Lampiran 1. Peta Penelitian

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Lampiran 1. Peta Penelitian"

Transkripsi

1 Lampiran 1. Peta Penelitian 269

2 Lampiran 2. Jadwal Penelitian No Kegiatan Waktu Penelitian Tahun 2010 Tahun Analisis dokumen 2. Pra Penelitian 3. Sidang Komisi 4. Kolokium 5. Penelitian lapang dan analisis 6. Analisis dan penyusunan hasil penelitian 7. Verifikasi Hasil Penelitian 8. Publikasi 270

3 Lampiran 3. Kerangka Analisa Tabel 4. Ciri Kapitalisme Lokal Bajo Mola dan Mantigola No Ciri/Karakteristik Dahulu Saat ini 1. Ketergantungan terhadap alam 2. Etika moral ekspansionisme 3. Etika Moral akumulasi 4. Basis networking 5. Formasi kapital 6. Makna kehidupan 7. Makna laut/sda 8. Hubungan tenaga kerja dengan basis tertentu. Tabel 5. Perubahan Sosial Masyarakat Bajo Mola No Kerangka Teori Perubahan Sosial 1. Livelihood change (Julian Steward) Berburu dan meramu Subsisten + pasar market oriented Subsisten + komersial Komersial 2. Rationality Change (Weber) Path of development I Path of development II Path of development III 3. Structure Change (mode of production- Marx) egaliter Masih serba sama tapi ada lapisan sosial Lapisan sosial mulai mengkutub dan membentuk polarisasi Polarisasi dan terbentuknya modal dan jaringan internasional. 4. World View (Kluckhohn) Alam berkuasa, pasrah Alam+teknologi sederhana+pasar itu penting Hidup harus berintegrasi terhadap 271

4 terhadap alam perdagangan/pasar tetapi juga harus solider 272

5 Lampiran 4. Panduan Analisa Tabel 6. Karakteristik Aktor Kapitalis Lokal dalam Proses Pembentukan Kapitalisme Lokal di Bajo Mola dan Mantigola No. Parameter-parameter yang diamati atau dijelaskan Ponggawa Besar Pongawa Menengah Ponggawa kecil/lokal Pedagang 1. Basis etika 13 nilai moralitas (standar the good-kemuliaan and the Bad-ketercelaan yang dipakai /dianut oleh actor dalam berbisnisdan pengembangan bisnis di lokasi 2. Bentuk pola akusisi (pencaplokan) capital (dalam bentuk uang, alat produksi, dan tanah) yang dikembangkan oleh actor tahun terakhir (jika ada perubahan jelaskan mengapa hal tersebut terjadi?) 3. Bentuk /pola ekspansi capital (modal uang, alat produksi, dan tanah) yang dikembangkan oleh actor tahun terakhir (bila ada perubahan penjelasan diperlukan mengenai mengapa hal tersebut bias terjadi?) 4. Bentuk/pola jejaring bisnis capital (dengan beragam pemilik modal uang, pemilik alat produksi, dan Etika x Etika y Etika Etika yang termodifikasi Etika z 13 Etika adalah standar the good and the bad yang dianut oleh masyarakat atau pribadi 273

6 penguasaan tanah) yang dikembangkan oleh actor selama 10 tahun terakhir yang mengarahkan sifat jejaringan : apakah terbuka (tanpa pandang bulu) atau tertutup (dalam klan, clique, keluarga, )?(jika ada perubahan bentuk jejaringan akan menjelaskan bagaimana mengapa dan apa alas an sehingga perubahan tersebut terjadi. 5. Basis modal social terpenting yang digunakan oleh actor dalam pengembangan capital di tingkat local sehingga diperoleh jawaban mengenai bagaimana actor membangun trust dan memastikan ikatan trust terjadi di kalangan pihak yang terlibat bisnis dengan sang actor. 6. Bentuk transaksi atau negosiasi bisnis yang dikembangkan oleh actor dalam bersaing dengan actor kapitalis lain. 7. Bentuk/cara yang ditempuh oleh actor dalam membangun aliansi strategis ke luar dengan penguasaan (Negara) atau actor kekuasaan lain, dalam rangka pengembangan kapitalisme local. 8. Bentuk/cara yang ditempuh oleh actor dalam membangun aliansi strategis ke dalam komunitas dalam rangka 274

7 mendapatkan legitimasi social untuk pengembangan modal yang dikuasainya. 9. Strategi bisnis yang ditempuh oleh aktor (apakah ofensif, agresif, difensif-safe player, konvensional penuh kehati-hatian, atau risk taker atau cirri lainnya?) 10. Bentuk-bentuk tindakan/sikap bisnis atau cirri budaya bisnis yang lekat (embedded) dengan budaya Bajo (sebutkan apa saja) 11. Bentuk-bentuk supporting institution (pranata social penopang) apa saja yang ada, sehingga memungkinkan sang actor mengembangkan kapitalisme local di Mola 12. Bentuk world view atau pandangan-hidup/ideology sang actor tentang proses kapitalisasi sumberdaya alam (hutan mangrove yang dikonversi menjadi tambak) seperti apakah sebenarnya? Tabel 7. Peta Rasionalitas Kapital dalam Sistem Nilai Budaya para Aktor Kapitalis Lokal No Bentuk rasionalitas (logika pemikiran) Wujud rasionalitas dalam tindakan atau sikap nyata Ponggawa Besar Ponggawa Menengah Ponggawa Kecil Pedagang 1. Rasionalitas transedental (logika sang actor dalam memaknai modal dalam konteks hubungan sang 275

8 actor dengan Tuhannya) sehingga dapat dianalisa adakah perubahan rasionalitas ini selama 10 tahun terakhir? 2. Rasionalitas instrumental (bagaimana logika yang dibangun oleh actor dalam memaknai hubungan manusia dan modal serta cara-cara memproduksi capital yang dikuasainya) 3. Rasionalitas ekonomi kapitalistik yang dikembangkan di lokalitas (bagaimanakah sang actor memaknai bisnis yang dibangunnya: apakah bissiness for individual profit atau business for social welfare atau apa?) sehingga dapat dianalisa adakah perubahan rasionalitas selama 10 tahun terakhir?bagaimana pula akibat dari perubahan tersebut terhadap eksistensi actor? 4. Eco-rationality yang dianut oleh sang actor (bagaimana logika yang terbangun manakala sang actor menatap sumberdaya alam yang tersedia dihadapannya sehingga dapat dianalisa adakah perubahan rasionalitas ini selama 10 tahun 276

9 terakhir?bagaimana pula akibat dari perubahan tersebut terhadap eksistensi actor dan SDA di lokasi? 5. Rasionalitas formal (logika yang dipakai saat memaknai hubungan actor dengan Negara atau pemerintahrasionalitas politik dalam rangka membangun jaringan bisnis dan pengembangan modal di wilayahnya) sehingga dapat dianalisa apakah terjadi perubahan konstelasi berpikir terhadap Negara sepanjang 10 tahun terakhir? 6. Rasionalitas moral sosial (bagaimana logika actor dalam memaknai hubungan dan tanggung jawab dia dengan lingkungan sosialkemasyarakatannya terkait dengan bisnis yang dijalankan). 277

