BAB III SISTEM NUMERASI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB III SISTEM NUMERASI"

Transkripsi

1 BAB III SISTEM NUMERASI PENDAHULUAN Sejak zaman dahulu kala, manusia berkepentingan dengan bilangan untuk menghitung banyaknya ternak yang dimiliki, mengukur luas sawahnya, untuk berkomunikasi dengan sesamanya. Kebutuhan terhadap bilangan tersebut mulamula sederhana, tetapi makin lama makin meningkat, sehingga manusia perlu mengembangkan sistem numerasi. Sistem numerasi pun terus berkembang selama berabad-abad, dari masa ke masa hingga saat ini. Dengan mempelajari sejarah perkembangan sistem numerasi, notasi pangkat dan algoritma dalam operasi aritmetika, kita dapat lebih menghayati, lebih mengagumi para pendahulu kita. Betapa hebat dan uletnya para penemu yang hidup pada abad-abad yang silam. Betapa indah dan menakjubkannya penemuan-penemuan di dalam bidang matematika tersebut, sehingga kita bisa lebih mencintai dan lebih menyukai matematika yang oleh sebagian besar murid dianggap sebagai hal yang ditakuti. A. Beberapa Sistem Numerasi Sebelum membicarakan sistem numerasi, sebaiknya kita mengetahui apakah yang dimaksud dengan bilangan dan lambang bilangan. Perbedaan antara bilangan dan lambang bilangan adalah perbedaan antara objek dan nama objek tersebut. Nomor halaman yang Anda lihat pada halaman buku ini bukanlah suatu bilangan melainkan lambang bilangan. Lambang bilangan adalah simbol yang melambangkan suatu bilangan. Simbol yang digunakan untuk menyatakan atau menggambarkan suatu bilangan dapat bermacam-macam, misalnya 4; 2+2; 2.2; 3+1; dan sebagainya. Semua simbol tersebut menyatakan sebuah bilangan yang sama. Untuk membuat lambang bilangan digunakan simbol yang disebut angka. Bagian ini akan membicarakan beberapa macam angka yang digunakan untuk menyatakan bilangan dalam sistem nuinerasi. 47

2 Secara umum, sistem numerasi yang pertama-tama digunakan, merupakan sistem penjumlahan, sistem perkalian, dan sistem nilai tempat. Sistem penjumlahan yang mula-mula digunakan, dinyatakan dengan sekumpulan simbolsimbol. Sebuah bilangan yang dinyatakan dengan kumpulan simbol, merupakan jumlah dan bilangan-bilangan yang dinyatakan oleh masing-masing symbol. Misalnya : adalah simbol-simbol dalam sistem Mesir, artinya 111( ) b. XI adalah simbol-simbol dalam sistem Romawi yang artinya 1(10 + 1) Berikut ini akan dikenalkan beberapa sistem numerasi yang pernah digunakan dan dikembangkan oleh para pendahulu kita. 1. SistemTurus Salah satu sistem numerasi yang pertama-tama digunakan adalah sistem turus. Sistem ini menggunakan simbol tongkat untuk menyatakan suatu bilangan. Misalnya, menunjukkan bilangan 6 ternak. Hingga saat kini pun kita masih menggunakan sistem turus ini, misalnya untuk mencatat skor suatu pertandingan olahraga. Sebagai ilustrasi :5 dan, merupakan simbol-simbol yang menunjukkan bilangan yang sama. 2. Sistem Mesir Kuno Sistem numerasi. ini merupakan salah satu pelopor dan. sistem penjumlahan yang tercatat dalam sejarah yaltu ± 3000 S.M (Glenn, John and Litter, Graham dalam A Dictionary of Mathematics, 1984, p.58). Tulisan pada jaman Mesir (± 650 S.M) ditulis pada papyrus (dari kata papu, yaitu semacam tanaman) atau pada perkamen (kulit kambing). Sistem mi menggunakan simbol berupa gambar-gambar: 48

3 Gambar 3.1 Simbol-simbol dalam sistem Mesir dapat diletakkan dengan urutan sebarang, sehingga untuk menyatakan suatu bilangan yang sama dapat ditulis dengan beberapa cara. Dengan perkataan lain, sistem Mesir tidak mengenal nilai tempat (sedang dalam sistem yang kita gunakan, 43 nilainya berbeda dengan 34). Contoh 1 : 43 dapat ditulis sebagai: Contoh 2 : Dengan sistem Mesir mi, juga dapat dilakukan penjumlahan. Pada gambar 3.2 dapat dilihat prosedur mencari jumlah dua bilangan 397 dan (a)

4 Gambar 3.2 Gambar 2.2. (a) menunjukkan penjumlahan dalam sistem Hindu Arab. Gambar 3.2. (b) menunjukkan penjumlahan dua bilangan yang sama dalam sistem Mesir. Catatan : Sebenarnya, apakah yang dilakukan dalam operasi penjwnlahan dengan menggunakan sistem Mesir di atas? Tak lain, hanyalah melakukan pengelompokan ulang. 10 tongkat ( I ) menjadi 1 tulang tumit ( ); 10 tulang tumit ( ) menjadi 1 gulungan ) 10 gulungan ) menjadi tanda 1 bunga teratai ( ) demikian seterusnya. Pada contoh Gb. 2.2 di atas, dapat dilihat, terdapat 12 tongkat. 12 tongkat itu dikelompokkan lagi menjadi 1 tulang tumit dan 2 tongkat ( ). Berikutnya, 13 tulang tumit + 1 tulang tumit (yang diperoleh dari 10 tongkat) dikelompokkan menjadi 1 gulungan dan 4 tulang tumit ). Kemudian 11 gulungan + 1 gulungan (yang diperoleh dan 10 tulang tuinit) dikelompokkan menjadi 1 bunga teratai dan 2 gulungan 50

5 10 gulungan). 3. Sistem Babilonia Dan akhirnya terdapat 3 bunga teratai + 1 bunga teratai (diperoleh dan Sistem numerasi Babilonia ini digunakan kira-kira 3000 S.M - 0 S.M (Glenn, John and Litter, Garaham dalam A Dictionary of Mathematics, 1984 p.13). Pada masa itu orang menulis angka-angka dengan sepotong kayu pada tablet yang terbuat dan tanah hat (clay tablets). Simbol baji V digunakan untuk menyatakan 1 dan simbol < untuk 10. Kedua simbol tersebut digunakan untuk menyatakan bilangan-bilangan 1-59, yaitu dengan cara menuliskan kedua simbol itu secara berulang. Contoh 1 : <<<VVVVV berarti : 35 Selanjutnya untuk menyatakan 60 dan 1 ditulis dengan symbol yang sama, yaitu V. Beda antara 60 dan 1 ditunjukkan dengan adanya jarak yang agak jauh di antara simbol-simbol itu. Contoh 2: a) V <V berarti = 71 b) VV VV berarti = 122 c) V< <<V berarti = 681 Ciri-ciri dan sistem Babilonia : a) Menggunakan bilangan dasar (basis) 60. b) Menggunakan nilai tempat (setiap posisi dipisahkan oleh sebuah jarak) c) Simbol-simbol yang digunakan adalah V dan < (lihat gambar 2.3) d) tidak mengenal simbol 0 (nol). Gambar

6 Contoh 3: (a) V < <V artinya : l(60) (60) + 1l (b) < V << V artinya : l0( (60) (60) + 1 (c) VV V << artinya : 2( (60) + 20 Sistem Babilonia ini cepat hilang karena tidak menggunakan simbol nol. Sistem angka lain yang menarik adalah sistem Maya. 4. Sistem Maya Sistem ini menggunakan basis 20, tetapi bilangan kelompok kedua adalah (18)(20) sebagai ganti dari (20)2, bilangan kelompok ketiga adalah (18)(20) 2 sebagai ganti dari (20), dan seterusnya (18)(2O) n. Bilangan-bilangan di bawah basis (20) ditulis secara amat sederhana dengan titik (kerikil) untuk satu dan tangkai ( ) untuk lima. Gambar 3.4 Ciri-ciri sistem numerasi Maya: a) Menggunakan basis 20 b) Mengenal simbol 0 yaitu (8) c) Ditulis secara tegak atau vertikal. Gambar

7 5. Sistem Romawi (± 500 SM ) Sistem numerasi Romawi ini menggunakan basis 10. Pada dasarnya, sistem Romawi ini merupakan sistem penjumlahan dan sistem perkalian. Jika simbol-simbol sebuah angka mempunyai nilai yang menurun dari kiri ke kanan, maka nilai angka tersebut dijumlahkan. Sebaliknya jika sebuah angka mempunyai nilai yang naik dari kiri ke kana, maka nilai angka tersebut dikurangkan. Dalam hal pengurangan, sebuah angka tidak pernah ditulis lebih dari 2 simbol, misalnya IV, IX, XL, CD, CM. Contoh : CX = = 110 (dari kiri ke kanan nilainya menurun, jadi dijurnlahkan). XC = = 90 (dari kiri ke kanan nilainya naik, jadi dikurangkan). Posisi dari sebuah simbol/huruf menduduki tempat yang penting, karena CX dan XC merupakan dua angka yang berbeda, yaitu 110 dan 90. Tetapi walaupun demikian, sistem Romawi ini tidak menggunakan nilai tempat. Hingga saat ini sistem Romawi ini masih sening digunakan. Gambar 3.6 Dalam sistem Romawi, penulisan sebuah bilangan tidak boleh menggunakan lebihdari 3 simbol yang sama secara berurutan. Contoh 1: 4 ditulis IV dan bukan IIII 9 ditulis IX dan bukan VIIII Untuk menulis sebuah bilangan yang besar digunakan. simbol garis ( _ ) di atas simbol yang bersangkutan, misalnya V berarti 5 dikalikan 1000, atau Lambang V berarti 5 dikalikan , atau

