HASIL DAN PEMBAHASAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "HASIL DAN PEMBAHASAN"

Transkripsi

1 43 HASIL DAN PEMBAHASAN Komponen Volatil Nanas Ekstrak volatil nanas yang diperoleh dengan menggunakan serat CAR/PDMS, dari buah nanas Mahkota Bogor, Pasir Kuda dan Delika Subang berturut-turut mengandung 27, 28 dan 33 komponen. Bentuk kromatogram dari ketiga nanas ini diperlihatkan pada Gambar 3, 4 dan 5. Mahkota Bogor Gambar 3 Profil kromatogram yang diperoleh dari ekstraksi nanas Mahkota Bogor menggunakan SPME CAR/PDMS Komponen-komponen volatil yang berhasil diideteksi dari ketiga jenis nanas ini merupakan komponen volatil yang memiliki peranan penting sebagai pemberi aroma pada nanas, namun tidak semua komponen volatil yang berhasil dideteksi dengan menggunakan CAR/PDMS ini berkontribusi terhadap aroma nanas. Menurut McGorrin (2002), banyak komponen volatil dalam produk pangan dengan konsentrasi mulai dari parts-per-million (ppm) sampai sekitar 100 ppm, dalam kondisi tunggal konsentrasinya mulai dari parts per billion (ppb) sampai parts per trillion (ppt), akan tetapi sebagian besar dari komponen volatil ini tidak memberikan kontribusi terhadap aroma. Hal ini akan dibahas lebih lanjut pada identifikasi komponen aroma aktif.

2 44 Berdasarkan gambar kromatogram dari ketiga nanas terlihat bahwa profil kromatogram Mahkota Bogor (Gambar 3), lebih mendekati profil kromatogram Pasir Kuda (Gambar 4) sedangkan profil kromatogram Delika Subang (Gambar 5) terlihat berbeda dengan puncak pada kromatogram Mahkota Bogor dan Pasir Kuda. Perbedaan ini terlihat lebih jelas pada Lampiran 7. Profil kromatogram Mahkota Bogor dan Pasir Kuda yang terlihat hampir sama menunjukkan bahwa komposisi komponen volatil pada Mahkota Bogor lebih mendekati komposisi komponen volatil pada Pasir kuda. Pasir Kuda Gambar 4 Profil kromatogram yang diperoleh dari ekstraksi nanas Pasir Kuda menggunakan SPME CAR/PDMS Komponen-komponen volatil utama yang berhasil dideteksi dari ketiga nanas, terdiri dari kelompok ester, ester yang mengandung sulfur, lakton, furanon dan alkohol. Hal yang sama juga dilaporkan oleh Teai et al.(2001), komponenkomponen volatil seperti ester, lakton, furanoid dan komponen sulfur merupakan volatil yang penting pada nanas Polynesian.

3 45 Perhitungan semikuantifikasi ketiga jenis nanas ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan konsentrasi pada beberapa komponen volatil yang sama dari ketiga nanas. Perhitungan semikuantifikasi dari ketiga nanas diperlihatkan pada Gambar 6, 7 dan 8. Pada Mahkota Bogor komponen volatil yang memiliki konsentrasi paling tinggi secara berturut-turut yakni metil heksanoat, metil oktanoat, metil 3-(metiltio) propionat, metil butanoat, metil 2-metil butanoat, 6- metil-5-hepten-2-on, metil propionat, metil 2-(metiltio) asetat dan metil asetat. Pada Pasir Kuda komponen volatil yang memiliki konsentrasi paling tinggi secara berturut-turut yakni metil heksanoat, metil 3-(metiltio) propionat, 2- furankarboksaldehid, metil asetat, metil 2-metil butanoat, metil butanoat dan metil propionat. Delika Subang Gambar 5 Profil kromatogram yang diperoleh dari ekstraksi nanas Delika Subang menggunakan SPME CAR/PDMS Pada Delika Subang komponen volatil yang memiliki konsentrasi paling tinggi secara berturut-turut yakni metil heksanoat, metil 3-(metiltio) propionat, metil 3-hidroksi heptanoat, etil asetat, metil butanoat, metil asetat, 3-butanediol diasetat, metil 2-metil butanoat dan metil propionat. Menurut Elss et al. (2005), perbedaan konsentrasi setiap komponen volatil nanas sangat dipengaruhi oleh kultivar nanas. Mahkota Bogor merupakan nanas yang termasuk dalam kelompok Queen dan Delika Subang merupakan nanas yang termasuk dalam kelompok Smooth Cayenne. Hal inilah yang diperkirakan

4 46 menjadi penyebab terjadinya perbedaan komponen dan konsentrasi komponen volatil pada kedua nanas ini Konsentrasi (ppt) (1)Metil asetat (2)Etil asetat (3)Metil propionat (4)Metil butanoat (5)Metil 2-metil butanoat (6)Etil 2-metil butanoat (9)Metil heksanoat (11)3,7-Dimetil-1,3,7-oktatrien (12)3-Metil-2-buten-1-ol asetat (14)1,3,5,7,9-Pentaetilsiklopentasiloksan (15)Metil heptanoat (16)6-Metil-5-hepten-2-on (17)Metil oktanoat (18)Metil 2-(metiltio) asetat (19)(Z)Metil-4-oktenoat (21)Copaene (23)Metil 2-metil-3-okso butanoat (24)Metil 3-(metiltio)propionat (25)Metil 5-hidroksi-2-metil-3-heksenoat (27)Metill dekanoat (29)2,5-Dimetil-4-metoksi-3(2H)-furanon (30)1,2,3-Propanetriol diasetat (35)3-Etenil siklloheksen (38)γ-Heksalakton (39)Metil 5-okso-heksanoat (40)Asam heksanoat (42)γ-Oktalakton Gambar 6 Hasil semiquantifikasi komponen volatil nanas Mahkota Bogor yang diekstrak dengan menggunakan SPME Di sisi lain, Pasir Kuda sebagai hasil silangan dari keduanya, memiliki komponen volatil yang lebih mendekati Mahkota Bogor tetapi secara kuantitatif komponen volatil antara Mahkota Bogor dan Pasir Kuda berbeda. Komponenkomponen volatil yang berhasil diidentifikasi dari ketiga nanas diperlihatkan pada Tabel 7, komponen-komponen volatil ini telah dilaporkan oleh beberapa peneliti sebagai komponen volatil yang terdapat di dalam nanas (Flath & Forrey, 1970; Takeoka et al. 1991; Umano et al. 1992; Preston et al.2003; Elss et al. 2005; Tokitomo et al. 2005).

5 47 Konsentrasi setiap komponen volatil yang berhasil diekstraksi dengan menggunakan CAR/PDMS pada masing-masing nanas secara berturut-turut, pada Mahkota Bogor ppt, pada Pasir Kuda ppt dan pada Delika Subang ppt. Menurut Berger (2007), komponen volatil pada buah terdiri dari ratusan komponen kimia yang berbeda yang hanya ada dalam jumlah dari berat buah segar. Berdasarkan hasil identifikasi komponen volatil dari ketiga nanas, salah satu perbedaan utama antara ketiga jenis nanas adalah etil 2-metil butanoat, senyawa ini tidak terdeteksi pada Delika Subang sedangkan pada Mahkota Bogor dan Pasir Kuda senyawa ini berhasil dideteksi, hal ini akan menyebabkan persepsi aroma yang berbeda pada Delika Subang. Komponen volatil dari ketiga nanas yang berada dalam konsentrasi yang paling tinggi adalah metil heksanoat, secara berturut-turut pada Mahkota Bogor, Pasir Kuda dan Delika Subang komponen ini memiliki konsentrasi secara berturut-turut 2.96 ppt, ppt dan 7.20 ppt. Metil heksanoat merupakan komponen volatil yang memberikan aroma fruit, fresh, sweet dan nanas (MacLeod & Pieris 1981; Burdock 2010). 2,5-Dimetil-4-hidroksi-3(2H)-furanon merupakan salah satu komponen volatil kunci pada aroma nanas segar yang memberikan aroma sweet, pineapplelike, caramel-like (Tokitomo 2005), berdasarkan hasil ekstraksi dengan menggunakan CAR/PDMS, komponen ini hanya ditemukan pada Pasir Kuda sedangkan pada Mahkota Bogor dan Pasir Kuda komponen ini tidak ditemukan. Namun, pada ekstraksi dengan menggunakan liquid-liquid extraction (LLE), komponen volatil ini ditemukan pada ketiga nanas. Kondisi ini kemungkinan besar disebabkan karena 2,5-dimetil-4-hidroksi-3(2H)-furanon merupakan komponen volatil yang memiliki berat molekul cukup tinggi sehingga menyebabkan komponen ini kurang volatil. Menurut Burdock (2010) 2,5-dimetil-4-hidroksi-3(2H)-furanon memiliki berat molekul , dengan berat molekul sebesar ini kemungkinan menjadi penyebab komponen volatil ini sulit untuk menguap pada kondisi ekstraksi dengan menggunakan SPME, sehingga komponen volatil ini tidak berhasil dideteksi pada Mahkota Bogor dan Pasir Kuda.

6 Konsentrasi (ppt) (1)Metil asetat (3)Metil propionat (4)Metil butanoat (5)Metil 2-metil butanoat (6)Etil 2-metil butanoat (8)2-Metil-1-butanol asetat (9)Metil heksanoat (10)Metil 5-heksenoat (11)3,7-Dimetil-1,3,7-oktatrien (12)3-Metil-2-buten-1-ol asetat (13)(Z)-Metil 3-heksenoat (14)1,3,5,7,9-Pentaetilsiklopentasiloksan (15)Metil heptanoat (17)Metil oktanoat (19)(Z)Metil-4-oktenoat (22)Dimetil propanedioat (23)Metil 2-metil-3-okso-butanoat (24)Metil 3-(metiltio)propionat (27)Metil dekanoat (29)2,5-Dimetil-4-metoksi-3(2H)-furanon (31)Allil metil sulfid (35)3-Etenil sikloheksen (37)Dimetill 2 hidroksi-2-metil butanedioat (38)γ-Heksalakton (39)Metil 5-okso-heksanoat (42)γ-Oktalakton (43)2,5-Dimetil-4-hidroksi-3(2H)-furanon (44)5-(hidroksimetil)-2-furankarboksaldehid Gambar 7 Hasil semiquantifikasi komponen volatil nanas Pasir Kuda yang diekstrak dengan menggunakan SPME Menurut West & Lesellier (2010), volatilitas suatu komponen salah satunya sangat dipengaruhi oleh berat molekul komponen tersebut, selain itu volatilitas juga sangat dipengaruhi oleh interaksi komponen-komponen terlarut yang ada, yang dipengaruhi oleh kondisi fisiko-kimianya. Asam heksanoat merupakan komponen volatil yang hanya terdapat pada Mahkota Bogor sedangkan pada Pasir Kuda dan Delika Subang komponen volatil ini tidak ditemukan, baik dengan menggunakan metode SPME dan LLE. Asam heksanoat merupakan komponen volatil yang memberikan aroma sweaty, rancid, sour, sharp, pugent, cheesy dan fatty (Burdock 2010). Berdasarkan hasil ekstraksi dengan menggunakan serat CAR/PDMS kemungkinan akan terdapat perbedaan persepsi aroma yang dibaui pada Mahkota Bogor, Pasir Kuda dan Delika Subang.

