BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN"

Transkripsi

1 59 BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN Pada bab ini akan dijelaskan pelaksanaan tahapan-tahapan metode VECM yang terbentuk dari variabel-variabel capital gain IHSG (capihsg), yield obligasi 10 tahun (yieldobl10) dan suku bunga Bank Indonesia (birate). Sebelum menguji model, terlebih dahulu didiskusikan data masing-masing variabel dilanjutkan dengan pengujian kestasioneran data melalui unit root test, menemukan lag optimal, menguji kausalitas, menguji kointegrasi dan mengestimasi dengan VECM Eksplorasi Data Eksplorasi data dari masing-masing variabel dilakukan untuk melihat pola data secara umum. Gambar 4.1 menunjukkan pola deret waktu variabel capital gain Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada rentang waktu tahun 2008 sampai dengan tahun Capital gain IHSG menyentuh titik terendah pada pada bulan Oktober 2008 hingga ke %, setelah pada dua bulan sebelumnya turun ke -6.01% (Agustus) dan % (September). Pada bulan November 2008 terjadi pemulihan yang cepat sehingga sanggup naik mencapai -1.21%. Tahun 2008 sendiri ditutup dengan positif dengan capital gain mencapai 9.17%.

2 60 RETIHSG I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV Gambar 4.1 Plot Capital gain Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Pada tahun 2009, meski diawali dengan capital gain -1.68% (Januari) dan -3.54% (Februari) namun capital gain IHSG mampu mencapai 20,13% (April), lalu pada bulan Juli tercatat 14.63% dan pada akhir tahun ditutup dengan 4.91%. Mulai tahun 2010 sampai dengan tahun 2012 tidak ada lagi pemecahan nilai capital gain tertinggi. Capital gain bergerak fluktuatif, bahkan pernah membukukan capital gain pada bulan Mei 2012, pada Januari 2011 dan -7.62% pada September Akhir tahun 2012 capital gain yang diperoleh hanya sebesar 0.95%.

3 61 YIELDOBL I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV Gambar 4.2 Plot Yield Obligasi Pemerintah umur 10 Tahun (OBLIGASI10) Berkebalikan dengan variabel capital gain IHSG, pada bulan Oktober 2008 pasar obligasi mampu menghasilkan yield obligasi pemerintah 10 tahun hingga mencapai 17.3%. Bulan berikutnya turun menjadi 15.58%, dan akhir tahun mencapai 11.89%. Periode tahun 2009 yield obligasi masih mampu memberikan sebesar 13.59% (Februari) namun selebihnya bertahan dengan imbal hasil pada kisaran 10%. Mulai dari tahun 2010 sampai dengan 2012, yield obligasi terus menunjukkan kecenderungan menurun dengan diselingi beberapa kenaikan, namun pada akhirnya di penghujung tahun 2012 hanya mampu menghasilkan 5.19%. Pada Gambar 4.3, suku bunga Bank Indonesia pada tahun 2008 sempat bergerak menembus 9%. (Agustus) dan bertahan di atas 9% sampai tutup tahun. Suku bunga BI mulai menunjukkan kestabilannya sejak tahun Agustus 2009 yaitu

4 62 pada level 6.5 persen sampai dengan tahun akhir tahun Pada awal tahun 2011, suku bunga bergerak ke 6.75% dan berada pada level 6% sampai akhir tahun. Sejak awal tahun 2012 suku bunga turun ke 5.75% dan berada di level tersebut sampai dengan akhir tahun BIRATE I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV Gambar 4.3 Plot Suku Bunga Bank Indonesia (BIRATE) 4.2. Uji Stasioneritas Penelitian ini menggunakan data time series yang didasarkan pada suatu asumsi bahwa data stasioner pada level, artinya data tersebut konstan dan independent sepanjang waktu (Gujarati, 2003). Namun pada kenyataannya, sebagian data time series merupakan data non-stasioner. Penggunaan data nonstasioner dapat berakibat kegagalan estimasi dalam menunjukkan nilai-nilai yang sebenarnya (spurious regression) sekalipun jumlah sampel telah diperbesar. Oleh karena itu, sebelum melakukan analisa lebih lanjut, perlu dilakukan uji stasioner

5 63 terhadap semua data time series variabel yang akan digunakan melalui unit root test. Pendekatan formal yang digunakan untuk melakukan unit root test adalah metode Augmented Dickey-Fuller (ADF) test. Selanjutnya hasil uji t-statistik ADF dibandingkan dengan nilai kritis yang dikembangkan oleh MacKinnon. Apabila nilai t-statistik ADF test lebih positif dari MacKinnon critical value, maka data dikatakan tidak stasioner. Sebaliknya jika nilai t-statistik ADF test lebih negatif dari MacKinnon critical value, maka dikatakan stasioner. Untuk mendapatkan data yang stasioner dilakukan langkah pengubahan ke bentuk logaritma atau sering disebut transformasi logaritma. Proses pengujian dengan program E-views memberikan ruang untuk menguji data dalam tiga tahapan. Pertama, pengujian akar unit dimulai dalam tataran level. Apabila pada tataran level data yang digunakan tidak stasioner, dilanjutkan dengan pengujian dalam tataran first difference (pembedaan pertama) dan second difference (pemberdaan kedua). Hasil-hasil dari uji stasioneritas adalah sebagai berikut: Tabel 4.1 Hasil Uji Stasioneritas Variabel Tingkat Level Nilai T-statistik dan Critical Values Variabel T-statistic C- Values 1% C- Values 5% C- Values 10% Keterangan CAPIHSG Stasioner YIELDOBL Tidak Stasioner pada 1% dan 5%

6 64 BIRATE Tidak Stasioner Sumber: Diringkas dari hasil olah Eviews Tabel 4.1 menampilkan hasil-hasil pengujian stasioneritas dengan metode ADF pada derajat level, di mana nilai t-statistik untuk variabel CAPIHSG sebesar , YIELDOBL10 sebesar dan BIRATE sebesar Dari ketiga variabel tersebut ditemukan bahwa data capital gain IHSG telah stasioner pada nilai kritis 1%, 5%, dan 10%. Pada variabel yield obligasi 10 tahun, hasil uji tidak memperlihatkan data yang stasioner pada nilai kritis 1% dan 5%, tetapi muncul pada nilai kritis 10%. tidak ada satupun variabel yang memenuhi kriteria stasioner, karena nilai t-statistik yang dihasilkan tidak lebih negatif dibanding nilai kritis 1%, 5% dan 10%. Guna mendapatkan data yang stasioner untuk dua variabel yang belum stasioner, dilakukan pengulangan uji dengan mengubah dari derajat level ke derajat pembedaan pertama (first different). Tabel 4.2 Hasil Uji Stasioneritas Variabel Tingkat First Difference Nilai T-statistik dan Critical Values Variabel T-statistic C- Values 1% C- Values 5% C- Values 10% Keterangan YIELDOBL Stasioner BIRATE Stasioner Sumber: Diringkas dari hasil olah Eviews

7 65 Pada pengujian akar unit di derajat first difference (Tabel 4.2) dua variabel yang diujikan menghasilkan nilai-nilai sebagai berikut: t-hitung yield obligasi 10 tahun sebesar dan t-hitung suku bunga BI sebesar Nilai t- hitung dari kedua variabel tersebut telah lebih kecil dari nilai kritisnya, sehingga data telah stasioner. Secara keseluruhan data yang telah stasioner tersebut ditampilkan pada Tabel 4.3 di bawah ini. Tabel 4.3 Hasil Uji Stasioneritas Variabel Tataran First Difference dan Second Difference Nilai T-statistik dan Critical Values Variabel T-statistic C- Values 1% C- Values 5% C- Values 10% Keterangan CAPIHSG Stasioner (level) YIELDOBL Stasioner (1 st difference) BIRATE Stasioner (1 st difference) Sumber: Diringkas dari hasil olah Eviews Berdasarkan hasil uji tersebut, data telah memenuhi syarat stasioneritas sehingga dapat dilakukan pengolahan data lebih lanjut. Hasil lengkap uji stasioneritas terdapat dalam lampiran Hasil Panjang Lag Optimal Sebelum membentuk model VAR, perlu dilakukan penentuan panjang lag optimum. Mengingat variabel eksogen yang digunakan tidak lain adalah lag

