BAB VIII KESIMPULAN DAN SARAN
|
|
- Utami Setiabudi
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB VIII KESIMPULAN DAN SARAN 8.1. Kesimpulan di Tataran Empirik Berdasarkan permasalahan dan tujuan yang dirumuskan dalam melihat ketahanan pasar nagari di Minangkabau dalam menghadapi ekonomi dunia/supra lokal pada kasus pasar kayu manis di pedalaman Minangkabau, dan mengacu kepada uraian analisis yang telah dilakukan dengan peralatan analisis yang telah dikemukakan pada kerangka teori dan kerangka pemikiran, dapat dikemukakan beberapa kesimpulan sebagai jawaban dari permasalahan yang dirumuskan sebagai berikut: 1. Aktor yang ikut bermain di pasar nagari khususnya pasar kayu manis adalah: a). Petani kayu manis, yang dikelompokkan berdasarkan aktifitas panen mereka yakni dengan waktu panen tidak menentu, dan waktu panen tahunan yang memperlihatkan perilaku ekonomi yang berbeda dalam berinteraksi di pasar nagari. Petani kayu manis yang disebut pertama pada umumnya pola mukimnya berada di pinggiran wilayah nagari, memiliki lahan sawah dan perkebunan kayu manis yang sempit, menjadikan tanaman kayu manis sebagai penopang ekonomi rumahtangga (livelihood strategies). Sedangkan petani kayu manis yang disebut kedua pada umumnya berasal dari orang asa nagari, memiliki lahan sawah dan ladang yang lebih luas, menjadikan tanaman kayu manis sebagai tanaman budaya, tanaman tabungan untuk kepentingan pengeluaran yang besar seperti: biaya kenduri, biaya haji, biaya membangun dan memperbaiki rumah, serta biaya sekolah anak. b). Pedagang pengumpul pasar nagari, yang dikelompokkan kepada pedagang tanpa modal/pemberi isyarat dengan sumber modal pedagang besar kabupaten dan Inang-inang. Pedagang modal kuat, yang berasal dari kelompok elite nagari, memiliki jaringan bisnis ke supra nagari, dan menjadi anggota kelompok clique members dari satu jaringan kerja tertentu (klientisasi). c). Pedagang Besar Kabupaten sebagai pembeli dalam jumlah besar (wholesale); mereka pada umumnya berasal dari wilayah supra nagari. Memiliki jaringan bisnis ke pasar nagari, menjadi Patron clique members dari
2 satu jaringan klientisasi, mengarah kepada terbentuknya monopsoni tersembunyi perdagangan kayu manis, untuk mempertahankan ekonomi rasionalnya. Regulasi yang terbentuk di pasar nagari lebih memperlihatkan pada bentuk akomodasi atau formasi dari tiga kepentingan yang berbeda, yaitu negara, masyarakat dan pasar (aktor), sehingga regulasi yang terbentuk sangat dipengaruhi oleh berbagai pihak yang terlibat baik secara politik, ekonomi dan sosial budaya. 2. Pola perilaku aktor ekonomi yang bermain di pasar nagari dalam melakukan tindakan ekonomi adalah berbeda diantara kedua kelompok pedagang kayu manis. Pedagang kayu manis yang bermodal besar dan berasal dari supra nagari semakin mengarahkan perilaku ekonominya kepada ekonomi rasional dengan motif utama mencari keuntungan semata dan cenderung melakukan tekanan pada hirarki di bawahnya. Sedangkan pedagang kayu manis tanpa modal (cingkariak), semakin mengarahkan perilaku ekonomi mereka kepada ekonomi moral, dengan motif utama menjaga hubungan baik dengan petani kayu manis agar menjadi pelanggannya. Semakin jauh aktor ekonomi dari lingkungan sosial budayanya, maka perilaku ekonominya semakin rasional. Sebaliknya semakin dekat aktor ekonomi dari lingkungan sosial budayanya, maka semakin kuat ekonomi moralnya. 3. Perdagangan kayu manis di pasar nagari melekat (embeddedness) dalam sistem kekerabatan di tengah masyarakat nagari karena pada umumnya pedagang kayu manis adalah kelompok elite nagari seperti penghulu (40 persen), ulama (55 persen), dan tokoh terkemuka nagari lainnya. 4. Proses pembentukan harga di pasar nagari sangat ditentukan oleh: 1). Tipe petani, kuantitas, kualitas kayu manis dan bentuk hubungan dengan pedagang. 2). Jumlah clique member yang hadir di pasar nagari. 3). Jumlah anggota dalam sebuah clique members. 5. Interrelasi antara pasar nagari dengan pasar supra lokal dapat dilihat dari lima institusi ekonomi perdagangan kayu manis di pasar nagari, yakni pedagang pengumpul pasar nagari, pedagang besar kabupaten, ADP/KPRR, CV SAS, pasar lelang lokal (PLL). Kelima institusi ekonomi ini relatif bertahan dalam perjalanan waktu, namun selalu berubah dan berganti atau cenderung beradaptasi secara dinamis seiring dengan perkembangan perdagangan kayu 268
3 manis. Interrelasi diantara sesama institusi ekonomi ini yang membuat pasar nagari mampu bertahan sampai sekarang. Artinya pasar nagari akan tetap persisten ketika model transaksi yang dikembangkan oleh pedagang pengumpul pasar nagari dengan petani kayu manis dengan prinsip ekonomi moral. Intervensi ekonomi supra lokal yang cenderung menganut prinsip ekonomi rasional yang mengutamakan keuntungan semata telah merugikan petani dan pedagang pengumpul pasar nagari. Oleh karena itu, keberlangsungan pasar nagari akan tetap ada karena adanya keterlibatan kepentingan ekonomi masyarakat nagari itu sendiri yakni petani kayu manis dan pedagang pengumpul pasar nagari Kesimpulan di Tataran Teoritik Realitasnya ditemukan bahwa pertukaran yang terjadi di pasar nagari (pasar kayu manis) belum memperlihatkan sebagai sebuah kompromi minat pada masingmasing pihak, dan belum mengarah kepada terciptanya kepuasan timbal balik (reciprocal