7 49 9 Konsentrasi (ppt) (1)Metil asetat (2)Etil asetat (3)Metil propionat (4)Metil butanoat (5)Metil 2-metil butanoat (7)Metil pentanoat (8)2-Metil-1-butanol asetat (9)Metil heksanoat (10)Metil 5-heksenoat (13)(Z)-Metil-3-heksenoat (14)1,3,5,7,9-Pentaetilsilklopentasiloksan (15)Metil heptanoat (17)Metil oktanoat (18)Metil 2-(metiltio) asetat (19)(Z)-Metil-4-oktenoat (20)2,3-Butanedioldiasetat (22)Dimetil propanedioat (23)Metil 2-metil-3-okso butanoat (24)Metil 3-(metiltio)propionat (25)Metil 5-hidroksi-2-metil-3-heksenoat (26)Etil 3-(metiltio) propanoat (28)2,2-Dimetil-1,3-propanediol diasetat (29)2,5-Dimetil-4-metoksi-3(2H)-furanon (31)Allil metil sulfid (32)1,2,5-Dimetoksi-1,2,4-triazole (33)Metil 3-hidroksi heptanoat (34)Metil 3-hidroksi dekanoat (35)3-Etenil sikloheksen (36)Metil 3-(metiltio)-(E)-2-propenoat (37)Dimetil 2 hidroksi-2-metil butanedioat (38)γ-Heksalakton (39)Metil 5-okso-heksanoat (41)Metil 5-(asetiloksi)-oktanoat Gambar 8 Hasil semiquantifikasi komponen volatil nanas Delika Subang yang diekstrak dengan menggunakan SPME Hasil analisis terhadap ekstrak volatil nanas yang diperoleh dengan menggunakan metode ekstraksi cair-cair yang disajikan dalam bentuk kromatogram pada Lampiran 8, menunjukkan bahwa terdapat perbedaan komponen volatil antara Mahkota Bogor, Pasir Kuda dan Delika Subang yang terdeteksi. Hasil semikuantifikasi yang diperlihatkan pada Gambar 9, 10 dan 11 menunjukkan bahwa komponen volatil dengan konsentrasi yang paling tinggi secara berturut-turut pada Mahkota Bogor adalah metil 3-(metiltio) propanoat, 2,5-dimetil-4-hidroksi-3(2H)-furanon, metil 2-metil butanoat dan metil heksanoat. Pada Pasir Kuda adalah metil 3-(metiltio) propanoat, 2,5-dimetil-4-metoksi- 3(2H)-furanon, 2,5-dimetil-4-hidroksi-3(2H)-furanon, metil heksanoat, γ-

8 50 heksalakton dan metil heksanoat. Pada Delika Subang adalah metil 3-(metiltio) propanoat dan 2,5-dimetil-4-hidroksi-3(2H)-furanon. Tabel 8 Identifikasi komponen volatil menggunakan headspace SPME-GC-MS No Komponen-komponen volatil LRI LRI Mahkota Pasir Delika (Ref) Bogor Kuda Subang 1 Metil asetat Etil asetat a Metil propionate b Metil butanoat b Metil 2-metil butanoat a 1011 c Etil 2-metil butanoat a 1037 b Metil pentanoat q Metil-1-butanol asetat d Metil heksanoat b Metil 5-heksanoat ,7-Dimetil-1,3,7-oktatriena e Metil-2-buten-1-ol asetat f (Z)-Metil 3-heksenoat g ,3,5,7, Pentaetilsiklopentasiloksan Metil heptanoat q Metil-5-hepten-2-on r Metil oktanoat b Metil 2-(metiltio) asetat s (Z)-Metil-4-oktenoat t ,3-Butanedioldiasetat h Copaene i Dimetil propanedioat j Metil 2-metil-3-okso butanoat Metil 3-(metiltio)propionate k Metil 5-hidroksi-2-metil-3- heksenoat Etil 3-(metiltio) propanoat k Metil dekanoat r ,2-Dimetil-1,3-propanediol diasetat ,5-Dimetil-4-methoksi-3(2H)- furanon l ,2,3-Propanetriol diasetat Allil metil sulfide ,2,5-Dimetoksi-1,2,4-triazol Metil 3-hidroksi dekanoat Metil 3-hidroksi heptanoat Ethenyl sikloheksen

9 51 Lanjutan Tabel 8 No Komponen-komponen volatil LRI LRI Mahkota Pasir Delika (Ref) Bogor Kuda Subang 36 Metil 3-(metiltio)-(E)-2-propenoat m Dimetil 2 hidroksi-2-metil butanedioat γ-heksalakton n Metil 5-okso-heksanoat Asam heksanoat v Metil 5-(asetiloksi)-oktanoat γ-oktalakton j ,5-Dimetil-4-hidroksi-3(2H) a 2063 furanon 2060 o (hidroksimetil)-2- furankarboksaldehid p Keterangan: + = ada, - = tidak ada LRI experimen menggunakan kolom HP-INNOWAX LRI reference: Flath & Forrey (1970) a Kolom FFAP, Chin et al.(2007) b Kolom Supelcowax-10, Wijaya et al.(2005) c Kolom HP-INNOWAX, Scheiding et al.(2007) Kolom DB-FFAP, Hashizume et al. (2007) d Kolom HP-INNOWAX, Rao et al. (1999) e Kolom BP-20, Hayata et al.(2002) f Kolom HPWAX, Umano et al.(1992) g Kolom DBWAX, Aubert & Pitrat (2006) h Kolom DBWAX Etr, Flamini et al. (2004) i Kolom HPWAX, Vinogradov (2004) j Kolom Carbowax 20M, Teai et al. (2001) k Kolom Carbowax 20M, Pickenhagen et al.(1981) l Kolom FFAP, Frank et al.(2004) n Kolom BP21-Polyetilene glycol terephthalic acid-treated, Wang et al.(2005) o Kolom StabilWAX, Pontes et al. (2007) p Kolom BP-20, Peng CT (2000) q Kolom HP-WAX, Berger et al. (1989) r Kolom C20M, Wyllie & Leach (1990) s Kolom BP-20, Fernando & Grün (2001) t Kolom DB-5MS, Bianchi et al. (2007) u Kolom Supelcowax-10, Nogueira et al. (2005) v Kolom Stabilwax DA. Komponen volatil pada nanas yang terekstrak dengan menggunakan metode ekstraksi cair-cair diperlihatkan pada Tabel 8. Metil 3-(metiltio) propanoat merupakan salah satu komponen volatil yang terdapat pada Mahkota Bogor, Pasir Kuda dan Delika Subang. Komponen volatil ini merupakan komponen volatil yang terdapat pada ketiga nanas dalam konsentrasi tertinggi. Perbedaan utama profil volatil dari ketiga nanas adalah terdapatnya 2-heksanol pada nanas Delika Subang tetapi tidak pada Mahkota Bogor dan Pasir Kuda. Menurut Pino (1982), 2- heksanol merupakan komponen volatil yang terdapat juga pada jeruk yang memberikan efek negatif terhadap aroma jeruk.

10 52 5 Konsentrasi (ppm) Gambar 9 Hasil semiquantifikasi komponen volatil nanas Mahkota Bogor yang diekstrak dengan menggunakan LLE Salah satu perbedaan utama hasil ekstraksi komponen volatil dengan menggunakan SPME dan LLE adalah pada ekstraksi dengan menggunakan SPME terdapat empat komponen volatil yang terdeteksi pada waktu retensi awal, namun komponen-komponen volatil ini tidak terdeteksi pada LLE. Komponen-komponen volatil tersebut adalah metil asetat, etil asetat, metil propionat dan metil butanoat. Senyawa volatil ini muncul dimenit-menit awal pada saat sampel diinjekkan ke dalam GC-MS, sehingga dapat dipastikan bahwa komponen volatil ini tergolong dalam komponen volatil yang memiliki berat molekul sangat rendah sehingga sangat mudah mengalami penguapan. Komponen-komponen volatil ini tidak berhasil diekstrak dengan menggunakan LLE karena kemungkinan komponen-komponen ini mengalami penguapan selama proses preparasi sampel dengan menggunakan LLE. Menurut Uenojo & Pastore (2006), etil asetat merupakan salah satu komponen volatil yang memberikan aroma fruity, peach, pineapple dan banana. Komponen ini hanya dideteksi pada Mahkota Bogor dan Delika Subang, sehingga keberadaan komponen volatil ini pada nanas Mahkota Bogor dan Delika Subang kemungkinan juga berkontribusi pada aroma nanas.

11 53 Tabel 9 Identifikasi komponen volatil menggunakan ekstraksi cair-cair (LLE) GC-MS No Komponen Waktu Retensi LRI Mahkota Bogor Pasir Kuda Delika Subang Deskripsi 1 Metil 2-metil butanoat Apple *, Fruity, sweet 2 ppb 2 Etil 2-metil butanoat Fruity, sweet, apple, pungent, Bubblegum 0.15 ppb 3 Metil heksanoat Fruit *, fresh *, sweet *, Pineapple **, sweet, candy ppb # 4 Etil heksanoat Apple peel *, fruit *, Fruity pineapplebanana note #, sweet, fruity ppb # 5 Metil 2-hidroksi-2-metil-butanoat Coconut 6 2-Heksanol Herbaceous, pungent, terpenic, reminiscent of cauliflower, sour 7 Metil-2-(metiltio) asetat Cooked potato, roasted nut * 8 Metil oktanoat Orange *, winy #, fruity #, sweet, green, sour ppb # 9 Dimetil propanedioat Umami 10 Metil 3-(metiltio) propanoat Etil 3-(metiltio) propanoat Sweet #, onion-like #, sweet pineapple #, caramel 12 2,5-Dimetil-4-methoksi-3(2H)-furanon Caramel *, sweet *, mildew *, nuty - 13 Metil 3-hidroksi-heptanoat Burn, sweet 14 Butyrolacton Sour 15 γ-heksalakton Sweet, herbaceous, warm, coumarincaramel 16 Metil 5-okso-heksanoat Sweet Threshold 180 ppb# 1.6ppm# 53

12 54 54 Lanjutan Tabel 9 No Komponen Waktu Retensi LRI Mahkota Bogor Pasir Kuda 17 Metil 3-asetoksi-3-hidroksi-2-metilpropionat Metil 5-okso-pentanoat Delika Subang Deskripsi Threshold 19 δ-heksalakton Sweet #, herbaceous #, warm #, sweet 1.6 ppm # 20 Asam heksanoat Sweaty #, rancid #, sour #, sharp #, pugent #, cheesy #, fatty #, ppm # 21 δ-lakton Sweet, nut-like, creamy odor # - 22 Metil 3-hidroksi butanoat γ-oktalakton Coconut *, sweet # 7 ppb # 24 Metil 6-heptenoat δ-oktalakton Sweet #, fatty #, coconut #, tropical #, dairy odor #, fuity, pineapple-like 400 ppb 26 2,5-Dimetil-4-hidroksi-3(2H)-furanon Sweet #, fruity #, strawberry #, hot sugar #, fruity caramel # or burnt pineapple #, ppb # caramel-like, caramel-like 27 δ-dekalakton Coconut #, creamy #, fatty #, sweet 100 ppb # Keterangan: + = ada, - = tidak ada * Beaulieu & Lea (2003), ** MacLeod & Pieris (1981), # Burdock GA (2010), Tokitomo et al.(2005), Sniffer, Rychlik et al. (1998)

13 Konsentrasi (ppm) Gambar 10 Hasil semiquantifikasi komponen volatil nanas Pasir Kuda yang diekstrak dengan menggunakan LLE 6 Konsentrasi (ppm) Gambar 11 Hasil semiquantifikasi komponen volatil nanas Delika Subang yang diekstrak dengan menggunakan LLE.