8 66 optimal dari variabel endogen dan juga variabel eksogennya maka penetuan panjang lag yang optimal menjadi salah satu prosedur penting yang harus dilakukan dalam pembentukan model. Estimasi VAR sangat peka terhadap panjang lag yang digunakan. Berdasarkan Schwarz Information Criterion (SC) diperoleh panjang lag yang optimal adalah 2. Pemilihan kriteria menggunakan SC mengikuti Reimers (1992), menemukan bahwa SC berjalan baik dalam pemilihan panjang lag yang optimal. Hasil penentuan panjang lag disajikan dalam Tabel 4.4 berikut (hasil selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran): Tabel 4.4 Panjang Lag Optimal Lag LogL LR FPE AIC SC HQ NA * Sumber: Diringkas dari hasil olah Eviews 4.4. Hasil Uji Kausalitas Granger (Granger CausalityTest) Pengujian dengan Granger s Causality ini menjadi penting karena bertujuan untuk menguji hubungan antar variabel sebagaimana yang telah disusun pemodelannya. Uji kausalitas ini tidak dimaksudkan untuk membuat estimasi terhadap model. Persamaan yang telah disusun dalam penelitian ini tampak sebagai berikut:

9 67 capihsg = Ao + Bo x tingkat bungabi yieldbond = Ai + Bi x tingkat bungabi Melalui dua model persamaan di atas tampak bahwa ada dua variabel dependen yang ingin diketahui keterkaitannya dengan variabel-variabel independen. Tahap memeriksa hubungan kausal ini menjadi penting dalam menganalisis tahap-tahap berikutnya dalam analisa runtun waktu. Hubungan kausalitas Granger adalah uji hubungan yang saling menyebabkan di antara variabel. Syarat yang harus terpenuhi adalah variabel-variabel yang diujikan telah stasioner. Terdapat tiga pasang variabel yang akan diujikan, yaitu: (1) apakah terdapat hubungan dua arah antara yield obligasi dengan capital gain IHSG, (2) apakah terdapat hubungan dua arah antara variabel suku bunga dengan capital gain IHSG, dan (3) apakah terdapat hubungan dua arah antara suku bunga BI dengan yield obligasi. Hasil uji kausalitas dengan menggunakan metode Granger s Causality dapat dilihat pada Tabel 4.5. Tabel 4.5 Hasil Uji Kausalitas Granger Hipotesis Nol: Observasi F-Hitung Probabilitas YIELDOBL10 does not Granger Cause CAPIHSG CAPIHSG does not Granger Cause YIELDOBL BIRATE does not Granger Cause CAPIHSG CAPIHSG does not Granger Cause BIRATE

10 68 BIRATE does not Granger Cause YIELDOBL YIELDOBL10 does not Granger Cause BIRATE Sumber: Diringkas dari hasil olah Eviews Tabel 4.6 F-tabel Probabiltas 1% 5% 10% Nilai F 4, , , Dengan menggunakan pembanding F-tabel pada taraf 1%, 5%, dan 10% sebagaimana yang ditampilkan pada Tabel 4.6, hasil-hasil uji kausalitas Granger yang menguji hubungan kausal Granger di antara 3 (tiga) pasang variabel menunjukkan adanya temuan-temuan sebagai berikut: Pertama, H o yang menyatakan bahwa yield obligasi pemerintah 10 tahun tidak menyebabkan kausalitas Grangger terhadap capital gain IHSG terbukti atau diterima (H 0 diterima jika F-hitung > F-tabel 1%,5%,10% ). Nilai F-hitung sebesar < 4, ; 2, ; 2, Demikian pula dengan H 0 yang menyatakan bahwa capital gain IHSG tidak menyebabkan kausalitas Grangger terhadap yield obligasi pemerintah 10 tahun terbukti, karena F-hitung sebesar < 4, ; 2, ; 2, Oleh karena itu, hubungan kedua variabel tersebut dapat dikatakan memiliki hubungan dua arah. Kedua, H o yang menyatakan bahwa suku bunga BI tidak menyebabkan kausalitas Grangger pada capital gain IHSG ditolak (H 0 diterima jika F-hitung > F-tabel 1%,5%,10% ), karena nilai F-hitung sebesar > 4, ; 2, ; 2, Pada pasangan berikutnya, H 0 yang menyatakan

11 69 bahwa capital gain IHSG tidak menyebabkan kausalitas Grangger pada suku bunga BI diterima pada taraf 1% dan 5%, karena F-hitung sebesar < 4, ; 2, Namun H 0 ditolak pada taraf 10% karena F-hitung sebesar > 2, Oleh karena itu, hubungan kedua variabel tersebut dapat dikatakan masih memiliki hubungan dua arah. Ketiga, H o yang menyatakan bahwa suku bunga BI tidak menyebabkan kausalitas Grangger pada yield obligasi pemerintah 10 tahun ditolak (H 0 diterima jika F-hitung > F-tabel 1%,5%,10% ), karena nilai F-hitung sebesar > 4, ; 2, ; 2, Pada pasangan berikutnya, H 0 yang menyatakan bahwa yield obligasi pemerintah 10 tahun tidak menyebabkan kausalitas Grangger pada suku bunga BI diterima pada taraf 1% karena F-hitung sebesar < 4, Namun H 0 ditolak pada taraf 5% dan 10% karena F-hitung sebesar > 2, ; 2, Oleh karena itu, hubungan kedua variabel tersebut dapat dikatakan masih memiliki hubungan dua arah. Hasil uji kausalitas untuk pasangan pertama menunjukkan bahwa semua hipotesis nol yang diajukan diterima atau dengan kata lain variabel yield obligasi tidak menyebabkan perubahan pada capital gain IHSG dan capital gain IHSG tidak menyebabkan perubahan pada yield obligasi. Nilai F-hitung yang lebih kecil dari F-tabel ini juga menunjukkan bahwa masing-masing variabel tidak saling memengaruhi. Dalam hal yield obligasi sebagai variabel dependen dan capital gain sebagai variabel independen dan atau sebaliknya, maka tidak ada pengaruh dari variabel independen terhadap variabel dependen.

12 70 Hasil uji kausalitas untuk pasangan kedua menunjukkan bahwa ada satu hipotesis nol yang diajukan ditolak pada semua tingkat probabilitas atau dengan kata lain variabel suku bunga BI menyebabkan perubahan pada capital gain IHSG. Pada pasangan berikutnya, terjadi penerimaan hipotesis nol pada tingkat probabilitas 1% dan 5% atau di sini capital gain IHSG tidak menyebabkan perubahan pada suku bunga BI. Meskipun hipotesis nol diterima, namun masih ada peluang diterima pada tingkat probabilitas 10%. Hasil uji kausalitas untuk pasangan ketiga menunjukkan bahwa satu hipotesis nol yang diajukan ditolak pada semua tingkat probabilitas atau dengan kata lain variabel suku bunga BI menyebabkan perubahan pada yield obligasi. Pada pasangan lainnya yield obligasi terbukti tidak menyebabkan perubahan pada suku bunga BI pada tingkat probabilitas 1%. Hasil yang berbeda ditemukan karena pada taraf probabilitas 5% dan 10%, hipotesis nol ditolak atau yield obligasi menyebabkan perubahan pada suku bunga BI Hasil Uji Kointegrasi Sebelum melakukan analisa dengan metode VECM, perlu dilakukan terlebih dahulu uji kointegrasi. Keberadaan variabel-variabel penelitian yang tidak stasioner sebagaimana yang ditunjukkan dari hasil uji stasioner sebelumnya, meningkatkan kemungkinan terjadinya hubungan kointegrasi antar variabel. Untuk itu masih diperlukan suatu uji yang disebut uji kointegrasi untuk mengetahui apakah terdapat hubungan kointegrasi antar variabel yang diteliti atau tidak ada sama sekali, sekaligus untuk memperoleh hubungan jangka panjang

13 71 antara variabel capital gain IHSG, yield obligasi pemerintah 10 tahun dan suku bunga BI. Pada penelitian ini, uji kointegrasi untuk mengetahui jumlah persamaan kointegrasi dilakukan melalui Johansen Cointegration Test dengan lag optimal = 2 sesuai penentuan berdasarkan SC yang telah dilakukan sebelumnya. Jika nilai trace statistic lebih besar dari nilai kritis, maka persamaan tersebut terkointegrasi. Hasil uji kointegrasi pada penelitian ini dapat dilihat pada tabel 4.7 berikut ini: Tabel 4.7 Hasil Uji Kointegrasi dengan metode Johansen s Cointegration Test (trace statistic) Hypothesized No. of CE(s) Eigenvalue Trace Statistic 5 Percent Critical Value 1 Percent Critical Value None ** At most 1 * At most Sumber: Diringkas dari hasil olah Eviews Berdasarkan Tabel 4.7 di atas dapat dilihat bahwa nilai trace statistic r = 0 lebih besar dari critical value dengan tingkat signifikansi 5%, yaitu > Hal ini berarti hipotesis nol yang menyatakan bahwa tidak ada kointegrasi ditolak dan hipotesis alternatif yang menyatakan bahwa ada kointegrasi tidak dapat ditolak. Berdasarkan analisis ekonometrik di atas dapat dilihat bahwa di antara ketiga variabel dalam penelitian ini, terdapat satu kointegrasi pada tingkat

