HASIL DAN PEMBAHASAN. Pengujian kestasioneran data diperlukan pada tahap awal data time series

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "HASIL DAN PEMBAHASAN. Pengujian kestasioneran data diperlukan pada tahap awal data time series"

Transkripsi

1 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pengujian Pra Estimasi Kestasioneran Data Pengujian kestasioneran data diperlukan pada tahap awal data time series untuk melihat ada tidaknya unit root yang terkandung di antara variabel sehingga hubungan antar variabel dalam persamaan menjadi valid, dan tidak menghasilkan spurious regression atau regresi palsu. Spurious regression adalah regresi yang menggambarkan hubungan dua variabel atau lebih yang nampak signifikan secara statistik, namun pada kenyataannya tidak signifikan. Regresi yang bersifat spurious biasanya memiliki R-squared yang tinggi dan t-statistik yang terlihat signifikan, akan tetapi hasilnya tidak dapat diinterpretasikan secara ekonomi. Pengujian kestasioneran data dilakukan melalui uji Augmented Dickey Fuller (ADF). Kriteria uji dalam ADF membandingkan antara nilai statistik dengan nilai kritikal dalam tabel Dickey Fuller. Apabila nilai ADF statistik lebih kecil dari nilai Mc Kinnon Critical, maka data bersifat stasioner. Sedangkan apabila nilai ADF statistik lebih besar dari nilai Mc Kinnon Critical, maka data bersifat tidak stasioner. Hipotesis yang diuji adalah: H 0 : δ = 0 (data tidak stasioner atau mengandung unit root) H 1 : δ < 0 (data stasioner atau tidak mengandung unit root) Keputusan dalam uji ADF adalah tolak H 0 yang berarti data stasioner atau tidak mengandung unit root dan terima H 0 yang berarti data tidak stasioner atau mengandung unit root. Uji ADF dilakukan pada setiap variabel dalam tingkat

2 47 level dan first difference. Hasil uji ADF pada setiap variabel pada tingkat level dapat dilihat pada Tabel 4.1. Tabel 4.1. Uji Unit Root pada Tingkat Level Variabel Nilai ADF Nilai Mc Kinnon Critical 1% 5% 10% Keterangan Ln_FD -1, , , , Tidak Stasioner Ln_G -0, , , , Tidak Stasioner Ln_T -0, , , , Tidak Stasioner Ln_GDP -0, , , , Tidak Stasioner LIBOR -1, , , , Tidak Stasioner Sumber: Lampiran 1, data diolah Berdasarkan hasil uji stasioneritas data pada Tabel 4.1 dapat dilihat bahwa data pinjaman luar negeri (FD), pengeluaran pemerintah (G), penerimaan pajak (T), Produk Domestik Bruto (GDP), dan suku bunga internasional (LIBOR) tidak stasioner atau mengandung unit root pada tingkat level karena nilai ADF kelima variabel tersebut lebih besar dari nilai Mc Kinnon Critical baik untuk tingkat kritis 1 persen, 5 persen dan 10 persen. Kelima variabel yang tidak stasioner perlu dilanjutkan pada uji unit root pada tingkat first difference. Hasil uji ADF setiap variabel pada tingkat first diffenrence dapat dilihat pada Tabel 4.2. Tabel 4.2. Uji Unit Root pada Tingkat First Diffenrence Variabel Nilai ADF Nilai Mc Kinnon Critical 1% 5% 10% Keterangan Ln_FD -2, , , , Stasioner Ln_G -4, , , , Stasioner Ln_T -3, , , , Stasioner Ln_GDP -3, , , , Stasioner LIBOR -3, , , , Stasioner Sumber: Lampiran 1, data diolah

3 48 Berdasarkan hasil uji stasioneritas data pada Tabel 4.2 dapat dilihat bahwa kelima variabel stasioner atau tidak mengandung unit root pada tingkat first difference, karena nilai ADF kelima varibel tersebut lebih kecil dibanding nilai Mc Kinnon Critical untuk tingkat kritis 5 persen dan 10 persen. Dari hasil pengujian kestasioneran data, semua data bersifat stasioner pada tingkat first difference Pengujian Lag Optimal Pengujian panjang lag optimal merupakan tahap penting karena berkaitan dengan keakuratan informasi yang akan dihasilkan oleh estimasi model VAR dan untuk menghilangkan masalah autokorelasi dalam sistem VAR. Jumlah lag yang optimal didasarkan oleh tiga kriteria, yaitu nilai Akaike Information Criteria (AIC), Schwarz Information Criterion (SIC), dan Hannan-Quin criterion (HQ) yang terkecil atau minimum. Dari ketiga kriteria nilai tersebut, didapatkan hasil lag optimal untuk variabel-variabel yang ingin diestimasi adalah pada lag satu, yang dapat dilihat pada Tabel 4.3. Tabel 4.3. Uji Lag Optimal Lag AIC SC HQ 0 2, , , ,054796* -4,563576* -5,802422* Sumber: Lampiran 2, data diolah

4 Uji Stabilitas Vector Auto Regression (VAR) Pengujian stabilitas VAR dilakukan pada hasil estimasi sistem persamaan VAR yang telah terbentuk. Untuk menguji stabil atau tidaknya estimasi VAR dilakukan melalui pengecekan kondisi VAR stability berupa roots of characteristic polynomial. Persamaan VAR dapat dikatakan stabil jika modulus dari seluruh roots of characteristic polynomial lebih kecil dari 1. Pada Tabel 4.4 dapat dilihat hasil dari pengujian stabilitas VAR. Tabel 4.4. Uji Stabilitas VAR Root Modulus 0, , , ,285984i 0, , ,285984i 0, , ,246923i 0, , ,246923i 0, Sumber: Lampiran 3, data diolah Berdasarkan Tabel 4.3 dapat disimpulkan bahwa sistem VAR yang digunakan bersifat stabil. Hal ini dapat dilihat dari 5 root yang diuji memiliki modulus lebih kecil dari 1, yaitu pada kisaran 0, , Uji Kointegrasi Adanya variabel yang tidak stasioner meningkatkan potensi adanya hubungan kointegrasi antara variabel. Uji kointegrasi dilakukan untuk mengetahui apakah variabel yang tidak stasioner terkointegrasi atau tidak. Pengujian kointegrasi dilakukan untuk memperoleh hubungan jangka panjang yang stabil antar variabel yang telah memenuhi persyaratan untuk proses integrasi. Persyaratan untuk proses integrasi adalah semua variabel telah stationer pada

5 50 derajat yang sama yaitu derajat satu I(1). Salah satu cara untuk menguji kointegrasi yaitu dengan menggunakan tes kointegrasi Johansen. Uji kointegrasi dalam penelitian ini menggunakan pendekatan Johansen dengan membandingkan antara trace statistic dengan critical value yang digunakan, yaitu 5 persen. Jika trace statistic lebih besar dari critical value 5 persen, maka terdapat kointegrasi dalam sistem persamaan tersebut. Hasil uji kointegrasi berdasarkan uji kointegrasi Johansen dapat dilihat pada Tabel 4.5. Tabel 4.5 Hasil Uji Kointegrasi Hypothesized No. Of CE(s) Eigenvalue Trace Statistic Critical Value 5% None * 0, , ,06141 At most 1 * 0, , ,17493 At most 2* 0, , ,27596 At most 3 * 0, , ,32090 At most 4 0, , , Sumber: Lampiran 4, data diolah Hasil tes kointegrasi Johansen dengan menggunakan taraf nyata sebesar 5 persen, menunjukkan terdapat empat persamaan yang terkointegrasi. Hal itu dapat diketahui karena nilai trace statistic lebih besar dari pada nilai kritis 5 persen. Model yang akan digunakan adalah Vector Error Correction Model (VECM), karena terdapat persamaan yang terkointegrasi Hasil Uji Kausalitas Granger Uji kausalitas Granger dilakukan untuk melihat hubungan sebab akibat di antara variabel-variabel yang ada dalam model (Firdaus, 2011). Hipotesis awal atau H 0 yang diuji adalah tidak adanya hubungan kausalitas, sedangkan hipotesis

