BAB I PENDAHULUAN. Modernisasi Jepang dimulai pada saat Jepang melakukan Restorasi Meiji.

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. Modernisasi Jepang dimulai pada saat Jepang melakukan Restorasi Meiji."

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Modernisasi Jepang dimulai pada saat Jepang melakukan Restorasi Meiji. Sebelum melakukan Restorasi, Jepang mengalami masa isolasi selama kurang lebih 250 tahun selama pemerintahan keshogunan Tokugawa yang membawa pengaruh besar bagi bangsa Jepang, yaitu semakin mantapnya pembentukan kepribadian bangsa Jepang. Keyakinan dan kepercayaan pada kepribadian sendiri begitu besar, sehingga Jepang mampu melaksanakan westernisasi dengan sadar dan terang-terangan tanpa harus takut bahwa westernisasi akan menggoyahkan kepribadian mereka. Suryohadiprojo (1982 : 26-31) mengatakan dalam proses awal modernisasi di Jepang, ada beberapa hal yang fundamental dilakukan oleh pemerintahan Meiji, yaitu : 1. Penghapusan gologan samurai dan tembok pemisahan antara golongan petani, tukang, serta pedagang. 2. Diadakannya pendidikan wajib dan bebas bagi seluruh rakyat selama 4 tahun dan dibukanya berbagai macam tingkat sekolah, hingga pada tingkat universitas. 3. Sikap Jepang untuk lebih berorientasi kepada kekuatan sendiri dari pada berdasarkan pada bantuan luar negeri. 4. Diadakannya sistem wajib militer melalui UU pada tahun Perubahan sistem perpajakan. Dari lima tindakan fundamental yang dilakukan pemerintahan Meiji, telah terbukti hasilnya berupa perang Jepang Rusia pada tahun Jepang

2 berhasil memenangkan perang. Kemenangan Jepang membuktikan bahwa Jepang dapat mengimbangi bangsa Eropa dan memperkuat kepercayaan diri bangsa Jepang. Pada perkembangan selanjutnya, Jepang mengalami kemajuan pada fase Perang Dunia I. Dalam Perang Dunia I negara-negara Eropa tidak mampu memproduksi barang-barang untuk daerah jajahan di Asia, karena negara-negara tersebut terlibat perang. Sejak saat itu Jepang memperoleh daerah pemasaran hasil industrinya di wilayah Asia. Ditambah lagi karena Jepang turut serta dalam perang dengan memihak Inggris yang pada saat Perang Dunia I menjadi pihak yang menang, sehingga Jepang mendapat sebagian dari bekas jajahan Jerman. Dengan keberhasilan modernisasi yang dilakukan dari keadaan terisolasi dan jauh tertinggal dari negara luar, menjadi sebuah negara yang mengalami kemajuan pesat dalam bidang pengetahuan dan teknologi, serta dalam bidang ekonomi membuat Jepang menjadi agresif keluar. Jepang mulai melakukan ekspansinya ke China dan akhirnya turut serta melibatkan diri dalam Perang Dunia II. Serangan yang dilakukan Jepang atas Pearl Harbour merupakan awal dari keikutsertaan Jepang dalam Perang Dunia II. Peperangan udara di Pasifik sebagai bagian Perang Dunia II, diawali dengan serangan udara mendadak Jepang terhadap pangkalan AL Amerika di Pearl Harbor, Hawai, pada tanggal 7 Desember 1941 ( Serangan ini praktis membuat armada Pasifik Amerika yang terdiri dari kapal-kapal tempur dan penjelajah hancur berantakan. Akhirnya dalam waktu yang relatif singkat, Jepang dapat menguasai Filipina dan negara Asia Tenggara lainnya yang sebelumnya dikuasai Amerika dan negara sekutu.

3 Penyerangan Jepang atas Pearl Harbor merupakan penghinaan bagi Amerika yang merupakan negara dengan kekuatan militer yang melebihi Jepang. Sehingga memasuki akhir tahun 1943, Amerika mulai melancarkan serangan balik terhadap Jepang. Serangan demi serangan dilakukan Amerika untuk merebut Filipina dan membuat posisi Jepang semakin terjepit di Filipina. Akibat dari serangan ini, kekalahan demi kekalahan dialami Jepang di Pasifik. Misalnya pertempuran di sekitar Marshal. Dalam dua hari Jepang kehilangan 270 pesawat. Hanya dua kapal induk veteran Jepang yang masih operasional, Shokaku dan Zuikaku, ditambah kapal induk baru Taiho. Pertempuran di laut Filipina terjadi Juni 1944 ( Kondisi Jepang yang semakin terjepit akhirnya memunculkan gagasan yang dalam sejarah peperangan udara dianggap unik, yakni serangan Kamikaze. Konsep Kamikaze dalam Perang Dunia II bukanlah bunuh diri fanatik, karena motivasinya lebih pada satu orang, satu kapal perang. Maksudnya adalah satu orang memiliki target untuk menghancurkan satu kapal perang musuh. Hal ini dianggap satu-satunya kesempatan untuk mengatasi superioritas Amerika yang mulai dirasakan Jepang sejak akhir tahun Serangan Kamikaze berbeda dengan taktik perang konvensional yang bagaimanapun besarnya resiko selalu ada kemungkinan selamat. Tetapi serangan Kamikaze hanya dapat dilakukan dengan membunuh diri sendiri. Serangan dan kematian adalah satu kesatuan yang utuh. Kamikaze adalah kelompok serangan udara di bawah pimpinan Laksamana Madya Takijiro Onishi. Kesuksesan organisasinya disebabkan keterikatan perasaan dan tujuan yang terjadi antara laksamana dan anak buahnya.

4 Kami mati untuk tujuan besar negara kami, ini menjadi semboyan dari pilotpilot Kamikaze (Pineau, 2008 : XXV). Hal ini memperlihatkan kepercayaan mendalam dan terus menerus terhadap negara dan Kaisar mereka, serta kesedian untuk mati bagi kepercayaan tersebut. Tanpa hal ini serangan Kamikaze tidak mungkin dilakukan. Para pilot Kamikaze menunjukkan sebuah pengorbanan terhadap negara dan Kaisar dengan mengorbankan diri sendiri. Para pilot juga tidak pernah mempertanyakan tanggung jawab komandannya. Mereka memiliki kepercayaan kuat tentang kehidupan setelah kematian. Sikap ini adalah salah satu sikap yang ada dalam sejarah dan tradisi panjang bangsa Jepang. Jepang memiliki latar belakang kehidupan samurai yang mempunyai kode etik yang disebut dengan bushido. Salah satu sikap moral yang terkandung dalam bushido adalah moral kesetiaan yang luar biasa terhadap tuannya. Moral pengabdian diri para samurai terhadap tuan bersifat mutlak. Hal ini tampak jelas dilihat pada perilaku junshi (bunuh diri mengikuti kematian tuan) dan perilaku adauchi (mewujudkan balas dendam tuan) yang sering dilakukan anak buah sebagai tanda pengabdian kepada tuan. Hal tersebut dilakukan karena dalam tradisi budaya Jepang mengenal konsep Ie. Watsuji dalam Situmorang (1995 : 21) mengatakan, penyebab yang mendorong pengikut dekat dengan tuan melakukan junshi adalah karena di dalam Ie terjadi jalinan hubungan yang erat antara tuan dan pengikut yang telah berlangsung dari generasi ke generasi antara tuan dan anak buah. Karena itu anak buah berpikiran bahwa segala sesuatu yang diterimanya selama hidup merupakan on (budi) dari tuan

5 yang harus dibayar dengan chu (penghormatan terhadap tuan), yang diwujudkan dengan giri (balas budi). Bangsa Jepang mengenal konsep on dalam kehidupannya. On adalah hutang dan harus dibayar kembali. Bangsa Jepang membagi dalam kategori-kategori yang jelas, masing-masing dengan peraturannya yang berlainan, pembayaran kembali on itu, yang jumlahnya dan jangka waktunya tanpa batas dan on mana yang sama secara kuantitatif, serta mana yang harus dibayar pada kesempatan-kesempat khusus. Pembayaran-pembayaran tanpa batas atas hutang ini disebut gimu dan tentang itu mereka mengatakan, orang tak pernah dapat membayar kembali sepersepuluh dari on ini. Gimu seseorang mengelompokkan dua jenis kewajiban yang berbeda : pembayaran on kepada orang tua sendiri adalah ko, dan pembayaran kembali on kembali kepada Kaisar adalah chu (Benedict, 1982 : 122). Selama masa feodalisme konsep chu ditujukan kepada penguasa tertinggi yaitu shogun. Tetapi setelah Restorasi Meiji, terjadi pergerseran chu dari shogun kepada Kaisar. Karena sejak Restorasi Meiji yang menjadi penguasa tertinggi adalah Kaisar. Benedict dalam Situmorang (1995 : 68) menyatakan dalam konsep chu, atasan tertinggi dalam kelompok adalah seseorang kepada siapa orang paling banyak berhutang. Rasa berhutang seseorang bukanlah merupakan kebajikan. Hal ini dimulai pada saat seseorang ini memutuskan dirinya secara aktif menebus hutang tersebut. Moral pengabdian diri kepada Kaisar tampak dalam peristiwa bunuh diri pilot Kamikaze pada Perang Dunia II. Pada masa ini golongan samurai telah terhapus, tetapi semangat bushido masih ada dalam diri pilot Kamikaze yang melakukan serangan bunuh diri dengan menabrakkan pesawat yang dilengkapi dengan bom seberat 250 kg ke geladak kapal induk musuh.

