Kesimpulan. Bab Sepuluh

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Kesimpulan. Bab Sepuluh"

Transkripsi

1 Bab Sepuluh Kesimpulan Masyarakat pada umumnya terus berhadapan dengan perubahan dalam seluruh aspek kehidupan. Kita tidak akan mungkin mengabaikan proses perubahan yang sementara dan akan terus terjadi dalam masyarakat. Baik perubahan pada aspek ekonomi, sosial dan budaya. Kemampuan untuk beradaptasi dengan perubahan sangat diperlukan, sehingga memungkinkan masyarakat tetap bertahan menghadapinya. Termasuk papalele dengan segala dinamika kehidupan rumah tangga dan usaha. Kemampuan papalele untuk tetap bertahan memberikan faedah untuk merespons dinamika perubahan dalam masyarakat. Sehingga dalam kasus ini panduan untuk menarik kesimpulan yakni apa sesungguhnya yang menjadi kekuatan papalele sebagai pedagang kecil (petty traders) mampu bertahan?. Atas dasar panduan itu maka simpulan yang perlu dikemukakan dapat diuraikan sebagai berikut. Ketangguhan papalele melalui kolaborasi usaha adalah kunci pokok kebertahanan satu proses usaha yang hampir tidak dimiliki oleh kalangan pedagang kecil. Papalele sebagai satu usaha kecil, secara nyata melakukan kolaborasi usaha. Belum 301

2 Papalele: Potret Aktivitas Komunitas Pedagang Kecil di Ambon ditemukan kasus serupa yang membuktikan bahwa pedagang kecil memainkan peran kolaborasi usaha untuk mempertahankan jalannya usaha. Pada umumnya, dalam aktivitas usaha, cenderung pelaku usaha akan melakukan pemupukan modal sebagai bentuk investasi untuk pengembangan usaha di masa depan (Hisrich et.al, 2008:520). Pencapaian usaha bukan pada aspek ekonomi dalam hal ini pengembangan usaha papalele. Tetapi pencapaian usaha dibuktikan melalui peningkatan status sosial keluarga melalui keberhasilan pendidikan anak-anak. Perdebatan antara pikiran Scoot (2000) tentang moral ekonomi petani dan Popkins (1979) tentang petani rasional tidak terjadi titik temu. Kedua pihak sama-sama mengagungkan temuan mereka. Pada posisi itu, sebetulnya papalele berada pada kedua pemikiran besar itu. Papalele juga mempertimbangkan masa depan dengan baik secara subsisten maupun terbuka terhadap perubahan. Salah satu aspek penting papalele untuk memayungi kedua pendapat tersebut dengan cara berkolaborasi. Kolaborasi usaha, adalah istilah konsep yang saya gunakan untuk menggambarkan bekerjanya usaha papalele. Kerjasama tersebut diarahkan untuk mempertahankan usaha melalui mekanisme penjualan. Kolaborasi pada pedagang kecil, harus diakui hampir tidak pernah ditemui. Kolaborasi justru melibatkan kegiatan perusahaan-perusahaan besar yang mapan. Seperti yang dikemukakan Mandeville (2005), kolaborasi bisnis biasanya melibatkan industri besar dan berbeda, atau kolaborasi yang dilakukan antara perusahaan swasta dan pemerintah. Dengan kerjasama antar perusahaan, sesungguhnya merupakan strategi perusahaan untuk menjaga kelanjutan jalannya usaha di masa depan. Orientasinya jelas, kemungkinan pengembangan usaha yang lebih besar. 302

3 Kesimpulan Seperti yang telah disajikan di depan, dalam kerangka memetakan empat konsep sintesa, maka kesimpulan ini tetap mengacu pada konsep tersebut. Konsep tersebut, masing-masing rumah tangga dan mata pencaharian, kewirausahaan, identitas dan modal sosial. Hubungan keempat konsep tersebut berkaitan dengan pedagang kecil (petty traders) untuk berkolaborasi dalam usaha. Strategi kolaborasi mempertahankan usaha bertujuan untuk orintasi masa depan melalaui investasi pada aspek pendidikan adalah penting bagi masa depan mereka dan anakanaknya. Dengan penelitian tentang papalele ini banyak ditemukan fenomena menarik yang menunjukkan bahwa kemampuan papalele tidak hanya sebatas dan semata-mata kepentingan ekonomis. Aspek sejarah (historical capital) yang ditunjukan melalui turun-temurun usaha papalele menegaskan hal itu. Historical capital yang didukung oleh social capital menjadi jelas. Karena itu konsep modal kolaborasi (collaboration capital) dalam papalele yang dibangun adalah kemampuan kerjasama untuk menyatukan aspek ekonomi (transaksi dagang), dengan aspek sosial (relasi) dan jaringannya. Adanya rasa saling percaya dalam kesadaran bersama dengan pemahaman matang yang bersumber dari nilai budaya lokal. Kolaborasi ketiga aspek tersebut menjadi satu rangkaian kekuatan papalele mempertahankan ekonomi rumah tangga dan usahanya. Rumah Tangga yang Mandiri Implikasi selanjutnya dari penelitian tentang papalele memberikan beberapa pemikiran. Papalele sebagai mata pencaharian sebagaimana pandangan Carswell (Bryceson, 1999) dan Zoomers (Marschkel dan Berkes, 2006) suatu kegiatan yang dilakukan individu atau rumah tangga, merupakan suatu bentuk 303

4 Papalele: Potret Aktivitas Komunitas Pedagang Kecil di Ambon kemampuan menghimpun aset dari individu atau rumah tangga untuk memenuhi kebutuhan hidup. Individu, rumah tangga, atau kelompok akan selalu berupaya memenuhi kebutuhan hidup, walaupun kadang-kadang mereka tidak akan pernah terlepas dari situasi yang tidak menentu, terutama yang berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan hidup. Pengalaman seperti ini banyak dijumpai pada masyarakat perdesaan yang selalu berjuang untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarga. Papalele ternyata tidak hanya menjadi sumber pendapatan pokok keluarga, tetapi juga menjadi pendapatan sampingan. Pada posisi ini sangat jelas bahwa sumber keungan keluarga merupakan akumulasi dari peran perempuan dalam rumah tangga. Karena itu, tujuannya jelas, untuk meningkatkan kesejahteraan keluarga, pada masa sekarang dan masa depan secara berkelanjutan. Papalele sebagai salah satu proses perdagangan yang berskala kecil, ternyata menunjukan eksitensi melalui kolaborasi usaha. Keberadaan papalele berawal dari kehidupan yang sederhana dan tekanan tuntutan ekonomi membuat mereka mencurahkan energi bekerja keras sebagai papalele. Kesulitan ekonomi yang selalu ada, tidak membuat anggota rumah tangga pasrah dan atau berontak terhadap situasi demikian. Justru sebaliknya mereka dan anggota keluarganya secara aktif saling mendukung mengatasi kondisi secara bersama-sama. Caranya, membagi tanggung jawab tugas-tugas keseharian. Suami yang berpenghasilan terbatas, tidak merasa ego, tetapi sebaliknya mendukung. Kesadaran bersama ini yang mendukung eksisnya usaha papalele. Kehidupan keseharian papalele yang sederhana nampaknya membantu menjelaskan adanya nilai juang yang sangat kuat. Nilai itu dapat dimaknai sebagai upaya berjuang yang terus-menerus tanpa memperhitungkan untung-buntung dalam 304

