BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA"

Transkripsi

1 BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA 4.1 Profil Perusahaan PT. Krama Yudha Ratu Motor (KRM) merupakan sebuah perusahaan perseroan terbatas yang bergerak dalam bidang perakitan kendaraan bermotor jenis niaga yang didirikan pada 1 Juni PT. KRM ini merupakan bagian dari Krama Yudha Mitsubishi Group (KYMG) yang berdiri sejak tahun Tujuan awal berdirinya KYMG adalah mengurangi impor kendaraan jenis niaga dari Eropa dan membuka lapangan kerja bagi para pengangguran. PT. Krama Yudha Ratu Motor dibangun di atas tanah seluas m 2 dengan luas bangunan pabrik m 2 serta bangunan tambahan m 2. Total direct worker sebanyak 993 orang dan jumlah indirect worker sebanyak 220 orang. Lokasi PT. KRM terletak di Jalan Raya Bekasi KM , Rawa Terate, Cakung, Jakarta. Waktu kerja proses produksi menggunakan sistem kerja 2 (dua) shift pagi dan malam selama 8 jam tiap shiftnya. Dimulai pukul dan berakhir pukul 16.20, dimana istirahat pertama pukul , istirahat kedua pukul (Jumat: pukul ) dan istirahat ketiga pukul Apabila terjadi overtime massal (OM) dilakukan pada hari Sabtu sedangkan hari Minggu libur. Struktur organisasi dalam PT. Krama Yudha Ratu Motor dapat dilihat pada Lampiran 2. PT. Krama Yudha Ratu Motor memiliki main business berupa perakitan kendaraan niaga berlisensi Mitsubishi. Perusahaan hanya akan melakukan perakitan komponen-komponen kendaraan menjadi satu kendaraan yang siap dijual berdasarkan fix order dari pihak PT. Krama Yudha Tiga Berlian yang disusun dalam Master Production Schedule (MPS) selama 1 (satu) bulan. MPS ditetapkan dalam rapat Sales Assembling and Shipment Schedule (SASS). Jenis sistem produksi PT. Krama Yudha Ratu Motor adalah flow shop melihat proses produksinya melibatkan routing yang sama untuk seluruh komponen kendaraan. Hasil produksi PT. Krama Yudha Ratu Motor adalah sebagai berikut:

2 24 1. CJM (Car Joint Mitsubishi) atau T120SS 2. TD 3. SL atau L FUSO Untuk produk yang menjadi fokus penelitian yaitu produk jenis TD, produk jenis TD ini mulai diproduksi oleh PT. Krama Yudha Ratu Motor sejak Dengan merk dagang T-200/210. Peningkatan dan perbaikan yang dilakukan terhadap unit ini diikuti dengan perubahan nama dagang jenisnya. Tahun , TD disebut dengan FE. Selanjutnya, tahun disebut Maru-T. Mulai tahun 2006, nama TD mulai digunakan untuk jenis kendaraan ini. Jenis TD yang diproduksi adalah tipe 304 Bus Chassis, tipe 304, tipe 334, tipe 347, tipe 349 dan tipe 349 HD. Sumber: koleksi penulis Gambar 4.1 Produk Jenis TD Dalam lingkungan Krama Yudha Mitsubishi Group, KRM dikenal sebagai tukang jahit. Dengan demikian, strategi respon PT. Krama Yudha Ratu Motor adalah Assembly to Order (ATO). Perakitan pada PT. Krama Yudha Ratu Motor terbagi atas 3 (tiga) bagian, yaitu Welding, Painting dan Trimming. Salah satu program yang dilakukan manajemen KRM untuk terus memperbaiki dan meningkatkan performansi adalah dengan mengadakan GKM (Gugus Kendali Mutu) untuk membicarakan mengenai masalah yang terjadi di lantai produksi selama sepekan dan kemudian dicari solusinya. Presentasi ini dilakukan oleh seluruh bagian secara bergantian dihadapan Kepala Departemen. Melalui GKM, diharapkan dapat dihasilkan ide-ide baru dan menjadi bukti bahwa perusahaan berkomitmen untuk terus melakukan perbaikan yang berkelanjutan atau dikenal dengan continuous improvement (Kaizen).

3 Pengumpulan Data SIPOC Diagram Proses Produksi Proses produksi yang berlangsung di PT. Krama Yudha Ratu Motor terdiri atas 3 (tiga) departemen utama, yakni welding, painting, dan trimming. Untuk mempermudah penggambaran, maka disajikan SIPOC (Suppliers, Inputs, Process, Outputs, Customers) sebagai berikut: Suppliers Inputs Process Outputs Customers PT. Mitsubishi Krama Yudha Ratu Motor and Manufacturer I & II SIPOC PT. KRAMA YUDHA RATU MOTOR Rangka Cabin Rangka Rear Body Coat Sumber: PT. Krama Yudha Ratu Motor (2012) Welding Painting Trimming Vendor Part Kendaraan Delivery Gambar 4.2 SIPOC PT. Krama Yudha Ratu Motor SIPOC di atas dapat membantu perusahaan saat memetakan permasalahan kualitas yang timbul. Contohnya pada unit yang defect, SIPOC ini menggambarkan alur proses produksi yang nantinya akan membantu analisis sumber penyebab terjadinya cacat produksi. Unit Kendaraan Tipe TD Sebagai pendukung, digambarkan juga SIPOC tersebut pada masingmasing departemen. Data tersebut terlampir dengan perincian Lampiran 3 berupa SIPOC Gudang Bahan Baku, Lampiran 4 SIPOC Welding, Lampiran 5 terdapat SIPOC Painting, dan SIPOC Trimming pada Lampiran 6. PT. Krama Yudha Tiga Berlian Data Produk Tipe TD Produk truk tipe TD yang diproduksi PT. Krama Yudha Ratu Motor ini memiliki permintaan cukup tinggi, oleh karena itu dengan jumlah unit yang diproduksi besar, perusahaan dituntut untuk memenuhi permintaan dengan hasil produk yang berkualitas baik. Untuk mendapatkan kualitas yang baik, perusahaan harus melakukan produksi dengan baik dan meminimasi unit defect yang dihasilkan. Karena dengan jumlah unit defect yang besar, dapat menghambat pengiriman produk truk tipe TD ke pelanggan. Selama pengamatan, terlihat penumpukan jumlah unit defect yang belum selesai diperbaiki. Sehingga terjadinya delay pengiriman produk truk tipe TD.

4 26 Dari pengamatan yang dilakukan selama bulan Januari sampai dengan Maret 2012, berikut adalah data hasil pengamatan: Tabel 4.1 Data Produk Tipe TD Jumlah Jumlah Unit Selesai Tidak Bulan Produksi Defect Perbaikan Terselesaikan Januari Februari Maret Sumber: PT. Krama Yudha Ratu Motor (2012) Dari data tersebut, terlihat bahwa jumlah unit defect setiap bulannya berkisar antara 6-16% dari jumlah produksi total, dan terlihat peningkatan yang cukup signifikan terhadap jumlah unit yang defect setiap bulannya. Seiring meningkatnya jumlah unit yang defect, waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan perbaikan semakin panjang sehingga terjadi penumpukan unit produk yang defect. Penumpukan produk defect yang belum terselesaikan, serta kenaikan jumlah defect selama pengamatan, akan berdampak pada biaya kualitas yang harus dikeluarkan oleh perusahaan dan mengurangi kepuasan pelanggan yaitu Krama Yudha Tiga Berlian (KTB). PT. Krama Yudha Ratu Motor membagi jenis defect ke dalam lima klasifikasi, dan berdasarkan investigasi, maka pembahasan difokuskan pada tiga jenis defect yang paling sering terjadi (three worst problems) pada kelima klasifikasi jenis defect, yaitu: Tabel 4.2 Klasifikasi Defect dan Three Worst Problems Jenis defect Masalah a) Roof LH dent Welding b) W/nut safety belt LH not centre c) Rear pillar RH dent a) Under seal no application Painting b) Bumper not available c) Corner panel RH/LH not available

5 27 Tabel 4.2 Klasifikasi Defect dan Three Worst Problems (lanjutan) Jenis defect Masalah a) W/nut cabin hinge LH not centre Trimming b) Brake pedal deep operation c) W/nut post mounting LH damage a) Bracket cabin hinge LH not centre Vendor b) Indicator vacum abnormal c) Run channel RH not available a) Trim edge RH gap Other b) Not yet brake test tester error c) W/nut stay cabin damage Sumber: PT. Krama Yudha Ratu Motor (2012) Prosedur investigasi masalah yang berjalan saat ini di perusahaan adalah sebagai berikut: Sumber: PT. Krama Yudha Ratu Motor (2012) Gambar 4.3 Flow Chart Prosedur Investigasi Masalah