6 Taktik serang bunuh diri yang ekstrim yang dilakukan para pilot Kamikaze dengan semangat loyalitas bushido akan saya bahas dalam penelitian yang berjudul ANALISIS MORAL PENGABDIAN DIRI PILOT KAMIKAZE PADA PERANG DUNIA II. 1.2 Perumusan Masalah Pada tahap awal modernisasi, Jepang berhasil menyamai kedudukannya dengan negara-negara barat. Keberhasilan modernisasi ini membuat Jepang melakukan ekspansi keluar. Dimulai melakukan pendudukan di Cina sampai keterlibatannya dalam sebuah perang besar. Jepang mengalami kesuksesan dengan menguasai Asia tenggara pada waktu itu. Tetapi keadaan berbalik ketika Amerika berusaha melakukan serangan balasan atas Jepang. Keadaan ini memaksa Jepang membentuk sebuah korps serangan khusus bunuh diri Kamikaze yang begitu mengerikan dan menggemparkan dunia kemiliteran. Ribuan orang menabrakkan pesawatnya ke kapal musuh. Taktik serangan luar biasa ini berhasil merusak dan menenggelamkan sejumlah kapal musuh. Dengan pendekatan fenomenologis, historis, moral dan semiotik maka penulis mencoba untuk merumuskan masalah dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut : 1. Mengapa Jepang menggunakan taktik serangan bunuh diri Kamikaze? 2. Bagaimana moral pengabdian diri pilot Kamikaze yang diwujudkan dalam serangan bunuh diri pada Perang Dunia II? 1.3 Ruang Lingkup Pembahasan.

7 Dari permasalahan-permasalahan yang telah dirumuskan di atas, penulis menganggap diperlukan pembatasan ruang lingkup dalam pembahasan selanjutnya. Hal tersebut dimaksudkan agar masalah penelitian tidak menjadi terlalu luas dan berkembang jauh dari topik penelitian. Dalam penelitian ini penulis membatasi permasalahannya yaitu pada hal yang berkaitan dengan morali pengabdian diri pilot Kamikaze sebagai wujud dari kesetiaan terhadap Kaisar dan negara Jepang. 1.4 Tinjauan Pustaka dan Kerangka Teori a. Tinjauan Pustaka Bunuh diri bukanlah sesuatu yang aneh di Jepang. Tindakan menghabisi nyawa sendiri bahkan pernah berkembang sebagai ritual-ritual tertentu dan menjadi tradisi budaya yang dijunjung tinggi. Bunuh diri dilakukan terkait dengan rasa malu atau rasa tanggung jawab terhadap pekerjaan atau tugas. Bila seseorang merasa sangat bersalah atau menyusahkan orang lain, maka mereka akan sangat mudah melakukan bunuh diri. Benedict dalam Situmorang (1995 : 64) mengatakan, bahwa masyarakat Jepang berkebudayaan rasa malu, berbeda dengan Amerika yang berkebudayaan rasa takut. Seorang sosiolog Prancis, Emile Durkheim ( 9), mengelompokkan perilaku bunuh diri menjadi 3 jenis : a. Altruistic suicide, yaitu bila individu merasa terikat pada tuntutan tradisi khusus ataupun ia cenderung untuk bunuh diri karena identifikasi terlalu kuat

8 dengan suatu kelompok, sehingga ia merasa kelompok tersebut sangat mengharapkannya, misalnya harakiri di Jepang. b. Egoistic suicide, yaitu apabila individu tidak mampu berintegrasi dengan masyarakat karena masyarakat menjadikan individu itu seolah-olah tidak berkepribadian, misalnya orang yang kesepian, tidak menikah dan pengangguran. c. Anomic suicide, yaitu apabila terdapat gangguan keseimbangan integrasi antara individu dengan masyarakat, sehingga individu mengalami krisis identitas, misalnya orang kaya yang mengalami kebangkrutan dalam usahanya. Tradisi bunuh diri di Jepang berasal dari kaum samurai atau disebut juga dengan bushi. Pada awalnya bushi adalah kelompok bersenjata yang mengabdi kepada tuannya kizoku (Situmorang, 1995 : 11). Sebagai landasan moral para bushi tersebut, maka terbentuk suatu aturan yang dipegang para samurai atau bushi yang disebut dengan bushido. Menurut Kawakami dalam Bellah (1985 : 121) bushido atau jalan hidup bushi pada awalnya berkembang dari kebutuhan-kebutuhan praktis para prajurit. Selanjutnya dipopulerkan oleh ide-ide moral konfusius tidak hanya sebagai moralitas kelas prajurit tetapi juga sebagai landasan moral nasional. Kelas samurai secara sangat sadar dipandang sebagai perwujudan dan penjaga moralitas. Bushido mengandung keharusan seorang samurai untuk senantiasa memperhatikan : (1) kejujuran (rectitude), (2) keberanian, (3) kemurahan hati, (4) kesopanan, (5) kesungguhan (sincerity), (6) kehormatan atau harga diri (honour), dan (7) kesetiaan (loyalty) (Suryohadiprojo, 1982 : 49).

9 Semangat pengabdian diri dalam bushido yang lahir pada masa feodalisme, masih tampak jelas dalam aksi serangan bunuh diri pilot Jepang pada perang dunia II. Para pilot Jepang yang melakukan serangan bunuh diri dengan menabrakkan pesawat mereka ke kapal-kapal perang musuh disebut dengan Kamikaze. Kamikaze adalah angin dewata yang menyelamatkan Jepang dalam abad ke 13 dari serangan Jenghis Khan, ketika angin itu memberaikan dan membalikkan perahuperahunya (Benedict, 1982 : 31). Dalam masa perang dunia II, Kamikaze merupakan semacam kesetiaan tertinggi pada Kaisar Jepang, sosok agung yang diyakini oleh bangsa Jepang sebagai keturunan dewa matahari (Baskara, 2008 : 5). Walaupun selama ratusan tahun kode etik ksatria (bushido) menekankan pentingnya kesediaan untuk mati setiap saat telah mengatur perilaku para samurai, prinsip serupa juga diadopsi oleh para pedagang petani dan seniman. Nilai utamanya adalah loyalitas mutlak kepada Kaisar, para atasan lainnya dan seluruh rakyat Jepang. Jadi pengenalan prinsip Kamikaze tidak terlalu mengejutkan bagi bangsa Jepang jika dibandingkan dengan bangsa-bangsa barat (Pineau, 2008 : 292). b. Kerangka Teori Dalam uraian tentang dasar teori, Bogdan dan Biklen menggunakan istilah paradigma. Paradigma diartikan sebagai kumpulan longgar tentang asumsi yang secara logis dianut bersama, konsep atau proposisi yang mengarahkan cara berpikir dan cara penelitian. Dalam suatu penelitian, apakah dinyatakan secara eksplisit atau tidak, biasanya orientasi teoretis tertentu mengarahkan pelaksanaan penelitian itu. Peneliti yang baik menyadari dasar teoretisnya dan memanfaatkannya dalam