5 Kesimpulan usahanya. Nilai kerja keras dan terus berjuang adalah nilai yang umumnya kurang mendapat perhatian banyak pihak. Nilai itu pula yang tidak dikembangkan oleh mereka secara formal. Artinya, nilai kerja keras dan semangat juang hanya ditunjukan melalui sikap dan perilaku. Karena itu patut dijadikan inspirasi, terutama ketika di masa kini, banyak sentuhan dan tuntutan modernisme menjadikan masyarakat terbuai. Secara alamiah terlihat bahwa kesejahteraan papalele dan keluarga terikat oleh sejarah turun-temurun. Walaupun demikian, sebagai orang desa wajar kalau kehidupan mereka selalu mendapat sorotan masyarakat luas sebagai kalangan yang serba terbatas dalam menciptakan peluang pekerjaan. Hal ini memang terkait dengan tingkat pendidikan yang terbatas. Karena papalele secara umum hanya menyelesaikan pendidikan hingga Sekolah Dasar. Mengingat saat itu, alasan ekonomis orang tua dan pemahaman ketidak-setaraan gender untuk mengakses pendidikan yang masih kuat di lingkungan sosial mereka. Tetapi bukan berarti tingkat pendidikan menafikan kreativitas mereka untuk berkarya menghasilkan sesuatu bagi keluarga. Belajar dari Ketangguhan Kewirausahaan Sederhana Tekanan yang dihadapi individu dan rumah tangga merupakan pijakan untuk mengubah situasi ke arah kesejahteraan keluarga setidak-tidaknya kebutuhan keluarga terpenuhi. Dalam konteks penelitian ini, bagi masyarakat di perdesaan, tidak ada pilihan untuk mendapatkan pekerjaan yang layak selain menjadi pedagang kecil (petty traders). Pedagang kecil (petty traders) sebagaimana diketahui adalah orang-orang yang berjualan seadanya di pasar untuk mencari penghasilan bagi keluarga. Pada saat usaha dilakukan, setidaknya berhubungan dengan jiwa kewirausahaan (entreprenuer), yang ditunjukan 305

6 Papalele: Potret Aktivitas Komunitas Pedagang Kecil di Ambon melalui kerja keras, mandiri, ulet dan memiliki motivasi serta komitmen dalam menjalankan usaha. Sifat kewirausahaan papalele muncul secara alami yang dibentuk oleh pengetahuan seadanya. Setia, sabar, jujur, tekun, merupakan nilai-nilai yang diwariskan kepada generasinya. Walapun dengan kapasitas intelektual yang terbatas tidak menjadi halangan atau pun kendala berusaha bagi mereka. Keterbatasan pengetahuan itu dijadikan kekuatan untuk membangun kesadaran bersama sebagai satu entitas yang memiliki identitas. Identitas yang diakui keberdaaanya dan tetap eksis dalam pergualatan zaman modern tetap mendapat tempat dalam jaringan sosialnya. Hanya mengandalkan kolaborasi yang dibentuk oleh ikatan janji sebagai norma pengikat, sehingga papalele telah menunjukkan eksistensinya. Kemampuan papalele untuk menunjukan keberhasilan investasi hanya bermodalkan kemandirian. Cirinya dapat terlihat melalui modal usaha bersumber dari hasil tabungan sendiri atau tanggung-renteng bersama angota keluarga yang lain. meskipun terbuka kemungkinan akses ke berbagai sumber keuangan dalam bentuk pinjaman atau kredit. Bagi papalele, keinginan untuk mengakses pinjaman modal dari pihak lain cenderung dihindari alasannya sederhana, banyak beban dan resiko (risk). Kemandirian juga dicirikan melalui peralatan yang dipergunakan saat berjualan. Umumnya peralatan jualan merupakan peninggalan orang tua atau peralatan bekas dapur yang masih layak pakai. Dengan bekal peralatan seadanya mereka melakukan usaha dengan cara baronda (berkeliling) atau tandeng (menetap). Dengan berjualan seperti ini, setiap hari ada penghasilan bagi keluarga, dan sedikit uang disisipkan sebagai modal pada hari berikutnya. 306

7 Kesimpulan Papalele memiliki kapasitas dan karakter usaha yang memungkinkan mereka tetap survive. Suasana akibat konflik; kehancuran di sana-sini tidak menyurutkan papalele berkolaborasi dan berjumpa dengan relasinya merevitalisasi kembali hubungan ekonomi antar mereka. Saling percaya dan saling melindungi merupakan kepercayaan yang terbentuk dalam kesadaran bersama. Kompetisi atau persaingan usaha, tidak akan mungkin eksis dalam wilayah konflik seperti ini. Papalele telah menunjukan komitmen yang tidak disadari banyak pihak bahwa mereka merupakan bagian dari cerita membangun perdamaian di Ambon Maluku. Dalam suasana konflik, persaingan usaha dihindari, dan mengutamakan kerjasama sebagai bentuk kesadaran dan tenggang rasa membangun usaha. Hal ini merupakan modal sosial yang cukup dominan dalam aktivitas papalele. Identitas yang perlu Terus Dilestarikan Eksistensi pedagang kecil (petty traders), ditunjukkan melalui seperangkat identitas yang melekat sekaligus merupakan simbol. Posisi papalele nampaknya merupakan politik identitas yang oleh Castlle (1997) disebut resistancy identity. Pakaian dan peralatan berjualan menegaskan identitas lokal yang berbeda dengan pelaku usaha yang lain. Sekaligus upaya membangun citra (image building). Pengakuan atas identitas mereka tidak eksklusif adanya, tetapi pengakuan juga diberikan oleh pihak lain dalam hal ini mitra usaha dan masyarakat. Identitas tidak hanya ditunjukan melalui bentuk fisik pakaian kebaya dan peralatan jualan seperti atiting. Selain itu, identitas papalele juga dimanifestasikan melalui kolaborasi usaha sebagai suatu kesadaran bersama. Kesadaran dalam menciptakan keber- 307

8 Papalele: Potret Aktivitas Komunitas Pedagang Kecil di Ambon samaan dan keadilan menikmati hasil jerih payah. Dalam situasi pasar yang bersaing, mereka justru memilih berkolaborasi. Setiap hari papalele akan memulai kegiatan bersama, mencari bahan yang akan dijual bersama dan menentukan harga jual. Bagi mereka cara ini dilakukan untuk menghindari konflik dan dapat menciptakan keadilan antar sesama rekan. Kemampuan mereka menjunjung rasa keadilan dikedepankan. Kuatnya solidaritas ini, merupakan kekuatan yang tersembunyi dikalangan pedagang kecil dalam mempertahankan relasi sosial. Mereka melakukan strategi tersebut sebagai bentuk image building, sehingga pada posisi ini dapat dikatakan bahwa papalele berbeda dengan pedagang kecil yang lainnya. Sebagai orang desa, papalele telah menemukan momentum dalam berusaha walaupun usaha seperti ini tidak berkembang. Tidak berkembangnya usaha, memang berkaitan dengan skala ekonomi usaha, karena pada umumnya orang sering menghubungkannya dengan keberhasilan usaha. Tetapi sesungguhnya, usaha papalele tetap survive, dan berkembang ke arah yang lain. Keberhasilan pendidikan anak-anak adalah fakta peningkatan status sosial keluarga, sebagai ukuran keberhasilan papalele. Membangun Jejaring Merupakan Salah Satu Kekuatan Usaha Kecil Sebagai individu dan kelompok, para papalele menyadari bahwa jaringan (network) usaha melalui kepercayaan (trust) dengan mitra usaha patut dipelihara. Ini adalah modal sosial yang selalu dijaga dan dirawat untuk keberlanjutan usaha. Jaringan usaha tidak hanya terbatas untuk sesama pedagang kecil (petty traders), tetapi jaringan dibuka dengan pedagang yang lain. Untuk mempertahankan jaringan tersebut, kekuatan- 308