10 278

11 279

12 Lampiran 4. Kerangka Acuan Wawancara No Tujuan Penelitian Variabel Indikator Pertanyaan Penelitian Metode Sumber data 1. Untuk memperoleh gambaran yang sesungguhnya mengenai bagaimana sejarah perkembangan kapitalisme pada Mola, serta mengkaji faktorfaktor apa saja yang berperan di dalam perubahan tersebut. Sumber perubahan 1. Permodalan 2. Teknologi 3. Komunikasi 4. Ideologi dan agama 5. Amalgamasi 6. Birokrasi 1. Apa yang menjadi sumber atau faktor penentu perubahan? 2. Apakah akibat semakin mudahnya akses seseorang di dalam permodalan? 3. Apakah karena introduksi teknologi? 4. Apakah karena mudahnya dalam mengakses informasi? 5. Apakah karena adanya nilai-nilai tertentu misalnya agama? 6. Apakah karena terjadinya Non survei, wawancara mendalam dengan pendekatan life history Informan kunci dan catatan harian 280

13 Aspek Kesejarahan 1. Sejarah kedatangan masyarakat Bajo di Wakatobi 2. Sejarah Berdirinya Desa Mola dan Mantigola amalgamasi antara masyarakat Wanci dengan Bajo? 7. Ataukah karena adanya suatu kebijakan pemerintah? 1. Bagaimana kah sesungguhnya sejarah kedatangan Bajo di Wakatobi? 2. Apa yang mendorong untuk menetap di Wakatobi? 3. Sesungguhnya, seperti apa pandangan Sultan Buton saat itu melihat suku Bajo yang nomaden? 4. Apakah saat itu menyatakan pengakuannya Non survei, wawancara mendalam dengan pendekatan life history 281

14 terhadap keberadaan kesultanan Buton? 5. Jika iya, apakah bentuk pengakuan tersebut bagi masyarakat Bajo? 6. Apa masalah yang dihadapi oleh masyarakat Bajo ketika pertama mendarat di Lembonga? 7. Seperti apa kemunculan gerombolan Kahar Muzakar saat itu? 8. Mengapa, pada saat terjadi pemberontakan gerombolan Kahar Muzakar, sebagian Masyarakat Bajo Mantigola terusir dari desanya? 282

15 9. Bagaimana prosesnya sehingga Bajo dari Mantigola mendapatkan wilayah Baru? 10. Bagaimana proses penerimaan masyarakat Wanci terhadap yang mendukung pemberontakan? 11. Mengapa masyarakat Wanci menerima yang mendukung gerombolan? 12. Sejauhmana perlakuan masyarakat Wanci terhadap masyarakat Bajo? 13. Mengapa (khususnya) laki- 283

16 2. Untuk menganalisa bagaimana perkembangan sistem nilai materialismekapitalisme merembes ke dalam budaya Mola dan Mantigola. Pemaknaan masalah dasar kehidupan manusia 1. Hakekat dari hidup manusia 2. Hakekat dari karya manusia 3. Hakekat dari kedudukan manusia dalam ruang dan waktu 4. Hakekat hubungan manusia dengan alam sekitarnya 5. Hakekat hubungan manusia dengan sesamanya laki Mola banyak yang menikah dengan wanita Wanci? 14. Adakah amalgamasi tersebut menyebabkan perubahan orientasi kehidupan masyarakat Bajo? 1. Sejauhmana Mola maupun Mantigola memaknai kehidupan dahulu dan sekarang? 2. Bagaimana Mola maupun Mantigola memaknai karya manusia (misalnya makna membuat perahu lambo, panah, dsb) Non survei, wawancara mendalam dengan pendekatan life history 284

17 3. Bagaimana Mola maupun Mantigola memandang masa lalu, masa kini, dan masa depan? 4. Bagaimana pemaknaan laut bagi masyarakat Bajo Mola maupun Mantigola?Apak ah bermakna spiritual, psikologis, ekonomi, atau sosial? 5. Bagaimana memandang Daratan beserta sumberdayanya? 6. Seperti apa sesungguhnya pemaknaan Mola dan Mantigola 285

18 Rasionalitas nelayan 1. Mengartikan tindakan ekonomi dulu dan saat ini 2. makna kerja, uang, dan ekspansi usaha dahulu dan saat ini 3. Pemaknaan lokal terhadap modal dulu dan saat ini 4. Transfer modal dari satu bentuk ke bentuk lain 5. Perubahan rasionalitas mengenai modal 6. Etika terhadap modal 7. Etika terhadap pengakumulasian memandang sama? 7. Seperti apa pula sesungguhnya pemaknaan Mola dan Mantigola memandang orang bagai? 1. Sejauhmana makna tindakan ekonomi bagi Mola dan Mantigola dulu dan saat ini? 2. Apa makna Kerja bagi Mola dan Mantigola dahulu dan saat ini? 3. Apa makna uang bagi masyarakat Mola dan Mantigola dahulu dan saat ini? 4. Apa makna Non survei, wawancara mendalam dengan pendekatan life history 286

19 kekayaan Mola maupun Mantigola mengenai modal dahulu dan saat ini? 5. Seperti apa bentuk transfer modal dari satu bentuk ke bentu lainnya? 6. Dari mana Mola maupun Mantigola memperoleh modal usaha?apa yang berubah dari dahulu sampai sekarang? 7. Bagaimana rasionalitas Mola dan Mantigola terhadap modal dahulu dan saat ini? 8. Sejauhmana etika 287

20 3. Untuk memahami Force of 1. Penguasaan modal Mola dan Matigola memandang pengakumulasia n kekayaan dahulu dan saat ini? 9. Seperti apa perubahan makna pendidikan bagi anak oleh Mola dan Mantigola? 10. Seperti apa etika Mola dan Mantigola dahulu dan saat ini mengenai kerja upahan? Dan upah? 11. Apa makna perempuan di keluarga? 12. Apa makna anak di keluarga? 1. Peralatan apa saja yang Non survei, 288

21 dan menganalisa bagaimana proses perubahan sosial yang terjadi pada Mola dan Mantigola. Production 2. Kepemilikan alat tangkap termasuk kuantitas dan kualitas alat tangkap 3. Pola akumulasi modal 4. Pola akusisi modal/tanah/basis ekonomi kehidupan dahulu dan masa kini. 5. Pola ekspansi modal dahulu dan saat ini. 6. Pola pemupukan modal 7. Sumber/asal alat produksi 8. Sumber modal 9. Harga tiap alat produksi 10. Seasonality digunakan untuk menangkap ikan? 2. Darimana alat tersebut diperoleh? 3. Berapa harga masing-masing alat tersebut? 4. Bagaimana pembayaran alat produksi tersebut (cash, kredit, pinjam atau apa?) 5. Jika uang tidak cukup untuk membeli alat produksi, bagaimana mengatasinya? 6. Adakah perubahan yang terjadi dahulu hingga saat ini mengenai jenis, jumlah dan kualitas alat tangkap? 7. Adakah perubahan pola wawancara mendalam dengan pendekatan life history, pengamatan berperanserta. 289