14 56 Komponen Aroma Aktif dalam Nanas Komponen aroma yang memberikan flavor pada produk pangan merupakan campuran yang diperoleh dari berbagai komponen-komponen volatil alami dalam bahan pangan. Namun, sebagian besar komponen volatil yang diekstrak dari bahan alami tidak memberikan kontribusi pada aroma (McGorrin 2002). Hal ini telah lama menjadi perhatian para peneliti untuk mengidentifikasi komponen kimia murni yang berperan pada karakter flavor yang unik dari buah, sayuran, daging, keju dan bumbu. Komponen-komponen kimia ini disebut sebagai character-impact compounds (Chang 1989). Character-impact compound untuk beberapa flavor atau aroma merupakan komponen kimia yang unik dan yang mencirikan indentitas sensorinya. Sering character-impact compound tercipta sebagai hasil sinergi dari beberapa campuran beberapa komponen kimia aroma. Komponen-komponen volatil dalam bahan pangan berada dalam jumlah yang sangat banyak tetapi pada umumnya komponen volatil ini tidak memberikan pengaruh yang signifikan pada flavor (Maarse 1991; Grosch 1998). Sebagai contoh, hasil penelitian yang dilakukan oleh Umano et al.(1992), berhasil diidentifikasi 127 komponen volatil pada nanas matang sedangkan hasil penelitian Tokitomo et al.(2005) melaporkan bahwa lebih dari 280 volatil ditemukan pada nanas akan tetapi hanya 5 komponen volatil yang menjadi kunci yang merupakan penentu aroma nanas segar. Flavor buah segar ditentukan oleh rasa dan aroma (odor-active compounds). Kontribusi odor-active compounds terhadap flavor buah mendapat perhatian lebih karena komponen ini penting bagi karakteristik flavor buah (Baldwin 1993, 2002). Komponen volatil pada buah terdiri dari ratusan komponen kimia yang berbeda yang hanya ada dalam jumlah dari berat buah segar (Berger 2007). Sekalipun komponen volatil ini diproduksi dalam jumlah yang sangat kecil namun komponen ini dapat dideteksi oleh olfaktori manusia. Pada penelitian ini digunakan metode ekstraksi cair-cair untuk mengekstrak komponen volatil. Selanjutnya komponen volatil yang berperan sebagai komponen aroma aktif diidentifikasi menggunakan GC-O dengan lima panelis sebagai pendeteksi. Metode GC-O yang digunakan untuk mengidentifikasi komponen aroma aktif adalah nasal impact frequency (NIF). Suatu aroma

15 57 diklasifikasikan sebagai komponen aroma aktif jika komponen tersebut berhasil dideteksi oleh tiga panelis pada waktu retensi yang sama, akan tetapi jika suatu komponen aroma hanya dideteksi oleh satu atau dua panelis maka komponen tersebut dikategorikan bukan sebagai komponen aroma aktif (Wijaya et al, 2005). Jumlah panelis yang dilibatkan dalam identifikasi komponen aroma aktif pada penelitian ini adalah sebanyak 5 orang, 3 pria dan 2 wanita, panelis yang dilibatkan merupakan panelis yang telah sering terlibat dalam uji sensori dan 3 orang dari panelis merupakan panelis yang telah sering melakukan uji komponen aroma aktif. Hasil GC-O dengan metode NIF diperoleh 14 komponen aroma aktif dari tiga jenis nanas yang berbeda seperti diperlihatkan pada Gambar 12. Komponen aroma aktif yang berhasil dideteksi pada setiap nanas secara berturut-turut pada Mahkota Bogor berhasil dideteksi 6 komponen, Pasir Kuda berhasil dideteksi 6 komponen dan pada Delika Subang berhasil dideteksi 8 komponen. Komponen aroma aktif yang berhasil dideteksi pada Mahkota Bogor yakni metil 2-metil butanoat, etil 2-metil butanoat, metil 3-(metiltio) propanoat, 2,5-dimetil-4- metoksi-3(2h) furanon, γ-heksalakton dan 2,5-dimetil-4-hidroksi-3(2H)-furanon. Komponen aroma aktif yang berhasil dideteksi pada Pasir Kuda yakni metil 2- metil butanoat, etil 2-metil butanoat, etil heksanoat, metil oktanoat, δ-dekalakton dan 2,5-dimetil-4-hidroksi-3(2H)-furanon. Komponen aroma aktif yang berhasil dideteksi pada Delika Subang yakni metil heksanoat, metil oktanoat, metil 3- (metiltio) propanoat, metil-3-hidroksi-heptanoat, δ-heksalakton, γ-oktalakton, δ- oktalakton dan 2,5-dimetil-4-hidroksi-3(2H)-furanon. Komponen-komponen aroma aktif ini telah dilaporkan oleh beberapa peneliti sebelumnya sebagai komponen volatil utama yang berperan sebagai komponen aroma aktif yang memberikan aroma pada nanas (Takeoka et al. 1991; Preston et al. 2003; Elss et al. 2005; Tokitomo et al. 2005). Beberapa komponen aroma aktif dari ketiga jenis nanas ini yang sama antara lain: metil 2-metil butanoat dan etil 2-metil butanoat yang terdapat pada Mahkota Bogor dan Pasir Kuda, metil 3-(metiltio) propanoat yang terdapat pada Mahkota Bogor dan Delika Subang, 2,5-dimetil-4-hidroksi-3(2H)-furanon terdapat pada ketiga nanas dan metil oktanoat yang terdapat pada Pasir Kuda dan

16 58 Delika Subang. Komponen-komponen aroma yang terdapat pada ketiga nanas di atas memberikan aroma spesifik pada nanas, metil 2-metil butanoat dideskripsikan sebagai aroma fruity dan apple-like, etil 2-metil butanoat dideskripsikan sebagai aroma fruity, sweet, apple, metil 3-(metiltio) propanoat dideskripsikan sebagai aroma sweet, sweet pineapple, dan caramel, 2,5-dimetil-4-hidroksi-3(2H)-furanon dideskripsikan sebagai aroma sweet, pineapple-like, caramel-like, etil heksanoat dideskripsikan sebagai sweet, fruity, apple peel, pineapple, metil oktanoat dideskripsikan sebagai aroma orange, winy, fruity, sweet, green, sour. Berdasarkan perbandingan komponen aroma aktif di atas maka dapat diperkirakan bahwa aroma fruity, sweet, pineapple-like, apple dan caramel lebih dominan pada Mahkota Bogor selanjutnya pada Pasir Kuda dan terakhir pada Delika Subang. Hasil semikuantifikasi komponen aroma aktif dari ketiga jenis nanas menunjukkan bahwa pada umumnya komponen-komponen volatil yang berperan terhadap aroma nanas berada di atas konsentrasi ambang batas deteksi. Konsentrasi masing-masing komponen aroma aktif yang berhasil diidentifikasi dari ketiga nanas secara berturut-turut yakni pada Mahkota Bogor ppm yang diperlihatkan pada Gambar 9, pada Pasir Kuda ppm yang diperlihatkan pada Gambar 10 dan pada Delika Subang ppm yang diperlihatkan pada Gambar 11. Konsentrasi setiap komponen volatil ini berada di atas konsentrasi ambang batas deteksi (detection/absolute threshold), sehingga pada saat pengujian dengan menggunakan GC-O, komponen-komponen ini akan sangat mudah dideteksi. Menurut Deibler & Delwiche (2004), untuk mengidentifikasi komponen yang berperan pada flavor maka konsentrasi ambang batas deteksi (threshold) sangat penting peranannya karena hanya komponen yang berada di atas konsentrasi ambang batas deteksi yang mampu dibaui dan untuk menentukan komponen yang berperan pada flavor tersebut maka digunakan manusia sebagai detektor. Ambang batas beberapa komponen yang berhasil dideteksi disajikan pada Tabel 9. Pada hasil GC-O diketahui bahwa salah satu komponen aroma aktif adalah 2,5-dimetil-4-metoksi-3(2H) furanon. Menurut Pickenhagen et al. (1981), komponen ini merupakan komponen yang memberikan aroma karamel. Namun,

17 59 2,5-dimetil-4-metoksi-3(2H) furanon hanya berhasil dideteksi sebagai komponen aroma aktif pada Mahkota Bogor dan Pasir Kuda sedangkan pada Delika Subang komponen ini tidak terdeteksi sebagai komponen aroma aktif yang kuat. Hasil semikuantifikasi menunjukkan bahwa konsentrasi 2,5-dimetil-4- metoksi-3(2h) furanon pada Mahkota Bogor yakni 1.06 ppm dan pada Pasir Kuda yakni 5 ppm sedangkan pada Delika Subang 0.63 ppm. Hal ini mungkin yang menjadi penyebab 2,5-dimetil-4-metoksi-3(2H) furanon tidak menjadi komponen aroma aktif pada Delika Subang karena konsentrasinya berada dibawah konsentrasi ambang batas deteksi. Selain ditemukan sebagai komponen aroma aktif pada nanas, 2,5-dimetil-4-metoksi-3(2H) furanon juga dilaporkan oleh Larsen et al. (1992) sebagai komponen aroma aktif yang penting pada stroberi. Komponen aroma aktif lain yang terdapat pada ketiga nanas yakni 2,5- dimetil-4-hidroksi-3(2h)-furanon (Furaneol TM ), konsentrasi komponen ini termasuk tinggi dan berhasil dideteksi sebagai komponen aroma aktif ketiga nanas. Konsentrasi 2,5-dimetil-4-hidroksi-3(2H)-furanon pada masing-masing nanas adalah sebagai berikut, Mahkota Bogor 2.88 ppm, Pasir Kuda 3.22 ppm dan Delika Subang 2.53 ppm. Menurut Burdock (2010), threshold 2,5-dimetil-4- hidroksi-3(2h)-furanon adalah ppb, sehingga dengan demikian konsentrasi 2,5-dimetil-4-hidroksi-3(2H)-furanon pada masing-masing nanas berada di atas threshold. Hal inilah yang menyebabkan 2,5-dimetil-4-hidroksi- 3(2H)-furanon dapat dideteksi sebagai komponen aroma aktif yang memberikan aroma sweet, pineapple-like, caramel-like pada nanas (Tokitomo et al. 2005). Selain berhasil ditenggarai sebagai aroma aktif pada nanas, senyawa 2,5-dimetil- 4-hidroksi-3(2H)-furanon juga dilaporkan sebagai salah satu komponen aroma aktif pada salak, tomat, stroberi dan kopi (Larsen et al. 1992; Kumazawa & Masuda 2003; Mayer et al. 2004; Wijaya et al. 2005; Parker et al. 2010). Perbedaan konsentrasi 2,5-dimetil-4-hidroksi-3(2H)-furanon dalam suatu campuran akan memberikan persepsi aroma yang berbeda. Pada konsentrasi rendah akan memberikan aroma nanas namun pada konsentrasi tinggi akan memberikan aroma karamel (Bauer et al. 1997).

18 60 Fruity Sweet Candy Green Sour Caramel Burn Panelis Herbaceous Pineapple 0 Coconut Gambar 12 Hasil GC-O komponen aroma aktif pada Mahkota Bogor ( ), Pasir Kuda ( ) dan Delika Subang ( ) yang dapat dideteksi oleh panelis sebagai komponen aroma aktif ( ) 60

19 61 Komponen volatil lain yang memberikan kontribusi yang sangat dominan pada nanas berdasarkan hasil GC-O adalah metil-2-metil butanoat dan etil-2- metil butanoat, berdasarkan hasil penilaian sniffer metil-2-metil butanoat memberikan aroma fruity dan sweet, etil-2-metil butanoat memberikan aroma fruity dan aroma seperti permen karet rasa buah (bubblegum). Menurut Tokitomo et al. (2005) dan Burdock (2010) metil-2-metil butanoat memberikan kesan aroma apel dan fruity. Etil-2-metil butanoat memberikan kesan aroma sweet dan fruity. Kedua volatil ini dideteksi memberikan aroma yang sangat kuat pada Mahkota Bogor dan Pasir Kuda, namun komponen ini tidak berhasil dideteksi pada Delika Subang. Berdasarkan hasil GC-MS menunjukkan bahwa metil-2-metil butanoat dan etil-2-metil butanoat tidak terdapat pada Delika Subang. Hasil semikuantifikasi konsentrasi metil 2-metil butanoat dan etil 2-metil butanoat pada Mahkota Bogor adalah 1.70 ppm dan 0.15 ppm sedangkan pada Pasir Kuda 1.77 ppm dan 0.21 ppm. Hasil semikuantifikasi tersebut menunjukkan bahwa konsentrasi kedua komponen ini pada Mahkota Bogor dan Pasir Kuda berada di atas threshold. Rychlik et al. (1998) melaporkan bahwa threshold metil 2-metil butanoat yakni 2 ppb dan etil 2-metil butanoat yakni 0.15 ppb. Satu lagi komponen aroma aktif pada nanas adalah etil 2-metil butanoat, merupakan komponen volatil yang memberikan aroma apple-like, fruity dan kesan buah masak (ripeness) (Paillar 1990). Selain pada nanas, etil 2-metil butanoat juga dilaporkan oleh Berger (1991) dan Robert & Acree (1995), sebagai volatil yang memberikan karakteristik terbentuknya aroma pada apel. Komponen volatil pada nanas, akan bervariasi dipengaruhi oleh varietas nanas (Gray, 1953). Secara umum, Mahkota Bogor dan Pasir Kuda memiliki kemiripan komponen volatil yang lebih dekat dibandingkan Delika Subang. Berdasarkan hasil GC-O, metil 2-metil butanoat dan etil 2-metil butanoat merupakan dua komponen volatil yang sangat berperan pada Mahkota Bogor dan Pasir Kuda, sedangkan pada Delika Subang kedua volatil ini tidak terbaui oleh panelis. Metil 2-metil butanoat dan etil 2-metil butanoat merupakan dua komponen dari beberapa komponen volatil yang sangat penting menentukan aroma nanas segar (Takeoka et al. 1989).

