BAB I PENDAHULUAN. pantai tersebut, Indonesia memiliki wilayah pesisir yang sangat luas dengan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. pantai tersebut, Indonesia memiliki wilayah pesisir yang sangat luas dengan"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia dikenal sebagai negara kepulauan terbesar di dunia, dengan tidak kurang dari 17 ribu buah pulau dan 81 ribu km panjang pantai. Dengan panjang pantai tersebut, Indonesia memiliki wilayah pesisir yang sangat luas dengan kekayaan dan keanekaragaman sumberdaya di dalamnya. Mulai dari sumberdaya hayati perikanan, yang menurut Dahuri (2013), sumberdaya ikan laut yang dimiliki Indonesia mencapai 6,4 juta ton per tahun. Sebagai sebuah sumberdaya ruang, pesisir kaya akan potensi sumberdaya baik sumberdaya hayati seperti berbagai produk perikanan baik yang berasal dari usaha perikanan tangkap maupun perikanan budidaya. Pesisir juga kaya akan sumberdaya nonhayati seperti berbagai macam sumberdaya mineral dan selain itu pesisir juga kaya akan potensi pariwisata. Selain kaya akan sumberdaya, kawasan pesisir merupakan kawasan yang yang memiliki kerentanan sangat tinggi. Sumber kerentanan kawasan pesisir sangat beragam, mulai dari faktor alam seperti perubahan iklim dan cuaca hingga degradasi ekologi yang disebabkan oleh tekanan akibat banyaknya aktivitas ekonomi manusia seperti pertambangan, industri, transportasi, pariwisata maupun berbagai macam praktek ilegal fishing. Masyarakat pesisir yang merupakan kelompok masyarakat yang hidup di wilayah pesisir dan kehidupan ekonominya sangat bergantung langsung pada pemanfaatan sumberdaya laut dan pesisir. Masyarakat pesisir terdiri dari berbagai macam kelompok profesi. Kelompok yang paling dominan adalah masyarakat 1

2 nelayan. Menurut Kusumastanto dan Satria (2011), terdapat Desa di kawasan pesisir yang di dalamnya terdapat sekitar 16 juta jiwa yang bekerja di berbagai pekerjaan dimana 4 juta jiwa diantaranya adalah nelayan. Masyarakat nelayan menopang kehidupannya dengan mengandalkan pemanfaatan sumberdaya perikanan laut khususnya dengan usaha penangkapan. Dengan sifat sumberdaya perikanan laut yang open acces, yaitu sifat dimana sumberdaya itu dapat dimanfaatkan oleh siapa saja dan kapan saja, maka besarnya sumberdaya yang dapat dimanfaatkan oleh nelayan sangat bergantung dari kemampuan nelayan itu sendiri. Hal ini yang kemudian menyebabkan sebagian besar kehidupan nelayan di Indonesia berada di bawah garis kemiskinan sedangkan kenyataannya Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumberdaya perikanan laut. Kemiskinan masyarakat nelayan merupakan muara dari berbagai keterbatasan penguasaan modal yang dimilikinya. Dalam konsep livelihood (penghidupan), terdapat lima komponen modal yaitu Human Capital (modal manusia), Natural Capital (modal alam), Physical Capital (modal fisik), Social Capital (modal sosial) dan Financial Capital (modal ekonomi atau keuangan). Dari berbagai kajian yang telah banyak dilakukan pada masyarakat nelayan ditemukan bahwa masyarakat nelayan di Indonesia memiliki ketertinggalan pada berbagai aspek kehidupan. Menurut Kusnadi (2003) dalam Belda dan Christanto (2012) masyarakat nelayan merupakan kelompok masyarakat yang relatif tertinggal secara ekonomi, sosial (khususnya dalam hal akses pendidikan dan layanan kesehatan) serta kultural dibandingkan dengan kelompok masyarakat lain. Kondisi masyarakat 2

3 pesisir atau masyarakat nelayan diberbagai kawasan pada umumnya ditandai oleh adanya beberapa ciri, seperti kemiskinan, keterbelakangan sosial-budaya, rendahnya sumber daya manusia (SDM) karena sebagian besar penduduknya hanya lulus sekolah dasar atau belum tamat sekolah dasar, dan lemahnya fungsi dari keberadaan Kelompok Usaha. Kemiskinan masyarakat pesisir merupakan akumulasi dari berbagai faktor mulai dari faktor perubahan alam seperti musim dan kondisi sumberdaya alam hingga faktor sosial budaya seperti kuatnya sistem patron-klien serta faktor kebijakan pemerintah yang kurang berpihak pada mereka. Menurut Kusnadi (2003:7-8), permasalahan lain yang menjadi akar kemiskinan masyarakat nelayan adalah sifatnya yang sangat tergantung pada kegiatan penangkapan ikan serta rendahnya keterampilan nelayan melakukan diversivikasi kegiatan penangkapan dan keterikatan kuat pada pengoperasian satu jenis alat tangkap. Sobari et al. (2010) dalam Rosyid (2013) menjelaskan bahwa kondisi ekonomi sosial masyarakat nelayan sangat dipengaruhi oleh kondisi alam dan produktivitas sumberdaya dimana mereka mencari nafkah. Kondisi alam yang tidak menentu dengan adanya perubahan iklim dan musim mengakibatkan mereka selalu dihadapkan kepada ketidakpastian. Adanya musim paceklik, yang biasanya disebut sebagai baratan dan terjadi selam 3 4 bulan, dimana hasil tangkapan sangat sedikit memaksa nelayan (khususnya nelayan kecil) untuk tidak melaut. Untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari harinya mereka bergantung pada pinjaman pada Pembina (nelayan besar/ Juragan) yang membuat nelayan kecil tidak bisa beranjak dari jeratan sistem Patron-Klien. 3

4 Selain kemiskinan, stratifikasi sosial ekonomi juga menjadi dinamika yang khas dalam masyarakat nelayan. Ada banyak penggolongan yang ada di masyarakat nelayan, menurut Kusnadi (2003), penggolongan sosial dalam masyarakat nelayan dapat dilihat dari tiga aspek yaitu (1) dari aspek penguasaan alat alat tangkap (produksi), nelayan bisa digolongkan menjadi nelayan pemilik dan nelayan buruh. (2) Dari aspek skala investasi modal usaha, nelayan dibedakan menjadi nelayan besar dan nelayan kecil. (3) Dari aspek penguasaan teknologi peralatan penangkapan, ada nelayan modern dan nelayan tradisional. Perbedaanperbedaan tersebut membawa implikasi pada tingkat pendapatan dan kemampuan atau kesejahteraan sosial- ekonomi (Krisnawati, 2004). Hasil penelitian Widodo (2009) dimana obyek penelitiannya adalah dua Desa dengan latar belakang etnis Jawa dan Madura menunjukan bahwa meskipun secara sosial ekonomi stratifikasi yang terjadi tidak jauh berbeda, akan tetapi di Desa dengan mayoritas masyarakat Jawa stratifikasi sosial ekonomi lebih mengarah pada aspek kekuasaan dan ekonomi, sedangkan pada etnis Madura stratifikasi cenderung didasarkan pada nilai- nilai agama. Kabupaten Lampung Timur secara administratif termasuk dalam wilayah propinsi Lampung yang secara geografis berada di sisi timur dan berbatasan langsung dengan Laut Jawa. Kabupaten lampung timur memiliki kawasan pesisir yang cukup luas mencakup dua kecamatan yaitu kecamatan Labuhan Maringgai dan Kecamatan Pasir Sakti. Menurut data Bappeda dalam RTRW Kabupaten Lampung Timur tahun 2011, Kabupaten Lampung Timur memiliki garis pantai sepanjang 108 km. Dengan areal laut teritorial kabupaten sejauh 4 mil ketengah laut dari pulau terluar. Luasan laut Kabupaten Lampung Timur adalah km2. 4