14 72 signifikansi 5%. Dengan demikian, dari hasil uji kointegrasi mengindikasikan bahwa di antara pergerakan capital gain IHSG, yield obligasi pemerintah 10 tahun dan suku bunga BI memiliki hubungan stabilitas/keseimbangan dan kesamaan pergerakan dalam jangka panjang. Dengan kalimat lain, dalam setiap periode jangka pendek, seluruh variabel cenderung saling menyesuaikan, untuk mencapai ekuilibrium jangka panjangnya. Hasil uji Johansen Cointegration ini juga menunjukkan setidaknya adanya 1 (satu) persamaan kointegrasi, yakni pada saat dimana nilai trace statistic lebih besar dari nilai kritisnya. Dengan demikian, model yang tepat untuk digunakan dalam penelitian ini adalah Vector Error Correction Model (VECM) Model Empiris VECM Setelah hubungan kointegrasi diantara ketiga variabel penelitian diperoleh, maka tahap selanjutnya adalah membentuk model VECM. Menurut Enders, jika terdapat hubungan kointegrasi di antara variabel penelitian, maka estimasi dilakukan dengan VECM, sedangkan jika tidak ada kointegrasi di antara ketiga variabel di atas maka estimasi dilakukan dengan VAR. Tabel 4.8 menyajikan hasil estimasi dengan VECM, sedangkan di dalam Tabel 4.9 ditampilkan nilai t-tabel sebagai pembanding dengan t-statistik: Tabel 4.8 Hasil Estimasi VECM Variabel Koefisien T-statistik Keterangan Jangka Panjang

15 73 CAPIHSG(-1) YIELDOBL10(-1) Signifikan BIRATE(-1) Signifikan C Jangka Pendek D(CAPIHSG) D(YIELDOBL10) D(CAPIHSG(-1)) TS TS D(CAPIHSG(-2)) TS TS D(YIELDOBL10(-1)) TS TS D(YIELDOBL10(-2)) TS TS D(BIRATE(-1)) Signifikan Signifikan D(BIRATE(-2)) Signifikan TS C CointEq Tabel 4.9 Nilai T-tabel Sumber: Diringkas dari hasil olah Eviews, TS = Tidak signifikan Probabilitas 1% 5% 10% Nilai T-tabel 2, , ,

16 74 Persamaan yang dihasilkan dalam estimasi VECM adalah sebagai berikut: DCAPIHSG = (CAPIHSG(-1)) (YIELDOBL10(-1)) (BIRATE(-1)) (D(CAPIHSG(-1))) (D(CAPIHSG(-2))) (D(YIELDOBL10(-1))) (D(YIELDOBL10(-2))) (D(BIRATE(-1))) (D(BIRATE(-2))) D(YIELDOBL10)= D(CAPIHSG) ()) (YIELDOBL10(-1)) (BIRATE(-1)) (D(CAPIHSG(-1))) (D(CAPIHSG(-2))) (D(YIELDOBL10(-1))) (D(YIELDOBL10(-2))) (D(BIRATE(-1))) (D(BIRATE(-2))) Pada persamaan pertama dengan variabel dependen DCAPIHSG, tampak variabel CAPIHSG, YIELDOBL10 dan BIRATE memberikan pengaruh yang signifikan. Pola hubungan CAPIHSG dengan dirinya sendiri positif, sedangkan dengan YIELDOBL10 negatif, dan pola hubungan dengan BIRATE positif. Capital gain IHSG pada lag 1 dan lag 2 tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen CAPIHSG. Demikian halnya dengan yield obligasi pada periode 1 dan 2 sebelumnya tidak memberikan pengaruh terhadap CAPIHSG. Variabel suku bunga BI memberikan pengaruh yang signifikan terhadap CAPIHSG pada periode 1 bulan dan 2 bulan sebelumnya.

17 75 Hasil estimasi VECM pada tabel 4.8 di atas menunjukkan bahwa dalam jangka panjang, secara statistik variabel yield obligasi pemerintah 10 tahun mempunyai hubungan yang negatif dengan capital gain IHSG ( ) dan signifikan pada probabilitas 10%. Hasil ini menunjukkan bahwa pada jangka panjang perubahan yield obligasi pemerintah 10 tahun akan senantisa diikuti oleh capital gain IHSG dengan arah yang berkebalikan. Dengan kata lain, jika terjadi kenaikan sebanyak 1% pada yield obligasi pemerintah akan diikuti dengan penurunan capital gain IHSG sebesar % atau jika terjadi penurunan 1% pada yield obligasi pemerintah akan diikuti dengan kenaikan capital gain IHSG sebesar %. Di lain pihak, pada hubungan antara variabel suku bunga BI dengan capital gain IHSG diketahui memiliki hubungan yang positif ( ) dan signifikan pada probabilitas 5% dan 10%,. Dengan demikian, apabila terjadi peningkatan sebesar 1% pada suku bunga BI akan diikuti dengan peningkatan capital gain IHSG sebesar % atau jika terjadi penurunan sebesar 1% pada suku bunga BI akan diikuti penurunan capital gain IHSG sebesar %. Selain hasil-hasil hubungan jangka panjang di atas, estimasi VECM menemukan hasil-hasil untuk hubungan jangka pendek sebagai berikut: (1) variabel capital gain IHSG secara statistik tidak berpengaruh secara signifikan terhadap dirinya sendiri pada lag pertama dan kedua, (2) variabel yield obligasi pemerintah 10 tahun tidak berpengaruh secara signifikan terhadap capital gain IHSG pada lag pertama dan kedua, (3) suku bunga BI berpengaruh secara signifikan terhadap capital gain IHSG pada lag pertama dan tidak berpegaruh secara signifikan pada lag kedua.

18 Analisis Innovation Accounting Secara umum, innovation accounting perlu dilakukan sebagai upaya untuk menguraikan bagaimana dan seberapa besar pengaruh shock atau impulse atau innovation atau disturbance terhadap variabel-variabel yang dibentuk dalam persamaan, mengingat salah satu kelemahan dalam sistem VAR adalah sulitnya menginterprestasikan koefisien yang merupakan hasil estimasi. Oleh karena itu, untuk mencapai salah satu tujuan dalam penelitian ini, yakni mengetahui peranan sistem keuangan dalam mendorong (boost) pertumbuhan ekonomi di Indonesia, alat analisis yang digunakan adalah innovation accounting, yang terdiri dari Impulse Response Function dan Variance Decomposition. Hal ini lazim digunakan oleh para peneliti sebelumnya dalam melakukan analisis melalui Impulse Response Function dan Variance Decomposition (Gujarati, 2003) Impulse Response Function (IRF) Perilaku dinamis dari model VECM dapat dilihat melalui respon dari setiap variabel terhadap kejutan dari variabel tersebut maupun terhadap variabel endogen lainnya. Dalam model ini response dari perubahan masing-masing variabel dengan adanya informasi baru diukur dengan 1-standar deviasi. Sumbu horizontal merupakan waktu dalam periode hari ke depan setelah terjadinya shock, sedangkan sumber vertikal adalah nilai respon. Secara mendasar dalam analisis ini akan diketahui respon positif atau negatif dari suatu variabel terhadap variabel lainnya. Respon tersebut dalam jangka pendek biasanya cukup signifikan dan cenderung berubah. Dalam jangka panjang respon cenderung konsisten dan terus

19 77 mengecil. Impulse Response Function memberikan gambaran bagaimana respon dari suatu variabel di masa mendatang jika terjadi gangguan pada satu variabel lainnya. Untuk memudahkan interpretasi, hasil analisis disajikan dalam bentuk grafik pada Gambar 4.2 di bawah dalam 60 bulan ke depan. Estimasil ini menguatkan temuan pada uji kausalitas Granger sebelumnya, yang menyebutkan bahwa yield obligasi tidak menyebabkan perubahan pada capital gain IHSG. Hasil analisa IRF pada Gambar 4.2 grafik pertama (baris pertama kolom satu) menunjukkan bahwa respon yang diberikan oleh variabel capital gain IHSG akibat adanya shock pada variabel yield obligasi adalah positif sejak periode pertama hingga periode keempat. Pada tiga periode awal bahkan mencatat respon yang tinggi sampai ke level 0.73%. Periode kelima, respon turun menjadi negatif sampai dengan periode keduabelas. Mulai periode ke ketigabelas sampai dengan periode akhir kembali positif dan respon semakin melemah sampai ke level 0.013% atau mendekati nol. Situasi ini memperlihatkan bahwa perubahan pada yield obligasi semakin tidak berpengaruh positif terhadap perubahan capital gain IHSG. Gambar 4.4 Impulse Response Function