10 pengumpulan dan analisis data. Teori membantu menghubungkannya dengan data. (Moleong, 1994 : 8). Dalam penelitian ini digunakan pendekatan fenomenologis yang menekankan pada rasionalitas dan realitas budaya yang ada serta berusaha memahami budaya melalui pandangan pemilik budaya (pelakunya). Moleong (1994 : 9) mengatakan peneliti dalam pendekatan fenomenologis berusaha memahami arti peristiwa dan kaitan-kaitanya terhadap orang-orang biasa dalam situasi-situasi tertentu. Yang ditekankan oleh kaum fenomenologis ialah aspek subjektif dari perilaku orang. Oleh karena itu pendekatan fenomenologis digunakan untuk menafsirkan fenomena atau gejala yang ditemukan dalam aksi serangan bunuh diri pilot Kamikaze Jepang pada Perang Dunia II. Analisis data dilakukan dengan menafsirkan fenomena budaya bunuh diri dari sudut pandang pelaku budaya tersebut. Penelitian juga dapat dilihat dari perspektif serta waktu terjadinya fenomenafenomena yang diselidiki. Fenomena yang terjadi pada objek penelitian ini memiliki aspek historis atau sejarah di dalamnya. Karena bunuh diri yang dilakukan pilot Kamikaze Jepang merupakan salah satu budaya yang telah ada sejak zaman feodalisme di Jepang. Kartodirjo dalam Kaelan (2005 : 61) mengatakan bahwa ilmu sejarah adalah ilmu yang membahas peristiwa di masa lampau, yang mengungkapkan fakta mengenai apa, kapan dan di mana, serta juga menerangkan bagaimana sesuatu itu terjadi beserta sebab akibatnya. Jepang merupakan negara yang selalu berusaha untuk memelihara dan mempertahankan tradisi budaya bangsanya. Salah satunya adalah nilai bushido. Tsunetomo dalam Situmorang (1995 : 21), ciri khas bushido pada umumnya berupa

11 moral pengabdian diri yang bersifat zettai teki (mutlak) pada masing-masing tuannya di daerah. Tradisi bunuh diri di Jepang lahir pada zaman feodalisme, yang pada awalnya dilakukan oleh golongan ksatria Jepang atau dikenal dengan istilah bushi. Golongan bushi memiliki prinsip atau jalan hidup yang disebut dengan bushido yang mengajarkan ajaran moral bagi para bushi. Salah satu ajaran moralnya adalah sikap kesetiaan atau loyalitas kepada tuan. Moral kesetiaan ini juga ditunjukkan oleh para pilot Jepang yang melakukan serangan bunuh diri. Walaupun ketika dilakukannya modernisasi Jepang golongan bushi telah terhapus, nilai-nilai ajaran moral bushi masih tetap diterapkan. Fenomena yang sangat khas pada fase modernisasi Jepang adalah aksi serangan bunuh diri pilot Jepang. Hal tersebut merupakan sebuah bentuk pengabdian yang ditujukan untuk Kaisar dan negara Jepang. Serangan bunuh diri Kamikaze ini merupakan sebuah gagasan yang dimunculkan oleh Laksamana Madya Takijiro Onishi. Karena taktik serangan konvensional tidak mampu untuk menghadang serangan Amerika. Para pilot rela mati untuk menjalankan tugas dan tidak ada rasa takut dan keluhan dari mereka. Seperti kutipan dari surat terakhir Letnan Dua (Laut) Heiichi Okabe salah satu pilot Kamikaze (Pineau, 2008 : 290) : Apakah tugas hari ini? Untuk bertempur Apakah tugas esok hari? Untuk menang Apakah tugas sehari-sehari? Untuk mati Dari uraian di atas dipergunakanlah teori semiotik untuk menganalisis data. Hoed dalam Nurgiyantoro (1998 : 40) mengatakan bahwa semiotik adalah ilmu atau

12 metode analisis untuk mengkaji tanda. Tanda adalah sesuatu yang mewakili sesuatu yang lain yang dapat berupa pengalaman, pikiran, perasaan, gagasan dan lain-lain. Tanda-tanda itu dapat berupa gerakan anggota badan, gerakan mata, mulut, bentuk tulisan, warna, bendera, bentuk dan potongan rumah, pakaian, karya seni, : sastra, lukis, patung, film, tari, musik, dan lain-lain yang berada di sekitar kehidupan kita. Selain menggunakan teori semiotik, penelitian ini juga menggunakan teori otonomi moral dari Immanuel Kant. Suseno dalam Nelvita (2007 : 9) menyatakan sikap moral yang sebenarnya adalah sikap otonom (dari kata Yunani, autos, sendiri). Otonomi moral berarti manusia menaati kewajibannya karena dia sendiri sadar. Jadi dalam memenuhi kewajibannya ia sebenarnya taat pada dirinya sendiri. Otonomi moral tidak berarti bahwa manusia menolak untuk menerima hukum yang dipasang orang lain, melainkan bahwa ketaatan kalau memang dituntut dilaksanakan karena manusia itu sendiri insaf. Inti penghayatan moralitas adalah bahwa manusia melakukan kewajiban bukan karena dibebankan dari luar, melainkan karena manusia itu sendiri menyadarinya sebagai sesuatu yang bernilai dan sebagai tanggung jawab. 1.5 Tujuan dan Manfaat Penelitian a. Tujuan penelitan Berdasarkan pada pokok permasalahan yang telah diuraikan di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Mendeskripsikan latar belakang penggunaan taktik serangan bunuh diri pilot Kamikaze. 2. Mendeskripsikan sikap moralitas pengabdian yang terdapat dalam diri pilot Kamikaze.

13 b. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pihak-pihak tertentu baik penulis maupun pembaca, diantaranya : 1. Bagi para peneliti yang ingin mempelajari mengenai salah satu sifat golongan bushi yang diwarisi kepada pilot Kamikaze yaitu moral pengabdian diri. 2. Sebagai sumber tambahan dalam penelitian sejarah Jepang. 1.6 Metode Penelitian Dalam melakukan sebuah penelitian, tentulah dibutuhkan suatu metode sebagai penunjang mencapai tujuan penelitian. Dalam penelitian skripsi ini, penulis menggunakan metode deskriptif dalam ruang lingkup historis. Menurut Koentjaraningrat (1976 : 30) bahwa, penelitian yang bersifat deskriptif yaitu yang memberikan gambaran yang secermat mungkin mengenai individu, keadaan, gejala atau kelompok tertentu. Metode deskriptif juga merupakan suatu metode yang menggambarkan keadaan atau objek penelitian yang dilakukan pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana adanya dan dipakai untuk memecahkan masalah dengan cara mengumpulkan, menyusun, mengklasifikasikan, mengkaji dan menginterpretasikan data. Kartodirdjo dalam Kaelan (2005 : 91) mengatakan metode deskriptif historis adalah untuk melukiskan, menjelaskan dan menerangkan fakta sejarah. Metode deskriptif berupaya untuk melukiskan peta sejarah, yaitu menyangkut tentang apa, siapa, kapan, bagaimana dan di mana peristiwa sejarah itu terjadi.

14 Metode sejarah menggunakan catatan observasi atau pengamatan yang dilakukan orang lain, yang tidak dapat diulang-ulang. (Kaelan, 2005 : 60). Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah buku Kisah Para Pilot Kamikaze : Pasukan Udara Berani Mati Jepang Pada Perang Dunia II yang diterbitkan oleh Komunitas Bambu. Buku merupakan sebuah catatan observasi yang dilakukan oleh orang yang bergabung bersama Pasukan Serangan Khusus Angkatan Laut Jepang (Korps Kamikaze). Kolonel (Laut) Rikihie Inoguchi yang bertugas sebagai wakil pribadi komandan di bidang operasi dan Letnan Kolonel Tadashi Nakajima yang bertugas sebagai perwira operasi penerbangan bagi unit bunuh diri yang ada di Filipina, Formosa dan kepulauan Jepang. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah studi pustaka (library research) yaitu dengan menyelusuri sumber-sumber kepustakaan dengan buku-buku dan referensi yang berkaitan dengan masalah yang akan dipecahkan. Data yang diperoleh dari berbagai referensi tersebut kemudian dianalisa untuk mendapatkan kesimpulan dan saran. Dalam memecahkan permasalahan penelitian ini, penulis mengumpulkan keseluruhan data yang ada yang berupa data tulisan. Data ini dapat berupa buku-buku, artikel, informasi baik dari media elektronik maupun tulisan, selain itu penulis juga memanfaatkan berbagai fasilitas seperti Perpustakaan Umum Universitas Sumatera Utara, Perpustakaan Progarm Studi Bahasa dan Sastra Jepang Fakultas Sastra, Perpustakaan Konsulat Jendral Jepang di Medan, serta website atau situs-situs yang menunjang dalam proses pengumpulan data-data dalam penelitian ini.