5 Terdapat beberapa sentra nelayan yang ada di Lampung Timur diantaranya Kawasan Pesisir Kuala Penet, Kawasan PPP Muara Gading Mas dan Kawasan Nelayan Pasir Sakti. Kawasan Pesisir Kuala Penet terdiri dari beberapa Desa, menurut Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Lampung Timur, terdapat lima Desa dimana sebagian masyarakatnya menggantungkan hidupnya sebagai nelayan dengan rincian sebagai berikut : Tabel 1. 1 Jumlah Rumah Tangga Perikanan menurut Desa di Kawasan Pesisir Kuala Penet No Nama Desa Jumlah Penduduk (Jiwa) Jumlah Kepala Keluarga (KK) Jumlah Rumah Tangga Nelayan (RTP) Jumlah Kapal (Buah) 1 Margasari Suko Rahayu Sri Gading Karang Anyar Sri Mino Sari JUMLAH Sumber : Data DKP Lampung Timur 2013 Penelitian ini dilakukan di dua Desa di Kecamatan Labuhan Maringgai Kabupaten Lampung Timur, yaitu Desa Margasari dan Desa Sukorayu, yang sebagian besar penduduknya merupakan nelayan. Masyarakat nelayan di Desa Margasari dan Desa Sukorahayu didominasi oleh 4 (empat) kelompok nelayan, yaitu nelayan Jaring Rajungan, Nelayan Bagan Tancap, Nelayan Jaring Dogol dan Nelayan Sondong serta terdapat beberapa nelayan dengan beberapa macam alat tangkap lainnya. Seperti halnya masyarakat nelayan lainnya di Indonesia, masyarakat nelayan di Desa Margasari dan Desa Sukorahayu menghadapi berbagai masalah baik ekonomi maupun sosial. Perkampungan yang kumuh dan rendahnya kesadaran akan pentingnya pendidikan merupakan salah satu indikasi dari tingginya 5

6 kemiskinan dalam masyarakat nelayan Desa Margasari dan Sukorahayu. Sedangkan hanya mengandalkan laut sebagai satu-satunya sumber penghidupan mengindikasikan adanya keterbatasan penguasaan modal, baik modal manusia, modal fisik maupun finansial dari masyarakat nelayan yang menyebabkan mereka sulit keluar dari jeratan kemiskinan. 1.2 Perumusan Masalah Kawasan pesisir di Indonesia merupakan ruang wilayah yang kaya akan sumberdaya sekaligus memiliki kerentanan yang tinggi. Masyarakat nelayan merupakan salah satu kelompok masyarakat yang kehidupannya bergantung pada pemanfaatan sumberdaya pesisir dan laut. Kehidupan masyarakat nelayan di Indonesia pada umumnya masih di bawah garis kemiskinan. Berdasarkan berbagai literatur dan studi sosial tentang masyarakat nelayan, faktor keterbatasan modal (Asset) dan kemampuan yang menyebabkan kurang optimalnya masyarakat nelayan dalam memanfaatkan sumberdaya pesisir dan laut. Selain keterbatasan tersebut, nelayan juga dihadapkan pada berbagai permasalahan di antaranya ketidakpastian hasil tangkapan yang diakibatkan oleh faktor alam baik musim, cuaca serta ketersediaan sumberdaya ikan itu sendiri di alam. Hal ini sangat berpengaruh langsung terhadap penghidupan masyarakat nelayan, misalnya pada saat musim baratan dimana gelombang dan angin cukup bersahabat serta ketersediaan sumberdaya ikan melimpah, nelayan bisa mendapatkan hasil yang cukup melimpah. Akan tetapi sebaliknya pada musim timuran, kebanyakan nelayan tidak dapat melaut sama sekali. Lokus penelitian, secara administratif adalah dua buah desa yang berbeda, akan tetapi keduanya berada dalam sebuah wilayah pesisir yang sama yang lebih 6

7 dikenal sebagai Kuala Penet. Seperti halnya masyarakat yang berada di kawasan pesisir lain, masyarakat nelayan yang ada di kawasaan Kuala Penet sangat bergantung pada pemanfaatan sumberdaya pesisir dan laut. Terdapat 4 (empat) kelompok nelayan yang paling dominan ada di kawasan pesisir Kuala Penet berdasarkan jenis alat tangkapnya yaitu, kelompok nelayan rajungan, nelayan bagan, nelayan dogol dan nelayan sondong. Selain perbedaan alat tangkap, terdapat perbedaan yang ada di antara keempat kelompok tersebut mulai dari permukiman, pola aktivitas yang dilakukan, hingga tingkat kesejahteraan rumahtangganya. Berdasarkan penelitian pendahuluan, terlihat adanya kecenderungan bahwa nelayan rajungan merupakan nelayan dengan kesejahteraan rumahtangga yang lebih rendah dibandingkan dengan kelompok lainnya. Sebaliknya, rumahtangga nelayan dogol memiliki kecenderungan lebih sejahtera dibanding kelompok nelayan lain. Perbedaan penguasaan terhadap modal, baik modal fisik maupun modal finansial diduga mengakibatkan timbulnya perbedaan tingkat kesejahteraan di antara kelompok nelayan tersebut. Nelayan dogol, sebagai kelompok nelayan dengan modal paling besar memiliki jenis kapal dan alat tangkap yang lebih modern sehingga memiliki jangkauan yang lebih jauh dan mendapatkan hasil yang lebih besar. Sebaliknya nelayan rajungan dengan jenis kapal yang lebih kecil dan alat tangkap yang jauh lebih sederhana dan tradisional cenderung memiliki penghasilan yang lebih kecil. Berdasarkan uraian di atas, bahwa dalam Kawasan Pesisir Kuala Penet terdapat 4 (empat) kelompok nelayan dengan jenis alat tangkap dan tingkat 7

8 kesejahteraan yang berbeda. Permasalahan yang dapat dirumuskan sebagai sebuah rumusan pertanyaan yang akan diangkat dan dikaji dalam penelitian ini adalah : 1) Bagaimana pola aktivitas masyarakat nelayan di Kawasan Kuala Penet (Desa Margasari dan Desa Sukorahayu) dalam usahanya memanfaatkan sumberdaya pesisir dan laut untuk kelangsungan hidupnya? 2) Bagaimana karakterisitik penghidupan (livelihood) dan bagaimana bentuk strategi penghidupan (Livelihood strategy) yang dilakukan rumahtangga nelayan di Kawasan Kuala Penet? 1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah yang telah diuraikan di atas, maka beberapa tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut : 1) Mengetahui dan memahami pola aktivitas masyarakat nelayan di Kawasan Kuala Penet (Desa Margasari dan Desa Sukorahayu) dalam usahanya memanfaatkan sumberdaya pesisir dan laut untuk kelangsungan hidupnya. 2) Mengetahui dan memahami karakterisitik penghidupan (livelihood) dan bagaimana bentuk strategi penghidupan (Livelihood strategy) yang dilakukan rumahtangga nelayan di Kawasan Kuala Penet. 1.4 Manfaat Penelitian Dari penelitian ini diharapkan ada beberapa manfaat yang diperoleh, diantaranya: 1. Memperkaya khasanah ilmu pengetahuan tentang pemanfaatan sumberdaya pesisir serta karakteristik dan strategi penghidupan kelompok 8