20 78 Response to Cholesky One S.D. Innovations 6 Response of RETIHSG to YIELDOBL10.8 Response of YIELDOBL10 to RETIHSG 6 Response of RETIHSG to BIRATE Response of BIRATE to RETIHSG.4 Response of BIRATE to YIELDOBL10.8 Response of YIELDOBL10 to BIRATE Sumber: Hasil olah Eviews Grafik kedua pada Gambar 4.4 (baris pertama kolom dua) dan Tabel 4.10 memperlihatkan respon dari yield obligasi terhadap perubahan yang terjadi pada capital gain IHSG. Yield obligasi merespon secara negatif terhadap perubahan yang terjadi pada capital gain IHSG mulai dari periode awal sampai dengan periode akhir. Pada dua periode awal, perubahan pada capital gain IHSG menyebabkan penurunan yield obligasi sebesar 0.62% dan 0.48%, namun penurunan yang besar ini tidak berlangsung lama karena yield obligasi terus bergerak ke atas mendekati nol sampai dengan periode akhir. Grafik ketiga pada Gambar 4.4 (baris pertama kolom tiga) dan Tabel 4.10 memperlihatkan respon dari capital gain IHSG terhadap perubahan yang terjadi pada suku bunga BI. Capital gain IHSG merespon secara negatif terhadap perubahan yang terjadi pada suku bunga BI mulai dari periode awal (3.06%) sampai dengan periode kesembilan (0.03%). Pada periode kesepuluh respon

21 79 berubah menjadi positif (0.13%) dan terus positif sampai dengan periode akhir dengan persentase perubahan yang semakin mengecil (0.017%). Grafik keempat pada Gambar 4.4 (baris kedua kolom satu) dan Tabel 4.10 memperlihatkan respon dari suku bunga BI terhadap perubahan yang terjadi pada capital gain IHSG. Suku bunga BI merespon secara negatif terhadap perubahan yang terjadi pada capital gain IHSG mulai dari periode awal di mana turun ke 0.02% dan menurun terus sampai ke periode keenam (0.068%). Mulai dari periode kesembilan sampai dengan periode terakhir perubahan suku bunga BI direspon ke arah yang lebih positif. Grafik kelima pada Gambar 4.4 (baris kedua kolom dua) dan Tabel 4.10 memperlihatkan respon dari yield obligasi terhadap perubahan yang terjadi pada suku bunga BI. Yield obligasi merespon secara positif terhadap perubahan yang terjadi pada suku bunga BI mulai dari periode kedua (0.21%) sampai puncaknya di periode kesembilan (0.572%) dan menurun terus sampai ke periode akhir (0.073%). Grafik keenam pada Gambar 4.4 (baris kedua kolom tiga) dan Tabel 4.10 memperlihatkan respon dari suku bunga BI terhadap perubahan yang terjadi pada yield obligasi. Suku bunga BI merespon secara positif terhadap perubahan yang terjadi pada suku yield obligasi mulai dari periode awal sampai dengan periode akhir. Pada periode kedelapan sempat sampai %, setelah itu tidak terjadi penguatan tetapi semakin turun mendekati nol di periode terakhir. Tabel 4.10 Impulse Response

22 80 Response of Response of Response of Response of Response of Response of Period CAPIHSG to YIELDOBL10 CAPIHSG to BIRATE to YIELDOBL10 BIRATE to YIELDOBL10 to CAPIHSG BIRATE CAPIHSG to BIRATE YIELDOBL Tabel 4.10 Impulse Response Response of Response of Response of Response of Response of Response of Period CAPIHSG to YIELDOBL10 CAPIHSG to BIRATE to YIELDOBL10 BIRATE to YIELDOBL10 to CAPIHSG BIRATE CAPIHSG to BIRATE YIELDOBL10

23

24 Sumber: Diringkas dari hasil olah Eviews Variance Decomposition (VD) Setelah menganalisis perilaku dinamis melalui impulse response, selanjutnya akan dilihat karakteristik model melalui variance decomposition. Pada bagian ini dianalisis bagaimana varian dari suatu variabel ditentukan oleh peran dari variabel lainnya maupun peran dari dirinya sendiri. Variance decomposition digunakan untuk menyusun forecast error variance suatu variabel, yaitu seberapa besar perbedaan antara variance sebelum dan sesudah shock, baik shock yang berasal dari diri sendiri maupun shock dari variabel lain untuk melihat pengaruh relatif variabel-variabel penelitian terhadap variabel lainnya. Prosedur variance decomposition yaitu dengan mengukur persentase kejutan-kejutan atas masingmasing variabel. Berikut ini disajikan variance decomposition untuk waktu enam

25 83 puluh periode ke depan atas masing-masing variabel sebagaimana ditampilkan pada pada Tabel Tabel 4.11 Variance Decomposition CAPIHSG Periode S.E. CAPIHSG YIELDOB L10 BIRATE Periode S.E. CAPIHSG YIELDOBL1 BIRATE

26 Sumber: Diringkas dari hasil olah Eviews Terdapat tiga variabel yang akan ditinjau, namun titik berat yang akan diperhatikan pada penelitian ini adalah varians-varians mana saja yang paling berperan terhadap pertumbuhan capital gain IHSG dan yield obligasi di masa mendatang. Pertama, dari tabel variance decomposition 4.11 di atas dapat dijelaskan bahwa kontribusi terbesar terhadap capital gain IHSG berasal dari varians capital gain IHSG itu sendiri. Pada periode pertama, varians diri sendiri memberikan pengaruh sebesar 100%. Pada periode kedua kontribusi varians diri sendiri menurun sebesar 22% menjadi 77.9%, sedangkan varians variabel suku bunga BI berkontribusi sebesar 21.1% dan varians yield obligasi sebesar 0.8%. Pada periode ketiga, pengaruh varins diri sendiri masih kuat namun semakin menurun (66.78%), di saat yang sama varians suku bunga berkontribusi semakin besar menjadi 31.63%. Pada periode ketiga belas pengaruh varians diri sendiri terhadap perubahan capital gain IHSG turun menjadi 58.9% dan suku bunga BI berperan sebesar 38.69%. Sampai pada akhir periode besarnya pengaruh dari kedua varians tersebut berkisar 58% dan 38% sedangkan sisanya dari kontribusi varians yield obligasi.

27 85 Hasil ini menunjukkan bahwa peningkatan capital gain IHSG di masamasa mendatang masih bergantung pada perubahan-perubahan dari diri sendiri. Tingkat kepercayaan pemegang saham untuk tidak berpindah aset menjadi modal berharga di tengah isu-isu mengenai siklus krisis global. Dengan perkiraan pertumbuhan ekonomi Indonesia yang relatif menjanjikan dan tingkat bunga yang relatif stabil menjadi keyakinan yang bisa mendorong pertumbuhan capital gain. Tabel 4.12 Variance Decomposition YIELDOBL10 Periode S.E. CAPIHSG YIELDOB L10 BIRATE Periode S.E. CAPIHSG YIELDOBL1 BIRATE

28 Sumber: Diringkas dari hasil olah Eviews Kedua, analisis variance decomposition terhadap varians variabel mana yang memberikan kontribusi terbesar terhadap yield obligasi ditunjukkan pada Tabel Pada periode pertama tampak varians dari capital gain IHSG (50.05%) memberikan kontribusi terbesar terhadap perubahan yield obligasi dibandingkan yield obligasi itu sendiri (49.9%) dan varians suku bunga BI (0.000%). Mulai dari periode kedua sampai dengan kesembilan, varians yield obligasi sendiri lebih berperan dibandingkan dengan dua varians variabel lainnya, di mana varians yield obligasi berkonstribusi sebesar 41.8%, suku bunga sebesar 40.4%, dan capital gain IHSG sebesar 17.6%. Tabel 4.13

29 87 Variance Decomposition BIRATE Periode S.E. CAPIHSG YIELDOB L10 BIRATE Periode S.E. CAPIHSG YIELDOBL1 BIRATE