BAB I PASUKAN KAMIKAZE DALAM SEJARAH MILITER JEPANG PADA PERANG DUNIA II

BAB I PASUKAN KAMIKAZE DALAM SEJARAH MILITER JEPANG PADA PERANG DUNIA II BAB I PASUKAN KAMIKAZE DALAM SEJARAH MILITER JEPANG PADA PERANG DUNIA II 1.1 Latar Belakang Masalah Perang adalah sebuah aksi fisik dan non fisik (dalam arti sempit, adalah kondisi permusuhan dengan menggunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sejarah dan masyarakat Jepang merupakan hal yang cukup menarik

BAB I PENDAHULUAN. Sejarah dan masyarakat Jepang merupakan hal yang cukup menarik BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sejarah dan masyarakat Jepang merupakan hal yang cukup menarik perhatian umat manusia karena berbagai hal. Jepang mula-mula terkenal sebagai bangsa Asia pertama

Lebih terperinci

BAB II PENGABDIAN DIRI MASYARAKAT JEPANG DAN KAMIKAZE. Jepang adalah masyarakat yang berkebudayaan rasa malu. Ruth Benedict

BAB II PENGABDIAN DIRI MASYARAKAT JEPANG DAN KAMIKAZE. Jepang adalah masyarakat yang berkebudayaan rasa malu. Ruth Benedict BAB II PENGABDIAN DIRI MASYARAKAT JEPANG DAN KAMIKAZE 2.1 Masyarakat Berkebudayaan Rasa Malu Ruth Benedict dalam Situmorang mengatakan (1995 : 64) bahwa masyarakat Jepang adalah masyarakat yang berkebudayaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pulau besar dan kecil dengan luas wilayah sekitar km 2. Kepulauan Jepang

BAB I PENDAHULUAN. pulau besar dan kecil dengan luas wilayah sekitar km 2. Kepulauan Jepang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jepang merupakan sebuah negara kepulauan yang terdiri dari kira-kira 4000 pulau besar dan kecil dengan luas wilayah sekitar 370.000 km 2. Kepulauan Jepang terletak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keluarga Tokugawa. Disebut zaman Edo karena pemerintahan keshogunan

BAB I PENDAHULUAN. keluarga Tokugawa. Disebut zaman Edo karena pemerintahan keshogunan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Zaman Edo (1603-1867) adalah zaman dimana Jepang diperintah oleh keluarga Tokugawa. Disebut zaman Edo karena pemerintahan keshogunan Tokugawa pada waktu itu

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Keterlibatan Jepang dalam Perang Dunia II bukanlah sesuatu yang

PENDAHULUAN. Keterlibatan Jepang dalam Perang Dunia II bukanlah sesuatu yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Keterlibatan Jepang dalam Perang Dunia II bukanlah sesuatu yang datangnya tiba-tiba, namun merupakan puncak dari suatu proses. Berkembangnya negara-negara fasis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Darma Persada

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Darma Persada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bila membicarakan Jepang, maka hal yang akan terbayang adalah sebuah Negara modern di mana penduduknya memiliki kedisiplinan yang tinggi, maju, kaya, dan sebutan-sebutan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dijamah. Sedangkan Ienaga Saburo (dalam Situmorang, 2008: 3) membedakan

BAB I PENDAHULUAN. dijamah. Sedangkan Ienaga Saburo (dalam Situmorang, 2008: 3) membedakan 15 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ada terdapat berbagai macam definisi kebudayaan, ada yang membedakan antara budaya dan kebudayaan. Budaya adalah sesuatu yang semiotik, tidak kentara atau

Lebih terperinci

Menurut kamus bahasa Indonesia, Karakter memiliki arti sifat-sifat. Negara dan bangsa akan maju jika ada prinsip kejujuran. Salah satu bangsa yang

Menurut kamus bahasa Indonesia, Karakter memiliki arti sifat-sifat. Negara dan bangsa akan maju jika ada prinsip kejujuran. Salah satu bangsa yang BAB II GAMBARAN UMUM PRODUKTIFITAS ORANG JEPANG 2.1 Pengertian Karakter Menurut kamus bahasa Indonesia, Karakter memiliki arti sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. surut. Dua periode penting tersebut adalah masa Kaisar Meiji ( ) dan. yang kemudian dikenal dengan Restorasi Meiji.

BAB I PENDAHULUAN. surut. Dua periode penting tersebut adalah masa Kaisar Meiji ( ) dan. yang kemudian dikenal dengan Restorasi Meiji. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sepanjang sejarah, kekaisaran Jepang beberapa kali mengalami masa pasang surut. Dua periode penting tersebut adalah masa Kaisar Meiji (1868-1912) dan Kaisar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keagamaan yang keberadaannya tidak merupakan keharusan (Soeratno dalam

BAB I PENDAHULUAN. keagamaan yang keberadaannya tidak merupakan keharusan (Soeratno dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan bagian dari kebudayaan yang dipengaruhi oleh segi-segi sosial dan budaya. Istilah sastra dipakai untuk menyebut gejala budaya yang dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. feodalisme dimana kekuasaan ada pada kelompok militer atau bushido, yaitu antara

BAB I PENDAHULUAN. feodalisme dimana kekuasaan ada pada kelompok militer atau bushido, yaitu antara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Mengenai bunuh diri (jisatsu) di Jepang telah ditemukan sejak zaman feodalisme dimana kekuasaan ada pada kelompok militer atau bushido, yaitu antara tahun 1185

Lebih terperinci

Bab 4. Simpulan Dan Saran. Berdasarkan hasil analisis data pada bab sebelumnya tentang pengaruh konsep

Bab 4. Simpulan Dan Saran. Berdasarkan hasil analisis data pada bab sebelumnya tentang pengaruh konsep Bab 4 Simpulan Dan Saran 4.1 Simpulan Berdasarkan hasil analisis data pada bab sebelumnya tentang pengaruh konsep Bushido pada tentara Kamikaze dalam Film letters from Iwojima penulis menyimpulkan bahwa

Lebih terperinci

membuka diri terhadap dunia internasional. Peristiwa ini mengakibatkan kepercayaan Daimyo terhadap kekuasaan Tokugawa menjadi menurun.

membuka diri terhadap dunia internasional. Peristiwa ini mengakibatkan kepercayaan Daimyo terhadap kekuasaan Tokugawa menjadi menurun. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Jepang merupakan negara di Asia yang pernah menjadi Negara imperialis. Dengan usaha melakukan politik ekspansi ke kawasan Asia Pasifik termasuk Indonesia, Jepang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Arni Febriani, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Arni Febriani, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Jepang adalah sebuah negara kepulauan di Asia Timur. Letaknya di ujung barat Samudra Pasifik, di sebelah timur Laut Jepang, dan bertetangga dengan Republik

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. berkeinginan untuk mengakhiri hidup mereka) (http://wikipedia.org/wiki/bunuhdiri). Salah satu cara yang paling populer bagi

BAB 1 PENDAHULUAN. berkeinginan untuk mengakhiri hidup mereka) (http://wikipedia.org/wiki/bunuhdiri). Salah satu cara yang paling populer bagi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Masyarakat Jepang merupakan bagian dari masyarakat yang mudah terpengaruh dengan keadaan sekitar yang dapat membuat mereka merasa tertekan. Tekanan terhadap

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada tahun 1853, dengan kapal perangnya yang besar, Komodor Perry datang ke Jepang. Pada saat itu, Jepang adalah negara feodal yang terisolasi dari negara-negara lainnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seluruh negara di dunia ini. Dalam Perang Dunia II ini ada sebuah fenomena 1 yang

BAB I PENDAHULUAN. seluruh negara di dunia ini. Dalam Perang Dunia II ini ada sebuah fenomena 1 yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perang Dunia II merupakan perang yang sangat dasyat dan melibatkan hampir seluruh negara di dunia ini. Dalam Perang Dunia II ini ada sebuah fenomena 1 yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kusut. Karya novel biasanya mengangkat berbagai fenomena yang terjadi

BAB I PENDAHULUAN. kusut. Karya novel biasanya mengangkat berbagai fenomena yang terjadi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sastra merupakan hasil cipta atau karya manusia yang dapat dituangkan melalui ekspresi yang berupa tulisan yang menggunakan bahasa sebagai mediumnya. Selain

Lebih terperinci

SMP kelas 9 - SEJARAH BAB 1. Perang Dunia IIlatihan soal 1.2

SMP kelas 9 - SEJARAH BAB 1. Perang Dunia IIlatihan soal 1.2 1. Negara-negara yang tergabung dalam blok fasis adalah... Jerman, Jepang, dan Italia Jerman, Jepang, dan Inggris Jepang, Italia, dan Uni Soviet Jerman, Hungaria, dan Amerika Serikat SMP kelas 9 - SEJARAH

Lebih terperinci

BAB II JEPANG DALAM PERANG DUNIA II

BAB II JEPANG DALAM PERANG DUNIA II 8 BAB II JEPANG DALAM PERANG DUNIA II Keterlibatan Jepang dalam Perang Dunia II mempunyai sejarah yang panjang dan berkaitan antara satu peristiwa yang satu dengan peristiwa lainnya. Ada yang berpendapat