6 51 alternatifnya atau H 1 adalah adanya hubungan kausalitas. Untuk menolak atau tidak menolak hipotesis awal atau H 0 digunakan nilai probabilitas. Uji kausalitas pada penelitian ini menggunakan VAR Pairwise Granger Causality Test dengan taraf nyata 10 persen. Jika nilai probabilitas lebih kecil daripada nilai taraf nyata 10 persen, maka kita mempunyai cukup bukti untuk menolak H o dan menyimpulkan bahwa variabel tersebut mempunyai pengaruh signifikan terhadap variabel lain tertentu. Hasil dari pengujian kausalitas di dalam model dapat dilihat pada tabel 4.6. Tabel 4.6 Uji Kausalitas Granger Probabilitas does not Granger Cause Variabel FD G T GDP LIBOR FD 0,9474 0,8210 0,6772 0,2703 G 0,0991 0,7390 0,1351 0,0007 T 0,4975 0,1477 0,1717 0,0222 GDP 0,1024 0,1343 0,0843 0,0015 LIBOR 0,7237 0,3477 0,7992 0,4028 Sumber: Lampiran 5, data diolah Berdasarkan hasil uji kausalitas Granger pada Tabel 4.6, didapatkan hasil bahwa tidak terdapat hubungan dua arah, namun terdapat hubungan satu arah antara beberapa variabel. Hipotesis awal yang mengatakan FD tidak memengaruhi G, T, GDP, dan LIBOR tidak ditolak pada tingkat signifikan 10 persen, sehingga dapat disimpulkan pinjaman luar negeri tidak memiliki pengaruh terhadap pengeluaran pemerintah, penerimaan pajak, Produk Domestik Bruto, dan suku bunga internasional. Hipotesis awal yang mengatakan G tidak memengaruhi FD dan LIBOR ditolak pada tingkat signifikan 10 persen, sehingga dapat disimpulkan pengeluaran pemerintah memiliki pengaruh terhadap pinjaman luar negeri dan

7 52 suku bunga internasional. Sedangkan untuk hipotesis awal yang mengatakan G tidak memengaruhi T dan GDP tidak ditolak pada tingkat signifikan 10 persen, sehingga dapat disimpulkan pengeluaran pemerintah tidak memiliki pengaruh terhadap penerimaan pajak dan Produk Domestik Bruto. Hipotesis awal yang mengatakan T tidak memengaruhi FD, G, dan GDP tidak ditolak pada tingkat signifikan 10 persen, sehingga dapat disimpulkan penerimaan pajak tidak memiliki pengaruh terhadap pinjaman luar negeri, pengeluaran pemerintah, dan Produk Domestik Bruto. Hipotesis awal yang mengatakan T tidak memengaruhi LIBOR ditolak pada taraf signifikan 10 persen, sehingga dapat disimpulkan penerimaan pajak memiliki pengaruh terhadap suku bunga internasional. Hipotesis awal yang mengatakan GDP tidak memengaruhi FD dan G tidak ditolak pada tingkat signifikan 10 persen, sehingga dapat disimpulkan Produk Domestik Bruto tidak memiliki pengaruh terhadap pinjaman luar negeri dan pengeluaran pemerintah. Sedangkan untuk hipotesis awal yang mengatakan GDP tidak memengaruhi T dan LIBOR ditolak pada tingkat signifikan 10 persen, sehingga dapat disimpulkan Produk Domestik Bruto memiliki pengaruh terhadap penerimaan pajak dan suku bunga internasional. Hipotesis awal yang mengatakan LIBOR tidak memengaruhi FD, G, T, dan GDP tidak ditolak pada tingkat signifikan 10 persen, sehingga dapat disimpulkan suku bunga internasional tidak memiliki pengaruh terhadap pinjaman luar negeri, pengeluaran pemerintah, penerimaan pajak, dan Produk Domestik Bruto.

8 Hasil Penelitian Hasil Estimasi Faktor - Faktor yang Memengaruhi Pinjaman Luar Negeri Hasil estimasi VECM pada model penelitian ini memperlihatkan hubungan variabel jangka pendek maupun jangka panjang. Variabel dependen pada estimasi di dalam model adalah pinjaman luar negeri, sedangkan variabel independennya adalah pengeluaran pemerintah, penerimaan pajak, Produk Domestik Bruto, dan suku bunga internasional. Model VECM pinjaman luar negeri menunjukkan bahwa persamaan yang terkointegrasi mempunyai dugaan parameter error correction -0, dan secara statistik signifikan pada tingkat 10 persen, sehingga dugaan parameter error correction dapat digunakan untuk mengoreksi persamaan jangka pendek maupun jangka panjang. Hasil estimasi model VECM menyatakan bahwa dalam jangka pendek terdapat satu variabel yang signifikan terhadap pinjaman luar negeri, dan terdapat empat variabel yang signifikan terhadap pinjaman luar negeri dalam jangka panjang. Hasil estimasi model VECM dapat dilihat pada Tabel 4.7. Tabel 4.7. Hasil Estimasi VECM Variabel Koefisien T-statistik Jangka Pendek CointEq1-0, ,68211** D(LNFD(-1)) 0, ,94528** Jangka Panjang LNGDP(-1) 2, ,8463* LNG(-1) -0, ,02105* LNT(-1) -0, ,19905* LIBOR(-1) -0, ,89295* Sumber: Lampiran 6, data diolah Catatan: * Signifikan pada tingkat 5%, ** Signifikan pada tingkat 10%

9 54 Hasil estimasi VECM jangka pendek menunjukkan bahwa variabel FD lag pertama berpengaruh positif dan signifikan terhadap FD pada tingkat 10 persen, yakni ketika terjadi kenaikan pinjaman luar negeri sebesar satu persen, maka akan terjadi peningkatan pinjaman luar negeri itu sendiri sebesar 0, persen. Hal ini menyatakan bahwa pinjaman luar negeri dipengaruhi oleh pinjaman luar negeri pada tahun sebelumnya. Pengaruh dari pinjaman luar negeri pada tahun sebelumnya akan meningkatkan pemanfaatan pinjaman luar negeri pada tahun berikutnya, karena pinjaman luar negeri dapat memberikan dampak yang positif terhadap perekonomian, sehingga pemerintah akan memanfaatkan pinjaman luar negeri lebih besar dari tahun sebelumnya sebagai modal untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi. Pada Tabel 4.7 juga menunjukkan bahwa dalam jangka panjang terdapat empat variabel yang berpengaruh signifikan terhadap FD pada tingkat 5 persen, yaitu variabel GDP, G, T, dan LIBOR. Hasil estimasi VECM menunjukkan bahwa variabel GDP lag pertama berpengaruh positif dan signifikan terhadap FD dalam jangka panjang, yakni ketika terjadi kenaikan Produk Domestik Bruto sebesar satu persen, maka akan meningkatkan pinjaman luar negeri sebesar 2, persen. Hal ini sesuai dengan Teori Kurva Laffer Utang yang menyatakan bahwa pinjaman luar negeri merupakan kebutuhan normal setiap negara, termasuk Indonesia. Pinjaman luar negeri diperlukan pada tingkat yang wajar. Produk Domestik Bruto merupakan salah satu indikator pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi memerlukan sumber pembiayaan pembangunan yang cukup, yang salah satunya berasal dari pinjaman luar negeri. Untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi diperlukan penambahan sumber pembiayaan