9 masyarakat atau komunitas yang hidup bergantung pada sumberdaya tersebut dalam hal ini adalah masyarakat nelayan. 2. Menjadi masukan bagi pemerintah daerah dalam upaya pemberdayaan masyarakat pesisir khususnya masyarakat nelayan di Kawasan Kuala Penet. 3. Menjadi tambahan referensi bagi penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan strategi penghidupan dan ilmu sosial ekonomi kemasyarakatan khususnya tentang pemberdayaan masyarakat nelayan dalam usaha pemanfaatan sumberdaya pesisir yang berkelanjutan. 1.5 Keaslian Penelitian Penelitian yang dilakukan penulis membahas mengenai pola- pola pemanfaatan sumberdaya pesisir oleh masyarakat pesisir dalam rangka mempertahankan keberlangsungan kehidupan mereka. Oleh sebab itu di dalam tulisan ini juga dibahas tentang bagaimana karakteristik penghidupan (livelihood) dan strategi penghidupan yang dilakukan oleh masyarakat nelayan dan keterkaitannya dengan pola pemanfaatan sumberdaya pesisir, khususnya dalam aktifitas penangkapan ikan sebagai aktifitas pokok masyrakat nelayan. Penelitian ini berfokus pada masyarakat nelayan yang ada di Kabupaten Lampung Timur, khususnya di Kawasan Kuala Penet yang secara administratif berada di Desa Margasari dan Desa Sukorahayu. Penelitian ini menggunakan pendekatan deduktif serta metode gabungan antara kualitatif dan kuantitatif. Febriana (2012) dalam penelitiannya yang berjudul Strategi Penghidupan Petani Ikan Dalam Menghadapi Resiko dan Ketidakpastian Usaha Budidaya Ikan Kasus Kecamatan Polanharjo Kabupaten Klaten, dengan pendekatan deduktif 9

10 kualitatif dan jenis penelitian deskriptif, menekankan pada perbedaan aset dan strategi penghidupan (livelihood) petani ikan di Kecamatan Polanharjo Kabupaten Klaten pada skala usaha yang berbeda. Dimana perbedaan skala usaha ini menyebabkan variasi strategi yang dilakukan petani ikan. Petani ikan skala mikro memilih strategi meminimalkan resiko dengan memanfaatkan jejaring sosial dengan sistem bagi hasil. Petani ikan skala menengah dan besar memilih strategi yang lebih berani mengambil resiko demi mendapatkan hasil yang lebih banyak. Belda (2012) dengan penelitian yang berjudul Strategi Penghidupan Nelayan Dalam Peningkatan Ekonomi Masyarakat di Kecamatan Sasak Ranah Pasisie dan Sungai Beremas, menggunakan pendekatan penelitian deduktif kualitatif, memperoleh hasil bahwa masyarakat di kedua kecamatan wilayah penelitian yang dilakukan, terdapat tiga kategori nelayan yaitu nelayan buruh, nelayan pemilik sumberdaya dan juragan. Strategi pada nelayan buruh adalah strategi survival yaitu dengan diversivikasi pekerjaan/usaha dan penghematan. Sedangkan nelayan pemilik sumberdaya menggunakan strategi konsolidasi yaitu dengan modernisasi alat tangkap, diversivikasi usaha, memperluas jejaring kerja dan pemanfaatan sumberdaya secara maksimal. Strategi pada Juragan adalah strategi akumulasi dengan investasi berupa pembuatan kapal, lahan perkebunan, pinjaman pada nelayan serta investasi pada sumberdaya (kekayaan) yang ada. Selain penelitian- penelitian di atas, masih terdapat beberapa penelitian seperti terangkum dalam tabel berikut ini : 10

11 Tabel 1.2 Daftar Penelitian tentang Strategi Penghidupan dan yang bertema Strategi Penghidupan Nelayan sebelumnya. Nama No Judul Metode Hasil dan Kesimpulan Peneliti Anis Veranita Febriana (2012) 2 Febroza Belda (2012) Strategi Penghidupan Petani Ikan Dalam Menghadapi Resiko dan Ketidakpastian Usaha Budidaya Ikan Kasus Kecamatan Polanharjo Kabupaten Klaten Strategi Penghidupan Nelayan Dalam Peningkatan Ekonomi Masyarakat di Kecamatan Sasak Ranah Pasisie dan Sungai Beremas Penelitian menggunakan pendekatan deduktif kualitatif dengan jenis penelitian deskriptif. Pendekatan penelitian yang digunakan adalah deduktif kualitatif dengan survei, wawancara terstruktur, indepth interview dan observasi. Penelitian ini menekankan pada perbedaan aset dan strategi penghidupan (livelihood) pada skala usaha petani ikan yang berbeda. Dimana perbedaan skala usaha ini menyebabkan variasi strategi yang dilakukan petani ikan. Petani ikan skala mikro memilih strategi meminimalkan resiko dengan memanfaatkan jejaring sosial dengan sistem bagi hasil. Petani ikan skala menengah dan besar memilih strategi yang lebih berani mengambil resiko demi mendapatkan hasil yang lebih banyak. Dalam penghidupan nelayan terdapat lima aset yang berpengaruh yaitu modal natural, modal fisik, modal manusia, modal finansial dan modal sosial. Kepemilikan kelima aset tersebut mempengaruhi strategi yang digunakan masyarakat nelayan. Masyarakat di kedua kecamatan wilayah penelitian ini, nelayan dibagi menjadi tiga kategori yaitu nelayan buruh, nelayan pemilik sumberdaya dan juragan. Strategi pada nelayan buruh adalah strategi survival yaitu dengan diversivikasi pekerjaan/usaha dan penghematan. Sedangkan nelayan pemilik sumberdaya menggunakan strategi konsolidasi yaitu dengan modernisasi alat tangkap, diversivikasi usaha, memperluas jejaring kerja dan pemanfaatan sumberdaya secara maksimal. Strategi pada Juragan adalah strategi akumulasi dengan investasi berupa pembuatan kapal, lahan perkebunan, pinjaman pada nelayan serta investasi pada sumberdaya (kekayaan) yang ada. 11

12 3 A. Setiawan Dwi Putranto Utomo (2011) Strategi Pertahanan Hidup Para Nelayan Di Dalam Memenehi Kebutuhan Hidup di Desa Marimbati, Kecamatan Jailolo, Kabupaten Halmahera Barat Provinsi Maluku Utara Penelitian kualitatif dengan pendekatan eksploratif dengan analisa data secara induktif. Dari penelitian ini diperoleh hasil bahwa beberapa strategi yang dikembangkan masyarakat nelayan untuk bertahan hidup adalah dengan 1). Mengupayakan adanya peningkatan pendapatan dengan adanya penghasilan tambahan (nafkah ganda), 2). Peningkatan modal kerja melalui upaya kerjasama dengan pihak bank; 3). Menignkatkan jenis alat tangkap agar nelayan mampu melakukan aktifitas penangkapan dengan jangkauan yang lebih luas; 4). Peningkatan sumberdaya masyarakat pesisir maupun nelayan dengan adanya pelatihan dan kursus kursus kilat dalam bidang penangkapan. La Ode Hane (2011) Strategi Penghidupan Masyarakat Pendatang Asal Ambon dalam Pemenuhan Kebutuhan Rumah Tangga di Kelurahan Masiri Kecamatan Batauga Kabupaten Buton Provinsi Sulawesi Tenggara Metode yang digunakan adalah metode surveu dengan wawancara terstruktur dan menggunakan kuisioner serta melakukan observasi lapangan. Analisis data dengan kuantitatif serta analisis kualitatif. Masyarakat pendatang di Kelurahan Masiri Kecamatan Batauga mengembangkan strategi pemanfaatan sumberdaya laut sebagai nelayan dan petani, strategi pemanfaatan modal sosial dengan gotong royong, strategi usaha non pertanian dengan usaha sendiri serta strategi pemanfaatan modal usaha untuk budidaya sayur mayur. Faktor yang mempengaruhi pemilihan strategi penghidupan adalah umur, pendidikan, jumlah anggota keluarga, pekerjaan tambahan dan keterampilan yang dimiliki. 12