9 Kesimpulan nya bertumpu pada rasa saling percaya satu dengan yang lain. Kepercayaan ditunjukkan melalui kewajiban yang harus dipenuhi tanpa pamrih. Kedua pihak membangun rasa saling percaya (resiprositas) tanpa saling merugikan satu dengan yang lain. Mekanisme yang dibangun pedagang kecil (petty traders) sebagai modal sosial, merupakan strategi koloborasi yang ampuh untuk mempertahankan usaha yang dikaji dalam penelitian ini. Tidak terbantahkan bahwa dalam penelitian ini, papalele melakukan transformasi dan kolaborasi pengetahuan yang luar biasa. Hasil usaha bukanya diperuntukan dan didaya-gunakan untuk peningkatan dan pengembangan usaha, tetapi justru diinvestasikan untuk pendidikan anak-anak dan sebagai jaminan hari tua setelah tidak lagi papalele. Upaya ini merupakan suatu pergeseran dari struktur lama ke struktur yang baru yakni peningkatan citra dan status sosial keluarga di mata masyarakat. Peningkatan status sosial menjadi kata kunci keberhasilan usaha papalele. Dua aspek yang berkolaborasi tersebut nampak antara tujuan usaha sebagai aspek ekonomi dan orientasi masa depan: status sosial dan jaminan hari tua sebagai aspek sosial. Saling percaya melalui melalui mekanisme janji merupakan ikatan untuk mempertahankan relasi secara berkelanjutan termasuk dengan pedagang. Papalele memiliki kemampuan membangun relasi dan jejaring antar mereka dan dengan pihak yang lain. Jejaring dibangun dengan pemilik lahan tempat usaha dan pedagang sekitarnya merupakan satu jalinan kerja yang sesungguhnya merupakan cara yang harus dilakukan untuk tetap mempertahankan keberlanjutan usaha. Papalele sangat menyadari bahwa, seandainya ingkar terhadap kewajiban maka kepercayaan akan sirna dan sulit lagi untuk akses. Untuk menjaga kelangsungan usaha dan kehidupan keluarga, papalele sering mempertaruhkan nyawa. Pada saat suasana kerusuhan di Kota Ambon, papalele terus berupaya agar 309

10 Papalele: Potret Aktivitas Komunitas Pedagang Kecil di Ambon usaha tetap dapat berlangsung. Dengan modal keberanian mereka maju mendekat di tapal batas konflik hanya untuk mencari dan membeli bahan jualan sehingga bisa dijadikan sumber penghasilan. Walaupun kadang-kadang mereka harus berhadapan dengan desingan bunyi tembakan dan sesekali bunyi bom. Perjumpaan papalele dengan pedagang di tapal batas, tidak terjadi dengan sendirinya. Hubungan telah terjadi jauh sebelum Kota Ambon bergejolak dengan konflik. Satu sama lain, telah saling percaya. Kepercayaan merupakan harga mati dalam proses transaksi di tapal batas. Meskipun suasana konflik berada sekeliling mereka, tetapi kepercayaan terhadap relasi sesama pedagang tetap diutamakan. Pembayaran dapat dilakukan pada hari berikutnya, jika kondisi tidak memungkinkan untuk melakukan transaksi. Meskipun terbuka cukup kemungkinan untuk mengabaikannya. Bagi papalele hubungan jangka pendek tidak menguntungkan, tetapi jangka panjang mempertahankan usaha jauh lebih penting. Karena itu, dalam suasana konflik seperti itu, kepercayaan yang diberikan pihak lain tetap dijunjung dan dipertahankan. Kemampuan usaha papalele patut tidak diragukan, salah satu cara adalah mengakses jaringan dan relasi sosial yang telah dibangun, dipelihara dan dirawat untuk kepentingan keberlanjutan usaha dan keamanan ekonomi rumah tangga. Hubungan dengan relasi sosialnya membentuk kekerabatan sosial yang berangkat dari nilai budaya lokal. Sambil tetap mengikat diri dalam kesepakatan janji sebagai manifestasi kepercayaan dengan pihak lain. 310

11 Kesimpulan Menjawab Tantangan Pembangunan Masyarakat Sepatutnya pengalaman hidup papalele dapat diajdikan model usaha masa kini untuk menahan gempuran segala bentuk produk modern. Papalele setidaknya dapat dijadikan salah satu pilar utama kegiatan ekonomi. Lebih dari itu, seharusnya model usaha papalele menjadi inspirasi. Saya patut merasa cemas seandainya suatu waktu nanti seiring perkembangan masyarakat, papalele akan ditinggalkan dan hilang sebagai satu karya lokal. Kecemasan tersebut, tidak harus terbukti. Dengan pendalaman terhadap mekanisme kolaborasi yang dipertontonkan papalele dalam usaha, setidaknya menginspirasi untuk mempertahankan eksistensi mereka. Selain itu, papalele sebagai produk lokal dapat dijadikan sebagai tools untuk memperkuat fondasi masyarakat mengatasi persoalan ekonomi pembangunan masyarakat. Baik ekonomi individu, kelompok maupun masyarakat pada umumnya. Dapat pula dikatakan bahwa kegiatan papalele dapat dijadikan sebagai katub penanganan masalah pembangunan. Karena itu, konsep kolaborasi papalele menjadi penting untuk dipakai sebagai rujukan dalam rangka memperkuat sistim ekonomi pedagang kecil pada umumnya. Terutama berkaitan dengan proses pemberdayaan dan pengembangan ekonomi masyarakat. Gagasan Mosse dan Lewis (2006) paling tidak turut mendukung kemandirian usaha papalele ini. Seperti diketahui bahwa Mosse dan Lewis (2006:1-46) mengingatkan bahwa masyarakatlah aktor dan pelaku pembangunan. Masyarakat yang menetukan berbagai keputusan pembangunan bagi mereka sendiri. Mereka pula yang harus memainkan peran, sambil tetap memperhatikan kondisi objektif ekonomi, sosial, budaya, politik di setiap arasnya. Pemerintah lokal dan lembaga donor adalah supporting system. Kedua pihak ini hadir guna mendukung 311

12 Papalele: Potret Aktivitas Komunitas Pedagang Kecil di Ambon masyarakat. Sehingga aktor (masyarakat) tidak bergantung sepenuhnya kepada pemerintah. Masyarakat akan menjadi mandiri dan kreatif untuk mendukung kegiatan pembangunan bagi mereka sendiri. Implikasi lain adalah model kolaborasi papalele nampaknya lebih tepat digunakan dalam kelompok masyarakat yang memiliki keterbatasan modal usaha, khususnya kaum perempuan yang ingin terlibat mendukung kondisi ekonomi keluarga. Penelitian di Masa Mendatang Perjalanan panjang untuk mengkaji dinamika kehidupan papalele masih sangat mungkin dilakukan di waktu-waktu mendatang dalam perspektif yang berbeda. Satu hal yang patut diapresiasi adalah bahwa penelitian tentang pedagang kecil papalele saat ini dapat dijadikan sebagai embrio dan pijakan awal untuk penelitian berikutnya. Mengingat masih terdapat kebutuhan lebih lanjut mengeksplorasi sepak terjang papalele. Pada tahap ini sesungguhnya harus diakui bahwa keberlanjutan dan kebertahanan papalele hanya disoroti pada satu temuan yakni kolaborasi. Karena itu, berangkat temuan studi saat ini, masih terbuka berbagai kemungkinan dilakukannya penelitian untuk menggali dan mendalami papalele dengan segala dinamika yang menyertainya. Kemungkinan penelitian lanjutan terhadap papalele yang dapat disebutkan antara lain: pertama, papalele yang telah diuraikan pada buku ini merupakan suatu pendalaman pada tempat dan waktu, yang bukan tidak mungkin berbeda pada tempat dan situasi yang lain. Pertimbangan ini tentu akan menghasilkan pendangan yang berbeda pula. Kedua, istilah papalele tidak hanya menjadi konsumsi masyarakat di Ambon, tetapi juga pada beberapa daerah lain di Indonesia, 312

13 Kesimpulan khususnya di wilayah bagian timur Indonesia. Sehingga terbuka kemungkinan dilakukannya studi mendalam tentang perbedaan perilaku papalele antar daerah. Ketiga, masa kini, kajian tentang pembangunan masyarakat masih menjadi isu sentral mengatasi berbagai permasalahan pengembangan masyarakat terutama yang berkaitan dengan revitalisasi pengetahuan lokal (local knowledge) masyarakat yang dapat dijadikan sebagai alternatif pemecahan permasalahan pembangunan masyarakat. 313

14

Devi Tirttawirya FIK UNY 1

Devi Tirttawirya FIK UNY 1 Devi Tirttawirya FIK UNY 1 BUILDING A WINNING TEAM Devi Tirtawirya Pendahuluan Tim adalah sebuah kumpulan orang yang mempunyai kepentingan dan pemikiran yang sama untuk mewujudkan suatu gagasan atau kegiatan