8 Jadi sebuah simbol yang dibeni tanda garis di atasnya menunjukkan sebuah bilangan yang ditunjukkan simbol tersebut dikalikan dengan Jika tanda garisnya dua buah, maka dikalikan dengan , demikian seterusnya. Contoh 2: a) MMMDCCLXIII = = 3763 b) MMMXCDCCXLIX = = c) VI = d) VII = e) IVDCXLVII = = f) LMDXXI = = Sistem Arab-Hindu (mulai dipakai ± tahun 1000) Ciri-ciri sistem Arab-Hindu: a) Menggunakan basis 10 b) Menggunakan nilai tempat c) Menggunakan angka : 1, 2, 3, 4,..., 9 d) Mengenal simbol 0 (nol). Karena sistem ini menggunakan basis 10 maka disebut juga sebagai sistem desimal. Sistem desimal ini menggunakan ide nilai tempat, misalnya 492 : 4 menunjukkan 4 buah himpunan seratusan (400) 9 menunjukkan 9 buah himpunan sepuluhan (90) 2 menunjukkan 2 buah himpunan satuan (2) Contoh 1 : Gambar berikut menunjukkan nilai tempat dan angka-angka dalam 192, , dan

9 Gambar 3.6 Contoh 2 : Angka 3 terdapat pada tiap lambang 123, 231 dan 321. Karena posisinya, maka angka tiga tersebut mempunyai nilai yang berbeda-beda. Pada lambang 123 ; 3 berarti 3 satuan (3). Pada lambang 231 ; 3 berarti. 3 puluhan (30). Pada lambang 321 ; 3 berarti 3 ratusan (300). Dalam sistem desimal, setiap posisi yang berurutan (dari kanan ke kiri), harus dikalikan dengan 10. Tempat pertama (paling kanan) menunjukkan ada berapa buah satuan, tempat kedua menunjukkan ada berapa buah (l0 x l)-an, tempat ketiga menunjukkan ada berapa buah (l0 x l0)-an, tempat keempat menunjukkan ada berapa buah (l0 x l0 x l0)-an, demikian seterusnya. Jadi 4567 adalah kependekan dari : 4 ( ) + 5 (10.10) + 6 (10) + 7 (1) atau : 4 (10) 3 + 5(10) 2 + 6(10) 1 + 7(1) 0 Penulisan di atas disebut sebagai notasi bentuk panjang dan Untuk memudahkan penggunaan ide di atas, Anda dapat mempelajari penjelasan mengenai notasi pangkat. Contoh: Tuliskan lambangnya dalam bentuk panjang untuk bilangan: a) b) c) Jawab: 55

10 a) = 7(10.000) + 6(1000) + 3(100) + 9(1) b) = 4(1000) + 5(100) + 3(10) + 8(1) c) = 9(1000) + 3(100). Kadang-kadarig a dan c ditulis sebagai: = 7(10.000) + 6(1000) + 3(100) + 0(10) + 9(1) atau = 7(10) 4 + 6(10) 3 + 3(10) 2 + 0(10) 1 + 9(10) 0 dan = 9(1000) + 3(100) + 0(10) + 0(1) atau = 9(10) 3 + 3(10) 2 + 0(10) 1 + 0(10) 0 Penulisan bentuk terakhir mi disebut penulisan dalam bentuk baku dengan basis 10 (pangkat menurun). LATIHAN Kerjakan soal-soal berikut sebagai latihan! 1. Tuliskan lambang-lambang berikut dengan notasi bentuk panjang : Contoh : 1234 = 1(1000) + 2(100) + 3(10) + 4(1) a) b) c) Tulislah dengan notasi bentuk baku basis 10. a) 3(1000) + 2(10) + 5 b) 7(100) + 3(10) c) 2( ) Tulislah setiap lambang bilangan pada nomor 1 dengan menggunakan sistem Mesir dan Romawi. 4. Nyatakan nilai tempat angka 6 pada tiap lambang bilangan di bawah ini: a) 3674 b) 637 c) 6 d) Lengkapilah dengan lambang bilangan tabel berikut: 56

11 6. Tulislah dengan sistem Babilonia : a) 76 b) 184 c) Pada suatu han Bram bermimpi menjual 1ayang-layangnya di pasar internasional. Ia memiliki 153 buah layang-layang. Pembeli pertama adalah seorang Mesir, ía membeli sebanyak buah. Pembeli kedua adalah seorang Babilonia, ía membeli sebanyak <<< VVVVVVVV buah dan pembeli ketiga adalah seorang Romawi sebanyak XIV buah. Akhirnya seorang Asia ingin memborong layang-layang yang tersisa. Berapa buah layang-layangkah yang dibeli oleh orang Asia tersebut? B. Notasi Pangkat Dalam sistem numerasi yang menggunakan nilai tempat, akan lebih mudah dipahami jika menggunakan notasi pangkat. Seperti penulisan , bisa ditulis 3 4. Definisi : Jika a dan n masing-masing merupakan bilangan asli, maka pangkat ke n dan a, ditulis a n didefinisikan sebagai: Padanotasi pangkat a n a disebut bilangan pokok n disebut pangkat atau eksponen, dan a n disebut bilangan berpangkat. Sebuah bilangan yang lambangnya ditulis dalam bentuk a n dikatakan sebagai bilangan yang ditulis dalam bentuk pangkat (notasi ini diperkenalkan oleh seorang ahli matematika Perancis, Descartes pada abad XVI). 57

12 Con toh : Bilangan berpangkat merupakan bilangan pokok, 4 merupakan pangkat/eksponen dan bilangan berpangkat tersebut. 7 4 dibaca tujuh pangkat empat, yang berarti Dengan menggunakan pola tertentu kita dapat mengembangkan suatu sifat bilangan berpangkat misalnya : (a)(a 2 ) = (a)(a.a) = a.a.a = a 3 (a 2 )(a 3 ) = (a.a).(a.a.a) = a.a.a.a.a = a 5 (a 3 )(a 4 ) = (a.a.a).(a.a.a.a) = a.a.a.a.a.a.a = a 7 atau (a)(a 2 ) = a 1+2 (a 2 )(a 3 ) = a 2+3 (a 3 )(a 4 ) = a 3+4 Secara umum, jika a, m, dan n merupakan bilangan asli, maka : = (a.a..... a) = sebanyak m + n faktor = a m+n Sifat : Jika a, m, dan n merupakan bilangan asli, maka a m.a n = a m+n. Selanjutnya bagaimanakah dengan a 0? Jika ingin mendefinisikan a 0 maka digunakan sifat di atas: a 0.a 0 = a m+0 Karena m + 0 = m, maka : a m.a 0 = a m Padahal a m.1 = a m ; ini berarti a 0 = 1. Dari sini dapat dibentuk sebuah definisi baru. Jika a bilangan asli, maka a 0 = 1 58

13 Berdasarkan definisi pangkat : = (5.5.5)(4.4.4) dan sifat komutatif dan asosiatif perkahian pada bilangan asli, maka pernyataan di atas dapat ditulis : (5.5.5).(4.4.4) = (5.4).(5.4).(5.4) = (5.4) 3 Secara umum : a m.b m = (a.a.a.... a). (b.b. b.... b) sebanyak m faktor sebanyak m faktor = (a.b).(a.b).(a.b).(a.b) (a.b) sebanyak m faktor = (ab) m Sifat : Jika a,b, dan m merupakan bilangan asli, maka : A m.b m = (ab)m Dengan cara yang sama: (2 3 ) 4 = = = = 2 12 Secara umum : (a m ) n = (a m. a m. a m a n ) = a mn sebanyak n faktor Sifat: Jika a,b,m, dan n merupakan bilangan asli, maka : (a m ) n = a mn Contoh: a) =1 b) = = 10 8 c) (5x) 7 = 5 7.x 7 LATIHAN Kerjakan soal-soal berikut sebagai latihan! 1. Tulislah dalam bentuk pangkat! 59

14 a) 9.36 b) 2x.2x.2x.2x c) ab.ab.ab d) Tulislah lambang setiap bilangan berikut dalam bentuk notasi. pangkat dengan bilangan pokok 2,3,5,7, atau 11. Contoh : 625 = 5 4 a) 32 b) 121 c) 1 d) 125 e) Carilah nilai k agar setiap pernyataan di bawah ini benar. a) (3 2 ).( ) = 3 k b) = k 7 c) 5 k.5 2 = 5 8 d) 3 k 3 k = 1 e) = 20 k f) 6 k+1 = Tulislah dalam bentuk yang lebih sederhana : a) b) 5a a 3 c) 4a 5 + 6a 5 d) Dengan menggunakan nilai tempat, kita dapat menentukan manakah bilangan yang terbesar dan dua bilangan yang diketahui. Contoh : lebih besar dari karena : Jika diatur secara vertikal dan rapat kanan, kemudian dibandingkan angka demi angka, maka páda posisi ribuan, 5 lebih besar dan 4. Jadi lebih besar dari =3 0=0 5 > 4 Dengan menggunakan prosedur di atas, tentukan bilangan manakah yang lebih besar dan tiap pasang bilangan berikut. a) ; b) ; c) ; Dengan menggunakan prosedur di atas, susunlah setiap barisan bilangan berikut, dan yang terkecil sampai dengan yang terbesar. 60