10 55 yang berasal dari pinjaman luar negeri, sehingga dengan meningkatnya pertumbuhan ekonomi maka akan diperlukan sumber pembiayaan yang lebih besar. Penambahan pinjaman luar negeri akan memberikan dampak positif terhadap pertumbuhan ekonomi sampai pada satu titik atau ambang batas tertentu. Namun jika penambahan pinjaman luar negeri telah mencapai ambang batas atau debt overhang, maka pinjaman luar negeri tersebut dapat menyebabkan pertumbuhan ekonomi menurun. Selain hal tersebut, peningkatan pinjaman luar negeri akan seiring dengan peningkatan pada tingkat pengembalian pinjaman luar negeri. Untuk mencegah terhambatnya pertumbuhan ekonomi yang terus meningkat, maka pemerintah akan memanfaatkan pinjaman luar negeri lebih besar untuk menutupi tingkat pengembalian pinjaman tahun sebelumnya. Variabel G berpengaruh negatif dan signifikan terhadap FD dalam jangka panjang, yakni ketika terjadi kenaikan pengeluaran pemerintah sebesar satu persen, maka pinjaman luar negeri akan menurun sebesar 0, persen. Hal ini berbeda dengan Teori Three Gap Model yang menjelaskan bahwa pinjaman luar negeri akan digunakan untuk membiayai defisit anggaran pemerintah. Defisit anggaran pemerintah akan terjadi apabila pengeluaran pemerintah melebihi penerimaan pemerintah. Meningkatnya pengeluaran pemerintah dengan asumsi penerimaan pajak tetap, maka akan menyebabkan terjadinya defisit anggaran pemerintah, dan pinjaman luar negeri meningkat untuk membiayai defisit anggaran pemerintah tersebut. Namun, dari hasil estimasi VECM yang didapat peningkatan pengeluaran pemerintah justru akan menurunkan pinjaman luar negeri. Hal ini dapat terjadi karena keterbatasan data time series dalam penelitian, serta pengaruh dari variabel lain dalam penelitian seperti pengaruh dari variabel

11 56 penerimaan pajak. Dari data yang digunakan dalam penelitian menunjukkan penerimaan pajak yang terus meningkat setiap tahunnya. Penerimaan pajak digunakan untuk membiayai pengeluaran pemerintah, sehingga pemerintah tidak perlu memanfaatkan pinjaman luar negeri untuk membiayai pengeluaran pemerintah dan besarnya pinjaman luar negeri akan menurun. Hal ini berkaitan dengan Teori Peacock dan Wiseman mengenai perkembangan pengeluaran pemerintah menjelaskan bahwa salah satu pengeluaran pemerintah adalah untuk membiayai cicilan pokok dan bunga pinjaman luar negeri, sehingga pengeluaran pemerintah besarnya akan meningkat untuk mengembalikan pinjaman luar negeri yang digunakan pemerintah. Dengan meningkatnya pengeluaran pemerintah, maka akumulasi pinjaman luar negeri akan semakin berkurang, dan kenaikan tarif pajak yang dibebankan kepada masyarakat dapat diterima masyarakat. Variabel T berpengaruh negatif dan signifikan terhadap FD dalam jangka panjang, yakni ketika terjadi kenaikan penerimaan pajak sebesar satu persen, maka pinjaman luar negeri akan meningkat sebesar 0, persen. Hal ini menyatakan bahwa penerimaan pajak memiliki pengaruh negatif terhadap pinjaman luar negeri. Dalam Teori Three Gap Model yang menjelaskan bahwa pinjaman luar negeri akan digunakan untuk membiayai defisit anggaran pemerintah, yang salah satunya disebabkan oleh penurunan pajak, sehingga akan menyebakan pinjaman luar negeri akan meningkat. Begitu pula sebaliknya, apabila terjadi peningkatan penerimaan pajak, maka tidak terjadi defisit anggaran pemerintah, karena pengeluaran pemerintah akan dibiayai sepenuhnya oleh penerimaan pajak, sehingga pinjaman luar negeri akan menurun. Dalam Ricardian Equivalence juga dijelaskan bahwa penarikan pajak pada masa akan datang akan

12 57 digunakan untuk membiayai pengembalian pinjaman luar negeri yang digunakan untuk menutupi kekurangan dana akibat penurunan pajak pada saat ini. Variabel LIBOR berpengaruh negatif dan signifikan terhadap FD dalam jangka panjang, yakni ketika terjadi kenaikan suku bunga internasional sebesar satu persen, maka akan menurunkan pinjaman luar negeri sebesar 0, persen. Hal ini sesuai dengan konsep suku bunga internasional yang berhubungan negatif dengan pinjaman luar negeri, dimana saat tingkat suku bunga internasional rendah atau menurun, maka pemerintah akan meningkatkan pemanfaatan pinjaman luar negeri sebagai sumber penerimaan pemerintah untuk menutupi defisit neraca perdagangan sebagai akibat dari investasi yang melebihi tabungan. Saat tingkat suku bunga internasional rendah, maka tingkat pengembalian pinjaman akan lebih kecil dibanding saat tingkat suku bunga internasional tinggi Analisis Respon Pinjaman Luar Negeri Analisis Impulse Response Function (IRF) akan menjelaskan dampak dari guncangan variabel-variabel dalam penelitian terhadap pinjaman luar negeri. Dengan analisis IRF dapat dilihat respon dari pinjaman luar negeri, baik dalam jangka pendek, maupun dalam beberapa tahun ke depan sebagai informasi jangka panjang. Dalam analisis IRF digunakan variabel kebijakan fiskal, pertumbuhan ekonomi dan suku bunga internasional yang berpengaruh terhadap pinjaman luar negeri dan diproyeksikan dalam 50 tahun ke depan. Terdapat empat variabel pada analisis IRF dalam penelitian ini, yaitu variabel pengeluaran pemerintah, penerimaan pajak, Produk Domestik Bruto, dan suku bunga internasional.

13 Respon Dinamis Pinjaman Luar Negeri terhadap Guncangan Kebijakan Fiskal di Indonesia Analisis impuls respon (IRF) pada model penelitian bertujuan untuk menganalisis pengaruh guncangan dari instrumen kebijakan fiskal seperti pengeluaran pemerintah dan penerimaan pajak terhadap pinjaman luar negeri. Hasil dari analisis IRF dapat dilihat pada Gambar 4.1 dan Gambar 4.2 yang menunjukkan respon dari pinjaman luar negeri akibat adanya guncangan dari pengeluaran pemerintah dan penerimaan pajak..016 Response of LNFD to Cholesky One S.D. LNG Innovation Sumber: Lampiran 7, data diolah Gambar 4.1. Respon Pinjaman Luar Negeri terhadap Guncangan Pengeluaran Pemerintah Gambar 4.1 menunjukkan bahwa guncangan pengeluaran pemerintah pada tahun pertama tidak respon oleh pinjaman luar negeri, namun dari tahun kedua hingga tahun keempat, guncangan pengeluaran pemerintah direspon negatif oleh

14 59 pinjaman luar negeri yang ditandai dengan menurunnya pinjaman luar negeri. Pada tahun kedua, guncangan pengeluaran pemerintah sebesar satu standar deviasi menyebabkan penurunan pada pinjaman luar negeri sebesar 0,46 persen. Pada tahun keempat, penurunan ini menurun menjadi 0,14 persen. Pada tahun kelima hingga tahun ke-14, guncangan pengeluaran pemerintah direspon positif oleh pinjaman luar negeri, dimana guncangan pengeluaran pemerintah sebesar satu standar deviasi menyebabkan peningkatan pinjaman luar negeri sebesar 0,58 persen pada tahun keempat, dan mencapai 1,2 persen pada tahun ke-14. Respon pinjaman luar negeri terhadap guncangan pengeluaran pemerintah mulai mencapai keseimbangan pada tahun ke-15. Hingga periode jangka panjangnya, pinjaman luar negeri merespon positif guncangan penegeluaran pemerintah pada kisaran 1,2 persen. Peningkatan pengeluaran pemerintah akan berpengaruh pada peningkatan pinjaman luar negeri. Hal ini terjadi karena pinjaman luar negeri digunakan untuk membiayai defisit anggaran pemerintah yang disebabkan peningkatan pada pengeluaran pemerintah. Sehingga saat pengeluaran pemerintah meningkat dengan asumsi penerimaan pajak tetap, maka akan terjadi defisit anggaran pemerintah, sehingga pemerintah akan memanfaatkan pinjaman luar negeri untuk menutupi defisit tersebut. Dalam jangka panjang, guncangan dari pengeluaran pemerintah akan berpengaruh stabil terhadap pinjaman luar negeri, karena dengan adanya sistem kebijakan fiskal melalui penetapan rencana anggaran pemerintah yang berimbang antara pengeluaran dan penerimaan yang berasal dari dalam negeri maupun luar negeri, serta dengan kondisi perekonomian yang lebih stabil.