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. 1. Modal sosial memiliki peran penting dalam perkembangan industri. Bangsal. Dalam perkembanganya norma, kepercayaan, resiprositas dan

BAB V PENUTUP. 1. Modal sosial memiliki peran penting dalam perkembangan industri. Bangsal. Dalam perkembanganya norma, kepercayaan, resiprositas dan BAB V PENUTUP A. KESIMPULAN Dari analisis data pada bab sebelumnya dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut. 1. Modal sosial memiliki peran penting dalam perkembangan industri batu bata, karena

Lebih terperinci

pengembangan pariwisata di kampung Sawinggrai bisa dijadikan sebagai buktinya.

pengembangan pariwisata di kampung Sawinggrai bisa dijadikan sebagai buktinya. Bab Enam Kesimpulan Masyarakat lokal dalam pengembangan pariwisata di suatu kawasan atau daerah tujuan wisata (DTW), seringkali diabaikan dan kurang diberikan peran dan tanggung jawab dalam mendukung aktivitas

Lebih terperinci

Bab Satu. Pendahuluan

Bab Satu. Pendahuluan Bab Satu Pa, kira-kira kalau Pemerintah ka-sepindah kami ke pasar Akelamo, lalu kalau jualan kami tidak laku, apakah mereka (Pemerintah) akan ganti rugi atau tidak?,. (bu 1 Damis Pasuma) Memutuskan untuk

Lebih terperinci

Oleh: Elfrida Situmorang

Oleh: Elfrida Situmorang 23 Oleh: Elfrida Situmorang ELSPPAT memulai pendampingan kelompok perempuan pedesaan dengan pendekatan mikro kredit untuk pengembangan usaha keluarga. Upaya ini dimulai sejak tahun 1999 dari dua kelompok

Lebih terperinci

BAB V P E N U T U P. A. Kesimpulan. berikut ini. Pertama, dinamika historis masyarakat Hatuhaha Amarima selalu

BAB V P E N U T U P. A. Kesimpulan. berikut ini. Pertama, dinamika historis masyarakat Hatuhaha Amarima selalu 441 BAB V P E N U T U P Kajian dalam bab ini memuat catatan-catatan kesimpulan dan saran, yang dilakukan berdasarkan rangkaian ulasan, sebagaimana yang termuat pada bab-bab sebelumnya. Kesimpulan, dalam

Lebih terperinci

Kolaborasi Pengusaha Papalele

Kolaborasi Pengusaha Papalele Bab Sembilan Kolaborasi Pengusaha Papalele Pengantar Pada empat bab sebelumnya, saya telah membahas secara rinci setiap tahapan usaha papalele sebagai salah satu kegiatan usaha informal. Dalam bab ini

Lebih terperinci

PENGENALAN PANDANGAN ORGANISASI

PENGENALAN PANDANGAN ORGANISASI MODUL PERKULIAHAN PENGENALAN PANDANGAN ORGANISASI Pokok Bahasan 1. Alternatif Pandangan Organisasi 2. Perkembangan Teori Dalam Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh Ilmu Komunikasi Public

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS PEMBERDAYAAN KOMUNITAS USAHA MIKRO MUAMALAT BERBASIS MASJID di KJKS KUM3 "Rahmat" Surabaya

BAB IV ANALISIS PEMBERDAYAAN KOMUNITAS USAHA MIKRO MUAMALAT BERBASIS MASJID di KJKS KUM3 Rahmat Surabaya BAB IV ANALISIS PEMBERDAYAAN KOMUNITAS USAHA MIKRO MUAMALAT BERBASIS MASJID di KJKS KUM3 "Rahmat" Surabaya A. Skema Pemberdayaan Komunitas Usaha Mikro Muamalat berbasis Masjid di KJKS KUM3 Rahmat Surabaya

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. terdapat suatu aturan yang sudah disepakati dalam masyarakat tersebut. Salah satu

BAB II KAJIAN PUSTAKA. terdapat suatu aturan yang sudah disepakati dalam masyarakat tersebut. Salah satu BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Moral Ekonomi Pedagang Kehidupan masyarakat akan teratur, baik, dan tertata dengan benar bila terdapat suatu aturan yang sudah disepakati dalam masyarakat tersebut. Salah satu

Lebih terperinci

MENUJU POLA PENGUASAAN TANAH YANG MERATA DAN ADIL

MENUJU POLA PENGUASAAN TANAH YANG MERATA DAN ADIL MENUJU POLA PENGUASAAN TANAH YANG MERATA DAN ADIL Sepanjang era Orde Baru praksis pembangunan kehutanan senantiasa bertolak dari pola pikir bahwa penguasaan sumberdaya hutan merupakan state property saja

Lebih terperinci

BAB VI PENUTUP. A. Kesimpulan. Penelitian ini mendapatkan konsep awal tentang anti-materialisme

BAB VI PENUTUP. A. Kesimpulan. Penelitian ini mendapatkan konsep awal tentang anti-materialisme BAB VI PENUTUP A. Kesimpulan Penelitian ini mendapatkan konsep awal tentang anti-materialisme berdasarkan eksplorasi terhadap sikap hidup orang-orang yang memandang diri mereka sebagai tidak materialistis.

Lebih terperinci

adalah bagian dari komitmen seorang kepala sekolah.

adalah bagian dari komitmen seorang kepala sekolah. BAB V KESIMPULAN, ILPIKASI, DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan Dari hasil perhitungan pada Bab IV penelitian ini diperoleh kesimpulan sebagai berikut: Kepemimpinan kepala sekolah harus didukung oleh nilai-nilai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pihak laki-laki. Ideologi Patriakat tumbuh subur dalam masyarakat yang

BAB I PENDAHULUAN. pihak laki-laki. Ideologi Patriakat tumbuh subur dalam masyarakat yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sistem kekerabatan yang dianut masyarakat Indonesia umumnya adalah masyarakat patrilineal. Patrilineal adalah kekuasaan berada di tangan ayah atau pihak laki-laki.

Lebih terperinci

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Tujuan dari penelitian ini adalah mendeskripsikan upaya pemberdayaan ekonomi perempuan melalui pengembangan modal sosial di Suara Ibu Peduli dan mendeskripsikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ada. Fenomena ini tidak bisa lepas dari sistem pendidikan kita yang mengutamakan

BAB I PENDAHULUAN. ada. Fenomena ini tidak bisa lepas dari sistem pendidikan kita yang mengutamakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Saat ini, tingkat pengangguran di Indonesia di antara Negara-negara Asociation of South Asean Nation (ASEAN) paling tinggi. Banyak sarjana di Indonesia berstatus

Lebih terperinci

BAB VI STRATEGI PEREMPUAN UNTUK BERTAHAN HIDUP JENIS KEBUTUHAN HIDUP

BAB VI STRATEGI PEREMPUAN UNTUK BERTAHAN HIDUP JENIS KEBUTUHAN HIDUP BAB VI STRATEGI PEREMPUAN UNTUK BERTAHAN HIDUP 6.1 Perempuan Dalam Pemenuhan Kebutuhan Hidup Posisi perempuan menjadi bagian yang terpenting dalam pemenuhan kebutuhan hidup dalam rumah tangga, kebutuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. salah satu subtansi yang diperhatikan, karena mahasiswa merupakan penerjemah

BAB I PENDAHULUAN. salah satu subtansi yang diperhatikan, karena mahasiswa merupakan penerjemah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Mahasiswa adalah peserta didik yang melakukan proses pembelajaran pada perguruan tinggi. Mahasiswa dalam kaitannya dengan dunia pendidikan, merupakan salah

Lebih terperinci

PENTINGNYA PENDIDIKAN KARAKTER DI PERGURUAN TINGGI: KAJIAN TEORITIS PRAKTIS

PENTINGNYA PENDIDIKAN KARAKTER DI PERGURUAN TINGGI: KAJIAN TEORITIS PRAKTIS PENTINGNYA PENDIDIKAN KARAKTER DI PERGURUAN TINGGI: KAJIAN TEORITIS PRAKTIS Konstantinus Dua Dhiu, 2) Nikodemus Bate Program Studi Pendidikan Guru PAUD, STKIP Citra Bakti, NTT 2) Program Studi Pendidikan