competition). Sebagaimana yang disinyalir Weber (1964, 1978), perjuangan atas harga antar pesaing (struggle between competitor) dalam proses pertukaran memperlihatkan dinamika hubungan sosial yang cenderung berbentuk tertutup. Ini terlihat terutama pada aktor tipe pemberi isyarat (tree node) yang dipasar nagari disebut cingkariak. Dari sudut pandang Grannovetter (1992) yang melihat bahwa tingkah laku ekonomi aktor melekat dalam jaringan kerja sosial dari saling hubungan inter personal yang sedang berlangsung. Namun Granovetter tidak melihat sejauhmana melekatnya. Granovetter tidak membedakan konsep keterlekatan tindakan ekonomi aktor. Fakta di lapang menunjukkan bahwa keterlekatan tindakatan aktor memiliki derajat yang berbeda dari setiap tindakan ekonominya, artinya tindakan ekonomi yang diambil didasarkan atas pertimbangan-pertimbangan moral tertentu oleh aktor (ekonomi moral). Keterlekatan yang ditemukan di lapang berbeda di setiap lini/berhierarkhi, dan keterlekatan itu bisa dalam bentuk vertikal maupun horisontal (soft and hard embedded). Antara pedagang dan petani tidak melekat (disembedded) atau sangat tipis derajat keterlekatannya. Sedangkan antara petani dengan pedagang perantara cenderung mempertimbangkan ekonomi moral (embedded vertikal satu arah). Antara pedagang besar dengan pedagang besar 269
4 embedded horisontal. Antara pedagang besar ke petani dissambedded (rational choice). Antara pedagang besar ke pedagang perantara dissambedded bila bukan clik-nya (boundedly rationality/embedded tipis) dalam patronnya (clique membernya). Hubungan antara pedagang perantara dengan pedagang perantara embedded horisontal sangat kental karena mereka dikontrol kode etik tertentu, jaringan kerja tertentu yang sangat mempertimbangkan keberlanjutan reciprositas ekonomi dan sosial diantara mereka. Hal ini menunjukkan bahwa pada kasus pasar kayu manis, keterlekatan tersebut tidak dapat diterima untuk tiap aras. Ini hanya terjadi pada aras-aras tertentu atau dalam bentuk hubungan horizontal tidak dalam bentuk hubungan aktor secara vertikal. Dari segi tindakan ekonomi aktor yang dikatakan sebagai suatu bentuk tindakan sosial (Swedberg, 1998, 2003) ini hanya terlihat pada aktor pada hirarki yang paling bawah dalam struktur sosial pedagang di pasar nagari. Sedangkan untuk hubungan secara vertikal, masing-masing level pedagang punya konstruksi sosial tertentu. Jika tindakan ekonomi melekat atau keterlekatannya lebih kuat tertanam dalam kelompok atau level tertentu dan keterlekatannya berbeda diantara para aktor. Perbedaan keterlekatan itu sangat dipengaruhi oleh sejumlah aspek antara lain: aspek kekerabatan, kesukuan (culture), religi, kode etik yang mereka sepakati, dan derajad ketertanaman aktor dalam komunitas tersebut. Dalam kaitan dengan ketahanan pasar nagari, yang mengacu pada perumuman empirik dapat disimpulkan bahwa: analisis di aras mikro menunjukkan bahwa persistensi pasar nagari dari waktu ke waktu disebabkan adanya unsur keterlekatan: 1). Tindakan ekonomi aktor dalam jaringan sosial personal yang sedang berlangsung. 2). Tindakan ekonomi dengan sistem sosial budaya masyarakat. Keterlekatan ini ternyata memiliki makna yang berbeda pada masingmasing aktor ekonomi (bagi petani, pedagang pengumpul, dan pedagang besar kabupaten). Analisis di aras meso menunjukkan bahwa: persistensi pasar nagari khususnya pasar kayu manis di Minangkabau adalah merupakan strategi bertahan pedagang lokal terhadap penetrasi ekonomi supra lokal (ekonomi kapitalis). Strategi yang dipilih ini berdampak pada petani menjadi pihak yang paling besar menanggung biaya untuk ketahanan pasar nagari dari waktu ke waktu. Artinya, 270
5 petani kayu manis adalah pihak yang paling besar mensubsidi pasar dunia, karena mereka menerima margin pemasaran yang paling rendah. Analisis di aras makro menjelaskan bahwa dalam konteks ekonomi lokal dengan sistem perekonomian kapitalis, (melalui pasar nagari) menunjukkan gejala peminggiran petani yang sekaligus merupakan implikasi dari kebijakan negara yang lebih berorientasi pada peningkatan produksi tanpa diikuti oleh kebijakan pasar produk pertanian Kesimpulan di Tataran Metodologis Faktor kedekatan emosional, sosial, kultural (seperti bahasa, sesuku, sekampung) antara tineliti dengan peneliti, tidak selamanya memberikan kemudahan dalam mendapatkan/mengungkapkan realitas yang sesungguhnya. Untuk kasus pasar, perjuangan aktor ekonomi atau perdagangan dan jaringan kerja sosial personal yang ada di dalamnya, semakin dekat ikatan emosional, sosial, dan kultural peneliti dengan tineliti semakin sulit mendapatkan data. Peneliti semakin dicurigai dan tineliti semakin tertutup pada peneliti dan sangat berhati-hati dalam memberikan informasi dan bersikap, sehingga sulit untuk diketahui realitas bathin si tineliti. Ternyata sikap curiga, kehati-hatian atau tidak mau (sangat tertutup) memberikan informasi tineliti disebabkan karena tineliti tidak mau rahasia dagangnya di tiru orang lain atau diketahui oleh peneliti sebagai seorang putera daerah (sekampung). Disamping itu erat kaitannya dengan ketakutan akan berkurangnya akumulasi modal sosial-budaya, termasuk didalamnya derajad kepercayaan (trust) terhadap tineliti di dalam masyarakat. Ternyata strategi mendatangkan/menggunakan orang luar (outsider), untuk mengatasi kondisi dan ketersendatan data, berhasil digunakan, dan data dengan mudah dapat digali. Keberhasilan menggunakan orang luar (outsider) dalam mendapatkan data dari tineliti (terutama kelompok pedagang), lebih disebabkan adanya rasa aman si tineliti yang merasa tidak akan membahayakan rahasia perdagangannya. Mereka menganggap orang luar setelah penelitian akan pergi dan tidak akan bertemu dengan mereka lagi. Jadi mereka tidak perlu menganggap orang luar sebagai saingan atau pihak yang harus ditakuti. Berarti anggapan melakukan penelitian di daerah sendiri, tidak selamanya memberikan kemudahan dalam berkomunikasi atau menggali informasi dan mendapatkan data, malah untuk data- 271