20 62 Profil Sensori Aroma Nanas Hasil uji deskripsi dengan menggunakan QDA terhadap aroma nanas menunjukkan bahwa karakteristik aroma nanas Mahkota Bogor memiliki intensitas aroma sweet, fruity, fresh pineapple-like dan sweet, candy yang lebih kuat dibandingkan dengan Pasir Kuda dan Delika Subang, sedangkan aroma sour dan coconut-like pada Pasir Kuda intensitasnya terdeteksi lebih tinggi dibandingkan pada Mahkota Bogor. Caramel Sour Sweet Fruity Fresh, Pineapple-like Sweet, Candy Coconut-like Gambar 13 Hasil QDA aroma Mahkota Bogor ( ), Pasir Kuda ( ) dan Delika Subang ( ) Pada Gambar 13 diperlihatkan Mahkota Bogor dan Pasir Kuda memiliki profil aroma yang hampir sama tetapi intensitas aroma yang terdeteksi paling tinggi terdapat pada Mahkota Bogor. Pola hasil QDA yang berbeda diperlihatkan pada Delika Subang, hampir seluruh atribut aroma terdeteksi sangat lemah. Perbedaan pola dan intensitas aroma dari ketiga nanas pada Gambar 13 sangat dipengaruhi oleh perbedaan varietas nanas, Mahkota Bogor sebagai nanas dengan intensitas aroma yang dideteksi lebih tinggi merupakan nanas dari kelompok Queen sedangkan Delika Subang merupakan nanas dari kelompok Smooth Cayenne. Di sisi lain, Pasir Kuda sebagai hasil silangan dari keduanya lebih cenderung mengikuti pola aroma Mahkota Bogor.

21 63 Aroma nanas yang berhasil dideteksi sangat ditentukan oleh komponenkomponen volatil. Metil 2-metil butanoat (sweet, fruity), etil 2-metil butanoat (sweet, fruity, apple-like), 2,5-dimetil-4-hidroksi-3(2H)-furanon (caramel, pineapple-like) dan komponen-komponen dari senyawa lakton (coconut-like) Komponen-komponen ini merupakan senyawa yang termasuk sebagi komponen aroma aktif sehingga pada hasil QDA komponen-komponen ini juga menjadi penentu profil sensori aroma nanas. Untuk mengetahui atribut aroma yang berhubungan erat dengan jenis nanas digunakan PCA (Principal Component Analysis) menggunakan software XL-Stat. Hasil pengolahan data dengan menggunakan PCA menunjukkan bahwa dengan menggunakan F1 dan F2 dapat menjelaskan keragaman komponen utama (PC) sebesar 100% yang masing-masing 95.14% oleh F1 dan 4.86% oleh F2. Observations (axes F1 and F2: 100,00 %) axis F2 (4,86 %) --> Delika Subang Pasir Kuda Mahkota Bogor axis F1 (95,14 %) --> Gambar 14 Hasil plot score aroma nanas Mahkota Bogor, Pasir Kuda dan Delika Subang Hasil score dari ketiga nanas yang diperlihatkan pada Gambar 14 menunjukkan bahwa nanas Mahkota Bogor dan Pasir Kuda memiliki kedekatan yang sangat kuat karena keduanya berada pada nilai positif, sedangkan Delika

22 64 Subang berbeda dengan Mahkota Bogor dan Pasir Kuda karena memiliki nilai negatif. Hal ini dijelaskan oleh F1 sebesar 95.4%. Biplot (axes F1 and F2: 100,00 %) Pasir Kuda axis F2 (4,86 %) --> Delika Subang Sour Coconut-like Caramel Fruity Sweet Sweet, Candy Fresh, Pineapple-like Mahkota Bogor axis F1 (95,14 %) --> Gambar 15 Hasil biplot (score dan x-loading) atribut aroma nanas Berdasarkan hasil biplot (score dan X-loading) yang diperlihatkan pada Gambar 15, dapat diinterpretasikan bahwa atribut pineapple-like, sweet, sweet candy dan fruity lebih mencirikan aroma yang dominan pada Mahkota Bogor dan coconut-like, sour dan caramel lebih mencirikan aroma yang dominan pada Pasir Kuda tetapi secara keseluruhan atribut aroma sour, coconut-like, caramel, fruity, sweet, fresh, pineapple-like dan sweet candy dapat menjadi aroma yang mencirikan Mahkota Bogor dan Pasir Kuda karena atribut aroma tersebut lebih dekat dengan Mahkota Bogor dan Pasir Kuda tetapi perbedaan masing-masing atribut aroma tersebut pada Mahkota Bogor dan Pasir Kuda adalah tingkat intensitas setiap aroma. Di sisi lain, Delika Subang sebagai salah satu nanas yang diujikan memperlihatkan hampir tidak ada aroma yang mencirikan aroma Delika Subang, hal ini mungkin disebabkan senyawa aroma aktif, pada Delika Subang

23 65 memiliki intensitas yang sangat rendah, sehingga dengan demikian sangat sulit untuk dideteksi oleh panelis pada saat dilakukan pengujian. Hasil uji sensori deskriptif yang dilakukan oleh panelis pada tiga jenis nanas menghasilkan aroma sweet, fruity, pineapple-like dan caramel sebagai aroma yang dominan. Hasil ini sesuai dengan hasil GC-MS dan GC-O, dimana metil 2-metil butanoat dan etil 2-metil butanoat merupakan komponen yang memberikan aroma sweet dan fruity. 2,5-dimetil-4-hidroksi-3(2H)-furanon memberikan aroma caramel dan pineapple-like. Berdasarkan hasil semikuantifikasi dari ekstraksi dengan menggunakan SPME, terdapat dua komponen volatil yang berbeda dari ketiga nanas. Komponen tersebut adalah metil heksanoat dan metil 3-(metiltio) propionat, pada Pasir Kuda dan Delika Subang kedua komponen ini memiliki konsentrasi yang tinggi sedangkan pada Mahkota Bogor konsentrasi kedua komponen ini lebih rendah. Tingginya konsentrasi kedua komponen ini pada Pasir Kuda dan Delika Subang, diperkirakan akan menyebabkan terjadinya penekanan terhadap komponen lain sehingga menyebabkan aroma volatil yang lain tidak muncul sehinga tidak dapat dibaui pada saat dilakukan pengujian. Fenomena ini sangat nyata terjadi pada Delika Subang sehingga berdasarkan hasil QDA pada Gambar 13, aroma Delika Subang yang berhasil dideteksi panelis intensitasnya sangat rendah dibandingkan Mahkota Bogor dan Pasir Kuda. Menurut Cometto-Muniz et al. (2003), Gregson (1986), Lawless (1997) dan Patterson et al. (1993), suatu campuran aroma yang berada dalam konsentrasi tinggi akan bersifat menekan terhadap aroma yang lain. Tingkat Kesukaan Konsumen terhadap Mutu Sensori Nanas Kualitas organoleptik buah memainkan peranan penting dalam kepuasan konsumen dan juga mempengaruhi pilihan mereka pada saat membeli dan tingkat kepuasan yang dirasakan saat mengonsumsi produk buah. Karakteristik sensori merupakan alasan utama konsumen membeli buah jenis tertentu. Karakteristik ini (penampakan, aroma, rasa dan tekstur) secara berbeda berkontribusi pada penerimaan berbagai buah. Hampir semua produk tanaman dan khususnya buah, flavor merupakan faktor kunci penerimaannya (Durán & Costell 1999; Harker, 2001; Wismer et al. 2005).

24 66 Saat ini, telah diketahui secara luas bahwa buah yang sukses di pasaran tidak hanya tergantung pada tidak adanya cacat tetapi juga pada pemenuhan persyaratan yang ditentukan oleh konsumen dan lebih jauh lagi pada tingkat kepuasan yang diperoleh pada saat mengonsumsi buah (Hampson et al. 2000; Wismer et al. 2005). Sampai saat ini, setiap perbaikan genetik telah mengikutsertakan teknik sensori dan uji tingkat kesukaan konsumen sebagai metode untuk mengidentifikasi produk buah yang lebih menjanjikan kesuksesannya di pasar buah di masa yang akan datang (Harker et al. 2003; Jaeger & Harker 2005). Uji hedonik pada penelitian ini dilakukan untuk mengetahui tingkat penerimaan konsumen terhadap mutu sensori tiga varietas nanas yang diujikan, yang meliputi atribut warna, aroma, rasa, tekstur (juiciness), aftertaste, dan penerimaan secara keseluruhan. Uji hedonik diikuti oleh 81 panelis dengan jenis pekerjaan, usia, tingkat pendidikan dan jenis kelamin yang berbeda-beda. Berdasarkan jenis pekerjaan, panelis yang mengikuti uji hedonik memiliki pekerjaan sebagai pegawai, laboran, mahasiswa dan pelajar. Berdasarkan tingkat usia, uji hedonik diikuti oleh panelis dengan usia mulai dari 16 sampai 50 tahun. Berdasarkan tingkat pendidikan, panelis yang mengikuti uji hedonik memiliki pendidikan mulai dari tingkat SMU, D3, S1, S2 dan S3. Berdasarkan jenis kelamin, uji hedonik diikuti oleh 48 panelis wanita dan 33 panelis pria. Pada uji hedonik ini, dipilih panelis dengan berbagai jenis pekerjaan, usia, tingkat pendidikan dan jenis kelamin yang berbeda dengan tujuan agar diperoleh gambaran tingkat penerimaan konsumen yang lebih objektif, untuk mewakili konsumen secara luas. Hasil uji hedonik terhadap nanas yang diperlihatkan pada Gambar 16, yang meliputi atribut warna, aroma, rasa, tekstur (juiciness), aftertaste dan penerimaan secara keseluruhan panelis terhadap tiga nanas, disajikan dengan menggunakan nilai rata-rata, memperlihatkan perbedaan penerimaan panelis pada seluruh atribut sensori yang diujikan. Hasil analisis varians dan uji lanjut Duncan Multiple Range Test (DMRT) pada tingkat kepercayaan 95% dengan taraf signifikansi 5% yang diperlihatkan pada Lampiran 10, menunjukkan adanya perbedaan nyata penerimaan konsumen terhadap atribut sensori yang diujikan dan

25 67 hasil ini didukung pula oleh hasil uji ranking yang dilakukan terhadap ketiga nanas yang disajikan pada Lampiran 11. Mahkota Bogor mendapatkan penilaian sebagai nanas pada urutan pertama, selanjutnya Pasir Kuda dan Delika Subang. Bau atau aroma merupakan sifat sensori yang paling sulit untuk diklasifikasikan dan dijelaskan karena ragamnya yang begitu besar. Tanggapan terhadap sifat sensori bau atau aroma biasanya diasosiasikan dengan bau produk/senyawa tertentu yang sudah umum dikenal seperti bau vanili, mentega, asam butirat dan sebagainya. Sensitivitas terhadap bau tidak bersifat konstan dan akan berkurang jika terpapar secara terus menerus atau teradaptasi (Kemp et al. 2009; Setyaningsih et al. 2010). Berdasarkan hasil uji hedonik terhadap atribut aroma nanas, Mahkota Bogor mendapatkan penilaian tertinggi dengan kategori suka (6.2), diikuti secara berurutan oleh Pasir Kuda dengan kategori agak suka (5.1) dan Delika Subang dengan kategori agak tidak suka sampai netral (3.6) a b a b a b a a b b c c c a b c 4 c 3 c 2 1 Warna Aroma Rasa Tekstur Aftertaste Keseluruhan Atribut Gambar 16 Nilai mutu sensori Mahkota Bogor ( ), Pasir Kuda ( ), Delika Subang ( ) hasil uji hedonik pada 81 panelis.huruf yang berbeda pada histogram menunjukkan berbeda nyata (α=0,05) Perbedaan tingkat kesukaan panelis terhadap aroma tiga varietas nanas nampaknya terkait dengan perbedaan komponen dan konsentrasi setiap komponen volatil dalam nanas utamanya komponen volatil yang berperan sebagai komponen aroma aktif. Baldwin et al. (2000) menyatakan bahwa, peranan sebuah komponen