Lebih terperinci

BAB II DATA DAN ANALISA

BAB II DATA DAN ANALISA BAB II DATA DAN ANALISA 2.1 Sumber Data 2.1.1 Literatur Artikel 1. Kamikaze, Keberanian Tiada Tara Demi Kehormatan Linksumber: http://sejarah.kompasiana.com/2011/02/28/kamikazekeberanian tiada-tara-demi-kehormatan-345191.html

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Faktor kondisi geografis, sumber daya manusia, dan sumber daya alam

BAB I PENDAHULUAN. Faktor kondisi geografis, sumber daya manusia, dan sumber daya alam BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah Faktor kondisi geografis, sumber daya manusia, dan sumber daya alam suatu negara selalu menjadi salah satu faktor utama kemenangan atau kekalahan suatu negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. imajinatif sebagai manifestasi kehidupan manusia, (dan masyarakat) melalui

BAB I PENDAHULUAN. imajinatif sebagai manifestasi kehidupan manusia, (dan masyarakat) melalui BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sastra atau kesusastraan adalah pengungkapan dari fakta artistik dan imajinatif sebagai manifestasi kehidupan manusia, (dan masyarakat) melalui bahasa sebagai

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Negara Jepang banyak menghasilkan berbagai macam karya. Baik berupa

BAB 1 PENDAHULUAN. Negara Jepang banyak menghasilkan berbagai macam karya. Baik berupa BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Negara Jepang banyak menghasilkan berbagai macam karya. Baik berupa karya sastra, maupun entertainment/pertunjukan berupa film. Film adalah satu rangkaian gambaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Keberhasilan Sekutu memutus jalur suplai dari udara maupun laut mengakibatkan pertahanan Jerman-Italia dapat dikalahkan di Afrika Utara. Sehingga kemenangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kebudayaan merupakan salah satu unsur yang sangat penting bagi. kehidupan bermasyarakat. Kebudayaan suatu negara dipengaruhi oleh

BAB I PENDAHULUAN. Kebudayaan merupakan salah satu unsur yang sangat penting bagi. kehidupan bermasyarakat. Kebudayaan suatu negara dipengaruhi oleh BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kebudayaan merupakan salah satu unsur yang sangat penting bagi kehidupan bermasyarakat. Kebudayaan suatu negara dipengaruhi oleh karakteristik geografis negara

Lebih terperinci

Bab 1. Pendahuluan. Jepang adalah negara yang kaya akan budaya dan terkenal dengan tradisi

Bab 1. Pendahuluan. Jepang adalah negara yang kaya akan budaya dan terkenal dengan tradisi Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Jepang adalah negara yang kaya akan budaya dan terkenal dengan tradisi masyarakatnya yang unik. Meskipun kehidupan masyarakat Jepang telah modern, namun mereka tidak

Lebih terperinci

PERANG ASIA PASIFIK (PENYERANGAN JEPANG KE PANGKALAN PERANG AMERIKA SERIKAT DI PEARL HARBOR PADA TAHUN 1941) SKRIPSI

PERANG ASIA PASIFIK (PENYERANGAN JEPANG KE PANGKALAN PERANG AMERIKA SERIKAT DI PEARL HARBOR PADA TAHUN 1941) SKRIPSI PERANG ASIA PASIFIK (PENYERANGAN JEPANG KE PANGKALAN PERANG AMERIKA SERIKAT DI PEARL HARBOR PADA TAHUN 1941) SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat ujian untuk memperoleh gelar Sarjana Strata

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Novel Nijūshi No Hitomi ( 二二二二二 ) merupakan karya seorang penulis

BAB I PENDAHULUAN. Novel Nijūshi No Hitomi ( 二二二二二 ) merupakan karya seorang penulis BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Novel Nijūshi No Hitomi ( 二二二二二 ) merupakan karya seorang penulis cerita anak-anak sekaligus penulis novel wanita terkenal dari negara Jepang yang bernama Tsuboi

Lebih terperinci

1. DARI IDEOLOGI HINGGA TERORISME

1. DARI IDEOLOGI HINGGA TERORISME 1 1. DARI IDEOLOGI HINGGA TERORISME Dalam sejarahnya, manusia memang sudah ditakdirkan untuk berkompetisi demi bertahan hidup. Namun terkadang kompetisi yang dijalankan manusia itu tidaklah sehat dan menjurus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dimiliki oleh setiap bangsa, oleh karena itu kebudayaan dari setiap bangsa saling berbedabeda.

BAB I PENDAHULUAN. dimiliki oleh setiap bangsa, oleh karena itu kebudayaan dari setiap bangsa saling berbedabeda. BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH Budaya adalah daya dari budi yang berupa cipta dan rasa, sedangkan kebudayaan adalah hasil dari cipta rasa, karsa, dan rasa tersebut Koentjaraningrat (1976:28).

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM

BAB II GAMBARAN UMUM BAB II GAMBARAN UMUM 2.1. Jepang Pasca Perang Dunia II Pada saat Perang Dunia II, Jepang sebagai negara penyerang menduduki negara Asia, terutama Cina dan Korea. Berakhirnya Perang Dunia II merupakan kesempatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesamaan rumpun. Koentjaraningrat (1976 : 28) menjelaskan budaya adalah daya

BAB I PENDAHULUAN. kesamaan rumpun. Koentjaraningrat (1976 : 28) menjelaskan budaya adalah daya 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Kebudayaan dimiliki oleh setiap bangsa,oleh karena itu kebudayaan dari setiap bangsa saling berbeda, walaupun terkadang ada kesamaan seperti halnya kesamaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Mengenang sejarah Jerman akan selalu tertuju pada Perang Dunia II dan sosok pemimpinnya yaitu Adolf Hitler. Adolf Hitler menjabat sebagai kanselir Jerman di usia

Lebih terperinci

BAB V ZAMAN PENJAJAHAN JEPANG DAN PERANG DUNIA II

BAB V ZAMAN PENJAJAHAN JEPANG DAN PERANG DUNIA II 101 BAB V ZAMAN PENJAJAHAN JEPANG DAN PERANG DUNIA II A. Awal Kedatangan Jepang Awal mula ekspansi Jepang ke wilayah Papua didasari oleh kebutuhan Jepang akan minyak bumi untuk keperluan perang. Menipisnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hal ini dapat berlaku terhadap Negara Jepang (Suryohadiprojo, 1982:1).

BAB I PENDAHULUAN. Hal ini dapat berlaku terhadap Negara Jepang (Suryohadiprojo, 1982:1). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Karakteristik geografis suatu Negara senantiasa mempunyai pengaruh terhadap kehidupan bangsanya. Hal ini dapat dilihat pada sejarah, tabiat dan watak bangsa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah manusia dan kehidupannya, dengan menggunakan bahasa sebagai

BAB I PENDAHULUAN. adalah manusia dan kehidupannya, dengan menggunakan bahasa sebagai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra adalah suatu bentuk dan hasil pekerjaan seni kreatif yang objeknya adalah manusia dan kehidupannya, dengan menggunakan bahasa sebagai mediumnya. Sebagai

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. Fukutake Tadashi.1988.Masyarakat Jepang Dewasa Ini.Jakarta: Gramedia.

DAFTAR PUSTAKA. Fukutake Tadashi.1988.Masyarakat Jepang Dewasa Ini.Jakarta: Gramedia. DAFTAR PUSTAKA Fukutake Tadashi.1988.Masyarakat Jepang Dewasa Ini.Jakarta: Gramedia. Kusuma Aprilyna.2011.Dampak Perubahan Undang-Undang Tentang Pendidikan Wanita Terhadap Kemajuan Jepang.Skripsi Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan penderitaan bagi masyarakat Korea. Jepang melakukan eksploitasi

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan penderitaan bagi masyarakat Korea. Jepang melakukan eksploitasi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian Sejarah Korea yang pernah berada di bawah kolonial kekuasaan Jepang menimbulkan penderitaan bagi masyarakat Korea. Jepang melakukan eksploitasi sumber

Lebih terperinci

BAB II FENOMENA KAMIKAZE DALAM MILITER JEPANG. melakukan serangan bunuh diri ke arah pasukan Amerika.Tugas mereka adalah

BAB II FENOMENA KAMIKAZE DALAM MILITER JEPANG. melakukan serangan bunuh diri ke arah pasukan Amerika.Tugas mereka adalah BAB II FENOMENA KAMIKAZE DALAM MILITER JEPANG 2.1 Definisi Kamikaze Kamikaze adalah sebutan bagi tentara Jepang yang merelakan hidupnya untuk melakukan serangan bunuh diri ke arah pasukan Amerika.Tugas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. atau yang disebut sebagai Sakoku (negeri tertutup). Akibat isolasi politik tersebut