15 a) ; ; b) ; ; ; c) ; ; ; d) ; ; ; Isilah tempat yang kosong semilyar seratus juta sepuluh juta seratus sepuluh Tulislah bilangan berpangkat ini diurutkan, dari yang terkecil sampai yang terbesar : 2 5, 10 2, 3 4, 9 1, 136 0, 5 4, Sederhanakanlah bilangan berpangkat berikut: (misalnya = ) a) b) c) d) e) f) C. Sistem Numerasi dengan Nilal Tempat Sekarang marilah kita kembali ke sistem numerasi yang menggunakan nilai tempat. Dalam sistem numerasi yang biasa digunakan, apakah artinya jika ditulis 37? Kita mengatakan, terdapat 3 himpunan yang masing-masing beranggotakan 10 elemen dan 7 himpunan yang masing-masing beranggotakan 1 elemen. Dan diagramnya adalah sebagal berikut: 61

16 Gambar 3.7 Demikian juga dengan 24 adalah sebagai berikut: Gambar 3.8 Misalnya kita menggunakan basis/bilangan dasar yang bukan sepuluh, apakah artinya jika ditulis 23 lima.? Dalam hal ini, basis yang digunakan adalah 5 dan simbol yang digunakan cukup 0, 1, 2, 3, 4. Lambang 23 lima berarti 2 himpunan yang masing masing beranggotakan 5 elemen dan 3 himpunan yang masing-masing beranggotakan 1 elemen. Dan diagramnya adalah sebagai berikut: Gambar

17 Gambar 3.10 Secara umum, pada notasi bilangan dengan menggunakan nilai tempat dapat digambarkan sebagai berikut : (b) basis 5 basis 4 basis 3 basis 2 basis 1 basis 0 Contoh 1: Notasi 123 lima, melambangkan: 1 himpunan lima lima-an 63

18 2 himpunan lima-an dan 3 himpunan satuan Hal ini dapat digambarkan sebagai Gb berikut: Gambar 3.11 Selanjutnya lambang bilangan diubah menjadi lambang lain dengan basis yang berbeda. Contoh 2: Tulislah 234 lima ke dalam lambang berbasis sepuluh. Jawab : Pertama-tama dibuat diagram himpunan dalam basis 5; di sini membutuhkan 2 himpunan lima. lima-an 3 himpunan lima-an, dan 4 himpunan satuan. (Gambar 2.13.a) Pada gambar 2.13.b, menunjukkan setelah diadakan pengelompokan dan himpunan tersebut menjadi himpunan sepuluh-an, sehingga didapat : 234 lima = 69 sepuluh = 69 (keterangan basis sepuluh tidak ditulis). Gambar

19 Selanjutnya ikutilah contoh meimbangkan bilangan berbasis 3. Untuk ini diperlukan 4 himpunan baku dan 3 simbol angka seperti berikut : Gambar 3.13 Contoh 3 : Buatlah diagram yang menggambarkan 212 tiga. 2 himpunan tiga-tiga-an 1 himpunan tiga-an 2 himpunan satuan Diagram adalah sebagai berkut : Gambar 3.13 Contoh 4: Tulislah 44 ke dalam lambang basis 3. 65

20 Gambar 3.13 Pertama-tama buatlah diagram dengan 44 elemen. Kemudian kelompokkan menjadi himpunan tigaan (gambar 23..(a)), ternyata masih bersisa 2 elemen (2 himpunan satuan). Gambar 2.16 (b) menunjukkan pengelompokan berikutnya, yaitu himpunan tiga-tiga-an (4 buah), himpunan tiga-an (2 buah) dan himpunan satuan (2 buah). Akhirnya dibentuk himpunan tiga (tiga-tiga)-an (1 buah), 66

21 himpunan tiga-tiga-an (1 buah), himpunan tigaan (2 buah), himpunan satuan (2 buah) (gambar 2.16.(c)). Sehingga didapat 44 sepuluh = 1122 tiga Jika Anda mengalami kesukaran, maka gunakanlah benda-benda nyata sebagai model misalnya pipa sedotan yang dipotong-potong, mata uang logam, kerikil, kelereng, jepitan kertas, dan sebagainya. Kini marilah kita meningkat pada cara lain yang tidak lagi menggunakan gambar-gambar. Misalnya kita ingin mengubah 34 lima ke basis sepuluh. 34 lima artinya terdapat 3 himpunan limaan dan 4 himpunan satuan sehingga 34 lima = ( lima ) dengan 10 lima = 5 sepuluh. Jadi 34 lima = ( lima ) = ( sepuluh ) = (15 + 4) sepuluh = 19 sepuluh = 19 Contoh 5 : a) 124 lima =.. sepuluh 124 lima = ( ) ) lima = ( ) sepuluh = ( ) sepuluh = 39 sepuluh b) 432 enam = sepuluh 432 enam = ( ) enam = ( ) sepuluh = ( ) sepuluh = 164 sepuluh c) 323 empat = sepuluh = ( ) empat = ( ) sepuluh = ( ) sepuluh = 59 sepuluh Contoh-contoh di atas dapat juga dikerjakan dengan cara sebagai berikut: 67

22 Gambar 3.13 LATIHAN Kerjakan ltihan berikut sebagai latihan. 1. Tulislah lambang bilangan dalam lambang bilangan dengan basis ; a) lima b) dua c) tiga d) delapan 2. Tulislah lambang bilangan dalam basis tujuh, bilangan asli mulai1 tujuh sampai dengan 35 tujuh 3. Buatlah diagram untuk menggambarkan proses perubahan suatu notasi bilangan dari basis yang satu ke basis yang lain (seperti contoh 4). a) 32 sepuluh = lima b) 42 enam = delapan c) 311 empat = lima d) 110tiga = delapan 4. Tuhislah lambang bilangan berikutnya setelah setiap lambang bilangan berikut; misalnya : setelah 125 sepuluh adalah 126 sepuluh. Setelah 11 dua adalah 100 dua a) 144 lima b) 2222 tiga c) 1011 dua d) 788 sembilan 68

23 5. Ubahlah ke basis yang diminta (tanpa menggambar diagram). a) 175 sepuliuh = lima b) 134 tujuh =.. tiga c) 108 sembilan =.. delapan 69

BAB IV ALOGARITMA DALAM OPERASI ARITMATIKA PENDAHULUAN

BAB IV ALOGARITMA DALAM OPERASI ARITMATIKA PENDAHULUAN BAB IV ALOGARITMA DALAM OPERASI ARITMATIKA PENDAHULUAN Algoritma adalah suatu prosedur yang singkat dan sistematis untuk melakukan operasi aritmetika, misalnya penjumlahan dan perkalian. Jika kita melakukan

Lebih terperinci

BAB V BILANGAN BULAT

BAB V BILANGAN BULAT BAB V BILANGAN BULAT PENDAHULUAN Dalam bab ini akan dibicarakan sistem bilangan bulat, yang akan dimulai dengan memperluas sistem bilangan cacah dengan menggunakan sifat-sifat baru tanpa menghilangkan

Lebih terperinci

BAB VI BILANGAN REAL

BAB VI BILANGAN REAL BAB VI BILANGAN REAL PENDAHULUAN Perluasan dari bilangan cacah ke bilangan bulat telah dibicarakan. Dalam himpunan bilangan bulat, pembagian tidak selalu mempunyai penyelesaian, misalkan 3 : 11. Timbul

Lebih terperinci

pangkatnya dari bilangan 10 yang dipangkatkan ( 1

pangkatnya dari bilangan 10 yang dipangkatkan ( 1 Desimal A. Pendahuluan Desimal dapat digunakan untuk menyatakan bilangan yang sangat besarataupun bilangan yang sangat kecil, yang tidak dapat dinyatakan dengan bilangan bulat ataupun rasional. Misalnya

Lebih terperinci

BAB 1. Sistem Bilangan. 1.1 Pendahuluan

BAB 1. Sistem Bilangan. 1.1 Pendahuluan BAB 1 Sistem Bilangan 1.1 Pendahuluan Sistem bilangan didefinisikan sebagai sekumpulan nilai yang digunakan untuk melambangkan besaran. Kita sudah terbiasa menggunakan bilangan ini dalam kehidupan sehari-hari.