26 68 pada aroma sangat ditentukan oleh threshold (ambang batas konsentrasi terendah setiap komponen yang dapat dideteksi oleh indra penciuman) dan konsentrasinya di dalam buah. Berdasarkan hasil GC-O terlihat bahwa metil 2-metil butanoat, etil 2-metil butanoat, 2,5-dimetil-4-metoksi-3(2H)-furanon dan 2,5-dimetil-4- hidroksi-3(2(h)-furanon merupakan komponen yang sangat nyata mempengaruhi aroma Mahkota Bogor diikuti Pasir Kuda dan Delika Subang. Komponenkomponen ini juga diperkirakan menjadi penyebab sehingga aroma Mahkota Bogor mendapatkan penerimaan lebih baik dibandingkan Pasir Kuda dan Delika Subang. Pada atribut warna, Mahkota Bogor mendapatkan penilaian tertinggi dengan kategori suka (6.3), diikuti oleh Pasir Kuda dengan kategori agak suka (5.2) dan Delika Subang mendapatkan penilaian terendah dengan kategori agak tidak suka (2.9). Mahkota Bogor mendapatkan penilaian lebih tinggi dibandingkan Pasir Kuda dan Delika Subang, hal ini disebabkan karena warna daging buah Mahkota Bogor lebih menarik dengan warna kuning yang lebih tajam, sedangkan Delika Subang memiliki warna daging buah yang berwarna kuning. Warna daging buah Pasir Kuda berada diantara warna daging buah Mahkota Bogor dan Delika Subang. Hasil analisis warna yang dilakukan terhadap daging buah ketiga nanas menunjukkan bahwa terdapat perbedaan tingkat intensitas warna ketiga jenis nanas. Nilai L, a dan b setiap nanas berturut-turut adalah sebagai berikut Mahkota Bogor L(68.64) a(2.22) b(59.57), Pasir Kuda L(74.11) a(1.03) b(53.98), Delika Subang L(80.34) a(-1.86) b(35.61). Nilai L(lightness) menunjukkan tingkat kecerahan, nilai a sebagai parameter intensitas warna merah dan hijau (+a = merah,-a = hijau) dan niali b sebagai parameter intensitas warna kuning dan biru (+b = kuning, -b = biru) (Lawless & Heyman 1998). Berdasarkan nilai L, a dan b di atas maka dapat diketahui bahwa warna daging Mahkota Bogor memiliki warna kuning kecoklatan yang lebih kuat dibandingkan dua jenis nanas lainnya. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Bartolomé et al. (1995), menyatakan bahwa perbedaan warna daging buah nanas sangat dipengaruhi oleh perbedaan kultivar nanas. Penilaian kualitas sensori produk bisa dilakukan salah satunya dengan melihat warna. Sifat atau mutu komoditas dapat dinilai dari warnanya. Karena

27 69 sifatnya yang mudah dikenali, warna seringkali mempengaruhi respon dan persepsi panelis, warna kuning-oranye identik dengan rasa asam-manis (Setyaningsih et al. 2010). Menurut Oey et al. (2008), warna merupakan salah satu karakteristik kualitas buah yang penting, yang dapat mempengaruhi persepsi sensori dan penerimaan konsumen. Rasa merupakan hasil interaksi antara indra pencicip manusia dengan komponen-komponen dalam makanan. Kemampuan lidah mendeteksi setiap rasa disebabkan karena pada permukaan lidah terdapat lapisan yang selalu basah, di mana terdapat sel-sel yang peka, sel-sel ini mengelompok membentuk papila. Masing-masing papila peka terhadap rasa tertentu. Telah diterima secara luas bahwa terdapat lima kategori kualitas rasa utama: manis, asam, asin, pahit dan umami (gurih) (Russell et al. 2004). Hasil uji hedonik terhadap rasa nanas menunjukkan bahwa Mahkota Bogor mendapatkan penilaian tertinggi dengan kategori suka (6.0), diikuti oleh Pasir Kuda dengan kategori agak suka (5.2) dan Delika Subang dengan kategori netral sampai agak suka (4.5). Menurut Verheij dan Coronel (1997), sari buah nanas mengandung % asam dan 10-17% gula. Asam organik utama dalam nanas yakni asam malat dan asam sitrat, selain itu terdapat juga asam askorbat (Chan et al. 1973; Teisson & Combres 1979). Kandungan gula utama pada nanas matang yakni sukrosa, glukosa dan fruktosa (Gawler 1962), kandungan gula dalam buah akan meningkat sampai tercapainya tahap senescence (Kelly, 1911). Perbedaan konsentrasi kedua rasa ini dalam buah nanas akan memberikan persepsi yang berbeda terhadap rasa nanas. Selain itu, rasa juga dapat diperkuat oleh aroma pada konsentrasi suprathreshold, misalnya aroma stroberi dapat meningkatkan persepsi rasa manis buah stroberi (Frank & Byram 1988). Sobir dan Duri (2008), melaporkan bahwa Mahkota Bogor memiliki º Brix 15.8 dan total asam 0.448% sedangkan Delika Subang memliki º Brix 15.0 dan total asam 0.888%, sedangkan penelitian yang dilakukan Bartolomé et al. (1995), melaporkan bahwa Smooth Cayenne yang merupakan kelompok Delika Subang memiliki º Brix dan total asam 0.93%. Derajat brix dapat mengindikasikan persentase padatan terlarut dan memiliki korelasi yang linear dengan total kandungan gula dalam larutan buah,

28 70 oleh karena itu total kandungan gula dapat dihitung dari derajat brix. Kandungan gula merupakan salah satu faktor yang memainkan peranan penting dalam penentuan karakteristik flavor dan penilaian kualitas nanas (Py et al. 1987). Derajat brix dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor termasuk varietas, tempat tumbuh, waktu tumbuh dan tingkat kematangan buah (Ma et al. 1992; Ekşi & Türkkmen 2011). Beberapa penelitian terhadap kualitas buah, menemukan bahwa terdapat hubungan antara tingkatan derajat brix dan/atau derajat brix/total asam dengan tingkat penerimaan konsumen terhadap buah (Vangdal 1985; Fellers 1991; Mitchell et al. 1991) dan menurut Smith (1988), eating quality nanas dapat diprediksi dengan menggunakan beberapa parameter seperti: % total padatan terlarut, total asam tertitrasi dan total padatan terlarut/asam (Brix/rasio asam). Total asam dapat dijadikan acuan untuk menentukan rasa asam dan derajat brix dapat dijadikan acuan untuk menentukan rasa manis buah (Harker et al. 2002; Yoon et al. 2005; 2006). Formula untuk menghitung % gula yakni, gula (%) = TPT (% refractive index) (ml 1 M NaOH untuk menetralkan 100 ml juice) (Paull & Chen 2002). Perbandingan kedua parameter, derajat brix dan total asam memberikan pengaruh nyata terhadap penilaian panelis terhadap atribut rasa nanas, sehingga Mahkota Bogor mendapatkan penerimaan tertinggi dan Delika Subang mendapatkan penerimaan terendah. Di sisi lain, Pasir Kuda sebagai hasil persilangan Mahkota Bogor dan Delika Subang, mendapatkan tingkat penerimaan diantara Mahkota Bogor dan Delika Subang. Fenomena ini menunjukkan bahwa proses persilangan kedua jenis nanas ini memberikan pengaruh pada rasa nanas hasil silangan. Atribut sensori rasa manis dan asam, sangat penting artinya bagi konsumen dalam menentukan pilihan buah yang dikehendaki (Daillant-Spinnler et al. 1996; Jaeger et al. 1998). Sehingga, hal ini mendorong konsumen di negara maju lebih mempertimbangkan kualitas buah lebih penting dari harga (Market Review 1996), dan kecenderungan pangan saat ini, menempatkan peningkatan penggunaan rasa manis buah sebagai flavor utama (Fischer 1999). Hal inilah yang mendorong pengukuran derajat brix dan total asam, termasuk dalam penilaian kualitas pascapanen buah (Smith 1985; Fellars 1991; Mitcham 1997).

29 71 Tekstur berair (juiciness) merupakan suatu fenomena yang sangat kompleks dan melibatkan berbagai persepsi (Szcesniak & Ilker 1988). Untuk kebanyakan buah juiciness merupakan atribut tekstur yang utama. Pada saat mengonsumsi buah, konsumen sangat mengharapkan memperoleh sensasi juiciness seperti sensasi renyah atau keras pada buah apel, sensasi tekstur halus atau melting dalam buah persik (Harker et al. 2003). Hasil uji hedonik terhadap atribut tekstur (juiciness) nanas menunjukkan bahwa Mahkota Bogor mendapatkan penerimaan tertinggi dengan kategori suka (6.0), diikuti oleh Pasir Kuda dengan kategori agak suka sampai suka (5.3) dan Delika Subang dengan kategori netral sampai agak suka (4.6). Mahkota Bogor dipilih sebagai nanas dengan tekstur paling disukai, hal ini karena daging buah Mahkota Bogor lebih kurang berair jika dibandingkan dengan Pasir Kuda dan Delika Subang. Menurut Harker et al. (2003), sensasi juiciness pada buah disebabkan oleh dua hal, yakni pelepasan air dari buah dan stimulasi produksi air liur pada saat mengunyah buah. Hasil penelitian Sobir dan Duri (2008), melaporkan kadar air Pasir Kuda 83.3% dan Delika Subang 85.7%, sehingga dari hasil ini dapat diperkirakan bahwa Delika Subang akan memberikan jumlah air yang lebih tinggi dibandingkan Mahkota Bogor, saat dikunyah. Kondisi ini secara organoleptik lebih tidak disukai panelis sehingga panelis memberikan penilaian terendah terhadap juiciness Delika Subang. Pada pengujian atribut aftertaste, produk nanas yang tidak atau lebih sedikit berkontribusi terhadap timbulnya aftertaste, dipilih sebagai nanas yang lebih disukai. Hasil uji hedonik terhadap atribut aftertaste, menunjukkan bahwa Mahkota Bogor mendapatkan penerimaan tertinggi dari panelis dengan kategori agak suka sampai suka (5.7), diikuti secara berurutan oleh Pasir Kuda dengan kategori agak suka (5.3) dan Delika Subang dengan kategori netral sampai agak suka (4.5). Aftertaste yang timbul pada saat mengonsumsi nanas disebabkan oleh aksi dari berbagai asam, enzim bromelain dan kristal kalsium oksalat yang menyebabkan iritasi di dalam rongga mulut dan esophagus (Anonim 2011) dan penyebab utama timbulnya iritasi adalah kalsium oksalat (Polunin 2011). Kalsium oksalat hampir terdapat dalam semua jenis tumbuhan mulai dari tumbuhan

30 72 tingkat rendah sampai tingkat tinggi (Fraceschi & Nakata 2005). Menurut Bostwick Laboratories (2011) dan University of Pittsburgh Medical Center (2011), nanas termasuk dalam tumbuhan dengan kandungan kalsium oksalat rendah, sehingga dapat dikonsumsi setiap hari. Mahkota Bogor memilki kandungan kalsium oksalat (640 ppm) dan enzim bromelain (1.78 unit/gram), sedangkan Delika Subang memiliki kandungan kalsium oksalat (704 ppm) dan enzim bromelain (1.31 unit/gram) (PKBT 2009). Perbedaan kandungan kalsium oksalat inilah yang diperkirakan mempengaruhi tingkat penerimaan panelis terhadap aftertaste nanas, Mahkota Bogor dengan kandungan kalsium oksalat rendah mendapat penerimaan tertinggi, sedangkan Delika Subang dengan kandungan kalsium oksalat lebih tinggi mendapat penerimaan terendah. Berdasarkan hasil uji hedonik pada atribut penerimaan secara keseluruhan, Mahkota Bogor mendapatkan penilaian tertinggi dengan kategori suka (6.1), diikuti Pasir Kuda dengan kategori agak suka (5.3) dan Delika Subang dengan kategori netral (4.3). Fenomena ini menunjukkan bahwa nanas Mahkota Bogor adalah nanas yang lebih disukai konsumen dan nanas Delika Subang adalah nanas yang kurang disukai konsumen. Sementara tingkat kesukaan konsumen terhadap Pasir Kuda sebagai nanas hasil silangan Mahkota Bogor dengan Delika Subang, berada di antara Mahkota Bogor dan Delika Subang. Hasil ini didukung pula oleh hasil uji rangking (Lampiran 9). Mahkota Bogor menempati rangking tertinggi dan secara berurutan diikuti oleh Pasir Kuda dan Delika Subang. Menurut Kemp et al. (2009), uji rangking dilakukan untuk menentukan apakah ada perbedaan antara tiga atau lebih sampel dalam kaitannya dengan atribut tertentu, misalnya tingkat kemanisan, kekerasan dan intensitas aroma.