BAB I PENDAHULUAN. atau yang disebut sebagai Sakoku (negeri tertutup). Akibat isolasi politik tersebut BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada zaman Edo (1602-1868) pemerintah Jepang melakukan isolasi politik atau yang disebut sebagai Sakoku (negeri tertutup). Akibat isolasi politik tersebut timbullah

Lebih terperinci

Kemunduran Amerika Serikat dilihat sebagai sebuah kemunduran yang bersifat

Kemunduran Amerika Serikat dilihat sebagai sebuah kemunduran yang bersifat Kesimpulan Amerika Serikat saat ini adalah negara yang sedang mengalami kemunduran. Kemunduran Amerika Serikat dilihat sebagai sebuah kemunduran yang bersifat relatif; karena disaat kemampuan ekonomi dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Jepang merupakan salah satu negara yang terkenal akan ragam

BAB I PENDAHULUAN. Jepang merupakan salah satu negara yang terkenal akan ragam BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jepang merupakan salah satu negara yang terkenal akan ragam kebudayaannya. Situmorang (1995: 3) menjelaskan bahwa kebudayaan adalah sebuah jaringan makna yang dianyam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Nurhidayatina, 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Nurhidayatina, 2013 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Blokade ekonomi adalah perang ekonomi yang pernah diterapkan oleh Napoleon Bonaparte di Eropa pada saat memerintah Prancis tahun 1806-. Penulis ingin mengetahui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keberhasilan Restorasi Meiji di Jepang yang berdampak pada proses modernisasi

BAB I PENDAHULUAN. keberhasilan Restorasi Meiji di Jepang yang berdampak pada proses modernisasi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendudukan Jepang di Indonesia merupakan bagian dari rangkaian politik imperealismenya di Asia Tenggara. Kedatangannya di Indonesia merupakan bagian dalam usahanya

Lebih terperinci

Bab 1. Pendahuluan. oleh masyarakatnya sejak bertahun-tahun lamanya dan melahirkan banyak

Bab 1. Pendahuluan. oleh masyarakatnya sejak bertahun-tahun lamanya dan melahirkan banyak Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Jepang adalah sebuah negara yang memiliki banyak budaya yang telah diterapkan oleh masyarakatnya sejak bertahun-tahun lamanya dan melahirkan banyak fenomena-fenomena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat adalah sekelompok orang yang menempati suatu wilayah tertentu

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat adalah sekelompok orang yang menempati suatu wilayah tertentu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masyarakat adalah sekelompok orang yang menempati suatu wilayah tertentu yang secara langsung atau tidak langsung saling berhubungan untuk memenuhi kebutuhannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tersebut memiliki pemerintah dan pemerintahan yang berjalan, hukum,

BAB I PENDAHULUAN. tersebut memiliki pemerintah dan pemerintahan yang berjalan, hukum, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Suatu wilayah baru dapat dikatakan sebagai negara apabila wilayah tersebut memiliki pemerintah dan pemerintahan yang berjalan, hukum, pengakuan dari negara lain, dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Jepang merupakan salah satu negara yang patut diperhitungkan dalam

BAB I PENDAHULUAN. Jepang merupakan salah satu negara yang patut diperhitungkan dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Jepang merupakan salah satu negara yang patut diperhitungkan dalam perekonomian dunia. Jepang dewasa ini menjadi negara yang paling maju di Asia bahkan di

Lebih terperinci

SMP Kelas 3 Semester 1 BAB II. Pertemuan ke 2

SMP Kelas 3 Semester 1 BAB II. Pertemuan ke 2 SMP Kelas 3 Semester 1 BAB II Pertemuan ke 2 BAB II PERANG DUNIA II Jepang merupakan salah satu negara yang terlibat dalam perang dunia. Gambar di atas merupakan serangan kamikaze yang dilakukan oleh Jepang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. oleh orang Jepang, dengan bahasa Jepang, sesuai dengan gaya yang

BAB 1 PENDAHULUAN. oleh orang Jepang, dengan bahasa Jepang, sesuai dengan gaya yang BAB 1 PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang dan Rumusan Masalah 1.1.1. Latar Belakang Kata komik diterima secara umum untuk menyebut sastra gambar (Bonneff, 1998:9). Menurut Gravett (2004:8), manga adalah komik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berasal dari dalam negeri maupun luar negeri. Selain itu, Kota Sibolga juga memiliki kapalkapal

BAB I PENDAHULUAN. berasal dari dalam negeri maupun luar negeri. Selain itu, Kota Sibolga juga memiliki kapalkapal BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sibolga merupakan satu kota yang dikenal sebagai Kota Bahari, Sibolga memilki sumber daya kelautan yang sangat besar. Selain pemandangan alamnya yang begitu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembayaran-pembayaran tanpa batas atas hutang ini disebut gimu. Gimu

BAB I PENDAHULUAN. Pembayaran-pembayaran tanpa batas atas hutang ini disebut gimu. Gimu 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bagi bangsa Jepang, on merupakan rasa berhutang yang utama dan selalu ada dalam kehidupan manusia. Karena adanya rasa berhutang maka orang Jepang merasa berkewajiban

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Jepang juga dikenal sebagai negara penghasil karya sastra, baik itu karya sastra

BAB I PENDAHULUAN. Jepang juga dikenal sebagai negara penghasil karya sastra, baik itu karya sastra BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Jepang selain dikenal sebagai negara maju dalam bidang industri di Asia, Jepang juga dikenal sebagai negara penghasil karya sastra, baik itu karya sastra prosa,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Sejarah Indonesia penuh dengan perjuangan menentang penjajahan.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Sejarah Indonesia penuh dengan perjuangan menentang penjajahan. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sejarah Indonesia penuh dengan perjuangan menentang penjajahan. Perjuangan untuk memperoleh kemerdekaan Indonesia merupakan rangkaiaan peristiwa panjang yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Bab ini memaparkan mengenai hasil kajian pustaka untuk mengkaji judul

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Bab ini memaparkan mengenai hasil kajian pustaka untuk mengkaji judul BAB II TINJAUAN PUSTAKA Bab ini memaparkan mengenai hasil kajian pustaka untuk mengkaji judul Gerakan Sosial Petani Jepang (Pemberontakan Shimabara 1637-1638). Dalam bab ini pengkajian dan penelahan terhadap

Lebih terperinci

ANALISIS PERILAKU KESETIAAN PARA TOKOH CERITA DALAM NOVEL KISAH 47 RONIN KARYA JOHN ALLYN

ANALISIS PERILAKU KESETIAAN PARA TOKOH CERITA DALAM NOVEL KISAH 47 RONIN KARYA JOHN ALLYN ANALISIS PERILAKU KESETIAAN PARA TOKOH CERITA DALAM NOVEL KISAH 47 RONIN KARYA JOHN ALLYN ( JOHN ALLYN NO SAKUHIN NO 47 RONIN NO SHOUSETSU NI OKERU SHUJINKOU NO SHINJITSU NO KOI NO BUNSEKI ) SKRIPSI Skripsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (isolasi) dari dunia luar dengan sistem feodal, yang merupakan transisi ke. Restorasi Meiji kelak sebagai antiklimaks isolasinya.

BAB I PENDAHULUAN. (isolasi) dari dunia luar dengan sistem feodal, yang merupakan transisi ke. Restorasi Meiji kelak sebagai antiklimaks isolasinya. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Jepang merupakan salah satu negara di kawasan Asia Timur yang patut diperhitungkan.dengan kehebatannya dalam memadukan tradisi dan modernisasi, menjadikan Jepang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Gerakan sosial yang dibahas dalam studi ini terjadi di Semenanjung

BAB I PENDAHULUAN. Gerakan sosial yang dibahas dalam studi ini terjadi di Semenanjung BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Gerakan sosial yang dibahas dalam studi ini terjadi di Semenanjung Shimabara, Kyushu. Sebagian besar pelaku dari gerakan ini adalah para petani dan ronin (samurai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Jepang adalah negara kepulauan yang terdiri dari 3000 pulau bahkan lebih. Tetapi hanya ada empat pulau besar yang merupakan pulau utama di negara Jepang,

Lebih terperinci

BAB IV SIMPULAN DAN SARAN. Awal penyebaran agama Kristen yang dilakukan oleh Xavier di Jepang tidak