22 akumulasi modal usaha dahulu hingga saat ini? 8. Adakah perubahan yang terjadi dahulu hingga saat ini mengenai pola akusisi modal/tanah/bas is ekonomi kehidupan dahulu dan masa kini? 9. Bagaimana bentuk ekspansi usaha yang dilakukan? 10. Seperti apa pola pemupukan modal dahulu sampai saat ini? 11. Kapan atau bilaman kegiatan produksi dilakukan? 12. Pertimbangan apa saja yang menentukan? 13. Siapa saja yang menentukan/ber 290

23 peran penting dalam kegiatan proses produksi? 14. berapa lama jangka waktu kegiatan penangkapan ikan? 15. Lokasi ata wilayah mana saja kegiatan penangkapan ikan dilakukan? 16. Adakah kepemilikan lokasi penangkapan? 17. Bagaimana menghadapi hambatan alam, cuaca, dan lainnya? 18. Adakah kegiatan produksi dipengaruhi oleh musim tertentu? 19. Bagaimana proses masuknya modernisasi 291

24 Relation of Production 1. Pola pembagian kerja (termasuk analisa peran perempuan dan laki-laki) 2. Relasi kerja dalam hubungan patron-client 3. Hak dan kewajiban buruh dan juragan 4. Cara-cara mengorganisir buruh 5. Pola-pola perekrutan 6. Mekanisme pengupahan 7. pola-pola distribusi hasil tangkapan perikanan? 20. bagaimana respon nelayan Bajo terhadap modernisasi tersebut 1. Adakah pola pembagian kerja antara laki-laki dan perempuan di dalam rumahtangga? 2. Bagaimana perbedaan akses dan kontrol laki-laki dan perempuan terhadap keuangan rumahtangga? 3. Dalam hal apa saja nelayan bekerjasama dengan nelayan lain? 4. Bagaimana pembagian tugas antarnelayan? 5. Bagaimana rekruitmen Non survei, wawancara mendalam dengan pendekatan life history, dan pengamatan berperan serta.. 292

25 nelayan upahan?apa kriterianya? 6. Apa hak dan kewajiban buruh dan pemilik? 7. Bagaimana cara-cara mengorganisir buruh? 8. Kriteria apa saja dalam menjalin hubungan selain hubungan keluarga 9. Apakah pernah terjadi konflik kepentingan? 10. Bagaimana sistem pengupahannya? 11. Dalam hubungan apa sajakah nelayan merasa tidak nyaman dengan nelayan lain? 12. Dalam hal apa sawi merasa nyaman dengan 293

26 punggawa? 13. Apakah punggawa selalu dapat membantu kesulitan nelayan? 14. Dalam hal apa saja nelayan berhubungan dengan papalele 15. kriteria apa saja dalam menjalin hubungan dengan papalele? 16. kebutuhan apa saja yang sering diperoleh papalele? 17. adakah hubungan dengan papalele terasa memberatkan nelayan? 18. Bagaimana pembagian hasil tangkapan? 19. Kemana hasil dijual? 20. Siapakah yang 294

27 Livelihood development 1. Pola-pola adaptasi masyarakat Bajo 2. Keragaman nafkah dan basis nafkah 3. Hubungan antara teknologi yang digunakan dengan kondisi ekologis 4. Pola-pola perilaku dalam mengeksploita si suatu wilayah 5. Pola-pola perilaku pengaruhnya terhadap aspek budaya 6. Basis nafkah 7. Basis jaringan sosial melakukan penjualan? 21. Siapa yang menetukan harga? 1. Adakah perubahan polapola adaptasi yang dilakukan Mola dan Mantigola? 2. Apa yang mempengaruhi perubahan tersebut? 3. Apa saja keragaman nafkah yang dilakukan oleh Bajo Mola dan Mantigola?adak ah perubahan dari dahulu hingga saat ini? 4. Bagaimana proses nelayan Bajo Mola melakukan diversifikasi nafkah di luar 295

28 kegiatan perikanan tangkap? 5. Adakah polapola perilaku tertentu dari terhadap aspek budaya? 6. Apa basis dari tiap nafkah yang dilakukan? 7. Seperti apa basis jaringan sosial dari setiap nafkah yang dilakukan? 8. Berapa pendapatan nelayan dari tiap-tiap nafkah yang dilakukan? 9. Yang manakah yang memberikan kontribusi terbesar? 10. Adakah pendapatan tersebut ditabung? 296

29 11. Jika terjadi permasalahan kekurangan pendapatan bagaimana mengatasinya? 297

6 KESIMPULAN DAN SARAN

6 KESIMPULAN DAN SARAN 6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil studi yang dilakukan pada dua komunitas yaitu komunitas Suku Bajo Mola, dan Suku Bajo Mantigola, menunjukkan telah terjadi perubahan sosial, sebagai

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia merupakan sebuah negara yang memiliki beragam suku bangsa yang menyebar dan menetap pada berbagai pulau besar maupun pulau-pulau kecil yang membentang dari Sabang sampai

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masyarakat senantiasa berubah di semua tingkat kompleksitas internalnya. Di tingkat makro terjadi perubahan ekonomi, politik, dan kultur. Di tingkat meso terjadi perubahan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Halaman i ii iii iv v vi

DAFTAR ISI. Halaman i ii iii iv v vi DAFTAR ISI RINGKASAN... DAFTAR TABEL.... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... DAFTAR ISI... PRAKATA... PENDAHULUAN Latar Belakang... Pertanyaan dan Masalah penelitian... Tujuan dan Kegunaan Penelitian...

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. daerah pesisir pantai yang ada di Medan. Sebagaimana daerah yang secara

BAB I PENDAHULUAN. daerah pesisir pantai yang ada di Medan. Sebagaimana daerah yang secara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kelurahan Bagan Deli Kecamatan Medan Belawan merupakan salah satu daerah pesisir pantai yang ada di Medan. Sebagaimana daerah yang secara geografis berada di pesisir

Lebih terperinci

BAB VIII KESIMPULAN DAN SARAN

BAB VIII KESIMPULAN DAN SARAN BAB VIII KESIMPULAN DAN SARAN 8.1. Kesimpulan di Tataran Empirik Berdasarkan permasalahan dan tujuan yang dirumuskan dalam melihat ketahanan pasar nagari di Minangkabau dalam menghadapi ekonomi dunia/supra

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Batasan Analisis Batasan analisis dalam penelitian ini adalah: Pertama, Pokok persoalan yang diangkat adalah persoalan keterbatasan lahan, tingkat kerentanan produk tembakau

Lebih terperinci

KAPITALISME LOKAL SUKU BAJO

KAPITALISME LOKAL SUKU BAJO KAPITALISME LOKAL SUKU BAJO ISSN : 1978-4333, Vol. 06, No. 01 Local Capitalism of Bajo Nur Isiyana Wianti *), Arya Hadi Dharmawan, Rilus A. Kinseng, Winati Wigna Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan

Lebih terperinci

KAPITALISME LOKAL SUKU BAJO (STUDI KASUS NELAYAN BAJO MOLA DAN MANTIGOLA, KABUPATEN WAKATOBI, PROVINSI SULAWESI TENGGARA)