15 60 Response of LNFD to Cholesky One S.D. LNT Innovation Sumber: Lampiran 7, data diolah Gambar 4.2. Respon Pinjaman Luar Negeri terhadap Guncangan Penerimaan Pajak Gambar 4.2 menunjukkan bahwa guncangan penerimaan pajak sebesar satu standar deviasi pada tahun pertama tidak direspon oleh pinjaman luar negeri, namun pada tahun kedua hingga periode jangka panjang atau 50 tahun, guncangan pinjaman luar negeri direspon negatif oleh pinjaman luar negeri yang ditandai dengan menurunnya pinjaman luar negeri dengan jumlah yang fluktuatif pada jangka pendek dan jangka panjang. Mulai pada tahun kedua, guncangan dari penerimaan pajak mengakibatkan pinjaman luar negeri berkurang sebesar 0,19 persen. Respon pinjaman luar negeri terhadap guncangan penerimaan pajak mulai mencapai keseimbangan pada periode jangka panjang, yaitu pada tahun ke-15, dimana pinjaman luar negeri merespon negatif guncangan penerimaan pajak pada kisaran 1,7 persen.

16 61 Perubahan pada pinjaman luar negeri sebagai respon dari guncangan penerimaan pajak sesuai dengan teori dan fakta yang terjadi, yaitu apabila terjadi guncangan peningkatan pada penerimaan pajak, maka hal tersebut akan berpengaruh pada menurunnya pinjaman luar negeri, atau sebaliknya. Hal ini dapat terjadi karena antara pinjaman luar negeri dan penerimaan pajak memiliki hubungan yang negatif, dimana pinjaman luar negeri dimanfaatkan untuk menutupi kekurangan penerimaan pemerintah yang berasal dari penerimaan pajak, sedangkan tingkat pengembalian pinjaman luar negeri tersebut akan dibayarkan kembali oleh penerimaan pajak pada tahun berikutnya Respon Dinamis Pinjaman Luar Negeri terhadap Guncangan Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia Analisis impuls respon (IRF) pada model penelitian juga bertujuan untuk menganalisis pengaruh guncangan dari pertumbuhan ekonomi melalui variabel Produk Domestik Bruto terhadap pinjaman luar negeri. Hasil dari analisis IRF yang menunjukkan respon pinjaman luar negeri dapat dilihat pada Gambar 4.3. Gambar 4.3 menunjukkan respon dari pinjaman luar negeri akibat adanya guncangan dari Produk Domestik Bruto adalah positif. Pada tahun pertama guncangan Produk Domestik Bruto tidak direspon oleh pinjaman luar negeri, namun pada tahun kedua, guncangan Produk Domestik Bruto menyebabkan meningkatnya pinjaman luar negeri. Respon pinjaman luar negeri terhadap guncangan Produk Domestik Bruto mulai stabil pada tahun ke-13, dengan kisaran 9,4 persen.

17 62 Response of LNFD to Cholesky One S.D. LNGDP Innovation Sumber: Lampiran 7, data diolah Gambar 4.3. Respon Pinjaman Luar Negeri terhadap Guncangan Produk Domestik Bruto Respon dari pinjaman luar negeri yang positif terhadap guncangan pada Produk Domestik Bruto menunjukkan bahwa masuknya aliran dana pinjaman luar negeri dipengaruhi oleh pertumbuhan ekonomi. Hal ini dapat terjadi karena pertumbuhan ekonomi memerlukan biaya pembangunan yang besar, sehingga pemanfaatan pinjaman luar negeri digunakan untuk membiayai pembangunan agar dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi.

18 Respon Dinamis Pinjaman Luar Negeri terhadap Guncangan Suku Bunga Internasional di Indonesia Gambar 4.4 menunjukkan hasil analisis impuls respon (IRF) dari guncangan suku bunga internasional (LIBOR) terhadap pinjaman luar negeri Response of LNFD to Cholesky One S.D. LIBOR Innovation Sumber: Lampiran 7, data diolah Gambar 4.4. Respon Pinjaman Luar Negeri terhadap Guncangan Suku Bunga Internasional Dari hasil analisis IRF pada Gambar 4.4 menunjukkan bahwa pengaruh dari guncangan suku bunga internasional direspon negatif oleh pinjaman luar negeri dalam periode jangka pendek maupun jangka panjang. Pada tahun pertama, guncangan dari suku bunga internasional tidak direspon oleh pinjaman luar negeri dan baru direspon negatif pada tahun kedua hingga mencapai tahun ke-50. Guncangan suku bunga internasional sebesar satu standar deviasi akan mengakibatkan penurunan pinjaman luar negeri sebesar 0,39 persen pada tahun

19 64 kedua. Pada tahun ketiga, respon dari pinjaman luar negeri terhadap guncangan suku bunga internasional sebesar 0,84 persen. Hingga tahun ke-13, respon dari pinjaman luar negeri mulai mencapai keseimbangan terhadap guncangan dari suku bunga internasional pada kisaran 1,3 persen. Guncangan pada suku bunga internasional dapat memengaruhi pergerakan pada pinjaman luar negeri melalui neraca perdagangan. Penurunan pada suku bunga internasional akan menyebabkan defisit neraca perdagangan dan ketidakstabilan di pasar keuangan dunia, sehingga untuk menutupi defisit neraca perdagangan, maka pemerintah akan memanfaatkan pinjaman luar negeri. Sehingga saat suku bunga internasional rendah maka pinjaman luar negeri akan meningkat Analisis Kontribusi Keragaman Variabel terhadap Pinjaman Luar Negeri Analisis dekomposisi varian atau Forecast Error Variance Decomposition (FEVD) dilakukan untuk melihat kontribusi setiap variabel terhadap guncangan suatu variabel tertentu. Dalam penelitian didapatkan hasil dari analisis dekomposisi varian yang menunjukkan kontribusi dari variabel pengeluaran pemerintah, penerimaan pajak, Produk Domestik Bruto, dan suku bunga internasional terhadap guncangan pada pinjaman luar negeri yang ditampilkan pada Gambar 4.5 dan Tabel 4.8.

20 65 100% 90% 80% 70% 60% 50% 40% 30% 20% 10% 0% Dekomposisi Varian Pinjaman Luar Negeri LIBOR T G GDP FD Sumber: Lampiran 8, data diolah Gambar 4.5. Dekomposisi Varian Pinjaman Luar Negeri Dari hasil analisis dekomposisi varian pada tahun pertama, guncangan pinjaman luar negeri dipengaruhi oleh pinjaman luar negeri itu sendiri dengan kontribusi sebesar 100 persen. Pada tahun kedua hingga proyeksi 5 tahun ke depan, kontribusi dari variabel lainnya mulai memengaruhi guncangan pinjaman luar negeri, namun lebih dominan dipengaruhi oleh pinjaman luar negeri itu sendiri sebesar 52,78 persen, dan Produk Domestik Bruto dalam proporsi yang tidak jauh berbeda, yakni 44,48 persen. Sedangkan pengeluaran pemerintah, penerimaan pajak dan suku bunga internasional justru tampak tidak dominan dalam menjelaskan pinjaman luar negeri, berdasarkan hasil dekomposisi varian dengan proporsi masing-masing hanya sebesar 0,19 persen, 1,85 persen dan 0.68 persen.