6 28 Setelah melakukan pengumpulan data berupa data defect serta prosedur investigasi masalah, dilakukan pengumpulan data pendukung berupa data biaya kualitas yang dapat dilihat pada Tabel 4.3: Tabel 4.3 Data Pendukung Quality Control PT. KRM Jenis Data Jumlah Januari Februari Maret Welding Trainee (Person) Painting Trainee (Person) Trimming Trainee (Person) QC Trainee (Person) # of Senior Checkman (Person) # of Junior Checkman (Person) Hari Kerja Efektif (Day) Overtime Hours (Day) Sumber: PT. Krama Yudha Ratu Motor (2012) Pengelompokkan checkman sendiri terdiri atas senior checkman dan junior checkman. Untuk operator yang berstatus senior checkman, kategori kerja terbagi lagi berdasarkan masa kerja yang ditunjukkan pada tabel di bawah ini: Tabel 4.4 Masa Kerja Senior Checkman Masa Kerja Bulan (Person) (Year) Januari Februari Maret Sumber: PT. Krama Yudha Ratu Motor (2012) Data pendukung yang telah dijabarkan sebelumnya, akan dikelompokkan ke dalam empat jenis biaya kualitas yaitu preventive cost, appraisal cost, failure cost yang meliputi internal failure cost dan external failure cost. UMR (Month) Uang Transport Upah Lembur (Hour) Training Cost (Day) Senior Compensation Training Cost (Day) Upah Repair (Unit) Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp

7 29 Data pada tabel 4.1 akan diolah untuk mengetahui jumlah unit defect yang menumpuk untuk diselesaikan melalui penggambaran bar chart. Tabel 4.2 mengenai klasifikasi defect dan three worst problems digunakan untuk melihat jumlah unit yang defect dan penyelesaian dari masing-masing masalah tersebut. Flowchart akan membantu penggambaran proses prosedural dari penanganan defect di PT. Krama Yudha Ratu Motor. Selanjutnya data pada tabel 4.3 akan digunakan sebagai dasar perhitungan cost of quality. Data tabel 4.4 di atas turut mendukung data cost of quality untuk perhitungan appraisal cost. Tahap selanjutnya, disusun usulan perbaikan kualitas dengan menggunakan analisis dari Ishikawa Chart dan pemilihan usulan perbaikan kualitas terbaik dengan menggunakan Analytical Hierarchy Process. Setelah itu, dilakukan perbandingan biaya kualitas saat ini dan perkiraan biaya kualitas setelah usulan perbaikan. Hal ini dilakukan untuk mengetahui apakah terjadi perubahan yang signifikan terhadap proses perbaikan unit yang defect atau tidak. 4.3 Pengolahan Data Diagram Pareto Defect pada produk TD Dari data klasifikasi defect yang telah disebutkan sebelumnya, berikut frekuensi dari masing-masing tiga jenis defect yang menjadi masalah terbesar: Jenis Defect Trimming Painting Welding Tabel 4.5 Frekuensi Defect dari Three Worst Problems Masalah Bulan Jan Feb Mar W/Nut cabin hinge LH not centre 1 pcs Brake pedal deep operation W/Nut post mounting LH damage Under seal no application Bumper not available Corner panel Rh/Lh not available Roof LH dent W/Nut Safety belt Lh not centre Rear pillar RH dent

8 30 Tabel 4.5 Frekuensi Defect dari Three Worst Problems (lanjutan) Jenis Bulan Masalah Defect Jan Feb Mar Bracket cabin hinge LH not centre Vendor Indicator vacuum abnormal Run channel RH not available Trim edge RH gap Others Not yet brake test tester error W/Nut stay cabin damage 1 pcs Untuk menentukan jenis defect yang paling mempengaruhi jumlah defect pada produk TD pada tabel 4.3, digunakan diagram Pareto yang dapat dilihat pada gambar berikut: Gambar 4.4 Diagram Pareto Klasifikasi Defect Dari diagram Pareto, terlihat jenis defect paling banyak ada di proses welding, painting, dan trimming. Untuk mempetakan penyebab dari defect pada setiap bagian, maka digunakan Ishikawa Chart yang dapat dilihat dibawah ini, berikut Ishikawa Chart untuk bagian Welding:

9 31 Gambar 4.5 Ishikawa Chart untuk bagian Welding Selanjutnya, berikut Ishikawa Chart untuk bagian Painting: Gambar 4.6 Ishikawa Chart untuk bagian Painting

10 32 Dan yang terakhir, yaitu Ishikawa Chart untuk bagian Trimming adalah sebagai berikut: Gambar 4.7 Ishikawa Chart untuk bagian Trimming Progres Penyelesaian Unit yang Defect Pada tahap pengumpulan data, telah digambarkan rangkaian prosedur penyelesaian defect, yaitu dimulai dari ditemukan masalah defect pada produk truk tipe TD oleh bagian Quality Inspection yang dilaporkan kepada bagian Quality Assurance dan setelah itu baru dilakukan investigasi masalah serta mengidentifikasi masalah defect ke dalam klasifikasi defect yang telah ditentukan, karena untuk setiap klasifikasi defect memiliki penanganan serta berkas yang berbeda. Untuk masalah defect yang tergolong internal KRM, yaitu masalah welding, painting, dan trimming, akan dibuatkan Problem Investigation Request. Sedangkan untuk masalah eksternal yang menyangkut urusan vendor, jika vendor berasal dari Jepang, akan dibuatkan Knock Down Quality Report sedangkan vendor lokal akan dibuatkan Countermeasure Request Sheet. Dan untuk jenis klasifikasi others akan terus dilakukan

11 33 investigasi lebih lanjut untuk dapat diketahui kelas klasifikasi defect yang tepat. Dari prosedur yang cukup panjang untuk melakukan investigasi masalah, hasil pengamatan menunjukkan unit defect terlihat menumpuk di area produksi. Berikut bar chart dari penyelesaian jumlah unit yang defect yang didapat dari data yang telah dijelaskan pada bagian pengumpulan data: Unit yang belum selesai diperbaiki bulan Januari Unit yang belum selesai diperbaiki bulan Februari Gambar 4.8 Bar Chart Penyelesain Perbaikan Unit Defect Dari hasil bar chart di atas, dapat dilihat terjadi penumpukan unit yang mengalami delay repair atau belum terselesaikan dengan rata-rata persentase sebesar 46% setiap bulannya untuk diselesaikan pada bulan berikutnya. Dapat disimpulkan, penyebab defect terbesar terdapat pada bagian welding, painting dan trimming, dengan rata-rata waktu penyelesaian unit yang defect yang cukup lama. Oleh karena itu, perlu dilakukan prioritas kriteria untuk menemukan solusi yang tepat untuk diterapkan agar masalah penumpukan dapat terselesaikan. Untuk memperoleh usulan solusi bagi perbaikan masalah penumpukan unit produk truk tipe TD yang defect maka digunakan metode Analytical Hierarchy Process yang akan dibahas lebih lanjut.

12 Cost of Quality Setelah didapatkan biaya pendukung kualitas di atas, dapat dikalkulasikan Cost of Quality sebagai berikut: Tabel 4.6 Fomula Kuantitatif Cost of Quality Preventive Cost (Welding Trainee + Painting Trainee + Trimming Trainee + QC Trainee ) x Lama Training x Biaya Training Elemen Definisi Formula Kuantitatif Sumber Data Training Biaya yang dikeluarkan untuk melakukan pelatihan untuk pekerja Akun QA PT. KRM Appraisal Cost Jumlah Checkman x (UMR+Uang Transport )+Upah Lembur+(Senior Checkman x Masa Kerja x Senior Compensation ) Elemen Definisi Formula Kuantitatif Sumber Data Biaya yang dikeluarkan untuk Gaji checkman menempatkan checkman dan inspektor dan Inspektor untuk melakukan inspeksi Akun QA PT. KRM Shower Test Tes kebocoran CBU dengan sampel per 20 unit INCLUDE Running Test Tes CBU untuk dikendarai INCLUDE Kalibrasi Alat Maintenance alat tes (brake test ) INCLUDE Internal Failure Cost Unit Defect x Man Hour x Upah Repair per Unit Elemen Definisi Formula Kuantitatif Sumber Data Order of Repair Biaya yang dikeluarkan untuk melakukan rework atau repair unit yang defect sebelum dilakukan Akun QA PT. KRM External Failure Cost (Unit Defect x Man Hour x Upah Repair per Unit) + Warranty Service Claim Elemen Definisi Formula Kuantitatif Sumber Data Order of Repair Biaya yang dikeluarkan untuk melakukan repair unit yang rusak setelah dilakukan pengiriman ke KTB 0 Dapartemen Quality Inspection & Quality Assurance Warranty Service Claim Sumber: pengumpulan data Biaya yang dikeluarkan untuk melakukan repair unit yang merupakan klaim dari konsumen Perbandingan komponen cost of quality terhadap total cost of quality setiap bulannya dapat dilihat pada tabel berikut ini: 0 PT. Krama Yudha Ratu Motor dan PT. Krama Yudha Tiga Berlian

13 35 Tabel 4.7 Cost of Quality Cost (Juta Rp) Kriteria Januari Februari Maret Total Preventive Cost Training 269, ,1 967,9 Subtotal 269, ,1 % 65% Appraisal Cost Gaji Checkman & Inspektor 132,50 135,00 140,00 Subtotal 132,50 135,00 140,00 407,50 27% Internal Failure Cost Order of Repair 78,50 35,33 5,58 Subtotal 78,50 35,33 5,58 119,41 8% External Failure Cost Order of Repair 0,00 0,00 0,00 Warranty Service Claim 0,00 0,00 0,00 Subtotal 0,00 0,00 0,00 0,00 0% Total Cost of Quality 480,80 530,33 483, ,81 100% Sehingga apabila digambarkan dalam bentuk pie chart adalah sebagai berikut: Gambar 4.9 Diagram Cost of Quality Biaya yang dikeluarkan untuk mempertahankan kualitas produk pada PT. Krama Yudha Ratu Motor ini nantinya akan menjadi salah satu parameter untuk menentukan alternatif mana sesuai dan mengacu pada kriteria terbaik sesuai dengan kondisi perusahaan untuk mengurangi penumpukan unit defect yang terjadi di perusahaan tersebut.