6 data tertentu yang dibutuhkan mereka sangat tertutup terhadap peneliti yang dianggap orang dalam. Dengan demikian apa yang disarankan Geertz (1992), untuk kasus/penelitian ini tidak sepenuhnya dapat diterima Saran dan Implikasi Kebijakan Berdasarkan temuan penelitian yang diperoleh dari ketahanan pasar nagari di Minangkabau dalam menghadapi ekonomi dunia/supra lokal, maka dapat dikemukakan beberapa saran kebijakan untuk membangun perekonomian nagari dengan berbasis pasar nagari adalah sebagai berikut: 1. Membangun kembali perekonomian masyarakat nagari, hanyalah dapat dilakukan dengan mengembangkan pasar nagari dengan segala atribut yang melekat padanya selama ini. Persistensi pasar nagari justru terletak pada memberikan kesempatan untuk mengembangkan terjadinya perilaku ekonomi moral dalam menghadapi perilaku ekonomi rasional yang dibawa dan diterapkan oleh pedagang besar kabupaten sebagai orang luar (out sider) yang melakukan intervensi terhadap sistem ekonomi masyarakat nagari. Membangun dan mempertahankan keberadaan pasar nagari sebagai outlet bagi produksi pertanian rakyat dalam arti luas, akan mempertahankan aliran keuntungan (benefit flow) pada petani kayu manis sebagai mata rantai awal dalam sistem perdagangan kayu manis. 2. Jika unsur-unsur budaya dan struktur sosial selalu terbina dalam masyarakat dan menjadi moral kolektif sepanjang sejarah ekonomi Minangkabau, maka pasar nagari akan persisten dari waktu ke waktu. 3. Kehadiran pasar nagari sebagai batas antara tindakan ekonomi moral dengan tindakan ekonomi rasional sangat diperlukan, agar mendatangkan keuntungan bagi semua pihak yang melakukan pertukaran. Semakin dominan peran pasar nagari dalam proses transaksi perdagangan kayu manis, akan semakin mendorong kuatnya perilaku ekonomi moral. Sebaliknya, apabila pasar nagari tidak lagi aktif sebagai outlet komoditi pertanian rakyat dalam arti luas, maka perilaku ekonomi rasional akan semakin dominan dalam transaksi antara pedagang dengan petani kayu manis. Oleh karena itu, pilihan untuk meningkatkan pendapatan petani kayu manis terletak kepada pilihan kebijakan 272
7 untuk mengembangkan pasar nagari yang mampu menciptakan/memberikan sharing keuntungan kepada petani kayu manis melalui pasar nagari Peluang untuk Penelitian ke Depan Pertama; penelitian ini telah mencoba mengungkapkan dan menjelaskan keterkaitan sosial budaya masyarakat Minangkabau dengan ketahanan pasar nagari dalam menghadapi pengaruh ekonomi supra lokal, peluang bagi penelitian ke depan adalah mengkaji aspek integrasi vertikal dari perdagangan tanaman ekspor dikaitkan dengan kelembagaan ekonomi lainnya seperti sistem julo-julo di tengah masyarakat Minangkabau. Kedua; perlu pengkajian sistem perdagangan tanaman ekspor lainnya seperti, kopi, dan gambir yang juga merupakan tanaman perkebunan rakyat. Tingginya permintaan kopi dan gambir oleh negara seperti Singapura dan Malaysia, dan India belum memberikan dampak bagi ekonomi petani gambir dan kopi. Ketiga; perlu pengkajian terhadap keterkaitan ekonomi nagari di wilayah pedalaman dengan perekonomian nagari di wilayah pesisir Minangkabau (daerah rantau). Sehingga diperoleh gambaran holistik terhadap perekonomian masyarakat Minangkabau sebenarnya. ****** 273
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pembangunan pertanian di Indonesia selama ini telah dititikberatkan pada peningkatan produksi pertanian. Namun dalam upaya peningkatan ini, terlihat tidak
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA Berdasarkan sejarah diketahui bahwa masyarakat Indonesia sudah menegenal ekonomi yang disebut pasar. Pasar merupakan kegiatan jual-beli itu, biasanya (1) berlokasi yang mudah didatangi
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. individual sendiri tetapi juga mencakup perilaku ekonomi yang lebih luas, seperti
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Keterlekatan Keterlekatan menurut Granovetter, merupakan tindakan ekonomi yang disituasikan secara sosial dan melekat dalam jaringan sosial personal yang sedang berlangsung
Lebih terperinciPersoalan Ekonomi dan Sosiologi
SOSIOLOGI EKONOMI Persoalan Ekonomi dan Sosiologi Economics and sociology; Redefining their boundaries: Conversations with economists and sociology (Swedberg:1994) Tiga pembagian kerja ekonomi dengan sosiologi:
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA. terdapat suatu aturan yang sudah disepakati dalam masyarakat tersebut. Salah satu
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Moral Ekonomi Pedagang Kehidupan masyarakat akan teratur, baik, dan tertata dengan benar bila terdapat suatu aturan yang sudah disepakati dalam masyarakat tersebut. Salah satu