Lebih terperinci

Mengenal Bilangan Bulat

Mengenal Bilangan Bulat Mengenal Bilangan Bulat Kita sudah mempelajari bilangan-bilangan yang dimulai dari nol sampai tak terhingga. Selama ini yang kita pelajari 0 (nol) adalah bilangan terkecil. Tetapi tahukah kamu bahwa ada

Lebih terperinci

BAB I BILANGAN. Skema Bilangan. I. Pengertian. Bilangan Kompleks. Bilangan Genap Bilangan Ganjil Bilangan Prima Bilangan Komposit

BAB I BILANGAN. Skema Bilangan. I. Pengertian. Bilangan Kompleks. Bilangan Genap Bilangan Ganjil Bilangan Prima Bilangan Komposit BAB I BILANGAN Skema Bilangan Bilangan Kompleks Bilangan Real Bilangan Imajiner Bilangan Rasional Bilangan Irasional Bilangan Bulat Bilangan Pecahan Bilangan Cacah Bilangan Bulat Negatif Bilangan Asli

Lebih terperinci

1. Nilai Tempat Bilangan 10.000 s.d. 100.000 Lambang bilangan Hindu-Arab yang setiap kali kita gunakan menggunakan sistem desimal dengan nilai

1. Nilai Tempat Bilangan 10.000 s.d. 100.000 Lambang bilangan Hindu-Arab yang setiap kali kita gunakan menggunakan sistem desimal dengan nilai 1. Nilai Tempat Bilangan 10.000 s.d. 100.000 Lambang bilangan Hindu-Arab yang setiap kali kita gunakan menggunakan sistem desimal dengan nilai tempat. Menggunakan sistem desimal (dari kata decem, bahasa

Lebih terperinci

BILANGAN CACAH. b. Langkah 1: Jumlahkan angka satuan (4 + 1 = 5). tulis 5. Langkah 2: Jumlahkan angka puluhan (3 + 5 = 8), tulis 8.

BILANGAN CACAH. b. Langkah 1: Jumlahkan angka satuan (4 + 1 = 5). tulis 5. Langkah 2: Jumlahkan angka puluhan (3 + 5 = 8), tulis 8. BILANGAN CACAH a. Pengertian Bilangan Cacah Bilangan cacah terdiri dari semua bilangan asli (bilangan bulat positif) dan unsur (elemen) nol yang diberi lambang 0, yaitu 0, 1, 2, 3, Bilangan cacah disajikan

Lebih terperinci

Perpangkatan dan Akar

Perpangkatan dan Akar Bab 4 Perpangkatan dan Akar Pada kehidupan sehari-hari kamu sering menemukan angka berpangkat seperti 2 2, 2 3, 2 4, dan seterusnya. Bilangan berpangkat ini memiliki makna tersendiri nilainya. Apakah kamu

Lebih terperinci

G a a = e = a a. b. Berdasarkan Contoh 1.2 bagian b diperoleh himpunan semua bilangan bulat Z. merupakan grup terhadap penjumlahan bilangan.

G a a = e = a a. b. Berdasarkan Contoh 1.2 bagian b diperoleh himpunan semua bilangan bulat Z. merupakan grup terhadap penjumlahan bilangan. 2. Grup Definisi 1.3 Suatu grup < G, > adalah himpunan tak-kosong G bersama-sama dengan operasi biner pada G sehingga memenuhi aksioma- aksioma berikut: a. operasi biner bersifat asosiatif, yaitu a, b,

Lebih terperinci

Ringkasan Materi Soal-soal dan Pembahasan MATEMATIKA. SD Kelas 4, 5, 6

Ringkasan Materi Soal-soal dan Pembahasan MATEMATIKA. SD Kelas 4, 5, 6 Ringkasan Materi Soal-soal dan Pembahasan MATEMATIKA SD Kelas 4, 5, 6 1 Matematika A. Operasi Hitung Bilangan... 3 B. Bilangan Ribuan... 5 C. Perkalian dan Pembagian Bilangan... 6 D. Kelipatan dan Faktor

Lebih terperinci

Mengenal Bilangan Bulat

Mengenal Bilangan Bulat Mengenal Bilangan Bulat Kita sudah mempelajari bilangan-bilangan yang dimulai dari nol sampai tak terhingga. Selama ini yang kita pelajari 0 (nol) adalah bilangan terkecil. Tetapi tahukah kamu bahwa ada

Lebih terperinci

Saat menemui penjumlahan langsung pikirkan hasilnya dengan cepat lalu lakukan penjumlahan untuk setiap jawaban yang diperoleh.

Saat menemui penjumlahan langsung pikirkan hasilnya dengan cepat lalu lakukan penjumlahan untuk setiap jawaban yang diperoleh. TRIK PENJUMLAHAN DENGAN BERPIKIR LANGSUNG HASILNYA Penjumlahan merupakan salah satu dari proses berpikir dan menghapal. Keahlian menjumlahkan secara cepat tidak bisa didapat begitu saja melainkan harus

Lebih terperinci

1. Bilangan Bulat Bilangan bulat adalah bilangan bukan pecahan yang terdiri dari bilangan :

1. Bilangan Bulat Bilangan bulat adalah bilangan bukan pecahan yang terdiri dari bilangan : BAB I BILANGAN. Bilangan Bulat Bilangan bulat adalah bilangan bukan pecahan yang terdiri dari bilangan : Bulat positif (,,, 4, 5, ) Nol : 0 Bulat Negatif (,-5,-4,-,-,-) Himpunan Bilangan bulat A = {, -4,

Lebih terperinci

PEMBINAAN TAHAP I CALON SISWA INVITATIONAL WORLD YOUTH MATHEMATICS INTERCITY COMPETITION (IWYMIC) 2010 MODUL BILANGAN

PEMBINAAN TAHAP I CALON SISWA INVITATIONAL WORLD YOUTH MATHEMATICS INTERCITY COMPETITION (IWYMIC) 2010 MODUL BILANGAN PEMBINAAN TAHAP I CALON SISWA INVITATIONAL WORLD YOUTH MATHEMATICS INTERCITY COMPETITION (IWYMIC) 200 MODUL BILANGAN DIREKTORAT JENDERAL MANAJEMEN PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH DIREKTORAT PEMBINAAN SMP

Lebih terperinci

VII. Bilangan Romawi BAB. Peta Konsep. Peta Konsep. Kata Kunci. Tujuan Pembelajaran. - Bilangan asli - Bilangan Romawi

VII. Bilangan Romawi BAB. Peta Konsep. Peta Konsep. Kata Kunci. Tujuan Pembelajaran. - Bilangan asli - Bilangan Romawi BAB VII Bilangan Romawi Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari bab ini, kamu diharapkan mampu: 1. Mengenal lambang bilangan Romawi, 2. Menuliskan bilangan asli ke dalam bilangan Romawi dan sebaliknya.

Lebih terperinci

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2016 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN GURU KELAS SD

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2016 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN GURU KELAS SD SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 06 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN GURU KELAS SD BAB I BILANGAN Dra.Hj.Rosdiah Salam, M.Pd. Dra. Nurfaizah, M.Hum. Drs. Latri S, S.Pd., M.Pd. Prof.Dr.H. Pattabundu, M.Ed. Widya

Lebih terperinci

Dalam kehidupan sehari-hari kita akan selalu bertemu yang namanya bilangan karena bilangan selalu dibutuhkan baik dalam teknologi,

Dalam kehidupan sehari-hari kita akan selalu bertemu yang namanya bilangan karena bilangan selalu dibutuhkan baik dalam teknologi, Sejarah Bilangan Sejak zaman purbakala, tidak dapat dipungkiri lagi bahwa pendidikan matematika sangat diperlukan dan telah menyatu dalam kehidupan manusia dan merupakan kebutuhan dasar dari setiap lapisan

Lebih terperinci

134 Ayo Belajar Matematika Kelas IV

134 Ayo Belajar Matematika Kelas IV Bilangan Bulat 133 134 Ayo Belajar Matematika Kelas IV Bab 5 Bilangan Bulat Mari menggunakan konsep keliling dan luas bangun datar sederhana dalam pemecahan masalah. Bilangan Bulat 135 136 Ayo Belajar

Lebih terperinci

matematika PEMINATAN Kelas X PERSAMAAN DAN PERTIDAKSAMAAN EKSPONEN K13 A. PERSAMAAN EKSPONEN BERBASIS KONSTANTA

matematika PEMINATAN Kelas X PERSAMAAN DAN PERTIDAKSAMAAN EKSPONEN K13 A. PERSAMAAN EKSPONEN BERBASIS KONSTANTA K1 Kelas X matematika PEMINATAN PERSAMAAN DAN PERTIDAKSAMAAN EKSPONEN TUJUAN PEMBELAJARAN Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan memiliki kemampuan berikut. 1. Memahami bentuk-bentuk persamaan

Lebih terperinci

08. Mata Pelajaran Matematika A. Latar Belakang B. Tujuan

08. Mata Pelajaran Matematika A. Latar Belakang B. Tujuan 08. Mata Pelajaran Matematika A. Latar Belakang Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin dan memajukan daya pikir

Lebih terperinci

37. Mata Pelajaran Matematika untuk Sekolah Dasar (SD)/Madrasah Ibtidaiyah (MI)

37. Mata Pelajaran Matematika untuk Sekolah Dasar (SD)/Madrasah Ibtidaiyah (MI) 37. Mata Pelajaran Matematika untuk Sekolah Dasar (SD)/Madrasah Ibtidaiyah (MI) A. Latar Belakang Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peran penting

Lebih terperinci

Geometri di Bidang Euclid

Geometri di Bidang Euclid Modul 1 Geometri di Bidang Euclid Dr. Wono Setya Budhi G PENDAHULUAN eometri merupakan ilmu pengetahuan yang sudah lama, mulai dari ribuan tahun yang lalu. Berpikir secara geometris dari satu bentuk ke