14 Pemilihan Prioritas Kriteria Solusi Perbaikan Berdasarkan identifikasi masalah, dapat disimpulkan bahwa penyebab penumpukan defect berupa: 1. Prosedur identifikasi masalah sebelum produk diperbaiki. 2. Lamanya waktu menunggu perbaikan karena jumlah defect yang banyak. Untuk itu dirumuskan beberapa solusi usulan untuk masalah penumpukan produk truk tipe TD yang defect. Usulan ini disusun berdasarkan hasil diskusi dengan supervisor bagian Quality Assurance mengenai solusi yang paling memungkinkan untuk diterapkan (lihat Lampiran 8) antara lain: 1. Solusi A: Memperbaiki prosedur klaim barang defect 2. Solusi B: Menyeimbangkan beban kerja bagi repair man 3. Solusi C: Meningkatkan produktivitas melalui penambahan repair man Dari masing-masing solusi yang diusulkan di atas, berikut beberapa kriteria yang dipertimbangkan untuk masing-masing solusi, kriterianya meliputi: 1. Segi biaya atau cost yang dikeluarkan 2. Segi waktu penyelesaian unit defect yang dibutuhkan 3. Jumlah man hour atau pekerja yang dibutuhkan 4. Jumlah unit produk defect yang selesai diperbaiki 5. Utilisasi mesin yang digunakan Berikut adalah struktur hierarki dari usulan solusi perbaikan masalah penumpukan unit produk truk tipe TD yang defect: Gambar 4.10 Struktur Hierarki

15 37 Sebagai perbandingan nilai kriteria untuk masing-masing solusi dapat dilihat dari tabel di bawah ini: Tabel 4.8 Nilai Kriteria Setiap Solusi Perbaikan No Kriteria Solusi A B C 1 Biaya (cost ) Failure cost (juta) 119,41 119,41 80,22-110,46 Pembelian alat baru (juta) - 0,4 0,6-1 Skala Prioritas rendah sedang tinggi 2 Waktu penyelesaian (time) Waktu repair per unit (painting) 480 menit 400 menit menit Waktu repair per unit (welding) 600 menit 300 menit 200 menit Skala Prioritas lama sedang cepat 3 Jumlah man hour Penambahan repair man (painting) orang Penambahan repair man (welding) orang Skala Prioritas sedikit sedikit cukup 4 Jumlah unit produk Produk yang harus diperbaiki Produktivitas tenaga kerja 93.54% 95.63% % Produk yang selesai diperbaiki Skala Prioritas sedikit banyak banyak 5 Utilisasi mesin Man hours Jam disediakan (8 jam x 67 hari) Persentase pendayagunaan mesin 54.52% 56.14% 55.52% Skala Prioritas rendah tinggi sedang kriteria, Dalam penentuan solusi yang terbaik untuk dipilih dari berbagai jenis dilakukan perhitungan dengan menggunakan metode AHP (Analytical Hierarchy Process) untuk masing-masing kriteria sebagai berikut: 1. Penentuan matriks awal, pada matriks awal ini merupakan matriks yang berisi skala prioritas untuk masing-masing solusi berdasarkan masingmasing kriteria, dapat dilihat untuk matriks awal untuk kriteria yang pertama yaitu mengenai segi biaya yang dikeluarkan adalah sebagai berikut: Tabel 4.9 Matriks Awal Kriteria 1 A B C A B C TOTAL

16 38 Untuk penentuan matriks awal kriteria selanjutnya dapat dilihat pada Lampiran Perhitungan matriks normalisasi, setelah menentukan matriks awal, langkah selanjutnya dalah melakukan perhitungan matrik normalisasi untuk menghitung row average, dapat dilihat untuk matriks normalisasi untuk kriteria biaya adalah sebagai berikut: Tabel 4.10 Matriks Normalisasi Kriteria 1 A B C RA A B C TOTAL Untuk penentuan matriks awal kriteria selanjutnya dapat dilihat pada Lampiran Perhitungan Weight Sum Average (WSA) dengan rumus: Berikut contoh perhitungan untuk Weight Sum Average untuk kriteria 1: lampiran. Tabel 4.11 Perhitungan WSA Kriteria 1 Matriks Awal RA WSA Untuk perhitungan WSA kriteria lainnya dapat dilihat pada 4. Perhitungan Consistency Vector (CV) dengan rumus: 5. Perhitungan lambda (λ) dengan rumus: 6. Perhitungan Consistency Index (CI) dengan rumus:

17 39 7. Perhitungan Consistency Ratio (CR) dengan rumus: Berikut contoh perhitungan untuk CV, CI dan CR untuk kriteria 1: pada lampiran. Tabel 4.12 Perhitungan CV, CI dan CR Kriteria 1 WSA RA CV Lambda (λ) 3.02 CI 0.01 CR 0.01 Untuk perhitungan CV, CI dan CR kriteria lainnya dapat dilihat Selanjutnya dilakukan perhitungan AHP untuk mengetahui hubungan antar kriteria dengan tahapan yang sama yaitu sebagai berikut: 1. Penentuan matriks awal Tabel 4.13 Perhitungan WSA, CV, CI dan CR antar Kriteria TOTAL Perhitungan matriks normalisasi dan row average (RA) Tabel 4.14 Perhitungan Matriks Normalisasi dan RA antar Kriteria RA TOTAL

18 40 3. Perhitungan WSA, CV, CI dan CR Tabel 4.15 Perhitungan WSA, CV, CI dan CR antar Kriteria WSA CV Lambda (λ) 5.32 n 5 CI 0.08 RI 1.12 CR 0.07 Setelah melakukan perhitungan untuk matriks masing-masing kriteria dan antar kriteria, maka dilakukan perkalian antara matriks row average masing-masing kriteria dengan matriks row average antar kriteria yang menghasilkan matriks sebagai berikut: Tabel 4.16 Hasil Perkalian Matriks untuk Setiap Solusi Hasil antar solusi Solusi 0.27 A 0.31 B 0.42 C Dari hasil perkalian pada Tabel 4.22, hasil yang paling besar adalah untuk solusi C yaitu meningkatkan produktivitas melalui penambahan repair man sehingga solusi tersebut yang dipilih untuk diterapkan guna mengurangi masalah penumpukan unit produk truk tipe TD. Dari pemilihan solusi di atas, selanjutnya akan dilakukan analisis penerapan solusi melalui perhitungan biaya kualitas dari hasil penerapan solusi tersebut, apakah terjadi penurunan persentase biaya kualitas khususnya untuk failure cost yang meliputi external dan internal cost Penerapan Usulan Solusi yang Dipilih Biaya yang dikeluarkan untuk mempertahankan kualitas produk pada PT. Krama Yudha Ratu Motor ini nantinya akan menjadi salah satu parameter

19 41 untuk menentukan alternatif mana sesuai dan mengacu pada kriteria terbaik sesuai dengan kondisi perusahaan untuk mengurangi penumpukan unit defect yang terjadi di perusahaan tersebut. Dengan adanya masalah tersebut, diajukan solusi penambahan repair man pada jenis defect yang punya repair time terbesar yakni pada bagian painting dan welding. Penambahan jumlah repair man sebanyak 1 orang akan mengurangi sebanyak 120 menit pada bagian painting dan mengurangi 200 menit pada bagian welding. Tabel di bawah mengilustrasikan perubahan akibat penambahan repair man. Tabel 4.17 Solusi Penambahan Repair Man Jumlah Painting Welding Awal 4 2 Man Usulan #1 5 4 Power Usulan #2 6 4 Repair Time (Min) Usulan #3 7 4 Awal Usulan # Usulan # Usulan # Perhitungan Tingkat Produktivitas Tenaga Kerja Sebagai salah satu faktor pengukuran kinerja, tingkat produktivitas cukup memegang peranan penting. Semakin tinggi nilai produktivitas yang dicapai, maka semakin baik kinerja atau performa dari tenaga kerja yang terlibat dalam proses produksi. Produktivitas tinggi dapat dikatakan jumlah output yang dihasilkan semakin tinggi. Produktivitas tenaga kerja dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut: Implementasi ketiga solusi yang diajukan dapat dihitung tingkat produktivitas pekerja. Berikut diberikan perhitungan labor productivity untuk ketiga solusi:

20 42 Tabel 4.18 Labor Productivity (Jan-Mar 2012) Criteria Awal Solusi #1 Solusi #2 Solusi #3 Physical Output Man Hours 243,75 238,42 232,42 222,42 LP 93,54% 95,63% 98,10% 102,51% Mengacu pada tingkat produktivitas di atas dan perhitungan cost of quality, maka dipilihlah usulan 2 untuk memperbaiki masalah penumpukan defect yang terjadi di PT. Krama Yudha Ratu Motor Perhitungan Cost of Quality dari Solusi yang Dipilih Dari hasil perubahan besar repair time dari setiap usulan jumlah penambahan repair man, maka didapatkan perhitungan cost of quality yang difokuskan pada internal failure cost dan external failure cost (cost of poor quality) dari masing-masing usulan. Perhitungan COPQ dihitung selama bulan pengamatan yaitu Januari-Maret 2012 dengan rumus sebagai berikut: COPQ = Internal Failure Cost + External Failure Cost = Order of Repair+External Order of Repair+Warranty Service Claim Untuk mempermudah penggambaran, berikut tabel cost of quality dari usulan secara lengkap: Tabel 4.19 Cost of Poor Quality Usulan Usulan COPQ (Jan-Mar '12) Cost of Quality terbagi atas prevention cost, appraisal cost, internal failure cost, dan external failure cost. Pada PT. Krama Yudha Ratu Motor, prevention cost mencakup biaya training, appraisal cost mencakup biaya upah checkman, internal failure cost mencakup order of repair, dan terakhir external failure cost mencakup order of repair dan warranty service claim. Perhitungan awal cost of quality selama bulan Januari-Maret 2012 didapatkan rupiah sebesar Rp (65%) untuk preventive cost, appraisal cost sebesar Rp (27%), internal failure cost sebesar Rp (8%), dan external failure cost sejumlah Rp 0 (0%).

21 43 Setelah diajukan solusi, kembali dihitung biaya sebagai perbandingan. Diketahui bahwa penambahan repair man akan berpengaruh pada biaya order of repair. Untuk itulah, perhitungan biaya difokuskan pada internal failure cost dan external failure cost. Hal ini didasari fakta bahwa failure cost dipengaruhi secara langsung oleh banyaknya defect. Prevention cost dan appraisal cost pada dasarnya sudah dialokasikan secara terpadu oleh perusahaan dan besarnya tetap selama periode tertentu. Seperti yang terlihat dalam perhitungan COPQ di atas, terlihat ada beberapa solusi yang diajukan yang berbeda dari segi penambahan man power. Untuk gambaran terhadap perbandingan komponen COQ yang lebih jelas, dibuatlah diagram sebagai berikut: Gambar 4.11 Persentase Cost of Quality Usulan 1 Gambar 4.12 Persentase Cost of Quality Usulan 2

22 44 Gambar 4.13 Persentase Cost of Quality Usulan 3 Pada gambar 4.11, terlihat bahwa internal failure cost usulan 1 sebesar Rp (8%) dari total cost of quality. Apabila dibandingkan dengan internal failure cost awal, terjadi penurunan cost sebesar Rp atau sebesar 7,5%. Sedangkan pada gambar 4.12, tergambar internal failure cost usulan 2 adalah Rp (7%) dari total cost of quality. Pada usulan 2, terjadi penurunan cost sebesar Rp atau sebesar 17%. Selanjutnya untuk usulan 3, internal failure cost berjumlah Rp (6%) dari total cost of quality dan mengalami penurunan sebesar Rp (32,82%). Berikut diberikan tabel perbandingan implementasi solusi-solusi yang diajukan terhadap kriteria yang diminta: Tabel 4.20 Implementasi Solusi terhadap Kriteria Pemilihan Criteria Awal Solusi #1 Solusi #2 Solusi #3 Physical Output Man Hours 243,75 238,42 232,42 222,42 LP 93,54% 95,63% 98,10% 102,51% Internal Failure Cost / Total Cost 8% 8% 7% 6% Penurunan Cost - 7,5% 17% 32,82% 4.4 Pembahasan Hasil Analisis Progress Penyelesaian Unit yang Defect Dari hasil pengolahan data progress penyelesaian unit yang defect, dapat dilihat adanya unit defect yang belum terselesaikan setiap bulannya. Hal ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor yang mempengaruhi.

23 45 Faktor yang mempengaruhi antara lain hari kerja efektif setiap bulannya, terutama pada bulan Januari karena terdapat banyak libur kerja, sehingga hanya 19 hari kerja efektif. Oleh karena itu, hal ini dapat mempengaruhi repair man dalam bekerja menyelesaikan perbaikan pada produk truk tipe TD yang defect. Selain itu, lamanya waktu perbaikan yang dibutuhkan, karena proses perbaikan yang cukup panjang khususnya untuk defect pada bagian welding dikarenakan perlu dilakukan proses welding ulang dari awal untuk melakukan perbaikan produk defectnya. Sedangkan jika dilihat pada diagram Pareto, penyebab defect yang paling besar frekuensinya adalah defect pada welding, painting dan trimming. Dengan demikian, memang diperlukan proses perbaikan yang cukup lama untuk unit produk yang defect Analisis Pemilihan Prioritas Kriteria Solusi Perbaikan Dari masalah penumpukan produk truk tipe TD yang defect, dapat diterapkan beberapa usulan solusi yaitu tiga solusi antara lain memperbaiki prosedur klaim barang defect, menyeimbangkan beban kerja bagi repair man dan meningkatkan produktivitas melalui penambahan repair man. Dari ketiga solusi tersebut, digunakan parameter kriteria sebagai tolok ukur solusi mana yang paling tepat untuk digunakan. Yaitu kriteria segi biaya yang dikeluarkan, waktu penyelesaian barang defect yang dibutuhkan, jumlah man hour atau operator yang dibutuhkan, jumlah unit produk defect yang berhasil diselesaikan dan utilisasi dari mesin untuk proses perbaikan. Apabila dilihat dari segi biaya dan jumlah man hour, solusi yang paling tepat untuk diterapkan diharapkan seminimal mungkin. Sedangkan dari segi waktu penyelesaian, jumlah unit produk defect yang berhasil diselesaikan dan utilisasi mesin diharapkan seoptimal mungkin. Setelah dilakukan perhitungan dengan menggunakan metode AHP, didapat solusi yang paling tepat adalah meningkatkan produktivitas melalui penambahan repair man. Penambahan repair man menjadi pilihan untuk meningkatkan produktivitas karena dengan ditambahkannya repair man, maka akan bertambah juga tenaga kerja untuk melakukan proses perbaikan unit yang

24 46 defect sehingga waktu penyelesaian proses perbaikan akan lebih cepat daripada semula. Selain itu, dengan dilakukannya penambahan repair man, produktivitas kerja akan meningkat dan hal ini akan berdampak pada penurunan biaya kualitas terutama pada failure cost yang disebabkan oleh penambahan repair man yang mengakibatkan berkurangnya waktu yang diperlukan repair man untuk menyelesaikan produk truk tipe TD yang defect Analisis Tingkat Produktivitas Dari pengolahan data mengenai perhitungan tingkat produktivitas, dipilihlah solusi 2 sebagai solusi yang cocok dengan kondisi permasalahan yang dihadapi PT. Krama Yudha Ratu Motor mengenai penumpukan defect. Solusi 2 dengan tingkat produktivitas sebesar 98,10% dianggap mendekati kondisi sempurna proses produksi yang baik karena angka tersebut mendekati 100%. Namun, bila dilihat kembali, solusi 3 mempunyai tingkat produktivitas sebesar 102,51%. Pemilihan solusi 2 sebagai alternatif yang tepat didasarkan pada alasan bahwa solusi 2 dianggap mampu menurunkan biaya penjagaan kualitas dan juga pemanfaatan tenaga kerja secara maksimal. Pada kasus solusi 3, dengan jumlah man power yang lebih banyak diperkirakan akan adanya idle dari man power sehingga pemanfaatan tenaga kerja kurang maksimal. Untuk itulah, solusi 2 dipilih untuk menjawab atas permasalahan penumpukan defect dengan penambahan repair man sebanyak 2 orang di bagian painting dan 2 orang di bagian welding Analisis Usulan Solusi dengan Siklus PDSA (Plan-Do-Study-Act) Setelah mengetahui usulan solusi perbaikan masalah penumpukan unit produk truk tipe TD yang defect, hal yang selanjutnya perlu dilakukan adalah dengan menerapkan solusi dengan siklus PDSA (Plan-Do-Study-Act) dalam rangka sebagai salah bentuk dari continuous improvement atau kaizen dalam perusahaan. Adapun tahapan dari penerapan siklus ini adalah sebagai berikut: 1. Tahap awal: Plan, pada tahap ini dilakukan penentuan usulan jumlah penambahan repair man dari solusi yang mempunyai prioritas paling tinggi untuk meningkatkan produktivitas.