13 5 Kationo Udin (2009) Pola Penghidupan Masyarakat di Daerah PerDesaan Pada Strata Ekonomi Yang Berbeda Kasus Desa Karang Jaya Kabupaten Buru Penelitian ini menggunakan metode survei dan dianalisa dengan analisa statistik kuantitaif serta diperdalam dengan analisa kualitatif. Pendekatan yang digunakan adalah deduktif. Hasil penelitian menunjukan ada tiga tingkatan strata rumahtangga yaitu strata ekonomi lemah, ekonomi menengah dan ekonomi kuat, dimana pada setiap strata rumah tangga tersebut menerapkan strategi yang berbeda- beda. Pada strata ekonomi lemah, hasil penelitian menunjukan sebagian besar menerapkan strategi pemanfaatan sumberdaya rumah tangga untuk meningkatkan hasil pertanian. Sementara strata ekonomi menengah menerapkan strategi pemanfaatan sumberdaya rumahtangga, diversivikasi pekerjaan dan optimalisasi hasil pertanian. Sedangkan strata ekonomi kuat lebih fokus pada strategi investasi modal usaha Sebagai faktor penentu dalam penerapan strategi di atas adalah ketersediaan modal fisikal dan finansial yang berbeda dari segi dominasi kepemilikan pada setiap strata ekonomi. 6 Slamet Widodo (2009) Strategi Nafkah Rumah Tangga Miskin Di Daerah Pesisir Kasus Dua Desa di Kabupaten Tuban dan Kabupaten Bangkalan Propinsi Jawa Timur Metode Penelitian ini Studi Kasus (multi kasus) dengan membandingkan dua Desa Pesisir yaitu Desa Karang Agung Kabupaten Tuban dan Desa Kwanyar Barat Kabupaten Bangkalan Madura dengan latar belakang etnis Kedua Desa mempunyai persamaan pada tipe ekologi yang merupakan Desa di daerah pesisir. Hal ini menyebabkan tipe ekonomi produksi masyarakatnya juga hampir sama. Struktur sosial kedua Desa juga tidak berbeda jauh. Pelapisan sosial di Desa Karang Agung lebih mengarah pada aspek kekuasaan dan ekonomi, sedangkan Desa Kwanyar Barat pelapisan yang terjadi didasarkan pada nilai-nilai agama. Faktor penyebab kemiskinan di dua Desa kasus juga hampir sama yaitu rendahnya akses terhadap modal terutama modal finansial. Akses yang terbatas terhadap modal finansial menyebabkan nelayan tidak mampu mengakses modal fisi berupa teknologi penangkapan yang lebih modern. Kondisi di Kwanyar Barat semakin diperparah dengan adanya konflik perebutan sumber daya dengan nelayan dari daerah lain. Konflik ini menyebabkan nelayan 13

14 berbeda yaitu Jawa dan Madura. tidak bisa pergi melaut dengan aman. Strategi nafkah yang dilakukan oleh rumah tangga nelayan miskin terdiri dari strategi ekonomi dan strategi sosial. Strategi ekonomi dilakukan dengan cara melakukan pola nafkah ganda, pemanfaatan tenaga kerja rumah tangga dan migrasi. Sedangkan strategi sosial dilakukan dengan memanfaatkan ikatan kekerabatan yang ada. Kelembagaan kesejahteraan tradisional juga mempunyai peran yang penting bagi rumah tangga miskin dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. 14

BAB VI PENUTUP. dengan pola aktivitas dan strategi penghidupan masyarakat nelayan di Kawasan. Labuhan Maringgai Kabupaten Lampung Timur.

BAB VI PENUTUP. dengan pola aktivitas dan strategi penghidupan masyarakat nelayan di Kawasan. Labuhan Maringgai Kabupaten Lampung Timur. BAB VI PENUTUP 6.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian ini, dapat di ambil beberapa kesimpulan terkait dengan pola aktivitas dan strategi penghidupan masyarakat nelayan di Kawasan Kuala Penet khususnya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Kecamatan Srandakan merupakan salah satu kecamatan yang ada di wilayah Kabupaten Bantul. Secara astronomi keberadaan posisi Kecamatan Srandakan terletak di 110 14 46 Bujur

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Lokasi Penelitian

METODE PENELITIAN Lokasi Penelitian METODE PENELITIAN Penelitian ini akan memberikan gambaran secara menyeluruh dan mendalam terhadap fenomena strategi nafkah rumah tangga miskin dan pilihan strategi nafkah yang akan dijalankannya. Penelitian

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Sumberdaya perikanan laut di berbagai bagian dunia sudah menunjukan

PENDAHULUAN. Sumberdaya perikanan laut di berbagai bagian dunia sudah menunjukan PENDAHULUAN Latar Belakang Sumberdaya perikanan laut di berbagai bagian dunia sudah menunjukan adanya kecenderungan menipis (data FAO, 2000) terutama produksi perikanan tangkap dunia diperkirakan hanya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia memiliki lautan yang lebih luas dari daratan, tiga per empat wilayah Indonesia (5,8 juta km 2 ) berupa laut. Indonesia memiliki lebih dari 17.500 pulau dengan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Kemiskinan masih menjadi masalah yang mengancam Bangsa Indonesia. Jumlah penduduk miskin di Indonesia pada bulan Maret 2007 sebesar 37,17 juta jiwa yang berarti sebanyak 16,58

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya, petani dan nelayan selalu lebih miskin dibandingkan penduduk

BAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya, petani dan nelayan selalu lebih miskin dibandingkan penduduk BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penduduk bermatapencaharian sebagai petani dan nelayan yang tinggal di pedesaan merupakan penyumbang terbesar jumlah penduduk miskin di Indonesia. Pada umumnya, petani

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia merupakan sebuah negara yang memiliki beragam suku bangsa yang menyebar dan menetap pada berbagai pulau besar maupun pulau-pulau kecil yang membentang dari Sabang sampai

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang A. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN Indonesia sebagai Negara kepulauan memiliki luas wilayah dengan jalur laut 12 mil adalah 5 juta km² terdiri dari luas daratan 1,9 juta km², laut territorial 0,3 juta

Lebih terperinci

Kimparswil Propinsi Bengkulu,1998). Penyebab terjadinya abrasi pantai selain disebabkan faktor alamiah, dikarenakan adanya kegiatan penambangan pasir

Kimparswil Propinsi Bengkulu,1998). Penyebab terjadinya abrasi pantai selain disebabkan faktor alamiah, dikarenakan adanya kegiatan penambangan pasir I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Wilayah pesisir merupakan wilayah yang memberikan kontribusi produksi perikanan yang sangat besar dan tempat aktivitas manusia paling banyak dilakukan; bahkan menurut

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Telah menjadi kesepakatan nasional dalam pembangunan ekonomi di daerah baik tingkat

I. PENDAHULUAN. Telah menjadi kesepakatan nasional dalam pembangunan ekonomi di daerah baik tingkat I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Telah menjadi kesepakatan nasional dalam pembangunan ekonomi di daerah baik tingkat Provinsi/Kabupaten/Kota pada seluruh pemerintahan daerah bahwa pelaksanaan pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan adalah sumberdaya perikanan, khususnya perikanan laut.