Lebih terperinci

BAB IV TINJAUAN TERHADAP PERUBAHAN MINAT MELAYANI DARI PERSPEKTIF PERUBAHAN SOSIAL

BAB IV TINJAUAN TERHADAP PERUBAHAN MINAT MELAYANI DARI PERSPEKTIF PERUBAHAN SOSIAL BAB IV TINJAUAN TERHADAP PERUBAHAN MINAT MELAYANI DARI PERSPEKTIF PERUBAHAN SOSIAL Berdasarkan hasil penelitian yang tertuang dalam bab III, peneliti ingin memberi paparan analisis terhadap perubahan minat

Lebih terperinci

Bab Tiga Belas Kesimpulan

Bab Tiga Belas Kesimpulan Bab Tiga Belas Kesimpulan Kehidupan manusia senantiasa terus diperhadapkan dengan integrasi, konflik dan reintegrasi. Kita tidak dapat menghindar dari hubungan dialektika tersebut. Inilah realitas dari

Lebih terperinci

PERAN MANAJER RUMAH TANGGA SEBAGAI STRATEGI DALAM PEMBERDAYAAN PEREMPUAN PESISIR DI KABUPATEN SITUBONDO

PERAN MANAJER RUMAH TANGGA SEBAGAI STRATEGI DALAM PEMBERDAYAAN PEREMPUAN PESISIR DI KABUPATEN SITUBONDO PERAN MANAJER RUMAH TANGGA SEBAGAI STRATEGI DALAM PEMBERDAYAAN PEREMPUAN PESISIR DI KABUPATEN SITUBONDO Setya Prihatiningtyas Dosen Program Studi Administrasi Bisnis Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Lebih terperinci

Situasi pangan dunia saat ini dihadapkan pada ketidakpastian akibat perubahan iklim

Situasi pangan dunia saat ini dihadapkan pada ketidakpastian akibat perubahan iklim BAB I PENDAHULUAN Situasi pangan dunia saat ini dihadapkan pada ketidakpastian akibat perubahan iklim global yang menuntut Indonesia harus mampu membangun sistem penyediaan pangannya secara mandiri. Sistem

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP A. Jawaban Masalah Pertama

BAB V PENUTUP A. Jawaban Masalah Pertama BAB V PENUTUP Semua analisa dan pembahasan didasarkan pada dokumen dan data yang diperoleh dari penggalian informasi dari staf tersebut mendukung hubungan antara penerapan model penilaian kinerja staf

Lebih terperinci

2016 EKSISTENSI MAHASISWI D ALAM BERORGANISASI D I LINGKUNGAN FAKULTAS PEND ID IKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

2016 EKSISTENSI MAHASISWI D ALAM BERORGANISASI D I LINGKUNGAN FAKULTAS PEND ID IKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Mahasiswa identik dengan kaum terdidik yang sedang menjalani proses pematangan intelektual. Peran ganda yang dijalani oleh mahasiswa mendorong mereka untuk

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. sebagai propinsi dengan jumlah penduduk tiga

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. sebagai propinsi dengan jumlah penduduk tiga 230 BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan Propinsi Jawa Barat sebagai propinsi dengan jumlah penduduk tiga terbesar di Pulau Jawa memiliki isu sentral kepadatan penduduk dengan segala permasalahannya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia sangat kaya akan keanekaragaman hayatinya. Sejak zaman dahulu, manusia khususnya masyarakat Indonesia sangat mengandalkan lingkungan sekitarnya untuk memenuhi

Lebih terperinci

EVALUASI PROGRAM PENGEMBANGAN KOMUNITAS

EVALUASI PROGRAM PENGEMBANGAN KOMUNITAS 53 EVALUASI PROGRAM PENGEMBANGAN KOMUNITAS Pada hakekatnya tujuan pembangunan adalah untuk mewujudkan kesejahteraan sosial bagi seluruh rakyat baik perorangan, keluarga, kelompok maupun masyarakat dalam

Lebih terperinci

VIII. KESIMPULAN DAN SARAN

VIII. KESIMPULAN DAN SARAN VIII. KESIMPULAN DAN SARAN 8.1. Kesimpulan Dari hasil analisis terhadap keberlanjutan komunitas Kampung Adat Cireundeu dapat disimpulkan beberapa hal sebagai akhir kajian : Kelembagaan adat sebagai salah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang memiliki perjalanan sejarah tersendiri, seperti halnya yang dimiliki bangsa lain

BAB I PENDAHULUAN. yang memiliki perjalanan sejarah tersendiri, seperti halnya yang dimiliki bangsa lain BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagaimana diketahui bahwa bangsa Indonesia adalah salah satu bangsa yang memiliki perjalanan sejarah tersendiri, seperti halnya yang dimiliki bangsa lain di muka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Andriyana, 2015

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Andriyana, 2015 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Indonesia adalah negara demokrasi, dengan kekuasaan tertinggi berada di tangan rakyat memiliki peranan penting dalam aspek kehidupan bernegara. Oleh karena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masa sekarang menuju masa depan dengan nilai-nilai, visi, misi dan strategi

BAB I PENDAHULUAN. masa sekarang menuju masa depan dengan nilai-nilai, visi, misi dan strategi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah merupakan sebuah institusi pendidikan yang menjadi wadah dan berlangsungya proses pendidikan, memiliki sistem yang komplek dan dinamis dalam perkembangan

Lebih terperinci

BAB I. Seni Pertunjukan Daerah Dulmuluk

BAB I. Seni Pertunjukan Daerah Dulmuluk BAB I Seni Pertunjukan Daerah Dulmuluk 1.1 Bagaimana Kabar Seni Pertunjukan Dulmuluk Dewasa Ini? Seni adalah bagian dari kebudayaan. Sebagai bagian dari kebudayaan, sebagai perwujudan keberakalan manusia,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terdiri dari berbagai suku bangsa, agama, bahasa, budaya. Kemajemukan

BAB I PENDAHULUAN. terdiri dari berbagai suku bangsa, agama, bahasa, budaya. Kemajemukan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masyarakat Indonesia merupakan suatu masyarakat majemuk yang terdiri dari berbagai suku bangsa, agama, bahasa, budaya. Kemajemukan bangsa yang terbangun dari perbedaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berkembangnya kompetisi antarnegara di dunia sebagai akibat. tumbuhnya era perdagangan bebas menyebabkan semakin meningkatnya

BAB I PENDAHULUAN. Berkembangnya kompetisi antarnegara di dunia sebagai akibat. tumbuhnya era perdagangan bebas menyebabkan semakin meningkatnya 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Relakang Penelitian Berkembangnya kompetisi antarnegara di dunia sebagai akibat tumbuhnya era perdagangan bebas menyebabkan semakin meningkatnya kebutuhan terhadap kualitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi

BAB I PENDAHULUAN. rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi BAB I PENDAHULUAN A. Konteks Penelitian Era globalisasi ini, melihat realitas masyarakat baik kaum muda maupun tua banyak melakukan perilaku menyimpang dan keluar dari koridor yang ada, baik negara, adat

Lebih terperinci

B A B V P E N U T U P. Fakta-fakta dan analisis dalam tulisan ini, menuntun pada kesimpulan

B A B V P E N U T U P. Fakta-fakta dan analisis dalam tulisan ini, menuntun pada kesimpulan 5.1. Kesimpulan B A B V P E N U T U P Fakta-fakta dan analisis dalam tulisan ini, menuntun pada kesimpulan umum bahwa integrasi sosial dalam masyarakat Sumba di Kampung Waiwunga, merupakan konstruksi makna

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak

BAB I PENDAHULUAN. atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Bank sebagai badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. melihat tentang penguatan modal sosial untuk pengembangan mafkah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. melihat tentang penguatan modal sosial untuk pengembangan mafkah BAB II TINJAUAN PUSTAKA Penelitian-penelitian yang pernah dilakukan berhubungan dengan modal sosial antara lain, penelitian yang dilakukan oleh Slamet Widodo (2012) yang melihat tentang penguatan modal

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. pedesaan yang sesungguhnya berwajah perempuan dari kelas buruh. Bagian

BAB V KESIMPULAN. pedesaan yang sesungguhnya berwajah perempuan dari kelas buruh. Bagian BAB V KESIMPULAN Bagian kesimpulan ini menyampaikan empat hal. Pertama, mekanisme ekstraksi surplus yang terjadi dalam relasi sosial produksi pertanian padi dan posisi perempuan buruh tani di dalamnya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk bentuk

BAB I PENDAHULUAN. simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk bentuk BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Bank sebagai badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk bentuk

Lebih terperinci

Sekalipun Dibenci, Tetapi Selalu Dirindukan

Sekalipun Dibenci, Tetapi Selalu Dirindukan Bab 9 Kesimpulan Di era ekonomi global persaingan industri semakin ketat. Peran teknologi informasi sangat besar yang menyebabkan cakupan wilayah produksi dan pemasaran barang dan jasa tidak dapat dibatasi

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. 5.1 Kesimpulan Fenomena kebudayaan selalu hadir dalam kehidupan bernegara dan bermasyarakat.