25 47 2. Tahap kedua: Do, pada tahap ini dilakukan uji coba terhadap beberapa usulan alternatif penambahan jumlah repair man. 3. Tahap ketiga: Study, pada tahap ini dilakukan evaluasi lebih lanjut dari hasil uji coba dan pengukuran tingkat produktivitas yang dihasilkan. 4. Tahap terakhir: Act, pada tahap ini dilakukan penerapan usulan alternatif yang paling tepat dan melakukan monitoring dari hasil penerapan usulan alternatif tersebut. Jika digambarkan dalam bentuk diagram siklus PDSA, adalah sebagai berikut: Gambar 4.14 Siklus PDSA

PENGURANGAN PENUMPUKKAN UNIT DEFECT UNTUK PRODUK TRUK TIPE TD DI PT. KRM MELALUI PENINGKATAN PRODUKTIVITAS

PENGURANGAN PENUMPUKKAN UNIT DEFECT UNTUK PRODUK TRUK TIPE TD DI PT. KRM MELALUI PENINGKATAN PRODUKTIVITAS PENGURANGAN PENUMPUKKAN UNIT DEFECT UNTUK PRODUK TRUK TIPE TD DI PT. KRM MELALUI PENINGKATAN PRODUKTIVITAS Sylvia Heryandini 1, Kharissa Widi Inggita 2, Praditya Andaru Putra 3, Rida Zuraida 4 1 sylvi.heryandini@yahoo.com,

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 18 BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Kerangka Pemikiran Penelitian yang akan dilakukan berfokus pada penanganan masalah quality control yang dialami pada PT. Krama Yudha Ratu Motor dan membutuhkan penyelesaian

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan PT. Krama Yudha Ratu Motor (KRM) adalah perusahaan yang memproduksi mobil niaga jenis truk tipe TD yang merupakan produk dengan jumlah permintaan (demand)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. PT. Krama Yudha Ratu Motor (KRM) merupakan salah satu perusahaan yang

BAB I PENDAHULUAN. PT. Krama Yudha Ratu Motor (KRM) merupakan salah satu perusahaan yang 1 BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Permasalahan PT. Krama Yudha Ratu Motor (KRM) merupakan salah satu perusahaan yang bergerak di bidang industri otomotif yang memproduksi kendaraan-kendaraan niaga

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 SIPOC Diagram SIPOC merupakan salah satu cara untuk mengetahui urutan informasi proses pada organisasi tingkat tinggi dengan metode yang terstruktur (Khekale, Chatpalliwar, & Thakur,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Analisis Pengendalian..., Dina, Fakultas Teknik 2016

BAB I PENDAHULUAN. Analisis Pengendalian..., Dina, Fakultas Teknik 2016 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Persaingan industri saat ini semakin kompetitif setelah dibukanya pasar bebas, untuk memenangkan kompetisi dengan industri sejenis perusahaan harus memberikan

Lebih terperinci

Nama : Dandi Yudha Aditya NPM : Jurusan : Teknik Industri Pembimbing : Dr. Ir. Dian Kemala Putri, MT

Nama : Dandi Yudha Aditya NPM : Jurusan : Teknik Industri Pembimbing : Dr. Ir. Dian Kemala Putri, MT Mempelajari Peringkat Kinerja Operator Pada Perakitan Komponen Out Side View Mirror (kaca spion) dan Opening Trim Pada Kendaraan Colt Diesel Maru-T tipe 304 TD di PT. Krama Yudha Ratu Motor Nama : Dandi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Industri otomotif adalah salah satu industri yang berkembang begitu cepat. Industri otomotif dipandang memiliki prospek yang sangat menjanjikan kedepannya

Lebih terperinci

BAB IV PENGOLAHAN DAN ANALISA DATA

BAB IV PENGOLAHAN DAN ANALISA DATA BAB IV PENGOLAHAN DAN ANALISA DATA Data data yang ditampilkan dalam Bab sebelumnya akan dijadikan bahan analisa dalam mendukung dan mendukung usaha perbaikan mutu yang mengarah kepada peningkatan efisiensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Di era globalisasi seperti saat ini, perusahaan yang bergerak di segala bidang

BAB I PENDAHULUAN. Di era globalisasi seperti saat ini, perusahaan yang bergerak di segala bidang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di era globalisasi seperti saat ini, perusahaan yang bergerak di segala bidang industri dituntut untuk senantiasa proaktif dalam menanggapi segala jenis perubahan,

Lebih terperinci

MEMPELAJARI KESEIMBANGAN LINI PERAKITAN CABIN TIPE SL PADA BAGIAN WELLDING DI PT. KRAMA YUDHA RATU MOTOR

MEMPELAJARI KESEIMBANGAN LINI PERAKITAN CABIN TIPE SL PADA BAGIAN WELLDING DI PT. KRAMA YUDHA RATU MOTOR MEMPELAJARI KESEIMBANGAN LINI PERAKITAN CABIN TIPE SL PADA BAGIAN WELLDING DI PT. KRAMA YUDHA RATU MOTOR Nama : Neneng Suryani NPM : 35412283 Jurusan : Teknik Industri Pembimbing : Dr. Emirul Bahar, ACSI

Lebih terperinci

BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA

BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA 4.1 Sejarah perusahaan 4.1.1 Sejarah Singkat Berdiri PT. Inti Pantja Press Industri merupakan salah satu perusahaan yang tergabung dalam group Astra Motor

Lebih terperinci

TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN. PT. Krama yudha ratu motor (KRM)

TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN. PT. Krama yudha ratu motor (KRM) BAB II TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN PT. Krama yudha ratu motor (KRM) 2.1. Sejarah perusahaan PT. Krama yudha ratu motor (KRM) didirikan pada tanggal 1 Juni 1973 sebagai perusahaan swasta dengan 100% modalnya

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metodologi adalah suatu proses berpikir yang dilakukan dalam penulisan suatu laporan, mulai dari menentukan judul dan permasalahan, melakukan pengumpulan data yang akan digunakan

Lebih terperinci

Perbaikan Lintasan CU dengan Metode Line Balancing

Perbaikan Lintasan CU dengan Metode Line Balancing Erwanto, et al / Perbaikan Lintasan CU dengan Metode Line Balancing / Jurnal Titra, Vol.5, No 2, Juli 2017, pp. 387-392 Perbaikan Lintasan CU dengan Metode Line Balancing Intan Mei Erwanto 1, Prayonne

Lebih terperinci

Bab II TINJAUAN UMUM PT. KRAMA YUDHA RATU MOTOR (KRM)

Bab II TINJAUAN UMUM PT. KRAMA YUDHA RATU MOTOR (KRM) Bab II TINJAUAN UMUM PT. KRAMA YUDHA RATU MOTOR (KRM) 2.1 Gambaran Umum PT. Krama Yudha Ratu Motor (KRM) PT. Krama Yudha Ratu Motor (KRM), adalah perusahan nasional yang sangat patut diacungi jempol, khususnya

Lebih terperinci

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA. Jurusan Teknik Industri Tugas Akhir Sarjana Semester Ganjil Tahun 2007/2008

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA. Jurusan Teknik Industri Tugas Akhir Sarjana Semester Ganjil Tahun 2007/2008 UNIVERSITAS BINA NUSANTARA Jurusan Teknik Industri Tugas Akhir Sarjana Semester Ganjil Tahun 2007/2008 ANALISA SIX SIGMA UNTUK PENGENDALIAN KUALITAS FRONT SPRING ASSY DALAM MENGATASI MASALAH NOISE PADA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Persaingan bisnis yang semakin kompetitif membuat perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. Persaingan bisnis yang semakin kompetitif membuat perusahaan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Persaingan bisnis yang semakin kompetitif membuat perusahaan manufaktur tidak hanya memperhatikan kualitas produk, tetapi juga ketepatan waktu produk sampai ke tangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHAHULUAN I.1

BAB I PENDAHAHULUAN I.1 BAB I PENDAHAHULUAN I.1 Latar Belakang Setiap perusahaan tentunya ingin selalu meningkatkan kepuasan pelanggan dengan meningkatkan hasil produksinya. Produk yang berkualitas merupakan produk yang memenuhi

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENILITIAN

BAB III METODOLOGI PENILITIAN BAB III METODOLOGI PENILITIAN 3.1 Metode Penilitian Metodologi penelitian menguraikan seluruh kegiatan yang dilaksanakan selama penelitian berlangsung dari awal proses penelitian sampai akhir penelitian.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Definisi konvensional dari kualitas biasanya menggambarkan karakteristik langsung dari produk seperti : performansi (performance), keandalan (reliability), mudah

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Diagram Alir Penelitian di bawah ini: Langkah-langkah penelitian dapat dilihat pada diagram alir penelitian Mulai Studi Pendahuluan Identifikasi Masalah Tinjauan Pustaka