30 Sumber: Diringkas dari hasil olah Eviews Perkembangan berikutnya terlihat bahwa mulai dari periode kesepuluh sampai dengan periode akhir varians suku bunga BI semakin besar peranannya terhadap perubahan yield obligasi dibandingkan dua variabel lain, yang ditunjukkan dengan semakin besarnya prosentase dari periode ke periode. Pada periode kesepuluh, varians suku bunga berkontribusi sebesar 42.9%, varians yield obligasi turun menjadi 40.5%, dan varians capital gain IHSG turun menjadi 16.43%. Pada periode akhir, varians suku bunga BI berkontribusi sebesar 52.8% atau terjadi peningkatan sebesar hampir 10% dari periode kesepuluh, varians yield obligasi turun menjadi 36.75% dan varians capital gain IHSG turun menjadi 10.39%. Cukup besarnya andil varians suku bunga BI terhadap perubahan yield obligasi menunjukkan bahwa varians suku bunga BI memiliki peran yang penting bagi pertumbuhan yield obligasi. Peristiwa-peristiwa seperti ketika BI memutuskan untuk menaikan tingkat suku bunga dapat menahan pertumbuhan yield obligasi. Para investor pemegang saham dan pendapatan tetap seperti obligasi akan mempertimbangkan untuk mencari alternatif lain untuk memindahkan dananya ke pasar uang. Pemindahan ini tentu akan berdampak pada menurunnya penyertaan dana di kedua golongan aset ini. Hasil penelitian ini

31 89 menunjukkan pertumbuhan yield obligasi bergantung pada perubahan yang terjadi pada penetapan suku bunga BI, yaitu sebesar 52.8%. Ketiga, hasil lain yang dapat melengkapi penelitian ini adalah bahwa perkembangan suku bunga BI lebih dipengaruhi oleh varians dari suku bunga BI itu sendiri. Sebagaimana tampak dalam Tabel 4.13, sejak periode pertama sampai dengan periode akhir, kontribusi dari varians suku bunga BI lebih besar dibandingkan dengan dua varians variabel lainnya. Pada awal periode varians suku bunga berkontribusi sebesar 95.3%, capital gain IHSG sebesar 3.25% dan yield obligasi sebesar 1.48%. Kontribusi terbesar dari varians suku bunga BI terus berlanjut sampai dengan periode akhir, yaitu sebesar 69.3%, yield obligasi 25.8% dan capital gain IHSG sebesar 4.89%. Hasil ini memperlihatkan bahwa perubahan suku bunga BI dari periode ke periode hanya memberi ruang yang kecil kepada peubah-peubah dari variabel-variabel di luar dirinya seperti yield obligasi dan capital gain IHSG. Namun dengan masih adanya ruang bagi varians variabel-variabel lain menunjukkan bahwa penetapan suku bunga BI masih memerhatikan komponenkomponen lain yang dipandang mampu memberikan kontribusi yang lebih luas terhadap kemajuan ekonomi dalam negeri. Pada saat pasar saham menguat, dipandang sebagai saat yang tepat untuk menaikkan suku bunga untuk tujuan seperti menahan inflasi, namun disatu sisi berpotensi mendorong masuknya arus modal asing.

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. atas, data stasioner dibutuhkan untuk mempengaruhi hasil pengujian

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. atas, data stasioner dibutuhkan untuk mempengaruhi hasil pengujian BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Uji Kualitas dan Instrumen Data 1. Uji Stasioneritas Tahap pertama yang harus dilalui untuk mendapatkan estimasi VECM adalah pengujian stasioneritas data masing-masing

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. stasioner dari setiap masing-masing variabel, baik itu variabel independent

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. stasioner dari setiap masing-masing variabel, baik itu variabel independent BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Uji Kausalitas Intrumen Data. 1. Uji Stasioner Data. Tahap pertama dalam metode VECM yaitu dengan melakukan pengujian stasioner dari setiap masing-masing variabel,

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. time series. Data time series umumnya tidak stasioner karena mengandung unit

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. time series. Data time series umumnya tidak stasioner karena mengandung unit 48 V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Uji Kestasioneritasan Data Uji stasioneritas data dilakukan pada setiap variabel yang digunakan pada model. Langkah ini digunakan untuk menghindari masalah regresi lancung

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Pengujian Stasioner Data / Uji Akar (Unit Root Test) Suatu data atau variabel dapat dikatakan stasioner apabila nilai rata-rata dan memiliki varians yang konstan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Pengujian kestasioneran data diperlukan pada tahap awal data time series

HASIL DAN PEMBAHASAN. Pengujian kestasioneran data diperlukan pada tahap awal data time series IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pengujian Pra Estimasi 4.1.1. Kestasioneran Data Pengujian kestasioneran data diperlukan pada tahap awal data time series untuk melihat ada tidaknya unit root yang terkandung

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Pengujian Akar Unit (Unit Root Test) bahwa setiap data time series yang akan dianalisis akan menimbulkan spurious

HASIL DAN PEMBAHASAN Pengujian Akar Unit (Unit Root Test) bahwa setiap data time series yang akan dianalisis akan menimbulkan spurious 48 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pengujian Akar Unit (Unit Root Test) Pengujian akar unit merupakan tahap awal sebelum melakukan estimasi model time series. Pemahaman tentang pengujian akar unit ini mengandung

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 56 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Metode analisis yang digunakan oleh penulis dalam penelitian ini adalah metode Vector Auto Regression (VAR) dan dilanjutkan dengan metode Vector Error Correction Model (VECM).

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. maupun variabel dependent. Persamaan regresi dengan variabel-variabel yang

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. maupun variabel dependent. Persamaan regresi dengan variabel-variabel yang BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 5.1. Uji Stasioneritas 5.1.1 Uji Akar Unit ( Unit Root Test ) Tahap pertama dalam metode VAR yaitu dengan melakukan pengujian stasioner dari setipa masing-masing variabel,

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Tabel 5.1 Uji Stasioneritas Data

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Tabel 5.1 Uji Stasioneritas Data BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Uji Kausalitas dan Instrumen Data 1. Uji Stasioner Test Variabel Level t-statistik Sumber: Data Diolah Tabel 5.1 Uji Stasioneritas Data Prob ULN 2.065415 0.9998

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. metode Vector Auto Regression (VAR) dan dilanjutkan dengan metode Vector

HASIL DAN PEMBAHASAN. metode Vector Auto Regression (VAR) dan dilanjutkan dengan metode Vector 52 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Metode analisis yang digunakan oleh penulis dalam penelitian ini adalah metode Vector Auto Regression (VAR) dan dilanjutkan dengan metode Vector Error Correction Model (VECM).

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 45 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Untuk menggambarkan bagaimana pengaruh capital gain IHSG dengan pergerakan yield obligasi pemerintah dan pengaruh tingkat suku bunga terhadap IHSG dan

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Uji Kausalitas dan Instrumen Data 1. Uji Stasioneritas Dalam mendapatkan estimasi model VECM, tahap pertama yang harus dilakukan pada pengujian data adalah dengan

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. mengandung akar-akar unit atau tidak. Data yang tidak mengandung akar unit

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. mengandung akar-akar unit atau tidak. Data yang tidak mengandung akar unit 32 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Estimasi VAR 4.1.1 Uji Stasioneritas Uji kestasioneran data pada seluruh variabel sangat penting dilakukan untuk data yang bersifat runtut waktu guna mengetahui apakah

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Uji Kualitas Data 1. Hasil Uji Stasioneritas/ Unit Root Test Uji stasioneritas dalam penelitian ini adalah menggunakan uji akar-akar unit (Unit Root Test) dengan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Obyek Penelitian Dalam penelitian ini, obyek yang diamati yaitu inflasi sebagai variabel dependen, dan variabel independen JUB, kurs, BI rate dan PDB sebagai variabel yang

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Obyek Penelitian Obyek penelitian adalah sesuatu yang menjadi perhatian dalam suatu penelitian, objek penelitian ini menjadi sasaran dalam penelitian untuk mendapatkan

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Uji Kualitas Instrumen 1. Hasil Uji Stasioneritas Data (Unit Root Test) Uji stasioneritas data menggunakan metode pengujian ADF (Augmented Dickey Fuller)

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Tabel 5.1 Unit Root Test Augmented Dickey Fuller (ADF-Test)

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Tabel 5.1 Unit Root Test Augmented Dickey Fuller (ADF-Test) BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Uji Stasioneritas Tahap pertama yang harus dilakukan untuk mendapatkan estimasi VECM adalah pengujian stasioneritas data masing-masing variabel,

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS HASIL PENELITIAN

BAB V ANALISIS HASIL PENELITIAN 70 BAB V ANALISIS HASIL PENELITIAN 5.1. Uji Stasioneritas Uji stasioneritas merupakan tahap yang paling penting dalam menganalisis data time series untuk melihat ada tidaknya unit root yang terkandung

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN A. Objek Penelitian BAB III METODE PENELITIAN Obyek/Subyek yang diamati dalam penelitian ini adalah Pembiayaan Modal Kerja UMKM dengan variabel independen DPK, NPF, Margin, dan Inflasi sebagai variabel

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Uji Pra Estimasi Uji Akar Unit (Unit Root Test) Pada penerapan analisis regresi linier, asumsi-asumsi dasar yang