Lebih terperinciPersoalan Ekonomi dan Sosiologi
SOSIOLOGI EKONOMI Persoalan Ekonomi dan Sosiologi Economics and sociology; Redefining their boundaries: Conversations with economicts and sociology (Swedberg:1994) Tiga pembagian kerja ekonomi dengan sosiologi:
Lebih terperinci6 KESIMPULAN DAN SARAN
6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil studi yang dilakukan pada dua komunitas yaitu komunitas Suku Bajo Mola, dan Suku Bajo Mantigola, menunjukkan telah terjadi perubahan sosial, sebagai
Lebih terperinciBAB VIII PENUTUP 8.1. Kesimpulan di Tataran Empirik
BAB VIII PENUTUP 8.1. Kesimpulan di Tataran Empirik Berdasarkan permasalahan dan tujuan penelitian yang dirumuskan sebelumnya, maka pada bab ini dapat dibuat kesimpulan sebagai jawaban terhadap permasalahan
Lebih terperinciBAB VIII PENUTUP. Penelitian dengan tema kebijakan hutan rakyat dan dinamika sosial
BAB VIII PENUTUP Penelitian dengan tema kebijakan hutan rakyat dan dinamika sosial ekonomi masyarakat di Kabupaten Banyumas ini mengambil tiga fokus kajian yakni ekonomi politik kebijakan hutan rakyat,
Lebih terperinciBAB VI BASIS KETAHANAN PASAR NAGARI: KETERLEKATAN PASAR KAYU MANIS DENGAN PASAR SUPRA LOKAL DAN MASYARAKAT MINANGKABAU
BAB VI BASIS KETAHANAN PASAR NAGARI: KETERLEKATAN PASAR KAYU MANIS DENGAN PASAR SUPRA LOKAL DAN MASYARAKAT MINANGKABAU Bab ini menjelaskan basis ketahanan pasar nagari dalam kaitannya dengan keterlekatan
Lebih terperinciBENTUK PERLAKUAN PATRON TERHADAP KLIEN DALAM PERDAGANGAN KAYU MANIS DI PASAR NAGARI KABUPATEN TANAH DATAR
BENTUK PERLAKUAN PATRON TERHADAP KLIEN DALAM PERDAGANGAN KAYU MANIS DI PASAR NAGARI KABUPATEN TANAH DATAR Yeni Erita Program Studi Pendidikan Geografi STKIP PGRI Sumatera Barat Email: anwaryenierita@yahoo.co.id
Lebih terperinciPENDAHULUAN. Latar Belakang
1 PENDAHULUAN Latar Belakang Salah satu isu yang muncul menjelang berakhirnya abad ke-20 adalah persoalan gender. Isu tentang gender ini telah menjadi bahasan yang memasuki setiap analisis sosial. Gender
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sumber daya alam yang terdapat pada suatu wilayah pada dasarnya merupakan modal
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sumber daya alam yang terdapat pada suatu wilayah pada dasarnya merupakan modal dasar pembangunan yang perlu digali dan dimanfaatkan secara tepat dengan memperhatikan
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Acuan Kerja Penelitian Acuan kerja penelitian meliputi dua unsur utama yakni hipotesa-hipotesa pengarah dan batasan analisis. Hipotesa pengarah dimaksudkan sebagai sebuah
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN
III. METODE PENELITIAN 3.1. Batasan Analisis Batasan analisis dalam penelitian ini adalah: Pertama, Pokok persoalan yang diangkat adalah persoalan keterbatasan lahan, tingkat kerentanan produk tembakau
Lebih terperinciTIPOLOGI KELOMPOK ENTERPRENEURSHIP MINANGKABAU (Kasus Perempuan Pedagang di Pasar Nagari ) Rinel Fitlayeni
Vol. 5 No.1 Desember 2012 (39-46 ) http://dx.doi.org/10.22202/jp.2012.v5i1.6 Website: ejournal.stkip-pgri-sumbar.ac.id/index.php/pelangi TIPOLOGI KELOMPOK ENTERPRENEURSHIP MINANGKABAU (Kasus Perempuan
Lebih terperinci8 BANGUNAN TEORI INTEGRASI AGROINDUSTRI
8 BANGUNAN TEORI INTEGRASI AGROINDUSTRI Pengembangan agroindustri terintegrasi, seperti dikemukakan oleh Djamhari (2004) yakni ada keterkaitan usaha antara sektor hulu dan hilir secara sinergis dan produktif
Lebih terperinciSekalipun Dibenci, Tetapi Selalu Dirindukan
Bab 9 Kesimpulan Di era ekonomi global persaingan industri semakin ketat. Peran teknologi informasi sangat besar yang menyebabkan cakupan wilayah produksi dan pemasaran barang dan jasa tidak dapat dibatasi
Lebih terperinciIII. METODOLOGI PENELITIAN
39 III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini dilakukan pada komunitas Suku Duano dengan fokus pada perubahan lingkungan (sosiokultural dan ekologikal) dan aktivitas nafkah.
Lebih terperinciBAB VI KOMUNITAS DIBO-DIBO SEBAGAI JARINGAN YANG HIDUP
BAB VI KOMUNITAS DIBO-DIBO SEBAGAI JARINGAN YANG HIDUP Berdasarkan hasil penelitian yang sudah dijabarkan pada dua bab sebelumnya, dapat diidentifikasi bahwa komunitas karakter sosial dan juga karakter
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Meskipun Indonesia merupakan negara yang memiliki potensi pertanian yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Meskipun Indonesia merupakan negara yang memiliki potensi pertanian yang sangat tinggi, namun belum banyak upaya yang dilakukan untuk mengidentifikasi keberhasilan agribisnis
Lebih terperinciB A B V P E N U T U P. Fakta-fakta dan analisis dalam tulisan ini, menuntun pada kesimpulan
5.1. Kesimpulan B A B V P E N U T U P Fakta-fakta dan analisis dalam tulisan ini, menuntun pada kesimpulan umum bahwa integrasi sosial dalam masyarakat Sumba di Kampung Waiwunga, merupakan konstruksi makna
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA. Modal sosial atau social capital merupakan satu terminologi baru yang
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Modal sosial Modal sosial atau social capital merupakan satu terminologi baru yang dikembangkan oleh ahli-ahli sosial untuk memperkaya pemahaman kita tentang masyarakat dan komunitas.