21 66 Tabel 4.8. Dekomposisi Varian Pinjaman Luar Negeri Periode Guncangan % FD GDP G T LIBOR , ,4856 0, , , , ,1366 0, , , ,09 55,8528 0, , , , ,6364 0, , , , ,0883 0, , , , ,3813 0, , , , ,5868 0, , , , ,7389 0, ,1238 1, , ,856 0, , , , ,949 0, , ,19599 Sumber: Lampiran 8, data diolah Pada periode 10 tahun hingga 50 tahun mendatang, tampak Produk Domestik Bruto lebih dominan memengaruhi variabilitas pinjaman luar negeri, yaitu sebesar 57,94 persen pada periode 50 tahun mendatang, sedangkan proporsi guncangan pinjaman luar negeri itu sendiri pada periode tersebut memengaruhi sebesar 37,81 persen. Hal ini menandakan bahwa masuknya aliran pinjaman luar negeri sangat dipengaruhi oleh pertumbuhan ekonomi Indonesia. Hal ini merupakan hal yang wajar, karena pinjaman luar negeri digunakan sebagai salah satu sumber penerimaan pemerintah untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi Indonesia. Dalam jangka panjang, variabel pengeluaran pemerintah, penerimaan pajak dan suku bunga internasional tetap tidak dominan dalam menjelaskan pinjaman luar negeri dengan proporsi pada proyeksi periode 50 tahun ke depan masing-masing sebesar 0,92 persen, 2,11 persen dan 1,19 persen.

HASIL DAN PEMBAHASAN. metode Vector Auto Regression (VAR) dan dilanjutkan dengan metode Vector

HASIL DAN PEMBAHASAN. metode Vector Auto Regression (VAR) dan dilanjutkan dengan metode Vector 52 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Metode analisis yang digunakan oleh penulis dalam penelitian ini adalah metode Vector Auto Regression (VAR) dan dilanjutkan dengan metode Vector Error Correction Model (VECM).

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 56 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Metode analisis yang digunakan oleh penulis dalam penelitian ini adalah metode Vector Auto Regression (VAR) dan dilanjutkan dengan metode Vector Error Correction Model (VECM).

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Pengujian Akar Unit (Unit Root Test) bahwa setiap data time series yang akan dianalisis akan menimbulkan spurious

HASIL DAN PEMBAHASAN Pengujian Akar Unit (Unit Root Test) bahwa setiap data time series yang akan dianalisis akan menimbulkan spurious 48 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pengujian Akar Unit (Unit Root Test) Pengujian akar unit merupakan tahap awal sebelum melakukan estimasi model time series. Pemahaman tentang pengujian akar unit ini mengandung

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. terdiri dari data pinjaman luar negeri, pengeluaran pemerintah, penerimaan pajak,

METODE PENELITIAN. terdiri dari data pinjaman luar negeri, pengeluaran pemerintah, penerimaan pajak, III. METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data terdiri dari data pinjaman luar negeri, pengeluaran pemerintah, penerimaan pajak,

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Uji Pra Estimasi Uji Akar Unit (Unit Root Test) Pada penerapan analisis regresi linier, asumsi-asumsi dasar yang

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Uji Pra Estimasi Uji Akar Unit (Unit Root Test) Pada penerapan analisis regresi linier, asumsi-asumsi dasar yang 40 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Uji Pra Estimasi 4.1.1. Uji Akar Unit (Unit Root Test) Pada penerapan analisis regresi linier, asumsi-asumsi dasar yang telah ditentukan harus dipenuhi. Salah satu asumsi

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. time series. Data time series umumnya tidak stasioner karena mengandung unit

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. time series. Data time series umumnya tidak stasioner karena mengandung unit 48 V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Uji Kestasioneritasan Data Uji stasioneritas data dilakukan pada setiap variabel yang digunakan pada model. Langkah ini digunakan untuk menghindari masalah regresi lancung

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. stasioner dari setiap masing-masing variabel, baik itu variabel independent

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. stasioner dari setiap masing-masing variabel, baik itu variabel independent BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Uji Kausalitas Intrumen Data. 1. Uji Stasioner Data. Tahap pertama dalam metode VECM yaitu dengan melakukan pengujian stasioner dari setiap masing-masing variabel,

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Tabel 5.1 Uji Stasioneritas Data

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Tabel 5.1 Uji Stasioneritas Data BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Uji Kausalitas dan Instrumen Data 1. Uji Stasioner Test Variabel Level t-statistik Sumber: Data Diolah Tabel 5.1 Uji Stasioneritas Data Prob ULN 2.065415 0.9998

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. Untuk memenuhi salah satu asumsi dalam uji data time series dan uji

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. Untuk memenuhi salah satu asumsi dalam uji data time series dan uji BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Uji Stasioneritas Untuk memenuhi salah satu asumsi dalam uji data time series dan uji VECM, maka perlu terlebih dahulu dilakukan uji stasioneritas. Uji stationaritas yang

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. atas, data stasioner dibutuhkan untuk mempengaruhi hasil pengujian

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. atas, data stasioner dibutuhkan untuk mempengaruhi hasil pengujian BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Uji Kualitas dan Instrumen Data 1. Uji Stasioneritas Tahap pertama yang harus dilalui untuk mendapatkan estimasi VECM adalah pengujian stasioneritas data masing-masing

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 45 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Untuk menggambarkan bagaimana pengaruh capital gain IHSG dengan pergerakan yield obligasi pemerintah dan pengaruh tingkat suku bunga terhadap IHSG dan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Obyek Penelitian Obyek penelitian adalah sesuatu yang menjadi perhatian dalam suatu penelitian, objek penelitian ini menjadi sasaran dalam penelitian untuk mendapatkan

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. maupun variabel dependent. Persamaan regresi dengan variabel-variabel yang

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. maupun variabel dependent. Persamaan regresi dengan variabel-variabel yang BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 5.1. Uji Stasioneritas 5.1.1 Uji Akar Unit ( Unit Root Test ) Tahap pertama dalam metode VAR yaitu dengan melakukan pengujian stasioner dari setipa masing-masing variabel,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN A. Objek Penelitian BAB III METODE PENELITIAN Obyek/Subyek yang diamati dalam penelitian ini adalah Pembiayaan Modal Kerja UMKM dengan variabel independen DPK, NPF, Margin, dan Inflasi sebagai variabel

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 46 III. METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan adalah data sekunder berupa data time series dari tahun 1986-2010. Data tersebut diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS),

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. waktu (time series) dari tahun 1986 sampai Data tersebut diperoleh dari

METODE PENELITIAN. waktu (time series) dari tahun 1986 sampai Data tersebut diperoleh dari 40 III. METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Dan Sumber Data Jenis data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang relevan dengan penelitian. Semua data yang digunakan merupakan data deret

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Uji Kausalitas dan Instrumen Data 1. Uji Stasioneritas Dalam mendapatkan estimasi model VECM, tahap pertama yang harus dilakukan pada pengujian data adalah dengan

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. mengandung akar-akar unit atau tidak. Data yang tidak mengandung akar unit

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. mengandung akar-akar unit atau tidak. Data yang tidak mengandung akar unit 32 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Estimasi VAR 4.1.1 Uji Stasioneritas Uji kestasioneran data pada seluruh variabel sangat penting dilakukan untuk data yang bersifat runtut waktu guna mengetahui apakah

Lebih terperinci

III METODE PENELITIAN

III METODE PENELITIAN 18 III METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Mengetahui kointegrasi pada setiap produk adalah salah satu permasalahan yang perlu dikaji dan diteliti oleh perusahaan. Dengan melihat kointegrasi produk,

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 59 BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN Pada bab ini akan dijelaskan pelaksanaan tahapan-tahapan metode VECM yang terbentuk dari variabel-variabel capital gain IHSG (capihsg), yield obligasi 10 tahun (yieldobl10)

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Obyek Penelitian Dalam penelitian ini, obyek yang diamati yaitu inflasi sebagai variabel dependen, dan variabel independen JUB, kurs, BI rate dan PDB sebagai variabel yang

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian Perusahaan merupakan suatu badan hukum yang memiliki suatu tujuan yang ingin dicapai salah satunya yaitu mendapatkan keuntungan. Untuk mencapai

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. langkah yang penting sebelum mengolah data lebih lanjut. Data time series yang