Lebih terperinci

BAB V ANALISA HASIL. Tabel 5.1 Tabel Hasil Identifikasi Ratio SBU BU BA SBA 1 2 2

BAB V ANALISA HASIL. Tabel 5.1 Tabel Hasil Identifikasi Ratio SBU BU BA SBA 1 2 2 BAB V ANALISA HASIL 5.1 Hasil Dari hasil pengumpulan dan pengolahan data yang telah diperoleh pada bab IV, pada bab V, hasil data yang diperoleh pada pengolahan data yakni mengenai frekuensi persebaran

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang penulis telah uraikan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang penulis telah uraikan 81 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang penulis telah uraikan dalam Bab IV dan dikaitkan dengan rumusan masalah pada Bab I, maka dapat dihasilkan beberapa

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN Berikut adalah metode yang digunakan dalam melakukan penelitian dan pengolahan data : Gambar 3.1 : Diagram Alir Metodologi Penelitian 25 3.1 Observasi Lapangan dan Indentifikasi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Di era yang perkembanganya sangat cepat ini dimana semua dituntut untuk menciptakan suatu proses kerja yang efektif dan effisien dengan tidak mengurangi standard kualitas

Lebih terperinci

PERTEMUAN #13 UJI PETIK PEKERJAAN (WORK SAMPLING) TKT TAUFIQUR RACHMAN ERGONOMI DAN PERANCANGAN SISTEM KERJA

PERTEMUAN #13 UJI PETIK PEKERJAAN (WORK SAMPLING) TKT TAUFIQUR RACHMAN ERGONOMI DAN PERANCANGAN SISTEM KERJA UJI PETIK PEKERJAAN (WORK SAMPLING) PERTEMUAN #13 TKT207 ERGONOMI DAN PERANCANGAN SISTEM KERJA 6623 TAUFIQUR RACHMAN PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS ESA UNGGUL KEMAMPUAN AKHIR

Lebih terperinci

Berikut jenis training & materinyaa :

Berikut jenis training & materinyaa : Berikut jenis training & materinyaa : 1. PREVENTIVE MAINTENANCE & SPARE PART MANAGEMENT (1 hari) 1. Memahami konsep : Corrective Maintenance Preventive Maintenance Predictive Maintenance 2. Proses pembuatan

Lebih terperinci

BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA

BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA 28 BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA 4.1 Identifikasi masalah Pada bagian produksi di Stamping Plant PT. Astra Daihatsu Motor, banyak masalah yang muncul berkaitan dengan kualitas yang dihasilkan

Lebih terperinci

BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA

BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA 4.1 Sejarah Perusahaan (Sumber: Company Profil PT.IGP) Gambar 4.1 Layout IGP Group IGP Group dimulai dengan berdirinya PT.GKD pada tahun 1980 dengan frame

Lebih terperinci

BAB II SEJARAH DAN PROFIL PERUSAHAAN

BAB II SEJARAH DAN PROFIL PERUSAHAAN 2.1 Sejarah Perusahaan BAB II SEJARAH DAN PROFIL PERUSAHAAN PT.Krama Yudha Ratu Motor Persetujuan usaha patungan (Joint Venture) terjadi pada tanggal 18 Januari 1973 antara PT. Krama Yudha (KY), Mitsubishi

Lebih terperinci

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 40 BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1 Profil Perusahaan PT. HMMI adalah perusahaan manufaktur yang berfokus dalam pembuatan perakitan mobil niaga seperti truk kategori 2 dan 3 (Light Duty Truck

Lebih terperinci

Universitas Bina Nusantara PENURUNAN DOWN TIME MESIN TIRE INSTALL DENGAN METODE 7 TOOLS, ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS DAN 5W H ABSTRAK

Universitas Bina Nusantara PENURUNAN DOWN TIME MESIN TIRE INSTALL DENGAN METODE 7 TOOLS, ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS DAN 5W H ABSTRAK Universitas Bina Nusantara Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknik Skripsi Strata 1-Semester Ganjil 2007/2008 PENURUNAN DOWN TIME MESIN TIRE INSTALL DENGAN METODE 7 TOOLS, ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 DIAGRAM ALIR METODOLOGI PENELITIAN Dalam proses penyusunan laporan tugas akhir mengenai penerapan sistem Preventive Maintenance di departemen 440/441 men summer shoes pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan pada dasarnya bertujuan mendapatkan keuntungan yang

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan pada dasarnya bertujuan mendapatkan keuntungan yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perusahaan pada dasarnya bertujuan mendapatkan keuntungan yang maksimal, dengan memanfaatkan sumber daya yang ada. Tujuan ini dapat tercapai apabila perusahaan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. dalam bab sebelumnya, penulis dapat menarik kesimpulan sebagai berikut:

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. dalam bab sebelumnya, penulis dapat menarik kesimpulan sebagai berikut: BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dikemukakan dalam bab sebelumnya, penulis dapat menarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Hasil penyusunan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metodologi penelitian menguraikan seluruh kegiatan yang dilaksanakan selama penelitian berlangsung dari awal proses penelitian sampai akhir penelitian. Setiap tahapan dalam

Lebih terperinci

BAB V ANALISA HASIL. 5.1 Analisa Produk Cacat Part PH 031 Tahun mayor dan minor penyebab terjadinya produk cacat untuk part PH 031 pada tahun

BAB V ANALISA HASIL. 5.1 Analisa Produk Cacat Part PH 031 Tahun mayor dan minor penyebab terjadinya produk cacat untuk part PH 031 pada tahun BAB V ANALISA HASIL 5.1 Analisa Produk Cacat Part PH 031 Tahun 2015 Berdasarkan data produk cacat tahun 2015 yang tersaji pada bab sebelumnya, maka dibuat analisa data untuk lanjutan untuk mengetahui faktor

Lebih terperinci

ABSTRAK Kata Kunci: Six Sigma, Sigma Level, Kualitas Produk, DMAIC, Quality Control.

ABSTRAK Kata Kunci: Six Sigma, Sigma Level, Kualitas Produk, DMAIC, Quality Control. ABSTRAK Seiring dengan perkembangan teknologi yang semakin signifikan, membuat banyak bermunculan industri-industri baru yang sejenis dengan industri yang sudah ada sebelumnya. Hal ini tentunya merupakan

Lebih terperinci

I. BAB I PENDAHULUAN

I. BAB I PENDAHULUAN I. BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Dalam menjalani kehidupan, manusia membutuhkan berbagai macam barangbarang untuk memenuhi kebutuhannya. Pada saat ini, manusia menggunakan mobil sebagai alat transportasi

Lebih terperinci

BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH

BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH 3.1 Penetapan Kriteria Optimasi Setelah mengevaluasi berbagai data-data kegiatan produksi, penulis mengusulkan dasar evaluasi untuk mengoptimalkan sistem produksi produk

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 17 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Pengumpulan Data Penelitian ini terpusat di departemen produksi 2 tempat berlangsungnya proses polishing. Dalam departemen produksi 2 terdapat empat line yaitu

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH Flow diagram untuk pemecahan masalah yang terdapat pada PT. Pulogadung Pawitra Laksana (PT. PPL) dapat dilihat dalam diagram 3.1 di bawah ini. Mulai Identifikasi Masalah

Lebih terperinci

BAB 4 PEMBAHASAN. Pengumpulan data dilakukan sebagai bahan pengolahan data yang perlu

BAB 4 PEMBAHASAN. Pengumpulan data dilakukan sebagai bahan pengolahan data yang perlu 48 BAB 4 PEMBAHASAN 4.1 Pengumpulan Data Pengumpulan data dilakukan sebagai bahan pengolahan data yang perlu dilakukan. Data-data yang dikumpulkan selama masa observasi adalah sebagai berikut : Data jumlah

Lebih terperinci

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN 82 BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN 4.1. Model Perumusan Masalah dan Pengambilan Keputusan Model dalam perumusan masalah dan pengambilan keputusan yang digunakan oleh penulis dalam menyusun skripsi ini adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang disesuaikan dengan jumlah order yang dimiliki oleh suatu industri, sehingga

BAB I PENDAHULUAN. yang disesuaikan dengan jumlah order yang dimiliki oleh suatu industri, sehingga BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini hampir semua perusahaan yang bergerak di bidang industri dihadapkan pada tingkat persaingan yang semakin kompetitif. Hal ini mengharuskan perusahaan untuk

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN. Berikut ini adalah diagram alir yang digunakan dalam penyelesaian studi kasus ini: Mulai

BAB 3 METODE PENELITIAN. Berikut ini adalah diagram alir yang digunakan dalam penyelesaian studi kasus ini: Mulai BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Flowchart Metode Penelitian Berikut ini adalah diagram alir yang digunakan dalam penyelesaian studi kasus ini: Mulai Studi Pendahuluan: Pengamatan flow process produksi Assembly

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sangat luar biasa. Meningkatnya keperluan masyarakat dalam menggunakan