KAPITALISME LOKAL SUKU BAJO (STUDI KASUS NELAYAN BAJO MOLA DAN MANTIGOLA, KABUPATEN WAKATOBI, PROVINSI SULAWESI TENGGARA) KAPITALISME LOKAL SUKU BAJO (STUDI KASUS NELAYAN BAJO MOLA DAN MANTIGOLA, KABUPATEN WAKATOBI, PROVINSI SULAWESI TENGGARA) Nur Isiyana Wianti I 353090011 SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011

Lebih terperinci

KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran

KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Kemiskinan dan kesenjangan sosial pada kehidupan nelayan menjadi salah satu perhatian utama bagi kebijakan sektor perikanan. Menurut pemerintah bahwa kemiskinan dan

Lebih terperinci

II. PENDEKATAN TEORITIS

II. PENDEKATAN TEORITIS II. PENDEKATAN TEORITIS 2.1. Tinjauan Pustaka 2.1.1. Teori Kepemilikan Sumber Daya (Property rights) Kondisi tragedy of the common didorong oleh kondisi sumber daya perikanan yang bersifat milik bersama

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. pendapatan asli daerah Sulawesi Selatan. Potensi perikanan dan kelautan meliputi

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. pendapatan asli daerah Sulawesi Selatan. Potensi perikanan dan kelautan meliputi I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sulawesi Selatan sebagai salah satu daerah yang memiliki luas perairan laut cukup besar menjadikan hasil komoditi laut sebagai salah satu andalan dalam pendapatan asli

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Nelayan mandiri memiliki sejumlah karakteristik khas yang membedakannya dengan nelayan lain. Karakteristik tersebut dapat diketahui dari empat komponen kemandirian, yakni

Lebih terperinci

Pengaruh Strategi Pencarian Nafkah dan Sistem Penghidupan Masyarakat Desa dalam Rangka Adaptasi. Oleh: Nabiela Rizki Alifa I

Pengaruh Strategi Pencarian Nafkah dan Sistem Penghidupan Masyarakat Desa dalam Rangka Adaptasi. Oleh: Nabiela Rizki Alifa I Pengaruh Strategi Pencarian Nafkah dan Sistem Penghidupan Masyarakat Desa dalam Rangka Adaptasi Oleh: Nabiela Rizki Alifa I34110099 DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. pedesaan yang sesungguhnya berwajah perempuan dari kelas buruh. Bagian

BAB V KESIMPULAN. pedesaan yang sesungguhnya berwajah perempuan dari kelas buruh. Bagian BAB V KESIMPULAN Bagian kesimpulan ini menyampaikan empat hal. Pertama, mekanisme ekstraksi surplus yang terjadi dalam relasi sosial produksi pertanian padi dan posisi perempuan buruh tani di dalamnya.

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN MASYARAKAT (KPM 231)

PENGEMBANGAN MASYARAKAT (KPM 231) PENGEMBANGAN MASYARAKAT (KPM 231) Koordinator Matakuliah Pengembangan Masyarakat Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat Fakultas Ekologi Manusia Institut Pertanian Bogor Website: http://skpm.fema.ipb.ac.id/

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. Pada kehidupan masyarakat pulau Ende pertukaran menjadi dasar dari

BAB V KESIMPULAN. Pada kehidupan masyarakat pulau Ende pertukaran menjadi dasar dari BAB V KESIMPULAN Pada kehidupan masyarakat pulau Ende pertukaran menjadi dasar dari perekonomiannya. Melalui pertukaran, relasi yang terbangun antar kerabat menjadi kuat. Akan tetapi, di samping itu relasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Secara geografis, Indonesia terdiri dari beribu pulau yang sebagian besar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Secara geografis, Indonesia terdiri dari beribu pulau yang sebagian besar 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Secara geografis, Indonesia terdiri dari beribu pulau yang sebagian besar wiliyahnya merupakan perairan laut, selat dan teluk, sedangkan lainnya adalah daratan yang

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Kemiskinan masih menjadi masalah yang mengancam Bangsa Indonesia. Jumlah penduduk miskin di Indonesia pada bulan Maret 2007 sebesar 37,17 juta jiwa yang berarti sebanyak 16,58

Lebih terperinci

RESPONS TERHADAP MODERNISASI

RESPONS TERHADAP MODERNISASI RESPONS TERHADAP MODERNISASI Karakteristik Adopter Karakteristik responden penelitian ini meliputi umur, pengalaman usaha, pendapatan, lama pendidikan, dan status sosial. Secara ringkas responden tersebut

Lebih terperinci

BAB IV DISKUSI TEORITIK

BAB IV DISKUSI TEORITIK BAB IV DISKUSI TEORITIK Teori yang digunakan dalam analisa ini bermaksud untuk memahami apakah yang menjadi alasan para buruh petani garam luar Kecamatan Pakalmelakukan migrasi ke Kecamatan Pakal, Kota

Lebih terperinci

MISI PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA UNIVERSITAS AIRLANGGA

MISI PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA UNIVERSITAS AIRLANGGA MISI PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA UNIVERSITAS AIRLANGGA 1. Menjadi institusi keilmuan yang unggul dalam pengkajian strategis, terutama di bidang kajian ilmu administrasi negara. 2. Menjadi institusi

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Salah satu isu yang muncul menjelang berakhirnya abad ke-20 adalah persoalan gender. Isu tentang gender ini telah menjadi bahasan yang memasuki setiap analisis sosial. Gender

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. tinggi tingkatan usaha pedagang barang bekas maka memiliki relasi kerja yang semakin

BAB V PENUTUP. tinggi tingkatan usaha pedagang barang bekas maka memiliki relasi kerja yang semakin BAB V PENUTUP 5.1. Kesimpulan Relasi kerja antar pedagang barang bekas dibedakan berdasar pada tingkatan usahanya, yaitu pedagang keliling, pemilik lapak kecil, dan pemilik lapak besar. Semakin tinggi

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang 1. PENDAHULUAN Perubahan lingkungan berimplikasi terhadap berbagai dimensi kehidupan termasuk pemenuhan kebutuhan hidup. Hal ini tentu saja sangat dirasakan oleh perempuan Kamoro yang secara budaya diberi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah lautan. Luas daratan Indonesia adalah km² yang menempatkan

BAB I PENDAHULUAN. adalah lautan. Luas daratan Indonesia adalah km² yang menempatkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu negara kepulauan terbesar di dunia. Dimana dua sepertiga wilayahnya merupakan perairan. Terletak pada garis katulistiwa, Indonesia

Lebih terperinci

Konsep Sustainable Livelihoods. Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya

Konsep Sustainable Livelihoods. Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya Konsep Sustainable Livelihoods Eko Nugroho, S.Pt, M.Sc Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya E-mail: eko_nug@yahoo.com Livelihood Secara sederhana = cara mencari nafkah Dalam konteks ketahanan pangan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN Manusia pada hakikatnya adalah sebagai mahluk individu sekaligus mahluk sosial. Manusia sebagai mahluk sosial dimana manusia itu sendiri memerlukan interaksi

Lebih terperinci

Pendahuluan: Pengantar Kepada Ekologi Manusia (Kuliah I)