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Uji Pra Estimasi Uji Akar Unit (Unit Root Test) Pada penerapan analisis regresi linier, asumsi-asumsi dasar yang 40 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Uji Pra Estimasi 4.1.1. Uji Akar Unit (Unit Root Test) Pada penerapan analisis regresi linier, asumsi-asumsi dasar yang telah ditentukan harus dipenuhi. Salah satu asumsi

Lebih terperinci

Analisis Mekanisme Transmisi Kebijakan Moneter Jalur Kredit dan Jalur Harga Aset di Indonesia Pendekatan VECM (Periode 2005: :12)

Analisis Mekanisme Transmisi Kebijakan Moneter Jalur Kredit dan Jalur Harga Aset di Indonesia Pendekatan VECM (Periode 2005: :12) Analisis Mekanisme Transmisi Kebijakan Moneter Jalur Kredit dan Jalur Harga Aset di Indonesia Pendekatan VECM (Periode 2005:01 2015:12) DISUSUN OLEH : SITI FATIMAH 27212052 LATAR BELAKANG Kebijakan moneter

Lebih terperinci

III METODE PENELITIAN

III METODE PENELITIAN 18 III METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Mengetahui kointegrasi pada setiap produk adalah salah satu permasalahan yang perlu dikaji dan diteliti oleh perusahaan. Dengan melihat kointegrasi produk,

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1. Pendekatan Penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif deskriptif. Pendekatan kuantitatif deskripstif merupakan pengujian hipotesis

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. Untuk memenuhi salah satu asumsi dalam uji data time series dan uji

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. Untuk memenuhi salah satu asumsi dalam uji data time series dan uji BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Uji Stasioneritas Untuk memenuhi salah satu asumsi dalam uji data time series dan uji VECM, maka perlu terlebih dahulu dilakukan uji stasioneritas. Uji stationaritas yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Objek Penelitian. Dalam penelitian ini penulis memilih impor beras sebagai objek melakukan riset di Indonesia pada tahun 1985-2015. Data bersumber dari Badan Pusat Statistika

Lebih terperinci

Penjualan Pasokan Penjualan Pasokan Penjualan Pasokan

Penjualan Pasokan Penjualan Pasokan Penjualan Pasokan LAMPIRAN Lampiran 1. Data Penjualan dan Pasokan Bulan January 2005 2006 2007 Penjualan Pasokan Penjualan Pasokan Penjualan Pasokan 293.57 291.82 325.64 546.955 359.88 762.063 February 297.05 291.82 341.45

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Uji Kualitas dan Instrumen Data 1. Uji Stasioneritas. Tahap pertama yang harus dilalui untuk mendapatkan estimasi VECM adalah pengujian stasioneritas data masing-masing

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Indonesia dan variabel independen, yaitu defisit transaksi berjalan dan inflasi.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Indonesia dan variabel independen, yaitu defisit transaksi berjalan dan inflasi. BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini difokuskan pada variabel dependen utang luar negeri Indonesia dan variabel independen, yaitu defisit transaksi berjalan dan inflasi.

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. langkah yang penting sebelum mengolah data lebih lanjut. Data time series yang

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. langkah yang penting sebelum mengolah data lebih lanjut. Data time series yang 60 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Uji Stasioneritas Hasil dan pembahasan dalam penelitian ini akan didasarkan pada langkahlangkah yang telah dijelaskan sebelumnya pada Bab III. Langkah pertama merupakan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian Perusahaan merupakan suatu badan hukum yang memiliki suatu tujuan yang ingin dicapai salah satunya yaitu mendapatkan keuntungan. Untuk mencapai

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Untuk membatasi ruang lingkup permasalahan maka yang dijadikan objek

III. METODOLOGI PENELITIAN. Untuk membatasi ruang lingkup permasalahan maka yang dijadikan objek 53 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian Untuk membatasi ruang lingkup permasalahan maka yang dijadikan objek penelitian yang dilakukan, maka penelitian ini akan menganalisis kinerja kebijakan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Bentuk data berupa data time series dengan frekuensi bulanan dari Januari 2000

III. METODE PENELITIAN. Bentuk data berupa data time series dengan frekuensi bulanan dari Januari 2000 28 III. METODE PENELITIAN 3.1. Data 3.1.1. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Bentuk data berupa data time series dengan frekuensi bulanan dari Januari

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. METODE PENELITIAN 1. Objek Penelitian Objek dalam penelitian ini adalah Perbankan Syariah di Indonesia yang mempunyai laporan keuangan yang transparan dan di publikasikan oleh

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. terdiri dari data pinjaman luar negeri, pengeluaran pemerintah, penerimaan pajak,

METODE PENELITIAN. terdiri dari data pinjaman luar negeri, pengeluaran pemerintah, penerimaan pajak, III. METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data terdiri dari data pinjaman luar negeri, pengeluaran pemerintah, penerimaan pajak,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 49 BAB III METODE PENELITIAN A. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional 1. Variabel Penelitian Variabel-variabel dalam penelitian ini menggunakan variabel dependen dan independen. Variabel dependen

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian Respon PDB terhadap shock

METODE PENELITIAN. Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian Respon PDB terhadap shock 40 III. METODE PENELITIAN Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian Respon PDB terhadap shock kredit perbankan, pembiayaan pada lembaga keuangan non bank dan nilai emisi saham pada pasar modal

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Data-data tersebut berupa data bulanan dalam rentang waktu (time series) Januari

III. METODOLOGI PENELITIAN. Data-data tersebut berupa data bulanan dalam rentang waktu (time series) Januari 40 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data Berdsarkan kajian beberapa literatur penelitian ini akan menggunakan data sekunder. Data-data tersebut berupa data bulanan dalam rentang waktu (time

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. merupakan data time series dari bulan Januari 2002 sampai Desember Data

METODE PENELITIAN. merupakan data time series dari bulan Januari 2002 sampai Desember Data 23 III. METODE PENELITIN 3.1 Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang merupakan data time series dari bulan Januari 2002 sampai Desember 2009. Data

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. HASIL ANALISIS Pengujian vektor autoregresi pada penelitian ini menggunakan bantuan aplikasi perangkat lunak Eviews versi 6 yang dikembangkan dan didistribusikan oleh Quantitative

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Uji Kuantitas dan Instrumen Data 1. Uji Stasioneritas Tahap pertama yang harus dilalui untuk mendapatkan estimasi VECM adalah pengujian stasioneritas data masing-masing

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian Pendekatan penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif yaitu pendekatan dengan cara mengukur variabel yang di lingkari oleh teori atau satu

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIN. yaitu ilmu yang valid, ilmu yang dibangun dari empiris, teramati terukur,

BAB III METODE PENELITIN. yaitu ilmu yang valid, ilmu yang dibangun dari empiris, teramati terukur, BAB III METODE PENELITIN A. Jenis dan Pendektan Penelitian 1. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif. Penelitian kuantitatif adalah suatu penelitian yang didasari oleh falsafah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. sekunder yang akan digunakan ialah data deret waktu bulanan (time series) dari bulan

BAB III METODE PENELITIAN. sekunder yang akan digunakan ialah data deret waktu bulanan (time series) dari bulan 40 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Sumber Data Data yang akan dipakai dalam penelitian ini berupa data sekunder. Data sekunder yang akan digunakan ialah data deret waktu bulanan (time series)

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. waktu (time series) dari tahun 1986 sampai Data tersebut diperoleh dari

METODE PENELITIAN. waktu (time series) dari tahun 1986 sampai Data tersebut diperoleh dari 40 III. METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Dan Sumber Data Jenis data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang relevan dengan penelitian. Semua data yang digunakan merupakan data deret

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. analisis yang berupa angka-angka sehingga dapat diukur dan dihitung dengan

BAB III METODE PENELITIAN. analisis yang berupa angka-angka sehingga dapat diukur dan dihitung dengan BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah kuantitatif. Penelitian kuantitatif merupakan analisis yang berupa angka-angka sehingga dapat diukur dan dihitung dengan menggunakan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data time series

III. METODE PENELITIAN. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data time series 40 III. METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data time series sekunder. Data-data tersebut diperoleh dari berbagai sumber, antara lain dari

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN BAB IV HASIL PENELITIAN A. Analisis Deskriptif Data 1. Analisis Bank Indonesia Rate Bank Indonesia rate atau yang disebut dengan suku bunga Bank Indonesia (BI) merupakan kebijakan moneter (keuangan) yang

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Perkembangan Produk Domestik Bruto Nasional Produk domestik bruto adalah nilai pasar dari semua barang dan jasa akhir yang diproduksi dalam suatu negara dalam kurun waktu

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Kerangka Pemikiran

METODE PENELITIAN Kerangka Pemikiran 20 III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Kerangka pemikiran dalam penelitian dapat dijadikan landasan dalam setiap tahap penelitian. Salah satu tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui metode