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan adalah sumberdaya perikanan, khususnya perikanan laut. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tujuan Pembangunan Nasional adalah masyarakat yang adil dan makmur. Untuk mencapai tujuan tersebut harus dikembangkan dan dikelola sumberdaya yang tersedia.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Pemanfaatan sumberdaya perikanan di Indonesia masih didominasi oleh perikanan rakyat dengan menggunakan alat tangkap yang termasuk kategori sederhana, tidak memerlukan

Lebih terperinci

1.4 Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1.4 Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masyarakat nelayan merupakan bagian dari kelompok masyarakat yang tinggal di daerah pesisir. Pada umumnya mereka adalah kelompok masyarakat tertinggal yang berada pada

Lebih terperinci

STUDI PERBANDINGAN PERKEMBANGAN SEKTOR PERIKANAN KOTA TEGAL DAN KABUPATEN TEGAL TUGAS AKHIR

STUDI PERBANDINGAN PERKEMBANGAN SEKTOR PERIKANAN KOTA TEGAL DAN KABUPATEN TEGAL TUGAS AKHIR STUDI PERBANDINGAN PERKEMBANGAN SEKTOR PERIKANAN KOTA TEGAL DAN KABUPATEN TEGAL TUGAS AKHIR Oleh : ASTRI WIDHIANINGTYAS L2D 004 301 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO

Lebih terperinci

KAJIAN POTENSI SUMBER DAYA ALAM BERBASIS EKSPORT

KAJIAN POTENSI SUMBER DAYA ALAM BERBASIS EKSPORT KAJIAN POTENSI SUMBER DAYA ALAM BERBASIS EKSPORT I. Perumusan Masalah Pengelolaan Sumber Daya Alam (SDA) yang optimal membutuhkan sebuah pemahaman yang luas dimana pengelolaan SDA harus memperhatikan aspek

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan iklim sebagai implikasi pemanasan global, yang disebabkan. oleh kenaikan gas-gas rumah kaca terutama gas karbondioksida (

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan iklim sebagai implikasi pemanasan global, yang disebabkan. oleh kenaikan gas-gas rumah kaca terutama gas karbondioksida ( BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perubahan iklim sebagai implikasi pemanasan global, yang disebabkan oleh kenaikan gas-gas rumah kaca terutama gas karbondioksida ( ) dan gas metana ( ), mengakibatkan

Lebih terperinci

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perikanan Tangkap Definisi perikanan tangkap Permasalahan perikanan tangkap di Indonesia

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perikanan Tangkap Definisi perikanan tangkap Permasalahan perikanan tangkap di Indonesia 4 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perikanan Tangkap 2.1.1 Definisi perikanan tangkap Penangkapan ikan berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia No. 45 Tahun 2009 didefinisikan sebagai kegiatan untuk memperoleh

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Secara keseluruhan daerah Lampung memiliki luas daratan ,80 km², kota

I. PENDAHULUAN. Secara keseluruhan daerah Lampung memiliki luas daratan ,80 km², kota 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Secara keseluruhan daerah Lampung memiliki luas daratan 34.623,80 km², kota Bandar Lampung merupakan Kabupaten/Kota di Provinsi Lampung yang memiliki

Lebih terperinci

STRATEGI PENGHIDUPAN NELAYAN DALAM PENINGKATAN EKONOMI MASYARAKAT DI KECAMATAN SASAK RANAH PASISIE DAN SUNGAI BEREMAS

STRATEGI PENGHIDUPAN NELAYAN DALAM PENINGKATAN EKONOMI MASYARAKAT DI KECAMATAN SASAK RANAH PASISIE DAN SUNGAI BEREMAS STRATEGI PENGHIDUPAN NELAYAN DALAM PENINGKATAN EKONOMI MASYARAKAT DI KECAMATAN SASAK RANAH PASISIE DAN SUNGAI BEREMAS Febroza Belda febrozabelda@gmail.com Joko Christanto joko_yogya@yahoo.com ABSTRACT

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. sektor perikanan dan kelautan (Nontji, 2005, diacu oleh Fauzia, 2011:1).

PENDAHULUAN. sektor perikanan dan kelautan (Nontji, 2005, diacu oleh Fauzia, 2011:1). I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara kepulauan dengan wilayah laut yang lebih luas daripada luas daratannya. Luas seluruh wilayah Indonesia dengan jalur laut 12 mil adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia yang terdiri dari

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia yang terdiri dari 14 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia yang terdiri dari 17.508 pulau dengan garis pantai sepanjang 81.000 km dan luas Laut 3,1 juta km2. Konvensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan Negara kepulauan yang mempunyai 13.466 pulau dan mempunyai panjang garis pantai sebesar 99.093 km. Luasan daratan di Indonesia sebesar 1,91 juta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Data pokok kelautan dan perikanan 2010 1 menggolongkan Indonesia sebagai negara kepulauan terbesar di dunia karena memiliki luas laut dan jumlah pulau yang banyak.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan 25,14 % penduduk miskin Indonesia adalah nelayan (Ono, 2015:27).

BAB I PENDAHULUAN. dan 25,14 % penduduk miskin Indonesia adalah nelayan (Ono, 2015:27). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Nelayan merupakan suatu kelompok masyarakat yang kehidupannya tergantung langsung pada hasil laut, baik dengan cara melakukan penangkapan ataupun budi daya. Mereka

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Indonesia sebagai negara kepulauan, memiliki 18 306 pulau dengan garis pantai sepanjang 106 000 km (Sulistiyo 2002). Ini merupakan kawasan pesisir terpanjang kedua

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perikanan merupakan salah satu dari sembilan sektor ekonomi utama yang ada di Indonesia. Salah satu yang melatarbelakangi hal ini adalah posisi strategis yang

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Salah satu isu yang muncul menjelang berakhirnya abad ke-20 adalah persoalan gender. Isu tentang gender ini telah menjadi bahasan yang memasuki setiap analisis sosial. Gender

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pulau-pulau kecil memiliki potensi pembangunan yang besar karena didukung oleh letaknya yang strategis dari aspek ekonomi, pertahanan dan keamanan serta adanya ekosistem

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. besar sumberdaya pesisir dan pulau-pulau kecil, disisi lain masyarakat yang sebagian

BAB I PENDAHULUAN. besar sumberdaya pesisir dan pulau-pulau kecil, disisi lain masyarakat yang sebagian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu Negara kepulauan, yang memiliki potensi besar sumberdaya pesisir dan pulau-pulau kecil, disisi lain masyarakat yang sebagian besar bertempat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara agraris memiliki kekayaan alam hayati yang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara agraris memiliki kekayaan alam hayati yang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia sebagai negara agraris memiliki kekayaan alam hayati yang sangat beragam yang menjadi andalan perekonomian nasional. Kondisi agroklimat di Indonesia sangat

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. masa yang akan datang. Selain sebagai sumber bahan pangan utama, sektor pertanian