Pendahuluan: Pengantar Kepada Ekologi Manusia (Kuliah I) Pendahuluan: Pengantar Kepada Ekologi Manusia (Kuliah I) Tim Pengajar MK Ekologi Manusia 2010 Tujuan Pengajaran Memperkenalkan ekologi manusia kepada mahasiswa sebagai salah satu pendekatan untuk memahami

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perubahan sosial dan budaya yang terjadi pada masyarakat adat di Indonesia berkaitan erat dengan hadirnya negara dan pasar dalam kehidupan mereka. Li (2002) menjelaskan

Lebih terperinci

2015 KEHIDUPAN MASYARAKAT NELAYAN KECAMATAN GEBANG KABUPATEN CIREBON

2015 KEHIDUPAN MASYARAKAT NELAYAN KECAMATAN GEBANG KABUPATEN CIREBON BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara maritim yang memiliki potensi alam di sektor perikanan yang melimpah yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakatnya. Salah satu sumber

Lebih terperinci

BAB X KESIMPULAN DAN IMPLIKASI

BAB X KESIMPULAN DAN IMPLIKASI BAB X KESIMPULAN DAN IMPLIKASI 10.1. Kesimpulan Dalam cakupan masa kontemporer, menguatnya pengaruh kapitalisme terhadap komunitas petani di empat lokasi penelitian dimulai sejak terjadinya perubahan praktek

Lebih terperinci

Kesimpulan. Bab Sepuluh

Kesimpulan. Bab Sepuluh Bab Sepuluh Kesimpulan Masyarakat pada umumnya terus berhadapan dengan perubahan dalam seluruh aspek kehidupan. Kita tidak akan mungkin mengabaikan proses perubahan yang sementara dan akan terus terjadi

Lebih terperinci

Oleh Maria Chatarina Adharti Sri Susriyamtini ; Suci Paresti ; Maria Listiyanti ; Sapto Aji Wirantho ; Budi Santosa

Oleh Maria Chatarina Adharti Sri Susriyamtini ; Suci Paresti ; Maria Listiyanti ; Sapto Aji Wirantho ; Budi Santosa PEDOMAN PELAKSANAAN KEGIATAN IDENTIFIKASI DAN ANALISIS KEBUTUHAN LAPANGAN PADA PENGEMBANGAN MODEL KURIKULUM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT PESISIR BERBASIS EKONOMI PRODUKTIF Oleh Maria Chatarina Adharti Sri Susriyamtini

Lebih terperinci

PENGUATAN MODAL SOSIAL UNTUK PENGEMBANGAN NAFKAH BERKELANJUTAN DAN BERKEADILAN * Slamet Widodo

PENGUATAN MODAL SOSIAL UNTUK PENGEMBANGAN NAFKAH BERKELANJUTAN DAN BERKEADILAN * Slamet Widodo PENGUATAN MODAL SOSIAL UNTUK PENGEMBANGAN NAFKAH BERKELANJUTAN DAN BERKEADILAN * Slamet Widodo Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura Abstrak Penelitian dilaksanakan di

Lebih terperinci

Panduan Pengumpulan Data Kualitatif: Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat

Panduan Pengumpulan Data Kualitatif: Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat Panduan Pengumpulan Data Kualitatif: Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat Subparameter/Variabel Informasi lanjutan Sumber data/metode Kondisi Geografis - Jarak tempuh lokasi penelitian dari pusat pemerintahan:

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sub sektor perikanan menjadi salah satu sub sektor andalan dalam

I. PENDAHULUAN. Sub sektor perikanan menjadi salah satu sub sektor andalan dalam I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sub sektor perikanan menjadi salah satu sub sektor andalan dalam perekonomian Indonesia karena beberapa alasan antara lain: (1) sumberdaya perikanan, sumberdaya perairan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ilmu sosial yang sangat penting. Masyarakat atau komunitas desa yang syarat

BAB I PENDAHULUAN. ilmu sosial yang sangat penting. Masyarakat atau komunitas desa yang syarat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kajian tentang masyarakat nelayan pedesaan merupakan salah satu kajian ilmu sosial yang sangat penting. Masyarakat atau komunitas desa yang syarat dengan kebudayaan

Lebih terperinci

BAB VIII PENUTUP. Penelitian dengan tema kebijakan hutan rakyat dan dinamika sosial

BAB VIII PENUTUP. Penelitian dengan tema kebijakan hutan rakyat dan dinamika sosial BAB VIII PENUTUP Penelitian dengan tema kebijakan hutan rakyat dan dinamika sosial ekonomi masyarakat di Kabupaten Banyumas ini mengambil tiga fokus kajian yakni ekonomi politik kebijakan hutan rakyat,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dan perempuan terjadi melalui proses yang sangat panjang. Oleh karena itu

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dan perempuan terjadi melalui proses yang sangat panjang. Oleh karena itu BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Teori Relasi Kekuasaan Sejarah perbedaan gender (gender differences) antara manusia jenis laki- laki dan perempuan terjadi melalui proses yang sangat panjang. Oleh karena itu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagaimana yang tercantum dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2010-2014, pemerintah menetapkan bahwa dalam kerangka pencapaian pembangunan

Lebih terperinci

PENDEKATAN TEORITIS. Tinjauan Pustaka

PENDEKATAN TEORITIS. Tinjauan Pustaka PENDEKATAN TEORITIS Tinjauan Pustaka Perubahan Iklim Perubahan iklim dapat dikatakan sebagai sebuah perubahan pada sebuah keadaan iklim yang diidentifikasi menggunakan uji statistik dari rata-rata perubahan

Lebih terperinci

BAB III KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS

BAB III KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS BAB III KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS 3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian Pencemaran pesisir merupakan dampak negatif dari zat atau energi yang masuk baik secara langsung maupun tidak langsung pada lingkungan

Lebih terperinci

8 KESIMPULAN DAN REFLEKSI

8 KESIMPULAN DAN REFLEKSI 8 KESIMPULAN DAN REFLEKSI 8.1 Kesimpulan 8.1.1 Transformasi dan Pola Interaksi Elite Transformasi kekuasaan pada etnis Bugis Bone dan Makassar Gowa berlangsung dalam empat fase utama; tradisional, feudalism,

Lebih terperinci

PEMBANGUNAN DAN PERUBAHAN SOSIAL

PEMBANGUNAN DAN PERUBAHAN SOSIAL PEMBANGUNAN DAN PERUBAHAN SOSIAL Arti dan Tujuan Pembangunan Pembangunan merupakan suatu bentuk perubahan sosial yang terarah dan berencana melalui berbagai macam kebijakan yang bertujuan untuk meningkatkan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Behavior dalam Pandangan Nitze tentang Perspektif Tuan dan Buruh Sosiologi perilaku memusatkan perhatian pada hubungan antara pengaruh perilaku seorang aktor terhadap lingkungan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Pengertian Kemiskinan Nelayan Nelayan adalah suatu kelompok masyarakat yang kehidupannya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORITIS

BAB II TINJAUAN TEORITIS BAB II TINJAUAN TEORITIS 2.1. Pengertian Tanah dan Fungsinya Sejak adanya kehidupan di dunia ini, tanah merupakan salah satu sumberdaya yang penting bagi makhluk hidup. Tanah merupakan salah satu bagian