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. langkah yang penting sebelum mengolah data lebih lanjut. Data time series yang 60 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Uji Stasioneritas Hasil dan pembahasan dalam penelitian ini akan didasarkan pada langkahlangkah yang telah dijelaskan sebelumnya pada Bab III. Langkah pertama merupakan

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Uji Kualitas Instrumen 1. Hasil Uji Stasioneritas Data (Unit Root Test) Uji stasioneritas data menggunakan metode pengujian ADF (Augmented Dickey Fuller)

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Metode yang digunakan untuk menganalisis data dalam penelitian ini

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Metode yang digunakan untuk menganalisis data dalam penelitian ini 51 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Metode yang digunakan untuk menganalisis data dalam penelitian ini adalah metode analisis Vector Error Correction (VEC) yang dilengkapi dengan dua uji lag structure tambahan

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Tabel 5.1 Unit Root Test Augmented Dickey Fuller (ADF-Test)

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Tabel 5.1 Unit Root Test Augmented Dickey Fuller (ADF-Test) BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Uji Stasioneritas Tahap pertama yang harus dilakukan untuk mendapatkan estimasi VECM adalah pengujian stasioneritas data masing-masing variabel,

Lebih terperinci

Penjualan Pasokan Penjualan Pasokan Penjualan Pasokan

Penjualan Pasokan Penjualan Pasokan Penjualan Pasokan LAMPIRAN Lampiran 1. Data Penjualan dan Pasokan Bulan January 2005 2006 2007 Penjualan Pasokan Penjualan Pasokan Penjualan Pasokan 293.57 291.82 325.64 546.955 359.88 762.063 February 297.05 291.82 341.45

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Uji Kualitas Data 1. Hasil Uji Stasioneritas/ Unit Root Test Uji stasioneritas dalam penelitian ini adalah menggunakan uji akar-akar unit (Unit Root Test) dengan

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Langkah awal yang perlu dilakukan dalam data time series adalah uji stasioner,

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Langkah awal yang perlu dilakukan dalam data time series adalah uji stasioner, V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Pengujian Pra Estimasi 5.1.1. Uji Kestasioneran Data Langkah awal yang perlu dilakukan dalam data time series adalah uji stasioner, untuk melihat ada atau tidaknya unit root

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 49 BAB III METODE PENELITIAN A. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional 1. Variabel Penelitian Variabel-variabel dalam penelitian ini menggunakan variabel dependen dan independen. Variabel dependen

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Obyek dan Subyek Penelitian 1. Obyek Penelitian Obyek penelitian ini adalah pertumbuhan indeks pembangungan manusia Indonesia dan metode penelitiannya adalah analisis kuantitatif

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Uji Kualitas dan Instrumen Data 1. Uji Stasioneritas. Tahap pertama yang harus dilalui untuk mendapatkan estimasi VECM adalah pengujian stasioneritas data masing-masing

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS HASIL PENELITIAN

BAB V ANALISIS HASIL PENELITIAN 70 BAB V ANALISIS HASIL PENELITIAN 5.1. Uji Stasioneritas Uji stasioneritas merupakan tahap yang paling penting dalam menganalisis data time series untuk melihat ada tidaknya unit root yang terkandung

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Jenis data yang digunakan adalah data sekunder berupa time series

III. METODE PENELITIAN. Jenis data yang digunakan adalah data sekunder berupa time series 30 III. METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan adalah data sekunder berupa time series bulanan periode Mei 2006 sampai dengan Desember 2010. Sumber data di dapat dari Statistik

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data time series

III. METODE PENELITIAN. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data time series 40 III. METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data time series sekunder. Data-data tersebut diperoleh dari berbagai sumber, antara lain dari

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Bentuk data berupa data time series dengan frekuensi bulanan dari Januari 2000

III. METODE PENELITIAN. Bentuk data berupa data time series dengan frekuensi bulanan dari Januari 2000 28 III. METODE PENELITIAN 3.1. Data 3.1.1. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Bentuk data berupa data time series dengan frekuensi bulanan dari Januari

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Kerangka Pemikiran

METODE PENELITIAN Kerangka Pemikiran 20 III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Kerangka pemikiran dalam penelitian dapat dijadikan landasan dalam setiap tahap penelitian. Salah satu tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui metode

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Pengujian Stasioner Data / Uji Akar (Unit Root Test) Suatu data atau variabel dapat dikatakan stasioner apabila nilai rata-rata dan memiliki varians yang konstan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Untuk membatasi ruang lingkup permasalahan maka yang dijadikan objek

III. METODOLOGI PENELITIAN. Untuk membatasi ruang lingkup permasalahan maka yang dijadikan objek 53 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian Untuk membatasi ruang lingkup permasalahan maka yang dijadikan objek penelitian yang dilakukan, maka penelitian ini akan menganalisis kinerja kebijakan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Indonesia dan variabel independen, yaitu defisit transaksi berjalan dan inflasi.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Indonesia dan variabel independen, yaitu defisit transaksi berjalan dan inflasi. BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini difokuskan pada variabel dependen utang luar negeri Indonesia dan variabel independen, yaitu defisit transaksi berjalan dan inflasi.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. METODE PENELITIAN 1. Objek Penelitian Objek dalam penelitian ini adalah Perbankan Syariah di Indonesia yang mempunyai laporan keuangan yang transparan dan di publikasikan oleh

Lebih terperinci

BAB IV. Hasil dan Pembahasan. 1. Analisis Deskriptif Saham Sektor Pertanian. dipisahkan dari sektor pertanian dan perkebunan, karena sektor-sektor ini

BAB IV. Hasil dan Pembahasan. 1. Analisis Deskriptif Saham Sektor Pertanian. dipisahkan dari sektor pertanian dan perkebunan, karena sektor-sektor ini BAB IV Hasil dan Pembahasan A. Gambaran Umum Objek Penelitian 1. Analisis Deskriptif Saham Sektor Pertanian Jakarta Islamic Index dimaksudkan untuk digunakan sebagai tolak ukur untuk mengukur kinerja suatu

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. analisis yang berupa angka-angka sehingga dapat diukur dan dihitung dengan

BAB III METODE PENELITIAN. analisis yang berupa angka-angka sehingga dapat diukur dan dihitung dengan BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah kuantitatif. Penelitian kuantitatif merupakan analisis yang berupa angka-angka sehingga dapat diukur dan dihitung dengan menggunakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jawa Tengah diproxykan melalui penyaluran pembiayaan, BI Rate, inflasi

BAB III METODE PENELITIAN. Jawa Tengah diproxykan melalui penyaluran pembiayaan, BI Rate, inflasi BAB III METODE PENELITIAN A. Objek dan Subjek Penelitian Objek dalam penelitian ini adalah pertumbuhan ekonomi di Jawa Tengah. Sedangkan subjek penelitian menggunakan perbankan syariah di Jawa Tengah diproxykan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Exchange Rate Rp/US$ ER WDI Tax Revenue Milyar Rupiah TR WDI Net Export US Dollar NE WDI

BAB III METODE PENELITIAN. Exchange Rate Rp/US$ ER WDI Tax Revenue Milyar Rupiah TR WDI Net Export US Dollar NE WDI 3 BAB III METODE PENELITIAN 3. Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang diperoleh dari berbagai instansi yang terkait dengan permasalahan penelitian seperti

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Objek Penelitian. Dalam penelitian ini penulis memilih impor beras sebagai objek melakukan riset di Indonesia pada tahun 1985-2015. Data bersumber dari Badan Pusat Statistika

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Dinamika Perbankan Syariah di Jawa Tengah

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Dinamika Perbankan Syariah di Jawa Tengah BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Dinamika Perbankan Syariah di Jawa Tengah Perkembangan sistem ekonomi syariah di Indonesia terlihat semakin pesat. Fenomena perbankan syariah di Indonesia dimulai

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode dan Sifat Penelitian Jenis penelitian ini menggunakan metode kuantitatif karena menggunakan data penelitian berupa angka-angka dan analisis dengan menggunakan metode

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. tahun 1980 hingga kuartal keempat tahun Tabel 3.1 Variabel, Notasi, dan Sumber Data