BAB IV SIMPULAN DAN SARAN. Awal penyebaran agama Kristen yang dilakukan oleh Xavier di Jepang tidak BAB IV SIMPULAN DAN SARAN 4.1 Simpulan Awal penyebaran agama Kristen yang dilakukan oleh Xavier di Jepang tidak membawa sukses yang besar dibandingkan dengan penyebaran yang dilakukannya di negara Asia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sastra merupakan ungkapan pribadi manusia yang berupa pengalaman,

BAB I PENDAHULUAN. Sastra merupakan ungkapan pribadi manusia yang berupa pengalaman, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra merupakan ungkapan pribadi manusia yang berupa pengalaman, pemikiran, perasaan, ide, semangat, keyakinan dalam suatu bentuk gambaran konkrit yang membangkitkan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. Berdasarkan pustaka yang telah dikumpulkandari penelitiansebelumnya,

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. Berdasarkan pustaka yang telah dikumpulkandari penelitiansebelumnya, 9 BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka Berdasarkan pustaka yang telah dikumpulkandari penelitiansebelumnya, ada beberapa hasil penelitian yang berkaitan dengan penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Amerika Serikat masih berupa non-intervensi. Namun ketika Perang Dunia Kedua

BAB I PENDAHULUAN. Amerika Serikat masih berupa non-intervensi. Namun ketika Perang Dunia Kedua BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ketika Perang Dunia Pertama terjadi, tren utama kebijakan luar negeri Amerika Serikat masih berupa non-intervensi. Namun ketika Perang Dunia Kedua terjadi Amerika

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. Bab ini berisi kesimpulan dari hasil penelitian yang telah dilakukan dan

BAB V KESIMPULAN. Bab ini berisi kesimpulan dari hasil penelitian yang telah dilakukan dan BAB V KESIMPULAN Bab ini berisi kesimpulan dari hasil penelitian yang telah dilakukan dan mengacu pada bab I serta hasil analisis pada bab IV. Sesuai dengan rumusan masalah pada bab I, terdapat tiga hal

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. A. Tinjauan Pustaka. 1. Pendudukan Jepang di Indonesia. Dalam usahanya membangun suatu imperium di Asia, Jepang telah

BAB II KAJIAN TEORI. A. Tinjauan Pustaka. 1. Pendudukan Jepang di Indonesia. Dalam usahanya membangun suatu imperium di Asia, Jepang telah BAB II KAJIAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Pendudukan Jepang di Indonesia Dalam usahanya membangun suatu imperium di Asia, Jepang telah meletuskan suatu perang di Pasifik. Pada tanggal 8 Desember 1941

Lebih terperinci

BAB III EKSISTENSI SAMURAI PADA MASA PEMERINTAHAN MEIJI

BAB III EKSISTENSI SAMURAI PADA MASA PEMERINTAHAN MEIJI BAB III EKSISTENSI SAMURAI PADA MASA PEMERINTAHAN MEIJI 3.1 Hak Politik dan Kekuasaan Samurai Pemerintah feodal Tokugawa yang mulai berkuasa sejak tahun 1600 sebagian besar terdiri dari kelas samurai,

Lebih terperinci

: Sebagai seorang anggota tentara kekaisaran Jepang, : Hidup!!! yang menyemangati anak buahnya agar berperang sampai mati.

: Sebagai seorang anggota tentara kekaisaran Jepang, : Hidup!!! yang menyemangati anak buahnya agar berperang sampai mati. ることと信じる 本土のために 祖国のために 我々は最後の書体まで 一つもない十人の敵を殺すのまえに死ぬことがあると思う 私は常にあなたの前にある 万歳!!! 神風軍 : 万歳!!! Terjemahan : Kuribayashi : Sebagai seorang anggota tentara kekaisaran Jepang, aku percaya kalian bertempur dengan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. menggunakan pendidikan sebagai langkah dalam membangun negaranya. Pendidikan

BAB 1 PENDAHULUAN. menggunakan pendidikan sebagai langkah dalam membangun negaranya. Pendidikan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jepang yang berangkat dari keterbelakangan, adalah salah satu negara yang menggunakan pendidikan sebagai langkah dalam membangun negaranya. Pendidikan Jepang telah

Lebih terperinci

BAB II KETERLIBAT JEPANG DALAM PERANG DUNIA II

BAB II KETERLIBAT JEPANG DALAM PERANG DUNIA II BAB II KETERLIBAT JEPANG DALAM PERANG DUNIA II Perang Dunia II merupakan perang besar yang melibatkan banyak negara dunia yang terbagi atas dua blok poros dan blok sekutu. Blok poros terdiri atas Jerman,

Lebih terperinci

memperoleh status, kehormatan, dan kekuatan dalam menjaga kedaulatan, keutuhan wilayah, serta pengaruhnya di arena global.

memperoleh status, kehormatan, dan kekuatan dalam menjaga kedaulatan, keutuhan wilayah, serta pengaruhnya di arena global. BAB V PENUTUP Kebangkitan Cina di awal abad ke-21tidak dapat dipisahkan dari reformasi ekonomi dan modernisasi yang ia jalankan. Reformasi telah mengantarkan Cina menemukan momentum kebangkitan ekonominya

Lebih terperinci

ANALISIS MORALITAS BUSHIDO DALAM NOVEL SAMURAI SUZUME NO KUMO KARYA TAKASHI MATSUOKA

ANALISIS MORALITAS BUSHIDO DALAM NOVEL SAMURAI SUZUME NO KUMO KARYA TAKASHI MATSUOKA ANALISIS MORALITAS BUSHIDO DALAM NOVEL SAMURAI SUZUME NO KUMO KARYA TAKASHI MATSUOKA (MATSUOKA TAKASHI NO SAKUHIN NO SAMURAI SUZUME NO KUMO NO SHOUSETSU NI OKERU BUSHIDO NO DOUTOKU NO BUNSEKI) SKRIPSI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian New Zealand merupakan negara persemakmuran dari negara Inggris yang selama Perang Dunia I (PD I) maupun Perang Dunia II (PD II) selalu berada di

Lebih terperinci

BAB III MAKNA FILOSOFI BUSHIDOU DI DALAM SIKAP AIKIDOUKA. 3.1 Filosofi Gi (Kebenaran) di dalam Sikap Aikidouka

BAB III MAKNA FILOSOFI BUSHIDOU DI DALAM SIKAP AIKIDOUKA. 3.1 Filosofi Gi (Kebenaran) di dalam Sikap Aikidouka BAB III MAKNA FILOSOFI BUSHIDOU DI DALAM SIKAP AIKIDOUKA 3.1 Filosofi Gi (Kebenaran) di dalam Sikap Aikidouka Prinsip utama aikidou adalah gi. Gi terdapat dalam diri aikidouka yaitu jasmani dan jiwa. Jiwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memaknai bahwa kebudayaan itu beragam. Keragamannya berdasarkan norma norma serta

BAB I PENDAHULUAN. memaknai bahwa kebudayaan itu beragam. Keragamannya berdasarkan norma norma serta BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Kebudayaan sebagai warisan leluhur yang dimiliki oleh masyarakat setempat, hal ini memaknai bahwa kebudayaan itu beragam. Keragamannya berdasarkan norma norma serta

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM AWAL KESHOGUNAN TOKUGAWA. Taira pada perang Heijin tahun Setelah kekalahan tersebut keluarga

BAB II GAMBARAN UMUM AWAL KESHOGUNAN TOKUGAWA. Taira pada perang Heijin tahun Setelah kekalahan tersebut keluarga BAB II GAMBARAN UMUM AWAL KESHOGUNAN TOKUGAWA 2.1 Awal Munculnya Kekuasaan Shogun Awal munculnya kekuasaan shogun bermula dari konflik antara keluarga Minamoto dan keluarga Taira. Keluarga Minamoto dikalahkan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. melainkan juga dalam literatur Barat (Portugis, Belanda, Inggris, dan. Semeriramis istri dari Raja Babilonia

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. melainkan juga dalam literatur Barat (Portugis, Belanda, Inggris, dan. Semeriramis istri dari Raja Babilonia BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan 1. Kerajaan Aceh, pernah melahirkan seorang Laksamana wanita, bernama Keumalahayati yang namanya dikenal tidak saja dalam literatur Indonesia, melainkan juga dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Karakter disiplin sangat penting dalam menunjang kemajuan dan keamanan suatu bangsa.dalam kehidupan militer, disiplin merupakan faktor utama yang selalu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Darma Persada

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Darma Persada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peristiwa menyerahnya Jepang kepada sekutu pada 14 Agustus 1945 menandai berakhirnya Perang Dunia II, perang yang sangat mengerikan dalam peradaban manusia di dunia.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Jepang pada abad ke-16 sampai abad ke-17 merupakan negara yang masih