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Teori Struktural Fungsional Suatu fungsi adalah kumpulan kegiatan yang ditujukan ke arah pemenuhan kebutuhan tertentu atau kebutuhan sistem. Dengan menggunakan defenisi ini,
Lebih terperinci3. METODOLOGI PENELITIAN
20 3. METODOLOGI PENELITIAN Kerangka Pemikiran Penelitian Pengembangan agroindustri udang merupakan hal yang sangat penting dalam siklus rantai komoditas udang. Pentingnya keberadaan agroindustri udang
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN TEORITIS
BAB II TINJAUAN TEORITIS 2.1. Pengertian Tanah dan Fungsinya Sejak adanya kehidupan di dunia ini, tanah merupakan salah satu sumberdaya yang penting bagi makhluk hidup. Tanah merupakan salah satu bagian
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2. 1. Modal Sosial Konsep modal sosial menawarkan betapa pentingnya suatu hubungan. Dengan membagun suatu hubungan satu sama lain, dan memeliharanya agar terjalin terus, setiap individu
Lebih terperinciIX. KESIMPULAN DAN SARAN. 1. Hasil pendugaan harga bayangan menunjukkan bahwa semakin luas lahan yang
302 IX. KESIMPULAN DAN SARAN 9.1. Kesimpulan 1. Hasil pendugaan harga bayangan menunjukkan bahwa semakin luas lahan yang dikuasai rumahtangga petani, harga bayangan pupuk, tenaga kerja dalam keluarga dan
Lebih terperinciBAB VI PENUTUP. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji perkembangan kota kecil di Joglosemar
BAB VI PENUTUP 6.1 Kesimpulan Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji perkembangan kota kecil di Joglosemar dalam konteks sistem perkotaan wilayah Jawa Tengah dan DIY. Ada empat pertanyaan yang ingin dijawab
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Perbankan dari sekian jenis lembaga keuangan, merupakan sektor yang paling
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perbankan dari sekian jenis lembaga keuangan, merupakan sektor yang paling besar pengaruhnya dalam aktifitas perekonomian masyarakat modern. Dimensi baru dalam
Lebih terperinci8 KESIMPULAN DAN REFLEKSI
8 KESIMPULAN DAN REFLEKSI 8.1 Kesimpulan 8.1.1 Transformasi dan Pola Interaksi Elite Transformasi kekuasaan pada etnis Bugis Bone dan Makassar Gowa berlangsung dalam empat fase utama; tradisional, feudalism,
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA. bentuk informal. Hubungan sosial adalah gambaran atau cerminan dari kerjasama
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Jaringan Sosial Jaringan sosial merupakan hubungan-hubungan yang tercipta antar banyak individu dalam suatu kelompok ataupun antar suatu kelompok dengan kelompok lainnya. Hubungan-hubungan
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
21 3.1. Pendekatan Penelitian BAB III METODOLOGI PENELITIAN Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan kualitatif dan didukung dengan data kuantitatif. Pendekatan kualitatif menekankan pada
Lebih terperinciKeterlekatan (embeddesness)
Keterlekatan (embeddesness) Konsep Keterlekatan Konsep Keterlekatan Karl Polanyi Pasar dibatasi oleh aturan yang terhubung dengan moral masyarakat Mark Granoveter Ekonomi terhubung oleh aktor yang membentuk
Lebih terperinciPENDAHULUAN Latar Belakang
PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan dan pengembangan wilayah merupakan dinamika daerah menuju kemajuan yang diinginkan masyarakat. Hal tersebut merupakan konsekuensi logis dalam memajukan kondisi sosial,
Lebih terperinciVIII KESIMPULAN DAN SARAN
VIII KESIMPULAN DAN SARAN 8.1. Kesimpulan Empirik 8.1.1. Konstruksi Pengetahuan Zakat Konstruksi pengetahuan zakat LAZ Komunitas, BAZDA, dan LAZ Swasta, merupakan hasil dari bekerjanya rezim pengetahuan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN A. Latar Belakang
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan dengan luas daratan dan lautan yang sangat luas sehingga sebagian besar mata pencaharian penduduk berada di sektor pertanian. Sektor
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA Konversi Lahan Konversi lahan merupakan perubahan fungsi sebagian atau seluruh
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konversi Lahan Konversi lahan merupakan perubahan fungsi sebagian atau seluruh kawasan lahan dari fungsinya semula (seperti yang direncanakan) menjadi fungsi lain yang membawa
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. di Indonesia. Selain sebagai sumber pendapatan masyarakat tani pekebun,
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karet merupakan komoditas perkebunan yang sangat penting peranannya di Indonesia. Selain sebagai sumber pendapatan masyarakat tani pekebun, komoditas ini juga memberikan
Lebih terperinciBAB VIII PENUTUP. Protes dan perlawanan yang dilakukan masyarakat lokal terhadap pemerintah
BAB VIII PENUTUP A. Kesimpulan Protes dan perlawanan yang dilakukan masyarakat lokal terhadap pemerintah Kabupaten Nagekeo dalam pembangunan saluran irigasi Mbay kiri dipicu oleh masalah ketidakadilan
Lebih terperinciPERAN PEDAGANG PENGUMPUL DI KABUPATEN LIMA PULUH KOTA. Husnarti Dosen Agribisnis Faperta UMSB. Abstrak
PERAN PEDAGANG PENGUMPUL DI KABUPATEN LIMA PULUH KOTA Husnarti Dosen Agribisnis Faperta UMSB Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran pedagang di Kabupaten Lima Puluh Kota. Penelitian dilakukan
Lebih terperinciPENDEKATAN SOSIOLOGIS TENTANG EKONOMI
PENDEKATAN SOSIOLOGIS TENTANG EKONOMI Konsep Aktor (ekonomi) Titik tolak analisis ekonomi adalah individu Individu adalah makhluk yang rasional, senantiasa menghitung dan membuat pilihan yang dapat memperbesar
Lebih terperinciBAB 8 KESIMPULAN DAN KONTRIBUSI
BAB 8 KESIMPULAN DAN KONTRIBUSI 8.1. Kesimpulan Berdasarkan analisis dan pembahasan dalam penelitan ini maka dibuat kesimpulan dari fokus kajian mengenai, perubahan ruang hunian, gaya hidup dan gender,
Lebih terperinciBAB VI PENUTUP. A. Kesimpulan. Penelitian ini mendapatkan konsep awal tentang anti-materialisme
BAB VI PENUTUP A. Kesimpulan Penelitian ini mendapatkan konsep awal tentang anti-materialisme berdasarkan eksplorasi terhadap sikap hidup orang-orang yang memandang diri mereka sebagai tidak materialistis.