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Metode yang digunakan untuk menganalisis data dalam penelitian ini

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Metode yang digunakan untuk menganalisis data dalam penelitian ini 51 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Metode yang digunakan untuk menganalisis data dalam penelitian ini adalah metode analisis Vector Error Correction (VEC) yang dilengkapi dengan dua uji lag structure tambahan

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN

BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN A. Hasil Penelitian 1. Analisis Deskriptif Analisis deskriptif digunakan untuk melihat perkembangan suatu variabel yang digunakan dalam penelitian yang diteliti oleh

Lebih terperinci

3. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran

3. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran 3. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Pengembangan bahan bakar alternatif untuk menjawab isu berkurangnya bahan bakar fosil akan meningkatkan permintaan terhadap bahan bakar alternatif, dimana salah

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Dinamika Perbankan Syariah di Jawa Tengah

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Dinamika Perbankan Syariah di Jawa Tengah BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Dinamika Perbankan Syariah di Jawa Tengah Perkembangan sistem ekonomi syariah di Indonesia terlihat semakin pesat. Fenomena perbankan syariah di Indonesia dimulai

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode dan Sifat Penelitian Jenis penelitian ini menggunakan metode kuantitatif karena menggunakan data penelitian berupa angka-angka dan analisis dengan menggunakan metode

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Analisis data dilakukan dengan menggunakan Software Eviews Versi 4.1 dan Microsoft Office Excel Gambar 2 Plot IHSG.

HASIL DAN PEMBAHASAN. Analisis data dilakukan dengan menggunakan Software Eviews Versi 4.1 dan Microsoft Office Excel Gambar 2 Plot IHSG. kointegrasi lebih besar dari nol maka model yang digunakan adalah VECM (Enders, 1995). 4. Analisis model VAR, VARD atau VECM. 5. Interpretasi terhadap model. 6. Uji kelayakan model. 7. Pengkajian fungsi

Lebih terperinci

BAB IV. Hasil dan Pembahasan. 1. Analisis Deskriptif Saham Sektor Pertanian. dipisahkan dari sektor pertanian dan perkebunan, karena sektor-sektor ini

BAB IV. Hasil dan Pembahasan. 1. Analisis Deskriptif Saham Sektor Pertanian. dipisahkan dari sektor pertanian dan perkebunan, karena sektor-sektor ini BAB IV Hasil dan Pembahasan A. Gambaran Umum Objek Penelitian 1. Analisis Deskriptif Saham Sektor Pertanian Jakarta Islamic Index dimaksudkan untuk digunakan sebagai tolak ukur untuk mengukur kinerja suatu

Lebih terperinci

INTEGRASI SPASIAL PADA PASAR MINYAK GORENG DI INDONESIA

INTEGRASI SPASIAL PADA PASAR MINYAK GORENG DI INDONESIA 101 IX. INTEGRASI SPASIAL PADA PASAR MINYAK GORENG DI INDONESIA Meskipun industri minyak goreng sawit telah tersebar di 19 propinsi, sentra produksi minyak goreng yang utama masih terpusat di Indonesia

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Langkah awal yang perlu dilakukan dalam data time series adalah uji stasioner,

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Langkah awal yang perlu dilakukan dalam data time series adalah uji stasioner, V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Pengujian Pra Estimasi 5.1.1. Uji Kestasioneran Data Langkah awal yang perlu dilakukan dalam data time series adalah uji stasioner, untuk melihat ada atau tidaknya unit root

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan untuk penelitian ini adalah pengeluaran riil pemerintah (G t ), PBD riil (Y t ), konsumsi (CC t ), investasi (I t ), Indeks Harga Konsumen

Lebih terperinci

BAB III METODELOGI PENELITIAN. variabel- variabel sebagai berikut : tingkat gross domestic product(gdp), total

BAB III METODELOGI PENELITIAN. variabel- variabel sebagai berikut : tingkat gross domestic product(gdp), total BAB III METODELOGI PENELITIAN A. Obyek Penelitian Obyek yang diteliti dalam penelitian ini adalah semua data mengenai variabel- variabel sebagai berikut : tingkat gross domestic product(gdp), total pembiayaan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 46 III. METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan adalah data sekunder berupa data time series dari tahun 1986-2010. Data tersebut diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS),

Lebih terperinci

BAB 4 PEMBAHASAN. 51 Universitas Indonesia. Keterangan : Semua signifikan dalam level 1%

BAB 4 PEMBAHASAN. 51 Universitas Indonesia. Keterangan : Semua signifikan dalam level 1% BAB 4 PEMBAHASAN 4.1. Hasil Uji Stasioneritas Data Data yang akan digunakan untuk estimasi VAR perlu dilakukan uji stasioneritasnya terlebih dahulu. Suatu data dikatakan stasioner jika nilai rata-rata

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan Januari hingga Maret 2012. Penelitian dilakukan di Asosiasi Kakao Indonesia (Askindo). Penentuan tempat dilakukan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel. penjelasan kedua variabel tersebut :

BAB III METODE PENELITIAN. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel. penjelasan kedua variabel tersebut : BAB III METODE PENELITIAN A. Obyek Penelitian Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel 1. Variabel Penelitian Pengertian dari variabel penelitian adalah sesuatu hal yang berbentuk apa saja

Lebih terperinci

III.METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif, karena penelitian ini

III.METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif, karena penelitian ini 43 III.METODE PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif, karena penelitian ini disajikan dengan angka-angka. Hal ini sesuai dengan pendapat Arikunto (2006) yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. JENIS PENELITIAN Jenis penelitian ini adalah kuantitatif. Penelitian kuantitatif merupakan analisis yang berupa angka-angka sehingga dapat diukur dan dihitung dengan menggunakan

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada semester genap tahun akademik 2014/2015

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada semester genap tahun akademik 2014/2015 25 III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pada semester genap tahun akademik 2014/2015 bertempat di Jurusan Matematika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. menguji data yang bersifat time series agar terhindar dari spurious regression. Jika nilai t-

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. menguji data yang bersifat time series agar terhindar dari spurious regression. Jika nilai t- BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. Analisis Unit Root Test Uji akar unit atau disebut juga dengan uji akar stasioner yang digunakan untuk menguji data yang bersifat time series agar terhindar dari spurious

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN. perubahan sehingga harus diolah terlebih dahulu. Pengolahan data dilakukan dengan

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN. perubahan sehingga harus diolah terlebih dahulu. Pengolahan data dilakukan dengan BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN 4.1 Sumber Data Keselurahan data yang diterima sebelumnya belum mengindikasikan dinamika perubahan sehingga harus diolah terlebih dahulu. Pengolahan data dilakukan dengan

Lebih terperinci

BAB III DATA DAN METODOLOGI PENELITIAN

BAB III DATA DAN METODOLOGI PENELITIAN BAB III DATA DAN METODOLOGI PENELITIAN III.1 Data penelitian Penelitian interdependensi pasar saham indonesia dengan pasar saham dunia ini menggunakan data sekunder berupa nilai penutupan harian/daily

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah PDB, Ekspor, dan

METODE PENELITIAN. Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah PDB, Ekspor, dan III. METODE PENELITIAN A. Deskripsi Data Input Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah PDB, Ekspor, dan Foreign Direct Investment ((FDI). Deskripsi tentang satuan pengukuran, jenis

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dan kuantitatif. Penelitian kualitatif adalah

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dan kuantitatif. Penelitian kualitatif adalah III. METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dan kuantitatif. Penelitian kualitatif adalah penelitian tentang riset yang bersifat deskriptif dan cenderung menggunakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Obyek dan Subyek Penelitian 1. Obyek Penelitian Obyek penelitian ini adalah pertumbuhan indeks pembangungan manusia Indonesia dan metode penelitiannya adalah analisis kuantitatif

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Exchange Rate Rp/US$ ER WDI Tax Revenue Milyar Rupiah TR WDI Net Export US Dollar NE WDI

BAB III METODE PENELITIAN. Exchange Rate Rp/US$ ER WDI Tax Revenue Milyar Rupiah TR WDI Net Export US Dollar NE WDI 3 BAB III METODE PENELITIAN 3. Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang diperoleh dari berbagai instansi yang terkait dengan permasalahan penelitian seperti

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 5.1 Simpulan Kesimpulan yang di dapatkan dari hasil analisis dan pembahasan dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Hasil dari tiga tahapan pengujian yang telah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jawa Tengah diproxykan melalui penyaluran pembiayaan, BI Rate, inflasi

BAB III METODE PENELITIAN. Jawa Tengah diproxykan melalui penyaluran pembiayaan, BI Rate, inflasi BAB III METODE PENELITIAN A. Objek dan Subjek Penelitian Objek dalam penelitian ini adalah pertumbuhan ekonomi di Jawa Tengah. Sedangkan subjek penelitian menggunakan perbankan syariah di Jawa Tengah diproxykan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. diperoleh dari data Bank Indonesia (BI) dan laporan perekonomian indononesia