BAB V PENUTUP. 5.1 Kesimpulan Fenomena kebudayaan selalu hadir dalam kehidupan bernegara dan bermasyarakat. BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Fenomena kebudayaan selalu hadir dalam kehidupan bernegara dan bermasyarakat. Seperti halnya Indonesia dikenal sebagai negara kepulauan yang memiliki keanekaragaman budaya

Lebih terperinci

KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS

KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS Kerangka Berpikir Landasan berpikir penelitian ini dimulai dari pemikiran bahwa setiap insan manusia termasuk petani memiliki kemampuan dalam melaksanakan suatu tindakan/perilaku

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ragnar Oktavianus Sitorus, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ragnar Oktavianus Sitorus, 2014 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan bisnis dan persaingan antar organisasi dewasa ini bergerak dengan cepat dan dinamis. Program pelatihan dan pengembangan (training and development)

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. (entrepreneurship) sering sekali terdengar, baik dalam bisnis, seminar, pelatihan,

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. (entrepreneurship) sering sekali terdengar, baik dalam bisnis, seminar, pelatihan, I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Saat ini istilah wirausaha (entrepreneur) dan kewirausahaan (entrepreneurship) sering sekali terdengar, baik dalam bisnis, seminar, pelatihan, program pemberdayaan sampai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. potensi intelektual dan sikap yang dimilikinya, sehingga tujuan utama

BAB I PENDAHULUAN. potensi intelektual dan sikap yang dimilikinya, sehingga tujuan utama BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pendidikan merupakan salah satu fondasi yang menentukan ketangguhan dan kemajuan suatu bangsa. Sekolah sebagai lembaga pendidikan formal dituntut untuk melaksanakan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI. serta implikasi yang berkaitan dengan kajian yang telah dilakukan.

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI. serta implikasi yang berkaitan dengan kajian yang telah dilakukan. 356 BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI Bab ini menguraikan kesimpulan hasil penelitian, beberapa rekomendasi, serta implikasi yang berkaitan dengan kajian yang telah dilakukan. A. Kesimpulan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. A. Politik Identitas. Sebagai suatu konsep yang sangat mendasar, apa yang dinamakan identitas

TINJAUAN PUSTAKA. A. Politik Identitas. Sebagai suatu konsep yang sangat mendasar, apa yang dinamakan identitas 14 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Politik Identitas Sebagai suatu konsep yang sangat mendasar, apa yang dinamakan identitas tentunya menjadi sesuatu yang sering kita dengar. Terlebih lagi, ini merupakan konsep

Lebih terperinci

Pilihan Strategi dalam Mencapai Tujuan Berdagang

Pilihan Strategi dalam Mencapai Tujuan Berdagang Bab Dua Kajian Pustaka Pengantar Pada bab ini akan dibicarakan beberapa konsep teoritis yang berhubungan dengan persoalan penelitian tentang fenomena kegiatan ekonomi pedagang mama-mama asli Papua pada

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Masyarakat adalah sekumpulan manusia yang saling bergaul, atau dengan

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Masyarakat adalah sekumpulan manusia yang saling bergaul, atau dengan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Masyarakat adalah sekumpulan manusia yang saling bergaul, atau dengan istilah ilmiah, saling berinteraksi. Suatu kesatuan manusia dapat mempunyai prasarana

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. Tulisan ini telah menunjukkan analisis terhadap alasan-alasan di balik peningkatan

BAB V KESIMPULAN. Tulisan ini telah menunjukkan analisis terhadap alasan-alasan di balik peningkatan BAB V KESIMPULAN Tulisan ini telah menunjukkan analisis terhadap alasan-alasan di balik peningkatan intensitas diplomasi dan perdagangan jasa pendidikan tinggi di kawasan Asia Tenggara, yang kemudian ditengarai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. akar perselisihan. Isu dan permasalahan yang berhubungan dengan gender,

BAB I PENDAHULUAN. akar perselisihan. Isu dan permasalahan yang berhubungan dengan gender, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masyarakat masih terkungkung oleh tradisi gender, bahkan sejak masih kecil. Gender hadir di dalam pergaulan, percakapan, dan sering juga menjadi akar perselisihan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang menginginkan lokasi belanja yang lebih bersih tertata dan rapi. Utami

BAB I PENDAHULUAN. yang menginginkan lokasi belanja yang lebih bersih tertata dan rapi. Utami BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini tidak dapat dipungkiri jika masyarakat Indonesia terutama yang tinggal di daerah perkotaan semakin dimanjakan dengan menjamurnya pertumbuhan ritel. Keberadaan

Lebih terperinci

BAB VI KOMUNITAS DIBO-DIBO SEBAGAI JARINGAN YANG HIDUP

BAB VI KOMUNITAS DIBO-DIBO SEBAGAI JARINGAN YANG HIDUP BAB VI KOMUNITAS DIBO-DIBO SEBAGAI JARINGAN YANG HIDUP Berdasarkan hasil penelitian yang sudah dijabarkan pada dua bab sebelumnya, dapat diidentifikasi bahwa komunitas karakter sosial dan juga karakter

Lebih terperinci

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN V.1. Visi Menuju Surabaya Lebih Baik merupakan kata yang memiliki makna strategis dan cerminan aspirasi masyarakat yang ingin perubahan sesuai dengan kebutuhan, keinginan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Dalam kehidupan di Indonesia pluralitas agama merupakan realitas hidup yang tidak mungkin dipungkiri oleh siapapun. Di negeri ini semua orang memiliki kebebasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Peran Berita Politik Dalam Surat Kabar Pikiran Rakyat Terhadap Pengetahuan Politik Mahasiswa Ilmu Sosial se-kota Bandung

BAB I PENDAHULUAN. Peran Berita Politik Dalam Surat Kabar Pikiran Rakyat Terhadap Pengetahuan Politik Mahasiswa Ilmu Sosial se-kota Bandung BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi di era globalisasi ini, terutama teknologi informasi dan komunikasi yang semakin berkembang dengan cepat,

Lebih terperinci

STANDAR KOMPETENSI KEMANDIRIAN PESERTA DIDIK. Mengenal tujuan dan arti ibadah.