UJI HEDONIK Tanggal : Penilaian WARNA AROMA Sangat suka Suka Agak suka Netral Agak tidak suka Tidak suka Sangat tidak suka

UJI HEDONIK Tanggal : Penilaian WARNA AROMA Sangat suka Suka Agak suka Netral Agak tidak suka Tidak suka Sangat tidak suka LAMPIRAN 88 89 Lampiran 1. Formulir uji hedonik UJI HEDONIK Tanggal : Nama : No HP : Instruksi : 1. Nyatakan penilaian anda dan beri tanda pada pernyataan yang sesuai dengan penilaian anda 2. Jangan membandingkan

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN METODOLOGI PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan mulai dari Juli 2010 sampai April 2011. Penelitian menggunakan kromatografi gas-spektrometer massa (GC-MS) dan kromatografi gas-olfaktometri

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mengandung 83-87,5 g air; 3,3 4,9 g protein dan; 4 7,3 g lemak. Susu kambing

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mengandung 83-87,5 g air; 3,3 4,9 g protein dan; 4 7,3 g lemak. Susu kambing 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Susu Kambing Susu kambing menurut hasil penelitian dalam Sodiq dan Abidin (2008) mengandung 83-87,5 g air; 3,3 4,9 g protein dan; 4 7,3 g lemak. Susu kambing dapat dikonsumsi

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik Cabai Merah (Capsicum annuum L.) Karakteristik awal cabai merah (Capsicum annuum L.) diketahui dengan melakukan analisis proksimat, yaitu kadar air, kadar vitamin

Lebih terperinci

Sifat Sensoris (Sensory Properties)

Sifat Sensoris (Sensory Properties) Analisis Sifat Sensoris Bahan Pangan By. Jaya Mahar Maligan Laboratorium Nutrisi Pangan dan Hasil Pertanian Program Studi Ilmu dan Teknologi Pangan Jurusan Teknologi Hasil Pertanian FTP - UB 2016 Sifat

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN Latar Belakang

1. PENDAHULUAN Latar Belakang 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Buah merupakan bahan pangan yang bersifat mudah rusak (perishable) sehingga perlu diolah untuk memperpanjang umur simpannya. Buah memiliki kandungan vitamin yang tinggi

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Karakteristik Bahan Baku 4.1.1. Analisis Proksimat Granda et al. (2005) menyatakan bahwa komposisi bahan pangan mempengaruhi jumlah pembentukan senyawa akrilamid. Komponen

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengemasan Buah Nanas Pada penelitian ini dilakukan simulasi transportasi yang setara dengan jarak tempuh dari pengumpul besar ke pasar. Sebelum dilakukan simulasi transportasi,

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 24 HASIL DAN PEMBAHASAN Pengaruh Asam Malat dan Vitamin C terhadap Penerimaan Sensori Minuman sari buah jeruk memiliki karakteristik rasa asam dan apabila ditambahkan vitamin C dalam produk akan meningkatkan

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 20 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Uji Kualitas Kimia pada Yoghurt dengan Penambahan Ekstrak Buah Jambu Biji Bangkok (Psidium guajava L.) Rerata hasil analisis statistik untuk uji kualitas kimia yang meliputi

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. PENELITIAN PENDAHULUAN Penelitian pendahuluan diawali dengan melakukan uji terhadap buah salak segar Padangsidimpuan. Buah disortir untuk memperoleh buah dengan kualitas paling

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik Buah Kurma Bahan baku yang digunakan dalam penelitian ini adalah buah kurma dalam bentuk yang telah dikeringkan dengan kadar air sebesar 9.52%. Buah kurma yang

Lebih terperinci

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR IDENTIFIKASI PROFIL AROMA DUA VARIETAS NANAS DAN HASIL SILANGANNYA MENGGUNAKAN KROMATOGRAFI GAS-SPEKTROMETER MASSA DAN KROMATOGRAFI GAS-OLFAKTOMETRI SERTA UJI MUTU SENSORINYA ISAK SILAMBA SEKOLAH PASCASARJANA

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN Latar Belakang

1. PENDAHULUAN Latar Belakang 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Umami merupakan bagian dari lima rasa dasar selain manis, asam, asin, dan pahit (Hallock, 2007). Umami merupakan rasa yang banyak ditemukan pada makanan siap saji, makanan

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN. Penelitian ini akan dilakukan dalam bentuk eksperimen. Menurut Sugiyono

BAB 3 METODE PENELITIAN. Penelitian ini akan dilakukan dalam bentuk eksperimen. Menurut Sugiyono BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Penelitian ini akan dilakukan dalam bentuk eksperimen. Menurut Sugiyono (2009:72) Penelitian Eksperimen atau Experimental Research dapat diartikan sebagai

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Susut Bobot Susut bobot merupakan salah satu faktor yang mengindikasikan penurunan mutu buah. Muchtadi (1992) mengemukakan bahwa kehilangan bobot pada buah-buahan yang disimpan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan selama 5-6 bulan di Laboratorium Ilmu dan

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan selama 5-6 bulan di Laboratorium Ilmu dan III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan selama 5-6 bulan di Laboratorium Ilmu dan Teknologi Pangan dan Laboratorium Kimia Universitas Muhammadiyah Malang. Kegiatan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN A. BAHAN DAN ALAT Bahan utama yang digunakan adalah 17 jenis kecap manis komersial Indonesia. Sampelsampel kecap manis komersial tersebut mewakili kecap manis komersial nasional

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Penentuan Laju Respirasi dengan Perlakuan Persentase Glukomanan Proses respirasi sangat mempengaruhi penyimpanan dari buah sawo yang terolah minimal, beberapa senyawa penting

Lebih terperinci

IV HASIL DAN PEMBAHASAN. pengkukusan kacang hijau dalam pembuatan noga kacang hijau.

IV HASIL DAN PEMBAHASAN. pengkukusan kacang hijau dalam pembuatan noga kacang hijau. IV HASIL DAN PEMBAHASAN Bab ini akan menjelaskan mengenai : (4.1) Penelitian Pendahuluan, dan (4.2) Penelitian Utama. 4.1. Penelitian Pendahuluan Penelitian pendahuluan bertujuan untuk menentukan lama

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. batok sabut kelapa (lunggabongo). Sebelum dilakukan pengasapan terlebih dahulu

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. batok sabut kelapa (lunggabongo). Sebelum dilakukan pengasapan terlebih dahulu BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Ikan tongkol (Euthynnus affinis) segar diperoleh dari TPI (Tempat Pelelangan Ikan) kota Gorontalo. Bahan bakar yang digunakan dalam pengasapan ikan adalah batok sabut kelapa

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian Tahap Pertama. Tabel 6. Komposisi Kimia TDTLA Pedaging

HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian Tahap Pertama. Tabel 6. Komposisi Kimia TDTLA Pedaging TDTLA Pedaging HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian Tahap Pertama Penelitian tahap pertama adalah pembuatan tepung daging-tulang leher ayam yang dilakukan sebanyak satu kali proses pembuatan pada waktu yang

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Uji Organoleptik Yoghurt Sapi Dan Yoghurt Kambing

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Uji Organoleptik Yoghurt Sapi Dan Yoghurt Kambing Tingkat Kesukaam (Warna) BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Uji Organoleptik Yoghurt Sapi Dan Yoghurt Kambing 4.1.1. Warna Warna merupakan salah satu parameter fisik suatu bahan pangan yang penting. Kesukaan

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL PENELITIAN PENDAHULUAN Dari penelitian pendahuluan diperoleh bahwa konsentrasi kitosan yang terbaik untuk mempertahankan mutu buah markisa adalah 1.5%. Pada pengamatan

Lebih terperinci

UJI SEGITIGA I PENDAHULUAN

UJI SEGITIGA I PENDAHULUAN UJI SEGITIGA I PENDAHULUAN Evaluasi sensori atau analisis sensori merupakan suatu ilmu pengetahuan yang menggunakan indera manusia untuk mengukur tekstur, kenampakan, aroma, dan rasa pada produk pangan.

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Masalah, (3) Maksud dan tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka. Penelitian, (6) Hipotesis, dan (7) Tempat Penelitian.

I PENDAHULUAN. Masalah, (3) Maksud dan tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka. Penelitian, (6) Hipotesis, dan (7) Tempat Penelitian. 12 I PENDAHULUAN Bab ini akan menguraikan mengenai : (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Penelitian, (6) Hipotesis, dan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Rendemen merupakan suatu parameter yang penting untuk mengetahui nilai

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Rendemen merupakan suatu parameter yang penting untuk mengetahui nilai BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Tepung Tulang Ikan Tuna 4.1.1 Rendemen Rendemen merupakan suatu parameter yang penting untuk mengetahui nilai ekonomis dan efektivitas suatu produk atau bahan. Perhitungan

Lebih terperinci

Tekstur biasanya digunakan untuk menilai kualitas baik tidaknya produk cookies.

Tekstur biasanya digunakan untuk menilai kualitas baik tidaknya produk cookies. Force (Gf) V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.2 Tekstur Tekstur merupakan parameter yang sangat penting pada produk cookies. Tekstur biasanya digunakan untuk menilai kualitas baik tidaknya produk cookies. Tekstur

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil sidik ragam kadar protein kecap manis air kelapa menunjukkan

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil sidik ragam kadar protein kecap manis air kelapa menunjukkan IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4. L Kadar Protein Hasil sidik ragam kadar protein kecap manis air kelapa menunjukkan bahwa penambahan gula aren dengan formulasi yang berbeda dalam pembuatan kecap manis air kelapa

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian,

I PENDAHULUAN. Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang Masalah, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Penelitian, (6) Hipotesis Penelitian

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Jenis Ternak Sapi Kerbau

HASIL DAN PEMBAHASAN. Jenis Ternak Sapi Kerbau HASIL DAN PEMBAHASAN Sifat Sensori Daging Sapi dan Kerbau Penilaian sensori yang dilakukan terhadap daging sapi dan kerbau mentah adalah uji mutu hedonik dengan metode skalar yang meliputi penilaian terhadap

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian. I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Perubahan Ion Leakage Ion merupakan muatan larutan baik berupa atom maupun molekul dan dengan reaksi transfer elektron sesuai dengan bilangan oksidasinya menghasilkan ion.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pembuatan Ikan Tongkol (Euthynnus affinis) Asap. Pengolahan ikan tongkol (Euthynnus affinis) asap diawali dengan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pembuatan Ikan Tongkol (Euthynnus affinis) Asap. Pengolahan ikan tongkol (Euthynnus affinis) asap diawali dengan BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pembuatan Ikan Tongkol (Euthynnus affinis) Asap Pengolahan ikan tongkol (Euthynnus affinis) asap diawali dengan melakukan preparasi ikan. Selanjutnya diberi perlakuan penggaraman

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. (6) Hipotesa Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

I PENDAHULUAN. (6) Hipotesa Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian. I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai : (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesa Penelitian, dan

Lebih terperinci

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. interaksi antara perlakuan umur pemanenan dengan konsentrasi KMnO 4. Berikut

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. interaksi antara perlakuan umur pemanenan dengan konsentrasi KMnO 4. Berikut IV. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN Hasil penelitian pada semua parameter menunjukkan bahwa tidak terdapat interaksi antara perlakuan umur pemanenan dengan konsentrasi KMnO 4. Berikut ini merupakan rata-rata

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Sifat Fisik Meatloaf. Hasil penelitian mengenai pengaruh berbagai konsentrasi tepung tulang

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Sifat Fisik Meatloaf. Hasil penelitian mengenai pengaruh berbagai konsentrasi tepung tulang IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Sifat Fisik Meatloaf 4.1.1 Daya Ikat Air Meatloaf Hasil penelitian mengenai pengaruh berbagai konsentrasi tepung tulang rawan ayam terhadap daya

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. menghasilkan bau, sebagai zat harus bersifat menguap. Dua zat atau. atau saling menutupi (Setyaningsih, dkk., 2010).