BAB I PENDAHULUAN. sangat luar biasa. Meningkatnya keperluan masyarakat dalam menggunakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perkembangan teknologi saat ini semakin pesat, khususnya di bidang industri, industri pesawat terbang merupakan salah satu kemajuan teknologi yang sangat

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata kunci: struktur laporan biaya kualitas, evaluasi, pengendalian kualitas. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Kata kunci: struktur laporan biaya kualitas, evaluasi, pengendalian kualitas. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Salah satu faktor yang sangat penting untuk meningkatkan pendapatan adalah kualitas. Hal ini berarti bahwa untuk menghasilkan produk yang berkualitas, perusahaan perlu melaksanakan program pengendalian

Lebih terperinci

V. Hasil 3.1 Proses yang sedang Berjalan

V. Hasil 3.1 Proses yang sedang Berjalan V. Hasil 3.1 Proses yang sedang Berjalan Dalam industri komponen otomotif, PT. XYZ melakukan produksi berdasarkan permintaan pelanggannya. Oleh Marketing permintaan dari pelanggan diterima yang kemudian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 2.6. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 2.6. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 2.6. Latar Belakang Masalah Pada zaman era globalisasi ini, bidang usaha yang berbasis produksi telah mengalami perkembangan yang sangat pesat terutama industri manufaktur. Perkembangan

Lebih terperinci

MODUL 12 - TOTAL QUALITY MANAGEMENT DALAM JIT

MODUL 12 - TOTAL QUALITY MANAGEMENT DALAM JIT MODUL 12 - TOTAL QUALITY MANAGEMENT DALAM JIT Quality adalah salah satu issue dominan bagi banyak perusahaan, di samping waktu pengembangan produk yang cepat, fleksibilitas memenuhi permintaan customized

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 77 BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengolahan Hasil Pengumpulan Data Bagian ini merupakan tahapan dimana semua data-data hasil observasi lapangan di CV. Panca Karya Utama, dengan demikian dapat dilakukan

Lebih terperinci

SKRIPSI ANALISA PERENCANAAN DAN PENGENDALIAN PRODUKSI PRODUK CJM TIPE PICK UP STANDARD DENGAN METODE AGGREGATE PLANNING

SKRIPSI ANALISA PERENCANAAN DAN PENGENDALIAN PRODUKSI PRODUK CJM TIPE PICK UP STANDARD DENGAN METODE AGGREGATE PLANNING SKRIPSI ANALISA PERENCANAAN DAN PENGENDALIAN PRODUKSI PRODUK CJM TIPE PICK UP STANDARD DENGAN METODE AGGREGATE PLANNING ( Studi Kasus Di PT. Krama Yudha Ratu Motor, Kawasan Industri Pulo Gadung ) Disusun

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Gambar 3.1 Flow Chart Metodologi Penelitian Metodologi penelitian perlu ditentukan agar di dalam mencari solusi untuk memecahkan masalah lebih terarah dan mempermudah proses

Lebih terperinci

BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA. General Assy. Stay Body Cover. Permanent 1. Permanent 2. Permanent 3. Permanent 4. Inspeksi. Repair.

BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA. General Assy. Stay Body Cover. Permanent 1. Permanent 2. Permanent 3. Permanent 4. Inspeksi. Repair. BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA 4.1 Pengumpulan Data 4.1.1 Diagram Proses Pembuatan Frame Body Comp Marking Front Frame Rear Frame General Assy Stay Body Cover Permanent 1 Permanent 2 Permanent 3 Permanent

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi industri manufaktur dalam beberapa dekade terakhir ini

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi industri manufaktur dalam beberapa dekade terakhir ini BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan teknologi industri manufaktur dalam beberapa dekade terakhir ini turut menyumbangan kemudahan dalam menciptakan inovasi-inovasi produk baru yang

Lebih terperinci

BAB V HASIL ANALISA DATA

BAB V HASIL ANALISA DATA BAB V HASIL ANALISA DATA 5.1 Hasil Pembahasan CPM Hasil diagram gambar 4.1 (CPM proyek pembuatan truk tipe OF 2528 C tersebut terlihat hubungan ketergantungan antara satu kegiatan dengan kegiatan yang

Lebih terperinci

10/6/ Pengantar

10/6/ Pengantar Lecturer Content: Pengantar Konsep Pengendalian Kualitas / QC Quality of Conformance (Kualitas Kesesuaian/Kesamaan} Konsep Biaya dalam QC Tools / Penerapan Teknik Statistika dalam QC Proses Evolusi QC

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS PENELITIAN

BAB 4 ANALISIS PENELITIAN BAB 4 ANALISIS PENELITIAN 4.1 Gambaran Umum Obyek Penelitian Berdasarkan pengamatan yang dilakukan dilapangan di pool tipar cakung, analisa yang akan dikembangkan adalah perbaikan layout dan aliran kendaraan.

Lebih terperinci

MANAGEMENT INDUSTRI (QUALITY CONTROL) By : Moch. Zen S. Hadi, ST Communication Digital Lab. 1

MANAGEMENT INDUSTRI (QUALITY CONTROL) By : Moch. Zen S. Hadi, ST Communication Digital Lab. 1 MANAGEMENT INDUSTRI (QUALITY CONTROL) By : Moch. Zen S. Hadi, ST Communication Digital Lab. 1 MATERI KULIAH Konsep Kualitas Perkembangan Pengendalian Mutu Pengendalian Mutu Terpadu (PMT) Gugus Kendali

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN ANALISA

BAB V HASIL DAN ANALISA BAB V HASIL DAN ANALISA Pada bab ini, penulis akan menjabarkan hasil yang di dapat dari pengumpulan dan pengolahan data, serta melakukan analisis terhadap masing-masing hasil tersebut. 5.1. Tahap Define

Lebih terperinci

BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISA DATA

BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISA DATA 35 BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISA DATA 4.1 Pengumpulan Data PT.Inti Pantja Press Industri memiliki flow process dalam penangan produk ( press part ) yang berlaku untuk semua produk sebelum dikirim

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Gambar 3.1 Flow Chart Metodologi Penelitian Metodologi penelitian perlu ditentukan terlebih dahulu, agar di dalam mencari solusi untuk memecahkan masalah lebih terarah dan

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN Penelitian dilakukan melalui beberapa 5 tahapan, yaitu diawali dengan tahap pendahuluan, tahap pengumpulan data, tahap pengolahan dan analisis data, serta tahap kesimpulan 3.1.

Lebih terperinci

BAB 1 LANDASAN TEORI

BAB 1 LANDASAN TEORI 5 BAB 1 LANDASAN TEORI 1.1 Produktivitas Menurut Sinungan (2003, P.12), secara umum produktivitas diartikan sebagai hubungan antara hasil nyata maupun fisik (barang-barang atau jasa) dengan masuknya yang

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Gambar 3.1. Skema Metodologi Penelitian 119 Gambar 3.2. Skema Metode Pengumpulan dan Pengolahan Data 120 Gambar 3.3. Skema Metode Analisa Sistem Informasi (lanjutan 1) 121

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN Metode penelitian ini merupakan cara atau prosedur yang berisi tahapantahapan yang jelas yang disusun secara sistematis dalam proses penelitian. Tiap tahapan maupun bagian yang

Lebih terperinci

Manajemen Produksi dan Operasi

Manajemen Produksi dan Operasi Manajemen Produksi dan Operasi Dahulu Produk2 yang cacat (yang bisa menyebabkan kecelakaan, kerusakan dan pencemaran) tidak menjadi masalah utama, yang penting bisa memproduksi banyak. Sekarang. Sasaran

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHLUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHLUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHLUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Toyota merupakan industri otomotif terbesar di dunia saat ini, raksasa industri otomotif yang berasal dari jepang ini juga menjadi pemimpin industri otomotif

Lebih terperinci

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 44 BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1 Tinjauan Umum Perusahaan PT. XYZ adalah salah satu perusahaan yang begerak di bidang manufaktur pembuatan sepeda motor di Indonesia dengan kepemilikan saham

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN ANALISIS

BAB V HASIL DAN ANALISIS BAB V HASIL DAN ANALISIS 5.1 Temuan Utama dan Hasil Pengolahan dan analisis data yang telah dilakukan pada bab sebelumnya, dapat dinyatakan bahwa temuan utama dalam penelitian ini adalah terjadinya pemborosan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB III METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 38 BAB III METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 3.1 Alur Penelitian Alur penelitian akan digambarkan dalam bentuk flowchart, dimana alur penelitian ini berisi tentang langkah-langkah yang dilakukan dari awal penelitian

Lebih terperinci

Gambar I. 1 Air Brake System Tipe KE-G-12

Gambar I. 1 Air Brake System Tipe KE-G-12 BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang PT Pindad merupakan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang memproduksi alat pertahanan dan beberapa produk komersial. Kelompok usaha PT Pindad dibagi menjadi empat pokok