STANDAR KOMPETENSI KEMANDIRIAN PESERTA DIDIK. Mengenal tujuan dan arti ibadah. STANDAR KOMPETENSI KEMANDIRIAN PESERTA DIDIK Aspek Perkembangan 1 : Landasan Hidup Religius INTERNALISASI SD SLTP SLTA PT 1. Pengenalan Mengenal bentuk-bentuk dan tata cara ibadah sehari-hari. Mengenal

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil temuan di lapangan mengenai perkembangan seni

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil temuan di lapangan mengenai perkembangan seni 147 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil temuan di lapangan mengenai perkembangan seni tradisional wayang kulit purwa di Kabupaten Tegal, maka terdapat empat hal yang ingin penulis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menghawatirkan, baik dari segi penyajian, maupun kesempatan waktu dalam

BAB I PENDAHULUAN. menghawatirkan, baik dari segi penyajian, maupun kesempatan waktu dalam 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Fenomena saat ini, keberadaan seni tradisi yang terdapat di daerah mulai menghawatirkan, baik dari segi penyajian, maupun kesempatan waktu dalam penyajian.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi, sosial dan lingkungan (profit-people-planet), kini semakin banyak

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi, sosial dan lingkungan (profit-people-planet), kini semakin banyak BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Seiring dengan meningkatnya kesadaran akan arti keseimbangan antar aspek ekonomi, sosial dan lingkungan (profit-people-planet), kini semakin banyak perusahaan yang

Lebih terperinci

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN Strategi pembangunan daerah dirumuskan untuk menjalankan misi guna mendukung terwujudnya visi yang harapkan yaitu Menuju Surabaya Lebih Baik maka strategi dasar pembangunan

Lebih terperinci

MELAMPAUI KASUR - SUMUR - DAPUR

MELAMPAUI KASUR - SUMUR - DAPUR Bab 9 Kesimpulan Kehidupan rumah tangga nelayan tradisional di Kecamatan Rowosari, Kabupaten Kendal pada umumnya berada di bawah garis kemiskinan. Penyebab kemiskinan berasal dari dalam diri nelayan sendiri

Lebih terperinci

BAB V PERJALANAN USAHA PERANTAU, SEBUAH CATATAN

BAB V PERJALANAN USAHA PERANTAU, SEBUAH CATATAN BAB V PERJALANAN USAHA PERANTAU, SEBUAH CATATAN 5.1 Kesimpulan Sebuah perjalanan waktu yang panjang bagi para pedagang etnis Buton yang merantau ke kota Ambon. Mengarungi lautan dan berlayar dari wilayah

Lebih terperinci

STANDAR KOMPETENSI KEMANDIRIAN PESERTA DIDIK

STANDAR KOMPETENSI KEMANDIRIAN PESERTA DIDIK STANDAR KOMPETENSI KEMANDIRIAN PESERTA DIDIK Aspek Perkembangan : Landasan Hidup Religius bentuk-benuk tata cara ibadah seharihari. 2. Akomodasi Tertarik pada kegiatan ibadah seharihari. 3. Tindakan Melakukan

Lebih terperinci

Profil Lulusan Program Studi Sosiologi FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS UDAYANA LAPORAN

Profil Lulusan Program Studi Sosiologi FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS UDAYANA LAPORAN Profil Lulusan Program Studi FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS UDAYANA LAPORAN BADAN PENJAMIN MUTU UNIVERSITAS UNIVERSITAS UDAYANA 2012 KATA PENGANTAR Atas berkah dan rahmat-nya, Tuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. membutuhkan para mahasiswa yang tanggap akan masalah, tangguh, dapat di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. membutuhkan para mahasiswa yang tanggap akan masalah, tangguh, dapat di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mahasiswa adalah salah satu generasi harapan bangsa dimana masa depan yang dicita-citakan bangsa ini berada di tangan mereka. Banyak orang menganggap bahwa mahasiswa

Lebih terperinci

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN V.1. Visi Menuju Surabaya Lebih Baik merupakan kata yang memiliki makna strategis dan cerminan aspirasi masyarakat yang ingin perubahan sesuai dengan kebutuhan, keinginan,

Lebih terperinci

BAB VI PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM MENCIPTAKAN PERUBAHAN

BAB VI PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM MENCIPTAKAN PERUBAHAN 68 BAB VI PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM MENCIPTAKAN PERUBAHAN Pengorganisasian lebih dimaknai sebagai suatu kerangka menyeluruh dalam rangka memecahkan masalah ketidakadilan sekaligus membangun tatanan

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Penelitian ini pada akhirnya menunjukan bahwa pencapaian-pencapaian

BAB V PENUTUP. Penelitian ini pada akhirnya menunjukan bahwa pencapaian-pencapaian BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Penelitian ini pada akhirnya menunjukan bahwa pencapaian-pencapaian Bandung Berkebun di usia pergerakannya yang masih relatif singkat tidak terlepas dari kemampuannya dalam

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM KEWIRAUSAHAAN. PERTEMUAN KEDUA UNIVERSITAS IGM BY. MUHAMMAD WADUD, SE., M.Si.

GAMBARAN UMUM KEWIRAUSAHAAN. PERTEMUAN KEDUA UNIVERSITAS IGM BY. MUHAMMAD WADUD, SE., M.Si. GAMBARAN UMUM KEWIRAUSAHAAN PERTEMUAN KEDUA UNIVERSITAS IGM BY. MUHAMMAD WADUD, SE., M.Si. SUB POKOK BAHASAN INTI DAN HAKIKAT KEWIRAUSAHAAN JIWA DAN SIKAP KEWIRAUSAHAAN PROSES KEWIRAUSAHAAN FUNGSI DAN

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. modal yang dimiliki melalui kegiatan tertentu yang dipilih. Suharto (2009:29)

BAB II KAJIAN PUSTAKA. modal yang dimiliki melalui kegiatan tertentu yang dipilih. Suharto (2009:29) BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Strategi Bertahan Strategi bertahan hidup menarik untuk diteliti sebagai suatu pemahaman bagaimana rumah tangga mengelola dan memanfaatkan aset sumber daya dan modal yang dimiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan Ekonomi mendorong munculnya pelaku bisnis baru sehingga

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan Ekonomi mendorong munculnya pelaku bisnis baru sehingga BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kemajuan Ekonomi mendorong munculnya pelaku bisnis baru sehingga menimbulkan persaingan bisnis yang cukup tajam. Semua usaha bisnis tersebut berusaha untuk

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. (Hasanuddin, 1996:1). Dimensi pertama, drama sebagai seni lakon, seni peran

BAB 1 PENDAHULUAN. (Hasanuddin, 1996:1). Dimensi pertama, drama sebagai seni lakon, seni peran BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian Drama merupakan karya yang memiliki dua dimensi karakter (Hasanuddin, 1996:1). Dimensi pertama, drama sebagai seni lakon, seni peran atau seni pertunjukan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. mengubah keadaan tertentu menjadi kondisi yang lebih baik. Perubahan itu harus

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. mengubah keadaan tertentu menjadi kondisi yang lebih baik. Perubahan itu harus 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan merupakan sebuah upaya multi dimensional untuk mengubah keadaan tertentu menjadi kondisi yang lebih baik. Perubahan itu harus disertai peningkatan harkat

Lebih terperinci

memanfaatkan peluang yg diyakini memiliki prospek, ntah itu karena

memanfaatkan peluang yg diyakini memiliki prospek, ntah itu karena HOW TO MANAGE YOUR BUSINESS.???? (tulisan singkat sebagai pengantar Diskusi) Disampaikan pada diskusi How To Manage Your Business kelompok mahasiwa wirausaha kreatif di LPPM Unsoed, Purwokerto, Jawa Tengah,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pada dasarnya sebagai manusia, kita membutuhkan untuk dapat berinteraksi

I. PENDAHULUAN. Pada dasarnya sebagai manusia, kita membutuhkan untuk dapat berinteraksi 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada dasarnya sebagai manusia, kita membutuhkan untuk dapat berinteraksi dan bersosialisasi. Karena manusia dalam banyak hal memiliki kebebasan untuk bertindak di luar

Lebih terperinci

TRIANI WIDYANTI, 2014 PELESTARIAN NILAI-NILAI KEARIFAN LOKAL DALAM MENJAGA KETAHANAN PANGAN SEBAGAI SUMBER BELAJAR IPS

TRIANI WIDYANTI, 2014 PELESTARIAN NILAI-NILAI KEARIFAN LOKAL DALAM MENJAGA KETAHANAN PANGAN SEBAGAI SUMBER BELAJAR IPS 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN Pendidikan IPS (Ilmu Pengetahuan Sosial) merupakan salah satu pendidikan yang memiliki peran penting didalam upaya pembentukan karakter dan penerapan nilai-nilai

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Modal sosial atau social capital merupakan satu terminologi baru yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Modal sosial atau social capital merupakan satu terminologi baru yang BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Modal sosial Modal sosial atau social capital merupakan satu terminologi baru yang dikembangkan oleh ahli-ahli sosial untuk memperkaya pemahaman kita tentang masyarakat dan komunitas.