III. METODOLOGI PENELITIAN. diperoleh dari data Bank Indonesia (BI) dan laporan perekonomian indononesia III. METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Dan Sumber Data Data digunakan adalah data sekunder (time series) berupa data bulanan yang diperoleh dari data Bank Indonesia (BI) dan laporan perekonomian indononesia

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. series. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah BI rate, suku bunga

III. METODE PENELITIAN. series. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah BI rate, suku bunga III. METODE PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder dalam bentuk time series. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah BI rate, suku

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Jenis data yang digunakan adalah data sekunder berupa time series

III. METODE PENELITIAN. Jenis data yang digunakan adalah data sekunder berupa time series 30 III. METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan adalah data sekunder berupa time series bulanan periode Mei 2006 sampai dengan Desember 2010. Sumber data di dapat dari Statistik

Lebih terperinci

INTEGRASI PASAR CPO DUNIA DAN DOMESTIK

INTEGRASI PASAR CPO DUNIA DAN DOMESTIK 81 VII. INTEGRASI PASAR CPO DUNIA DAN DOMESTIK Indonesia merupakan produsen CPO terbesar di dunia saat ini dengan produksi CPO pada tahun 2010 mencapai 23,6 juta ton atau mencapai 44% dari total produksi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. kegunaan tertentu. Cara ilmiah berarti kegiatan penelitian itu didasarkan pada

BAB III METODE PENELITIAN. kegunaan tertentu. Cara ilmiah berarti kegiatan penelitian itu didasarkan pada BAB III METODE PENELITIAN Menurut Sugiyono (2013), Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Berdasarkan hal tersebut terdapat empat

Lebih terperinci

INTERKORELASI ANTARA BI RATE DENGAN BAGI HASIL TABUNGAN BANK SYARIAH DI INDONESIA

INTERKORELASI ANTARA BI RATE DENGAN BAGI HASIL TABUNGAN BANK SYARIAH DI INDONESIA INTERKORELASI ANTARA BI RATE DENGAN BAGI HASIL TABUNGAN BANK SYARIAH DI INDONESIA Lianti, T. Mustaqim 1) Elsha Nora 2) 1,2) Dosen Politeknik Negeri Lhokseumawe 3) Alumni Politeknik Negeri Lhokseumawe Abstract:

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. time series bulanan dari Januari 2007 sampai dengan Desember Data-data

METODE PENELITIAN. time series bulanan dari Januari 2007 sampai dengan Desember Data-data III. METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan pada penelitian ini adalah data sekunder berupa time series bulanan dari Januari 2007 sampai dengan Desember 2011. Datadata yang

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN. Untuk membatasi ruang lingkup permasalahan yang dijadikan objek

METODOLOGI PENELITIAN. Untuk membatasi ruang lingkup permasalahan yang dijadikan objek III. METODOLOGI PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian Untuk membatasi ruang lingkup permasalahan yang dijadikan objek penelitian, maka penelitian ini hanya menganalisis mengenai harga BBM dan nilai tukar

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian Analisis Faktor-Faktor Yang

III. METODE PENELITIAN. Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian Analisis Faktor-Faktor Yang III. METODE PENELITIAN A. Deskripsi Data Variabel Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Cadangan Devisa di Indonesia Periode 2000-2014 adalah cadangan

Lebih terperinci

Perkembangan M1 dan M2

Perkembangan M1 dan M2 2011 Juni Des Maret Sept 2013 Juni Des Maret Sept 2015 Juni Des Maret Sept dalam miliar rupiah 52 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pergerakan Permintaan Uang di Indonesia Dalam melihat pergerakan permintaan

Lebih terperinci

1 analisis regresi dengan pendekatan VECM

1 analisis regresi dengan pendekatan VECM 1 analisis regresi dengan pendekatan VECM BAHAN AJAR EKONOMETRIKA AGUS TRI BASUKI, SE., M.SI MODEL VECM 10. Pengertian VECM VECM (atau Vector Error Correction Model) merupakan metode turunan dari VAR.

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. tahun 1980 hingga kuartal keempat tahun Tabel 3.1 Variabel, Notasi, dan Sumber Data

III. METODE PENELITIAN. tahun 1980 hingga kuartal keempat tahun Tabel 3.1 Variabel, Notasi, dan Sumber Data III. METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder berupa data kuartalan. Periode waktu penelitian ini dimulai dari kuartal pertama tahun

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Data yang digunakan dalam studi ini adalah data sekunder runtut waktu

III. METODE PENELITIAN. Data yang digunakan dalam studi ini adalah data sekunder runtut waktu III. METODE PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam studi ini adalah data sekunder runtut waktu (timeseries) bulanan dari periode 2008:04 2013:12 yang diperoleh dari laporan Bank

Lebih terperinci

APLIKASI MODEL VAR DAN VECM DALAM EKONOMI

APLIKASI MODEL VAR DAN VECM DALAM EKONOMI BAHAN AJAR APLIKASI MODEL VAR DAN VECM DALAM EKONOMI MODEL VAR Pengertian VAR AGUS TRI BASUKI Dosen Fakultas Ekonomi Univ. Muhammadiyah Yogyakarta Vector Autoregression atau VAR merupakan salah satu metode

Lebih terperinci

V. SPESIFIKASI MODEL DAN HUBUNGAN CONTEMPORANEOUS

V. SPESIFIKASI MODEL DAN HUBUNGAN CONTEMPORANEOUS 59 V. SPESIFIKASI MODEL DAN HUBUNGAN CONTEMPORANEOUS 5.1 Pengujian Asumsi Time Series 5.1.1 Uji Stasioneritas Uji Stasioneritas merupakan uji awal untuk setiap data time series yang masuk dalam model dalam

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. mengalami fluktuasi antar waktu. Data tersebut mengindikasikan adanya

HASIL DAN PEMBAHASAN. mengalami fluktuasi antar waktu. Data tersebut mengindikasikan adanya 47 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Volatilitas Harga Minyak 4.1.1 Deskripsi Data Plot data harga minyak pada bulan Januari 2000 hingga bulan Desember 2011 dapat dilihat pada Gambar 4.1. Hal ini menunjukan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. dikumpulkan dari berbagai sumber yaitu Badan Pusat Statistik (BPS), Food and

BAB III METODE PENELITIAN. dikumpulkan dari berbagai sumber yaitu Badan Pusat Statistik (BPS), Food and BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang dikumpulkan dari berbagai sumber yaitu Badan Pusat Statistik (BPS), Food and

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini jenis data yang digunakan adalah data sekunder.data ini

METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini jenis data yang digunakan adalah data sekunder.data ini 27 III. METODE PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data Pada penelitian ini jenis data yang digunakan adalah data sekunder.data ini bersumber dari Bank Indonesia (www.bi.go.id), Badan Pusat Statistik (www.bps.go.id).selain

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Perkembangan Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Padi

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Perkembangan Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Padi BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Analisis Deskriptif 4.1.1 Perkembangan Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Padi Produksi padi Indonesia meskipun mengalami fluktuasi namun masih menunjukkan pertumbuhan

Lebih terperinci

JURNAL EKONOMI DAN BISNIS VOLUME 15, NO. 1, FEB 2016 ISSN

JURNAL EKONOMI DAN BISNIS VOLUME 15, NO. 1, FEB 2016 ISSN ANALISIS VARIABEL MAKROEKONOMI TERHADAP INDEKS SAHAM SYARIAH INDONESIA DENGAN METODE PENDEKATAN VECTOR AUTOREGRESSION Muhammad Nasir 1, Fakriah 2, Ayuwandirah 3 1,2) Dosen Jurusan Tata Niaga Politeknik

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder menurut runtun

III. METODE PENELITIAN. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder menurut runtun III. METODE PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder menurut runtun waktu (timeseries) yang diperoleh dari Statistik Ekonomi dan Keuangan Indonesia

Lebih terperinci

Analisis Hubungan Ekspor, Impor, PDB, dan Utang Luar Negeri Indonesia Periode

Analisis Hubungan Ekspor, Impor, PDB, dan Utang Luar Negeri Indonesia Periode JEKT Analisis Hubungan Ekspor, Impor, PDB, dan Utang Luar Negeri Indonesia Periode 1970-2013 Dison M.H. Batubara *) I.A. Nyoman Saskara Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 51 BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN Pada bagian ini akan dilakukan pengujian terhadap data yang meliputi pemilihan model dengan membandingkan antara model linear dan model logarima, pengujian kausalitas,

Lebih terperinci