Lebih terperinci

I-1 BAB I PENDAHULUAN

I-1 BAB I PENDAHULUAN I-1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Industri manufaktur di Indonesia berkembang sangat pesat. Salah satunya terlihat pada industri manufaktur dalam bidang otomotif. Membludaknya jumlah kendaraan

Lebih terperinci

BAB II PROFIL PT. KRAMA YUDHA RATU MOTOR

BAB II PROFIL PT. KRAMA YUDHA RATU MOTOR BAB II PROFIL PT. KRAMA YUDHA RATU MOTOR 2.1 Profil Perusahaan PT. Krama Yudha Ratu Motor (KRM) adalah perusahaan industri otomotif yang bergerak dalam bidang perakitan kendaraan niaga dengan alamat di

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Model Rumusan Masalah dan Pengambilan Keputusan Berikut merupakan diagram alir yang menggambarkan langkah-langkah dalam melakukan penelitian di PT. Putra Jaya Gemilang.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Dalam kehidupan sehari-hari maupun di bidang industri manufaktur, persediaan tidak dapat dihindari. Tanpa adanya persediaan, perusahaan manufaktur harus siap menghadapi

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN Metodologi penelitian merupakan urutan atau langkah-langkah yang sistematis yang harus dilakukan dalam melakukan penelitian. Langkahlangkah yang dilakukan harus serasi dan saling

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini, dunia automotive di Indonesia menunjukkan perkembangan yang signifikan. Menurut harian Bisnis Indonesia pada 29 Maret 2012, peningkatan penjualan kendaraan

Lebih terperinci

METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 3.1 Diagram Alir Metodologi Penelitian Start Penelitian Pendahuluan Identifikasi Masalah Studi Pustaka Tujuan Penelitian Pengumpulan Data : -Data Data Pengolahan Data

Lebih terperinci

Pendahuluan. I.1 Latar belakang

Pendahuluan. I.1 Latar belakang Bab I Pendahuluan I.1 Latar belakang PT. Eksonindo Multi Product Industry (EMPI) merupakan salah satu perusahaan yang memproduksi tas. Proses produksi tas di PT. EMPI dilakukan melalui beberapa tahap yaitu,

Lebih terperinci

BAB 2 STUDI LITERATUR. Tanggungjawab seorang pemimpin perusahaan adalah mengatur seluruh

BAB 2 STUDI LITERATUR. Tanggungjawab seorang pemimpin perusahaan adalah mengatur seluruh BAB 2 STUDI LITERATUR Tanggungjawab seorang pemimpin perusahaan adalah mengatur seluruh sumberdaya produksi secara efisien dan efektif sehingga diperoleh keuntungan yang maksimum (maximum profit). Tanpa

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Perubahan dalam dunia bisnis terjadi dengan cepatnya. Persaingan antar

BAB 1 PENDAHULUAN. Perubahan dalam dunia bisnis terjadi dengan cepatnya. Persaingan antar BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perubahan dalam dunia bisnis terjadi dengan cepatnya. Persaingan antar perusahaan meningkat pesat, era globalisasi semakin menambah ketatnya persaingan. Meningkatnya

Lebih terperinci

SKRIPSI USULAN PERBAIKAN DEFECT SPATER PADA PROSES WELDING MENGGUNAKAN METODE SIX SIGMA. (Studi kasus: PT. Kramayudha Ratu Motor)

SKRIPSI USULAN PERBAIKAN DEFECT SPATER PADA PROSES WELDING MENGGUNAKAN METODE SIX SIGMA. (Studi kasus: PT. Kramayudha Ratu Motor) SKRIPSI USULAN PERBAIKAN DEFECT SPATER PADA PROSES WELDING MENGGUNAKAN METODE SIX SIGMA (Studi kasus: PT. Kramayudha Ratu Motor) Disusun oleh FIQI AFRIZAL 2012.10.215.232 PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tepat waktu dan pelayanan yang lebih baik dari pada persaingnya. Selain itu

BAB I PENDAHULUAN. tepat waktu dan pelayanan yang lebih baik dari pada persaingnya. Selain itu A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN Perusahaan industri yang berorientasi pada barang dagang adalah salah satu perusahaan yang berkembang di Indonesia. Setiap perusahaan tentunya akan berusaha

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 94 BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 3.1 Flow Chart Metodologi Penelitian Metodologi pemecahan masalah (flow diagram) merupakan diagram yang menggambarkan pola berpikir serta menjelaskan tahap-tahap penelitian

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. Ariani, Wahyu Dorothea Manajemen Kualitas Pendekatan Sisi Kualitatif. Jakarta : Ghalia Indonesia.

DAFTAR PUSTAKA. Ariani, Wahyu Dorothea Manajemen Kualitas Pendekatan Sisi Kualitatif. Jakarta : Ghalia Indonesia. Laporan Tugas Akhir 87 DAFTAR PUSTAKA Ariani, Wahyu Dorothea. 2003. Manajemen Kualitas Pendekatan Sisi Kualitatif. Jakarta : Ghalia Indonesia. Ariani, Wahyu Dorothea. 2004. Pengendalian Kualitas Statistik

Lebih terperinci

BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA

BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA 37 BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA 4.1 Pengumpulan Data Data-data yang diperlukan dalam pembuatan skripsi ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer bertujuan untuk membuktikan adanya

Lebih terperinci

BAB IV PENGUMPULAN & PENGOLAHAN DATA

BAB IV PENGUMPULAN & PENGOLAHAN DATA BAB IV PENGUMPULAN & PENGOLAHAN DATA 4.1 Proses Press Proses Press adalah proses pencetakan lempengan baja dengan memanfaatkan gaya tekan untuk merubah lempengan tersebut menjadi bentukan yang diinginkan

Lebih terperinci

SKRIPSI. Disusun Oleh : DONNY BINCAR PARULIAN ARUAN NPM :

SKRIPSI. Disusun Oleh : DONNY BINCAR PARULIAN ARUAN NPM : PENGUKURAN KINERJA SUPPY CHAIN PERUSAHAAN DENGAN MENGGUNAKAN MODEL SCOR DAN ANALYTIC NETWORK PROCESS (ANP) DI PT LOTUS INDAH TEXTILE INDUSTRIES SURABAYA SKRIPSI Disusun Oleh : DONNY BINCAR PARULIAN ARUAN

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian dan tujuan rancang fasilitas Wignjosoebroto (2009; p. 67) menjelaskan, Tata letak pabrik adalah suatu landasan utama dalam dunia industri. Perancangan tata letak pabrik

Lebih terperinci

BAB VI LINE BALANCING

BAB VI LINE BALANCING BAB VI LINE BALANCING 6.1 Landasan Teori Keseimbangan lini perakitan (line balancing) merupakan suatu metode penugasan pekerjaan ke dalam stasiun kerja-stasiun kerja yang saling berkaitan dalam satu lini

Lebih terperinci

PENINGKATAN EFEKTIFITAS DAN EFISIENSI BIAYA KUALITAS MELALUI PENEDEKATAN SIMULASI (Studi Kasus di CV. SINAR BAJA ELEKTRIC)

PENINGKATAN EFEKTIFITAS DAN EFISIENSI BIAYA KUALITAS MELALUI PENEDEKATAN SIMULASI (Studi Kasus di CV. SINAR BAJA ELEKTRIC) PENINGKATAN EFEKTIFITAS DAN EFISIENSI BIAYA KUALITAS MELALUI PENEDEKATAN SIMULASI (Studi Kasus di CV. SINAR BAJA ELEKTRIC) I Gede Agus Widyadana Dosen Fakultas Teknologi Industri, Jurusan Teknik Industri,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam pertumbuhan industri otomotif di Indonesia, salah satunya adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam pertumbuhan industri otomotif di Indonesia, salah satunya adalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pertumbuhan ekonomi Indonesia yang mulai membaik, berdampak pula dalam pertumbuhan industri otomotif di Indonesia, salah satunya adalah industri sepeda motor.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pengendalian kualitas adalah aktivitas keteknikan dan manajemen, yang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pengendalian kualitas adalah aktivitas keteknikan dan manajemen, yang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengendalian kualitas adalah aktivitas keteknikan dan manajemen, yang dengan aktivitas tersebut dapat diukur ciri-ciri kualitas dari produk yang ada, membandingkannya

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Flow Chart Pemecahan Permasalahan Langkah-langkah dalam pernulisan skripsi ini dapat diperhatikan pada gambar flow chart pemecahan masalah sebagai berikut: Start Observasi

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN Selain teori-teori yang telah dijabarkan sebelumnya, maka pada bab ini akan pula dijabarkan tentang metodologi dari penelitian yang dilakukan. Untuk mencapai penelitian yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sarana transportasi umum yang buruk dan tidak memadai membuat masyarakat Indonesia enggan untuk memanfaatkannya. Dengan tingkat kesejahteraan dan daya beli masyarakat

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH Metodologi pemecahan masalah merupakan langkah-langkah sistematis yang berperan penting sebagai pedoman dalam menyelesaikan dan memberikan solusi dari masalah yang timbul

Lebih terperinci