Lebih terperinci

diitawar sedikit bisa!).

diitawar sedikit bisa!). Bab Satu Pendahuluan Papalele : Usi, bali duriang ka? (Usi, mau beli duren?) Ibu : duriang dar mana la? (duren dari mana ya?) Papalele : duriang dari hatalae atas (duren dari desa Hatalae).. Ibu : brapa

Lebih terperinci

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN Pada bagian ini yang merupakan bagian penutup dari laporan penelitian memuat kesimpulan berupa hasil penelitian dan saran-saran yang perlu dikemukakan demi keberhasilan proses

Lebih terperinci

sebagai penjembatan dalam berinteraksi dan berfungsi untuk

sebagai penjembatan dalam berinteraksi dan berfungsi untuk BAB IV ANALISIS DATA A. Temuan Penelitian Dalam penelitian kualitatif teknik analisis dilakukan bersamaan dengan pengumpulan data yang di peroleh dari berbagai macam sumber, baik itu pengamatan, wawancara,

Lebih terperinci

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN Strategi pembangunan daerah dirumuskan untuk menjalankan misi guna mendukung terwujudnya visi yang harapkan yaitu Menuju Surabaya Lebih Baik maka strategi dasar pembangunan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Banyak istilah yang diberikan untuk menunjukan bahwa bangsa Indonesia

I. PENDAHULUAN. Banyak istilah yang diberikan untuk menunjukan bahwa bangsa Indonesia 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Banyak istilah yang diberikan untuk menunjukan bahwa bangsa Indonesia adalah bangsa yang besar, dan penuh dengan keberagaman, salah satu istilah tersebut adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. relevan dalam konteks ekonomi saat ini (Garzella & Fiorentino, 2014). Mardikanto (2014:83)

BAB I PENDAHULUAN. relevan dalam konteks ekonomi saat ini (Garzella & Fiorentino, 2014). Mardikanto (2014:83) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pelestarian lingkungan dan tanggung jawab sosial perusahaan menjadi isu yang semakin relevan dalam konteks ekonomi saat ini (Garzella & Fiorentino, 2014). Mardikanto

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hidup, serta baiknya pengelolaan sumber daya alam yang ada. diri menjadi penting agar masyarakat dapat berperan dalam model

BAB I PENDAHULUAN. hidup, serta baiknya pengelolaan sumber daya alam yang ada. diri menjadi penting agar masyarakat dapat berperan dalam model BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebijakan ekonomi yang bersifat kerakyatan baik dalam jangka pendek maupun dalam jangka panjang, lebih fokus untuk tujuan mengurangi kemiskinan, pengangguran, kesenjangan

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan. Di Indonesia, tukang ojek masih menjadi alat angkutan umum ilegal karena belum ada norma

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan. Di Indonesia, tukang ojek masih menjadi alat angkutan umum ilegal karena belum ada norma BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Di Indonesia, tukang ojek masih menjadi alat angkutan umum ilegal karena belum ada norma hukum yang mengatur eksistensinya. Hal ini mendorong penulis untuk melakukan penelitian

Lebih terperinci

2015 PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA DAN MENULIS PADA IBU-IBU AISYIYAH MELALUI STRATEGI PEMBELAJARAN PARTISIPATIF BERORIENTASI KECAKAPAN HIDUP

2015 PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA DAN MENULIS PADA IBU-IBU AISYIYAH MELALUI STRATEGI PEMBELAJARAN PARTISIPATIF BERORIENTASI KECAKAPAN HIDUP 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pendidikan diyakini sebagai salah satu institusi yang memiliki peran sentral dan strategis dalam proses transformasi sosial serta pemberdayaan insani,

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia merupakan sebuah negara yang memiliki beragam suku bangsa yang menyebar dan menetap pada berbagai pulau besar maupun pulau-pulau kecil yang membentang dari Sabang sampai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan sosial, yaitu berupa kegiatan-kegiatan yang dilakukan suatu negara

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan sosial, yaitu berupa kegiatan-kegiatan yang dilakukan suatu negara BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan merupakan suatu upaya untuk mencapai pertumbuhan kesejahteraan sosial, yaitu berupa kegiatan-kegiatan yang dilakukan suatu negara untuk mengembangkan kegiatan

Lebih terperinci

5. Pilihlah salah satu dari pilihan di bawah ini yang merupakan KELEMAHAN anda! (Jawablah dengan sejujur-jujurnya)

5. Pilihlah salah satu dari pilihan di bawah ini yang merupakan KELEMAHAN anda! (Jawablah dengan sejujur-jujurnya) Nama : No HP : Alamat : Pendidikan Terakhir : 1. Pilihlah salah satu dari pilihan di bawah ini yang merupakan KELEMAHAN anda! (Jawablah dengan sejujur-jujurnya) Pemikiran dan perhatian ditujukan ke dalam,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA Berdasarkan sejarah diketahui bahwa masyarakat Indonesia sudah menegenal ekonomi yang disebut pasar. Pasar merupakan kegiatan jual-beli itu, biasanya (1) berlokasi yang mudah didatangi

Lebih terperinci

Menjalankan Nilai-Nilai Kami, Setiap Hari

Menjalankan Nilai-Nilai Kami, Setiap Hari Kode Etik Global Menjalankan Nilai-Nilai Kami, Setiap Hari Takeda Pharmaceutical Company Limited Pasien Kepercayaan Reputasi Bisnis KODE ETIK GLOBAL TAKEDA Sebagai karyawan Takeda, kami membuat keputusan

Lebih terperinci

A. Latar Belakang. C. Tujuan Pembangunan KSM

A. Latar Belakang. C. Tujuan Pembangunan KSM A. Latar Belakang Dalam Strategi intervensi PNPM Mandiri Perkotaan untuk mendorong terjadinya proses transformasi sosial di masyarakat, dari kondisi masyarakat yang tidak berdaya menjadi berdaya, mandiri

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. Nusantara yang berjumlah 166 karyawan. Berikut karakteristik responden. Tabel 1.Identitas Responden Menurut Jenis Kelamin

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. Nusantara yang berjumlah 166 karyawan. Berikut karakteristik responden. Tabel 1.Identitas Responden Menurut Jenis Kelamin BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. Identitas Responden Responden dalam penelitian ini adalah seluruh karyawan PT. Way Seputih Bumi Nusantara yang berjumlah 166 karyawan. Berikut karakteristik responden penelitian,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Terdapat banyak definisi mengenai pemimpin. Dalam Kamus Besar

BAB II LANDASAN TEORI. Terdapat banyak definisi mengenai pemimpin. Dalam Kamus Besar BAB II LANDASAN TEORI A. PEMIMPIN 1. Definisi Pemimpin Terdapat banyak definisi mengenai pemimpin. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2007), pemimpin memiliki kata dasar pimpin yang sering disebut sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Pandangan sosiolinguistik menyebutkan bahwa bahasa lahir di dalam masyarakat. Melalui media bahasa, sebuah kebiasaan lisan terbentuk secara turun temurun di dalam masyarakat,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. alasan kemunculan hukum, namun dalam usaha-usaha memberikan jawaban akan hukum

BAB I PENDAHULUAN. alasan kemunculan hukum, namun dalam usaha-usaha memberikan jawaban akan hukum BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Para pemerhati dan pemikir hukum belum ada satu pandangan dalam melihat alasan kemunculan hukum, namun dalam usaha-usaha memberikan jawaban akan hukum itu diadakan

Lebih terperinci

BAB IV PENUTUP. dalam hal ini yaitu kota Yogyakarta bertujuan untuk melihat pola-pola yang

BAB IV PENUTUP. dalam hal ini yaitu kota Yogyakarta bertujuan untuk melihat pola-pola yang BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan Penelitian mengenai terjadinya variasi penggunaan hijab di masyarakat perkotaan, dalam hal ini yaitu kota Yogyakarta bertujuan untuk melihat pola-pola yang menimbulkan pembentukan

Lebih terperinci