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. menghasilkan bau, sebagai zat harus bersifat menguap. Dua zat atau. atau saling menutupi (Setyaningsih, dkk., 2010). IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Uji Organoleptik 1. Aroma Bau atau aroma merupakan sifat sensori yang paling sulit untuk diklasifikasikan dan dijelaskan karena ragamnya yang begitu besar, agar menghasilkan

Lebih terperinci

molekul kasein yang bermuatan berbeda. Kondisi ph yang asam menyebabkan kalsium dari kasein akan memisahkan diri sehingga terjadi muatan ion dalam sus

molekul kasein yang bermuatan berbeda. Kondisi ph yang asam menyebabkan kalsium dari kasein akan memisahkan diri sehingga terjadi muatan ion dalam sus Populasi Kultur Starter HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian Pendahuluan Perhitungan populasi dilakukan untuk mendapatkan kultur starter yang terbaik dari segi jumlah maupun kualitasnya. Pada tahap pendahulan

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. PEMILIHAN PANELIS UJI DESKRIPSI KECAP MANIS 1. Seleksi Panelis Proses seleksi panelis merupakan tahap awal penelitian. Proses ini dilakukan untuk memilih panelis potensial.

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Karakteristik Sifat Fisik dan Kimia Jeruk dan Sari Jeruk Siam tanpa Penambahan Siklodekstrin dan Selulosa Asetat

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Karakteristik Sifat Fisik dan Kimia Jeruk dan Sari Jeruk Siam tanpa Penambahan Siklodekstrin dan Selulosa Asetat IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Karakteristik Sifat Fisik dan Kimia Jeruk dan Sari Jeruk Siam tanpa Penambahan Siklodekstrin dan Selulosa Asetat Karakteristik jeruk Siam dilakukan dengan pengukuran bobot

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 PEMILIHAN FORMULA Pada penelitian ini, formula awal yang dibuat mengacu pada Salamah et al (2006) yaitu 1.5% hidrokoloid, 28% gula pasir, dan 7% glukosa. Permen yang dihasilkan

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB III BAHAN DAN METODE BAB III BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Teknologi Industri Hasil Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Padjadjaran dan

Lebih terperinci

Lampiran 1. Prosedur Analisa Sampel

Lampiran 1. Prosedur Analisa Sampel Lampiran 1. Prosedur Analisa Sampel 1. Pengukuran Kadar Air (AOAC, 1984) Cawan aluminium dikeringkan di dalam oven pada suhu 105 C selama 15 menit, kemudian didinginkan di dalam desikator lalu ditimbang

Lebih terperinci

KAJIAN PROPORSI SARI NANAS DAN KONSENTRASI STARTER TERHADAP SIFAT KIMIA DAN ORGANOLEPTIK KEFIR NANAS

KAJIAN PROPORSI SARI NANAS DAN KONSENTRASI STARTER TERHADAP SIFAT KIMIA DAN ORGANOLEPTIK KEFIR NANAS KAJIAN PROPORSI SARI NANAS DAN KONSENTRASI STARTER TERHADAP SIFAT KIMIA DAN ORGANOLEPTIK KEFIR NANAS SKRIPSI OLEH: INKA ANTONIA PERMATA H. NRP 6103011081 PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PANGAN FAKULTAS TEKNOLOGI

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN A. TEMPAT DAN WAKTU PENELITIAN Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Ilmu dan Teknologi Pangan dan Laboratorium Biofarmaka, IPB-Bogor. Penelitian ini berlangsung selama lima

Lebih terperinci

KESIMPULAN DAN SARAN KESIMPULAN. Hasil penelitian menunjukkan bahwa subtitusi pati ganyong pada

KESIMPULAN DAN SARAN KESIMPULAN. Hasil penelitian menunjukkan bahwa subtitusi pati ganyong pada KESIMPULAN DAN SARAN KESIMPULAN Hasil penelitian menunjukkan bahwa subtitusi pati ganyong pada dodol susu kambing mampu meningkatkan kualitas organoleptik, meningkatkan kadar lemak, dan kadar total karbohidrat.

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian Pendahuluan Penelitian pendahuluan meliputi pembuatan tepung jerami nangka, analisis sifat fisik dan kimia tepung jerami nangka, serta pembuatan dan formulasi cookies dari

Lebih terperinci

SIFAT KIMIA DAN TINGKAT KESUKAAN PERMEN KERAS (Hard Candy) SARI BUAH PALA (Myristica fragrans houtt famili myristicaseae)

SIFAT KIMIA DAN TINGKAT KESUKAAN PERMEN KERAS (Hard Candy) SARI BUAH PALA (Myristica fragrans houtt famili myristicaseae) SIFAT KIMIA DAN TINGKAT KESUKAAN PERMEN KERAS (Hard Candy) SARI BUAH PALA (Myristica fragrans houtt famili myristicaseae) THE CHEMICAL NATURE AND LEVEL (HARD CANDY) SARI NUTMEG (Myristica fragrans houtt

Lebih terperinci

1 kg beras dicuci 3 kali dimasak dengan 2 liter air selama 25 menit

1 kg beras dicuci 3 kali dimasak dengan 2 liter air selama 25 menit Lampiran 1 DIAGRAM ALIR A. Pembuatan Kerupuk Puli 1 kg beras dicuci 3 kali dimasak dengan 2 liter air selama 25 menit Nasi dicampur bumbu (50 g bawang putih + 40 g garam + 20 g gula + 20 g merica + NaHCO

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI. Disusun oleh : PUJI ASTUTI A

NASKAH PUBLIKASI. Disusun oleh : PUJI ASTUTI A PEMANFAATAN LIMBAH AIR LERI BERAS IR 64 SEBAGAI BAHAN BAKU PEMBUATAN SIRUP HASIL FERMENTASI RAGI TEMPE DENGAN PENAMBAHAN KELOPAK BUNGA ROSELLA SEBAGAI PEWARNA ALAMI NASKAH PUBLIKASI Disusun oleh : PUJI

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Rekayasa Proses Pengolahan Pangan dan Hasil Pertanian,

BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Rekayasa Proses Pengolahan Pangan dan Hasil Pertanian, BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Rekayasa Proses Pengolahan Pangan dan Hasil Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Sebelas Maret Surakarta untuk

Lebih terperinci

1989).Sampel sebanyak 2 g dimasukkan ke dalam labu Erlenmeyer 500ml. balik. Didihkan selama 30 menit dan kadang kala digoyang- goyangkan.

1989).Sampel sebanyak 2 g dimasukkan ke dalam labu Erlenmeyer 500ml. balik. Didihkan selama 30 menit dan kadang kala digoyang- goyangkan. Penentuan kadar serat kasar Kadar serat kasar dianalisa dengan menggunakan metode Sudarmadji dkk, 1989).Sampel sebanyak 2 g dimasukkan ke dalam labu Erlenmeyer 500ml kemudian ditambahkan 200 ml H 2 SO4

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. DOSIS DAN KEMASAN BAHAN PENYERAP Penentuan dosis dilakukan untuk memperoleh dosis zeolit yang paling optimal sebagai bahan penyerap etilen dalam penyimpanan buah salak pondoh

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Penambahan Pasta Tomat Terhadap Daya Ikat Air Naget Ayam. penambahan pasta tomat, disajikan pada Tabel 7.

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Penambahan Pasta Tomat Terhadap Daya Ikat Air Naget Ayam. penambahan pasta tomat, disajikan pada Tabel 7. IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengaruh Penambahan Pasta Tomat Terhadap Daya Ikat Air Naget Ayam Hasil pengamatan daya ikat air naget ayam dengan tiga perlakuan penambahan pasta tomat, disajikan pada Tabel

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 9. Pola penyusunan acak

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 9. Pola penyusunan acak IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pengaruh Penyusunan Buah Dalam Kemasan Terhadap Perubahan Suhu Penelitian ini menggunakan dua pola penyusunan buah tomat, yaitu pola susunan acak dan pola susunan teratur. Pola

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Pendahuluan IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Pada penelitian ini dilakukan percobaan pembuatan emulsi lilin dan pelapisan lilin terhadap buah sawo dengan konsentrasi 0%, 2%,4%,6%,8%,10%, dan

Lebih terperinci

TEKNIK PENGOLAHAN HASIL PERTANIAN

TEKNIK PENGOLAHAN HASIL PERTANIAN SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN TEKNIK PENGOLAHAN HASIL PERTANIAN BAB XVI PENGUJIAN BAHAN SECARA ORGANOLEPTIK KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. PENGARUH SUHU DAN WAKTU PENGGORENGAN VAKUM TERHADAP MUTU KERIPIK DURIAN Pada tahap ini, digunakan 4 (empat) tingkat suhu dan 4 (empat) tingkat waktu dalam proses penggorengan

Lebih terperinci

PENGARUH PENAMBAHAN SUKROSA DAN GLUKOSA PADA PEMBUATAN PERMEN KARAMEL SUSU KAMBING TERHADAP SIFAT KIMIA, MIKROBIOLOGI DAN ORGANOLEPTIK

PENGARUH PENAMBAHAN SUKROSA DAN GLUKOSA PADA PEMBUATAN PERMEN KARAMEL SUSU KAMBING TERHADAP SIFAT KIMIA, MIKROBIOLOGI DAN ORGANOLEPTIK PENGARUH PENAMBAHAN SUKROSA DAN GLUKOSA PADA PEMBUATAN PERMEN KARAMEL SUSU KAMBING TERHADAP SIFAT KIMIA, MIKROBIOLOGI DAN ORGANOLEPTIK (Laporan Penelitian) Oleh RIFKY AFRIANANDA JURUSAN TEKNOLOGI HASIL

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN A. PENENTUAN LAJU RESPIRASI DENGAN PERLAKUAN PERSENTASE GLUKOMANAN

HASIL DAN PEMBAHASAN A. PENENTUAN LAJU RESPIRASI DENGAN PERLAKUAN PERSENTASE GLUKOMANAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. PENENTUAN LAJU RESPIRASI DENGAN PERLAKUAN PERSENTASE GLUKOMANAN Proses respirasi sangat mempengaruhi penyimpanan dari buah melon yang terolah minimal, beberapa senyawa penting

Lebih terperinci

Karakteristik mutu daging

Karakteristik mutu daging Karakteristik mutu daging Oleh: Elvira Syamsir (Tulisan asli dalam Kulinologi Indonesia edisi Maret 2011) Mutu merupakan gabungan atribut produk yang dinilai secara organoleptik dan digunakan konsumen

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Komposisi Bahan Baku Kecap Manis

HASIL DAN PEMBAHASAN Komposisi Bahan Baku Kecap Manis HASIL DAN PEMBAHASAN Komposisi Bahan Baku Kecap Manis Kecap manis yang digunakan pada penelitian ini merupakan kecap manis komersial Indonesia yang berjumlah tiga belas jenis merk kecap yang termasuk ke

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian Pendahuluan

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian Pendahuluan IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.. Hasil 4... Penelitian Pendahuluan Sebelum dilakukan penelitian utama, terlebih dahulu dilakukan penelitian pendahuluan pembuatan permen cokelat dengan penambahan daging ikan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian Jurusan

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian Jurusan 20 III. METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian Jurusan Teknologi Hasil Pertanian Universitas Lampung dan Laboratorium Politeknik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. selai adalah buah yang masak dan tidak ada tanda-tanda busuk. Buah yang

BAB I PENDAHULUAN. selai adalah buah yang masak dan tidak ada tanda-tanda busuk. Buah yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Buah-buahan merupakan bahan pangan sumber vitamin. Buah cepat sekali rusak oleh pengaruh mekanik, kimia dan mikrobiologi sehingga mudah menjadi busuk. Oleh karena itu,

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 5.1 Kadar Air Kandungan air dalam bahan makanan ikut menentukan aseptibilitas, kesegaran dan daya tahan bahan itu. Air juga merupakan komponen penting dalam bahan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Selatan. Buah naga sudah banyak di budidayakan di Negara Asia, salah satunya di

II. TINJAUAN PUSTAKA. Selatan. Buah naga sudah banyak di budidayakan di Negara Asia, salah satunya di 4 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Buah Naga Buah naga atau dragon fruit merupakan buah yang termasuk kedalam kelompok tanaman kaktus. Buah naga berasal dari Negara Mexico, Amerika Tengah dan Amerika Selatan.