Lebih terperinci

41. Mata Pelajaran Matematika untuk Sekolah Dasar Luar Biasa Tunalaras (SDLB-E)

41. Mata Pelajaran Matematika untuk Sekolah Dasar Luar Biasa Tunalaras (SDLB-E) 41. Mata Pelajaran Matematika untuk Sekolah Dasar Luar Biasa Tunalaras (SDLB-E) A. Latar Belakang Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peran penting

Lebih terperinci

EKSPLORASI BILANGAN. 1.1 BARISAN BILANGAN

EKSPLORASI BILANGAN. 1.1 BARISAN BILANGAN EKSPLORASI BILANGAN. 1.1 BARISAN BILANGAN 1 EKSPLORASI BILANGAN Fokus eksplorasi bilangan ini adalah mencari pola dari masalah yang disajikan. Mencari pola merupakan bagian penting dari pemecahan masalah

Lebih terperinci

Paket 2 BILANGAN BULAT DAN OPERASINYA

Paket 2 BILANGAN BULAT DAN OPERASINYA Pendahuluan Paket 2 BILANGAN BULAT DAN OPERASINYA Pada Paket 2 ini, topik yang dibahas adalah bilangan bulat dan operasinya. Pembahasan meliputi operasi penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat yang

Lebih terperinci

SISTEM BILANGAN BULAT

SISTEM BILANGAN BULAT SISTEM BILANGAN BULAT A. Bilangan bulat Pengertian Bilangan bulat adalah bilangan yang tidak mempunyai pecahan desimal, misalnya 8, 21, 8765, -34, 0. Berlawanan dengan bilangan bulat adalah bilangan riil

Lebih terperinci

MATEMATIKA 1. Pengantar Teori Himpunan

MATEMATIKA 1. Pengantar Teori Himpunan MATEMATIKA 1 Silabus: Logika, Teori Himpunan, Sistem Bilangan, Grup, Aljabar Linier, Matriks, Fungsi, Barisan dan deret, Beberapa Cara pembuktian Pengertian Himpunan Pengantar Teori Himpunan Himpunan adalah

Lebih terperinci

Sifat 1 Untuksebarang bilangan rasional a tak nol dan sebarang bilangan bulat m dan n, berlaku a m. a m = a m + n

Sifat 1 Untuksebarang bilangan rasional a tak nol dan sebarang bilangan bulat m dan n, berlaku a m. a m = a m + n Bilangan Berpangkat Kita ingat kembali bahwa untuk bilangan-bilangan cacah a, m, dan n dengan a 0, berlaku: 1 a m = a a a a (sebanyak m faktor) a m a n = a m + n a 0 = 1, di mana a 0 Notasi-notasi di atas

Lebih terperinci

pengukuran waktu panjang dan berat

pengukuran waktu panjang dan berat bab 2 pengukuran waktu panjang dan berat tema 5 kejadian sehari-hari rajin belajar tujuan pembelajaran pembelajaran ini bertujuan agar kamu mampu: menggunakan alat ukur waktu dengan satuan jam menggunakan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. abstrak suatu objek. melalui konsep, diharapakan akan dapat menyederhanakan

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. abstrak suatu objek. melalui konsep, diharapakan akan dapat menyederhanakan BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 Kajian Teoritis 2.1.1 Hakikat Pemahaman Konsep 2.1.1.1 Pengertian Konsep Konsep merupakan istilah yang digunakan untuk menggambarkan secara abstrak suatu

Lebih terperinci

penjumlahan dan pengurangan bilangan sampai 500

penjumlahan dan pengurangan bilangan sampai 500 bab 1 penjumlahan dan pengurangan bilangan sampai 500 tema 1 diri sendiri liburan ke kota tema 2 keluarga keluargaku tema 3 lingkungan lingkungan sekolah tema 4 kebersihan kesehatan keamanan (k3) kerja

Lebih terperinci

Aep Saepudin Babudin Dedi Mulyadi Adang. Gemar Belajar. Matematika. untuk Siswa SD/MI Kelas V

Aep Saepudin Babudin Dedi Mulyadi Adang. Gemar Belajar. Matematika. untuk Siswa SD/MI Kelas V Aep Saepudin Babudin Dedi Mulyadi Adang Gemar Belajar Matematika untuk Siswa SD/MI Kelas V 5 Hak Cipta pada Departemen Pendidikan Nasional Dilindungi Undang-Undang Gemar Belajar Matematika 5 untuk Siswa

Lebih terperinci

Bab. Bilangan Riil. A. Macam-Macam Bilangan B. Operasi Hitung pada. Bilangan Riil. C. Operasi Hitung pada Bilangan Pecahan D.

Bab. Bilangan Riil. A. Macam-Macam Bilangan B. Operasi Hitung pada. Bilangan Riil. C. Operasi Hitung pada Bilangan Pecahan D. Bab I Sumber: upload.wikimedia.org Bilangan Riil Anda telah mempelajari konsep bilangan bulat di Kelas VII. Pada bab ini akan dibahas konsep bilangan riil yang merupakan pengembangan dari bilangan bulat.

Lebih terperinci

Bab 1. Bilangan Bulat. Standar Kompetensi. 1. Memahami sifat-sifat operasi hitung bilangan dan pengunaannya dalam pemecahan masalah.

Bab 1. Bilangan Bulat. Standar Kompetensi. 1. Memahami sifat-sifat operasi hitung bilangan dan pengunaannya dalam pemecahan masalah. Bab 1 Bilangan Bulat Standar Kompetensi 1. Memahami sifat-sifat operasi hitung bilangan dan pengunaannya dalam pemecahan masalah. Kompetensi Dasar 1.1. Melakukan operasi hitung bilangan pecahan. 1.2. Menggunakan

Lebih terperinci

37. Mata Pelajaran Matematika untuk Sekolah Dasar (SD)/Madrasah Ibtidaiyah (MI)

37. Mata Pelajaran Matematika untuk Sekolah Dasar (SD)/Madrasah Ibtidaiyah (MI) 37. Mata Pelajaran Matematika untuk Sekolah Dasar (SD)/Madrasah Ibtidaiyah (MI) A. Latar Belakang Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peran penting

Lebih terperinci

PENGERTIAN RING. A. Pendahuluan

PENGERTIAN RING. A. Pendahuluan Pertemuan 13 PENGERTIAN RING A. Pendahuluan Target yang diharapkan dalam pertemuan ke 13 ini (pertemuan pertama tentang teori ring) adalah mahasiswa dapat : a. membedakan suatu struktur aljabar merupakan

Lebih terperinci

Paten Pengertian Paten Prosedur Permohonan Dan Pendaftaran Paten

Paten Pengertian Paten Prosedur Permohonan Dan Pendaftaran Paten Paten Pengertian Paten Berdasarkan Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2001 Tentang Paten Paten adalah hak eksklusif yang diberikan oleh Negara kepada Inventor atas hasil Invensinya di bidang teknologi, yang

Lebih terperinci

BAB I BILANGAN BULAT dan BILANGAN PECAHAN

BAB I BILANGAN BULAT dan BILANGAN PECAHAN BAB I BILANGAN BULAT dan BILANGAN PECAHAN A. Bilangan Bulat I. Pengertian Bilangan bulat terdiri atas bilangan bulat positif atau bilangan asli, bilangan nol dan bilangan bulat negatif. Bilangan bulat

Lebih terperinci

BAB 5 Bilangan Berpangkat dan Bentuk Akar

BAB 5 Bilangan Berpangkat dan Bentuk Akar BAB 5 Bilangan Berpangkat dan Bentuk Akar Untuk materi ini mempunyai 3 Kompetensi Dasar yaitu: Kompetensi Dasar : 1. Mengidentifikasi sifat-sifat bilangan berpangkat dan bentuk akar 2. Melakukan operasi

Lebih terperinci

CONTOH SOAL CONTOH SOAL CONTOH SOAL TENTUKAN JUMLAH DERET GEOMETRI TAK HINGGA BERIKUT

CONTOH SOAL CONTOH SOAL CONTOH SOAL TENTUKAN JUMLAH DERET GEOMETRI TAK HINGGA BERIKUT CONTOH SOAL CONTOH SOAL CONTOH SOAL TENTUKAN JUMLAH DERET GEOMETRI TAK HINGGA BERIKUT Contoh Soal 3.17 Tentukan jumlah deret geometri tak hingga berikut. 2 2 2 + + +... 3 9 Jawab: 1 Berdasarkan deret

Lebih terperinci

Operasi Hitung Bilangan 1

Operasi Hitung Bilangan 1 Operasi Hitung Bilangan 1 2 Ayo Belajar Matematika Kelas IV Bab 1 Operasi Hitung Bilangan Mari memahami dan menggunakan sifat-sifat operasi hitung bilangan dalam pemecahan masalah. Operasi Hitung Bilangan

Lebih terperinci

1. Membilang banyaknya benda dari 1 sampai dengan 10

1. Membilang banyaknya benda dari 1 sampai dengan 10 1. Membilang banyaknya benda dari 1 sampai dengan 10 Membilang banyaknya benda dari 1 sampai dengan 10 Mari berhitung 1 sampai 10. Perhatikan jari tangan di bawah ini! 1 2 3 4 5 satu dua tiga empat lima

Lebih terperinci

a 2 e. 7 p 7 q 7 r 7 3. a. 8p 3 c. (2 14 m 3 n 2 ) e. a 10 b c a. Uji Kompetensi a. a c. x 3. a. 29 c. 2

a 2 e. 7 p 7 q 7 r 7 3. a. 8p 3 c. (2 14 m 3 n 2 ) e. a 10 b c a. Uji Kompetensi a. a c. x 3. a. 29 c. 2 Kunci Jawaban Uji Kompetensi 1.1 1. a. {, 1,0,1,,3,4} BAB I Bilangan Riil Uji Kompetensi 1. 1. a. asosiatif b. memiliki elemen penting 3. 10 Uji Kompetensi 1.3 1. a. 1 4 e. 1 35 15 c. 1 8 1 1 c. 1 4 5.