Lebih terperinci

3. Berbagai Pergeseran Pekerjaan Pertanyaan Diskusi

3. Berbagai Pergeseran Pekerjaan Pertanyaan Diskusi SOSIOLOGI PERTANIAN: Pasca Revolusi Hijau di Pedesaan Jawa Timur Lambang Triyono Lab. Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya Email : dl@ub.ac.id Tujuan Pembelajaran

Lebih terperinci

PERUBAHAN IKLIM DAN STRATEGI ADAPTASI NELAYAN

PERUBAHAN IKLIM DAN STRATEGI ADAPTASI NELAYAN PERUBAHAN IKLIM DAN STRATEGI ADAPTASI NELAYAN OLEH : Arif Satria Fakultas Ekologi Manusia IPB Disampaikan padalokakarya MENGARUSUTAMAKAN ADAPTASI TERHADAP PERUBAHAN IKLIM DALAM AGENDA PEMBANGUNAN, 23 OKTOBER

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Lokasi Penelitian

METODE PENELITIAN Lokasi Penelitian METODE PENELITIAN Penelitian ini akan memberikan gambaran secara menyeluruh dan mendalam terhadap fenomena strategi nafkah rumah tangga miskin dan pilihan strategi nafkah yang akan dijalankannya. Penelitian

Lebih terperinci

1.4 Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1.4 Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masyarakat nelayan merupakan bagian dari kelompok masyarakat yang tinggal di daerah pesisir. Pada umumnya mereka adalah kelompok masyarakat tertinggal yang berada pada

Lebih terperinci

* Terdapat dua teori besar dalam ilmu social yang. 1. Teori struktural fungsionalisme, dan 2. Teori struktural konflik

* Terdapat dua teori besar dalam ilmu social yang. 1. Teori struktural fungsionalisme, dan 2. Teori struktural konflik Terdapat dua teori besar dalam ilmu social yang melahirkan aliran feminisme, yakni: 1. Teori struktural fungsionalisme, dan 2. Teori struktural konflik * *Tokoh : Robert Merton & Talcott Parsons. *Teori

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Populasi dan Sampel Populasi penelitian adalah semua nelayan yang seluruh atau sebagian besar aktivitasnya melakukan usaha penangkapan ikan demersal di Kecamatan Wangi-Wangi

Lebih terperinci

Penyuluhan Perikanan yang Adaptif, Evaluatif dan Solutif

Penyuluhan Perikanan yang Adaptif, Evaluatif dan Solutif Penyuluhan Perikanan yang Adaptif, Evaluatif dan Solutif Sebuah usulan pemikiran dengan contoh kasus Evaluasi Kelompok Usaha Bersama Perikanan Tangkap () Luky Adrianto Bagian Ilmu Pengelolaan Sumberdaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Banyak program pembangunan ekonomi yang berlangsung saat ini. difokuskan pada pengembangan industrialisasi. Salah satu di antara

BAB I PENDAHULUAN. Banyak program pembangunan ekonomi yang berlangsung saat ini. difokuskan pada pengembangan industrialisasi. Salah satu di antara BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Banyak program pembangunan ekonomi yang berlangsung saat ini difokuskan pada pengembangan industrialisasi. Salah satu di antara pengembangan bidang industrialisasi

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Masih ditemukannya banyak penduduk miskin wilayah pesisir Kecamatan Brondong, Kabupaten Lamongan, menunjukkan adanya ketidakoptimalan kegiatan pemberdayaan ekonomi

Lebih terperinci

VI. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PELUANG KERJA SUAMI DAN ISTRI DI LUAR SEKTOR PERIKANAN

VI. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PELUANG KERJA SUAMI DAN ISTRI DI LUAR SEKTOR PERIKANAN VI. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PELUANG KERJA SUAMI DAN ISTRI DI LUAR SEKTOR PERIKANAN Rumahtangga adalah basis unit kegiatan produksi dan konsumsi dimana anggota rumahtangga merupakan sumberdaya manusia

Lebih terperinci

8 KESIMPULAN DAN SARAN

8 KESIMPULAN DAN SARAN 8 KESIMPULAN DAN SARAN 8.1. Kesimpulan Dalam konteks kelembagaan pengelolaan hutan, sistem pengelolaan hutan bukan hanya merupakan representasi keberadaan lembaga regulasi negara, melainkan masyarakat

Lebih terperinci

Konservasi Alam dalam Proses Menjadi

Konservasi Alam dalam Proses Menjadi BAB 6 Konservasi Alam dalam Proses Menjadi Pelestarian alam atau konservasi keanekaragaman hayati telah membangun sejarahnya sendiri di kepulauan Togean, dengan apa para aktor akhirnya membentuk pengetahuan

Lebih terperinci

Tahapan Pemetaan Partisipatif Wilayah Kelola Rakyat

Tahapan Pemetaan Partisipatif Wilayah Kelola Rakyat Upaya PERDU mendorong pengelolaan sumberdaya alam di Papua secara adil dan berkelanjutan adalah dengan cara meningkatkan kapasitas masyarakat asli Papua. Juga dengan mengupayakan pemanfaatan sumberdaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pantai tersebut, Indonesia memiliki wilayah pesisir yang sangat luas dengan

BAB I PENDAHULUAN. pantai tersebut, Indonesia memiliki wilayah pesisir yang sangat luas dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia dikenal sebagai negara kepulauan terbesar di dunia, dengan tidak kurang dari 17 ribu buah pulau dan 81 ribu km panjang pantai. Dengan panjang pantai tersebut,

Lebih terperinci

EKONOMI POLITIK SUMBERDAYA ALAM DAN LINGKUNGAN (ESL 426 )

EKONOMI POLITIK SUMBERDAYA ALAM DAN LINGKUNGAN (ESL 426 ) EKONOMI POLITIK SUMBERDAYA ALAM DAN LINGKUNGAN (ESL 426 ) Dosen: 1. Dr. Ir. Aceng Hidiayat MT (Koordinator) 2. Dessy Rachmawatie SPt, MSi 3. Prima Gandhi SP, MSi KULIAH 3 : Teori Ekonomi Politik Marxian

Lebih terperinci

Matakuliah : O0042 Pengantar Sosiologi Tahun : Ganjil 2007/2008 PERUBAHAN SOSIAL DAN MODERNITAS PERTEMUAN 09

Matakuliah : O0042 Pengantar Sosiologi Tahun : Ganjil 2007/2008 PERUBAHAN SOSIAL DAN MODERNITAS PERTEMUAN 09 Matakuliah : O0042 Pengantar Sosiologi Tahun : Ganjil 2007/2008 PERUBAHAN SOSIAL DAN MODERNITAS PERTEMUAN 09 1. Pengertian Perubahan Sosial Setiap masyarakat manusia selama hidup pasti mengalami perubahan-perubahan.