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Strategi Strategi adalah perencanaan induk yang komprehensif, yang menjelaskan bagaimana mencapai semua tujuan yang telah ditetapkan berdasarkan misi yang telah
Lebih terperinciBAB 8 KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEILMUAN
BAB 8 KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEILMUAN 8.1. Kesimpulan 1. Selama abad ke-15 hingga ke-19 terdapat dua konsep pusat yang melandasi politik teritorial di Pulau Jawa. Kedua konsep tersebut terkait dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sajogyo (1986) dalam bukunya sosiologi pembangunan menyebutkan bahwa pembangunan tidak terlepas dari modernisasi. Pembangunan sendiri memiliki begitu banyak definisi
Lebih terperinciKOMUNIKASI ORGANISASI Modul ke:
KOMUNIKASI ORGANISASI Modul ke: Jaringan Komunikasi Fakultas Ilmu Komunikasi Gufroni Sakaril, Drs, MM Program Studi Public Relations www.mercubuana.ac.id Organisasi Informal Mengapa Organisasi Informal
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. sosial (termasuk religi), ekonomi dan ekologi sehingga hubungan hutan dan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA Secara tradisional hubungan masyarakat dan hutan meliputi multi aspek yaitu sosial (termasuk religi), ekonomi dan ekologi sehingga hubungan hutan dan masyrakat sekitar hutan memiliki
Lebih terperinciLAMPIRAN. Pedoman Wawancara Penelitian
LAMPIRAN Pedoman Wawancara Penelitian A. Aktivitas sosio-ekonomi komunitas dibo-dibo I. Aktivitas Sosial Motivasi Sosial : 1. Apa yang anda harapkan (khususnya relasi) dengan komunitas dibo-dibo? 2. Bagaimana
Lebih terperinciREVITALISASI PERAN ORGANISASI KEMASYARAKATAN DALAM MENEGAKKAN NILAI-NILAI BHINNEKA TUNGGAL IKA. Fakultas Hukum Universitas Brawijaya
REVITALISASI PERAN ORGANISASI KEMASYARAKATAN DALAM MENEGAKKAN NILAI-NILAI BHINNEKA TUNGGAL IKA Fakultas Hukum Universitas Brawijaya BHINNEKA TUNGGAL IKA SEBAGAI SPIRIT KONSTITUSI Pasal 36A UUD 1945 menyatakan
Lebih terperinciPEMODELAN KEBIJAKAN PENGEMBANGAN UMKM INOVATIF
PEMODELAN KEBIJAKAN PENGEMBANGAN UMKM INOVATIF Nunu Noviandi Peneliti Utama Kajian Pemodelan Pengembangan PI-UMKM Pusat Pengkajian Kebijakan Peningkatan Daya Saing 2010 1 Latar Belakang Kebijakan pengembangan
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
22 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Pendekatan Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan kualitatif dan kuantitatif (survey). Pendekatan kualitatif menekankan pada proses-proses
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS DATA. Analisis data merupakan proses pengaturan data penelitian, yakni
91 BAB IV ANALISIS DATA Analisis data merupakan proses pengaturan data penelitian, yakni pengorganisasian data kedalam pola-pola yang saling berhubungan, serta setiap kategori maupun sistem yang ada. Pada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. realitas kehidupan sosial. Karya sastra pada umumnya bersifat dinamis, sesuai
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan salah satu cipta karya masyarakat, sedangkan masyarakat adalah salah satu elemen penting dalam karya sastra. Keduanya merupakan totalitas
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. Misi ini berkaitan dengan program-program lain untuk meningkatkan
BAB V PENUTUP V.1. Kesimpulan Dengan latar belakang kehidupan sosial ekonomi masyarakat yang masih miskin dan tertinggal oleh pembangunan, maka upaya kesehatan ibu dan anak perlu ditingkatkan dalam konteks
Lebih terperinciBAB X KESIMPULAN DAN IMPLIKASI
BAB X KESIMPULAN DAN IMPLIKASI 10.1. Kesimpulan Dalam cakupan masa kontemporer, menguatnya pengaruh kapitalisme terhadap komunitas petani di empat lokasi penelitian dimulai sejak terjadinya perubahan praktek
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. informasi dan komunikasi. Saat ini layanan sistem pembayaran yang melibatkan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan kemajuan teknologi informasi dan komunikasi menghasilkan inovasi-inovasi baru hampir diseluruh sektor perekonomian. Perkembangan sistem pembayaran merupakan
Lebih terperinciKETAHANAN (PERSISTENCE) PASAR NAGARI MINANGKABAU: KASUS PASAR KAYU MANIS (CASSIAVERA) DI KABUPATEN TANAH DATAR DAN AGAM SUMATERA BARAT ZUSMELIA
KETAHANAN (PERSISTENCE) PASAR NAGARI MINANGKABAU: KASUS PASAR KAYU MANIS (CASSIAVERA) DI KABUPATEN TANAH DATAR DAN AGAM SUMATERA BARAT ZUSMELIA SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2007
Lebih terperinciRefleksi dan Kesimpulan
Bab 7 Refleksi dan Kesimpulan Ada empat aspek yang mendasari penelitian hubungan masyarakat beragama Kristen dan beragama Islam di Tentena pada situasi pasca konflik Poso, Pertama kembalinya masyarakat