Lebih terperinci

BAB 1. PENDAHULUAN KALKULUS

BAB 1. PENDAHULUAN KALKULUS BAB. PENDAHULUAN KALKULUS (Himpunan,selang, pertaksamaan, dan nilai mutlak) Pembicaraan kalkulus didasarkan pada sistem bilangan nyata. Sebagaimana kita ketahui sistem bilangan nyata dapat diklasifikasikan

Lebih terperinci

Silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

Silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Ponco Sujatmiko MODEL Silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) MATEMATIKA KREATIF Konsep dan Terapannya untuk Kelas VII SMP dan MTs Semester 1 1A Berdasarkan Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006

Lebih terperinci

Matriks. Pada Kelas X, Anda telah mempelajari cara menyelesaikan sistem

Matriks. Pada Kelas X, Anda telah mempelajari cara menyelesaikan sistem Bab Sumber: www.badminton.com Matriks Pada Kelas X, Anda telah mempelajari cara menyelesaikan sistem persamaan linear dengan menggunakan metode grafik, substitusi, eliminasi, dan gabungan substitusi-eliminasi.

Lebih terperinci

Solusi Pengayaan Matematika Edisi 14 April Pekan Ke-2, 2006 Nomor Soal:

Solusi Pengayaan Matematika Edisi 14 April Pekan Ke-2, 2006 Nomor Soal: Solusi Pengayaan Matematika Edisi 4 April Pekan Ke-, 006 Nomor Soal: 3-40 3. Manakah yang paling besar di antara bilangan-bilangan 0 9 b, 5 c, 0 d 5, dan 0 e 4 3? A. e B. d C. c D. b E. a Solusi: [E] 5

Lebih terperinci

Melakukan Operasi Hitung Bilangan Bulat dalam Pemecahan Masalah

Melakukan Operasi Hitung Bilangan Bulat dalam Pemecahan Masalah Bab 1 Melakukan Operasi Hitung Bilangan Bulat dalam Pemecahan Masalah Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari bab ini, diharapkan siswa dapat: 1. menguasai sifat-sifat operasi hitung bilangan bulat,. menjumlahkan

Lebih terperinci

KALKULUS 1 UNTUK MAHASISWA CALON GURU MATEMATIKA OLEH: DADANG JUANDI, DKK PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA FPMIPA UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

KALKULUS 1 UNTUK MAHASISWA CALON GURU MATEMATIKA OLEH: DADANG JUANDI, DKK PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA FPMIPA UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA KALKULUS UNTUK MAHASISWA 9 CALON GURU MATEMATIKA OLEH: DADANG JUANDI, DKK PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA FPMIPA UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA BAB I PENDAHULUAN. Sistem Bilangan Real Dalam Uraian

Lebih terperinci

BAB 2. HIMPUNAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JEMBER ILHAM SAIFUDIN PROGRAM STUDI MANAJEMEN INFORMATIKA FAKULTAS TEKNIK. Senin, 17 Oktober 2016

BAB 2. HIMPUNAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JEMBER ILHAM SAIFUDIN PROGRAM STUDI MANAJEMEN INFORMATIKA FAKULTAS TEKNIK. Senin, 17 Oktober 2016 PROGRAM STUDI MANAJEMEN INFORMATIKA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JEMBER BAB 2. HIMPUNAN ILHAM SAIFUDIN Senin, 17 Oktober 2016 Universitas Muhammadiyah Jember ILHAM SAIFUDIN MI HIMPUNAN 1 DASAR-DASAR

Lebih terperinci

2 PECAHAN. Kata-Kata Kunci: jenis pecahan pengurangan pecahan bentuk pecahan perkalian pecahan penjumlahan pecahan pembagian pecahan

2 PECAHAN. Kata-Kata Kunci: jenis pecahan pengurangan pecahan bentuk pecahan perkalian pecahan penjumlahan pecahan pembagian pecahan PECAHAN Sebuah gelas jika terkena getaran dapat pecah berkeping-keping. Bagian pecahannya lebih kecil daripada ketika gelas masih utuh. Menurut kalian, samakah jumlah seluruh pecahan gelas dengan satu

Lebih terperinci

BAB 2 PERSAMAAN DAN PERTIDAKSAMAAN LINEAR

BAB 2 PERSAMAAN DAN PERTIDAKSAMAAN LINEAR BAB 2 PERSAMAAN DAN PERTIDAKSAMAAN LINEAR MATERI A. Persamaan dan Pertidaksamaan Nilai Mutlak A. PERSAMAAN DAN PERTIDAKSAMAAN YANG MEMUAT NILAI MUTLAK Dalam matematika, sesuatu yang nilainya selalu positif

Lebih terperinci

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Sekolah : SD Mata Pelajaran : Matematika Kelas/Semester : I/1 Tema : Diri Sendiri, Keluarga Standar Kompetensi : 1. Melakukan penjumlahan dan pengurangan bilangan

Lebih terperinci

matematika DISTRIBUSI VARIABEL ACAK DAN DISTRIBUSI BINOMIAL K e l a s A. Penarikan Sampel dari Suatu Populasi Kurikulum 2013 Tujuan Pembelajaran

matematika DISTRIBUSI VARIABEL ACAK DAN DISTRIBUSI BINOMIAL K e l a s A. Penarikan Sampel dari Suatu Populasi Kurikulum 2013 Tujuan Pembelajaran Kurikulum 20 matematika K e l a s XI DISTRIBUSI VARIABEL ACAK DAN DISTRIBUSI BINOMIAL Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan memiliki kemampuan berikut.. Memahami perbedaan

Lebih terperinci

GLOSSARIUM. A Akar kuadrat

GLOSSARIUM. A Akar kuadrat A Akar kuadrat GLOSSARIUM Akar kuadrat adalah salah satu dari dua faktor yang sama dari suatu bilangan. Contoh: 9 = 3 karena 3 2 = 9 Anggota Himpunan Suatu objek dalam suatu himpunan B Belahketupat Bentuk

Lebih terperinci

CONTOH SILABUS BERDIVERSIFIKASI DAN PENILAIAN BERBASIS KELAS

CONTOH SILABUS BERDIVERSIFIKASI DAN PENILAIAN BERBASIS KELAS CONTOH SILABUS BERDIVERSIFIKASI DAN BERBASIS KELAS Mata Pelajaran MATEMATIKA LAYANAN KHUSUS SEKOLAH dan MADRASAH IBTIDAIYAH DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL Jakarta, 2003 Katalog dalam Terbitan Indonesia.

Lebih terperinci

Modul ini adalah modul ke-1 dalam mata kuliah Matematika. Isi modul ini

Modul ini adalah modul ke-1 dalam mata kuliah Matematika. Isi modul ini PENDAHULUAN Konsep Pra - Bilangan dan Bilangan Cacah KONSEP PRA-BILANGAN DAN BILANGAN CACAH Modul ini adalah modul ke-1 dalam mata kuliah. Isi modul ini membahas tentang konsep pra-bilangan dan bilangan

Lebih terperinci

INFORMASI PENTING. No 1 Bilangan Bulat. 2 Pecahan Bentuk pecahan campuran p dapat diubah menjadi pecahan biasa Invers perkalian pecahan adalah

INFORMASI PENTING. No 1 Bilangan Bulat. 2 Pecahan Bentuk pecahan campuran p dapat diubah menjadi pecahan biasa Invers perkalian pecahan adalah No RUMUS 1 Bilangan Bulat Sifat penjumlahan bilangan bulat a. Sifat tertutup a + b = c; c juga bilangan bulat b. Sifat komutatif a + b = b + a c. Sifat asosiatif (a + b) + c = a + (b + c) d. Mempunyai

Lebih terperinci

SISTEM BILANGAN REAL

SISTEM BILANGAN REAL SISTEM BILANGAN REAL Materi : 1.1 Pendahuluan Sistem Bilangan Real adalah himpunan bilangan real yang disertai dengan operasi penjumlahan dan perkalian sehingga memenuhi aksioma tertentu, ini merupakan

Lebih terperinci

Teknik Menguadratkan Suatu Bilangan dengan Mudah Oleh: Pujiati

Teknik Menguadratkan Suatu Bilangan dengan Mudah Oleh: Pujiati Teknik Menguadratkan Suatu Bilangan dengan Mudah Oleh: Pujiati Operasi hitung perkalian sudah diajarkan sejak di sekolah dasar (SD) kelas II semester 2, namun kadang siswa masih mengalami kesulitan apabila

Lebih terperinci

NOTASI ILMIAH DAN ANGKA PENTING

NOTASI ILMIAH DAN ANGKA PENTING NOTASI ILMIAH DAN ANGKA PENTING Apa itu notasi ilmiah? Apa itu angka penting? Dalam fisika, sering dijumapi bilangan yang sangat kecil atau sangat besar. Misalnya jari-jari atom hidrogen 0,000000000053

Lebih terperinci

LOGIKA MATEMATIKA PENGERTIAN HIMPUNAN DAN OPERASI OPERASI DALAM HIMPUNAN. TITI RATNASARI, SSi., MSi. Modul ke: Fakultas ILKOM

LOGIKA MATEMATIKA PENGERTIAN HIMPUNAN DAN OPERASI OPERASI DALAM HIMPUNAN. TITI RATNASARI, SSi., MSi. Modul ke: Fakultas ILKOM LOGIKA MATEMATIKA Modul ke: PENGERTIAN HIMPUNAN DAN OPERASI OPERASI DALAM HIMPUNAN Fakultas ILKOM TITI RATNASARI, SSi., MSi Program Studi SISTEM INFORMASI www.mercubuana.ac.id Pengertian Himpunan Definisi

Lebih terperinci

MATEMATIKA BISNIS. Himpunan. Muhammad Kahfi, MSM. Modul ke: Fakultas Ekonomi Bisnis. Program Studi Manajemen.