III. METODE PENELITIAN. tahun 1980 hingga kuartal keempat tahun Tabel 3.1 Variabel, Notasi, dan Sumber Data III. METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder berupa data kuartalan. Periode waktu penelitian ini dimulai dari kuartal pertama tahun

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian Respon PDB terhadap shock

METODE PENELITIAN. Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian Respon PDB terhadap shock 40 III. METODE PENELITIAN Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian Respon PDB terhadap shock kredit perbankan, pembiayaan pada lembaga keuangan non bank dan nilai emisi saham pada pasar modal

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. dikumpulkan dari berbagai sumber yaitu Badan Pusat Statistik (BPS), Food and

BAB III METODE PENELITIAN. dikumpulkan dari berbagai sumber yaitu Badan Pusat Statistik (BPS), Food and BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang dikumpulkan dari berbagai sumber yaitu Badan Pusat Statistik (BPS), Food and

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian Perusahaan memiliki tujuan yang pada dasarnya mendapatkan keuntungan demi kelancaran usahanya dan mampu bersaing dalam lingkungan bisnis secara

Lebih terperinci

Analisis Mekanisme Transmisi Kebijakan Moneter Jalur Kredit dan Jalur Harga Aset di Indonesia Pendekatan VECM (Periode 2005: :12)

Analisis Mekanisme Transmisi Kebijakan Moneter Jalur Kredit dan Jalur Harga Aset di Indonesia Pendekatan VECM (Periode 2005: :12) Analisis Mekanisme Transmisi Kebijakan Moneter Jalur Kredit dan Jalur Harga Aset di Indonesia Pendekatan VECM (Periode 2005:01 2015:12) DISUSUN OLEH : SITI FATIMAH 27212052 LATAR BELAKANG Kebijakan moneter

Lebih terperinci

BAB 4 PEMBAHASAN. 51 Universitas Indonesia. Keterangan : Semua signifikan dalam level 1%

BAB 4 PEMBAHASAN. 51 Universitas Indonesia. Keterangan : Semua signifikan dalam level 1% BAB 4 PEMBAHASAN 4.1. Hasil Uji Stasioneritas Data Data yang akan digunakan untuk estimasi VAR perlu dilakukan uji stasioneritasnya terlebih dahulu. Suatu data dikatakan stasioner jika nilai rata-rata

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. sekunder yang akan digunakan ialah data deret waktu bulanan (time series) dari bulan

BAB III METODE PENELITIAN. sekunder yang akan digunakan ialah data deret waktu bulanan (time series) dari bulan 40 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Sumber Data Data yang akan dipakai dalam penelitian ini berupa data sekunder. Data sekunder yang akan digunakan ialah data deret waktu bulanan (time series)

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Laju Inflasi di Indonesia. masih menunjukkan fluktuasi seperti pada Gambar 4.1. Rata-rata inflasi tahun

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Laju Inflasi di Indonesia. masih menunjukkan fluktuasi seperti pada Gambar 4.1. Rata-rata inflasi tahun 37 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Analisis Deskriptif 4.1.1. Gambaran Umum Laju Inflasi di Indonesia Laju inflasi tahunan Indonesia selama kurun waktu 2000 hingga 2011 masih menunjukkan fluktuasi seperti

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini jenis data yang digunakan adalah data sekunder.data ini

METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini jenis data yang digunakan adalah data sekunder.data ini 27 III. METODE PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data Pada penelitian ini jenis data yang digunakan adalah data sekunder.data ini bersumber dari Bank Indonesia (www.bi.go.id), Badan Pusat Statistik (www.bps.go.id).selain

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Perkembangan Produk Domestik Bruto Nasional Produk domestik bruto adalah nilai pasar dari semua barang dan jasa akhir yang diproduksi dalam suatu negara dalam kurun waktu

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. menguji data yang bersifat time series agar terhindar dari spurious regression. Jika nilai t-

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. menguji data yang bersifat time series agar terhindar dari spurious regression. Jika nilai t- BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. Analisis Unit Root Test Uji akar unit atau disebut juga dengan uji akar stasioner yang digunakan untuk menguji data yang bersifat time series agar terhindar dari spurious

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Uji Kuantitas dan Instrumen Data 1. Uji Stasioneritas Tahap pertama yang harus dilalui untuk mendapatkan estimasi VECM adalah pengujian stasioneritas data masing-masing

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian Pendekatan penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif yaitu pendekatan dengan cara mengukur variabel yang di lingkari oleh teori atau satu

Lebih terperinci

1 analisis regresi dengan pendekatan VECM

1 analisis regresi dengan pendekatan VECM 1 analisis regresi dengan pendekatan VECM BAHAN AJAR EKONOMETRIKA AGUS TRI BASUKI, SE., M.SI MODEL VECM 10. Pengertian VECM VECM (atau Vector Error Correction Model) merupakan metode turunan dari VAR.

Lebih terperinci

III.METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif, karena penelitian ini

III.METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif, karena penelitian ini 43 III.METODE PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif, karena penelitian ini disajikan dengan angka-angka. Hal ini sesuai dengan pendapat Arikunto (2006) yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel. penjelasan kedua variabel tersebut :

BAB III METODE PENELITIAN. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel. penjelasan kedua variabel tersebut : BAB III METODE PENELITIAN A. Obyek Penelitian Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel 1. Variabel Penelitian Pengertian dari variabel penelitian adalah sesuatu hal yang berbentuk apa saja

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. JENIS PENELITIAN Jenis penelitian ini adalah kuantitatif. Penelitian kuantitatif merupakan analisis yang berupa angka-angka sehingga dapat diukur dan dihitung dengan menggunakan

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. HASIL ANALISIS Pengujian vektor autoregresi pada penelitian ini menggunakan bantuan aplikasi perangkat lunak Eviews versi 6 yang dikembangkan dan didistribusikan oleh Quantitative

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. merupakan data time series dari bulan Januari 2002 sampai Desember Data

METODE PENELITIAN. merupakan data time series dari bulan Januari 2002 sampai Desember Data 23 III. METODE PENELITIN 3.1 Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang merupakan data time series dari bulan Januari 2002 sampai Desember 2009. Data

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan Januari hingga Maret 2012. Penelitian dilakukan di Asosiasi Kakao Indonesia (Askindo). Penentuan tempat dilakukan

Lebih terperinci

BAB III METODELOGI PENELITIAN. variabel- variabel sebagai berikut : tingkat gross domestic product(gdp), total

BAB III METODELOGI PENELITIAN. variabel- variabel sebagai berikut : tingkat gross domestic product(gdp), total BAB III METODELOGI PENELITIAN A. Obyek Penelitian Obyek yang diteliti dalam penelitian ini adalah semua data mengenai variabel- variabel sebagai berikut : tingkat gross domestic product(gdp), total pembiayaan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Perkembangan Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Padi

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Perkembangan Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Padi BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Analisis Deskriptif 4.1.1 Perkembangan Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Padi Produksi padi Indonesia meskipun mengalami fluktuasi namun masih menunjukkan pertumbuhan

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. metode Vector Auto Regressive (VAR) perlu melakukan uji stasioneritas. Uji

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. metode Vector Auto Regressive (VAR) perlu melakukan uji stasioneritas. Uji IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Uji Pra Estimasi 4.1.1 Uji Kestasioneritasan Data Sebelum mengestimasi variabel dengan data time series dan menggunakan metode Vector Auto Regressive (VAR) perlu melakukan

Lebih terperinci

APLIKASI MODEL VAR DAN VECM DALAM EKONOMI

APLIKASI MODEL VAR DAN VECM DALAM EKONOMI BAHAN AJAR APLIKASI MODEL VAR DAN VECM DALAM EKONOMI MODEL VAR Pengertian VAR AGUS TRI BASUKI Dosen Fakultas Ekonomi Univ. Muhammadiyah Yogyakarta Vector Autoregression atau VAR merupakan salah satu metode

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1. Pendekatan Penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif deskriptif. Pendekatan kuantitatif deskripstif merupakan pengujian hipotesis