Lebih terperinci

Mia Siscawati. *Program Studi Kajian Gender-Program Pascasarjana UI *Pusat Kajian Antropologi-FISIP UI

Mia Siscawati. *Program Studi Kajian Gender-Program Pascasarjana UI *Pusat Kajian Antropologi-FISIP UI Mia Siscawati *Program Studi Kajian Gender-Program Pascasarjana UI *Pusat Kajian Antropologi-FISIP UI Kampung tersebut memiliki tingkat kemiskinan cukup tinggi, tingkat pendidikan rendah, dan tingkat

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Mengkaji perilaku nelayan artisanal di Indonesia, khususnya di pantai Utara Jawa Barat penting dilakukan. Hal ini berguna untuk mengumpulkan data dasar tentang perilaku nelayan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Modal sosial atau social capital merupakan satu terminologi baru yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Modal sosial atau social capital merupakan satu terminologi baru yang BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Modal sosial Modal sosial atau social capital merupakan satu terminologi baru yang dikembangkan oleh ahli-ahli sosial untuk memperkaya pemahaman kita tentang masyarakat dan komunitas.

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di kawasan Kecamatan Labuan, Kabupaten

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di kawasan Kecamatan Labuan, Kabupaten IV. METODE PENELITIAN. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di kawasan Kecamatan Labuan, Kabupaten Pandeglang, Banten. Pemilihan lokasi tersebut dilakukan secara sengaja (purposive),

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berbagai suku daerah, etnis, budaya, bahkan berbeda kepercayaan dan agama, sehingga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berbagai suku daerah, etnis, budaya, bahkan berbeda kepercayaan dan agama, sehingga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kehidupan masyarakat di perkotaan dilihat dari struktur masyarakatnya yang heterogen, yaitu dari segi mata pencaharian utama yang beragam, mayoritas masyarakatnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masih memandang mereka sebagai subordinat laki-laki. Salah satu bentuk

BAB I PENDAHULUAN. masih memandang mereka sebagai subordinat laki-laki. Salah satu bentuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Konstruksi budaya patriarki yang masih mengakar kuat di Indonesia hingga saat ini, mengakibatkan posisi perempuan semakin terpuruk, terutama pada kelompok miskin. Perempuan

Lebih terperinci

BAB V STRUKTUR PENGUASAAN TANAH LOKAL

BAB V STRUKTUR PENGUASAAN TANAH LOKAL 38 BAB V STRUKTUR PENGUASAAN TANAH LOKAL 5.1 Pola Pemilikan Lahan Lahan merupakan faktor utama bagi masyarakat pedesaan terutama yang menggantungkan hidupnya dari bidang pertanian. Pada masyarakat pedesaan

Lebih terperinci

BAB VII ANALISIS HUBUNGAN KARAKTERISTIK MASYARAKAT NELAYAN DENGAN STRATEGI SOSIAL DAN STRATEGI EKONOMI NELAYAN

BAB VII ANALISIS HUBUNGAN KARAKTERISTIK MASYARAKAT NELAYAN DENGAN STRATEGI SOSIAL DAN STRATEGI EKONOMI NELAYAN BAB VII ANALISIS HUBUNGAN KARAKTERISTIK MASYARAKAT NELAYAN DENGAN STRATEGI SOSIAL DAN STRATEGI EKONOMI NELAYAN 7.1. Hubungan Karakteristik Nelayan dengan Strategi Sosial 7.1.1. Hubungan Usia dengan Strategi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut para ahli, kemiskinan masih menjadi permasalahan penting yang harus segera dituntaskan, karena kemiskinan merupakan persoalan multidimensional yang tidak saja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Meskipun Indonesia merupakan negara yang memiliki potensi pertanian yang

BAB I PENDAHULUAN. Meskipun Indonesia merupakan negara yang memiliki potensi pertanian yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Meskipun Indonesia merupakan negara yang memiliki potensi pertanian yang sangat tinggi, namun belum banyak upaya yang dilakukan untuk mengidentifikasi keberhasilan agribisnis

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia mempunyai perairan laut yang lebih luas dari pada daratan, oleh karena itu Indonesia di kenal sebagai negara maritim. Perairan laut Indonesia kaya akan berbagai

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. kebangkitan gerakan perempuan yang mewujud dalam bentuk jaringan. Meski

BAB V PENUTUP. kebangkitan gerakan perempuan yang mewujud dalam bentuk jaringan. Meski BAB V PENUTUP 5.1. Kesimpulan Kehadiran gerakan perempuan yang ada di Yogyakarta telah dimulai sejak rejim orde baru berkuasa. Dalam tesis ini didapatkan temuan bahwa perjalanan gerakan perempuan bukanlah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memahami dan mampu mengelola sumber daya alam secara bertanggung jawab

BAB I PENDAHULUAN. memahami dan mampu mengelola sumber daya alam secara bertanggung jawab BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan pemberdayaan perempuan merupakan bagian integral dari pembangunan nasional, karena sebagai sumber daya manusia, kemampuan perempuan yang berkualitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebagian hutan tropis terbesar di dunia terdapat di Indonesia. Berdasarkan

BAB I PENDAHULUAN. Sebagian hutan tropis terbesar di dunia terdapat di Indonesia. Berdasarkan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sebagian hutan tropis terbesar di dunia terdapat di Indonesia. Berdasarkan luas, hutan tropis Indonesia menempati urutan ke tiga setelah Brasil dan Republik Demokrasi

Lebih terperinci

Gambar 2 Peta kawasan Kasepuhan Citorek di kawasan TNGHS.

Gambar 2 Peta kawasan Kasepuhan Citorek di kawasan TNGHS. 6 BAB II METODE PENELITIAN 2.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret-April 2012. Pengumpulan data sosial masyarakat dilaksanakan di Kasepuhan Citorek Kecamatan Cibeber Kabupaten

Lebih terperinci

BAB VIII KESIMPULAN DAN IMPLIKASI

BAB VIII KESIMPULAN DAN IMPLIKASI BAB VIII KESIMPULAN DAN IMPLIKASI 8.1. Kesimpulan Berdasarkan pada aspek kajian tentang peta sosial dan sumber-sumber kehidupan (livelihood resources) maka dapat disimpulkan bahwa komunitas petani pesisir

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Desa Bogak merupakan wilayah pesisir yang terletak di Kecamatan Tanjung Tiram

BAB I PENDAHULUAN. Desa Bogak merupakan wilayah pesisir yang terletak di Kecamatan Tanjung Tiram BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Desa Bogak merupakan wilayah pesisir yang terletak di Kecamatan Tanjung Tiram Kabupaten Batu Bara Provinsi Sumatera Utara. Sebagai desa yang berada di wilayah pesisir,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peranan penting dalam kehidupan manusia, mulai hal yang terkecil dalam

BAB I PENDAHULUAN. peranan penting dalam kehidupan manusia, mulai hal yang terkecil dalam 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tujuan Pembangunan Nasional adalah masyarakat yang adil dan makmur. Untuk mencapai tujuan tersebut harus dikembangkan dan dikelola sumberdaya yang tersedia. Indonesia

Lebih terperinci

Dr. Ir. Teguh Kismantoroadji, M.Si. Ir. Daru Retnowati, M.Si.

