertambahan Nilai PT. IBH merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang perdagangan gas. Perusahaan mempunyai hak dan kewajiban dalam bidang

Lebih terperinci

SUSUNAN DALAM SATU NASKAH UNDANG-UNDANG PERPAJAKAN

SUSUNAN DALAM SATU NASKAH UNDANG-UNDANG PERPAJAKAN SUSUNAN DALAM SATU NASKAH UNDANG-UNDANG PERPAJAKAN KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK DIREKTORAT PENYULUHAN PELAYANAN DAN HUBUNGAN MASYARAKAT KATA PENGANTAR DAFTAR ISI Assalamualaikum

Lebih terperinci

Faktur pajak (tax invoice) merupakan sarana administrasi

Faktur pajak (tax invoice) merupakan sarana administrasi BAB 1 JENIS, FUNGSI, DAN KEWAJIBAN PEMBUATAN FAKTUR PAJAK Pendahuluan Faktur pajak (tax invoice) merupakan sarana administrasi yang sangat penting dalam pelaksanaan ketentuan pemungutan Pajak Pertambahan

Lebih terperinci

Lembar ke 1 : untuk Pembeli BKP/Penerima JKP sebagai bukti Pajak Masukan FAKTUR PAJAK

Lembar ke 1 : untuk Pembeli BKP/Penerima JKP sebagai bukti Pajak Masukan FAKTUR PAJAK LAMPIRAN IA NOMOR PER-24/PJ/2012 TENTANG BENTUK, UKURAN, TATA CARA Lembar ke 1 untuk Pembeli BKP/Penerima JKP sebagai bukti Pajak Masukan FAKTUR PAJAK Kode dan Nomor Seri Faktur Pajak Pengusaha Kena Pajak

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Undang-Undang Ketentuan Umum dan Tata CaraPerpajakan

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Undang-Undang Ketentuan Umum dan Tata CaraPerpajakan BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pengertian Pajak Menurut Undang-Undang Ketentuan Umum dan Tata CaraPerpajakan Nomor 28 tahun 2007 pasal 1 ayat 1: Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sistem pemungutan pajak yang menjiwai Undang-Undang Perpajakan

BAB I PENDAHULUAN. Sistem pemungutan pajak yang menjiwai Undang-Undang Perpajakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang. Sistem pemungutan pajak yang menjiwai Undang-Undang Perpajakan Indonesia adalah sistem self assessment, dimana Wajib Pajak diberi kepercayaan untuk berperan aktif

Lebih terperinci

SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR SE - 43/PJ/2010 TENTANG

SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR SE - 43/PJ/2010 TENTANG SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR SE - 43/PJ/2010 TENTANG 26 Maret 2010 PENYAMPAIAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER- 14/PJ/2010 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN DIREKTUR JENDERAL

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN Ditetapkan tanggal 17 Juli 2007 KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN Ditetapkan tanggal 17 Juli 2007 KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN LAMPIRAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2007 Ditetapkan tanggal 17 Juli 2007 KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. Bahwa dalam rangka untuk

Lebih terperinci

PENGEMBALIAN KELEBIHAN PEMBAYARAN PAJAK

PENGEMBALIAN KELEBIHAN PEMBAYARAN PAJAK PENGEMBALIAN KELEBIHAN PEMBAYARAN PAJAK Pengertian Pengembalian kelebihan pembayaran pajak (restitusi) terjadi apabila jumlah kredit pajak atau jumlah pajak yang dibayar lebih besar daripada jumlah pajak

Lebih terperinci

14/PJ/2010 PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER-146/PJ./2006 TENTANG BE

14/PJ/2010 PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER-146/PJ./2006 TENTANG BE 14/PJ/2010 PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER146/PJ./2006 TENTANG BE Contributed by Administrator Friday, 26 March 2010 Pusat Peraturan Pajak Online PERATURAN DIREKTUR JENDERAL

Lebih terperinci

tempat pembayaran pajak, dan tata cara pembayaran, penyetoran dan pelaporan pajak, serta tata cara pengangsuran dan penundaan pembayaran pajak diatur

tempat pembayaran pajak, dan tata cara pembayaran, penyetoran dan pelaporan pajak, serta tata cara pengangsuran dan penundaan pembayaran pajak diatur KEWAJIBAN PELAPORAN PAJAK BENDAHARAWAN BERPEDOMAN PADA UNDANG-UNDANG NOMOR 28 TAHUN 2007 DAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 80/PMK.03/2010 ATAUKAH PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 64/PMK.05/2013? Oleh:

Lebih terperinci

Self assessment : WP membayar pajak sesuai UU tidak tergantung SKP

Self assessment : WP membayar pajak sesuai UU tidak tergantung SKP Self assessment : WP membayar pajak sesuai UU tidak tergantung SKP Pajak pada prinsipnya terutang pada saat timbulnya objek pajak yang dapat dikenai pajak, tetapi untuk kepentingan administrasi perpajakan

Lebih terperinci

BAB IV EVALUASI PAJAK PERTAMBAHAN NILAI PADA PT MPK. IV. 1 Evaluasi Terhadap Mekanisme Tata Laksana Pajak Pertambahan Nilai

BAB IV EVALUASI PAJAK PERTAMBAHAN NILAI PADA PT MPK. IV. 1 Evaluasi Terhadap Mekanisme Tata Laksana Pajak Pertambahan Nilai BAB IV EVALUASI PAJAK PERTAMBAHAN NILAI PADA PT MPK IV. 1 Evaluasi Terhadap Mekanisme Tata Laksana Pajak Pertambahan Nilai PT. MPK merupakan sebuah perusahaan lokal yang bergerak dalam bidang pengembangan

Lebih terperinci

SURAT PEMBERITAHUAN MASA BAGI PEMUNGUT PAJAK PERTAMBAHAN NILAI (SPT MASA PPN) Nomor Telepon : Nomor Faksimile : Nomor Telepon Baru Kegiatan Usaha :

SURAT PEMBERITAHUAN MASA BAGI PEMUNGUT PAJAK PERTAMBAHAN NILAI (SPT MASA PPN) Nomor Telepon : Nomor Faksimile : Nomor Telepon Baru Kegiatan Usaha : KEMENTERIAN KEUANGAN R.I. DIREKTORAT JENDERAL PAJAK SURAT PEMBERITAHUAN MASA BAGI PEMUNGUT PAJAK PERTAMBAHAN NILAI (SPT MASA PPN) Masa Pajak. 20 Pembetulan Masa Pajak 20 Ke- ( ) F O R M U L I R 1101 PUT

Lebih terperinci