MATEMATIKA BISNIS. Himpunan. Muhammad Kahfi, MSM. Modul ke: Fakultas Ekonomi Bisnis. Program Studi Manajemen. MATEMATIKA BISNIS Modul ke: Himpunan Fakultas Ekonomi Bisnis Muhammad Kahfi, MSM Program Studi Manajemen http://www.mercubuana.ac.id Konsep Konsep Himpunan merupakan suatu konsep yang paling mendasar bagi

Lebih terperinci

Diktat Kuliah. Oleh:

Diktat Kuliah. Oleh: Diktat Kuliah TEORI GRUP Oleh: Dr. Adi Setiawan UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA 2015 Kata Pengantar Aljabar abstrak atau struktur aljabar merupakan suatu mata kuliah yang menjadi kurikulum nasional

Lebih terperinci

LEMBAR AKTIVITAS SISWA MATRIKS

LEMBAR AKTIVITAS SISWA MATRIKS Nama Siswa Kelas : : LEMBAR AKTIVITAS SISWA MATRIKS Notasi dan Ordo Matriks Lengkapilah isian berikut! Suatu matriks biasanya dinotasikan dengan huruf kapital, misalnya: A. PENGERTIAN MATRIKS 1) Tabel

Lebih terperinci

BAB 1 OPERASI PADA HIMPUNAN BAHAN AJAR STRUKTUR ALJABAR, BY FADLI

BAB 1 OPERASI PADA HIMPUNAN BAHAN AJAR STRUKTUR ALJABAR, BY FADLI BAB 1 OPERASI PADA HIMPUNAN Tujuan Instruksional Umum : Setelah mengikuti pokok bahasan ini mahasiswa dapat menggunakan operasi pada himpunan untuk memecahkan masalah dan mengidentifikasi suatu himpunan

Lebih terperinci

Soal-soal dan Pembahasan UAS Matematika SD/MI Tahun Pelajaran 2006/2007

Soal-soal dan Pembahasan UAS Matematika SD/MI Tahun Pelajaran 2006/2007 Soal-soal dan Pembahasan UAS Matematika SD/MI Tahun Pelajaran 2006/2007 1. Nilai tempat angka 7 pada bilangan 4.573.063 adalah... A. ribuan B. puluh ribuan C. ratusan ribu D. jutaan BAB I Bilangan Nilai

Lebih terperinci

LAMPIRAN Lampiran 1 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN Mata Pelajaran Kelas/Semester Alokasi Waktu Siklus ke : Matematika : IV (empat)/ 1 (Satu) : 4 x 35 menit ( 2 x pertemuan) : 1 (satu) Standar

Lebih terperinci

PENGUKURAN BESARAN. x = ½ skala terkecil. Jadi ketelitian atau ketidakpastian pada mistar adalah: x = ½ x 1 mm = 0,5 mm =0,05 cm

PENGUKURAN BESARAN. x = ½ skala terkecil. Jadi ketelitian atau ketidakpastian pada mistar adalah: x = ½ x 1 mm = 0,5 mm =0,05 cm PENGUKURAN BESARAN A. Pengertian Mengukur Mengukur adalahmembandingkan suatu besaran dengan besaran lain yang dijadikan standar satuan. Misalnya kita mengukur panjang benda, dan ternyata panjang benda

Lebih terperinci

DEKAK-DEKAK. Fungsi alat peraga : - Menjelaskan nilai tempat - Memperagakan operasi penjumlahan dan pengurangan pada bilangan asli

DEKAK-DEKAK. Fungsi alat peraga : - Menjelaskan nilai tempat - Memperagakan operasi penjumlahan dan pengurangan pada bilangan asli DEKAK-DEKAK Menurut Standar Isi dalam pembelajaran matematika SD, dalam setiap kesempatan, pembelajaran matematika hendaknya dimulai dengan pengenalan masalah yang sesuai dengan situasi (contextual problem).

Lebih terperinci

Homepage : ekopujiyanto.wordpress.com HP :

Homepage : ekopujiyanto.wordpress.com    HP : Kuliah ke-2: Sistem Bilangan Real Homepage : ekopujiyanto.wordpress.com E-mail : ekop2003@yahoo.com eko@uns.ac.id HP : 081 2278 3991 Materi Kuliah ke-2 Sistem Bilangan Real Sifat-sifat Relasi Urutan Garis

Lebih terperinci

Piramida Besar Khufu

Piramida Besar Khufu Sumber: Mesir Kuno Piramida Besar Khufu Peradaban bangsa Mesir telah menghasilkan satu peninggalan bersejarah yang diakui dunia sebagai salah satu dari tujuh keajaiban dunia, yaitu piramida. Konstruksi

Lebih terperinci

BAB V BARISAN DAN DERET BILANGAN

BAB V BARISAN DAN DERET BILANGAN BAB V BARISAN DAN DERET BILANGAN Peta Konsep Barisan dan Deret Bilangan mempelajari Pola bilangan Barisan bilangan Deret bilangan jenis jenis Aritmatika Geometri Aritmatika Geometri mempelajari Sifat Rumus

Lebih terperinci

Sumber: Kamus Visual, 2004

Sumber: Kamus Visual, 2004 1 BILANGAN BULAT Pernahkah kalian memerhatikan termometer? Termometer adalah alat yang digunakan untuk mengukur suhu suatu zat. Pada pengukuran menggunakan termometer, untuk menyatakan suhu di bawah 0

Lebih terperinci

BILANGAN BULAT. Operasi perkalian juga bersifat tertutup pada bilangan Asli dan bilangan Cacah.

BILANGAN BULAT. Operasi perkalian juga bersifat tertutup pada bilangan Asli dan bilangan Cacah. BILANGAN BULAT 1. Bilangan Asli (Natural Number) Bilangan Asli berkaitan dengan hasil membilang, urutan, ranking. Bilangan Cacah berkaitan dengan banyaknya anggota suatu himpunan. Definisi penjumlahan:

Lebih terperinci

BAB ANGAN. Tujuan Pembelajaran. Pernahkan kamu bermain ular tangga? Ada angka 1, 2, 3 dan seterusnya. Termasuk bilangan apa angka di ular tangga?

BAB ANGAN. Tujuan Pembelajaran. Pernahkan kamu bermain ular tangga? Ada angka 1, 2, 3 dan seterusnya. Termasuk bilangan apa angka di ular tangga? BILANG ANGAN AN BUL ULAT BAB 1 Tujuan Pembelajaran Setelah belajar bab ini, kamu dapat: 1. Menggunakan sifat komutatif, asosiatif, dan distributif untuk melaksanakan operasi hitung bilangan bulat. 2. Membulatkan

Lebih terperinci

MODUL MATA PELAJARAN MATEMATIKA

MODUL MATA PELAJARAN MATEMATIKA KERJASAMA DINAS PENDIDIKAN KOTA SURABAYA DENGAN FAKULTAS MIPA UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA MODUL MATA PELAJARAN MATEMATIKA Bilangan dan Aljabar untuk kegiatan PELATIHAN PENINGKATAN MUTU GURU DINAS PENDIDIKAN

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. bilangan riil. Bilangan riil biasanya dilambangkan dengan huruf R (Negoro dan

II. TINJAUAN PUSTAKA. bilangan riil. Bilangan riil biasanya dilambangkan dengan huruf R (Negoro dan II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistem Bilangan Riil Definisi Bilangan Riil Gabungan himpunan bilangan rasional dan himpunan bilangan irrasional disebut bilangan riil. Bilangan riil biasanya dilambangkan dengan

Lebih terperinci

PEMETAAN SK - KD. Operasi Hitung Bilangan. Menentukan perkalian dengan bilangan 0 dan 1. Menentukan hasil pembagian dengan bilangan 0 dan 1

PEMETAAN SK - KD. Operasi Hitung Bilangan. Menentukan perkalian dengan bilangan 0 dan 1. Menentukan hasil pembagian dengan bilangan 0 dan 1 Lampiran: 1 Pemetaan SK KD PEMETAAN SK - KD MATA PELAJARAN KELAS/SEMESTER No Standar Kompetensi 1.Memahami dan mengunakan sifat-sifat operasi hitungan bilangan dalam pemecahan masalah : MATEMATIKA : IV/I