BAB I PENGANTAR. masa yang akan datang. Selain sebagai sumber bahan pangan utama, sektor pertanian 1 BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang. Pertanian menjadi sektor primer sejak dahulu sebelum manusia mengembangkan sektor ekonomi. Pertanian telah menjadi pemasok utama sumber kehidupan manusia. Kondisi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Wilayah pesisir Indonesia memiliki luas dan potensi ekosistem mangrove

BAB I PENDAHULUAN. Wilayah pesisir Indonesia memiliki luas dan potensi ekosistem mangrove BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Wilayah pesisir Indonesia memiliki luas dan potensi ekosistem mangrove yang cukup besar. Dari sekitar 15.900 juta ha hutan mangrove yang terdapat di dunia, sekitar

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Keadaan Umum Wilayah Kecamatan Labuhan Maringgai

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Keadaan Umum Wilayah Kecamatan Labuhan Maringgai IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1. Keadaan Umum Wilayah Kecamatan Labuhan Maringgai 4.1.1. Letak Geografis Kecamatan Labuhan Maringgai merupakan bagian dari wilayah Kabupaten Lampung Timur dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. daerah pesisir pantai yang ada di Medan. Sebagaimana daerah yang secara

BAB I PENDAHULUAN. daerah pesisir pantai yang ada di Medan. Sebagaimana daerah yang secara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kelurahan Bagan Deli Kecamatan Medan Belawan merupakan salah satu daerah pesisir pantai yang ada di Medan. Sebagaimana daerah yang secara geografis berada di pesisir

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia. Selain itu,indonesia juga merupakan negara dengan garis pantai

I. PENDAHULUAN. Indonesia. Selain itu,indonesia juga merupakan negara dengan garis pantai I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan dengan wilayah laut yang lebih luas daripada luas daratannya. Luas seluruh wilayah Indonesia dengan jalur laut 12 mil adalah lima

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Batasan Analisis Batasan analisis dalam penelitian ini adalah: Pertama, Pokok persoalan yang diangkat adalah persoalan keterbatasan lahan, tingkat kerentanan produk tembakau

Lebih terperinci

BAB IV PROFIL LOKASI PENELITIAN

BAB IV PROFIL LOKASI PENELITIAN BAB IV PROFIL LOKASI PENELITIAN 4.1 Kondisi Geografis Kelurahan Pluit merupakan salah satu wilayah kelurahan yang secara administratif masuk ke dalam wilayah Kecamatan Penjaringan, Kotamadya Jakarta Utara.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkembang, termasuk Indonesia. Masalah kemiskinan yang melanda sebagian besar

BAB I PENDAHULUAN. berkembang, termasuk Indonesia. Masalah kemiskinan yang melanda sebagian besar 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tingginya kemiskinan perdesaan telah menjadi isu utama dari sebuah negara berkembang, termasuk Indonesia. Masalah kemiskinan yang melanda sebagian besar masyarakat

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara paling rentan di dunia. Indonesia merupakan negara kepulauan yang terletak pada pertemuan empat lempeng tektonik yaitu lempeng benua Asia,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan Negara kepulauan/bahari. Dua pertiga luas wilayah

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan Negara kepulauan/bahari. Dua pertiga luas wilayah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan Negara kepulauan/bahari. Dua pertiga luas wilayah Negara ini terdiri dari lautan dengan total panjang garis pantainya terpanjang kedua didunia.wilayah

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB IV GAMBARAN UMUM 35 BAB IV GAMBARAN UMUM 4.1. Kondisi Geografis Desa Tegal merupakan salah satu desa dari 8 desa lainnya yang terletak di Kecamatan Kemang Kabupaten Bogor. Secara wilayah, Desa Tegal memiliki luas sekitar

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Potensi perikanan laut meliputi perikanan tangkap, budidaya laut dan

I. PENDAHULUAN. Potensi perikanan laut meliputi perikanan tangkap, budidaya laut dan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Potensi perikanan laut meliputi perikanan tangkap, budidaya laut dan industri bioteknologi kelautan merupakan asset yang sangat besar bagi pertumbuhan ekonomi Indonesia,

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 16 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kabupaten Halmahera Utara sebagai salah satu kabupaten kepulauan di Provinsi Maluku Utara, memiliki sumberdaya kelautan dan perikanan yang sangat potensial untuk dikembangkan.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dan pengurangan kemiskinan. Untuk mencapai tujuan tersebut perlu

I. PENDAHULUAN. dan pengurangan kemiskinan. Untuk mencapai tujuan tersebut perlu 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tujuan pembangunan ekonomi adalah peningkatan pendapatan nasional dan pengurangan kemiskinan. Untuk mencapai tujuan tersebut perlu dikembangkan dan dikelola sumberdaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN Manusia pada hakikatnya adalah sebagai mahluk individu sekaligus mahluk sosial. Manusia sebagai mahluk sosial dimana manusia itu sendiri memerlukan interaksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia sebagai negara kepulauan memiliki beribu pulau dengan area pesisir yang indah, sehingga sangat berpotensi dalam pengembangan pariwisata bahari. Pariwisata

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia memiliki wilayah perairan yang luas, yaitu sekitar 3,1 juta km 2 wilayah perairan territorial dan 2,7 juta km 2 wilayah perairan zona ekonomi eksklusif (ZEE)

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan negara kepulauan. terbesar di dunia yang mempunyai lebih kurang pulau.

I. PENDAHULUAN. Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan negara kepulauan. terbesar di dunia yang mempunyai lebih kurang pulau. I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia yang mempunyai lebih kurang 18.110 pulau. Sebaran sumberdaya manusia yang tidak merata

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH PULAU BURUNG. wilayah administratif Kabupaten Indragiri Hilir, Propinsi Riau yang memiliki luas 531,22 km²

BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH PULAU BURUNG. wilayah administratif Kabupaten Indragiri Hilir, Propinsi Riau yang memiliki luas 531,22 km² BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH PULAU BURUNG 2.1 Letak Geografis Pulau Burung Pulau Burung merupakan salah satu kecamatan dari 17 kecamatan yang berada dalam wilayah administratif Kabupaten Indragiri Hilir,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap orang selalu berusaha memenuhi kebutuhan hidupnya, untuk

BAB I PENDAHULUAN. Setiap orang selalu berusaha memenuhi kebutuhan hidupnya, untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap orang selalu berusaha memenuhi kebutuhan hidupnya, untuk memenuhi kebutuhan hidup orang harus melakukan suatu kegiatan yang dapat menghasilkan. Kegiatan

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kawasan pesisir merupakan daerah peralihan antara ekosistem darat dan laut. Kawasan pesisir merupakan ekosistem yang kompleks dan mempunyai nilai sumberdaya alam yang tinggi.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 143,5 mm/tahun dengan kelembaban 74% - 85%. Kecepatan angin pada musim

I. PENDAHULUAN. 143,5 mm/tahun dengan kelembaban 74% - 85%. Kecepatan angin pada musim I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kabupaten Aceh Singkil beriklim tropis dengan curah hujan rata rata 143,5 mm/tahun dengan kelembaban 74% - 85%. Kecepatan angin pada musim timur maksimum 15 knot, sedangkan

Lebih terperinci

4. KEADAAN UMUM 4.1 Kedaan Umum Kabupaten Banyuwangi Kedaan geografis, topografi daerah dan penduduk 1) Letak dan luas

4. KEADAAN UMUM 4.1 Kedaan Umum Kabupaten Banyuwangi Kedaan geografis, topografi daerah dan penduduk 1) Letak dan luas 26 4. KEADAAN UMUM 4.1 Kedaan Umum Kabupaten Banyuwangi 4.1.1 Kedaan geografis, topografi daerah dan penduduk 1) Letak dan luas Menurut DKP Kabupaten Banyuwangi (2010) luas wilayah Kabupaten Banyuwangi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan kemiskinan, banyaknya jumlah anak dalam keluarga dan pendidikan yang