Lebih terperinciPENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 24 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PEMBENTUKAN DAN PENGELOLAAN BADAN USAHA MILIK DESA
PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 24 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PEMBENTUKAN DAN PENGELOLAAN BADAN USAHA MILIK DESA I. UMUM 1. Pengembangan basis ekonomi di pedesaan sudah sejak lama
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Dari hasil penelitian tersebut diatas dapat disimpulkan dengan mengacu pada hipotesa yang peneliti tentukan sebelumnya, yaitu sebagai berikut: pertama, Kausalitas
Lebih terperinciPEMBANGUNAN DAN PERUBAHAN SOSIAL
PEMBANGUNAN DAN PERUBAHAN SOSIAL Arti dan Tujuan Pembangunan Pembangunan merupakan suatu bentuk perubahan sosial yang terarah dan berencana melalui berbagai macam kebijakan yang bertujuan untuk meningkatkan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. membentuk sumberdaya manusia (SDM) Indonesia yang berkualitas. Menurut
I. PENDAHULUAN 1.I. Latar Belakang Salah satu output yang diharapkan dalam pembangunan nasional adalah membentuk sumberdaya manusia (SDM) Indonesia yang berkualitas. Menurut Menteri Kesehatan (2000), SDM
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. dapat terlepas dari modal yang dimilikinya, semakin besar modal yang dimiliki oleh
180 BAB V PENUTUP Penelitian Pertarungan Tanda dalam Desain Kemasan Usaha Kecil dan Menengah ini menghasilkan kesimpulan sebagai berikut : 5.1. Kesimpulan 5.1.1. Praktik dan Modal Usaha Kecil Menengah
Lebih terperinciHubungan Buruh, Modal, dan Negara By: Dini Aprilia, Eko Galih, Istiarni
Hubungan Buruh, Modal, dan Negara By: Dini Aprilia, Eko Galih, Istiarni INDUSTRIALISASI DAN PERUBAHAN SOSIAL Industrialisasi menjadi salah satu strategi pembangunan ekonomi nasional yang dipilih sebagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. biasanya dengan maksud kembali pulang, dan; (6) merantau ialah lembaga sosial
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Merantau adalah istilah yang identik dan melekat pada masyarakat etnis Minangkabau, Sumatera Barat. Merantau diartikan sebagai sebuah tradisi meninggalkan kampung
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Uang didefinisikan sebagai alat pertukaran (medium of exchange) yaitu suatu
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Uang didefinisikan sebagai alat pertukaran (medium of exchange) yaitu suatu barang atau bentuk kekayaan riil (tangible asset) yang secara umum diterima sebagai pembayaran.
Lebih terperinci1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada hakekatnya tujuan pembangunan adalah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan mengurangi ketimpangan kesejahteraan antar kelompok masyarakat dan wilayah. Namun
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. kepercayaan (trust), saling pengertian (mutual understanding), dan nilai-nilai
3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Modal Sosial Modal sosial adalah hubungan yang terjadi dan diikat oleh suatu kepercayaan (trust), saling pengertian (mutual understanding), dan nilai-nilai bersama (shared
Lebih terperinciPENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian
PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Pembangunan pertanian subsektor perkebunan mempunyai arti penting dan strategis terutama di negara yang sedang berkembang, yang selalu berupaya: (1) memanfaatkan kekayaan
Lebih terperinciPERTEMUAN KE 4 POKOK BAHASAN
PERTEMUAN KE 4 POKOK BAHASAN A. TUJUAN PEMBELAJARAN Adapun tujuan pembelajaran yang akan dicapai sebagai berikut: 1. Mahasiswa dapat memahami tentang arti interaksi, kontak dan komunikasi. 2. Mahasiswa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perubahan rejim ekonomi politik di Indonesia yang terjadi satu dasawarsa terakhir dalam beberapa hal masih menyisakan beberapa permasalahan mendasar di negeri ini.
Lebih terperinciMETODOLOGI PENELITIAN
METODOLOGI PENELITIAN Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, dimana strategi studi kasus dipilih dan bersifat multi metode. Strategi studi kasus ini dianggap memadai dengan tiga dasar pertimbangan:
Lebih terperincimemasuki lingkungan yang lebih luas yakni lingkungan masyarakat. PENDAHULUAN A. Permasalahan Penelitian
PENDAHULUAN A. Permasalahan Penelitian Pendidikan merupakan aset penting bagi kemajuan sebuah bangsa dan merupakan kebutuhan sepanjang hayat. Setiap manusia membutuhkan pendidikan, sampai kapanpun dan
Lebih terperinci5 PENGEMBANGAN PEMASARAN HASIL TANGKAPAN
5 PENGEMBANGAN PEMASARAN HASIL TANGKAPAN 5.1 Pola Distribusi Hasil Tangkapan Hampir seluruh hasil tangkapan ikan dari Nunukan didistribusikan dan dipasarkan ke daerah Tawau Malaysia. Pola pendistribusian
Lebih terperinciBAB I. PENDAHULUAN A.
BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan pemanfaatan lahan antara masyarakat adat dan pemerintah merupakan hal yang tidak dapat dihindari. Salah satu kasus yang terjadi yakni penolakan Rancangan
Lebih terperinciPertumbuhan PDB atas dasar harga konstan tahun 1983
VIX. KESIMPUL?LN DAN I MPLIKASI 7.1. Kesimpulan 7.1.1. Pertumbuhan PDB atas dasar harga konstan tahun 1983 dalam kurun waktu 1971-1990 sangat berfluktuasi. Tingkat pertumbuhan paling tinggi terjadi pada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan agamanya, semenjak dahulu menjadi perhatian khas dari para ilmuwan dan para
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Daerah Sumatera Barat beserta masyarakatnya, kebudayaannya, hukum adat dan agamanya, semenjak dahulu menjadi perhatian khas dari para ilmuwan dan para cendikiawan
Lebih terperinciPERAN STAKEHOLDER DALAM UPAYA PENCIPTAAN EFISIENSI KOLEKTIF PADA KLASTER JAMBU AIR MERAH DELIMA DI KABUPATEN DEMAK TUGAS AKHIR
PERAN STAKEHOLDER DALAM UPAYA PENCIPTAAN EFISIENSI KOLEKTIF PADA KLASTER JAMBU AIR MERAH DELIMA DI KABUPATEN DEMAK TUGAS AKHIR Oleh : HELLY SEPSIANA L2D 003 347 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS
Lebih terperinciBAB VI PENGARUH MODAL SOSIAL TERHADAP TAHAPAN PEROLEHAN KREDIT MIKRO. 6.1 Pengaruh Modal Sosial terhadap Perolehan Kredit Mikro
46 BAB VI PENGARUH MODAL SOSIAL TERHADAP TAHAPAN PEROLEHAN KREDIT MIKRO 6.1 Pengaruh Modal Sosial terhadap Perolehan Kredit Mikro Modal sosial merupakan hal yang penting dalam membentuk suatu kerjasama,
Lebih terperinciPendahuluan: Pengantar Kepada Ekologi Manusia (Kuliah I)
Pendahuluan: Pengantar Kepada Ekologi Manusia (Kuliah I) Tim Pengajar MK Ekologi Manusia 2010 Tujuan Pengajaran Memperkenalkan ekologi manusia kepada mahasiswa sebagai salah satu pendekatan untuk memahami
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. didalam ranah kajian ilmu-ilmu sosial bahkan hingga saat ini. Berbagai macam jenis
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Daerah pedalaman di Indonesia sudah sejak lama mendapatkan tempat didalam ranah kajian ilmu-ilmu sosial bahkan hingga saat ini. Berbagai macam jenis penelitian dengan rupa-rupa
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Pendekatan Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Pendekatan kualitatif dipilih karena mampu memberikan pemahaman yang mendalam
Lebih terperinciREALITAS SOSIAL TINGKAT MIKRO
REALITAS SOSIAL TINGKAT MIKRO Pertemuan adalah episode interaksi tatap muka. Hampir semua pertemuan dibatasi oleh struktur tingkat meso dan budaya terkait dari unit gabungan dan kategorik dan, dengan perluasan,
Lebih terperinciI PENDAHULUAN
I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang sebagian besar penduduknya bermata pencarian sebagai petani. Hal ini perlu mendapat perhatian berbagai pihak, karena sektor pertanian
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA. tugas-tugas pada posisinya tersebut. Apabila kita berbicara tentang tugas-tugas
BAB II KAJIAN PUSTAKA Sebagai sebuah mekanisme yang terus berfungsi, masyarakat harus membagi anggotanya dalam posisi sosial yang menyebabkan mereka harus melaksanakan tugas-tugas pada posisinya tersebut.
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Selain peran geopolitik, laut juga memiliki peran geoekonomi (Mulyadi, 2007). Rumput laut merupakan salah satu jenis komoditas unggulan budi daya perairan dengan nilai
Lebih terperinciKETAHANAN (PERSISTENCE) PASAR NAGARI MINANGKABAU: KASUS PASAR KAYU MANIS (CASSIAVERA) DI KABUPATEN TANAH DATAR DAN AGAM SUMATERA BARAT ZUSMELIA
KETAHANAN (PERSISTENCE) PASAR NAGARI MINANGKABAU: KASUS PASAR KAYU MANIS (CASSIAVERA) DI KABUPATEN TANAH DATAR DAN AGAM SUMATERA BARAT ZUSMELIA SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2007
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kabupaten Lima Puluh Kota didominasi oleh sektor pertanian. Jika dilihat secara
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kabupaten Lima Puluh Kota merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Sumatera Barat, daerah ini berada di bagian Timur Sumatera Barat. Perekonomian Kabupaten Lima Puluh
Lebih terperinciBAB VI PENUTUP 1. Kesimpulan
BAB VI PENUTUP Setelah menjelaskan berbagai hal pada bab 3, 4, dan 5, pada bab akhir ini saya akan menutup tulisan ini dengan merangkum jawaban atas beberapa pertanyaan penelitian. Untuk tujuan itu, saya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Isu strategis yang kini sedang dihadapi dunia adalah perubahan iklim global, krisis pangan dan energi dunia, harga pangan dan energi meningkat, sehingga negara-negara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pengarang menciptakan karya sastra sebagai ide kreatifnya. Sebagai orang yang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra tercipta sebagai reaksi dinamika sosial dan kultural yang terjadi dalam masyarakat. Terdapat struktur sosial yang melatarbelakangi seorang pengarang
Lebih terperinciBAB II TEORI TINDAKAN SOSIAL-MAX WEBER. Setiap manusia mempunyai naluri untuk berinteraksi dengan
BAB II TEORI TINDAKAN SOSIAL-MAX WEBER Manusia merupakan anggota masyarakat yang akan senantiasa berusaha agar selalu bisa bergaul dengan sesama. Sehingga setiap individu akan bertindak dan berusaha untuk
Lebih terperinciBAB III. Metodologi Penelitian
BAB III Metodologi Penelitian 3. 1 Paradigma dan Pendekatan Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan memilih paradigma konstruktivisme sebagai landasan filosofis untuk memahami realitas sosial di masyarakat.
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN. Pada kehidupan masyarakat pulau Ende pertukaran menjadi dasar dari
BAB V KESIMPULAN Pada kehidupan masyarakat pulau Ende pertukaran menjadi dasar dari perekonomiannya. Melalui pertukaran, relasi yang terbangun antar kerabat menjadi kuat. Akan tetapi, di samping itu relasi
Lebih terperinciBAB.I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB.I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tidak ada masyarakat yang tidak berubah dan berkembang dari waktu ke waktu. Tidak jarang dalam perubahan tersebut terdapat nilai yang ditransformasikan. Bahkan, seiring
Lebih terperinciBAB IV DISKUSI TEORITIK
BAB IV DISKUSI TEORITIK Teori yang digunakan dalam analisa ini bermaksud untuk memahami apakah yang menjadi alasan para buruh petani garam luar Kecamatan Pakalmelakukan migrasi ke Kecamatan Pakal, Kota
Lebih terperinciVI HASIL DAN PEMBAHASAN
VI HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1 Saluran dan Lembaga Tataniaga Dalam menjalankan kegiatan tataniaga, diperlukannya saluran tataniaga yang saling tergantung dimana terdiri dari sub-sub sistem atau fungsi-fungsi
Lebih terperinciKESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN
KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN Kesimpulan Akhir tahun 70-an dan awal 80-an, Pemerintahan Orde Baru menggalakkan program transmigrasi dari Pulau Jawa ke luar Pulau Jawa, seperti Sulawesi, Kalimantan,
Lebih terperinci