Lebih terperinci

EKSPLORASI BILANGAN. 1.1 Barisan Bilangan

EKSPLORASI BILANGAN. 1.1 Barisan Bilangan EKSPLORASI BILANGAN Fokus eksplorasi bilangan ini adalah mencari pola dari masalah yang disajikan. Mencari pola merupakan bagian penting dari pemecahan masalah matematika. Eksplorasi pola-pola bilangan

Lebih terperinci

A. Pengertian dan Notasi Himpunan 1. Pengertian Himpunan Istilah kelompok, kumpulan, kelas, maupun gugus dalam matematika dikenal sebagai istilah

A. Pengertian dan Notasi Himpunan 1. Pengertian Himpunan Istilah kelompok, kumpulan, kelas, maupun gugus dalam matematika dikenal sebagai istilah A. Pengertian dan Notasi Himpunan 1. Pengertian Himpunan Istilah kelompok, kumpulan, kelas, maupun gugus dalam matematika dikenal sebagai istilah himpunan. Konsep tentang himpunan pertama kali dikemukakan

Lebih terperinci

PERTEMUAN 5. Teori Himpunan

PERTEMUAN 5. Teori Himpunan PERTEMUAN 5 Teori Himpunan Teori Himpunan Definisi 7: Himpunan (set) adalah kumpulan objek-objek yang terdfinisi dengan jelas Penyajian Himpunan 1. Enumerasi Enumerasi artinya menuliskan semua elemen (anggota)

Lebih terperinci

MATEMATIKA EKONOMI DAN BISNIS. Nuryanto.ST.,MT

MATEMATIKA EKONOMI DAN BISNIS. Nuryanto.ST.,MT MATEMATIKA EKONOMI DAN BISNIS Pengertian HIMPUNAN Himpunan adalah suatu kumpulan dari sejumlah obyek. Sedangkan obyek yang ada didalamnya disebut anggota/elemen/unsur. Benda-benda yang berada di sekitar

Lebih terperinci

BILANGAN. Kita bisa menggunakan garis bilangan di bawah ini untuk memaknai penjumlahan 3 ditambah 4.

BILANGAN. Kita bisa menggunakan garis bilangan di bawah ini untuk memaknai penjumlahan 3 ditambah 4. BILANGAN A. BILANGAN BULAT Himpunan bilangan bulat adalah himpunan bilangan yang terdiri dari himpunan bilangan positif (bilangan asli), bilangan nol, dan bilangan bulat negatif. Himpunan bilangan bulat

Lebih terperinci

MATEMATIKA KONSEP DAN APLIKASINYA Untuk SMP/MTs Kelas VII

MATEMATIKA KONSEP DAN APLIKASINYA Untuk SMP/MTs Kelas VII MATEMATIKA KONSEP DAN APLIKASINYA Untuk SMP/MTs Kelas VII Pengetik : Siti Nuraeni (110070009) Dewi Komalasari (110070279) Nurhasanah (110070074) Editor : Dewi Komalasari Abdul Rochmat (110070117) Tim Kreatif

Lebih terperinci

Keliling dan Luas. Keliling dan luas. Luas bangun datar. Mengenal kembali bangun persegi Menghitung luas persegi dan persegi panjang

Keliling dan Luas. Keliling dan luas. Luas bangun datar. Mengenal kembali bangun persegi Menghitung luas persegi dan persegi panjang Pelajaran 5 Keliling dan Luas Peta Konsep Keliling dan luas Keliling bangun datar dan persegi panjang Luas bangun datar Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan keliling, luas persegi dan persegi panjang

Lebih terperinci

Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional

Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional Hak Cipta pada Departemen Pendidikan Nasional Dilindungi Undang-undang Hak Cipta Buku ini dibeli oleh Departemen Pendidikan Nasional dari Penerbit CV. Usaha

Lebih terperinci

KALKULUS 1 HADI SUTRISNO. Pendidikan Matematika STKIP PGRI Bangkalan. Hadi Sutrisno/P.Matematika/STKIP PGRI Bangkalan

KALKULUS 1 HADI SUTRISNO. Pendidikan Matematika STKIP PGRI Bangkalan. Hadi Sutrisno/P.Matematika/STKIP PGRI Bangkalan KALKULUS 1 HADI SUTRISNO 1 Pendidikan Matematika STKIP PGRI Bangkalan BAB I PENDAHULUAN A. Sistem Bilangan Real Untuk mempelajari kalkulus kita terlebih dahulu perlu memahami bahasan tentang sistem bilangan

Lebih terperinci

BAB V HIMPUNAN. Himpunan adalah kumpulan benda-benda atau obyek yang mempunyai definisi yang jelas.

BAB V HIMPUNAN. Himpunan adalah kumpulan benda-benda atau obyek yang mempunyai definisi yang jelas. BAB V HIMPUNAN A. Pengertian Himpunan Himpunan adalah kumpulan benda-benda atau obyek yang mempunyai definisi yang jelas. Contoh: 1. A adalah himpunan bilangan genap antara 1 sampai dengan 11. Anggota

Lebih terperinci

Bab. Bilangan Bulat. SUmber buku: bse.kemdikbud.go.id

Bab. Bilangan Bulat. SUmber buku: bse.kemdikbud.go.id Bab 1 Bilangan Bulat Kamu telah mengetahui, bahwa operasi hitung itu terdiri atas penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian. Ketika kamu menghadapi pemecahan masalah dalam bentuk soal cerita terkadang

Lebih terperinci

Struktur Aljabar I. Pada bab ini disajikan tentang pengertian. grup, sifat-sifat dasar grup, ordo grup dan elemennya, dan konsep

Struktur Aljabar I. Pada bab ini disajikan tentang pengertian. grup, sifat-sifat dasar grup, ordo grup dan elemennya, dan konsep GRUP Bab ini merupakan awal dari bagian pertama materi utama perkuliahan Struktur Aljabar I. Pada bab ini disajikan tentang pengertian grup, sifat-sifat dasar grup, ordo grup dan elemennya, dan konsep

Lebih terperinci

SISTEM BILANGAN REPRESENTASI DATA

SISTEM BILANGAN REPRESENTASI DATA SISTEM BILANGAN REPRESENTASI DATA Data : bilangan biner atau informasi berkode biner lain yang dioperasikan untuk mencapai beberapa hasil penghitungan penghitungan aritmatik, pemrosesan data dan operasi

Lebih terperinci

Bahan kuliah Matematika Diskrit. Himpunan. Oleh: Didin Astriani P, M.Stat. Fakultas Ilkmu Komputer Universitas Indo Global Mandiri

Bahan kuliah Matematika Diskrit. Himpunan. Oleh: Didin Astriani P, M.Stat. Fakultas Ilkmu Komputer Universitas Indo Global Mandiri Bahan kuliah Matematika Diskrit Himpunan Oleh: Didin Astriani P, M.Stat Fakultas Ilkmu Komputer Universitas Indo Global Mandiri 1 Definisi Himpunan (set) adalah kumpulan objek-objek yang berbeda. Objek

Lebih terperinci

BARISAN DAN DERET TAK BERHINGGA

BARISAN DAN DERET TAK BERHINGGA BARISAN DAN DERET TAK BERHINGGA MATERI KULIAH 1 Kalkulus Lanjut BARISAN DAN DERET TAK BERHINGGA Sahid, MSc. FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2010 BARISAN DAN

Lebih terperinci

Bilangan Biner. Bentuk umum dari bilangan biner dan bilangan desimal adalah : Biner Desimal

Bilangan Biner. Bentuk umum dari bilangan biner dan bilangan desimal adalah : Biner Desimal Bilangan Biner Sebagai contoh dari bilangan desimal, untuk angka 157: 157 (10) = (1 x 100) + (5 x 10) + (7 x 1) Perhatikan! bilangan desimal ini sering juga disebut basis 10. Hal ini dikarenakan perpangkatan

Lebih terperinci

KONSTRUKSI SISTEM BILANGAN

KONSTRUKSI SISTEM BILANGAN KONSTRUKSI SISTEM BILANGAN KEVIN MANDIRA LIMANTA 1. Konstruksi Aljabar 1.1. Bilangan Natural. Himpunan bilangan paling primitif adalah bilangan natural N, yang dicacah dengan aturan sebagai berikut: (1)

Lebih terperinci

Induksi Matematika. Metode pembuktian untuk pernyataan perihal bilangan bulat adalah induksi matematik.

Induksi Matematika. Metode pembuktian untuk pernyataan perihal bilangan bulat adalah induksi matematik. Induksi Matematika Metode pembuktian untuk pernyataan perihal bilangan bulat adalah induksi matematik. Misalkan p(n) adalah pernyataan yang menyatakan: Jumlah bilangan bulat positif dari 1 sampai n adalah

Lebih terperinci

Himpunan Matematika Diskret (TKE132107) Program Studi Teknik Elektro, Unsoed

Himpunan Matematika Diskret (TKE132107) Program Studi Teknik Elektro, Unsoed Himpunan Matematika Diskret (TKE132107) Program Studi Teknik Elektro, Unsoed Iwan Setiawan Tahun Ajaran 2013/2014 Obyek-obyek diskret ada di sekitar kita. Matematika Diskret (TKE132107)

Lebih terperinci