BAB I PENDAHULUAN. Jepang pada abad ke-16 sampai abad ke-17 merupakan negara yang masih BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Jepang pada abad ke-16 sampai abad ke-17 merupakan negara yang masih banyak terdapat perang perebutan supremasi kekuasaan di dalam negeri, walaupun kepala pemerintahan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 105 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Dalam bab ini akan dibahas mengenai kesimpulan dan saran dari skripsi dengan judul GEJOLAK PATANI DALAM PEMERINTAHAN THAILAND (Kajian Historis Proses Integrasi Rakyat Patani

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. Penelitian mengenai bushido dan penyimpangannya dalam karya sastra

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. Penelitian mengenai bushido dan penyimpangannya dalam karya sastra BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka Penelitian mengenai bushido dan penyimpangannya dalam karya sastra Jepang yang berjudul Samurai karya Takashi Matsuoka sepanjang yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Taufik Hidayat, 2014 Peranan Adolf Hitler dalam perkembangan Schutzstaffel ( )

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Taufik Hidayat, 2014 Peranan Adolf Hitler dalam perkembangan Schutzstaffel ( ) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dalam sejarah, aktor merupakan figur yang penting, baik sebagai individu, maupun sebagai partisipan dalam kelompok atau masyarakat. Secara kolektif, masyarakat

Lebih terperinci

PERANG BERUJUNG MAKAN BUAH SIMALAKAMA

PERANG BERUJUNG MAKAN BUAH SIMALAKAMA Nama: ika Putri k Nim: 09.11.2577 Kelas: S1 TI 01 PERANG BERUJUNG MAKAN BUAH SIMALAKAMA Pada suatu hari terjadi perang antara rakyat Indonesia dengan Malaysia dikarenakan Malaysia sering kali merebut wilayah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Surabaya dikenal sebagai Kota Pahlawan karena terjadinya peristiwa

BAB I PENDAHULUAN. Surabaya dikenal sebagai Kota Pahlawan karena terjadinya peristiwa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Surabaya dikenal sebagai Kota Pahlawan karena terjadinya peristiwa bersejarah 10 November 1945 yang dikenal dengan Hari Pahlawan. Pertempuran tiga pekan yang terjadi

Lebih terperinci

PERANAN PEMOEDA ANGKATAN SAMOEDERA OEMBARAN (PAS O) DALAM PERISTIWA AGRESI MILITER BELANDA II TAHUN 1948 DI YOGYAKARTA

PERANAN PEMOEDA ANGKATAN SAMOEDERA OEMBARAN (PAS O) DALAM PERISTIWA AGRESI MILITER BELANDA II TAHUN 1948 DI YOGYAKARTA BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Negara Indonesia merupakan sebuah negara maritim karena memiliki wilayah laut yang lebih luas dibandingkan dengan wilayah daratan. Hal ini menjadikan bangsa

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. diperoleh oleh penulis. Dalam hal ini tinjauan pustaka bermanfaat sebagai landasan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. diperoleh oleh penulis. Dalam hal ini tinjauan pustaka bermanfaat sebagai landasan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka Tinjauan Pustaka merupakan hasil penelaahan terhadap sumber-sumber yang diperoleh oleh penulis. Dalam hal ini tinjauan pustaka bermanfaat sebagai landasan berfikir

Lebih terperinci

bekerja yang dimiliki seseorang atau golongan atau suatu bangsa (Tasmara 1995). Sinamo (2002) menata tiga elemen tesis Schumacher menjadi etos kerja,

bekerja yang dimiliki seseorang atau golongan atau suatu bangsa (Tasmara 1995). Sinamo (2002) menata tiga elemen tesis Schumacher menjadi etos kerja, BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah Dalam menghadapi perkembangan dunia usaha yang semakin pesat dan disertai persaingan yang ketat membuat organisasi membenahi manajemennya dan harus mampu menawarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebuah Operasi yang diberi nama Operasi Overlord. Dalam Operasi ini Sekutu

BAB I PENDAHULUAN. sebuah Operasi yang diberi nama Operasi Overlord. Dalam Operasi ini Sekutu 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada bulan Juni 1944, tentara Sekutu berhasil mendarat di Prancis dalam sebuah Operasi yang diberi nama Operasi Overlord. Dalam Operasi ini Sekutu berhasil

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Secara etimologis konsep tinjauan historis terdiri dari dua kata yakni tinjauan dan

TINJAUAN PUSTAKA. Secara etimologis konsep tinjauan historis terdiri dari dua kata yakni tinjauan dan II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Konsep Tinjauan Historis Secara etimologis konsep tinjauan historis terdiri dari dua kata yakni tinjauan dan historis. Kata tinjauan dalam bahasa Indonesia berasal

Lebih terperinci

BAB 5 RINGKASAN. jatuh. Padahal ia telah menetapkan segala peraturan untuk dalam dan luar negeri. menyebabkan jatuhnya kekuasaan politik Tokugawa.

BAB 5 RINGKASAN. jatuh. Padahal ia telah menetapkan segala peraturan untuk dalam dan luar negeri. menyebabkan jatuhnya kekuasaan politik Tokugawa. BAB 5 RINGKASAN Bakufu Tokugawa yang berhasil menguasai negeri selama 267 tahun akhirnya jatuh. Padahal ia telah menetapkan segala peraturan untuk dalam dan luar negeri untuk mempertahankan pemerintahannya.

Lebih terperinci

BAB II PENDUDUKAN JEPANG DI INDONESIA

BAB II PENDUDUKAN JEPANG DI INDONESIA BAB II PENDUDUKAN JEPANG DI INDONESIA Jepang sebagaimana yang disebutkan pada bab pendahuluan, melakukan pendudukan di Indonesia bersamaan dengan keterlibatannya dalam Perang Dunia II. Karena keterlibatannya

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. Abdulgani, H. Roeslan, Ganyang Setiap Bentuk Neo-Kolonialisme yang Mengepung Republik Indonesia, dalam Indonesia, 1964-B

DAFTAR PUSTAKA. Abdulgani, H. Roeslan, Ganyang Setiap Bentuk Neo-Kolonialisme yang Mengepung Republik Indonesia, dalam Indonesia, 1964-B BAB V KESIMPULAN Jepang menjadi lumpuh akibat dari kekalahanya pada perang dunia ke dua. Namun, nampaknya karena kondisi politik internasional yang berkembang saat itu, menjadikan pemerintah pendudukan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. Masyarakat Jepang pada masa Tokugawa merupakan masyarakat yang

BAB V KESIMPULAN. Masyarakat Jepang pada masa Tokugawa merupakan masyarakat yang BAB V KESIMPULAN Masyarakat Jepang pada masa Tokugawa merupakan masyarakat yang bersifat feodalisme Hal itu dapat dilihat dengan adanya pembagian status sosial menurut mata pencahariannya yakni golongan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Dalam bab ini akan dibahas mengenai kesimpulan dan saran dari sebuah kajian skripsi dengan judul PERANAN ADOLF HITLER DALAM PERKEMBANGAN SCHUTZSTAFFEL (1925-1945): Suatu Perspektif

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN KERANGKA TEORI. digunakan sebagai acuan dalam penelitian ini. Penelitian-penelitian tersebut, antara

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN KERANGKA TEORI. digunakan sebagai acuan dalam penelitian ini. Penelitian-penelitian tersebut, antara BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN KERANGKA TEORI 2.1 Kajian Pustaka Berdasarkan data-data yang telah dikumpulkan, baik skripsi maupun hasil penelitian yang telah dilakukan, terdapat beberapa penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Yofa Fadillah Hikmah, 2016

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Yofa Fadillah Hikmah, 2016 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perang merupakan suatu konflik dua pihak atau lebih dan dapat melalui kontak langsung maupun secara tidak langsung, biasanya perang merupakan suatu hal yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada tanggal 26 Juli 1945, diumumkanlah Deklarasi Potsdam untuk Jepang, yang ditandatangani oleh ketiga pemimpin pemerintahan negara Sekutu yaitu Amerika Serikat,

Lebih terperinci

BAB II GEOGRAFI JEPANG DAN ZAMAN MEIJI. astronomis, Jepang berada antara 30 LU - 46 LU dan 128 BT 179 BT. Luas

BAB II GEOGRAFI JEPANG DAN ZAMAN MEIJI. astronomis, Jepang berada antara 30 LU - 46 LU dan 128 BT 179 BT. Luas BAB II GEOGRAFI JEPANG DAN ZAMAN MEIJI 2.1 Geografi Jepang Jepang merupakan negara kepulauan yang terletak di kawasan Asia Timur, tepatnya terletak di sebelah Timur daratan Semenanjung Korea. Secara astronomis,

Lebih terperinci