BAB I PENDAHULUAN. dengan kemiskinan, banyaknya jumlah anak dalam keluarga dan pendidikan yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Nelayan adalah suatu masyarakat yang tinggal di wilayah pesisir dengan mata pencaharian utama memanfaatkan sumber daya alam yang terdapat di dalam laut baik itu berupa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki ekonomi yang rendah, dan hal ini sangat bertolak belakang dengan peran

BAB I PENDAHULUAN. memiliki ekonomi yang rendah, dan hal ini sangat bertolak belakang dengan peran BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara maritim yang memiliki pulau terbanyak di dunia. Dengan banyaknya pulau di Indonesia, maka banyak pula masyarakat yang memiliki mata pencaharian

Lebih terperinci

PENGUATAN MODAL SOSIAL UNTUK PENGEMBANGAN NAFKAH BERKELANJUTAN DAN BERKEADILAN * Slamet Widodo

PENGUATAN MODAL SOSIAL UNTUK PENGEMBANGAN NAFKAH BERKELANJUTAN DAN BERKEADILAN * Slamet Widodo PENGUATAN MODAL SOSIAL UNTUK PENGEMBANGAN NAFKAH BERKELANJUTAN DAN BERKEADILAN * Slamet Widodo Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura Abstrak Penelitian dilaksanakan di

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kemiskinan Nelayan Masyarakat yang berada di kawasan pesisir menghadapi berbagai permasalahan yang menyebabkan kemiskinan. Pada umumnya mereka menggantungkan hidupnya dari pemanfaatan

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini penduduk Indonesia yang mempunyai mata pencaharian nelayan dan budidaya perikanan mencapai lebih 5,8 juta orang. Sebagian besar dari nelayan dan petani budidaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. daratannya. Selain itu, Indonesia juga merupakan Negara dengan garis

BAB I PENDAHULUAN. daratannya. Selain itu, Indonesia juga merupakan Negara dengan garis BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan Negara kepulauan terbesar di dunia yang terdiri dari beribu-ribu pulau dengan wilayah laut yang lebih luas daripada luas daratannya. Selain itu,

Lebih terperinci

ANALISIS SUMBERDAYA PESISIR YANG BERPOTENSI SEBAGAI SUMBER PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) KOTA BENGKULU

ANALISIS SUMBERDAYA PESISIR YANG BERPOTENSI SEBAGAI SUMBER PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) KOTA BENGKULU ANALISIS SUMBERDAYA PESISIR YANG BERPOTENSI SEBAGAI SUMBER PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) KOTA BENGKULU TUGAS AKHIR Oleh : HENNI SEPTA L2D 001 426 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sub sektor perikanan menjadi salah satu sub sektor andalan dalam

I. PENDAHULUAN. Sub sektor perikanan menjadi salah satu sub sektor andalan dalam I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sub sektor perikanan menjadi salah satu sub sektor andalan dalam perekonomian Indonesia karena beberapa alasan antara lain: (1) sumberdaya perikanan, sumberdaya perairan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Sektor kelautan memiliki peluang yang sangat besar untuk dijadikan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Sektor kelautan memiliki peluang yang sangat besar untuk dijadikan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sektor kelautan memiliki peluang yang sangat besar untuk dijadikan sumber pertumbuhan baru bagi bangsa Indonesia untuk keluar dari cengkeraman krisis ekonomi.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sumberdaya ikan merupakan sumberdaya yang dapat pulih (renewable resources) dan berdasarkan habitatnya di laut secara garis besar dapat dibagi menjadi dua kelompok, yaitu

Lebih terperinci

viii BAB VIII PENUTUP Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN... 91

viii BAB VIII PENUTUP Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN... 91 vi DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL... ix DAFTAR GAMBAR... x BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar Belakang... 1 1.2 Perumusan Masalah... 2 1.3 Tujuan Penelitian... 3 1.4 Kegunaan Penelitian... 3 BAB II TINJAUAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peranan penting dalam kehidupan manusia, mulai hal yang terkecil dalam

BAB I PENDAHULUAN. peranan penting dalam kehidupan manusia, mulai hal yang terkecil dalam 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tujuan Pembangunan Nasional adalah masyarakat yang adil dan makmur. Untuk mencapai tujuan tersebut harus dikembangkan dan dikelola sumberdaya yang tersedia. Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Manusia dan lingkungan memiliki hubungan yang tidak dapat terpisahkan. Manusia sangat bergantung pada lingkungan yang memberikan sumberdaya alam untuk tetap bertahan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Lebih dari dua per tiga permukaan bumi tertutup oleh samudera. Ekosistem

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Lebih dari dua per tiga permukaan bumi tertutup oleh samudera. Ekosistem BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Potensi Sumberdaya Maritim Indonesia Lebih dari dua per tiga permukaan bumi tertutup oleh samudera. Ekosistem perairan ini merupakan seumber dari berbagai macam produk dan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Wilayah pesisir adalah daerah peralihan antara ekosistem darat dan laut yang dipengaruhi oleh perubahan di darat dan laut. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 27 tahun 2007

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. negara di dunia yang memiliki potensi sumber daya alam terbesar di sektor

1. PENDAHULUAN. negara di dunia yang memiliki potensi sumber daya alam terbesar di sektor 1. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu negara kepulauan terbesar di dunia, dengan garis pantai lebih dari 81.000 Km, kondisi ini menempatkan Indonesia sebagai salah satu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan salah satu sektor ekonomi andalan bagi perkembangan perekonomian Indonesia. Kekayaan alam Indonesia yang berlimpah dilengkapi dengan iklim

Lebih terperinci

PENGANTAR SUMBERDAYA PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL. SUKANDAR, IR, MP, IPM

PENGANTAR SUMBERDAYA PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL. SUKANDAR, IR, MP, IPM PENGANTAR SUMBERDAYA PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL SUKANDAR, IR, MP, IPM (081334773989/cak.kdr@gmail.com) Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil Sebagai DaerahPeralihan antara Daratan dan Laut 12 mil laut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berdasarkan fakta fisiknya, Indonesia merupakan Negara kepulauan terbesar di dunia yang terdiri dari 17.508 pulau dengan garis pantai sepanjang 81.000 km (terpanjang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ujang Muhaemin A, 2015

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ujang Muhaemin A, 2015 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai Negara yang memiliki penduduk yang padat, setidaknya mampu mendorong perekonomian Indonesia secara cepat, ditambah lagi dengan sumber daya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Potensi geografis yang dimiliki Indonesia berpengaruh terhadap pembangunan bangsa dan negara. Data Kementerian Kelautan dan Perikanan tahun 2011 menunjukkan bahwa

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia karena memiliki luas

I. PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia karena memiliki luas I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia karena memiliki luas laut dan jumlah pulau yang besar. Panjang garis pantai Indonesia mencapai 104.000 km dengan jumlah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan yang sangat luas terdiri dari

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan yang sangat luas terdiri dari I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan yang sangat luas terdiri dari beberapa pulau besar antara lain Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Jawa, Nusa Tenggara, Maluku dan Papua.