Lebih terperinci

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. OPTIMASI FORMULA 1. Penentuan Titik Maksimum Tahap awal dalam penelitian ini adalah penentuan titik maksimum substitusi tepung jagung dan tepung ubi jalar. Titik maksimum

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. KARAKTERISASI SIFAT FISIKOKIMIA RED PALM OLEIN (RPO) Penelitian ini menggunakan RPO yang diproses dari CPO yang diperoleh dari PT. Salim Ivomas Pratama (Bimoli), Jakarta.

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Buah-buahan tidak selalu dikonsumsi dalam bentuk segar, tetapi sebagian

PENDAHULUAN. Buah-buahan tidak selalu dikonsumsi dalam bentuk segar, tetapi sebagian PENDAHULUAN Latar Belakang Buah-buahan tidak selalu dikonsumsi dalam bentuk segar, tetapi sebagian besar diolah menjadi berbagai bentuk dan jenis makanan. Pengolahan buahbuahan bertujuan selain untuk memperpanjang

Lebih terperinci

Uji Segitiga. Uji Hedonik

Uji Segitiga. Uji Hedonik Nama : Elya Hidayati Nim : 135080301111003 Kelompok : 2 Kelas : T03 Uji Segitiga 1. Judul jurnal : Analisa Asam Lemak Tidak Jenuh pada Tepung Sorghum (Sorghum bicolor L.) Termodifikasi dan Aplikasinya

Lebih terperinci

PEMATANGAN BUAH INDEKS KEMATANGAN

PEMATANGAN BUAH INDEKS KEMATANGAN PEMATANGAN BUAH & INDEKS KEMATANGAN Pemasakan Tahap akhir fase perkembangan buah,,yang meliputi pembesaran sel, akumulasi fotosintat, dan senyawa aromatik, serta penurunan kadar asam, dan posisi buah masih

Lebih terperinci

LEMBAR KUESIONER PENILAIAN SENSORIS PRODUK SUSU UHT FULL CREAM PADA RESPONDEN DEWASA

LEMBAR KUESIONER PENILAIAN SENSORIS PRODUK SUSU UHT FULL CREAM PADA RESPONDEN DEWASA 7. LAMPIRAN Lampiran 1. Lembar Kuesioner Penelitian LEMBAR KUESIONER PENILAIAN SENSORIS PRODUK SUSU UHT FULL CREAM PADA RESPONDEN DEWASA Berikut ini akan disajikan beberapa pertanyaan mengenai susu UHT

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan selama bulan Mei hingga Agustus 2015 dan

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan selama bulan Mei hingga Agustus 2015 dan III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan selama bulan Mei hingga Agustus 2015 dan dilaksanakan di Laboratorium Teknologi Hasil Pertanian dan Laboratorium Kimia,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki potensi besar

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki potensi besar BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki potensi besar dalam bidang pertanian. Iklim tropis dengan curah hujan tinggi sepanjang tahun, serta tanah yang subur,

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. Rangkaian penelitian kualitas selai alpukat ( Persea americana Mill)

BAB III MATERI DAN METODE. Rangkaian penelitian kualitas selai alpukat ( Persea americana Mill) 10 BAB III MATERI DAN METODE Rangkaian penelitian kualitas selai alpukat ( Persea americana Mill) dengan 3 jenis pemanis alami, dilaksanakan pada bulan Maret sampai April 2017 di Laboratorium Kimia dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Seiring dengan berkembangnya zaman, masyarakat semakin

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Seiring dengan berkembangnya zaman, masyarakat semakin BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Minuman dan makanan merupakan salah satu kebutuhan hidup manusia. Seiring dengan berkembangnya zaman, masyarakat semakin menyadari akan pentingnya mengkonsumsi makanan

Lebih terperinci

METODOLOGI. Tempat dan Waktu. Bahan dan Alat. Metode Penelitian

METODOLOGI. Tempat dan Waktu. Bahan dan Alat. Metode Penelitian 18 METODOLOGI Tempat dan Waktu Penelitian dilakukan di Laboratorium PT. Hale International dan Laboratorium Analisis Pangan Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan, IPB.Penelitian dilakukan mulai bulan Januari

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. PENELITIAN PENDAHULUAN Penelitian pendahuluan bertujuan untuk mendapatkan target penempatan fortifikan yang tepat pada formula wafer krim. Percobaan pertama dimulai dengan kombinasi

Lebih terperinci

Lampiran 1. Prosedur Analisa Karakteristik Bumbu Pasta Ayam Goreng 1. Kadar Air (AOAC, 1995) Air yang dikeluarkan dari sampel dengan cara distilasi

Lampiran 1. Prosedur Analisa Karakteristik Bumbu Pasta Ayam Goreng 1. Kadar Air (AOAC, 1995) Air yang dikeluarkan dari sampel dengan cara distilasi Lampiran 1. Prosedur Analisa Karakteristik Bumbu Pasta Ayam Goreng 1. Kadar Air (AOAC, 1995) Air yang dikeluarkan dari sampel dengan cara distilasi azeotropik kontinyu dengan menggunakan pelarut non polar.

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. selain sebagai sumber karbohidrat jagung juga merupakan sumber protein yang

I PENDAHULUAN. selain sebagai sumber karbohidrat jagung juga merupakan sumber protein yang I PENDAHULUAN Bab ini akan menguraikan mengenai: (1.1) Latar Belakang, (1.2) Identifikasi Masalah, (1.3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (1.4) Manfaat Penelitian, (1.5) Kerangka Pemikiran, (1.6) Hipotesis

Lebih terperinci

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. Hasil sidik ragam pada lampiran 3a, bahwa pemberian KMnO 4 berpengaruh terhadap

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. Hasil sidik ragam pada lampiran 3a, bahwa pemberian KMnO 4 berpengaruh terhadap IV. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Pengaruh Konsentrasi KMnO 4 Terhadap Susut Berat Hasil sidik ragam pada lampiran 3a, bahwa pemberian KMnO 4 berpengaruh terhadap susut berat cabai merah berbeda nyata

Lebih terperinci

Lampiran 29. Loadingplot dan Score plot hasil analisis hubungan atribut deskriptif dan preferensi konsumen Jawa Barat

Lampiran 29. Loadingplot dan Score plot hasil analisis hubungan atribut deskriptif dan preferensi konsumen Jawa Barat Lampiran 27. Score plott komponen utama atribut rasa, aroma, dan tekstur sampel nasi pada uji hedonik... 107 Lampiran 28. Loading plot komponen utama atribut rasa, aroma, dan tekstur sampel nasi pada uji

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI RISA DHALIA A

NASKAH PUBLIKASI RISA DHALIA A ORGANOLEPTIK DAN KADAR VITAMIN C CINCAU DENGAN PENAMBAHAN SARI JERUK DAN GULA PASIR NASKAH PUBLIKASI Disusun oleh : RISA DHALIA A 420 100 192 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. alot (Chang et al., 2005). Daging itik mempunyai kandungan lemak dan protein lebih

II. TINJAUAN PUSTAKA. alot (Chang et al., 2005). Daging itik mempunyai kandungan lemak dan protein lebih II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Daging Itik Afkir Daging itik mempunyai kualitas rendah karena bau amis, bertekstur kasar dan alot (Chang et al., 2005). Daging itik mempunyai kandungan lemak dan protein lebih

Lebih terperinci

Lampiran 1. Prosedur Analisis Rendemen Cookies Ubi Jalar Ungu. 1. Penentuan Nilai Rendemen (Muchtadi dan Sugiyono, 1992) :

Lampiran 1. Prosedur Analisis Rendemen Cookies Ubi Jalar Ungu. 1. Penentuan Nilai Rendemen (Muchtadi dan Sugiyono, 1992) : Lampiran 1. Prosedur Analisis Rendemen Cookies Ubi Jalar Ungu 1. Penentuan Nilai Rendemen (Muchtadi dan Sugiyono, 1992) : Rendemen merupakan persentase perbandingan antara berat produk yang diperoleh dengan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Waktu penelitian dilaksanakan selama tiga bulan yaitu mulai dari bulan Maret hingga Mei 2011, bertempat di Laboratorium Pilot Plant PAU dan Laboratorium Teknik

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Komposisi Proksimat Fillet Gurami Komponen penting dari komposisi kimia ikan adalah protein dan lemak. Ikan gurami mengandung 75-80% protein dan 6-9% lemak (basis kering) (Tabel 3).

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Proses Pengolahan Kerupuk Jagung 4.1.1 Pencampuran Adonan Proses pencampuran adonan ada dua kali yaitu dengan cara manual (tangan) dan kedua dengan menggunakan mixer. Langkah

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Perubahan Kandungan β-karoten dan Aktivitas Vitamin A Selama Penyimpanan Metode pertanian mempengaruhi komposisi kandungan gizi pada produk buah dan sayuran segar (Worthington 2001),

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 1 BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan November 2015 sampai April 2016 di Laboratorium Rekayasa Proses Pengolahan dan Hasil Pertanian, Jurusan Ilmu

Lebih terperinci

KANDUNGAN VITAMIN C DAN UJI ORGANOLEPTIK FRUITHGURT KULIT BUAH SEMANGKA DENGAN PENAMBAHAN GULA AREN DAN KAYU SECANG NASKAH PUBLIKASI

KANDUNGAN VITAMIN C DAN UJI ORGANOLEPTIK FRUITHGURT KULIT BUAH SEMANGKA DENGAN PENAMBAHAN GULA AREN DAN KAYU SECANG NASKAH PUBLIKASI KANDUNGAN VITAMIN C DAN UJI ORGANOLEPTIK FRUITHGURT KULIT BUAH SEMANGKA DENGAN PENAMBAHAN GULA AREN DAN KAYU SECANG NASKAH PUBLIKASI Disusun oleh: WIDYA AGUSTINA A 420 100 076 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan Biomassa dan Laboratorium Analisis Hasil Pertanian, Jurusan Teknologi Hasil

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Perbandingan Tepung Tapioka : Tepung Terigu :

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Perbandingan Tepung Tapioka : Tepung Terigu : 28 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Analisis Sensoris Pengujian sensoris untuk menentukan formulasi terbaik kerupuk goring dengan berbagai formulasi penambahan tepung pisang kepok kuning dilakukan dengan cara

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Penelitian Pendahuluan Pengamatan suhu alat pengering dilakukan empat kali dalam satu hari selama tiga hari dan pada pengamatan ini alat pengering belum berisi ikan (Gambar

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. BAHAN DAN ALAT Bahan yang digunakan dalam penelitian ini terdiri atas bahan-bahan untuk persiapan bahan, bahan untuk pembuatan tepung nanas dan bahan-bahan analisis. Bahan

Lebih terperinci

UJI ORGANOLEPTIK DAN KANDUNGAN VITAMIN C PADA PEMBUATAN SELAI BELIMBING WULUH DENGAN PENAMBAHAN BUAH KERSEN DAN BUNGA ROSELA

UJI ORGANOLEPTIK DAN KANDUNGAN VITAMIN C PADA PEMBUATAN SELAI BELIMBING WULUH DENGAN PENAMBAHAN BUAH KERSEN DAN BUNGA ROSELA UJI ORGANOLEPTIK DAN KANDUNGAN VITAMIN C PADA PEMBUATAN SELAI BELIMBING WULUH DENGAN PENAMBAHAN BUAH KERSEN DAN BUNGA ROSELA NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana

Lebih terperinci