Dr. Ir. Teguh Kismantoroadji, M.Si. Ir. Daru Retnowati, M.Si. Dr. Ir. Teguh Kismantoroadji, M.Si. Ir. Daru Retnowati, M.Si. Pertemuan ke-4 1. Selo Soemardjan & Soleman Soemardi (1974) Sebab-sebab perubahan sosial mungkin sumbernya ada yang terletak di dalam masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan adalah sumberdaya perikanan, khususnya perikanan laut.

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan adalah sumberdaya perikanan, khususnya perikanan laut. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tujuan Pembangunan Nasional adalah masyarakat yang adil dan makmur. Untuk mencapai tujuan tersebut harus dikembangkan dan dikelola sumberdaya yang tersedia.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Secara keseluruhan daerah Lampung memiliki luas daratan ,80 km², kota

I. PENDAHULUAN. Secara keseluruhan daerah Lampung memiliki luas daratan ,80 km², kota 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Secara keseluruhan daerah Lampung memiliki luas daratan 34.623,80 km², kota Bandar Lampung merupakan Kabupaten/Kota di Provinsi Lampung yang memiliki

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. mengubah berbagai faktor produksi menjadi barang dan jasa. Berdasarkan

II. TINJAUAN PUSTAKA. mengubah berbagai faktor produksi menjadi barang dan jasa. Berdasarkan II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Produksi Menurut Rahardja (2006) dalam aktivitas produksinya, produsen mengubah berbagai faktor produksi menjadi barang dan jasa. Berdasarkan hubungannya dengan tingkat produksi,

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 24 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PEMBENTUKAN DAN PENGELOLAAN BADAN USAHA MILIK DESA

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 24 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PEMBENTUKAN DAN PENGELOLAAN BADAN USAHA MILIK DESA PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 24 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PEMBENTUKAN DAN PENGELOLAAN BADAN USAHA MILIK DESA I. UMUM 1. Pengembangan basis ekonomi di pedesaan sudah sejak lama

Lebih terperinci

BAB II RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD)

BAB II RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah BAB II RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) A. Visi dan Misi 1. Visi Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Sleman 2010-2015 menetapkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Perubahan zaman dan perkembangan teknologi telah membawa dampak yang begitu besar

I. PENDAHULUAN. Perubahan zaman dan perkembangan teknologi telah membawa dampak yang begitu besar I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perubahan zaman dan perkembangan teknologi telah membawa dampak yang begitu besar terhadap kehidupan masyarakat Indonesia. Khususnya bagi kehidupan remaja yang

Lebih terperinci

BAB VII PENUTUP. sebelumnya, dapat ditarik beberapa kesimpulan mengenai penelitian dengan judul

BAB VII PENUTUP. sebelumnya, dapat ditarik beberapa kesimpulan mengenai penelitian dengan judul BAB VII PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan pemaparan data dan analisis yang telah dibahas pada bab bab sebelumnya, dapat ditarik beberapa kesimpulan mengenai penelitian dengan judul ekonomi politik pembangunan

Lebih terperinci

KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN

KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN Kesimpulan Akhir tahun 70-an dan awal 80-an, Pemerintahan Orde Baru menggalakkan program transmigrasi dari Pulau Jawa ke luar Pulau Jawa, seperti Sulawesi, Kalimantan,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) adalah lembaga usaha desa yang dikelola

I. PENDAHULUAN. Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) adalah lembaga usaha desa yang dikelola I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) adalah lembaga usaha desa yang dikelola oleh masyarakat dan pemerintahan desa dalam upaya memperkuat perekonomian desa dan dibentuk

Lebih terperinci

5.1. Analisis mengenai Komponen-komponen Utama dalam Pembangunan Wilayah Pesisir

5.1. Analisis mengenai Komponen-komponen Utama dalam Pembangunan Wilayah Pesisir BAB V ANALISIS Bab ini berisi analisis terhadap bahasan-bahasan pada bab-bab sebelumnya, yaitu analisis mengenai komponen-komponen utama dalam pembangunan wilayah pesisir, analisis mengenai pemetaan entitas-entitas

Lebih terperinci

Brief Note. Edisi 21, Membangun Ekonomi Kerakyatan

Brief Note. Edisi 21, Membangun Ekonomi Kerakyatan Brief Note Edisi 21, 2016 Membangun Ekonomi Kerakyatan Membangun Ekonomi Kerakyatan Riza Primahendra Pengantar Pelemahan ekonomi global yang terjadi dua tahun terakhir telah membut beberapa pihak menyampaikan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kemiskinan Nelayan Masyarakat yang berada di kawasan pesisir menghadapi berbagai permasalahan yang menyebabkan kemiskinan. Pada umumnya mereka menggantungkan hidupnya dari pemanfaatan

Lebih terperinci

Kondisi Ekonomi Pembangunan di Indonesia. Oleh Ruly Wiliandri, SE., MM

Kondisi Ekonomi Pembangunan di Indonesia. Oleh Ruly Wiliandri, SE., MM Kondisi Ekonomi Pembangunan di Indonesia Oleh Ruly Wiliandri, SE., MM Permasalahan Pembangunan Ekonomi - Pendekatan perekonomian : Pendekatan Makro - Masalah dalam perekonomian : rendahnya pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. lingkungan sekitarnya. Perubahan tersebut bisa terlihat didalam perilaku atau

BAB II KAJIAN PUSTAKA. lingkungan sekitarnya. Perubahan tersebut bisa terlihat didalam perilaku atau BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Perubahan Sosial di Pedesaan Setiap individu atau masyarakat tentunya mengalami suatu perubahan. Lambat atau cepat perubahan itu terjadi tergantung kepada banyaknya faktor di

Lebih terperinci

Pelaku dan Praktek Pengembangan Masyarakat (Community Development)

Pelaku dan Praktek Pengembangan Masyarakat (Community Development) 4 Pelaku dan Praktek Pengembangan Masyarakat (Community Development) Negara adalah suatu entitas yang terdiri dari komponen Pemerintah, kalangan swasta, dan masyarakat, yang masing-masing punya peran,

Lebih terperinci

ASSET-ASSET SOSIAL PADA KOMUNITAS NELAYAN

ASSET-ASSET SOSIAL PADA KOMUNITAS NELAYAN 1 ASSET-ASSET SOSIAL PADA KOMUNITAS NELAYAN (Studi Kasus Proses Mobilisasi Asset Sosial Pada Komunitas Nelayan di Kelurahan Cilacap, Kecamatan Cilacap Selatan, Cilacap, Jawa Tengah) Oleh : WAHYU DWI MARGIATI

Lebih terperinci

REVIEW Pengelolaan Kolaborasi Sumberdaya Alam. Apa, Mengapa, dan Bagaimana Pengelolaan Kolaboratif SumberdayaAlam: Pengantar Diskusi

REVIEW Pengelolaan Kolaborasi Sumberdaya Alam. Apa, Mengapa, dan Bagaimana Pengelolaan Kolaboratif SumberdayaAlam: Pengantar Diskusi REVIEW Pengelolaan Kolaborasi Sumberdaya Alam Apa, Mengapa, dan Bagaimana Pengelolaan Kolaboratif SumberdayaAlam: Pengantar Diskusi Pembelajaran Akselerasi Bertindak Melihat Mendengar Merasa Siklus Belajar

Lebih terperinci