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dan kuantitatif. Penelitian kualitatif adalah

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dan kuantitatif. Penelitian kualitatif adalah III. METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dan kuantitatif. Penelitian kualitatif adalah penelitian tentang riset yang bersifat deskriptif dan cenderung menggunakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. kegunaan tertentu. Cara ilmiah berarti kegiatan penelitian itu didasarkan pada

BAB III METODE PENELITIAN. kegunaan tertentu. Cara ilmiah berarti kegiatan penelitian itu didasarkan pada BAB III METODE PENELITIAN Menurut Sugiyono (2013), Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Berdasarkan hal tersebut terdapat empat

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada semester genap tahun akademik 2014/2015

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada semester genap tahun akademik 2014/2015 25 III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pada semester genap tahun akademik 2014/2015 bertempat di Jurusan Matematika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. time series bulanan dari Januari 2007 sampai dengan Desember Data-data

METODE PENELITIAN. time series bulanan dari Januari 2007 sampai dengan Desember Data-data III. METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan pada penelitian ini adalah data sekunder berupa time series bulanan dari Januari 2007 sampai dengan Desember 2011. Datadata yang

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Objek Penelitian Penilitian ini adalah pengaruh Dana Pihak Ketiga (DPK), Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS), dan Non Performing Financing (NPF) terhadap Pembiayaan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Data-data tersebut berupa data bulanan dalam rentang waktu (time series) Januari

III. METODOLOGI PENELITIAN. Data-data tersebut berupa data bulanan dalam rentang waktu (time series) Januari 40 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data Berdsarkan kajian beberapa literatur penelitian ini akan menggunakan data sekunder. Data-data tersebut berupa data bulanan dalam rentang waktu (time

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIN. yaitu ilmu yang valid, ilmu yang dibangun dari empiris, teramati terukur,

BAB III METODE PENELITIN. yaitu ilmu yang valid, ilmu yang dibangun dari empiris, teramati terukur, BAB III METODE PENELITIN A. Jenis dan Pendektan Penelitian 1. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif. Penelitian kuantitatif adalah suatu penelitian yang didasari oleh falsafah

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan untuk penelitian ini adalah pengeluaran riil pemerintah (G t ), PBD riil (Y t ), konsumsi (CC t ), investasi (I t ), Indeks Harga Konsumen

Lebih terperinci

V. SPESIFIKASI MODEL DAN HUBUNGAN CONTEMPORANEOUS

V. SPESIFIKASI MODEL DAN HUBUNGAN CONTEMPORANEOUS 59 V. SPESIFIKASI MODEL DAN HUBUNGAN CONTEMPORANEOUS 5.1 Pengujian Asumsi Time Series 5.1.1 Uji Stasioneritas Uji Stasioneritas merupakan uji awal untuk setiap data time series yang masuk dalam model dalam

Lebih terperinci

3. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran

3. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran 3. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Pengembangan bahan bakar alternatif untuk menjawab isu berkurangnya bahan bakar fosil akan meningkatkan permintaan terhadap bahan bakar alternatif, dimana salah

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. diperoleh dari data Bank Indonesia (BI) dan laporan perekonomian indononesia

III. METODOLOGI PENELITIAN. diperoleh dari data Bank Indonesia (BI) dan laporan perekonomian indononesia III. METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Dan Sumber Data Data digunakan adalah data sekunder (time series) berupa data bulanan yang diperoleh dari data Bank Indonesia (BI) dan laporan perekonomian indononesia

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. mengalami fluktuasi antar waktu. Data tersebut mengindikasikan adanya

HASIL DAN PEMBAHASAN. mengalami fluktuasi antar waktu. Data tersebut mengindikasikan adanya 47 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Volatilitas Harga Minyak 4.1.1 Deskripsi Data Plot data harga minyak pada bulan Januari 2000 hingga bulan Desember 2011 dapat dilihat pada Gambar 4.1. Hal ini menunjukan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN BAB IV HASIL PENELITIAN A. Analisis Deskriptif Data 1. Analisis Bank Indonesia Rate Bank Indonesia rate atau yang disebut dengan suku bunga Bank Indonesia (BI) merupakan kebijakan moneter (keuangan) yang

Lebih terperinci

Perkembangan M1 dan M2

Perkembangan M1 dan M2 2011 Juni Des Maret Sept 2013 Juni Des Maret Sept 2015 Juni Des Maret Sept dalam miliar rupiah 52 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pergerakan Permintaan Uang di Indonesia Dalam melihat pergerakan permintaan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Data yang digunakan dalam studi ini adalah data sekunder runtut waktu

III. METODE PENELITIAN. Data yang digunakan dalam studi ini adalah data sekunder runtut waktu III. METODE PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam studi ini adalah data sekunder runtut waktu (timeseries) bulanan dari periode 2008:04 2013:12 yang diperoleh dari laporan Bank

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian Penelitian ini merupakan jenis penelitian asosiatif dengan hubungan kausal dimana terdapat variabel bebas dan terikat.dilihat dari data yang diperoleh,

Lebih terperinci

INTEGRASI SPASIAL PADA PASAR MINYAK GORENG DI INDONESIA

INTEGRASI SPASIAL PADA PASAR MINYAK GORENG DI INDONESIA 101 IX. INTEGRASI SPASIAL PADA PASAR MINYAK GORENG DI INDONESIA Meskipun industri minyak goreng sawit telah tersebar di 19 propinsi, sentra produksi minyak goreng yang utama masih terpusat di Indonesia

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN. perubahan sehingga harus diolah terlebih dahulu. Pengolahan data dilakukan dengan

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN. perubahan sehingga harus diolah terlebih dahulu. Pengolahan data dilakukan dengan BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN 4.1 Sumber Data Keselurahan data yang diterima sebelumnya belum mengindikasikan dinamika perubahan sehingga harus diolah terlebih dahulu. Pengolahan data dilakukan dengan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Populasi Populasi dari penelitian ini adalah perbankan yang go public di Bursa Efek Indonesia (BEI) dan menerbitkan laporan keuangan yang lengkap (Annual Report) pada periode

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN. Untuk membatasi ruang lingkup permasalahan yang dijadikan objek

METODOLOGI PENELITIAN. Untuk membatasi ruang lingkup permasalahan yang dijadikan objek III. METODOLOGI PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian Untuk membatasi ruang lingkup permasalahan yang dijadikan objek penelitian, maka penelitian ini hanya menganalisis mengenai harga BBM dan nilai tukar

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN

BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN A. Hasil Penelitian 1. Analisis Deskriptif Analisis deskriptif digunakan untuk melihat perkembangan suatu variabel yang digunakan dalam penelitian yang diteliti oleh

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Data Penelitian Penelitian ini dilakukan di Pojok Bursa Efek Indonesia Universitas Mercu Buana dengan data yang diambil adalah harga penutupan dari tahun 2009-2015, untuk

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 18 III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Dalam pencarian metode peramalan terbaik, diperlukan berbagai informasi relevan sebagai data penunjang untuk pasar kue. Peramalan pasar kue dapat dilakukan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. series. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah BI rate, suku bunga

III. METODE PENELITIAN. series. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah BI rate, suku bunga III. METODE PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder dalam bentuk time series. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah BI rate, suku

Lebih terperinci

BAB IV. METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV. METODOLOGI PENELITIAN 43 BAB IV. METODOLOGI PENELITIAN Analisis data dilakukan melalui serangkaian tahapan pengujian menggunakan analis Vector Auto Regression (VAR). Pada tahap pertama dilakukan pengujian terhadap variabel

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian Analisis Faktor-Faktor Yang

III. METODE PENELITIAN. Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian Analisis Faktor-Faktor Yang III. METODE PENELITIAN A. Deskripsi Data Variabel Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Cadangan Devisa di Indonesia Periode 2000-2014 adalah cadangan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Statistik Deskriptif Statistik deskriptif mewakili seluruh contoh populasi dalam penelitian. Hal ini menjelaskan mengenai kecenderungan data tengah dan pengukuran

Lebih terperinci