Lebih terperinci

V. DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Morowali merupakan salah satu daerah otonom yang baru

V. DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Morowali merupakan salah satu daerah otonom yang baru V. DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN Geografis dan Administratif Kabupaten Morowali merupakan salah satu daerah otonom yang baru terbentuk di Provinsi Sulawesi Tengah berdasarkan Undang-Undang Nomor 51 tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Indonesia yang merupakan negara kepulauan (17.508 pulau) dan merupakan negara kepulauan terbesar di dunia yang memiliki garis pantai terpanjang kedua setelah Brasil.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. pendapatan asli daerah Sulawesi Selatan. Potensi perikanan dan kelautan meliputi

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. pendapatan asli daerah Sulawesi Selatan. Potensi perikanan dan kelautan meliputi I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sulawesi Selatan sebagai salah satu daerah yang memiliki luas perairan laut cukup besar menjadikan hasil komoditi laut sebagai salah satu andalan dalam pendapatan asli

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota Tual adalah salah satu kota kepulauan yang ada di Provinsi Maluku dengan potensi sumberdaya kelautan dan perikanan yang cukup melimpah serta potensi pariwisata yang

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ekosistem terumbu karang mempunyai keanekaragaman biologi yang tinggi dan berfungsi sebagai tempat memijah, mencari makan, daerah pengasuhan dan berlindung bagi berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan kekayaan sumber daya alam yang begitu besar, seharusnya Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. dengan kekayaan sumber daya alam yang begitu besar, seharusnya Indonesia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia secara garis besar merupakan negara kepulauan yang luas lautnya mencapai 70% total wilayah. Kondisi laut yang demikian luas disertai dengan kekayaan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. rumah kaca yang memicu terjadinya pemanasan global. Pemanasan global yang

I. PENDAHULUAN. rumah kaca yang memicu terjadinya pemanasan global. Pemanasan global yang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dunia diramaikan oleh isu perubahan iklim bumi akibat meningkatnya gas rumah kaca yang memicu terjadinya pemanasan global. Pemanasan global yang memicu terjadinya perubahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masih memandang mereka sebagai subordinat laki-laki. Salah satu bentuk

BAB I PENDAHULUAN. masih memandang mereka sebagai subordinat laki-laki. Salah satu bentuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Konstruksi budaya patriarki yang masih mengakar kuat di Indonesia hingga saat ini, mengakibatkan posisi perempuan semakin terpuruk, terutama pada kelompok miskin. Perempuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mulai dari yang terdapat di daratan hingga di lautan. Negara Kesatuan Republik

BAB I PENDAHULUAN. mulai dari yang terdapat di daratan hingga di lautan. Negara Kesatuan Republik BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kekayaan alam yang dimiliki oleh Negara ini sungguh sangat banyak mulai dari yang terdapat di daratan hingga di lautan. Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Provinsi Kepulauan Bangka Belitung (Babel) merupakan salah satu provinsi yang masih relatif muda. Perjuangan keras Babel untuk menjadi provinsi yang telah dirintis sejak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara kepulauan yang diapit oleh lautan yang sangat luas... (Pattipeilohy, 2013, hlm. 2). Menurut Wibisono (2005, hlm. 19) laut Indonesia memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang memiliki kawasan pesisir sangat luas,

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang memiliki kawasan pesisir sangat luas, BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Indonesia merupakan negara yang memiliki kawasan pesisir sangat luas, karena Indonesia merupakan Negara kepulauan dengangaris pantai mencapai sepanjang 81.000 km. Selain

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Wilayah pesisir dan laut merupakan daerah dengan karateristik khas dan bersifat dinamis dimana terjadi interaksi baik secara fisik, ekologi, sosial dan ekonomi, sehingga

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Nelayan mandiri memiliki sejumlah karakteristik khas yang membedakannya dengan nelayan lain. Karakteristik tersebut dapat diketahui dari empat komponen kemandirian, yakni

Lebih terperinci

VI. KARAKTERISTIK PENGELOLAAN PERIKANAN TANGKAP. Rumahtangga nelayan merupakan salah satu potensi sumberdaya yang

VI. KARAKTERISTIK PENGELOLAAN PERIKANAN TANGKAP. Rumahtangga nelayan merupakan salah satu potensi sumberdaya yang VI. KARAKTERISTIK PENGELOLAAN PERIKANAN TANGKAP.. Rumahtangga Nelayan Rumahtangga nelayan merupakan salah satu potensi sumberdaya yang berperan dalam menjalankan usaha perikanan tangkap. Potensi sumberdaya

Lebih terperinci

ARAH KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KONSEP MINAPOLITAN DI INDONESIA. Oleh: Dr. Sunoto, MES

ARAH KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KONSEP MINAPOLITAN DI INDONESIA. Oleh: Dr. Sunoto, MES ARAH KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KONSEP MINAPOLITAN Potensi dan Tantangan DI INDONESIA Oleh: Dr. Sunoto, MES Potensi kelautan dan perikanan Indonesia begitu besar, apalagi saat ini potensi tersebut telah ditopang

Lebih terperinci

Gagasan Upaya Peningkatan Kesejahteraan Nelayan melalui Pendekatan Sistem

Gagasan Upaya Peningkatan Kesejahteraan Nelayan melalui Pendekatan Sistem Gagasan Upaya Peningkatan Kesejahteraan Nelayan melalui Pendekatan Sistem Sugeng Hartono 1 1 Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor, Bogor 1 Sugeng.ug@gmail.com 1. Pendahuluan Nelayan

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN Latar Belakang

1. PENDAHULUAN Latar Belakang 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pesisir dan laut Indonesia merupakan wilayah dengan potensi keanekaragaman hayati yang sangat tinggi. Sumberdaya pesisir berperan penting dalam mendukung pembangunan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dalam proses produksi masyarakat pantai dimana keterlibatan tersebut dapat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dalam proses produksi masyarakat pantai dimana keterlibatan tersebut dapat BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Eksistensi Matriproduksi di Wilayah Pantai Penelitian tentang Eksistensi Matriproduksi di Wilayah Pantai ini dilakukan oleh Hendry Sitorus (2003). Dalam penelitian ini dijelaskan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kekayaan sumber daya alam yang dimiliki kawasan Indonesia menjadikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kekayaan sumber daya alam yang dimiliki kawasan Indonesia menjadikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kekayaan sumber daya alam yang dimiliki kawasan Indonesia menjadikan Indonesia memiliki banyak potensi untuk dikembangkan baik dalam sektor pertanian, perkebunan,

Lebih terperinci

KELURAHAN BAROMBONG KATA PENGANTAR

KELURAHAN BAROMBONG KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas limpahan Rahmat, Taufik dan Hidayah-Nya hingga Laporan Rencana Pengelolaan Wilayah Pesisir Terpadu (Integrated Coatal Managemen-ICM)

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Pendekatan Penelitian Struktur penelitian ini berhubungan dengan ekologi-arsitektur yaitu hubungan interaksi ekosistem mangrove dengan permukiman pesisir Desa Tanjung Pasir

Lebih terperinci

Pemanfaatan jenis sumberdaya hayati pesisir dan laut seperti rumput laut dan lain-lain telah lama dilakukan oleh masyarakat nelayan Kecamatan Kupang

Pemanfaatan jenis sumberdaya hayati pesisir dan laut seperti rumput laut dan lain-lain telah lama dilakukan oleh masyarakat nelayan Kecamatan Kupang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kabupaten Kupang adalah salah satu kabupaten dengan ekosistem kepulauan. Wilayah ini terdiri dari 27 pulau dimana diantaranya masih terdapat 8 pulau yang belum memiliki

Lebih terperinci